Tampilkan postingan dengan label sumber daya manusia 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sumber daya manusia 7. Tampilkan semua postingan

sumber daya manusia 7

 


pekerja  harus diberhentikan dari suatu 

organisasi perusahaan. Misalnya pekerja  anak-

anak, pekerja  WNA, pekerja  yang terlibat 

organisasi terlarang. 

b. Berhenti Karena Keinginan Perusahaan 

Perusahaan dapat memberhentikan 

pekerja nya baik secara terhormat maupun tidak 

terhormat. Pemberhentian semacam ini telah diatur 

oleh Undang-undang No. 12 tahun 1964, seizin P4D, 

P4P, serta tergantung status kepegawaian pekerja  

yang bersangkutan. 

Alasan perusahaan memberhentikan pekerja  

antara lain, pekerja  tidak mampu mengerjakan 

pekerjaannya; perilaku dan kedisiplinannya 

kurang baik; melanggar peraturan dan tata tertib 

perusahaan; tidak dapat bekerja sama; konflik 

dengan pekerja  lain serta melakukan tindakan 

amoral. 

Konsekuensinya perusahaan harus memberi  

uang pesangon dan uang jasa kepada pekerja  

dengan status pegawai tetap yang besarnya 

disesuaikan dengan undang-undang yang 

berlaku. Sedangkan bagi pekerja  dalam masa 

percobaan dan kontrak tanpa uang pesangon. 

Dalam memberhentikan pekerja  manajer 

harus melakukan berbagai hal seperti: 

1)   Mendaftar kekurangan kinerja secara jelas 

2) Menunjukkan alasan yang memicu  dilakukan 

pemecatan  

3)  Bersikap sensitif terhadap pribadi pekerja   

4)  Bila dimungkinkan menawarkan pensiun dini 

5)  Memberi kesempatan agar pekerja  dapat tetap 

bekerja 

Proses pemberhentian karena keinginan 

perusahaan ini dilakukan melalui beberapa tingkatan 

yaitu: 

1) Perundingan antara pekerja  dengan pimpinan 

perusahaan 

2) Perundingan antara pimpinan serikat buruh 

dengan pimpinan perusahaan 

3)  Perundingan P4D dengan pimpinan perusahaan 

4)  Perundingan P4P dengann pimpinan perusahaan  

5)  Keputusan Pengadilan Negeri. 

 

c. Berhenti Karena Kinginan pekerja  

pekerja  yang ingin berhenti mengajukan 

permohonan untuk berhenti dari perusahaan ini . 

Permohonan ini disertai alasan dan saat kapan akan 

berhenti. 

Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan dapat 

mencari pengganti, agar kegiatan perusahaan tidak 

terganggu. Alasan pengunduran diri ini antara lain: 

pindah ke tempat lain (alasan keluarga), kesehatan 

kurang baik, melanjutkan pendidikan, berwiraswasta. 

Kalau banyak pekerja  yang berhenti karena 

keinginannya hendaknya manajer lebih perhatian 

untuk mencari sebab-sebab yang sebenarnya, sehingga 

turn over dapat dicegah. Bila berhenti atas permintaan 

sendiri maka uang pesangon hanya diberikan 

berdasar  kebijaksanaan perusahaan saja, sebab 

tidak ada ketentuan hukum yang mengaturnya. 

d. Pensiun 

Pensiun adalah pemberhentian pekerja  atas 

keinginan perusahaan, undang-undang ataupun 

keinginan pekerja  sendiri. Keinginan perusahaan 

mempensiunkan pekerja , karena produktivitas 

kerjanya rendah sebagai akibat usia lanjut, cacat fisik 

karena kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaan. 

Undang-undang mempensiunkan seseorang 

karena telah mencapai batas usia dan masa kerja 

tertentu. Misalnya usia 55 tahun dan minimun 

memiliki masa kerja 15 tahun. 

Keinginan pekerja  adalah pensiun atas 

permintaan sendiri dengan mengajukan surat 

permohonan setelah mencapai masa kerja tertentu dan 

permohonannya dikabulkan oleh perusahaan. 

Bagi pekerja  yang pensiun mendapat uang 

pensiun yang besarnya diatur oleh UU atau 

peraturan yang dibuat oleh perusahaan. 

Pembayaran uang pensiun sebenarnya merupakan 

pengakuan, penghargaan atas pengabdian seseorang 

kepada organisasi dan memberi  sumber 

penghidupan bagi masa usia lanjutnya 

 

e. Kontrak Kerja berakhir, Kesehatan pekerja , dan 

meninggal dunia. 

pekerja  kontrak akan diberhentikan bila masa 

kontrak telah berakhir. Pemberhentian atas dasar 

berakhirnya kontrak ini tidak menimbulkan 

konsekuensi, karena telah diatur dalam perjanjian 

kontrak. 

Kesehatan pekerja  juga dapat menjadi alasan 

untuk pemberhentian pekerja . Inisiatif 

pernberhentian ini dapat berasal dari kedua belah 

pihak. 

pekerja  yang meninggal dunia secara otomatis 

putus hubungan kerjanya dengan perusahaan. 

Perusahaan memberi  pesangon atau uang 

pensiun bagi keluarga yang ditinggalkan sesuai 

dengan peraturan yang ada. 

 

f. Perusahaan Dilikuidasi 

pekerja  akan dilepas jika perusahaan 

dilikuidasi atau ditutup karena bangkrut. Bangkrutnya 

perusahaan harus berdasar  ketentuan hukum 

yang berlaku, sedang pekerja  yang dilepas harus 

mendapat pesangon sesuai dengan ketentuan 

pemerintah. 

 

2. Memberhentikan sementara 

Siklus perusahaan sering kali naik dan turun. Pada saat 

permintaan banyak perusahaan banyak memerlukan tenaga 

kerja untuk memenuhi permintaan ini , tetapi 

manakala permintaan turun, tidak ada pilihan lain kecuali 

memberhentikan sementara atau merumahkan (layofly 

pekerja nya. Meskipun dinimahkan tidaklah sama dengan 

dipecat (fired), namun keduanya memiliki  efek yang 

sama yaitu memicu  pekerja  menganggur. 

Dinimahkan dapat menjadi lebih buruk secara 

psikologis daripada diberhentikan. Dengan diberhentikan 

hubungan dengan perusahaan diputus dan mantan 

pekerja  tidak memiliki  pilihan lain kecuali mencari 

pekerjaan lain. Sedangkan hal ini tidak terjadi manakala 

pekerja  dinimahkan karena pekerja  memiliki 

hubungan dengan perusahaan. 

Banyak pekerja  yang dinimahkan tidak tahu pasti 

kapan yang bersangkutan akan ditarik atau dipanggil 

kembali. Bersamaan dengan itu sumber daya finansial 

pekerja  berkurang, yang semakin lama memicu  

semakin frustasi pekerja  ini . 

Untuk itulah maka setiap pekerja  yang akan 

diterima wajib diberitahi sistem yang dilakukan oleh 

perusahaan termasuk bila pekerja  terpaksa dinimahkan. 

Prosedur layoff ini biasanya dinyatakan secara jelas dalam 

perjanjian kerja manajemen pekerja . 

Prosedur menarik kembali (recalling) pekerja  

yang dinimahkan biasanya harus dinyatakan secara jelas 

pula dalam perjanjian manajemen pekerja .  

