Achieved status : Status sosial yang diperoleh oleh seseorang sebab
kerja keras dan usaha yang dilakukan.
Antagonis : Jenis tokoh yang berusaha menggagalkan usaha tokoh
peran protagonis.
Assigned status : Status sosial yang diperoleh seseorang di lingkungan
warga bukan diperoleh sejak lahir namun diberikan
sebab usaha dan kepercayaan warga .
Commedia dell’Arte : Bentuk pertunjukan teater yang berkembang di Italia
dan dimainkan dengan cara improvisasi.
Collective art : Seni yang dibentuk dari beberapa seni yang lain.
Dialog : Percakapan dua peran atau lebih untuk membahas
suatu masalah.
Dimensi Sosiologis : Gambaran sifat kemanusiaan secara sosial.
Dimensi Psikologis : Gambaran peran yang bersifat emosional batiniah dan
tingkat intelektualitas peran.
Dimensi Fisiologis : Gambaran tentang ciri fisik peran, termasuk jenis
kelamin, usia, postur tubuh, warna kulit, warna rambut,
bentuk mata dan lain-lain.
Eksplorasi : Pencari bentuk lain untuk mendapatkan sesuatu yang
lebih baik.
Evaluator : Orang yang melakukan penilaian.
Fleksibel : Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
Roleplay
Interpersonal : Hubungan yang dilakukan oleh individu dengan individu
lain atau hubungan antar pribadi seseorang.
Interpersonal skill : Keterampilan untuk memahami orang lain agar mampu
bekerjasama.
Klimaks : Titik paling ujung dari perselisihan atau konflik antara
peran protagonis dan peran antagonis
Konflik : Pertentangan antar dua keinginan yang berbeda.
Konteks : Kondisi dimana suatu keadaan terjadi.
Miniatur : Bentuk kecil dari aslinya.
Modeling : Proses pembuatan model yang akan dikerjakan.
Monolog : Pembicaraan yang dilakukan oleh pemeran tunggal.
Observasi : Proses pengamatan sesuatu yang bisa dipakai
sebagai bahan karya.
Peran : Karakter tokoh yang dimainkan dalam permainan teater
atau bisa juga diartikan sebagai fungsi dari kedudukan
seseorang dalam suatu peristiwa.
Plastis : Bersifat seperti plastik, yaitu mudah menyesuaikan diri
dengan keadaan sekeliling.
Plot atau alur : Rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui
perumitan (penggawatan atau komplikasi) kearah
klimaks.
Pola pikir adaptif : Kemampuan berfikir seseorang untuk beradaptasi
dengan berbagai lingkungan dan masalah.
Protagonis : Jenis peran dalam cerita lakon yang berusaha
menormalkan keadaan.
Roleplay : Permainan yang dilakukan dengan cara berpura-pura
menjadi orang lain.
Same : Roleplay yang dilakukan seorang diri.
Scenario : Rancangan yang hendak dilakukan oleh pelaku.
Spektakel : Keadaan atau suasana cerita dalam pementasan yang
tidak pernah dipikirkan oleh penonton, namun terwujud
dalam pementasan.
Spontanitas : Sesuatu yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa
direncanakan terlebih dahulu.
Status : Keadaan atau kedudukan orang atau badan dalam
hubungan dengan warga .
Status Ascribed : Status seseorang yang dibawa sejak lahir.
Steriotip : Sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dengan cara
yang sama.
Tema : Inti atau dasar dari cerita lakon yang hendak ditulis.
Treatment cerita : Kerangka dasar cerita yang hendak dituliskan menjadi
cerita utuh.
Mementaskan seni teater bukanlah pekerjaan yang mudah seperti
yang dikira oleh kebanyakan orang. Seni teater bukanlah seni individual,
artinya seni ini memerlukan banyak pekerja yang terlibat didalamnya. Baik
dengan orang yang tingkat pengetahuannya sudah tinggi, setara maupun yang
tingkat pengetahuannya lebih rendah. Keadaan seperti ini memicu seni
teater disebut sebagai collective art atau seni kolektif dimana pekerja saling
bergantung dengan pekerja yang lain.
Pemeran atau aktor yaitu salah satu elemen pokok dalam
pertunjukan teater. Sebelum memainkan peran, pemeran harus menguasai
tubuhya. Oleh sebab itu, seorang pemeran harus ikhlas belajar demi
pencapaian kualitas tubuh agar enak ditonton. Proses belajar penguasaan
tubuh memerlukan waktu yang panjang dan secara kontinyu serta tidak bisa
dilakukan secara terburu-buru. Pemeran harus bersabar dan tidak boleh ada
rasa jenuh dalam melaksanakannya. Penampilan fisik pemeran dalam pentas
berhubungan dengan penampilan watak, sikap, gesture, dan umur peran yang
digambarkan. Hal ini juga sangat berhubungan dengan penampilan laku fisik
yang digariskan pengarang, sutradara, dan tuntutan peran. Tampilan fisik
seorang pemeran yaitu tanggungjawab pribadi pemeran.
Tugas pemeran yaitu mencipta dan mewujudkan peran dengan
segala keseluruhan fisik dan sukmanya. Untuk dapat mewujudkan peran
ini seorang pemeran memerlukan pengetahuan tentang penguasaan
dirinya maupun teknik-teknik memainkan peran. Bagi seorang pemeran atau
aktor penguasan dasar-dasar pemeranan sangat penting sebab ini
merupakan sebagai landasan kerja penciptaan peran. Modul roleplay untuk
kelas X semester ini berisi tentang pengetahuan roleplay dan metode
pleatihan peran dengan memakai roleplay. Selain itu, modul ini juga berisi
tentang teknik menyusun teks cerita sebagai bahan pelatihan roleplay juga
berisi teknik menganalisis teks cerita.
Untuk memakai Modul Roleplay ini perlu diperhatikan:
. Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar yang ada di dalam kurikulum
. Materi dan sub-sub materi pembelajaran yang tertuang di dalam silabus
. Langkah-langkah pembelajaran atau kegiatan belajar selaras model
saintifik
Langkah-langkah penggunaan modul:
. Perhatikan dan pahami peta modul dan daftar isi sebagai petunjuk sebaran
materi bahasan
. Modul dapat dibaca secara keseluruhan dari awal sampai akhir namun juga
bisa dibaca sesuai dengan pokok bahasannya
. Modul dipelajari sesuai dengan proses dan langkah pembelajarannya di
kelas
. Bacalah dengan baik dan teliti materi tulis dan gambar yang ada di
dalamnya.
. Tandailah bagian yang dianggap penting dalam pembelajaran dengan
menyelipkan pembatas buku. Jangan menulis atau mencoret-coret modul
. Kerjakan latihan-latihan yang ada dalam unit pembelajaran
. Tulislah tanggapan atau refleksi setiap selesai mempelajari satu unit
pembelajaran
CARA PENGGUNAAN MODUL
xviii
Roleplay
xix
Roleplay
POSISI MODUL
xx
Roleplay
--
ROLEPLAY
A. Ruang Lingkup Pembelajaran
B. Tujuan Pembelajaran
sesudah mempelajari unit pembelajaran peserta didik diharapkan
mampu:
. Menjelaskan konsep dasar roleplay
. Mengemukakan langkah-langkah persiapan memainkan roleplay
. Mengemukakan fungsi roleplay
. Mengemukakan sejarah roleplay
. Menjelaskan metode roleplay
. Menganalisis bentuk roleplay
UNIT PEMBELAJARAN .
Roleplay
Fungsi Roleplay
Bentuk Roleplay
Menulis Cerita
Roleplay
Latihan Dasar
Roleplay
--
. Merancang teks cerita yang dimulai dari menentukan gagasan cerita,
menentukan latar cerita, menentukan karakter peran dan menyusun
kerangka cerita
. Menuliskan teks cerita sebagai bahan roleplay
. Melakukan latihan dasar roleplay berdasarkan status, peran dan
konteks.
Pembelajaran selama JP ( minggu x JP)
C. Kegiatan Belajar
. Mengamati
a. Menyerap informasi dari berbagai sumber belajar mengenai
roleplay dan fungsinya dalam latihan peran
. Menanya
a. Menanya bentuk roleplay (status, peran, konteks)
b. Mendiskusikan cerita untuk roleplay
. Mengeksplorasi
a. Mengembangkan gagasan cerita roleplay
b. Mencobakan ragam peran dalam satu cerita
. Mengasosiasi
a. Membandingkan gagasan dan rangka cerita satu dengan yang lain
b. Membadingkan karakter peran yang berbeda dalam satu cerita
c. Menentukan kerangka cerita yang tepat untuk bahan latihan
roleplay
. Mengomunikasi
a. Menuliskan teks cerita untuk latihan roleplay (status, peran,
konteks)
b. Membacakan teks roleplay (status, peran, konteks)
--
D. Materi
. Pengertian Roleplay
Roleplay secara harafiah bisa diartikan sebagai berpura-pura
menjadi orang lain. Permainan ini mensyaratkan para pemain
memainkan peran khayalan, bekerja sama menyusun cerita dan
memainkan cerita ini . Pemain melakukan aksi seperti peran yang
dipilih sesuai karakter peran. Keberhasilan pemain memerankan peran
yang dipilih tergantung pada aturan dan sistem yang telah ditentukan
sebelum bermain. Permainan akan berjalan sesuai rencana sampai
akhir, asalkan tetap mengikuti peraturan yang ditentukan. Selama
permainan berlangsung, para pemain harus berimprovisasi dalam
kerangka peraturan yang telah ditetapkan.
Roleplay diartikan mengacu pada perubahan perilaku
seseorang untuk menjalankan peran, baik peran sosial sebagai
warga ataupun peran khayalan seperti di dalam teater. Kamus
Oxford mendefinisikan roleplay sebagai perubahan perilaku seseorang
untuk memenuhi peran sosial. Sedangkan dibidang psikologi, roleplay
lebih merujuk pada bermain peran secara umum seperti teater atau di
dalam metode pembelajaran, berpura-pura menjadi orang lain, untuk
menyebutkan jenis permainan (permainan play-by-mail, permainan
anak-anak (dokter-dokteran, pasar-pasaran, polisi-penjahat dan lain-
lain)) dan merujuk arti secara khusus kepada permainan peran.
--
Gambar . Peragaan Roleplay
Permainan roleplay diadopsi dari bidang psikologi khususnya
psikoterapi atau terapi kejiwaan. Santrock ( : ) menyatakan
roleplay merupakan kegiatan yang menyenangkan dan dilakukan oleh
seseorang atau sekumpulan orang untuk memperoleh kesenangan.
Dalam bidang psikologi, roleplay merupakan salah satu metode yang
dipakai untuk bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan
secara sadar. Santrock juga menyatakan, dengan metode roleplay
akan memungkinkan anak mengatasi frustasi dan merupakan suatu
medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik dan cara
mengatasinya.
Van Fleet ( ) menyatakan roleplay merupakan intervensi
yang dikembangkan berkaitan dengan penggunaan seperangkat sistem
dari metode seorang konselor demi mengoptimalkan kemampuan
seseorang. Roleplay juga bisa dipakai untuk terapi terhadap
seseorang yang mengalami kesulitan dengan dirinya, mengembangkan
perilaku adaptif, mengendalikan diri dari sifat agresif, meningkatkan
kemampuan berempati, mengolah emosi seseorang, dan dapat
memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.
Corsini ( ) menyatakan bahwa roleplay dapat dipakai
sebagai alat untuk mendiagnosis dan mengetahui seseorang dengan
cara mengamati perilakunya waktu memerankan peran secara spontan
terhadap situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang
--
sebenarnya. Selain itu teknik roleplay dapat dipakai sebagai media
pengajaran melalui proses modeling anggota kelompok. Dengan model
pembelajaran roleplay akan lebih efektif dalam menguasai
keterampilan yang berhubungan dengan interpersonal, dengan cara
mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah yang
telah ditentukan.
Roleplay dalam dunia pendidikan merupakan salah satu model
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan ini dilakukan peserta didik dengan memerankan tokoh
hidup dalam kehidupan nyata ataupun sebagai benda mati. Model
pembelajaran roleplay juga dikenal dengan nama model pembelajaran
Bermain Peran. Model pembelajaran ini dimulai dengan
pengorganisasian kelas secara berkelompok. Masing-masing kelompok
memperagakan atau menampilkan skenario yang telah disiapkan guru.
Peserta didik diberi kebebasan berimprovisasi namun masih dalam
batas skenario yang telah dibuat guru.
Menurut Akhmad Sudrajad dalam artikel Pendekatan
Pembelajaran (Gogel: ) roleplay merupakan salah satu model
pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-
masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia
(interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan
peserta didik. Roleplay yaitu sejenis permainan gerak yang
didalamnya ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang
(Jill Hadfield, ). Dalam model pembelajaran roleplay , peserta didik
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu
pembelajaran terjadi di kelas. Model pembelajaran roleplay banyak
dipakai dalam proses belajar mengajar sebab model pembelajaran
ini sangat menyenangkan. Roleplay bisa dilakukan dengan mengikuti
dialog yang telah disusun ataupun bisa berperan bebas sesuai dengan
imajinasi pelaku.
Menurut Davies dalam artikel Role Playing Game ( ),
penggunaan model pembelajaran roleplay dapat membantu peserta
belajar dalam mencapai tujuan efektif. Ada empat asumsi yang
mendasari bahwa model pembelajaran ini sejajar dengan model
pembelajaran lain, yaitu:
a. Menekankan suatu situasi berdasarkan pengalaman ‘di sini dan
kini’ (here and now).
b. Memberi kemungkinan untuk mengungkapkan perasaan yang tak
dapat dikenali tanpa memainkan peran orang lain.
c. Mengansumsikan bahwa emosi dan ide dapat diangkat ke taraf
kesadaran untuk kemudian ditingkat melalui proses kelompok.
