Tampilkan postingan dengan label jurnal 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jurnal 2. Tampilkan semua postingan

jurnal 2




 ijinkan bermalam di rumah itu. Si gadis itu curiga, namun

tak lama lalu  dia mengerti bahwa si penyamar yaitu  

kekasihnya. Ia mengerti tujuan si pemuda. Si gadis ternyata punya 

ide lain. Ia pun ingin menguji cinta lelaki ini sekalian. Diam-diam 

si gadis melapor pada hansip bahwa di rumahnya ada tamu men-

curigakan. Hansip segera datang dan menanyakan tujuan si pemuda.

Benar si pemuda itu sangat gugup sehingga makin mencurigakan. 

Tanpa ragu-ragu hansip memborgol kedua tangannya.

Sementara itu pada saat bersamaan, si gadis berharap kekasihnya 

itu segera minta maaf sebelum diborgol. namun  nyatanya pemuda

ini membiarkan dirinya dibawa ke kantor polisi, ia berpikir

lebih baik begitu daripada mengungkapkan siapa dirinya se-

benarnya. Kini giliran si gadis yang tidak tahan, dan ia terpaksa 

menjelaskan masalah demikian rumit dan konyol kepada polisi.

15. LEAD URUTAN

Seorang bocah wanita  merasa harus berani seperti anak laki-

laki. Ia memutuskan untuk memanjat pohon cherry di depan 

rumahnya. Dia sangat puas saat  sampai di puncak pohon lalu 

bernyanyi-nyanyi di sana.

Namun begitu melihat ke bawah ia merasa gamang dan tiba-tiba

saja ingin turun. Ia merasa tak bisa melakukannya. Tak seorang-

pun datang menolong sebab  kebetulan semua orang rumah 

-kecuali pembantu tua yang sibuk di dapur- sudah pergi. Si anak 

itu lalu  menangis keras. Rupanya pembantu tua itu segera 

sadar apa yang terjadi, tergopoh-gopoh ia berlari mencari sumber 

suara tangisan. Makin lama tangis si anak makin keras membuat 

pembantu makin panik. Untung saja seorang hansip kebetulan 

lewat di depan rumah itu.

16. LEAD SAPAAN

Kepada Willie Francis, LP New Iberia Los Angeles. Willie sayang, 

kiranya engkau ingin tahu peristiwa, saat  sembilan orang yang 

tak kau kenal, kumpul di istana marmer untuk memutuskan masa 

depanmu. Sebelumnya, mesin kursi listrikmu mati sehingga kau 

gagal ‘tewas’ dalam sengatan listrik pertama. lalu , sepuluh 

orang itu berunding dan menentukan apakah engkau harus meng-

ulang atau tidak  hukumanmu. Sayangnya, hanya empat dari sem-

bilan juri yang ditunjuk memerbolehkan kau tetap hidup.

BODY BERITA

Sesudah lead, bagian berita berikutnya disebut Tubuh Berita atau 

Body. Di sinilah tempat penguraian lebih lanjut tentang ‘What’, ‘Why’, 

dan ‘How’. Dengan perkataan lain, tubuh yaitu  penjabaran

lebih jauh dari Lead.

 Dalam contoh berita di atas (contoh 1), Judulnya yaitu :  

PREMAN TANAH ABANG TEWAS MENGGENASKAN USAI KERUSUHAN.

Dateline: Jakarta, Media (12/3), artinya berita ini  dibuat di 

Jakarta pada tanggal 12 Maret 2001 untuk kepentingan koran atau 

surat kabar ‘Media’.

 Unsur leadnya yaitu : “….Satu hari sesudah  kerusuhan di Tanah 

Abang Minggu malam, seorang preman Pasar Tanah Abang, Rozali

bin Joned, Senin pagi (12/3) ditemukan tewas menggenaskan 

dengan tubuh telanjang dan penuh luka bekas tusukan pisau di salah 

satu kios di pasar ini  yang habis terbakar”.

 Jadi, teras berita atau lead yaitu  unsur paling penting 

dari sebuah berita. Bila ruang yang tersedia di koran terbatas, maka 

bisa saja editor hanya akan memasang lead berita ini dan memotong 

bagian ‘body’ dan ‘ending’. Kendati dipotong pada bagian tubuh dan 

endingnya, secara keseluruhan informasi yang hendak diberikan 

sudah memadai dan bisa menjawab beberapa  pertanyaan penting 

khususnya unsur who, what, where, when, dan why.

 Unsur Body atau tubuh berita dari contoh di atas yaitu ….” 

Dari data kepolisian, diduga Rozali yang selama ini disebut ‘jagoan’

Tanah Abang ini tewas dikeroyok warga setempat yang muak 

melihat tingkah polahnya yang meresahkan warga. Kejadian ini sempat

membuat suasana Pasar Tanah Abang mencekam sejak Minggu 

malam hingga Senin siang. Apalagi sempat tersebar isu akan ada 

pembalasan dari teman-teman Rozali yang tewas mengenaskan”.

 sedang  ‘endingnya’ bisa berupa kesimpulan, pertanyaan 

atau kelanjutan dari lead dan tubuh berita. Dalam penulisan berita 

keras atau hardnews unsur ending tak lagi punya arti banyak sebab  

biasanya tak terlalu penting atau yaitu  penegasan atau pengu-

langan hal-hal penting yang disebutkan sebelumnya.

55

 Dari contoh ini  endingnya yaitu  “Suasana jalan di sekitar

Pasar Tanah Abang sejak Minggu malam hingga  Senin siang tampak 

sepi, tak banyak warga yang lalu lalang, beberapa  kios masih tutup 

dan di mana-mana banyak polisi dan anggota TNI bersenjata lengkap 

berjaga-jaga mengantisipasi keadaan”.

CONTOH: LIPUTAN INVESTIGATIF


CALON PILOT DI ERA KRISMON

Banyak “Merumput” Ketimbang Terbang18

JAKARTA --- Soeryo --bukan nama sebenarnya-- tak pernah mengira, 

tak mudah jadi calon pilot di era krismon ini. saat  mendaftar ke

Pendidikan dan Latihan Penerbangan (PLP), Curug, ia dan teman-

temannya tidak pernah mengangankan akan lebih banyak “merumput”

ketimbang berlatih terbang. Uang kuliah dan biaya lain-lain telah 

cukup banyak ia keluarkan untuk mewujudkan impian menjadi pilot.

Namun, kejanggalan yang dirasakan para taruna ini  tidak 

mendapat penjelasan pihak PLP.

 PLP yaitu  unit pengelola teknis di bawah Badan 

Pendidikan dan Latihan Departemen Perhubungan Republik Indonesia

yang terletak di Desa Curug, Kabupaten Tangerang, Jawa Barat. Sekolah

yang berada sekitar 50 kilometer sebelah barat Jakarta ini mendidik 

beberapa  ahli, baik di bidang penerbangan, teknik penerbangan, dan 

pendidikan lalu lintas udara.

18  Tulisan investigative ini cukup menimbulkan masalah, saya sempat ‘dicari-cari’ oleh oknum  PLP Curug tak 

lama sesudah  tulisan ini dimuat dan dikutip oleh media massa setempat. Cara mendapatkan data-data dan 

kesaksian dalam proses pembuatan tulisan ini amat sulit. Kalau saja tidak ada orang dalam yang mau bicara, 

maka tulisan ini tidak jadi disiarkan.

56

 Lingkungan kampus PLP dengan luas area 545 hektar tetap 

hijau tertata rapi dengan rumput-rumput halus yang terawat tangan-

tangan siswa. Istilah “merumput” yaitu  istilah populer di kalangan

para taruna sekolah ini untuk pekerjaan membabat rumput di 

seantero halaman kampus. 

 Di saat krisis ekonomi ini, taruna penerbang jarang sekali 

latihan terbang sebab  terbatasnya pesawat latih yang bisa 

dimanfaatkan untuk latihan. beberapa  taruna mengeluhkan berku-

rangnya porsi latihan terbang. Bahkan kalau dihitung dengan alokasi 

waktu, porsi untuk membabat rumput lebih besar ketimbang latihan 

terbang.

 Ingar-bingar deru pesawat latih yang biasanya jadi peman-

dangan biasa di Desa Curug ini nyaris tak terdengar lagi. Suasananya 

teramat sepi untuk sebuah lembaga pendidikan bagi calon penerbang

komersial.

 beberapa  taruna yang tak mau disebut namanya mengakui, 

di tengah era krisis moneter ini jadwal latihan terbang mereka amat 

berkurang walau biaya yang mereka keluarkan tetap sama. “Kita tak 

berani protes dan tolong jangan sebut nama saya sebab  senior saya 

galak,” ujar MN (18), seorang calon penerbang. Ia mengeluh sebab  

dalam seminggu mereka lebih banyak membabat rumput ketimbang 

latihan terbang.

 Kalau dulu, ujarnya, dalam satu hari di PLP Curug sedikitnya 

ada 10 hingga 12 jam latihan penerbangan. “Tapi, saat krismon ini 

paling banter hanya empat jam, itu saja jatahnya taruna calon pener-

bang senior,” ujar lelaki tinggi besar itu. Paling sial memang menjadi 

taruna junior, ujar MN lagi, setiap hari dalam satu minggu mereka 

hanya dijejali pelajaran teori terbang dan “praktek” membabat 

rumput lapangan yang lumayan luasnya.


 Lain lagi dengan pendapat PR (20), siswa kelas III penerbangan

PLP. Selain soal berkurangnya porsi latihan akhir-akhir ini, ia 

merasakan juga banyak kejanggalan yang harus dipenuhi oleh siswa 

sejak masuk PLP. 

 Menurutnya, para taruna diwajibkan membayar US$200 

dengan alasan untuk asuransi terbang. Namun, saat  taruna 

meminta tanda terima kwitansi pembayaran, pihak PLP tidak 

bersedia memberikannya. Kalau ditanya mengapa kuitansi tidak 

diberi, pihak sekolah hanya mengatakan bukti kuitansi disimpan 

oleh sekolah. “Kami pernah meminta tanda terima pembayaran itu 

kepada kepala Pusat Pendidikan PLP Curug, tapi tidak diperoleh 

jawaban,” ujar PR lagi.

 Selain uang biaya asuransi terbang, taruna juga diwajibkan 

membeli peralatan pendukung untuk terbang seperti headset sebesar

US$125. “Peralatan itu harus dibeli oleh taruna. Jika tidak, maka 

taruna itu tidak diizinkan terbang,” jelas PR. 

 Bagaimana bila ada taruna yang nekat tak mau membayar 

biaya ini ? Menurutnya, itu berakibat fatal. Gara-gara tidak 

sanggup membeli peralatan ini , jelas PR kembali, seorang 

taruna pernah tak diizinkan terbang di Lapangan Udara Ahmad Yani, 

Semarang, Jawa Tengah yang juga base camp PLP.

 Bukan cuma biaya headset, setiap taruna juga disuruh mem-

beli keset kaki seharga Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu dari PLP Curug. 

Anehnya, keset itu tidak pernah dipakai untuk keperluan taruna atau 

keperluan Pusat Pendidikan.

 Pihak Pusat Pendidikan juga memaksa taruna untuk membeli 

buku teori sebanyak 24 jilid seharga Rp 500 ribu hingga Rp 600 ribu. 

Untuk kasus  buku ini, memang ada sedikit kejanggalan yang 

dirasakan siswa, khususnya siswa yang tidak mampu. “Pihak Pusat 

Pendidikan melarang siswa untuk meng-copy atau memperbanyak 

buku terbitan Selandia Baru itu, padahal bagi beberapa  siswa harga 

buku teori itu terlampau mahal,” ujar PR.

Tak Secanggih Dulu

Lain dulu, lain sekarang. PLP Curug akhir-akhir ini memang cend-

erung menurun dalam hal kualitas. Ini terbukti dari terbatasnya pe-

sawat latih yang dipakai  oleh para calon penerbang. Padahal keti-

ka masuk PLP, mereka diiming-imingi adanya fasilitas memadai agar 

bisa menjadi penerbang handal.

