lukas 1-12 14


 gan ketamakan dan kejahat-

an, tamak dengan barang milik orang lain, dan jahat terha-

dap orang yang baik-baik.” Pelayan tidak akan dianggap 

bersih jika dia hanya mencuci bagian luar dari cangkir yang 

sudah dipakai  tuannya untuk minum, atau piring yang 


 418

sudah dipakai  tuannya untuk makan. Pelayan seperti 

ini tidak ambil peduli untuk membersihkan bagian dalam-

nya, yang di sana mungkin ada kotoran yang langsung me-

ngotori makanan atau minumannya. Sikap hati kita dalam 

beribadah sama seperti bagian dalam cangkir atau piring 

itu, yang kalau masih kotor akan menodai ibadah kita. 

Jadi, jika kita berusaha tidak melakukan suatu kejahatan 

besar yang memalukan namun tetap hidup di bawah kuasa 

kejahatan rohani, maka itu akan membuat Tuhan   murka, 

sama dengan pelayan yang memberikan sebuah cangkir ke-

pada tuannya, yang bagian luarnya bersih dari debu na-

mun bagian dalamnya penuh dengan sarang dan laba-laba. 

Ketamakan dan kekejian, yang berarti memberhalakan hal-

hal duniawi dan membiarkan kebencian menguasai diri, 

yang menurut orang dapat ditutup-tutupi dengan jubah 

tertentu, merupakan dosa berbahaya yang akan menghan-

curkan banyak orang yang hanya membuat cangkir bagian 

luarnya bersih sementara di dalamnya ada dosa yang lebih 

menjijikkan, lebih memalukan, dan yang tidak terampun-

kan, seperti persundalan dan kemabukan.  

(2) Contoh khusus yang menggambarkan betapa ganjilnya ke-

salahan orang-orang Farisi itu: “Hai orang-orang bodoh, bu-

kankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang 

menjadikan bagian dalam? (ay. 40). Bukankah Tuhan  , yang 

dalam hukum Musa menetapkan berbagai macam upacara 

pembasuhan, yang kamu pakai untuk membenarkan kewa-

jiban-kewajiban yang kamu lakukan ini, juga menetapkan 

bahwa kamu harus membersihkan dan menyucikan hati-

mu? Dia yang membuat hukum untuk hal-hal yang di luar, 

bukankah juga dalam hukum itu bahkan memiliki  mak-

sud untuk hal-hal yang di dalam, dan dalam hukum-hu-

kum lain Dia justru menunjukkan betapa rendahnya Dia 

memandang masalah membasuh tubuh dan membersihkan 

kotoran ini, jika hati tidak dibersihkan?” Atau, dalam hal 

ini Tuhan   bisa dipandang tidak hanya sebagai Pemberi Hu-

kum, melainkan juga (seperti yang tampak tersirat) sebagai 

Pencipta. Bukankah Tuhan   yang menciptakan tubuh ini 

(yang dijadikan dengan dahsyat dan ajaib), juga mencipta-

kan jiwa yang dibuat secara lebih dahsyat dan lebih ajaib 

Injil Lukas 11:37-54 

 419 

lagi? Jadi, jika Dia menciptakan baik tubuh maupun jiwa, 

maka sungguh benarlah Dia mengharapkan kita untuk 

menjaga keduanya. Oleh sebab  itu, kita tidak hanya harus 

membasuh tubuh, yang dibentuk oleh-Nya, dan mencuci 

tangan untuk menghormati hasil karya-Nya, melainkan 

juga harus membasuh roh, yang Bapanya yaitu  Tuhan   

sendiri, dan membersihkan kusta yang ada dalam hati.   

Kepada hal ini, Kristus menggabungkan sebuah perin-

tah agar apa yang kita lakukan untuk kenyamanan hidup 

menjadi bersih (ay. 41): “Daripada mencuci tangan sebelum 

makan, beramTuhan   dengan memberikan barang-barang 

yang kamu miliki (ta enonta – barang-barang yang ada di 

hadapanmu dan yang kamu miliki). Biarlah kaum miskin 

mengambil bagian dari kepunyaanmu, maka segala sesua-

tu menjadi bersih bagimu, dan kamu dapat memakainya de-

ngan tenang.” Ini merupakan rujukan yang jelas bagi hu-

kum Musa yang memerintahkan bahwa jumlah tertentu 

dari hasil-hasil tanah orang Israel harus diberikan kepada 

kaum Lewi, orang asing, anak yatim, dan janda, dan sete-

lah itu, barulah apa yang mereka simpan untuk mereka 

sendiri menjadi bersih, dan dengan iman mereka dapat ber-

doa untuk meminta berkat atasnya (Ul. 26:12-15). Kita 

baru bisa menikmati berkat Tuhan   yang melimpah dengan 

tenang apabila kita mengirimkan sebagian kepada mereka 

yang tidak sedia apa-apa (Neh. 8:11). Ayub tidak memakan 

makanannya sendiri, anak yatim turut memakannya, dan 

dengan demikian makanan itu bersih baginya (Ayb. 31:17); 

bersih maksudnya diizinkan dan diperbolehkan untuk di-

gunakan, sebab  dengan begitu, barulah dapat dipakai  

dengan nyaman. Perhatikanlah, apa yang ada pada kita bu-

kanlah milik kita sendiri, kecuali Tuhan   mendapatkan apa 

yang menjadi bagian-Nya dari milik kita itu; dan hanya me-

lalui pemberian kepada orang miskinlah barulah kita dapat 

membersihkan diri untuk bebas memakai milik kita itu 

bagi kepentingan dan kenyamanan diri kita sendiri.       

2.  Dia menegur mereka sebab  menekankan hal-hal yang remeh, 

dan mengabaikan hal-hal yang penting dalam hukum Taurat 

(ay. 42).  


 420

(1) Hukum-hukum yang hanya berkaitan dengan sarana-sara-

na peribadatan mereka jalankan dengan sangat tepat, ter-

utama hukum mengenai kesejahteraan para imam: Engkau 

membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis 

sayuran, membayar dengan barang yang benar dan jumlah 

yang tepat, dan kamu tidak mau mengecewakan para imam 

dengan membayarnya dengan barang pengganti yang sepa-

dan atau dengan kelipatan dari jumlah yang sebenarnya. 

Dengan berbuat demikian, mereka akan memperoleh nama 

baik sebagai pelaksana hukum Taurat yang ketat, dan 

akan mendapat dukungan bagi kepentingan mereka dari 

para imam, yang dengan kuasanya sudah banyak berbuat 

baik kepada mereka. Jadi, tidak mengherankan jika iman-

imam dan orang-orang Farisi berupaya memperkuat kedu-

dukan mereka satu sama lain. Di sini Kristus tidak menya-

lahkan mereka sebab  membayar persepuluhan dengan 

sedemikian tepatnya (yang satu harus dilakukan), namun  ka-

rena mereka berpikir bahwa dengan berbuat demikian me-

reka dapat mengabaikan kewajiban-kewajiban yang lebih 

besar, sebab ,  

(2) Hukum-hukum yang berkaitan dengan inti ibadah tidak 

mereka kerjakan: Kamu mengabaikan keadilan dan kasih 

Tuhan  , kamu tidak berpikir memberikan kepada manusia 

apa yang menjadi bagian mereka dan memberikan kepada 

Tuhan   apa yang menjadi bagian-Nya, yaitu hatimu.       

3.  Dia menegur mereka sebab  sombong dan angkuh, dan juga 

sebab  mereka lebih peduli dengan upacara keagamaan dan 

pujian dari manusia (ay. 43): “Kamu suka duduk di tempat ter-

depan di rumah ibadat” (atau dalam pertemuan para dewan 

penatua untuk membahas masalah pemerintahan). “Jika ka-

mu tidak memiliki kursi-kursi itu, kamu pun bertekad sebisa-

bisanya untuk mendapatkannya. Jika kamu sudah memper-

olehnya, kamu sombong dengan hal itu. Kamu suka menerima 

penghormatan di pasar, untuk dipuji dan disanjung-sanjung 

orang.” Yang ditegur Yesus di sini bukanlah duduk di tempat 

terdepan atau menerima penghormatan, melainkan menyukai 

hal-hal ini .  

 4. Dia menegur mereka sebab  munafik dan menutupi kekejian 

hati dengan segala macam kepura-puraan, dan hidup dalam 

Injil Lukas 11:37-54 

 421 

berbagai macam kepalsuan (ay. 44): “Kamu sama seperti kubur 

yang tertutup oleh rumput, yang sebab  itu tidak terlihat, dan 

orang-orang yang berjalan di atasnya tidak menyadari ada 

kubur di situ, sehingga dengan menyentuh kubur itu mereka 

menjadi najis menurut hukum Taurat.” Orang-orang Farisi ini 

penuh dengan kekejian di dalamnya, sama seperti kubur yang 

penuh dengan kebusukan. Mereka penuh dengan ketamakan, 

iri hati, dan kejahatan, namun mereka begitu pandai menyem-

bunyikannya, dengan memperlihatkan kepada orang bahwa 

mereka beribadah, sehingga kejahatan itu tidak tampak, dan 

orang banyak yang mengikuti ajaran mereka dengan membabi 

buta juga ikut tercemar dosa, tertular kebusukan dan kebejat-

an moral mereka, namun mereka tetap berupaya memperlihat-

kan kesalehan mereka di depan orang banyak, dan mereka sa-

ma sekali tidak merasa bahwa hal itu berbahaya. Penularan 

itu meresap diam-diam, dan diserap tanpa terasa, dan mereka 

yang tertular itu tidak pernah sadar bahwa keadaan mereka 

kini jauh lebih buruk.      

IV. Kesaksian yang diberikan-Nya ini juga melawan para ahli hukum 

atau ahli Taurat, yang pekerjaannya menguraikan hukum Taurat 

menurut tradisi nenek moyang, seperti halnya tugas orang-orang 

Farisi untuk menjalankan hukum Taurat menurut tradisi itu.  

1.  Ada seseorang yang mengaku sebagai ahli Taurat merasa ter-

singgung dengan apa yang dikatakan Yesus kepada orang 

Farisi itu (ay. 45): “Guru, dengan berkata demikian, Engkau 

menghina kami juga, sebab  kami ini ahli Taurat. Jadi masak-

an kami ini orang munafik?” Perhatikanlah, orang berdosa 

yang tidak rendah hati biasanya menyebut dan menganggap 

teguran sebagai hinaan. Bijaksanalah orang yang memang 

ingin agar dosanya dimatikan, dengan memanfaatkan hinaan 

yang timbul dari niat jahat dan menjadikannya sebagai suatu 

teguran. Jika dengan cara seperti ini kita dapat mengetahui 

apa kesalahan kita dan kita mau memperbaikinya, maka itu 

baik. namun , bodohlah orang yang ingin terus melekat dengan 

dosa-dosa mereka, dan yang tidak mau berpisah dengan dosa-

dosa mereka itu, sehingga mencampakkan segala teguran yang 

disampaikan dengan baik-baik dan ramah kepada mereka. Me-

reka ini mengabaikan teguran-teguran yang timbul dari kasih, 


 422

dan menjadi marah sebab nya, seolah-olah semua itu dimak-

sudkan sebagai celaan bagi mereka. Oleh sebab  itu, mereka 

dengan kurang ajar menentang orang-orang yang menegur me-

reka, dan membenarkan diri dalam menolak teguran itu. Oleh 

sebab  itulah sang nabi mengeluh (Yer. 6:10): “Firman TUHAN 

menjadi cemoohan bagi mereka, mereka tidak menyukainya.” Si 

ahli hukum ini mendukung perkara orang Farisi itu, dan de-

ngan berbuat demikian, ia membuat dirinya berbagi dosa de-

ngan orang Farisi itu. 

2. Melihat hal ini Yesus Tuhan kita sekaligus juga menegurnya 

(ay. 46): “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat,” dan lagi 

(ay. 52): “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat.” Ahli-ahli Tau-

rat memuji diri sendiri sebab  memiliki  nama baik di ka-

langan orang banyak, yang berpikir bahwa para ahli Taurat ini 

yaitu  orang-orang yang berbahagia sebab mereka mempela-

jari hukum Taurat dan tahu seluk-beluknya, dan memiliki  

kehormatan untuk mengajarkan pengetahuan tentang hukum 

Taurat itu kepada orang banyak. Akan namun  Kristus mencela-

nya, sebab Ia tidak melihat seperti manusia melihat. Kejadian 

ini menimpa ahli Taurat itu sebab  dia turut ambil bagian da-

lam masalah yang dihadapi orang-orang Farisi dan ikut ber-

tengkar dengan Kristus sebab  Dia menegur mereka. Perhati-

kanlah, orang yang menentang teguran-teguran yang dituju-

kan kepada orang lain, dan menyangka bahwa teguran itu un-

tuk mencemooh mereka juga, akan mendapat celaka bagi sen-

diri dengan berbuat demikian.    

(1)  Para ahli Taurat ditegur sebab mereka membuat kegiatan-

kegiatan ibadah lebih berbeban bagi orang lain, namun  lebih 

ringan untuk diri mereka sendiri, lebih daripada yang di-

maksudkan Tuhan   bagi semua kegiatan ibadah itu (ay. 46): 

“Kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada 

orang, dengan adat istiadat kamu, yang mengikat mereka 

dan melepaskan mereka dari segala kebebasan yang diper-

bolehkan Tuhan   bagi mereka; kamu mengikat mereka ke da-

lam rupa-rupa perbudakan yang tidak pernah diperintah-

kan Tuhan  , untuk memperlihatkan wewenangmu dan untuk 

membuat orang tetap menghormatimu, namun  kamu sendiri 

tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”  

Injil Lukas 11:37-54 

 423 

Maksudnya: 

[1] “Kamu sendiri tidak mau membebani dirimu dengan hal-

hal seperti itu, atau mengikat dirimu dengan larangan-

larangan yang kamu pakai untuk memberatkan mere-

ka.” Dengan pagar-pagar hukum yang dibuat-buat oleh 

mereka itu, mereka terlihat sangat ketat menjalankan 

hukum Taurat. namun , jika kamu mengamati perilaku 

mereka, kamu akan melihat bahwa bukan saja tidak 

menjalankan pagar-pagar yang mereka buat sendiri itu, 

mereka juga tidak melaksanakan hukum itu sendiri. 

Hal semacam ini juga diperbuat para petinggi gereja da-

lam beberapa gereja dewasa ini.  

[2] “Kamu tidak mau meringankan beban-beban mereka 

yang kamu perintah, kamu tidak mau menyentuh beban-

beban itu, kamu tidak ingin menghapuskannya, atau 

mengangkatnya saat  kamu melihat bahwa beban itu 

sungguh memberatkan mereka.” Dengan kedua tangan-

nya, para ahli Taurat ini bersedia menghapus suatu pe-

rintah, namun dengan satu jari pun mereka tidak ber-

sedia meringankan ketatnya adat istiadat nenek moyang 

mereka.     

(2) Mereka ditegur sebab  berpura-pura menghormati para 

nabi yang dibunuh oleh nenek moyang mereka, sementara 

mereka sendiri membenci dan menganiaya para nabi yang 

hidup pada masa mereka sendiri, yang diutus kepada me-

reka untuk melakukan tugas yang sama, yaitu untuk 

mengajak mereka bertobat dan mengarahkan mereka ke-

pada Kristus (ay. 47-49).  

[1] Orang-orang munafik ini, salah satu perbuatan saleh 

palsu mereka yaitu , membangun makam para nabi. 

Mereka membangun tugu-tugu di atas kuburan para 

nabi, untuk menghormati para nabi itu, mungkin de-

ngan tulisan besar-besar yang berisi puji-pujian selangit 

untuk para nabi. Mereka memang tidak sampai berbuat 

takhayul dengan mengeramatkan benda-benda pening-

galan para nabi itu, atau berpikir bahwa ibadah mereka 

akan lebih diterima oleh Tuhan   sebab  dipersembahkan 

di atas makam para martir. Mereka juga tidak memba-


 424

kar kemenyan atau berdoa kepada para nabi, atau me-

mohon kepada Tuhan   dengan mengatasnamakan per-

buatan-perbuatan baik para nabi itu. Tidak, mereka 

tidak menambahkan kesalahan seperti itu pada kemu-

nafikan mereka. Namun, dengan memperbaiki dan mem-

perindah tugu-tugu suci yang sangat keramat bagi ke-

nangan agama mereka, mereka seolah-olah mengakui 

bahwa mereka yaitu  anak keturunan para nabi, ahli 

waris dan pengurus dari segala warisan itu.  

[2] Bukan itu saja, mereka bahkan dengan keras memusuhi 

para nabi yang hidup pada masa mereka sendiri, yang 

datang kepada mereka di dalam roh dan kuasa para 

nabi itu. Dan walaupun mereka sampai saat itu belum 

memiliki  kesempatan untuk berbuat hal yang lebih 

jauh, namun sebentar lagi mereka akan melakukannya. 

sebab  Hikmat Tuhan   berkata, artinya Kristus sendiri 

mengaturnya demikian, dan sekarang Ia menubuatkan-

nya, bahwa mereka akan membunuh dan menganiaya 

para nabi dan rasul yang diutus kepada mereka. Oleh 

sebab  itu, Hikmat Tuhan   lalu   menguji mereka dan 

mengungkapkan kemunafikan mereka yang menjijikkan 

itu, dengan mengutus para nabi untuk menegur mereka 

akan dosa-dosa mereka dan untuk memperingatkan 

mereka akan penghakiman Tuhan  . Para nabi itu akan 

membuktikan bahwa mereka yaitu  rasul, atau utusan 

yang dikirim dari sorga, melalui berbagai tanda dan mu-

jizat, serta karunia Roh Kudus. Atau, “Aku akan meng-

utus kepada mereka nabi-nabi yang berlaku sebagai dan 

bergelar rasul, yang memiliki  wewenang yang sama 

seperti halnya para nabi terdahulu. Para nabi ini bukan 

saja akan mereka tentang dan lawan, melainkan juga 

akan mereka bunuh, aniaya, dan hukum mati.” Kristus 

memang sudah melihat peristiwa ini jauh sebelumnya, 

namun Dia tidak berbuat sesuatu yang bertentangan 

dengan Hikmat Tuhan   yang mengirimkan para rasul itu, 

sebab Dia tahu bagaimana mendatangkan kemuliaan 

bagi diri-Nya dalam perkara ini, yaitu bahwa di masa 

datang akan ada ganjaran baik bagi para penganiaya 

maupun bagi yang dianiaya.  