 

3. Proses Pemberhentian 

Pemberhentian pekerja  hendaknya berdasar  

peraturan dan perundang-undangan yang ada, agar tidak 

menimbulkan masalah. Seyogyanya pemberhentian 

dilakukan dengan cara yang sebaik-baiknya sehingga tetap 

terjalin hubungan informal yang baik antara perusahaan 

dengan mantan pekerja  ini . Hal di alas pada 

dasarnya menjadi keinginan kedua belah pihak, tetapi tidak 

dapat diingkari sering kali terjadi pemberhentian yang 

berdasar  pemecatan, akibat terjadinya konflik yang 

tidak dapat diatasi lagi.  

Proses pemecatan harus melalui prosedur sebagai 

berikut:  

a.  Musyawarah pekerja  dengan pimpinan 

b.  Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan 

perusahaan  

c.  Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan 

perusahaan dan P4D  

d.  Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan 

perusahaan dan P4P  

e.   Pemutusan berdasar  keputusan pengadilan negeri 

 

1. Riset Sumber daya Manusia  

a. Latar Belakang Riset SDM 

Penerapan riset sumber daya manusia adalah 

merupakan penelitian sistematik sumber daya manusia 

sebuah perusahaan untuk tujuan memaksimalkan pencapaian 

tujuan operasional organisasi dan pribadi. Manajemen telah 

mulai menyadari signifikansi komponen sumber daya 

manusia terhadap kemampuan sebuah organisasi untuk 

mencapai tujuannya. Pencerahan ini terjadi pada waktu 

bentuk persaingan bisnis membuat sulit untuk memperoleh 

dan mendapatkan individu yang bermutu. 

Meningkatnya kebutuhan akan riset sumber daya 

manusia bertalian dengan perubahan yang cepat dalam 

komposisi tenaga kerja. Riset dibutuhkan untuk 

menentukan bagaimana tujuan tenaga kerja yang baru 

dapat dipadukan kebutuhan tenaga kerja lainnya. 

Berkembangnya ilmu pengetahuan memicu  

perusahaan untuk secara berkesinambungan berjuang 

memutakhirkan tenaga kerja mereka agar para pekerja  

menerima perubahan yang disebabakan oleh teknologi 

baru. Melalui riset dapat ditunjukkan cara mana yang dapat 

dilakukan agar orang menerima perubahan sehingga 

mereka akan menjadi tenaga kerja yang produktif. 

Riset yang digunakan dalam bidang sumber daya 

manusia adalah riset terapan bukan riset murni, karena 

hasilnya perlu segera diaplikasikan untuk mencapai tujuan 

organisasi, pekerja  maupun warga . 

b. Kancah kajian Riset SDM 

Riset sumber daya manusia memiliki kajian pada 

seluruh fungsi manajemen dan operasional. Pada riset 

perencanaan dapat dilakukan kegiatan yang akan 

membantu menjelaskan mengapa seorang individu 

menjadi pekerja  sukses di suatu perusahaan dan gagal di 

perusahaan lain meskipun pekerjaan itu tampaknya 

serupa. 

Riset rekrutmen diarahkan kepada penentuan 

bagaimana individu dengan potensi tinggi dapat 

didorong untuk melamar pekerjaan pada perusahaan. 

Tujuan riset pada aspek ini adalah menentukan calon 

pekerja  dengan potensi paling besar dan sukses. 

Riset ini sering kali mencoba untuk menentukan faktor-

faktor seperti latar belakang, pengalaman, pendidikan 

dan nilai tes yang dapat digunakan untuk membedakan 

pelamar yang sukses dan yang kurang sukses. 

Riset juga diperlukan dalam pengembangan SDM. 

Penelitian pada bidang ini dapat menentukan pekerja  

mana yang dapat memanfaatkan pelatihan yang akan 

dilakukan. Kegiatan pelatihan apa yang diperlukan oleh 

pekerja  perlu dilaksanakan melalui riset pekerja , 

sehingga pelatihan dilakukan sesuai kebutuhan SDM untuk 

pengembangan dirinya. 

Untuk mempertahankan kebijakan gaji yang wajar, 

banyak perusahaan yang melaksanakan survei gaji yang 

ekstensif. Demildan juga dengan riset terhadap 

karyawarui,ra serrdi...d. Disinilah kiranya riset kompensasi 

sangat diperlukan. 

Riset dalam bidang pekerja  dan l,iihunqan 

perburuhan terutama terfokus pada bidang-bidang yang 

mempengarulu kinerja setiap individu, terutama untuk 

menentukan faktor-falctor yang meznungkinkan perusahaan 

agar tetap bebas serikat pekerja. Secara 

berkesinambungan memonitor faktor-faktor yang 

mempengaruhi pekerja  dan hubungan perAUiuhan 

kemungkinan akan selalu, terbukti berznanfaat bagi 

pekerja  maupun organisasi. 

Tugas utama riset dalam bidang kesehatan dan 

keselamatan kerja merupakan sesuatu yang sangat penting. 

hiset dapat digunakan untuk menentukan lokasi dan 

penyebab kecelakaan kerja, selain itu juga dapat 

digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik pekerja  

yang memiliki kemungkinan kecelakaan kerja lebih tinggi. 

c. Metode Penelitian SDM 

Ada tiga metode pokok yang sering digunakan 

dalam riset SDM yaitu: Studi kasus, metode survai dan 

eksperimen. 

1) Studi kasus 

Studi kasus adalah penelitian ke dalam sebab-sebab 

yang mendasari permasalahan tertentu dalam sebuah 

pabrik, sebuah departemen, atau sebuah kelompok kerja. 

hasil riset diterapkan hanya pada seperangkat 

permasalahan tertentu dan tidak dapat digeneralisasikan 

pada kelompok atau permasalahan yang lain. 

Meskipun hasilnya tidak dapat digeneralisasikan 

namun pendekatan seperti ini sangat diperlukan. Karena 

melalui studi kasus ini penelitian dilakukan secara intensif 

dan mendalam sehingga bisa menjawab mengapa keadaan 

itu terjadi dan peneliti diharapkan dapat menemukan 

hubungan yang tadinya tidak diharapkan. Teknik yang 

digunakan untuk mengumpulkan data bervariasi 

disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan, namun 

yang lebih banyak digunakan adalah participant 

observation dan depth interview. Analisa  data ctilakukan 

dengan membuat kategorisasi dari fokus penelitian. 

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang rinci 

mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu 

dengan cukup mendalam dan menyeluriih termasuk 

lingkungan dan kondisi masa lalunya. Selanjutnya peneliti 

berusaha menemukan hubungan antara faktor-faktor 

ini  satu dengan yang lain. 

Jenis permasalahan yang dapat diteliti melalui studi kasus 

antara lain: tingkat perputaran pekerja  yang berlebihan, 

tingkat ketidakhadiran yang terlalu tinggi, tingkat 

kecelakaan kerja, rendahnya etos kerja dan moral kerja. 

2) Metode survai 

Dalam pelaksanaan survai, informasi dikumpulkan 

dari responden dengan menggunakan kuesioner. Survai 

dilakukan pada penelitian yang menggunakan sample 

dan informasi yang dikumpulkan melalui sampel ini  

digeneralisasikan untulc populasi (Singarimbun, 1983). 

Untuk melakukan penelitian yang terkait dengan 

opini pekerja , perlu ditekankan pada pekerja  bahwa 

kerahasiaan jawabannya dapat terjamin. Dengan demilgian 

pekerja  dapat memberi  jawaban sejujurnya. 

Survai digunakan untuk anenqukur gejala yang ada 

tanpa menyelidiki kenapa gejala ini  ada, sehingga 

tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel 

karena hanya menggunakan data yang ada untuk 

pemecahan masalah daripada menguji hipotesisi. Survai 

dapat memberi  manfaat untuk tujuan deskriptif, 

membantu untuk membandingkan kondisi yang ada 

dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan 

juga untuk pelaksanaan evaluasi. 

