gan ketamakan dan kejahat-
an, tamak dengan barang milik orang lain, dan jahat terha-
dap orang yang baik-baik.” Pelayan tidak akan dianggap
bersih jika dia hanya mencuci bagian luar dari cangkir yang
sudah dipakai tuannya untuk minum, atau piring yang
418
sudah dipakai tuannya untuk makan. Pelayan seperti
ini tidak ambil peduli untuk membersihkan bagian dalam-
nya, yang di sana mungkin ada kotoran yang langsung me-
ngotori makanan atau minumannya. Sikap hati kita dalam
beribadah sama seperti bagian dalam cangkir atau piring
itu, yang kalau masih kotor akan menodai ibadah kita.
Jadi, jika kita berusaha tidak melakukan suatu kejahatan
besar yang memalukan namun tetap hidup di bawah kuasa
kejahatan rohani, maka itu akan membuat Tuhan murka,
sama dengan pelayan yang memberikan sebuah cangkir ke-
pada tuannya, yang bagian luarnya bersih dari debu na-
mun bagian dalamnya penuh dengan sarang dan laba-laba.
Ketamakan dan kekejian, yang berarti memberhalakan hal-
hal duniawi dan membiarkan kebencian menguasai diri,
yang menurut orang dapat ditutup-tutupi dengan jubah
tertentu, merupakan dosa berbahaya yang akan menghan-
curkan banyak orang yang hanya membuat cangkir bagian
luarnya bersih sementara di dalamnya ada dosa yang lebih
menjijikkan, lebih memalukan, dan yang tidak terampun-
kan, seperti persundalan dan kemabukan.
(2) Contoh khusus yang menggambarkan betapa ganjilnya ke-
salahan orang-orang Farisi itu: “Hai orang-orang bodoh, bu-
kankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang
menjadikan bagian dalam? (ay. 40). Bukankah Tuhan , yang
dalam hukum Musa menetapkan berbagai macam upacara
pembasuhan, yang kamu pakai untuk membenarkan kewa-
jiban-kewajiban yang kamu lakukan ini, juga menetapkan
bahwa kamu harus membersihkan dan menyucikan hati-
mu? Dia yang membuat hukum untuk hal-hal yang di luar,
bukankah juga dalam hukum itu bahkan memiliki mak-
sud untuk hal-hal yang di dalam, dan dalam hukum-hu-
kum lain Dia justru menunjukkan betapa rendahnya Dia
memandang masalah membasuh tubuh dan membersihkan
kotoran ini, jika hati tidak dibersihkan?” Atau, dalam hal
ini Tuhan bisa dipandang tidak hanya sebagai Pemberi Hu-
kum, melainkan juga (seperti yang tampak tersirat) sebagai
Pencipta. Bukankah Tuhan yang menciptakan tubuh ini
(yang dijadikan dengan dahsyat dan ajaib), juga mencipta-
kan jiwa yang dibuat secara lebih dahsyat dan lebih ajaib
Injil Lukas 11:37-54
419
lagi? Jadi, jika Dia menciptakan baik tubuh maupun jiwa,
maka sungguh benarlah Dia mengharapkan kita untuk
menjaga keduanya. Oleh sebab itu, kita tidak hanya harus
membasuh tubuh, yang dibentuk oleh-Nya, dan mencuci
tangan untuk menghormati hasil karya-Nya, melainkan
juga harus membasuh roh, yang Bapanya yaitu Tuhan
sendiri, dan membersihkan kusta yang ada dalam hati.
Kepada hal ini, Kristus menggabungkan sebuah perin-
tah agar apa yang kita lakukan untuk kenyamanan hidup
menjadi bersih (ay. 41): “Daripada mencuci tangan sebelum
makan, beramTuhan dengan memberikan barang-barang
yang kamu miliki (ta enonta – barang-barang yang ada di
hadapanmu dan yang kamu miliki). Biarlah kaum miskin
mengambil bagian dari kepunyaanmu, maka segala sesua-
tu menjadi bersih bagimu, dan kamu dapat memakainya de-
ngan tenang.” Ini merupakan rujukan yang jelas bagi hu-
kum Musa yang memerintahkan bahwa jumlah tertentu
dari hasil-hasil tanah orang Israel harus diberikan kepada
kaum Lewi, orang asing, anak yatim, dan janda, dan sete-
lah itu, barulah apa yang mereka simpan untuk mereka
sendiri menjadi bersih, dan dengan iman mereka dapat ber-
doa untuk meminta berkat atasnya (Ul. 26:12-15). Kita
baru bisa menikmati berkat Tuhan yang melimpah dengan
tenang apabila kita mengirimkan sebagian kepada mereka
yang tidak sedia apa-apa (Neh. 8:11). Ayub tidak memakan
makanannya sendiri, anak yatim turut memakannya, dan
dengan demikian makanan itu bersih baginya (Ayb. 31:17);
bersih maksudnya diizinkan dan diperbolehkan untuk di-
gunakan, sebab dengan begitu, barulah dapat dipakai
dengan nyaman. Perhatikanlah, apa yang ada pada kita bu-
kanlah milik kita sendiri, kecuali Tuhan mendapatkan apa
yang menjadi bagian-Nya dari milik kita itu; dan hanya me-
lalui pemberian kepada orang miskinlah barulah kita dapat
membersihkan diri untuk bebas memakai milik kita itu
bagi kepentingan dan kenyamanan diri kita sendiri.
2. Dia menegur mereka sebab menekankan hal-hal yang remeh,
dan mengabaikan hal-hal yang penting dalam hukum Taurat
(ay. 42).
420
(1) Hukum-hukum yang hanya berkaitan dengan sarana-sara-
na peribadatan mereka jalankan dengan sangat tepat, ter-
utama hukum mengenai kesejahteraan para imam: Engkau
membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis
sayuran, membayar dengan barang yang benar dan jumlah
yang tepat, dan kamu tidak mau mengecewakan para imam
dengan membayarnya dengan barang pengganti yang sepa-
dan atau dengan kelipatan dari jumlah yang sebenarnya.
Dengan berbuat demikian, mereka akan memperoleh nama
baik sebagai pelaksana hukum Taurat yang ketat, dan
akan mendapat dukungan bagi kepentingan mereka dari
para imam, yang dengan kuasanya sudah banyak berbuat
baik kepada mereka. Jadi, tidak mengherankan jika iman-
imam dan orang-orang Farisi berupaya memperkuat kedu-
dukan mereka satu sama lain. Di sini Kristus tidak menya-
lahkan mereka sebab membayar persepuluhan dengan
sedemikian tepatnya (yang satu harus dilakukan), namun ka-
rena mereka berpikir bahwa dengan berbuat demikian me-
reka dapat mengabaikan kewajiban-kewajiban yang lebih
besar, sebab ,
(2) Hukum-hukum yang berkaitan dengan inti ibadah tidak
mereka kerjakan: Kamu mengabaikan keadilan dan kasih
Tuhan , kamu tidak berpikir memberikan kepada manusia
apa yang menjadi bagian mereka dan memberikan kepada
Tuhan apa yang menjadi bagian-Nya, yaitu hatimu.
3. Dia menegur mereka sebab sombong dan angkuh, dan juga
sebab mereka lebih peduli dengan upacara keagamaan dan
pujian dari manusia (ay. 43): “Kamu suka duduk di tempat ter-
depan di rumah ibadat” (atau dalam pertemuan para dewan
penatua untuk membahas masalah pemerintahan). “Jika ka-
mu tidak memiliki kursi-kursi itu, kamu pun bertekad sebisa-
bisanya untuk mendapatkannya. Jika kamu sudah memper-
olehnya, kamu sombong dengan hal itu. Kamu suka menerima
penghormatan di pasar, untuk dipuji dan disanjung-sanjung
orang.” Yang ditegur Yesus di sini bukanlah duduk di tempat
terdepan atau menerima penghormatan, melainkan menyukai
hal-hal ini .
4. Dia menegur mereka sebab munafik dan menutupi kekejian
hati dengan segala macam kepura-puraan, dan hidup dalam
Injil Lukas 11:37-54
421
berbagai macam kepalsuan (ay. 44): “Kamu sama seperti kubur
yang tertutup oleh rumput, yang sebab itu tidak terlihat, dan
orang-orang yang berjalan di atasnya tidak menyadari ada
kubur di situ, sehingga dengan menyentuh kubur itu mereka
menjadi najis menurut hukum Taurat.” Orang-orang Farisi ini
penuh dengan kekejian di dalamnya, sama seperti kubur yang
penuh dengan kebusukan. Mereka penuh dengan ketamakan,
iri hati, dan kejahatan, namun mereka begitu pandai menyem-
bunyikannya, dengan memperlihatkan kepada orang bahwa
mereka beribadah, sehingga kejahatan itu tidak tampak, dan
orang banyak yang mengikuti ajaran mereka dengan membabi
buta juga ikut tercemar dosa, tertular kebusukan dan kebejat-
an moral mereka, namun mereka tetap berupaya memperlihat-
kan kesalehan mereka di depan orang banyak, dan mereka sa-
ma sekali tidak merasa bahwa hal itu berbahaya. Penularan
itu meresap diam-diam, dan diserap tanpa terasa, dan mereka
yang tertular itu tidak pernah sadar bahwa keadaan mereka
kini jauh lebih buruk.
IV. Kesaksian yang diberikan-Nya ini juga melawan para ahli hukum
atau ahli Taurat, yang pekerjaannya menguraikan hukum Taurat
menurut tradisi nenek moyang, seperti halnya tugas orang-orang
Farisi untuk menjalankan hukum Taurat menurut tradisi itu.
1. Ada seseorang yang mengaku sebagai ahli Taurat merasa ter-
singgung dengan apa yang dikatakan Yesus kepada orang
Farisi itu (ay. 45): “Guru, dengan berkata demikian, Engkau
menghina kami juga, sebab kami ini ahli Taurat. Jadi masak-
an kami ini orang munafik?” Perhatikanlah, orang berdosa
yang tidak rendah hati biasanya menyebut dan menganggap
teguran sebagai hinaan. Bijaksanalah orang yang memang
ingin agar dosanya dimatikan, dengan memanfaatkan hinaan
yang timbul dari niat jahat dan menjadikannya sebagai suatu
teguran. Jika dengan cara seperti ini kita dapat mengetahui
apa kesalahan kita dan kita mau memperbaikinya, maka itu
baik. namun , bodohlah orang yang ingin terus melekat dengan
dosa-dosa mereka, dan yang tidak mau berpisah dengan dosa-
dosa mereka itu, sehingga mencampakkan segala teguran yang
disampaikan dengan baik-baik dan ramah kepada mereka. Me-
reka ini mengabaikan teguran-teguran yang timbul dari kasih,
422
dan menjadi marah sebab nya, seolah-olah semua itu dimak-
sudkan sebagai celaan bagi mereka. Oleh sebab itu, mereka
dengan kurang ajar menentang orang-orang yang menegur me-
reka, dan membenarkan diri dalam menolak teguran itu. Oleh
sebab itulah sang nabi mengeluh (Yer. 6:10): “Firman TUHAN
menjadi cemoohan bagi mereka, mereka tidak menyukainya.” Si
ahli hukum ini mendukung perkara orang Farisi itu, dan de-
ngan berbuat demikian, ia membuat dirinya berbagi dosa de-
ngan orang Farisi itu.
2. Melihat hal ini Yesus Tuhan kita sekaligus juga menegurnya
(ay. 46): “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat,” dan lagi
(ay. 52): “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat.” Ahli-ahli Tau-
rat memuji diri sendiri sebab memiliki nama baik di ka-
langan orang banyak, yang berpikir bahwa para ahli Taurat ini
yaitu orang-orang yang berbahagia sebab mereka mempela-
jari hukum Taurat dan tahu seluk-beluknya, dan memiliki
kehormatan untuk mengajarkan pengetahuan tentang hukum
Taurat itu kepada orang banyak. Akan namun Kristus mencela-
nya, sebab Ia tidak melihat seperti manusia melihat. Kejadian
ini menimpa ahli Taurat itu sebab dia turut ambil bagian da-
lam masalah yang dihadapi orang-orang Farisi dan ikut ber-
tengkar dengan Kristus sebab Dia menegur mereka. Perhati-
kanlah, orang yang menentang teguran-teguran yang dituju-
kan kepada orang lain, dan menyangka bahwa teguran itu un-
tuk mencemooh mereka juga, akan mendapat celaka bagi sen-
diri dengan berbuat demikian.
(1) Para ahli Taurat ditegur sebab mereka membuat kegiatan-
kegiatan ibadah lebih berbeban bagi orang lain, namun lebih
ringan untuk diri mereka sendiri, lebih daripada yang di-
maksudkan Tuhan bagi semua kegiatan ibadah itu (ay. 46):
“Kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada
orang, dengan adat istiadat kamu, yang mengikat mereka
dan melepaskan mereka dari segala kebebasan yang diper-
bolehkan Tuhan bagi mereka; kamu mengikat mereka ke da-
lam rupa-rupa perbudakan yang tidak pernah diperintah-
kan Tuhan , untuk memperlihatkan wewenangmu dan untuk
membuat orang tetap menghormatimu, namun kamu sendiri
tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”
Injil Lukas 11:37-54
423
Maksudnya:
[1] “Kamu sendiri tidak mau membebani dirimu dengan hal-
hal seperti itu, atau mengikat dirimu dengan larangan-
larangan yang kamu pakai untuk memberatkan mere-
ka.” Dengan pagar-pagar hukum yang dibuat-buat oleh
mereka itu, mereka terlihat sangat ketat menjalankan
hukum Taurat. namun , jika kamu mengamati perilaku
mereka, kamu akan melihat bahwa bukan saja tidak
menjalankan pagar-pagar yang mereka buat sendiri itu,
mereka juga tidak melaksanakan hukum itu sendiri.
Hal semacam ini juga diperbuat para petinggi gereja da-
lam beberapa gereja dewasa ini.
[2] “Kamu tidak mau meringankan beban-beban mereka
yang kamu perintah, kamu tidak mau menyentuh beban-
beban itu, kamu tidak ingin menghapuskannya, atau
mengangkatnya saat kamu melihat bahwa beban itu
sungguh memberatkan mereka.” Dengan kedua tangan-
nya, para ahli Taurat ini bersedia menghapus suatu pe-
rintah, namun dengan satu jari pun mereka tidak ber-
sedia meringankan ketatnya adat istiadat nenek moyang
mereka.
(2) Mereka ditegur sebab berpura-pura menghormati para
nabi yang dibunuh oleh nenek moyang mereka, sementara
mereka sendiri membenci dan menganiaya para nabi yang
hidup pada masa mereka sendiri, yang diutus kepada me-
reka untuk melakukan tugas yang sama, yaitu untuk
mengajak mereka bertobat dan mengarahkan mereka ke-
pada Kristus (ay. 47-49).
[1] Orang-orang munafik ini, salah satu perbuatan saleh
palsu mereka yaitu , membangun makam para nabi.
Mereka membangun tugu-tugu di atas kuburan para
nabi, untuk menghormati para nabi itu, mungkin de-
ngan tulisan besar-besar yang berisi puji-pujian selangit
untuk para nabi. Mereka memang tidak sampai berbuat
takhayul dengan mengeramatkan benda-benda pening-
galan para nabi itu, atau berpikir bahwa ibadah mereka
akan lebih diterima oleh Tuhan sebab dipersembahkan
di atas makam para martir. Mereka juga tidak memba-
424
kar kemenyan atau berdoa kepada para nabi, atau me-
mohon kepada Tuhan dengan mengatasnamakan per-
buatan-perbuatan baik para nabi itu. Tidak, mereka
tidak menambahkan kesalahan seperti itu pada kemu-
nafikan mereka. Namun, dengan memperbaiki dan mem-
perindah tugu-tugu suci yang sangat keramat bagi ke-
nangan agama mereka, mereka seolah-olah mengakui
bahwa mereka yaitu anak keturunan para nabi, ahli
waris dan pengurus dari segala warisan itu.
[2] Bukan itu saja, mereka bahkan dengan keras memusuhi
para nabi yang hidup pada masa mereka sendiri, yang
datang kepada mereka di dalam roh dan kuasa para
nabi itu. Dan walaupun mereka sampai saat itu belum
memiliki kesempatan untuk berbuat hal yang lebih
jauh, namun sebentar lagi mereka akan melakukannya.
sebab Hikmat Tuhan berkata, artinya Kristus sendiri
mengaturnya demikian, dan sekarang Ia menubuatkan-
nya, bahwa mereka akan membunuh dan menganiaya
para nabi dan rasul yang diutus kepada mereka. Oleh
sebab itu, Hikmat Tuhan lalu menguji mereka dan
mengungkapkan kemunafikan mereka yang menjijikkan
itu, dengan mengutus para nabi untuk menegur mereka
akan dosa-dosa mereka dan untuk memperingatkan
mereka akan penghakiman Tuhan . Para nabi itu akan
membuktikan bahwa mereka yaitu rasul, atau utusan
yang dikirim dari sorga, melalui berbagai tanda dan mu-
jizat, serta karunia Roh Kudus. Atau, “Aku akan meng-
utus kepada mereka nabi-nabi yang berlaku sebagai dan
bergelar rasul, yang memiliki wewenang yang sama
seperti halnya para nabi terdahulu. Para nabi ini bukan
saja akan mereka tentang dan lawan, melainkan juga
akan mereka bunuh, aniaya, dan hukum mati.” Kristus
memang sudah melihat peristiwa ini jauh sebelumnya,
namun Dia tidak berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan Hikmat Tuhan yang mengirimkan para rasul itu,
sebab Dia tahu bagaimana mendatangkan kemuliaan
bagi diri-Nya dalam perkara ini, yaitu bahwa di masa
datang akan ada ganjaran baik bagi para penganiaya
maupun bagi yang dianiaya.