Injil Lukas 11:37-54 

 425 

[3] sebab  itulah, pandangan Tuhan   mengenai maksud me-

reka dalam mendirikan makam-makam itu sungguh be-

nar, yaitu bahwa mereka sebenarnya punya maksud 

lain dalam membangun makam-makam para nabi itu, 

yang berbeda daripada yang disangkakan orang. De-

ngan membangun makam-makam itu, tujuan mereka 

yang sebenarnya yaitu  mau membenarkan perbuatan-

perbuatan nenek moyang mereka (ay. 48). Dengan mem-

bangun makam, mereka bertekad untuk tetap mengu-

rung para nabi di dalam kubur, yang telah digiring ke 

sana oleh nenek moyang mereka. Ini berlawanan de-

ngan tindakan Yosia, yang benar-benar menghormati 

para nabi, sehingga ia tidak mau mengganggu makam 

seorang abdi Tuhan   di Betel: Janganlah ada orang yang 

menjamah tulang-tulangnya (2Raj. 23:17-18). Jika para 

ahli Taurat mau terus lanjut dengan perkara ini dan 

membangun makam para nabi, maka ini jelas tindakan 

berlebihan yang bisa dicurigai sebagai suatu rancangan 

jahat, dan hanya dimaksudkan untuk menutup-nutupi 

suatu rencana tertentu untuk melawan nubuat itu sen-

diri, seperti halnya ciuman seorang pengkhianat, sebab  

siapa pagi-pagi sekali memberi selamat [kepada sahabat-

nya] dengan suara nyaring, hal itu akan dianggap seba-

gai kutuk baginya (Ams. 27:14).    

[4] Bahwa mereka tidak dapat berharap lagi untuk bisa di-

damaikan, selain harus menggenapi ukuran pengania-

yaan yang akan ditimpakan kepada mereka (ay. 50-51). 

Mereka terus bergantian melakukan tindakan pengania-

yaan ini secara turun-temurun, dan sebab  itu mereka 

bertanggung jawab atas utang-utang bersama ini, bah-

kan utang-utang yang sudah lama dibuat dari mulai da-

rah Habel, pada waktu permulaan dunia, sampai ke 

Zakharia, dan terus sampai pada akhir pemerintahan 

Yahudi. Angkatan ini, yakni angkatan Yahudi yang ter-

akhir ini, akan dituntut, sebab dosa mereka dalam 

menganiaya para rasul Kristus melebihi dosa-dosa apa 

pun yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka, 

sehingga hal ini akan membawa murka bagi mereka 

sampai yang sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:15-16). Kehan-


 426

curan mereka oleh orang Romawi sangatlah mengeri-

kan, sehingga itu bisa dianggap sebagai penggenapan 

murka Tuhan   atas bangsa penganiaya itu.       

(3) Mereka ditegur sebab  melawan Injil Kristus dan sebab  

mereka berbuat semampu mereka untuk menghalang-

halangi kemajuan dan keberhasilannya (ay. 52).  

[1] Mereka tidak menjelaskan kepada orang dengan setia, 

seperti yang seharusnya mereka lakukan, kitab-kitab 

Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Mesias, yang 

andaikata diberi pengertian yang benar oleh mereka, 

maka pasti orang banyak itu akan segera percaya dan 

mengikuti ajaran-Nya. Sebaliknya, para ahli Taurat ini 

malah mencemarkan ayat-ayat itu dan mengaburkan 

mata banyak orang, melalui perkataan-perkataan mere-

ka yang jahat mengenai ayat-ayat itu; dan inilah yang 

disebut mengambil kunci pengetahuan. Bukannya meng-

gunakan kunci itu untuk keperluan banyak orang, dan 

menolong mereka untuk memakainya dengan benar, 

mereka malah menyembunyikannya; dalam Injil Matius 

hal ini disebut dengan menutup pintu-pintu Kerajaan 

Sorga di depan orang (Mat. 23:13). Perhatikanlah, mere-

ka yang mengambil kunci pengetahuan menutup Kera-

jaan Sorga.  

[2] Mereka sendiri tidak memeluk Injil Kristus, padahal de-

ngan pengetahuan  mereka akan Perjanjian Lama, me-

reka sudah harus tahu bahwa waktunya sudah genap 

dan Kerajaan Sorga sudah dekat. Mereka melihat bahwa 

nubuat-nubuat itu digenapi dalam Kerajaan yang akan 

didirikan oleh Yesus Tuhan kita, namun mereka sendiri 

tidak mau memasukinya. Bahkan,  

[3] Orang yang memasuki kerajaan-Nya tanpa bimbingan 

atau izin dari para ahli Taurat itu akan dihalang-halangi 

dan dipatahkan semangatnya dengan segala kegigihan 

oleh para ahli Taurat itu, melalui ancaman dikeluarkan 

dari rumah ibadat, dan dengan jalan menakut-nakuti 

mereka. Orang yang tidak menyukai penyataan itu tidak 

baik, namun, jauh lebih tidak baik lagi orang yang me-

musuhinya. 

Injil Lukas 11:37-54 

 427 

Yang terakhir, dalam bagian penutup pasal ini kita melihat bagai-

mana keji dan jahatnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam 

usaha mereka untuk menarik-Nya ke dalam jebakan (ay. 53-54). 

Mereka tidak tahan dengan teguran yang menyayat hati itu, yang se-

benarnya memang harus mereka akui adil. Namun perkataan-Nya 

yang menentang mereka secara khusus itu tidak akan memancing 

suatu tindakan terhadap Dia, dan mereka juga tidak dapat melontar-

kan tuduhan pelanggaran atas perkataan-Nya yang disampaikan de-

ngan cara demikian. Oleh sebab itu, tampaknya, sebab  teguran-Nya 

itu pedas, mereka berharap dapat memanas-manasi-Nya supaya Dia 

bisa terbawa amarah yang berkobar-kobar, yang akan membuat-Nya 

kehilangan kendali. Dengan penuh emosi mereka mulai mendesak-

Nya, mulai ganas, dan memanas-manasi-Nya untuk berbicara menge-

nai banyak hal, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak, 

sambil menunggu-nunggu kalau-kalau Dia mengucapkan sesuatu 

yang sesuai dengan jebakan mereka, yaitu yang membangkitkan ke-

marahan rakyat atau yang berbahaya bagi pemerintah Romawi, atau 

keduanya. Jadi mereka mencari kesempatan untuk menentang-Nya, 

seperti musuh-musuh Daud yang sepanjang hari mengacaukan per-

karanya (Mzm. 56:6). Mereka senantiasa bermaksud jahat. Perhati-

kanlah, orang yang setia menegur dosa harus sadar bahwa mereka 

memiliki  banyak musuh, dan mereka perlu menjaga mulut me-

reka, sebab musuh-musuh mereka mengawasi kalau-kalau mereka le-

pas kendali. Sang nabi mengeluhkan orang-orang pada masanya 

yang menyatakan seseorang berdosa di dalam suatu perkara, dan me-

masang jerat terhadap orang yang menegor mereka di pintu gerbang, 

dan yang mendesak orang benar dengan alasan yang tidak-tidak (Yes. 

29:21). Agar kita dapat menanggung berbagai pencobaan seperti ini 

dengan sabar, dan bisa melaluinya dengan penuh hikmat, marilah 

kita ingat selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang se-

hebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa. 

PASAL 12  

alam pasal ini diceritakan tentang berbagai pengajaran yang sa-

ngat bagus yang disampaikan oleh Juruselamat kita dalam ber-

bagai peristiwa. Banyak di antaranya menyatakan makna yang sama 

dengan yang sudah kita lihat dalam Injil Matius, yang disampaikan-

Nya pada berbagai kesempatan serupa. Sebab kita bisa menganggap 

bahwa Yesus Tuhan kita menyampaikan ajaran-ajaran yang sama 

dan menekankan kewajiban-kewajiban yang sama secara berulang-

ulang kepada beberapa kumpulan orang, dan bahwa salah satu pe-

nulis Injil mencatat pengajaran yang disampaikan-Nya pada suatu 

waktu tertentu, dan penulis Injil yang lain lagi mencatat pengajaran 

yang disampaikan-Nya pada waktu yang lain yang berbeda. Oleh se-

bab itu, kita perlu mendengarkan ajaran demi ajaran dan perkataan 

demi perkataan.  

Dalam ayat-ayat ini:  

I. Kristus memperingatkan murid-murid-Nya agar waspada ter-

hadap kemunafikan dan tindakan pengecut dalam mengakui 

ajaran Kristen dan memberitakan Injil (ay. 1-12).  

II. Ia memperingatkan mereka agar berhati-hati dengan masalah 

ketamakan. Ini diucapkan-Nya saat  ada permohonan ta-

mak yang disampaikan kepada-Nya. Ia menggambarkan peri-

hal kewaspadaan itu dengan perumpamaan orang kaya yang 

tiba-tiba dicabut nyawanya pada saat ia sedang asyik meren-

canakan dan mengharapkan berbagai hal dari dunia ini (ay. 

13-21).  

III. Ia mendorong murid-murid-Nya untuk menyerahkan segala 

kekhawatiran mereka kepada Tuhan   dan untuk hidup tenang 

dengan bergantung kepada pemeliharaan-Nya, dan Dia me-


 430

nasihati mereka untuk mengutamakan masalah agama (ay. 

22-34).  

IV. Ia mengajak mereka agar berjaga-jaga dalam menantikan ke-

datangan Tuhan mereka, dengan melihat bahwa orang yang 

didapati setia akan memperoleh imbalan dan orang yang 

didapati tidak setia akan memperoleh hukuman (ay. 35-48).  

V. Ia memberi tahu mereka bahwa mereka harus siap menanti-

kan  masalah dan penganiayaan yang pasti akan datang (ay. 

49-53).  

VI. Ia memperingatkan orang banyak agar mawas diri selama 

ada kesempatan dan berusaha berdamai dengan Tuhan   selagi 

ada waktu (ay. 54-59).   

Perintah Kristus kepada Murid-murid-Nya  

(12:1-12) 

1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mere-

ka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada mu-

rid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspyaitu  terhadap ragi, yaitu kemunafikan 

orang Farisi. 2 Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka 

dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 3 

sebab  itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam te-

rang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberita-

kan dari atas atap rumah. 4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, 

janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan 

lalu   tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 5 Aku akan menunjukkan ke-

pada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah 

membunuh, memiliki  kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. 

Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! 6 Bukankah burung 

pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari 

padanya yang dilupakan Tuhan  , 7 bahkan rambut kepalamu pun terhitung 

semuanya. sebab  itu jangan takut, sebab  kamu lebih berharga dari pada 

banyak burung pipit. 8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui 

Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan ma-

laikat-malaikat Tuhan  . 9 namun  barangsiapa menyangkal Aku di depan 

manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Tuhan  . 10 Setiap orang 

yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; namun  

barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. 11 Apabila orang 

menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-peme-

rintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa 

yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. 12 Sebab pada saat itu 

juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”

Injil Lukas 12:1-12 

 431 

Dalam perikop ini kita mendapati:  

I. Orang banyak yang berkerumun mendengarkan Kristus mengajar. 

Para ahli Taurat dan orang Farisi selalu berusaha untuk menuduh-

Nya dan berbuat jahat kepada-Nya, namun  orang banyak, yang ti-

dak terpengaruh oleh prasangka dan kedengkian mereka, tetap 

mengagumi, mengikuti, dan menghormati-Nya. Sementara itu (ay. 

1), saat  Dia berada di rumah orang Farisi dan sedang berdebat 

dengan mereka yang berusaha menjebak-Nya, orang banyak da-

tang berkumpul untuk mendengarkan khotbah-Nya pada petang 

hari, khotbah setelah makan malam, setelah makan malam de-

ngan seorang Farisi, dan Dia tidak akan mengecewakan mereka. 

Meskipun sebelumnya dalam khotbah pagi, saat  orang banyak 

mengerumuni-Nya (11:29), Dia menegur mereka dengan keras 

sebagai angkatan jahat yang mencari tanda, namun mereka kem-

bali lagi untuk mendengarkan-Nya. Mereka jauh lebih bisa mene-

rima teguran yang ditujukan kepada mereka daripada orang-orang 

Farisi. Semakin keras usaha orang-orang Farisi untuk menjauh-

kan orang banyak dari Kristus, semakin banyak orang yang da-

tang berkumpul kepada-Nya. Dalam perikop ini dikatakan bahwa 

beribu-ribu orang banyak berkerumun, sehingga mereka berdesak-

desakan, sebab  berusaha mendapatkan tempat terdepan supaya 

bisa mendengarkan Kristus dengan lebih jelas. Betapa indahnya 

melihat orang berdesak-desakan maju ke depan untuk mende-

ngarkan firman, tanpa peduli dengan keadaan yang tidak nyaman 

dan berbahaya, sebab  takut kehilangan kesempatan yang begitu 

berharga bagi jiwa mereka. Siapakah mereka ini yang melayang 

seperti burung merpati ke pintu kandangnya? (Yes. 60:8). Apabila 

jala ditebarkan di tempat yang banyak ikan, maka sebagian dari 

ikan-ikan itu diharapkan akan masuk ke dalamnya.  

II. Perintah-perintah yang diberikan-Nya kepada para pengikut-Nya, 

yang juga terdengar oleh orang banyak itu.  

1. Dia mulai dengan meminta mereka waspada terhadap kemuna-

fikan. Hal ini dikatakan-Nya pertama-tama kepada murid-mu-

rid-Nya, entah kepada kedua belas atau ketujuh puluh murid-

Nya. Mereka ini yang diperhatikan-Nya secara khusus, yang 

merupakan keluarga-Nya, kelompok-Nya, dan sebab  itu Dia 

secara khusus memperingatkan mereka sebagai anak-anak 


 432

yang dikasihi-Nya. Merekalah yang lebih banyak melakukan 

pengakuan iman, dan sebab  itu pula mereka lebih banyak di-

perhadapkan dengan bahaya dosa kemunafikan. Merekalah 

yang harus mengajar orang lain, jadi seandainya mereka ber-

dusta, memutarbalikkan kata, dan menipu, maka kemunafik-

an dalam diri mereka jauh lebih buruk daripada dalam diri 

orang lain. Selain itu, ada Yudas di antara mereka, seorang 

yang munafik, dan Kristus mengetahuinya, sehingga Ia mau 

mengejutkannya di sini, atau membiarkannya tak terampun-

kan kalau dia tidak mau mendengar. Sepanjang pengetahuan 

kita, murid-murid Kristus yaitu  orang-orang terbaik di dunia 

pada waktu itu, namun mereka pun tetap perlu diperingatkan 

agar waspada terhadap kemunafikan. Kristus lebih memilih 

mengatakan ini kepada para murid-Nya secara terbuka dan 

terdengar oleh orang banyak itu daripada secara pribadi pada 

saat mereka sendirian. Ini untuk menunjukkan betapa pen-

tingnya peringatan itu, dan untuk membiarkan dunia tahu 

bahwa Dia tidak akan segan-segan menangani masalah kemu-

nafikan, bahkan dalam diri murid-murid-Nya sendiri.  

Sekarang amatilah:    

(1) Gambaran tentang dosa yang diperingatkan-Nya untuk 

tidak dilakukan murid-murid-Nya, yang berupa ragi orang 

Farisi.  

[1] Gambarannya yaitu  ragi. Dosa itu menyebar seperti 

ragi, meresap tak terasa ke dalam seluruh tubuh dan 

jiwa manusia dan ke dalam segala sesuatu yang diper-

buatnya. Dosa mengembang dan mengasamkan seperti 

ragi, sebab  ia membuat manusia mengembang atau 

membesar dengan kesombongan, membuat perasaan 

mereka pahit dengan kebencian, dan membuat ibadah 

mereka tidak berkenan di mata Tuhan  . 

[2] Ragi ini yaitu  ragi orang Farisi: “Dosa seperti ini paling 

sering didapatkan dalam diri mereka. Janganlah sampai 

kamu meniru mereka, janganlah berjiwa seperti mereka. 

Janganlah kita bermuka dua dalam agama Kristen, se-

perti yang mereka lakukan dalam agama Yahudi; ja-

nganlah gunakan agamamu sebagai jubah untuk menye-

Injil Lukas 12:1-12 

 433 

lubungi kejahatan-kejahatan, seperti yang mereka laku-

kan.”  

(2) Alasan baik yang diberikan untuk tidak melakukan dosa 

itu: “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan 

dibuka (ay. 2-3). Tidak ada gunanya menutup-nutupi se-

suatu, sebab  cepat atau lambat kebenaran pasti akan 

terungkap; lidah dusta hanya untuk sekejap mata. Apa 

yang kamu katakan dalam gelap, yang tidak pantas dan 

tidak sesuai dengan apa yang kamu akui di depan umum, 

semuanya akan diperdengarkan di dalam terang. Bagai-

manapun caranya, hal itu pasti akan terungkap, burung di 

udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu (Pkh. 

10:20) dan kebodohan serta kepalsuanmu akan diperlihat-

kan.” Kejahatan yang disembunyikan di balik jubah kasa-

lehan akan terungkap, mungkin di dunia ini, seperti keja-

hatan Yudas dan Simon si penyihir, dan lebih-lebih lagi 

pada hari penghakiman, saat  rahasia semua hati akan di-

perlihatkan (Pkh. 12:14; Rm. 2:16). Jika agama manusia 

tidak berhasil menaklukkan dan menyembuhkan kejahatan 

hati manusia, maka agama pun tidak akan selalu dapat di-

gunakan sebagai jubah. Akan datang harinya saat  orang-

orang munafik akan ditelanjangi dari daun-daun pohon ara 

yang menutupi mereka.    

2. Selain itu, Ia menambahkan pula suatu perintah kepada mere-

ka, yaitu agar mereka setia dengan kepercayaan yang diberi-

kan kepada mereka, dan tidak mengkhianatinya dengan sikap 

pengecut atau sebab  rasa takut yang berlebihan. Sebagian 

orang mengartikan ayat 2 dan 3 sebagai peringatan terhadap 

mereka supaya tidak menyembunyikan hal-hal yang sudah di-

ajarkan dan diperintahkan kepada mereka untuk diberitakan 

kepada dunia. “Entah orang akan mendengar atau berdiam 

diri, katakan saja kebenaran itu kepada mereka, seutuhnya, 

dan hanya kebenaran semata. Apa yang sudah dikatakan ke-

padamu dan yang sudah kamu bicarakan di antara sesama 

rekanmu secara pribadi dan di tempat-tempat tersembunyi, 

sampaikanlah itu kepada orang banyak, meskipun mungkin 

ada yang tersinggung sebab nya. Sebab jika kamu hanya ingin 

mencoba berkenan kepada manusia, kamu bukanlah hamba 


 434

Kristus dan kamu tidak akan dapat menyenangkan-Nya” (Gal. 

1:10). namun  ini belumlah yang terburuk: Pemberitaan ini 

mungkin akan membuat mereka menderita, walaupun tidak 

sampai membuat mereka tenggelam. Jadi, biarlah mereka 

mempersenjatai diri dengan keberanian, dan sebab  itu, ada 

berbagai alasan yang diberikan di sini untuk meneguhkan me-

reka dengan tekad yang suci dalam menjalankan tugas mere-

ka.  