 PLP memiliki asrama taruna berkapasitas 1.100 tempat tidur, 

30 ruang kelas, 2 ruang kelas komputer, sebuah laboratorium baha-

sa dan sebuah ruang serba guna. Dari brosur yang dikeluarkan oleh 

Hubungan warga  PLP Curug, pihak pengelola menyediakan se-

jumlah sarana praktek penerbang bagi calon penerbang. Disebutkan 

bahwa PLP memiliki sedikitnya 51 pesawat bermesin satu untuk

latihan para siswa. PLP juga menyebutkan bahwa mereka memiliki 8 

pesawat multi-engine. Para siswa juga dapat berlatih dengan meng-

gunakan 6 simulator.

 Selain itu, masing-masing taruna penerbang juga dapat 

memanfaatkan peralatan komputer response atau ruang video yang 

didesain persis seperti aslinya. Ditambah juga fasilitas dua buah 

run ways and airport yang memudahkan calon penerbang untuk 

mengenal lebih jauh bidang tugas sehari-hari.

 Tapi itu dulu. Saat ini, jam latihan terbang bagi calon pener-

bang jauh berkurang akibat begitu mahalnya suku cadang pesawat 

dan biaya operasional, selain jumlah pesawat yang juga dibatasi. 

Bagaimana mungkin bisa menghasilkan pilot yang profesional bila 

jam latihan terbang mereka amat berkurang?

Pesawat Dibatasi

Lalu bagaimana tanggapan para instruktur PLP Penerbangan?

beberapa  instruktur PLP yang tak mau disebutkan namanya menga-

takan, kendala dalam latihan penerbangan yaitu  sebab  pesawat 

latih dibatasi oleh pihak PLP. 

 Dhimas (nama samaran), salah seorang instruktur, menga-

takan bahwa hingga saat ini PLP Curug tinggal memiliki 41 pesawat 

latih. sedang , pesawat latih yang dipakai  oleh para instruktur 

yaitu  pesawat latih jenis Tobago TEM-700.

 Menurutnya, pihak PLP kurang memperhatikan perawatan 

dan penggantian suku cadang bila pesawat mengalami kerusakan. 

“Bila seandainya ada pesawat latih yang rusak atau harus diganti, 

maka pihak PLP menggantinya dari suku cadang pesawat sejenis,” 

ujar Dhimas.

 Saat ini, ujar para instruktur, dengan jumlah taruna penerbang

sebanyak kurang lebih 100 orang dan jumlah latihan penerbangan 

hanya 4 jam sehari, wajar saja bila banyak siswa, khususnya siswa 

junior, yang tidak terbang.

 Kondisi ini sebenarnya amat mengganggu calon penerbang 

untuk dapat menguasai profesinya kelak sebagai pilot. “Ada berbagai 

tingkatan dalam latihan penerbangan bagi para taruna, yaitu latihan 

terbang solo, terbang untuk mencapai Private Pilot License (PPL), 

dan latihan terbang mencapai Commercial Pilot License (CPL),” kata 

Dhimas.

 Ketentuan terbang sendiri bagi seorang taruna maksimal 20 

jam dengan toleransi 2 jam. sedang  untuk mencapai PPL, seorang 

taruna penerbang harus sudah mengantongi 60 jam terbang, dan 

untuk meraih sertifikat CPL seorang taruna harus sudah mengantongi

antara 80 jam hingga 120 jam. “Untuk lulus dari PLP Curug, maka

seorang taruna penerbang harus sudah mengantongi 160 jam hingga 

200 jam,” jelas Dhimas lagi.

 Bila seorang taruna penerbang mendapat sertifikat PPL, dia 

diperkenankan mengemudikan pesawat tanpa didampingi instruktur.

sedang  bila telah mencapai CPL, seorang taruna diperkenankan 

mengemudikan pesawat dengan membawa penumpang.

 Sedikitnya pesawat latih dan sangat kurangnya jadwal latihan

memicu  tak semua calon penerbang berlatih terbang setiap

hari. Akhirnya, mereka hanya belajar teori dan mengisi jam-jam 

kosongnya dengan membabat rumput. Jadi, bila dibandingkan dengan

porsi mereka untuk latihan terbang, porsi memotong rumput jauh 

lebih banyak. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kualitas pilot 

lulusan PLP dengan sistem pendidikan seperti ini?

 Sementara itu, sebuah sumber dari Departemen Perhubungan

menyebutkan bahwa dalam rancangan anggaran sebelumnya 

(RAPBN), soal suku cadang pesawat latih di PLP Curug memang 

tidak ditanggung lagi oleh negara. Pos ini sudah dicoret oleh pihak 

Dephub. “Jadi, wajar saja bila akhirnya soal suku cadang pesawat, 

bila rusak, mesti diganti oleh PLP sendiri,” ujar sumber yang tak mau 

disebut namanya itu. kasus  ini  tak mendapat sambutan 

yang baik saat  coba dikonfirmasikan kepada pihak pengelola PLP 

Curug. Bahkan Kepala Pusat Pendidikan taruna PLP Curug, Yofridon 

G. Situmeang, tak mau memberi jawaban saat  dikonfirmasi lewat 

telepon.

 sedang  Irwan, salah seorang staf humas PLP, tak mau men-

jawab saat dikonfirmasi soal sedikitnya jam latih para taruna. “Kalau 

bisa Anda kirimkan surat pertanyaan Anda ke PLP Curug, dituju-

kan kepada Kepala PLP, Soenaryo. Bisa dialamatkan ke Curug atau 

juga ke Dephub, Jalan Merdeka Barat, sebab  beliau yaitu  Dirjen

Perhubungan Udara Dephub,” ujar Irwan.

 Permintaan pihak humas PLP untuk mengirimkan daftar 

pertanyaan sudah dipenuhi pada Senin, 19 Oktober 1998, namun  

sampai tulisan ini dibuat pihak humas atau pengelola PLP Curug 

belum memberikan tanggapan.

(Indiwan Seto Wahju Wibowo yaitu  wartawan LKBN ANTARA dan 

peserta Program Beasiswa untuk Wartawan LP3Y-L pada tahun 1998)

Hak Cipta ©1998

Institut Studi Arus Informasi


NON BERITA

Non berita yaitu  tulisan-tulisan di luar berita yang dihasilkan 

oleh wartawan. Dalam sebuah berita penulis atau wartawan hanya 

mengungkapkan apa yang dilihat, didengar atau dirasakan saja (fakta)

namun  dalam tulisan non berita, yang diungkapkan penulis yaitu  

buah pikir penulis atas fakta. Dengan kata lain, penulis hanya men-

jadi perantara/jembatan antara peristiwa dengan pembaca sebab  

fakta hanya disampaikan apa adanya. sedang  dalam Non Berita,

penulis mengungkapkan hasil pemikiran sendiri atas fakta-fakta 

diolah terlebih dahulu-.

JENIS-JENIS NON BERITA

1. Artikel: Karangan Faktual tentang sesuatu soal secara lengkap yang 

panjangnya sering tak tentu untuk dimuat di media massa dengan 

tujuan untuk menyampaikan gagasan serta fakta guna meyakin-

kan, mendidik atau menghibur pembaca

2. Karangan Khas (feature): Karangan khas yaitu  artikel yang 

ditulis secara kreatif dan subyektif terutama untuk menghibur dan 

memberitahu pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau salah 

satu segi kehidupan manusia. Aspek human interest yaitu  

aspek yang paling menonjol. Dalam membuat sebuah karangan 

khas, kita harus memulainya dengan sesuatu yang menarik perha-

tian dan mengakhirinya dengan sesuatu yang selalu diingat.


3. Tajuk Rencana: Suatu tulisan yang membahas suatu topik yang 

hangat yang yaitu  pendapat resmi surat kabar bersangkutan.

Tujuannya antara lain untuk mempengaruhi pembaca, memberi-

tahu dan mendidik pembaca.

4. Pojok: Pojok juga milik redaksi surat kabar bersangkutan yakni 

tulisan singkat dengan gaya ironi mengenai sesuatu yang dianggap 

meresahkan warga . Dengan lain perkataan, pojok yaitu  

tulisan pendek berisi kritikan atau sindiran redaksi atas suatu pokok 

kasus  yang diungkapkan secara singkat, tajam dan bersifat 

humor.

5. Karikatur: Gambar yang mengekspresikan opini pembuatnya yang 

umumnya berisi kecaman/sindiran dengan gaya humor. Sementara

menurut Jaya Suprana dalam karyanya ‘Kartun dan Karikatur 

jangan Disamakan (Kompas 29 Juni 1986) menyebut bahwa 

karikatur yaitu  suatu gambar melucu dengan sekedar melebih-

lebihkan ciri khas bentuk suatu objek benda atau makhluk tanpa 

banyak unsur narasi.

6. Surat pembaca: Surat dari pembaca surat kabar yang memperta-

nyakan atau membahas suatu kasus  di tengah warga .

7. Kolom: Tulisan yang yaitu  ungkapan spontan penulis dalam 

mengulas satu keadaan sosial yang dilihat dan diamati lain dari 

penglihatan dan pengamatan orang awam. Biasanya ditulis den-

gan gaya ceplas-ceplos kadang humoristis dan bersifat individual.

STRUKTUR NON BERITA

Sebagaimana Berita, Non Berita juga memiliki struktur atau susunan 

tulisan tertentu, namun  tentu saja bisa lebih bebas ketimbang berita. 

Bentuknya pun tidak mesti Piramida Terbalik, bisa saja kotak atau 

lonjong sesuai dengan keinginan penulisnya.

 Perbedaan mendasar yaitu  bahwa pada non berita biasanya 

tidak memiliki baris tanggal selain itu berita jarang memakai penutup,

sedang  pada Non berita ‘penutup’ terkadang sama pentingnya 

dengan Lead.


CONTOH ARTIKEL


KAPANKAH LUKA ACEH BISA TEROBATI?

Oleh Indiwan Seto Wahju Wibowo

Reporter LKBN ANTARA 

ACEH --- ABRI memang telah melepas predikat Daerah Operasi 

Militer (DOM) dan menarik pasukan-pasukan nonorganiknya dari 

Aceh. Namun, tampaknya kasus  belum selesai begitu saja. 

Upaya pengejaran, penculikan, bahkan pembunuhan masih terjadi di 

beberapa  wilayah Aceh yang dianggap rawan terhadap anasir-anasir

berbau Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Atau inikah yang disebut 

sebagai upaya ABRI untuk kembali memulai aktivitas operasi 

militernya sesudah  predikat DOM bagi Aceh dicabut, Agustus 1998?

 Salah satu contoh insiden itu terjadi pada awal Februari 1999 

dini hari di kawasan Idi Cut, Aceh Timur. Sedikitnya enam orang 

dipastikan tewas mati diberondong petugas berseragam loreng 

macam ABRI.

 Empat warga Aceh Timur melaporkan kehilangan anggota

keluarganya sesudah  mengikuti Dakwah Aceh Merdeka di Idi Cut. 

Keempat orang yang belum kembali ke rumahnya itu diduga telah 

menjadi korban dalam kasus penembakan saat pembubaran massa 

oleh aparat di depan Markas Koramil Idi Cut ini .

 

 Identitas orang hilang itu lalu dilaporkan keluarganya ke 

Posko Pencarian Korban yang bermarkas di tepian Sungai Arakun-

doe, Aceh Timur. Penyampaian laporan ke Arakundoe, sebab  pihak 

keluarga menduga orang-orang yang hilang itu telah terbunuh dan

mayatnya dibuang ke dalam sungai ini  bersama enam mayat 

yang sudah ditemukan dalam tiga hari terakhir. Menyusul laporan

empat orang hilang itu, Razali Muhammad, Ketua Tim Pencari 

Korban di Sungai Arakundo, menduga bahwa keempat nama yang 

hilang itu telah menjadi korban penembakan dan mayatnya dibuang 

ke Sungai Arakundo yang saat itu berarus sangat deras.

 Korban lain dilaporkan hilang yaitu  Muhammad A.R., pen-

duduk Desa Bukit Jok, Kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur. Korban 

pada malam itu dipastikan menghadiri Dakwah Aceh Merdeka di 

Desa Matang Ulim, Idi Cut. sesudah  itu ia tak pernah kembali lagi ke 

rumahnya. Pihak keluarga mengaku telah mencarinya ke berbagai

tempat, termasuk kantor polisi, rumah sakit, dan puskesmas-

puskesmas.

 Ketua Lembaga Pembelaan Lingkungan Hidup dan Hak Asasi 

Manusia (LPLHAM) Aceh, Yusuf Ismail Pase, S.H., dan beberapa  aktivis

Forum Peduli HAM Banda Aceh menduga kasus pembantaian pen-

duduk sipil di Idi Cut sebagai kasus terencana. Ada beberapa  bukti 

yang menunjukkan adanya rekayasa di balik pembunuhan terhadap 

beberapa  orang yang diduga menjadi aktivis GAM ini.

