aran bawah, padahal level inilah yang dapat
menhitam putihkan massa, dan bisa membuat massa murka
atau sebaliknya menjadikan mereka tenang dan beradap.91
. Bentuk-Bentuk Penanganan Konflik di Aceh.
Menurut Ibnu Kaldum konflik itu sudah ada sejak
adanya manusia. Keberadaan konflik tidak dapat dilepas dari
perjalanan hidup manusia, ia begitu dekat dan seolah-olah
menjadi bahagian dari denyut jantung manusia.92 Tri Kurnia
Nurhayati dalam Kamus lengkap Bahasa negara kita
konflik yaitu pertentangan dan percekcokan.93 Sementara itu
Syarizal bahwa konflik merupakan bahagian dari
dinamika kehidupan manusia. Dalam kehidupan warga
yang sedang berubah, konflik dapat melahirkan pertentangan,
pertikaian, kekerasan, dan juga pembunuhan. Oleh sebab itu
penyikapan dan pengelolaan konflik dapat dilakukan, sebab
manusia pada fitrahnya cenderung untuk hidup damai dan
terbebas dari konflik.
Fisher Simon, dkk bahwa konflik itu pada
dasarkan bersifat netral dapat bersifat positif dan negatif.
Konflik bermula dari kepentingan, dan setiap orang memiliki
kepentingan berbeda antara satu dengan yang lain. Konflik
yang bermuara positif bila dapat dikelola dengan baik, akan
terbangun kepercayaan dan kesadaran bahwa manusia
memang memiliki keragaman dan saling menghargai satu sama
lain. Upaya saling menghargai, saling memahami, mengakui
kekeliruan dan keterbatasan diri sendiri merupakan konflik
yang bermuara pada nilai positif.95
Sebaliknya konflik yang bermuara negative berujung
pada kekerasan, pertentangan, penganiayaan, pembunuhan,
diskriminasi perampasan hak dan lain-lain.Akibatnya kedamaian
yang merupakan dambaan setiap anggota warga sangat
sulit terwujut. Dalam kenyataannya konflik seperti ini tetap
ada dalam setiap komunitas warga manapun termasuk
dalam warga adat. Di dalam warga adat termasuk di
Aceh, umumnya difahami bahwa konflik di identikkan dengan
kekerasan, pada hal kedua istilah ini memiliki makna
yang tajam.96 A. Hasyimy bahwa warga Aceh
dikenal dengan warga yang terikat dengan agama dan nilai
adat. Hal ini dapat dilihat dari adagium yang sangat populer
dalam warga Aceh, yaitu: “Adat Bak Poteumerehom, Hukom
Bak Syiah Kuala; Qanun Bak Putro phang; Resam bak Laksamana”.
Keberadaan ajaran agama dan adat untuk manyarakat Aceh
menjadi penting sebab kedua komponen inilah menjadi
standar perilaku, warga sehari-hari.Ajaran agama dan
norma adat, juga digunakan untuk menyelesaikan konflik yang
terjadi dalam warga Aceh.
Konflik yang dirasakan oleh warga Aceh mulai dari
konflik internal keluarga, antar kelompok warga , sampai
dengan konflik bersenjata yang sangat lama dan menelan
korban cukup banyak, sehingga keluarga korban dendam
kesumat. Kenyataan ini seakan-akan memperlihatkan
bahwa dalam warga Aceh tidak ada pola penyelesaian
konflik secara baik dan bijak, padahal dalam perjalanan
sejarahnya telah terbukti bahwa banyak persolan warga
gampong yang berkaitan dengan hukum, politik, social budaya,
ekonomi dan lain-lain,dapat diselesaikan dengan pola syari’at
Islam dan norma adat yaitu melalui: di’iet, sayam, suloh dan
pemumat jaroe, yang dalam prosesinya melibatkan peran ulama
dan tokoh adat, sebagai bentuk resolusi konflik yang akan
melahirkan kedamaian dalam warga .
Menurut Prof.Dr.Syahrizal Abas, MA, Berdasar hasil
wawancara beliau dengan salah satu tokoh adat di kabupaten
Singkil yaitu Tgk Abdussalam pada tgl 4 Maret 2006
bahwa pola di’iet, sayam, suloh dan pemumat jaroe ini sudah
dikenal sejak awal masuknya ajaran Islam ke Nusantara.98
. Penyelesaian Konflik Melalui Di’iet
Audah, Abdul Qadir kata di’iet berasal dari
bahasa Arab yaitu diyat. Secara bahasa kata diyat bermakna
pengganti jiwa atau penggati anggota tubuh yang hilang atau
rusak.Penggati ini berupa harta benda baik bergerak maupun
tidak.Pola ini merupkan konsep hukum pidana Islam. Para
sarjana hukum Islam memahami diyat ini sebagai salah satu
bentuk konpensasi yang harus diserahkan oleh terpidana atau
keluargnya kepada korban atau ahli warisnya dalam kasus
tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap anggota
tubuh orang lain.
Begitu juga Syafioeddin dan Hasyim bahwa
dalam di’iet ini, pelaku pidana memberikan sesuatu seperti
emas dan menyembelih hewan berupa sapi atau kerbau yang
prosesinya diprakarsai oleh perangkat gampong yaitu: Imuem
mukim,geuchik, dan tengku menasah. Dalam prosesi ini juga
digelar pula upara adat yang bertujuan untuk mengakhiri
dendam atau konflik.
Selanjutnya Syahrizal pembayaran di’iet
dalam kehidupan warga Aceh dimulai dengan proses
peradilan terhadap pelaku pidana, sehingga dapat diketahui
tingkat kemaafan yang diberikan oleh korban atau ahli waris
korban. Jika kemaafan ini telah diberikan maka para
pemangku adat atau tetua gampong mengkompromikan dan
memusyawarahkan dengan korban atau ahli waris korban
dengan pelaku berapa harus dibayarkan oleh terpidana atau
keluarganya.Biasanya pembayaran di’iet dilakukan dengan
suatu upara adat yang di dalamnya terdiri dari kegiatan pesijuek
dan pemumat jaroe.
Keterlibatan institusi adat dan budaya disini yaitu
untuk menghilangkan dendam antara para pihak yang bertikai.
Sedangkan tempat penyelenggaraan di’iet ini biasanya dilakukan
di menasah atau dirumah korban, dan juga dapat dilakukan di
tempat lain tergantung kesepakatan pihak yang terlibat.101
Peralatan dan bahan yang dipersiapkan oleh pelaku atau
ahli warisnya terdiri atas kerbau atau sapi, perangkat pesijuek
berupa ketan kuning, kelapa gonseng gula merah (ue mierah),
ayam panggang, tumpoe (tepung yang diaduek dengan gula
merah dan digoreng), daun senijuek, daun ilalang (naleung
samboe), padi campur beras, air tepung atau air bunga, air
putih dan air cuci tangan dan kemenyan, dan khusus untuk
kasus pembunuhan ditambah lagi dengan kain putih, pedang/
rencong di dalam sarung, bahkan di daerah tertentu di tambah
lagi dengan uang sebesar 2 juta sampai dengan 5 juta rupiah.
. Penyelesaian Konflik Melalui Sayam
Sayam yaitu salah satu pola penyelesaian konflik yang
ditemukan dalam kehidupan warga Aceh.Pola ini telah
lama dipraktekkan dan bahkan jauh lebih lama daripada pola
di’iet dan suloeh. Sayam yaitu bentuk konpensasi berupa harta
benda yang diberikan oleh pelaku pidana terhadap korban atau
ahli waris korban khusnya berkaitan dengan rusak atau tidak
berfungsinya anggota tubuh. Bahkan sebahagian daerah Aceh
memberlakukan sayam ini sebagai kompensasi dari keluarnya
darah seseorang akibat penganiayaan.
Filosofi sayam bagi warga Aceh bersumber
dari adagium yang sudah dikenal lama yaitu “ luka disifat,
dan darah disukat” Makna adagium ini yaitu luka akibat
penganiayaan atau kekerasan harus diperhitungkan.
