ni tidak selalu berurutan. Kreativitas pembuat
iklan sangat berperan sehingga antara iklan yang satu dengan yang lainnya memiliki kekhasan
tersendiri untuk menarik perhatian khalayak.
3. Kaidah Teks Iklan
Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya ‘menggiring orang’.
Agar orang (khalayak) bisa tergiring, suatu iklan diharapkan bisa menempatkan kesan positif
tentang suatu produk atau jasa. Hal-hal spesifik tentang harga, kualitas, penggunaan, dan
kategori jasa/produk perlu diperkenalkan kepada khalayak, yang semua hal itu tidak bisa
lepas dari peranan bahasa. Dalam iklan, bahasa memang menempati posisi yang sangat
penting yang peranannya sebagai penggugah, daya tarik, dan penyampai informasi.
a. Sebagai penggugah
Bahasa iklan harus memberi kesadaran baru pada khalayak berkaitan dengan
barang/jasa yang ditawarkan. Oleh karena itulah, kata-kata yang muncul umumnya
bersifat persuasif, bujukan, atau dorongan tentang suatu kebiasaan ataupun gaya hidup.
Misalnya, dalam iklan teh kembang ABG di atas, kesadaran baru yang menggugah itu
ada pada pernyataan “Temukan kesejukan dan kenikmatan rasa teh krisan alami pada
teh Kembang ABG”. Pernyataan ini bermaksud menanamkan kesadaran tentang
pentingnya minuman (teh) yang sehat dan nikmat dan semua itu dapat ditemukan dalam
teh Kembang ABG. Pernyataan-pernyataan ini umumnya bersifat imperatif, yakni
berupa perintah, baik itu berupa permintaan, ajakan, dorongan, ataupun larangan. Adapun
kalimat imperatif itu sendiri ditandai oleh kata-kata seperti temukan. Kata lainnya adalah
ikutilah, padukan, wujudkan, nyatakan, nikmati, sebaiknya, marilah, ayo, janganlah.
Iklan 265
b. Mengandung daya tarik
Bahasa iklan sering kali memakai bahasa yang sederhana, mudah diingat,
dan mudah pula dipahami. Oleh karena itu, kalimat yang panjang, berbelit-belit, selalu
dihindari dalam iklan. Justru bahasa yang akrab di tengah-tengah khalayak itulah yang
sering dipakai . Pilihan kata yang berima, memiliki banyak persamaan bunyi, juga
merupakan pilihan penting di dalam iklan. Pernyataan “Kesejukan dan kenikmatan
rasa teh krisan alami” merupakan contohnya. Ungkapan itu mengutamakan persamaan
bunyi. Perhatikan hubungan kata kesejukan‑kenikmatan‑krisan. Ketiga pasangan kata
itu sangat padu di dalam kesamaan bunyinya. Di samping itu, pernyataan ini cukup
singkat sehingga mudah diingat oleh khalayak.
Kemudahan pemahaman bahasa iklan ditunjang oleh ketepatan penggunaan ejaan
dan tanda baca. Penulisan kata ataupun kalimat yang sembarangan tentu saja akan
mengganggu pemahaman pembaca di samping menunjukkan rendahnya pengetahuan
berbahasa penulisnya. Hal itu tentu saja akan mengganggu citra baik dari produk yang
ditawarkannya.
c. Menyampaikan informasi
Khalayak menuntut gambaran jelas tentang barang/jasa yang ditawarkan untuk
mengetahui keunggulannya. Informasi-informasi itu diperlukan untuk mengetahui
perbedaan (nilai lebih, kekhasan) dengan produk lainnya.
Dalam contoh iklan di atas, teks yang bersifat informatif dinyatakan dalam kalimat-
kalimat berikut.
“Minuman teh kembang krisan terbukti menurunkan demam dan panas dalam. Teh
Kembang ABG tebuat dari bahan‑bahan alami pilihan tanpa bahan pengawet. Rasanya
nikmat dan menyejukkan tenggorokan. Diproses secara higienis sehingga produk yang
dihasilkan bermutu tinggi, terjaga kemurnian rasa, dan khasiatnya sehingga baik untuk
seluruh keluarga.”
Selain dari struktur dan kaidahnya, iklan dapat pula kita identifikasi berdasar unsur-
unsurnya, yang meliputi sumber, pesan, media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks.
1. Sumber (source) adalah pemasang iklan, yang berinisiatif, dan penyandang dana dari
pemasangan suatu iklan.
2. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan. Wujudnya bisa berupa pesan verbal
dan pesan nonverbal.
3. Media (channel) adalah sarana yang dipakai , misalnya media cetak, elektronik, dan
sarana-sarana lainnya.
4. Sasaran (target) adalah individu atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran iklan. Pada
pihak yang menjadi sasaran iklan diharapkan terjadi perubahan pola pikir (state of mind),
sesuai dengan yang diharapkan.
5. Efek (effect) adalah perubahan yang terjadi pada pihak yang menjadi sasaran iklan, baik itu
dalam aspek sikap, pola pikir, perilaku, kebiasaan, pola hidup, dan sebagainya.
6. Umpan balik adalah tanggapan, reaksi, atau respons yang dikehendaki dari penerima pesan.
Misalnya, kemauan untuk segera membeli produk yang ditawarkan, kesediaan berkorban
untuk negara, kesadaran untuk bekerja sama dalam perbedaan suku.
7. Konteks merupakan waktu, situasi, atau keadaan lingkungan yang menyertai, melatarbelakangi
penyampaian pesan itu. Misalnya, konteks perayaan hari besar keagamaan, waktu menjelang
masuk sekolah, kebersamaan dengan keluarga.
-- 266
Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah iklan di bawah ini.
1. berdasar strukturnya, iklan ini terdiri atas bagian-bagian berikut.
a. Judul dan subjudul,
“Ayo, Periksa Gigi Sekarang “
b. Teks inti atau teks utama
“Sempurnakan kebiasaan menyikat gigi pagi dan malam dengan pergi ke dokter gigi
setiap enam bulan sekali”`
c. Kalimat dasar, yang umumnya dipergunakan untuk menge tengahkan slogan.
“Senyum sehat Indonesia, senyum Pepsodent”.
d. Logo atau nama perusahaan, nama lembaga, atau nama produk
“Bulan Kesehatan Gigi Nasional” (nama lembaga, kepanitiaan)
e. Foto produk, yang menunjukkan penampilan produk yang ditawarkan.
Dua orang sedang senyum sambil memamerkan giginya yang putih (bersih)
2. berdasar kaidah kebahasaannya, iklan ini mengandung kalimat-kalimat yang bersifat
menggugah, memiliki daya tarik, dan bersifat informatif.
a. Kalimat menggugah, berupa ajakan untuk menggosok gigi.
Contoh: “Ayo, periksa gigi sekarang!”
b. Kalimat yang memiliki daya tarik, berupa semboyan dengan penekanan persamaan rima
pada kata-katanya. Kalimat ini pun sangat ringkas dan mudah diingat.
Contoh: “Senyum sehat Indonesia, senyum Pepsodent”.
c. Kalimat informatif, berupa penyampaian informasi ataupun pengetahuan tentang cara
merawat gigi yang ideal.
Contoh: “Sempurnakan kebiasaan menyikat gigi pagi dan malam dengan pergi ke dokter
gigi setiap enam bulan sekali”
Iklan 267
Iklan ini dapat pula kita analisis berdasar unsur-unsurnya, yakni sebagai berikut.
Unsur Keterangan
1. Sumber PDGI, Pepsodent, dan AFDOKGI
2. Pesan a. Verbal, ajakan untuk memeriksakan gigi.
b. Nonverbal, gambar orang yang menampilkan gigi bersih.
3. Media Cetak.
4. Sasaran Seluruh warga masyarakat
5. Efek Perubahan tingkah laku masyarakat untuk selalu merawat kesehatan gigi,
yakni dengan menggosok gigi setiap pagi dan malam hari serta selalu
memeriksakan gigi ke dokter setiap enam bulan sekali.
6. Umpan balik Kemauan untuk menjaga kesehatan gigi.
7. Konteks Dalam berbagai waktu dan kesempatan.
C Perbandingan Teks Iklan
Kaidah dan struktur iklan yang telah kita pelajari di atas berkenaan dengan teks berbentuk
tulisan. Teks semacam itu biasa kita temukan di dalam surat kabar ataupun majalah. Sementara
itu, iklan mungkin pula berbentuk lisan sebagaimana yang didengar dari radio ataupun yang
berupa gabungan teks lisan dan tertulis seperti yang ditayangkan di televisi. Bentuk-bentuk iklan
ini tentu saja memiliki karakteristik masing-masing, baik itu dalam struktur ataupun kaidah
kebahasaannya.
1. Iklan Media Cetak
Karakter utama dari iklan ini adalah penggunaan bahasa tertulis di dalam penyampaian
pesan-pesannya. Di samping mengutamakan kejelasan dalam kata-katanya, iklan di media cetak
mengandalkan desain grafis, seperti warna dan bentuk huruf, tata letak, serta gambar-gambar.
Iklan di media cetak memiliki beberapa macam berdasar keluasan ruang atau space-nya.
a. Iklan baris adalah iklan yang pemasangannya berupa baris-baris. Oleh karena itu, iklan
baris lebih kecil daripada iklan kolom. Teks yang disajikannya sangat terbatas. Tidak
ada gambar ataupun ilustrasi-ilustrasi dalam iklan ini. Teks pun banyak yang mengalami
penyingkatan. Iklan baris pada umumnya dimanfaatkan oleh perorangan dan perusahaan-
perusahaan kecil.
Berikut contoh-contohnya.
1) JUAL RMH SEMI VILLA LS 174 BT 4 BH KOLAM, AIR BAGUS, CCK UTK
PERISTIRAHATAN HUB. 3283799 (TP)
2) DIJUAL TANAH LUAS 150 BT LOKASI OBJEK WISATA SITU GEDE HUB.
BPK YAYAN TLP 022 3221981
3) JL CPT/OVER KREDIT ISUZU ELF TH ’04 CCL 35X 1,9 JT NEGO HUB.
(0262)5400695
4) JUALAN ALARM SEPEDA MOTOR HARGA GROSIR RP 49.900 HUB. DERRY
TLP 0265 3374077
5) DIBTHKAN 4 TNG PROF PEND SE/SDRJ U/ SURVEY ASPK EKONOMI KRM
LAM CV LKP KE PO BOX 1003 BNJR 46301 PLG LMBT 1 MG STL IKLAN INI
-- 268
Seperti tampak pada contoh di atas, selain ringkas, iklan baris sering memakai
singkatan-singkatan. Apabila tidak memahaminya, tentu saja kita tidak akan memahami
iklan-iklan ini .
Berikut beberapa singkatan yang sering dipakai dalam iklan baris beserta
kepanjangannya.
Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan
BH buah PROF profesional
BPK bapak PEND pendidikan
BT bata PLG paling
CCK cocok PO post office
CCL cicil RMH rumah
CPT cepat RP rupiah
CV curriculum vitae SE sarjana ekonomi
JL jual SDRJ sederajat
JT juta STL setelah
HUB hubungi TH tahun
KRM kirim TLP telepon
LAM lamaran TNG tenaga
LKP lengkap TP tanpa perantara
LS luas U/ untuk
LMBT lambat UTK untuk
MG minggu WST wisata
b. Iklan kolom adalah iklan yang pemasangannya dalam media berupa kolom-kolom.
Oleh karena itu, bentuknya besar. Di samping memakai teks, iklan ini sering pula
menyertakan gambar dan berbagai ilustrasi menarik lainnya.
Dibutuhkan Segera!
Klien kami, majalah & harian bisnis berskala Internasional, akan
berpromosi langsung ke konsumen pekerja kantor. Di bulan April 2004,
membutuhkan tenaga wanita muda yang enerjik, percaya diri, ramah dan
berpenampilan menarik, untuk:
SALES PROMOTION EXECUTIVE
(70 orang)
Bila Anda wanita lulusan SMA, berpengalaman, lulusan baru D-3 atau S-1
dan ingin mendapat pengalaman di bidang sales, silakan mengirimkan
surat lamaran, CV, 2 pasfoto (4 x 6) & copy KTP ke:
IRADAT KONSULTAN
Jl. Raden Saleh 18P, Jakarta Pusat
Telp. : 3900 227 s/d 229
Fax. : 3900 230 (mak. 2 lb);
Email : rita@iradatkonsultan.com
(Ditunggu sampai tanggal 28 Maret 2004)
Iklan 269
Selain itu dikenal istilah iklan display, yakni iklan yang memiliki ukuran lebih luas
dibanding iklan kolom. Iklan display merupakan iklan yang hanya berisi kata-kata dan
gambar, foto, ataupun media-media grafis lainnya. Ada pula istilah iklan advertorial, yakni
iklan sejenis iklan display, hanya saja teknik penyampaiannya mirip sebuah berita. Iklan jenis
ini, misalnya, berkenaan dengan pelayanan jasa kesehatan, pengobatan alternatif, pengenalan
perusahaan ataupun produk baru dengan informasi yang lebih kompleks.
2. Iklan Elektronik
Iklan elektronik merupakan iklan yang berbasis perangkat elektronik, yang mencakup
beberapa macam, yakni sebagai berikut.
a. Iklan Radio
Iklan ini hanya mengandalkan efek suara, baik berupa tuturan, musik, bunyi-bunyi,
dan sejenisnya. Iklan radio terdiri dari beberapa jenis.
1) Ad lib, disampaikan oleh penyiar secara langsung, berupa kata-kata saja. Biasanya
durasinya tidak lebih dari 60 detik.
2) Spot, disampaikan dengan teknik perekaman sehingga membutuhkan persiapan
naskah terlebih dahulu. Durasinya berkisar antara 15 sampai dengan 60 detik.
3) Sponsor program, pemberian waktu khusus kepada sponsor untuk menyampaikan
pesan dengan cara membiayai sebuah program acara tertentu.
b. Iklan Televisi
Iklan ini mengandung unsur suara, gambar, dan gerak. berdasar bentuknya iklan
televisi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis.
1) Live action, berupa video klip yang melibatkan unsur gambar, suara, dan gerak
secara bersama-sama.
2) Animation, iklan berupa gambar-gambar kartun.
3) Stop action, iklan berupa perpaduan live action dengan teknik animasi.
4) Musik, disampaikan melalui musik sebagai kekuatan utama penyampai pesannya.
5) Superimposed, iklan yang dimunculkan di ujung layar bersamaan dengan
berlangsungnya acara utama.
6) Sponsor program, pihak pengiklan atau sponsor yang membiayai program acara
televisi tertentu. Sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan
lebih dominan.
7) Running text, iklan yang muncul secara perlahan-lahan berupa teks, biasanya
bergerak dari kanan lalu menghilang pada sebelah kiri layar.
8) Backdrop, iklan yang diperlihatkan pada latar belakang suatu acara.
9) Credit title, iklan yang diperlihatkan pada bagian akhir suatu acara.
10) Ad lib, –iklan yang disampaikan penyiar secara langsung, baik itu di antara satu
acara dengan acara yang lain ataupun dalam program acara tertentu.
11) Property endorsement, iklan yang diperlihatkan melalui properti siaran ataupun
pada kostum yang dikenakan oleh artis atau penyiar.
-- 270
12) Promo ad, iklan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan acara-acaranya.
