keluaran imamat 21


 beri  teladan di hadapan umat ten-

tang kepatuhan yang saksama terhadap hukum-hukum korban 

yang baru saja diberikan sekarang, dan lalu  mereka dengan 

anugerah yang lebih baik dapat mengajar umat tentangnya. Demi-

kianlah perjanjian keselamatan (Bil. 25:12), perjanjian kehidupan 

dan sejahtera (Mal. 2:5), dibuat dengan Harun dan anak-anaknya. 

Tetapi sesudah  semua upacara yang dijalankan dalam pengudusan 

mereka, ada satu butir pengesahan yang disediakan untuk men-

jadi kehormatan dan pengokohan jabatan imamat Kristus. Yaitu, 

bahwa mereka telah menjadi imam tanpa sumpah,namun  Kristus 

dengan sumpah (Ibr. 7:21), sebab imam-imam seperti itu ataupun 

jabatan imamat mereka tidak dapat berlanjut,namun  jabatan 

imamat Kristus yaitu  abadi dan tidak berubah. 

Pelayan-pelayan Injil dibandingkan dengan pelayan-pelayan 

yang melayani di mezbah, sebab mereka melayani dalam tempat 

kudus (1Kor. 9:13). Mereka yaitu  mulut Tuhan kepada umat, dan 

mulut umat kepada Allah, para penggembala dan pengajar yang 

telah ditunjuk Kristus untuk terus ada dalam jemaat sampai 

akhir zaman. Merekalah yang tampak dimaksud dalam janji yang 

menunjuk pada masa-masa Injil (Yes. 66:21), dari antara mereka 


 678

akan Kuambil imam-imam dan orang-orang Lewi. Tak seorang pun 

dapat mengambil kehormatan ini bagi dirinya sendiri, selain orang 

yang sesudah  diuji didapati mengenakan dan diurapi oleh Roh 

Tuhan dengan karunia-karunia dan anugerah-anugerah untuk 

membuatnya memenuhi syarat bagi pekerjaan itu. Kehormatan 

itu hanya milik orang yang dengan sepenuh hati mengabdikan diri 

sepenuhnya untuk pelayanan itu, dan lalu  melalui firman 

dan doa (sebab dengan begitulah segala sesuatu dikuduskan), dan 

penumpangan tangan dari orang-orang yang memberi diri pada 

firman dan doa, dikhususkan untuk pekerjaan itu, dan menjadi 

layak bagi Kristus sebagai hamba-Nya dan bagi jemaat sebagai 

pengurus dan pembimbingnya. dan orang-orang yang diabdikan 

kepada Tuhan dengan khidmat seperti itu tidak boleh meninggalkan 

pelayanan kepada-Nya,namun  harus dengan setia bertahan di 

dalam pelayanan itu seumur hidup mereka. Dan orang-orang yang 

tetap bertahan, dan terus berkhotbah dan mengajar dengan jerih 

payah, harus dipandang patut dihormati dua kali lipat, dua kali lipat 

dibandingkan  imam-imam Perjanjian Lama. 

 

 

 

PASAL  9  

arun dan anak-anaknya, sesudah  dengan khidmat dikuduskan 

pada jabatan imamat, dalam pasal ini digambarkan mulai men-

jalankan jabatan mereka, tepat keesokan harinya sesudah  pengudus-

an mereka selesai.  

I. Musa (tidak diragukan lagi dengan pimpinan dari Allah) 

menetapkan pertemuan antara Tuhan dan imam-imam-Nya, 

sebagai wakil dari umat-Nya, dengan memerintahkan mereka 

untuk melayani-Nya, dan meyakinkan mereka bahwa Ia akan 

menampakkan diri kepada mereka (ay. 1-7).  

II. Pertemuan itu diadakan sesuai dengan ketetapan.  

1. Harun melayani Tuhan dengan korban, dengan memper-

sembahkan korban penghapus dosa dan korban bakaran 

untuk dirinya sendiri (ay. 8-14), dan lalu  persem-

bahan-persembahan untuk bangsa itu, yang diberkatinya 

dalam nama Tuhan (ay. 15-22).  

2. Tuhan menunjukkan perkenanan-Nya untuk menerima,  

(1) Umat, dengan menunjukkan kepada mereka kemulia-

an-Nya (ay. 23).  

(2) Korban-korban mereka, dengan memakan habis kor-

ban-korban itu dengan api dari sorga (ay. 24). 

Harun dan Anak-anaknya 

 Memulai Jabatan Mereka 

(9:1-7)  

1 Pada hari yang kedelapan Musa memanggil Harun serta anak-anaknya dan 

para tua-tua Israel, 2 lalu berkatalah ia kepada Harun: “Ambillah bagimu 

sendiri seekor lembu muda, untuk korban penghapus dosa, dan seekor 


 680

domba jantan untuk korban bakaran, kedua-duanya yang tidak bercela, 

lalu  persembahkanlah itu di hadapan TUHAN. 3 Dan kepada orang 

Israel haruslah engkau berkata, begini: Ambillah seekor kambing jantan un-

tuk korban penghapus dosa, dan seekor anak lembu dan seekor domba, 

masing-masing berumur setahun dan yang tidak bercela, untuk korban 

bakaran. 4 Dan lagi seekor lembu dan seekor domba jantan untuk korban ke-

selamatan, supaya dikorbankan di hadapan TUHAN, dan korban sajian yang 

diolah dengan minyak, sebab  pada hari ini TUHAN akan menampakkan diri 

kepadamu.” 5 lalu  dibawa merekalah apa yang diperintahkan Musa ke 

Kemah Pertemuan, lalu mendekatlah segenap umat itu dan berdiri di hadap-

an TUHAN. 6 Kata Musa: "Inilah firman yang diperintahkan TUHAN kamu 

perbuat, agar kemuliaan TUHAN tampak kepadamu.” 7 Kata Musa kepada 

Harun: “Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus 

dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri 

dan bagi bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa itu dan 

adakanlah pendamaian bagi mereka, seperti yang diperintahkan TUHAN.” 

Di sini diberikan perintah-perintah untuk upacara khidmat yang lain 

pada hari kedelapan. Sebab imam-imam yang baru ditahbiskan dite-

tapkan untuk segera bekerja sesudah  hari-hari pengudusan mereka 

berakhir, untuk memberi tahu mereka bahwa mereka tidak ditahbis-

kan untuk bermalas-malasan: Orang yang menghendaki jabatan peni-

lik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah, yang harus dipan-

dangnya dengan keinginan yang besar, melebihi kehormatan dan 

keuntungannya. Imam-imam bahkan tidak diizinkan beristirahat 

satu hari pun dari pelayanan, untuk mendapat hiburan, dan mene-

rima pujian dari teman-teman mereka atas pengangkatan mereka. 

Sebaliknya, mereka harus sibuk bekerja tepat pada keesokan hari-

nya. Sebab pengudusan mereka yaitu  terisinya tangan mereka. 

Imam-imam rohani Tuhan memiliki  pekerjaan yang senantiasa 

ditentukan untuk mereka, yang dituntut oleh kewajiban setiap hari. 

Dan orang-orang yang mau menyerahkan kepentingan mereka 

dengan sukacita, harus menebusnya dengan waktu. Lihat Yehezkiel 

43:26-27. Sekarang,  

1. Musa meninggikan harapan mereka bahwa mereka akan melihat 

penampakan Tuhan yang mulia kepada mereka pada hari ini (ay. 

4): “Pada hari ini TUHAN akan menampakkan diri kepadamu yang 

yaitu  para imam.” Dan saat  semua umat berkumpul bersama, 

dan berdiri di hadapan TUHAN, ia memberi tahu mereka (ay. 6), 

kemuliaan TUHAN akan tampak kepadamu. Cukup beralasan bagi 

mereka untuk mempercayai bahwa Tuhan berkenan pada semua 

yang telah mereka lakukan sesuai dengan ketetapan-Nya, ber-

dasarkan jaminan umum yang kita miliki bahwa Ia memberi upah 

kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (sekalipun Ia 

Kitab Imamat 9:1-7 

 681 

belum memberi mereka suatu tanda dari perkenanan itu yang 

bisa disaksikan atau dirasakan oleh indra jasmani). Namun 

demikian, sekiranya mungkin, mereka dan keluarga mereka dapat 

dibuat melayani dan menyembah Tuhan dengan baik, dan tidak 

pernah berpaling kepada berhala-berhala, jika kemuliaan Tuhan 

menampakkan diri kepada mereka, dan secara terlihat mengakui 

apa yang telah mereka kerjakan. Sekarang kita tidak bisa meng-

harapkan penampakan-penampakan seperti itu. Kita orang-orang 

Kristen hidup lebih sebab  percaya dibandingkan  sebab  melihat, 

dibandingkan dengan mereka pada waktu dulu.namun  kita dapat 

yakin bahwa Tuhan mendekat kepada orang-orang yang mendekat 

kepada-Nya, dan bahwa persembahan-persembahan iman sung-

guh-sungguh berkenan pada-Nya, meskipun, sebab  korban-kor-

bannya bersifat rohani, maka tanda-tanda perkenanannya, seperti 

yang sudah semestinya, bersifat rohani juga. Kepada orang-orang 

yang dikuduskan bagi Tuhan dengan sepatutnya, Ia tidak diragu-

kan lagi akan menyatakan diri-Nya.  

2. Musa menyuruh para imam dan juga umat untuk bersiap-siap 

menerima perkenanan yang dirancangkan Tuhan untuk mereka. 

Harun dan anak-anaknya, dan para tua-tua Israel, semuanya 

dipanggil untuk hadir (ay. 1). Perhatikanlah, Tuhan akan menyata-

kan diri-Nya dalam perkumpulan-perkumpulan khidmat dari 

umat dan hamba-hamba-Nya. Dan orang-orang yang ingin men-

dapat keuntungan dan penghiburan dari penampakan-penampak-

an Tuhan harus menghadiri perkumpulan-perkumpulan itu.  

(1) Harun diperintahkan untuk mempersiapkan persembahan-

persembahannya: Seekor lembu muda, untuk korban pengha-

pus dosa (ay. 2). Para penulis Yahudi mengemukakan bahwa 

seekor lembu ditetapkan sebagai korban penghapus dosa un-

tuk mengingatkan Harun akan dosanya dalam membuat anak 

lembu emas, yang sebab nya ia membuat dirinya selama-

lamanya tidak layak untuk mendapatkan kehormatan jabatan 

imamat. Dan beralasan baginya untuk merenungkan hal itu 

dengan dukacita dan rasa malu dalam semua penebusan yang 

diadakannya.  

