A. SEJARAH PSIKOLOGI OLAHRAGA
1. Perkembangan Psikologi Olahraga di Dunia
Psikologi eksperimental mulai berkembang pada akhir
abad ke-19 yang diawali dengan didirikannya
laboratorium psikologi oleh Wilhelm Wundt pada tahun
1886 di Leipzig. Menurut Kohnstamm (1951) dalam
Sudibyo Setyobroto (2002: 1) objek studi psikologi yaitu
gejala jiwa yang diselidiki dari segala tingkah laku dan
pengalman manusia. Para ahli psikologi berusaha
menerapkan hasil-hasil penelitian psikologi dalam
kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan itu, tumbuh dan
berkembanglah psikologi terapan (applied psychology)
diberbagai bidang, seperti bidang pendidikan, kedokteran,
industri, kriminil, dan dibidang olahraga dengan
dikembangkannya psikologi olahraga.
Orang pertama yang melakukan studi dalam
bidang psikologi olahraga yaitu Norman Triplett
(psikolog dari Indiana University) pada tahun 1898 yang
meneliti atlet balap sepeda. sesudah penelitian
Triplett, sejumah penelitian lain seputar psikologi olahraga
bermunculan. Tahun 1899, E.W. Scriptuno dari Yale
University melukiskan ciri-ciri kepribadian seseorang yang
dipengaruhi oleh keterlibatannya dalam olahraga.
Selama periode 1919-1941, Coleman Robert Griffith
telah menulis 25 penelitian psikologi olahraga, dan juga
menulis buku Psychology of Coaching (1926) dan
Psychology of Athletics (1928), dan tahun 1938 menjadi
psikolog cabang olahraga bisbol di Chicago Cubs.
Kongres psikologi olahraga yang pertama
dilaksanakan pada tahun 1965 di Roma, dan sejak itu pula
psikologi olahraga berkembang di berbagai negara.
Pada tahun 1967, diselenggarakan pertemuan
pertama North American Society for the Psychology of
Sport and Physical Activity (NASPSPA). Tahun 1969 di
bawah naungan Canadian Association for Health, Physical
Education, Recreation and Dance (CAHPERD) didirikan
Can adian Society for Psychomotor Learning and Sport
Psychology (CSPLSP). Pada tahun 1975, subdivisi dari
American Health, Physical Education, Recreation, and
Dance (AAHPERD) resmi didirikan untuk mempromosikan
psikologi olahraga di dalam program pendidikan jasmani.
Lembaga ini dikenal sebagai Sport Psychology Academy.
Pada saat Olympiade tahun 1988, psikolog
olahraga pertama kali diikutsertakan dalam kontingen
USA. Pada tahun 1992, Australia mengembangkan
program sertifikasi untuk praktisi psikolog yang bekerja
sebagai psikolog olahraga.
Dewasa ini, dunia psikologi olahraga semakin
dikenal dengan adanya International Society fot Sport
penonton American Football mengekspresikan emosi
terhadap para pemain dalam olahraga ini .
Selanjutnya, George W. Fitz pada tahun 1895
menyelidiki waktu reaksi yang tercantum dalam
“psychological R eview” . Fitz telah menciptakan alat -alat
untuk mengukur kecepatan dan ketepatan seseorang
menyentuh obyek yang dihadapi tiba-tiba dan dalam
posisi yang tidak terduga. Selain itu, William G. Anderson
tokoh pendidikan jasmani dan pendiri “American
Association for Health, Physical Education, Recreation,
and Dance” bereksperimen mengenai mental practice,
transfer of training, dan transfer of muscular strength.
Coleman Robert Griffit pada tahun 1918 telah
mulai mengadakan penelitian di Universitas Illinois
dengan menyelenggarakan serangkaian observasi informal
mengenai faktor -faktor psikologis yang terlibat dalam
olahraga bolabasket dan sepakbola. Mitsuo Matsui pada
tahun 1920 melakukan riset di Jepang mengenai psikologi
olahraga dan aktivitas fisik atau psychology of physical
activity and sport.
Pada tahun 1925, Coleman Robert Griffith sudah
mengadakan persiapan untuk mendirikan laboratorium
psikologi olahraga. lalu secara resmi menjadi
Direktur dari “ The Athletic Research Laboratory” di
Universitas Illinois, dan disebut sebagai Bapak Psikologi
Olahraga, khususnya di Amerika.
yang memanfaatkan jasa psikolog dan ilmu psikologi
dalam mencapai prestasi puncak baik nasional maupun
internasional.
Pada pertengahan era 1980-an, psikolog Jo
Rumeser turut aktif memberikan sumbangan jasa psikologi
pada cabang olahraga bisbol dan sepakbola. Jo Rumeser
sendiri yaitu atlit bisbol nasional. Selanjutnya,
Psikolog Myrna R. Soekasah juga memberikan sumbangan
jasa psikologi dalam mengembangkan olahraga loncat
indah dan renang. Adapun Myrna R. Soekasah yaitu
seorang pemegang medali loncat indah tingkat Asia yang
lalu membaktikan dirinya di dalam olahraga
spesifikasinya
Tahun 1990 yaitu dekade yang paling aktif
bagi sejumlah psikolog untuk memberikan sumbangan
ilmu bagi keolahragaan nasional. Tercatat PBSI, PSSI, PRSI,
Pertina, dan Perpani memakai psikolog untuk secara
aktif berperan membina atlet baik untuk memberikan
bimbingan, atau bekerja sama dengan pelatih untuk
meningkatkan prestasi atlet. KONI Pusat pun
memperbantukan psikolog-psikolog yang aktif dalam
berbagai Pengurus Besar olahraga untuk membantu
cabang-cabang olahraga lainnya.
Pada saat pelaksanaan SEA Games di Jakarta tahun
1997, tercatat 13 psikolog berperan aktif membantu para
atlet untuk mencapai prestasi puncak, yakni: (1) Singgih D.
Gunarsa, (2) Monty P. Setiadarma, (3) Enoch Markum,
Psychology (ISSP) yang memiliki ribuan anggota yang
tersebat di seluruh dunia, termasuk di negara kita.
2. Perkembangan Psikologi Olahraga di negara kita
Di negara kita, kegiatan psikologi olahraga belum
berkembang secara luas. Pada tahun 1992 PBSI
mendatangkan Robert N. Singer, mantan presiden
International Society for Sport Psychology , dari
Universitas of Florida. Tahun 1997, Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanagara mendatangkan Daniel Gould
untuk memberikan ceramah kepada para pelatih dan
pejabat teras KONI Pusat dalam rangka persiapan
menjelang SEA Games.
Menurut Monty P. Setiadarma dalam Singgih D.
Gunarsa (2008: 20) psikologi olahraga di negara kita
yaitu cabang psikologi yang amat baru, sekalipun
pada prakteknya kegiatan para psikolog di dalam berbagai
cabang olahraga di negara kita telah berlangsung beberapa
tahun lamanya. Secara resmi Ikatan Psikologi Olahraga
(IPO) di negara kita yang berada di bawah naungan
Himpunan Psikologi negara kita (HIMPSI) baru dibentuk
pada tanggal 3 Maret 1999, dan baru ditandatangani
secara resmi pada tanggal 23 Juli 1999 dan diketuai oleh
Monty P. Setiadarma. Akan namun , Singgih D. Gunarsa dan
Sudirgo Wibowo telah mempelopori kegiatan psikologi
dalam cabang olahraga bulutangkis sejak tahun 1967, dan
sejak saat itu banyak atlet bulutangkis nasional
c. Savis (1994). Faktor tidur tidak sama pe ngaruhnya
terhadap prestasi semua atlet. Setiap
atlet mempunyai pola sendiri dalam hal
hubungan antara tidur dan prestasinya. Akan namun ,
bagi atlet-atlet yang akan mengikuti
pertandingan/ kompetisi, perlu diperhitungkan faktor -
fa ktor yang dapat mengganggu tidur yang dapat
mengganggu prestasi.
d. Ashel (1995). Meneliti fenomena social loafing
(pemalasan sosial) pada atlet dayung beregu
putri sebanyak 6 atlet. Ternyata social loafing
dipengaruhi oleh waktu dan suasana hati (mood)
atlet. Semakin lama mendayungnya atau
semakin jelek suasana hati atlet, semakin
banyak terjadi pemalasan sosial.
e. Hollander, Mayers, Unes (1995). Latihan yang
berlebihan (overtraining) memberi dampak negatif baik
pada atlet maupun pada pelatih yakni bosan,
lelah, motivasi, kegembiraan menurun, stress, sasaran
prestasi tidak tercapai, dan terjadi peningkatan
kemungkinan kecelakaan. Latihan yang berlebihan ini
dapat di atasi dengan merumuskan tujuan, sistem
reward, dan pengaturan jadwal yang tepat.
f. Davis, Huss, dan Backer (1995). Menganalisa
eksperimen N. Tripplet dan beberapa peneliti lain
diakhir 1800-an dan awal 1900-an yang memakai
metode tripplet. Hasilnya yaitu keberadaan lawan
(4) Myrna R. Soekasih, (5) Surastuti Nurdadi, (6) Rosa
Hertamina, (7)Feisal, (8) Latief, (9) Gunawan, (10)
Wardhani, (11) Ari Prawoto, (12) Ning, dan (13)
Wismaningsih. Para psikolog ini bertugas untuk melakukan
seleksi, evaluasi, konseling, dan melakukan pelatihan
mental, serta terapi.
B. PENELITIAN TENTANG PSIKOLOGI OLAHRAGA
Berikut ini beberapa contoh tentang penelitian psikologi
olahraga:
a. Partington dan Shang (1992). Penelitian terhadap 171
atlet mahasiswa dan pelajar (17 -25 tahun).
Ternyata ada 7 ciri psikososial yang berbeda antara tim
yag sering menang dan tim yang lebih sering kalah,
yaitu dalam: (1) kemampuan dan sikap pemain, (2) sifat
kepemimpinan pelatih dalam pelatihan teknis, (3) sifat
hubungan antar manusia dari pelatih, (4) integrasi
tugas, (5) kohesivitas sosial dari tim, dan (6) identitas
tim.
b. Weinberg (1993). Goal setting tidak otomatis
meningkatkan prestasi atlet. yang lebih penting
yaitu bagaimana menetapkan sasaran yang efek tif
untuk setiap atlet dalam tugas yang berbeda
dan situasi-situasi yang berbeda pula. Jadi setiap
penetapan sasaran harus khusus yaitu disesuaikan
dengan atlet; tugas bertanding, dan situasi
bertanding.
A. DEF INISI PSIKOLOGI OLAHRAGA
Psikologi yaitu bagian dari ilmu fisiologi. Psikologi
yaitu penentu utama performa dalam olahraga.
Berikut ini dipaparkan beberapa definisi psikologi
olahraga:
1. Menurut Monty P. Setiadarma (2000: 10-11) yang
menyatakan bahwa psikologi olahraga lebih diarahkan
pada kemampuan prestatif pelakunya yang bersifat
kompetitif.
2. Menurut Sudibyo Setyobroto (2002: 8) psikologi
olahraga yaitu ilmu yang mempelajari tentang tingkah
laku dan pengalaman manusia berolahraga dalam
interaksinya dengan manusia lainnya dan dalam situasi
sosial yang merangsang.
3. Menurut Weinberg (2003: 4) psikologi olahraga yaitu
studi ilmiah tentang orang atau perilakunya dalam
aktivitas olahraga dan penerapan praktis dari
pengetahuan ini .
4. Menurut Singgih D. Gunarsa (2008: 1) Psikologi
olahraga yaitu psikologi yang diterapkan dalam
bidang olahraga, meliputi faktor -faktor yang
berpengaruh secara langsung terhadap atlet
dan faktor -faktor di luar atlet yang dapat
mampu melepaskan energi-energi terpendam dan
meningkatkan usaha dalam pertandingan olahraga adu
cepat seperti lari dan balap sepeda. Faktor yang
melepaskan energi terpendam ini dinamakan
faktor -faktor dynamogenic.
g. McTear, White, dan Persad (1995). Penelitian terhadap
kasus-kasus pelatih utama diganti ditengah-tengah
musim kompetisi oleh pengurus dengan harapan
memperoleh hasil yang lebih baik. Hasilnya yaitu
penukaran pelatih hanya memberikan hasil/pengaruh
jangka pendek, namun untuk jangka panjang
pengaruhnya sangat sedikit.
h. Coons, Howard, dan W arylord (1995). Penelitian
mengenai pengaruh pertandingan football terhadap
disiplin asrama mahasiswa dibeberapa universitas
antara 1988-1993. Dari 686 data catatan, ternyata
pelanggaran disiplin asrama banyak terjadi jika
pertandingan footbal pada akhir p ekan (46,4%) dan
lebih banyak lagi jika pertandingan itu dikampus sendiri
dan yang terbanyak yaitu jika tim kampus sendiri
menang. Akan namun , perlu dicatat juga bahwa 51,8%
dari pelanggaran disiplin yaitu peminum alkohol.
mengenai usia yang tepat bagi seorang anak untuk mulai
dilatih menjadi atlet bulutangkis yang andal.
Selain itu, psikologi olahraga terkait dengan bidang
kajian lain seperti berikut ini:
a. Psikologi perkembangan. Membahas mengenai bakat
yang berhubungan dengan struktur morfologis -
anatomis atlet, karakterologis atlet
dan interaksi antara bakat/pembawaan dengan
lingkungan.
b. Psikologi belajar. Membahas tentang aktivitas olahraga
yang ditujukan pada optimalisasi proses pelatihan guna
mengoptimalisasi potensi atlet, merancang
teknik dan strategi latihan dan dilaksanakan dalam
latihan sehingga menyenangkan dan memuaskan.
c. Psikologi kepribadian. Mengungkapkan hubungan
antara kepribadian dengan performa olahraga.
Bagaimana kepribadian mempengaruhi performa dan
prestasi dalam olahraga, atau sebaliknya bagaimana
olahraga mempengaruhi perkembangan dan kualitas
kepribadian yang positif.
d. Psikologi sosial. Membahas hubungan antara
sesamaatlet, posisi atlet dalam tim,
hubungan antara tim yang satu dengan tim yang lain.
e. Psikometri. Membahas tentang instrumen-instrumen
yang mudah dipakai dalam penelitian terhadap
suatu gejala psikis secara lebih cermat dan objektif.
Data yang diperoleh dipakai untuk kepentingan
mempengaruhi penampilan (performance)
atlet ini .
5. Yusuf Hidayat (2008: 4) psikologi olahraga yaitu
studi ilmiah tentang individu dan perilakunya dalam
olahraga dan latihan.
berdasar pemaparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa psikologi olahraga yaitu suatu ilmu yang
mempelajari gejala-gejala kejiwaan/tingkah laku yang
terjadi pada atlet ketika mereka berolahraga.
