salah satu hukum besar dalam agama alami. Manu-
sia dipandang biadab, binatang, bila tidak pernah berdoa, tidak per-
nah menaikkan pujian kepada Penciptanya, tidak menyadari kebaik-
an-Nya atau pun tidak merasa bergantung kepada-Nya. Oleh sebab
itu, salah satu rancangan agung yang ada dalam Kekristenan yaitu
untuk membantu kita berdoa, meneguhkan kewajiban berdoa itu bagi
kita, mengajar kita berdoa, dan mendorong kita untuk mengharap-
kan suatu keuntungan dari doa. Dalam bagian perikop di atas:
I. Kita melihat Kristus sendiri berdoa di salah satu tempat, mungkin
di tempat yang biasa Ia gunakan untuk berdoa (ay. 1). Sebagai
Tuhan , kepada-Nyalah orang berdoa; sebagai manusia, Dia berdoa.
Walaupun Dia yaitu seorang Anak, Dia tetap belajar patuh da-
lam hal doa ini. Penulis Injil ini, lebih daripada penulis-penulis
Injil lain, secara khusus memperhatikan bahwa Kristus sering
berdoa: saat Dia dibaptis (3:21), Dia berdoa; Ia mengundurkan
diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa (5:16); Dia pergi ke
bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Tuhan
(6:12); Dia berdoa seorang diri (9:18); segera setelah itu, Ia naik ke
atas gunung untuk berdoa. saat Ia sedang berdoa, rupa wajah-
Nya berubah (9:28, 29); dan di sini (11:1) Dia sedang berdoa di sa-
lah satu tempat. Jadi, seperti sudah selayaknya bagi anak Daud
yang sejati, Dia mengabdikan diri-Nya untuk berdoa (Mzm. 109:4).
Tidaklah pasti apakah Kristus pada waktu itu sedang berdoa sen-
dirian dan murid-murid hanya tahu bahwa Dia sedang berdoa ke-
tika itu, ataukah Dia berdoa bersama mereka. Kemungkinan be-
sar mereka ikut berdoa bersama-Nya.
II. Murid-murid-Nya meminta Dia memberikan petunjuk bagaimana
berdoa. saat Dia sedang berdoa, mereka bertanya, Tuhan, ajar-
lah kami berdoa. Perhatikanlah, talenta dan karunia yang dimiliki
orang lain seharusnya membangkitkan hati kita untuk bersung-
guh-sungguh mendambakan talenta atau karunia itu juga. Sema-
ngat yang dimiliki orang lain itu haruslah menjadi pemicu bagi
kita untuk meniru secara kudus apa yang ia lakukan: mengapa
kita tidak berbuat seperti orang itu juga? Amatilah, murid-murid
itu datang kepada-Nya dengan permintaan ini, saat Dia selesai
berdoa. Mereka tidak ingin mengganggu-Nya saat Dia sedang
berdoa, sekalipun dengan permohonan yang baik ini. Segala se-
suatu itu indah pada waktunya. Salah satu murid-Nya, atas nama
yang lain, dan mungkin sebab ditunjuk oleh mereka, berkata,
Tuhan ajarlah kami. Perhatikanlah, walaupun Kristus suka meng-
ajar, namun untuk hal yang satu ini Dia lebih suka diminta, dan
murid-murid-Nya harus mendatangi-Nya untuk memperoleh pe-
tunjuk.
Sekarang:
1. Permohonan mereka yaitu , “Tuhan, ajarlah kami berdoa;
berilah kami aturan atau contoh untuk kami pakai dalam
berdoa, dan taruhlah kata-kata pada mulut kami.”
Perhatikanlah, sudah semestinyalah murid-murid Kristus
datang kepada-Nya untuk meminta petunjuk bagaimana ber-
doa. Perkataan Tuhan, ajarlah kami berdoa itu sendiri sudah
merupakan sebuah doa yang baik dan sangat diperlukan,
sebab memang sulit untuk berdoa dengan baik, dan hanya
Yesus Kristuslah yang dapat mengajar kita, melalui kata-kata
dan Roh-Nya, bagaimana kita harus berdoa. “Tuhan, ajari aku
apa itu berdoa; Tuhan, bangkitkan semangatku untuk mela-
kukan kewajiban itu; Tuhan, berilah aku petunjuk, apa yang
harus aku doakan; Tuhan, berilah aku karunia berdoa, supaya
aku dapat melayani Tuhan secara berkenan melalui doa;
Tuhan, ajari aku berdoa dengan kata-kata yang sesuai; berilah
aku mulut dan hikmat dalam berdoa, supaya aku dapat
berkata seperti yang seharusnya; ajarkanlah apa yang harus
aku katakan.”
2. Permohonan mereka yaitu , “Sama seperti yang diajarkan
Yohanes kepada murid-muridnya. Yohanes peduli untuk meng-
ajari murid-muridnya melakukan kewajiban yang penting ini,
dan kami pun ingin diajar seperti mereka, sebab kami mem-
punyai Guru yang lebih baik daripada guru mereka.” Pema-
haman Dr. Lightfoot mengenai hal ini yaitu bahwa bila doa-
doa orang Yahudi pada umumnya berupa penyembahan dan
puji-pujian bagi Tuhan (doksologi), Yohanes mengajar para mu-
rid-Nya doa-doa yang lebih berisikan berbagai permohonan
dan permintaan, sebab dikatakan orang mengenai mereka
bahwa mereka dēeseis poiountai – melakukan doa (berdoa)
(5:33). Ungkapan ini mengartikan bahwa doa-doa seperti
itu merupakan permohonan yang pantas. “Sekarang, Tuhan,
ajarilah kami doa ini, sebagai tambahan dari doa-doa meminta
berkat di dalam nama Tuhan , yang sudah biasa kami ucapkan
sejak kecil.” Sesuai dengan pengertian ini , Kristus di sini
memang mengajar mereka suatu doa yang seluruhnya berisi
permohonan, dan bahkan menghilangkan doksologi yang bia-
sanya ada. Selain itu, kata amin, yang biasanya diucapkan
waktu mengucap syukur (1Kor. 14:16) dan dalam pembacaan
Mazmur, ditambahkan hanya ke dalam bagian-bagian yang
termasuk doksologi. Murid ini tidak perlu mengambil contoh
Yohanes Pembaptis: Kristus jauh lebih siap untuk mengajar
daripada Yohanes Pembaptis, dan lebih khusus lagi, dalam
mengajarkan cara berdoa Kristus melakukannya dengan lebih
baik daripada yang dapat dilakukan Yohanes kepada murid-
muridnya.
III. Kristus memberi mereka petunjuk yang sangat mirip dengan yang
diberikan-Nya sebelumnya dalam Khotbah di Bukit (lih. Mat. 6:9
dst.). Pastilah mereka belum melupakan Khotbah di Bukit itu, na-
mun mereka perlu diberi petunjuk-petunjuk yang lebih jauh dan
lebih lengkap lagi. namun , menurut Dia, sekarang belumlah wak-
tunya untuk memberikannya kepada mereka. saat Roh dicurah-
kan ke atas mereka dari tempat tinggi, mereka akan sadar bahwa
semua permintaan mereka sudah termuat dalam kata-kata yang
sedikit ini, dan mereka akan mampu, dengan kata-kata mereka
sendiri, untuk merincikan dan mengembangkannya. Dalam Injil
Matius, Dia memerintahkan mereka untuk berdoa demikian, se-
dangkan di sini, Apabila kamu berdoa, katakanlah. Semua ini
mengartikan bahwa doa Bapa kami dimaksudkan untuk diguna-
kan baik sebagai suatu bentuk doa maupun sebagai sebuah pe-
tunjuk.
