teks 7



 ni  tidak selalu berurutan. Kreativitas pembuat 

iklan sangat berperan sehingga antara iklan yang satu dengan yang lainnya memiliki kekhasan 

tersendiri untuk menarik perhatian khalayak.

3. Kaidah Teks Iklan

Kata iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani, yang artinya ‘menggiring orang’.

Agar orang (khalayak) bisa tergiring, suatu iklan diharapkan bisa menempatkan kesan positif 

tentang suatu produk atau jasa. Hal-hal spesifik tentang harga, kualitas, penggunaan, dan 

kategori jasa/produk perlu diperkenalkan kepada khalayak, yang semua hal itu tidak bisa 

lepas dari peranan bahasa. Dalam iklan, bahasa memang menempati posisi yang sangat 

penting yang peranannya sebagai penggugah, daya tarik, dan penyampai informasi.

a. Sebagai penggugah

Bahasa iklan harus memberi  kesadaran baru pada khalayak berkaitan dengan 

barang/jasa yang ditawarkan. Oleh karena itulah, kata-kata yang muncul umumnya 

bersifat persuasif, bujukan, atau dorongan tentang suatu kebiasaan ataupun gaya hidup. 

Misalnya, dalam iklan teh kembang ABG di atas, kesadaran baru yang menggugah itu 

ada pada pernyataan “Temukan kesejukan dan kenikmatan rasa teh krisan alami pada 

teh Kembang ABG”. Pernyataan ini  bermaksud menanamkan kesadaran tentang 

pentingnya minuman (teh) yang sehat dan nikmat dan semua itu dapat ditemukan dalam 

teh Kembang ABG. Pernyataan-pernyataan ini  umumnya bersifat imperatif, yakni 

berupa perintah, baik itu berupa permintaan, ajakan, dorongan, ataupun larangan. Adapun 

kalimat imperatif itu sendiri ditandai oleh kata-kata seperti temukan. Kata lainnya adalah 

ikutilah, padukan, wujudkan, nyatakan, nikmati, sebaiknya, marilah, ayo, janganlah.

Iklan 265

b. Mengandung daya tarik

Bahasa iklan sering kali memakai  bahasa yang sederhana, mudah diingat, 

dan mudah pula dipahami. Oleh karena itu, kalimat yang panjang, berbelit-belit, selalu 

dihindari dalam iklan. Justru bahasa yang akrab di tengah-tengah khalayak itulah yang 

sering dipakai . Pilihan kata yang berima, memiliki banyak persamaan bunyi, juga 

merupakan pilihan penting di dalam iklan. Pernyataan “Kesejukan dan kenikmatan 

rasa teh krisan alami” merupakan contohnya. Ungkapan itu mengutamakan persamaan 

bunyi. Perhatikan hubungan kata kesejukan‑kenikmatan‑krisan. Ketiga pasangan kata 

itu sangat padu di dalam kesamaan bunyinya. Di samping itu, pernyataan ini  cukup 

singkat sehingga mudah diingat oleh khalayak.

Kemudahan pemahaman bahasa iklan ditunjang oleh ketepatan penggunaan ejaan 

dan tanda baca. Penulisan kata ataupun kalimat yang sembarangan tentu saja akan 

mengganggu pemahaman pembaca di samping menunjukkan rendahnya pengetahuan 

berbahasa penulisnya. Hal itu tentu saja akan mengganggu citra baik dari produk yang 

ditawarkannya.

c. Menyampaikan informasi

Khalayak menuntut gambaran jelas tentang barang/jasa yang ditawarkan untuk 

mengetahui keunggulannya. Informasi-informasi itu diperlukan untuk mengetahui 

perbedaan (nilai lebih, kekhasan) dengan produk lainnya.

Dalam contoh iklan di atas, teks yang bersifat informatif dinyatakan dalam kalimat-

kalimat berikut.

 “Minuman teh kembang krisan terbukti menurunkan demam dan panas dalam. Teh 

Kembang ABG tebuat dari bahan‑bahan alami pilihan tanpa bahan pengawet. Rasanya 

nikmat dan menyejukkan tenggorokan. Diproses secara higienis sehingga produk yang 

dihasilkan bermutu tinggi, terjaga kemurnian rasa, dan khasiatnya sehingga baik untuk 

seluruh keluarga.”

Selain dari struktur dan kaidahnya, iklan dapat pula kita identifikasi berdasar  unsur-

unsurnya, yang meliputi sumber, pesan, media, penerima, efek, umpan balik, dan konteks. 

1. Sumber (source) adalah pemasang iklan, yang berinisiatif, dan penyandang dana dari 

pemasangan suatu iklan.

2. Pesan (message) adalah informasi yang disampaikan. Wujudnya bisa berupa pesan verbal 

dan pesan nonverbal.

3. Media (channel) adalah sarana yang dipakai , misalnya media cetak, elektronik, dan 

sarana-sarana lainnya. 

4. Sasaran (target) adalah individu atau kelompok masyarakat yang menjadi sasaran iklan. Pada 

pihak yang menjadi sasaran iklan diharapkan terjadi perubahan pola pikir (state of mind), 

sesuai dengan yang diharapkan.

5.   Efek (effect) adalah perubahan yang terjadi pada pihak yang menjadi sasaran iklan, baik itu 

dalam aspek sikap, pola pikir, perilaku, kebiasaan, pola hidup, dan sebagainya.

6.  Umpan balik adalah tanggapan, reaksi, atau respons yang dikehendaki dari penerima pesan. 

Misalnya, kemauan untuk segera membeli produk yang ditawarkan, kesediaan berkorban 

untuk negara, kesadaran untuk bekerja sama dalam perbedaan suku.

7. Konteks merupakan waktu, situasi, atau keadaan lingkungan yang menyertai, melatarbelakangi 

penyampaian pesan itu. Misalnya, konteks perayaan hari besar keagamaan, waktu menjelang 

masuk sekolah, kebersamaan dengan keluarga.

-- 266

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah iklan di bawah ini.

1. berdasar  strukturnya, iklan ini  terdiri atas bagian-bagian berikut.

a. Judul dan subjudul,

 “Ayo, Periksa Gigi Sekarang “

b. Teks inti atau teks utama

 “Sempurnakan kebiasaan menyikat gigi pagi dan malam dengan pergi ke dokter gigi 

setiap enam bulan sekali”` 

c. Kalimat dasar, yang umumnya dipergunakan untuk menge tengahkan slogan.

 “Senyum sehat Indonesia, senyum Pepsodent”.

d. Logo atau nama perusahaan, nama lembaga, atau nama produk

 “Bulan Kesehatan Gigi Nasional” (nama lembaga, kepanitiaan)

e. Foto produk, yang menunjukkan penampilan produk yang ditawarkan.

 Dua orang sedang senyum sambil memamerkan giginya yang putih (bersih)

2. berdasar  kaidah kebahasaannya, iklan ini  mengandung kalimat-kalimat yang bersifat 

menggugah, memiliki daya tarik, dan bersifat informatif.

a. Kalimat menggugah, berupa ajakan untuk menggosok gigi.

 Contoh: “Ayo, periksa gigi sekarang!”

b. Kalimat yang memiliki daya tarik, berupa semboyan dengan penekanan persamaan rima 

pada kata-katanya. Kalimat ini pun sangat ringkas dan mudah diingat.

 Contoh: “Senyum sehat Indonesia, senyum Pepsodent”.

c. Kalimat informatif, berupa penyampaian informasi ataupun pengetahuan tentang cara 

merawat gigi yang ideal.

 Contoh: “Sempurnakan kebiasaan menyikat gigi pagi dan malam dengan pergi ke dokter 

gigi setiap enam bulan sekali” 

Iklan 267

Iklan ini  dapat pula kita analisis berdasar  unsur-unsurnya, yakni sebagai berikut.

Unsur Keterangan

1.   Sumber PDGI, Pepsodent, dan AFDOKGI

2.   Pesan a.   Verbal, ajakan untuk memeriksakan gigi.

b.   Nonverbal, gambar orang yang menampilkan gigi bersih.

3.   Media Cetak.

4.   Sasaran Seluruh warga masyarakat

5.   Efek Perubahan tingkah laku masyarakat untuk selalu merawat kesehatan gigi, 

yakni dengan menggosok gigi setiap pagi dan malam hari serta selalu 

memeriksakan gigi ke dokter setiap enam bulan sekali.

6.   Umpan balik Kemauan untuk menjaga kesehatan gigi.

7.   Konteks Dalam berbagai waktu dan kesempatan.

C Perbandingan Teks Iklan

Kaidah dan struktur iklan yang telah kita pelajari di atas berkenaan dengan teks berbentuk 

tulisan. Teks semacam itu biasa kita temukan di dalam surat kabar ataupun majalah. Sementara 

itu, iklan mungkin pula berbentuk lisan sebagaimana yang didengar dari radio ataupun yang 

berupa gabungan teks lisan dan tertulis seperti yang ditayangkan di televisi. Bentuk-bentuk iklan 

ini  tentu saja memiliki karakteristik masing-masing, baik itu dalam struktur ataupun kaidah 

kebahasaannya.

1. Iklan Media Cetak

Karakter utama dari iklan ini adalah penggunaan bahasa tertulis di dalam penyampaian 

pesan-pesannya. Di samping mengutamakan kejelasan dalam kata-katanya, iklan di media cetak 

mengandalkan desain grafis, seperti warna dan bentuk huruf, tata letak, serta gambar-gambar. 

Iklan di media cetak memiliki beberapa macam berdasar  keluasan ruang atau space-nya.

a. Iklan baris adalah iklan yang pemasangannya berupa baris-baris. Oleh karena itu, iklan 

baris lebih kecil daripada iklan kolom. Teks yang disajikannya sangat terbatas. Tidak 

ada gambar ataupun ilustrasi-ilustrasi dalam iklan ini. Teks pun banyak yang mengalami 

penyingkatan. Iklan baris pada umumnya dimanfaatkan oleh perorangan dan perusahaan-

perusahaan kecil.

 Berikut contoh-contohnya.

1) JUAL RMH SEMI VILLA LS 174 BT 4 BH KOLAM, AIR BAGUS, CCK UTK 

PERISTIRAHATAN HUB. 3283799 (TP)

2) DIJUAL TANAH LUAS 150 BT LOKASI OBJEK WISATA SITU GEDE HUB. 

BPK YAYAN TLP 022 3221981

3) JL CPT/OVER KREDIT ISUZU ELF TH ’04 CCL 35X 1,9 JT NEGO HUB. 

(0262)5400695

4) JUALAN ALARM SEPEDA MOTOR HARGA GROSIR RP 49.900 HUB. DERRY 

TLP 0265 3374077

5) DIBTHKAN 4 TNG PROF PEND SE/SDRJ U/ SURVEY ASPK EKONOMI KRM 

LAM CV LKP KE PO BOX 1003 BNJR 46301 PLG LMBT 1 MG STL IKLAN INI

-- 268

Seperti tampak pada contoh di atas, selain ringkas, iklan baris sering memakai  

singkatan-singkatan. Apabila tidak memahaminya, tentu saja kita tidak akan memahami 

iklan-iklan ini .

Berikut beberapa singkatan yang sering dipakai  dalam iklan baris beserta 

kepanjangannya.

Singkatan Kepanjangan Singkatan Kepanjangan

BH buah PROF profesional

BPK bapak PEND pendidikan

BT bata PLG paling

CCK cocok PO post office

CCL cicil RMH rumah

CPT cepat RP rupiah

CV curriculum vitae SE sarjana ekonomi

JL jual SDRJ sederajat

JT juta STL setelah

HUB hubungi TH tahun

KRM kirim TLP telepon

LAM lamaran TNG tenaga

LKP lengkap TP tanpa perantara

LS luas U/ untuk

LMBT lambat UTK untuk

MG minggu WST wisata

b. Iklan kolom adalah iklan yang pemasangannya dalam media berupa kolom-kolom. 

Oleh karena itu, bentuknya besar. Di samping memakai  teks, iklan ini sering pula 

menyertakan gambar dan berbagai ilustrasi menarik lainnya. 

Dibutuhkan Segera!

Klien kami, majalah & harian bisnis berskala Internasional, akan 

berpromosi langsung ke konsumen pekerja kantor. Di bulan April 2004, 

membutuhkan tenaga wanita muda yang enerjik, percaya diri, ramah dan 

berpenampilan menarik, untuk:

SALES PROMOTION EXECUTIVE

(70 orang)

Bila Anda wanita lulusan SMA, berpengalaman, lulusan baru D-3 atau S-1 

dan ingin mendapat pengalaman di bidang sales, silakan mengirimkan 

surat lamaran, CV, 2 pasfoto (4 x 6) & copy KTP ke:

IRADAT KONSULTAN

Jl. Raden Saleh 18P, Jakarta Pusat

Telp. : 3900 227 s/d 229

Fax. : 3900 230 (mak. 2 lb);

Email : rita@iradatkonsultan.com

(Ditunggu sampai tanggal 28 Maret 2004)

Iklan 269

Selain itu dikenal istilah iklan display,  yakni iklan yang memiliki ukuran lebih luas 

dibanding iklan kolom. Iklan display merupakan iklan yang hanya berisi kata-kata dan 

gambar, foto, ataupun media-media grafis lainnya. Ada pula istilah iklan advertorial, yakni 

iklan sejenis iklan display, hanya saja teknik penyampaiannya mirip sebuah berita. Iklan jenis 

ini, misalnya, berkenaan dengan pelayanan jasa kesehatan, pengobatan alternatif, pengenalan 

perusahaan ataupun produk baru dengan informasi yang lebih kompleks.

2. Iklan Elektronik

Iklan elektronik merupakan iklan yang berbasis perangkat elektronik, yang mencakup 

beberapa macam, yakni sebagai berikut.

a. Iklan Radio

Iklan ini hanya mengandalkan efek suara, baik berupa tuturan, musik, bunyi-bunyi, 

dan sejenisnya. Iklan radio terdiri dari beberapa jenis.

1) Ad lib, disampaikan oleh penyiar secara langsung, berupa kata-kata saja. Biasanya 

durasinya tidak lebih dari 60 detik.

2) Spot, disampaikan dengan teknik perekaman sehingga membutuhkan persiapan 

naskah terlebih dahulu. Durasinya berkisar antara 15 sampai dengan 60 detik.

3) Sponsor program, pemberian waktu khusus kepada sponsor untuk menyampaikan 

pesan dengan cara membiayai sebuah program acara tertentu.

b. Iklan Televisi

Iklan ini mengandung unsur suara, gambar, dan gerak. berdasar  bentuknya iklan 

televisi dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis.

1) Live action, berupa video klip yang melibatkan unsur gambar, suara, dan gerak 

secara bersama-sama. 

2) Animation, iklan berupa gambar-gambar kartun. 

3) Stop action, iklan berupa perpaduan live action dengan teknik animasi.

4) Musik, disampaikan melalui musik sebagai kekuatan utama penyampai pesannya.

5) Superimposed, iklan yang dimunculkan di ujung layar bersamaan dengan 

berlangsungnya acara utama.

6) Sponsor program, pihak pengiklan atau sponsor yang membiayai program acara 

televisi tertentu. Sebagai imbalannya ia dapat menyampaikan pesan iklan dengan 

lebih dominan.

7) Running text, iklan yang muncul secara perlahan-lahan berupa teks, biasanya 

bergerak dari kanan lalu menghilang pada sebelah kiri layar.

8) Backdrop, iklan yang diperlihatkan pada latar belakang suatu acara.

9) Credit title, iklan yang diperlihatkan pada bagian akhir suatu acara.

10) Ad lib, –iklan yang disampaikan penyiar secara langsung, baik itu di antara satu 

acara dengan acara yang lain ataupun dalam program acara tertentu.

11) Property endorsement, iklan yang diperlihatkan melalui properti siaran ataupun 

pada kostum yang dikenakan oleh artis atau penyiar.

-- 270

12) Promo ad, iklan oleh pengelola televisi untuk mempromosikan acara-acaranya. 

Harapannya, pemirsa tertarik menonton acara yang ditayangkan sehingga program 

acara ini  mendapatkan jumlah pemirsa yang cukup banyak.

c. Iklan Film

Iklan film yang tersaji dalam judul film (produk sinema). Biasanya muncul sebelum 

film utama diputar.

d. Iklan Media Digital Interaktif (Internet)

Iklan ini muncul melalui cara-cara yang cukup berbeda dengan iklan-iklan 

konvensional. Jenis-jenis iklan ini sebagai berikut.

1) Website, iklan ini secara keseluruhan berbentuk website. Seluruh fitur dalam situs 

itu berupa iklan. Kadang-kadang sebuah perusahaan menjadikan keseluruhan situs 

perusahaan mereka sebagai iklan.