Psikologi olahraga juga berkaitan dengan perasaan
nyaman dan bugar (wellness), serta keharmonisan
kepribadian seseorang. Artinya, berolahraga secara teratur
memiliki pengaruh tertentu terhadap kondisi psikis
seseorang, yang berpengaruh terhadap kualitas
kepribadian. Kondisi psikis akan berpengaruh secara positif
dengan berolahraga, dan membentuk aspek/ciri
kepribadian yang positif pula.
B. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI OLAHRAGA
Psikologi olahraga sangat berkaitan dengan kegiatan-
kegiatan eksperimental yang yaitu cakupan dari
psikologi eksperimen. Contohnya; (1) pengaruh pakaian
renang terhadap kenyamanan seorang atlet
renang, atau kostum senam yang menentukan perasaan
nyaman atau tidak nyaman bagi seorang atlet
senam saat sedang bertanding, dan (2) penelitian
mempelajari kemungkinan penerapan teori-teori psikologi
olahraga dalam usaha pembinaan atlet, contoh:
pembinaan mental (mental training), dan (5) untuk
mempelajari hasil-hasil penelitian psikologi olahraga,
sebagai bahan perbandingan serta kemungkinan
menerapkannya dalam latihan.
2. Peranan Psikologi Olahraga
Peranan psikologi olahraga ini dikaitkan dengan tujuan
mengembangkan ilmu pengetahuan, meliputi:
a. Eksplanatif, yaitu menjelaskan dan memahami gejala
tingkah laku dan pengalaman manusia berolahraga
sebab tindakan dan perbuatan yang tampak pada
dasarnya tidak dapat lepas dari sikap (attitude) yang
tidak tampak yang didorong oleh banyak faktor
psikologi lainnya seperti sifat, motif, pemikiran,
perasaan, pengalaman, dan situasi. Contohnya;
timbulnya motivasi, terjadinya perubahan motivasi
pada atlet, perkembangan sikap, kematangan
emosional, kematangan mental, mental training,
masalah stres dan usaha relaksasi, dan masalah anxiety
yang berkaitan dengan arousal dan agresivitas.
b. Prediksi, yaitu meramalkan kemungkinan yang dapat
terjadi dalam olahraga sehingga lebih siap menghadapi
hal-hal yang mungkin terjadi. Prediksi yang tepat
didasarkan atas fakta -fakta atau pengalaman empirik
dan analisa deduktif dengan menerapkan teori -teori
seleksi, klarifikasi, pembinaan yang disesuaikan dengan
keadaannya. Selanjutnya, menyusun kriteria dan syarat
yang harus dimiliki agar bisa menjadi juara sesuai
dengan strata kejuaraan yang ditargetkan.
C . BATASAN PSIKOLOGI OLAHRAGA
Kegiatan dalam psikologi olahraga antara lain: (1)
mempelajari bagaimana faktor psikologis mempengaruhi
penampilan fisik seseorang, dan (2) memahami bagaimana
keterlibatan seseorang dalam olahraga mempengaruhi
perkembangan psikis, kesehatan, dan kesejahteraan psikis.
Batasan psikologi olahraga lainnya fokus pada belajar dan
performa, dan memperhitungkan baik pelaku atau
penonton.
D. MANF AAT DAN PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA
1. Manf aat Psikologi Olahraga
Adapun manfaat psikologi olahraga antara lain: (1)
memahami gejala-gejala psikologik yang muncul pada
atlet seperti motivasi, perasaan, pikiran,
kecemasan, sikap, dan lain-lain, (2) mengetahui,
memahami, dan menginternalisasi gejala-gejala psikologik
yang dianggap dapat mempengaruhi peningkatan dan
kemunduran prestasi atlet, (3) pengetahuan dan
pemahaman tentang sejumlah faktor psikologik ini
dapat dijadikan bahan untuk memecahkan problem-
problem aplikatif dalam membina atlet, (4) unt uk
atlet berbakat, dan untuk membina
atlet yang dilatih.
b. Pendekatan sosiologik. Pendekatan yang dilakukan
dalam kegiatan olahraga di mana atlet
berinteraksi dengan anggota tim, pelatih, pembina,
lawan bertanding, dan para penonton.
c. Pendekatan interaktif. Pendekatan yang dilakukan pada
saat memperhatikan proses dan produk interaksi
interpersonal, individu dengan kelompok, kelompok
dengan kelompok, dan individu dengan lingkungan
sosial sekitarnya.
d. Pendekatan multi dimensional. Pendekatan yang
dilakukan dalam usaha pembinaan olahraga, yakni
pendekatan pada atlet, pelatih, sarana, fasilitas,
program latihan, organisasi, dan lingkungan sekitar.
e. Pendekatan sistem. Pendekatan yang memperhatikan
dan memanfaatkan seluruh komponen/faktor
pembinaan sebagai kesatuan untuk mencapai tujuan
yakni prestasi atlet yang maksimal, dan
mewarga kan olahraga dalam rangka usaha
pembinaan olahraga.
F . OBYEK STUDI PSIKOLOGI OLAHRAGA
Objek studi psikologi pada umumnya yaitu gejala
kejiwaan yang dikaji dari tingkah laku dan pengalaman
individu. Adapun gejala kejiwaan yang menjadi objek
studi dalam buku ini meliputi gejala kejiwaan dari tingkah
yang tepat, dan untuk prediksi yang tepat perlu
ditunjang dengan pengetahuan tentang tes,
pengukuran, dan evaluasi. Contohnya; akibat stres
terhadap atlet yang berbeda-beda sifat
kepribadiannya, gejala psikologis pada atlet
yang mengalami kegagalan, meramalkan faktor yang
mempengaruhi peningkatan prestasi atlet.
c. Mengontrol, yaitu mengendalikan gejala-gejala tingkah
laku dalam olahraga yang dapat menjurus ke hal-hal
yang tidak menguntungkan perkembangan
atlet. untuk mengontrol gejala tingkah laku
yang dapat berakibat negatif perlu ditunjang data yang
akurat, kesimpulan, dan penguasaan teknik perlakuan
yang tepat. Contohnya; kemungkinan terjadinya
anxiety dan usaha mengatasinya, merosotnya motivasi
berlatih dan bertanding, serta teknik-teknik memelihara
motivasi dan menumbuhkan motivasi yang lebih kuat,
gejala over confidence dan cara mengatasinya, dan
timbulnya prasangka dalam satu tim yang
mengakibatkan hubungan yang disharmonis serta
usaha-usaha mengatasinya, dan lain sebagainya.
E. PENDEKATAN PSIKOLOGI OLAHRAGA
Berikut ini beberapa pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dalam psikologi olahraga.
a. Pendekatan individu. Pendekatan yang dilakukan untuk
dapat membina atlet, untuk memilih
A. DEF INISI KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
Setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan
sekitarnya. Individu berbuat dan bertindak sebagian besar
dilakukan secara sadar. Kepribadian dibentuk dan
berkembang selama hidup. Perkembangan kepribadian
selalu dinamis, tidak statis, dan tidak akan pernah
berhenti, serta perubahan-perubahannya bisa terjadi
selama hayat. Beberapa sifat, perangai, dan kebiasaan bisa
saja mendominasi kepribadian pada usia muda dan
lalu hilang pada saat dewasa
Kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor
pembawaan dan lingkungan. Karakteristik bawaan, baik
yang bersifat biologis maupun psikologis, dimiliki sejak
lahir. Apa yang dipikirkan, dikerjakan, atau dirasakan
seseorang, atau yaitu hasil perpaduan antara apa
yang ada di antara faktor -faktor biologis yang diwariskan,
dan pengaruh sekitarnya. namun kepribadian tidak mudah
tampak dan diketahui sebab kepribadian yaitu kesatuan
kebulatan jiwa yang kompleks.
Kepribadian dapat dilihat dari cita-cita, watak,
sikap, sifat, dan perbua tan. Kepribadian yaitu
perpaduan antara watak dan karakter. Watak yaitu sifat
laku atlet dalam olahraga, seperti Personality,
Arousal, Anxiety, Agresivitas, Motivasi, Kompetisi dan
Kerjasama Tim, Imagery, Self Confidence, Komunikasi,
Feedback and Reinforcement,
kepribadian merujuk pada pemikiran, emosi, dan
perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu
menyesuaikan diri dengan dunia.
6. kepribadian yaitu
totalitas karateristik individu yang menyebabkan pola-
pola yang bersifat menetap dan khas dalam hal pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya sekaligus
membedakannya dengan orang lain.
7.
kepribadian yaitu suatu pola watak yang relatif
permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan
konsistensi sekaligus individualitas bagi prilaku
seseorang.
8. Menurut Cattell dalam Engler (2009: 287) personality
is that which permits a prediction of wh at a person will
do in a given situation. Artinya, kepribadian
yaitu suatu prediksi tentang apa yang akan
dilakukan seseorang dalam situasi tertentu.
berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian yaitu karakteristik individu baik sifat
maupun sikap yang berupa pikiran, perasaan, dan tingkah
laku yang unik dan khas. ,
menyebutkan ada empat persamaan yang menjadi
karakteristik untuk memahami kepribadian meliputi
l
pembawaan yang dibawa sejak kecil yang lalu
dapat mempengaruhi perilaku, sementara karakter
tumbuh akibat dari sosialisasi atau hubungan intepersonal.
Selanjutnya, kepribadian memiliki banyak arti
sebab perbedaan sudut pandang para ahli yang
didasarkan dari hasil penelitian, cara pengukuran, maupun
teori yang dikemukakan. Berikut ini beberapa defisini
kepribadian (personality).
1. Menurut Kohli (1992: 24) personality is the appearance
which the individual presents to the world, that is, the
individuals observable bahaviour. Kepribadian
yaitu penampilan individu yang diserahkan
kepada dunia, yaitu orang-orang yang dapat diamati
perilakunya,
2. Menurut Weinberg & Gould ( 2003: 28)personality is
the sum of those characteristic that make a person
unique.
3. kepribadian
yaitu gambaran tentang manusia yang membuat
seseorang berbeda, unik, memiliki sifat -sifat dan
kebiasaan yang diturunkan secara heriditer, pola asuh
keluarga dan lingkungan tempat individu berada.
4. Menurut Hery Wibowo (2007: 96 -97) kepribadian
yaitu perilaku keseluruhan yang ditampilkan oleh
seseorang yang dapat terobservasi dengan mudah atau
pola tingkah laku yang konsisten yang berasal dari
(dalam) seorang individu.
1. Inti (psychological core). Struktur paling dalam yang
mempresentasikan personality sebagai sifat internal
yang konsisten, menggambarkan citra diri sebenarnya,
termasuk konsep tentang dirinya sendiri (self concept),
meliputi sikap-sikap dasar (basic attitudes), nilai-nilai
(yakues), minat (interest), dan motif (motives).
2. Respon yang khas (typical responses). Struktur lapisan
kedua yang menggambarkan aspek personality individu
dalam menanggapi lingkungan.
3. Tingkah laku yang berhubungan dengan peran (role-
related behavior). Struktur kepribadian yang paling luar
yang menggambarkan aspek kepribadian individu yang
paling supervisial untuk mengadaptasi persepsi dengan
lingkungan pada saat itu.
C . TEORI KEPRIBADIAN
Teori kepribadian menurut Richard H. Cox (1985) dalam
Sudibyo Setyobroto (2002: 39) terdiri atas teori
psikodinamik (psychodynamic theory), teori sifat (traits
theory), dan teori belajar asosial (sociallearning theory).
Berikut akan dibahas secara lebih rinci.
1. Teori Psikodinamik
Sering disebut psychoanalyse atau Teori Fr eud. Menurut
Husdarta (2010: 20) Freud dalam teorinya menyebutkan
bahwa tingkah laku manusia yaitu interaksi antara id,
ego, dan superego.
kepribadian bersifat menetap, bersifat umum, bersifat
khusus/khas, dan bersifat kesatuan.
1. Kepribadian bersifat menetap. Artinya , kepribadian
yaitu sifat individu yang bersifat tetap dan ajeg ,
serta tidak mudah berubah. jika terjadi perubahan,
biasanya yaitu respon pada suatu kejadian yang
luar biasa.
2. Kepribadian bersifat umum. Artinya , kepribadian
yaitu gambaran umum individu seperti pikiran
dan perasaan yang berpengaruh pada tingkah laku
(sikap).
3. Kepribadian bersifat khusus/khas. Artinya , kepribadian
menunjukkan sifat individu yang unik sehingga berbeda
dengan yang lainnya termasuk anak kembar sekalipun
tidak ada yang memiliki kepribadian yang sama.
4. Kepribadian bersifat kesatuan. Artinya , kepribadian
yang menggambarkan individu sebagai sebuah struktur
yang membentuk kesatuan organisasi yang dinamik
dalam diri individu itu sendiri.
B. STRUKTUR KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
Masing-masing individu mempunyai kepribadian yang
berbeda satu sama lain. Untuk memahami kepribadian
secara umum dapat dilakukan dengan mencermati struktur
kepribadian. Kepribadian dibagi menjadi tiga tingkatan
yang terpisah namun saling berhubungan, yakni sebagai
berikut.
warga seperti baik/buruk, benar/salah,
pantas/tidak pantas, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh; seorang pelatih melihat salah
atletnya terlalu banyak tertawa dan tidak serius
dalam latihan, Berikut ilustrasi interaksi antara id, ego, dan
superego dalam diri pelatih terhadap atlet
ini .
2. Teori sif at
Teori sifat Allport menyatakan bahwa sifat yaitu
sesuatu yang stabil dan konsisten terhadap situasi yang
berbeda. berdasar perspektif teori sifat, individu akan
35) kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang
terdiri atas 3 unsur/sistem yakni:
a. Id. Id yaitu sistem kepribadian yang paling dasar yang
di dalamnya ada naluri-naluri bawaan. Artinya, Id
yaitu dorongan intrinsik yang mewakili alam tidak
sadar yang berorientasi pada pemenuhan kenikmatan
dan kepuasan biologis dan bersifat mementingkan diri
sendiri.
b. Ego. Ego yaitu sistem kepribadian yang bertindak
sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari
kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasar
prinsip kenyataan. Artinya, Ego yaitu fase kesadaran
(pengambil keputusan) yang yang berorientasi pada
realitas untuk memuaskan kebutuhan id.
c. Superego. Superego yaitu sistem kepribadian yang
berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik -buruk). Adapun fungsi
utama dari superego antara lain: (a) sebagai pengendali
dorongan/impuls naluri id agar impuls ini
disalurkan dalam cara/bentuk yang dapat diterima oleh
warga , (b) mengarahkan ego kepada tujuan yang
sesuai dengan moral dari pada kenyataan, dan (c)
mendorong individu kepada kesempurnaan. Dapat
disimpulkan bahwa superego yaitu jembatan
penghubung untuk membantu memecahkan konflik
antara id dan ego yang terkait dengan norma dan nilai
Faktor ini yaitu faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan diyakini oleh berbagai kalangan memberikan
pengaruh terhadap kepribadian. Anak-anak yang
dilahirkan dari orang tua atlet top/berkiprah
dalam olahraga, akan diturunkan kepada anaknya dan
akan mengikuti kiprah orang tuanya sebagai atlet.