Injil Lukas 11:37-54
425
[3] sebab itulah, pandangan Tuhan mengenai maksud me-
reka dalam mendirikan makam-makam itu sungguh be-
nar, yaitu bahwa mereka sebenarnya punya maksud
lain dalam membangun makam-makam para nabi itu,
yang berbeda daripada yang disangkakan orang. De-
ngan membangun makam-makam itu, tujuan mereka
yang sebenarnya yaitu mau membenarkan perbuatan-
perbuatan nenek moyang mereka (ay. 48). Dengan mem-
bangun makam, mereka bertekad untuk tetap mengu-
rung para nabi di dalam kubur, yang telah digiring ke
sana oleh nenek moyang mereka. Ini berlawanan de-
ngan tindakan Yosia, yang benar-benar menghormati
para nabi, sehingga ia tidak mau mengganggu makam
seorang abdi Tuhan di Betel: Janganlah ada orang yang
menjamah tulang-tulangnya (2Raj. 23:17-18). Jika para
ahli Taurat mau terus lanjut dengan perkara ini dan
membangun makam para nabi, maka ini jelas tindakan
berlebihan yang bisa dicurigai sebagai suatu rancangan
jahat, dan hanya dimaksudkan untuk menutup-nutupi
suatu rencana tertentu untuk melawan nubuat itu sen-
diri, seperti halnya ciuman seorang pengkhianat, sebab
siapa pagi-pagi sekali memberi selamat [kepada sahabat-
nya] dengan suara nyaring, hal itu akan dianggap seba-
gai kutuk baginya (Ams. 27:14).
[4] Bahwa mereka tidak dapat berharap lagi untuk bisa di-
damaikan, selain harus menggenapi ukuran pengania-
yaan yang akan ditimpakan kepada mereka (ay. 50-51).
Mereka terus bergantian melakukan tindakan pengania-
yaan ini secara turun-temurun, dan sebab itu mereka
bertanggung jawab atas utang-utang bersama ini, bah-
kan utang-utang yang sudah lama dibuat dari mulai da-
rah Habel, pada waktu permulaan dunia, sampai ke
Zakharia, dan terus sampai pada akhir pemerintahan
Yahudi. Angkatan ini, yakni angkatan Yahudi yang ter-
akhir ini, akan dituntut, sebab dosa mereka dalam
menganiaya para rasul Kristus melebihi dosa-dosa apa
pun yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka,
sehingga hal ini akan membawa murka bagi mereka
sampai yang sepenuh-penuhnya (1Tes. 2:15-16). Kehan-
426
curan mereka oleh orang Romawi sangatlah mengeri-
kan, sehingga itu bisa dianggap sebagai penggenapan
murka Tuhan atas bangsa penganiaya itu.
(3) Mereka ditegur sebab melawan Injil Kristus dan sebab
mereka berbuat semampu mereka untuk menghalang-
halangi kemajuan dan keberhasilannya (ay. 52).
[1] Mereka tidak menjelaskan kepada orang dengan setia,
seperti yang seharusnya mereka lakukan, kitab-kitab
Perjanjian Lama yang menunjuk kepada Mesias, yang
andaikata diberi pengertian yang benar oleh mereka,
maka pasti orang banyak itu akan segera percaya dan
mengikuti ajaran-Nya. Sebaliknya, para ahli Taurat ini
malah mencemarkan ayat-ayat itu dan mengaburkan
mata banyak orang, melalui perkataan-perkataan mere-
ka yang jahat mengenai ayat-ayat itu; dan inilah yang
disebut mengambil kunci pengetahuan. Bukannya meng-
gunakan kunci itu untuk keperluan banyak orang, dan
menolong mereka untuk memakainya dengan benar,
mereka malah menyembunyikannya; dalam Injil Matius
hal ini disebut dengan menutup pintu-pintu Kerajaan
Sorga di depan orang (Mat. 23:13). Perhatikanlah, mere-
ka yang mengambil kunci pengetahuan menutup Kera-
jaan Sorga.
[2] Mereka sendiri tidak memeluk Injil Kristus, padahal de-
ngan pengetahuan mereka akan Perjanjian Lama, me-
reka sudah harus tahu bahwa waktunya sudah genap
dan Kerajaan Sorga sudah dekat. Mereka melihat bahwa
nubuat-nubuat itu digenapi dalam Kerajaan yang akan
didirikan oleh Yesus Tuhan kita, namun mereka sendiri
tidak mau memasukinya. Bahkan,
[3] Orang yang memasuki kerajaan-Nya tanpa bimbingan
atau izin dari para ahli Taurat itu akan dihalang-halangi
dan dipatahkan semangatnya dengan segala kegigihan
oleh para ahli Taurat itu, melalui ancaman dikeluarkan
dari rumah ibadat, dan dengan jalan menakut-nakuti
mereka. Orang yang tidak menyukai penyataan itu tidak
baik, namun, jauh lebih tidak baik lagi orang yang me-
musuhinya.
Injil Lukas 11:37-54
427
Yang terakhir, dalam bagian penutup pasal ini kita melihat bagai-
mana keji dan jahatnya ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam
usaha mereka untuk menarik-Nya ke dalam jebakan (ay. 53-54).
Mereka tidak tahan dengan teguran yang menyayat hati itu, yang se-
benarnya memang harus mereka akui adil. Namun perkataan-Nya
yang menentang mereka secara khusus itu tidak akan memancing
suatu tindakan terhadap Dia, dan mereka juga tidak dapat melontar-
kan tuduhan pelanggaran atas perkataan-Nya yang disampaikan de-
ngan cara demikian. Oleh sebab itu, tampaknya, sebab teguran-Nya
itu pedas, mereka berharap dapat memanas-manasi-Nya supaya Dia
bisa terbawa amarah yang berkobar-kobar, yang akan membuat-Nya
kehilangan kendali. Dengan penuh emosi mereka mulai mendesak-
Nya, mulai ganas, dan memanas-manasi-Nya untuk berbicara menge-
nai banyak hal, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak,
sambil menunggu-nunggu kalau-kalau Dia mengucapkan sesuatu
yang sesuai dengan jebakan mereka, yaitu yang membangkitkan ke-
marahan rakyat atau yang berbahaya bagi pemerintah Romawi, atau
keduanya. Jadi mereka mencari kesempatan untuk menentang-Nya,
seperti musuh-musuh Daud yang sepanjang hari mengacaukan per-
karanya (Mzm. 56:6). Mereka senantiasa bermaksud jahat. Perhati-
kanlah, orang yang setia menegur dosa harus sadar bahwa mereka
memiliki banyak musuh, dan mereka perlu menjaga mulut me-
reka, sebab musuh-musuh mereka mengawasi kalau-kalau mereka le-
pas kendali. Sang nabi mengeluhkan orang-orang pada masanya
yang menyatakan seseorang berdosa di dalam suatu perkara, dan me-
masang jerat terhadap orang yang menegor mereka di pintu gerbang,
dan yang mendesak orang benar dengan alasan yang tidak-tidak (Yes.
29:21). Agar kita dapat menanggung berbagai pencobaan seperti ini
dengan sabar, dan bisa melaluinya dengan penuh hikmat, marilah
kita ingat selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang se-
hebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa.
PASAL 12
alam pasal ini diceritakan tentang berbagai pengajaran yang sa-
ngat bagus yang disampaikan oleh Juruselamat kita dalam ber-
bagai peristiwa. Banyak di antaranya menyatakan makna yang sama
dengan yang sudah kita lihat dalam Injil Matius, yang disampaikan-
Nya pada berbagai kesempatan serupa. Sebab kita bisa menganggap
bahwa Yesus Tuhan kita menyampaikan ajaran-ajaran yang sama
dan menekankan kewajiban-kewajiban yang sama secara berulang-
ulang kepada beberapa kumpulan orang, dan bahwa salah satu pe-
nulis Injil mencatat pengajaran yang disampaikan-Nya pada suatu
waktu tertentu, dan penulis Injil yang lain lagi mencatat pengajaran
yang disampaikan-Nya pada waktu yang lain yang berbeda. Oleh se-
bab itu, kita perlu mendengarkan ajaran demi ajaran dan perkataan
demi perkataan.
Dalam ayat-ayat ini:
I. Kristus memperingatkan murid-murid-Nya agar waspada ter-
hadap kemunafikan dan tindakan pengecut dalam mengakui
ajaran Kristen dan memberitakan Injil (ay. 1-12).
II. Ia memperingatkan mereka agar berhati-hati dengan masalah
ketamakan. Ini diucapkan-Nya saat ada permohonan ta-
mak yang disampaikan kepada-Nya. Ia menggambarkan peri-
hal kewaspadaan itu dengan perumpamaan orang kaya yang
tiba-tiba dicabut nyawanya pada saat ia sedang asyik meren-
canakan dan mengharapkan berbagai hal dari dunia ini (ay.
13-21).
III. Ia mendorong murid-murid-Nya untuk menyerahkan segala
kekhawatiran mereka kepada Tuhan dan untuk hidup tenang
dengan bergantung kepada pemeliharaan-Nya, dan Dia me-
D
430
nasihati mereka untuk mengutamakan masalah agama (ay.
22-34).
IV. Ia mengajak mereka agar berjaga-jaga dalam menantikan ke-
datangan Tuhan mereka, dengan melihat bahwa orang yang
didapati setia akan memperoleh imbalan dan orang yang
didapati tidak setia akan memperoleh hukuman (ay. 35-48).
V. Ia memberi tahu mereka bahwa mereka harus siap menanti-
kan masalah dan penganiayaan yang pasti akan datang (ay.
49-53).
VI. Ia memperingatkan orang banyak agar mawas diri selama
ada kesempatan dan berusaha berdamai dengan Tuhan selagi
ada waktu (ay. 54-59).
Perintah Kristus kepada Murid-murid-Nya
(12:1-12)
1 Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mere-
ka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada mu-
rid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspyaitu terhadap ragi, yaitu kemunafikan
orang Farisi. 2 Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka
dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. 3
sebab itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam te-
rang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberita-
kan dari atas atap rumah. 4 Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku,
janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan
lalu tidak dapat berbuat apa-apa lagi. 5 Aku akan menunjukkan ke-
pada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah
membunuh, memiliki kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka.
Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! 6 Bukankah burung
pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari
padanya yang dilupakan Tuhan , 7 bahkan rambut kepalamu pun terhitung
semuanya. sebab itu jangan takut, sebab kamu lebih berharga dari pada
banyak burung pipit. 8 Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui
Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan ma-
laikat-malaikat Tuhan . 9 namun barangsiapa menyangkal Aku di depan
manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Tuhan . 10 Setiap orang
yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; namun
barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. 11 Apabila orang
menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-peme-
rintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa
yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. 12 Sebab pada saat itu
juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan.”
Injil Lukas 12:1-12
431
Dalam perikop ini kita mendapati:
I. Orang banyak yang berkerumun mendengarkan Kristus mengajar.
Para ahli Taurat dan orang Farisi selalu berusaha untuk menuduh-
Nya dan berbuat jahat kepada-Nya, namun orang banyak, yang ti-
dak terpengaruh oleh prasangka dan kedengkian mereka, tetap
mengagumi, mengikuti, dan menghormati-Nya. Sementara itu (ay.
1), saat Dia berada di rumah orang Farisi dan sedang berdebat
dengan mereka yang berusaha menjebak-Nya, orang banyak da-
tang berkumpul untuk mendengarkan khotbah-Nya pada petang
hari, khotbah setelah makan malam, setelah makan malam de-
ngan seorang Farisi, dan Dia tidak akan mengecewakan mereka.
Meskipun sebelumnya dalam khotbah pagi, saat orang banyak
mengerumuni-Nya (11:29), Dia menegur mereka dengan keras
sebagai angkatan jahat yang mencari tanda, namun mereka kem-
bali lagi untuk mendengarkan-Nya. Mereka jauh lebih bisa mene-
rima teguran yang ditujukan kepada mereka daripada orang-orang
Farisi. Semakin keras usaha orang-orang Farisi untuk menjauh-
kan orang banyak dari Kristus, semakin banyak orang yang da-
tang berkumpul kepada-Nya. Dalam perikop ini dikatakan bahwa
beribu-ribu orang banyak berkerumun, sehingga mereka berdesak-
desakan, sebab berusaha mendapatkan tempat terdepan supaya
bisa mendengarkan Kristus dengan lebih jelas. Betapa indahnya
melihat orang berdesak-desakan maju ke depan untuk mende-
ngarkan firman, tanpa peduli dengan keadaan yang tidak nyaman
dan berbahaya, sebab takut kehilangan kesempatan yang begitu
berharga bagi jiwa mereka. Siapakah mereka ini yang melayang
seperti burung merpati ke pintu kandangnya? (Yes. 60:8). Apabila
jala ditebarkan di tempat yang banyak ikan, maka sebagian dari
ikan-ikan itu diharapkan akan masuk ke dalamnya.
II. Perintah-perintah yang diberikan-Nya kepada para pengikut-Nya,
yang juga terdengar oleh orang banyak itu.
1. Dia mulai dengan meminta mereka waspada terhadap kemuna-
fikan. Hal ini dikatakan-Nya pertama-tama kepada murid-mu-
rid-Nya, entah kepada kedua belas atau ketujuh puluh murid-
Nya. Mereka ini yang diperhatikan-Nya secara khusus, yang
merupakan keluarga-Nya, kelompok-Nya, dan sebab itu Dia
secara khusus memperingatkan mereka sebagai anak-anak
432
yang dikasihi-Nya. Merekalah yang lebih banyak melakukan
pengakuan iman, dan sebab itu pula mereka lebih banyak di-
perhadapkan dengan bahaya dosa kemunafikan. Merekalah
yang harus mengajar orang lain, jadi seandainya mereka ber-
dusta, memutarbalikkan kata, dan menipu, maka kemunafik-
an dalam diri mereka jauh lebih buruk daripada dalam diri
orang lain. Selain itu, ada Yudas di antara mereka, seorang
yang munafik, dan Kristus mengetahuinya, sehingga Ia mau
mengejutkannya di sini, atau membiarkannya tak terampun-
kan kalau dia tidak mau mendengar. Sepanjang pengetahuan
kita, murid-murid Kristus yaitu orang-orang terbaik di dunia
pada waktu itu, namun mereka pun tetap perlu diperingatkan
agar waspada terhadap kemunafikan. Kristus lebih memilih
mengatakan ini kepada para murid-Nya secara terbuka dan
terdengar oleh orang banyak itu daripada secara pribadi pada
saat mereka sendirian. Ini untuk menunjukkan betapa pen-
tingnya peringatan itu, dan untuk membiarkan dunia tahu
bahwa Dia tidak akan segan-segan menangani masalah kemu-
nafikan, bahkan dalam diri murid-murid-Nya sendiri.
Sekarang amatilah:
(1) Gambaran tentang dosa yang diperingatkan-Nya untuk
tidak dilakukan murid-murid-Nya, yang berupa ragi orang
Farisi.
[1] Gambarannya yaitu ragi. Dosa itu menyebar seperti
ragi, meresap tak terasa ke dalam seluruh tubuh dan
jiwa manusia dan ke dalam segala sesuatu yang diper-
buatnya. Dosa mengembang dan mengasamkan seperti
ragi, sebab ia membuat manusia mengembang atau
membesar dengan kesombongan, membuat perasaan
mereka pahit dengan kebencian, dan membuat ibadah
mereka tidak berkenan di mata Tuhan .
[2] Ragi ini yaitu ragi orang Farisi: “Dosa seperti ini paling
sering didapatkan dalam diri mereka. Janganlah sampai
kamu meniru mereka, janganlah berjiwa seperti mereka.
Janganlah kita bermuka dua dalam agama Kristen, se-
perti yang mereka lakukan dalam agama Yahudi; ja-
nganlah gunakan agamamu sebagai jubah untuk menye-
Injil Lukas 12:1-12
433
lubungi kejahatan-kejahatan, seperti yang mereka laku-
kan.”
(2) Alasan baik yang diberikan untuk tidak melakukan dosa
itu: “Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan
dibuka (ay. 2-3). Tidak ada gunanya menutup-nutupi se-
suatu, sebab cepat atau lambat kebenaran pasti akan
terungkap; lidah dusta hanya untuk sekejap mata. Apa
yang kamu katakan dalam gelap, yang tidak pantas dan
tidak sesuai dengan apa yang kamu akui di depan umum,
semuanya akan diperdengarkan di dalam terang. Bagai-
manapun caranya, hal itu pasti akan terungkap, burung di
udara mungkin akan menyampaikan ucapanmu (Pkh.
10:20) dan kebodohan serta kepalsuanmu akan diperlihat-
kan.” Kejahatan yang disembunyikan di balik jubah kasa-
lehan akan terungkap, mungkin di dunia ini, seperti keja-
hatan Yudas dan Simon si penyihir, dan lebih-lebih lagi
pada hari penghakiman, saat rahasia semua hati akan di-
perlihatkan (Pkh. 12:14; Rm. 2:16). Jika agama manusia
tidak berhasil menaklukkan dan menyembuhkan kejahatan
hati manusia, maka agama pun tidak akan selalu dapat di-
gunakan sebagai jubah. Akan datang harinya saat orang-
orang munafik akan ditelanjangi dari daun-daun pohon ara
yang menutupi mereka.
2. Selain itu, Ia menambahkan pula suatu perintah kepada mere-
ka, yaitu agar mereka setia dengan kepercayaan yang diberi-
kan kepada mereka, dan tidak mengkhianatinya dengan sikap
pengecut atau sebab rasa takut yang berlebihan. Sebagian
orang mengartikan ayat 2 dan 3 sebagai peringatan terhadap
mereka supaya tidak menyembunyikan hal-hal yang sudah di-
ajarkan dan diperintahkan kepada mereka untuk diberitakan
kepada dunia. “Entah orang akan mendengar atau berdiam
diri, katakan saja kebenaran itu kepada mereka, seutuhnya,
dan hanya kebenaran semata. Apa yang sudah dikatakan ke-
padamu dan yang sudah kamu bicarakan di antara sesama
rekanmu secara pribadi dan di tempat-tempat tersembunyi,
sampaikanlah itu kepada orang banyak, meskipun mungkin
ada yang tersinggung sebab nya. Sebab jika kamu hanya ingin
mencoba berkenan kepada manusia, kamu bukanlah hamba
434
Kristus dan kamu tidak akan dapat menyenangkan-Nya” (Gal.
1:10). namun ini belumlah yang terburuk: Pemberitaan ini
mungkin akan membuat mereka menderita, walaupun tidak
sampai membuat mereka tenggelam. Jadi, biarlah mereka
mempersenjatai diri dengan keberanian, dan sebab itu, ada
berbagai alasan yang diberikan di sini untuk meneguhkan me-
reka dengan tekad yang suci dalam menjalankan tugas mere-
ka.
