lukas 1-12 13


  salah satu hukum besar dalam agama alami. Manu-

sia dipandang biadab, binatang, bila tidak pernah berdoa, tidak per-

nah menaikkan pujian kepada Penciptanya, tidak menyadari kebaik-

an-Nya atau pun tidak merasa bergantung kepada-Nya. Oleh sebab 

itu, salah satu rancangan agung yang ada dalam Kekristenan yaitu  

untuk membantu kita berdoa, meneguhkan kewajiban berdoa itu bagi 

kita, mengajar kita berdoa, dan mendorong kita untuk mengharap-

kan suatu keuntungan dari doa. Dalam bagian perikop di atas: 

I. Kita melihat Kristus sendiri berdoa di salah satu tempat, mungkin 

di tempat yang biasa Ia gunakan untuk berdoa (ay. 1). Sebagai 

Tuhan  , kepada-Nyalah orang berdoa; sebagai manusia, Dia berdoa. 

Walaupun Dia yaitu  seorang Anak, Dia tetap belajar patuh da-

lam hal doa ini. Penulis Injil ini, lebih daripada penulis-penulis 

Injil lain, secara khusus memperhatikan bahwa Kristus sering 

berdoa: saat  Dia dibaptis (3:21), Dia berdoa; Ia mengundurkan 

diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa (5:16); Dia pergi ke 

bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Tuhan   

(6:12); Dia berdoa seorang diri (9:18); segera setelah itu, Ia naik ke 

atas gunung untuk berdoa. saat  Ia sedang berdoa, rupa wajah-

Nya berubah (9:28, 29); dan di sini (11:1) Dia sedang berdoa di sa-

lah satu tempat. Jadi, seperti sudah selayaknya bagi anak Daud 

yang sejati, Dia mengabdikan diri-Nya untuk berdoa (Mzm. 109:4).

 Tidaklah pasti apakah Kristus pada waktu itu sedang berdoa sen-

dirian dan murid-murid hanya tahu bahwa Dia sedang berdoa ke-

tika itu, ataukah Dia berdoa bersama mereka. Kemungkinan be-

sar mereka ikut berdoa bersama-Nya. 

II.  Murid-murid-Nya meminta Dia memberikan petunjuk bagaimana 

berdoa. saat  Dia sedang berdoa, mereka bertanya, Tuhan, ajar-

lah kami berdoa. Perhatikanlah, talenta dan karunia yang dimiliki 

orang lain seharusnya membangkitkan hati kita untuk bersung-

guh-sungguh mendambakan talenta atau karunia itu juga. Sema-

ngat yang dimiliki orang lain itu haruslah menjadi pemicu bagi 

kita untuk meniru secara kudus apa yang ia lakukan: mengapa 

kita tidak berbuat seperti orang itu juga? Amatilah, murid-murid 

itu datang kepada-Nya dengan permintaan ini, saat  Dia selesai 

berdoa. Mereka tidak ingin mengganggu-Nya saat  Dia sedang 

berdoa, sekalipun dengan permohonan yang baik ini. Segala se-

suatu itu indah pada waktunya. Salah satu murid-Nya, atas nama 

yang lain, dan mungkin sebab  ditunjuk oleh mereka, berkata, 

Tuhan ajarlah kami. Perhatikanlah, walaupun Kristus suka meng-

ajar, namun untuk hal yang satu ini Dia lebih suka diminta, dan 

murid-murid-Nya harus mendatangi-Nya untuk memperoleh pe-

tunjuk.  

Sekarang:       

1. Permohonan mereka yaitu , “Tuhan, ajarlah kami berdoa; 

berilah kami aturan atau contoh untuk kami pakai dalam 

berdoa, dan taruhlah kata-kata pada mulut kami.” 

Perhatikanlah, sudah semestinyalah murid-murid Kristus 

datang kepada-Nya untuk meminta petunjuk bagaimana ber-

doa. Perkataan Tuhan, ajarlah kami berdoa itu sendiri sudah 

merupakan sebuah doa yang baik dan sangat diperlukan, 

sebab  memang sulit untuk berdoa dengan baik, dan hanya 

Yesus Kristuslah yang dapat mengajar kita, melalui kata-kata 

dan Roh-Nya, bagaimana kita harus berdoa. “Tuhan, ajari aku 

apa itu berdoa; Tuhan, bangkitkan semangatku untuk mela-

kukan kewajiban itu; Tuhan, berilah aku petunjuk, apa yang 

harus aku doakan; Tuhan, berilah aku karunia berdoa, supaya 

aku dapat melayani Tuhan secara berkenan melalui doa; 

Tuhan, ajari aku berdoa dengan kata-kata yang sesuai; berilah 

aku mulut dan hikmat dalam berdoa, supaya aku dapat 

berkata seperti yang seharusnya; ajarkanlah apa yang harus 

aku katakan.” 

2. Permohonan mereka yaitu , “Sama seperti yang diajarkan 

Yohanes kepada murid-muridnya. Yohanes peduli untuk meng-

ajari murid-muridnya melakukan kewajiban yang penting ini, 

dan kami pun ingin diajar seperti mereka, sebab  kami mem-

punyai Guru yang lebih baik daripada guru mereka.” Pema-

haman Dr. Lightfoot mengenai hal ini yaitu  bahwa bila doa-

doa orang Yahudi pada umumnya berupa penyembahan dan 

puji-pujian bagi Tuhan   (doksologi), Yohanes mengajar para mu-

rid-Nya doa-doa yang lebih berisikan berbagai permohonan 

dan permintaan, sebab  dikatakan orang mengenai mereka 

bahwa mereka dēeseis poiountai – melakukan doa (berdoa) 

(5:33). Ungkapan ini  mengartikan bahwa doa-doa seperti 

itu merupakan permohonan yang pantas. “Sekarang, Tuhan, 

ajarilah kami doa ini, sebagai tambahan dari doa-doa meminta 

berkat di dalam nama Tuhan  , yang sudah biasa kami ucapkan 

sejak kecil.” Sesuai dengan pengertian ini , Kristus di sini 

memang mengajar mereka suatu doa yang seluruhnya berisi 

permohonan, dan bahkan menghilangkan doksologi yang bia-

sanya ada. Selain itu, kata amin, yang biasanya diucapkan 

waktu mengucap syukur (1Kor. 14:16) dan dalam pembacaan 

Mazmur, ditambahkan hanya ke dalam bagian-bagian yang 

termasuk doksologi. Murid ini tidak perlu mengambil contoh 

Yohanes Pembaptis: Kristus jauh lebih siap untuk mengajar 

daripada Yohanes Pembaptis, dan lebih khusus lagi, dalam 

mengajarkan cara berdoa Kristus melakukannya dengan lebih 

baik daripada yang dapat dilakukan Yohanes kepada murid-

muridnya. 

III. Kristus memberi mereka petunjuk yang sangat mirip dengan yang 

diberikan-Nya sebelumnya dalam Khotbah di Bukit (lih. Mat. 6:9 

dst.). Pastilah mereka belum melupakan Khotbah di Bukit itu, na-

mun mereka perlu diberi petunjuk-petunjuk yang lebih jauh dan 

lebih lengkap lagi. namun , menurut Dia, sekarang belumlah wak-

tunya untuk memberikannya kepada mereka. saat  Roh dicurah-

kan ke atas mereka dari tempat tinggi, mereka akan sadar bahwa 

semua permintaan mereka sudah termuat dalam kata-kata yang

sedikit ini, dan mereka akan mampu, dengan kata-kata mereka 

sendiri, untuk merincikan dan mengembangkannya. Dalam Injil 

Matius, Dia memerintahkan mereka untuk berdoa demikian, se-

dangkan di sini, Apabila kamu berdoa, katakanlah. Semua ini 

mengartikan bahwa doa Bapa kami dimaksudkan untuk diguna-

kan baik sebagai suatu bentuk doa maupun sebagai sebuah pe-

tunjuk. 

1.  Ada beberapa perbedaan antara doa Bapa kami yang ada  

dalam Injil Matius dan yang ada  dalam Injil Lukas. Dari 

perbedaan ini tampaklah bahwa bukanlah maksud Kristus 

bagi kita untuk terikat dengan kata-kata yang sama persis de-

ngan yang ada dalam doa itu, sebab  andaikata memang demi-

kian pasti tidak akan ada variasi dalam doa kita. Berikut ini 

ada sebuah contoh perbedaan, namun  hanya dalam hal terje-

mahan, yang seharusnya tidak boleh terjadi kalau harus 

mengikuti bahasa aslinya. Contoh ini ada dalam permohonan 

ketiga: Di atas bumi seperti di dalam sorga (KJV). Dalam terje-

mahan Matius, kata-kata yang dipakai sama persis dengan arti 

bahasa aslinya dan dalam urutan yang sama. Akan namun , ada 

satu perbedaan dalam permohonan keempat. Dalam Injil Ma-

tius kita berdoa, “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami 

yang secukupnya.” namun  dalam Lukas berbunyi: “Berikanlah 

kami makanan kami yang secukupnya hari demi hari – kath’ 