1. Ada beberapa perbedaan antara doa Bapa kami yang ada
dalam Injil Matius dan yang ada dalam Injil Lukas. Dari
perbedaan ini tampaklah bahwa bukanlah maksud Kristus
bagi kita untuk terikat dengan kata-kata yang sama persis de-
ngan yang ada dalam doa itu, sebab andaikata memang demi-
kian pasti tidak akan ada variasi dalam doa kita. Berikut ini
ada sebuah contoh perbedaan, namun hanya dalam hal terje-
mahan, yang seharusnya tidak boleh terjadi kalau harus
mengikuti bahasa aslinya. Contoh ini ada dalam permohonan
ketiga: Di atas bumi seperti di dalam sorga (KJV). Dalam terje-
mahan Matius, kata-kata yang dipakai sama persis dengan arti
bahasa aslinya dan dalam urutan yang sama. Akan namun , ada
satu perbedaan dalam permohonan keempat. Dalam Injil Ma-
tius kita berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami
yang secukupnya.” namun dalam Lukas berbunyi: “Berikanlah
kami makanan kami yang secukupnya hari demi hari – kath’
hēmeran” (KJV; dan menurut TB: setiap hari). Hari demi hari,
yaitu, “Berilah kami setiap hari makanan yang dibutuhkan tu-
buh kami, saat tubuh kami memerlukannya.” Bukan “Beri-
lah kami pada hari ini makanan untuk banyak hari menda-
tang,” melainkan, seperti orang Israel yang mendapat manna,
“Biarlah kami mendapat makanan hari ini untuk hari ini, dan
besok untuk besok.” sebab dengan cara demikianlah kita da-
pat tetap berada dalam kebergantungan terus-menerus kepada
Tuhan , seperti anak-anak kepada orangtuanya, dan bisa mem-
peroleh belas kasihan yang baru dari tangan-Nya setiap hari,
dan bisa sadar bahwa kita memiliki kewajiban-kewajiban
yang baru untuk melakukan pekerjaan harian pada hari yang
bersangkutan, sesuai dengan kewajiban yang dibutuhkan pada
hari ini , sebab dari Tuhan kita mendapatkan persediaan
harian pada hari yang bersangkutan, sesuai dengan keperluan
yang dibutuhkan pada hari itu. Berikut ini juga bisa dilihat
perbedaan dalam permohonan kelima. Dalam Injil Matius versi
KJV permohonan kelima ini diterjemahkan demikian: Ampuni-
lah kami akan utang-utang kami seperti kami juga mengam-
puni orang demikian. Dalam kitab Lukas permohonan ini
berbunyi, “Ampunilah kami akan dosa kami,” yang membukti-
kan bahwa dosa kita merupakan utang. Sebab kami pun meng-
ampuni: tidak berarti bahwa pengampunan kita terhadap
mereka yang bersalah kepada kita membuat kita pantas men-
dapatkan ampunan dari Tuhan , atau bahwa hal ini meru-
pakan dorongan bagi-Nya untuk mengampuni kita (Dia meng-
ampuni demi nama-Nya sendiri dan demi Anak-Nya). Yang
dimaksudkan yaitu bahwa kesediaan kita untuk mengam-
puni orang lain merupakan persyaratan agar kita juga diam-
puni oleh Tuhan . Jika Tuhan sudah mengerjakan persyaratan ini
dalam diri kita, maka kita dapat memohon karya anugerah-
Nya itu untuk memperkuat permohonan kita agar Dia meng-
ampuni dosa-dosa kita: “Tuhan, ampunilah kami, sebab Eng-
kau sendiri menghendaki kami mengampuni orang lain.” Ada
tambahan lain di sini, yaitu bahwa kita memohon bukan ha-
nya secara umum, untuk memaafkan orang-orang yang beru-
tang kepada kita, namun juga secara khusus, “Kami mengaku
memaafkan setiap orang yang berutang kepada kami, tanpa
kecuali. Kami memaafkan orang-orang yang berutang kepada
kami bukan untuk memendam kebencian atau permusuhan
kepada siapa saja, melainkan untuk memberikan kasih sejati
bagi semua, tanpa ada pengecualian apa pun.” Selain itu, dok-
sologi pada bagian penutup dan kata Amin dihilangkan, ka-
rena Kristus memberi mereka kebebasan untuk menggunakan
entah itu doksologi ini atau doksologi lain yang diambil dari
mazmur Daud, atau malah Dia sengaja membiarkannya ko-
song di sini untuk diisi dengan doksologi yang lebih merupa-
kan ciri khas Kekristenan, yaitu yang memberi kemuliaan ke-
pada Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
2. Walaupun demikian, sebab pada intinya doa itu sama, maka
kita akan menyimpulkan beberapa pelajaran umum dari doa
ini sebagai berikut:
(1) Bahwa di dalam doa kita harus datang menghadap Tuhan
seperti anak-anak kepada seorang Bapa, yakni Bapa kita
bersama dan Bapa semua umat manusia, namun khusus-
nya Bapa semua murid Yesus Kristus. Oleh sebab itu,
marilah dalam permohonan-permohonan kita, baik untuk
orang lain maupun untuk diri sendiri, kita datang ke-
pada-Nya dengan berani namun penuh dengan kerendahan
hati, dengan percaya akan kuasa serta kebaikan-Nya.
(2) Bahwa pada saat yang sama, dan dalam permohonan-
permohonan yang sama, yang kita tujukan kepada Tuhan
untuk kita sendiri, kita juga harus turut mendoakan se-
mua umat manusia, yang merupakan makhluk ciptaan
Tuhan dan insan sesama kita. Prinsip yang berakar pada
kemurahan hati bagi semua dan pada kemanusiaan yang
dikuduskan secara kristiani, harus menyertai dan menun-
tun kita sepanjang doa ini, yang diucapkan dengan kata-
kata yang bersumber pada prinsip luhur ini .
(3) Bahwa untuk memperkuat kebiasaan dalam diri kita un-
tuk memikirkan perkara-perkara sorgawi, yang harus
menggiatkan dan mengatur kita dalam seluruh perilaku
kita, maka dalam semua ibadah doa kita harus melihat ke
sorga dengan mata iman, dan memandang Tuhan yang
kepada-Nya kita berdoa sebagai Bapa kita di sorga.
Dengan demikian kita membuat dunia atas menjadi lebih
dekat dengan kita, dan membuat diri kita sendiri menjadi
lebih siap untuk menghadapi masa yang akan datang.
(4) Bahwa di dalam doa, dan juga di dalam hidup kita, kita
harus mencari dahulu kerajaan Tuhan dan kebenarannya,
dengan memberikan penghormatan kepada nama-Nya,
yakni nama-Nya yang kudus, dan menghormati kedaulat-
an-Nya dalam memerintah, baik dalam bentuk pemeliha-
raan-Nya di dunia maupun anugerah-Nya di gereja. Biar-
lah kerajaan-Nya di bumi, seperti halnya di sorga, menjadi
semakin terwujud, dan kita serta semua orang lain juga
semakin dibawa untuk tunduk kepada kerajaan-Nya itu,
di bumi maupun di sorga!
(5) Bahwa azas-azas dan perilaku dunia atas, yakni dunia
yang tidak kelihatan (yang sebab itu kita hanya bisa me-
mahaminya melalui iman), merupakan azas dan perilaku
sejati yang sebenar-benarnya – archetypon, dan oleh kare-
na itu, kita harus sungguh menginginkan agar azas-azas
dan perilaku dunia bawah, baik yang ada dalam diri
orang lain maupun dalam diri kita sendiri, bisa lebih
disesuaikan dengan azas dan perilaku dunia atas itu.
Ungkapan di atas bumi seperti di dalam sorga, mengacu
pada ketiga permohonan yang pertama, yaitu “Bapa, biar-
lah nama-Mu dikuduskan dan dimuliakan, kerajaan-Mu
datang, dan kehendak-Mu jadi di atas bumi ini yang seka-
rang terasing dari pelayanan kepada-Mu, seperti di dalam
sorga sana yang seluruhnya diabdikan untuk pelayanan
kepada-Mu.”
(6) Bahwa mereka yang dengan setia serta tulus memikirkan
kerajaan Tuhan dan kebenaran-Nya dapat dengan rendah
hati berharap bahwa semua hal lain, sejauh yang diperke-
nankan oleh Sang Hikmat yang Tak terbatas, akan ditam-
bahkan kepada mereka, dan supaya dengan iman mereka
boleh berdoa untuk hal-hal ini . Jika keinginan dan
kepedulian kita yang utama yaitu supaya nama Tuhan di-
kuduskan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya ter-
jadi, maka kita dapat berani datang kepada takhta anuge-
rah untuk meminta makanan kita setiap hari, yang kemu-
dian akan dikuduskan bagi kita apabila kita dikuduskan
bagi Tuhan , dan Tuhan dikuduskan oleh kita.
(7) Bahwa dalam doa untuk meminta berkat-berkat yang si-
fatnya sementara, kita harus membatasi keinginan kita
untuk meminta yang secukupnya saja. Ungkapan hari
demi hari yang dipakai di sini sama maksudnya de-
ngan makanan setiap hari. Oleh sebab itu, sebagian orang
berpikir bahwa kita harus mencari pengertian lain dari
ungkapan setiap hari yang diartikan dari kata epiousios.
Kata lain ini harus juga mengandung arti makanan yang
kita perlukan, yakni makanan yang sesuai untuk meme-
nuhi kebutuhan alami yang kita rasakan, hasil-hasil yang
dikeluarkan dari dalam tanah untuk tubuh kita yang ter-
buat dari tanah dan mengandung sifat tanah (Mzm.
104:14).
(8) Bahwa dosa yaitu utang yang setiap hari wajib kita ba-
yar kembali, sehingga kita harus mohon pengampunan
setiap hari. Dengan melalaikan kewajiban ini , kita
bukan hanya akan menambah beban utang setiap hari,
namun juga akan mendatangkan denda hukuman dan ke-
Injil Lukas 11:1-13
393
hilangan perikatan sebab perbuatan kita itu. Setiap hari
jumlah kesalahan kita bertambah, dan hanyalah merupa-
kan mujizat belas kasihan bahwa kita begitu banyak dido-
rong untuk setiap hari datang kepada takhta anugerah,
untuk berdoa meminta ampun atas dosa-dosa pelanggar-
an kita setiap hari. Tuhan mengampuni dengan berlipat
ganda jauh melebihi tujuh puluh kali tujuh.
(9) Bahwa kita tidak memiliki alasan untuk berharap, dan
juga tidak dapat berdoa dengan penuh keyakinan, bahwa
Tuhan akan mengampuni dosa-dosa kita, jika kita tidak de-
ngan tulus hati, dan berdasarkan azas kasih yang benar-
benar kristiani, mengampuni mereka yang pernah menya-
kiti atau melukai kita. Sekalipun mulut kita mengucapkan
doa ini kepada Tuhan , namun hati kita pada saat yang sama,
seperti yang sering terjadi, merasa dengki dan dendam
kepada saudara-saudara kita, maka kita tidak akan dite-
rima, dan kita juga tidak dapat berharap akan mendapat-
kan jawaban damai sejahtera.
(10) Bahwa godaan untuk berdosa harus ditakuti dan dikutuk
oleh kita, sebagaimana halnya kehancuran oleh dosa.
Demikian pula, kita bukan saja harus peduli dan terus
berdoa untuk menghancurkan kuasa dosa dalam diri kita,
namun juga untuk menghilangkan rasa bersalah dalam diri
kita oleh sebab dosa. Godaan bisa tampak menawan,
menggiurkan dan mengusik hati, sebab itu kita harus
sungguh-sungguh mohon kepada Tuhan supaya kita ja-
ngan sampai dibawa ke dalam godaan itu, dan jatuh ke
dalam dosa, dan melalui dosa itu menuju kehancuran.
(11) Bahwa Tuhan harus menjadi tempat kita bergantung dan
kita harus mencari Dia untuk membebaskan kita dari se-
mua kejahatan. Kita juga harus berdoa, bukan hanya su-
paya kita tidak dibiarkan sendirian menuju kejahatan, te-
tapi supaya kita tidak dibiarkan bersama Iblis untuk
membawa kejahatan ke dalam diri kita. Dr. Lightfoot meli-
hat ungkapan ini memiliki arti dibebaskan dari si Jahat,
yaitu Iblis, dan menyarankan agar kita harus berdoa se-
cara khusus melawan penampakan Iblis dan segala hal
mengenai kerasukan setan. Murid-murid diperintahkan
untuk mengusir Iblis, dan oleh sebab nya mereka merasa
394
peduli untuk berdoa supaya mereka dijaga dari kebencian
khusus Iblis terhadap mereka.
