Tampilkan postingan dengan label akting 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label akting 1. Tampilkan semua postingan

akting 1

 


 



Achieved  status : Status sosial yang diperoleh oleh seseorang sebab  

kerja keras dan usaha yang dilakukan. 

 

Antagonis : Jenis tokoh yang berusaha menggagalkan usaha tokoh 

peran protagonis.  

 

Assigned status : Status sosial yang diperoleh seseorang di lingkungan 

warga  bukan diperoleh sejak lahir namun  diberikan 

sebab  usaha dan kepercayaan warga . 

 

Commedia dell’Arte : Bentuk pertunjukan teater yang berkembang di Italia 

dan dimainkan dengan cara improvisasi. 

 

Collective art : Seni yang dibentuk dari beberapa seni yang lain. 

 

Dialog  : Percakapan dua peran atau lebih untuk membahas 

suatu masalah.  

 

Dimensi Sosiologis : Gambaran sifat kemanusiaan secara sosial. 

  

Dimensi Psikologis : Gambaran peran yang bersifat emosional batiniah dan 

tingkat intelektualitas peran.  

 

Dimensi Fisiologis : Gambaran tentang ciri fisik peran, termasuk jenis 

kelamin, usia, postur tubuh, warna kulit, warna rambut, 

bentuk mata dan lain-lain. 

 

Eksplorasi : Pencari bentuk lain untuk mendapatkan sesuatu yang 

lebih baik. 

 

Evaluator : Orang yang melakukan penilaian. 

 

Fleksibel : Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. 

 

 

 

Roleplay 

Interpersonal : Hubungan yang dilakukan oleh individu dengan individu 

lain atau hubungan antar pribadi seseorang. 

 

Interpersonal skill : Keterampilan untuk memahami orang lain agar mampu 

bekerjasama. 

 

 

Klimaks :  Titik paling ujung dari perselisihan atau konflik antara 

peran protagonis dan peran antagonis 

 

Konflik : Pertentangan antar dua keinginan yang berbeda. 

 

Konteks : Kondisi dimana suatu keadaan terjadi. 

 

Miniatur : Bentuk kecil dari aslinya. 

 

Modeling : Proses pembuatan model yang akan dikerjakan. 

 

Monolog : Pembicaraan yang dilakukan oleh pemeran tunggal.  

 

Observasi : Proses pengamatan sesuatu yang bisa dipakai  

sebagai bahan karya. 

 

Peran : Karakter tokoh yang dimainkan dalam permainan teater 

atau bisa juga diartikan sebagai fungsi dari kedudukan 

seseorang dalam suatu peristiwa. 

 

Plastis : Bersifat seperti plastik, yaitu mudah menyesuaikan diri 

dengan keadaan sekeliling.  

 

Plot atau alur : Rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan 

seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui 

perumitan (penggawatan atau komplikasi) kearah 

klimaks. 

 

Pola pikir adaptif : Kemampuan berfikir seseorang untuk beradaptasi 

dengan berbagai lingkungan dan masalah. 

 

Protagonis : Jenis peran dalam cerita lakon yang berusaha 

menormalkan keadaan. 

 

 

Roleplay : Permainan yang dilakukan dengan cara berpura-pura 

menjadi orang lain. 

 

Same : Roleplay yang dilakukan seorang diri. 

 

Scenario : Rancangan  yang hendak dilakukan oleh pelaku. 

 

Spektakel : Keadaan atau suasana cerita dalam pementasan yang 

tidak pernah dipikirkan oleh penonton, namun  terwujud 

dalam pementasan. 

 

Spontanitas : Sesuatu yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa 

direncanakan terlebih dahulu. 

 

Status : Keadaan atau kedudukan orang atau badan dalam 

hubungan dengan warga . 

 

Status Ascribed : Status seseorang yang dibawa sejak lahir. 

 

Steriotip : Sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dengan cara 

yang sama.  

 

Tema : Inti atau dasar dari cerita lakon yang hendak ditulis.  

 

Treatment cerita : Kerangka dasar cerita yang hendak dituliskan menjadi 

cerita utuh. 

 

 

Mementaskan seni teater bukanlah pekerjaan yang mudah seperti 

yang dikira oleh kebanyakan orang. Seni teater bukanlah seni individual, 

artinya  seni ini memerlukan banyak pekerja yang terlibat didalamnya. Baik 

dengan orang yang tingkat pengetahuannya sudah tinggi, setara maupun yang 

tingkat pengetahuannya lebih rendah. Keadaan seperti ini memicu  seni 

teater disebut sebagai collective art atau seni kolektif dimana pekerja saling 

bergantung dengan pekerja yang lain. 

Pemeran atau aktor  yaitu  salah satu elemen pokok dalam 

pertunjukan teater. Sebelum memainkan peran, pemeran harus menguasai 

tubuhya. Oleh sebab  itu, seorang pemeran harus ikhlas belajar demi 

pencapaian kualitas tubuh  agar enak ditonton. Proses belajar penguasaan 

tubuh memerlukan waktu yang panjang dan secara kontinyu serta tidak bisa 

dilakukan secara terburu-buru. Pemeran harus bersabar dan tidak boleh ada 

rasa jenuh dalam melaksanakannya. Penampilan fisik pemeran dalam pentas 

berhubungan dengan penampilan watak, sikap, gesture, dan umur peran yang 

digambarkan. Hal ini juga sangat berhubungan dengan penampilan laku fisik 

yang digariskan pengarang, sutradara, dan tuntutan peran. Tampilan fisik 

seorang pemeran yaitu  tanggungjawab pribadi pemeran. 

Tugas pemeran yaitu  mencipta dan mewujudkan peran dengan 

segala keseluruhan fisik dan sukmanya. Untuk dapat mewujudkan peran 

 ini  seorang pemeran memerlukan pengetahuan tentang penguasaan 

dirinya maupun teknik-teknik memainkan peran. Bagi seorang pemeran atau 

aktor  penguasan dasar-dasar pemeranan sangat penting sebab  ini 

merupakan sebagai landasan kerja penciptaan peran. Modul roleplay untuk 

kelas X semester   ini berisi tentang pengetahuan roleplay dan metode 

pleatihan peran dengan memakai  roleplay. Selain itu, modul ini juga berisi 

tentang teknik menyusun teks cerita sebagai bahan pelatihan roleplay juga 

berisi teknik menganalisis teks cerita.            

 


 

Untuk memakai  Modul Roleplay ini perlu diperhatikan: 

 . Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum 

 . Materi dan sub-sub materi pembelajaran yang tertuang di dalam silabus 

 . Langkah-langkah pembelajaran atau kegiatan belajar selaras model 

saintifik 

 

Langkah-langkah penggunaan modul: 

 

 . Perhatikan dan pahami peta modul dan daftar isi sebagai petunjuk sebaran 

materi bahasan 

 . Modul dapat dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir namun  juga 

bisa dibaca sesuai dengan pokok bahasannya 

 . Modul dipelajari sesuai dengan proses dan langkah pembelajarannya di 

kelas 

 . Bacalah dengan baik dan teliti materi tulis dan gambar yang ada di 

dalamnya. 

 . Tandailah bagian yang dianggap penting dalam pembelajaran dengan 

menyelipkan pembatas buku. Jangan menulis atau mencoret-coret modul 

 . Kerjakan latihan-latihan yang ada dalam unit pembelajaran 

 . Tulislah tanggapan atau refleksi setiap selesai mempelajari satu unit 

pembelajaran 

 

CARA PENGGUNAAN MODUL 

 

 

xviii 

 

Roleplay 

 xix 

 

Roleplay  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

POSISI MODUL 

 

 

xx 

 

Roleplay 

 

   

 

--

 

 

 

 

ROLEPLAY  

 

 

A. Ruang Lingkup Pembelajaran 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B. Tujuan Pembelajaran 

sesudah  mempelajari unit pembelajaran   peserta didik diharapkan 

mampu: 

 . Menjelaskan konsep dasar roleplay  

 . Mengemukakan  langkah-langkah persiapan memainkan roleplay  

 . Mengemukakan fungsi roleplay  

 . Mengemukakan sejarah roleplay  

 . Menjelaskan metode roleplay  

 . Menganalisis bentuk roleplay  

UNIT  PEMBELAJARAN  . 

Roleplay   

Fungsi Roleplay  

Bentuk Roleplay  

Menulis Cerita 

Roleplay  

Latihan Dasar 

Roleplay  

 

 

  

 

--

 . Merancang teks cerita yang dimulai dari menentukan gagasan cerita, 

menentukan  latar  cerita, menentukan karakter peran dan menyusun 

kerangka cerita 

 . Menuliskan teks cerita sebagai bahan roleplay  

 . Melakukan latihan dasar roleplay  berdasarkan status, peran dan 

konteks. 

 

Pembelajaran selama    JP (  minggu x   JP) 

 

C. Kegiatan Belajar 

 

 . Mengamati 

a. Menyerap informasi  dari berbagai sumber belajar mengenai 

roleplay  dan fungsinya dalam latihan peran 

 

 . Menanya 

a. Menanya bentuk roleplay  (status, peran, konteks) 

b. Mendiskusikan cerita untuk roleplay  

 

 . Mengeksplorasi 

a. Mengembangkan gagasan cerita roleplay  

b. Mencobakan ragam peran dalam satu cerita 

 

 . Mengasosiasi 

a. Membandingkan gagasan dan rangka cerita satu dengan yang lain 

b. Membadingkan karakter peran yang berbeda dalam satu cerita 

c. Menentukan kerangka cerita yang tepat untuk bahan latihan 

roleplay  

 

 . Mengomunikasi 

a. Menuliskan teks cerita untuk latihan roleplay  (status, peran, 

konteks) 

b. Membacakan teks roleplay  (status, peran, konteks) 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

--

D. Materi 

 

 . Pengertian Roleplay  

Roleplay  secara harafiah bisa diartikan sebagai berpura-pura 

menjadi orang lain. Permainan ini mensyaratkan para pemain 

memainkan peran khayalan, bekerja sama menyusun cerita dan 

memainkan cerita  ini . Pemain melakukan aksi seperti peran yang 

dipilih sesuai karakter peran. Keberhasilan pemain memerankan peran 

yang dipilih tergantung pada aturan dan sistem yang telah ditentukan 

sebelum bermain. Permainan akan berjalan sesuai rencana sampai 

akhir, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditentukan. Selama 

permainan berlangsung,  para pemain harus berimprovisasi dalam 

kerangka peraturan yang telah ditetapkan. 

Roleplay  diartikan mengacu pada perubahan perilaku 

seseorang untuk menjalankan peran, baik peran sosial sebagai 

warga  ataupun peran khayalan seperti di dalam teater. Kamus 

Oxford mendefinisikan roleplay  sebagai perubahan perilaku seseorang 

untuk memenuhi peran sosial. Sedangkan dibidang psikologi, roleplay  

lebih merujuk pada bermain peran secara umum seperti teater atau di 

dalam metode pembelajaran, berpura-pura menjadi orang lain, untuk 

menyebutkan jenis permainan (permainan play-by-mail,  permainan 

anak-anak (dokter-dokteran, pasar-pasaran, polisi-penjahat dan lain-

lain)) dan merujuk arti secara khusus kepada permainan peran. 

 

 

 

 

  

 

--

 

 

Gambar  . Peragaan Roleplay  

 

Permainan roleplay  diadopsi dari bidang psikologi khususnya 

psikoterapi atau terapi kejiwaan. Santrock (    :   ) menyatakan 

roleplay  merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan oleh 

seseorang atau sekumpulan orang untuk memperoleh kesenangan. 

Dalam bidang psikologi, roleplay  merupakan salah satu metode yang 

dipakai  untuk bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan 

secara sadar. Santrock juga menyatakan, dengan metode roleplay  

akan memungkinkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu 

medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik dan cara 

mengatasinya. 

Van Fleet (    ) menyatakan roleplay  merupakan intervensi 

yang dikembangkan berkaitan dengan penggunaan seperangkat sistem 

dari metode seorang konselor demi mengoptimalkan kemampuan 

seseorang. Roleplay   juga bisa dipakai  untuk terapi terhadap 

seseorang yang mengalami kesulitan dengan dirinya, mengembangkan 

perilaku adaptif, mengendalikan diri dari sifat agresif, meningkatkan 

kemampuan berempati, mengolah emosi seseorang, dan dapat 

memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.  

Corsini (    ) menyatakan bahwa roleplay  dapat dipakai  

sebagai alat untuk mendiagnosis dan mengetahui seseorang dengan 

cara mengamati perilakunya waktu memerankan peran secara spontan 

terhadap situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang 

   

 

--

sebenarnya. Selain itu teknik roleplay  dapat dipakai  sebagai media 

pengajaran melalui proses modeling anggota kelompok. Dengan model 

pembelajaran roleplay  akan lebih efektif dalam menguasai 

keterampilan yang berhubungan dengan interpersonal, dengan cara 

mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah yang 

telah ditentukan. 

Roleplay  dalam dunia pendidikan merupakan salah satu model 

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi 

dan penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan 

penghayatan ini dilakukan peserta didik dengan memerankan tokoh 

hidup dalam kehidupan nyata ataupun sebagai benda mati. Model 

pembelajaran roleplay  juga dikenal dengan nama model pembelajaran 

Bermain Peran. Model  pembelajaran ini dimulai dengan 

pengorganisasian kelas secara berkelompok. Masing-masing kelompok 

memperagakan atau menampilkan skenario yang telah disiapkan guru. 

Peserta didik diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam 

batas skenario yang telah dibuat guru. 

Menurut Akhmad Sudrajad dalam artikel Pendekatan 

Pembelajaran (Gogel:    ) roleplay  merupakan salah satu model 

pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-

masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia 

(interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan 

peserta didik. Roleplay  yaitu  sejenis permainan gerak yang 

didalamnya ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang 

(Jill Hadfield,     ). Dalam model pembelajaran roleplay , peserta didik 

dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu 

pembelajaran terjadi di kelas. Model pembelajaran roleplay  banyak 

dipakai  dalam proses belajar mengajar sebab  model pembelajaran 

ini sangat menyenangkan. Roleplay  bisa dilakukan dengan mengikuti 

dialog yang telah disusun ataupun bisa berperan bebas sesuai dengan 

imajinasi pelaku. 

Menurut Davies dalam artikel Role Playing Game (    ), 

penggunaan model pembelajaran roleplay  dapat membantu peserta 

belajar dalam mencapai tujuan efektif. Ada empat asumsi yang 

mendasari bahwa model pembelajaran ini sejajar dengan model 

pembelajaran lain, yaitu:  

a. Menekankan suatu situasi berdasarkan pengalaman ‘di sini dan 

kini’ (here and now). 

b. Memberi kemungkinan untuk mengungkapkan perasaan yang tak 

dapat dikenali tanpa memainkan peran orang lain. 

c. Mengansumsikan bahwa emosi dan ide dapat diangkat ke taraf 

kesadaran untuk kemudian ditingkat melalui proses kelompok. 

