beri teladan di hadapan umat ten-
tang kepatuhan yang saksama terhadap hukum-hukum korban
yang baru saja diberikan sekarang, dan lalu mereka dengan
anugerah yang lebih baik dapat mengajar umat tentangnya. Demi-
kianlah perjanjian keselamatan (Bil. 25:12), perjanjian kehidupan
dan sejahtera (Mal. 2:5), dibuat dengan Harun dan anak-anaknya.
Tetapi sesudah semua upacara yang dijalankan dalam pengudusan
mereka, ada satu butir pengesahan yang disediakan untuk men-
jadi kehormatan dan pengokohan jabatan imamat Kristus. Yaitu,
bahwa mereka telah menjadi imam tanpa sumpah,namun Kristus
dengan sumpah (Ibr. 7:21), sebab imam-imam seperti itu ataupun
jabatan imamat mereka tidak dapat berlanjut,namun jabatan
imamat Kristus yaitu abadi dan tidak berubah.
Pelayan-pelayan Injil dibandingkan dengan pelayan-pelayan
yang melayani di mezbah, sebab mereka melayani dalam tempat
kudus (1Kor. 9:13). Mereka yaitu mulut Tuhan kepada umat, dan
mulut umat kepada Allah, para penggembala dan pengajar yang
telah ditunjuk Kristus untuk terus ada dalam jemaat sampai
akhir zaman. Merekalah yang tampak dimaksud dalam janji yang
menunjuk pada masa-masa Injil (Yes. 66:21), dari antara mereka
678
akan Kuambil imam-imam dan orang-orang Lewi. Tak seorang pun
dapat mengambil kehormatan ini bagi dirinya sendiri, selain orang
yang sesudah diuji didapati mengenakan dan diurapi oleh Roh
Tuhan dengan karunia-karunia dan anugerah-anugerah untuk
membuatnya memenuhi syarat bagi pekerjaan itu. Kehormatan
itu hanya milik orang yang dengan sepenuh hati mengabdikan diri
sepenuhnya untuk pelayanan itu, dan lalu melalui firman
dan doa (sebab dengan begitulah segala sesuatu dikuduskan), dan
penumpangan tangan dari orang-orang yang memberi diri pada
firman dan doa, dikhususkan untuk pekerjaan itu, dan menjadi
layak bagi Kristus sebagai hamba-Nya dan bagi jemaat sebagai
pengurus dan pembimbingnya. dan orang-orang yang diabdikan
kepada Tuhan dengan khidmat seperti itu tidak boleh meninggalkan
pelayanan kepada-Nya,namun harus dengan setia bertahan di
dalam pelayanan itu seumur hidup mereka. Dan orang-orang yang
tetap bertahan, dan terus berkhotbah dan mengajar dengan jerih
payah, harus dipandang patut dihormati dua kali lipat, dua kali lipat
dibandingkan imam-imam Perjanjian Lama.
PASAL 9
arun dan anak-anaknya, sesudah dengan khidmat dikuduskan
pada jabatan imamat, dalam pasal ini digambarkan mulai men-
jalankan jabatan mereka, tepat keesokan harinya sesudah pengudus-
an mereka selesai.
I. Musa (tidak diragukan lagi dengan pimpinan dari Allah)
menetapkan pertemuan antara Tuhan dan imam-imam-Nya,
sebagai wakil dari umat-Nya, dengan memerintahkan mereka
untuk melayani-Nya, dan meyakinkan mereka bahwa Ia akan
menampakkan diri kepada mereka (ay. 1-7).
II. Pertemuan itu diadakan sesuai dengan ketetapan.
1. Harun melayani Tuhan dengan korban, dengan memper-
sembahkan korban penghapus dosa dan korban bakaran
untuk dirinya sendiri (ay. 8-14), dan lalu persem-
bahan-persembahan untuk bangsa itu, yang diberkatinya
dalam nama Tuhan (ay. 15-22).
2. Tuhan menunjukkan perkenanan-Nya untuk menerima,
(1) Umat, dengan menunjukkan kepada mereka kemulia-
an-Nya (ay. 23).
(2) Korban-korban mereka, dengan memakan habis kor-
ban-korban itu dengan api dari sorga (ay. 24).
Harun dan Anak-anaknya
Memulai Jabatan Mereka
(9:1-7)
1 Pada hari yang kedelapan Musa memanggil Harun serta anak-anaknya dan
para tua-tua Israel, 2 lalu berkatalah ia kepada Harun: “Ambillah bagimu
sendiri seekor lembu muda, untuk korban penghapus dosa, dan seekor
H
680
domba jantan untuk korban bakaran, kedua-duanya yang tidak bercela,
lalu persembahkanlah itu di hadapan TUHAN. 3 Dan kepada orang
Israel haruslah engkau berkata, begini: Ambillah seekor kambing jantan un-
tuk korban penghapus dosa, dan seekor anak lembu dan seekor domba,
masing-masing berumur setahun dan yang tidak bercela, untuk korban
bakaran. 4 Dan lagi seekor lembu dan seekor domba jantan untuk korban ke-
selamatan, supaya dikorbankan di hadapan TUHAN, dan korban sajian yang
diolah dengan minyak, sebab pada hari ini TUHAN akan menampakkan diri
kepadamu.” 5 lalu dibawa merekalah apa yang diperintahkan Musa ke
Kemah Pertemuan, lalu mendekatlah segenap umat itu dan berdiri di hadap-
an TUHAN. 6 Kata Musa: "Inilah firman yang diperintahkan TUHAN kamu
perbuat, agar kemuliaan TUHAN tampak kepadamu.” 7 Kata Musa kepada
Harun: “Datanglah mendekat kepada mezbah, olahlah korban penghapus
dosa dan korban bakaranmu, dan adakanlah pendamaian bagimu sendiri
dan bagi bangsa itu; sesudah itu olahlah persembahan bangsa itu dan
adakanlah pendamaian bagi mereka, seperti yang diperintahkan TUHAN.”
Di sini diberikan perintah-perintah untuk upacara khidmat yang lain
pada hari kedelapan. Sebab imam-imam yang baru ditahbiskan dite-
tapkan untuk segera bekerja sesudah hari-hari pengudusan mereka
berakhir, untuk memberi tahu mereka bahwa mereka tidak ditahbis-
kan untuk bermalas-malasan: Orang yang menghendaki jabatan peni-
lik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah, yang harus dipan-
dangnya dengan keinginan yang besar, melebihi kehormatan dan
keuntungannya. Imam-imam bahkan tidak diizinkan beristirahat
satu hari pun dari pelayanan, untuk mendapat hiburan, dan mene-
rima pujian dari teman-teman mereka atas pengangkatan mereka.
Sebaliknya, mereka harus sibuk bekerja tepat pada keesokan hari-
nya. Sebab pengudusan mereka yaitu terisinya tangan mereka.
Imam-imam rohani Tuhan memiliki pekerjaan yang senantiasa
ditentukan untuk mereka, yang dituntut oleh kewajiban setiap hari.
Dan orang-orang yang mau menyerahkan kepentingan mereka
dengan sukacita, harus menebusnya dengan waktu. Lihat Yehezkiel
43:26-27. Sekarang,
1. Musa meninggikan harapan mereka bahwa mereka akan melihat
penampakan Tuhan yang mulia kepada mereka pada hari ini (ay.
4): “Pada hari ini TUHAN akan menampakkan diri kepadamu yang
yaitu para imam.” Dan saat semua umat berkumpul bersama,
dan berdiri di hadapan TUHAN, ia memberi tahu mereka (ay. 6),
kemuliaan TUHAN akan tampak kepadamu. Cukup beralasan bagi
mereka untuk mempercayai bahwa Tuhan berkenan pada semua
yang telah mereka lakukan sesuai dengan ketetapan-Nya, ber-
dasarkan jaminan umum yang kita miliki bahwa Ia memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia (sekalipun Ia
Kitab Imamat 9:1-7
681
belum memberi mereka suatu tanda dari perkenanan itu yang
bisa disaksikan atau dirasakan oleh indra jasmani). Namun
demikian, sekiranya mungkin, mereka dan keluarga mereka dapat
dibuat melayani dan menyembah Tuhan dengan baik, dan tidak
pernah berpaling kepada berhala-berhala, jika kemuliaan Tuhan
menampakkan diri kepada mereka, dan secara terlihat mengakui
apa yang telah mereka kerjakan. Sekarang kita tidak bisa meng-
harapkan penampakan-penampakan seperti itu. Kita orang-orang
Kristen hidup lebih sebab percaya dibandingkan sebab melihat,
dibandingkan dengan mereka pada waktu dulu.namun kita dapat
yakin bahwa Tuhan mendekat kepada orang-orang yang mendekat
kepada-Nya, dan bahwa persembahan-persembahan iman sung-
guh-sungguh berkenan pada-Nya, meskipun, sebab korban-kor-
bannya bersifat rohani, maka tanda-tanda perkenanannya, seperti
yang sudah semestinya, bersifat rohani juga. Kepada orang-orang
yang dikuduskan bagi Tuhan dengan sepatutnya, Ia tidak diragu-
kan lagi akan menyatakan diri-Nya.
2. Musa menyuruh para imam dan juga umat untuk bersiap-siap
menerima perkenanan yang dirancangkan Tuhan untuk mereka.
Harun dan anak-anaknya, dan para tua-tua Israel, semuanya
dipanggil untuk hadir (ay. 1). Perhatikanlah, Tuhan akan menyata-
kan diri-Nya dalam perkumpulan-perkumpulan khidmat dari
umat dan hamba-hamba-Nya. Dan orang-orang yang ingin men-
dapat keuntungan dan penghiburan dari penampakan-penampak-
an Tuhan harus menghadiri perkumpulan-perkumpulan itu.
(1) Harun diperintahkan untuk mempersiapkan persembahan-
persembahannya: Seekor lembu muda, untuk korban pengha-
pus dosa (ay. 2). Para penulis Yahudi mengemukakan bahwa
seekor lembu ditetapkan sebagai korban penghapus dosa un-
tuk mengingatkan Harun akan dosanya dalam membuat anak
lembu emas, yang sebab nya ia membuat dirinya selama-
lamanya tidak layak untuk mendapatkan kehormatan jabatan
imamat. Dan beralasan baginya untuk merenungkan hal itu
dengan dukacita dan rasa malu dalam semua penebusan yang
diadakannya.