IV. Kristus menggugah dan mendorong kita agar selalu tekun, giat,
dan terus-menerus berdoa.
Ia menunjukkan:
1. Bahwa dengan ketekunan atau kegigihan, kita akan jauh lebih
berhasil dalam berurusan dengan sesama (ay. 5-8). Umpama-
nya ada seseorang, yang sebab memiliki keperluan men-
dadak, pergi ke rumah tetangganya untuk meminta satu atau
dua potong roti, pada waktu yang tidak pantas di malam hari,
bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk temannya yang
datang kepadanya secara tidak diduga. Tetangganya itu pasti
enggan mengizinkannya masuk sebab orang itu telah mem-
buat dia terjaga dengan ketukan pintunya, dan membuatnya
kesal, dan sekarang orang itu harus memberikan segudang
alasan untuk menjelaskan apa yang telah diperbuatnya. Pintu-
nya sudah tertutup dan terkunci, anak-anaknya sedang tidur,
di dalam kamar yang sama dengan kamarnya, dan, jika dia
membuat suara ribut, maka dia akan membuat mereka ter-
ganggu. Para pembantunya sedang tidur, dan dia tidak bisa
membuat mereka mendengar ketukan pintu itu. Di lain pihak,
dia sendiri pasti akan kedinginan jika harus bangun untuk
memberikan apa yang diminta tetangganya itu. Akan namun ,
tetangganya itu tidak mau ditolak, dan oleh sebab itu dia terus
saja mengetuk, dan berkata bahwa dia akan terus mengetuk
sampai mendapatkan apa yang diinginkannya. Jadi, terpaksa-
lah dia harus memberikan apa yang diminta tetangganya itu,
supaya terhindari dari orang itu: namun sebab sikapnya yang
tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepada-
nya apa yang diperlukannya. Dia memberikan perumpamaan
ini dengan maksud sama dengan yang diberikan-Nya dalam
pasal 18:1: Bahwa orang harus selalu berdoa dengan tidak
jemu-jemu. Ini tidak berarti bahwa Tuhan dapat digerakkan un-
tuk bertindak dengan ketekunan atau kegigihan kita. Kita ti-
dak bisa menganggu Tuhan , dan dengan bersikap demikian pun
kita tidak akan mengubah rencana dan tujuan-Nya. Dengan
kegigihan kita bisa berhasil dengan manusia sebab mereka
Injil Lukas 11:1-13
395
tidak senang akan hal itu, namun kita bisa berhasil dengan
Tuhan sebab Dia senang akan hal ini .
Nah, perumpamaan ini bisa bermanfaat bagi kita:
(1) Untuk mengarahkan kita dalam doa.
[1] Kita harus datang menghadap Tuhan dengan keberanian
dan keyakinan akan apa yang kita butuhkan, seperti
yang dilakukan orang tadi dengan datang ke rumah te-
tangga atau temannya yang, seperti diketahuinya, me-
ngasihinya dan akan berbaik hati kepadanya.
[2] Kita harus datang untuk meminta roti, untuk sesuatu
yang diperlukan, yang tidak bisa tidak harus kita miliki.
[3] Kita harus datang kepada-Nya dengan doa untuk orang
lain dan juga untuk kita sendiri. Orang ini tidak datang
meminta roti untuk dirinya sendiri, namun untuk teman-
nya. Tuhan menerima Ayub saat dia berdoa untuk te-
man-temannya (Ayb. 42:10). Tidak ada maksud keda-
tangan yang lebih menyenangkan Tuhan selain daripada
datang kepada-Nya untuk meminta anugerah yang me-
mampukan kita untuk berbuat baik, untuk dapat mem-
beri makan banyak orang dengan bibir kita, serta untuk
menghibur dan membangun mereka yang datang ke-
pada kita.
[4] Kita bisa mendatangi Tuhan dengan lebih berani di da-
lam kesusahan, jika kesusahan itu tidak menimpa diri
kita sebab kebodohan dan kecerobohan kita sendiri,
melainkan sebab Pemeliharaan ilahi yang menuntun
kita ke dalamnya. Orang ini tidak akan menginginkan
roti seandainya temannya tidak datang secara tidak
terduga. Masalah yang dibiarkan menimpa kita oleh ka-
rena Pemeliharaan ilahi dapat kita serahkan kembali
dengan senang hati kepada Pemeliharaan ilahi.
[5] Kita harus terus-menerus berdoa, dan berjaga-jaga da-
lam doa dengan penuh kegigihan.
(2) Untuk mendorong kita berdoa. Jika kegigihan dapat berha-
sil dengan manusia yang marah sebab nya, apalagi dengan
Tuhan yang secara tidak terbatas jauh lebih baik hati dan
bersedia berbuat baik kepada kita melebihi yang kita laku-
kan kepada sesama, dan yang tidak marah dengan kegigih-
396
an kita itu, namun menerimanya, terlebih lagi bila yang kita
minta dengan gigih itu yaitu berkat-berkat rohani. Jika
Dia tidak menjawab doa-doa kita sekarang, Dia akan men-
jawabnya pada waktu yang tepat, jika kita terus berdoa.
2. Bahwa Tuhan telah berjanji untuk memberi kita apa yang kita
minta dari-Nya. Kita tidak hanya memiliki kebaikan alam yang
dapat menghibur kita, namun juga firman yang telah diucap-
kan-Nya (ay. 9-10): “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
yaitu apa yang engkau minta atau yang sepadan dengan per-
mintaanmu itu; mungkin juga itu berupa duri di dalam daging
yang harus dikeluarkan atau cukuplah kasih karunia di dalam-
nya.” Kita sudah menjumpai hal ini sebelumnya dalam Matius
7:7, 8: Aku berkata kepadamu. Kita diberi keyakinan ini dari
mulut Kristus sendiri, yang mengetahui pikiran Bapa-Nya, dan
yang di dalam Dia semua janji yaitu ya dan amin. Kita tidak
hanya harus meminta, namun juga harus mencari. Dengan
menggunakan segala sarana, kita harus menopang doa-doa
kita dengan usaha; dan, dalam meminta dan mencari, kita ha-
rus terus mendesak, terus mengetuk pintu yang sama, dan
pada akhirnya kita akan berhasil, bukan hanya dengan doa-
doa yang dinaikkan bersama, namun juga dengan doa-doa khu-
sus kita: Setiap orang yang meminta, menerima, bahkan orang
percaya yang paling hina yang meminta dalam iman. Orang
yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar (Mzm. 34:7).
saat kita memintakan kepada Tuhan apa yang disuruh
Kristus agar kita memintanya, yaitu supaya nama-Nya diku-
duskan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya terjadi,
maka dalam permohonan-permohonan ini, kita harus tekun,
kita jangan pernah berdiam diri sepanjang siang dan malam;
kita jangan tinggal tenang, dan janganlah biarkan Dia tinggal
tenang sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia mem-
buatnya menjadi kemasyhuran di bumi (Yes. 62:6, 7).
V. Dia memberi kita perintah maupun dorongan untuk berdoa de-
ngan mempertimbangkan hubungan kita dengan Tuhan sebagai
seorang Bapa.
Injil Lukas 11:1-13
397
Di sini kita melihat:
1. Sebuah permohonan akan belas kasihan bapa duniawi: “Coba
katakan, Bapa manakah di antara kamu, yang tahu apa itu
hati seorang bapa, apa itu rasa sayang dan peduli terhadap
seorang anak, jika anaknya minta roti untuk sarapan, apakah
dia akan memberinya batu untuk dimakan? Jika ia minta ikan
untuk makan siangnya (saat sedang musim ikan), apakah ia
akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan, yang
akan meracuni dan menyengatnya? Atau, jika ia minta telur
untuk makan malamnya (sebutir telur dan lalu tidur),
apakah ia akan memberikan kepadanya kalajengking? Kalian
tahu betul bahwa kalian tidak bisa bersikap demikian tidak
wajar terhadap anak-anak kalian” (ay. 11-12).
2. Penerapan hal ini untuk memohon berkat-berkat dari Bapa
sorgawi kita (ay. 13) yaitu : “Jadi jika kamu yang jahat mem-
beri, dan tahu bagaimana memberi pemberian yang baik ke-
pada anak-anakmu, apalagi Tuhan akan memberimu Roh
Kudus.” Dia akan memberikan hal-hal yang baik; demikian
yang tertulis dalam Injil Matius.
Perhatikanlah:
(1) Petunjuk yang diberikan-Nya kepada kita mengenai apa
yang harus didoakan. Kita harus meminta Roh Kudus, ka-
rena Ia penting bukan hanya supaya kita bisa berdoa de-
ngan baik, namun juga sebab segala yang baik yang kita
doakan sudah terangkum di dalam Dia. Tidak ada hal lain
lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia, kare-
na Roh Kudus yang bekerja untuk kehidupan rohani dan
untuk kehidupan kekal kita. Perhatikanlah, karunia Roh
Kudus yaitu karunia yang perlu diminta dalam doa
dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus oleh setiap
kita.
(2) Dorongan yang diberikan-Nya supaya kita bergiat dalam
memanjatkan doa ini: Bapa kamu di sorga akan memberi.
