utamakan saat sunat dilembagakan. Me-
reka bersukacita atas kelahiran anak itu dan datang bersama-
sama untuk menyunatkan dia. Perhatikanlah, kebahagiaan terbe-
sar yang bisa kita terima di dalam anak-anak kita yaitu menye-
rahkan mereka kepada Tuhan , serta mengakui hubungan kovenan
mereka dengan Dia. Hendaknya baptisan anak-anak kita lebih
menjadi sukacita kita dibandingkan dengan kelahiran mereka.
Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk memberikan nama
kepada anak-anak mereka pada saat penyunatan, sebab saat
Abram disunat, Tuhan memberinya sebuah nama baru, dan me-
manggilnya Abraham. Bukanlah suatu hal yang buruk bila mem-
biarkan mereka tidak bernama sampai tiba saatnya menyerahkan
mereka kepada Tuhan . Sekarang perhatikan baik-baik,
1. Beberapa orang mengusulkan untuk menamainya Zakharia,
menurut nama bapanya. Kami tidak menemukan contoh di
dalam Alkitab bahwa seorang anak harus menyandang nama
bapanya; mungkin hal itu menjadi kebiasaan yang datang ke-
mudian di kalangan orang-orang Yahudi, seperti halnya de-
ngan kita. Dengan melakukan hal ini mereka bermaksud un-
tuk menghormati sang ayah yang besar kemungkinan tidak
akan memiliki anak lagi.
2. Sang ibu menentangnya, dan menghendaki supaya ia dinamai
Yohanes. Elisabet menyadari bahwa Tuhan menetapkan nama
ini (ay. 60) setelah mengetahuinya melalui ilham Roh Kudus
(yang paling mungkin) atau melalui informasi tertulis dari
suaminya. Ia harus dinamai Johanan – Yang penuh anugerah,
sebab ia akan memperkenalkan Injil Kristus, yang menyinar-
kan anugerah Tuhan dengan lebih terang daripada yang belum
pernah terjadi selama ini.
3. Para kerabat keberatan dengan nama itu (ay. 61): “Tidak ada
di antara sanak saudaramu, tidak ada di antara kerabat ke-
luargamu, yang bernama demikian. sebab itu, jika ia tidak
boleh menyandang nama ayahnya, namakan dia dengan salah
satu nama sanak saudara ayahnya. Si saudara itu akan meng-
anggapnya sebagai tanda rasa hormat kepadanya sebab
namanya dipakai untuk anak yang menakjubkan itu.” Per-
hatikanlah, mereka yang memiliki sahabat harus menunjukkan
rasa persahabatan mereka itu, dan begitu pula mereka yang
memiliki pertalian keluarga harus menunjukkan pertalian itu
seperti yang diwajibkan untuk dilakukan kepada sanak sau-
dara.
4. Mereka minta petunjuk kepada sang ayah, dan mencoba me-
ngetahui apa yang ada di dalam benaknya; sebab tugasnya-
lah untuk memberi nama kepada anak itu (ay. 62). Mereka
memberi isyarat kepadanya, yang menunjukkan bahwa ia tuli
dan bisu; atau mungkin tampaknya ia bahkan sudah kehilang-
an akal sama sekali. Bila tidak, orang lain akan berpikir seha-
rusnya mereka terlebih dahulu meminta dia menulis nama
anaknya, seandainya ia pernah berkomunikasi secara tertulis
sejak ia menderita tuli dan bisu secara tiba-tiba. Namun, me-
reka menyampaikan masalah itu sebisa-bisanya, dan mem-
bantunya memahami perbantahan yang sedang terjadi sebab
hanya dia sendiri yang bisa menetapkan nama anak itu. Ke-
mudian ia membuat isyarat kepada mereka agar memberinya
sebuah batu tulis, seperti yang biasa mereka pergunakan, lalu
dengan sebatang alat tulis ia menulis kata-kata ini, Namanya
yaitu Yohanes (ay. 63). Perhatikanlah, ia tidak menulis
“Namanya akan begini,” atau “Aku ingin namanya begini,”
namun dengan tegas, “Namanya yaitu begini.” Nama itu telah
ditetapkan sebelumnya; malaikat telah memberinya nama itu.
Perhatikanlah, saat Zakharia tidak dapat berbicara, ia menu-
lis. saat mulut para pelayan Tuhan dibungkam sehingga me-
reka tidak bisa berkhotbah, mereka masih bisa berbuat baik
selama tangan mereka tidak terikat sampai tidak bisa menulis.
