lami, nama-nama tempat, benda-benda yang dijumpai.
d. Teruskan dengan membuat cabang-cabang lainnya dan gunakan warna berbeda. Cabang-
cabang itu diisi oleh kata-kata kunci yang berhubungan dengan cabang utama.
Cerita Pendek 131
e. Gunakan warna yang menarik dan gambar atau simbol-simbol yang mencerminkan
pengalaman dan imajinasi Anda berkaitan dengan topik-topik itu.
f. Apabila ada kata kunci yang masih berkaitan dengan kata kunci dari cabang lainnya,
Anda bisa membuat garis lengkung yang menghubungkannya. Bubuhkan simbol yang
menjadi alasan keterkaitan antara kata-kata kunci itu.
g. Perhatikan kelengkapan pengalaman dan imajinasi Anda itu. Apakah sudah tercurahkan
semua?
h. Jika sudah lengkap, nomorilah kata-kata kunci itu sesuai dengan urutan yang akan Anda
susun di dalam cerpen. Bersamaan dengan itu, coretlah kata-kata kunci yang Anda
anggap tidak penting untuk dikembangkan. Misalnya, karena terlalu menyimpang dari
topik utama atau terlalu biasa kalau dijadikan bahan cerpen.
Setelah peta pikiran itu diberi nomor, kembangkanlah menjadi sebuah cerpen yang utuh.
Bersamaan dengan itu, Anda pun tetap bisa menambahkan peristiwa dan imajinasi lain di luar
kerangka yang tersedia, sepanjang tidak mengganggu topik utama yang telah Anda bangun
sebelumnya.
Langkah penulisan cerpen, diakhiri dengan peninjauan kembali keseluruhan isi, struktur,
dan kaidah kebahasaannya.
a. Isi
1) Apakah ceritanya menyajikan sesuatu yang baru atau hanya merupakan pengulangan
dari cerita-cerita sebelumnya?
2) Apakah karakter tokoh dan konflik-konfliknya saling memperkuat atau malah
bertolak belakang?
3) Apakah latarnya relevan dengan konflik atau peristiwa yang diceritakan?
b. Sistematika penyajian
1) Apakah pembukanya menarik, menimbulkan kepenasaranan pembaca?
2) Apakah alurnya jelas, tidak berbelit-belit?
3) Apakah bagian-bagiannya mengusung tema yang sama atau ada yang menyimpang?
4) Apakah bagian-bagiannya, seperti orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan
kodanya sudah lengkap dan padu?
c. Bahasa
1) Apakah paragraf-paragrafnya sudah padu, setiap paragraf mengusung satu peristiwa/
konflik yang sama?
2) Apakah kalimat-kalimatnya sudah efektif?
3) Apakah pilihan katanya, seperti konjungsi dan kata-kata lainnya sudah benar?
4) Apakah ejaan dan tanda bacanya sudah tepat?
-- 132
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 1‑2)
Entah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus berpikir
secara tikus dan manusia berpikir secara manusia, hanya manusia-tikus yang mampu membongkar
misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat (sepanjang yang kami temukan), namun
tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami dikelilingi kebun kosong yang luas milik tetangga. Kami
menduga tikus itu adalah tikus kebun.Tubuhnya cukup besar dan bulunya hitam legam.
1. Cuplikan ini termasuk ke dalam ....
A. abstrak D. evaluasi
B. orientasi E. resolusi
C. komplikasi
2. Contoh kata yang menunjukkan penggambaran sifat ....
A. berpikir D. tikus kebun
B. kosong E. hitam legam
C. masuk rumah
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 3‑4)
Sejak itu istri saya amat ketat menjaga kebersihan. Semua piring di rak di bungkus kain, juga
tempat sendok.Tudung saji diberati dengan ulekan agar tikus tidak bisa menerobos masuk untuk
menggasak makanan sisa. Gelas bekas saya minum nescafe‑cream malam hari harus ditutup rapat.
Tempat sampah ditutupi pengki penadah sampah sambil diberati batu. Strategi kami adalah semua
tempat makanan ditutup rapat-rapat sehingga tikus tak akan bisa menerobos.
3. Cuplikan ini merupakan suatu komplikasi karena ....
A. memperkenalkan karakter tokoh
B. menceritakan tentang siapa dan kapan akan terjadinya masalah
C. sedang menggambarkan adanya masalah yang dialami tokoh
D. mengandung komentar atas masalah yang dialami tokoh utama
E. mulai adanya peleraian atas masalah oleh tokoh utama
4. Cuplikan ini disusun dengan urutan waktu yang ditandai oleh peng gunaan konjungsi ....
A. sejak itu D. malam hari
B. sehingga E. tak akan
C. tak akan
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 5‑6)
“Harus kita temukan sarangnya! Bayi-bayi tikus itu kelaparan ditinggal kedua orangtuanya.
Kalau mati bagaimana? Kalau mereka hidup, rumah kita menjadi rumah tikus!” kata istri.
Lalu kami melakukan pencarian besar-besaran. Bagian-bagian tersembunyi di rumah kami
obrak-abrik, namun bayi-bayi tikus tidak ketemu. Bayi-bayi itu juga tidak kedengaran tangisnya
lagi. “Mungkin ada di para-para. Tapi bagaimana naiknya?” kata saya.
Cerita Pendek 133
5. Cuplikan ini lebih tepat disebut ....
A. pengenalan cerita D. puncak konflik
B. pengungkapan peristiwa E. penyelesaian
C. menuju konflik
6. Contoh kunjungsi dalam cuplikan ini ....
A. kalau D. namun
B. harus E. tapi
C. lalu
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 7‑8)
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang
panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua
orang yang dilihatnya di neraka tak kurang ibadahnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang
yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati
mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya.Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-
orang itu pun tak mengerti juga.
7. Cuplikan ini merupakan bagian dari tahapan alur ....
A. penyelesaian D. puncak konflik
B. pengenalan cerita E. pengungkapan peristiwa
C. menuju konflik
8. Cuplikan cerita di atas disusun dengan pola ....
A. kausalitas D. komparasi
B. kronologis E. spesialisasi
C. spasial
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 9‑10)
“Oo, kau marah, Pak Tua?Ah, sudah tua suka marah-marah!”
“Huss! Apakah kau anggap aku ini pak tuamu?”
“Aku bukan kangmasmu!” bentak kakek-kakek itu lagi.
“Oo, iya! Tentunya aku harus me manggilmu mbah, ya! Aku lupa, sungguh. Tapi sebetulnya
awal tadi telah aku ingatkan jika aku bersalah.Siapa bersalah wajib diingatkan. Jika tidak demikian?
Coba gambarkan, betapa banyak kesalahan yang akan kuperbuat se lanjut nya.”
Kakek itu tertunduk. Wajahnya berubah terang. Lalu bicara dengan suara yang tak berdaya.
“Betulkah bicaramu? Aku sudah tampak sangat tua?”
“Mengapa?”
“Pantas kau panggil mbah?”
“Hi-hi-hi! Pertanyaanmu itu! Kau sekarang kentara sekali merasa sedih! Mengapa?Apakah
karena umurmu yang lanjut, apa karena tidak tahu bahwa kau sudah tua?”
“Jangan bersenda gurau, Kenes, aku betul-betul bertanya!”
Tikungan di Dekat Bendungan
oleh St. Ismariasita
-- 134
9. Konflik yang tergambar dalam kutipan cerpen ini adalah tentang ....
A. kecemasan tokoh kakek akan ketuaan usianya
B. ketidakcocokan penggunaan kata sapaan dengan realitas
C. panggilan yang disampaikan kepada kakek dengan kata mbah dan mas
D. kakek dan Kenes memperebutkan sapaan mbah dan mas
E. tokoh Kenes menentukan usia seseorang, sudah tua ataukah masih muda
10. Koda yang sesuai dengan cuplikan cerita itu adalah ....
A. Pak Tua akhirnya menyadari akan kekeliruannya
B. Akhirnya mereka berjabat tangan sambil tersenyum
C. Perselisihan kembali terjadi setelah itu
D. Mereka tetap berselisih sambil mempertahanakan pendapat masing-masing
E. Percekcokan itu tidak akan terjadi apabila mereka saling menghargai
(Cuplikan cerpen di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 11‑12)
“Ya, mau bayar berapa saja, Mas,” ucapnya di tikungan terakhir menuju kampungku. “Lebih enak
jalan kaki,” jawabku terengah-engah. Aku merasa menang.
Aneh dia seperti tak hendak menghentikan becaknya. Mungkin dia sedang menguji mentalku,
atau malah menyesali perbuatannya? Peduli amat, apakah dia terus membuntuti aku atau tidak,
sejauh ia masih mengayuh becak di jalan yang layak dilewatinya.
Begitu memasuki gapura kampung, tangan kiriku kutarik dari saku celana. Dua keping logam
ratusan rupiah terloncat dan menggelinding masuk selokan. Ah, biarin.
Aku menoleh ke tukang becak yang berhenti tepat di depan gapura kampung. Ia turun dan berdiri
di sana sambil tetap memegangi kemudi becak. Sambil berjalan aku menoleh kembali, dia tetap
diam bagaikan sebuah monumen. Sesampai di rumah aku ceritakan pengalamanku pada ibu.
Lama ibuku terdiam dan menatapku dan baru kemudian berkata, “Rasanya kamu perlu mencoba
jadi tukang becak.”
11. Amanat yang tersirat dalam penggalan cerpen di atas adalah ....
A. kita harus memilih-milih tukang becak
B. kita harus memahami keadaan tukang becak
C. kita harus pandai menawar ongkos becak
D. jangan memberi hati kepada tukang becak
E. sebaiknya tukang becak harus tahu diri
12. Tokoh aku berwatak ….
A. individualis D. mandiri
B. angkuh E. percaya diri
C. egois
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 13‑14)
Aku masuk ke dalam kantor dan bersalaman dengan seorang laki-laki yang tersenyum-senyum
yang bernama Pak Bleoncher. Pakaiannya lebih rapi ketimbang pakaianku. Selanjutnya, ia
membuka-buka tumpukan kertas, seperti menata kere serambi.
Aku yakin Anda akan puas dengannya, katanya, “Dia telah kami pilih sesuai dengan persyaratan
komputer. Tidak ada yang melebihi dari seratus sepuluh wanita yang memenuhi syarat di Amerika.
Kami memilah tidak berdasar suku, agama, etnik, ataupun latar belakang regional....”
Cerita Pendek 135
13. Latar belakang budaya yang terkandung pada penggalan cerita terjemahan di atas adalah ....
A. ketaatan D. ketekunan
B. keramahtamahan E. kesetiaan
C. kedisiplinan
14. Cuplikan di atas disusun secara kronologis yang ditandai oleh konjungsi ....
A. ataupun D. selanjutnya
B. yang E. dengan
C. ke dalam
(Kedua cuplikan cerita berikut dipakai untuk menjawab soal nomor 15‑16)
Cuplikan I
Sekarang ini yang jadi buah bibir adalah Diandra. Hari-hari di sekolah ini tiada kata tanpa
Diandra. Hari-hari tiada bicara tanpa Diandra. Begitu juga dengan sohib gue, Raya danYus yang
setiap hari nyaris ngomongin cewek bernama Diandra melulu.
“Sungguh luar binasa!” teriak Yus yang mukanya agak tirus, “Sulit untuk membandingkan
kecantikan Diandra dengan bintang sinetron atau foto model sekalipun!”
“Eh, Gibran! Lo jangan sok alim!” senggol Raya yang punya body gede.
Cuplikan II
Somad tipe cowok murahan, itu kata temannya tanpa tedeng aling‑aling. Habis, cowok itu
kerjanya nggak lain nggak bukan, cuka promosiin diri di depan gadis-gadis sekitarnya. Promosi
diri sendiri terus… ke mana-mana. Nggak cuma sama teman-teman sekolahnya, tapi juga sama
anak-anak cewek sekitar rumah, masjid, warteg… nggak pilih tempat, nggak pandang bulu.
“Gue orangnya nggak som‑som, lho….”
“?”
“Maksudnya nggak doyan somay kalo dikit!Hehe.”
15. Persamaan kedua cuplikan cerita di atas adalah ....
A. tokoh berwatak humoris
B. berlatar sekolah
C. bertema percintaan
D. sudut pandang orang pertama
E. berbahasa Indonesia yang baik dan benar
16. Perbedaan yang tampak pada cuplikan di atas ....
A. cuplikan I memakai sudut pandang orang pertama pelaku utama, cuplikan II
memakai sudut pandang orang pertama pelaku sampingan
B. cuplikan I memakai sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, cuplikan II
memakai sudut pandang orang ketiga serba tahu
C. cuplikan I memakai sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, cuplikan II
memakai sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat
D. cuplikan I memakai sudut pandang orang ketiga serba tahu, cuplikan II memakai
sudut pandang orang pertama pelaku utama
E. cuplikan I mengunakan sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, cuplikan II
memakai sudut pandang orang petama pelakau utama
-- 136
17. Melihat Kardi kepayahan, lelaki di geladak itu, Salim, dengan tangkas meloncat ke arah
Kardi dan mengambil alih keranjang-keranjang yang dibawanya. Setumpuk keranjang yang
kokoh itu memang terasa berat karena basah. Sampai di dinding perahu tubuh Kardi sudah
hampir lunglai. Salim melemparkan tumpukan keranjang itu ke geladak lalu dengan kedua
tangannya yang kekar dia mengangkat tubuhnya dan meloncat ke geladak. Kardi sudah tidak
kuat mengangkat tubuhnya sendiri. Salim kembali membantunya, menarik tangan Kardi
sampai berhasil naik ke geladak.
Pengalaman sehari-hari yang berkaitan dengan cuplikan cerita di atas adalah ….
