psikologi olahraga 1

 



 



A. SEJARAH PSIKOLOGI OLAHRAGA 

1. Perkembangan Psikologi Olahraga di Dunia 

Psikologi eksperimental mulai berkembang pada akhir 

abad ke-19 yang diawali dengan didirikannya 

laboratorium psikologi oleh Wilhelm Wundt pada tahun 

1886 di Leipzig. Menurut Kohnstamm (1951) dalam 

Sudibyo Setyobroto (2002: 1) objek studi psikologi yaitu  

gejala jiwa yang diselidiki dari segala tingkah laku dan 

pengalman manusia. Para ahli psikologi berusaha 

menerapkan hasil-hasil penelitian psikologi dalam 

kehidupan sehari-hari. Bersamaan dengan itu, tumbuh dan 

berkembanglah psikologi terapan (applied psychology) 

diberbagai bidang, seperti bidang pendidikan, kedokteran, 

industri, kriminil, dan dibidang olahraga dengan 

dikembangkannya psikologi olahraga. 

Orang pertama yang melakukan studi dalam 

bidang psikologi olahraga yaitu  Norman Triplett 

(psikolog dari Indiana University) pada tahun 1898 yang 

meneliti atlet balap sepeda. sesudah  penelitian 

Triplett, sejumah penelitian lain seputar psikologi olahraga 

bermunculan. Tahun 1899, E.W. Scriptuno dari Yale 

University melukiskan ciri-ciri kepribadian seseorang yang 

dipengaruhi oleh keterlibatannya dalam olahraga. 

Selama periode 1919-1941, Coleman Robert Griffith 

telah menulis 25 penelitian psikologi olahraga, dan juga 

menulis buku Psychology of Coaching (1926) dan 

Psychology of Athletics (1928), dan tahun 1938 menjadi 

psikolog cabang olahraga bisbol di Chicago Cubs.  

Kongres psikologi olahraga yang pertama 

dilaksanakan pada tahun 1965 di Roma, dan sejak itu pula 

psikologi olahraga berkembang di berbagai negara.  

Pada tahun 1967, diselenggarakan pertemuan 

pertama North American Society for the Psychology of 

Sport and Physical Activity (NASPSPA). Tahun 1969 di 

bawah naungan Canadian Association for Health, Physical 

Education, Recreation and Dance (CAHPERD) didirikan 

Can adian Society for Psychomotor Learning and Sport 

Psychology (CSPLSP).  Pada tahun 1975, subdivisi dari 

American Health, Physical Education, Recreation, and 

Dance (AAHPERD) resmi didirikan untuk mempromosikan 

psikologi olahraga di dalam program pendidikan jasmani. 

Lembaga ini dikenal sebagai Sport Psychology Academy.  

Pada saat Olympiade tahun 1988, psikolog 

olahraga pertama kali diikutsertakan dalam kontingen 

USA. Pada tahun 1992, Australia mengembangkan 

program sertifikasi untuk praktisi psikolog yang bekerja 

sebagai psikolog olahraga.  

Dewasa ini, dunia psikologi olahraga semakin 

dikenal dengan adanya International Society fot Sport 

penonton American Football  mengekspresikan emosi 

terhadap para pemain dalam olahraga ini . 

Selanjutnya, George W. Fitz pada tahun 1895 

menyelidiki waktu reaksi yang tercantum dalam 

“psychological R eview” . Fitz telah menciptakan alat -alat 

untuk mengukur kecepatan dan ketepatan seseorang 

menyentuh obyek yang dihadapi tiba-tiba dan dalam 

posisi yang tidak terduga.  Selain itu, William G. Anderson 

tokoh pendidikan jasmani dan pendiri “American 

Association for Health, Physical Education, Recreation, 

and Dance”  bereksperimen mengenai mental practice, 

transfer of training, dan transfer of muscular strength.  

Coleman Robert Griffit pada tahun 1918 telah 

mulai mengadakan penelitian di Universitas Illinois 

dengan menyelenggarakan serangkaian observasi informal 

mengenai faktor -faktor psikologis yang terlibat dalam 

olahraga bolabasket dan sepakbola. Mitsuo Matsui pada 

tahun 1920 melakukan riset di Jepang mengenai psikologi 

olahraga dan aktivitas fisik atau  psychology of physical 

activity and sport. 

Pada tahun 1925, Coleman Robert Griffith sudah 

mengadakan persiapan untuk mendirikan laboratorium 

psikologi olahraga. lalu  secara resmi menjadi 

Direktur dari “ The Athletic Research Laboratory”  di 

Universitas Illinois, dan disebut sebagai Bapak Psikologi 

Olahraga, khususnya di Amerika.  

yang memanfaatkan jasa psikolog dan ilmu psikologi 

dalam mencapai prestasi puncak baik nasional maupun 

internasional. 

Pada pertengahan era 1980-an, psikolog Jo 

Rumeser turut aktif memberikan sumbangan jasa psikologi 

pada cabang olahraga bisbol dan  sepakbola. Jo Rumeser 

sendiri yaitu atlit bisbol nasional. Selanjutnya, 

Psikolog Myrna R. Soekasah juga memberikan sumbangan 

jasa psikologi dalam mengembangkan olahraga loncat 

indah dan renang. Adapun Myrna R. Soekasah yaitu  

seorang pemegang medali loncat indah tingkat Asia yang 

lalu  membaktikan dirinya di dalam olahraga 

spesifikasinya 

Tahun 1990 yaitu dekade yang paling aktif 

bagi sejumlah psikolog untuk memberikan sumbangan 

ilmu bagi keolahragaan nasional. Tercatat PBSI, PSSI, PRSI, 

Pertina, dan Perpani memakai psikolog untuk secara 

aktif berperan membina atlet baik untuk memberikan 

bimbingan, atau bekerja sama dengan pelatih untuk 

meningkatkan prestasi atlet. KONI Pusat pun 

memperbantukan psikolog-psikolog yang aktif  dalam 

berbagai Pengurus Besar olahraga untuk membantu 

cabang-cabang olahraga lainnya.  

Pada saat pelaksanaan SEA Games di Jakarta tahun 

1997, tercatat 13 psikolog berperan aktif membantu para 

atlet untuk mencapai prestasi puncak, yakni: (1) Singgih D. 

Gunarsa, (2) Monty P. Setiadarma, (3) Enoch Markum, 

Psychology (ISSP) yang memiliki ribuan anggota yang 

tersebat di seluruh dunia, termasuk di negara kita. 

2. Perkembangan Psikologi Olahraga di negara kita 

Di negara kita, kegiatan psikologi olahraga belum 

berkembang secara luas. Pada tahun 1992 PBSI 

mendatangkan Robert N. Singer, mantan presiden 

International Society for Sport Psychology , dari 

Universitas of Florida. Tahun 1997, Fakultas Psikologi 

Universitas Tarumanagara mendatangkan Daniel Gould 

untuk memberikan ceramah kepada para pelatih dan 

pejabat teras KONI Pusat dalam rangka persiapan 

menjelang SEA Games. 

Menurut Monty P. Setiadarma dalam Singgih D. 

Gunarsa (2008: 20) psikologi olahraga di negara kita 

yaitu cabang psikologi yang amat baru, sekalipun 

pada prakteknya kegiatan para psikolog di dalam berbagai 

cabang olahraga di negara kita telah berlangsung beberapa 

tahun lamanya. Secara resmi Ikatan Psikologi Olahraga 

(IPO) di negara kita yang berada di bawah naungan 

Himpunan Psikologi negara kita (HIMPSI) baru dibentuk 

pada tanggal 3 Maret 1999, dan baru ditandatangani 

secara resmi pada tanggal 23 Juli 1999 dan diketuai oleh 

Monty P. Setiadarma. Akan namun , Singgih D. Gunarsa dan 

Sudirgo Wibowo telah mempelopori kegiatan psikologi 

dalam cabang olahraga bulutangkis sejak tahun 1967, dan 

sejak saat itu banyak atlet bulutangkis nasional 

c. Savis (1994). Faktor tidur tidak sama pe ngaruhnya 

terhadap prestasi semua atlet. Setiap 

atlet mempunyai pola sendiri dalam hal 

hubungan antara tidur dan prestasinya. Akan namun , 

bagi atlet-atlet yang akan mengikuti 

pertandingan/  kompetisi, perlu diperhitungkan faktor -

fa ktor yang dapat mengganggu tidur yang dapat 

mengganggu prestasi. 

d. Ashel (1995). Meneliti fenomena social loafing 

(pemalasan sosial) pada atlet dayung beregu 

putri sebanyak 6 atlet. Ternyata social loafing  

dipengaruhi oleh waktu dan suasana hati (mood) 

atlet. Semakin lama mendayungnya atau 

semakin jelek suasana hati atlet, semakin 

banyak terjadi pemalasan sosial. 

e. Hollander, Mayers, Unes (1995). Latihan yang 

berlebihan (overtraining) memberi dampak negatif baik 

pada atlet maupun pada pelatih yakni bosan, 

lelah, motivasi, kegembiraan menurun, stress, sasaran 

prestasi tidak tercapai, dan terjadi peningkatan 

kemungkinan kecelakaan. Latihan yang berlebihan ini 

dapat di atasi dengan merumuskan tujuan, sistem 

reward, dan pengaturan jadwal yang tepat. 

f.  Davis, Huss, dan Backer (1995). Menganalisa  

eksperimen N. Tripplet dan beberapa peneliti lain 

diakhir 1800-an dan awal 1900-an yang memakai 

metode tripplet. Hasilnya yaitu  keberadaan lawan 

(4) Myrna R. Soekasih, (5) Surastuti Nurdadi, (6) Rosa 

Hertamina, (7)Feisal, (8) Latief, (9) Gunawan, (10) 

Wardhani, (11) Ari Prawoto, (12) Ning, dan (13) 

Wismaningsih. Para psikolog ini bertugas untuk melakukan 

seleksi, evaluasi, konseling, dan melakukan pelatihan 

mental, serta terapi. 

 

B. PENELITIAN TENTANG PSIKOLOGI OLAHRAGA 

Berikut ini beberapa contoh tentang penelitian psikologi 

olahraga: 

a. Partington dan Shang (1992). Penelitian terhadap 171 

atlet mahasiswa dan pelajar (17 -25 tahun). 

Ternyata ada 7 ciri psikososial yang berbeda antara tim 

yag sering menang dan tim yang lebih sering kalah, 

yaitu dalam: (1) kemampuan dan sikap pemain, (2) sifat 

kepemimpinan pelatih dalam pelatihan teknis, (3) sifat 

hubungan antar manusia dari pelatih, (4) integrasi 

tugas, (5) kohesivitas sosial dari tim, dan (6) identitas 

tim. 

b. Weinberg (1993). Goal setting tidak otomatis 

meningkatkan prestasi atlet. yang lebih penting 

yaitu  bagaimana menetapkan sasaran yang efek tif 

untuk setiap atlet dalam tugas yang berbeda 

dan situasi-situasi yang berbeda pula. Jadi setiap 

penetapan sasaran harus khusus yaitu disesuaikan 

dengan atlet; tugas bertanding, dan situasi 

bertanding. 

  

 

A. DEF INISI PSIKOLOGI OLAHRAGA 

Psikologi yaitu bagian dari ilmu fisiologi. Psikologi 

yaitu penentu utama performa dalam olahraga. 

Berikut ini dipaparkan beberapa definisi psikologi 

olahraga: 

1. Menurut Monty P. Setiadarma (2000: 10-11) yang 

menyatakan bahwa psikologi olahraga lebih diarahkan 

pada kemampuan prestatif pelakunya yang bersifat 

kompetitif.  

2. Menurut Sudibyo Setyobroto (2002: 8) psikologi 

olahraga yaitu  ilmu yang mempelajari tentang tingkah 

laku dan pengalaman manusia berolahraga dalam 

interaksinya dengan manusia lainnya dan dalam situasi 

sosial yang merangsang. 

3. Menurut Weinberg (2003: 4) psikologi olahraga yaitu  

studi ilmiah tentang orang atau perilakunya dalam 

aktivitas olahraga dan penerapan praktis dari 

pengetahuan ini .  

4. Menurut Singgih D. Gunarsa (2008: 1) Psikologi 

olahraga yaitu  psikologi yang diterapkan dalam 

bidang olahraga, meliputi faktor -faktor yang 

berpengaruh secara langsung terhadap atlet 

dan faktor -faktor di luar atlet yang dapat 

mampu melepaskan energi-energi terpendam dan 

meningkatkan usaha dalam pertandingan olahraga adu 

cepat seperti lari dan balap sepeda. Faktor yang 

melepaskan energi terpendam ini  dinamakan 

faktor -faktor dynamogenic. 

g. McTear, White, dan Persad (1995). Penelitian terhadap 

kasus-kasus pelatih utama diganti ditengah-tengah 

musim kompetisi oleh pengurus dengan harapan 

memperoleh hasil yang lebih baik. Hasilnya yaitu  

penukaran pelatih hanya memberikan hasil/pengaruh 

jangka pendek, namun  untuk jangka panjang 

pengaruhnya sangat sedikit. 

h. Coons, Howard, dan W arylord (1995). Penelitian 

mengenai pengaruh pertandingan football terhadap 

disiplin asrama mahasiswa dibeberapa universitas 

antara 1988-1993. Dari 686 data catatan, ternyata 

pelanggaran disiplin asrama banyak terjadi jika 

pertandingan footbal pada akhir p ekan (46,4%) dan 

lebih banyak lagi jika pertandingan itu dikampus sendiri 

dan yang terbanyak yaitu  jika tim kampus sendiri 

menang. Akan namun , perlu dicatat juga bahwa 51,8% 

dari pelanggaran disiplin yaitu  peminum alkohol. 

mengenai usia yang tepat bagi seorang anak untuk mulai 

dilatih menjadi atlet bulutangkis yang andal. 

Selain itu, psikologi olahraga terkait dengan bidang 

kajian lain seperti berikut ini: 

a. Psikologi perkembangan. Membahas mengenai bakat 

yang berhubungan dengan struktur morfologis -

anatomis atlet, karakterologis atlet 

dan interaksi antara bakat/pembawaan dengan 

lingkungan. 

b. Psikologi belajar. Membahas tentang aktivitas olahraga 

yang ditujukan pada optimalisasi proses pelatihan guna 

mengoptimalisasi potensi atlet, merancang 

teknik dan strategi latihan dan dilaksanakan dalam 

latihan sehingga menyenangkan dan memuaskan.  

c. Psikologi kepribadian. Mengungkapkan hubungan 

antara kepribadian dengan performa olahraga. 

Bagaimana kepribadian mempengaruhi performa dan 

prestasi dalam olahraga, atau sebaliknya bagaimana 

olahraga mempengaruhi perkembangan dan kualitas 

kepribadian yang positif.  

d. Psikologi sosial. Membahas hubungan antara 

sesamaatlet, posisi atlet dalam tim, 

hubungan antara tim yang satu dengan tim yang lain. 

e. Psikometri. Membahas tentang instrumen-instrumen 

yang mudah dipakai  dalam penelitian terhadap 

suatu gejala psikis secara lebih cermat dan objektif. 

Data yang diperoleh dipakai  untuk kepentingan 

mempengaruhi penampilan (performance) 

atlet ini . 

5. Yusuf Hidayat (2008: 4) psikologi olahraga yaitu  

studi ilmiah tentang individu dan perilakunya dalam 

olahraga dan latihan. 

berdasar pemaparan di atas, dapat disimpulkan 

bahwa psikologi olahraga yaitu  suatu ilmu yang 

mempelajari gejala-gejala kejiwaan/tingkah laku yang 

terjadi pada atlet ketika mereka berolahraga. 