Pikirkan baik-baik:
(1) “Kekuatan yang dimiliki musuh-musuhmu itu terbatas (ay.
4): Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku” (Mu-
rid-murid Kristus yaitu para sahabat-Nya. Dia memanggil
mereka sahabat dan memberi mereka nasihat yang bersa-
habat ini), “Janganlah kamu takut, jangan biarkan dirimu
tersiksa sebab gelisah dan takut terhadap kekuatan dan
amarah manusia.” Perhatikanlah, orang-orang yang oleh
Kristus dianggap sebagai sahabat-sahabat-Nya tidak perlu
takut dengan musuh mana pun. “Janganlah takut, sekali-
pun kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, jangan
biarkan para pengejek atau bahkan para pembunuh meng-
halang-halangi pekerjaanmu, sebab kamu yang sudah
belajar bagaimana menang atas kematian dapat berkata,
bahkan tentang mereka ini, bahwa mereka boleh melaku-
kan seburuk-buruknya yang dapat mereka perbuat, namun
setelah itu, tidak ada lagi yang dapat mereka lakukan; jiwa
yang kekal tetap hidup dan berbahagia, menikmati dirinya
dan Tuhan nya dan mengalahkan semua musuhnya dengan
keberanian.” Perhatikanlah, mereka ini sebenarnya tidak
bisa membahayakan murid-murid Kristus, dan sebab itu
tidak perlu ditakuti. Mereka hanya dapat membunuh tubuh,
dan yang mereka lakukan ini sebenarnya hanyalah
membuat tubuh beristirahat dan membuat jiwa berbahagia
lebih cepat.
(2) Tuhan harus lebih ditakuti daripada orang-orang yang paling
berkuasa: “Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah
yang harus kamu takuti (ay. 5): supaya tidak takut kepada
manusia, lebih takutlah kepada Tuhan . Musa mengalahkan
rasa takutnya terhadap amarah Firaun dengan meng-
Injil Lukas 12:1-12
435
arahkan pandangannya kepada Dia yang tidak kelihatan.
Dengan mengakui Kristus, kamu mungkin akan membang-
kitkan amarah manusia, yang tidak dapat berbuat lebih
jauh selain membuat kamu mati (dan tanpa seizin Tuhan
mereka bahkan tidak dapat melakukannya). Akan namun ,
dengan menyangkal Kristus dan tidak mengakuinya, kamu
akan membangkitkan murka Tuhan , yang berkuasa melem-
parkan kamu ke neraka, dan kamu tidak berkuasa untuk
menolaknya. Nah, dari dua hal yang jahat, pilihlah yang
kurang jahat dan takutilah yang lebih jahat, dan sebab
itu, Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!” “Benarlah,” ujar
Uskup Hooper, sang martir yang terkasih itu, “hidup itu
manis dan mati itu pahit. Namun kehidupan kekal jauh
lebih manis dan kematian kekal jauh lebih pahit.”
(3) Kehidupan orang-orang Kristen dan hamba-hamba Tuhan
yang baik berada dalam Pemeliharaan khusus Tuhan (ay. 6-
7). Agar kita tetap teguh pada waktu mengalami kesulitan
dan bahaya, kita harus kembali kepada prinsip-prinsip hi-
dup kita yang utama, dan membangun hidup kita di atas-
nya. Jika kita teguh percaya akan pemeliharaan Tuhan yang
tercurah di mana-mana di seluruh dunia, maka ini akan
membuat kita tenang kapan saja kita menghadapi bahaya,
dan ini akan mendorong kita untuk percaya kepada Tuhan
dalam menjalankan tugas-tugas kita.
[1] Sang Pemelihara agung juga memperhatikan makhluk-
makhuk yang paling kecil, bahkan burung pipit sekali-
pun. “Meskipun burung ini tidak begitu berharga sam-
pai dijual dua duit untuk lima ekor, tidak seekor pun
yang dilupakan Tuhan , malah justru dipelihara, dan
kematiannya diketahui. Nah, kamu lebih berharga dari
pada banyak burung pipit, dan sebab itu kamu boleh
yakin bahwa kamu tidak dilupakan, sekalipun kamu
dipenjara, diusir, atau dilupakan oleh teman-temanmu.
Jauh lebih berharga di mata Tuhan kematian semua
orang yang dikasihi-Nya daripada kematian burung-
burung pipit.”
[2] Sang Pemelihara yang agung peduli dengan kepentingan
yang paling kecil sekalipun dari murid-murid Kristus:
“Bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya (ay.
436
7), apalagi keluhan, air mata, dan curahan darahmu
yang kamu tumpahkan demi nama Kristus, pastilah se-
muanya itu dihitung. Semua kerugianmu dihitung, su-
paya bisa, dan pasti akan diganti, dengan cara yang
tidak terpikirkan olehmu, bagi keuntungan dirimu.”
(4) “Kamu akan diakui atau disangkal oleh Kristus pada hari
penghakiman sesuai dengan pengakuan atau penyangkal-
anmu terhadap-Nya sekarang” (ay. 8-9).
[1] Supaya kita mau mengakui Kristus di depan manusia,
betapapun besarnya kerugian atau penderitaan yang
harus kita alami sebab kita tetap setia kepada-Nya,
dan betapapun mahalnya harga yang harus dibayar,
kita diyakinkan di sini bahwa orang-orang yang meng-
akui Kristus sekarang akan diakui oleh-Nya pada hari
penghakiman yang agung itu di depan malaikat-malai-
kat Tuhan , dan mereka akan memperoleh penghiburan
dan kehormatan yang kekal. Yesus Kristus akan meng-
akui bukan hanya bahwa Dia telah menderita bagi me-
reka dan bahwa mereka akan memperoleh keuntungan
dari penderitaan-Nya, melainkan juga bahwa mereka
menderita untuk Dia dan bahwa kerajaan serta kepen-
tingan-Nya di bumi semakin cepat terwujud sebab pen-
deritaan mereka. Jadi, kehormatan apalagi yang lebih
besar daripada itu?
[2] Supaya kita tidak menyangkal Kristus dan meninggal-
kan jalan serta kebenaran-Nya secara pengecut, kita
diyakinkan di sini bahwa orang-orang yang menyangkal
Kristus dan berkhianat dengan meninggalkan-Nya, me-
reka pada akhirnya akan menjadi pecundang, sebab
mereka akan disangkal di depan malaikat-malaikat
Tuhan . Hal ini akan mereka alami tidak peduli apa pun
yang dapat mereka selamatkan dengan berbuat demi-
kian, sekalipun itu hidup mereka sendiri. Tak peduli
apa pun yang dapat mereka peroleh dengan berbuat se-
perti itu, sekalipun itu sebuah kerajaan. Kristus tidak
akan mengenal mereka, Ia tidak akan mengakui mere-
ka, dan tidak akan menunjukkan kebaikan-Nya kepada
mereka, dan ini akan membuat mereka dicampakkan ke
Injil Lukas 12:1-12
437
dalam kengerian dan hukuman kekal. Dengan ditekan-
kannya masalah diakui atau disangkalnya mereka di
depan malaikat-malaikat Tuhan , tampaklah bahwa keba-
hagiaan besar para orang kudus yang dimuliakan ada-
lah bahwa mereka bukan hanya akan berdiri tegak, me-
lainkan juga akan berdiri tinggi dalam pandangan para
malaikat kudus. Para malaikat itu akan mengasihi,
menghormati, dan mengakui mereka jika mereka yaitu
hamba-hamba Kristus. Mereka semua sama-sama ham-
ba, dan para malaikat akan menganggap mereka seba-
gai teman. Sebaliknya, kepedihan besar yang mencekam
para pendosa yang dikutuk yaitu bahwa para malaikat
kudus akan meninggalkan mereka dan akan senang
menyaksikan bukan hanya penghinaan mereka pada
saat itu melainkan juga kepedihan mereka sebab akan
disiksa di depan mata malaikat-malaikat kudus (Why.
14:10), yang tidak akan memberi mereka kelegaan.
(5) Tugas yang akan segera diberikan kepada murid-murid
Kristus ini yaitu tugas yang paling penting dan paling
menentukan bagi umat manusia; kepada mereka inilah
para murid Kristus diutus (ay. 10). Biarlah mereka berani
mengabarkan Injil, sebab kebinasaan yang lebih menya-
kitkan dan lebih memberatkan akan menimpa orang-orang
yang menolak mereka (setelah Roh Kudus dicurahkan
kepada mereka, yang merupakan cara terakhir untuk me-
yakinkan umat manusia) daripada orang-orang yang seka-
rang menolak dan menentang Kristus sendiri: “Pekerjaan-
pekerjaan yang lebih besar lagi akan kamu lakukan, dan
oleh sebab itu orang-orang yang menghujat karunia dan
pekerjaan Roh Kudus di dalam kamu akan menerima hu-
kuman yang lebih besar. Setiap orang yang mengatakan se-
suatu melawan Anak Manusia, yang tersandung sebab
hinanya penampilan-Nya, dan yang berbicara tentang Dia
dengan nada menghina dan penuh kebencian, masih bisa
diampuni: Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat. Akan namun , siapa yang
menghujat Roh Kudus, yang menghujat ajaran Kekristenan
dan dengan keji menentangnya, setelah pencurahan Roh
Kudus dan penegasan Roh mengenai dimuliakannya
438
Kristus (Kis. 2:33; ay. 32), kepada mereka ini tidak akan
diberikan anugerah pengampunan dosa. Mereka tidak akan
mendapat manfaat dari Kristus dan Injil-Nya. Kamu boleh
mengibaskan debu dari kakimu di hadapan mereka yang
berbuat demikian dan boleh menganggap mereka sudah
tidak bisa ditolong lagi. Mereka sudah melewatkan kesem-
patan untuk memperoleh pertobatan dan penghapusan
dosa yang diberikan Kristus, kesempatan yang diperintah-
kan-Nya kepadamu untuk dikabarkan kepada semua umat
manusia.” Dosa seperti ini memang sangatlah keterlaluan,
dan sebab itu masalahnya sangatlah mendesak, sebab ini
terjadi saat Roh terus bekerja dan memberikan karunia-
karunia-Nya yang luar biasa di dalam gereja, yang kese-
muanya itu dimaksudkan sebagai tanda untuk orang yang
tidak beriman (1Kor. 14:22). Orang yang pertama-tama
tidak dapat diyakinkan oleh murid-murid Kristus, namun
mengagumi mereka, masih memiliki harapan, namun
orang yang menghujat mereka tidak akan diberikan peng-
harapan apa pun lagi.
(6) Apa pun pencobaan yang harus mereka alami, mereka ha-
rus diperlengkapi dengan memadai agar dapat menjalani-
nya, dan melalui semuanya dengan cara yang terhormat
(ay. 11-12). Martir yang setia kepada Kristus bukan hanya
harus mengalami penderitaan, melainkan juga harus mem-
bawa kesaksian, suatu pengakuan iman yang baik untuk
disaksikan, dan harus berusaha menyampaikannya dengan
baik, supaya kepentingan Kristus tidak dirugikan, sekali-
pun ia harus menderita sebab nya. Dan jika ini menjadi
kepeduliannya, biarlah dia menyerahkan segala sesuatunya
kepada Tuhan : “saat mereka membawamu kepada majelis-
majelis, ke hadapan penguasa-penguasa jemaat, ke hadap-
an pengadilan Yahudi, atau kepada pemerintah-pemerintah
dan penguasa-penguasa, penguasa orang-orang kafir, pe-
nguasa negara, untuk memeriksa ajaranmu, apa yang
kamu ajarkan dan apa bukti yang mendukungnya, jangan-
lah kamu khawatir bagaimana dan apa yang harus kamu
katakan,”
[1] “Untuk membela dirimu. Jangan mempelajari keteram-
pilan berbicara supaya kamu bisa membujuk para ha-
Injil Lukas 12:13-21
439
kim, atau menggunakan tipu muslihat hukum supaya
kamu bisa bebas. Jika Tuhan berkehendak supaya kamu
bebas, namun waktumu belum tiba, maka percayalah
Dia akan membebaskanmu pada waktu yang sudah di-
tentukan-Nya.”
[2] “Untuk bisa melayani Tuhanmu. Tetapkan tujuanmu
untuk melayani Tuhanmu, namun jangan memusingkan
dirimu dengan tujuanmu itu, sebab Roh Kudus, sebagai
Roh Hikmat, akan mengajar kamu apa yang harus kamu
katakan, dan bagaimana mengatakannya, supaya per-
kataanmu itu membawa kemuliaan bagi Tuhan dan ke-
pentingan-Nya.”
Pikiran Duniawi Dibeberkan
(12:13-21)
13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah
kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” 14 namun Yesus
berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi
hakim atau pengantara atas kamu?” 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: “Ber-
jaga-jagalah dan waspyaitu terhadap segala ketamakan, sebab walaupun
seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada
kekayaannya itu.” 16 lalu Ia mengatakan kepada mereka suatu perum-
pamaan, kata-Nya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku
tidak memiliki tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-
lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan me-
nyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah itu
aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, ter-
timbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minum-
lah dan bersenang-senanglah! 20 namun firman Tuhan kepadanya: Hai engkau
orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan
apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah
jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau
ia tidak kaya di hadapan Tuhan .”
Dalam ayat-ayat ini kita melihat:
I. Permohonan yang diajukan kepada Kristus, pada waktu yang
sangat tidak tepat, oleh salah seorang pendengar-Nya, yang ingin
agar Kristus menjadi pengantara antara dia dan saudaranya da-
lam masalah harta keluarga (ay. 13): “Guru, katakanlah kepada
saudaraku; bicaralah seperti seorang nabi, bertitahlah seperti
seorang raja, katakanlah dengan kuasa; maka saudaraku akan
440
mendengarkan apa yang Engkau katakan; bicaralah kepadanya,
supaya ia berbagi warisan dengan aku.”
Di sini tampak bahwa:
1. Menurut sebagian orang, saudara orang itu berbuat salah ke-
padanya, dan sebab itu dia memohon kepada Kristus agar
memberi keadilan kepadanya. Dia tahu hukum itu berharga.
Saudara yang berlaku seperti ini biasa disebut orang Yahudi
sebagai Ben-hamesen – anak berandalan, yang bukan hanya
mengambil warisan yang menjadi bagiannya sendiri melainkan
juga yang menjadi bagian saudaranya. Ia menahan bagian
saudaranya itu dengan paksa. Ada saudara-saudara kita di
dunia ini yang berlaku seperti itu, yang sama sekali tidak
memiliki rasa keadilan ataupun rasa kasih sayang terha-
dap sesama saudara mereka, dan yang memangsa orang yang
seharusnya mereka tolong dan lindungi. Orang yang menjadi
korban seperti ini datang kepada Tuhan untuk mengadu, dan
Tuhan akan melaksanakan penghakiman dan keadilan bagi me-
reka yang tertindas.
2. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa ia berniat untuk
berbuat jahat kepada saudaranya dan ingin agar Kristus mem-
bantunya. Menurut hukum Taurat saudaranya harus menda-
pat warisan dua kali lebih banyak, dan sebab ayahnya sendiri
tidak dapat berbuat apa-apa selain harus mengikuti aturan
hukum itu (Ul. 21:16-17), maka ia pun ingin agar Kristus
mengubah hukum itu dan menyuruh saudaranya, yang mung-
kin termasuk pengikut setia Kristus, untuk membagi warisan
itu sama rata dengan dia. Saya sendiri cenderung berpendapat
bahwa memang demikianlah keadaannya, sebab dari peris-
tiwa ini Kristus mengajarkan agar kita waspada terhadap keta-
makan, pleonexia – keinginan untuk memiliki dengan berlebih-
an, lebih daripada apa yang sudah Tuhan sediakan bagi kita
dalam pemeliharaan-Nya. Keinginannya untuk mendapatkan
warisannya itu salah secara hukum, sedangkan keinginannya
untuk mendapatkan warisan melebihi bagiannya sendiri meru-
pakan dosa.
II. Penolakan Kristus untuk ikut campur dalam masalah ini (ay. 14).
“Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim
Injil Lukas 12:13-21
441
atau pengantara atas kamu?” Dalam masalah-masalah seperti ini,
Kristus tidak akan menggunakan kuasa untuk mengubah hukum
yang sudah tetap mengenai warisan itu atau kuasa untuk memu-
tuskan mana yang benar dalam permasalahan warisan ini. Ia bisa
saja menjalankan tugas hakim dan ahli hukum, sebaik Ia menja-
lankan tugas tabib, dan dapat menyelesaikan tuntutan-tuntutan
pengadilan sebaik menyembuhkan macam-macam penyakit. Akan
namun , Dia tidak ingin melakukannya, sebab itu bukanlah tugas
perutusan-Nya. Siapakah yang telah mengangkat Aku sebagai
hakim? Mungkin Dia merujuk pada kemarahan yang dilontarkan
saudara-saudara Musa kepadanya di Mesir, yang juga dipakai
Stefanus untuk mencela orang Yahudi (Kis. 7:27, 35). “Jika Aku
bersedia melakukannya, maka kamu akan mencemooh Aku
seperti kamu mencemooh Musa, Siapakah yang mengangkat eng-
kau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?” Kristus meluruskan
kesalahan orang itu, dan tidak menghiraukan permohonannya
(perbuatannya itu coram non judice – tidak di hadapan hakim yang
tepat), dan sebab itu Dia menolak permohannya itu. Seandainya
orang itu datang kepada Kristus untuk memohon agar Dia mem-
bantunya memperoleh warisan sorgawi, maka pasti Dia akan
memberikan bantuan terbaik-Nya. Namun, masalahnya yang satu
ini tidak ada sangkut pautnya dengan Dia: Siapakah yang meng-
angkat aku menjadi hakim? Perhatikanlah, Yesus Kristus bukan-
lah seorang yang suka mengambil alih tugas jabatan orang. Dia
tidak mengambil kehormatan atau kekuasaan untuk diri-Nya sen-
diri, selain apa yang sudah diberikan kepada-Nya (Ibr. 5:5). Apa
pun yang diperbuat-Nya, Dia dapat memberi tahu dengan kuasa
apa Dia berbuat seperti itu, dan siapa yang memberi-Nya kuasa
itu. Nah, hal ini menunjukkan kepada kita apa itu yang menjadi
hakikat dan prinsip dasar dalam Kerajaan Kristus. Kerajaan-Nya
yaitu kerajaan rohani dan bukan dari dunia ini.