2) Banner dan tombol, berupa billboard mini yang tersebar pada sebuah halaman web. 

Sementara itu, tombolnya pun seringkali berbentuk seperti ikon. Apabila disentuh, 

tombol itu akan membawa kita pada situs dari pengiklan atau halaman tambahan 

baru.

3) Sponsorship, pada iklan ini pihak sponsor tertentu membiayai penuh seluruh 

halaman dari pembuat situs.

4) Search engine marketing, iklan ini muncul saat kita melakukan suatu pencarian data 

(searching).

5) Classified ads, iklan ini berbentuk seperti iklan baris dalam koran dan biasanya 

gratis.

6) E‑mail advertising, iklan ini dikirimkan melalui e-mail pada para pelanggan yang 

memang memintanya. 

e. Iklan Luar Ruang (Out-of-Home)

Iklan ini tertuju pada khalayak yang berada di luar rumah. Jenis iklan ini adalah 

sebagai berikut.

1) Iklan outdoor standar, iklan ini berupa baliho dengan berbagai ukuran. Bentuknya 

mungkin berupa gambar dua dimensi cetak ataupun tiga dimensi.

2) Iklan transit, iklan ini terpasang pada kendaraan umum, terminal, stasiun, dan 

tempat-tempat umum lainnya.

Di samping karena medianya, keberagaman iklan juga dapat dilihat berdasar  isinya. 

Menurut isinya, iklan diklasifikasikan dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut.

a. Iklan pemberitahuan

Iklan ini lebih terfokus pada kepentingan untuk memberitahu khalayak mengenai 

suatu hal, baik itu yang berupa perstiwa, keadaan, atau hal lainnya. Iklan ini jenis ini 

umumnya dipasang oleh perorangan atau suatu keluarga. Namun ada pula yang dipasang 

oleh perusahaan, misalnya yang berupa pemberitahuan rapat pemegang saham.

Iklan 271

Contoh:

b. Iklan layanan masyarakat

Iklan ini bertujuan untuk memberi  penerangan atau penjelasan kepada 

masyarakat. Contohnya, iklan keluarga berencana dan iklan bahaya narkotik. Pengguna 

iklan ini umumnya pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Contoh:

Keluarga Berencana, 

Membangun 

Generasi Muda Berprestasi

c. Iklan penawaran

Iklan ini bertujuan untuk menawarkan produk atau jasa. Iklan penawaran jasa, pada 

umumnya dalam bentuk iklan niaga dan iklan lowongan kerja.

-- 272

Contoh:

Selain itu, isi suatu iklan mungkin pula memuat hal-hal berikut.

1) Iklan bantahan, iklan yang bertujuan memperbaiki citra seseorang, perusahaan atau 

merek yang tercemar akibat informasi yang tidak benar. 

2) Iklan perbaikan, iklan yang bertujuan memperbaiki pesan-pesan tentang sesuatu hal yang 

terlanjur salah dan sudah tersebarluaskan melalui media. Istilah lain iklan ini adalah 

iklan ralat atau iklan pembetulan.

3) Iklan keluarga, berisi pemberitahuan dari pengiklan tentang terjadinya suatu peristiwa 

dalam sebuah keluarga dan ditujukan kepada keluarga/khalayak lainnya. Contoh iklan 

ini adalah iklan tentang kematian, pernikahan, wisuda, perayaan ulang tahun. 

Iklan 273

D Menulis Iklan

Iklan yang baik bisa menampilkan suatu produk yang berbeda dengan produk lain. Adanya 

pesan yang rasional, mudah dicerna oleh khalayak. Selain itu, khususnya iklan niaga harus 

memerhatikan rumus berikut: problema, janji, bukti, pengajuan harga.

1. Mulailah iklan Anda dengan pernyataan yang menarik perhatian khalayak, yakni dengan 

berfokus pada masalah yang mereka hadapi. 

Misalnya, jika kita bermaksud menjual obat (jerawat), gunakanlah pernyataan seperti 

berikut, “Wajah Anda berjerawat?” Jika akan menjual produk pelangsing, pernyataan 

pendahuluannya bisa seperti berikut, “Anda ingin menurunkan berat badan?”

Contoh lainnya: “Anda sering stres? Ingin mendapatkan ketenangan dalam waktu kurang 

dari 30 menit?”

2. Menawarkan solusi

Misalnya, untuk masalah jerawat, kita dapat mengajukan kalimat tawaran seperti berikut: 

“Ramuan ‘Jamu Cantik’ mengurangi dan melenyapkan jerawat dalam waktu tiga puluh hari 

dan Anda kembali tampil cantik.”

Untuk masalah berat badan, kita dapat memberi  solusi seperti berikut, “Penyembuhan 

nondiet cara baru ini bergantung pada pikiran Anda, bukan oleh makanan yang Anda makan. 

Pikiran dapat menurunkan bobot Anda dengan cepat.”

3. Menunjukkan bukti

Yang diperlukan khalayak sesungguhnya adalah bukti. Oleh karena itu, kita tidak sekadar 

menyampaikan janji-janji. Agar mereka lebih yakin, tunjukkanlah bukti bahwa solusi yang 

kita berikan itu benar, sesuai dengan harapan mereka.

Berikut contoh-contohnya.

a. Jerawat Anda akan sembuh dalam 30 hari atau uang kembali. Ada 11.500 orang yang 

wajahnya kembali putih berseri setelah memakai  produk kami ini.

b. Riset memperlihatkan bahwa berat badan orang-orang turun sekitar 13 kg setelah 

memakai  metode baru ini.

c. Anda akan merasa relaks karena metode pemijatan kami sampai-sampai Anda akan 

tertidur di meja pijat.

4. Mengajukan harga

Bagian terakhir adalah mengajukan harga yang kita inginkan. Berikut contohnya.

a. “Jika Anda ingin merawat wajah Anda sekarang, pesanlah segera ramuan istimewa kami 

dengan harga….” 

b. “Hanya dengan …., Anda sudah bisa memainkan gitar di akhir pekan ini.” 

c. “Klik di sini untuk membayar sejumlah …. dan Anda bisa meng unduh nya sekarang 

juga.”

Dalam bagian ini kita pun bisa memberi  promosi lain, misalnya dengan adanya potongan 

harga dan berbagai kemudahan lainnya.

Pola penyajian iklan seperti itu hanya salah satu dari sekian cara penulisan iklan. Masih 

banyak cara yang dapat kita tuliskan sebagaimana yang sering kita lihat di media-media massa. 

Selain ditentukan oleh faktor audiens, penyajian iklan juga dipengaruhi oleh isinya.

-- 274

Misalnya, iklan layanan masyarakat. Iklan ini merupakan bagian dari kampanye sosial yang 

bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya 

pesan ini berupa ajakan, pernyataan, atau imbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau 

tidak melakukan suatu tindakan. Iklan ini bertujuan untuk mengubah perilaku yang “tidak baik” 

supaya menjadi lebih baik. Temanya, seperti kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan 

terhadap perbedaan pendapat, dan keluarga berencana.

Iklan layanan masyarakat juga menyajikan pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan 

kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang harus mereka hadapi. Pesan ini  

bermaksud memberi  gambaran tentang peristiwa yang akan berakibat pada suatu keadaan 

tertentu, baik yang bersifat positif maupun negatif.

Pada awal perkembangannya, iklan layanan masyarakat tidak terlalu terikat pada penataan 

yang ketat, perencanaan pesan yang rumit, pemilihan media yang sesuai, sampai pada penentuan 

target audiens maupun pemilihan tempat dan waktunya. Namun, seiring berkembangnya 

dan semakin banyaknya perusahaan yang membuat iklan layanan masyarakat, iklan layanan 

masyarakat juga harus dibuat secara profesional seperti iklan komersial.

Iklan Layanan Masyarakat biasanya dikeluarkan atau dibuat oleh perusahaan melalui biro 

iklan berdasar  adanya sebuah fenomena yang tengah terjadi di masyarakat atau berdasar  

momentum hari-hari besar yang oleh masyarakat dianggap istimewa.Fenomena dan momentum 

inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk menjual ide dan gagasan yang sifatnya membuat 

persepsi positif masyarakat terhadap citra perusahaan. Iklan layanan masyarakat tidak hanya 

disponsori oleh lembaga pemerintah dan organisasi non profit, tetapi juga perusahaan komersil. 

Bagi perusahaan komersil, iklan layanan masyarakat dipakai  untuk tujuan membangun empati 

sebagai tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, diharapkan akan terbangun 

citra yang baik di mata masyarakat dan menstimulasi masyarakat untuk percaya pada perusahaan 

ini  hingga akhirnya tertarik untuk mengonsumsi produk mereka. Dengan demikian, 

secara tidak langsung perusahaan komersil yang berorientasi profit memakai  iklan layanan 

masyarakat sebagai media iklan komersial.

Berkaitan dengan iklan layanan masyarakat, berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan 

di dalam penulisannya.

1. Memutuskan pesan umum apa yang akan dikomunikasikan.

2. Mengidentifikasi manfaat-manfaat bagi pelanggan yang dapat dipakai  sebagai trik 

pemasangan iklan.

3. Menciptakan konsep kreatif yang kuat, baik dalam hal susunan kata, bentuk, dan warna huruf. 

Ilustrasinya pun perlu kita perhatikan agar tampil lebih menarik. 

4. Menciptakan daya tarik khusus yang harus mengandung unsur meaningful (kebermanfaatan), 

believable (kepercayaan) dan distinctive (kekhasan).

a. Produk yang ditawarkan sesuai dengan harapan ataupun keperluan khalayak.

b. Produk yang ditawarkan benar-benar bisa dipercaya, tidak manipulatif, berbohong.

c. Produk yang ditawarkan berbeda dengan produk-produk lainnya.

Walaupun langkah-langkah itu sudah dilalui dengan baik, kita perlu melakukan penelaahan 

kembali untuk menyempurnakan hasilnya, baik itu berkaitan dengan isi, struktur, dan kaidah 

bahasanya. Adakah bagian-bagian yang harus Anda sempurnakan? Untuk itu, pertanyaan-

pertanyaan yang pernah kita ajukan di dalam kegiatan ini  dapat kembali kita gunakan, yakni 

sebagai berikut.

Iklan 275

1. Apakah iklan itu berstruktur dengan lengkap?

2. Apakah iklan itu memiliki judul yang kuat?

3. Apakah informasi yang disampaikannya mudah dipahami?

4. Apakah teksnya persuatif?

5. Apakah ilustrasinya memikat?

6. Apakah iklan itu sudah sesuai dengan produk yang dijual serta sesuai dengan sasarannya?

Selain itu, kita bisa meneliti secara lebih mendalam berkaitan dengan aspek-aspek 

kebahasaannya, seperti berkenaan dengan keefektifan kalimat-kalimatnya, ketepatan pilihan 

katanya, serta kebakuan ejaan/tanda bacanya. Hanya saja berbeda dengan kegiatan evaluasi; 

dalam kegiatan ini, kita melakukannya dengan berfokus pada hal-hal yang dianggap kurang; 

kemudian kita memperbaikinya.

Soal-soal Latihan

Pilihlah jawaban yang paling benar!

1. Di bawah ini yang merupakan contoh kalimat iklan adalah ....

A. Jangan lupa membawa “Air Alami”

B. Cepat beli “Air Alami”

C. Cepat! Minum pelepas dahaga ini

D. “Air Alami”, minuman yang bergizi tinggi

E. Ke mana pun, minumlah”Air Alami”

2. Agar kulit sehat dan cantik, pemakaian teratur “Oil of Aila” menambah kemampuan kulit 

Anda menahan kelembaban di permukaan sehingga ....

berdasar  isinya, iklan di atas tergolong ke dalam jenis ....

A. pemberitahuan

B. layanan masyarakat

C. penawaran

D. reklame

E. kegiatan

3. Iklan pada soal no. 2 disusun degan pola ....

A.  kausalitas D. spasial

B.  kronologis E. komparasi

C.  temporal

4. “Lebih baik naik Armada”

Ditinjau dari kaidah periklanan, kekurangan dari kalimat iklan di atas adalah ....

A. kalimat singkat

B. isi padat dan menarik

C. kata-kata sederhana

D. mudah dipahami

E. struktur kalimat tidak sempurna

-- 276

5. Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. 

Baik untuk industri. Hubungi telp. 777777

Iklan di atas termasuk jenis iklan ....

A. penawaran D. pemberitahuan

B. permintaan E. masalah keluarga

C. pengumuman

6. Perbedaan iklan baris dengan display terletak pada ....

A. pemilihan kata D. tujuannya

B. susunan kalimat E. keluasan ruang

C. ilustrasi gambarnya

7. Perhatikanlah iklan di bawah ini!

Iklah ini  berisi pesan tentang ....

A. ajakan untuk memberantas korupsi

B. ajakan untuk menangkap penjahat

C. ajakan untuk mendukung presiden

D. ajakan untuk memilih presiden

E. ajakan untuk melaporkan korupsi ke polisi

8. Kalimat iklan yang berhubungan dengan masalah kependudukan ialah ....

A. Beli satu dapat dua

B. Wajib belajar Sembilan tahun

C. Dengan PIN anak Indonesia bebas polio

D. Dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja

E. Ke mana setelah Anda tamat sekolah?

9. Bagi masyarakat Maluku, subsektor perhubungan laut bukan hanya menjadi penunjang 

pelaksanaan pemerintahan, tetapi juga menjadi faktor penentu pembangunan. Oleh karena 

itu, amat wajar kalau Gubernur Maluku menuntut adanya armada yang melayani jalur cepat 

antarpulau di provinsi itu.

Iklan yang berkaitan dengan untuk ilustrasi di atas adalah .... 

A. Ingat terbang, ingat “Sempati Air”.

B. Jangan lupa “Aqua” kalau Anda mau berlayar.

C. Coca cola minuman segar di perjalanan.

D. Beli tiket hari ini juga. Penumpang terbatas.

E. Berlayarlah bersama KM Jelantik. Cepat, tepat, aman, dan nyaman.

Iklan 277

10. Mari kita jaga kebersihan dan peduli akan lingkungan. Menjaga kebersihan berarti memerhati kan 

kesehatan. Jika kita sehat, kita akan menjadi kuat.

Kalimat iklan yang tepat berdasar  ilustrasi di atas adalah ...

A. Hidupku adalah kesehatan, kurangi merokok.

B. Biasakan hidup bersih! Lingkungan bersih dan sehat, kita kuat.

C. Ayo cinta lingkungan. Kita galang kekuatan.

D. Kembalikan lingkungan, cintai kebersihan, kembangkan kekuatan.

E. Upayakan mencintai kesehatan dan menjaga kebersihan.

11. Perhatikanlah iklan di bawah ini!

Kekhasan yang ditawarkan iklan ini  adalah …. 

A. ketangguhan D. harga yang terjangkau

B. daya saing E. performa yang andal

C. kehematan

12. 

Kalimat persuasif yang sesuai dengan iklan ini  adalah ....

A. Liburan pada saat Lebaran sangat mengasyikkan

B. Mari kita berlibur ke Sari Ater, Subang

C. Di Ciater, Subang, banyak tempat wisata yang mengasyikkan

D. Berpetualang di tempat wisata sungguh mengasyikkan

E. Tidak ada tempat yang semenarik Ciater, Subang

-- 278

13. 

 Aspek yang harus diperbaiki dalam iklan ini  dari segi kebahasaannya adalah ....

A. istilah-istilahnya yang banyak memakai  bahasa asing

B. penulisan nama merek yang tidak sesuai dengan ejaan

C. jenis huruf yang tidak jelas dan berulang-ulang

D. ejaan dan tanda bacanya tidak sesuai dengan ketentuan baku

E. kalimatnya tidak efektif sehingga menggangu pemahaman pembaca

14. “Kaplet susut perut X menghilangkan perut gendut dengan mudah.”

Kalimat iklan di atas tidak logis. Kalimat iklan yang logis adalah ....

A. Kaplet susut perut X menyusutkan perut gendut dengan mudah

B. Kaplet susut perut X menghilangkan gendut dengan mudah

C. Kaplet susut perut X mengubah perut gendut dengan mudah

D. Kaplet susut perut X memberantas perut gendut dengan mudah

E. Kaplet susut perut X menolak perut gendut dengan mudah

15. El-Islam ketua panitia lomba kebersihan antarkelas di SMAN 3 Tasikmalaya diminta untuk 

membuat iklan (poster). Kalimat iklan yang sesuai dengan kepentingan ini  adalah ....

A. Ikutilah lomba kebersihan antarkelas!

B. Bersihkan kelas Anda!

C. Raihlah hadiah besar!

D. Lomba kebersihan diikuti oleh setiap kelas!

E. Jangan lupa mengikuti lomba kebersihan!

Iklan 279

16. 