Banyak di antara para martir yang dipenjarakan menulis surat
kepada sahabat-sahabat mereka, yang lalu ternyata
menjadi sesuatu yang sangat berguna. Rasul Paulus yang
terberkati itu juga melakukan hal yang sama. Nama yang
ditulis oleh Zakharia persis sama seperti nama yang telah
dipilih oleh Elisabet, dan hal itu sangat mengejutkan banyak
orang. Mereka pun heran semuanya, sebab mereka mengeta-
hui bahwa dengan alasan apa pun akibat ketulian dan kebisu-
annya, mereka tidak dapat bercakap-cakap satu sama lain,
namun mereka berdua dibimbing oleh Roh yang satu dan
sama. Atau mungkin juga mereka merasa heran sebab ia
mampu menulis dengan begitu jelas dan cerdas, sesuatu yang
belum pernah dilakukannya sebelumnya (serangan yang dide-
ritanya dengan tiba-tiba itu mirip dengan kelumpuhan saraf).
5. Kemampuan berbicaranya lalu dipulihkan (ay. 64). Seke-
tika itu juga terbukalah mulutnya. Waktu yang ditetapkan sebe-
lumnya untuk berdiam diri yaitu sampai kepada hari, di
mana semuanya yang membahagiakan ini terjadi (ay. 20);
bukan semua hal yang terjadi sebelum pelayanan Yohanes,
melainkan hal-hal yang berkaitan dengan kelahiran dan nama-
nya (ay. 13). Sekarang waktu itu sudah berakhir, maka peng-
halang itu pun diambil, dan Tuhan membuat mulutnya terbuka
lagi, seperti yang dilakukan-Nya terhadap Yehezkiel (Yeh.
3:27). Dr. Lightfoot membandingkan kasus Zakharia ini de-
ngan yang terjadi pada Musa (Kel. 4:24-26). Akibat ketidakper-
cayaannya, kehidupan Musa ada dalam bahaya. Demikian
pula halnya Zakharia yang melakukan kesalahan yang sama,
ia menjadi bisu secara tiba-tiba, namun pada saat anaknya di-
sunat dan imannya dipulihkan, bahaya itu pun dilalukan.
Ketidakpercayaan mengunci mulutnya, dan sekarang, saat ia
percaya, mulutnya terbuka lagi; ia percaya, sebab itu ia berbi-
cara. Daud didera rasa bersalah sejak anaknya mulai dikan-
dung sampai beberapa hari setelah anak itu dilahirkan; kemu-
dian Tuhan menjauhkan dosanya setelah ia bertobat, dan ia
tidak akan mati. Zakharia tidak bisu lagi, mulutnya terbuka,
lalu ia berkata-kata dan memuji Tuhan . Perhatikanlah, saat
Tuhan membuka bibir kita, mulut kita harus mengalirkan puji-
an kepada Tuhan . Alangkah sayangnya seandainya kita tidak
menggunakan kemampuan berbicara kita untuk memuji Tuhan ,
sebab lidah kita yaitu kemuliaan kita yang paling utama bila
dipakai untuk kemuliaan Tuhan .
6. Hal ini menjadi buah tutur di seluruh pelosok negeri, menghe-
rankan semua orang yang mendengarnya (ay. 65-66). Pikiran
dan perasaan orang bukanlah untuk diremehkan, namun untuk
diperhatikan.
Dikatakan di sini:
(1) Segala peristiwa itu menjadi buah tutur dan pembicaraan
umum di seluruh pegunungan Yudea. Sayang sekali cerita
mereka tidak langsung ditulis dan segera dipublikasikan ke
seluruh dunia.
(2) Sebagian besar orang yang mendengar hal ini menjadi
gempar: Ketakutanlah semua orang yang tinggal di sekitar-
nya. Bila kita tidak memiliki suatu pengharapan yang baik
seperti yang seharusnya kita miliki, yaitu pengharapan
yang dibangun di atas Injil, maka berita mengenai Injil itu
akan memenuhi diri kita dengan ketakutan. Mereka per-
caya dan gemetar, padahal seharusnya mereka percaya dan
melonjak kegirangan.