1. Kerajaan ini tidak mencampuri urusan kekuasaan sipil, dan
juga tidak mengambil kekuasan dari tangan raja-raja. Agama
Kristen menyerahkan apa yang menjadi hak kekuasaan sipil
ke dalam tangan penguasa sipil itu sendiri.
2. Kerajaan ini tidak menengahi masalah hak-hak sipil. Kerajaan
ini mewajibkan semua orang untuk berbuat adil menurut hu-
kum keadilan yang sudah ditetapkan, namun kekuasaan
tidaklah dibangun di atas anugerah.
442
3. Kerajaan ini tidak mendorong kita untuk mengharapkan keun-
tungan-keuntungan duniawi dari agama kita. Jika orang itu
ingin menjadi murid Kristus, dan berharap bahwa dengan
menjadi murid, Kristus harus memberinya warisan yang men-
jadi bagian saudaranya, maka kelirulah dia. Imbalan bagi mu-
rid-murid Kristus lain sifatnya.
4. Kerajaan ini tidak mendorong kita untuk bersaing dengan
saudara-saudara kita. Ia mengajak kita untuk tidak bersikeras
dalam menuntut-nuntut, melainkan sebaliknya, supaya kita
melepaskan hak-hak kita demi kedamaian.
5. Kerajaan ini tidak mengizinkan para hambanya untuk melibat-
kan diri dalam masalah-masalah kehidupan ini (2Tim. 2:4) dan
melalaikan Firman Tuhan untuk melayani meja. Ada orang yang
sudah ditugaskan untuk mengurusi hal-hal seperti itu, dan
biarlah mereka melakukannya, Tractent fabrilia fabri – Setiap
pekerja sesuai dengan keterampilannya masing-masing.
III. Kewaspadaan yang diingatkan Kristus kepada para pendengar-
Nya berdasarkan peristiwa ini. Meskipun tidak datang untuk
menjadi pembagi harta warisan orang, Dia datang untuk meng-
arahkan hati nurani orang dalam masalah warisan itu. Ia menyu-
ruh mereka semua untuk waspada agar tidak mengikuti sikap
keliru ini , yang mereka lihat dalam diri orang lain sudah
menjadi akar dari begitu banyak kejahatan.
Berikut ini lihat:
1. Apa yang harus diwaspadai itu (ay. 15): Berjaga-jagalah dan
waspyaitu terhadap segala ketamakan; horate – “Awasilah
dirimu, jagailah hatimu baik-baik, jangan sampai sikap tamak
merasuki hatimu itu, dan phylassesthe – peliharalah dirimu,
balutlah hatimu rapat-rapat, agar jangan sampai ketamakan
menguasai dan memerintah di sana.” Ketamakan yaitu dosa
yang harus terus kita waspadai, dan oleh sebab itu kita harus
sering diperingatkan.
2. Alasan mengapa kita harus bersikap waspada terhadap keta-
makan: sebab hidup manusia tidak tergantung pada kekaya-
an yang dimilikinya. Artinya, “kebahagiaan dan kesenangan
kita tidak bergantung pada kepemilikan atas kekayaan yang
melimpah di dunia ini.”
Injil Lukas 12:13-21
443
(1) Tidak diragukan lagi, kehidupan jiwa tidak tergantung pa-
da kekayaan itu, dan jiwa yaitu manusia itu sendiri. Har-
ta benda duniawi tidak akan cocok dengan sifat jiwa, tidak
bisa memenuhi kebutuhannya, tidak memuaskan keingin-
annya, dan juga tidak berlangsung lama seperti jiwa.
(2) Bahkan kehidupan tubuh dan kebahagiaannya pun tidak
terletak pada kelimpahan harta benda duniawi ini ,
sebab banyak orang yang hanya memiliki sedikit keka-
yaan duniawi namun hidup dengan sangat tenang dan
puas, dan dapat melalui dunia ini dengan nyaman. (Lebih
baik sepiring sayur dengan kasih daripada lembu tambun
dengan kebencian.) Sebaliknya, banyak orang yang mempu-
nyai banyak harta di dunia ini namun hidup mereka me-
nyedihkan. Mereka memiliki harta berlimpah-limpah na-
mun tidak dapat menikmatinya; mata mereka tidak puas
dengan kekayaan (Pkh. 4:8). Banyak orang yang memiliki
harta berlimpah namun selalu merasa tidak puas dan
gusar, seperti Ahab dan Haman. Jadi apa gunanya kelim-
pahan harta itu bagi mereka?
3. Penggambaran masalah ini dengan sebuah perumpamaan,
yang intinya yaitu untuk menunjukkan kebodohan orang-
orang duniawi pada waktu mereka hidup, dan kesengsaraan
mereka pada waktu mereka mati. Ini dimaksudkan bukan ha-
nya untuk memperingatkan orang yang datang kepada Kristus
dengan membawa masalah warisannya itu, yang tidak peduli
dengan keadaan jiwanya dan dunia akhirat, melainkan juga
untuk lebih mendorong kita semua supaya waspada, waspada
terhadap ketamakan. Perumpamaan itu memberikan gambar-
an tentang kehidupan dan kematian seorang kaya, dan kita
diminta untuk menilai sendiri apakah dia seorang yang berba-
hagia atau tidak.
(1) Beginilah kekayaan duniawi dan kelimpahan yang ada
padanya (ay. 16): Tanahnya berlimpah-limpah hasilnya,
chōra – regio – wilayah. Dia memiliki wilayahnya sendiri,
dia seorang penguasa, dia seorang raja kecil. Amatilah,
kekayaannya sangat bergantung pada hasil-hasil tanah,
sebab raja dihormati di daerah itu (Pkh. 5:8; terjemahan
KJV: raja dilayani oleh tanah ladangnya – pen.). Dia mem-
444
punyai banyak tanah, dan tanahnya subur. Orang yang
sudah punya banyak biasanya ingin punya lebih lagi, dan
orang ini sudah memiliki lebih. Perhatikanlah, hasil
tanah yang berlimpah merupakan suatu berkat yang besar,
namun itu yaitu berkat yang sering kali diberikan Tuhan
kepada orang jahat, dan bagi mereka berkat itu menjadi
suatu jerat; sebab itu kita tidak boleh menilai apakah
Tuhan mengasihi atau membenci kita berdasarkan apa yang
kita miliki.
(2) Mari kita lihat apa yang ada dalam hatinya, di tengah-
tengah kelimpahannya itu. Di sini kita diberi tahu apa yang
ia pikirkan dalam hatinya (ay. 17). Perhatikanlah, Tuhan di
sorga tahu dan mengamati segala sesuatu yang kita pikir-
kan dalam hati kita sendiri, dan kita harus bertanggung
jawab kepada-Nya untuk itu. Tuhan yaitu Sang Penyelidik
dan juga Hakim atas segala pikiran dan maksud hati. Kita
keliru jika kita menyangka bahwa pikiran kita tersembunyi
dan bebas.
Marilah kita amati di sini:
[1] Apa yang ia pedulikan dan yang ia khawatirkan. saat
ia melihat panen yang sangat berlimpah di ladangnya,
bukannya bersyukur kepada Tuhan atau bersukacita ka-
rena ini akan memberinya kesempatan untuk berbuat
lebih banyak kebaikan lagi, ia malah menyusahkan diri-
nya sendiri dengan berpikir, “Apakah yang harus aku
perbuat, sebab aku tidak memiliki tempat untuk
menyimpan hasil tanahku? Dia berbicara seolah-olah
dia mendapat kerugian, dan menjadi bingung sebab -
nya. Apa yang harus aku perbuat sekarang?” Bahkan
pengemis yang paling miskin di wilayahnya pun, yang
tidak tahu ke mana harus mencari makan, tidak akan
mengucapkan kata-kata yang penuh kekhawatiran se-
perti itu. Rasa khawatir yang menggelisahkan merupa-
kan akibat umum dari kelimpahan duniawi, dan meru-
pakan kesalahan umum yang dibuat orang-orang yang
berkelimpahan. Semakin banyak harta orang, semakin
bingung mereka dengan apa yang mereka miliki, dan
semakin khawatir mereka untuk menjaga apa yang me-
Injil Lukas 12:13-21
445
reka miliki dan untuk menambahkan sesuatu yang le-
bih lagi. Mereka bingung bagaimana menyimpan dan
membelanjakannya. Dengan demikian, bahkan kelim-
pahan orang kaya membuat mereka tidak bisa tidur,
sebab memikirkan apa yang harus mereka perbuat de-
ngan harta yang mereka miliki dan bagaimana meng-
urusnya. Orang kaya itu kelihatannya mengeluh sewak-
tu berucap, “Apa yang harus aku perbuat?” Dan kalau
Anda bertanya, “Mengapa, memangnya ada apa?” “Oh,
tidak apa-apa, hartanya berlimpah-ruah, dan dia perlu
tempat untuk menaruhnya, itu saja.”
[2] Apa yang menjadi rencana dan tujuannya, yang merupa-
kan akibat dari segala kekhawatirannya, yang sama
tidak masuk akal dan bodohnya seperti kekhawatiran-
nya itu (ay. 18): “Inilah yang akan aku perbuat, dan ini
yaitu jalan yang paling bijaksana yang dapat kuambil,
aku akan merombak lumbung-lumbungku, sebab lum-
bung-lumbung itu terlalu kecil, lalu aku akan mendiri-
kan yang lebih besar, dan di situlah aku akan menyim-
pan segala gandum dan barang-barangku, barulah sete-
lah itu aku bisa tenang.” Nah dalam hal ini, pertama,
bodoh baginya untuk menyebut segala hasil tanah itu
sebagai gandum dan barang-barang miliknya. Dia tam-
pak senang menekankan ini, gandumku dan barang-
barangku. Padahal, apa yang kita miliki sesungguhnya
hanya dititipkan kepada kita untuk kita gunakan,
sedangkan hak kepemilikannya tetap di tangan Tuhan .
Kita hanyalah bendahara atas barang-barang milik Tuan
kita, sekadar penggarap atas tanah Tuan kita, berdasar-
kan kehendak-Nya. Itu Gandum-Ku (kata Tuhan ) dan
anggur-Ku (Hos. 2:8-9). Kedua, bodoh baginya untuk
menimbun harta yang ia miliki, dan lalu berpikir bahwa
ia sudah menaruhnya (atau menggunakannya) dengan
baik. Di sanalah aku akan menyimpan semuanya, se-
olah-olah tidak ada harta yang harus diberikan kepada
kaum miskin, kepada keluarganya, kepada kaum Lewi,
dan kepada orang asing, kaum yatim, dan para janda,
selain menimbun saja semuanya di dalam lumbung
yang besar itu. Ketiga, bodoh baginya untuk membiar-
446
kan pikirannya melayang-layang bersama keadaannya
ini. saat ladangnya membuahkan hasil yang lebih ba-
nyak daripada biasanya, ia lalu bicara mengenai lum-
bung-lumbung yang lebih besar, seolah-olah tahun de-
pan ladangnya akan menghasilkan panen sebanyak ta-
hun ini, dan malah jauh lebih banyak, padahal lum-
bung yang ini bisa saja akan menjadi terlalu besar un-
tuk tahun depan, seperti halnya terlalu kecil untuk
tahun ini. Tahun-tahun kelimpahan biasanya diikuti
dengan tahun-tahun kelaparan, seperti yang terjadi di
Mesir, dan oleh sebab itu lebih baik baginya untuk me-
numpuk sebagian gandumnya sebagai persediaan untuk
tahun-tahun kelaparan seperti itu. Keempat, bodoh
baginya untuk menghilangkan kekhawatirannya dengan
membangun lumbung-lumbung baru, sebab dengan
membangunnya berarti kekhawatirannya bisa semakin
bertambah. Orang-orang yang tahu seluk beluk mendi-
rikan bangunan pasti mengerti akan hal ini. Cara yang
diberikan Tuhan untuk menghilangkan kekhawatiran
yang berlebihan pasti akan berhasil, sedangkan cara
duniawi justru lebih menambah kekhawatiran itu. Se-
lain itu, setelah dia membangun, akan ada hal-hal lain
yang masih harus diperhatikannya; semakin besar lum-
bung, semakin besar pula hal-hal lain yang akan dikha-
watirkannya (Pkh. 5:10). Kelima, bodoh baginya untuk
berusaha mengatur dan memecahkan semua masalah
ini sampai ke akar-akarnya tanpa kecuali. Inilah yang
akan aku lakukan: Aku akan merombak lumbung-
lumbungku dan membangun yang lebih besar, ya, itu
akan aku lakukan, tanpa “kalau ini” atau “kalau itu,”
tanpa “Jika Tuhan menghendakinya, aku akan akan
hidup” (Yak. 4:13-15). Rencana yang tidak bisa diganggu
gugat yaitu rencana yang bodoh, sebab waktu yang
kita miliki ada di tangan Tuhan , bukan di tangan kita
sendiri, dan kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi
esok hari.
[3] Harapan dan keinginan yang menyenangkan hatinya,
saat rencananya itu telah terlaksana nanti. “Sesudah
itu aku akan berkata kepada jiwaku, sebab aku sudah
Injil Lukas 12:13-21
447
aman, tidak peduli itu kata Tuhan atau tidak, Jiwaku,
dengarlah apa yang aku katakan, ada padamu banyak
barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya di
lumbung-lumbung ini. Sekarang beristirahatlah, nik-
matilah hidupmu, makanlah, minumlah dan bersenang-
senanglah!” (ay. 19). Tampaklah juga kebodohannya di
sini, seperti halnya dalam keinginannya untuk mengejar
kekayaannya dan menikmatinya. Pertama, bodoh bagi-
nya untuk menunda-nunda kesenangannya dalam ke-
limpahan itu sampai dia berhasil menjalankan segala
rencananya yang berkaitan dengan kelimpahannya itu.
saat sudah membangun lumbung-lumbung yang
lebih besar dan mengisinya penuh (yang akan makan
beberapa waktu lamanya), maka dia akan beristirahat;
padahal, bukankah dia bisa saja beristirahat sekarang?
Seperti inilah Grotius mengutip cerita tentang Pyrrhus,
yang membayangkan dirinya sebagai pemenang perang
di Sisilia, di Afrika, dan di tempat-tempat lain, dan apa
yang akan dia lakukan nanti dengan kemenangan-
kemenangannya itu. “Baiklah,” kata temannya Cyneas,
“Apa yang harus kita lakukan setelah itu nanti?” Postea
vivemus – “Setelah itu kita akan hidup” katanya. At hoc
jam licet – “Kita bisa hidup sekarang kalau kita mau,”
kata Cyneas lagi. Kedua, bodoh baginya untuk merasa
yakin bahwa harta miliknya tertimbun untuk bertahun-
tahun lamanya, seolah-olah lumbung-lumbung yang
lebih besar akan lebih aman dibandingkan dengan lum-
bung-lumbung yang sudah ia miliki, sedangkan bisa
saja dalam waktu satu jam lumbung-lumbung beserta
semua yang ada di dalamnya itu terbakar rata dengan
tanah, mungkin akibat sambaran petir, yang tidak bisa
ditangkal. Dalam beberapa tahun lagi bisa akan terjadi
perubahan besar; ngengat dan karat mungkin merusak-
kannya atau pencuri membongkar serta mencurinya.
Ketiga, bodoh baginya untuk mengandalkan diri pada
suatu rasa ketenangan tertentu saja, yaitu dengan me-
nimbun semua harta yang berlimpah dari dunia ini,
sedangkan ada banyak hal yang dapat membuat orang
tidak tenang di tengah-tengah kelimpahannya. Nila
448
setitik rusak susu sebelanga. Penderitaan dan penyakit,
hubungan-hubungan yang tidak harmonis, dan teruta-
ma hati nurani yang bersalah, dapat merampok kete-
nangan dari diri seseorang yang memiliki seantero
kekayaan dunia ini sekalipun. Keempat, bodoh baginya
untuk berpikir bahwa kelimpahannya hanya melulu un-
tuk dipakai makan, minum, dan bersenang-senang;
untuk mengikuti keinginan daging dan memuaskan
hawa nafsunya, tanpa berpikir untuk berbuat baik ke-
pada orang lain, dan untuk dimampukan melayani
Tuhan dan angkatannya dengan lebih baik: seolah-olah
kita hidup untuk makan, dan bukan makan untuk
hidup; seakan-akan kebahagiaan manusia hanya dapat
dicapai dengan memuaskan keinginan-keinginan tubuh
sejadi-jadinya. Kelima, amat sangatlah bodoh untuk
mengatakan semuanya ini kepada jiwanya. Seandainya
dia berkata, “Tubuhku, beristirahatlah, sebab ada
padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun
lamanya,” maka itu bisa masuk akal. namun jiwa, yang
merupakan roh kekal dan terpisah dari tubuh, tidak
akan tertarik dengan lumbung yang penuh gandum
atau kantung yang penuh emas. Seandainya berjiwa
babi, maka bolehlah dia memberkati jiwanya itu dengan
kepuasan makan dan minum, namun apalah artinya ini
bagi jiwa manusia, yang keperluan dan keinginannya
tidak akan pernah selaras dengan barang-barang sema-
cam itu? Kesalahan paling gila yang dibuat anak-anak
dunia ini yaitu bahwa mereka memenuhi dan memeli-
hara jiwa mereka dengan kekayaan duniawi dan kenik-
matan tubuh.
(3) Inilah hukuman Tuhan atas semuanya ini; dan kita yakin
bahwa Dia menghakimi berdasarkan kebenaran. Orang itu
berkata kepada dirinya sendiri, kepada jiwanya, “Beristi-
rahatlah.” Seandainya Tuhan berkata demikian juga, maka
orang itu pasti akan berbahagia, sebab Roh-Nya bersaksi
dengan semua roh orang percaya untuk membuat mereka
semua tenang. Akan namun Tuhan berkata sebaliknya, dan
menurut penilaian-Nya terhadap kita, dan bukan menurut
penilaian kita sendiri (1Kor. 4:3-4), kita akan berdiri atau
Injil Lukas 12:13-21
449
jatuh. Para tetangganya memberkatinya (Mzm. 10:3), me-
mujinya sebab ia berbuat baik terhadap dirinya sendiri
(Mzm. 49:19). namun Tuhan berkata bahwa dia berbuat jahat
terhadap dirinya sendiri: “Hai engkau orang bodoh, pada
malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu” (ay. 20).
