i dukungan kepada
program yang diselenggarakan oleh bagian kepegawaian
dan bagian pendidikan dan pelatihan. Salah satu teknik
pemberian dukungan ini ialah menggunakan
pendekatan ”satu anak tanggah ke bawah”.
Perencanaan karier terdiri atas dua elemen utama
yaitu perencanaan karier organisasional dan perencanaan
karier individual. Perencanaan karier organisasional
mengintegrasikan kebutuhan sumber daya manusia dan
sejumlah aktivitas karier, lebih menekankan pada jenjang
atau jalur karier. Perencanaan karier individual terfokus
pada individu dan keinginan, keahlian dan hasrat mereka.
Perencanaan karier individual meliputi latihan diagnostik
dan prosedur untuk membantu individu ini
menentukan ”siapa saya” dalam potensi dan kemampuan
yang ada.
Karier individual dan organisasional tidaklah
terpisah, seorang pekerja yang rencana-rencana karier
individualnya tidak dapat diikuti di dalam organisasi,
cepat atau lambat pekerja ini kemungkinan akan
meninggalkan perusahaan. Oleh karenanya organisasi
haruslah membantu pekerja dalam perencanaan karier
sehingga keduanya dapat memenuhi kebutuhan.
Perjalanan Karier
Karier diperoleh melalui suatu rangkaian yang relatif
dapat diprediksi dimulai dengan karier awal, karier
pertengahan dan karier akhir.
pekerja pada saat memasuki sebuah organisasi
akan mengalami tahap getting in, pada tahap ini pekerja
mencoba mendapatkan gambaran yang realistik tentang
organisasi, kemudian melangkah ke tahap berlatih
(breaking-in), pekerja mencoba menjadi partisipan yang
aktif, dan akhirnya menginjak pada tahap mengatur
(setting in) pekerja berusaha menyelesaikan konflik yang
terjadi.
Karier awal tidak selalu berjalan dengan mulus,
karena sering kali individu pekerja mengalami berbagai
permasalahan seperti :
a. Frustasi akibat pengharapannya tidak menjadi
kenyataan.
b. Penyelia tidak kompeten
c. Kriteria evaluasi kinerja tidak jelas
d. Ketegangan antara senior dan yunior
e. Ketidak pastian tentang arti loyalitas
Ditengah perjalan berkarier banyak individu yang
mengalami pengalaman masa transisi atau perubahan
pertengahan karier pada beberapa orang. Dalam tahap ini
individu menilai ulang pencapaian yang telah dilalui dan
kemungkinannya untuk tujuan mendatang. Proses
introspeksi, retrospeksi sangat penting untuk melakukan
renungan. Strategi yang perlu ditempuh dalam
menghadapi karier pertengahan adalah mencegah
keusangan (absolescence), untuk ini dapat mengirim
pekerja ke seminar, pendidikan lanjutan.
Individu yang produktif dapat memikul peran staf
senior atau manajemen puncak, atau mereka mungkin
tetap sebagai kontributor dalam peran non kepemimpinan.
1. Pengertian Penilaian Prestasi Kerja
Setiap perusahaan perlu melakukan penilaian
prestasi kerja para pekerja nya, untuk mengetahui
prestasi yang dapat dicapai oleh setiap pekerja , apakah
prestasinya termasuk kategori baik, cukup atau kurang.
Dengan melaksanakan penilaian berarti pekerja
mendapat perhatian dari pimpinan, sehingga akan
mendorong mereka untuk lebih giat dalam bekerja.
Kesemuanya itu dapat terjadi bila penilaian dilakukan
secara jujur dan objektif.
Istilah penilaian prestasi kerja bermacam-macam,
seperti konduite, employee rating, performance appraisal,
employee evaluation, personal review, service rating dan atau
behavioral assesment.
Penilaian prestasi kerja adalah kegiatan manajer
untuk mengevaluasi perilaku dan prestasi kerja pekerja
serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya.
Penilaian kerja (Performance appraisal) berbeda
dengan penilaian pekerjaan (job evaluation). Penilaian
kinerja berkenaan dengan seberapa baik seseorang
melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya,
sedangkan penilaian pekerjaan menentukan seberapa
besar sebuah pekerjaan berguna (berharga) bagi organisasi.
Sebagai contoh bila suatu organisasi memerlukan seorang
programmer komputer, maka bila dilakukan penilaian
seberapa berat pekerjaan programmer ini dan berapa
gaji yang layak untuk seorang programmer, maka di sini
telah dilakukan penilaian pekerjaan. Tetapi bila ditujukan
kepada seseorang apakah ia merupakan programmer yang
baik bagi suatu organisasi, maka di sini telah dilakukan
penilaian kinerja.
Penilaian juga dapat didefinisikan sebagai the process
of estimating or judging the value, excelence, qualities or status
of some object, person or thing (Sikula, 1981). Sedangkan
penilaian prestasi kerja didefinisikan sebagai berikut :
employee appraising is the sistematic evaluation of a worker’s job
peformance and for development. (Penilaian prestasi kerja
adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan pekerja dan ditujukan untuk
pengembangan).
Penilaian prestasi kerja memiliki beberapa indikator
yaitu :
a. Merupakan evaluasi terhadap perilaku, prestasi kerja,
dan potensi pengembangan yang telah dilakukan.
b. Merupakan suatu proses estimasi dan menentukan
nilai keberhasilan pelaksanaan tugas para pekerja .
c. Membandingkan realisasi nyata dengan standar yang
dicapai pekerja
d. Dilaksanakan oleh pimpinan kepada bawahan
e. Hasilnya untuk menentukan kebijakan selanjutnya
2. Manfaat dan Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Manfaat penilaian prestasi kerja yang rasional dan
objektif paling tidak dirasakan oleh pegawai yang
bersangkutan dan organisasi.
Bagi pegawai, penilaian berguna untuk memberi
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan,
kekurangan, potensi yang pada akhirnya berguna untuk
menentukan jalur, rencana dalam pengembangan karier.
Bagi organisasi hasil penilaian prestasi kerja bermanfaat
untuk pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti
kebutuhan program pelatihan, rekrutmen, seleksi,
penempatan, promosi, sistem imbalan dan keseluruhan
proses secara efektif.
Selain itu tujuan penting dilakukannya penilaian
kinerja adalah menghasilkan informasi yang akurat dan
valid berkenaan dengan perilaku dan kinerja anggota
organisasi. Semakin akurat informasi yang diperoleh
semakin besar potensi nilainya terhadap organisasi. Secara
khusus tujuan penilaian kinerja ini tidak lain adalah untuk:
(1) evaluasi, dan (2) pengembangan.
Pelaksanaan penilaian kinerja ini sangat diperlukan,
karena paling tidak akan bermanfaat sebagai :
a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang
digunakan untuk promsi, demosi, pemberhentian dan
penetapan besarnya balas jasa.
b. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana
pekerja bisa sukses dalam pekerjaannya.