A. saat melaut bersama sahabat
B. kehidupan di laut lepas
C. Fungsi keranjang bagi seorang nelayan
D. Suka duka menjadi seorang nelayan
E. Pershabatan dua anak manusia
18. Gadis (1) itu semakin beringas. Kepala yang dijambaknya (2) sampai tertunduk-tunduk. Seisi
kelas riuh. Susah payah aku melerai (3) mereka. Suasana semakin gaduh saat Rina mulai
menangis. Cepat kutarik (4) tubuh si gadis menjauh. Tapi (5) itu hanya membuat si pemilik
rambut yang dijambaknya semakin mengaduh kesakitan.
Bentukan kata yang tidak baku ditandai dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (5)
C. (3)
19. Menyadari hal itu semua membuat Heri jadi orang linglung. (1) Kalau pada mulanya Heri
tertarik pada Ichen karena kesederhanaan dan pesona gadis itu, kini, selain daya tarik itu,
adalah karena kepandaian gadis itu berperan. (2) Bagaimana mungkin dalam waktu yang
begitu singkat ia bisa berubah penampilan. (3) Siapakah Ichen sebenarnya dan apa maunya
gadis itu? (4)
Ada kalimat yang terlalu kompleks di dalam cuplikan di atas sehingga sulit bagi pembaca
untuk memahaminya. Kalimat yang dimaksud ditandai dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (2, 4)
C. (3)
20. Lalu ia sudah sampai di sana saat tembakan berhenti. Ia nekad berjongkok dan melihat
darah meleleh-leleh pada lengan baju kiri Amir. Di kawasan pundak. Amir menyeringai dan
wajahnya tampak seperti kain kafan. Ia sedang bergelut dengan rasa menggigit-gigit di bahu
kiri dan kegembiraan karena sahabat karibnya telah datang. Betapa besar arti seorang sababat
saat ia sedang dibutuhkan! Di depannya Amir tidak mau merintik.
Cuplikan di atas dapat diceritakan kembali ke dalam sebuah kalimat, yakni ....
A. Amir kepayahan
B. Sahabat sangat penting pada saat menderita
C. Peperangan selalu memakan korban
D. Perlu saling menolong dalam kondisi kesusahan
E. Seorang korban menanti pertolongan sahabatnya
Pantun 137
A Pengertian Pantun
Perhatikanlah teks berikut.
1. Kalau ada kembang yang baru
Bunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada sahabat yang baru
Sahabat lama dibuang jangan
2. Asam pauh dari seberang
Dimuat orang dalam pedati
Badan jauh dirantau orang
Kalau sakit siapa mengobati
3. Sungguh elok asam belimbing
Tumbuh dekat limau lungga
Sungguh elok berbibir sumbing
Walupun marah tertawa juga
4. Pohon padi daunnya tipis
Pohon nangka berbiji lonjong
Kalu Budi suka menangis
Kalau tertawa giginya ompong
Anda tentu sudah mengenalnya bahwa keempat kelompok teks di atas dikategorikan sebagai
puisi. Tepatnya disebut dengan pantun. Hal ini tampak dari struktur atau kaidah-kaidahnya,
yakni sebagai berikut.
1. Strukturnya berbait-bait, setiap bait terdiri atas larik-larik, dan setiap larik terdiri atas 8-12
suku kata.
2. Kaidah atau ketentuan penulisannya adalah bahwa rima akhir umumnya berpola a-b-a-b dan
memiliki dua larik sampiran dan dua larik isi.
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Seperti yang tampak pada contoh di atas
bahwa secara struktur pantun hampir sama dengan puisi yang ada sekarang. Pantun dibentuk oleh
bait-bait dan setiap bait terdiri atas baris-baris.
Hanya saja pantun lebih terikat oleh kaidah-kaidah baku. Jumlah baris pada setiap baitnya,
ditentukan. Jumlah suku kata dalam setiap barisnya serta bunyi-bunyi hurufnya, juga telah diatur.
VII Pantun
-- 138
Puisi yang ada sekarang tidak demikian, bukan? Kita bisa membuatnya sekehendak hati.
Jumlah baris dan suku katanya bebas, terserah kita. Demikian halnya dengan bunyi-bunyi huruf
yang dipakai , tidak ditentukan oleh aturan yang ketat. Yang penting puisi itu indah, padat
makna, dan enak didengar.
B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Pantun
1. Fungsi Pantun
Walaupun pantun berkembang dalam masyarakat lampau, beberapa di antaranya masih
dipergunakan hingga sekarang. Sadar atau tidak, dalam pergaulan sehari-hari pun kita sering
memakai nya. Pantun sering dijadikan sarana mencurahkan perasaan, sindiran, atau
nasihat. Sebagai contoh, perhatikanlah pantun berikut. Pantun ini cukup populer karena
dijadikan lirik sebuah lagu oleh pedangdut senior Rhoma Irama.
Berakit-rakit ke hulu
berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian
Dalam masa sekarang pantun masih dipakai , terutama dalam kaitannya dengan
kegiatan hiburan. Dalam acara televisi, pantun bahkan dijadikan sebuah acara tersendiri.
Dalam acara rekreasi, ulang tahun, perpisahan, berbalas pantun sering dipakai sebagai
penyeling. Pantun memang dapat menjadi sarana untuk menyegarkan suasana.
Bahasa pantun tidak perlu lagi kemelayu-melayuan. Kita dapat saja memakai bahasa
sehari-hari. Yang penting syarat-syaratnya tetap terpenuhi.
Perhatikan contoh berikut.
Payung butut di depan rumah
lagi dicelana tersangkut paku
Tuntut ilmu tiada lelah
jadi pengusaha keinginanku
Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan munculnya kata-kata yang tidak
dipahami dari pantun itu. Agar pemahaman kita bisa utuh, tentu saja kita harus memaknai
atau bisa mengartikan kata-kata itu dengan baik. Misalnya, pantun dari lirik lagu Rhoma
Irama di atas. Dalam pantun ini ada kata berakit‑rakit. Dibandingkan dengan
kata lainnya, kata ini langka dipakai sehingga maknanya menjadi asing pula.
Kata berakit‑rakit berasal dari kata rakit yang artinya ‘perahu yang terbuat dari ikatan batang
bambu’. Adapun berakit‑rakit artinya ‘berenang dengan rakit dalam waktu beberapa lama’.
Namun, untuk memahami pantun kita dituntut untuk lebih fokus kepada artinya
dibandingkan dengan sampirannya. Bahkan, dapat dikatakan, tanpa mendalami sampirannya
pun tidak bermasalah. Yang utama kita harus memahami isi pantun itu, yang terletak pada
larik ke-3 dan ke-4, dengan baik. Pada larik ini maksud suatu pantun itu adanya. Dengan
demikian, untuk memahami pantun itu kita harus mengerti maksud dari ungkapan bersakit‑
sakit dahulu, bersenang‑senang kemudian. Adapun maksud dari ungkapan ini adalah
bahwa kita harus bersusah-payah terlebih dahulu, yakni dengan “banyak balajar atau bekerja
untuk bisa meraih kesuksesan”.
Pantun 139
Perhatikan pula contoh pantun bait kedua. Dalam pantun ini ada pilihan kata
yang tidak baku, yakni butut. Artinya, jelek atau lusuh. Adapun maksud dari pantun ini
dinyatakan dalam larik ke-3 dan ke-4: Tuntut ilmu tiada lelah, jadi pengusaha keinginanku.
Arti ungkapan itu adalah “aku banyak menuntut ilmu dalam rangka mewujudkan keinginan
menjadi pengusaha”.
2. Struktur dan Kaidah Pantun
Tampak pada contoh-contoh yang disajikan di atas bahwa struktur pantun terikat oleh
berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap bait, banyaknya suku kata pada setiap
larik, ataupun pola rimanya.
• Terdiri atas 4 larik • Terdiri atas 8–12
suku kata
• Berpola a-b-a-b
• Memiliki sampiran
dan isi
Bait
Rima
Larik
Isi
Struktur dan Kaidah Pantun
Bacalah puisi di bawah ini dengan cermat.
Gunung Daik timang-timangan
Tempat kera berulang kali
Budi yang baik kenang-kenangan
Budi yang jahat buang sekali
Kalau ada kembang yang baru
bunga kenanga dikupas jangan.
Kalau ada sahabat yang baru
sahabat lama dibuang jangan.
Obat-obatan dijualan di perigi
Berjual beli harus di kedoteran
Persahabatan biar berjalan abadi
Silaturahmi terus kita jalankan
-- 140
Puisi di atas memiliki keteraturan dalam banyak hal. Jumlah baris tiap baitnya sama.
Rima akhirnya pun berpola tetap. Begitu pula dengan jumlah suku kata untuk setiap lariknya,
juga hampir seimbang. Di dalam puisi di atas juga ada yang namanya sampiran dan isi.
Demikianlah keteraturan yang dimiliki oleh puisi yang bernama pantun.
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Pantun dibentuk oleh bait-bait dan
setiap bait terdiri atas baris-baris. Hanya saja pantun lebih terikat oleh aturan-aturan baku.
Jumlah baris pada setiap baitnya ditentukan. Jumlah suku kata dalam setiap barisnya serta
bunyi-bunyi hurufnya, juga telah diatur.
berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun memiliki struktur dan
kaidah sebagai berikut.
a. Terdiri atas empat baris.
b. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
c. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya disebut isi pantun.
d. Pantun mementingkan rima akhir dengan pola a-b-a-b. Bunyi akhir baris pertama sama
dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris keempat.
Perhatikan pula contoh-contoh teks lainnya di bawah ini.
Teks 1 : Susah juga naik pedati
Halau saja anak kudanya
Tak usah bangga jadi laki-laki
Kalau berpantun kau tak bisa
Teks 2 : Buih banyak di daun-daun
Memukau kalau ada cinderamata
Boleh saja aku bisa berpantun
Kalau cintaku kau mau menerima
Teks 3 : Bau mengkudu kebawa angin
Baik untuk obat luka
Aku mencintaimu, tak mungkin
Mandi pun kau sangat langka
Ketiga teks di atas berkategori sebagai pantun. Hal ini tampak dari struktur dan kaidahnya.
Semua teks di atas masing-masing dibentuk oleh empat larik. Dua larik pertama merupakan
sampiran dan dua bait terakhir merupakan isi.
Masing-masing bait juga berpola a-b-a-b.
a. Pantun 1 : … pedati (a)
… kudanya (b)
… laki-laki (a)
… tak bisa (b)
b. Pantun 2 : … daun-daun (a)
… cideramata (b)
… berpantun (a)
… menerima (b)
Pantun 141
c. Pantun 3 : … angin (a)
… luka (b)
… mungkin (a)
… langka (b)
Adapun suku kata untuk setiap lariknya cukup bervariasi, namun tetap berada di antara
kisaran 8-12. Yang terpendek suku katanya ada pada larik Baik untuk obat luka. Sementara
itu, yang terpanjang ada pada larik ada pada larik Kalau cintaku kau mau menerima.
C Perbandingan Teks Pantun
1. Teks Pantun dengan Teks Pantun Lainnya
Perhatikan kembali keempat bait pantun pada awal bab ini. berdasar struktur dan
kaidahnya, keempat bait pantun itu memiliki kesamaan. Jumlah larik untuk setiap baitnya
juga sama, pola rima akhirnya; begitu pun dengan bagian-bagian sampiran dan isinya.
Namun, apabila kita menelaah isinya, tampaklah perbedaan pada contoh-contoh pantun
ini . Perbedaan yang paling tampak terutama antara pantun a-b dengan pantun c-d.
a. Pantun a-b sama-sama berisi saran atau nasihat. Dengan demikian, pantun semacam itu
disebut dengan pantun nasihat.
b. Pantun c-d sama-sama berisi lelucon atau guyonan. Dengan demikian, pantun semacam
itu disebut dengan pantun jenaka.
berdasar temanya, memang pantun bisa dibedakan ke dalam beberapa macam. Selain
yang disebutkan di atas, ada juga pantun sindiran, pantun kasih-kasihan ataupun pantun
asmara, dan pantun teka-teki. berdasar kelompok umur yang memakainya, pantun dapat
dikelompokkan ke dalam pantun anak-anak, remaja, dan pantun dewasa.
a. Pantun anak-anak berisi cerita ataupun pesan-pesan yang berkenaan dengan kehidupan
anak-anak, seperti pentingnya persahabatan, belajar, permainan.
b. Pantun remaja berisi tentang percintaan ataupun persahabatan, ataupun petualangan.
c. Pantun dewasa berisi tentang kehidupan keluarga, pekerjaan, ataupun kemasyarakatan.
Perhatikan pula teks berikut.
a. Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
b. Pinggan tak retak, nasi tak ingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin
Kedua contoh puisi di atas dinamakan dengan pantun kilat atau karmina. Adapun yang
dimaksud dengan pantun kilat adalah pantun yang terdiri atas dua baris: baris pertama
merupakan sampiran dan baris kedua isinya.
Selain itu, ada yang disebut dengan pantun berkait, pantun berantai, atau seloka. Pantun
berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait. Pantun ini terdiri atas beberapa bait
yang sambung-menyambung. Hubungannya sebagai berikut: Baris kedua dan keempat pada
bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dan ketiga pada bait kedua. Demikianlah
pula hubungan antara bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
-- 142
Contoh pantun berkait:
a. Sarang garuda di pohon beringin
Buah kemuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah Tuari
Buah kemuning di dalam puari
Dibawa dari Indragiri
Putih kuning sambutlah Tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
b. Seganda gugur di halaman
Daun melayang masuk kulah
Dengan adinda minta berkenalan
Rindunya bukan ulah-ulah
Daun melayang masuk kulah
Batang berangan di tepi paya
Rindunya bukan ulah-ulah
Jangan tuan tidak percaya
Perhatikan juga teks di bawah ini.