Tuhan berfirman kepadanya, artinya menjatuhkan ketetap-
an-Nya atas orang ini, dan membuatnya mengetahui hal
ini, entah melalui hati nuraninya atau dengan mengejut-
kannya dengan suatu cara tertentu, atau melalui kedua
cara ini . Ini dikatakan sewaktu dia berada dalam ke-
mewahannya yang berlimpah-limpah (Ayb. 20:22), saat
matanya tidak bisa terpejam di tempat tidur, sebab kha-
watir dan memikirkan rencananya untuk memperbesar
lumbungnya, bukan dengan membangun satu atau dua
dinding, yang mungkin sudah bisa memenuhi tujuannya,
melainkan dengan merobohkannya dan membangun lum-
bung baru yang lebih besar, yang dirasa penting untuk me-
muaskan angan-angannya. saat ia sedang merencanakan
hal ini dan sudah merasa mantap bahwa ia akan melaku-
kannya, lalu tertidur lagi dengan mimpi indah akan menik-
mati hartanya sampai bertahun-tahun lamanya, lalu
Tuhan mengatakan ini kepadanya. Dengan cara ini pula
Belsyazar dihantam ketakutan saat melihat jari-jari
tangan manusia menulis pada kapur dinding istana saat
dia sedang menikmati kesenangannya.
Amatilah apa yang dikatakan Tuhan :
[1] Sifat yang digambarkan-Nya mengenai orang ini: Eng-
kau orang bodoh, engkau Nabal, merujuk pada cerita
Nabal, si orang bodoh (Nabal namanya, dan bebal
orangnya) yang jantungnya terhenti dalam dada, lalu ia
membatu, setelah berpesta bak raja dengan menyantap
hewan bantaian yang dibantainya bagi orang-orang
penggunting dombanya. Perhatikanlah, orang-orang du-
niawi yaitu orang-orang bodoh, pada suatu saat nanti
Tuhan akan memanggil nama mereka dengan, engkau
orang bodoh, dan mereka sendiri akan menyebut diri
mereka demikian.
450
[2] Hukuman dijatuhkan ke atas orang ini, yaitu hukuman
mati: “Pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari
padamu.” Mereka akan meminta atau menuntut jiwamu
(begitulah terjemahan harfiahnya), dan apa yang telah
kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Orang ini ber-
pikir bahwa dia memiliki harta yang akan menjadi
miliknya untuk bertahun-tahun lamanya, namun demi-
kian, dia harus berpisah dari semuanya itu pada malam
ini. Dia berpikir bahwa dia akan menikmatinya sendiri,
namun sekarang dia harus meninggalkannya kepada
orang lain, entah siapa. Perhatikanlah, kematian orang
duniawi itu sungguh sangat menyedihkan dan mengeri-
kan.
Pertama, kematiannya itu seperti sebuah tindakan
pemaksaan, penahanan. Kematiannya itu yaitu suatu
tindakan pengambilan jiwa, jiwa yang sedang engkau
permainkan sedemikian rupa. Apa pedulimu dengan
jiwa? Toh, engkau tidak dapat menggunakannya dengan
baik? Jiwamu akan diambil. Ini menunjukkan bahwa
orang itu sebenarnya tidak ingin berpisah dengan jiwa-
nya. Orang yang baik yang menjauhkan hatinya dari
dunia ini akan dengan senang hati memberikan jiwanya
pada waktu ia mati, dan menyerahkannya, namun jiwa
orang duniawi akan dicabut dengan paksa. Baginya,
meninggalkan dunia ini yaitu sesuatu yang menakut-
kan. Mereka akan mengambil jiwamu. Tuhan akan meng-
ambilnya, Dia akan meminta pertanggungjawaban ter-
hadap jiwa itu. “Hai laki-laki dan wanita , apa yang
telah kalian perbuat dengan jiwa kalian. Berilah per-
tanggungjawaban bagaimana kalian telah menjaganya.”
Ya, mereka sungguh akan mengambil jiwamu; mereka di
sini yaitu malaikat-malaikat jahat yang bertindak se-
bagai pembawa pesan keadilan Tuhan . Seperti halnya
malaikat-malaikat Tuhan akan menerima jiwa-jiwa yang
baik, dan akan membawa mereka ke tempat yang pe-
nuh sukacita, begitu pula malaikat-malaikat jahat akan
menerima jiwa-jiwa yang jahat, dan akan membawa
mereka ke tempat penyiksaan. Mereka akan mengambil
jiwa itu sebagai jiwa yang bersalah yang akan menerima
Injil Lukas 12:13-21
451
hukuman. Iblis mengambil jiwamu sebagai miliknya,
sebab jiwamu memang menyerahkan dirinya kepada
Iblis.
Kedua, kematiannya itu seperti sebuah pemaksaan
yang mengejutkan dan tidak terduga. Terjadinya pada
waktu malam, dan ancaman pada malam hari sangatlah
menakutkan. Waktu kematian bagi orang baik bagaikan
hari yang terang; kematiannya itu ibarat pagi atau
suatu permulaan hari yang baru baginya. Sebaliknya,
waktu kematian bagi orang duniawi yaitu malam, ma-
lam yang gelap gulita; dia berbaring di tempat siksaan.
Waktunya yaitu malam ini, malam sekarang ini juga,
tanpa ditunda-tunda. Tidak ada uang jaminan sebesar
apa pun yang dapat membebaskannya, dan ia pun tidak
bisa memohon agar waktunya diundur sehari lagi. Pada
malam yang menyenangkan ini, saat kamu menyang-
ka bahwa kamu akan hidup bertahun-tahun lamanya,
kamu harus mati, dan pergi menghadap pengadilan.
Kamu menghibur dirimu dengan khayalan untuk me-
nikmati hari-hari dan malam-malam gembira, dengan
pesta pora. Namun di tengah-tengah semuanya itu,
sekarang berakhirlah sudah segalanya itu (Yes. 21:4).
Ketiga, kematian orang duniawi itu berarti mening-
galkan segalanya yang telah mereka sediakan, yang
sudah mereka dapatkan dengan susah payah, dan yang
mereka persiapkan untuk masa depan dengan penuh
kerja keras. Segala sesuatu yang menjadi sandaran ke-
bahagiaan mereka, labuhan harapan mereka, dan sum-
ber pengharapan mereka, harus mereka tinggalkan. Ke-
muliaan mereka tidak akan turun mengikuti mereka
(Mzm. 49:18, KJV), sebaliknya, mereka akan pergi de-
ngan telanjang dari dunia ini seperti saat mereka me-
masukinya, dan mereka tidak akan merasakan manfaat
apa pun dari apa yang sudah mereka kumpulkan, baik
itu dalam kematian, dalam penghakiman, maupun da-
lam kehidupan kekal.
Keempat, kematian orang duniawi itu seperti me-
ninggalkan segala harta kekayaan mereka kepada orang
yang tidak mereka ketahui: “Dan apa yang telah kau-
452
sediakan, untuk siapakah itu nanti? Bukan untukmu
tentu saja, dan kamu tidak tahu akibat apa yang akan
didatangkan harta itu ke atas ahli-ahli warismu, yakni
anak-anak dan saudara-saudaramu, apakah mereka
akan berhikmat atau bodoh dengan harta itu (Pkh. 2:18-
19), apakah harta itu akan memberikan kenangan yang
baik atau buruk tentang dirimu, akan menjadi berkat
atau kutuk bagi keluargamu, akan membawa kebajikan
atau kejahatan bagi mereka yang mewarisinya, akan di-
simpan atau dihabiskan. Bahkan kamu tidak akan tahu
kalau orang yang mewarisinya mungkin tidak bisa me-
nikmatinya, dan warisan itu mungkin akan jatuh ke
tangan orang lain yang sama sekali tidak terpikirkan ! lehmu. Sekalipun kamu tahu kepada siapa kamu me-
ninggalkannya, kamu tidak tahu kepada siapa mereka
akan meninggalkannya, atau ke tangan siapa warisan
itu akan jatuh pada akhirnya.” Seandainya banyak
orang yang dapat mengetahui sebelumnya siapa yang
akan mewarisi rumah mereka nanti setelah mereka
mati, mereka pasti akan lebih suka membakar rumah
mereka daripada repot-repot memperindahnya!
Kelima, kematian orang duniawi itu menunjukkan
kebodohannya. Orang-orang duniawi yaitu orang bo-
doh sewaktu mereka hidup: inilah jalannya orang-orang
yang percaya kepada dirinya sendiri (Mzm. 49:14). Na-
mun kebodohan mereka itu akan sangat jelas terlihat
pada waktu mereka mati: pada kesudahan usianya ia
terkenal sebagai seorang bebal (Yer. 17:11). sebab
pada waktu itu akan terlihat bahwa ia berusaha keras
mengumpulkan harta di dunia yang akan segera ia ting-
galkan, namun tidak ambil peduli untuk mengumpulkan
harta di dunia yang akan segera ia tuju.
Terakhir, inilah pelajaran yang dapat diambil dari
perumpamaan ini (ay. 21): Demikianlah jadinya orang
yang bodoh, bodoh dalam pandangan Tuhan , bodoh me-
nurut kesaksian yang ditinggalkannya, jika ia mengum-
pulkan harta bagi dirinya, namun tidak kaya di hadapan
Tuhan . Inilah jalan dan akhir dari orang seperti itu.
Injil Lukas 12:13-21
453
Amatilah di sini:
1. Gambaran tentang orang duniawi: ia mengumpulkan
harta bagi dirinya sendiri, bagi tubuhnya, bagi du-
nia, bagi dirinya dengan melawan Tuhan , untuk diri-
nya yang akan segera ditolak. (1) Yang menjadi kesa-
lahannya yaitu dia menganggap bahwa tubuh jas-
maninya yaitu dirinya, seolah-olah tubuh itu yaitu
manusia itu sendiri. Jika diri dinyatakan dan
dimengerti dengan benar, maka hanya orang Kristen
sejatilah yang sungguh-sungguh mengumpulkan
harta untuk dirinya, dan berlaku bijak bagi dirinya
sendiri (Ams. 9:12, KJV). (2) Yang menjadi kesalahan-
nya yaitu bahwa ia menjadikan usaha mengumpul-
kan harta untuk tubuh sebagai pekerjaan utamanya,
yang baginya berarti mengumpulkan harta untuk
dirinya sendiri. Segala jerih payahnya yaitu untuk
mulutnya (Pkh. 6:7), ia membuat persediaan untuk
tubuh. (3) Yang menjadi kesalahannya yaitu bahwa
ia menganggap hal-hal yang dikumpulkan untuk du-
nia, untuk tubuh, dan untuk kehidupan sekarang
yaitu hartanya. Harta yaitu kekayaan yang dian-
dalkannya, yang dihabiskannya, dan yang kepada-
nya ia mencurahkan segala perasaannya. (4)
Kesalahan yang paling besar dari semuanya itu
yaitu bahwa ia sama sekali tidak berusaha untuk
menjadi kaya akan Tuhan , kaya menurut pandangan
Tuhan , sebab jika Dia menilai kita kaya, maka kita
kayalah kita (Why. 2:9), kaya dalam perkara-perkara
Tuhan , kaya dalam iman (Yak. 2:5), kaya dalam
kebajikan, dalam buah-buah kebenaran (1Tim.
6:18), kaya dalam anugerah, dalam penghiburan,
dan dalam karunia-karunia rohani. Banyak orang
yang hidupnya berkelimpahan di dunia ini sama
sekali tidak memiliki sesuatu yang dapat mem-
perkaya jiwa mereka, yang dapat membuat mereka
kaya di hadapan Tuhan , kaya untuk kehidupan kekal.
2. Kebodohan dan kesengsaraan orang duniawi: Demi-
kianlah jadinya ia. Tuhan kita Yesus Kristus, yang
mengetahui akhir dari segala sesuatu, di sini mem-
454
beri tahu kita bagaimana akhir dari orang itu. Per-
hatikanlah, sungguh suatu kebodohan yang tidak
terperikan bagi sebagian besar orang yang hanya
memikirkan dan mengejar kekayaan dunia ini lebih
daripada kekayaan dunia nanti; yang memikirkan
kekayaan yang hanya berguna untuk tubuh dan se-
mentara saja sifatnya lebih daripada kekayaan un-
tuk jiwa dan untuk kehidupan kekal.
Teguran atas Kekhawatiran yang Berlebihan
(12:22-40)
22 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “sebab itu Aku berkata kepada-
mu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan,
dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pa-
kai. 23 Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih
penting dari pada pakaian. 24 Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak
menabur dan tidak menuai dan tidak memiliki gudang atau lumbung, na-
mun demikian diberi makan oleh Tuhan . Betapa jauhnya kamu melebihi
burung-burung itu! 25 Siapakah di antara kamu yang sebab kekuatirannya
dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? 26 Jadi, jikalau kamu
tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir
akan hal-hal lain? 27 Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan
tidak menenun, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala keme-
gahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 28 Jadi,
jika rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api
demikian didandani Tuhan , terlebih lagi kamu, hai orang yang kurang percaya!
29 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau
apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. 30 Semua itu di-
cari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Tuhan . Akan namun Bapamu
tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. 31 namun carilah
Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu. 32 Ja-
nganlah takut, hai kamu kawanan kecil! sebab Bapamu telah berkenan
memberikan kamu Kerajaan itu. 33 JuTuhan segala milikmu dan berikanlah
sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu
harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan
yang tidak dirusakkan ngengat. 34 sebab di mana hartamu berada, di situ
juga hatimu berada.” 35 “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu
tetap menyala. 36 Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang me-
nanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang
dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. 37 Berbahagialah hamba-
hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga saat ia datang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersila-
kan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. 38 Dan
apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati
mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka. 39 namun ketahuilah
ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan
membiarkan rumahnya dibongkar. 40 Hendaklah kamu juga siap sedia, kare-
na Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan.”
Injil Lukas 12:22-40
455
Yesus Tuhan kita di sini menegaskan kembali kepada para murid-
Nya sebagian pengajaran yang penting dan yang berguna bagi me-
reka. Sebagian pengajaran itu sudah diajarkan-Nya sebelumnya ke-
pada mereka, namun ditekan-Nya kepada mereka lagi di sini saat
ada kesempatan. Mereka memang perlu mendapat pengajaran demi
pengajaran dan perkataan demi perkataan. “sebab itu, sebab ada
begitu banyak orang yang hancur hidupnya sebab ketamakan dan
terlalu cemas memikirkan kekayaan dunia ini, Aku berkata kepada-
mu, murid-murid-Ku, ingatlah kamu akan hal ini.” Engkau hai manu-
sia Tuhan , jauhilah semuanya itu, dan juga engkau, hai manusia dunia
(1Tim. 6:11).
I. Ia menyuruh mereka agar tidak menyiksa diri dengan segala ke-
khawatiran mengenai kebutuhan-kebutuhan hidup, yang hanya
akan membuat pusing kepala dan yang tidak akan pernah ada
habisnya: Janganlah khawatir akan hidupmu (ay. 22). Dalam
perumpamaan sebelumnya Dia memperingatkan kita agar
waspada terhadap suatu jenis ketamakan yang paling berbahaya
bagi orang kaya, yaitu kepuasan jasmani dalam memiliki harta
duniawi yang berlimpah. Nah, bisa saja murid-murid-Nya itu
berpikir bahwa mereka tidak akan terjerumus ke dalam bahaya
ini, sebab mereka tidak memiliki beraneka ragam harta yang
berlimpah untuk dibanggakan. sebab itulah di sini Kristus
memperingatkan mereka agar waspada terhadap suatu jenis
ketamakan yang lain, yaitu ketamakan yang paling menggoda
orang-orang yang hanya memiliki sedikit barang di dunia ini,
dan ini pasti masalah yang dialami murid-murid Kristus, terlebih
lagi sebab sekarang mereka telah meninggalkan semuanya untuk
mengikuti Kristus. Ketamakan ini yaitu kekhawatiran mengenai
kebutuhan-kebutuhan hidup: “Janganlah khawatir akan hidup-
mu, entah khawatir memikirkan bagaimana kamu melindungi
hidupmu, saat dalam bahaya, atau khawatir memikirkan
bagaimana kamu menyediakan kebutuhan bagi hidupmu itu,
entah makanan entah pakaian, apa yang hendak kamu makan
atau apa yang hendak kamu pakai.” Ini yaitu peringatan yang
sangat ditekankan-Nya (Mat. 6:25 dst.). Dan alasan yang diguna-
kan di sini sebagian besar sama, yang dibuat untuk mendorong
kita agar menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan ,
456
dan inilah cara yang benar untuk menenangkan hati kita dalam
masalah ini.
Nah, cobalah sekarang pikirkan:
1. Tuhan yang telah melakukan perkara-perkara yang lebih besar
bagi kita pasti dapat diandalkan untuk melakukan perkara-
perkara yang lebih kecil. Dia sudah memberi kita hidup dan
tubuh, tanpa bantuan dan pemikiran kita, dan sebab itu de-
ngan senang hati pula kita dapat berserah kepada Tuhan untuk
menyediakan makanan untuk menyokong kehidupan kita dan
pakaian untuk melindungi tubuh kita.