Psikologi olahraga juga berkaitan dengan perasaan 

nyaman dan bugar (wellness), serta keharmonisan 

kepribadian seseorang. Artinya, berolahraga secara teratur 

memiliki pengaruh tertentu terhadap kondisi psikis 

seseorang, yang berpengaruh terhadap kualitas 

kepribadian. Kondisi psikis akan berpengaruh secara positif 

dengan berolahraga, dan membentuk aspek/ciri 

kepribadian yang positif pula.   

B. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI OLAHRAGA 

Psikologi olahraga sangat berkaitan dengan kegiatan-

kegiatan eksperimental yang yaitu cakupan dari 

psikologi eksperimen. Contohnya; (1) pengaruh pakaian 

renang terhadap kenyamanan seorang atlet 

renang, atau kostum senam yang menentukan perasaan 

nyaman atau tidak nyaman bagi seorang atlet 

senam saat sedang bertanding, dan (2) penelitian 

mempelajari kemungkinan penerapan teori-teori psikologi 

olahraga dalam usaha pembinaan atlet, contoh:  

pembinaan mental (mental training), dan (5) untuk 

mempelajari hasil-hasil penelitian psikologi olahraga, 

sebagai bahan perbandingan serta kemungkinan 

menerapkannya dalam latihan. 

2. Peranan Psikologi Olahraga 

Peranan psikologi olahraga ini dikaitkan dengan tujuan 

mengembangkan ilmu pengetahuan, meliputi: 

a. Eksplanatif, yaitu menjelaskan dan memahami gejala 

tingkah laku dan pengalaman manusia berolahraga 

sebab  tindakan dan perbuatan yang tampak pada 

dasarnya tidak dapat lepas dari sikap (attitude) yang 

tidak tampak yang didorong oleh banyak faktor 

psikologi lainnya seperti sifat, motif, pemikiran, 

perasaan, pengalaman, dan situasi. Contohnya; 

timbulnya motivasi, terjadinya perubahan motivasi 

pada atlet, perkembangan sikap, kematangan 

emosional, kematangan mental, mental training, 

masalah stres dan usaha  relaksasi, dan masalah anxiety  

yang berkaitan dengan arousal dan agresivitas. 

b. Prediksi, yaitu meramalkan kemungkinan yang dapat 

terjadi dalam olahraga sehingga lebih siap menghadapi 

hal-hal yang mungkin terjadi. Prediksi yang tepat 

didasarkan atas fakta -fakta atau pengalaman empirik 

dan analisa  deduktif dengan menerapkan teori -teori 

seleksi, klarifikasi, pembinaan yang disesuaikan dengan 

keadaannya.  Selanjutnya, menyusun kriteria dan syarat 

yang harus dimiliki agar bisa menjadi juara sesuai 

dengan strata kejuaraan yang ditargetkan. 

 

C . BATASAN PSIKOLOGI OLAHRAGA 

Kegiatan dalam psikologi olahraga antara lain: (1) 

mempelajari bagaimana faktor psikologis mempengaruhi 

penampilan fisik seseorang, dan (2) memahami bagaimana 

keterlibatan seseorang dalam olahraga mempengaruhi 

perkembangan psikis, kesehatan, dan kesejahteraan psikis. 

Batasan psikologi olahraga lainnya fokus pada belajar dan 

performa, dan memperhitungkan baik pelaku atau 

penonton. 

 

D. MANF AAT DAN PERANAN PSIKOLOGI OLAHRAGA 

1. Manf aat Psikologi Olahraga 

Adapun manfaat psikologi olahraga antara lain: (1) 

memahami gejala-gejala psikologik yang muncul pada 

atlet seperti motivasi, perasaan, pikiran, 

kecemasan, sikap, dan lain-lain, (2) mengetahui, 

memahami, dan menginternalisasi gejala-gejala psikologik 

yang dianggap dapat mempengaruhi peningkatan dan 

kemunduran prestasi atlet, (3) pengetahuan dan 

pemahaman tentang sejumlah faktor psikologik ini  

dapat dijadikan bahan untuk memecahkan problem-

problem aplikatif dalam membina atlet, (4) unt uk 

atlet berbakat, dan untuk membina 

atlet yang dilatih. 

b. Pendekatan sosiologik. Pendekatan yang dilakukan 

dalam kegiatan olahraga di mana atlet 

berinteraksi dengan anggota tim, pelatih, pembina, 

lawan bertanding, dan para penonton. 

c. Pendekatan interaktif. Pendekatan yang dilakukan pada 

saat memperhatikan proses dan produk interaksi 

interpersonal, individu dengan kelompok, kelompok 

dengan kelompok, dan individu dengan lingkungan 

sosial sekitarnya. 

d. Pendekatan multi dimensional. Pendekatan yang 

dilakukan dalam usaha pembinaan olahraga, yakni 

pendekatan pada atlet, pelatih, sarana, fasilitas, 

program latihan, organisasi, dan lingkungan sekitar. 

e. Pendekatan sistem. Pendekatan yang memperhatikan 

dan memanfaatkan seluruh komponen/faktor 

pembinaan sebagai kesatuan untuk mencapai tujuan 

yakni prestasi atlet yang maksimal, dan 

mewarga kan olahraga dalam rangka usaha 

pembinaan olahraga. 

 

F . OBYEK STUDI PSIKOLOGI OLAHRAGA 

Objek studi psikologi pada umumnya yaitu  gejala 

kejiwaan yang dikaji dari tingkah laku dan pengalaman 

individu. Adapun gejala kejiwaan yang menjadi objek 

studi dalam buku ini meliputi gejala kejiwaan dari tingkah 

yang tepat, dan untuk prediksi yang tepat perlu 

ditunjang dengan pengetahuan tentang tes, 

pengukuran, dan evaluasi. Contohnya; akibat stres 

terhadap atlet yang berbeda-beda sifat 

kepribadiannya, gejala psikologis pada atlet 

yang mengalami kegagalan, meramalkan faktor yang 

mempengaruhi peningkatan prestasi atlet. 

c. Mengontrol, yaitu mengendalikan gejala-gejala tingkah 

laku dalam olahraga yang dapat menjurus ke hal-hal 

yang tidak menguntungkan perkembangan 

atlet. untuk mengontrol gejala tingkah laku 

yang dapat berakibat negatif perlu ditunjang data yang 

akurat, kesimpulan, dan penguasaan teknik perlakuan 

yang tepat. Contohnya; kemungkinan terjadinya 

anxiety dan usaha  mengatasinya, merosotnya motivasi 

berlatih dan bertanding, serta teknik-teknik memelihara 

motivasi dan menumbuhkan motivasi yang lebih kuat, 

gejala over confidence  dan cara mengatasinya, dan 

timbulnya prasangka dalam satu tim yang 

mengakibatkan hubungan yang disharmonis serta 

usaha-usaha mengatasinya, dan lain sebagainya. 

 

E. PENDEKATAN PSIKOLOGI OLAHRAGA 

Berikut ini beberapa pendekatan-pendekatan yang 

dilakukan dalam psikologi olahraga. 

a. Pendekatan individu. Pendekatan yang dilakukan untuk 

dapat membina atlet, untuk memilih 


A. DEF INISI KEPRIBADIAN (PERSONALITY) 

Setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan 

karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan 

sekitarnya. Individu berbuat dan bertindak sebagian besar 

dilakukan secara sadar. Kepribadian dibentuk dan 

berkembang selama hidup. Perkembangan kepribadian 

selalu dinamis, tidak statis, dan tidak akan pernah 

berhenti, serta perubahan-perubahannya bisa terjadi 

selama hayat. Beberapa sifat, perangai, dan kebiasaan bisa 

saja mendominasi kepribadian pada usia muda dan 

lalu  hilang pada saat dewasa 

Kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor 

pembawaan dan lingkungan. Karakteristik bawaan, baik 

yang bersifat biologis maupun psikologis, dimiliki sejak 

lahir. Apa yang dipikirkan, dikerjakan, atau dirasakan 

seseorang, atau yaitu hasil perpaduan antara apa 

yang ada di antara faktor -faktor biologis yang diwariskan, 

dan pengaruh sekitarnya. namun  kepribadian tidak mudah 

tampak dan diketahui sebab  kepribadian yaitu  kesatuan 

kebulatan jiwa yang kompleks. 

Kepribadian dapat dilihat dari cita-cita, watak, 

sikap, sifat, dan perbua tan. Kepribadian yaitu 

perpaduan antara watak dan karakter. Watak yaitu  sifat 

laku atlet dalam olahraga, seperti Personality,  

Arousal, Anxiety, Agresivitas, Motivasi, Kompetisi dan 

Kerjasama Tim, Imagery, Self Confidence, Komunikasi, 

Feedback and Reinforcement,  

kepribadian merujuk pada pemikiran, emosi, dan 

perilaku tersendiri yang menggambarkan cara individu 

menyesuaikan diri dengan dunia.  

6. kepribadian yaitu  

totalitas karateristik individu yang menyebabkan pola-

pola yang bersifat menetap dan khas dalam hal pikiran, 

perasaan, dan tingkah lakunya sekaligus 

membedakannya dengan orang lain. 

7. 

kepribadian yaitu  suatu pola watak yang relatif 

permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan 

konsistensi sekaligus individualitas bagi prilaku 

seseorang.  

8. Menurut Cattell dalam Engler (2009: 287) personality 

is that which permits a prediction of wh at a person will 

do in a given situation. Artinya, kepribadian 

yaitu suatu  prediksi tentang apa yang akan 

dilakukan seseorang dalam situasi tertentu. 

berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa 

kepribadian yaitu  karakteristik individu baik sifat 

maupun sikap yang berupa pikiran, perasaan, dan tingkah 

laku yang unik dan khas. , 

menyebutkan ada empat persamaan yang menjadi 

karakteristik untuk memahami kepribadian meliputi 

 

pembawaan yang dibawa sejak kecil yang lalu  

dapat mempengaruhi perilaku, sementara karakter 

tumbuh akibat dari sosialisasi atau hubungan intepersonal. 

Selanjutnya, kepribadian memiliki banyak arti 

sebab  perbedaan sudut pandang para ahli yang 

didasarkan dari hasil penelitian, cara pengukuran, maupun 

teori yang dikemukakan. Berikut ini beberapa defisini 

kepribadian (personality). 

1. Menurut Kohli (1992: 24) personality is the appearance 

which the individual presents to the world, that is, the 

individuals observable bahaviour. Kepribadian 

yaitu penampilan individu yang diserahkan 

kepada dunia, yaitu orang-orang yang dapat diamati 

perilakunya,  

2. Menurut Weinberg & Gould ( 2003: 28)personality is 

the sum of those characteristic that make a person 

unique.  

3. kepribadian 

yaitu  gambaran tentang manusia yang membuat 

seseorang berbeda, unik, memiliki sifat -sifat dan 

kebiasaan yang diturunkan secara heriditer, pola asuh 

keluarga dan lingkungan tempat individu berada. 

4. Menurut Hery Wibowo (2007: 96 -97) kepribadian 

yaitu  perilaku keseluruhan yang ditampilkan oleh 

seseorang yang dapat terobservasi dengan mudah atau 

pola tingkah laku yang konsisten yang berasal dari 

(dalam) seorang individu. 


1. Inti (psychological core). Struktur paling dalam yang 

mempresentasikan personality sebagai sifat internal 

yang konsisten, menggambarkan  citra diri sebenarnya, 

termasuk konsep tentang dirinya sendiri (self concept),  

meliputi sikap-sikap dasar (basic attitudes), nilai-nilai 

(yakues), minat (interest), dan motif (motives). 

2. Respon yang khas (typical responses). Struktur lapisan 

kedua yang menggambarkan aspek personality individu 

dalam menanggapi lingkungan. 

3. Tingkah laku yang berhubungan dengan peran (role-

related behavior). Struktur kepribadian yang paling luar 

yang menggambarkan aspek kepribadian individu yang 

paling supervisial untuk mengadaptasi persepsi dengan 

lingkungan pada saat itu. 

 

C . TEORI KEPRIBADIAN 

Teori kepribadian menurut Richard H. Cox (1985) dalam 

Sudibyo Setyobroto (2002: 39) terdiri atas teori 

psikodinamik (psychodynamic theory), teori sifat (traits 

theory), dan teori belajar asosial (sociallearning theory). 

Berikut akan dibahas secara lebih rinci. 

 

1. Teori Psikodinamik 

Sering disebut psychoanalyse atau Teori Fr eud. Menurut 

Husdarta (2010: 20) Freud dalam teorinya menyebutkan 

bahwa tingkah laku manusia yaitu  interaksi antara id, 

ego, dan superego. 

 

kepribadian bersifat menetap, bersifat umum, bersifat 

khusus/khas, dan bersifat kesatuan.  

1. Kepribadian bersifat menetap. Artinya , kepribadian 

yaitu sifat individu yang bersifat tetap dan ajeg , 

serta tidak mudah berubah. jika  terjadi perubahan, 

biasanya yaitu respon pada suatu kejadian yang 

luar biasa. 

2. Kepribadian bersifat umum. Artinya , kepribadian 

yaitu gambaran umum individu seperti pikiran 

dan perasaan yang berpengaruh pada tingkah laku 

(sikap). 

3. Kepribadian bersifat khusus/khas. Artinya , kepribadian 

menunjukkan sifat individu yang unik sehingga berbeda 

dengan yang lainnya termasuk anak kembar sekalipun 

tidak ada yang memiliki kepribadian yang sama. 

4. Kepribadian bersifat kesatuan. Artinya , kepribadian 

yang menggambarkan individu sebagai sebuah struktur 

yang membentuk kesatuan organisasi yang dinamik 

dalam diri individu itu sendiri. 

 

B. STRUKTUR KEPRIBADIAN (PERSONALITY) 

Masing-masing individu mempunyai kepribadian yang 

berbeda satu sama lain. Untuk memahami kepribadian 

secara umum dapat dilakukan dengan mencermati struktur 

kepribadian. Kepribadian dibagi menjadi tiga tingkatan 

yang terpisah namun saling berhubungan, yakni sebagai 

berikut. 

warga  seperti baik/buruk, benar/salah, 

pantas/tidak pantas, dan lain sebagainya.  

Sebagai contoh; seorang pelatih melihat salah 

atletnya terlalu banyak tertawa dan tidak serius 

dalam latihan, Berikut ilustrasi interaksi antara id, ego, dan 

superego dalam diri pelatih terhadap atlet 

ini . 


 

2. Teori sif at 

Teori sifat Allport menyatakan bahwa  sifat yaitu 

sesuatu yang stabil dan konsisten terhadap situasi yang 

berbeda. berdasar perspektif teori sifat, individu akan 


 

35) kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang 

terdiri atas 3 unsur/sistem yakni: 

a. Id. Id yaitu  sistem kepribadian yang paling dasar yang 

di dalamnya ada  naluri-naluri bawaan. Artinya, Id 

yaitu  dorongan intrinsik yang mewakili alam tidak 

sadar yang berorientasi pada pemenuhan kenikmatan 

dan kepuasan biologis dan bersifat mementingkan diri 

sendiri. 

b. Ego. Ego yaitu  sistem kepribadian yang bertindak 

sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari 

kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasar 

prinsip kenyataan. Artinya, Ego yaitu  fase kesadaran 

(pengambil keputusan) yang yang berorientasi pada 

realitas untuk memuaskan kebutuhan id. 

c. Superego. Superego yaitu  sistem kepribadian yang 

berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya 

evaluatif (menyangkut baik -buruk). Adapun fungsi 

utama dari superego antara lain: (a) sebagai pengendali 

dorongan/impuls naluri id agar impuls ini  

disalurkan dalam cara/bentuk yang dapat diterima oleh 

warga , (b) mengarahkan ego kepada tujuan yang 

sesuai dengan moral dari pada kenyataan, dan (c) 

mendorong individu kepada kesempurnaan. Dapat 

disimpulkan bahwa superego yaitu  jembatan 

penghubung untuk membantu memecahkan konflik 

antara id dan ego yang terkait dengan norma dan nilai 

Faktor ini yaitu faktor yang berasal dari dalam diri 

individu dan diyakini oleh berbagai kalangan memberikan 

pengaruh terhadap kepribadian. Anak-anak yang 

dilahirkan dari orang tua atlet top/berkiprah 

dalam olahraga, akan diturunkan kepada anaknya dan 

akan mengikuti kiprah orang tuanya sebagai atlet. 