 

 

  

 

--

d. Mengansumsikan  bahwa proses psikologis yang tersembunyi 

berupa sikap, nilai, perasaan, dan sistem keyakinan dapat diangkat 

ke taraf kesadaran melalui kombinasi bermain peran secara 

spontan dan kemudian dianalisis. 

Roleplay  banyak dipakai  dalam bidang psikologi, bidang 

pendidikan, bidang komunikasi dan kemudian diadopsi oleh teater 

sebagai metode pelatihan calon pemeran. Metode ini memiliki 

kelebihan yang tidak dimiliki oleh metode lain. Kelebihan metode 

roleplay  yaitu : 

a. Media belajar kerjasama antar personal 

b. Media belajar bahasa yang baik dan benar 

c. Peserta bisa mengambil keputusan dengan cepat dan berekspresi 

secara utuh 

d. Media evaluasi pengalaman pada waktu permainan berlangsung 

e. Memberi kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan 

f. Memberi pengalaman yang menyenangkan 

g. Membangkitkan gairah dan semangat optimis dalam diri peserta 

h. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang 

tinggi 

i. Peserta dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan 

mudah dan dapat memetik makna yang terkandung dalam 

permainan  ini  

j. Meningkat kemampuan profesional peserta  

 

 . Sejarah Roleplay  

Sejarah panjang roleplay  sebelum diadopsi untuk latihan calon 

pemeran yaitu  acara simulasi yang dilakukan oleh para raja dan 

panglima perang sebelum melakukan perang yang sebenarnya. 

sesudah  raja dan panglima perang mengatur strategi perang yang 

dilakukan dimeja strategi (berisi peta dan keadaan alam dalam bentuk 

miniatur) kemudian melakukan simulasi perang sesuai dengan rencana 

strategi. Pelaku simulasi ini mewakili kekuatan yang dibayangkan 

dalam rencana strategi perang. Meja strategi sekarang diwujudkan 

dalam bentuk kerangka cerita atau teks lakon bagi calon pemeran. 

Raja dan panglima perang pengatur strategi, sekarang berwujud 

menjadi penulis lakon dan sutradara sebagai pelatih calon pemeran. 

Simulasi perang dilakukan selama ribuan tahun oleh bangsa 

China dari suku Han, bangsa Romawi dan bangsa Eropa abad 

pertengahan. Pada waktu itu bangsa Romawi dan Eropa sering 

menyelenggarakan acara, dimana semua orang akan berpura-pura 

menjadi orang lain. Konsep ini kemudian diadopsi oleh Dr. Jacob Levy 

Moreno pada bidang psikologi. Pada tahun     -an, Dr. Moreno  

   

 

--

menciptakan “eksperimental teater” untuk membantu setiap orang 

memahami aspek yang berbeda dari kepribadian mereka sendiri dan 

orang lain. Tahun      konsep roleplay  diperkenalkan kepada 

warga  luas, dengan anggapan bahwa orang akan bisa lebih 

banyak belajar tentang dirinya dan orang lain dalam menyelesaikan 

masalah sosial daripada hanya membicarakannya saja. Konsep dasar 

dari roleplay   yaitu  suatu cara yang memungkinkan mengasah 

spontanitas kreatif dan mengekspresikan dari kemampuan emosional 

tanpa menimbulkan kehebohan. Dr. Moreno mengundang peserta 

pelatihan dan menyarankan untuk bertindak keluar dari kebiasaan 

keseharian. Peserta pelatihan  ini  pada gilirannya akan 

memainkan peran yang berbeda dari kebiasaan kehidupan keseharian. 

Konsep itu kemudian menjadi populer dengan sebutan “roleplay ”. 

 

 

Gambar  . Sejarah Roleplay  

 

Pada akhir tahun      role-playings dipandang sebagai bentuk 

relaksasi yang menyenangkan dari psikoterapi warga . Gary 

Gaygax dari Universitas Minesota dianggap sebagai bapak roleplay  

modern. Dia mengembangkan seperangkat aturan tentang roleplay  

dan mewarga kan. Aturan itu kemudian pada tahun      diterbit 

dan dipublikasikan kepada warga  dengan nama chainmail (surat 

berantai). Dari konsep dasar roleplay  yang sederhana  kemudian 

berkembang menjadi permainan modern dan berkembang luas di 

warga . Konsep ini kemudian diadopsi oleh teater sebagai media 

pelatihan calon pemeran. Konsep ini juga diadopsi oleh dunia 

pendidikan sebagai salah satu metode pembelajaran memecahkan 

masalah yang diihadapi oleh peserta didik. 

Permainan anak-anak pada waktu kecil juga dianggap sebagai 

embrio dari roleplay . Anak-anak sering bermain ‘pasar-pasaran’, 

 

 

  

 

--

bermain ‘polisi-polisian’, bermain ‘bapak ibu’, bermain ‘dokter-dokteran’, 

‘guru-guruan’ dan lain-lain. Permainan pasar-pasaran menuntut anak-

anak seperti di suasana pasar, dimana ada penjual, pembeli dan 

peran-peran lain. Permainan polisi-polisian, menuntut anak-anak 

seperti seorang polisi dan penjahat yang dikejar. Semua permainan itu 

kalau dicermati, akan teridentifikasikan adanya peran yang dimainkan, 

status dari peran yang dimainkan dan konteks atau suasana dalam 

permainan. saat  sedang bermain, anak-anak tidak menjadi dirinya 

sendiri, melainkan keluar dari dirinya untuk menjadi peran yang sedang 

dimainkan. Mereka berusaha untuk menyakinkan diri bahwa mereka 

yaitu  polisi atau penjahat saat  bermain ‘polisi-polisian’ atau 

menganggap sebagai dokter dan pasien saat  bermain ‘dokter-

dokteran’. Semua kegiatan bermain itu untuk mendapatkan rasa 

senang. 

 

 

 

 

Gambar  . Roleplay  masak-masakan 

 

Konsep roleplay  kemudian dipakai  oleh Commedia dell’Arte 

pada abad    sebagai konsep pertunjukan. Pemeran dalam Commedia 

dell’Arte tidak mengetahui berperan sebagai apa saat  hendak pentas, 

namun  peran dan cerita yang hendak dimainkan ditentukan beberapa 

saat sebelum pementasan. Pada tahun     -an, Viola Spolin dan Keith 

Johnstone mengembangkan roleplay  sebagai konsep pelatihan 

aktornya. Mereka dan rombongan (Second City) membuka kelas 

pelatihan aktor dengan memakai  metode “teater game”. Metode 

ini berisi permainan dimana calon pemeran terlibat dalam permainan 

   

 

--

yang sedang dimainkan. Spolin berkeyakinan bahwa pelatihan 

pemeran harus menyenangkan sekaligus mulai memasuki peran lain.  

 

 . Metode Roleplay  

Metode roleplay  yaitu  salah satu metode yang dipakai  

dalam seni teater untuk melatih kepekaan calon pemeran terhadap 

stimulus dari luar secara spontan. Calon aktor mempelajari peran yang 

berbeda dimulai sejak lahir di lingkungan warga . Misalnya harus 

belajar berbahasa, berperilaku dan bersosialisasi dengan penuh aturan 

yang ditetapkan warga nya. Proses belajar berlangsung terus 

menerus sesuai dengan fase perkembangan. Proses ini bisa membuat 

seseorang menjadi mekanis seperti alat. Tujuan dari metode roleplay  

yaitu  membuat seseorang tidak bersifat mekanis, namun  lebih fleksibel 

dalam menghadapi masalah yang dihadapi.  

 

 

 

Gambar  . Persiapan roleplay  

 

Pada dasarnya seseorang dilahirkan dengan kemampuan 

bereaksi terhadap stimulus dari luar secara spontan.  Spontanitas 

kadang sangat diperlukan dalam seni teater. Moreno menyatakan 

sangat penting untuk belajar secara spontan dan kreatif. Spontanitas 

merupakan respon yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau 

merupakan respon baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama. 

Metode roleplay  berfungsi sebagai media melatih hubungan antar 

pribadi (intrepersonal relationship) untuk menciptakan suasana 

spontanitas dan kreatifitas. Suasana ini akan terbentuk bila faktor 

penghambat dan tekanan dalam diri individu dihilangkan. Faktor 

penghambat ini bisa berupa aturan warga , sopan santun dan 

 

 

   

 

--

etika yang berlaku. Seseorang akan belajar dengan baik bila mendapat 

kesempatan belajar dalam suasana yang bebas tanpa hambatan. 

Moreno berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang 

menentukan dalam roleplay  dan akan menghasilkan perubahan 

perilaku yaitu  pengurangan faktor hambatan. Hambatan yang biasa 

muncul yaitu  perasaan takut di kritik, takut dihukum, atau 

ditertawakan. Hambatan ini harus dihilangkan agar perubahan dapat 

terjadi. Dalam roleplay  hambatan  ini  dihilangkan sehingga 

individu dapat mengadakan eksplorasi perilaku. Proses eksplorasi 

perilaku ini akan menimbulkan perasaan baru dan perasaan lama yang 

dihayati dalam konteks yang baru. Roleplay  menyediakan kondisi yang 

dapat menghilangkan rasa takut atau cemas, sebab  dalam roleplay  

individu dapat mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa takut kena 

sanksi sosial terhadap perbuatannya. 

Pelatihan roleplay  pada calon pemeran berfungsi untuk 

merubah pola perilaku dan pola pikir. Dalam kehidupan keseharian, 

manusia cenderung berperilaku kaku sebab  sudah terbentuk secara 

otomatis. saat  menghadapi suatu masalah akan bereaksi secara 

mekanis, tanpa banyak memerlukan pikiran.  Misalnya, cara memberi 

salam pada tamu, cara menyapa orang lain, cara menerima telepon 

atau cara makan dan minum. Perilaku   ini  dilakukan secara rutin 

dan kemungkinan hasilnya tidak memuaskan atau mengecewakan 

orang lain. Manusia akan tersadar bila mendapat masukan dan 

evaluasi dari manusia lain. Dalam roleplay, individu akan menyadari 

bahwa perilaku mekanis tidak menyenangkan bagi yang lain dan bagi 

dirinya sendiri. Tahap kesadaran terhadap perilaku, merupakan tahap 

awal kearah perubahan perilaku atau sikap. Tahap ini ditandai dengan 

rasa tidak enak, cemas sebab  mengetahui bahwa pola-pola 

perilakunya selama ini tidak memuaskan dan sementara itu individu 

belum menemukan pola baru yang lebih efektif.  

Kesadaran baru yang didapat dalam roleplay  akan mengubah 

perilaku. Perubahan akan dibarengi dengan mengembangkan 

kesadaran baru ke arah pengertian dan pemahaman terhadap situasi 

masalah yang dihadapi. Individu baru dapat mencobakan perilaku baru 

dalam situasi yang aman. Dalam roleplay  individu sering menerima ide 

baru yang menakjubkan dari anggota kelompok lain mengenai 

bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku yang baru, 

sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari hasil 

yang negatif.  

Perubahan perilaku dapat dibuktikan sesudah  dilaksanakan 

dalam hidup keseharian. Mereka  yang memerankan peran yang sama 

dalam roleplay  dengan perannya dalam kehidupan sehari-hari akan 

    

 

--

mengalami perubahan perilaku secara lebih efektif dibandingkan 

dengan individu yang hanya menjadi penonton. Misalnya individu 

berperan sebagai peserta didik dalam roleplay  dan sebagai peserta 

didik dalam kehidupan keseharian, akan mengalami perubahan 

perilaku yang lebih baik, dibandingkan saat  hanya sebagai penonton. 

Perubahan kearah pola perilaku yang lebih efektif ini mendapat 

dukungan dari kelompok sebab  mereka mengetahui mengapa perilaku 

itu harus diubah dan bagaimana proses perubahan itu terjadi. 

Dukungan kelompok sangat besar artinya bagi individu yang 

bersangkutan sebab  ia akan merasa aman dalam melaksanakan pola 

perilaku yang baru. 

Roleplay  yaitu  salah satu metode pelatihan peran, dimana 

calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran yang hendak 

dimainkan. Peran yang hendak dimainkan ini masih berkisar pada 

kehidupan nyata disekitar calon pemeran, dalam artian peran itu 

mudah dikenali oleh calon pemeran. Sebagai sebuah metode, maka 

memerlukan langkah-langkah dalam melaksanakan metode  ini . 

Langkah-langkah itu terdiri dari: 

 

a. Menentukan masalah yang hendak dimainkan 

Pembimbing mengemukakan masalah yang akan dimainkan 

dan membuka tanya jawab untuk memperjelas masalah dan tujuan 

kegiatan. Masalah yang hendak dimainkan didiskusikan secara 

detail agar terpahami oleh pemain. Penjelasan diarahkan kepada 

penjelasan masalah dan bukan bagaimana pemain memainkan 

perannya. Jadi pemain dipersilahkan memainkan peran secara 

bebas. Dalam diskusi menentukan masalah, juga dibahas tentang 

tokoh-tokoh yang terlibat dalam masalah, situasi yang melingkupi 

masalah dan dimana masalah terjadi. saat  semua yang 

melingkupi masalah sudah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya 

yaitu  menentukan siapa yang memainkan peran. 

 

b. Memilih pemeran 

Pemain dan pembimbing mulai mencari gambaran karakter 

peran yang hendak dimainkan. sesudah  didapat gambaran karakter 

peran dalam masalah, kemudian menentukan pemain dengan cara 

ditawarkan kepada pemain. Penawaran peran kepada pemain 

berfungsi untuk mendapat sudut pandang dan interpretasi pemain 

terhadap peran yang hendak dimainkan. Interpretasi peran pasti 

berbeda antar pemain sesuai dengan pengalaman kehidupannya. 

Dengan beragamnya pengalaman kehidupan pemain inilah, maka 

penyelesaian masalah yang hendak dimainkan akan beragam. 

 

 

   

 

--

 

c. Menyusun skenario 

Inti masalah dan pemain telah ditentukan melalui diskusi 

dan permasalahan telah dipahami oleh pemain. Langkah 

selanjutnya yaitu  menyusun skenario, bagaimana para pemain 

beraksi. Susunan skenario tidak boleh menyimpang dari inti atau 

pokok masalah yang dihadapi dan hanya berisi gambaran garis 

besar. Pada tahap ini pembimbing dapat membantu menyusun 

skenario dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan 

sederhana mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran  ini . 