--
d. Mengansumsikan bahwa proses psikologis yang tersembunyi
berupa sikap, nilai, perasaan, dan sistem keyakinan dapat diangkat
ke taraf kesadaran melalui kombinasi bermain peran secara
spontan dan kemudian dianalisis.
Roleplay banyak dipakai dalam bidang psikologi, bidang
pendidikan, bidang komunikasi dan kemudian diadopsi oleh teater
sebagai metode pelatihan calon pemeran. Metode ini memiliki
kelebihan yang tidak dimiliki oleh metode lain. Kelebihan metode
roleplay yaitu :
a. Media belajar kerjasama antar personal
b. Media belajar bahasa yang baik dan benar
c. Peserta bisa mengambil keputusan dengan cepat dan berekspresi
secara utuh
d. Media evaluasi pengalaman pada waktu permainan berlangsung
e. Memberi kesan yang kuat dan tahan lama dalam ingatan
f. Memberi pengalaman yang menyenangkan
g. Membangkitkan gairah dan semangat optimis dalam diri peserta
h. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang
tinggi
i. Peserta dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan
mudah dan dapat memetik makna yang terkandung dalam
permainan ini
j. Meningkat kemampuan profesional peserta
. Sejarah Roleplay
Sejarah panjang roleplay sebelum diadopsi untuk latihan calon
pemeran yaitu acara simulasi yang dilakukan oleh para raja dan
panglima perang sebelum melakukan perang yang sebenarnya.
sesudah raja dan panglima perang mengatur strategi perang yang
dilakukan dimeja strategi (berisi peta dan keadaan alam dalam bentuk
miniatur) kemudian melakukan simulasi perang sesuai dengan rencana
strategi. Pelaku simulasi ini mewakili kekuatan yang dibayangkan
dalam rencana strategi perang. Meja strategi sekarang diwujudkan
dalam bentuk kerangka cerita atau teks lakon bagi calon pemeran.
Raja dan panglima perang pengatur strategi, sekarang berwujud
menjadi penulis lakon dan sutradara sebagai pelatih calon pemeran.
Simulasi perang dilakukan selama ribuan tahun oleh bangsa
China dari suku Han, bangsa Romawi dan bangsa Eropa abad
pertengahan. Pada waktu itu bangsa Romawi dan Eropa sering
menyelenggarakan acara, dimana semua orang akan berpura-pura
menjadi orang lain. Konsep ini kemudian diadopsi oleh Dr. Jacob Levy
Moreno pada bidang psikologi. Pada tahun -an, Dr. Moreno
--
menciptakan “eksperimental teater” untuk membantu setiap orang
memahami aspek yang berbeda dari kepribadian mereka sendiri dan
orang lain. Tahun konsep roleplay diperkenalkan kepada
warga luas, dengan anggapan bahwa orang akan bisa lebih
banyak belajar tentang dirinya dan orang lain dalam menyelesaikan
masalah sosial daripada hanya membicarakannya saja. Konsep dasar
dari roleplay yaitu suatu cara yang memungkinkan mengasah
spontanitas kreatif dan mengekspresikan dari kemampuan emosional
tanpa menimbulkan kehebohan. Dr. Moreno mengundang peserta
pelatihan dan menyarankan untuk bertindak keluar dari kebiasaan
keseharian. Peserta pelatihan ini pada gilirannya akan
memainkan peran yang berbeda dari kebiasaan kehidupan keseharian.
Konsep itu kemudian menjadi populer dengan sebutan “roleplay ”.
Gambar . Sejarah Roleplay
Pada akhir tahun role-playings dipandang sebagai bentuk
relaksasi yang menyenangkan dari psikoterapi warga . Gary
Gaygax dari Universitas Minesota dianggap sebagai bapak roleplay
modern. Dia mengembangkan seperangkat aturan tentang roleplay
dan mewarga kan. Aturan itu kemudian pada tahun diterbit
dan dipublikasikan kepada warga dengan nama chainmail (surat
berantai). Dari konsep dasar roleplay yang sederhana kemudian
berkembang menjadi permainan modern dan berkembang luas di
warga . Konsep ini kemudian diadopsi oleh teater sebagai media
pelatihan calon pemeran. Konsep ini juga diadopsi oleh dunia
pendidikan sebagai salah satu metode pembelajaran memecahkan
masalah yang diihadapi oleh peserta didik.
Permainan anak-anak pada waktu kecil juga dianggap sebagai
embrio dari roleplay . Anak-anak sering bermain ‘pasar-pasaran’,
--
bermain ‘polisi-polisian’, bermain ‘bapak ibu’, bermain ‘dokter-dokteran’,
‘guru-guruan’ dan lain-lain. Permainan pasar-pasaran menuntut anak-
anak seperti di suasana pasar, dimana ada penjual, pembeli dan
peran-peran lain. Permainan polisi-polisian, menuntut anak-anak
seperti seorang polisi dan penjahat yang dikejar. Semua permainan itu
kalau dicermati, akan teridentifikasikan adanya peran yang dimainkan,
status dari peran yang dimainkan dan konteks atau suasana dalam
permainan. saat sedang bermain, anak-anak tidak menjadi dirinya
sendiri, melainkan keluar dari dirinya untuk menjadi peran yang sedang
dimainkan. Mereka berusaha untuk menyakinkan diri bahwa mereka
yaitu polisi atau penjahat saat bermain ‘polisi-polisian’ atau
menganggap sebagai dokter dan pasien saat bermain ‘dokter-
dokteran’. Semua kegiatan bermain itu untuk mendapatkan rasa
senang.
Gambar . Roleplay masak-masakan
Konsep roleplay kemudian dipakai oleh Commedia dell’Arte
pada abad sebagai konsep pertunjukan. Pemeran dalam Commedia
dell’Arte tidak mengetahui berperan sebagai apa saat hendak pentas,
namun peran dan cerita yang hendak dimainkan ditentukan beberapa
saat sebelum pementasan. Pada tahun -an, Viola Spolin dan Keith
Johnstone mengembangkan roleplay sebagai konsep pelatihan
aktornya. Mereka dan rombongan (Second City) membuka kelas
pelatihan aktor dengan memakai metode “teater game”. Metode
ini berisi permainan dimana calon pemeran terlibat dalam permainan
--
yang sedang dimainkan. Spolin berkeyakinan bahwa pelatihan
pemeran harus menyenangkan sekaligus mulai memasuki peran lain.
. Metode Roleplay
Metode roleplay yaitu salah satu metode yang dipakai
dalam seni teater untuk melatih kepekaan calon pemeran terhadap
stimulus dari luar secara spontan. Calon aktor mempelajari peran yang
berbeda dimulai sejak lahir di lingkungan warga . Misalnya harus
belajar berbahasa, berperilaku dan bersosialisasi dengan penuh aturan
yang ditetapkan warga nya. Proses belajar berlangsung terus
menerus sesuai dengan fase perkembangan. Proses ini bisa membuat
seseorang menjadi mekanis seperti alat. Tujuan dari metode roleplay
yaitu membuat seseorang tidak bersifat mekanis, namun lebih fleksibel
dalam menghadapi masalah yang dihadapi.
Gambar . Persiapan roleplay
Pada dasarnya seseorang dilahirkan dengan kemampuan
bereaksi terhadap stimulus dari luar secara spontan. Spontanitas
kadang sangat diperlukan dalam seni teater. Moreno menyatakan
sangat penting untuk belajar secara spontan dan kreatif. Spontanitas
merupakan respon yang tepat untuk menghadapi situasi baru atau
merupakan respon baru dan tepat untuk menghadapi situasi lama.
Metode roleplay berfungsi sebagai media melatih hubungan antar
pribadi (intrepersonal relationship) untuk menciptakan suasana
spontanitas dan kreatifitas. Suasana ini akan terbentuk bila faktor
penghambat dan tekanan dalam diri individu dihilangkan. Faktor
penghambat ini bisa berupa aturan warga , sopan santun dan
--
etika yang berlaku. Seseorang akan belajar dengan baik bila mendapat
kesempatan belajar dalam suasana yang bebas tanpa hambatan.
Moreno berpendapat bahwa salah satu faktor penting yang
menentukan dalam roleplay dan akan menghasilkan perubahan
perilaku yaitu pengurangan faktor hambatan. Hambatan yang biasa
muncul yaitu perasaan takut di kritik, takut dihukum, atau
ditertawakan. Hambatan ini harus dihilangkan agar perubahan dapat
terjadi. Dalam roleplay hambatan ini dihilangkan sehingga
individu dapat mengadakan eksplorasi perilaku. Proses eksplorasi
perilaku ini akan menimbulkan perasaan baru dan perasaan lama yang
dihayati dalam konteks yang baru. Roleplay menyediakan kondisi yang
dapat menghilangkan rasa takut atau cemas, sebab dalam roleplay
individu dapat mengekspresikan dirinya secara bebas tanpa takut kena
sanksi sosial terhadap perbuatannya.
Pelatihan roleplay pada calon pemeran berfungsi untuk
merubah pola perilaku dan pola pikir. Dalam kehidupan keseharian,
manusia cenderung berperilaku kaku sebab sudah terbentuk secara
otomatis. saat menghadapi suatu masalah akan bereaksi secara
mekanis, tanpa banyak memerlukan pikiran. Misalnya, cara memberi
salam pada tamu, cara menyapa orang lain, cara menerima telepon
atau cara makan dan minum. Perilaku ini dilakukan secara rutin
dan kemungkinan hasilnya tidak memuaskan atau mengecewakan
orang lain. Manusia akan tersadar bila mendapat masukan dan
evaluasi dari manusia lain. Dalam roleplay, individu akan menyadari
bahwa perilaku mekanis tidak menyenangkan bagi yang lain dan bagi
dirinya sendiri. Tahap kesadaran terhadap perilaku, merupakan tahap
awal kearah perubahan perilaku atau sikap. Tahap ini ditandai dengan
rasa tidak enak, cemas sebab mengetahui bahwa pola-pola
perilakunya selama ini tidak memuaskan dan sementara itu individu
belum menemukan pola baru yang lebih efektif.
Kesadaran baru yang didapat dalam roleplay akan mengubah
perilaku. Perubahan akan dibarengi dengan mengembangkan
kesadaran baru ke arah pengertian dan pemahaman terhadap situasi
masalah yang dihadapi. Individu baru dapat mencobakan perilaku baru
dalam situasi yang aman. Dalam roleplay individu sering menerima ide
baru yang menakjubkan dari anggota kelompok lain mengenai
bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku yang baru,
sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari hasil
yang negatif.
Perubahan perilaku dapat dibuktikan sesudah dilaksanakan
dalam hidup keseharian. Mereka yang memerankan peran yang sama
dalam roleplay dengan perannya dalam kehidupan sehari-hari akan
--
mengalami perubahan perilaku secara lebih efektif dibandingkan
dengan individu yang hanya menjadi penonton. Misalnya individu
berperan sebagai peserta didik dalam roleplay dan sebagai peserta
didik dalam kehidupan keseharian, akan mengalami perubahan
perilaku yang lebih baik, dibandingkan saat hanya sebagai penonton.
Perubahan kearah pola perilaku yang lebih efektif ini mendapat
dukungan dari kelompok sebab mereka mengetahui mengapa perilaku
itu harus diubah dan bagaimana proses perubahan itu terjadi.
Dukungan kelompok sangat besar artinya bagi individu yang
bersangkutan sebab ia akan merasa aman dalam melaksanakan pola
perilaku yang baru.
Roleplay yaitu salah satu metode pelatihan peran, dimana
calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran yang hendak
dimainkan. Peran yang hendak dimainkan ini masih berkisar pada
kehidupan nyata disekitar calon pemeran, dalam artian peran itu
mudah dikenali oleh calon pemeran. Sebagai sebuah metode, maka
memerlukan langkah-langkah dalam melaksanakan metode ini .
Langkah-langkah itu terdiri dari:
a. Menentukan masalah yang hendak dimainkan
Pembimbing mengemukakan masalah yang akan dimainkan
dan membuka tanya jawab untuk memperjelas masalah dan tujuan
kegiatan. Masalah yang hendak dimainkan didiskusikan secara
detail agar terpahami oleh pemain. Penjelasan diarahkan kepada
penjelasan masalah dan bukan bagaimana pemain memainkan
perannya. Jadi pemain dipersilahkan memainkan peran secara
bebas. Dalam diskusi menentukan masalah, juga dibahas tentang
tokoh-tokoh yang terlibat dalam masalah, situasi yang melingkupi
masalah dan dimana masalah terjadi. saat semua yang
melingkupi masalah sudah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya
yaitu menentukan siapa yang memainkan peran.
b. Memilih pemeran
Pemain dan pembimbing mulai mencari gambaran karakter
peran yang hendak dimainkan. sesudah didapat gambaran karakter
peran dalam masalah, kemudian menentukan pemain dengan cara
ditawarkan kepada pemain. Penawaran peran kepada pemain
berfungsi untuk mendapat sudut pandang dan interpretasi pemain
terhadap peran yang hendak dimainkan. Interpretasi peran pasti
berbeda antar pemain sesuai dengan pengalaman kehidupannya.
Dengan beragamnya pengalaman kehidupan pemain inilah, maka
penyelesaian masalah yang hendak dimainkan akan beragam.
--
c. Menyusun skenario
Inti masalah dan pemain telah ditentukan melalui diskusi
dan permasalahan telah dipahami oleh pemain. Langkah
selanjutnya yaitu menyusun skenario, bagaimana para pemain
beraksi. Susunan skenario tidak boleh menyimpang dari inti atau
pokok masalah yang dihadapi dan hanya berisi gambaran garis
besar. Pada tahap ini pembimbing dapat membantu menyusun
skenario dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sederhana mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peran ini .