hēmeran” (KJV; dan menurut TB: setiap hari). Hari demi hari, 

yaitu, “Berilah kami setiap hari makanan yang dibutuhkan tu-

buh kami, saat  tubuh kami memerlukannya.” Bukan “Beri-

lah kami pada hari ini makanan untuk banyak hari menda-

tang,” melainkan, seperti orang Israel yang mendapat manna, 

“Biarlah kami mendapat makanan hari ini untuk hari ini, dan 

besok untuk besok.” sebab  dengan cara demikianlah kita da-

pat tetap berada dalam kebergantungan terus-menerus kepada 

Tuhan  , seperti anak-anak kepada orangtuanya, dan bisa mem-

peroleh belas kasihan yang baru dari tangan-Nya setiap hari, 

dan bisa sadar bahwa kita memiliki  kewajiban-kewajiban 

yang baru untuk melakukan pekerjaan harian pada hari yang 

bersangkutan, sesuai dengan kewajiban yang dibutuhkan pada 

hari ini , sebab  dari Tuhan   kita mendapatkan persediaan 

harian pada hari yang bersangkutan, sesuai dengan keperluan 

yang dibutuhkan pada hari itu. Berikut ini juga bisa dilihat 

perbedaan dalam permohonan kelima. Dalam Injil Matius versi 

KJV permohonan kelima ini diterjemahkan demikian: Ampuni-

lah kami akan utang-utang kami seperti kami juga mengam-

puni orang demikian. Dalam kitab Lukas permohonan ini  

berbunyi, “Ampunilah kami akan dosa kami,” yang membukti-

kan bahwa dosa kita merupakan utang. Sebab kami pun meng-

ampuni: tidak berarti bahwa pengampunan kita terhadap 

mereka yang bersalah kepada kita membuat kita pantas men-

dapatkan ampunan dari Tuhan  , atau bahwa hal ini  meru-

pakan dorongan bagi-Nya untuk mengampuni kita (Dia meng-

ampuni demi nama-Nya sendiri dan demi Anak-Nya). Yang 

dimaksudkan yaitu  bahwa kesediaan kita untuk mengam-

puni orang lain merupakan persyaratan agar kita juga diam-

puni oleh Tuhan  . Jika Tuhan   sudah mengerjakan persyaratan ini 

dalam diri kita, maka kita dapat memohon karya anugerah-

Nya itu untuk memperkuat permohonan kita agar Dia meng-

ampuni dosa-dosa kita: “Tuhan, ampunilah kami, sebab  Eng-

kau sendiri menghendaki kami mengampuni orang lain.” Ada 

tambahan lain di sini, yaitu bahwa kita memohon bukan ha-

nya secara umum, untuk memaafkan orang-orang yang beru-

tang kepada kita, namun  juga secara khusus, “Kami mengaku 

memaafkan setiap orang yang berutang kepada kami, tanpa 

kecuali. Kami memaafkan orang-orang yang berutang kepada 

kami bukan untuk memendam kebencian atau permusuhan 

kepada siapa saja, melainkan untuk memberikan kasih sejati 

bagi semua, tanpa ada pengecualian apa pun.” Selain itu, dok-

sologi pada bagian penutup dan kata Amin dihilangkan, ka-

rena Kristus memberi mereka kebebasan untuk menggunakan 

entah itu doksologi ini atau doksologi lain yang diambil dari 

mazmur Daud, atau malah Dia sengaja membiarkannya ko-

song di sini untuk diisi dengan doksologi yang lebih merupa-

kan ciri khas Kekristenan, yaitu yang memberi kemuliaan ke-

pada Bapa, Putra, dan Roh Kudus. 

2.  Walaupun demikian, sebab  pada intinya doa itu sama, maka 

kita akan menyimpulkan beberapa pelajaran umum dari doa 

ini  sebagai berikut:  

(1)  Bahwa di dalam doa kita harus datang menghadap Tuhan   

seperti anak-anak kepada seorang Bapa, yakni Bapa kita 

bersama dan Bapa semua umat manusia, namun  khusus-

nya Bapa semua murid Yesus Kristus. Oleh sebab itu, 

marilah dalam permohonan-permohonan kita, baik untuk 

orang lain maupun untuk diri sendiri, kita datang ke-

pada-Nya dengan berani namun  penuh dengan kerendahan 

hati, dengan percaya akan kuasa serta kebaikan-Nya. 

(2) Bahwa pada saat yang sama, dan dalam permohonan-

permohonan yang sama, yang kita tujukan kepada Tuhan   

untuk kita sendiri, kita juga harus turut mendoakan se-

mua umat manusia, yang merupakan makhluk ciptaan 

Tuhan   dan insan sesama kita. Prinsip yang berakar pada 

kemurahan hati bagi semua dan pada kemanusiaan yang 

dikuduskan secara kristiani, harus menyertai dan menun-

tun kita sepanjang doa ini, yang diucapkan dengan kata-

kata yang bersumber pada prinsip luhur ini . 

(3)  Bahwa untuk memperkuat kebiasaan dalam diri kita un-

tuk memikirkan perkara-perkara sorgawi, yang harus 

menggiatkan dan mengatur kita dalam seluruh perilaku 

kita, maka dalam semua ibadah doa kita harus melihat ke 

sorga dengan mata iman, dan memandang Tuhan   yang 

kepada-Nya kita berdoa sebagai Bapa kita di sorga. 

Dengan demikian kita membuat dunia atas menjadi lebih 

dekat dengan kita, dan membuat diri kita sendiri menjadi 

lebih siap untuk menghadapi masa yang akan datang.   

(4) Bahwa di dalam doa, dan juga di dalam hidup kita, kita 

harus mencari dahulu kerajaan Tuhan   dan kebenarannya, 

dengan memberikan penghormatan kepada nama-Nya, 

yakni nama-Nya yang kudus, dan menghormati kedaulat-

an-Nya dalam memerintah, baik dalam bentuk pemeliha-

raan-Nya di dunia maupun anugerah-Nya di gereja. Biar-

lah kerajaan-Nya di bumi, seperti halnya di sorga, menjadi 

semakin terwujud, dan kita serta semua orang lain juga 

semakin dibawa untuk tunduk kepada kerajaan-Nya itu, 

di bumi maupun di sorga! 

(5) Bahwa azas-azas dan perilaku dunia atas, yakni dunia 

yang tidak kelihatan (yang sebab  itu kita hanya bisa me-

mahaminya melalui iman), merupakan azas dan perilaku 

sejati yang sebenar-benarnya – archetypon, dan oleh kare-

na itu, kita harus sungguh menginginkan agar azas-azas 

dan perilaku dunia bawah, baik yang ada  dalam diri 

orang lain maupun dalam diri kita sendiri, bisa lebih 

disesuaikan dengan azas dan perilaku dunia atas itu. 

Ungkapan di atas bumi seperti di dalam sorga, mengacu 

pada ketiga permohonan yang pertama, yaitu “Bapa, biar-

lah nama-Mu dikuduskan dan dimuliakan, kerajaan-Mu 

datang, dan kehendak-Mu jadi di atas bumi ini yang seka-

rang terasing dari pelayanan kepada-Mu, seperti di dalam 

sorga sana yang seluruhnya diabdikan untuk pelayanan 

kepada-Mu.”    

(6) Bahwa mereka yang dengan setia serta tulus memikirkan 

kerajaan Tuhan   dan kebenaran-Nya dapat dengan rendah 

hati berharap bahwa semua hal lain, sejauh yang diperke-

nankan oleh Sang Hikmat yang Tak terbatas, akan ditam-

bahkan kepada mereka, dan supaya dengan iman mereka 

boleh berdoa untuk hal-hal ini . Jika keinginan dan 

kepedulian kita yang utama yaitu  supaya nama Tuhan   di-

kuduskan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya ter-

jadi, maka kita dapat berani datang kepada takhta anuge-

rah untuk meminta makanan kita setiap hari, yang kemu-

dian akan dikuduskan bagi kita apabila kita dikuduskan 

bagi Tuhan  , dan Tuhan   dikuduskan oleh kita. 

(7) Bahwa dalam doa untuk meminta berkat-berkat yang si-

fatnya sementara, kita harus membatasi keinginan kita 

untuk meminta yang secukupnya saja. Ungkapan hari 

demi hari yang dipakai  di sini sama maksudnya de-

ngan makanan setiap hari. Oleh sebab itu, sebagian orang 

berpikir bahwa kita harus mencari pengertian lain dari 

ungkapan setiap hari yang diartikan dari kata epiousios. 

Kata lain ini harus juga mengandung arti makanan yang 

kita perlukan, yakni makanan yang sesuai untuk meme-

nuhi kebutuhan alami yang kita rasakan, hasil-hasil yang 

dikeluarkan dari dalam tanah untuk tubuh kita yang ter-

buat dari tanah dan mengandung sifat tanah (Mzm. 

104:14).  

(8) Bahwa dosa yaitu  utang yang setiap hari wajib kita ba-

yar kembali, sehingga kita harus mohon pengampunan 

setiap hari. Dengan melalaikan kewajiban ini , kita 

bukan hanya akan menambah beban utang setiap hari, 

namun  juga akan mendatangkan denda hukuman dan ke-

Injil Lukas 11:1-13 

 393 

hilangan perikatan sebab  perbuatan kita itu. Setiap hari 

jumlah kesalahan kita bertambah, dan hanyalah merupa-

kan mujizat belas kasihan bahwa kita begitu banyak dido-

rong untuk setiap hari datang kepada takhta anugerah, 

untuk berdoa meminta ampun atas dosa-dosa pelanggar-

an kita setiap hari. Tuhan   mengampuni dengan berlipat 

ganda jauh melebihi tujuh puluh kali tujuh. 

(9) Bahwa kita tidak memiliki  alasan untuk berharap, dan 

juga tidak dapat berdoa dengan penuh keyakinan, bahwa 

Tuhan   akan mengampuni dosa-dosa kita, jika kita tidak de-

ngan tulus hati, dan berdasarkan azas kasih yang benar-

benar kristiani, mengampuni mereka yang pernah menya-

kiti atau melukai kita. Sekalipun mulut kita mengucapkan 

doa ini kepada Tuhan  , namun  hati kita pada saat yang sama, 

seperti yang sering terjadi, merasa dengki dan dendam 

kepada saudara-saudara kita, maka kita tidak akan dite-

rima, dan kita juga tidak dapat berharap akan mendapat-

kan jawaban damai sejahtera.  

(10) Bahwa godaan untuk berdosa harus ditakuti dan dikutuk 

oleh kita, sebagaimana halnya kehancuran oleh dosa. 

Demikian pula, kita bukan saja harus peduli dan terus 

berdoa untuk menghancurkan kuasa dosa dalam diri kita, 

namun  juga untuk menghilangkan rasa bersalah dalam diri 

kita oleh sebab dosa. Godaan bisa tampak menawan, 

menggiurkan dan mengusik hati, sebab  itu kita harus 

sungguh-sungguh mohon kepada Tuhan   supaya kita ja-

ngan sampai dibawa ke dalam godaan itu, dan jatuh ke 

dalam dosa, dan melalui dosa itu menuju kehancuran.  

(11) Bahwa Tuhan   harus menjadi tempat kita bergantung dan 

kita harus mencari Dia untuk membebaskan kita dari se-

mua kejahatan. Kita juga harus berdoa, bukan hanya su-

paya kita tidak dibiarkan sendirian menuju kejahatan, te-

tapi supaya kita tidak dibiarkan bersama Iblis untuk 

membawa kejahatan ke dalam diri kita. Dr. Lightfoot meli-

hat ungkapan ini memiliki arti dibebaskan dari si Jahat, 

yaitu Iblis, dan menyarankan agar kita harus berdoa se-

cara khusus melawan penampakan Iblis dan segala hal 

mengenai kerasukan setan. Murid-murid diperintahkan 

untuk mengusir Iblis, dan oleh sebab nya mereka merasa 


 394

peduli untuk berdoa supaya mereka dijaga dari kebencian 

khusus Iblis terhadap mereka.    