Misalnya peran yang hendak dimainkan memiliki status sosial yang 

seperti apa, bagaimana karakternya (pemarah, mudah tersinggung, 

pemalu, suka menghina atau sensitif sehingga terkesan cengeng). 

sesudah  semua terkumpul dan teridentifikasi, disusunlah skenario 

sederhana bagaimana jalannya cerita  ini . Penyusunan 

skenario harus mempertimbangkan konflik yang terjadi antar peran 

yang ada dalam masalah  ini . 

 

d. Menyiapkan penonton sebagai pengamat 

Skenario yang telah disusun kemudian dipelajari oleh calon 

pemain agar terpahami inti atau pokok masalahnya. Sementara 

calon pemain mempelajari masalah, pembimbing menyiapkan 

penonton sebagai pengamat. Fungsi pengamat  sebagai pemberi 

komentar atau bisa juga sebagai evaluator permainan. Evaluasi 

menyangkut pemecahan masalah, cara pemain dalam memainkan 

peran yang ada di skenario, proses kerjasama antar pemain dalam 

menyelesaikan masalah yang dihadapi dan hal-hal yang 

berhubungan dengan roleplay .  

 

e. Memainkan roleplay  

sesudah  semua siap, langkah selanjutnya yaitu  

memainkan skenario yang telah disusun. Pembimbing membiarkan 

pemain untuk mengekspresikan dirinya dalam menyelesaikan 

masalah yang ada dalam skenario tadi. Pemain bermain sesuai 

karakter peran yang telah disepakati dan alur cerita yang ada di 

skenario. Apabila ada pemain yang kurang paham terhadap 

skenario atau karakter peran yang dimainkan, maka pembimbing 

boleh menyuruh memainkan ulang. Tujuan mengulang permainan 

yaitu  agar pemain bermain sesuai dengan  alur yang digariskan di 

skenario dan berperan sesuai dengan karakter peran yang menjadi 

gambaran karakter yang telah diajukan. saat  permainan sesuai 

    

 

--

dengan alur yang digariskan dan berperan sesuai dengan peran 

yang dimainkan maka peran  ini  dapat diselidiki dan dianalisis. 

 

f. Melakukan diskusi dan evaluasi 

saat  permainan usai, maka dilakukan diskusi dan evaluasi 

terhadap permaian  ini . Dalam diskusi dan evalusi, 

pembimbing mengajukan pertanyaan yang merangsang peserta 

untuk berfikir kritis demi sempurnanya permainan. Rangsangan 

pertanyaan akan membuat peserta kreatif dan mengkaji ulang 

terhadap peran yang dimainkan. Peserta akan menciptakan ulang 

karakter peran dan membuat alternatif-alternatif kemungkinan yang 

lain dari hasil masukan peserta diskusi. 

Pengamat dalam hal ini penonton sebagai pihak yang tidak 

merasakan permainan akan memiliki pemikiran lain terhadap peran 

yang dimainkan. Penonton memiliki sudut pandang berbeda dalam 

memainkan peran dan menyelesain masalah yang telah disepakati. 

Pemikiran penonton sebagai bahan alternatif untuk penciptaan 

baru. Dengan demikian permainan akan sangat beragam dan akan 

mendapatkan jawaban yang beragam dalam menyelesaikan 

permasalahan yang dihadapi. 

 

g. Memainkan ulang 

sesudah  mendapatkan masukan dari berbagai pihak, 

permainan diulang kembali dengan mempertimbangkan saran 

pengamat atau penonton. Permainan ulang diharapkan mendekati 

sempurna sebab  telah mendapat saran dan kritik yang 

membangun. Dengan mendapatkan masukan maka alur cerita pasti 

mengalami perubahan, menuju kebaikan. Permainan peran juga 

akan mengalami perubahan, namun  perubahan menuju 

kesempurnaan bermain. Permainan ulang harus 

mempertimbangkan masukan dari pengamat atau penonton dan 

pembimbing latihan. 

 

h. Berbagi pengalaman dan menarik kesimpulan  

Pemain harus mempu menceritakan pengalaman bermain 

dalam roleplay  sesudah  permainan selesai. Pengalaman  ini  

dibagikan kepada penonton sebagai satu pengalaman kreatif. 

Penonton yang mengetahui pengalaman kreatif akan merasa 

tertantang untuk ikut bermain. Dari pengalaman ini bisa diambil 

kesimpulan bagaimana memainkan karakter tertentu dengan baik. 

Permasalah yang sebelum roleplay  belum diketahui, maka pada 

akhir cerita akan mendapatkan jawaban pemecahan. Dari 

 

 

   

 

--

kesimpulan yang didapat, diharapkan dapat merubah pola perilaku 

baru. 

Perubahan pola perilaku baru, maksudnya sesudah  ada 

kesadaran akan kebutuhan untuk mengubah perilakunya, individu 

harus dapat mengembangkan kesadaran ke arah pengertian dan 

pemahaman terhadap situasi masalah yang dihadapi. Pemahaman 

terhadap masalah yang dihadapi terbantu dengan jalan 

memerankan situasi itu dalam sebuah permainan peran. Individu 

dapat mencobakan perilaku baru dalam situasi yang aman. Di 

dalam situasi bermain peran, individu sering menerima ide baru 

yang menakjubkan dari anggota kelompok lain mengenai 

bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku baru, 

sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari 

hasil negatif.  

 

 . Fungsi Roleplay  

Roleplay  yaitu  permainan berpura-pura memerankan orang 

lain dengan cara disadari. Pola permainan roleplay   dilakukan dengan 

cara spontan atau tidak ada proses menghafal naskah cerita terlebih 

dahulu, namun  memahami kerangka cerita yang dimainkan. Selain itu 

pemeran juga bebas memainkan peran yang muncul dalam situasi 

tertentu sesuai hasil imajinasinya. Dalam memainkan peran, calon 

pemeran harus membuang rasa tidak percaya diri dan mau tampil di 

depan umum. Cara berperan tidak perlu kaku dan dilakukan dengan 

santai agar dapat menghayati peran yang dimainkan. Roleplay  

memiliki fungsi sebagai berikut: 

 

a. Mengatasi kesulitan diri 

Roleplay  yaitu  salah satu proses latihan calon pemeran 

yang dilakukan dengan bebas dan memakai  daya imajinasi 

sendiri. Proses roleplay  dilakukan dengan cara spontan namun  tetap 

mengikuti aturan yang telah disepakati oleh sesama pemain 

roleplay . Taat aturan inilah yang melatih untuk bisa bekerjasama 

dengan orang lain dan bertanggungjawab. Selain itu juga 

dipakai  untuk melatih disiplin, sebab  kalau tidak bisa disiplin, 

maka orang lain tidak akan menghormati.  

Calon pemeran banyak mengalami hambatan dalam 

pekerjaannya. Hambatan bisa dari luar dan dari dalam dirinya. 

Hambatan dari luar berhubungan dengan budaya dan lingkungan 

(ada yang bilang bahwa pemain teater itu seperti orang gila, sebab  

biasa ngomong sendiri, sedih sendiri, bahagia sendiri dan lain-lain). 

    

 

--

Sedangkan yang datang dari dalam berhubungan dengan susah 

kerjasama dengan orang lain, tidak percaya diri, susah disiplin, 

susah konsentrasi, tidak bisa dialog dengan wajar dan logis, dan 

lain-lain. 

Usaha meminimalkan hambatan yang biasa dirasakan oleh  

calon pemeran membutuhkan suasana kebebasan, sehingga calon 

pemeran tidak merasa tertekan. Dalam roleplay  suasana 

kebebasan selalu dijaga, sehingga akan memunculkan suasana 

kebahagiaan dan keceriaan. Roleplay  juga dipakai  sebagai 

media latihan dialog dengan sesama. Dialog di roleplay  berbeda 

dengan dialog pada naskah lakon yang ditulis oleh penulis lakon. 

Dialog dalam roleplay  disusun sendiri oleh pemain, sehingga akan 

lebih mudah mengucapkan. Kalau belum terbiasa dengan 

menyusun dialog yang sulit, maka bisa dilatih dengan cara 

memperkenalkan diri dan menceritakan pengalaman sendiri 

(monolog). Latihan kemudian ditingkatkan dengan dialog dengan 

masalah yang ada disekitar kita. Kunci untuk bisa melakukan dialog 

yaitu  menanggapi dialog yang dilakukan oleh teman main. 

Dengan terbiasa dialog dengan lawan main, terbiasa menanggapi 

dialog maupun gerak teman main, maka akan  meningkat 

kepercayaan diri dan konsentrasi. 

 

b. Meningkatkan kemampuan simpati dan empati 

Berempati yaitu  proses kejiwaan seseorang yang bisa 

merasakan apa yang dialami oleh orang lain, baik itu rasa bahagia 

maupun rasa sedih. Proses roleplay  sebenarnya proses 

memainkan peran yang bukan diri sendiri dan ini membutuhkan 

proses pemindahan jiwa, dari jiwa pemeran ke jiwa peran. Proses 

pemindahan tidak hanya sekedar melibatkan logika tapi juga 

melibatkan rasa. Keterlibatan rasa dalam proses pemindahan inilah 

yang melibatkan simpati dan empati. Seorang pemeran akan 

merasa simpati kepada orang lain dalam menciptakan peran yang 

akan dimainkan. Kalau tidak bisa merasa simpati maka pemeran 

tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh peran  ini . 

Sedangkan seorang pemeran bekerja tidak hanya melibatkan logika 

namun  juga melibatkan batin atau rasa. 

Seorang pemeran saat  berperan di atas panggung akan 

bermain dengan pemeran lain. Kalau tidak ada rasa simpati dan 

kerjasama antar pemeran maka akan terjadi persaingan yang tidak 

sehat dan saling menonjolkan diri. Sikap seperti ini bukan hanya 

merugikan pemeran namun  juga akan merusak seni yang telah 

dibangun dengan susah payah. Dalam satu permainan harus ada 

 

 

   

 

--

saling menghargai berbagai perbedaan sesuai tanggungjawab 

masing-masing. Penghargaan dan rasa simpati akan menimbulkan 

rasa empati terhadap orang lain dan profesi lain. Proses 

menghargai profesi, status sosial, dan perbedaan, maka akan 

tercipta sebuah toleransi dan toleransi merupakan dasar dari 

simpati dan empati. Roleplay  mengajarkan menghargai perbedaan. 

 

c. Mengembangkan pola pikir adaptif 

Pola pikir adaptif yaitu  kemampuan berpikir seseorang 

untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan masalah. 

Fleksibilitas berfikir dan kemampuan menghadapi tantangan setiap 

masalah sangat diperlukan dalam kehidupan. Hal ini bisa diperoleh 

dari rutinitas latihan roleplay . Dalam permainan roleplay , pemeran 

selalu dihadapkan dengan sebuah masalah baru yang harus 

diselesaikan. Permasalahan itu bisa dari peran yang dimainkan, 

konteks cerita, maupun status. Masalah  dikembangkan dari 

kehidupan keseharian dan permasalahan ini bisa diurai dan 

disimulasikan dengan roleplay . Anak yang terbiasa dengan 

permainan roleplay , akan terbiasa menghadapi masalah, baik 

masalah yang ada dalam roleplay  maupun masalah dalam 

kehidupan.  

 

d. Media pengolah emosi 

Roleplay memungkinkan pemeran untuk mengungkapkan 

perasaan atau emosi yang tidak dapat dikenali oleh dirinya sendiri 

dan hanya dapat dikenali dengan bercermin pada orang lain. Emosi 

secara umum memiliki arti proses fisik dan psikis yang kompleks  

yang bisa muncul secara spontan atau diluar kesadaran. 

Kemunculan emosi akan menimbulkan respon pada kejiwaan, baik 

respon positif maupun respon negatif serta mempengaruhi 

ekspresi. Emosi sering dikaitkan dengan perasaan, persepsi atau 

kepercayaan terhadap objek, baik itu kenyataan maupun hasil 

imajinasi. 

Pemeran saat  memain peran yang digariskan oleh 

kerangka lakon sangat membutuh emosi untuk mengekspresikan 

atau memainkan peran  ini . Bahkan untuk membantu 

mewujudkan peran  ini  terkadang seorang pemeran 

membutuhkan ingatan emosi. Ingatan emosi yaitu  salah satu 

perangkat pemeran untuk bisa mengungkapkan atau melakukan 

hal-hal yang berada diluar dirinya (Suyatna Anirun,     ). Sumber 

dari ingatan emosi yaitu  kajian pada ingatan diri sendiri, dan 

kajian sumber motivasi atau lingkungan motivasi yang bisa kita 

    

 

--

amati. Ingatan emosi berfungsi untuk mengisi emosi peran yang 

kita mainkan. Seorang pemeran harus mengingat-ingat segala 

emosi yang terekam dalam sejarah hidupnya, baik itu merupakan 

pengalaman  pribadi maupun pengalaman orang lain yang direkam 

oleh jiwa dan pikirannya. Dengan ingatan emosi kita akan mudah 

memanggil kembali jika kita perlukan untuk memainkan peran 

tertentu. Proses roleplay  yaitu  proses memperkaya pengalaman 

yang bisa disimpan sebagai ingatan emosi.  

Menurut Konstantin Stanislavski, ingatan emosi yaitu  

ingatan yang membuat seseorang menghayati kembali perasaan 

yang pernah dirasakan saat  melihat suatu objek yang sama dan 

menimbulkan perasaan  ini . Ingatan ini hampir sama dengan 

ingatan visual, yang dapat menggambarkan kembali secara 

batiniah sesuatu yang sudah dilupakan, tempat atau orang, begitu 

juga ingatan emosi dapat mengembalikan perasaan yang pernah 

dirasakan. Mula-mula rasa itu mungkin tidak bisa diingat, tapi tiba-

tiba sebuah kesan, sebuah fikiran, sebuah benda yang dikenal 

mengembalikan dengan kekuatan penuh. Kadang emosi itu sama 

kuatnya dengan dulu, kadang agak kurang tapi kadang perasaan 

yang sama dalamnya kembali namun  dalam bentuk yang agak 

berbeda (Stanislavski;     ). 

 

e. Meningkatkan interpersonal skill 

Roleplay  dilakukan berkelompok, atau minimal dua orang. 

Hal ini sama dengan konsep seni teater yaitu seni kolektif 

(collective art). Seni teater yaitu  seni yang memerlukan banyak 

pekerja, baik yang memiliki pengetahuan tinggi maupun yang 

memiliki pengetahuan rendah, dimana semua komponen saling 

tergantung. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-

sama dan mengharuskan semuanya sejalan dan seirama sehingga 

perlu harmonisasi dari seluruh tim. Komponen-komponen itu saling 

bekerjasama dan masing-masing memiliki tanggungjawab berbeda, 

namun  dalam satu kesatuan karya. Semua pekerja dalam seni teater 

mempunyai kedudukan yang sama penting, jadi tidak ada pekerja 

utama dan pekerja yang bukan utama. 

