teks 4




 lami, nama-nama tempat, benda-benda yang dijumpai.

d. Teruskan dengan membuat cabang-cabang lainnya dan gunakan warna berbeda. Cabang-

cabang itu diisi oleh kata-kata kunci yang berhubungan dengan cabang utama.

Cerita Pendek 131

e. Gunakan warna yang menarik dan gambar atau simbol-simbol yang mencerminkan 

pengalaman dan imajinasi Anda berkaitan dengan topik-topik itu.

f. Apabila ada kata kunci yang masih berkaitan dengan kata kunci dari cabang lainnya, 

Anda bisa membuat garis lengkung yang menghubungkannya. Bubuhkan simbol yang 

menjadi alasan keterkaitan antara kata-kata kunci itu.

g. Perhatikan kelengkapan pengalaman dan imajinasi Anda itu. Apakah sudah tercurahkan 

semua?

h. Jika sudah lengkap, nomorilah kata-kata kunci itu sesuai dengan urutan yang akan Anda 

susun di dalam cerpen. Bersamaan dengan itu, coretlah kata-kata kunci yang Anda 

anggap tidak penting untuk dikembangkan. Misalnya, karena terlalu menyimpang dari 

topik utama atau terlalu biasa kalau dijadikan bahan cerpen.

Setelah peta pikiran itu diberi nomor, kembangkanlah menjadi sebuah cerpen yang utuh. 

Bersamaan dengan itu, Anda pun tetap bisa menambahkan peristiwa dan imajinasi lain di luar 

kerangka yang tersedia, sepanjang tidak mengganggu topik utama yang telah Anda bangun 

sebelumnya.

Langkah penulisan cerpen, diakhiri dengan peninjauan kembali keseluruhan isi, struktur, 

dan kaidah kebahasaannya.

a. Isi

1) Apakah ceritanya menyajikan sesuatu yang baru atau hanya merupakan pengulangan 

dari cerita-cerita sebelumnya?

2) Apakah karakter tokoh dan konflik-konfliknya saling memperkuat atau malah 

bertolak belakang?

3) Apakah latarnya relevan dengan konflik atau peristiwa yang diceritakan?

b. Sistematika penyajian

1) Apakah pembukanya menarik, menimbulkan kepenasaranan pembaca?

2) Apakah alurnya jelas, tidak berbelit-belit?

3) Apakah bagian-bagiannya mengusung tema yang sama atau ada yang menyimpang?

4) Apakah bagian-bagiannya, seperti orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan 

kodanya sudah lengkap dan padu?

c. Bahasa

1) Apakah paragraf-paragrafnya sudah padu, setiap paragraf mengusung satu peristiwa/

konflik yang sama?

2) Apakah kalimat-kalimatnya sudah efektif?

3) Apakah pilihan katanya, seperti konjungsi dan kata-kata lainnya sudah benar?

4) Apakah ejaan dan tanda bacanya sudah tepat?

-- 132

Soal-soal Latihan

Pilihlah jawaban yang paling benar!

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 1‑2)

Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus berpikir 

secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang mampu membongkar 

misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat (sepanjang yang kami temukan), namun 

tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami 

menduga tikus itu adalah tikus kebun.Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam.

1. Cuplikan ini  termasuk ke dalam ....

A. abstrak D. evaluasi

B. orientasi E. resolusi

C. komplikasi

2. Contoh kata yang menunjukkan penggambaran sifat ....

A. berpikir D. tikus kebun

B. kosong E. hitam legam

C. masuk rumah

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 3‑4)

Sejak itu istri saya amat ketat menjaga kebersihan. Semua piring di rak di bungkus kain, juga 

tempat sendok.Tudung saji diberati dengan ulekan agar tikus tidak bisa menerobos masuk untuk 

menggasak makanan sisa. Gelas bekas saya minum nescafe‑cream malam hari harus ditutup rapat. 

Tempat sampah ditutupi pengki penadah sampah sambil diberati batu. Strategi kami adalah semua 

tempat makanan ditutup rapat-rapat sehingga tikus tak akan bisa menerobos. 

3. Cuplikan ini  merupakan suatu komplikasi karena ....

A. memperkenalkan karakter tokoh

B. menceritakan tentang siapa dan kapan akan terjadinya masalah

C. sedang menggambarkan adanya masalah yang dialami tokoh

D. mengandung komentar atas masalah yang dialami tokoh utama

E. mulai adanya peleraian atas masalah oleh tokoh utama

4. Cuplikan ini  disusun dengan urutan waktu yang ditandai oleh peng gunaan konjungsi ....

A. sejak itu D. malam hari

B. sehingga E. tak akan

C. tak akan

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 5‑6)

“Harus kita temukan sarangnya! Bayi-bayi tikus itu kelaparan ditinggal kedua orangtuanya.

Kalau mati bagaimana? Kalau mereka hidup, rumah kita menjadi rumah tikus!” kata istri.

Lalu kami melakukan pencarian besar-besaran. Bagian-bagian tersembunyi di rumah kami 

obrak-abrik, namun bayi-bayi tikus tidak ketemu. Bayi-bayi itu juga tidak kedengaran tangisnya 

lagi. “Mungkin ada di para-para. Tapi bagaimana naiknya?” kata saya.

Cerita Pendek 133

5. Cuplikan ini  lebih tepat disebut ....

A. pengenalan cerita D. puncak konflik

B. pengungkapan peristiwa E. penyelesaian

C. menuju konflik

6. Contoh kunjungsi dalam cuplikan ini  ....

A. kalau D. namun

B. harus E. tapi

C. lalu

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 7‑8)

Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang 

panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua 

orang yang dilihatnya di neraka tak kurang ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang 

yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati 

mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya.Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-

orang itu pun tak mengerti juga.

7. Cuplikan ini  merupakan bagian dari tahapan alur ....

A. penyelesaian D. puncak konflik

B. pengenalan cerita E. pengungkapan peristiwa

C. menuju konflik

8. Cuplikan cerita di atas disusun dengan pola ....

A. kausalitas D. komparasi

B. kronologis E. spesialisasi

C. spasial

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 9‑10)

“Oo, kau marah, Pak Tua?Ah, sudah tua suka marah-marah!”

“Huss! Apakah kau anggap aku ini pak tuamu?”

“Aku bukan kangmasmu!” bentak kakek-kakek itu lagi.

“Oo, iya! Tentunya aku harus me manggilmu mbah, ya! Aku lupa, sungguh. Tapi sebetulnya 

awal tadi telah aku ingatkan jika aku bersalah.Siapa bersalah wajib diingatkan. Jika tidak demikian? 

Coba gambarkan, betapa banyak kesalahan yang akan kuperbuat se lanjut nya.”

Kakek itu tertunduk. Wajahnya berubah terang. Lalu bicara dengan suara yang tak berdaya. 

“Betulkah bicaramu? Aku sudah tampak sangat tua?”

“Mengapa?”

“Pantas kau panggil mbah?”

“Hi-hi-hi! Pertanyaanmu itu! Kau sekarang kentara sekali merasa sedih! Mengapa?Apakah 

karena umurmu yang lanjut, apa karena tidak tahu bahwa kau sudah tua?”

“Jangan bersenda gurau, Kenes, aku betul-betul bertanya!”

Tikungan di Dekat Bendungan 

oleh St. Ismariasita

-- 134

9. Konflik yang tergambar dalam kutipan cerpen ini  adalah tentang ....

A. kecemasan tokoh kakek akan ketuaan usianya

B. ketidakcocokan penggunaan kata sapaan dengan realitas

C. panggilan yang disampaikan kepada kakek dengan kata mbah dan mas 

D. kakek dan Kenes memperebutkan sapaan mbah dan mas

E. tokoh Kenes menentukan usia seseorang, sudah tua ataukah masih muda

10. Koda yang sesuai dengan cuplikan cerita itu adalah ....

A. Pak Tua akhirnya menyadari akan kekeliruannya

B. Akhirnya mereka berjabat tangan sambil tersenyum

C. Perselisihan kembali terjadi setelah itu

D. Mereka tetap berselisih sambil mempertahanakan pendapat masing-masing

E. Percekcokan itu tidak akan terjadi apabila mereka saling menghargai

(Cuplikan cerpen di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 11‑12)

“Ya, mau bayar berapa saja, Mas,” ucapnya di tikungan terakhir menuju kampungku. “Lebih enak 

jalan kaki,” jawabku terengah-engah. Aku merasa menang.

Aneh dia seperti tak hendak menghentikan becaknya. Mungkin dia sedang menguji mentalku, 

atau malah menyesali perbuatannya? Peduli amat, apakah dia terus membuntuti aku atau tidak, 

sejauh ia masih mengayuh becak di jalan yang layak dilewatinya.

Begitu memasuki gapura kampung, tangan kiriku kutarik dari saku celana. Dua keping logam 

ratusan rupiah terloncat dan menggelinding masuk selokan. Ah, biarin.

Aku menoleh ke tukang becak yang berhenti tepat di depan gapura kampung. Ia turun dan berdiri 

di sana sambil tetap memegangi kemudi becak. Sambil berjalan aku menoleh kembali, dia tetap 

diam bagaikan sebuah monumen. Sesampai di rumah aku ceritakan pengalamanku pada ibu. 

Lama ibuku terdiam dan menatapku dan baru kemudian berkata, “Rasanya kamu perlu mencoba 

jadi tukang becak.”

11. Amanat yang tersirat dalam penggalan cerpen di atas adalah ....

A. kita harus memilih-milih tukang becak

B. kita harus memahami keadaan tukang becak

C. kita harus pandai menawar ongkos becak

D. jangan memberi hati kepada tukang becak

E. sebaiknya tukang becak harus tahu diri

12. Tokoh aku berwatak ….

A. individualis D. mandiri

B. angkuh E. percaya diri

C. egois

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 13‑14)

Aku masuk ke dalam kantor dan bersalaman dengan seorang laki-laki yang tersenyum-senyum 

yang bernama Pak Bleoncher. Pakaiannya lebih rapi ketimbang pakaianku. Selanjutnya, ia 

membuka-buka tumpukan kertas, seperti menata kere serambi.

Aku yakin Anda akan puas dengannya, katanya, “Dia telah kami pilih sesuai dengan persyaratan 

komputer. Tidak ada yang melebihi dari seratus sepuluh wanita yang memenuhi syarat di Amerika. 

Kami memilah tidak berdasar  suku, agama, etnik, ataupun latar belakang regional....”

Cerita Pendek 135

13. Latar belakang budaya yang terkandung pada penggalan cerita terjemahan di atas adalah ....

A. ketaatan    D. ketekunan 

B. keramahtamahan   E. kesetiaan

C. kedisiplinan

14. Cuplikan di atas disusun secara kronologis yang ditandai oleh konjungsi ....

A. ataupun  D. selanjutnya

B. yang E. dengan

C. ke dalam

(Kedua cuplikan cerita berikut dipakai  untuk menjawab soal nomor 15‑16)

Cuplikan I

Sekarang ini yang jadi buah bibir adalah Diandra. Hari-hari di sekolah ini tiada kata tanpa 

Diandra. Hari-hari tiada bicara tanpa Diandra. Begitu juga dengan sohib gue, Raya danYus yang 

setiap hari nyaris ngomongin cewek bernama Diandra melulu.

“Sungguh luar binasa!” teriak Yus yang mukanya agak tirus, “Sulit untuk membandingkan 

kecantikan Diandra dengan bintang sinetron atau foto model sekalipun!”

“Eh, Gibran! Lo jangan sok alim!” senggol Raya yang punya body gede.

Cuplikan II

Somad tipe cowok murahan, itu kata temannya tanpa tedeng aling‑aling. Habis, cowok itu 

kerjanya nggak lain nggak bukan, cuka promosiin diri di depan gadis-gadis sekitarnya. Promosi 

diri sendiri terus… ke mana-mana. Nggak cuma sama teman-teman sekolahnya, tapi juga sama 

anak-anak cewek sekitar rumah, masjid, warteg… nggak pilih tempat, nggak pandang bulu.

“Gue orangnya nggak som‑som, lho….”

“?”

“Maksudnya nggak doyan somay kalo dikit!Hehe.”

15. Persamaan kedua cuplikan cerita di atas adalah ....

A. tokoh berwatak humoris

B. berlatar sekolah

C. bertema percintaan

D. sudut pandang orang pertama

E. berbahasa Indonesia yang baik dan benar

16. Perbedaan yang tampak pada cuplikan di atas ....

A. cuplikan I memakai  sudut pandang orang pertama pelaku utama, cuplikan II 

memakai  sudut pandang orang pertama pelaku sampingan

B. cuplikan I memakai  sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, cuplikan II 

memakai  sudut pandang orang ketiga serba tahu

C. cuplikan I memakai  sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, cuplikan II 

memakai  sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat

D. cuplikan I memakai  sudut pandang orang ketiga serba tahu, cuplikan II memakai  

sudut pandang orang pertama pelaku utama

E. cuplikan I mengunakan sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, cuplikan II 

memakai  sudut pandang orang petama pelakau utama

-- 136

17. Melihat Kardi kepayahan, lelaki di geladak itu, Salim, dengan tangkas meloncat ke arah 

Kardi dan mengambil alih keranjang-keranjang yang dibawanya. Setumpuk keranjang yang 

kokoh itu memang terasa berat karena basah. Sampai di dinding perahu tubuh Kardi sudah 

hampir lunglai. Salim melemparkan tumpukan keranjang itu ke geladak lalu dengan kedua 

tangannya yang kekar dia mengangkat tubuhnya dan meloncat ke geladak. Kardi sudah tidak 

kuat mengangkat tubuhnya sendiri. Salim kembali membantunya, menarik tangan Kardi 

sampai berhasil naik ke geladak.

 Pengalaman sehari-hari yang berkaitan dengan cuplikan cerita di atas adalah ….