IV. Kristus menggugah dan mendorong kita agar selalu tekun, giat, 

dan terus-menerus berdoa.  

Ia menunjukkan:   

1. Bahwa dengan ketekunan atau kegigihan, kita akan jauh lebih 

berhasil dalam berurusan dengan sesama (ay. 5-8). Umpama-

nya ada seseorang, yang sebab  memiliki  keperluan men-

dadak, pergi ke rumah tetangganya untuk meminta satu atau 

dua potong roti, pada waktu yang tidak pantas di malam hari, 

bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk temannya yang 

datang kepadanya secara tidak diduga. Tetangganya itu pasti 

enggan mengizinkannya masuk sebab  orang itu telah mem-

buat dia terjaga dengan ketukan pintunya, dan membuatnya 

kesal, dan sekarang orang itu harus memberikan segudang 

alasan untuk menjelaskan apa yang telah diperbuatnya. Pintu-

nya sudah tertutup dan terkunci, anak-anaknya sedang tidur, 

di dalam kamar yang sama dengan kamarnya, dan, jika dia 

membuat suara ribut, maka dia akan membuat mereka ter-

ganggu. Para pembantunya sedang tidur, dan dia tidak bisa 

membuat mereka mendengar ketukan pintu itu. Di lain pihak, 

dia sendiri pasti akan kedinginan jika harus bangun untuk 

memberikan apa yang diminta tetangganya itu. Akan namun , 

tetangganya itu tidak mau ditolak, dan oleh sebab itu dia terus 

saja mengetuk, dan berkata bahwa dia akan terus mengetuk 

sampai mendapatkan apa yang diinginkannya. Jadi, terpaksa-

lah dia harus memberikan apa yang diminta tetangganya itu, 

supaya terhindari dari orang itu: namun sebab  sikapnya yang 

tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepada-

nya apa yang diperlukannya. Dia memberikan perumpamaan 

ini dengan maksud sama dengan yang diberikan-Nya dalam 

pasal 18:1: Bahwa orang harus selalu berdoa dengan tidak 

jemu-jemu. Ini tidak berarti bahwa Tuhan   dapat digerakkan un-

tuk bertindak dengan ketekunan atau kegigihan kita. Kita ti-

dak bisa menganggu Tuhan  , dan dengan bersikap demikian pun 

kita tidak akan mengubah rencana dan tujuan-Nya. Dengan 

kegigihan kita bisa berhasil dengan manusia sebab  mereka 

Injil Lukas 11:1-13 

 395 

tidak senang akan hal itu, namun  kita bisa berhasil dengan 

Tuhan   sebab  Dia senang akan hal ini .  

Nah, perumpamaan ini bisa bermanfaat bagi kita:    

(1) Untuk mengarahkan kita dalam doa.  

[1] Kita harus datang menghadap Tuhan   dengan keberanian 

dan keyakinan akan apa yang kita butuhkan, seperti 

yang dilakukan orang tadi dengan datang ke rumah te-

tangga atau temannya yang, seperti diketahuinya, me-

ngasihinya dan akan berbaik hati kepadanya.  

[2] Kita harus datang untuk meminta roti, untuk sesuatu 

yang diperlukan, yang tidak bisa tidak harus kita miliki.  

[3] Kita harus datang kepada-Nya dengan doa untuk orang 

lain dan juga untuk kita sendiri. Orang ini tidak datang 

meminta roti untuk dirinya sendiri, namun  untuk teman-

nya. Tuhan   menerima Ayub saat  dia berdoa untuk te-

man-temannya (Ayb. 42:10). Tidak ada maksud keda-

tangan yang lebih menyenangkan Tuhan   selain daripada 

datang kepada-Nya untuk meminta anugerah yang me-

mampukan kita untuk berbuat baik, untuk dapat mem-

beri makan banyak orang dengan bibir kita, serta untuk 

menghibur dan membangun mereka yang datang ke-

pada kita.  

[4] Kita bisa mendatangi Tuhan   dengan lebih berani di da-

lam kesusahan, jika kesusahan itu tidak menimpa diri 

kita sebab  kebodohan dan kecerobohan kita sendiri, 

melainkan sebab  Pemeliharaan ilahi yang menuntun 

kita ke dalamnya. Orang ini tidak akan menginginkan 

roti seandainya temannya tidak datang secara tidak 

terduga. Masalah yang dibiarkan menimpa kita oleh ka-

rena Pemeliharaan ilahi dapat kita serahkan kembali 

dengan senang hati kepada Pemeliharaan ilahi.  

[5] Kita harus terus-menerus berdoa, dan berjaga-jaga da-

lam doa dengan penuh kegigihan. 

(2) Untuk mendorong kita berdoa. Jika kegigihan dapat berha-

sil dengan manusia yang marah sebab nya, apalagi dengan 

Tuhan   yang secara tidak terbatas jauh lebih baik hati dan 

bersedia berbuat baik kepada kita melebihi yang kita laku-

kan kepada sesama, dan yang tidak marah dengan kegigih-


 396

an kita itu, namun  menerimanya, terlebih lagi bila yang kita 

minta dengan gigih itu yaitu  berkat-berkat rohani. Jika 

Dia tidak menjawab doa-doa kita sekarang, Dia akan men-

jawabnya pada waktu yang tepat, jika kita terus berdoa.       

2.  Bahwa Tuhan   telah berjanji untuk memberi kita apa yang kita 

minta dari-Nya. Kita tidak hanya memiliki kebaikan alam yang 

dapat menghibur kita, namun  juga firman yang telah diucap-

kan-Nya (ay. 9-10): “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; 

yaitu apa yang engkau minta atau yang sepadan dengan per-

mintaanmu itu; mungkin juga itu berupa duri di dalam daging 

yang harus dikeluarkan atau cukuplah kasih karunia di dalam-

nya.” Kita sudah menjumpai hal ini sebelumnya dalam Matius 

7:7, 8: Aku berkata kepadamu. Kita diberi keyakinan ini dari 

mulut Kristus sendiri, yang mengetahui pikiran Bapa-Nya, dan 

yang di dalam Dia semua janji yaitu  ya dan amin. Kita tidak 

hanya harus meminta, namun  juga harus mencari. Dengan 

menggunakan segala sarana, kita harus menopang doa-doa 

kita dengan usaha; dan, dalam meminta dan mencari, kita ha-

rus terus mendesak, terus mengetuk pintu yang sama, dan 

pada akhirnya kita akan berhasil, bukan hanya dengan doa-

doa yang dinaikkan bersama, namun  juga dengan doa-doa khu-

sus kita: Setiap orang yang meminta, menerima, bahkan orang 

percaya yang paling hina yang meminta dalam iman. Orang 

yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar (Mzm. 34:7). 

saat  kita memintakan kepada Tuhan   apa yang disuruh 

Kristus agar kita memintanya, yaitu supaya nama-Nya diku-

duskan, kerajaan-Nya datang, dan kehendak-Nya terjadi, 

maka dalam permohonan-permohonan ini, kita harus tekun, 

kita jangan pernah berdiam diri sepanjang siang dan malam; 

kita jangan tinggal tenang, dan janganlah biarkan Dia tinggal 

tenang sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia mem-

buatnya menjadi kemasyhuran di bumi (Yes. 62:6, 7).   

V. Dia memberi kita perintah maupun dorongan untuk berdoa de-

ngan mempertimbangkan hubungan kita dengan Tuhan   sebagai 

seorang Bapa.  

Injil Lukas 11:1-13 

 397 

Di sini kita melihat:   

1.  Sebuah permohonan akan belas kasihan bapa duniawi: “Coba 

katakan, Bapa manakah di antara kamu, yang tahu apa itu 

hati seorang bapa, apa itu rasa sayang dan peduli terhadap 

seorang anak, jika anaknya minta roti untuk sarapan, apakah 

dia akan memberinya batu untuk dimakan? Jika ia minta ikan 

untuk makan siangnya (saat  sedang musim ikan), apakah ia 

akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan, yang 

akan meracuni dan menyengatnya? Atau, jika ia minta telur 

untuk makan malamnya (sebutir telur dan lalu   tidur), 

apakah ia akan memberikan kepadanya kalajengking? Kalian 

tahu betul bahwa kalian tidak bisa bersikap demikian tidak 

wajar terhadap anak-anak kalian” (ay. 11-12).       

2. Penerapan hal ini untuk memohon berkat-berkat dari Bapa 

sorgawi kita (ay. 13) yaitu : “Jadi jika kamu yang jahat mem-

beri, dan tahu bagaimana memberi pemberian yang baik ke-

pada anak-anakmu, apalagi Tuhan   akan memberimu Roh 

Kudus.” Dia akan memberikan hal-hal yang baik; demikian 

yang tertulis dalam Injil Matius.  

Perhatikanlah: 

(1) Petunjuk yang diberikan-Nya kepada kita mengenai apa 

yang harus didoakan. Kita harus meminta Roh Kudus, ka-

rena Ia penting bukan hanya supaya kita bisa berdoa de-

ngan baik, namun  juga sebab  segala yang baik yang kita 

doakan sudah terangkum di dalam Dia. Tidak ada hal lain 

lagi yang kita perlukan untuk membuat kita bahagia, kare-

na Roh Kudus yang bekerja untuk kehidupan rohani dan 

untuk kehidupan kekal kita. Perhatikanlah, karunia Roh 

Kudus yaitu  karunia yang perlu diminta dalam doa 

dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus oleh setiap 

kita.   

(2) Dorongan yang diberikan-Nya supaya kita bergiat dalam 

memanjatkan doa ini: Bapa kamu di sorga akan memberi. 