Pandangan ini mengindikasikan bahwa warga Aceh betul-
betul memberikan penghargaan dan perlindungan yang tinggi
terhadap tubuh manusia, sebagai ciptaan Allah. Dan sayam
ini merupakan bentuk kompensasi untuk menghargai hal
ini . Sama hal nya dengan di’iet, prosesi sayam
dilaksanakan setelah para pihak yang bersengketa dihubungi
oleh pihak geuchik dan tengku menasah, dengan prosesinya
sama namun sayam hanya lebih ringan sebab jumlah yang
harus dibayar berbeda. Deskripsi ini menggambarkan betapa
penyelesaian konflik menggunakan pola syariat Islam dan
adat dapat membawa kedamaian abadi sebab kemaafan yang
terjalin dalam prosesi itu sering berubah menjadi saudara
sebab silaturrahim yang dibina secara berkelanjutan.104
. Penyelesaian Konflik Melalui Suloeh
Kata suloeh dalam bahasa Aceh berasal dari istilah Arab
yaitu al-sulhu-islah, yang berarti upaya perdamaian. Suloeh
yaitu upaya perdamaian antar para pihak yang bertikai dalam
kasus-kasus perdata. Oleh sebab itu prosesi suloeh ini tidak
ada penyembelihan hewan kebau, sapi atau kambing sebab
tidak berkaitan dengan meninggal atau rusaknya anggota
tubuh korban.Kasus-kasus perdata yang diselesaikan melaui
suloeh ini umumnya berkaitan dengan perebutan sentra-sentra
ekonomi seperti batas tanah, tali air sawah, lapak berjualan
daerah aliran sungai tempat menangkap ikan (seneubok) dan
lain-lain. Penyelesaian suloeh ini sering juga dilakukan langsung
ditempat kejadian oleh para tetua adat yang menguasai daerah
tertentu tanpa sampai kepada gechiek dan imuem menasah dan
penyelesaiannya sangat mudah hanya dengan pemumat jaroe.105
Dalam kehidupan warga lain suloeh ini sama dengan
mediasi, yang mana sitiap pertikaian dan konflik yang terjadi
antara satu individu dengan individu lain, atau satu kelompok
dengan kelompok lain atau satu komunitas dengan komunitas
lain, mediasi yaitu bentuk yang sangat sering digunakan untuk
menyelesaikan pihak yang bertikai. Prosesi penyelesaiannya
sama dengan suloeh di fasilitasi oleh orang ketiga berupa
tokoh, lembaga atau instansi yang ditunjuk. Dalam mediasi ini
pihak ketiga membuat kesepakatan-kesepakatan yang disetujui
oleh kedua pihak, dan setelah selesai mereka semua bersalam-
salaman.
. Penyelesaian Konflik Melalui Peumumat Jaroe
Bentuk aktivitas adat dan budaya yang melekat pada
prosesi di’iet, sayam dan suloeh yaitu pesijuek dan pemumat
jaroe (saling berjabat tangan). Kedua prosesi ini memegang
peranan penting dalam menjalin rasa persaudaraan (ukhwah)
atara para pihat yang bersengketa, sebab dalam warga
Aceh belum sempurna penyelesaian konflik tanpa melakukan
pesijuek dan pemumat jaroe. Oleh sebab itu dalam proses
pemumat jaroe, pihak yang memfasilitasi mengucapkan kata-
kata khusus seperti ”Nyo kaseb oh no dan bekna dendam le.Nyo
bejeut kejalinan silaturrahmi, sebab nyan ajaran agama geutanyoe”
artinya masalah ini cukup disisini dan jangan diperpanjang lagi.
Bersalaman ini diharapkan menjadi jalinan salturrahmi antara
anda berdua, sebab ini ajaran agama kita. Acara peumumat
jaroe disaksikan oleh banyak orang yang diundang pada acara
kenduri pesijuek dengan urutan prosesinya yaitu peusijuek,
peumumat jaroe dan makan bersama (kenduri).106
Kegiatan ini di atas, merupakan rangkaian panjang
dalam prosesi penyelesaian konflik dalam sengketa adat Aceh.
Dalam hal ini peran ulama dan pemangku adat sangat dominan,
sebab mereka dinggap mampu membangun silaturrahim
dengan baik sehingga para orang yang bertikai kadangkala
menjadi persaudaraan pada acara prosesi ini , namun
akhir-akhir ini kegiatan penyelesaian konflik dengan cara
di’iet, sayam, suloeh dan pemumat jaroe sudah jarang dilakukan,
warga lebih memilih penyelesaian kasus melalui hukum
nasional yaitu pengadilan.
. Tsunami Di Aceh
Tragedi 26 Desember 2004 memang patut direnungkan
untuk generasi anak bangsa. Gempa super hebat yang diikuti
gelombang tsunami telah menghacurkan sebahagian besar
wilayah pesisir pantai di Aceh. Menurut Departemen Sosial
tercatat 240.000 korban meninggal dan hilang, puluhan ribu
rumah penduduk, harta benda, gedung-gedung perkantoran,
sekolah, pertokoan serta fasilitas-fasilitas umum lainnya
hancur seketika. Kejadian ini memang tidak diduga sama sekali
walaupun sebenarnya dalam peta negara kita ada dijelaskan
bahwa kepulauan negara kita salah satunya provinsi Aceh yaitu
rawan bencana.
Arnol (1986) dalam Subandono bahwa
wilayah negara kita merupakan salah satu Negara kaya bencana
gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi dan tanah
longsor. Tingginya potensi bencana ini disebab kan
tatanan dan proses geologi negara kita yang dikepung oleh tiga
lempeng bumi, sehingga ia termasuk negeri yang rentan dan
rawan bencana alam.
Oleh sebab itu, seharusnya warga tidak terkejut
lagi bila ada bencana yang tidak terduga, sebab sudah tanpak
jelas bahwa dalam peta Badan Meteorologi dan Giofisika, di
identifikasi sebanyak 25 provinsi di negara kita rawan terjadinya
gempa bumi, dan 18 provinsi dari 25 provinsi ini salah
satunya provinsi Aceh yaitu rawan tsunami.108
Tsunami yang terjadi di Provinsi Aceh merupakan
musibah yang maha dasyat yang pernah terjadi dalam
sejarahAceh.sebab dalam bencana ini ratusan ribu
nyawa, harta benda hilang tanpa bekas, sehingga membuat
banyak warga Aceh mengalami berbagai kerugian baik
secara fisik maupun secara mental. Secara fisik warga
Aceh sebahagian besar kehilangan rumah, harta benda yang
telah dikumpulkan puluhan tahun di dalam kehidupannya.
Sedangkan secara mental warga banyak merasa
kehilangan orang-orang yang paling ia cintai sehingga mereka
merasa berduka, merasa sedih, cemas, depresi dan yang paling
parah yaitu stress dan trauma sebab kehilangan anak, ibu dan
ayah, kehilangan istri dan suami, kelihangan sanak keluarga,
kerabat dekat yang sangat sulit untuk dihilangkan di dalam
pikirannya mungkin sampai akhir zaman. Apalagi kalau tidak
ada penaganan yang konprehensif dan berkelanjutan bahaya
ini yaitu bencana yang sangat besar dalam kisah kehidupan
warga Aceh kedepan.
Oleh sebab itu, harapan terbesar bagi warga
yaitu bagaimana pemerintah menangani dan menyelesaikan
semua persoalan yang disebakan oleh bencana tsunami
ini sehingga terbebas dari bencana yang lebih besar yaitu
lemahnya daya serap dan daya guna generasi penerus akibat
trauma tsunami.
. Sekilas Tentang Wilayah-WilayahTsunami di Aceh
Secara keseluruhan musibah yang terjadi sebab
bencana alam gempa dan tsunami meninggalkan cerita yang
berbeda-beda di berbagai wilayah dalam propinsi Aceh yang
terkena hantamannya.Wilayah–wilayah ini yaitu : (1)
Aceh Besar, (2) Kota Banda Aceh, (3) Aceh Jaya, (4) Aceh Barat.