Bakat yaitu  kumpulan sifat -sifat kejiwaan yang cocok 

untuk cabang olahraga tertentu yang memungkinkan 

individu yang memiliki sifat -sifat ini  dapat mencapai 

prestasi yang setinggi-tingginya.  

 

2. F aktor lingkungan (environment). 

Faktor lingkungan yaitu   faktor yang berasal dari luar 

individu. Ada 4 faktor yang termasuk faktor lingkungan 

yakni sebagai berikut: 

a. Budaya. Setiap individu memiliki pola-pola perilaku, 

ritual, dan keyakinan yang dilembagakan dan disetujui 

secara umum, lalu  dijadikan adat/keb iasaan yang 

berlaku untuk komunitas setempat. Budaya biasanya 

terkait erat dengan faktor sosial sehingga disebut 

sebagai socio-cultural yang bersumber dari lingkungan 

sosial budaya setempat. Contohnya, karakter suku 

batak akan berbeda dengan orang jawa. Suku Batak 

identik keras dan suku jawa identik dengan kelembutan 

b. Kelas sosial. Faktor ini mempengaruhi bagaimana 

individu memandang dirinya dan bagaimana menerima 

anggota kelompok sosial lainnya sehingga akan 

  

 

memperlihatkan kebutuhan untuk mencapai sukses. Oleh 

sebab itu, individu akan menunjukkan predisposisi untuk 

menginternalisasi kesediaan berkompetisi, mempertahan-

kan diri, dan berkembang dalam banyak situasi. 

 

3. Teori belajar sosial 

Mekanisme belajar sosial dari Hull yaitu  individu belajar 

model dan penguatan sosial, di mana tingkah laku 

yaitu perpaduan antara motif -motif yang tidak 

disadari, fungsi belajar sosial, dan pengaruh situasi.  

Contohnya, pelatih yang mengikut pelatihan/sekolah 

pelatihan akan berbeda cara pandang dan berpikirnya 

dengan pelatih yang hanya berdasar pengalaman saja. 

Dalam olahraga pun kecemasan seorang atlet 

yang sering bertanding jauh lebih kecil dibandingkan 

dengan atlet yang baru pertama kali bertanding, 

sebab atlet yang sering bertanding belajar dari 

pengalamannya sehingga dia dapat mengatasi 

kecemasannya. 

 

D. F AKTOR-F AKTOR YANG MEMENGARUHI 

KEPRIBADIAN 

Kepribadian sebagai sesuatu yang multikompleks 

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : 

 

 

1. F aktor yang bersif at genetik/ keturunan (heriditer). 

 

Faktor fisik masih berkaitan dengan keturunan, meliputi 

struktur anatomis, fisiologis, fungsi otot, dan 

perkembangannya membantu pencapaian prestasi 

olahraga. contoh: , postur tubuh yang tinggi dan besar 

cocok untuk olahraga bolabasket dan bolavoli, postur 

tubuh besar (gemuk) cocok untuk olahraga gulat, dan lain 

sebagainya. 

 

4 . F aktor psiko-edukatif  (psycho educative). 

Berkaitan dengan kejiwaan manusia dalam perkembangan 

seseorang, baik dalam pendidikan formal, informal/non 

formal.  Selama proses pendidikan, diharapkan kebutuhan 

psikologis, sosiologis, dan biologis dapat terpenuhi. Jadi, 

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka 

kepribadiannya akan menuju ke arah yang lebih baik pula. 

 

5. F aktor spiritual (spiritual f actor). 

Berhubungan dengan sistem keyakinan hidup, keyakinan 

agama, dan moral. Contohnya, atlet akan lebih 

jujur dan sportif jika  m emiliki keyakinan diri yang kuat 

yang bersumber dari keyakinan hidup dan agamanya.  

 

E. PENELITIAN TENTANG PERSONALITY  DALAM 

OLAHRAGA 

Penelitian tentang “personality traits”  atau sifat -sifat 

kepribadian dalam olahraga dilakukan untuk lebih 

memahami kepribadian atlet sehingga dapat  

 

mempengaruhi cara individu mengartikan situasi dan 

bagaimana merespin situasi ini . Contohnya,  anak 

orang kaya dengan anak orang miskin akan sangat 

terlihat jelas perbedaan, walaupun secara keseluruhan 

anak orang kaya belum tentu semuanya sombong. 

c. Keluarga. Pengaruh keluarga yaitu salah satu 

fakt or lingkungan yang paling penting yang 

mempengaruhi profil keperibadian individu. Orang tua 

akan mempengaruhi perkembangan kepribadian 

anaknya melalui tiga cara yakni: (1) melalui perilaku 

yang ditampilkan orang tua, (2)  mempengaruhi 

anaknya sebagai model peran untuk proses identifikasi, 

dan (3) orang tua secara selektif memberikan 

penghargaan atas perilaku anak. Contoh, anak yang 

orang tuanya bercerai dapat mempengaruhi sikapnya 

menjadi pemberontak sebab  kurangnya kasih sayang. 

d. Teman sebaya. Pengalaman bergaul dalam kelompok 

semasa anak-anak dan remaja akan mempengaruhi 

perkembangan kepribadian sebab  anak memperoleh 

pengalaman yang berbeda di luar rumah dan sebab  

pengalaman yang diperoleh di dalam rumah tidak 

membuat anak sama. Oleh sebab itu, kembar identik 

atau dua anak yang berasal dari keluarga yang sama 

akan memiliki kepribadian yang berbeda. 

 

 

3. F aktor f isik (organo-biologic). 


4. Morgan (1980) meneliti tentang hubungan antara 

kepribadian dengan performa yang hasilnya memiliki 

hubungan yang signifikan.  

5. A. Graig Fisher (1984) meneliti tentang sifat harga diri 

atlet dan sensitif. Hasilnya atlet yang 

memiliki sifat harga diri yang rendah akan mudah 

menyerah dan kalah, sedang  atlet yang 

memiliki sifat s ensitif akan mudah cemas sehingga buruk 

dalam penampilan. 

6. Cox (1987) meneliti tentang perbandingan profil 

kepribadian atlet bolavoli wanita pada suatu 

kejuaraan bolavoli. Hasilnya yaitu  responden 

memiliki profil kepribadian yang mirip, kecuali 

perhatian terfokus.  

7. Apruebo (2005) meneliti tentang hubungan antara 

karakteristik kepribadian atlet dengan bukan 

atlet. hasilnya atlet menunjukkan sifat 

kepribadian yang kurang terbuka, kurang cerdas, emosi 

yang kurang stabil, kurang cermat, kurang menyenangi 

hal baru, lebih pencemas, dan lebih sering curiga 

dibandingkan dengan yang bukan atlet. 

Namun menunjukkan kesamaan beberapa sifat 

kepribadian seperti berpikir tenang, bersifat praktis, 

tidak terlalu dominan, sangat berani, emosional, dan 

sensitif.  

  

 

membuat prediksi kemungkinan tingkah laku dan 

penampilan atlet menghadapi situasi tertentu 

dalam pertandingan, dan untuk mencari bibit-bibit 

atlet berbakat dalam cabang olahraga tertentu 

untuk meraih prestasi maksimal (Sudibyo Setyobroto, 

2002: 35). Berikut beberapa penelitian tentang 

kepribadian dalam olahraga: 

1. Oglivie & T. Tutko (1967) meneliti tentang pola -pola 

kepribadian pada atlet top dan biasa. Hasilnya 

atlet top menunjukkan kemampuan lebih 

dalam mengatasi tekanan kompetisi, daya tahan psikis 

yang lebih besar, dan percaya diri lebih tinggi 

dibandingkan atlet biasa. 

2. Schurr, dkk (1977) meneliti tentang sifat atlet 

yang partisipasi dalam olahraga. Hasilnya atlet 

yang berpartisipasi dalam olahraga individual dan 

beregu menunjukkan sifat kepribadian yang lebih 

mandiri, lebih obyektif, dan lebih tenang.  

3. Schurr, Ashley, dan Joy (1979) meneliti tentang 

perbedaan dimensi kepribadian antara atlet 

olahraga individu dan beregu. Hasilnya atlet 

beregu mempunyai tingkat kecemasan rendah, lebih 

mandiri, lebih terbuka dan objektif, namun kurang 

sensitif dan imajinatif seperti atlet cabang 

olahraga individu. 

yang diperlukan dalam olahraga dapat dijadikan sasaran 

pembinaan mental, contoh:  melalui team building.  

 

G. INSTRUMEN PERSONALITY 

Salah satu instrumen/alat tes yang di gunakan untuk 

mengukur sif at-sifat kepribadian yang sering dipakai  

ahli psikologi yaitu  “the cattel 16 personality factor 

inventory (cattel 16 PF)” . M. Zein Permana (2017: 69 -70) 

mengemukakan bahwa sixteen personality factors 

questionnaire (16 PF) yaitu  instrumen yang mengukur 

aspek kepribadian individu yang dikembangkan oleh 

Raymond Cattell dan diterbitkan pertama kali pada tahun 

1946. Melalui metode faktor analisa  Cattell percaya 

bahwa dimensi-dimensi dasar dari kepribadian dapat 

ditemukan dan lalu  diukur. 16 PF tidak hanya terdir i 

atas primary traits, namun  juga global traits. Hal yang 

membedakan antara keduanya yaitu  informasi yang 

diberikan masing-masing traits. Global traits berisi 

informasi mengenai kepribadian individu secara garis 

besar. Sementara itu, primary traits memberi informasi 

mengenai kekayaan dan keunikan dari individu ini  

secara detail. Primary traits inilah yang menjelaskan ciri 

dari individu ini  sehingga membedakannya dengan 

individu lain. Primary traits tergabung dalam primary 

scales dan global traits berada dalam global scales. 

Adapun traits yang ada  dalam masing-masing scales 

ini antara lain:  

  

 

F . TEORI SIKAP DALAM KEPRIBADIAN 

Individu tidak hanya sekedar berbuat atau bertindak, apa 

yang diperbuat sebagian besar dilakukan dengan sadar, 

dan kesadaran yaitu salah satu faktor penentu 

perbuatan. Kesadaran dalam melakukan suatu tindakan 

dilakukan berulang-ulang. Sebagian besar perbuatan 

dilandasi kesediaan psikologis untuk mereaksi keadaan 

yang disebut sikap (attitude). Adapun ciri-ciri sikap 

meliputi: (1) sikap bukan bawaan, (2) dapat berubah 

melalui pengalaman, (3) yaitu organisasi keyakinan-

keyakinan, (4) yaitu kesiapan  untuk mereaksi, (5) 

relatif bersifat tetap, (6) hanya cocok untuk situasi 

tertentu/dapat berubah, (7) selalu berhubungan dengan 

obyek/subyek  tertentu, (8) yaitu penilaian dan 

penafsiran terhadap sesuatu, (9) bervariasi dalam kualitas 

dan intensitas, dan (10) mengandung komponen kognitif, 

afektif, dan konatif.  

Tindakan yang dilakukan seseorang berasal dari 

sikap yang dipengaruhi oleh persepsi (faktor internal dan 

eksternal). Artinya, sikap yaitu faktor yang 

terbentuk dan berkembang melalui faktor i nternal dalam 

diri individu (sifat, motif, pemikiran, dan perasaan), serta 

faktor eksternal (pengalaman, situasi sekitar, pengetahuan, 

dan hambatan).  

berdasar hal di atas, jelas bahwa sikap dapat 

berubah jika dipengaruhi, dan dibina untuk dikembangkan 

dalam berbagai bidang, termasuk olahraga. Sikap-sikap 


dan “rendah”. Walaupun demikian b ukan berarti semua 

yang tinggi berarti bagus dan rendah berarti buruk. 

Berikut ini faktor utama yang memiliki pengaruh terhadap 

tinggi rendahnya faktor global (M. 

 

 


Alat tes atau instrumen 16 PF terdiri atas 185 soal. Psikolog 

dapat melihat kepribadian seseorang dalam berbagai 

situasi dan mengetahui penyebab dasar atau motivasinya. 

Dalam faktor global ada  dua kutub yakni “tinggi” 


Faktor  Skor rendah Skor tinggi 

N Jujur, berterus 

terang, blak-blakan, 

rendah hati, ikhlas, 

janggal, kikuk 

Lihai, cerdik, halus budi 

bahasanya, memiliki 

kesadaran sosial 

O Yakin akan dirinya, 

tenang, aman, puas 

dengan diri sendiri, 

tentram 

Khawatir, gelisah, 

menyalahkan diri 

sendiri, tidak aman, 

cemas, memiliki 

kesukaran 

Q1  Konservatif, kuno, 

tradisional 

Liberal, suka hal-hal 

baru, berpikir bebas, 

radikalisme 

Q2  Ketergantungan 

pada kelompok, 

pengikut, taat pada 

kelompok 

Kecukupan diri, banyak 

akal, mengambil 

keputusan sendiri 

 

Q3  Lalai, lemah, 

membolehkan, 

sembrono, 

kelemahan integrasi 

dari self sentimen  

Bisa mengendalikan 

diri, suka mengikuti 

aturan, komplusif  

Q4  Santai, tenang, 

lamban, tidak 

frustasi, penyabar, 

ketegangan energi 

yang rendah 

Tegang, frustasi, mudah 

tersinggung, lelah, 

ketegangan energi yang 

tinggi 

 

 

 

Faktor  Skor rendah Skor tinggi 

F  Seadanya, 

sederhana, pendiam, 

serius, tenang, tidak 

bergelora 

Tidak kenal susah, suka 

bersenang-senang, 

antusias, menggelora 

G Bijaksana, 

mengabaikan 

aturan-aturan, 

mengabaikan 

superego 

Teliti, gigih, tekun, 

bermoral, tenang, 

serius, superego yang 

kuat 

H Pemalu, takut-takut, 

peka terhadap 

ancaman-ancaman 

Suka bertualang, 

berani, tidak malu-

malu, secara sosial 

berani, tegas, hebat 

 

I Keras hati, percaya 

diri, realistik 

Lembut hati, peka, 

independen, terlalu 

dilindungi 

L Menaruh 

kepercayaan kepada 

orang lain, 

menerima semua 

keadaan 

Syakwasyangka pada 

orang lain, sukar untuk 

bertindak bodoh 

M Praktikal, berkenan 

pada hal-hal yang 

sederhana, biasa, 

dan bersahaja 

Imajinatif, hidup bebas 

(bohemian), pelupa, 

suka melamun, linglung 


Secara singkat, kepribadian (personality) yang diukur 

antara lain keterbukaan, intelegensi, sifat merendahkan 

diri, ketenangan dan kelincahan, kecenderungan berpikir 

dan merasa, mudah percaya atau curiga, konservatif atau 

suka bereksperimen, relaks atau tegang, mudah 

terpengaruh perasaan atau memiliki stabilitas emosional, 

kecerdikan dan ketelitian, sifat pemalu atau berani, tenang 

atau mudah khawatir, sifat tergantung pada kelompok 

atau mandiri. Akan namun , kepribadian (personality) yang 

perlu diperhatikan untuk cabang olahraga yang satu 

dengan yang lainnya tidak selalu sama. 

1. Menurut Sudibyo Setyobroto (2002: 84) arousal yaitu  

hal yang tidak dapat dielakkan seperti timbulnya 

ketegangan fisik/ tension dan stres.  

2. Menurut Weinberg & Gould (2003: 78) arousal 

yaitu perpaduan antara aktivitas fisiologis dan 

psikologis dalam diri seseorang, dan mengacu pada 

intensitas motivasi pada saat tertentu.  