(3) Hal itu meningkatkan harapan orang banyak mengenai
anak ini dan membuat mereka harus memperhatikan dia
untuk melihat apa yang akan terjadi dirinya kelak. Mereka
merenungkan pertanda ini di dalam hati mereka, me-
nyimpannya baik-baik di dalam pikiran dan ingatan me-
reka, sebab akan tiba saatnya mereka harus menghadir-
kan kembali ingatan ini saat nubuat ini dige-
napi. Perhatikanlah, apa pun yang kita dengar dan yang
mungkin dapat kita gunakan nanti, harus kita simpan
baik-baik untuk kita sampaikan demi kebaikan orang lain,
baik itu hal baru maupun lama. saat saatnya tiba, kita
bisa menengok ke belakang pada pertanda tadi dan ber-
kata, “Itulah yang kita harapkan.” Mereka berkata-kata di
dalam hati masing-masing dan di antara mereka sendiri,
“Menjadi apakah anak ini nanti? Apa buahnya bila semua
hal ini menjadi tunasnya, atau bilakah saatnya akan
tumbuh tunas dari tanah kering?” Perhatikanlah, saat
anak-anak dilahirkan ke dalam dunia ini, sangat tidak da-
pat dipastikan menjadi apakah mereka nantinya. Namun,
kadang-kadang ada petunjuk awal bahwa ada sesuatu yang
luar biasa akan terjadi pada mereka kelak, seperti pada
kelahiran Musa, Simson, Samuel, dan dalam hal ini Yoha-
nes Pembaptis. Kita memiliki alasan untuk berpikir bahwa
tentunya ada beberapa orang yang hidup pada masa saat
Yohanes Pembaptis memulai pelayanan umumnya, masih
ingat akan hal-hal ini dan menghubungkannya dengan
peristiwa-peristiwa lainnya, sehingga banyak orang tertarik
untuk mengikutinya.
7. Akhirnya, dikatakan bahwa tangan Tuhan menyertai dia. Ini
berarti Yohanes berada di bawah perlindungan Yang Maha-
kuasa sejak kelahirannya sebagai seorang yang ditentukan un-
tuk melakukan pekerjaan besar dan penting, dan banyak con-
toh yang menunjukkan tentang hal ini. Tampaknya Roh Kudus
juga bekerja sangat dini di dalam jiwanya. Segera setelah ia
mulai mampu berbicara atau berjalan, Anda bisa melihat se-
suatu yang sangat luar biasa di dalam dirinya. Perhatikanlah,
Tuhan memiliki cara-cara-Nya sendiri saat Ia bekerja dalam
diri anak-anak selama masa bayi mereka, dan ini ada di luar
pengetahuan kita. Tidak ada satu jiwa pun yang diciptakan
Tuhan kalau Ia tidak tahu menguduskan-Nya.
Nyanyian Pujian Zakharia
(1:67-80)
67 Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, kata-
nya: 68 “Terpujilah Tuhan, Tuhan Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan mem-
bawa kelepasan baginya, 69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan
bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, 70 – seperti yang telah
difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus – 71
untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang
yang membenci kita, 72 untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek mo-
yang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, 73 yaitu sumpah
yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia menga-
runiai kita, 74 supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah
kepada-Nya tanpa takut, 75 dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya
seumur hidup kita. 76 Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Tuhan Yang
Mahatinggi; sebab engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk memper-
siapkan jalan bagi-Nya, 77 untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian
akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, 78
oleh rahmat dan belas kasihan dari Tuhan kita, dengan mana Ia akan melawat
kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, 79 untuk menyinari mereka yang
diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki
kita kepada jalan damai sejahtera.” 80 Adapun anak itu bertambah besar dan
makin kuat rohnya. Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia
harus menampakkan diri kepada Israel.
Di sini kita membaca nyanyian yang dipakai Zakharia untuk me-
muji Tuhan saat mulutnya terbuka. Dalam nyanyian itu dikatakan
bahwa ia bernubuat (ay. 67), dan ia melakukannya sesuai dengan
pengertian bernubuat yang sebenarnya; sebab ia mengatakan hal-
hal yang akan terjadi mengenai kerajaan Mesias yang telah dinubuat-
kan oleh para nabi.
Perhatikanlah:
I. Bagaimana ia layak untuk bernubuat: Ia penuh dengan Roh Ku-
dus, ia dilengkapi dengan kelengkapan yang luar biasa untuk
maksud ini, ia mendapat ilham dari sorga. Tuhan bukan hanya
mengampuni ketidakpercayaan dan kesangsiannya (yang ditandai
dengan dibebaskannya ia dari hukumannya), namun juga sebagai
contoh anugerah melimpah yang disediakan bagi orang-orang per-
caya, Ia memenuhinya dengan Roh Kudus, memberikan kehormat-
an ini kepadanya, dan menggunakan dia untuk kemuliaan-Nya.