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh
kegiatan di dalam perusahaan.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan
dan keefektivan jadwal kerja, metode kerja, struktur
organisasi, kondisi kerja dan peralatan kerja.
e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan
latihan untuk pekerja .
f. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para
atasan untuk mengetahui minat dan kebutuhan
pekerja .
g. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja
pekerja agar mendapatkan performance kerja yang
baik
h. Sebagai kriteria di dalam melaksanakan seleksi dasn
penempatan pekerja
i. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan
mengembangkan job description.
3. Metode Penilaian Kinerja pekerja
Ada berbagai metode yang biasa digunakan dalam
pelaksanaan penilaian prestasi kerja. Metode-metode
penilaian prestasi kerja dasarnya bisa dibagi menjadi 3,
yaitu :
a. Penilaian secara “kebetulan”, tidak sistematis dan
sering membahayakan.
b. Metode tradisional yang sistematis, yang mengukur :
karakteristik pekerja , sumbangan pekerja kepada
organisasi atau keduanya.
c. Penilaian yang mendasarkan pada tujuan yang
ditetapkan bersama dengan menggunakan
“Manajemen berdasar Sasaran” (MBS) atau yang
dikenal sebagai “Management By Objektives”
a. Cara Penilaian Yang Tidak Sistematis
Cara penilaian yang tidak sistematis dan dilakukan
secara kebetulan, sering berbahaya di dalam
penerapannya. Misalkan ada suatu jabatan yang kosong
pada suatu organisasi, baru kemudian diadakan penilaian
seketika terhadap para pekerja untuk kemungkinan
pengisian jabatan ini . Tentu saja cara ini kurang
sistematis karena baru dilakukan pada saat ada lowongan
dan tidak konsisten. Karena itu perusahaan yang teratur
sebaliknya menggunakan pendekatan yang sistematis.
b. Penilaian Sitematis yang Tradisional
Penilaian yang sistematis dan dilakukan secara
berkala memiliki banyak manfaat bagi organisasi.
Manfaat pertama, dan yang paling penting, adalah
memberi informasi yang sangat membantu di dalam
keputusan-keputusan yang menyangkut masalah-masalah
seperti promosi “lay off” dan transfer. Penilaian yang
sistematis ini memberi informasi sebelum sesuatu itu
mungkin diperlukan, jadi menghindari kemungkinan
digunakannya “judgement” sesaat. Juga penilaian
sistematis memberi informasi di dalam bentuk yang
memungkinkan dilakukannya perbandingan, dan bisa
menopang berbagai keputusan dalam bidang personalia.
Manfaat yang kedua adalah bisa digunakan untuk
mendorong dan memimpin pengembangan pekerja .
Kebanyakan orang ingin mengetahui apa bagaimana
mereka bekerja. Program penilaian kecakapan kerja
memberi informasi ini dalam bentuk yang biasanya
bisa dikomunikasikan kepada para pekerja .
Persyaratan untuk melakukan penilaian yang akurat
dan periodik akan memberi dorongan kepada pihak
atasan untuk melakukan penilaian yang lebih baik. Setiap
atasan haruslah mengetahui apa dan bagaimana pekerjaan
para bawahannya. Dan dengan adanya penilaian prestasi
kerja ini tidak mau membuat para atasan memperhatikan
para bawahannya.
Ada berbagai sistem pengukuran prestasi kerja para
pekerja . Sistem ini memiliki dasar yang sama
dengan sistem untuk penilaian jabatan (evaluasi jabatan).
Meskipun demikian perlulah disadari bahwa kedua jenis
penilaian ini memiliki tujuan yang cukup berbeda.
Penilaian prestasi kerja lebih ditujukan untuk menentukan
baik tidaknya seorang pekerja untuk bisa dipakai
sebagai dasar promosi misalnya. Sedangkan penilaian
jabatan ditujukan untuk menentukan harga suatu jabatan,
yang akhirnya nanti akan disusun struktur upah yang adil
dan layak.
Sistem penilaian prestasi kerja tradisionil ini
diantaranya adalah :
1) Ranking
2) Perbandingan pekerja dengan pekerja (“person-to-
person comparison”)
3) Grading
4) Skala grafis (“Grafic scales”)
5) Check lists
Penjelasan singkat dari metode-metode penilaian
ini diberikan di bawah ini :
c. Ranking (The ranking method atau The Simple Method)
Cara tertua dan paling sederhana untuk menilai
prestasi kerja adalah dengan membandingkan pekerja
yang satu dengan pekerja yang lain untuk menentukan
siapa yang lebih baik. Pembandingan dilakukan secara
keseluruhan, artinya tidak dicoba dipisah-pisahkan faktor-
faktor yang mempengaruhi prestasi kerja.
Keberatan cara ini adalah kesulitan-kesulitan yang
harus dihadapi untuk menilai secara keseluruhan seorang
individu. Dengan kata lain seorang individu mungkin baik
dalam inisiatifnya, tetapi mungkin agak kurang dalam
ketekunannya. Jadi bagaimana kita bisa mengatakan
bahwa lebih baik daripada orang lain, tanpa harus
memperhatikan karakteristik faktor-faktor tertentu
ini ?
Keberatan lain adalah bahwa kita akan terpaksa
melakukan pembandingan dalam jumlah yang cukup
banyak, lebih-lebih kalau jumlah pekerja yang harus
dinilai (diperbandingkan) cukup banyak.
Misalkan ada 5 pekerja A, B, C, D dan E. Dengan
menggunakan cara ini berarti kita perlu membandingkan
pekerja A dengan B, A dengan C, A dengan D dan A
dengan E dan seterusnya. Jumlah pembanding ini akan
sama dengan N (N-1) / 2 dimana N adalah jumlah
pekerja yang diperbandingkan. Jadi kalau ada 5
pekerja , maka pembandingannya 5 (5-1) / 2 = 10 kali
perbandingan.
Dari hasil pembandingannya ini kemudian dibuat
rangking sebagai berikut :
Ranking Jabatan
1 A
2 B
3 C
4 D
5 E
Keunggulan teknik ini adalah cepat dan mudah
dilakukan. Evaluasi numerik yang diberikan kepada
pekerja dapat langsung dihubungkan dengan
perubahan kompetensi atau pertimbangan penyusunan
pegawai. Instrumen ranking sama sekali menghindari
permasalah central tendency dan kemurahan hati.
d. Pembandingan pekerja dengan pekerja (The Factor
Comparison Method)
Suatu cara untuk memisahkan penilaian seseorang
ke dalam berbagai faktor adalah dengan menggunakan
pembandingan pekerja dengan pekerja . Faktor-faktor
seperti kepemimpinan, inisatif dan dapat tidaknya
diandalkan, dipilih untuk maksud-maksud penilaian
ini . Suatu skala penilaian dirancang untuk masing-
masing faktor yang nilai. Tetapi skala penilaian ini
bukannya disusun definisi untuk masing-masing
faktornya, tetapi dibandingkan dengan pekerja -
pekerja tertentu, untuk mencerminkan tingkatan-
tingkatan suatu faktor tertentu.
