keluaran imamat 16

 


,namun  mereka telah kehilangan kebaikannya, sehingga 

Musa tidak dapat mengingatkan Tuhan akan janji perkenan-

Nya itu. Oleh sebab itu Musa menekankan permohonannya 

pada apa yang telah dikatakan Tuhan kepadanya saja. Mes-

kipun menurutnya ia tidak pantas menerimanya, namun ia 

berharap tidak kehilangan kebaikan itu. sebab  itulah ia 

tetap gigih memohon kepada Allah, “TUHAN, jika Engkau 

memang hendak berbuat sesuatu bagiku, lakukanlah itu 

bagi bangsa ini.” Demikian juga Yesus Tuhan kita dalam 

pengantaraan-Nya, datang menghadap Bapa, sebagai Pri-

badi yang senantiasa mendapat perkenanan-Nya, sehingga 

dengan demikian memperoleh rahmat bagi kita yang seha-

rusnya layak dimurkai-Nya. Kasih karunia-Nya yang mulia, 

dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-

Nya. Demikian jugalah orang-orang yang mengabdi demi 

kesejahteraan umum, sangat suka menekankan kepenting-

an mereka terhadap Tuhan dan juga manusia demi kebaikan 

orang banyak. Amatilah untuk apa ia begitu bersungguh-

sungguh: Supaya aku tahu jika aku kiranya mendapat 

kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-

Mu kepadaku. Perhatikanlah, petunjuk ilahi merupakan 


 508

salah satu bukti terbaik akan perkenanan ilahi. Melalui hal 

ini kita bisa tahu bahwa kita telah mendapat kasih karunia 

di hadapan Allah, yaitu jika kita menemukan kasih karunia 

di hati kita untuk membimbing dan mendorong kita dalam 

melaksanakan tugas. Perbuatan baik Tuhan di dalam diri 

kita merupakan penemuan paling pasti akan niat baik-Nya 

kepada kita. 

(3) Musa juga mengatakan secara tidak langsung bahwa mes-

kipun sangat tidak layak menerimanya, umat Israel juga 

memiliki  suatu hubungan dengan Allah: “Ingatlah, bah-

wa bangsa ini umat-Mu, umat untuk siapa Engkau telah 

melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, yang Engkau tebus 

bagi diri-Mu sendiri, dan Engkau bawa untuk mengikat per-

janjian dengan diri-Mu sendiri. TUHAN, mereka yaitu  

milik-Mu, janganlah meninggalkan mereka.” Seorang ayah 

yang terluka hatinya mempertimbangkan, “Anakku memang 

bodoh dan suka membangkang,namun  dia anakku juga, dan 

aku tidak sanggup meninggalkannya.” 

(4) Musa mengutarakan betapa ia sangat menghargai kehadir-

an Allah. saat  Tuhan berkata, Aku sendiri hendak membim-

bing engkau, Musa menangkap perkataan itu, seperti orang 

yang tidak akan bisa hidup dan bergerak tanpanya: “Jika 

Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh 

kami berangkat dari sini” (ay. 15). Ia berbicara seperti orang 

yang takut membayangkan harus berangkat tanpa kehadir-

an Allah, sebab  tahu bahwa perjalanan panjang mereka 

tidak akan aman jika  Tuhan tidak beserta mereka. “Lebih 

baik kami berbaring dan mati di padang gurun sini dari-

pada berangkat ke Kanaan tanpa kehadiran Allah.” Perhati-

kanlah, orang-orang yang tahu menghargai perkenan Allah, 

akan menyiapkan diri sebaik-baiknya untuk menerimanya. 

Amatilah betapa bersungguh-sungguhnya Musa dalam per-

kara ini. Ia memohon seperti orang yang tidak mau mene-

rima penolakan. “Kami akan tetap tinggal di sini sampai 

kami memperoleh perkenan-Mu. Seperti Yakub, Aku tidak 

akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak member-

kati aku.” Dan amatilah juga bagaimana Musa terus gigih 

begitu Tuhan menunjukkan kebaikan-Nya. Isyarat baik yang 

diberikan kepadanya membuatnya semakin gigih lagi da-

Kitab Keluaran 33:12-23 

 509 

lam memohon. Begitulah, janji-janji Tuhan yang penuh rah-

mat dan belas kasih yang ditunjukkan-Nya kepada kita, 

tidak hanya mendorong iman kita,namun  juga membangkit-

kan kegigihan kita dalam berdoa. 

(5) Musa mengakhiri permohonannya dengan mengaitkannya 

dengan kemuliaan Tuhan (ay. 16): “Dari manakah gerangan 

akan diketahui bangsa-bangsa yang memperhatikan kita, 

bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, 

yakni aku dengan umat-Mu ini bersama siapa seluruh 

kepentinganku menyatu? Bagaimanakah mereka tahu per-

kenan khusus yang membuat kami dibedakan dari segala 

bangsa yang ada di muka bumi ini? Bagaimana bisa terlihat 

bahwa kami ini benar-benar memperoleh kehormatan se-

perti itu? Bukankah sebab  Engkau berjalan bersama-sama 

dengan kami? Tidak ada hal lagi selain kehadiran-Nya ini 

yang bisa menjawab semua pertanyaan tadi. Jangan per-

nah ada yang mengatakan bahwa kami yaitu  suatu bang-

sa istimewa yang sangat Engkau kasihi, yang yang berdiri 

sederajat dengan bangsa-bangsa lain, kecuali Engkau pergi 

bersama kami. Mengutus malaikat untuk menyertai kami 

tidaklah berguna bagi kami.” Musa memberi  penekanan 

pada tempat, yaitu “di sini (KJV), di padang gurun ini, ke 

mana Engkau telah memimpin kami, tempat kami pasti 

akan tersesat jika  Engkau meninggalkan kami.” Perhati-

kanlah, penyertaan khusus Tuhan bersama kita di tengah pa-

dang belantara ini, melalui Roh dan kasih karunia-Nya, un-

tuk mengarahkan, membela, dan menghibur kita, merupa-

kan jaminan paling pasti akan kasih-Nya yang istimewa 

kepada kita, dan hal ini akan mendatangkan puji-pujian 

bagi kemuliaan-Nya dan membawa kebaikan kepada kita. 

2. Amatilah bagaimana ia berhasil. Ia memperoleh jaminan per-

kenan Allah, 

(1) Bagi dirinya sendiri (ay. 14): “Aku sendiri hendak memberi-

kan ketenteraman kepadamu. Aku akan membantumu 

mengurus perkara ini. Seperti apa pun jadinya nanti, eng-

kau akan dihiburkan.” Musa memang tidak pernah mema-

suki Kanaan,namun  Tuhan menggenapi firman-Nya bahwa Ia 

akan memberinya istirahat (Dan. 12:13). 


 510

(2) Bagi umat Israel demi kepentingannya. Musa tidak puas 

dengan jawaban yang memperlihatkan perkenan Tuhan bagi 

dirinya semata. Ia harus mendapatkan sebuah janji, janji 

yang khusus bagi bangsa itu juga. Jika tidak, ia tidak akan 

merasa tenang. Orang-orang berjiwa pemurah dan penga-

sih merasa tidak cukup jika  mereka sendiri saja yang 

masuk ke sorga. Mereka ingin agar semua sahabat mereka 

bisa pergi ke sana juga. Di dalam hal ini juga Musa ber-

hasil: Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan 

(ay. 17). Musa tidak ditegur sebagai seorang peminta-minta 

yang tidak tahu diri, yang percuma saja jika diberi tahu, 

sebaliknya ia malah dibesarkan hatinya untuk terus me-

minta. Tuhan mengabulkan permohonannya selama ia me-

minta. Ia memberi  kepada semua orang dengan murah 

hati dan dengan tidak membangkit-bangkit. Lihatlah kuasa 

doa, dan oleh sebab itu besarkan hatimu untuk meminta, 

mencari, dan mengetuk, dan bertekun dalam doa, serta 

selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Lihatlah betapa ber-

limpahnya kebaikan Tuhan itu. saat  Tuhan telah berbuat 

banyak, Ia bersedia melakukan lebih banyak lagi: Juga hal 

yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, jauh melebihi 

apa yang kita doakan atau pikirkan. Lihatlah, semua ini 

menggambarkan kegigihan kepengantaraan Kristus yang 

terus diadakan-Nya bagi semua orang yang datang kepada 

Tuhan melalui Dia. Demi kitalah Ia gigih mengantarai kita 

dengan Allah. Semuanya itu dilakukan-Nya oleh sebab  

diri-Nya sendiri, bukan sebab  apa pun dalam diri orang-

orang untuk siapa Ia menjadi perantara. Itu sebab  engkau 

telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. Sekarang 

perkara itu sudah diselesaikan, dan Tuhan diperdamaikan 

kembali dengan mereka. Hadirat-Nya di dalam tiang awan 

telah kembali kepada mereka dan akan terus menyertai 

mereka. Segalanya sudah baik kembali, dan sejak itu kita 

tidak lagi mendengar tentang anak lembu emas. Siapakah 

Tuhan seperti Engkau yang mengampuni dosa? 

II. sesudah  mendapat apa yang dimintanya, Musa selanjutnya memo-

hon agar kemuliaan Tuhan diperlihatkan kepadanya, dan permo-

honan ini pun didengar. Amatilah,  

Kitab Keluaran 33:12-23 

 511 

1. Permohonan yang diajukan Musa dengan rendah hati: Perlihat-

kanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku (ay. 18). Belum lama 

ini Musa berada di atas gunung bersama Allah, tinggal cukup 

lama di situ, dan menikmati persekutuan akrab dengan Tuhan 

yang belum pernah dialami siapa pun di seberang sorga ini. 