 Abdul Gani Nurdin, anggota Dewan Penasihat FP HAM Aceh 

di Banda Aceh bahkan mengatakan, ia melihat sendiri karung yang 

diisi batu sebagai pemberat mayat -- yang ditemukan di jembatan 

Arakundo, bertuliskan nama salah seorang oknum ABRI.

 Dengan temuan itu, dugaan bahwa pembantaian itu memang 

dilakukan aparat keamanan bertambah kuat. Dari karung yang 

bertuliskan nama oknum itu, paling tidak menunjukkan tersangka 

pembantaian berada di sekitar markas Koramil setempat.

 Yusuf Ismail Pase menuturkan, korban-korban yang tidak 

berdaya itu diangkut dengan truk aparat keamanan dan lalu  

diketahui dibawa ke jembatan lama Arakundo, Desa Blang Ni. Saat 

itu sekitar pukul 2.30 tidak ada yang tahu berapa jumlah korban yang 

diangkut dengan truk.

 Selain saksi korban yang masih hidup, ada pula warga Desa 

Blang Ni yang menyaksikan atraksi di atas jembatan Arakundo itu 

pada pukul 3.00 WIB. Meski malam, tapi dengan cahaya bulan yang 

terang semua yang terjadi dapat dilihat dalam remang-remang 

dari jarak 150 meter. Selain itu, ada saksi di seberang sungai yang

mendengar suara jeritan minta tolong dan tangisan dari arah jem-

batan. 

 Seorang saksi di desa Blang Ni sekitar pukul 3.00 pagi keluar

rumahnya untuk buang air kecil. Ia sempat melihat cahaya lampu 

truk dan berhenti di sekitar kedai desa Blang Ni, lalu  cahaya 

lampu padam. Saat itu bulan sedang terang, hingga warga tadi dapat 

melihat samar-samar banyak orang menuju jembatan.

 Pagi harinya sesudah  matahari terbit, saksi menuju ujung jem-

batan dan menemukan ceceran darah kental yang mewarnai tepi 

jembatan. Ia memberi tahu warga yang lain. Saat itu masih menjadi

tanda tanya apa yang telah terjadi, sebab  warga Blang Ni belum 

mendengar ada peristiwa di Idi Cut. Tak lama lalu , beberapa  

warga dari Idi Cut berdatangan untuk melihat darah itu dan mereka

menduga korban-korban peristiwa Idi Cut dibuang ke Sungai 

Arakundo.

 Atas inisiatif warga desa dimulailah pencarian dalam air dan 

dugaan mereka ternyata benar. Warga menemukan mayat-mayat 

yang diganduli batu dalam karung beras yang dibuang di bawah 

jembatan tak jauh dari lantai jembatan yang berdarah.

 Dari bukti-bukti ini , kedua pejuang HAM Banda Aceh itu 

menduga bahwa kasus pembunuhan itu sudah direncanakan sejak

semula. Banyaknya pembunuhan oleh oknum aparat keamanan 

dengan dalih menumpas Gerakan Aceh Merdeka, seolah hilang


tanpa bekas, tanpa ada yang mengungkap atau mengusut tuntas 

kebenarannya.

Penembakan Misterius

Kebanyakan dari jenasah yang tidak dikenal ini ditemukan di Aceh 

Utara dan Aceh Timur. Kedua tempat ini memang diyakini aparat kea-

manan sebagai basis wilayah gerakan pemberontak. Namun, ada juga 

beberapa mayat yang ditemukan di wilayah perbatasan Sumatera

Utara.

 Dari laporan media massa setempat, setidaknya ada 30 cara 

penyiksaan para korban DOM, mulai dari rumah dibakar, barang 

dijarah, digantung, bahkan diperkosa di depan anak atau direndam 

dalam air dan tinja. digantung, bahkan diperkosa di depan anak atau 

direndam dalam air dan tinja. 

 Nyak Maneh sekitar tanggal 1 Mei 1998 dilaporkan telah 

diperkosa di depan anaknya oleh oknum penyiksa di Pos Sattis I, Tiro 

Pidie. Atau Adam Puteh ditemukan tergantung dan dipukuli, di desa 

Cot Tunong, Pidie, pada 1991. Penderitaan lain diterima oleh Umar 

Ibrahim yang terpaksa harus berendam dalam air berisi tinja saat 

diperiksa di Pos Sattis, Jiem-Jiem, Pidie.

 Kekhawatiran dan ketakutan warga  di beberapa  tempat 

di Aceh, khususnya di Lhok Seumawe, Pidie, dan Aceh Timur justru 

bukan kepada gerombolan Aceh Merdeka, tapi oknum aparat keamanan

yang berpakaian preman. Sebagaimana harapan Nurma, istri mendi-

ang Nurdin yang tewas oleh ABRI sebab  dianggap aktivis GAM, para 

pelaku kejahatan tak berperikemanusiaan di Aceh harus diadili. “Soal 

merdeka nanti dulu, yang penting luka hati ini harus diobati. Dan 

pernyataan maaf dari ABRI bukanlah jawaban yang menyejukkan

hati,” ujar salah satu dari sekitar 3 ribu janda korban kebengisan 

aparat keamanan saat DOM di Aceh.

(Indiwan Seto Wahju Wibowo yaitu  wartawan LKBN Antara)


CONTOH  2

Lhok Seumawe, Aceh

23 Februari 1999

1.549 kata

JERITAN DARI KAMPUNG JANDA KORBAN DOM ACEH

Oleh: Indiwan Seto Wahju Wibowo

Reporter Crash Program

LHOK SEUMAWE --- Bila bulan puasa tiba dan Lebaran menjelang, 

kesedihan lagi-lagi menggayut di hati janda-janda di kampung janda 

di Cot Keng, di kaki bukit Ulee Glee, Pidie, sekitar 180 kilometer dari 

Banda Aceh. 

 Setiap Ramadhan tiba, ratusan anak yatim dan sanak keluarga

korban kebrutalan oknum aparat keamanan saat  Aceh dijadikan

daerah operasi Militer (DOM) teringat kembali pada peristiwa 

mengerikan di bulan Ramadhan 1991 lalu.

 Kampung Cot Keng yang terletak 100 kilometer dari kota 

Lhok Seumawe –-ibu kota Kabupaten Aceh Utara-- saat  DOM diber-

lakukan dikenal sebagai kampung janda, sebab  kebanyakan peng-

huninya yaitu  wanita dan anak-anak yang suaminya tewas dibunuh 

oknum aparat keamanan dengan tuduhan terlibat Gerakan Aceh 

Merdeka (GAM).

 Saat DOM diberlakukan di Aceh setidaknya ada sekitar 25 janda

di kampung ini, namun  jumlahnya makin berkurang akhir-akhir ini 

sebab  sebagian dari mereka pergi ke tempat lain untuk mengubah 

nasib. Pada masa pasca-DOM jumlah janda yang tetap bertahan di 

kampung ini  tinggal tujuh orang.


 saat  penulis berkunjung ke kampung ini  beberapa 

hari sesudah  Lebaran 1419 H, rasa takut dan was-was masih terasa 

di dusun yang sunyi terpencil ini. “Maklumlah, kami ini orang desa. 

Jadi, masih takut bila kedatangan orang asing, apalagi bila mereka 

berkata-kata dalam bahasa Indonesia yang jarang mereka pahami. 

Lagipula, mereka beranggapan bahwa orang yang berbahasa Indonesia

yaitu  orang yang berasal dari Jawa, padahal kebanyakan penyiksa 

berasal dari tanah Jawa,” ujar salah seorang warga Cot Keng.

 Wawancara dan tanya jawab dengan beberapa  janda korban 

DOM di desa Cot Keng ini memang sulit sebab  mereka mayoritas 

tak mengerti bahasa Indonesia, sehingga kehadiran seorang sukare-

lawan Palang Merah Sigli yang mengantar penulis, sangat berharga 

untuk menjembatani jurang bahasa ini.

 Di ujung desa yang kini dihuni oleh sekitar 178 jiwa atau 40 

kepala keluarga ini ada sebuah kedai kopi tempat warga setempat 

beristirahat sesudah  bekerja di ladang. Tak jauh dari sana ada sebuah 

meunasah atau mushola sederhana yang pada 1991 jadi saksi bisu 

kekejaman oknum aparat keamanan terhadap mereka yang dituduh 

membantu atau terlibat GAM.

 Meunasah berukuran 7x12 meter bercat hijau itu menyimpan

kenangan pahit, bahkan teramat tragis, bagi janda-janda warga 

kampung DOM, sebab  di sanalah setiap saat, siang dan malam, 

para lelaki dewasa tetua desa mereka disiksa aparat keamanan agar 

memberitahu siapa oknum pentolan pendukung Hasan Tiro.

 “Kalau saya ingat malam itu, saya jadi sedih sekali teringat 

bapak,” ujar Ny. Muhammad Ali –janda mantan Keuchiek– sebutan 

tetua atau kepala desa -- Cot Keng. Terbata-bata dan hampir bergetar,

janda yang suaminya tewas ditembak itu tak kuasa meneruskan 

ceritanya sebab  sebentar-sebentar tangannya mengusap air mata 

yang jatuh di kerut merut pipinya yang hitam legam termakan usia 

dan penderitaan.


 “Saya tak tahu apakah suami saya terlibat Aceh Merdeka.

Sebagai keuchiek ia memang tetua di sini. Tapi kenapa Bapak dibunuh

begitu rupa, begitu kejam. Mengapa ABRI begitu,” ujar wanita yang 

umurnya sudah mendekati enam puluh itu sambil menangis.

 Wajar jika kesedihan wanita yang telah delapan tahun men-

janda ini menjadi-jadi, sebab  bila Ramadan datang dan Lebaran 

menjelang kenangan pahit penyiksaan, penganiayaan, dan pembunuhan

terhadap suaminya muncul kembali.

 Peristiwa “penggerebekan”, istilah penduduk untuk operasi 

ABRI dalam menumpas Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) Aceh 

Merdeka terjadi saat  beberapa  oknum aparat keamanan datang 

ke desa ini , menggedor seluruh pintu dan membangunkan 

mereka dengan letusan senjata api. lalu  aparat keamanan 

masuk ke semua rumah, mengobrak-abrik tanpa permisi dahulu, 

mencari segala sesuatu yang berbau GAM. Lokasi Cot Keng memang 

terletak di kaki bukit Ulee Glee yang diendus aparat keamanan sebagai 

basis pendukung perbekalan bagi gerombolan GAM yang bergerilya di 

hutan-hutan.

 “Waktu itu jelas kami tak tahu apa-apa. Sebab, jangankan 

menjadi pendukung Aceh Merdeka, buat makan saja sudah tak cukup,”

ujar Mahmud, warga Cot Keng yang selamat dari penangkapan dan 

penganiayaan sebab  sempat menghilang ke beberapa  tempat guna 

menghindari aparat keamanan.

 Keuchiek Muhammad Ali, sebagai kepala desa, dan sedikit-

nya 25 lelaki dewasa lalu  dibawa aparat keamanan dan hingga 

kini kebanyakan hilang tak terbekas. Baru di lalu  hari, mayat 

beberapa  warga Cot Keng ditemukan tertembak di hutan, termasuk 

jasad Ali. Sebelum dibawa, hampir semua penduduk dewasa sempat 

disiksa dan dipukuli oknum aparat keamanan. Mereka dipaksa untuk 

mengaku sebagai simpatisan GAM dan memberi tahu keberadaan 

para pemberontak.


 Kepada penulis, beberapa  warga menunjukkan tempat-

tempat di mana oknum ABRI menyiksa dan menganiaya mereka. Salah 

satunya yaitu  Meunasah Cot Keng yang hingga saat ini menyimpan 

misteri kebengisan ABRI terhadap mereka yang dituduh sebagai 

anggota GAM. “Saya tak tahu mereka dari mana, tapi yang paling 

kejam itu namanya Sambulon (mungkin yang dimaksud Simbolon, 

red.),” kata wanita itu sambil terisak. Berita terakhir yang didapat 

warga desa, tentara kejam yang pernah menyiksa mereka siang dan 

malam itu sudah dipindah tugaskan entah ke mana.

