keluaran imamat 15


 tuk 

berseru kepada-Nya, demikian pula pengalaman bangsa 

Israel akan kebaikan Tuhan merupakan pokok yang baik di 

dalam permohonan Musa: “Kaubawa mereka keluar dari 

tanah Mesir, meski mereka tidak layak, dan telah menyem-

bah dewa-dewa orang Mesir di sana (Yos. 24:15). Engkau 

telah melakukan itu semua dengan tidak mempertimbang-

kan dosa mereka di Mesir, jadi maukah Engkau juga meng-

urungkan niat-Mu untuk membinasakan mereka dengan 

tidak memperhitungkan segala dosa yang sama yang mere-

ka lakukan di padang gurun?” 

(2) Musa mengutarakan keprihatinannya terkait kemuliaan 

Tuhan (ay. 12): Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia 

membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan 

malapetaka kepada mereka? Musa memang mengasihi 

orang Israel sebagai bangsanya sendiri yang menjadi tang-

gung jawabnya,namun  kemuliaan Allahlah yang menjadi 

pokok perhatiannya. Hal ini tertanam jauh lebih dalam 

lubuk hatinya melebihi segala sesuatu. Andaikan Israel 

harus binasa agar nama Tuhan tidak tercemar, Musa pasti 


 474

berdiam diri saja dan menerima keputusan-Nya. Akan 

tetapi, Musa tidak tahan mendengar cemooh yang akan 

ditujukan kepada Allah, sehingga ia bersikeras, Tuhan, 

apakah yang akan dikatakan orang Mesir? (KJV) Mata mere-

ka, serta mata semua bangsa di sekeliling mereka, kini se-

dang tertuju pada bangsa Israel. Mulai dari awal petualang-

an yang luar biasa, orang Israel berharap besar akan 

sesuatu yang luar biasa di akhir perjalanan mereka. Na-

mun, bila suatu bangsa yang dengan ajaib diselamatkan ini 

lalu mendadak binasa, apa kata dunia, khususnya orang 

Mesir, yang sangat membenci Israel dan Tuhan bangsa 

Israel? Mereka akan berkata, “Tuhan itu lemah dan tidak 

mampu, atau berubah-ubah hati-Nya, dan tidak akan, 

menyelesaikan karya keselamatan yang telah dimulai-Nya. 

Ia membawa bangsa Israel ke gunung bukan supaya 

mereka mempersembahkan korban (seperti yang disebut-

sebut mereka sebelumnya),namun  untuk dijadikan korban 

persembahan.” Orang Mesir tidak akan peduli dengan per-

buatan bangsa Israel yang membangkitkan murka Allah, 

yang mereka pikirkan hanyalah bersukaria bahwa Tuhan 

berselisih dengan umat-Nya, bahwa Tuhan orang Israel telah 

mengerjakan persis seperti yang mereka ingini. Perhatikan 

bahwa ikrar pertama kita, seperti ada di dalam Doa 

Bapa Kami, yaitu  memuliakan nama Allah, sehingga itu 

pun harus menjadi seruan pertama kita (Mzm. 79:9) 

Janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu (Yer. 

14:21). Lihat pula Kitab Yeremia 33:8-9. Bila kita dengan 

penuh keyakinan menyerukan hal ini kepada Tuhan agar Ia 

tidak membinasakan kita, maka kita pun harus menyeru-

kan hal ini kepada diri kita sendiri agar kita tidak menying-

gung hati-Nya. Apakah yang akan dikatakan orang Mesir? 

(KJV) Kita harus selalu berhati-hati agar nama Tuhan dan 

ketetapan-Nya tidak dicemarkan melalui kita. 

(3) Musa menagih janji Tuhan kepada bapa-bapa leluhur 

bangsa Israel bahwa Tuhan akan membuat keturunan mere-

ka sebanyak bintang di langit, dan akan memberi tanah 

Kanaan sebagai warisan, dan janji ini diteguhkan oleh 

suatu sumpah yang dibuat demi diri-Nya sendiri, sebab  Ia 

tidak dapat bersumpah atas hal lain yang lebih besar di

Kitab Keluaran 32:15-20 

 475 

 luar diri-Nya (ay. 13). Janji-janji Tuhan menjadi permohonan 

kita di dalam doa, sebab  apa yang telah dijanjikan-Nya 

akan mampu dilakukan-Nya, dan kehormatan atas kebe-

naran hal ini nyata saat  janji-Nya dikabulkan-Nya. “Tu-

han, bila Israel binasa, bagaimana dengan janji-Mu? Ha-

ruskah ketidakpercayaan mereka membatalkan janji-Mu? 

Sekali-kali jangan sampai itu terjadi, ya Allah.” Demikian-

lah kita harus memperoleh kekuatan dalam doa hanya dari 

Tuhan saja.  

IV. Tuhan dengan kasih karunia-Nya melunakkan hukuman-Nya, dan 

menyesTuhan Tuhan sebab  malapetaka yang dirancangkan-Nya 

atas umat-Nya (ay. 14). Meskipun Tuhan berencana menghukum 

bangsa Israel, Ia tidak ingin membinasakan mereka. Lihatlah di 

sini, 

1. Kekuatan doa. Tuhan merelakan diri-Nya mengalah oleh per-

mintaan para pensyafaat yang tiada henti menyampaikan per-

mohonan mereka.  

2. Belas kasihan Tuhan kepada para pendosa yang hina, dan bagai-

mana Ia siap memaafkan. Demikianlah Ia telah menyediakan 

bukti lain di luar sumpah-Nya bahwa Ia tidak bersuka atas 

kematian umat-Nya, sebab  Ia tidak hanya mengampuni para 

pendosa yang bertobat,namun  juga memaafkan dan menunda 

hukuman atas dasar syafaat orang lain atas para pendosa. 

Musa Menghancurkan  

Kedua Loh Batu Hukum Tuhan  

(32:15-20) 

15 sesudah  itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung dengan kedua loh 

hukum Tuhan dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; 

bertulis sebelah-menyebelah. 16 Kedua loh itu ialah pekerjaan Tuhan dan tulis-

an itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu. 17 saat  Yosua mendengar 

suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: “Ada bunyi sorak 

peperangan kedengaran di perkemahan.” 18namun  jawab Musa: “Bukan bunyi 

nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan – bunyi orang me-

nyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar.” 19 Dan saat  ia dekat ke 

perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka 

bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan 

dipecahkannya pada kaki gunung itu. 20 Sesudah itu diambilnyalah anak lembu 

yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai ha-


 476

lus, lalu  ditaburkannya ke atas air  dan disuruhnya diminum oleh orang 

Israel. 

Inilah, 

I. Perkenanan Tuhan kepada Musa, yang terlihat dengan tindakan 

Tuhan mempercayakan dua loh kesaksian-Nya, yang meski terbuat 

dari batu biasa, jauh lebih bernilai dibandingkan  semua permata yang 

menghiasi tutup dada Harun. Batu krisolit dari Etiopia pun tidak 

mampu menyaingi keduanya (ay. 15-16). Allah, tanpa bantuan 

manusia atau malaikat, sejauh terlihat di sini, menulis sendiri 

kesepuluh perintah di atas kedua loh batu ini, pada kedua sisi-

nya, beberapa  perintah di loh yang satu dan beberapa  perintah di 

loh yang lainnya, sehingga keduanya dilipat menjadi seperti buku 

untuk disimpan di dalam tabut perjanjian. 

II. Keakraban Musa dan Yosua. saat  Musa sedang berada di dalam 

awan, layaknya di ruangan utama, Yosua terus semampunya ber-

ada di dekat Musa dan (seolah-olah) menanti di ruang tunggu 

hingga Musa akhirnya keluar, agar Yosua siap membantu Musa 

segera. Terlebih lagi, meski Yosua sendirian selama empat puluh 

hari ada kemungkinan diberi makan manna, ia tidak lelah me-

nunggu, seperti orang Israel adanya, sehingga saat  Musa turun, 

ia pun turun bersamanya dan tidak turun sendirian mendahului 

Musa. Lalu, di sini kita diberitahu mengenai apa yang mereka 

pikirkan saat  mendengar sorak-sorai dari perkemahan (ay. 17, 

18). Meskipun Musa telah sekian lama bisa langsung bergaul 

dengan Allah, namun ia tidak merasa tinggi hati untuk berbicara 

dengan bebas dengan bujangnya Yosua. Orang-orang yang dipilih 

Tuhan tetap dijaga-Nya agar tidak besar hati. Musa pun tidak 

sungkan membahas tentang permasalahan yang ada di per-

kemahan bangsa Israel. Paulus yang terberkati itu pun sangat 

peduli terhadap jemaat di bumi, meski dirinya pernah diangkat ke 

tingkat yang ketiga dari sorga, tempat ia mendengar kata-kata 

yang tak terucapkan. Yosua, sebagai seseorang yang berasal dari 

dunia militer dan memimpin sekumpulan tentara pilihan, khawa-

tir bahwa ada bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan 

dan ia tidak ada di sana. Akannamun , Musa telah menerima peri-

ngatan akan hal itu dari Allah, jadi ia lebih dapat membedakan 

suara ini , dan mengerti bahwa itu yaitu  bunyi orang me-

Kitab Keluaran 32:15-20 

 477 

nyanyi berbalas-balasan. Namun, Musa tampaknya tidak mem-

beritahu Yosua mengenai peristiwa di belakang nyanyian ini . 

Kita memang tidak boleh tergesa-gesa mengumumkan kesalahan 

sesama kita, sebab  itu akan segera terkuak dengan sendirinya. 

III. Amarah Musa yang besar dan sepantasnya terhadap bangsa Israel 

sebab  pemujaan berhala yang mereka perbuat. Dengan sudah 

mengetahui apa yang akan dijumpainya, Musa saat ini paham 

akan keberadaan patung anak lembu emas, serta perayaan yang 

diselenggarakan orang Israel untuknya. Musa menyaksikan kegi-

rangan mereka di tengah kepergiannya, betapa cepatnya ia dilu-

pakan di antara mereka, dan betapa acuhnya mereka terhadap 

dirinya dan kepulangannya. Pantaslah saja jika Musa merasa ter-

hina dengan penghinaan ini,namun  ia tidak begitu merasakan 

kesedihan ini. Hatinya justru lebih merasakannya sebagai penis-

taan terhadap Tuhan dan perbuatan memalukan dari bangsanya. 