Interpersonal skill yaitu  keterampilan untuk memahami 

orang lain agar mampu bekerjasama. Dalam roleplay , interpersonal 

skill ini sangat diperlukan sebab  kalau tidak ada keterampilan ini 

maka roleplay  tidak akan berjalan dengan baik. Proses dialog dan 

bergerak di roleplay  dilakukan dengan spontan atau tanpa ada 

rancangan.  Pemain akan bisa melakukan dialog dengan baik, 

kalau bisa memahami dialog pemain lain. Kalau keterampilan 

 

 

   

 

--

memahami orang lain ini tidak ada, maka tidak bisa memahami 

pemain lain, dan kalau tidak bisa memahami orang lain, maka tidak 

bisa memahami dialog. Jadi interpersonal skill sangat dibutuhkan 

untuk proses bermain roleplay . 

 

f. Media pemecah masalah 

Kehidupan yang dijalani kadang membuat hidup menjadi 

mekanis, seperti pabrik. Pola mekanis kadang membuat tingkah 

laku tidak terlalu banyak memerlukan proses berfikir dan 

mengurangi kesadaran diri, sehingga tidak banyak alternatif 

menyelesaikan masalah. Pola pikir dan pola hidup mekanis 

cenderung untuk bereaksi saat  menyelesaikan masalah, 

sedangkan setiap masalah kadang tidak hanya cukup bereaksi 

namun  butuh proses menanggapi masalah  ini . Proses bereaksi 

dan proses menanggapi masalah yaitu  proses yang berbeda. 

Proses bereaksi dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang 

biasa dilakukan atau sesuai dengan kebiasaan. Sedangkan proses 

menanggapi lebih memakai  proses berfikir dengan mengolah 

masalah menjadi pemecahan masalah. 

Roleplay  berasumsi bahwa emosi dan ide itu terpendam 

sebab  pola hidup yang mekanis dan dapat diangkat ke taraf sadar, 

kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan 

masalah tidak selalu datang dari orang tertentu, namun  bisa saja 

muncul dari reaksi pengamat atau penonton terhadap masalah 

yang sedang diperankan. Dengan demikian, pelaku roleplay  

maupun penonton dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang 

cara memecahkan masalah, yang pada gilirannya dapat 

dimanfaatkan untuk mengembangkan diri secara optimal dan 

memunculkan banyak alternatif pemecahan masalah. 

 

g. Membentuk individu bertanggungjawab 

Roleplay  yaitu  permainan berpura-pura yang memainkan 

peran yang telah disepakati bersama. Pemeran harus 

bertanggungjawab pada peran yang dimainkan. Hal ini melatih 

pemeran untuk bertanggungjawab, minimal bertanggungjawab 

pada peran yang dimainkan. Roleplay  juga memakai  aturan 

yang disepakati sebelum dimainkan, aturan memainkan peran, 

aturan suasana yang ditetapkan, dan aturan pada konteks apa 

peran  ini  dimainkan. Aturan inilah yang harus diikuti dan 

menjadi panduan bermain, sebab  aturan itu dibuat dan disepakati 

antar pemain. Pemeran akan terbiasa dengan mentaati peraturan 

 ini  dan akan membentuk jiwa yang bertanggungjawab. 

    

 

--

 

 . Bentuk Roleplay  

Bentuk roleplay  dapat digolongkan menjadi tiga besaran, yaitu 

status, peran dan konteks. Roleplay  status yaitu  roleplay  

berdasarkan status peran yang dimainkan atau posisi peran yang 

dimainkan. Roleplay  peran yaitu  roleplay  yang memainkan peran 

dalam suatu cerita atau fungsi dari peran yang dimainkan  ini . 

Roleplay  konteks yaitu  roleplay  yang memainkan cerita atau peran 

sesuai dengan konteksnya. 

 

a. Status 

Status yaitu  keadaan atau kedudukan seseorang atau 

badan dalam hubungan dengan warga . Status seseorang 

yaitu  label, kondisi, situasi dan keadaan yang disandang sebagai 

pembentuk dari jati diri. Manusia yaitu  makluk sosial dan makluk 

individual, sebagai makluk individual manusia membawa status 

sejak lahir (status yang dibawa sejak lahir), misalnya jenis kelamin, 

ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia dan lain sebagainya 

(status ascribed). Sedang status sosial yaitu  status seseorang 

yang berhubungan dengan achieved status dan assigned status. 

Achieved  status yaitu  status sosial yang didapat seseorang 

sebab  kerja keras dan usaha yang dilakukan, misalnya 

kepemilikikan harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan 

lain-lain. Assigned status yaitu  status sosial yang diperoleh 

seseorang di lingkungan warga  yang bukan didapat sejak lahir 

namun  diberikan sebab  usaha dan kepercayaan warga , 

misalnya seseorang yang jadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh 

dan sebagainya. 

Roleplay  status yaitu  roleplay  yang memainkan karakter 

peran sesuai dengan statusnya. Peran yaitu  tokoh yang memiliki 

hidup dan kehidupan di dunia lakon. Dengan memiliki kehidupan, 

maka peran sebenarnya memiliki dan menyandang statusnya, baik 

status ascribed, status achived maupun status assigned. 

Memainkan status ascribed sama dengan memainkan diri sendiri 

dalam roleplay , sedang memainkan status achived dan status 

assigned sama dengan memainkan status yang disandang oleh 

status karakter tokoh peran. 

Roleplay  status yang pertama dilakukan oleh pemeran 

yaitu  roleplay  yang memainkan diri sendiri atau same. Permainan 

roleplay  hanya memainkan karakter yang ada pada diri sendiri, 

kondisi diri sendiri, dan status warga  diri sendiri. Roleplay  

 

 

   

 

--

status lebih mudah dan sangat mudah, sebab  tidak memainkan 

orang lain. Dalam permainan roleplay -nya tidak mencari gambaran 

orang lain, sebab  gambaran itu ada dalam dirinya sendiri. Misalnya 

memainkan karakter sebagai si “a” maka yang dimainkan yaitu  “a” 

sebagai anak, sebagai pelajar SMK jurusan teater, sebagai peserta 

didik atau apapun yang ada dalam diri sendiri. sesudah  bisa 

memainkan diri sendiri, baru ditingkatkan dengan memainkan orang 

lain atau bermain sesuai dengan orang lain yang dimainkan. 

Roleplay  status yang kedua yaitu  roleplay  yang 

memainkan karakter peran yang ada disekitar kita atau yang kita 

saksikan keseharian. Roleplay  ini melatih dalam memainkan 

karakter peran yang beda dengan dengan diri sendiri. Perhatikan 

siapa saja yang ada disekitar lingkungan, bisa guru, teman, 

pegawai administrasi, penjual atau tukang yang ada. Status tadi 

kemudian deskripsikan dan rekam, bagaimana tingkah laku, cara 

bicara, dan pemikirannya, kemudian tirukan status. Misalnya amati 

seorang guru, kemudian deskripsikan dan buatlah gambaran guru 

 ini , kemudian tirukan. Lakukan pada status-status peran yang 

lain (orang kaya, miskin, tukang becak, kuli batu, tukang bangunan, 

lurah, polisi, tentara, dokter dan lain-lain). 

 

b. Peran 

Peran yaitu  karakter tokoh yang dimainkan dalam 

permainan teater atau peran juga bisa diartikan sebagai fungsi dari 

kedudukan seseorang dalam suatu peristiwa. Karakter tokoh yang 

ada dalam lakon yaitu  wakil warga  yang ada dalam 

kehidupan. Karakter tokoh memiliki kehidupan, sebab  karakter itu 

diambil oleh penulis lakon dari kehidupan nyata. Bayangan karakter 

tokoh yang hendak dituliskan dalam lakon itu yaitu  karakter yang 

hidup dalam kehidupan nyata. Ada juga karakter tokoh juga hasil 

dari rekontruksi psikologis penulis lakon, namun  tetap saja karakter 

yaitu  hasil dari sekumpulan karakter yang ada dalam kehidupan 

nyata.  

Peran juga bisa diartikan sebagai fungsi, maksudnya 

sebagai fungsi dari sesuatu yang lain. Karakter peran akan 

berfungsi bila pada suatu masalah tertentu mengambil peran 

tertentu. Misalnya peserta didik baru ada saat  dalam kondisi dan 

situasi sekolah atau tempat dan lingkungan belajar. Peran guru 

baru ada bila dalam warga , guru  ini  didudukan pada 

posisi guru atau sumber pengetahuan. Peran akan terlihat dan 

berfungsi jika peran  ini   difungsikan atau diberi perhatian 

    

 

--

khusus dalam warga  tertentu, dan peran-peran ini yang akan 

dimainkan pada permainan teater. 

Roleplay  peran yaitu  roleplay  yang memainkan peran 

yang ada dalam warga . Peran  ini  bisa peran diri sendiri, 

maupun peran orang lain. Peran disini bisa tokoh yang dimainkan 

atau fungsi dari peran  ini  sebagai apa. Peran-peran yang ada 

dalam sebuah cerita diidentifikasikan, kemudian dimainkan sesuai 

dengan peran dan fungsinya. Roleplay  ini melatih calon pemeran 

untuk terbiasa dalam memainkan peran-peran yang berbeda. 

Roleplay  peran ini juga berfungsi untuk melatih calon pemeran 

untuk memahami dialog yang diucapkan oleh peran yang 

dimainkan sehingga peran  ini  hidup.  Dengan terbiasa 

memainkan roleplay  peran ini, maka jiwa pemeran akan lebih 

fleksibel saat  harus memain peran. 

 

c. Konteks 

Konteks yaitu  kondisi dimana suatu keadaan terjadi. Ada 

beberapa jenis konteks, yaitu: konteks fisik yaitu  konteks yang 

meliputi ruang, objek nyata, pemandangan dan lainnya yang 

bersifat fisik. Konteks menurut menurut faktor sosio-psikologis 

yaitu  konteks yang menyangkut faktor-faktor seperti status orang 

yang terlibat dalam hubungan komunikasi, peran mereka, dan 

tingkat kesungguhan. Menurut dimensi waktu, konteks meliputi hari 

dan rentetan peristiwa yang dirasakan terjadi sebelum peristiwa 

komunikasi. Konteks berhubungan dengan situasi, latar belakang, 

lingkungan, dan kondisi dari suatu peristiwa. 

Roleplay  konteks yaitu  roleplay  yang disesuaikan dengan 

keadaan atau kondisi dimana roleplay  terjadi. Sedangkan bagi 

seorang pemeran, roleplay  konteks berarti memainkan peran 

sesuai dengan status peran, peran (fungsi peran) dari peran yang 

dimainkan dalam roleplay   ini . Roleplay  konteks ini akan 

melatih calon pemeran untuk bermain sesuai dengan situasi yang 

dihadapi. Situasi ini akan menghidupkan peran yang dimainkan dan 

bisa merasakan jiwa peran pada situasi tertentu. Misalnya berperan 

pada situasi perang, maka harus bisa merasakan situasi perang 

 ini  dalam memerankan perang, sehingga peran  ini  

hidup dan bisa dirasakan oleh penonton. 

Roleplay  konteks juga sebagai media latihan kerjasama 

dengan pemeran lain dalam suatu situasi yang sama yang hendak 

dibangun. Situasi atau suasana cerita tidak hanya diciptakan oleh 

penulis lakon, tapi juga bisa diciptakan oleh pemeran yang 

bekerjasama dengan unsur lain. Suasana cerita juga bisa 

 

 

   

 

--

diciptakan oleh kerjasama antar peran dan roleplay  bisa dipakai  

sebagai media latihan  ini . Kunci utama yaitu  pemahaman 

terhadap konteks peran  ini  dimainkan dan pemahaman 

terhadap pemeran lain yang membentuk suasana permainan. 

 

d. Menulis cerita 

Menulis cerita yaitu  langkah awal untuk memainkan 

roleplay  berbasis teks. Langkah penulisan teks cerita tidak seperti 

langkah kerja seorang penulis lakon atau sastrawan, yang 

memerlukan waktu berhari-hari untuk penelitian saat  hendak 

menulis teks lakon. Menulis teks pada topik ini yaitu  diawali 

dengan menentukan gagasan cerita, menulis kerangka cerita, 

membuat latar cerita, menentukan karakter peran, dan meramu 

menjadi satu dalam karya tulis cerita lakon yang siap dimainkan. 

 

 ) Gagasan cerita 

Gagasan cerita yaitu  ide cerita yang menjadi dasar 

cerita yang hendak dituliskan. Banyak yang menyebutkan 

bahwa ide atau gagasan sebagai tema. Ide cerita bisa darimana 

saja dan kapanpun bisa muncul di pikiran penulis cerita. Ide 

cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari kemana-mana, ide 

cerita banyak tersebar di lingkungan, asal kita bisa menangkap 

dan mengolah. Metode atau cara yang dilakukan untuk 

mendapatkan ide atau gagasan cerita yaitu  dengan 

mengamati semua hal yang ada disekitar kita.  

Proses pengamatan akan memunculkan kesadaran 

dalam diri dan pikiran kita.  Misalnya, sekali waktu kita melihat 

atau menyaksikan seekor kucing yang sedang mencari makan 

di tong sampah. sesudah  kita amati dengan seksama, ternyata 

kaki kucing  ini  hanya tiga. Dengan melihat kejanggalan 

 ini , kita akan bertanya kenapa kakinya hanya tiga, 

bagaimana sampai kaki kucing hanya tiga. Proses berfikir dan 

mempertanyakan kejanggalan akan melahirkan ide atau 

gagasan cerita. saat  ide atau gagasan sudah didapatkan, 

maka harus segera dituliskan dan ditentukan tujuan akhir dari  

gagasan cerita  ini . 

Jadi ide atau gagasan cerita tidak hanya didapat dari 

kehidupan manusia, namun  bisa dari kehidupan binatang, 

tumbuhan atau apapun yang ada disekitar kita. Yang 

dibutuhkan hanya kesadaran dan sikap kritis mempertanyakan 

keadaan. Pertanyaan itu didasari oleh sebab akibat dan ini yang 

    

 

--

akan menjalankan cerita kita. Misalnya kenapa kucing itu 

kakinya hanya tiga? Mungkin sebab  disiksa orang, atau sebab  

tertabrak kendaraan dan ini yaitu  sebagai penyebabnya. 

Akibatnya yaitu  kucing itu merana, kucing itu dibuang oleh 

pemiliknya dan hidup dari mencari makan di tong sampah. Ide 

atau gagasan bisa juga didapat dari membaca cerita orang lain. 