 Penderitaan Ny. Ali, seorang warga kampung janda, yaitu  

salah satu ekses mengerikan dari diterapkannya Aceh sebagai DOM. 

Padahal di Aceh ada beberapa  kampung janda.

 Kampung janda korban DOM juga ada di Rengkam, dekat Lhok 

Seumawe, Aceh Utara, yang dihuni oleh ratusan anak yatim yang tak 

tahu bagaimana merajut hari esok yang lebih baik. Bila menyimak 

data yang dikeluarkan oleh Palang Merah Kabupaten Pidie tentang 

jumlah janda korban DOM di Aceh 1991-1998 lalu, tak terasa bulu 

tengkuk akan berdiri.

 Sedikitnya tercatat 1.088 janda korban DOM Aceh di Kabupaten

Pidie. Jumlah ini teramat banyak mengingat Komnas HAM mendata 

sedikitnya ada 3 ribu janda dan 15 ribu hingga 20 ribu anak yatim 

korban DOM untuk seluruh Provinsi Aceh.

 

 Daerah yang paling banyak ada  janda korban DOM di 

Kabupaten Pidie yaitu  Kecamatan Gempang dengan 149 janda, 

lalu  Kecamatan Tangse dengan 124 janda. Hanya di Kecamatan 

Indrajaya yang punya sedikit janda, yakni hanya satu janda korban 

keganasan aparat keamanan.

 Jumlah anak yatim korban DOM di Kabupaten Pidie tercatat 

1.113 orang dan semuanya hingga kini amat membutuhkan perha-

tian sebab  bila sebuah keluarga dicap “terlibat” GAM, mau tak mau


tetangga-tetangga dan sanak saudara akan menyingkir sebab  takut 

terkena derita yang sama. Sebagaimana yang dialami oleh janda-

janda di kampung janda Cot Keng. sesudah  suami mereka mati 

dibunuh gara-gara dituduh pendukung GAM penderitaan seolah tak 

putus-putusnya menimpa sisa-sisa keluarga mereka.

 Sejak 1991 hingga 1998 ini warga kampung lain di Cot Keng 

masih takut berhubungan dengan janda para korban DOM. Pre-

dikat “janda DOM” tetap mereka sandang sebab  laki-laki lain takut 

mendekati mereka. 

 “Saya harus memberi makan anak-anak saya sendirian. 

Tetangga tak mau membantu sebab  takut sama ABRI, sebab mem-

bantu saya nanti dituduh simpatisan GPK. Itulah sebabnya saya 

pulang ke rumah orang tua dan meninggalkan rumah kami yang ha-

bis dirusak aparat keamanan,” ujar Ny. Nurma janda almarhum Nur-

din –salah satu janda korban DOM di Kabupaten Pidie.

 Bagi wanita yang tetap tabah saat ditinggalkan suaminya 1991 

lalu, menjadi janda dengan predikat istri GPK terasa amat menyakit-

kan, padahal belum tentu apa yang dituduhkan kepada suaminya 

benar adanya. “Tak ada pengadilan, tak ada pembelaan. Suami saya 

langsung dibawa, dibunuh. Bahkan anak lelaki saya juga dibunuh 

dengan kejam. saat  mayat anak lelaki saya hendak dikuburkan 

tetangga saya, aparat keamanan justru melarang. Bahkan mereka 

bilang kasih anjing saja, jangan dikubur,” ujar Ny. Nurma yang hingga 

kini masih trauma bila mengingat masa lalunya yang kelam.

Bisakah Tabah?

Sementara itu, mantan Camat Sigli yang saat ini menjabat asisten 

Setwilda Kabupaten Pidie, Muhamad Nasir, amat mengharapkan 

agar para janda korban DOM dan keluarga korban tindak kekerasan 

di Aceh tetap tabah dan tidak berniat balas dendam. “Anggap saja 

yang terjadi itu yaitu  cobaan dari Allah SWT,” ujarnya.


 Ia minta agar para korban DOM tetap tabah menghadapi ujian

berat kehidupan ini dan jangan tergores di hati untuk melakukan 

balas dendam dengan main hakim sendiri “Kita hendaknya mampu 

mengendalikan emosi dalam menghadapi musibah yang menelan 

banyak korban jiwa di Aceh,” ujarnya.

 Menurut Nasir, para keluarga korban tindak kekerasan telah 

menerima bantuan beasiswa dari Pemerintah Kerajaan Denmark 

melalui Yayasan Leuser International (YLI) dan bantuan presiden 

berupa dana serta bantuan silaturahmi berupa sapi dan gula pasir.

 Namun walaupun sudah ada bantuan mengalir, Ny. Nurma 

(48) warga Desa Sanggeuh, Kecamatan Sigli, mengatakan, bukan per-

soalan ekonomi yang sebenarnya dibutuhkan oleh keluarga korban 

DOM.

 Yang cukup mengganjal di hati Ny. Nurma dan ratusan bahkan

ribuan janda korban DOM yaitu  perhatian pemerintah untuk menin-

dak tegas para pelaku, khususnya yang bertanggung jawab terhadap 

operasi militer di Aceh pada 1991 -- 1998. “Bagi saya bukan persoal-

an ekonomi semata yang perlu dipikirkan. Soal itu Alhamdulillah 

masih bisa diatasi. Namun, hati ini selalu bertanya-tanya mengapa 

sampai saat ini pemerintah tidak menindak tegas para pelaku aksi 

kekerasan di Aceh,” ujar Ny. Nurma.

 

 Pertanyaan senada juga dilontarkan oleh Ny. Ismail, warga 

Pidie yang suaminya tewas mengenaskan sebab  dituduh sebagai 

aktivis GAM pada 1991 lalu. “Kita tak butuh maaf dari ABRI, sebab 

walaupun ABRI minta maaf, itu tak akan kami terima. Yang lebih 

kami inginkan, pemerintah segera menindak siapa saja yang ber-

salah.” “Hingga sekarang rasa benci pada aparat keamanan belum 

juga pupus dari hati saya, apalagi anak-anak. Mereka masih trauma 

melihat jasad ayah mereka yang tewas ditembak, telinga dipotong, 

dan kaki patah gara-gara dituduh anggota GPK,” ujar Ny. Ismail.


 Bagi Ny.Nurdin dan Ny.Ismail, pemerintahan Bacharuddin 

Jusuf Habibie harus berani menindak siapa pun yang telah menodai 

negeri Serambi Mekah ini dengan darah dan kekejaman yang sangat

bertentangan dengan dogma yang tercermin dalam lima Sila 

Pancasila.

 “Paling tidak, dengan adanya tindakan tegas bagi para pelaku 

kejahatan ini  bisa sedikit mengobati kesedihan dan penderi-

taan yang harus dirasakan tahun demi tahun ini. Sekaligus, bisa 

menumbuhkan lagi kepercayaan rakyat Aceh, khususnya korban 

DOM Aceh kepada pemerintah pusat.”

 Mungkin tak berlebihan jika harapan dan jeritan para janda 

dan anak yatim korban DOM ini lebih didengarkan dengan suara hati 

yang tak pernah mau menipu siapa pun yang cinta kepada kebenaran 

dan keadilan.

(Indiwan Seto Wahju Wibowo yaitu  wartawan LKBN Antara dan pe-

serta Program Beasiswa untuk Wartawan LP3Y-LPDS-ISAI)

Contoh Kolom Tempo

Kang Sejo Melihat Tuhan

oleh Mohammad Sobary

TUHAN TERSENYUM

Don’t take your organs to heaven

Heaven knows we need them here.

Pernahkah Tuhan tersenyum, atau melucu? Dalam kitab suci tak saya 

temukan dua hal itu. Begitu juga dalam hadits nabi. Pemahaman tek-

stual saya atas agama terbatas. Pengajian  saya masih randah, kata 

orang Minang. Tapi kalau soalnya Cuma “adakah khatib yang melucu, 

atau marah,” saya punya data.

 Di tahun 1978,  seorang khatib melucu di masjid UI Rawama-

ngun. Akibatnya, jemaah yang tadinya sudah liyep-liyep jadi melek 

penuh. Mereka menyimak pesan Jumat,  sambil senyum. Tapi khatib 

ini tak cuma menghasilkan senyum itu. Ia diganyang oleh khatib yang 

naik mimbar Jumat berikutnya.

 

 “Agama bukan barang lucu,” semburnya. “Dan tak perlu di-

bikin lelucon. Mimbar Jumat bukan arena humor. sebab  itu, sengaja 

melucu dalam khotbah dilarang ...”

 

 Vonis jatuh. Marah khatib kita ini. Dan saya mencatat “tamba-

han” larangan satu lagi. Sebelum itu demonstrasi mahasiswa sudah 

dilarang “yang berwajib”. Senat dan Dewan dibekukan. Milik maha-

siswa yang tinggal satu itu, “melucu buat mengejek diri sendiri”, akh-

irnya dilarang juga.

 

 Kita memang perlu norma. Tapi juga perlu kelonggaran.  Maka, 

saya khawatir kalau menguap di masjid bakal dilarang. Siapa tahu, 

di rumah Allah hal itu tak sopan. Buat jemaah  yang suka menguap 

macam  saya, sebab  jarang setuju dengan isi khotbah, belum adanya 

larangan itu melegakan.

 

 Saya dengar Komar dikritik banyak pihak. Soalnya, dalam 

ceramah agamanya ia melucu. Tapi Komar punya alasan sahih. Ia, 

konon, sering mengamati sekitar. Di kampungnya, banyak anak muda 

tak tertarik pada ceramah agama.

 

“Mengapa?” tanya Pak Haji Komar.

 

“sebab  isinya cuma beberapa  ancaman neraka.”

 

 Wah... Itu sebabnya ia, yang memang pelawak, memberi warna

humor dalam ceramahnya. Dan remaja pun pada hadir.

 Saya suka sufisme. Di sana Tuhan dilukiskan serba ramah. 

Dan bukannya marah melulu macam gambaran kita. A’u dibaca angu, 

tidak bisa. Dzubi jadi dubi, tidak boleh. Khotbah lucu, jangan. Lho? 

Bukankah alam ini pun “khotbah” Tuhan? Langit selebar itu tanpa 

tiang, bulan bergayut tanpa cantelan  dan aman, apa bukan “khotbah” 

maha jenaka? Apa salahnya humor dalam agama?

 Di tahun 1960-an, Marhaen ingin hidup mati di belakang Bung 

Karno. Dalam humor, saya cukup di belakang Bung Komar. Artinya, 

bagi saya, humor agama bikin sehat iman. Dus, tidak haram jadah.

 

 Di Universitas Monash saya temukan striker: “Jangan bawa organmu

ke surga. Orang surga sudah tahu kita lebih memerlukannya di sini”. 

Imbauan ini bukan dari Gereja, melainkan dari koperasi kredit. Intin-

ya: kita diajak berkoperasi.

Dengan itu kita santuni kaum duafa, kaum lemah.

 

 Ini pun “khotbah” lucu. Dalam kisah sufi ada disebut cerita 

seorang gaek penyembah patung. Ia menyembah tanpa  pamrih. Tapi 

di usia ke-70 ia punya kebutuhan penting. Doa pun diajukan. Sayang, 

patung itu cuma diam. Kakek kecewa.  Ia minta pada Allah. Dan ajaib: 

dikabulkan.

 Bukan urusan dia bila masalah lalu  timbul, sebab Al-

lah-lah, bukan dia, yang diprotes oleh para malaikat.

 “Mengapa ya, Allah, Kaukabulkan doa si kakek? Lupakah Kau 

ia penyembah patung? Bukankah ia kafir yang nyata?”

 

 Allah senyum. “Betul,” jawabnya, “Tapi kalau bukan Aku, siapa 

akan mengabulkan doanya? Kalau Aku pun diam, lalu apa bedanya 

Aku dengan patung?”

Siang malam aku pun berdoa, semoga humor kaum sufi ini tak 

dilarang.

 --------------

Mohammad Sobary, Tempo 27 Oktober 1990

ASAL USUL

Monumen

HALAMAN Balai Desa Watu Genuk hari itu meriah. Seorang pejabat 

tinggi dari pusat sedang berpidato. Beliau menguraikan rencana besar

membangun monumen buat memperingati kemenangan gilang-gem-

ilang di zaman revolusi dulu, saat tentara kita mengatur siasat 

mundur untuk menggempur pasukan Belanda. 