Misalnya peran yang hendak dimainkan memiliki status sosial yang
seperti apa, bagaimana karakternya (pemarah, mudah tersinggung,
pemalu, suka menghina atau sensitif sehingga terkesan cengeng).
sesudah semua terkumpul dan teridentifikasi, disusunlah skenario
sederhana bagaimana jalannya cerita ini . Penyusunan
skenario harus mempertimbangkan konflik yang terjadi antar peran
yang ada dalam masalah ini .
d. Menyiapkan penonton sebagai pengamat
Skenario yang telah disusun kemudian dipelajari oleh calon
pemain agar terpahami inti atau pokok masalahnya. Sementara
calon pemain mempelajari masalah, pembimbing menyiapkan
penonton sebagai pengamat. Fungsi pengamat sebagai pemberi
komentar atau bisa juga sebagai evaluator permainan. Evaluasi
menyangkut pemecahan masalah, cara pemain dalam memainkan
peran yang ada di skenario, proses kerjasama antar pemain dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan hal-hal yang
berhubungan dengan roleplay .
e. Memainkan roleplay
sesudah semua siap, langkah selanjutnya yaitu
memainkan skenario yang telah disusun. Pembimbing membiarkan
pemain untuk mengekspresikan dirinya dalam menyelesaikan
masalah yang ada dalam skenario tadi. Pemain bermain sesuai
karakter peran yang telah disepakati dan alur cerita yang ada di
skenario. Apabila ada pemain yang kurang paham terhadap
skenario atau karakter peran yang dimainkan, maka pembimbing
boleh menyuruh memainkan ulang. Tujuan mengulang permainan
yaitu agar pemain bermain sesuai dengan alur yang digariskan di
skenario dan berperan sesuai dengan karakter peran yang menjadi
gambaran karakter yang telah diajukan. saat permainan sesuai
--
dengan alur yang digariskan dan berperan sesuai dengan peran
yang dimainkan maka peran ini dapat diselidiki dan dianalisis.
f. Melakukan diskusi dan evaluasi
saat permainan usai, maka dilakukan diskusi dan evaluasi
terhadap permaian ini . Dalam diskusi dan evalusi,
pembimbing mengajukan pertanyaan yang merangsang peserta
untuk berfikir kritis demi sempurnanya permainan. Rangsangan
pertanyaan akan membuat peserta kreatif dan mengkaji ulang
terhadap peran yang dimainkan. Peserta akan menciptakan ulang
karakter peran dan membuat alternatif-alternatif kemungkinan yang
lain dari hasil masukan peserta diskusi.
Pengamat dalam hal ini penonton sebagai pihak yang tidak
merasakan permainan akan memiliki pemikiran lain terhadap peran
yang dimainkan. Penonton memiliki sudut pandang berbeda dalam
memainkan peran dan menyelesain masalah yang telah disepakati.
Pemikiran penonton sebagai bahan alternatif untuk penciptaan
baru. Dengan demikian permainan akan sangat beragam dan akan
mendapatkan jawaban yang beragam dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi.
g. Memainkan ulang
sesudah mendapatkan masukan dari berbagai pihak,
permainan diulang kembali dengan mempertimbangkan saran
pengamat atau penonton. Permainan ulang diharapkan mendekati
sempurna sebab telah mendapat saran dan kritik yang
membangun. Dengan mendapatkan masukan maka alur cerita pasti
mengalami perubahan, menuju kebaikan. Permainan peran juga
akan mengalami perubahan, namun perubahan menuju
kesempurnaan bermain. Permainan ulang harus
mempertimbangkan masukan dari pengamat atau penonton dan
pembimbing latihan.
h. Berbagi pengalaman dan menarik kesimpulan
Pemain harus mempu menceritakan pengalaman bermain
dalam roleplay sesudah permainan selesai. Pengalaman ini
dibagikan kepada penonton sebagai satu pengalaman kreatif.
Penonton yang mengetahui pengalaman kreatif akan merasa
tertantang untuk ikut bermain. Dari pengalaman ini bisa diambil
kesimpulan bagaimana memainkan karakter tertentu dengan baik.
Permasalah yang sebelum roleplay belum diketahui, maka pada
akhir cerita akan mendapatkan jawaban pemecahan. Dari
--
kesimpulan yang didapat, diharapkan dapat merubah pola perilaku
baru.
Perubahan pola perilaku baru, maksudnya sesudah ada
kesadaran akan kebutuhan untuk mengubah perilakunya, individu
harus dapat mengembangkan kesadaran ke arah pengertian dan
pemahaman terhadap situasi masalah yang dihadapi. Pemahaman
terhadap masalah yang dihadapi terbantu dengan jalan
memerankan situasi itu dalam sebuah permainan peran. Individu
dapat mencobakan perilaku baru dalam situasi yang aman. Di
dalam situasi bermain peran, individu sering menerima ide baru
yang menakjubkan dari anggota kelompok lain mengenai
bagaimana orang lain akan mereaksi terhadap perilaku baru,
sehingga ia segera dapat membuat rencana untuk menghindari
hasil negatif.
. Fungsi Roleplay
Roleplay yaitu permainan berpura-pura memerankan orang
lain dengan cara disadari. Pola permainan roleplay dilakukan dengan
cara spontan atau tidak ada proses menghafal naskah cerita terlebih
dahulu, namun memahami kerangka cerita yang dimainkan. Selain itu
pemeran juga bebas memainkan peran yang muncul dalam situasi
tertentu sesuai hasil imajinasinya. Dalam memainkan peran, calon
pemeran harus membuang rasa tidak percaya diri dan mau tampil di
depan umum. Cara berperan tidak perlu kaku dan dilakukan dengan
santai agar dapat menghayati peran yang dimainkan. Roleplay
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Mengatasi kesulitan diri
Roleplay yaitu salah satu proses latihan calon pemeran
yang dilakukan dengan bebas dan memakai daya imajinasi
sendiri. Proses roleplay dilakukan dengan cara spontan namun tetap
mengikuti aturan yang telah disepakati oleh sesama pemain
roleplay . Taat aturan inilah yang melatih untuk bisa bekerjasama
dengan orang lain dan bertanggungjawab. Selain itu juga
dipakai untuk melatih disiplin, sebab kalau tidak bisa disiplin,
maka orang lain tidak akan menghormati.
Calon pemeran banyak mengalami hambatan dalam
pekerjaannya. Hambatan bisa dari luar dan dari dalam dirinya.
Hambatan dari luar berhubungan dengan budaya dan lingkungan
(ada yang bilang bahwa pemain teater itu seperti orang gila, sebab
biasa ngomong sendiri, sedih sendiri, bahagia sendiri dan lain-lain).
--
Sedangkan yang datang dari dalam berhubungan dengan susah
kerjasama dengan orang lain, tidak percaya diri, susah disiplin,
susah konsentrasi, tidak bisa dialog dengan wajar dan logis, dan
lain-lain.
Usaha meminimalkan hambatan yang biasa dirasakan oleh
calon pemeran membutuhkan suasana kebebasan, sehingga calon
pemeran tidak merasa tertekan. Dalam roleplay suasana
kebebasan selalu dijaga, sehingga akan memunculkan suasana
kebahagiaan dan keceriaan. Roleplay juga dipakai sebagai
media latihan dialog dengan sesama. Dialog di roleplay berbeda
dengan dialog pada naskah lakon yang ditulis oleh penulis lakon.
Dialog dalam roleplay disusun sendiri oleh pemain, sehingga akan
lebih mudah mengucapkan. Kalau belum terbiasa dengan
menyusun dialog yang sulit, maka bisa dilatih dengan cara
memperkenalkan diri dan menceritakan pengalaman sendiri
(monolog). Latihan kemudian ditingkatkan dengan dialog dengan
masalah yang ada disekitar kita. Kunci untuk bisa melakukan dialog
yaitu menanggapi dialog yang dilakukan oleh teman main.
Dengan terbiasa dialog dengan lawan main, terbiasa menanggapi
dialog maupun gerak teman main, maka akan meningkat
kepercayaan diri dan konsentrasi.
b. Meningkatkan kemampuan simpati dan empati
Berempati yaitu proses kejiwaan seseorang yang bisa
merasakan apa yang dialami oleh orang lain, baik itu rasa bahagia
maupun rasa sedih. Proses roleplay sebenarnya proses
memainkan peran yang bukan diri sendiri dan ini membutuhkan
proses pemindahan jiwa, dari jiwa pemeran ke jiwa peran. Proses
pemindahan tidak hanya sekedar melibatkan logika tapi juga
melibatkan rasa. Keterlibatan rasa dalam proses pemindahan inilah
yang melibatkan simpati dan empati. Seorang pemeran akan
merasa simpati kepada orang lain dalam menciptakan peran yang
akan dimainkan. Kalau tidak bisa merasa simpati maka pemeran
tidak bisa merasakan apa yang dirasakan oleh peran ini .
Sedangkan seorang pemeran bekerja tidak hanya melibatkan logika
namun juga melibatkan batin atau rasa.
Seorang pemeran saat berperan di atas panggung akan
bermain dengan pemeran lain. Kalau tidak ada rasa simpati dan
kerjasama antar pemeran maka akan terjadi persaingan yang tidak
sehat dan saling menonjolkan diri. Sikap seperti ini bukan hanya
merugikan pemeran namun juga akan merusak seni yang telah
dibangun dengan susah payah. Dalam satu permainan harus ada
--
saling menghargai berbagai perbedaan sesuai tanggungjawab
masing-masing. Penghargaan dan rasa simpati akan menimbulkan
rasa empati terhadap orang lain dan profesi lain. Proses
menghargai profesi, status sosial, dan perbedaan, maka akan
tercipta sebuah toleransi dan toleransi merupakan dasar dari
simpati dan empati. Roleplay mengajarkan menghargai perbedaan.
c. Mengembangkan pola pikir adaptif
Pola pikir adaptif yaitu kemampuan berpikir seseorang
untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan masalah.
Fleksibilitas berfikir dan kemampuan menghadapi tantangan setiap
masalah sangat diperlukan dalam kehidupan. Hal ini bisa diperoleh
dari rutinitas latihan roleplay . Dalam permainan roleplay , pemeran
selalu dihadapkan dengan sebuah masalah baru yang harus
diselesaikan. Permasalahan itu bisa dari peran yang dimainkan,
konteks cerita, maupun status. Masalah dikembangkan dari
kehidupan keseharian dan permasalahan ini bisa diurai dan
disimulasikan dengan roleplay . Anak yang terbiasa dengan
permainan roleplay , akan terbiasa menghadapi masalah, baik
masalah yang ada dalam roleplay maupun masalah dalam
kehidupan.
d. Media pengolah emosi
Roleplay memungkinkan pemeran untuk mengungkapkan
perasaan atau emosi yang tidak dapat dikenali oleh dirinya sendiri
dan hanya dapat dikenali dengan bercermin pada orang lain. Emosi
secara umum memiliki arti proses fisik dan psikis yang kompleks
yang bisa muncul secara spontan atau diluar kesadaran.
Kemunculan emosi akan menimbulkan respon pada kejiwaan, baik
respon positif maupun respon negatif serta mempengaruhi
ekspresi. Emosi sering dikaitkan dengan perasaan, persepsi atau
kepercayaan terhadap objek, baik itu kenyataan maupun hasil
imajinasi.
Pemeran saat memain peran yang digariskan oleh
kerangka lakon sangat membutuh emosi untuk mengekspresikan
atau memainkan peran ini . Bahkan untuk membantu
mewujudkan peran ini terkadang seorang pemeran
membutuhkan ingatan emosi. Ingatan emosi yaitu salah satu
perangkat pemeran untuk bisa mengungkapkan atau melakukan
hal-hal yang berada diluar dirinya (Suyatna Anirun, ). Sumber
dari ingatan emosi yaitu kajian pada ingatan diri sendiri, dan
kajian sumber motivasi atau lingkungan motivasi yang bisa kita
--
amati. Ingatan emosi berfungsi untuk mengisi emosi peran yang
kita mainkan. Seorang pemeran harus mengingat-ingat segala
emosi yang terekam dalam sejarah hidupnya, baik itu merupakan
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain yang direkam
oleh jiwa dan pikirannya. Dengan ingatan emosi kita akan mudah
memanggil kembali jika kita perlukan untuk memainkan peran
tertentu. Proses roleplay yaitu proses memperkaya pengalaman
yang bisa disimpan sebagai ingatan emosi.
Menurut Konstantin Stanislavski, ingatan emosi yaitu
ingatan yang membuat seseorang menghayati kembali perasaan
yang pernah dirasakan saat melihat suatu objek yang sama dan
menimbulkan perasaan ini . Ingatan ini hampir sama dengan
ingatan visual, yang dapat menggambarkan kembali secara
batiniah sesuatu yang sudah dilupakan, tempat atau orang, begitu
juga ingatan emosi dapat mengembalikan perasaan yang pernah
dirasakan. Mula-mula rasa itu mungkin tidak bisa diingat, tapi tiba-
tiba sebuah kesan, sebuah fikiran, sebuah benda yang dikenal
mengembalikan dengan kekuatan penuh. Kadang emosi itu sama
kuatnya dengan dulu, kadang agak kurang tapi kadang perasaan
yang sama dalamnya kembali namun dalam bentuk yang agak
berbeda (Stanislavski; ).
e. Meningkatkan interpersonal skill
Roleplay dilakukan berkelompok, atau minimal dua orang.
Hal ini sama dengan konsep seni teater yaitu seni kolektif
(collective art). Seni teater yaitu seni yang memerlukan banyak
pekerja, baik yang memiliki pengetahuan tinggi maupun yang
memiliki pengetahuan rendah, dimana semua komponen saling
tergantung. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-
sama dan mengharuskan semuanya sejalan dan seirama sehingga
perlu harmonisasi dari seluruh tim. Komponen-komponen itu saling
bekerjasama dan masing-masing memiliki tanggungjawab berbeda,
namun dalam satu kesatuan karya. Semua pekerja dalam seni teater
mempunyai kedudukan yang sama penting, jadi tidak ada pekerja
utama dan pekerja yang bukan utama.
