tuk
berseru kepada-Nya, demikian pula pengalaman bangsa
Israel akan kebaikan Tuhan merupakan pokok yang baik di
dalam permohonan Musa: “Kaubawa mereka keluar dari
tanah Mesir, meski mereka tidak layak, dan telah menyem-
bah dewa-dewa orang Mesir di sana (Yos. 24:15). Engkau
telah melakukan itu semua dengan tidak mempertimbang-
kan dosa mereka di Mesir, jadi maukah Engkau juga meng-
urungkan niat-Mu untuk membinasakan mereka dengan
tidak memperhitungkan segala dosa yang sama yang mere-
ka lakukan di padang gurun?”
(2) Musa mengutarakan keprihatinannya terkait kemuliaan
Tuhan (ay. 12): Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia
membawa mereka keluar dengan maksud menimpakan
malapetaka kepada mereka? Musa memang mengasihi
orang Israel sebagai bangsanya sendiri yang menjadi tang-
gung jawabnya,namun kemuliaan Allahlah yang menjadi
pokok perhatiannya. Hal ini tertanam jauh lebih dalam
lubuk hatinya melebihi segala sesuatu. Andaikan Israel
harus binasa agar nama Tuhan tidak tercemar, Musa pasti
474
berdiam diri saja dan menerima keputusan-Nya. Akan
tetapi, Musa tidak tahan mendengar cemooh yang akan
ditujukan kepada Allah, sehingga ia bersikeras, Tuhan,
apakah yang akan dikatakan orang Mesir? (KJV) Mata mere-
ka, serta mata semua bangsa di sekeliling mereka, kini se-
dang tertuju pada bangsa Israel. Mulai dari awal petualang-
an yang luar biasa, orang Israel berharap besar akan
sesuatu yang luar biasa di akhir perjalanan mereka. Na-
mun, bila suatu bangsa yang dengan ajaib diselamatkan ini
lalu mendadak binasa, apa kata dunia, khususnya orang
Mesir, yang sangat membenci Israel dan Tuhan bangsa
Israel? Mereka akan berkata, “Tuhan itu lemah dan tidak
mampu, atau berubah-ubah hati-Nya, dan tidak akan,
menyelesaikan karya keselamatan yang telah dimulai-Nya.
Ia membawa bangsa Israel ke gunung bukan supaya
mereka mempersembahkan korban (seperti yang disebut-
sebut mereka sebelumnya),namun untuk dijadikan korban
persembahan.” Orang Mesir tidak akan peduli dengan per-
buatan bangsa Israel yang membangkitkan murka Allah,
yang mereka pikirkan hanyalah bersukaria bahwa Tuhan
berselisih dengan umat-Nya, bahwa Tuhan orang Israel telah
mengerjakan persis seperti yang mereka ingini. Perhatikan
bahwa ikrar pertama kita, seperti ada di dalam Doa
Bapa Kami, yaitu memuliakan nama Allah, sehingga itu
pun harus menjadi seruan pertama kita (Mzm. 79:9)
Janganlah Engkau menghinakan takhta kemuliaan-Mu (Yer.
14:21). Lihat pula Kitab Yeremia 33:8-9. Bila kita dengan
penuh keyakinan menyerukan hal ini kepada Tuhan agar Ia
tidak membinasakan kita, maka kita pun harus menyeru-
kan hal ini kepada diri kita sendiri agar kita tidak menying-
gung hati-Nya. Apakah yang akan dikatakan orang Mesir?
(KJV) Kita harus selalu berhati-hati agar nama Tuhan dan
ketetapan-Nya tidak dicemarkan melalui kita.
(3) Musa menagih janji Tuhan kepada bapa-bapa leluhur
bangsa Israel bahwa Tuhan akan membuat keturunan mere-
ka sebanyak bintang di langit, dan akan memberi tanah
Kanaan sebagai warisan, dan janji ini diteguhkan oleh
suatu sumpah yang dibuat demi diri-Nya sendiri, sebab Ia
tidak dapat bersumpah atas hal lain yang lebih besar di
Kitab Keluaran 32:15-20
475
luar diri-Nya (ay. 13). Janji-janji Tuhan menjadi permohonan
kita di dalam doa, sebab apa yang telah dijanjikan-Nya
akan mampu dilakukan-Nya, dan kehormatan atas kebe-
naran hal ini nyata saat janji-Nya dikabulkan-Nya. “Tu-
han, bila Israel binasa, bagaimana dengan janji-Mu? Ha-
ruskah ketidakpercayaan mereka membatalkan janji-Mu?
Sekali-kali jangan sampai itu terjadi, ya Allah.” Demikian-
lah kita harus memperoleh kekuatan dalam doa hanya dari
Tuhan saja.
IV. Tuhan dengan kasih karunia-Nya melunakkan hukuman-Nya, dan
menyesTuhan Tuhan sebab malapetaka yang dirancangkan-Nya
atas umat-Nya (ay. 14). Meskipun Tuhan berencana menghukum
bangsa Israel, Ia tidak ingin membinasakan mereka. Lihatlah di
sini,
1. Kekuatan doa. Tuhan merelakan diri-Nya mengalah oleh per-
mintaan para pensyafaat yang tiada henti menyampaikan per-
mohonan mereka.
2. Belas kasihan Tuhan kepada para pendosa yang hina, dan bagai-
mana Ia siap memaafkan. Demikianlah Ia telah menyediakan
bukti lain di luar sumpah-Nya bahwa Ia tidak bersuka atas
kematian umat-Nya, sebab Ia tidak hanya mengampuni para
pendosa yang bertobat,namun juga memaafkan dan menunda
hukuman atas dasar syafaat orang lain atas para pendosa.
Musa Menghancurkan
Kedua Loh Batu Hukum Tuhan
(32:15-20)
15 sesudah itu berpalinglah Musa, lalu turun dari gunung dengan kedua loh
hukum Tuhan dalam tangannya, loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya;
bertulis sebelah-menyebelah. 16 Kedua loh itu ialah pekerjaan Tuhan dan tulis-
an itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu. 17 saat Yosua mendengar
suara bangsa itu bersorak, berkatalah ia kepada Musa: “Ada bunyi sorak
peperangan kedengaran di perkemahan.” 18namun jawab Musa: “Bukan bunyi
nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan – bunyi orang me-
nyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar.” 19 Dan saat ia dekat ke
perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka
bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan
dipecahkannya pada kaki gunung itu. 20 Sesudah itu diambilnyalah anak lembu
yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai ha-
476
lus, lalu ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang
Israel.
Inilah,
I. Perkenanan Tuhan kepada Musa, yang terlihat dengan tindakan
Tuhan mempercayakan dua loh kesaksian-Nya, yang meski terbuat
dari batu biasa, jauh lebih bernilai dibandingkan semua permata yang
menghiasi tutup dada Harun. Batu krisolit dari Etiopia pun tidak
mampu menyaingi keduanya (ay. 15-16). Allah, tanpa bantuan
manusia atau malaikat, sejauh terlihat di sini, menulis sendiri
kesepuluh perintah di atas kedua loh batu ini, pada kedua sisi-
nya, beberapa perintah di loh yang satu dan beberapa perintah di
loh yang lainnya, sehingga keduanya dilipat menjadi seperti buku
untuk disimpan di dalam tabut perjanjian.
II. Keakraban Musa dan Yosua. saat Musa sedang berada di dalam
awan, layaknya di ruangan utama, Yosua terus semampunya ber-
ada di dekat Musa dan (seolah-olah) menanti di ruang tunggu
hingga Musa akhirnya keluar, agar Yosua siap membantu Musa
segera. Terlebih lagi, meski Yosua sendirian selama empat puluh
hari ada kemungkinan diberi makan manna, ia tidak lelah me-
nunggu, seperti orang Israel adanya, sehingga saat Musa turun,
ia pun turun bersamanya dan tidak turun sendirian mendahului
Musa. Lalu, di sini kita diberitahu mengenai apa yang mereka
pikirkan saat mendengar sorak-sorai dari perkemahan (ay. 17,
18). Meskipun Musa telah sekian lama bisa langsung bergaul
dengan Allah, namun ia tidak merasa tinggi hati untuk berbicara
dengan bebas dengan bujangnya Yosua. Orang-orang yang dipilih
Tuhan tetap dijaga-Nya agar tidak besar hati. Musa pun tidak
sungkan membahas tentang permasalahan yang ada di per-
kemahan bangsa Israel. Paulus yang terberkati itu pun sangat
peduli terhadap jemaat di bumi, meski dirinya pernah diangkat ke
tingkat yang ketiga dari sorga, tempat ia mendengar kata-kata
yang tak terucapkan. Yosua, sebagai seseorang yang berasal dari
dunia militer dan memimpin sekumpulan tentara pilihan, khawa-
tir bahwa ada bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan
dan ia tidak ada di sana. Akannamun , Musa telah menerima peri-
ngatan akan hal itu dari Allah, jadi ia lebih dapat membedakan
suara ini , dan mengerti bahwa itu yaitu bunyi orang me-
Kitab Keluaran 32:15-20
477
nyanyi berbalas-balasan. Namun, Musa tampaknya tidak mem-
beritahu Yosua mengenai peristiwa di belakang nyanyian ini .
Kita memang tidak boleh tergesa-gesa mengumumkan kesalahan
sesama kita, sebab itu akan segera terkuak dengan sendirinya.
III. Amarah Musa yang besar dan sepantasnya terhadap bangsa Israel
sebab pemujaan berhala yang mereka perbuat. Dengan sudah
mengetahui apa yang akan dijumpainya, Musa saat ini paham
akan keberadaan patung anak lembu emas, serta perayaan yang
diselenggarakan orang Israel untuknya. Musa menyaksikan kegi-
rangan mereka di tengah kepergiannya, betapa cepatnya ia dilu-
pakan di antara mereka, dan betapa acuhnya mereka terhadap
dirinya dan kepulangannya. Pantaslah saja jika Musa merasa ter-
hina dengan penghinaan ini,namun ia tidak begitu merasakan
kesedihan ini. Hatinya justru lebih merasakannya sebagai penis-
taan terhadap Tuhan dan perbuatan memalukan dari bangsanya.