A. saat  melaut bersama sahabat

B. kehidupan di laut lepas

C. Fungsi keranjang bagi seorang nelayan

D. Suka duka menjadi seorang nelayan

E. Pershabatan dua anak manusia

18. Gadis (1) itu semakin beringas. Kepala yang dijambaknya (2) sampai tertunduk-tunduk. Seisi 

kelas riuh. Susah payah aku melerai (3) mereka. Suasana semakin gaduh saat Rina mulai 

menangis. Cepat kutarik (4) tubuh si gadis menjauh. Tapi (5) itu hanya membuat si pemilik 

rambut yang dijambaknya semakin mengaduh kesakitan.

Bentukan kata yang tidak baku ditandai dengan nomor ….

A. (1) D.  (4)  

B.  (2) E.  (5)  

C.  (3)   

19. Menyadari hal itu semua membuat Heri jadi orang linglung. (1) Kalau pada mulanya Heri 

tertarik pada Ichen karena kesederhanaan dan pesona gadis itu, kini, selain daya tarik itu, 

adalah karena kepandaian gadis itu berperan. (2) Bagaimana mungkin dalam waktu yang 

begitu singkat ia bisa berubah penampilan. (3) Siapakah Ichen sebenarnya dan apa maunya 

gadis itu? (4)

 Ada kalimat yang terlalu kompleks di dalam cuplikan di atas sehingga sulit bagi pembaca 

untuk memahaminya. Kalimat yang dimaksud ditandai dengan nomor ….

A. (1) D. (4)   

B. (2) E. (2, 4)  

C. (3)   

20. Lalu ia sudah sampai di sana saat  tembakan berhenti. Ia nekad berjongkok dan melihat 

darah meleleh-leleh pada lengan baju kiri Amir. Di kawasan pundak. Amir menyeringai dan 

wajahnya tampak seperti kain kafan. Ia sedang bergelut dengan rasa menggigit-gigit di bahu 

kiri dan kegembiraan karena sahabat karibnya telah datang. Betapa besar arti seorang sababat 

saat  ia sedang dibutuhkan! Di depannya Amir tidak mau merintik.

 Cuplikan di atas dapat diceritakan kembali ke dalam sebuah kalimat, yakni ....

A. Amir kepayahan

B. Sahabat sangat penting pada saat menderita

C. Peperangan selalu memakan korban

D. Perlu saling menolong dalam kondisi kesusahan

E. Seorang korban menanti pertolongan sahabatnya

Pantun 137

A Pengertian Pantun

Perhatikanlah teks berikut.

1. Kalau ada kembang yang baru

Bunga kenanga dikupas jangan

Kalau ada sahabat yang baru

Sahabat lama dibuang jangan

2. Asam pauh dari seberang

Dimuat orang dalam pedati

Badan jauh dirantau orang

Kalau sakit siapa mengobati

3. Sungguh elok asam belimbing

Tumbuh dekat limau lungga 

Sungguh elok berbibir sumbing

Walupun marah tertawa juga

4. Pohon padi daunnya tipis

Pohon nangka berbiji lonjong

Kalu Budi suka menangis

Kalau tertawa giginya ompong

Anda tentu sudah mengenalnya bahwa keempat kelompok teks di atas dikategorikan sebagai 

puisi. Tepatnya disebut dengan pantun. Hal ini  tampak dari struktur atau kaidah-kaidahnya, 

yakni sebagai berikut.

1. Strukturnya berbait-bait, setiap bait terdiri atas larik-larik, dan setiap larik terdiri atas 8-12 

suku kata.

2. Kaidah atau ketentuan penulisannya adalah bahwa rima akhir umumnya berpola a-b-a-b dan 

memiliki dua larik sampiran dan dua larik isi.

Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Seperti yang tampak pada contoh di atas 

bahwa secara struktur pantun hampir sama dengan puisi yang ada sekarang. Pantun dibentuk oleh 

bait-bait dan setiap bait terdiri atas baris-baris. 

Hanya saja pantun lebih terikat oleh kaidah-kaidah baku. Jumlah baris pada setiap baitnya, 

ditentukan. Jumlah suku kata dalam setiap barisnya serta bunyi-bunyi hurufnya, juga telah diatur.

VII Pantun

-- 138

Puisi yang ada sekarang tidak demikian, bukan? Kita bisa membuatnya sekehendak hati.

Jumlah baris dan suku katanya bebas, terserah kita. Demikian halnya dengan bunyi-bunyi huruf 

yang dipakai , tidak ditentukan oleh aturan yang ketat. Yang penting puisi itu indah, padat 

makna, dan enak didengar.

B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Pantun

1. Fungsi Pantun

Walaupun pantun berkembang dalam masyarakat lampau, beberapa di antaranya masih 

dipergunakan hingga sekarang. Sadar atau tidak, dalam pergaulan sehari-hari pun kita sering 

memakai nya. Pantun sering dijadikan sarana mencurahkan perasaan, sindiran, atau 

nasihat. Sebagai contoh, perhatikanlah pantun berikut. Pantun ini cukup populer karena 

dijadikan lirik sebuah lagu oleh pedangdut senior Rhoma Irama.

Berakit-rakit ke hulu

berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

bersenang-senang kemudian

Dalam masa sekarang pantun masih dipakai , terutama dalam kaitannya dengan 

kegiatan hiburan. Dalam acara televisi, pantun bahkan dijadikan sebuah acara tersendiri. 

Dalam acara rekreasi, ulang tahun, perpisahan, berbalas pantun sering dipakai  sebagai 

penyeling. Pantun memang dapat menjadi sarana untuk menyegarkan suasana.

Bahasa pantun tidak perlu lagi kemelayu-melayuan. Kita dapat saja memakai  bahasa 

sehari-hari. Yang penting syarat-syaratnya tetap terpenuhi.

Perhatikan contoh berikut.

Payung butut di depan rumah 

lagi dicelana tersangkut paku

Tuntut ilmu tiada lelah

jadi pengusaha keinginanku

 Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan munculnya kata-kata yang tidak 

dipahami dari pantun itu. Agar pemahaman kita bisa utuh, tentu saja kita harus memaknai 

atau bisa mengartikan kata-kata itu dengan baik. Misalnya, pantun dari lirik lagu Rhoma 

Irama di atas. Dalam pantun ini  ada  kata berakit‑rakit. Dibandingkan dengan 

kata lainnya, kata ini  langka dipakai  sehingga maknanya menjadi asing pula.

Kata berakit‑rakit berasal dari kata rakit yang artinya ‘perahu yang terbuat dari ikatan batang 

bambu’.  Adapun berakit‑rakit artinya ‘berenang dengan rakit dalam waktu beberapa lama’.

Namun, untuk memahami pantun kita dituntut untuk lebih fokus kepada artinya 

dibandingkan dengan sampirannya. Bahkan, dapat dikatakan, tanpa mendalami sampirannya 

pun tidak bermasalah. Yang utama kita harus memahami isi pantun itu, yang terletak pada 

larik ke-3 dan ke-4, dengan baik. Pada larik ini  maksud suatu pantun itu adanya. Dengan 

demikian, untuk memahami pantun itu kita harus mengerti maksud dari ungkapan bersakit‑

sakit dahulu, bersenang‑senang kemudian. Adapun maksud dari ungkapan ini  adalah 

bahwa kita harus bersusah-payah terlebih dahulu, yakni dengan “banyak balajar atau bekerja 

untuk bisa meraih kesuksesan”.

Pantun 139

Perhatikan pula contoh pantun bait kedua. Dalam pantun ini  ada  pilihan kata 

yang tidak baku, yakni butut. Artinya, jelek atau lusuh. Adapun maksud dari pantun ini  

dinyatakan dalam larik ke-3 dan ke-4: Tuntut ilmu tiada lelah, jadi pengusaha keinginanku. 

Arti ungkapan itu adalah “aku banyak menuntut ilmu dalam rangka mewujudkan keinginan 

menjadi pengusaha”.

2. Struktur dan Kaidah Pantun

Tampak pada contoh-contoh yang disajikan di atas bahwa struktur pantun terikat oleh 

berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya suku kata pada setiap 

larik, ataupun pola rimanya. 

•  Terdiri atas 4 larik • Terdiri atas 8–12  

suku kata

• Berpola a-b-a-b 

• Memiliki sampiran  

dan isi

Bait

Rima

Larik

Isi

Struktur dan Kaidah Pantun

Bacalah puisi di bawah ini dengan cermat.

Gunung Daik timang-timangan 

Tempat kera berulang kali

Budi yang baik kenang-kenangan 

Budi yang jahat buang sekali 

Kalau ada kembang yang baru

bunga kenanga dikupas jangan.

Kalau ada sahabat yang baru 

sahabat lama dibuang jangan.

Obat-obatan dijualan di perigi

Berjual beli harus di kedoteran

Persahabatan biar berjalan abadi

Silaturahmi terus kita jalankan

-- 140

Puisi di atas memiliki keteraturan dalam banyak hal. Jumlah baris tiap baitnya sama. 

Rima akhirnya pun berpola tetap. Begitu pula dengan jumlah suku kata untuk setiap lariknya, 

juga hampir seimbang. Di dalam puisi di atas juga ada yang namanya sampiran dan isi.

Demikianlah keteraturan yang dimiliki oleh puisi yang bernama pantun.

Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Pantun dibentuk oleh bait-bait dan 

setiap bait terdiri atas baris-baris. Hanya saja pantun lebih terikat oleh aturan-aturan baku. 

Jumlah baris pada setiap baitnya ditentukan. Jumlah suku kata dalam setiap barisnya serta 

bunyi-bunyi hurufnya, juga telah diatur.

berdasar  uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun memiliki struktur dan 

kaidah sebagai berikut.

a. Terdiri atas empat baris.

b. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.

c. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya disebut isi pantun.

d. Pantun mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b. Bunyi akhir baris pertama sama 

dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat.

Perhatikan pula contoh-contoh teks lainnya di bawah ini.

Teks 1 :  Susah juga naik pedati

   Halau saja anak kudanya

   Tak usah bangga jadi laki-laki

   Kalau berpantun kau tak bisa 

Teks 2 : Buih banyak di daun-daun

   Memukau kalau ada cinderamata

   Boleh saja aku bisa berpantun

   Kalau cintaku kau mau menerima

Teks 3 : Bau mengkudu kebawa angin

   Baik untuk obat luka

   Aku mencintaimu, tak mungkin 

   Mandi pun kau sangat langka

Ketiga teks di atas berkategori sebagai pantun. Hal ini tampak dari struktur dan kaidahnya. 

Semua teks di atas masing-masing dibentuk oleh empat larik. Dua larik pertama merupakan 

sampiran dan dua bait terakhir merupakan isi. 

Masing-masing bait juga berpola a-b-a-b.

a. Pantun 1 : … pedati (a)

     … kudanya (b)

     … laki-laki (a)

     … tak bisa (b)

b. Pantun 2 : … daun-daun (a)

     … cideramata (b)

     … berpantun (a)

     … menerima (b)

Pantun 141

c. Pantun 3 : … angin (a)

     … luka (b)

     … mungkin (a)

     … langka (b)

Adapun suku kata untuk setiap lariknya cukup bervariasi, namun tetap berada di antara 

kisaran 8-12. Yang terpendek suku katanya ada pada larik Baik untuk obat luka. Sementara 

itu, yang terpanjang ada pada larik ada pada larik Kalau cintaku kau mau menerima.

C Perbandingan Teks Pantun

1. Teks Pantun dengan Teks Pantun Lainnya

Perhatikan kembali keempat bait pantun pada awal bab ini. berdasar  struktur dan 

kaidahnya, keempat bait pantun itu memiliki kesamaan. Jumlah larik untuk setiap baitnya 

juga sama, pola rima akhirnya; begitu pun dengan bagian-bagian sampiran dan isinya.

Namun, apabila kita menelaah isinya, tampaklah perbedaan pada contoh-contoh pantun 

ini . Perbedaan yang paling tampak terutama antara pantun a-b dengan pantun c-d. 

a. Pantun a-b sama-sama berisi saran atau nasihat. Dengan demikian, pantun semacam itu 

disebut dengan pantun nasihat.

b. Pantun c-d sama-sama berisi lelucon atau guyonan. Dengan demikian, pantun semacam 

itu disebut dengan pantun jenaka.

berdasar  temanya, memang pantun bisa dibedakan ke dalam beberapa macam. Selain 

yang disebutkan di atas, ada juga pantun sindiran, pantun kasih-kasihan ataupun pantun 

asmara, dan pantun teka-teki. berdasar  kelompok umur yang memakainya, pantun dapat 

dikelompokkan ke dalam pantun anak-anak, remaja, dan pantun dewasa.

a. Pantun anak-anak berisi cerita ataupun pesan-pesan yang berkenaan dengan kehidupan 

anak-anak, seperti pentingnya persahabatan, belajar, permainan.

b. Pantun remaja berisi tentang percintaan ataupun persahabatan, ataupun petualangan.

c. Pantun dewasa berisi tentang kehidupan keluarga, pekerjaan, ataupun kemasyarakatan.

Perhatikan pula teks berikut.

a. Gendang gendut, tali kecapi

 Kenyang perut, senanglah hati

b. Pinggan tak retak, nasi tak ingin

 Tuan tak hendak, kami tak ingin

Kedua contoh puisi di atas dinamakan dengan pantun kilat atau karmina. Adapun yang 

dimaksud dengan pantun kilat adalah pantun yang terdiri atas dua baris: baris pertama 

merupakan sampiran dan baris kedua isinya.

Selain itu, ada yang disebut dengan pantun berkait, pantun berantai, atau seloka. Pantun 

berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait. Pantun ini terdiri atas beberapa bait 

yang sambung-menyambung. Hubungannya sebagai berikut: Baris kedua dan keempat pada 

bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikianlah 

pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.

-- 142

Contoh pantun berkait:

a. Sarang garuda di pohon beringin

 Buah kemuning di dalam puan

 Sepucuk surat dilayangkan angin

 Putih kuning sambutlah Tuari

 Buah kemuning di dalam puari

 Dibawa dari Indragiri

 Putih kuning sambutlah Tuan

 Sambutlah dengan si tangan kiri

b. Seganda gugur di halaman

 Daun melayang masuk kulah

 Dengan adinda minta berkenalan

 Rindunya bukan ulah-ulah

 Daun melayang masuk kulah

 Batang berangan di tepi paya

 Rindunya bukan ulah-ulah

 Jangan tuan tidak percaya

Perhatikan juga teks di bawah ini.