Namun, ia masih ingin mengenal Dia lebih dekat lagi. Semua 

orang yang benar-benar mengenal Tuhan dan bersekutu de-

ngan-Nya, meskipun tidak menginginkan apa pun selain Allah, 

masih mendambakan lebih banyak lagi dari-Nya, sampai me-

reka bisa melihat seperti mereka dilihat. Musa telah berhasil 

membujuk Tuhan sehingga menerima perkenanan demi per-

kenanan dari-Nya. Keberhasilan doa-doanya membuat dia 

berani terus mencari Allah. Semakin banyak yang diterimanya, 

semakin banyak pula yang dimintanya. jika  kita sangat di-

terima di hadapan takhta kasih karunia, kita harus berusaha 

keras memelihara dan memanfaatkannya, terus berlayar ke-

tika angin masih berembus: “Perlihatkanlah kiranya kemulia-

an-Mu kepadaku. Biarkan aku melihatnya”; demikianlah arti 

kata-kata itu. “Biarlah kemuliaan-Mu itu terlihat, dan mampu-

kanlah aku melihatnya.” Tidak berarti bahwa Musa begitu 

bodoh sebab  menyangka bahwa hakikat Tuhan bisa terlihat 

dengan mata jasmani. Namun, sesudah  selama itu ia hanya 

mendengar suara yang keluar dari dalam tiang awan atau api, 

ia ingin melihat sekilas gambaran kemuliaan ilahi, sesuai yang 

dipandang Tuhan pantas untuk diberikan kepadanya. Sungguh 

tidak pantas jika  umat melihat perwujudan dalam bentuk 

apa pun saat  TUHAN sedang berbicara kepada mereka, su-

paya hal ini tidak mengakibatkan kebinasaan mereka. Namun, 

ia berharap tidak akan berbahaya baginya jika  ia melihat 

perwujudan itu. Yang diinginkan Musa yaitu  sesuatu yang 

lebih dibandingkan  yang pernah dilihatnya. Jika keinginannya ini 

semata-mata demi membantu meningkatkan iman dan iba-

dahnya, maka hal ini patut dihargai. Namun, mungkin saja di 

balik keinginan itu ada juga kelemahan manusiawi. Tuhan 

ingin kita berjalan di dunia ini dengan iman, bukan dengan 

penglihatan, dan iman timbul dari pendengaran. Ada yang 

berpendapat bahwa keinginan Musa melihat kemuliaan Tuhan 

yaitu  untuk meminta tanda perdamaian dari Allah, dan 

jaminan kehadiran yang telah dijanjikan-Nya kepada mereka, 


 512

namun hanya saja ia tidak tahu bagaimana harus meminta 

tanda itu. 

2. Jawaban penuh rahmat yang diberikan Tuhan atas permintaan 

Musa itu. 

(1) Ia menolak memberi  apa yang tidak layak dikabulkan 

dan yang tidak akan mampu ditanggung oleh Musa: 

Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku (ay. 20). Dengan 

keadaannya di dunia ini, semua indra kemampuan manu-

sia tidak cukup mampu untuk tahan memandang kemulia-

an Allah, bahkan termasuk Musa sendiri. Manusia terlam-

pau rendah dan tidak pantas melihat wajah-Nya. Ia terlam-

pau lemah sehingga tidak akan mampu menanggungnya. Ia 

berdosa dan pasti akan takut melihat wajah-Nya. sebab  

rasa belas kasih terhadap kelemahan kitalah, maka Tuhan 

menutupi pemandangan takhta-Nya, melingkupinya dengan 

awan-Nya (Ayb. 26:9). Tuhan telah berkata, bahwa di sini, 

yaitu di dunia ini, wajah-Nya tidak akan kelihatan (ay. 23). 

Melihat wajah-Nya diperuntukkan bagi keadaan di kemu-

dian hari, untuk menjadi kebahagiaan kekal bagi jiwa-jiwa 

yang kudus. Seandainya manusia dalam keadaan sekarang 

ini mengetahui seperti apa wajah-Nya, maka mereka tidak 

akan merindukannya lagi. Ada hal-hal tentang Tuhan dan 

yang bisa dinikmati dari-Nya yang harus dinantikan di 

dunia lain, saat  kita akan melihat Dia dalam keadaan-

Nya yang sebenarnya (1Yoh. 3:2). Jadi untuk sementara, 

marilah kita puja keluruhan segala sesuatu yang sudah 

kita ketahui tentang Allah, dan kedalaman apa yang belum 

kita ketahui tentang Dia. Jauh sebelum ini, Yakub telah 

menyatakan dengan takjub bahwa ia telah melihat Tuhan 

berhadapan muka,namun  nyawanya tertolong (Kej. 32:30). 

Manusia berdosa takut melihat Allah, Hakimnya. Sebalik-

nya, orang-orang kudus yang mencerminkan kemuliaan 

Tuhan dengan muka yang tidak berselubung, oleh Roh 

diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya (2Kor. 3:18). 

(2) Tuhan mengabulkan apa yang akan sangat memuaskan hati. 

[1] Musa akan mendengar apa yang bisa menyukakan hati-

nya (ay. 19): Aku akan melewatkan segenap kegemilang-

an-Ku dari depanmu. Tuhan telah berbaik hati menun-

Kitab Keluaran 33:12-23 

 513 

jukkan kepada Musa berbagai contoh kebaikan hati-Nya 

yang mulia dengan kesediaan-Nya untuk berdamai de-

ngan Israel. Namun, itu barulah kebaikan yang tidak 

seberapa. Ia akan menunjukkan kepadanya kebaikan 

langsung dari sumbernya, yaitu segenap kegemilangan-

Nya. Ini merupakan jawaban yang cukup terhadap per-

mintaan Musa. “Perlihatkan kemuliaan-Mu kepadaku,” 

kata Musa. “Aku akan memperlihatkan kegemilangan-

Ku kepadamu,” jawab Allah. Perhatikanlah, kegemilang-

an atau kebaikan Tuhan merupakan kemuliaan-Nya. Ia 

ingin agar kita mengenal Dia melalui kemuliaan kasih 

setia-Nya, lebih dari kemuliaan keagungan-Nya, sebab 

kita harus gentar kepada TUHAN dan kepada kebaikan-

Nya (Hos. 3:5). Terutama yang merupakan kemuliaan 

kebaikan Tuhan yaitu  kedaulatan-Nya, yaitu bahwa Ia 

akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Ia beri 

kasih karunia. Maksudnya, Tuhan yaitu  Sang Pemberi 

yang berdaulat, Ia memberi  karunia sesuai kehen-

dak-Nya. Ia bukanlah orang yang berutang kepada 

siapa pun, atau memiliki kewajiban melakukan sesuatu 

kepada siapa pun. Tidak bolehkah Ia berbuat apa yang 

dikehendakinya dengan milik-Nya? Selain itu, semua 

alasan-Nya untuk berbelas kasihan datang dari diri-Nya 

sendiri, tidak dari jasa baik makhluk ciptaan-Nya. 

Demikian juga Ia mengasihani siapa yang dikasihani-

Nya, sebab  Ia mau melakukannya. Ya Bapa, itulah 

yang berkenan kepada-Mu. Tidak pernah disebutkan, 

“Aku akan marah kepada siapa yang hendak Kuma-

rahi,” sebab murka-Nya senantiasa adil dan kudus. Se-

baliknya, Ia berkata, Aku akan mengasihani siapa yang 

Kukasihani, sebab kasih karunia-Nya senantiasa diberi-

kan dengan cuma-cuma. Ia tidak pernah menghukum 

dengan sewenang-wenang walaupun Ia memiliki hak 

sepenuhnya untuk menghukum. Sebaliknya, Ia menye-

lamatkan sebab  Ia memiliki hak sepenuhnya untuk 

menyelamatkan. Rasul Paulus mengutip hal ini (Rm. 

9:15) sebagai jawaban kepada orang-orang yang menu-

duh bahwa Tuhan bersikap tidak adil sebab  memberi-

kan suatu kasih karunia dengan murah hati kepada 


 514

beberapa orangnamun  dengan pantas pula menahannya 

dari sebagian orang lain. 

[2] Musa akan melihat apa yang sanggup ditanggungnya 

dan apa yang cukup baginya. Perkara itu dirancang 

begitu rupa agar Musa tetap aman namun juga merasa 

puas. Pertama, aman di dalam lekuk gunung (ay. 21-22). 

Melalui cara ini ia akan terlindung dari sinar menyilau-

kan dan api menghanguskan yang terpancar dari kemu-

liaan Allah. Inilah batu karang di gunung Horeb tempat 

air memancar dari dalamnya. Mengenai batu karang itu 

dikatakan, batu karang itu ialah Kristus (1Kor. 10:4). Di 

dalam lekuk atau celah batu karang inilah kita aman 

dari murka Tuhan yang jika tidak, pasti akan mem-

binasakan kita. Tuhan sendiri akan melindungi orang-

orang yang tersembunyi seperti itu. Dan, hanya melalui 

Kristus-lah kita memiliki pengetahuan tentang kemulia-

an Allah. Tidak seorang pun selain mereka yang berdiri 

dan berlindung di batu karang ini yang dapat meman-

dang kemuliaan-Nya dan memperoleh ketenteraman di 

dalamnya. Kedua, Musa harus cukup puas dengan 

melihat bagian belakang-Nya (ay. 23). Ia akan melihat 

lebih banyak dibandingkan  yang pernah dilihat siapa pun di 

bumi ini,namun  tidak sebanyak yang dilihat mereka 

yang berada di sorga. Pada manusia, wajah merupakan 

takhta keagungan, dan manusia dikenal dari wajah 

mereka. Dari wajahlah kita dapat melihat manusia 

seutuhnya.namun , melihat wajah Tuhan seperti itu tidak 

akan mampu dilakukan Musa. Sebaliknya, yang dapat 

dilihatnya yaitu  seperti yang kita lihat saat  orang 

sudah melintas di depan kita, sehingga yang tampak 

hanyalah punggungnya. Kita hanya bisa melihatnya 

secara sekilas. Kita tidak bisa disebut melihat Allah. 

Yang lebih tepat yaitu  mencari Dia (Kej. 16:13, KJV), 

sebab kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang 

samar-samar. saat  kita melihat apa yang telah dilaku-

kan Tuhan melalui karya-karya-Nya, mengamati lang-

kah-langkah Tuhan kita, Raja kita, maka kita seakan-

akan melihat bagian belakang-Nya. Kita hanya menge-

nal dengan tidak sempurna, dan kita tidak dapat me-

Kitab Keluaran 33:12-23 

 515 

rangkai kata-kata kita tentang Tuhan sebab  gambaran 

yang samar-samar tadi, seperti kita juga tidak dapat 

menggambarkan orang yang belum pernah kita lihat 

wajahnya. Sekarang Musa hanya diperkenankan meli-

hat bagian belakang-Nya. Namun jauh sesudah itu, 

saat  ia menjadi saksi perubahan rupa Kristus di atas 

bukit, ia melihat wajah-Nya bercahaya seperti matahari. 

Jika kita setia meningkatkan pengetahuan dan wahyu-

wahyu yang diberikan Tuhan mengenai diri-Nya sendiri 

sementara kita masih hidup di dunia, maka peman-

dangan yang lebih cemerlang dan mulia akan segera 

diperlihatkan kepada kita, sebab  setiap orang yang 

memiliki , kepadanya akan diberi. 

 

 

  

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 34  

llah, sesudah  dalam pasal sebelumnya menunjukkan kepada 

Musa bahwa Ia sudah berdamai dengan Israel, di sini memberi-

kan bukti-buktinya, dengan menetapkan perjanjian dan persekutu-

an-Nya dengan mereka. Empat contoh dari kembalinya perkenanan-

Nya kita dapati dalam pasal ini:  

I. Perintah-perintah yang diberikan-Nya kepada Musa untuk 

naik ke atas gunung, pada keesokan paginya, dan membawa 

dua loh batu bersamanya (ay. 1-4).  

II. Ditemui-Nya Musa di sana, dan diserukan-Nya nama-Nya 

(ay. 5-9). 