 Dulu komandan pasukan yang sekarang sudah almarhum, 

mengakui kemenangan itu bukan semata milik tentara, melainkan 

juga milik rakyat Desa Watu Genuk dan sekitarnya. 

 “Tanpa semangat juang dan patriotisme yang tulus daripada 

Saudara-saudara sekalian di sini, tak mungkin saat itu kita menang. 

Tanpa uluran tangan daripada Saudara-saudara negara kita mungkin 

belum merdeka,” kata sang pejabat dalam pidatonya. 

 Menurut sang pejabat, monumen itu penting. Bahkan sangat 

penting bagi seluruh bangsa dan negara. 

 “Jangan lupa, desa ini sudah menjadi bagian daripada asal-usul  

perjuangan bangsa kita.” 

 Sang pejabat berhenti. Pidato pun selesai. Beliau lalu mengan-

jurkan rakyat agar tak perlu ewuh pekewuh (maksudnya jangan se-

gan-segan) mengutarakan pendapat lain. 

 Kang Jumairi, ketua pemuda desa, angkat tangan. Ia menya-

takan monumen memang sangat penting, tapi yang dibutuhkan warga 


desa bukan tugu atau patung melainkan monumen hidup.

 “Maksudnya apa?” tanya sang pejabat. 

 “Jalan beraspal yang tak kami miliki di sini atau bendungan 

untuk pengairan sawah,” sahut Kang Jumairi. 

 Pak Dukuh, Pak Lurah, dan Pak Camat, merah padam men-

dengar usul yang mereka anggap lancang itu. Mereka takut usul Ju-

mairi membuat bapak dari pusat tak berkenan di hati. 

 “Kalau dekat sudah aku bungkam mulut lancang itu,” gerutu 

Pak Lurah.

 “Bocah itu perlu diberi pelajaran,” kata Pak Camat dalam hati. 

“Memalukan. Dikira aku gagal membina rakyat desa.” 

 Tanggapan para pejabat setempat lain sekali. Mereka memuji-

muji gagasan cerdas itu. Pak Bupati sendiri bahkan menyatakan 

monumen itu bakal menjadi lambang kemajuan dan kesejahteraan 

desa.

 

***

SORE harinya, Kang Jumairi dipanggil ke kecamatan. Ia diinterogasi 

Pak Dukuh, Pak Lurah, Bintara Pembina Desa, dan Pak Camat. Mereka

ikut memeriksa siapa di belakang bocah itu. 

 Wajah Kang Jamairi lesu. Ia pasrah diapakan saja terserah. 

Baginya usul tadi hanya menyuarakan bisikan hati nuraninya. Dan 

itu sebetulnya apa salahnya? 

 

 Memang tak ada salahnya. Tapi dalam urusan seperti itu, hati 

nurani tak pernah diperhatikan orang. Maka sebulan sesudah  itu, 

pembangunan monumen dimulai. 

 Tawaran agar warga desa menyampaikan pandangan lain, kita 

tahu cuma tambahan. Ada atau tak ada usul, jadwal harus dijalankan. 

 Pembangunan pun selesai beberapa bulan lalu . Ada 

patung tentara memanggul bedil, bertopi baja, dan masih menyan-

dang pistol di pinggang kirinya. Di sebelahnya dalam postur lebih 

bersahaja, berdiri patung petani desa yang lugu memanggul bambu 

runcing. Di bawah kedua patung itu tertulis Manunggal Karsa, Negara

pun Jaya. 

 Tibalah hari peresmian. Desa tampak meriah lagi. Dan seorang

pejabat tinggi -juga dari pusat- berpidato lagi. Beliau menguraikan 

arti filsafat “manunggal karsa manunggal karya” itu. 

 Tepuk tangan membahana. Sang pejabat puas. Pak Bupati

puas. Pak Camat puas. Begitu juga Pak Lurah dan segenap aparat 

desa lainnya.

 Kang Jumairi? 

Wajahnya cuma datar. Orang sukar menebak apa yang tengah bergulat

dalam pikiran dan perasaannya. Kita cuma bisa menduga mungkin 

ia kecewa.

 Kang Jumairi lupa, monumen itu memang bukan terutama 

buat kesejahteraan warga desa melainkan buat kepentingan asal-usul . 

Sekali lagi asal-usul ! 

 Ini alasan resminya. Selebihnya seperti monumen-monu-

men lain, fungsinya buat pemujaan. Dan asal-usul  pun, terutama bila 

menyangkut nama orang besar menjadi barang sakral. Tak aneh bila 

kritik atas asal-usul  dianggap kritik pada tokoh secara pribadi. Logika 

asal-usul  ini tak tertangkap gelombang pemikiran Kang Jumairi. Ia ma-

sih terlalu lugu untuk memahami situasi secara utuh. Kecanggihan 

macam itu pendeknya jauh di luar jangkauan nalarnya.

 Saya pun tidak tahu. Bagi saya usul itu bagus sekali. Ia mem-

beri jawaban kongkret atas kebutuhan warga desa yang selalu kere-

potan memperoleh air buat pengairan sawah. Orang desa lebih pa-

ham perkara desanya. 

 walau  begitu, pandangan saya lain. Jalan atau bendun-

gan, atau kedua-duanya sekalipun buat saya bukan monumen hidup. 

Keduanya bisa rusak. Kegunaannya pun terbatas. 

 Bagi saya bangunan dan makna simbolik monumen tak ada 

gunanya dibanding cara berpolitik yang adil dan bersih dari pusat. Ia 

bisa memberi wawasan sehat perpolitikan seluruh bangsa. 

 Inilah monumen paling sejati. Ia tak perlu dana pemugaran 

yang mudah mengundang korupsi. Selebihnya ia pun bukan cuma 

tak bisa rusak, melainkan malah semakin kukuh, semakin berkem-

bang dalam jiwa setiap orang. 

 Monumen, bagi saya, tak harus kelihatan sosoknya, tapi wajib

kelihatan apa makna dan hasil nyata yang bisa dinikmati seluruh 

bangsa.




MENULIS FEATURE

Menulis menurut sebagian besar orang yaitu  pekerjaan yang   tera-

mat sulit, meski Arswendo mengatakan bahwa “mengarang itu gam-

pang”. Apalagi untuk menulis di media massa, ternyata membutuh-

kan banyak usaha dan upaya serta kiat dan tekniknya.

 Salah satu bentuk tulisan yang amat populer di media mas-

sa yaitu  tulisan feature atau karangan khas. Feature dianggap bisa 

berperan menstimuli atau ‘merangsang’ alur pemikiran pembacan-

ya. Karangan Khas memiliki ciri khusus jika dibandingkan dengan 

produk Jurnalisme  lainnya sebab  karangan khas berpotensi mem-

beritahu dan sekaligus memberi pemahaman kepada pembaca ten-

tang peristiwa yang terjadi di tengah warga .

 Potensi seperti ini nyaris tak dimiliki oleh Berita Lempang 

(Straight News) yang lebih mementingkan unsur-unsur 5 W dan 1 H. 

sedang  saat menulis sebuah feature, seorang penulis atau war-

tawan tidak hanya bergulat soal  apakah nanti tulisannya menarik 

atau tidak namun , bagaimana gaya serta teknik penulisannya. Lalu 

apa sebenarnya tulisan feature ini?

PADA MULANYA yaitu  SEBUAH FEATURE

Sebelum melangkah jauh membahas kiat atau teknik menulis feature 

ada baiknya kita mengenal apa itu sebenarnya feature. Inilah batasan 

klasik dari feature: 

83

 “Cerita feature yaitu  artikel yang kreatif, kadang-kadang 

subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat  senang dan 

memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan 

atau segala kehidupan,”19

 

 Tidak seperti penulisan berita biasa, penulisan feature me-

mungkinkan reporter atau si penulisnya ‘menciptakan’ sebuah cerita.

Memang dia masih terikat etika bahwa apa yang ditulisnya tetap harus

“akurat”, artinya karangan fiktif dan khayalan tidak boleh.

 Tapi dari suatu peristiwa atau keadaan, seseorang reporter 

bisa saja menggagas sebuah feature. lalu  dia sesudah  mengada-

kan penelitian dan mengumpulkan bahan terhadap gagasannya itu, 

dia menulis feature.

 Misalnya, Anda seorang wartawan atau calon wartawan yang  

biasa meliput bidang pendidikan. Redaktur menugaskan Anda mem-

buat sebuah tulisan yang terkait dengan Hari Pendidikan Nasional 

yang jatuh pada 2 Mei. 

 Mungkin anda bosan hanya menulis tentang asal-usul  Budi Utomo,

atau Taman Siswa. Gagasan Anda lalu  mengalir begitu saja ke-

tika Anda melihat anak-anak usia sekolah pada siang hari yang panas 

masih berjuang mencari sekeping rupiah di perempatan lampu

merah jalan Kebon Sirih.

 Anda juga melihat bahwa di pinggir jalan, ada segerombolan 

remaja menutupi wajahnya dengan kaos yang dipakainya dan se-

cara sembunyi-sembunyi mengisap aroma bau menyengat dari lem 

Aica Aibon. Lalu, dibolak-balik buku-buku catatan atau artikel soal 

kesehatan yang memperlihatkan bahwa teramat berbahaya bagi

anak-anak kecil melakukan  aksi ‘ngelem’ ini  bisa saja meru-

sak organ-organ dalam tubuhnya khususnya syaraf. Lalu, mulailah 

Anda tulis, “Anak-Anak Tanpa Masa Depan” yang yaitu  gagasan 

kreatif anda melihat kondisi serta keadaan di sekitar  anda. Hasilnya 

berupa feature yang menarik.

 

 Sisi lain yang terkait dengan penulisan feature yaitu   bahwa 

feature anda harus informatif yang bisa memberikan informasi ke-

pada warga  mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mun-

gkin diabaikan dalam penulisan berita biasa di koran.

  Koran-koran mengabaikan keberadaan Museum di Jakarta 

yang konon terancam ditutup sebab  kekurangan dana –misalnya 

museum asal-usul --. Seorang wartawan bisa mengunjungi museum 

ini , lalu  dia melakukan tanya jawab dengan direktur mu-

seum itu mengenai krisis keuangan itu. Bisa saja hasilnya dibuat se-

buah berita dengan judul “Museum asal-usul  Alam Hadapi lampu Mer-

ah”. 

 Tapi wartawan tentu bisa lebih kreatif dengan mengambil 

sudut penceritaan yang menarik sehingga pembaca bisa mendapat 

informasi yang penting soal pentingnya museum itu bagi warga  

luas. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam 

bentuk-bentuk lain. Feature bisa menerjemahkan akibat suatu ben-

cana pada umat manusia, dengan memusatkan perhatian kepada 

keadaan warga  yang tertimpa bencana. Kondisi sosial, seperti 

perumahan yang rusak bisa digambarkan secara efektif dengan pe-

lukisan yang baik.

 Feature juga punya kemampuan untuk menghibur. Selama 

ini orang percaya bahwa dengan hadirnya televisi maka berakhirlah 

zaman keemasan penulisan surat kabar. Tapi dalam 20 tahun terakh-

ir ini, feature menjadi alat penting bagi surat kabar untuk bersaing 

dengan media elektronik. Wartawan harian apalagi majalah bisa 

mengalahkan saingannya radio dan TV dengan cerita eksklusif. Surat 


kabar bisa membuat versi yang lebih mendalam dan menarik menge-

nai sebuah cerita yang disiarkan radio atau televisi.

 Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin 

seperti pembunuhan, skandal, bencana dan percaturan politik yang 

selalu menghiasi kolom-kolom berita.

BATASAN  FEATURE

Meski belum ada kesepakatan dan kesepahaman yang sama antara 

pakar Jurnalisme  mengenai batasan feature, tapi mereka sepakat 

bahwa feature yaitu  bukan berita lempang  (straight news).

 Berita lempang yaitu  laporan tentang peristiwa fisik dan 

intelektual (misalnya bencana alam atau pendapat seseorang) yang 

terjadi atau diucapkan pada saat itu, dan ditulis memakai 

rumus 5 W + 1 H.

 Berita lempang juga dibuat memakai  struktur paramida 

terbalik yang berarti bahwa segi-segi terpenting dari peristiwa ditu-

lis pada paragraf pertama yang biasa disebut  ‘Lead” lalu  dii-

kuti segi-segi peristiwa lainnya dalam beberapa  paragraf berikutnya 

yang dinamakan ‘Body’ dan semakin ke bawah semakin berkurang 

pentingnya.