    Aku

Kalau sampai waktuku

Kumau tak seorang ‘kan merayu

Tidak juga kau

Tak perlu sedu-sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

      (Chairil Anwar)

Teks berjudul “Aku” di atas juga berkategori puisi, sebagaimana halnya pantun. Namun, 

apabila dilihat dari struktur dan kaidahnya, puisi ini  memiliki beberapa perbedaan. 

Secara keseluruhan, puisi ini  menggambarkan sosok “aku” yang penuh pemberontakan. 

Ia ingin terbebas dari belenggu apa pun, risiko yang mungkin terjadi pada dirinya. Puisi 

menggambarkan keindividualismean penyairnya. Dengan puisi ini , penyair ingin 

menyatakan kebebasan pribadi yang sebebas-bebasnya, tanpa terganggu oleh peraturan 

kelompoknya, meskipun risiko besar harus ditanggungnya.

Pantun 143

Puisi berbeda dengan pantun dalam hal strukturnya yang tidak memiliki keteraturan. 

Puisi itu tidak terpenggal ke dalam bait-bait. Larik-lariknya pun tidak beraturan. Ada yang 

terdiri atas banyak kata. Namun, ada pula yang lariknya itu dibentuk oleh satu kata. Pola 

rima puisi itu pun tampak tidak beraturan. Akan tetapi, bukan berarti penyairnya tidak begitu 

pandai memilih kata-kata. Puisi itu justru memiliki hubungan kata yang satu dengan yang 

lainnya begitu padu dan harmonis. Perhatikan misalnya, paduan-paduan kata berikut.

kalau - waktuku

kumau - merayu

perlu – sedu-sedan

merandang – menerjang

luka – bisa

pedih – peri 

Ketepatan pilihan kata dalam puisi itu tidak hanya berkaitan dengan bentuk, tetapi juga 

dengan isi ataupun makna. Dari segi isi, kata-kata yang terpilih betul-betul mendalam. Kata-

kata itu bisa mengekspresikan perasaan penyairnya dengan tajam dan bernas. Kata-kata aku 

binatang jalang dan “Aku mau hidup seribu tahun lagi”, misalnya, merupakan kata yang 

fenomenal dan seolah-olah hanya Chairil Anwar yang berhak memilikinya.

Namun, strukturnya itu tidak seperti halnya dalam pantun. Aspek persajakan tetap 

diperhatikan dalam puisi ini . Penyair begitu pandai memainkan kata-kata sehingga 

keharmonisan hubungan antarkatanya tetap terjalin dengan baik. Hal ini seperti yang 

dicontohkan pada keenam pasangan kata di atas.

2. Teks Pantun dengan Jenis Puisi Lainnya

Pantun merupakan salah satu jenis puisi. Di samping itu, masih ada  jenis puisi 

lainnya, yakni syair dan gurindam.

a. Syair

Bacalah puisi di bawah ini dengan cermat!  

Diriku lemah anggotaku layu

Rasakan cinta bertalu-talu

Kalau begini datangnya selalu

Tentulah kakanda berpulang dahulu

Kakanda rindu di kalbu

Mohon adik jangan lupakan daku

Apa pun yang adik mau

Tentulah kanda memenuhi selalu 

Kedua bait puisi di atas disebut dengan syair. Syair memiliki beberapa karakteristik 

yang sama dengan pantun, yakni sama-sama terikat oleh ketentuan-ketentuan baku, 

baik itu dalam hal jumlah larik, suku kata, ataupun rima akhirnya. Bedanya syair tidak 

memiliki sampiran. Perbedaan lain, rima akhir syair berpola a-a-a-a.

-- 144

b. Gurindam

Bacalah kedua bait puisi di bawah ini dengan cermat. Perhatikan pula bentuk dan 

isinya.

1) Mengumpat dan memuji hendaklah pikir

 Di situlah banyak orang tergelincir

2) Barang siapa meninggalkan sembahyang

 Seperti rumah tak bertiang

Kedua bait puisi di atas dinamakan dengan gurindam. Bentuk dan isi gurindam 

berbeda dengan pantun dan syair. Dari segi bentuk, gurindam hanya terdiri atas dua 

larik dan berima akhir a-a. Sementara itu, dari segi isi, gurindam mengandung petuah 

ajakan.

Perhatikan pula contoh-contoh gurindam lainnya di bawah ini.

1) Jadilah orang iman dan bertaqwa

 Agar hidup selamat dan bahagia

2) Jika senantiasa menghargai sesama

 Tentulah sahabat banyak di mana-mana

3) Berbaiklah kepada orang tua Anda

 Niscaya hidupmu akan berkah dan bahagia

•  2 buah • 8–12 per larik

• Berpola a-a

• Mengandung sebab, 

dugaan-dugaan

• Nasihat, ajaran 

keagamaan

Jumlah 

larik

Rima  

akhir

Jumlah 

suku 

kata

Isi

Pantun 145

D Menulis Pantun

Untuk menulis pantun dengan baik, kita terlebih dahulu harus memahami struktur/kaidahnya 

sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. Setelah itu, kita menentukan tema serta 

pernyataan-pernyataan yang akan dipantunkan.

Misalnya, temanya tentang pentingnya persahabatan. Kemudian, tentu kanlah dua larik yang 

mengandung makna persahabatan. Berikut contohnya.

….

….

Dua orang bersahabat sejati

saat  susah pun saling sayang

Dua larik di atas merupakan isi pantun. Keduanya telah memenuhi syarat jumlah suku kata, 

yakni tidak kurang dari 8 suku kata dan tidak melebihi 12 suku kata. Rima akhirnya pun berpola 

a-b.

Selanjutnya, menentukan sampiran yang memiliki pola rima yang selaras dengan kedua larik 

isi ini . Misalnya, sebagai berikut.

Gula-gula disobek pakai belati 

Kebuka juga di sarang elang 

Dua orang bersahabat sejati

saat  susah pun saling sayang

Berikut contoh lainnya.

Tema Isi Sampiran

a.   Keagamaan Tuhan itu serba agung Tuas itu bisa tersambung

Kita makhluk tak berdaya kalau banyak talinya

b.   Hukum Korupsi tetap subur Kotak itu dikubur

Kalau uang jadi dewa wadahnya benih selada 

c.   Pergaulan Bisalah banyak kawan Di kota saja banyak sedan

Kalau dalam diri tidak saling iri Ke danau tidak perlu berlari

Selain kesesuaian tema ataupun isi dengan sampirannya, aspek penting yang harus diperhatikan 

adalah struktur dan ketepatan bahasanya dengan kaidah yang baku.

1. Perhatikan jumlah larik setiap baitnya, jumlah suku kata pada setiap lariknya, rima akhir, serta 

sampiran dan isinya. Apakah aspek-aspek itu sudah sesuai dengan struktur baku pantun?

2. Perhatikan kaidah bahasanya, keefektifan kalimat, kebakuan pilihan katanya, serta ketepatan 

ejaan dan tanda bacanya!

-- 146

Berikut contoh pantun.

Dari Vatikan ke Tanjung Karang

Singgah sebentar di kota Padang

Nantikan abang untuk datang

Meminang adik seorang.

Secara struktur, pantun di atas sudah benar. Hanya ada satu kesalahan dalam penulisan 

hurufnya, yakni pada kata kota. Kata itu harusnya diawali huruf kapital karena diikuti nama 

tempat. Dengan demikian, penulisan yang benar adalah Kota Padang.

Perhatikan pula pantun di bawah ini.

Ada apa diramalan cuaca

Hujan geledek deras tak terkira

Ada siapa di balik kaca

Sudah jelek, kok, masih bergaya

ada  ketidaktepatan penulisan kata dalam pantun di atas, yakni pada kata diramalan. 

Penulisan di pada kata itu harusnya dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, yakni menjadi 

di ramalan. Satuan di dalam hal ini merupakan kata depan, seperti halnya ke atau dari; dan 

bukannya imbuhan.

Berikut contoh lainnya.

Ikan peda campur bawang

Dimakan sambil duduk

Daripada berkasih sayang

Lebih baik bersahabatan

Rima akhir pantun di atas tidaklah sesuai, yakni antara rima akhir larik ketiga dengan yang 

keempat. Yang satu bersuku kata akhir –uk dan yang satunya lagi –an. Oleh karena itu, kata akhir 

pada sampiran larik keduanya itu harus diubah, misalnya dengan berloncatan. Dengan demikian, 

pantun hasil perbaikannya menjadi seperti berikut.

Ikan peda campur bawang

Dimakan sambil berloncatan

Daripada berkasih sayang

Lebih baik bersahabatan

Pantun 147

Soal-soal Latihan

Pilihlah jawaban yang paling benar!

1. Ada layar putih kemilau

Menuju ke pualu bernyiur hijau

Ada debar kasih menghimbau

Ke hari lampau di sebuah dangau

 Puisi di atas berbentuk ....

A. pantun

B. karmina

C. syair

D. talibun

E. puisi lama

2. Puisi berikut ini yang termasuk pantun adalah ....

A. Oh, Tuhan

 Biar aku menjadi embunmu

 Memancarkan terangmu

 Sampai aku lenyap olehnya

 B. Anak nelayan menangkap pari,

 Sampan karam melanggar karang

 Amatlah malang nasibku ini,

 Ayah tiada ibu pun berpulang

 C. Perteguh jua alat perahumu

 Hasilkan bekal air dan kayu

 Dayung pengasuh taruh di situ

 Supaya laju perahumu itu

 D. Baik ditanam batang padi

 Jauhkan tampang anak pisang

 Halau sapi dalam rimba

 Adakah penyayang orang ini

 E. Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral

 Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal

 Jiwa begitu murni, terlalu murni

 Untuk bisa membagi dukaku

3. Ada mendung tergantung tebal

Di ujung selatan di batas tapal

Ada untung sudah diramal

Di ujung penghabisan: selamat tinggal

-- 148

 Karakteristik puisi ini  adalah ….

A. memiliki sampiran dan isi

B. berpola a-b-a-b

C. berbentuk bait

D. mengandung larik

E. suku kata berjumlah 8-12

4. 1.  rima a-a-a-a

2.  terdiri atas 4 baris

3.  bersajak a-b-a-b

4.  tidak memiliki sampiran

5.  memiliki sampiran dan isi

 Yang merupakan ciri-ciri pantun adalah ....

A. 1, 2, dan 3 

B. 2, 3, dan 4 

C. 1, 2, dan 5

D. 2, 3, dan 5

E. 3, 4, dan 5

5. Air kemiri berbalut katun 

Masaklah daun agar mudah dimakan

Mari kita berbalas pantun

Berbalas pantun itu mengasyikkan, kawan

 Kata berbalut dapat diganti dengan ….

A. dibilas     

B. dijual   

C.  digodok

D.  diberi ragi

E.  disertai

6. Kalau ada kembang yang baru

Bunga kenanga dikupas jangan

Kalau ada sahabat yang baru

Sahabat lama dibuang jangan

 Pantun di atas bertema ….

A. pertengkaran 

B. persahabatan 

C. percintaan

D. permainan

E. petualangan

Pantun 149

7. Taruhlah puan di atas pati

Benang sutra dilipat jangan

Kalu tuan bijak bestari

Binatang apa susu delapan

 Kata yang menunjukkan bahwa pantun di atas berkategori teka-teki adalah ….

A. taruhlah 

B. puan 

C. dilipat

D. jangan

E. apa

8.  Gendang gendut, tali kecapi

Kenyang perut, senanglah hati

 Bait puisi di atas dikategorikan sebagai ….

A. karmina 

B. talibun 

C. seloka

D. syair

E. mantra

9. Susah juga naik pedati

halau saja anak kudanya

Tak usah bangga jadi laki-laki

kalau berpantun kau tak bisa

 berdasar  temanya, pantun ini  dikelompokkan ke dalam jenis pantun ….

A. keagamaan

B. nasihat

C. teka-teki

D. gurauan

E. anak-anak

10. Makan jagung di pinggir telaga

Telaga tua banyak setannya

Jangan bingung mikirkan saya

Karena saya tidak apa-apa

 Pantun di atas menyatakan bahwa ….

A. kita harus jauh dari telaga

B. bertanam jagung itu baik

C. perbuatan setan harus kita jauhi

D. harus saling percaya dalam persahabatan

E. saya dalam keadaan baik-baik, tidak perlu dikhawatirkan 

-- 150

11. Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Bersakit-sakit dahulu

Bersenang-senang kemudian

 Kalimat yang menjelaskan pantun di atas adalah ….

A. hendaknya memakai rakit kalau berenang

B. perlu usaha keras untuk meraih kesuksesan

C. orang sakit tentu akan memperoleh kesenangan

D. hidup senang biasanya diawali oleh rasa sakit

E. harus tetap sehat untuk bisa bekerja keras dan hidup bahagia

12. Pari (1) hilang di tengah lautan

Letih mencari jalan ke luar (2)

Dari pada (3) kita pacaran (4)

Lebih baik kita belajar (5)

 Penulisan kata yang tidak baku ditandai dengan nomor ….

A. (1) dan (2)

B. (2) dan (3)

C. (2) dan (4)

D. (3) dan (4)

E. (4) dan (5)

13. Duduk-duduk makan tupat

Makannya di atas meja

Kalo tangan yang berat

Namanya malas bekerja

 Kata dalam pantun di atas harus diperbaiki karena tidak baku. Kata yang dimaksud adalah 

….

A. duduk dan tupat 

B. makannya dan di atas

C. kalo dan tupat

D. namanya dan malas

E. kalo dan malas

14. Gula-gula disobek pakai belati 

Kebuka juga di sarang elang 

Dua orang bersahabat sejati

saat  susah pun saling sayang

 Maksud pantun di atas adalah ….