Karena penentuan tingkat suatu faktor dibandingkan
dengan pekerja kunci, maka akan timbul kesulitan kalau
kita terpaksa harus membandingkan pekerja dari
departement lain (karena persyaratan kerja untuk suatu
jabatan mungkin, dan biasanya lain dari jabatan di
departement lain).
Secara rinci proses penilaian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Memilih dan memberi penjelasan terhadap faktor
yang akan dinilai
Faktor-faktor
jabatan
Sub Faktor Jabatan
Skill 1. Pendidikan
2. Inisiatif
3. Pengalaman
Usaha 4. Usaha Fisik
5. Usaha Mental
Tanggung
Jawab
6. Terhadap Pekerjaan
7. Terhadap Alat
8. Terhadap Uang
9. Terhadap Bahan
Kondisi Kerja 10. Lingkungan Kerja
11. Resiko Kerja
2) Mengadakan pemilihan jabatan kunci. Jabatan ini
hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut :
a) Memiliki deskripsi yang cukup jelas
b) Merupakan jabatan yang dipandang penting
c) Memiliki faktor jabatan yang dipandang cukup
luas
d) Jabatan yang dipilih hendaknya mencakup jabatan
pada tingkatan gaji terendah hingga tertinggi
3) Diadakan penilaian atas faktor-faktor jabatan (sub-sub
faktor jabatan yang dilakukan oleh suatu tim)
4) Setelah ranking jabatan kunci diperoleh selanjutnya
disusun alokasi dari nilai uang untuk menentukan
besarnya upah (disusun dan disepakati oleh tim)
5) Jika ranking dan nilai rupiah untuk jabatan kunci
sudah tersusun, baru diadakan penilaian terhadap
jabatan lainnya dengan membandingkan faktor jabatan
dengan jabatan kunci.
Misalnya : Menilai jabatan bagian personalia,
persamaannya dapat digambarkan dalam jabatan
kunci berikut :
Faktor Jabatan
Bagian Personalia
Faktor Jabatan Kunci
Skill Sama dengan Bag. TU
Usaha Sama dengan Juru Bayar
Tanggung Jawab Sama dengan Humas
Kondisi Kerja Sama dengan Humas
Dengan demikian ranking dan nilai rupiah untuk
jabatan bagian personali dapat diketahui :
Keterangan : 1 : Rp. 40
Usaha : 2 : Rp. 20
Tanggung Jawab : 3 : Rp. 10
Kondisi Kerja : 2 : Rp. 10
e. Grading
Pada metode ini suatu definisi yang jelas untuk
setiap kategori telah dibuat dengan seksama. Kategori
untuk prestasi kerja pekerja misalnya adalah baik sekali,
memuaskan dan kurang memuaskan, yang masing-masing
memiliki definisi (kriteria) yang jelas. Prestasi kerja dari
tiap pekerja kemudian diperbandingkan dengan definisi
masing-masing kategori ini, untuk dimasukkan ke dalam
salah satunya. Tentu saja kategori yang dibuat bisa lebih
dari 3 seperti pada contoh diatas.
Dengan demikian penilaian harus juga melakukan
penilaian relatif diantara para pekerja ini di
samping membandingkannya dengan definisi masing-
masing kategori. Tetapi cara semacam ini bisa
menimbulkan frustasi, karena seorang pekerja bisa tetap
berada pada kategori yang terendah meskipun prestasi
kerjanya telah meningkat prestasi kerjanya.
f. Skala Grafis
Metode ini barangkali merupakan metode penilaian
tradisional yang paling banyak digunakan. Pada metode
ini baik tidaknya pekerjaan seorang pekerja dinilai
berdasar faktor yang dianggap penting bagi
pelaksanaan pekerjaan ini . Kemudian masing-masing
faktor ini , seperti misalnya kualitas pekerjan,
kuantitas pekerjaan, sikap dan dapat tidaknya diandalkan,
dibagi ke dalam berbagai kategori, seperti misalnya baik
sekali, cukup, kurang dan sebagainya, yang disertai
dengan definisi yang jelas untuk masing-masing kategori.
Jadi di sini penilai membandingkan prestasi kerja seorang
pekerja dengan definisi untuk masing-masing faktor
dan masing-masing kategori.
Pemilihan faktor yang digunakan dalam penilaian
merupakan hal yang paling sulit dan memerlukan
pertimbangan yang mendalam dari pihak manajemen.
Faktor yang dipilih biasanya berkisar antara 4 sampai
dengan 12 faktor. Sebenarnya semakin banyak faktor yang
dipertimbangkan semakin teliti penilaian, tetapi yang
penting adalah apakah faktor ini cukup mewakili
persyaratan kerja yang dinilai.
Untuk merancang skala penilaian grafis, manajer,
spesialis sumber daya manusia atau konsultan pertama-
tama meninjau analisis pekerjaan guna menentukan
ukuran / dimensi kunci dari pekerjaan yang ingin
dinilainya. Setelah mendaftar dimensi-dimensi ini,
perancang menentukan skala apa yang digunakan untuk
menilainya.
Sebagai contoh: skala dapat menilai frekuensi
terjadinya sesuatu (dari tidak pernah hingga selalu terjadi),
dan tingkat terjadinya (dari sangat rendah hingga sangat
tinggi). Perancang kemudian menentukan jumlah poin
untuk skala penulisan (lima, enam, tujuh dsb). Perancang
kemudian mengedit item-item dan skala, dan selanjutnya
menguji skala penilaian ini untuk memperbaikinya
guna menghilangkan bias diantara item-item yang ada.
c. Penilaian Dengan Menggunakan Manajemen
berdasar Tujuan (MBO)
Manajemen berdasar sasaran atau Management by
Objectives (MBO) adalah suatu gaya yang dewasa ini
banyak digunakan untuk berbagai kepentingan dalam
usaha mencapai tujuan organisasi. Salah satu bentuk
pemakaian nya ialah melibatkan para anggota organisasi
dalam menentukan berbagai sasaran yang ingin dicapai
oleh para pegawai (penyelia dan bawahan bersama-sama
mengembangkan tujuan yang berfungsi sebagai kriteria
penilaian).
Instrumen ini mengkombinasikan antara
pengembangan dan evaluasi. MBO adalah pendekatan
formal yang mensyaratkan pengembangan rencana tujuan
yang rinci pada semua level organisasi.
Pada saat digunakan untuk evaluasi, maka tujuan
yang dinimuskan dapat digunakan untuk :
1) Mengidentifikasi hasil tertentu yang diinginkan dan
tindakan yang harus diambil.
2) Menentukan batas waktu pencapaian tujuan organisasi
3) Menentukan biaya untuk pencapaian tujuan secara
tepat
4) Membuat alat ukur yang reliabel dan valid
5) Realistik, menantang, namun dapat dicapai
6) Konsisten terhadap rencana, kebijakan dan prosedur
organisasi
Pada saat digunakan untuk pengembangan
pekerja , maka tujuan harus mampu untuk menentukan
keahlian, pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang
harus diperoleh oleh pemegang jabatan dalam
melaksanakan tugasnya dengan baik.