(2) Harun harus memimpin umat untuk mempersiapkan persem-

bahan-persembahan mereka. Sampai saat itu, Musa menyu-

ruh umat apa yang harus mereka lakukan.namun  sekarang 

Harun, sebagai imam besar atas rumah Allah, harus menjadi 


 682

guru mereka, dalam hubungan mereka dengan Allah. Kepada 

orang Israel haruslah engkau berkata (ay. 3). sebab  sekarang 

Harun harus berbicara dari umat kepada Tuhan melalui kor-

ban-korban persembahan (yang menjadi bahasa yang dipa-

hami dengan baik oleh Dia yang menetapkan korban-korban 

itu), maka ia harus berbicara dari Tuhan kepada umat melalui 

hukum-hukum tentang berbagai korban. Dengan demikian 

Musa ingin membangkitkan rasa hormat dan kepatuhan umat 

kepada Harun, sebagai orang yang memimpin mereka dalam 

Tuhan dan yang menegor mereka.  

(3) Harun harus mempersembahkan persembahannya sendiri ter-

lebih dahulu, dan lalu  persembahan umat (ay. 7). Harun 

sekarang harus datang mendekat kepada mezbah, sebab  

Musa sudah menunjukkan kepadanya jalan ke sana. Dan di 

sana,  

[1] Ia harus mengadakan pendamaian bagi dirinya sendiri. 

Sebab imam besar sendiri penuh dengan kelemahan, yang 

mengharuskannya untuk mempersembahkan korban kare-

na dosa, bukan saja bagi umat,namun  juga bagi dirinya 

sendiri (Ibr. 5:2-3), dan bagi dirinya sendiri terlebih dahulu. 

Sebab bagaimana kita dapat berharap bahwa doa-doa kita 

untuk orang lain akan diterima, jika kita sendiri tidak 

didamaikan dengan Allah? Juga pelayanan apa pun tidak 

akan berkenan kepada Tuhan sebelum kesalahan dosa kita 

sendiri dihapus melalui pendamaian agung itu. Orang-

orang yang harus menjaga jiwa orang lain dengan ini juga 

diajar untuk melihat jiwa mereka sendiri terlebih dahulu. 

Teladan harus dimulai dari rumah, meskipun tidak boleh 

berakhir di sana. yaitu  pesan yang diberikan kepada 

Timotius, untuk memberi perhatian supaya menyelamat-

kan dirinya terlebih dahulu, baru lalu  orang-orang 

yang mendengarnya (1Tim. 4:16). Imam besar mengadakan 

pendamaian bagi dirinya sendiri, sebagai orang yang berga-

bung dengan para pendosa.namun  kita memiliki  Imam 

Besar yang terpisah dari para pendosa, dan tidak memerlu-

kan pendamaian. saat  Mesias sang Raja dibunuh sebagai 

korban, itu bukan untuk diri-Nya sendiri. Sebab Ia tidak 

mengenal dosa.  

Kitab Imamat 9:8-22 

 683 

[2] Harun harus mengadakan pendamaian bagi bangsa itu, de-

ngan mempersembahkan korban-korban mereka. sebab  

sekarang ia sudah diangkat menjadi imam besar, ia harus 

menempatkan dalam hatinya keprihatinan-keprihatinan 

yang menyangkut umat. Dan keprihatinan mereka yang 

besar yaitu  mendamaikan mereka dengan Allah, dan 

dihapuskannya dosa yang telah memisahkan mereka dari 

Allah. Ia harus mengadakan pendamaian seperti yang di-

perintahkan TUHAN. Lihatlah di sini betapa Tuhan mau 

merendahkan diri begitu rupa sebab  Ia penuh belas kasih-

an, sampai-sampai Ia tidak hanya mengizinkan pendamai-

an dengan diri-Nya,namun  juga memerintahkannya. Ia tidak 

hanya memperbolehkan,namun  juga menuntut kita untuk 

didamaikan dengan-Nya. Oleh sebab itu, tidak tersisa 

ruang untuk ragu bahwa pendamaian yang diperintahkan 

pasti akan diterima-Nya. 

Pelaksanaan Mempersembahkan Korban 

 (9:8-22) 

8 Maka mendekatlah Harun kepada mezbah, dan disembelihnyalah anak 

lembu yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri. 9 Anak-

anak Harun menyampaikan darah lembu itu kepadanya, dan Harun men-

celupkan jarinya ke dalam darah itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk 

mezbah. Darah selebihnya dituangkannya pada bagian bawah mezbah. 10 

Lemak, buah pinggang dan umbai hati dari korban penghapus dosa itu 

dibakarnya di atas mezbah, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 

11namun  daging dan kulitnya dibakarnya habis di luar perkemahan. 12 Kemu-

dian ia menyembelih korban bakaran, lalu anak-anak Harun menyerahkan 

darah korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkannya pada mezbah 

sekelilingnya. 13 Juga diserahkan merekalah kepadanya korban bakaran itu 

menurut bagian-bagian tertentu beserta dengan kepalanya, lalu dibakarnya 

di atas mezbah. 14 Isi perut dan betisnya dibasuhnya dan dibakarnya dengan 

korban bakaran di atas mezbah. 15 Sesudah itu dibawanya persembahan 

bangsa ke mezbah; diambilnyalah kambing jantan yang akan menjadi korban 

penghapus dosa yang bagi bangsa itu, lalu disembelihnya dan dipersembah-

kannya sebagai korban penghapus dosa seperti yang pertama. 16 lalu  

dibawanyalah korban bakaran ke mezbah, dan diolahnya sesuai dengan 

peraturan. 17 Selanjutnya dibawanyalah korban sajian dan diambilnya se-

genggam dari padanya, lalu dibakarnya di atas mezbah, di samping korban 

bakaran pada waktu pagi. 18 Ia menyembelih juga lembu dan domba jantan 

yang akan menjadi korban keselamatan bagi bangsa itu, lalu anak-anak Ha-

run menyerahkan darah korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkan-

nya pada mezbah sekelilingnya. 19namun  segala lemak dari lembu dan dari 

domba jantan itu, yakni ekor yang berlemak, lemak yang menutupi isi perut, 

buah pinggang dan umbai hati, 20 segala lemak itu diletakkan mereka di atas 

dada kedua korban itu, lalu Harun membakar segala lemak itu di atas mez-


 684

bah. 21 Dada dan paha kanan itu dipersembahkan Harun sebagai persembah-

an unjukan di hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan Musa. 22 Harun 

mengangkat kedua tangannya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka, 

lalu  turunlah ia, sesudah  mempersembahkan korban penghapus dosa, 

korban bakaran dan korban keselamatan. 

sebab  ini yaitu  persembahan-persembahan pertama yang diper-

sembahkan oleh imamat Lewi, sesuai dengan hukum tentang korban-

korban yang baru saja diberlakukan, maka cara mempersembahkan-

nya diceritakan secara terinci, supaya tampak bagaimana cara 

persembahannya itu sesuai dengan ketetapannya. 

1. Harun dengan tangannya sendiri menyembelih korban (ay. 8), dan 

melakukan pekerjaan imam-imam yang lebih rendah. Sebab, 

sekalipun dia orang besar, ia tidak boleh memandang rendah 

pekerjaan apa saja yang dapat dilakukannya demi kehormatan 

Allah. Dan, sama seperti Musa sudah menunjukkan kepadanya 

bagaimana melakukan pekerjaan ini dengan pantas dan tangkas, 

demikian pula Harun menunjukkan kepada anak-anaknya, 

supaya mereka dapat berbuat serupa. Sebab ini yaitu  cara yang 

terbaik untuk mengajar, dan demikian pula orangtua harus 

mengajar anak-anak mereka melalui teladan. Oleh sebab itu, 

sama seperti Musa sebelumnya, begitu pula Harun sekarang 

mempersembahkan sebagian dari tiap-tiap jenis korban yang 

ditetapkan, yang tata ibadahnya berbeda, supaya imam-imam itu 

diperlengkapi sepenuhnya untuk setiap pekerjaan baik.  

2. Ia mempersembahkan korban-korban ini di samping korban ba-

karan pada waktu pagi, yang dipersembahkan pertama-tama 

setiap hari (ay. 17). Perhatikanlah, ibadah-ibadah kita yang biasa 

kita jalankan pagi dan malam, sendirian dan bersama keluarga, 

tidak boleh dihilangkan dengan dalih apa pun, sekalipun ada 

pekerjaan-pekerjaan luar biasa yang harus dilaksanakan. Kalau 

ada yang ditambahkan, ibadah-ibadah ini tidak boleh dikurangi.  

3. Tidak jelas apakah, saat  dikatakan bahwa ia membakar bagian 

ini dan itu dari korban-korban di atas mezbah (ay. 10-20), yang 

dimaksudkan yaitu  bahwa ia segera membakarnya dengan api 

biasa, seperti sebelumnya, atau bahwa ia meletakkannya di atas 

mezbah dalam keadaan yang siap untuk dibakar dengan api dari 

sorga yang mereka nantikan (ay. 24). Ataukah, seperti menurut 

uskup Patrick, ia membakar persembahan-persembahan untuk 

dirinya sendiri dengan api biasa,namun  saat  persembahan-per-

sembahan itu sudah hangus terbakar, ia menaruh korban-korban

Kitab Imamat 9:23-24 

 685 

 bagi bangsa itu di atas mezbah, yang dikobarkan dan dimakan 

habis oleh api Tuhan. Saya lebih menduga bahwa, sebab  dikata-

kan tentang semua korban ini bahwa ia membakarnya (kecuali 

korban bakaran bagi bangsa itu, yang tentangnya dikatakan 

bahwa ia mempersembahkannya sesuai dengan peraturan, ay. 16, 

yang tampak berpadanan), ia tidak mengobarkan api untuk mem-

bakar korban-korban itu,namun  bahwa lalu  api dari Tuhan 

menyala pada korban-korban itu. Api dari Tuhan itu memadam-

kan api yang telah dikobarkannya, yaitu seperti yang kita ketahui, 

api yang lebih besar memadamkan api yang lebih kecil, dan 

secara tiba-tiba memakan habis sisanya. Sementara api yang 

telah dinyalakannya akan menghabiskan korbannya secara per-

lahan-lahan.  

4. saat  Harun sudah melakukan semua bagian yang harus dilaku-

kannya tentang korban-korban itu, ia mengangkat kedua tangan-

nya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka (ay. 22). Ini yaitu  

satu bagian dari pekerjaan imam, yang di dalamnya ia merupakan 

perlambang Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk member-

kati kita. Dan saat  Ia berpisah dengan murid-murid-Nya, pada 

saat kenaikan-Nya, Ia mengangkat kedua tangannya lalu member-

kati mereka, dan dengan begitu juga memberkati seluruh jemaat-

Nya melalui mereka, sebagai Imam besar yang kita akui. Murid-

murid-Nya itu yaitu  para tua-tua dan wakil dari jemaat. Harun 

mengangkat kedua tangannya dalam memberkati mereka, untuk 

mengisyaratkan dari mana ia menginginkan dan menantikan 

berkat untuk datang, yaitu dari sorga, yang yaitu  takhta Allah. 