Harapannya, pemirsa tertarik menonton acara yang ditayangkan sehingga program
acara ini mendapatkan jumlah pemirsa yang cukup banyak.
c. Iklan Film
Iklan film yang tersaji dalam judul film (produk sinema). Biasanya muncul sebelum
film utama diputar.
d. Iklan Media Digital Interaktif (Internet)
Iklan ini muncul melalui cara-cara yang cukup berbeda dengan iklan-iklan
konvensional. Jenis-jenis iklan ini sebagai berikut.
1) Website, iklan ini secara keseluruhan berbentuk website. Seluruh fitur dalam situs
itu berupa iklan. Kadang-kadang sebuah perusahaan menjadikan keseluruhan situs
perusahaan mereka sebagai iklan.
2) Banner dan tombol, berupa billboard mini yang tersebar pada sebuah halaman web.
Sementara itu, tombolnya pun seringkali berbentuk seperti ikon. Apabila disentuh,
tombol itu akan membawa kita pada situs dari pengiklan atau halaman tambahan
baru.
3) Sponsorship, pada iklan ini pihak sponsor tertentu membiayai penuh seluruh
halaman dari pembuat situs.
4) Search engine marketing, iklan ini muncul saat kita melakukan suatu pencarian data
(searching).
5) Classified ads, iklan ini berbentuk seperti iklan baris dalam koran dan biasanya
gratis.
6) E‑mail advertising, iklan ini dikirimkan melalui e-mail pada para pelanggan yang
memang memintanya.
e. Iklan Luar Ruang (Out-of-Home)
Iklan ini tertuju pada khalayak yang berada di luar rumah. Jenis iklan ini adalah
sebagai berikut.
1) Iklan outdoor standar, iklan ini berupa baliho dengan berbagai ukuran. Bentuknya
mungkin berupa gambar dua dimensi cetak ataupun tiga dimensi.
2) Iklan transit, iklan ini terpasang pada kendaraan umum, terminal, stasiun, dan
tempat-tempat umum lainnya.
Di samping karena medianya, keberagaman iklan juga dapat dilihat berdasar isinya.
Menurut isinya, iklan diklasifikasikan dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut.
a. Iklan pemberitahuan
Iklan ini lebih terfokus pada kepentingan untuk memberitahu khalayak mengenai
suatu hal, baik itu yang berupa perstiwa, keadaan, atau hal lainnya. Iklan ini jenis ini
umumnya dipasang oleh perorangan atau suatu keluarga. Namun ada pula yang dipasang
oleh perusahaan, misalnya yang berupa pemberitahuan rapat pemegang saham.
Iklan 271
Contoh:
b. Iklan layanan masyarakat
Iklan ini bertujuan untuk memberi penerangan atau penjelasan kepada
masyarakat. Contohnya, iklan keluarga berencana dan iklan bahaya narkotik. Pengguna
iklan ini umumnya pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Contoh:
Keluarga Berencana,
Membangun
Generasi Muda Berprestasi
c. Iklan penawaran
Iklan ini bertujuan untuk menawarkan produk atau jasa. Iklan penawaran jasa, pada
umumnya dalam bentuk iklan niaga dan iklan lowongan kerja.
-- 272
Contoh:
Selain itu, isi suatu iklan mungkin pula memuat hal-hal berikut.
1) Iklan bantahan, iklan yang bertujuan memperbaiki citra seseorang, perusahaan atau
merek yang tercemar akibat informasi yang tidak benar.
2) Iklan perbaikan, iklan yang bertujuan memperbaiki pesan-pesan tentang sesuatu hal yang
terlanjur salah dan sudah tersebarluaskan melalui media. Istilah lain iklan ini adalah
iklan ralat atau iklan pembetulan.
3) Iklan keluarga, berisi pemberitahuan dari pengiklan tentang terjadinya suatu peristiwa
dalam sebuah keluarga dan ditujukan kepada keluarga/khalayak lainnya. Contoh iklan
ini adalah iklan tentang kematian, pernikahan, wisuda, perayaan ulang tahun.
Iklan 273
D Menulis Iklan
Iklan yang baik bisa menampilkan suatu produk yang berbeda dengan produk lain. Adanya
pesan yang rasional, mudah dicerna oleh khalayak. Selain itu, khususnya iklan niaga harus
memerhatikan rumus berikut: problema, janji, bukti, pengajuan harga.
1. Mulailah iklan Anda dengan pernyataan yang menarik perhatian khalayak, yakni dengan
berfokus pada masalah yang mereka hadapi.
Misalnya, jika kita bermaksud menjual obat (jerawat), gunakanlah pernyataan seperti
berikut, “Wajah Anda berjerawat?” Jika akan menjual produk pelangsing, pernyataan
pendahuluannya bisa seperti berikut, “Anda ingin menurunkan berat badan?”
Contoh lainnya: “Anda sering stres? Ingin mendapatkan ketenangan dalam waktu kurang
dari 30 menit?”
2. Menawarkan solusi
Misalnya, untuk masalah jerawat, kita dapat mengajukan kalimat tawaran seperti berikut:
“Ramuan ‘Jamu Cantik’ mengurangi dan melenyapkan jerawat dalam waktu tiga puluh hari
dan Anda kembali tampil cantik.”
Untuk masalah berat badan, kita dapat memberi solusi seperti berikut, “Penyembuhan
nondiet cara baru ini bergantung pada pikiran Anda, bukan oleh makanan yang Anda makan.
Pikiran dapat menurunkan bobot Anda dengan cepat.”
3. Menunjukkan bukti
Yang diperlukan khalayak sesungguhnya adalah bukti. Oleh karena itu, kita tidak sekadar
menyampaikan janji-janji. Agar mereka lebih yakin, tunjukkanlah bukti bahwa solusi yang
kita berikan itu benar, sesuai dengan harapan mereka.
Berikut contoh-contohnya.
a. Jerawat Anda akan sembuh dalam 30 hari atau uang kembali. Ada 11.500 orang yang
wajahnya kembali putih berseri setelah memakai produk kami ini.
b. Riset memperlihatkan bahwa berat badan orang-orang turun sekitar 13 kg setelah
memakai metode baru ini.
c. Anda akan merasa relaks karena metode pemijatan kami sampai-sampai Anda akan
tertidur di meja pijat.
4. Mengajukan harga
Bagian terakhir adalah mengajukan harga yang kita inginkan. Berikut contohnya.
a. “Jika Anda ingin merawat wajah Anda sekarang, pesanlah segera ramuan istimewa kami
dengan harga….”
b. “Hanya dengan …., Anda sudah bisa memainkan gitar di akhir pekan ini.”
c. “Klik di sini untuk membayar sejumlah …. dan Anda bisa meng unduh nya sekarang
juga.”
Dalam bagian ini kita pun bisa memberi promosi lain, misalnya dengan adanya potongan
harga dan berbagai kemudahan lainnya.
Pola penyajian iklan seperti itu hanya salah satu dari sekian cara penulisan iklan. Masih
banyak cara yang dapat kita tuliskan sebagaimana yang sering kita lihat di media-media massa.
Selain ditentukan oleh faktor audiens, penyajian iklan juga dipengaruhi oleh isinya.
-- 274
Misalnya, iklan layanan masyarakat. Iklan ini merupakan bagian dari kampanye sosial yang
bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya
pesan ini berupa ajakan, pernyataan, atau imbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu tindakan. Iklan ini bertujuan untuk mengubah perilaku yang “tidak baik”
supaya menjadi lebih baik. Temanya, seperti kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan
terhadap perbedaan pendapat, dan keluarga berencana.
Iklan layanan masyarakat juga menyajikan pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan
kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi. Pesan ini
bermaksud memberi gambaran tentang peristiwa yang akan berakibat pada suatu keadaan
tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Pada awal perkembangannya, iklan layanan masyarakat tidak terlalu terikat pada penataan
yang ketat, perencanaan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai, sampai pada penentuan
target audiens maupun pemilihan tempat dan waktunya. Namun, seiring berkembangnya
dan semakin banyaknya perusahaan yang membuat iklan layanan masyarakat, iklan layanan
masyarakat juga harus dibuat secara profesional seperti iklan komersial.
Iklan Layanan Masyarakat biasanya dikeluarkan atau dibuat oleh perusahaan melalui biro
iklan berdasar adanya sebuah fenomena yang tengah terjadi di masyarakat atau berdasar
momentum hari-hari besar yang oleh masyarakat dianggap istimewa.Fenomena dan momentum
inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk menjual ide dan gagasan yang sifatnya membuat
persepsi positif masyarakat terhadap citra perusahaan. Iklan layanan masyarakat tidak hanya
disponsori oleh lembaga pemerintah dan organisasi non profit, tetapi juga perusahaan komersil.
Bagi perusahaan komersil, iklan layanan masyarakat dipakai untuk tujuan membangun empati
sebagai tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, diharapkan akan terbangun
citra yang baik di mata masyarakat dan menstimulasi masyarakat untuk percaya pada perusahaan
ini hingga akhirnya tertarik untuk mengonsumsi produk mereka. Dengan demikian,
secara tidak langsung perusahaan komersil yang berorientasi profit memakai iklan layanan
masyarakat sebagai media iklan komersial.
Berkaitan dengan iklan layanan masyarakat, berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan
di dalam penulisannya.
1. Memutuskan pesan umum apa yang akan dikomunikasikan.
2. Mengidentifikasi manfaat-manfaat bagi pelanggan yang dapat dipakai sebagai trik
pemasangan iklan.
3. Menciptakan konsep kreatif yang kuat, baik dalam hal susunan kata, bentuk, dan warna huruf.
Ilustrasinya pun perlu kita perhatikan agar tampil lebih menarik.
4. Menciptakan daya tarik khusus yang harus mengandung unsur meaningful (kebermanfaatan),
believable (kepercayaan) dan distinctive (kekhasan).
a. Produk yang ditawarkan sesuai dengan harapan ataupun keperluan khalayak.
b. Produk yang ditawarkan benar-benar bisa dipercaya, tidak manipulatif, berbohong.
c. Produk yang ditawarkan berbeda dengan produk-produk lainnya.
Walaupun langkah-langkah itu sudah dilalui dengan baik, kita perlu melakukan penelaahan
kembali untuk menyempurnakan hasilnya, baik itu berkaitan dengan isi, struktur, dan kaidah
bahasanya. Adakah bagian-bagian yang harus Anda sempurnakan? Untuk itu, pertanyaan-
pertanyaan yang pernah kita ajukan di dalam kegiatan ini dapat kembali kita gunakan, yakni
sebagai berikut.
Iklan 275
1. Apakah iklan itu berstruktur dengan lengkap?
2. Apakah iklan itu memiliki judul yang kuat?
3. Apakah informasi yang disampaikannya mudah dipahami?
4. Apakah teksnya persuatif?
5. Apakah ilustrasinya memikat?
6. Apakah iklan itu sudah sesuai dengan produk yang dijual serta sesuai dengan sasarannya?
Selain itu, kita bisa meneliti secara lebih mendalam berkaitan dengan aspek-aspek
kebahasaannya, seperti berkenaan dengan keefektifan kalimat-kalimatnya, ketepatan pilihan
katanya, serta kebakuan ejaan/tanda bacanya. Hanya saja berbeda dengan kegiatan evaluasi;
dalam kegiatan ini, kita melakukannya dengan berfokus pada hal-hal yang dianggap kurang;
kemudian kita memperbaikinya.
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
1. Di bawah ini yang merupakan contoh kalimat iklan adalah ....
A. Jangan lupa membawa “Air Alami”
B. Cepat beli “Air Alami”
C. Cepat! Minum pelepas dahaga ini
D. “Air Alami”, minuman yang bergizi tinggi
E. Ke mana pun, minumlah”Air Alami”
2. Agar kulit sehat dan cantik, pemakaian teratur “Oil of Aila” menambah kemampuan kulit
Anda menahan kelembaban di permukaan sehingga ....
berdasar isinya, iklan di atas tergolong ke dalam jenis ....
A. pemberitahuan
B. layanan masyarakat
C. penawaran
D. reklame
E. kegiatan
3. Iklan pada soal no. 2 disusun degan pola ....
A. kausalitas D. spasial
B. kronologis E. komparasi
C. temporal
4. “Lebih baik naik Armada”
Ditinjau dari kaidah periklanan, kekurangan dari kalimat iklan di atas adalah ....
A. kalimat singkat
B. isi padat dan menarik
C. kata-kata sederhana
D. mudah dipahami
E. struktur kalimat tidak sempurna
-- 276
5. Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha.
Baik untuk industri. Hubungi telp. 777777
Iklan di atas termasuk jenis iklan ....
A. penawaran D. pemberitahuan
B. permintaan E. masalah keluarga
C. pengumuman
6. Perbedaan iklan baris dengan display terletak pada ....
A. pemilihan kata D. tujuannya
B. susunan kalimat E. keluasan ruang
C. ilustrasi gambarnya
7. Perhatikanlah iklan di bawah ini!
Iklah ini berisi pesan tentang ....
A. ajakan untuk memberantas korupsi
B. ajakan untuk menangkap penjahat
C. ajakan untuk mendukung presiden
D. ajakan untuk memilih presiden
E. ajakan untuk melaporkan korupsi ke polisi
8. Kalimat iklan yang berhubungan dengan masalah kependudukan ialah ....
A. Beli satu dapat dua
B. Wajib belajar Sembilan tahun
C. Dengan PIN anak Indonesia bebas polio
D. Dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja
E. Ke mana setelah Anda tamat sekolah?
9. Bagi masyarakat Maluku, subsektor perhubungan laut bukan hanya menjadi penunjang
pelaksanaan pemerintahan, tetapi juga menjadi faktor penentu pembangunan. Oleh karena
itu, amat wajar kalau Gubernur Maluku menuntut adanya armada yang melayani jalur cepat
antarpulau di provinsi itu.
Iklan yang berkaitan dengan untuk ilustrasi di atas adalah ....
A. Ingat terbang, ingat “Sempati Air”.
B. Jangan lupa “Aqua” kalau Anda mau berlayar.
C. Coca cola minuman segar di perjalanan.
D. Beli tiket hari ini juga. Penumpang terbatas.
E. Berlayarlah bersama KM Jelantik. Cepat, tepat, aman, dan nyaman.
Iklan 277
10. Mari kita jaga kebersihan dan peduli akan lingkungan. Menjaga kebersihan berarti memerhati kan
kesehatan. Jika kita sehat, kita akan menjadi kuat.
Kalimat iklan yang tepat berdasar ilustrasi di atas adalah ...
A. Hidupku adalah kesehatan, kurangi merokok.
B. Biasakan hidup bersih! Lingkungan bersih dan sehat, kita kuat.
C. Ayo cinta lingkungan. Kita galang kekuatan.
D. Kembalikan lingkungan, cintai kebersihan, kembangkan kekuatan.
E. Upayakan mencintai kesehatan dan menjaga kebersihan.
11. Perhatikanlah iklan di bawah ini!
Kekhasan yang ditawarkan iklan ini adalah ….
A. ketangguhan D. harga yang terjangkau
B. daya saing E. performa yang andal
C. kehematan
12.
Kalimat persuasif yang sesuai dengan iklan ini adalah ....
A. Liburan pada saat Lebaran sangat mengasyikkan
B. Mari kita berlibur ke Sari Ater, Subang
C. Di Ciater, Subang, banyak tempat wisata yang mengasyikkan
D. Berpetualang di tempat wisata sungguh mengasyikkan
E. Tidak ada tempat yang semenarik Ciater, Subang
-- 278
13.