Pertama, Aceh Besar yang terdiri dari 23 Kecamatan,
604 Desadan lebih kurang 10 dari kecamatan ini sangat
parah kena hantaman tsunami, yaitu: kecamatan Lhoeng,
Leupong, Lhoknga, Pekan Bada, Puloe Aceh, Baitussalam,
Darussalam, Mesjid raya. Kedua, Kota Banda Aceh, terdiri
dari 9 kecamatan dan 90 Desa dan lebih kurang 4 kecamatan
mengalami hantaman tsunami yang sangat parah. Ketiga,
Aceh Jaya yang terdiri dari 9 Kecamatan, 21 Mukim, 172 Desa,
dan hampir semuanya berada pada daerah pesisir pantai.
Secara geografis kecamatan-kecamatan di wiliyah
Kabupaten Aceh Jaya berbatasan langsung dengan Samudera
negara kita . Jalur sepanjang pantai juga merupakan tempat
permukiman penduduk terpadat dibandingkan dengan
daerah pemukiman yang jauh dari pantai. Jaringan jalan yang
menyusuri pinggir pantai yang menghubungkan Banda Aceh
dengan kota-kota di bagian barat dan selatan provinsi ini
menjadi faktor yang sangat mendukung bagi penduduk untuk
membangun permukiman di sepanjang pantai. Pusat-pusat
perdagangan dan berbagai aktivitas perekonomian lainnya pun
pada umumnya berlokasi di kota-kota kecamatan yang berada
di sepanjang pantai wilayah ini.
Oleh sebab itu kabupaten ini juga termasuk yang
paling parah kena hantaman gelombang tsunami. Keempat,
kabupaten Aceh Barat terdiri dari 12 kecamatan dan 321
Desa.110
Semua Kecamatan dan Desa yang berada di dalam
4 kabupaten ini di atas sebahagian besarnya terkena
hantaman tsunami dan kehilangan hampir semuanya, baik jiwa
maupun rumah dan harta benda. Kondisi ini telah membuat
warga yang selamat dalam peristiwa tsunamiini
merasa sedih berkepanjangan dan sangat stress dan depresi,
dan bahkan trauma berat. sebab selain memikirkan keluarga
yang hilang tidak tahu jasadnya, juga memikirkan bagaimana
ia akan menjalani hidup kedepan. Secara psikologis banyak
korban yang merasa terganggu pasca tsunami sehingga tanpa ia
sadari apakah itu benar, atau hanya ilusi, mereka yang selamat
dari musibah ini sering kali bercerita yang kurang masuk
dalam pikiran dan akal sehat, seperti ada yang
bahwa ia selamat sebab di tolong oleh seekor naga, ada yang
ia selamat sebab ada yang membimbing mereka
untuk memegang sesuatu sehingga ketika ia sadar ia ada di atas
pohon, ada yang ia diselamatkan oleh kakek-kakek
yang tidak dikenal, ada juga yang bahwa ia selamat
seperti bermimpi dan banyak-cerita-cerita aneh lainnya..
Hayalan, atau illusi yang dirasakan oleh korban yang
selamat merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri oleh siapapun dan itu merupakan salah satu bentuk
respon psikologis dari peristiwa traumatis yang dialami oleh
setiap korban, dan bila ini tidak ditangani dengan baik dan
terencana serta berkelanjautan akan bendampak kepada PTSD
atau Post Traumatik Stress Disorder.
. Bentuk-Bentuk Trauma Tsunami
Bentuk-bentuk trauma yang di alami korban dalam
peristiwa traumatic tsunami yaitu ada dua aspek yaitu: pertama
trauma fisik seperti patah tangan puntung kaki, luka-luka
akibat hantaman kayu, beton dan berbagai benda yang hanyut
dan terbawa dalam gelombang tsunami, luka-luka ini
akan meninggalkan parut yang tidak akan pernah terlupakan
seumur hidupnya. Kedua, trauma psikis banyak terjadi pada
korban pasca tsunami yaitu sedih berkepanjangan, tertekan,
gugup, cemas berlebihan, merasa bersalah, stress, dan depresi.
Semua bentuk trauma ini seharusnya perlu penangan
yang representative dari semua pihak terutama keluarga
terdekat, lingkungan dan pemerintah sebagai penanggung
jawab dalam suatu komunitas.
Namun penanganan yang sering diterima pasca tsunami
menurut hasil penelitian yaitu penaganan secara fisik, sebab
pasca tsunami banyak NGO yang menawarkan bantuannya.
Tetapi secara psikologis tidak ada secara khusus, padahal
bencana yang sesungguhnya yaitu dampak dari psikogis ini,
sebab dapat menggangu kecedasan intelektual, emosional dan
perilaku. Orang-Orang yang sudah mengalami pengalaman
traumatis dan yang membuat mereka trauma biasanya mudah
sekali tersinggung, suka menghindar, suka duduk sendiri, suka
terkejut tiba-tiba, jantung berdebar cepat, sering bermimpi
buruk, kadangkala ada yang berkeringat tanpa sebab, suka
pingsan, tegang pada bahagian punggung dan sebagainya.
Semua kondisi fisik yang dialami ini akibat pengalaman
traumatis yang dialami di dalam hidupnya. Pengalaman
itu akan terkunci dalam latar lembik, sehingga bila mereka
bertemu dengan suasana, warna dan tempat yang sama,
maka seringkali korban akan ketakutan dan bahkan ada yang
histeris. Karna itu pada saat yang demikian, dukungan orang-
orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, dan lingkungan social
sangat diperlukan untuk meredakan kejala ini . Kalau
tidak ada, mereka akan merasa terasing, dan lama-kelamaan
bisa stress, depresi dan juga bisa sakit jiwa. Dukungan social
yang diperlukan bukanlah materi, akan tetapi empati yang
dapat membuat korban merasa tenang, merasa ada teman dan
merasa mereka tidak sendiri di dalam dunia ini.
. Bentuk-Bentuk Penanganan warga
Pasca Tsunami
Bentuk-bentuk penangan pasca tsunami dalam
warga Aceh dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama penanganan secara medis, pasca tsunami warga
Aceh yang selamat banyak mengalami luka-luka secara fisik,
maka banyak LSM, NGO baik dari local maupun nasional
dan internasional datang untuk ikut membantu mengobati
dan merawat warga yang terluka, menyediakan obat-
obatan dan sebagainya yang dibutuhkan warga . Kedua,
penyediaan tempat tinggal bagi korban yang selamat, sebagai
tempat mengungsi sementara sambil menunggu bntuan rumah
dari berbagai NGO, BRR. Ketiga, banyak NGO, LSM lokal dan
nasional membuat berbagai program pelatihan keterampilan
dalam rangka pemulihan ekonomi mereka, dari perbengkelan,
akirlig dan berbagai pelayanan warga seperti servis, AC,
TV dan alat-lat elektronik lainnya.
Jadi pada masa krisis semua orang menangani
berbagai cara untuk mengobati luka fisik, sedikit sekali dalam
warga Aceh yang mencoba menangani luka psikologis,
seperti bagaimana mengurangi rasa kesedihan yang dalam,
bagaimana mengendalikan amarah, benci dan bagaimana
mengatasi kecemasan, ketakutan dan sebagainya akibat dari
gelombang tsunami.
. Dampak Konflik dan Tsunami
Danpak konflik dan tsunami dalam kehidupan
warga korban sangat banyak, terutama danpak fisiologis
dan juga psikologis, keduanya saling berkaitan satu sama lain.
Abila kebutuhan fisologis tidak terkucupi akan berdampak
pada psikologis, begitu juga sebaliknya, bila psikologis tidak
terpenuhi juga akan berdampak kepada fisiologis.
. Dampak Fisiologis
Dalam kehidupan manusia banyak sekali kebutuhan
yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu kebutuhan primer
dan sekunder. Kebutuhan primer yaitu kebutuhan yang
paling dasar yang mau tidak mau harus dipenuhi, sebab
kebutuhan jenis ini merupakan kebutuhan untuk kelangsungan
hidup spesiesnya. Sedangkan kebutuhan sekunder yaitu
kebutuhan yang juga sangat penting dan lazim seperti
menyangkut rasa aman dan kebahagian jiwa. Sehingga dengan
kebutuhan-kebutuhan inilah manusia akan berusaha untuk
mendapatkannya dan memenuhinya dengan berbagai cara.
Kebutuhan fisiologis manusia terkadang sangat
berhubungan erat dengan reaksi organ tubuh yang muncul
untuk memelihara keseimbangan organic dan kimiawi tubuh.