Lihatlah perubahan besar yang terjadi, bila orang turun dari 

gunung sesudah  bersekutu dengan Tuhan dan menemukan dirinya 

kembali di tengah-tengah dunia yang berada di bawah kuasa si 

jahat. Di dalam Allah, tiada lain yang kita jumpai selain apa yang 

murni dan berkenan, sementara di dalam dunia, tiada lain selain 

kecemaran dan penghasutan. Musa yaitu  seorang dengan hati 

yang paling lembut di dunia,namun  saat  ia melihat anak lembu 

dan melihat orang menari-nari, bangkitlah amarah Musa. Catatlah, 

hukum kelemahlembutan tidaklah dilanggar saat  kita marah 

terhadap kejahatan yang diperbuat orang-orang fasik. Orang ma-

rah dan tidak diperhitungkan sebagai berbuat dosa yaitu  jika ia 

marah terhadap dosa yang melawan Allah, walaupun ia sendiri 

tidak akan marah terhadap kesalahan yang melawan dirinya sen-

diri. Jemaat di Efesus terkenal akan kesabaran mereka, namun 

mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat (Why. 2:2). 

Kita harus senantiasa menyangkal diri terhadap kehendak sen-

diri, namun bergiat terhadap kehendak Allah. Musa menunjukkan 

bahwa dirinya sangat marah dengan memecahkan kedua loh batu 

dan membakar anak lembu, agar dengan memperlihatkan kege-

ramannya yang luar biasa, ia mampu menyadarkan bangsa Israel 

akan besarnya dosa yang mereka perbuat, yang tentu akan segera 

mencari-cari alasan kuat untuk melakukannya bila saja Musa 


 478

tidak memperlihatkan amarahnya sebagai seorang yang sungguh-

sungguh ingin agar mereka insaf.  

1. Untuk menginsafkan mereka bahwa mereka telah melenyap-

kan dan kehilangan perkenanan Allah, kedua loh itu dipecah-

kan Musa (ay. 19). Meskipun Tuhan sudah mengetahui dosa 

bangsa Israel sebelum Musa turun dari gunung, Tuhan tidak 

memerintahkan Musa untuk meninggalkan kedua loh batu, 

tetapi tetap memberi nya kepada Musa untuk dibawanya 

dalam tangannya, agar mereka dapat melihat betapa besar 

keinginan Tuhan untuk membawa mereka masuk ke dalam 

perjanjian dengan diri-Nya sendiri, dan bahwa tiada lain selain 

dosa mereka sendiri yang mencegah hal itu terjadi. Namun, 

saat  kesalahan Efraim tersingkap seperti dalam Hosea 7:1, 

Tuhan menaruh kehendak di dalam hati Musa untuk memecah-

kan kedua loh batu di depan bangsa Israel (seperti diperlihat-

kan di Ul. 9:17), supaya peristiwa itu lebih menggugah hati 

mereka dan memenuhi mereka dengan kegelisahan akan 

berkat-berkat yang baru direnggut dari hadapan mereka. De-

ngan demikian, sebab  pelanggaran besar bangsa Israel terha-

dap perjanjian dengan Allah, pernyataan tertulis dari perjanji-

an itu pun dipecahkan, bahkan saat  pernyataan itu sudah 

siap dimeterai. Catatlah, tanda terbesar dari kemarahan Tuhan 

terhadap siapa pun yaitu  saat  Ia menarik hukum-Nya dari 

mereka. Pecahnya loh-loh batu yaitu  pecahnya tongkat kemu-

rahan dan ikatan (Za. 11:10, 14), dan ini membuat manusia 

tidak lagi bernaung di rumah Tuhan dan binasa. Beberapa 

orang beranggapan bahwa Musa berdosa dengan memecahkan 

loh-loh batu Allah, dan bahwa di dalam kemarahan, manusia 

berpotensi melanggar segala perintah Allah. Akannamun , 

tampaknya tindakan Musa itu merupakan suatu tindakan ke-

adilan ketimbang nafsu belaka, dan kita tidak melihat bahwa 

Musa membicarakan hal itu sesudah nya dengan penyesalan 

(Ul. 9:17).  

2. Untuk menginsafkan mereka, bahwa mereka telah mengikat 

diri dengan Tuhan yang tidak dapat menolong mereka, Musa 

membakar anak lembu itu (ay. 20) dan menggilingnya sampai 

halus. Lalu, agar serbuk hasil penggilingan anak lembu itu 

diketahui oleh seluruh perkemahan, Musa menaburkannya ke 

atas air yang diminum mereka semua. Agar jelas terlihat bah-

Kitab Keluaran 32:21-29 

 479 

wa suatu berhala tidak berarti apa-apa di dunia (1Kor. 8:4, 

KJV), Musa menghancurleburkannya sedemikian rupa hingga 

tak lagi berwujud. Untuk menunjukkan bahwa ilah-ilah palsu 

tidak mampu menolong para penyembahnya, Musa di sini 

menunjukkan bahwa ilah-ilah palsu itu bahkan tidak dapat 

menyelamatkan diri mereka sendiri (Yes. 46:1-2). lalu , 

untuk mengajari kita bahwa semua barang yang dipakai dalam 

penyembahan berhala harus disingkirkan, dan bahwa nama 

para Baal harus dijauhkan, maka serbuk gilingan anak lembu 

itu pun diserakkan. Serbuk emas memang sangat berharga 

(menurut kita), sehingga dengan hati-hati dikumpulkan,namun  

serbuk gilingan anak lembu itu sangat memuakkan, sehingga 

harus diserakkan dengan rasa najis. Dengan demikian, ber-

hala-berhala perak dan emas harus dilemparkan kepada tikus 

dan kelelawar (Yes. 2:20; 30:22), dan Efraim akan berkata, 

Apakah lagi sangkut pautku dengan berhala-berhala?  Tindak-

an Musa mencampur serbuk gilingan anak lembu emas de-

ngan air yang diminum oleh bangsa Israel, menunjukkan ke-

pada mereka bahwa kutukan yang telah mereka datangkan 

bagi diri mereka sendiri akan bercampur baur dengan segala 

kesenangan mereka dan memicu  kepahitan kepada me-

reka. Kutukan itu akan masuk ke dalam perut mereka laksana 

air dan menyusup ke dalam tulang-tulang mereka laksana mi-

nyak. Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan 

jalannya. Ia akan minum sembari mempersiapkan sendiri mi-

numannya itu. Memang, air ini layaknya air yang di Mara itu. 

Musa Mencerca Harun;  

Pemusnahan Para Penyembah Berhala 

(32:21-29) 

21 Lalu berkatalah Musa kepada Harun: “Apakah yang dilakukan bangsa ini 

kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada 

mereka?” 22namun  jawab Harun: “Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau 

sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. 23 Mereka berkata kepa-

daku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab 

Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami 

tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. 24 Lalu aku berkata kepada 

mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka 

memberi nya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan 

keluarlah anak lembu ini.” 25 saat  Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti 

kuda terlepas dari kandang – sebab Harun telah melepaskannya, sampai 


 480

menjadi buah cemooh bagi lawan mereka – 26 maka berdirilah Musa di pintu 

gerbang perkemahan itu serta berkata: “Siapa yang memihak kepada TUHAN 

datanglah kepadaku!” Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani 

Lewi. 27 Berkatalah ia kepada mereka: “Beginilah firman TUHAN, Tuhan Israel: 

Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya 

dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke 

pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan 

temannya dan tetangganya.” 28 Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan 

Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa 

itu. 29 lalu  berkatalah Musa: “Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada 

TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan 

saudaranya – yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini.” 

sesudah  memperlihatkan gusarnya yang setimpal dengan dosa orang 

Israel dengan cara memecahkan loh batu dan membakar anak lembu, 

Musa melanjutkan tindakannya sebagai wakil Tuhan dengan meng-

hadapi para pendosa dan menuntut pertanggungjawaban mereka. Ia 

mewakili Tuhan yang tidak hanya merupakan Tuhan yang suci dan 

membenci dosa,namun  juga Tuhan yang adil dan bertekad demi kehor-

matan-Nya mengganjar segala perbuatan dosa (Yes. 59:18). Nah, 

I. Musa mengawalinya dengan Harun, seperti Tuhan mengawalinya 

dengan Adam, sebab  Harun yaitu  orang yang diberi tanggung 

jawab atas orang Israel, meski ia bukanlah yang pertama dalam 

hal pelanggaran ini,namun  sebab  Harun ikut terpancing ke 

dalamnya. Perhatikan di sini, 

1. Teguran Musa yang sepantasnya kepada Harun (ay. 21). Musa 

tidak memerintahkan agar Harun ikut dibunuh seperti orang-

orang yang menjadi otak di balik perbuatan dosa ini  (ay. 

27). Perhatikan, satu perbedaan yang sangat besar akan 

dibuat antara mereka yang dengan sengaja bergegas berbuat 

dosa dan mereka yang oleh tipu daya terbujuk berbuat dosa. 

Antara mereka yang menangkap dosa yang menjauh dari me-

reka dan mereka yang tertangkap oleh dosa, yang dari pada-

nya mereka berusaha melarikan diri. Lihatlah Kitab Galatia 

6:1. Ini tidak berarti bahwa Harun tidak layak dibunuh sebab  

dosa ini, hanya saja Musa secara khusus berdoa demi Harun, 

seperti terlihat di Kitab Ulangan 9:20. Dan sesudah  Musa ber-

hasil meyakinkan Tuhan demi Harun untuk menyelamatkannya 

dari kematian, Musa pada bagian ini menghardik Harun de-

ngan keras untuk membuatnya bertobat. Musa membuat 

Harun berpikir, 

Kitab Keluaran 32:21-29 

 481 

(1) Apa yang telah dilakukannya kepada bangsanya: Engkau 

telah mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka. 

Dosa penyembahan berhala yaitu  dosa yang besar, sangat 

besar sehingga kejahatannya tak terkatakan. Kumpulan 

orang banyak sebagai penggerak pertama dapat dikatakan 

mendatangkan dosa ini  kepada Harun,namun  Harun 

sebagai pemimpin, yang seharusnya mencegah dosa itu ter-

jadi malah membantu dan menyokongnya, dapat dikatakan 

mendatangkan dosa ini  kepada umat Israel, sebab  ia 

mengeraskan hati dan menguatkan perbuatan mereka. 