II. Isi nyanyiannya. Dalam nyanyian ini tidak sedikit pun ia
menyebut-nyebut kepentingan pribadi keluarganya, penghapusan
aib keluarga, dan kehormatan yang diperoleh melalui kelahiran
anak ini, walaupun pastilah ia akan mencari kesempatan untuk
bersyukur kepada Tuhan atas kelahiran anaknya ini bersama ke-
luarganya. Sebaliknya, dalam nyanyian ini ia sepenuhnya ber-
bicara mengenai kerajaan Mesias dan berkat bagi orang banyak
yang dibawa oleh kerajaan itu. Mungkin ia sudah bersenang-
senang mengenai pokok anggurnya yang subur dan tunas pohon
zaitunnya, seandainya ia tidak memandang kebahagiaan Yeru-
salem, damai sejahtera atas Israel, dan berkat bagi keduanya dari
Sion (Mzm. 128:3, 5-6). Nubuat di dalam Perjanjian Lama sering
diungkapkan dalam bentuk pujian dan nyanyian baru, demikian
juga halnya nubuat pada awal Perjanjian Baru, “Terpujilah Tuhan,
Tuhan Israel.” Ia disebut Tuhan seluruh bumi. Namun, Zakharia yang
berbicara mengenai karya penebusan, menyebut Dia Tuhan, Tuhan
Israel, sebab nubuat, janji, dan segala pertanda penebusan
diberikan kepada bangsa Israel hingga kini, dan kepada mereka-
lah diberikan penawaran dan rencana pertama dari karya pene-
busan itu. Israel sebagai bangsa pilihan, merupakan suatu per-
lambang dari umat pilihan Tuhan yang dipilih-Nya dari segala
bangsa, yang menjadi pusat perhatian-Nya saat mengutus Sang
Juruselamat. sebab alasan inilah Ia disebut Tuhan, Tuhan Israel.
Sekarang Zakharia memuji Tuhan ,
1. Untuk karya keselamatan yang akan dikerjakan oleh Sang
Mesias sendiri (ay. 68-75). Inilah yang memenuhi dirinya, keti-
ka ia penuh dengan Roh Kudus, dan ini jugalah yang harus
memenuhi mereka yang memiliki Roh Kristus.
(1) Dengan jalan mengutus Sang Mesias, Tuhan telah melaku-
kan lawatan penuh belas kasih kepada umat-Nya, setelah
selama berabad-abad Ia tampak seakan tidak mengindah-
kan dan menjauhi mereka. Ia melawat mereka seperti se-
orang sahabat, untuk mencari tahu apa yang menjadi ma-
salah mereka. Dikatakan bahwa Tuhan melawat umat-Nya
yang sedang dalam perbudakan saat Ia membebaskan
mereka (Kel. 3:16; 4:31), melawat umat-Nya yang tengah
kelaparan saat Ia memberi mereka makanan (Rut 1:6).
Kerap kali Ia mengutus nabi-nabi-Nya kepada mereka dan
terus menjalin hubungan dengan mereka; namun sekarang,
Ia sendiri yang melawat mereka.
(2) Ia telah mengerjakan penebusan itu bagi mereka: Ia telah
membawa kelepasan bagi umat-Nya. Ini yaitu tujuan
Kristus datang ke dunia ini, yaitu untuk menebus mereka
yang terjual sebab dosa dan terjual di bawah kuasa dosa.
Walaupun mereka yaitu umat Tuhan sendiri, Israel milik
kepunyaan-Nya, anak-Nya, anak sulung-Nya, anak yang
memiliki hak sebab kelahiran, mereka juga perlu ditebus,
dan akan binasa bila tidak ada penebusan. Kristus mene-
bus mereka dengan harga dari keadilan Tuhan , menebus
mereka dengan kuasa dari tangan Iblis yang kejam, seperti
Israel keluar dari Mesir.
(3) Ia menggenapi perjanjian (kovenan) kerajaan yang dibuat
dengan raja Perjanjian Lama yang paling terkenal, yaitu
Daud. Hal-hal yang mulia telah dikatakan tentang keluarg-
anya, bahwa pada dirinyalah, seorang yang perkasa, perto-
longan itu akan datang, dan bahwa tanduknya akan diting-
gikan, dan anak-cucunya akan ada sampai kekal (Mzm.