 

a. Eksperimen 

Metode eksperimen merupakan penelitian yang 

dilakukan dengan memodifikasi variabel tertentu. menurut 

Sudjana (1980) disain dasamya adalah replikasi, randomisasi 

dan kontrol. 

Eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesis 

tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui apakah 

variabel intervensi atau variabel eksperimen efektif atau 

tidak. Pelaksanaan eksperimen memerlukan konsep dan 

variabel yang jelas serta pengukuran yang cermat. 

Eksperimen dapat dilakukan dengan atau tanpa kelompok 

pembanding (control group). 

Sebagai contoh seorang manajer ingin menentukan 

efek yang akan dimilila oleh suatu program pelatihan 

terhadap produktivitas. Kelompok kendali akan 

melaksanakan tugas dengan cara konvensional, sedangkan 

kelompok eksperimen melalui pelatihan. Bagi penelitian 

yang dilakukan tanpa kelompok pembanding dengan 

membandingkan produktivitas sebelum dan sesudah 

mengikuti pelatihan. Hipotesis yang akan diujui adalah 

bahwa petihan berpengaruh terhadap produktivitas 

Untuk mengenal adanya permasalahan di organisasi, 

pihak pimpinan dapat melakukan identifikasi segala 

aktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak 

langsung (melalui laporan). Secara rinci sumber untuk 

mengenali masalah meliputi: pengamatan terhadap kegiatan 

manusia (pekerja ), melalui bacaan (laporan), 

pertgamatan terhadap alam (lingkungan sekeliling), diskusi, 

catatan pribadi. 

Pengenalan masalah bertujuan untuk (1) mencari sesuatu 

dalam rangka memuaskan keingintahuan terhadap gejala yang 

ada, (2) mcletakkan dasar untuk memecahkan masalah dan 

penelitian selanjutnya, (3) menyediakan sesuatu yang 

bermanfaat,

 

2) Merumuskan masalah  

Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi 

perumusan hipotesis, dan rumusan masalah dapat 

menghasilkan proyek penelitian. Rumusan masalah 

umumnya dilakukan dengan kondisi berikut:  

a)  Masalah dinimuskan dalam bentuk kalimat tanya  

b)  Rumusan hendaknya jelas dan padat 

c)  Rumusan masalah harus berimplikasi adanya data untuk 

memecahkan masalah 

d)  Rumusan masalah harus merupakan dasar untuk membuat 

hipotesis  

e)  Masalah menjadi dasar dalam penentuan judul 

penelitian 

 

Sering kali membuat masalah penelitian merupakan 

hal yang sukar, karena: (1) Tidak semua masalah di 

lapangan dapat diuji secara empiris, (2) Tidak ada 

pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat 

mencari masalah, (3) Kadang kala si peneliti dihadapkan 

kepada banyak sekali masalah penelitian, dan sang 

peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik 

untuk dipecahkan, (4) Ada kalanya masalah menarik untuk 

diteliti, tetapi data sukar diperoleh (Nazir, 1988). 

 

3) Memilih metode (pandekatan penelitan) 

Setelah mengetahui masalah yang ada, peneliti dapat 

menentukan metode mana yang akan digunakan. 

Apakah studi kasus, survai, atau eksperimen. 

 

4) Menqumpulkan data 

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai 

teknik, seperti observasi, wawancara, angket, studi 

dokumentasi. Penentuan teknik pengumpul data tergantung 

pada tujuan dan data yang akan dikumpulkan. 

 

5) Pengolahan data dan Interpretasi hasil 

Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasikan 

dan atau rnengkategorisasikan data yang telah diperoleh. 

Dari tabulasi dan kategori ini  barulah peneliti 

memberi  interpretasi dari masing-masing temuan. 

Pemberian interpretasi ini akan lebih baik bila 

dilakukan oleh orang yang dengan situasi yang sedang di 

teliti. 

berdasar  hasil interpretasi ini  dapat 

dirumuskan berbagai kebijakan sebagai upaya untuk 

mengatasi masalah yang ada. Pengolahan dan analisis data 

dapat dilakukan dengan kuantitatif maupun kualitatif sesuai 

dengan kebutuhan. 

 

1. Melakukan Tindakan 

Tahap yang paling sulit dari proses riset adalah 

mengambil tindakan berdasar  temuan riset. Hasil riset 

mungkin menunjukkan adanya perubahan pada berbagai 

bidang dalam organisasi. Riset hanya bermanfaat bila 

temuan yang diperoleh ditindaklanjuti dengan aksi nyata. 

 

2. Audit Sumber Daya Manusia 

a. Pengertian Audit Sumber Daya Manusia 

Pelaksanaan audit di bidang SDM dapat dilakukan 

melalui fungsi pengawasan dengan tujuan agar kegiatan 

organisasi dilakukan dengan berbagai prinsip seperti 

efisiensi, efektivitas, produktivitas, koordinasi, 

fungsionalisasi. Pengawasan sendiri merupakan suatu 

kegiatan dalam hal mana pihak manajemen melakukan 

pengamatan atas: Jumlah sumber daya manusia yang ada, 

jumlah SDM yang dibutuhkan, jumlah pasaran SDM yang 

ada, kualitas SDM yang dimiliki dan yang ada di pasaran 

tenaga kerja, kemampuan individu setiap SDM dalam 

organisasi, upaya peningkatan kemampuan SDM dalam 

organisasi dan semangat kerja mereka. kesemuanya itu 

dilaksanakan agar pengelolaan organisasi dapat lebih 

efektif dan efisien. 

Audit adalah pemeriksaaan data. Sehingga audit 

SDM adalah perneriksaan atas data SDM yang dinuliki oleh 

suatu organisasi. Audit juga dapat diartikan sebagai 

prosedur untuk meneliti/memeriksa apakah cara 

membina SDM dalam organisasi sudah benar dan menurut 

ketentuan yang berlaku serta pembinaan personil yang 

tepat sesuai dengan kesepakatan. Audit SDM pada 

dasarnya mengevaluasi kegiatan pekerja  yang 

dilakukan dalam suatu organisasi baik bagian demi bagian 

maupun secara keseluruhan. 

b.   Pentingnya Audit manajemen SDM 

Pentingnya audit manajemen SDM bagi organisasi 

atau perusahaan antara lain : 

1) Mengidentifikasi kontribusi departemen SDM bagi 

organisasi dalam usaha mencapai tujuan 

2) Meningkatkan citra profesional departemen sumber 

daya manusia 

3) Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme 

yang lebih besar diantara anggata-anggota 

departemen sumber daya manusia 

4) Menjernihkan tugas dan tanggung jawab departemen 

sumber daya manusia agar tidak terjadi tumpang 

tindih dalam hal tugas, wewenang dan tanggung 

jawab. 

5) Merangsang keseragaman berbagai kebijakan dan 

praktek personalia 

6) Menemukan  masalah sumber daya manusia yang kritis 

7) Memastikan ketaatan yang tepat waktu terhadap 

persyaratan legal 

8)  Mengurangi biaya sumber daya manusia melalui 

prosedur personalia yang efektif 

9)  Menciptakan peningkatan penerimaan terhadap 

perubahan yang dibutuhkan di dalam departemen 

sumber daya manusia. 