Ide atau gagasan boleh dari orang lain, namun  cerita besarnya 

harus disusun sendiri. Kalau hanya ide atau gagasan dari orang 

lain itu diperbolehkan dan ini dinamakan versi, namun  jika 

menjiplak secara utuh dan hanya mengganti nama peran yang 

ada, ini namanya plagiat. 

 

 ) Kerangka cerita 

Kerangka cerita diumpamanak seperti tulang rangka 

manusia, yang memberi bentuk atau wujud cerita yang sedang 

ditulis. Kerangka cerita bisa difungsikan sebagai batas agar 

cerita yang ditulis tidak melebar kemana-mana. Ada sebagian 

orang menyebut kerangka cerita sebagai plot, sebab  terdiri dari 

peristiwa yang sedang berlangsung dalam cerita. Peristiwa 

yang terjadi dalam cerita akan membuat suatu rangkaian 

peristiwa dan menjalankan gerak cerita sampai akhir cerita. 

Peristiwa dalam cerita terjadi sebab  sebab akibat. Peristiwa 

yang satu yaitu  akibat atau sebab dari pertistiwa yang lain. 

Kerangka cerita yang paling sederhana hanya terdiri dari 

pemaparan, konflik, dan penyelesaian atau awal, tengah dan 

akhir. Pemaparan atau awal, hanya berisi penjelasan atau 

perkenalan peran yang ada dalam cerita, lokasi atau tempat 

kejadian peristiwa, dan waktu peristiwa berlangsung. Bagian 

awal atau pemaparan terkadang sudah memunculkan masalah 

yang dihadapi oleh peran yang ada, dan bagaimana mencari 

cara menyelesaikan masalah  ini .  

Bagian tengah atau konflik berisi kejadian yang saling 

terkait dan menjadi masalah pokok yang disodorkan pada 

penonton. Masalah membutuhkan penyelesaian atau jawaban 

untuk menyelesaikannya. Peristiwa pada bagian tengah  harus 

dibuat semenarik mungkin sehingga membentuk jalinan 

peristiwa yang indah. Pada bagian ini juga terjadi rintangan 

yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh peran protagonis 

serta perlawanan yang dilakukan oleh peran antagonis. 

Keinginan peran protagonis dihalang bahkan digagalkan oleh 

peran antagonis. Saling menyerang dan menghalangi antar 

peran inilah yang menarik pada bagian tengah atau konflik. 

 

 

   

 

--

Bagian akhir cerita berisi penyelesaian cerita, dimana 

semua pertanyaan dan masalah menemukan jawaban dan 

penyelesaian. Pertanyaan penonton terhadap jalannya cerita 

juga terjawab dan penonton diharapkan mendapat pelajaran 

dan pencerahan dari cerita yang disajikan. Pada bagian akhir  

tidak perlu disimpulkan atau diinformasikan penyelesaian cerita  

kepada penonton. Biarkan saja penonton mendapatkan 

jawaban sendiri dan merenungkan apa yang sudah dilihat dan 

didengar. 

 

 ) Latar cerita 

Menuliskan latar cerita yaitu  menuliskan situasi tempat 

kejadian, gambaran tempat kejadian, dan waktu terjadinya 

peristiwa.  Situasi, tempat, dan waktu yang menjadi latar cerita 

bisa hasil imajinasi, namun  bisa juga hasil observasi dan 

eksplorasi kehidupan keseharian. Observasi dilakuan dengan 

mengamati sebuah lingkungan keseharian yang bisa 

mendukung hasil rancangan.  Hasil pengamatan kemudian 

ditulis secara detail sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, 

dirasakan, dan dibaui. Proses observasi sekaligus 

mengeksplorasi tempat. Tempat itu bisa tempat sepi, ramai, 

bising, situasi yang sibuk, mencekam, kotor dan bau. Semua 

hasil observasi dan eksplorasi dicatat dan bisa menjadi bahan 

latar cerita. 

Pengambaran latar cerita akan berbeda setiap orang, 

sebab  sudut pandang yang dipakai  juga berbeda. Selain itu 

juga sangat dipengaruhi oleh kepekaan atau sensitifitas jiwa 

penulis. Misalnya saat  mengamati sebuah taman sudut kota, 

orang bisa menuliskan segala apa yang dilihat, apa yang 

didengar dan apa yang dibaui. namun   bagi sebagian orang lain, 

mungkin bisa menuliskan apa yang dirasakan, dan itu akan 

mempengaruhi hasil pengamatan. Untuk mempersiapkan latar 

cerita, maka tuliskan dan deskripsikan sebanyak mungkin hasil 

pengamatan dan eksplorasi dari beberapa tempat. Jangan 

hanya menuliskan suasana dan tempat dalam satu kata, sebab  

akan memunculkan tafsir yang berbeda. 

 

 ) Karakter peran 

Peran yaitu  makluk hidup yang memiliki hidup dan 

kehidupan di dunia lakon hasil imajinasi penulis. Peran harus 

hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan atau memiliki 

karakter. Karakter bisa jahat, baik, bodoh, jenius, kaya, miskin, 

    

 

--

dan lain-lain. Tugas seorang penulis lakon yaitu  mendiskripsi 

secara ringkas peran. sebab  peran itu hidup, maka perlu 

dijelaskan identitas dari peran  ini , misalnya nama, umur, 

jenis kelamin, bentuk fisik, jabatan dan sisi kejiwaan. Hal ini 

penting sebagai gambaran awal bagi seorang calon pemeran 

saat  hendak memainkan peran  ini . 

Penulis lakon harus melakukan observasi untuk mencari 

gambaran peran yang hendak ditulis, baik dari kehidupan 

keseharian atau yang ada di lingkungan atau dari kenangan 

yang pernah dialami. Lakukan observasi dan tulis secara detail 

peran  ini . Susun semua peran dalam satu susunan peran 

yang akan mengisi kehidupan dunia lakon. Detail yang harus 

dideskripsikan ialah ada dan bagaimana tokoh mengenakan 

pakaian, bagaimana profil kepribadian tokoh dengan mengacu 

kepada sejarah singkat kehidupannya. 

Langkah selanjutnya yaitu  meletakan peran yang telah 

ditulis ke dalam latar cerita yang telah dibuat. Peran ditulis 

secara sederhana dengan kegiatan spesifik, misalnya seorang 

bapak sebagai guru yang dibenci peserta didiknya. Penjelasan 

yang lebih detail bisa dimasukkan dalam dialog yang akan 

diucapkan oleh peran yang ada dalam lakon  ini .  

Buatlah peran menjadi hidup, dengan membuatnya 

bicara atau beraksi. Membuat peran bicara bisa dilakukan 

dengan mempertemukan dua peran atau lebih dalam suatu 

suasana dan masalah yang telah dirancang. Buatlah konflik 

antar peran dan konflik itu bisa sederhana, tapi bisa juga konflik 

yang rumit. Konflik sederhana bisa sebab  adanya 

kesalahpahaman yang berakhir dengan kerumitan dan 

penyelesaian. Peran bisa hidup sebab  penulis menciptakan 

rintangan terhadap keinginan peran. Dengan adanya rintangan, 

peran  ini  akan menciptakan dan mencari taktik yang 

dirasakan kongkret bisa dilakukan, juga akan menciptakan 

dialog yang wajar. 

 

 . Menulis Cerita 

Langkah selanjutnya yaitu  merangkai dan menempatkan 

semua elemen menjadi skenario dasar atau treatment cerita. Langkah 

ini bisa dilakuan  dengan menulis sebuah deskripsi naratif yang berisi 

segala sesuatu yang terjadi dalam adegan, yang merupakan 

penempatan elemen menjadi kesatuan yang kohesif. Pada bagian 

 

 

   

 

--

treatment sudah digambarkan suasana, waktu, tempat peristiwa, dan 

tokoh atau peran yang ada dalam peristiwa cerita. 

Tahap berikutnya yaitu  menulis serangkaian adegan atau 

bagian cerita ke dalam draf, berdasarkan eksplorasi terhadap skenario 

dasar. Munyusun  draf pertama yaitu  untuk pembagian adegan cerita. 

Proses  ini juga sudah membagi cerita menjadi kerangka besar 

(pemaparan, konflik dan penyelesaian). sesudah   terbagi menjadi 

kerangka besar, mulailah mendetailkan bagian-bagian kerangka besar 

 ini . Pemaparan yaitu  untuk menjelaskan pada penonton 

tentang cerita.  Konflik yaitu  berisi pertentangan antar dua keinginan 

atau dapat dituliskan sebagian adegan yang berisi konflik tajam, penuh 

kekuatan yang terjadi di antara dua tokoh. Pada tahap penyelesaian 

berisi rambu-rambu bagaimana cerita  ini  diselesaikan. 

Penulisan draf kedua yaitu  menulis kembali draf pertama 

yang berisi rangkaian peristiwa. Rangkain peristiwa  disusun 

berdasarkan sebab akibat.  Rangkaian peristiwa sebab akibat  akan 

menciptakan konflik bergerak, sehingga cerita bergerak maju sampai 

menuju akhir cerita. Hal yang perlu diperhatikan saat  menulis cerita 

yaitu  prinsip cerita teater yaitu: harus mengandung muatan baik dan 

buruk, sebab  akan memunculkan konflik dalam cerita serta memuat 

dialog atau rencana dialog, sebab  peran dalam cerita memiliki hidup 

dan kehidupan. Dialog bisa mengunakan bahasa verbal dan bisa 

memakai  bahasa non verbal. 

 

 . Latihan Dasar Roleplay  

 

a. Berdasarkan status 

Roleplay  status yaitu  roleplay  yang memainkan karakter 

peran sesuai dengan statusnya. Latihan roleplay  ini dilakukan 

dengan cara: 

 ) Same atau memainkan diri sendiri 

a) Buatlah kelompok bermain dan mainkan cerita yang 

mengambarkan anda sedang mempersiapkan diri mau ujian 

kelas. Kelompok terdiri dari   orang pemain. 

b) Buatlah cerita perjalanan yang anda rancang dengan teman 

dan mainkan rancangan cerita dalam bentuk roleplay. 

Permainan ini masih memakai  roleplay  same. 

 

 ) Memainkan status peran 

Mainkan adegan cerita dibawah ini sesuai dengan status 

perannya: 

    

 

--

 

Sang Pengamen 

   Karya: Dulrokhim. 

Baru sesaat bermain musik, Pengamen diusir seorang 

pedagang. 

PEDAGANG   : Eit, baru buka dasar. Belum ada 

receh. Yang lain saja dulu ya! 

Pengamen menghentikan bermain musiknya. Ia berjalan 

ke pedagang di sebelahnya. 

PEDAGANG   : Kalau main musik yang benar. Jangan 

asal bunyi. Aku minta lagu keroncong 

ya! 

PEDAGANG   : Siang-siang begini minta lagu 

keroncong, bikin orang ngantuk. 

PEDAGANG   : Terserah aku. Yang bayar pengamen 

kan aku, bukan kamu. 

PEDAGANG   : Memangnya yang punya telinga cuma 

kamu? 

PEDAGANG   : Kalau tidak mau dengar lagu 

keroncong, ya ditutup saja kedua 

telingamu! 

PEDAGANG   : Enak saja kalau ngomong. Lagu 

keroncong itu bukan seleraku. 

Daripada lagu keroncong, mendingan 

lagu dangdut saja, si Kucing Garong. 

PEDAGANG   : Wealah… dasar selera rendah. 

PEDAGANG   : Apa kamu bilang? 

PEDAGANG   : Keroncong itu musik identitas bangsa. 

Dengan keroncong bangsa kita jadi 

terkenal. Lihat itu, Pak Gesang 

dengan Bengawan Solo-nya, Waljinah 

dengan  Walang Kekek-nya. Mereka 

itu dikenal sampai ke negeri Jepang. 

Kucing Garong… lagu apa itu. Apalagi 

kalau nyanyinya sambil goyang 

ngebor. Itu namanya malah merusak 

identitas budaya bangsa. 

PEDAGANG   : Sok pintar! 

 

 

   

 

--

 

PEDAGANG   : Ee, walau aku pedagang pasar, aku 

ini pernah ‘makan sekolahan’. Aku ini 

lulusan SMP. Juga sering baca koran. 

Jadi tahu ilmu pengetahuan. 

PENGAMEN : Ini jadi tidak lagunya? Kok malah 

bertengkar sendiri. 

PEDAGANG   

  

: Dik Pengamen, sini! Lagunya Kucing 

Garong saja ya, nanti aku beri uang 

seribu. 

PEDAGANG   : Wealah… biasanya ngasih seratus, 

sekarang seribu. 

PENGAMEN : Wah, kalau Kucing Garong saya tidak 

bisa Bu. 

PEDAGANG   : Nha itu, Kucing Garong tidak bisa 

kan. Musik keroncong saja ya Dik 

Pengamen. Aku beri uang lima ribu. 

PENGAMEN : Wah, kalau keroncong saya juga tidak 

bisa Bu. 

PEDAGANG   : Nha itu, lagu keroncong apalagi, 

semakin tidak bisa. 

PEDAGANG   : Sudah kamu tidak usah ikut campur! 

(Kepada Pengamen) Dik Pengamen 

bagaimana sih? keroncong tidak bisa, 

dangdut juga tidak bisa. Lha bisanya 

lagu apa? 

PENGAMEN : Kalau saya bisanya lagu yang 

disenangi anak-anak muda Bu. 

Lagunya Iwan Fals. Umar Bakri. Mau 

ya, lagunya enak lho. 

PEDAGANG   : Wah, nggak jadi. Nanti malah aku 

teringat bapakku yang sudah 

meninggal. Bapakku itu guru, 

namanya Pak Umar. Mati ngenes 

sebab  gajinya sangat kecil. 

Pengamen memainkan musik lagu Umar Bakri sambil pergi 

 

 

 

 

    

 

--

b. Berdasarkan peran 

Peran yaitu  karakter tokoh yang dimain di permainan 

teater atau peran juga bisa diartikan sebagai fungsi kedudukan 

seseorang pada suatu peristiwa. Roleplay  dilakukan dengan 

memainkan peran yang ada pada teks lakon, baik ditulis sendiri 

maupun teks lakon yang tulis oleh penulis lakon.  

 ) Susunlah teks lakon berdasarkan peran yang anda kenal 

disekitar anda dan mainkan teks lakon  ini . Peran bisa 

tukang kebun sekolah, guru, kepala sekolah, tukang becak, 

peserta didik, satpam dan lain-lain. 

 ) Mainkan roleplay  peran sesuai dengan teks lakon yang ada 

dibawah ini: 

 

Sang Pengamen 

Karya: Dulrokhim. 

Pengamen : Pak…. 