Lihatlah perubahan besar yang terjadi, bila orang turun dari
gunung sesudah bersekutu dengan Tuhan dan menemukan dirinya
kembali di tengah-tengah dunia yang berada di bawah kuasa si
jahat. Di dalam Allah, tiada lain yang kita jumpai selain apa yang
murni dan berkenan, sementara di dalam dunia, tiada lain selain
kecemaran dan penghasutan. Musa yaitu seorang dengan hati
yang paling lembut di dunia,namun saat ia melihat anak lembu
dan melihat orang menari-nari, bangkitlah amarah Musa. Catatlah,
hukum kelemahlembutan tidaklah dilanggar saat kita marah
terhadap kejahatan yang diperbuat orang-orang fasik. Orang ma-
rah dan tidak diperhitungkan sebagai berbuat dosa yaitu jika ia
marah terhadap dosa yang melawan Allah, walaupun ia sendiri
tidak akan marah terhadap kesalahan yang melawan dirinya sen-
diri. Jemaat di Efesus terkenal akan kesabaran mereka, namun
mereka tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat (Why. 2:2).
Kita harus senantiasa menyangkal diri terhadap kehendak sen-
diri, namun bergiat terhadap kehendak Allah. Musa menunjukkan
bahwa dirinya sangat marah dengan memecahkan kedua loh batu
dan membakar anak lembu, agar dengan memperlihatkan kege-
ramannya yang luar biasa, ia mampu menyadarkan bangsa Israel
akan besarnya dosa yang mereka perbuat, yang tentu akan segera
mencari-cari alasan kuat untuk melakukannya bila saja Musa
478
tidak memperlihatkan amarahnya sebagai seorang yang sungguh-
sungguh ingin agar mereka insaf.
1. Untuk menginsafkan mereka bahwa mereka telah melenyap-
kan dan kehilangan perkenanan Allah, kedua loh itu dipecah-
kan Musa (ay. 19). Meskipun Tuhan sudah mengetahui dosa
bangsa Israel sebelum Musa turun dari gunung, Tuhan tidak
memerintahkan Musa untuk meninggalkan kedua loh batu,
tetapi tetap memberi nya kepada Musa untuk dibawanya
dalam tangannya, agar mereka dapat melihat betapa besar
keinginan Tuhan untuk membawa mereka masuk ke dalam
perjanjian dengan diri-Nya sendiri, dan bahwa tiada lain selain
dosa mereka sendiri yang mencegah hal itu terjadi. Namun,
saat kesalahan Efraim tersingkap seperti dalam Hosea 7:1,
Tuhan menaruh kehendak di dalam hati Musa untuk memecah-
kan kedua loh batu di depan bangsa Israel (seperti diperlihat-
kan di Ul. 9:17), supaya peristiwa itu lebih menggugah hati
mereka dan memenuhi mereka dengan kegelisahan akan
berkat-berkat yang baru direnggut dari hadapan mereka. De-
ngan demikian, sebab pelanggaran besar bangsa Israel terha-
dap perjanjian dengan Allah, pernyataan tertulis dari perjanji-
an itu pun dipecahkan, bahkan saat pernyataan itu sudah
siap dimeterai. Catatlah, tanda terbesar dari kemarahan Tuhan
terhadap siapa pun yaitu saat Ia menarik hukum-Nya dari
mereka. Pecahnya loh-loh batu yaitu pecahnya tongkat kemu-
rahan dan ikatan (Za. 11:10, 14), dan ini membuat manusia
tidak lagi bernaung di rumah Tuhan dan binasa. Beberapa
orang beranggapan bahwa Musa berdosa dengan memecahkan
loh-loh batu Allah, dan bahwa di dalam kemarahan, manusia
berpotensi melanggar segala perintah Allah. Akannamun ,
tampaknya tindakan Musa itu merupakan suatu tindakan ke-
adilan ketimbang nafsu belaka, dan kita tidak melihat bahwa
Musa membicarakan hal itu sesudah nya dengan penyesalan
(Ul. 9:17).
2. Untuk menginsafkan mereka, bahwa mereka telah mengikat
diri dengan Tuhan yang tidak dapat menolong mereka, Musa
membakar anak lembu itu (ay. 20) dan menggilingnya sampai
halus. Lalu, agar serbuk hasil penggilingan anak lembu itu
diketahui oleh seluruh perkemahan, Musa menaburkannya ke
atas air yang diminum mereka semua. Agar jelas terlihat bah-
Kitab Keluaran 32:21-29
479
wa suatu berhala tidak berarti apa-apa di dunia (1Kor. 8:4,
KJV), Musa menghancurleburkannya sedemikian rupa hingga
tak lagi berwujud. Untuk menunjukkan bahwa ilah-ilah palsu
tidak mampu menolong para penyembahnya, Musa di sini
menunjukkan bahwa ilah-ilah palsu itu bahkan tidak dapat
menyelamatkan diri mereka sendiri (Yes. 46:1-2). lalu ,
untuk mengajari kita bahwa semua barang yang dipakai dalam
penyembahan berhala harus disingkirkan, dan bahwa nama
para Baal harus dijauhkan, maka serbuk gilingan anak lembu
itu pun diserakkan. Serbuk emas memang sangat berharga
(menurut kita), sehingga dengan hati-hati dikumpulkan,namun
serbuk gilingan anak lembu itu sangat memuakkan, sehingga
harus diserakkan dengan rasa najis. Dengan demikian, ber-
hala-berhala perak dan emas harus dilemparkan kepada tikus
dan kelelawar (Yes. 2:20; 30:22), dan Efraim akan berkata,
Apakah lagi sangkut pautku dengan berhala-berhala? Tindak-
an Musa mencampur serbuk gilingan anak lembu emas de-
ngan air yang diminum oleh bangsa Israel, menunjukkan ke-
pada mereka bahwa kutukan yang telah mereka datangkan
bagi diri mereka sendiri akan bercampur baur dengan segala
kesenangan mereka dan memicu kepahitan kepada me-
reka. Kutukan itu akan masuk ke dalam perut mereka laksana
air dan menyusup ke dalam tulang-tulang mereka laksana mi-
nyak. Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan
jalannya. Ia akan minum sembari mempersiapkan sendiri mi-
numannya itu. Memang, air ini layaknya air yang di Mara itu.
Musa Mencerca Harun;
Pemusnahan Para Penyembah Berhala
(32:21-29)
21 Lalu berkatalah Musa kepada Harun: “Apakah yang dilakukan bangsa ini
kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada
mereka?” 22namun jawab Harun: “Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau
sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata. 23 Mereka berkata kepa-
daku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab
Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir – kami
tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. 24 Lalu aku berkata kepada
mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka
memberi nya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan
keluarlah anak lembu ini.” 25 saat Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti
kuda terlepas dari kandang – sebab Harun telah melepaskannya, sampai
480
menjadi buah cemooh bagi lawan mereka – 26 maka berdirilah Musa di pintu
gerbang perkemahan itu serta berkata: “Siapa yang memihak kepada TUHAN
datanglah kepadaku!” Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani
Lewi. 27 Berkatalah ia kepada mereka: “Beginilah firman TUHAN, Tuhan Israel:
Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya
dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke
pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan
temannya dan tetangganya.” 28 Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan
Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa
itu. 29 lalu berkatalah Musa: “Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada
TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan
saudaranya – yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini.”
sesudah memperlihatkan gusarnya yang setimpal dengan dosa orang
Israel dengan cara memecahkan loh batu dan membakar anak lembu,
Musa melanjutkan tindakannya sebagai wakil Tuhan dengan meng-
hadapi para pendosa dan menuntut pertanggungjawaban mereka. Ia
mewakili Tuhan yang tidak hanya merupakan Tuhan yang suci dan
membenci dosa,namun juga Tuhan yang adil dan bertekad demi kehor-
matan-Nya mengganjar segala perbuatan dosa (Yes. 59:18). Nah,
I. Musa mengawalinya dengan Harun, seperti Tuhan mengawalinya
dengan Adam, sebab Harun yaitu orang yang diberi tanggung
jawab atas orang Israel, meski ia bukanlah yang pertama dalam
hal pelanggaran ini,namun sebab Harun ikut terpancing ke
dalamnya. Perhatikan di sini,
1. Teguran Musa yang sepantasnya kepada Harun (ay. 21). Musa
tidak memerintahkan agar Harun ikut dibunuh seperti orang-
orang yang menjadi otak di balik perbuatan dosa ini (ay.
27). Perhatikan, satu perbedaan yang sangat besar akan
dibuat antara mereka yang dengan sengaja bergegas berbuat
dosa dan mereka yang oleh tipu daya terbujuk berbuat dosa.
Antara mereka yang menangkap dosa yang menjauh dari me-
reka dan mereka yang tertangkap oleh dosa, yang dari pada-
nya mereka berusaha melarikan diri. Lihatlah Kitab Galatia
6:1. Ini tidak berarti bahwa Harun tidak layak dibunuh sebab
dosa ini, hanya saja Musa secara khusus berdoa demi Harun,
seperti terlihat di Kitab Ulangan 9:20. Dan sesudah Musa ber-
hasil meyakinkan Tuhan demi Harun untuk menyelamatkannya
dari kematian, Musa pada bagian ini menghardik Harun de-
ngan keras untuk membuatnya bertobat. Musa membuat
Harun berpikir,
Kitab Keluaran 32:21-29
481
(1) Apa yang telah dilakukannya kepada bangsanya: Engkau
telah mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka.
Dosa penyembahan berhala yaitu dosa yang besar, sangat
besar sehingga kejahatannya tak terkatakan. Kumpulan
orang banyak sebagai penggerak pertama dapat dikatakan
mendatangkan dosa ini kepada Harun,namun Harun
sebagai pemimpin, yang seharusnya mencegah dosa itu ter-
jadi malah membantu dan menyokongnya, dapat dikatakan
mendatangkan dosa ini kepada umat Israel, sebab ia
mengeraskan hati dan menguatkan perbuatan mereka.