A. Perlu saling sayang saat  sedang susah

B. Kesusahan merupakan bukti saling menyayangi

C. Persahabatan sejati tetap saling menyayangi walaupun dalam keadaan susah

D. Persahabatan perlu dijalani dengan tulus atas rasa cinta dan kasih sayang

E. Kasih sayang perlu tetap dijalin di antara sesama manusia

Pantun 151

15.  Ada apa diramalan cuaca

Hujan geledek deras tak terkira

Ada siapa di balik kaca

Sudah jelek, kok, masih bergaya

 Penulisan kata depan yang salah dalam pantun di atas adalah ….

A. diramalan

B. di balik

C. tak terkira

D. ada siapa

E. kok masih bergaya

16. Ikan peda campur bawang

Dimakan sambil berloncatan

Daripada berkasih sayang

Lebih baik bersahabatan

 Kata berloncatan dalam pantun di atas dapat diganti dengan ….

A. lompat tinggi

B. beterbangan

C. menari-nari

D. bersenda gurau

E. syukuran

17. Lengan hewan adanya jari

telungkup saja dekat jelaga

Dengan kawan janganlah iri

….

 Bait pantun di atas harus dilengkapi dengan larik ….

A. hidup bersama lebih bahagia

B. bila kita iri hidup tidak mandiri

C. jauhkan dari sikap saling membenci

D. kebahagiaan merupakan dambaan semua

E. iri akan menimbulkan dosa-dosa

18. Baik ditanam batang padi,

Jauhkan tampung anak pisang,

Halaukan sapi dalam rimba.

Adakah penyayang orang sini,

Bawa penumpang anak dagang.

...

 Kalimat yang tepat untuk melengkapi talibun di atas adalah ....

A. kenyang perut, senang hati

B. ke akhirat jua kelak hidupmu

C. dayung pengayuh taruh di situ

D. kalau nanti membalas guna

E. biar bersama akhirnya susah juga

-- 152

19. (1) Jalan-jalan ke pasar Lempuyang

(2)  ...

(3)  Jika ingin selalu sayang 

(4)  ...

 Larik yang tepat untuk melengkapi pantun ini  adalah ....

A.  (2) Jangan lupa bawa keranjang

 (4) Rajin mengaji dan sembahyang 

B.  (2)  Membeli kain barang sehelai

 (4)  Salat mengaji janganlah lalai 

C.  (2)  Jangan lupa membeli nanas

 (4)  Salat mengaji janganlah lalai 

D.  (2)  Jangan lupa bawa keranjang 

 (4)  Salat mengaji janganlah lalai

E. (2)  Membeli seroja dan gula-gula

 (4)  Lakukan sembahyang jangan lalai

20. Kemumu di dalam semak

Jauh melayang selaranya

....

....

 Isi yang paling sesuai dengan sampiran pantun di atas adalah ....

A. Meski ilmu setinggi langit

 Tidak sembahyang apa gunanya 

B. Meski ilmu tinggi tegak

 Tidak sembahyang apa gunanya 

C. Meskipun ilmu sangat tinggi

 Tidak sembahyang apa gunanya 

D. Meski ilmu tinggi tegak

 Semuanya tiada berguna

E. Ilmu itu akan berguna

 Kalau kita rajin bersembahyang

Cerita Ulang 153

A Pengertian Cerita Ulang

Perhatikanlah teks berikut.

Mohammad Natsir

Ia dikenal sebagai negarawan ataupun tokoh pergerakan nasional pada saat sebelum dan 

sesudah Indonesia merdeka. Ia merupakan tokoh Indonesia yang paling sederhana sepanjang masa. 

Sepanjang hidupnya, Mohammad Natsir dikenal tidak mempunyai pakaian bagus, jasnya pun 

banyak tambalan. Dia dikenang sebagai menteri yang tidak mempunyai rumah serta menampik 

diberi hadiah mobil. Mohammad Natsir menampik mobil Chevrolet Impala walaupun sebenarnya 

di tempat tinggalnya ia cuma mempunyai mobil tua merk De Soto. 

Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra 

Barat tepatnya pada tanggal 17 Juli 1908. Ia merupakan anak dari pasangan Mohammad Idris 

Sutan Saripado serta Khadijah. Mohammad Natsir mempunyai tiga orang saudara kandung, yang 

bernama Yukinan, Rubiah, serta Yohanusun. Jabatan ayahnya yaitu pegawai pemerintahan di 

Alahan Panjang, sedang kakeknya adalah seorang ulama. Ia nantinya akan menjadi pemangku 

kebiasaan atau adat untuk kaumnya yang berasal Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar 

Datuk Sinaro nan Panjang. Natsir mulai mengenyam pendidikan selama dua tahun di Sekolah 

Rakyat Maninjau, kemudian ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Padang.

Selama beberapa bulan bersekolah di sana ia kemudian pindah ke Solok dan dititipkan di 

rumah saudagar yang bernama Haji Musa. Tak hanya belajar di HIS di Solok pada siang hari, 

ia juga belajar pengetahuan agama Islam di Madrasah Diniyah saat malam hari. Ia kemudian 

pindah setelah tiga tahun ke HIS di Padang bersama-sama kakaknya. Kemudian tahun 1923, 

ia meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) lalu kemudian ia 

pun bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische 

Pavinderij serta Jong Islamieten Bond. Sesudah lulus dari MULO, ia selanjutnya pindah ke 

Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) sampai tamat pada tahun 1930. 

Pada 20 Oktober 1934, Natsir menikah dengan Nurnahar di Bandung. Dari pernikahan itu, 

Natsir dikaruniai enam anak. Natsir juga diketahui banyak menguasai bahasa asing, seperti Inggris, 

Belanda, Perancis, Jerman, Arab, serta Spanyol. Natsir juga mempunyai kesamaan hobi serta 

mempunyai kedekatan dengan Douwes Dekker, yaitu bermain musik. Natsir sangat menyukai 

memainkan biola serta Dekker yang menyukai bermain gitar. Mohammad Natsir juga kerap 

bicara dengan memakai  bahasa Belanda dengan Dekker serta kerap mengulas musik sekelas 

Ludwig van Beethoven serta novel sekelas Boris Leonidovich Pasternak, novelis kenamaan Rusia 

pada saat itu.

VIII Cerita Ulang

-- 154

Pada tahun 1938, ia kemudian bergabung dengan Partai Islam Indonesia, serta diangkat menjadi 

pimpinan untuk cabang Bandung dari tahun 1940 hingga 1942. Sesudah proklamasi kemerdekaan 

Indonesia, ia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Sebelum diangkat 

sebagai perdana menteri, sebelumnya Mohammad Natsir menjabat sebagai menteri penerangan.

Pada tanggal 3 April 1950, ia mengajukan Mosi Integral Natsir dalam sidang pleno parlemen. 

Mohammad Hatta yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pada waktu itu mendorong 

keseluruhan pihak untuk berjuang dengan tertib dan sangat merasa terbantu dengan adanya mosi 

ini. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam negara kesatuan Republik Indonesia 

yang pada mulanya berupa serikat hingga kemudian Mohammad Natsir diangkat sebagai perdana 

menteri oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1950. Mohammad Natsir kemudian mengkritik 

Soekarno bahwasannya dia kurang mencermati kesejahteraan di luar Pulau Jawa. Lantaran kritiknya 

ini yang dilancarkan kepada Soekarno hingga akhirnya Mohammad Natsir mengundurkan diri.

Pemerintah Indonesia waktu itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno ataupun Soeharto, keduanya 

sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemberontak serta pembangkang, dari tudingan 

itu membuatnya dipenjara.

Oleh negara-negara lain, Natsir benar-benar dihormati serta dihargai, penghargaan yang 

dianugerahkan kepadanya pun amat banyak. Mohammad Natsir diakui oleh Dunia Islam sebagai 

pahlawan lintas bangsa serta negara. Bruce Lawrence mengatakan bahwasannya Natsir adalah 

politisi yang paling menonjol yang membantu pembaruan Islam. Pada tahun 1957, Mohammad 

Natsir menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas 

jasanya menolong perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Penghargaan internasional 

yang lain yakni Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada di tahun 1980, serta penghargaan dari 

sebagian ulama serta pemikir populer seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi serta Abul A’la 

Maududi. Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab 

Saudi lewat Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia memperoleh gelar doktor kehormatan 

dalam bidang politik Islam dari Kampus Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991, 

ia kemudian memperoleh dua gelar kehormatan, yakni dalam bidang sastra dari Universitas 

Kebangsaan Malaysia serta dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia. 

Mohammad Natsir wafat pada 6 Februari 1993 di Jakarta, serta dimakamkan satu hari 

kemudian. Pada masa pemerintahan B. J. Habibie, Natsir diberi penghargaan Bintang Republik 

Indonesia Adipradana. 

Itulah artikel mengenai biografi Mohammad Natsir yang dikenal sebagai pahlawan bangsa 

Indonesia dan juga tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Semoga biografi ini bisa 

bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pembaca.

(Sumber: Biografi Tokoh Dunia dengan beberapa penyesuaian)

Teks itulah yang dimaksud dengan cerita ulang (recount), yakni teks yang menceritakan 

kembali kejadian atau pengalaman masa lampau. Cerita ulang dapat disampaikan berdasar  

pengalaman langsung penutur atau penulisnya. Akan tetapi, cerita ulang dapat pula berdasar  

imajinasi atau di luar penyampainya itu. Oleh karena itulah, cerita ulang dapat diklasifikasikan 

menjadi empat macam, yakni sebagai berikut.

1. Pengalaman pribadi (personal recount), yakni teks yang mengisahkan kembali kejadian yang 

dialami penulisnya secara langsung. Misalnya, berupa kisah perjalanan, kejadian-kejadian 

waktu berlibur, peristiwa-peristiwa unik semasa sekolah.

2. Cerita ulang faktual (factual recount), yakni teks yang mengisahkan kembali kejadian masa 

lalu yang disaksikan sendiri ataupun dialami orang lain. Misalnya, peristiwa kecelakaan lalu 

Cerita Ulang 155

lintas, peristiwa-peristiwa alam, kisah hidup seorang tokoh. Oleh karena itu, berita koran, kilas 

balik peristiwa tahunan, dan biografi dapat pula digolongkan ke dalam teks cerita ulang.

3. Cerita ulang imajinatif (imaginative recount), yakni teks yang mengisahkan peristiwa-

peristiwa yang bersifat khayalan, namun sering kali peristiwa itu dianggap ada atau benar-

benar terjadi. Karena bersifat melegenda, kisah itu terus diceritakan kembali secara turun-

temurun dari generasi ke generasi. Teks yang termasuk jenis ini adalah dongeng, legenda, 

dan cerita-cerita rakyat lainnya.

4. Cerita ulang prosedur (procedural recount), yakni teks yang menceritakan latar belakang 

atau asal usul terjadinya suatu kejadian di masa lalu. Teks semacam ini biasanya dipakai di 

dalam pengadilan dalam rangka memperjelas kasus ataupun alat bukti perkara.

Adapun contoh di atas berkategori biografi (factual recount), di dalamnya menceritakan 

ketokohan Mohammad Natsir, sejak kelahirannya, masa-masa perjuangannya, sampai ia 

meninggal. Peristiwa-peristiwa itu diceritakan oleh orang ketiga berdasar  fakta-fakta yang 

diperolehnya dari berbagai referensi.

B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Cerita Ulang

1. Fungsi Cerita Ulang

Sesuatu itu terus-menerus diperdengarkan, ditayangkan, ataupun dibaca karena 

kebermanfaatannya sangat dirasakan banyak orang. Demikian halnya dengan cerita ulang, 

teks itu terus-menerus disampaikan orang karena manfaat dari kisahnya itu yang memberi  

inspirasi, semangat, ataupun pelajaran hidup bagi yang mendengar atau pembacanya. Misalnya 

dari teks “Mohammad Natsir” di atas, pembacanya bisa memperoleh sejumlah keteladanan 

yang bisa diterapkan di dalam kehidupannya sendiri.

Hal itu tidak terkecuali dengan cerita ulang imajinatif, seperti cerita rakyat, di dalamnya 

juga banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik, termasuk nilai-nilai hiburan yang bisa 

dinikmati pendengar ataupun pembacanya. Cerita ulang  berbentuk cerita rakyat tidak bisa 

lepas dari pengaruh budaya atau kebiasaan masyarakatnya. Misalnya, sebuah cerita yang 

menggambarkan kepatuhan masyarakat kepada raja atau pimpinannya. Dengan demikian, 

budaya yang bersistem kerajaan ataupun feodal yang berlaku pada masyarakatnya 

berpengaruh pada cerita itu. Mungkin pula pengaruh itu dari sistem keagamaan, politik, 

ataupun ekonominya.

Perhatikan cuplikan cerita rakyat di bawah ini.

Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang bernama Limbat.

Hampir semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh 

Limbat. Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak 

berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya memuncak saat  

Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging persediaan mereka di rumah sudah 

hilang dicuri orang.

Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki langsung menuduh pelayannya itu yang mencuri 

daging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat terkejut. Tidak pernah diduga 

majikannya akan tega menuduh dirinya sebagai pencuri.

-- 156

Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa bukan dia yang 

mencuri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan tombaknya ke dalam sebuah kolam. 

Bersamaan dengan itu Si Limbat disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu 

keluar dari kolam berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari 

kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri.

Di dalam cuplikan di atas tergambar mata pencaharian kehidupan masyarakatnya yang 

masih mengenal pekerjaan berburu.Tergambar pula pola pikir masyarakat yang percaya 

pada kesaktian atau tuah benda-benda tertentu.

Cermati pula cuplikan cerita rakyat berikut!

Pada suatu hari, permaisuri dari raja ini  meninggal dunia. Sejak saat itu raja 

menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak dapat lagi 

memerintah dengan baik. Pada saat yang sama, keadaan kesehatan raja ini pun makin 

menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna menghibur 

hatinya.

Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua 

anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi keinginan 

sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya ini  memerintah kerajaan. 

Namun sayangnya muncul persoalan mendasar baru.