Pikirkan baik-baik:  

(1)  “Kekuatan yang dimiliki musuh-musuhmu itu terbatas (ay. 

4): Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku” (Mu-

rid-murid Kristus yaitu  para sahabat-Nya. Dia memanggil 

mereka sahabat dan memberi mereka nasihat yang bersa-

habat ini), “Janganlah kamu takut, jangan biarkan dirimu 

tersiksa sebab  gelisah dan takut terhadap kekuatan dan 

amarah manusia.” Perhatikanlah, orang-orang yang oleh 

Kristus dianggap sebagai sahabat-sahabat-Nya tidak perlu 

takut dengan musuh mana pun. “Janganlah takut, sekali-

pun kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, jangan 

biarkan para pengejek atau bahkan para pembunuh meng-

halang-halangi pekerjaanmu, sebab  kamu yang sudah 

belajar bagaimana menang atas kematian dapat berkata, 

bahkan tentang mereka ini, bahwa mereka boleh melaku-

kan seburuk-buruknya yang dapat mereka perbuat, namun 

setelah itu, tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan; jiwa 

yang kekal tetap hidup dan berbahagia, menikmati dirinya 

dan Tuhan  nya dan mengalahkan semua musuhnya dengan 

keberanian.” Perhatikanlah, mereka ini sebenarnya tidak 

bisa membahayakan murid-murid Kristus, dan sebab  itu 

tidak perlu ditakuti. Mereka hanya dapat membunuh tubuh, 

dan yang mereka lakukan ini sebenarnya hanyalah 

membuat tubuh beristirahat dan membuat jiwa berbahagia 

lebih cepat.    

(2)  Tuhan   harus lebih ditakuti daripada orang-orang yang paling 

berkuasa: “Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah 

yang harus kamu takuti (ay. 5): supaya tidak takut kepada 

manusia, lebih takutlah kepada Tuhan  . Musa mengalahkan 

rasa takutnya terhadap amarah Firaun dengan meng-

Injil Lukas 12:1-12 

 435 

arahkan pandangannya kepada Dia yang tidak kelihatan. 

Dengan mengakui Kristus, kamu mungkin akan membang-

kitkan amarah manusia, yang tidak dapat berbuat lebih 

jauh selain membuat kamu mati (dan tanpa seizin Tuhan   

mereka bahkan tidak dapat melakukannya). Akan namun , 

dengan menyangkal Kristus dan tidak mengakuinya, kamu 

akan membangkitkan murka Tuhan  , yang berkuasa melem-

parkan kamu ke neraka, dan kamu tidak berkuasa untuk 

menolaknya. Nah, dari dua hal yang jahat, pilihlah yang 

kurang jahat dan takutilah yang lebih jahat, dan sebab  

itu, Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!” “Benarlah,” ujar 

Uskup Hooper, sang martir yang terkasih itu, “hidup itu 

manis dan mati itu pahit. Namun kehidupan kekal jauh 

lebih manis dan kematian kekal jauh lebih pahit.”   

(3) Kehidupan orang-orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan 

yang baik berada dalam Pemeliharaan khusus Tuhan   (ay. 6-

7). Agar kita tetap teguh pada waktu mengalami kesulitan 

dan bahaya, kita harus kembali kepada prinsip-prinsip hi-

dup kita yang utama, dan membangun hidup kita di atas-

nya. Jika kita teguh percaya akan pemeliharaan Tuhan   yang 

tercurah di mana-mana di seluruh dunia, maka ini akan 

membuat kita tenang kapan saja kita menghadapi bahaya, 

dan ini akan mendorong kita untuk percaya kepada Tuhan   

dalam menjalankan tugas-tugas kita.  

[1] Sang Pemelihara agung juga memperhatikan makhluk-

makhuk yang paling kecil, bahkan burung pipit sekali-

pun. “Meskipun burung ini tidak begitu berharga sam-

pai dijual dua duit untuk lima ekor, tidak seekor pun 

yang dilupakan Tuhan  , malah justru dipelihara, dan 

kematiannya diketahui. Nah, kamu lebih berharga dari 

pada banyak burung pipit, dan sebab  itu kamu boleh 

yakin bahwa kamu tidak dilupakan, sekalipun kamu 

dipenjara, diusir, atau dilupakan oleh teman-temanmu. 

Jauh lebih berharga di mata Tuhan kematian semua 

orang yang dikasihi-Nya daripada kematian burung-

burung pipit.”  

[2] Sang Pemelihara yang agung peduli dengan kepentingan 

yang paling kecil sekalipun dari murid-murid Kristus: 

“Bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya (ay. 


 436

7), apalagi keluhan, air mata, dan curahan darahmu 

yang kamu tumpahkan demi nama Kristus, pastilah se-

muanya itu dihitung. Semua kerugianmu dihitung, su-

paya bisa, dan pasti akan diganti, dengan cara yang 

tidak terpikirkan olehmu, bagi keuntungan dirimu.” 

(4) “Kamu akan diakui atau disangkal oleh Kristus pada hari 

penghakiman sesuai dengan pengakuan atau penyangkal-

anmu terhadap-Nya sekarang” (ay. 8-9).  

[1] Supaya kita mau mengakui Kristus di depan manusia, 

betapapun besarnya kerugian atau penderitaan yang 

harus kita alami sebab  kita tetap setia kepada-Nya, 

dan betapapun mahalnya harga yang harus dibayar, 

kita diyakinkan di sini bahwa orang-orang yang meng-

akui Kristus sekarang akan diakui oleh-Nya pada hari 

penghakiman yang agung itu di depan malaikat-malai-

kat Tuhan  , dan mereka akan memperoleh penghiburan 

dan kehormatan yang kekal. Yesus Kristus akan meng-

akui bukan hanya bahwa Dia telah menderita bagi me-

reka dan bahwa mereka akan memperoleh keuntungan 

dari penderitaan-Nya, melainkan juga bahwa mereka 

menderita untuk Dia dan bahwa kerajaan serta kepen-

tingan-Nya di bumi semakin cepat terwujud sebab  pen-

deritaan mereka. Jadi, kehormatan apalagi yang lebih 

besar daripada itu?  

[2] Supaya kita tidak menyangkal Kristus dan meninggal-

kan jalan serta kebenaran-Nya secara pengecut, kita 

diyakinkan di sini bahwa orang-orang yang menyangkal 

Kristus dan berkhianat dengan meninggalkan-Nya, me-

reka pada akhirnya akan menjadi pecundang, sebab 

mereka akan disangkal di depan malaikat-malaikat 

Tuhan  . Hal ini akan mereka alami tidak peduli apa pun 

yang dapat mereka selamatkan dengan berbuat demi-

kian, sekalipun itu hidup mereka sendiri. Tak peduli 

apa pun yang dapat mereka peroleh dengan berbuat se-

perti itu, sekalipun itu sebuah kerajaan. Kristus tidak 

akan mengenal mereka, Ia tidak akan mengakui mere-

ka, dan tidak akan menunjukkan kebaikan-Nya kepada 

mereka, dan ini akan membuat mereka dicampakkan ke 

Injil Lukas 12:1-12 

 437 

dalam kengerian dan hukuman kekal. Dengan ditekan-

kannya masalah diakui atau disangkalnya mereka di 

depan malaikat-malaikat Tuhan  , tampaklah bahwa keba-

hagiaan besar para orang kudus yang dimuliakan ada-

lah bahwa mereka bukan hanya akan berdiri tegak, me-

lainkan juga akan berdiri tinggi dalam pandangan para 

malaikat kudus. Para malaikat itu akan mengasihi, 

menghormati, dan mengakui mereka jika mereka yaitu  

hamba-hamba Kristus. Mereka semua sama-sama ham-

ba, dan para malaikat akan menganggap mereka seba-

gai teman. Sebaliknya, kepedihan besar yang mencekam 

para pendosa yang dikutuk yaitu  bahwa para malaikat 

kudus akan meninggalkan mereka dan akan senang 

menyaksikan bukan hanya penghinaan mereka pada 

saat itu melainkan juga kepedihan mereka sebab  akan 

disiksa di depan mata malaikat-malaikat kudus (Why. 

14:10), yang tidak akan memberi mereka kelegaan.  

(5) Tugas yang akan segera diberikan kepada murid-murid 

Kristus ini yaitu  tugas yang paling penting dan paling 

menentukan bagi umat manusia; kepada mereka inilah 

para murid Kristus diutus (ay. 10). Biarlah mereka berani 

mengabarkan Injil, sebab  kebinasaan yang lebih menya-

kitkan dan lebih memberatkan akan menimpa orang-orang 

yang menolak mereka (setelah Roh Kudus dicurahkan 

kepada mereka, yang merupakan cara terakhir untuk me-

yakinkan umat manusia) daripada orang-orang yang seka-

rang menolak dan menentang Kristus sendiri: “Pekerjaan-

pekerjaan yang lebih besar lagi akan kamu lakukan, dan 

oleh sebab itu orang-orang yang menghujat karunia dan 

pekerjaan Roh Kudus di dalam kamu akan menerima hu-

kuman yang lebih besar. Setiap orang yang mengatakan se-

suatu melawan Anak Manusia, yang tersandung sebab  

hinanya penampilan-Nya, dan yang berbicara tentang Dia 

dengan nada menghina dan penuh kebencian, masih bisa 

diampuni: Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak 

tahu apa yang mereka perbuat. Akan namun , siapa yang 

menghujat Roh Kudus, yang menghujat ajaran Kekristenan 

dan dengan keji menentangnya, setelah pencurahan Roh 

Kudus dan penegasan Roh mengenai dimuliakannya 


 438

Kristus (Kis. 2:33; ay. 32), kepada mereka ini tidak akan 

diberikan anugerah pengampunan dosa. Mereka tidak akan 

mendapat manfaat dari Kristus dan Injil-Nya. Kamu boleh 

mengibaskan debu dari kakimu di hadapan mereka yang 

berbuat demikian dan boleh menganggap mereka sudah 

tidak bisa ditolong lagi. Mereka sudah melewatkan kesem-

patan untuk memperoleh pertobatan dan penghapusan 

dosa yang diberikan Kristus, kesempatan yang diperintah-

kan-Nya kepadamu untuk dikabarkan kepada semua umat 

manusia.” Dosa seperti ini memang sangatlah keterlaluan, 

dan sebab  itu masalahnya sangatlah mendesak, sebab ini 

terjadi saat  Roh terus bekerja dan memberikan karunia-

karunia-Nya yang luar biasa di dalam gereja, yang kese-

muanya itu dimaksudkan sebagai tanda untuk orang yang 

tidak beriman (1Kor. 14:22). Orang yang pertama-tama 

tidak dapat diyakinkan oleh murid-murid Kristus, namun 

mengagumi mereka, masih memiliki  harapan, namun  

orang yang menghujat mereka tidak akan diberikan peng-

harapan apa pun lagi.  

(6) Apa pun pencobaan yang harus mereka alami, mereka ha-

rus diperlengkapi dengan memadai agar dapat menjalani-

nya, dan melalui semuanya dengan cara yang terhormat 

(ay. 11-12). Martir yang setia kepada Kristus bukan hanya 

harus mengalami penderitaan, melainkan juga harus mem-

bawa kesaksian, suatu pengakuan iman yang baik untuk 

disaksikan, dan harus berusaha menyampaikannya dengan 

baik, supaya kepentingan Kristus tidak dirugikan, sekali-

pun ia harus menderita sebab nya. Dan jika ini menjadi 

kepeduliannya, biarlah dia menyerahkan segala sesuatunya 

kepada Tuhan  : “saat  mereka membawamu kepada majelis-

majelis, ke hadapan penguasa-penguasa jemaat, ke hadap-

an pengadilan Yahudi, atau kepada pemerintah-pemerintah 

dan penguasa-penguasa, penguasa orang-orang kafir, pe-

nguasa negara, untuk memeriksa ajaranmu, apa yang 

kamu ajarkan dan apa bukti yang mendukungnya, jangan-

lah kamu khawatir bagaimana dan apa yang harus kamu 

katakan,”  

[1] “Untuk membela dirimu. Jangan mempelajari keteram-

pilan berbicara supaya kamu bisa membujuk para ha-

Injil Lukas 12:13-21 

 439 

kim, atau menggunakan tipu muslihat hukum supaya 

kamu bisa bebas. Jika Tuhan   berkehendak supaya kamu 

bebas, namun waktumu belum tiba, maka percayalah 

Dia akan membebaskanmu pada waktu yang sudah di-

tentukan-Nya.”  

[2] “Untuk bisa melayani Tuhanmu. Tetapkan tujuanmu 

untuk melayani Tuhanmu, namun  jangan memusingkan 

dirimu dengan tujuanmu  itu, sebab Roh Kudus, sebagai 

Roh Hikmat, akan mengajar kamu apa yang harus kamu 

katakan, dan bagaimana mengatakannya, supaya per-

kataanmu itu membawa kemuliaan bagi Tuhan   dan ke-

pentingan-Nya.”     

Pikiran Duniawi Dibeberkan  

(12:13-21) 

13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah 

kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” 14 namun  Yesus 

berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi 

hakim atau pengantara atas kamu?” 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: “Ber-

jaga-jagalah dan waspyaitu  terhadap segala ketamakan, sebab walaupun 

seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada 

kekayaannya itu.” 16 lalu   Ia mengatakan kepada mereka suatu perum-

pamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 

17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku 

tidak memiliki  tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18 

Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-

lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan me-

nyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah itu 

aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, ter-

timbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minum-

lah dan bersenang-senanglah! 20 namun  firman Tuhan   kepadanya: Hai engkau 

orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan 

apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah 

jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau 

ia tidak kaya di hadapan Tuhan  .” 

Dalam ayat-ayat ini kita melihat: 

I.  Permohonan yang diajukan kepada Kristus, pada waktu yang 

sangat tidak tepat, oleh salah seorang pendengar-Nya, yang ingin 

agar Kristus menjadi pengantara antara dia dan saudaranya da-

lam masalah harta keluarga (ay. 13): “Guru, katakanlah kepada 

saudaraku; bicaralah seperti seorang nabi, bertitahlah seperti 

seorang raja, katakanlah dengan kuasa; maka saudaraku akan 


 440

mendengarkan apa yang Engkau katakan; bicaralah kepadanya, 

supaya ia berbagi warisan dengan aku.”  

Di sini tampak bahwa:  

1.  Menurut sebagian orang, saudara orang itu berbuat salah ke-

padanya, dan sebab  itu dia memohon kepada Kristus agar 

memberi keadilan kepadanya. Dia tahu hukum itu berharga. 

Saudara yang berlaku seperti ini biasa disebut orang Yahudi 

sebagai Ben-hamesen – anak berandalan, yang bukan hanya 

mengambil warisan yang menjadi bagiannya sendiri melainkan 

juga yang menjadi bagian saudaranya. Ia menahan bagian 

saudaranya itu dengan paksa. Ada saudara-saudara kita di 

dunia ini yang berlaku seperti itu, yang sama sekali tidak 

memiliki  rasa keadilan ataupun rasa kasih sayang terha-

dap sesama saudara mereka, dan yang memangsa orang yang 

seharusnya mereka tolong dan lindungi. Orang yang menjadi 

korban seperti ini datang kepada Tuhan   untuk mengadu, dan 

Tuhan   akan melaksanakan penghakiman dan keadilan bagi me-

reka yang tertindas.  

2.  Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa ia berniat untuk 

berbuat jahat kepada saudaranya dan ingin agar Kristus mem-

bantunya. Menurut hukum Taurat saudaranya harus menda-

pat warisan dua kali lebih banyak, dan sebab  ayahnya sendiri 

tidak dapat berbuat apa-apa selain harus mengikuti aturan 

hukum itu (Ul. 21:16-17), maka ia pun ingin agar Kristus 

mengubah hukum itu dan menyuruh saudaranya, yang mung-

kin termasuk pengikut setia Kristus, untuk membagi warisan 

itu sama rata dengan dia. Saya sendiri cenderung berpendapat 

bahwa memang demikianlah keadaannya, sebab  dari peris-

tiwa ini Kristus mengajarkan agar kita waspada terhadap keta-

makan, pleonexia – keinginan untuk memiliki dengan berlebih-

an, lebih daripada apa yang sudah Tuhan   sediakan bagi kita 

dalam pemeliharaan-Nya. Keinginannya untuk mendapatkan 

warisannya itu salah secara hukum, sedangkan keinginannya 

untuk mendapatkan warisan melebihi bagiannya sendiri meru-

pakan dosa.    

II.  Penolakan Kristus untuk ikut campur dalam masalah ini (ay. 14). 

“Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim 

Injil Lukas 12:13-21 

 441 

atau pengantara atas kamu?” Dalam masalah-masalah seperti ini, 

Kristus tidak akan menggunakan kuasa untuk mengubah hukum 

yang sudah tetap mengenai warisan itu atau kuasa untuk memu-

tuskan mana yang benar dalam permasalahan warisan ini. Ia bisa 

saja menjalankan tugas hakim dan ahli hukum, sebaik Ia menja-

lankan tugas tabib, dan dapat menyelesaikan tuntutan-tuntutan 

pengadilan sebaik menyembuhkan macam-macam penyakit. Akan 

namun , Dia tidak ingin melakukannya, sebab itu bukanlah tugas 

perutusan-Nya. Siapakah yang telah mengangkat Aku sebagai 

hakim? Mungkin Dia merujuk pada kemarahan yang dilontarkan 

saudara-saudara Musa kepadanya di Mesir, yang juga dipakai 

Stefanus untuk mencela orang Yahudi (Kis. 7:27, 35). “Jika Aku 

bersedia melakukannya, maka kamu akan mencemooh Aku 

seperti kamu mencemooh Musa, Siapakah yang mengangkat eng-

kau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?” Kristus meluruskan 

kesalahan orang itu, dan tidak menghiraukan permohonannya 

(perbuatannya itu coram non judice – tidak di hadapan hakim yang 

tepat), dan sebab  itu Dia menolak permohannya itu. Seandainya 

orang itu datang kepada Kristus untuk memohon agar Dia mem-

bantunya memperoleh warisan sorgawi, maka pasti Dia akan 

memberikan bantuan terbaik-Nya. Namun, masalahnya yang satu 

ini tidak ada sangkut pautnya dengan Dia: Siapakah yang meng-

angkat aku menjadi hakim? Perhatikanlah, Yesus Kristus bukan-

lah seorang yang suka mengambil alih tugas jabatan orang. Dia 

tidak mengambil kehormatan atau kekuasaan untuk diri-Nya sen-

diri, selain apa yang sudah diberikan kepada-Nya (Ibr. 5:5). Apa 

pun yang diperbuat-Nya, Dia dapat memberi tahu dengan kuasa 

apa Dia berbuat seperti itu, dan siapa yang memberi-Nya kuasa 

itu. Nah, hal ini menunjukkan kepada kita apa itu yang menjadi 

hakikat dan prinsip dasar dalam Kerajaan Kristus. Kerajaan-Nya 

yaitu  kerajaan rohani dan bukan dari dunia ini.  