Harun hanya bisa mendambakan berkat,namun  yaitu  hak 

istimewa Tuhan untuk memerintahkan berkat. Harun, saat  su-

dah memberkati, turun. sedang  Kristus, saat  sudah mem-

berkati, naik. 

Kemuliaan dan Api dari Tuhan  

(9:23-24) 

23 Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. sesudah  keluar, 

mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada 

segenap bangsa itu. 24 Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu meng-

hanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala selu-

ruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyem-

bah. 


 686

Kita tidak diberi tahu apa yang hendak dilakukan Musa dan Harun 

saat  masuk ke dalam Kemah Pertemuan (ay. 23). Sebagian dari pe-

nulis-penulis Yahudi berkata, “Mereka masuk untuk berdoa memo-

hon penampakan kemuliaan ilahi.” Besar kemungkinan mereka 

masuk supaya Musa dapat mengajar Harun bagaimana melakukan 

pekerjaan yang harus dilakukan di sana, seperti membakar ukupan, 

memasang lampu-lampu, meletakkan roti sajian, dan sebagainya, 

supaya Harun dapat mengajar anak-anaknya untuk melakukan itu. 

Tetapi, saat  mereka keluar, mereka berdua bergabung dalam mem-

berkati bangsa itu, yang sedang berdiri menantikan penampakan 

kemuliaan ilahi yang dijanjikan. Dan sekaranglah, saat  Musa dan 

Harun sehati dalam doa, mereka mendapatkan apa yang mereka nanti-

kan. Perhatikanlah, penyataan-penyataan Tuhan akan diri-Nya, akan 

kemuliaan dan anugerah-Nya, biasanya diberikan sebagai jawaban ter-

hadap doa. saat  Kristus sedang berdoa, terbukalah langit (Luk. 3:21). 

Kemuliaan Tuhan tampak, bukan pada saat korban-korban itu diper-

sembahkan, melainkan saat  imam-imam berdoa (lihat 2Taw. 5:13), 

saat  mereka memuji Allah. Ini menyiratkan bahwa doa-doa dan 

puji-pujian dari imam-imam rohani Tuhan lebih berkenan kepada 

Tuhan dibandingkan  semua korban bakaran dan korban sembelihan. 

     saat  upacara yang khidmat itu selesai, berkat diucapkan, dan 

umat siap bubar, pada penghujung hari, pada saat itulah Tuhan 

memberi  kesaksian akan perkenanan-Nya, yang memberi mereka 

kepuasan yang begitu rupa yang memang layak untuk dinantikan. 

I.   Tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu (ay. 23). 

Penampakan apa itu, kita tidak diberi tahu. Tidak diragukan lagi 

bahwa itu yaitu  penampakan yang begitu rupa hingga mengan-

dung bukti tentang kebenarannya sendiri. Kemuliaan yang meme-

nuhi Kemah Suci (Kel. 40:34) sekarang menunjukkan dirinya di 

depan pintu Kemah Suci kepada orang-orang yang hadir di sana, 

seperti raja menunjukkan dirinya kepada khalayak ramai yang 

menantikan kemunculannya, untuk memuaskan hati mereka. 

Tuhan dengan ini memberi  kesaksian atas perkenanan-Nya 

terhadap persembahan-persembahan mereka, dan menunjukkan 

kepada mereka bahwa Dia, yang untuk-Nya mereka harus mela-

kukan semuanya ini, yaitu  layak untuk itu. Perhatikanlah, 

orang-orang yang dengan tekun melayani Tuhan di jalan yang telah 

ditetapkan-Nya akan melihat kemuliaan-Nya yang begitu rupa 

Kitab Imamat 9:23-24 

 687 

hingga akan memberi mereka kepuasan yang berlimpah. Orang-

orang yang berdiam di rumah Tuhan dengan mata iman dapat 

menyaksikan keindahan Tuhan. 

II. Keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban 

bakaran (ay. 24). Di sini cendekiawan uskup Patrick, memiliki  

dugaan yang sangat masuk akal, bahwa Musa dan Harun tinggal 

dalam Kemah Suci sampai tiba waktunya untuk mempersembah-

kan korban petang, yang dilakukan Harun,namun  itu tidak dise-

butkan, sebab  hal itu memang sudah seharusnya dilakukan. 

Dan korban inilah yang dihanguskan oleh api yang keluar dari 

hadapan TUHAN. Apakah api ini datang dari sorga, atau dari 

tempat maha kudus, atau dari penampakan kemuliaan Tuhan yang 

dilihat oleh semua orang, api itu yaitu  tanda yang nyata dari 

perkenanan Tuhan terhadap ibadah mereka, seperti sesudahnya, 

pada korban Salomo (2Taw. 7:1), dan korban Elia (1Raj. 18:38). 

1. Api ini benar-benar menghanguskan (atau, seperti kata yang 

dipakai, memakan habis) korban yang sedang dipersembah-

kan. Dan ini merupakan kesaksian dari perkenanan Tuhan 

dalam dua hal:  

(1) Api yang menghanguskan itu menandakan berpalingnya 

murka Tuhan dari mereka. Murka Tuhan yaitu  api yang 

menghanguskan. Api ini bisa saja dengan adil menyala atas 

bangsa itu, dan menghanguskan mereka sebab  dosa-dosa 

mereka.namun  menyalanya api itu pada korban, dan meng-

hanguskannya, menandakan perkenanan Tuhan pada kor-

ban itu sebagai pendamaian bagi orang yang berdosa.  

(2) Api yang menghanguskan itu menandakan bahwa Tuhan 

masuk ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan mere-

ka. Mereka memakan bagian mereka dari korban itu, dan 

api Tuhan memakan habis bagian-Nya. Dan dengan demi-

kian Ia, seolah-olah, makan bersama-sama dengan mereka, 

dan mereka bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20). 

2. Api ini benar-benar, seperti tampak dalam penggambarannya, 

menguasai mezbah itu. Dengan demikian api itu berkobar di 

rumah Allah, dan akan terus berkobar selama rumah itu ber-

diri, seperti yang kita baca sebelumnya (6:13). Ini juga meru-

pakan perlambang dari hal-hal baik yang akan datang. Roh 


 688

turun ke atas para rasul dalam api (Kis. 2:3), dan dengan 

demikian mengesahkan penugasan mereka, seperti api yang 

dibicarakan di sini mengesahkan penugasan para imam. Dan 

turunnya api yang kudus ini ke dalam jiwa kita untuk mengo-

barkan perasaan-perasaan saleh dan takwa kepada Allah, dan 

semangat yang begitu kudus hingga membakar daging dan 

hawa nafsunya, yaitu  tanda yang pasti akan perkenanan 

Tuhan yang penuh rahmat kepada pribadi kita dan pekerjaan-

pekerjaan kita. Apa yang merupakan pekerjaan dari anugerah 

Tuhan sendiri dalam diri kita akan semakin membawa kemulia-

an bagi-Nya. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap ber-

ada di dalam Tuhan dan Dia di dalam kita: Ia telah mengarunia-

kan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya (1Yoh. 4:13). Seka-

rang, untuk seterusnya,  

(1) Semua korban dan ukupan mereka harus dipersembahkan 

dengan api ini. Perhatikanlah, tak ada yang pergi kepada 

Tuhan selain apa yang datang dari-Nya. Kita harus beroleh 

anugerah, api yang kudus itu, dari Tuhan yang empunya 

anugerah, sebab kalau tidak, kita tidak dapat beribadah 

kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada-Nya (Ibr. 

12:28).  

(2) Para imam harus menjaga supaya api itu tetap menyala 

dengan persediaan bahan bakar yang terus-menerus, dan 

bahan bakar itu haruslah kayu, bahan bakar yang paling 

bersih. Dengan demikian, orang-orang yang telah diberi anu-

gerah oleh Tuhan harus berjaga-jaga untuk tidak memadam-

kan Roh. 

III. Kita di sini diberi tahu bagaimana umat itu tersentuh oleh pe-

nyingkapan dari kemuliaan dan anugerah Tuhan ini. Mereka mene-

rimanya,  

1. Dengan sukacita yang teramat besar: Bersorak-sorailah mere-

ka. Dan dengan begitu mereka menggugah diri mereka sendiri 

dan satu sama lain untuk merayakan kemenangan yang ku-

dus, dalam jaminan yang diberikan kepada mereka sekarang 

bahwa mereka memiliki  Tuhan yang dekat pada mereka, 

yang dibicarakan sebagai keagungan bangsa mereka (Ul. 4:7).  

Kitab Imamat 9:23-24 

 689 

2. Dengan rasa hormat yang penuh kerendahan diri: Mereka 

sujud menyembah, dengan rendah hati memuja keagungan 

dari Tuhan yang berkenan untuk menyatakan diri-Nya seperti 

itu kepada mereka. Rasa takut yang berdosa terhadap Tuhan 

akan menjauhkan kita dari-Nya, sedang  rasa takut yang 

penuh rahmat akan membuat kita tunduk di hadapan-Nya. 

Kesan-kesan yang sangat baik tertanam dalam pikiran mereka 

untuk saat ini,namun  kesan-kesan itu segera menghilang, 

seperti yang biasa terjadi pada kesan-kesan yang ditimbulkan 

oleh apa yang hanya bisa disaksikan atau dirasakan oleh indra 

jasmani. Sementara pengaruh-pengaruh iman akan bertahan 

lama. 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL 10  

isah di dalam pasal ini memuat suatu pelanggaran terhadap pe-

laksanaan hukum imamat yang sama menyedihkannya dengan 

apa yang telah diperbuat dengan patung anak lembu emas terhadap 

pendirian Kemah Suci. Inilah, 

I. Dosa dan kematian Nadab dan Abihu, anak-anak Harun (ay. 

1-2). 

II. Ditenangkannya hati Harun di tengah kemalangan yang me-

nyakitkan ini (ay. 3). 

III. Berbagai perintah diberikan dan dijalankan, mengenai pe-

nguburan dan perkabungan terhadap Nadab dan Abihu (ay. 

4-7). 

IV. Larangan bagi para imam untuk tidak minum anggur saat  

masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk melaksanakan 

tugas imamat (ay. 8-11). 

V. Langkah yang diambil Musa untuk memastikan bahwa para 

imam melanjutkan tugas mereka dan tidak cemas akibat 

peristiwa ini (ay. 12, dst.) 

Kematian Nadab dan Abihu  

(10:1-2) 

1 lalu  anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil 

perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas 

api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api 

yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. 2 Maka keluarlah 

api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di 

hadapan TUHAN. 