Sistem politik yang bersifat feodal atau bersistem kerajaan menjadi latar belakang 

lahirnya cerita di atas. Sistem pemerintahan yang dimiliki oleh suatu keluarga dan bersifat 

turun-temurun merupakan bagian dari kehidupan mereka. Masyarakat pemilik cerita itu 

berpandangan pula bahwa pemimpin itu tetap harus memerintah dengan baik dan harus sehat. 

Kalau tidak demikian, ia harus menyerahkan kekuasaannya kepada keturunannya.

Di samping itu, dikenal pula nilai keteladanan, yakni suatu kebaikan yang ditunjukkan 

seorang tokoh melalui sikap, perkataan, dan perbuatan. Hal itu akan tampak dari respons 

seorang tokoh terhadap suatu peristiwa ataupun konflik. 

Suatu cerita rakyat banyak menyajikan peristiwa imajinatif ataupun keanehan-keanehan 

yang tidak bisa diterima akal sehat. Peristiwa-peristiwa itu tidak mungkin terjadi di tengah-

tengah kehidupan kita. Akan tetapi, perilaku para tokohnya bisa saja terjadi dalam kehidupan 

sehari-hari pada zaman sekarang. Misalnya, rasa iri yang timbul di antara anggota keluarga 

kerajaan, penghianatan yang dilakukan seorang murid kepada gurunya.Mungkin pula perilaku 

durhaka seorang anak pada orang sebagaimana yang terjadi dalam cerita Malinkundang.

Kejadian-kejadian seperti itu sering kali terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, walaupun merupakan warisan masa  lalu, cerita rakyat tetap memiliki 

makna bagi kehidupan masa sekarang. Cerita itu memiliki pesan-pesan dan keteladanan dari 

para tokohnya yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Seperti cerita Si Malinkundang, 

cerita itu berpesan agar kita selalu menghormati orang tua bagaimanapun keadannya. Baik 

itu dalam keadaan susah ataupun senang, tetap saja kita muliakan sampai kapan pun.

Pesan-pesan itu dapat kita peroleh dengan cara memaknai unsur penokohan. Dari situ 

pula kita mandapat gambar tentang karakter suatu tokoh, misalnya, pekerja keras, pemaaf, 

penyayang, penurut, pendendam. Karakter-karakter itu bisa digambarkan dengan bermacam-

macam, antara lain, sebagai berikut.

Cerita Ulang 157

a. Penyebutan Langsung

 Contoh: 

Raja adalah seorang yang tegas dan baik hati. Ia sering memberi  banyak hadiah 

kepada rakyatnya yang berprestasi dan menghukum rakyatnya yang bersalah.

b. Melalui perilaku dan budi bahasa tokoh ini 

Contoh:

Setiap bertemu dengan orang, sang putri selalu tersenyum dan menyapa. Tidak segan-

segan, ia memberi  makanan pada mereka walaupun seadanya. Pernah suatu hari 

ada anak yang memaki-makinya. Sang putri malah tersenyum dan segera memaafkan 

kesalahan anak itu.

c. Melalui pembicaraan tokoh lain

Contoh:

“Hati-hati kalau berbicara dengan raja,” ujar Patih “Raja mudah tersinggung. Apalagi 

sekarang kerajaannya sedang punya masalah. Lebih baik jangan menemuinya sekarang!”

d.  Melalui penggambaran tempat

Contoh:

Rumah Jaka Sembung sangat rapi. Perabotan rumah tertata apik. Di rumah itu 

sulit untuk menemukan sampah. Oleh karena itu, siapa pun yang berkunjung ke sana 

akan betah untuk tinggal berlama-lama.

Karakter tokoh akan semakin jelas apabila kita mengikuti alurnya dengan baik. Dari 

rangkaian cerita itulah, akan tampak perilaku ataupun sikap-sikap para tokohnya di dalam 

menghadapi konflik ataupun peristiwa-peristiwa yang ada di dalam cerita itu. Dari situ 

pula kita bisa memperoleh makna cerita berupa keteladanan yang bisa kita terapkan dalam 

kehidupan sehari-hari.

2. Struktur Teks Cerita Ulang

berdasar  fungsi ataupun tujuannya, cerita ulang dikategorikan sebagai teks narasi, 

yakni teks yang bertujuan untuk mengisahkan suatu peristiwa dengan senyata-nyatanya 

sehingga pembaca ataupun pendengarnya seolah-olah menyaksikan langsung peristiwa itu. 

Oleh karena itu, cerita ulang pada umumnya tersaji secara kronologis, mengikuti urutan 

waktu. Seperti halnya teks cerita pendek ataupun novel, di dalamnya terkandung penokohan, 

latar, dan alur kejadian.

Unsur-unsur utama narasi itu terangkai dalam struktur penyajian umumnya seperti 

berikut.

a. Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang kisah atau peristiwa 

yang akan diceritakan selanjutnya untuk membantu pendengar/pembaca. Informasi yang 

dimaksud berkenaan dengan ihwal siapa, kapan, di mana, dan mengapa.

b. Kejadian penting  (important event, record of events), berisi rangkaian peristiwa yag 

disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama 

yang dialami tokoh. Dalam bagian ini mungkin pula disertakan komentar-komentar 

pencerita pada beberapa bagiannya.

-- 158

c. Reorietasi, berisi komentar evaluatif atau pernyataan kesimpulan mengenai rangkaian 

peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin 

ada atau tidak ada di dalam suatu cerita ulang.

Orientasi

• Latar belakang peristiwa

• Pengenalan tokoh

• Penilaian

• Kesimpulan

• Rangkaian peristiwa,  

  disusun kronologis

Kejadian-kejadian  

penting

Reorientasi

Struktur Cerita Ulang

Berikut contohnya.

Teks Struktur Penjelasan

Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani 

al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota 

Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah 

dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Abu 

Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap 

sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu 

Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu 

Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota 

legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama 

Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain 

wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian 

membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas 

belajar berbagai ilmu pengetahuan.

Orientasi Pengenalan 

tokoh, 

menjawab 

pertanyaan 

Siapa tokoh?

Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang 

membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik 

dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-

sajaknya juga sarat dengan nilai spiritual, di samping cita 

rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra 

Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga 

belajar Alquran kepada Ya’qub al-Hadrami. Sementara itu, 

dalam ilmu hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, 

Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan 

Azhar bin Sa’ad as-Samman.

Peristiwa-

peristiwa 

penting

Kehidupan 

masa muda 

dan riwayat 

pendidikan 

tokoh

Cerita Ulang 159

Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah 

bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya 

dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah 

sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian 

membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di 

Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh 

Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-

orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus 

bahasa Arab. Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat 

peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan 

para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu 

Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun, 

karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-

puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja 

dan menjilat penguasa. 

Perjalanan tokoh 

sebagai penyair

Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu 

Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh 

canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh 

terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-

karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. 

Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah 

lucu dan tidak lazim.

Keistimewaan 

tokoh sebagai 

seorang penyair

Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian 

Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, 

Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi 

penyair istana (sya’irul bilad). Sikapnya yang jenaka 

menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. 

Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang 

tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah 

peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga 

pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, 

suatu saat  Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani 

Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja 

Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, 

ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana 

Menteri Barmak.

Kedekaatan 

tokoh dengan 

penguasa

Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak 

jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan 

menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul 

Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah 

Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin

Perjalanan, 

petualangan 

tokoh

-- 160

Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas 

berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat 

pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor 

dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan 

Allah. Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi 

diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru 

di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai 

ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai 

jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan 

Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam 

kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – 

tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri. Seorang 

sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi 

kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan 

kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. 

Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan 

ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya. 

Kehidupan 

tokoh di penjara

Mengenai tahun meninggalnya, banyak versi yang saling 

berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada 

pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara itu, 

yang lain menyebutkan tahun 198 H/813 M dan tahun 199 

H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya 

oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti 

– yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di 

Syunizi di jantung Kota Baghdad.

Akhir kehidupan 

tokoh

Berikut contoh analisis struktur lainnya untuk cerita ulang berbentuk cerita rakyat dengan 

judul “Senjata Pusaka Terampuh”.

Teks Struktur Penjelasan

Cerita rakyat Tengger ini bermula dari sepasang suami 

isteri bernama Ki Umah dan isteri serta anaknya bernama 

Joko Tengger. Kehidupan mereka bertiga cukup tenteram. 

Joko Tengger seorang pemuda yang baik hati, ramah dan 

suka menolong orang lain. Pada suatu saat Joko Tengger 

disuruh menjual hasil ladang ayahnya ke kota. Kekuatan 

badannya sungguh luar biasa, dia dapat membawa 

seluruh hasil panennya dengan selaras batang cemara. 

Keistimewaan dan kekuatan badan Joko Tengger sampai 

terdengar pada Sri Sultan di Ker tasura. Raja memberi 

perintah memanggil Joko Tengger agar menghadap. Sri 

Sultan ingin membuktikan kekuatan yang dimiliki Joko 

Tengger. Joko Tengger akhirnya mengabdi di kerajaan 

Kartasura.

Orientasi Pengenalan 

sosok Joko 

Tengger, latar 

belakang 

kehidupan, 

hingga bertemu 

dengan raja, 

secara garis 

besar

Cerita Ulang 161

Cerita rakyat Tengger ini bermula dari sepasang suami 

isteri bernama Ki Umah dan isteri serta anaknya bernama 

Joko Tengger. Kehidupan mereka bertiga cukup tenteram. 

Joko Tengger seorang pemuda yang baik hati, ramah dan 

suka menolong orang lain. Pada suatu saat Joko Tengger 

disuruh menjual hasil ladang ayahnya ke kota. Kekuatan 

badannya sungguh luar biasa, dia dapat membawa 

seluruh hasil panennya dengan selaras batang cemara. 

Keistimewaan dan kekuatan badan Joko Tengger sampai 

terdengar pada Sri Sultan di Ker tasura. Raja memberi 

perintah memanggil Joko Tengger agar menghadap. Sri 

Sultan ingin membuktikan kekuatan yang dimiliki Joko 

Tengger. Joko Tengger akhirnya mengabdi di kerajaan 

Kartasura.

Peristiwa-

peristiwa 

penting

Raja tertarik 

pada 

kesitimewaan 

Joko Tengger

Pada suatu hari Sri Sultan bertanya kepada Joko 

Tengger, “Joko Tengger, senjata apakah yang kau miliki?” 

Joko Tengger berkata penuh hormat, “Ampun Sri 

Sultan, hamba tak memi liki senjata apa pun karena orang 

tua hamba tak pernah mewariskan kepada hamba.” 

Bersabdalah Sri Sultan, “Sayang sekali, engkau tak 

memiliki senjata, padahal senjata itu perlu bagi dirimu 

sebagai seorang prajurit, Joko Tengger.” 

Berkata Joko Tengger, “Sri Sultan, mungkin orang tua 

hamba belum sempat mewaris kan kepada hamba. Apabila 

Sri Sultan memper kenan kan, hamba akan pulang untuk 

menanya kannya.” 

Bersabdalah Sri Sultan, “Baiklah coba tanyakan hal 

itu kepada orang tuamu dan selekasnya engkau kembali.

Raja meminta 

senjata ampuh 

pada Joko 

Tegger

Hari itu juga Joko Tengger kembali ke rumah akan 

menanyakan senjata kepada ayahnya. Perjalanan antara 

Kartasura dan Tengger seharusnya ditem puh dalam waktu 

beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, namun karena 

kesaktiannya Joko Tengger dapat dengan cepat sampai di 

rumah, gembiralah hati kedua orang tuanya. 

Joko Tengger bertanya kepada ayahnya, “Ayah Sri 

Sultan menanyakan senjata pemberian ayah. Adakah 

senjata itu untukku.” 

Mendengar pertanyaan anaknya itu, hati ayah menjadi 

sedih karena me mang tidak ada satu pun senjata pusaka 

yang akan diwariskan kepada anaknya. Dijawabnya 

pertanyaan ini : “Tengger, anakku, ketahuilah olehmu 

bahwa sebenarnya senjatamu yang sangat ampuh adalah 

Ayah dan Ibumu sendiri.”

Joko Tengger 

meminta 

senjata ampuh 

kepada kedua 

orangtuanya

-- 162

Mendengar ucapan ayahnya itu, Joko Tengger menjadi 

gembira dan senang karena kedua orang tuanya akan 

dibawanya menghadap raja. 

“Kalau begitu, sekarang ayah dan ibu ikut aku 

menghadap baginda karena beliau sangat ingin melihat 

senjata milikku,” kata Joko Tengger gembira.

Tetapi bagi kedua orang tuanya, hal ini , 

merupakan petir di siang bo long. Sebab, maksud ayahnya 

tadi berkata dalam kiasan. Apa yang dikehendaki anaknya 

terpaksa diturutinya.

Hari berikutnya, ketiga anak beranak itu meninggalkan 

desanya, pergi ke kota. Sesampai di kerajaan, terjadilah 

suatu keajaiban karena orang tua Joko Tengger yaitu Ki 

Umah dan Ni Umah berubah bentuk menjadi meriam-

meriam ampuh. Joko Tengger terkejut dan sedih melihat 

kenyataan itu, namun ia harus segera menghadap Sri 

Sultan. 

Orang tua 

Joko Tengger 

berubah 

menjadi meriam

Ternyata senjata ini  sangat berguna untuk 

pertahanan Kerajaan Karta sura. Dalam beberapa kali 

peperangan terbukti meriam itu mampu memporak-

porandakan pertahanan musuh. Meriam-meriam itu 

dinamakan Kyai Setomo dan Nyai Setomi. Meriam Kyai 

Setomo sekarang berada di Taman Fatahillah- Jakarta dan 

dikenal dengan nama Kyai Jagur. Sementara itu, meriam 

Nyai Setomi hingga sekarang masih berada di Kartasura. 

Meriam 

Joko Tegger 

dipakai  utuk 

pertahanan 

Kerajaan 

Kartasura

Kejujuran Joko Tengger patut diteladani. Ia 

mempunyai kekuatan dan kesaktian luar biasa, namun 

tidak menyombongkannya. Bahkan, bersikap apa adanya. 