1. Kerajaan ini tidak mencampuri urusan kekuasaan sipil, dan 

juga tidak mengambil kekuasan dari tangan raja-raja. Agama 

Kristen menyerahkan apa yang menjadi hak kekuasaan sipil 

ke dalam tangan penguasa sipil itu sendiri.  

2. Kerajaan ini tidak menengahi masalah hak-hak sipil. Kerajaan 

ini mewajibkan semua orang untuk berbuat adil menurut hu-

kum keadilan yang sudah ditetapkan, namun kekuasaan 

tidaklah dibangun di atas anugerah.  


 442

3. Kerajaan ini tidak mendorong kita untuk mengharapkan keun-

tungan-keuntungan duniawi dari agama kita. Jika orang itu 

ingin menjadi murid Kristus, dan berharap bahwa dengan 

menjadi murid, Kristus harus memberinya warisan yang men-

jadi bagian saudaranya, maka kelirulah dia. Imbalan bagi mu-

rid-murid Kristus lain sifatnya.  

4. Kerajaan ini tidak mendorong kita untuk bersaing dengan 

saudara-saudara kita. Ia mengajak kita untuk tidak bersikeras 

dalam menuntut-nuntut, melainkan sebaliknya, supaya kita 

melepaskan hak-hak kita demi kedamaian.  

5. Kerajaan ini tidak mengizinkan para hambanya untuk melibat-

kan diri dalam masalah-masalah kehidupan ini (2Tim. 2:4) dan 

melalaikan Firman Tuhan   untuk melayani meja. Ada orang yang 

sudah ditugaskan untuk mengurusi hal-hal seperti itu, dan 

biarlah mereka melakukannya, Tractent fabrilia fabri – Setiap 

pekerja sesuai dengan keterampilannya masing-masing.       

III. Kewaspadaan yang diingatkan Kristus kepada para pendengar-

Nya berdasarkan peristiwa ini. Meskipun tidak datang untuk 

menjadi pembagi harta warisan orang, Dia datang untuk meng-

arahkan hati nurani orang dalam masalah warisan itu. Ia menyu-

ruh mereka semua untuk waspada agar tidak mengikuti sikap 

keliru ini , yang mereka lihat dalam diri orang lain sudah 

menjadi akar dari begitu banyak kejahatan.  

Berikut ini lihat:     

1.  Apa yang harus diwaspadai itu (ay. 15): Berjaga-jagalah dan 

waspyaitu  terhadap segala ketamakan; horate – “Awasilah 

dirimu, jagailah hatimu baik-baik, jangan sampai sikap tamak 

merasuki hatimu itu, dan phylassesthe – peliharalah dirimu, 

balutlah hatimu rapat-rapat, agar jangan sampai ketamakan 

menguasai dan memerintah di sana.” Ketamakan yaitu  dosa 

yang harus terus kita waspadai, dan oleh sebab itu kita harus 

sering diperingatkan.  

2. Alasan mengapa kita harus bersikap waspada terhadap keta-

makan: sebab  hidup manusia tidak tergantung pada kekaya-

an yang dimilikinya. Artinya, “kebahagiaan dan kesenangan 

kita tidak bergantung pada kepemilikan atas kekayaan yang 

melimpah di dunia ini.”  

Injil Lukas 12:13-21 

 443 

(1) Tidak diragukan lagi, kehidupan jiwa tidak tergantung pa-

da kekayaan itu, dan jiwa yaitu  manusia itu sendiri. Har-

ta benda duniawi tidak akan cocok dengan sifat jiwa, tidak 

bisa memenuhi kebutuhannya, tidak memuaskan keingin-

annya, dan juga tidak berlangsung lama seperti jiwa.  

(2) Bahkan kehidupan tubuh dan kebahagiaannya pun tidak 

terletak pada kelimpahan harta benda duniawi ini , 

sebab  banyak orang yang hanya memiliki  sedikit keka-

yaan duniawi namun hidup dengan sangat tenang dan 

puas, dan dapat melalui dunia ini dengan nyaman. (Lebih 

baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun 

dengan kebencian.) Sebaliknya, banyak orang yang mempu-

nyai banyak harta di dunia ini namun hidup mereka me-

nyedihkan. Mereka memiliki harta berlimpah-limpah na-

mun tidak dapat menikmatinya; mata mereka tidak puas 

dengan kekayaan (Pkh. 4:8). Banyak orang yang memiliki 

harta berlimpah namun selalu merasa tidak puas dan 

gusar, seperti Ahab dan Haman. Jadi apa gunanya kelim-

pahan harta itu bagi mereka?    

3. Penggambaran masalah ini dengan sebuah perumpamaan, 

yang intinya yaitu  untuk menunjukkan kebodohan orang-

orang duniawi pada waktu mereka hidup, dan kesengsaraan 

mereka pada waktu mereka mati. Ini dimaksudkan bukan ha-

nya untuk memperingatkan orang yang datang kepada Kristus 

dengan membawa masalah warisannya itu, yang tidak peduli 

dengan keadaan jiwanya dan dunia akhirat, melainkan juga 

untuk lebih mendorong kita semua supaya waspada, waspada 

terhadap ketamakan. Perumpamaan itu memberikan gambar-

an tentang kehidupan dan kematian seorang kaya, dan kita 

diminta untuk menilai sendiri apakah dia seorang yang berba-

hagia atau tidak.  

(1) Beginilah kekayaan duniawi dan kelimpahan yang ada 

padanya (ay. 16): Tanahnya berlimpah-limpah hasilnya, 

chōra – regio – wilayah. Dia memiliki  wilayahnya sendiri, 

dia seorang penguasa, dia seorang raja kecil. Amatilah, 

kekayaannya sangat bergantung pada hasil-hasil tanah, 

sebab  raja dihormati di daerah itu (Pkh. 5:8; terjemahan 

KJV: raja dilayani oleh tanah ladangnya – pen.). Dia mem-


 444

punyai banyak tanah, dan tanahnya subur. Orang yang 

sudah punya banyak biasanya ingin punya lebih lagi, dan 

orang ini sudah memiliki  lebih. Perhatikanlah, hasil 

tanah yang berlimpah merupakan suatu berkat yang besar, 

namun itu yaitu  berkat yang sering kali diberikan Tuhan   

kepada orang jahat, dan bagi mereka berkat itu menjadi 

suatu jerat; sebab  itu kita tidak boleh menilai apakah 

Tuhan   mengasihi atau membenci kita berdasarkan apa yang 

kita miliki.     

(2) Mari kita lihat apa yang ada dalam hatinya, di tengah-

tengah kelimpahannya itu. Di sini kita diberi tahu apa yang 

ia pikirkan dalam hatinya (ay. 17). Perhatikanlah, Tuhan   di 

sorga tahu dan mengamati segala sesuatu yang kita pikir-

kan dalam hati kita sendiri, dan kita harus bertanggung 

jawab kepada-Nya untuk itu. Tuhan   yaitu  Sang Penyelidik 

dan juga Hakim atas segala pikiran dan maksud hati. Kita 

keliru jika kita menyangka bahwa pikiran kita tersembunyi 

dan bebas.  

Marilah kita amati di sini:   

[1]  Apa yang ia pedulikan dan yang ia khawatirkan. saat  

ia melihat panen yang sangat berlimpah di ladangnya, 

bukannya bersyukur kepada Tuhan   atau bersukacita ka-

rena ini akan memberinya kesempatan untuk berbuat 

lebih banyak kebaikan lagi, ia malah menyusahkan diri-

nya sendiri dengan berpikir, “Apakah yang harus aku 

perbuat, sebab aku tidak memiliki  tempat untuk 

menyimpan hasil tanahku? Dia berbicara seolah-olah 

dia mendapat kerugian, dan menjadi bingung sebab -

nya. Apa yang harus aku perbuat sekarang?” Bahkan 

pengemis yang paling miskin di wilayahnya pun, yang 

tidak tahu ke mana harus mencari makan, tidak akan 

mengucapkan kata-kata yang penuh kekhawatiran se-

perti itu. Rasa khawatir yang menggelisahkan merupa-

kan akibat umum dari kelimpahan duniawi, dan meru-

pakan kesalahan umum yang dibuat orang-orang yang 

berkelimpahan. Semakin banyak harta orang, semakin 

bingung mereka dengan apa yang mereka miliki, dan 

semakin khawatir mereka untuk menjaga apa yang me-

Injil Lukas 12:13-21 

 445 

reka miliki dan untuk menambahkan sesuatu yang le-

bih lagi. Mereka bingung bagaimana menyimpan dan 

membelanjakannya. Dengan demikian, bahkan kelim-

pahan orang kaya membuat mereka tidak bisa tidur, 

sebab  memikirkan apa yang harus mereka perbuat de-

ngan harta yang mereka miliki dan bagaimana meng-

urusnya. Orang kaya itu kelihatannya mengeluh sewak-

tu berucap, “Apa yang harus aku perbuat?” Dan kalau 

Anda bertanya, “Mengapa, memangnya ada apa?” “Oh, 

tidak apa-apa, hartanya berlimpah-ruah, dan dia perlu 

tempat untuk menaruhnya, itu saja.”   

[2] Apa yang menjadi rencana dan tujuannya, yang merupa-

kan akibat dari segala kekhawatirannya, yang sama 

tidak masuk akal dan bodohnya seperti kekhawatiran-

nya itu (ay. 18): “Inilah yang akan aku perbuat, dan ini 

yaitu  jalan yang paling bijaksana yang dapat kuambil, 

aku akan merombak lumbung-lumbungku, sebab  lum-

bung-lumbung itu terlalu kecil, lalu aku akan mendiri-

kan yang lebih besar, dan di situlah aku akan menyim-

pan segala gandum dan barang-barangku, barulah sete-

lah itu aku bisa tenang.” Nah dalam hal ini, pertama, 

bodoh baginya untuk menyebut segala hasil tanah itu 

sebagai gandum dan barang-barang miliknya. Dia tam-

pak senang menekankan ini, gandumku dan barang-

barangku. Padahal, apa yang kita miliki sesungguhnya 

hanya dititipkan kepada kita untuk kita gunakan, 

sedangkan hak kepemilikannya tetap di tangan Tuhan  . 

Kita hanyalah bendahara atas barang-barang milik Tuan 

kita, sekadar penggarap atas tanah Tuan kita, berdasar-

kan kehendak-Nya. Itu Gandum-Ku (kata Tuhan  ) dan 

anggur-Ku (Hos. 2:8-9). Kedua, bodoh baginya untuk 

menimbun harta yang ia miliki, dan lalu berpikir bahwa 

ia sudah menaruhnya (atau menggunakannya) dengan 

baik. Di sanalah aku akan menyimpan semuanya, se-

olah-olah tidak ada harta yang harus diberikan kepada 

kaum miskin, kepada keluarganya, kepada kaum Lewi, 

dan kepada orang asing, kaum yatim, dan para janda, 

selain menimbun saja semuanya di dalam lumbung 

yang besar itu. Ketiga, bodoh baginya untuk membiar-


 446

kan pikirannya melayang-layang bersama keadaannya 

ini. saat  ladangnya membuahkan hasil yang lebih ba-

nyak daripada biasanya, ia lalu bicara mengenai lum-

bung-lumbung yang lebih besar, seolah-olah tahun de-

pan ladangnya akan menghasilkan panen sebanyak ta-

hun ini, dan malah jauh lebih banyak, padahal lum-

bung yang ini bisa saja akan menjadi terlalu besar un-

tuk tahun depan, seperti halnya terlalu kecil untuk 

tahun ini. Tahun-tahun kelimpahan biasanya diikuti 

dengan tahun-tahun kelaparan, seperti yang terjadi di 

Mesir, dan oleh sebab itu lebih baik baginya untuk me-

numpuk sebagian gandumnya sebagai persediaan untuk 

tahun-tahun kelaparan seperti itu. Keempat, bodoh 

baginya untuk menghilangkan kekhawatirannya dengan 

membangun lumbung-lumbung baru, sebab  dengan 

membangunnya berarti kekhawatirannya bisa semakin 

bertambah. Orang-orang yang tahu seluk beluk mendi-

rikan bangunan pasti mengerti akan hal ini. Cara yang 

diberikan Tuhan   untuk menghilangkan kekhawatiran 

yang berlebihan pasti akan berhasil, sedangkan cara 

duniawi justru lebih menambah kekhawatiran itu. Se-

lain itu, setelah dia membangun, akan ada hal-hal lain 

yang masih harus diperhatikannya; semakin besar lum-

bung, semakin besar pula hal-hal lain yang akan dikha-

watirkannya (Pkh. 5:10). Kelima, bodoh baginya untuk 

berusaha mengatur dan memecahkan semua masalah 

ini sampai ke akar-akarnya tanpa kecuali. Inilah yang 

akan aku lakukan: Aku akan merombak lumbung-

lumbungku dan membangun yang lebih besar, ya, itu 

akan aku lakukan, tanpa “kalau ini” atau “kalau itu,” 

tanpa “Jika Tuhan menghendakinya, aku akan akan 

hidup” (Yak. 4:13-15). Rencana yang tidak bisa diganggu 

gugat yaitu  rencana yang bodoh, sebab waktu yang 

kita miliki ada di tangan Tuhan  , bukan di tangan kita 

sendiri, dan kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi 

esok hari.     

[3] Harapan dan keinginan yang menyenangkan hatinya, 

saat  rencananya itu telah terlaksana nanti. “Sesudah 

itu aku akan berkata kepada jiwaku, sebab  aku sudah 

Injil Lukas 12:13-21 

 447 

aman, tidak peduli itu kata Tuhan   atau tidak, Jiwaku, 

dengarlah apa yang aku katakan, ada padamu banyak 

barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya di 

lumbung-lumbung ini. Sekarang beristirahatlah, nik-

matilah hidupmu, makanlah, minumlah dan bersenang-

senanglah!” (ay. 19). Tampaklah juga kebodohannya di 

sini, seperti halnya dalam keinginannya untuk mengejar 

kekayaannya dan menikmatinya. Pertama, bodoh bagi-

nya untuk menunda-nunda kesenangannya dalam ke-

limpahan itu sampai dia berhasil menjalankan segala 

rencananya yang berkaitan dengan kelimpahannya itu. 

saat  sudah membangun lumbung-lumbung yang 

lebih besar dan mengisinya penuh (yang akan makan 

beberapa waktu lamanya), maka dia akan beristirahat; 

padahal, bukankah dia bisa saja beristirahat sekarang? 

Seperti inilah Grotius mengutip cerita tentang Pyrrhus, 

yang membayangkan dirinya sebagai pemenang perang 

di Sisilia, di Afrika, dan di tempat-tempat lain, dan apa 

yang akan dia lakukan nanti dengan kemenangan-

kemenangannya itu. “Baiklah,” kata temannya Cyneas, 

“Apa yang harus kita lakukan setelah itu nanti?” Postea 

vivemus – “Setelah itu kita akan hidup” katanya. At hoc 

jam licet – “Kita bisa hidup sekarang kalau kita mau,” 

kata Cyneas lagi. Kedua, bodoh baginya untuk merasa 

yakin bahwa harta miliknya tertimbun untuk bertahun-

tahun lamanya, seolah-olah lumbung-lumbung yang 

lebih besar akan lebih aman dibandingkan dengan lum-

bung-lumbung yang sudah ia miliki, sedangkan bisa 

saja dalam waktu satu jam lumbung-lumbung beserta 

semua yang ada di dalamnya itu terbakar rata dengan 

tanah, mungkin akibat sambaran petir, yang tidak bisa 

ditangkal. Dalam beberapa tahun lagi bisa akan terjadi 

perubahan besar; ngengat dan karat mungkin merusak-

kannya atau pencuri membongkar serta mencurinya. 

Ketiga, bodoh baginya untuk mengandalkan diri pada 

suatu rasa ketenangan tertentu saja, yaitu dengan me-

nimbun semua harta yang berlimpah dari dunia ini, 

sedangkan ada banyak hal yang dapat membuat orang 

tidak tenang di tengah-tengah kelimpahannya. Nila 


 448

setitik rusak susu sebelanga. Penderitaan dan penyakit, 

hubungan-hubungan yang tidak harmonis, dan teruta-

ma hati nurani yang bersalah, dapat merampok kete-

nangan dari diri seseorang yang memiliki seantero 

kekayaan dunia ini sekalipun. Keempat, bodoh baginya 

untuk berpikir bahwa kelimpahannya hanya melulu un-

tuk dipakai  makan, minum, dan bersenang-senang; 

untuk mengikuti keinginan daging dan memuaskan 

hawa nafsunya, tanpa berpikir untuk berbuat baik ke-

pada orang lain, dan untuk dimampukan melayani 

Tuhan   dan angkatannya dengan lebih baik: seolah-olah 

kita hidup untuk makan, dan bukan makan untuk 

hidup; seakan-akan kebahagiaan manusia hanya dapat 

dicapai dengan memuaskan keinginan-keinginan tubuh 

sejadi-jadinya. Kelima, amat sangatlah bodoh untuk 

mengatakan semuanya ini kepada jiwanya. Seandainya 

dia berkata, “Tubuhku, beristirahatlah, sebab  ada 

padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun 

lamanya,” maka itu bisa masuk akal. namun  jiwa, yang 

merupakan roh kekal dan terpisah dari tubuh, tidak 

akan tertarik dengan lumbung yang penuh gandum 

atau kantung yang penuh emas. Seandainya berjiwa 

babi, maka bolehlah dia memberkati jiwanya itu dengan 

kepuasan makan dan minum, namun apalah artinya ini 

bagi jiwa manusia, yang keperluan dan keinginannya 

tidak akan pernah selaras dengan barang-barang sema-

cam itu? Kesalahan paling gila yang dibuat anak-anak 

dunia ini yaitu  bahwa mereka memenuhi dan memeli-

hara jiwa mereka dengan kekayaan duniawi dan kenik-

matan tubuh.       

(3) Inilah hukuman Tuhan   atas semuanya ini; dan kita yakin 

bahwa Dia menghakimi berdasarkan kebenaran. Orang itu 

berkata kepada dirinya sendiri, kepada jiwanya, “Beristi-

rahatlah.” Seandainya Tuhan   berkata demikian juga, maka 

orang itu pasti akan berbahagia, sebab  Roh-Nya bersaksi 

dengan semua roh orang percaya untuk membuat mereka 

semua tenang. Akan namun  Tuhan   berkata sebaliknya, dan 

menurut penilaian-Nya terhadap kita, dan bukan menurut 

penilaian kita sendiri (1Kor. 4:3-4), kita akan berdiri atau 

Injil Lukas 12:13-21 

 449 

jatuh. Para tetangganya memberkatinya (Mzm. 10:3), me-

mujinya sebab  ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri 

(Mzm. 49:19). namun  Tuhan   berkata bahwa dia berbuat jahat 

terhadap dirinya sendiri: “Hai engkau orang bodoh, pada 

malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu” (ay. 20). 