(2) Harun harus memimpin umat untuk mempersiapkan persem-
bahan-persembahan mereka. Sampai saat itu, Musa menyu-
ruh umat apa yang harus mereka lakukan.namun sekarang
Harun, sebagai imam besar atas rumah Allah, harus menjadi
682
guru mereka, dalam hubungan mereka dengan Allah. Kepada
orang Israel haruslah engkau berkata (ay. 3). sebab sekarang
Harun harus berbicara dari umat kepada Tuhan melalui kor-
ban-korban persembahan (yang menjadi bahasa yang dipa-
hami dengan baik oleh Dia yang menetapkan korban-korban
itu), maka ia harus berbicara dari Tuhan kepada umat melalui
hukum-hukum tentang berbagai korban. Dengan demikian
Musa ingin membangkitkan rasa hormat dan kepatuhan umat
kepada Harun, sebagai orang yang memimpin mereka dalam
Tuhan dan yang menegor mereka.
(3) Harun harus mempersembahkan persembahannya sendiri ter-
lebih dahulu, dan lalu persembahan umat (ay. 7). Harun
sekarang harus datang mendekat kepada mezbah, sebab
Musa sudah menunjukkan kepadanya jalan ke sana. Dan di
sana,
[1] Ia harus mengadakan pendamaian bagi dirinya sendiri.
Sebab imam besar sendiri penuh dengan kelemahan, yang
mengharuskannya untuk mempersembahkan korban kare-
na dosa, bukan saja bagi umat,namun juga bagi dirinya
sendiri (Ibr. 5:2-3), dan bagi dirinya sendiri terlebih dahulu.
Sebab bagaimana kita dapat berharap bahwa doa-doa kita
untuk orang lain akan diterima, jika kita sendiri tidak
didamaikan dengan Allah? Juga pelayanan apa pun tidak
akan berkenan kepada Tuhan sebelum kesalahan dosa kita
sendiri dihapus melalui pendamaian agung itu. Orang-
orang yang harus menjaga jiwa orang lain dengan ini juga
diajar untuk melihat jiwa mereka sendiri terlebih dahulu.
Teladan harus dimulai dari rumah, meskipun tidak boleh
berakhir di sana. yaitu pesan yang diberikan kepada
Timotius, untuk memberi perhatian supaya menyelamat-
kan dirinya terlebih dahulu, baru lalu orang-orang
yang mendengarnya (1Tim. 4:16). Imam besar mengadakan
pendamaian bagi dirinya sendiri, sebagai orang yang berga-
bung dengan para pendosa.namun kita memiliki Imam
Besar yang terpisah dari para pendosa, dan tidak memerlu-
kan pendamaian. saat Mesias sang Raja dibunuh sebagai
korban, itu bukan untuk diri-Nya sendiri. Sebab Ia tidak
mengenal dosa.
Kitab Imamat 9:8-22
683
[2] Harun harus mengadakan pendamaian bagi bangsa itu, de-
ngan mempersembahkan korban-korban mereka. sebab
sekarang ia sudah diangkat menjadi imam besar, ia harus
menempatkan dalam hatinya keprihatinan-keprihatinan
yang menyangkut umat. Dan keprihatinan mereka yang
besar yaitu mendamaikan mereka dengan Allah, dan
dihapuskannya dosa yang telah memisahkan mereka dari
Allah. Ia harus mengadakan pendamaian seperti yang di-
perintahkan TUHAN. Lihatlah di sini betapa Tuhan mau
merendahkan diri begitu rupa sebab Ia penuh belas kasih-
an, sampai-sampai Ia tidak hanya mengizinkan pendamai-
an dengan diri-Nya,namun juga memerintahkannya. Ia tidak
hanya memperbolehkan,namun juga menuntut kita untuk
didamaikan dengan-Nya. Oleh sebab itu, tidak tersisa
ruang untuk ragu bahwa pendamaian yang diperintahkan
pasti akan diterima-Nya.
Pelaksanaan Mempersembahkan Korban
(9:8-22)
8 Maka mendekatlah Harun kepada mezbah, dan disembelihnyalah anak
lembu yang akan menjadi korban penghapus dosa baginya sendiri. 9 Anak-
anak Harun menyampaikan darah lembu itu kepadanya, dan Harun men-
celupkan jarinya ke dalam darah itu dan membubuhnya pada tanduk-tanduk
mezbah. Darah selebihnya dituangkannya pada bagian bawah mezbah. 10
Lemak, buah pinggang dan umbai hati dari korban penghapus dosa itu
dibakarnya di atas mezbah, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
11namun daging dan kulitnya dibakarnya habis di luar perkemahan. 12 Kemu-
dian ia menyembelih korban bakaran, lalu anak-anak Harun menyerahkan
darah korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkannya pada mezbah
sekelilingnya. 13 Juga diserahkan merekalah kepadanya korban bakaran itu
menurut bagian-bagian tertentu beserta dengan kepalanya, lalu dibakarnya
di atas mezbah. 14 Isi perut dan betisnya dibasuhnya dan dibakarnya dengan
korban bakaran di atas mezbah. 15 Sesudah itu dibawanya persembahan
bangsa ke mezbah; diambilnyalah kambing jantan yang akan menjadi korban
penghapus dosa yang bagi bangsa itu, lalu disembelihnya dan dipersembah-
kannya sebagai korban penghapus dosa seperti yang pertama. 16 lalu
dibawanyalah korban bakaran ke mezbah, dan diolahnya sesuai dengan
peraturan. 17 Selanjutnya dibawanyalah korban sajian dan diambilnya se-
genggam dari padanya, lalu dibakarnya di atas mezbah, di samping korban
bakaran pada waktu pagi. 18 Ia menyembelih juga lembu dan domba jantan
yang akan menjadi korban keselamatan bagi bangsa itu, lalu anak-anak Ha-
run menyerahkan darah korban itu kepadanya, maka Harun menyiramkan-
nya pada mezbah sekelilingnya. 19namun segala lemak dari lembu dan dari
domba jantan itu, yakni ekor yang berlemak, lemak yang menutupi isi perut,
buah pinggang dan umbai hati, 20 segala lemak itu diletakkan mereka di atas
dada kedua korban itu, lalu Harun membakar segala lemak itu di atas mez-
684
bah. 21 Dada dan paha kanan itu dipersembahkan Harun sebagai persembah-
an unjukan di hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan Musa. 22 Harun
mengangkat kedua tangannya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka,
lalu turunlah ia, sesudah mempersembahkan korban penghapus dosa,
korban bakaran dan korban keselamatan.
sebab ini yaitu persembahan-persembahan pertama yang diper-
sembahkan oleh imamat Lewi, sesuai dengan hukum tentang korban-
korban yang baru saja diberlakukan, maka cara mempersembahkan-
nya diceritakan secara terinci, supaya tampak bagaimana cara
persembahannya itu sesuai dengan ketetapannya.
1. Harun dengan tangannya sendiri menyembelih korban (ay. 8), dan
melakukan pekerjaan imam-imam yang lebih rendah. Sebab,
sekalipun dia orang besar, ia tidak boleh memandang rendah
pekerjaan apa saja yang dapat dilakukannya demi kehormatan
Allah. Dan, sama seperti Musa sudah menunjukkan kepadanya
bagaimana melakukan pekerjaan ini dengan pantas dan tangkas,
demikian pula Harun menunjukkan kepada anak-anaknya,
supaya mereka dapat berbuat serupa. Sebab ini yaitu cara yang
terbaik untuk mengajar, dan demikian pula orangtua harus
mengajar anak-anak mereka melalui teladan. Oleh sebab itu,
sama seperti Musa sebelumnya, begitu pula Harun sekarang
mempersembahkan sebagian dari tiap-tiap jenis korban yang
ditetapkan, yang tata ibadahnya berbeda, supaya imam-imam itu
diperlengkapi sepenuhnya untuk setiap pekerjaan baik.
2. Ia mempersembahkan korban-korban ini di samping korban ba-
karan pada waktu pagi, yang dipersembahkan pertama-tama
setiap hari (ay. 17). Perhatikanlah, ibadah-ibadah kita yang biasa
kita jalankan pagi dan malam, sendirian dan bersama keluarga,
tidak boleh dihilangkan dengan dalih apa pun, sekalipun ada
pekerjaan-pekerjaan luar biasa yang harus dilaksanakan. Kalau
ada yang ditambahkan, ibadah-ibadah ini tidak boleh dikurangi.
3. Tidak jelas apakah, saat dikatakan bahwa ia membakar bagian
ini dan itu dari korban-korban di atas mezbah (ay. 10-20), yang
dimaksudkan yaitu bahwa ia segera membakarnya dengan api
biasa, seperti sebelumnya, atau bahwa ia meletakkannya di atas
mezbah dalam keadaan yang siap untuk dibakar dengan api dari
sorga yang mereka nantikan (ay. 24). Ataukah, seperti menurut
uskup Patrick, ia membakar persembahan-persembahan untuk
dirinya sendiri dengan api biasa,namun saat persembahan-per-
sembahan itu sudah hangus terbakar, ia menaruh korban-korban
Kitab Imamat 9:23-24
685
bagi bangsa itu di atas mezbah, yang dikobarkan dan dimakan
habis oleh api Tuhan. Saya lebih menduga bahwa, sebab dikata-
kan tentang semua korban ini bahwa ia membakarnya (kecuali
korban bakaran bagi bangsa itu, yang tentangnya dikatakan
bahwa ia mempersembahkannya sesuai dengan peraturan, ay. 16,
yang tampak berpadanan), ia tidak mengobarkan api untuk mem-
bakar korban-korban itu,namun bahwa lalu api dari Tuhan
menyala pada korban-korban itu. Api dari Tuhan itu memadam-
kan api yang telah dikobarkannya, yaitu seperti yang kita ketahui,
api yang lebih besar memadamkan api yang lebih kecil, dan
secara tiba-tiba memakan habis sisanya. Sementara api yang
telah dinyalakannya akan menghabiskan korbannya secara per-
lahan-lahan.
4. saat Harun sudah melakukan semua bagian yang harus dilaku-
kannya tentang korban-korban itu, ia mengangkat kedua tangan-
nya atas bangsa itu, lalu memberkati mereka (ay. 22). Ini yaitu
satu bagian dari pekerjaan imam, yang di dalamnya ia merupakan
perlambang Kristus, yang datang ke dalam dunia untuk member-
kati kita. Dan saat Ia berpisah dengan murid-murid-Nya, pada
saat kenaikan-Nya, Ia mengangkat kedua tangannya lalu member-
kati mereka, dan dengan begitu juga memberkati seluruh jemaat-
Nya melalui mereka, sebagai Imam besar yang kita akui. Murid-
murid-Nya itu yaitu para tua-tua dan wakil dari jemaat. Harun
mengangkat kedua tangannya dalam memberkati mereka, untuk
mengisyaratkan dari mana ia menginginkan dan menantikan
berkat untuk datang, yaitu dari sorga, yang yaitu takhta Allah.