3. Menurut Barker, et al. (2007: 16) arousal is referred to 

as a physiological state of alertness and anticipation 

that prepares the body for action. Artinya, arousal 

disebut sebagai keadaan kesiap-siagaan fisiologis dan 

antisipasi yang mempersiapkan tubuh untuk beraksi. 

4. Gledhill, Adam, et al. (2007: 95) arousal yaitu  

keadaan fisiologis berupa kewaspadaan dan antisipasi 

yang mempersiapkan tubuh untuk beraksi. 

5. Menurut Yusuf Hidayat (2008: 270) arousal yaitu  

ketegangan yang harus ada dalam diri atlet 

menjelang pertandingan yang berfungsi sebagai 

kesiapan mental dalam menghadapi pertandingan. 

6. Menurut Husdarta (2010: 81) arousal yaitu gejala 

psikologis yang menunjukkan adanya pengerahan 

peningkatan aktivitas psikis. 

7. Menurut Cox (1985) dalam Husdarta (2010: 81) 

Arousal yaitu peningkatan aktivitas sistem syaraf 

simpatetis yang menunjukkan peningkatan aktivitas 

fisiologis dan tidak dapat dipakai  untuk 

menunjukkan keadaan emosional tertentu, baik pada 

 


 

A. DEF INISI AROUSAL   

Olahraga yaitu  sebuah yang ditinjau dari berbagai 

dimensi. Selain dimensi fisik olahraga juga mengkaji 

dimensi psikis. Dimensi psikis atau jiwa dalam aktivitas 

jasmani dan olahraga yaitu bagian terpenting dalam 

penampilan atlet. Beberapa keadaan psikologis 

yang terjadi pada atlet sangatlah kompleks. 

Kompleksitas tubuh dalam menghadapi respon dan 

tekanan yaitu kondisi yang sering terjadi dalam 

aktivitas jasmani dan olahraga.         

Para atlet butuh untuk belajar mengontrol 

arousal, harus bisa mengatasi kondisi ketika merasa lesu 

dan terpuruk (down) yang diakibatkan sebab  rasa cemas 

atau nervous. Arousal yang dirasakan oleh atlet 

harus dalam porsi yang cukup yakni pada titik yang 

menunjukkan kegairahan yang tidak berlebihan atau 

sebaliknya tidak kurang susaha  penampilan menjadi 

optimal. Jika arousal tidak berada pada porsi yang tepat, 

maka penampilan atlet menjadi buruk. namun  

arousal yang terlalu berlebihan juga akan meningkatkan 

ketegangan dan kecemasan. Untuk mengatasi ini  , 

maka perlu mencari teknik-teknik pendekatan yang tepat 

dan disesuaikan dengan kepribadian masing-masing 

atlet. Berikut ini beberapa definisi arousal. 

Selanjutnya, untuk mengukur arousal, para psikolog 

melihat pada perubahan dalam tanda-tanda psikologis 

seperti: detak jantung, pernafasan, keadaan kulit ( 

direkam dengan sebuah ukuran tegangan), dan biokimia 

(dipakai  untuk menilai perubahan zat-zat seperti 

katekolamina). Para psikolog juga melihat pada 

bagaimana orang-orang mengukur tingkat kegairahan 

dengan sebuah set (seri-seri), pernyataan (seperti “My 

heart is pumping”, I fell Peppy” ), memakai skala 

numerik yang bergerak dari rendah ke tinggi. Skala-skala 

ini mengacu pada “s elf –  report measures”.  

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk 

menurunkan arousal yang terjadi pada atlet 

meliputi:  

1. menarik napas dalam-dalam lalu  dikeluarkan 

secara perlahan dan teratur. 

2. memperpanjang waktu dengan menjauhi lawan 

(mengatur tempo permainan). 

3. memusatkan pada teknik terbaik yang dapat 

menghasilkan angka.  

4. jangan memikirkan menang atau kalah. 

 

B. TEORI DASAR HUBUNGAN AROUSAL DENGAN 

PENAMPILAN atlet 

Teori dasar mengenai hubungan arousal dengan 

penampilan atlet ada dua yakni teori inverted U 

dan teori drive. 

 

 

40 

 

saat orang menghadapi kegembiraan atau kesenangan 

maupun ketakutan dan ketegangan, semuanya akan 

menyebabkan timbulnya arousal. 

berdasar penjelasan di atas dapat disimpulkan 

bahwa arousal yaitu  peningkatan aktivitas fisiologis, 

psikis, dan sistem syaraf simpatetis yang tidak dapat 

dielakkan yang mendasari kesiapan individu untuk 

berperilaku, bereaksi, berpikir, dan bergerak. 

Adapun ciri-ciri individu yang mengalami arousal 

dapat dilihat secara fisiologis dan psikis seperti berikut ini.  

Tabel 4.1.  

Ciri -ciri arousal 

Fisiologis  Psikis 

1. otot sangat tegang dan 

kaku 

2. denyut jantung cepat 

3. napas tidak teratur 

4. tekanan darah meningkat 

5. sulit memperhatikan dan 

konsentrasi sehingga 

semua yang dilihat 

tampak cepat 

6. tidak dapat berpikir 

jernih dan cermat 

7. perhatian dan pandangan 

hanya pada satu hal 

tertentu, 

1. rasa takut dan 

cemas memuncak 

2. merasa cepat lelah 

3. pikiran negatif dan 

memarahi diri 

sendiri 

4. kontrol emosi 

menurun.  

 

 bahwa teori drive 

menyatakan bahwa semakin tinggi arousal maka 

penampilan akan semakin tinggi pula, sedang  teori 

inverted U menyatakan arousal yang rendah atau tinggi 

akan menurunkan penampilan, dan arousal yang sedang 

akan meningkatkan penampilan. 

 

C . INSTRUMEN AROUSAL  

berdasar pemaparan di atas, maka penulis membuat 

suatu kisi-kisi instrumen angket/kuesioner tentang arousal 


1. Teori inverted U 

Teori inverted U yaitu  teori yang meliputi berbagai sub 

teori yang menjelaskan mengapa saling berhubungan 

antara arousal dengan penampilan berbentuk persamaan 

kuadrat. Menurut teori inverted U, baik arousal tingkat 

rendah maupun tinggi tidak akan menghasilkan 

penampilan setinggi-tingginya. Tingkat arousal yang 

sedang umumnya akan memberikan kemungkinan lebih 

besar untuk memperoleh penampilan puncak atau peak 

performance.  

 

2. Teori drive 

Teori drive yaitu teori multi dimensional mengenai 

penampilan dan proses belajar. Teori drive membentuk 

garis hubungan linier. Hubungan antara arousal dan 

penampilan atlet digambarkan sebagai garis lurus 

(linier) sehingga seolah-olah ada hubungan positif an tara 

arousal dengan peningkatan penampilan atlet 

secara terus menerus.  

 

Saat ini, para ahli cenderung lebih setuju dengan 

teori inverted U dibandingkan dengan teori drive sebab  

pada suatu saat akan ada batasnya di mana garis 

hubungan korelasi positif akan berhenti dan menurun. 


kognitif dan/somatik terhadap situasi olahraga yang 

kompetitif sebagai kelengkapan evaluasi kinerja atlet.  

2. MenurutAnshel (1997) dalam  Monty P. Satiadarma 

(2000: 95) anxiety  yaitu  reaksi emosi terhadap suatu 

kondisi yang dipersepsi mengancam. 

3. Menurut Dadang Hawari (2001: 18) kecemasan yaitu  

gangguan alam perasaan (affective)  yang ditandai 

dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang 

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami 

gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih 

tetap utuh (tidak mengalami keretakan 

kepribadian/ splitting of personality , perilaku dapat 

terganggu namun  masih dalam batas-batas normal.  

4. Menurut Saparinah dan Sumarno Markum dalam 

Sudibyo Setyobroto (2002: 86) anxiety  yaitu  suatu 

perasaan tak berdaya, perasaan tak aman, tanpa sebab 

yang jelas. 

5. Menurut Weinberg & Gould (2003: 79) anxiety  yaitu  

keadaan emosi negatif yang ditandai dengan gugup, 

khawatir, dan ketakutan dan terkait dengan aktivasi 

atau kegairahan pada tubuh.   

6. Menurut Barker, et al. (2007: 330)  anxiety sering 

disebut sebagai keadaan emosional negatif yang 

ditandai atau dikaitkan dengan, perasaan gugup, cemas 

atau khawatir 

 


 

A. DEF INISI ANX IETY 

Anxiety  sebagai salah satu kajian psikologis yang unik dan 

menarik yang terjadi pada atlet. Pentingnya 

anxiety dan faktor emosional serta kepribadian lainnya 

dalam kompetisi olahraga telah diakui selama bertahun-

tahun (Hackfort & Spielberger, 1989: 3). Kejadian-kejadian 

yang penting sebelum, saat, dan akhir pertandingan dalam 

olahraga sangat dipengaruhi oleh tingkatan anxiety  dari 

pelaku olahraga, baik atlet, pelatih, wasit, 

maupun penonton. Perasaan cemas diakibatkan sebab  

bayangan sebelum pertandingan dan saat pertandingan, 

ini   terjadi sebab  adanya tekanan-tekanan secara 

kejiwaan pada saat bermain dan sifat kompetisi olahraga 

yang didalamnya penuh dengan perubahan dari keadaan 

permainan ataupun kondisi alam yang membuat 

menurunnya kepercayaan diri dari penampilan. 

Setiap orang yang normal pasti mengalami anxiety.  

Anxiety  dapat timbul kapan saja, salah satu penyebab 

terjadinya anxiety  yaitu  ketegangan yang berlebihan dan 

berlangsung lama. Anxiety  sebagai reaksi emosional 

terhadap stimulus dianggap berbahaya (Hanin, 2000: 93). 

Berikut ini beberapa definisi anxiety  (kecemasan). 

1. Menurut Leitenberg (1990: 421) anxiety yaitu 

kecenderungan belajar untuk menanggapi kecemasan 


menghalangi seseorang menyelesaikan masalah ini  

secara optimal. sedang  sisi emosi kecemasan yaitu  

gejala-gejala fisiologik yang menyertai seperti berkeringat, 

detak jantung meningkat, dan tekanan darah yang 

meninggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen 

kecemasan terdiri atas dua komponen yakni kecemasan 

kognitif (pikiran) dan somatik (gejala fisiologik)  

Anxiety  akan makin memuncak pada usia 20-an 

sebab  periode umur ini yaitu  tahun-tahun yang paling 

produktif dalam karier seorang atlet, lalu  

pada usia 30-an anxiety  akan cenderung menurun, dan 

anxiety  akan mulai naik kembali ketika memasuki usia 60 

tahun. Oleh sebab itu, semakin penting untuk 

memberikan latihan-latihan untuk mengatasi anxiety  pada 

atlet usia 20-an. 

 

B. JENIS-JENIS ANX IETY 

berdasar jenis-jenisnya, anxiety  dibagi menjadi dua 

macam yaitu state anxiety  dan trait anxiety . 

 

a. State anx iety 

State anxiety yaitu  keadaan emosional yang terjadi 

mendadak/pada waktu tertentu yang ditandai dengan 

kecemasan, takut, tegang, dan biasanya kecemasan ini 

terjadi saat menjelang pertandingan,kecemasan lainnya 

yang terjadi pada atlet biasanya takut gagal 

dalam pertandingan, takut akan akibat sosial atas kualitas 

 

 

48 

 

7. Menurut Straub dalam Husdarta (2010: 80) Kecemasan  

yaitu  reaksi situasional terhadap berbagai rangsang 

stress. 

8. Menurut Kenny (2011: 33) anxiety yaitu  emosi 

universal, terkadang sulit untuk membedakan antara 

kecemasan normal atau gangguan kecemasan. 

berdasar beberapa pendapat di atas, dapat 

disimpulkan bahwa anxiety yaitu  salah satu gejala 

mental yang identik dengan perasaan negatif.   

Ketegangan dan kecemasan saling terkait dan selalu 

muncul dalam kegiatan olahraga. Ketegangan yang 

dialami oleh setiap individu akan berbeda-beda, ini  

disebabkan oleh perbedaan pengalaman, kepekaan, dan 

cara menanggapi situasi. Dampak dari ketegangan 

terhadap penampilan keterampilan gerak pada 

atlet antara lain menimbulkan kecemasan, emosi, 

ketegangan pada otot, kelentukan, dan koordinasi.  

Kecemasan memiliki dua komponen yaitu terdiri 

dari kecemasan kognitif (cognitive anxiety) yang ditandai 

dengan rasa gelisah dan ketakutan akan sesuatu yang akan 

terjadi, sedang  yang kedua yaitu  kecemasan somatik 

(somatic anxiety)  yang ditandai dengan ukuran keadaan 

fisik seseorang.  Diperkuat oleh Harry Puspito (2010: 7) 

yang menyatakan bahwa teori kecemasan ada dua 

komponen yakni khawatir dan emosional. Khawatir 

yaitu  bicara diri yang negatif yang sering mencegah 

pikiran fokus pada masalah yang dihadapi sehingga 

ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 4948

 

 

51 

 

mengeluh, khawatir berlebihan terhadap penyakit, mudah 

tersinggung, suka membesar-besarkan masalah kecil 

(dramatisasi), sering bimbang dan ragu dalam mengambil 

keputusan, sering histeris saat emosi (Dadang Hawari, 

2001: 65-66). 

 

C . SUMBER ANIEX TY 

1. Sumber dari dalam 

a. atlet terlalu terpaku pada kemampuan 

teknisnya. Akibatnya didominasi oleh pikiran-pikiran 

yang terlalu membebani, seperti komitmen yang 

berlebihan bahwa harus bermain sangat baik. 

b. Muncul pikiran-pikiran negatif, seperti ketakutan akan 

dicemooh oleh penonton jika tidak memperlihatkan 

penampilan yang baik. 

c. Alam pikiran atlet akan sangat dipengaruhi 

oleh kepuasan yang secara subjektif dirasakan di dalam 

dirinya. Pada atlet akan muncul perasaan 

khawatir akan tidak mampu memenuhi keinginan pihak 

luar sehingga menimbulkan ketegangan baru. 

 

2. Sumber dari luar 

a. Munculnya berbagai rangsangan yang membingungkan 

rangsangan ini  dapat berupa tuntutan/harapan 

dari luar yang menimbulkan keraguan pada 

atlet untuk mengikuti ini   atau sulit 

dipenuhi. Keadaan ini menyebabkan atlet 

 

 

50 

 

prestasinya, takut cedera atau hal lain menimpa dirinya, 

takut terhadap agresi fisik baik oleh lawan maupun 

dirinya, dan takut bahwa kondisi fisiknya tidak akan 

mampu menyelesaikan tugasnya atau pertandingannya 

dengan baik. 

Beberapa alat evaluasi state anxiety  yaitu  

spielberger state anxiety inventory  (SSAI) yang diciptakan 

oleh Spielberger dan kawan-kawan pada tahun 1970. 

Format lain dari alat tes ini yaitu  competitive state 

anxiety inventory (CSAI).  

 

b. Trait anx iety 

Trait anxiety yaitu  rasa cemas yang yaitu sifat 

pribadi/bawaan (sifat pencemas). Menurut Singgih D. 

Gunarsa (2008: 74) trait anxiety  yaitu  suatu predisposisi 

untuk mempersepsikan situasi lingkungan yang 

mengancam dirinya. Seorang atlet pada dasarnya 

memiliki trait anxiety  maka manifestai kecemasannya akan 

selalu berlebihan dan mendominasi aspek psikisnya. Hal 

ini yaitu kendala yang serius bagi atlet 

ini  untuk dapat bernampilan baik. 