Bakat yaitu kumpulan sifat -sifat kejiwaan yang cocok
untuk cabang olahraga tertentu yang memungkinkan
individu yang memiliki sifat -sifat ini dapat mencapai
prestasi yang setinggi-tingginya.
2. F aktor lingkungan (environment).
Faktor lingkungan yaitu faktor yang berasal dari luar
individu. Ada 4 faktor yang termasuk faktor lingkungan
yakni sebagai berikut:
a. Budaya. Setiap individu memiliki pola-pola perilaku,
ritual, dan keyakinan yang dilembagakan dan disetujui
secara umum, lalu dijadikan adat/keb iasaan yang
berlaku untuk komunitas setempat. Budaya biasanya
terkait erat dengan faktor sosial sehingga disebut
sebagai socio-cultural yang bersumber dari lingkungan
sosial budaya setempat. Contohnya, karakter suku
batak akan berbeda dengan orang jawa. Suku Batak
identik keras dan suku jawa identik dengan kelembutan
b. Kelas sosial. Faktor ini mempengaruhi bagaimana
individu memandang dirinya dan bagaimana menerima
anggota kelompok sosial lainnya sehingga akan
memperlihatkan kebutuhan untuk mencapai sukses. Oleh
sebab itu, individu akan menunjukkan predisposisi untuk
menginternalisasi kesediaan berkompetisi, mempertahan-
kan diri, dan berkembang dalam banyak situasi.
3. Teori belajar sosial
Mekanisme belajar sosial dari Hull yaitu individu belajar
model dan penguatan sosial, di mana tingkah laku
yaitu perpaduan antara motif -motif yang tidak
disadari, fungsi belajar sosial, dan pengaruh situasi.
Contohnya, pelatih yang mengikut pelatihan/sekolah
pelatihan akan berbeda cara pandang dan berpikirnya
dengan pelatih yang hanya berdasar pengalaman saja.
Dalam olahraga pun kecemasan seorang atlet
yang sering bertanding jauh lebih kecil dibandingkan
dengan atlet yang baru pertama kali bertanding,
sebab atlet yang sering bertanding belajar dari
pengalamannya sehingga dia dapat mengatasi
kecemasannya.
D. F AKTOR-F AKTOR YANG MEMENGARUHI
KEPRIBADIAN
Kepribadian sebagai sesuatu yang multikompleks
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
1. F aktor yang bersif at genetik/ keturunan (heriditer).
Faktor fisik masih berkaitan dengan keturunan, meliputi
struktur anatomis, fisiologis, fungsi otot, dan
perkembangannya membantu pencapaian prestasi
olahraga. contoh: , postur tubuh yang tinggi dan besar
cocok untuk olahraga bolabasket dan bolavoli, postur
tubuh besar (gemuk) cocok untuk olahraga gulat, dan lain
sebagainya.
4 . F aktor psiko-edukatif (psycho educative).
Berkaitan dengan kejiwaan manusia dalam perkembangan
seseorang, baik dalam pendidikan formal, informal/non
formal. Selama proses pendidikan, diharapkan kebutuhan
psikologis, sosiologis, dan biologis dapat terpenuhi. Jadi,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
kepribadiannya akan menuju ke arah yang lebih baik pula.
5. F aktor spiritual (spiritual f actor).
Berhubungan dengan sistem keyakinan hidup, keyakinan
agama, dan moral. Contohnya, atlet akan lebih
jujur dan sportif jika m emiliki keyakinan diri yang kuat
yang bersumber dari keyakinan hidup dan agamanya.
E. PENELITIAN TENTANG PERSONALITY DALAM
OLAHRAGA
Penelitian tentang “personality traits” atau sifat -sifat
kepribadian dalam olahraga dilakukan untuk lebih
memahami kepribadian atlet sehingga dapat
mempengaruhi cara individu mengartikan situasi dan
bagaimana merespin situasi ini . Contohnya, anak
orang kaya dengan anak orang miskin akan sangat
terlihat jelas perbedaan, walaupun secara keseluruhan
anak orang kaya belum tentu semuanya sombong.
c. Keluarga. Pengaruh keluarga yaitu salah satu
fakt or lingkungan yang paling penting yang
mempengaruhi profil keperibadian individu. Orang tua
akan mempengaruhi perkembangan kepribadian
anaknya melalui tiga cara yakni: (1) melalui perilaku
yang ditampilkan orang tua, (2) mempengaruhi
anaknya sebagai model peran untuk proses identifikasi,
dan (3) orang tua secara selektif memberikan
penghargaan atas perilaku anak. Contoh, anak yang
orang tuanya bercerai dapat mempengaruhi sikapnya
menjadi pemberontak sebab kurangnya kasih sayang.
d. Teman sebaya. Pengalaman bergaul dalam kelompok
semasa anak-anak dan remaja akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian sebab anak memperoleh
pengalaman yang berbeda di luar rumah dan sebab
pengalaman yang diperoleh di dalam rumah tidak
membuat anak sama. Oleh sebab itu, kembar identik
atau dua anak yang berasal dari keluarga yang sama
akan memiliki kepribadian yang berbeda.
3. F aktor f isik (organo-biologic).
4. Morgan (1980) meneliti tentang hubungan antara
kepribadian dengan performa yang hasilnya memiliki
hubungan yang signifikan.
5. A. Graig Fisher (1984) meneliti tentang sifat harga diri
atlet dan sensitif. Hasilnya atlet yang
memiliki sifat harga diri yang rendah akan mudah
menyerah dan kalah, sedang atlet yang
memiliki sifat s ensitif akan mudah cemas sehingga buruk
dalam penampilan.
6. Cox (1987) meneliti tentang perbandingan profil
kepribadian atlet bolavoli wanita pada suatu
kejuaraan bolavoli. Hasilnya yaitu responden
memiliki profil kepribadian yang mirip, kecuali
perhatian terfokus.
7. Apruebo (2005) meneliti tentang hubungan antara
karakteristik kepribadian atlet dengan bukan
atlet. hasilnya atlet menunjukkan sifat
kepribadian yang kurang terbuka, kurang cerdas, emosi
yang kurang stabil, kurang cermat, kurang menyenangi
hal baru, lebih pencemas, dan lebih sering curiga
dibandingkan dengan yang bukan atlet.
Namun menunjukkan kesamaan beberapa sifat
kepribadian seperti berpikir tenang, bersifat praktis,
tidak terlalu dominan, sangat berani, emosional, dan
sensitif.
membuat prediksi kemungkinan tingkah laku dan
penampilan atlet menghadapi situasi tertentu
dalam pertandingan, dan untuk mencari bibit-bibit
atlet berbakat dalam cabang olahraga tertentu
untuk meraih prestasi maksimal (Sudibyo Setyobroto,
2002: 35). Berikut beberapa penelitian tentang
kepribadian dalam olahraga:
1. Oglivie & T. Tutko (1967) meneliti tentang pola -pola
kepribadian pada atlet top dan biasa. Hasilnya
atlet top menunjukkan kemampuan lebih
dalam mengatasi tekanan kompetisi, daya tahan psikis
yang lebih besar, dan percaya diri lebih tinggi
dibandingkan atlet biasa.
2. Schurr, dkk (1977) meneliti tentang sifat atlet
yang partisipasi dalam olahraga. Hasilnya atlet
yang berpartisipasi dalam olahraga individual dan
beregu menunjukkan sifat kepribadian yang lebih
mandiri, lebih obyektif, dan lebih tenang.
3. Schurr, Ashley, dan Joy (1979) meneliti tentang
perbedaan dimensi kepribadian antara atlet
olahraga individu dan beregu. Hasilnya atlet
beregu mempunyai tingkat kecemasan rendah, lebih
mandiri, lebih terbuka dan objektif, namun kurang
sensitif dan imajinatif seperti atlet cabang
olahraga individu.
yang diperlukan dalam olahraga dapat dijadikan sasaran
pembinaan mental, contoh: melalui team building.
G. INSTRUMEN PERSONALITY
Salah satu instrumen/alat tes yang di gunakan untuk
mengukur sif at-sifat kepribadian yang sering dipakai
ahli psikologi yaitu “the cattel 16 personality factor
inventory (cattel 16 PF)” . M. Zein Permana (2017: 69 -70)
mengemukakan bahwa sixteen personality factors
questionnaire (16 PF) yaitu instrumen yang mengukur
aspek kepribadian individu yang dikembangkan oleh
Raymond Cattell dan diterbitkan pertama kali pada tahun
1946. Melalui metode faktor analisa Cattell percaya
bahwa dimensi-dimensi dasar dari kepribadian dapat
ditemukan dan lalu diukur. 16 PF tidak hanya terdir i
atas primary traits, namun juga global traits. Hal yang
membedakan antara keduanya yaitu informasi yang
diberikan masing-masing traits. Global traits berisi
informasi mengenai kepribadian individu secara garis
besar. Sementara itu, primary traits memberi informasi
mengenai kekayaan dan keunikan dari individu ini
secara detail. Primary traits inilah yang menjelaskan ciri
dari individu ini sehingga membedakannya dengan
individu lain. Primary traits tergabung dalam primary
scales dan global traits berada dalam global scales.
Adapun traits yang ada dalam masing-masing scales
ini antara lain:
F . TEORI SIKAP DALAM KEPRIBADIAN
Individu tidak hanya sekedar berbuat atau bertindak, apa
yang diperbuat sebagian besar dilakukan dengan sadar,
dan kesadaran yaitu salah satu faktor penentu
perbuatan. Kesadaran dalam melakukan suatu tindakan
dilakukan berulang-ulang. Sebagian besar perbuatan
dilandasi kesediaan psikologis untuk mereaksi keadaan
yang disebut sikap (attitude). Adapun ciri-ciri sikap
meliputi: (1) sikap bukan bawaan, (2) dapat berubah
melalui pengalaman, (3) yaitu organisasi keyakinan-
keyakinan, (4) yaitu kesiapan untuk mereaksi, (5)
relatif bersifat tetap, (6) hanya cocok untuk situasi
tertentu/dapat berubah, (7) selalu berhubungan dengan
obyek/subyek tertentu, (8) yaitu penilaian dan
penafsiran terhadap sesuatu, (9) bervariasi dalam kualitas
dan intensitas, dan (10) mengandung komponen kognitif,
afektif, dan konatif.
Tindakan yang dilakukan seseorang berasal dari
sikap yang dipengaruhi oleh persepsi (faktor internal dan
eksternal). Artinya, sikap yaitu faktor yang
terbentuk dan berkembang melalui faktor i nternal dalam
diri individu (sifat, motif, pemikiran, dan perasaan), serta
faktor eksternal (pengalaman, situasi sekitar, pengetahuan,
dan hambatan).
berdasar hal di atas, jelas bahwa sikap dapat
berubah jika dipengaruhi, dan dibina untuk dikembangkan
dalam berbagai bidang, termasuk olahraga. Sikap-sikap
dan “rendah”. Walaupun demikian b ukan berarti semua
yang tinggi berarti bagus dan rendah berarti buruk.
Berikut ini faktor utama yang memiliki pengaruh terhadap
tinggi rendahnya faktor global (M.
Alat tes atau instrumen 16 PF terdiri atas 185 soal. Psikolog
dapat melihat kepribadian seseorang dalam berbagai
situasi dan mengetahui penyebab dasar atau motivasinya.
Dalam faktor global ada dua kutub yakni “tinggi”
Faktor Skor rendah Skor tinggi
N Jujur, berterus
terang, blak-blakan,
rendah hati, ikhlas,
janggal, kikuk
Lihai, cerdik, halus budi
bahasanya, memiliki
kesadaran sosial
O Yakin akan dirinya,
tenang, aman, puas
dengan diri sendiri,
tentram
Khawatir, gelisah,
menyalahkan diri
sendiri, tidak aman,
cemas, memiliki
kesukaran
Q1 Konservatif, kuno,
tradisional
Liberal, suka hal-hal
baru, berpikir bebas,
radikalisme
Q2 Ketergantungan
pada kelompok,
pengikut, taat pada
kelompok
Kecukupan diri, banyak
akal, mengambil
keputusan sendiri
Q3 Lalai, lemah,
membolehkan,
sembrono,
kelemahan integrasi
dari self sentimen
Bisa mengendalikan
diri, suka mengikuti
aturan, komplusif
Q4 Santai, tenang,
lamban, tidak
frustasi, penyabar,
ketegangan energi
yang rendah
Tegang, frustasi, mudah
tersinggung, lelah,
ketegangan energi yang
tinggi
Faktor Skor rendah Skor tinggi
F Seadanya,
sederhana, pendiam,
serius, tenang, tidak
bergelora
Tidak kenal susah, suka
bersenang-senang,
antusias, menggelora
G Bijaksana,
mengabaikan
aturan-aturan,
mengabaikan
superego
Teliti, gigih, tekun,
bermoral, tenang,
serius, superego yang
kuat
H Pemalu, takut-takut,
peka terhadap
ancaman-ancaman
Suka bertualang,
berani, tidak malu-
malu, secara sosial
berani, tegas, hebat
I Keras hati, percaya
diri, realistik
Lembut hati, peka,
independen, terlalu
dilindungi
L Menaruh
kepercayaan kepada
orang lain,
menerima semua
keadaan
Syakwasyangka pada
orang lain, sukar untuk
bertindak bodoh
M Praktikal, berkenan
pada hal-hal yang
sederhana, biasa,
dan bersahaja
Imajinatif, hidup bebas
(bohemian), pelupa,
suka melamun, linglung
Secara singkat, kepribadian (personality) yang diukur
antara lain keterbukaan, intelegensi, sifat merendahkan
diri, ketenangan dan kelincahan, kecenderungan berpikir
dan merasa, mudah percaya atau curiga, konservatif atau
suka bereksperimen, relaks atau tegang, mudah
terpengaruh perasaan atau memiliki stabilitas emosional,
kecerdikan dan ketelitian, sifat pemalu atau berani, tenang
atau mudah khawatir, sifat tergantung pada kelompok
atau mandiri. Akan namun , kepribadian (personality) yang
perlu diperhatikan untuk cabang olahraga yang satu
dengan yang lainnya tidak selalu sama.