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu-sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar)
Teks berjudul “Aku” di atas juga berkategori puisi, sebagaimana halnya pantun. Namun,
apabila dilihat dari struktur dan kaidahnya, puisi ini memiliki beberapa perbedaan.
Secara keseluruhan, puisi ini menggambarkan sosok “aku” yang penuh pemberontakan.
Ia ingin terbebas dari belenggu apa pun, risiko yang mungkin terjadi pada dirinya. Puisi
menggambarkan keindividualismean penyairnya. Dengan puisi ini , penyair ingin
menyatakan kebebasan pribadi yang sebebas-bebasnya, tanpa terganggu oleh peraturan
kelompoknya, meskipun risiko besar harus ditanggungnya.
Pantun 143
Puisi berbeda dengan pantun dalam hal strukturnya yang tidak memiliki keteraturan.
Puisi itu tidak terpenggal ke dalam bait-bait. Larik-lariknya pun tidak beraturan. Ada yang
terdiri atas banyak kata. Namun, ada pula yang lariknya itu dibentuk oleh satu kata. Pola
rima puisi itu pun tampak tidak beraturan. Akan tetapi, bukan berarti penyairnya tidak begitu
pandai memilih kata-kata. Puisi itu justru memiliki hubungan kata yang satu dengan yang
lainnya begitu padu dan harmonis. Perhatikan misalnya, paduan-paduan kata berikut.
kalau - waktuku
kumau - merayu
perlu – sedu-sedan
merandang – menerjang
luka – bisa
pedih – peri
Ketepatan pilihan kata dalam puisi itu tidak hanya berkaitan dengan bentuk, tetapi juga
dengan isi ataupun makna. Dari segi isi, kata-kata yang terpilih betul-betul mendalam. Kata-
kata itu bisa mengekspresikan perasaan penyairnya dengan tajam dan bernas. Kata-kata aku
binatang jalang dan “Aku mau hidup seribu tahun lagi”, misalnya, merupakan kata yang
fenomenal dan seolah-olah hanya Chairil Anwar yang berhak memilikinya.
Namun, strukturnya itu tidak seperti halnya dalam pantun. Aspek persajakan tetap
diperhatikan dalam puisi ini . Penyair begitu pandai memainkan kata-kata sehingga
keharmonisan hubungan antarkatanya tetap terjalin dengan baik. Hal ini seperti yang
dicontohkan pada keenam pasangan kata di atas.
2. Teks Pantun dengan Jenis Puisi Lainnya
Pantun merupakan salah satu jenis puisi. Di samping itu, masih ada jenis puisi
lainnya, yakni syair dan gurindam.
a. Syair
Bacalah puisi di bawah ini dengan cermat!
Diriku lemah anggotaku layu
Rasakan cinta bertalu-talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah kakanda berpulang dahulu
Kakanda rindu di kalbu
Mohon adik jangan lupakan daku
Apa pun yang adik mau
Tentulah kanda memenuhi selalu
Kedua bait puisi di atas disebut dengan syair. Syair memiliki beberapa karakteristik
yang sama dengan pantun, yakni sama-sama terikat oleh ketentuan-ketentuan baku,
baik itu dalam hal jumlah larik, suku kata, ataupun rima akhirnya. Bedanya syair tidak
memiliki sampiran. Perbedaan lain, rima akhir syair berpola a-a-a-a.
-- 144
b. Gurindam
Bacalah kedua bait puisi di bawah ini dengan cermat. Perhatikan pula bentuk dan
isinya.
1) Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Di situlah banyak orang tergelincir
2) Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tak bertiang
Kedua bait puisi di atas dinamakan dengan gurindam. Bentuk dan isi gurindam
berbeda dengan pantun dan syair. Dari segi bentuk, gurindam hanya terdiri atas dua
larik dan berima akhir a-a. Sementara itu, dari segi isi, gurindam mengandung petuah
ajakan.
Perhatikan pula contoh-contoh gurindam lainnya di bawah ini.
1) Jadilah orang iman dan bertaqwa
Agar hidup selamat dan bahagia
2) Jika senantiasa menghargai sesama
Tentulah sahabat banyak di mana-mana
3) Berbaiklah kepada orang tua Anda
Niscaya hidupmu akan berkah dan bahagia
• 2 buah • 8–12 per larik
• Berpola a-a
• Mengandung sebab,
dugaan-dugaan
• Nasihat, ajaran
keagamaan
Jumlah
larik
Rima
akhir
Jumlah
suku
kata
Isi
Pantun 145
D Menulis Pantun
Untuk menulis pantun dengan baik, kita terlebih dahulu harus memahami struktur/kaidahnya
sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. Setelah itu, kita menentukan tema serta
pernyataan-pernyataan yang akan dipantunkan.
Misalnya, temanya tentang pentingnya persahabatan. Kemudian, tentu kanlah dua larik yang
mengandung makna persahabatan. Berikut contohnya.
….
….
Dua orang bersahabat sejati
saat susah pun saling sayang
Dua larik di atas merupakan isi pantun. Keduanya telah memenuhi syarat jumlah suku kata,
yakni tidak kurang dari 8 suku kata dan tidak melebihi 12 suku kata. Rima akhirnya pun berpola
a-b.
Selanjutnya, menentukan sampiran yang memiliki pola rima yang selaras dengan kedua larik
isi ini . Misalnya, sebagai berikut.
Gula-gula disobek pakai belati
Kebuka juga di sarang elang
Dua orang bersahabat sejati
saat susah pun saling sayang
Berikut contoh lainnya.
Tema Isi Sampiran
a. Keagamaan Tuhan itu serba agung Tuas itu bisa tersambung
Kita makhluk tak berdaya kalau banyak talinya
b. Hukum Korupsi tetap subur Kotak itu dikubur
Kalau uang jadi dewa wadahnya benih selada
c. Pergaulan Bisalah banyak kawan Di kota saja banyak sedan
Kalau dalam diri tidak saling iri Ke danau tidak perlu berlari
Selain kesesuaian tema ataupun isi dengan sampirannya, aspek penting yang harus diperhatikan
adalah struktur dan ketepatan bahasanya dengan kaidah yang baku.
1. Perhatikan jumlah larik setiap baitnya, jumlah suku kata pada setiap lariknya, rima akhir, serta
sampiran dan isinya. Apakah aspek-aspek itu sudah sesuai dengan struktur baku pantun?
2. Perhatikan kaidah bahasanya, keefektifan kalimat, kebakuan pilihan katanya, serta ketepatan
ejaan dan tanda bacanya!
-- 146
Berikut contoh pantun.
Dari Vatikan ke Tanjung Karang
Singgah sebentar di kota Padang
Nantikan abang untuk datang
Meminang adik seorang.
Secara struktur, pantun di atas sudah benar. Hanya ada satu kesalahan dalam penulisan
hurufnya, yakni pada kata kota. Kata itu harusnya diawali huruf kapital karena diikuti nama
tempat. Dengan demikian, penulisan yang benar adalah Kota Padang.
Perhatikan pula pantun di bawah ini.
Ada apa diramalan cuaca
Hujan geledek deras tak terkira
Ada siapa di balik kaca
Sudah jelek, kok, masih bergaya
ada ketidaktepatan penulisan kata dalam pantun di atas, yakni pada kata diramalan.
Penulisan di pada kata itu harusnya dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, yakni menjadi
di ramalan. Satuan di dalam hal ini merupakan kata depan, seperti halnya ke atau dari; dan
bukannya imbuhan.
Berikut contoh lainnya.
Ikan peda campur bawang
Dimakan sambil duduk
Daripada berkasih sayang
Lebih baik bersahabatan
Rima akhir pantun di atas tidaklah sesuai, yakni antara rima akhir larik ketiga dengan yang
keempat. Yang satu bersuku kata akhir –uk dan yang satunya lagi –an. Oleh karena itu, kata akhir
pada sampiran larik keduanya itu harus diubah, misalnya dengan berloncatan. Dengan demikian,
pantun hasil perbaikannya menjadi seperti berikut.
Ikan peda campur bawang
Dimakan sambil berloncatan
Daripada berkasih sayang
Lebih baik bersahabatan
Pantun 147
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Ada layar putih kemilau
Menuju ke pualu bernyiur hijau
Ada debar kasih menghimbau
Ke hari lampau di sebuah dangau
Puisi di atas berbentuk ....
A. pantun
B. karmina
C. syair
D. talibun
E. puisi lama
2. Puisi berikut ini yang termasuk pantun adalah ....
A. Oh, Tuhan
Biar aku menjadi embunmu
Memancarkan terangmu
Sampai aku lenyap olehnya
B. Anak nelayan menangkap pari,
Sampan karam melanggar karang
Amatlah malang nasibku ini,
Ayah tiada ibu pun berpulang
C. Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengasuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
D. Baik ditanam batang padi
Jauhkan tampang anak pisang
Halau sapi dalam rimba
Adakah penyayang orang ini
E. Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukaku
3. Ada mendung tergantung tebal
Di ujung selatan di batas tapal
Ada untung sudah diramal
Di ujung penghabisan: selamat tinggal
-- 148
Karakteristik puisi ini adalah ….
A. memiliki sampiran dan isi
B. berpola a-b-a-b
C. berbentuk bait
D. mengandung larik
E. suku kata berjumlah 8-12
4. 1. rima a-a-a-a
2. terdiri atas 4 baris
3. bersajak a-b-a-b
4. tidak memiliki sampiran
5. memiliki sampiran dan isi
Yang merupakan ciri-ciri pantun adalah ....
A. 1, 2, dan 3
B. 2, 3, dan 4
C. 1, 2, dan 5
D. 2, 3, dan 5
E. 3, 4, dan 5
5. Air kemiri berbalut katun
Masaklah daun agar mudah dimakan
Mari kita berbalas pantun
Berbalas pantun itu mengasyikkan, kawan
Kata berbalut dapat diganti dengan ….
A. dibilas
B. dijual
C. digodok
D. diberi ragi
E. disertai
6. Kalau ada kembang yang baru
Bunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada sahabat yang baru
Sahabat lama dibuang jangan
Pantun di atas bertema ….
A. pertengkaran
B. persahabatan
C. percintaan
D. permainan
E. petualangan
Pantun 149
7. Taruhlah puan di atas pati
Benang sutra dilipat jangan
Kalu tuan bijak bestari
Binatang apa susu delapan
Kata yang menunjukkan bahwa pantun di atas berkategori teka-teki adalah ….
A. taruhlah
B. puan
C. dilipat
D. jangan
E. apa
8. Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Bait puisi di atas dikategorikan sebagai ….
A. karmina
B. talibun
C. seloka
D. syair
E. mantra
9. Susah juga naik pedati
halau saja anak kudanya
Tak usah bangga jadi laki-laki
kalau berpantun kau tak bisa
berdasar temanya, pantun ini dikelompokkan ke dalam jenis pantun ….
A. keagamaan
B. nasihat
C. teka-teki
D. gurauan
E. anak-anak
10. Makan jagung di pinggir telaga
Telaga tua banyak setannya
Jangan bingung mikirkan saya
Karena saya tidak apa-apa
Pantun di atas menyatakan bahwa ….
A. kita harus jauh dari telaga
B. bertanam jagung itu baik
C. perbuatan setan harus kita jauhi
D. harus saling percaya dalam persahabatan
E. saya dalam keadaan baik-baik, tidak perlu dikhawatirkan
-- 150
11. Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Kalimat yang menjelaskan pantun di atas adalah ….
A. hendaknya memakai rakit kalau berenang
B. perlu usaha keras untuk meraih kesuksesan
C. orang sakit tentu akan memperoleh kesenangan
D. hidup senang biasanya diawali oleh rasa sakit
E. harus tetap sehat untuk bisa bekerja keras dan hidup bahagia
12. Pari (1) hilang di tengah lautan
Letih mencari jalan ke luar (2)
Dari pada (3) kita pacaran (4)
Lebih baik kita belajar (5)
Penulisan kata yang tidak baku ditandai dengan nomor ….
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (2) dan (4)
D. (3) dan (4)
E. (4) dan (5)
13. Duduk-duduk makan tupat
Makannya di atas meja
Kalo tangan yang berat
Namanya malas bekerja
Kata dalam pantun di atas harus diperbaiki karena tidak baku. Kata yang dimaksud adalah
….
A. duduk dan tupat
B. makannya dan di atas
C. kalo dan tupat
D. namanya dan malas
E. kalo dan malas
14. Gula-gula disobek pakai belati
Kebuka juga di sarang elang
Dua orang bersahabat sejati
saat susah pun saling sayang
Maksud pantun di atas adalah ….
A. Perlu saling sayang saat sedang susah
B. Kesusahan merupakan bukti saling menyayangi
C. Persahabatan sejati tetap saling menyayangi walaupun dalam keadaan susah
D. Persahabatan perlu dijalani dengan tulus atas rasa cinta dan kasih sayang
E. Kasih sayang perlu tetap dijalin di antara sesama manusia
Pantun 151
15. Ada apa diramalan cuaca
Hujan geledek deras tak terkira
Ada siapa di balik kaca
Sudah jelek, kok, masih bergaya
Penulisan kata depan yang salah dalam pantun di atas adalah ….
A. diramalan
B. di balik
C. tak terkira
D. ada siapa
E. kok masih bergaya
16. Ikan peda campur bawang
Dimakan sambil berloncatan
Daripada berkasih sayang
Lebih baik bersahabatan
Kata berloncatan dalam pantun di atas dapat diganti dengan ….
A. lompat tinggi
B. beterbangan
C. menari-nari
D. bersenda gurau
E. syukuran
17. Lengan hewan adanya jari
telungkup saja dekat jelaga
Dengan kawan janganlah iri
….