Dialah yang memiliki kuasa untuk memberikan Roh Ku-
dus; Dia memiliki semua hal yang baik untuk dikaru-
niakan, dan semuanya terangkum di dalam Roh itu. namun
bukan itu saja, Roh Kudus itu ada dalam janji-nya, pem-
berian Roh Kudus termasuk dalam kovenan-Nya (Kis. 2:33,
398
38). Janji-Nya untuk memberikan Roh Kudus ini digambar-
kan melalui kesediaan orangtua untuk menyediakan kebu-
tuhan anak-anak mereka, dan untuk memuaskan keingin-
an-keinginan mereka, saat mereka bersikap baik dan
pantas. Jika anak meminta seekor ular, atau kalajengking,
maka bapanya, dengan berbaik hati, akan menolak permin-
taannya, namun tidak demikian halnya jika ia meminta hal
yang dibutuhkan, dan yang bergizi. saat anak-anak Tuhan
meminta Roh Kudus, maka mereka sebenarnya meminta
roti; sebab Roh Kudus yaitu makanan pokok; malah
lebih dari itu, Ia yaitu Pencipta roh kehidupan. Walaupun
orangtua duniawi kita jahat, mereka begitu berbaik hati,
walaupun lemah, mereka begitu berpengertian, sehingga
mereka tidak hanya memberi, namun juga memberi dengan
bijaksana. Mereka memberi apa yang terbaik, dengan cara
dan dalam waktu yang terbaik. Maka terlebih lagi Bapa sor-
gawi kita, yang jauh mengungguli bapa duniawi kita baik
dalam hal hikmat maupun kebaikan, akan memberi kita
Roh Kudus-Nya. Jika orangtua duniawi rela merencanakan
pendidikan bagi anak-anak mereka, yang akan mewarisi
harta kekayaan mereka, maka terlebih lagi Bapa kita di
sorga, Ia akan memberikan roh anak kepada semua orang
yang telah ditentukan-Nya untuk mendapatkan warisan
anak.
Kristus Dituduh Bersekutu dengan Iblis;
Hal Berjaga-jaga Ditekankan Berulang-ulang
(11:14-26)
14 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisu-
kan. saat setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heran-
lah orang banyak. 15 namun ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” 16 Ada pula yang meminta
suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. 17 namun Yesus me-
ngetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah
pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18
Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana-
kah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul. 19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab
itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 20 namun jika Aku mengusir se-
tan dengan kuasa Tuhan , maka sesungguhnya Kerajaan Tuhan sudah datang
Injil Lukas 11:14-26
399
kepadamu. 21 Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata men-
jaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. 22 namun jika seorang
yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang
itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan
membagi-bagikan rampasannya. 23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan
Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” 24
“Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-
tempat yang tandus mencari perhentian, dan sebab ia tidak mendapatnya,
ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. 25 Maka
pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. 26 Lalu
ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan
mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih
buruk dari pada keadaannya semula.”
Inti dari ayat-ayat ini dapat kita lihat dalam Matius 12:22, dst. Di sini
Kristus memberikan bukti umum bagi misi ilahi-Nya, dengan secara
khusus membuktikan kuasa-Nya atas Iblis. Penaklukan-Nya atas
Iblis menunjukkan rancangan besar-Nya mengapa Ia datang ke
dunia, yaitu untuk membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis. Di sini
Dia juga menunjukkan bahwa pekerjaan-Nya itu sungguh-sungguh
berhasil. Dia mengusir setan yang merasuki orang yang malang itu
sampai bisu: dalam Injil Matius dikatakan bahwa dia buta dan bisu.
saat setan itu diusir dengan paksa oleh firman Kristus, orang bisu
itu langsung berbicara, menjawab perkataan Kristus, dan bibirnya
terbuka mengeluarkan puji-pujian.
Nah, terhadap peristiwa ini:
I. Sebagian orang tergerak hatinya oleh mujizat itu. Mereka berta-
nya-tanya; mereka mengagumi kuasa Tuhan , terutama sebab
kuasa itu dijalankan melalui tangan seorang kecil yang tidak ber-
arti, seorang yang melakukan pekerjaan Mesias namun tidak punya
penampilan yang hebat seperti Mesias yang mereka harap-harap-
kan.
II. Sebagian orang lain tersandung sebab mujizat itu, dan, untuk
membenarkan ketidakpercayaan mereka, mereka berkata bahwa
sebab bersekutu dengan Beelzebullah, yaitu si penghulu setan,
Dia dapat melakukannya (ay. 15). Rupa-rupanya dalam kerajaan
Iblis pun ada para pemimpin, yang dengan demikian berarti ada
juga para bawahan. Sekarang mereka pasti sudah berpikir, atau
setidak-tidaknya berkata, bahwa ada suatu persekongkolan an-
tara Kristus dan Iblis. Dalam persekongkolan ini, menurut mere-
ka, Iblislah yang terutama akan diuntungkan dan yang akan me-
400
nang pada akhirnya. namun , untuk mencapai tujuan itu, dalam
hal-hal tertentu Iblis harus membiarkan Kristus mendapat keun-
tungan dan ia sendiri harus mundur sesuai dengan perjanjian.
Sebagian orang lagi, untuk menyokong pendapat ini, dan untuk
melawan bukti kuasa mujizat Kristus, menantang-Nya untuk
memberi mereka suatu tanda dari sorga (ay. 16). Mereka meminta
Dia untuk menyokong ajaran-Nya dengan suatu penampakan di
awan-awan, seperti yang terjadi di gunung Sinai saat hukum
Taurat diberikan; seolah-olah mereka menyangka bahwa suatu
tanda dari sorga, yang tidak bisa disangkal oleh hikmat mereka,
tidak dapat diberikan kepada mereka juga melalui kesepakatan
dan kerja sama dengan penguasa-penguasa di udara, yang beker-
ja disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-
mujizat palsu, seperti pengusiran setan di sini. Bahkan, suatu
tanda dari sorga tidak akan membuat orang berprasangka buruk
terhadap-Nya sekarang, sedangkan pengusiran setan ini dengan
jelas membuat mereka bersikap demikian. Perhatikanlah, jika
ketidaktaatan orang sudah mengeras, mereka akan berusaha
memberikan berbagai alasan untuk membenarkan ketidaktaatan
mereka, sekalipun alasan mereka itu selalu tampak ganjil dan
dibuat-buat. Di sini Kristus memberikan jawaban yang tegas dan
langsung atas keberatan mereka sepele ini.
1. Bahwa tidak bisa dibayangkan kalau penguasa yang begitu
licik seperti Iblis menyetujui terjadinya suatu peristiwa yang
akan berakibat langsung terhadap keruntuhan kerajaannya
sendiri (ay. 17-18). Orang-orang ini hanya menyimpan keberat-
an mereka dalam hati, mereka takut untuk mengungkapkan-
nya, sebab kalau diungkapkan, mereka akan dijawab dan
dibuat tersandung. Namun Yesus mengetahui pikiran mereka,
sekalipun mereka mati-matian menyembunyikannya. Kristus
berkata, “Kamu sendiri pasti bisa melihat bahwa tuduhanmu
itu sungguh tidak berdasar dan sangat keji; sebab benarlah
ungkapan yang bisa dilihat dalam pengalaman sehari-hari ini,
bahwa tidak ada satu kepentingan pun yang bisa bertahan
kalau ia terbagi-bagi melawan dirinya sendiri, baik itu kepen-
tingan umum dari suatu kerajaan maupun kepentingan pribadi
dari suatu rumah tangga atau keluarga. Kepentingan apa pun
itu juga, kalau terbagi-bagi, tidak akan dapat bertahan. Jadi
dalam hal ini Iblis dikatakan bertindak melawan dirinya
Injil Lukas 11:14-26
401
sendiri, bukan hanya melalui mujizat yang mengusirnya de-
ngan paksa dari tubuh-tubuh orang yang dirasukinya, namun
terlebih lagi melalui ajaran yang demi penyampaian dan pene-
guhannyalah mujizat ini diadakan, dan yang memiliki
pengaruh langsung untuk menghancurkan kepentingan Iblis
dalam pikiran manusia, sebab ajaran itu mematikan perbuat-
an dosa dan membuat orang berbalik kepada Tuhan . Oleh ka-
rena itu, seandainya Iblis terbagi-bagi melawan dirinya sendiri,
ia akan mempercepat keruntuhannya sendiri, dan tidak mung-
kin kamu akan berpikir bahwa seorang musuh yang sudah
bertindak dengan begitu teliti dalam mendirikan kerajaannya
dan begitu berhati-hati untuk menjaga keutuhan kerajaannya
itu akan berbuat demikian.”
2. Dengan menuduh-Nya bersekutu dengan Iblis, mereka mela-
kukan suatu perbuatan jahat dan pilih kasih, sebab mereka
sendiri juga menghargai dan memuji pekerjaan seperti itu yang
sebelumnya telah dilakukan oleh orang-orang sebangsa mere-
ka sendiri (ay. 19): “Dengan kuasa apakah pengikut-pengikut-
mu mengusirnya? Sebagian dari saudaramu sendiri, yaitu
orang-orang Yahudi, dan malah beberapa pengikutmu sendiri,
yaitu orang-orang Farisi, dalam nama Tuhan Israel, telah meng-
usir setan-setan, dan kamu tidak pernah menuduhkan hal-hal
yang keji kepada mereka seperti yang kamu tuduhkan kepada-
Ku.” Perhatikanlah, mengecam suatu perbuatan yang dilaku-
kan oleh orang yang menegur kita, namun memperbolehkannya
apabila itu dilakukan oleh orang yang memuji kita, yaitu
suatu tindakan yang jelas-jelas munafik.