Aspek yang harus diperbaiki dalam iklan ini dari segi kebahasaannya adalah ....
A. istilah-istilahnya yang banyak memakai bahasa asing
B. penulisan nama merek yang tidak sesuai dengan ejaan
C. jenis huruf yang tidak jelas dan berulang-ulang
D. ejaan dan tanda bacanya tidak sesuai dengan ketentuan baku
E. kalimatnya tidak efektif sehingga menggangu pemahaman pembaca
14. “Kaplet susut perut X menghilangkan perut gendut dengan mudah.”
Kalimat iklan di atas tidak logis. Kalimat iklan yang logis adalah ....
A. Kaplet susut perut X menyusutkan perut gendut dengan mudah
B. Kaplet susut perut X menghilangkan gendut dengan mudah
C. Kaplet susut perut X mengubah perut gendut dengan mudah
D. Kaplet susut perut X memberantas perut gendut dengan mudah
E. Kaplet susut perut X menolak perut gendut dengan mudah
15. El-Islam ketua panitia lomba kebersihan antarkelas di SMAN 3 Tasikmalaya diminta untuk
membuat iklan (poster). Kalimat iklan yang sesuai dengan kepentingan ini adalah ....
A. Ikutilah lomba kebersihan antarkelas!
B. Bersihkan kelas Anda!
C. Raihlah hadiah besar!
D. Lomba kebersihan diikuti oleh setiap kelas!
E. Jangan lupa mengikuti lomba kebersihan!
Iklan 279
16.
Kalimat iklan yang tepat untuk gambar ini adalah ....
A. Gunakan kacamata V-tech supaya tatapan Anda lebih tajam dan berkualitas tinggi
B. Mari kita gunakan kacamata yang harganya murah, enak dipandang, dan tepat
dipakainya.
C. Tatapan dan pandangan Anda bergantung pada kaca matanya. Kaca mata V-tech: bagus
dan mulus dipakainya.
D. Anda ingin melihat dunia luas dengan jelas? Gunakanlah kacamata “V-tech”. Nyaman,
berkualitas, dan pas dengan mata Anda.
E. Kacamata diperlukan oleh siapa pun dan kapan pun. Oleh karena itu, segeralah miliki
kacamata “V-tech” sekarang juga
17. Kak Deni lulusan SMK Daarut Tauhiid. Ia juga mengikuti kursus reparasi alat-alat elektronika.
Ia telah mahir memperbaiki radio, TV, dan lain-lain. Sekarang Kak Deni sudah mempunyai
tempat usaha reparasi yang beralamat di Jalan Setiabudhi.
Deni membuat iklan untuk mempromosikan keahliannya itu, yakni ….
A. Segala jenis televisi, bisa saya perbaiki. Ayo datang saja ke tempat saya.
B. Mudah dan murah service televisi Kak Deni. Datang langsung, ya.
C. Melayani service barang elektronik. Hasil sangat memuaskan.
D. Teve Anda rusak? Segera hubungi alamat terdekat. Pasti tidak mengecewakan.
E. Siapa yang memiliki televisi rusak ataupun radio. Jangan biarkan terlalu lama. Segera
hubungi alamat terdekat.
-- 280
18.
Kalimat iklan yang sesuai dengan gambar di atas adalah ….
A. Buah mangga bagus untuk kesehatan.
B. Mangga enak rasanya. Banyak vitaminnya. Manis dan segar.
C. Tanamlah buah mangga ini untuk keluarga Anda yang sehat.
D. Jaminan mutu, kualitas istimewa buat Anda yang tahu harga.
E. Mangga hampir punah di sekelilimg kita. Kesadaran untuk menanamnya sangat
diperlukan sekarang juga.
19.
Pernyataan yang sesuai dengan gambar di atas adalah ….
A. Cintailah alam Indonesia. Alam Indonesia indah pemandangannya
B. Mari kita berkunjung ke Indonesia sebagai negara yang penuh pesona
C. Bawalah oleh-oleh setiap kali berwisata ke Borobudur
D. Belajarlah kepada kecantikan pesona wisata Indonesia.
E. Borobudur merupakan salah satu pesona wisata Indonesia.
20. nyaman - tas kita - indah - dipakainya – modelnya
Kalimat iklan yang baik dari kata-kata di atas adalah ....
A. Tas kita nyaman dipakainya, indah modelnya
B. Nyaman tas kita dipakainya modelnya indah
C. Nyaman dipakainya, indah modelnya tas kita
D. Tas kita dipakainya nyaman, modelnya indah
E. Modelnya tas kita indah nyaman dipakainya
Editorial 281
A Pengertian Teks Editorial
Perhatikanlah teks di bawah ini dengan baik.
Pendidikan vs Kapitalisme
Ribut-ribut seputar dunia pendidikan tak sekadar dihiasi mahalnya ongkos untuk jadi
orang pintar, tapi juga diwarnai oleh pertarungan idealisme melawan arus kapitalisme.Tengok
saja soal Bogor Agribusiness Center di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).Tukar guling
SLTP 56 di “daerah emas” Melawai Jakarta Selatan. Dan, niat sebuah yayasan menjual sekolah
miliknya di Kota Bandung.
Suka atau tak suka, disadari atau tidak, arus kapitalisme telah merasuk ke dalam urat nadi
kehidupan manusia Indonesia. Jadi, tak usah heran jika geliat hal yang sama masuk ke berbagai
aspek, termasuk menyentuh kegiatan pendidikan. Mulai dari kewajiban murid membeli buku
yang diwajibkan, jalur khusus penerimaan mahasiswa lewat uang pangkal yang besar, hingga
Malang Town Square di area kampus Universitas Brawijaya Malang.
Inti dasar paham kapitalisme adalah pergerakan modal. Kapitalisme mengajarkan pada
kita perihal nilai berlebih, yang harus dihasilkan oleh suatu jumlah kapital tertentu dalam
rentang waktu secepat mungkin. Kapital hanya bicara soal untung dan uang yang berkuasa atas
segalanya. Nilai-nilai lain, terkadang harus menyisih. Tapi, harus diakui kapitalisme adalah
sistem yang sudah mendunia.
Lalu, di mana idealisme pendidikan?Apa arti pendidikan adalah hak semua warga negara
(baik yang punya akses terhadap kapital maupun tidak)? Jeritannya sepi, senyap seolah tertelan
kedalaman laut. Seperti lingkungan yang tak bisa menahan kuatnya cengkeraman kapital, maka
dunia pendidikan juga harus mulai siap-siap terpinggirkan.Tak ada yang peduli lagi terhadap
teriakan soal filosofi pendidikan.
Apa mau dikata, pendidikan sendiri kini sudah merupakan bagian dari dunia kapital
itu sendiri. Sifat ingin memperoleh nilai berlebih sudah tertanam. Semakin seseorang siap
berinvestasi dengan kapital yang dimilikinya, maka dipastikan dirinya akan menciptakan nilai
berlebih dari dunia pendidikan di masa yang akan datang. Bagi yang enggan menanam kapital,
jangan bermimpi mendapat nilai berlebih.
Fenomena semacam ini yang akan terus mewarnai dunia pendidikan di sini. Perlu perjuangan
ekstra keras untuk melawan arus besar ini. Bahkan pemerintah, dengan UU di pundaknya,
seakan tak mampu mencegah. Sebaliknya dengan dalih keterbatasan dana, seolah-olah
XIV Editorial
-- 282
melakukan pembenaran terhadap arus modal yang tak peduli sisi lain, kecuali demi kepentingan
modal itu sendiri. Bahkan, mungkin juga ikut menikmati iklim kapitalisme yang merambah
dunia pendidikan.
Pertanyaannya adalah bagaimana menyikapi kondisi yang ada, yang sudah menjalar ke
segala sisi kehidupan? Kompromi, mungkin itulah salah satu cara untuk saat ini. Mencoba
berdamai dengan kapitalisme, karena kapitalisme adalah kenyataan objektif sekarang ini.
Menentang gelombang yang superkuat itu perlu persiapan dan langkah antisipatif yang pas.
Namun, berkompromi bukan berarti melupakan nilai-nilai lain yang lebih dalam, dari
sekadar bicara modal: moral, etika atau lainnya, yang sering terlibas oleh kekuatan kapital.
Keterpakuan terhadap kapital, selama ini menjadi penyebab keterlenaan yang panjang dalam
membangun manusia Indonesia seutuhnya. Ini yang harus jadi perhatian kita semua. (Sumber:
Pikiran Rakyat)
Teks berjudul “Pendidikan vs Kapitalisme” merupakan contoh editorial. Adapun yang
dimaksud dengan editorial itu sendiri adalah kolom khusus dalam surat kabar yang berisikan
tanggapan redaksi dari media yang bersangkutan terhadap satu peristiwa aktual. Tanggapan
ini bisa berupa dukungan, pujian, kritikan, bahkan cemoohan. Tajuk rencana dapat pula
diartikan sebagai artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap
peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan.
Dalam editorial atau tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah
aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah ini , kritik dan saran
atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca. Berbeda dengan kolom-kolom
lainnya yang berisikan fakta-fakta, tajuk lebih banyak mengemukakan pendapat-pendapat. Tentu
saja pendapat-pendapat itu berdasar analisis terhadap peristiwa atau fakta yang terjadi, yang
menjadi sorotan penting media itu.
Pendapat media yang satu dengan yang lainnya tentang suatu peristiwa dapat berbeda-
beda. Hal ini bergantung pada visi dan misi masing-masing media. Visi dan misinya itulah yang
menjadi sudut pandang media ini terhadap berbagai peristiwa yang disorotnya. Media yang
mempunyai visi kedaerahan akan berbeda sudut pandangnya dengan media yang bervisi nasional.
Demikian halnya, media yang memiliki misi kesehatan akan berbeda analisisnya dengan media
yang bermisi hukum.
Karena sifatnya yang “subjektif” itu, tentu saja kita pun bisa berbeda pandangan dengan
media itu. Kita tidak perlu dengan begitu saja menerima pendapat-pendapat media itu. Kita pun
boleh perpendapat lain dan memang sudah merupakan kewajiban kita untuk selalu bersikap
kritis terhadap berbagai pandangan dan pendapat yang dikemukakan oleh suatu media. Kita
tidak boleh dengan begitu saja membenarkan setiap pendapat yang dikemukakan. Kita tentunya
memiliki pendapat sendiri yang bisa sama atau berbeda dengan pendapat dari media itu. Namun
demikian, sikap kritis kita itu tentu saja harus pula berdasar fakta dan argumen yang jelas dan
meyakinkan.
Perhatikan kembali cara penyajian teks di atas. Walaupun disajikan dalam media massa, tajuk
berbeda dengan berita. Tajuk mengemukakan tanggapan redaktur dari media yang bersangkutan
berkenaan dengan peristiwa, kejadian, atau persoalan aktual. Biasanya tajuk berisikan pesan,
sikap, kritikan, ulasan, sambutan.
Tajuk berjudul “Pendidikan vs Kapitalisme” merupakan tanggapan terhadap permasalahan
yang terjadi dalam fenomena kapitalisme pendidikan di Indonesia. Media yang bersangkutan
mengungkapkan penyesalan dan kritikan terhadap fenomena ini . Perhatikan, misalnya,
kalimat berikut.
Editorial 283
1. Kapital hanya bicara soal untung dan uang yang berkuasa atas segalanya. Nilai-nilai
lain, terkadang harus menyisih. Tapi, harus diakui kapitalisme adalah sistem yang sudah
mendunia.
2. Keterpakuan terhadap kapital, selama ini menjadi penyebab keterlenaan yang panjang dalam
membangun manusia Indonesia seutuhnya. Ini yang harus jadi perhatian kita semua.
B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Editorial
1. Fungsi Teks Editorial
Editorial merupakan teks dalam suatu media massa yang menyatakan pandangan media
yang bersangkutan terhadap suatu permasalahan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, di
dalam editorial selalu ada fakta dan opini.
Editorial mengemukakan masalah aktual di masyarakat. Oleh redaksi, media yang
bersangkutan, masalah itu diulas dengan disertai tanggapan-tanggapan. Isi tanggapan itu
mungkin berupa pujian, kritikan, sindiran, ataupun saran.
Perhatikanlah kedua kalimat di bawah ini.
a. Jumlah siswa di kelas itu bertambah dari semula 30 orang menjadi 32 orang.
b. Perlu ada perubahan formasi tempat duduk agar suasana belajar di kelas ini lebih
menyenangkan.
Kalau kita perhatikan dengan cermat, isi dari kedua pernyataan itu berbeda. Pernyataan
(a) menyampaikan fakta atau informasi. Adapun, pernya taan kedua menyampaikan pendapat
atau saran terhadap fakta itu. Dengan memerhatikan sifat dari masing-masing pernyataan,
pernyataan (a) disebut dengan fakta dan pernyataan (b) disebut dengan pendapat atau opini.
a. Fakta adalah hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-
benar terjadi. Dengan kata lain, fakta merupakan potret tentang keadaan atau peristiwa.
Oleh karena itu, fakta sulit terbantahkan karena dapat dilihat, didengar, atau diketahui
oleh banyak pihak. Namun, fakta bisa saja berubah apabila ditemukan fakta baru yang
lebih jelas dan akurat.
b. Opini adalah pendapat, pikiran, ataupun pendirian. Opini belum pasti benar adanya.
Pendapat pribadi itu dapat salah atau benar, bukan? Pendapat seseorang juga dapat
berbeda dengan pendapat lainnya. Suatu pendapat semakin mendekati kebenaran apabila
ditunjang oleh fakta yang kuat dan meyakinkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fakta berfungsi sebagai dasar bagi suatu
pendapat. Penulis mengemukakan fakta terlebih dahulu; kemudian berpendapat. Mungkin
pula fakta berfungsi untuk memperjelas pendapat. Dalam hal ini, seseorang berpendapat
terlebih dahulu, kemudian menyertainya dengan fakta-fakta. berdasar pengertian dan
contoh-contoh di atas, kita sekarang bisa membedakan fakta dengan opini.
-- 284
Fakta
P
er
be
da
an
F
ak
ta
de
ng
an
P
en
da
pa
t
Tidak
terbantahkan
Jawaban dari apa,
siapa, berapa,
di mana, kapan
Pendapat
Memungkinkan
untuk berbantah-
bantahan
Jawaban dari
mengapa,
bagaimana
Dalam editorial ataupun tajuk rencana suatu surat kabar atau majalah, fakta dan opini
selalu muncul bersamaan. Pendapat-pendapat yang dikemukakannya itu bisa merupakan
tanggapan atas fakta aktual yang terjadi di masyarakat yang kemudian menjadi sorotan bagi
media itu.
Perhatikanlah contoh berikut.
Fakta Opini
1. Kini rata-rata waktu yang dipakai
setiap siswa untuk belajar sekitar lima
jam per hari.
2. Sementara itu, pada tahun sebelumnya
menurut survei sebuah LSM, waktu
belajar mereka di luar kegiatan
sekolah hanya 2-3 jam per hari.
Kesadaran akan pentingnya belajar pada
kalangan remaja Indonesia semakin
meningkat, terutama apabila dilihat dari
jumlah jam belajarnya. Kesadaran itu perlu
ditunjang oleh kepedulian pihak orang
tua dan pemerintah, misalnya dengan
menyediakan bahan bacaan yang bermutu
dan sesuai dengan taraf perkembangan
psikologi mereka.