Suatu hal yang aneh bila para pemimpin menyetujui rakyat 

yang dipimpinnya berkanjang dalam dosa, dan merestui 

hal yang seharusnya mereka tentang. Perhatikan, pada 

umumnya, mereka yang mendatangkan dosa bagi sesama, 

entah dengan menarik mereka untuk berbuat dosa atau 

mendukung mereka untuk terus berkanjang di dalamnya, 

memicu  kerusakan yang lebih besar dibandingkan  yang 

mereka pikir. Kita sangat membenci mereka yang kepada-

nya kita datangkan dosa atau yang sebab nya kita menjadi 

berdosa (Im. 19:17). Mereka yang turut bersama-sama 

berbuat dosa sesungguhnya membantu merusak sesama-

nya itu, dan pada akhirnya saling menghancurkan. 

(2) Apa yang menggerakkan Harun berbuat demikian: Apakah 

yang dilakukan bangsa ini kepadamu? Musa beranggapan 

bahwa pasti ada sesuatu yang luar biasa yang memaksa 

Harun berbuat demikian, sehingga ia berusaha  menemu-

kan alasan bagi kakaknya itu, sebab  ia tahu bahwa hati 

Harun itu tulus: “Apakah yang dilakukan bangsa ini? 

Apakah mereka mendesakmu dengan keras dan memak-

samu melakukannya? Mengapa engkau berani menyakiti 

hati Allahmu untuk menyenangkan hati manusia? Apakah 

mereka mendesak-desak engkau terus sampai engkau 

menyerah? Apakah sudah sedemikian rendahnya keteguh-

an hatimu hingga engkau tunduk kepada tuntutan orang 

banyak? Apakah mereka mengancam akan merajam eng-

kau, dan masakan engkau tidak mampu mengancam balik 

mereka dengan peringatan-peringatan dari Tuhan sehingga 

membuat mereka ketakutan melebihi upaya mereka mena-

kut-nakutimu?” Ingatlah, jangan pernah kita mau tertarik 


 482

ke dalam dosa oleh apa pun yang manusia katakan atau 

lakukan kepada kita, sebab  itu tidak akan membenarkan 

tindakan kita jika  kita tertarik ke dalam dosa. Manusia 

hanya dapat menggoda kita berbuat dosa dan tidak pernah 

dapat memaksa kita. Manusia hanya dapat menakut-nakuti 

kita. Bila kita tidak tunduk kepadanya, mereka tidak dapat 

menyakiti kita. 

2. Alasan Harun yang tidak masuk akal untuk membela diri. Kita 

akan berharap bahwa Harun menyatakan pertobatannya dari 

dosa itu dan bukannya melakukan apa yang dilakukannya 

saat ini. Akannamun , dari apa yang diucapkannya pada bagian 

ini, ia sangat tidak mencerminkan bahasa seseorang yang 

bertobat. Bila seseorang yang benar jatuh ke dalam dosa, ia 

akan bangkit lagi meskipun mungkin tidak dengan segera. 

(1) Harun hanya berusaha meredakan amarah Musa, padahal 

ia pertama-tama harus terlebih dulu meredakan amarah 

Allah: Janganlah bangkit amarah Tuanku (ay. 22). 

(2) Harun menjadikan orang Israel sebagai kambing hitam: 

Bangsa ini jahat semata-mata, dan mereka berkata kepada-

ku: Buatlah untuk kami allah. Sudah menjadi kebiasaan 

kita untuk berusaha memindahtangankan kesalahan kita. 

Sifat ini memang sudah tertanam dalam diri manusia, 

seperti yang juga diperbuat Adam dan Hawa. Dosa yaitu  

laksana anak bengal yang tidak mau diakui oleh siapa pun. 

Harun, yang sekarang sebenarnya merupakan pemimpin 

utama bangsa Israel dan berkuasa atas rakyatnya, malah 

mengadu bahwa rakyatnya telah menundukkannya. Ia, 

yang sesungguhnya berwenang mengekang rakyatnya, ma-

lah takluk kepada mereka sebab  kekerdilan tekadnya. 

(3) Kekerdilan Harun tidak akan bertambah seandainya ia 

tidak turut menyalahkan Musa, sebagai pihak yang turut 

mendukung terjadinya dosa itu dengan tinggal begitu lama 

di atas gunung, dengan tanpa sebab mengulang sangkaan 

jahat orang Israel, Sebab Musa ini, kami tidak tahu apa 

yang telah terjadi dengan dia (ay. 23). 

(4) Harun mengelak dan menyembunyikan andilnya di dalam 

perbuatan dosa itu, seolah-olah ia hanya berperan memin-

ta mereka menanggalkan emas yang mereka punya, dan 

Kitab Keluaran 32:21-29 

 483 

berusaha mengolah emas yang diberikan kepadanya. Lalu, 

dengan kekanak-kanakan, ia berujar bahwa saat  kum-

pulan emas itu dilemparkannya ke dalam api, entah secara 

kebetulan atau oleh ilmu sihir orang-orang dari berbagai-

bagai bangsa yang turut bersama mereka (seperti yang 

dikhayalkan pada penulis Yahudi), keluarlah patung anak 

lembu. Tanpa ada satu kata pun terucap tentang andilnya 

dalam membentuk dan memahat patung itu (ay. 24). Akan 

tetapi, Musa di sini mencatat yang telah Harun perbuat 

demi diketahui semua orang dari segala zaman (ay. 4), mes-

ki Harun sendiri menyangkalnya. Perhatikan di sini, Siapa 

menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, 

sebab  cepat atau lambat pelanggaran itu akan terkuak. 

Ya, inilah semua ucapan Harun untuk membela dirinya 

sendiri. Sesungguhnya, akan lebih baik bila ia tidak meng-

ucapkan sepatah kata pun, sebab  pembelaannya hanya-

lah memperparah kejahatannya. Namun demikian, Harun 

tidak hanya diampuninamun  juga dipilih, sebab  saat  

dosa melimpah, kasih karunia lebih berlimpah lagi.  

II. Umat Israel menjadi pihak yang selanjutnya diadili atas dosa ini. 

Kehadiran Musa segera menghentikan pesta pora mereka dan 

mengubah tari-tarian menjadi kegentaran. Orang-orang yang men-

desak Harun agar tunduk dan hanyut bersama dalam perbuatan 

dosa mereka, kini takut menatap wajah Musa dan tidak berkutik 

sedikit pun menghadapi kerasnya penghukuman, yang oleh Musa 

dianggap pantas dijatuhkan baik atas berhala maupun para pe-

mujanya. Perhatikan, segala dosa yang diperbuat dengan sangat 

berani tidak mustahil untuk dijadikan hina, saat  para pelaku-

nya lari tunggang langgang di tengah kebingungan. Raja yang ber-

semayam di atas kursi pengadilan memporak-porandakan segala 

yang jahat dengan matanya (KJV). Ada dua hal yang perlu diper-

hatikan di sini: 

1. Bagaimana bangsa Israel dipermalukan oleh dosa yang mereka 

perbuat: Bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang (ay. 25, 

KJV: telanjang bulat), bukan sebab  sebagian dari mereka tidak 

lagi beranting-anting (yang sebenarnya tidak terlalu berarti), 

tetapi sebab  mereka telah kehilangan akhlak dan menjadi 

hina akibat perilaku tidak tahu berterima kasih kepada Sang 


 484

Pelindung mereka yang terbaik, serta akibat pemberontakan 

dan pengkhianatan terhadap Tuhan mereka yang benar. 

Sungguh suatu hal yang memalukan dan noda yang tercela 

bahwa mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan 

sapi jantan. Bangsa-bangsa lain menyombongkan diri dengan 

menyatakan bahwa mereka berlaku benar terhadap allah-Tuhan 

palsu mereka, sementara di sisi lain, Israel hanya bisa tersipu 

malu sebab  telah berlaku palsu terhadap Tuhan yang benar. 

Demikianlah mereka telanjang sebab  segala pernak-pernik 

mereka dilucuti dan mereka pun terpapar kehinaan. Segala 

kelengkapan baju perang mereka telah tanggal, sehingga 

celaan pun mudah mendera. Demikianlah nenek moyang kita 

yang menjadi telanjang sampai menjadi buah cemooh akibat 

dosa mereka. Perhatikan, mereka yang menista Tuhan sesung-

guhnya mendatangkan kenistaan terbesar bagi diri mereka 

sendiri. Inilah yang dilakukan bangsa Israel di sini, dan inilah 

yang sungguh membuat Musa khawatir, meski mereka sendiri 

tidak menyadarinya. Musa melihat bahwa bangsa itu telanjang 

bulat (KJV). 

2. Jalan yang diambil Musa untuk menyingkirkan celaan ini dari 

bangsa Israel, yaitu tidak dengan menyembunyikan dosa itu, 

atau menutup-nutupinya dengan macam-macam alasan, 

tetapi dengan menghukum bangsa itu atas dosa itu, sehingga 

dengan demikian memberi kesaksian yang melawan dosa itu di 

hadapan semua orang. Tiap kali mereka diingatkan kembali 

dengan kenyataan bahwa mereka telah membuat anak lembu 

di Horeb, mereka dapat berkata kepada orang-orang yang 

mencela mereka, bahwa meski betul ada sebagian dari mereka 

yang melakukan dosa demikian, namun keadilan tetap dite-

gakkan atas mereka. Para pemimpin mereka melarang dosa itu 

dan tidak membiarkan para pelakunya bebas tanpa hukuman. 

Mereka memang berbuat dosa itu,namun  mereka harus mem-

bayar harga yang teramat mahal sebab nya. Demikianlah 

Tuhan berfirman, harus kauhapuskan yang jahat itu (Ul. 13:5). 

Perhatikan di sini, 

(1) Oleh siapa pembalasan sebagai hukuman atas dosa itu 

dilaksanakan, yaitu oleh bani Lewi (ay. 26, 28). Bukan oleh 

tangan Tuhan secara langsung, seperti yang terjadi kepada 

Nadab dan Abihu,namun  oleh pedang manusia, untuk 

Kitab Keluaran 32:21-29 

 485 

mengajar mereka bahwa pemujaan berhala yaitu  kejahat-

an yang patut dihukum oleh hakim, sebab  Tuhan yang di 

atas telah diingkari (Ayb. 31:28; Ul. 13:9). Penghukuman 

harus dilaksanakan melalui pedang yang dihunus oleh 

saudara-saudara mereka sendiri, agar penegakan keadilan 

itu membawa kehormatan yang lebih besar bagi bangsa itu. 