 

Kalimat iklan yang tepat untuk gambar ini  adalah ....

A. Gunakan kacamata V-tech supaya tatapan Anda lebih tajam dan berkualitas tinggi

B. Mari kita gunakan kacamata yang harganya murah, enak dipandang, dan tepat 

dipakainya.

C. Tatapan dan pandangan Anda bergantung pada kaca matanya. Kaca mata V-tech: bagus 

dan mulus dipakainya.

D. Anda ingin melihat dunia luas dengan jelas? Gunakanlah kacamata “V-tech”. Nyaman, 

berkualitas, dan pas dengan mata Anda.

E. Kacamata diperlukan oleh siapa pun dan kapan pun. Oleh karena itu, segeralah miliki 

kacamata “V-tech” sekarang juga

17.  Kak Deni lulusan SMK Daarut Tauhiid. Ia juga mengikuti kursus reparasi alat-alat elektronika. 

Ia telah mahir memperbaiki radio, TV, dan lain-lain. Sekarang Kak Deni sudah mempunyai 

tempat usaha reparasi yang beralamat di Jalan Setiabudhi.

Deni membuat iklan untuk mempromosikan keahliannya itu, yakni ….

A. Segala jenis televisi, bisa saya perbaiki. Ayo datang saja ke tempat saya.

B. Mudah dan murah service televisi Kak Deni. Datang langsung, ya.

C. Melayani service barang elektronik. Hasil sangat memuaskan. 

D. Teve Anda rusak? Segera hubungi alamat terdekat. Pasti tidak mengecewakan.

E. Siapa yang memiliki televisi rusak ataupun radio. Jangan biarkan terlalu lama. Segera 

hubungi alamat terdekat.

-- 280

18. 

Kalimat iklan yang sesuai dengan gambar di atas adalah ….

A. Buah mangga bagus untuk kesehatan.

B. Mangga enak rasanya. Banyak vitaminnya. Manis dan segar.

C. Tanamlah buah mangga ini untuk keluarga Anda yang sehat.

D. Jaminan mutu, kualitas istimewa buat Anda yang tahu harga.

E. Mangga hampir punah di sekelilimg kita. Kesadaran untuk menanamnya sangat 

diperlukan sekarang juga.

19.  

Pernyataan yang sesuai dengan gambar di atas adalah ….

A. Cintailah alam Indonesia. Alam Indonesia indah pemandangannya

B. Mari kita berkunjung ke Indonesia sebagai negara yang penuh pesona 

C. Bawalah oleh-oleh setiap kali berwisata ke Borobudur 

D. Belajarlah kepada kecantikan pesona wisata Indonesia.

E. Borobudur merupakan salah satu pesona wisata Indonesia.

20. nyaman - tas kita - indah - dipakainya – modelnya 

Kalimat iklan yang baik dari kata-kata di atas adalah ....

A. Tas kita nyaman dipakainya, indah modelnya 

B. Nyaman tas kita dipakainya modelnya indah

C. Nyaman dipakainya, indah modelnya tas kita

D. Tas kita dipakainya nyaman, modelnya indah

E. Modelnya tas kita indah nyaman dipakainya

Editorial 281

A Pengertian Teks Editorial

Perhatikanlah teks di bawah ini dengan baik.

Pendidikan vs Kapitalisme

Ribut-ribut seputar dunia pendidikan tak sekadar dihiasi mahalnya ongkos untuk jadi 

orang pintar, tapi juga diwarnai oleh pertarungan idealisme melawan arus kapitalisme.Tengok 

saja soal Bogor Agribusiness Center di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).Tukar guling 

SLTP 56 di “daerah emas” Melawai Jakarta Selatan. Dan, niat sebuah yayasan menjual sekolah 

miliknya di Kota Bandung.

Suka atau tak suka, disadari atau tidak, arus kapitalisme telah merasuk ke dalam urat nadi 

kehidupan manusia Indonesia. Jadi, tak usah heran jika geliat hal yang sama masuk ke berbagai 

aspek, termasuk menyentuh kegiatan pendidikan. Mulai dari kewajiban murid membeli buku 

yang diwajibkan, jalur khusus penerimaan mahasiswa lewat uang pangkal yang besar, hingga 

Malang Town Square di area kampus Universitas Brawijaya Malang.

Inti dasar paham kapitalisme adalah pergerakan modal. Kapitalisme mengajarkan pada 

kita perihal nilai berlebih, yang harus dihasilkan oleh suatu jumlah kapital tertentu dalam 

rentang waktu secepat mungkin. Kapital hanya bicara soal untung dan uang yang berkuasa atas 

segalanya. Nilai-nilai lain, terkadang harus menyisih. Tapi, harus diakui kapitalisme adalah 

sistem yang sudah mendunia.

Lalu, di mana idealisme pendidikan?Apa arti pendidikan adalah hak semua warga negara 

(baik yang punya akses terhadap kapital maupun tidak)? Jeritannya sepi, senyap seolah tertelan 

kedalaman laut. Seperti lingkungan yang tak bisa menahan kuatnya cengkeraman kapital, maka 

dunia pendidikan juga harus mulai siap-siap terpinggirkan.Tak ada yang peduli lagi terhadap 

teriakan soal filosofi pendidikan.

Apa mau dikata, pendidikan sendiri kini sudah merupakan bagian dari dunia kapital 

itu sendiri. Sifat ingin memperoleh nilai berlebih sudah tertanam. Semakin seseorang siap 

berinvestasi dengan kapital yang dimilikinya, maka dipastikan dirinya akan menciptakan nilai 

berlebih dari dunia pendidikan di masa yang akan datang. Bagi yang enggan menanam kapital, 

jangan bermimpi mendapat nilai berlebih.

Fenomena semacam ini yang akan terus mewarnai dunia pendidikan di sini. Perlu perjuangan 

ekstra keras untuk melawan arus besar ini. Bahkan pemerintah, dengan UU di pundaknya, 

seakan tak mampu mencegah. Sebaliknya dengan dalih keterbatasan dana, seolah-olah

XIV Editorial

-- 282

melakukan pembenaran terhadap arus modal yang tak peduli sisi lain, kecuali demi kepentingan 

modal itu sendiri. Bahkan, mungkin juga ikut menikmati iklim kapitalisme yang merambah 

dunia pendidikan.

Pertanyaannya adalah bagaimana menyikapi kondisi yang ada, yang sudah menjalar ke 

segala sisi kehidupan? Kompromi, mungkin itulah salah satu cara untuk saat ini. Mencoba 

berdamai dengan kapitalisme, karena kapitalisme adalah kenyataan objektif sekarang ini.

Menentang gelombang yang superkuat itu perlu persiapan dan langkah antisipatif yang pas.

Namun, berkompromi bukan berarti melupakan nilai-nilai lain yang lebih dalam, dari 

sekadar bicara modal: moral, etika atau lainnya, yang sering terlibas oleh kekuatan kapital. 

Keterpakuan terhadap kapital, selama ini menjadi penyebab keterlenaan yang panjang dalam 

membangun manusia Indonesia seutuhnya. Ini yang harus jadi perhatian kita semua. (Sumber: 

Pikiran Rakyat)

Teks berjudul “Pendidikan vs Kapitalisme” merupakan contoh editorial. Adapun yang 

dimaksud dengan editorial itu sendiri adalah kolom khusus dalam surat kabar yang berisikan 

tanggapan redaksi dari media yang bersangkutan terhadap satu peristiwa aktual. Tanggapan 

ini  bisa berupa dukungan, pujian, kritikan, bahkan cemoohan. Tajuk rencana dapat pula 

diartikan sebagai artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap 

peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan.

Dalam editorial atau tajuk rencana biasanya diungkapkan adanya informasi atau masalah 

aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah ini , kritik dan saran 

atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca. Berbeda dengan kolom-kolom 

lainnya yang berisikan fakta-fakta, tajuk lebih banyak mengemukakan pendapat-pendapat. Tentu 

saja pendapat-pendapat itu berdasar  analisis terhadap peristiwa atau fakta yang terjadi, yang 

menjadi sorotan penting media itu. 

Pendapat media yang satu dengan yang lainnya tentang suatu peristiwa dapat berbeda-

beda. Hal ini bergantung pada visi dan misi masing-masing media. Visi dan misinya itulah yang 

menjadi sudut pandang media ini  terhadap berbagai peristiwa yang disorotnya. Media yang 

mempunyai visi kedaerahan akan berbeda sudut pandangnya dengan media yang bervisi nasional. 

Demikian halnya, media yang memiliki misi kesehatan akan berbeda analisisnya dengan media 

yang bermisi hukum. 

Karena sifatnya yang “subjektif” itu, tentu saja kita pun bisa berbeda pandangan dengan 

media itu. Kita tidak perlu dengan begitu saja menerima pendapat-pendapat media itu. Kita pun 

boleh perpendapat lain dan memang sudah merupakan kewajiban kita untuk selalu bersikap 

kritis terhadap berbagai pandangan dan pendapat yang dikemukakan oleh suatu media. Kita 

tidak boleh dengan begitu saja membenarkan setiap pendapat yang dikemukakan. Kita tentunya 

memiliki pendapat sendiri yang bisa sama atau berbeda dengan pendapat dari media itu. Namun 

demikian, sikap kritis kita itu tentu saja harus pula berdasar  fakta dan argumen yang jelas dan 

meyakinkan.

 Perhatikan kembali cara penyajian teks di atas. Walaupun disajikan dalam media massa, tajuk 

berbeda dengan berita. Tajuk mengemukakan tanggapan redaktur dari media yang bersangkutan 

berkenaan dengan peristiwa, kejadian, atau persoalan aktual. Biasanya tajuk berisikan pesan, 

sikap, kritikan, ulasan, sambutan.

Tajuk berjudul “Pendidikan vs Kapitalisme” merupakan tanggapan terhadap permasalahan 

yang terjadi dalam fenomena kapitalisme pendidikan di Indonesia. Media yang bersangkutan 

mengungkapkan penyesalan dan kritikan terhadap fenomena ini . Perhatikan, misalnya, 

kalimat berikut.

Editorial 283

1. Kapital hanya bicara soal untung dan uang yang berkuasa atas segalanya. Nilai-nilai 

lain, terkadang harus menyisih. Tapi, harus diakui kapitalisme adalah sistem yang sudah 

mendunia.

2. Keterpakuan terhadap kapital, selama ini menjadi penyebab keterlenaan yang panjang dalam 

membangun manusia Indonesia seutuhnya. Ini yang harus jadi perhatian kita semua.

B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Teks Editorial

1. Fungsi Teks Editorial

Editorial merupakan teks dalam suatu media massa yang menyatakan pandangan media 

yang bersangkutan terhadap suatu permasalahan yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, di 

dalam editorial selalu ada fakta dan opini.

Editorial mengemukakan masalah aktual di masyarakat. Oleh redaksi, media yang 

bersangkutan, masalah itu diulas dengan disertai tanggapan-tanggapan. Isi tanggapan itu 

mungkin berupa pujian, kritikan, sindiran, ataupun saran.

Perhatikanlah kedua kalimat di bawah ini.

a. Jumlah siswa di kelas itu bertambah dari semula 30 orang menjadi 32 orang.

b. Perlu ada perubahan formasi tempat duduk agar suasana belajar di kelas ini lebih 

menyenangkan.

Kalau kita perhatikan dengan cermat, isi dari kedua pernyataan itu berbeda. Pernyataan 

(a) menyampaikan fakta atau informasi. Adapun, pernya taan kedua menyampaikan pendapat 

atau saran terhadap fakta itu. Dengan memerhatikan sifat dari masing-masing pernyataan, 

pernyataan (a) disebut dengan fakta dan pernyataan (b) disebut dengan pendapat atau opini.

a. Fakta adalah hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-

benar terjadi. Dengan kata lain, fakta merupakan potret tentang keadaan atau peristiwa. 

Oleh karena itu, fakta sulit terbantahkan karena dapat dilihat, didengar, atau diketahui 

oleh banyak pihak. Namun, fakta bisa saja berubah apabila ditemukan fakta baru yang 

lebih jelas dan akurat.

b. Opini adalah pendapat, pikiran, ataupun pendirian. Opini belum pasti benar adanya. 

Pendapat pribadi itu dapat salah atau benar, bukan? Pendapat seseorang juga dapat 

berbeda dengan pendapat lainnya. Suatu pendapat semakin mendekati kebenaran apabila 

ditunjang oleh fakta yang kuat dan meyakinkan. 

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fakta berfungsi sebagai dasar bagi suatu 

pendapat. Penulis mengemukakan fakta terlebih dahulu; kemudian berpendapat. Mungkin 

pula fakta berfungsi untuk memperjelas pendapat. Dalam hal ini, seseorang berpendapat 

terlebih dahulu, kemudian menyertainya dengan fakta-fakta. berdasar  pengertian dan 

contoh-contoh di atas, kita sekarang bisa membedakan fakta dengan opini. 

-- 284

Fakta

P

er

be

da

an

 F

ak

ta

 

de

ng

an

 P

en

da

pa

t

Tidak 

terbantahkan

Jawaban dari apa, 

siapa, berapa,  

di mana, kapan

Pendapat

Memungkinkan 

untuk berbantah-

bantahan

Jawaban dari 

mengapa, 

bagaimana

Dalam editorial ataupun tajuk rencana suatu surat kabar atau majalah, fakta dan opini 

selalu muncul bersamaan. Pendapat-pendapat yang dikemukakannya itu bisa merupakan 

tanggapan atas fakta aktual yang terjadi di masyarakat yang kemudian menjadi sorotan bagi 

media itu. 

Perhatikanlah contoh berikut.

Fakta Opini

1. Kini rata-rata waktu yang dipakai  

setiap siswa untuk belajar sekitar lima 

jam per hari.

2. Sementara itu, pada tahun sebelumnya 

menurut survei sebuah LSM, waktu 

belajar mereka di luar kegiatan 

sekolah hanya 2-3 jam per hari.

Kesadaran akan pentingnya belajar pada 

kalangan remaja Indonesia semakin 

meningkat, terutama apabila dilihat dari 

jumlah jam belajarnya. Kesadaran itu perlu 

ditunjang oleh kepedulian pihak orang 

tua dan pemerintah, misalnya dengan 

menyediakan bahan bacaan yang bermutu 

dan sesuai dengan taraf perkembangan 

psikologi mereka.

Dari contoh di atas tampak bahwa opini yang dikemukakan itu merupakan tanggapan 

atas fakta-fakta yang ada. Dapat pula sebaliknya, pendapat yang dikemukakan itu diperkuat 

oleh fakta-fakta. Dengan adanya fakta-fakta menjadikan opini itu menjadi lebih kuat dan 

meyakinkan.

Fakta dan opini bisa menjadikan wawasan pembacanya bertambah luas. Lebih dari 

sekadar mengetahui tentang ada-tidaknya suatu peristiwa. Dengan membaca editorial, kita 

pun dapat lebih memahami sekaligus dapat menilai (bersikap kritis) terhadap suatu peristiwa. 

Perhatikanlah gambarannya dalam tabel berikut.

Mengetahui Memahami Mengkritisi

Waktu belajar siswa 

sekitar lima jam per hari.

Kesadaran belajar remaja 

Indonesia semakin meningkat

Perlu kepedulian pihak 

orangtua dan pemerintah

Dengan demikian, fungsi dari keberadaan editorial lebih kompleks daripada berita. 

Apabila membaca berita kita sekadar mengetahui adanya suatu peristiwa, dengan membaca 

editorial kita pun akan lebih memahami dan bisa bersikap kritis. Hal ini karena di dalam 

editorial ada pendapat-pendapat (penulis, redaksi) yang bisa memperjelas pemahaman 

kita tentang peristiwa/keadaan yang menjadi ulasannya. Dengan sering membaca ataupun 

menyimak editorial kita diharapkan lebih bijak di dalam menanggapi suatu berita; lebih 

dewasa di dalam menghadapi suatu persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar kita.