3. Bahwa, dengan menentang mujizat yang sungguh meyakinkan
ini, mereka menjadi musuh bagi diri mereka sendiri, mereka
menghalang-halangi terang yang seharusnya menyinari mere-
ka, dan memasang penghalang di depan pintu hati mereka
sendiri, sebab dengan demikian mereka menjauhkan keraja-
an Tuhan dari diri mereka (ay. 20): “Jika Aku dengan tangan
Tuhan mengusir setan, seperti yang kalian ketahui dengan pasti
bahwa memang demikianlah kejadiannya, pasti kerajaan Tuhan
sudah datang kepadamu, kerajaan Mesias menawarkan segala
kebaikan dan keuntungannya kepadamu, dan, jika kamu tidak
menerimanya, maka kamu sendiri yang akan rugi.” Dalam Injil
Matius dikatakan dengan Roh Tuhan , di sini dikatakan dengan
402
tangan Tuhan ; Roh Tuhan yaitu tangan Tuhan (Yes. 53:1). Peker-
jaan Tuhan yang paling besar dan paling hebat dilakukan de-
ngan Roh-Nya; namun, jika dalam karya ini Roh dikatakan se-
bagai tangan Tuhan , maka mungkin hal ini mengartikan betapa
mudahnya Kristus menaklukkan dan mengalahkan Iblis, bah-
kan cukup dengan tangan Tuhan saja, yaitu dengan mengguna-
kan kekuatan ilahi dalam kadar yang lebih rendah dibanding-
kan dengan yang dipakai -Nya dalam banyak kasus lain.
Dia tidak perlu menunjukkan lengan-lengan-Nya yang kekal;
singa yang mengaum-ngaum itu diremukkan-Nya, sesuai de-
ngan kehendak-Nya, seperti ngengat, hanya dengan sentuhan
tangan. Mungkin juga ini merujuk kepada pengakuan para
ahli sihir Firaun saat mereka dikalahkan (Kel. 8:19): “Inilah
tangan Tuhan .” “Jadi, jika kerajaan Tuhan sekarang datang kepa-
damu, dan kamu menunjukkan keberatan dan hujatmu mela-
wannya, maka kerajaan itu akan datang kepadamu dengan
kuat kuasa, dan kamu tidak akan tahan berdiri di hadapan-
nya.”
4. Bahwa dengan mengusir setan-setan, Ia benar-benar meng-
hancurkan Iblis dan kuasanya, sebab pengusiran itu mene-
guhkan suatu ajaran yang berpengaruh langsung dalam meng-
hancurkan kerajaan Iblis (ay. 21-22). Barangkali memang ada
sebagian orang yang mengusir setan-setan yang berkedudukan
rendah melalui perjanjian dengan Beelzebul, penghulu mereka,
namun itu dilakukan tanpa benar-benar menimbulkan suatu
kebencian terhadap Iblis atau merusak kerajaannya. Dia rugi
dalam satu hal namun mendapat untung dalam hal lain lagi.
Iblis dan pengusir-pengusir setan yang demikian bermain ram-
pas-rampasan; meskipun dari antara bala tentara Iblis ada
yang dijadikan korban, tubuh utamanya justru mendapat kor-
ban dengan cara demikian. Kepentingan Iblis dalam jiwa-jiwa
manusia sama sekali tidak dilemahkan oleh pengusiran seperti
itu. Sebaliknya, saat Kristus mengusir setan-setan, Ia tidak
perlu melakukannya dengan membuat perjanjian apa pun de-
ngan mereka, sebab Ia lebih kuat dari mereka, dan Ia dapat
melakukannya dengan paksa, dan akan terus memaksa sam-
pai kuasa Iblis dihancurkan dan rencananya diobrak-abrik de-
ngan ajaran dan anugerah yang sanggup menghancurkan
kuasa dosa, dan dengan demikian mengacaubalaukan tubuh
Injil Lukas 11:14-26
403
utama Iblis, merampas semua senjatanya, dan membagi-bagi-
kan rampasannya, yang tidak pernah atau tidak akan pernah
sanggup dilakukan oleh setan mana pun terhadap sesamanya.
Hal ini dapat juga dimengerti sebagai kemenangan Kristus atas
Iblis baik itu di dunia maupun di dalam hati orang per orang
secara khusus, yaitu melalui kuasa yang menyertai pewartaan
Injil-Nya pada masa lalu sampai sekarang ini.
Dengan demikian, kita dapat melihat di sini:
(1) Keadaan yang menyedihkan dalam diri orang berdosa yang
belum bertobat. Di dalam hatinya, yang layak didiami
Tuhan , Iblis bertakhta, dan segala daya kekuatan jiwa, yang
dipakai nya untuk melayani dosa, yaitu barang milik
Iblis.
Perhatikanlah:
[1] Hati setiap orang berdosa yang belum bertobat yaitu
istana Iblis, tempat dia tinggal dan memerintah; dia be-
kerja di antara orang-orang durhaka. Hati yaitu istana,
tempat tinggal yang mulia, namun hati yang belum di-
kuduskan yaitu istana Iblis. Kehendak Iblis dituruti,
kepentingannya dilayani, dan bala tentaranya ada da-
lam tangannya; dia merampas takhta di dalam jiwa.
[2] Iblis, sebagai seorang yang kuat, menjagai istana ini,
berbuat sekuat tenaga untuk mengamankannya, dan
mempertahankannya dari Kristus. Segala prasangka
yang dipakai nya untuk mengeraskan hati manusia
terhadap kebenaran dan kekudusan yaitu benteng
pertahanan yang dibangunnya untuk menjagai istana-
nya. Istana ini yaitu tempat pasukannya berkumpul.
[3] Ada semacam damai di istana milik jiwa yang belum
bertobat, sebab Iblis, sebagai orang kuat yang bersen-
jata, menjaganya. Orang berdosa itu berpikiran baik
tentang dirinya sendiri, ia merasa sangat aman dan
gembira, yakin akan keadaannya yang baik, dan tidak
takut akan penghakiman yang akan datang. Ia memuji
dirinya menurut pandangannya sendiri dan berkata
bahwa ia memiliki damai di hati. Sebelum Kristus
datang, semua tenang, sebab semuanya menuju ke
404
arah yang sama. Namun, pengabaran Injil mengganggu
ketenangan istana Iblis itu.
(2) Perubahan indah yang terjadi dalam pertobatan, yang me-
rupakan kemenangan Kristus atas si perampas ini. Iblis
yaitu orang kuat yang bersenjata, namun Yesus Tuhan
kita, sebagai Tuhan dan sebagai Pengantara, lebih kuat dari-
nya. Jika berbicara mengenai kekuatan, Dia kuat: yang le-
bih kuat ada bersama kita, dan bukan melawan kita.
Amatilah:
[1] Bagaimana kemenangan ini diperoleh: Kristus datang
kepada Iblis secara tiba-tiba, saat barang miliknya se-
dang tenang dan saat dia berpikir bahwa dia memiliki-
nya untuk selamanya, lalu Ia mengalahkannya. Perhati-
kanlah, pertobatan satu jiwa kepada Tuhan merupakan
kemenangan Kristus atas Iblis dan atas kuasanya di da-
lam jiwa itu. Ia membebaskan jiwa itu dan memulihkan
kepentingan-Nya dan kekuasaan-Nya sendiri atas jiwa
itu.
[2] Bukti-bukti dari kemenangan ini. Pertama, Dia meram-
pas semua senjata yang diandalkan Iblis. Iblis yaitu
musuh yang percaya diri, dia mengandalkan senjatanya,
seperti Firaun yang mengandalkan Sungai Nilnya (Yeh.
29:3). namun , Kristus melucuti senjatanya itu. saat
kuasa dosa dan kecemaran di dalam jiwa dihancurkan,
kesalahan-kesalahan diluruskan, mata dicelikkan, hati
direndahkan dan diubah, serta dibuat menjadi sung-
guh-sungguh dan rohani, maka senjata Iblis dilucuti.
Kedua, Dia membagi-bagikan rampasan-Nya, Dia meng-
ambil alih kepemilikan Iblis atas mereka dan menjadi-
kannya milik-Nya sendiri. Segala kemampuan pikiran
dan tubuh, harta benda, kekuasaan, dan kepentingan,
yang sebelumnya diabdikan untuk melayani dosa dan
Iblis, kini dibalikkan untuk melayani Kristus dan digu-
nakan untuk kemuliaan nama-Nya. Namun bukan ha-
nya itu saja, Dia juga membagi-bagikan semuanya itu
kepada para pengikut-Nya, dan, setelah mengalahkan
Iblis, membagi-bagikan keuntungan dari kemenangan-
Nya itu kepada semua orang percaya. Oleh sebab itu,
Injil Lukas 11:14-26
405
Kristus menunjukkan bahwa, sebab seluruh ajaran
dan mujizat-Nya ditujukan untuk menghancurkan kua-
sa Iblis, si musuh besar umat manusia itu, maka ada-
lah kewajiban semua orang untuk bergabung bersama
Dia, untuk mengikuti bimbingan-Nya, untuk menerima
Injil-Nya, dan untuk datang dengan sepenuh hati me-
laksanakan apa yang diajarkan dalam Injil-Nya itu, se-
bab kalau tidak, mereka dianggap berpihak kepada mu-
suh (ay. 23): Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku.
Maka dari itu, mereka yang menolak ajaran Kristus,
dan meremehkan mujizat-mujizat-Nya, dipandang seba-
gai musuh-Nya, dan berpihak kepada Iblis.
5. Bahwa ada perbedaan besar antara keluarnya Iblis sebab ke-
sepakatan dan diusirnya Iblis oleh paksaan. Jika Kristus
mengusir Iblis dari seseorang, Iblis tidak akan pernah mema-
suki orang itu lagi, sebab demikianlah yang dikatakan Kristus
(Mrk. 9:25). namun , jika Iblis hanya keluar dari seseorang, dia
akan mencoba memasuki orang itu lagi apabila tiba waktu
yang dianggap tepat baginya, sebab begitulah cara kerja roh
jahat, saat dia dengan sukarela dan dengan suatu rancang-
an keluar dari seseorang (ay. 24-26). Si penghulu setan mung-
kin memberikan izin, malah bukan hanya itu saja, ia juga
mungkin memberikan perintah kepada pasukannya untuk
mundur, atau untuk membuat suatu tipuan, agar jiwa malang
yang tertipu itu masuk ke dalam jeratnya. namun Kristus,
saat Dia menaklukkan musuh secara telak, maka ini berarti
kekalahan tuntas bagi si musuh. Di sini Dia memiliki mak-
sud yang lebih jauh, yaitu untuk menunjukkan gambaran ke-
adaan orang yang sudah ditawari hal-hal yang baik. Tuhan
sudah mulai menghancurkan kuasa Iblis dan menaklukkan
kerajaannya dalam diri mereka, namun mereka menolak ren-
cana-Nya bagi diri mereka, dan ini membawa akibat buruk
bagi mereka sendiri, yaitu mereka tergelincir kembali ke dalam
kuasa Iblis.