 Secara umum ada beberapa  pengertian mengenai feature 

yang dianut oleh sebagian besar wartawan dan  praktisi Jurnalisme  

yakni:

1. Suatu karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih 

terperinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar 

dalam imajinasi pembaca

2. Feature yaitu  suatu artikel atau karangan yang lebih ringan atau 

lebih umum, tentang daya pikat manusiawi, atau gaya hidup, 


ketimbang berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih 

hangat

3. Feature (karangan khas) yaitu  artikel yang kreatif kadang-kadang 

subyektif yang dirancang terutama untuk menghibur dan mem-

beritahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan.

 Dari beberapa  pengertian ini, kesimpulan sementara Feature 

yaitu : artikel atau karangan, gaya pengutaraannya ringan sedemikian

rupa sehingga laporannya hidup dan mengendap dalam imajinasi 

pembaca, isinya tentang daya pikat manusiawi atau pun gaya hidup, 

wujud kreativitas penulisnya, kadang menampilkan subyektivitas 

penulis, bertujuan untuk memberitahu dan menghibur.

 Andi Baso Mappatoto, MA dalam bukunya “Teknik Penulisan 

Feature (1994)” menjelaskan bahwa feature yaitu   “karangan leng-

kap nonfiksi bukan berita lempang dalam media massa yang tak ten-

tu panjangnya, dipaparkan secara hidup sebagai pengungkapan daya 

kreativitas penulis kadang-kadang dengan sentuhan subyektivitas 

pengarang terhadap suatu Peristiwa.”

 Karangan khas yang ditujukan ke redaksi media massa me-

mang tidak memiliki  patokan tentang jumlah kata yang digu-

nakan. Biasanya jumlah kata berkisar antara 100 dan 2000 kata kalau 

tulisan akan diterbitkan dalam surat kabar harian atau surat kabar 

berkala. Kalau untuk majalah, jumlah kata berkisar antara 1000 dan 

6000 kata, tapi kebanyakan  tulisan yang efektif hanya sekitar 2000 

kata.

 Penyampaian karangan khas tidak formal dan kaku seperti 

halnya berita lempang. Secara umum, karangan akan memberi kesan 

hidup jikalau ada dialog atau anekdot dan pilihan kata yang menarik 

(diksi).


BENTUK-BENTUK KARANGAN KHAS

Secara umum, karangan khas bisa dibedakan menjadi dua, yaitu 

gerombolan karangan khas yang bersifat ‘explanation’ dan karangan 

yang bersifat persuasi (persuasion) atau sering disebut juga argu-

mentasi.

A.gerombolan Explanation.

Yang termasuk karkhas (feature) jenis ini di antaranya yaitu :

a. Karangan Khas Berita (News feature/sidebars), yaitu karangan

khas yang memiliki  cantelan langsung pada berita lempang 

(News Peg). Artinya, tulisan ini yaitu  suplemen dari berita 

lempang namun  lebih banyak bercerita tentang manusia, pandang-

annya, perasaannya, penderitaannya, ketabahannya, harapannya 

dan sebagainya. Tulisan sidebars bisa pendek, bisa juga panjang 

sampai-sampai bisa menjadi laporan in depth. Teknik penulisan-

nya dapat bersifat humoristis, ironis dan dapat juga menciptakan 

kesan tegang (suspense). 

Contoh: ……saat  pusaran angin puting beliung menerbangkan

beberapa  rumah di suatu tempat sedikit jauh darinya, Midun Rum-

pi berdoa sejenak dan menggiring istri dan anak-anaknya yang 

menangis tersedu-sedu ke bawah naungan pohon cemara raksasa. 

Di bawah naungan pohon, keluarga Midun Rumpi mendengar gem-

uruh penghancuran semakin mendekat. Dirasakan tanahnya tergun-

cang.... Sebelumnya, si reporter membuat berita lempang soal seran-

gan angin puting beliung di sebuah kota yang berpenduduk satu jiwa 

orang. Serangan angin Topan  pada pagi hari Senin menelan korban 

23 orang meninggal, 341 luka-luka dan meruntuhkan separuh jum-

lah bangunan dalam kota. Karangan Khas  berita harus diterbitkan 

pada halaman yang sama dengan tempat berita lempang disiarkan, 

setidak-tidaknya pada edisi yang sama.

b. Karangan Khas asal-usul  (Historical Feature). Tulisan karkhas ini

mengacu kepada keterikatan masa lampau dengan masa kini. Mak-

sud dari upaya mengkaitkan masa lalu dengan masa kini yaitu  

untuk menyegarkan ingatan para pembaca tentang kejadian yang 

bernilai asal-usul . Misalnya tulisan soal pembantaian para pahlawan 

revolusi pada 30 September 1965. Ditinjau dari psikologi, keban-

yakan orang senang membaca sesuatu yang lampau untuk diband-

ingkan dengan kondisi aktual sekarang.

Contoh: Siaran RRI pukul 07.20 pada 1 Oktober 1965 tak ubahnya 

seperti petir membelah bumi di pagi hari bagi sebagian besar rakyat 

manakala mereka mendengar bahwa telah terjadi perubahan kekua-

saan negara secara mendadak. Pengumuman dari golongan yang 

menamakan dirinya Gerakan  30  September bahwa mereka telah 

menggagalkan usaha percobaan perebutan kekuasaan oleh apa yang 

mereka namakan Dewan Jenderal membalikkan arus tanda tanya 

rakyat menjadi amarah, tatkala mereka mengetahui enam orang  

pimpinan TNI-AD dibantai oleh PKI yang mendalangi gerakan terse-

but. Episode berdarah PKI memasuki titik balik saat  Pangkostrad 

(waktu itu) Mayjen Soeharto memimpin garis komando penumpasan 

pemberontakan komunis di Indonesia sejak 3 Oktober 1965. Kini pu-

luhan tahun lalu , masih segar ingatan orang tentang apa yang 

terjadi pada waktu itu....

c. Feature Perayaan. Karangan ini mengacu pada peristiwa yang ter-

kait dan berkenaan dengan perayaan hari-hari besar dan hari 

keagamaan. Misalnya untuk mengenang 17 Agustus 1945, bisa 

ditulis sebuah karangan yang terkait dengannya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan sebagai bahan karangan yaitu  suatu yang lain dari-

pada yang biasa terjadi, terutama yang bersifat fisik. Kejadian non 

fisik, misalnya kejadian yang menyangkut emosi, hal-hal yang iro-

nis dapat dijadikan bahan-bahan tulisan dalam bentuk lain.

d. Feature/karangan Khas sosok pribadi (Personality Profile). Tulisan

ini sering disebut juga sebagai  cerita sukses (success story) atau 

Biografi. Intinya yaitu  uraian tentang tahap-tahap jalan hidup 

seseorang menuju puncak ketenaran dalam pengertian dikotomis: 

baik dan yang buruk. Misalnya seseorang sukses sebagai pengusaha

raksasa, atau seorang jadi penjahat ulung atau perampok hebat. 

Ada tiga unsur yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan bahan.

Pertama, tulis latar belakang hidup seseorang termasuk ayah 

bundanya dan orang-orang yang pernah dekat dengannya. Kedua, 

apa yang pernah dan sedang dilakukannya. Ketiga, apa sebenarnya 

cita-cita atau aspirasinya. Contoh.... Siapa yang tidak kenal 

dengan Bung Karno, Presiden pertama di Indonesia, kharismanya 

sebagai pemimpin masih kuat dalam benak pikiran orang-orang 

Indonesia....

e. Feature Human Interest (Daya pikat Manusiawi). Karangan Khas 

jenis ini lebih menonjolkan aspek-aspek dramatis, emosional dan 

materi latar belakang yang menyangkut manusia sebagai cirinya 

ketimbang tulisan berita lempang yang materi pokoknya yaitu  

peristiwa, pendapat dan masalah (news incident). Dengan kata lain 

feature jenis ini memperlakukan hal atau kejadian di balik peris-

tiwa yang menimpa manusia seperti tekanan batin, beban pikiran, 

keadaan dramatis, gagasan, emosi dan ambisi seseorang sebagai 

unsur dominan. Tujuannya yaitu  untuk memberi sentuhan emosi

kepada khalayak yang dapat menimbulkan perasaan simpati, 

empati, senang, benci dan marah. Kebanyakan feature human 

interest yang baik yaitu  orang yang mencintai orang. Mereka 

menggemari hal-hal aneh dan memanfaatkan hal-ini  untuk 

dijadikan cerita dengan cara mengamati dan menulisnya. Penulis-

penulis seperti ini memiliki  hubungan dengan tokoh-tokoh 

“jalanan” seperti bartender, pelacur, pencopet, pemabuk dan pemi-

num obat bius. Hubungan semacam itu sering membuat reporter 

menjadi bahan kecurigaan. walau  demikian, reporter tidak 

selalu harus mengambil resiko dengan menembus lingkungan 

yang kasar itu untuk mencari bahan penulisan human interest.

90

f. Feature Pembuka Tabir (Curtain raiser). Karangan ini yaitu 

tulisan yang berisi langkah-langkah, peristiwa atau pendapat se-

bagai suatu persiapan kejadian yang penting sekali. Misalnya, ren-

cana kunjungan kerja Kepala negara ke suatu negara, menjelang 

suatu konferensi internasional, menjelang Sidang Umum MPR/

DPR, menjelang pelaksanaan pemilu, menjelang pelaksanaan pro-

gram yang menyangkut hajat orang banyak. Acuan jenis tulisan ini 

yaitu  apa yang sudah diketahui sepanjang yang diingat dan bahan 

referensi tertulis seperti dokumen, artikel, kliping atau pendapat 

orang yang berwenang. 

g. Feature Wisata. Sesuai dengan namanya, feature jenis ini menuturkan

pengalaman pengarang tentang hasil kunjungannya ke objek wisata

atau tempat yang menarik lainnya baik segi asal-usul , arsitektur 

maupun dari segi keindahan alam. 

B. Feature gerombolan Persuasi (Argumentasi)

a. Feature Ilmu Pengetahuan Populer (Science Report). Karangan ini 

yaitu  perkembangan yang penting dan menjadi salah satu cabang 

Jurnalisme . Dia dapat membantu tumbuhnya dukungan terhadap 

riset dan pendidikan bagi khalayak tertentu, atau khalayak pada 

umumnya, untuk berpikir ilmiah. Untuk menjadi penulis Science 

report, seseorang pertama-tama harus menjadi reporter yang 

mahir, yang mampu berpikir dan menulis bukan seperti orang 

awam. Umumnya penulisan karangan ilmu pengetahuan populer 

memakai  teknik analogi. 

b. Berita Analisis (News Analysis). Kadang-kadang berita analisis

disebut juga berita bertafsir (interpretative report). Isinya 

mengungkapkan dan menjelaskan asal-muasalnya masalah yang 

kompleks dan kemungkinan dampaknya. Biasanya tulisan ini 

diterbitkan bersamaan dengan berita lempang tentang masalah 

yang kompleks itu. Penjelasan tentang asal muasal dan kemung-

kinan dampak masalah itu diberikan berdasar  fakta,

91

pengetahuan dan penilaian profesional dari penulis yang tidak 

dibenarkan mendukung suatu pandangan atau ideologi tertentu. 

yaitu  tugas penulis News Analysis untuk membantu khalayak 

dalam menimbang, menilai dan memahami masalah yang kom-

pleks itu. namun  penulis tidak boleh menyodorkan penilaiannya 

kepada khalayak. Artinya, penulis news analysis harus matang 

secara intelektual dan profesional. Dengan demikian, pembaca 

menilai tulisan News Analysis berdasar  keahlian profesional

dari penulisnya. Mengingat sifatnya yang analitik, news analysis

memiliki  susunan pola pikir: peristiwa-sebab-dampak.

c. Laporan Berkedalaman (In depth report). Karangan ini membatasi

diri khusus membahas atau menceritakan satu aspek saja dari 

suatu masalah yang sebetulnya berdimensi banyak. Tapi aspek itu 

lalu  dalam penulisannya dilengkapi dengan fakta yang rele-

van dan tetap dalam batas satu aspek saja sehingga duduk soalnya 

menjadi jelas bagi pembaca. 

d. Feature Tuntutan Keterampilan (How-To-Do-It).