Harun hanya bisa mendambakan berkat,namun yaitu hak
istimewa Tuhan untuk memerintahkan berkat. Harun, saat su-
dah memberkati, turun. sedang Kristus, saat sudah mem-
berkati, naik.
Kemuliaan dan Api dari Tuhan
(9:23-24)
23 Masuklah Musa dan Harun ke dalam Kemah Pertemuan. sesudah keluar,
mereka memberkati bangsa itu, lalu tampaklah kemuliaan TUHAN kepada
segenap bangsa itu. 24 Dan keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu meng-
hanguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah. Tatkala selu-
ruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyem-
bah.
686
Kita tidak diberi tahu apa yang hendak dilakukan Musa dan Harun
saat masuk ke dalam Kemah Pertemuan (ay. 23). Sebagian dari pe-
nulis-penulis Yahudi berkata, “Mereka masuk untuk berdoa memo-
hon penampakan kemuliaan ilahi.” Besar kemungkinan mereka
masuk supaya Musa dapat mengajar Harun bagaimana melakukan
pekerjaan yang harus dilakukan di sana, seperti membakar ukupan,
memasang lampu-lampu, meletakkan roti sajian, dan sebagainya,
supaya Harun dapat mengajar anak-anaknya untuk melakukan itu.
Tetapi, saat mereka keluar, mereka berdua bergabung dalam mem-
berkati bangsa itu, yang sedang berdiri menantikan penampakan
kemuliaan ilahi yang dijanjikan. Dan sekaranglah, saat Musa dan
Harun sehati dalam doa, mereka mendapatkan apa yang mereka nanti-
kan. Perhatikanlah, penyataan-penyataan Tuhan akan diri-Nya, akan
kemuliaan dan anugerah-Nya, biasanya diberikan sebagai jawaban ter-
hadap doa. saat Kristus sedang berdoa, terbukalah langit (Luk. 3:21).
Kemuliaan Tuhan tampak, bukan pada saat korban-korban itu diper-
sembahkan, melainkan saat imam-imam berdoa (lihat 2Taw. 5:13),
saat mereka memuji Allah. Ini menyiratkan bahwa doa-doa dan
puji-pujian dari imam-imam rohani Tuhan lebih berkenan kepada
Tuhan dibandingkan semua korban bakaran dan korban sembelihan.
saat upacara yang khidmat itu selesai, berkat diucapkan, dan
umat siap bubar, pada penghujung hari, pada saat itulah Tuhan
memberi kesaksian akan perkenanan-Nya, yang memberi mereka
kepuasan yang begitu rupa yang memang layak untuk dinantikan.
I. Tampaklah kemuliaan TUHAN kepada segenap bangsa itu (ay. 23).
Penampakan apa itu, kita tidak diberi tahu. Tidak diragukan lagi
bahwa itu yaitu penampakan yang begitu rupa hingga mengan-
dung bukti tentang kebenarannya sendiri. Kemuliaan yang meme-
nuhi Kemah Suci (Kel. 40:34) sekarang menunjukkan dirinya di
depan pintu Kemah Suci kepada orang-orang yang hadir di sana,
seperti raja menunjukkan dirinya kepada khalayak ramai yang
menantikan kemunculannya, untuk memuaskan hati mereka.
Tuhan dengan ini memberi kesaksian atas perkenanan-Nya
terhadap persembahan-persembahan mereka, dan menunjukkan
kepada mereka bahwa Dia, yang untuk-Nya mereka harus mela-
kukan semuanya ini, yaitu layak untuk itu. Perhatikanlah,
orang-orang yang dengan tekun melayani Tuhan di jalan yang telah
ditetapkan-Nya akan melihat kemuliaan-Nya yang begitu rupa
Kitab Imamat 9:23-24
687
hingga akan memberi mereka kepuasan yang berlimpah. Orang-
orang yang berdiam di rumah Tuhan dengan mata iman dapat
menyaksikan keindahan Tuhan.
II. Keluarlah api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan korban
bakaran (ay. 24). Di sini cendekiawan uskup Patrick, memiliki
dugaan yang sangat masuk akal, bahwa Musa dan Harun tinggal
dalam Kemah Suci sampai tiba waktunya untuk mempersembah-
kan korban petang, yang dilakukan Harun,namun itu tidak dise-
butkan, sebab hal itu memang sudah seharusnya dilakukan.
Dan korban inilah yang dihanguskan oleh api yang keluar dari
hadapan TUHAN. Apakah api ini datang dari sorga, atau dari
tempat maha kudus, atau dari penampakan kemuliaan Tuhan yang
dilihat oleh semua orang, api itu yaitu tanda yang nyata dari
perkenanan Tuhan terhadap ibadah mereka, seperti sesudahnya,
pada korban Salomo (2Taw. 7:1), dan korban Elia (1Raj. 18:38).
1. Api ini benar-benar menghanguskan (atau, seperti kata yang
dipakai, memakan habis) korban yang sedang dipersembah-
kan. Dan ini merupakan kesaksian dari perkenanan Tuhan
dalam dua hal:
(1) Api yang menghanguskan itu menandakan berpalingnya
murka Tuhan dari mereka. Murka Tuhan yaitu api yang
menghanguskan. Api ini bisa saja dengan adil menyala atas
bangsa itu, dan menghanguskan mereka sebab dosa-dosa
mereka.namun menyalanya api itu pada korban, dan meng-
hanguskannya, menandakan perkenanan Tuhan pada kor-
ban itu sebagai pendamaian bagi orang yang berdosa.
(2) Api yang menghanguskan itu menandakan bahwa Tuhan
masuk ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan mere-
ka. Mereka memakan bagian mereka dari korban itu, dan
api Tuhan memakan habis bagian-Nya. Dan dengan demi-
kian Ia, seolah-olah, makan bersama-sama dengan mereka,
dan mereka bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20).
2. Api ini benar-benar, seperti tampak dalam penggambarannya,
menguasai mezbah itu. Dengan demikian api itu berkobar di
rumah Allah, dan akan terus berkobar selama rumah itu ber-
diri, seperti yang kita baca sebelumnya (6:13). Ini juga meru-
pakan perlambang dari hal-hal baik yang akan datang. Roh
688
turun ke atas para rasul dalam api (Kis. 2:3), dan dengan
demikian mengesahkan penugasan mereka, seperti api yang
dibicarakan di sini mengesahkan penugasan para imam. Dan
turunnya api yang kudus ini ke dalam jiwa kita untuk mengo-
barkan perasaan-perasaan saleh dan takwa kepada Allah, dan
semangat yang begitu kudus hingga membakar daging dan
hawa nafsunya, yaitu tanda yang pasti akan perkenanan
Tuhan yang penuh rahmat kepada pribadi kita dan pekerjaan-
pekerjaan kita. Apa yang merupakan pekerjaan dari anugerah
Tuhan sendiri dalam diri kita akan semakin membawa kemulia-
an bagi-Nya. Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap ber-
ada di dalam Tuhan dan Dia di dalam kita: Ia telah mengarunia-
kan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya (1Yoh. 4:13). Seka-
rang, untuk seterusnya,
(1) Semua korban dan ukupan mereka harus dipersembahkan
dengan api ini. Perhatikanlah, tak ada yang pergi kepada
Tuhan selain apa yang datang dari-Nya. Kita harus beroleh
anugerah, api yang kudus itu, dari Tuhan yang empunya
anugerah, sebab kalau tidak, kita tidak dapat beribadah
kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada-Nya (Ibr.
12:28).
(2) Para imam harus menjaga supaya api itu tetap menyala
dengan persediaan bahan bakar yang terus-menerus, dan
bahan bakar itu haruslah kayu, bahan bakar yang paling
bersih. Dengan demikian, orang-orang yang telah diberi anu-
gerah oleh Tuhan harus berjaga-jaga untuk tidak memadam-
kan Roh.
III. Kita di sini diberi tahu bagaimana umat itu tersentuh oleh pe-
nyingkapan dari kemuliaan dan anugerah Tuhan ini. Mereka mene-
rimanya,
1. Dengan sukacita yang teramat besar: Bersorak-sorailah mere-
ka. Dan dengan begitu mereka menggugah diri mereka sendiri
dan satu sama lain untuk merayakan kemenangan yang ku-
dus, dalam jaminan yang diberikan kepada mereka sekarang
bahwa mereka memiliki Tuhan yang dekat pada mereka,
yang dibicarakan sebagai keagungan bangsa mereka (Ul. 4:7).
Kitab Imamat 9:23-24
689
2. Dengan rasa hormat yang penuh kerendahan diri: Mereka
sujud menyembah, dengan rendah hati memuja keagungan
dari Tuhan yang berkenan untuk menyatakan diri-Nya seperti
itu kepada mereka. Rasa takut yang berdosa terhadap Tuhan
akan menjauhkan kita dari-Nya, sedang rasa takut yang
penuh rahmat akan membuat kita tunduk di hadapan-Nya.
Kesan-kesan yang sangat baik tertanam dalam pikiran mereka
untuk saat ini,namun kesan-kesan itu segera menghilang,
seperti yang biasa terjadi pada kesan-kesan yang ditimbulkan
oleh apa yang hanya bisa disaksikan atau dirasakan oleh indra
jasmani. Sementara pengaruh-pengaruh iman akan bertahan
lama.
PASAL 10
isah di dalam pasal ini memuat suatu pelanggaran terhadap pe-
laksanaan hukum imamat yang sama menyedihkannya dengan
apa yang telah diperbuat dengan patung anak lembu emas terhadap
pendirian Kemah Suci. Inilah,
I. Dosa dan kematian Nadab dan Abihu, anak-anak Harun (ay.
1-2).
II. Ditenangkannya hati Harun di tengah kemalangan yang me-
nyakitkan ini (ay. 3).
III. Berbagai perintah diberikan dan dijalankan, mengenai pe-
nguburan dan perkabungan terhadap Nadab dan Abihu (ay.
4-7).
IV. Larangan bagi para imam untuk tidak minum anggur saat
masuk ke dalam Kemah Pertemuan untuk melaksanakan
tugas imamat (ay. 8-11).
V. Langkah yang diambil Musa untuk memastikan bahwa para
imam melanjutkan tugas mereka dan tidak cemas akibat
peristiwa ini (ay. 12, dst.)