Lagi pula, jika mereka harus mati di tangan sesama mere-

ka, ini lebih baik dibandingkan  mereka harus melarikan diri 

dari hadapan musuh. Peran algojo bagi orang-orang yang 

bersalah ini  harus diemban oleh orang-orang pilihan 

yang tidak bersalah dari antara mereka, agar menjadi sua-

tu peringatan yang baik bagi mereka untuk tidak berbuat 

hal yang serupa di lain waktu. Selain itu, penetapan 

saudara-saudara mereka untuk melakukan tugas yang 

sangat tidak menyenangkan itu, yang sungguh bertentang-

an dengan keinginan mereka, yakni untuk membunuh 

tetangga mereka sendiri, merupakan sebuah hukuman 

kepada mereka juga, sebab  mereka enggan tampil untuk 

mencegah dan menentang dosa ini . Suku Lewi secara 

khusus ditunjuk untuk melaksanakan penghukuman, ka-

rena tampaknya jumlah orang di antara mereka yang tidak 

ikut melakukan dosa kecemaran itu lebih banyak dibandingkan  

suku lainnya. Kenyataan ini sesungguhnya merupakan 

sesuatu yang terpuji, mengingat Harun, yang yaitu  kepala 

suku Lewi, jauh terlibat di dalam dosa ini . Nah, 

kepada kita disampaikan, 

[1] Bagaimana kaum Lewi dipanggil untuk mengerjakan 

tugas ini: Berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan, 

yakni tempat penghakiman. Di sanalah ia mengangkat 

panji-panji, demi nama kebenaran, untuk mendapatkan 

bala tentara bagi Allah. Ia berseru, Siapa yang memihak 

kepada Tuhan? Para pemuja berhala telah menegakkan 

patung anak lembu emas sebagai panji-panji mereka, 

dan sekarang Musa pun menegakkan panji-panjinya 

untuk melawan mereka. Pada saat ini, Musa menyelu-

bungkan dirinya dengan kecemburuan sebagai jubah, 

dan memanggil semua orang yang memihak kepada 

Tuhan untuk tampil melawan patung anak lembu emas. 

Ia tidak berseru seperti Yehu, “Siapa yang di pihakku 


 486

(2Raj. 9:32), untuk membalas penghinaan yang ditimpa-

kan kepadaku?”namun , Siapa yang memihak kepada 

Tuhan? Kepentingan Allahlah yang dikedepankan Musa 

untuk melawan orang-orang yang melakukan kejahatan 

(Mzm. 94:16). Perhatikan di sini. Pertama, ada dua 

kepentingan besar yang berkuasa di dunia, dan semua 

anak manusia pasti memihak kepada satu atau yang 

lain. Kepentingan dosa dan kejahatan yaitu  kepenting-

an Iblis, dan semua orang jahat memihak kepada ke-

pentingan ini. Sementara itu, kepentingan kebenaran 

dan kesucian merupakan kepentingan Allah, dan semua 

orang saleh memihak kepada pihak ini. Tidak ada 

daerah di tengah di antara keduanya. Kedua, kita harus 

mengetahui apakah kita berada di pihak Tuhan atau 

tidak. Ketiga, jumlah orang yang berada di pihak-Nya 

lebih sedikit, dan terkadang sesungguhnya lebih sedikit 

dibandingkan  yang tampak. Keempat, Tuhan sesekali me-

manggil mereka yang berada di kubu-Nya untuk tampil 

bagi Dia, sebagai saksi, tentara, atau perantara.  

[2] Bagaimana kaum Lewi mendapat perintah untuk me-

laksanakan tugas ini (ay. 27): Biarlah masing-masing 

membunuh saudaranya, atau dengan kata lain, “Bunuh-

lah mereka yang kau ketahui berperan besar membuat 

dan menyembah patung anak lembu emas, meski mere-

ka saudara atau sahabat terdekatmu.” Kejahatan itu 

dibuat di depan umum, sehingga orang-orang dari 

kaum Lewi dapat melihat siapa saja yang mereka kenal 

yang terlibat di dalamnya, dan sebab  itu tidak perlu 

tuntunan lain dibandingkan  apa yang mereka lihat sendiri 

siapa yang harus mereka bunuh. Dan ada kemung-

kinan sebagian besar orang yang bersalah bisa dikenali 

atau diketahui oleh beberapa orang Lewi yang menjadi 

algojo. Namun, mereka tampaknya hanya diperbolehkan 

membunuh orang-orang yang mereka temui di jalan 

dari pintu gerbang ke pintu gerbang perkemahan itu, 

sebab  Musa mungkin berharap, bahwa para pelaku 

kejahatan yang sudah masuk ke dalam kemah mereka 

masing-masing telah menjadi malu akan perbuatan 

mereka dan sedang berlutut memohon ampun. Mereka 

Kitab Keluaran 32:21-29 

 487 

yang terus berkanjang di dalam dosa dan tidak merasa 

malu akan kejijikan yang mereka kerjakan akan tersan-

dung jatuh (Yer. 8:12). Akannamun , bagaimana orang-

orang Lewi dapat menghadapi kumpulan massa yang 

mungkin sangat murka sebab  patung anak lembu me-

reka dibakar? Jawabannya mudah. Rasa bersalah 

memicu  ketakutan di hati para pelaku kejahatan, 

sementara pengutusan ilahi mengobarkan semangat 

para algojo. Selain itu, ada satu hal lagi yang membang-

kitkan semangat mereka, yakni perkataan Musa beri-

kut, Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada Tuhan, 

supaya kamu diberi berkat. Ini menunjukkan bahwa 

saat ini merekalah yang layak untuk dipercayakan 

dengan kedudukan tinggi, dan jika mereka menerima 

kepercayaan ini sekarang, mereka dipandang sebagai 

kaum yang membaktikan diri kepada Tuhan dan tugas 

panggilan-Nya, dan suku mereka akan diberi kehormat-

an luar biasa. Tuhan akan menguduskan bagi diri-Nya 

sendiri suatu umat yang membaktikan diri mereka 

kepada-Nya. Mereka yang mengerjakan tugas panggil-

an-Nya akan memperoleh kehormatan. Dan, bila kita 

memberi diri mau melayani-Nya, Ia akan memberkati 

kita secara khusus. Ada berkat yang dilimpahkan 

secara khusus untuk kaum Lewi. Nah, Musa berkata, 

“Baktikanlah dirimu kepada Tuhan, agar engkau men-

jadi layak menerima berkat-Nya.” Kaum Lewi bertugas 

membantu di dalam persembahan korban bagi Allah, 

dan sekarang mereka harus memulai dengan persem-

bahan korban para orang berdosa ini demi kehormatan 

keadilan ilahi. Mereka yang bertugas melayani perkara-

perkara kudus tidak hanya harus berhati tulus dan 

sungguh-sungguh,namun  juga hangat dan bersemangat, 

berani dan berhati besar, demi Tuhan dan kesalehan. 

Demikianlah semua orang Kristen, khususnya para 

gembala, harus meninggalkan bapa dan ibunya, dan 

mengutamakan pelayanan kepada Kristus dan kepen-

tingan-Nya jauh di atas kerabat mereka yang paling 

dekat dan erat, sebab  jika  kita mengasihi kerabat 

kita lebih dibandingkan  Kristus, kita tidak layak bagi-Nya. 


 488

Lihatlah bagaimana semangat kaum Lewi ini mendapat 

pujian (Ul. 33:9).  

(2) Kepada siapa pembalasan itu dijalankan: Pada hari itu 

tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu (ay. 28). 

Mungkin jumlah ini hanya sedikit bila melihat betapa 

banyaknya orang yang bersalah. Namun, ini yaitu  orang-

orang yang mengepalai pemberontakan, dan mereka ini 

dipilih dan dijadikan contoh guna memicu  ketakutan 

bagi orang lain. Mereka yang bersorak-sorai dan menari di 

pagi hari, mati tenggelam di dalam darah mereka sendiri 

sebelum malam tiba. Penghakiman Tuhan terkadang menda-

tangkan perubahan mendadak bagi para pendosa yang 

merasa aman dan terus berkanjang di dalam dosa, seperti 

halnya Belsyazar sesudah  peristiwa tulisan pada kapur din-

ding istana raja oleh jari-jari tangan manusia. Semua ini 

ditulis guna menjadi peringatan bagi kita: Jangan kita 

menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti bebe-

rapa orang dari mereka (1Kor. 10:7). 

Musa Menengahi 

(32:30-35) 

30 Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Kamu ini telah 

berbuat dosa besar,namun  sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mung-

kin aku akan dapat mengadakan pendamaian sebab  dosamu itu.” 31 Lalu 

kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: “Ah, bangsa ini telah 

berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat Tuhan emas bagi mere-

ka. 32namun  sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan 

jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kau-

tulis.” 33namun  TUHAN berfirman kepada Musa: “Siapa yang berdosa kepada-

Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku. 34namun  

pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan 

kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu,namun  pada hari pem-

balasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka.” 35 De-

mikianlah TUHAN menulahi bangsa itu, sebab  mereka telah menyuruh 

membuat anak lembu buatan Harun itu. 

sesudah  menegakkan keadilan kepada para pelaku pemberontakan 

yang utama, Musa pada bagian ini berurusan dengan bangsa Israel 

dan dengan Allah. 

I. Dengan bangsa Israel untuk membuat mereka bertobat (ay. 30).

Kitab Keluaran 32:30-35 

 489 

1. sesudah  segelintir dari mereka dibunuh, supaya jangan sampai 

mereka yang tersisa berpikir bahwa mereka bebas dari hu-

kuman, maka Musa di sini berkata kepada mereka yang masih 

hidup, Kamu ini telah berbuat dosa besar, sehingga meskipun 

kamu dapat lolos kali ini, jikalau kamu tidak bertobat, kamu 

semua akan binasa atas cara demikian. Agar mereka tidak 

mengganggap enteng dosa mereka itu, ia menyebutnya di 

hadapan mereka sebagai dosa besar. Juga, jangan sampai me-

reka berpikir diri mereka tidak bersalah, walau mungkin tidak 

semua dari mereka sebersalah orang-orang yang dibunuh, ia 

berkata kepada mereka semua, Kamu ini telah berbuat dosa 

besar. Pekerjaan para hamba Tuhan yaitu  menunjukkan 

kepada umat dosa-dosa mereka serta besarnya dosa-dosa 

mereka itu. “Kamu telah berbuat dosa, dan sebab  itu kamu 

binasa bila dosamu tidak diampuni, selamanya binasa tanpa 

Juruselamat. Setiap dosa yaitu  dosa besar, dan dosa besar 

mengundang kesedihan besar, sebab  dosa itu mendatangkan 

bahaya besar bagimu.” Untuk membuka mata mereka terha-

dap besarnya dosa yang telah mereka perbuat, Musa menjelas-

kan sulitnya memperbaiki hubungan yang telah rusak dengan 

Allah. 