Tuhan   berfirman kepadanya, artinya menjatuhkan ketetap-

an-Nya atas orang ini, dan membuatnya mengetahui hal 

ini, entah melalui hati nuraninya atau dengan mengejut-

kannya dengan suatu cara tertentu, atau melalui kedua 

cara ini . Ini dikatakan sewaktu dia berada dalam ke-

mewahannya yang berlimpah-limpah (Ayb. 20:22), saat  

matanya tidak bisa terpejam di tempat tidur, sebab  kha-

watir dan memikirkan rencananya untuk memperbesar 

lumbungnya, bukan dengan membangun satu atau dua 

dinding, yang mungkin sudah bisa memenuhi tujuannya, 

melainkan dengan merobohkannya dan membangun lum-

bung baru yang lebih besar, yang dirasa penting untuk me-

muaskan angan-angannya. saat  ia sedang merencanakan 

hal ini dan sudah merasa mantap bahwa ia akan melaku-

kannya, lalu tertidur lagi dengan mimpi indah akan menik-

mati hartanya sampai bertahun-tahun lamanya, lalu   

Tuhan   mengatakan ini kepadanya. Dengan cara ini pula 

Belsyazar dihantam ketakutan saat  melihat jari-jari 

tangan manusia menulis pada kapur dinding istana saat 

dia sedang menikmati kesenangannya.  

Amatilah apa yang dikatakan Tuhan  :    

[1] Sifat yang digambarkan-Nya mengenai orang ini: Eng-

kau orang bodoh, engkau Nabal, merujuk pada cerita 

Nabal, si orang bodoh (Nabal namanya, dan bebal 

orangnya) yang jantungnya terhenti dalam dada, lalu ia 

membatu, setelah berpesta bak raja dengan menyantap 

hewan bantaian yang dibantainya bagi orang-orang 

penggunting dombanya. Perhatikanlah, orang-orang du-

niawi yaitu  orang-orang bodoh, pada suatu saat nanti 

Tuhan   akan memanggil nama mereka dengan, engkau 

orang bodoh, dan mereka sendiri akan menyebut diri 

mereka demikian.  


 450

[2] Hukuman dijatuhkan ke atas orang ini, yaitu hukuman 

mati: “Pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari 

padamu.” Mereka akan meminta atau menuntut jiwamu 

(begitulah terjemahan harfiahnya), dan apa yang telah 

kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Orang ini ber-

pikir bahwa dia memiliki  harta yang akan menjadi 

miliknya untuk bertahun-tahun lamanya, namun demi-

kian, dia harus berpisah dari semuanya itu pada malam 

ini. Dia berpikir bahwa dia akan menikmatinya sendiri, 

namun  sekarang dia harus meninggalkannya kepada 

orang lain, entah siapa. Perhatikanlah, kematian orang 

duniawi itu sungguh sangat menyedihkan dan mengeri-

kan. 

Pertama, kematiannya itu seperti sebuah tindakan 

pemaksaan, penahanan. Kematiannya itu yaitu  suatu 

tindakan pengambilan jiwa, jiwa yang sedang engkau 

permainkan sedemikian rupa. Apa pedulimu dengan 

jiwa? Toh, engkau tidak dapat menggunakannya dengan 

baik? Jiwamu akan diambil. Ini menunjukkan bahwa 

orang itu sebenarnya tidak ingin berpisah dengan jiwa-

nya. Orang yang baik yang menjauhkan hatinya dari 

dunia ini akan dengan senang hati memberikan jiwanya 

pada waktu ia mati, dan menyerahkannya, namun  jiwa 

orang duniawi akan dicabut dengan paksa. Baginya, 

meninggalkan dunia ini yaitu  sesuatu yang menakut-

kan. Mereka akan mengambil jiwamu. Tuhan   akan meng-

ambilnya, Dia akan meminta pertanggungjawaban ter-

hadap jiwa itu. “Hai laki-laki dan wanita , apa yang 

telah kalian perbuat dengan jiwa kalian. Berilah per-

tanggungjawaban bagaimana kalian telah menjaganya.” 

Ya, mereka sungguh akan mengambil jiwamu; mereka di 

sini yaitu  malaikat-malaikat jahat yang bertindak se-

bagai pembawa pesan keadilan Tuhan  . Seperti halnya 

malaikat-malaikat Tuhan   akan menerima jiwa-jiwa yang 

baik, dan akan membawa mereka ke tempat yang pe-

nuh sukacita, begitu pula malaikat-malaikat jahat akan 

menerima jiwa-jiwa yang jahat, dan akan membawa 

mereka ke tempat penyiksaan. Mereka akan mengambil 

jiwa itu sebagai jiwa yang bersalah yang akan menerima 

Injil Lukas 12:13-21 

 451 

hukuman. Iblis mengambil jiwamu sebagai miliknya, 

sebab  jiwamu memang menyerahkan dirinya kepada 

Iblis.      

Kedua, kematiannya itu seperti sebuah pemaksaan 

yang mengejutkan dan tidak terduga. Terjadinya pada 

waktu malam, dan ancaman pada malam hari sangatlah 

menakutkan. Waktu kematian bagi orang baik bagaikan 

hari yang terang; kematiannya itu ibarat pagi atau 

suatu permulaan hari yang baru baginya. Sebaliknya, 

waktu kematian bagi orang duniawi yaitu  malam, ma-

lam yang gelap gulita; dia berbaring di tempat siksaan. 

Waktunya yaitu  malam ini, malam sekarang ini juga, 

tanpa ditunda-tunda. Tidak ada uang jaminan sebesar 

apa pun yang dapat membebaskannya, dan ia pun tidak 

bisa memohon agar waktunya diundur sehari lagi. Pada 

malam yang menyenangkan ini, saat  kamu menyang-

ka bahwa kamu akan hidup bertahun-tahun lamanya, 

kamu harus mati, dan pergi menghadap pengadilan. 

Kamu menghibur dirimu dengan khayalan untuk me-

nikmati hari-hari dan malam-malam gembira, dengan 

pesta pora. Namun di tengah-tengah semuanya itu, 

sekarang berakhirlah sudah segalanya itu (Yes. 21:4).       

Ketiga, kematian orang duniawi itu berarti mening-

galkan segalanya yang telah mereka sediakan, yang 

sudah mereka dapatkan dengan susah payah, dan yang 

mereka persiapkan untuk masa depan dengan penuh 

kerja keras. Segala sesuatu yang menjadi sandaran ke-

bahagiaan mereka, labuhan harapan mereka, dan sum-

ber pengharapan mereka, harus mereka tinggalkan. Ke-

muliaan mereka tidak akan turun mengikuti mereka 

(Mzm. 49:18, KJV), sebaliknya, mereka akan pergi de-

ngan telanjang dari dunia ini seperti saat  mereka me-

masukinya, dan mereka tidak akan merasakan manfaat 

apa pun dari apa yang sudah mereka kumpulkan, baik 

itu dalam kematian, dalam penghakiman, maupun da-

lam kehidupan kekal.           

Keempat, kematian orang duniawi itu seperti me-

ninggalkan segala harta kekayaan mereka kepada orang 

yang tidak mereka ketahui: “Dan apa yang telah kau-


 452

sediakan, untuk siapakah itu nanti? Bukan untukmu 

tentu saja, dan kamu tidak tahu akibat apa yang akan 

didatangkan harta itu ke atas ahli-ahli warismu, yakni 

anak-anak dan saudara-saudaramu, apakah mereka 

akan berhikmat atau bodoh dengan harta itu (Pkh. 2:18-

19), apakah harta itu akan memberikan kenangan yang 

baik atau buruk tentang dirimu, akan menjadi berkat 

atau kutuk bagi keluargamu, akan membawa kebajikan 

atau kejahatan bagi mereka yang mewarisinya, akan di-

simpan atau dihabiskan. Bahkan kamu tidak akan tahu 

kalau orang yang mewarisinya mungkin tidak bisa me-

nikmatinya, dan warisan itu mungkin akan jatuh ke 

tangan orang lain yang sama sekali tidak terpikirkan  ! lehmu. Sekalipun kamu tahu kepada siapa kamu me-

ninggalkannya, kamu tidak tahu kepada siapa mereka 

akan meninggalkannya, atau ke tangan siapa warisan 

itu akan jatuh pada akhirnya.” Seandainya banyak 

orang yang dapat mengetahui sebelumnya siapa yang 

akan mewarisi rumah mereka nanti setelah mereka 

mati, mereka pasti akan lebih suka membakar rumah 

mereka daripada repot-repot memperindahnya!               

Kelima, kematian orang duniawi itu menunjukkan 

kebodohannya. Orang-orang duniawi yaitu  orang bo-

doh sewaktu mereka hidup: inilah jalannya orang-orang 

yang percaya kepada dirinya sendiri (Mzm. 49:14). Na-

mun kebodohan mereka itu akan sangat jelas terlihat 

pada waktu mereka mati: pada kesudahan usianya ia 

terkenal sebagai seorang bebal (Yer. 17:11). sebab  

pada waktu itu akan terlihat bahwa ia berusaha keras 

mengumpulkan harta di dunia yang akan segera ia ting-

galkan, namun  tidak ambil peduli untuk mengumpulkan 

harta di dunia yang akan segera ia tuju.       

Terakhir, inilah pelajaran yang dapat diambil dari 

perumpamaan ini (ay. 21): Demikianlah jadinya orang 

yang bodoh, bodoh dalam pandangan Tuhan  , bodoh me-

nurut kesaksian yang ditinggalkannya, jika ia mengum-

pulkan harta bagi dirinya, namun  tidak kaya di hadapan 

Tuhan  . Inilah jalan dan akhir dari orang seperti itu.  

Injil Lukas 12:13-21 

 453 

Amatilah di sini:   

1.  Gambaran tentang orang duniawi: ia mengumpulkan 

harta bagi dirinya sendiri, bagi tubuhnya, bagi du-

nia, bagi dirinya dengan melawan Tuhan  , untuk diri-

nya yang akan segera ditolak. (1) Yang menjadi kesa-

lahannya yaitu  dia menganggap bahwa tubuh jas-

maninya yaitu  dirinya, seolah-olah tubuh itu yaitu  

manusia itu sendiri. Jika diri dinyatakan dan 

dimengerti dengan benar, maka hanya orang Kristen 

sejatilah yang sungguh-sungguh mengumpulkan 

harta untuk dirinya, dan berlaku bijak bagi dirinya 

sendiri (Ams. 9:12, KJV). (2) Yang menjadi kesalahan-

nya yaitu  bahwa ia menjadikan usaha mengumpul-

kan harta untuk tubuh sebagai pekerjaan utamanya, 

yang baginya berarti mengumpulkan harta untuk 

dirinya sendiri. Segala jerih payahnya yaitu  untuk 

mulutnya (Pkh. 6:7), ia membuat persediaan untuk 

tubuh. (3) Yang menjadi kesalahannya yaitu  bahwa 

ia menganggap hal-hal yang dikumpulkan untuk du-

nia, untuk tubuh, dan untuk kehidupan sekarang 

yaitu  hartanya. Harta yaitu  kekayaan yang dian-

dalkannya, yang dihabiskannya, dan yang kepada-

nya ia mencurahkan segala perasaannya. (4)

 Kesalahan yang paling besar dari semuanya itu 

yaitu  bahwa ia sama sekali tidak berusaha untuk 

menjadi kaya akan Tuhan  , kaya menurut pandangan 

Tuhan  , sebab  jika Dia menilai kita kaya, maka kita 

kayalah kita (Why. 2:9), kaya dalam perkara-perkara 

Tuhan  , kaya dalam iman (Yak. 2:5), kaya dalam 

kebajikan, dalam buah-buah kebenaran (1Tim. 

6:18), kaya dalam anugerah, dalam penghiburan, 

dan dalam karunia-karunia rohani. Banyak orang 

yang hidupnya berkelimpahan di dunia ini sama 

sekali tidak memiliki  sesuatu yang dapat mem-

perkaya jiwa mereka, yang dapat membuat mereka 

kaya di hadapan Tuhan  , kaya untuk kehidupan kekal.      

2. Kebodohan dan kesengsaraan orang duniawi: Demi-

kianlah jadinya ia. Tuhan kita Yesus Kristus, yang 

mengetahui akhir dari segala sesuatu, di sini mem-


 454

beri tahu kita bagaimana akhir dari orang itu. Per-

hatikanlah, sungguh suatu kebodohan yang tidak 

terperikan bagi sebagian besar orang yang hanya 

memikirkan dan mengejar kekayaan dunia ini lebih 

daripada kekayaan dunia nanti; yang memikirkan 

kekayaan yang hanya berguna untuk tubuh dan se-

mentara saja sifatnya lebih daripada kekayaan un-

tuk jiwa dan untuk kehidupan kekal.  

Teguran atas Kekhawatiran yang Berlebihan 

(12:22-40) 

22 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “sebab  itu Aku berkata kepada-

mu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, 

dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pa-

kai. 23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih 

penting dari pada pakaian. 24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak 

menabur dan tidak menuai dan tidak memiliki  gudang atau lumbung, na-

mun demikian diberi makan oleh Tuhan  . Betapa jauhnya kamu melebihi 

burung-burung itu! 25 Siapakah di antara kamu yang sebab  kekuatirannya 

dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? 26 Jadi, jikalau kamu 

tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir 

akan hal-hal lain? 27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan 

tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala keme-

gahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 28 Jadi, 

jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api 

demikian didandani Tuhan  , terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya! 

29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau 

apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. 30 Semua itu di-

cari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Tuhan  . Akan namun  Bapamu 

tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 31 namun  carilah 

Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 32 Ja-

nganlah takut, hai kamu kawanan kecil! sebab  Bapamu telah berkenan 

memberikan kamu Kerajaan itu. 33 JuTuhan   segala milikmu dan berikanlah 

sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu 

harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan 

yang tidak dirusakkan ngengat. 34 sebab  di mana hartamu berada, di situ 

juga hatimu berada.” 35 “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu 

tetap menyala. 36 Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang me-

nanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang 

dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. 37 Berbahagialah hamba-

hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga saat  ia datang. Aku berkata 

kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersila-

kan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. 38 Dan 

apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati 

mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka. 39 namun  ketahuilah 

ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan 

membiarkan rumahnya dibongkar. 40 Hendaklah kamu juga siap sedia, kare-

na Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.” 

Injil Lukas 12:22-40 

 455 

Yesus Tuhan kita di sini menegaskan kembali kepada para murid-

Nya sebagian pengajaran yang penting dan yang berguna bagi me-

reka. Sebagian pengajaran itu sudah diajarkan-Nya sebelumnya ke-

pada mereka, namun  ditekan-Nya kepada mereka lagi di sini saat  

ada kesempatan. Mereka memang perlu mendapat pengajaran demi 

pengajaran dan perkataan demi perkataan. “sebab  itu, sebab ada 

begitu banyak orang yang hancur hidupnya sebab  ketamakan dan 

terlalu cemas memikirkan kekayaan dunia ini, Aku berkata kepada-

mu, murid-murid-Ku, ingatlah kamu akan hal ini.” Engkau hai manu-

sia Tuhan  , jauhilah semuanya itu, dan juga engkau, hai manusia dunia 

(1Tim. 6:11).      

I. Ia menyuruh mereka agar tidak menyiksa diri dengan segala ke-

khawatiran mengenai kebutuhan-kebutuhan hidup, yang hanya 

akan membuat pusing kepala dan yang tidak akan pernah ada 

habisnya: Janganlah khawatir akan hidupmu (ay. 22). Dalam 

perumpamaan sebelumnya Dia memperingatkan kita agar 

waspada terhadap suatu jenis ketamakan yang paling berbahaya 

bagi orang kaya, yaitu kepuasan jasmani dalam memiliki harta 

duniawi yang berlimpah. Nah, bisa saja murid-murid-Nya itu 

berpikir bahwa mereka tidak akan terjerumus ke dalam bahaya 

ini, sebab mereka tidak memiliki  beraneka ragam harta yang 

berlimpah untuk dibanggakan. sebab  itulah di sini Kristus 

memperingatkan mereka agar waspada terhadap suatu jenis 

ketamakan yang lain, yaitu ketamakan yang paling menggoda 

orang-orang yang hanya memiliki  sedikit barang di dunia ini, 

dan ini pasti masalah yang dialami murid-murid Kristus, terlebih 

lagi sebab  sekarang mereka telah meninggalkan semuanya untuk 

mengikuti Kristus. Ketamakan ini yaitu  kekhawatiran mengenai 

kebutuhan-kebutuhan hidup: “Janganlah khawatir akan hidup-

mu, entah khawatir memikirkan bagaimana kamu melindungi 

hidupmu, saat  dalam bahaya, atau khawatir memikirkan 

bagaimana kamu menyediakan kebutuhan bagi hidupmu itu, 

entah makanan entah pakaian, apa yang hendak kamu makan 

atau apa yang hendak kamu pakai.” Ini yaitu  peringatan yang 

sangat ditekankan-Nya (Mat. 6:25 dst.). Dan alasan yang diguna-

kan di sini sebagian besar sama, yang dibuat untuk mendorong 

kita agar menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan  , 


 456

dan inilah cara yang benar untuk menenangkan hati kita dalam 

masalah ini.  

Nah, cobalah sekarang pikirkan:   

1.  Tuhan   yang telah melakukan perkara-perkara yang lebih besar 

bagi kita pasti dapat diandalkan untuk melakukan perkara-

perkara yang lebih kecil. Dia sudah memberi kita hidup dan 

tubuh, tanpa bantuan dan pemikiran kita, dan sebab  itu de-

ngan senang hati pula kita dapat berserah kepada Tuhan   untuk 

menyediakan makanan untuk menyokong kehidupan kita dan 

pakaian untuk melindungi tubuh kita.   