89:20-21, 25, 30). namun keluarga itu telah lama dalam
keadaan tertolak dan terbuang (Mzm. 89:39). Sekarang ke-
luarga ini akan dimuliakan, sebab menurut janji ini ,
tanduk Daud akan ditumbuhkan (Mzm. 132:17); Ia menum-
buhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam ke-
turunan Daud, hamba-Nya itu (ay. 69), di mana Ia dijanji-
kan dan diharapkan akan muncul. Daud disebut hamba-
Nya, bukan hanya sebagai seorang yang baik, namun juga
sebagai seorang raja yang memerintah bagi Tuhan ; dan ia
menjadi alat bagi keselamatan Israel melalui penetapannya
sebagai raja dalam pemerintahan Israel. Demikianlah,
Kristus menjadi Sang Pelaksana penebusan kekal hanya
bagi mereka yang taat kepada-Nya. Di dalam Kristus, dan
hanya di dalam Dia saja, keselamatan itu menjadi milik kita,
dan menjadi tanduk keselamatan, sebab :
[1] Itu yaitu keselamatan yang mulia. Diangkat lebih ting-
gi di atas semua keselamatan lainnya, tiada yang dapat
dibandingkan dengannya: di dalam keselamatan itu,
Sang Penebus dan yang ditebus ditinggikan, dan tanduk
mereka meninggi dalam kemuliaan.
[2] Itu yaitu keselamatan yang melimpah. Itu yaitu
cornucopia – tanduk kelimpahan, keselamatan yang di
dalamnya kita diberkati dengan berkat-berkat rohani,
dalam perkara-perkara sorgawi dengan berlimpah-lim-
pah.
[3] Itu yaitu keselamatan yang dengan kuasa: kekuatan
seekor binatang terletak di dalam tanduknya. Ia mem-
berikan sebuah keselamatan yang akan merobohkan
musuh-musuh rohani kita, dan melindungi kita dari
mereka. Di dalam kereta-kereta keselamatan ini Sang
Juruselamat akan maju terus sebagai pemenang untuk
merebut kemenangan.
(4) Ia menggenapi janji-janji mulia yang diberikan kepada
umat-Nya melalui nabi-nabi Perjanjian Lama yang sangat
termasyhur, seperti yang telah difirmankan-Nya sejak pur-
bakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus (ay. 70). Ajar-
an-Nya tentang keselamatan melalui Sang Mesias diteguh-
kan oleh seruan melalui nabi-nabi-Nya, dan ajaran-Nya ini
disertai bukti-bukti untuk memperkuat keagungan dan
pentingnya keselamatan itu. Keselamatan inilah yang di-
serukan oleh nabi-nabi itu, sehingga layak diharapkan dan
disambut. Itu yaitu keselamatan yang telah diselidiki dan
diteliti oleh nabi-nabi (1Ptr. 1:10-11), dan sebab itu tidak
boleh diremehkan atau dianggap tidak bernilai. Sekarang
Tuhan mengerjakan apa yang telah dikatakan-Nya pada za-
man dahulu kala, sebab itu dikatakan, “Berdiam dirilah,
hai segala makhluk, di hadapan Tuhan, dan dengarkan
Dia.”
Perhatikanlah:
[1] Betapa kudusnya nubuat keselamatan itu. Nabi-nabi
yang menyampaikan semua nubuat ini yaitu
nabi-nabi yang kudus, yang tidak berani berdusta, yang
bertugas untuk meningkatkan kesalehan di antara
umat manusia; sementara yang berbicara melalui mere-
ka yaitu Tuhan yang kudus sendiri.
[2] Betapa purbakalanya nubuat itu, sejak permulaan du-
nia ini. Tuhan telah berjanji pada permulaan dunia ini
bahwa keturunan wanita ini akan meremukkan ke-
pala ular itu, yang disampaikan saat Adam memberi
nama Hawa yang berarti kehidupan kepada istrinya.
Demi benih wanita ini, saat Hawa melahirkan
Kain, ia berkata, “Aku telah mendapat seorang anak
laki-laki dengan pertolongan Tuhan.” lalu , seorang
anak lagi dinamakan Set yaitu, menetap. Lalu Nuh
memperoleh nama yang berarti perhentian, dan bernu-
buat bahwa Tuhan akan tinggal dalam kemah-kemah
Sem. Tidak lama setelah dunia baru dimulai dalam ke-
hidupan Nuh, janji ini diberikan kepada Abraham,
bahwa oleh keturunannya semua bangsa di bumi akan
mendapat berkat.