(1) Pendamaian tidak akan terwujud kecuali Musa sendiri naik 

menghadap Tuhan dengan sepenuh hati, dan memberi  

perhatian sedalam dan sekhidmat yang telah ditunjukkan-

nya saat  menerima hukum Allah. Namun demikian, 

(2) Tetap saja tindakan Musa untuk mengadakan pendamaian 

bagi dosa bangsa Israel ini tidaklah pasti akan berhasil. 

Perkara ini sangat penuh bahaya. Hal ini seharusnya 

menginsafkan kita bahwa ada kejahatan yang sangat besar 

yang ada dalam setiap dosa, sehingga siapa saja yang 

berusaha mengadakan pendamaian sebab nya akan meng-

alami kesulitan sebab  ia harus naik menghadap Tuhan 

dengan darahnya sendiri untuk mengadakan pendamaian. 

Keganasan dosa terlihat di dalam harga tebusan yang 

harus dibayar. 

2. Sekalipun demikian, bangsa Israel merasa terhibur saat  

kepada mereka dikatakan bahwa mereka telah berbuat dosa 

besar, saat  mendengar bahwa Musa, yang sangat diperkenan 


 490

di dalam sorga dan sangat memperhatikan mereka, akan naik 

menghadap Tuhan guna mengadakan pendamaian bagi mereka. 

Penghiburan selalu menyertai keinsafan: pertama-tama timbul 

luka, lalu ada kesembuhan. Demikianlah pertama-tama, per-

lihatkan besarnya dosa yang orang perbuat, lalu  per-

kenalkan pendamaian atas dosa itu, dan beri mereka harapan 

akan adanya belas kasih. Musa akan naik menghadap Tuhan, 

dan mungkin ia dapat mengadakan pendamaian atas dosa itu. 

Kristus Sang Pengantara telah bertindak dengan kepastian 

yang jauh lebih besar dibandingkan  Musa, sebab  Ia telah ada di 

pangkuan Bapa dan sangat mengerti semua keputusan kehen-

dak-Nya. Akannamun , sebagai para pemohon yang hina, kita 

semua mendapat cukup penghiburan saat berdoa memohon 

belas kasihan Tuhan, meski kita tidak memiliki janji yang 

pasti akan mendapatkannya. Di dalam Zefanya 2:3 dikatakan, 

mungkin kamu akan terlindung. Di dalam doa syafaat kita bagi 

sesama, kita harus memohon dengan rendah hati kepada 

Allah, dan mungkin Tuhan memberi  kesempatan kepada 

mereka untuk bertobat (2Tim 2:25). 

II. Musa memohon pengampunan kepada Allah. Perhatikan, 

1. Betapa menyedihkannya perkataan Musa. Musa menghadap 

Tuhan, bukan untuk menerima petunjuk mengenai Kemah 

Suci, sebab  kali ini tidak ada pertemuan mengenai hal itu. 

Demikianlah dosa dan kebodohan manusia sangat merepotkan 

para sahabat dan gembala mereka sebab  mengganggu peker-

jaan yang sedang giat-giatnya dikerjakan. Musa pada pertemu-

an kali ini mengungkapkan, 

(1) Kebenciannya yang sangat besar terhadap dosa bangsanya 

(ay. 31). Ia berkata layaknya seseorang yang muak akan ke-

ngerian dosa itu: Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar. 

Allahlah yang pertama kali berfirman kepada Musa akan 

dosa itu (ay. 7), dan sekarang Musalah yang ganti menyam-

paikan akan hal itu dengan ratapan. Musa tidak menyebut 

mereka sebagai umat-Nya, sebab  ia tahu mereka tidak 

layak disebut demikian, mengingat bangsa ini, kumpulan 

pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih ini, telah 

membuat Tuhan emas untuk diri mereka sendiri. Menjadi-

Kitab Keluaran 32:30-35 

 491 

kan emas sebagai Tuhan jelas merupakan suatu dosa besar, 

seperti halnya orang-orang yang menjadikan emas atau 

harta sebagai tujuan hidupnya dan mengarahkan sepenuh 

hati mereka kepadanya. Musa tidak berusaha mencari-cari 

alasan atau memperhalus dosa itu,namun  apa yang disam-

paikannya kepada bangsa Israel dengan kecaman, disam-

paikannya kepada Tuhan dalam bentuk pengakuan dosa: 

Bangsa ini telah berbuat dosa besar. Musa tidak datang 

untuk meminta maaf,namun  untuk mengadakan pendamai-

an. “Tuhan, ampunilah dosa mereka itu, sebab besar kesa-

lahan itu” (Mzm. 25:11).  

(2) Keinginannya yang sangat besar untuk kesejahteraan 

bangsanya (ay. 32):namun  sekarang, dosa itu tidaklah sebe-

sar belas kasihan-Mu yang tiada berbatas untuk Engkau 

ampuni, sehingga kiranya Engkau mengampuni dosa mere-

ka itu. sesudah  itu, apa, Musa? Ungkapan berikut ini tidak 

terduga datangnya, “Kiranya Engkau mengampuni dosa 

mereka, maka aku tidak meminta apa pun lagi. Kiranya 

Engkau mengampuni dosa mereka, maka Engkau akan di-

muliakan, dan aku akan sangat bersukacita sebab  sya-

faatku terpenuhi.” Ini serupa dengan ungkapan pengurus 

kebun anggur (Luk. 13:9), Kiranya ia berbuah (KJV), atau, 

Kiranya Engkau mengampuni, memiliki arti yang serupa 

dengan, “Andai kata Engkau mengampuni!” seperti di 

dalam Injil Lukas 19:42, Jika engkau mengerti, atau Andai 

kata engkau mengerti. “Akannamun  jika tidak, bila kepu-

tusannya telah bulat dan tidak ada yang dapat dilakukan 

untuk mencegah mereka dari kebinasaan, bila hukuman 

yang telah dijatuhkan kepada banyak orang ini belum 

cukup (2Kor. 2:6), dan mereka semua harus dilenyapkan, 

maka hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang 

telah Kautulis.” Artinya, “Bila mereka semua harus dimus-

nahkan, biarlah aku turut musnah bersama mereka dan 

tidak memperoleh tanah Kanaan. Jika segenap Israel harus 

binasa, aku rela turut binasa bersama mereka. Janganlah 

kiranya tanah perjanjian menjadi milikku hanya sebab  

aku satu-satunya orang yang tinggal hidup.” Di dalam 

Kitab Yehezkiel 13:9, ungkapan serupa disampaikan Tuhan 

saat  Ia mengancam nabi-nabi palsu dengan perkataan, 


 492

Mereka tidak akan tercatat dalam daftar kaum Israel, dan 

tidak akan masuk lagi di tanah Israel. Tuhan sudah berkata 

kepada Musa, bahwa jika ia tidak turut campur dan men-

jadi pengantara bagi bangsa Israel, Tuhan akan membuat-

nya menjadi sebuah bangsa yang besar (ay. 10). “Tidak”, 

sahut Musa, “Aku sama sekali tidak mau melihat namaku 

dan nama keluargaku berdiri di atas puing-puing bangsa 

Israel. Lebih baik bagiku untuk ikut hancur bersama mere-

ka. Jika aku tidak dapat mencegah kehancuran mereka, 

jangan biarkan aku melihatnya (Bil. 11:15). Biarlah aku 

tidak tercatat untuk beroleh hidup (Yes. 4:3), atau berada di 

antara mereka yang Engkau tandai untuk tetap bertahan 

hingga kesudahan. Bahkan lebih dibandingkan  itu semua, 

biarlah aku mati di langkah terakhir sebelum semuanya 

selesai.” Demikianlah Musa mengungkapkan kasihnya 

yang dalam untuk umat itu, dan menjadi perlambang akan 

sang Gembala yang baik, yang memberi  nyawanya bagi 

domba-dombanya (Yoh. 10:11), yang terputus dari negeri 

orang-orang hidup sebab  pemberontakan umat-Ku (Yes. 

53:8; Dan. 9:26). Musa juga merupakan contoh orang yang 

mementingkan kesejahteraan masyarakat luas, terutama 

bagi mereka yang memegang posisi di pemerintahan. Se-

mua kehendak pribadi harus dikesampingkan bagi kebaik-

an dan kesejahteraan umum. Nasib kita dan keluarga kita 

di dunia ini bukanlah hal utama, asalkan gereja Tuhan 

dimuliakan dan damai tercipta atas Israel. Demikianlah 

Musa dengan tekun memohon dan bergumul dengan Allah, 

bukan untuk kebaikannya sendiri seperti “Jika Engkau 

tidak mengampuni, itu berarti Engkau tidak adil atau tidak 

baik”. Tidak, ia jauh dibandingkan  mementingkan dirinya sen-

diri, sebab  ia malah berkata, “Jika tidak, biarlah aku mati 

bersama orang-orang Israel, dan kehendak Tuhanlah yang 

jadi.” 

2. Perhatikan betapa kuatnya permohonan Musa. Tuhan tidak 

akan melaksanakan apa yang dikatakan Musa. Tidak, Tuhan 

tidak akan menghapuskan siapa pun dari dalam kitab-Nya 

selain mereka, yang sebab  dengan sengaja memilih untuk 

terus tidak taat, telah kehilangan kehormatan untuk tercatat 

di dalam kitab-Nya (ay. 33). Jiwa-jiwa yang berdosa pasti akan 

Kitab Keluaran 32:30-35 

 493 

mati, dan jiwa-jiwa yang tidak bersalah tidak akan binasa 

demi jiwa-jiwa yang bersalah. Ini juga merupakan pernyataan 

dari belas kasihan Tuhan kepada bangsa Israel, bahwa tidak 

semua dari mereka akan mati, hanya mereka yang berbuat 

dosa yang akan mati. Demikianlah permohonan Musa perla-

han-lahan dipenuhi. Tuhan tidak memberi jaminan penuh dari 

awal kepada Musa bahwa diri-Nya ingin diperdamaikan de-

ngan bangsa Israel, agar jangan pengampunan itu terkesan 

diperoleh dengan gampang, sehingga bangsa Israel dengan 

gampang berbuat dosa yang serupa pula dan tidak menyadari 

kejahatan dari dosa mereka. Penghiburan tidak diberikan 

sampai rasa insaf benar-benar disadari. Tuhan juga hendak 

melatih iman dan kegigihan Musa sebagai pengantara bangsa 

Israel. Lebih lanjut, di dalam menjawab seruan Musa,  

(1) Tuhan berjanji, dengan tidak menghiraukan kejadian ini, 

untuk melanjutkan niat baik-Nya memberi  tanah 

Kanaan kepada bangsa Israel, yakni tempat yang telah di-

sebutkan-Nya kepada mereka (ay. 34). Oleh sebab  itu, Ia 

mengirim Musa kembali untuk memimpin mereka, meski 

mereka tidak layak bagi-Nya, dan berjanji bahwa malaikat-

Nya akan berjalan di depan mereka. Malaikat yang diutus 

ini diciptakan untuk tugas pelayanan yang sifatnya lazim 

di Kerajaan Tuhan yang maha-menyediakan, dan ini di-

perbuat Tuhan agar mereka tidak berharap sesuatu yang 

luar biasa terjadi di luar penyediaan Tuhan yang sifatnya 

lazim. Musa memang nantinya akan memperoleh janji ke-

hadiran Tuhan yang khusus di tengah-tengah mereka 

(33:14, 17),namun  untuk saat ini, inilah yang Musa dapat 

peroleh. 