Kematian Nadab dan Abihu
(10:1-2)
1 lalu anak-anak Harun, Nadab dan Abihu, masing-masing mengambil
perbaraannya, membubuh api ke dalamnya serta menaruh ukupan di atas
api itu. Dengan demikian mereka mempersembahkan ke hadapan TUHAN api
yang asing yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka. 2 Maka keluarlah
api dari hadapan TUHAN, lalu menghanguskan keduanya, sehingga mati di
hadapan TUHAN.
Inilah,
K
692
I. Dosa besar Nadab dan Abihu. Meski tampak di mata kita begitu
sepele, kita harus menyebutnya sebagai suatu dosa besar sebab
jelas terlihat dari hukuman yang dijatuhkan, bahwa perbuatan
mereka itu sangat memancing kemarahan Tuhan di sorga, yang
penghakiman-Nya kita yakini didasari oleh kebenaran. Namun,
apa sebenarnya dosa mereka? Penjelasan yang diberikan di sini
yaitu bahwa mereka mempersembahkan ke hadapan Tuhan api
yang asing, yang tidak diperintahkan-Nya kepada mereka (ay. 1),
dan ini sama seperti di Kitab Bilangan 3:4.
1. saat peristiwa ini terjadi, tidak tampak bahwa Nadab dan
Abihu mendapat perintah apa pun sebelumnya untuk mem-
bakar ukupan. Memang, pentahbisan mereka sudah selesai
dilakukan sehari sebelumnya, dan sebagai imam, sudah
menjadi salah satu tugas mereka untuk melayani di mezbah
pembakaran ukupan. Akannamun , seluruh pekerjaan di hari
perayaan pentahbisan tampaknya hanya diperuntukkan bagi
Harun sendiri, sebab Harunlah yang menyembelih segala
korban (9:8, 15, 18, KJV), sementara anak-anaknya hanya
mendampinginya (9:9, 12, 18). sebab itulah hanya Musa dan
Harun yang masuk ke dalam Kemah Pertemuan (9:23). Namun,
Nadab dan Abihu, yang merasa sangat bangga dengan kehor-
matan yang baru saja disematkan kepada mereka, sangat ber-
nafsu untuk segera melakukan bagian dari tanggung jawab
yang paling tinggi dan terhormat, sehingga meskipun pekerja-
an pelayanan pada hari itu sangatlah luar biasa, dan hanya
dapat dilaksanakan di bawah perintah Musa, namun tanpa
mendapat perintah apa pun atau meminta izin dari Musa,
mereka berdua masing-masing mengambil perbaraannnya dan
masuk ke dalam Kemah Pertemuan. Mereka berpikir bahwa
mereka telah berjaga-jaga selama sekian lama di pintu Kemah
Pertemuan, jadi mereka akan membakar ukupan. sebab itu,
tindakan mereka mempersembahkan api yang asing itu sama
dengan mempersembahkan ukupan yang lain, yang dengan
tegas dilarang (Kel. 30:9). Kita dapat menduga bahwa ukupan
yang khusus dipersiapkan untuk perayaan ini disimpan oleh
Musa (Kel. 39:38), dan Nadab serta Abihu, yang melakukan
hal ini tanpa seizinnya, sama sekali tidak memiliki ukupan
khusus melainkan hanya ukupan biasa, sehingga asap yang
keluar dari ukupan biasa itu disebut berasal dari api yang
Kitab Imamat 10:1-2
693
asing. Tuhan memang mewajibkan para imam untuk membakar
ukupan,namun kali ini, sama sekali tidak ada perintah untuk
berbuat demikian, sehingga kejahatan mereka ini seperti yang
diperbuat raja Uzia (2Taw. 26:16). Para imam hanya boleh mem-
bakar ukupan bila memang ditunjuk untuk berbuat demikian
saat diundi (Luk. 1:9), dan, kali ini, Nadab dan Abihu tidaklah
mendapat undian untuk membakar ukupan.
2. Dengan menganggap bahwa mereka membakar ukupan sendiri
tanpa perintah, tidak heran bahwa mereka lalu membuat
kesalahan berikutnya, sehingga bukannya mengambil api dari
mezbah, yang baru saja dinyalakan di hadapan Tuhan dan
yang lalu dipergunakan di dalam persembahan korban
dan ukupan (Why. 8:5), mereka mengambil api biasa, yang
kemungkinan dipakai untuk merebus daging guna korban ke-
selamatan, dan api ini mereka pakai untuk membakar ukup-
an. Oleh sebab bukan api yang kudus, api itu disebut api yang
asing, dan meski tidak secara jelas dikatakan terlarang, peng-
gunaan api ini merupakan suatu kejahatan sebab tidak
diperintahkan Allah. Seperti diucapkan oleh uskup Hall, “Dalam
pelayanan terhadap Allah, penolakan terhadap ketetapan-Nya
merupakan suatu perbuatan yang berbahaya. Kita harus me-
matuhi Allah, yang dengan bijaksana telah menetapkan cara
untuk menyembah-Nya, yang dengan adil telah mensyaratkan
apa yang telah ditetapkan-Nya, dan yang berkuasa meng-
hukum apa yang tidak ditetapkan-Nya.”
3. Ukupan harus selalu dibakar hanya oleh seorang imam pada
satu waktu,namun kali ini, mereka berdua masuk bersama-
sama untuk membakar ukupan.
4. Mereka melakukannya dengan gegabah dan tergesa-gesa. Me-
nurut beberapa orang, Nadab dan Abihu merenggut perbara-
annya masing-masing dengan kasar tanpa rasa hormat dan
khidmat. saat semua orang sujud di hadapan kemuliaan
Tuhan, Nadab dan Abihu berpikir bahwa kehormatan jabatan
mereka membuat mereka tidak perlu merendahkan diri seperti
apa yang dilakukan semua orang. Kedekatan mereka dengan
jabatan imamat itu membuat mereka memandang rendah
Keagungan ilahi, dan sekarang, oleh sebab mereka telah
diangkat menjadi imam, mereka pikir mereka dapat berbuat
sesuka hati.
694
5. Ada kecurigaan bahwa mereka sedang mabuk saat berbuat
dosa ini, sebab lalu lahir larangan terkait hal itu sete-
lah peristiwa itu (ay. 9). Mereka sebelumnya menyantap kor-
ban keselamatan serta korban curahan, yang merupakan bagi-
an dari pekerjaan mereka, dan sebab nya mereka menjadi
mabuk, atau setidaknya, hati mereka menjadi senang oleh ang-
gur (KJV). Mereka minum dan melupakan apa yang telah ditetap-
kan (Ams. 31:5), sehingga ditetapkan bersalah atas pelanggaran
yang mematikan ini.
6. Tidak diragukan lagi perbuatan ini jelas disengaja, sebab bila
tidak, Nadab dan Abihu bisa diperbolehkan untuk memanfaat-
kan hukum yang baru saja ditetapkan, bahkan termasuk un-
tuk para imam, yakni bahwa mereka harus membawa korban
penghapus dosa (4:2-3).namun orang yang berbuat sesuatu
dengan sengaja, dan merendahkan keagungan, wewenang, dan
keadilan Allah, ia harus dilenyapkan (Bil. 15:30).
II. Hukuman yang mengerikan atas dosa ini: Maka keluarlah api dari
hadapan Tuhan, lalu menghanguskan keduanya (ay. 2). Api ini,
yang menghanguskan apa yang dipersembahkan Nadab dan
Abihu, keluar dengan cara yang sama dengan api yang mengha-
nguskan korban bakaran dan segala lemak di atas mezbah (9:24).
Ini menyatakan keadilan yang akan berlaku terhadap semua
orang yang bersalah jika tidak ada belas kasihan yang tak
terbatas dan tidak ada penebusan atau ganti rugi. Dan jika api itu
mencengangkan semua yang menyaksikannya, terlebih lagi api
yang disampaikan pada bagian ini.
1. Perhatikan beratnya hukuman terhadap Nadab dan Abihu.
(1) Mereka mati. Apakah tidak cukup bahwa dibandingkan mati,
mereka dibuat menderita sakit kusta, seperti Uzia, atau
bisu, seperti Zakharia, mengingat kedua hukuman itu juga
terkait dengan pelanggaran pada mezbah pembakaran
ukupan? Tidak. Nadab dan Abihu dihajar mati. Upah dosa
ini yaitu kematian.
(2) Mereka mati mendadak saat sedang berbuat dosa, dan
tidak diberi waktu untuk berseru, “Tuhan, kasihanilah
kami!” Meskipun Tuhan berpanjang sabar terhadap kita,
terkadang Ia bergegas menindak para pendosa. Hukuman
Kitab Imamat 10:1-2
695
pun segera dijalankan: para pendosa yang dengan sengaja
berbuat dosa sebenarnya mendatangkan kehancuran yang
cepat terhadap diri mereka, dan kepada mereka ini, bahkan
waktu untuk bertobat pun tidak akan diberi.
(3) Mereka mati di hadapan Tuhan, tepat di depan tabir yang
menyelubungi tutup pendamaian, sebab pendamaian atau
belas kasih itu sendiri tidak akan membiarkan kemuliaan-
Nya dicemarkan. Mereka yang berdosa di hadapan Tuhan
akan mati di hadapan-Nya. Para pendosa yang terkutuk
dikatakan disiksa di depan mata Anak Domba, yang mem-
perlihatkan bahwa Ia tidak menjadi perantara bagi mereka
(Why. 14:10).
(4) Mereka mati oleh api, sebab oleh apilah mereka berdosa.
Mereka mengabaikan api yang keluar dari hadapan Tuhan
untuk menghanguskan korban persembahan, dan berpikir
bahwa api yang lain bernilai sama. Dan sekarang, dengan
keadilan-Nya, Tuhan membuat mereka merasakan sendiri
api yang tidak mereka hormati. Demikianlah orang-orang
yang tidak suka disempurnakan oleh api anugerah ilahi
akan dihanguskan oleh api murka ilahi. Api itu tidak meng-
hanguskan mereka hingga menjadi debu, seperti yang bia-
sa terjadi pada korban persembahan, bahkan tidak mem-
buat pakaian mereka hangus (ay. 5),namun , seperti petir,
menghajar mereka mati sesaat . Melalui dampak yang ber-
beda dari api yang sama inilah Tuhan mau menunjukkan
bahwa api itu bukanlah api biasa melainkan api yang
dikobarkan oleh nafas Tuhan (Yes. 30:33). Dua kali dise-
butkan di dalam Alkitab bahwa mereka mati dengan tidak
memiliki anak (Bil. 3:4; 1Kor. 24:2). Lewat kelancangan
mereka, mereka telah menghina nama Allah, sehingga
Tuhan dengan adil menghapus nama mereka dan menghem-
paskan kehormatan yang menjadi kebanggaan mereka ke
tengah debu.