Dialah yang memiliki  kuasa untuk memberikan Roh Ku-

dus; Dia memiliki  semua hal yang baik untuk dikaru-

niakan, dan semuanya terangkum di dalam Roh itu. namun  

bukan itu saja, Roh Kudus itu ada dalam janji-nya, pem-

berian Roh Kudus termasuk dalam kovenan-Nya (Kis. 2:33, 


 398

38). Janji-Nya untuk memberikan Roh Kudus ini digambar-

kan melalui kesediaan orangtua untuk menyediakan kebu-

tuhan anak-anak mereka, dan untuk memuaskan keingin-

an-keinginan mereka, saat  mereka bersikap baik dan 

pantas. Jika anak meminta seekor ular, atau kalajengking, 

maka bapanya, dengan berbaik hati, akan menolak permin-

taannya, namun  tidak demikian halnya jika ia meminta hal 

yang dibutuhkan, dan yang bergizi. saat  anak-anak Tuhan   

meminta Roh Kudus, maka mereka sebenarnya meminta 

roti; sebab  Roh Kudus yaitu  makanan pokok; malah 

lebih dari itu, Ia yaitu  Pencipta roh kehidupan. Walaupun 

orangtua duniawi kita jahat, mereka begitu berbaik hati, 

walaupun lemah, mereka begitu berpengertian, sehingga 

mereka tidak hanya memberi, namun  juga memberi dengan 

bijaksana. Mereka memberi apa yang terbaik, dengan cara 

dan dalam waktu yang terbaik. Maka terlebih lagi Bapa sor-

gawi kita, yang jauh mengungguli bapa duniawi kita baik 

dalam hal hikmat maupun kebaikan, akan memberi kita 

Roh Kudus-Nya. Jika orangtua duniawi rela merencanakan 

pendidikan bagi anak-anak mereka, yang akan mewarisi 

harta kekayaan mereka, maka terlebih lagi Bapa kita di 

sorga, Ia akan memberikan roh anak kepada semua orang 

yang telah ditentukan-Nya untuk mendapatkan warisan 

anak. 

Kristus Dituduh Bersekutu dengan Iblis;  

Hal Berjaga-jaga Ditekankan Berulang-ulang  

(11:14-26) 

14 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisu-

kan. saat  setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heran-

lah orang banyak. 15 namun  ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir 

setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.” 16 Ada pula yang meminta 

suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. 17 namun  Yesus me-

ngetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah 

pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18 

Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimana-

kah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir 

setan dengan kuasa Beelzebul. 19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa 

Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab 

itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 20 namun  jika Aku mengusir se-

tan dengan kuasa Tuhan  , maka sesungguhnya Kerajaan Tuhan   sudah datang 

Injil Lukas 11:14-26 

 399 

kepadamu. 21 Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata men-

jaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. 22 namun  jika seorang 

yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang 

itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan 

membagi-bagikan rampasannya. 23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan 

Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.” 24 

“Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-

tempat yang tandus mencari perhentian, dan sebab  ia tidak mendapatnya, 

ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. 25 Maka 

pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. 26 Lalu 

ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan 

mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih 

buruk dari pada keadaannya semula.” 

Inti dari ayat-ayat ini dapat kita lihat dalam Matius 12:22, dst. Di sini 

Kristus memberikan bukti umum bagi misi ilahi-Nya, dengan secara 

khusus membuktikan kuasa-Nya atas Iblis. Penaklukan-Nya atas 

Iblis menunjukkan rancangan besar-Nya mengapa Ia datang ke 

dunia, yaitu untuk membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis. Di sini 

Dia juga menunjukkan bahwa pekerjaan-Nya itu sungguh-sungguh 

berhasil. Dia mengusir setan yang merasuki orang yang malang itu 

sampai bisu: dalam Injil Matius dikatakan bahwa dia buta dan bisu. 

saat  setan itu diusir dengan paksa oleh firman Kristus, orang bisu 

itu langsung berbicara, menjawab perkataan Kristus, dan bibirnya 

terbuka mengeluarkan puji-pujian.  

Nah, terhadap peristiwa ini:        

I.   Sebagian orang tergerak hatinya oleh mujizat itu. Mereka berta-

nya-tanya; mereka mengagumi kuasa Tuhan  , terutama sebab  

kuasa itu dijalankan melalui tangan seorang kecil yang tidak ber-

arti, seorang yang melakukan pekerjaan Mesias namun  tidak punya 

penampilan yang hebat seperti Mesias yang mereka harap-harap-

kan.     

II.  Sebagian orang lain tersandung sebab  mujizat itu, dan, untuk 

membenarkan ketidakpercayaan mereka, mereka berkata bahwa 

sebab  bersekutu dengan Beelzebullah, yaitu si penghulu setan, 

Dia dapat melakukannya (ay. 15). Rupa-rupanya dalam kerajaan 

Iblis pun ada para pemimpin, yang dengan demikian berarti ada 

juga para bawahan. Sekarang mereka pasti sudah berpikir, atau 

setidak-tidaknya berkata, bahwa ada suatu persekongkolan an-

tara Kristus dan Iblis. Dalam persekongkolan ini, menurut mere-

ka, Iblislah yang terutama akan diuntungkan dan yang akan me-


 400

nang pada akhirnya. namun , untuk mencapai tujuan itu, dalam 

hal-hal tertentu Iblis harus membiarkan Kristus mendapat keun-

tungan dan ia sendiri harus mundur sesuai dengan perjanjian. 

Sebagian orang lagi, untuk menyokong pendapat ini, dan untuk 

melawan bukti kuasa mujizat Kristus, menantang-Nya untuk 

memberi mereka suatu tanda dari sorga (ay. 16). Mereka meminta 

Dia untuk menyokong ajaran-Nya dengan suatu penampakan di 

awan-awan, seperti yang terjadi di gunung Sinai saat  hukum 

Taurat diberikan; seolah-olah mereka menyangka bahwa suatu 

tanda dari sorga, yang tidak bisa disangkal oleh hikmat mereka, 

tidak dapat diberikan kepada mereka juga melalui kesepakatan 

dan kerja sama dengan penguasa-penguasa di udara, yang beker-

ja disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-

mujizat palsu, seperti pengusiran setan di sini. Bahkan, suatu 

tanda dari sorga tidak akan membuat orang berprasangka buruk 

terhadap-Nya sekarang, sedangkan pengusiran setan ini dengan 

jelas membuat mereka bersikap demikian. Perhatikanlah, jika 

ketidaktaatan orang sudah mengeras, mereka akan berusaha 

memberikan berbagai alasan untuk membenarkan ketidaktaatan 

mereka, sekalipun alasan mereka itu selalu tampak ganjil dan 

dibuat-buat. Di sini Kristus memberikan jawaban yang tegas dan 

langsung atas keberatan mereka sepele ini.     

1.  Bahwa tidak bisa dibayangkan kalau penguasa yang begitu 

licik seperti Iblis menyetujui terjadinya suatu peristiwa yang 

akan berakibat langsung terhadap keruntuhan kerajaannya 

sendiri (ay. 17-18). Orang-orang ini hanya menyimpan keberat-

an mereka dalam hati, mereka takut untuk mengungkapkan-

nya, sebab  kalau diungkapkan, mereka akan dijawab dan 

dibuat tersandung. Namun Yesus mengetahui pikiran mereka, 

sekalipun mereka mati-matian menyembunyikannya. Kristus 

berkata, “Kamu sendiri pasti bisa melihat bahwa tuduhanmu 

itu sungguh tidak berdasar dan sangat keji; sebab  benarlah 

ungkapan yang bisa dilihat dalam pengalaman sehari-hari ini, 

bahwa tidak ada satu kepentingan pun yang bisa bertahan 

kalau ia terbagi-bagi melawan dirinya sendiri, baik itu kepen-

tingan umum dari suatu kerajaan maupun kepentingan pribadi 

dari suatu rumah tangga atau keluarga. Kepentingan apa pun 

itu juga, kalau terbagi-bagi, tidak akan dapat bertahan. Jadi 

dalam hal ini Iblis dikatakan bertindak melawan dirinya 

Injil Lukas 11:14-26 

 401 

sendiri, bukan hanya melalui mujizat yang mengusirnya de-

ngan paksa dari tubuh-tubuh orang yang dirasukinya, namun  

terlebih lagi melalui ajaran yang demi penyampaian dan pene-

guhannyalah mujizat ini  diadakan, dan yang memiliki  

pengaruh langsung untuk menghancurkan kepentingan Iblis 

dalam pikiran manusia, sebab  ajaran itu mematikan perbuat-

an dosa dan membuat orang berbalik kepada Tuhan  . Oleh ka-

rena itu, seandainya Iblis terbagi-bagi melawan dirinya sendiri, 

ia akan mempercepat keruntuhannya sendiri, dan tidak mung-

kin kamu akan berpikir bahwa seorang musuh yang sudah 

bertindak dengan begitu teliti dalam mendirikan kerajaannya 

dan begitu berhati-hati untuk menjaga keutuhan kerajaannya 

itu akan berbuat demikian.”          

2. Dengan menuduh-Nya bersekutu dengan Iblis, mereka mela-

kukan suatu perbuatan jahat dan pilih kasih, sebab mereka 

sendiri juga menghargai dan memuji pekerjaan seperti itu yang 

sebelumnya telah dilakukan oleh orang-orang sebangsa mere-

ka sendiri (ay. 19): “Dengan kuasa apakah pengikut-pengikut-

mu mengusirnya? Sebagian dari saudaramu sendiri, yaitu 

orang-orang Yahudi, dan malah beberapa pengikutmu sendiri, 

yaitu orang-orang Farisi, dalam nama Tuhan   Israel, telah meng-

usir setan-setan, dan kamu tidak pernah menuduhkan hal-hal 

yang keji kepada mereka seperti yang kamu tuduhkan kepada-

Ku.” Perhatikanlah, mengecam suatu perbuatan yang dilaku-

kan oleh orang yang menegur kita, namun  memperbolehkannya 

apabila itu dilakukan oleh orang yang memuji kita, yaitu  

suatu tindakan yang jelas-jelas munafik.       

3.  Bahwa, dengan menentang mujizat yang sungguh meyakinkan 

ini, mereka menjadi musuh bagi diri mereka sendiri, mereka 

menghalang-halangi terang yang seharusnya menyinari mere-

ka, dan memasang penghalang di depan pintu hati mereka 

sendiri, sebab  dengan demikian mereka menjauhkan keraja-

an Tuhan   dari diri mereka (ay. 20): “Jika Aku dengan tangan 

Tuhan   mengusir setan, seperti yang kalian ketahui dengan pasti 

bahwa memang demikianlah kejadiannya, pasti kerajaan Tuhan   

sudah datang kepadamu, kerajaan Mesias menawarkan segala 

kebaikan dan keuntungannya kepadamu, dan, jika kamu tidak 

menerimanya, maka kamu sendiri yang akan rugi.” Dalam Injil 

Matius dikatakan dengan Roh Tuhan  , di sini dikatakan dengan 


 402

tangan Tuhan  ; Roh Tuhan   yaitu  tangan Tuhan   (Yes. 53:1). Peker-

jaan Tuhan   yang paling besar dan paling hebat dilakukan de-

ngan Roh-Nya; namun, jika dalam karya ini Roh dikatakan se-

bagai tangan Tuhan  , maka mungkin hal ini mengartikan betapa 

mudahnya Kristus menaklukkan dan mengalahkan Iblis, bah-

kan cukup dengan tangan Tuhan   saja, yaitu dengan mengguna-

kan kekuatan ilahi dalam kadar yang lebih rendah dibanding-

kan dengan yang dipakai -Nya dalam banyak kasus lain. 