III. Perintah-perintah yang diberikan-Nya kepada Musa di sana, 

dan persekutuan-Nya dengan Musa selama empat puluh hari 

penuh, tanpa waktu jeda (ay. 10-28).  

IV. Kehormatan yang diberikan-Nya kepada Musa saat  Ia me-

nyuruhnya turun dengan wajah yang bersinar (ay. 29-35). 

Dalam semuanya ini Tuhan berurusan dengan Musa sebagai se-

orang tokoh masyarakat, dan pengantara antara diri-Nya dan Israel, 

dan sebagai perlambang dari sang Pengantara yang agung. 

Musa Menghadap Tuhan di Sinai 

(34:1-4)  

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pahatlah dua loh batu sama dengan 

yang mula-mula, maka Aku akan menulis pada loh itu segala firman yang 

ada pada loh yang mula-mula, yang telah kaupecahkan. 2 Bersiaplah men-

jelang pagi dan naiklah pada waktu pagi ke atas gunung Sinai; berdirilah di 

sana menghadap Aku di puncak gunung itu. 3namun  janganlah ada seorang 

pun yang naik bersama-sama dengan engkau dan juga seorang pun tidak 

boleh kelihatan di seluruh gunung itu, bahkan kambing domba dan lembu 

sapi pun tidak boleh makan rumput di sekitar gunung itu.” 4 Lalu Musa 


 518

memahat dua loh batu sama dengan yang mula-mula; bangunlah ia pagi-pagi 

dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang diperintahkan TUHAN 

kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya.  

sebab  perjanjian yang baru saja berjalan antara Tuhan dan Israel 

dilanggar secara tiba-tiba, dengan tindakan mereka yang menyembah 

anak lembu emas, maka saat  pendamaian dibuat, semuanya harus 

dimulai secara baru, bukan dari keadaan mereka yang terakhir, me-

lainkan dari awal. Demikian pula orang-orang murtad harus bertobat, 

dan melakukan lagi apa yang semula mereka lakukan (Why. 2:5). 

I. Musa harus bersiap-siap untuk memperbaharui loh-loh batu itu 

(ay. 1). Sebelumnya, Tuhan sendirilah yang menyediakan loh-loh 

batunya, dan menulis di atasnya. Sekarang, Musa harus memahat 

loh-loh batu, dan Tuhan hanya akan menulis di atasnya. Demi-

kianlah, saat  hukum Tuhan pertama kali dituliskan dalam hati 

manusia sebelum jatuh dalam dosa, baik loh batu dan penulisan-

nya yaitu  pekerjaan Allah.namun  saat  loh-loh batu itu dipe-

cahkan dan dirusak oleh dosa, dan hukum ilahi harus dilestari-

kan dalam Kitab Suci, maka Tuhan memanfaatkan pelayanan 

manusia, dan Musa yang pertama kali melakukannya.namun , 

para nabi dan rasul, tampaknya, hanya memahat loh-loh batu-

nya, sedang  yang menulisnya tetap Allah, sebab segala tulisan 

dalam Kitab Suci diilhamkan Allah. Amatilah, saat  Tuhan 

berdamai dengan bangsa Israel, Ia memerintahkan supaya loh-loh 

batu itu diperbaharui, dan Ia menuliskan hukum-Nya di atasnya, 

yang dengan jelas menyiratkan kepada kita,  

1. Bahwa bahkan di bawah Injil damai sejahtera dan pendamaian 

oleh Kristus, yang dilambangkan oleh perantaraan Musa, 

hukum tentang perbuatan yang baik dan buruk akan terus 

mengikat orang-orang percaya. Meskipun Kristus telah mene-

bus kita dari kutuk hukum Taurat, namun Ia tidak menebus 

kita dari perintahnya,namun  tetap saja kita hidup di bawah 

hukum Kristus. saat  Juruselamat kita, dalam khotbah-Nya di 

bukit, menerangkan hukum tentang perbuatan yang baik dan 

buruk ini, dan membersihkannya dari penjelasan-penjelasan 

menyimpang yang dengannya ahli-ahli Taurat dan orang-orang 

Farisi telah menghancurkannya (Mat. 5:19), Ia pada dasarnya 

memperbaharui loh-loh batu, dan membuatnya seperti semu-

Kitab Keluaran 34:1-4 

 519 

la. Yaitu, Ia membawa kembali hukum itu sesuai dengan arti 

dan maksudnya yang semula.  

2. Bahwa bukti terbaik dari pengampunan dosa dan pendamaian 

dengan Tuhan yaitu  dituliskannya hukum Tuhan di dalam hati. 

Tanda pertama yang diberikan Tuhan tentang pendamaian-Nya 

dengan Israel yaitu  diperbaharuinya loh-loh batu yang berisi 

hukum ilahi. Demikian pula butir pertama dari perjanjian 

baru yaitu , Aku akan menuliskan hukum-Ku dalam hati 

mereka (Ibr. 8:10), dan dikatakan selanjutnya (Ibr. 8:12), Aku 

akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka.  

3. Bahwa, jika kita ingin Tuhan menuliskan hukum-Nya dalam 

hati kita, kita harus mempersiapkan hati kita untuk mene-

rimanya. Hati yang membatu harus dipahat oleh keinsafan 

dan perendahan diri sebab  dosa (Hos. 6:5). Kejahatan yang 

begitu banyak itu harus dibuang (Yak. 1:21) dan hati harus 

dihaluskan, dan ditempa, supaya firman bisa mendapat tem-

pat di dalamnya. Musa, seperti yang diperintahkan, memahat 

loh-loh batu, atau batu tulis, sebab loh-loh batu itu begitu 

ringan dan tipis sehingga ia membawa keduanya di tangannya. 

Dan, untuk ukuran-ukurannya, kedua loh batu itu haruslah 

agak kurang kecil, dan mungkin tidak berbeda banyak, 

dibandingkan  tabut perjanjian yang di dalamnya keduanya akan 

disimpan, yang ukurannya satu seperempat meter panjang-

nya, dan tiga perempat meter lebarnya. Dari apa yang tampak, 

tidak ada sesuatu yang luar biasa secara khusus dalam pem-

buatannya, sebab tidak ada banyak waktu untuk membuat-

nya. Musa menyiapkannya segera, untuk dibawa bersamanya 

pada keesokan paginya. Kedua loh batu itu sebentar lagi akan 

diperindah, bukan oleh buatan manusia, melainkan oleh jari 

Allah. 

II. Musa harus pergi lagi ke puncak gunung Sinai, dan menghadap 

Tuhan di sana (ay. 2). Meskipun ketidakhadiran Musa, dan kepergi-

annya yang begitu lama di atas gunung, belum lama ini menye-

babkan mereka membuat anak lembu emas, namun Tuhan sebab  

itu tidak mengubah tindakan-tindakan-Nya. Musa tetap akan 

naik dan tinggal di sana selama seperti yang sudah dilakukannya, 

untuk menguji apakah mereka sudah belajar untuk menunggu. 

Untuk menggentarkan hati orang banyak, mereka diperintahkan 


 520

untuk menjaga jarak, tidak boleh ada yang naik bersamanya (ay. 

3). Mereka sudah berkata (32:1), kami tidak tahu apa yang telah 

terjadi dengan dia, dan Tuhan tidak mau membiarkan mereka 

tahu. Musa, seperti yang diperintahkan, bangun pagi-pagi (ay. 4) 

untuk pergi ke tempat yang sudah ditetapkan, untuk menunjuk-

kan betapa hatinya siap segera untuk menghadap Tuhan dan tidak 

mau membuang-buang waktu. Sungguh baik menyiapkan diri 

pagi-pagi untuk beribadah. Pagi hari mungkin merupakan se-

orang teman yang baik untuk anugerah, seperti juga ia menjadi 

teman yang baik untuk renungan.  

Pertemuan Tuhan dan Musa  

(34:5-9) 

5 Turunlah TUHAN dalam awan, lalu berdiri di sana dekat Musa serta me-

nyerukan nama TUHAN. 6 Berjalanlah TUHAN lewat dari depannya dan ber-

seru: “TUHAN, TUHAN, Tuhan penyayang dan pengasih, panjang sabar, ber-

limpah kasih-Nya dan setia-Nya, 7 yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada 

beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; 

tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, 

yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, 

kepada keturunan yang ketiga dan keempat.” 8 Segeralah Musa berlutut ke ta-

nah, lalu sujud menyembah 9 serta berkata: “Jika aku telah mendapat kasih 

karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-

tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk,namun  

ampunilah kesalahan dan dosa kami; ambillah kami menjadi milik-Mu.”  

Tidak lama sesudah  Musa sampai ke puncak gunung, Tuhan menemui-

nya (ay. 5): Turunlah TUHAN, melalui suatu tanda hadirat-Nya yang 

bisa disaksikan atau dirasakan oleh indra jasmani, dan suatu penya-

taan kemuliaan-Nya. Turunnya Tuhan menunjukkan kesediaan-Nya 

untuk merendah. Ia merendahkan diri-Nya untuk memperhatikan 

orang-orang yang merendahkan diri mereka untuk berjalan dengan-

Nya (Mzm. 113:6). Tuhan, apakah manusia, sehingga Engkau meng-

indahkannya seperti itu? Ia turun dalam awan, mungkin tiang awan 

yang hingga saat itu berjalan mendahului Israel, dan yang sehari 

sebelumnya menjumpai Musa di pintu Kemah Suci. Awan ini dimak-

sudkan untuk membuat Musa gentar, supaya keakraban yang diizin-

kan untuk dialaminya tidak menumbuhkan sikap memandang ren-

dah dalam dirinya. saat  para murid masuk ke dalam awan, takut-

lah mereka. Dijadikan-Nya awan sebagai pondok-Nya menyiratkan 

bahwa, meskipun Ia menyatakan banyak tentang diri-Nya, namun 

masih ada lebih banyak yang tersembunyi. Sekarang amatilah,

Kitab Keluaran 34:5-9 

 521 

I. Bagaimana Tuhan menyerukan nama-Nya (ay. 6-7): Ia melakukan-

nya in transitu – saat  lewat dari depan Musa. Pandangan-pan-

dangan yang tetap akan Tuhan disediakan untuk kehidupan yang 

akan datang. Pandangan yang terbaik akan Dia yang kita miliki di 

dunia ini bersifat sementara. Tuhan sekarang sedang menggenapi 

apa yang sudah dijanjikan-Nya kepada Musa, sehari sebelumnya, 

bahwa kemuliaan-Nya akan lewat (33:22). Ia menyerukan nama 

TUHAN, yang dengannya Ia akan membuat diri-Nya dikenal. Ia 

sudah menyatakan diri-Nya kepada Musa dalam kemuliaan-Nya 

sebagai yang ada dari diri-Nya sendiri dan yang maha-mencukupi 

oleh diri-Nya sendiri, saat  Ia menyerukan nama itu, AKU 

yaitu  AKU. Sekarang Ia menyatakan diri-Nya dalam kemuliaan 

anugerah-Nya, kebaikan-Nya, dan maha-mencukupinya Dia bagi 

kita. sebab  sekarang Tuhan hendak mengeluarkan cetakan kedua 

dari hukum itu, maka Ia mendahuluinya dengan seruan ini. 