(2) Namun, Tuhan mengancam akan mengingat dosa mereka 

ini saat  Ia menemukan alasan untuk menghukum 

mereka sebab  dosa lain: “Pada hari pembalasan-Ku itu, 

Aku akan membalaskan dosa ini kepada mereka yang 

tersisa ini. Lain kali aku memegang tongkat di tanganku, 

mereka akan mendapat satu kali pukulan tambahan 

sebab  dosa ini.” Ada satu pepatah orang Yahudi yang 

dibuat berdasar  hal ini, yakni bahwa sejak saat itu, 

tidak ada lagi penghakiman bagi bangsa Israel,namun  ada 

sejumput bubuk anak lembu emas di dalam keputusan 


 494

ini. Saya tidak menemukan dasar pepatah ini di dalam 

Alkitab, bahwa Tuhan tidak akan membebani mereka 

dengan begitu banyak persembahan dan upacara lainnya 

andaikan mereka tidak membuat-Nya marah dengan me-

muja patung anak lembu emas. Sebaliknya, Stefanus 

berkata bahwa saat  mereka membuat sebuah anak lem-

bu dan mempersembahkan persembahan kepada berhala 

itu, berpalinglah Tuhan dari mereka dan membiarkan 

mereka beribadah kepada bala tentara langit (Kis. 7:41-

42), sehingga kecanduan bangsa Israel yang aneh ter-

hadap dosa pemujaan berhala merupakan hukuman yang 

adil bagi mereka sebab  telah membuat dan menyembah 

patung anak lembu emas, satu hukuman yang senantiasa 

membelenggu mereka sampai tiba masa penawanan di 

Babel. Baca Surat Roma 1:23-25. Perhatikan, banyak 

orang yang tidak segera dilenyapkan sebab  dosa mereka, 

akan dilenyapkan nanti pada hari pembalasan, dan 

memang pembalasan datangnya perlahannamun  pasti. 

Untuk saat ini, Tuhan menulahi bangsa itu (ay. 35), mung-

kin dengan suatu wabah atau penyakit menular lainnya, 

yang menjadi utusan murka Tuhan serta pertanda akan 

datangnya hal yang lebih buruk. Harun memang orang 

yang membuat patung anak lembu itu,namun  dikatakan 

bahwa orang Israellah yang membuatnya sebab  mereka 

menyembahnya. Deos qui rogat, ille facit – Barangsiapa 

yang menghendaki allah-allah, ialah yang membuatnya. 

Harun tidak ikut terkena tulah,namun  mengenai orang-

orang Israel, sebab  dosa Harun diperbuatnya di dalam 

kelemahannya, sementara dosa orang-orang Israel diper-

buat mereka dengan sengaja, dan ada perbedaan sangat 

besar di antara keduanya. Perbedaan ini tidak selalu jelas 

bagi kita,namun  bagi Tuhan semuanya nyata, dan oleh ka-

rena itu, penghakiman-Nya, kita yakini, didasarkan atas 

kebenaran. Demikianlah Musa berhasil menunda dan 

mengurangi hukuman itu,namun  tidak dapat sepenuhnya 

memalingkan murka Allah. Beberapa orang menyatakan 

bahwa ini menunjukkan ketidakmampuan hukum Musa 

untuk memperdamaikan manusia dengan Tuhan dan 

untuk menyempurnakan kedamaian kita bersama Allah. 

Kitab Keluaran 32:30-35 

 495 

Hanya Kristuslah yang mampu melakukannya, hanya di 

dalam Dialah Tuhan mengampuni dosa kita dan tidak lagi 

mengingatnya.  

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 33  

alam pasal ini diuraikan lebih lanjut perihal pengantaraan yang 

diusahakan Musa di antara Tuhan dan Israel, untuk memper-

baiki keretakan hubungan yang diakibatkan oleh dosa orang Israel. 

I. Musa membawa pesan yang merendahkan hati orang Israel 

(ay. 1-3, 5). Pesan ini berdampak baik terhadap mereka, dan 

membantu menyiapkan hati mereka untuk menerima belas 

kasih Tuhan (ay. 4, 6). 

II. Musa mengatur kesepakatan antara Tuhan dan mereka, dan 

baik Tuhan maupun umat Israel setuju dengan kesepakatan 

itu dengan cara tertentu. Tuhan menandainya dengan turun 

dalam tiang awan, sedang  umat Israel dengan sujud 

menyembah di pintu kemah (ay. 7-11). 

III. Musa berdoa dengan sungguh hati kepada Tuhan dan berhasil 

memperoleh, 

1. Janji kehadiran-Nya bersama umat Israel (ay. 12-17). 

2. Penampakan kemuliaan-Nya untuk dirinya sendiri (ay. 18, 

dst.). 

Umat Israel Ditegur 

(33:1-6) 

1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau 

dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang 

telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, 

demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu – 2 Aku akan 

mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang 

Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus – 3 

yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Sebab Aku 

tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, sebab  engkau ini bangsa yang 

tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan.“ 4 saat  


 498

bangsa itu mendengar ancaman yang mengerikan ini, berkabunglah mereka 

dan seorangpun tidak ada yang memakai perhiasannya. 5 Berfirmanlah 

TUHAN kepada Musa: “Katakanlah kepada orang Israel: Kamu ini bangsa 

yang tegar tengkuk. Jika Aku berjalan di tengah-tengahmu sesaatpun, tentu-

lah Aku akan membinasakan kamu. Oleh sebab itu, tanggalkanlah perhias-

anmu, maka Aku akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepadamu.” 6 

Demikianlah orang Israel tidak memakai perhiasan-perhiasan lagi sejak dari 

gunung Horeb. 

Di sini ada , 

I. Pesan yang dikirimkan Tuhan melalui Musa kepada umat Israel. 

Pesan ini masih memperlihatkan kegusaran Tuhan terhadap 

mereka, dan buruknya tabiat mereka di mata Allah. Hal ini harus 

diberitahukannya kepada mereka supaya mereka merendahkan 

diri atas hal ini . 

1. Tuhan menjuluki mereka dengan nama yang memalukan, 

sesuai tabiat asli mereka, yaitu bangsa yang tegar tengkuk (ay. 

3, 5). “Pergilah,” kata Tuhan kepada Musa, “pergi dan katakan, 

seperti itulah mereka.” Dia yang mengenal mereka lebih baik 

dibandingkan  mereka mengenal diri sendiri, berkata demikian ten-

tang mereka. Sebenarnya Tuhan hendak menuntun mereka di 

bawah kuk hukum-Nya dan mengikat mereka dengan perjanji-

an-Nya,namun  tengkuk mereka terlampau tegak dan tegar un-

tuk menunduk. Tuhan hendak menyembuhkan mereka dari se-

gala perilaku cemar dan bengkok, dan meluruskannya,namun  

mereka bersikap degil dan keras kepala. Mereka tidak suka 

diubahkan, dan tidak mau Tuhan berkuasa atas mereka. Per-

hatikanlah, Tuhan menilai manusia dari watak pikiran mereka. 

Kita tahu apa yang dilakukan orang. Tuhan tahu seperti apa 

orang itu. Kita tahu apa yang keluar dari manusia. Tuhan tahu 

apa yang ada di dalam diri manusia, dan tidak ada yang lebih 

menggusarkan hati-Nya dibandingkan  ketegaran tengkuk, sama 

seperti tidak ada dalam diri anak-anak yang lebih menyakit-

kan hati orangtua dan guru-guru mereka dibanding sikap 

keras kepala. 

2. Tuhan memberi tahu mereka apa sebenarnya yang pantas 

mereka terima, yaitu jika  Ia berjalan di tengah-tengah me-

reka sesaatpun, tentulah Ia akan membinasakan mereka (ay. 

5). Andaikata Ia memperlakukan mereka sesuai dosa-dosa me-

reka, maka tentulah Ia sudah membinasakan mereka dengan 

Kitab Keluaran 33:1-6 

 499 

segera. Perhatikanlah, orang-orang yang diampuni Tuhan harus 

diberi tahu apa yang pantas dilakukan terhadap dosa mereka, 

dan betapa sengsaranya mereka jika  tidak diampuni, su-

paya belas kasihan Tuhan bisa semakin diagungkan. 

3. Tuhan menyuruh mereka pergi dan berjalan dari sini menuju ke 

negeri Kanaan (ay. 1). Gunung Sinai tempat mereka sekarang 

berada, merupakan tempat yang sudah ditetapkan untuk men-

dirikan Kemah Suci Tuhan dan tempat mereka menyembah de-

ngan khidmat. Hal ini belum terlaksana, jadi dengan menyu-

ruh mereka pergi dari situ, Tuhan menyiratkan bahwa hal itu 

tidak akan dilaksanakan. Jadi, “Biarlah mereka terus saja 

maju pergi begitu saja.” Sedemikian marahlah Tuhan itu terha-

dap mereka. 

4. Tuhan menyerahkan mereka kepada Musa sebagai bangsa yang 

telah dibawanya keluar dari negeri Mesir, dan terserah kepada 

Musa untuk memimpin mereka ke Kanaan. 