2. Tuhan yang memelihara makhluk-makhluk yang lebih rendah
pasti dapat diandalkan untuk memelihara orang-orang Kristen
yang baik. “Percayalah kepada Tuhan untuk urusan makanan,
sebab Dia memberi makan burung-burung gagak (ay. 24); bu-
rung-burung itu tidak menabur dan tidak menuai, mereka
tidak pernah khawatir atau cemas bagaimana mereka akan
memelihara diri mereka sendiri, namun mereka diberi makan
dan tidak pernah mati kelaparan. Pikirkan betapa jauhnya
kamu melebihi burung-burung itu. Percayalah kepada Tuhan
untuk urusan pakaian, sebab Dia memberikan pakaian ke-
pada bunga-bunga bakung (ay. 27-28). Mereka tidak menyiap-
kan pakaian mereka sendiri, mereka tidak memintal dan tidak
menenun, akarnya yang ada di tanah itu telanjang, tanpa per-
hiasan, namun sewaktu bunga tumbuh, akar itu tampak di-
percantik dengan begitu indahnya. Jadi, jika Tuhan sedemikian
rupa mendandani bunga-bunga itu, yang bisa pudar dan mus-
nah, bukankah Dia terlebih lagi akan mendandani kamu de-
ngan pakaian yang cocok, yang sesuai dengan harkat dan
martabatmu, seperti bunga-bunga itu dengan keadaannya?”
saat Tuhan memberi manna kepada umat Israel di padang
gurun, Dia juga memperhatikan masalah pakaian mereka, ka-
rena walaupun Dia tidak mendandani mereka dengan pakaian
baru, Dia memelihara supaya pakaian mereka tidak menjadi
buruk di tubuh mereka (Ul. 8:4). Demikianlah Dia akan mem-
berikan pakaian kepada umat Israel-Nya secara rohani, namun
janganlah umat-Nya ini menjadi kurang percaya. Perhatikan-
lah, kekhawatiran kita yang berlebihan disebabkan oleh le-
mahnya iman kita. Kalau kita sungguh percaya dengan sege-
Injil Lukas 12:22-40
457
nap kekuatan kita akan Tuhan yang mahamencukupi, akan hu-
bungan perjanjian-Nya dengan kita sebagai Bapa, dan teruta-
ma akan janji-janji-Nya yang berharga, yang berkaitan dengan
kehidupan baik sekarang maupun nanti, maka melalui Tuhan
kita akan meruntuhkan kubu-kubu kekhawatiran yang meng-
gelisahkan dan menyusahkan ini.
3. Segala kekhawatiran kita tidak akan menghasilkan apa-apa,
sia-sia dan tidak berguna. sebab itu, bodohlah jika kita terus
memikirkannya. Kekhawatiran kita tidak akan membantu kita
memperoleh apa yang kita inginkan, dan sebab itu tidak
boleh sampai mengganggu ketenangan kita (ay. 25): “Siapakah
di antara kamu yang sebab kekuatirannya dapat menambah-
kan sehasta, atau seinci, saja pada jalan hidupnya, setahun
atau sejam lebih panjang? Jadi, jika kamu tidak mampu mela-
kukan hal yang paling kecil, yaitu hal dalam jalan hidupmu
yang tidak bisa kamu ubah dengan kekuatanmu, mengapa
pula kamu memusingkan diri dengan hal-hal lain yang jauh
berada di luar kekuatanmu, yang sesungguhnya bergantung
pada pemeliharaan Tuhan ?” Perhatikanlah, apa pun rupa jalan
hidup kita ataupun keadaan kita, kita harus bersikap bijak-
sana dengan menerimanya apa adanya dan memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya; sebab kekhawatiran dan kekesalan,
keluhan dan kecemasan tidak akan pernah bisa memperbaiki-
nya.
4. Jika murid-murid Kristus terlalu berlebihan mengejar hal-hal
duniawi, sekalipun itu diperlukan, maka ini akan sangat tidak
baik bagi mereka (ay. 29-30): “Apa pun yang orang lain laku-
kan, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu ma-
kan atau apa yang akan kamu minum. Janganlah menyiksa
dirimu dengan kecemasan yang memusingkan, ataupun mele-
lahkan dirimu dengan pekerjaan yang tiada hentinya. Jangan-
lah bergegas ke sana kemari mencari-cari apa yang akan kamu
makan atau minum, seperti musuh-musuh Daud, yang me-
ngembara mencari makan (Mzm. 59:16), atau seperti rajawali
yang mengintai mangsa dari jauh (Ayb. 39:32). Janganlah
murid-murid Kristus mencari makanan dengan cara seperti
itu, namun mintalah kepada Tuhan hari demi hari. Janganlah pi-
kiran mereka menjadi ragu; mē meteōrizesthe – janganlah se-
perti meteor di udara, yang tertiup angin ke sana kemari;
458
janganlah seperti meteor itu, yang senantiasa timbul dan
tenggelam, melainkan tetaplah selaras dengan dirimu sendiri.
Jadilah kukuh tak terambingkan, dan tetapkanlah hatimu.
Janganlah hidup dalam kerisauan. Janganlah kepalamu terus
dipusingkan dengan harapan dan ketakutan, selalu tertekan.”
Janganlah anak-anak Tuhan menggelisahkan diri sendiri, ka-
rena,
(1) Ini akan membuat mereka seperti orang-orang dunia ini:
“Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak menge-
nal Tuhan (ay. 30). Mereka yang hanya memperhatikan
tubuh dan tidak pernah memperhatikan jiwa, yang hanya
hidup untuk dunia ini dan tidak untuk dunia nanti, tidak
akan mencari hal-hal lain lagi selain makan dan minum.
Dan, sebab mereka tidak memiliki Tuhan yang maha-
mencukupi yang kepada-Nya mereka bisa memohon dan
mengandalkan diri, mereka membebani diri dengan kekha-
watiran-kekhawatiran mengenai semuanya itu. Akan namun ,
tidaklah benar bagi kamu untuk melakukan yang demi-
kian. Kamu yang dipanggil keluar dari dunia ini tidak boleh
serupa dengan dunia ini dan tidak boleh mengikuti tingkah
laku bangsa ini” (Yes. 8:11-12). saat kita sedang dilanda
kekhawatiran yang berlebihan, kita harus bertanya pada
diri kita sendiri, “Apa aku ini, orang Kristen atau orang
kafir? Orang yang sudah dibaptis atau tidak? Jika aku
orang Kristen dan sudah dibaptis, apakah aku akan me-
nempatkan diriku sejajar dengan orang kafir, dan meng-
ikuti mereka mengejar hal-hal yang mereka kejar?”
(2) Murid-murid Kristus tidaklah perlu menyusahkan diri
dengan kekhawatiran mengenai kebutuhan-kebutuhan hi-
dup, sebab mereka memiliki Bapa di sorga yang
memperhatikan dan mengurus semuanya itu untuk
mereka: “Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan
semuanya itu, dan Dia sudah memikirkannya, dan pasti
akan memenuhi kebutuhanmu menurut kekayaan dan
kemuliaan-Nya; sebab Dia itu Bapamu, yang membuatmu
merasakan kebutuhan-kebutuhan ini, dan yang sebab itu
akan mencurahkan kasih sayang-Nya agar kamu dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu itu: Bapamu, yang
memeliharamu, yang mendidikmu, dan yang berencana
Injil Lukas 12:22-40
459
memberimu suatu warisan, tentu akan memastikan supaya
kamu tidak kekurangan hal-hal yang baik.”
(3) Ada hal-hal yang lebih baik yang harus dipikirkan dan
dikejar oleh murid-murid Kristus (ay. 31): “namun carilah
Kerajaan-Nya, dan ingatlah ini, hai kamu murid-murid-Ku,
yang harus memberitakan kerajaan Tuhan . Biarlah hatimu
selalu tertuju pada pekerjaanmu, untuk peduli sungguh
bagaimana kamu harus melaksanakan pemberitaan itu de-
ngan baik, maka pada akhirnya ini akan mengalihkan
pikiran-pikiranmu dari kekhawatiran yang berlebihan me-
ngenai perkara-perkara duniawi. Dan biarlah semua orang
yang jiwanya perlu diselamatkan mencari kerajaan Tuhan ,
yang hanya di dalamnya mereka bisa merasa aman. Ber-
usahalah memasuki Kerajaan itu, berusahalah maju di da-
lamnya. Carilah kerajaan anugerah, untuk menjadi pendu-
duk di dalamnya, carilah kerajaan mulia, untuk menjadi
penguasa-penguasa di dalamnya, maka semuanya itu akan
ditambahkan juga kepadamu. Pikirkanlah perkara-perkara
mengenai jiwamu dengan tekun dan sungguh-sungguh,
lalu percayakanlah kepada Tuhan untuk mengurusi semua
masalahmu yang lain.”
(4) Ada hal-hal yang lebih baik yang dapat mereka nantikan
dan harapkan, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil!”
(ay. 32). Untuk menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran
yang berlebihan, kita harus menekan berbagai ketakutan
yang kita rasakan. Jika kita menakut-nakuti diri kita sen-
diri dengan kecemasan bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi, maka kita akan menjadi sibuk memikirkan bagai-
mana cara kita menghindarinya, padahal mungkin saja itu
hanyalah khayalan kita semata. Oleh sebab itu, janganlah
takut, hai kamu kawanan kecil, namun tetaplah berharap
sampai akhir, sebab Bapamu berkenan memberikan kamu
Kerajaan itu. Perkataan yang menghibur ini tidak kita
dapatkan dalam Injil Matius.
Perhatikanlah:
[1] Di dunia ini Kristus hanya memiliki kawanan kecil,
domba-domba-Nya hanya berjumlah sedikit dan mereka
sangat lemah. Jemaat Tuhan yaitu sebuah kebun
460
anggur, sebuah taman, ladang yang kecil dibandingkan
dengan hutan belantara dunia ini. Seperti Israel (1Raj.
20:27), yang tampak bagai dua kawanan kambing, di-
bandingkan dengan orang Aram saat datang memban-
jiri negeri itu.
[2] Meskipun hanya kawanan kecil, yang kalah jumlahnya
dan sebab itu juga terancam akan dikalahkan oleh
musuh-musuhnya, Kristus berkehendak agar mereka
tidak takut, “Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil,
yakinlah bahwa kamu akan aman di bawah lindungan
dan kuasa Gembala yang baik dan agung, jadi berba-
ringlah saja dengan tenang.”
[3] Tuhan mempersiapkan sebuah Kerajaan bagi semua
orang yang termasuk dalam kawanan kecil Kristus,
yaitu mahkota kemuliaan (1Ptr. 5:4), takhta kekuasaan
(Why. 3:21), dan kekayaan-kekayaan yang tidak terse-
lami, yang jauh melebihi harta kekayaan para raja dan
penguasa. Domba-domba yang ada di sebelah kanan di-
panggil untuk datang dan mewarisi Kerajaan itu. Kera-
jaan ini yaitu milik mereka untuk selama-lamanya,
dan tiap-tiap orang dari mereka memiliki Kerajaan itu.
[4] Kerajaan itu diberikan sesuai dengan perkenanan Bapa,
Bapamu telah berkenan. Kerajaan itu tidak diberikan
sebab utang, melainkan sebab anugerah, anugerah
yang cuma-cuma dan berdaulat, “Ya Bapa, itulah yang
berkenan kepada-Mu.” Kerajaan itu milik-Nya, jadi Dia
bebas melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya
dengan milik-Nya sendiri.
[5] Berbagai harapan dan pengharapan yang disertai de-
ngan keyakinan akan Kerajaan itu sanggup membung-
kam dan menekan ketakutan-ketakutan yang dirasakan
kawanan kecil Kristus di dunia ini. “Janganlah takut
dengan masalah, sebab masalah harus datang, namun
itu tidak akan menjadi penghalang antara dirimu dan
Kerajaan itu. Kerajaan itu pasti kamu miliki dan keda-
tangannya sudah dekat.” (Kita tidak perlu gentar terha-
dap masalah, sebab masalah itu tidak bisa memisah-
kan kita dari kasih Tuhan .) “Janganlah kamu takut tidak
bisa mendapatkan apa yang baik bagimu, sebab jika Ba-
Injil Lukas 12:22-40
461
pamu berkenan memberikan kamu Kerajaan itu, kamu
tidak perlu ragu bahwa Dia juga akan membawamu ke
sana.”
II. Ia memerintahkan mereka untuk berbuat sesuatu bagi jiwa mere-
ka, yaitu dengan mengumpulkan harta mereka di sorga (ay. 33-
34). Orang yang melakukan ini akan tetap merasa tenang menja-
lani segala peristiwa di dunia ini.
1. “Janganlah melekat pada dunia ini, dan pada segala sesuatu
yang kamu miliki di dalamnya. JuTuhan segala milikmu, dan
berikanlah sedekah,” maksudnya, “kalau engkau ingin meno-
long mereka yang benar-benar membutuhkan, juTuhan harta
milikmu yang berlebihan, segala hal yang bisa kamu sisihkan
setelah menyokong dirimu dan keluargamu, dan berikanlah itu
kepada orang miskin. JuTuhan segala milikmu, jika itu hanya
menghalangi engkau untuk melayani Kristus. Janganlah pikir,
habislah sudah hidupmu apabila engkau terpaksa menjual
seluruh hartamu akibat diperas, dipenjara atau dibuang oleh
sebab kesaksian akan Yesus, sekalipun itu warisan nenek
moyangmu. Janganlah menjual supaya bisa menimbun uang,
atau sebab dengan cara itu kamu dapat memperoleh uang
lebih banyak melalui riba, namun juTuhan segala milikmu dan
berikanlah sedekah! Kalau kita memberi sedekah, dengan cara
yang benar, maka apa yang diberikan sebagai sedekah itu
telah dikeluarkan untuk suatu hal yang paling luhur, dan itu
sungguh aman tersimpan.”
2. “Arahkanlah hatimu kepada dunia yang akan datang, dan
tetapkan harapan-harapanmu berdasarkan dunia itu. Buatlah
bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, dan yang
tidak bisa menjadi kosong, yang isinya bukan dari emas, me-
lainkan dari anugerah di dalam hati dan perbuatan-perbuatan
baik di dalam hidup. Inilah pundi-pundi yang akan bertahan
lama.” Anugerah akan menyertai kita ke dunia yang akan da-
tang, sebab ia dijalin di dalam jiwa, dan perbuatan-perbuatan
baik kita akan mengikuti kita, sebab Tuhan bukan tidak adil,
sehingga Ia lupa akan pekerjaan-pekerjaan baik itu. Inilah yang
akan menjadi harta kekayaan kita di sorga, yang akan mem-
perkaya kita sampai selama-lamanya.
462
(1) Inilah harta yang tidak akan habis. Sampai kapan pun kita
memakainya, harta itu sama sekali tidak akan berkurang.
Tidak ada bahaya bahwa kita akan melihat bagian dasar
pundi-pundi itu.
(2) Inilah harta yang tidak ada dalam bahaya akan dirampok,
sebab tidak ada pencuri yang dapat mendekatinya. Apa
yang disimpan di sorga tidak akan dapat dijamah oleh mu-
suh.
(3) Inilah harta yang tidak akan rusak sebab disimpan, apa-
lagi sampai berkurang sebab dipakai . Ngengat tidak
akan merusakkannya, seperti ia merusakkan pakaian yang
kita pakai sekarang. Nah, dengan demikian tampaklah bah-
wa kita menimbun harta kita di sorga jika hati kita berada
di sana sementara kita ada di sini (ay. 34), jika kita banyak
berpikir mengenai sorga dan tetap mengarahkan pandang-
an kita kepadanya, dan jika kita menggugah diri kita
dengan harapan-harapan akan sorga serta menjaga diri
kita dengan perasaan takut akan kehilangannya. Akan te-
tapi, jika hati kita hanya terarah pada dunia dan hal-hal
yang ada di dalamnya, jangan-jangan harta dan bagian kita
pun hanya sebatas yang ada di dalamnya, dan kita ikut
binasa saat meninggalkannya.
III. Ia menyuruh mereka untuk bersiap-siap dan terus berjaga-jaga
menyambut kedatangan-Nya, saat semua orang yang menyim-
pan harta mereka di sorga akan masuk menikmati harta mereka
itu (ay. 35 dst.).
1. Kristus yaitu Tuan kita, dan kita hamba-hamba-Nya. Kita ini
bukan hanya sekadar hamba-hamba yang bekerja untuk-Nya,
melainkan juga yang harus menunggu kedatangan-Nya, ham-
ba-hamba yang dalam menantikan kedatangan-Nya melakukan
perbuatan yang memuliakan-Nya dan menjalankan apa yang
diinginkan-Nya. “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut
Aku, mengikuti Anak Domba ke mana saja Ia pergi.” Namun ini
belum semua: mereka harus berbuat sesuatu untuk memulia-
kan Dia dalam menantikan kedatangan-Nya, dan mengharap-
kan kedatangan-Nya itu. Kita harus seperti orang-orang yang
menanti-nantikan Tuannya, yang tetap duduk berjaga-jaga
Injil Lukas 12:22-40
463
sampai larut malam saat Tuannya itu terus terjaga, siap
sedia menyambut Dia.
2. Kristus Tuan kita, walaupun sekarang pergi dari kita, akan
kembali lagi, kembali dari perkawinan, seusai memberkati sua-
tu perayaan di negeri yang jauh, untuk menuntaskannya di
rumah-Nya. Hamba-hamba Kristus sekarang sedang berada
dalam masa penantian, menanti-nantikan penyataan (atau pe-
nampakan) kemuliaan Tuan mereka, dan berbuat segala sesua-
tu dengan mata yang tertuju pada dan untuk penyataan itu. Ia
akan datang untuk melihat bagaimana tanggung jawab ham-
ba-hamba-Nya, dan hari itu yaitu hari yang menentukan,
sebab mereka akan tinggal tetap bersama-Nya atau diusir ke
luar, sesuai dengan bagaimana mereka didapati pada hari itu.
3. Waktu kedatangan kembali Tuan kita tidaklah pasti. Ia akan
datang pada waktu malam, pada larut malam, setelah Ia lama
menunda-nunda kedatangan-Nya, dan saat banyak orang
sudah mencari Dia ke sana kemari. Ia akan datang pada te-
ngah malam atau pada dini hari (ay. 38). Kedatangan-Nya ke-
pada kita pada waktu kematian juga tidaklah pasti, dan bagi
banyak orang kedatangan-Nya ini akan sangat mengejutkan,
sebab Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sang-
kakan (ay. 40), tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Ini tidak
hanya berbicara mengenai ketidakpastian waktu kedatangan-
Nya, namun juga mengenai kelengahan sebagian besar orang
yang merasa aman-aman saja, yang acuh tak acuh dan tidak
peduli dengan segala peringatan yang diberikan kepada me-
reka, sehingga saat kapan saja Dia datang, waktu itu men-
jadi saat yang tidak mereka sangkakan.