Editorial 285

Mengetahui

Memahami

Mengkritisi, menilai

 Arti Penting Membaca/Menyimak Editorial

2. Struktur Teks Editorial 

Editorial termasuk ke dalam jenis teks argumentatif, seperti halnya eksposisi, ulasan, 

dan teks-teks sejenis diskusi. Dengan demikian, struktur umum dari editorial adalah sebagai 

berikut.

a. Pengenalan isu sebagai pendahuluan teks, yakni berupa sorotan peristiwa yang 

mengandung suatu persoalan aktual. Dalam contoh di atas, fakta yang dimaksud adalah 

peristiwa tukar guling SLTP 56, niat sebuah yayasan menjual sekolah miliknya di Kota 

Bandung.

b. Penyampaian argumen‑argumen sebagai pembahasan, yakni berupa tanggapan-

tanggapan redaktur dari media yang bersangutan berkenaan dengan peristiwa, kejadian, 

atau persoalan aktual. Dalam teks ini , bagian ulasan dinyatakan dalam paragraf 

ke-2 sampai paragraf ke-6. Di dalam ulasannya, redaktur antara lain mengatakan 

bahwa peristiwa itu merupakan wujud dari kapitalisme pendidikan. Dalam bagian ini, 

penulis (redaktur) dapat pula menunjukkan keberpihakannya, entah itu kepada warga 

tertentu, pemerintah, pengusaha, ataupun pihak-pihak lainnya. Dalam persoalan ini, 

tampak bahwa redaktur berpihak pada warga yang hak-haknya terpinggirkan. Redaktur 

kemudian mengkritik atau menyalahkan pemerintah yang seolah-olah tidak berdaya di 

dalam menghadapi arus kapitalisme.

c. Kesimpulan, saran ataupun rekomendasi sebagai penutup, berupa pernyataan dalam 

menyelesaikan persoalan yang dikemukakan sebelumnya. Dalam teks itu, saran-saran 

redaktur dinyatakan dalam paragraf ke-7-8. Saran yang dimaksud berupa kompromi, 

yakni berdamai dengan kapitalisme, perlunya persiapan dan langkah antisipatis terhadap 

kekuatan yang tak terbendung itu.

Struktur 

Editorial

Argumen-

argumen

Pengenalan 

Isu

Kesimpulan/

Rekomendasi

• Masalah yang menjadi  

 sorotan di masyarakat  

 (pro-kontra)

• Sikap akhir

• Saran penyelesaian

• Pendapat/pandangan  

 redaksi berdasar   

 sudut pandang tertentu

-- 286

Berikut contoh struktur editorial lainnya.

Teks Bagian Penjelasan

Buruknya Pelayanan Pendidikan Judul

Desentralisasi yang sudah lima belas tahun 

dilaksanakan, saat ini dianggap sedang menuju ke arah 

kegagalan. Salah satu indikator yang ditunjuk adalah 

pelaksanaan demokrasi dengan melakukan pemilihan 

langsung kepala daerah, yang hasilnya, melahirkan 

pimpinan yang korup dan tidak kompeten. 

Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi 

Indonesia 2033 melalui sebuah diskusi yang digelar 

kemarin. Sebagaimana dikemukakan salah satu 

pembicara dari ITS Surabaya, Daniel Rosyid, akibat 

lahirnya pimpinan korup dan tak kompeten ini, warga 

gagal mendapatkan pelayanan publik yang memadai. 

Apa yang diungkap Tim Visi Indonesia 2033 ini, 

rasanya sudah menjadi rahasia umum, merupakan 

masalah yang sejak lama sudah dirasakan masyarakat. 

Kendati demikian, diskusi yang digelar Tim Visi 

ini kemarin, memang sangat tepat sebagai forum 

reaktualisasi masalah yang dihadapi masyarakat 

sehari-hari yang sudah sejak lama terjadi. 

Pengenalan 

isu

Pemilihan kepala 

daerah yang 

melahirkan 

pemimpin 

korup dan tidak 

kompeten

Seperti biasanya, masalah yang lama terjadi, 

berulang-ulang dan tak ada perbaikan sama sekali 

- sementara itu, kapasitas pimpinan yang ada tak 

mampu membawa perubahan — kecenderungannya 

akan menjadi masalah biasa yang tak dianggap lagi 

sebagai masalah. 

Buruknya pelayanan kepada warga adalah masalah 

lama yang terus terjadi berulang-ulang dan karenanya, 

banyak kepala daerah menganggap hal ini  

bukan lagi sebagai masalah. Masyarakat banyak pun, 

menyerah “pasrah bongkok-an’’ tenggelam dalam 

lautan gerutu.

Banyaknya jumlah kepala daerah yang tersangkut 

perkara korupsi, juga sudah lama menjadi isu yang 

mengusik perhatian publik. Sejak 2004 hingga 2012, 

lebih dari 175 kepala daerah yang terdiri atas 17 

gubernur dan 158 bupati dan wali kota menjalani 

pemeriksaan di lembaga antikorupsi ini. Ini berarti 

lebih dari separuh (50 persen) kepala daerah tingkat 

satu terseret kasus korupsi. Sampai November, 

angkanya terus bertambah, mencapai 309.

Argumen-

argumen

• Pelayanan 

pemerintah 

kepada 

warganya 

buruk

• Kepala daerah 

banyak 

tersangkut 

korupsi

Editorial 287

Demikian juga terhadap buruknya pelayanan 

publik yang dirasakan masyarakat selama ini. Terjadi 

lama, dan berulang, tak ada perbaikan. Lalu, menjadi 

biasa. Itu sebabnya kita tak heran atau kaget saat  

Ombudsman, mengungkapkan, dinas pendidikan 

menjadi satuan kerja perangkat daerah (SKPD) 

provinsi yang rawan pungutan liar. Kerawanan muncul 

karena 22 dinas pendidikan provinsi yang diteliti tak 

menerapkan standar pelayanan berdasar  Undang-

Undang No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 

Pertanyaannya, siapa anggota masyarakat yang 

tidak mengeluhkan sistem pelayanan yang diberikan 

dunia pendidikan selama ini? 

Di wilayah Jakarta dan sekitarnya, misalnya, 

sudah sejak tahun lalu, muncul keresahan di tengah 

masyarakat yang mendiami pinggiran ibu kota. 

Secara administratif mereka adalah penduduk Bekasi, 

Bogor, Depok, atau Tangerang. Akan tapi, secara 

fisik karena di sekitar tempat tinggal mereka sekolah 

sangat kurang, anak-anak mereka pun disekolahkan 

ke Jakarta. Namun, kebijakan yang muncul kemudian, 

mereka didiskriminasi.

Contoh, anak-anak yang nonpenduduk DKI, 

katakanlah Bekasi, yang ingin masuk ke SMA di Jakarta 

setelah lulus SMP, diberi kesempatan mengikuti tes 

hanya satu putaran. Jika dalam satu putaran tes mereka 

tak lulus, tak ada pilihan yang nyangkut, anak-anak 

itu selesai. Tak ada kesempatan untuk mengikuti tes 

lagi sebagaimana anak-anak penduduk DKI. Ke mana 

mereka akan bersekolah? Tak ada peluang, karena di 

Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di 

Jakarta.

Diskriminasi lain adalah untuk masuk SMA 

tertentu, bagi anak-anak DKI misalnya disyaratkan 

memiliki nilai NEM 36, sedangkan bagi anak-

anak korban diskriminasi tadi diharuskan memiliki 

NEM lebih tinggi lagi, yaitu 37. Inilah contoh buruk 

pelayanan yang diciptakan dinas pendidikan, yang 

mempersetankan hak-hak rakyat dan pelayanan yang 

berkeadilan. Silakan ombudsman. (Sumber: Harian 

Terbit)

Rekomendasi Saran kepada 

ombudsman 

untuk menangani 

buruknya 

pelayanan 

pemerintah

-- 288

3. Kaidah Teks Editorial

Kaidah atau karakteristik umum editorial adalah sebagai berikut.

a. Ulasan terhadap fenomena atau peristiwa aktual yang menjadi sorotan khalayak. Dalam 

contoh di atas, fenomena yang dimaksud berupa tukar guling dan penjualan sekolah 

terhadap pihak swasta.

b. Penulisnya adalah redaksi dari media itu sendiri. Adapun kalau ditulis oleh pihak lain, 

teks ini  dikelompokkan ke dalam artikel biasa.

Adapun kaidah dari segi kebahasaan, editorial memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Adanya penggunaan ungkapan-ungkapan retoris. Dalam teks di atas, ungkapan-ungkapan 

yang dimaksud, antara lain, seperti berikut.

1) Lalu, di mana idealisme pendidikan? 

2) Apa arti pendidikan adalah hak semua warga negara (baik yang punya akses terhadap 

kapital maupun tidak)?

Cara itu dipakai  untuk menarik perhatian pembaca (khalayak) sehingga tergugah 

untuk melanjutkan pembahasan atas isu yang disorotinya.

b. Banyak memakai  kata-kata populer sehingga mudah bagi khalayak untuk 

mencernanya. Kata-kata yang dimaksud, antara lain, adalah ribut‑ribut, ongkos, tengok, 

suka, tak suka, geliat, berlebih, enggan, ekstra keras, pas.

c. Banyaknya kata ganti tunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal 

lainnya yang menjadi fokus ulasan. 

Contoh:

1) Desentralisasi yang sudah lima belas tahun dilaksanakan, saat ini dianggap sedang 

menuju ke arah kegagalan.

2) Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi Indonesia 2033 melalui sebuah 

diskusi yang digelar kemarin.

3) Apa yang diungkap Tim Visi Indonesia 2033 ini, rasanya sudah menjadi rahasia 

umum, merupakan masalah yang sejak lama sudah dirasakan masyarakat. 

4) Kendati demikian, diskusi yang digelar Tim Visi ini kemarin, memang sangat tepat 

sebagai forum reaktualisasi masalah yang dihadapi masyarakat sehari-hari yang 

sudah sejak lama terjadi. 

d. Banyaknya penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, sebab, oleh sebab 

itu. Hal ini terkait dengan penggunaan sejumlah argumen yang dikemukakan redaktur 

berkenaan dengan masalah yang dikupasnya.

Contoh:

1) Buruknya pelayanan kepada warga, adalah masalah lama yang terus terjadi berulang-

ulang dan karenanya, banyak kepala daerah menganggap hal ini  bukan lagi 

sebagai masalah.

2) Itu sebabnya kita tak heran atau kaget saat  Ombudsman, mengungkapkan, dinas 

pendidikan menjadi satuan perangkat kerja daerah (SKPD) provinsi yang rawan 

pungutan liar.

Editorial 289

3) Kerawanan muncul karena 22 dinas pendidikan provinsi yang diteliti tak menerapkan 

standar pelayanan berdasar  Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang 

Pelayanan Publik.

4) Tak ada peluang, karena di Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di 

Jakarta.

e. Banyaknya penggunaan konjungsi pertentangan, seperti akan tetapi, namun. Hal itu 

terkait dengan masalah yang diangkat dalam editorial yang bersifat pro dan kontra.

1) Akan tetapi, secara fisik karena di sekitar tempat tinggal mereka sekolah sangat 

kurang, anak-anak mereka pun disekolahkan ke Jakarta. 

2) Namun, kebijakan yang muncul kemudian, mereka didiskri minasi.

C Perbandingan Teks Editorial

1. Teks Editoral dengan Teks Editorial Lainnya  

Perhatikan kembali dua contoh editorial di atas. Secara umum kedua teks ini  memiliki 

tema yang sama, yakni menyoroti masalah pendidikan. Spesifikasinya, editorial I berkaitan 

dengan masalah kapitalisme dan editorial II berhubungan dengan pelayanan pendidikan. 

Persamaan lainnya, kedua editorial ini  sama-sama berpihak pada warga dan cenderung 

menyalahkan pemerintah yang dianggapnya mengabaikan tanggung jawabnya di dalam 

melayani kebutuhan pendidikan masyarakat.

Dalam hal strukturnya, kedua editorial ini  sama-sama diawali dengan pengenalan 

masalah (isu) yang akan dibahasnya.

a. Editorial I tentang isu kapitalisme pendidikan, yakni tukar guling dan penjualan sekolah 

kepada swasta.

b. Editorial II tentang isu desentralisasi yang cenderung mengalami kegagalan, yang 

ditunjukkan oleh rendahnya pelayanan di dalam bidang pendidikan.

c. Pada kedua editorial itu pun sama-sama ditemukan pertanyaan-pertanyaan retoris.

Pertanyaan Retoris

Editorial I Editorial II

Pertanyaannya, siapa 

anggota masyarakat 

yang tidak mengeluhkan 

sistem pelayanan 

yang diberikan dunia 

pendidikan selama ini? 

• Lalu, di mana idealisme pendidikan? Apa arti pendidikan 

adalah hak semua warga negara (baik yang punya akses 

terhadap kapital maupun tidak)?

• Bahkan, mungkin juga ikut menikmati iklim kapitalisme yang 

merambah dunia pendidikan?

• Pertanyaannya adalah bagaimana menyikapi kondisi yang ada, 

yang sudah menjalar ke segala sisi kehidupan?

e. Pada kedua editorial itu pun banyak ditemukan penggunaan konjungsi yang bermakna 

pertentangan. 

-- 290

Editorial I Editorial II

• Kendati demikian, diskusi yang digelar 

Tim Visi ini kemarin, memang sangat 

tepat sebagai forum reaktualisasi masalah 

yang dihadapi masyarakat sehari-hari 

yang sudah sejak lama terjadi. 

• Seperti biasanya, masalah yang lama 

terjadi, berulang-ulang dan tak ada 

perbaikan sama sekali -sementara 

itu, kapasitas pimpinan yang ada 

tak mampu membawa perubahan — 

kecenderungannya akan menjadi masalah 

biasa yang tak dianggap lagi sebagai 

masalah. 

• Akan tetapi, secara fisik karena di 

sekitar tempat tinggal mereka sekolah 

sangat kurang, anak-anak mereka 

pun disekolahkan ke Jakarta. Namun, 

kebijakan yang muncul kemudian, mereka 

didiskriminasi

• Diskriminasi lain adalah, untuk masuk 

SMA tertentu, bagi anak-anak DKI 

misalnya disyaratkan memiliki nilai NEM 

36, sedangkan bagi anak-anak korban 

diskriminasi tadi diharuskan memiliki 

NEM lebih tinggi lagi, yaitu 37.

Di samping kesamaan-kesamaan itu, kedua editorial ini  memiliki perbedaan-

perbedaan. Perbedaan yang mudah dikenali adalah spesifikasi temanya. Seperti yang telah 

diungkapkan di atas bahwa spesifikasi tema editorial I adalah tentang masalah kapitalisme 

pendidikan dan tema editorial II tentang buruknya pelayanan pendidikan. Perbedaan lainnya 

tampak pada struktur penyajiannya. Pada bagian akhir, editorial I memberi  solusi, yakni 

dengan jalan kompromi, yakni dengan berdamai dengan kekuatan kapitalisme, sedangkan 

editorial II tidak memberi  solusi. Penulis malah menyerahkan persoalan itu kepada 

lembaga ombudsman.

Dalam hal diksi atau pemilihan kata yang dilakukan oleh kedua editorial ini  juga 

menunjukkan perbedaan.

a. Bahasa dalam editorial I cenderung lebih populer. Banyak kata nonbaku dipakai  di 

dalamnya. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rebut, suka, geliat, berlebih, enggan.

b. Bahasa dalam editorial II cenderung lebih baku. Meskipun demikian, masih ditemukan 

pula satu-dua kata yang tidak baku, seperti penggunaan kata tak, tapi.

Perbedaan-perbedaan yang ada  pada editorial yang satu dengan yang lainnya 

mungkin saja disebabkan oleh gaya selingkung yang berlaku pada media massa yang tidak 

sama. Hal ini karena setiap media memiliki kebijakan dan gaya tersendiri, baik itu dalam 

kaitan dengan isi, struktur, ataupun kaidah kebahasaannya.

Bagaimana dengan perbandingan kedua editorial di bawah ini?

Teks I

Agar Banjir Tidak Berulang

Banjir yang kembali menyambangi Jakarta sejak hari Minggu (12/1) malam hingga 

Senin (13/1) seperti mengulang cerita sama di Ibu Kota.

Setiap tiba musim hujan, warga Jakarta harap-harap cemas. Meskipun peringatan 

dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut puncak musim hujan 

diperkirakan terjadi akhir Januari, hujan deras hari Minggu lalu menyebabkan banjir 

datang lebih awal.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah banyak berupaya. Kali-kali kecil, termasuk 

saluran penghubung, sebanyak 884 buah dan waduk dibersihkan dari sampah. Para 

pemukim di sepanjang bantaran sungai dan waduk bertahap dipindahkan ke rumah susun

Editorial 291

agar sungai dan waduk dapat dinormalkan fungsinya. Kenyataannya, saat ini kerja ini  

belum cukup. Banjir di Jakarta, seperti juga di banyak tempat lain, disebabkan berbagai 

faktor. Mulai dari cuaca, perilaku masyarakat, hingga kebijakan pemerintah.