 

Departemen sumber daya manusia yang efektif 

memenuhi tujuan perusahaan dan kebutuhan pekerja  

jika kebutuhan pekerja  tidak terpenuhi perputaran 

pekerja , ketidakhadiran dan aktivitas pekerja 

kemungkinan akan teriadi. Untuk itulah tim audit sangat 

diperlukan untuk mengumpulkan informasi mengenai gaji, 

tunjangan, bantuan perencanaan karir, dan umpan balik 

yang diterima pekerja  mengenai kinerja mereka. 

c. Pendekatan dalam audit  SDM 

Ada berbagai pendekatan yang sering digunakan 

dalam audit SDM, yaitu: 

1) Pendekatan Komparatif pada pendekatan ini tim audit 

SDM membandingkan perusahaan (dividi) dengan 

perusahaan (divisi) lainnya untuk menyingkap bidang 

kinerja yang buruk. Pendekatan ini lazimnya digunakan 

untuk membandingkan hasil aktivitas atau program 

yang spesifik. Pendekatan ini membantu mendeteksi 

bidang yang membutuhkan peningkatan. Bagi para 

peneliti dapat dengan mudah mengusulkan berbagai 

perbaikan, karena mereka pada umumnya dapat 

mencontoh langkah-langkah kerja yang telah 

digunakan oleh divisi (organisasi) lain. 

2) Pendekatan otoritas pihak luar, tim audit SDM 

bergantung pada keahlian konsultan dari luar atau 

temuan riset yang dipublikasikan sebagai suatu standar 

terhadap program atau aktivitas SDM. yang dievaluasi. 

Konsultan atau ternuan riset dapat membantu 

mendiagnosis penyebab permasalahan. 

3) Pendekatan statistikal berdasar  catatan yang ada 

tim audit SDM menghasilkan standar statistikal 

terhadap aktivitas dan program SDM yang akan 

dievaluasi. Dengan standar matematis ini tim audit 

dapat menemukan kesalahan pada saat masih kecil. 

4) Pendekatan Kepatuhan tim audit mencari 

penyimpangan dari beberapa peraturan, kebijakan, 

serta prosedur perusahaan berdasar  sampel elemen 

sistern informasi yang ada. Melalui upaya pencarian 

fakta tim audit dapat menemukan apakah ada  

kepatuhan berbagai kebijakan dan peraturan 

perusahaan. 

5) Pendekatan manajemen berdasar  tujuan, tim audit 

dapat membandingkan hasil aktual dengan tujuan yang 

dinyatakan, sehingga bidang kinerja yang buruk 

dapat segera dilaporkan.  

Pendekatan "MBO" ini didasarkan pada "satu langkah 

ke bawah". berdasar  prinsip satu langkah ke bawah, 

masing-masing anggota manajemen puncak bersama 

manajer yang menjadi bawahannya langsung, membahas 

dan menetapkan sasaran departemental yang ingin dicapai 

oleh satuan kerja yang dipimpinnya. 

Jika para peneliti menggunakan pendekatan ini 

dalam melakukan audit kepegawaian yang terjadi ialah 

bahwa para peneliti membandingkan hasil nyatanya 

dengan sasaran yang telah ditetapkan. 

Pendekatan komparatif merupakan pendekatan yang 

paling banyak digunakan. Namun tidak ada satu 

pendekatan yang dapat diterapkan pada semua bidang 

organisasi. Oleh karenanya pemilihan pendekatan 

disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi yang ada serta 

SDM yang akan dievaluasi. 

d.  Alat Dalam Audit SDM 

Berbagai alat audit yang sring digunakan adalah 

wawancara, kuesioner, analisis catatan, dan informasi 

internal. 

Wawancara oleh manajer terhadap pekerja  

merupakan sumber informasi mengenai aktivitas SDM. 

komentar mereka membantu tim audit mencari bidang 

yang membutuhkan perbaikan. Kritik dari pekerja  

dapat menunjukkan tindakan yang harus diambil oleh 

departemen untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

Kuesioner digunakan karena wawancara memakan 

waktu yang terlalu lama sehingga memicu  

pemborosan. Melalui kuesioner gambaran yang lebih 

akurat dari perlakuan pekerja  dapat dikembangkan. 

Analisa  catatan personalia merupakan salah satu alat 

yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai 

kekurangan di organisasi. Review ini dilaksanakan untuk 

memastikan kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan. 

Catatan yang ditinjau oleh tim audit meliputi catatan 

keselamatan dan kesehatan pekerja , keluhan, 

kompensasi, kebijakan dan program SDM. 

Informasi eksternal merupakan alat audit SDM 

dengan membandingkan kondisi di dalam dengan di 

luar organisasi. Sumber informasi eksternal meliputi 

pemerintah, asosiasi industri, asosiasi profesional, 

konsultan, serta hasil riset yang diaadakan oleh 

perguruan tinggi. 

 

d. Laporan Audit 

Agar informasi yang telah diporoleh melalui 

alat audit, maka informasi ini  disusun ke dalam 

suatu laporan audit. Laporan audit adalah gambaran 

komprehensif dan aktivitas sumber daya manusia yang 

meliputi rekomendasi untuk praktek yang efektif dan 

rekomendasi untuk memperbaiki praktek yang tidak 

efektif. 

Laporan audit SDM terdiri dari beberapa rangkap, 

satu bagian untuk manajer operasi yang lainnya untuk 

spesialis sumber daya manusia dan yang terakhir untuk 

manajer SDM. 

Mungkin tidak terlalu penting untuk menekankan 

perlunya format suatu laporan yang baku. Meskipun 

dcmikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan 

yaitu: (1) Format harus tersusun secara sistematik 

sehingga mudah dipahami, (2) Menggunakan bahasa 

yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan 

interprestasi yang berbeda, (3) Informasi lengkap, 

mutakir dan dapat dipercaya, (4) Isi laporan harus 

bersifat faktual, dan (5) dapat digunakan untuk membuat 

prediksi. 

Laporan Audit pada umumnya disusun sebagai 

berikut:  

1. Judul 

2. Daftar isi 

3. Ringkasan 

4. Pendahuluan (latar belakang, masalah, tujuan, manfaat 

pendekatan) 

5. Temuan dan Pembahasan (analisis dan evaluasi)  

6. Simpulan dan saran 

7.   Lampiran  

 

 

Motivasi sering, diartikan dengan istilah dorongan, 

yang berarti tenaga yang menggerakkan jiwa dan jasmani 

untuk berbuat, sehingga motif merupakan “driving force” 

seseorang, untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan 

yang telah ditetapkan. Setiap orang memiliki  motif diri 

yang tentu bisa berbeda antara orang yang satu dengan 

yang lainnya. Hal dapat diuraikan dengan adanya ciri-ciri 

motif individu sebagai berikut : 

-  Motif itu majemuk, artinya bahwa sesuatu perbuatan 

tidak hanya memiliki  satu tujuan, namun multi 

tujuan yang herlangsung bersama-sama. 

-  Motif dapat beruhah-ubah, maksudnya motif pada 

seseorang sering mengalami perubahan karena 

keinginan manusia dapat berubah-ubah sesuai dengan 

kebutuhannya. 

-  Motif berbeda antar individu, hal ini berarti motif 

sebagai kekuatan atau dorongan seseorang melakukan 

tindakan atau bertingkah laku, maka akan dapat 

berbeda antara individu yang satu dengan yang 

lainnya. 

-  Motif individu bersifat komplek, artinya pada diri 

individu akan didapati beberapa atau banyak motif 

diri untuk melakukau tindakan. Dari motif yang 

banyak ini  akan saling herinteraksi pada diri 

individu, sehingga akan nampak adanya motif yang 

komplek pada diri seseorang. 