Ciri-ciri MBO atau MBS
a. Adanya interaksi antara atasan dengan bawahan secara
langsung
b. Atasan bersama-sama dengan bawahan menentukan
sasaran dan kriteria pekerjaannya
c. Menekankan pada masa sekarang dan masa yang akan
datang
d. Menekankan pada hasil yang hendak dicapai
Kelemahan MBO (MBS)
a. Sangat bersifat individualisme dalam hal menetapkan
tujuan dan kerjasama dalam penilaian
d. Jika penetapan sasaran tidak berhati-hati bisa
memicu sasaran yang satu menghambat
sasaran lainnya
e. Sulit menetapkan sasaran yang memiliki tingkat
kesulitan yang sama
Keunggulan MBO
a. Dengan mendorong individu untuk menentukan
tujuan yang spesifik dan menantang, MBO memiliki
potensi meningkatkan motivasi pekerja dan kinerja
di samping berfungsi sebagai basis penilaian kinerja.
b. Karena organisasi pada akhirnya memperhatikan hasil
nyata, maka sangatlah logis bila untuk mengevaluasi
pekerja berdasar hasil yang dicapai secara
pribadi.
c. pekerja mengetahui secara tepat apa yang
diharapkan dan yang dapat dievaluasi secara obyektif.
d. Penentuan tujuan secara sistematis di seluruh
organisasi memudahkan perencanaan dan koordinasi.
4. Dasar Penilaian dan Unsur-unsur yang Dinilai
a. Dasar Penilaian
Dasar penilaian adalah uraian pekerjaan (job
description) dari setiap individu pekerja , karena dalam
uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan tanggung
jawab yang akan dilakukan oleh setiap pekerja .
Secara umum standar berarti apa yang akan dicapai
sebagai ukuran untuk penilaian. Secara garis besar
standard ini dibedakan menjadi dua yaitu tangible
standard dan intangible standard.
1) Tangible standard yaitu sasaran yang dapat ditetapkan
alat ukurnya
Standar ini dibagi atas :
a) Standar dalam bentuk fisik yang terbagi atas
standar kualitas, kuantitas dan waktu
b) Standar dalam bentuk uang yang terbagi atas
standar biaya, penghasilan dan investasi.
2) Intangible standard yaitu sasaran yang tidak dapat
ditetapkan alat ukur atau standarnya (perilaku,
kesetiaan, partisipasi, loyalitas, dedikasi pekerja ).
Dengan penentuan standar untuk berbagai
keperluan maka timbullah apa yang disebut
“standardisasi” yakni penentuan dan pemakaian
berbagai ukuran, tipe, gaya tertentu berdasar suatu
komposisi standar.
b. Unsur-unsur yang Dinilai
1) Kesetiaan
2) Prestasi kerja
3) Kejujuran
4) Kedisiplinan
5) Kreativitas
6) Kerja sama
7) Kepemimpinan
8) Kepribadian
9) Prakarsa
10) Kecakapan
11) Tanggung jawab
5. Kendala Penilaian Prestasi Kerja
Indeks prestasi pekerja harus ditetapkan dengan
baik, jujur dan objektif sesuai dengan kenyataan yang ada.
Tetapi karena adanya kendala hallo effect dan tolok ukur
penilaian maka indeks prestasi sering kali tidak sesuai
dengan kenyatan yang ada.
Hallo effect merupakan kesalahan yang dilakukan
oleh penilai karena umumnya penilai cenderung akan
memberi indeks prestasi baik bagi pekerja yang
dikenalnya atau sahabatnya. Sebaliknya terhadap
pekerja yang kurang dikenal penilai cenderung
memberi indeks prestasi sedang/kurang. Penilai sering
mendasarkan penilaiannya atas dasar suka atau tidak suka
(like and dislike) bukan atas dasar salah benar (right or
worng). Bahkan penilai juga banyak yang
mempertimbangkan keluarga, suku, golongan, yang
kesemuanya itu berdampak pada penilaian tidak
dilakukan secara jujur, dan objektif.
6. Kunci Sukses Melaksanakan Evaluasi Kinerja
a. Fokuskan pada perilaku, bukan pada orangnya
b. Mencoba untuk tidak dipengaruhi oleh perbedaan
status
c. Hindari melakukan kesalahan-kesalahan penilaian
d. Menjadi pendengar yang aktif
e. Mencari berbagai sumber informasi kinerja pekerja ,
semakin banyak sumber semakin valid data (informasi)
yang diperoleh
f. Ingat bahwa evaluasi kinerja adalah proses yang
berkelanjutan, sehingga tidak harus dilaksanakan
secara formal
1. Kompensasi
a. Pentingnya Kompensasi
Kompensasi merupakan semua pendapatan yang
berbentuk uang atau barang langsung atau tidak langsung
yang diterima pekerja sebagai imbalan atas jasa yang
diberikan kepada perusahaan.
Besarnya kompensasi (balas jasa) telah ditentukan
dan diketahui sebelumnya, sehingga pekerja secara
pasti mengetahui besarnya penerimaan kompensasi yang
akan diterimanya.
Kompensasi inilah yang akan dipergunakan
pekerja beserta keluarganya dalam hal memenuhi
kebutuhan hidupnya. Besarnya kompensasi
mencerminkan status, pengakuan dan tingkat pemenuhan
kebutuhan yang dinikmati oleh pekerja beserta
keluarganya. Jika statusnya, dan pemenuhan kebutuhan
menjadi semakin banyak, yang pada gilirannya kepuasan
kerja akan semakin baik. Di sinilah sebenarnya letak
pentingnya kompensasi bagi pekerja sebagai seorang
penjual tenaga (fisik dan pikiran).
menyatakan bahwa balas jasa membuat anggota tim kerja
dapat bekerja sama dan berprestasi.
Kompensasi dibedakan menjadi dua macam yaitu
yang langsung dan tak langsung. Kompensasi langsung
berupa gaji, upah, upah insentif, sedangkan kompensasi
tak langsung berupa kesejahteraan pekerja .
Gaji adalah balas jas yang dibayarkan secara periodik
kepada pekerja tetap serta memiliki jaminan yang
pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada
pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang
disepakati. Upah insentif adalah tambahan balas jasa yang
diberikan kepada pekerja tertentu yang prestasi
kerjanya diatas prestasi standar.
Menurut UU Kecelakaan tahun 1974 No. 33 Pasal 7
ayat a dan b dinyatakan bahwa upah adalah :
a. Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh
buruh sebagai ganti pekerjaan
b. Perumahan, makan, bahan makanan dan pakaian
dengan percuma yang nilainya ditaksir menurut harga
umum di tempat itu.
Dengan kata lain kompensasi sebenarnya
menyangkut dua hal yaitu Kompensasi finansial (langsung
dan tak langsung) serta kompensasi non finansial.
Cakupan kompensasi ini bila digambarkan
b. Tujuan Pemberian Kompensasi
Program kompensasi atau balas jasa pada umumnya
bertujuan untuk kepentingan perusahaan, pekerja , dan
pemerintah/warga . Secara rinci tujuan kompensasi
meliputi :
1. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi maka terjalinlah
ikatan kerja sama formal antara majikan dan buruh,
dimana pekerja (buruh) harus mengerjakan tugas-tugas
dengan baik sedang pengusaha wajib membayar
kompensasi yang disepakati.
2. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa pekerja akan dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehingga akan diperoleh kepuasan
kerja dari jabatan yang diembannya.
3. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan memadai maka
manajer akan lebih mudah memotivasi pekerja , yang
pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan
produktifitas.
4.Stabilitas pekerja
Dengan program kompensasi yang berdasaran
prinsip adil dan layak maka stabilitas pekerja lebih
terjamin karena turnover relatif kecil.
5.Peningkatan Disiplin
Pemberian kompensasi yang sesuai dengan prosedur
akan berdampak pada peningkatan disiplin pekerja .
c. Metode Kompensasi
Ada dua macam metode kompensasi, yaitu metode
fungsi dan metode jamak. Metode tunggal merupakan
suatu metode yang digunakan untuk menetapkan
besarnya kompensasi (gaji) berdasar ijasah terakhir
dari pendidikan formal yang dimiliki pekerja . (Sarjana
gol IIIa).
Metode jamak merupakan metode pemberian
kompensasi yang didasarkan atas beberapa pertimbangan
seperti ijasah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, bahkan
hubungan keluarga kadang kala juga ikut menentukan
besarnya gaji pokok seseorang.
d. Sistem Kompensasi Yang Efektif
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan agar
kompensasi dapat berjalan efektif. (1) Sistem kompensasi
harus tanggap terhadap situasi yang ada; (2) Sistem
kompensasi harus dapat memotivasi pekerja .
Pengaruh situasional seperti situasi ekonomi pada
umumnya sangat berpengaruh terhadap kenaikan gaji.
Peningkatan inflasi akan berdampak pada penderitaan
pekerja akibat gaji yang diterimanya tidak dapat
menyamai laju kecepatan inflasi.
Demikian halnya dengan pengaruh lingkungan,
dalam hal ini manajer sumber daya manusia paling tidak
harus mampu menjawab pertanyaan (1) Aspek lingkungan
apa saja yang mempengaruhi kompensasi; (2) Apakah
perubahan dalam lingkungan harus diikuti dengan
perubahan kebijakan kompensasi; (3) Apakah kebijakan
kompensasi yang dimiliki perusahaan yang satu dengan
yang lain sama; (4) Bagaimana kompensasi harus diubah
untuk menanggapi kemungkinan perubahan lingkungan?
e. Sistem Imbalan
Ada dua macam sistem imbalan, yaitu imbalan
intrinsik (intrinsic rewards) dan imbalan ekstrinsik (extrinsic
rewards).
Imbalan intrinsik adalah imbalan yang dinilai di
dalam dan dari mereka sendiri. Imbalan intrinsik melekat
pada aktivitas itu sendiri, dan pelaksanaannya tidak
tergantung pada kehadiran atau tindakan dari orang lain.
Contohnya perasaan orang sebagai akibat kinerja mereka
pada pekerjaan yang telah dilakukan secara baik, perasaan
kebebasan dari pengarahan dan tanggung jawab pribadi
yang meningkat karena diberikan otonomi berkenaan
dengan bagaimana sebuah aktivitas dilaksanakan.
Manfaat imbalan intrinsik ini antara lain : (1)
Kesatuan hubungan di antara kinerja yang efektif dan
pelaksanaan imbalan dijamin oleh fakta bahwa
pengalaman imbalan intrinsik muncul langsung dari
persepsi pribadi bahwa dia bekerja dengan baik. (2)
Efektivitas imbalan tindalkan tergantung pada kehadiran
orang lain (manajer). (3) Imbalan intrinsik dihasilkan
sendiri oleh individu yang bersangkutan maka imbalan ini
berbiaya rendah.
Imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang diberikan
kepada seseorang oleh pihak lain. Imbalan jenis ini sering
kali digunakan untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja
anggotanya. Jenis imbalan ini seperti gaji, bonus, juga
pengakuan, pujian dari atasan, promosi, lingkungan yang
memadai, tunjangan pelengkap.
Ketergantungan pada sumber eksternal untuk
pemberian imbalan ekstrinsik membawa konsekuensi
pembiayaan yang harus diperhatikan oleh organisasi, yang
kesemuanya itu memiliki dua implikasi yaitu (1) memiliki
nilai yang tinggi, (2) imbalan ekstrinsik diberikan sangat
tergantung pada kinerja yang efektif.
2. Kepuasan Kerja
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa
pemberian kompensasi akan berdampak pada kepuasan
kerja. Bagi perusahana yang memberi kompensasi
secara memadai kepada karywan akan menimbulkan
kepuasan kerja bagi pekerja yang bersangkutan, tapi
sebaliknya perusahaan yang memberi kompensasi
secara tidak memadai sulit untuk mewujudkan kepuasan
kerja.
Kepuasan kerj adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh moral kerja, kedisplinan dan prestasi
kerja. Kepuasan kerja juga dapat dinyatakan sebagai
keadaan emosional pekerja di mana terjadi titik temu
antara nilai balas jasa kerja dengan oleh perusahaan
dengan tingkat balas jasa yang diinginkan pekerja . Baik
berbentuk finansial maupun non finansial.
Kepuasan kerja tidak selamanya menjadi faktor
motivasional yang kuat untuk berprestasi, karena
pekerja yang puas dalam bekerja belum tentu prestasi
kerjanya meningkat. Namun paling tidak masalah
kepuasan kerja perlu mendapat perhatian yang serius oleh
para pengelola organisasi.
Kepuasan kerja pekerja sering dianggap sebagai
penentu yang kuat dari perputaran pekerja .
Bagaimanapun juga persepsi pekerja terhadap
perlakuan yang tidak adil menjadi prediktor yang lebih
kuat dari pada kepuasan kerja. Jika pekerja merasa
diperlakukan secara tidak adil oleh organisasi maka
akibatnya akan muncul tekanan. Persepsi ketidakadilan
memicu suasana emosi yang tidak menyenangkan
yang dapat mengurangi pekerja untuk bekerja seoptimal
mungkin yang pada akhirnya berdampak pada upaya
untuk meninggalkan organisasi.
Tolok ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada,
karena pada umumnya setiap pekerja berbeda standar
kepuasannya. Tetapi paling tidak ada indikator yang dapat
digunakan untuk melihat ada tidaknya kepuasan kerja,
diantaranya adalah kedisiplinan, moral kerja pekerja
serta rendahnya turn over.
Kepuasan kerja pekerja dipengaruhi faktor-faktor
antara lain :
a. Balas jasa yang adil dan layak
b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
c. Berat ringannya pekerjaan
d. Suasana dan lingkungan pekerjaan
e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
f. Sikap pemimpin dan kepemimpinannya
g. Sifat pekerjaan (monoton/tidak)
Pemahaman tentang kepuasan kerja dapat terwujud
bila seseorang tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan
prestasi kerja, tingat kemangkiran, keinginan pindah, usia
pekerja, tingkat jabatan dan besar kecilnya organisasi.