Cuaca di Jakarta dipengaruhi iklim global, termasuk perubahan iklim. Badai dingin 

di Kanada dan Amerika Utara telah bergerak ke Asia dan akan memengaruhi terbentuknya 

awan hujan di bagian barat Indonesia, termasuk Jakarta. Perilaku masyarakat sangat 

besar pengaruhnya. Pendirian bangunan yang berizin maupun tidak berizin di bantaran 

sungai menyebabkan lebar sungai menyusut. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan 

selokan masih dilakukan warga Jakarta meski tahu sampah menyumbat badan air dan 

menyebabkan banjir.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentu tidak dapat bekerja sendirian. Kerja sama 

dengan Pemprov Jawa Barat dan Banten perlu diintensifkan. Daerah aliran sungai yang 

bermuara di Jakarta berada di provinsi tetangga. Perlu solusi konkret mengatasi kerusakan 

daerah aliran sungai (DAS) di hulu. Termasuk, wacana manfaat bagi penduduk sekitar 

DAS yang memelihara lingkungan, sementara manfaatnya dirasakan warga di tempat 

lain.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum berperan menangani 13 

sungai besar di Jakarta. Proyek sodetan antara Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Timur 

serta normalisasi Sungai Ciliwung dimulai 23 Desember lalu setelah Pemprov DKI 

menyanggupi pembebasan tanah. Jika selesai empat tahun lagi, diharapkan banjir akibat 

luapan Ciliwung akan banyak berkurang.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, berulang kali mengatakan, permasalahan dan 

solusi banjir Jakarta sudah jelas.Yang diperlukan adalah ketekunan, dan kesabaran karena 

butuh waktu.Yang juga dituntut dari Gubernur DKI dan wakilnya adalah pengawasan agar 

semua pihak mematuhi rencana tata ruang wilayah.

Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, perlu memakai  

popularitas mereka untuk tak bosan mengajak masyarakat mengubah perilaku. Tanpa 

dukungan masyarakat Jakarta dan provinsi tetangga, warga Ibu Kota akan terus mengulang 

cerita lama setiap kali musim hujan tiba.

Sumber: Harian Terbit

Teks II

Kekhawatiran Lain atas Banjir

Perhatian atas kehancuran ekologis, termasuk bahaya banjir dengan segala dampaknya, 

dikhawatirkan akan langsung surut begitu bencana berlalu.

Kekhawatiran itu beralasan, lebih-lebih karena kegaduhan, termasuk gugatan dan suara 

protes, lazim bermunculan saat  terjadi bencana banjir atau tanah longsor. Begitu bencana 

berlalu, perhatian kita pun surut dan kembali tidak dipedulikan sebagai kekhawatiran lain 

atas penanganan bahaya banjir.

Perilaku semacam ini dapat menjelaskan mengapa bencana ekologis, seperti petaka 

banjir dan tanah longsor, terus menerjang, tidak mereda, bahkan meningkat. Bencana banjir 

yang menerjang berbagai tempat di Indonesia dalam beberapa hari terakhir memperlihatkan 

kehancuran ekologis, yang perlu ditangani secara serius.

-- 292

Bencana ekologis, seperti terjangan banjir dan tanah longsor, termasuk tantangan 

yang dapat diantisipasi. Tidak seperti letusan gunung api, gempa tektonik dan tsunami 

yang sulit diprediksi, bahaya banjir tergolong dapat diantisipasi, bahkan dapat dicegah. 

Namun, upaya mengatasi bahaya banjir sebagai prioritas tidak begitu kentara.

Setelah banjir berlalu, sangat diperlukan evaluasi untuk mengidentifikasi sumber 

persoalan, yang bersifat struktural dan kultural. Selama persoalan struktural, seperti proses 

perizinan yang tidak memerhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan, bencana 

ekologis dan petaka banjir akan semakin menjadi ancaman.

Banyak lokasi tangkapan air berubah fungsi menjadi gedung karena proses perizinan 

yang diberikan atas godaan kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan dampak buruk 

jangka panjang. Persoalan struktural ini diperburuk oleh persoalan kultural. Secara 

kultural, misalnya, masyarakat Indonesia umumnya mengenal istilah membuang sampah 

ketimbang mengelola sampah.

Atas dasar itu, perlu didorong gerakan untuk mengubah kebiasaan membuang menjadi 

mengelola sampah untuk lingkungan yang lebih bersih, sehat, aman, dan nyaman. Seluruh 

lapisan masyarakat perlu dididik tentang pentingnya mengelola sampah. Tidak mencemari 

sungai dan alam sekitar dengan sampah.

Tentu saja banjir dan petaka ekologis lain merupakan ancaman berbahaya, tetapi 

jauh lebih berbahaya lagi jika tidak juga muncul kesadaran dan tindakan nyata untuk 

melakukan aksi pencegahan. Kerugian besar akan terjadi setiap tahun jika banjir tidak 

segera diatasi. Atas dasar itu, upaya mengatasi korban banjir sangatlah penting, tetapi tidak 

kalah mendesak melakukan tindakan nyata agar banjir tidak menjadi bencana tahunan.

Sungguh konyol, jika pemerintah dari pusat sampai ke daerah, ditambah dengan 

masyarakat, tidak melakukan tindakan terpadu untuk mencegah ancaman bahaya banjir 

dan bencana ekologis lainnya. Saatnya mengelola sampah dan memerhatikan tata ruang 

secara lebih serius untuk mencegah bencana lingkungan yang lebih runyam (Sumber: 

Harian Terbit).

2. Teks Editorial dengan Berita

Editorial dan berita merupakan teks yang sama-sama dijumpai di dalam media massa, 

seperti pada surat kabar ataupun majalah. Keduanya pun selalu terkait dengan peristiwa-

peristiwa aktual. Hanya saja dalam editorial, penulis dapat beropini. Sementara itu, dalam 

berita, penulis sama sekali tidak boleh beropini ataupun berpendapat. Ia hanya bertugas 

mengemukakan fakta dan fakta. 

Editorial termasuk ke dalam jenis teks argumentatif. Dengan demikian, kekuatan 

berargumen penulisnyalah yang utama. Sementara itu, berita tergolong ke dalam jenis 

laporan (report), lebih tepatnya disebut sebagai news item. Kedua jenis teks itu berbeda pula 

dalam struktur penyajiannya. Editorial diawali dengan pengenalan isu, deretan gagasan, dan 

rekomendasi. Berita diawali dengan pengenalan peristiwa yang terpola sebagai lead. Di 

dalamnya terkandung unsur 5W + 1H (what, who, where, when, why, how) atau yang lazim 

disingkat ADIKSIMBA (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana). Lead atau kepala 

berita kemudian diikuti oleh tubuh berita (middle, key event) dan ekor berita (end).

Editorial 293

berdasar  kaidahnya, berita banyak didominasi oleh fungsi-fungsi kalimat yang 

menyatakan keterangan tempat sebagai jawaban atas pertanyaan di mana dan keterangan 

waktu sebagai jawaban atas pertanyaan kapan. Berita pada umumnya disajikan secara 

kronologis. Oleh karena itu, konjungsi yang menyatakan urutan waktu sangat mudah kita 

jumpai di dalamnya. Adapun editorial cenderung disajikan secara kausalitas. Konjungsi yang 

bermakna kausalitas (penyebaban) lebih banyak dijumpai daripada konjungsi lainnya.

Aspek

Jenis Teks

Editorial Berita

1.  Fungsi a. Berkenaan dengan suatu 

peristiwa aktual yang 

menjadi sorotan khalayak 

(bersifat pro dan kontra).

b. Menyampaikan suatu pen-

dapat dengan meyakinkan.

a. Berkenaan dengan suatu peristiwa 

aktual.

b. Bertujuan untuk menyampaikan 

fakta atau informasi dengan 

sejelas-jelasnya.

2.  Struktur a. Diawali dengan penge nalan 

isu (masalah).

b. Diikuti dengan penyajian 

argumentasi-argumentasi 

dan rekomendasi.

a. Diawali dengan penge-

nalan peristiwa dengan pola 

ADIKSIMABA (apa, di mana, 

kapan, siapa, mengapa, bagaimana).

b. Diikuti dengan paparan fakta lain 

yang lebih spesifik.

3.  Kaidah Banyak memakai  konjungsi 

penyebaban.

Banyak memakai  konjungsi 

kronologis dan keterangan waktu/

tempat.

D Menulis Teks Editorial

Penulis editorial yang sesungguhnya adalah redaksi dari suatu media berdasar  peristiwa 

aktual (isu) yang menjadi kepentingan publik. Namun, sebagai bahan pembelajaran, alangkah 

lebih baik apabila kita pun berlatih menuliskannya. Cara ini  akan bermanfaat pula dalam 

pengembangan kecakapan tulis-menulis secara umum.

berdasar  pengertiannya itu, untuk menulis suatu editorial, langkah-langkah yang harus 

kita lakukan adalah sebagai berikut: memilih (selecting), mengumpulkan (collecting), mengaitkan 

(connecting), dan memperbaiki (correcting).

1. Pada langkah pertama, kita harus memilih isu-isu yang hendak diangkat. Perlu pertimbangan 

tersendiri untuk menentukannya. Pertimbangan ini  kembali pada kebijakan kita sendiri 

sebagai awak media. 

2. Tahap berikutnya, pengumpulan data pendukung yang akan memperkuat opini yang hendak 

disampaikan. Pendukung berupa fakta-fakta seputar isu yang diangkat akan menjadi daya 

penguat akan objektivitas tulisan editorial itu sendiri daripada sekadar opini. Untuk memberi-

kan nilai yang lebih kuat, kita pun harus mengumpulkan teori-teori ataupun pendapat ahli 

yang bisa menjadikan pendapat kita itu lebih berbobot.

-- 294

3.  Langkah ketiga ialah menghubungkan atau mengaitkan. Sebelum menyusun draf editorial, 

kita harus merembukkannya dengan anggota redaksi. Perlu diingat bahwa editorial itu 

mewakili sikap media kita. Oleh karena itu, di samping kesepakatan akan isu yang dipilih, 

juga detail-detail dan contoh-contoh yang akan diungkapkan pun harus disepakati bersama. 

Lakukanlah pembicaraan tentang opini-opini yang akan disampaikan. Jangan lupa, kita pun 

perlu menawarkan solusi pada akhir editorial.

4.  Akhirnya, lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap hasil tulisan ini . Editorial itu harus 

jelas dan bertenaga. Akan tapi, jangan sampai menyerang pihak lain. Upayakan pula untuk 

tidak terlalu mengajari. Susunan paragraf tersusun dengan padu. Kalimatnya efektif dan kata-

katanya lugas. Sekali lagi, berbagai contoh dan ilustrasi akan bermanfaat. Apalagi kutipan-

kutipan yang berbobot, akan menguatkan opini kita. Yang lebih penting lagi, kemukakan 

semua dengan jujur dan akurat.

Memilih isu

Mengaitkan 

bagian-bagian 

editorial dan 

mengembang-

kannya

Mengumpulkan 

data pendukung

Memeriksa 

ketepatan isi, 

struktur, dan 

kaidah kebahasaan 

editorial

Langkah-langkah Penulisan Editorial

Soal-soal Latihan

Pilihlah jawaban yang paling benar!

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 1‑2)

Ribut-ribut seputar dunia pendidikan tak sekadar dihiasi mahalnya ongkos untuk jadi orang pintar, 

tapi juga diwarnai oleh pertarungan idealisme melawan arus kapitalisme.Tengok saja soal Bogor 

Agribusiness Center di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).Tukar guling SLTP 56 di “daerah 

emas” Melawai, Jakarta Selatan. Dan, niat sebuah yayasan menjual sekolah miliknya di Kota 

Bandung.

1. Isu yang diperkenalkan dalam cuplikan ini  tentang ….

A. kapitalisme dalam pendidikan

B. seputar dunia pendidikan

C. mahalnya biaya pendidikan

D. idealisme melawan arus kapitalisme

E. mahalnya mencetak orang pintar

Editorial 295

2. Konjungsi pertentangan di dalam cuplikan ini  adalah ….

A. juga D. dan

B. tapi E. saja

C. tetapi

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 3‑4)

(1) Suka atau tak suka, disadari atau tidak, arus kapitalisme telah merasuk ke dalam urat nadi 

kehidupan manusia Indonesia. (2) Jadi, tak usah heran jika geliat hal yang sama masuk ke berbagai 

aspek, (3) termasuk menyentuh kegiatan pendidikan. (4) Mulai dari kewajiban murid membeli 

buku yang diwajibkan, (5) jalur khusus penerimaan mahasiswa lewat uang pangkal yang besar, 

hingga Malang Town Square di area kampus Universitas Brawijaya Malang.

3.  Masalah yang pro dan kontra ditandai dengan nomor ….

A. (1) D. (4)  

B. (2) E. (5)  

C. (3)  

4. Keberadaan fakta dalam cuplikan di atas ditandai dengan nomor ….

A. (1) dan (2) D. (4) dan (5)    

B. (2) dan (3) E. (1) dan (5)    

C. (3) dan (4)

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 5‑6)

(1) Fenomena semacam ini yang akan terus mewarnai dunia pendidikan di sini. (2) Perlu 

perjuangan ekstra keras untuk melawan arus besar ini. (3) Bahkan pemerintah, dengan UU 

di pundaknya, seakan tak mampu mencegah. (4) Sebaliknya dengan dalih keterbatasan dana, 

seolah-olah melakukan pembenaran terhadap arus modal yang tak peduli sisi lain, kecuali demi 

kepentingan modal itu sendiri. (5) Bahkan, mungkin juga ikut menikmati iklim kapitalisme yang 

merambah dunia pendidikan?

5. Kaidah kebahasaan sebagai karakteristik teks editorial tampak dalam cuplikan ini , yakni 

….

A.  adanya penggunaan konjungsi kronologis

B.  adanya penggunaan konjungsi pertentangan

C.  adanya konjungsi kekecualian

D.  adanya konjungsi penjelasan

E.  adanya konjungsi temporal

6.  Kalimat yang mengandung kata tunjuk tempat adalah ….

A. (1) D. (4)  

B. (2) E. (6)  

C. (3)   

-- 296

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 7‑8)

Itulah antara lain yang diungkap oleh Tim Visi Indonesia 2033 melalui sebuah diskusi yang digelar 

kemarin. Sebagaimana dikemukakan salah satu pembicara dari ITS Surabaya, Daniel Rosyid, 

akibat lahirnya pimpinan korup dan tak kompeten ini, warga gagal mendapatkan pelayanan publik 

yang memadai.

7.  Cuplikan di atas mengangkat isu tentang ….

A.  visi Indonesia 2033

B.  kepemimpinan Indonesia

C.  kegagalan dalam pemerintahan

D.  kompetensi kepempinnan

E.  pelayanan publik

8.  Penanda kaidah kebahasaan sebagai teks editorial tampak pada ….

A.  penggunaan kata penunjuk

B.  penggunaan kata yang

C.  penggunaan konjungsi kronologis

D.  penggunaann konjungsi relasional

E.  pengunaan kata depan dari

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomo 9‑10)

(1) Banyaknya jumlah kepala daerah yang tersangkut perkara korupsi, (2) juga sudah lama 

menjadi isu yang mengusik perhatian publik. (3) Sejak 2004 hingga 2012, lebih dari 175 kepala 

daerah yang terdiri atas 17 gubernur dan 158 bupati dan wali kota menjalani pemeriksaan di 

lembaga antikorupsi ini. (4) Ini berarti lebih dari separuh (50 persen) kepala daerah tingkat 

satu terseret kasus korupsi. (5) Sampai November, angkanya terus bertambah, mencapai 309. 

9. Isu yang disampaikan dalam cuplikan di atas dinyatakan dengan nomor ….

A. (1) D. (4)

B. (2) E. (5)

C. (3)    

10. Kata yang menyatakan hubungan secara kronologis (temporal) adalah ….

A.  sudah D.  ini

B.  lama E.  dengan

C.  sejak

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 11‑12)

Contoh, anak-anak yang nonpenduduk DKI, katakanlah Bekasi, yang ingin masuk ke SMA 

di Jakarta setelah lulus SMP, diberi kesempatan mengikuti tes hanya satu putaran. Jika dalam 

satu putaran tes mereka tak lulus, tak ada pilihan yang nyangkut, anak-anak itu selesai.Tak ada 

kesempatan untuk mengikuti tes lagi sebagaimana anak-anak penduduk DKI. Ke mana mereka 

akan bersekolah? Tak ada peluang, karena di Bekasi pun mereka ditolak karena SMP asalnya di 

Jakarta.

Editorial 297

11. Kaidah kebahasaan teks editorial yang tampak pada cuplikan di atas adalah ….

A.  adanya penggunaan argumentasi

B.  adanya pengenalan isu

C.  adanya pemakaian kalimat retoris

D.  adanya penggunaan konjungsi mempertentangkan

E.  adanya penggunaan kata kerja material

12. Konjungsi kausalitas dalam cuplikan di atas dinyatakan dalam kalimat ….

A.  pertama D.  keempat

B.  kedua E.  kalimat

C.  ketiga

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 13‑14)

Setiap tiba musim hujan, warga Jakarta harap-harap cemas. Meskipun peringatan dari Badan 

Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut puncak musim hujan diperkirakan terjadi 

akhir Januari, hujan deras hari Minggu lalu menyebabkan banjir datang lebih awal.