Dari contoh di atas tampak bahwa opini yang dikemukakan itu merupakan tanggapan
atas fakta-fakta yang ada. Dapat pula sebaliknya, pendapat yang dikemukakan itu diperkuat
oleh fakta-fakta. Dengan adanya fakta-fakta menjadikan opini itu menjadi lebih kuat dan
meyakinkan.
Fakta dan opini bisa menjadikan wawasan pembacanya bertambah luas. Lebih dari
sekadar mengetahui tentang ada-tidaknya suatu peristiwa. Dengan membaca editorial, kita
pun dapat lebih memahami sekaligus dapat menilai (bersikap kritis) terhadap suatu peristiwa.
Perhatikanlah gambarannya dalam tabel berikut.
Mengetahui Memahami Mengkritisi
Waktu belajar siswa
sekitar lima jam per hari.
Kesadaran belajar remaja
Indonesia semakin meningkat
Perlu kepedulian pihak
orangtua dan pemerintah
Dengan demikian, fungsi dari keberadaan editorial lebih kompleks daripada berita.
Apabila membaca berita kita sekadar mengetahui adanya suatu peristiwa, dengan membaca
editorial kita pun akan lebih memahami dan bisa bersikap kritis. Hal ini karena di dalam
editorial ada pendapat-pendapat (penulis, redaksi) yang bisa memperjelas pemahaman
kita tentang peristiwa/keadaan yang menjadi ulasannya. Dengan sering membaca ataupun
menyimak editorial kita diharapkan lebih bijak di dalam menanggapi suatu berita; lebih
dewasa di dalam menghadapi suatu persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar kita.
Editorial 285
Mengetahui
Memahami
Mengkritisi, menilai
Arti Penting Membaca/Menyimak Editorial
2. Struktur Teks Editorial
Editorial termasuk ke dalam jenis teks argumentatif, seperti halnya eksposisi, ulasan,
dan teks-teks sejenis diskusi. Dengan demikian, struktur umum dari editorial adalah sebagai
berikut.
a. Pengenalan isu sebagai pendahuluan teks, yakni berupa sorotan peristiwa yang
mengandung suatu persoalan aktual. Dalam contoh di atas, fakta yang dimaksud adalah
peristiwa tukar guling SLTP 56, niat sebuah yayasan menjual sekolah miliknya di Kota
Bandung.
b. Penyampaian argumen‑argumen sebagai pembahasan, yakni berupa tanggapan-
tanggapan redaktur dari media yang bersangutan berkenaan dengan peristiwa, kejadian,
atau persoalan aktual. Dalam teks ini , bagian ulasan dinyatakan dalam paragraf
ke-2 sampai paragraf ke-6. Di dalam ulasannya, redaktur antara lain mengatakan
bahwa peristiwa itu merupakan wujud dari kapitalisme pendidikan. Dalam bagian ini,
penulis (redaktur) dapat pula menunjukkan keberpihakannya, entah itu kepada warga
tertentu, pemerintah, pengusaha, ataupun pihak-pihak lainnya. Dalam persoalan ini,
tampak bahwa redaktur berpihak pada warga yang hak-haknya terpinggirkan. Redaktur
kemudian mengkritik atau menyalahkan pemerintah yang seolah-olah tidak berdaya di
dalam menghadapi arus kapitalisme.
c. Kesimpulan, saran ataupun rekomendasi sebagai penutup, berupa pernyataan dalam
menyelesaikan persoalan yang dikemukakan sebelumnya. Dalam teks itu, saran-saran
redaktur dinyatakan dalam paragraf ke-7-8. Saran yang dimaksud berupa kompromi,
yakni berdamai dengan kapitalisme, perlunya persiapan dan langkah antisipatis terhadap
kekuatan yang tak terbendung itu.
Struktur
Editorial
Argumen-
argumen
Pengenalan
Isu
Kesimpulan/
Rekomendasi
• Masalah yang menjadi
sorotan di masyarakat
(pro-kontra)
• Sikap akhir
• Saran penyelesaian
• Pendapat/pandangan
redaksi berdasar
sudut pandang tertentu
-- 286
Berikut contoh struktur editorial lainnya.
Teks Bagian Penjelasan
Buruknya Pelayanan Pendidikan Judul
Desentralisasi yang sudah lima belas tahun
dilaksanakan, saat ini dianggap sedang menuju ke arah
kegagalan. Salah satu indikator yang ditunjuk adalah
pelaksanaan demokrasi dengan melakukan pemilihan
langsung kepala daerah, yang hasilnya, melahirkan
pimpinan yang korup dan tidak kompeten.
Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi
Indonesia 2033 melalui sebuah diskusi yang digelar
kemarin. Sebagaimana dikemukakan salah satu
pembicara dari ITS Surabaya, Daniel Rosyid, akibat
lahirnya pimpinan korup dan tak kompeten ini, warga
gagal mendapatkan pelayanan publik yang memadai.
Apa yang diungkap Tim Visi Indonesia 2033 ini,
rasanya sudah menjadi rahasia umum, merupakan
masalah yang sejak lama sudah dirasakan masyarakat.
Kendati demikian, diskusi yang digelar Tim Visi
ini kemarin, memang sangat tepat sebagai forum
reaktualisasi masalah yang dihadapi masyarakat
sehari-hari yang sudah sejak lama terjadi.
Pengenalan
isu
Pemilihan kepala
daerah yang
melahirkan
pemimpin
korup dan tidak
kompeten
Seperti biasanya, masalah yang lama terjadi,
berulang-ulang dan tak ada perbaikan sama sekali
- sementara itu, kapasitas pimpinan yang ada tak
mampu membawa perubahan — kecenderungannya
akan menjadi masalah biasa yang tak dianggap lagi
sebagai masalah.
Buruknya pelayanan kepada warga adalah masalah
lama yang terus terjadi berulang-ulang dan karenanya,
banyak kepala daerah menganggap hal ini
bukan lagi sebagai masalah. Masyarakat banyak pun,
menyerah “pasrah bongkok-an’’ tenggelam dalam
lautan gerutu.
Banyaknya jumlah kepala daerah yang tersangkut
perkara korupsi, juga sudah lama menjadi isu yang
mengusik perhatian publik. Sejak 2004 hingga 2012,
lebih dari 175 kepala daerah yang terdiri atas 17
gubernur dan 158 bupati dan wali kota menjalani
pemeriksaan di lembaga antikorupsi ini. Ini berarti
lebih dari separuh (50 persen) kepala daerah tingkat
satu terseret kasus korupsi. Sampai November,
angkanya terus bertambah, mencapai 309.
Argumen-
argumen
• Pelayanan
pemerintah
kepada
warganya
buruk
• Kepala daerah
banyak
tersangkut
korupsi
Editorial 287
Demikian juga terhadap buruknya pelayanan
publik yang dirasakan masyarakat selama ini. Terjadi
lama, dan berulang, tak ada perbaikan. Lalu, menjadi
biasa. Itu sebabnya kita tak heran atau kaget saat
Ombudsman, mengungkapkan, dinas pendidikan
menjadi satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
provinsi yang rawan pungutan liar. Kerawanan muncul
karena 22 dinas pendidikan provinsi yang diteliti tak
menerapkan standar pelayanan berdasar Undang-
Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Pertanyaannya, siapa anggota masyarakat yang
tidak mengeluhkan sistem pelayanan yang diberikan
dunia pendidikan selama ini?
Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, misalnya,
sudah sejak tahun lalu, muncul keresahan di tengah
masyarakat yang mendiami pinggiran ibu kota.
Secara administratif mereka adalah penduduk Bekasi,
Bogor, Depok, atau Tangerang. Akan tapi, secara
fisik karena di sekitar tempat tinggal mereka sekolah
sangat kurang, anak-anak mereka pun disekolahkan
ke Jakarta. Namun, kebijakan yang muncul kemudian,
mereka didiskriminasi.
Contoh, anak-anak yang nonpenduduk DKI,
katakanlah Bekasi, yang ingin masuk ke SMA di Jakarta
setelah lulus SMP, diberi kesempatan mengikuti tes
hanya satu putaran. Jika dalam satu putaran tes mereka
tak lulus, tak ada pilihan yang nyangkut, anak-anak
itu selesai. Tak ada kesempatan untuk mengikuti tes
lagi sebagaimana anak-anak penduduk DKI. Ke mana
mereka akan bersekolah? Tak ada peluang, karena di
Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di
Jakarta.
Diskriminasi lain adalah untuk masuk SMA
tertentu, bagi anak-anak DKI misalnya disyaratkan
memiliki nilai NEM 36, sedangkan bagi anak-
anak korban diskriminasi tadi diharuskan memiliki
NEM lebih tinggi lagi, yaitu 37. Inilah contoh buruk
pelayanan yang diciptakan dinas pendidikan, yang
mempersetankan hak-hak rakyat dan pelayanan yang
berkeadilan. Silakan ombudsman. (Sumber: Harian
Terbit)
Rekomendasi Saran kepada
ombudsman
untuk menangani
buruknya
pelayanan
pemerintah
-- 288
3. Kaidah Teks Editorial
Kaidah atau karakteristik umum editorial adalah sebagai berikut.
a. Ulasan terhadap fenomena atau peristiwa aktual yang menjadi sorotan khalayak. Dalam
contoh di atas, fenomena yang dimaksud berupa tukar guling dan penjualan sekolah
terhadap pihak swasta.
b. Penulisnya adalah redaksi dari media itu sendiri. Adapun kalau ditulis oleh pihak lain,
teks ini dikelompokkan ke dalam artikel biasa.
Adapun kaidah dari segi kebahasaan, editorial memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Adanya penggunaan ungkapan-ungkapan retoris. Dalam teks di atas, ungkapan-ungkapan
yang dimaksud, antara lain, seperti berikut.
1) Lalu, di mana idealisme pendidikan?
2) Apa arti pendidikan adalah hak semua warga negara (baik yang punya akses terhadap
kapital maupun tidak)?
Cara itu dipakai untuk menarik perhatian pembaca (khalayak) sehingga tergugah
untuk melanjutkan pembahasan atas isu yang disorotinya.
b. Banyak memakai kata-kata populer sehingga mudah bagi khalayak untuk
mencernanya. Kata-kata yang dimaksud, antara lain, adalah ribut‑ribut, ongkos, tengok,
suka, tak suka, geliat, berlebih, enggan, ekstra keras, pas.
c. Banyaknya kata ganti tunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal
lainnya yang menjadi fokus ulasan.
Contoh:
1) Desentralisasi yang sudah lima belas tahun dilaksanakan, saat ini dianggap sedang
menuju ke arah kegagalan.
2) Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi Indonesia 2033 melalui sebuah
diskusi yang digelar kemarin.
3) Apa yang diungkap Tim Visi Indonesia 2033 ini, rasanya sudah menjadi rahasia
umum, merupakan masalah yang sejak lama sudah dirasakan masyarakat.
4) Kendati demikian, diskusi yang digelar Tim Visi ini kemarin, memang sangat tepat
sebagai forum reaktualisasi masalah yang dihadapi masyarakat sehari-hari yang
sudah sejak lama terjadi.
d. Banyaknya penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, sebab, oleh sebab
itu. Hal ini terkait dengan penggunaan sejumlah argumen yang dikemukakan redaktur
berkenaan dengan masalah yang dikupasnya.
Contoh:
1) Buruknya pelayanan kepada warga, adalah masalah lama yang terus terjadi berulang-
ulang dan karenanya, banyak kepala daerah menganggap hal ini bukan lagi
sebagai masalah.
2) Itu sebabnya kita tak heran atau kaget saat Ombudsman, mengungkapkan, dinas
pendidikan menjadi satuan perangkat kerja daerah (SKPD) provinsi yang rawan
pungutan liar.
Editorial 289
3) Kerawanan muncul karena 22 dinas pendidikan provinsi yang diteliti tak menerapkan
standar pelayanan berdasar Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.
4) Tak ada peluang, karena di Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di
Jakarta.
e. Banyaknya penggunaan konjungsi pertentangan, seperti akan tetapi, namun. Hal itu
terkait dengan masalah yang diangkat dalam editorial yang bersifat pro dan kontra.
1) Akan tetapi, secara fisik karena di sekitar tempat tinggal mereka sekolah sangat
kurang, anak-anak mereka pun disekolahkan ke Jakarta.
2) Namun, kebijakan yang muncul kemudian, mereka didiskri minasi.
C Perbandingan Teks Editorial
1. Teks Editoral dengan Teks Editorial Lainnya
Perhatikan kembali dua contoh editorial di atas. Secara umum kedua teks ini memiliki
tema yang sama, yakni menyoroti masalah pendidikan. Spesifikasinya, editorial I berkaitan
dengan masalah kapitalisme dan editorial II berhubungan dengan pelayanan pendidikan.
Persamaan lainnya, kedua editorial ini sama-sama berpihak pada warga dan cenderung
menyalahkan pemerintah yang dianggapnya mengabaikan tanggung jawabnya di dalam
melayani kebutuhan pendidikan masyarakat.
Dalam hal strukturnya, kedua editorial ini sama-sama diawali dengan pengenalan
masalah (isu) yang akan dibahasnya.
a. Editorial I tentang isu kapitalisme pendidikan, yakni tukar guling dan penjualan sekolah
kepada swasta.
b. Editorial II tentang isu desentralisasi yang cenderung mengalami kegagalan, yang
ditunjukkan oleh rendahnya pelayanan di dalam bidang pendidikan.
c. Pada kedua editorial itu pun sama-sama ditemukan pertanyaan-pertanyaan retoris.
Pertanyaan Retoris
Editorial I Editorial II
Pertanyaannya, siapa
anggota masyarakat
yang tidak mengeluhkan
sistem pelayanan
yang diberikan dunia
pendidikan selama ini?
• Lalu, di mana idealisme pendidikan? Apa arti pendidikan
adalah hak semua warga negara (baik yang punya akses
terhadap kapital maupun tidak)?
• Bahkan, mungkin juga ikut menikmati iklim kapitalisme yang
merambah dunia pendidikan?
• Pertanyaannya adalah bagaimana menyikapi kondisi yang ada,
yang sudah menjalar ke segala sisi kehidupan?
e. Pada kedua editorial itu pun banyak ditemukan penggunaan konjungsi yang bermakna
pertentangan.
-- 290
Editorial I Editorial II
• Kendati demikian, diskusi yang digelar
Tim Visi ini kemarin, memang sangat
tepat sebagai forum reaktualisasi masalah
yang dihadapi masyarakat sehari-hari
yang sudah sejak lama terjadi.
• Seperti biasanya, masalah yang lama
terjadi, berulang-ulang dan tak ada
perbaikan sama sekali -sementara
itu, kapasitas pimpinan yang ada
tak mampu membawa perubahan —
kecenderungannya akan menjadi masalah
biasa yang tak dianggap lagi sebagai
masalah.
• Akan tetapi, secara fisik karena di
sekitar tempat tinggal mereka sekolah
sangat kurang, anak-anak mereka
pun disekolahkan ke Jakarta. Namun,
kebijakan yang muncul kemudian, mereka
didiskriminasi
• Diskriminasi lain adalah, untuk masuk
SMA tertentu, bagi anak-anak DKI
misalnya disyaratkan memiliki nilai NEM
36, sedangkan bagi anak-anak korban
diskriminasi tadi diharuskan memiliki
NEM lebih tinggi lagi, yaitu 37.