Misalnya kekurangan kadar makanan atau kekurangan kadar
air dalam tubuh, akan membuat manusia lemas, lesue dan tidak
bersemangat, keadaan ini akan termotivasi manusia
untuk mencari makanan dan minuman yang dibutuhkan untuk
menyeimbangkan kembali kondisi tubuh yang dialami sesuai
dengan kebutuhannya.
Konflik dan tsunami yang terjadi telah membuat
banyak warga kehilangan jiwa raga, harta benda sebagai
aspek yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan fisiologis
manusia.Harta benda yang telah dikumpulkan bertahun-tahun
lamanya, rumah yang dijadikan tempat beristirahat, ketika
tubuhnya lelah hancur dibakar ketika konflik dan hanyut
dalam gelombang tsunami. Kondisi ini membuat warga
terpuruk, maka untuk mengembalikan mereka seperti semula,
memerlukan waktu yang panjang dan strategi yang berbeda,
sebab pasca konflik dan tsunami secara umum tatanan
warga berubah total, dan ini merupakan dampak yang
sering muncul yang sulit untuk dihindari. Dampak ini bila terus
menerus terus terjadi akan membuat berbagai tekanan dalam
tubuh manusia sihingga akan berakibat pada psikologis.
. Dampak Psikologis
Seperti yang telah disebutkan diatas, berbagai
kebutuhan manusia harus terpenuhi agar ia dapat hidup
tenang dan bahagia. Kebutuhan selain kebutuhan fisiologis
yaitu kebutuhan psikologis.Kebutuhan ini seperti rasa kasih
sayang rasa aman dan penghargaan. Orang akan puas ketika
ia mendapatkan kasih sayang dan dapat menyangi. Sering
ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi orang akan merasa
ketakutan,kekecewaan yang dalam, kecemasan, kemarahan,
kebencian, tertekan, stress depresi dan kondisi ini sering
dinyatakan sebagai respon ketidak puasan psikologis.
. Perasaaan Takut (Ketakutan)
Takut merupakan ungkapan emosi yang bersifat fitrah
yang dirasakan oleh manusia pada situasi berbahaya atau dalam
situasi yang mengancam keselamatan dirinya. Perasaan takut
itu sendiri dalam diri manusia termasuk emosi yang sangat
penting dan bermanfaat dalam kehidupan manusia, sebab
emosi ini akan mendorong manusia untuk menghindar
dan menjauhi situasi-situasi yang berbahaya ataupun keadaan
yang dapat membinasakan.
bahwa dalam beberapa eksperimen mutakhir
membuktikan bahwa kadar rasa takut seseorang yang masih
pada batas yang normal dan tidak berlebihan, akan bermanfat
baginya untuk mendorong melakukan hal-hal yang baik. Namun
kalau rasa takut itu sudah pada batas yang tidak wajar maka
hal itu akan berakibat buruk bagi diri seseorang. contohnya
rasa takut yang masih normal bisa membuat seorang pelajar
bersiap-siap untuk menghadapi ujian dan serius untuk belajar.
Sedangkan rasa takut yang berlebihan bisa mengakibatkan
seseorang pelajar malah tidak berkonsentrasi untuk ujian
sebab rasatakutnya itu, sehingga hasil test yang ia dapatkan
tidak seperti yang diharapkan.
Dari pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa rasa
takut itu merupakan reaksi yang normal bila masih dalam batas-
batas kewajaran, akan tetapi akan menjadi berbahaya bila rasa
takut ini dapat membayakan orang lain sebab reaksinya
berlebihan, misalnya sesorang sering dijarah ketika konflik,
maka ketika ada tamu yang datang tidak dikenal perasaan takut
ketika dijarah muncul kembali, sehingga ia bersiap-siap untuk
menghindar atau menyerang, sebab untuk menyelamatkan
diri, rasa takut inilah dikatakan dampak dari konflik. Dan rasa
takut ini harus diobati dengan konprehensif dan dipulihkan
kepada keadaan semula dengan berbagai psikotherapi psiklogis.
Lain hal nya rasa takut yang datang sebab pernah
menjadi korban tsunami, dimana orang-orang akan bereaksi
yang sama bila terdengar suara sirene peringatan tsunami,
yaitu berlarian tanpa arah untuk menyelamatkan diri, ini juga
rasa takut yang tidak wajar. Tetapi rasa takut yang wajar yaitu
bila sesorang merespon bunyi sirene dengan mencari tahu
dengan jelas itu sirene tsunami atau sirene polisi atau sirene
kebakaran, sebab rasa takutnya ini ia akan bertindak
rasional menghindari bahaya.
Daniel Goleman bahwa salah satu warisan
evolusi yang berhubungan dengan masalah emosional yaitu
rasa takut yang mendorong kita melindungi keluarga dari
bahaya; dorongan itulah yang membuat Bobby Crabtree meraih
pistolnya dan menyelidiki rumahnya untuk menangkap pencuri
yang difikirnya sedang mengendap-endap dalam rumahnya.
Rasa takut telah memancing Crabtree melakukan tembakan
sebelum ia memahami sepenuhnya apa yang ditembaknya,
bahkan sebelum ia mengenali suara putrinya.
Menurut ahli biologi evolusioner, reaksi outomatis
semacam ini telah terekam dalam system saraf manusia sebab
selama priode yang panjang dan penting dalam prasejarah
manusia, reaksi outomatis dapat menentukan hidup mati
seseorang.
. Perasaan Cemas (Kecemasan)
Kecemasan merupakan salah satu respon dari emosi
manusia.Chaplin kecemasan (anxiety) atau juga
disebut kegelisahan yaitu pertama perasaan campuran yang
berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa
mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan ini ;
kedua rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat yang
ringan; ketiga ketakutan dan kekhawatiran yang kuat dan
meluap-luap. Berdasar pengertian ini maka dapat
dikatakan kecemasan muncul secara tiba-tiba, kadangkala
pada saat yang tidak tepat.
Contoh pada suatu pagi musim semi dia (Daniel Goleman)
berkenderaan menyusuri jalan dipegunungan Colorado, ketika
tiba-tiba hujan salju menutupi pandangan untuk melihat
kemobil yang lain yang melintasi jalan ini walaupun
sudah menajamkan pandangannya, tetapi tidak berhasil
melihat apa-apa, sebab salju berputar-putar disekeling dan
tempat itu menjadi medan putih yang membutakan, sehingga
ia menginjak pedal rem dan pada saat itu rasa cemas terasa
mengalir dalam darah dan jantungnya berdegub kencang. Rasa
cemas itu berubah menjadi rasa takut luar biasa, sehingga ia
berhenti dipinggir jalan, sambil menunggu redanya hujan
salju. Setengah jam kemudian hujan salju berhenti, dan dia
pun melanjutkan perjalanannya, tidak begitu jauh ia melihat
ada mobil ambulan yang sedang menolong orang tabrakan,
sehingga ia berpikir seandainya tadi dia tidak berhenti maka
dialah yang akan kecelakaan ini . Kecemasan dan rasa
takut tadi membuat ia selamat dari bahaya.
Kecemasan seperti di ceritakan diatas yaitu kecemasan
yang masih dalam kondisi yang wajar dan positif, sebab semua
orang akan bereaksi sama ketika jalan yang dilalui tertutup
salju sehingga tidak nampak apa-apa seperti cerita ini ,
yang dikatakan cemas sudah mengarah pada dampak traumatic
yaitu cemas yang kadang kala tidak tahu sebab dan juga
tidak masuk diakal seperti orang cemas kepada sesuatu,tetapi
responnya sangat berlebihan sehingga mebuat panik dan
ketakutan luar biasa. Seperti seorang ibu yang pernah trauma
dirampok dijalan, peristiwa ini dia coba hilangkan dan
ditekan dari pikirannya tetapi, pada saat yang lain ketika dia
mendapati anaknya belum pulang kerumah, maka dia berekasi
dengan kecemasan luarbiasa, sehingga ia mengerahkan orang-
orang dan menelpon polisi, padahal belum 24 jam, sebab
cemas tadi maka iapun panic sehingga bertingkahlaku tidak
wajar, kondisi inilah yang dikatakan respons dari salah satu
trauma.