1. Menurut Sudibyo Setyobroto (2002: 84) arousal yaitu
hal yang tidak dapat dielakkan seperti timbulnya
ketegangan fisik/ tension dan stres.
2. Menurut Weinberg & Gould (2003: 78) arousal
yaitu perpaduan antara aktivitas fisiologis dan
psikologis dalam diri seseorang, dan mengacu pada
intensitas motivasi pada saat tertentu.
3. Menurut Barker, et al. (2007: 16) arousal is referred to
as a physiological state of alertness and anticipation
that prepares the body for action. Artinya, arousal
disebut sebagai keadaan kesiap-siagaan fisiologis dan
antisipasi yang mempersiapkan tubuh untuk beraksi.
4. Gledhill, Adam, et al. (2007: 95) arousal yaitu
keadaan fisiologis berupa kewaspadaan dan antisipasi
yang mempersiapkan tubuh untuk beraksi.
5. Menurut Yusuf Hidayat (2008: 270) arousal yaitu
ketegangan yang harus ada dalam diri atlet
menjelang pertandingan yang berfungsi sebagai
kesiapan mental dalam menghadapi pertandingan.
6. Menurut Husdarta (2010: 81) arousal yaitu gejala
psikologis yang menunjukkan adanya pengerahan
peningkatan aktivitas psikis.
7. Menurut Cox (1985) dalam Husdarta (2010: 81)
Arousal yaitu peningkatan aktivitas sistem syaraf
simpatetis yang menunjukkan peningkatan aktivitas
fisiologis dan tidak dapat dipakai untuk
menunjukkan keadaan emosional tertentu, baik pada
A. DEF INISI AROUSAL
Olahraga yaitu sebuah yang ditinjau dari berbagai
dimensi. Selain dimensi fisik olahraga juga mengkaji
dimensi psikis. Dimensi psikis atau jiwa dalam aktivitas
jasmani dan olahraga yaitu bagian terpenting dalam
penampilan atlet. Beberapa keadaan psikologis
yang terjadi pada atlet sangatlah kompleks.
Kompleksitas tubuh dalam menghadapi respon dan
tekanan yaitu kondisi yang sering terjadi dalam
aktivitas jasmani dan olahraga.
Para atlet butuh untuk belajar mengontrol
arousal, harus bisa mengatasi kondisi ketika merasa lesu
dan terpuruk (down) yang diakibatkan sebab rasa cemas
atau nervous. Arousal yang dirasakan oleh atlet
harus dalam porsi yang cukup yakni pada titik yang
menunjukkan kegairahan yang tidak berlebihan atau
sebaliknya tidak kurang susaha penampilan menjadi
optimal. Jika arousal tidak berada pada porsi yang tepat,
maka penampilan atlet menjadi buruk. namun
arousal yang terlalu berlebihan juga akan meningkatkan
ketegangan dan kecemasan. Untuk mengatasi ini ,
maka perlu mencari teknik-teknik pendekatan yang tepat
dan disesuaikan dengan kepribadian masing-masing
atlet. Berikut ini beberapa definisi arousal.
Selanjutnya, untuk mengukur arousal, para psikolog
melihat pada perubahan dalam tanda-tanda psikologis
seperti: detak jantung, pernafasan, keadaan kulit (
direkam dengan sebuah ukuran tegangan), dan biokimia
(dipakai untuk menilai perubahan zat-zat seperti
katekolamina). Para psikolog juga melihat pada
bagaimana orang-orang mengukur tingkat kegairahan
dengan sebuah set (seri-seri), pernyataan (seperti “My
heart is pumping”, I fell Peppy” ), memakai skala
numerik yang bergerak dari rendah ke tinggi. Skala-skala
ini mengacu pada “s elf – report measures”.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
menurunkan arousal yang terjadi pada atlet
meliputi:
1. menarik napas dalam-dalam lalu dikeluarkan
secara perlahan dan teratur.
2. memperpanjang waktu dengan menjauhi lawan
(mengatur tempo permainan).
3. memusatkan pada teknik terbaik yang dapat
menghasilkan angka.
4. jangan memikirkan menang atau kalah.
B. TEORI DASAR HUBUNGAN AROUSAL DENGAN
PENAMPILAN atlet
Teori dasar mengenai hubungan arousal dengan
penampilan atlet ada dua yakni teori inverted U
dan teori drive.
40
saat orang menghadapi kegembiraan atau kesenangan
maupun ketakutan dan ketegangan, semuanya akan
menyebabkan timbulnya arousal.
berdasar penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa arousal yaitu peningkatan aktivitas fisiologis,
psikis, dan sistem syaraf simpatetis yang tidak dapat
dielakkan yang mendasari kesiapan individu untuk
berperilaku, bereaksi, berpikir, dan bergerak.
Adapun ciri-ciri individu yang mengalami arousal
dapat dilihat secara fisiologis dan psikis seperti berikut ini.
Tabel 4.1.
Ciri -ciri arousal
Fisiologis Psikis
1. otot sangat tegang dan
kaku
2. denyut jantung cepat
3. napas tidak teratur
4. tekanan darah meningkat
5. sulit memperhatikan dan
konsentrasi sehingga
semua yang dilihat
tampak cepat
6. tidak dapat berpikir
jernih dan cermat
7. perhatian dan pandangan
hanya pada satu hal
tertentu,
1. rasa takut dan
cemas memuncak
2. merasa cepat lelah
3. pikiran negatif dan
memarahi diri
sendiri
4. kontrol emosi
menurun.
bahwa teori drive
menyatakan bahwa semakin tinggi arousal maka
penampilan akan semakin tinggi pula, sedang teori
inverted U menyatakan arousal yang rendah atau tinggi
akan menurunkan penampilan, dan arousal yang sedang
akan meningkatkan penampilan.
C . INSTRUMEN AROUSAL
berdasar pemaparan di atas, maka penulis membuat
suatu kisi-kisi instrumen angket/kuesioner tentang arousal
1. Teori inverted U
Teori inverted U yaitu teori yang meliputi berbagai sub
teori yang menjelaskan mengapa saling berhubungan
antara arousal dengan penampilan berbentuk persamaan
kuadrat. Menurut teori inverted U, baik arousal tingkat
rendah maupun tinggi tidak akan menghasilkan
penampilan setinggi-tingginya. Tingkat arousal yang
sedang umumnya akan memberikan kemungkinan lebih
besar untuk memperoleh penampilan puncak atau peak
performance.
2. Teori drive
Teori drive yaitu teori multi dimensional mengenai
penampilan dan proses belajar. Teori drive membentuk
garis hubungan linier. Hubungan antara arousal dan
penampilan atlet digambarkan sebagai garis lurus
(linier) sehingga seolah-olah ada hubungan positif an tara
arousal dengan peningkatan penampilan atlet
secara terus menerus.
Saat ini, para ahli cenderung lebih setuju dengan
teori inverted U dibandingkan dengan teori drive sebab
pada suatu saat akan ada batasnya di mana garis
hubungan korelasi positif akan berhenti dan menurun.
kognitif dan/somatik terhadap situasi olahraga yang
kompetitif sebagai kelengkapan evaluasi kinerja atlet.
2. MenurutAnshel (1997) dalam Monty P. Satiadarma
(2000: 95) anxiety yaitu reaksi emosi terhadap suatu
kondisi yang dipersepsi mengancam.
3. Menurut Dadang Hawari (2001: 18) kecemasan yaitu
gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih
tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/ splitting of personality , perilaku dapat
terganggu namun masih dalam batas-batas normal.
4. Menurut Saparinah dan Sumarno Markum dalam
Sudibyo Setyobroto (2002: 86) anxiety yaitu suatu
perasaan tak berdaya, perasaan tak aman, tanpa sebab
yang jelas.
5. Menurut Weinberg & Gould (2003: 79) anxiety yaitu
keadaan emosi negatif yang ditandai dengan gugup,
khawatir, dan ketakutan dan terkait dengan aktivasi
atau kegairahan pada tubuh.
6. Menurut Barker, et al. (2007: 330) anxiety sering
disebut sebagai keadaan emosional negatif yang
ditandai atau dikaitkan dengan, perasaan gugup, cemas
atau khawatir
A. DEF INISI ANX IETY
Anxiety sebagai salah satu kajian psikologis yang unik dan
menarik yang terjadi pada atlet. Pentingnya
anxiety dan faktor emosional serta kepribadian lainnya
dalam kompetisi olahraga telah diakui selama bertahun-
tahun (Hackfort & Spielberger, 1989: 3). Kejadian-kejadian
yang penting sebelum, saat, dan akhir pertandingan dalam
olahraga sangat dipengaruhi oleh tingkatan anxiety dari
pelaku olahraga, baik atlet, pelatih, wasit,
maupun penonton. Perasaan cemas diakibatkan sebab
bayangan sebelum pertandingan dan saat pertandingan,
ini terjadi sebab adanya tekanan-tekanan secara
kejiwaan pada saat bermain dan sifat kompetisi olahraga
yang didalamnya penuh dengan perubahan dari keadaan
permainan ataupun kondisi alam yang membuat
menurunnya kepercayaan diri dari penampilan.
Setiap orang yang normal pasti mengalami anxiety.
Anxiety dapat timbul kapan saja, salah satu penyebab
terjadinya anxiety yaitu ketegangan yang berlebihan dan
berlangsung lama. Anxiety sebagai reaksi emosional
terhadap stimulus dianggap berbahaya (Hanin, 2000: 93).
Berikut ini beberapa definisi anxiety (kecemasan).
1. Menurut Leitenberg (1990: 421) anxiety yaitu
kecenderungan belajar untuk menanggapi kecemasan
menghalangi seseorang menyelesaikan masalah ini
secara optimal. sedang sisi emosi kecemasan yaitu
gejala-gejala fisiologik yang menyertai seperti berkeringat,
detak jantung meningkat, dan tekanan darah yang
meninggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen
kecemasan terdiri atas dua komponen yakni kecemasan
kognitif (pikiran) dan somatik (gejala fisiologik)
Anxiety akan makin memuncak pada usia 20-an
sebab periode umur ini yaitu tahun-tahun yang paling
produktif dalam karier seorang atlet, lalu
pada usia 30-an anxiety akan cenderung menurun, dan
anxiety akan mulai naik kembali ketika memasuki usia 60
tahun. Oleh sebab itu, semakin penting untuk
memberikan latihan-latihan untuk mengatasi anxiety pada
atlet usia 20-an.
B. JENIS-JENIS ANX IETY
berdasar jenis-jenisnya, anxiety dibagi menjadi dua
macam yaitu state anxiety dan trait anxiety .
a. State anx iety
State anxiety yaitu keadaan emosional yang terjadi
mendadak/pada waktu tertentu yang ditandai dengan
kecemasan, takut, tegang, dan biasanya kecemasan ini
terjadi saat menjelang pertandingan,kecemasan lainnya
yang terjadi pada atlet biasanya takut gagal
dalam pertandingan, takut akan akibat sosial atas kualitas
48
7. Menurut Straub dalam Husdarta (2010: 80) Kecemasan
yaitu reaksi situasional terhadap berbagai rangsang
stress.
8. Menurut Kenny (2011: 33) anxiety yaitu emosi
universal, terkadang sulit untuk membedakan antara
kecemasan normal atau gangguan kecemasan.
berdasar beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa anxiety yaitu salah satu gejala
mental yang identik dengan perasaan negatif.
Ketegangan dan kecemasan saling terkait dan selalu
muncul dalam kegiatan olahraga. Ketegangan yang
dialami oleh setiap individu akan berbeda-beda, ini
disebabkan oleh perbedaan pengalaman, kepekaan, dan
cara menanggapi situasi. Dampak dari ketegangan
terhadap penampilan keterampilan gerak pada
atlet antara lain menimbulkan kecemasan, emosi,
ketegangan pada otot, kelentukan, dan koordinasi.
Kecemasan memiliki dua komponen yaitu terdiri
dari kecemasan kognitif (cognitive anxiety) yang ditandai
dengan rasa gelisah dan ketakutan akan sesuatu yang akan
terjadi, sedang yang kedua yaitu kecemasan somatik
(somatic anxiety) yang ditandai dengan ukuran keadaan
fisik seseorang. Diperkuat oleh Harry Puspito (2010: 7)
yang menyatakan bahwa teori kecemasan ada dua
komponen yakni khawatir dan emosional. Khawatir
yaitu bicara diri yang negatif yang sering mencegah
pikiran fokus pada masalah yang dihadapi sehingga
ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 4948
51
mengeluh, khawatir berlebihan terhadap penyakit, mudah
tersinggung, suka membesar-besarkan masalah kecil
(dramatisasi), sering bimbang dan ragu dalam mengambil
keputusan, sering histeris saat emosi (Dadang Hawari,
2001: 65-66).
C . SUMBER ANIEX TY
1. Sumber dari dalam
a. atlet terlalu terpaku pada kemampuan
teknisnya. Akibatnya didominasi oleh pikiran-pikiran
yang terlalu membebani, seperti komitmen yang
berlebihan bahwa harus bermain sangat baik.
b. Muncul pikiran-pikiran negatif, seperti ketakutan akan
dicemooh oleh penonton jika tidak memperlihatkan
penampilan yang baik.
c. Alam pikiran atlet akan sangat dipengaruhi
oleh kepuasan yang secara subjektif dirasakan di dalam
dirinya. Pada atlet akan muncul perasaan
khawatir akan tidak mampu memenuhi keinginan pihak
luar sehingga menimbulkan ketegangan baru.
2. Sumber dari luar
a. Munculnya berbagai rangsangan yang membingungkan
rangsangan ini dapat berupa tuntutan/harapan
dari luar yang menimbulkan keraguan pada
atlet untuk mengikuti ini atau sulit
dipenuhi. Keadaan ini menyebabkan atlet
50
prestasinya, takut cedera atau hal lain menimpa dirinya,
takut terhadap agresi fisik baik oleh lawan maupun
dirinya, dan takut bahwa kondisi fisiknya tidak akan
mampu menyelesaikan tugasnya atau pertandingannya
dengan baik.
Beberapa alat evaluasi state anxiety yaitu
spielberger state anxiety inventory (SSAI) yang diciptakan
oleh Spielberger dan kawan-kawan pada tahun 1970.
Format lain dari alat tes ini yaitu competitive state
anxiety inventory (CSAI).
b. Trait anx iety
Trait anxiety yaitu rasa cemas yang yaitu sifat
pribadi/bawaan (sifat pencemas). Menurut Singgih D.