13. Permasalahan yang disorot di dalam cuplikan editorial di atas adalah tentang ….

A.  kecemasan warga Jakarta

B.  peran BMKG

C.  musibah pada musim hujan

D.  musim hujan yang mencapai puncaknya

E.  bahaya banjir bagi warga Jakarta

14.  Makna kata yang dominan di dalam cuplikan di atas merujuk pada ….

A.  tempat D. orang

B.  suasana E. aktivitas

C.  waktu

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 15‑16)

(1) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentu tidak dapat bekerja sendirian. (2) Kerja sama dengan 

Pemprov Jawa Barat dan Banten perlu diintensifkan. (3) Daerah aliran sungai yang bermuara 

di Jakarta berada di provinsi tetangga. (4) Perlu solusi konkret mengatasi kerusakan daerah 

aliran sungai (DAS) di hulu. (5) Termasuk, wacana manfaat bagi penduduk sekitar DAS yang 

memelihara lingkungan, sementara manfaatnya dirasakan warga di tempat lain.

15. Kalimat yang menyatakan fakta ditandai dengan nomor ….

A.  (1) D.  (4)    

B.  (2) E.  (5)   

C.  (3)     

16. Kata yang tidak baku adalah ….

A.  sendirian  D.  konkret

B.  kerja sama E.  di hulu

C.  Pemprov

(Cuplikan di bawah ini dipakai  untuk menjawab soal nomor 17‑18)

-- 298

Data yang disampaikan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah, akhir pekan lalu, 

mencengangkan kita. Menurut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi setempat, 

berdasar  surat persetujuan ekspor kopi (SPEK) yang dikeluarkan, jumlah ekspor kopi arabika 

Gayo asal kabupaten ini mencapai 4.604 ton lebih.

17. Fakta yang terungkap dalam cuplikan editorial di atas adalah ….

A. data itu mencengangkan kita

B. SPEK berkenaan dengan ekspor kopi arabika

C. jumlah ekspor kopi arabika Gayo mencapai 4.604 ton lebih

D. jumlah ekspor kopi di wilayah Aceh tengah jumlahnya sangat luar biasa

E. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi menyampaikan surat persetujuan ekspor 

kopi (SPEK)

18. Kata penunjuk waktu dalam cuplikan di atas adalah ….

A. akhir D. asal

B. lalu E. ini

C. dan

19. Sektor perkebunan dan pertanian sejatinya benar-benar bisa dikelola dan berperan besar 

untuk mengangkat derajat kehidupan perekonomian masyarakat, khususnya pelaku sektor 

ini, untuk menjadi sejahtera. Bukan hanya pengusaha, melainkan petani itu sendiri. Paling tidak, 

nilai ekspor yang dinikmati petani kopi arabika Gayo ini bisa menjadi rujukan. Tingginya nilai 

jual ini  terutama karena mutu dan kekhasan citarasa kopi ini.

Sikap kritis yang diperoleh setelah membaca teks di atas adalah ….

A. Nilai ekspor dinikmati petani kopi arabika Gayo.

B. Tingginya nilai jual ini  disebabkan oleh mutu dan kekhasan citarasa kopi ini.

C. Sektor perkebunan dan pertanian bisa dikelola dan berperan besar untuk mengangkat 

derajat kehidupan perekonomian masyarakat.

D. Pelaku sektor perkebunan dan pertanian harus dikembangkan agar menjadi sejahtera. 

E. Bukan hanya pengusaha, melainkan petani itu sendiri, dapat memperoleh keuntungan 

ekonomi dari pengelolaan itu. 

20. Contoh peristiwa yang layak menjadi soroton dalam editorial adalah ….

A. Para siswa merayakan tahun baru bersama dengan mengadakan pentas seni di 

sekolahnya.

B. Masyarakat Desa Sukamaju melakukan gotong royong dalam membersihkan selokan  

yang sering tersumbat saat  hujan.

C. Para pengendara bermotor mendapat pelayanan kesehatan gratis setelah mereka 

terhambat perjalanannya gara-gara sebuah truk yang mogok di Tanjakan Nagreg.

D. Terjadi tawuran antarkampung di wilayah tengah sehingga beberapa rumah ikut porak 

poranda.

E. Acara kejutan ditiadakan dalam perayaan itu karena dikhawatirkan menimbulkan salah 

pengertian pada penduduk setempat.

--299

A Pengertian Novel

Novel merupakan teks naratif yang fiksional. Isinya mengisahkan sisi utuh atas problematika 

kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Karena kisah kehidupan yang diceritakan itu 

bersifat utuh, bentuk novel terdiri atas puluhan bahkan ratusan halaman. Karakteristik novel 

lainnya adalah sebagai berikut.

1. Alur rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh perubahan nasib pada diri sang tokoh. Misalnya, 

dari menjomblo menjadi menikah, dari miskin menjadi kaya raya. 

2. Tokohnya banyak dalam berbagai karakter. Ada tokoh protagonis, anta gonis, statis, dan 

macam-macam tokoh lainnya dalam beragam peran.

3. Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu yang relatif lama, bisa mencapai 

puluhan bahkan ratusan tahun.

4. Tema relatif kompleks, ditandai oleh adanya tema-tema bawahan.

B Fungsi, Struktur, dan Kaidah Novel

1. Fungsi Novel

Entah sudah berapa puluh ribu judul novel yang telah dikarang dan telah jutaan pula 

manusia yang membacanya, dari sejak zaman dulu hingga sekarang. Karya manusia yang 

satu ini terus-menerus dibaca dan diproduksi karena manfaatnya besar bagi kehidupan kita.

Manfaat yang langsung dapat kita rasakan adalah bahwa novel memberi  hiburan atau rasa 

senang. Kita memperoleh kenikmatan batin dengan membaca novel. Dengan membaca novel 

seolah-olah kita menjalani kehidupan bersama tokoh-tokoh dalam novel itu. saat  tokoh 

utamanya mengalami kesenangan, kita pun turut senang; saat  mengalami kegetiran hidup, 

kita pun turut sedih ataupun kecewa.

Selain itu, dengan membaca suatu novel kita bisa belajar tentang kehidupan; bisa lebih 

bijak pula dalam menghadapi beragam peristiwa yang mungkin pula kita hadapi. Misalnya, 

dengan adanya tokoh yang bersikap angkuh. Kita menjadi tahu bahwa sikap itu sering 

menimbulkan ketersinggungan bagi pihak-pihak tertentu. Pelakunya sendiri menjadi orang 

yang dijauhi orang lain. Sikap rendah hati ternyata mudah mengundang simpati. Peduli pada 

orang lain, dalam sekecil apa pun bantuan yang diberikan, ternyata menjadi sesuatu yang 

benar-benar berharga bagi orang yang membutuhkan.

XV Cerita Fiksi dalam Novel

-- 300

Perhatikanlah cuplikan berikut.

Suatu hari pertengkaran dengan Kartini mencapai puncaknya. Aku tidak bisa mengendalikan 

emosi lagi. Kartini ku tempeleng dan ku caci maki. Sejak itu Kartini sering ke luar rumah 

mencari tempat pencurahan perasaannya. Tentunya pada Anwar? Menurut pembantuku 

Anwar juga sering datang ke rumah sepeninggalku. Juga sering Kartini pergi bersama 

Anwar. Ini menambah kecemburuan dan amarahku. Maka kami bertengkar lagi. Kartini 

ku pukuli dan ku caci maki kembali. Sejak itu Kartini minggat dari rumah.

(Atheis, Akhdiat K.M.)

Cuplikan novel di atas menceritakan tokoh-tokohnya yang sering bertengkar; tidak 

bisa mengendalikan emosi. Dari cerita ini  kita bisa memetik suatu pelajaran bahwa 

pertengkaran sering kali membawa masalah yang lebih besar. Pertengkaran bukanlah solusi 

di dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pihak-pihak yang bertengkar selalu berusaha 

pula untuk saling menyakiti; dan bukannya penyelesaian yang diperoleh, malah akhirnya 

saling menjauh.

Berikut cuplikan novel lainnya.

Untuk pergi bersama-sama ke rimba tempat mereka mengumpulkan damar, mereka harus 

meninggalkan Kampung Air Jernih, yang terletak di tepi Danau Bantau. Air Jernih terletak 

pula di tepi sungai Air Putih yang bermuara ke danau. Di pinggir muara sungailah terletak 

kampung mereka. Mereka menuju hutan dengan menyusuri tepi sungai, memudikinya, 

memasuki hutan, dan mendaki gunung-gunung. Sungai tak dapat dilalui dengan perahu, 

karena penuh dengan batu besar dan karena sungai mengalir dengan derasnya turun dari 

gunung-gunung. Tetapi ....

(Harimau‑Harimau! Mochtar Lubis)

Dengan membaca cuplikan di atas seolah-olah kita diajak mengembara ke sebuah 

hutan: menyusuri tepi sungai, memudikinya, memasuki hutan, dan mendaki gunung-gunung. 

Walaupun cerita itu bersifat fiktif, tetapi imajinasi kita pun seolah-olah turut menikmati 

suasana pegunungan. saat  itu mungkin pula muncul kesan indah, senang, kagum, dan 

perasaan-perasaan lain yang berpadu pula dengan pengalaman-pengalaman kita sendiri 

sebagai pembacanya.

2. Struktur Novel

Stuktur novel lazim disebut dengan plot ataupun alur, yakni berupa jalinan cerita yang 

terbentuk oleh hubungan sebab akibat. Secara umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-

bagian berikut.

a. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi)

Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan 

hubungan antartokoh.

Contoh: 

Pesawat Garuda jurusan Jakarta-Tokyo itu mendarat di Bandara Narita, pukul 11.00 

waktu Tokyo.

--301

Akira menghirup napas dalam. Dirasakannya kesejukan udara tanah kelahirannya 

merasuk hingga ke tulang sumsum. Ia tersenyum tipis sebelum akhirnya melangkah 

perlahan menuruni tangga pesawat.

(Novel Akira, Muslim Watashi Wa, Helvy Tiana Rosa).

b. Pengungkapan peristiwa 

Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, 

pertentangan, ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.

Contoh:

Malam ini malam yang ke sekian bagi Udin datang membeli getuk di tempat itu. 

Sejak mengetahui adanya penjual getuk yang baru dan ayu ini, mendadak Udin jadi 

sangat suka akan getuk. Dan, selalu Udin mengatakan kepada teman-teman di asrama 

bahwa getuk yang paling enak hanyalah yang dijual oleh si getuk ayu itu.

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin).

c. Menuju konflik (rising action)

Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan 

berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.

Contoh:

Kalau perempuan itu bersedia menerimanya sebagai suami, segenap orang tuanya dan 

orangtua perempuan itu menyetujui pula, rasa-rasanya dia mau segera meresmikan 

perkawinan itu.Tapi, pikiran demikian segera cerai-berai karena sampai sekarang dia 

belum mempunyai pekerjaan tetap. Setiap orang bisa kawin. Tapi, hari-hari sudah itu 

akan merupakan pukulan yang berat bagi seorang lelaki kalau dia belum mempunyai 

penghasilan yang tetap dan cukup.

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin).

d. Puncak konflik (turning point, komplikasi)

Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan 

mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.

Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.

Contoh:

“Siapa gadis yang kau maksud itu? Demi kasihku, aku mau menolongmu. Tak 

perlu kau malu, itu sudah kewajibanku.”

“Sekarang, ia sudah masuk menjadi anggota keluarga kita juga.”

Ibu tampak sedikit kaget menerima ucapanku dan dengan pandangan yang 

kaku, ibu terus menatapku. Ibu tidak berkata apa-apa, cuma memandang lama-lama, 

seperti sedang mencari sesuatu dilipatan ingatannya. Tapi ibu tetap diam dan masih 

memandangku juga. Akhirnya, dengan kekuatan batinku yang dipaksa aku berkata.

“Fatimah, ia. Istri paman. Bibiku sekarang!”

-- 302

“Sam?” Ibu berteriak, kaget dan jelas kegelisahan di wajahnya. Ibu terdiam 

sampai lama dan aku tidak berani memandang wajahnya. Kalau kemudian kulepaskan 

pandang ke wajahnya, ada suatu kegelisahan di wajah ibu.

“Jangan Ibu marahi aku. Barangkali ini memang salahku. Waktu Ibu melamar 

Fatimah untuk menjadi istri paman, Ibu tidak memberi tahu. Tapi, memang tidak 

perlu Ibu memberi tahu aku. Dalam suratnya untukku, Fatimah mengatakan bahwa 

pinangan itu telah disetujui orang tua Fatimah dan dari keluarga paman. Ia minta 

pertimbanganku. Kukatakan, terserah kepadamu.” 

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin)

e. Penyelesaian (evaluasi, resolusi)

Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun penilaian tentang 

sikap ataupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak 

itu. Pada bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib 

akhir yang dialami tokoh utama.

Contoh:

 Ibu mengerti sekarang, mengapa kalau suatu saat  ibu atau ayah meninggal, 

aku tidak mau tinggal di rumah paman. Aku tidak mau mengganggu dan mengusik 

kebahagiaan yang telah paman punyai. Dan kukatakan pada ibu, “Biarlah buat 

sementara aku hidup sendiri, berjalan sendiri, sampai aku matang benar menghadapi 

soal-soal kehidupan. Biarlah aku berjalan sendiri dengan harapan bahwa pada suatu 

saat  aku menjumpai seorang gadis setia, sederhana, dan penuh mengerti yang 

kehadirannya di dunia memang hanya ditakdirkan untukku saja.” 

(Novel Gaun Merah Muda, Syamsul Arifin)

f. Koda

Bagian ini berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita, yang fungsinya sebagai 

penutup. Komentar yang dimaksud bisa disampaikan langsung oleh pengarang atau 

dengan mewakilkannya pada seorang tokoh. 

Contoh:

Demikianlah, akhirnya kedua pasangan anak manusia itu mencapai kebahagiaannya. 

Mereka hidup berdua dengan penuh suka, menikmati sisa hidup mereka di sebuah 

desa. Kebenaran telah membuktikannya bahwa kesabaran cepat atau lambat akan 

membuahkan hasil yang diharapkan.

Hanya saja tidak setiap novel memiliki koda, bahkan novel-novel modern lebih 

banyak menyerahkan kesimpulan akhir ceritanya itu kepada para pembacanya. Mereka 

dibiarkan menebak-nebak sendiri penyelesaian ceritanya.

--303

Pengenalan cerita (orientasi)

Pengungkapan peristiwa

Menuju Konflik

Puncak konflik (komplikasi)

Penyelesaian (evaluasi, resolusi)

Koda

Dalam kenyataannya, struktur novel tidak selalu berpola demikian. Struktur novel 

sangat beragam, sesuai dengan kreativitas masing-masing pengarangnya. Berikut beberapa 

kemungkinan struktur yang mungkin kita temukan dalam sebuah novel.

Alur suatu cerita dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Alur normal  : (1) → (2) → (3) → (4) → (5) → (6)

b. Alur sorot balik : (5) → (4) → (3) → (2) → (1) → (6)

c. Alur maju‑mundur : (4) → (5) → (1) → (2) → (3) → (6)

Periode-periode ini  meliputi:

a. pengenalan situasi cerita

b. pengungkapan peristiwa 

c. menuju konflik

d. puncak konflik

e. penyelesaian

f. koda

Selain itu, struktur novel dapat kita kelompokkan berdasar  aspek-aspek lainnya, 

yakni sebagai berikut.

a. berdasar  kuantitas alurnya

1) Alur tunggal, adalah alur yang hanya memiliki satu garis pengembangan cerita.

2) Alur ganda, adalah alur yang memiliki beberapa garis pengem bangan cerita.

b. berdasar  kualitas kepaduannya

1) Alur erat, yakni hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya begitu 

padu sehingga tidak memungkinkan apabila bagian-bagian pemben tuk peristiwa itu 

dilesapkan. Peristiwa yang dimunculkannya itu semua nya penting.

2) Alur longgar, yakni hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lainnya 

terjalin secara renggang. Pengarang menyelingi peristiwa-peristiwa yang ada itu 

dengan peristiwa lain yang tidak begitu berhu bungan dengan inti cerita sehingga 

bila peristiwa-peristiwa ditanggal kan maka tidak mengganggu struktur cerita secara 

keseluruhan. 