Sebab anugerah atau kebaikan Allahlah yang memberi  

hukum, terutama hukum yang menyembuhkan. Pengampunan 

terhadap dosa Israel dalam menyembah anak lembu itu sekarang 

akan dimeteraikan. Dan Allah, dengan seruan ini, ingin memberi 

tahu mereka bahwa Ia mengampuni ex mero motu – dari kerelaan 

kehendak-Nya semata-mata, bukan sebab  jasa-jasa mereka, 

melainkan dari kecenderungan-Nya sendiri untuk mengampuni. 

Diserukannya nama-Nya menandakan kemurahan Tuhan yang 

menjangkau luas ke semua tempat. Ia tidak hanya baik kepada 

Israel,namun  juga baik kepada semua orang. Hendaklah semua 

orang memperhatikan itu. Siapa yang memiliki  telinga, hen-

daklah ia mendengar, dan mengetahui, dan percaya, 

1. Bahwa Tuhan yang dengan-Nya kita harus berhadapan yaitu  

Tuhan yang mahabesar. Dia yaitu  Yehova, Tuhan, yang ada 

dari diri-Nya sendiri, dan merupakan sumber dari semua yang 

ada. Yehova-El, Tuhan, Tuhan yang kuat, Tuhan yang mahakuasa 

dalam diri-Nya, dan sumber dari semua kekuatan. Hal ini 

ditempatkan sebagai pengantar sebelum belas kasihan-Nya 

ditunjukkan, untuk mengajar kita supaya berpikir dan berkata-

kata tentang anugerah dan kebaikan Tuhan dengan kesung-

guhan yang mendalam dan rasa takjub yang kudus, dan untuk 

mendorong kita supaya bergantung pada semua kasih setia-

Nya itu. Itu bukanlah kasih setia atau belas kasih manusia, 

yang rapuh dan lemah, palsu dan berubah-ubah, melainkan 


 522

kasih setia Tuhan, Tuhan Allah. Oleh sebab  itu, kasih setia-

Nya itu pasti, berdaulat, dan dapat dipercaya,namun  tidak 

boleh dicobai. 

2. Bahwa Dia yaitu  Tuhan yang baik. Kebesaran dan kebaikan-

Nya menggambarkan dan mengimbangi satu sama lain. Su-

paya kedahsyatan kebesaran-Nya tidak membuat kita takut, 

kita diberi tahu betapa baiknya Dia. Dan, supaya kita tidak 

berbuat kurang ajar atas kebaikan-Nya, kita diberi tahu beta-

pa besarnya Dia. Banyak kata dan perkataan bertumpuk-tum-

puk di sini, untuk memperkenalkan kita dengan, dan meya-

kinkan kita akan, kebaikan Allah, dan untuk menunjukkan 

betapa berlimpah kebaikan-Nya, yang merupakan kemuliaan-

Nya maupun kesukaan-Nya. Semua pengulangan kata-kata ini 

sama sekali bukan sekadar mengulang-ngulang tanpa makna.  

(1) Dia penyayang. Ini menandakan kasih sayang-Nya yang 

lemah-lembut, seperti kasih sayang seorang ayah kepada 

anak-anaknya. Sifat ini ditempatkan pertama-tama, sebab  

merupakan roda pertama dari semua contoh kehendak 

baik Tuhan yang bergulir bagi manusia yang jatuh, yang ke-

sengsaraannya membuatnya menjadi sasaran belas kasih-

an (Hak. 10:16; Yes. 63:9). Jadi janganlah kita memiliki  

pikiran-pikiran yang keras tentang Tuhan ataupun hati yang 

keras terhadap saudara-saudara kita.  

(2) Dia pengasih. Ini menandakan kebebasan maupun kebaik-

an. Sifat ini menyiratkan bahwa Ia bukan hanya berbelas 

kasihan terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya, melain-

kan juga memiliki  kepuasan dalam diri mereka dan 

dalam berbuat baik kepada mereka. Dan ini muncul dari 

kehendak baik-Nya sendiri, bukan sebab  apa saja dalam 

diri mereka. Rahmat-Nya yaitu  anugerah, anugerah yang 

cuma-cuma. Ini mengajar kita supaya tidak hanya bersifat 

penyayang,namun  juga rendah hati (1Ptr. 3:8).  

(3) Dia panjang sabar. Ini merupakan bagian dari kebaikan 

Tuhan yang bisa dialami oleh kefasikan orang-orang ber-

dosa. Kefasikan Israel telah merasakannya. Mereka telah 

menguji kesabaran-Nya, dan telah mengalami kesabaran-

Nya itu. Dia panjang sabar, yaitu, Ia lambat untuk murka, 

dan menunda melaksanakan tindakan keadilan-Nya. Ia 

Kitab Keluaran 34:5-9 

 523 

menunggu untuk berlaku penuh rahmat, dan memperpan-

jang tawaran-tawaran rahmat-Nya.  

(4) Berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya. Ini menandakan ke-

baikan yang berlimpah, kebaikan yang melimpah melebihi 

yang pantas kita dapatkan, melebihi apa yang dapat kita 

pikirkan dan ungkapkan. Sumber-sumber rahmat selalu 

penuh, sungai-sungai rahmat selalu mengalir. Ada sangat 

banyak rahmat dalam Allah, cukup untuk semuanya, cu-

kup untuk tiap-tiap orang, cukup untuk selama-lamanya. 

Ini menandakan kebaikan yang dijanjikan, kebaikan dan 

kebenaran yang dipadukan bersama-sama, kebaikan yang 

diikat oleh janji, dan kesetiaan-Nya dijadikan jaminan un-

tuk itu. Ia tidak hanya berbuat baik,namun  juga dengan 

janji-Nya Ia mengangkat harapan kita akan kebaikan itu, 

dan bahkan mengikat diri-Nya sendiri untuk menunjukkan 

rahmat.  

(5) Ia meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang. 

Ini menunjukkan,  

[1] Kasih setia yang meluas kepada beribu-ribu orang. Apa-

bila Ia memberi kepada sebagian orang, Ia masih me-

nyimpan untuk sebagian yang lain, dan tidak pernah 

kehabisan. Ia memiliki  kasih setia yang cukup untuk 

semua ribuan orang Israel, saat  mereka menjadi sa-

ngat banyak seperti pasir.  

[2] Kasih setia yang diteruskan kepada beribu-ribu angkat-

an, bahkan kepada orang-orang yang hidup di akhir 

zaman. Bahkan, garisnya ditarik sejajar dengan garis 

kekekalan sendiri.  

(6) Dia mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa. Rah-

mat yang mengampuni disebutkan secara khusus, sebab  

dalam rahmat ini anugerah ilahi teramat diagungkan, dan 

sebab  rahmat inilah yang membuka pintu bagi semua 

karunia lain dari anugerah ilahi-Nya, dan sebab  belum 

lama ini Ia sudah memberi  bukti yang sangat meyakin-

kan akan rahmat ini. Ia mengampuni segala macam keja-

hatan – kesalahan, pelanggaran dan dosa, melipatganda-

kan pengampunan-pengampunan-Nya, dan banyak kali 

mengadakan pembebasan. 


 524

3. Bahwa Dia yaitu  Tuhan yang adil dan kudus. Sebab,  

(1) Ia tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah 

dari hukuman. Sebagian orang membacanya dengan begitu 

rupa hingga mengungkapkan murka yang melunak, bah-

kan saat  Ia benar-benar menghukum: saat  Ia mengo-

songkan negeri, Ia tidak akan membuatnya sangat sunyi 

sepi. Yaitu, “Ia tidak meneruskan sampai ke titik peng-

habisan, sampai tidak ada lagi obat penawar.” Sebagai-

mana kita membacanya, kita harus menerangkan bahwa Ia 

sama sekali tidak akan membiarkan kesalahan, seolah-olah 

Ia tidak memperhatikan dosa manusia. Atau, Ia tidak akan 

membersihkan kesalahan yang tidak disesali, yang masih 

terus hidup dalam pelanggaran-pelanggaran pendosa. Ia 

tidak akan membersihkan kesalahan tanpa suatu tebusan 

bagi keadilan-Nya. Ia tidak akan membersihkan kesalahan 

dengan mengorbankan kehormatan pemerintahan-Nya.  

(2) Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya. Ia 

dapat melakukannya dengan adil, sebab  semua jiwa ada-

lah milik-Nya, dan dalam dosa ada kejahatan yang men-

cemarkan darah. Ada kalanya Ia akan melakukannya, ter-

utama untuk menghukum para penyembah berhala. Demi-

kianlah Ia menunjukkan kebencian-Nya terhadap dosa, 

dan murka-Nya terhadapnya. Namun Ia tidak akan murka 

untuk selama-lamanya,namun  akan membalaskan kesalah-

an sampai angkatan ketiga dan keempat saja, sementara Ia 

meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang. Nah, 

inilah nama Tuhan untuk selama-lamanya, dan inilah 

peringatan-Nya kepada semua angkatan. 

II.  Bagaimana Musa menerima penyataan yang dibuat Tuhan tentang 

diri-Nya sendiri, dan tentang anugerah dan rahmat-Nya. Dari apa 

yang tampak, Musa seolah-olah menerima ini sebagai jawaban 

yang memadai atas permintaannya supaya Tuhan mau memper-

lihatkan kepadanya kemuliaan-Nya. Sebab kita tidak membaca 

bahwa ia pergi ke celah batu, untuk melihat bagian belakang 

Tuhan dari sana. Mungkin seruan ini memuaskannya, dan ia tidak 

menginginkan yang lebih. Sama seperti kita tidak membaca 

bahwa Tomas benar-benar mencucukkan tangannya ke dalam lam-

bung Kristus, meskipun Kristus mengundangnya untuk melaku-

Kitab Keluaran 34:5-9 

 525 

kannya. saat  Tuhan sudah menyerukan nama-Nya seperti itu, 

maka Musa berkata, “Sudah cukup, aku tidak mengharapkan 

yang lebih lagi sampai aku tiba di sorga.” Setidak-tidaknya ia 

tidak menganggap pantas untuk menceritakan apa yang dilihat-

nya. Sekarang kita di sini diberi tahu, 

1. Kesan apa yang ditimbulkan dari seruan Tuhan itu padanya: 

Segeralah Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah (ay. 

8). Dengan demikian ia mengungkapkan,  

(1) Penghormatan dan pemujaannya yang penuh kerendahan 

hati terhadap kemuliaan Allah, dengan memberi-Nya kehor-

matan yang layak diberikan kepada nama yang sudah 

diserukan-Nya seperti itu. Bahkan kebaikan Tuhan harus 

kita pandang dengan penghormatan yang mendalam dan 

kegentaran yang kudus.  