 

Macam-macam Motif Individu dapat dibedakan sebagai 

herikut :  

Murray : 

Membedakan motif kedalam 2 macam yaitu motif 

primer dan motif sekunder. Motif primer adalah motif 

individu yang bersifat bawaan (biologis) atau merupakan 

motif dasar yang ada pada diri individu dan berhuhungan 

dengan kebutuhan jasmani untuk kelangsungan hidupnya. 

Sedang motif sekunder adalah merupakan motif yang 

timbul karena pengaruh lingkungan eksternal artinya 

motif yang muncul karena adanya interaksi dengan 

li.ngkungannya. 

 

Keypers: 

Membedakan motif menjadi: motif biologik, motif 

sosiologik dan motif teologik. Motif biologik adalah 

merupakan motif yang berhuhungan dengan kebutuhan 

unutk kelangsungan hidup seseorang sebagai organisme. 

Sedang motif sosiologik adalah motif untuk mengadakan 

hubungan atau kebutuhan yang berkaitan keinginan 

berinteraksi dengan individu lainnya, dan motif teologik 

adalah motif yang mendorong individu untuk 

mengadakan hubungan dengan “Sang Pencipta” atau 

Tuhan. 

Dari perbedaan ini  kiranya dapat dirumuskan 

lebih sederhana bahwa motif individu akan terdiri dari 

motif yang berkaitan dengan kepentingan dasar untuk 

hidup dan kelangsungannya, motif untuk berkomunikasi 

dan berinterksi dengan sesamanya dan motif untuk  

berbuat dan bertindak dalam rangka pengabdian semata-

mata mewujudkan syukur dan taqwanya kepada “sang 

pencipta”  yaitu allah SWT. 

 

1. MOTIVASI INDIVIDU 

Motivasi menurut Hedjrahman Ranupandojo dan Suad 

Husnan adalah proses untuk mencoba mempengaruhi 

seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan. 

Dengan demikian motif yang ada pada individu perlu 

dirangsang/didorong/dimotivisir, agar individu ini  

dengan motif yang ada pada dirinya dapat, melakukan 

tindakan atau kerja yang positif, sehingga motifirya 

terpenuhi dan kebutuhan organisasi perusahaan juga 

terpenuhi. 

Berbicara tentang motivasi kerja individu ada  3 

hal pokok pertanyaan yang diajukan yaitu : 

-  apa yang menjadi penggerak atau sumber tingkah laku 

seseorang itu? 

-  apa yang mengarahkan atau mengatur tingkah laku 

seseorang itu? 

-  bagaimana tingkah laku itu dipertahankan. 

Untuk memberi  jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan ini  salah satu teori yang dapat dibahas 

adalah “teori keputusan”  atau “Content Theory”. 

Teori akan mencoba men .jawah pertanyaan-

pertanyaan: kebutuhan apa yang diinginkan seseorang 

untuk diptiaskan dan kebutuhan apa yang mendorong 

mereka untuk bertindak. 

Teori keputusan ini menvatakan bahwa setiap 

individu memiliki  kebutuhan sendiri-sendiri, yang 

rnenyebahkan pada dirinya terdorong dan dimotovisir 

serta mereka bertindak dan bertingkah laku untuk 

memenuhinya.  

Membahas teori keputusan ini akan banyak 

menguraikan teori-teori Maslow, Mc Gregor, Herzberg, 

serta nama-nama lainnya. 

 

2. TEORI KEBUTUHAN MASLOW 

Menurut Abraham 11. Maslow untuk memutuskan 

tindakan atau perilaku seseorang ada  pada hirarki 

kebutuhan dengan 3 macam asumsi dasar teorinya, yaitu : 

1. Manusia merupakan makhluk yang selalu 

membutuhkan sesuatu yaitu keinginan untuk 

memuaskan berbagai tujuan. Kebutuhan yang tidak 

terpenuhi akan mempengartihi tingkah laku, akan 

tetapi kebutuhan yang terpenuhi tidak akan 

memotivisir untuk bertingkah laku sesuai dengan 

kebutuhannya. 

2. Kebutuhan seseorang diatur secara hertingkat dan atau 

berurutan dari yang paling dasar sampai yang paling 

tinggi. 

3. Kebutuhan seseorang bergerak dari tingkat yang 

paling bawah ke tingkat berikutnya setelah kebutuhan 

tingkat yang paling hawah terpenuhi secara maksimal 

 

Hirarki (tingkatan) kebutuhan seseorang yang akan 

menggerakkan tingkah lakunya dapat digambarkan 

seperti berikut :  

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan 

seseorang yang paling utama, karena kebutuhan ini 

merupakan kebutuhan untuk hidup dan kehidupan, 

seperti kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian dan 

tempat tinggal. Selama kebutuhan ini belum terpenuhi, 

maka mereka akan terdorong bekerja keras untuk 

memenuhinya. 

Kebutuhan rasa aman akan menjadi pendorong 

berikutnya manakala kebutuhan fisiologis telah terpenuhi. 

Kebutuhan rasa aman ini adalah kebutuhan berkaitan 

dengan keamanan secara ekonomi dan sosial, artinya 

mereka memerlukan rasa aman terhadap ancaman 

kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Bagi seseorang 

yang kehilangan pekerjaan akan menanggung rasa aman 

ekonomi (penghasilan) dan rasa aman sosial 

(pengangguran). 

Setelah kebutuhan rasa aman tercapai, maka 

individu membutuhkan komunikasi dan interaksi 

kelompok dengan pergaulan yang menyenangkan dan 

terciptanya rasa kerja sama yang baik. dengan demikian 

akan rasa hormat menghormati dan rasa kasih sayang 

Aktualisasi diri 

(self actualizations) 

penghargaan 

(nego) 

cinta dan  

kasih sayang 

 

rasa aman 

 

fisiologis 

antar individu dapat tercipta. 

Kebutuhan penghargaan, yaitu keinginan dan 

kebutuhan seseorang untuk mendapat penghargaan atas 

prestasi kerja yang telah dicapainya. Mereka akan 

melaksanakan pekerjaan dengan baik walaupun pekerjaan 

ini  dirasa sulit, berat maupun penuh resiko, semata-

mata hendak memperoleh penghargaan dari pimpinannya. 

Kebutuhan aktualisasi diri, rnaksudnya adalah 

kebutuhan yang berkaitan dengan keinginan lebih, 

keinginan maju maupun keinginan menjadi orang “ter”. 

Kebutuhan ini merupakan tingkatan terakhir dari hirarki 

kebutuhan, dan memang kebutuhan ini menjadi 

pendorong yang kuat bagi mereka vang bekerja telah 

“mapan” dalam arti semua kebutuhan yang lainnya sudah 

terpenuhi. Melihat berbagai kebutuhan yang menjadi 

tujuan setiap individu, maka seorang pemimpin organisasi 

perusahaan harus berusaha mencari dan memenuhi 

kebutuhan ini  untuk dapat memacu mereka bekerja 

secara baik dan maksimal. Program-program yang dapat 

dilaksanakan misalnya: pemberian upah dan kesejahteraan 

material, adanya aturan pensirm (tunjangan hari tua), 

asuransi kesehatan/kecelakaan, pembentukan-

pembentukan kelompok kerja, pertemuan-pertemuan 

informal, pujian-pujian dan penghargaan-penghargaan 

maupun program-program peningkatan 

pengetahtran/keterampilan dan lain sebagainya. 