Dia tidak perlu menunjukkan lengan-lengan-Nya yang kekal; 

singa yang mengaum-ngaum itu diremukkan-Nya, sesuai de-

ngan kehendak-Nya, seperti ngengat, hanya dengan sentuhan 

tangan. Mungkin juga ini merujuk kepada pengakuan para 

ahli sihir Firaun saat  mereka dikalahkan (Kel. 8:19): “Inilah 

tangan Tuhan  .” “Jadi, jika kerajaan Tuhan   sekarang datang kepa-

damu, dan kamu menunjukkan keberatan dan hujatmu mela-

wannya, maka kerajaan itu akan datang kepadamu dengan 

kuat kuasa, dan kamu tidak akan tahan berdiri di hadapan-

nya.”         

4. Bahwa dengan mengusir setan-setan, Ia benar-benar meng-

hancurkan Iblis dan kuasanya, sebab  pengusiran itu mene-

guhkan suatu ajaran yang berpengaruh langsung dalam meng-

hancurkan kerajaan Iblis (ay. 21-22). Barangkali memang ada 

sebagian orang yang mengusir setan-setan yang berkedudukan 

rendah melalui perjanjian dengan Beelzebul, penghulu mereka, 

namun itu dilakukan tanpa benar-benar menimbulkan suatu 

kebencian terhadap Iblis atau merusak kerajaannya. Dia rugi 

dalam satu hal namun  mendapat untung dalam hal lain lagi. 

Iblis dan pengusir-pengusir setan yang demikian bermain ram-

pas-rampasan; meskipun dari antara bala tentara Iblis ada 

yang dijadikan korban, tubuh utamanya justru mendapat kor-

ban dengan cara demikian. Kepentingan Iblis dalam jiwa-jiwa 

manusia sama sekali tidak dilemahkan oleh pengusiran seperti 

itu. Sebaliknya, saat  Kristus mengusir setan-setan, Ia tidak 

perlu melakukannya dengan membuat perjanjian apa pun de-

ngan mereka, sebab Ia lebih kuat dari mereka, dan Ia dapat 

melakukannya dengan paksa, dan akan terus memaksa sam-

pai kuasa Iblis dihancurkan dan rencananya diobrak-abrik de-

ngan ajaran dan anugerah yang sanggup menghancurkan 

kuasa dosa, dan dengan demikian mengacaubalaukan tubuh 

Injil Lukas 11:14-26 

 403 

utama Iblis, merampas semua senjatanya, dan membagi-bagi-

kan rampasannya, yang tidak pernah atau tidak akan pernah 

sanggup dilakukan oleh setan mana pun terhadap sesamanya. 

Hal ini dapat juga dimengerti sebagai kemenangan Kristus atas 

Iblis baik itu di dunia maupun di dalam hati orang per orang 

secara khusus, yaitu melalui kuasa yang menyertai pewartaan 

Injil-Nya pada masa lalu sampai sekarang ini.  

Dengan demikian, kita dapat melihat di sini:         

(1) Keadaan yang menyedihkan dalam diri orang berdosa yang 

belum bertobat. Di dalam hatinya, yang layak didiami 

Tuhan  , Iblis bertakhta, dan segala daya kekuatan jiwa, yang 

dipakai nya untuk melayani dosa, yaitu  barang milik 

Iblis.  

Perhatikanlah:  

[1] Hati setiap orang berdosa yang belum bertobat yaitu  

istana Iblis, tempat dia tinggal dan memerintah; dia be-

kerja di antara orang-orang durhaka. Hati yaitu  istana, 

tempat tinggal yang mulia, namun hati yang belum di-

kuduskan yaitu  istana Iblis. Kehendak Iblis dituruti, 

kepentingannya dilayani, dan bala tentaranya ada da-

lam tangannya; dia merampas takhta di dalam jiwa. 

[2] Iblis, sebagai seorang yang kuat, menjagai istana ini, 

berbuat sekuat tenaga untuk mengamankannya, dan 

mempertahankannya dari Kristus. Segala prasangka 

yang dipakai nya untuk mengeraskan hati manusia 

terhadap kebenaran dan kekudusan yaitu  benteng 

pertahanan yang dibangunnya untuk menjagai istana-

nya. Istana ini yaitu  tempat pasukannya berkumpul.  

[3] Ada semacam damai di istana milik jiwa yang belum 

bertobat, sebab  Iblis, sebagai orang kuat yang bersen-

jata, menjaganya. Orang berdosa itu berpikiran baik 

tentang dirinya sendiri, ia merasa sangat aman dan 

gembira, yakin akan keadaannya yang baik, dan tidak 

takut akan penghakiman yang akan datang. Ia memuji 

dirinya menurut pandangannya sendiri dan berkata 

bahwa ia memiliki  damai di hati. Sebelum Kristus 

datang, semua tenang, sebab  semuanya menuju ke 


 404

arah yang sama. Namun, pengabaran Injil mengganggu 

ketenangan istana Iblis itu.  

(2) Perubahan indah yang terjadi dalam pertobatan, yang me-

rupakan kemenangan Kristus atas si perampas ini. Iblis 

yaitu  orang kuat yang bersenjata, namun Yesus Tuhan 

kita, sebagai Tuhan   dan sebagai Pengantara, lebih kuat dari-

nya. Jika berbicara mengenai kekuatan, Dia kuat: yang le-

bih kuat ada bersama kita, dan bukan melawan kita. 

 Amatilah: 

[1] Bagaimana kemenangan ini diperoleh: Kristus datang 

kepada Iblis secara tiba-tiba, saat  barang miliknya se-

dang tenang dan saat  dia berpikir bahwa dia memiliki-

nya untuk selamanya, lalu Ia mengalahkannya. Perhati-

kanlah, pertobatan satu jiwa kepada Tuhan   merupakan 

kemenangan Kristus atas Iblis dan atas kuasanya di da-

lam jiwa itu. Ia membebaskan jiwa itu dan memulihkan 

kepentingan-Nya dan kekuasaan-Nya sendiri atas jiwa 

itu.  

[2] Bukti-bukti dari kemenangan ini. Pertama, Dia meram-

pas semua senjata yang diandalkan Iblis. Iblis yaitu  

musuh yang percaya diri, dia mengandalkan senjatanya, 

seperti Firaun yang mengandalkan Sungai Nilnya (Yeh. 

29:3). namun , Kristus melucuti senjatanya itu. saat  

kuasa dosa dan kecemaran di dalam jiwa dihancurkan, 

kesalahan-kesalahan diluruskan, mata dicelikkan, hati 

direndahkan dan diubah, serta dibuat menjadi sung-

guh-sungguh dan rohani, maka senjata Iblis dilucuti. 

Kedua, Dia membagi-bagikan rampasan-Nya, Dia meng-

ambil alih kepemilikan Iblis atas mereka dan menjadi-

kannya milik-Nya sendiri. Segala kemampuan pikiran 

dan tubuh, harta benda, kekuasaan, dan kepentingan, 

yang sebelumnya diabdikan untuk melayani dosa dan 

Iblis, kini dibalikkan untuk melayani Kristus dan digu-

nakan untuk kemuliaan nama-Nya. Namun bukan ha-

nya itu saja, Dia juga membagi-bagikan semuanya itu 

kepada para pengikut-Nya, dan, setelah mengalahkan 

Iblis, membagi-bagikan keuntungan dari kemenangan-

Nya itu kepada semua orang percaya. Oleh sebab itu, 

Injil Lukas 11:14-26 

 405 

Kristus menunjukkan bahwa, sebab  seluruh ajaran 

dan mujizat-Nya ditujukan untuk menghancurkan kua-

sa Iblis, si musuh besar umat manusia itu, maka ada-

lah kewajiban semua orang untuk bergabung bersama 

Dia, untuk mengikuti bimbingan-Nya, untuk menerima 

Injil-Nya, dan untuk datang dengan sepenuh hati me-

laksanakan apa yang diajarkan dalam Injil-Nya itu, se-

bab kalau tidak, mereka dianggap berpihak kepada mu-

suh (ay. 23): Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku. 

Maka dari itu, mereka yang menolak ajaran Kristus, 

dan meremehkan mujizat-mujizat-Nya, dipandang seba-

gai musuh-Nya, dan berpihak kepada Iblis.         

5.  Bahwa ada perbedaan besar antara keluarnya Iblis sebab  ke-

sepakatan dan diusirnya Iblis oleh paksaan. Jika Kristus 

mengusir Iblis dari seseorang, Iblis tidak akan pernah mema-

suki orang itu lagi, sebab  demikianlah yang dikatakan Kristus 

(Mrk. 9:25). namun , jika Iblis hanya keluar dari seseorang, dia 

akan mencoba memasuki orang itu lagi apabila tiba waktu 

yang dianggap tepat baginya, sebab  begitulah cara kerja roh 

jahat, saat  dia dengan sukarela dan dengan suatu rancang-

an keluar dari seseorang (ay. 24-26). Si penghulu setan mung-

kin memberikan izin, malah bukan hanya itu saja, ia juga 

mungkin memberikan perintah kepada pasukannya untuk 

mundur, atau untuk membuat suatu tipuan, agar jiwa malang 

yang tertipu itu masuk ke dalam jeratnya. namun  Kristus, 

saat  Dia menaklukkan musuh secara telak, maka ini berarti 

kekalahan tuntas bagi si musuh. Di sini Dia memiliki  mak-

sud yang lebih jauh, yaitu untuk menunjukkan gambaran ke-

adaan orang yang sudah ditawari hal-hal yang baik. Tuhan   

sudah mulai menghancurkan kuasa Iblis dan menaklukkan 

kerajaannya dalam diri mereka, namun  mereka menolak ren-

cana-Nya bagi diri mereka, dan ini membawa akibat buruk 

bagi mereka sendiri, yaitu mereka tergelincir kembali ke dalam 

kuasa Iblis.  