Di samping kesamaan-kesamaan itu, kedua editorial ini memiliki perbedaan-
perbedaan. Perbedaan yang mudah dikenali adalah spesifikasi temanya. Seperti yang telah
diungkapkan di atas bahwa spesifikasi tema editorial I adalah tentang masalah kapitalisme
pendidikan dan tema editorial II tentang buruknya pelayanan pendidikan. Perbedaan lainnya
tampak pada struktur penyajiannya. Pada bagian akhir, editorial I memberi solusi, yakni
dengan jalan kompromi, yakni dengan berdamai dengan kekuatan kapitalisme, sedangkan
editorial II tidak memberi solusi. Penulis malah menyerahkan persoalan itu kepada
lembaga ombudsman.
Dalam hal diksi atau pemilihan kata yang dilakukan oleh kedua editorial ini juga
menunjukkan perbedaan.
a. Bahasa dalam editorial I cenderung lebih populer. Banyak kata nonbaku dipakai di
dalamnya. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rebut, suka, geliat, berlebih, enggan.
b. Bahasa dalam editorial II cenderung lebih baku. Meskipun demikian, masih ditemukan
pula satu-dua kata yang tidak baku, seperti penggunaan kata tak, tapi.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada editorial yang satu dengan yang lainnya
mungkin saja disebabkan oleh gaya selingkung yang berlaku pada media massa yang tidak
sama. Hal ini karena setiap media memiliki kebijakan dan gaya tersendiri, baik itu dalam
kaitan dengan isi, struktur, ataupun kaidah kebahasaannya.
Bagaimana dengan perbandingan kedua editorial di bawah ini?
Teks I
Agar Banjir Tidak Berulang
Banjir yang kembali menyambangi Jakarta sejak hari Minggu (12/1) malam hingga
Senin (13/1) seperti mengulang cerita sama di Ibu Kota.
Setiap tiba musim hujan, warga Jakarta harap-harap cemas. Meskipun peringatan
dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut puncak musim hujan
diperkirakan terjadi akhir Januari, hujan deras hari Minggu lalu menyebabkan banjir
datang lebih awal.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah banyak berupaya. Kali-kali kecil, termasuk
saluran penghubung, sebanyak 884 buah dan waduk dibersihkan dari sampah. Para
pemukim di sepanjang bantaran sungai dan waduk bertahap dipindahkan ke rumah susun
Editorial 291
agar sungai dan waduk dapat dinormalkan fungsinya. Kenyataannya, saat ini kerja ini
belum cukup. Banjir di Jakarta, seperti juga di banyak tempat lain, disebabkan berbagai
faktor. Mulai dari cuaca, perilaku masyarakat, hingga kebijakan pemerintah.
Cuaca di Jakarta dipengaruhi iklim global, termasuk perubahan iklim. Badai dingin
di Kanada dan Amerika Utara telah bergerak ke Asia dan akan memengaruhi terbentuknya
awan hujan di bagian barat Indonesia, termasuk Jakarta. Perilaku masyarakat sangat
besar pengaruhnya. Pendirian bangunan yang berizin maupun tidak berizin di bantaran
sungai menyebabkan lebar sungai menyusut. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan
selokan masih dilakukan warga Jakarta meski tahu sampah menyumbat badan air dan
menyebabkan banjir.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentu tidak dapat bekerja sendirian. Kerja sama
dengan Pemprov Jawa Barat dan Banten perlu diintensifkan. Daerah aliran sungai yang
bermuara di Jakarta berada di provinsi tetangga. Perlu solusi konkret mengatasi kerusakan
daerah aliran sungai (DAS) di hulu. Termasuk, wacana manfaat bagi penduduk sekitar
DAS yang memelihara lingkungan, sementara manfaatnya dirasakan warga di tempat
lain.
Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum berperan menangani 13
sungai besar di Jakarta. Proyek sodetan antara Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Timur
serta normalisasi Sungai Ciliwung dimulai 23 Desember lalu setelah Pemprov DKI
menyanggupi pembebasan tanah. Jika selesai empat tahun lagi, diharapkan banjir akibat
luapan Ciliwung akan banyak berkurang.
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, berulang kali mengatakan, permasalahan dan
solusi banjir Jakarta sudah jelas.Yang diperlukan adalah ketekunan, dan kesabaran karena
butuh waktu.Yang juga dituntut dari Gubernur DKI dan wakilnya adalah pengawasan agar
semua pihak mematuhi rencana tata ruang wilayah.
Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, perlu memakai
popularitas mereka untuk tak bosan mengajak masyarakat mengubah perilaku. Tanpa
dukungan masyarakat Jakarta dan provinsi tetangga, warga Ibu Kota akan terus mengulang
cerita lama setiap kali musim hujan tiba.
Sumber: Harian Terbit
Teks II
Kekhawatiran Lain atas Banjir
Perhatian atas kehancuran ekologis, termasuk bahaya banjir dengan segala dampaknya,
dikhawatirkan akan langsung surut begitu bencana berlalu.
Kekhawatiran itu beralasan, lebih-lebih karena kegaduhan, termasuk gugatan dan suara
protes, lazim bermunculan saat terjadi bencana banjir atau tanah longsor. Begitu bencana
berlalu, perhatian kita pun surut dan kembali tidak dipedulikan sebagai kekhawatiran lain
atas penanganan bahaya banjir.
Perilaku semacam ini dapat menjelaskan mengapa bencana ekologis, seperti petaka
banjir dan tanah longsor, terus menerjang, tidak mereda, bahkan meningkat. Bencana banjir
yang menerjang berbagai tempat di Indonesia dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan
kehancuran ekologis, yang perlu ditangani secara serius.
-- 292
Bencana ekologis, seperti terjangan banjir dan tanah longsor, termasuk tantangan
yang dapat diantisipasi. Tidak seperti letusan gunung api, gempa tektonik dan tsunami
yang sulit diprediksi, bahaya banjir tergolong dapat diantisipasi, bahkan dapat dicegah.
Namun, upaya mengatasi bahaya banjir sebagai prioritas tidak begitu kentara.
Setelah banjir berlalu, sangat diperlukan evaluasi untuk mengidentifikasi sumber
persoalan, yang bersifat struktural dan kultural. Selama persoalan struktural, seperti proses
perizinan yang tidak memerhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan, bencana
ekologis dan petaka banjir akan semakin menjadi ancaman.
Banyak lokasi tangkapan air berubah fungsi menjadi gedung karena proses perizinan
yang diberikan atas godaan kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan dampak buruk
jangka panjang. Persoalan struktural ini diperburuk oleh persoalan kultural. Secara
kultural, misalnya, masyarakat Indonesia umumnya mengenal istilah membuang sampah
ketimbang mengelola sampah.
Atas dasar itu, perlu didorong gerakan untuk mengubah kebiasaan membuang menjadi
mengelola sampah untuk lingkungan yang lebih bersih, sehat, aman, dan nyaman. Seluruh
lapisan masyarakat perlu dididik tentang pentingnya mengelola sampah. Tidak mencemari
sungai dan alam sekitar dengan sampah.
Tentu saja banjir dan petaka ekologis lain merupakan ancaman berbahaya, tetapi
jauh lebih berbahaya lagi jika tidak juga muncul kesadaran dan tindakan nyata untuk
melakukan aksi pencegahan. Kerugian besar akan terjadi setiap tahun jika banjir tidak
segera diatasi. Atas dasar itu, upaya mengatasi korban banjir sangatlah penting, tetapi tidak
kalah mendesak melakukan tindakan nyata agar banjir tidak menjadi bencana tahunan.
Sungguh konyol, jika pemerintah dari pusat sampai ke daerah, ditambah dengan
masyarakat, tidak melakukan tindakan terpadu untuk mencegah ancaman bahaya banjir
dan bencana ekologis lainnya. Saatnya mengelola sampah dan memerhatikan tata ruang
secara lebih serius untuk mencegah bencana lingkungan yang lebih runyam (Sumber:
Harian Terbit).
2. Teks Editorial dengan Berita
Editorial dan berita merupakan teks yang sama-sama dijumpai di dalam media massa,
seperti pada surat kabar ataupun majalah. Keduanya pun selalu terkait dengan peristiwa-
peristiwa aktual. Hanya saja dalam editorial, penulis dapat beropini. Sementara itu, dalam
berita, penulis sama sekali tidak boleh beropini ataupun berpendapat. Ia hanya bertugas
mengemukakan fakta dan fakta.
Editorial termasuk ke dalam jenis teks argumentatif. Dengan demikian, kekuatan
berargumen penulisnyalah yang utama. Sementara itu, berita tergolong ke dalam jenis
laporan (report), lebih tepatnya disebut sebagai news item. Kedua jenis teks itu berbeda pula
dalam struktur penyajiannya. Editorial diawali dengan pengenalan isu, deretan gagasan, dan
rekomendasi. Berita diawali dengan pengenalan peristiwa yang terpola sebagai lead. Di
dalamnya terkandung unsur 5W + 1H (what, who, where, when, why, how) atau yang lazim
disingkat ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana). Lead atau kepala
berita kemudian diikuti oleh tubuh berita (middle, key event) dan ekor berita (end).
Editorial 293
berdasar kaidahnya, berita banyak didominasi oleh fungsi-fungsi kalimat yang
menyatakan keterangan tempat sebagai jawaban atas pertanyaan di mana dan keterangan
waktu sebagai jawaban atas pertanyaan kapan. Berita pada umumnya disajikan secara
kronologis. Oleh karena itu, konjungsi yang menyatakan urutan waktu sangat mudah kita
jumpai di dalamnya. Adapun editorial cenderung disajikan secara kausalitas. Konjungsi yang
bermakna kausalitas (penyebaban) lebih banyak dijumpai daripada konjungsi lainnya.
Aspek
Jenis Teks
Editorial Berita
1. Fungsi a. Berkenaan dengan suatu
peristiwa aktual yang
menjadi sorotan khalayak
(bersifat pro dan kontra).
b. Menyampaikan suatu pen-
dapat dengan meyakinkan.
a. Berkenaan dengan suatu peristiwa
aktual.
b. Bertujuan untuk menyampaikan
fakta atau informasi dengan
sejelas-jelasnya.
2. Struktur a. Diawali dengan penge nalan
isu (masalah).
b. Diikuti dengan penyajian
argumentasi-argumentasi
dan rekomendasi.
a. Diawali dengan penge-
nalan peristiwa dengan pola
ADIKSIMABA (apa, di mana,
kapan, siapa, mengapa, bagaimana).
b. Diikuti dengan paparan fakta lain
yang lebih spesifik.
3. Kaidah Banyak memakai konjungsi
penyebaban.
Banyak memakai konjungsi
kronologis dan keterangan waktu/
tempat.
D Menulis Teks Editorial
Penulis editorial yang sesungguhnya adalah redaksi dari suatu media berdasar peristiwa
aktual (isu) yang menjadi kepentingan publik. Namun, sebagai bahan pembelajaran, alangkah
lebih baik apabila kita pun berlatih menuliskannya. Cara ini akan bermanfaat pula dalam
pengembangan kecakapan tulis-menulis secara umum.
berdasar pengertiannya itu, untuk menulis suatu editorial, langkah-langkah yang harus
kita lakukan adalah sebagai berikut: memilih (selecting), mengumpulkan (collecting), mengaitkan
(connecting), dan memperbaiki (correcting).
1. Pada langkah pertama, kita harus memilih isu-isu yang hendak diangkat. Perlu pertimbangan
tersendiri untuk menentukannya. Pertimbangan ini kembali pada kebijakan kita sendiri
sebagai awak media.
2. Tahap berikutnya, pengumpulan data pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak
disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta seputar isu yang diangkat akan menjadi daya
penguat akan objektivitas tulisan editorial itu sendiri daripada sekadar opini. Untuk memberi-
kan nilai yang lebih kuat, kita pun harus mengumpulkan teori-teori ataupun pendapat ahli
yang bisa menjadikan pendapat kita itu lebih berbobot.
-- 294
3. Langkah ketiga ialah menghubungkan atau mengaitkan. Sebelum menyusun draf editorial,
kita harus merembukkannya dengan anggota redaksi. Perlu diingat bahwa editorial itu
mewakili sikap media kita. Oleh karena itu, di samping kesepakatan akan isu yang dipilih,
juga detail-detail dan contoh-contoh yang akan diungkapkan pun harus disepakati bersama.
Lakukanlah pembicaraan tentang opini-opini yang akan disampaikan. Jangan lupa, kita pun
perlu menawarkan solusi pada akhir editorial.
4. Akhirnya, lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap hasil tulisan ini . Editorial itu harus
jelas dan bertenaga. Akan tapi, jangan sampai menyerang pihak lain. Upayakan pula untuk
tidak terlalu mengajari. Susunan paragraf tersusun dengan padu. Kalimatnya efektif dan kata-
katanya lugas. Sekali lagi, berbagai contoh dan ilustrasi akan bermanfaat. Apalagi kutipan-
kutipan yang berbobot, akan menguatkan opini kita. Yang lebih penting lagi, kemukakan
semua dengan jujur dan akurat.
Memilih isu
Mengaitkan
bagian-bagian
editorial dan
mengembang-
kannya
Mengumpulkan
data pendukung
Memeriksa
ketepatan isi,
struktur, dan
kaidah kebahasaan
editorial
Langkah-langkah Penulisan Editorial
Soal-soal Latihan
Pilihlah jawaban yang paling benar!
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 1‑2)
Ribut-ribut seputar dunia pendidikan tak sekadar dihiasi mahalnya ongkos untuk jadi orang pintar,
tapi juga diwarnai oleh pertarungan idealisme melawan arus kapitalisme.Tengok saja soal Bogor
Agribusiness Center di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).Tukar guling SLTP 56 di “daerah
emas” Melawai, Jakarta Selatan. Dan, niat sebuah yayasan menjual sekolah miliknya di Kota
Bandung.
1. Isu yang diperkenalkan dalam cuplikan ini tentang ….
A. kapitalisme dalam pendidikan
B. seputar dunia pendidikan
C. mahalnya biaya pendidikan
D. idealisme melawan arus kapitalisme
E. mahalnya mencetak orang pintar
Editorial 295
2. Konjungsi pertentangan di dalam cuplikan ini adalah ….
A. juga D. dan
B. tapi E. saja
C. tetapi
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 3‑4)
(1) Suka atau tak suka, disadari atau tidak, arus kapitalisme telah merasuk ke dalam urat nadi
kehidupan manusia Indonesia. (2) Jadi, tak usah heran jika geliat hal yang sama masuk ke berbagai
aspek, (3) termasuk menyentuh kegiatan pendidikan. (4) Mulai dari kewajiban murid membeli
buku yang diwajibkan, (5) jalur khusus penerimaan mahasiswa lewat uang pangkal yang besar,
hingga Malang Town Square di area kampus Universitas Brawijaya Malang.
3. Masalah yang pro dan kontra ditandai dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (5)
C. (3)
4. Keberadaan fakta dalam cuplikan di atas ditandai dengan nomor ….
A. (1) dan (2) D. (4) dan (5)
B. (2) dan (3) E. (1) dan (5)
C. (3) dan (4)
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 5‑6)
(1) Fenomena semacam ini yang akan terus mewarnai dunia pendidikan di sini. (2) Perlu
perjuangan ekstra keras untuk melawan arus besar ini. (3) Bahkan pemerintah, dengan UU
di pundaknya, seakan tak mampu mencegah. (4) Sebaliknya dengan dalih keterbatasan dana,
seolah-olah melakukan pembenaran terhadap arus modal yang tak peduli sisi lain, kecuali demi
kepentingan modal itu sendiri. (5) Bahkan, mungkin juga ikut menikmati iklim kapitalisme yang
merambah dunia pendidikan?