Reorientasi Komentar, 

evaluasi, 

tentang kebaikan 

Joko Tengger

3. Kaidah Teks Cerita Ulang

Dari segi kebahasaan, cerita ulang yang berupa cerita rakyat memiliki banyak kekhasan, 

yakni ditandai oleh kata-kata seperti berikut pada awal ceritanya:

a. Alkisah, diceritakan….

b. Menurut si empunya cerita….

c. Pada suatu hari….

d. Konon pada hari itu….

e. Dalam suatu hikayat, dikisahkan….

Kekhasan lainnya bahwa cerita rakyat  menyatakan latar belakang atau kondisi kehidupan 

dan budaya masyarakat tertentu. Seperti cerita “Arya Penangsang”, cerita itu hanya ada di 

tengah-tengah kehidupan masyarakat, Solo. Jawa Tengah. Hal ini  ditandai oleh nama 

tokoh, nama latar, dan budaya yang melatarbelakangi cerita itu. Meskipun demikian, secara 

tema mungkin saja cerita ini  memiliki kemiripan dengan cerita dari daerah lain.  

Cerita Ulang 163

Perhatikan kembali cuplikan cerita rakyat berikut.

Mereka menyadari kesalahan mereka, telah menyalahi tata hidup manusia, melanggar 

ketentuan Ilahi. Kemudian terjadilah suatu bencana dahsyat, hujan deras sekali bagaikan 

dicurahkan dari langit. Angin puting beliung melanda wilayah kediaman mereka sehingga 

mengakibatkan Tanjung Likei yang semula agak jauh menjorok ke laut, waktu itu putus 

terbagi menjadi dua bagian. Sebagian tinggal di Tagulandang disebut Tonggeng Napoto 

(tanjung yang terputus) dan yang lain menurut ceritera hanyut ke utara, hilang dari 

pandangan mata dan kini disebut Bowon Deke.

Rupanya musibah yang menimpa mereka belum cukup, keturunan mereka pun 

berwujud seekor ular yang panjangnya kurang lebih satu kaki. Hingga kini bila ular itu 

kedapatan dalam lemari atau pakaian yang terlipat dalam peti, diambillah manik-manik 

lalu diikat dengan merah kemudian dikalungkan pada lehernya, dan segeralah ular itu 

akan menghilang. Menurut cerita, ular itu ingin mengunjungi kaum kerabat Sampahauta 

bersaudara.

Pada akhir cerita, mereka berdua pindah ke sebuah gua di pantai Likei yang tidak jauh 

dari  Tonggeng Napoto, hingga akhir hidup mereka. Hingga kini tengkorak mereka masih 

ada dalam gua itu, disimpan dalam piring porselen Cina

ada  beberapa peristiwa imajinatif yang sulit diterima akal sehat di dalam cuplikan 

di atas, yakni sebagai berikut: 

a. bencana dahsyat yang terjadi tiba-tiba akibat kesalahan seseorang;

b. perubahan wujud makhluk hidup dari manusia menjadi ular.

Peristiwa-peristiwa semacam itulah yang sering kali menandai sebuah cerita rakyat 

Peristiwa-peristiwa bersifat imajinatif, yakni berupa keajaiban atau peristiwa yang tidak 

masuk akal. Peristiwa-peristiwa lain, misalnya, kemampuan orang untuk menghilang, 

binatang yang berperilaku seperti manusia, perubahan benda atau tempat yang asal-usulnya 

berupa manusia atau binatang.  

Cerita rakyat juga selalu memakai  sudut pandang orang ketiga yang serba tahu. 

Cerita itu selalu memakai  kata ganti ia atau mereka dengan juru cerita seolah-olah 

berperan sebagai dalang yang bisa menggerakkan jiwa raga tokoh-tokonya secara leluasa.

Dengan sajian contoh dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cerita ulang 

memiliki kaidah-kaidah sebagai berikut.

a. Stuktur cerita ulang berupa cerita rakyat atau cerita klasik. Sebagaimana ciri cerita pada 

umumnya, cerita itu dibentuk oleh unsur tema, amanat, alur, penokohan, latar. Namun, 

berbeda dengan cerita-cerita modern, dalam cerita rakyat tidak dikenal pengarangnya 

(anonim). Cerita itu selalu memakai  sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.

b. Kaidah cerita rakyat pada umumnya diawali oleh “kata-kata beku”, seperti alkisah, 

konon, dalam suatu hikayat. Di dalamnya juga banyak diwarnai oleh cerita-cerita 

imajinatif yang sulit diterima oleh akal sehat, di luar nalar.

Akan tetapi, cerita ulang yang bersifat faktual, kaidah-kaidah kebahasaannya memiliki 

banyak kesamaan dengan kaidah yang lazim ditemukan dalam narasi faktual lainnya. Kata-

kata baku tidak ditemukan di dalamnya. Berikut kaidah-kaidah lainnya yang menandai cerita 

ulang faktual.

-- 164

a. memakai  kata ganti orang pertama tunggal atau jamak jika cerita ulang itu berupa 

suatu pengalaman penceritanya. Kata-kata itu, misalnya, saya, aku, kami. memakai  

kata ia atau dia kalau cerita ulang itu berupa biografi yang berselang dengan menyebutkan 

nama tokoh yang diceritakannya itu.

b. Banyak memakai  kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa 

atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh. Contoh: memberi, memenjarakan, 

meninggalkan, melakukan, bermain.

c. Banyak memakai  kata deskriptif untuk memberi  informasi secara rinci tentang 

sifat-sifat tokoh. Kata-kata yang dimaksud, antara lain, adalah sederhana, bagus, tua, 

populer, penting. Kata-kata itu sering pula didahului oleh kopulatif adalah, merupakan.

d. Banyak memakai  kata kerja pasif dalam rangka menjelaskan peristiwa yang dialami 

tokoh sebagai subjek yang diceritakan. Contoh: dianugerahkan, diberi, dikenang, 

dihormati.

e. Banyak memakai  kata kerja mental dalam rangka penggambaran peran tokoh. 

Contoh menguasai, menyukai, menuding, diilhami.

f. Banyak memakai  kata sambung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan 

urutan dengan waktu. Contoh: sebelum, sudah, pada saat, kemudian, selanjutnya, 

sampai, hingga, pada tanggal, nantinya, selama,  saat itu. Hal ini terkait dengan pola 

pengembangan teks cerita ulang yang pada umumnya bersifat kronologis.

C Perbandingan Teks Cerita Ulang

1. Teks Cerita Ulang dengan Cerita Ulang Lainnya

Di atas  kita mengenal empat macam cerita ulang, yakni berupa pengalaman pribadi, 

cerita ulang faktual, cerita ulang imajinatif, dan cerita ulang prosedur. Keempat-empatnya 

sama-sama tersaji dalam bentuk narasi. Oleh karena itu, di dalamnya terkandung urutan 

peristiwa yang terpola secara kronologis, menurut urutan waktu. Di dalamnya terkandung 

tokoh dan latar.

a. berdasar  strukturnya, keempat macam cerita ulang itu sama-sama diawali dengan 

orientasi, yakni dengan pengenalan tokoh atau peristiwa umum. Dalam teks cerita ulang 

faktual (biografi) yang diperkenalkan adalah latar belakang keluarga, tanggal dan tempat 

kelahiran, serta sifat-sifat tokoh secara umum. Adapun dalam cerita ulang imajinatif, 

gambaran faktual tentang latar belakang kelahiran seperti itu sengaja dikaburkan. 

Penggambarannya lebih fokus pada karakter tokoh. Dalam teks yang berupa pengalaman 

pribadi, orientasi cerita lebih terfokus pada gambaran peristiwa awal yang dialami 

tokoh.

Contoh:

 Peristiwa lima tahun yang lalu masih tetap terkenang sampai sekarang, lebih‑lebih 

saat  menjelang lebaran seperti sekarang. saat  itu, kakek pulang dari masjid dan 

membawakan sebungkus petasan dalam plastik warna hitam.

Cerita Ulang 165

 Pada bagian isi, keempat-empatnya diisi dengan kejadian-kejadian penting yang dialami 

tokoh. Bagian ini disusun dengan pola kro nologis, yang kadang-kadang pula disisipi 

dengan pola kausalitas. Bedanya dalam biografi dan pengalaman pribadi berisi peristiwa-

peristiwa faktual, bahkan dalam cerita ulang prosedur fakta-fakta itu menjadi bagian dari 

bukti persidangan. Adapun dalam cerita rakyat, peristiwa itu bersifat imajinatif walaupun 

kadang-kadang dikaitkan pula dengan peristiwa nyata. Hal itu sebagaimana yang tampak 

pada legenda. Peristiwa-peristiwa dalam legenda direkayasa sedemikian rupa sehingga 

benar-benar pernah terjadi. 

 Pada bagian penutup, berupa komentar atau kesimpulan ada  keragaman. Namun, 

tidak setiap bentuk teks cerita ulang memiliki bagian ini. Seperti dalam contoh di atas 

bahwa cerita ulang berbentuk biografi, pada bagian akhirnya umumnya berupa kisah 

meninggalnya tokoh. Setelah itu, tidak ada penjelasan lain, baik itu yang berupa penilaian 

ataupun kesimpulan. Hal itu beda halnya denga cerita ulang yang berbentuk cerita rakyat, 

pada bagian akhirnya itu hampir selalu ada komentar ataupun kesimpulan-kesimpulan.

 Dalam teks tentang Joko Tengger, kesimpulannya itu tentang watak tokoh. Pada bagian 

itu pula ada  komentar sekaligus saran tentang perlunya meneladani karakter 

tokoh Joko Tengger yang mempunyai kekuatan dan kesaktian luar biasa, namun tidak 

menyombongkannya. Bahkan, bersikap apa adanya. 

b. berdasar  kaidah kebahasaannya, ada  banyak hal yang dapat menyamakannya.  

Hal itu terkait dengan struktur penyajiannya yang berpola kronologis, yang kemudian 

berpengaruh pada jenis konjungsi dan kata depan yang dipakai nya. Cerita ulang pada 

umumnya memakai  kata-kata bermakna hubungan temporal, seperti kemudian, 

lalu, pada akhirnya, saat , pada suatu waktu, dan sejenisnya. Di samping itu, banyak 

dipakai  kata kerja dan kata sifat yang menggambarkan karakteristik serta aktivitas 

mental dan fisik para tokohnya.

 Adapun yang membedakan secara mencolok pada macam-macam cerita ulang itu ada 

pada cerita rakyat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa cerita rakyat sering 

memakai  kata-kata beku, seperti alkisah diceritakan, menurut si empunya cerita, 

konon pada hari itu, dalam suatu hikayat dikisahkan. Formula bahasa seperti itu tidak 

pernah ditemukan dalam biografi ataupun dalam cerita ulang berbentuk pengalaman 

pribadi. 

 Meskipun demikian, cerita rakyat dengan biografi memiliki kesamaan dalam hal 

penggunaan kata ganti tokoh utamanya. Keduanya sama-sama memakai  kata ganti 

orang ketiga tunggal, yakni ia atau dia untuk pengganti nama tokoh utamanya. Tidak 

demikian halnya dengan cerita yang berbentuk pengalaman pribadi. Teks ini  selalu 

memakai  kata ganti orang pertama tunggal atau jamak: saya, aku, kami.

-- 166

Bagaimana halnya dengan perbandingan kedua teks di bawah ini?

Teks I

Adam Khoo

 Adam Khoo lahir dengan nama lengkap Adam Khoo Yean Ann pada tanggal 8 April 

1974. Ia adalah jutawan termuda dan motivator sukses asal Singapura. Waktu anak-anak, 

ia adalah penggemar berat games. Sehari, ia bisa berjam-jam di depan televisi. 

Adam Khoo pun dikenal sebagai anak bodoh. saat  kelas empat SD, ia dikeluarkan 

dari sekolah. Ia pun masuk ke SD terburuk di Singapura. saat  akan masuk SMP, ia ditolak 

oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, ia bisa masuk ke SMP terburuk di Singapura. Di 

awal SMP, kebiasaan Adam tidak berubah. Akibatnya, ia mendapat peringkat 10 terburuk. 

Bayangkan saudara, menjadi peringkat 10 terburuk di SMP terburuk. Bagaimana buruknya 

itu.

Pada usia 13 tahun, ia mengikuti suatu program dari Ernest & Young. Dalam program 

itu, ia belajar apa yang namanya neuro linguistic programme (NLP), accelerated learning, 

dan sebagainya. Program ini benar-benar bermanfaat bagi Adam. Ia mulai mempraktikkan 

keterampilan barunya. Apa yang ia lakukan setelah kembali ke sekolah? Pertama ia menulis 

tujuannya. Ia akan lulus dari SMP ini  dengan nilai A semua. Ia akan masuk ke Victoria 

Junior College. SMU terbaik di Singapura. Adam kemudian melakukan tindakan gila. Ia 

umumkan tujuannya itu di depan kelasnya. Apa yang terjadi? Ia ditertawakan seluruh isi 

kelas. Termasuk gurunya sendiri. Bila Anda jadi gurunya, Anda pun mungkin melakukan 

hal yang sama. Bagaimana mungkin seorang yang berada di urutan 10 terburuk di SMP 

terburuk ingin lulus dengan nilai A semua dan masuk ke SMA terbaik. 

Akan tetapi, pendirian Adam tidak tergoyahkan. Tertawaan dan cemoohan guru 

dan teman-temannya ia jadikan sebagai sumber semangat. Ia pikir, bila ia tidak bisa 

membuktikan kata-katanya, ia akan lebih ditertawakan lagi. Karena itu, Adam berusaha 

keras. Ia gunakan semua cara belajar hebat yang ia dapat dari program Ernest & Young. 

Hasilnya luar biasa. Adam mulai bisa menjawab pertanyaan di kelas. Meski ia tetap 

ditertawakan karena membuat catatan pelajaran dengan cara yang beda dan aneh. Ia 

gunakan peta pikiran yang penuh dengan gambar dan simbol untuk mencatat. Akhirnya 

keras dan tekad baja Adam membuahkan hasil. Ia lulus dari SMP itu dengan nilai A semua. 