4. Yang diharapkan dan diinginkan-Nya dari hamba-hamba-Nya
yaitu bahwa mereka harus siap sedia membuka pintu bagi-
Nya, kapan pun Dia datang (ay. 36), maksudnya, mereka ha-
rus berada dalam keadaan yang pantas untuk menyambut-
Nya, atau lebih tepatnya untuk disambut oleh-Nya. Mereka
harus didapati sebagai hamba-hamba-Nya, dalam sikap yang
layak bagi seorang hamba, dengan pinggang yang tetap ber-
ikat. Ini merujuk pada hamba-hamba yang siap pergi ke mana
pun tuan mereka mengutus mereka dan siap melakukan apa
saja yang diperintahkan oleh tuan mereka, dengan jubah yang
terikat rapi (sebab kalau tidak, jumbainya akan tergerai dan
464
menghalang-halangi langkah mereka). Mereka juga harus
menyalakan pelita mereka, untuk menerangi tuan mereka agar
bisa masuk ke dalam rumah dan terus ke kamar.
5. Hamba-hamba-Nya yang didapati dalam keadaan siap dan
sikap yang baik akan berbahagia saat Tuan mereka datang
(ay. 37). Berbahagialah hamba-hamba yang setelah lama me-
nunggu, tetap setia menunggu sampai pada saat kedatangan
Tuan mereka, dan yang didapati terjaga serta tersadar tepat
pada waktu Ia mendekat mengetuk pintu. Dan juga berbaha-
gialah hamba-hamba itu (ay. 38), sebab itulah saat yang mere-
ka inginkan sebab pada saat itu kedudukan mereka akan di-
naikkan. Inilah salah satu gambaran tentang bagaimana me-
reka akan diberi kehormatan yang jarang didapatkan oleh
orang banyak: Ia akan mempersilakan mereka duduk makan,
dan akan datang melayani mereka. Kalau mempelai pria men-
jamu mempelai wanita , itu hal biasa, namun kalau tuan
yang menjamu hamba-hambanya, ini baru luar biasa. Demi-
kianlah, di antara murid-murid-Nya, Yesus Kristuslah yang
melayani, dan ini dilakukan-Nya suatu kali, untuk menunjuk-
kan betapa Ia mau merendahkan diri-Nya, dengan mengikat
pinggang-Nya dan melayani mereka, saat Ia membasuh kaki
mereka (Yoh. 13:4-5). Ini menandakan bagaimana mereka
akan diterima dengan sukacita dalam dunia yang akan datang
oleh Tuhan Yesus, yang pergi mendahului mereka untuk mem-
persiapkan tempat bagi mereka, dan yang telah memberi tahu
mereka bahwa Bapa-Nya akan menghormati mereka (Yoh.
12:26).
6. sebab itulah kita tetap tidak diberi tahu kapan tepatnya Dia
akan datang, supaya kita selalu berjaga-jaga. Sebab jika orang
sudah tahu kapan dia akan diserang, maka dia akan bersiap-
siap hanya pada saat serangan itu terjadi. Jika tuan rumah
tahu pukul berapa pencuri akan datang, maka betapapun cero-
bohnya ia, ia pasti tetap akan berjaga-jaga dan tidak akan
membiarkan rumahnya dibongkar (ay. 39). namun masalahnya
kita tidak tahu pukul berapa kita harus siaga, dan sebab itu
kita harus selalu waspada setiap saat dan tidak lengah. Atau
ini mungkin menunjukkan betapa menyedihkannya orang
yang ceroboh dan yang tidak percaya akan perkara yang besar
ini. Seandainya tuan rumah sudah tahu bahwa ia akan diram-
Injil Lukas 12:41-53
465
pok pada suatu malam, maka ia akan duduk dan berjaga-jaga
untuk menyelamatkan rumahnya. namun kita sudah melihat
bahwa kedatangan Tuhan itu seperti pencuri di tengah malam,
yang akan mengacaukan dan menghancurkan semua orang
berdosa yang sedang enak-enakan dan tidak berjaga-jaga. Jika
untuk rumahnya saja orang mau berjaga-jaga seperti itu, oh
semoga saja kita juga dapat bersikap bijak demikian untuk
menjaga jiwa kita. Hendaklah kamu juga siap sedia, siap sedia
seperti tuan rumah saat ia tahu pukul berapa pencuri akan
datang.
Kewaspadaan dan Ketekunan
Ditekankan Berkali-kali
(12:41-53)
41 Kata Petrus: “Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perum-
pamaan itu atau juga semua orang?” 42 Jawab Tuhan: “Jadi, siapakah
pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya
menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada
mereka pada waktunya? 43 Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya
melakukan tugasnya itu, saat tuannya itu datang. 44 Aku berkata kepada-
mu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas
segala miliknya. 45 Akan namun , jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam
hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba
laki-laki dan hamba-hamba wanita , dan makan minum dan mabuk, 46
maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya,
dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan mem-
buat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. 47 Adapun hamba yang
tahu akan kehendak tuannya, namun yang tidak mengadakan persiapan atau
tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak
pukulan. 48 namun barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan mela-
kukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit
pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan
banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya
akan lebih banyak lagi dituntut.” 49 “Aku datang untuk melemparkan api ke
bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! 50 Aku harus
menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu ber-
langsung! 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di
atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentang-
an. 52 sebab mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang
di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka
akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki
melawan ayahnya, ibu melawan anaknya wanita , dan anak wanita
melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya wanita dan menantu
wanita melawan ibu mertuanya.”
Di sini ada :
I. Pertanyaan Petrus, yang diajukannya kepada Kristus setelah ia
mendengar perumpamaan di atas (ay. 41), “Tuhan, kamikah yang
Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu, kami yang yaitu
pengikut-pengikut setia-Mu, kami yang yaitu para pelayan-Mu,
atau juga kepada semua orang yang datang untuk menerima
ajaran dari-Mu, semua orang yang mendengarkan-Mu, termasuk
semua orang Kristen?” Petrus sekarang, seperti sebelum-sebelum-
nya, menjadi juru bicara bagi murid-murid yang lain. Kita patut
bersyukur kepada Tuhan atas orang-orang pemberani seperti ini,
yang memiliki karunia berbicara. Namun, orang-orang seperti
ini harus berjaga-jaga supaya mereka tidak menjadi sombong.
Nah, Petrus ingin agar Kristus menjelaskan sendiri apa yang di-
maksudkan-Nya dengan perumpamaan itu, dan agar Ia meng-
arahkan anak panah-Nya pada sasaran yang dituju. Petrus me-
nyebutnya perumpamaan, sebab perkataan itu tidak hanya ber-
sifat kiasan, namun juga berbobot, padat, dan mengandung suatu
ajaran. Tuhan, kata Petrus, kami ataukah semua orang yang di-
maksudkan dengan perumpamaan itu? Kristus memberikan
jawaban langsung untuk pertanyaan ini (Mrk. 13:37), “Apa yang
Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang.” Na-
mun, dalam penjelasan selanjutnya dalam ayat-ayat di atas tam-
paknya Ia menunjukkan bahwa para rasullah yang terutama di-
maksudkan dengan perumpamaan itu. Perhatikanlah, kita semua
harus memperhatikan apa yang dirancang Kristus dalam perkata-
an-Nya kepada kita, dan sesuai dengan itu kita harus menanya-
kan hal-hal yang berkaitan dengannya. Kamikah yang Engkau
maksudkan? Akukah? Berbicaralah Tuhan, hamba-Mu men-
dengarkan. Apakah perkataan ini ditujukan kepadaku? Berbicara-
lah kepada hatiku.
II. Jawaban Kristus terhadap pertanyaan ini, yang ditujukan kepada
Petrus dan murid-murid yang lain. Bila apa yang sudah dikatakan
Kristus sebelumnya tidak menyangkut mereka secara khusus,
melainkan berkaitan dengan orang-orang Kristen lain secara
umum, sebagai hamba-hamba-Nya, yang semuanya harus ber-
jaga-jaga dan berdoa bagi kedatangan Kristus, maka perkataan-
Nya ini secara khusus ditujukan kepada para hamba, yang meru-
pakan pengurus di rumah Kristus. Nah, Yesus Tuhan kita dalam
hal ini memberi tahu mereka,
1. Apa kewajiban mereka sebagai pengurus-pengurus rumah, dan
apa kepercayaan yang diberikan kepada mereka.
(1) Mereka diangkat sebagai kepala atas rumah tangga Tuhan , di
bawah Kristus, yang merupakan pemilik rumah itu. Ham-
ba-hamba Tuhan mendapat wewenang dari Kristus untuk
mengabarkan Injil, untuk menjalankan ketetapan-ketetap-
an Kristus, dan untuk menerapkan meterai-meterai kove-
nan anugerah (yaitu menjalankan baptisan dan perjamuan
kudus – pen.).
(2) Tugas mereka yaitu memberikan makanan kepada anak-
anak dan hamba-hamba Tuhan , makanan yang pantas bagi
mereka dan yang sudah disediakan bagi mereka, meyakin-
kan hati dan memberi penghiburan bagi mereka yang me-
merlukannya. Suum cuique – kepada setiap orang apa yang
menjadi bagiannya. Ini berarti berterus terang memberita-
kan perkataan kebenaran (2Tim. 2:15).
(3) Memberikan makanan itu kepada mereka pada waktunya,
pada waktu dan dengan cara yang paling sesuai dengan
sifat dan keadaan mereka yang akan diberi makan. Alang-
kah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya kepada
yang lelah.
(4) Dalam hal ini mereka harus berlaku setia dan bijaksana,
setia kepada Tuan mereka, yang oleh-Nya kepercayaan be-
sar ini ditanamkan di dalam diri mereka, dan setia kepada
hamba-hamba yang lain, yang untuk kebaikan merekalah
kepercayaan ini diberikan, dan bijaksana dalam meman-
faatkan kesempatan untuk memberikan kehormatan bagi
Tuan mereka dan pelayanan bagi keluarga-Nya. Hamba-
hamba Tuhan haruslah terampil dan juga setia.
2. Apa kebahagiaan yang akan mereka peroleh jika mereka dida-
pati setia dan bijaksana (ay. 43): “Berbahagialah hamba,”
(1) Yang bekerja, yang tidak bermalas-malasan atau bersantai-
santai. Bahkan kepala rumah tangga harus bekerja dan
menjadi hamba bagi semua.
(2) Yang sedang melakukan tugasnya, seperti yang sudah se-
harusnya, yaitu memberi makanan kepada hamba-hamba
Nya, dengan cara berkhotbah kepada jemaat dan memberi
teladan mengenai apa yang diajarkannya itu.
(3) Yang didapati sedang melakukan tugasnya saat Tuannya
datang, yang bertahan sampai akhir, kendati menjumpai
berbagai kesulitan di tengah jalan. Nah, kebahagiaannya
ini digambarkan dengan diberikannya kedudukan yang le-
bih tinggi kepada pengurus rumah yang bertugas untuk
melakukan pelayanan yang lebih rendah. Ia akan diberi
kedudukan untuk melakukan tugas-tugas yang lebih besar
dan lebih tinggi (ay. 44): Tuannya itu akan mengangkat dia
menjadi pengawas segala miliknya. Yusuf pernah menda-
pat kedudukan seperti ini juga di istana Firaun. Perhati-
kanlah, hamba-hamba yang mendapat belas kasihan dari
Tuhan untuk menjadi setia akan mendapat belas kasihan
yang lebih banyak lagi dan akan diberikan imbalan yang
berlimpah atas kesetiaan mereka pada hari Tuhan.
3. Betapa mengerikannya penghakiman yang akan menimpa me-
reka jika mereka berlaku jahat dan tidak setia (ay. 45-46). Jika
hamba itu mulai bertengkar dan berbuat cemar, maka ia akan
dimintai pertanggungjawaban dan akan dihukum dengan be-
rat. Kita sudah membahas semuanya ini dalam Injil Matius,
dan sebab itu di sini kita hanya akan mengamati,
(1) Pandangan kita bahwa kedatangan Kristus yang kedua kali
itu merupakan suatu peristiwa yang masih lama lagi baru
akan terjadi merupakan penyebab dari banyaknya keka-
cauan yang membuat pikiran kita mengenai kedatangan-
Nya itu terasa menyusahkan: Hamba itu berkata di dalam
hatinya, “Tuanku tidak datang-datang.” Kesabaran Kristus
sering kali disalahartikan sebagai suatu perbuatan yang
menunda-nunda, yang membuat umat-Nya kecewa dan
membuat musuh-Nya senang.
(2) Para penganiaya umat Tuhan biasanya merasa aman-aman
saja dan dikuasai oleh kesenangan duniawi, mereka memu-
kul sesama hamba, lalu makan minum dan mabuk, sama
sekali tidak peduli dengan dosa mereka sendiri atau de-
ngan penderitaan-penderitaan saudara-saudara mereka,
seperti halnya raja dan Haman, yang duduk minum-minum
saat kota Susan menjadi gempar. Demikianlah mereka
minum-minum, untuk menekan suara hati nurani mereka
sendiri, dan untuk mengacaukannya, sebab kalau tidak
demikian, hati nurani mereka pasti sudah menegur mereka
dengan keras.
(3) Kematian dan penghakiman akan menjadi suatu hal yang
sangat mengerikan bagi semua orang fasik, dan terutama
bagi hamba-hamba Tuhan yang jahat. Mereka akan dibuat
terkejut olehnya, sebab kematian itu datang pada hari
yang tidak disangkakannya. Pada hari itu mereka akan di-
tentukan untuk mengalami kesengsaraan yang tiada akhir.
Mereka akan dipisahkan dan disatukan dengan orang-
orang yang tidak percaya.
4. Dosa dan hukuman mereka akan semakin bertambah sebab
mereka tahu kewajiban mereka, namun tidak melakukannya
(ay. 47-48). Hamba yang tahu kehendak tuannya, namun yang
tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya itu akan mene-
rima banyak pukulan, akan mendapatkan hukuman yang lebih
menyakitkan; sedangkan hamba yang tidak tahu akan mene-
rima sedikit pukulan, dan hukumannya, dengan mempertim-
bangkan ketidaktahuannya itu, akan diperingan. Ini tampak-
nya merujuk pada hukum yang membedakan dosa yang tidak
disengaja dan dosa yang disengaja (Im. 5:15 dst.; Bil. 15:29-
30), dan juga pada hukum lain yang berkaitan dengan banyak-
nya pukulan yang harus diberikan kepada orang yang bersa-
lah sesuai dengan tindak kejahatannya (Ul. 25:2-3).
Di sini terlihat bahwa:
(1) Ketidaktahuan akan kewajiban kita bisa menjadi alasan ke-
ringanan atas dosa kita. Orang yang tidak tahu kehendak
tuannya, sebab kecerobohan dan kelalaian, dan tidak
memiliki kesempatan-kesempatan seperti yang dimiliki
sebagian yang lain untuk mengetahui kewajiban itu, dan
melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, maka
ia akan dipukul, namun dengan sedikit pukulan, sebab se-
benarnya ia bisa saja mengetahui kewajibannya dengan
lebih baik. Ketidaktahuannya itu dapat meringankan hu-
kumannya sebagian, namun tidak seluruhnya. Demikianlah
sebab ketidaktahuan orang-orang Yahudi menghukum
mati Kristus (Kis. 3:7; 1Kor. 2:8), dan Kristus memandang
ketidaktahuan itu sebagai suatu alasan bagi perbuatan
mereka: mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
(2) Jika kita tahu kewajiban kita namun tidak melakukannya,
maka dosa kita pun lebih berat. Hamba yang tahu akan ke-
hendak tuannya, namun melakukan kehendaknya sendiri,
akan menerima banyak pukulan. Tuhan dengan adil akan
memberinya hukuman yang lebih berat sebab ia menya-
lahgunakan sarana pengetahuan yang sudah didapatnya,
yang mungkin akan dipakai dengan lebih baik oleh
orang lain, sebab hal itu menunjukkan kehendak hati dan
penghinaannya terhadap pengetahuan yang sudah diper-
olehnya. Ah, berapa berat lagikah hukuman yang selayak-
nya diberikan kepada mereka ini, selain banyaknya pukul-
an yang mereka terima dari hati nurani mereka sendiri?
Anakku, camkanlah ini! Inilah alasan baik yang ditambah-
kan untuk itu: setiap orang yang kepadanya banyak diberi,
daripadanya akan banyak dituntut, terutama apabila hal
itu diberikan sebagai kepercayaan yang harus ia pertang-
gungjawabkan. Orang yang memiliki kemampuan ber-
pikir yang lebih tinggi daripada orang lain, yang mempu-
nyai lebih banyak pengetahuan dan pendidikan, dan yang
lebih mengenal Kitab Suci, kepada mereka banyak diberi,
dan mereka pun akan dimintai pertanggungjawaban yang
lebih besar.
III. Pembicaraan lebih lanjut tentang penderitaan-penderitaan-Nya
sendiri, yang sudah disadari-Nya, dan tentang penderitaan-pen-
deritaan para pengikut-Nya, yang Ia ingin agar mereka pun terus
menyadarinya dalam kehidupan mereka. Secara umum (ay. 49),
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi.” Sebagian orang
mengartikan perkataan ini dengan pemberitaan Injil dan pencu-
rahan Roh Kudus, api suci. Api ini dikirim Kristus dengan tugas
untuk memurnikan dunia, untuk mengangkat sisa-sisa kotoran di
dalamnya, dan untuk membakar sekamnya, dan api itu telah
menyala. Injil sudah mulai diberitakan, dan sudah ada persiapan
bagi pencurahan Roh Kudus. Kristus membaptis dengan Roh Ku-
dus dan dengan api. Roh ini turun dalam lidah-lidah api. Namun
demikian, dari perkataan selanjutnya, tampak bahwa api ini
harus lebih dimengerti sebagai api penganiayaan. Kristus bukan-
lah penyebab dari penganiayaan ini, sebab penganiayaan terjadi
sebab dosa para pengacau, para penganiaya. Namun, Ia meng-
izinkannya, bahkan menugaskannya, sebagai api yang memurni-
kan untuk menguji mereka yang dianiaya. Api itu telah menyala
dalam bentuk permusuhan orang-orang Yahudi yang tidak saleh
terhadap Kristus dan para pengikut-Nya. “Betapakah Aku harap-
kan api itu telah menyala! Apa yang hendak kauperbuat, perbuat-
lah dengan segera. Jika api itu telah menyala, apakah yang hen-
dak Kuperbuat? Haruskah Aku menunggu sampai api itu dipa-
damkan? Tidak, sebab api itu harus melekat kepada-Ku dan ke-
pada semua orang, dan dengannya Tuhan akan semakin dipermu-
liakan.”