Inilah, 


 692

I. Dosa besar Nadab dan Abihu. Meski tampak di mata kita begitu 

sepele, kita harus menyebutnya sebagai suatu dosa besar sebab  

jelas terlihat dari hukuman yang dijatuhkan, bahwa perbuatan 

mereka itu sangat memancing kemarahan Tuhan di sorga, yang 

penghakiman-Nya kita yakini didasari oleh kebenaran. Namun, 

apa sebenarnya dosa mereka? Penjelasan yang diberikan di sini 

yaitu  bahwa mereka mempersembahkan ke hadapan Tuhan api 

yang asing, yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka (ay. 1), 

dan ini sama seperti di Kitab Bilangan 3:4. 

1. saat  peristiwa ini terjadi, tidak tampak bahwa Nadab dan 

Abihu mendapat perintah apa pun sebelumnya untuk mem-

bakar ukupan. Memang, pentahbisan mereka sudah selesai 

dilakukan sehari sebelumnya, dan sebagai imam, sudah 

menjadi salah satu tugas mereka untuk melayani di mezbah 

pembakaran ukupan. Akannamun , seluruh pekerjaan di hari 

perayaan pentahbisan tampaknya hanya diperuntukkan bagi 

Harun sendiri, sebab  Harunlah yang menyembelih segala 

korban (9:8, 15, 18, KJV), sementara anak-anaknya hanya 

mendampinginya (9:9, 12, 18). sebab  itulah hanya Musa dan 

Harun yang masuk ke dalam Kemah Pertemuan (9:23). Namun, 

Nadab dan Abihu, yang merasa sangat bangga dengan kehor-

matan yang baru saja disematkan kepada mereka, sangat ber-

nafsu untuk segera melakukan bagian dari tanggung jawab 

yang paling tinggi dan terhormat, sehingga meskipun pekerja-

an pelayanan pada hari itu sangatlah luar biasa, dan hanya 

dapat dilaksanakan di bawah perintah Musa, namun tanpa 

mendapat perintah apa pun atau meminta izin dari Musa, 

mereka berdua masing-masing mengambil perbaraannnya dan 

masuk ke dalam Kemah Pertemuan. Mereka berpikir bahwa 

mereka telah berjaga-jaga selama sekian lama di pintu Kemah 

Pertemuan, jadi mereka akan membakar ukupan. sebab  itu, 

tindakan mereka mempersembahkan api yang asing itu sama 

dengan mempersembahkan ukupan yang lain, yang dengan 

tegas dilarang (Kel. 30:9). Kita dapat menduga bahwa ukupan 

yang khusus dipersiapkan untuk perayaan ini disimpan oleh 

Musa (Kel. 39:38), dan Nadab serta Abihu, yang melakukan 

hal ini tanpa seizinnya, sama sekali tidak memiliki  ukupan 

khusus melainkan hanya ukupan biasa, sehingga asap yang 

keluar dari ukupan biasa itu disebut berasal dari api yang 

Kitab Imamat 10:1-2 

 693 

asing. Tuhan memang mewajibkan para imam untuk membakar 

ukupan,namun  kali ini, sama sekali tidak ada perintah untuk 

berbuat demikian, sehingga kejahatan mereka ini seperti yang 

diperbuat raja Uzia (2Taw. 26:16). Para imam hanya boleh mem-

bakar ukupan bila memang ditunjuk untuk berbuat demikian 

saat  diundi (Luk. 1:9), dan, kali ini, Nadab dan Abihu tidaklah 

mendapat undian untuk membakar ukupan.  

2. Dengan menganggap bahwa mereka membakar ukupan sendiri 

tanpa perintah, tidak heran bahwa mereka lalu membuat 

kesalahan berikutnya, sehingga bukannya mengambil api dari 

mezbah, yang baru saja dinyalakan di hadapan Tuhan dan 

yang lalu  dipergunakan di dalam persembahan korban 

dan ukupan (Why. 8:5), mereka mengambil api biasa, yang 

kemungkinan dipakai untuk merebus daging guna korban ke-

selamatan, dan api ini mereka pakai untuk membakar ukup-

an. Oleh sebab  bukan api yang kudus, api itu disebut api yang 

asing, dan meski tidak secara jelas dikatakan terlarang, peng-

gunaan api ini  merupakan suatu kejahatan sebab  tidak 

diperintahkan Allah. Seperti diucapkan oleh uskup Hall, “Dalam 

pelayanan terhadap Allah, penolakan terhadap ketetapan-Nya 

merupakan suatu perbuatan yang berbahaya. Kita harus me-

matuhi Allah, yang dengan bijaksana telah menetapkan cara 

untuk menyembah-Nya, yang dengan adil telah mensyaratkan 

apa yang telah ditetapkan-Nya, dan yang berkuasa meng-

hukum apa yang tidak ditetapkan-Nya.” 

3. Ukupan harus selalu dibakar hanya oleh seorang imam pada 

satu waktu,namun  kali ini, mereka berdua masuk bersama-

sama untuk membakar ukupan. 

4. Mereka melakukannya dengan gegabah dan tergesa-gesa. Me-

nurut beberapa orang, Nadab dan Abihu merenggut perbara-

annya masing-masing dengan kasar tanpa rasa hormat dan 

khidmat. saat  semua orang sujud di hadapan kemuliaan 

Tuhan, Nadab dan Abihu berpikir bahwa kehormatan jabatan 

mereka membuat mereka tidak perlu merendahkan diri seperti 

apa yang dilakukan semua orang. Kedekatan mereka dengan 

jabatan imamat itu membuat mereka memandang rendah 

Keagungan ilahi, dan sekarang, oleh sebab  mereka telah 

diangkat menjadi imam, mereka pikir mereka dapat berbuat 

sesuka hati. 


 694

5. Ada kecurigaan bahwa mereka sedang mabuk saat  berbuat 

dosa ini, sebab  lalu  lahir larangan terkait hal itu sete-

lah peristiwa itu (ay. 9). Mereka sebelumnya  menyantap kor-

ban keselamatan serta korban curahan, yang merupakan bagi-

an dari pekerjaan mereka, dan sebab nya mereka menjadi 

mabuk, atau setidaknya, hati mereka menjadi senang oleh ang-

gur (KJV). Mereka minum dan melupakan apa yang telah ditetap-

kan (Ams. 31:5), sehingga ditetapkan bersalah atas pelanggaran 

yang mematikan ini. 

6. Tidak diragukan lagi perbuatan ini jelas disengaja, sebab  bila 

tidak, Nadab dan Abihu bisa diperbolehkan untuk memanfaat-

kan hukum yang baru saja ditetapkan, bahkan termasuk un-

tuk para imam, yakni bahwa mereka harus membawa korban 

penghapus dosa (4:2-3).namun  orang yang berbuat sesuatu 

dengan sengaja, dan merendahkan keagungan, wewenang, dan 

keadilan Allah, ia harus dilenyapkan (Bil. 15:30). 

II. Hukuman yang mengerikan atas dosa ini: Maka keluarlah api dari 

hadapan Tuhan, lalu menghanguskan keduanya (ay. 2). Api ini, 

yang menghanguskan apa yang dipersembahkan Nadab dan 

Abihu, keluar dengan cara yang sama dengan api yang mengha-

nguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah (9:24). 

Ini menyatakan keadilan yang akan berlaku terhadap semua 

orang yang bersalah jika  tidak ada belas kasihan yang tak 

terbatas dan tidak ada penebusan atau ganti rugi. Dan jika api itu 

mencengangkan semua yang menyaksikannya, terlebih lagi api 

yang disampaikan pada bagian ini. 

1. Perhatikan beratnya hukuman terhadap Nadab dan Abihu. 

(1) Mereka mati. Apakah tidak cukup bahwa dibandingkan  mati, 

mereka dibuat menderita sakit kusta, seperti Uzia, atau 

bisu, seperti Zakharia, mengingat kedua hukuman itu juga 

terkait dengan pelanggaran pada mezbah pembakaran 

ukupan? Tidak. Nadab dan Abihu dihajar mati. Upah dosa 

ini yaitu  kematian. 

(2) Mereka mati mendadak saat  sedang berbuat dosa, dan 

tidak diberi waktu untuk berseru, “Tuhan, kasihanilah 

kami!” Meskipun Tuhan berpanjang sabar terhadap kita, 

terkadang Ia bergegas menindak para pendosa. Hukuman 

Kitab Imamat 10:1-2 

 695 

pun segera dijalankan: para pendosa yang dengan sengaja 

berbuat dosa sebenarnya mendatangkan kehancuran yang 

cepat terhadap diri mereka, dan kepada mereka ini, bahkan 

waktu untuk bertobat pun tidak akan diberi. 

(3) Mereka mati di hadapan Tuhan, tepat di depan tabir yang 

menyelubungi tutup pendamaian, sebab  pendamaian atau 

belas kasih itu sendiri tidak akan membiarkan kemuliaan-

Nya dicemarkan. Mereka yang berdosa di hadapan Tuhan 

akan mati di hadapan-Nya. Para pendosa yang terkutuk 

dikatakan disiksa di depan mata Anak Domba, yang mem-

perlihatkan bahwa Ia tidak menjadi perantara bagi mereka 

(Why. 14:10). 

(4) Mereka mati oleh api, sebab  oleh apilah mereka berdosa. 

Mereka mengabaikan api yang keluar dari hadapan Tuhan 

untuk menghanguskan korban persembahan, dan berpikir 

bahwa api yang lain bernilai sama. Dan sekarang, dengan 

keadilan-Nya, Tuhan membuat mereka merasakan sendiri 

api yang tidak mereka hormati. Demikianlah orang-orang 

yang tidak suka disempurnakan oleh api anugerah ilahi 

akan dihanguskan oleh api murka ilahi. Api itu tidak meng-

hanguskan mereka hingga menjadi debu, seperti yang bia-

sa terjadi pada korban persembahan, bahkan tidak mem-

buat pakaian mereka hangus (ay. 5),namun , seperti petir, 

menghajar mereka mati sesaat . Melalui dampak yang ber-

beda dari api yang sama inilah Tuhan mau menunjukkan 

bahwa api itu bukanlah api biasa melainkan api yang 

dikobarkan oleh nafas Tuhan (Yes. 30:33). Dua kali dise-

butkan di dalam Alkitab bahwa mereka mati dengan tidak 

memiliki  anak (Bil. 3:4; 1Kor. 24:2). Lewat kelancangan 

mereka, mereka telah menghina nama Allah, sehingga 

Tuhan dengan adil menghapus nama mereka dan menghem-

paskan kehormatan yang menjadi kebanggaan mereka ke 

tengah debu.   

2. Akannamun , mengapa Tuhan menjatuhkan hukuman yang 

sangat keras kepada Nadab dan Abihu? Bukankah mereka ini 

anak-anak Harun, yang yaitu  orang kudus Tuhan sendiri, 

serta keponakan Musa, yang merupakan kesayangan sorga? 