2. Tuhan   yang memelihara makhluk-makhluk yang lebih rendah 

pasti dapat diandalkan untuk memelihara orang-orang Kristen 

yang baik. “Percayalah kepada Tuhan   untuk urusan makanan, 

sebab  Dia memberi makan burung-burung gagak (ay. 24); bu-

rung-burung itu tidak menabur dan tidak menuai, mereka 

tidak pernah khawatir atau cemas bagaimana mereka akan 

memelihara diri mereka sendiri, namun mereka diberi makan 

dan tidak pernah mati kelaparan. Pikirkan betapa jauhnya 

kamu melebihi burung-burung itu. Percayalah kepada Tuhan   

untuk urusan pakaian, sebab  Dia memberikan pakaian ke-

pada bunga-bunga bakung (ay. 27-28). Mereka tidak menyiap-

kan pakaian mereka sendiri, mereka tidak memintal dan tidak 

menenun, akarnya yang ada di tanah itu telanjang, tanpa per-

hiasan, namun sewaktu bunga tumbuh, akar itu tampak di-

percantik dengan begitu indahnya. Jadi, jika Tuhan   sedemikian 

rupa mendandani bunga-bunga itu, yang bisa pudar dan mus-

nah, bukankah Dia terlebih lagi akan mendandani kamu de-

ngan pakaian yang cocok, yang sesuai dengan harkat dan 

martabatmu, seperti bunga-bunga itu dengan keadaannya?” 

saat  Tuhan   memberi manna kepada umat Israel di padang 

gurun, Dia juga memperhatikan masalah pakaian mereka, ka-

rena walaupun Dia tidak mendandani mereka dengan pakaian 

baru, Dia memelihara supaya pakaian mereka tidak menjadi 

buruk di tubuh mereka (Ul. 8:4). Demikianlah Dia akan mem-

berikan pakaian kepada umat Israel-Nya secara rohani, namun  

janganlah umat-Nya ini menjadi kurang percaya. Perhatikan-

lah, kekhawatiran kita yang berlebihan disebabkan oleh le-

mahnya iman kita.  Kalau kita sungguh percaya dengan sege-

Injil Lukas 12:22-40 

 457 

nap kekuatan kita akan Tuhan   yang mahamencukupi, akan hu-

bungan perjanjian-Nya dengan kita sebagai Bapa, dan teruta-

ma akan janji-janji-Nya yang berharga, yang berkaitan dengan 

kehidupan baik sekarang maupun nanti, maka melalui Tuhan   

kita akan meruntuhkan kubu-kubu kekhawatiran yang meng-

gelisahkan dan menyusahkan ini.                     

3.  Segala kekhawatiran kita tidak akan menghasilkan apa-apa, 

sia-sia dan tidak berguna. sebab  itu, bodohlah jika kita terus 

memikirkannya. Kekhawatiran kita tidak akan membantu kita 

memperoleh apa yang kita inginkan, dan sebab  itu tidak 

boleh sampai mengganggu ketenangan kita (ay. 25): “Siapakah 

di antara kamu yang sebab  kekuatirannya dapat menambah-

kan sehasta, atau seinci, saja pada jalan hidupnya, setahun 

atau sejam lebih panjang? Jadi, jika kamu tidak mampu mela-

kukan hal yang paling kecil, yaitu hal dalam jalan hidupmu 

yang tidak bisa kamu ubah dengan kekuatanmu, mengapa 

pula kamu memusingkan diri dengan hal-hal lain yang jauh 

berada di luar kekuatanmu, yang sesungguhnya bergantung 

pada pemeliharaan Tuhan  ?” Perhatikanlah, apa pun rupa jalan 

hidup kita ataupun keadaan kita, kita harus bersikap bijak-

sana dengan menerimanya apa adanya dan memanfaatkannya 

dengan sebaik-baiknya; sebab  kekhawatiran dan kekesalan, 

keluhan dan kecemasan tidak akan pernah bisa memperbaiki-

nya.             

4. Jika murid-murid Kristus terlalu berlebihan mengejar hal-hal 

duniawi, sekalipun itu diperlukan, maka ini akan sangat tidak 

baik bagi mereka (ay. 29-30): “Apa pun yang orang lain laku-

kan, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu ma-

kan atau apa yang akan kamu minum. Janganlah menyiksa 

dirimu dengan kecemasan yang memusingkan, ataupun mele-

lahkan dirimu dengan pekerjaan yang tiada hentinya. Jangan-

lah bergegas ke sana kemari mencari-cari apa yang akan kamu 

makan atau minum, seperti musuh-musuh Daud, yang me-

ngembara mencari makan (Mzm. 59:16), atau seperti rajawali 

yang mengintai mangsa dari jauh (Ayb. 39:32). Janganlah 

murid-murid Kristus mencari makanan dengan cara seperti 

itu, namun  mintalah kepada Tuhan   hari demi hari. Janganlah pi-

kiran mereka menjadi ragu; mē meteōrizesthe – janganlah se-

perti meteor di udara, yang tertiup angin ke sana kemari; 


 458

janganlah seperti meteor itu, yang senantiasa timbul dan 

tenggelam, melainkan tetaplah selaras dengan dirimu sendiri. 

Jadilah kukuh tak terambingkan, dan tetapkanlah hatimu. 

Janganlah hidup dalam kerisauan. Janganlah kepalamu terus 

dipusingkan dengan harapan dan ketakutan, selalu tertekan.” 

Janganlah anak-anak Tuhan   menggelisahkan diri sendiri, ka-

rena,                

(1) Ini akan membuat mereka seperti orang-orang dunia ini: 

“Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak menge-

nal Tuhan   (ay. 30). Mereka yang hanya memperhatikan 

tubuh dan tidak pernah memperhatikan jiwa, yang hanya 

hidup untuk dunia ini dan tidak untuk dunia nanti, tidak 

akan mencari hal-hal lain lagi selain makan dan minum. 

Dan, sebab  mereka tidak memiliki  Tuhan   yang maha-

mencukupi yang kepada-Nya mereka bisa memohon dan 

mengandalkan diri, mereka membebani diri dengan kekha-

watiran-kekhawatiran mengenai semuanya itu. Akan namun , 

tidaklah benar bagi kamu untuk melakukan yang demi-

kian. Kamu yang dipanggil keluar dari dunia ini tidak boleh 

serupa dengan dunia ini dan tidak boleh mengikuti tingkah 

laku bangsa ini” (Yes. 8:11-12). saat  kita sedang dilanda 

kekhawatiran yang berlebihan, kita harus bertanya pada 

diri kita sendiri, “Apa aku ini, orang Kristen atau orang 

kafir? Orang yang sudah dibaptis atau tidak? Jika aku 

orang Kristen dan sudah dibaptis, apakah aku akan me-

nempatkan diriku sejajar dengan orang kafir, dan meng-

ikuti mereka mengejar hal-hal yang mereka kejar?”      

(2) Murid-murid Kristus tidaklah perlu menyusahkan diri 

dengan kekhawatiran mengenai kebutuhan-kebutuhan hi-

dup, sebab mereka memiliki  Bapa di sorga yang 

memperhatikan dan mengurus semuanya itu untuk 

mereka: “Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan 

semuanya itu, dan Dia sudah memikirkannya, dan pasti 

akan memenuhi kebutuhanmu menurut kekayaan dan 

kemuliaan-Nya; sebab  Dia itu Bapamu, yang membuatmu 

merasakan kebutuhan-kebutuhan ini, dan yang sebab  itu 

akan mencurahkan kasih sayang-Nya agar kamu dapat 

memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu itu: Bapamu, yang 

memeliharamu, yang mendidikmu, dan yang berencana 

Injil Lukas 12:22-40 

 459 

memberimu suatu warisan, tentu akan memastikan supaya 

kamu tidak kekurangan hal-hal yang baik.”       

(3) Ada hal-hal yang lebih baik yang harus dipikirkan dan 

dikejar oleh murid-murid Kristus (ay. 31): “namun  carilah 

Kerajaan-Nya, dan ingatlah ini, hai kamu murid-murid-Ku, 

yang harus memberitakan kerajaan Tuhan  . Biarlah hatimu 

selalu tertuju pada pekerjaanmu, untuk peduli sungguh 

bagaimana kamu harus melaksanakan pemberitaan itu de-

ngan baik, maka pada akhirnya ini akan mengalihkan 

pikiran-pikiranmu dari kekhawatiran yang berlebihan me-

ngenai perkara-perkara duniawi. Dan biarlah semua orang 

yang jiwanya perlu diselamatkan mencari kerajaan Tuhan  , 

yang hanya di dalamnya mereka bisa merasa aman. Ber-

usahalah memasuki Kerajaan itu, berusahalah maju di da-

lamnya. Carilah kerajaan anugerah, untuk menjadi pendu-

duk di dalamnya, carilah kerajaan mulia, untuk menjadi 

penguasa-penguasa di dalamnya, maka semuanya itu akan 

ditambahkan juga kepadamu. Pikirkanlah perkara-perkara 

mengenai jiwamu dengan tekun dan sungguh-sungguh, 

lalu percayakanlah kepada Tuhan   untuk mengurusi semua 

masalahmu yang lain.”  

(4) Ada hal-hal yang lebih baik yang dapat mereka nantikan 

dan harapkan, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil!” 

(ay. 32). Untuk menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran 

yang berlebihan, kita harus menekan berbagai ketakutan 

yang kita rasakan. Jika kita menakut-nakuti diri kita sen-

diri dengan kecemasan bahwa sesuatu yang buruk akan 

terjadi, maka kita akan menjadi sibuk memikirkan bagai-

mana cara kita menghindarinya, padahal mungkin saja itu 

hanyalah khayalan kita semata. Oleh sebab  itu, janganlah 

takut, hai kamu kawanan kecil, namun  tetaplah berharap 

sampai akhir, sebab Bapamu berkenan memberikan kamu 

Kerajaan itu. Perkataan yang menghibur ini tidak kita 

dapatkan dalam Injil Matius.  

Perhatikanlah:  

[1] Di dunia ini Kristus hanya memiliki kawanan kecil, 

domba-domba-Nya hanya berjumlah sedikit dan mereka 

sangat lemah. Jemaat Tuhan yaitu  sebuah kebun 


 460

anggur, sebuah taman, ladang yang kecil dibandingkan 

dengan hutan belantara dunia ini. Seperti Israel (1Raj. 

20:27), yang tampak bagai dua kawanan kambing, di-

bandingkan dengan orang Aram saat  datang memban-

jiri negeri itu.  

[2] Meskipun hanya kawanan kecil, yang kalah jumlahnya 

dan sebab  itu juga terancam akan dikalahkan oleh 

musuh-musuhnya, Kristus berkehendak agar mereka 

tidak takut, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil, 

yakinlah bahwa kamu akan aman di bawah lindungan 

dan kuasa Gembala yang baik dan agung, jadi berba-

ringlah saja dengan tenang.”  

[3] Tuhan   mempersiapkan sebuah Kerajaan bagi semua 

orang yang termasuk dalam kawanan kecil Kristus, 

yaitu mahkota kemuliaan (1Ptr. 5:4), takhta kekuasaan 

(Why. 3:21), dan kekayaan-kekayaan yang tidak terse-

lami, yang jauh melebihi harta kekayaan para raja dan 

penguasa. Domba-domba yang ada di sebelah kanan di-

panggil untuk datang dan mewarisi Kerajaan itu. Kera-

jaan ini yaitu  milik mereka untuk selama-lamanya, 

dan tiap-tiap orang dari mereka memiliki Kerajaan itu.  

[4] Kerajaan itu diberikan sesuai dengan perkenanan Bapa, 

Bapamu telah berkenan. Kerajaan itu tidak diberikan 

sebab  utang, melainkan sebab  anugerah, anugerah 

yang cuma-cuma dan berdaulat, “Ya Bapa, itulah yang 

berkenan kepada-Mu.” Kerajaan itu milik-Nya, jadi Dia 

bebas melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya 

dengan milik-Nya sendiri.  

[5] Berbagai harapan dan pengharapan yang disertai de-

ngan keyakinan akan Kerajaan itu sanggup membung-

kam dan menekan ketakutan-ketakutan yang dirasakan 

kawanan kecil Kristus di dunia ini. “Janganlah takut 

dengan masalah, sebab masalah harus datang, namun 

itu tidak akan menjadi penghalang antara dirimu dan 

Kerajaan itu. Kerajaan itu pasti kamu miliki dan keda-

tangannya sudah dekat.” (Kita tidak perlu gentar terha-

dap masalah, sebab  masalah itu tidak bisa memisah-

kan kita dari kasih Tuhan  .) “Janganlah kamu takut tidak 

bisa mendapatkan apa yang baik bagimu, sebab jika Ba-

Injil Lukas 12:22-40 

 461 

pamu berkenan memberikan kamu Kerajaan itu, kamu 

tidak perlu ragu bahwa Dia juga akan membawamu ke 

sana.”    

II. Ia memerintahkan mereka untuk berbuat sesuatu bagi jiwa mere-

ka, yaitu dengan mengumpulkan harta mereka di sorga (ay. 33-

34). Orang yang melakukan ini akan tetap merasa tenang menja-

lani segala peristiwa di dunia ini. 

1. “Janganlah melekat pada dunia ini, dan pada segala sesuatu 

yang kamu miliki di dalamnya. JuTuhan   segala milikmu, dan 

berikanlah sedekah,” maksudnya, “kalau engkau ingin meno-

long mereka yang benar-benar membutuhkan, juTuhan   harta 

milikmu yang berlebihan, segala hal yang bisa kamu sisihkan 

setelah menyokong dirimu dan keluargamu, dan berikanlah itu 

kepada orang miskin. JuTuhan   segala milikmu, jika itu hanya 

menghalangi engkau untuk melayani Kristus. Janganlah pikir, 

habislah sudah hidupmu apabila engkau terpaksa menjual 

seluruh hartamu akibat diperas, dipenjara atau dibuang oleh 

sebab  kesaksian akan Yesus, sekalipun itu warisan nenek 

moyangmu. Janganlah menjual supaya bisa menimbun uang, 

atau sebab  dengan cara itu kamu dapat memperoleh uang 

lebih banyak melalui riba, namun  juTuhan   segala milikmu dan 

berikanlah sedekah! Kalau kita memberi sedekah, dengan cara 

yang benar, maka apa yang diberikan sebagai sedekah itu 

telah dikeluarkan untuk suatu hal yang paling luhur, dan itu 

sungguh aman tersimpan.”    

2. “Arahkanlah hatimu kepada dunia yang akan datang, dan 

tetapkan harapan-harapanmu berdasarkan dunia itu. Buatlah 

bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, dan yang 

tidak bisa menjadi kosong, yang isinya bukan dari emas, me-

lainkan dari anugerah di dalam hati dan perbuatan-perbuatan 

baik di dalam hidup. Inilah pundi-pundi yang akan bertahan 

lama.” Anugerah akan menyertai kita ke dunia yang akan da-

tang, sebab ia dijalin di dalam jiwa, dan perbuatan-perbuatan 

baik kita akan mengikuti kita, sebab Tuhan   bukan tidak adil, 

sehingga Ia lupa akan pekerjaan-pekerjaan baik itu. Inilah yang 

akan menjadi harta kekayaan kita di sorga, yang akan mem-

perkaya kita sampai selama-lamanya.  


 462

(1) Inilah harta yang tidak akan habis. Sampai kapan pun kita 

memakainya, harta itu sama sekali tidak akan berkurang. 

Tidak ada bahaya bahwa kita akan melihat bagian dasar 

pundi-pundi itu.  

(2) Inilah harta yang tidak ada dalam bahaya akan dirampok, 

sebab tidak ada pencuri yang dapat mendekatinya. Apa 

yang disimpan di sorga tidak akan dapat dijamah oleh mu-

suh.  

(3) Inilah harta yang tidak akan rusak sebab  disimpan, apa-

lagi sampai berkurang sebab  dipakai . Ngengat tidak 

akan merusakkannya, seperti ia merusakkan pakaian yang 

kita pakai sekarang. Nah, dengan demikian tampaklah bah-

wa kita menimbun harta kita di sorga jika hati kita berada 

di sana sementara kita ada di sini (ay. 34), jika kita banyak 

berpikir mengenai sorga dan tetap mengarahkan pandang-

an kita kepadanya, dan jika kita menggugah diri kita 

dengan harapan-harapan akan sorga serta menjaga diri 

kita dengan perasaan takut akan kehilangannya. Akan te-

tapi, jika hati kita hanya terarah pada dunia dan hal-hal 

yang ada di dalamnya, jangan-jangan harta dan bagian kita 

pun hanya sebatas yang ada di dalamnya, dan kita ikut 

binasa saat  meninggalkannya.    

III. Ia menyuruh mereka untuk bersiap-siap dan terus berjaga-jaga 

menyambut kedatangan-Nya, saat  semua orang yang menyim-

pan harta mereka di sorga akan masuk menikmati harta mereka 

itu (ay. 35 dst.). 

1.  Kristus yaitu  Tuan kita, dan kita hamba-hamba-Nya. Kita ini 

bukan hanya sekadar hamba-hamba yang bekerja untuk-Nya, 

melainkan juga yang harus menunggu kedatangan-Nya, ham-

ba-hamba yang dalam menantikan kedatangan-Nya melakukan 

perbuatan yang memuliakan-Nya dan menjalankan apa yang 

diinginkan-Nya. “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut 

Aku, mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi.” Namun ini 

belum semua: mereka harus berbuat sesuatu untuk memulia-

kan Dia dalam menantikan kedatangan-Nya, dan mengharap-

kan kedatangan-Nya itu. Kita harus seperti orang-orang yang 

menanti-nantikan Tuannya, yang tetap duduk berjaga-jaga 

Injil Lukas 12:22-40 

 463 

sampai larut malam saat  Tuannya itu terus terjaga, siap 

sedia menyambut Dia.     

2.  Kristus Tuan kita, walaupun sekarang pergi dari kita, akan 

kembali lagi, kembali dari perkawinan, seusai memberkati sua-

tu perayaan di negeri yang jauh, untuk menuntaskannya di 

rumah-Nya. Hamba-hamba Kristus sekarang sedang berada 

dalam masa penantian, menanti-nantikan penyataan (atau pe-

nampakan) kemuliaan Tuan mereka, dan berbuat segala sesua-

tu dengan mata yang tertuju pada dan untuk penyataan itu. Ia 

akan datang untuk melihat bagaimana tanggung jawab ham-

ba-hamba-Nya, dan hari itu yaitu  hari yang menentukan, 

sebab  mereka akan tinggal tetap bersama-Nya atau diusir ke 

luar, sesuai dengan bagaimana mereka didapati pada hari itu.   

3.  Waktu kedatangan kembali Tuan kita tidaklah pasti. Ia akan 

datang pada waktu malam, pada larut malam, setelah Ia lama 

menunda-nunda kedatangan-Nya, dan saat  banyak orang 

sudah mencari Dia ke sana kemari. Ia akan datang pada te-

ngah malam atau pada dini hari (ay. 38). Kedatangan-Nya ke-

pada kita pada waktu kematian juga tidaklah pasti, dan bagi 

banyak orang kedatangan-Nya ini akan sangat mengejutkan, 

sebab  Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sang-

kakan (ay. 40), tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Ini tidak 

hanya berbicara mengenai ketidakpastian waktu kedatangan-

Nya, namun  juga mengenai kelengahan sebagian besar orang 

yang merasa aman-aman saja, yang acuh tak acuh dan tidak 

peduli dengan segala peringatan yang diberikan kepada me-

reka, sehingga saat  kapan saja Dia datang, waktu itu men-

jadi saat yang tidak mereka sangkakan.  