Gunarsa (2008: 74) trait anxiety yaitu suatu predisposisi
untuk mempersepsikan situasi lingkungan yang
mengancam dirinya. Seorang atlet pada dasarnya
memiliki trait anxiety maka manifestai kecemasannya akan
selalu berlebihan dan mendominasi aspek psikisnya. Hal
ini yaitu kendala yang serius bagi atlet
ini untuk dapat bernampilan baik.
Berikut tipe kepribadian pencemas antara lain:
cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang, was-
was/khawatir, kurang percaya diri, gugup/demam
panggung, sering merasa tidak bersalah dan menyalahkan
orang lain, tidak mudah mengalah atau ‘ngotot’, gerakan
sering serba salah, tidak tenang dan gelisah, sering
ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 5150
53
e. Hal-hal non teknis seperti kondisi lapangan, cuaca yang
tidak bersahabat, angin yang bertiup terlalu kencang,
atau peralatan yang dirasakan tidak memadai.
D. GEJALA ANX IETY
Anxiety berpengaruh terhadap diri seseorang baik berupa
gangguan fisiologis dan non fisiologis. Beberapa ahli
menjelaskan bahwa kecemasan mengakibatkan gangguan.
Gejala anxiety bermacam-macam dan kompleksitas namun
dapat dikenali. Berikut gejala-gejala jika atlet
mengalami anxiety yang dilihat dari ciri-ciri cognitive
anxiety dan somatic anxiety.
1. Gejala cognitive anxiety, meliputi: (1) Individu
cenderung terus menerus merasa khawatir akan
keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya/orang
lain yang dikenalnya dengan baik, (2) Biasanya
cenderung tidak sabar, (3) Mudah tersinggung, (4)
Sering mengeluh contoh: sakit pada persendian, otot
kaku, merasa cepa lelah, tidak mampu rileks, (5) Sulit
berkonsentrasi, (6) Sering terkejut, dan (7) Mudah
terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan tidur.
2. Gejala somatic anxiety, meliputi: (1) Sering berkeringat
berlebihan walaupun udara tidak panas dan bukan
sesudah berolahraga, (2) Jantung berdegup
cepat/percepatan nadi dan detak jantung, (3) T angan
dan kaki terasa dingin, (4) M engalami gangguan
pencernaan, (5) Mulutdan tenggorokan terasa kering,
52
mengalami kebingungan untuk menentukan
penampilannya, bahkan kehilangan kepercayaan diri.
b. Pengaruh massa. Dalam pertandingan apa pun, emosi
massa sering berpengaruh besar terhadap penampilan
atlet, terutama jika pertandingan ini
sangat ketat dan menegangkan.atlet sepakbola
yang bertanding di lapangan biasa tingkat
kecemasannya akan lebih kecil dibandingkan dengan
atlet yang bertanding di stadion Gelora Bung
Karno dengan jumlah penonton yang ribuan.
c. Saingan-saingan lain yang bukan lawan tandingnya.
Seorang atlet menjadi sedemikian tegang
ketika menghadapi kenyataan bahwa mengalami
kesulitan untuk bermain sehingga menjadi terdesak.
contoh: , dalam suatu tim Bolabasket, Andi yaitu
pemain andalan dalam tim dan top score, ketika Bayu
mendapatkan bola dan berkesempatan untuk mencetak
angka, kecemasannya akan muncul sebab takut tidak
menghasilkan poin. Sehingga bola ini diberikan
kepada Andi.
d. Pelatih yang memperlihatkan sikap tidak mau
memahami bahwa telah berusaha sebaik-baiknya,
pelatih sering menyalahkan atau mencemooh
atletnya yang sebenarnya dapat mengguncang
kepribadian atlet ini .
ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 5352
55
1. memakai obat-obatan tergolong anti-anxiety
drugs bagi atlet yang memiliki trait anxiety .
pemakaian obat ini harus sesuai dengan petunjuk
seorang dokter ahli.
2. memakai simulasi yaitu membuat suatu keadaan
seolah-olah sama dengan kondisi pertandingan yang
sesungguhnya. namun cara ini sulit dilakukan pada
olahraga individu. contoh: , sparing partner yang
dilakukan oleh sebuah tim sebelum mereka
berkompetisi.
3. memakai metode meditasi yaitu metode relaksasi
sederhana sampai pada visualisasi untuk mengubah
sikap. Keadaan relaks yaitu keadaan saat seorang
atlet berada dalam kondisi emosi yang tenang
yaitu tidak bergelora/tegang, artinya merendahnya
gairah untuk bermain melainkan dapat diatur atau
dikendalikan dengan teori U-terbalik. Untuk mencapai
keadaan ini , diperlukan teknik-teknik tertentu
melalui berbagai prosedur, baik aktif maupun pasif.
Prosedur aktif artinya kegiatan dilakukan sendiri secara
aktif, sedang prosedur pasif berarti seseorang dapat
mengendalikan munculnya emosi yang bergelora, atau
dikenal sebagai latihan autogenik. Latihan relaksasi
mengurangi reaksi emosi yang bergelora baik pada
sistem saraf pusat maupun sistem saraf otonom. Latihan
ini dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat.
Metode ini juga melakukan focusing yaitu belajar untuk
54
(6) Tampak pucat, (7)S ering buang air kecil melebihi
batas kewajaran, (8) Gemetar, (9) Berpeluh dingin, (10)
Membesarnya pupil mata, (11) Sesak nafas, (12) Mual,
muntah, murus atau diare, dan (13) Kadang disertai
gerakan wajah/anggota tubuh dengan intensitas dan
frekuensi berlebihan, contoh: pada saat duduk
menggoyangkan kaki atau meregangkan leher secara
terus menerus.
E. C ARA MENANGANI ANX IETY
Anxiety yang berlebihan pada atlet dapat
menimbulkan gangguan dalam perasaan yang kurang
menyenangkan, sehingga kondisi psikfisik atlet
berada dalam keadaan yang kurang/tidak seimbang.
Adanya gangguan anxiety yang kompleks pada
atlet dapat membuat keadaan menjadi lebih
buruk sebab fokus perhatian atlet menjadi
terpecah-pecah pada saat yang bersamaan. Akibatnya,
atlet terpaksa memfokuskan energi psikofisiknya
untuk mengembalikan kembali kondisinya keadaan yang
seimbang dan konsentrasi atlet untuk menghadapi
lawan menjadi berkurang. pemakaian energi secara
berlebihan dapat menyebabkan atlet dengan
cepat mengalami kelelahan, sehingga kondisinya dengan
cepat akan menurun dan penampilannya menjadi buruk.
Menurut Singgih D. Gunarsa, dkk (1996: 43 -44)
anxiety dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain:
ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 5554
57
5. Mengalihkan perhatian jika menjadi tak berdaya sebab
cemas, contoh: menelepon teman, mendengarkan
musik, dan berdoa.
6. Kembangkan kemampuan berpikir secara visual
sehingga mampu menggambarkan solusi bagi masalah
yang dihadapi sebab visualisasi akan bekerja pada
tingkat spiritual dan teknik berpikir dengan gambarnya
akan bekerja pada diri kita.
berdasar dua pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa cara menangani anxiety meliputi:
1. Terapi pendekatan kognitif, yakni dengan cara berpikir
positif, memotivasi diri, melakukan teknik pernapasan.
2. Melakukan simulasi dan mengulang kejadian yang
membuat diri merasa anxiety.
3. memakai obat-obatan khusus untuk trait anxiety ,
seperti obat antidepressant, antianxiety, dan beta
blocker.
4. Melakukan olahraga yang dapat mengelola anxiety
(yoga) dan tidur yang cukup
5. Mengalihkan perhatian sejenak.
Metode yang dipakai akan dapat dirasakan
hasilnya sesudah melewati suatu jangka waktu/periode
tertentu. namun , usaha untuk mengatasi anxiety harus
dilakukan sedini mungkin sebab makin lama anxiety
berlangsung maka makin terganggu atlet dalam
pertandingan.
mengendalikan kondisi psikofisik untuk dapat
memusatkan perhatian sehingga seluruh energi terarah
pada satu sasaran tertentu.
4. memakai pendekatan kognitif melalui kons eling
yaitu atelt dibantu untuk lebih menyadari akan
kemampuan dirinya (motivasi verbal), belajar berpikir
positif, m engerti makna dan usaha, dan belajar
menerima keadaan yang harus dihadapinya.
Diperkuat oleh Femi Olivia (2009:7 -10) yang
menyebutkan cara mudah untuk mengatasi anxiety
sebagai berikut.
1. Cognitive behavior therapy mengajarkan teknik
pernapasan dan teknik relaksasi serta manajemen
pemikiran untuk membantu mengendalikan pemikiran
dan perilaku cemas.
2. Eye movement desensitization and reprocessing,
dipakai untuk orang-orang yang menderita panic
disorder dan social anxiety . Teknik psikoterapi ini
membantu proses ulang kejadian-kejadian traumatis
sehingga orang ini dapat menghadapinya secara
tenang.
3. Obat resep seperti antidepressant, antianxiety, dan beta
blocker juga dapat mengendalikan gejala fisik dan
mental.
4. Mulai dengan dasar dan coba mengelola stres,
mempertahankan diet sehat, olahraga secara teratur,
dan mendapatkan kecukupan tidur.
F . HUBUNGAN ANTARA KEGAIRAHAN (AROUSAL)
DAN KEC EMASAN (ANX IETY) TERHADAP
PENAMPILAN
Secara sederhana, anxiety memberi pengaruh yang cukup
besar terhadap penampilan seorang atlet.
Menurut teori hipotesis U-terbalik maka penampilan
seorang atlet akan semakin bagus saat tingkat
kecemasan mulaimeningkat. Namun, saat tingkat
kecemasan mulai naik dan terus naik, kecenderungan
penampilan akan menurun.
Namun, tingkat kecemasan antara atlet
yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada beberapa hal
Gelanggang kompetisi olahraga memiliki pengaruh
terhadap anxiety . Proses yang berlangsung selama
kompetisi yaitu proses anxiety yang terjadi dalam
diri individu sebagai akibat dari situasi kompetisi yang
sebenarnya. atlet yang tampil pada kompetisi
olahraga tingkat tinggi secara umum menunjukkankan
tingkat anxiety yang lebih tinggi dari pada atlet
pada kompetisi yang lebih rendah. Selanjutnya, hubungan
antara anxiety dengan ambisi terhadap prestasi
Hubungan antara anxiety dengan pertandingan pada
umumnya antara lain sebagai berikut: (1) pada umumnya
anxiety meningkat sebelum pertandingan yang disebabkan
oleh bayangan akan beratnya tugas dan pertandingan
yang akan datang, (2) selama pertandingan berlangsung
tingkat anxiety mulai menurun sebab sudah mulai
yang membedakan tingkat kecemasan atlet antara
lain:
a. Pengalaman. atlet yang lebih berpengalaman
terbukti memiliki level kecemasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan atlet yang masih amatir.
b. Situasi dan kondisi kompetisi. Kompetisi yang levelnya
lebih tinggi cenderung menyebabkan meningkatnya
tingkat kecemasan bagi seseorang. Sebagai contoh, level
kejuaraan dunia ternyata lebih cemas dibanding dengan
kejurnas.
c. Tingkat kepercayaan diri seorang pemain. Pemain yang
secara alamiah mempunyai tingkat kepercayaan diri
tinggi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah
dibandingkan dengan atlet yang rasa percaya
dirinya rendah. Jenis olahraga juga memberi
sumbangan terhadap tingkat kecemasan. Olahraga yang
bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih
besar dibandingkan dengan cabang olahraga tim.
d. Jenis kelamin. Menurut beberapa penelitian,
atlet perempuan lebih cenderung mempunyai
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan atlet laki-laki.
G. INSTRUMEN ANX IETY
berdasar pemaparan di atas, maka penulis
membuat suatu kisi-kisi instrumen angket/kuesioner
tentang anxiety seperti berikut ini.
A. DEF INISI AGRESI
Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang
kurang terpuji dari berbagai kalangan olahraga. Sering kali
yang diberitakan yaitu kerusuhan dalam pertandingan
sepakbola. Mulai dari pemain dengan pemain, pemain
dengan wasit, pemain dengan supporter, hingga supporter
dengan supporter. Hampir setiap ada penyelengaraan
pertandingan sepakbola, di situ pula terjadi kerusuhan.
Kerusuhan dalam sepakbola yaitu salah satu contoh yang
menggambarkan tindak kekerasan dalam olahraga. Berikut
ini beberapa definisi agresi dan agresivitas.
1. Weinberg dan Gould (2003: 512) mengartikan agresi
yaitu perilaku yang diarahkan menuju tujuan
merugikan atau melukai orang lain. Agresivitas tidak
diartikan sebagai bentuk serangan yang kejam namun
dikaitkan erat dengan ciri khas olahraga itu sendiri
contoh: olahraga bela diri yang membutuhkan sikap
agresif.
2. Minigh (2007: 103) Agresi dapat didefinisikan sebagai
ancaman stimulus yang tidak menyenangkan, fisik,
verbal, atau gestural dari seseorang untuk orang lain.
3. Menurut Gunarsa (2008: 10) agresivitas tidak diartikan
sebagai bentuk serangan yang kejam atau destruktif
namun dikaitkan erat dengan ciri khas olahraga itu
diarahkan menuju tujuan merugikan atau melukai orang
lain baik secara fisik atau psikis dalam pertandingan.
Perilaku agresi dalam bentuk fisik atau psikis. Agresi
dapat dilihat baik dan juga dapat dilihat sebagai hal
buruk. Pemain-pemain agresif sangat di perlukan untuk
dapat memenangkan pertandingan, seperti dalam
sepakbola namun sifat dan sikap agresif jika tidak
terkendali dapat menjurus pada tindakan-tindakan
berbahaya, melukai lawan, melanggar peraturan, dan
mengabaikan sportivitas. Biasanya agresi muncul terkait
dengan amarah, benci, iri/cemburu, dendam, dan
fanatisme . Kriteria agresi ada 4 yakni biasanya agresi berupa
perilaku, melibatkan kerugian/cedera, sasaran yaitu
orang lain, dan mempunyai maksud tertentu.
B. MAC AM-MAC AM AGRESIV ITAS
1. Hostile aggression
Hostille aggresion yaitu tindakan agresif yang disertai
permusuhan dan dilakukan dengan perasaan marah dan
bermaksud melukai/mencederaidan menyakiti orang lain
atau lawan bertanding, contoh fisik pemain sepakbola
yang men-tackle lawannya dengan sengaja, contoh psikis
pemain mengucapkan kalimat/kata kotor kepada
lawannya. Meskipun banyak atlet dan pelatih masih
percaya bahwa agresi di lapangan mengarah pada kinerja
yang lebih baik, penelitian tidak mendukung kepercayaan
sendiri yaitu olahraga bela diri yang memang
membutuhkan sikap agresi.