Bukankah minyak urapan telah dipercikkan ke atas mereka, 

sebagai orang-orang yang Tuhan telah kuduskan untuk diri-Nya 


 696

sendiri? Bukankah mereka dengan tekun telah tinggal selama 

tujuh hari saat  masa pentahbisan, dan melakukan kewa-

jiban terhadap Tuhan dengan setia, dan tidakkah itu dapat 

menebus kelancangan mereka? Apakah mereka tidak bisa di-

maafkan mengingat mereka masih muda, sehingga belum ber-

pengalaman di dalam tugas pelayanan, dan bahwa pelanggar-

an itu merupakan pelanggaran mereka yang pertama, yang 

dilakukan di dalam kegembiraan yang meluap-luap atas peng-

angkatan mereka menjadi imam? Lagi pula, tidak ada alasan 

lain yang lebih baik untuk mengampuni mereka: bahwa akhir-

akhir ini, begitu banyak tanggung jawab dibebankan ke pun-

dak para imam, dan jabatan imamat hanya dapat dipegang 

oleh Harun dan anak-anaknya. Ia hanya memiliki empat orang 

anak laki-laki, sehingga bila dua orang anak laki-laki mati, 

tidak akan ada cukup imam untuk melaksanakan pelayanan 

di Kemah Pertemuan. Lebih lagi, bila mereka harus mati tanpa 

memiliki  anak, kaum Harun akan menjadi lemah dan kecil, 

dan jabatan keimaman terancam tidak memiliki penerus. Akan 

tetapi, semua pertimbangan ini tidak menjadi alasan untuk 

membiarkan pelanggaran itu, atau melepaskan pelanggarnya 

dari jerat hukum. sebab , 

(1) Dosa ini  sangat dahsyat. Dosa ini merupakan wujud 

penghinaan terhadap Musa serta terhadap hukum ilahi 

yang diberikan melalui Musa. Hingga saat ini, jelas dicatat 

bahwa semua yang diperbuat imam-imam itu seperti yang 

diperintahkan Tuhan kepada Musa,namun  berlawanan 

dengan itu, dikatakan bahwa Nadab dan Abihu melakukan 

apa yang tidak diperintahkan Tuhan kepada mereka, dan 

mereka melakukannya berdasar  pikiran mereka sendiri. 

Tuhan pada kesempatan ini sedang mengajari umat-Nya 

ketaatan untuk melakukan segala sesuatu menurut atur-

an, seperti layaknya seorang hamba. sebab  itu, jika  

ada imam yang melanggar aturan dan menyeleweng dari 

ketetapan, hal ini  sungguh membangkitkan amarah, 

dan dengan tegas harus dikenai hukuman. Watak Nadab 

dan Abihu semakin memperparah dosa yang mereka buat. 

Sebagai anak-anak Harun, anak-anak sulungnya, yang 

telah ditunjuk Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya langsung, 

perbuatan mereka yang dengan sengaja melakukan pelang-

Kitab Imamat 10:1-2 

 697 

garan jelas tidak dapat dibiarkan. Di dalam dosa mereka, 

tersimpan penghinaan terhadap kemuliaan Allah, yang 

pada saat peristiwa ini tampak dalam hal api, seakan-akan 

api ini  tidak berarti sebab  mereka memiliki api lain 

yang sama maknanya. 

(2) Hukuman terhadap mereka merupakan bentuk keadilan 

yang perlu ditegakkan, terutama pada kesempatan ini, yak-

ni di awal pemberlakukan segala ketetapan upacara iba-

dah. Di dalam hukum Tuhan, kerap kali diperingatkan 

bahwa setiap orang yang melanggar hukum akan dibinasa-

kan, dan di sini, Tuhan menjelaskan ancaman ini  de-

ngan saksi. Sekarang, dengan baru ditetapkannya hukum 

mengenai persembahan korban, agar jangan ada orang 

yang menganggap enteng hukum ini  sebab  isinya 

yang sangat terperinci untuk berbagai situasi, Nadab dan 

Abihu yang merupakan pelanggar pertama dari hukum itu 

pun dihukum guna mengingatkan orang lain dan guna 

memperlihatkan betapa cemburunya Tuhan dalam hal 

penyembahan terhadap-Nya. Demikianlah Tuhan membuat 

hukum-Nya menjadi besar dan mulia (KJV), dan Tuhan mem-

beritahu para imam-Nya bahwa peringatan yang kerap kali 

dijumpai di dalam hukum mengenai mereka, bahwa mere-

ka harus mematuhi segala perintah-Nya supaya mereka 

jangan mati, bukanlah gertakan semata,namun  betul suatu 

peringatan akan betapa berbahayanya jika  mereka 

main-main di dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Tak ayal 

lagi, bahwa keadilan yang dipertunjukkan di sini pada per-

tama kalinya dapat mencegah berbagai pelanggaran di 

lalu  hari. Demikianlah Ananias dan Safira pun dihu-

kum saat  mereka sengaja mendustai Roh Kudus, api 

yang baru diturunkan itu. 

(3) Seperti halnya kejatuhan umat Israel ke dalam penyembah-

an berhala segera sesudah  hukum moral diturunkan, me-

nunjukkan kelemahan hukum Taurat dan keterbatasannya 

untuk menghapus dosa, demikian pula halnya dosa dan 

penghukuman para imam ini menunjukkan ketidaksem-

purnaan jabatan keimaman sedari awal, dan ketidakmam-

puannya untuk melindungi orang dari api murka Allah. Ini 

menunjukkan bahwa keimaman Lewi itu hanyalah merupa-


 698

kan penggambaran akan keimaman Kristus, yang dalam 

pelaksanaannya tidak pernah, dan tidak bisa pernah akan 

terjadi pelanggaran atau kesalahan. 

Perkabungan terhadap Nadab dan Abihu 

(10:3-7) 

3 Berkatalah Musa kepada Harun: “Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada 

orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka 

seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku.” Dan Harun berdiam 

diri. 4 lalu  Musa memanggil Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman 

Harun, lalu berkatalah ia kepada mereka: “Datang ke mari, angkatlah saudara-

saudaramu ini dari depan tempat kudus ke luar perkemahan.” 5 Mereka 

datang, dan mengangkat mayat keduanya, masih berpakaian kemeja, ke luar 

perkemahan, seperti yang dikatakan Musa. 6 lalu  berkatalah Musa 

kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun: “Janganlah 

kamu berkabung dan janganlah kamu berdukacita, supaya jangan kamu 

mati dan jangan TUHAN memurkai segenap umat ini,namun  saudara-sau-

daramu, yaitu seluruh bangsa Israel, merekalah yang harus menangis sebab  

api yang dinyalakan TUHAN itu. 7 Janganlah kamu pergi dari depan pintu 

Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, sebab  minyak urapan TUHAN 

ada di atasmu.” Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa. 

Kita bisa yakin bahwa saat  Nadab dan Abihu dihajar mati, semua 

orang di sekeliling mereka menjadi ketakutan, dan tiap wajah, terma-

suk wajah Nadab dan Abihu, memancarkan kengerian. Ketakutan 

besar jelas melanda semua orang, dan semuanya penuh kebingung-

an. Namun, apa pun yang dirasakan orang lain, Musa tetap tenang 

dan tahu apa yang harus ia katakan dan perbuat, tidak marah 

seperti halnya Daud (2Sam. 6:8). Meski kematian mereka berdua 

sangat menyentuh kalbu Musa, dan menjadi teguran mengerikan di 

tengah salah satu kebahagiaan terbesar di dalam hidupnya, namun 

ia tetap memegang kendali atas dirinya dan memastikan keteraturan 

serta ketertiban di dalam Kemah Pertemuan.  

I. Musa berusaha menenangkan Harun dan menjaganya tetap kuat 

di tengah kepedihan ini (ay. 3). Musa yaitu  seorang saudara laki-

laki yang dilahirkan untuk mengalami berbagai kesulitan dan ia 

mengajari kita melalui teladannya berupa nasihat dan penghibur-

an yang tepat, untuk membela yang lemah, dan menghibur yang 

tawar hati. Perhatikan di sini, 

1. Apa yang disampaikan Musa kepada kakaknya yang ditimpa 

kemalangan ini: Inilah yang difirmankan Tuhan. Perhatikan,

Kitab Imamat 10:3-7 

 699 

 buah pikir yang paling menenangkan saat  berada di bawah 

penderitaan yaitu  yang berasal dari firman Allah. Seperti ini 

dan seperti itulah Tuhan berkata, dan bukan urusan kita un-

tuk menentang perkataan-Nya. Perhatikan pula bahwa di da-

lam setiap karya pemeliharaan Allah, kita sebaiknya mem-

perhatikan adanya penggenapan Kitab Suci serta memban-

dingkan antara firman dan karya Allah. Bila ini kita lakukan, 

pasti kita akan menemukan ada keselarasan dan kecocokan 

mengagumkan di antara keduanya, dan bahwa yang satu 

menjelaskan serta menggambarkan yang lain. Namun, 

(1) Di manakah Tuhan pernah berfirman mengenai hal ini? Kita 

tidak menemukan kata-kata persisnya,namun  Tuhan pernah 

berfirman mengenai hal ini (Kel. 19:22), Para imam yang 

datang mendekat kepada Tuhan haruslah menguduskan 

dirinya, supaya Tuhan jangan melanda mereka. Tentu saja, 

seluruh maksud dan tujuan hukum-Nya menunjukkan 

bahwa sebab  Tuhan yaitu  Tuhan yang suci dan Tuhan 

yang berdaulat, Ia harus selalu disembah di dalam keku-

dusan dan penghormatan serta dengan cara yang sesuai 

dengan petunjuk yang diberikan-Nya. Bila ada yang main-

main dengan-Nya, mereka akan merasakan akibatnya. Ada 

banyak ayat lain yang turut menjelaskan hal ini (Kel. 

29:43-44; 34:14; 8:35). 

(2) Apa yang Tuhan firmankan? Demikianlah firman Tuhan (yang 

oleh anugerah-Nya turut disampaikan ke dalam hati kita 

semua!), Kepada orang yang karib kepada-Ku, siapapun 

dia, Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bang-

sa akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku. Perhatikan di sini. 

Pertama, kapanpun kita menyembah Allah, kita datang 

mendekat kepada-Nya sebagai imam-imam yang rohani. 

Pemikiran ini mengharuskan kita bersikap sangat khidmat 

dan bersungguh-sungguh di dalam segala ibadah kita, 

dengan mengingat bahwa melalui ibadah kita itu, kita 

datang kepada Tuhan dan memberi diri kita di hadapan-Nya. 