Interpersonal skill yaitu keterampilan untuk memahami
orang lain agar mampu bekerjasama. Dalam roleplay , interpersonal
skill ini sangat diperlukan sebab kalau tidak ada keterampilan ini
maka roleplay tidak akan berjalan dengan baik. Proses dialog dan
bergerak di roleplay dilakukan dengan spontan atau tanpa ada
rancangan. Pemain akan bisa melakukan dialog dengan baik,
kalau bisa memahami dialog pemain lain. Kalau keterampilan
--
memahami orang lain ini tidak ada, maka tidak bisa memahami
pemain lain, dan kalau tidak bisa memahami orang lain, maka tidak
bisa memahami dialog. Jadi interpersonal skill sangat dibutuhkan
untuk proses bermain roleplay .
f. Media pemecah masalah
Kehidupan yang dijalani kadang membuat hidup menjadi
mekanis, seperti pabrik. Pola mekanis kadang membuat tingkah
laku tidak terlalu banyak memerlukan proses berfikir dan
mengurangi kesadaran diri, sehingga tidak banyak alternatif
menyelesaikan masalah. Pola pikir dan pola hidup mekanis
cenderung untuk bereaksi saat menyelesaikan masalah,
sedangkan setiap masalah kadang tidak hanya cukup bereaksi
namun butuh proses menanggapi masalah ini . Proses bereaksi
dan proses menanggapi masalah yaitu proses yang berbeda.
Proses bereaksi dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang
biasa dilakukan atau sesuai dengan kebiasaan. Sedangkan proses
menanggapi lebih memakai proses berfikir dengan mengolah
masalah menjadi pemecahan masalah.
Roleplay berasumsi bahwa emosi dan ide itu terpendam
sebab pola hidup yang mekanis dan dapat diangkat ke taraf sadar,
kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan
masalah tidak selalu datang dari orang tertentu, namun bisa saja
muncul dari reaksi pengamat atau penonton terhadap masalah
yang sedang diperankan. Dengan demikian, pelaku roleplay
maupun penonton dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang
cara memecahkan masalah, yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan diri secara optimal dan
memunculkan banyak alternatif pemecahan masalah.
g. Membentuk individu bertanggungjawab
Roleplay yaitu permainan berpura-pura yang memainkan
peran yang telah disepakati bersama. Pemeran harus
bertanggungjawab pada peran yang dimainkan. Hal ini melatih
pemeran untuk bertanggungjawab, minimal bertanggungjawab
pada peran yang dimainkan. Roleplay juga memakai aturan
yang disepakati sebelum dimainkan, aturan memainkan peran,
aturan suasana yang ditetapkan, dan aturan pada konteks apa
peran ini dimainkan. Aturan inilah yang harus diikuti dan
menjadi panduan bermain, sebab aturan itu dibuat dan disepakati
antar pemain. Pemeran akan terbiasa dengan mentaati peraturan
ini dan akan membentuk jiwa yang bertanggungjawab.
--
. Bentuk Roleplay
Bentuk roleplay dapat digolongkan menjadi tiga besaran, yaitu
status, peran dan konteks. Roleplay status yaitu roleplay
berdasarkan status peran yang dimainkan atau posisi peran yang
dimainkan. Roleplay peran yaitu roleplay yang memainkan peran
dalam suatu cerita atau fungsi dari peran yang dimainkan ini .
Roleplay konteks yaitu roleplay yang memainkan cerita atau peran
sesuai dengan konteksnya.
a. Status
Status yaitu keadaan atau kedudukan seseorang atau
badan dalam hubungan dengan warga . Status seseorang
yaitu label, kondisi, situasi dan keadaan yang disandang sebagai
pembentuk dari jati diri. Manusia yaitu makluk sosial dan makluk
individual, sebagai makluk individual manusia membawa status
sejak lahir (status yang dibawa sejak lahir), misalnya jenis kelamin,
ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia dan lain sebagainya
(status ascribed). Sedang status sosial yaitu status seseorang
yang berhubungan dengan achieved status dan assigned status.
Achieved status yaitu status sosial yang didapat seseorang
sebab kerja keras dan usaha yang dilakukan, misalnya
kepemilikikan harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
lain-lain. Assigned status yaitu status sosial yang diperoleh
seseorang di lingkungan warga yang bukan didapat sejak lahir
namun diberikan sebab usaha dan kepercayaan warga ,
misalnya seseorang yang jadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh
dan sebagainya.
Roleplay status yaitu roleplay yang memainkan karakter
peran sesuai dengan statusnya. Peran yaitu tokoh yang memiliki
hidup dan kehidupan di dunia lakon. Dengan memiliki kehidupan,
maka peran sebenarnya memiliki dan menyandang statusnya, baik
status ascribed, status achived maupun status assigned.
Memainkan status ascribed sama dengan memainkan diri sendiri
dalam roleplay , sedang memainkan status achived dan status
assigned sama dengan memainkan status yang disandang oleh
status karakter tokoh peran.
Roleplay status yang pertama dilakukan oleh pemeran
yaitu roleplay yang memainkan diri sendiri atau same. Permainan
roleplay hanya memainkan karakter yang ada pada diri sendiri,
kondisi diri sendiri, dan status warga diri sendiri. Roleplay
--
status lebih mudah dan sangat mudah, sebab tidak memainkan
orang lain. Dalam permainan roleplay -nya tidak mencari gambaran
orang lain, sebab gambaran itu ada dalam dirinya sendiri. Misalnya
memainkan karakter sebagai si “a” maka yang dimainkan yaitu “a”
sebagai anak, sebagai pelajar SMK jurusan teater, sebagai peserta
didik atau apapun yang ada dalam diri sendiri. sesudah bisa
memainkan diri sendiri, baru ditingkatkan dengan memainkan orang
lain atau bermain sesuai dengan orang lain yang dimainkan.
Roleplay status yang kedua yaitu roleplay yang
memainkan karakter peran yang ada disekitar kita atau yang kita
saksikan keseharian. Roleplay ini melatih dalam memainkan
karakter peran yang beda dengan dengan diri sendiri. Perhatikan
siapa saja yang ada disekitar lingkungan, bisa guru, teman,
pegawai administrasi, penjual atau tukang yang ada. Status tadi
kemudian deskripsikan dan rekam, bagaimana tingkah laku, cara
bicara, dan pemikirannya, kemudian tirukan status. Misalnya amati
seorang guru, kemudian deskripsikan dan buatlah gambaran guru
ini , kemudian tirukan. Lakukan pada status-status peran yang
lain (orang kaya, miskin, tukang becak, kuli batu, tukang bangunan,
lurah, polisi, tentara, dokter dan lain-lain).
b. Peran
Peran yaitu karakter tokoh yang dimainkan dalam
permainan teater atau peran juga bisa diartikan sebagai fungsi dari
kedudukan seseorang dalam suatu peristiwa. Karakter tokoh yang
ada dalam lakon yaitu wakil warga yang ada dalam
kehidupan. Karakter tokoh memiliki kehidupan, sebab karakter itu
diambil oleh penulis lakon dari kehidupan nyata. Bayangan karakter
tokoh yang hendak dituliskan dalam lakon itu yaitu karakter yang
hidup dalam kehidupan nyata. Ada juga karakter tokoh juga hasil
dari rekontruksi psikologis penulis lakon, namun tetap saja karakter
yaitu hasil dari sekumpulan karakter yang ada dalam kehidupan
nyata.
Peran juga bisa diartikan sebagai fungsi, maksudnya
sebagai fungsi dari sesuatu yang lain. Karakter peran akan
berfungsi bila pada suatu masalah tertentu mengambil peran
tertentu. Misalnya peserta didik baru ada saat dalam kondisi dan
situasi sekolah atau tempat dan lingkungan belajar. Peran guru
baru ada bila dalam warga , guru ini didudukan pada
posisi guru atau sumber pengetahuan. Peran akan terlihat dan
berfungsi jika peran ini difungsikan atau diberi perhatian
--
khusus dalam warga tertentu, dan peran-peran ini yang akan
dimainkan pada permainan teater.
Roleplay peran yaitu roleplay yang memainkan peran
yang ada dalam warga . Peran ini bisa peran diri sendiri,
maupun peran orang lain. Peran disini bisa tokoh yang dimainkan
atau fungsi dari peran ini sebagai apa. Peran-peran yang ada
dalam sebuah cerita diidentifikasikan, kemudian dimainkan sesuai
dengan peran dan fungsinya. Roleplay ini melatih calon pemeran
untuk terbiasa dalam memainkan peran-peran yang berbeda.
Roleplay peran ini juga berfungsi untuk melatih calon pemeran
untuk memahami dialog yang diucapkan oleh peran yang
dimainkan sehingga peran ini hidup. Dengan terbiasa
memainkan roleplay peran ini, maka jiwa pemeran akan lebih
fleksibel saat harus memain peran.
c. Konteks
Konteks yaitu kondisi dimana suatu keadaan terjadi. Ada
beberapa jenis konteks, yaitu: konteks fisik yaitu konteks yang
meliputi ruang, objek nyata, pemandangan dan lainnya yang
bersifat fisik. Konteks menurut menurut faktor sosio-psikologis
yaitu konteks yang menyangkut faktor-faktor seperti status orang
yang terlibat dalam hubungan komunikasi, peran mereka, dan
tingkat kesungguhan. Menurut dimensi waktu, konteks meliputi hari
dan rentetan peristiwa yang dirasakan terjadi sebelum peristiwa
komunikasi. Konteks berhubungan dengan situasi, latar belakang,
lingkungan, dan kondisi dari suatu peristiwa.
Roleplay konteks yaitu roleplay yang disesuaikan dengan
keadaan atau kondisi dimana roleplay terjadi. Sedangkan bagi
seorang pemeran, roleplay konteks berarti memainkan peran
sesuai dengan status peran, peran (fungsi peran) dari peran yang
dimainkan dalam roleplay ini . Roleplay konteks ini akan
melatih calon pemeran untuk bermain sesuai dengan situasi yang
dihadapi. Situasi ini akan menghidupkan peran yang dimainkan dan
bisa merasakan jiwa peran pada situasi tertentu. Misalnya berperan
pada situasi perang, maka harus bisa merasakan situasi perang
ini dalam memerankan perang, sehingga peran ini
hidup dan bisa dirasakan oleh penonton.
Roleplay konteks juga sebagai media latihan kerjasama
dengan pemeran lain dalam suatu situasi yang sama yang hendak
dibangun. Situasi atau suasana cerita tidak hanya diciptakan oleh
penulis lakon, tapi juga bisa diciptakan oleh pemeran yang
bekerjasama dengan unsur lain. Suasana cerita juga bisa
--
diciptakan oleh kerjasama antar peran dan roleplay bisa dipakai
sebagai media latihan ini . Kunci utama yaitu pemahaman
terhadap konteks peran ini dimainkan dan pemahaman
terhadap pemeran lain yang membentuk suasana permainan.
d. Menulis cerita
Menulis cerita yaitu langkah awal untuk memainkan
roleplay berbasis teks. Langkah penulisan teks cerita tidak seperti
langkah kerja seorang penulis lakon atau sastrawan, yang
memerlukan waktu berhari-hari untuk penelitian saat hendak
menulis teks lakon. Menulis teks pada topik ini yaitu diawali
dengan menentukan gagasan cerita, menulis kerangka cerita,
membuat latar cerita, menentukan karakter peran, dan meramu
menjadi satu dalam karya tulis cerita lakon yang siap dimainkan.
) Gagasan cerita
Gagasan cerita yaitu ide cerita yang menjadi dasar
cerita yang hendak dituliskan. Banyak yang menyebutkan
bahwa ide atau gagasan sebagai tema. Ide cerita bisa darimana
saja dan kapanpun bisa muncul di pikiran penulis cerita. Ide
cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari kemana-mana, ide
cerita banyak tersebar di lingkungan, asal kita bisa menangkap
dan mengolah. Metode atau cara yang dilakukan untuk
mendapatkan ide atau gagasan cerita yaitu dengan
mengamati semua hal yang ada disekitar kita.
Proses pengamatan akan memunculkan kesadaran
dalam diri dan pikiran kita. Misalnya, sekali waktu kita melihat
atau menyaksikan seekor kucing yang sedang mencari makan
di tong sampah. sesudah kita amati dengan seksama, ternyata
kaki kucing ini hanya tiga. Dengan melihat kejanggalan
ini , kita akan bertanya kenapa kakinya hanya tiga,
bagaimana sampai kaki kucing hanya tiga. Proses berfikir dan
mempertanyakan kejanggalan akan melahirkan ide atau
gagasan cerita. saat ide atau gagasan sudah didapatkan,
maka harus segera dituliskan dan ditentukan tujuan akhir dari
gagasan cerita ini .
Jadi ide atau gagasan cerita tidak hanya didapat dari
kehidupan manusia, namun bisa dari kehidupan binatang,
tumbuhan atau apapun yang ada disekitar kita. Yang
dibutuhkan hanya kesadaran dan sikap kritis mempertanyakan
keadaan. Pertanyaan itu didasari oleh sebab akibat dan ini yang
--
akan menjalankan cerita kita. Misalnya kenapa kucing itu
kakinya hanya tiga? Mungkin sebab disiksa orang, atau sebab
tertabrak kendaraan dan ini yaitu sebagai penyebabnya.
Akibatnya yaitu kucing itu merana, kucing itu dibuang oleh
pemiliknya dan hidup dari mencari makan di tong sampah. Ide
atau gagasan bisa juga didapat dari membaca cerita orang lain.
Ide atau gagasan boleh dari orang lain, namun cerita besarnya
harus disusun sendiri. Kalau hanya ide atau gagasan dari orang
lain itu diperbolehkan dan ini dinamakan versi, namun jika
menjiplak secara utuh dan hanya mengganti nama peran yang
ada, ini namanya plagiat.