4. Cashmore (2008: 18) menyatakan “in sport,
aggressiveness is typically applauded and carries a
positive connotation, unlike actual aggression, which is
directed toward damaging others”. Artinya, dalam
olahraga, agresivitas biasanya bertepuk tangan dan
mengandung konotasi positif, tidak seperti agresi
aktual, yang ditujukan untuk merusak orang lain.
5. Menurut Yudi Santoso & Andreas Tri Winarto (2010:
144) agre si yaitu perilaku fisik atau verbal yang
diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran
agresi.
6. Barlett, Gratton, & Rolf (2010: 38) aggression has been
defined as behavior with the goal of harming or
injuring another individual. Artinya, agresi didefinisikan
sebagai perilaku dengan tujuan murigkan atau melukai
orang lain.
7. Gill, Williams, & Reifsteck (2017: 225) menyebutkan
agresi umumnya didefinisikan sebagai perilaku yang
cenderung merugikan orang lain yang tidak ingin
dilukai. Agresi yaitu perilaku. Ini bukan sikap, emosi,
atau motif. Agresi itu disengaj a, bukan tidak disengaja.
Tujuannya yaitu untuk menyakiti orang lain yang
ingin menghindari bahaya.
berdasar pendapat di atas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa agresivitas yaitu suatu tindakan yang
Hostille aggresion yaitu tindakan menyakiti lawan
secara fisik atau psikis yang melanggar peraturan,
sedang instrumental aggresion menyakiti lawan secara
fisik dan psikis namun masih dalam batas -batas kewajaran
dan tidak melanggar baik peraturan permainan maupun
pertandingan.
C . TEORI AGRESIV ITAS
1. Teori naluri (instict theory)
Tindakan agresif dipandang sebagai dorongan yang
dibawa sejak lahir (Freud, 1950; Husdarta, 2010: 77).
berdasar pendapat ini , agresif tidak dapat
dihindari namun dorongannya dapat dikendalikan.
Tindakan agresif sebagai dorongan naluri dapat disalu rkan
dalam olahraga dan olahraga yaitu media
pembebasan dorongan agresif yang disebut pembebasan
katarsis (cathartic discharge).
2. Teori agresi f rustasi (f rustation aggresion theory)
Teori ini menyatakan bahwa frustasi selalu menyebabkan
tindakan agresif dan sebaliknya keagresifan selalu
disebabkan oleh frustasi. Tindakan agresif selalu
yaitu konsekuensi tindak lanjut dari frustasi.
3. Teori belajar sosial
Teori ini berpandangan bahwa tindakan agresif yaitu
sebuah respon atau perilaku yang dapat dipelajari,
ini. Sebab,hostile aggression dapat menciptakan
kemarahan dan arousal yang mengganggu perhatian dan
performa/penampilan
2. Instrumental aggresion
Instrumental aggresion yaitu perilaku agresif yang
dijadikan sebagai alat untuk memenangkan pertandingan
tanpa bermaksud melukai orang lain atau teman
bertanding dan tidak melanggar peraturan pertandingan
yang bertujuan untuk memperoleh kemenangan, uang,
dan prestise. Contoh fisiknya pemain bolabasket yang
melakukan pivot dan sikunya mengenai lawan yang
mencoba merebut bola, contoh psikisnya mengganggu
pemain yang melakukan free throw dengan kalimat “no
point.”
Kebanyakan agresivitas dalam olahraga yaitu
instrumental aggresion, berikutcontoh lainnya:(1) Pada
olahraga gulat, meremas bagian tulang rusuk lawan untuk
menciptakan ketidaknyamanandan menjatuhkannya, dan
(2) seorang pelatih basket yang memanggil atau meminta
time out ketika pemain lawan pada daerah yang
menguntungkan, ini dilakukan sebagai usaha yang
menyebabkan ketidaknyamanan psikologis (kecemasan
tim yang tinggi) dan kinerja yang buruk.
Intinya, perbedaan antara hostille aggresion dan
instrumental aggresion yaitu terletak pada peraturan.
agresivitasnya kurang terkontrol kemungkinan lebih besar
melakukan tindakan kriminal kekerasan sebab tidak
bimbang melakukan kekerasan pada waktu marah.
sedang tipe kepribadian agresivitas yang selalu
terkontrol dengan ketat menunjukkan adanya kontrol
yang ekstrim kuat terhadap pengungkapan agresivitas
dalam berbagai kondisi.
Biasanya, perilaku agresivitas dipengaruhi oleh
besarnya halangan/rintangan yang dihadapi individu,
kualitas frustasi, kepuasan seseorang terhadap cita -citanya,
dan kondisi lingkungan warga . Sehingga cara
seseorang berperilaku agresif biasanya meniru apa yang
dilakukan orang lain, dan vicarious process yakni seolah-
olah mengalami atau ikut terlibat di dalamnya, contoh:
aktor yang berperan sebagai orang jahat dikehidupan
nyata dianggap jahat.
Tindakan agresif cenderung terjadi pada situasi
yang tidak seimbang atau berlawanan. Tindakan agresif
akan tertuju pada individu yang tidak disenangi atau
berlawanan. contoh: , seorang atlet dimarahi
oleh pelatihnya, atlet ini tidak berani
melawan pelatihnya namun atlet ini akan
bertindak agresif dengan menyerang temannya atau
lawannya.
Dari penjelasan ini , dapat disimpulkan bahwa
pelatih membutuhkan atlet/pemain yang agresif
untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Oleh
sebab adanya dorongan naluri maupun frustasi oleh
sebab itu tindakan agresif akan mendorong tindakan -
tindakan agresif lainnya.
4 . Teori revisi agresi f rustasi
Teori ini menggabungkan elemen-elemen dari teori agresi
frustasi dengan teori pembela jaran sosial. Frustrasi tidak
selalu menyebabkan agresi yang dapat meningkatkan
gairah dan kemarahan. Namun, meningkatkan gairah dan
kemarahan dalam agresi hanya terjadi dalam situasi
tertentu. Jika sinyal isyarat belajar sosial menyatakan
bahwa agresi tidak pantas, maka tidak akan terjadi
tindakan agresif.
D. PERILAKU AGRESIF DALAM OLAHRAGA
Pemain-pemain agresif sangat diperlukan untuk dapat
memenangkan pertandingan, seperti dalam sepakbola
namun sifat dan sikap agresif jika tidak terkendali dapat
menjurus pada tindakan-tindakan berbahaya, melukai
lawan, melanggar peraturan, dan mengabaikan
sportivitas.
Tipe kepribadian agresivitas terbagi menjadi dua
yakni agresivitas kurang terkontrol dan agresivitas selalu
dikontrol dengan ketat. Tipe kepribadian yang
agresivitasnya kurang terkontrol menunjukkan kurangnya
larangan terhadap tingkah laku agresif dan cenderung
frustasi dengan tindakan agresifnya. Individu yang
5. Para pelatih dan wasit didorong atau dianjurkan untuk
menghadiri lokakarya-lokakarya yang membahas
tindakan agresif dan kekerasan.
6. Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan
kekerasan atlet harus didorong secara positif
meningkatkan kemampuan bertindak tenang
menghadapi situasi-situasi emosional.
7. Penguasaan emosi menghadapi tindakan agresif dengan
kekerasan harus dilatih secara praktis antara lain melalui
latihan mental.
F . MENYELESAIKAN KONF LIK DAN PERSELISIHAN
DENGAN C ARA TANPA KEKERASAN
Mengatasi konflik tanpa kekerasan yaitu hal yang sangat
penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Pelaku
olahraga harus tahu bagaimana menyelesaikan konflik d an
perselisihan dengan cara tanpa kekerasan. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Setuju untuk bertemu.Apakah yang bersengketa setuju
untuk bertemu dengan mediator (tapi tidak duduk di
samping satu sama lain di pertemuan ini ).
2. Mencatat fakta. Setiap pihak yang bersengketa
diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang
permasalahannya,para mediator mendengarkan namun
tidak memihak.
3. Mengungkapkan perasaan. Setiap pihak yang
bersengketa mengungkapkan perasaannya tentang
70
sebab itu, pelatih/pembina wajib memanfaatkan sifat -
sifat agresif dari atlet/pemainnya sehingga dapat
tersalur dan terarah sesuai dengan aktivitas olahraga yang
diikutinya.
E. usaha PENGENDALIAN AGRESIV ITAS
usaha -usaha untuk mengendalikan agresivitas antara lain:
(a) teknik time out, (b) memberikan pemahaman dan
contoh perilaku non agresif sebagai metode konstruktif
untuk memecahkan masalah, (c) menciptakan atau
mendesain lingkungan belajar/latihan yang kondusif, dan
(d) memberikan latihan empati. Selain itu, ada pula usaha
untuk mengendalikan tindakan kekerasan/agresivitas yang
menyimpang antara lain:
1. atlet-atlet muda harus diberi
pengetahuan tentang contoh tingkah laku non agresif,
penguasaan diri, dan penampilan yang benar.
2. atlet yang terlibat tindakan agresif harus
dihukum, harus disadarkan bahwa tindakan agresif
dengan melukai lawan yaitu tindakan yang tidak
benar.
3. Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet
terlibat agresif dengan kekerasan harus diteliti dan harus
dihentikan dari tugasnya sebagai pelatih.
4. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya
tindakan agresif dengan kekerasan di lapangan
pertandingan harus dihindarkan.
AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA 7170
73
penonton lain bahwa tidak akan memberikan toleransi
kepada pelaku agresif dalam kompetisi.
3. Mempekerjakan petugas keamanan, contoh:
menghimbau untuk tidak akan mentolerir agresivitas
penonton saat di lapangan.
4. Menginformasikan tidak ada toleransipelatih bagi
pelatih yang agresif.
5. Bekerja sama dengan media dalam mensosialisasikan
dan tidak membenarkan tindakan agresif.
H. INSTRUMEN AGRESIV ITAS
berdasar pemaparan di atas, maka penulis
membuat suatu kisi-kisi instrumen angket/kuesioner
agresivitas seperti berikut ini.
Tabel 6.1
Kisi-kisi instrumen angket/kuesioner tentang agresivitas
Dimensi Indikator Sub indikator
Agresivitas Macam-macam
agresivitas
Hostile agression
Insrumental agression
Berikut ini contoh beberapa pernyataan untuk
menilaiagresivitas yang dilakukan oleh atletpada saat
bertanding dengan memakai skala likert.
Petunjuk Pengisian
Berikan tanda check (√) pada salah satu alternatif
jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan dan
pengalaman anda.
72
kejadian, dan mediator mengulangi apa yang dikatakan
untuk memastikan kejelasan makna.
4. Bertujuan untuk menyelesaikan. Konsekuensi diinginkan
menyelesaikan konflik disajikan oleh masing -masing
pihak yang bersengketa.
5. Perubahan. Masing-masing pihak yang bersengketa
dapat melakukan perubahan yang bisa dilakukan untuk
menyelesaikan konflik.
6. Mengembangkan rencana aksi. Sebuah rencana
tindakan dikembangkan dan masing-masing pihak yang
bersengketa menunjukkan komitmennya untuk rencana
aksi dan menyelesaikan konflik secara kooperatif.
7. Menindaklanjuti rencana ini . Pihak yang
bersengketa akan ditanya oleh mediator apakah
masalahnya masih ada.
G. MENGONTROL AGRESIV ITAS PENONTON
Pengendalian agresivitas tidak hanya dilakukan pada
atlet saja namun juga dapat dilakukan pada
penonton. Berikut yaitu beberapa strategi umum untuk
mengendalikan agresivitas penonton:
1. Mengembangkan kebijakan pengendalian yang ketat
tentang alkohol atau larangan minuman keras bagi
penonton di dalam kompetisi olahraga.
2. Hukuman bagi penonton yang bertindak agresif ,
contoh: segera mengusir penonton keluar, hentikan
agresi secepat mungkin lalu informasikan kepada
A. DEF INISI MOTIV ASI
Motivasi yaitu faktor yang menarik dalam psikologi
olahraga sebab yaitu salah satu aspek yang paling
terkendali. Motivasi berasal dari kata move yang artinya
bergerak. Salah satu unsur dari motivasi yaitu motif
(motive). Motif yaitu alasan/sesua tu yang memotivasi
(Anton Irianto, 2005: 53).
atlet yang memiliki motivasi yang tinggi
akan memperlihatkan minat yang besar, perhatian yang
penuh terhadap tugas-tugas latihan, memusatkan fisik dan
psikis, tidak mengenal rasa bosan atau menyerah/kalah,
apalagi putus asa. Berbeda dengan atlet yang
memiliki motivasi yang rendah, atlet
menunjukkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha
menghindar dari kegiatan pembelajaran atau latihan.
Selanjutnya, seseorang akan latihan jika
mempunyai kemauan untuk latihan. Adanya kemauan
latihan ini menunjukkan bahwa individu ini
mempunyai motivasi untuk latihan. Definisi motivasi
masih sering diperdebatkan. Berikut ini beberapa definisi
motivasi:
a. Menurut Singgih D. Gunarsa (1996: 111) motivasi yaitu
kekuatan atau tenaga pendorong agar seseorang
bertingkah laku.
i. Gledhill, Adam, et al. (2007: 87) motivation has been
defined as the dire ction and intensity of your effort.
most definition of motivation refer to having a drive to
take part in some form of activity and to persisting in
that activity. Artinya, motivasi didefinisikan sebagai
arah dan intensitas usaha seseorang. Sebagian besar
definisi motivasi mengacu pada dorongan untuk
mengambil bagian dalam beberapa bentuk aktivitas
dan bertahan dalam aktivitas ini .
j. Menurut Yusuf Hidayat (2008: 57) yang menyatakan
motivasi yaitu proses aktualisasi energi psikologi yang
dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas,
sekaligus menjamin keberlangsungan aktivitas ini ,
dan juga menentukan arah aktivitas terhadap
pencapaian tujuan.
k. Menurut Husdarta (2010: 31), motivasi yaitu energi
psikologis yang bersifat abstrak dan refleksi kekuata n
interaksi antara kognisi, pengalaman, dan kebutuhan.
Motivasi ini mengacu pada faktor dan proses
yang mendorong seseorang untuk bereaksi atau tidak
bereaksi dalam berbagai situasi.
berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi yaitu kekuatan yang mendorong
seseorang untuk bereaksi/tidak bereaksi untuk
menentukan arah aktivitas terhadap pencapaian tujuan.
Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat
b. motivasi
yaitu proses aktualisasi dari sumber penggerak dan
pendorong perbuatan manusia.
c. motivas i
yaitu arah dan intensitas dari usaha.
d. Menurut Santrock (2003: 474) motivasi yaitu tingkah
laku individu, berpikir, dan memiliki perasaan dengan
cara yang individu ini lakukan dengan penekanan
pada aktivasi.
e. ) motivation is the
inclination to pursue and persist in activities related to
one's sport. Artinya, motivasi yaitu kecenderungan
untuk mengejar dan bertahan dalam aktivitas seseorang
yang berhubungan dengan olahraga.
f. Menurut Anton Irianto (2005: 53) motivasi yaitu
sesuatu yang menggerakkan atau mendorong
seseorang/kelompok untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu.
g. Menurut Mohammad Shatar Sabran (2005: 7) motivasi
yaitu dorongan di dalam yang berupa harapan dan
keinginan yang bersifat menggiatkan dan
menggerakkan individu.
h. Menurut Mohammad Shatar Sabran (2005: 7) motivasi
yaitu dorongan di dalam yang berupa harapan dan
keinginan yang bersifat menggiatkan dan
menggerakkan individu.
a. Teori hedonisma, yakni manusia akan memilih aktivitas
yang menyebabkan perasaan gembira dan senang.
Contohnya, seorang anak lebih memilih mengikuti
olahraga bolabasket dari pada olahraga renang sebab
di olahraga bolabasket dia merasa gembira dan senang
sebab banyak teman baru.
b. Teori naluri, menghubungkan perilaku/semua aktivitas
dengan berbagai naluri, contoh: naluri untuk
mempertahankan diri. Contoh lain yaitu pada masa
kecil, anak-anak ingin mencoba berbagai macam
olahraga, semakin bertambahnya umur, si anak akan
memilih olahraga yang paling dia sukai sesuai
nalurinya.
c. Teori kebudayaan, menghubungkan tingkah laku
berdasar pola kebudayaan tempat berada.
Contohnya, olahraga yang digemari warga di
pesisir pantai dan dipegunungan akan berbeda.
d. Teori berprestasi, yang mendorong individu untuk
berlomba dengan ukuran keunggulan. Contohnya,
setiap atlet akan bersaing untuk menjadi yang
terbaik susaha terpilih dalam tim untuk mengikuti
pertandingan.
e. Teori kebutuhan, yang menyatakan bahwa tingkah laku
pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan. Cont ohnya, untuk menjadi juara, seorang
atlet akan berlatih dengan sungguh-sungguh.
penting dalam proses latihan, penampilan olahraga, dan
pencapaian prestasi.
1. Teori Motif dan Motivasi
Motivasi berbeda dengan motif. Motif dikatakan sebagai
dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang
bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Motif yaitu suatu kondisi internal/disposisi
(kesiapsiagaan). Motif menjadi aktif pada saat -saat
tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/dihayati. Termotivasinya individu untuk
berbuat tergantung dari besar kecilnya motif.
Adapun sifat -sifat motif meliputi: (1) yaitu
sumber penggerak dan pendorong dari dalam diri subyek
yang terorganisasi, (2) terarah pada tujuan tertentu secara
selektif, (3) untuk mendapat kepuasaan atau menghindari
hal-hal yang tidak menyenangkan, (4) dapat disadari/tidak
disadari, (5) ikut menentukan pola kegiatan, (6) suatu
tindakan dapat didorong oleh berbagai motif, (7) bersifat
dinamik, dapat berubah dan dapat dipengaruhi, (8)
yaitu ekspresi dari suatu emosi/afeksi, (9) ada
hubungannya dengan unsur kognitif dan konatif, dan
motivasi yaitu determinan sikap dan tindakan.
Selain itu, diperlukan beberapa pendekatan teori
motivasi yang diduga memiliki implikasi dalam proses
pelatihan olahraga. Adapun teori-teori yang berkaitan
dengan motivasi meliputi:
badan, (5) untuk menyalurkan energi, (6) untuk
mendapatkan pengalaman penuh tantangan dan
menggembirakan, (7) untuk dapat bersenang -senang dan
mendapat kegembiraan, (8) untuk melepaskan ketegangan
psikis, contoh: untuk mengatasi lelah dan jenuh dengan
rutinitas belajar di sekolah, Diko ikut ekstrakurikuler
sepakbola, (9) untuk kepentingan kebanggaan kelompok,
dan (10) untuk kebutuhan praktis sesuai pekerjaan,
contoh: olahraga bela diri/menembak yang diik uti oleh
Satpam.
Selanjutnya, alasan individu tidak melanjutkan
aktivitas dalam berolahraga antara lain: (1) kegiatan yang
menjemukan atau monoton, (2) kegiatan kurang
menimbulkan tantangan dan rangsangan, (3) pengalaman
yang diperoleh menimbulkan frustasi dan kekecewaan, (4)
kegiatan kurang tidak lucu/kurang senda gurau, (5)
perasaan takut gagal, takut sukses, tidak mendapat
pengakuan, dan (6) sistem penunjangnya (keluarga,
teman, pelatih) terlalu lemah/tidak mendukung.
Singgih D. Gunarsa (1996: 112) menyatakan dalam
rangka pembinaan terhadap atlet muda, upah
yang baik untuk lebih memacu motivasi atlet
untuk menang dalam pertandingan yaitu dengan pujian
dan perasaan senang atau bangga terhadap usaha-
usahanya dalam pertandingan yang telah ditunjukkan
tanpa terlalu menekankan kemenangan sebagai tolok
ukurnya.
2. Motivasi Berolahraga
Olahraga diminati oleh anak-anak hingga orang tua
sebab memiliki daya tarik untuk mengembangkan
berbagai kemampuan, menumbuhkan harapan-harapan,
memberikan pengalaman yang membanggakan,
meningkatkan kesehatan jasmani, dapat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan praktis dalam hidup sehari-hari, dan
sebagainya.
Motivasi berolahraga bervariasi antara individu
yang satu dengan yang lainnya sebab perbedaan
kebutuhan dan kepentingan. Selanjutnya, motivasi
ini bisa berkembang yang awalnya tidak ada hasrat
untuk bertanding akhirnya termotivasi untuk berprestasi
dan mengikuti pertandingan.
Individu yang memiliki motivasi yang tinggi namun
memiliki kemampuan yang rendah, maka akan
menghasilkan penampilan yang rendah pula, begitu juga
individu yang kemampuan dan motivasinya rendah akan
menghasilkan penampilan yang rendah pula. Oleh sebab
itu, untuk memperoleh penampilan maksimal diperlukan
motivasi dan kemampuan yang tinggi pula dengan
persepsi teknik yang diterima benar.
Adapun motivasi individu berpartisipasi dalam
olahraga antara lain: (1) untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan, (2) untuk berhubungan
dan mencari teman, (3) untuk mencapai sukses dan
mendapat pengakuan, (4) untuk memelihara kesehatan
atlet ini termotivasi secara intrinsik. Ciri -ciri
atlet yang memiliki motivasi intrinsik antara lain:
(1) berorientasi pada kepuasan dalam dirinya, (2) biasanya
tekun, rajin, kerja keras, teratur, disiplin dalam latihan, (3)
tidak suka bergantung pada orang lain, (4) aktivitas lebih
permanen, dan (5) memiliki karakteristik kepribadian yang
positif, matang, jujur, sportif, dan lain -lain.
Namun, hati-hati saat menilai motivasi. Seorang
olahragwan mungkin mengatakan kepada pelatih bahwa
mereka bermain olahraga sebab membuatnya merasa
baik/senang (motivasi intrinsik). Jika pelatih ingin
menyelidiki lebih jauh, bertanyalah “mengapa berolahrag a
membuat kamu merasa baik/senang?”, dan jika
atlet memberikan alasan seperti "sebab saya suka
memenangkan medali". Ini sebenarnya yaitu bentuk
motivasi ekstrinsik sebab motivasinya penghargaan
eksternal, bukan perasaan baik/senang.
2. Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik mengacu pada berbagai perilaku yang
diperlihatkan seseorang sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Motivasi ekstrinsik bersumber dari luar diri
individu untuk melakukan aktivitas olahraga. Sifatnya
sementara, tergantung, dan tidak stabil. Motivasi
berolahraga yang dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik
meliputi fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana,
metode latihan, program latihan, dan lingkungan/iklim
B. JENIS-JENIS MOTIV ASI
Banyak pelatih dan atlet sering mendengar istilah
motivasi intrinsik dan ekstrinsik sebab perilaku individu
dalam olahraga dipengaruhi oleh motivasi, yakni motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berikut pembahasannya
secara lebih lanjut.
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri untuk melakukan aktivitas olahraga.
Motivasi intrinsik sifatnya permanen, mandiri, dan sta bil
sebab dorongan berasal dari dalam, kondisi kejiwaan
orang yang bersangkutanlah yang akan menentukan kuat
atau tidaknya motivasi dan berlangsung lama atau
tidaknya motivasi ini . Biasanya motivasi berolahraga
yang dipengaruhi faktor intrinsik melip uti pembawaan
atlet, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, cita-cita,
dan harapan. Selanjutnya, motivasi intrinsik terbagi
menjadi dua yakni :
a. motivasi intrinsik positif yakni keinginan untuk tumbuh
dan berkembang, mengekspresikan diri, contoh: ingin
karier dalam berolahraga lebih baik, dan aktualisasi diri.
b. motivasi intrinsik negatif yakni sebab tekanan,
ancaman, ketakutan, dan kekhawatiran, contoh: takut
tertinggal dengan teman-teman yang lain dalam tim.
Ketika atlet merasa senang dan puas atas
keterlibatannya dalam aktivitas olahraga maka
C . STRATEGI MENINGKATKAN MOTIV ASI
Teknik meningkatkan motivasi ada berbagai macam,
diantaranya antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi verbal
Motivasi verbal yaitu motivasi dengan kata-kata atau
ucapan, bicara, berdiskusi. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan motivasi verbal: (1) memberi pujian, (2)
memberi koreksi dan sugesti, menjelaskan peranan dalam
tim agar atlet lebih bangga dan bertanggung
jawab, dan (4) memberi petunjuk. Contoh nya, pada saat
melatih bolavoli, ada anak yang putus asa sebab tidak
bisa melakukan servis. Pelatih memberikan motivasi
dengan berkata: “ayo semangat, kamu pasti bisa”, atau
contoh lainnya pada saat latihan pelatih mengatakan:
“bagus, good job, nice” kepa da atletnya sebab
sudah berhasil menembak dan menghasilkan poin.
2. Motivasi behavioral/ perilaku
Segala perilaku pelatih akan diteladani oleh
atletnya dan dinilai oleh warga . Pelatih
memegang peranan penting dalam memberikan contoh
perilaku yang positif. Contoh, pelatih yang selalu datang
tepat waktu pada saat latihan sedang atletnya
banyak terlambat. Lama kelamaan, atlet datang
latihan tepat waktu dan lebih dulu datang dari pada
pelatihnya. Dengan contoh behavioral yang baik
pembinaan. Selanjuntya, motivasi ekstrinsik terbagi
menjadi dua yakni:
a. motivasi ekstrinsik positif, yakni beupa hadiah, iming -
iming yang membangkitkan, niat untuk berbuat sesuat,
contoh: bonus jika menang pertandingan.
b. motivasi ekstrinsik negatif, yakni sesuatu yang
dipaksakan dari luar agar orang menghindar dari
sesuatu yang tidak diinginnkan, contoh: kena sanksi
atau hukuman ketika terlambat latihan.
Biasanya ada motif untuk bersaing memegang
peranan yang lebih besar dari pada kepuasan sebab telah
berprestasi lebih baik. Adapun ciri-ciri atlet yang
memiliki motivasi ekstrinsik antara lain: (1) kurang
sportif/kurang jujur seperti licik/curang, (2) sering tidak
menghargai orang lain/lawan/peraturan pertandingan,
dan (3) cenderung berbuat hal-hal yang merugikan, dan
(4) kurang bersemangat dan bergairah baik dalam latihan
maupun bertanding. oleh sebab itu, banyak atlet
yang bermotivasi ekstrinsik akan mudah dibeli/disogok
dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh
kemenangan.
Sesungguhnya, motivasi intrinsik lebih efektif dari
pada motivasi ekstrinsik. namun pada kenyataannya,
kedua motivasi ini berdiri bersamaan menuntun
tingkah laku anak didik/atlet. Kedua motivasi ini
memiliki hubungan yang saling menambah, menguatkan,
dan melengkapi satu sama lain.
Selain itu motivasi ganjaran/hukuman juga dapat
dipakai pada saat latihan. contoh: , memberi hukuman
push up untuk memotivasi atlet agar tidak
terlambat pada saat latihan, namun pelatih mengatakannya
seperti ini: “bagi yang terlambat datang latihan, akan
diberikan hadiah berupa push up”. Motivasi ganjaran
tidak dikatakan sebagai “hukuman” namun “hadiah”
sebab kata hukuman bermakna negatif.
5. Motivasi berbicara sendiri (self talk/ pep talks)
Motivasi ini umum diberikan sebelum pertandingan
dimulai, pep talks khusus diberikan pada saat istirahat. Pep
talks harus diberikan pada saat yang tepat sebab jika
diberikan pada saat yang salah dapat merusak dan
mengacaukan konsentrasi. contoh: , saat pertandingan
akan dimulai dan atlet memasuki lapangan
bolabasket, atlet berkata pada dirinya sendiri:
“ point, point, dan point.”
6. Motivasi supertisi
Bagi sebagian orang, supertisi sering dianggap kurang
masuk akal. Supertisi yaitu suatu motivasi yang percaya
pada peralatan/simbol yang dianggap memiliki
kekuatan/day a dorong mental. Terkadang supertisi dapat
mengubah tingkah laku menjadi lebih bersemangat, lebih
ambisius, dan lebih besar kemauannya untuk suskes.
contoh: , seorang pemain bola akan merasa lebih percaya
diharapkan atlet dapat termotivasi untuk bersikap
dan berperilaku positif dalam usahanya mencapai
keberhasilan baik dalam aktivitas olahraga maupun
aktivitas lainnya diwarga .
3. Motivasi visualisasi (imajinasi)
Teknik motivasi ini bertujuan untuk mempercepat proses
latihan dengan membangkitkan semangat atlet.
Caranya dengan menyuruh atlet untuk melihat,
memperhatikan, dan membayangkan dengan seksama
suatu pola gerakan lalu mengingat-ngingat gerakan
ini . Contohnya, atlet yang membayangkan
teknik shooting sepakbola yang baru saja dijelaskan oleh
pelatihnya, ia membayangkan gerakannya dengan slow
motion.