Kedua, saat  kita mendekat kepada Allah, kita harus me-

nguduskan-Nya, yakni, memberi-Nya pujian atas kekudus-

an-Nya dan menyembah-Nya sebagai orang yang percaya 

bahwa Tuhan yang kita sembah yaitu  Tuhan yang kudus, 

Tuhan yang murni tanpa cacat cela dan luar biasa sempurna 


 700

(Yes. 8:13). Ketiga, saat  kita menguduskan Allah, kita me-

muliakan-Nya, sebab  kekudusan-Nya yaitu  kemuliaan-

Nya, dan saat  kita menguduskan-Nya di dalam perseku-

tuan ibadah, kita memuliakan-Nya di muka seluruh bang-

sa, sambil mengakui keyakinan kita akan kemuliaan-Nya 

serta berharap agar orang lain turut memuliakan-Nya. 

Keempat, bila Tuhan tidak dikuduskan dan dimuliakan oleh 

kita, Ia akan dikuduskan dan dimuliakan atas kita. Ia akan 

membalas mereka yang mencemarkan nama-Nya yang 

kudus dengan meremehkan-Nya. Bila hormat tidak diberi-

kan kepada-Nya, Ia akan menuntutnya. 

(3) Namun, apa artinya firman Tuhan itu di dalam peristiwa ini? 

Apa yang terkandung di dalam firman Tuhan itu sehingga 

membuat Harun berdiam diri? Ada dua hal: 

[1] Firman Tuhan harus membuat Harun berdiam diri kare-

na anak-anaknya memang pantas mati. Demikianlah 

Nadab dan Abihu dibinasakan dari bangsanya sebab  

mereka tidak menguduskan dan memuliakan Allah. 

Penegakan keadilan yang perlu, seberat apa pun itu, 

harus ditanggung oleh orang yang bersangkutan tanpa 

boleh dikeluhkan melainkan harus dipatuhi. 

[2] Firman Tuhan itu pasti membuat Harun berdiam diri ka-

rena kematian anak-anaknya menjunjung kehormatan 

Allah, dan oleh sebab  itu, keadilan-Nya yang tidak 

pandang bulu itu akan dimuliakan di segala zaman.  

2. Pengaruh baik dari perkataan Musa kepada Harun: Harun ber-

diam diri, artinya, Harun dengan sabar berserah diri terhadap 

kehendak kudus Tuhan di dalam tindakan penyelenggaraan 

Tuhan yang menyedihkan ini, kelu dan tidak membuka mulut-

nya, sebab  Allahlah yang melakukannya. Keluh kesah yang 

sudah siap Harun utarakan (seperti halnya orang yang kalah 

berpikir bahwa mereka punya hak berkeluh kesah), dengan 

bijaksana dipendam Harun sambil menekapkan tangannya 

pada mulutnya (KJV) supaya jangan ia berdosa dengan lidah-

nya, sebab  sekarang hatinya bergejolak dalam dirinya. Per-

hatikan, 

(1) jika  Tuhan menegur kita sebab  dosa kita, kita wajib 

berdiam diri di bawah teguran-Nya itu, tidak berbantah 

Kitab Imamat 10:3-7 

 701 

dengan Allah, menyalahkan keadilan-Nya, atau mengang-

gap-Nya tolol, melainkan tunduk terhadap semua yang 

Tuhan perbuat. Tidak cukup hanya menanggung hukuman 

atas pelanggaran kita, kita juga harus menerimanya dan 

berkata, seperti halnya Eli berkata di tengah perkara yang 

mirip dengan keadaan ini, Dia Tuhan, biarlah diperbuat-Nya 

apa yang dipandang-Nya baik (1Sam. 3:18). Jikalau anak-

anak kita telah berbuat dosa terhadap Dia (seperti yang 

dikatakan Bildad di dalam Ayb. 8:4), maka Ia telah mem-

biarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka (KJV: dan 

Ia telah mencampakkan mereka sebab  pelanggaran mere-

ka). Meski jelas menyedihkan untuk melihat bahwa anak-

anak buah hati kita harus menjadi anak-anak murka Allah, 

namun kita harus tetap menjunjung tinggai keadilan ilahi 

dan tidak membuat melawannya.  

(2) Alasan-alasan yang paling ampuh untuk menenangkan 

jiwa yang baik yang sedang dilanda penderitaan, yaitu  

yang diambil dari kemuliaan Allah. Inilah yang membuat 

Harun berdiam diri. Memang betul bahwa Harun kehilang-

an penghiburannya oleh kematian kedua anaknya ini, 

tetapi Musa telah menunjukkan kepadanya bahwa Tuhan 

merupakan pemenang di dalam kemuliaan-Nya, sehingga 

Harun tidak dapat membantah hal ini: bila Tuhan dikudus-

kan, Harun pun dipuaskan. Jauhlah dibandingkan  Harun un-

tuk menempatkan anak-anaknya di atas Allah, atau untuk 

menginginkan agar nama Allah, atau rumah Allah, atau 

hukum Allah, dicela atau dihina hanya demi nama baik 

keluarganya. Harun sama sekali tidak mau semua itu ter-

jadi. Baik pada kejadian ini maupun pada peristiwa anak 

lembu emas, kaum Lewi tidak mau kenal saudara-saudara-

nya dan acuh tak acuh terhadap anak-anaknya. Demikian-

lah mereka mengajarkan peraturan-peraturan-Mu kepada 

Yakub, dan hukum-Mu kepada Israel (Ul. 33:9-10). Para 

hamba Tuhan beserta keluarganya terkadang diuji dengan 

cobaan-cobaan yang menyakitkan agar mereka meneladan-

kan kesabaran dan penyerahan diri terhadap Tuhan bagi 

para orang percaya, dan agar mereka dapat menghibur 

orang lain dengan penghiburan yang telah mereka terima 

sendiri. 


 702

II. Musa memberi perintah mengenai mayat Nadab dan Abihu. 

Tidaklah pantas jika  mayat mereka dibiarkan tergeletak begitu 

saja di tempat mereka mati. Akannamun , ayah dan saudara-sau-

dara mereka sendiri, serta kerumunan orang yang menyaksikan 

peristiwa menyedihkan ini dengan terpana, tidak berani mengang-

kat mereka dan memeriksa apakah mereka masih hidup atau 

tidak. Harun dan kedua anak lakinya yang masih hidup juga 

harus dijaga agar jangan sampai teralihkan atau ternajiskan dan 

tidak layak bagi pekerjaan besar yang menanti di depan mata. 

Biarlah orang mati menguburkan orang mati, mereka harus tetap 

melanjutkan tugas pelayanan mereka. Artinya, “Lebih baik orang 

mati dibiarkan tidak dikubur, bila tidak ada orang yang melaku-

kannya, dibandingkan  pekerjaan Tuhan dibuat terbengkalai oleh orang-

orang yang telah dipanggil-Nya untuk menjalankannya.” Namun 

Musa membereskan masalah ini, bahwa meski Nadab dan Abihu 

telah mati oleh keadilan Tuhan akibat dosa mereka, mereka harus 

dikuburkan dengan layak, dan demikianlah diperintahkan Musa 

(ay. 4-5). 

1. Beberapa saudara terdekat yang masih merupakan keponakan 

jauh Harun, diperintahkan Musa untuk mengurus mayat Na-

dab dan Abihu. Nama mereka disebutkan di sini, yang melaku-

kan tugas ini  dengan hati-hati dan penuh hormat. 

Mereka berasal dari kaum Lewi dan mungkin saja tidak akan 

datang ke dalam Kemah Suci, apalagi di tengah kejadian ini, 

mereka tidak mendapat perintah khusus. 

2. Mereka membawa mayat Nadab dan Abihu ke luar perkemah-

an untuk dibakar, bukan untuk dikuburkan di tempat atau 

pelataran penyembahan, seperti yang berlaku pada masa kini, 

meskipun mereka mati di tempat penyembahan, supaya mere-

ka tidak menguburkan Nadab dan Abihu, atau siapapun di 

antara mereka yang mati, di sekitar perkemahan mereka. 

Demikianlah sesudah  peristiwa ini, pemakaman bangsa Israel 

terletak di luar perkotaan. Oleh sebab  Kemah Suci didirikan 

di tengah-tengah perkemahan, mereka tidak dapat membawa 

mayat Nadab dan Abihu tanpa melewati salah satu daerah 

tempat tinggal di dalam perkemahan. Tak ayal lagi, peman-

dangan ini memicu  kengerian di tengah masyarakat. 

Nama Nadab dan Abihu sesungguhnya sudah begitu besar dan 

mulia di antara mereka, dan kini, nama-nama itu tak akan lagi 

Kitab Imamat 10:3-7 

 703 

disebut, tak lagi diharapkan muncul sesudah  hari-hari pentah-

bisan mereka berlalu untuk menerima hormat dan pujian dari 

masyarakat, yang memiliki kebiasaan mengelu-elukan orang 

yang sedang naik daun. Terlebih lagi, sesudah  Musa dan 

Harun, yang sudah tua dan memasuki masa senja, Nadab dan 

Abihu (yang turut berada di atas gunung bersama Tuhan [Kel. 

24:1]) sesungguhnya dipandang sebagai sosok kesayangan 

sorga serta harapan umat Israel. Akannamun  sekarang, saat  

berita kematian Nadab dan Abihu baru saja didengar oleh 

bangsa Israel, mereka tiba-tiba melihat keduanya diangkut 

mati, dengan tanda pembalasan ilahi terlihat jelas pada mayat 

keduanya sebagai korban bagi keadilan Allah, sehingga mere-

ka hanya bisa berteriak, Siapakah yang tahan berdiri di 

hadapan Tuhan, Tuhan yang kudus ini? (1Sam. 6:20). 

3. Mereka mengangkat Nadab dan Abihu keluar (dan mungkin 

menguburkan mereka) dalam keadaan masih mengenakan 

kemeja beserta pakaian kebesaran imam, yang baru saja 

mereka kenakan dan yang mungkin terlalu mereka bangga-

banggakan. Demikianlah keadilan Tuhan yang tidak pandang 

bulu dinyatakan agar semua orang mengetahui bahwa pakaian 

kebesaran imam pun tidak mampu melindungi pendosa dari 

murka Allah. Dengan demikian, orang dapat dengan mudah 

mengatakan, “Bila imam-imam ini saja tidak luput dari peng-

hukuman saat  mereka berdosa, dapatkah kita berharap un-

tuk luput dari penghukuman?” Dan juga, kenyataan bahwa 

pakaian kebesaran imam dengan cepat berubah menjadi pa-

kaian di liang kubur menunjukkan dua hal, yakni bahwa 

hukum Taurat mengerjakan kematian (KJV) dan bahwa kelak 

dengan berjalannya waktu, jabatan keimaman sendiri akan 

dihapuskan dan dikubur di dalam makam Tuhan Yesus. 