. Perasaan Marah (Kemarahan)
Menurut ‘Utsman Najati bahwa marah
itu merupakan emosi yang sifatnya fitrah dan akan muncul
ketika salah satu motivasi dasar seseorang tidak terpenuhi.
Jika ada sesuatu yang menghalangi manusia atau binatang
untuk mendapatkan tujuan tertentu yang ingin diraih demi
melampiaskan kebutuhannya, maka dia akan marah, berontak
dan melawan penghalang ini , dia juga akan rela berkorban
untuk mengalahkan dan menyingkirkan penghalang yang ada
dihadapannya sampai ia berhasil melampiaskan kebutuhan
dirinya.
Kadar rasa marah sangat tergantung pada seberapa
besar motivasi yang dihalangi dan juga pada seberapa penting
kebutuhan ini harus dipenuhi.
Rasa marah dalam diri manusia itu sangat beragam
tingkat kekuatannya, sebab tergantung kepada seberapa besar
dan seberapa penting kebutuhan ini harus dipenuhi.
Namun di luar semua itu, ada beberapa factor lain yang
mempengaruhi kekuatan rasa marah dalam diri seseorang.
Misalnya tabi’at yang sudah diwarisi semenjak lahir, baik dari
struktur saraf maupun struktur organ tubuh yang lain, bisa
juga dipengaruhi oleh pengalaman belajar dimasa lampau.
Daniel Goleman bahwa para peneliti
menemukan lebih banyak detail-detail fisiologis tentang
bagaimana masing-masing emosi mempersiapkan tubuh untuk
jenis reaksi yang sangat berbeda seperti bila darah amarah
mengalir ketangan, mudahlah tangan untuk menyambar
senjata atau menghantam lawan; detak jantung meningkat, dan
banjir hormon seperti adrenalin membangkitkan gelombang
energy yang cukup kuat untuk bertindak dahsyat.115
Perasaan marah yang seperti diatas merupakan reaksi
yang wajar dari suatu reaksi fisiologis, tetapi rasa marah yang
diakibatkan oleh dendam kesumat akibat emosi yang ditekan
cukup lama dalam litar limbic, ketika ia mengalami goncangan
hebat seperti pada masa konflik bersenjata, rasa marah ketika
melihat orang-orang yang berseragan TNI akan membahayakan
sebab akan merusak saraf. Dan juga dapat merugikan
warga , sebab biasanya marah akibat demdam sering
tidak bertindak rasional, sehinggasering perbuatan ini
akan disesali.
Pengaruh marah terhadap manusia dapat dilihat dalam
tiga aspek, yaitu: kepada fisik, pikiran dan kepada prilaku.
Kepada fisik gejala yang sering ditimbulkan ketika marah dapat
dilihat secara internal maupun eksternal. Secara internal orang
yang marah jantung berdebar-debar, lambung mengerut, aliran
darah mendesak kebahagian dada, sampai akhirnya membuat
wajah menjadi merah padam. Sedangkan secara eksternal,
berubahnya roman muka, perubahan suara, dan tegangan
otot pada organ tubuh. Kepada pikiran pengaruh marah dapat
dilihat gejala yang muncul yaitu kurang dapat berkonsentrasi
dengan baik, sehingga sering sekali keputusan yang diambil
pada saat marah akan disesali.
Berdasar pertimbangan ini , maka Rasulullah
SAW kepada para sahabat beliau, untuk tidak
memberikan hukuman ketika sedang dalam kondisi marah.
Pengaruh marah pada perilaku, dapat dilihat oleh semua orang ,
sebab orang yang sedang marah perilaku nya menjadi aneh, ada
yang mondar mandir seperti gosokan, ada yang mengalihkan
kepada benda-benda, dan ada pula kepada cacian, makian
atau apa saja yang dapat membuat meluahkan kekesalannya,
sehingga tanpa ia sadari kadang kala biasanya ia akan menyepak
atau meninju pada benda yang berada di dekatnya.
. Perasaan Benci (Kebencian)
Perasaan benci juga salah satu dampak dari li Rasa
benci merupakan lawan daripada rasa cinta, manusia akan
mencintai sesuatu yang bermanfaat baginya dan yang bisa
mebuatnya merasa bahagia atau senang. Namun manusia
akan membenci sesuatu yang membahayakan dirinya dan yang
bisa menjerumuskannya kedalam penderitaan. Secara umum
ada hubungan yang sangat erat atara rasa marah dan rasa
benci. Sesuatu yang membangkitkan rasa marah juga dapat
membangkitkan rasa benci. Misal nya kompetisi kerja diantara
manusia dilatarbelakangi oleh tuntutan hidup, yang kadangkala
persaingan itu akan menimbulkan rasa benci, permusuhan,
keinginan untuk saling menyerang.
Rasa benci akibat konflik dan tsunami sering bersifat
tidak rasional, sebab sering sekali orang yang sudah mengalami
peristiwa traumatis, sering melihat tempat yang sama, warna
dan kondisi yang sama pada saat peristiwa traumatic terjadi
merasa benci, menghindar bahkan bersumpah sampai mati
untuk tidak datang ketempat itu lagi, sebab menurut ia tempat
ini telah meninggalkan luka dalam dirinya, sehingga
ketika ia bertemu dan melihat kembali tempat yang sama,
maka ia akan merasa benci.Kondisi ini merupakan perihal
yang sering terjadi pada orang-orang yang telah mengalami
peristiwa menyakitkan, seperti kekerasan pada masa konflik,
kehilangan pada masa tsunami, maka kejadian ini akan
membuat korban sulit untuk menerimanya.
. Perasaan Sedih dan Depresi
Perasaan sedih bisa datang pada siapa saja dan kapan saja
tanpa batas umur, golongan, status, maupun gender. sebab
perasaan sedih itu yaitu milik manusia dan merupakan
salah satu reaksi dari emosi.‘Uthman Najati
bahwa sesungguhnya rasa sedih tergolong letupan emosi yang
dirasakan seseorang ketika dia merasa kehilangan orang paling
berharga baginya atau sesuatu yang memiliki arti bagi dirinya.
Ketika sedih, seseorang akan merasa pikirannya keruh dan tidak
lapang. Oleh sebab itu seseoarang akan selalu menghindari
rasa sedih dan tidak akan pernah menyukainya.
Daniel goleman bahwa satu-satunya
suasana hati yang pada umumnya benar-benar diusahan
dijauhi yaitu kesedihan. Diane Tice mengamati bahwa ada saja
akal orang bila menyangkut upaya menyingkirkan kesedihan.
Tentu saja tidak semua kesedihan harus dihindari; kesedihan
yang ditimbulkan oleh satu kehilangan mempunyai akibat
tertentu yang berbeda-beda; menutup minat kepada hiburan
dan kesenangan, mengarahkan perhatian pada apa yang telah
hilang, dan menghimpun energy untuk memulai usaha-usaha
baru sekurang-kurangnya untuk sementara waktu. Pendek
kata kesedihan memaksa orang untuk beristirahat untuk
duniawi, dan perhatian tertuju pada kehilangan ini ,
merenung-renungkan hikmahnya, dan pada akhirnya membuat
penyesuaian psikologis serta menyusun rencana baru yang
memungkinkan hidup terus berjalan.
Beduka itu bermanfaat dan depresi yang berkelanjutan
yaitu sia-sia. William Styron dalam Daniel Goleman
menuturkan deskripsi yang luar biasa mengenai “banyaknya
manifestasi menyedihkan dari depresi antara lain kebencian pada
diri sendiri, perasaan tak berharga, terkurung ketidakbahagiaan,
sekaligus kegelisahan yang mengelilingi, merasa takut dan terkucil,
dan terutama kecemasan yang menyesakkan”.