5. Kaidah kebahasaan sebagai karakteristik teks editorial tampak dalam cuplikan ini , yakni
….
A. adanya penggunaan konjungsi kronologis
B. adanya penggunaan konjungsi pertentangan
C. adanya konjungsi kekecualian
D. adanya konjungsi penjelasan
E. adanya konjungsi temporal
6. Kalimat yang mengandung kata tunjuk tempat adalah ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (6)
C. (3)
-- 296
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 7‑8)
Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi Indonesia 2033 melalui sebuah diskusi yang digelar
kemarin. Sebagaimana dikemukakan salah satu pembicara dari ITS Surabaya, Daniel Rosyid,
akibat lahirnya pimpinan korup dan tak kompeten ini, warga gagal mendapatkan pelayanan publik
yang memadai.
7. Cuplikan di atas mengangkat isu tentang ….
A. visi Indonesia 2033
B. kepemimpinan Indonesia
C. kegagalan dalam pemerintahan
D. kompetensi kepempinnan
E. pelayanan publik
8. Penanda kaidah kebahasaan sebagai teks editorial tampak pada ….
A. penggunaan kata penunjuk
B. penggunaan kata yang
C. penggunaan konjungsi kronologis
D. penggunaann konjungsi relasional
E. pengunaan kata depan dari
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomo 9‑10)
(1) Banyaknya jumlah kepala daerah yang tersangkut perkara korupsi, (2) juga sudah lama
menjadi isu yang mengusik perhatian publik. (3) Sejak 2004 hingga 2012, lebih dari 175 kepala
daerah yang terdiri atas 17 gubernur dan 158 bupati dan wali kota menjalani pemeriksaan di
lembaga antikorupsi ini. (4) Ini berarti lebih dari separuh (50 persen) kepala daerah tingkat
satu terseret kasus korupsi. (5) Sampai November, angkanya terus bertambah, mencapai 309.
9. Isu yang disampaikan dalam cuplikan di atas dinyatakan dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (5)
C. (3)
10. Kata yang menyatakan hubungan secara kronologis (temporal) adalah ….
A. sudah D. ini
B. lama E. dengan
C. sejak
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 11‑12)
Contoh, anak-anak yang nonpenduduk DKI, katakanlah Bekasi, yang ingin masuk ke SMA
di Jakarta setelah lulus SMP, diberi kesempatan mengikuti tes hanya satu putaran. Jika dalam
satu putaran tes mereka tak lulus, tak ada pilihan yang nyangkut, anak-anak itu selesai.Tak ada
kesempatan untuk mengikuti tes lagi sebagaimana anak-anak penduduk DKI. Ke mana mereka
akan bersekolah? Tak ada peluang, karena di Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di
Jakarta.
Editorial 297
11. Kaidah kebahasaan teks editorial yang tampak pada cuplikan di atas adalah ….
A. adanya penggunaan argumentasi
B. adanya pengenalan isu
C. adanya pemakaian kalimat retoris
D. adanya penggunaan konjungsi mempertentangkan
E. adanya penggunaan kata kerja material
12. Konjungsi kausalitas dalam cuplikan di atas dinyatakan dalam kalimat ….
A. pertama D. keempat
B. kedua E. kalimat
C. ketiga
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 13‑14)
Setiap tiba musim hujan, warga Jakarta harap-harap cemas. Meskipun peringatan dari Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut puncak musim hujan diperkirakan terjadi
akhir Januari, hujan deras hari Minggu lalu menyebabkan banjir datang lebih awal.
13. Permasalahan yang disorot di dalam cuplikan editorial di atas adalah tentang ….
A. kecemasan warga Jakarta
B. peran BMKG
C. musibah pada musim hujan
D. musim hujan yang mencapai puncaknya
E. bahaya banjir bagi warga Jakarta
14. Makna kata yang dominan di dalam cuplikan di atas merujuk pada ….
A. tempat D. orang
B. suasana E. aktivitas
C. waktu
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 15‑16)
(1) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentu tidak dapat bekerja sendirian. (2) Kerja sama dengan
Pemprov Jawa Barat dan Banten perlu diintensifkan. (3) Daerah aliran sungai yang bermuara
di Jakarta berada di provinsi tetangga. (4) Perlu solusi konkret mengatasi kerusakan daerah
aliran sungai (DAS) di hulu. (5) Termasuk, wacana manfaat bagi penduduk sekitar DAS yang
memelihara lingkungan, sementara manfaatnya dirasakan warga di tempat lain.
15. Kalimat yang menyatakan fakta ditandai dengan nomor ….
A. (1) D. (4)
B. (2) E. (5)
C. (3)
16. Kata yang tidak baku adalah ….
A. sendirian D. konkret
B. kerja sama E. di hulu
C. Pemprov
(Cuplikan di bawah ini dipakai untuk menjawab soal nomor 17‑18)
-- 298
Data yang disampaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah, akhir pekan lalu,
mencengangkan kita. Menurut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi setempat,
berdasar surat persetujuan ekspor kopi (SPEK) yang dikeluarkan, jumlah ekspor kopi arabika
Gayo asal kabupaten ini mencapai 4.604 ton lebih.
17. Fakta yang terungkap dalam cuplikan editorial di atas adalah ….
A. data itu mencengangkan kita
B. SPEK berkenaan dengan ekspor kopi arabika
C. jumlah ekspor kopi arabika Gayo mencapai 4.604 ton lebih
D. jumlah ekspor kopi di wilayah Aceh tengah jumlahnya sangat luar biasa
E. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi menyampaikan surat persetujuan ekspor
kopi (SPEK)
18. Kata penunjuk waktu dalam cuplikan di atas adalah ….
A. akhir D. asal
B. lalu E. ini
C. dan
19. Sektor perkebunan dan pertanian sejatinya benar-benar bisa dikelola dan berperan besar
untuk mengangkat derajat kehidupan perekonomian masyarakat, khususnya pelaku sektor
ini, untuk menjadi sejahtera. Bukan hanya pengusaha, melainkan petani itu sendiri. Paling tidak,
nilai ekspor yang dinikmati petani kopi arabika Gayo ini bisa menjadi rujukan. Tingginya nilai
jual ini terutama karena mutu dan kekhasan citarasa kopi ini.
Sikap kritis yang diperoleh setelah membaca teks di atas adalah ….
A. Nilai ekspor dinikmati petani kopi arabika Gayo.
B. Tingginya nilai jual ini disebabkan oleh mutu dan kekhasan citarasa kopi ini.
C. Sektor perkebunan dan pertanian bisa dikelola dan berperan besar untuk mengangkat
derajat kehidupan perekonomian masyarakat.
D. Pelaku sektor perkebunan dan pertanian harus dikembangkan agar menjadi sejahtera.
E. Bukan hanya pengusaha, melainkan petani itu sendiri, dapat memperoleh keuntungan
ekonomi dari pengelolaan itu.
20. Contoh peristiwa yang layak menjadi soroton dalam editorial adalah ….
A. Para siswa merayakan tahun baru bersama dengan mengadakan pentas seni di
sekolahnya.
B. Masyarakat Desa Sukamaju melakukan gotong royong dalam membersihkan selokan
yang sering tersumbat saat hujan.
C. Para pengendara bermotor mendapat pelayanan kesehatan gratis setelah mereka
terhambat perjalanannya gara-gara sebuah truk yang mogok di Tanjakan Nagreg.
D. Terjadi tawuran antarkampung di wilayah tengah sehingga beberapa rumah ikut porak
poranda.
E. Acara kejutan ditiadakan dalam perayaan itu karena dikhawatirkan menimbulkan salah
pengertian pada penduduk setempat.
--299
A Pengertian Novel
Novel merupakan teks naratif yang fiksional. Isinya mengisahkan sisi utuh atas problematika
kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Karena kisah kehidupan yang diceritakan itu
bersifat utuh, bentuk novel terdiri atas puluhan bahkan ratusan halaman. Karakteristik novel
lainnya adalah sebagai berikut.
1. Alur rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh perubahan nasib pada diri sang tokoh. Misalnya,
dari menjomblo menjadi menikah, dari miskin menjadi kaya raya.
2. Tokohnya banyak dalam berbagai karakter. Ada tokoh protagonis, anta gonis, statis, dan
macam-macam tokoh lainnya dalam beragam peran.
3. Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu yang relatif lama, bisa mencapai
puluhan bahkan ratusan tahun.
4. Tema relatif kompleks, ditandai oleh adanya tema-tema bawahan.
B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Novel
1. Fungsi Novel
Entah sudah berapa puluh ribu judul novel yang telah dikarang dan telah jutaan pula
manusia yang membacanya, dari sejak zaman dulu hingga sekarang. Karya manusia yang
satu ini terus-menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan kita.
Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa novel memberi hiburan atau rasa
senang. Kita memperoleh kenikmatan batin dengan membaca novel. Dengan membaca novel
seolah-olah kita menjalani kehidupan bersama tokoh-tokoh dalam novel itu. saat tokoh
utamanya mengalami kesenangan, kita pun turut senang; saat mengalami kegetiran hidup,
kita pun turut sedih ataupun kecewa.
Selain itu, dengan membaca suatu novel kita bisa belajar tentang kehidupan; bisa lebih
bijak pula dalam menghadapi beragam peristiwa yang mungkin pula kita hadapi. Misalnya,
dengan adanya tokoh yang bersikap angkuh. Kita menjadi tahu bahwa sikap itu sering
menimbulkan ketersinggungan bagi pihak-pihak tertentu. Pelakunya sendiri menjadi orang
yang dijauhi orang lain. Sikap rendah hati ternyata mudah mengundang simpati. Peduli pada
orang lain, dalam sekecil apa pun bantuan yang diberikan, ternyata menjadi sesuatu yang
benar-benar berharga bagi orang yang membutuhkan.
XV Cerita Fiksi dalam Novel
-- 300
Perhatikanlah cuplikan berikut.
Suatu hari pertengkaran dengan Kartini mencapai puncaknya. Aku tidak bisa mengendalikan
emosi lagi. Kartini ku tempeleng dan ku caci maki. Sejak itu Kartini sering ke luar rumah
mencari tempat pencurahan perasaannya. Tentunya pada Anwar? Menurut pembantuku
Anwar juga sering datang ke rumah sepeninggalku. Juga sering Kartini pergi bersama
Anwar. Ini menambah kecemburuan dan amarahku. Maka kami bertengkar lagi. Kartini
ku pukuli dan ku caci maki kembali. Sejak itu Kartini minggat dari rumah.
(Atheis, Akhdiat K.M.)
Cuplikan novel di atas menceritakan tokoh-tokohnya yang sering bertengkar; tidak
bisa mengendalikan emosi. Dari cerita ini kita bisa memetik suatu pelajaran bahwa
pertengkaran sering kali membawa masalah yang lebih besar. Pertengkaran bukanlah solusi
di dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pihak-pihak yang bertengkar selalu berusaha
pula untuk saling menyakiti; dan bukannya penyelesaian yang diperoleh, malah akhirnya
saling menjauh.
Berikut cuplikan novel lainnya.
Untuk pergi bersama-sama ke rimba tempat mereka mengumpulkan damar, mereka harus
meninggalkan Kampung Air Jernih, yang terletak di tepi Danau Bantau. Air Jernih terletak
pula di tepi sungai Air Putih yang bermuara ke danau. Di pinggir muara sungailah terletak
kampung mereka. Mereka menuju hutan dengan menyusuri tepi sungai, memudikinya,
memasuki hutan, dan mendaki gunung-gunung. Sungai tak dapat dilalui dengan perahu,
karena penuh dengan batu besar dan karena sungai mengalir dengan derasnya turun dari
gunung-gunung. Tetapi ....
(Harimau‑Harimau! Mochtar Lubis)
Dengan membaca cuplikan di atas seolah-olah kita diajak mengembara ke sebuah
hutan: menyusuri tepi sungai, memudikinya, memasuki hutan, dan mendaki gunung-gunung.
Walaupun cerita itu bersifat fiktif, tetapi imajinasi kita pun seolah-olah turut menikmati
suasana pegunungan. saat itu mungkin pula muncul kesan indah, senang, kagum, dan
perasaan-perasaan lain yang berpadu pula dengan pengalaman-pengalaman kita sendiri
sebagai pembacanya.
2. Struktur Novel
Stuktur novel lazim disebut dengan plot ataupun alur, yakni berupa jalinan cerita yang
terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-
bagian berikut.
a. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan
hubungan antartokoh.
Contoh:
Pesawat Garuda jurusan Jakarta-Tokyo itu mendarat di Bandara Narita, pukul 11.00
waktu Tokyo.
--301
Akira menghirup napas dalam. Dirasakannya kesejukan udara tanah kelahirannya
merasuk hingga ke tulang sumsum. Ia tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkah
perlahan menuruni tangga pesawat.
(Novel Akira, Muslim Watashi Wa, Helvy Tiana Rosa).
b. Pengungkapan peristiwa
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
Contoh:
Malam ini malam yang ke sekian bagi Udin datang membeli getuk di tempat itu.
Sejak mengetahui adanya penjual getuk yang baru dan ayu ini, mendadak Udin jadi
sangat suka akan getuk. Dan, selalu Udin mengatakan kepada teman-teman di asrama
bahwa getuk yang paling enak hanyalah yang dijual oleh si getuk ayu itu.
(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin).
c. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
Contoh:
Kalau perempuan itu bersedia menerimanya sebagai suami, segenap orang tuanya dan
orangtua perempuan itu menyetujui pula, rasa-rasanya dia mau segera meresmikan
perkawinan itu.Tapi, pikiran demikian segera cerai-berai karena sampai sekarang dia
belum mempunyai pekerjaan tetap. Setiap orang bisa kawin. Tapi, hari-hari sudah itu
akan merupakan pukulan yang berat bagi seorang lelaki kalau dia belum mempunyai
penghasilan yang tetap dan cukup.
(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin).
d. Puncak konflik (turning point, komplikasi)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan
mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.
Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
Contoh:
“Siapa gadis yang kau maksud itu? Demi kasihku, aku mau menolongmu. Tak
perlu kau malu, itu sudah kewajibanku.”
“Sekarang, ia sudah masuk menjadi anggota keluarga kita juga.”
Ibu tampak sedikit kaget menerima ucapanku dan dengan pandangan yang
kaku, ibu terus menatapku. Ibu tidak berkata apa-apa, cuma memandang lama-lama,
seperti sedang mencari sesuatu dilipatan ingatannya. Tapi ibu tetap diam dan masih
memandangku juga. Akhirnya, dengan kekuatan batinku yang dipaksa aku berkata.
“Fatimah, ia. Istri paman. Bibiku sekarang!”
-- 302
“Sam?” Ibu berteriak, kaget dan jelas kegelisahan di wajahnya. Ibu terdiam
sampai lama dan aku tidak berani memandang wajahnya. Kalau kemudian kulepaskan
pandang ke wajahnya, ada suatu kegelisahan di wajah ibu.