BAPAK : Sudah pulang Kamu Man? 

PENGAMEN   : Sudah Pak. 

BAPAK : Dapat uang berapa kamu dari hasil 

ngamen? 

PENGAMEN : Lima ribu. 

BAPAK : Lima ribu? Biasanya sehari kamu 

dapat dua puluh ribu. Kok turun? Atau 

Kamu yang malas? 

PENGAMEN   : Tidak Pak. Memang lagi sepi. 

Mungkin gara-gara harga BBM naik. 

BAPAK : Sini uangnya. Untuk tambahan biaya 

sekolahmu nanti. 

PENGAMEN mengulurkan uang recehan. BAPAK kembali 

batuk-batuk. 

PENGAMEN : Sudahlah Pak, jangan merokok lagi. 

Nanti batuknya bertambah parah. 

BAPAK : Aku sudah kecanduan, Man. Sulit 

menghilangkannya. 

PENGAMEN : Dicoba dulu untuk berhenti merokok. 

Peringatan pemeritah merokok itu 

dapat memicu  serangan 

jantung lho Pak. 

BAPAK  Ah, sudah! Penyakit jantung itu 

penyakitnya orang kaya. Orang miskin 

 

 

   

 

--

seperti bapakmu ini penyakitnya 

paling cuma masuk angin. Kamu itu 

aku sekolahkan supaya pintar, bukan 

untuk melarang bapakmu merokok. 

 

c. Berdasarkan konteks 

Roleplay  konteks akan melatih calon pemeran untuk 

bermain sesuai dengan situasi yang dihadapi. Latihan roleplay  

dilakukan dengan cara: 

 ) Suasana sedih 

Mainkan adegan dalam suasana yang sedih. 

 

 

Tangis 

Karya: P. Hariyanto 

 Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak 

didengar, dengan komposisi yang sedap dipandang. 

Hana : (muncul tertegun, mendekati kedua 

temannya).  Ada apa ini? Fani, Gina, 

mengapa menangis? Mengapa? 

Katakanlah, siapa tahu aku dapat 

membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi? 

Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu! 

Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus 

menangis secara memilukan. 

Hana : Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang kau 

bebankan kepada kedua temanku ini? Dan 

apa yang harus kulakukan bila aku tidak 

tahu sama sekali persoalannya semacam 

ini? Fano, Gina, sudahlah! Kita memang 

wanita sejati, tanpa ada seorangpun yang 

berani meragukan, dan oleh sebab  itu pula 

maka kita juga berhak istimewa untuk 

menangis. Namun apapun persoalannya, 

tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat 

kebingungan semacam ini, sementara 

kalian berdua menikmati indahnya tangisan 

dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis 

kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap 

sebagai penghinaan yang tak termaafkan, 

    

 

--

dan sekaligus akan mengancam 

kelangsungan persahabatan kita! 

Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana. 

Mereka menghentikan tangis, saling bertatapan, lalu Gita 

memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya 

meneruskan tangisnya. 

 Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu 

beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian ikut 

menangis pula. 

Inu : (muncul tergopoh-gopoh). Ada apa? Ada 

apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila! 

Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku 

yang akan menghadapinya! (menacri batu 

untuk senjata). Tenanglah kalian. Kita 

mengakui bahwa kita memang makhluk 

lemah (mulai menangis), miskin,bodoh, dan 

tak punya daya. namun  itu tidak berarti 

bahwa kita dapat mereka hina secara 

semena-mena. (sambil menangis) Berapa 

kali mereka melakukannya? Huh, cacingpun 

menggeliat jika diinjak, apalagi kita, 

manusia! Mungkin kini mereka akan gentar 

pada tekad perlawanan kita. namun  jangan 

puas, mereka harus diberi pelajaran, agar 

tahu benar-benar bahwa kita bukanlah 

barang mainan. (menangis) Baiklah, akan 

kucari mereka dengan batu-batu di 

tanganku! (beranjak pergi) 

Hana : (menahan Inu seraya memberikan selembar 

kertas) 

Inu : Hanya latihan menangis toh… 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

 

--

 ) Suasana gembira 

Mainkan adegan ini dalam suasana yang gembira. 

 

TUYUL ANAKKU 

Oleh : Rendra 

Boss : Hai, Min ! 

Amin : Ada apa, Boss ? 

Boss : Kita kumpuldulu di situ, yok ! 

Mereka berkumpul di tempat yang ditunjuk. Boss membawa 

sebuah Tape-recorder yang besar. Semua berkomentar 

mengagumi mesin itu. 

Amin : Punya kamu ini, Boss ? 

Boss : Bukan. Punya dia ! (menunjuk Komat-

Kamit) 

Komat-kamit : Hadiah ulang tahun dari Papa. 

Kusut : Nanti kalau aku berulang tahun, ayahku 

mau membelikan sepatu dan pakaian 

breakdance. 

Amin : O, yah ? 

Kusut : Yah ! ayah sudah janji, sudah sumpah ! 

Komat-kamit : Sepatu dan pakaian breakdance-ku aku 

dapat dari Mama. 

Kampret  Pesta ulang tahunmu dulu memang 

meriah. 

Kodian  Kue ulang tahunnya yahud ! 

Komat-kamit  Harganya tujuh puluh ribu ! 

Amin  Busyet ! 

 

 

E. Rangkuman 

Roleplay  secara harfiah diartikan sebagai berpura-pura menjadi 

orang lain. Secara sederhana roleplay  diartikan mengacu pada perubahan 

perilaku seseorang untuk menjalankan peran, baik peran sosial di 

warga  maupun peran khayalan seperti di teater. Permainan roleplay  

ini diadopsi dari bidang psikologi khususnya psikoterapi atau terapi 

kejiwaan. Roleplay  bisa dipakai  untuk terapi terhadap seseorang yang 

mengalami kesulitan dengan dirinya, mengembangkan perilaku adaptif, 

mengendalikan diri dari sifat agresif, meningkatkan kemampuan berempati, 

mengolah emosi seseorang, dan memecahkan masalah secara efektif dan 

bijaksana. Roleplay  di dunia pendidikan merupakan salah satu model 

    

 

--

penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan 

penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan  

dilakukan peserta didik dengan memerankan tokoh hidup dalam kehidupan 

nyata ataupun sebagai benda mati. Roleplay  dilakukan dengan mengikuti 

dialog yang telah disusun ataupun berperan bebas sesuai dengan imajinasi 

pelaku. 

Sejarah roleplay  dimulai dari acara simulasi yang dilakukan oleh 

para raja dan panglima perang sebelum melakukan perang yang 

sebenarnya. Pada tahun     -an, Dr. Moreno  menciptakan 

“eksperimental teater” untuk membantu setiap orang memahami aspek 

yang berbeda dari kepribadian mereka sendiri dan orang lain. Konsep 

roleplay  kemudian dipakai  oleh Commedia dell’Arte pada abad    

sebagai konsep pertunjukan. Pada tahun     -an, Viola Spolin dan Keith 

Johnstone mengembangkan roleplay  sebagai konsep pelatihan aktornya. 

Metode roleplay  yaitu  salah satu metode yang dipakai  diseni 

teater untuk melatih kepekaan calon pemeran terhadap stimulus dari luar 

secara spontan. Metode roleplay  berfungsi sebagai media melatih 

hubungan antar pribadi (intrepersonal relationship) untuk menciptakan 

suasana spontanitas dan kreatifitas. Roleplay  yaitu  salah satu metode 

pelatihan peran, dimana calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran 

yang hendak dimainkan. Pelatihan roleplay  pada calon pemeran berfungsi 

untuk mengubah pola perilaku dan pola pikir.  

Langkah kerja roleplay  dimulai dari menentukan masalah yang 

hendak dimainkan, memilih pemeran, menyusun kerangka cerita, 

menyiapkan penonton sebagai pengamat, memainkan roleplay, melakukan 

diskusi dan evaluasi, memainkan ulang dan berbagi pengalaman serta 

menarik kesimpulan. Pemahaman terhadap masalah yang dihadapi secara 

mendalam terbantu dengan jalan memerankan situasi itu dalam sebuah 

permainan peran atau roleplay . 

Roleplay  yaitu  permainan berpura-pura memerankan orang lain 

dengan cara disadari. Roleplay  memiliki fungsi sebagai berikut: 

 . Mengatasi kesulitan diri. 

Calon pemeran dalam pekerjaan banyak mengalami hambatan, baik 

dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Untuk meminimalkan 

hambatan yang dirasakan oleh  calon pemeran maka dibutuhkan 

suasana kebebasan, sehingga calon pemeran tidak merasa tertekan. 

Dalam roleplay  suasana kebebasan itu selalu dijaga, sehingga akan 

memunculkan suasana kebahagiaan dan keceriaan. 

 . Meningkatkan kemampuan simpati dan empati 

Proses roleplay  yaitu  proses memainkan peran yang bukan diri 

sendiri dan ini membutuhkan proses pemindahan jiwa, dari jiwa 

pemeran ke jiwa peran. Proses pemindahan ini tidak hanya sekedar 

 

 

   

 

--

melibatkan logika tapi juga melibatkan rasa. Keterlibatan rasa di proses 

pemindahan inilah melibatkan simpati dan empati. Dengan terbiasa 

melakukan roleplay, maka kemampuan simpati dan empati lebih 

meningkat. 

 . Mengembangkan pola pikir adaptif 

Pola pikir adaptif yaitu  kemampuan berpikir seseorang untuk 

beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan masalah. Di  permainan 

roleplay, pemeran dihadapkan dengan sebuah masalah baru yang 

harus diselesaikan. 

 . Media pengolah emosi 

Roleplay memungkinkan pemeran untuk mengungkapkan perasaannya 

atau emosi yang tidak dapat dikenali oleh dirinya sendiri dan hanya 

dapat dikenali dengan bercermin pada orang lain. 

 . Meningkatkan interpersonal skill 

Interpersonal skill yaitu  keterampilan untuk memahami orang lain 

agar mampu bekerjasama. Dalam roleplay, interpersonal skill sangat 

diperlukan sebab  kalau tidak mempunyai keterampilan maka roleplay  

tidak akan berjalan dengan baik 

 . Media pemecah masalah 

Roleplay  berasumsi bahwa emosi dan ide terpendam sebab  pola 

hidup yang mekanis dan dapat diangkat ke taraf sadar atau sadar diri 

untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan 

masalah tidak selalu datang dari orang tertentu, namun  bisa saja muncul 

dari reaksi pengamat atau penonton terhadap masalah yang sedang 

diperankan. Dengan demikian, pelaku roleplay  maupun penonton 

dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan 

masalah. 

 . Membentuk individu bertanggungjawab 

Roleplay  juga memakai  aturan yang disepakati sebelum 

dimainkan, aturan memainkan peran, aturan suasana yang ditetapkan 

dan aturan pada konteks apa peran dimainkan. Aturan inilah yang 

harus diikuti dan menjadi panduan bermain, sebab  aturan dibuat dan 

disepakati antar pemain. 

Status yaitu  keadaan atau kedudukan orang atau badan dalam 

hubungan dengan warga . Status seseorang yaitu  label, kondisi, 

situasi, dan keadaan yang disandang oleh manusia atau seseorang 

sebagai pembentuk dari jati diri. Roleplay  status yaitu  roleplay  yang 

memainkan karakter peran sesuai dengan statusnya atau status peran 

yang dimainkan. Roleplay  status yang pertama dilakukan oleh pemeran 

yaitu  roleplay  yang memainkan diri sendiri atau same. Permainan 

roleplay  hanya memainkan karakter yang ada dalam diri sendiri, kondisi 

diri sendiri, status warga  diri sendiri. Roleplay  status yang kedua 

    

 

--

yaitu  roleplay  yang memainkan karakter peran yang ada disekitar kita 

atau yang kita saksikan dalam keseharian. Roleplay  melatih dalam 

memainkan karakter peran yang beda dengan dengan diri sendiri. 

Peran yaitu  karakter tokoh yang dimain di permainan teater atau 

peran, juga bisa diartikan sebagai fungsi dari kedudukan seseorang dalam 

suatu peristiwa. Karakter peran akan berfungsi bila dalam suatu masalah 

tertentu mengambil peran tertentu. Roleplay  peran yaitu  roleplay  yang 

memainkan peran yang ada di warga . Peran  ini  bisa peran diri 

sendiri, maupun peran orang lain. 

Konteks yaitu  kondisi dimana suatu keadaan terjadi. Ada 

beberapa jenis konteks, yaitu: konteks fisik yaitu  konteks yang meliputi 

ruangan, objek nyata, pemandangan dan lain sebagainya yang bersifat 

fisik. Roleplay  konteks yaitu  roleplay  yang disesuaikan dengan keadaan 

atau kondisi dimana roleplay  itu terjadi. Roleplay  konteks akan melatih 

calon pemeran untuk bermain sesuai dengan situasi yang dihadapi. 

Roleplay  konteks juga sebagai media latihan kerjasama dengan pemeran 

lain dalam situasi yang sama yang hendak dibangun. 

Gagasan cerita yaitu  ide cerita yang menjadi dasar cerita yang 

hendak ditulis. Banyak yang menyebutkan bahwa ide atau gagasan 

sebagai tema. Metode atau cara yang dilakukan untuk untuk mendapatkan 

gagasan cerita yaitu  dengan mengamati semua hal yang ada disekitar 

kita. Kerangka cerita dibaratkan sebagai tulang rangka manusia, yang 

memberi bentuk atau wujud cerita yang sedang ditulis. Kerangka cerita 

bisa difungsikan sebagai batas, agar cerita yang ditulis tidak melebar 

kemana-mana. Kerangka cerita yang sederhana terdiri dari pemaparan, 

konflik, dan penyelesaian atau awal, tengah, dan akhir. Latar cerita yaitu  

menuliskan gambaran situasi tempat kejadian, gambaran tempat kejadian 

dan waktu terjadinya peristiwa yang hendak ditulis. Untuk mempersiapkan 

latar cerita, deskripsikan sebanyak mungkin hasil pengamatan dan 

eksplorasi dari beberapa tempat.Peran yaitu  makluk hidup yang memiliki 

hidup dan kehidupan di dunia lakon hasil imajinasi seorang penulis. Peran 

harus hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan atau memiliki 

karakter. Susun semua peran dalam satu susunan peran yang mengisi 

kehidupan dunia lakon. 

Langkah selanjutnya yaitu  merangkai dan menempatkan semua 

elemen menjadi skenario dasar atau treatment cerita. Tahap selanjutnya 

yaitu  menulis serangkaian adegan atau bagian cerita ke dalam draf, 

berdasarkan eksplorasi terhadap skenario dasar. Penulisan draf kedua 

yaitu  menulis kembali draf pertama yang berisi rangkaian peristiwa. 