(2) Sukacitanya dalam penyingkapan yang telah dibuat Tuhan 

tentang diri-Nya sendiri, dan rasa syukurnya untuk itu. 

Beralasan bagi kita untuk mengakui dengan penuh syukur 

kebaikan Tuhan kepada kita, bukan hanya dalam contoh-

contohnya yang nyata, melainkan juga dalam berbagai 

penyataan kebaikan-Nya melalui firman-Nya. Kita bersyu-

kur bukan hanya bahwa Ia penuh rahmat, dan akan selalu 

begitu terhadap kita,namun  juga bahwa Ia berkenan untuk 

membiarkan kita mengetahuinya.  

(3) Kepatuhannya yang kudus terhadap kehendak Allah, yang 

diberitahukan dalam seruan ini, dengan berserah pada 

keadilan-Nya dan kasih setia-Nya, dan menempatkan diri-

nya dan bangsanya Israel di bawah pemerintahan dan pim-

pinan Tuhan Yehova, seperti yang telah dinyatakan-Nya 

sekarang. Hendaklah Tuhan ini menjadi Tuhan kita untuk 

selama-lamanya. 

2. Apa yang dimanfaatkan Musa dari seruan Tuhan itu. Ia segera 

berdoa atas dasar seruan itu (ay. 9), dan itu yaitu  doa yang 

lebih sungguh-sungguh dan penuh perasaan,  

(1) Untuk meminta hadirat Tuhan bersama umat-Nya Israel di 

padang gurun: “Berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah 

kami, sebab hadirat-Mu yaitu  segalanya bagi keamanan 

dan keberhasilan kami.”  


 526

(2) Untuk meminta pengampunan dosa: “Ampunilah kesalahan 

dan dosa kami, sebab kalau tidak, kami tidak bisa berha-

rap Engkau berjalan di tengah-tengah kami.” Dan,  

(3) Untuk meminta hak-hak istimewa sebagai umat kesayang-

an: “Ambillah kami menjadi milik-Mu, yang senantiasa Eng-

kau jagai, pedulikan, dan menjadi sukacita-Mu.” Hal-hal ini 

sudah dijanjikan Allah, dan Musa sudah diberi jaminan 

mengenainya, namun ia tetap berdoa memintanya, bukan 

sebab  meragukan ketulusan pemberian-pemberian Allah, 

melainkan sebagai orang yang berhasrat untuk mendapat-

kan pengesahannya. Janji-janji Tuhan dimaksudkan bukan 

untuk menggantikan doa, melainkan untuk mengarahkan 

dan mendorongnya. Walaupun orang memiliki  harapan-

harapan yang baik, melalui anugerah, bahwa dosa-dosa 

mereka diampuni, namun mereka harus terus berdoa me-

minta pengampunan, meminta pembaharuan atas pengam-

punan mereka, dan pemastiannya lagi dan lagi bagi jiwa 

mereka. Semakin banyak kita melihat kebaikan Allah, se-

makin malu kita seharusnya atas dosa-dosa kita sendiri, 

dan seharusnya semakin bersungguh-sungguh kita dalam 

mengambil kebaikan dari kebaikan-Nya itu. Tuhan sudah 

berkata, dalam bagian penutup dari seruan-Nya, bahwa Ia 

akan membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya. 

Dan Musa di sini berdoa untuk menepisnya. “Tuhan, 

jangan hanya mengampuni kesalahan untuk mereka,namun  

juga untuk anak-anak mereka, dan biarlah hubungan 

perjanjian kami dengan-Mu diteruskan kepada anak cucu 

kami, seperti warisan.” Demikianlah Musa, sebagai orang 

yang hatinya sungguh peduli bagi orang banyak, berusaha 

juga melakukan pengantaraan bahkan untuk anak-anak 

yang akan dilahirkan di lalu  hari.namun  sungguh 

aneh permohonan yang ia tegaskan: Sebab bangsa ini 

suatu bangsa yang tegar tengkuk. Tuhan telah memberi  

ini sebagai alasan mengapa Ia tidak mau berjalan bersama 

mereka (33:3). “Ya,” kata Musa, “justru itu berjalanlah ber-

sama kami. Sebab semakin buruk mereka, semakin mereka 

memerlukan hadirat dan anugerah-Mu untuk membuat 

mereka menjadi lebih baik.” Musa melihat mereka begitu 

tegar tengkuk hingga, bagi dirinya, ia tidak memiliki 

Kitab Keluaran 34:10-17 

 527 

 kesabaran atau kekuatan yang cukup untuk menangani 

mereka. “Oleh sebab itu, Tuhan, berjalanlah Engkau di 

tengah-tengah kami, sebab kalau tidak, mereka tidak akan 

pernah dibuat tetap gentar. Engkau akan menyayangkan 

mereka, dan bersabar menghadapi mereka, sebab Engkau 

Tuhan dan bukan manusia” (Hos. 11:9). 

Peringatan terhadap Penyembahan Berhala 

(34:10-17) 

10 Firman-Nya: “Sungguh, Aku mengadakan suatu perjanjian. Di depan selu-

ruh bangsamu ini akan Kulakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib, seperti 

yang belum pernah dijadikan di seluruh bumi di antara segala bangsa; 

seluruh bangsa, yang di tengah-tengahnya engkau diam, akan melihat per-

buatan TUHAN, sebab apa yang akan Kulakukan dengan engkau, sungguh-

sungguh dahsyat. 11namun  engkau, berpeganglah pada yang Kuperintahkan 

kepadamu pada hari ini. Lihat, Aku akan menghalau dari depanmu orang 

Amori, orang Kanaan, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.  

12 Berawas-awaslah, janganlah kauadakan perjanjian dengan penduduk 

negeri yang kaudatangi itu, supaya jangan mereka menjadi jerat bagimu di 

tengah-tengahmu. 13 Sebaliknya, mezbah-mezbah mereka haruslah kamu 

rubuhkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, dan tiang-tiang 

berhala mereka kamu tebang. 14 Sebab janganlah engkau sujud menyembah 

kepada Tuhan lain, sebab  TUHAN, yang nama-Nya Cemburuan, yaitu  Tuhan 

yang cemburu. 15 Janganlah engkau sampai mengadakan perjanjian dengan 

penduduk negeri itu; jika  mereka berzinah dengan mengikuti Tuhan 

mereka dan mempersembahkan korban kepada Tuhan mereka, maka mereka 

akan mengundang engkau dan engkau akan ikut makan korban sembelihan 

mereka. 16 jika  engkau mengambil anak-anak perempuan mereka menjadi 

isteri anak-anakmu dan anak-anak perempuan itu akan berzinah dengan 

mengikuti Tuhan mereka, maka mereka akan membujuk juga anak-anakmu 

laki-laki untuk berzinah dengan mengikuti Tuhan mereka. 17 Janganlah 

kaubuat bagimu Tuhan tuangan. 

sebab  pendamaian sudah diadakan, maka perjanjian persahabatan 

ditetapkan di sini antara Tuhan dan Israel. Para pengkhianat itu tidak 

hanya diampuni,namun  juga diangkat dan dijadikan kesayangan lagi. 

Sudah sepantasnya kepastian-kepastian dari perjanjian ini dihantar-

kan dengan kata sungguh (KJV: lihatlah), kata yang menuntut perhati-

an dan kekaguman: Sungguh, Aku mengadakan suatu perjanjian. 

saat  perjanjian itu dilanggar, Israellah yang melanggarnya. Seka-

rang perjanjian itu diperbaharui, dan Allahlah yang memperbaharui-

nya. Jika ada perseteruan, kitalah yang harus disalahkan. Jika ada 

damai, Allahlah yang harus mendapatkan semua kemuliaan. Di sini 

ada, 


 528

I.   Bagian Tuhan dalam perjanjian ini, apa yang akan dilakukan-Nya 

untuk mereka (ay. 10-11).  

1. Secara umum: Di depan seluruh bangsamu ini akan Kulakukan 

perbuatan-perbuatan yang ajaib. Perhatikanlah, perjanjian-per-

janjian pemberian berkat merupakan hal-hal yang ajaib, ke-

ajaiban-keajaiban dalam kerajaan anugerah (Mzm. 98:1). Hal-

hal yang disebutkan di sini yaitu  keajaiban-keajaiban dalam 

kerajaan alam, seperti pengeringan Sungai Yordan, berhenti-

nya matahari, dst. Semua itu sungguh merupakan ajaib, kare-

na tidak pernah terjadi sebelumnya, seperti yang belum pernah 

dijadikan di seluruh bumi. Keajaiban-keajaiban itu menjadi 

sukacita Israel, dan meneguhkan iman mereka: Seluruh bang-

sa akan melihat, dan mengakui perbuatan TUHAN. Dan ke-

ajaiban-keajaiban itu menjadi kengerian bagi musuh-musuh 

mereka: Sebab apa yang akan Kulakukan dengan engkau, 

sungguh-sungguh dahsyat. Bahkan, umat Tuhan sendiri akan 

melihatnya dengan takjub.  

2. Secara khusus: Aku akan menghalau dari depanmu orang 

Amori. Allah, sebagai Raja segala bangsa, mencabut sebagian 

bangsa, untuk menanam sebagian yang lain, seperti yang dike-

hendaki-Nya. Sebagai Raja orang-orang kudus, Ia menyedia-

kan tempat bagi pohon anggur yang dibawa-Nya dari Mesir 

(Mzm. 80:9-10). Kerajaan-kerajaan dikorbankan demi kepen-

tingan-kepentingan Israel (Yes. 43:3-4). 

II. Bagian mereka dalam perjanjian itu: Berpeganglah pada yang 

Kuperintahkan kepadamu. Kita tidak bisa menantikan keuntung-

an dari janji-janji itu, kecuali kita menjalankan perintah-perintah-

nya dengan kesadaran hati nurani. 

1. Dua perintahnya yang besar yaitu ,  

(1) Janganlah engkau sujud menyembah kepada Tuhan lain (ay. 

14), jangan berikan kehormatan yang menjadi milik Tuhan 

kepada makhluk ciptaan mana pun, atau nama apa pun, 

makhluk hasil khayalan. Sebuah alasan yang baik ditam-

bahkan. Engkau sendiri yang akan binasa jika engkau 

melakukannya: sebab  TUHAN, yang nama-Nya Cemburu-

an, yaitu  Tuhan yang cemburu, peka dalam hal-hal yang 

menyangkut penyembahan terhadap-Nya, seperti seorang 

Kitab Keluaran 34:10-17 

 529 

suami peka terhadap kehormatan ranjang pernikahan. 

Cemburu disebut sebagai geram seorang laki-laki (Ams. 

6:34),namun  di sini cemburu yaitu  murka Tuhan yang 

kudus dan adil. Orang-orang yang tidak menyembah Tuhan 

saja, tidak dapat menyembah-Nya dengan benar.  