-- 304

3) berdasar  isi ceritanya 

a) Alur gerak (the action plot)

Alur disusun dengan berawal dari cerita tentang adanya suatu masalah untuk 

kemudian menuju kepada cara pemecahannya. Misalnya, cerita tentang penangkapan 

pencuri, penggerebekan bandar narkoba, dan sebagainya.

b) Alur pedih (pathetic plot)

Alur ini umumnya berkisah tentang kemalangan yang dialami tokoh idaman, 

misalnya sang pangeran atau sang putri. Tokoh ini  mengalami serangkaian 

musibah yang terus berakhir dengan kesedihan pula.

c) Alur tragis (the tragic plot)

Sang pelaku utama (tokoh idaman), mengalami rangkaian kemalangan, tetapi 

kemalangan yang dialaminya itu sebelumnya tidak dia ketahui. Dia mengetahui itu 

lama kemudian, saat  keadaannya sudah serba terlambat.

d) Alur penghukuman (the punitive plot)

Dalam alur ini sang pelaku utama tidak dapat menarik rasa simpati para pembaca 

karena kejelekan-kejelekan yang dimilikinya. Walaupun demikian, sebenarnya 

tokoh itu memiliki sifat yang meng agumkan dalam beberapa hal. Cerita berakhir 

dengan kegagalan sang pelaku utama. 

e) Alur sinis

Seorang tokoh utama, tokoh inti yang jahat memperoleh kekayaan pada akhir 

cerita, yang justru sepantasnya harus mendapat hukuman.

f) Alur sentimental

Seorang tokoh utama, yang ganteng, yang cantik, dan sering kali lemah, 

mengalami serentetan kemalangan, tetapi kemudian memperoleh kemenangan atau 

kejayaan pada akhir cerita.

g) Alur kekaguman (the admiration plot)

Tokoh utama yang kuat, gagah, dan bertanggung  jawab atas tindakan-tindakannya, 

mengalami serangkaian marabahaya tetapi dapat melawan serta, mengalahkannya 

pada akhir cerita. Responsi para pembaca merupakan ga bungan rasa hormat dan 

rasa kagum terhadap tokoh utama ini .

h) Alur kedewasaan (the maturing plot)

Seorang tokoh utama idaman yang tidak berpengalaman kemudian berkat 

peristiwa yang dialaminya berubah menjadi matang dan dewasa.

i) Alur perbaikan (the reform plot)

Tokoh utama mengalami perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik. Tokoh 

utama itu sendiri yang bertanggung jawab penuh atas kemalangan-kemalangan yang 

mengganggu perja lanan hidupnya.

j) Alur pengujian (the testing plot)

Berbagai tindakan tokoh utama mengalami kegagalan satu demi satu.Tokoh 

utama kemudian meninggalkan obsesinya karena kegagalan-kegagalan itu.

--305

k) Alur pendidikan (the education plot)

Terjadi perbaikan pan dangan pada tokoh utama. Alur ini agak mirip dengan alur 

kedewasaan, tetapi dalam alur ini perubahan batiniah tidak memengaruhi perilaku 

aktual sang tokoh. 

l) Alur penyingkapan rahasia (revelation plot)

Pada mulanya tokoh utama tidak mengetahui rahasia yang menyelimuti 

kehidupan dirinya. Lama-kelamaan sang tokoh dapat menyingkapkan rahasia 

pribadinya itu.

m) Alur perasaan sayang (the effective plot)

Sikap dan keyakinan tokoh utama berubah, tetapi falsafah hidupnya tidak 

bergeser, tetap pada prinsip sebelumnya.

n) Alur kekecewaan (disillusionment plot)

Sang tokoh utama kehilangan orientasi hidupnya dan akhirnya jatuh ke dalam 

jurang keputus asaan. Oleh karena itu, pembaca hanya sebentar saja ber simpati 

kepadanya, selanjutnya diliputi kekecewaan 

3. Kaidah Novel

Novel tergolong ke dalam jenis teks naratif. Dengan demikian, ada  pihak yang 

berperan sebagai tukang cerita (pengarang). ada  beberapa kemungkinan posisi pengarang 

di dalam menyampaikan ceritanya, yakni sebagai berikut.

a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlibat dalam cerita 

yang bersangkutan. Dalam hal ini pengarang memakai  kata orang pertama dalam 

menyampaikan ceritanya, misalnya aku, saya, dan kami.

Dalam kaitannya dengan peranannya dalam cerita, pengarang mungkin bertindak 

sebagai tokoh utama, mungkin pula sebagai tokoh pendamping.

1) Perperan sebagai tokoh utama, apabila pengarang berperan sebagai tokoh sentral di 

dalam cerita. Hal itu ditandai dengan kehadirannya hampir pada setiap konflik atau 

peristiwa.

2) Berperan sebagai tokoh pendamping, apabila pengarang berperan sebagai tokoh 

figuran. Ia tidak selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa cerita.

b. Hanya sebagai orang ketiga, berperan sebagai pengamat. Ia tidak terlibat di dalam cerita. 

Pengarang dalam novel seperti ini memakai  kata dia untuk tokoh-tokohnya. Dalam 

sudut pandang ini pun, posisi pengarang memiliki dua kemungkinan, yakni sebagai 

pengamat yang serba tahu dan pengamat yang objektif (terbatas).

1) Berperan sebagai pengamat serba tahu apabila pengarang menceritakan segala hal 

tentang para tokohnya, termasuk kebiasaan pribadi, bisikan hati, keadaan perasaan, 

pemikiran, dan hal-hal lainnya.

2) Berperan sebagai pengamat yang objektif apabila pengarang hanya menceritakan 

hal-hal yang bersifat lahiriah, yang lazim teramati dari luar. Hal-hal yang bersifat 

kebatinan tidak diceritakannya.

Selain khas di dalam penggunaan kata ganti, novel memiliki ciri-ciri kebahasaan seperti 

berikut.

-- 306

a. Banyak memakai  kalimat bermakna lampau.

 Contoh:

1) Pertemuan itu dia lewati dengan penuh kenangan beberapa tahun yang lalu.

2) Gadis yang bernama ‘Zeest’ ini, memang benar, telah membawa revolusi besar 

dalam rumah dalam waktu yang singkat.

3) Dengan kemauannya, suka atau tidak, kehidupannya telah mempunyai tujuan baru, 

makna baru.

4) Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro Nishizumi 

tidak peduli dengan semua itu dan memboyongnya ke Surabaya.

b. Banyak memakai  kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis, temporal).

Contoh: sejak saat itu, setelah itu, mula‑mula, kemudian.

c. Banyak memakai  kata kerja yang menggambarkan sesuatu tindakan (kata kerja material)

Contoh: 

Enteng saja Pujo menyuruh istrinya untuk membersihkan salah satu kamar dari 

rumahnya yang berdinding papan, berlantai tanah, dan kalau mandi harus keluar ke 

belakang di dekat sumur. Tak ada teman saya sepermainan dulu yang seenteng ini 

terhadap saya sekarang. Teman-teman yang lain akan ragu-ragu menawari saya untuk 

tidur di rumahnya. Khawatir, akan bersediakah saya, ataukah saya akan tinggal di 

hotel. Beberapa tahun belakang, di kota kami ini telah dibangun beberapa hotel bagus.

d. Banyak memakai  kata kerja yang menunjukkan kalimat tak langsung sebagai cara 

menceritakan tuturan seorang tokoh oleh pengarang.

 Contoh: mengatakan bahwa, menceritakan tentang, mengungkapkan, menanyakan, 

menyatakan, menuturkan.

e. Banyak memakai  kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan 

oleh tokoh (kata kerja mental)

 Contoh: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengatakan, 

menganggap.

f. memakai  banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik ganda (“….”) dan 

kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.

Contoh: 

1) Alam berkata, “Jangan diam saja, segera temui orang itu!”

2) “Di mana keberadaan temanmu sekarang?” Tanya Ani pada temannya.

3) “Tidak. Sekali saya bilang tidak!” teriak Lani.

g. memakai  kata-kata sifat (descriptive language) untuk meng gambarkan tokoh, 

tempat, atau suasana.

Contoh:

Segala sesuatu tampak berada dalam kendali sekarang: Bahkan kamarnya sekarang 

sangat rapi dan bersih. Segalanya tampak tepat berada di tempatnya sekarang, teratur 

rapi dan tertata dengan baik. Ia adalah juru masak terbaik yang pernah dilihatnya, ahli 

dalam membuat ragam makanan Timur dan Barat ‘yang sangat sedap’. Ayahnya telah 

menjadi pencandu beratnya.

--307

Selain berdasar  struktur dan kaidah kebahasaannya, kita dapat me ngenali novel 

berdasar  unsur tema, amanat, penokohan, dan latarnya.

a. Tema

Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita.Tema suatu cerita menyangkut 

segala persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, 

kecemburuan, dan sebagainya. Untuk mengetahui tema suatu cerita, diperlukan apresiasi 

menyeluruh terhadap berbagai unsur karangan itu.

Tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Untuk dapat merumuskan 

tema, kita harus terlebih dahulu mengenali rangkaian peristiwa yang membentuk alur 

cerita dalam novel itu.

Perhatikanlah cuplikan berikut.

Idrus duduk di atas kursi rotan, menatap ke jalan raya. Punggungnya kena sinar 

lampu dalam yang menembus jendela kaca yang dihias tirai tipis. Pemuda itu 

telah meninggalkan jejak hidup dengan cukup pengabdian pada perjuangan 

kemerdekaan. Dia pernah ikut bertempur di daerah Depok. Lalu disambungnya 

dengan mempertahankan kemerdekaan melawan tentara Sekutu di daerah Bogor 

dan Sukabumi. Dia pernah mengawal beberapa tokoh politik dari daerah ini  ke 

Yogyakarta melalui pengalaman yang istimewa menimpa dirinya.

(Royan Revolusi, Ramadhan K.H.)

Cuplikan ini  menceritakan rangkaian peristiwa yang di alami Idrus. Rangkaian- 

peristiwa itu berupa pengalamannya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. 

Dengan demikian, tema cuplikan cerita di atas adalah tentang perjuangan mempertahankan 

kemerdekaan.

b. Amanat

Amanat merupakan ajaran atau pesan yang hendak disampaikan pengarang. Amanat 

dalam novel umumnya bersifat tersirat; disembunyikan pengarangnya di balik peristiwa-

peristiwa yang membentuk isi cerita. Kehadiran amanat, pada umumnya tidak bisa lepas 

dari tema cerita. Misalnya, apabila tema cerita itu tentang perjuangan kemerdekaan, 

amanat cerita itu pun tidak jauh dari pentingnya mempertahankan kemerdekaan.

Apabila temanya tentang hubungan suami istri, temanya pun tidak jauh dari pentingnya 

keharmonisan dalam rumah tangga.

Perhatikan pula cuplikan berikut.

Kang Lantip tersenyum.

“Karena saya tidak percaya kepada sistem yang melahirkan dan membesarkan 

penguasa yang begitu kejam seperti Stalin. Sama dengan tidak percaya saya kepada 

sistem yang melahirkan Hitler dan Mussolini. Dan sudah tentu, juga tidak percaya 

kepada sistem yang melahirkan Amangkurat yang dengan kejamnya membunuh 

santri-santri. Sistem-sistem seperti itu mengandung bibit-bibit kekerasan yang selalu 

akan mengambil korban ribuan orang yang tidak bersalah!!

Saya terkejut mendengar suaranya. Lantip, kakang saya, yang lemah lembut, sopan, 

penuh tata krama, dengan sekali tebas membabat tiga sistem kekuasaan yang besar.

(Para Priyayi, Umar Kayam)

-- 308

Cuplikan ini  membicarakan tentang kekuasaan dan kesewenang-wenangan. 

Hal itu tampak dari penggunaan kata kekuasaan pada kedua paragrafnya. Dengan 

demikian, cuplikan ini  mengandung amanat tentang kekuasaan yang menghasilkan 

kesewenang-wenangan.

c. Penokohan

Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan 

karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Berikut cara-cara penggambaran karakteristik 

tokoh.

1) Teknik analitik, langsung

 Alam termasuk siswa yang paling rajin di antara teman‑temannya. Ia pun tidak 

merasa sombong walaupun berkali‑kali dia mendapat juara bela diri. Sifatnya 

itulah yang menyebabkan ia banyak disenangi teman‑temannya.

2) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh

 Seperti sedang berkampanye, orang‑orang desa itu serempak berteriak‑teriak! 

Mereka menyuruh camat agar secepatnya keluar kantor. Tak lupa mereka mengacung‑

acungkan tangannya, walaupun dengan perasaan yang masih juga ragu‑ragu. 

Malah ada di antara mereka sibuk sendiri menyeragamkan acungan tangannya, 

agar tidak kelihatan berbeda dengan orang lain. Sudah barang tentu, suasana di 

sekitar kecamatan menjadi riuh. bukan saja oleh demonstran‑demonstran dari desa 

itu, tapi juga oleh orang‑orang yang kebetulan lewat dan ada di sana.

3) Penggambaran lingkungan kehidupan tokoh

 Desa Karangsaga tidak kebagian aliran listrik. Padahal kampung‑kampung 

tetangganya sudah pada terang semua.

4) Penggambaran tata kebahasaan tokoh

 Dia bilang, bukan maksudnya menyebarkan provokasi. Tapi apa yang diucapkannya 

benar‑benar membuat orang sedesa marah. 

5) Pengungkapan jalan pikiran tokoh

 Ia ingin menemui anak gadisnya itu tanpa ketakutan; ingin ia mendekapnya, 

mencium bau keringatnya. Dalam pikirannya, cuma anak gadisnya yang masih 

mau menyambut dirinya. Dan mungkin ibunya, seorang janda yang renta tubuhnya, 

masih berlapang dada menerima kepulangannya.

6) Penggambaran oleh tokoh lain

 Ia paling pandai bercerita, menyanyi, dan menari. Tak jarang ia bertandang ke 

rumah sambil membawa aneka brosur barang‑barang promosi. Yang menjengkelkan 

saya, seluruh keluargaku jadi menaruh perhatian kepadanya.

c. Latar

Latar atau setting meliputi tempat, waktu, dan budaya yang dipakai  dalam 

suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual atau bisa pula imajiner. Latar 

berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya 

suatu cerita. Dengan demikian apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu 

yang benar adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima pelaku 

ataupun kejadian-kejadian yang berada dalam latar itu. 

--309

Berikut contohnya.

Kalau beberapa tahun yang lalu tuan datang ke kota kelahiranku dengan 

menumpang bis, tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan 

raya ke barat, maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah tuan di jalan 

kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah, ke 

jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di 

depannya ada kolam ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Dan di pelataran kiri surau itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk 

di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadah. Sudah bertaun-

taun ia sebagai garin. Penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek. 

(Robohnya Surau Kami, A.A. Navis)

Kata-kata kota kelahiranku yang kemudian dideskripsikan oleh pernyataan-

pernyaaan di bawahnya menunjukkan bahwa latar cuplikan di atas adalah sebuah kota 

(kecil).

4. Gaya Bahasa

Dalam cerita, peng gunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana 

per suasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi 

antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis mempergunakan bahasa secara cermat dapat 

menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, 

objektif atau emosional. Bahasa dapat menimbulkan suasana yang tepat guna bagi adegan 

yang seram, adegan cinta, ataupun peperangan, keputusan, mau pun harapan.

Bahasa dapat pula dipakai  pengarang adalah untuk menandai karakter sese orang tokoh. 

Karakter jahat dan bijak dapat digambarkan dengan jelas melalui kata-kata yang dipakai nya. 

Demikian pula dengan tokoh anak-anak dan dewasa, dapat pula dicerminkan dari kosakata 

ataupun struktur kalimat yang dipakai  oleh tokoh-tokoh yang bersangkutan.

C Perbandingan Teks Fiksi dalam Novel

1. Teks Novel dengan Teks Novel Lainnya

Apabila membaca dua novel ataupun lebih, kita akan menjumpai beberapa persamaan 

di samping perbedaan-perbedaannya. Struktur dan kaidah yang telah kita pelajari terdahulu 

merupakan persamaan yang menandai suatu novel. Adapun perbedaannya akan mungkin 

ditemukan dalam hal tema, sudut pandang, jenis konflik, pola alur, karakteristik tokoh, 

keberadaan latar, dan unsur-unsur lainnya.

Salah satu unsur yang paling mudah dibedakan adalah temanya. berdasar  temanya, 

kita bisa menemukan keberagaman novel seperti berikut. 

a. Novel avonuter adalah bentuk novel yang dipusatkan pada seorang lakon atau tokoh 

utama. Ceritanya dimulai dari awal sampai akhir para tokoh mengalami rintangan-

rintangan dalam mencapai maksudnya.

b. Novel psikologi merupakan novel yang penuh dengan peristiwa-peristiwa kejiwaan para 

tokoh.