Pada gejala intelektual: “bingung, gagal memusatkan
pikiran, mudah lupa” dan tahap yang lebih lanjut pikiran
“dikusai oleh gangguan-gangguan anarkis” dan selanjutnya
“adanya perasaan bahwa proses berfikir dihantam gelombang
asing yang beracun yang dapat menghapuskan setiap respons yang
menyenangkan dalam kehidupan duniawi”
Sedangkan pada efek fisik: “sulit tidur, tak berminat apa-
apa bagai manyat hidup, mati rasa, resah, tetapi lebih khusus
perasaan tak berdaya dan ganjil” seiring terus menerus gelisah
kemudian diikuti hilangnya gairah, makanan yang seharusnya
berasa justru tidak ada rasa, akhirnya lenyaplah harapan
dan kondisi ini akan samar-samar menjadi keputusan yang
menyakitkan sehingga bunuh diri yaitu penyelesaikan.
Konflik dan tsunami yang terjadi di Aceh merupakan
musibah yang yang sangat besar di dalam kehidupan manusia
terutama warga Aceh, sebab selama konflik bersenjata
terjadi warga banyak merasa kehilangan orang-orang
yang paling berharga bagi dirinya, kehilangan ini bukan
pula sebab Allah memanggilnya akan tetapi kehilangan karna
dipaksa oleh orang yang tidak bertanggung jawab, kondisi ini
membuat perasaan sedih yang berkepanjangan bagi korban.
Begitu pula peristiwa tsunami, warga kembali merasa
kehilangan orang-orang yang paling mereka sayangi. Rasa
kehilangan inilah yang membuat banyak warga merasa
sedih berkepanjangan, bila tidak ada bantuan dari pihak
keluarga, warga dan pemerintah, ditakuti akan membuat
bencana-bencana lainnya dalam dunia warga Aceh yaitu
trauma. Apalagi bila itu menyangkut generasi penerus bangsa
yaitu para remaja. Remaja yang kuat secara fisik dan sehat secara
mental akan membangun dunia dengan penuh harapan, akan
tetapi bila remaja sebagai penerus ini rusak, maka hilangkan
harta yang paling berharga bagi orang tua, bangsa dan Negara.
Pemulihan Trauma
Konflik dan Tsunami
di Aceh
. Pengertian Pemulihan
Menurut Sondang Irene E. Sidabutar bahwa
dalam bahasa Inggris ada dua kata yang dapat diartikan
sebagai pemulihan dalam bahasa negara kita , yakni recovery dan
healing. Kedua kata ini sering kali digunakan bergantian
walaupun sebenarnya tidak tepat, atau sama artinya. Keduanya
dapat di definisikan secara terpisah sesuai mewakili makna
yang dalam bahasa negara kita terkait dengan pulih, pemulihan
atau memulihkan.
Pertama, Healing diartikan “to make whole” atau suatu
proses untuk mengembalikan lagi menjadi satu kesatuan yang
memiliki akar kata health dan whole dalam bahasa Inggris yang
artinya yaitu membuat menjadi baik atau sehat kembali,
membuat luka menjadi tertutup, kembali pada situasi semula,
membebaskan dari duka, kesulitan dari hal-hal buruk, membuat
perbedaan-perbedaan mengarah menuju rekonsiliasi.
Kedua, Recovery di artikan sebagai pengembalian
sesuatu yang hilang, pengembalian pada kesehatan, kesadaran,
diperolehnya kembali keseimbangan dan pengendalian.
Situasi kembali pada kondisi yang normal, setelah mengindap
penyakit, gangguan mental atau luka, atau kembali kepada
keadaan fungsi yang sebelumnya.
Kedua kata ini di atas, mengindikasikan
bahwa walaupun kondisi manusia tidak akan sama setelah
dihadapkan pada suatu pengalaman traumatis, tetapi masih
dapat mengembalikan keseimbangannya, kekuatannya yang
terintegrasi dalam satu kesatuan (whole), sehingga berfungsi
secara optimal (functional) dan siap untuk bergerak melewati
masa penderitaan (suffering) dan pengalaman negatif yang
traumatis menuju suatu pertumbuhan yang baik, maka sangat
cocok bahwa kedua kata ini digunakan sebagai kata pulih
atau pemulihan.
Tri Kurnia Nurhayati bahwa pulih diartikan
kembali sebagai keadaan semula, atau sembuh atau baik
kembali.Memulihkan artinya mengembalikan kepada keadaan
semua, memulangkan atau mengembalikan.121 Jadi pemulihan
dapat diartikan sebagai pengembalian sesuatu kepada keaadaan
semula.
Konflik dan tsunami yang terjadi di Aceh merupakan
pengalaman traumatis yang berbeda, tetapi memiki dampak
yang sama yaitu: dapat membuat trauma fisik dan juga trauma
psikis. Trauma-trauma ini perlu dipulihkan agar kembali
seperti semula. Trauma fisik sangat mudah dipulihkan melalui
medis dengan menggunakan obat-obatan dan para pakar seperti
doktersetiap kepakarannya dalam lingkungan medis. Tetapi
trauma psikis perlu penanganan yang lebih komprehensif,
terpadu dan terintegrasi dengan berbagai aspek, sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga yang lebih
banyak salah satunya yaitu dengan konseling traumatik.
. Pemulihan Trauma Dalam Masyaraat.
Pemulihan trauma dalam warga dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: secara individual juga dapat dilakukan
secara kelompok. Dalam banyak kasus pemulihan trauma justru
lebih efektif dilakukan secara kelompok. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk membantu pemulihan dari trauma
yang cepat dan mudah, yaitu secara individual: mengobrol,
mendengarkan keluhan, memotivasi individu untuk melakukan
aktivitas. Pada keluarga memberikan dukungan yang dapat
menghibur anggota keluarga yang merasa kehilangan dalam
konflik dan tsunami. Dan bagi komunitas warga
dapat dilakukan debriefing setelah suatu kejadian bencana,
mengembangkan kelompok dukungan, atau mengembangkan
kelompok mandiri (self-help group).
Sondang Irene. E. Sidabutar debriefing
menunjukkan suatu pemberian informasi atau kegiatan
pemberian petunjuk.Selain itu sering menunjuk pada kegiatan
kelompok untuk meminimalkan danpak trauma, dan dilakukan
segera setelah suatu peristiwa traumatis terjadi. Landasan
pemikirannya yaitu semakin cepat individu atau kelompok
membagikan pengalaman traumatisnya, semakin minimal ia
menyimpan pengalaman traumatisnya maka semakin kecil
kemungkinan ia mengalami masalah psikologis akibat trauma.
Batasan kesegeraan debriefing tidak dapat ditetapkan secara
kaku, tetapi dapat dilakukan dalam jangka waktu sampai tiga
hari antara 24-72 jam. Debriefing akan bermanfaat dilakukan
pasca bencana alam, kecelakaan, peristiwa pemboman atau
peristiwa traumatis lainnya.
Rothbaum, rawatan pemulihan untuk
trauma yang berkepanjangan (Prolonged exposure) melalui
terapi kognitif yaitu lebih efektif daripada dipilih obat-obatan
seperti reuptakeserotonin atau daripada tidak ada rawatan
pemulihan dalam mencegah post-traumaticstress disorder.
Selain itu ia juga bahwa rawatan dan pencegahan
PTSD dapat dilakukan dengan menghilangkan rasa ketakutan,
dari rangsangan traumatik dengan menggantikannya pada
rangsangan yang lain.
Daniel Goleman bahwa menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraaan emosi, sebab emosi yang berlebihan
yang meningkat dengan intensitas terlampau tinggi atau
untuk waktu yang terlampau lama akan mengoyak kestabilan
manusia.
3 langkah
untuk trauma healing bagi siapa saja yang telah mengalami satu
peristiwa hebat yan telah menggangu kehidupan, yang ditulis
dengan menggunakan bahasa, Ia merupakan panduan hebat
untuk membantu orang yang tidak hidup sepenuhnya, karana
mereka dihantui oleh pengalaman atau peristiwa traumatik.
Strategi yang dapat membangun perhatian kepada aktivitas
semua orang, malah lebih pentinguntuk membantu mereka
menjadi hadir kembali dalam dunia mereka, dan hidup dengan
keyakinan dan rasa kesejahteraan. Sebagai ahli terapi, bekerja
dengan orang yang setiap hari telah hidup melalui berbagai
pengalaman traumatik, maka akan bahwa buku ini
sangat berguna, bagi orang yang sudah tidak mau melakukan
konseling.