(2) “Janganlah kaubuat bagimu Tuhan tuangan (ay. 17). Jangan-

lah engkau menyembah Tuhan yang benar dengan patung-

patung.” Ini yaitu  dosa yang ke dalamnya mereka telah 

jatuh belum lama ini, dan sebab  itu mereka diperingatkan 

secara khusus akan hal itu. 

2. Di sini pagar-pagar didirikan di sekitar dua perintah ini de-

ngan dua perintah lain:  

(1) Supaya mereka tidak tergoda untuk menyembah allah-

Tuhan lain, mereka tidak boleh mengikat pertalian atau 

persahabatan dengan orang-orang yang menyembah allah-

Tuhan lain (ay. 12): “Berawas-awaslah, sebab engkau harus 

menjaga perilaku baikmu. Penyembahan berhala yaitu  

dosa yang cenderung engkau lakukan dan yang akan 

dengan mudah merintangimu. Oleh sebab  itu berawas-

awaslah, dan jauhkanlah dirimu dari semua penyembahan 

berhala apa pun yang ada dan jangan sekali-kali men-

dekatinya. Janganlah kauadakan perjanjian dengan pendu-

duk negeri.” Jika Allah, dalam kebaikan terhadap mereka, 

menghalau orang-orang Kanaan, maka mereka tidak boleh, 

dalam kewajiban terhadap Allah, melindungi mereka. Apa 

yang bisa ditegaskan dengan lebih masuk akal dibandingkan  

ini? Jika Tuhan berperang melawan orang-orang Kanaan, 

janganlah Israel berdamai dengan mereka. Jika Tuhan ber-

upaya supaya orang Kanaan tidak menjadi tuan mereka, 

maka hendaklah mereka sendiri berjaga-jaga supaya orang 

Kanaan tidak menjadi jerat bagi mereka. Untuk kepenting-

an bangsa mereka sendirilah mereka harus menuntaskan 

penaklukan atas negeri itu. Begitu besar Tuhan memper-

hitungkan keuntungan kita dalam hukum-hukum yang 

diberikan-Nya kepada kita. Secara khusus mereka harus 

berjaga-jaga untuk tidak kawin campur dengan orang Ka-

naan (ay. 15-16). Jika mereka mengawini anak-anak orang 

Kanaan, ada bahaya mereka akan memeluk dewa-dewa 


 530

orang Kanaan. Seperti itulah rusaknya kodrat, sehingga 

yang buruk jauh lebih mungkin membuat bejat orang yang 

baik, dibandingkan  yang baik memperbaharui orang yang buruk. 

Jalan dosa itu terjal ke bawah. Orang-orang yang bersekutu 

dengan para penyembah berhala secara perlahan-lahan 

akan jatuh cinta dengan penyembahan berhala. Dan orang-

orang yang berhasil dibujuk untuk makan dari persembahan 

kepada berhala, pada akhirnya akan mempersembahkan 

korban kepada berhala. Obsta principiis – Hentikan kejahat-

an dari awal.  

(2) Supaya mereka tidak tergoda untuk membuat Tuhan tuang-

an, mereka harus betul-betul menghancurkan allah-Tuhan 

tuangan yang mereka temukan beserta semua miliknya, 

mezbah-mezbah dan tiang-tiang berhala (ay. 13). Sebab, 

jika semua berhala ini dibiarkan tetap berdiri, maka seiring 

berjalannya waktu, orang Israel bisa saja akan terbujuk 

untuk memakai nya atau mencontohnya, atau melu-

nak rasa kebencian dan kengerian terhadap penyembahan 

berhala. Barang-barang peninggalan penyembahan berhala 

harus dimusnahkan, sebab  menghina Tuhan yang kudus 

dan teramat mencela kodrat manusia. Janganlah sampai 

manusia yang mengaku-ngaku berakal budi malah diolok 

melakukan kesalahan yang tidak masuk akal yang demi-

kian, yaitu membuat sendiri allah-Tuhan dan menyembah-

nya. 

Perayaan-perayaan Khidmat Ditetapkan 

(34:18-27) 

18 Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari lamanya 

engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang Kuperintahkan 

kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib, sebab dalam 

bulan Abib itulah engkau keluar dari Mesir. 19 Segala apa yang lahir ter-

dahulu dari kandungan, Akulah yang empunya, juga segala ternakmu yang 

jantan, anak yang lahir terdahulu dari lembu atau domba. 20namun  anak 

yang lahir terdahulu dari keledai haruslah kautebus dengan seekor domba; 

jika tidak kautebus, haruslah kaupatahkan batang lehernya. Setiap yang 

sulung dari antara anak-anakmu haruslah kautebus, dan janganlah orang 

menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. 21 Enam harilah lamanya 

engkau bekerja,namun  pada hari yang ketujuh haruslah engkau berhenti, dan 

dalam musim membajak dan musim menuai haruslah engkau memelihara 

hari perhentian juga. 22 Hari raya Tujuh Minggu, yakni hari raya buah bungar-

an dari penuaian gandum, haruslah kaurayakan, juga hari raya pengum-

Kitab Keluaran 34:18-27 

 531 

pulan hasil pada pergantian tahun. 23 Tiga kali setahun segala orangmu yang 

laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhanmu TUHAN, Tuhan Israel,  

24 sebab Aku akan menghalau bangsa-bangsa dari depanmu dan meluaskan 

daerahmu; dan tiada seorang pun yang akan mengingini negerimu, jika  

engkau pergi untuk menghadap ke hadirat TUHAN, Allahmu, tiga kali seta-

hun. 25 Janganlah darah korban sembelihan yang kepada-Ku kaupersembah-

kan beserta sesuatu yang beragi, dan janganlah ada dari korban sembelihan 

pada hari raya Paskah bermalam sampai pagi. 26 Yang terbaik dari buah 

bungaran hasil tanahmu haruslah kaubawa ke dalam rumah TUHAN, Allah-

mu. Janganlah engkau masak anak kambing dalam susu induknya.” 27 Ber-

firmanlah TUHAN kepada Musa: “Tuliskanlah segala firman ini, sebab ber-

dasarkan firman ini telah Kuadakan perjanjian dengan engkau dan dengan 

Israel.” 

Di sini ada pengulangan dari beberapa  ketetapan yang dibuat sebe-

lumnya, terutama yang berkaitan dengan perayaan-perayaan khid-

mat mereka. saat  mereka selesai membuat patung anak lembu, 

mereka menyerukan sebuah perayaan untuk menghormatinya. Seka-

rang, supaya tidak membuat patung anak lembu lagi, mereka di sini 

diperintahkan untuk memelihara perayaan-perayaan yang telah 

ditetapkan Allah. Perhatikanlah, orang tidak perlu tergoda dengan 

kegembiraan dan pesta pora sehingga menjauh dari agama, sebab 

kita mengabdi kepada Tuan yang secara berlimpah telah menyedia-

kan pesta sukacita bagi hamba-hamba-Nya. Kesalehan yang sung-

guh-sungguh yaitu  pesta tanpa henti, yang senantiasa mendatang-

kan sukacita di dalam Allah. 

I.   Sekali seminggu mereka harus beristirahat (ay. 21), bahkan dalam 

musim membajak dan musim menuai, saat-saat paling sibuk 

dalam setahun. Semua urusan duniawi harus memberi tempat 

bagi istirahat yang kudus itu. Pekerjaan panen akan berhasil 

dengan lebih baik jika hari Sabat dipelihara dalam masa panen. 

Ini artinya kita harus menunjukkan bahwa kita lebih mengutama-

kan persekutuan kita dengan Allah, dan kewajiban kita kepada-

Nya, dibandingkan  pekerjaan atau sukacita panen. 

II. Tiga kali setahun mereka harus berpesta atau mengadakan pera-

yaan (ay. 23). Pada saat itu mereka harus menghadap ke hadirat 

Tuhan mereka, TUHAN, Tuhan Israel. Setiap kali kita datang 

mendekat kepada Tuhan dalam ibadah, kita harus memandang-

Nya sebagai Tuhan Allah, yang layak dipuji, agung, dan mulia di 

atas segala-galanya, supaya kita dapat menyembah-Nya dengan 

rasa hormat dan rasa takut yang penuh kesalehan. Kita harus 


 532

memandang-Nya sebagai Tuhan Israel, Tuhan yang mengadakan 

perjanjian dengan kita, supaya kita berani percaya kepada-Nya, 

dan melayani-Nya dengan hati yang riang. Kita senantiasa berada 

di hadapan Allah.namun , dalam kewajiban-kewajiban yang kudus, 

kita datang menghadap kepada-Nya, seperti para hamba untuk 

menerima perintah-perintah, seperti para pemohon untuk memin-

ta perkenanan-perkenanan, dan beralasan bagi kita untuk mela-

kukan semuanya itu dengan sukacita. Akannamun , bisa dikhawa-

tirkan bahwa, jika  semua kaum laki-laki dari segenap penjuru 

negeri pergi untuk beribadah di tempat yang dipilih Allah, maka 

negeri itu akan terbuka pada bahaya serangan dari negeri-negeri 

tetangga mereka. Dan apa yang akan terjadi dengan kaum perem-

puan dan anak-anak yang malang, orang-orang yang sakit dan 

renta, yang ditinggal di rumah? Percayakanlah mereka kepada 

Tuhan (ay. 24): Dan tiada seorang pun yang akan mengingini negeri-

mu. Bukan saja mereka tidak akan menyerangnya,namun  juga 

mereka bahkan tidak akan berpikir untuk menyerangnya. Perhati-

kanlah,  

1. Hati semua orang berada di tangan Allah, dan di bawah peng-

awasan-Nya. Ia bisa menahan bukan hanya tindakan-tindakan 

manusia, melainkan juga keinginan-keinginan mereka. Kanaan 

yaitu  tanah yang menggiurkan, dan negeri-negeri tetangga 

sangat tamak. Namun Tuhan berkata, “Mereka tidak akan meng-

inginkannya.” Marilah kita menahan semua keinginan yang 

berdosa dalam hati kita sendiri yang melawan Tuhan dan kemu-

liaan-Nya, lalu percayakanlah kepada-Nya untuk menahan 

semua keinginan berdosa dalam hati orang lain yang hendak 

melawan kita dan kepentingan kita.  

2. Jalan kewajiban yaitu  jalan yang aman. Jika kita melayani 

Allah, Ia akan menjaga kita. Dan orang-orang yang berani 

mempertaruhkan semuanya untuk Dia tidak akan pernah 

kehilangan sebab -Nya. saat  kita mengerjakan pekerjaan 

Allah, dan melayani-Nya, kita dibawa ke dalam perlindungan 

yang istimewa, seperti para bangsawan dan anggota-anggota 

dewan memiliki  hak istimewa untuk tidak ditahan. 