Dalam melaksanakan tugasnya sangat dimunginkan
bila seseorang menghadapi stress. Stress merupakan
kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi,
jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang.
Stress yang tidak diatasi dengan baik berdampak
pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi dengan
lingkungannya secara positif. Fenomena yang tampak dari
seseorang yang mengalami stress antara lain : gugup,
tegang, cemas, gangguan pencernaan, tekanan darah
tinggi. Atau menunjukkan perilaku suka minum minuman
keras, perokok berat, suka marah, mudah tersinggung,
agresif.
Agar supaya stress dapat teratasi maka sebaiknya
bagian kepegawaian (sumber daya manusia) dapat
membantu pekerja yang sedang mengalami stress.
Langkah yang dapat diambil adalah :
a. Merumuskan kebijakan manajemen dalam membantu
pekerja yang sedang stress.
b. Menyampaikan kebijaksanaan ini kepada seluruh
pekerja sehingga mereka mengetahui kepada siapa
mereka dapat meminta bantuan.
c. Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka
terhadap timbulnya gejala stress.
d. Melatih pekerja mengenali dan menghilangkan
sumber stres
e. Terus membuka jalur komunikasi dengan para
pekerja sehingga mereka benar-benar diikutsertakan
untuk mengatasi stres.
f. Memantau kegiatan organisasi sehingga kondisi yang
dapat menjadi sumber stres dapat diidentifikasi secara
dini.
g. Menyediakan jasa bantuan bagi para pekerja yang
menghadapi stress
1. Serikat Pekerja
Kehadiran serikat pekerja (union) secara signifikan
mengubah beberapa aktivitas sumber daya manusia.
Proses perekrutan, prosedur seleksi, level-level upah,
kenaikan gaji, paket tunjangan, sistem keluhan, dan
prosedur disiplin dapat berubah secara dratis
dipicu oleh persyaratan perjanjian perburuhan
(labor aqreement). Tanpa serikat pekerja, perusahaan bebas
untuk membuat keputusan unilateral (unilateral decisions)
menyangkut gaji, jam kerja, dan kondisi-kondisi kerja.
Keputusan ini dapat dilakukan oleh perusahaan tanpa
masukan atau persetujuan dari para pekerja .
pekerja yang tidak menjadi anggota serikat
pekerja mestilah menerima persyaratan manajemen,
menegosiasikannya sendirian jika ingin mengubahnya,
atau keluar dari perusahaan. Bagaimanapun, pada saat
pekerja memilih untuk mewakili serikat pekerja
sebagai wakil mereka, perusahaan diwajibkan untuk
menegosiasikan dengan serikat pekerja dalaan mengambil
keputusan bilateral (bilateral decision making) mengenai
level gaji, jam kerja, kondisi kerja, dan masalah lain dari
keamanan pekerjaan.
Serikat pekerja biasanya mencoba untuk memperluas
pengaruh mereka ke dalam wilayah lain manajemen lain
seperti penjadualan kerja, penyusunan standar kerja,
desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan
metode baru. Perusahaan biasanya menolak pelanggaran
batas ke wilayah pengambilan keputusan ini dengan
mengklaim bahwa persoalan ini merupakan hak prerogatif
manajemen. Aapakah manajemen berhasil dalam
mempertahankan pengendalian eksekutif terhadap hak-
hak prerogatif ini akan teryantung pada kekuatan relatif
dari kedua belah pihak dalam perundingan kolektif
(collective bargaining) dan pada resolusi terhadap konflik
lainnya seperti keluhan, pemogokan, dan perlambatan
kerja.
A. Alasan pekerja Masuk Serikat Pekerja
Alasan pekerja memilih untuk masuk serikat pekerja
atau tidak sangatlah bervariasi, berbeda mulai dari
kepercayaan ideologis sampai alasan pragmatis
sederhana. Beberapa orang mendasarkan keputusan
mereka pada kepercayaan ideologis fundamental. Bagi
orang seperti ini, perjuangan buruh manajemen
merupakan konflik kelas antara kaum "berpunya" dengan
yang "tidak berpunya" atau antara kapitalis dengan para
buruh. Sungguhpun demikian, isu filosofis ini kemungkinan
hanya memiliki pengaruh kecil terhadap keputusan rata-
rata pekerja. Untuk sebagian besar pekerja ,
keputusan untuk bergabung dengan serikat pekerja
terletak pada dua persoalan utama: keuntungan ekonomik
dan penghapusan kondisi yang tidak adil.
Sebagian besar anggota serikat pekerja percaya
bahwa serikat pekerja haruslah diberi kredit kerena
menciptakan banyak keuntungan ekonomik, termasuk
upah yang lebih tinggi, tunjangan kesehatan yang
meningkat, tunjangan pensiun yang lebih besar,
liburan yang lebih panjang, waktu istirahat yang lebih
lama, dan berbagai keuntungan lainnya. Anggota
serikat pekerja juga percaya bahwa serikat pekerja
melindungi mereka terhadap perlakuan yang tidak adil
dan diskriminatif oleh manajemen.
Individu bergabung dengan serikat pekerja karena
banyak alasan yang berbeda dan alasan ini
cenderung berubah sepanjang waktu. Alasan ini
dapat meliputi pertimbangan pekerja, pribadi, sosial, atau
politis. Mustahil untuk membahasnya semua, tetapi berikut
ini ada beberapa alasan utama yaitu:
a. Ketidakpuasan terhadap manajemen
b. Kebutuhan akan saluran sosial (social outlet)
c. Kesempatan bagi kepimpinan
d. Paksaan pembentukan serikat pekerja
e. Tekanan rekan sejawat.
f.Ketidakpuasan terhadap Manajemen
Setiap pekerjaan memiliki potensi untuk tidak puas
secara nyata. Setiap individu menniliki titik didih yang dapat
memacunya untuk mempertimbangkan serikat pekerja
sebagai sebuah solusi bagi problem nyata atau yang
dirasakannya. Serikat pekerja melihat permasalahan di
dalam organisasi dan kemudian menekankan manfaat
keanggotaan serikat pekerja sebagai sarana untuk
menyelesaikan masalah tersbut. Beberapa alasan yang
lumrah bagi ketidakpuasan pekerja antara lain
Kompensasi. Para pekerja menginginkan
kompensasi mereka sangat wajar dan adil. Upah penting
bagi mereka karena upah menyediakan kebutuhan hidup
dan kesenangan. Jika pekerja tidak puas dengan upah
mereka maka mereka kemungkinan akan melirik
serikat pekerja untuk bantuan dalam meningkatkan
standart hidup mereka.
Aspek psikologis penting dari kompetisi
menyangkut 'jumlah gaji yang diterima oleh individu
dalam kaitannya dengan pekerja lain yang melakukan
pekerjaan yang serupa. Jika seorang pekerja merasa
bahwa manajemen telah memperlihatkan favoritisme
dengan menggaji seseorang lebih banyak utnuk
melakukan pekerjaan yang sama atau pekerjaan level
yang lebih rendah, pekerja kemungkinan akan
menjadi tidak puas. Anggota serikat pekerja
mengetahui secara persis basis gaji mereka dan
bagaimana basis ini dibandingkan dengan yang lain.