III. Musa memberi arahan mengenai perkabungan. 

1. Bahwa imam tidak boleh berkabung. Harun dan dua anak 

laki-lakinya yang masih hidup, meski bersedih hati, tidak 

boleh memperlihatkan dukacita yang mereka rasakan atas 

peristiwa menyedihkan ini, apalagi mengikuti mayat Nadab 

dan Abihu satu langkah kaki pun dari depan pintu Kemah 

Suci (ay. 7). Demikianlah sesudah  kejadian ini, Imam Besar 

dilarang keras mengikuti segala upacara perkabungan untuk 


 704

kematian sahabat-sahabatnya, bahkan untuk ayah atau ibu-

nya (21:11). Namun, pada saat bersamaan, imam-imam yang 

lebih rendah kedudukannya diperbolehkan berkabung untuk 

kerabat terdekat mereka (21:2-3). Akannamun , di sini, Harun 

dan kedua anak laki-lakinya dengan tegas dilarang berkabung, 

sebab , 

(1) Mereka sebenarnya pada saat ini tengah menanti untuk 

melakukan pekerjaan besar yang sama sekali tidak boleh 

terhenti (Neh. 6:3). Terlebih lagi, demi kehormatan Allah, 

pelayanan mereka terhadap Tuhan harus berada jauh di 

atas penghormatan terhadap kerabat terdekat, dan bahwa 

segala macam pelayanan harus tunduk di bawah pelayan-

an mereka. Melalui hal ini, mereka harus memperlihatkan 

bahwa mereka menaruh nilai dan perhatian yang lebih be-

sar terhadap Tuhan dan pekerjaan mereka dibandingkan  terha-

dap sahabat terbaik mereka di dunia. Kristus pun berbuat 

seperti demikian (Mat. 12:47-48). Dengan ini, kita diajar 

untuk menjauhkan segala pikiran yang mengganggu, tekun 

dan bersungguh-sungguh saat  melayani Tuhan di tengah 

pekerjaan-pekerjaan yang kudus, serta tidak membiarkan 

perhatian kita teralihkan oleh segala pikiran, kesenangan, 

atau nafsu duniawi. Biarlah kita selalu melayani Tuhan 

tanpa teralihkan.  

(2) Saudara mereka, Nadab dan Abihu, dibinasakan langsung 

oleh tangan Tuhan atas pelanggaran yang diperbuat kedua-

nya, sehingga mereka tidak boleh berkabung untuk kedua-

nya agar jangan sampai terlihat bahwa mereka seakan-

akan memperbolehkan dosa itu terjadi, atau mereka me-

nentang keadilan Tuhan di dalam menjalankan hukuman 

itu. dibandingkan  meratap, mereka harus dengan sepenuh hati 

menyetujui penghukuman ini  serta tunduk terhadap 

nilai keadilan dari penghukuman itu. Perhatikan, perkara-

perkara yang menjadi kemuliaan Tuhan di antara orang 

banyak harus lebih kita utamakan dibandingkan  segala perasa-

an kita sendiri. Lihatlah bagaimana Musa memperingatkan 

mereka hingga mereka akhirnya patuh, dan bagaimana ia 

memegang tongkat di atas mereka untuk menenangkan 

tangis mereka (ay. 6): “Supaya jangan kamu mati sama 

seperti Nadab dan Abihu, dan supaya jangan Tuhan memur-

Kitab Imamat 10:3-7 

 705 

kai segenap umat, yang terancam menderita akibat kelan-

cangan dan ketidakpatuhanmu serta hawa nafsumu yang 

tidak kau kekang,” dan lagi (ay. 7), supaya jangan kamu 

mati. Amati di sini bagaimana kita dapat mengambil hik-

mah dari penghakiman Tuhan terhadap orang lain, yakni 

bahwa kita harus semakin gigih menjaga diri supaya 

jangan kita mati seperti halnya orang lain. dibandingkan  merasa 

terguncang, kematian orang lain, terutama kematian men-

dadak, seharusnya meneguhkan kita untuk semakin meng-

hormati Tuhan yang kudus, menjauhkan diri dari semua 

dosa, dan menanti-nantikan kematian kita sendiri dengan 

bersungguh-sungguh. Semua ini dilakukan sebab  minyak 

urapan Tuhan ada di atasmu, dan kehormatannya harus 

gigih dijaga dengan mengerjakan tugas jabatanmu dengan 

sukacita. Perhatikan, orang-orang yang melalui kasih karu-

nia telah menerima pengurapan janganlah mengusik diri 

mereka sendiri dengan dukacita yang dari dunia ini, yang 

menghasilkan kematian. Jelas sangat sulit bagi Harun dan 

anak-anaknya untuk menahan diri dari rasa sedih yang 

luar biasa di tengah peristiwa menyakitkan seperti ini, te-

tapi akal sehat serta kasih karunia yang ada di dalam me-

reka mampu menguasai segala perasaan, sehingga mereka 

dengan sabar dan patuh menanggung penderitaan ini: 

Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa, sebab  

mereka tahu bahwa perkataan Musa berasal dari firman 

Allah. Dengan demikian, berbahagialah mereka yang ber-

ada di bawah penguasaan Allah, dan yang perasaannya ada 

di bawah kendali mereka sendiri.  

2. Bahwa orang Israel harus berkabung:namun  seluruh bangsa 

Israel, merekalah yang harus menangis sebab  api yang dinya-

lakan Tuhan itu. Jemaat harus meratapi tidak hanya atas 

kehilangan kedua imam mereka itu,namun  juga terutama atas 

kemarahan Tuhan yang tampak di dalam kematian keduanya. 

Mereka harus menangisi api yang telah dinyalakan-Nya agar 

tidak lebih lanjut menghanguskan. Oleh sebab  Harun dan 

anak-anak laki-lakinya berada dalam bahaya terlalu terpenga-

ruh oleh kejadian ini, mereka dilarang berkabung. Sementara 

itu, oleh sebab  kaum Israel berada dalam bahaya terlalu tidak 

terpengaruh oleh kejadian ini, mereka diperintahkan ber-


 706

kabung. Demikianlah perangai manusia harus selalu dikuasai 

oleh kasih karunia menurut kebutuhan, entah dibatasi atau 

dikekang.  

Peringatan untuk Para Imam 

(10:8-11) 

8 TUHAN berfirman kepada Harun: 9 “Janganlah engkau minum anggur atau 

minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam 

Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk 

selamanya bagi kamu turun-temurun. 10 Haruslah kamu dapat membedakan 

antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang 

tidak najis, 11 dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel 

segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan 

perantaraan Musa.” 

Oleh sebab  Harun sangat memperhatikan apa yang Tuhan firmankan 

melalui Musa, maka Tuhan kini memberi Harun kehormatan dengan 

berbicara langsung kepadanya (ay. 8): Tuhan berfirman kepada 

Harun. Tuhan tampaknya juga memilih berbicara langsung kepada 

Harun sebab  apa yang hendak disampaikan-Nya kepada Harun 

agaknya kurang pantas bila disampaikan Musa, sebab  membuat 

Musa seakan-akan mencurigai Harun sebagai orang yang rakus dan 

suka minum anggur, mengingat begitu cepatnya kita menyalaharti-

kan suatu peringatan sebagai suatu tuduhan. Demikianlah Tuhan sen-

diri yang menyampaikannya kepada Harun, Janganlah engkau minum 

anggur atau minuman keras, bila kamu masuk ke dalam Kemah 

Pertemuan, sebab  semua ini mendatangkan bahaya bagi mereka, 

supaya jangan kamu mati (ay. 9). Mereka mungkin telah melihat 

dampak buruk dari minum anggur atau minuman keras pada diri 

Nadab dan Abihu, sehingga ini menjadi peringatan bagi mereka. 

Perhatikan di sini, 

1. Larangan itu sendiri: Janganlah engkau minum anggur atau mi-

numan keras. Pada kesempatan lain, mereka diperbolehkan 

minum anggur atau minuman keras (sebab  tidak semua imam 

harus merupakan orang nazir),namun  saat  sedang melakukan 

tugas keimaman, mereka dilarang keras berbuat hal itu. Larangan 

ini merupakan salah satu peraturan di dalam Bait Suci yang 

digambarkan oleh Yehezkiel (Yeh. 44:21). sebab  itu, para penye-

bar Injil juga harus orang yang bukan peminum (1Tim. 3:3). Per-

hatikan, kemabukan yaitu  sesuatu yang buruk,namun  terlebih

Kitab Imamat 10:8-11 

 707 

 bagi para hamba Tuhan, kemabukan yaitu  sesuatu yang mema-

lukan dan merusak, sebab  dari antara semua orang, para hamba 

Tuhan seharusnya merupakan orang yang berakal paling jernih 

dan berhati paling bersih. 

2. Hukuman yang mengikuti larangan ini : Supaya jangan 

kamu mati. Supaya jangan kamu mati saat  kamu sedang mabuk, 

supaya hari Tuhan jangan datang tiba-tiba jatuh ke atas dirimu 

seperti suatu jerat (Luk. 21:34). Atau, “Jangan sampai kamu 

berbuat sesuatu yang menjadikanmu pantas dibinasakan oleh 

tangan Allah.” Bahaya kematian yang senantiasa membayangi 

seharusnya membuat kita tenang (1Ptr. 4:7). Sungguh disayang-

kan bahwa perkataan berikut sampai disalahgunakan untuk 

mendukung perbuatan yang tidak pantas, yakni yang dilontarkan 

oleh orang-orang yang ingin menantang, Marilah kita makan dan 

minum, sebab besok kita mati.  

3. Alasan di balik larangan ini . Harun dan anak-anaknya ha-

rus tetap terjaga, sebab  jika tidak, mereka tidak dapat melaku-

kan tugas jabatan imamat mereka dengan baik. Mereka bisa 

pening sebab  anggur (Yes. 28:7). Mereka harus memastikan diri 

tetap terjaga atau tenang,  

(1) Agar di dalam melakukan tugas imamat, mereka mampu 

membedakan antara yang kudus dan yang tidak kudus, dan 

tidak keliru menilai yang satu dengan yang lain (ay. 10). Para 

hamba Tuhan harus dapat membedakan antara yang kudus 

dan yang tidak kudus, baik dalam hal benda maupun orang, 

agar mereka dapat memisahkan antara yang berharga dan 

yang hina (Yer. 15:19, KJV).  

(2) Agar mereka mampu mengajar umat (ay. 11), sebab  itu meru-

pakan bagian dari tugas keimaman (Ul. 33:10). Orang yang 

gemar mabuk sangat tidak layak mengajar orang lain tentang 

ketetapan Allah, sebab  orang yang hidup mengejar kedaging-

an tidak akan mengalami kedekatan dengan hal-hal rohani, 

dan sebab  para pengajar seperti orang-orang ini menghancur-

kan dengan satu tangan apa yang telah mereka bangun 

dengan tangan yang lain. 