Kitab Keluaran 34:18-27 

 533 

III. Tiga perayaan disebutkan di sini, dengan tambahan-tambahannya.  

1. Paskah, dan hari raya roti tidak beragi, untuk memperingati 

pembebasan mereka dari Mesir. Dan ke dalam perayaan ini 

ditambahkan hukum tentang penebusan anak sulung (ay. 18-

20). Perayaan ini ditetapkan (12:13), dan ditegaskan lagi (23:15).  

2. Hari Raya Tujuh Minggu, yaitu, hari raya Pentakosta, tujuh 

minggu sesudah  Paskah. Dan ke dalam perayaan ini ditambah-

kan hukum tentang buah bungaran.  

3. Hari raya pengumpulan hasil pada akhir tahun, yaitu hari 

raya Pondok Daun (ay. 22). Tentang perayaan ini juga Ia sudah 

berbicara sebelumnya (23:16). Berkenaan dengan hukum-

hukum yang diulangi di sini (ay. 25-26), hukum tentang ragi 

berkaitan dengan Paskah, hukum tentang buah bungaran 

berkaitan dengan hari raya Pentakosta. Dan sebab  itu hukum 

tentang memasak anak kambing dalam susu ibunya besar 

kemungkinan berkaitan dengan hari raya pengumpulan hasil. 

Pada hari raya pengumpulan hasil itu Tuhan tidak ingin mereka 

menjalankan upacara takhayul, yang ada kemungkinan mere-

ka lihat dari orang-orang Mesir, atau suatu bangsa lain dari 

negeri-negeri tetangga, yang memberkati panen mereka de-

ngan upacara itu. 

IV. Dengan diulanginya hukum-hukum ini di sini, ada kemungkinan 

bahwa semua yang dikatakan kepada Musa saat  dia berada di 

atas gunung sebelumnya diulangi juga, dan contoh Kemah Suci 

ditunjukkan kepadanya lagi. Hal ini dilakukan supaya kekacauan 

dan gangguan yang dialaminya sebab  peristiwa anak lembu emas 

tidak membuatnya kehilangan gagasan-gagasan yang ada dalam 

pikirannya tentang apa yang sudah dilihat dan didengarnya. Hal 

ini juga merupakan tanda dari suatu pendamaian yang seutuh-

nya, dan untuk menunjukkan bahwa satu iota atau satu titik pun 

tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,namun  bahwa semuanya 

akan dipelihara dengan hati-hati oleh sang Pengantara yang 

agung, yang datang bukan untuk meniadakannya, melainkan un-

tuk menggenapinya (Mat. 5:17-18). Dan dalam bagian penutup,  

1. Musa diperintahkan untuk menuliskan segala firman ini (ay. 

27), supaya bangsa itu dapat mengenalnya dengan lebih baik 

dengan sering membacanya, dan supaya firman itu dapat dite-


 534

ruskan kepada angkatan-angkatan yang akan datang. Syukur 

kita kepada Tuhan atas firman yang tertulis tidak akan pernah 

cukup.  

2. Ia diberi tahu bahwa berdasar  segala firman ini Tuhan akan 

membuat perjanjian dengan Musa dan Israel. Bukan dengan 

Israel secara langsung, melainkan dengan mereka melalui 

Musa sang pengantara. Demikian pula perjanjian anugerah di-

buat dengan orang-orang percaya melalui Kristus, yang diberi-

kan sebagai perjanjian bagi umat manusia (Yes. 49:8). Dan, 

sama seperti di sini perjanjian itu dibuat berdasar  perintah 

Allah, demikian pula perjanjian anugerah tetap demikian. 

Sebab kita melalui baptisan dibawa ke dalam perjanjian, su-

paya kita diajar untuk melakukan segala sesuatu yang telah 

diperintahkan Kristus kepada kita (Mat. 28:19-20).  

Selubung Musa 

(34:28-35) 

28 Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari 

empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia 

menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Fir-

man. 29 saat  Musa turun dari gunung Sinai – kedua loh hukum Tuhan ada 

di tangan Musa saat  ia turun dari gunung itu – tidaklah ia tahu, bahwa 

kulit mukanya bercahaya oleh sebab  ia telah berbicara dengan TUHAN. 30 

saat  Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya 

bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia. 31namun  Musa memanggil 

mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya 

dan Musa berbicara kepada mereka. 32 Sesudah itu mendekatlah segala 

orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang 

diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai. 33 sesudah  Musa selesai 

berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya. 34namun  jika  

Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkan-

nyalah selubung itu sampai ia keluar; dan jika  ia keluar dikatakannyalah 

kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. 35 jika  orang 

Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa 

menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk 

berbicara dengan TUHAN. 

Di sini ada,  

I.   Musa yang terus tinggal di gunung, di mana ia dipelihara secara 

ajaib (ay. 28). Ia berada di sana dalam persekutuan yang sangat 

akrab dengan Allah, tanpa gangguan, selama empat puluh hari 

empat puluh malam, dan ia tidak menganggapnya lama. saat  

kita merasa lelah menghabiskan waktu selama satu atau dua jam

Kitab Keluaran 34:28-35 

 535 

 menghadap Tuhan dan memuja-Nya, baiklah kita ingat berapa hari 

dan berapa malam Musa menghabiskan waktu dengan-Nya. Juga, 

baiklah bagi kita untuk ingat akan hari kekal yang berharap kita 

jalani dalam memuji-muji Dia nanti. Sepanjang waktu di gunung 

Sinai itu, Musa tidak makan ataupun minum. Meskipun sebelum-

nya ia sudah berpuasa selama itu, namun ia tidak, untuk kali 

kedua ini, membawa persediaan makanan untuk selama itu 

bersamanya.namun  ia percaya bahwa manusia hidup bukan dari 

roti saja, dan mendorong dirinya dengan pengalaman yang sudah 

didapatnya akan kebenaran dari firman itu. Sedemikian lama ia 

terus tinggal tanpa makanan dan minuman, dan mungkin tanpa 

tidur juga, sebab,  

1. Kuasa Tuhan menopangnya, sehingga ia tidak memerlukannya. 

Tuhan yang menciptakan tubuh dapat memberinya gizi tanpa 

sarana-sarana yang biasa. Tuhan memang mempergunakan 

semua sarana biasa itu,namun  Dia tidak terikat pada semua-

nya itu. Hidup itu lebih penting dari pada makanan.  

2. Persekutuannya dengan Tuhan menghibur dia, sehingga ia 

tidak menginginkan makanan dan minuman. Ia memiliki  

makanan untuk dimakan yang tidak diketahui oleh dunia, 

sebab makanan dan minumannya yaitu  mendengarkan fir-

man Tuhan dan berdoa. Kepuasan berlimpah yang dirasakan 

jiwanya dalam firman Tuhan dan penglihatan-penglihatan akan 

Yang Mahakuasa membuatnya lupa akan tubuh dan kese-

nangan-kesenangannya. saat  Tuhan hendak menjamu Musa 

orang kesayangannya, Ia tidak melakukannya dengan makan-

an dan minuman, melainkan dengan terang, hukum, dan 

kasih-Nya, dengan pengetahuan akan diri-Nya dan kehendak-

Nya. Pada saat itu manusia benar-benar makan makanan ma-

laikat. Lihatlah apa yang harus kita hargai sebagai kesenang-

an yang sesungguhnya. Kerajaan Tuhan bukanlah soal makan-

an dan minuman, bukan kelimpahan ataupun kenikmatan 

makanan, melainkan soal kebenaran, damai sejahtera dan 

sukacita oleh Roh Kudus. Sama seperti Musa, demikian pula 

Elia dan Kristus, berpuasa selama empat puluh hari empat 

puluh malam. Semakin kita mati terhadap kenikmatan-kenik-

matan inderawi, semakin kita dipersiapkan untuk kesenang-

an-kesenangan sorgawi. 


 536

II. Turunnya Musa dari gunung, penuh dengan kekayaan dan per-

hiasan yang ajaib. 

1. Ia turun penuh dengan harta yang terbaik. Sebab ia membawa 

dalam tangannya dua loh batu hukum, yang ditulisi oleh jari 

Tuhan (ay. 28-29). Suatu perkenanan yang besar bagi kita 

untuk diberi hukum, dan perkenanan ini ditunjukkan kepada 

Israel (Mzm. 147:19-20). Suatu kehormatan yang besar untuk 

dipakai menyampaikan hukum Tuhan kepada orang lain, dan 

kehormatan ini diberikan kepada Musa. 

2. Ia turun dengan berhiaskan keindahan yang tercantik. Sebab 

kulit mukanya bercahaya (ay. 29). Kali ini saat  ia berada di 

atas gunung, ia hanya mendengar apa yang sudah didengar-

nya sebelumnya,namun  ia melihat lebih banyak kemuliaan 

Allah. sebab  sudah melihat dengan wajah yang tidak berselu-

bung, maka ia sedikit banyak diubah menjadi serupa dengan 

gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2Kor. 

3:18). Kali terakhir ia turun dari gunung dengan kemuliaan 

seorang hakim, dengan kernyitan dahi untuk menghardik dan 

menghajar penyembahan berhala Israel. Sekarang ia turun 

dengan kemuliaan seorang malaikat, dengan kabar-kabar 

damai dan perdamaian. Sebelumnya ia datang dengan tongkat, 

sekarang dengan roh yang lemah lembut. Nah, 

(1) Hal ini dapat dipandang,  

[1] Sebagai kehormatan besar yang diberikan kepada Musa, 

supaya bangsa itu tidak pernah lagi mempertanyakan 

penugasannya, dan tidak pula berpikir atau berbicara 

rendah tentang dia. Ia membawa surat mandatnya dalam 

wajahnya sendiri, yang, menurut sebagian orang, selama 

dia hidup tetap mempertahankan cercah-cercah kemu-

liaan ini, yang mungkin berperan dalam memberinya 

kekuatan sampai usia tuanya. Mata yang sudah melihat 

Tuhan tidak dapat menjadi kabur, tidak pula wajah yang 

sudah menyinarkan kemuliaan-Nya dapat menjadi keri-

put. Orang-orang Israel tidak dapat memahami Musa 

dengan melihat wajahnya,namun  mereka harus mem-

baca perintah penugasannya dari wajahnya itu. Demi-

kianlah diperbuat kepada orang yang diberi kehormatan 

oleh Raja segala raja, sebab  Ia bersuka kepadanya. 

Kitab Keluaran 34:28-35 

 537 

Namun demikian, sesudah ini, mereka bersungut-su-

ngut juga terhadap Musa. Sebab bukti-bukti yang 

paling jelas terlihat indra sekalipun tidak lantas akan 

menaklukkan kedurhakaan yang sudah mengeras. Ber-

sinarnya wajah Musa merupakan kehormatan besar 

baginya. Namun kemuliaan kehormatannya itu tidaklah 

seberapa dibandingkan dengan kemuliaan yang meng-

atasi segala sesuatu. Kita membaca tentang Yesus 

Tuhan kita, bukan hanya bahwa wajah-Nya bersinar 

seperti matahari, melainkan juga seluruh tubuh-Nya, 

sebab pakaian-Nya menjadi putih berkilau-kilauan (Luk. 