Suatu hal yang aneh bila para pemimpin menyetujui rakyat
yang dipimpinnya berkanjang dalam dosa, dan merestui
hal yang seharusnya mereka tentang. Perhatikan, pada
umumnya, mereka yang mendatangkan dosa bagi sesama,
entah dengan menarik mereka untuk berbuat dosa atau
mendukung mereka untuk terus berkanjang di dalamnya,
memicu kerusakan yang lebih besar dibandingkan yang
mereka pikir. Kita sangat membenci mereka yang kepada-
nya kita datangkan dosa atau yang sebab nya kita menjadi
berdosa (Im. 19:17). Mereka yang turut bersama-sama
berbuat dosa sesungguhnya membantu merusak sesama-
nya itu, dan pada akhirnya saling menghancurkan.
(2) Apa yang menggerakkan Harun berbuat demikian: Apakah
yang dilakukan bangsa ini kepadamu? Musa beranggapan
bahwa pasti ada sesuatu yang luar biasa yang memaksa
Harun berbuat demikian, sehingga ia berusaha menemu-
kan alasan bagi kakaknya itu, sebab ia tahu bahwa hati
Harun itu tulus: “Apakah yang dilakukan bangsa ini?
Apakah mereka mendesakmu dengan keras dan memak-
samu melakukannya? Mengapa engkau berani menyakiti
hati Allahmu untuk menyenangkan hati manusia? Apakah
mereka mendesak-desak engkau terus sampai engkau
menyerah? Apakah sudah sedemikian rendahnya keteguh-
an hatimu hingga engkau tunduk kepada tuntutan orang
banyak? Apakah mereka mengancam akan merajam eng-
kau, dan masakan engkau tidak mampu mengancam balik
mereka dengan peringatan-peringatan dari Tuhan sehingga
membuat mereka ketakutan melebihi upaya mereka mena-
kut-nakutimu?” Ingatlah, jangan pernah kita mau tertarik
482
ke dalam dosa oleh apa pun yang manusia katakan atau
lakukan kepada kita, sebab itu tidak akan membenarkan
tindakan kita jika kita tertarik ke dalam dosa. Manusia
hanya dapat menggoda kita berbuat dosa dan tidak pernah
dapat memaksa kita. Manusia hanya dapat menakut-nakuti
kita. Bila kita tidak tunduk kepadanya, mereka tidak dapat
menyakiti kita.
2. Alasan Harun yang tidak masuk akal untuk membela diri. Kita
akan berharap bahwa Harun menyatakan pertobatannya dari
dosa itu dan bukannya melakukan apa yang dilakukannya
saat ini. Akannamun , dari apa yang diucapkannya pada bagian
ini, ia sangat tidak mencerminkan bahasa seseorang yang
bertobat. Bila seseorang yang benar jatuh ke dalam dosa, ia
akan bangkit lagi meskipun mungkin tidak dengan segera.
(1) Harun hanya berusaha meredakan amarah Musa, padahal
ia pertama-tama harus terlebih dulu meredakan amarah
Allah: Janganlah bangkit amarah Tuanku (ay. 22).
(2) Harun menjadikan orang Israel sebagai kambing hitam:
Bangsa ini jahat semata-mata, dan mereka berkata kepada-
ku: Buatlah untuk kami allah. Sudah menjadi kebiasaan
kita untuk berusaha memindahtangankan kesalahan kita.
Sifat ini memang sudah tertanam dalam diri manusia,
seperti yang juga diperbuat Adam dan Hawa. Dosa yaitu
laksana anak bengal yang tidak mau diakui oleh siapa pun.
Harun, yang sekarang sebenarnya merupakan pemimpin
utama bangsa Israel dan berkuasa atas rakyatnya, malah
mengadu bahwa rakyatnya telah menundukkannya. Ia,
yang sesungguhnya berwenang mengekang rakyatnya, ma-
lah takluk kepada mereka sebab kekerdilan tekadnya.
(3) Kekerdilan Harun tidak akan bertambah seandainya ia
tidak turut menyalahkan Musa, sebagai pihak yang turut
mendukung terjadinya dosa itu dengan tinggal begitu lama
di atas gunung, dengan tanpa sebab mengulang sangkaan
jahat orang Israel, Sebab Musa ini, kami tidak tahu apa
yang telah terjadi dengan dia (ay. 23).
(4) Harun mengelak dan menyembunyikan andilnya di dalam
perbuatan dosa itu, seolah-olah ia hanya berperan memin-
ta mereka menanggalkan emas yang mereka punya, dan
Kitab Keluaran 32:21-29
483
berusaha mengolah emas yang diberikan kepadanya. Lalu,
dengan kekanak-kanakan, ia berujar bahwa saat kum-
pulan emas itu dilemparkannya ke dalam api, entah secara
kebetulan atau oleh ilmu sihir orang-orang dari berbagai-
bagai bangsa yang turut bersama mereka (seperti yang
dikhayalkan pada penulis Yahudi), keluarlah patung anak
lembu. Tanpa ada satu kata pun terucap tentang andilnya
dalam membentuk dan memahat patung itu (ay. 24). Akan
tetapi, Musa di sini mencatat yang telah Harun perbuat
demi diketahui semua orang dari segala zaman (ay. 4), mes-
ki Harun sendiri menyangkalnya. Perhatikan di sini, Siapa
menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung,
sebab cepat atau lambat pelanggaran itu akan terkuak.
Ya, inilah semua ucapan Harun untuk membela dirinya
sendiri. Sesungguhnya, akan lebih baik bila ia tidak meng-
ucapkan sepatah kata pun, sebab pembelaannya hanya-
lah memperparah kejahatannya. Namun demikian, Harun
tidak hanya diampuninamun juga dipilih, sebab saat
dosa melimpah, kasih karunia lebih berlimpah lagi.
II. Umat Israel menjadi pihak yang selanjutnya diadili atas dosa ini.
Kehadiran Musa segera menghentikan pesta pora mereka dan
mengubah tari-tarian menjadi kegentaran. Orang-orang yang men-
desak Harun agar tunduk dan hanyut bersama dalam perbuatan
dosa mereka, kini takut menatap wajah Musa dan tidak berkutik
sedikit pun menghadapi kerasnya penghukuman, yang oleh Musa
dianggap pantas dijatuhkan baik atas berhala maupun para pe-
mujanya. Perhatikan, segala dosa yang diperbuat dengan sangat
berani tidak mustahil untuk dijadikan hina, saat para pelaku-
nya lari tunggang langgang di tengah kebingungan. Raja yang ber-
semayam di atas kursi pengadilan memporak-porandakan segala
yang jahat dengan matanya (KJV). Ada dua hal yang perlu diper-
hatikan di sini:
1. Bagaimana bangsa Israel dipermalukan oleh dosa yang mereka
perbuat: Bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang (ay. 25,
KJV: telanjang bulat), bukan sebab sebagian dari mereka tidak
lagi beranting-anting (yang sebenarnya tidak terlalu berarti),
tetapi sebab mereka telah kehilangan akhlak dan menjadi
hina akibat perilaku tidak tahu berterima kasih kepada Sang
484
Pelindung mereka yang terbaik, serta akibat pemberontakan
dan pengkhianatan terhadap Tuhan mereka yang benar.
Sungguh suatu hal yang memalukan dan noda yang tercela
bahwa mereka menukar Kemuliaan mereka dengan bangunan
sapi jantan. Bangsa-bangsa lain menyombongkan diri dengan
menyatakan bahwa mereka berlaku benar terhadap allah-Tuhan
palsu mereka, sementara di sisi lain, Israel hanya bisa tersipu
malu sebab telah berlaku palsu terhadap Tuhan yang benar.
Demikianlah mereka telanjang sebab segala pernak-pernik
mereka dilucuti dan mereka pun terpapar kehinaan. Segala
kelengkapan baju perang mereka telah tanggal, sehingga
celaan pun mudah mendera. Demikianlah nenek moyang kita
yang menjadi telanjang sampai menjadi buah cemooh akibat
dosa mereka. Perhatikan, mereka yang menista Tuhan sesung-
guhnya mendatangkan kenistaan terbesar bagi diri mereka
sendiri. Inilah yang dilakukan bangsa Israel di sini, dan inilah
yang sungguh membuat Musa khawatir, meski mereka sendiri
tidak menyadarinya. Musa melihat bahwa bangsa itu telanjang
bulat (KJV).
2. Jalan yang diambil Musa untuk menyingkirkan celaan ini dari
bangsa Israel, yaitu tidak dengan menyembunyikan dosa itu,
atau menutup-nutupinya dengan macam-macam alasan,
tetapi dengan menghukum bangsa itu atas dosa itu, sehingga
dengan demikian memberi kesaksian yang melawan dosa itu di
hadapan semua orang. Tiap kali mereka diingatkan kembali
dengan kenyataan bahwa mereka telah membuat anak lembu
di Horeb, mereka dapat berkata kepada orang-orang yang
mencela mereka, bahwa meski betul ada sebagian dari mereka
yang melakukan dosa demikian, namun keadilan tetap dite-
gakkan atas mereka. Para pemimpin mereka melarang dosa itu
dan tidak membiarkan para pelakunya bebas tanpa hukuman.
Mereka memang berbuat dosa itu,namun mereka harus mem-
bayar harga yang teramat mahal sebab nya. Demikianlah
Tuhan berfirman, harus kauhapuskan yang jahat itu (Ul. 13:5).
Perhatikan di sini,
(1) Oleh siapa pembalasan sebagai hukuman atas dosa itu
dilaksanakan, yaitu oleh bani Lewi (ay. 26, 28). Bukan oleh
tangan Tuhan secara langsung, seperti yang terjadi kepada
Nadab dan Abihu,namun oleh pedang manusia, untuk
Kitab Keluaran 32:21-29
485
mengajar mereka bahwa pemujaan berhala yaitu kejahat-
an yang patut dihukum oleh hakim, sebab Tuhan yang di
atas telah diingkari (Ayb. 31:28; Ul. 13:9). Penghukuman
harus dilaksanakan melalui pedang yang dihunus oleh
saudara-saudara mereka sendiri, agar penegakan keadilan
itu membawa kehormatan yang lebih besar bagi bangsa itu.