) Kerangka cerita
Kerangka cerita diumpamanak seperti tulang rangka
manusia, yang memberi bentuk atau wujud cerita yang sedang
ditulis. Kerangka cerita bisa difungsikan sebagai batas agar
cerita yang ditulis tidak melebar kemana-mana. Ada sebagian
orang menyebut kerangka cerita sebagai plot, sebab terdiri dari
peristiwa yang sedang berlangsung dalam cerita. Peristiwa
yang terjadi dalam cerita akan membuat suatu rangkaian
peristiwa dan menjalankan gerak cerita sampai akhir cerita.
Peristiwa dalam cerita terjadi sebab sebab akibat. Peristiwa
yang satu yaitu akibat atau sebab dari pertistiwa yang lain.
Kerangka cerita yang paling sederhana hanya terdiri dari
pemaparan, konflik, dan penyelesaian atau awal, tengah dan
akhir. Pemaparan atau awal, hanya berisi penjelasan atau
perkenalan peran yang ada dalam cerita, lokasi atau tempat
kejadian peristiwa, dan waktu peristiwa berlangsung. Bagian
awal atau pemaparan terkadang sudah memunculkan masalah
yang dihadapi oleh peran yang ada, dan bagaimana mencari
cara menyelesaikan masalah ini .
Bagian tengah atau konflik berisi kejadian yang saling
terkait dan menjadi masalah pokok yang disodorkan pada
penonton. Masalah membutuhkan penyelesaian atau jawaban
untuk menyelesaikannya. Peristiwa pada bagian tengah harus
dibuat semenarik mungkin sehingga membentuk jalinan
peristiwa yang indah. Pada bagian ini juga terjadi rintangan
yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh peran protagonis
serta perlawanan yang dilakukan oleh peran antagonis.
Keinginan peran protagonis dihalang bahkan digagalkan oleh
peran antagonis. Saling menyerang dan menghalangi antar
peran inilah yang menarik pada bagian tengah atau konflik.
--
Bagian akhir cerita berisi penyelesaian cerita, dimana
semua pertanyaan dan masalah menemukan jawaban dan
penyelesaian. Pertanyaan penonton terhadap jalannya cerita
juga terjawab dan penonton diharapkan mendapat pelajaran
dan pencerahan dari cerita yang disajikan. Pada bagian akhir
tidak perlu disimpulkan atau diinformasikan penyelesaian cerita
kepada penonton. Biarkan saja penonton mendapatkan
jawaban sendiri dan merenungkan apa yang sudah dilihat dan
didengar.
) Latar cerita
Menuliskan latar cerita yaitu menuliskan situasi tempat
kejadian, gambaran tempat kejadian, dan waktu terjadinya
peristiwa. Situasi, tempat, dan waktu yang menjadi latar cerita
bisa hasil imajinasi, namun bisa juga hasil observasi dan
eksplorasi kehidupan keseharian. Observasi dilakuan dengan
mengamati sebuah lingkungan keseharian yang bisa
mendukung hasil rancangan. Hasil pengamatan kemudian
ditulis secara detail sesuai dengan apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dan dibaui. Proses observasi sekaligus
mengeksplorasi tempat. Tempat itu bisa tempat sepi, ramai,
bising, situasi yang sibuk, mencekam, kotor dan bau. Semua
hasil observasi dan eksplorasi dicatat dan bisa menjadi bahan
latar cerita.
Pengambaran latar cerita akan berbeda setiap orang,
sebab sudut pandang yang dipakai juga berbeda. Selain itu
juga sangat dipengaruhi oleh kepekaan atau sensitifitas jiwa
penulis. Misalnya saat mengamati sebuah taman sudut kota,
orang bisa menuliskan segala apa yang dilihat, apa yang
didengar dan apa yang dibaui. namun bagi sebagian orang lain,
mungkin bisa menuliskan apa yang dirasakan, dan itu akan
mempengaruhi hasil pengamatan. Untuk mempersiapkan latar
cerita, maka tuliskan dan deskripsikan sebanyak mungkin hasil
pengamatan dan eksplorasi dari beberapa tempat. Jangan
hanya menuliskan suasana dan tempat dalam satu kata, sebab
akan memunculkan tafsir yang berbeda.
) Karakter peran
Peran yaitu makluk hidup yang memiliki hidup dan
kehidupan di dunia lakon hasil imajinasi penulis. Peran harus
hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan atau memiliki
karakter. Karakter bisa jahat, baik, bodoh, jenius, kaya, miskin,
--
dan lain-lain. Tugas seorang penulis lakon yaitu mendiskripsi
secara ringkas peran. sebab peran itu hidup, maka perlu
dijelaskan identitas dari peran ini , misalnya nama, umur,
jenis kelamin, bentuk fisik, jabatan dan sisi kejiwaan. Hal ini
penting sebagai gambaran awal bagi seorang calon pemeran
saat hendak memainkan peran ini .
Penulis lakon harus melakukan observasi untuk mencari
gambaran peran yang hendak ditulis, baik dari kehidupan
keseharian atau yang ada di lingkungan atau dari kenangan
yang pernah dialami. Lakukan observasi dan tulis secara detail
peran ini . Susun semua peran dalam satu susunan peran
yang akan mengisi kehidupan dunia lakon. Detail yang harus
dideskripsikan ialah ada dan bagaimana tokoh mengenakan
pakaian, bagaimana profil kepribadian tokoh dengan mengacu
kepada sejarah singkat kehidupannya.
Langkah selanjutnya yaitu meletakan peran yang telah
ditulis ke dalam latar cerita yang telah dibuat. Peran ditulis
secara sederhana dengan kegiatan spesifik, misalnya seorang
bapak sebagai guru yang dibenci peserta didiknya. Penjelasan
yang lebih detail bisa dimasukkan dalam dialog yang akan
diucapkan oleh peran yang ada dalam lakon ini .
Buatlah peran menjadi hidup, dengan membuatnya
bicara atau beraksi. Membuat peran bicara bisa dilakukan
dengan mempertemukan dua peran atau lebih dalam suatu
suasana dan masalah yang telah dirancang. Buatlah konflik
antar peran dan konflik itu bisa sederhana, tapi bisa juga konflik
yang rumit. Konflik sederhana bisa sebab adanya
kesalahpahaman yang berakhir dengan kerumitan dan
penyelesaian. Peran bisa hidup sebab penulis menciptakan
rintangan terhadap keinginan peran. Dengan adanya rintangan,
peran ini akan menciptakan dan mencari taktik yang
dirasakan kongkret bisa dilakukan, juga akan menciptakan
dialog yang wajar.
. Menulis Cerita
Langkah selanjutnya yaitu merangkai dan menempatkan
semua elemen menjadi skenario dasar atau treatment cerita. Langkah
ini bisa dilakuan dengan menulis sebuah deskripsi naratif yang berisi
segala sesuatu yang terjadi dalam adegan, yang merupakan
penempatan elemen menjadi kesatuan yang kohesif. Pada bagian
--
treatment sudah digambarkan suasana, waktu, tempat peristiwa, dan
tokoh atau peran yang ada dalam peristiwa cerita.
Tahap berikutnya yaitu menulis serangkaian adegan atau
bagian cerita ke dalam draf, berdasarkan eksplorasi terhadap skenario
dasar. Munyusun draf pertama yaitu untuk pembagian adegan cerita.
Proses ini juga sudah membagi cerita menjadi kerangka besar
(pemaparan, konflik dan penyelesaian). sesudah terbagi menjadi
kerangka besar, mulailah mendetailkan bagian-bagian kerangka besar
ini . Pemaparan yaitu untuk menjelaskan pada penonton
tentang cerita. Konflik yaitu berisi pertentangan antar dua keinginan
atau dapat dituliskan sebagian adegan yang berisi konflik tajam, penuh
kekuatan yang terjadi di antara dua tokoh. Pada tahap penyelesaian
berisi rambu-rambu bagaimana cerita ini diselesaikan.
Penulisan draf kedua yaitu menulis kembali draf pertama
yang berisi rangkaian peristiwa. Rangkain peristiwa disusun
berdasarkan sebab akibat. Rangkaian peristiwa sebab akibat akan
menciptakan konflik bergerak, sehingga cerita bergerak maju sampai
menuju akhir cerita. Hal yang perlu diperhatikan saat menulis cerita
yaitu prinsip cerita teater yaitu: harus mengandung muatan baik dan
buruk, sebab akan memunculkan konflik dalam cerita serta memuat
dialog atau rencana dialog, sebab peran dalam cerita memiliki hidup
dan kehidupan. Dialog bisa mengunakan bahasa verbal dan bisa
memakai bahasa non verbal.
. Latihan Dasar Roleplay
a. Berdasarkan status
Roleplay status yaitu roleplay yang memainkan karakter
peran sesuai dengan statusnya. Latihan roleplay ini dilakukan
dengan cara:
) Same atau memainkan diri sendiri
a) Buatlah kelompok bermain dan mainkan cerita yang
mengambarkan anda sedang mempersiapkan diri mau ujian
kelas. Kelompok terdiri dari orang pemain.
b) Buatlah cerita perjalanan yang anda rancang dengan teman
dan mainkan rancangan cerita dalam bentuk roleplay.
Permainan ini masih memakai roleplay same.
) Memainkan status peran
Mainkan adegan cerita dibawah ini sesuai dengan status
perannya:
--
Sang Pengamen
Karya: Dulrokhim.
Baru sesaat bermain musik, Pengamen diusir seorang
pedagang.
PEDAGANG : Eit, baru buka dasar. Belum ada
receh. Yang lain saja dulu ya!
Pengamen menghentikan bermain musiknya. Ia berjalan
ke pedagang di sebelahnya.
PEDAGANG : Kalau main musik yang benar. Jangan
asal bunyi. Aku minta lagu keroncong
ya!
PEDAGANG : Siang-siang begini minta lagu
keroncong, bikin orang ngantuk.
PEDAGANG : Terserah aku. Yang bayar pengamen
kan aku, bukan kamu.
PEDAGANG : Memangnya yang punya telinga cuma
kamu?
PEDAGANG : Kalau tidak mau dengar lagu
keroncong, ya ditutup saja kedua
telingamu!
PEDAGANG : Enak saja kalau ngomong. Lagu
keroncong itu bukan seleraku.
Daripada lagu keroncong, mendingan
lagu dangdut saja, si Kucing Garong.
PEDAGANG : Wealah… dasar selera rendah.
PEDAGANG : Apa kamu bilang?
PEDAGANG : Keroncong itu musik identitas bangsa.
Dengan keroncong bangsa kita jadi
terkenal. Lihat itu, Pak Gesang
dengan Bengawan Solo-nya, Waljinah
dengan Walang Kekek-nya. Mereka
itu dikenal sampai ke negeri Jepang.
Kucing Garong… lagu apa itu. Apalagi
kalau nyanyinya sambil goyang
ngebor. Itu namanya malah merusak
identitas budaya bangsa.
PEDAGANG : Sok pintar!
--
PEDAGANG : Ee, walau aku pedagang pasar, aku
ini pernah ‘makan sekolahan’. Aku ini
lulusan SMP. Juga sering baca koran.
Jadi tahu ilmu pengetahuan.
PENGAMEN : Ini jadi tidak lagunya? Kok malah
bertengkar sendiri.
PEDAGANG
: Dik Pengamen, sini! Lagunya Kucing
Garong saja ya, nanti aku beri uang
seribu.
PEDAGANG : Wealah… biasanya ngasih seratus,
sekarang seribu.
PENGAMEN : Wah, kalau Kucing Garong saya tidak
bisa Bu.
PEDAGANG : Nha itu, Kucing Garong tidak bisa
kan. Musik keroncong saja ya Dik
Pengamen. Aku beri uang lima ribu.
PENGAMEN : Wah, kalau keroncong saya juga tidak
bisa Bu.
PEDAGANG : Nha itu, lagu keroncong apalagi,
semakin tidak bisa.
PEDAGANG : Sudah kamu tidak usah ikut campur!
(Kepada Pengamen) Dik Pengamen
bagaimana sih? keroncong tidak bisa,
dangdut juga tidak bisa. Lha bisanya
lagu apa?
PENGAMEN : Kalau saya bisanya lagu yang
disenangi anak-anak muda Bu.
Lagunya Iwan Fals. Umar Bakri. Mau
ya, lagunya enak lho.
PEDAGANG : Wah, nggak jadi. Nanti malah aku
teringat bapakku yang sudah
meninggal. Bapakku itu guru,
namanya Pak Umar. Mati ngenes
sebab gajinya sangat kecil.
Pengamen memainkan musik lagu Umar Bakri sambil pergi
--
b. Berdasarkan peran
Peran yaitu karakter tokoh yang dimain di permainan
teater atau peran juga bisa diartikan sebagai fungsi kedudukan
seseorang pada suatu peristiwa. Roleplay dilakukan dengan
memainkan peran yang ada pada teks lakon, baik ditulis sendiri
maupun teks lakon yang tulis oleh penulis lakon.
) Susunlah teks lakon berdasarkan peran yang anda kenal
disekitar anda dan mainkan teks lakon ini . Peran bisa
tukang kebun sekolah, guru, kepala sekolah, tukang becak,
peserta didik, satpam dan lain-lain.
) Mainkan roleplay peran sesuai dengan teks lakon yang ada
dibawah ini:
Sang Pengamen
Karya: Dulrokhim.
Pengamen : Pak….
BAPAK : Sudah pulang Kamu Man?
PENGAMEN : Sudah Pak.
BAPAK : Dapat uang berapa kamu dari hasil
ngamen?
PENGAMEN : Lima ribu.
BAPAK : Lima ribu? Biasanya sehari kamu
dapat dua puluh ribu. Kok turun? Atau
Kamu yang malas?
PENGAMEN : Tidak Pak. Memang lagi sepi.
Mungkin gara-gara harga BBM naik.
BAPAK : Sini uangnya. Untuk tambahan biaya
sekolahmu nanti.
PENGAMEN mengulurkan uang recehan. BAPAK kembali
batuk-batuk.