1. Ia sendiri harus menderita banyak hal, Ia harus melewati api
yang telah menyala ini (ay. 50), “Aku harus menerima baptis-
an.” Penderitaan-penderitaan biasanya dibandingkan dengan
api atau air (Mzm. 66:12; 69:2-3). Penderitaan-penderitaan
Kristus yaitu keduanya, api dan air. Ia menyebut penderita-
an-penderitaan-Nya ini sebuah baptisan (Mat. 20:22), sebab Ia
dibenamkan di dalam air atau diperciki dengan air, seperti
Israel yang dibaptis dalam awan dan dibenamkan ke dalam-
nya, seperti Israel yang dibaptis dalam laut (1Kor. 10:2). Ia ha-
rus diperciki dengan darah-Nya sendiri, dan dengan darah
musuh-musuh-Nya (Yes. 63:3).
Perhatikanlah di sini:
(1) Kristus sudah melihat sebelumnya penderitaan-penderita-
an-Nya. Ia tahu apa yang harus dialami-Nya, dan bagai-
mana pentingnya Dia mengalami penderitaan-penderitaan
itu: “Aku harus menerima baptisan.” Ia menyebut penderita-
an-Nya dengan sebuah istilah yang membuatnya terdengar
ringan. Penderitaan itu yaitu baptisan, bukan luapan air.
Aku harus dibenamkan, bukan ditenggelamkan, di dalam-
nya. Ia menyebutnya dengan suatu istilah yang mengudus-
kan segala penderitaan-Nya itu, sebab baptisan yaitu
nama yang menguduskan penderitaan itu, sebab baptisan
yaitu upacara yang kudus. Kristus dalam penderitaan-
Nya mempersembahkan diri-Nya bagi kehormatan Bapa-
Nya, dan menahbiskan diri-Nya sebagai imam untuk sela-
ma-lamanya (Ibr. 7:27-28).
(2) Keberanian Kristus dalam menghadapi penderitaan-Nya:
“Betapakah Aku harapkan api itu telah menyala!” Ia rindu
akan saat Ia harus menderita dan wafat, mata-Nya tertuju
pada kemuliaan yang akan diperoleh dari penderitaan-pen-
deritaan-Nya. Secara tidak langsung, ini seperti keadaan
seorang wanita di dalam penderitaannya hendak melahir-
kan, ia menyambut rasa sakitnya, sebab penderitaan itu
mempercepat kelahiran anaknya, ia berharap rasa sakit itu
menusuk tajam dan hebat, supaya ia tidak usah berlama-
lama menderita. Penderitaan-penderitaan Kristus yaitu
kesengsaraan jiwa-Nya, yang dengan senang hati dijalani-
Nya, dengan harapan bahwa melalui penderitaan itu Ia
akan melihat keturunan-Nya (Yes. 53:10-11). Betapa hati-
Nya terpatri pada penebusan dan keselamatan umat manu-
sia.
2. Ia memberi tahu mereka yang ada di sekeliling-Nya bahwa me-
reka juga harus menanggung berbagai kesusahan dan kesulit-
an (ay. 51): “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk mem-
bawa damai di atas bumi, untuk memberimu ketenangan da-
lam memiliki bumi, dan hidup berkelimpahan secara lahiriah
di dalamnya?” Di sini tersirat bahwa mereka cenderung ber-
pikiran seperti ini, malah bahwa mereka terus beranggapan
demikian, bahwa Injil akan diterima di mana-mana, bahwa
semua orang akan memeluknya dengan suara bulat dan bah-
wa oleh sebab itu mereka akan berusaha membuat para pe-
ngabarnya merasa tenang dan hebat, bahwa Kristus, kalaupun
Ia tidak memberi mereka kemegahan dan kekuasaan, setidak-
nya akan memberi mereka kedamaian. Dalam hal ini mereka
didorong oleh bacaan-bacaan dari Perjanjian Lama yang ber-
bicara tentang kedamaian dalam kerajaan Mesias, yang hanya
ingin mereka mengerti sebagai kedamaian lahiriah. “namun ,”
kata Kristus, “kamu keliru, sebab apa yang akan terjadi justru
bertentangan dengan itu, dan sebab itu janganlah kamu
menghibur dirimu dengan gambaran Firdaus orang-orang
bodoh. Kamu akan melihat”:
(1) “Bahwa pemberitaan Injil akan mengakibatkan pertentang-
an.” Rancangan Injil dan kuasanya yang benar memang
untuk menyatukan anak-anak manusia satu dengan yang
lain, untuk mengumpulkan mereka bersama-sama dalam
jalinan kasih yang kudus, dan jika mereka semua mau
menerimanya, maka itulah yang akan dihasilkan. Akan
namun , nyatanya, ada orang banyak yang bukan hanya
tidak mau menerima Injil, namun juga menentangnya, yang
marah sebab kejahatan-kejahatan mereka diusik olehnya,
dan berang terhadap orang-orang yang menerimanya. Se-
muanya ini memberikan kesempatan, meskipun bukan pe-
nyebab, bagi adanya pertentangan itu. saat orang kuat
dan bersenjata menjaga rumahnya, di dunia orang-orang
bukan-Yahudi, maka amanlah segala miliknya. Segalanya
serba tenang, sebab semua orang menuju ke arah yang
sama, para filsuf dengan berbagai aliran mereka dapat
hidup rukun satu sama lain, begitu pula dengan para pe-
nyembah ilah-ilah yang beraneka ragam. namun saat Injil
diberitakan, dan banyak orang diterangi olehnya, dan ber-
balik dari kuasa Iblis kepada Tuhan , maka timbullah suatu
gejolak, suatu suara berderak-derak (Yeh. 37:7). Sebagian
orang memisahkan diri mereka dengan memeluk Injil, dan
ini membuat yang lain marah. Ya, bahkan di antara orang-
orang yang menerima Injil akan ada berbagai pendapat dan
perasaan yang berbeda dalam menanggapi perkara-perkara
kecil, dan ini akan mengakibatkan pertentangan, yang
diperbolehkan Kristus demi tujuan-tujuan yang kudus
(1Kor. 11:18), yaitu agar orang-orang Kristen dapat belajar
dan berlaku sabar satu sama lain (Rm. 14:1-2).
(2) “Bahwa pertentangan ini akan dialami juga oleh keluarga-
keluarga, dan pemberitaan Injil akan menimbulkan perpe-
cahan di antara kerabat-kerabat terdekat” (ay. 53): ayah
melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan
ayahnya. Ini terjadi apabila yang satu menjadi Kristen dan
yang lain tidak, sebab yang menjadi Kristen akan bersema-
ngat untuk mempertobatkan yang lain dengan perkataan
dan tindakan kasih (1Kor. 7:16). Paulus, segera setelah ia
bertobat, bersoal jawab (Kis. 9:29). Orang yang terus tidak
percaya akan merasa berang dan akan membenci serta
menganiaya orang yang melalui iman dan ketaatannya ber-
saksi melawan dan mencela ketidakpercayaan serta keti-
daktaatan mereka. Semangat fanatisme dan penganiayaan
akan memutuskan tali persaudaraan dan kasih sayang
yang paling kuat (lih. Mat. 10:35 dan Luk. 24:7). Bahkan
ibu dan anaknya wanita berselisih tentang agama;
orang-orang yang tidak percaya menjadi buas dan garang
sampai bersedia menyerahkan orang-orang percaya, walau-
pun sangat dekat dengan mereka dan sangat mereka ka-
sihi, ke dalam tangan para penganiaya yang haus darah.
Kita membaca dalam Kisah Para Rasul bahwa di mana pun
Injil diberitakan, orang-orang dihasut untuk melakukan
penganiayaan. Injil di mana-mana mendapat perlawanan,
dan menimbulkan huru-hara besar mengenai Jalan Tuhan.
Oleh sebab itu, janganlah murid-murid Kristus meng-
idam-idamkan damai di bumi bagi diri mereka, sebab
mereka diutus seperti domba di tengah-tengah serigala.
Berdamai dengan Tuhan
(12:54-59)
54 Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan
naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu
memang terjadi. 55 Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu
berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. 56 Hai orang-
orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah
kamu tidak dapat menilai zaman ini? 57 Dan mengapakah engkau juga tidak
memutuskan sendiri apa yang benar? 58 Sebab, jikalau engkau dengan la-
wanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia
selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan
hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melem-
parkan engkau ke dalam penjara. 59 Aku berkata kepadamu: Engkau tidak
akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”
Setelah memberikan pelajaran kepada murid-murid-Nya dalam ayat-
ayat sebelumnya, Kristus di sini berbalik kepada orang banyak, dan
memberikan pelajaran kepada mereka (ay. 54). Ia berkata pula ke-
pada orang banyak, Ia berkhotbah ad populum – kepada orang
banyak, selain juga ad clerum – kepada para imam. Secara umum, Ia
ingin agar mereka bijak dalam masalah-masalah yang berhubungan
dengan jiwa mereka sama seperti dalam masalah-masalah lahiriah.
Ada dua hal yang dikhususkan-Nya:
I. Biarlah mereka belajar memahami jalan Tuhan bagi mereka, supaya
mereka dapat mempersiapkan diri sesuai dengan apa yang mereka
pahami itu. Mereka bijaksana dalam hal cuaca, dan dengan meng-
amati angin dan awan mereka bisa memperkirakan kapan hari
akan hujan dan kapan hari akan panas terik (ay. 54-55), dan
sesuai dengan prakiraan cuaca mereka itu, mereka akan mema-
sukkan jerami atau gandum ke dalam rumah mereka, atau men-
jemurnya di luar, atau membawa bekal-bekal tertentu saat
bepergian. Bahkan untuk perubahan-perubahan cuaca, Tuhan
memberikan peringatan kepada kita akan apa yang segera terjadi,
dan ilmu pengetahuan kini telah mengembangkan berbagai cara
untuk lebih bisa memantau gejala perubahan cuaca. Perkiraan
cuaca yang dirujuk di sini timbul dari berbagai pengamatan yang
dilakukan secara berulang-ulang terhadap rantaian sebab akibat.
Dari apa yang telah terjadi kita bisa menduga apa yang akan
terjadi. Lihatlah manfaat apa yang dapat diambil dari pengalaman;
dengan memberi perhatian, kita bisa memberi peringatan. Orang
yang bijak akan mengamati dan belajar.
Perhatikanlah sekarang:
1. Tanda-tanda khusus dari prakiraan itu: “Apabila kamu melihat
awan naik di sebelah barat” (orang Yahudi mengatakannya,
timbul dari laut), “awan itu mungkin pertama-tama terlihat
sebesar telapak tangan (1Raj. 18:44), namun kamu berkata bah-
wa dari dalamnya akan tercurah air hujan, dan memang ter-
bukti demikian. Apabila kamu melihat angin selatan bertiup,
kamu berkata, hari akan panas terik” (sebab negara-negara
Afrika yang beriklim panas terletak tidak jauh di selatan
wilayah Yudea), “dan biasanya hal itu memang terjadi.” Namun
alam tidaklah terikat dengan pola-pola seperti itu, dan kadang-
kadang kita pun keliru dalam membuat prakiraan.
2. Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari ayat-ayat di atas tadi
(ay. 56): “Hai orang-orang munafik, yang mengaku bijaksana,
namun sebenarnya tidak, yang mengaku-ngaku menantikan
kedatangan Mesias dan kerajaan-Nya” (sebab demikianlah
orang Yahudi pada umumnya) “namun yang sesungguhnya
tidak ingin menerima atau menyambutnya, mengapakah kamu
tidak dapat menilai zaman ini? Mengapa kamu tidak dapat me-
nilai bahwa sekaranglah waktunya, menurut petunjuk-petun
juk yang diberikan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama,
bagi Mesias untuk muncul? Mengapa kamu tidak dapat meni-
lai bahwa menurut tanda-tanda yang digambarkan tentang
Dia itu, Akulah Dia? Mengapa kamu tidak sadar bahwa seka-
rang kamu memiliki kesempatan yang tidak akan ada
padamu untuk waktu yang lama, dan yang mungkin tidak akan
pernah datang kepadamu lagi, untuk dapat ambil bagian
dalam Kerajaan Tuhan dan untuk memperoleh hak-hak isti-
mewa yang ditawarkan di dalamnya?” Waktu ini yaitu waktu
perkenanan itu, sekarang atau tidak akan pernah lagi. Kebo-
dohan dan kesengsaraan manusia yaitu bahwa ia tidak me-
ngetahui waktunya (Pkh. 9:12). Inilah kehancuran orang-orang
pada angkatan itu, bahwa mereka tidak mengetahui saat bila-
mana Tuhan melawat mereka (19:44). namun hati orang berhik-
mat mengetahui waktu pengadilan. Seperti inilah hikmat bani
Isakhar, yang memiliki pengertian tentang saat-saat yang
baik (1Taw. 12:32). Kristus menambahkan, “Mengapakah eng-
kau juga, meskipun engkau tidak diberi tanda-tanda yang
mencolok ini, tidak memutuskan sendiri apa yang benar? (ay.
57). Kamu tidak hanya bodoh dan tidak peduli dengan per-
kara-perkara yang berkaitan dengan penyataan ilahi, dan
tidak menghiraukan petunjuk-petunjuk yang diberikan di da-
lamnya kepadamu, kamu juga bodoh dalam hal-hal yang ter-
kait dengan hukum alam.” Kekristenan harus dicermati de-
ngan memakai akal budi dan hati nurani; sebab itu kalau
orang mau membiarkan dirinya berpikir dengan bebas untuk
memutuskan apa yang benar, mereka akan segera mendapati
bahwa semua hukum Kristus mengenai segala sesuatu itu
sungguh benar adanya, dan bahwa tidak ada hal yang lebih
pantas, atau lebih baik bagi kita, daripada berserah diri ke-
pada hukum-hukum-Nya itu dan diperintah olehnya.
II. Biarlah mereka segera berdamai dengan Tuhan selama masih ada
waktu, sebelum segalanya terlambat (ay. 58-59). Masalah ini su-
dah kita lihat dalam kesempatan lain (Mat. 5:25-26).
1. Dalam perkara-perkara duniawi, kita bersikap bijak jika ber-
sepakat dengan orang-orang yang tidak bisa kita lawan, jika
berdamai dengan musuh kita dengan syarat-syarat terbaik
yang bisa kita ajukan, sebelum mereka mengambil jalan ke-
adilan dan kita diserahkan kepada kerasnya hukum: “Jikalau
engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, untuk
mengajukan perkara kalian, dan engkau tahu bahwa musuh-
mu akan menang melawanmu, maka engkau sedang terancam
dilemparkan ke dalam penjara; sebab itu, cara terbijak
bagimu yaitu menyelesaikan permasalahan ini di antara
kalian sendiri. Berusahalah berdamai dengan dia selama di
tengah jalan, supaya engkau dibebaskan, supaya penghakim-
an tidak dijatuhkan, dan supaya engkau tidak dihukum sesuai
dengan hukum yang berlaku.” Orang bijak tidak akan mem-
biarkan perselisihan mereka semakin menghebat, melainkan
berusaha menyelesaikannya pada waktunya.
2. Marilah kita berbuat demikian juga dalam masalah-masalah
yang berhubungan dengan jiwa kita. Melalui dosa, kita men-
jadikan Tuhan musuh kita, dan kita telah membuat-Nya tidak
berkenan kepada kita, sementara kebenaran dan kekuasaan
ada pada-Nya. sebab itu tidak ada gunanya bagi kita untuk
terus berselisih dengan-Nya entah dalam pengadilan ataupun
dalam pertengkaran. Kristus, yang kepada-Nya segala peng-
hakiman telah diserahkan, yaitu pemerintah yang kepada-
Nya kita harus segera menghadap. Jika kita sedang berdiri
dalam penghakiman-Nya, dan kita bersikeras untuk membe-
narkan diri, maka akibatnya akan balik menentang kita. Sang
Hakim akan menyerahkan kita kepada pembantunya, pelayan-
pelayan keadilan-Nya, dan kita akan dilemparkan ke dalam
penjara neraka, dan utang kita akan ditagih sampai yang se-
kecil-kecilnya. Walaupun kita tidak bisa membayarnya secara
utuh, kita akan terus dituntut sampai lunas, yang berarti tidak
akan terpenuhi sampai pada kekekalan. Penderitaan-penderi-
taan Kristus berlangsung singkat, namun nilai yang terkan-
dung di dalamnya membuat utang-utang kita terbayar lunas.
Dalam penderitaan-penderitaan orang berdosa yang terkutuk,
apa yang tidak terbayarkan itu harus dilunasi dalam waktu
yang tidak berkesudahan. Nah, dengan menimbang semuanya
ini, marilah kita berusaha dengan tekun untuk dibebaskan
dari tangan Tuhan sebagai musuh dan diserahkan ke dalam ta-
ngan-Nya sebagai Bapa, dan marilah kita melakukannya se-
lama di tengah jalan, seperti yang sangat ditekankan dalam
perumpamaan ini. Selama kita hidup, kita berada di tengah
jalan, dan sekaranglah waktu kita itu, dengan bertobat dan
beriman kepada Kristus (yang yaitu Pengantara sekaligus Pe-
merintah), untuk menyelesaikan perselisihan kita, selagi ma-
sih dapat dilakukan dan sebelum segalanya terlambat. Demi-
kianlah Tuhan di dalam Kristus mendamaikan dunia dengan
diri-Nya, dengan meminta kita untuk sungguh-sungguh berda-
mai dengan-Nya. Marilah kita berpegang pada lengan Tuhan
yang terentang lebar menawarkan kemurahan-Nya ini, supaya
kita dapat berdamai, dan mencari damai (Yes. 27:4-5), sebab
kita tidak bisa berjalan bersama selama kita tidak seiring.