4. Yang diharapkan dan diinginkan-Nya dari hamba-hamba-Nya 

yaitu  bahwa mereka harus siap sedia membuka pintu bagi-

Nya, kapan pun Dia datang (ay. 36), maksudnya, mereka ha-

rus berada dalam keadaan yang pantas untuk menyambut-

Nya, atau lebih tepatnya untuk disambut oleh-Nya. Mereka 

harus didapati sebagai hamba-hamba-Nya, dalam sikap yang 

layak bagi seorang hamba, dengan pinggang yang tetap ber-

ikat. Ini merujuk pada hamba-hamba yang siap pergi ke mana 

pun tuan mereka mengutus mereka dan siap melakukan apa 

saja yang diperintahkan oleh tuan mereka, dengan jubah yang 

terikat rapi (sebab  kalau tidak, jumbainya akan tergerai dan 


 464

menghalang-halangi langkah mereka). Mereka juga harus 

menyalakan pelita mereka, untuk menerangi tuan mereka agar 

bisa masuk ke dalam rumah dan terus ke kamar.      

5. Hamba-hamba-Nya yang didapati dalam keadaan siap dan 

sikap yang baik akan berbahagia saat  Tuan mereka datang 

(ay. 37). Berbahagialah hamba-hamba yang setelah lama me-

nunggu, tetap setia menunggu sampai pada saat kedatangan 

Tuan mereka, dan yang didapati terjaga serta tersadar tepat 

pada waktu Ia mendekat mengetuk pintu. Dan juga berbaha-

gialah hamba-hamba itu (ay. 38), sebab itulah saat yang mere-

ka inginkan sebab pada saat itu kedudukan mereka akan di-

naikkan. Inilah salah satu gambaran tentang bagaimana me-

reka akan diberi kehormatan yang jarang didapatkan oleh 

orang banyak: Ia akan mempersilakan mereka duduk makan, 

dan akan datang melayani mereka. Kalau mempelai pria men-

jamu mempelai wanita , itu hal biasa, namun  kalau tuan 

yang menjamu hamba-hambanya, ini baru luar biasa. Demi-

kianlah, di antara murid-murid-Nya, Yesus Kristuslah yang 

melayani, dan ini dilakukan-Nya suatu kali, untuk menunjuk-

kan betapa Ia mau merendahkan diri-Nya, dengan mengikat 

pinggang-Nya dan melayani mereka, saat  Ia membasuh kaki 

mereka (Yoh. 13:4-5). Ini menandakan bagaimana mereka 

akan diterima dengan sukacita dalam dunia yang akan datang 

oleh Tuhan Yesus, yang pergi mendahului mereka untuk mem-

persiapkan tempat bagi mereka, dan yang telah memberi tahu 

mereka bahwa Bapa-Nya akan menghormati mereka (Yoh. 

12:26).   

6. sebab  itulah kita tetap tidak diberi tahu kapan tepatnya Dia 

akan datang, supaya kita selalu berjaga-jaga. Sebab jika orang 

sudah tahu kapan dia akan diserang, maka dia akan bersiap-

siap hanya pada saat serangan itu terjadi. Jika tuan rumah 

tahu pukul berapa pencuri akan datang, maka betapapun cero-

bohnya ia, ia pasti tetap akan berjaga-jaga dan tidak akan 

membiarkan rumahnya dibongkar (ay. 39). namun  masalahnya 

kita tidak tahu pukul berapa kita harus siaga, dan sebab  itu 

kita harus selalu waspada setiap saat dan tidak lengah. Atau 

ini mungkin menunjukkan betapa menyedihkannya orang 

yang ceroboh dan yang tidak percaya akan perkara yang besar 

ini. Seandainya tuan rumah sudah tahu bahwa ia akan diram-

Injil Lukas 12:41-53 

 465 

pok pada suatu malam, maka ia akan duduk dan berjaga-jaga 

untuk menyelamatkan rumahnya. namun  kita sudah melihat 

bahwa kedatangan Tuhan itu seperti pencuri di tengah malam, 

yang akan mengacaukan dan menghancurkan semua orang 

berdosa yang sedang enak-enakan dan tidak berjaga-jaga. Jika 

untuk rumahnya saja orang mau berjaga-jaga seperti itu, oh 

semoga saja kita juga dapat bersikap bijak demikian untuk 

menjaga jiwa kita. Hendaklah kamu juga siap sedia, siap sedia 

seperti tuan rumah saat  ia tahu pukul berapa pencuri akan 

datang.  

Kewaspadaan dan Ketekunan  

Ditekankan Berkali-kali  

(12:41-53) 

41 Kata Petrus: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perum-

pamaan itu atau juga semua orang?” 42 Jawab Tuhan: “Jadi, siapakah 

pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya 

menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada 

mereka pada waktunya? 43 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya 

melakukan tugasnya itu, saat  tuannya itu datang. 44 Aku berkata kepada-

mu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas 

segala miliknya. 45 Akan namun , jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam 

hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba 

laki-laki dan hamba-hamba wanita , dan makan minum dan mabuk, 46 

maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, 

dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan mem-

buat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. 47 Adapun hamba yang 

tahu akan kehendak tuannya, namun  yang tidak mengadakan persiapan atau 

tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak 

pukulan. 48 namun  barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan mela-

kukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit 

pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan 

banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya 

akan lebih banyak lagi dituntut.” 49 “Aku datang untuk melemparkan api ke 

bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! 50 Aku harus 

menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu ber-

langsung! 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di 

atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentang-

an. 52 sebab  mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang 

di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka 

akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki 

melawan ayahnya, ibu melawan anaknya wanita , dan anak wanita  

melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya wanita  dan menantu 

wanita  melawan ibu mertuanya.” 


Di sini ada :  

I.  Pertanyaan Petrus, yang diajukannya kepada Kristus setelah ia 

mendengar perumpamaan di atas (ay. 41), “Tuhan, kamikah yang 

Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu, kami yang yaitu  

pengikut-pengikut setia-Mu, kami yang yaitu  para pelayan-Mu, 

atau juga kepada semua orang yang datang untuk menerima 

ajaran dari-Mu, semua orang yang mendengarkan-Mu, termasuk 

semua orang Kristen?” Petrus sekarang, seperti sebelum-sebelum-

nya, menjadi juru bicara bagi murid-murid yang lain. Kita patut 

bersyukur kepada Tuhan   atas orang-orang pemberani seperti ini, 

yang memiliki  karunia berbicara. Namun, orang-orang seperti 

ini harus berjaga-jaga supaya mereka tidak menjadi sombong. 

Nah, Petrus ingin agar Kristus menjelaskan sendiri apa yang di-

maksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, dan agar Ia meng-

arahkan anak panah-Nya pada sasaran yang dituju. Petrus me-

nyebutnya perumpamaan, sebab  perkataan itu tidak hanya ber-

sifat kiasan, namun  juga berbobot, padat, dan mengandung suatu 

ajaran. Tuhan, kata Petrus, kami ataukah semua orang yang di-

maksudkan dengan perumpamaan itu? Kristus memberikan 

jawaban langsung untuk pertanyaan ini (Mrk. 13:37), “Apa yang 

Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang.” Na-

mun, dalam penjelasan selanjutnya dalam ayat-ayat di atas tam-

paknya Ia menunjukkan bahwa para rasullah yang terutama di-

maksudkan dengan perumpamaan itu. Perhatikanlah, kita semua 

harus memperhatikan apa yang dirancang Kristus dalam perkata-

an-Nya kepada kita, dan sesuai dengan itu kita harus menanya-

kan hal-hal yang berkaitan dengannya. Kamikah yang Engkau 

maksudkan? Akukah? Berbicaralah Tuhan, hamba-Mu men-

dengarkan. Apakah perkataan ini ditujukan kepadaku? Berbicara-

lah kepada hatiku.  

II.  Jawaban Kristus terhadap pertanyaan ini, yang ditujukan kepada 

Petrus dan murid-murid yang lain. Bila apa yang sudah dikatakan 

Kristus sebelumnya tidak menyangkut mereka secara khusus, 

melainkan berkaitan dengan orang-orang Kristen lain secara 

umum, sebagai hamba-hamba-Nya, yang semuanya harus ber-

jaga-jaga dan berdoa bagi kedatangan Kristus, maka perkataan-

Nya ini secara khusus ditujukan kepada para hamba, yang meru-

pakan pengurus di rumah Kristus. Nah, Yesus Tuhan kita dalam 

hal ini memberi tahu mereka,  

1.  Apa kewajiban mereka sebagai pengurus-pengurus rumah, dan 

apa kepercayaan yang diberikan kepada mereka.  

(1) Mereka diangkat sebagai kepala atas rumah tangga Tuhan  , di 

bawah Kristus, yang merupakan pemilik rumah itu. Ham-

ba-hamba Tuhan mendapat wewenang dari Kristus untuk 

mengabarkan Injil, untuk menjalankan ketetapan-ketetap-

an Kristus, dan untuk menerapkan  meterai-meterai kove-

nan anugerah (yaitu menjalankan baptisan dan perjamuan 

kudus – pen.).  

(2) Tugas mereka yaitu  memberikan makanan kepada anak-

anak dan hamba-hamba Tuhan  , makanan yang pantas bagi 

mereka dan yang sudah disediakan bagi mereka, meyakin-

kan hati dan memberi penghiburan bagi mereka yang me-

merlukannya. Suum cuique – kepada setiap orang apa yang 

menjadi bagiannya. Ini berarti berterus terang memberita-

kan perkataan kebenaran (2Tim. 2:15).  

(3) Memberikan makanan itu kepada mereka pada waktunya, 

pada waktu dan dengan cara yang paling sesuai dengan 

sifat dan keadaan mereka yang akan diberi makan. Alang-

kah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya kepada 

yang lelah.  

(4) Dalam hal ini mereka harus berlaku setia dan bijaksana, 

setia kepada Tuan mereka, yang oleh-Nya kepercayaan be-

sar ini ditanamkan di dalam diri mereka, dan setia kepada 

hamba-hamba yang lain, yang untuk kebaikan merekalah 

kepercayaan ini diberikan, dan bijaksana dalam meman-

faatkan kesempatan untuk memberikan kehormatan bagi 

Tuan mereka dan pelayanan bagi keluarga-Nya. Hamba-

hamba Tuhan haruslah terampil dan juga setia.   

2. Apa kebahagiaan yang akan mereka peroleh jika mereka dida-

pati setia dan bijaksana (ay. 43): “Berbahagialah hamba,” 

(1) Yang bekerja, yang tidak bermalas-malasan atau bersantai-

santai. Bahkan kepala rumah tangga harus bekerja dan 

menjadi hamba bagi semua.  

(2) Yang sedang melakukan tugasnya, seperti yang sudah se-

harusnya, yaitu memberi makanan kepada hamba-hamba

Nya, dengan cara berkhotbah kepada jemaat dan memberi 

teladan mengenai apa yang diajarkannya itu.  

(3) Yang didapati sedang melakukan tugasnya saat  Tuannya 

datang, yang bertahan sampai akhir, kendati menjumpai 

berbagai kesulitan di tengah jalan. Nah, kebahagiaannya 

ini digambarkan dengan diberikannya kedudukan yang le-

bih tinggi kepada pengurus rumah yang bertugas untuk 

melakukan pelayanan yang lebih rendah. Ia akan diberi 

kedudukan untuk melakukan tugas-tugas yang lebih besar 

dan lebih tinggi (ay. 44): Tuannya itu akan mengangkat dia 

menjadi pengawas segala miliknya. Yusuf pernah menda-

pat kedudukan seperti ini juga di istana Firaun. Perhati-

kanlah, hamba-hamba yang mendapat belas kasihan dari 

Tuhan untuk menjadi setia akan mendapat belas kasihan 

yang lebih banyak lagi dan akan diberikan imbalan yang 

berlimpah atas kesetiaan mereka pada hari Tuhan. 

3. Betapa mengerikannya penghakiman yang akan menimpa me-

reka jika mereka berlaku jahat dan tidak setia (ay. 45-46). Jika 

hamba itu mulai bertengkar dan berbuat cemar, maka ia akan 

dimintai pertanggungjawaban dan akan dihukum dengan be-

rat. Kita sudah membahas semuanya ini dalam Injil Matius, 

dan sebab  itu di sini kita hanya akan mengamati,  

(1) Pandangan kita bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali 

itu merupakan suatu peristiwa yang masih lama lagi baru 

akan terjadi merupakan penyebab dari banyaknya keka-

cauan yang membuat pikiran kita mengenai kedatangan-

Nya itu terasa menyusahkan: Hamba itu berkata di dalam 

hatinya, “Tuanku tidak datang-datang.” Kesabaran Kristus 

sering kali disalahartikan sebagai suatu perbuatan yang 

menunda-nunda, yang membuat umat-Nya kecewa dan 

membuat musuh-Nya senang.  

(2) Para penganiaya umat Tuhan   biasanya merasa aman-aman 

saja dan dikuasai oleh kesenangan duniawi, mereka memu-

kul sesama hamba, lalu makan minum dan mabuk, sama 

sekali tidak peduli dengan dosa mereka sendiri atau de-

ngan penderitaan-penderitaan saudara-saudara mereka, 

seperti halnya raja dan Haman, yang duduk minum-minum 

saat  kota Susan menjadi gempar. Demikianlah mereka

minum-minum, untuk menekan suara hati nurani mereka 

sendiri, dan untuk mengacaukannya, sebab  kalau tidak 

demikian, hati nurani mereka pasti sudah menegur mereka 

dengan keras.  

(3) Kematian dan penghakiman akan menjadi suatu hal yang 

sangat mengerikan bagi semua orang fasik, dan terutama 

bagi hamba-hamba Tuhan yang jahat. Mereka akan dibuat 

terkejut olehnya, sebab  kematian itu datang pada hari 

yang tidak disangkakannya. Pada hari itu mereka akan di-

tentukan untuk mengalami kesengsaraan yang tiada akhir. 

Mereka akan dipisahkan dan disatukan dengan orang-

orang yang tidak percaya.  

4.  Dosa dan hukuman mereka akan semakin bertambah sebab  

mereka tahu kewajiban mereka, namun tidak melakukannya 

(ay. 47-48). Hamba yang tahu kehendak tuannya, namun  yang 

tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya itu akan mene-

rima banyak pukulan, akan mendapatkan hukuman yang lebih 

menyakitkan; sedangkan hamba yang tidak tahu akan mene-

rima sedikit pukulan, dan hukumannya, dengan mempertim-

bangkan ketidaktahuannya itu, akan diperingan. Ini tampak-

nya merujuk pada hukum yang membedakan dosa yang tidak 

disengaja dan dosa yang disengaja (Im. 5:15 dst.; Bil. 15:29-

30), dan juga pada hukum lain yang berkaitan dengan banyak-

nya pukulan yang harus diberikan kepada orang yang bersa-

lah sesuai dengan tindak kejahatannya (Ul. 25:2-3).  

Di sini terlihat bahwa:  

(1) Ketidaktahuan akan kewajiban kita bisa menjadi alasan ke-

ringanan atas dosa kita. Orang yang tidak tahu kehendak 

tuannya, sebab  kecerobohan dan kelalaian, dan tidak 

memiliki  kesempatan-kesempatan seperti yang dimiliki 

sebagian yang lain untuk mengetahui kewajiban itu, dan 

melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, maka 

ia akan dipukul, namun  dengan sedikit pukulan, sebab  se-

benarnya ia bisa saja mengetahui kewajibannya dengan 

lebih baik. Ketidaktahuannya itu dapat meringankan hu-

kumannya sebagian, namun  tidak seluruhnya. Demikianlah 

sebab  ketidaktahuan orang-orang Yahudi menghukum 

mati Kristus (Kis. 3:7; 1Kor. 2:8), dan Kristus memandang 

ketidaktahuan itu sebagai suatu alasan bagi perbuatan 

mereka: mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.  

(2) Jika kita tahu kewajiban kita namun tidak melakukannya, 

maka dosa kita pun lebih berat. Hamba yang tahu akan ke-

hendak tuannya, namun melakukan kehendaknya sendiri, 

akan menerima banyak pukulan. Tuhan   dengan adil akan 

memberinya hukuman yang lebih berat sebab  ia menya-

lahgunakan sarana pengetahuan yang sudah didapatnya, 

yang mungkin akan dipakai  dengan lebih baik oleh 

orang lain, sebab  hal itu menunjukkan kehendak hati dan 

penghinaannya terhadap pengetahuan yang sudah diper-

olehnya. Ah, berapa berat lagikah hukuman yang selayak-

nya diberikan kepada mereka ini, selain banyaknya pukul-

an yang mereka terima dari hati nurani mereka sendiri? 

Anakku, camkanlah ini! Inilah alasan baik yang ditambah-

kan untuk itu: setiap orang yang kepadanya banyak diberi, 

daripadanya akan banyak dituntut, terutama apabila hal 

itu diberikan sebagai kepercayaan yang harus ia pertang-

gungjawabkan. Orang yang memiliki  kemampuan ber-

pikir yang lebih tinggi daripada orang lain, yang mempu-

nyai lebih banyak pengetahuan dan pendidikan, dan yang 

lebih mengenal Kitab Suci, kepada mereka banyak diberi, 

dan mereka pun akan dimintai pertanggungjawaban yang 

lebih besar.     

III. Pembicaraan lebih lanjut tentang penderitaan-penderitaan-Nya 

sendiri, yang sudah disadari-Nya, dan tentang penderitaan-pen-

deritaan para pengikut-Nya, yang Ia ingin agar mereka pun terus 

menyadarinya dalam kehidupan mereka. Secara umum (ay. 49), 

“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi.” Sebagian orang 

mengartikan perkataan ini dengan pemberitaan Injil dan pencu-

rahan Roh Kudus, api suci. Api ini dikirim Kristus dengan tugas 

untuk memurnikan dunia, untuk mengangkat sisa-sisa kotoran di 

dalamnya, dan untuk membakar sekamnya, dan api itu telah 

menyala. Injil sudah mulai diberitakan, dan sudah ada persiapan 

bagi pencurahan Roh Kudus. Kristus membaptis dengan Roh Ku-

dus dan dengan api. Roh ini turun dalam lidah-lidah api. Namun 

demikian, dari perkataan selanjutnya, tampak bahwa api ini 

harus lebih dimengerti sebagai api penganiayaan. Kristus bukan-

lah penyebab dari penganiayaan ini, sebab penganiayaan terjadi 

sebab  dosa para pengacau, para penganiaya. Namun, Ia meng-

izinkannya, bahkan menugaskannya, sebagai api yang memurni-

kan untuk menguji mereka yang dianiaya. Api itu telah menyala 

dalam bentuk permusuhan orang-orang Yahudi yang tidak saleh 

terhadap Kristus dan para pengikut-Nya. “Betapakah Aku harap-

kan api itu telah menyala! Apa yang hendak kauperbuat, perbuat-

lah dengan segera. Jika api itu telah menyala, apakah yang hen-

dak Kuperbuat? Haruskah Aku menunggu sampai api itu dipa-

damkan? Tidak, sebab api itu harus melekat kepada-Ku dan ke-

pada semua orang, dan dengannya Tuhan   akan semakin dipermu-

liakan.”   