PENGAMEN : Sudahlah Pak, jangan merokok lagi.
Nanti batuknya bertambah parah.
BAPAK : Aku sudah kecanduan, Man. Sulit
menghilangkannya.
PENGAMEN : Dicoba dulu untuk berhenti merokok.
Peringatan pemeritah merokok itu
dapat memicu serangan
jantung lho Pak.
BAPAK Ah, sudah! Penyakit jantung itu
penyakitnya orang kaya. Orang miskin
--
seperti bapakmu ini penyakitnya
paling cuma masuk angin. Kamu itu
aku sekolahkan supaya pintar, bukan
untuk melarang bapakmu merokok.
c. Berdasarkan konteks
Roleplay konteks akan melatih calon pemeran untuk
bermain sesuai dengan situasi yang dihadapi. Latihan roleplay
dilakukan dengan cara:
) Suasana sedih
Mainkan adegan dalam suasana yang sedih.
Tangis
Karya: P. Hariyanto
Fani dan Gina sedang menangis, dengan suara yang enak
didengar, dengan komposisi yang sedap dipandang.
Hana : (muncul tertegun, mendekati kedua
temannya). Ada apa ini? Fani, Gina,
mengapa menangis? Mengapa?
Katakanlah, siapa tahu aku dapat
membantu. Ayolah, Fani, apa yang terjadi?
Ayolah, Gina, hentikan sebentar tangismu!
Fani dan Gina tidak menggubris Hana. Mereka terus
menangis secara memilukan.
Hana : Ya, Tuhan! Duka macam apakah yang kau
bebankan kepada kedua temanku ini? Dan
apa yang harus kulakukan bila aku tidak
tahu sama sekali persoalannya semacam
ini? Fano, Gina, sudahlah! Kita memang
wanita sejati, tanpa ada seorangpun yang
berani meragukan, dan oleh sebab itu pula
maka kita juga berhak istimewa untuk
menangis. Namun apapun persoalannya,
tidaklah wajar membiarkan seorang sahabat
kebingungan semacam ini, sementara
kalian berdua menikmati indahnya tangisan
dengan enaknya. Ayolah, hentikan tangis
kalian. Kalau tidak, ini akan kuanggap
sebagai penghinaan yang tak termaafkan,
--
dan sekaligus akan mengancam
kelangsungan persahabatan kita!
Fani dan Gina tertegun sejenak mendengar kata-kata Hana.
Mereka menghentikan tangis, saling bertatapan, lalu Gita
memberikan selembar kertas kepada Hana. Keduanya
meneruskan tangisnya.
Hana membaca tulisan pada kertas itu. Ia termangu
beberapa saat, geleng-geleng kepala, kemudian ikut
menangis pula.
Inu : (muncul tergopoh-gopoh). Ada apa? Ada
apa ini? Mereka mengganggu lagi? Gila!
Mereka memang terlalu! Sudahlah, aku
yang akan menghadapinya! (menacri batu
untuk senjata). Tenanglah kalian. Kita
mengakui bahwa kita memang makhluk
lemah (mulai menangis), miskin,bodoh, dan
tak punya daya. namun itu tidak berarti
bahwa kita dapat mereka hina secara
semena-mena. (sambil menangis) Berapa
kali mereka melakukannya? Huh, cacingpun
menggeliat jika diinjak, apalagi kita,
manusia! Mungkin kini mereka akan gentar
pada tekad perlawanan kita. namun jangan
puas, mereka harus diberi pelajaran, agar
tahu benar-benar bahwa kita bukanlah
barang mainan. (menangis) Baiklah, akan
kucari mereka dengan batu-batu di
tanganku! (beranjak pergi)
Hana : (menahan Inu seraya memberikan selembar
kertas)
Inu : Hanya latihan menangis toh…
--
) Suasana gembira
Mainkan adegan ini dalam suasana yang gembira.
TUYUL ANAKKU
Oleh : Rendra
Boss : Hai, Min !
Amin : Ada apa, Boss ?
Boss : Kita kumpuldulu di situ, yok !
Mereka berkumpul di tempat yang ditunjuk. Boss membawa
sebuah Tape-recorder yang besar. Semua berkomentar
mengagumi mesin itu.
Amin : Punya kamu ini, Boss ?
Boss : Bukan. Punya dia ! (menunjuk Komat-
Kamit)
Komat-kamit : Hadiah ulang tahun dari Papa.
Kusut : Nanti kalau aku berulang tahun, ayahku
mau membelikan sepatu dan pakaian
breakdance.
Amin : O, yah ?
Kusut : Yah ! ayah sudah janji, sudah sumpah !
Komat-kamit : Sepatu dan pakaian breakdance-ku aku
dapat dari Mama.
Kampret Pesta ulang tahunmu dulu memang
meriah.
Kodian Kue ulang tahunnya yahud !
Komat-kamit Harganya tujuh puluh ribu !
Amin Busyet !
E. Rangkuman
Roleplay secara harfiah diartikan sebagai berpura-pura menjadi
orang lain. Secara sederhana roleplay diartikan mengacu pada perubahan
perilaku seseorang untuk menjalankan peran, baik peran sosial di
warga maupun peran khayalan seperti di teater. Permainan roleplay
ini diadopsi dari bidang psikologi khususnya psikoterapi atau terapi
kejiwaan. Roleplay bisa dipakai untuk terapi terhadap seseorang yang
mengalami kesulitan dengan dirinya, mengembangkan perilaku adaptif,
mengendalikan diri dari sifat agresif, meningkatkan kemampuan berempati,
mengolah emosi seseorang, dan memecahkan masalah secara efektif dan
bijaksana. Roleplay di dunia pendidikan merupakan salah satu model
--
penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan peserta didik. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan peserta didik dengan memerankan tokoh hidup dalam kehidupan
nyata ataupun sebagai benda mati. Roleplay dilakukan dengan mengikuti
dialog yang telah disusun ataupun berperan bebas sesuai dengan imajinasi
pelaku.
Sejarah roleplay dimulai dari acara simulasi yang dilakukan oleh
para raja dan panglima perang sebelum melakukan perang yang
sebenarnya. Pada tahun -an, Dr. Moreno menciptakan
“eksperimental teater” untuk membantu setiap orang memahami aspek
yang berbeda dari kepribadian mereka sendiri dan orang lain. Konsep
roleplay kemudian dipakai oleh Commedia dell’Arte pada abad
sebagai konsep pertunjukan. Pada tahun -an, Viola Spolin dan Keith
Johnstone mengembangkan roleplay sebagai konsep pelatihan aktornya.
Metode roleplay yaitu salah satu metode yang dipakai diseni
teater untuk melatih kepekaan calon pemeran terhadap stimulus dari luar
secara spontan. Metode roleplay berfungsi sebagai media melatih
hubungan antar pribadi (intrepersonal relationship) untuk menciptakan
suasana spontanitas dan kreatifitas. Roleplay yaitu salah satu metode
pelatihan peran, dimana calon pemeran mulai diperkenalkan pada peran
yang hendak dimainkan. Pelatihan roleplay pada calon pemeran berfungsi
untuk mengubah pola perilaku dan pola pikir.
Langkah kerja roleplay dimulai dari menentukan masalah yang
hendak dimainkan, memilih pemeran, menyusun kerangka cerita,
menyiapkan penonton sebagai pengamat, memainkan roleplay, melakukan
diskusi dan evaluasi, memainkan ulang dan berbagi pengalaman serta
menarik kesimpulan. Pemahaman terhadap masalah yang dihadapi secara
mendalam terbantu dengan jalan memerankan situasi itu dalam sebuah
permainan peran atau roleplay .
Roleplay yaitu permainan berpura-pura memerankan orang lain
dengan cara disadari. Roleplay memiliki fungsi sebagai berikut:
. Mengatasi kesulitan diri.
Calon pemeran dalam pekerjaan banyak mengalami hambatan, baik
dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Untuk meminimalkan
hambatan yang dirasakan oleh calon pemeran maka dibutuhkan
suasana kebebasan, sehingga calon pemeran tidak merasa tertekan.
Dalam roleplay suasana kebebasan itu selalu dijaga, sehingga akan
memunculkan suasana kebahagiaan dan keceriaan.
. Meningkatkan kemampuan simpati dan empati
Proses roleplay yaitu proses memainkan peran yang bukan diri
sendiri dan ini membutuhkan proses pemindahan jiwa, dari jiwa
pemeran ke jiwa peran. Proses pemindahan ini tidak hanya sekedar
--
melibatkan logika tapi juga melibatkan rasa. Keterlibatan rasa di proses
pemindahan inilah melibatkan simpati dan empati. Dengan terbiasa
melakukan roleplay, maka kemampuan simpati dan empati lebih
meningkat.
. Mengembangkan pola pikir adaptif
Pola pikir adaptif yaitu kemampuan berpikir seseorang untuk
beradaptasi dengan berbagai lingkungan dan masalah. Di permainan
roleplay, pemeran dihadapkan dengan sebuah masalah baru yang
harus diselesaikan.
. Media pengolah emosi
Roleplay memungkinkan pemeran untuk mengungkapkan perasaannya
atau emosi yang tidak dapat dikenali oleh dirinya sendiri dan hanya
dapat dikenali dengan bercermin pada orang lain.
. Meningkatkan interpersonal skill
Interpersonal skill yaitu keterampilan untuk memahami orang lain
agar mampu bekerjasama. Dalam roleplay, interpersonal skill sangat
diperlukan sebab kalau tidak mempunyai keterampilan maka roleplay
tidak akan berjalan dengan baik
. Media pemecah masalah
Roleplay berasumsi bahwa emosi dan ide terpendam sebab pola
hidup yang mekanis dan dapat diangkat ke taraf sadar atau sadar diri
untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan
masalah tidak selalu datang dari orang tertentu, namun bisa saja muncul
dari reaksi pengamat atau penonton terhadap masalah yang sedang
diperankan. Dengan demikian, pelaku roleplay maupun penonton
dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan
masalah.
. Membentuk individu bertanggungjawab
Roleplay juga memakai aturan yang disepakati sebelum
dimainkan, aturan memainkan peran, aturan suasana yang ditetapkan
dan aturan pada konteks apa peran dimainkan. Aturan inilah yang
harus diikuti dan menjadi panduan bermain, sebab aturan dibuat dan
disepakati antar pemain.
Status yaitu keadaan atau kedudukan orang atau badan dalam
hubungan dengan warga . Status seseorang yaitu label, kondisi,
situasi, dan keadaan yang disandang oleh manusia atau seseorang
sebagai pembentuk dari jati diri. Roleplay status yaitu roleplay yang
memainkan karakter peran sesuai dengan statusnya atau status peran
yang dimainkan. Roleplay status yang pertama dilakukan oleh pemeran
yaitu roleplay yang memainkan diri sendiri atau same. Permainan
roleplay hanya memainkan karakter yang ada dalam diri sendiri, kondisi
diri sendiri, status warga diri sendiri. Roleplay status yang kedua
--
yaitu roleplay yang memainkan karakter peran yang ada disekitar kita
atau yang kita saksikan dalam keseharian. Roleplay melatih dalam
memainkan karakter peran yang beda dengan dengan diri sendiri.
Peran yaitu karakter tokoh yang dimain di permainan teater atau
peran, juga bisa diartikan sebagai fungsi dari kedudukan seseorang dalam
suatu peristiwa. Karakter peran akan berfungsi bila dalam suatu masalah
tertentu mengambil peran tertentu. Roleplay peran yaitu roleplay yang
memainkan peran yang ada di warga . Peran ini bisa peran diri
sendiri, maupun peran orang lain.
Konteks yaitu kondisi dimana suatu keadaan terjadi. Ada
beberapa jenis konteks, yaitu: konteks fisik yaitu konteks yang meliputi
ruangan, objek nyata, pemandangan dan lain sebagainya yang bersifat
fisik. Roleplay konteks yaitu roleplay yang disesuaikan dengan keadaan
atau kondisi dimana roleplay itu terjadi. Roleplay konteks akan melatih
calon pemeran untuk bermain sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Roleplay konteks juga sebagai media latihan kerjasama dengan pemeran
lain dalam situasi yang sama yang hendak dibangun.
Gagasan cerita yaitu ide cerita yang menjadi dasar cerita yang
hendak ditulis. Banyak yang menyebutkan bahwa ide atau gagasan
sebagai tema. Metode atau cara yang dilakukan untuk untuk mendapatkan
gagasan cerita yaitu dengan mengamati semua hal yang ada disekitar
kita. Kerangka cerita dibaratkan sebagai tulang rangka manusia, yang
memberi bentuk atau wujud cerita yang sedang ditulis. Kerangka cerita
bisa difungsikan sebagai batas, agar cerita yang ditulis tidak melebar
kemana-mana. Kerangka cerita yang sederhana terdiri dari pemaparan,
konflik, dan penyelesaian atau awal, tengah, dan akhir. Latar cerita yaitu
menuliskan gambaran situasi tempat kejadian, gambaran tempat kejadian
dan waktu terjadinya peristiwa yang hendak ditulis. Untuk mempersiapkan
latar cerita, deskripsikan sebanyak mungkin hasil pengamatan dan
eksplorasi dari beberapa tempat.Peran yaitu makluk hidup yang memiliki
hidup dan kehidupan di dunia lakon hasil imajinasi seorang penulis. Peran
harus hidup, dalam artian memiliki dimensi kehidupan atau memiliki
karakter. Susun semua peran dalam satu susunan peran yang mengisi
kehidupan dunia lakon.
Langkah selanjutnya yaitu merangkai dan menempatkan semua
elemen menjadi skenario dasar atau treatment cerita. Tahap selanjutnya
yaitu menulis serangkaian adegan atau bagian cerita ke dalam draf,
berdasarkan eksplorasi terhadap skenario dasar. Penulisan draf kedua
yaitu menulis kembali draf pertama yang berisi rangkaian peristiwa.