5. Meskipun Ia berjanji untuk menggenapi perjanjian-Nya dengan 

Abraham dengan memberi  Kanaan kepada mereka, namun 

Ia tidak mau memberi mereka tanda luar biasa perihal keha-

diran-Nya, seperti yang telah mereka terima sampai sebelum 

saat itu. sebab  itu, Ia membiarkan mereka di bawah pimpin-

an Musa sebagai penguasa mereka, dan dengan kawalan biasa 

dari  seorang malaikat pelindung: “Aku akan mengutus malai-

kat-Ku berjalan di depanmu untuk menjagamu, sebab jika 

tidak, malaikat-malaikat jahat akan langsung membinasakan-

mu. Namun, Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, su-

paya Aku jangan membinasakan engkau” (ay. 2-3). Tidak ber-

arti bahwa seorang malaikat lebih sabar dan berbelas kasihan 

dibandingkan  Allah,namun  penghinaan yang mereka perbuat kepa-

da seorang malaikat tidak akan begitu menjengkelkan diban-

ding jika  mereka menghina shekinah, atau Kemuliaan ilahi 

itu sendiri. Perhatikanlah, semakin besar hak istimewa yang 

kita nikmati, semakin besar pula bahaya yang kita hadapi apa-

bila tidak memanfaatkannya dan hidup dengannya. 

6. Tuhan berbicara bagaikan orang yang tidak tahu harus bertin-

dak seperti apa lagi terhadap mereka. Keadilan berkata, “Sing-

kirkan mereka, dan binasakan mereka.” Belas kasihan ber-

kata, “Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim?” (Hos. 

11:8). Baiklah, kata Allah, tanggalkanlah perhiasanmu, maka 


 500

Aku akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepadamu. Yaitu, 

“Bersikaplah sebagai orang yang menyesali dosa-dosanya, su-

paya perselisihan itu dapat diakhiri demi kebaikanmu, dan 

belas kasihan dapat bersukacita atas penghukuman” (ay. 5). 

Perhatikanlah, panggilan untuk bertobat merupakan tanda 

yang nyata perihal rancangan belas kasihan. Andaikata TUHAN 

ingin membinasakan kita, keadilan tahu apa yang harus dila-

kukan terhadap umat yang tegar tengkuk. Namun, Tuhan tidak 

bersuka dalam kematian orang-orang yang berdosa. Kiranya 

mereka berbalik dan bertobat, sehingga belas kasihan yang 

tadinya tidak tahu harus berbuat apa, menjadi tahu, yaitu 

mengampuni.  

II. Perasaan sedih Israel saat  menerima pesan ini. Bagi mereka, 

sungguh merupakan kabar mengerikan saat  mendengar bahwa 

Tuhan tidak akan hadir di tengah mereka, dan oleh sebab itu, 

1. Berkabunglah mereka (ay. 4). Mereka berkabung atas dosa 

yang telah menyebabkan Tuhan mengundurkan diri dari mere-

ka, dan berduka atas hukuman paling menyakitkan atas dosa 

mereka itu. saat  tiga ribu orang di antara mereka tewas oleh 

pedang orang Lewi, kita tidak mendapati bahwa mereka berka-

bung untuk peristiwa itu sambil berharap bahwa hal ini dapat 

menghapus kesalahan mereka itu. Namun, saat  Tuhan tidak 

bersedia lagi berjalan bersama mereka, mereka berkabung 

dalam kepahitan. Perhatikanlah, dari antara semua buah dan 

akibat pahit yang disebabkan oleh dosa, hal yang paling 

diratapi dan ditakutkan orang-orang yang menyesali dosanya 

yaitu  bila Tuhan meninggalkan mereka. Sebelumnya Tuhan 

telah berjanji bahwa tanpa memperhitungkan dosa mereka, Ia 

akan memberi mereka negeri yang berlimpah-limpah susu dan 

madunya. Namun, bagaimana mungkin mereka dapat merasa-

kan sukacita jika  Tuhan tidak hadir bersama mereka. Negeri 

Kanaan sendiri tidak akan menjadi negeri yang menyenangkan 

tanpa kehadiran-Nya. sebab  itu, jika mereka tidak mengalami 

kehadiran-Nya, mereka berkabung. 

2. Sebagai tanda bahwa mereka merasa sangat malu dan terhina, 

orang-orang yang sedang tidak mengenakan perhiasan, tidak 

ada yang memakai perhiasannya (ay. 4), sedang  mereka 

yang mengenakannya, tidak memakai perhiasan-perhiasan lagi 

Kitab Keluaran 33:7-11 

 501 

sejak dari gunung Horeb. Atau, seperti yang dipahami sebagai-

an penafsir, mereka berdiri jauh dari gunung (ay. 6), berdiri 

jauh-jauh seperti si pemungut cukai (Luk. 18:13). Tuhan me-

nyuruh mereka menanggalkan perhiasan mereka (ay. 5), dan 

mereka pun melakukannya, baik untuk menunjukkan, secara 

umum, kesedihan mendalam mereka, maupun secara khusus, 

untuk membalas dendam kepada diri sendiri dengan tujuan 

kudus, sebab  telah memberi  anting-anting mereka untuk 

membuat patung anak lembu emas. Orang-orang yang berse-

dia menanggalkan perhiasan mereka demi menebus dosa 

mereka, setidaknya harus menanggalkan perhiasan mereka 

sebagai tanda merasa malu dan sedih atas dosa mereka. Apa-

bila TUHAN semesta alam menyuruh orang menangis dan mera-

tap, kita harus mematuhi panggilan itu, dengan tidak hanya 

berpantang makanan sedap (Dan. 10:3),namun  juga menang-

galkan semua perhiasan kita. Bahkan perhiasan yang cukup 

pantas dikenakan pada kesempatan-kesempatan lain, akan 

tidak pantas dikenakan pada masa saat  orang dirundung 

rasa malu atau di tengah bencana yang menimpa orang ba-

nyak (Yes. 3:18). 

Kemah Pertemuan 

(33:7-11) 

7 Sesudah itu Musa mengambil kemah dan membentangkannya di luar per-

kemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap 

orang yang mencari TUHAN, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di 

luar perkemahan. 8 jika  Musa keluar pergi ke kemah itu, bangunlah selu-

ruh bangsa itu dan berdirilah mereka, masing-masing di pintu kemahnya, 

dan mereka mengikuti Musa dengan matanya, sampai ia masuk ke dalam 

kemah. 9 jika  Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan 

berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana.  

10 sesudah  seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu 

kemah, maka mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di 

pintu kemahnya. 11 Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan 

muka seperti seorang berbicara kepada temannya; lalu  kembalilah ia 

ke perkemahan.namun  abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, 

tidaklah meninggalkan kemah itu. 

Di sini ada , 

I. Sebuah tanda kegusaran yang diperlihatkan kepada mereka, 

sehingga mereka semakin malu: Musa mengambil kemah, bukan 


 502

kemahnya sendiri yang digunakan anggota keluarganya, melain-

kan kemah tempat ia bertemu, mengadili perkara-perkara, dan 

bertanya kepada Allah, semacam tempat berkumpul dalam perke-

mahan mereka, lalu membentangkannya di luar perkemahan, jauh 

dari perkemahan (ay. 7). Ini yaitu  untuk memberitahukan ke-

pada mereka, bahwa mereka telah membuat diri mereka tidak 

layak bertemu dengan-Nya. Dan, jika mereka tidak berdamai de-

ngan-Nya, maka hadirat-Nya tidak akan kembali kepada mereka 

lagi. Demikianlah Tuhan memberi tahu mereka, bahwa Ia berselisih 

dengan mereka: TUHAN itu jauh dari pada orang fasik. Demikian-

lah kemuliaan TUHAN meninggalkan Bait Suci saat  tempat itu 

tercemar oleh dosa (Yeh. 10:4; 11:23). Perhatikanlah, saat Tuhan 

meninggalkan Bait Suci-Nya, itu merupakan tanda bahwa Tuhan 

marah, sebab ketetapan-ketetapan-Nya merupakan buah per-

kenan-Nya dan tanda tentang kehadiran-Nya. Sementara kedua 

hal tadi ada pada kita, maka Ia juga ada pada kita. Boleh jadi 

kemah ini merupakan sebuah rancangan, atau lebih tepat, pola 

Bait Suci yang harus didirikan di lalu  hari, suatu bagan 

yang dibuat tergesa-gesa dari pola yang ditunjukkan kepada Musa 

di gunung, yang akan menjadi petunjuk bagi para pekerja. Selain 

itu, untuk digunakan sementara waktu sebagai Kemah Pertemuan 

di antara Tuhan dan Musa saat  menangani urusan bangsa itu. 

Kemah ini didirikan di tempat yang jauh, untuk menyadarkan 

bangsa itu betapa mereka telah kehilangan keagungannya, dan 

seandainya mereka tidak meninggalkan kasih setia Tuhan kepada 

mereka demi untuk mendapatkan kesia-siaan yang menipu, 

kemah itu seharusnya didirikan di tengah-tengah mereka. Biarlah 

mereka menyadari kehilangan itu. 

II. Walaupun demikian, mereka banyak dihibur juga untuk ber-

harap, bahwa Tuhan akan diperdamaikan dengan mereka. 

1. Meskipun Kemah Pertemuan dipindahkan, namun setiap 

orang yang mencari TUHAN dipersilakan mengikutinya (ay. 7). 

Baik orang per orang maupun Musa diajak dan didorong un-

tuk memohon kepada Allah, setiap orang boleh menghadap 

Kemah Pertemuan. Untuk tujuan ini, sebuah tempat ditentu-

kan di luar perkemahan, supaya mereka dapat memohon agar 

Tuhan kembali kepada mereka. Begitulah, saat  Ezra, yaitu 

Musa kedua, melakukan tindakan perantaraan bagi Israel, 

Kitab Keluaran 33:7-11 

 503 

berkumpullah banyak orang yang gemetar sebab  firman Tuhan 

(Ezr. 9:4). jika  Tuhan merancang belas kasihan, Ia mem-

bangkitkan keinginan orang untuk berdoa. Ia akan dicari (Yeh. 

36:37), dan puji syukur bagi nama-Nya, Ia boleh dicari, tidak 

akan menolak doa syafaat orang yang paling miskin sekalipun. 

Setiap orang Israel yang mencari TUHAN diterima di kemah-

Nya, sama seperti Musa, abdi Tuhan itu. 

2. Musa berusaha menengahi perselisihan di antara Tuhan dan Is-

rael. Ia keluar pergi ke kemah itu, tempat untuk membuat per-

janjian, yang mungkin didirikan di antara perkemahan Israel 

dan gunung itu (ay. 8), lalu  masuk ke dalam kemah itu 

(ay. 9). Dengan pemimpin sebaik dia, perkara itu pun dapat 

segera diselesaikan. saat  hakim mereka, yang ada di bawah 

kuasa Allah, menjadi pembela mereka, dan dia yang telah 

ditunjuk menjadi pemberi hukum mereka menjadi perantara 

mereka, maka masih ada harapan bagi Israel. 