Oleh karena itu, ketidakadilan gaji, dengan senioritas
sebagai kriteria yang dapat diterima untuk
ketidakadilan, kecil kemungkuiannya menjadi bidang
masalah utama.
Two-ticr wage system. 7bvo-tier wage system adalah
struktur upah yang mencerrninkan tarif gaji yang lebih
rendah bagi pekerja yang baru diangkat tatkala
dibandingkan dengan yang diterima oleh pekerja
mapan yang mengerjakan pekerjaan yang serupa. Sistem
ini adalah salah satu perkembangan yang paling
kotroversial dalam perundingan kolektif. Dibawah sistem
upah ini, pekerja yang baru diangkat dibayar lebih kecil
dibandingkan pekerja yang telah ada dalam daftar gaji.
Meskipun twotier wage system ini pada dasarnya
memberi gaji yang sama untuk pekerjaan yang
serupa, sistem ini tidak menghemat banyak uang
perusahaan dalam biaya tenaga kerja dan pada pada
saat yang sama menyediakan lebih banyak pekerjaan.
ada dua tipe dasar dari skala two-tierr tempore
dan permanen. Dalam sistem tempore, pekerja yang
baru diangkat lebih sedildt dari yang diangkat
sebelumnya tetapi mereka dapat meningkat menjadi
seimbang sepanjang waktu. Dalam sistem yang permanen,
pekerja yang baru diangkat tidak akan pernah
men.capai keseimbangan.
Keselamatan kerja. Bagi pekerja muda,
keselamatan kerja (job security) seringkali kurang penting
dibandingkan bagi pekerja melihat manajemen secara
konsisten memberhentikan pekerja yang lebih tua
menyediakan tempat bagi pekerja yang lebih muda,
lebih agresif, mereka mungkin memikirkan keselamatan
kerja mereka. Jika perusahaan tidak memberi
pekerja nya adanya rasa keselamatan kerja, pekerja
mungkin akan berpaling ke serikat pekerja. pekerja
bahkan lebih memperhatikan daripada sebelumnya
mengenai keselamatan kerja dipicu karena adanya
penurunan lapangan pekerjaan dalam industri ,kunci
seperti otomotif dan perrn.inyakan..
Sikap manajemen. Orang ingin merasa bahwa
mereka penting. Mereka tidak ingin dianggap komiditi
yang dapat dibeli dan dijual. Oleh karenanya, para
pekerja tidak rnenyukai menjadi subjek tindakan yang
serampangan dan tidak terduga-duga yang dilakukan
manajemen. Di dalam beberapa perusahaan, manajemen
tidak sensitif terhadap kebutuhan para pekerja nya. Pada
saat situasi ini terjadi, para pekerja mungkin
memandang bahwa mereka memiliki sedikit atau tidak
ada sama sekali pengaruh dalam hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan. Pekerja yang merasa bahwa mereka
ben.ar-benar bukan bagiz.n dari perusahaan merupakan
target utama bagi pembentukan serikat pekerja.
Sikap manajemen dapat tercermin dalam tindakan
kecil seperti bagaimana surat edaran ditulis. Surat edaran
yang dialamatkan: "Kepada Semua pekerja " sebagai
pengganti "Kepada pekerja Karni" dapat
menunjukkan bahwa manajer acuh tak acuh terhadap
kebutuhan kebutuhan pekerja . Sikap seperti ini
kemungkinan berasal dari manajemen puncak, tetapi sikap
ini diparhatikan pada mulanya oleh pekerja dalam
tindakan penyelia lini pertama. Para pekerja mungkin
memperhatikan bahwa penyelia menilai orang secara
keseluruhan pada apa yang dapat mereka lakukan,
berapa banyak yang dapat mereka lakukan, dan kapan
mereka dapat melakukannya.
Para pekerja mungkin mulai merasa bahwa mereka
diperlakukan lebih sebagai mesin daripada sebagai
orang. Penyelia mungkin gagal memberi alasan
untuk penugasan yang tidak biasanya dan mungkin
berharap para pekerja mendedikasikan kehidupan
mereka kepada perusahaan tanpa memberi imbalan
yang memadai. Manajemen yang tidak memikirkan
kebutuhan pekerja nya sebagai individu akan
membuat perusahaan matang bagi pembentukan serikat
pekerja
a. Saluran Sosial
Secara alamiah banyak orang yang memiliki
kebutuhan sosial yang kuat. Mereka umumnya
menikmati berada di sekitar orang lain yang memiliki
minat dan keinginan yang serupa. Beberapa
pekerja bergabung dengan serikat pekerja karena
tidak ada alasan lain kecuali mengambil keuntungan
dari aktivitas rekreasi dan sosial yang disponsori oleh
serikat pekerja. Orang yang membentuk hubungan
pribadi yang dekat, baik dalam organisasi yang memiliki
serikat pekerja ataupun tidak, kemungkinan akan bertahan
bersama-sama dalam masa-masa sulit.
B. Menyediakan Kesempatan untuk Kepimpinan
Beberapa individu menginginkan peran
kepemimpinan tetapi tidak selalu mudah bagi pekerja
operasional berkembang ke arah pekerja manajerial.
pekerja dengan aspirasi kepemimpinannya sering
dapat dipenuhinya melalui serikat pekerja. Manajemen
sering memperhatikan pekerja yang menjadi pemimpin
dalam serikat pekerja dan bukanlah hal yang luar biasa
untuk mempromosikan mereka ke posisi manajerial.
C. Paksaan Bergabung
Sering kali terjadi bahwa, pekerja masuk serikat
pekerja karena scrikat pekerja memiliki ketentuan dalam
kontrak dan pekerja harus menjadi anggota serikat
pekerja untuk rnempertahankan pekerjaan mcreka.
D. Tekanan teman sejawat
Banyak diantara pekerja yang masuk serikat
pekerja karena didesak oleh rekan sejawatnya. Karena
bagaimanapun ada rasa solidaritas diantara mereka.
Mereka yang tidak mau diajak masuk serikat pekerja
berarti penolakan terhadap rekan sejawatnya, dan ini
sering kali juga merupakan ancaman bagi dirinya.
2. Dampak Serikat Pekerja Terhadap Manajemen
Serikat pekerja memiliki sumber kekuatan dan
pengaruh yang luar biasa terhadap praktek majerial,
perilaku pekerja dan kondisi dasar pekerjaan. Serikat
pekerja memicu erosi signifikan otoritas
pengambilan keputusan manajerial untuk mengendalikan
pekerja . Pengurangan ini terutama sekali terbukti pada
penyelia tingkat pertama yang berinteraksi dengan para
pekerja sehari-harinya. Banyak keputusan personalia
yang penting harus sesuai dengan isi kontrak perjanjian
antara manajemen pekerja.