[3] Betapa indahnya keselarasan dan keserasian nubuatan
yang kita temukan di antara para nabi itu. Tuhan menga-
takan hal yang sama melalui mereka semua, dan ka-
rena itu dikatakan sebagai dia stomatos, bukan melalui
mulut-mulut, namun melalui mulut nabi-nabi, sebab me-
reka semua berbicara tentang Kristus seolah-olah se-
perti dengan satu mulut.
Sekarang, keselamatan seperti apa yang dinubuatkan ini?
Pertama, itu yaitu penyelamatan dari kedengkian
musuh-musuh kita, suatu sōtērian ex echthrōn hēmōn –
keselamatan yang melepaskan kita dari musuh-musuh
kita, dari antara mereka, dan melepaskan kita dari ta-
ngan semua orang yang membenci kita (ay. 71). Itu
yaitu keselamatan dari dosa dan dari kekuasaan Iblis
atas kita, baik melalui kecemaran di dalam batin kita
maupun melalui godaan di luar diri kita. Orang-orang
Yahudi yang duniawi berharap agar mereka dibebaskan
dari kuk bangsa Romawi, namun sejak dulu telah diper-
lihatkan bahwa penebusan itu lain sifatnya. Dia akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka, sehingga
dosa tidak lagi berkuasa atas mereka (Mat. 1:21)
Kedua, keselamatan itu yaitu sebuah pemulihan
kepada perkenan Tuhan ; untuk menunjukkan rahmat-Nya
kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanji-
an-Nya yang kudus (ay. 72). Sang Juruselamat bukan
hanya menghancurkan kepala ular yang menjadi penye-
bab kehancuran kita, namun ia juga akan memulihkan
kita kembali supaya hidup di dalam rahmat Tuhan dan
mengembalikan kita ke dalam perjanjian (kovenan)-Nya.
Ia akan membawa kita seperti ke dalam taman Firdaus
lagi, seperti yang ditunjukkan melalui janji-janji yang
disampaikan kepada nenek moyang kita dan melalui
perjanjian (kovenan) kudus yang dibuat dengan mereka,
yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham,
bapa leluhur kita (ay. 73).
Perhatikanlah:
1. Bahwa apa yang dahulu dijanjikan kepada nenek
moyang kita dan lalu digenapkan bagi kita
68
yaitu rahmat, semata-mata rahmat. Semuanya bu-
kan sebab kelayakan kita (kita layak mendapat
murka dan kutuk), namun melulu sebab rahmat
Tuhan , yang merancang anugerah dan kehidupan
bagi kita: ex mero motu – menurut kerelaan-Nya
sendiri. Ia mengasihi kita sebab ia mau mengasihi
kita.
2. Tuhan dengan ini memperhatikan kovenan-Nya, kove-
nan-Nya yang kudus yaitu kovenan dengan Abra-
ham, “Aku akan menjadi Tuhan mu dan keturunanmu.”
Keturunan ini benar-benar menjadi terhukum kare-
na pelanggaran mereka. Tampaknya Ia telah melupa-
kan mereka dengan menimpakan kesengsaraan
kepada mereka, namun sekarang ia akan mengingat
keturunan-Nya itu kembali. Sekarang Ia akan me-
nunjukkan bahwa Ia mengingat mereka, sebab rah-
mat-Nya datang kembali, “Maka Aku akan mengingat
perjanjian-Ku” (Im. 26:42).
Ketiga, keselamatan itu merupakan syarat supaya
kita dilayakkan untuk beribadah kepada Tuhan . Dengan
keselamatan itu kita juga didorong untuk beribadah
kepada-Nya. Inilah sumpah yang diucapkan-Nya kepada
Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia akan mengaruniai
kita kuasa dan anugerah untuk beribadah kepada-Nya,
dengan cara yang berkenan kepada-Nya dan yang me-
nyenangkan bagi diri kita (ay. 74-75). Tampaknya pem-
bebasan bangsa Israel dari perhambaan di negeri Mesir
mengandung sebuah kiasan di sini, yaitu saat Tuhan
berkata kepada Musa bahwa Ia sedang menggenapi
kovenan yang Ia buat dengan Abraham (Kel. 3:6-8), dan
bahwa rancangan-Nya untuk membawa mereka keluar
dari Mesir yaitu agar mereka dapat beribadah kepada
Tuhan di gunung ini (Kel. 3:12).