“Jangan Ibu marahi aku. Barangkali ini memang salahku. Waktu Ibu melamar
Fatimah untuk menjadi istri paman, Ibu tidak memberi tahu. Tapi, memang tidak
perlu Ibu memberi tahu aku. Dalam suratnya untukku, Fatimah mengatakan bahwa
pinangan itu telah disetujui orang tua Fatimah dan dari keluarga paman. Ia minta
pertimbanganku. Kukatakan, terserah kepadamu.”
(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin)
e. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang
sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak
itu. Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib
akhir yang dialami tokoh utama.
Contoh:
Ibu mengerti sekarang, mengapa kalau suatu saat ibu atau ayah meninggal,
aku tidak mau tinggal di rumah paman. Aku tidak mau mengganggu dan mengusik
kebahagiaan yang telah paman punyai. Dan kukatakan pada ibu, “Biarlah buat
sementara aku hidup sendiri, berjalan sendiri, sampai aku matang benar menghadapi
soal-soal kehidupan. Biarlah aku berjalan sendiri dengan harapan bahwa pada suatu
saat aku menjumpai seorang gadis setia, sederhana, dan penuh mengerti yang
kehadirannya di dunia memang hanya ditakdirkan untukku saja.”
(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin)
f. Koda
Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai
penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau
dengan mewakilkannya pada seorang tokoh.
Contoh:
Demikianlah, akhirnya kedua pasangan anak manusia itu mencapai kebahagiaannya.
Mereka hidup berdua dengan penuh suka, menikmati sisa hidup mereka di sebuah
desa. Kebenaran telah membuktikannya bahwa kesabaran cepat atau lambat akan
membuahkan hasil yang diharapkan.
Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih
banyak menyerahkan kesimpulan akhir ceritanya itu kepada para pembacanya. Mereka
dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.
--303
Pengenalan cerita (orientasi)
Pengungkapan peristiwa
Menuju Konflik
Puncak konflik (komplikasi)
Penyelesaian (evaluasi, resolusi)
Koda
Dalam kenyataannya, struktur novel tidak selalu berpola demikian. Struktur novel
sangat beragam, sesuai dengan kreativitas masing-masing pengarangnya. Berikut beberapa
kemungkinan struktur yang mungkin kita temukan dalam sebuah novel.
Alur suatu cerita dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Alur normal : (1) → (2) → (3) → (4) → (5) → (6)
b. Alur sorot balik : (5) → (4) → (3) → (2) → (1) → (6)
c. Alur maju‑mundur : (4) → (5) → (1) → (2) → (3) → (6)
Periode-periode ini meliputi:
a. pengenalan situasi cerita
b. pengungkapan peristiwa
c. menuju konflik
d. puncak konflik
e. penyelesaian
f. koda
Selain itu, struktur novel dapat kita kelompokkan berdasar aspek-aspek lainnya,
yakni sebagai berikut.
a. berdasar kuantitas alurnya
1) Alur tunggal, adalah alur yang hanya memiliki satu garis pengembangan cerita.
2) Alur ganda, adalah alur yang memiliki beberapa garis pengem bangan cerita.
b. berdasar kualitas kepaduannya
1) Alur erat, yakni hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya begitu
padu sehingga tidak memungkinkan apabila bagian-bagian pemben tuk peristiwa itu
dilesapkan. Peristiwa yang dimunculkannya itu semua nya penting.
2) Alur longgar, yakni hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya
terjalin secara renggang. Pengarang menyelingi peristiwa-peristiwa yang ada itu
dengan peristiwa lain yang tidak begitu berhu bungan dengan inti cerita sehingga
bila peristiwa-peristiwa ditanggal kan maka tidak mengganggu struktur cerita secara
keseluruhan.
-- 304
3) berdasar isi ceritanya
a) Alur gerak (the action plot)
Alur disusun dengan berawal dari cerita tentang adanya suatu masalah untuk
kemudian menuju kepada cara pemecahannya. Misalnya, cerita tentang penangkapan
pencuri, penggerebekan bandar narkoba, dan sebagainya.
b) Alur pedih (pathetic plot)
Alur ini umumnya berkisah tentang kemalangan yang dialami tokoh idaman,
misalnya sang pangeran atau sang putri. Tokoh ini mengalami serangkaian
musibah yang terus berakhir dengan kesedihan pula.
c) Alur tragis (the tragic plot)
Sang pelaku utama (tokoh idaman), mengalami rangkaian kemalangan, tetapi
kemalangan yang dialaminya itu sebelumnya tidak dia ketahui. Dia mengetahui itu
lama kemudian, saat keadaannya sudah serba terlambat.
d) Alur penghukuman (the punitive plot)
Dalam alur ini sang pelaku utama tidak dapat menarik rasa simpati para pembaca
karena kejelekan-kejelekan yang dimilikinya. Walaupun demikian, sebenarnya
tokoh itu memiliki sifat yang meng agumkan dalam beberapa hal. Cerita berakhir
dengan kegagalan sang pelaku utama.
e) Alur sinis
Seorang tokoh utama, tokoh inti yang jahat memperoleh kekayaan pada akhir
cerita, yang justru sepantasnya harus mendapat hukuman.
f) Alur sentimental
Seorang tokoh utama, yang ganteng, yang cantik, dan sering kali lemah,
mengalami serentetan kemalangan, tetapi kemudian memperoleh kemenangan atau
kejayaan pada akhir cerita.
g) Alur kekaguman (the admiration plot)
Tokoh utama yang kuat, gagah, dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya,
mengalami serangkaian marabahaya tetapi dapat melawan serta, mengalahkannya
pada akhir cerita. Responsi para pembaca merupakan ga bungan rasa hormat dan
rasa kagum terhadap tokoh utama ini .
h) Alur kedewasaan (the maturing plot)
Seorang tokoh utama idaman yang tidak berpengalaman kemudian berkat
peristiwa yang dialaminya berubah menjadi matang dan dewasa.
i) Alur perbaikan (the reform plot)
Tokoh utama mengalami perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik. Tokoh
utama itu sendiri yang bertanggung jawab penuh atas kemalangan-kemalangan yang
mengganggu perja lanan hidupnya.
j) Alur pengujian (the testing plot)
Berbagai tindakan tokoh utama mengalami kegagalan satu demi satu.Tokoh
utama kemudian meninggalkan obsesinya karena kegagalan-kegagalan itu.
--305
k) Alur pendidikan (the education plot)
Terjadi perbaikan pan dangan pada tokoh utama. Alur ini agak mirip dengan alur
kedewasaan, tetapi dalam alur ini perubahan batiniah tidak memengaruhi perilaku
aktual sang tokoh.
l) Alur penyingkapan rahasia (revelation plot)
Pada mulanya tokoh utama tidak mengetahui rahasia yang menyelimuti
kehidupan dirinya. Lama-kelamaan sang tokoh dapat menyingkapkan rahasia
pribadinya itu.
m) Alur perasaan sayang (the effective plot)
Sikap dan keyakinan tokoh utama berubah, tetapi falsafah hidupnya tidak
bergeser, tetap pada prinsip sebelumnya.
n) Alur kekecewaan (disillusionment plot)
Sang tokoh utama kehilangan orientasi hidupnya dan akhirnya jatuh ke dalam
jurang keputus asaan. Oleh karena itu, pembaca hanya sebentar saja ber simpati
kepadanya, selanjutnya diliputi kekecewaan
3. Kaidah Novel
Novel tergolong ke dalam jenis teks naratif. Dengan demikian, ada pihak yang
berperan sebagai tukang cerita (pengarang). ada beberapa kemungkinan posisi pengarang
di dalam menyampaikan ceritanya, yakni sebagai berikut.
a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita
yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang memakai kata orang pertama dalam
menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, dan kami.
Dalam kaitannya dengan peranannya dalam cerita, pengarang mungkin bertindak
sebagai tokoh utama, mungkin pula sebagai tokoh pendamping.
1) Perperan sebagai tokoh utama, apabila pengarang berperan sebagai tokoh sentral di
dalam cerita. Hal itu ditandai dengan kehadirannya hampir pada setiap konflik atau
peristiwa.
2) Berperan sebagai tokoh pendamping, apabila pengarang berperan sebagai tokoh
figuran. Ia tidak selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa cerita.
b. Hanya sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita.
Pengarang dalam novel seperti ini memakai kata dia untuk tokoh-tokohnya. Dalam
sudut pandang ini pun, posisi pengarang memiliki dua kemungkinan, yakni sebagai
pengamat yang serba tahu dan pengamat yang objektif (terbatas).
1) Berperan sebagai pengamat serba tahu apabila pengarang menceritakan segala hal
tentang para tokohnya, termasuk kebiasaan pribadi, bisikan hati, keadaan perasaan,
pemikiran, dan hal-hal lainnya.
2) Berperan sebagai pengamat yang objektif apabila pengarang hanya menceritakan
hal-hal yang bersifat lahiriah, yang lazim teramati dari luar. Hal-hal yang bersifat
kebatinan tidak diceritakannya.
Selain khas di dalam penggunaan kata ganti, novel memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti
berikut.
-- 306
a. Banyak memakai kalimat bermakna lampau.
Contoh:
1) Pertemuan itu dia lewati dengan penuh kenangan beberapa tahun yang lalu.
2) Gadis yang bernama ‘Zeest’ ini, memang benar, telah membawa revolusi besar
dalam rumah dalam waktu yang singkat.
3) Dengan kemauannya, suka atau tidak, kehidupannya telah mempunyai tujuan baru,
makna baru.
4) Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro Nishizumi
tidak peduli dengan semua itu dan memboyongnya ke Surabaya.
b. Banyak memakai kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal).
Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula‑mula, kemudian.
c. Banyak memakai kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja material)
Contoh:
Enteng saja Pujo menyuruh istrinya untuk membersihkan salah satu kamar dari
rumahnya yang berdinding papan, berlantai tanah, dan kalau mandi harus keluar ke
belakang di dekat sumur. Tak ada teman saya sepermainan dulu yang seenteng ini
terhadap saya sekarang. Teman-teman yang lain akan ragu-ragu menawari saya untuk
tidur di rumahnya. Khawatir, akan bersediakah saya, ataukah saya akan tinggal di
hotel. Beberapa tahun belakang, di kota kami ini telah dibangun beberapa hotel bagus.
d. Banyak memakai kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara
menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang.
Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan,
menyatakan, menuturkan.
e. Banyak memakai kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh (kata kerja mental)
Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengatakan,
menganggap.
f. memakai banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan
kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
Contoh:
1) Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”
2) “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” Tanya Ani pada temannya.
3) “Tidak. Sekali saya bilang tidak!” teriak Lani.
g. memakai kata-kata sifat (descriptive language) untuk meng gambarkan tokoh,
tempat, atau suasana.
Contoh:
Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan kamarnya sekarang
sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur
rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli
dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah
menjadi pencandu beratnya.
--307
Selain berdasar struktur dan kaidah kebahasaannya, kita dapat me ngenali novel
berdasar unsur tema, amanat, penokohan, dan latarnya.
a. Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema suatu cerita menyangkut
segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi
menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.
Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan
tema, kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur
cerita dalam novel itu.
Perhatikanlah cuplikan berikut.
Idrus duduk di atas kursi rotan, menatap ke jalan raya. Punggungnya kena sinar
lampu dalam yang menembus jendela kaca yang dihias tirai tipis. Pemuda itu
telah meninggalkan jejak hidup dengan cukup pengabdian pada perjuangan
kemerdekaan. Dia pernah ikut bertempur di daerah Depok. Lalu disambungnya
dengan mempertahankan kemerdekaan melawan tentara Sekutu di daerah Bogor
dan Sukabumi. Dia pernah mengawal beberapa tokoh politik dari daerah ini ke
Yogyakarta melalui pengalaman yang istimewa menimpa dirinya.
(Royan Revolusi, Ramadhan K.H.)
Cuplikan ini menceritakan rangkaian peristiwa yang di alami Idrus. Rangkaian-
peristiwa itu berupa pengalamannya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
Dengan demikian, tema cuplikan cerita di atas adalah tentang perjuangan mempertahankan
kemerdekaan.
b. Amanat
Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat
dalam novel umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-
peristiwa yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas
dari tema cerita. Misalnya, apabila tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan,
amanat cerita itu pun tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan.
Apabila temanya tentang hubungan suami istri, temanya pun tidak jauh dari pentingnya
keharmonisan dalam rumah tangga.
Perhatikan pula cuplikan berikut.
Kang Lantip tersenyum.
“Karena saya tidak percaya kepada sistem yang melahirkan dan membesarkan
penguasa yang begitu kejam seperti Stalin. Sama dengan tidak percaya saya kepada
sistem yang melahirkan Hitler dan Mussolini. Dan sudah tentu, juga tidak percaya
kepada sistem yang melahirkan Amangkurat yang dengan kejamnya membunuh
santri-santri. Sistem-sistem seperti itu mengandung bibit-bibit kekerasan yang selalu
akan mengambil korban ribuan orang yang tidak bersalah!!
Saya terkejut mendengar suaranya. Lantip, kakang saya, yang lemah lembut, sopan,
penuh tata krama, dengan sekali tebas membabat tiga sistem kekuasaan yang besar.
(Para Priyayi, Umar Kayam)
-- 308
Cuplikan ini membicarakan tentang kekuasaan dan kesewenang-wenangan.
Hal itu tampak dari penggunaan kata kekuasaan pada kedua paragrafnya. Dengan
demikian, cuplikan ini mengandung amanat tentang kekuasaan yang menghasilkan
kesewenang-wenangan.
c. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan
karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik
tokoh.
1) Teknik analitik, langsung
Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman‑temannya. Ia pun tidak
merasa sombong walaupun berkali‑kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya
itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman‑temannya.
2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
Seperti sedang berkampanye, orang‑orang desa itu serempak berteriak‑teriak!
Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung‑
acungkan tangannya, walaupun dengan perasaan yang masih juga ragu‑ragu.
Malah ada di antara mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya,
agar tidak kelihatan berbeda dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di
sekitar kecamatan menjadi riuh. bukan saja oleh demonstran‑demonstran dari desa
itu, tapi juga oleh orang‑orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.
3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh
Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung‑kampung
tetangganya sudah pada terang semua.
4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh
Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang diucapkannya
benar‑benar membuat orang sedesa marah.
5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh
Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya,
mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak gadisnya yang masih
mau menyambut dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya,
masih berlapang dada menerima kepulangannya.
6) Penggambaran oleh tokoh lain
Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang ke
rumah sambil membawa aneka brosur barang‑barang promosi. Yang menjengkelkan
saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya.
c. Latar
Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang dipakai dalam
suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula imajiner. Latar
berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya
suatu cerita. Dengan demikian apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu
yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku
ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu.
--309
Berikut contohnya.
Kalau beberapa tahun yang lalu tuan datang ke kota kelahiranku dengan
menumpang bis, tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan
raya ke barat, maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah tuan di jalan
kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah, ke
jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di
depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.
Dan di pelataran kiri surau itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk
di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadah. Sudah bertaun-
taun ia sebagai garin. Penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek.
(Robohnya Surau Kami, A.A. Navis)
Kata-kata kota kelahiranku yang kemudian dideskripsikan oleh pernyataan-
pernyaaan di bawahnya menunjukkan bahwa latar cuplikan di atas adalah sebuah kota
(kecil).