9:29). Akan teapi, saat  Ia turun dari gunung, Ia me-

nanggalkan kemuliaan itu, sebab  merupakan kehen-

dak-Nya bahwa kita harus hidup sebab  percaya, bukan 

sebab  melihat. 

[2] Juga merupakan suatu perkenanan yang besar kepada 

bangsa itu, dan dorongan bagi mereka, bahwa Tuhan 

memberi  kemuliaan ini kepada Musa, yang yaitu  

pengantara mereka, dan dengan demikian memberi  

mereka keyakinan bahwa ia diterima oleh Allah, serta 

mereka juga melalui dia. Demikian pula keberhasilan 

Kristus, Pembela kita di hadapan Bapa, yaitu  penyo-

kong yang kuat bagi iman kita. 

[3] Bersinarnya wajah Musa merupakan dampak dari dia 

memandang Allah. Persekutuan dengan Allah, pertama, 

membuat wajah bersinar dalam kehormatan yang se-

sungguhnya. Kesalehan yang sungguh-sungguh menda-

tangkan kemilau pada wajah seseorang, yang begitu 

rupa hingga memicu  penghargaan dan kasih 

sayang dari orang lain. Kedua, persekutuan dengan 

Tuhan akan membuat wajah bersinar dalam kekudusan 

yang sepenuhnya. jika  kita sudah berada di atas 

gunung bersama Allah, kita harus membiarkan terang 

kita bercahaya di depan orang, dalam kerendahan hati, 

kelemahlembutan, dan semua perilaku sorgawi. Demi-

kianlah hendaknya keindahan Tuhan Tuhan kita ada 

atas kita, yaitu keindahan kekudusan, supaya semua 

orang yang bergaul dengan kita dapat mengenal kita 

sebagai pengikut Yesus (Kis. 4:13). 


 538

(2) Mengenai bersinarnya wajah Musa, amatilah di sini, 

[1] Musa sendiri tidak menyadarinya. Tidaklah ia tahu, 

bahwa kulit mukanya bercahaya (ay. 29). Demikianlah, 

pertama, yaitu  ketidakbahagiaan sebagian orang bah-

wa, meskipun wajah mereka bersinar dalam anugerah 

yang sejati, namun mereka tidak mengetahuinya, untuk 

mendapat penghiburan darinya. Teman-teman mereka 

melihat banyak tentang Tuhan dalam diri mereka,namun  

mereka sendiri berpikir bahwa mereka tidak beroleh 

anugerah. Kedua, yaitu  kerendahan hati sebagian yang 

lain bahwa, meskipun wajah mereka bersinar dalam ka-

runia-karunia dan kegunaan yang unggul, namun mere-

ka tidak mengetahuinya, sehingga tidak menjadi besar 

kepala sebab nya. Keindahan apa saja yang diberikan 

Tuhan kepada kita, kita harus tetap dipenuhi dengan 

perasaan rendah hati akan ketidaklayakan kita sendiri, 

dan akan kelemahan-kelemahan kita yang berlipat 

ganda, sehingga itu akan membuat kita bahkan meng-

abaikan dan melupakan apa yang membuat wajah kita 

bersinar.  

[2] Harun dan orang-orang Israel melihat wajah Musa, dan 

takut (ay. 30). Kebenarannya ditegaskan oleh banyak 

sekali saksi, yang juga sadar akan kengeriannya. Wajah 

Musa yang bersinar itu tidak hanya menyilaukan mata 

mereka,namun  juga menghentakkan kegentaran yang 

begitu rupa pada diri mereka hingga mereka harus 

mundur. Mungkin mereka ragu apakah itu tanda dari 

perkenanan Tuhan atau murka-Nya. Dan, meskipun 

tampaknya besar kemungkinan itu merupakan pertan-

da yang baik, namun, sebab  sadar akan kesalahan, 

mereka takut akan hal yang terburuk, terutama meng-

ingat sikap tubuh mereka yang didapati Musa saat  ia 

terakhir kali turun dari gunung. Kekudusan akan me-

nuntut penghormatan.namun  perasaan dosa membuat 

orang takut terhadap teman-teman mereka, dan bahkan 

terhadap apa yang sebenarnya justru merupakan karu-

nia bagi mereka.  

[3] Musa menyelubungi mukanya, saat  ia menyadari bah-

wa wajahnya bersinar (ay. 33, 35). Pertama, ini meng-

Kitab Keluaran 34:28-35 

 539 

ajarkan kepada kita semua pelajaran sopan santun dan 

kerendahan hati. Kita harus menerima dengan puas 

jika keunggulan-keunggulan kita disamarkan, dan selu-

bung ditarik untuk menutupinya, dan tidak berhasrat 

untuk menonjolkan diri secara lahiriah. Orang-orang 

yang benar-benar ingin diakui dan diterima oleh Tuhan 

juga tidak akan ingin diperhatikan atau dipuji-puji oleh 

manusia. Qui bene latuit, bene vixit – Adakalanya me-

nyembunyikan sesuatu yaitu  tindakan yang terpuji. 

Kedua, ini mengajar hamba-hamba Tuhan untuk 

menyesuaikan diri dengan kemampuan jemaat, dan 

berkhotbah kepada mereka sebagaimana mereka mam-

pu menerimanya. Hendaklah semua keahlian dan se-

mua pengetahuan yang cenderung untuk menghibur 

dibandingkan  membangun itu diselubungi, dan hendaklah 

yang kuat merendah kepada kelemahan-kelemahan 

orang yang lemah. Ketiga, selubung ini melambangkan 

kegelapan dari masa penyelenggaraan hukum Taurat. 

Ketetapan-ketetapan keupacaraan banyak mengandung 

hal-hal tentang Kristus, banyak mengandung anugerah 

Injil,namun  selubung ditarik untuk menutupinya, se-

hingga orang-orang Israel tidak bisa melihat dengan 

jelas dan teguh keselamatan yang akan datang, yang di 

dalam hukum Taurat hanya ada bayangan saja. Itu 

yaitu  keindahan yang terselubungi, emas dalam tam-

bang, mutiara dalam kerang. Akannamun , syukur ke-

pada Allah, oleh Injil, hidup dan kekekalan dibawa ke 

dalam terang, dan selubung ditanggalkan dari Perjanji-

an Lama. Namun selubung itu masih tetap menutupi 

hati orang-orang yang menutup mata mereka terhadap 

terang. Demikianlah Rasul Paulus menerangkan bacaan 

ini (2Kor. 3:13-15).  

[4] saat  Musa masuk menghadap TUHAN, untuk ber-

bicara dengan Dia dalam Kemah Pertemuan, ditanggal-

kannyalah selubung itu (ay. 34). Pada saat itu selubung 

itu tidak diperlukan, dan, di hadapan Allah, semua 

orang tampil dan harus tampil tanpa selubung. Sebab 

segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, 

yang kepada-Nya kita harus memberi  pertanggungan 


 540

jawab. Dan suatu kebodohan bagi kita untuk coba-coba 

menyembunyikan atau menyamarkan apa saja. Semua 

selubung harus ditanggalkan saat  kita datang meng-

hadap Tuhan. Ini juga menandakan, seperti yang di-

jelaskan (2Kor. 3:16), bahwa saat  hati seseorang ber-

balik kepada Tuhan, maka selubung akan ditanggalkan 

darinya, dan dengan wajah yang tak berselubung ia 

dapat melihat kemuliaan-Nya. Dan saat  kita datang 

menghadap Tuhan di sorga, untuk berbicara dengan-

Nya di sana selama-lamanya, selubung itu akan ditang-

galkan bukan hanya dari kemuliaan ilahi, melainkan 

juga dari hati dan mata kita, supaya kita dapat melihat 

seperti kita dilihat, dan mengenal seperti kita dikenal. 

 

 

 

  

PASAL 35  

nak lembu emas sudah mengacaukan segala rencana. Sekarang, 

perdamaian antara Tuhan dan bangsa itu sudah tercapai walau-

pun melalui kesulitan besar. Dan apa yang semula Musa harus 

katakan dan lakukan sesudah  turun dari gunung untuk kali pertama 

dapat ia wujudkan. Perkara besar untuk mendirikan ibadah penyem-

bahan kepada Tuhan pun dapat dijalankan lagi, dan kini berjalan 

tanpa gangguan.  

I. Musa memberi  kepada Israel petunjuk-petunjuk yang di-

terimanya dari Allah, yang harus dilaksanakan segera, yaitu 

1. Mengenai hari Sabat (ay. 1-3).  

2. Mengenai sumbangan yang harus diberikan untuk men-

dirikan Kemah Suci (ay. 4-9).  

3. Mengenai pembuatan Kemah Suci dan perkakas-perka-

kasnya (ay. 10-19).  

II.  Umat membawa sumbangan-sumbangan mereka (ay. 20-29).  

III. Kepala-kepala pekerja diangkat (ay. 30, dst.). 

Perintah-perintah mengenai Hari Sabat dan Kemah Suci 

(35:1-19)  

1 Lalu Musa menyuruh berkumpul segenap jemaah Israel dan berkata kepada 

mereka: “Inilah firman yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan. 2 Enam 

hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan,namun  pada hari yang ketujuh 

haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh 

bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah 

dihukum mati. 3 Janganlah kamu memasang api di mana pun dalam tempat 

kediamanmu pada hari Sabat.” 4 Berkatalah Musa kepada segenap jemaah 

Israel: “Inilah firman yang diperintahkan TUHAN, bunyinya: 5 Ambillah bagi 

TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang 

terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada 

TUHAN: emas, perak, tembaga, 6 kain ungu tua, kain ungu muda, kain kir-


 542

mizi, lenan halus, bulu kambing; 7 kulit domba jantan yang diwarnai merah, 

kulit-kulit lumba-lumba, kayu penaga, 8 minyak untuk penerangan, rempah-

rempah untuk minyak urapan dan untuk ukupan dari wangi-wangian,  

9 permata krisopras dan permata tatahan untuk baju efod dan untuk tutup 

dada. 10 Segala orang yang ahli di antara kamu haruslah datang untuk mem-

buat segala yang diperintahkan TUHAN, 11 yakni Kemah Suci, atap kemahnya 

dan tudungnya, kaitannya, dan papannya, kayu lintangnya, tiangnya dan 

alasnya; 12 tabut dengan kayu pengusungnya, tutup pendamaian dan tabir 

penudung; 13 meja dengan kayu pengusungnya, segala perkakasnya dan roti 

sajian; 14 kandil untuk penerangan dengan perkakasnya, lampunya dan 

minyak untuk 


Related Posts:

  • keluaran imamat 16 ,namun  mereka telah kehilangan kebaikannya, sehingga Musa tidak dapat mengingatkan Tuhan akan janji perkenan-Nya itu. Oleh sebab itu Musa menekankan permohonannya pada apa yang telah dikatakan Tuhan kepa… Read More