Ia berhasil masuk ke Victoria Junior College. Di SMA terbaik ini pun, Adam tetap menjadi 

yang terbaik. Ia lulus dari Victoria Junior College dengan nilai A semua dan sebagai 

lulusan terbaik. Adam pun masuk ke National University of Singapore (NUS). Universitas 

terbaik di Singapura. Di NUS, ia berhasil masuk ke NUS Development Program. Inilah 

program bagi mahasiswa Top One Percent. Mahasiswa dengan prestasi akademis yang 

sempurna. Program bagi para jenius. Dari NUS, Adam lulus juga sebagai lulusan terbaik. 

Itulah kesuksesan Adam di dunia akademisnya.

Bagaimana dengan dunia bisnis? Prestasi Adam di dunia bisnis ditandai pada saat 

Adam berusia 26 tahun. Ia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset per tahun 

US$ 20 juta.

Kisah bisnis Adam dimulai saat  ia berusia 15 tahun. Ia berbisnis music box. Bisnis 

berikutnya adalah bisnis training dan seminar. Pada usia 22 tahun, Adam Khoo adalah 

trainer tingkat nasional di Singapura. Klien-kliennya adalah para manager dan top manager 

perusahaan-perusahaan di Singapura. Bayarannya mencapai US$ 10.000 per jam.

Cerita Ulang 167

Apa sebenarnya yang terjadi dengan Adam Khoo? Bagaimana seorang anak yang 

dicap bodoh, hobinya nonton TV dan main games bisa meraih sukses seperti itu? Sukses 

yang mungkin sekali tidak diraih oleh teman-teman seangkatannya. Teman-teman yang di 

SD-nya pintar.

Ada tiga hal besar yang menjadi kunci sukses Adam Khoo. Tiga kunci sukses ini pun 

yang menghantarkan siapa pun meraih sukses: (1) tujuan yang jelas, (2) keyakinan yang 

benar dan kuat, dan (3) aksi yang tepat.

Sumber: en.wikipedia.org dengan beberapa penyesuaian

Teks II

Si Buta dan Si Bungkuk

Di suatu kampung tinggallah dua orang pemuda sebaya. Mereka bersahabat akrab 

sekali. Ke mana pun mereka pergi selalu bersama. Boleh dikata tidak pernah terjadi 

pertengkaran di antara mereka. Jika yang seorang sedang marah, yang seorang lagi berdiam 

diri atau membujuk sehingga kemarahannya reda. Begitu juga jika ada kesulitan, selalu 

mereka atasi bersama.

Pada dasarnya, mereka memang saling membutuhkan karena keadaan tubuh mereka 

mengharuskan demikian. Pemuda yang satu bertubuh kekar, tetapi buta matanya; pemuda 

yang lain dapat melihat, tetapi bungkuk tubuhnya. Oleh karena itu, orang menyebut mereka 

si Buta dan si Bungkuk.

Si Buta sangat baik hatinya. Tidak sedikit pun ia curiga kepada temannya, si Bungkuk. 

Ia percaya penuh kepada temannya itu, walaupun si Bungkuk sering menipu dirinya. 

Kejadian itu selalu berulang setiap mereka menghadiri selamatan. Si Buta selalu duduk 

berdampingan dengan si Bungkuk. Pada saat makan, si Buta selalu mengeluh.

“Pemilik rumah ini kikir sekali!” bisiknya kepada si Bungkuk agar jangan didengar 

orang lain. “Tak ada secuil pun ikan, kecuali sayur labu.”

Si Bungkuk hanya tersenyum karena keluhan temannya itu akibat ulahnya. Secara 

diam-diam ia memotong daging ayam yang cukup besar di piring si Buta dan ditukar 

dengan sayur labu. Akibatnya, piring gulai si Buta hanya berisi sayur labu.

Si Bungkuk merasa bahagia bersahabat dengan si Buta. Setiap ada kesempatan, ia 

dapat memanfaatkan kebutaan mata temannya untuk kepentingan sendiri. Si Buta yang 

tidak mengetahui kelicikan si Bungkuk juga merasa senang bersahabat dengan temannya 

itu. Setiap saat si Bungkuk dapat menjadi matanya.

Pada suatu hari, si Bungkuk mengajak si Buta pergi berburu rusa. Tidak jauh dari 

kampung mereka ada hutan lebat. Bermacam-macam margasatwa hidup di sana seperti 

burung, siamang, binatang melata, dan rusa.

Konon, pada waktu itu belum ada pemburu memakai  senapan untuk membunuh 

hewan buruan. Penduduk yang ingin mendapatkan rusa atau binatang lain biasanya 

memakai  jerat yang disebut jipah (faring). Kadang mereka berburu memakai  

anjing pelacak dan tombak. Cara ini akan dipakai si Bungkuk dan si Buta untuk berburu.

“Kalau kita dapat membunuh seekor rusa, hasilnya kita bagi dua sama rata,” ujar si 

Bungkuk.

-- 168

Tentu saja si Buta sangat gembira mendengar hal itu, dan segera menuntun anjing 

pelacak yang tajam indra penciumannya, sedangkan si Bungkuk siap dengan tombak di 

tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti arah yang ditunjukkan anjing pelacak itu.

Rupanya hari itu mereka bernasib baik. Seekor rusa jantan yang cukup besar berhasil 

mereka tombak.Tanduknya bercabang-cabang indah dan layak dijadikan hiasan dinding.

Si Bungkuk segera membagi rusa hasil buruan itu menjadi dua bagian. Akan tetapi, 

dengan segala kelicikannya, si Buta hanya mendapat tulang-tulang.Daging dan lemak rusa 

diambil si Bungkuk.

“Karena daging rusa sudah dibagi, kita masak sendiri sesuai selera kita,” kata si 

Bungkuk.

Si Buta menurut saja karena pikirnya memang demikian seharusnya. Padahal dengan 

cara itu, si Bungkuk bermaksud agar daging yang dimilikinya jangan secuil pun dimakan 

si Buta.

Walaupun si Buta tidak dapat melihat, kemampuannya memasak gulai tidak diragukan 

sedikit pun. Terbit air liur si Bungkuk mencium bau masakan si Buta. Si Bungkuk tidak 

pandai memasak.

Akhirnya, si Bungkuk dan si Buta menghadapi masakan rusa yang telah mereka 

masak dan siap menyantapnya.

“Sedaap!” kata si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging yang besar ke dalam 

mulutnya. “Nikmat!” kata si Buta sambil mengambil sepotong tulang yang besar dari 

piring dan menggigitnya. Si Buta bersungut-sungut karena yang digigit, ternyata tulang 

semua.

“Sayang,” katanya, “rusa begitu besar, tetapi tak punya daging! Besok kita berburu 

lagi, tetapi rusa itu harus gemuk dan banyak dagingnya.”

Cerita Ulang 169

Si Bungkuk tersenyum mendengar perkataan si Buta. Si Buta merasa sayang jika 

tulang-tulang rusa yang telah dimasaknya dengan susah payah tidak dimakan. Oleh karena 

itu, ia mencoba menggigit tulang itu lagi. Akan tetapi, tulang itu sangat keras sehingga 

tetap tidak tergigit.

Hal itu membuat si Buta semakin penasaran. Ia mengerahkan segenap tenaga dan 

menggigit tulang itu sekuat-kuatnya hingga bola matanya hendak keluar dari lubang 

mata.

Tuhan sudah menakdirkan rupanya. Keajaiban pun terjadi. Mata si Buta tidak buta 

lagi.

“Aku bisa melihat!” teriaknya kegirangan. Si Buta menatap sekelilingnya. saat  ia 

melihat tulang-tulang rusa di piringnya dan di piring si Bungkuk daging yang empuk, 

bukan main marahnya.

“Sekarang, terbukalah topeng kebusukanmu selama ini!” katanya.

Si Buta memungut tulang rusa paling besar, lalu si Bungkuk dipukul dengan tulang 

itu. Jeritan si Bungkuk meminta ampun tidak dihiraukannya sama sekali. Seluruh tubuh 

si Bungkuk babak belur. Seperti si Buta, keanehan pun terjadi pada si Bungkuk. saat  

la bangkit, ternyata punggungnya menjadi lurus seperti orang sehat.“Aku tidak bungkuk 

lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” teriak si Bungkuk.

Mereka berdua menari sambil berpeluk-pelukan dan bermaaf-maafan. Persahabatan 

mereka pun semakin akrab. 

Sumber: resourceful-parenting.blogspot.com

2. Teks Cerita Ulang dengan Teks Cerita Pendek

Kedua teks ini  sama-sama bergenre naratif. Di dalamnya terkandung unsur 

rangkaian peristiwa (alur), penokohan, dan latar. Oleh karena itu, kedua jenis teks ini  

banyak memakai  konjungsi dan kata depan yang bermakna temporal, seperti kemudian, 

lalu, sebelum, akhirnya, sehabis, saat , semenjak, setelah, sesudah, selagi, seraya, selama, 

sehingga, sampai, pada waktu. Di samping itu, banyak pula ditemukan nomina yang juga 

bermakna waktu, seperti sekarang, esok, kemarin, pagi hari, siang hari, tahun yang lalu.

Sebagai suatu teks cerita, baik teks cerita ulang maupun teks cerita pendek memerlukan 

penggambaran karakteristik tokoh serta tindakan-tindakan yang dilakukannya. Hal itu 

berpengaruh pada jenis-jenis kata yang dipakai  pada kedua jenis teks ini .

a. Untuk menggambarkan karakter tokoh, suatu teks perlu menghadirkan kata-kata sifat, 

seperti cantik, tampan, sederhana, pintar, bodoh, malas, rajin, cerdas, putih bersih, 

cekatan, sakti mandraguna.

b. Untuk menggambarkan isi hati dan pikiran tokoh, kedua teks ini  sama-sama 

memerlukan kata kerja mental, seperti berpikir, menduga, menafsirkan, memerhatikan, 

menata hati, merasa, berkhayal, berfirasat, menolak, menganggap, meradang, bersedih, 

berbahagia, berkecil hati, berkeluh kesah.

c. Untuk menceritakan tindakan tokoh, kedua teks itu sama-sama banyak memakai  kata 

kerja material, seperti bertindak, berjalan, menaiki, menjambak, menerjang, mengeksekusi, 

menuruni, membelah, menodong, menggigit, meronta.

-- 170

Pemakaian kata-kata yang bermakna aktivitas seperti itu pada akhirnya melahirkan 

rangkaian peristiwa. Dalam teks cerita pendek, hal itu disebut dengan komplikasi. Kecuali 

dalam cerita rakyat, cerita ulang tidak dibentuk oleh rangkaian peristiwa yang berhierarkis, 

dari yang kurang penting kepada puncak peristiwa (rising action) sebagaimana yang dikenal 

dalam cerita pendek. Rangkaian peristiwa dalam cerita ulang bersifat gradual, sama-sama 

pentingnya, terutama dalam teks berbentuk biografi dan cerita ulang prosedur.

Dalam teks cerita ulang, kata ganti orang yang dipakai  tertentu, yakni orang ketiga 

untuk biografi, cerita rakyat, dan cerita ulang prosedur. Namun, untuk cerpen, kata ganti 

yang dimaksud dapat dipilih sesuai dengan sudut pandang (point of view) pengarangnya, 

baik itu orang pertama ataupun orang ketiga. saat  teks cerpen itu memakai  kata ganti 

orang pertama (saya, aku, kami), teks ini  akan memiliki kemiripan dengan cerita ulang 

berbentuk pengalaman pribadi. Akan tetapi, apabila memakai  orang ketiga, cerita pendek 

ini  akan mirip dengan cerita rakyat dan biografi.

Perbandingan Cerita Ulang dengan Cerita Pendek

Aspek

Jenis Teks

Cerita Ulang Cerita Pendek

Persamaan • Berbentuk narasi, mengandung alur, tokoh, dan latar

• Tersusun secara kronologis.

• Banyak memakai  konjungsi dan keterangan waktu.

• Banyak memakai  kata kerja mental dan material untuk 

menceritakan tindakan tokoh.

• Banyak memakai  kata sifat untuk menggambarkan karakteristik 

tokoh

Perbedaan • Rangkaian peristiwa secara gradual 

(biografi, pengalaman pribadi, 

prosedur), hierarkis (cerita rakyat)

• Selalu memakai  kata ganti 

orang ketiga (biografi, cerita rakyat), 

orang pertama (pengalaman pribadi)

• Rangkaian peristiwa tersusun 

secara hierarkis (rising action)

• Dapat memakai  orang 

pertama ataupun orang ketiga

3. Teks Cerita Ulang dengan Teks Eksplanasi

Cerita ulang termasuk genre narasi. Sementara itu, teks eksplanasi termasuk ke dalam 

teks paparan (argumentasi), yang tujuannya memberi  penjelasan tentang berlangsungnya 

suatu kejadian dengan disertai alasan-alasan. Dengan demikian, dalam hal ini ada  

kesamaan dalam hal pola pengembangannya, yakni keduanya cenderung disusun berdasar  

urutan waktu, yang mungkin pula di dalamnya ada  hubungan kausalitas.

Berikut contohnya.

Dua kelompok pelajar terlibat tawuran di Jakarta, Rabu (12/12/2012) siang. Kali ini, 

kedua kelompok pelajar menjadikan Jalan Garuda, ke arah Taman Mini Indonesia Indah, 

Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, sebagai arena saling adu senjata. 

Andy (32), salah seorang penjual rokok di jalan ini , mengatakan, bentrok kedua 

kelompok pelajar pecah sekitar pukul 14.00 WIB. Menurut Andy, kelompok yang bertikai 

berasal dari dua kelompok pelajar berbeda, yakni SMK Budi Murni dan SMK Pelayaran.

Cerita Ulang 171

“Pertamanya anak-anak SMK Budi Murni habis turun dari bus, terus dari arah 

belakangnya muncul anak SMK Pelayaran. Sempat nongkrong dulu, tiba-tiba mereka 

berantem,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di lokasi, Rabu siang.