2. Akannamun , mengapa Tuhan menjatuhkan hukuman yang
sangat keras kepada Nadab dan Abihu? Bukankah mereka ini
anak-anak Harun, yang yaitu orang kudus Tuhan sendiri,
serta keponakan Musa, yang merupakan kesayangan sorga?
Bukankah minyak urapan telah dipercikkan ke atas mereka,
sebagai orang-orang yang Tuhan telah kuduskan untuk diri-Nya
696
sendiri? Bukankah mereka dengan tekun telah tinggal selama
tujuh hari saat masa pentahbisan, dan melakukan kewa-
jiban terhadap Tuhan dengan setia, dan tidakkah itu dapat
menebus kelancangan mereka? Apakah mereka tidak bisa di-
maafkan mengingat mereka masih muda, sehingga belum ber-
pengalaman di dalam tugas pelayanan, dan bahwa pelanggar-
an itu merupakan pelanggaran mereka yang pertama, yang
dilakukan di dalam kegembiraan yang meluap-luap atas peng-
angkatan mereka menjadi imam? Lagi pula, tidak ada alasan
lain yang lebih baik untuk mengampuni mereka: bahwa akhir-
akhir ini, begitu banyak tanggung jawab dibebankan ke pun-
dak para imam, dan jabatan imamat hanya dapat dipegang
oleh Harun dan anak-anaknya. Ia hanya memiliki empat orang
anak laki-laki, sehingga bila dua orang anak laki-laki mati,
tidak akan ada cukup imam untuk melaksanakan pelayanan
di Kemah Pertemuan. Lebih lagi, bila mereka harus mati tanpa
memiliki anak, kaum Harun akan menjadi lemah dan kecil,
dan jabatan keimaman terancam tidak memiliki penerus. Akan
tetapi, semua pertimbangan ini tidak menjadi alasan untuk
membiarkan pelanggaran itu, atau melepaskan pelanggarnya
dari jerat hukum. sebab ,
(1) Dosa ini sangat dahsyat. Dosa ini merupakan wujud
penghinaan terhadap Musa serta terhadap hukum ilahi
yang diberikan melalui Musa. Hingga saat ini, jelas dicatat
bahwa semua yang diperbuat imam-imam itu seperti yang
diperintahkan Tuhan kepada Musa,namun berlawanan
dengan itu, dikatakan bahwa Nadab dan Abihu melakukan
apa yang tidak diperintahkan Tuhan kepada mereka, dan
mereka melakukannya berdasar pikiran mereka sendiri.
Tuhan pada kesempatan ini sedang mengajari umat-Nya
ketaatan untuk melakukan segala sesuatu menurut atur-
an, seperti layaknya seorang hamba. sebab itu, jika
ada imam yang melanggar aturan dan menyeleweng dari
ketetapan, hal ini sungguh membangkitkan amarah,
dan dengan tegas harus dikenai hukuman. Watak Nadab
dan Abihu semakin memperparah dosa yang mereka buat.
Sebagai anak-anak Harun, anak-anak sulungnya, yang
telah ditunjuk Tuhan untuk menjadi pelayan-Nya langsung,
perbuatan mereka yang dengan sengaja melakukan pelang-
Kitab Imamat 10:1-2
697
garan jelas tidak dapat dibiarkan. Di dalam dosa mereka,
tersimpan penghinaan terhadap kemuliaan Allah, yang
pada saat peristiwa ini tampak dalam hal api, seakan-akan
api ini tidak berarti sebab mereka memiliki api lain
yang sama maknanya.
(2) Hukuman terhadap mereka merupakan bentuk keadilan
yang perlu ditegakkan, terutama pada kesempatan ini, yak-
ni di awal pemberlakukan segala ketetapan upacara iba-
dah. Di dalam hukum Tuhan, kerap kali diperingatkan
bahwa setiap orang yang melanggar hukum akan dibinasa-
kan, dan di sini, Tuhan menjelaskan ancaman ini de-
ngan saksi. Sekarang, dengan baru ditetapkannya hukum
mengenai persembahan korban, agar jangan ada orang
yang menganggap enteng hukum ini sebab isinya
yang sangat terperinci untuk berbagai situasi, Nadab dan
Abihu yang merupakan pelanggar pertama dari hukum itu
pun dihukum guna mengingatkan orang lain dan guna
memperlihatkan betapa cemburunya Tuhan dalam hal
penyembahan terhadap-Nya. Demikianlah Tuhan membuat
hukum-Nya menjadi besar dan mulia (KJV), dan Tuhan mem-
beritahu para imam-Nya bahwa peringatan yang kerap kali
dijumpai di dalam hukum mengenai mereka, bahwa mere-
ka harus mematuhi segala perintah-Nya supaya mereka
jangan mati, bukanlah gertakan semata,namun betul suatu
peringatan akan betapa berbahayanya jika mereka
main-main di dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Tak ayal
lagi, bahwa keadilan yang dipertunjukkan di sini pada per-
tama kalinya dapat mencegah berbagai pelanggaran di
lalu hari. Demikianlah Ananias dan Safira pun dihu-
kum saat mereka sengaja mendustai Roh Kudus, api
yang baru diturunkan itu.
(3) Seperti halnya kejatuhan umat Israel ke dalam penyembah-
an berhala segera sesudah hukum moral diturunkan, me-
nunjukkan kelemahan hukum Taurat dan keterbatasannya
untuk menghapus dosa, demikian pula halnya dosa dan
penghukuman para imam ini menunjukkan ketidaksem-
purnaan jabatan keimaman sedari awal, dan ketidakmam-
puannya untuk melindungi orang dari api murka Allah. Ini
menunjukkan bahwa keimaman Lewi itu hanyalah merupa-
698
kan penggambaran akan keimaman Kristus, yang dalam
pelaksanaannya tidak pernah, dan tidak bisa pernah akan
terjadi pelanggaran atau kesalahan.
Perkabungan terhadap Nadab dan Abihu
(10:3-7)
3 Berkatalah Musa kepada Harun: “Inilah yang difirmankan TUHAN: Kepada
orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka
seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku.” Dan Harun berdiam
diri. 4 lalu Musa memanggil Misael dan Elsafan, anak-anak Uziel, paman
Harun, lalu berkatalah ia kepada mereka: “Datang ke mari, angkatlah saudara-
saudaramu ini dari depan tempat kudus ke luar perkemahan.” 5 Mereka
datang, dan mengangkat mayat keduanya, masih berpakaian kemeja, ke luar
perkemahan, seperti yang dikatakan Musa. 6 lalu berkatalah Musa
kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun: “Janganlah
kamu berkabung dan janganlah kamu berdukacita, supaya jangan kamu
mati dan jangan TUHAN memurkai segenap umat ini,namun saudara-sau-
daramu, yaitu seluruh bangsa Israel, merekalah yang harus menangis sebab
api yang dinyalakan TUHAN itu. 7 Janganlah kamu pergi dari depan pintu
Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati, sebab minyak urapan TUHAN
ada di atasmu.” Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa.
Kita bisa yakin bahwa saat Nadab dan Abihu dihajar mati, semua
orang di sekeliling mereka menjadi ketakutan, dan tiap wajah, terma-
suk wajah Nadab dan Abihu, memancarkan kengerian. Ketakutan
besar jelas melanda semua orang, dan semuanya penuh kebingung-
an. Namun, apa pun yang dirasakan orang lain, Musa tetap tenang
dan tahu apa yang harus ia katakan dan perbuat, tidak marah
seperti halnya Daud (2Sam. 6:8). Meski kematian mereka berdua
sangat menyentuh kalbu Musa, dan menjadi teguran mengerikan di
tengah salah satu kebahagiaan terbesar di dalam hidupnya, namun
ia tetap memegang kendali atas dirinya dan memastikan keteraturan
serta ketertiban di dalam Kemah Pertemuan.
I. Musa berusaha menenangkan Harun dan menjaganya tetap kuat
di tengah kepedihan ini (ay. 3). Musa yaitu seorang saudara laki-
laki yang dilahirkan untuk mengalami berbagai kesulitan dan ia
mengajari kita melalui teladannya berupa nasihat dan penghibur-
an yang tepat, untuk membela yang lemah, dan menghibur yang
tawar hati. Perhatikan di sini,
1. Apa yang disampaikan Musa kepada kakaknya yang ditimpa
kemalangan ini: Inilah yang difirmankan Tuhan. Perhatikan,
Kitab Imamat 10:3-7
699
buah pikir yang paling menenangkan saat berada di bawah
penderitaan yaitu yang berasal dari firman Allah. Seperti ini
dan seperti itulah Tuhan berkata, dan bukan urusan kita un-
tuk menentang perkataan-Nya. Perhatikan pula bahwa di da-
lam setiap karya pemeliharaan Allah, kita sebaiknya mem-
perhatikan adanya penggenapan Kitab Suci serta memban-
dingkan antara firman dan karya Allah. Bila ini kita lakukan,
pasti kita akan menemukan ada keselarasan dan kecocokan
mengagumkan di antara keduanya, dan bahwa yang satu
menjelaskan serta menggambarkan yang lain. Namun,
(1) Di manakah Tuhan pernah berfirman mengenai hal ini? Kita
tidak menemukan kata-kata persisnya,namun Tuhan pernah
berfirman mengenai hal ini (Kel. 19:22), Para imam yang
datang mendekat kepada Tuhan haruslah menguduskan
dirinya, supaya Tuhan jangan melanda mereka. Tentu saja,
seluruh maksud dan tujuan hukum-Nya menunjukkan
bahwa sebab Tuhan yaitu Tuhan yang suci dan Tuhan
yang berdaulat, Ia harus selalu disembah di dalam keku-
dusan dan penghormatan serta dengan cara yang sesuai
dengan petunjuk yang diberikan-Nya. Bila ada yang main-
main dengan-Nya, mereka akan merasakan akibatnya. Ada
banyak ayat lain yang turut menjelaskan hal ini (Kel.
29:43-44; 34:14; 8:35).
(2) Apa yang Tuhan firmankan? Demikianlah firman Tuhan (yang
oleh anugerah-Nya turut disampaikan ke dalam hati kita
semua!), Kepada orang yang karib kepada-Ku, siapapun
dia, Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bang-
sa akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku. Perhatikan di sini.
Pertama, kapanpun kita menyembah Allah, kita datang
mendekat kepada-Nya sebagai imam-imam yang rohani.