Sesuai dengan namanya, karangan Khas ini memberikan tuntunan 

kepada pembaca  mengenai keterampilan atau pengetahuan praktis

serta kiat-kiat tertentu. Pembaca diharapkan bisa mendapatkan

informasi praktis yang bisa berguna bagi kehidupan mereka.

Karkhas macam ini pada dasarnya yaitu  wujud nyata sarana pen-

didikan dengan atau tanpa gambar atau sketsa yang mengiringi

karangan. Misalnya tulisan  praktis cara mudah membuat telur 

asin. Contoh: rasa-rasanya, tak seorang pun yang tidak mengenal 

telur asin. Bahkan para penggemar merasakan betapa nikmatnya 

telur asin ini …..


KIAT MENULIS 

DI MEDIA MASSA

Banyak pertanyaan dari beberapa  calon penulis atau mereka yang 

baru mencoba menulis. Apa yang akan saya tulis? Apa kriteria 

sebuah tulisan layak dimuat oleh media massa? Apakah media massa 

begitu mudah menerima tulisan orang lain, bukan tulisan dari war-

tawannya? Siapa yang membaca tulisan itu?

 Meski ada beberapa  pengarang yang mengatakan ‘mengarang 

itu gampang’, kita tidak begitu saja percaya. Ya memang gampang 

bagi yang sudah biasa menulis, tapi buat para pemula ‘pekerjaan’ 

menulis susahnya bukan main. Tapi pertanyaannya, apakah sungguh-

sungguh sulit menulis? Apa sebenarnya kiat-kiat agar mampu menulis

yang baik?

 Menulis, menurut wartawan ANTARA senior, Artini Msi, 

memang bukan sebuah kerajinan  tangan, tapi kordinasi yang cermat 

atas pemikiran, perasaan, dan tangan. Tidak cukup hanya menekuni 

teknik menulis, tapi juga seiring dengan upaya memperluas wawasan 

dan rangsangan pada otak. 

 Lebih jauh lagi, menulis dan membaca saling menyatu. Apa 

yang kita tulis pada dasarnya berasal dari apa yang kita baca juga. 

Otak yang cemerlang akan melakukan tugas seleksi, analisis dan 

akan memerintahkan tangan untuk  menuliskan buah pikiran.

93

 Namun demikian, agar dapat menulis dengan baik dan memi-

kat perlu kiat-kiat  atau teknik penulisan serta latihan-latihan agar 

menjadi kebiasaan yang melekat.

 Kapan sebuah tulisan dimuat di media massa? Ada sitilah di 

media massa terkait hal itu, yakni bahwa tulisan kita haruslah “layak

siar”. Kriteria layak siar itu memang ‘sayangnya’ ditentukan oleh 

redaksi media massa yang kita tuju dan belum tentu sama antara 

media ‘X’ dan Media ‘Y’. 

 Meski begitu ada beberapa  tujuan dan nilai-nilai yang biasanya

dipegang oleh wartawan atau redaksi saat hendak ‘meloloskan’ 

sebuah berita atau tulisan.

 Tujuan penulisan di media salah satunya yaitu  memberi 

informasi (to inform) artinya kita berupaya memberi tambahan pen-

getahuan bagi pembacan mengenai sesuatu hal yang memang sangat 

berguna. 

 Kedua, menulis juga mampu mendidik (to educate) pembaca

mengenai gagasan atau ide yang baik yang patut ditiru, selain itu 

tulisan kita juga bisa mempengaruhi pembaca agar mengikuti cara 

pandang kita, mengikuti apa mau kita dan paling tidak kita meng-

arahkan opini publik ke arah yang kita inginkan.21

 Pada dasarnya ada tiga fungsi social media massa yang patut 

kita simak dan ini berlaku juga untuk media  internal:

1. Pengawasan social (social surveillance): penyebaran informasi dan

interpretasi  yang obyektif dengan tujuan kontrol social agar  tidak 

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

21  Bisa dibaca secara rinci  dalam buku ‘Teori Komunikasi Massa’ Suatu pengantar karya Denis McQuail, 1996 

Erlangga, Jakarta (alih bahasaAgus Dharma dkk)

94

2. Korelasi social (social correlation): pemberian informasi dan 

interpretasi yang  menghubungkan gerombolan social yang satu  

dengan yang lainnya dengan tujuan mencapai konsensus.

3. Sosialisasi (socialization): pewarisan nilai-nilai dari satu gerombolan

ke gerombolan lainnya, dari manejemen ke karyawan.

 Secara umum produk Jurnalisme  yaitu : berita, non berita

dan foto Jurnalisme . Untuk berita biasanya dilakukan oleh wartawan-

wartawan atau reporter media ini , demikian juga untuk foto 

Jurnalisme . Peluang yang masih mungkin buat kita yaitu  menulis 

‘non berita’.

 beberapa  ragam tulisan yang bisa kita kirimkan ke media massa

yaitu : Artikel/opini, kolom ,resensi, analisis berita, dan features/

karangan khas. Jenis-jenis karangan khas misalnya: sketsa human 

interest, profil, soal iptek, tulisan tentang wanita /keluarga, 

kiat sukses, laporan perjalanan, tulisan asal-usul , pengalaman pribadi  

yang unik.22

 Non berita yaitu  tulisan-tulisan  di luar  berita yang dihasilkan

oleh wartawan. Dalam sebuah berita penulis atau wartawan hanya 

mengungkapkan apa yang dilihat, didengar atau dirasakan saja (fakta)

namun  dalam tulisan non berita, yang diungkapkan penulis yaitu  

buah pikir penulis atas fakta.

 Dengan lain perkataan, dalam berita penulis hanya menjadi 

perantara/jembatan antara peristiwa dengan pembaca sebab  fakta 

hanya disampaikan apa adanya, sedang  dalam Non Berita, penulis

mengungkapkan hasil pemikiran sendiri atas fakta–fakta diolah ter-

lebih dahulu

22  Bisa di baca pada artikel  : Kiat Menulis di Media Massa, LPJA 2004 karya Artini Msi

95

MENULIS ARTIKEL DAN OPINI 

Jenis-jenis artikel/opini: 

1. Interpretative: biasanya untuk isu-isu yang masih kontroversial 

seperti aborsi atau isu yang belum jelas seperti energi nuklir. 

Tekanan tulisan ada pada unsur “why”.

2. Analysis: sama dengan interpretative tapi perspektif yang diguna-

kan yaitu  perspektif si penulis sendiri. Itu sebabnya analysis juga 

disebut tulisan komentar untuk menjelaskan dan mengklarifikasi 

suatu peristiwa. Di Republika memakai  rubrik OPINI.23

Struktur:

1. Pengantar: berisi alasan-alasan mengapa kita tertarik menuliskan 

artikel/opini ini . Juga sertakan data-data atau fakta yang 

amat menarik dan kontroversial mengenai tema tulisan yang akan 

kita buat.

2. Masalah/problema: lalu  dilanjutkan dengan permasalahan 

atau problema penting yang hendak kita gali atau pecahkan. 

Masukkan juga data-data atau pendapat yang memperkuat atau 

membuktikan adanya permasalahan ini .

3. Akar kasus /sebab masalah. Secara lengkap dan rasionil anda 

masukkan alasan atau sebab-sebab mengapa kasus  itu timbul 

dan berkembang. Bisa anda tinjau dari beberapa  segi, atau sudut 

penilaian sesuai kebutuhan. Dukunglah alasan anda dengan teori-

teori atau konsep terkait yang relevan agar tulisan anda makin 

berbobot.

4. Masukkan gagasan anda. Gagasan apa yang anda tawarkan untuk 

memecahkan kasus  di atas, kendala-kendala apa atau tantang-

an apa yang harus dihadapi bila gagasan anda itu dilakukan, keun-

tungan atau kerugian apa yang bisa terjadi.

5. Masukkan jalan keluar apa yang anda tawarkan untuk menyele-

saikan problema di atas. Bisa berupa kesimpulan atau ringkasan

23  Artini, Ibid.

96

atau sistem terbuka di mana kasus  atau jalan keluarnya justru 

diserahkan kembali kepada sidang pembaca.

Contoh:

Tema Remaja dan pornografi

Judul 1.Remaja dan Pornografi 

2. Remaja dikepung Pornografi

3.Remaja di tengah Kepungan Pornografi

Lead/Intro -heboh VCD Bandung lautan api

-bursa penjualan VCD porno Glodok yang makin 

ramai

-tidak konsistennya hukum menindak pengedar vcd 

porno dsb

Masalah -remaja Indonesia begitu rawan terhadap godaan

-mereka harus dilindungi agar tidak menjadi korban

-maraknya penjualan VCD porno yang seolah dibiar-

kan                                    

Sebab/Latar Belakang -remaja masih rawan di tinjau dari psikologi 

perkembangan

-mereka gampang terpengaruh ajakan menyimpang

-hukum dan UU belum sanggup melindungi remaja 

dari kepungan pornografi

-kontrol warga  masih teramat lemah terhadap 

kegiatan pornografi

Gagasan Kita -penegakkan hukum harus makin kuat

-kontrol sosial dari warga  harus makin kuat

-ada gerakan tidak membeli barang-barang porno

-harus ada pressure dari anggota warga  tanpa 

pandang bulu

Penutup Kesimpulan : perlu adanya pressure dari warga  

dan adanya gerakan menolak pornografi secara lebih 

konsisten

97

Bahan/data sekunder 

yang perlu disiapkan

-teori tentang remaja dan perkembangan 

psikologisnya

-data kejahatan narkoba di kalangan remaja 

di Indonesia dan di negara lain

-besarnya hukuman bagi mereka yang 

menjual barang porno

-teori atau konsep tentang kontrol sosial 

dan efektivitasnya bagi pelanggaran hukum 

dan sebagainya sesuai keperluan

Observasi/wawancara -melihat secara langsung bagaimana 

suasana penjualan VCD porno di kawasan 

Glodok Jakarta 

-wawancara kepada pedagang mengenai 

animo warga  terhadap  barang-barang 

porno

-observasi berapa banyak remaja yang 

ikut-ikutan membeli VCD porno

-wawancara dengan pakar psikologi 

mengenai dampai pornografi bagi remaja 

dan sebagainya

GAGASAN ALTERNATIF

1. bentuk gerombolan penulis (misalnya gerombolan penulis guru SLTA 

se Jaktim)

2. tentukan waktu berkumpul untuk membahas gagasan-gagasan 

atau rencana penulisan. Misalnya seminggu sekali/dua minggu 

sekali

3. pada pertemuan itu, masing-masing peserta ungkapkan gagasan 

penulisan disertai langkah-langkah/draft rencana penulisan

4. masing-masing memberi komentar bukan kritik pedas, anggota 

gerombolan saling memberi masukan misalnya jalan keluar atau ide 

baru untuk memecahkan kasus  yang diangkat oleh pemrakarsa

/perencana

98

5. lalu  dari hasil pertemuan ini , dibuat tulisan yang lebih 

lengkap. lalu  tentukan jadwal pertemuan berikutnya dengan

agenda yang sama. Bila tulisan sudah siap segera kirimkan sesuai 

rencana

6. evaluasi bila  tulisan itu dimuat atau tidak dimuat di media 

massa, untuk bahan kajian pada pertemuan berikutnya.

99

100

BAB IX

KIAT MENULIS LEAD

KARANGAN KHAS

Pada dasarnya struktur penulisan Feature terdiri dari beberapa unsur

penting yaitu judul, lead, body dan ending atau ekor. Berbeda dengan 

penulisan berita yang menganut struktur piramida terbalik di mana 

unsur ekor atau ending tidak begitu penting, dalam penulisan fea-

ture justru Lead dan Ending sama-sama penting dan membutuhkan 

penanganan yang serius.

 

 Kita sekarang hendak membahas soal penulisan Lead dan 

contoh serta jenisnya, sesudah  itu pada Bab selanjutnya akan mem-

bicarakan soal penulisan Body/tubuh karangan Khas dan teknik 

penulisan Ending.

            Kunci untuk penulisan feature yang baik justru terletak pada 

paragraf pertama, yaitu Lead. Setiap wartawan mengetahui soal 

betapa pentingnya lead. Tanpa lead yang bagus, upaya menarik pem-

baca bisa berantakan.