Andy mengatakan, tak ada penyebab yang jelas atas adu jotos para pelajar. Namun, 

aksi saling ledek diduga kuat menjadi pemicu pertikaian. “Biasa pertama kan ledek-

ledekan dulu dari jauh, baru setelah itu berantem,” ujarnya. Menurut pantauannya, kedua 

kelompok pelajar yang bertikai melengkapi dirinya dengan berbagai jenis senjata, mulai 

dari ikat pinggang dengan kepala besar, balok kayu, hingga senjata tajam jenis celurit. 

Pertikaian kedua kelompok itu pun terjadi selama lima menit. 

“Lumayan lama sih, habis itu nggak tahu kenapa mereka lari semua.Yang satu ke arah 

Jalan Raya Bogor, satunya ke Tamini Square,” katanya.

Andy mengatakan, tidak ada warga ataupun aparat kepolisian yang berjaga-jaga di 

lokasi tawuran. Akibatnya, arus lalu lintas dari arah Jalan Raya Bogor ke arah Tamini 

Square pun sempat tersendat menunggu para generasi penerus bangsa ini  selesai 

tawuran (Kompas). 

Teks ini  menjelaskan proses terjadinya tawuran, secara kronologis, juga penyebab-

penyebabnya. Dengan demikian, teks ini  dapat dikategorikan sebagai teks eksplanasi. 

Tampak pula di dalamnya penggunaan konjungsi temporal, yakni selama, setelah itu, hingga. 

ada  pula konjungsi kausalitas, akibatnya. Dalam hal inilah kesamaan teks ini  

dengan teks cerita ulang di samping banyaknya penggunaan kata kerja yang menyatakan 

suatu peristiwa (action verb), seperti adu jotos, saling ledek, berantem, berjaga‑jaga.

Namun, objek bahasan eksplanasi meliputi pula fenomena alam, sosial, budaya, dan 

bidang-bidang lainnya. Pelaku atau objeknya pada umumnya berupa benda atau peristiwa 

(non‑human participation). Hal ini  tidak seperti halnya teks cerita ulang yang lebih 

banyak berfokus pada orang, baik berupa tokoh faktual ataupun imajinatif, yang pengaruhnya 

pada struktur kebahasaannya, yakni pada penggunaan kata ganti orang (personal). Dalam 

teks eksplanasi, kata ganti orang seperti ia, dia, mereka, dan sejenisnya tidak dipakai  

karena fokus penjelasannya lebih banyak pada benda, peristiwa, atau alam. 

Aspek

Jenis Teks

Teks Cerita Ulang Teks Eksplanasi

Persamaan • Berpola kronologis, kausalitas.

• memakai  konjungsi, kata depan bermakna temporal.

• memakai  konjungsi penyebaban.

• memakai  kata kerja material (action verb).

Perbedaan • Objek orang

• memakai  kata ganti 

orang (pertama, ketiga)

• Objek umumnya benda, alam, peristiwa 

(non‑human parti ci pa tion)

• memakai  kata ganti benda, 

peristiwa

-- 172

D Menulis Cerita Ulang

Untuk cerita ulang, kegiatan ini lebih tepat disebut sebagian reproduksi. Kita memakai  

peristiwa atau kejadian yang sudah ada untuk diceritakan kembali. Hal itu dilakukan karena 

peristiwa itu asyik disimak, memberi  kesenangan-kesenangan, di samping banyak pelajaran 

yang dapat kita petik. Misalnya, cerita ulang yang berupa cerita rakyat. Darinya kita bisa berbagi 

cerita tentang hal-hal menarik yang ada di dalamnya. Cerita rakyat memang  tidak hanya berfungsi 

sebagai media hiburan, tetapi di dalamnya sarat dengan nilai-nilai keteladanan. Banyak pelajaran 

yang dapat kita petik dari sikap atau perilaku para tokohnya. Banyak keteladanan yang dapat kita 

petik dari perbuatan para tokohnya di samping tingkah laku buruk yang tidak patut kita contoh. 

Oleh karena itu, tidak salah apabila kita berbagi kisah tentang berbagai cerita rakyat. Kita bisa 

memperoleh hiburan di samping pelajaran-pelajaran berharga dari keteladanan para tokohnya.

Begitu pun dengan cerita ulang yang berupa biografi ataupun pengalaman pribadi. Di samping 

kita dapat memperoleh sejumlah pengetahuan tentang ketokohan serta pengalaman orang lain, 

kita pun bisa mendapatkan keteladanan yang bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. 

Itulah petingnya cerita ulang untuk kita sampaikan kembali kepada orang lain, baik dengan lisan 

ataupun tertulis. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Menentukan tokoh, peristiwa, atau jenis cerita rakyat yang menarik bagi pendengar. 

Misalnya, cerita yang di dalamnya penuh dengan konflik ataupun alurnya mengejutkan. 

Kalau berbentuk pengalaman pribadi atau cerita rakyat dapat pula dipilih cerita-cerita lucu 

ataupun yang mengharukan.

2. Mengumpulkan kembali sejumlah informasi ataupun keterangan berkenaan dengan tokoh 

ataupun peristiwa yang akan hingga betul-betul menguasainya. Catatlah bagian-bagian  yang 

dianggap penting. Perhatikan rangkaian peristiwanya secara keseluruhan. Apabila yang akan 

diceritakan itu berupa cerita rakyat, ketahui pula perbedaan masing-masing karakter tokoh-

tokohnya. Ketahui berbagai emosi yang ada dalam cerita, seperti sedih, gembira, marah, 

kecewa, dan sebagainya. berdasar  catatan itulah, cerita ini  kita mengisahkannya. 

Kita harus memahami pula tema, alur, serta watak-watak para tokohnya.

 Pemahaman atas karakter dari tokoh-tokoh suatu cerita, juga sangatlah penting.  Hal ini 

agar dialog serta tingkah laku tokoh-tokohnya itu dapat diekspresikan dengan benar. Jangan 

sampai tokoh yang berkarakter keras dan buas, diekspresikan dengan nada bicara yang 

lembut. Demikian pula, tokoh yang berwatak cerdik diekspresikan dengan nada dungu. Hal-

hal seperti itu bisa terjadi akibat kita tidak memahami karakter dari tokoh-tokohnya.

3. Sampaikanlah cerita itu dengan suara, lafal, dan intonasi yang jelas. Ciptakanlah penggalan-

penggalan cerita yang membuat penasaran pendengar. Ekspresikan dengan mimik atau raut 

muka yang sesuai. Kalau perlu, gunakanlah alat-alat untuk mendukung suasana tertentu. 

Misalnya, untuk menggambarkan suasana meriah, memakai  ketukan-ketukan kaleng 

atau dengan memukul-mukul ember. 

4. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami pendengar. Hindarilah kata-kata yang berbelit-

belit, membingungkan. Gunakanlah kata-kata yang jelas dan kalimat yang sederhana. Untuk 

menimbulkan kesan yang kuat pada bagian-bagian cerita, sesekali kita perlu melakukan 

pengulangan kata ataupun dengan memakai  sinonimnya.

Cerita Ulang 173

Soal-soal Latihan

Pilihlah jawaban yang paling benar!

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 1‑2)

Ia dikenal sebagai negarawan ataupun tokoh pergerakan nasional pada saat sebelum dan sesudah 

Indonesia merdeka. Ia merupakan tokoh Indonesia yang paling sederhana sepanjang masa. 

Sepanjang hidupnya Mohammad Natsir dikenal tidak mempunyai pakaian bagus, jasnya pun 

banyak tambalan. Dia dikenang sebagai menteri yang tidak mempunyai rumah serta menampik 

diberi hadiah mobil. Mohammad Natsir menampik mobil Chevrolet Impala walaupun sebenarnya 

di tempat tinggalnya ia cuma mempunyai mobil tua merk De Soto. 

1. Cuplikan ini  dikategorikan sebagai orietasi karena ….

A. mengenalkan kehidupan umum tokoh

B. menjelaskan awal kehidupan tokoh

C. berisi rangkaian kehidupan tokoh

D. mengisahkan keadaan seseorang

E. menceritakan seorang tokoh dengan jelas

2. Cerita tentang biografi itu penting dikisahkan kembali karena ….

A. berkaitan dengan tokoh nasional

B. tokoh itu memiliki keteladanan-keteladanan

C. kehidupan sederhana dari seorang tokoh

D. sesuai dengan kepentingan pelajar yang membutuhkan keteladanan

E. sisi positif yang dapat dipelajari dari tokoh itu

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 3‑4)

(1) Selama beberapa bulan bersekolah di sana ia kemudian pindah ke Solok dan dititipkan di 

rumah saudagar yang bernama Haji Musa. (2) Tak hanya belajar di HIS di Solok pada siang hari, 

ia juga belajar pengetahuan agama Islam di Madrasah Diniyah saat malam hari. (3) Ia kemudian 

pindah setelah tiga tahun ke HIS di Padang bersama-sama kakaknya. (4) Kemudian tahun 1923, 

ia meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) lalu kemudian ia 

pun bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische 

Pavinderij serta Jong Islamieten Bond. (5) Sesudah lulus dari MULO, ia selanjutnya pindah ke 

Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) sampai tamat pada tahun 1930. 

3. Kalimat yang tidak mengunakan konjungsi temporal ditandai dengan nomor ….

A. (1) D. (4)  

B. (2) E. (5)  

C. (3)  

4. Cuplikan di atas merupakan bagian dari cerita ulang yang ditandai oleh hal berikut ….

A. berkenaan dengan orang terkenal

B. memakai  banyak konjungsi temporal

C. menceritakan suatu peristiwa yang telah terjadi

D. banyak memakai  urutan waktu

E. memakai  pola kronologis atau kausalitas 

-- 174

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 5‑6)

Itulah artikel mengenai biografi Mohammad Natsir yang dikenal sebagai pahlawan bangsa 

Indonesia dan juga tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Semoga biografi ini bisa 

bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pembaca.

5. Cuplikan ini  dapat dikategorikan sebagai reorientasi karena ….

A. berisi cerita akhir dari seseorang

B. merupakan penutup dari suatu biografi

C. berupa penilaian akhir tentang kehidupan tokoh

D. menjelaskan arti dari cerita sebelumnya tentang tokoh terkenal

E. menceritakan ulang kisah seseoang yang telah diceritakan sebelum nya

6. Kata depan yang menyatakan makna temporal dalam cuplikan ini  adalah ….

A. dan D. bagi

B. sebagai E. juga

C. dalam

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 7‑9)

Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 

H (747 M ) di Kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang) dengan darah dari ayah Arab dan 

ibu Persia mengalir di tubuhnya. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap 

sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali 

dalam kisah Seribu Satu Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer 

Marwan II. Sementara itu, ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci 

kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota 

inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.

7. Hal yang tidak diceritakan dalam cuplikan ini  adalah ....

A. sifat-sifat tokoh

B. latar belakang keluarga tokoh

C. masa kelahiran tokoh

D. profesi tokoh

E. kehebatan tokoh

8. Konjungsi antarkalimat dijumpai dalam kalimat ….

A. pertama D. keenam     

B. kedua E. ketujuh   

C. keempat

9. Yang dimaksud kata kerja material dalam cuplikan di atas adalah ….

A. merupakan D. bekerja  

B. bernama E. mencuci  

C. inilah

Cerita Ulang 175

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 10‑11)

Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair 

multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan 

angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. 

Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim.

10. Kata sifat yang dipakai  utuk menggambarkan keadaan tokoh adalah ….

A. jarang D. penuh canda

B. lucu E. penghayal ulung

C. multivisi

11. Contoh konjungsi penjelasan adalah ….

A. dalam D. yang

B. namun E. sebagai

C. dan

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 12‑13)

12. saat  itu Raden Banterang menghunus kerisnya akan menusuk istrinya, tetapi Dewi Surati 

saat itu juga menceburkan dirinya ke sungai dan tenggelam. “Banyu wangi, istriku tidak 

bersalah!” seru Raden Banterang. saat  itu memang tercium bau yang harum dari sungai itu.

 Cuplikan di atas merupakan bagian dari jenis cerita ....

A. fabel D. mite

B. legenda E. dongeng

C. mitos

13. Cuplikan ini  merupakan bagian dari cerita ulang karena ....

A. menceritakan peristiwa yang berkali-kali

B. bagian cerita yang disampaikan secara turun-temurun

C. memiliki kandungan hikmah yang berguna bagi generasi ke generasi

D. isinya tetap sesuai sepanjang zaman

E. banyak memakai  konjungsi temporal dan penyebaban

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 14‑15)

(1) saat  Ibu Malin Kundang menyapa anaknya, Malin Kundang tidak mempedulikannya. (2) 

Bahkan, ia menghardik dan menendangnya. (3) Sikap seperti itu membuat ibunya tanpa sadar 

mengeluarkan kutukan terhadap anaknya. (4) Akhirnya, Malin Kundang berubah menjadi batu.

14. Nilai-nilai kehidupan yang terkandung pada penggalan cerita di atas adalah ....

A. jangan menyakiti hati orang tua

B. surga itu ada di telapak kaki ibu

C. perhatikan keinginan orang tua

D. tak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya

E. seringlah memanjatkan doa untuk orang tua

-- 176

15. Konjungsi yang menyatakan makna temporal adalah ….

A.  saat  D. terhadap  

B.  bahkan E. menjadi  

C.  seperti

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 16‑17)

(1) Mertua si Kabayan sangat jengkel kepada menantunya. (2) Setiap hari ia hanya bermalas-

malasan. (3) Semua nasihat mertuanya sedikit pun tidak mengubah sikap jeleknya itu. (4) “Dasar 

Kabayan  si Tebal Muka,” umpat mertuanya.

16. Kata yang bergaris bawah dalam penggalan cerita itu bermakna ....

A. suka melawan D. malas bekerja

B. tak tahu malu E. sangat pemalu

C. senang dipuji

17. Kalimat yang memakai  keterang