3. Umat Israel sepertinya memang sungguh-sungguh sangat ingin 

diperdamaikan. 

(1) saat  Musa pergi ke kemah itu, umat Israel mengikuti Musa 

dengan matanya (ay. 8), sebagai tanda menghormati dia 

yang sebelum itu telah mereka remehkan. Mereka bergan-

tung penuh pada campur tangannya. Dari sikap ini, tampak-

nya mereka sangat peduli dengan perkara ini. Mereka rindu 

berdamai dengan Tuhan dan sangat ingin tahu apa yang 

akhirnya akan terjadi nanti. Demikian jugalah para murid 

menatap Tuhan Yesus saat  Ia naik ke sorga untuk masuk 

ke dalam tempat kudus yang tidak dibuat dengan tangan 

manusia, sampai awan menutup-Nya dari pandangan mere-

ka, seperti halnya Musa di sini. Demikian halnya juga, 

dengan mata iman, kita juga harus mengikuti-Nya ke sana, 

tempat Ia ada di hadirat Tuhan bagi kita, sehingga kita 

memperoleh kebaikan dari kepengantaraan-Nya itu. 

(2) saat  mereka melihat tiang awan, yang melambangkan ke-

hadiran Allah, dan Musa mengadakan pertemuan dengan-

Nya, mereka semua sujud menyembah, masing-masing di 

pintu kemahnya (ay. 10). Dengan demikian mereka menya-

takan, 


 504

[1] Pemujaan mereka dengan penuh kerendahan hati ter-

hadap Kemuliaan ilahi, yang akan senantiasa mereka 

sembah, dan bukan lagi kepada dewa-dewa yang ter-

buat dari emas. 

[2] Rasa syukur dan sukacita mereka kepada Tuhan sebab  

Ia berkenan memperlihatkan tanda ini demi kebaikan 

mereka, dan memberi mereka harapan untuk berdamai 

kembali. Jika Ia ingin membinasakan mereka, Ia tidak 

akan memperlihatkan hal-hal seperti ini kepada mere-

ka, tidak akan membangkitkan seorang perantara se-

perti itu kepada mereka, atau memberi Musa dukungan 

seperti itu. 

[3] Persetujuan penuh mereka untuk menerima Musa seba-

gai pembela mereka dalam setiap hal yang akan dijanji-

kan-Nya kepada mereka, dan pengharapan mereka 

akan mendapatkan hasil akhir yang menenteramkan 

dan membahagiakan dari perjanjian ini. Seperti ini juga 

kita harus menyembah Tuhan di dalam kemah kita 

sambil memandang Kristus sebagai Sang Pengantara. 

Dengan sujud menyembah di pintu kemah, mereka jelas 

menunjukkan bahwa mereka tidak malu memperlihat-

kan rasa hormat mereka kepada Tuhan dan Musa di 

depan orang banyak, sama seperti mereka telah me-

nyembah anak lembu emas itu secara terbuka. 

4. Melalui Musa, Tuhan memperdamaikan Israel dengan diri-Nya 

sendiri, dan menyatakan diri sangat bersedia berdamai dengan 

mereka. 

(1) Tuhan menemui Musa di tempat perjanjian itu (ay. 9). Tiang 

awan, yang telah undur dari perkemahan yang tercemar 

oleh penyembahan berhala, sekarang kembali ke kemah-

Nya dari jarak cukup jauh, dan kembali secara bertahap. 

jika  hati kita datang mendekat kepada Tuhan untuk 

menemui-Nya, maka Ia akan turun dengan penuh rahmat 

untuk menjumpai kita. 

(2) Tuhan berbicara dengan Musa (ay. 9), berbicara kepadanya 

dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada 

temannya (ay. 11). Hal ini menyiratkan bahwa Tuhan me-

nyatakan diri kepada Musa, tidak saja dengan kejelasan

Kitab Keluaran 33:12-23 

 505 

 dan bukti berupa cahaya ilahi yang lebih nyata dibandingkan  

yang pernah diperlihatkan kepada nabi-nabi lain,namun  

juga dengan ungkapan kebaikan dan kasih karunia khusus 

yang lebih besar. Tuhan berbicara tidak sebagai raja kepada 

rakyat,namun  sebagai seorang kepada temannya yang 

dikasihinya, dan dengan siapa Ia berbincang akrab. Hal ini 

merupakan penghiburan besar bagi umat Israel, saat 

melihat pembela mereka begitu dikasihi. Supaya mereka 

berbesar hati sebab nya, kembalilah Musa ke perkemahan 

untuk menyampaikan kepada mereka perihal harapan-

harapan akan hasil baik tentang perkara ini, dan supaya 

mereka tidak berputus asa jika  ia tidak berada cukup 

lama di antara mereka. Namun, sebab  ia berniat segera 

kembali ke Kemah Pertemuan, ia meninggalkan Yosua di 

situ, sebab tidak pantas jika  tempat itu dibiarkan 

kosong sementara tiang awan kemuliaan itu berhenti di 

pintu kemah (ay. 9). Namun, seandainyapun Tuhan hendak 

mengatakan sesuatu dari dalam awan itu sementara Musa 

tidak di tempat, masih ada Yosua di situ, yang siap men-

dengarkan pesan-Nya. 

Kepengantaraan Musa 

(33:12-23) 

12 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: “Memang Engkau berfirman ke-

padaku: Suruhlah bangsa ini berangkat,namun  Engkau tidak memberitahu-

kan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun 

demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau 

mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. 13 Maka sekarang, jika aku kiranya 

mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu 

kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat 

kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.” 14 Lalu 

Ia berfirman: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberi  

ketenteraman kepadamu.” 15 Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau 

sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.  

16 Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih 

karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah sebab  

Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan 

umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?”  

17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Juga hal yang telah kaukatakan ini 

akan Kulakukan, sebab  engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-

Ku dan Aku mengenal engkau.” 18namun  jawabnya: “Perlihatkanlah kiranya 

kemuliaan-Mu kepadaku.” 19namun  firman-Nya: “Aku akan melewatkan sege-

nap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di 

depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih 


 506

karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” 20 Lagi firman-Nya: 

“Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang 

memandang Aku dapat hidup.” 21 Berfirmanlah TUHAN: “Ada suatu tempat 

dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; 22 jika  kemu-

liaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu 

dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan 

lewat. 23 lalu  Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat 

belakang-Ku,namun  wajah-Ku tidak akan kelihatan.” 

sesudah  kembali ke pintu Kemah Pertemuan, Musa menjadi seorang 

pemohon yang rendah hati dan mendesak-desak untuk mendapatkan 

dua karunia besar. Sebagai pemimpin, ia memiliki kuasa bersama 

Allah, sehingga ia pun berhasil mendapatkan kedua karunia besar 

itu. Dalam hal ini Ia melambangkan Kristus, Sang Pengantara Agung, 

yang senantiasa didengar Bapa. 

I. Musa sangat bersungguh-sungguh memohon agar Tuhan menga-

bulkan permohonannya, yaitu supaya Ia hadir di tengah umat 

Israel dalam sisa perjalanan mereka menuju Kanaan, walaupun 

mereka sudah membangkitkan amarah-Nya. Mereka pantas me-

nerima murka Tuhan akibat dosa yang mereka lakukan dan sebab  

menolak apa yang telah diusahakan oleh Musa (32:14). sebab  

sebab yang sama mereka juga telah kehilangan hadirat Tuhan yang 

penuh rahmat, beserta seluruh kebaikan dan penghiburannya, 

dan hal inilah yang sekarang sedang diminta kembali oleh Musa. 

Demikian juga melalui perantaraan Kristus, kita tidak saja 

terbebas dari kutuk,namun  juga memperoleh jaminan berkat. Kita 

tidak saja diselamatkan dari kehancuran,namun  juga berhak me-

nerima kebahagiaan kekal. Amatilah sekarang betapa mengagum-

kan cara Musa mengajukan perkara ini di hadapan Allah, dan 

memenuhi mulutnya dengan kata-kata pembelaan. Betapa ia sa-

ngat menghargai perkenan Allah, dan betapa besar perhatiannya 

terhadap kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan Israel. Betapa gigih 

ia memohon, dan bagaimana ia berhasil. 

1. Betapa gigih ia memohon. 

(1) Ia bersikeras perihal tugas yang telah diberikan Tuhan kepa-

danya, yaitu untuk menyuruh bangsa ini berangkat (ay. 12). 

Ia mengawali dengan berkata, “TUHAN, Engkau sendirilah 

yang menyuruhku, dan tidakkah Engkau mau mengakui-

ku? Aku sedang melakukan tugasku, jadi bukankah aku 

harus memperoleh penyertaan-Mu dalam tugasku?” Siapa 

Kitab Keluaran 33:12-23 

 507 

yang Tuhan panggil untuk suatu pekerjaan, Ia pasti akan 

memperlengkapi orang itu dengan bantuan yang diperlu-

kan. “Ya TUHAN, Engkau telah menyuruhku melaksanakan 

sebuah pekerjaan besar, namun membiarkanku tidak tahu 

harus berbuat apa dan bagaimana harus menyelesaikan-

nya.” Perhatikanlah, orang-orang yang dengan sungguh 

berencana dan berusaha keras melaksanakan tugas mere-

ka, dapat dengan iman memohon petunjuk serta kekuatan 

kepada Tuhan untuk bisa mengerjakannya. 

(2) Musa menekankan kepentingannya sendiri terhadap Allah, 

dan memohon supaya Tuhan menyatakan kebaikan-Nya 

yang penuh rahmat kepadanya: Engkau berfirman: Aku 

mengenal namamu, sebagai teman istimewa dan orang ke-

percayaan, dan juga engkau mendapat kasih karunia di 

hadapan-Ku, melebihi siapa pun. Maka sekarang, kata 

Musa, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadap-

an-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku (ay. 13). 

Tuhan sudah menyatakan perkenanan-Nya kepada bangsa 

itu


Related Posts:

  • keluaran imamat 15 tuk berseru kepada-Nya, demikian pula pengalaman bangsa Israel akan kebaikan Tuhan merupakan pokok yang baik di dalam permohonan Musa: “Kaubawa mereka keluar dari tanah Mesir, meski mereka tidak laya… Read More