Di sini kita bisa melihat:              

(1) Keadaan orang munafik, yakni sisi terang dan sisi gelapnya. 

Hatinya masih tetap merupakan rumah Iblis. Iblis mengaku 


 406

memilikinya, dan dia mempertahankan kepentingannya di 

dalam diri orang itu.  

Walaupun begitu:  

[1] Roh jahat telah keluar darinya. Dia tidak diusir keluar 

oleh kuasa anugerah yang menobatkan; tidak ada pak-

saan yang dilakukan oleh Kerajaan Sorga. Jadi dia pergi 

keluar, mundur begitu saja untuk sementara waktu, 

supaya orang itu tampak tidak berada di bawah kuasa 

Iblis seperti sebelumnya, dan juga tidak terlihat meng-

ikuti godaan-godaannya. Iblis telah pergi, atau telah 

mengubah dirinya menjadi seorang malaikat terang.  

[2] Rumah itu disapu dari pencemaran-pencemaran biasa, 

melalui pengakuan dosa yang dilakukan secara terpak-

sa, seperti pengakuan Firaun, pertobatan palsu seperti 

pengakuan Ahab, dan pembaruan hati setengah-sete-

ngah seperti yang dibuat Herodes. Ada orang yang mele-

paskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, namun 

masih berada di bawah penguasa dunia ini (2Ptr. 2:20). 

Rumah itu disapu, namun  tidak dibasuh, dan Kristus 

berkata, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau 

tidak mendapat bagian dalam Aku.” Rumah itu harus 

dibasuh, atau tidak akan menjadi milik-Nya. Menyapu 

hanya membersihkan kotoran ringan, sementara dosa 

yang membelenggu, yakni dosa yang disukai, tidak ter-

sentuh sama sekali. Rumah itu disapu dari kotoran 

yang terlihat oleh mata duniawi, namun kotoran raha-

sianya tidak dicari dan diobrak-abrik  (Mat. 23:25). Ru-

mah itu disapu, namun penyakit kusta masih melekat di 

dinding, dan tetap menempel di sana sebelum ada usa-

ha lebih keras yang dilakukan untuk membersihkan-

nya.  

[3] Rumah itu dihiasi dengan karunia dan anugerah 

umum. Rumah itu tidak diperlengkapi dengan anugerah 

yang sejati, namun  hanya dihiasi dengan gambar-gambar 

karunia. Simon si penyihir dihiasi dengan iman, Balaam 

dengan keinginan-keinginan yang baik, Herodes dengan 

rasa hormat kepada Yohanes, dan orang-orang Farisi 

dengan berbagai penampilan lahiriah. Memang dihiasi, 

Injil Lukas 11:14-26 

 407 

namun , seperti pecahan periuk bersalutkan perak, se-

muanya cuma cat dan pernis, bukan sungguhan dan 

tidak tahan lama. Rumah itu dihiasi, namun kepemilik-

annya tetap tidak berubah. Rumah itu tidak pernah 

diserahkan kepada Kristus, dan juga tidak didiami oleh 

Roh Kudus. Oleh sebab itu, marilah kita berjaga-jaga 

agar jangan bersandar pada apa yang mungkin dimiliki 

orang, namun yang tidak sepenuhnya dikuasainya.          

(2) Inilah keadaan orang murtad pada akhirnya, setan kembali 

lagi ke dalam dirinya setelah keluar: Lalu ia keluar dan 

mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya (ay. 

26). Ini suatu jumlah yang menunjukkan suatu jumlah 

yang tidak tentu, seperti tujuh roh jahat dikatakan telah 

diusir dari Maria Magdalena. Tujuh roh jahat dipertentang-

kan dengan tujuh roh Tuhan   (Why. 3:1). Ketujuh roh jahat 

ini dikatakan lebih jahat dari setan yang masuk sebelum-

nya. Rupa-rupanya, bahkan setan-setan pun tidak sama 

jahatnya; mungkin tingkat kejahatan mereka dalam keada-

an mereka sekarang yang jatuh, sama seperti tingkat keku-

dusan mereka saat  sebelum jatuh. Supaya kejahatannya 

sangat berhasil, setan memakai roh-roh yang lebih jahat 

dari dirinya sendiri. Roh-roh seperti ini masuk tanpa ada 

kesulitan atau perlawanan apa pun. Mereka disambut, dan 

berdiam di sana. Di sanalah mereka bekerja dan memerin-

tah. Maka, akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari 

pada keadaannya semula.  

Perhatikanlah:  

[1] Kemunafikan yaitu  jalan cepat menuju kemurtadan. 

Jika hati tetap melayani kepentingan dosa dan Iblis, 

maka apa pun yang ditunjukkannya tetap akan sia-sia. 

Hati yang belum benar tidak akan lama berdiri teguh. 

saat  dosa tetap tersembunyi, di balik jubah pengaku-

an iman, dan hati nurani dipermainkan, maka Tuhan   di-

paksa untuk menarik anugerah-Nya yang menyelamat-

kan, dan orang munafik yang sembunyi-sembunyi biasa-

nya akan tampak murtad secara terang-terangan.  

[2] Keadaan orang seperti itu pada akhirnya akan lebih 

buruk dari pada semula, baik dalam hal dosa maupun 


 408

hukuman. Orang murtad biasanya orang yang paling ja-

hat, orang yang paling angkuh dan gegabah, paling be-

rani dan menantang. Hati nurani mereka sudah kering 

kerontang, dan dosa mereka yang paling terburuk dari 

semuanya. Sering kali Tuhan   menunjukkan ketidaksuka-

an-Nya kepada mereka di dunia ini, dan di dunia nanti 

mereka akan menerima hukuman yang jauh lebih hebat. 

Oleh sebab itu marilah kita dengarkan ajaran ini, dan 

menjadi takut serta berpegang pada kejujuran hati kita.  

Pujian dan Berkat  

(11:27-28) 

27 saat  Yesus masih berbicara, berserulah seorang wanita  dari antara 

orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah 

mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” 28 namun  Ia 

berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Tuhan   

dan yang memeliharanya.” 

Bagian ini tidak kita dapati dalam kitab Injil lain, dan kita juga tidak 

bisa menyambungkan bagian ini, seperti yang dilakukan Dr. 

Hammond, dengan bagian kisah yang menceritakan tentang ibu dan 

saudara-saudara Kristus yang ingin berbicara dengan-Nya (sebab  

penulis Injil ini pun mencatat peristiwa itu dalam pasal 8:19). Namun 

demikian, bagian bacaan ini juga memuat cerita yang sangat serupa 

tentang orang yang menyela Kristus, dan, seperti dalam bagian baca-

an yang lain, Kristus pun mengambil bahan ajaran dari kejadian ini.     

1. Pujian yang diberikan kepada Yesus Tuhan kita oleh seorang pe-

rempuan yang penuh kasih, jujur, dan berniat baik, saat  dia 

sedang mendengarkan ajaran-Nya yang luar biasa bagus. Semen-

tara ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merendahkan serta 

menghujat ajaran-Nya, wanita  yang baik ini (dan mungkin 

dia yaitu  seorang yang terpandang atau terdidik) justru kagum 

akan ajaran-Nya itu, dan akan hikmat serta kuasa yang ada pada-

Nya saat  Dia berbicara: saat  Yesus masih berbicara (ay. 27), 

dengan daya dan bukti yang meyakinkan, seorang wanita  dari 

antara orang banyak itu, sebab  begitu senangnya mendengar 

bagaimana Dia telah membuat orang-orang Farisi tercengang, me-

naklukkan mereka, membuat mereka malu, dan membersihkan 

Injil Lukas 11:27-28 

 409 

diri-Nya dari segala tuduhan mereka yang jahat, sampai ia tidak 

tahan untuk berseru, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung 

Engkau. Alangkah mengagumkan dan hebatnya orang ini! Tentu 

belum pernah ada orang yang lebih hebat atau lebih baik dari 

antara semua orang yang pernah dilahirkan oleh seorang perem-

puan: berbahagialah wanita  yang memiliki-Nya sebagai anak. 

Sangat berbahagialah aku ini kalau sampai menjadi ibu dari 

orang seperti ini, yang berbicara seperti yang tidak pernah dilaku-

kan orang sebelumnya, yang sedemikian dipenuhi oleh karunia 

sorgawi, yang sedemikian menjadi berkat bagi dunia ini.” Ucapan-

nya itu diungkapkan dengan baik, sebab  ia hendak mengungkap-

kan penghargaannya yang tinggi terhadap Kristus, dan itu sebab  

ajaran-Nya. Dan tidaklah salah jika penghargaannya ini mencer-

minkan rasa hormatnya terhadap Perawan Maria, ibu-Nya, sebab  

hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Maria sendiri (1:48), 

“Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,” termasuk di 

antaranya sebagian dari generasi saat itu, yang sungguh jahat. 

Perhatikanlah, bagi semua orang yang percaya akan firman 

Kristus, pribadi Kristus itu sungguh mulia, Dia yaitu  suatu ke-

hormatan (1Ptr. 2:7). Akan namun , di sini kita harus berhati-hati, 

jangan sampai, seperti wanita  yang baik ini, kita menjadi 

terlalu membesar-besarkan kehormatan sanak saudara jasmani-

Nya; sebab , kalau kita berlaku demikian, kita hanya menilai-Nya 

menurut ukuran manusia, padahal seharusnya mulai dari seka-

rang ini kita harus tidak lagi menilai-Nya demikian.      

2. Kristus memanfaatkan peristiwa ini untuk menyatakan bahwa 

lebih berbahagialah orang-orang yang mengikuti-Nya dengan setia 

dan yang taat kepada-Nya daripada orang yang mengandung dan 

yang menyusui-Nya. Dia tidak menyangkal apa yang dikatakan 

oleh wanita  ini, dan juga tidak menolak rasa hormatnya ter-

hadap-Nya dan terhadap ibu-Nya. Namun Ia mengarahkan pikir-

annya ke masalah lain yang lebih tinggi lagi dan lebih berkaitan 

langsung dengan dirinya sendiri: Yang berbahagia ialah mereka 

yang mendengarkan firman Tuhan   dan yang memeliharanya (ay. 