Lagi pula, jika mereka harus mati di tangan sesama mere-
ka, ini lebih baik dibandingkan mereka harus melarikan diri
dari hadapan musuh. Peran algojo bagi orang-orang yang
bersalah ini harus diemban oleh orang-orang pilihan
yang tidak bersalah dari antara mereka, agar menjadi sua-
tu peringatan yang baik bagi mereka untuk tidak berbuat
hal yang serupa di lain waktu. Selain itu, penetapan
saudara-saudara mereka untuk melakukan tugas yang
sangat tidak menyenangkan itu, yang sungguh bertentang-
an dengan keinginan mereka, yakni untuk membunuh
tetangga mereka sendiri, merupakan sebuah hukuman
kepada mereka juga, sebab mereka enggan tampil untuk
mencegah dan menentang dosa ini . Suku Lewi secara
khusus ditunjuk untuk melaksanakan penghukuman, ka-
rena tampaknya jumlah orang di antara mereka yang tidak
ikut melakukan dosa kecemaran itu lebih banyak dibandingkan
suku lainnya. Kenyataan ini sesungguhnya merupakan
sesuatu yang terpuji, mengingat Harun, yang yaitu kepala
suku Lewi, jauh terlibat di dalam dosa ini . Nah,
kepada kita disampaikan,
[1] Bagaimana kaum Lewi dipanggil untuk mengerjakan
tugas ini: Berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan,
yakni tempat penghakiman. Di sanalah ia mengangkat
panji-panji, demi nama kebenaran, untuk mendapatkan
bala tentara bagi Allah. Ia berseru, Siapa yang memihak
kepada Tuhan? Para pemuja berhala telah menegakkan
patung anak lembu emas sebagai panji-panji mereka,
dan sekarang Musa pun menegakkan panji-panjinya
untuk melawan mereka. Pada saat ini, Musa menyelu-
bungkan dirinya dengan kecemburuan sebagai jubah,
dan memanggil semua orang yang memihak kepada
Tuhan untuk tampil melawan patung anak lembu emas.
Ia tidak berseru seperti Yehu, “Siapa yang di pihakku
486
(2Raj. 9:32), untuk membalas penghinaan yang ditimpa-
kan kepadaku?”namun , Siapa yang memihak kepada
Tuhan? Kepentingan Allahlah yang dikedepankan Musa
untuk melawan orang-orang yang melakukan kejahatan
(Mzm. 94:16). Perhatikan di sini. Pertama, ada dua
kepentingan besar yang berkuasa di dunia, dan semua
anak manusia pasti memihak kepada satu atau yang
lain. Kepentingan dosa dan kejahatan yaitu kepenting-
an Iblis, dan semua orang jahat memihak kepada ke-
pentingan ini. Sementara itu, kepentingan kebenaran
dan kesucian merupakan kepentingan Allah, dan semua
orang saleh memihak kepada pihak ini. Tidak ada
daerah di tengah di antara keduanya. Kedua, kita harus
mengetahui apakah kita berada di pihak Tuhan atau
tidak. Ketiga, jumlah orang yang berada di pihak-Nya
lebih sedikit, dan terkadang sesungguhnya lebih sedikit
dibandingkan yang tampak. Keempat, Tuhan sesekali me-
manggil mereka yang berada di kubu-Nya untuk tampil
bagi Dia, sebagai saksi, tentara, atau perantara.
[2] Bagaimana kaum Lewi mendapat perintah untuk me-
laksanakan tugas ini (ay. 27): Biarlah masing-masing
membunuh saudaranya, atau dengan kata lain, “Bunuh-
lah mereka yang kau ketahui berperan besar membuat
dan menyembah patung anak lembu emas, meski mere-
ka saudara atau sahabat terdekatmu.” Kejahatan itu
dibuat di depan umum, sehingga orang-orang dari
kaum Lewi dapat melihat siapa saja yang mereka kenal
yang terlibat di dalamnya, dan sebab itu tidak perlu
tuntunan lain dibandingkan apa yang mereka lihat sendiri
siapa yang harus mereka bunuh. Dan ada kemung-
kinan sebagian besar orang yang bersalah bisa dikenali
atau diketahui oleh beberapa orang Lewi yang menjadi
algojo. Namun, mereka tampaknya hanya diperbolehkan
membunuh orang-orang yang mereka temui di jalan
dari pintu gerbang ke pintu gerbang perkemahan itu,
sebab Musa mungkin berharap, bahwa para pelaku
kejahatan yang sudah masuk ke dalam kemah mereka
masing-masing telah menjadi malu akan perbuatan
mereka dan sedang berlutut memohon ampun. Mereka
Kitab Keluaran 32:21-29
487
yang terus berkanjang di dalam dosa dan tidak merasa
malu akan kejijikan yang mereka kerjakan akan tersan-
dung jatuh (Yer. 8:12). Akannamun , bagaimana orang-
orang Lewi dapat menghadapi kumpulan massa yang
mungkin sangat murka sebab patung anak lembu me-
reka dibakar? Jawabannya mudah. Rasa bersalah
memicu ketakutan di hati para pelaku kejahatan,
sementara pengutusan ilahi mengobarkan semangat
para algojo. Selain itu, ada satu hal lagi yang membang-
kitkan semangat mereka, yakni perkataan Musa beri-
kut, Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada Tuhan,
supaya kamu diberi berkat. Ini menunjukkan bahwa
saat ini merekalah yang layak untuk dipercayakan
dengan kedudukan tinggi, dan jika mereka menerima
kepercayaan ini sekarang, mereka dipandang sebagai
kaum yang membaktikan diri kepada Tuhan dan tugas
panggilan-Nya, dan suku mereka akan diberi kehormat-
an luar biasa. Tuhan akan menguduskan bagi diri-Nya
sendiri suatu umat yang membaktikan diri mereka
kepada-Nya. Mereka yang mengerjakan tugas panggil-
an-Nya akan memperoleh kehormatan. Dan, bila kita
memberi diri mau melayani-Nya, Ia akan memberkati
kita secara khusus. Ada berkat yang dilimpahkan
secara khusus untuk kaum Lewi. Nah, Musa berkata,
“Baktikanlah dirimu kepada Tuhan, agar engkau men-
jadi layak menerima berkat-Nya.” Kaum Lewi bertugas
membantu di dalam persembahan korban bagi Allah,
dan sekarang mereka harus memulai dengan persem-
bahan korban para orang berdosa ini demi kehormatan
keadilan ilahi. Mereka yang bertugas melayani perkara-
perkara kudus tidak hanya harus berhati tulus dan
sungguh-sungguh,namun juga hangat dan bersemangat,
berani dan berhati besar, demi Tuhan dan kesalehan.
Demikianlah semua orang Kristen, khususnya para
gembala, harus meninggalkan bapa dan ibunya, dan
mengutamakan pelayanan kepada Kristus dan kepen-
tingan-Nya jauh di atas kerabat mereka yang paling
dekat dan erat, sebab jika kita mengasihi kerabat
kita lebih dibandingkan Kristus, kita tidak layak bagi-Nya.
488
Lihatlah bagaimana semangat kaum Lewi ini mendapat
pujian (Ul. 33:9).
(2) Kepada siapa pembalasan itu dijalankan: Pada hari itu
tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu (ay. 28).
Mungkin jumlah ini hanya sedikit bila melihat betapa
banyaknya orang yang bersalah. Namun, ini yaitu orang-
orang yang mengepalai pemberontakan, dan mereka ini
dipilih dan dijadikan contoh guna memicu ketakutan
bagi orang lain. Mereka yang bersorak-sorai dan menari di
pagi hari, mati tenggelam di dalam darah mereka sendiri
sebelum malam tiba. Penghakiman Tuhan terkadang menda-
tangkan perubahan mendadak bagi para pendosa yang
merasa aman dan terus berkanjang di dalam dosa, seperti
halnya Belsyazar sesudah peristiwa tulisan pada kapur din-
ding istana raja oleh jari-jari tangan manusia. Semua ini
ditulis guna menjadi peringatan bagi kita: Jangan kita
menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti bebe-
rapa orang dari mereka (1Kor. 10:7).
Musa Menengahi
(32:30-35)
30 Keesokan harinya berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Kamu ini telah
berbuat dosa besar,namun sekarang aku akan naik menghadap TUHAN, mung-
kin aku akan dapat mengadakan pendamaian sebab dosamu itu.” 31 Lalu
kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: “Ah, bangsa ini telah
berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat Tuhan emas bagi mere-
ka. 32namun sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu – dan
jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kau-
tulis.” 33namun TUHAN berfirman kepada Musa: “Siapa yang berdosa kepada-
Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku. 34namun
pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan
kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu,namun pada hari pem-
balasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka.” 35 De-
mikianlah TUHAN menulahi bangsa itu, sebab mereka telah menyuruh
membuat anak lembu buatan Harun itu.
sesudah menegakkan keadilan kepada para pelaku pemberontakan
yang utama, Musa pada bagian ini berurusan dengan bangsa Israel
dan dengan Allah.
I. Dengan bangsa Israel untuk membuat mereka bertobat (ay. 30).
Kitab Keluaran 32:30-35
489
1. sesudah segelintir dari mereka dibunuh, supaya jangan sampai
mereka yang tersisa berpikir bahwa mereka bebas dari hu-
kuman, maka Musa di sini berkata kepada mereka yang masih
hidup, Kamu ini telah berbuat dosa besar, sehingga meskipun
kamu dapat lolos kali ini, jikalau kamu tidak bertobat, kamu
semua akan binasa atas cara demikian. Agar mereka tidak
mengganggap enteng dosa mereka itu, ia menyebutnya di
hadapan mereka sebagai dosa besar. Juga, jangan sampai me-
reka berpikir diri mereka tidak bersalah, walau mungkin tidak
semua dari mereka sebersalah orang-orang yang dibunuh, ia
berkata kepada mereka semua, Kamu ini telah berbuat dosa
besar. Pekerjaan para hamba Tuhan yaitu menunjukkan
kepada umat dosa-dosa mereka serta besarnya dosa-dosa
mereka itu. “Kamu telah berbuat dosa, dan sebab itu kamu
binasa bila dosamu tidak diampuni, selamanya binasa tanpa
Juruselamat. Setiap dosa yaitu dosa besar, dan dosa besar
mengundang kesedihan besar, sebab dosa itu mendatangkan
bahaya besar bagimu.” Untuk membuka mata mereka terha-
dap besarnya dosa yang telah mereka perbuat, Musa menjelas-
kan sulitnya memperbaiki hubungan yang telah rusak dengan
Allah.