Untuk mengawal korban trauma akibat peperangan yang
berkekerasan yang dinyatakan oleh Stradling, ada beberapa
aspek yang dapat dilakukan yaitu: Pertama, tingkatkan
sensitivitas, kenali gejala trauma pada orang-orang disekeliling,
lakukan pendekatan dengan lembut dan penuh kasih sayang,
empati, bertindak hati-hati, tawarkan bantuan rujukan kepada
professional. Kedua, respon professional (psikolog, psikiater,
dan kaunselor) untuk membantu survivor trauma terkait : (1)
Incident Stress Debriefing (CISD), (2) menceritakan kembali
peristiwa traumatik yang dialami secara berstruktur dalam
masa 24-72 jam pasca terjadinya peristiwa traumatik, (hal ini,
masih diperdebatkan apakah baik untuk digunakan / tidak),
(3) kaunseling stress pasca trauma, (4) normalisasi reaksi, (5)
membantu proses coping.
Sementara itu Kaplan ada dua macam
terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD,
yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi.
Pertama, pengobatan farmakoterapi, dapat berupa terapi obat
hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah
dikenal. Terapi anti depresiva pada gang-guan stres pasca
traumatik ini masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan
yaitu benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta –
seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Obat ini
biasanya diresepkan sebagai obat yang sudah diberikan sejak
lama dan kini dilanjutkan sesuai yang diprogramkan, dengan
kekecualian, yaitu benzodiazepin – contoh, estazolam 0,5-1 mg
per os, Oksanazepam 10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5-10
mg per os, Klonazepam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2
mg per os atau IM– juga dapat diguna-kan dalam UGD atau
kamar praktek terhadap ansie tas yang gawat dan agitasi yang
timbul bersama gangguan stres pasca traumatik ini .
Kedua pengobatan psikoterapi. Para terapis percaya
bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan
efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management,
cognitive therapy, exposure therapy. Pada anxiety management,
terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk
membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui:
(1) relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan
kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok
otot -otot utama; (2) breathing retraining, yaitu belajar bernafas
dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan menghindari
bernafas dengan tergesa - gesa yang menimbulkan perasaan
tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti
jantung berdebar dan sakit kepala; (3) positive thinking dan self-
talk, iaitu belajar untuk menghilang-kan pikiran negatif dan
mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal –hal
yang membuat stress (stresor); (4) assertiveness training, yaitu
belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi
126 Kaplan,H.I., B. J. Sadock, J.A. Grebb (1997), Sinopsis Psikiatri:Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis,2.Jakarta: Binarupa Aksara
119 ---------------
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain; (5) thought
stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika
kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress.127
Dalam cognitive therapy, terapis membantu untuk
merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu
emosi dan mengganggu aktifitas. Misalnya seorang korban
kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri sebab tidak hati
-hati. Tujuan kognitif terapi yaitu mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa
pikiran ini tidak rasional untuk melawan pikiran ini
yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk
membantu mencapai emosi yang lebih seimbang.128
Sementara itu, dalam exposure therapy para terapis
membantu meng-hadapi situasi yang khusus, orang lain,
objek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma
dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam
kehidupannya. Terapi dapat berjalan dengan cara: exposure in the
imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk mengulang
cerita secara detail sampai tidak mengalami hambatan
menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu
menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari
sebab menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misal:
kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah).
Ketakutan bertambah kuat jika kita bersaha mengingat situasi
ini dibanding berusaha lupakannya. Pengulangan situasi
disertai penyadaran yang berulang akan membantu menyadari
127 Anonim, “Expert Consensus Treatment Guidelines for Post Traumatic
Stress Disorder: A Guide for Patients and Families,” http://www. psychguides.
com, diakses 04 Mei 2005b.
128 Anonim, “Expert Consensus Treatment Guidelines for Post Traumatic
Stress Disorder: A Guide for Patients and Families,” http://www. psychguides.
com, diakses 04 Mei 2005b.
120 ---------------
situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan
dapat diatasi.129
Di samping itu, didapatkan pula terapi bermain ( play
therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan
PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan
PTSD. Terapis memakai permainan untuk memulai topik yang
tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu
anak lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman
traumatiknya. Terapi debriefing juga dapat digunakan untuk
mengobati traumatik. Meskipun ada banyak kontroversi
tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum dan yang
dipimpin oleh bidan.
Cochrane dalam Rose et al, didalam
systematic reviews-nya merekomendasikan perlu untuk
melakukan debriefing pada kasus korban-korban trauma.130
Selain itu, didapatkan pula support group therapy dan terapi
bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta merupakan
penderita PTSD yang mempunyai pengalaman serupa (misalnya
korban bencana tsunami, korban gempa bumi) dimana dalam
proses terapi mereka saling menceritakan tentang pengalaman
traumatis mereka, kemdian mereka saling memberi penguatan
satu sama lain.131
Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan
bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membukti kan
129 Ibid
130 Rose, S, J. Bisson & S. Wessely, “Psychological Debriefing for
Preventing Post Traumatic Stress Disorder (PTSD): Review,” dalam Cochrane
Database of Systematic Reviews, Issue 2, Art No.CD000560, 2002
131 Swalm, D., (2005) Tabs-Childbirth and Emotional Trauma: Why
it’s Important to Talk T alk Talk, Associate Head of Dept of Psychological
Medicine for Women, King Edward Memorial Hospital, Subiaco 6008, Western
Australia, ” www.trauma-center.org, diakses 04 Mei 2005
121 ---------------
bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu
memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa
memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendam.
Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa
dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang
untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan
kecemasan (Anonim, 2005b).
Pendidikan dan supportive konseling juga
merupakan upaya lain untuk mengobati PTSD. Konselor
ahli mempertimbangkan pentingnya penderita PTSD (dan
keluarganya) untuk mempelajari gejala PTSD dan bermacam
treatment (terapi dan pengobatan) yan g cocok untuk PTSD.
Walaupun seseorang mempunyai gejala PTSD dalam waktu
lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat ditempuh
yaitu mengenali gejala dan permasalahannya sehingga dia
mengerti apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya
(Anonim, 2005b).
Di lain pihak, sampai saat ini masih didapatkan pula
beberapa tipe psikoterapi yang lain. Misalnya, eye movement
desensitization reprocessing (EMDR), hypnotherapy dan
psikodinamik psikoterapi, yang seringkali digunakan untuk terapi
PTSD dan kadang sangat membantu bagi sebagian penderita
(Anonim, 2005b).
Lise (2007) penanganan PTSD dapat
melalui kognitif terapi atau terapi tingkah laku dengan psikiatri
terlatih, psikolog, atau lain-lain profesional dapat membantu
perubahan emosi, pemikiran, dan tingkah laku yang dikaitkan
dengan PTSD dan dapat membantu mengurus kepanikan,
kemarahan, dan kebimbangan. Begitu juga dengan obat-
obatan tertentu dapat mengurangi gejala seperti keresahan,
122 ---------------
impulsivity, kemurungan, dan insomniadan penurunan
mendesak untuk menggunakan alkohol dan obat-obatan lain.
Kelompok terapi dapat membantu pesakit belajar untuk
berkomunikasi tentnang perasaan trauma mereka dan dapat
mewujudkan satu dukungan. PTSD dapat dideskripsikan
dengan keluarga dan kawan-kawan agar menyatukan
kesefahaman, sehingga mudah untuk mendapat dukungan
semasa pemulihan di jalankan.
NIMH (tt) perawatan utama bagi orang-
orang dengan PTSD yaitu melalui psikoterapi,obat-obatan,
atau kedua-duanya. sebab semua orang yaitu berbeda,
maka penanganannya juga berbeda antara satu orang dengan
orang yang lainnya, hal ini penting diketahui oleh siapa
saja yang menjaga dan merawat orang dengan PTSD, dalam
rangka pembekalan penjagaan kesehatan mental yang dialami.
Setengah orang dengan PTSD akan mencoba perawatan yang
berbeda untuk mencari apa yang efektif untuk gejala mereka.
sebab jika seseorang berterusan mengalami trauma maka
akan PTSD, dan kedua hal ini harus dirawat, sebab orang-
orang yang masih mengalami gejala-gejala itu memperlihatkan
adanya perubahan otak yang berkaitan dengan katekolamin
yang khas untuk PTSD.