4 . Motivasi insentif (bonus) dan ganjaran
Motivasi ini yaitu teknik motivasi dengan cara
memberikan bonus yang bertujuan untuk menambah
semangat berlatih, menambah gairah/ambisi untuk
berprestasi, dan memperpendek proses latihan. contoh: ,
pelatih berjanji kepada atletnya jika menang
dalam pertandingan akan diberikan bonus berupa uang.
namun , motivasi insentif hendaknya diberikan dalam
situasi yang tepat dan jangan berlebihan sebab akan
menjadi kurang baik dan berdampak negatif sehingga
atlet bersikap kurang wajar.
walaupun skill-nya tidak bagus, dari pada atlet
yang memiliki skill yang bagus namun tidak pernah latihan
sebab atlet ini akan mengacaukan pola
permainan,” atau “bagi atlet yang tidak datang
latihan akan dipotong uang pembinaannya.”
Selanjutnya, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam percakapan untuk tujuan memotivasi
atlet menurut Singgih D. Gunarsa, dkk (1996: 113)
yakni sebagai berikut:
1. Harus yakin apakah memang diperlukan percakapan.
2. Perencanaan yang matang apa yang akan disampaikan
atau dibicarakan secara teliti dan tidak berlebihan.
3. Memperhatikan beda perorangan mengenai tingkat
ketegangan yang dimiliki.
4. Harus jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian,
jangan menekankan pada menang dan kalah.
5. sesudah pertandingan harus langsung memperhatikan
sikap senang jika menang dan sikap memahami dan
penuh pengertian jika kalah secara wajar.
6. Jika atlet kalah harus mempertimbangkan
suasana atau kondisi emosi.
sesudah mempelajari teknik motivasi, seorang
pelatih harus mengetahui cara memelihara motivasi
atlet diantaranya (1) menyusun goal-setting, (2)
sistem pembinaan yang berjenjang, (3) mengingatkan
diri jika memakai gelang, seorang pemain tenis tidak
dapat bermain dengan baik ketika boneka kesayangannya
ketinggalan di rumah.
7 . Motivasi ritual (berupa perilaku)
Rituals yaitu suatu motivasi yang berupa perilaku
sebelum bertanding yang pada akhirnya menjadi sebuah
kebiasaan. Motivasi ritual ini yaitu habit yang
dilakukan oleh olahagawan untuk mengurangi kecemasan
(anxiety), contoh: berdoa sebelum bertanding, ke kamar
kecil sebelum bertanding, sujud syukur pada saat
mencetak gol, dan lain sebagainya.
8. Motivasi intimidasi/ f ear motivation
Teknik motivasi ini berupa ditekan/ditakut -takuti. Adapun
cara untuk membangkitkan motivasi ini antara lain: (1)
selalu menekankan kepada atlet untuk mematuhi
peraturan yang berlaku, baik peraturan permainan/
pertandingan/disiplin tim, (2) dibuat tak ut jika tidak
menyelesaikan dan melaksanakan latihan dengan baik, (3)
dibuat takut akan kritik dan kecaman jika tidak
melaksanakan latihan dengan baik, (4) dibuat takut jika
disisihkan dari tim, dan (5) dibuat takut jika tidak
memenuhi harapan yang ditetapkan pelatih, KONI, dan
pemerintah. Sebagai contoh, pelatih mengatakan kepada
atletnya: “saya akan memilih atlet -
atlet yang rajin latihan untuk ikut turnamen
dalam situasi sosial, sedang motivasi berprestasi lebih
terkait dengan hakekat kompetisi diri.
berdasar hal di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi berprestasi yaitu kebutuhan untuk mengungguli
dalam hubungannya dengan ukuran-ukuran yang
dipertandingkan. Individu yang memiliki motif berprestasi
akan dapat menyelesaikan sesuatu yang sukar, menguasai,
memanipulasi dan mengorganisasi obyek fisik/ide,
melakukan sesuatu dengan cepat dan bebas, mengatasi
rintangan dan mencapai standar yang tinggi, mengungguli
diri sendiri, melawan dan mengatasi orang lain, dan
meningkatkan harga diri dengan kesuksesan dalam
memakai kemampuan khusus. sedang orang yang
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi biasanya sanggup
dan mampu untuk melakukan suatu pekerjaan dengan
baik, melakukan sesuatu pekerjaan dengan sukses,
terampil dalam melaksanakan tugas, terkenal dan populer
terhadap bidang tertentu, mengerjakan pekerjaan yang
penting dan berarti, dapat menyelesaikan masalah yang
sukar dan bersifat menantang, melakukan sesuatu dengan
baik dari pada orang lain dan bermutu, berinisiatif dalam
melakukan sesuatu, bekerja bukan untuk mendapatkan
uang/jasa, dan bertanggung jawab dalam mengerjakan
sesuatu.
lalu , 4 teori telah berevolusi selama
bertahun-tahun untuk menjelaskan apa yang memotivasi
individu untuk bertindak. Adapun teori-teori ini
90
kesuksesan saat kompetisi, (4) bentuk latihan yang
bervariasi dan kombinasi, (5) latihan dengan tantangan
dan rintangan yang mampu di atasi atlet, (6)
variasi tempat, lawan, dan suasana latihan, dan (7)
komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan semua
elemen, contoh: antara atlet dengan pelatih,
guru sekolah, pembina, pimpinan klub, orang tua, dan
lain sebagainya.
D. MOTIV ASI BERPRESTASI
Motivasi berprestasi yaitu suatu dorongan yang
terjadi dalam diri individu untuk senantiasa meningkatkan
kualitas tertentu dengan sabaik-baiknya atau lebih dari
biasa dilakukan. Tercapainya tujuan untuk memuaskan
atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya yang
dianggap perlu. Motivasi berprestasi dipandang sebagai
motivasi sosial untuk mencapai suatu nilai dalam
perbuatan seseorang berdasar standar/kriteria yang
paling baik. Individu yang memiliki kebutuhan untuk
berprestasi yang kuat cenderung berkeinginan untuk sukses
dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang bersifat
menantang namun bukan untuk memperoleh keuntungan
status, namun untuk kebaikan.
Motivasi berprestasi dalam olahraga sering
diistilahkan dengan daya saing (competitiveness). Daya
saing diartikan sebagai disposisi berusaha untuk
memperoleh kepuasan sehingga mempengaruhi perilaku
faktor internal dari pada faktor keberuntungan/
keterampilan bermain lawan.
3. Teori tujuan berprestasi
Teori tujuan berprestasi didasarkan pada asumsi adanya
perbedaan dalam perspektif tujuan setiap individu atau
cara-cara yang berbeda ketika individu menilai
kompetensinya dan keberhasilannya. Menurut teori tujuan
berprestasi, ada tiga faktor berinteraksi yang menentukan
motivasi seseorang yakni pencapaian tujuan, kemampuan
persepsi, dan perilaku berprestasi. Untuk memahami
motivasi seseorang, seseorang harus memahami arti dari
keberhasilan dan kegagalan orang ini .
4 . Teori motivasi kompetensi
Teori motivasi kompetensi berpendapat bahwa persepsi
atlet sebagai kontrol yakni mengontrol persepsi
belajar/latihan dan melakukan keterampilan yang
berfungsi sebagai harga diri dan evaluasi kompetensi
untuk mempengaruhi motivasi individu ini .
E. KIAT MEMBANGUN MOTIV ASI
Berikut ini beberapa kiat untuk membangun motivasi
dalam olahraga prestasi dengan meyakinkan diri terhadap
hal-hal berikut ini:
1. Lebih senang dan puas terhadap prestasi usaha sendiri.
antara lain teori motivasi pencapaian, teori atribut, teori
pencapaian tujuan, dan teori motivasi kompetensi.
1. Teori kebutuhan berprestasi
Teori kebutuhan berprestasi yaitu pandangan
interaksional yang mempertimbangkan faktor -faktor
pribadi dan situasional sebagai alat prediksi penting dari
perilaku dan didasari oleh proses interaktif antara faktor
individu dengan faktor sosial sebagai prediktor perilaku.
Adapun komponen pembentuk teori ini antara lain
komponen motif, kondisi individu, kecenderungan
perilaku, reaksi emosi, dan perilaku yang terkait dengan
prestasi
2. Teori atribusi
Teori atribusi menjelaskan tentang keberhasilan dan
kegagalan perilaku yang dipandang dari aspek situasi dan
predisposisi, penyebab internal dan eksternal, dan faktor
tetap dan tidak tetap (Yusuf Hidayat, 2008: 69). Teori
atribusi juga yaitu suatu pendekatan kognitif
terhadap motivasi, yang memfokuskan diri kepada cara
individu membuat interpretasi mengenai sebab akibat
terjadinya perilaku pribadi sendiri dan perilaku orang lain.
Sebagai contoh, seorang pemain bulutangkis akan merasa
lebih bangga jika berhasil menang dalam suatu
pertandingan dan akan merasa lebih malu jika kalah,
jika mengatribusi kemenangan dan kekalahannya sebab
2. Meyakini bahwa sukses bukan sebab nasib mujur
namun sebab memang hasil dari sebuah perjuangan.
3. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Temukan
cara untuk memecahkan masalah ini .
4. Bila menghadapi kegagalan jangan berputus asa. Cari
tahu penyebabnya dan menyusun rencana menuju
langkah baru.
5. Orang yang memiliki motivasi tinggi bukan berarti
tidak pernah gagal. namun , bila gagal akan terus
berusaha lebih keras dan lebih gigih lagi.
A. DEF INISI KOMPETISI
Banyak pelaku olahraga kompetitif berpendapat bahwa
olahraga kompetitif tidak hanya bisa membawa usaha -
usaha kerjasama antara rekan untuk mengejar tujuan
bersama, namun juga dapat membantu mempersiapkan
seseorang untuk kehidupannya. Ada juga pendapat bahwa
olahraga kompetitif dapat menghasilkan atlet
egois yang menghindari berurusan dengan isu-isu
kehidupan nyata. Istilah kompetisi populer dipakai
untuk merujuk kepada berbagai situasi yang berbeda.
Sebagai contoh, seseorang bersaing melawan orang lain,
terhadap dirinya sendiri, terhadap benda-benda dan
unsur-unsur. Berikut ini beberapa definisi tentang
kompetisi.
1. Wenner, Lawrence A. (1989: 85) competition in sport
is viewed as essentially competition between equals
without differential access to resources playing an
important role.
2. Coakley (1994: 78) mendefinisikan kompetisi sebagai
sebuah proses sosial yang terjadi ketika penghargaan
diberikan kepada orang-orang atas dasar tentang
bagaimana penampilan seseorang dibandingkan dengan
kinerja orang lain melakukan tugas yang sama atau
didefinisikan sebagai proses sosial yang mencakup
rangkaian tahapan dari suatu pertandingan.
berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kompetisi olahraga yaitu situasi di mana orang
bersaing melawan orang lain dalam aktivitas fisik yang
terorganisir.
B. KOMPETISI SEBAGAI SUATU PROSES
Proses kompetitif yang dialami setiap individu berbeda.
Oleh sebab itu, orang yang berperan penting dalam
proses ini dapat mempengaruhi hubungan diantara
tahap-tahap ini . Kekuatan individu seperti
pengalaman masa lalu, kemampuan, motivasi dan sikap
yaitu beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi
seseorang dalam pertandingan. Sebagaimana proses sosial,
masing-masing tahap dipengaruhi tahap yang lain dan
feedback dari faktor lingkungan eksternal dan reward
eksternal.
1. Tahap 1: Situasi Kompetitif yang Obyektif
Situasi kompetitif yang obyektif didefinisikan sebagai
tuntutan lingkungan terhadap seseorang dalam proses
kompetisi. Tuntutan lingkungan ditentukan oleh apa yang
harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan hasil yang
baik. contoh: , tim kesebelasan sepakbola yang
bertanding dalam pertandingan ISL bersaing untuk
berpartisipasi pada acara yang sama. Menurut definisi
ini, penghargaan dalam kompetisi terbatas kepada
orang yang mengungguli orang lain.
3. Beashel & Taylor (1996 : 12) Competition sports are
those in which participant compete with one another
to find out who is best at the acti vity, at the time of the
competition. Artinya, kompetisi olahraga yaitu
kompetisi dimana peserta bersaing satu sama lain untuk
mengetahui siapa yang terbaik dalam aktivitas ini ,
pada saat kompetisi berlangsung.
4. Hardywinoto & Tony Setiabudhi (2002: 202)
kompetisi yaitu persaingan atau pertandingan dalam
dunia olahraga.
5. Toni Setiabudhi dan Hardywinoto (2003: 205)
Kompetisi mengehendaki persyaratan kemampuan, dan
untuk memperoleh kemampuan perlu dilakukan latihan
secara teratur dan disiplin.
6. Ali Muhammad Taufiq (2004: 138) Kompetisi akan
menimbulkan penyisihan dan pemunculan, ketinggian,
dan penampakan. Puncak kompetisi yaitu pandangan
yang berkesinambungan, muncul prestasi dari salah satu
pihak, lalu diikuti oleh yang lainnya sehingga
mengalahkannya.
7. Spielberger (2004: 442) competition is defined as a
social process that encompasses a sequence of stage
rather than a single event. Artinya, kompetisi
mengalahkan pesaing daripada meningkatkan standar
pribadi.
c. Orientasi pada tujuan. Orientasi pada tujuan fokus
pada standar penampilan individu. Tujuannya yaitu
meningkatkan penampilan, tidak untuk memenangkan
pertandingan.
3. Tahap 3: Respon/ Tanggapan
Respon yaitu istilah yang dipakai oleh psikologi untuk
menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh
panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang dimunculkan sesudah dilakukan rangsangan.
Respon yaitu perilaku yang muncul disebab kan adanya
rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respon
dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk
tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan.
4 . Tahap 4 : Konsekuensi
Konsekuensi yaitu akibat yang ditanggung seseorang
terhadap responnya. Konsekuensi dari keikutsertaannya
dalam proses kompetisi olahraga akan membebani dirinya
atau mencapai sesuatu dari orang lain (baik nyata atau
tidak) yang dirasakan sebagai hadiah atau hukuman.
Konsekuensi dalam kompetisi sering dimaknai dengan
kesuksesan atau kegagalan. Kesuksesan dirasakan sebagai
konsekuensi positif, sedang kegagalan dirasakan
sebagai konsekuensi negatif.
menjadi yang terbaik sebab tuntutan daerah dan
suporter.
2. Tahap 2: Situasi Kompetitif yang subyektif
Keadaan kompetitif yang subyektif yaitu cara seseorang
merasakan, menerima, dan menilai situasi kompetisi
obyektif. Situasi kompetitif subyektif berkaitan erat
dengan kecemasan kepribadian (trait-A), sikap dan
kemampuan serta