(1) Pendamaian tidak akan terwujud kecuali Musa sendiri naik
menghadap Tuhan dengan sepenuh hati, dan memberi
perhatian sedalam dan sekhidmat yang telah ditunjukkan-
nya saat menerima hukum Allah. Namun demikian,
(2) Tetap saja tindakan Musa untuk mengadakan pendamaian
bagi dosa bangsa Israel ini tidaklah pasti akan berhasil.
Perkara ini sangat penuh bahaya. Hal ini seharusnya
menginsafkan kita bahwa ada kejahatan yang sangat besar
yang ada dalam setiap dosa, sehingga siapa saja yang
berusaha mengadakan pendamaian sebab nya akan meng-
alami kesulitan sebab ia harus naik menghadap Tuhan
dengan darahnya sendiri untuk mengadakan pendamaian.
Keganasan dosa terlihat di dalam harga tebusan yang
harus dibayar.
2. Sekalipun demikian, bangsa Israel merasa terhibur saat
kepada mereka dikatakan bahwa mereka telah berbuat dosa
besar, saat mendengar bahwa Musa, yang sangat diperkenan
490
di dalam sorga dan sangat memperhatikan mereka, akan naik
menghadap Tuhan guna mengadakan pendamaian bagi mereka.
Penghiburan selalu menyertai keinsafan: pertama-tama timbul
luka, lalu ada kesembuhan. Demikianlah pertama-tama, per-
lihatkan besarnya dosa yang orang perbuat, lalu per-
kenalkan pendamaian atas dosa itu, dan beri mereka harapan
akan adanya belas kasih. Musa akan naik menghadap Tuhan,
dan mungkin ia dapat mengadakan pendamaian atas dosa itu.
Kristus Sang Pengantara telah bertindak dengan kepastian
yang jauh lebih besar dibandingkan Musa, sebab Ia telah ada di
pangkuan Bapa dan sangat mengerti semua keputusan kehen-
dak-Nya. Akannamun , sebagai para pemohon yang hina, kita
semua mendapat cukup penghiburan saat berdoa memohon
belas kasihan Tuhan, meski kita tidak memiliki janji yang
pasti akan mendapatkannya. Di dalam Zefanya 2:3 dikatakan,
mungkin kamu akan terlindung. Di dalam doa syafaat kita bagi
sesama, kita harus memohon dengan rendah hati kepada
Allah, dan mungkin Tuhan memberi kesempatan kepada
mereka untuk bertobat (2Tim 2:25).
II. Musa memohon pengampunan kepada Allah. Perhatikan,
1. Betapa menyedihkannya perkataan Musa. Musa menghadap
Tuhan, bukan untuk menerima petunjuk mengenai Kemah
Suci, sebab kali ini tidak ada pertemuan mengenai hal itu.
Demikianlah dosa dan kebodohan manusia sangat merepotkan
para sahabat dan gembala mereka sebab mengganggu peker-
jaan yang sedang giat-giatnya dikerjakan. Musa pada pertemu-
an kali ini mengungkapkan,
(1) Kebenciannya yang sangat besar terhadap dosa bangsanya
(ay. 31). Ia berkata layaknya seseorang yang muak akan ke-
ngerian dosa itu: Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar.
Allahlah yang pertama kali berfirman kepada Musa akan
dosa itu (ay. 7), dan sekarang Musalah yang ganti menyam-
paikan akan hal itu dengan ratapan. Musa tidak menyebut
mereka sebagai umat-Nya, sebab ia tahu mereka tidak
layak disebut demikian, mengingat bangsa ini, kumpulan
pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih ini, telah
membuat Tuhan emas untuk diri mereka sendiri. Menjadi-
Kitab Keluaran 32:30-35
491
kan emas sebagai Tuhan jelas merupakan suatu dosa besar,
seperti halnya orang-orang yang menjadikan emas atau
harta sebagai tujuan hidupnya dan mengarahkan sepenuh
hati mereka kepadanya. Musa tidak berusaha mencari-cari
alasan atau memperhalus dosa itu,namun apa yang disam-
paikannya kepada bangsa Israel dengan kecaman, disam-
paikannya kepada Tuhan dalam bentuk pengakuan dosa:
Bangsa ini telah berbuat dosa besar. Musa tidak datang
untuk meminta maaf,namun untuk mengadakan pendamai-
an. “Tuhan, ampunilah dosa mereka itu, sebab besar kesa-
lahan itu” (Mzm. 25:11).
(2) Keinginannya yang sangat besar untuk kesejahteraan
bangsanya (ay. 32):namun sekarang, dosa itu tidaklah sebe-
sar belas kasihan-Mu yang tiada berbatas untuk Engkau
ampuni, sehingga kiranya Engkau mengampuni dosa mere-
ka itu. sesudah itu, apa, Musa? Ungkapan berikut ini tidak
terduga datangnya, “Kiranya Engkau mengampuni dosa
mereka, maka aku tidak meminta apa pun lagi. Kiranya
Engkau mengampuni dosa mereka, maka Engkau akan di-
muliakan, dan aku akan sangat bersukacita sebab sya-
faatku terpenuhi.” Ini serupa dengan ungkapan pengurus
kebun anggur (Luk. 13:9), Kiranya ia berbuah (KJV), atau,
Kiranya Engkau mengampuni, memiliki arti yang serupa
dengan, “Andai kata Engkau mengampuni!” seperti di
dalam Injil Lukas 19:42, Jika engkau mengerti, atau Andai
kata engkau mengerti. “Akannamun jika tidak, bila kepu-
tusannya telah bulat dan tidak ada yang dapat dilakukan
untuk mencegah mereka dari kebinasaan, bila hukuman
yang telah dijatuhkan kepada banyak orang ini belum
cukup (2Kor. 2:6), dan mereka semua harus dilenyapkan,
maka hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang
telah Kautulis.” Artinya, “Bila mereka semua harus dimus-
nahkan, biarlah aku turut musnah bersama mereka dan
tidak memperoleh tanah Kanaan. Jika segenap Israel harus
binasa, aku rela turut binasa bersama mereka. Janganlah
kiranya tanah perjanjian menjadi milikku hanya sebab
aku satu-satunya orang yang tinggal hidup.” Di dalam
Kitab Yehezkiel 13:9, ungkapan serupa disampaikan Tuhan
saat Ia mengancam nabi-nabi palsu dengan perkataan,
492
Mereka tidak akan tercatat dalam daftar kaum Israel, dan
tidak akan masuk lagi di tanah Israel. Tuhan sudah berkata
kepada Musa, bahwa jika ia tidak turut campur dan men-
jadi pengantara bagi bangsa Israel, Tuhan akan membuat-
nya menjadi sebuah bangsa yang besar (ay. 10). “Tidak”,
sahut Musa, “Aku sama sekali tidak mau melihat namaku
dan nama keluargaku berdiri di atas puing-puing bangsa
Israel. Lebih baik bagiku untuk ikut hancur bersama mere-
ka. Jika aku tidak dapat mencegah kehancuran mereka,
jangan biarkan aku melihatnya (Bil. 11:15). Biarlah aku
tidak tercatat untuk beroleh hidup (Yes. 4:3), atau berada di
antara mereka yang Engkau tandai untuk tetap bertahan
hingga kesudahan. Bahkan lebih dibandingkan itu semua,
biarlah aku mati di langkah terakhir sebelum semuanya
selesai.” Demikianlah Musa mengungkapkan kasihnya
yang dalam untuk umat itu, dan menjadi perlambang akan
sang Gembala yang baik, yang memberi nyawanya bagi
domba-dombanya (Yoh. 10:11), yang terputus dari negeri
orang-orang hidup sebab pemberontakan umat-Ku (Yes.
53:8; Dan. 9:26). Musa juga merupakan contoh orang yang
mementingkan kesejahteraan masyarakat luas, terutama
bagi mereka yang memegang posisi di pemerintahan. Se-
mua kehendak pribadi harus dikesampingkan bagi kebaik-
an dan kesejahteraan umum. Nasib kita dan keluarga kita
di dunia ini bukanlah hal utama, asalkan gereja Tuhan
dimuliakan dan damai tercipta atas Israel. Demikianlah
Musa dengan tekun memohon dan bergumul dengan Allah,
bukan untuk kebaikannya sendiri seperti “Jika Engkau
tidak mengampuni, itu berarti Engkau tidak adil atau tidak
baik”. Tidak, ia jauh dibandingkan mementingkan dirinya sen-
diri, sebab ia malah berkata, “Jika tidak, biarlah aku mati
bersama orang-orang Israel, dan kehendak Tuhanlah yang
jadi.”
2. Perhatikan betapa kuatnya permohonan Musa. Tuhan tidak
akan melaksanakan apa yang dikatakan Musa. Tidak, Tuhan
tidak akan menghapuskan siapa pun dari dalam kitab-Nya
selain mereka, yang sebab dengan sengaja memilih untuk
terus tidak taat, telah kehilangan kehormatan untuk tercatat
di dalam kitab-Nya (ay. 33). Jiwa-jiwa yang berdosa pasti akan
Kitab Keluaran 32:30-35
493
mati, dan jiwa-jiwa yang tidak bersalah tidak akan binasa
demi jiwa-jiwa yang bersalah. Ini juga merupakan pernyataan
dari belas kasihan Tuhan kepada bangsa Israel, bahwa tidak
semua dari mereka akan mati, hanya mereka yang berbuat
dosa yang akan mati. Demikianlah permohonan Musa perla-
han-lahan dipenuhi. Tuhan tidak memberi jaminan penuh dari
awal kepada Musa bahwa diri-Nya ingin diperdamaikan de-
ngan bangsa Israel, agar jangan pengampunan itu terkesan
diperoleh dengan gampang, sehingga bangsa Israel dengan
gampang berbuat dosa yang serupa pula dan tidak menyadari
kejahatan dari dosa mereka. Penghiburan tidak diberikan
sampai rasa insaf benar-benar disadari. Tuhan juga hendak
melatih iman dan kegigihan Musa sebagai pengantara bangsa
Israel. Lebih lanjut, di dalam menjawab seruan Musa,
(1) Tuhan berjanji, dengan tidak menghiraukan kejadian ini,
untuk melanjutkan niat baik-Nya memberi tanah
Kanaan kepada bangsa Israel, yakni tempat yang telah di-
sebutkan-Nya kepada mereka (ay. 34). Oleh sebab itu, Ia
mengirim Musa kembali untuk memimpin mereka, meski
mereka tidak layak bagi-Nya, dan berjanji bahwa malaikat-
Nya akan berjalan di depan mereka. Malaikat yang diutus
ini diciptakan untuk tugas pelayanan yang sifatnya lazim
di Kerajaan Tuhan yang maha-menyediakan, dan ini di-
perbuat Tuhan agar mereka tidak berharap sesuatu yang
luar biasa terjadi di luar penyediaan Tuhan yang sifatnya
lazim. Musa memang nantinya akan memperoleh janji ke-
hadiran Tuhan yang khusus di tengah-tengah mereka
(33:14, 17),namun untuk saat ini, inilah yang Musa dapat
peroleh.