28). Kristus memandang orang-orang seperti ini berbahagia, dan 

bila Ia menyatakan bahwa mereka ini berbahagia, maka berbaha-

gialah mereka, dan ini seharusnya menggerakkan hati kita. Perka-

taan ini sebagian dimaksudkan untuk menegur wanita  itu, 

sebab  ia terlalu memuja-muja keberadaan tubuh jasmani dan 


 410

sifat manusia-Nya; sebagian lagi untuk mendorong wanita  itu 

agar berharap supaya dia juga bisa berbahagia seperti ibu-Nya, 

yang kebahagiaannya telah membuatnya iri, asalkan dia mau 

mendengarkan firman Tuhan   dan memeliharanya. Perhatikanlah, 

walaupun mendengarkan firman Tuhan   itu merupakan suatu ke-

sempatan yang istimewa, namun yang benar-benar diberkati, ya-

itu diberkati oleh Tuhan, yaitu  orang yang mendengarkan dan 

memelihara firman itu, yang mengingatnya dan memakainya seba-

gai jalan dan aturan hidupnya.     

Tanda Nabi Yunus  

(11:29-36) 

29 saat  orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini 

yaitu  angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, namun  kepa-

da mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 30 Sebab se-

perti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah 

Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 31 Pada waktu peng-

hakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini 

dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi un-

tuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih 

dari pada Salomo! 32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan 

bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab 

orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan 

Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!” 33 “Tidak 

seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah 

atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang 

yang masuk, dapat melihat cahayanya. 34 Matamu yaitu  pelita tubuhmu. 

Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, namun  jika matamu jahat, 

gelaplah tubuhmu. 35 sebab  itu perhatikanlah supaya terang yang ada pada-

mu jangan menjadi kegelapan. 36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada 

bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita 

menerangi engkau dengan cahayanya.” 

Pembicaraan Kristus dalam ayat-ayat ini menunjukkan dua hal: 

I.   Apa tanda yang dapat kita harapkan dari Tuhan   untuk meneguh-

kan iman kita. Bukti yang paling besar dan paling meyakinkan 

bahwa Kristus yaitu  utusan Tuhan  , dan yang masih mereka nan-

tikan pada waktu itu, setelah banyaknya tanda yang diberikan ke-

pada mereka, yaitu  kebangkitan Kritus dari antara orang mati.  

Dalam perikop ini kita melihat: 

1.  Teguran kepada orang banyak itu sebab  menuntut tanda-tan-

da selain dari yang sudah begitu banyak diberikan kepada me-

Injil Lukas 11:29-36 

 411 

reka: Orang banyak mengerumuni-Nya (ay. 29), suatu keru-

munan yang sangat ramai, yang tidak terlalu berharap agar 

hati nurani mereka terketuk oleh ajaran yang disampaikan 

Kristus, melainkan yang hanya berharap agar rasa ingin tahu 

mereka terpuaskan oleh mujizat-mujizat-Nya. Kristus tahu apa 

yang membuat orang banyak itu datang berkumpul; mereka 

datang mencari suatu tanda, mereka datang untuk melihat-

lihat, untuk mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan pem-

bicaraan saat  mereka pulang ke rumah. Sungguh angkatan 

yang jahat, yang tidak dapat disadarkan dan diyakinkan oleh 

apa pun juga, bahkan oleh peragaan kekuatan dan kebaikan 

ilahi yang nyata-nyata bisa disaksikan atau dirasakan oleh 

indra jasmani.     

2. Suatu janji bahwa ada satu tanda lagi yang akan diberikan ke-

pada mereka, yang berbeda dari tanda-tanda yang sudah di-

berikan sebelumnya, yaitu tanda nabi Yunus, yang dalam Injil 

Matius dijelaskan artinya sebagai kebangkitan Kristus. Seperti 

Yunus yang dibuang ke laut, dan berdiam di dalamnya selama 

tiga hari, lalu muncul kembali ke darat dengan tetap hidup, 

dan memberitakan pertobatan kepada orang Niniwe, yaitu  

suatu tanda bagi mereka, yang sebab nya mereka berbalik 

dari jalan-jalan mereka yang jahat, maka demikianlah nanti-

nya dengan kematian dan kebangkitan Kristus, dan pengabar-

an Injil-Nya segera sesudahnya kepada orang-orang bukan-

Yahudi, akan menjadi peringatan terakhir bagi bangsa Yahudi. 

Jika dengan ini mereka tergerak oleh rasa cemburu yang ku-

dus, maka itu baik, namun , seandainya tanda ini pun tidak ber-

dampak apa-apa terhadap mereka, maka biarlah mereka seka-

rang hanya bisa menantikan kehancuran sepenuh-penuhnya: 

Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini (ay. 30), 

tanda yang berbicara kepada mereka, meskipun ditentang oleh 

mereka.    

3.  Sebuah peringatan bagi mereka untuk memperbaiki diri de-

ngan adanya tanda ini; sebab  celakalah mereka jika mereka 

tidak melakukannya.  

(1) Ratu Seba akan bangkit pada waktu penghakiman untuk 

menghukum mereka, dan menyatakan kesalahan mereka 

sebab  ketidakpercayaan mereka itu (ay. 31). Walaupun se-

orang asing bagi bangsa Israel, namun Ratu Seba dengan 


 412

begitu senang hati menghargai laporan yang didengarnya 

tentang kemuliaan raja Israel. Bahkan, kendati kita biasa-

nya cenderung berprasangka buruk terhadap orang asing, 

dia datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmatnya. 

Ini dilakukannya bukan hanya untuk memuaskan rasa pe-

nasarannya namun  juga untuk mendapatkan pengetahuan 

bagi dirinya, terutama pengetahuan tentang Tuhan   yang be-

nar dan bagaimana kita harus menyembah-Nya. Dan de-

ngan dicatatnya peristiwa ini, maka ia pun beroleh kehor-

matan. Dan, sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada 

Salomo, pleion Solomōntos – lebih dari seorang Salomo ada 

di sini; yang artinya, menurut Dr. Hammond, di sini ada 

hikmat yang lebih besar dan ajaran yang lebih ilahi dari-

pada apa yang ada dalam semua perkataan dan tulisan Sa-

lomo. Akan namun , orang-orang Yahudi yang payah ini sama 

sekali tidak mau menghargai apa yang dikatakan Kristus 

kepada mereka, sekalipun Dia ada di tengah-tengah me-

reka.  

(2) Orang Niniwe akan bangkit pada waktu penghakiman un-

tuk menghukum mereka, dan mencela mereka sebab  ke-

kerasan hati untuk tidak mau bertobat (ay. 32). Mereka 

bertobat waktu mendengarkan pemberitaan Yunus, namun  di 

sini ada pemberitaan yang jauh melebihi pemberitaan 

Yunus, yang lebih berkuasa dan lebih menggugah hati, 

yang membawa ancaman kehancuran yang lebih dahsyat 

daripada kehancuran Niniwe, namun tetap saja tidak ada 

orang yang dikejutkan sehingga berbalik dari jalannya yang 

jahat, seperti yang dilakukan orang-orang Niniwe.      

II. Apa tanda yang diharapkan Tuhan   dari kita untuk membuktikan 

iman kita, saat  kebenaran-kebenaran ilahi itu dihadapkan ke-

pada kita dengan bukti yang menyertainya. Tanda ini merupakan 

ibadah kita yang sejati, yang menunjukkan kesiapan kita untuk 

menyambut semua kebenaran ilahi itu.  

Sekarang perhatikanlah baik-baik:    

1.  Mereka memiliki  terang beserta semua keuntungan yang 

dapat mereka inginkan. sebab  Tuhan  , sesudah menyalakan pe-

lita Injil, tidak menaruh pelita itu di kolong rumah, atau di 

Injil Lukas 11:29-36 

 413 

bawah gantang; Kristus tidak mengajar secara sembunyi-sem-

bunyi. Para rasul diperintahkan untuk mengabarkan Injil ke-

pada setiap makhluk. Kristus maupun para hamba-Nya, Sang 

Hikmat maupun para pelayan-Nya, berseru-seru di jalan-jalan 

(ay. 33). yaitu  suatu keuntungan istimewa bahwa terang Injil 

diletakkan di atas kaki dian, sehingga semua orang yang ma-

suk dapat melihatnya, dan dapat melihat dengan bantuan peli-

ta itu di mana mereka sedang berada dan ke mana mereka 

akan pergi, dan apa itu jalan satu-satunya yang benar dan 

pasti untuk menuju kebahagiaan.   

2.  Oleh sebab  mereka sudah memiliki terang, yang harus me-

reka pikirkan sekarang yaitu  memiliki  penglihatan, sebab 

kalau tidak, untuk apa mereka memiliki terang itu? Meskipun 

barang di depan mata begitu jelas, namun  alat penglihatan tidak 

benar, maka itu tidak ada gunanya: Pelita tubuh yaitu  mata 

(ay. 34), yang menerima cahayanya sewaktu pelita dibawa ma-

suk ke kamar. Jadi, pelita jiwa yaitu  pengertian dan penilai-

an, serta kekuatannya untuk mencerna mana yang baik dan 

mana yang jahat, mana yang benar dan mana yang salah. 

Nah, sejalan dengan ini, begitu pulalah jadinya dengan terang 

penyataan ilahi dan manfaatnya bagi kita. Terang itu bisa 

menjadi bau kehidupan yang menghidupkan, atau bau kema-

tian yang mematikan.  

(1) Jika mata jiwa ini utuh, melihat dengan jelas, melihat se-

gala sesuatu seperti adanya, dan menilai dengan seimbang, 

dan jika mata itu hanya mengarah pada kebenaran, dan 

mencarinya demi kebenaran itu sendiri, dan tidak mempu-

nyai suatu keburukan apa pun baik itu dalam penampilan 

luarnya maupun dalam niatnya, maka seluruh tubuh, yaitu 

seluruh jiwa, akan penuh dengan terang. Jiwa ini akan me-

nerima dan menjamu Injil, yang akan membawa pengetahu-

an maupun sukacita ke dalamnya. Ini juga sama dengan 

perumpamaan tentang tanah yang baik, yang menerima fir-

man dan mengerti firman itu. Jika pengertian kita meng-

akui Injil dalam terangnya yang penuh, maka Injil akan 

memenuhi jiwa, dan Injil ini saja sudah cukup untuk me-

menuhinya. Dan jika jiwa dipenuhi dengan terang Injil se-

cara demikian, maka tidak ada bagian yang gelap. Jika 

segala kekuatan dan kecakapan jiwa ditundukkan kepada 


 414

kuasa dan pengaruh Injil, dan tidak ada bagian yang di-

biarkan tidak kudus, maka seluruh jiwa akan penuh de-

ngan terang, penuh dengan kekudusan dan penghiburan. 