Rangkain peristiwa disusun berdasarkan sebab akibat. Hal yang perlu 

diperhatikan saat  menulis cerita yaitu  prinsip cerita teater yaitu: harus 

mengandung muatan baik dan buruk. 

 

 

   

 

--

F. Latihan/Evaluasi 

 

 . Apa yang anda ketahui tentang roleplay ? 

 . Langkah apa yang perlu dipersiapkan saat  memainkan roleplay ? 

 . Apa yang anda ketahui tentang fungsi roleplay . 

 . Bagimanakah sejarah roleplay, sampai diadopsi menjadi salah satu 

metode pelatihan peran. 

 . Menurut anda bentuk roleplay  ditentukan berdasarkan apa? 

 . Mengapa dalam menyusun teks cerita harus mengandung muatan baik 

dan buruk. 

 

G. Refleksi 

 

 . Manfaat apa yang anda peroleh sesudah  mempelajari unit pembelajaran  

ini? 

 . Apakah menurut anda unit pembelajaran ini menambah wawasan 

mengenai dasar pemeranan? 

 . Bagaimana pendapat anda mengenai metode pelatihan peran dengan 

memakai  roleplay  ? 

 . Bagaimana pendapat anda mengenai langkah persiapan pelaksanan 

roleplay ? 

 . Menurut anda, manfaat apa yang bisa diperoleh dengan mempelajari 

langkah penyusunan teks cerita sebagai bahan roleplay ? 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

    

 

--

 

 

 

 

ROLEPLAY   BERBASIS TEKS 

 

A. Ruang Lingkup Pembelajaran 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B. Tujuan Pembelajaran 

sesudah  mempelajari unit pembelajaran   peserta didik diharapkan 

mampu: 

 . Menjelaskan teknik roleplay . 

 . Menjelaskan struktur teks lakon yang akan disusun 

 . Menyusun teks lakon sebagai bahan roleplay . 

 . Menganalisis teks lakon yang akan dipergunakan sebagai bahan 

roleplay . 

 . Menganalisis karakter peran yang ada dalam teks lakon dan akan 

dimainkan di roleplay . 

 . Memainkan roleplay  berbasis teks lakon yang telah disusun. 

 

Pembelajaran selama    JP (  Minggu x   JP) 

 

Teknik Roleplay  

Menyusun Teks Lakon 

Analisis Teks Lakon 

Analisis Karakter 

Roleplay  Berbasis Teks 

Roleplay  Berbasis Teks 

UNIT  PEMBELAJARAN  . 

 

 

   

 

--

C. Kegiatan Belajar 

 

 . Mengamati 

a. Mengamati pelatihan roleplay  berbasis teks 

b. Mengamati bentuk-bentuk teks cerita 

 

 . Menanya 

a. Menanyakan teknik menyusun teks cerita 

b. Menanyakan teknik menganalisis lakon 

c. Menanyakan teknik menganalisis karakter peran 

d. Menanya teknik roleplay   

e. Menanya tujuan roleplay  

f. Mendiskusikan bentuk-bentuk roleplay  (status, peran, konteks) 

 

 . Mengeksplorasi 

a. Mencobakan bentuk roleplay  sesuai teks dan karakter 

b. Mencobakan roleplay  berdasarkan status 

c. Mencobakan roleplay  berdasarkan peran 

d. Mencobakan roleplay  berdasarkan konteks 

 

 . Mengasosiasi 

a. Membedakan bentuk roleplay  sesuai tujuan 

 

 . Mengomunikasi 

a. Melaksanakan roleplay  berbasis teks sesuai dengan status 

b. Melaksanakan roleplay  berbasis teks sesuai dengan peran 

c. Melaksanakan roleplay  berbasis teks sesuai dengan konteks 

 

D. Materi 

 

 . Teknik Roleplay  

Teknik roleplay merupakan pengembangan bentuk dari roleplay  

status, peran dan konteks.  Roleplay  status merupakan status yang 

disandang oleh peran yang sedang dimainkan. Roleplay  peran yaitu  

memainkan sesuai dengan peran yang dimainkan. Roleplay  konteks 

yaitu  memainkan peran sesuai dengan konteks yang digariskan oleh 

cerita. Teknik roleplay  dilakukan sesuai dengan teknik. Teknik-teknik 

roleplay yaitu : 

 

 

 

    

 

--

a. Dibalik 

Teknik dibalik yaitu melakukan roleplay  dengan cara 

membalikkan status, peran maupun konteks. Dengan teknik dibalik 

mempunyai konsekuensi dan metode bermain yang harus dipahami 

oleh calon pemeran atau pemain. Pembalikan akan mengasah 

keterampilan dan memperkaya pengalaman calon pemeran. 

Misalnya pemeran dituntut untuk memainkan peran dalam cerita 

yang mengharuskan kita memainkan peran orang kaya, maka 

saat  peran  ini  dibalik, maka pemeran akan memainkan 

peran orang miskin, dan itu memerlukan analisis dan teknik 

bermain yang berbeda.  

Teknik dibalik di roleplay  akan melatih calon pemeran untuk 

fleksibel dan plastis dalam memainkan peran. Peran dalam lakon 

yaitu  peran hidup dan memiliki kehidupan, maka untuk 

memainkan peran pemeran harus memiliki jiwa plastis. Fungsi lain 

teknik dibalik yaitu  untuk membiasakan calon pemeran untuk 

memainkan peran apa saja dan tidak terjebak pada peran yang 

steriotip atau sama. Calon pemeran lebih kreatif dalam memainkan 

peran atau memainkan suasana lakon. Misalnya, saat  awal cerita 

memainkan peran bodoh, dan pada perkembangan cerita peran 

bodoh itu menjadi pandai dan cerdas, maka pemeran harus bisa 

memainkan peran  ini  dengan wajar. Teknik roleplay  dibalik 

bisa dipakai  pada konteks cerita. Cerita lakon yang dimain tidak 

selamanya sedih dari awal hingga akhir cerita, tapi juga mengalami 

perkembangan dan perubahan. Dengan teknik ini variasi cerita 

akan semakin banyak dan calon pemeran terbiasa main dengan 

konteks cerita yang berbeda.  

 

b. Dikecilkan 

Teknik dikecilkan yaitu  roleplay  yang memain peran 

dalam sebuah cerita, namun  peran  ini  diubah menjadi kecil. 

Dengan perubahan peran, maka diperlukan cara memainkan peran 

sesuai dengan dimensi peran. Fungsi roleplay  ini yaitu  untuk 

melatih imajinasi calon pemeran dalam memainkan peran yang 

variatif, agar calon pemeran tidak hanya memainkan peran tertentu. 

Misalnya memain roleplay  cerita ayam dan kera, ceritanya yaitu : 

 “Seekor Ayam bersahabat dengan seekor Kera. Namun 

persahabatan tidak berlangsung lama, sebab  kelakuan si Kera. 

petang kera mengajak ayam untuk berjalan-jalan. saat  hari sudah 

Kera mulai merasa lapar, kemudian menangkap ayam dan mulai 

mencabuti bulunya. Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. 

Akhirnya, ia dapat meloloskan diri. Ia lari sekuat tenaga. Untunglah 

 

 

   

 

--

tidak jauh dari tempat itu ada tempat kediaman Kepiting. Kepiting 

yaitu  teman sejati Ayam. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke 

dalam lubang kediaman Kepiting. Disana ia disambut dengan 

gembira. Lalu Ayam menceritakan semua kejadian yang dialami, 

termasuk pengkhianatan Kera. Mendengar hal itu akhirnya Kepiting 

tidak bisa menerima perlakuan Kera. Lalu ia menyusun siasat untuk 

memperdayai Kera. Mereka bersepakat mengundang Kera untuk 

pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-

buahan. namun  perahu yang akan mereka pakai yaitu  perahu 

buatan sendiri dari tanah liat. Kemudian Ayam mengundang Kera 

untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan semangat Kera segera 

menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan 

mereka. saat  perahu sampai ditengah laut, mereka lalu 

berpantun. Ayam berkokok "Aku lubangi ho!!!" Kepiting menjawab 

"Tunggu sampai dalam sekali!!" Setiap kali berkata begitu maka 

Ayam mematuk perahu. Akhirnya perahu mereka bocor dan 

tenggelam. Kepiting dengan tangkas menyelam ke dasar laut. 

Ayam dengan mudah terbang ke darat. Tinggallah Kera yang 

meronta-ronta minta tolong. sebab  tidak bisa berenang akhirnya ia 

pun mati tenggelam”.  

Cerita Ayam dan Kera mempunyai   karakter peran, yaitu: 

Ayam, Kera dan Kepiting. Cerita ini dikembangkan sebagai bahan 

roleplay . Pengembangan bisa memakai  kerangka yang sama 

dan kasus yang sama, namun  karakter peran diganti menjadi cucu 

kera, cucu ayam dan cucu kepiting. sesudah  disusun ulang, 

kemudian dimainkan. 

 

c. Dibesarkan 

Teknik dibesarkan yaitu  teknik roleplay  yang memainkan 

cerita dengan peran yang dibesarkan. Teknik ini kebalikan dari 

teknik dikecilkan. Kalau pada teknik dikecilkan semua peran yang 

dimainkan diubah menjadi kecil, maka pada teknik dibesarkan 

semua peran dalam cerita diubah menjadi besar, bahkan tua.  

Teknik dibesarkan bisa dibuat variasi lain, misalnya peran yang 

dimainkan sama namun  hidup pada jaman yang serba besar (jaman 

dinosaurus).  Misalnya memain roleplay  dengan cerita Ayam dan 

Kera seperti pada teknik dikecilkan, peran yang dimainkan menjadi 

kakek kera, nenek ayam dan kakek kepiting. Variasi bisa dengan 

cerita yang sama dan plot cerita yang sama namun  kejadian terjadi 

pada jaman dinosaurus masih hidup. Teknik ini berguna untuk 

    

 

--

melatih berimajinasi secara spontan dan cara bicara serta bergerak 

sesuai dengan peran yang diimajinasikan. 

 

d. Diubah cerita 

Teknik diubah cerita yaitu  teknik roleplay  yang dilakukan 

dengan cara mengubah cerita yang dipakai  sebagai bahan 

roleplay . Dengan diubahnya cerita yang dimainkan di roleplay, 

maka akan terjadi perubahan pada karakter peran yang dimainkan. 

Perubahan akan mempengaruhi suasana yang terjadi dalam cerita 

lakon. Misalnya cerita “sangkuriang”  atau “Terjadinya Tangkuban 

Perahu” dari Jawa Barat. Cerita  sangkuriang yaitu  sangkuriang 

mencintai ibunya dan ingin memperistrinya, namun  ibunya menolak. 

Sangkuriang boleh menikahi ibunya, dengan syarat dibuatkan 

danau dengan cara membendung sungai Citarum dan dilengkapi 

perahu untuk menyeberang dalam waktu semalam. Diakhir cerita, 

sangkuriang tidak berhasil melaksanakan pekerjaan sebab  ulah 

dayang sumbi yang menggagalkan.  

Dalam roleplay  ini, yang dimainkan yaitu  cerita yang 

sudah ada dan dikenal pemain namun  cerita  ini  dibalik. 

Misalnya cerita ”sangkuriang” atau “terjadinya Tangkuban Perahu” 

namun  diakhir cerita dikisahkan sangkuriang berhasil membendung 

sungai Citarum lengkap dengan perahunya. Dengan pembalikan 

cerita ini maka membutuhkan interpretasi dan kreatifitas yang baru. 

Fungsi pembalikan cerita yaitu  untuk memunculkan kreavifitas 

dan agar pemikiran tidak terbiasa dengan kebiasaan yang umum.    

            

e. Disusun ulang 

Teknik disusun ulang yaitu  teknik roleplay  yang dilakukan 

dengan cara menyusun ulang cerita yang dipakai  sebagai bahan 

roleplay . Proses penyusunan ulang berarti merekontruksi cerita 

yang ada dan mengembangkan cerita yang sudah ada. Dengan 

disusun ulang cerita yang dimainkan pada roleplay , maka akan 

terjadi perubahan situasi cerita.  Perubahan ini akan mempengaruhi 

cara memainkan cerita lakon.  

Misalnya bahan cerita yang dipakai  pada roleplay  

yaitu    cerita Ayam dan Kera, ceritanya yaitu : 

 “Seekor Ayam bersahabat dengan seekor Kera. Namun 

persahabatan tidak berlangsung lama, sebab  kelakuan si Kera. 

petang Kera mengajak Ayam berjalan-jalan. saat  hari sudah 

petang Kera mulai merasa lapar, kemudian menangkap Ayam dan 

mulai mencabuti bulunya. Ayam meronta-ronta dengan sekuat 

tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri. Ia lari sekuat tenaga. 

 

 

   

 

--

Untunglah tidak jauh dari tempat itu tertempat tempat kediaman 

Kepiting. Kepiting yaitu  teman sejati Ayam. Dengan tergopoh-

gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman Kepiting. Ia disambut 

dengan gembira. Lalu Ayam menceritakan kejadian yang dialami, 

termasuk pengkhianatan Kera. Mendengar hal itu Kepiting tidak 

bisa menerima perlakuan Kera. Lalu ia menyusun siasat untuk 

memperdayai Kera. Mereka bersepakat mengundang Kera untuk 

pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah. Perahu 

yang mereka pakai yaitu  perahu buatan sendiri dari tanah liat. 

Kemudian Ayam mengundang Kera untuk berlayar ke pulau 

seberang. Dengan semangatnya Kera menyetujui ajakan itu. 

Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. saat  

perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Ayam 

berkokok "Aku lubangi ho!!!" Kepiting menjawab "Tunggu sampai 

dalam sekali!!" Setiap kali berkata begitu maka Ayam sambil 

mematuk perahu. Akhirnya perahu mereka bocor dan tenggelam. 

Kepiting dengan tangkas menyelam ke dasar laut. Ayam dengan 

mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Kera yang meronta-ronta 

minta tolong. sebab  tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati 

tenggelam”.  

Cerita Ayam dan Kera memiliki memiliki tiga adegan,  . 

Ayam dan Kera jalan-jalan kemudian Ayam mau dimakan Kera,  . 

Ayam lari minta pertolongan Kepiting kemudian berencana memberi 

pelajaran Kera,  . Kera yang tenggelam sebab  diberi pelajaran 

kepiting dan Ayam. Pada roleplay  disusun ulang, adegan-adegan 

ini bisa dimainkan mulai dari adegan apa saja dan tidak harus 

berurutan  ,  , dan  . 