Pcrtarungan untuk otoritas semakin menghebat karena
para manajerlah yang pada akhirnya bertanggung jawab
bagi kesuksesan atau kegagalan organisasi, bukan serikat
pekerja. Karena alasan ini banyak manajer yang
rnemberikan kesaksian bahwa serikat pekerja memaksa
mereka untuk melanggar prinsip dasar organisasional
dengan menyatakan bahwa otoritas haruslah sepadan
dengan tanggung jawab.
Meskipun serikat pekerja tidak menyerang
perusahaan, hubungan yang sulit dan berhati-hati antara
persekutuan buruh manajemen menghasilkan stress
harian dan ketegangan bagi pihak pekerja serta penyelia
tingkat rendah. Agitasi yang konstan antara pekerja dan
manajemen seririgkali menimbulkan iklim kerja yang
mempercepat perputaran pekerja yang tinggi dan
ketidak hadiran serta moral kerja dan produktivitas yang
rendah. Hal ini tidak untuk memberi kesan bahwa
kemitraan buruh-majikan yang kooperatif dan bebas
konflik tidak ada dalam warga industrial.
Banyak perusahaan yang tidak menikmati adanya
pemogokan, hubungan manajemen pekerja yang
harmonis selama bertahun-tahun. Tetapi kemungkinan
konflik manajemen buruh haruslah menjadi perhatian utama
bagi manajer masa depan yang akan memikul tanggung jawab
yang penting untuk penciptaan dan pemeliharaan
kedamaian antara buruh dan manajemen.
a. Tujuan Serikat Pekerja
Tujuan utama serikat pekerja adalah
mempromosikan kepentingan anggotanya. Melalui
perundingan kolektif, lobi bagi legislasi perburuhan,
pemimpin serikat pekerja meningkatkan standar
kehidupan anggotanya dan memperbaiki banyak kondisi di
sekitar pekerjaan mereka.
Tujuan yang lain adalah peningkatan tujuan sosial
secara keseluruhan. Melalui pemanfaatan dana dan energi
serikat pekerja yang dibuktikan secara khusus untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Secara lebih rinci tujuan masuk serikat pekerja
dapat dijabarkan sebagai berikut:
b.Keselamatan serikat pekcrja
Keselamatan serikat pekerja atau kemampuan untuk
bertumbuh dan lebih sejahtera dalam kondisi ekononuk
merupakan tujuan paling penting serikat pekerja yang
terorganisasi.
Dalam menjamin keselamatan serikat pekcrja dapat
dilakukan dengan melaksanakan:
1) Union shop yaitu semua pekerja baru harus
bergabung dengan serikat pekerja dalam jangka waktu
tertentu (30 hari). Para pekerja harus tetap menjadi
anggota serikat pekerja sebagai suatu kondisi
kepegawaian.
2) Agency shop yaltu pekerja yang tidak bergabung
dengan serikat pekerja diwajibkan membayar iuran
serikat pekerja
3) Maintenance of membership shop yaitu para pekerja
tidak diwajibkan bergabung dengan serikat pekerja.
Namun bagi mereka yang bergabung harus tetap
bergabung hingga kontrak berakhir.
4) Close shop pekerja akan menjadi serikat pekerja
saat mereka diangkat menjadi pegawal tetap.
Sedangkan open shop adalah kebebasan yang
diberikan kepada pekerja untuk bergabung atau
tidak dengan serikat pekerja.
5) Sole bargaining unit serikat pekerja mewakili semua
pekerja dalam perundingan.
b. Keselamatan Pekerjaan
Keselamatan pekerjaan (job security) merupakan
salah satu tujuan utama pekerja . Keselamatan pekerjaan
biasanya mencakup dua bentuk perlindungan yaitu
keselamatan finansial sclama pemberhentian dan
perlindungan dari seluruh perlakuan yang tidak adil
terhadap pekerja. Untuk melindungi anggota yang di PHh,
perjanjian kcrja dapat menyediakan tunjangan
pengangguran tambahan, uang pesangon dan bentuk
perlindungan lainnya. Perlindungan utama terhadap
perlakuan yang tidak adil adalah melalui hak istimewa
senioritas.
Serikat pekerja meningkatkan keselamatan
pekerjaan terutama melalui pembatasan suplai tenaga
kerja, mengendalikan out put dan projek yang
menghasilkan pekerjaan.
c. Mengendalikan Output pekerja
Pemimpin serikat pekerja pada umumnya khawatir
terhadap kemajuan teknologi dan praktek manajemen
tertentu yang akan menggantikan pekerja yang tidak
ahli dan semi ahli. Mereka merasa penerapan manajemen
ilmiah dan teknologi yang semakin canggih akan
memicu pengangguran yang semakin meluas.
d. Peningkatan Kompensasi
Isu ekonomik telah menjadi perhatian utama
serikat pekerja. Di sektor industrial tuntutan untuk
upah yang lebih tinggi hampir selalu menjadi topik
dalam bernegosiasi.
e. Kondisi Kerja
Kondisi kerja menjadi perhatian penting bagi
scrikat pekerja. Scrikat pekerja mengajukan adanya
perlengkapan keselamatan kerja yang baik, hari kerja yang
lebih pendek, kewajiban lembur yang sedikit, jam
istirahat yang panjang dan seterusnya.
3. Pengertian Pemberhentian
Pemberhentian adalah fungsi operasional terakhir
dari manajemen sumber daya manusia. Istilah
pemberhentian ini identik dengan separation, pemisahan,
atau pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja dari suatu
orgaruisasi perusahaan.
Pemberhentian adalah pernutusan hubungan kerja
seseorang (pekerja ) dengan suatu organisasi
perusahaan. Dengan pernberhentian berarti berakhir
keterikatan kerja pekerja dengan perusahaan.
Menurut Pen.Menaker No. Per 03/Men/ 1996 pasal 1
ayat d, pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah
pengakhiran hubungan kerja antara pengusaha dengan
pekerja berdasar izin Panitia daerah atau Panitia Pusat.
Pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran (massal)
adalah pemutusan hubungan kerja terhadap 10 (sepuluh)
orang pekerja atau lebih pada satu perusahaan dalam satu
bulan atau terjadi rentetan pemutusan hubungan kerja
yang dapat menggambarkan suatu itikad pengusaha
untuk mengadakan pemutusan hubungan kerja secara
besarbesaran.
Dalam kaitannya dengan perselisihan antara
pekerja dan perusahaan, pemberhentian (termination)
sebenarnya merupakan hukuman yang paling keras
kepada seorang pekerja . (Simamora, 1997). Oleh
karenanya pemberhentian dalam arti terminasi harus
dipertimbangkan secara hati-hati, karena akan membawa
dampak yang sangat besar.
Pemberhentian dilaksanakan sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 12 th. 1964
KUHP dan seizin P4D dan P4P terutama mengenai
tenggang waktu saat dan izin pemberhentian. Menurut UU
No. 12 tahun 1b64 KUHP, pemberhentian didasarkan atas
perikemanusiaan dan menghargai pengabdian yang
diberikan kepada perusahaan.
A. Alasan Dilaksanakannya Pemberhentian
a. Berhenti karena Undang-undang
Undang-undang dapat menyebabksn
seseorang pek