Di sini kita bisa melihat:
(1) Keadaan orang munafik, yakni sisi terang dan sisi gelapnya.
Hatinya masih tetap merupakan rumah Iblis. Iblis mengaku
406
memilikinya, dan dia mempertahankan kepentingannya di
dalam diri orang itu.
Walaupun begitu:
[1] Roh jahat telah keluar darinya. Dia tidak diusir keluar
oleh kuasa anugerah yang menobatkan; tidak ada pak-
saan yang dilakukan oleh Kerajaan Sorga. Jadi dia pergi
keluar, mundur begitu saja untuk sementara waktu,
supaya orang itu tampak tidak berada di bawah kuasa
Iblis seperti sebelumnya, dan juga tidak terlihat meng-
ikuti godaan-godaannya. Iblis telah pergi, atau telah
mengubah dirinya menjadi seorang malaikat terang.
[2] Rumah itu disapu dari pencemaran-pencemaran biasa,
melalui pengakuan dosa yang dilakukan secara terpak-
sa, seperti pengakuan Firaun, pertobatan palsu seperti
pengakuan Ahab, dan pembaruan hati setengah-sete-
ngah seperti yang dibuat Herodes. Ada orang yang mele-
paskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, namun
masih berada di bawah penguasa dunia ini (2Ptr. 2:20).
Rumah itu disapu, namun tidak dibasuh, dan Kristus
berkata, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau
tidak mendapat bagian dalam Aku.” Rumah itu harus
dibasuh, atau tidak akan menjadi milik-Nya. Menyapu
hanya membersihkan kotoran ringan, sementara dosa
yang membelenggu, yakni dosa yang disukai, tidak ter-
sentuh sama sekali. Rumah itu disapu dari kotoran
yang terlihat oleh mata duniawi, namun kotoran raha-
sianya tidak dicari dan diobrak-abrik (Mat. 23:25). Ru-
mah itu disapu, namun penyakit kusta masih melekat di
dinding, dan tetap menempel di sana sebelum ada usa-
ha lebih keras yang dilakukan untuk membersihkan-
nya.
[3] Rumah itu dihiasi dengan karunia dan anugerah
umum. Rumah itu tidak diperlengkapi dengan anugerah
yang sejati, namun hanya dihiasi dengan gambar-gambar
karunia. Simon si penyihir dihiasi dengan iman, Balaam
dengan keinginan-keinginan yang baik, Herodes dengan
rasa hormat kepada Yohanes, dan orang-orang Farisi
dengan berbagai penampilan lahiriah. Memang dihiasi,
Injil Lukas 11:14-26
407
namun , seperti pecahan periuk bersalutkan perak, se-
muanya cuma cat dan pernis, bukan sungguhan dan
tidak tahan lama. Rumah itu dihiasi, namun kepemilik-
annya tetap tidak berubah. Rumah itu tidak pernah
diserahkan kepada Kristus, dan juga tidak didiami oleh
Roh Kudus. Oleh sebab itu, marilah kita berjaga-jaga
agar jangan bersandar pada apa yang mungkin dimiliki
orang, namun yang tidak sepenuhnya dikuasainya.
(2) Inilah keadaan orang murtad pada akhirnya, setan kembali
lagi ke dalam dirinya setelah keluar: Lalu ia keluar dan
mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya (ay.
26). Ini suatu jumlah yang menunjukkan suatu jumlah
yang tidak tentu, seperti tujuh roh jahat dikatakan telah
diusir dari Maria Magdalena. Tujuh roh jahat dipertentang-
kan dengan tujuh roh Tuhan (Why. 3:1). Ketujuh roh jahat
ini dikatakan lebih jahat dari setan yang masuk sebelum-
nya. Rupa-rupanya, bahkan setan-setan pun tidak sama
jahatnya; mungkin tingkat kejahatan mereka dalam keada-
an mereka sekarang yang jatuh, sama seperti tingkat keku-
dusan mereka saat sebelum jatuh. Supaya kejahatannya
sangat berhasil, setan memakai roh-roh yang lebih jahat
dari dirinya sendiri. Roh-roh seperti ini masuk tanpa ada
kesulitan atau perlawanan apa pun. Mereka disambut, dan
berdiam di sana. Di sanalah mereka bekerja dan memerin-
tah. Maka, akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari
pada keadaannya semula.
Perhatikanlah:
[1] Kemunafikan yaitu jalan cepat menuju kemurtadan.
Jika hati tetap melayani kepentingan dosa dan Iblis,
maka apa pun yang ditunjukkannya tetap akan sia-sia.
Hati yang belum benar tidak akan lama berdiri teguh.
saat dosa tetap tersembunyi, di balik jubah pengaku-
an iman, dan hati nurani dipermainkan, maka Tuhan di-
paksa untuk menarik anugerah-Nya yang menyelamat-
kan, dan orang munafik yang sembunyi-sembunyi biasa-
nya akan tampak murtad secara terang-terangan.
[2] Keadaan orang seperti itu pada akhirnya akan lebih
buruk dari pada semula, baik dalam hal dosa maupun
408
hukuman. Orang murtad biasanya orang yang paling ja-
hat, orang yang paling angkuh dan gegabah, paling be-
rani dan menantang. Hati nurani mereka sudah kering
kerontang, dan dosa mereka yang paling terburuk dari
semuanya. Sering kali Tuhan menunjukkan ketidaksuka-
an-Nya kepada mereka di dunia ini, dan di dunia nanti
mereka akan menerima hukuman yang jauh lebih hebat.
Oleh sebab itu marilah kita dengarkan ajaran ini, dan
menjadi takut serta berpegang pada kejujuran hati kita.
Pujian dan Berkat
(11:27-28)
27 saat Yesus masih berbicara, berserulah seorang wanita dari antara
orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah
mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” 28 namun Ia
berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Tuhan
dan yang memeliharanya.”
Bagian ini tidak kita dapati dalam kitab Injil lain, dan kita juga tidak
bisa menyambungkan bagian ini, seperti yang dilakukan Dr.
Hammond, dengan bagian kisah yang menceritakan tentang ibu dan
saudara-saudara Kristus yang ingin berbicara dengan-Nya (sebab
penulis Injil ini pun mencatat peristiwa itu dalam pasal 8:19). Namun
demikian, bagian bacaan ini juga memuat cerita yang sangat serupa
tentang orang yang menyela Kristus, dan, seperti dalam bagian baca-
an yang lain, Kristus pun mengambil bahan ajaran dari kejadian ini.
1. Pujian yang diberikan kepada Yesus Tuhan kita oleh seorang pe-
rempuan yang penuh kasih, jujur, dan berniat baik, saat dia
sedang mendengarkan ajaran-Nya yang luar biasa bagus. Semen-
tara ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merendahkan serta
menghujat ajaran-Nya, wanita yang baik ini (dan mungkin
dia yaitu seorang yang terpandang atau terdidik) justru kagum
akan ajaran-Nya itu, dan akan hikmat serta kuasa yang ada pada-
Nya saat Dia berbicara: saat Yesus masih berbicara (ay. 27),
dengan daya dan bukti yang meyakinkan, seorang wanita dari
antara orang banyak itu, sebab begitu senangnya mendengar
bagaimana Dia telah membuat orang-orang Farisi tercengang, me-
naklukkan mereka, membuat mereka malu, dan membersihkan
Injil Lukas 11:27-28
409
diri-Nya dari segala tuduhan mereka yang jahat, sampai ia tidak
tahan untuk berseru, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung
Engkau. Alangkah mengagumkan dan hebatnya orang ini! Tentu
belum pernah ada orang yang lebih hebat atau lebih baik dari
antara semua orang yang pernah dilahirkan oleh seorang perem-
puan: berbahagialah wanita yang memiliki-Nya sebagai anak.
Sangat berbahagialah aku ini kalau sampai menjadi ibu dari
orang seperti ini, yang berbicara seperti yang tidak pernah dilaku-
kan orang sebelumnya, yang sedemikian dipenuhi oleh karunia
sorgawi, yang sedemikian menjadi berkat bagi dunia ini.” Ucapan-
nya itu diungkapkan dengan baik, sebab ia hendak mengungkap-
kan penghargaannya yang tinggi terhadap Kristus, dan itu sebab
ajaran-Nya. Dan tidaklah salah jika penghargaannya ini mencer-
minkan rasa hormatnya terhadap Perawan Maria, ibu-Nya, sebab
hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Maria sendiri (1:48),
“Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,” termasuk di
antaranya sebagian dari generasi saat itu, yang sungguh jahat.
Perhatikanlah, bagi semua orang yang percaya akan firman
Kristus, pribadi Kristus itu sungguh mulia, Dia yaitu suatu ke-
hormatan (1Ptr. 2:7). Akan namun , di sini kita harus berhati-hati,
jangan sampai, seperti wanita yang baik ini, kita menjadi
terlalu membesar-besarkan kehormatan sanak saudara jasmani-
Nya; sebab , kalau kita berlaku demikian, kita hanya menilai-Nya
menurut ukuran manusia, padahal seharusnya mulai dari seka-
rang ini kita harus tidak lagi menilai-Nya demikian.
2. Kristus memanfaatkan peristiwa ini untuk menyatakan bahwa
lebih berbahagialah orang-orang yang mengikuti-Nya dengan setia
dan yang taat kepada-Nya daripada orang yang mengandung dan
yang menyusui-Nya. Dia tidak menyangkal apa yang dikatakan
oleh wanita ini, dan juga tidak menolak rasa hormatnya ter-
hadap-Nya dan terhadap ibu-Nya. Namun Ia mengarahkan pikir-
annya ke masalah lain yang lebih tinggi lagi dan lebih berkaitan
langsung dengan dirinya sendiri: Yang berbahagia ialah mereka
yang mendengarkan firman Tuhan dan yang memeliharanya (ay.