Pemikiran ini mengharuskan kita bersikap sangat khidmat
dan bersungguh-sungguh di dalam segala ibadah kita,
dengan mengingat bahwa melalui ibadah kita itu, kita
datang kepada Tuhan dan memberi diri kita di hadapan-Nya.
Kedua, saat kita mendekat kepada Allah, kita harus me-
nguduskan-Nya, yakni, memberi-Nya pujian atas kekudus-
an-Nya dan menyembah-Nya sebagai orang yang percaya
bahwa Tuhan yang kita sembah yaitu Tuhan yang kudus,
Tuhan yang murni tanpa cacat cela dan luar biasa sempurna
700
(Yes. 8:13). Ketiga, saat kita menguduskan Allah, kita me-
muliakan-Nya, sebab kekudusan-Nya yaitu kemuliaan-
Nya, dan saat kita menguduskan-Nya di dalam perseku-
tuan ibadah, kita memuliakan-Nya di muka seluruh bang-
sa, sambil mengakui keyakinan kita akan kemuliaan-Nya
serta berharap agar orang lain turut memuliakan-Nya.
Keempat, bila Tuhan tidak dikuduskan dan dimuliakan oleh
kita, Ia akan dikuduskan dan dimuliakan atas kita. Ia akan
membalas mereka yang mencemarkan nama-Nya yang
kudus dengan meremehkan-Nya. Bila hormat tidak diberi-
kan kepada-Nya, Ia akan menuntutnya.
(3) Namun, apa artinya firman Tuhan itu di dalam peristiwa ini?
Apa yang terkandung di dalam firman Tuhan itu sehingga
membuat Harun berdiam diri? Ada dua hal:
[1] Firman Tuhan harus membuat Harun berdiam diri kare-
na anak-anaknya memang pantas mati. Demikianlah
Nadab dan Abihu dibinasakan dari bangsanya sebab
mereka tidak menguduskan dan memuliakan Allah.
Penegakan keadilan yang perlu, seberat apa pun itu,
harus ditanggung oleh orang yang bersangkutan tanpa
boleh dikeluhkan melainkan harus dipatuhi.
[2] Firman Tuhan itu pasti membuat Harun berdiam diri ka-
rena kematian anak-anaknya menjunjung kehormatan
Allah, dan oleh sebab itu, keadilan-Nya yang tidak
pandang bulu itu akan dimuliakan di segala zaman.
2. Pengaruh baik dari perkataan Musa kepada Harun: Harun ber-
diam diri, artinya, Harun dengan sabar berserah diri terhadap
kehendak kudus Tuhan di dalam tindakan penyelenggaraan
Tuhan yang menyedihkan ini, kelu dan tidak membuka mulut-
nya, sebab Allahlah yang melakukannya. Keluh kesah yang
sudah siap Harun utarakan (seperti halnya orang yang kalah
berpikir bahwa mereka punya hak berkeluh kesah), dengan
bijaksana dipendam Harun sambil menekapkan tangannya
pada mulutnya (KJV) supaya jangan ia berdosa dengan lidah-
nya, sebab sekarang hatinya bergejolak dalam dirinya. Per-
hatikan,
(1) jika Tuhan menegur kita sebab dosa kita, kita wajib
berdiam diri di bawah teguran-Nya itu, tidak berbantah
Kitab Imamat 10:3-7
701
dengan Allah, menyalahkan keadilan-Nya, atau mengang-
gap-Nya tolol, melainkan tunduk terhadap semua yang
Tuhan perbuat. Tidak cukup hanya menanggung hukuman
atas pelanggaran kita, kita juga harus menerimanya dan
berkata, seperti halnya Eli berkata di tengah perkara yang
mirip dengan keadaan ini, Dia Tuhan, biarlah diperbuat-Nya
apa yang dipandang-Nya baik (1Sam. 3:18). Jikalau anak-
anak kita telah berbuat dosa terhadap Dia (seperti yang
dikatakan Bildad di dalam Ayb. 8:4), maka Ia telah mem-
biarkan mereka dikuasai oleh pelanggaran mereka (KJV: dan
Ia telah mencampakkan mereka sebab pelanggaran mere-
ka). Meski jelas menyedihkan untuk melihat bahwa anak-
anak buah hati kita harus menjadi anak-anak murka Allah,
namun kita harus tetap menjunjung tinggai keadilan ilahi
dan tidak membuat melawannya.
(2) Alasan-alasan yang paling ampuh untuk menenangkan
jiwa yang baik yang sedang dilanda penderitaan, yaitu
yang diambil dari kemuliaan Allah. Inilah yang membuat
Harun berdiam diri. Memang betul bahwa Harun kehilang-
an penghiburannya oleh kematian kedua anaknya ini,
tetapi Musa telah menunjukkan kepadanya bahwa Tuhan
merupakan pemenang di dalam kemuliaan-Nya, sehingga
Harun tidak dapat membantah hal ini: bila Tuhan dikudus-
kan, Harun pun dipuaskan. Jauhlah dibandingkan Harun un-
tuk menempatkan anak-anaknya di atas Allah, atau untuk
menginginkan agar nama Allah, atau rumah Allah, atau
hukum Allah, dicela atau dihina hanya demi nama baik
keluarganya. Harun sama sekali tidak mau semua itu ter-
jadi. Baik pada kejadian ini maupun pada peristiwa anak
lembu emas, kaum Lewi tidak mau kenal saudara-saudara-
nya dan acuh tak acuh terhadap anak-anaknya. Demikian-
lah mereka mengajarkan peraturan-peraturan-Mu kepada
Yakub, dan hukum-Mu kepada Israel (Ul. 33:9-10). Para
hamba Tuhan beserta keluarganya terkadang diuji dengan
cobaan-cobaan yang menyakitkan agar mereka meneladan-
kan kesabaran dan penyerahan diri terhadap Tuhan bagi
para orang percaya, dan agar mereka dapat menghibur
orang lain dengan penghiburan yang telah mereka terima
sendiri.
702
II. Musa memberi perintah mengenai mayat Nadab dan Abihu.
Tidaklah pantas jika mayat mereka dibiarkan tergeletak begitu
saja di tempat mereka mati. Akannamun , ayah dan saudara-sau-
dara mereka sendiri, serta kerumunan orang yang menyaksikan
peristiwa menyedihkan ini dengan terpana, tidak berani mengang-
kat mereka dan memeriksa apakah mereka masih hidup atau
tidak. Harun dan kedua anak lakinya yang masih hidup juga
harus dijaga agar jangan sampai teralihkan atau ternajiskan dan
tidak layak bagi pekerjaan besar yang menanti di depan mata.
Biarlah orang mati menguburkan orang mati, mereka harus tetap
melanjutkan tugas pelayanan mereka. Artinya, “Lebih baik orang
mati dibiarkan tidak dikubur, bila tidak ada orang yang melaku-
kannya, dibandingkan pekerjaan Tuhan dibuat terbengkalai oleh orang-
orang yang telah dipanggil-Nya untuk menjalankannya.” Namun
Musa membereskan masalah ini, bahwa meski Nadab dan Abihu
telah mati oleh keadilan Tuhan akibat dosa mereka, mereka harus
dikuburkan dengan layak, dan demikianlah diperintahkan Musa
(ay. 4-5).
1. Beberapa saudara terdekat yang masih merupakan keponakan
jauh Harun, diperintahkan Musa untuk mengurus mayat Na-
dab dan Abihu. Nama mereka disebutkan di sini, yang melaku-
kan tugas ini dengan hati-hati dan penuh hormat.
Mereka berasal dari kaum Lewi dan mungkin saja tidak akan
datang ke dalam Kemah Suci, apalagi di tengah kejadian ini,
mereka tidak mendapat perintah khusus.
2. Mereka membawa mayat Nadab dan Abihu ke luar perkemah-
an untuk dibakar, bukan untuk dikuburkan di tempat atau
pelataran penyembahan, seperti yang berlaku pada masa kini,
meskipun mereka mati di tempat penyembahan, supaya mere-
ka tidak menguburkan Nadab dan Abihu, atau siapapun di
antara mereka yang mati, di sekitar perkemahan mereka.
Demikianlah sesudah peristiwa ini, pemakaman bangsa Israel
terletak di luar perkotaan. Oleh sebab Kemah Suci didirikan
di tengah-tengah perkemahan, mereka tidak dapat membawa
mayat Nadab dan Abihu tanpa melewati salah satu daerah
tempat tinggal di dalam perkemahan. Tak ayal lagi, peman-
dangan ini memicu kengerian di tengah masyarakat.
Nama Nadab dan Abihu sesungguhnya sudah begitu besar dan
mulia di antara mereka, dan kini, nama-nama itu tak akan lagi
Kitab Imamat 10:3-7
703
disebut, tak lagi diharapkan muncul sesudah hari-hari pentah-
bisan mereka berlalu untuk menerima hormat dan pujian dari
masyarakat, yang memiliki kebiasaan mengelu-elukan orang
yang sedang naik daun. Terlebih lagi, sesudah Musa dan
Harun, yang sudah tua dan memasuki masa senja, Nadab dan
Abihu (yang turut berada di atas gunung bersama Tuhan [Kel.
24:1]) sesungguhnya dipandang sebagai sosok kesayangan
sorga serta harapan umat Israel. Akannamun sekarang, saat
berita kematian Nadab dan Abihu baru saja didengar oleh
bangsa Israel, mereka tiba-tiba melihat keduanya diangkut
mati, dengan tanda pembalasan ilahi terlihat jelas pada mayat
keduanya sebagai korban bagi keadilan Allah, sehingga mere-
ka hanya bisa berteriak, Siapakah yang tahan berdiri di
hadapan Tuhan, Tuhan yang kudus ini? (1Sam. 6:20).
3. Mereka mengangkat Nadab dan Abihu keluar (dan mungkin
menguburkan mereka) dalam keadaan masih mengenakan
kemeja beserta pakaian kebesaran imam, yang baru saja
mereka kenakan dan yang mungkin terlalu mereka bangga-
banggakan. Demikianlah keadilan Tuhan yang tidak pandang
bulu dinyatakan agar semua orang mengetahui bahwa pakaian
kebesaran imam pun tidak mampu melindungi pendosa dari
murka Allah. Dengan demikian, orang dapat dengan mudah
mengatakan, “Bila imam-imam ini saja tidak luput dari peng-
hukuman saat mereka berdosa, dapatkah kita berharap un-
tuk luput dari penghukuman?” Dan juga, kenyataan bahwa
pakaian kebesaran imam dengan cepat berubah menjadi pa-
kaian di liang kubur menunjukkan dua hal, yakni bahwa
hukum Taurat mengerjakan kematian (KJV) dan bahwa kelak
dengan berjalannya waktu, jabatan keimaman sendiri akan
dihapuskan dan dikubur di dalam makam Tuhan Yesus.