(2) Namun, Tuhan mengancam akan mengingat dosa mereka
ini saat Ia menemukan alasan untuk menghukum
mereka sebab dosa lain: “Pada hari pembalasan-Ku itu,
Aku akan membalaskan dosa ini kepada mereka yang
tersisa ini. Lain kali aku memegang tongkat di tanganku,
mereka akan mendapat satu kali pukulan tambahan
sebab dosa ini.” Ada satu pepatah orang Yahudi yang
dibuat berdasar hal ini, yakni bahwa sejak saat itu,
tidak ada lagi penghakiman bagi bangsa Israel,namun ada
sejumput bubuk anak lembu emas di dalam keputusan
494
ini. Saya tidak menemukan dasar pepatah ini di dalam
Alkitab, bahwa Tuhan tidak akan membebani mereka
dengan begitu banyak persembahan dan upacara lainnya
andaikan mereka tidak membuat-Nya marah dengan me-
muja patung anak lembu emas. Sebaliknya, Stefanus
berkata bahwa saat mereka membuat sebuah anak lem-
bu dan mempersembahkan persembahan kepada berhala
itu, berpalinglah Tuhan dari mereka dan membiarkan
mereka beribadah kepada bala tentara langit (Kis. 7:41-
42), sehingga kecanduan bangsa Israel yang aneh ter-
hadap dosa pemujaan berhala merupakan hukuman yang
adil bagi mereka sebab telah membuat dan menyembah
patung anak lembu emas, satu hukuman yang senantiasa
membelenggu mereka sampai tiba masa penawanan di
Babel. Baca Surat Roma 1:23-25. Perhatikan, banyak
orang yang tidak segera dilenyapkan sebab dosa mereka,
akan dilenyapkan nanti pada hari pembalasan, dan
memang pembalasan datangnya perlahannamun pasti.
Untuk saat ini, Tuhan menulahi bangsa itu (ay. 35), mung-
kin dengan suatu wabah atau penyakit menular lainnya,
yang menjadi utusan murka Tuhan serta pertanda akan
datangnya hal yang lebih buruk. Harun memang orang
yang membuat patung anak lembu itu,namun dikatakan
bahwa orang Israellah yang membuatnya sebab mereka
menyembahnya. Deos qui rogat, ille facit – Barangsiapa
yang menghendaki allah-allah, ialah yang membuatnya.
Harun tidak ikut terkena tulah,namun mengenai orang-
orang Israel, sebab dosa Harun diperbuatnya di dalam
kelemahannya, sementara dosa orang-orang Israel diper-
buat mereka dengan sengaja, dan ada perbedaan sangat
besar di antara keduanya. Perbedaan ini tidak selalu jelas
bagi kita,namun bagi Tuhan semuanya nyata, dan oleh ka-
rena itu, penghakiman-Nya, kita yakini, didasarkan atas
kebenaran. Demikianlah Musa berhasil menunda dan
mengurangi hukuman itu,namun tidak dapat sepenuhnya
memalingkan murka Allah. Beberapa orang menyatakan
bahwa ini menunjukkan ketidakmampuan hukum Musa
untuk memperdamaikan manusia dengan Tuhan dan
untuk menyempurnakan kedamaian kita bersama Allah.
Kitab Keluaran 32:30-35
495
Hanya Kristuslah yang mampu melakukannya, hanya di
dalam Dialah Tuhan mengampuni dosa kita dan tidak lagi
mengingatnya.
PASAL 33
alam pasal ini diuraikan lebih lanjut perihal pengantaraan yang
diusahakan Musa di antara Tuhan dan Israel, untuk memper-
baiki keretakan hubungan yang diakibatkan oleh dosa orang Israel.
I. Musa membawa pesan yang merendahkan hati orang Israel
(ay. 1-3, 5). Pesan ini berdampak baik terhadap mereka, dan
membantu menyiapkan hati mereka untuk menerima belas
kasih Tuhan (ay. 4, 6).
II. Musa mengatur kesepakatan antara Tuhan dan mereka, dan
baik Tuhan maupun umat Israel setuju dengan kesepakatan
itu dengan cara tertentu. Tuhan menandainya dengan turun
dalam tiang awan, sedang umat Israel dengan sujud
menyembah di pintu kemah (ay. 7-11).
III. Musa berdoa dengan sungguh hati kepada Tuhan dan berhasil
memperoleh,
1. Janji kehadiran-Nya bersama umat Israel (ay. 12-17).
2. Penampakan kemuliaan-Nya untuk dirinya sendiri (ay. 18,
dst.).
Umat Israel Ditegur
(33:1-6)
1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau
dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang
telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub,
demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu – 2 Aku akan
mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang
Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus – 3
yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Sebab Aku
tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, sebab engkau ini bangsa yang
tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan.“ 4 saat
D
498
bangsa itu mendengar ancaman yang mengerikan ini, berkabunglah mereka
dan seorangpun tidak ada yang memakai perhiasannya. 5 Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: “Katakanlah kepada orang Israel: Kamu ini bangsa
yang tegar tengkuk. Jika Aku berjalan di tengah-tengahmu sesaatpun, tentu-
lah Aku akan membinasakan kamu. Oleh sebab itu, tanggalkanlah perhias-
anmu, maka Aku akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepadamu.” 6
Demikianlah orang Israel tidak memakai perhiasan-perhiasan lagi sejak dari
gunung Horeb.
Di sini ada ,
I. Pesan yang dikirimkan Tuhan melalui Musa kepada umat Israel.
Pesan ini masih memperlihatkan kegusaran Tuhan terhadap
mereka, dan buruknya tabiat mereka di mata Allah. Hal ini harus
diberitahukannya kepada mereka supaya mereka merendahkan
diri atas hal ini .
1. Tuhan menjuluki mereka dengan nama yang memalukan,
sesuai tabiat asli mereka, yaitu bangsa yang tegar tengkuk (ay.
3, 5). “Pergilah,” kata Tuhan kepada Musa, “pergi dan katakan,
seperti itulah mereka.” Dia yang mengenal mereka lebih baik
dibandingkan mereka mengenal diri sendiri, berkata demikian ten-
tang mereka. Sebenarnya Tuhan hendak menuntun mereka di
bawah kuk hukum-Nya dan mengikat mereka dengan perjanji-
an-Nya,namun tengkuk mereka terlampau tegak dan tegar un-
tuk menunduk. Tuhan hendak menyembuhkan mereka dari se-
gala perilaku cemar dan bengkok, dan meluruskannya,namun
mereka bersikap degil dan keras kepala. Mereka tidak suka
diubahkan, dan tidak mau Tuhan berkuasa atas mereka. Per-
hatikanlah, Tuhan menilai manusia dari watak pikiran mereka.
Kita tahu apa yang dilakukan orang. Tuhan tahu seperti apa
orang itu. Kita tahu apa yang keluar dari manusia. Tuhan tahu
apa yang ada di dalam diri manusia, dan tidak ada yang lebih
menggusarkan hati-Nya dibandingkan ketegaran tengkuk, sama
seperti tidak ada dalam diri anak-anak yang lebih menyakit-
kan hati orangtua dan guru-guru mereka dibanding sikap
keras kepala.
2. Tuhan memberi tahu mereka apa sebenarnya yang pantas
mereka terima, yaitu jika Ia berjalan di tengah-tengah me-
reka sesaatpun, tentulah Ia akan membinasakan mereka (ay.
5). Andaikata Ia memperlakukan mereka sesuai dosa-dosa me-
reka, maka tentulah Ia sudah membinasakan mereka dengan
Kitab Keluaran 33:1-6
499
segera. Perhatikanlah, orang-orang yang diampuni Tuhan harus
diberi tahu apa yang pantas dilakukan terhadap dosa mereka,
dan betapa sengsaranya mereka jika tidak diampuni, su-
paya belas kasihan Tuhan bisa semakin diagungkan.
3. Tuhan menyuruh mereka pergi dan berjalan dari sini menuju ke
negeri Kanaan (ay. 1). Gunung Sinai tempat mereka sekarang
berada, merupakan tempat yang sudah ditetapkan untuk men-
dirikan Kemah Suci Tuhan dan tempat mereka menyembah de-
ngan khidmat. Hal ini belum terlaksana, jadi dengan menyu-
ruh mereka pergi dari situ, Tuhan menyiratkan bahwa hal itu
tidak akan dilaksanakan. Jadi, “Biarlah mereka terus saja
maju pergi begitu saja.” Sedemikian marahlah Tuhan itu terha-
dap mereka.
4. Tuhan menyerahkan mereka kepada Musa sebagai bangsa yang
telah dibawanya keluar dari negeri Mesir, dan terserah kepada
Musa untuk memimpin mereka ke Kanaan.