28). Kristus memandang orang-orang seperti ini berbahagia, dan
bila Ia menyatakan bahwa mereka ini berbahagia, maka berbaha-
gialah mereka, dan ini seharusnya menggerakkan hati kita. Perka-
taan ini sebagian dimaksudkan untuk menegur wanita itu,
sebab ia terlalu memuja-muja keberadaan tubuh jasmani dan
410
sifat manusia-Nya; sebagian lagi untuk mendorong wanita itu
agar berharap supaya dia juga bisa berbahagia seperti ibu-Nya,
yang kebahagiaannya telah membuatnya iri, asalkan dia mau
mendengarkan firman Tuhan dan memeliharanya. Perhatikanlah,
walaupun mendengarkan firman Tuhan itu merupakan suatu ke-
sempatan yang istimewa, namun yang benar-benar diberkati, ya-
itu diberkati oleh Tuhan, yaitu orang yang mendengarkan dan
memelihara firman itu, yang mengingatnya dan memakainya seba-
gai jalan dan aturan hidupnya.
Tanda Nabi Yunus
(11:29-36)
29 saat orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini
yaitu angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, namun kepa-
da mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 30 Sebab se-
perti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah
Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 31 Pada waktu peng-
hakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini
dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi un-
tuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih
dari pada Salomo! 32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan
bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab
orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan
Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” 33 “Tidak
seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah
atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang
yang masuk, dapat melihat cahayanya. 34 Matamu yaitu pelita tubuhmu.
Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, namun jika matamu jahat,
gelaplah tubuhmu. 35 sebab itu perhatikanlah supaya terang yang ada pada-
mu jangan menjadi kegelapan. 36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada
bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita
menerangi engkau dengan cahayanya.”
Pembicaraan Kristus dalam ayat-ayat ini menunjukkan dua hal:
I. Apa tanda yang dapat kita harapkan dari Tuhan untuk meneguh-
kan iman kita. Bukti yang paling besar dan paling meyakinkan
bahwa Kristus yaitu utusan Tuhan , dan yang masih mereka nan-
tikan pada waktu itu, setelah banyaknya tanda yang diberikan ke-
pada mereka, yaitu kebangkitan Kritus dari antara orang mati.
Dalam perikop ini kita melihat:
1. Teguran kepada orang banyak itu sebab menuntut tanda-tan-
da selain dari yang sudah begitu banyak diberikan kepada me-
Injil Lukas 11:29-36
411
reka: Orang banyak mengerumuni-Nya (ay. 29), suatu keru-
munan yang sangat ramai, yang tidak terlalu berharap agar
hati nurani mereka terketuk oleh ajaran yang disampaikan
Kristus, melainkan yang hanya berharap agar rasa ingin tahu
mereka terpuaskan oleh mujizat-mujizat-Nya. Kristus tahu apa
yang membuat orang banyak itu datang berkumpul; mereka
datang mencari suatu tanda, mereka datang untuk melihat-
lihat, untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan pem-
bicaraan saat mereka pulang ke rumah. Sungguh angkatan
yang jahat, yang tidak dapat disadarkan dan diyakinkan oleh
apa pun juga, bahkan oleh peragaan kekuatan dan kebaikan
ilahi yang nyata-nyata bisa disaksikan atau dirasakan oleh
indra jasmani.
2. Suatu janji bahwa ada satu tanda lagi yang akan diberikan ke-
pada mereka, yang berbeda dari tanda-tanda yang sudah di-
berikan sebelumnya, yaitu tanda nabi Yunus, yang dalam Injil
Matius dijelaskan artinya sebagai kebangkitan Kristus. Seperti
Yunus yang dibuang ke laut, dan berdiam di dalamnya selama
tiga hari, lalu muncul kembali ke darat dengan tetap hidup,
dan memberitakan pertobatan kepada orang Niniwe, yaitu
suatu tanda bagi mereka, yang sebab nya mereka berbalik
dari jalan-jalan mereka yang jahat, maka demikianlah nanti-
nya dengan kematian dan kebangkitan Kristus, dan pengabar-
an Injil-Nya segera sesudahnya kepada orang-orang bukan-
Yahudi, akan menjadi peringatan terakhir bagi bangsa Yahudi.
Jika dengan ini mereka tergerak oleh rasa cemburu yang ku-
dus, maka itu baik, namun , seandainya tanda ini pun tidak ber-
dampak apa-apa terhadap mereka, maka biarlah mereka seka-
rang hanya bisa menantikan kehancuran sepenuh-penuhnya:
Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini (ay. 30),
tanda yang berbicara kepada mereka, meskipun ditentang oleh
mereka.
3. Sebuah peringatan bagi mereka untuk memperbaiki diri de-
ngan adanya tanda ini; sebab celakalah mereka jika mereka
tidak melakukannya.
(1) Ratu Seba akan bangkit pada waktu penghakiman untuk
menghukum mereka, dan menyatakan kesalahan mereka
sebab ketidakpercayaan mereka itu (ay. 31). Walaupun se-
orang asing bagi bangsa Israel, namun Ratu Seba dengan
412
begitu senang hati menghargai laporan yang didengarnya
tentang kemuliaan raja Israel. Bahkan, kendati kita biasa-
nya cenderung berprasangka buruk terhadap orang asing,
dia datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmatnya.
Ini dilakukannya bukan hanya untuk memuaskan rasa pe-
nasarannya namun juga untuk mendapatkan pengetahuan
bagi dirinya, terutama pengetahuan tentang Tuhan yang be-
nar dan bagaimana kita harus menyembah-Nya. Dan de-
ngan dicatatnya peristiwa ini, maka ia pun beroleh kehor-
matan. Dan, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada
Salomo, pleion Solomōntos – lebih dari seorang Salomo ada
di sini; yang artinya, menurut Dr. Hammond, di sini ada
hikmat yang lebih besar dan ajaran yang lebih ilahi dari-
pada apa yang ada dalam semua perkataan dan tulisan Sa-
lomo. Akan namun , orang-orang Yahudi yang payah ini sama
sekali tidak mau menghargai apa yang dikatakan Kristus
kepada mereka, sekalipun Dia ada di tengah-tengah me-
reka.
(2) Orang Niniwe akan bangkit pada waktu penghakiman un-
tuk menghukum mereka, dan mencela mereka sebab ke-
kerasan hati untuk tidak mau bertobat (ay. 32). Mereka
bertobat waktu mendengarkan pemberitaan Yunus, namun di
sini ada pemberitaan yang jauh melebihi pemberitaan
Yunus, yang lebih berkuasa dan lebih menggugah hati,
yang membawa ancaman kehancuran yang lebih dahsyat
daripada kehancuran Niniwe, namun tetap saja tidak ada
orang yang dikejutkan sehingga berbalik dari jalannya yang
jahat, seperti yang dilakukan orang-orang Niniwe.
II. Apa tanda yang diharapkan Tuhan dari kita untuk membuktikan
iman kita, saat kebenaran-kebenaran ilahi itu dihadapkan ke-
pada kita dengan bukti yang menyertainya. Tanda ini merupakan
ibadah kita yang sejati, yang menunjukkan kesiapan kita untuk
menyambut semua kebenaran ilahi itu.
Sekarang perhatikanlah baik-baik:
1. Mereka memiliki terang beserta semua keuntungan yang
dapat mereka inginkan. sebab Tuhan , sesudah menyalakan pe-
lita Injil, tidak menaruh pelita itu di kolong rumah, atau di
Injil Lukas 11:29-36
413
bawah gantang; Kristus tidak mengajar secara sembunyi-sem-
bunyi. Para rasul diperintahkan untuk mengabarkan Injil ke-
pada setiap makhluk. Kristus maupun para hamba-Nya, Sang
Hikmat maupun para pelayan-Nya, berseru-seru di jalan-jalan
(ay. 33). yaitu suatu keuntungan istimewa bahwa terang Injil
diletakkan di atas kaki dian, sehingga semua orang yang ma-
suk dapat melihatnya, dan dapat melihat dengan bantuan peli-
ta itu di mana mereka sedang berada dan ke mana mereka
akan pergi, dan apa itu jalan satu-satunya yang benar dan
pasti untuk menuju kebahagiaan.
2. Oleh sebab mereka sudah memiliki terang, yang harus me-
reka pikirkan sekarang yaitu memiliki penglihatan, sebab
kalau tidak, untuk apa mereka memiliki terang itu? Meskipun
barang di depan mata begitu jelas, namun alat penglihatan tidak
benar, maka itu tidak ada gunanya: Pelita tubuh yaitu mata
(ay. 34), yang menerima cahayanya sewaktu pelita dibawa ma-
suk ke kamar. Jadi, pelita jiwa yaitu pengertian dan penilai-
an, serta kekuatannya untuk mencerna mana yang baik dan
mana yang jahat, mana yang benar dan mana yang salah.
Nah, sejalan dengan ini, begitu pulalah jadinya dengan terang
penyataan ilahi dan manfaatnya bagi kita. Terang itu bisa
menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, atau bau kema-
tian yang mematikan.
(1) Jika mata jiwa ini utuh, melihat dengan jelas, melihat se-
gala sesuatu seperti adanya, dan menilai dengan seimbang,
dan jika mata itu hanya mengarah pada kebenaran, dan
mencarinya demi kebenaran itu sendiri, dan tidak mempu-
nyai suatu keburukan apa pun baik itu dalam penampilan
luarnya maupun dalam niatnya, maka seluruh tubuh, yaitu
seluruh jiwa, akan penuh dengan terang. Jiwa ini akan me-
nerima dan menjamu Injil, yang akan membawa pengetahu-
an maupun sukacita ke dalamnya. Ini juga sama dengan
perumpamaan tentang tanah yang baik, yang menerima fir-
man dan mengerti firman itu. Jika pengertian kita meng-
akui Injil dalam terangnya yang penuh, maka Injil akan
memenuhi jiwa, dan Injil ini saja sudah cukup untuk me-
menuhinya. Dan jika jiwa dipenuhi dengan terang Injil se-
cara demikian, maka tidak ada bagian yang gelap. Jika
segala kekuatan dan kecakapan jiwa ditundukkan kepada
414
kuasa dan pengaruh Injil, dan tidak ada bagian yang di-
biarkan tidak kudus, maka seluruh jiwa akan penuh de-
ngan terang, penuh dengan kekudusan dan penghiburan.