 Lead untuk feature memiliki  dua tujuan utama, yakni: per-

tama menarik pembaca untuk terus mengikuti  cerita; kedua yaitu  

membuat jalan supaya alur cerita lancar.

 Banyak pilihan Lead; sebagian untuk menyentak pembaca,

sebagian untuk mengelitik rasa ingin tahu pembaca, sebagian lagi 

untuk mengaduk imajinasi pembaca.

A. LEAD SEBAGAI KUNCI 

101

Majalah Tempo seringkali memakai  beberapa  Lead sebagai beri-

kut:

1. Lead ringkasan: lead ini sama dengan yang dipakai dalam penu-

lisan berita keras. Yang ditulis hanyalah inti dari ceritanya dan 

lalu  terserah pembaca apakah masih cukup berminat 

untuk mengikuti kelanjutannya. Beberapa contoh lead ringkasan 

:…..Ini satu lagi kasus peninggalan bekas Gubernur DKI Jaya Wiyogo 

Atmodarminto: Pasar Regional Jatinegara ( Tempo, 30 Januari 

1993). Contoh lainnya :…..Ada orang ketiga di rumah tangga, kalau 

bukan bikin sewot istri, ya bikin melotot suami (Tempo,1 januari 

1994,” Two In One Versi Tuban”).

2. Lead Bercerita. Lead ini banyak digemari oleh penulis fiksi (novel

atau cerita pendek), menarik pembaca dan membetot hatinya 

dalam-dalam. Tekniknya yaitu  bagaimana menciptakan satu 

suasana dan membiarkan pembaca menjadi tokoh utama atau

dengan membiarkan pembaca mengidentifikasikan diri di tengah-

tengah kejadian yang sedang berlangsung. Lead semacam ini 

sangat efektif untuk mengisahkan cerita petualangan. Misalnya 

saat  seorang wartawan melaporkan suasana di sudut sebuah 

rumah di Bosnia Herzegovina yang tengah dilanda perang saudara.

…….Kami makan anggur kematian, dan anggur itu lezat. Berair, biru 

kehitaman, manis dan asam. Mereka menggantungkan setandan 

anggur masak di beranda rumah milik muslim yang istrinya belum 

lama tewas oleh bom orang Serbia. Ini senja di Bosnia, langit sama 

biru tuanya dengan anggur-anggur itu (Tempo, 27 Maret 1993, 

Potret Berdarah dari Dalam”). Wartawan rubrik kriminalitas Tempo

sering juga memakai Lead bercerita bila melaporkan cerita ten-

tang kejahatan. Misalnya …..Hari itu ada lima mayat yang hangus 

terpanggang. Sesosok mayat laki-laki dewasa dan tiga anaknya 

berserakan di sana-sini dengan tubuh rusak bekas dibantai. Pe-

mandangan itu ditemukan penduduk di puing sebuah gubuk yang 

hangus terbakar (Tempo, 25/1/1992,”Tragedi di Kebun Karet”)

102

3. Lead deskriptif. Lead ini bisa menciptakan gambaran dalam 

pikiran pembaca tentang suatu tokoh atau tempat kejadian. Lead ini 

cocok untuk berbagai feature khususnya penulisan profil pribadi.

Lead deskriptif membuat seakan-akan pembaca ‘menonton’ 

kejadian beberapa meter di depannya, seakan mendengar dan men-

cium baunya. Seorang reporter yang baik bisa membuat seakan

tokohnya hidup, seolah muncul di tengah-tengah barang cetakan 

yang sedang dipegang pembaca. 

Contohnya:….laksana tarian peri langit, asap membumbung di atas 

Hotel Bali Beach yang membara terpanggang api. Begitu juga contoh

yang lain…Bola mata Juani berkaca-kaca saat  mengintip keme-

nakannya Soleka yang sedang mandi sore itu. Dari balik pagar 

sumur yang jarang, ia melihat kain basahan Soleka sering tersibak

(Tempo, 2 Januari 1993, ”Kasmaran maut di Sarang Elang).

4. Lead Kutipan. Kutipan yang ringkas dan dalam bisa membuat 

sebuah Lead menjadi menarik, terutama bila yang dikutip yaitu  

orang terkenal. Contoh dari Lead ini yaitu …..”tangkap hidup atau 

mati” (Tempo, 29 Januari 1994, Hidup atau Mati: Gendut dicari). 

Umumnya pembaca akan langsung tergaet, ingin tahu bagaimana 

nasib orang yang akan ditangkap hidup atau mati itu. Penggunaan 

kutipan orang terkenal ini sering-sering bisa menarik perhatian 

apalagi bila ucapannya sangat kontroversial.

5. Lead Pertanyaan. Lead ini efektif bila berhasil menantang penge-

tahuan atau rasa ingin tahu pembaca. Yang ingin ditimbulkan oleh 

lead ini yaitu  rasa ingin tahu pembaca: yang belum tahu mestinya 

terus ingin membacanya; sedang  yang sudah tahu dibuat ragu-

ragu, apakah pengetahuannya sudah cocok dengan pengetahuan 

si wartawan. Contohnya yaitu ….Berapa gaji Presiden Soeharto 

sekarang? (Tempo, 23 Januari 1993, Presiden naik, DPR naik).

6. Lead Penggoda. Lead penggoda yaitu  cara untuk sedikit menge-

labui pembaca dengan cara bergurau. Tujuan utamanya yaitu 

bagaimana menggaet perhatian pembaca dan menuntunnya

103

supaya membaca seluruh cerita. Lead ini biasanya pendek dan ringan.

Umumnya yang dipakai yaitu  teka-teki, dan biasanya hanya mem-

beri sedikit atau sama sekali tidak tanda-tanda bagaimana cerita 

selanjutnya. Contoh….Angka yang ditunggu-tunggu itu keluar juga:

sekitar 50 (Tempo, 4 Januari 1992, “ Angka Misterius Santa Cruz”)

7. Lead Gabungan. Di surat kabar sering ditemukan lead yang meru-

pakan gabungan dari dua atau tiga lead, dengan mengambil unsur-

unsur terbaik dari masing-masing lead. Misalnya lead kutipan 

sering digabungkan dengan lead deskriptif. Contoh…”Bukan salahku

bahwa aku belum mati sekarang,” kata Fidel Castro dengan senyum 

lucu (Tempo, 7 Mei 1994, Castro, Revolusioner yang belum pensiun).

8. Lead Literer. Kekuatan lead ini yaitu  penggunaan peribahasa, 

atau cerita rakyat, legenda atau analogi yang sesuai dengan tema 

penulisan yang hendak dibuat. Misalnya: …..Kisah Siti Nurbaya 

terulang kembali di Indramayu, Kemarin. Seorang gadis di bawah 

umur dipaksa orang tuanya menikah dengan  bandot tua berumur 

70 tahun. Hutang keluarga si gadis yang tak terhitung harus 

dibayar dengan mengawinkan si perawan yang baru lulus Sekolah 

Dasar kepada duda kaya yang sudah memiliki istri tiga.

B. Teknik Menulis Lead

Sekali seorang reporter memilih Lead dan memilih pendekatan 

dasarnya, ia menghadapi problem bagaimana memilih kombinasi 

kata-kata. Bagaimana pun imajinatif dan menariknya gagasannya 

untuk satu lead yang bagus, ia masih bisa tergelincir dalam merengut 

perhatian pembaca bila kombinasi kata-katanya payah. Sebenarnya 

ada pedoman penulisan lead yang perlu diketahui para penulis agar 

leadnya menjadi menarik.

1. Tulislah secara ringkas. Jangan obral kata-kata. Lead harus ringkas 

padat dan mencerminkan isi serta judul cerita. Mengobral kata 

yang tidak perlu justru mengurangi efektivitas lead. Ibaratnya

104

bila seorang ibu memasak, kaldu yang kental bisa menjadi sup 

yang hambar bila terlalu banyak diberi air.

2. Tulislah alinea secara ringkas. Kebanyakan penulis profesional 

punya pedoman singkat: jangan lebih dari empat baris untuk 

sebuah lead. Alinea yang ringkas akan dengan sendirinya lebih 

menarik. Bila ditambah pemilihan kata-kata yang tepat akan lebih 

mudah dibaca.

3. Gunakan kata-kata aktif. Lead harus punya nyawa dan tenaga.

Pembaca harus bisa merasakan suatu gerakan saat  dia membaca.

Penulis menaruh perhatian kepada kata-kata kerja, terutama yang 

ringkas dan hidup. Kata-kata sifat bisa memberikan saham untuk 

mempercantik dan mempertegas. Kata sifat seperti “ramping”, 

ringsek, montok, mengkilat” bisa menambah vitalitas suatu kalimat

4. Gaetlah pembaca pada beberapa kata pertama. Perhatian pembaca

harus bisa ditarik pada kesempatan pertama. Bila anda gagal 

menggaet pembaca pada kata-kata pertama, anda akan kehilangan

pembaca itu. Ada beberapa contoh umum bagaimana kata-kata 

pertama gagal menggaet pembaca dan ini sering dilakukan oleh 

penulis kurang profesional.

Misalnya Lead yang diawali kata-kata :…. ”Beberapa minggu yang 

lalu…”Dalam rangka…., Seperti kita ketahui…”. sedang  contoh 

kata-kata yang sejak awal mula sudah menarik perhatian dan bisa 

menggaet pembaca misalnya: “mata yang dingin itu seakan hendak 

menelan siapa pun yang memandang…..”

MENULIS TUBUH FEATURE

Penanganan tubuh karangan khas tidak lebih mudah ketimbang kita 

membuat Lead. Kalau lead diibaratkan sebagai ‘jiwa raga’ sebuah 

karangan, maka tubuh diumpamakan sebagai ‘stelan baju’ atau akse-

soris’ yang diharapkan bisa memantulkan keadaan sang jiwa raga.24

24  Baca “Teknik Penulisan Feature,Andi baso , Gramedia, 1994.

105

Dengan kata lain, sesudah Lead dirumuskan sesuai dengan pokok 

cerita atau tema yang diinginkan dan sesudah mempertimbangkan 

faktor menarik, tubuh ditulis sejalan dengan arahan yang tersirat 

dalam Lead. Setiap keterangan atau informasi mengenai pokok cerita 

ditulis seperti  menyusun batu bata dalam pembuatan tembok.

 Ada beberapa  cara penulisan tubuh yang sering dianut oleh 

wartawan atau reporter di media massa. Yang terpokok di antaranya 

yaitu : 

A.  Pola paragraf 

1. Tematik. Artinya setiap paragraf memberikan penegasan kembali

kepada apa yang telah diutarakan sebelumnya pada Lead, seperti

contoh: Cinta bersemi dalam kalbu setiap insan, siapa pun ia dan 

dimana pun dia berada. Kata lainnya, cinta bersifat universal. 

namun  cinta yang bersemi dalam kalbu setiap insan di Pakistan 

berciri khusus sebab  cinta menyatu dengan awan, musim dan 

hujan. Sisi hidup yang paling manis itu diterjemahkan dalam sen-

dratari dengan nama Badalo Barishane.

2. Blok. Setiap paragraf berisi bahan yang pada dasarnya berdiri

sendiri, namun  paragraf-paragraf yang mandiri itu pada akhirnya 

menyulam satu cerita yang bulat, seperti  Contoh: Atlanta, 28/10 

(UPI). Pesawat terbang Delta Airlines dengan nomor penerbangan 

743 sedang dalam penerbangan dari Chicago ke Atlanta. Pramugari

memberitahu pilot pesawat, seorang penumpang wanita sakit den-

gan tanda-tanda kuat terserang penyakit usus buntu. Sang pilot 

mengirim kawat ke Atlanta dan dokter memeriksa penumpang itu di 

lapangan terbang. Sesudah penerbangan tertunda 23 menit sebab 

keadaan darurat itu, pesawat tinggal landas menuju Miami dan 

sang dokter mengatakan dalam laporannya: belitan korset sang 

penumpang kelewat kencang. 

3. Spiral. Setiap paragraf merinci apa yang ditulis dalam paragraf 

sebelumnya, ibarat  menggulir ke bawah bagai sebuah spiral.

106

Contoh: kairo, 11/7 (DPA) Siapa bilang Arabian Nights alias 1001 

malam sudah sirna? Malahan 1001 malam datang kembali menantang

di sini di Kairo. Penyebabnya bulan Ramadhan. Ramadhan bukan saja 

bulan suci Islam, masa kaum Muslim dan Muslimat