5. Meskipun Ia berjanji untuk menggenapi perjanjian-Nya dengan
Abraham dengan memberi Kanaan kepada mereka, namun
Ia tidak mau memberi mereka tanda luar biasa perihal keha-
diran-Nya, seperti yang telah mereka terima sampai sebelum
saat itu. sebab itu, Ia membiarkan mereka di bawah pimpin-
an Musa sebagai penguasa mereka, dan dengan kawalan biasa
dari seorang malaikat pelindung: “Aku akan mengutus malai-
kat-Ku berjalan di depanmu untuk menjagamu, sebab jika
tidak, malaikat-malaikat jahat akan langsung membinasakan-
mu. Namun, Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, su-
paya Aku jangan membinasakan engkau” (ay. 2-3). Tidak ber-
arti bahwa seorang malaikat lebih sabar dan berbelas kasihan
dibandingkan Allah,namun penghinaan yang mereka perbuat kepa-
da seorang malaikat tidak akan begitu menjengkelkan diban-
ding jika mereka menghina shekinah, atau Kemuliaan ilahi
itu sendiri. Perhatikanlah, semakin besar hak istimewa yang
kita nikmati, semakin besar pula bahaya yang kita hadapi apa-
bila tidak memanfaatkannya dan hidup dengannya.
6. Tuhan berbicara bagaikan orang yang tidak tahu harus bertin-
dak seperti apa lagi terhadap mereka. Keadilan berkata, “Sing-
kirkan mereka, dan binasakan mereka.” Belas kasihan ber-
kata, “Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim?” (Hos.
11:8). Baiklah, kata Allah, tanggalkanlah perhiasanmu, maka
500
Aku akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepadamu. Yaitu,
“Bersikaplah sebagai orang yang menyesali dosa-dosanya, su-
paya perselisihan itu dapat diakhiri demi kebaikanmu, dan
belas kasihan dapat bersukacita atas penghukuman” (ay. 5).
Perhatikanlah, panggilan untuk bertobat merupakan tanda
yang nyata perihal rancangan belas kasihan. Andaikata TUHAN
ingin membinasakan kita, keadilan tahu apa yang harus dila-
kukan terhadap umat yang tegar tengkuk. Namun, Tuhan tidak
bersuka dalam kematian orang-orang yang berdosa. Kiranya
mereka berbalik dan bertobat, sehingga belas kasihan yang
tadinya tidak tahu harus berbuat apa, menjadi tahu, yaitu
mengampuni.
II. Perasaan sedih Israel saat menerima pesan ini. Bagi mereka,
sungguh merupakan kabar mengerikan saat mendengar bahwa
Tuhan tidak akan hadir di tengah mereka, dan oleh sebab itu,
1. Berkabunglah mereka (ay. 4). Mereka berkabung atas dosa
yang telah menyebabkan Tuhan mengundurkan diri dari mere-
ka, dan berduka atas hukuman paling menyakitkan atas dosa
mereka itu. saat tiga ribu orang di antara mereka tewas oleh
pedang orang Lewi, kita tidak mendapati bahwa mereka berka-
bung untuk peristiwa itu sambil berharap bahwa hal ini dapat
menghapus kesalahan mereka itu. Namun, saat Tuhan tidak
bersedia lagi berjalan bersama mereka, mereka berkabung
dalam kepahitan. Perhatikanlah, dari antara semua buah dan
akibat pahit yang disebabkan oleh dosa, hal yang paling
diratapi dan ditakutkan orang-orang yang menyesali dosanya
yaitu bila Tuhan meninggalkan mereka. Sebelumnya Tuhan
telah berjanji bahwa tanpa memperhitungkan dosa mereka, Ia
akan memberi mereka negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya. Namun, bagaimana mungkin mereka dapat merasa-
kan sukacita jika Tuhan tidak hadir bersama mereka. Negeri
Kanaan sendiri tidak akan menjadi negeri yang menyenangkan
tanpa kehadiran-Nya. sebab itu, jika mereka tidak mengalami
kehadiran-Nya, mereka berkabung.
2. Sebagai tanda bahwa mereka merasa sangat malu dan terhina,
orang-orang yang sedang tidak mengenakan perhiasan, tidak
ada yang memakai perhiasannya (ay. 4), sedang mereka
yang mengenakannya, tidak memakai perhiasan-perhiasan lagi
Kitab Keluaran 33:7-11
501
sejak dari gunung Horeb. Atau, seperti yang dipahami sebagai-
an penafsir, mereka berdiri jauh dari gunung (ay. 6), berdiri
jauh-jauh seperti si pemungut cukai (Luk. 18:13). Tuhan me-
nyuruh mereka menanggalkan perhiasan mereka (ay. 5), dan
mereka pun melakukannya, baik untuk menunjukkan, secara
umum, kesedihan mendalam mereka, maupun secara khusus,
untuk membalas dendam kepada diri sendiri dengan tujuan
kudus, sebab telah memberi anting-anting mereka untuk
membuat patung anak lembu emas. Orang-orang yang berse-
dia menanggalkan perhiasan mereka demi menebus dosa
mereka, setidaknya harus menanggalkan perhiasan mereka
sebagai tanda merasa malu dan sedih atas dosa mereka. Apa-
bila TUHAN semesta alam menyuruh orang menangis dan mera-
tap, kita harus mematuhi panggilan itu, dengan tidak hanya
berpantang makanan sedap (Dan. 10:3),namun juga menang-
galkan semua perhiasan kita. Bahkan perhiasan yang cukup
pantas dikenakan pada kesempatan-kesempatan lain, akan
tidak pantas dikenakan pada masa saat orang dirundung
rasa malu atau di tengah bencana yang menimpa orang ba-
nyak (Yes. 3:18).
Kemah Pertemuan
(33:7-11)
7 Sesudah itu Musa mengambil kemah dan membentangkannya di luar per-
kemahan, jauh dari perkemahan, dan menamainya Kemah Pertemuan. Setiap
orang yang mencari TUHAN, keluarlah ia pergi ke Kemah Pertemuan yang di
luar perkemahan. 8 jika Musa keluar pergi ke kemah itu, bangunlah selu-
ruh bangsa itu dan berdirilah mereka, masing-masing di pintu kemahnya,
dan mereka mengikuti Musa dengan matanya, sampai ia masuk ke dalam
kemah. 9 jika Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan
berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana.
10 sesudah seluruh bangsa itu melihat, bahwa tiang awan berhenti di pintu
kemah, maka mereka bangun dan sujud menyembah, masing-masing di
pintu kemahnya. 11 Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan
muka seperti seorang berbicara kepada temannya; lalu kembalilah ia
ke perkemahan.namun abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda,
tidaklah meninggalkan kemah itu.
Di sini ada ,
I. Sebuah tanda kegusaran yang diperlihatkan kepada mereka,
sehingga mereka semakin malu: Musa mengambil kemah, bukan
502
kemahnya sendiri yang digunakan anggota keluarganya, melain-
kan kemah tempat ia bertemu, mengadili perkara-perkara, dan
bertanya kepada Allah, semacam tempat berkumpul dalam perke-
mahan mereka, lalu membentangkannya di luar perkemahan, jauh
dari perkemahan (ay. 7). Ini yaitu untuk memberitahukan ke-
pada mereka, bahwa mereka telah membuat diri mereka tidak
layak bertemu dengan-Nya. Dan, jika mereka tidak berdamai de-
ngan-Nya, maka hadirat-Nya tidak akan kembali kepada mereka
lagi. Demikianlah Tuhan memberi tahu mereka, bahwa Ia berselisih
dengan mereka: TUHAN itu jauh dari pada orang fasik. Demikian-
lah kemuliaan TUHAN meninggalkan Bait Suci saat tempat itu
tercemar oleh dosa (Yeh. 10:4; 11:23). Perhatikanlah, saat Tuhan
meninggalkan Bait Suci-Nya, itu merupakan tanda bahwa Tuhan
marah, sebab ketetapan-ketetapan-Nya merupakan buah per-
kenan-Nya dan tanda tentang kehadiran-Nya. Sementara kedua
hal tadi ada pada kita, maka Ia juga ada pada kita. Boleh jadi
kemah ini merupakan sebuah rancangan, atau lebih tepat, pola
Bait Suci yang harus didirikan di lalu hari, suatu bagan
yang dibuat tergesa-gesa dari pola yang ditunjukkan kepada Musa
di gunung, yang akan menjadi petunjuk bagi para pekerja. Selain
itu, untuk digunakan sementara waktu sebagai Kemah Pertemuan
di antara Tuhan dan Musa saat menangani urusan bangsa itu.
Kemah ini didirikan di tempat yang jauh, untuk menyadarkan
bangsa itu betapa mereka telah kehilangan keagungannya, dan
seandainya mereka tidak meninggalkan kasih setia Tuhan kepada
mereka demi untuk mendapatkan kesia-siaan yang menipu,
kemah itu seharusnya didirikan di tengah-tengah mereka. Biarlah
mereka menyadari kehilangan itu.
II. Walaupun demikian, mereka banyak dihibur juga untuk ber-
harap, bahwa Tuhan akan diperdamaikan dengan mereka.
1. Meskipun Kemah Pertemuan dipindahkan, namun setiap
orang yang mencari TUHAN dipersilakan mengikutinya (ay. 7).
Baik orang per orang maupun Musa diajak dan didorong un-
tuk memohon kepada Allah, setiap orang boleh menghadap
Kemah Pertemuan. Untuk tujuan ini, sebuah tempat ditentu-
kan di luar perkemahan, supaya mereka dapat memohon agar
Tuhan kembali kepada mereka. Begitulah, saat Ezra, yaitu
Musa kedua, melakukan tindakan perantaraan bagi Israel,
Kitab Keluaran 33:7-11
503
berkumpullah banyak orang yang gemetar sebab firman Tuhan
(Ezr. 9:4). jika Tuhan merancang belas kasihan, Ia mem-
bangkitkan keinginan orang untuk berdoa. Ia akan dicari (Yeh.
36:37), dan puji syukur bagi nama-Nya, Ia boleh dicari, tidak
akan menolak doa syafaat orang yang paling miskin sekalipun.
Setiap orang Israel yang mencari TUHAN diterima di kemah-
Nya, sama seperti Musa, abdi Tuhan itu.