III. Musa memberi arahan mengenai perkabungan.
1. Bahwa imam tidak boleh berkabung. Harun dan dua anak
laki-lakinya yang masih hidup, meski bersedih hati, tidak
boleh memperlihatkan dukacita yang mereka rasakan atas
peristiwa menyedihkan ini, apalagi mengikuti mayat Nadab
dan Abihu satu langkah kaki pun dari depan pintu Kemah
Suci (ay. 7). Demikianlah sesudah kejadian ini, Imam Besar
dilarang keras mengikuti segala upacara perkabungan untuk
704
kematian sahabat-sahabatnya, bahkan untuk ayah atau ibu-
nya (21:11). Namun, pada saat bersamaan, imam-imam yang
lebih rendah kedudukannya diperbolehkan berkabung untuk
kerabat terdekat mereka (21:2-3). Akannamun , di sini, Harun
dan kedua anak laki-lakinya dengan tegas dilarang berkabung,
sebab ,
(1) Mereka sebenarnya pada saat ini tengah menanti untuk
melakukan pekerjaan besar yang sama sekali tidak boleh
terhenti (Neh. 6:3). Terlebih lagi, demi kehormatan Allah,
pelayanan mereka terhadap Tuhan harus berada jauh di
atas penghormatan terhadap kerabat terdekat, dan bahwa
segala macam pelayanan harus tunduk di bawah pelayan-
an mereka. Melalui hal ini, mereka harus memperlihatkan
bahwa mereka menaruh nilai dan perhatian yang lebih be-
sar terhadap Tuhan dan pekerjaan mereka dibandingkan terha-
dap sahabat terbaik mereka di dunia. Kristus pun berbuat
seperti demikian (Mat. 12:47-48). Dengan ini, kita diajar
untuk menjauhkan segala pikiran yang mengganggu, tekun
dan bersungguh-sungguh saat melayani Tuhan di tengah
pekerjaan-pekerjaan yang kudus, serta tidak membiarkan
perhatian kita teralihkan oleh segala pikiran, kesenangan,
atau nafsu duniawi. Biarlah kita selalu melayani Tuhan
tanpa teralihkan.
(2) Saudara mereka, Nadab dan Abihu, dibinasakan langsung
oleh tangan Tuhan atas pelanggaran yang diperbuat kedua-
nya, sehingga mereka tidak boleh berkabung untuk kedua-
nya agar jangan sampai terlihat bahwa mereka seakan-
akan memperbolehkan dosa itu terjadi, atau mereka me-
nentang keadilan Tuhan di dalam menjalankan hukuman
itu. dibandingkan meratap, mereka harus dengan sepenuh hati
menyetujui penghukuman ini serta tunduk terhadap
nilai keadilan dari penghukuman itu. Perhatikan, perkara-
perkara yang menjadi kemuliaan Tuhan di antara orang
banyak harus lebih kita utamakan dibandingkan segala perasa-
an kita sendiri. Lihatlah bagaimana Musa memperingatkan
mereka hingga mereka akhirnya patuh, dan bagaimana ia
memegang tongkat di atas mereka untuk menenangkan
tangis mereka (ay. 6): “Supaya jangan kamu mati sama
seperti Nadab dan Abihu, dan supaya jangan Tuhan memur-
Kitab Imamat 10:3-7
705
kai segenap umat, yang terancam menderita akibat kelan-
cangan dan ketidakpatuhanmu serta hawa nafsumu yang
tidak kau kekang,” dan lagi (ay. 7), supaya jangan kamu
mati. Amati di sini bagaimana kita dapat mengambil hik-
mah dari penghakiman Tuhan terhadap orang lain, yakni
bahwa kita harus semakin gigih menjaga diri supaya
jangan kita mati seperti halnya orang lain. dibandingkan merasa
terguncang, kematian orang lain, terutama kematian men-
dadak, seharusnya meneguhkan kita untuk semakin meng-
hormati Tuhan yang kudus, menjauhkan diri dari semua
dosa, dan menanti-nantikan kematian kita sendiri dengan
bersungguh-sungguh. Semua ini dilakukan sebab minyak
urapan Tuhan ada di atasmu, dan kehormatannya harus
gigih dijaga dengan mengerjakan tugas jabatanmu dengan
sukacita. Perhatikan, orang-orang yang melalui kasih karu-
nia telah menerima pengurapan janganlah mengusik diri
mereka sendiri dengan dukacita yang dari dunia ini, yang
menghasilkan kematian. Jelas sangat sulit bagi Harun dan
anak-anaknya untuk menahan diri dari rasa sedih yang
luar biasa di tengah peristiwa menyakitkan seperti ini, te-
tapi akal sehat serta kasih karunia yang ada di dalam me-
reka mampu menguasai segala perasaan, sehingga mereka
dengan sabar dan patuh menanggung penderitaan ini:
Mereka melakukan sesuai dengan perkataan Musa, sebab
mereka tahu bahwa perkataan Musa berasal dari firman
Allah. Dengan demikian, berbahagialah mereka yang ber-
ada di bawah penguasaan Allah, dan yang perasaannya ada
di bawah kendali mereka sendiri.
2. Bahwa orang Israel harus berkabung:namun seluruh bangsa
Israel, merekalah yang harus menangis sebab api yang dinya-
lakan Tuhan itu. Jemaat harus meratapi tidak hanya atas
kehilangan kedua imam mereka itu,namun juga terutama atas
kemarahan Tuhan yang tampak di dalam kematian keduanya.
Mereka harus menangisi api yang telah dinyalakan-Nya agar
tidak lebih lanjut menghanguskan. Oleh sebab Harun dan
anak-anak laki-lakinya berada dalam bahaya terlalu terpenga-
ruh oleh kejadian ini, mereka dilarang berkabung. Sementara
itu, oleh sebab kaum Israel berada dalam bahaya terlalu tidak
terpengaruh oleh kejadian ini, mereka diperintahkan ber-
706
kabung. Demikianlah perangai manusia harus selalu dikuasai
oleh kasih karunia menurut kebutuhan, entah dibatasi atau
dikekang.
Peringatan untuk Para Imam
(10:8-11)
8 TUHAN berfirman kepada Harun: 9 “Janganlah engkau minum anggur atau
minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam
Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk
selamanya bagi kamu turun-temurun. 10 Haruslah kamu dapat membedakan
antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang
tidak najis, 11 dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel
segala ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan
perantaraan Musa.”
Oleh sebab Harun sangat memperhatikan apa yang Tuhan firmankan
melalui Musa, maka Tuhan kini memberi Harun kehormatan dengan
berbicara langsung kepadanya (ay. 8): Tuhan berfirman kepada
Harun. Tuhan tampaknya juga memilih berbicara langsung kepada
Harun sebab apa yang hendak disampaikan-Nya kepada Harun
agaknya kurang pantas bila disampaikan Musa, sebab membuat
Musa seakan-akan mencurigai Harun sebagai orang yang rakus dan
suka minum anggur, mengingat begitu cepatnya kita menyalaharti-
kan suatu peringatan sebagai suatu tuduhan. Demikianlah Tuhan sen-
diri yang menyampaikannya kepada Harun, Janganlah engkau minum
anggur atau minuman keras, bila kamu masuk ke dalam Kemah
Pertemuan, sebab semua ini mendatangkan bahaya bagi mereka,
supaya jangan kamu mati (ay. 9). Mereka mungkin telah melihat
dampak buruk dari minum anggur atau minuman keras pada diri
Nadab dan Abihu, sehingga ini menjadi peringatan bagi mereka.
Perhatikan di sini,
1. Larangan itu sendiri: Janganlah engkau minum anggur atau mi-
numan keras. Pada kesempatan lain, mereka diperbolehkan
minum anggur atau minuman keras (sebab tidak semua imam
harus merupakan orang nazir),namun saat sedang melakukan
tugas keimaman, mereka dilarang keras berbuat hal itu. Larangan
ini merupakan salah satu peraturan di dalam Bait Suci yang
digambarkan oleh Yehezkiel (Yeh. 44:21). sebab itu, para penye-
bar Injil juga harus orang yang bukan peminum (1Tim. 3:3). Per-
hatikan, kemabukan yaitu sesuatu yang buruk,namun terlebih
Kitab Imamat 10:8-11
707
bagi para hamba Tuhan, kemabukan yaitu sesuatu yang mema-
lukan dan merusak, sebab dari antara semua orang, para hamba
Tuhan seharusnya merupakan orang yang berakal paling jernih
dan berhati paling bersih.
2. Hukuman yang mengikuti larangan ini : Supaya jangan
kamu mati. Supaya jangan kamu mati saat kamu sedang mabuk,
supaya hari Tuhan jangan datang tiba-tiba jatuh ke atas dirimu
seperti suatu jerat (Luk. 21:34). Atau, “Jangan sampai kamu
berbuat sesuatu yang menjadikanmu pantas dibinasakan oleh
tangan Allah.” Bahaya kematian yang senantiasa membayangi
seharusnya membuat kita tenang (1Ptr. 4:7). Sungguh disayang-
kan bahwa perkataan berikut sampai disalahgunakan untuk
mendukung perbuatan yang tidak pantas, yakni yang dilontarkan
oleh orang-orang yang ingin menantang, Marilah kita makan dan
minum, sebab besok kita mati.
3. Alasan di balik larangan ini . Harun dan anak-anaknya ha-
rus tetap terjaga, sebab jika tidak, mereka tidak dapat melaku-
kan tugas jabatan imamat mereka dengan baik. Mereka bisa
pening sebab anggur (Yes. 28:7). Mereka harus memastikan diri
tetap terjaga atau tenang,
(1) Agar di dalam melakukan tugas imamat, mereka mampu
membedakan antara yang kudus dan yang tidak kudus, dan
tidak keliru menilai yang satu dengan yang lain (ay. 10). Para
hamba Tuhan harus dapat membedakan antara yang kudus
dan yang tidak kudus, baik dalam hal benda maupun orang,
agar mereka dapat memisahkan antara yang berharga dan
yang hina (Yer. 15:19, KJV).
(2) Agar mereka mampu mengajar umat (ay. 11), sebab itu meru-
pakan bagian dari tugas keimaman (Ul. 33:10). Orang yang
gemar mabuk sangat tidak layak mengajar orang lain tentang
ketetapan Allah, sebab orang yang hidup mengejar kedaging-
an tidak akan mengalami kedekatan dengan hal-hal rohani,
dan sebab para pengajar seperti orang-orang ini menghancur-
kan dengan satu tangan apa yang telah mereka bangun
dengan tangan yang lain.