Bait pantun di atas harus dilengkapi dengan larik ….
A. hidup bersama lebih bahagia
B. bila kita iri hidup tidak mandiri
C. jauhkan dari sikap saling membenci
D. kebahagiaan merupakan dambaan semua
E. iri akan menimbulkan dosa-dosa
18. Baik ditanam batang padi,
Jauhkan tampung anak pisang,
Halaukan sapi dalam rimba.
Adakah penyayang orang sini,
Bawa penumpang anak dagang.
...
Kalimat yang tepat untuk melengkapi talibun di atas adalah ....
A. kenyang perut, senang hati
B. ke akhirat jua kelak hidupmu
C. dayung pengayuh taruh di situ
D. kalau nanti membalas guna
E. biar bersama akhirnya susah juga
-- 152
19. (1) Jalan-jalan ke pasar Lempuyang
(2) ...
(3) Jika ingin selalu sayang
(4) ...
Larik yang tepat untuk melengkapi pantun ini adalah ....
A. (2) Jangan lupa bawa keranjang
(4) Rajin mengaji dan sembahyang
B. (2) Membeli kain barang sehelai
(4) Salat mengaji janganlah lalai
C. (2) Jangan lupa membeli nanas
(4) Salat mengaji janganlah lalai
D. (2) Jangan lupa bawa keranjang
(4) Salat mengaji janganlah lalai
E. (2) Membeli seroja dan gula-gula
(4) Lakukan sembahyang jangan lalai
20. Kemumu di dalam semak
Jauh melayang selaranya
....
....
Isi yang paling sesuai dengan sampiran pantun di atas adalah ....
A. Meski ilmu setinggi langit
Tidak sembahyang apa gunanya
B. Meski ilmu tinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya
C. Meskipun ilmu sangat tinggi
Tidak sembahyang apa gunanya
D. Meski ilmu tinggi tegak
Semuanya tiada berguna
E. Ilmu itu akan berguna
Kalau kita rajin bersembahyang
Cerita Ulang 153
A Pengertian Cerita Ulang
Perhatikanlah teks berikut.
Mohammad Natsir
Ia dikenal sebagai negarawan ataupun tokoh pergerakan nasional pada saat sebelum dan
sesudah Indonesia merdeka. Ia merupakan tokoh Indonesia yang paling sederhana sepanjang masa.
Sepanjang hidupnya, Mohammad Natsir dikenal tidak mempunyai pakaian bagus, jasnya pun
banyak tambalan. Dia dikenang sebagai menteri yang tidak mempunyai rumah serta menampik
diberi hadiah mobil. Mohammad Natsir menampik mobil Chevrolet Impala walaupun sebenarnya
di tempat tinggalnya ia cuma mempunyai mobil tua merk De Soto.
Mohammad Natsir lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra
Barat tepatnya pada tanggal 17 Juli 1908. Ia merupakan anak dari pasangan Mohammad Idris
Sutan Saripado serta Khadijah. Mohammad Natsir mempunyai tiga orang saudara kandung, yang
bernama Yukinan, Rubiah, serta Yohanusun. Jabatan ayahnya yaitu pegawai pemerintahan di
Alahan Panjang, sedang kakeknya adalah seorang ulama. Ia nantinya akan menjadi pemangku
kebiasaan atau adat untuk kaumnya yang berasal Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar
Datuk Sinaro nan Panjang. Natsir mulai mengenyam pendidikan selama dua tahun di Sekolah
Rakyat Maninjau, kemudian ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Padang.
Selama beberapa bulan bersekolah di sana ia kemudian pindah ke Solok dan dititipkan di
rumah saudagar yang bernama Haji Musa. Tak hanya belajar di HIS di Solok pada siang hari,
ia juga belajar pengetahuan agama Islam di Madrasah Diniyah saat malam hari. Ia kemudian
pindah setelah tiga tahun ke HIS di Padang bersama-sama kakaknya. Kemudian tahun 1923,
ia meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) lalu kemudian ia
pun bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische
Pavinderij serta Jong Islamieten Bond. Sesudah lulus dari MULO, ia selanjutnya pindah ke
Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) sampai tamat pada tahun 1930.
Pada 20 Oktober 1934, Natsir menikah dengan Nurnahar di Bandung. Dari pernikahan itu,
Natsir dikaruniai enam anak. Natsir juga diketahui banyak menguasai bahasa asing, seperti Inggris,
Belanda, Perancis, Jerman, Arab, serta Spanyol. Natsir juga mempunyai kesamaan hobi serta
mempunyai kedekatan dengan Douwes Dekker, yaitu bermain musik. Natsir sangat menyukai
memainkan biola serta Dekker yang menyukai bermain gitar. Mohammad Natsir juga kerap
bicara dengan memakai bahasa Belanda dengan Dekker serta kerap mengulas musik sekelas
Ludwig van Beethoven serta novel sekelas Boris Leonidovich Pasternak, novelis kenamaan Rusia
pada saat itu.
VIII Cerita Ulang
-- 154
Pada tahun 1938, ia kemudian bergabung dengan Partai Islam Indonesia, serta diangkat menjadi
pimpinan untuk cabang Bandung dari tahun 1940 hingga 1942. Sesudah proklamasi kemerdekaan
Indonesia, ia kemudian menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Sebelum diangkat
sebagai perdana menteri, sebelumnya Mohammad Natsir menjabat sebagai menteri penerangan.
Pada tanggal 3 April 1950, ia mengajukan Mosi Integral Natsir dalam sidang pleno parlemen.
Mohammad Hatta yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pada waktu itu mendorong
keseluruhan pihak untuk berjuang dengan tertib dan sangat merasa terbantu dengan adanya mosi
ini. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam negara kesatuan Republik Indonesia
yang pada mulanya berupa serikat hingga kemudian Mohammad Natsir diangkat sebagai perdana
menteri oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1950. Mohammad Natsir kemudian mengkritik
Soekarno bahwasannya dia kurang mencermati kesejahteraan di luar Pulau Jawa. Lantaran kritiknya
ini yang dilancarkan kepada Soekarno hingga akhirnya Mohammad Natsir mengundurkan diri.
Pemerintah Indonesia waktu itu, baik yang dipimpin oleh Soekarno ataupun Soeharto, keduanya
sama-sama menuding Mohammad Natsir sebagai pemberontak serta pembangkang, dari tudingan
itu membuatnya dipenjara.
Oleh negara-negara lain, Natsir benar-benar dihormati serta dihargai, penghargaan yang
dianugerahkan kepadanya pun amat banyak. Mohammad Natsir diakui oleh Dunia Islam sebagai
pahlawan lintas bangsa serta negara. Bruce Lawrence mengatakan bahwasannya Natsir adalah
politisi yang paling menonjol yang membantu pembaruan Islam. Pada tahun 1957, Mohammad
Natsir menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey atas
jasanya menolong perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Penghargaan internasional
yang lain yakni Jaa-izatul Malik Faisal al-Alamiyah pada di tahun 1980, serta penghargaan dari
sebagian ulama serta pemikir populer seperti Syekh Abul Hasan Ali an-Nadwi serta Abul A’la
Maududi. Pada tahun 1980, Natsir dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab
Saudi lewat Yayasan Raja Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Ia memperoleh gelar doktor kehormatan
dalam bidang politik Islam dari Kampus Islam Libanon pada tahun 1967. Pada tahun 1991,
ia kemudian memperoleh dua gelar kehormatan, yakni dalam bidang sastra dari Universitas
Kebangsaan Malaysia serta dalam bidang pemikiran Islam dari Universitas Sains Malaysia.
Mohammad Natsir wafat pada 6 Februari 1993 di Jakarta, serta dimakamkan satu hari
kemudian. Pada masa pemerintahan B. J. Habibie, Natsir diberi penghargaan Bintang Republik
Indonesia Adipradana.
Itulah artikel mengenai biografi Mohammad Natsir yang dikenal sebagai pahlawan bangsa
Indonesia dan juga tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Semoga biografi ini bisa
bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pembaca.
(Sumber: Biografi Tokoh Dunia dengan beberapa penyesuaian)
Teks itulah yang dimaksud dengan cerita ulang (recount), yakni teks yang menceritakan
kembali kejadian atau pengalaman masa lampau. Cerita ulang dapat disampaikan berdasar
pengalaman langsung penutur atau penulisnya. Akan tetapi, cerita ulang dapat pula berdasar
imajinasi atau di luar penyampainya itu. Oleh karena itulah, cerita ulang dapat diklasifikasikan
menjadi empat macam, yakni sebagai berikut.
1. Pengalaman pribadi (personal recount), yakni teks yang mengisahkan kembali kejadian yang
dialami penulisnya secara langsung. Misalnya, berupa kisah perjalanan, kejadian-kejadian
waktu berlibur, peristiwa-peristiwa unik semasa sekolah.
2. Cerita ulang faktual (factual recount), yakni teks yang mengisahkan kembali kejadian masa
lalu yang disaksikan sendiri ataupun dialami orang lain. Misalnya, peristiwa kecelakaan lalu
Cerita Ulang 155
lintas, peristiwa-peristiwa alam, kisah hidup seorang tokoh. Oleh karena itu, berita koran, kilas
balik peristiwa tahunan, dan biografi dapat pula digolongkan ke dalam teks cerita ulang.
3. Cerita ulang imajinatif (imaginative recount), yakni teks yang mengisahkan peristiwa-
peristiwa yang bersifat khayalan, namun sering kali peristiwa itu dianggap ada atau benar-
benar terjadi. Karena bersifat melegenda, kisah itu terus diceritakan kembali secara turun-
temurun dari generasi ke generasi. Teks yang termasuk jenis ini adalah dongeng, legenda,
dan cerita-cerita rakyat lainnya.
4. Cerita ulang prosedur (procedural recount), yakni teks yang menceritakan latar belakang
atau asal usul terjadinya suatu kejadian di masa lalu. Teks semacam ini biasanya dipakai di
dalam pengadilan dalam rangka memperjelas kasus ataupun alat bukti perkara.
Adapun contoh di atas berkategori biografi (factual recount), di dalamnya menceritakan
ketokohan Mohammad Natsir, sejak kelahirannya, masa-masa perjuangannya, sampai ia
meninggal. Peristiwa-peristiwa itu diceritakan oleh orang ketiga berdasar fakta-fakta yang
diperolehnya dari berbagai referensi.
B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Cerita Ulang
1. Fungsi Cerita Ulang
Sesuatu itu terus-menerus diperdengarkan, ditayangkan, ataupun dibaca karena
kebermanfaatannya sangat dirasakan banyak orang. Demikian halnya dengan cerita ulang,
teks itu terus-menerus disampaikan orang karena manfaat dari kisahnya itu yang memberi
inspirasi, semangat, ataupun pelajaran hidup bagi yang mendengar atau pembacanya. Misalnya
dari teks “Mohammad Natsir” di atas, pembacanya bisa memperoleh sejumlah keteladanan
yang bisa diterapkan di dalam kehidupannya sendiri.
Hal itu tidak terkecuali dengan cerita ulang imajinatif, seperti cerita rakyat, di dalamnya
juga banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik, termasuk nilai-nilai hiburan yang bisa
dinikmati pendengar ataupun pembacanya. Cerita ulang berbentuk cerita rakyat tidak bisa
lepas dari pengaruh budaya atau kebiasaan masyarakatnya. Misalnya, sebuah cerita yang
menggambarkan kepatuhan masyarakat kepada raja atau pimpinannya. Dengan demikian,
budaya yang bersistem kerajaan ataupun feodal yang berlaku pada masyarakatnya
berpengaruh pada cerita itu. Mungkin pula pengaruh itu dari sistem keagamaan, politik,
ataupun ekonominya.
Perhatikan cuplikan cerita rakyat di bawah ini.
Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang bernama Limbat.
Hampir semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh
Limbat. Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak
berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya memuncak saat
Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging persediaan mereka di rumah sudah
hilang dicuri orang.
Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki langsung menuduh pelayannya itu yang mencuri
daging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat terkejut. Tidak pernah diduga
majikannya akan tega menuduh dirinya sebagai pencuri.
-- 156
Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa bukan dia yang
mencuri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan tombaknya ke dalam sebuah kolam.
Bersamaan dengan itu Si Limbat disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu
keluar dari kolam berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari
kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri.
Di dalam cuplikan di atas tergambar mata pencaharian kehidupan masyarakatnya yang
masih mengenal pekerjaan berburu.Tergambar pula pola pikir masyarakat yang percaya
pada kesaktian atau tuah benda-benda tertentu.
Cermati pula cuplikan cerita rakyat berikut!
Pada suatu hari, permaisuri dari raja ini meninggal dunia. Sejak saat itu raja
menjadi murung dan nampak selalu sedih. Keadaan ini membuatnya tidak dapat lagi
memerintah dengan baik. Pada saat yang sama, keadaan kesehatan raja ini pun makin
menurun. Guna menanggulangi situasi itu, raja berniat untuk pergi berlayar guna menghibur
hatinya.
Untuk melanjutkan pemerintahan maka raja itu menyerahkan tahtanya pada kedua
anak kembarnya yang bernama Naga dan Buaya. Mereka pun menyanggupi keinginan
sang raja. Sejak sepeninggal sang raja, kedua putranya ini memerintah kerajaan.
Namun sayangnya muncul persoalan mendasar baru.
Sistem politik yang bersifat feodal atau bersistem kerajaan menjadi latar belakang
lahirnya cerita di atas. Sistem pemerintahan yang dimiliki oleh suatu keluarga dan bersifat
turun-temurun merupakan bagian dari kehidupan mereka. Masyarakat pemilik cerita itu
berpandangan pula bahwa pemimpin itu tetap harus memerintah dengan baik dan harus sehat.