Berikut tipe kepribadian pencemas antara lain: 

cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang, was-

was/khawatir, kurang percaya diri, gugup/demam 

panggung, sering merasa tidak bersalah dan menyalahkan 

orang lain, tidak mudah mengalah atau ‘ngotot’, gerakan 

sering serba salah, tidak tenang dan gelisah, sering 

ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 5150

 

 

53 

 

e. Hal-hal non teknis seperti kondisi lapangan, cuaca yang 

tidak bersahabat, angin yang bertiup terlalu kencang, 

atau peralatan yang dirasakan tidak memadai. 

 

D. GEJALA ANX IETY 

Anxiety  berpengaruh terhadap diri seseorang baik berupa 

gangguan fisiologis dan non fisiologis. Beberapa ahli 

menjelaskan bahwa kecemasan mengakibatkan gangguan. 

Gejala anxiety  bermacam-macam dan kompleksitas namun  

dapat dikenali. Berikut gejala-gejala jika  atlet 

mengalami anxiety yang dilihat dari ciri-ciri cognitive 

anxiety dan somatic anxiety.  

1. Gejala cognitive anxiety, meliputi: (1) Individu 

cenderung terus menerus merasa khawatir akan 

keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya/orang 

lain yang dikenalnya dengan baik, (2) Biasanya 

cenderung tidak sabar, (3) Mudah tersinggung, (4) 

Sering mengeluh contoh:  sakit pada persendian, otot 

kaku, merasa cepa lelah, tidak mampu rileks, (5) Sulit 

berkonsentrasi, (6) Sering terkejut, dan (7) Mudah 

terganggu tidurnya atau mengalami kesulitan tidur. 

2. Gejala somatic anxiety, meliputi: (1) Sering berkeringat 

berlebihan walaupun udara tidak panas dan bukan 

sesudah  berolahraga, (2) Jantung berdegup 

cepat/percepatan nadi dan detak jantung, (3) T angan 

dan kaki terasa dingin, (4) M engalami gangguan 

pencernaan, (5) Mulutdan tenggorokan terasa kering, 

 

 

52 

 

mengalami kebingungan untuk menentukan 

penampilannya, bahkan kehilangan kepercayaan diri. 

b. Pengaruh massa. Dalam pertandingan apa pun, emosi 

massa sering berpengaruh besar terhadap penampilan 

atlet, terutama jika pertandingan ini  

sangat ketat dan menegangkan.atlet sepakbola 

yang bertanding di lapangan biasa tingkat 

kecemasannya akan lebih kecil dibandingkan dengan 

atlet yang bertanding di stadion Gelora Bung 

Karno dengan jumlah penonton yang ribuan. 

c. Saingan-saingan lain yang bukan lawan tandingnya. 

Seorang atlet menjadi sedemikian tegang 

ketika menghadapi kenyataan bahwa mengalami 

kesulitan untuk bermain sehingga menjadi terdesak. 

contoh: , dalam suatu tim Bolabasket, Andi yaitu  

pemain andalan dalam tim dan top score, ketika Bayu 

mendapatkan bola dan berkesempatan untuk mencetak 

angka, kecemasannya akan muncul sebab  takut tidak 

menghasilkan poin. Sehingga bola ini  diberikan 

kepada Andi. 

d. Pelatih yang memperlihatkan sikap tidak mau 

memahami bahwa telah berusaha  sebaik-baiknya, 

pelatih sering menyalahkan atau mencemooh 

atletnya yang sebenarnya dapat mengguncang 

kepribadian atlet ini . 

ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 5352

 

 

55 

 

1. memakai obat-obatan tergolong anti-anxiety 

drugs bagi atlet yang memiliki trait anxiety . 

pemakaian  obat ini harus sesuai dengan petunjuk 

seorang dokter ahli. 

2. memakai simulasi yaitu membuat suatu keadaan 

seolah-olah sama dengan kondisi pertandingan yang 

sesungguhnya. namun  cara ini sulit dilakukan pada 

olahraga individu. contoh: , sparing partner yang 

dilakukan oleh sebuah tim sebelum mereka 

berkompetisi. 

3. memakai metode meditasi yaitu metode relaksasi 

sederhana sampai pada visualisasi untuk mengubah 

sikap. Keadaan relaks yaitu  keadaan saat seorang 

atlet berada dalam kondisi emosi yang tenang 

yaitu tidak bergelora/tegang, artinya merendahnya 

gairah untuk bermain melainkan dapat diatur atau 

dikendalikan dengan teori U-terbalik. Untuk mencapai 

keadaan ini , diperlukan teknik-teknik tertentu 

melalui berbagai prosedur, baik aktif maupun pasif. 

Prosedur aktif artinya kegiatan dilakukan sendiri secara 

aktif, sedang  prosedur pasif berarti seseorang dapat 

mengendalikan munculnya emosi yang bergelora, atau 

dikenal sebagai latihan autogenik. Latihan relaksasi 

mengurangi reaksi emosi yang bergelora baik pada 

sistem saraf pusat maupun sistem saraf otonom. Latihan 

ini dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat. 

Metode ini juga melakukan focusing  yaitu belajar untuk 

 

 

54 

 

(6) Tampak pucat, (7)S ering buang air kecil melebihi 

batas kewajaran, (8) Gemetar, (9) Berpeluh dingin, (10) 

Membesarnya pupil mata, (11) Sesak nafas, (12) Mual, 

muntah, murus atau diare, dan (13) Kadang disertai 

gerakan wajah/anggota tubuh dengan intensitas dan 

frekuensi berlebihan, contoh:  pada saat duduk 

menggoyangkan kaki atau meregangkan leher secara 

terus menerus. 

 

E. C ARA MENANGANI ANX IETY 

Anxiety  yang berlebihan pada atlet dapat 

menimbulkan gangguan dalam perasaan yang kurang 

menyenangkan, sehingga kondisi psikfisik atlet 

berada dalam keadaan yang kurang/tidak seimbang. 

Adanya gangguan anxiety  yang kompleks pada 

atlet dapat membuat keadaan menjadi lebih 

buruk sebab  fokus perhatian atlet menjadi 

terpecah-pecah pada saat yang bersamaan. Akibatnya, 

atlet terpaksa memfokuskan energi psikofisiknya 

untuk mengembalikan kembali kondisinya keadaan yang 

seimbang dan konsentrasi atlet untuk menghadapi 

lawan menjadi berkurang. pemakaian  energi secara 

berlebihan dapat menyebabkan atlet dengan 

cepat mengalami kelelahan, sehingga kondisinya dengan 

cepat akan menurun dan penampilannya menjadi buruk. 

Menurut Singgih D. Gunarsa, dkk (1996: 43 -44) 

anxiety  dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain: 

ANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGAANXIETY (KECEMASAN) DALAM OLAHRAGA 5554

 

 

57 

 

5. Mengalihkan perhatian jika menjadi tak berdaya sebab  

cemas, contoh:  menelepon teman, mendengarkan 

musik, dan berdoa. 

6. Kembangkan kemampuan berpikir secara visual 

sehingga mampu menggambarkan solusi bagi masalah 

yang dihadapi sebab  visualisasi akan bekerja pada 

tingkat spiritual dan teknik berpikir dengan gambarnya 

akan bekerja pada diri kita. 

berdasar dua pendapat di atas, maka dapat 

disimpulkan bahwa cara menangani anxiety  meliputi: 

1. Terapi pendekatan kognitif, yakni dengan cara berpikir 

positif, memotivasi diri, melakukan teknik pernapasan.  

2. Melakukan simulasi dan mengulang kejadian yang 

membuat diri merasa anxiety.  

3. memakai obat-obatan khusus untuk trait anxiety , 

seperti obat antidepressant, antianxiety, dan beta 

blocker. 

4. Melakukan olahraga yang dapat mengelola anxiety 

(yoga) dan tidur yang cukup 

5. Mengalihkan perhatian sejenak.  

Metode yang dipakai  akan dapat dirasakan 

hasilnya sesudah  melewati suatu jangka waktu/periode 

tertentu. namun , usaha untuk mengatasi anxiety  harus 

dilakukan sedini mungkin sebab makin lama anxiety  

berlangsung maka makin terganggu atlet dalam 

pertandingan. 

 

 

mengendalikan kondisi psikofisik untuk dapat 

memusatkan perhatian sehingga seluruh energi terarah 

pada satu sasaran tertentu. 

4. memakai pendekatan kognitif melalui kons eling 

yaitu atelt dibantu untuk lebih menyadari akan 

kemampuan dirinya (motivasi verbal), belajar berpikir 

positif, m engerti makna dan usaha, dan belajar 

menerima keadaan yang harus dihadapinya. 

Diperkuat oleh Femi Olivia (2009:7 -10) yang 

menyebutkan cara mudah untuk mengatasi anxiety 

sebagai berikut. 

1. Cognitive behavior therapy  mengajarkan teknik 

pernapasan dan teknik relaksasi serta manajemen 

pemikiran untuk membantu mengendalikan pemikiran 

dan perilaku cemas. 

2. Eye movement desensitization and reprocessing, 

dipakai  untuk orang-orang yang menderita panic 

disorder dan social anxiety . Teknik psikoterapi ini 

membantu proses ulang kejadian-kejadian traumatis 

sehingga orang ini  dapat menghadapinya secara 

tenang. 

3. Obat resep seperti antidepressant, antianxiety, dan beta 

blocker juga dapat mengendalikan gejala fisik dan 

mental. 

4. Mulai dengan dasar dan coba mengelola stres, 

mempertahankan diet sehat, olahraga secara teratur, 

dan mendapatkan kecukupan tidur.  


 

F . HUBUNGAN ANTARA KEGAIRAHAN (AROUSAL) 

DAN KEC EMASAN (ANX IETY) TERHADAP 

PENAMPILAN 

Secara sederhana, anxiety  memberi pengaruh yang cukup 

besar terhadap penampilan seorang atlet. 

Menurut teori hipotesis U-terbalik maka penampilan 

seorang atlet akan semakin bagus saat tingkat 

kecemasan mulaimeningkat. Namun, saat tingkat 

kecemasan mulai naik dan terus naik, kecenderungan 

penampilan akan menurun. 

Namun, tingkat kecemasan antara atlet 

yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada beberapa hal 

 

 

Gelanggang kompetisi olahraga memiliki pengaruh 

terhadap anxiety . Proses yang berlangsung selama 

kompetisi yaitu proses anxiety  yang terjadi dalam 

diri individu sebagai akibat dari situasi kompetisi yang 

sebenarnya. atlet yang tampil pada kompetisi 

olahraga tingkat tinggi secara umum menunjukkankan 

tingkat anxiety  yang lebih tinggi dari pada atlet 

pada kompetisi yang lebih rendah. Selanjutnya, hubungan 

antara anxiety  dengan ambisi terhadap prestasi 

 

Hubungan antara anxiety  dengan pertandingan pada 

umumnya antara lain sebagai berikut: (1) pada umumnya 

anxiety  meningkat sebelum pertandingan yang disebabkan 

oleh bayangan akan beratnya tugas dan pertandingan 

yang akan datang, (2) selama pertandingan berlangsung 

tingkat anxiety mulai menurun sebab  sudah mulai 


yang membedakan tingkat kecemasan atlet antara 

lain:  

a. Pengalaman. atlet yang lebih berpengalaman 

terbukti memiliki level kecemasan yang lebih rendah 

dibandingkan dengan atlet yang masih amatir. 

b. Situasi dan kondisi kompetisi. Kompetisi yang levelnya 

lebih tinggi cenderung menyebabkan meningkatnya 

tingkat kecemasan bagi seseorang. Sebagai contoh, level 

kejuaraan dunia ternyata lebih cemas dibanding dengan 

kejurnas. 

c. Tingkat kepercayaan diri seorang pemain. Pemain yang 

secara alamiah mempunyai tingkat kepercayaan diri 

tinggi memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah 

dibandingkan dengan atlet yang rasa percaya 

dirinya rendah. Jenis olahraga juga memberi 

sumbangan terhadap tingkat kecemasan. Olahraga yang 

bersifat individual menciptakan tekanan yang lebih 

besar dibandingkan dengan cabang olahraga tim. 

d. Jenis kelamin. Menurut beberapa penelitian, 

atlet perempuan lebih cenderung mempunyai 

tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan 

dengan atlet laki-laki. 

 

G. INSTRUMEN ANX IETY 

berdasar pemaparan di atas, maka penulis 

membuat suatu kisi-kisi instrumen angket/kuesioner 

tentang anxiety seperti berikut ini. 


A. DEF INISI AGRESI 

Dewasa ini sering dijumpai suatu tindakan-tindakan yang 

kurang terpuji dari berbagai kalangan olahraga. Sering kali 

yang diberitakan yaitu  kerusuhan dalam pertandingan 

sepakbola. Mulai dari pemain dengan pemain, pemain 

dengan wasit, pemain dengan supporter, hingga supporter 

dengan supporter. Hampir setiap ada penyelengaraan 

pertandingan sepakbola, di situ pula terjadi kerusuhan. 

Kerusuhan dalam sepakbola yaitu  salah satu contoh yang 

menggambarkan tindak kekerasan dalam olahraga. Berikut 

ini beberapa definisi agresi  dan agresivitas. 

1. Weinberg dan Gould (2003: 512) mengartikan agresi 

yaitu  perilaku yang diarahkan menuju tujuan 

merugikan atau melukai orang lain. Agresivitas tidak 

diartikan sebagai bentuk serangan yang kejam namun  

dikaitkan erat dengan ciri khas olahraga itu sendiri 

contoh:  olahraga bela diri yang membutuhkan sikap 

agresif.  

2. Minigh (2007: 103) Agresi dapat didefinisikan sebagai 

ancaman stimulus yang tidak menyenangkan, fisik, 

verbal, atau gestural dari seseorang untuk orang lain. 

3. Menurut Gunarsa (2008: 10) agresivitas tidak diartikan 

sebagai bentuk serangan yang kejam atau destruktif 

namun  dikaitkan erat dengan ciri khas olahraga itu 

 

 


 

diarahkan menuju tujuan merugikan atau melukai orang 

lain baik secara fisik atau psikis dalam pertandingan.   

Perilaku agresi dalam bentuk fisik atau psikis. Agresi 

dapat dilihat baik dan juga dapat dilihat sebagai hal 

buruk. Pemain-pemain agresif sangat di perlukan untuk 

dapat memenangkan pertandingan, seperti dalam 

sepakbola namun  sifat dan sikap agresif jika  tidak 

terkendali dapat menjurus pada tindakan-tindakan 

berbahaya, melukai lawan, melanggar peraturan, dan 

mengabaikan sportivitas. Biasanya agresi muncul terkait 

dengan amarah, benci, iri/cemburu, dendam, dan 

fanatisme  .  Kriteria agresi ada 4 yakni biasanya agresi berupa 

perilaku, melibatkan kerugian/cedera, sasaran yaitu  

orang lain, dan mempunyai maksud tertentu. 

 

B. MAC AM-MAC AM AGRESIV ITAS 

1. Hostile aggression  

Hostille aggresion yaitu  tindakan agresif yang disertai 

permusuhan dan dilakukan dengan perasaan marah dan 

bermaksud melukai/mencederaidan menyakiti orang lain 

atau lawan bertanding, contoh fisik pemain sepakbola 

yang men-tackle lawannya dengan sengaja, contoh psikis 

pemain mengucapkan kalimat/kata kotor kepada 

lawannya. Meskipun banyak atlet dan pelatih masih 

percaya bahwa agresi di lapangan mengarah pada kinerja 

yang lebih baik, penelitian tidak mendukung kepercayaan 

sendiri yaitu olahraga bela diri yang memang 

membutuhkan sikap agresi. 

4. Cashmore (2008: 18) menyatakan “in sport, 

aggressiveness is typically applauded and carries a 

positive connotation, unlike actual aggression, which is 

directed toward damaging others”. Artinya, dalam 

olahraga, agresivitas biasanya bertepuk tangan dan 

mengandung konotasi positif, tidak seperti agresi 

aktual, yang ditujukan untuk merusak orang lain. 