Rangkain peristiwa disusun berdasarkan sebab akibat. Hal yang perlu
diperhatikan saat menulis cerita yaitu prinsip cerita teater yaitu: harus
mengandung muatan baik dan buruk.
--
F. Latihan/Evaluasi
. Apa yang anda ketahui tentang roleplay ?
. Langkah apa yang perlu dipersiapkan saat memainkan roleplay ?
. Apa yang anda ketahui tentang fungsi roleplay .
. Bagimanakah sejarah roleplay, sampai diadopsi menjadi salah satu
metode pelatihan peran.
. Menurut anda bentuk roleplay ditentukan berdasarkan apa?
. Mengapa dalam menyusun teks cerita harus mengandung muatan baik
dan buruk.
G. Refleksi
. Manfaat apa yang anda peroleh sesudah mempelajari unit pembelajaran
ini?
. Apakah menurut anda unit pembelajaran ini menambah wawasan
mengenai dasar pemeranan?
. Bagaimana pendapat anda mengenai metode pelatihan peran dengan
memakai roleplay ?
. Bagaimana pendapat anda mengenai langkah persiapan pelaksanan
roleplay ?
. Menurut anda, manfaat apa yang bisa diperoleh dengan mempelajari
langkah penyusunan teks cerita sebagai bahan roleplay ?
--
ROLEPLAY BERBASIS TEKS
A. Ruang Lingkup Pembelajaran
B. Tujuan Pembelajaran
sesudah mempelajari unit pembelajaran peserta didik diharapkan
mampu:
. Menjelaskan teknik roleplay .
. Menjelaskan struktur teks lakon yang akan disusun
. Menyusun teks lakon sebagai bahan roleplay .
. Menganalisis teks lakon yang akan dipergunakan sebagai bahan
roleplay .
. Menganalisis karakter peran yang ada dalam teks lakon dan akan
dimainkan di roleplay .
. Memainkan roleplay berbasis teks lakon yang telah disusun.
Pembelajaran selama JP ( Minggu x JP)
Teknik Roleplay
Menyusun Teks Lakon
Analisis Teks Lakon
Analisis Karakter
Roleplay Berbasis Teks
Roleplay Berbasis Teks
UNIT PEMBELAJARAN .
--
C. Kegiatan Belajar
. Mengamati
a. Mengamati pelatihan roleplay berbasis teks
b. Mengamati bentuk-bentuk teks cerita
. Menanya
a. Menanyakan teknik menyusun teks cerita
b. Menanyakan teknik menganalisis lakon
c. Menanyakan teknik menganalisis karakter peran
d. Menanya teknik roleplay
e. Menanya tujuan roleplay
f. Mendiskusikan bentuk-bentuk roleplay (status, peran, konteks)
. Mengeksplorasi
a. Mencobakan bentuk roleplay sesuai teks dan karakter
b. Mencobakan roleplay berdasarkan status
c. Mencobakan roleplay berdasarkan peran
d. Mencobakan roleplay berdasarkan konteks
. Mengasosiasi
a. Membedakan bentuk roleplay sesuai tujuan
. Mengomunikasi
a. Melaksanakan roleplay berbasis teks sesuai dengan status
b. Melaksanakan roleplay berbasis teks sesuai dengan peran
c. Melaksanakan roleplay berbasis teks sesuai dengan konteks
D. Materi
. Teknik Roleplay
Teknik roleplay merupakan pengembangan bentuk dari roleplay
status, peran dan konteks. Roleplay status merupakan status yang
disandang oleh peran yang sedang dimainkan. Roleplay peran yaitu
memainkan sesuai dengan peran yang dimainkan. Roleplay konteks
yaitu memainkan peran sesuai dengan konteks yang digariskan oleh
cerita. Teknik roleplay dilakukan sesuai dengan teknik. Teknik-teknik
roleplay yaitu :
--
a. Dibalik
Teknik dibalik yaitu melakukan roleplay dengan cara
membalikkan status, peran maupun konteks. Dengan teknik dibalik
mempunyai konsekuensi dan metode bermain yang harus dipahami
oleh calon pemeran atau pemain. Pembalikan akan mengasah
keterampilan dan memperkaya pengalaman calon pemeran.
Misalnya pemeran dituntut untuk memainkan peran dalam cerita
yang mengharuskan kita memainkan peran orang kaya, maka
saat peran ini dibalik, maka pemeran akan memainkan
peran orang miskin, dan itu memerlukan analisis dan teknik
bermain yang berbeda.
Teknik dibalik di roleplay akan melatih calon pemeran untuk
fleksibel dan plastis dalam memainkan peran. Peran dalam lakon
yaitu peran hidup dan memiliki kehidupan, maka untuk
memainkan peran pemeran harus memiliki jiwa plastis. Fungsi lain
teknik dibalik yaitu untuk membiasakan calon pemeran untuk
memainkan peran apa saja dan tidak terjebak pada peran yang
steriotip atau sama. Calon pemeran lebih kreatif dalam memainkan
peran atau memainkan suasana lakon. Misalnya, saat awal cerita
memainkan peran bodoh, dan pada perkembangan cerita peran
bodoh itu menjadi pandai dan cerdas, maka pemeran harus bisa
memainkan peran ini dengan wajar. Teknik roleplay dibalik
bisa dipakai pada konteks cerita. Cerita lakon yang dimain tidak
selamanya sedih dari awal hingga akhir cerita, tapi juga mengalami
perkembangan dan perubahan. Dengan teknik ini variasi cerita
akan semakin banyak dan calon pemeran terbiasa main dengan
konteks cerita yang berbeda.
b. Dikecilkan
Teknik dikecilkan yaitu roleplay yang memain peran
dalam sebuah cerita, namun peran ini diubah menjadi kecil.
Dengan perubahan peran, maka diperlukan cara memainkan peran
sesuai dengan dimensi peran. Fungsi roleplay ini yaitu untuk
melatih imajinasi calon pemeran dalam memainkan peran yang
variatif, agar calon pemeran tidak hanya memainkan peran tertentu.
Misalnya memain roleplay cerita ayam dan kera, ceritanya yaitu :
“Seekor Ayam bersahabat dengan seekor Kera. Namun
persahabatan tidak berlangsung lama, sebab kelakuan si Kera.
petang kera mengajak ayam untuk berjalan-jalan. saat hari sudah
Kera mulai merasa lapar, kemudian menangkap ayam dan mulai
mencabuti bulunya. Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga.
Akhirnya, ia dapat meloloskan diri. Ia lari sekuat tenaga. Untunglah
--
tidak jauh dari tempat itu ada tempat kediaman Kepiting. Kepiting
yaitu teman sejati Ayam. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke
dalam lubang kediaman Kepiting. Disana ia disambut dengan
gembira. Lalu Ayam menceritakan semua kejadian yang dialami,
termasuk pengkhianatan Kera. Mendengar hal itu akhirnya Kepiting
tidak bisa menerima perlakuan Kera. Lalu ia menyusun siasat untuk
memperdayai Kera. Mereka bersepakat mengundang Kera untuk
pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-
buahan. namun perahu yang akan mereka pakai yaitu perahu
buatan sendiri dari tanah liat. Kemudian Ayam mengundang Kera
untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan semangat Kera segera
menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan
mereka. saat perahu sampai ditengah laut, mereka lalu
berpantun. Ayam berkokok "Aku lubangi ho!!!" Kepiting menjawab
"Tunggu sampai dalam sekali!!" Setiap kali berkata begitu maka
Ayam mematuk perahu. Akhirnya perahu mereka bocor dan
tenggelam. Kepiting dengan tangkas menyelam ke dasar laut.
Ayam dengan mudah terbang ke darat. Tinggallah Kera yang
meronta-ronta minta tolong. sebab tidak bisa berenang akhirnya ia
pun mati tenggelam”.
Cerita Ayam dan Kera mempunyai karakter peran, yaitu:
Ayam, Kera dan Kepiting. Cerita ini dikembangkan sebagai bahan
roleplay . Pengembangan bisa memakai kerangka yang sama
dan kasus yang sama, namun karakter peran diganti menjadi cucu
kera, cucu ayam dan cucu kepiting. sesudah disusun ulang,
kemudian dimainkan.
c. Dibesarkan
Teknik dibesarkan yaitu teknik roleplay yang memainkan
cerita dengan peran yang dibesarkan. Teknik ini kebalikan dari
teknik dikecilkan. Kalau pada teknik dikecilkan semua peran yang
dimainkan diubah menjadi kecil, maka pada teknik dibesarkan
semua peran dalam cerita diubah menjadi besar, bahkan tua.
Teknik dibesarkan bisa dibuat variasi lain, misalnya peran yang
dimainkan sama namun hidup pada jaman yang serba besar (jaman
dinosaurus). Misalnya memain roleplay dengan cerita Ayam dan
Kera seperti pada teknik dikecilkan, peran yang dimainkan menjadi
kakek kera, nenek ayam dan kakek kepiting. Variasi bisa dengan
cerita yang sama dan plot cerita yang sama namun kejadian terjadi
pada jaman dinosaurus masih hidup. Teknik ini berguna untuk
--
melatih berimajinasi secara spontan dan cara bicara serta bergerak
sesuai dengan peran yang diimajinasikan.
d. Diubah cerita
Teknik diubah cerita yaitu teknik roleplay yang dilakukan
dengan cara mengubah cerita yang dipakai sebagai bahan
roleplay . Dengan diubahnya cerita yang dimainkan di roleplay,
maka akan terjadi perubahan pada karakter peran yang dimainkan.
Perubahan akan mempengaruhi suasana yang terjadi dalam cerita
lakon. Misalnya cerita “sangkuriang” atau “Terjadinya Tangkuban
Perahu” dari Jawa Barat. Cerita sangkuriang yaitu sangkuriang
mencintai ibunya dan ingin memperistrinya, namun ibunya menolak.
Sangkuriang boleh menikahi ibunya, dengan syarat dibuatkan
danau dengan cara membendung sungai Citarum dan dilengkapi
perahu untuk menyeberang dalam waktu semalam. Diakhir cerita,
sangkuriang tidak berhasil melaksanakan pekerjaan sebab ulah
dayang sumbi yang menggagalkan.
Dalam roleplay ini, yang dimainkan yaitu cerita yang
sudah ada dan dikenal pemain namun cerita ini dibalik.
Misalnya cerita ”sangkuriang” atau “terjadinya Tangkuban Perahu”
namun diakhir cerita dikisahkan sangkuriang berhasil membendung
sungai Citarum lengkap dengan perahunya. Dengan pembalikan
cerita ini maka membutuhkan interpretasi dan kreatifitas yang baru.
Fungsi pembalikan cerita yaitu untuk memunculkan kreavifitas
dan agar pemikiran tidak terbiasa dengan kebiasaan yang umum.
e. Disusun ulang
Teknik disusun ulang yaitu teknik roleplay yang dilakukan
dengan cara menyusun ulang cerita yang dipakai sebagai bahan
roleplay . Proses penyusunan ulang berarti merekontruksi cerita
yang ada dan mengembangkan cerita yang sudah ada. Dengan
disusun ulang cerita yang dimainkan pada roleplay , maka akan
terjadi perubahan situasi cerita. Perubahan ini akan mempengaruhi
cara memainkan cerita lakon.
Misalnya bahan cerita yang dipakai pada roleplay
yaitu cerita Ayam dan Kera, ceritanya yaitu :
“Seekor Ayam bersahabat dengan seekor Kera. Namun
persahabatan tidak berlangsung lama, sebab kelakuan si Kera.
petang Kera mengajak Ayam berjalan-jalan. saat hari sudah
petang Kera mulai merasa lapar, kemudian menangkap Ayam dan
mulai mencabuti bulunya. Ayam meronta-ronta dengan sekuat
tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri. Ia lari sekuat tenaga.
--
Untunglah tidak jauh dari tempat itu tertempat tempat kediaman
Kepiting. Kepiting yaitu teman sejati Ayam. Dengan tergopoh-
gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman Kepiting. Ia disambut
dengan gembira. Lalu Ayam menceritakan kejadian yang dialami,
termasuk pengkhianatan Kera. Mendengar hal itu Kepiting tidak
bisa menerima perlakuan Kera. Lalu ia menyusun siasat untuk
memperdayai Kera. Mereka bersepakat mengundang Kera untuk
pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah. Perahu
yang mereka pakai yaitu perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian Ayam mengundang Kera untuk berlayar ke pulau
seberang. Dengan semangatnya Kera menyetujui ajakan itu.
Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. saat
perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Ayam
berkokok "Aku lubangi ho!!!" Kepiting menjawab "Tunggu sampai
dalam sekali!!" Setiap kali berkata begitu maka Ayam sambil
mematuk perahu. Akhirnya perahu mereka bocor dan tenggelam.
Kepiting dengan tangkas menyelam ke dasar laut. Ayam dengan
mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Kera yang meronta-ronta
minta tolong. sebab tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati
tenggelam”.
Cerita Ayam dan Kera memiliki memiliki tiga adegan, .
Ayam dan Kera jalan-jalan kemudian Ayam mau dimakan Kera, .
Ayam lari minta pertolongan Kepiting kemudian berencana memberi
pelajaran Kera, . Kera yang tenggelam sebab diberi pelajaran
kepiting dan Ayam. Pada roleplay disusun ulang, adegan-adegan
ini bisa dimainkan mulai dari adegan apa saja dan tidak harus
berurutan , , dan .
. Menyusun Teks Lakon
Pekerjaan menyusun teks lakon yang hendak dipakai untuk
roleplay dimulai dari mengumpulkan materi lakon, yang terdiri dari
tema, peran atau tokoh yang ada dalam lakon, kemudian menentukan
situasi atau suasana seperti apa yang dikehendaki dalam cerita lakon.