Perhatikanlah, rancangan besar anugerah Injil bu-
kanlah membebaskan kita dari tugas beribadah, namun
justru melibatkan dan mendorong kita untuk beribadah
kepada Tuhan . Berdasarkan pengertian ini, Kekristenan
harus selalu dipandang dengan maksud untuk mem-
buat kita benar-benar saleh, mengizinkan kita beriba-
Injil Lukas 1:67-80
69
dah kepada Tuhan , mengikat kita pada kewajiban ber-
ibadah itu, dan membangkitkan hasrat kita untuk ber-
ibadah. Oleh sebab itu, kita dibebaskan dari kuk dosa,
supaya bahu kita bisa diletakkan di bawah kuk Yesus
yang nyaman dan ringan. Ikatan-ikatan kita yang di-
buka-Nya mengikat kita dengan lebih cepat kepada-Nya
(Mzm. 116:16).
Dengan demikian kita dapat:
1. Beribadah kepada Tuhan tanpa takut – aphobōs. Kita
dibawa pada keadaan keselamatan yang kudus su-
paya kita dapat beribadah kepada Tuhan dengan ke-
amanan yang kudus dan keteduhan pikiran, bebas
dari rasa takut terhadap yang jahat. Kita harus ber-
ibadah dengan rasa takut yang mengandung rasa
hormat seperti seorang anak, ketakutan yang me-
ngandung rasa hormat dalam kepatuhan. Rasa ta-
kut yang membangkitkan dan menghidupkan, bu-
kan dengan rasa takut yang penuh kepura-puraan,
seperti seorang pelayan yang malas, yang menyama-
kan Tuhan seperti seorang tuan yang kejam dan tidak
punya akal sehat. Bukan dengan rasa takut yang
mengandung siksaan dan keheranan di dalamnya,
juga bukan dengan rasa takut terhadap hukum, ka-
rena ada roh perbudakan, namun dengan keberanian
oleh roh Injili, roh pengangkatan sebagai anak.
2. Beribadah kepada-Nya dalam kekudusan dan kebe-
naran, yang mencakup melakukan semua kewajiban
manusia terhadap Tuhan dan sesama. Inilah maksud
dan tujuan langsung Injil, yaitu untuk memulihkan
gambar dan rupa Tuhan pada kita sebagaimana ma-
nusia diciptakan pada mulanya, yang terdiri dari ke-
benaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
3. Untuk beribadah di hadapan-Nya, menyembah Dia,
yaitu mempersembahkan diri di hadapan Tuhan,
untuk beribadah kepada-Nya dengan selalu meman-
dang kepada-Nya, dan selalu memandang mata-Nya
yang tertuju kepada kita, ke dalam manusia batiniah
kita. Inilah beribadah kepada-Nya di hadapan-Nya.
4. Beribadah kepada-Nya seumur hidup kita. Rancang-
an Injil yaitu melibatkan kita dalam kesetiaan dan
ketekunan dalam beribadah kepada Tuhan , dengan
menunjukkan kepada kita bahwa hendaknya kita
tidak mengundurkan diri, dan dengan menunjukkan
kepada kita betapa Kristus mengasihi kita sampai
pada akhirnya. sebab itulah Injil mengajak kita
untuk mengasihi Dia sampai pada akhirnya.
2. Zakharia memuji Tuhan atas karya persiapan untuk keselamat-
an ini, yang akan dilaksanakan oleh Yohanes Pembaptis (ay.
76), “Engkau, hai anakku, meskipun sekarang baru berumur
delapan hari, engkau akan disebut nabi Tuhan Yang Maha-
tinggi.” Yesus Kristus yaitu Yang Mahatinggi, sebab Ia ada-
lah Tuhan di atas segalanya, yang harus dipuji sampai selama-
lamanya (Rm. 9:5), setara dengan Bapa. Yohanes Pembaptis
yaitu nabi-Nya, sama seperti Harun yang menjadi nabi bagi
Musa (Kel. 7:1). Apa yang dikatakan Yohanes seakan keluar
dari mulut-Nya sendiri, apa yang dilakukannya yaitu seperti
seorang pembuka jalan bagi-Nya. Nubuat telah lama berhenti,
namun muncul kembali dalam diri Yohanes, seperti yang terjadi
di dalam diri Samuel, yang juga dilahirkan oleh seorang ibu
berusia lanjut.