1.  Ia sendiri harus menderita banyak hal, Ia harus melewati api 

yang telah menyala ini (ay. 50), “Aku harus menerima baptis-

an.” Penderitaan-penderitaan biasanya dibandingkan dengan 

api atau air (Mzm. 66:12; 69:2-3). Penderitaan-penderitaan 

Kristus yaitu  keduanya, api dan air. Ia menyebut penderita-

an-penderitaan-Nya ini sebuah baptisan (Mat. 20:22), sebab Ia 

dibenamkan di dalam air atau diperciki dengan air, seperti 

Israel yang dibaptis dalam awan dan dibenamkan ke dalam-

nya, seperti Israel yang dibaptis dalam laut (1Kor. 10:2). Ia ha-

rus diperciki dengan darah-Nya sendiri, dan dengan darah 

musuh-musuh-Nya (Yes. 63:3). 

Perhatikanlah di sini:  

(1) Kristus sudah melihat sebelumnya penderitaan-penderita-

an-Nya. Ia tahu apa yang harus dialami-Nya, dan bagai-

mana pentingnya Dia mengalami penderitaan-penderitaan 

itu: “Aku harus menerima baptisan.” Ia menyebut penderita-

an-Nya dengan sebuah istilah yang membuatnya terdengar 

ringan. Penderitaan itu yaitu  baptisan, bukan luapan air. 

Aku harus dibenamkan, bukan ditenggelamkan, di dalam-

nya. Ia menyebutnya dengan suatu istilah yang mengudus-

kan segala penderitaan-Nya itu, sebab baptisan yaitu  

nama yang menguduskan penderitaan itu, sebab baptisan 

yaitu  upacara yang kudus. Kristus dalam penderitaan-

Nya mempersembahkan diri-Nya bagi kehormatan Bapa-

Nya, dan menahbiskan diri-Nya sebagai imam untuk sela-

ma-lamanya (Ibr. 7:27-28). 

(2) Keberanian Kristus dalam menghadapi penderitaan-Nya: 

“Betapakah Aku harapkan api itu telah menyala!” Ia rindu 

akan saat Ia harus menderita dan wafat, mata-Nya tertuju 

pada kemuliaan yang akan diperoleh dari penderitaan-pen-

deritaan-Nya. Secara tidak langsung, ini seperti keadaan 

seorang wanita di dalam penderitaannya hendak melahir-

kan, ia menyambut rasa sakitnya, sebab  penderitaan itu 

mempercepat kelahiran anaknya, ia berharap rasa sakit itu 

menusuk tajam dan hebat, supaya ia tidak usah berlama-

lama menderita. Penderitaan-penderitaan Kristus yaitu  

kesengsaraan jiwa-Nya, yang dengan senang hati dijalani-

Nya, dengan harapan bahwa melalui penderitaan itu Ia 

akan melihat keturunan-Nya (Yes. 53:10-11). Betapa hati-

Nya terpatri pada penebusan dan keselamatan umat manu-

sia.  

2. Ia memberi tahu mereka yang ada di sekeliling-Nya bahwa me-

reka juga harus menanggung berbagai kesusahan dan kesulit-

an (ay. 51): “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk mem-

bawa damai di atas bumi, untuk memberimu ketenangan da-

lam memiliki bumi, dan hidup berkelimpahan secara lahiriah 

di dalamnya?” Di sini tersirat bahwa mereka cenderung ber-

pikiran seperti ini, malah bahwa mereka terus beranggapan 

demikian, bahwa Injil akan diterima di mana-mana, bahwa 

semua orang akan memeluknya dengan suara bulat dan bah-

wa oleh sebab itu mereka akan berusaha membuat para pe-

ngabarnya merasa tenang dan hebat, bahwa Kristus, kalaupun 

Ia tidak memberi mereka kemegahan dan kekuasaan, setidak-

nya akan memberi mereka kedamaian. Dalam hal ini mereka 

didorong oleh bacaan-bacaan dari Perjanjian Lama yang ber-

bicara tentang kedamaian dalam kerajaan Mesias, yang hanya 

ingin mereka mengerti sebagai kedamaian lahiriah. “namun ,” 

kata Kristus, “kamu keliru, sebab apa yang akan terjadi justru 

bertentangan dengan itu, dan sebab  itu janganlah kamu 

menghibur dirimu dengan gambaran Firdaus orang-orang 

bodoh. Kamu akan melihat”:  

 (1) “Bahwa pemberitaan Injil akan mengakibatkan pertentang-

an.” Rancangan Injil dan kuasanya yang benar memang 

untuk menyatukan anak-anak manusia satu dengan yang 

lain, untuk mengumpulkan mereka bersama-sama dalam 

jalinan kasih yang kudus, dan jika mereka semua mau 

menerimanya, maka itulah yang akan dihasilkan. Akan 

namun , nyatanya, ada orang banyak yang bukan hanya 

tidak mau menerima Injil, namun  juga menentangnya, yang 

marah sebab  kejahatan-kejahatan mereka diusik olehnya, 

dan berang terhadap orang-orang yang menerimanya. Se-

muanya ini memberikan kesempatan, meskipun bukan pe-

nyebab, bagi adanya pertentangan itu. saat  orang kuat 

dan bersenjata menjaga rumahnya, di dunia orang-orang 

bukan-Yahudi, maka amanlah segala miliknya. Segalanya 

serba tenang, sebab  semua orang menuju ke arah yang 

sama, para filsuf dengan berbagai aliran mereka dapat 

hidup rukun satu sama lain, begitu pula dengan para pe-

nyembah ilah-ilah yang beraneka ragam. namun  saat  Injil 

diberitakan, dan banyak orang diterangi olehnya, dan ber-

balik dari kuasa Iblis kepada Tuhan  , maka timbullah suatu 

gejolak, suatu suara berderak-derak (Yeh. 37:7). Sebagian 

orang memisahkan diri mereka dengan memeluk Injil, dan 

ini membuat yang lain marah. Ya, bahkan di antara orang-

orang yang menerima Injil akan ada berbagai pendapat dan 

perasaan yang berbeda dalam menanggapi perkara-perkara 

kecil, dan ini akan mengakibatkan pertentangan, yang 

diperbolehkan Kristus demi tujuan-tujuan yang kudus 

(1Kor. 11:18), yaitu agar orang-orang Kristen dapat belajar 

dan berlaku sabar satu sama lain (Rm. 14:1-2).     

(2) “Bahwa pertentangan ini akan dialami juga oleh keluarga-

keluarga, dan pemberitaan Injil akan menimbulkan perpe-

cahan di antara kerabat-kerabat terdekat” (ay. 53): ayah 

melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan 

ayahnya. Ini terjadi apabila yang satu menjadi Kristen dan 

yang lain tidak, sebab yang menjadi Kristen akan bersema-

ngat untuk mempertobatkan yang lain dengan perkataan 

dan tindakan kasih (1Kor. 7:16). Paulus, segera setelah ia 

bertobat, bersoal jawab (Kis. 9:29). Orang yang terus tidak 

percaya akan merasa berang dan akan membenci serta 

menganiaya orang yang melalui iman dan ketaatannya ber-

saksi melawan dan mencela ketidakpercayaan serta keti-

daktaatan mereka. Semangat fanatisme dan penganiayaan 

akan memutuskan tali persaudaraan dan kasih sayang 

yang paling kuat (lih. Mat. 10:35 dan Luk. 24:7). Bahkan 

ibu dan anaknya wanita  berselisih tentang agama; 

orang-orang yang tidak percaya menjadi buas dan garang 

sampai bersedia menyerahkan orang-orang percaya, walau-

pun sangat dekat dengan mereka dan sangat mereka ka-

sihi, ke dalam tangan para penganiaya yang haus darah. 

Kita membaca dalam Kisah Para Rasul bahwa di mana pun 

Injil diberitakan, orang-orang dihasut untuk melakukan 

penganiayaan. Injil di mana-mana mendapat perlawanan, 

dan menimbulkan huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan. 

Oleh sebab  itu, janganlah murid-murid Kristus meng-

idam-idamkan damai di bumi bagi diri mereka, sebab 

mereka diutus seperti domba di tengah-tengah serigala. 

Berdamai dengan Tuhan    

(12:54-59) 

54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan 

naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu 

memang terjadi. 55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu 

berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. 56 Hai orang-

orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah 

kamu tidak dapat menilai zaman ini? 57 Dan mengapakah engkau juga tidak 

memutuskan sendiri apa yang benar? 58 Sebab, jikalau engkau dengan la-

wanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia 

selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan 

hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melem-

parkan engkau ke dalam penjara. 59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak 

akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.” 

Setelah memberikan pelajaran kepada murid-murid-Nya dalam ayat-

ayat sebelumnya, Kristus di sini berbalik kepada orang banyak, dan 

memberikan pelajaran kepada mereka (ay. 54). Ia berkata pula ke-

pada orang banyak, Ia berkhotbah ad populum – kepada orang 

banyak, selain juga ad clerum – kepada para imam. Secara umum, Ia 

ingin agar mereka bijak dalam masalah-masalah yang berhubungan 

dengan jiwa mereka sama seperti dalam masalah-masalah lahiriah. 

Ada dua hal yang dikhususkan-Nya: 

I.   Biarlah mereka belajar memahami jalan Tuhan   bagi mereka, supaya 

mereka dapat mempersiapkan diri sesuai dengan apa yang mereka 

pahami itu. Mereka bijaksana dalam hal cuaca, dan dengan meng-

amati angin dan awan mereka bisa memperkirakan kapan hari 

akan hujan dan kapan hari akan panas terik (ay. 54-55), dan 

sesuai dengan prakiraan cuaca mereka itu, mereka akan mema-

sukkan jerami atau gandum ke dalam rumah mereka, atau men-

jemurnya di luar, atau membawa bekal-bekal tertentu saat  

bepergian. Bahkan untuk perubahan-perubahan cuaca, Tuhan   

memberikan peringatan kepada kita akan apa yang segera terjadi, 

dan ilmu pengetahuan kini telah mengembangkan berbagai cara 

untuk lebih bisa memantau gejala perubahan cuaca. Perkiraan 

cuaca yang dirujuk di sini timbul dari berbagai pengamatan yang 

dilakukan secara berulang-ulang terhadap rantaian sebab akibat. 

Dari apa yang telah terjadi kita bisa menduga apa yang akan 

terjadi. Lihatlah manfaat apa yang dapat diambil dari pengalaman; 

dengan memberi perhatian, kita bisa memberi peringatan. Orang 

yang bijak akan mengamati dan belajar.  

Perhatikanlah sekarang: 

1.  Tanda-tanda khusus dari prakiraan itu: “Apabila kamu melihat 

awan naik di sebelah barat” (orang Yahudi mengatakannya, 

timbul dari laut), “awan itu mungkin pertama-tama terlihat 

sebesar telapak tangan (1Raj. 18:44), namun  kamu berkata bah-

wa dari dalamnya akan tercurah air hujan, dan memang ter-

bukti demikian. Apabila kamu melihat angin selatan bertiup, 

kamu berkata, hari akan panas terik” (sebab negara-negara 

Afrika yang beriklim panas terletak tidak jauh di selatan 

wilayah Yudea), “dan biasanya hal itu memang terjadi.” Namun 

alam tidaklah terikat dengan pola-pola seperti itu, dan kadang-

kadang kita pun keliru dalam membuat prakiraan. 

2.  Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari ayat-ayat di atas tadi 

(ay. 56): “Hai orang-orang munafik, yang mengaku bijaksana, 

namun sebenarnya tidak, yang mengaku-ngaku menantikan 

kedatangan Mesias dan kerajaan-Nya” (sebab demikianlah 

orang Yahudi pada umumnya) “namun yang sesungguhnya 

tidak ingin menerima atau menyambutnya, mengapakah kamu 

tidak dapat menilai zaman ini? Mengapa kamu tidak dapat me-

nilai bahwa sekaranglah waktunya, menurut petunjuk-petun

juk yang diberikan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama, 

bagi Mesias untuk muncul? Mengapa kamu tidak dapat meni-

lai bahwa menurut tanda-tanda yang digambarkan tentang 

Dia itu, Akulah Dia? Mengapa kamu tidak sadar bahwa seka-

rang kamu memiliki  kesempatan yang tidak akan ada 

padamu untuk waktu yang lama, dan yang mungkin tidak akan 

pernah datang kepadamu lagi, untuk dapat ambil bagian 

dalam Kerajaan Tuhan   dan untuk memperoleh hak-hak isti-

mewa yang ditawarkan di dalamnya?” Waktu ini yaitu  waktu 

perkenanan itu, sekarang atau tidak akan pernah lagi. Kebo-

dohan dan kesengsaraan manusia yaitu  bahwa ia tidak me-

ngetahui waktunya (Pkh. 9:12). Inilah kehancuran orang-orang 

pada angkatan itu, bahwa mereka tidak mengetahui saat bila-

mana Tuhan   melawat mereka (19:44). namun  hati orang berhik-

mat mengetahui waktu pengadilan. Seperti inilah hikmat bani 

Isakhar, yang memiliki  pengertian tentang saat-saat yang 

baik (1Taw. 12:32). Kristus menambahkan, “Mengapakah eng-

kau juga, meskipun engkau tidak diberi tanda-tanda yang 

mencolok ini, tidak memutuskan sendiri apa yang benar? (ay. 

57). Kamu tidak hanya bodoh dan tidak peduli dengan per-

kara-perkara yang berkaitan dengan penyataan ilahi, dan 

tidak menghiraukan petunjuk-petunjuk yang diberikan di da-

lamnya kepadamu, kamu juga bodoh dalam hal-hal yang ter-

kait dengan hukum alam.” Kekristenan harus dicermati de-

ngan memakai akal budi dan hati nurani; sebab  itu kalau 

orang mau membiarkan dirinya berpikir dengan bebas untuk 

memutuskan apa yang benar, mereka akan segera mendapati 

bahwa semua hukum Kristus mengenai segala sesuatu itu 

sungguh benar adanya, dan bahwa tidak ada hal yang lebih 

pantas, atau lebih baik bagi kita, daripada berserah diri ke-

pada hukum-hukum-Nya itu dan diperintah olehnya. 

II. Biarlah mereka segera berdamai dengan Tuhan   selama masih ada 

waktu, sebelum segalanya terlambat (ay. 58-59). Masalah ini su-

dah kita lihat dalam kesempatan lain (Mat. 5:25-26).  

1. Dalam perkara-perkara duniawi, kita bersikap bijak jika ber-

sepakat dengan orang-orang yang tidak bisa kita lawan, jika 

berdamai dengan musuh kita dengan syarat-syarat terbaik 

yang bisa kita ajukan, sebelum mereka mengambil jalan ke-

adilan dan kita diserahkan kepada kerasnya hukum: “Jikalau 

engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, untuk 

mengajukan perkara kalian, dan engkau tahu bahwa musuh-

mu akan menang melawanmu, maka engkau sedang terancam 

dilemparkan ke dalam penjara; sebab  itu, cara terbijak 

bagimu yaitu  menyelesaikan permasalahan ini di antara 

kalian sendiri. Berusahalah berdamai dengan dia selama di 

tengah jalan, supaya engkau dibebaskan, supaya penghakim-

an tidak dijatuhkan, dan supaya engkau tidak dihukum sesuai 

dengan hukum yang berlaku.” Orang bijak tidak akan mem-

biarkan perselisihan mereka semakin menghebat, melainkan 

berusaha menyelesaikannya pada waktunya.  

2.  Marilah kita berbuat demikian juga dalam masalah-masalah 

yang berhubungan dengan jiwa kita. Melalui dosa, kita men-

jadikan Tuhan   musuh kita, dan kita telah membuat-Nya tidak 

berkenan kepada kita, sementara kebenaran dan kekuasaan 

ada pada-Nya. sebab  itu tidak ada gunanya bagi kita untuk 

terus berselisih dengan-Nya entah dalam pengadilan ataupun 

dalam pertengkaran. Kristus, yang kepada-Nya segala peng-

hakiman telah diserahkan, yaitu  pemerintah yang kepada-

Nya kita harus segera menghadap. Jika kita sedang berdiri 

dalam penghakiman-Nya, dan kita bersikeras untuk membe-

narkan diri, maka akibatnya akan balik menentang kita. Sang 

Hakim akan menyerahkan kita kepada pembantunya, pelayan-

pelayan keadilan-Nya, dan kita akan dilemparkan ke dalam 

penjara neraka, dan utang kita akan ditagih sampai yang se-

kecil-kecilnya. Walaupun kita tidak bisa membayarnya secara 

utuh, kita akan terus dituntut sampai lunas, yang berarti tidak 

akan terpenuhi sampai pada kekekalan. Penderitaan-penderi-

taan Kristus berlangsung singkat, namun nilai yang terkan-

dung di dalamnya membuat utang-utang kita terbayar lunas. 

Dalam penderitaan-penderitaan orang berdosa yang terkutuk, 

apa yang tidak terbayarkan itu harus dilunasi dalam waktu 

yang tidak berkesudahan. Nah, dengan menimbang semuanya 

ini, marilah kita berusaha dengan tekun untuk dibebaskan 

dari tangan Tuhan   sebagai musuh dan diserahkan ke dalam ta-

ngan-Nya sebagai Bapa, dan marilah kita melakukannya se-

lama di tengah jalan, seperti yang sangat ditekankan dalam 

perumpamaan ini. Selama kita hidup, kita berada di tengah

jalan, dan sekaranglah waktu kita itu, dengan bertobat dan 

beriman kepada Kristus (yang yaitu  Pengantara sekaligus Pe-

merintah), untuk menyelesaikan perselisihan kita, selagi ma-

sih dapat dilakukan dan sebelum segalanya terlambat. Demi-

kianlah Tuhan   di dalam Kristus mendamaikan dunia dengan 

diri-Nya, dengan meminta kita untuk sungguh-sungguh berda-

mai dengan-Nya. Marilah kita berpegang pada lengan Tuhan 

yang terentang lebar menawarkan kemurahan-Nya ini, supaya 

kita dapat berdamai, dan mencari damai (Yes. 27:4-5), sebab 

kita tidak bisa berjalan bersama selama kita tidak seiring. 



Related Posts:

  • lukas 1-12 14 gan ketamakan dan kejahat-an, tamak dengan barang milik orang lain, dan jahat terha-dap orang yang baik-baik.” Pelayan tidak akan dianggap bersih jika dia hanya mencuci bagian luar dari cangkir yang sudah dipa… Read More