Kesemuanya ini usaha dari kepemimpinan untuk 

mendorong seseorang melakukan tindakan atau pekerjaan 

agar dapat terpenuhi segala tingkatan kebutuhannya, 

dengan pengharapanpara bawahan akan bekerja secara 

baik dan berprestasi. 

3. TEORI X DAN TEORI Y MC GREGOR 

Teori ini dikembangkan berdasar  penelitian 

psikologis, dengan konsepsi awalnya bahwa manusia 

memiliki  sifat-sifat yang saling bertentangan yang 

ekstrim, misal pada diri seseorang akan bertingkah laku 

lemah lembut, penyanyang, simpatik, penurut dan 

lainnya. Namun pada saat lain manusia juga dapat 

bertingkah laku kasar, membenci, suka mengganggu dan 

lain sebagainya. Dari dua sisi sifat ini lalu dikembangkan 

menjadi 2 teori yaitu teori x dan teori y. 

Penelitian yang dilakukan pada manajer-manajer 

“tradisional”, maka diperoleh hasil bahwa mereka para 

manajer tradisional bekerja berdasar  kerangka konsep 

yang merupakan titik ekstrim negatif dengan kata lain 

mereka menggunakan teori x. Manajer yang menggunakan 

teori x memandang bawahan sebagai memiliki ciri-ciri 

(sifat) sebagai berikut : 

- pada umumnya mereka (orang) tidak suka bekerja, 

untuk itu sedapat mungkin mereka menghindari 

pekerjaan. 

- mereka (orang bawahan) tidak senang diarahkan 

- mereka lebih senang menghindari tanggungjawab 

- mereka tidak memiliki  ambisi 

- mereka memiliki  sifat pasif 

Untuk kesemuanya itu maka manajer harus melakukan 

tindakan dalam memanfaatkan bawahan dengan 

perlakuan : 

-  Mereka perlu dipaksa bekerja dengan berbagai 

peraturan ketat. 

-  Mereka perlu diperintah dan diancam. 

-  Mereka perlu diawasi secara ketat. 

-  Dan lain sebagainya yang membuat bawahan untuk 

dapat melakukan pekerjaan dan tanggungjawabnya. 

Pada sisi lain Gregor mencoba meneliti lebih lanjut 

pada para manajer modern, yang diperoleh gambaran 

bahwa mereka sudah melakukan pendekatan yang lain 

yang lebih positif yang merupakan kebalikan dari 

pendekatan dengan teori x, yaitu mereka menggunakan 

teori y. Menurut teori v maka para manajer memandang 

para bawahannya memiliki ciri-ciri (sifat) sehagai herikut : 

-  Mereka akan menghindari adanya “titre clocks”. 

-  Menghindari adanya peraturan dan pengawasan yang 

ketat. 

-  Mereka bekerja berdasar  sasaran (manajemen 

objective)  

-  Pengambilan keputusan secara demokratis. 

-  Dalam bekerja dengan bawahan mengutamakan 

partisipasi. 

-  Mereka melakukan usaha penyusunan “job 

enrichment” yang jelas. 

 

4. TEORI DUA FAKTOR HERZBERG 

Telah dua ahli yang membahas dari hasil studinya 

tentang permasalahan “motivasi” yaitu Maslow dan 

Gregor, maka dalam membicarakan tentang motivasi perlu 

juga membahas teori 2 faktor Herzberg. Teori 

mengemukakan bahwa didalam. setiap pekerjaan ada  

dua kelompok faktor yang menentukan. Kedua faktor 

ini  adalah “Maintenance Factors” dan “Motivator 

Factors”. Pendekatan dua faktor ini  didasarkan pada 

prinsip teori ini, bahwa pada diri individu ada faktor-

faktor yang memicu  mereka sangat menyenangi 

pekerjaan dan faktor-faktor yang memicu  mereka 

tidak menyenangi pekerjaan. 

Maintenance Factors yang sering disebut istilah lain 

yaitu Hygiene Factor. Faktor ini menguraikan tentang 

faktor-faktor yang berhubungan dengan usaha 

Pemeliharaan hidup individu. Faktor hygiene ini 

mencakup kebutuhan pokok individu yang diharapkan 

dapat diperoleh dari suatu pekerjaan. Faktor-faktor 

ini  seperti: adanya gaji yang layak, kondisi kerja yang 

sesuai dan memadai, rasa keamanan kerja dan adanya 

tunjangan tambahan, hubungan antar pribadi dan lain 

sebagainya. Menurut hasil penelitian Herzberg ada  10 

faktor pemeliharaan (hygiene) yaitu : 

1. Kebijakan dan administrasi. 

2. Supervisi teknisi. 

3. Hubungan pribadi dengan supervisor. 

4. Hubungan pribadi dengan teman sejawat. 

5. Hubungan pribadi dengan bawahan. 

6. Gaji. 

7. Keamanan kerja. 

8. Kehidupan pribadi. 

9. Kondisi kerja. 

10. Status. 

Menurut teoriHerzberg ini pula, dinyatakan bahwa 

faktor-faktor hygiene tcrsebut merupakan faktor-faktor 

yang sangat vital dan harus dipenuhi terlebih dahulu 

sebelum mereka dimotivisir. Dengan adanya faktor-faktor 

ini  dipenuhi, maka akan didarat situasi yang 

menyenangkan maupun dapat memberi  kepuasan 

pada setiap individu yang bekerja. Dari rasa puas dan 

senang ini , maka individu akan mudah dimotivasi. 

Motivator factors adalah factor-faktor yang dapat 

memberi  motivasi pada individu melakukan pekerjaan, 

sehingga pada dasarnya faktor motivasi ini akan 

memberi  jawaban atas pertanyaan faktor-faktor apakah 

yang benar-benar dapat memotivikasi seseorang 

(individu). Herzberg mengajukan 6 faktor yang dapat 

memotivikasi seseorang sehingga mereka bersedia 

melakukan suatu pekerjaan. Faktor-faktor ini  adalah : 

-  Hasil yang membahagiakan 

-  Penghargaan 

-  Kemajuan 

-  Pekerjaan itu sendiri  

-  Kemimgkinan berkemhang 

-  Tanggung jawab  

Secara garis. besar menurut teori I lerzberg im, 

faktor yang henar benar dapat mernotivikasi seseorang 

adalah falaor yang berhubungan dengan pekcrjaan itu 

sendiri: 

 

5. JENIS DAN BENTUK MOTIVASI  

Motivasi yang diberikan pada individu dapat 

terbagi menjadi 2 jenis motivasi yaitu motivasi positif dan 

motivasi negatif. Motivasi positif adalah proses untuk 

mencoba mempengaruhi orang lain agar mereka dapat 

melakukan sesuatu pekerjaan seperti yang kita inginkan 

dengan cara memberi  kemungkinan untuk 

mendapatkan “hadiah”. Dari pengertian ini , maka 

jikalau seorang pemimpin mencoba merangsang dan 

mempengaruhi bawahannya untuk melakukan suatu tugas 

pekerjaan dengan baik, kiranya diperlukan perangsang 

berupa penghargaan atau incentive dan bentuk lain baik 

bersifat material maupun inmaterial. 

Motivasi negatif tnerupakan proses inempegaruhi 

orang lain untuk melaksanakan suatu tugas pekerjaan 

sesuai dengan yang kita harapkan dengan menggunakan 

pendekatan kekuatan kektiasaan, artinya bahwa agar 

bawahan mau dan rnelaksanakan pekeijaan dengan baik, 

seorang pemimpin menggunakan kedudukan dan 

kekuasaannya untuk “menakuti” bawahan, sehingga 

dengan kekuatan ketakutan ini  akan dapat 

mendorong bawahan melaksanakan pekerjaannya. 