5. Menurut Yudi Santoso & Andreas Tri Winarto (2010: 

144) agre si yaitu  perilaku fisik atau verbal yang 

diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran 

agresi.  

6. Barlett, Gratton, & Rolf (2010: 38) aggression has been 

defined as behavior with the goal of harming or 

injuring another individual. Artinya, agresi didefinisikan 

sebagai perilaku dengan tujuan murigkan atau melukai 

orang lain. 

7. Gill, Williams, & Reifsteck (2017: 225) menyebutkan 

agresi umumnya didefinisikan sebagai perilaku yang 

cenderung merugikan orang lain yang tidak ingin 

dilukai. Agresi yaitu  perilaku. Ini bukan sikap, emosi, 

atau motif. Agresi itu disengaj a, bukan tidak disengaja. 

Tujuannya yaitu  untuk menyakiti orang lain yang 

ingin menghindari bahaya. 

berdasar pendapat di atas dapat ditarik suatu 

kesimpulan bahwa agresivitas yaitu  suatu tindakan yang 

Hostille aggresion yaitu tindakan menyakiti lawan 

secara fisik atau psikis yang melanggar peraturan, 

sedang  instrumental aggresion menyakiti lawan secara 

fisik dan psikis namun  masih dalam batas -batas kewajaran 

dan tidak melanggar baik peraturan permainan maupun 

pertandingan. 

 

C . TEORI AGRESIV ITAS 

1. Teori naluri (instict theory) 

Tindakan agresif dipandang sebagai dorongan yang 

dibawa sejak lahir (Freud, 1950; Husdarta, 2010: 77). 

berdasar pendapat ini , agresif tidak dapat 

dihindari namun  dorongannya dapat dikendalikan. 

Tindakan agresif sebagai dorongan naluri dapat disalu rkan 

dalam olahraga dan olahraga yaitu media 

pembebasan dorongan agresif yang disebut pembebasan 

katarsis (cathartic discharge). 

 

2. Teori agresi f rustasi (f rustation aggresion theory) 

Teori ini menyatakan bahwa frustasi selalu menyebabkan 

tindakan agresif dan sebaliknya keagresifan selalu 

disebabkan oleh frustasi. Tindakan agresif selalu 

yaitu konsekuensi tindak lanjut dari frustasi.  

 

3. Teori belajar sosial 

Teori ini berpandangan bahwa tindakan agresif yaitu  

sebuah respon atau perilaku yang dapat dipelajari, 

ini. Sebab,hostile aggression dapat menciptakan 

kemarahan dan arousal yang mengganggu perhatian dan 

performa/penampilan 

 

2. Instrumental aggresion 

Instrumental aggresion yaitu  perilaku agresif yang 

dijadikan sebagai alat untuk memenangkan pertandingan 

tanpa bermaksud melukai orang lain atau teman 

bertanding dan tidak melanggar peraturan pertandingan 

yang bertujuan untuk memperoleh kemenangan, uang, 

dan prestise. Contoh fisiknya pemain bolabasket yang 

melakukan pivot  dan sikunya mengenai lawan yang 

mencoba merebut bola,  contoh psikisnya mengganggu 

pemain yang melakukan free throw dengan kalimat “no 

point.”  

Kebanyakan agresivitas dalam olahraga yaitu  

instrumental aggresion, berikutcontoh lainnya:(1) Pada  

olahraga gulat, meremas bagian tulang rusuk lawan untuk 

menciptakan ketidaknyamanandan menjatuhkannya, dan 

(2) seorang pelatih basket yang memanggil atau meminta 

time out ketika pemain lawan pada daerah yang 

menguntungkan, ini  dilakukan sebagai usaha  yang 

menyebabkan ketidaknyamanan psikologis (kecemasan 

tim yang tinggi) dan kinerja yang buruk. 

Intinya, perbedaan antara hostille aggresion dan 

instrumental aggresion yaitu  terletak pada peraturan. 

agresivitasnya kurang terkontrol kemungkinan lebih besar 

melakukan tindakan kriminal kekerasan sebab  tidak 

bimbang melakukan kekerasan pada waktu marah. 

sedang  tipe kepribadian agresivitas yang selalu 

terkontrol dengan ketat menunjukkan adanya kontrol 

yang ekstrim kuat terhadap pengungkapan agresivitas 

dalam berbagai kondisi. 

Biasanya, perilaku agresivitas dipengaruhi oleh 

besarnya halangan/rintangan yang dihadapi individu, 

kualitas frustasi, kepuasan seseorang terhadap cita -citanya, 

dan kondisi lingkungan warga . Sehingga cara 

seseorang berperilaku agresif biasanya meniru apa yang 

dilakukan orang lain, dan vicarious process yakni seolah-

olah mengalami atau ikut terlibat di dalamnya, contoh:  

aktor yang berperan sebagai orang jahat dikehidupan 

nyata dianggap jahat. 

Tindakan agresif cenderung terjadi pada situasi 

yang tidak seimbang atau berlawanan. Tindakan agresif 

akan tertuju pada individu yang tidak disenangi atau 

berlawanan. contoh: , seorang atlet dimarahi 

oleh pelatihnya, atlet ini  tidak berani 

melawan pelatihnya namun  atlet ini  akan 

bertindak agresif dengan menyerang temannya atau 

lawannya. 

Dari penjelasan ini , dapat disimpulkan bahwa 

pelatih membutuhkan atlet/pemain yang agresif 

untuk dapat memenangkan suatu pertandingan. Oleh 


sebab  adanya dorongan naluri maupun frustasi oleh 

sebab itu tindakan agresif akan mendorong tindakan -

tindakan agresif lainnya.  

 

4 . Teori revisi agresi f rustasi 

Teori ini menggabungkan elemen-elemen dari teori agresi 

frustasi dengan teori pembela jaran sosial. Frustrasi tidak 

selalu menyebabkan agresi yang dapat meningkatkan 

gairah dan kemarahan. Namun, meningkatkan gairah dan 

kemarahan dalam agresi hanya terjadi dalam situasi 

tertentu. Jika sinyal isyarat belajar sosial menyatakan 

bahwa agresi tidak pantas, maka tidak akan terjadi 

tindakan agresif.  

 

D. PERILAKU AGRESIF  DALAM OLAHRAGA 

Pemain-pemain agresif sangat diperlukan untuk dapat 

memenangkan pertandingan, seperti dalam sepakbola 

namun  sifat dan sikap agresif jika  tidak terkendali dapat 

menjurus pada tindakan-tindakan berbahaya, melukai 

lawan, melanggar peraturan, dan mengabaikan 

sportivitas.  

Tipe kepribadian agresivitas terbagi menjadi dua 

yakni agresivitas kurang terkontrol dan agresivitas selalu 

dikontrol dengan ketat. Tipe kepribadian yang 

agresivitasnya kurang terkontrol menunjukkan kurangnya 

larangan terhadap tingkah laku agresif dan cenderung 

frustasi dengan tindakan agresifnya. Individu yang 

5. Para pelatih dan wasit didorong atau dianjurkan untuk 

menghadiri lokakarya-lokakarya yang membahas 

tindakan agresif dan kekerasan.  

6. Disamping hukuman terhadap tindakan agresif dengan 

kekerasan atlet harus didorong secara positif 

meningkatkan kemampuan bertindak tenang 

menghadapi situasi-situasi emosional. 

7. Penguasaan emosi menghadapi tindakan agresif dengan 

kekerasan harus dilatih secara praktis antara lain melalui 

latihan mental. 

 

F . MENYELESAIKAN KONF LIK DAN PERSELISIHAN 

DENGAN C ARA TANPA KEKERASAN 

Mengatasi konflik tanpa kekerasan yaitu  hal yang sangat 

penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Pelaku 

olahraga harus tahu bagaimana menyelesaikan konflik d an 

perselisihan dengan cara tanpa kekerasan. Adapun 

langkah-langkahnya sebagai berikut:  

1. Setuju untuk bertemu.Apakah yang bersengketa setuju 

untuk bertemu dengan mediator (tapi tidak duduk di 

samping satu sama lain di pertemuan ini ). 

2. Mencatat fakta. Setiap pihak yang bersengketa 

diberikan kesempatan untuk menceritakan tentang 

permasalahannya,para mediator mendengarkan namun  

tidak memihak. 

3. Mengungkapkan perasaan. Setiap pihak yang 

bersengketa mengungkapkan perasaannya tentang 

 

 

70 

 

sebab  itu, pelatih/pembina wajib memanfaatkan sifat -

sifat agresif dari atlet/pemainnya sehingga dapat 

tersalur dan terarah sesuai dengan aktivitas olahraga yang 

diikutinya. 

 

E. usaha  PENGENDALIAN AGRESIV ITAS 

usaha -usaha  untuk mengendalikan agresivitas antara lain: 

(a) teknik time out, (b) memberikan pemahaman dan 

contoh perilaku non agresif sebagai metode konstruktif 

untuk memecahkan masalah, (c) menciptakan atau 

mendesain lingkungan belajar/latihan yang kondusif, dan 

(d) memberikan latihan empati. Selain itu, ada pula usaha  

untuk mengendalikan tindakan kekerasan/agresivitas yang 

menyimpang antara lain:  

1. atlet-atlet muda harus diberi 

pengetahuan tentang contoh tingkah laku non agresif, 

penguasaan diri, dan penampilan yang benar. 

2. atlet yang terlibat tindakan agresif harus 

dihukum, harus disadarkan bahwa tindakan agresif 

dengan melukai lawan yaitu  tindakan yang tidak 

benar. 

3. Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet 

terlibat agresif dengan kekerasan harus diteliti dan harus 

dihentikan dari tugasnya sebagai pelatih. 

4. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya 

tindakan agresif dengan kekerasan di lapangan 

pertandingan harus dihindarkan. 

 AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA AGRESIVITAS DALAM OLAHRAGA 7170

 

 

73 

 

penonton lain bahwa tidak  akan memberikan toleransi 

kepada pelaku agresif dalam kompetisi.  

3. Mempekerjakan petugas keamanan, contoh:  

menghimbau untuk tidak akan mentolerir agresivitas 

penonton saat di lapangan.  

4. Menginformasikan tidak ada toleransipelatih bagi 

pelatih yang agresif.  

5. Bekerja sama dengan media dalam mensosialisasikan 

dan tidak membenarkan tindakan agresif.  

 

H. INSTRUMEN AGRESIV ITAS 

berdasar pemaparan di atas, maka penulis 

membuat suatu kisi-kisi instrumen angket/kuesioner  

agresivitas seperti berikut ini. 

Tabel 6.1 

Kisi-kisi instrumen angket/kuesioner tentang agresivitas  

Dimensi Indikator Sub indikator 

Agresivitas Macam-macam 

agresivitas 

Hostile agression 

Insrumental agression 

 

Berikut ini contoh beberapa pernyataan untuk 

menilaiagresivitas yang dilakukan oleh atletpada saat 

bertanding dengan memakai skala likert. 

Petunjuk Pengisian 

Berikan tanda check (√)  pada salah satu alternatif 

jawaban yang tersedia sesuai dengan pilihan dan 

pengalaman anda. 

 

 

72 

 

kejadian, dan mediator mengulangi apa yang dikatakan 

untuk memastikan kejelasan makna.  

4. Bertujuan untuk menyelesaikan. Konsekuensi diinginkan 

menyelesaikan konflik disajikan oleh masing -masing 

pihak yang bersengketa.  

5. Perubahan. Masing-masing pihak yang bersengketa 

dapat melakukan perubahan yang bisa dilakukan untuk 

menyelesaikan konflik.  

6. Mengembangkan rencana aksi. Sebuah rencana 

tindakan dikembangkan dan masing-masing pihak yang 

bersengketa menunjukkan komitmennya untuk rencana 

aksi dan menyelesaikan konflik secara kooperatif.  

7. Menindaklanjuti rencana ini . Pihak yang 

bersengketa akan ditanya oleh mediator apakah 

masalahnya masih ada. 

 

G. MENGONTROL AGRESIV ITAS PENONTON 

Pengendalian agresivitas tidak hanya dilakukan pada 

atlet saja namun  juga dapat dilakukan pada 

penonton. Berikut yaitu  beberapa strategi umum untuk 

mengendalikan agresivitas penonton:  

1. Mengembangkan kebijakan pengendalian yang ketat 

tentang alkohol atau larangan minuman keras bagi 

penonton di dalam kompetisi olahraga. 

2. Hukuman bagi penonton yang bertindak agresif , 

contoh:  segera mengusir penonton keluar, hentikan 

agresi secepat mungkin lalu  informasikan kepada 

 

A. DEF INISI MOTIV ASI 

Motivasi yaitu faktor yang menarik dalam psikologi 

olahraga sebab  yaitu salah satu aspek yang paling 

terkendali. Motivasi berasal dari kata move yang artinya 

bergerak. Salah satu unsur dari motivasi yaitu  motif 

(motive). Motif yaitu  alasan/sesua tu yang memotivasi 

(Anton Irianto, 2005: 53). 

atlet yang memiliki motivasi yang tinggi 

akan memperlihatkan minat yang besar, perhatian yang 

penuh terhadap tugas-tugas latihan, memusatkan fisik dan 

psikis, tidak mengenal rasa bosan atau menyerah/kalah, 

apalagi putus asa. Berbeda dengan atlet yang 

memiliki motivasi yang rendah, atlet 

menunjukkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha 

menghindar dari kegiatan pembelajaran atau latihan. 

Selanjutnya, seseorang akan latihan jika  

mempunyai kemauan untuk latihan. Adanya kemauan 

latihan ini  menunjukkan bahwa individu ini  

mempunyai motivasi untuk latihan. Definisi motivasi 

masih sering diperdebatkan. Berikut ini beberapa definisi 

motivasi: 

a. Menurut Singgih D. Gunarsa (1996: 111) motivasi yaitu  

kekuatan atau tenaga pendorong agar seseorang 

bertingkah laku.  

 

 


 

i. Gledhill, Adam, et al. (2007: 87) motivation has been 

defined as the dire ction and intensity of your effort.  

most definition of motivation refer to having a drive to 

take part in some form of activity and to persisting in 

that activity. Artinya, motivasi didefinisikan sebagai 

arah dan intensitas usaha seseorang. Sebagian besar 

definisi motivasi mengacu pada dorongan untuk 

mengambil bagian dalam beberapa bentuk aktivitas 

dan bertahan dalam aktivitas ini . 

j. Menurut Yusuf Hidayat (2008: 57) yang menyatakan 

motivasi yaitu  proses aktualisasi energi psikologi yang 

dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas, 

sekaligus menjamin keberlangsungan aktivitas ini , 

dan juga menentukan arah aktivitas terhadap 

pencapaian tujuan. 

k. Menurut Husdarta (2010: 31), motivasi yaitu  energi 

psikologis yang bersifat abstrak dan refleksi kekuata n 

interaksi antara kognisi, pengalaman, dan kebutuhan. 

Motivasi ini  mengacu pada faktor dan proses 

yang mendorong seseorang untuk bereaksi atau tidak 

bereaksi dalam berbagai situasi.  

berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan 

bahwa motivasi yaitu  kekuatan yang mendorong 

seseorang untuk bereaksi/tidak bereaksi untuk 

menentukan arah aktivitas terhadap pencapaian tujuan. 

Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat 

 

 

b. motivasi 

yaitu  proses aktualisasi dari sumber penggerak dan 

pendorong perbuatan manusia.  

c.  motivas i 

yaitu  arah dan intensitas dari usaha.  

d. Menurut Santrock (2003: 474) motivasi yaitu  tingkah 

laku individu, berpikir, dan memiliki perasaan dengan 

cara yang individu ini  lakukan dengan penekanan 

pada aktivasi.  

e. ) motivation is the 

inclination to pursue and persist in activities related to 

one's sport.  Artinya, motivasi yaitu  kecenderungan 

untuk mengejar dan bertahan dalam aktivitas seseorang  

yang berhubungan dengan olahraga. 

f.  Menurut Anton Irianto (2005: 53) motivasi yaitu  

sesuatu yang menggerakkan atau mendorong 

seseorang/kelompok untuk melakukan atau tidak 

melakukan sesuatu.  

g. Menurut Mohammad Shatar Sabran (2005: 7) motivasi 

yaitu  dorongan di dalam yang berupa harapan dan 

keinginan yang bersifat menggiatkan dan 

menggerakkan individu. 

h. Menurut Mohammad Shatar Sabran (2005: 7) motivasi 

yaitu  dorongan di dalam yang berupa harapan dan 

keinginan yang bersifat menggiatkan dan 

menggerakkan individu. 

a. Teori hedonisma, yakni manusia akan memilih aktivitas 

yang menyebabkan perasaan gembira dan senang. 

Contohnya, seorang anak lebih memilih mengikuti 

olahraga bolabasket dari pada olahraga renang sebab  

di olahraga bolabasket dia merasa gembira dan senang 

sebab  banyak teman baru. 

b. Teori naluri, menghubungkan perilaku/semua aktivitas 

dengan berbagai naluri, contoh:  naluri untuk 

mempertahankan diri. Contoh lain yaitu  pada masa 

kecil, anak-anak ingin mencoba berbagai macam 

olahraga, semakin bertambahnya umur, si anak akan 

memilih olahraga yang paling dia sukai sesuai 

nalurinya. 

c. Teori kebudayaan, menghubungkan tingkah laku 

berdasar pola kebudayaan tempat berada. 

Contohnya, olahraga yang digemari warga  di 

pesisir pantai dan dipegunungan akan berbeda. 

d. Teori berprestasi, yang mendorong individu untuk 

berlomba dengan ukuran keunggulan. Contohnya, 

setiap atlet akan bersaing untuk menjadi yang 

terbaik susaha  terpilih dalam tim untuk mengikuti 

pertandingan. 

e. Teori kebutuhan, yang menyatakan bahwa tingkah laku 

pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi 

kebutuhan. Cont ohnya, untuk menjadi juara, seorang 

atlet akan berlatih dengan sungguh-sungguh. 

 

penting dalam proses latihan, penampilan olahraga, dan 

pencapaian prestasi. 

 

1. Teori Motif  dan Motivasi 

Motivasi berbeda dengan motif. Motif dikatakan sebagai 

dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang 

bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Motif yaitu suatu kondisi internal/disposisi 

(kesiapsiagaan). Motif  menjadi aktif pada saat -saat 

tertentu bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat 

dirasakan/dihayati.  Termotivasinya individu untuk 

berbuat tergantung dari besar kecilnya motif.  

Adapun sifat -sifat motif meliputi: (1) yaitu 

sumber penggerak dan pendorong dari dalam diri subyek 

yang terorganisasi, (2) terarah pada tujuan tertentu secara 

selektif, (3) untuk mendapat kepuasaan atau menghindari 

hal-hal yang tidak menyenangkan, (4) dapat disadari/tidak 

disadari, (5) ikut menentukan pola kegiatan, (6) suatu 

tindakan dapat didorong oleh berbagai motif, (7) bersifat 

dinamik, dapat berubah dan dapat dipengaruhi, (8) 

yaitu ekspresi dari suatu emosi/afeksi, (9) ada 

hubungannya dengan unsur kognitif dan konatif, dan 

motivasi yaitu determinan sikap dan tindakan. 

Selain itu, diperlukan beberapa pendekatan teori 

motivasi yang diduga memiliki implikasi dalam proses 

pelatihan olahraga. Adapun teori-teori yang berkaitan 

dengan motivasi meliputi:  

badan, (5) untuk menyalurkan energi, (6) untuk 

mendapatkan pengalaman penuh tantangan dan 

menggembirakan, (7) untuk dapat bersenang -senang dan 

mendapat kegembiraan, (8) untuk melepaskan ketegangan 

psikis, contoh:  untuk mengatasi lelah dan jenuh dengan 

rutinitas belajar di sekolah, Diko ikut ekstrakurikuler 

sepakbola, (9) untuk kepentingan kebanggaan kelompok, 

dan (10) untuk kebutuhan praktis sesuai pekerjaan, 

contoh:  olahraga bela diri/menembak yang diik uti oleh 

Satpam. 

Selanjutnya, alasan individu tidak melanjutkan 

aktivitas dalam berolahraga antara lain: (1) kegiatan yang 

menjemukan atau monoton, (2) kegiatan kurang 

menimbulkan tantangan dan rangsangan, (3) pengalaman 

yang diperoleh menimbulkan frustasi  dan kekecewaan, (4) 

kegiatan kurang tidak lucu/kurang senda gurau, (5) 

perasaan takut gagal, takut sukses, tidak mendapat 

pengakuan, dan (6) sistem penunjangnya (keluarga, 

teman, pelatih) terlalu lemah/tidak mendukung.  

Singgih D. Gunarsa (1996: 112) menyatakan dalam 

rangka pembinaan terhadap atlet muda, upah 

yang baik untuk lebih memacu motivasi atlet 

untuk menang dalam pertandingan yaitu  dengan pujian 

dan perasaan senang atau bangga terhadap usaha-

usahanya dalam pertandingan yang telah ditunjukkan 

tanpa terlalu menekankan kemenangan sebagai tolok 

ukurnya. 

 

 

2. Motivasi Berolahraga 

Olahraga diminati oleh anak-anak hingga orang tua 

sebab  memiliki daya tarik untuk mengembangkan 

berbagai kemampuan, menumbuhkan harapan-harapan, 

memberikan pengalaman yang membanggakan, 

meningkatkan kesehatan jasmani, dapat dipakai  untuk 

memenuhi kebutuhan praktis dalam hidup sehari-hari, dan 

sebagainya. 

Motivasi berolahraga bervariasi antara individu 

yang satu dengan yang lainnya sebab  perbedaan 

kebutuhan dan kepentingan. Selanjutnya, motivasi 

ini  bisa berkembang yang awalnya tidak ada hasrat 

untuk bertanding akhirnya termotivasi untuk berprestasi 

dan mengikuti pertandingan.  

Individu yang memiliki motivasi yang tinggi namun  

memiliki kemampuan yang rendah, maka akan 

menghasilkan penampilan yang rendah pula, begitu juga 

individu yang kemampuan dan motivasinya rendah akan 

menghasilkan penampilan yang rendah pula. Oleh sebab 

itu, untuk memperoleh penampilan maksimal diperlukan 

motivasi dan kemampuan yang tinggi pula dengan 

persepsi teknik yang diterima benar. 

Adapun motivasi individu berpartisipasi dalam 

olahraga antara lain: (1) untuk mengembangkan 

keterampilan dan kemampuan, (2) untuk berhubungan 

dan mencari teman, (3) untuk mencapai sukses dan 

mendapat pengakuan, (4) untuk memelihara kesehatan 


atlet ini  termotivasi secara intrinsik. Ciri -ciri 

atlet yang memiliki motivasi intrinsik antara lain: 

(1) berorientasi pada kepuasan dalam dirinya, (2) biasanya 

tekun, rajin, kerja keras, teratur, disiplin dalam latihan, (3) 

tidak suka bergantung pada orang lain, (4) aktivitas lebih 

permanen, dan (5) memiliki karakteristik kepribadian yang 

positif, matang, jujur, sportif, dan lain -lain.  

Namun, hati-hati saat menilai motivasi. Seorang 

olahragwan mungkin mengatakan kepada pelatih bahwa 

mereka bermain olahraga sebab  membuatnya merasa 

baik/senang (motivasi intrinsik). Jika pelatih ingin 

menyelidiki lebih jauh, bertanyalah “mengapa berolahrag a 

membuat kamu merasa baik/senang?”, dan jika 

atlet memberikan alasan seperti "sebab  saya suka 

memenangkan medali". Ini sebenarnya yaitu  bentuk 

motivasi ekstrinsik sebab  motivasinya penghargaan 

eksternal, bukan perasaan baik/senang.  

 

2. Motivasi ekstrinsik.  

Motivasi ekstrinsik mengacu pada berbagai perilaku yang 

diperlihatkan seseorang sebagai alat untuk mencapai 

tujuan. Motivasi ekstrinsik bersumber dari luar diri 

individu untuk melakukan aktivitas olahraga. Sifatnya 

sementara, tergantung, dan tidak stabil. Motivasi 

berolahraga yang dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik 

meliputi fasilitas yang tersedia, sarana dan prasarana, 

metode latihan, program latihan, dan lingkungan/iklim 


 

B. JENIS-JENIS MOTIV ASI 

Banyak pelatih dan atlet sering mendengar istilah 

motivasi intrinsik dan ekstrinsik sebab perilaku individu 

dalam olahraga dipengaruhi oleh motivasi, yakni motivasi 

intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berikut pembahasannya 

secara lebih lanjut. 

 

1. Motivasi intrinsik  

Motivasi intrinsik bersumber dari dalam diri 

individu itu sendiri untuk melakukan aktivitas olahraga. 

Motivasi intrinsik sifatnya permanen, mandiri, dan sta bil 

sebab  dorongan berasal dari dalam, kondisi kejiwaan 

orang yang bersangkutanlah yang akan menentukan kuat 

atau tidaknya motivasi dan berlangsung lama atau 

tidaknya motivasi ini . Biasanya motivasi berolahraga 

yang dipengaruhi faktor intrinsik melip uti pembawaan 

atlet, tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, cita-cita, 

dan harapan. Selanjutnya, motivasi intrinsik terbagi 

menjadi dua yakni : 

a. motivasi intrinsik positif yakni keinginan untuk tumbuh 

dan berkembang, mengekspresikan diri, contoh:  ingin 

karier dalam berolahraga lebih baik, dan aktualisasi diri. 

b. motivasi intrinsik negatif yakni sebab  tekanan, 

ancaman, ketakutan, dan kekhawatiran, contoh:  takut 

tertinggal dengan teman-teman yang lain dalam tim. 

Ketika atlet merasa senang dan puas atas 

keterlibatannya dalam aktivitas olahraga maka 


C . STRATEGI MENINGKATKAN MOTIV ASI 

Teknik meningkatkan motivasi ada berbagai macam, 

diantaranya antara lain sebagai berikut: 

 

1. Motivasi verbal 

Motivasi verbal yaitu  motivasi dengan kata-kata atau 

ucapan, bicara, berdiskusi. Hal-hal yang perlu diperhatikan 

dalam melakukan motivasi verbal: (1) memberi pujian, (2) 

memberi koreksi dan sugesti, menjelaskan peranan dalam 

tim agar atlet lebih bangga dan bertanggung 

jawab, dan (4) memberi petunjuk. Contoh nya, pada saat 

melatih bolavoli, ada anak yang putus asa sebab  tidak 

bisa melakukan servis. Pelatih memberikan motivasi 

dengan berkata: “ayo semangat, kamu pasti bisa”, atau 

contoh lainnya pada saat latihan pelatih mengatakan: 

“bagus, good job, nice” kepa da atletnya sebab  

sudah berhasil menembak dan menghasilkan poin. 

 

2. Motivasi behavioral/ perilaku 

Segala perilaku pelatih akan diteladani oleh 

atletnya dan dinilai oleh warga . Pelatih 

memegang peranan penting dalam memberikan contoh 

perilaku yang positif. Contoh, pelatih yang selalu datang 

tepat waktu pada saat latihan sedang  atletnya 

banyak terlambat. Lama kelamaan, atlet datang 

latihan tepat waktu dan lebih dulu datang dari pada 

pelatihnya. Dengan contoh behavioral  yang baik 

  

 

pembinaan. Selanjuntya, motivasi ekstrinsik terbagi 

menjadi dua yakni: 

a. motivasi ekstrinsik positif, yakni beupa hadiah, iming -

iming yang membangkitkan, niat untuk berbuat sesuat, 

contoh:  bonus jika menang pertandingan. 

b. motivasi ekstrinsik negatif, yakni sesuatu yang 

dipaksakan dari luar agar orang menghindar dari 

sesuatu yang tidak diinginnkan, contoh:  kena sanksi 

atau hukuman ketika terlambat latihan.  

Biasanya ada motif untuk bersaing memegang 

peranan yang lebih besar dari pada kepuasan sebab  telah 

berprestasi lebih baik. Adapun ciri-ciri atlet yang 

memiliki motivasi ekstrinsik antara lain: (1) kurang 

sportif/kurang jujur seperti licik/curang, (2) sering tidak 

menghargai orang lain/lawan/peraturan pertandingan, 

dan (3) cenderung berbuat hal-hal yang merugikan, dan 

(4) kurang bersemangat dan bergairah baik dalam latihan 

maupun bertanding. oleh sebab  itu, banyak atlet 

yang bermotivasi ekstrinsik akan mudah dibeli/disogok 

dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh 

kemenangan. 

Sesungguhnya, motivasi intrinsik lebih efektif dari 

pada motivasi ekstrinsik. namun  pada kenyataannya, 

kedua motivasi ini  berdiri bersamaan menuntun 

tingkah laku anak didik/atlet. Kedua motivasi ini 

memiliki hubungan yang saling menambah, menguatkan, 

dan melengkapi satu sama lain. 

Selain itu motivasi ganjaran/hukuman juga dapat 

dipakai  pada saat latihan. contoh: , memberi hukuman 

push up untuk memotivasi atlet agar tidak 

terlambat pada saat latihan, namun  pelatih mengatakannya 

seperti ini: “bagi yang terlambat datang latihan, akan 

diberikan hadiah berupa push up”. Motivasi ganjaran 

tidak dikatakan sebagai “hukuman” namun  “hadiah” 

sebab  kata hukuman bermakna negatif.  

 

5. Motivasi berbicara sendiri (self  talk/ pep talks) 

Motivasi ini umum diberikan sebelum pertandingan 

dimulai, pep talks khusus diberikan pada saat istirahat. Pep 

talks harus diberikan pada saat yang tepat sebab  jika 

diberikan pada saat yang salah dapat merusak dan 

mengacaukan konsentrasi. contoh: , saat pertandingan 

akan dimulai dan atlet memasuki lapangan 

bolabasket, atlet berkata pada dirinya sendiri: 

“ point, point, dan point.”  

 

6. Motivasi supertisi 

Bagi sebagian orang, supertisi sering dianggap kurang 

masuk akal. Supertisi yaitu  suatu motivasi yang percaya 

pada peralatan/simbol yang dianggap memiliki 

kekuatan/day a dorong mental. Terkadang supertisi dapat 

mengubah tingkah laku menjadi lebih bersemangat, lebih 

ambisius, dan lebih besar kemauannya untuk suskes. 

contoh: , seorang pemain bola akan merasa lebih percaya 

diharapkan atlet dapat termotivasi untuk bersikap 

dan berperilaku positif dalam usahanya mencapai 

keberhasilan baik dalam aktivitas olahraga maupun 

aktivitas lainnya diwarga . 

 

3. Motivasi visualisasi (imajinasi) 

Teknik motivasi ini bertujuan untuk mempercepat proses 

latihan dengan membangkitkan semangat atlet. 

Caranya dengan menyuruh atlet untuk melihat, 

memperhatikan, dan membayangkan dengan seksama 

suatu pola gerakan lalu  mengingat-ngingat gerakan 

ini . Contohnya, atlet yang membayangkan 

teknik shooting sepakbola yang baru saja dijelaskan oleh 

pelatihnya, ia membayangkan gerakannya dengan slow 

motion. 