708
Musa Marah terhadap Eleazar dan Itamar
(10:12-20)
12 lalu berkatalah Musa kepada Harun dan kepada Eleazar dan Itamar,
anak-anak Harun yang tinggal itu: “Ambillah korban sajian yang tinggal dari
segala korban api-apian TUHAN, dan makanlah itu sebagai roti yang tidak
beragi di samping mezbah, sebab itulah bagian maha kudus. 13 Haruslah
kamu memakannya di suatu tempat yang kudus, sebab itulah ketetapan
bagimu dan anak-anakmu dari segala korban api-apian TUHAN, sebab demi-
kianlah diperintahkan kepadaku. 14 Dada persembahan unjukan dan paha
persembahan khusus itu haruslah kamu makan di suatu tempat yang ta-
hir, engkau ini serta anak-anakmu laki-laki dan perempuan, sebab semua-
nya diberikan sebagai ketetapan bagimu dan anak-anakmu dari segala
korban keselamatan orang Israel. 15 Paha persembahan khusus dan dada
persembahan unjukan itu haruslah dibawa mereka ke tempat segala korban
api-apian yang dari lemak itu, supaya dipersembahkan sebagai persembahan
unjukan di hadapan TUHAN. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagimu
serta bagi anak-anakmu seperti yang diperintahkan TUHAN.” 16 lalu
Musa mencari dengan teliti kambing jantan korban penghapus dosa itu,
tetapi ternyata kambing itu sudah habis dibakar. Sebab itu dimarahinyalah
Eleazar dan Itamar, anak-anak Harun yang tinggal itu, katanya: 17 “Mengapa
tidak kamu makan korban penghapus dosa itu di tempat yang kudus?
Bukankah itu sesuatu bagian maha kudus dan TUHAN memberi nya
kepadamu, supaya kamu mengangkut kesalahan umat itu dan mengadakan
pendamaian bagi mereka di hadapan TUHAN? 18 Lihat, darahnya itu tidak
dibawa masuk ke dalam tempat kudus; bukankah seharusnya kamu mema-
kannya di tempat kudus, seperti yang telah kuperintahkan?” 19 Lalu berkata-
lah Harun kepada Musa: “Memang benar, pada hari ini mereka telah mem-
persembahkan korban penghapus dosa dan korban bakaran mereka ke
hadapan TUHAN,namun hal-hal seperti tadilah yang kualami. Jikalau pada
hari ini aku memakan juga korban penghapus dosa, mungkinkah hal itu
disetujui oleh TUHAN?” 20 saat Musa mendengar itu, ia menyetujuinya.
Musa di sini memberi arahan kepada Harun untuk melanjutkan
tugas keimamannya sesudah sebelumnya terganggu. Penderitaan kita
harus semakin menggiatkan kita di dalam menjalankan tanggung
jawab kita dan bukannya menjauhkan kita dibandingkan nya. Perhatikan
(ay. 12), Musa berbicara kepada Harun dan anak-anaknya yang
tinggal itu. Penekanan terhadap keadaan anak-anak yang Harun yang
masih hidup itu menunjukkan,
1. Bahwa dengan ini Harun seharusnya terhibur, meski kehilangan
kedua anaknya, sebab Tuhan telah membiarkan dua anak laki-
lakinya yang lain tetap hidup. Juga, bahwa ia punya alasan untuk
bersyukur atas apa yang masih dimilikinya, bahwa tidak semua
anak laki-lakinya binasa, dan sebagai tanda terima kasihnya
kepada Allah, ia melanjutkan tugas keimamannya dengan penuh
sukacita.
Kitab Imamat 10:12-20
709
2. Bahwa dengan Tuhan membiarkan mereka tetap hidup, mereka ha-
rus terus bergiat melayani-Nya dan tidak undur diri dari tanggung
jawab ini . Pada mulanya ada empat imam yang ditah-
biskan bersama-sama, dua imam lalu dibinasakan, sementara
dua imam lainnya dibiarkan tetap hidup. Dengan demikian, dua
imam yang masih hidup itu harus berjuang mengisi kekosongan
yang ditinggalkan dua imam yang mati, dengan melipatgandakan
perhatian dan kegigihan di dalam pelayanan keimaman. Seka-
rang,
I. Musa mengulang kembali arahan yang telah disampaikannya
sebelumnya mengenai bagaimana memakan korban yang menjadi
bagian mereka (ay. 12-14-15). Imam-imam itu tidak hanya harus
belajar membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus
(ay. 10),namun juga membedakan antara yang mahakudus dengan
yang kudus dari apa yang akan mereka makan. Bagian dari kor-
ban sajian yang menjadi ketetapan bagi imam merupakan bagian
mahakudus, sehingga harus dimakan di dalam pelataran Kemah
Suci, dan hanya boleh dimakan oleh anak laki-laki Harun (ay. 12-
13, KJV). Di lain pihak, dada persembahan unjukan dan paha
persembahan khusus dapat dimakan di segala tempat yang tahir
di luar pelataran Kemah Suci, dan dapat turut dimakan oleh anak
perempuan dari keluarga Harun. Korban sajian, yang selalu
ditambahkan pada korban bakaran, hanya dipersembahkan sepe-
nuhnya bagi kemuliaan Allah,namun korban keselamatan diper-
sembahkan demi kesinambungan kebahagiaan dan penghiburan
manusia. Dengan demikian, korban sajian jauh lebih bernilai
kudus dan sebab nya harus lebih dihormati. Para imam harus
mengamati dengan hati-hati perbedaan di antara berbagai jenis
korban ini dan waspada agar tidak berbuat kesalahan. Musa tidak
menjelaskan lebih lanjut alasan di balik pembedaan jenis korban
ini, melainkan merujuk kepada perintah Tuhan: Sebab demikian-
lah diperintahkan kepadaku (ay. 13). Ini sudah cukup menjadi
alasan, bahwa apa yang telah diteruskan kepada mereka, telah
diterimanya dari Tuhan (1Kor. 11:23).
II. Musa meminta keterangan perihal satu penyelewengan dari per-
aturan yang telah ditetapkan, yang tampaknya terjadi bersamaan
dengan peristiwa kematian Nadab dan Abihu ini, yakni: ada
710
seekor kambing jantan yang akan dipersembahkan sebagai kor-
ban penghapus dosa bagi bangsa Israel (9:15). Menurut hukum
tentang korban penghapus dosa, bila darah dari korban itu di-
bawa masuk ke dalam tempat kudus, seperti halnya korban
penghapus dosa bagi para imam sendiri, dagingnya harus dibakar
di luar perkemahan. Bila darahnya tidak dibawa masuk ke dalam
tempat kudus, korban penghapus dosa itu harus dimakan oleh
imam di tempat kudus (6:30). Arti dari hukum ini dijelaskan
sebagai berikut (ay. 17), bahwa dengan melakukan hal ini, para
imam mengangkut kesalahan umat (KJV: menanggung kesalahan
umat), artinya, imam-imam ini menjadi perlambang Kristus yang
dibuat berdosa sebab kita, yang kepada-Nya Tuhan telah menim-
pakan kejahatan kita sekalian. Nah, pada kesempatan ini, meski
darah kambing jantan itu tidak dibawa masuk ke dalam tempat
kudus, tampaknya kambing jantan itu dibakar di luar perkemah-
an. Perhatikan di sini,
1. Teguran lembut Musa kepada Harun dan kedua anak laki-
lakinya sebab pelanggaran ini. Kembali di sini, anak-anak
Harun dikatakan sebagai mereka yang tinggal itu (ay. 16), yang
seharusnya sadar akan peringatan yang telah disampaikan.
Oleh Musa, dimarahinyalah Eleazar dan Itamar. Meski Musa
yaitu orang yang berhati paling lembut di dunia, ia tampaknya
juga bisa marah, dan bila menurutnya Tuhan tidak dipatuhi dan
tidak dihormati, serta jabatan imamat berada dalam bahaya, ia
akan marah. Namun, perhatikan bagaimana dengan lembut ia
menegur Harun dan anak laki-lakinya, mengingat penderitaan
yang sedang mereka alami. Ia hanya mengingatkan bahwa me-
reka seharusnya memakannya di tempat kudus, dan ia bersedia
mendengarkan pembelaan mereka, enggan membicarakan kese-
dihan mereka yang dilukai Tuhan itu.
2. Alasan Harun untuk menjelaskan kesalahan ini. Musa dalam
hal ini menyalahkan Eleazar dan Itamar (ay. 16),namun tam-
paknya apa yang mereka perbuat, mereka lakukan di bawah
arahan Harun, sehingga Harun memohon ampun sebab nya.
Harun mungkin saja beralasan bahwa ini merupakan korban
penghapus dosa bagi umat, dan bila yang dipersembahkan
yaitu lembu jantan, pasti korban itu akan dibakar seluruh-
nya (4:21), dan sebab itu, mengapa hal yang sama tidak di-
berlakukan pada kesempatan ini, saat yang menjadi korban
Kitab Imamat 10:12-20
711
penghapus dosa yaitu kambing jantan? Namun tampaknya
hal sebaliknyalah yang diperintahkan pada saat itu, sehingga
ia menjadikan penderitaan yang sedang dialaminya sebagai
alasan (ay. 19). Perhatikan,
(1) Bagaimana Harun berbicara tentang penderitaannya: Hal-
hal seperti tadilah yang kualami, hal-hal yang sangat me-
nyedihkan, yang sangat berdampak di hatinya, serta hal-
hal yang membuatnya merasa sangat lega. Harun yaitu
seorang Imam Besar yang dipilih dari antara manusia, dan
ia tidak mampu melepas perasaannya yang alami meski ia
mengenakan pakaian imam yang kudus. Ia berdiam diri
(ay. 3),namun penderitaannya makin berat, seperti halnya
yang dialami Daud (Mzm. 39:3). Perhatikan, kepedihan
yang begitu dalam tetap dapat terasa di tengah kepasrahan
yang tulus kepada kehendak Tuhan di dalam penderitaan.
“Hal-hal seperti tadi tidak pernah menimpaku sebelumnya,
dan tidak pernah kuharapkan terjadi saat ini. Mustahil
bagi jiwaku untuk tidak tenggelam, saat aku menyaksi-
kan keluargaku tenggelam. Hatiku terasa berat saat Tuhan
marah.” Demikianlah mudah bagi kita untuk berbicara
banyak untuk memperparah sebuah p