Kalau tidak demikian, ia harus menyerahkan kekuasaannya kepada keturunannya.
Di samping itu, dikenal pula nilai keteladanan, yakni suatu kebaikan yang ditunjukkan
seorang tokoh melalui sikap, perkataan, dan perbuatan. Hal itu akan tampak dari respons
seorang tokoh terhadap suatu peristiwa ataupun konflik.
Suatu cerita rakyat banyak menyajikan peristiwa imajinatif ataupun keanehan-keanehan
yang tidak bisa diterima akal sehat. Peristiwa-peristiwa itu tidak mungkin terjadi di tengah-
tengah kehidupan kita. Akan tetapi, perilaku para tokohnya bisa saja terjadi dalam kehidupan
sehari-hari pada zaman sekarang. Misalnya, rasa iri yang timbul di antara anggota keluarga
kerajaan, penghianatan yang dilakukan seorang murid kepada gurunya.Mungkin pula perilaku
durhaka seorang anak pada orang sebagaimana yang terjadi dalam cerita Malinkundang.
Kejadian-kejadian seperti itu sering kali terjadi di dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, walaupun merupakan warisan masa lalu, cerita rakyat tetap memiliki
makna bagi kehidupan masa sekarang. Cerita itu memiliki pesan-pesan dan keteladanan dari
para tokohnya yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Seperti cerita Si Malinkundang,
cerita itu berpesan agar kita selalu menghormati orang tua bagaimanapun keadannya. Baik
itu dalam keadaan susah ataupun senang, tetap saja kita muliakan sampai kapan pun.
Pesan-pesan itu dapat kita peroleh dengan cara memaknai unsur penokohan. Dari situ
pula kita mandapat gambar tentang karakter suatu tokoh, misalnya, pekerja keras, pemaaf,
penyayang, penurut, pendendam. Karakter-karakter itu bisa digambarkan dengan bermacam-
macam, antara lain, sebagai berikut.
Cerita Ulang 157
a. Penyebutan Langsung
Contoh:
Raja adalah seorang yang tegas dan baik hati. Ia sering memberi banyak hadiah
kepada rakyatnya yang berprestasi dan menghukum rakyatnya yang bersalah.
b. Melalui perilaku dan budi bahasa tokoh ini
Contoh:
Setiap bertemu dengan orang, sang putri selalu tersenyum dan menyapa. Tidak segan-
segan, ia memberi makanan pada mereka walaupun seadanya. Pernah suatu hari
ada anak yang memaki-makinya. Sang putri malah tersenyum dan segera memaafkan
kesalahan anak itu.
c. Melalui pembicaraan tokoh lain
Contoh:
“Hati-hati kalau berbicara dengan raja,” ujar Patih “Raja mudah tersinggung. Apalagi
sekarang kerajaannya sedang punya masalah. Lebih baik jangan menemuinya sekarang!”
d. Melalui penggambaran tempat
Contoh:
Rumah Jaka Sembung sangat rapi. Perabotan rumah tertata apik. Di rumah itu
sulit untuk menemukan sampah. Oleh karena itu, siapa pun yang berkunjung ke sana
akan betah untuk tinggal berlama-lama.
Karakter tokoh akan semakin jelas apabila kita mengikuti alurnya dengan baik. Dari
rangkaian cerita itulah, akan tampak perilaku ataupun sikap-sikap para tokohnya di dalam
menghadapi konflik ataupun peristiwa-peristiwa yang ada di dalam cerita itu. Dari situ
pula kita bisa memperoleh makna cerita berupa keteladanan yang bisa kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Struktur Teks Cerita Ulang
berdasar fungsi ataupun tujuannya, cerita ulang dikategorikan sebagai teks narasi,
yakni teks yang bertujuan untuk mengisahkan suatu peristiwa dengan senyata-nyatanya
sehingga pembaca ataupun pendengarnya seolah-olah menyaksikan langsung peristiwa itu.
Oleh karena itu, cerita ulang pada umumnya tersaji secara kronologis, mengikuti urutan
waktu. Seperti halnya teks cerita pendek ataupun novel, di dalamnya terkandung penokohan,
latar, dan alur kejadian.
Unsur-unsur utama narasi itu terangkai dalam struktur penyajian umumnya seperti
berikut.
a. Orientasi atau setting (aim), berisi informasi mengenai latar belakang kisah atau peristiwa
yang akan diceritakan selanjutnya untuk membantu pendengar/pembaca. Informasi yang
dimaksud berkenaan dengan ihwal siapa, kapan, di mana, dan mengapa.
b. Kejadian penting (important event, record of events), berisi rangkaian peristiwa yag
disusun secara kronologis, menurut urutan waktu, yang meliputi kejadian-kejadian utama
yang dialami tokoh. Dalam bagian ini mungkin pula disertakan komentar-komentar
pencerita pada beberapa bagiannya.
-- 158
c. Reorietasi, berisi komentar evaluatif atau pernyataan kesimpulan mengenai rangkaian
peristiwa yang telah diceritakan sebelumnya. Bagian ini sifatnya opsional, yang mungkin
ada atau tidak ada di dalam suatu cerita ulang.
Orientasi
• Latar belakang peristiwa
• Pengenalan tokoh
• Penilaian
• Kesimpulan
• Rangkaian peristiwa,
disusun kronologis
Kejadian-kejadian
penting
Reorientasi
Struktur Cerita Ulang
Berikut contohnya.
Teks Struktur Penjelasan
Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani
al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota
Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah
dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Abu
Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap
sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu
Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu
Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota
legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama
Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain
wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian
membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas
belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Orientasi Pengenalan
tokoh,
menjawab
pertanyaan
Siapa tokoh?
Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang
membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik
dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-
sajaknya juga sarat dengan nilai spiritual, di samping cita
rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra
Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga
belajar Alquran kepada Ya’qub al-Hadrami. Sementara itu,
dalam ilmu hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad,
Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan
Azhar bin Sa’ad as-Samman.
Peristiwa-
peristiwa
penting
Kehidupan
masa muda
dan riwayat
pendidikan
tokoh
Cerita Ulang 159
Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah
bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya
dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah
sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian
membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di
Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh
Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-
orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus
bahasa Arab. Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat
peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan
para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu
Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun,
karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-
puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja
dan menjilat penguasa.
Perjalanan tokoh
sebagai penyair
Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu
Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh
canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh
terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-
karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual.
Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah
lucu dan tidak lazim.
Keistimewaan
tokoh sebagai
seorang penyair
Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian
Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana,
Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi
penyair istana (sya’irul bilad). Sikapnya yang jenaka
menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna.
Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang
tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah
peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga
pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya,
suatu saat Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani
Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja
Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas,
ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana
Menteri Barmak.
Kedekaatan
tokoh dengan
penguasa
Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak
jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan
menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul
Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah
Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin
Perjalanan,
petualangan
tokoh
-- 160
Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas
berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat
pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor
dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan
Allah. Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi
diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru
di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai
ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai
jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan
Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam
kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan –
tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri. Seorang
sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi
kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan
kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu.
Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan
ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Kehidupan
tokoh di penjara
Mengenai tahun meninggalnya, banyak versi yang saling
berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada
pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara itu,
yang lain menyebutkan tahun 198 H/813 M dan tahun 199
H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya
oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti
– yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di
Syunizi di jantung Kota Baghdad.
Akhir kehidupan
tokoh
Berikut contoh analisis struktur lainnya untuk cerita ulang berbentuk cerita rakyat dengan
judul “Senjata Pusaka Terampuh”.
Teks Struktur Penjelasan
Cerita rakyat Tengger ini bermula dari sepasang suami
isteri bernama Ki Umah dan isteri serta anaknya bernama
Joko Tengger. Kehidupan mereka bertiga cukup tenteram.
Joko Tengger seorang pemuda yang baik hati, ramah dan
suka menolong orang lain. Pada suatu saat Joko Tengger
disuruh menjual hasil ladang ayahnya ke kota. Kekuatan
badannya sungguh luar biasa, dia dapat membawa
seluruh hasil panennya dengan selaras batang cemara.
Keistimewaan dan kekuatan badan Joko Tengger sampai
terdengar pada Sri Sultan di Ker tasura. Raja memberi
perintah memanggil Joko Tengger agar menghadap. Sri
Sultan ingin membuktikan kekuatan yang dimiliki Joko
Tengger. Joko Tengger akhirnya mengabdi di kerajaan
Kartasura.
Orientasi Pengenalan
sosok Joko
Tengger, latar
belakang
kehidupan,
hingga bertemu
dengan raja,
secara garis
besar
Cerita Ulang 161
Cerita rakyat Tengger ini bermula dari sepasang suami
isteri bernama Ki Umah dan isteri serta anaknya bernama
Joko Tengger. Kehidupan mereka bertiga cukup tenteram.
Joko Tengger seorang pemuda yang baik hati, ramah dan
suka menolong orang lain. Pada suatu saat Joko Tengger
disuruh menjual hasil ladang ayahnya ke kota. Kekuatan
badannya sungguh luar biasa, dia dapat membawa
seluruh hasil panennya dengan selaras batang cemara.
Keistimewaan dan kekuatan badan Joko Tengger sampai
terdengar pada Sri Sultan di Ker tasura. Raja memberi
perintah memanggil Joko Tengger agar menghadap. Sri
Sultan ingin membuktikan kekuatan yang dimiliki Joko
Tengger. Joko Tengger akhirnya mengabdi di kerajaan
Kartasura.
Peristiwa-
peristiwa
penting
Raja tertarik
pada
kesitimewaan
Joko Tengger
Pada suatu hari Sri Sultan bertanya kepada Joko
Tengger, “Joko Tengger, senjata apakah yang kau miliki?”
Joko Tengger berkata penuh hormat, “Ampun Sri
Sultan, hamba tak memi liki senjata apa pun karena orang
tua hamba tak pernah mewariskan kepada hamba.”
Bersabdalah Sri Sultan, “Sayang sekali, engkau tak
memiliki senjata, padahal senjata itu perlu bagi dirimu
sebagai seorang prajurit, Joko Tengger.”
Berkata Joko Tengger, “Sri Sultan, mungkin orang tua
hamba belum sempat mewaris kan kepada hamba. Apabila
Sri Sultan memper kenan kan, hamba akan pulang untuk
menanya kannya.”
Bersabdalah Sri Sultan, “Baiklah coba tanyakan hal
itu kepada orang tuamu dan selekasnya engkau kembali.
Raja meminta
senjata ampuh
pada Joko
Tegger
Hari itu juga Joko Tengger kembali ke rumah akan
menanyakan senjata kepada ayahnya. Perjalanan antara
Kartasura dan Tengger seharusnya ditem puh dalam waktu
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, namun karena
kesaktiannya Joko Tengger dapat dengan cepat sampai di
rumah, gembiralah hati kedua orang tuanya.
Joko Tengger bertanya kepada ayahnya, “Ayah Sri
Sultan menanyakan senjata pemberian ayah. Adakah
senjata itu untukku.”
Mendengar pertanyaan anaknya itu, hati ayah menjadi
sedih karena me mang tidak ada satu pun senjata pusaka
yang akan diwariskan kepada anaknya. Dijawabnya
pertanyaan ini : “Tengger, anakku, ketahuilah olehmu
bahwa sebenarnya senjatamu yang sangat ampuh adalah
Ayah dan Ibumu sendiri.”
Joko Tengger
meminta
senjata ampuh
kepada kedua
orangtuanya
-- 162
Mendengar ucapan ayahnya itu, Joko Tengger menjadi
gembira dan senang karena kedua orang tuanya akan
dibawanya menghadap raja.
“Kalau begitu, sekarang ayah dan ibu ikut aku
menghadap baginda karena beliau sangat ingin melihat
senjata milikku,” kata Joko Tengger gembira.
Tetapi bagi kedua orang tuanya, hal ini ,
merupakan petir di siang bo long. Sebab, maksud ayahnya
tadi berkata dalam kiasan. Apa yang dikehendaki anaknya
terpaksa diturutinya.
Hari berikutnya, ketiga anak beranak itu meninggalkan
desanya, pergi ke kota. Sesampai di kerajaan, terjadilah
suatu keajaiban karena orang tua Joko Tengger yaitu Ki
Umah dan Ni Umah berubah bentuk menjadi meriam-
meriam ampuh. Joko Tengger terkejut dan sedih melihat
kenyataan itu, namun ia harus segera menghadap Sri
Sultan.
Orang tua
Joko Tengger
berubah
menjadi meriam
Ternyata senjata ini sangat berguna untuk
pertahanan Kerajaan Karta sura. Dalam beberapa kali
peperangan terbukti meriam itu mampu memporak-
porandakan pertahanan musuh. Meriam-meriam itu
dinamakan Kyai Setomo dan Nyai Setomi. Meriam Kyai
Setomo sekarang berada di Taman Fatahillah- Jakarta dan
dikenal dengan nama Kyai Jagur. Sementara itu, meriam
Nyai Setomi hingga sekarang masih berada di Kartasura.
Meriam
Joko Tegger
dipakai utuk
pertahanan
Kerajaan
Kartasura
Kejujuran Joko Tengger patut diteladani. Ia
mempunyai kekuatan dan kesaktian luar biasa, namun
tidak menyombongkannya. Bahkan, bersikap apa adanya.
Reorientasi Komentar,
evaluasi,
tentang kebaikan
Joko Tengger
3. Kaidah Teks Cerita Ulang
Dari segi kebahasaan, cerita ulang yang berupa cerita rakyat memiliki banyak kekhasan,
yakni ditandai oleh kata-kata seperti berikut pada awal ceritanya:
a. Alkisah, diceritakan….
b. Menurut si empunya cerita….
c. Pada suatu hari….
d. Konon pada hari itu….
e. Dalam suatu hikayat, dikisahkan….