 

4 . Motivasi insentif  (bonus) dan ganjaran 

Motivasi ini yaitu  teknik motivasi dengan cara 

memberikan bonus yang bertujuan untuk menambah 

semangat berlatih, menambah gairah/ambisi untuk 

berprestasi, dan memperpendek proses latihan. contoh: , 

pelatih berjanji kepada atletnya jika  menang 

dalam pertandingan akan diberikan bonus berupa uang. 

namun , motivasi insentif hendaknya diberikan dalam 

situasi yang tepat dan jangan berlebihan sebab  akan 

menjadi kurang baik  dan berdampak negatif sehingga 

atlet bersikap kurang wajar.  

walaupun skill-nya tidak bagus, dari pada atlet 

yang memiliki skill yang bagus namun  tidak pernah latihan 

sebab  atlet ini  akan mengacaukan pola 

permainan,” atau “bagi atlet yang tidak datang 

latihan akan dipotong uang pembinaannya.”  

 

Selanjutnya, ada beberapa hal yang perlu 

diperhatikan dalam percakapan untuk tujuan memotivasi 

atlet menurut Singgih D. Gunarsa, dkk (1996: 113) 

yakni sebagai berikut: 

1. Harus yakin apakah memang diperlukan percakapan. 

2. Perencanaan yang matang apa yang akan disampaikan 

atau dibicarakan secara teliti dan tidak berlebihan. 

3. Memperhatikan beda perorangan mengenai tingkat 

ketegangan yang dimiliki. 

4. Harus jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian, 

jangan menekankan pada menang dan kalah. 

5. sesudah  pertandingan harus langsung memperhatikan 

sikap senang jika menang dan sikap memahami dan 

penuh pengertian jika kalah secara wajar. 

6. Jika atlet kalah harus mempertimbangkan 

suasana atau kondisi emosi.  

 

sesudah  mempelajari teknik motivasi, seorang 

pelatih harus mengetahui cara memelihara motivasi 

atlet diantaranya (1) menyusun goal-setting, (2) 

sistem pembinaan yang berjenjang, (3) mengingatkan 

diri jika  memakai gelang, seorang pemain tenis tidak 

dapat bermain dengan baik ketika boneka kesayangannya 

ketinggalan di rumah. 

 

7 . Motivasi ritual (berupa perilaku) 

Rituals yaitu  suatu motivasi yang berupa perilaku 

sebelum bertanding yang pada akhirnya menjadi sebuah 

kebiasaan. Motivasi ritual ini yaitu habit yang 

dilakukan oleh olahagawan untuk mengurangi kecemasan 

(anxiety), contoh:  berdoa sebelum bertanding, ke kamar 

kecil sebelum bertanding, sujud syukur pada saat 

mencetak gol, dan lain sebagainya.  

 

8. Motivasi intimidasi/ f ear motivation 

Teknik motivasi ini berupa ditekan/ditakut -takuti. Adapun 

cara untuk membangkitkan motivasi ini antara lain: (1) 

selalu menekankan kepada atlet untuk mematuhi 

peraturan yang berlaku, baik peraturan permainan/ 

pertandingan/disiplin tim, (2) dibuat tak ut jika tidak 

menyelesaikan dan melaksanakan latihan dengan baik, (3) 

dibuat takut akan kritik dan kecaman jika tidak 

melaksanakan latihan dengan baik, (4) dibuat takut jika 

disisihkan dari tim, dan (5) dibuat takut jika tidak 

memenuhi harapan yang ditetapkan pelatih, KONI, dan 

pemerintah. Sebagai contoh, pelatih mengatakan kepada 

atletnya: “saya akan memilih atlet -

atlet yang rajin latihan untuk ikut turnamen 

dalam situasi sosial, sedang  motivasi berprestasi lebih 

terkait dengan hakekat kompetisi diri. 

berdasar hal di atas, dapat disimpulkan bahwa 

motivasi berprestasi yaitu  kebutuhan untuk mengungguli 

dalam hubungannya dengan ukuran-ukuran yang 

dipertandingkan. Individu yang memiliki motif berprestasi 

akan dapat menyelesaikan sesuatu yang sukar, menguasai, 

memanipulasi dan mengorganisasi obyek fisik/ide, 

melakukan sesuatu dengan cepat dan bebas, mengatasi 

rintangan dan mencapai standar yang tinggi, mengungguli 

diri sendiri, melawan dan mengatasi orang lain, dan 

meningkatkan harga diri dengan kesuksesan dalam 

memakai kemampuan khusus. sedang  orang yang 

memiliki motivasi berprestasi yang tinggi biasanya sanggup 

dan mampu untuk melakukan suatu pekerjaan dengan 

baik, melakukan sesuatu pekerjaan dengan sukses, 

terampil dalam melaksanakan tugas, terkenal dan populer 

terhadap bidang tertentu, mengerjakan pekerjaan yang 

penting dan berarti, dapat menyelesaikan masalah yang 

sukar dan bersifat menantang, melakukan sesuatu dengan 

baik dari pada orang lain dan bermutu, berinisiatif dalam 

melakukan sesuatu, bekerja bukan untuk mendapatkan 

uang/jasa, dan bertanggung jawab dalam mengerjakan 

sesuatu. 

lalu , 4 teori telah berevolusi selama 

bertahun-tahun untuk menjelaskan apa yang memotivasi 

individu untuk bertindak. Adapun teori-teori ini  

 

 

90 

 

kesuksesan saat kompetisi, (4) bentuk latihan yang 

bervariasi dan kombinasi, (5) latihan dengan tantangan 

dan rintangan yang mampu di atasi atlet, (6) 

variasi tempat, lawan, dan suasana latihan, dan (7) 

komunikasi dan hubungan yang harmonis dengan semua 

elemen, contoh:  antara atlet dengan pelatih, 

guru sekolah, pembina, pimpinan klub, orang tua, dan 

lain sebagainya. 

 

D. MOTIV ASI BERPRESTASI  

Motivasi berprestasi yaitu suatu dorongan yang 

terjadi dalam diri individu untuk senantiasa meningkatkan 

kualitas tertentu dengan sabaik-baiknya atau lebih dari 

biasa dilakukan. Tercapainya tujuan untuk memuaskan 

atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya yang 

dianggap perlu. Motivasi berprestasi dipandang sebagai 

motivasi sosial untuk mencapai suatu nilai dalam 

perbuatan seseorang berdasar standar/kriteria yang 

paling baik. Individu yang memiliki kebutuhan untuk 

berprestasi yang kuat cenderung berkeinginan untuk sukses 

dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang bersifat 

menantang namun  bukan untuk memperoleh keuntungan 

status, namun  untuk kebaikan. 

Motivasi berprestasi dalam olahraga sering 

diistilahkan dengan daya saing (competitiveness). Daya 

saing diartikan sebagai disposisi berusaha untuk 

memperoleh kepuasan sehingga mempengaruhi perilaku 


faktor internal dari pada faktor keberuntungan/ 

keterampilan bermain lawan.  

 

3. Teori tujuan berprestasi 

Teori tujuan berprestasi didasarkan pada asumsi adanya 

perbedaan dalam perspektif tujuan setiap individu atau 

cara-cara yang berbeda ketika individu menilai 

kompetensinya dan keberhasilannya. Menurut teori tujuan 

berprestasi, ada tiga faktor berinteraksi yang menentukan 

motivasi seseorang yakni pencapaian tujuan, kemampuan 

persepsi, dan perilaku berprestasi. Untuk memahami 

motivasi seseorang, seseorang harus memahami arti dari 

keberhasilan dan kegagalan orang ini . 

 

4 . Teori motivasi kompetensi 

Teori motivasi kompetensi berpendapat bahwa persepsi 

atlet sebagai kontrol yakni mengontrol persepsi 

belajar/latihan dan melakukan keterampilan yang 

berfungsi sebagai harga diri dan evaluasi kompetensi 

untuk mempengaruhi motivasi individu ini . 

 

E. KIAT MEMBANGUN MOTIV ASI 

Berikut ini beberapa kiat untuk membangun motivasi 

dalam olahraga prestasi dengan meyakinkan diri terhadap 

hal-hal berikut ini: 

1. Lebih senang dan puas terhadap prestasi usaha sendiri. 

  

 

antara lain teori motivasi pencapaian, teori atribut, teori 

pencapaian tujuan, dan teori motivasi kompetensi. 

 

1. Teori kebutuhan berprestasi 

Teori kebutuhan berprestasi yaitu  pandangan 

interaksional yang mempertimbangkan faktor -faktor 

pribadi dan situasional sebagai alat prediksi penting dari 

perilaku dan didasari oleh proses interaktif antara faktor 

individu dengan faktor sosial sebagai prediktor perilaku. 

Adapun komponen pembentuk teori ini antara lain 

komponen motif, kondisi individu, kecenderungan 

perilaku, reaksi emosi, dan perilaku yang terkait dengan 

prestasi 

 

2. Teori atribusi 

Teori atribusi menjelaskan tentang keberhasilan dan 

kegagalan perilaku yang dipandang dari aspek situasi dan 

predisposisi, penyebab internal dan eksternal, dan faktor 

tetap dan tidak tetap (Yusuf Hidayat, 2008: 69). Teori 

atribusi juga yaitu suatu pendekatan kognitif 

terhadap motivasi, yang memfokuskan diri kepada cara 

individu membuat interpretasi mengenai sebab akibat 

terjadinya perilaku pribadi sendiri dan perilaku orang lain. 

Sebagai contoh, seorang pemain bulutangkis akan merasa 

lebih bangga jika  berhasil menang dalam suatu 

pertandingan dan akan merasa lebih malu jika  kalah, 

jika mengatribusi kemenangan dan kekalahannya sebab  


 

2. Meyakini bahwa sukses bukan sebab  nasib mujur 

namun  sebab  memang hasil dari sebuah perjuangan. 

3. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Temukan 

cara untuk memecahkan masalah ini . 

4. Bila menghadapi kegagalan jangan berputus asa. Cari 

tahu penyebabnya dan menyusun rencana menuju 

langkah baru. 

5. Orang yang memiliki motivasi tinggi bukan berarti 

tidak pernah gagal. namun , bila gagal akan terus 

berusaha lebih keras dan lebih gigih lagi. 

 


A. DEF INISI KOMPETISI  

Banyak pelaku olahraga kompetitif berpendapat bahwa 

olahraga kompetitif tidak hanya bisa membawa usaha  -

usaha  kerjasama antara rekan untuk mengejar tujuan 

bersama, namun  juga dapat membantu mempersiapkan 

seseorang untuk kehidupannya. Ada juga pendapat bahwa 

olahraga kompetitif dapat menghasilkan atlet 

egois yang menghindari berurusan dengan isu-isu 

kehidupan nyata. Istilah kompetisi populer dipakai  

untuk merujuk kepada berbagai situasi yang berbeda. 

Sebagai contoh, seseorang bersaing melawan orang lain, 

terhadap dirinya sendiri, terhadap benda-benda dan 

unsur-unsur. Berikut ini beberapa definisi tentang 

kompetisi. 

1. Wenner, Lawrence A. (1989: 85) competition in sport 

is viewed as essentially competition between equals 

without differential access to resources playing an 

important role. 

2. Coakley (1994: 78)  mendefinisikan kompetisi sebagai 

sebuah proses sosial yang terjadi ketika penghargaan 

diberikan kepada orang-orang atas dasar tentang 

bagaimana penampilan seseorang dibandingkan dengan 

kinerja orang lain melakukan tugas yang sama atau 

 

 


 

didefinisikan sebagai proses sosial yang mencakup 

rangkaian tahapan dari suatu pertandingan. 

berdasar pendapat di atas, dapat disimpulkan 

bahwa kompetisi olahraga yaitu  situasi di mana orang 

bersaing melawan orang lain dalam aktivitas fisik yang 

terorganisir. 

 

B. KOMPETISI SEBAGAI SUATU PROSES 

Proses kompetitif yang dialami setiap individu berbeda. 

Oleh sebab  itu, orang yang berperan penting dalam 

proses ini  dapat mempengaruhi hubungan diantara 

tahap-tahap ini . Kekuatan individu seperti 

pengalaman masa lalu, kemampuan, motivasi dan sikap 

yaitu beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi 

seseorang dalam pertandingan. Sebagaimana proses sosial, 

masing-masing tahap dipengaruhi tahap yang lain dan 

feedback dari faktor lingkungan eksternal dan reward 

eksternal. 

 

1. Tahap 1: Situasi Kompetitif  yang Obyektif  

Situasi kompetitif yang obyektif didefinisikan sebagai 

tuntutan lingkungan terhadap seseorang dalam proses 

kompetisi. Tuntutan lingkungan ditentukan oleh apa yang 

harus dilakukan seseorang untuk mendapatkan hasil yang 

baik. contoh: , tim kesebelasan sepakbola yang 

bertanding dalam  pertandingan ISL bersaing untuk 

berpartisipasi pada acara yang sama. Menurut definisi 

ini, penghargaan dalam kompetisi terbatas kepada 

orang yang mengungguli orang lain. 

3. Beashel & Taylor (1996 : 12) Competition sports are 

those in which participant compete with one another 

to find out who is best at the acti vity, at the time of the 

competition. Artinya, kompetisi olahraga yaitu  

kompetisi dimana peserta bersaing satu sama lain untuk 

mengetahui siapa yang terbaik dalam aktivitas ini , 

pada saat kompetisi berlangsung. 

4.  Hardywinoto & Tony Setiabudhi (2002: 202) 

kompetisi yaitu  persaingan atau pertandingan dalam 

dunia olahraga. 

5. Toni Setiabudhi dan Hardywinoto (2003: 205) 

Kompetisi mengehendaki persyaratan kemampuan, dan 

untuk memperoleh kemampuan perlu dilakukan latihan 

secara teratur dan disiplin.  

6. Ali Muhammad Taufiq (2004: 138) Kompetisi akan 

menimbulkan penyisihan dan pemunculan, ketinggian, 

dan penampakan. Puncak kompetisi yaitu  pandangan 

yang berkesinambungan, muncul prestasi dari salah satu 

pihak, lalu  diikuti oleh yang lainnya sehingga 

mengalahkannya. 

7.  Spielberger (2004: 442) competition is defined as a 

social process that encompasses a sequence of stage 

rather than a single event. Artinya, kompetisi 

mengalahkan pesaing daripada meningkatkan standar 

pribadi. 

c. Orientasi pada tujuan. Orientasi pada tujuan fokus 

pada standar penampilan individu. Tujuannya yaitu  

meningkatkan penampilan, tidak untuk memenangkan 

pertandingan. 

 

3. Tahap 3: Respon/  Tanggapan 

Respon yaitu  istilah yang dipakai  oleh psikologi untuk 

menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh 

panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk 

perilaku yang dimunculkan sesudah  dilakukan rangsangan. 

Respon yaitu  perilaku yang muncul disebab kan adanya 

rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respon 

dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk 

tingkah laku baru terhadap rangsang yang dikondisikan. 

 

4 . Tahap 4 : Konsekuensi 

Konsekuensi yaitu  akibat yang ditanggung seseorang 

terhadap responnya. Konsekuensi dari keikutsertaannya 

dalam proses kompetisi olahraga akan membebani dirinya 

atau mencapai sesuatu dari orang lain (baik nyata atau 

tidak) yang dirasakan sebagai hadiah atau hukuman. 

Konsekuensi dalam kompetisi sering dimaknai dengan 

kesuksesan atau kegagalan. Kesuksesan dirasakan sebagai 

konsekuensi positif, sedang  kegagalan dirasakan 

sebagai konsekuensi negatif.  

  

 

menjadi yang terbaik sebab  tuntutan daerah dan 

suporter. 

 

2. Tahap 2: Situasi Kompetitif  yang subyektif  

Keadaan kompetitif yang subyektif yaitu  cara seseorang 

merasakan, menerima, dan menilai situasi kompetisi 

obyektif. Situasi kompetitif subyektif  berkaitan erat 

dengan kecemasan kepribadian (trait-A), sikap dan 

kemampuan serta