Dulu jiwa ini yaitu kegelapan itu sendiri, namun sekarang
ia yaitu terang di dalam Tuhan, sama seperti apabila pe-
lita menerangi engkau dengan cahayanya (ay. 36). Perhati-
kanlah, Injil akan datang dan masuk ke dalam jiwa-jiwa
yang membuka lebar-lebar pintu dan jendelanya untuk me-
nyambutnya. Dan di mana saja Injil datang, ia akan mem-
bawa serta terang bersamanya. Akan namun ,
(2) Jika mata jiwa itu jahat, jika penilaian disogok dan dibuat
menceng oleh pikiran-pikiran yang cenderung jahat dan
keji, oleh kesombongan dan iri hati, dan oleh cinta akan
dunia serta kesenangan daging, jika pengertian berprasang-
ka melawan kebenaran ilahi, dan bertekad untuk tidak
mengakui kebenaran itu, sekalipun kebenaran itu dibawa
ke hadapannya dengan bukti yang sangat meyakinkan, ma-
ka tidak mengherankan jika seluruh tubuh, yaitu seluruh
jiwa, akan penuh dengan kegelapan (ay. 34).
Bagaimana mungkin orang yang bertekad menutup ma-
ta mereka sendiri melawan Injil bisa memperoleh pengajar-
an, pengetahuan, petunjuk, atau penghiburan dari Injil
itu? Dan apa yang bisa diharapkan oleh orang seperti itu?
Apa lagi yang bisa dilakukan untuk mengobati mereka? Ka-
rena itu, kesimpulannya yaitu , Perhatikanlah supaya te-
rang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan (ay. 35).
Berhatilah-hatilah supaya mata pikiran kita tidak dibuta-
kan oleh perasaan-perasaan berpihak, prasangka, dan tu-
juan-tujuan yang berdosa. Tuluslah dalam mencari kebe-
naran, dan bersiaplah menerimanya dalam terang, kasih,
dan kuasanya. Jangan seperti orang-orang dari angkatan
ini, yang kepada mereka Kristus berkhotbah, yang tidak
pernah tulus berkeinginan untuk mengetahui kehendak
Tuhan , apa lagi berniat untuk itu, sehingga tidak menghe-
rankan jika mereka berjalan dalam kegelapan, mengembara
tanpa henti, dan pada akhirnya binasa selamanya.
Injil Lukas 11:37-54
415
Kutuk Diberikan kepada Angkatan Itu;
Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi Ditegur
(11:37-54)
37 saat Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk ma-
kan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 38
Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, sebab Yesus tidak mencuci ta-
ngan-Nya sebelum makan. 39 namun Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-
orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,
namun bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 40 Hai orang-orang
bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadi-
kan bagian dalam? 41 Akan namun , berikanlah isinya sebagai sedekah dan se-
sungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. 42 namun celakalah
kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari
selasih, inggu dan segala jenis sayuran, namun kamu mengabaikan keadilan
dan kasih Tuhan . Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
43 Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di
tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pa-
sar. 44 Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai
tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.” 45
Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya:
“Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” 46 namun Ia
menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletak-
kan beban-beban yang tak terpikul pada orang, namun kamu sendiri tidak
menyentuh beban itu dengan satu jari pun. 47 Celakalah kamu, sebab kamu
membangun makam nabi-nabi, namun nenek moyangmu telah membunuh
mereka. 48 Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan
perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh
nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. 49 Sebab itu hikmat Tuhan
berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan
separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan
mereka aniaya, 50 supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang
telah tertumpah sejak dunia dijadikan, 51 mulai dari darah Habel sampai ke-
pada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah
Tuhan . Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari
angkatan ini. 52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah
mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan
orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.” 53 Dan
setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal.
54 Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat me-
nangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.
Di sini, banyak dari perkataan-perkataan Kristus yang disampaikan-
Nya kepada seorang Farisi dan para tamu undangannya, dalam suatu
percakapan pribadi di meja makan, diberitahukan-Nya lalu ke-
pada orang banyak pada waktu Dia mengajar di rumah ibadat (Mat.
23); sebab apa yang dikatakan-Nya baik secara umum maupun se-
cara pribadi, keduanya merupakan potongan-potongan dari suatu ba-
gian yang sama. Apa yang akan diulangi-Nya dan disampaikan-Nya
di depan umum, tidak akan dikatakan-Nya secara sembunyi-sembu-
416
nyi. Begitu pula teguran-teguran yang disampaikan-Nya kepada
orang-orang berdosa secara umum, pasti akan disampaikan-Nya ke-
pada mereka secara pribadi saat berjumpa dengan mereka; sebab
Ia yaitu Saksi yang setia baik dulu maupun sekarang.
Dalam ayat-ayat ini kita melihat:
I. Kristus pergi makan bersama seorang Farisi, yang dengan sopan
mengundang-Nya ke rumahnya (ay. 37). saat Yesus masih meng-
ajar (terjemahan KJV – pen.), bahkan sewaktu Ia masih mengajar,
seorang Farisi memotong pembicaraan-Nya, dan meminta-Nya un-
tuk datang dan makan bersama di rumahnya pada saat itu juga,
sebab memang sudah tiba waktu makan. Kita mungkin mengira
bahwa orang Farisi itu begitu senang dengan ajaran-Nya sehingga
dia ingin menunjukkan rasa hormatnya dan mau menghabiskan
lebih banyak waktu lagi bersama-Nya, dan sebab itu mengun-
dang-Nya ke rumahnya. Akan namun , tampaknya kita memiliki
alasan untuk curiga bahwa ia sebenarnya punya maksud jahat,
yaitu untuk memotong pembicaraan-Nya dengan orang banyak
itu, supaya bisa punya kesempatan untuk menjebak dan meman-
cing-Nya agar mengatakan sesuatu yang dapat dipakainya untuk
menuduh atau mencela Dia (ay. 53, 54). Kita tidak tahu apa yang
dipikirkan oleh orang Farisi ini, namun apa pun yang ada dalam
pikirannya, Kristus tahu itu. Jika dia bermaksud jahat, dia akan
tahu bahwa Kristus tidak gentar terhadapnya, jika maksudnya
baik, dia akan tahu bahwa Kristus juga mau berbuat baik kepa-
danya. Maka, masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Per-
hatikanlah, murid-murid Kristus harus belajar dari-Nya untuk
menjadi orang yang pintar bergaul dan jangan berberat hati. Wa-
laupun kita perlu berhati-hati dalam memilih teman, kita tidak
perlu bersikap kaku, apalagi sampai mengucilkan diri dari dunia
ini.
II. Pelanggaran yang dituduhkan orang Farisi itu kepada Kristus,
yang juga kadang-kadang dituduhkan kepada murid-murid-Nya,
sebab tidak mencuci tangan sebelum makan (ay. 38). Orang Farisi
itu bertanya-tanya mengapa orang yang saleh seperti Dia, seorang
nabi, orang yang begitu taat dan berperilaku ketat-hukum, duduk
makan tanpa mencuci tangan-Nya terlebih dulu, apalagi saat itu
Injil Lukas 11:37-54
417
Dia baru saja keluar dari kerumunan orang banyak. Lagi pula,
bukankah sekarang Dia berada di ruang makan seorang Farisi,
yang tidak diragukan lagi pasti segala peralatan makan dan cuci
tangan sudah dipersiapkan, dan tidak perlu khawatir akan mere-
potkan tuan rumah? Orang Farisi itu sendiri dan semua tamunya
pasti mencuci tangan, jadi Dia pun tidak akan sendirian jika mela-
kukannya, namun mengapa Dia tetap tidak mencuci tangan-Nya?
Apa ruginya seandainya Dia mencuci tangan? Bukankah hal ini
diperintahkan dengan ketat oleh hukum agama mereka? Memang
benar demikian, dan justru sebab itulah Kristus tidak mau mela-
kukannya, sebab Dia ingin bersaksi melawan anggapan mereka
bahwa mereka berkuasa menetapkan pencucian tangan ini seba-
gai suatu ketetapan agama, yang tidak pernah diperintahkan Tuhan
kepada mereka. Dalam hukum Taurat ada berbagai macam upa-
cara pembasuhan, namun mencuci tangan bukanlah salah satu-
nya. Oleh sebab itu, Kristus tidak mau melakukan kebiasaan itu,
sekalipun untuk menyenangkan orang Farisi yang telah mengun-
dang-Nya, dan walaupun Dia tahu bahwa dengan tidak mencuci
tangan Dia akan dituduh menghapuskan adat itu.
III. Teguran keras yang diberikan Kristus kepada orang-orang Farisi
sebab nya, bahkan tanpa meminta maaf kepada orang Farisi yang
sedang menjadi tuan rumah; sebab kita tidak boleh memuji saha-
bat-sahabat kita dalam perbuatan jahat apa pun.
1. Dia menegur mereka sebab menekankan kehidupan beraga-
ma pada hal-hal yang lahiriah dan yang dapat dilihat oleh
mata manusia, sementara perkara-perkara yang berkaitan de-
ngan jiwa dan yang dilihat oleh mata Tuhan (ay. 39-40), bukan
saja ditangguhkan, malahan dihilangkan sama sekali.
Amatilah di sini:
(1) Ganjilnya kesalahan orang-orang Farisi: “Kamu orang-orang
Farisi, kamu membersihkan bagian luar saja, kamu mencuci
tanganmu dengan air, namun tidak mencuci hatimu dari
kejahatan. Hatimu penuh den