 708

Musa Marah terhadap Eleazar dan Itamar 

(10:12-20) 

12 lalu  berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, 

anak-anak Harun yang tinggal itu: “Ambillah korban sajian yang tinggal dari 

segala korban api-apian TUHAN, dan makanlah itu sebagai roti yang tidak 

beragi di samping mezbah, sebab  itulah bagian maha kudus. 13 Haruslah 

kamu memakannya di suatu tempat yang kudus, sebab  itulah ketetapan 

bagimu dan anak-anakmu dari segala korban api-apian TUHAN, sebab demi-

kianlah diperintahkan kepadaku. 14 Dada persembahan unjukan dan paha 

persembahan khusus itu haruslah kamu makan di suatu tempat yang ta-

hir, engkau ini serta anak-anakmu laki-laki dan perempuan, sebab  semua-

nya diberikan sebagai ketetapan bagimu dan anak-anakmu dari segala 

korban keselamatan orang Israel. 15 Paha persembahan khusus dan dada 

persembahan unjukan itu haruslah dibawa mereka ke tempat segala korban 

api-apian yang dari lemak itu, supaya dipersembahkan sebagai persembahan 

unjukan di hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagimu 

serta bagi anak-anakmu seperti yang diperintahkan TUHAN.” 16 lalu  

Musa mencari dengan teliti kambing jantan korban penghapus dosa itu, 

tetapi ternyata kambing itu sudah habis dibakar. Sebab itu dimarahinyalah 

Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun yang tinggal itu, katanya: 17 “Mengapa 

tidak kamu makan korban penghapus dosa itu di tempat yang kudus? 

Bukankah itu sesuatu bagian maha kudus dan TUHAN memberi nya 

kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan umat itu dan mengadakan 

pendamaian bagi mereka di hadapan TUHAN? 18 Lihat, darahnya itu tidak 

dibawa masuk ke dalam tempat kudus; bukankah seharusnya kamu mema-

kannya di tempat kudus, seperti yang telah kuperintahkan?” 19 Lalu berkata-

lah Harun kepada Musa: “Memang benar, pada hari ini mereka telah mem-

persembahkan korban penghapus dosa dan korban bakaran mereka ke 

hadapan TUHAN,namun  hal-hal seperti tadilah yang kualami. Jikalau pada 

hari ini aku memakan juga korban penghapus dosa, mungkinkah hal itu 

disetujui oleh TUHAN?” 20 saat  Musa mendengar itu, ia menyetujuinya. 

Musa di sini memberi arahan kepada Harun untuk melanjutkan 

tugas keimamannya sesudah  sebelumnya terganggu. Penderitaan kita 

harus semakin menggiatkan kita di dalam menjalankan tanggung 

jawab kita dan bukannya menjauhkan kita dibandingkan nya. Perhatikan 

(ay. 12), Musa berbicara kepada Harun dan anak-anaknya yang 

tinggal itu. Penekanan terhadap keadaan anak-anak yang Harun yang 

masih hidup itu menunjukkan, 

1. Bahwa dengan ini Harun seharusnya terhibur, meski kehilangan 

kedua anaknya, sebab  Tuhan telah membiarkan dua anak laki-

lakinya yang lain tetap hidup. Juga, bahwa ia punya alasan untuk 

bersyukur atas apa yang masih dimilikinya, bahwa tidak semua 

anak laki-lakinya binasa, dan sebagai tanda terima kasihnya 

kepada Allah, ia melanjutkan tugas keimamannya dengan penuh 

sukacita.

 

Kitab Imamat 10:12-20 

 709 

2. Bahwa dengan Tuhan membiarkan mereka tetap hidup, mereka ha-

rus terus bergiat melayani-Nya dan tidak undur diri dari tanggung 

jawab ini . Pada mulanya ada empat imam yang ditah-

biskan bersama-sama, dua imam lalu dibinasakan, sementara 

dua imam lainnya dibiarkan tetap hidup. Dengan demikian, dua 

imam yang masih hidup itu harus berjuang mengisi kekosongan 

yang ditinggalkan dua imam yang mati, dengan melipatgandakan 

perhatian dan kegigihan di dalam pelayanan keimaman. Seka-

rang, 

I. Musa mengulang kembali arahan yang telah disampaikannya 

sebelumnya mengenai bagaimana memakan korban yang menjadi 

bagian mereka (ay. 12-14-15). Imam-imam itu tidak hanya harus 

belajar membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus 

(ay. 10),namun  juga membedakan antara yang mahakudus dengan 

yang kudus dari apa yang akan mereka makan. Bagian dari kor-

ban sajian yang menjadi ketetapan bagi imam merupakan bagian 

mahakudus, sehingga harus dimakan di dalam pelataran Kemah 

Suci, dan hanya boleh dimakan oleh anak laki-laki Harun (ay. 12-

13, KJV). Di lain pihak, dada persembahan unjukan dan paha 

persembahan khusus dapat dimakan di segala tempat yang tahir 

di luar pelataran Kemah Suci, dan dapat turut dimakan oleh anak 

perempuan dari keluarga Harun. Korban sajian, yang selalu 

ditambahkan pada korban bakaran, hanya dipersembahkan sepe-

nuhnya bagi kemuliaan Allah,namun  korban keselamatan diper-

sembahkan demi kesinambungan kebahagiaan dan penghiburan 

manusia. Dengan demikian, korban sajian jauh lebih bernilai 

kudus dan sebab nya harus lebih dihormati. Para imam harus 

mengamati dengan hati-hati perbedaan di antara berbagai jenis 

korban ini dan waspada agar tidak berbuat kesalahan. Musa tidak 

menjelaskan lebih lanjut alasan di balik pembedaan jenis korban 

ini, melainkan merujuk kepada perintah Tuhan: Sebab demikian-

lah diperintahkan kepadaku (ay. 13). Ini sudah cukup menjadi 

alasan, bahwa apa yang telah diteruskan kepada mereka, telah 

diterimanya dari Tuhan (1Kor. 11:23). 

II. Musa meminta keterangan perihal satu penyelewengan dari per-

aturan yang telah ditetapkan, yang tampaknya terjadi bersamaan 

dengan peristiwa kematian Nadab dan Abihu ini, yakni: ada 


 710

seekor kambing jantan yang akan dipersembahkan sebagai kor-

ban penghapus dosa bagi bangsa Israel (9:15). Menurut hukum 

tentang korban penghapus dosa, bila darah dari korban itu di-

bawa masuk ke dalam tempat kudus, seperti halnya korban 

penghapus dosa bagi para imam sendiri, dagingnya harus dibakar 

di luar perkemahan. Bila darahnya tidak dibawa masuk ke dalam 

tempat kudus, korban penghapus dosa itu harus dimakan oleh 

imam di tempat kudus (6:30). Arti dari hukum ini dijelaskan 

sebagai berikut (ay. 17), bahwa dengan melakukan hal ini, para 

imam mengangkut kesalahan umat (KJV: menanggung kesalahan 

umat), artinya, imam-imam ini menjadi perlambang Kristus yang 

dibuat berdosa sebab  kita, yang kepada-Nya Tuhan telah menim-

pakan kejahatan kita sekalian. Nah, pada kesempatan ini, meski 

darah kambing jantan itu tidak dibawa masuk ke dalam tempat 

kudus, tampaknya kambing jantan itu dibakar di luar perkemah-

an. Perhatikan di sini, 

1. Teguran lembut Musa kepada Harun dan kedua anak laki-

lakinya sebab  pelanggaran ini. Kembali di sini, anak-anak 

Harun dikatakan sebagai mereka yang tinggal itu (ay. 16), yang 

seharusnya sadar akan peringatan yang telah disampaikan. 

Oleh Musa, dimarahinyalah Eleazar dan Itamar. Meski Musa 

yaitu  orang yang berhati paling lembut di dunia, ia tampaknya 

juga bisa marah, dan bila menurutnya Tuhan tidak dipatuhi dan 

tidak dihormati, serta jabatan imamat berada dalam bahaya, ia 

akan marah. Namun, perhatikan bagaimana dengan lembut ia 

menegur Harun dan anak laki-lakinya, mengingat penderitaan 

yang sedang mereka alami. Ia hanya mengingatkan bahwa me-

reka seharusnya memakannya di tempat kudus, dan ia bersedia 

mendengarkan pembelaan mereka, enggan membicarakan kese-

dihan mereka yang dilukai Tuhan itu. 

2. Alasan Harun untuk menjelaskan kesalahan ini. Musa dalam 

hal ini menyalahkan Eleazar dan Itamar (ay. 16),namun  tam-

paknya apa yang mereka perbuat, mereka lakukan di bawah 

arahan Harun, sehingga Harun memohon ampun sebab nya. 

Harun mungkin saja beralasan bahwa ini merupakan korban 

penghapus dosa bagi umat, dan bila yang dipersembahkan 

yaitu  lembu jantan, pasti korban itu akan dibakar seluruh-

nya (4:21), dan sebab  itu, mengapa hal yang sama tidak di-

berlakukan pada kesempatan ini, saat  yang menjadi korban 

Kitab Imamat 10:12-20 

 711 

penghapus dosa yaitu  kambing jantan? Namun tampaknya 

hal sebaliknyalah yang diperintahkan pada saat itu, sehingga 

ia menjadikan penderitaan yang sedang dialaminya sebagai 

alasan (ay. 19). Perhatikan, 

(1) Bagaimana Harun berbicara tentang penderitaannya: Hal-

hal seperti tadilah yang kualami, hal-hal yang sangat me-

nyedihkan, yang sangat berdampak di hatinya, serta hal-

hal yang membuatnya merasa sangat lega. Harun yaitu  

seorang Imam Besar yang dipilih dari antara manusia, dan 

ia tidak mampu melepas perasaannya yang alami meski ia 

mengenakan pakaian imam yang kudus. Ia berdiam diri 

(ay. 3),namun  penderitaannya makin berat, seperti halnya 

yang dialami Daud (Mzm. 39:3). Perhatikan, kepedihan 

yang begitu dalam tetap dapat terasa di tengah kepasrahan 

yang tulus kepada kehendak Tuhan di dalam penderitaan. 

“Hal-hal seperti tadi tidak pernah menimpaku sebelumnya, 

dan tidak pernah kuharapkan terjadi saat ini. Mustahil 

bagi jiwaku untuk tidak tenggelam, saat  aku menyaksi-

kan keluargaku tenggelam. Hatiku terasa berat saat  Tuhan 

marah.” Demikianlah mudah bagi kita untuk berbicara 

banyak untuk memperparah sebuah p


Related Posts:

  • keluaran imamat 21 beri  teladan di hadapan umat ten-tang kepatuhan yang saksama terhadap hukum-hukum korban yang baru saja diberikan sekarang, dan lalu  mereka dengan anugerah yang lebih baik dapat mengajar umat tenta… Read More