Kekhasan lainnya bahwa cerita rakyat menyatakan latar belakang atau kondisi kehidupan
dan budaya masyarakat tertentu. Seperti cerita “Arya Penangsang”, cerita itu hanya ada di
tengah-tengah kehidupan masyarakat, Solo. Jawa Tengah. Hal ini ditandai oleh nama
tokoh, nama latar, dan budaya yang melatarbelakangi cerita itu. Meskipun demikian, secara
tema mungkin saja cerita ini memiliki kemiripan dengan cerita dari daerah lain.
Cerita Ulang 163
Perhatikan kembali cuplikan cerita rakyat berikut.
Mereka menyadari kesalahan mereka, telah menyalahi tata hidup manusia, melanggar
ketentuan Ilahi. Kemudian terjadilah suatu bencana dahsyat, hujan deras sekali bagaikan
dicurahkan dari langit. Angin puting beliung melanda wilayah kediaman mereka sehingga
mengakibatkan Tanjung Likei yang semula agak jauh menjorok ke laut, waktu itu putus
terbagi menjadi dua bagian. Sebagian tinggal di Tagulandang disebut Tonggeng Napoto
(tanjung yang terputus) dan yang lain menurut ceritera hanyut ke utara, hilang dari
pandangan mata dan kini disebut Bowon Deke.
Rupanya musibah yang menimpa mereka belum cukup, keturunan mereka pun
berwujud seekor ular yang panjangnya kurang lebih satu kaki. Hingga kini bila ular itu
kedapatan dalam lemari atau pakaian yang terlipat dalam peti, diambillah manik-manik
lalu diikat dengan merah kemudian dikalungkan pada lehernya, dan segeralah ular itu
akan menghilang. Menurut cerita, ular itu ingin mengunjungi kaum kerabat Sampahauta
bersaudara.
Pada akhir cerita, mereka berdua pindah ke sebuah gua di pantai Likei yang tidak jauh
dari Tonggeng Napoto, hingga akhir hidup mereka. Hingga kini tengkorak mereka masih
ada dalam gua itu, disimpan dalam piring porselen Cina
ada beberapa peristiwa imajinatif yang sulit diterima akal sehat di dalam cuplikan
di atas, yakni sebagai berikut:
a. bencana dahsyat yang terjadi tiba-tiba akibat kesalahan seseorang;
b. perubahan wujud makhluk hidup dari manusia menjadi ular.
Peristiwa-peristiwa semacam itulah yang sering kali menandai sebuah cerita rakyat
Peristiwa-peristiwa bersifat imajinatif, yakni berupa keajaiban atau peristiwa yang tidak
masuk akal. Peristiwa-peristiwa lain, misalnya, kemampuan orang untuk menghilang,
binatang yang berperilaku seperti manusia, perubahan benda atau tempat yang asal-usulnya
berupa manusia atau binatang.
Cerita rakyat juga selalu memakai sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
Cerita itu selalu memakai kata ganti ia atau mereka dengan juru cerita seolah-olah
berperan sebagai dalang yang bisa menggerakkan jiwa raga tokoh-tokonya secara leluasa.
Dengan sajian contoh dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cerita ulang
memiliki kaidah-kaidah sebagai berikut.
a. Stuktur cerita ulang berupa cerita rakyat atau cerita klasik. Sebagaimana ciri cerita pada
umumnya, cerita itu dibentuk oleh unsur tema, amanat, alur, penokohan, latar. Namun,
berbeda dengan cerita-cerita modern, dalam cerita rakyat tidak dikenal pengarangnya
(anonim). Cerita itu selalu memakai sudut pandang orang ketiga yang serba tahu.
b. Kaidah cerita rakyat pada umumnya diawali oleh “kata-kata beku”, seperti alkisah,
konon, dalam suatu hikayat. Di dalamnya juga banyak diwarnai oleh cerita-cerita
imajinatif yang sulit diterima oleh akal sehat, di luar nalar.
Akan tetapi, cerita ulang yang bersifat faktual, kaidah-kaidah kebahasaannya memiliki
banyak kesamaan dengan kaidah yang lazim ditemukan dalam narasi faktual lainnya. Kata-
kata baku tidak ditemukan di dalamnya. Berikut kaidah-kaidah lainnya yang menandai cerita
ulang faktual.
-- 164
a. memakai kata ganti orang pertama tunggal atau jamak jika cerita ulang itu berupa
suatu pengalaman penceritanya. Kata-kata itu, misalnya, saya, aku, kami. memakai
kata ia atau dia kalau cerita ulang itu berupa biografi yang berselang dengan menyebutkan
nama tokoh yang diceritakannya itu.
b. Banyak memakai kata kerja tindakan untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa
atau perbuatan fisik yang dilakukan oleh tokoh. Contoh: memberi, memenjarakan,
meninggalkan, melakukan, bermain.
c. Banyak memakai kata deskriptif untuk memberi informasi secara rinci tentang
sifat-sifat tokoh. Kata-kata yang dimaksud, antara lain, adalah sederhana, bagus, tua,
populer, penting. Kata-kata itu sering pula didahului oleh kopulatif adalah, merupakan.
d. Banyak memakai kata kerja pasif dalam rangka menjelaskan peristiwa yang dialami
tokoh sebagai subjek yang diceritakan. Contoh: dianugerahkan, diberi, dikenang,
dihormati.
e. Banyak memakai kata kerja mental dalam rangka penggambaran peran tokoh.
Contoh menguasai, menyukai, menuding, diilhami.
f. Banyak memakai kata sambung, kata depan, ataupun nomina yang berkenaan
urutan dengan waktu. Contoh: sebelum, sudah, pada saat, kemudian, selanjutnya,
sampai, hingga, pada tanggal, nantinya, selama, saat itu. Hal ini terkait dengan pola
pengembangan teks cerita ulang yang pada umumnya bersifat kronologis.
C Perbandingan Teks Cerita Ulang
1. Teks Cerita Ulang dengan Cerita Ulang Lainnya
Di atas kita mengenal empat macam cerita ulang, yakni berupa pengalaman pribadi,
cerita ulang faktual, cerita ulang imajinatif, dan cerita ulang prosedur. Keempat-empatnya
sama-sama tersaji dalam bentuk narasi. Oleh karena itu, di dalamnya terkandung urutan
peristiwa yang terpola secara kronologis, menurut urutan waktu. Di dalamnya terkandung
tokoh dan latar.
a. berdasar strukturnya, keempat macam cerita ulang itu sama-sama diawali dengan
orientasi, yakni dengan pengenalan tokoh atau peristiwa umum. Dalam teks cerita ulang
faktual (biografi) yang diperkenalkan adalah latar belakang keluarga, tanggal dan tempat
kelahiran, serta sifat-sifat tokoh secara umum. Adapun dalam cerita ulang imajinatif,
gambaran faktual tentang latar belakang kelahiran seperti itu sengaja dikaburkan.
Penggambarannya lebih fokus pada karakter tokoh. Dalam teks yang berupa pengalaman
pribadi, orientasi cerita lebih terfokus pada gambaran peristiwa awal yang dialami
tokoh.
Contoh:
Peristiwa lima tahun yang lalu masih tetap terkenang sampai sekarang, lebih‑lebih
saat menjelang lebaran seperti sekarang. saat itu, kakek pulang dari masjid dan
membawakan sebungkus petasan dalam plastik warna hitam.
Cerita Ulang 165
Pada bagian isi, keempat-empatnya diisi dengan kejadian-kejadian penting yang dialami
tokoh. Bagian ini disusun dengan pola kro nologis, yang kadang-kadang pula disisipi
dengan pola kausalitas. Bedanya dalam biografi dan pengalaman pribadi berisi peristiwa-
peristiwa faktual, bahkan dalam cerita ulang prosedur fakta-fakta itu menjadi bagian dari
bukti persidangan. Adapun dalam cerita rakyat, peristiwa itu bersifat imajinatif walaupun
kadang-kadang dikaitkan pula dengan peristiwa nyata. Hal itu sebagaimana yang tampak
pada legenda. Peristiwa-peristiwa dalam legenda direkayasa sedemikian rupa sehingga
benar-benar pernah terjadi.
Pada bagian penutup, berupa komentar atau kesimpulan ada keragaman. Namun,
tidak setiap bentuk teks cerita ulang memiliki bagian ini. Seperti dalam contoh di atas
bahwa cerita ulang berbentuk biografi, pada bagian akhirnya umumnya berupa kisah
meninggalnya tokoh. Setelah itu, tidak ada penjelasan lain, baik itu yang berupa penilaian
ataupun kesimpulan. Hal itu beda halnya denga cerita ulang yang berbentuk cerita rakyat,
pada bagian akhirnya itu hampir selalu ada komentar ataupun kesimpulan-kesimpulan.
Dalam teks tentang Joko Tengger, kesimpulannya itu tentang watak tokoh. Pada bagian
itu pula ada komentar sekaligus saran tentang perlunya meneladani karakter
tokoh Joko Tengger yang mempunyai kekuatan dan kesaktian luar biasa, namun tidak
menyombongkannya. Bahkan, bersikap apa adanya.
b. berdasar kaidah kebahasaannya, ada banyak hal yang dapat menyamakannya.
Hal itu terkait dengan struktur penyajiannya yang berpola kronologis, yang kemudian
berpengaruh pada jenis konjungsi dan kata depan yang dipakai nya. Cerita ulang pada
umumnya memakai kata-kata bermakna hubungan temporal, seperti kemudian,
lalu, pada akhirnya, saat , pada suatu waktu, dan sejenisnya. Di samping itu, banyak
dipakai kata kerja dan kata sifat yang menggambarkan karakteristik serta aktivitas
mental dan fisik para tokohnya.
Adapun yang membedakan secara mencolok pada macam-macam cerita ulang itu ada
pada cerita rakyat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa cerita rakyat sering
memakai kata-kata beku, seperti alkisah diceritakan, menurut si empunya cerita,
konon pada hari itu, dalam suatu hikayat dikisahkan. Formula bahasa seperti itu tidak
pernah ditemukan dalam biografi ataupun dalam cerita ulang berbentuk pengalaman
pribadi.
Meskipun demikian, cerita rakyat dengan biografi memiliki kesamaan dalam hal
penggunaan kata ganti tokoh utamanya. Keduanya sama-sama memakai kata ganti
orang ketiga tunggal, yakni ia atau dia untuk pengganti nama tokoh utamanya. Tidak
demikian halnya dengan cerita yang berbentuk pengalaman pribadi. Teks ini selalu
memakai kata ganti orang pertama tunggal atau jamak: saya, aku, kami.
-- 166
Bagaimana halnya dengan perbandingan kedua teks di bawah ini?
Teks I
Adam Khoo
Adam Khoo lahir dengan nama lengkap Adam Khoo Yean Ann pada tanggal 8 April
1974. Ia adalah jutawan termuda dan motivator sukses asal Singapura. Waktu anak-anak,
ia adalah penggemar berat games. Sehari, ia bisa berjam-jam di depan televisi.
Adam Khoo pun dikenal sebagai anak bodoh. saat kelas empat SD, ia dikeluarkan
dari sekolah. Ia pun masuk ke SD terburuk di Singapura. saat akan masuk SMP, ia ditolak
oleh enam SMP terbaik di sana. Akhirnya, ia bisa masuk ke SMP terburuk di Singapura. Di
awal SMP, kebiasaan Adam tidak berubah. Akibatnya, ia mendapat peringkat 10 terburuk.
Bayangkan saudara, menjadi peringkat 10 terburuk di SMP terburuk. Bagaimana buruknya
itu.
Pada usia 13 tahun, ia mengikuti suatu program dari Ernest & Young. Dalam program
itu, ia belajar apa yang namanya neuro linguistic programme (NLP), accelerated learning,
dan sebagainya. Program ini benar-benar bermanfaat bagi Adam. Ia mulai mempraktikkan
keterampilan barunya. Apa yang ia lakukan setelah kembali ke sekolah? Pertama ia menulis
tujuannya. Ia akan lulus dari SMP ini dengan nilai A semua. Ia akan masuk ke Victoria
Junior College. SMU terbaik di Singapura. Adam kemudian melakukan tindakan gila. Ia
umumkan tujuannya itu di depan kelasnya. Apa yang terjadi? Ia ditertawakan seluruh isi
kelas. Termasuk gurunya sendiri. Bila Anda jadi gurunya, Anda pun mungkin melakukan
hal yang sama. Bagaimana mungkin seorang yang berada di urutan 10 terburuk di SMP
terburuk ingin lulus dengan nilai A semua dan masuk ke SMA terbaik.
Akan tetapi, pendirian Adam tidak tergoyahkan. Tertawaan dan cemoohan guru
dan teman-temannya ia jadikan sebagai sumber semangat. Ia pikir, bila ia tidak bisa
membuktikan kata-katanya, ia akan lebih ditertawakan lagi. Karena itu, Adam berusaha
keras. Ia gunakan semua cara belajar hebat yang ia dapat dari program Ernest & Young.
Hasilnya luar biasa. Adam mulai bisa menjawab pertanyaan di kelas. Meski ia tetap
ditertawakan karena membuat catatan pelajaran dengan cara yang beda dan aneh. Ia
gunakan peta pikiran yang penuh dengan gambar dan simbol untuk mencatat. Akhirnya
keras dan tekad baja Adam membuahkan hasil. Ia lulus dari SMP itu dengan nilai A semua.