Kekuatan menakuti ini  misalnya, sebuah ancaman 

dari pemimpin yang nianyatakan bahwa tidak 

melaksanakan pekeljaan dengan baik maka mereka akan 

dapat kehilangan uang incentive atau akan dipindah-

tugaskan dan lain sebagainya. Bawahan yang merasa 

memperoleh ancaman ini  dengan sendirinya dalam 

rangka mempertahankan kebutuhan hidup dan alau 

kedudukannya, maka akan melaksanakan pekerjaan yang 

menjadi tugasnya sestiai dengan kehendak pernimpinnya. 

Dari tinjauan bentuk-bentuk motivasi, maka bentuk 

motivasi yang positif dapat berupa : 

-  Penghargaan atas pekeijaan yang baik 

-  Pengarahan, pernbinaan dan pengendalian dari atasan 

yang “sehat” atau “menyenangkan” 

-  Diberikannya pola kerja yang terarah dan efektif bagi 

bawahan untuk melaksakan pekerjaan 

-  Pemberian perhatian yang sepadan dari atasan kepada 

bawahannya sebagai seorang individu 

-  Adanya informasi dan komnnikasi yang lancar baik 

dari atasan ke bawahan dan sebaliknya maupun antar 

sesama bawahan 

-  Penciptaan suasana persaingan yang “sehat” dan 

partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan 

-  Pemberian kompensasi dan incentive baik berupa uang 

maupun barang dengan pendekatan kelayakan dan 

keadilan 

-  Dan lain sebagainya 

Sedang motivasi yang negatif misalnya:adanya 

peraturan yang ketat, pengawasan yang ketat, adanya 

ancaman keamanan baik terhadap aspek ekomnomis 

maupun sosial kepada bawahan, kebijakan yang outhoriter 

dan “kaku” dan lain sebagainya. 

 

1) Teori Prestasi (Achievement) dari McClelland 

Teori ini mengklasifikasi motivasi berdasar  

akibat suatu kegiatan berupa prrstasi yang dicapai, 

termasuk juga dalam brkerja. Dengan kata lain kebutuhan 

berprestasi merupakan motivasi dalam pelaksanaan 

pekerjaan. Dalam hubungannya dengan Teori Maslow, 

berarti motivasi ini terkait dengan kebutuhan pada urutan 

yang tinggi, terutama kebutuhan aktualisasi diri dan 

kebutuhan akan status dan kekuasaan. Kebutuhan ini 

memerlukan dan mengharuskan seseorang pekerja 

melakukan kegiatan belajar, agar menguasai 

ketrampilan/keahlian yang memungkinkan seorang 

pekerja mencapai suatu prestasi. Berikutnya jika 

dihubungkan dengan teori dua faktor, jelas bahwa prestasi 

termasuk klasifikasi faktor sesuatu yang memotivasi 

(motivasi dalam m3laksanakan pekerjaan. 

Implementasinya di lingkungan sebuah 

perusahaan, antara lain sebagai berikut : 

Para pekerja terutama manajer dan tenaga kerja 

kunci produk lini, menyukai memikul tanggung jawab 

dalam bekerja, karena kemampuan melaksanakannya 

merupakan prestasi bagi yang bersangkutan. 

a. Dalam bekerja yang memiliki resiko kerja, para pekerja 

menyukai pekerjaan yang berisiko lunak (moderat). 

Pekerjaan yang beresiko tinggi dapat 

mengecewakannya, karena jika gagal berarti tidak atau 

kurang berprestasi. Sebaliknya juga kurang menyukai 

pekerjaan yang beresiko rendah atau tanpa resiko, 

yang dapat memicu pekerjaan ini  

diklasifikasikan tidak/kurang berprestasi, baik berhasil 

maupun gagal melaksanakannya. 

b. Pekerja yang berprestasi tinggi menyukai informasi 

sebagai umpan balik, karena selalu terdorong untuk 

memperbaiki dan meningkatkan kegiatannya dalam 

bekerja. Dengan demikian peluangnya untuk 

meningkatkan prestasi kerja akan lebih besar. 

c. Kelemahan yang dapat merugikan adalah pekerja yang 

berprestasi lebih menyukai bekerja mandiri, sehingga 

kurang positif sebagai manajer. Kemandirian itu 

dimaksudkan untuk menunjukkan prestasinya. 

mungkin lebih baik dari pekerja yang lain. 

 

2) Teori Penguatan (Reinforcement) 

Teori ini banyak dipergunakan dan fundamental 

sifatnya dalam proses belajar, dengan mempergunakan 

prinsip yang disebut “Hukum Ganjaran Law of effect)”. 

Hukum itu mengatakan bahwa suatu tingkah laku yang 

mendapat ganjaran menyenangkan akan mengalami 

penguatan dan cenderung untuk diulangi. Misalnya setiap 

memperoleh nilai baik dalam belajar mendapat pujian atau 

hadiah, maka cenderung untuk dipertahankan dengan 

mengulangi proses belajar yang pernah dilakukan. 

Demikian pula sehaliknya suatu tingkah laku yang tidak 

mendapat ganjaran, tidak akan mengalami penguatan, 

karena cenderung tidak diulangi, bahkan dihindari. 

berdasar  uraian di atas jelas hahwa penguatan 

(reinforcement) pada dasarnya berarti pengulangan 

kegiatan karena mendapat ganjaran. Ganjaran selain 

berbentuk material, dapat pula yang bersifat non material. 

Ganjaran berarti juga pemberian insentif. Oleh karena itu 

teori ini sering disebut “teori insentif.” Di samping itu teori 

ini bersumbe juga dari teori tingkah laku berdasar  

hubungan antara Perangsang dan Respons (Stimulus-

Respons atau S-R Bond). Suatu perangsang yang diiringi 

dengan suatu persyaratan, cenderung untuk diiringi 

dengan respon yang tetap. Dengan kata lain suatu 

perangsang yang dikondisikan sebabai suatu persyaratan, 

akan mendapat respons yang sama atau respons yang 

diulang, sehingga sering terjadi meskipun perangsangnya 

tidak ada tetapi persyaratannya dimunculkan, maka 

respons yang sama akan dilakukan. Sehubungan dengan 

itu teori ini disebut juga teori “operasional bersyarat.” 

Contoh sederhana dari kegiatan ini terlihat pada 

hewan seperti lumbalumba, yang mendapat insentif ikan 

kecil untuk dimakan, setiap kali berhasil melompati 

lingkaran api di atas kolamnya. Demikian juga dari 

percobaaan Pavlov dengan seekor anjing yang dibedah 

kantong kelenjar air liurnya. Setiap kali diberi makan 

dibuat kondisi bersyarat dengan menghidupkan lampu 

merah, dan air liurnya keluar. Setelah berulang kali 

dilakukan, air liurnya tetap keluar jika lampu merah 

dinyalakan, meskipun tanpa diberi makanan. 

Implementasi teori ini di lingkungan sebuah 

perusahaan mengharuskan para manajer 

mampu mengatur cara pemberian insentif dalam 

memotivasi para pekerja, agar melaksanakan tugas dan 

tanggung jawabnya secara efektif dan efisien. Dengan kata 

lain insentif yang diberikan harus diupayakan mampu 

mewujudkan penguatan bagi kegiatan pelaksanaan 

pekerjaan yang efektif dan efisien. Untuk itu insentif 

sehagai perangsang, agar menghasilkan respons 

pelaksanaan pekerjaan yang diulang atau bersifat 

penguatan, harus diberikan dengan persyaratan 

operasional antara lain berupa persyaratan kreativitas, 

produktivitas, prestasi dan lain-lain. 