2. Musa berusaha menengahi perselisihan di antara Tuhan dan Is-
rael. Ia keluar pergi ke kemah itu, tempat untuk membuat per-
janjian, yang mungkin didirikan di antara perkemahan Israel
dan gunung itu (ay. 8), lalu masuk ke dalam kemah itu
(ay. 9). Dengan pemimpin sebaik dia, perkara itu pun dapat
segera diselesaikan. saat hakim mereka, yang ada di bawah
kuasa Allah, menjadi pembela mereka, dan dia yang telah
ditunjuk menjadi pemberi hukum mereka menjadi perantara
mereka, maka masih ada harapan bagi Israel.
3. Umat Israel sepertinya memang sungguh-sungguh sangat ingin
diperdamaikan.
(1) saat Musa pergi ke kemah itu, umat Israel mengikuti Musa
dengan matanya (ay. 8), sebagai tanda menghormati dia
yang sebelum itu telah mereka remehkan. Mereka bergan-
tung penuh pada campur tangannya. Dari sikap ini, tampak-
nya mereka sangat peduli dengan perkara ini. Mereka rindu
berdamai dengan Tuhan dan sangat ingin tahu apa yang
akhirnya akan terjadi nanti. Demikian jugalah para murid
menatap Tuhan Yesus saat Ia naik ke sorga untuk masuk
ke dalam tempat kudus yang tidak dibuat dengan tangan
manusia, sampai awan menutup-Nya dari pandangan mere-
ka, seperti halnya Musa di sini. Demikian halnya juga,
dengan mata iman, kita juga harus mengikuti-Nya ke sana,
tempat Ia ada di hadirat Tuhan bagi kita, sehingga kita
memperoleh kebaikan dari kepengantaraan-Nya itu.
(2) saat mereka melihat tiang awan, yang melambangkan ke-
hadiran Allah, dan Musa mengadakan pertemuan dengan-
Nya, mereka semua sujud menyembah, masing-masing di
pintu kemahnya (ay. 10). Dengan demikian mereka menya-
takan,
504
[1] Pemujaan mereka dengan penuh kerendahan hati ter-
hadap Kemuliaan ilahi, yang akan senantiasa mereka
sembah, dan bukan lagi kepada dewa-dewa yang ter-
buat dari emas.
[2] Rasa syukur dan sukacita mereka kepada Tuhan sebab
Ia berkenan memperlihatkan tanda ini demi kebaikan
mereka, dan memberi mereka harapan untuk berdamai
kembali. Jika Ia ingin membinasakan mereka, Ia tidak
akan memperlihatkan hal-hal seperti ini kepada mere-
ka, tidak akan membangkitkan seorang perantara se-
perti itu kepada mereka, atau memberi Musa dukungan
seperti itu.
[3] Persetujuan penuh mereka untuk menerima Musa seba-
gai pembela mereka dalam setiap hal yang akan dijanji-
kan-Nya kepada mereka, dan pengharapan mereka
akan mendapatkan hasil akhir yang menenteramkan
dan membahagiakan dari perjanjian ini. Seperti ini juga
kita harus menyembah Tuhan di dalam kemah kita
sambil memandang Kristus sebagai Sang Pengantara.
Dengan sujud menyembah di pintu kemah, mereka jelas
menunjukkan bahwa mereka tidak malu memperlihat-
kan rasa hormat mereka kepada Tuhan dan Musa di
depan orang banyak, sama seperti mereka telah me-
nyembah anak lembu emas itu secara terbuka.
4. Melalui Musa, Tuhan memperdamaikan Israel dengan diri-Nya
sendiri, dan menyatakan diri sangat bersedia berdamai dengan
mereka.
(1) Tuhan menemui Musa di tempat perjanjian itu (ay. 9). Tiang
awan, yang telah undur dari perkemahan yang tercemar
oleh penyembahan berhala, sekarang kembali ke kemah-
Nya dari jarak cukup jauh, dan kembali secara bertahap.
jika hati kita datang mendekat kepada Tuhan untuk
menemui-Nya, maka Ia akan turun dengan penuh rahmat
untuk menjumpai kita.
(2) Tuhan berbicara dengan Musa (ay. 9), berbicara kepadanya
dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada
temannya (ay. 11). Hal ini menyiratkan bahwa Tuhan me-
nyatakan diri kepada Musa, tidak saja dengan kejelasan
Kitab Keluaran 33:12-23
505
dan bukti berupa cahaya ilahi yang lebih nyata dibandingkan
yang pernah diperlihatkan kepada nabi-nabi lain,namun
juga dengan ungkapan kebaikan dan kasih karunia khusus
yang lebih besar. Tuhan berbicara tidak sebagai raja kepada
rakyat,namun sebagai seorang kepada temannya yang
dikasihinya, dan dengan siapa Ia berbincang akrab. Hal ini
merupakan penghiburan besar bagi umat Israel, saat
melihat pembela mereka begitu dikasihi. Supaya mereka
berbesar hati sebab nya, kembalilah Musa ke perkemahan
untuk menyampaikan kepada mereka perihal harapan-
harapan akan hasil baik tentang perkara ini, dan supaya
mereka tidak berputus asa jika ia tidak berada cukup
lama di antara mereka. Namun, sebab ia berniat segera
kembali ke Kemah Pertemuan, ia meninggalkan Yosua di
situ, sebab tidak pantas jika tempat itu dibiarkan
kosong sementara tiang awan kemuliaan itu berhenti di
pintu kemah (ay. 9). Namun, seandainyapun Tuhan hendak
mengatakan sesuatu dari dalam awan itu sementara Musa
tidak di tempat, masih ada Yosua di situ, yang siap men-
dengarkan pesan-Nya.
Kepengantaraan Musa
(33:12-23)
12 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: “Memang Engkau berfirman ke-
padaku: Suruhlah bangsa ini berangkat,namun Engkau tidak memberitahu-
kan kepadaku, siapa yang akan Kauutus bersama-sama dengan aku. Namun
demikian Engkau berfirman: Aku mengenal namamu dan juga engkau
mendapat kasih karunia di hadapan-Ku. 13 Maka sekarang, jika aku kiranya
mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu
kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat
kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.” 14 Lalu
Ia berfirman: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberi
ketenteraman kepadamu.” 15 Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau
sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.
16 Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih
karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah sebab
Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan
umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?”
17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Juga hal yang telah kaukatakan ini
akan Kulakukan, sebab engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-
Ku dan Aku mengenal engkau.” 18namun jawabnya: “Perlihatkanlah kiranya
kemuliaan-Mu kepadaku.” 19namun firman-Nya: “Aku akan melewatkan sege-
nap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di
depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih
506
karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.” 20 Lagi firman-Nya:
“Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang
memandang Aku dapat hidup.” 21 Berfirmanlah TUHAN: “Ada suatu tempat
dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; 22 jika kemu-
liaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu
dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan
lewat. 23 lalu Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat
belakang-Ku,namun wajah-Ku tidak akan kelihatan.”
sesudah kembali ke pintu Kemah Pertemuan, Musa menjadi seorang
pemohon yang rendah hati dan mendesak-desak untuk mendapatkan
dua karunia besar. Sebagai pemimpin, ia memiliki kuasa bersama
Allah, sehingga ia pun berhasil mendapatkan kedua karunia besar
itu. Dalam hal ini Ia melambangkan Kristus, Sang Pengantara Agung,
yang senantiasa didengar Bapa.
I. Musa sangat bersungguh-sungguh memohon agar Tuhan menga-
bulkan permohonannya, yaitu supaya Ia hadir di tengah umat
Israel dalam sisa perjalanan mereka menuju Kanaan, walaupun
mereka sudah membangkitkan amarah-Nya. Mereka pantas me-
nerima murka Tuhan akibat dosa yang mereka lakukan dan sebab
menolak apa yang telah diusahakan oleh Musa (32:14). sebab
sebab yang sama mereka juga telah kehilangan hadirat Tuhan yang
penuh rahmat, beserta seluruh kebaikan dan penghiburannya,
dan hal inilah yang sekarang sedang diminta kembali oleh Musa.
Demikian juga melalui perantaraan Kristus, kita tidak saja
terbebas dari kutuk,namun juga memperoleh jaminan berkat. Kita
tidak saja diselamatkan dari kehancuran,namun juga berhak me-
nerima kebahagiaan kekal. Amatilah sekarang betapa mengagum-
kan cara Musa mengajukan perkara ini di hadapan Allah, dan
memenuhi mulutnya dengan kata-kata pembelaan. Betapa ia sa-
ngat menghargai perkenan Allah, dan betapa besar perhatiannya
terhadap kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan Israel. Betapa gigih
ia memohon, dan bagaimana ia berhasil.
1. Betapa gigih ia memohon.
(1) Ia bersikeras perihal tugas yang telah diberikan Tuhan kepa-
danya, yaitu untuk menyuruh bangsa ini berangkat (ay. 12).
Ia mengawali dengan berkata, “TUHAN, Engkau sendirilah
yang menyuruhku, dan tidakkah Engkau mau mengakui-
ku? Aku sedang melakukan tugasku, jadi bukankah aku
harus memperoleh penyertaan-Mu dalam tugasku?” Siapa
Kitab Keluaran 33:12-23
507
yang Tuhan panggil untuk suatu pekerjaan, Ia pasti akan
memperlengkapi orang itu dengan bantuan yang diperlu-
kan. “Ya TUHAN, Engkau telah menyuruhku melaksanakan
sebuah pekerjaan besar, namun membiarkanku tidak tahu
harus berbuat apa dan bagaimana harus menyelesaikan-
nya.” Perhatikanlah, orang-orang yang dengan sungguh
berencana dan berusaha keras melaksanakan tugas mere-
ka, dapat dengan iman memohon petunjuk serta kekuatan
kepada Tuhan untuk bisa mengerjakannya.
(2) Musa menekankan kepentingannya sendiri terhadap Allah,
dan memohon supaya Tuhan menyatakan kebaikan-Nya
yang penuh rahmat kepadanya: Engkau berfirman: Aku
mengenal namamu, sebagai teman istimewa dan orang ke-
percayaan, dan juga engkau mendapat kasih karunia di
hadapan-Ku, melebihi siapa pun. Maka sekarang, kata
Musa, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadap-
an-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku (ay. 13).
Tuhan sudah menyatakan perkenanan-Nya kepada bangsa
itu