Ia berhasil masuk ke Victoria Junior College. Di SMA terbaik ini pun, Adam tetap menjadi
yang terbaik. Ia lulus dari Victoria Junior College dengan nilai A semua dan sebagai
lulusan terbaik. Adam pun masuk ke National University of Singapore (NUS). Universitas
terbaik di Singapura. Di NUS, ia berhasil masuk ke NUS Development Program. Inilah
program bagi mahasiswa Top One Percent. Mahasiswa dengan prestasi akademis yang
sempurna. Program bagi para jenius. Dari NUS, Adam lulus juga sebagai lulusan terbaik.
Itulah kesuksesan Adam di dunia akademisnya.
Bagaimana dengan dunia bisnis? Prestasi Adam di dunia bisnis ditandai pada saat
Adam berusia 26 tahun. Ia telah memiliki empat bisnis dengan total nilai omset per tahun
US$ 20 juta.
Kisah bisnis Adam dimulai saat ia berusia 15 tahun. Ia berbisnis music box. Bisnis
berikutnya adalah bisnis training dan seminar. Pada usia 22 tahun, Adam Khoo adalah
trainer tingkat nasional di Singapura. Klien-kliennya adalah para manager dan top manager
perusahaan-perusahaan di Singapura. Bayarannya mencapai US$ 10.000 per jam.
Cerita Ulang 167
Apa sebenarnya yang terjadi dengan Adam Khoo? Bagaimana seorang anak yang
dicap bodoh, hobinya nonton TV dan main games bisa meraih sukses seperti itu? Sukses
yang mungkin sekali tidak diraih oleh teman-teman seangkatannya. Teman-teman yang di
SD-nya pintar.
Ada tiga hal besar yang menjadi kunci sukses Adam Khoo. Tiga kunci sukses ini pun
yang menghantarkan siapa pun meraih sukses: (1) tujuan yang jelas, (2) keyakinan yang
benar dan kuat, dan (3) aksi yang tepat.
Sumber: en.wikipedia.org dengan beberapa penyesuaian
Teks II
Si Buta dan Si Bungkuk
Di suatu kampung tinggallah dua orang pemuda sebaya. Mereka bersahabat akrab
sekali. Ke mana pun mereka pergi selalu bersama. Boleh dikata tidak pernah terjadi
pertengkaran di antara mereka. Jika yang seorang sedang marah, yang seorang lagi berdiam
diri atau membujuk sehingga kemarahannya reda. Begitu juga jika ada kesulitan, selalu
mereka atasi bersama.
Pada dasarnya, mereka memang saling membutuhkan karena keadaan tubuh mereka
mengharuskan demikian. Pemuda yang satu bertubuh kekar, tetapi buta matanya; pemuda
yang lain dapat melihat, tetapi bungkuk tubuhnya. Oleh karena itu, orang menyebut mereka
si Buta dan si Bungkuk.
Si Buta sangat baik hatinya. Tidak sedikit pun ia curiga kepada temannya, si Bungkuk.
Ia percaya penuh kepada temannya itu, walaupun si Bungkuk sering menipu dirinya.
Kejadian itu selalu berulang setiap mereka menghadiri selamatan. Si Buta selalu duduk
berdampingan dengan si Bungkuk. Pada saat makan, si Buta selalu mengeluh.
“Pemilik rumah ini kikir sekali!” bisiknya kepada si Bungkuk agar jangan didengar
orang lain. “Tak ada secuil pun ikan, kecuali sayur labu.”
Si Bungkuk hanya tersenyum karena keluhan temannya itu akibat ulahnya. Secara
diam-diam ia memotong daging ayam yang cukup besar di piring si Buta dan ditukar
dengan sayur labu. Akibatnya, piring gulai si Buta hanya berisi sayur labu.
Si Bungkuk merasa bahagia bersahabat dengan si Buta. Setiap ada kesempatan, ia
dapat memanfaatkan kebutaan mata temannya untuk kepentingan sendiri. Si Buta yang
tidak mengetahui kelicikan si Bungkuk juga merasa senang bersahabat dengan temannya
itu. Setiap saat si Bungkuk dapat menjadi matanya.
Pada suatu hari, si Bungkuk mengajak si Buta pergi berburu rusa. Tidak jauh dari
kampung mereka ada hutan lebat. Bermacam-macam margasatwa hidup di sana seperti
burung, siamang, binatang melata, dan rusa.
Konon, pada waktu itu belum ada pemburu memakai senapan untuk membunuh
hewan buruan. Penduduk yang ingin mendapatkan rusa atau binatang lain biasanya
memakai jerat yang disebut jipah (faring). Kadang mereka berburu memakai
anjing pelacak dan tombak. Cara ini akan dipakai si Bungkuk dan si Buta untuk berburu.
“Kalau kita dapat membunuh seekor rusa, hasilnya kita bagi dua sama rata,” ujar si
Bungkuk.
-- 168
Tentu saja si Buta sangat gembira mendengar hal itu, dan segera menuntun anjing
pelacak yang tajam indra penciumannya, sedangkan si Bungkuk siap dengan tombak di
tangan kanannya. Mereka berdua mengikuti arah yang ditunjukkan anjing pelacak itu.
Rupanya hari itu mereka bernasib baik. Seekor rusa jantan yang cukup besar berhasil
mereka tombak.Tanduknya bercabang-cabang indah dan layak dijadikan hiasan dinding.
Si Bungkuk segera membagi rusa hasil buruan itu menjadi dua bagian. Akan tetapi,
dengan segala kelicikannya, si Buta hanya mendapat tulang-tulang.Daging dan lemak rusa
diambil si Bungkuk.
“Karena daging rusa sudah dibagi, kita masak sendiri sesuai selera kita,” kata si
Bungkuk.
Si Buta menurut saja karena pikirnya memang demikian seharusnya. Padahal dengan
cara itu, si Bungkuk bermaksud agar daging yang dimilikinya jangan secuil pun dimakan
si Buta.
Walaupun si Buta tidak dapat melihat, kemampuannya memasak gulai tidak diragukan
sedikit pun. Terbit air liur si Bungkuk mencium bau masakan si Buta. Si Bungkuk tidak
pandai memasak.
Akhirnya, si Bungkuk dan si Buta menghadapi masakan rusa yang telah mereka
masak dan siap menyantapnya.
“Sedaap!” kata si Bungkuk sambil memasukkan potongan daging yang besar ke dalam
mulutnya. “Nikmat!” kata si Buta sambil mengambil sepotong tulang yang besar dari
piring dan menggigitnya. Si Buta bersungut-sungut karena yang digigit, ternyata tulang
semua.
“Sayang,” katanya, “rusa begitu besar, tetapi tak punya daging! Besok kita berburu
lagi, tetapi rusa itu harus gemuk dan banyak dagingnya.”
Cerita Ulang 169
Si Bungkuk tersenyum mendengar perkataan si Buta. Si Buta merasa sayang jika
tulang-tulang rusa yang telah dimasaknya dengan susah payah tidak dimakan. Oleh karena
itu, ia mencoba menggigit tulang itu lagi. Akan tetapi, tulang itu sangat keras sehingga
tetap tidak tergigit.
Hal itu membuat si Buta semakin penasaran. Ia mengerahkan segenap tenaga dan
menggigit tulang itu sekuat-kuatnya hingga bola matanya hendak keluar dari lubang
mata.
Tuhan sudah menakdirkan rupanya. Keajaiban pun terjadi. Mata si Buta tidak buta
lagi.
“Aku bisa melihat!” teriaknya kegirangan. Si Buta menatap sekelilingnya. saat ia
melihat tulang-tulang rusa di piringnya dan di piring si Bungkuk daging yang empuk,
bukan main marahnya.
“Sekarang, terbukalah topeng kebusukanmu selama ini!” katanya.
Si Buta memungut tulang rusa paling besar, lalu si Bungkuk dipukul dengan tulang
itu. Jeritan si Bungkuk meminta ampun tidak dihiraukannya sama sekali. Seluruh tubuh
si Bungkuk babak belur. Seperti si Buta, keanehan pun terjadi pada si Bungkuk. saat
la bangkit, ternyata punggungnya menjadi lurus seperti orang sehat.“Aku tidak bungkuk
lagi! Aku tidak bungkuk lagi!” teriak si Bungkuk.
Mereka berdua menari sambil berpeluk-pelukan dan bermaaf-maafan. Persahabatan
mereka pun semakin akrab.
Sumber: resourceful-parenting.blogspot.com
2. Teks Cerita Ulang dengan Teks Cerita Pendek
Kedua teks ini sama-sama bergenre naratif. Di dalamnya terkandung unsur
rangkaian peristiwa (alur), penokohan, dan latar. Oleh karena itu, kedua jenis teks ini
banyak memakai konjungsi dan kata depan yang bermakna temporal, seperti kemudian,
lalu, sebelum, akhirnya, sehabis, saat , semenjak, setelah, sesudah, selagi, seraya, selama,
sehingga, sampai, pada waktu. Di samping itu, banyak pula ditemukan nomina yang juga
bermakna waktu, seperti sekarang, esok, kemarin, pagi hari, siang hari, tahun yang lalu.
Sebagai suatu teks cerita, baik teks cerita ulang maupun teks cerita pendek memerlukan
penggambaran karakteristik tokoh serta tindakan-tindakan yang dilakukannya. Hal itu
berpengaruh pada jenis-jenis kata yang dipakai pada kedua jenis teks ini .
a. Untuk menggambarkan karakter tokoh, suatu teks perlu menghadirkan kata-kata sifat,
seperti cantik, tampan, sederhana, pintar, bodoh, malas, rajin, cerdas, putih bersih,
cekatan, sakti mandraguna.
b. Untuk menggambarkan isi hati dan pikiran tokoh, kedua teks ini sama-sama
memerlukan kata kerja mental, seperti berpikir, menduga, menafsirkan, memerhatikan,
menata hati, merasa, berkhayal, berfirasat, menolak, menganggap, meradang, bersedih,
berbahagia, berkecil hati, berkeluh kesah.
c. Untuk menceritakan tindakan tokoh, kedua teks itu sama-sama banyak memakai kata
kerja material, seperti bertindak, berjalan, menaiki, menjambak, menerjang, mengeksekusi,
menuruni, membelah, menodong, menggigit, meronta.
-- 170
Pemakaian kata-kata yang bermakna aktivitas seperti itu pada akhirnya melahirkan
rangkaian peristiwa. Dalam teks cerita pendek, hal itu disebut dengan komplikasi. Kecuali
dalam cerita rakyat, cerita ulang tidak dibentuk oleh rangkaian peristiwa yang berhierarkis,
dari yang kurang penting kepada puncak peristiwa (rising action) sebagaimana yang dikenal
dalam cerita pendek. Rangkaian peristiwa dalam cerita ulang bersifat gradual, sama-sama
pentingnya, terutama dalam teks berbentuk biografi dan cerita ulang prosedur.
Dalam teks cerita ulang, kata ganti orang yang dipakai tertentu, yakni orang ketiga
untuk biografi, cerita rakyat, dan cerita ulang prosedur. Namun, untuk cerpen, kata ganti
yang dimaksud dapat dipilih sesuai dengan sudut pandang (point of view) pengarangnya,
baik itu orang pertama ataupun orang ketiga. saat teks cerpen itu memakai kata ganti
orang pertama (saya, aku, kami), teks ini akan memiliki kemiripan dengan cerita ulang
berbentuk pengalaman pribadi. Akan tetapi, apabila memakai orang ketiga, cerita pendek
ini akan mirip dengan cerita rakyat dan biografi.
Perbandingan Cerita Ulang dengan Cerita Pendek
Aspek
Jenis Teks
Cerita Ulang Cerita Pendek
Persamaan • Berbentuk narasi, mengandung alur, tokoh, dan latar
• Tersusun secara kronologis.
• Banyak memakai konjungsi dan keterangan waktu.
• Banyak memakai kata kerja mental dan material untuk
menceritakan tindakan tokoh.
• Banyak memakai kata sifat untuk menggambarkan karakteristik
tokoh
Perbedaan • Rangkaian peristiwa secara gradual
(biografi, pengalaman pribadi,
prosedur), hierarkis (cerita rakyat)
• Selalu memakai kata ganti
orang ketiga (biografi, cerita rakyat),
orang pertama (pengalaman pribadi)
• Rangkaian peristiwa tersusun
secara hierarkis (rising action)
• Dapat memakai orang
pertama ataupun orang ketiga
3. Teks Cerita Ulang dengan Teks Eksplanasi
Cerita ulang termasuk genre narasi. Sementara itu, teks eksplanasi termasuk ke dalam
teks paparan (argumentasi), yang tujuannya memberi penjelasan tentang berlangsungnya
suatu kejadian dengan disertai alasan-alasan. Dengan demikian, dalam hal ini ada
kesamaan dalam hal pola pengembangannya, yakni keduanya cenderung disusun berdasar
urutan waktu, yang mungkin pula di dalamnya ada hubungan kausalitas.
Berikut contohnya.
Dua kelompok pelajar terlibat tawuran di Jakarta, Rabu (12/12/2012) siang. Kali ini,
kedua kelompok pelajar menjadikan Jalan Garuda, ke arah Taman Mini Indonesia Indah,
Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, sebagai arena saling adu senjata.
Andy (32), salah seorang penjual rokok di jalan ini , mengatakan, bentrok kedua
kelompok pelajar pecah sekitar pukul 14.00 WIB. Menurut Andy, kelompok yang bertikai
berasal dari dua kelompok pelajar berbeda, yakni SMK Budi Murni dan SMK Pelayaran.
Cerita Ulang 171
“Pertamanya anak-anak SMK Budi Murni habis turun dari bus, terus dari arah
belakangnya muncul anak SMK Pelayaran. Sempat nongkrong dulu, tiba-tiba mereka
berantem,” ujarnya saat ditemui Kompas.com di lokasi, Rabu siang.