-- 310

c. Novel detektif adalah novel yang merupakan cerita pembongkaran rekayasa kejahatan 

untuk menangkap pelakunya dengan cara penyelidikan yang tepat dan cermat.

d. Novel politik atau novel sosial adalah bentuk cerita tentang kehidupan golongan dalam 

masyarakat dengan segala permasalahannya, misalnya antara kaum masyarakat dan 

buruh dengan kaum kapitalis terjadi pemberontakan.

e. Novel kolektif adalah novel yang menceritakan pelaku secara kompleks (menyeluruh) 

dan segala seluk beluknya. Novel kolektif tidak mementingkan individu, melainkan 

lebih kepada kehidupan masyarakat secara kolektif.

Jenis novel lainnya adalah sebagai berikut.

a. Novel percintaan

 Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara seimbang bahkan 

kadang-kadang peranan wanita lebih dominan.

b. Novel petualangan

 Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Jika wanita disebut 

dalam novel ini maka penggambarannya kurang berkenan. Jenis novel ini adalah bacaan 

pria. Karena tokoh-tokohnya adalah pria, dan dengan sendirinya banyak masalah untuk 

laki-laki yang tidak ada hubungannya dengan wanita.

c. Novel fantasi

 Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak mungkin dilihat 

dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini memakai  karakter yang tidak realistis, 

setting, dan plot yang juga tidak wajar untuk menyampaikan ide-ide penelitinya.

Perhatikanlah kedua cuplikan novel berikut.


Heri menghela napas panjang. Ichennya yang sederhana yang telah merenggut seluruh 

hatinya, telah berubah dan tak mau lagi mengenal dirinya. Heri merasa diombang-ambing 

perasaan dan hatinya oleh permainan yang diciptakan oleh Ichen. Apakah kini ia telah 

melupakan ketertarikannya pada Ichen? Atau, akan menghentikan perburuannya dengan 

adanya perubahan yang telah ditunjukkan gadis itu? Ternyata tidak sama sekali. Heri 

justru merasa semakin tertantang. Ia penasaran, apa yang diinginkan Ichen sebenarnya? 

Lalu, siapa pria muda yang menjemputnya tadi?

Kalau dilihat dari sikapnya, jelas pria tadi sangat dekat hubungannya dengan Ichen.

Kekasihnyakah atau tunangannya? Mereka jelas datang dari etnis yang sama.

Menyadari hal itu semua membuat Heri jadi orang linglung. Kalau pada mulanya 

Heri tertarik pada Ichen karena kesederhanaan dan pesona gadis itu, kini, selain daya tarik 

itu, adalah karena kepandaian gadis itu berperan. Bagaimana mungkin dalam waktu yang 

begitu singkat ia bisa berubah penampilan. Siapakah Ichen sebenarnya? Dan apa maunya 

gadis itu?

Heri baru memarkir mobil di depan rumahnya saat dirasakannya ada bayangan 

yang berkelabat di belakangnya. saat  menoleh, ternyata Ichen sudah berdiri di ujung 

pagar rumahnya. Heri tertegun memandang Ichen. Gadis ini sekarang sudah berubah lagi 

penampilannya. Tadi, di pemakaman, ia tampil modern dan modis. Kini sudah kembali 

seperti pertama kali mereka bertemu: lugu dan bersahaja sekali. 



“Begitulah kehidupan ini, bagai sebuah kolam raksasa. Dan manusia bagai air hujan 

yang berdatangan terus-menerus, membuat riak. Riak itu adalah gambaran kehidupannya. 

Siapa yang peduli dengan sebuah bulir air hujan yang jatuh ke kolam, menit sekian, detik 

sekian? Ada miliaran bulir air hujan lain, bahkan dalam sekejap riak yang ditimbulkan 

tetes hujan barusan sudah hilang, terlupakan, tak tercatat dalam sejarah. Ah, itu jika kita 

memandang kehidupan dari sisi yang amat negatif. Kalau kau memahaminya dari sisi 

positif, maka kau akan mengerti ada yang peduli atas bermiliar-miliar butir air yang 

membuat riak ini . Peduli atas riak-riak yang kau timbulkan di atas kolam, sekecil 

atau sekejap apa pun riak itu. Dan saat kau menyadari ada yang peduli, maka kau akan 

selalu memikirkan dengan baik semua keputusan yang akan kau ambil. Sekecil apa pun 

itu, setiap perbuatan kita memiliki sebab akibat.”

“Kalau semua orang berpikiran itu bisa dibenarkan, bukan berarti itu menjadi bisa 

dibenarkan. Kalian tetap meyakini kalau itu sesungguhnya keliru karena kalian tahu itu 

memang keliru.”

“Ray, kehidupan ini selalu adil, keadilan langit mengambil berbagai bentuk. Meski 

tidak semua bentuk itu kita kenali, tapi apakah dengan tidak mengenalinya kita bisa berani-

beraninya bilang Tuhan tidak adil? Hidup tidak adil? Ah, urusan ini terlanjur sulit bagimu, 

karena kau selalu keras kepala.”

 “…. Ah, sayang kita selalu menurutkan perasaan dalam urusan ini. Kita selalu 

berprasangka buruk. Kita membiarkan hati yang mengambil alih, menduga-duga… Tidak 

puas menduga-duga, kita membiarkan hati mulai menyalahkan. Mengutuk semuanya. 

Kemudian tega sekali, menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah 

laku keliru kita.”

 “…mengapa Tuhan memudahkan jalan bagi orang-orang jahat? Mengapa Tuhan justru 

mengambil kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah bentuk keadilan langit yang tidak 

akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu wajahnya. Berjuta bentuknya. Hanya 

satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-bentuk itu. Selalulah berprasangka baik. Aku 

tahu kata-kata ini tetap saja sulit dimengerti. Aku sederhanakan bagimu, Ray, maksudnya 

adalah selalulah berharap sedikit. Ya, berharap sedikit, memberi banyak. Maka kau akan 

siap menerima segala bentuk keadilan Tuhan.”

“Kita bisa menukar banyak hal menyakitkan yang dilakukan orang lain dengan 

sesuatu yang lebih hakiki, lebih abadi. Rasa sakit yang timbul karena perbuatan aniaya dan 

menyakitkan itu sementara. Pemahaman dan penerimaan tulus dari kejadian menyakitkan 

itulah yang abadi. Benar, kau bisa memilih untuk menerimanya.”

“Ray, kalau Tuhan menginginkannya terjadi, maka sebuah kejadian pasti terjadi, tidak 

peduli seluruh isi langit-bumi bersekutu menggagalkannya. Sebaliknya, kalau Tuhan tidak 

menginginkannya, maka sebuah kejadian niscaya tidak akan terjadi, tidak peduli seluruh 

isi langit-bumi bersekutu melaksanakannya.”

“Semua kehilangan itu menyakitkan. Apa pun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, 

cara terbaik untuk memahaminya adalah selalu dari sisi yang pergi. Bukan dari sisi yang 

ditinggalkan….” 


-- 312

Kesamaan yang menandai kedua cuplikan di atas adalah kedua-duanya berbentuk cerita 

fiksi, bersumber dari imajinasi pengarangnya. Kebenarannya sulit terbuktikan di dalam dunia 

nyata. Di dalamnya ada tokoh; ada latar, alur peristiwa, dan unsur-unsur yang lainnya. Secara 

umum, karakteristik novel sudah terpenuhi di dalam kedua cuplikan ini .

Di samping persamaan-persamaan itu, kedua cuplikan ini  memiliki beberapa 

perbedaan.

1. berdasar  temanya, cuplikan I berkenaan dengan masalah percintaan. Hal itu tampak 

dari sikap Heri yang hatinya terenggut oleh seorang gadis yang bernama Ichen. Adapun 

cuplikan II tergolong ke dalam novel kolektif, yakni novel yang membicarkan kehidupan 

secara menyeluruh walaupun secara tersurat ditujukan pada seseorang, yakni Ray. 

2. berdasar  sudut pandang penceritaan, keduanya juga memiliki perbedaan. Pada 

cuplikan I, tukang cerita berperan sebagai pengamat yang serba tahu. Hal itu tampak 

pada cerita tentang perasaan dan isi hati tokoh yang juga diceritakannya. Namun, ia sama 

sekali tidak terlibat di dalamnya. Sementara itu, tukang cerita (pengarang) pada cuplikan 

II terlibat di dalamnya. Tampak pada cuplikan ini , pengarang juga berperan sebagai 

tokoh utama.

Di samping itu, perbedaan-perbedaannya tampak pada pilihan katanya. Cuplikan I 

memakai  kata-kata sehari-hari. Sementara itu, cuplikan II banyak memakai  kata-

kata bermakna konotatif. Kata-kata itu mengandung pesan-pesan yang bersifat filosofis. Oleh 

karena itu, untuk memahami maksud dari cuplikan ini , kita perlu membacanya secara 

berulang-ulang.

2. Teks Novel dengan Cerita Pendek

Kedua jenis teks ini  sama-sama berkategori teks naratif. Oleh karena itu, keduanya 

selalu dibangun oleh unsur alur, penokohan, dan latar. Keduanya juga memiliki fungsi sebagai 

media hiburan di samping tersurat pula nilai-nilai didaktis yang berupa amanat pengarang 

untuk pembacanya. 

Perbedaan antara kedua genre teks ini  lebih tampak pada kompleksitas keberadaan 

unsur-unsurnya, yakni unsur-usur novel lebih kompleks daripada unsur-usur cerita pendek. 

Berikut perbandingannya secara lebih jelas.

No Cerpen Novel

1. Alur lebih sederhana Alur lebih rumit dan lebih panjang. Ditandai oleh 

perubahan nasib pada diri sang tokoh.

2. Tokoh yang dimunculkan 

hanya beberapa orang.

Tokohnya lebih banyak dalam berbagai karakter.

3. Latar yang dilukiskan hanya 

sebentar dan sangat terbatas

Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan 

dalam waktu yang lebih lama.

4. Tema mengupas masalah yang 

relatif sederhana

Tema lebih kompleks, ditandai oleh adanya tema-

tema bawahan.

--313

D Menulis Teks Fiksi dalam Novel

Teks fiksi berarti teks yang merupakan khayalan, teks yang bersifat imajinatif. Dengan 

demikian, tugas kita dalam menuliskannya adalah merekayasa rangkaian cerita menjadi unik, 

baru, dan tentu saja tidak ada duanya. Kedengarannya sulit sekali. Memang betul, tidak ada yang 

baru lagi di atas dunia ini. Akan tetapi bukankah senantiasa ada perbedaan? Serupa, tapi tak sama! 

Buktinya, sejak dulu hingga kini orang banyak menulis kisah tentang cinta, namun selalu ada saja 

hal manarik di dalamnya untuk dibaca.

Dari satu objek yang sama, pasti ada sudut-sudut yang unik yang dapat kita tulis. Kita dapat 

membumbui kisah-kisah itu dengan fantasi dan pengalaman pribadi kita yang tentunya tidak akan 

sama dengan pengalaman yang dimiliki orang lain.

1. Paragraf Pertama yang Mengesankan

Selain judul, paragraf pertama adalah etalase sebuah cerita. Paragraf pertama itu kunci, 

kunci pembuka. Oleh karena itu, mulailah paragraf itu dengan kata-kata yang mengesankan, 

yang membuat pembacanya penasaran; tidak, klise apalagi bila kemudian terkesan menggurui. 

Hal ini  tentunya hanya menghadirkan kebosanan dan rasa apatis bagi pembacanya. 

2. Pertimbangkan Pembaca dengan Baik

Pembaca adalah konsumen, sedangkan pengarang adalah produsen. Produsen harus 

senantiasa mempertimbangkan mutu produknya agar bisa dipasarkan. Apalagi mengingat 

persaingan pasar yang semakin tajam. Pembaca sebagai konsumen, jelas memerlukan bacaan 

yang baru, segar, unik, menarik, dan menyentuh rasa kemanusiawian.

Apakah tema cinta masih laku dijual; mengapa tidak? Yang penting adalah cara 

menceritakannya dan tidak gampang ditebak akhir ceritanya. Untuk mendapatkan hasil yang 

baik, perlu dipelajari teknik-teknik, kiat-kiat atau trik-trik untuk menyiasati alur hingga tak 

gampang ditebak.

3. Menggali Suasana

Melukiskan suasana suatu latar kadang-kadang memerlukan detail yang apik dan kreatif. 

Sebab, penggambaran suasana yang biasa-biasa yang sudah dikenal umum, tidak akan 

begitu menarik bagi pembaca. Jika pengarang melukiskan keadaan Kota Jakarta, misalnya, 

tentang gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan lalu lintas, dan keramaian kotanya, 

berarti dalam pengambaran itu tidak ada yang baru. Akan tetapi, saat  seorang pengarang 

sekilas melukiskan keadaan Kota Jakarta dengan mengaitkannya dengan suasana hati tokoh 

ceritanya, maka penggambaran itu menjadi begitu menyentuh.

Perhatikan contoh berikut!

“Lampu-lampu yang berkilau terasa menusuk-nusuk matanya, sedangkan kebisingan 

kota menyayat-nyayat hatinya. Samar-samar dia sadari bahwa dia telah kehilangan 

adiknya: Paijo tercinta!

Pak Pong yang malang menatap kota dengan dendam di dalam hati. Jakarta, 

kesibukannya, Bina Graha, gedung-gedung itu....” 


-- 314

4. memakai  Kalimat Efektif

Kalimat-kalimat dalam sebuah cerita adalah kalimat berkategori kalimat efektif. Kalimat 

efektif adalah kalimat yang berdaya guna, yang langsung memberi  kesan kepada pembaca. 

Kalimat demi kalimat, baik dalam dialog maupun narasi, disusun seefektif mungkin, sehingga 

pembaca merasa mudah untuk menangkap maksud dari setiap bagian cerita itu hingga tamat. 

Di samping terampil memakai  kalimat efektif, kita dituntut pula memiliki kekayaan 

kosakata dan gaya bahasa agar cerita itu mengalir dengan lancar dan tidak kering serta 

membosankan. 

5. Menggerakkan Tokoh (Karakter)

Dalam cerita mestilah ada tokoh. Tokoh-tokoh yang hadir senantiasa bergerak secara 

fisik atau psikis hingga terlukis kehidupan sebagaimana wajarnya dalam kehidupan sehari- 

hari.

Perhatikan cuplikan berikut!

Lelaki berkaca mata itu membuka kancing baju kemejanya bagian atas. Ia kelihatan 

gelisah, berkeringat, meski ia sedang berada di dalam ruangan yang berpendingin. Akan 

tetapi, saat  seorang perempuan cantik muncul dari balik koridor menuju tempat lelaki 

berkacamata itu menunggu, wajahnya berubah menjadi berseri-seri. Seakan lelaki itu 

begitu pandai menyimpan kegelisahannya.

“Sudah lama?” tanya perempuan cantik itu sambil melempar senyum.

“Baru setengah jam,” jawabnya setengah bergurau.

Gerak-gerik tokoh, identitasnya (berkacamata) serta situasi kejiwaan nya jelas tergambar 

dalam cuplikan di atas. Karakter tokoh benar-benar hidup sesuai dengan kondisi dan keadaan 

cerita yang dialaminya.

6. Sentakan Akhir

Cerita harus diakhiri saat  persoalan sudah dianggap selesai. Kecenderungan cerita-cerita 

mutakhir adalah sentakan akhir yang mengherankan, yang membuat pembaca ternganga dan 

penasaran. Mestinya cerita ini  masih ada lanjutannya, namun lanjutannya itu hanya 

berada di pikiran pembaca sendiri. Terserah bagaimana pembaca menafsirkan akhir cerita, 

yang jelas, teks cerpen sudah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.

Dengan kata lain, akhir cerita merupakan sentakan yang membuat pembaca terkesan. 

Kesan yang ditimbulkannya mungkin bermacam-macam, senyum-senyum, menarik napas 

panjang atau merenung dalam karena terharu tanpa harus menuliskan kata-kata sedih. Kunci 

dari semua itu ada pada sentakan akhir dalam paragraf penutup cerita itu.

Apabila keenam tahap itu sudah kita lalui, lakukanlah peninjauan ulang terhadap keseluruhan. 

Sebagai panduan kita dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. Apakah pengembangan tema novel itu sudah menarik, sudah padu atau belum?

2. Apakah struktur atau tahap-tahap alurnya sudah benar atau perlu perbaikan? Struktur novel 

yang bertele-tele, bolak-balik, dan banyaknya pengulangan tentunya akan menjadikan 

karangan itu tidak menarik, membosankan bagi pembacanya.

3. Apakah kaidah kebahasaannya cukup baik atau tidak? Perhatikan keefektifan kalimat, 

ketepatan bentuk, dan kejelasan makna kata-katanya!

--315

Buku ejaan, tata bahasa, dan kamus, perlu dijadikan pendamping. Buku-buku ini  dapat 

dijadikan rujukan, terutama saat  ingin memastikan kebenaran atau ketepatan penggunaan 

bahasa.