 

3. Teori Harapan (Expectancy) 

Teori ini berpegang pada prinsip yang mengatakan: 

“ada  hubungan yang erat antara pengertian seseorang 

mengenai suatu tingkah laku, dengan hasil yang ingin 

diperolehnya sebagai harapan.” Dengan demikian berarti 

juga harapan merupakan energi penggerak untuk 

melakukan suatu kegiatan, yang karena terarah untuk 

mencapai sesuatu yang diinginkan disebut “usaha.” Usaha 

di lingkungan para pekerja dilakukan berupa kegiatan 

yang disebut bekerja, pada dasarnya didorong oleh 

harapan tertentu.  

Usaha yang dapat dilakukan pekerja sebagai 

individu dipengaruhi oleh jenis dan kualitas kemampuan 

yang dimilikinya, yang diwujudkannya berupa 

keterampilan/keahlian dalam bekerja. berdasar  jenis 

dan kualitas keterampilan/keahlian dalam bekerja akan 

diperoleh hasil, yang jika sesuai dengan harapan akan 

dirasakan sebagai ganjaran yang memberi  rasa 

kepuasan. 

Implementasinya di lingkungan sebuah 

perusahaan dapat dilakukan sebagai berikut: 

a. Manajer perlu membantu para pekerja memahami 

tugas-tugas/pekerjaannya, dihubungkan dengan 

kemampuan atau jenis dan kualitas 

keterampilan/keahlian yang dimilikinya. 

b. berdasar  pengertian itu, manajer perlu membantu 

para pekerja agar memiliki harapan yang realistis, yang 

tidak Berlebih-lebihan. Harapannya tidak melampaui 

usaha yang dapat dilakukannya sesuai dengan kemam-

puan yang dimilikinya. 

c. Manajer perlu membantu para pekerja dalam 

meningkatkan keterampilan/keahliannya dalam 

bekerja, yang dapat meningkatkan harapannya, dan 

akan meningkatkan pula usahanya melalui 

pelaksanaan pekerjaan yang semakin efektif dan efisien  

Pada halaman berikut ini diketengahkan diagram Teori 

Harapan, untuk memperjelas maksud uraian-uraian di 

atas. 

 

4. Teori Tujuan sebagai Motivasi 

Dalam bekerja tujuan bukan harapan. Dalam 

kenyataannya harapan bersifat subyektif dan berbeda-

beda antara setiap individu, meskipun bekerja pada unit 

kerja atau perusahaan yang sama. Tujuan bersumher dari 

Rencana Strategik dan Rencana Operasional 

organisasi/perusahaan, yang tidak dipengaruhi individu 

dan tidak mudah berubah-ubah. Oleh karena itu tujuan 

bersifat obyektif.  

Setiap pekerja yang memahami dan menerima 

tujuan organisasi/peruashaan atau unit kerjanya, dan 

merasa sesuai dengan dirinya akan merasa ikut 

bertanggung jawab dalam mewujudkannya. Dalam 

keadaan seperti itu tujuan akan berfungsi sebagai motivasi 

dalam bekerja, yang mendorong para pekerja memilih 

alternative cara bekerja yang terbaik atau yang paling 

efektif dan efisien.  

Implementasi dari teori ini dilingkungan suatu 

perusahaan dapat diwujudkan sebagai berikut :  

a. Tujuan unit kerja atau tujuan perusahaan 

merupakan fokus utama dalam bekerja. Oleh karena 

itu para manajer perlu memiliki kemampuan 

merumuskannya secara jelas dan terinci, agar mudah 

dipahami pekerja. Untuk itu para manajer perlu 

membantu pekerja jika mengalami kesulitan 

memahami dan menyesuaikan diri dengan tujuan yang 

hendak dicapai. 

b. Tujuan perusahaan menentuakan lingkan intensitas 

pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan tingkat kesulitan 

mencarinya. Untuk itu para manajer perlu 

merumuskan tujuan yang bersifat menentang, sesuai 

dengan kemampuan pekerja yang ikut serta 

mewujudkannya. .

c. Tujuan yang sulit menimbulkan kegigihan dan 

ketekunan dalam usaha mencapainya, melebihi dari 

tujuan yang mudah mencapainya. Untuk itu para 

manajer perlu menghargai para pekerja yang berhasil 

mewujudkan tujuan unit kerja atau perusahaan yang 

sulit mencapainya. 

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpukan 

bahwa fungsi motivasi bagi manusia termasuk pekerja 

adalah sebagai berikut :  

a. Motivasi berfungsi sebagai energi atau motor 

penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada 

kendaraan. 

b. Motivasi merupakan pengatur dalam memilih 

alternatif di antara dua atau lebih kegiatan yang 

bertentangan. Dengan memperkuat suatu motivasi, 

akan memperlemah motivasi yang lain, maka 

scseorang hanya akan melakukan satu aktivitas dan 

mcninggalkan aktivitas yang lain. 

c. Motivasi merupakan pengatur arah atau tujuan dalam 

melakukan aktivitas. 

Dengan kata lain setiap orang hanya akan memilih 

dan berusaha untuk mencapai tujuan, yang motivasinya 

tinggi dan bukan mewujudkan tujuan yang lemah 

motivasinya. 

Sehubungan dengan uraian-uraian di atas, sccara 

sederhana dapat dibedakan dua bentuk motivasi kerja. 

Kedua bentuk ini  adalah sebagai berikut :  

1. Motivasi Intrinsik. 

Motivasi ini adalah pendorong kerja yang 

bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, 

berupa kesadaran mengenai pentingnya atau 

manfaat/makna pekerjaan yang dilaksanakannya. Dcngan

kata lain motivasi ini bersumber dari pekerjaan yang 

dikerjakan, baik karena mampu memenuhi kebutuhan, 

atau menyenangkan, atau memungkinkan mencapai suatu 

tujuan, maupun karena memberi  harapan tertentu 

yang positif di masa depan. Misalnya pekerja yang bekerja 

secara berdedikasi semata-mata karena merasa 

memperoleh kesempatan untuk mengaktualisasikan atau 

mewujudkan realisasi dirinya secara maksimal. 

2. Motivasi Ekstrinsik. 

Motivasi ini adalah pendorong kerja yang 

bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, bcrupa 

suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan 

pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi tinggi 

dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi, 

jahatan/posisi yang terhormat atau memiliki kekuasaan 

yang bcsar, pujian, hukuman dan lain-lain. 

Di lingkungan suatu organisasi/pcrusahaan 

terlihat kecenderungan pemakaian  motivasi ekstrinsik 

lebih dominan daripada motivasi intrinsik. Kondisi itu 

terutama dipicu tidak mudah untuk menumbuhkan 

kesadaran dari dalam diri pekerja, sementara kondisi kerja 

di sekitarnya lebih banyak menggiringnya pada 

mendapatkan kepuasan kerja yang hanya dapat dipenuhi 

dari luar dirinya. 

Dalam kondisi seperti ini  di atas, maka 

diperlukan usaha mengintegrasikan teori-teori motivasi, 

untuk dipergunakan secara operasional di lingkungan 

organisasi/perusahaan. Bagi para manajer yang penting 

adalah cara memberi  makna semua teori yang telah 

diuraikan di atas, agar dapat dipergunakan secara 

operasional/praktis dalam memotivasi para bawahannya. 

Di antaranya adalah dalam bentuk pemherian