 

 . Menyusun Teks Lakon 

Pekerjaan menyusun teks lakon yang hendak dipakai  untuk 

roleplay  dimulai dari mengumpulkan materi lakon, yang terdiri dari 

tema, peran atau tokoh yang ada dalam lakon, kemudian menentukan 

situasi atau suasana seperti apa yang dikehendaki dalam cerita lakon. 

Langkah selanjutnya yaitu  menentukan alat yang dipakai  pada 

lakon cerita  ini , bisa dengan dialog atau bahasa verbal dan gerak 

atau laku. sesudah  menentukan alat, dilanjutkan dengan proses 

penyusunan teks lakon, dimulai dengan menyeleksi (tokoh maupun 

suasana) dan menyusun kembali cerita lakon. 

 

 

 

    

 

--

a. Materi lakon 

 ) Tema 

Tema yaitu  inti atau dasar cerita lakon yang hendak 

ditulis. Tema ada yang menyebut sebagai premise, root idea, 

thought, aim, central idea, goal, dan driving force. Seorang 

penulis terkadang mengemukakan tema dengan jelas namun  ada 

juga yang tersirat. Tema harus dirumuskan dengan jelas, 

sebab  tema merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh 

seorang penulis lakon.  saat  tema tidak terumuskan dengan 

jelas, maka lakon akan kabur dan tidak jelas apa yang hendak 

disampaikan. Tema yang dirumuskan dengan jelas terkadang 

bisa menjadi sebuah sinopsis (ringkasan cerita). Tema yaitu  

suatu amanat utama yang disampaikan oleh pengarang atau 

penulis melalui karangannya (Gorys Keraf,     ). Tema bisa 

disebut muatan intelektual dalam sebuah permainan, bisa 

diartikan sebagai keseluruhan pernyataan dalam sebuah 

permainan : topik, ide utama atau pesan, dan mungkin juga 

keadaan (Robert Cohen,     ). Kesimpulannya tema yaitu  

ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon 

dan menentukan arah cerita. 

 

 ) Peran atau tokoh 

Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon, 

sebab dengan peran maka timbul konflik. Konflik dapat 

dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah 

laku peran. Dalam teater, peran dapat dibagi sesuai dengan 

motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi peran  

dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Tokoh atau peran 

dalam sebuah lakon memegang peranan penting. Bahkan Lajos 

Egri berpendapat bahwa peran atau penokohan merupakan 

yang paling utama dalam lakon. Tanpa tokoh tidak akan ada 

cerita, tanpa penokohan tidak bakal ada plot. Padahal 

ketidaksamaan watak akan melahirkan pergeseran, tabrakan 

kepentingan, dan konflik yang melahirkan cerita (A. Adjib 

Hamzah,      ). Peran dalam lakon harus disesuaikan dengan 

tema yang telah ditentukan. Jalinan dan interaksi antar peran 

mewujudkan tema. 

 

 ) Situasi atau suasana 

Situasi atau suasana yaitu  setting cerita atau latar 

cerita.  Yang perlu dituliskan pada situasi yaitu  kapan 

peristiwa terjadi, dimana peristiwa terjadi, dan dalam suasana 

 

 

   

 

--

seperti bagaimana peristiwa terjadi. Penulisan situasi dan 

suasana merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan apakah 

peristiwa terjadi di luar ruang atau di dalam ruang? Apakah 

terjadi pada waktu malam, pagi hari, atau sore hari? Jika terjadi 

dalam ruang lalu di mana letak ruang itu, di dalam gedung atau 

di dalam rumah? Jam berapa terjadi? Tanggal, bulan, dan tahun 

berapa? Apakah waktu kejadian berkaitan dengan waktu 

kejadian peristiwa di adegan lain, atau sudah lain hari? 

Pertanyaan seputar waktu dan tempat kejadian akan 

memberikan gambaran peristiwa lakon yang komplit. 

 

b. Alat yang dipakai  dalam menyusun lakon 

 ) Dialog 

Dialog yaitu  percakapan dua peran atau lebih untuk 

membahas suatu masalah. Dialog terjadi bila ada dua peran 

atau lebih. Peran bisa berwujud dan berfisik, namun  bisa juga 

peran  ini  yaitu  wakil dari pikiran yang tidak berwujud 

dan tidak berfisik yang akan melahirkan monolog. Dialog bisa 

berisi penjelasan peran lain, membahas suatu masalah, atau 

pertentangan antar peran. Dengan dialog inilah penulis 

menyusun konflik lakon. Konflik ini akan membentuk peristiwa 

dan rangkaian peristiwa akan membentuk lakon utuh. 

 

 ) Gerak atau Laku 

Gerak atau laku juga dipakai  sebagai alat menyusun 

lakon. Peran dalam lakon yaitu  manusia yang tidak nyata, 

manusia sintetis hasil rekaan dari penulis. Penulis lakon yang 

menghidupkan dan memberi laku pada peran yang ada dalam 

lakon. Meskipun peran yaitu  manusia sintetis atau hasil 

rekaan, namun  memiliki hidup dan laku sendiri dan yang bisa 

mengkontrol laku atau gerak peran yaitu  penulis lakon.  

Perbuatan manusia yang mengandung gerak atau laku tidak 

bisa dipola secara statis, namun  penuh dengan gejolak dan 

bersifat dinamis. Gerak atau laku peran dinamis dipakai  oleh 

penulis sebagai alat untuk menyusun lakon. 

 

c. Proses 

 ) Seleksi 

Seleksi yaitu  langkah selanjutnya sesudah  peran atau 

tokoh sudah teridentifikasi dengan baik dan  suasana sudah 

tergambar dengan nyata. Peran ini memiliki kehidupan sendiri 

dan memiliki konfliknya sendiri. Konflik dalam kehidupan nyata, 

    

 

--

bisa saja terjadi berbarengan dan saling mempengaruhi sebab  

adanya hukum sebab akibat. Konflik yang satu bisa saja terjadi 

akibat dari konflik yang lain, atau konflik yang satu bisa 

memicu  konflik yang berkelanjutan. Kejadian yang satu 

bisa saja terjadi sebab  disebabkan oleh kejadian yang lain. 

Dalam dunia lakon, konflik dan kejadian-kejadian itu harus 

diseleksi agar sesuai dengan tema lakon. 

Proses seleksi harus dilakukan pada waktu pemilihan 

situasi atau suasana lakon. Situasi atau suasana yaitu  dasar 

dari perbuatan atau laku peran, semakin dinamis situasi atau 

suasana, maka akan semakin dinamis pula laku atau gerak 

peran.  Peran dengan problematikanya atau masalahnya 

merupakan materi yang baik untuk menyusun lakon, namun  tidak 

semua problematika atau masalah manusia bisa menjadi 

masalah dalam lakon, semua harus diseleksi dan disesuaikan 

dengan tema yang telah dibuat. 

 

 ) Penyusunan kembali 

Penulis sesudah  menyeleksi apa yang telah 

diidentifikasikan, baik peran, konflik, situasi atau suasana, 

langkah selanjutnya yaitu  menyusun kembali. Penyusunan 

kembali bertujuan untuk menciptakan laku dramatik dan 

ketegangan yang ada dalam lakon. Penyusunan ini sudah harus 

mulai melakukan intensifikasi dalam artian mengutamakan 

salah satu segi sebagai fokus lakon. Proses memfokus bisa 

dilakukan pada salah satu tokoh peran dengan cara tokoh 

peran  ini  dibantu oleh peran yang lain atau memfokuskan 

pada situasi tertentu yang dibantu dengan situasi lain agar 

menonjol.  

Alat yang dipakai  untuk menyusun lakon yaitu  

dialog dan gerak atau laku peran, penulis lakon bisa memilih 

salah satu sebagai alat utama. Alat utama  disesuaikan dengan 

konsep yang hendak dituangkan dalam lakon, maka akan 

muncul lakon yang berdasarkan gerak atau laku dan saat  

lakon dipentaskan akan menjadi teater gerak. Bila memilih 

dialog sebagai alat utama, maka akan muncul lakon berdialog 

dan saat  lakon dipentaskan akan menjadi teater dramatik.  

 

d. Struktur lakon 

 ) Pemaparan 

Pemaparan berisi tentang keterangan tokoh, masalah, 

tempat, waktu, dan pengantar situasi awal lakon. Pada bagian 

 

 

   

 

--

pemaparan mulai ditampilkan bagian yang mengarah pada 

terwujudnya tema. Bagian dibungkus sedemikian rupa  

sehingga tidak nampak jelas, namun  penonton sudah bisa 

memperkirakan arah dan keseluruhan kejadian dalam lakon. 

Pada penyusunan pemaparan kalau bisa sudah mengandung 

konflik atau yang mengarah pada konflik terjadi namun  masih 

dalam keseimbangan lakon. 

 

 ) Penggawatan 

Pada bagian penggawatan, keseimbangan yang 

tersusun dalam pemaparan sudah mulai terganggu oleh adanya 

bibit masalah dan kepentingan. Bibit masalah terjadi akibat dari 

pemikiran peran atau aksi peran terhadap keinginan. Untuk 

pertama kalinya, peran antagonis bertemu dengan peran 

protagonis membangun konflik, akibat dari pertentangan antar 

peran  ini . Konflik dibangun dan dijalin dalam peristiwa 

yang semakin gawat sampai mencapai klimaks. Jadi, bagian 

penggawatan sebenarnya merupakan tubuh atau bagian yang 

paling penting dari lakon, sebab  kalau bagian penggawatan 

lemah, maka lakon secara keseluruhan akan lemah. 

 

 ) Klimaks 

Selama ini ada pemikiran, bahwa klimaks yaitu  puncak 

dari ketegangan lakon.  Padahal klimaks yaitu  titik paling 

ujung dari perselisihan atau konflik antara peran protagonis dan 

peran antagonis. saat  pada saat konflik  sudah tidak bisa 

dibuat rumit lagi, maka konflik harus diakhiri. Dengan 

berakhirnya konflik, maka akan ada pihak yang dikalahkan atau 

dihancurkan, dan pihak mana yang harus dikalahkan, 

tergantung dari konsep dan visi seorang penulis lakon.  

 

 ) Peleraian 

Peleraian berisi tentang alternatif  jawaban  

permasalahan sampai terjadinya konflik antara peran antagonis 

dan peran protagonis. Bentuk alternatif jawaban tidak boleh di 

wujudkan secara nyata atau terbaca dengan mudah. Kalau 

alternatif jawaban dibuat secara nyata dan tiba-tiba, maka akan 

melemahkan klimaks yang telah dibuat. Peleraian tidak boleh 

dibuat bertele-tele atau kesannya dipanjang-panjangkan, 

sebab  akan membuat penonton menjadi jemu. Peleraian tidak 

boleh dibuat tergesa-gesa, sebab  akan membuat klimaks yang 

telah dibuat tidak berarti. Peleraian seharusnya disusun dengan 

    

 

--

cermat dan tidak mengurangi ketercekaman yang terjadi pada 

klimaks, namun  lama kelamaan semakin menurun. 

 

 ) Penyelesaian 

Penyelesaian berisi tentang jawaban yang menjadi 

permasalahan antara peran protagonis dan antagonis. Fungsi 

peleraian yaitu  untuk mengembalikan keadaan seperti awal 

cerita lakon, sebab  segala persoalan sudah terjawab. 

Penyelesaian merupakan bagian akhir dari cerita lakon. 

 

 . Analisis Teks Lakon 

 

a. Lakon 

Lakon ditulis oleh seorang penulis naskah lakon 

berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami dan apa yang 

dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis 

kemudian mencoba menyusun rangkaian kejadian, semakin lama 

semakin rumit, sehingga pada puncaknya penyelesaian cerita. 

Penting sekali bahwa dalam  menyusun kejadian atau peristiwa 

seorang penulis harus bersabar untuk melangkah dari satu kejadian 

ke kejadian lain dalam suatu perkembangan yang logis, namun  

semakin lama semakin gawat sehingga akhirnya sampai ke puncak 

yang disebut klimaks. 

Naskah lakon atau disebut skenario yaitu  instansi pertama 

yang berperan sebelum sampai ke tangan para sutradara dan para 

pemeran. Naskah lakon berdiri sendiri sebagai bacaan berupa buku 

cerita atau karya sastra. Naskah lakon merupakan penuangan ide 

cerita ke dalam alur cerita dan susunan lakon. Seorang penulis 

lakon dalam proses berkarya bertolak dari tema cerita. Tema 

disusun jadi sebuah cerita yang terdiri dari peristiwa-peristiwa yang 

memiliki alur yang jelas, dengan ukuran dan panjang yang 

diperhitungkan menurut kebutuhan sebuah pertunjukan. Meskipun 

sebuah naskah lakon bisa ditulis sekehendak penulis lakon namun  

harus memperhitungkan atau berpegang pada asas kesatuan 

(unity). 

Naskah Lakon yaitu  karya sastra dengan media bahasa 

kata. Mementaskan naskah berarti memindahkan karya seni dari 

media bahasa kata ke media bahasa pentas. Dalam visualisasi 

 ini  karya sastra berubah esensinya menjadi karya teater. 

Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan 

komponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik. 

 

 

   

 

--

Naskah lakon mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema 

(dasar pemikiran atau gagasan, ide penulis untuk disampaikan 

kepada penonton), plot (kejadian atau peristiwa yang saling 

mengkait), setting (latar tempat, waktu dan suasana cerita), dan 

tokoh (peran yang terlibat kejadian dalam lakon). Akan namun ,  

naskah lakon  yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan  

mempunyai struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali di 

rumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian 

besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti 

klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian 

 ini  pada perkembangan tidak diterapkan secara kaku, namun  

lebih bersifat fungsionalistik.  

Peristiwa atau kejadian dibuat oleh penulis naskah lakon 

sebagai kerangka besar yang mendasari suatu lakon. Peristiwa 

dalam lakon bisa rumit bisa sederhana. Tidak ada acuan yang pasti 

terhadap peristiwa atau kejadian dalam lakon yang bisa dianggap 

menarik. Jadi kalau ada anggapan bahwa semakin rumit peristiwa 

atau kejadian dalam lakon semakin menarik yaitu  anggapan yang 

salah. Sedangkan tokoh yaitu  orang yang menghidupkan kejadian 

atau peristiwa yang dibuat oleh penulis naskah. Jadi dalam lakon 

ada dua hal penting  yang diciptakan oleh seorang penulis lakon, 

yaitu kejadian atau peristiwa dan tokoh yang terlibat dalam 

kejadian. 

 

 ) Plot 

Plot pada pertunjukan teater mempunyai kedudukan 

yang sangat penting. Hal ini berhubungan dengan pola 

pengadeganan pada permainan teater, dan merupakan dasar 

struktur irama keseluruhan permainan. Irama permainan dibagi 

berdasarkan babak dan adegan, atau berlangsung terus tanpa