Dulu jiwa ini yaitu  kegelapan itu sendiri, namun sekarang 

ia yaitu  terang di dalam Tuhan, sama seperti apabila pe-

lita menerangi engkau dengan cahayanya (ay. 36). Perhati-

kanlah, Injil akan datang dan masuk ke dalam jiwa-jiwa 

yang membuka lebar-lebar pintu dan jendelanya untuk me-

nyambutnya. Dan di mana saja Injil datang, ia akan mem-

bawa serta terang bersamanya. Akan namun ,  

(2) Jika mata jiwa itu jahat, jika penilaian disogok dan dibuat 

menceng oleh pikiran-pikiran yang cenderung jahat dan 

keji, oleh kesombongan dan iri hati, dan oleh cinta akan 

dunia serta kesenangan daging, jika pengertian berprasang-

ka melawan kebenaran ilahi, dan bertekad untuk tidak 

mengakui kebenaran itu, sekalipun kebenaran itu dibawa 

ke hadapannya dengan bukti yang sangat meyakinkan, ma-

ka tidak mengherankan jika seluruh tubuh, yaitu seluruh 

jiwa, akan penuh dengan kegelapan (ay. 34).  

Bagaimana mungkin orang yang bertekad menutup ma-

ta mereka sendiri melawan Injil bisa memperoleh pengajar-

an, pengetahuan, petunjuk, atau penghiburan dari Injil 

itu? Dan apa yang bisa diharapkan oleh orang seperti itu? 

Apa lagi yang bisa dilakukan untuk mengobati mereka? Ka-

rena itu, kesimpulannya yaitu , Perhatikanlah supaya te-

rang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan (ay. 35). 

Berhatilah-hatilah supaya mata pikiran kita tidak dibuta-

kan oleh perasaan-perasaan berpihak, prasangka, dan tu-

juan-tujuan yang berdosa. Tuluslah dalam mencari kebe-

naran, dan bersiaplah menerimanya dalam terang, kasih, 

dan kuasanya. Jangan seperti orang-orang dari angkatan 

ini, yang kepada mereka Kristus berkhotbah, yang tidak 

pernah tulus berkeinginan untuk mengetahui kehendak 

Tuhan  , apa lagi berniat untuk itu, sehingga tidak menghe-

rankan jika mereka berjalan dalam kegelapan, mengembara 

tanpa henti, dan pada akhirnya binasa selamanya.    

    

Injil Lukas 11:37-54 

 415 

Kutuk Diberikan kepada Angkatan Itu;  

Ahli-ahli Taurat dan Orang-orang Farisi Ditegur  

(11:37-54) 

37 saat  Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk ma-

kan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. 38 

Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, sebab  Yesus tidak mencuci ta-

ngan-Nya sebelum makan. 39 namun  Tuhan berkata kepadanya: “Kamu orang-

orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, 

namun  bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. 40 Hai orang-orang 

bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadi-

kan bagian dalam? 41 Akan namun , berikanlah isinya sebagai sedekah dan se-

sungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu. 42 namun  celakalah 

kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari 

selasih, inggu dan segala jenis sayuran, namun  kamu mengabaikan keadilan 

dan kasih Tuhan  . Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. 

43 Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di 

tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pa-

sar. 44 Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai 

tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.” 45 

Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: 

“Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” 46 namun  Ia 

menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletak-

kan beban-beban yang tak terpikul pada orang, namun  kamu sendiri tidak 

menyentuh beban itu dengan satu jari pun. 47 Celakalah kamu, sebab kamu 

membangun makam nabi-nabi, namun  nenek moyangmu telah membunuh 

mereka. 48 Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan 

perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh 

nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. 49 Sebab itu hikmat Tuhan   

berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan 

separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan 

mereka aniaya, 50 supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang 

telah tertumpah sejak dunia dijadikan, 51 mulai dari darah Habel sampai ke-

pada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah 

Tuhan  . Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari 

angkatan ini. 52 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah 

mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan 

orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.” 53 Dan 

setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang 

Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. 

54 Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat me-

nangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya. 

Di sini, banyak dari perkataan-perkataan Kristus yang disampaikan-

Nya kepada seorang Farisi dan para tamu undangannya, dalam suatu 

percakapan pribadi di meja makan, diberitahukan-Nya lalu   ke-

pada orang banyak pada waktu Dia mengajar di rumah ibadat (Mat. 

23); sebab  apa yang dikatakan-Nya baik secara umum maupun se-

cara pribadi, keduanya merupakan potongan-potongan dari suatu ba-

gian yang sama. Apa yang akan diulangi-Nya dan disampaikan-Nya 

di depan umum, tidak akan dikatakan-Nya secara sembunyi-sembu-


 416

nyi. Begitu pula teguran-teguran yang disampaikan-Nya kepada 

orang-orang berdosa secara umum, pasti akan disampaikan-Nya ke-

pada mereka secara pribadi saat  berjumpa dengan mereka; sebab 

Ia yaitu  Saksi yang setia baik dulu maupun sekarang.  

Dalam ayat-ayat ini kita melihat:   

I.   Kristus pergi makan bersama seorang Farisi, yang dengan sopan 

mengundang-Nya ke rumahnya (ay. 37). saat  Yesus masih meng-

ajar (terjemahan KJV – pen.), bahkan sewaktu Ia masih mengajar, 

seorang Farisi memotong pembicaraan-Nya, dan meminta-Nya un-

tuk datang dan makan bersama di rumahnya pada saat itu juga, 

sebab memang sudah tiba waktu makan. Kita mungkin mengira 

bahwa orang Farisi itu begitu senang dengan ajaran-Nya sehingga 

dia ingin menunjukkan rasa hormatnya dan mau menghabiskan 

lebih banyak waktu lagi bersama-Nya, dan sebab  itu mengun-

dang-Nya ke rumahnya. Akan namun , tampaknya kita memiliki  

alasan untuk curiga bahwa ia sebenarnya punya maksud jahat, 

yaitu untuk memotong pembicaraan-Nya dengan orang banyak 

itu, supaya bisa punya kesempatan untuk menjebak dan meman-

cing-Nya agar mengatakan sesuatu yang dapat dipakainya untuk 

menuduh atau mencela Dia (ay. 53, 54). Kita tidak tahu apa yang 

dipikirkan oleh orang Farisi ini, namun apa pun yang ada dalam 

pikirannya, Kristus tahu itu. Jika dia bermaksud jahat, dia akan 

tahu bahwa Kristus tidak gentar terhadapnya, jika maksudnya 

baik, dia akan tahu bahwa Kristus juga mau berbuat baik kepa-

danya. Maka, masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Per-

hatikanlah, murid-murid Kristus harus belajar dari-Nya untuk 

menjadi orang yang pintar bergaul dan jangan berberat hati. Wa-

laupun kita perlu berhati-hati dalam memilih teman, kita tidak 

perlu bersikap kaku, apalagi sampai mengucilkan diri dari dunia 

ini.       

II.  Pelanggaran yang dituduhkan orang Farisi itu kepada Kristus, 

yang juga kadang-kadang dituduhkan kepada murid-murid-Nya, 

sebab  tidak mencuci tangan sebelum makan (ay. 38). Orang Farisi 

itu bertanya-tanya mengapa orang yang saleh seperti Dia, seorang 

nabi, orang yang begitu taat dan berperilaku ketat-hukum, duduk 

makan tanpa mencuci tangan-Nya terlebih dulu, apalagi saat itu 

Injil Lukas 11:37-54 

 417 

Dia baru saja keluar dari kerumunan orang banyak. Lagi pula, 

bukankah sekarang Dia berada di ruang makan seorang Farisi, 

yang tidak diragukan lagi pasti segala peralatan makan dan cuci 

tangan sudah dipersiapkan, dan tidak perlu khawatir akan mere-

potkan tuan rumah? Orang Farisi itu sendiri dan semua tamunya 

pasti mencuci tangan, jadi Dia pun tidak akan sendirian jika mela-

kukannya, namun  mengapa Dia tetap tidak mencuci tangan-Nya? 

Apa ruginya seandainya Dia mencuci tangan? Bukankah hal ini 

diperintahkan dengan ketat oleh hukum agama mereka? Memang 

benar demikian, dan justru sebab  itulah Kristus tidak mau mela-

kukannya, sebab Dia ingin bersaksi melawan anggapan mereka 

bahwa mereka berkuasa menetapkan pencucian tangan ini seba-

gai suatu ketetapan agama, yang tidak pernah diperintahkan Tuhan   

kepada mereka. Dalam hukum Taurat ada berbagai macam upa-

cara pembasuhan, namun  mencuci tangan bukanlah salah satu-

nya. Oleh sebab  itu, Kristus tidak mau melakukan kebiasaan itu, 

sekalipun untuk menyenangkan orang Farisi yang telah mengun-

dang-Nya, dan walaupun Dia tahu bahwa dengan tidak mencuci 

tangan Dia akan dituduh menghapuskan adat itu.             

III. Teguran keras yang diberikan Kristus kepada orang-orang Farisi 

sebab nya, bahkan tanpa meminta maaf kepada orang Farisi yang 

sedang menjadi tuan rumah; sebab kita tidak boleh memuji saha-

bat-sahabat kita dalam perbuatan jahat apa pun.  

1.  Dia menegur mereka sebab  menekankan kehidupan beraga-

ma pada hal-hal yang lahiriah dan yang dapat dilihat oleh 

mata manusia, sementara perkara-perkara yang berkaitan de-

ngan jiwa dan yang dilihat oleh mata Tuhan   (ay. 39-40), bukan 

saja ditangguhkan, malahan dihilangkan sama sekali. 

Amatilah di sini:  

(1)  Ganjilnya kesalahan orang-orang Farisi: “Kamu orang-orang 

Farisi, kamu membersihkan bagian luar saja, kamu mencuci 

tanganmu dengan air, namun tidak mencuci hatimu dari 

kejahatan. Hatimu penuh den



Related Posts:

  • lukas 1-12 13  salah satu hukum besar dalam agama alami. Manu-sia dipandang biadab, binatang, bila tidak pernah berdoa, tidak per-nah menaikkan pujian kepada Penciptanya, tidak menyadari kebaik-an-Nya atau pun tidak merasa bergantung… Read More