Menurut Daniel Goleman bahwa orang-
orang yang telah pulih tidak mengalami perubahan semacam
itu. Temuan ini dan temuan-temuan lain yang serupa, memberi
harapan bahwa perubahan-perubahan otak pada PTSD tidaklah
terhapuskan , dan bahwa orang dapat pulih dan bahkan dari
jejak emosional yang paling mengerikan. Pendek kata, sirkuit
emosi dapat didik ulang. Oleh sebab itu trauma-trauma parah
seperti trauma yang menyebabkan PTSD dapat disembuhkan,
123 ---------------
dan bahwa jalan menuju penyembuhan semacam itu yaitu
melalui belajar ulang.132
Psikoterapi yaitu “percakapan” yaitu percakapan yang
melibatkan tenaga profesional untuk merawat kesehatan
mental dan penyakit mental. Psikoterapi dapat dilakukan
secara individual, dan juga dapat dilakukan secara kelompok.
Terapi percakapan dalam rawatan PTSD biasanya berlangsung
selama 6 hingga 12 minggu, tetapi dapat juga memerlukan
waktu yang cukup lama. Kajian menunjukkan bahwa dukungan
daripada keluarga dan rekan-rekan dapat menjadi bahagian
penting dalam terapi. Banyak jenis psikoterapi yang dapat
membantu orang dengan PTSD. Dukungan sosial dapat
mengurangi gejala PTSD secara langsung. Dokter atau ahli
terapi dapat menggabungkan terapi yang berbeda tergantung
pada keperluan setiap orang.Satu terapi yang dapat membantu
yaitu terapi tingkah laku kognitif. ada beberapa cara
untuk CBT, yaitu:
Pertama, terapi konfrontasi. Terapi ini membantu
warga menghadapi dan mengawal ketakutan mereka.
Mereka dihadapkan pada trauma yang mereka alami dengan
cara yang selamat. Ia menggunakan imejinasi, mental, menulis,
atau mengunjungi ke tempat di mana peristiwa itu terjadi.
Terapi menggunakan alat-alat untuk membantu orang dengan
PTSD ialah dengan menghadapi perasaan mereka. Penyusunan
kembali kognitif. Terapi ini membantu orang banyak dalam
membuang rasa kenangan buruk. Kadang-kadang orang ingat
bagaimana peristiwa yang berbeda itu terjadi. Mereka mungkin
merasa bersalah atau malu tentang apa yang bukan salah
mereka. Terapi membantu orang dengan PTSD dan melihat apa
yang terjadi secara realistik.
132 Daniel Goleman (1995) Op.Cit. Hal 295
124 ---------------
Kedua latihan tekanan inokulasi. Terapi ini cuba untuk
mengurangkan gejala PTSD dengan mengajar orang bagaimana
untuk mengurangkan keresahan. Seperti penyusunan semula
kognitif, rawatan ini membantu orang banyak melihat
kenangan mereka dengan cara yang sehat.
Rawatan jenis lain juga dapat membantu orang dengan
PTSD. Orang dengan PTSD perlu bercerita tentang semua
pilihan rawatan dengan ahli terapi mereka. Dokter juga dapat
menetapkan lain-lain jenis obat, seperti yang dijelaskan di
bawah. ada sedikit penjelasan mengenai bagaimana kerja
ini bagi orang-orang dengan PTSD. (1) Benzodiazepin. Obat-
obatan ini dapat diberikan untuk membantu orang berehat
dan tidur. Orang yang mengambil benzodiazepin mungkin
mempunyai masalah ingatan atau menjadi bergantung
pada medication. (2) Antipsikotik. obat-obatan ini biasanya
diberikan kepada orang dengan gangguan mental yang lain,
seperti skizofrenia. Orang yang mengambil antipsychotics dapat
mendapatkan berat badan dan mempunyai peluang yang lebih
tinggi mendapat penyakit jantung dan kencing manis. (3)
Antidepresan lain. Seperti sertraline dan paroxetine, fluoxetine
antidepresan (Prozac) dan Citalopram (Celexa) dapat membantu
orang dengan PTSD berasa kurang tegang atau sedih. Bagi orang
dengan PTSD yang juga mempunyai gangguan kebimbangan
lain atau kemurungan, antidepresan mungkin berguna dalam
mengurangkan gejala penyakit-penyakit ini. Selain daripada
itu, hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan konseling
traumatic.
Pemulihan Melalui Kaunseling Traumatik
Hamdani Bakran Adz Dzaky secara umum
bahwa “Counseling” dalam bahasa Inggris dikaitkan dengan
kata “counsel” yang diartikan sebagai: nasehat (to obtain
cousel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel).
Dengan demikian maka konseling diartikan sebagai pemberian
nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Sedangkan menurut Soli Abimanyu & M. Thayeb Manrihu
bahwa secara terminologi (istilah) dijumpai
dalam banyak literatur bimbingan dan konseling di antaranya
yaitu :
bahwa
konseling yaitu proses yang melibatkan hubungan antar
pribadi, antara seorang terapis dengan satu atau lebih klien,
dengan menggunakan metode-metode psikologis atas dasar
pengetahuan sitematik tentang kepribadian manusia dalam
upaya menyehatkan mental klien.
Kedua, Edwin C. lewis (1970) konseling
yaitu suatu proses dimana orang yang bermasalah(klien)
dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih
memuaskan melalui interaksi-interaksi yang merangsang klien
untuk mengembangkan perilaku-perilaku yang memungkinkan
berhubungan dengan lebih efektif dengan dirinya dan
lingkungannya.
Ketiga, American Personnel and Guidance Association
(APGA) merumuskan konseling sebagai suatu hubungan antara
seorang yang lebih terlatih dan professional dengan individu
yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan
biasa atau konflik atau pengambilan keputusan.
Keempat, Devision 17 of the American Psychologycal
Association (APA) merumuskan konseling sebagai bekerja
dengan individu-individu atau kelompok-kelompok yang
berkaitan dengan maslah-maslah pribadi, social, pendidikan
dan professional.
Berdasar pendapat di atas maka dapat dinyatakan
bahwa konseling pada dasarnya yaitu aktifitas pemberian
nasehat, berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam
bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan
klien.Adanya konseling disini sebab keinginan klien yang
memerlukan bantuan atas ketidaktauannya dalam berbagai
aspek dengan metode psikologis, seperti mengembangkan
kualitas kepribadian yang tangguh, mengembangkan kualitas
kesehatan mental, mengembangkan perilaku-perilaku yang
efektif dan positif pada diri individu dan lingkungannya,
menanggulangi problema hidup dan kehidupan secara
mandiri. Sedangkan konseling traumatic yaitu konseling yang
dilakukan dalam rangka pemulihan dan penyembuhan orang-
orang yang mengalamiberbagai trauma.
menyebutkan bahwa tujuan
kaunseling traumatik yaitu : (1) berfikir realistis bahwa trauma
yaitu bagian dari kehidupan, (2) memperoleh pemahaman
tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma, (3)
memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan
trauma, dan (4) belajar keterampilan baru untuk mengatasi
trauma. Muhibbin Syah (2006) keterampilan ialah
kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-
otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga dsb. Meskipun
sifatnya motorik namun keterampilan itu memerlukan
kordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi, dengan
demikian siswa yang melakukan gerakan motorik dengan
koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang
atau tidak terampil.
keterampilan yaitu kemampuan
melakukan pola tingkah laku yang konpleks dan tersusun rapi
secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai
hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan
motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang
bersifat kognitif, konotasinyapun luas sehingga sampai pada
yang mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain secara
tepat.
bahwa untuk menolong klien yang trauma, kaunselor harus
memiliki empat keterampilan dalam dirinya, yaitu: Pandangan
yang realistis, orientasi yang holistik, fleksibelitas dan
keseimbangan atara empati dan ketegasan.
Pertama, kaunselor harus memiliki padangan yang
realistis terhadap peran mereka dalam membantu dan
menolong orang trauma, sebab dengan demikian mereka
dapat melihat kelemahan dan keterbatasannya dalam sesi
pertolongan seperti kurang memiliki data yang lengk