Langkah selanjutnya yaitu menentukan alat yang dipakai pada
lakon cerita ini , bisa dengan dialog atau bahasa verbal dan gerak
atau laku. sesudah menentukan alat, dilanjutkan dengan proses
penyusunan teks lakon, dimulai dengan menyeleksi (tokoh maupun
suasana) dan menyusun kembali cerita lakon.
--
a. Materi lakon
) Tema
Tema yaitu inti atau dasar cerita lakon yang hendak
ditulis. Tema ada yang menyebut sebagai premise, root idea,
thought, aim, central idea, goal, dan driving force. Seorang
penulis terkadang mengemukakan tema dengan jelas namun ada
juga yang tersirat. Tema harus dirumuskan dengan jelas,
sebab tema merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh
seorang penulis lakon. saat tema tidak terumuskan dengan
jelas, maka lakon akan kabur dan tidak jelas apa yang hendak
disampaikan. Tema yang dirumuskan dengan jelas terkadang
bisa menjadi sebuah sinopsis (ringkasan cerita). Tema yaitu
suatu amanat utama yang disampaikan oleh pengarang atau
penulis melalui karangannya (Gorys Keraf, ). Tema bisa
disebut muatan intelektual dalam sebuah permainan, bisa
diartikan sebagai keseluruhan pernyataan dalam sebuah
permainan : topik, ide utama atau pesan, dan mungkin juga
keadaan (Robert Cohen, ). Kesimpulannya tema yaitu
ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon
dan menentukan arah cerita.
) Peran atau tokoh
Peran merupakan sarana utama dalam sebuah lakon,
sebab dengan peran maka timbul konflik. Konflik dapat
dikembangkan oleh penulis lakon melalui ucapan dan tingkah
laku peran. Dalam teater, peran dapat dibagi sesuai dengan
motivasi yang diberikan oleh penulis lakon. Motivasi peran
dapat melahirkan suatu perbuatan peran. Tokoh atau peran
dalam sebuah lakon memegang peranan penting. Bahkan Lajos
Egri berpendapat bahwa peran atau penokohan merupakan
yang paling utama dalam lakon. Tanpa tokoh tidak akan ada
cerita, tanpa penokohan tidak bakal ada plot. Padahal
ketidaksamaan watak akan melahirkan pergeseran, tabrakan
kepentingan, dan konflik yang melahirkan cerita (A. Adjib
Hamzah, ). Peran dalam lakon harus disesuaikan dengan
tema yang telah ditentukan. Jalinan dan interaksi antar peran
mewujudkan tema.
) Situasi atau suasana
Situasi atau suasana yaitu setting cerita atau latar
cerita. Yang perlu dituliskan pada situasi yaitu kapan
peristiwa terjadi, dimana peristiwa terjadi, dan dalam suasana
--
seperti bagaimana peristiwa terjadi. Penulisan situasi dan
suasana merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan apakah
peristiwa terjadi di luar ruang atau di dalam ruang? Apakah
terjadi pada waktu malam, pagi hari, atau sore hari? Jika terjadi
dalam ruang lalu di mana letak ruang itu, di dalam gedung atau
di dalam rumah? Jam berapa terjadi? Tanggal, bulan, dan tahun
berapa? Apakah waktu kejadian berkaitan dengan waktu
kejadian peristiwa di adegan lain, atau sudah lain hari?
Pertanyaan seputar waktu dan tempat kejadian akan
memberikan gambaran peristiwa lakon yang komplit.
b. Alat yang dipakai dalam menyusun lakon
) Dialog
Dialog yaitu percakapan dua peran atau lebih untuk
membahas suatu masalah. Dialog terjadi bila ada dua peran
atau lebih. Peran bisa berwujud dan berfisik, namun bisa juga
peran ini yaitu wakil dari pikiran yang tidak berwujud
dan tidak berfisik yang akan melahirkan monolog. Dialog bisa
berisi penjelasan peran lain, membahas suatu masalah, atau
pertentangan antar peran. Dengan dialog inilah penulis
menyusun konflik lakon. Konflik ini akan membentuk peristiwa
dan rangkaian peristiwa akan membentuk lakon utuh.
) Gerak atau Laku
Gerak atau laku juga dipakai sebagai alat menyusun
lakon. Peran dalam lakon yaitu manusia yang tidak nyata,
manusia sintetis hasil rekaan dari penulis. Penulis lakon yang
menghidupkan dan memberi laku pada peran yang ada dalam
lakon. Meskipun peran yaitu manusia sintetis atau hasil
rekaan, namun memiliki hidup dan laku sendiri dan yang bisa
mengkontrol laku atau gerak peran yaitu penulis lakon.
Perbuatan manusia yang mengandung gerak atau laku tidak
bisa dipola secara statis, namun penuh dengan gejolak dan
bersifat dinamis. Gerak atau laku peran dinamis dipakai oleh
penulis sebagai alat untuk menyusun lakon.
c. Proses
) Seleksi
Seleksi yaitu langkah selanjutnya sesudah peran atau
tokoh sudah teridentifikasi dengan baik dan suasana sudah
tergambar dengan nyata. Peran ini memiliki kehidupan sendiri
dan memiliki konfliknya sendiri. Konflik dalam kehidupan nyata,
--
bisa saja terjadi berbarengan dan saling mempengaruhi sebab
adanya hukum sebab akibat. Konflik yang satu bisa saja terjadi
akibat dari konflik yang lain, atau konflik yang satu bisa
memicu konflik yang berkelanjutan. Kejadian yang satu
bisa saja terjadi sebab disebabkan oleh kejadian yang lain.
Dalam dunia lakon, konflik dan kejadian-kejadian itu harus
diseleksi agar sesuai dengan tema lakon.
Proses seleksi harus dilakukan pada waktu pemilihan
situasi atau suasana lakon. Situasi atau suasana yaitu dasar
dari perbuatan atau laku peran, semakin dinamis situasi atau
suasana, maka akan semakin dinamis pula laku atau gerak
peran. Peran dengan problematikanya atau masalahnya
merupakan materi yang baik untuk menyusun lakon, namun tidak
semua problematika atau masalah manusia bisa menjadi
masalah dalam lakon, semua harus diseleksi dan disesuaikan
dengan tema yang telah dibuat.
) Penyusunan kembali
Penulis sesudah menyeleksi apa yang telah
diidentifikasikan, baik peran, konflik, situasi atau suasana,
langkah selanjutnya yaitu menyusun kembali. Penyusunan
kembali bertujuan untuk menciptakan laku dramatik dan
ketegangan yang ada dalam lakon. Penyusunan ini sudah harus
mulai melakukan intensifikasi dalam artian mengutamakan
salah satu segi sebagai fokus lakon. Proses memfokus bisa
dilakukan pada salah satu tokoh peran dengan cara tokoh
peran ini dibantu oleh peran yang lain atau memfokuskan
pada situasi tertentu yang dibantu dengan situasi lain agar
menonjol.
Alat yang dipakai untuk menyusun lakon yaitu
dialog dan gerak atau laku peran, penulis lakon bisa memilih
salah satu sebagai alat utama. Alat utama disesuaikan dengan
konsep yang hendak dituangkan dalam lakon, maka akan
muncul lakon yang berdasarkan gerak atau laku dan saat
lakon dipentaskan akan menjadi teater gerak. Bila memilih
dialog sebagai alat utama, maka akan muncul lakon berdialog
dan saat lakon dipentaskan akan menjadi teater dramatik.
d. Struktur lakon
) Pemaparan
Pemaparan berisi tentang keterangan tokoh, masalah,
tempat, waktu, dan pengantar situasi awal lakon. Pada bagian
--
pemaparan mulai ditampilkan bagian yang mengarah pada
terwujudnya tema. Bagian dibungkus sedemikian rupa
sehingga tidak nampak jelas, namun penonton sudah bisa
memperkirakan arah dan keseluruhan kejadian dalam lakon.
Pada penyusunan pemaparan kalau bisa sudah mengandung
konflik atau yang mengarah pada konflik terjadi namun masih
dalam keseimbangan lakon.
) Penggawatan
Pada bagian penggawatan, keseimbangan yang
tersusun dalam pemaparan sudah mulai terganggu oleh adanya
bibit masalah dan kepentingan. Bibit masalah terjadi akibat dari
pemikiran peran atau aksi peran terhadap keinginan. Untuk
pertama kalinya, peran antagonis bertemu dengan peran
protagonis membangun konflik, akibat dari pertentangan antar
peran ini . Konflik dibangun dan dijalin dalam peristiwa
yang semakin gawat sampai mencapai klimaks. Jadi, bagian
penggawatan sebenarnya merupakan tubuh atau bagian yang
paling penting dari lakon, sebab kalau bagian penggawatan
lemah, maka lakon secara keseluruhan akan lemah.
) Klimaks
Selama ini ada pemikiran, bahwa klimaks yaitu puncak
dari ketegangan lakon. Padahal klimaks yaitu titik paling
ujung dari perselisihan atau konflik antara peran protagonis dan
peran antagonis. saat pada saat konflik sudah tidak bisa
dibuat rumit lagi, maka konflik harus diakhiri. Dengan
berakhirnya konflik, maka akan ada pihak yang dikalahkan atau
dihancurkan, dan pihak mana yang harus dikalahkan,
tergantung dari konsep dan visi seorang penulis lakon.
) Peleraian
Peleraian berisi tentang alternatif jawaban
permasalahan sampai terjadinya konflik antara peran antagonis
dan peran protagonis. Bentuk alternatif jawaban tidak boleh di
wujudkan secara nyata atau terbaca dengan mudah. Kalau
alternatif jawaban dibuat secara nyata dan tiba-tiba, maka akan
melemahkan klimaks yang telah dibuat. Peleraian tidak boleh
dibuat bertele-tele atau kesannya dipanjang-panjangkan,
sebab akan membuat penonton menjadi jemu. Peleraian tidak
boleh dibuat tergesa-gesa, sebab akan membuat klimaks yang
telah dibuat tidak berarti. Peleraian seharusnya disusun dengan
--
cermat dan tidak mengurangi ketercekaman yang terjadi pada
klimaks, namun lama kelamaan semakin menurun.
) Penyelesaian
Penyelesaian berisi tentang jawaban yang menjadi
permasalahan antara peran protagonis dan antagonis. Fungsi
peleraian yaitu untuk mengembalikan keadaan seperti awal
cerita lakon, sebab segala persoalan sudah terjawab.
Penyelesaian merupakan bagian akhir dari cerita lakon.
. Analisis Teks Lakon
a. Lakon
Lakon ditulis oleh seorang penulis naskah lakon
berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami dan apa yang
dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis
kemudian mencoba menyusun rangkaian kejadian, semakin lama
semakin rumit, sehingga pada puncaknya penyelesaian cerita.
Penting sekali bahwa dalam menyusun kejadian atau peristiwa
seorang penulis harus bersabar untuk melangkah dari satu kejadian
ke kejadian lain dalam suatu perkembangan yang logis, namun
semakin lama semakin gawat sehingga akhirnya sampai ke puncak
yang disebut klimaks.
Naskah lakon atau disebut skenario yaitu instansi pertama
yang berperan sebelum sampai ke tangan para sutradara dan para
pemeran. Naskah lakon berdiri sendiri sebagai bacaan berupa buku
cerita atau karya sastra. Naskah lakon merupakan penuangan ide
cerita ke dalam alur cerita dan susunan lakon. Seorang penulis
lakon dalam proses berkarya bertolak dari tema cerita. Tema
disusun jadi sebuah cerita yang terdiri dari peristiwa-peristiwa yang
memiliki alur yang jelas, dengan ukuran dan panjang yang
diperhitungkan menurut kebutuhan sebuah pertunjukan. Meskipun
sebuah naskah lakon bisa ditulis sekehendak penulis lakon namun
harus memperhitungkan atau berpegang pada asas kesatuan
(unity).
Naskah Lakon yaitu karya sastra dengan media bahasa
kata. Mementaskan naskah berarti memindahkan karya seni dari
media bahasa kata ke media bahasa pentas. Dalam visualisasi
ini karya sastra berubah esensinya menjadi karya teater.
Pada saat transformasi inilah karya sastra bersinggungan dengan
komponen teater, yaitu sutradara, pemain, dan tata artistik.
--
Naskah lakon mempunyai struktur yang jelas, yaitu tema
(dasar pemikiran atau gagasan, ide penulis untuk disampaikan
kepada penonton), plot (kejadian atau peristiwa yang saling
mengkait), setting (latar tempat, waktu dan suasana cerita), dan
tokoh (peran yang terlibat kejadian dalam lakon). Akan namun ,
naskah lakon yang khusus dipersiapkan untuk dipentaskan
mempunyai struktur lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali di
rumuskan oleh Aristoteles yang membagi menjadi lima bagian
besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, anti
klimaks atau resolusi, dan konklusi (catastrope). Kelima bagian
ini pada perkembangan tidak diterapkan secara kaku, namun
lebih bersifat fungsionalistik.
Peristiwa atau kejadian dibuat oleh penulis naskah lakon
sebagai kerangka besar yang mendasari suatu lakon. Peristiwa
dalam lakon bisa rumit bisa sederhana. Tidak ada acuan yang pasti
terhadap peristiwa atau kejadian dalam lakon yang bisa dianggap
menarik. Jadi kalau ada anggapan bahwa semakin rumit peristiwa
atau kejadian dalam lakon semakin menarik yaitu anggapan yang
salah. Sedangkan tokoh yaitu orang yang menghidupkan kejadian
atau peristiwa yang dibuat oleh penulis naskah. Jadi dalam lakon
ada dua hal penting yang diciptakan oleh seorang penulis lakon,
yaitu kejadian atau peristiwa dan tokoh yang terlibat dalam
kejadian.
) Plot
Plot pada pertunjukan teater mempunyai kedudukan
yang sangat penting. Hal ini berhubungan dengan pola
pengadeganan pada permainan teater, dan merupakan dasar
struktur irama keseluruhan permainan. Irama permainan dibagi
berdasarkan babak dan adegan, atau berlangsung terus tanpa