Andy mengatakan, tak ada penyebab yang jelas atas adu jotos para pelajar. Namun,
aksi saling ledek diduga kuat menjadi pemicu pertikaian. “Biasa pertama kan ledek-
ledekan dulu dari jauh, baru setelah itu berantem,” ujarnya. Menurut pantauannya, kedua
kelompok pelajar yang bertikai melengkapi dirinya dengan berbagai jenis senjata, mulai
dari ikat pinggang dengan kepala besar, balok kayu, hingga senjata tajam jenis celurit.
Pertikaian kedua kelompok itu pun terjadi selama lima menit.
“Lumayan lama sih, habis itu nggak tahu kenapa mereka lari semua.Yang satu ke arah
Jalan Raya Bogor, satunya ke Tamini Square,” katanya.
Andy mengatakan, tidak ada warga ataupun aparat kepolisian yang berjaga-jaga di
lokasi tawuran. Akibatnya, arus lalu lintas dari arah Jalan Raya Bogor ke arah Tamini
Square pun sempat tersendat menunggu para generasi penerus bangsa ini selesai
tawuran (Kompas).
Teks ini menjelaskan proses terjadinya tawuran, secara kronologis, juga penyebab-
penyebabnya. Dengan demikian, teks ini dapat dikategorikan sebagai teks eksplanasi.
Tampak pula di dalamnya penggunaan konjungsi temporal, yakni selama, setelah itu, hingga.
ada pula konjungsi kausalitas, akibatnya. Dalam hal inilah kesamaan teks ini
dengan teks cerita ulang di samping banyaknya penggunaan kata kerja yang menyatakan
suatu peristiwa (action verb), seperti adu jotos, saling ledek, berantem, berjaga‑jaga.
Namun, objek bahasan eksplanasi meliputi pula fenomena alam, sosial, budaya, dan
bidang-bidang lainnya. Pelaku atau objeknya pada umumnya berupa benda atau peristiwa
(non‑human participation). Hal ini tidak seperti halnya teks cerita ulang yang lebih
banyak berfokus pada orang, baik berupa tokoh faktual ataupun imajinatif, yang pengaruhnya
pada struktur kebahasaannya, yakni pada penggunaan kata ganti orang (personal). Dalam
teks eksplanasi, kata ganti orang seperti ia, dia, mereka, dan sejenisnya tidak dipakai
karena fokus penjelasannya lebih banyak pada benda, peristiwa, atau alam.
Aspek
Jenis Teks
Teks Cerita Ulang Teks Eksplanasi
Persamaan • Berpola kronologis, kausalitas.
• memakai konjungsi, kata depan bermakna temporal.
• memakai konjungsi penyebaban.
• memakai kata kerja material (action verb).
Perbedaan • Objek orang
• memakai kata ganti
orang (pertama, ketiga)
• Objek umumnya benda, alam, peristiwa
(non‑human parti ci pa tion)
• memakai kata ganti benda,
peristiwa
-- 172
D Menulis Cerita Ulang
Untuk cerita ulang, kegiatan ini lebih tepat disebut sebagian reproduksi. Kita memakai
peristiwa atau kejadian yang sudah ada untuk diceritakan kembali. Hal itu dilakukan karena
peristiwa itu asyik disimak, memberi kesenangan-kesenangan, di samping banyak pelajaran
yang dapat kita petik. Misalnya, cerita ulang yang berupa cerita rakyat. Darinya kita bisa berbagi
cerita tentang hal-hal menarik yang ada di dalamnya. Cerita rakyat memang tidak hanya berfungsi
sebagai media hiburan, tetapi di dalamnya sarat dengan nilai-nilai keteladanan. Banyak pelajaran
yang dapat kita petik dari sikap atau perilaku para tokohnya. Banyak keteladanan yang dapat kita
petik dari perbuatan para tokohnya di samping tingkah laku buruk yang tidak patut kita contoh.
Oleh karena itu, tidak salah apabila kita berbagi kisah tentang berbagai cerita rakyat. Kita bisa
memperoleh hiburan di samping pelajaran-pelajaran berharga dari keteladanan para tokohnya.
Begitu pun dengan cerita ulang yang berupa biografi ataupun pengalaman pribadi. Di samping
kita dapat memperoleh sejumlah pengetahuan tentang ketokohan serta pengalaman orang lain,
kita pun bisa mendapatkan keteladanan yang bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Itulah petingnya cerita ulang untuk kita sampaikan kembali kepada orang lain, baik dengan lisan
ataupun tertulis. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tokoh, peristiwa, atau jenis cerita rakyat yang menarik bagi pendengar.
Misalnya, cerita yang di dalamnya penuh dengan konflik ataupun alurnya mengejutkan.
Kalau berbentuk pengalaman pribadi atau cerita rakyat dapat pula dipilih cerita-cerita lucu
ataupun yang mengharukan.
2. Mengumpulkan kembali sejumlah informasi ataupun keterangan berkenaan dengan tokoh
ataupun peristiwa yang akan hingga betul-betul menguasainya. Catatlah bagian-bagian yang
dianggap penting. Perhatikan rangkaian peristiwanya secara keseluruhan. Apabila yang akan
diceritakan itu berupa cerita rakyat, ketahui pula perbedaan masing-masing karakter tokoh-
tokohnya. Ketahui berbagai emosi yang ada dalam cerita, seperti sedih, gembira, marah,
kecewa, dan sebagainya. berdasar catatan itulah, cerita ini kita mengisahkannya.
Kita harus memahami pula tema, alur, serta watak-watak para tokohnya.
Pemahaman atas karakter dari tokoh-tokoh suatu cerita, juga sangatlah penting. Hal ini
agar dialog serta tingkah laku tokoh-tokohnya itu dapat diekspresikan dengan benar. Jangan
sampai tokoh yang berkarakter keras dan buas, diekspresikan dengan nada bicara yang
lembut. Demikian pula, tokoh yang berwatak cerdik diekspresikan dengan nada dungu. Hal-
hal seperti itu bisa terjadi akibat kita tidak memahami karakter dari tokoh-tokohnya.
3. Sampaikanlah cerita itu dengan suara, lafal, dan intonasi yang jelas. Ciptakanlah penggalan-
penggalan cerita yang membuat penasaran pendengar. Ekspresikan dengan mimik atau raut
muka yang sesuai. Kalau perlu, gunakanlah alat-alat untuk mendukung suasana tertentu.
Misalnya, untuk menggambarkan suasana meriah, memakai ketukan-ketukan kaleng
atau dengan memukul-mukul ember.
4. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami pendengar. Hindarilah kata-kata yang berbelit-
belit, membingungkan. Gunakanlah kata-kata yang jelas dan kalimat yang sederhana. Untuk
menimbulkan kesan yang kuat pada bagian-bagian cerita, sesekali kita perlu melakukan
pengulangan kata ataupun dengan memakai sinonimnya.
Cerita Ulang 173
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 1‑2)
Ia dikenal sebagai negarawan ataupun tokoh pergerakan nasional pada saat sebelum dan sesudah
Indonesia merdeka. Ia merupakan tokoh Indonesia yang paling sederhana sepanjang masa.
Sepanjang hidupnya Mohammad Natsir dikenal tidak mempunyai pakaian bagus, jasnya pun
banyak tambalan. Dia dikenang sebagai menteri yang tidak mempunyai rumah serta menampik
diberi hadiah mobil. Mohammad Natsir menampik mobil Chevrolet Impala walaupun sebenarnya
di tempat tinggalnya ia cuma mempunyai mobil tua merk De Soto.
1. Cuplikan ini dikategorikan sebagai orietasi karena ….
A. mengenalkan kehidupan umum tokoh
B. menjelaskan awal kehidupan tokoh
C. berisi rangkaian kehidupan tokoh
D. mengisahkan keadaan seseorang
E. menceritakan seorang tokoh dengan jelas
2. Cerita tentang biografi itu penting dikisahkan kembali karena ….
A. berkaitan dengan tokoh nasional
B. tokoh itu memiliki keteladanan-keteladanan
C. kehidupan sederhana dari seorang tokoh
D. sesuai dengan kepentingan pelajar yang membutuhkan keteladanan
E. sisi positif yang dapat dipelajari dari tokoh itu
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 3‑4)
(1) Selama beberapa bulan bersekolah di sana ia kemudian pindah ke Solok dan dititipkan di
rumah saudagar yang bernama Haji Musa. (2) Tak hanya belajar di HIS di Solok pada siang hari,
ia juga belajar pengetahuan agama Islam di Madrasah Diniyah saat malam hari. (3) Ia kemudian
pindah setelah tiga tahun ke HIS di Padang bersama-sama kakaknya. (4) Kemudian tahun 1923,
ia meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) lalu kemudian ia
pun bergabung dengan perhimpunan-perhimpunan pemuda seperti Pandu Nationale Islamietische
Pavinderij serta Jong Islamieten Bond. (5) Sesudah lulus dari MULO, ia selanjutnya pindah ke
Bandung untuk belajar di Algemeene Middelbare School (AMS) sampai tamat pada tahun 1930.
3. Kalimat yang tidak mengunakan konjungsi temporal ditandai dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (5)
C. (3)
4. Cuplikan di atas merupakan bagian dari cerita ulang yang ditandai oleh hal berikut ….
A. berkenaan dengan orang terkenal
B. memakai banyak konjungsi temporal
C. menceritakan suatu peristiwa yang telah terjadi
D. banyak memakai urutan waktu
E. memakai pola kronologis atau kausalitas
-- 174
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 5‑6)
Itulah artikel mengenai biografi Mohammad Natsir yang dikenal sebagai pahlawan bangsa
Indonesia dan juga tokoh penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Semoga biografi ini bisa
bermanfaat dan memberi inspirasi bagi pembaca.
5. Cuplikan ini dapat dikategorikan sebagai reorientasi karena ….
A. berisi cerita akhir dari seseorang
B. merupakan penutup dari suatu biografi
C. berupa penilaian akhir tentang kehidupan tokoh
D. menjelaskan arti dari cerita sebelumnya tentang tokoh terkenal
E. menceritakan ulang kisah seseoang yang telah diceritakan sebelum nya
6. Kata depan yang menyatakan makna temporal dalam cuplikan ini adalah ….
A. dan D. bagi
B. sebagai E. juga
C. dalam
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 7‑9)
Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145
H (747 M ) di Kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang) dengan darah dari ayah Arab dan
ibu Persia mengalir di tubuhnya. Abu Nawas merupakan seorang pujangga Arab dan dianggap
sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali
dalam kisah Seribu Satu Malam. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer
Marwan II. Sementara itu, ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci
kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota
inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.
7. Hal yang tidak diceritakan dalam cuplikan ini adalah ....
A. sifat-sifat tokoh
B. latar belakang keluarga tokoh
C. masa kelahiran tokoh
D. profesi tokoh
E. kehebatan tokoh
8. Konjungsi antarkalimat dijumpai dalam kalimat ….
A. pertama D. keenam
B. kedua E. ketujuh
C. keempat
9. Yang dimaksud kata kerja material dalam cuplikan di atas adalah ….
A. merupakan D. bekerja
B. bernama E. mencuci
C. inilah
Cerita Ulang 175
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 10‑11)
Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair
multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan
angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual.
Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim.
10. Kata sifat yang dipakai utuk menggambarkan keadaan tokoh adalah ….
A. jarang D. penuh canda
B. lucu E. penghayal ulung
C. multivisi
11. Contoh konjungsi penjelasan adalah ….
A. dalam D. yang
B. namun E. sebagai
C. dan
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 12‑13)
12. saat itu Raden Banterang menghunus kerisnya akan menusuk istrinya, tetapi Dewi Surati
saat itu juga menceburkan dirinya ke sungai dan tenggelam. “Banyu wangi, istriku tidak
bersalah!” seru Raden Banterang. saat itu memang tercium bau yang harum dari sungai itu.
Cuplikan di atas merupakan bagian dari jenis cerita ....
A. fabel D. mite
B. legenda E. dongeng
C. mitos
13. Cuplikan ini merupakan bagian dari cerita ulang karena ....
A. menceritakan peristiwa yang berkali-kali
B. bagian cerita yang disampaikan secara turun-temurun
C. memiliki kandungan hikmah yang berguna bagi generasi ke generasi
D. isinya tetap sesuai sepanjang zaman
E. banyak memakai konjungsi temporal dan penyebaban
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 14‑15)
(1) saat Ibu Malin Kundang menyapa anaknya, Malin Kundang tidak mempedulikannya. (2)
Bahkan, ia menghardik dan menendangnya. (3) Sikap seperti itu membuat ibunya tanpa sadar
mengeluarkan kutukan terhadap anaknya. (4) Akhirnya, Malin Kundang berubah menjadi batu.
14. Nilai-nilai kehidupan yang terkandung pada penggalan cerita di atas adalah ....
A. jangan menyakiti hati orang tua
B. surga itu ada di telapak kaki ibu
C. perhatikan keinginan orang tua
D. tak ada ibu yang tidak menyayangi anaknya
E. seringlah memanjatkan doa untuk orang tua
-- 176
15. Konjungsi yang menyatakan makna temporal adalah ….
A. saat D. terhadap
B. bahkan E. menjadi
C. seperti
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 16‑17)
(1) Mertua si Kabayan sangat jengkel kepada menantunya. (2) Setiap hari ia hanya bermalas-
malasan. (3) Semua nasihat mertuanya sedikit pun tidak mengubah sikap jeleknya itu. (4) “Dasar
Kabayan si Tebal Muka,” umpat mertuanya.
16. Kata yang bergaris bawah dalam penggalan cerita itu bermakna ....
A. suka melawan D. malas bekerja
B. tak tahu malu E. sangat pemalu
C. senang dipuji
17. Kalimat yang memakai keterang