4. Gaya Bahasa
Dalam cerita, peng gunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana
per suasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi
antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat
menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan,
objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat guna bagi adegan
yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusan, mau pun harapan.
Bahasa dapat pula dipakai pengarang adalah untuk menandai karakter sese orang tokoh.
Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang dipakai nya.
Demikian pula dengan tokoh anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata
ataupun struktur kalimat yang dipakai oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.
C Perbandingan Teks Fiksi dalam Novel
1. Teks Novel dengan Teks Novel Lainnya
Apabila membaca dua novel ataupun lebih, kita akan menjumpai beberapa persamaan
di samping perbedaan-perbedaannya. Struktur dan kaidah yang telah kita pelajari terdahulu
merupakan persamaan yang menandai suatu novel. Adapun perbedaannya akan mungkin
ditemukan dalam hal tema, sudut pandang, jenis konflik, pola alur, karakteristik tokoh,
keberadaan latar, dan unsur-unsur lainnya.
Salah satu unsur yang paling mudah dibedakan adalah temanya. berdasar temanya,
kita bisa menemukan keberagaman novel seperti berikut.
a. Novel avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada seorang lakon atau tokoh
utama. Ceritanya dimulai dari awal sampai akhir para tokoh mengalami rintangan-
rintangan dalam mencapai maksudnya.
b. Novel psikologi merupakan novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan para
tokoh.
-- 310
c. Novel detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran rekayasa kejahatan
untuk menangkap pelakunya dengan cara penyelidikan yang tepat dan cermat.
d. Novel politik atau novel sosial adalah bentuk cerita tentang kehidupan golongan dalam
masyarakat dengan segala permasalahannya, misalnya antara kaum masyarakat dan
buruh dengan kaum kapitalis terjadi pemberontakan.
e. Novel kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara kompleks (menyeluruh)
dan segala seluk beluknya. Novel kolektif tidak mementingkan individu, melainkan
lebih kepada kehidupan masyarakat secara kolektif.
Jenis novel lainnya adalah sebagai berikut.
a. Novel percintaan
Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara seimbang bahkan
kadang-kadang peranan wanita lebih dominan.
b. Novel petualangan
Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Jika wanita disebut
dalam novel ini maka penggambarannya kurang berkenan. Jenis novel ini adalah bacaan
pria. Karena tokoh-tokohnya adalah pria, dan dengan sendirinya banyak masalah untuk
laki-laki yang tidak ada hubungannya dengan wanita.
c. Novel fantasi
Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak mungkin dilihat
dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini memakai karakter yang tidak realistis,
setting, dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penelitinya.
Perhatikanlah kedua cuplikan novel berikut.
Heri menghela napas panjang. Ichennya yang sederhana yang telah merenggut seluruh
hatinya, telah berubah dan tak mau lagi mengenal dirinya. Heri merasa diombang-ambing
perasaan dan hatinya oleh permainan yang diciptakan oleh Ichen. Apakah kini ia telah
melupakan ketertarikannya pada Ichen? Atau, akan menghentikan perburuannya dengan
adanya perubahan yang telah ditunjukkan gadis itu? Ternyata tidak sama sekali. Heri
justru merasa semakin tertantang. Ia penasaran, apa yang diinginkan Ichen sebenarnya?
Lalu, siapa pria muda yang menjemputnya tadi?
Kalau dilihat dari sikapnya, jelas pria tadi sangat dekat hubungannya dengan Ichen.
Kekasihnyakah atau tunangannya? Mereka jelas datang dari etnis yang sama.
Menyadari hal itu semua membuat Heri jadi orang linglung. Kalau pada mulanya
Heri tertarik pada Ichen karena kesederhanaan dan pesona gadis itu, kini, selain daya tarik
itu, adalah karena kepandaian gadis itu berperan. Bagaimana mungkin dalam waktu yang
begitu singkat ia bisa berubah penampilan. Siapakah Ichen sebenarnya? Dan apa maunya
gadis itu?
Heri baru memarkir mobil di depan rumahnya saat dirasakannya ada bayangan
yang berkelabat di belakangnya. saat menoleh, ternyata Ichen sudah berdiri di ujung
pagar rumahnya. Heri tertegun memandang Ichen. Gadis ini sekarang sudah berubah lagi
penampilannya. Tadi, di pemakaman, ia tampil modern dan modis. Kini sudah kembali
seperti pertama kali mereka bertemu: lugu dan bersahaja sekali.
“Begitulah kehidupan ini, bagai sebuah kolam raksasa. Dan manusia bagai air hujan
yang berdatangan terus-menerus, membuat riak. Riak itu adalah gambaran kehidupannya.
Siapa yang peduli dengan sebuah bulir air hujan yang jatuh ke kolam, menit sekian, detik
sekian? Ada miliaran bulir air hujan lain, bahkan dalam sekejap riak yang ditimbulkan
tetes hujan barusan sudah hilang, terlupakan, tak tercatat dalam sejarah. Ah, itu jika kita
memandang kehidupan dari sisi yang amat negatif. Kalau kau memahaminya dari sisi
positif, maka kau akan mengerti ada yang peduli atas bermiliar-miliar butir air yang
membuat riak ini . Peduli atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam, sekecil
atau sekejap apa pun riak itu. Dan saat kau menyadari ada yang peduli, maka kau akan
selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil. Sekecil apa pun
itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab akibat.”
“Kalau semua orang berpikiran itu bisa dibenarkan, bukan berarti itu menjadi bisa
dibenarkan. Kalian tetap meyakini kalau itu sesungguhnya keliru karena kalian tahu itu
memang keliru.”
“Ray, kehidupan ini selalu adil, keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski
tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-
beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlanjur sulit bagimu,
karena kau selalu keras kepala.”
“…. Ah, sayang kita selalu menurutkan perasaan dalam urusan ini. Kita selalu
berprasangka buruk. Kita membiarkan hati yang mengambil alih, menduga-duga… Tidak
puas menduga-duga, kita membiarkan hati mulai menyalahkan. Mengutuk semuanya.
Kemudian tega sekali, menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah
laku keliru kita.”
“…mengapa Tuhan memudahkan jalan bagi orang-orang jahat? Mengapa Tuhan justru
mengambil kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah bentuk keadilan langit yang tidak
akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu wajahnya. Berjuta bentuknya. Hanya
satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-bentuk itu. Selalulah berprasangka baik. Aku
tahu kata-kata ini tetap saja sulit dimengerti. Aku sederhanakan bagimu, Ray, maksudnya
adalah selalulah berharap sedikit. Ya, berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan
siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan.”
“Kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan
sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan
menyakitkan itu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian menyakitkan
itulah yang abadi. Benar, kau bisa memilih untuk menerimanya.”
“Ray, kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak
peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkannya. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak
menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh
isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.”
“Semua kehilangan itu menyakitkan. Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah,
cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang
ditinggalkan….”
-- 312
Kesamaan yang menandai kedua cuplikan di atas adalah kedua-duanya berbentuk cerita
fiksi, bersumber dari imajinasi pengarangnya. Kebenarannya sulit terbuktikan di dalam dunia
nyata. Di dalamnya ada tokoh; ada latar, alur peristiwa, dan unsur-unsur yang lainnya. Secara
umum, karakteristik novel sudah terpenuhi di dalam kedua cuplikan ini .
Di samping persamaan-persamaan itu, kedua cuplikan ini memiliki beberapa
perbedaan.
1. berdasar temanya, cuplikan I berkenaan dengan masalah percintaan. Hal itu tampak
dari sikap Heri yang hatinya terenggut oleh seorang gadis yang bernama Ichen. Adapun
cuplikan II tergolong ke dalam novel kolektif, yakni novel yang membicarkan kehidupan
secara menyeluruh walaupun secara tersurat ditujukan pada seseorang, yakni Ray.
2. berdasar sudut pandang penceritaan, keduanya juga memiliki perbedaan. Pada
cuplikan I, tukang cerita berperan sebagai pengamat yang serba tahu. Hal itu tampak
pada cerita tentang perasaan dan isi hati tokoh yang juga diceritakannya. Namun, ia sama
sekali tidak terlibat di dalamnya. Sementara itu, tukang cerita (pengarang) pada cuplikan
II terlibat di dalamnya. Tampak pada cuplikan ini , pengarang juga berperan sebagai
tokoh utama.
Di samping itu, perbedaan-perbedaannya tampak pada pilihan katanya. Cuplikan I
memakai kata-kata sehari-hari. Sementara itu, cuplikan II banyak memakai kata-
kata bermakna konotatif. Kata-kata itu mengandung pesan-pesan yang bersifat filosofis. Oleh
karena itu, untuk memahami maksud dari cuplikan ini , kita perlu membacanya secara
berulang-ulang.
2. Teks Novel dengan Cerita Pendek
Kedua jenis teks ini sama-sama berkategori teks naratif. Oleh karena itu, keduanya
selalu dibangun oleh unsur alur, penokohan, dan latar. Keduanya juga memiliki fungsi sebagai
media hiburan di samping tersurat pula nilai-nilai didaktis yang berupa amanat pengarang
untuk pembacanya.
Perbedaan antara kedua genre teks ini lebih tampak pada kompleksitas keberadaan
unsur-unsurnya, yakni unsur-usur novel lebih kompleks daripada unsur-usur cerita pendek.
Berikut perbandingannya secara lebih jelas.
No Cerpen Novel
1. Alur lebih sederhana Alur lebih rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh
perubahan nasib pada diri sang tokoh.
2. Tokoh yang dimunculkan
hanya beberapa orang.
Tokohnya lebih banyak dalam berbagai karakter.
3. Latar yang dilukiskan hanya
sebentar dan sangat terbatas
Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan
dalam waktu yang lebih lama.
4. Tema mengupas masalah yang
relatif sederhana
Tema lebih kompleks, ditandai oleh adanya tema-
tema bawahan.
--313
D Menulis Teks Fiksi dalam Novel
Teks fiksi berarti teks yang merupakan khayalan, teks yang bersifat imajinatif. Dengan
demikian, tugas kita dalam menuliskannya adalah merekayasa rangkaian cerita menjadi unik,
baru, dan tentu saja tidak ada duanya. Kedengarannya sulit sekali. Memang betul, tidak ada yang
baru lagi di atas dunia ini. Akan tetapi bukankah senantiasa ada perbedaan? Serupa, tapi tak sama!
Buktinya, sejak dulu hingga kini orang banyak menulis kisah tentang cinta, namun selalu ada saja
hal manarik di dalamnya untuk dibaca.
Dari satu objek yang sama, pasti ada sudut-sudut yang unik yang dapat kita tulis. Kita dapat
membumbui kisah-kisah itu dengan fantasi dan pengalaman pribadi kita yang tentunya tidak akan
sama dengan pengalaman yang dimiliki orang lain.
1. Paragraf Pertama yang Mengesankan
Selain judul, paragraf pertama adalah etalase sebuah cerita. Paragraf pertama itu kunci,
kunci pembuka. Oleh karena itu, mulailah paragraf itu dengan kata-kata yang mengesankan,
yang membuat pembacanya penasaran; tidak, klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui.
Hal ini tentunya hanya menghadirkan kebosanan dan rasa apatis bagi pembacanya.
2. Pertimbangkan Pembaca dengan Baik
Pembaca adalah konsumen, sedangkan pengarang adalah produsen. Produsen harus
senantiasa mempertimbangkan mutu produknya agar bisa dipasarkan. Apalagi mengingat
persaingan pasar yang semakin tajam. Pembaca sebagai konsumen, jelas memerlukan bacaan
yang baru, segar, unik, menarik, dan menyentuh rasa kemanusiawian.
Apakah tema cinta masih laku dijual; mengapa tidak? Yang penting adalah cara
menceritakannya dan tidak gampang ditebak akhir ceritanya. Untuk mendapatkan hasil yang
baik, perlu dipelajari teknik-teknik, kiat-kiat atau trik-trik untuk menyiasati alur hingga tak
gampang ditebak.
3. Menggali Suasana
Melukiskan suasana suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang apik dan kreatif.
Sebab, penggambaran suasana yang biasa-biasa yang sudah dikenal umum, tidak akan
begitu menarik bagi pembaca. Jika pengarang melukiskan keadaan Kota Jakarta, misalnya,
tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya,
berarti dalam pengambaran itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, saat seorang pengarang
sekilas melukiskan keadaan Kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh
ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menyentuh.
Perhatikan contoh berikut!
“Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan
kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan
adiknya: Paijo tercinta!
Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati. Jakarta,
kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....”
-- 314
4. memakai Kalimat Efektif
Kalimat-kalimat dalam sebuah cerita adalah kalimat berkategori kalimat efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang berdaya guna, yang langsung memberi kesan kepada pembaca.
Kalimat demi kalimat, baik dalam dialog maupun narasi, disusun seefektif mungkin, sehingga
pembaca merasa mudah untuk menangkap maksud dari setiap bagian cerita itu hingga tamat.
Di samping terampil memakai kalimat efektif, kita dituntut pula memiliki kekayaan
kosakata dan gaya bahasa agar cerita itu mengalir dengan lancar dan tidak kering serta
membosankan.
5. Menggerakkan Tokoh (Karakter)
Dalam cerita mestilah ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara
fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan sebagaimana wajarnya dalam kehidupan sehari-
hari.
Perhatikan cuplikan berikut!
Lelaki berkaca mata itu membuka kancing baju kemejanya bagian atas. Ia kelihatan
gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin. Akan
tetapi, saat seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki
berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu
begitu pandai menyimpan kegelisahannya.
“Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum.
“Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau.
Gerak-gerik tokoh, identitasnya (berkacamata) serta situasi kejiwaan nya jelas tergambar
dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh benar-benar hidup sesuai dengan kondisi dan keadaan
cerita yang dialaminya.
6. Sentakan Akhir
Cerita harus diakhiri saat persoalan sudah dianggap selesai. Kecenderungan cerita-cerita
mutakhir adalah sentakan akhir yang mengherankan, yang membuat pembaca ternganga dan
penasaran. Mestinya cerita ini masih ada lanjutannya, namun lanjutannya itu hanya
berada di pikiran pembaca sendiri. Terserah bagaimana pembaca menafsirkan akhir cerita,
yang jelas, teks cerpen sudah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
Dengan kata lain, akhir cerita merupakan sentakan yang membuat pembaca terkesan.
Kesan yang ditimbulkannya mungkin bermacam-macam, senyum-senyum, menarik napas
panjang atau merenung dalam karena terharu tanpa harus menuliskan kata-kata sedih. Kunci
dari semua itu ada pada sentakan akhir dalam paragraf penutup cerita itu.
Apabila keenam tahap itu sudah kita lalui, lakukanlah peninjauan ulang terhadap keseluruhan.
Sebagai panduan kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah pengembangan tema novel itu sudah menarik, sudah padu atau belum?
2. Apakah struktur atau tahap-tahap alurnya sudah benar atau perlu perbaikan? Struktur novel
yang bertele-tele, bolak-balik, dan banyaknya pengulangan tentunya akan menjadikan
karangan itu tidak menarik, membosankan bagi pembacanya.
3. Apakah kaidah kebahasaannya cukup baik atau tidak? Perhatikan keefektifan kalimat,
ketepatan bentuk, dan kejelasan makna kata-katanya!
--315
Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Buku-buku ini dapat
dijadikan rujukan, terutama saat ingin memastikan kebenaran atau ketepatan penggunaan
bahasa.