Pekerjaan Yohanes Pembaptis yaitu :
(1) Untuk menyiapkan orang bagi keselamatan itu, dengan
memberitakan pertobatan dan perubahan hidup sebagai
kewajiban-kewajiban agung Injili, “Engkau akan berjalan
mendahului Tuhan, hanya sedikit di depan-Nya, untuk mem-
persiapkan jalan bagi-Nya, memanggil banyak orang untuk
menyediakan diri bagi-Nya, dan siap menyambut lawatan-
Nya.” Biarlah semua yang menghalangi langkahnya, mem-
persulitnya, atau merintangi orang-orang yang mau datang
kepada-Nya, disingkirkan (Yes. 40:3-4). Biarlah setiap lem-
bah ditutup, dan bukit diratakan.
(2) Untuk memberikan pengertian umum mengenai keselamat-
an kepada umat-Nya, agar mereka mengetahui bukan ha-
nya apa yang harus dilakukan, namun juga apa yang diha-
rapkan, sebab ajaran yang dikhotbahkannya yaitu , “Ke-
rajaan Sorga sudah dekat.”
Anda perlu mengetahui bahwa keselamatan ini terdiri
dari dua hal:
[1] Pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang telah kita
perbuat. Keselamatan itu terjadi melalui pengampunan
dosa, dosa yang merintangi keselamatan, yang sebab -
nya kita semua akan binasa dan terhukum (ay. 77).
Yohanes Pembaptis memberikan pengertian kepada
umat-Nya bahwa meskipun keadaan mereka sangat
menyedihkan akibat dosa, mereka tidak perlu berputus
asa sebab pengampunan bisa diperoleh melalui rahmat
dan belas kasihan dari Tuhan kita (tepatnya dari sumber
terdalam belas kasihan Tuhan ), bukan sebab diri kita,
namun keadaan menyedihkan inilah yang mengundang
belas kasihan Tuhan .
[2] Arah untuk berbuat lebih baik di lalu hari. Kese-
lamatan Injil bukan hanya mendorong kita agar berha-
rap bahwa pekerjaan-pekerjaan kegelapan kita akan
diampuni, namun juga menyediakan cahaya yang terang
dan sejati, supaya dengan demikian kita bisa mengatur
arah langkah kita dengan benar. Di dalamnya Surya
pagi dari tempat yang tinggi akan melawat kita (ay. 78),
ini juga oleh rahmat dan belas kasihan dari Tuhan kita.
Kristus disebut anatolē – Surya Pagi, Surya Kebenaran
yang terbit (Mal. 4:2). Injil membawa serta terang de-
ngannya (Yoh. 3:19), sehingga kita tidak dibiarkan me-
ngembara di dalam kegelapan kebodohan orang-orang
yang tidak mengenal Tuhan , atau di dalam samar-samar
cahaya bulan segala pertanda atau perlambangan
Perjanjian Lama, namun di dalam terang surya pagi. Di
dalam diri Yohanes Pembaptis, terang ini mulai mere-
kah, semakin cepat, dan kian bertambah terang sampai
rembang tengah hari. Kita memiliki banyak alasan
untuk menyambut zaman Injil ini dan menikmatinya
seperti orang menyambut pagi setelah lama menanti-
nantikannya.
Pertama, Injil itu menemukan, menunjukkan bahwa
kita sebelumnya diam di dalam kegelapan (ay. 79). Ka-
rena itu, ia menyinari mereka yang diam di dalam kege-
lapan, dengan terang dari pengetahuan tentang kemulia-
an Tuhan yang nampak pada wajah Kristus. Surya pagi
ini melawat dunia yang gelap ini untuk membuka mata
bangsa-bangsa bukan Yahudi (Kis. 26:18).
Kedua, Injil itu menghidupkan kembali. Itu menyinari
mereka yang diam dalam bayang-bayang maut, yang
terpidana di dalam penjara bawah tanah, dan membawa
kabar pengampunan bagi mereka, setidaknya penang-
guhan hukuman dan peluang memperoleh pengampun-
an; Injil itu mengumumkan kelepasan dari penjara (Yes.
61:1), membawa terang kehidupan. Betapa menyenang-
kannya terang itu.
Ketiga, Injil itu mengarahkan; ia membimbing kaki
kita kepada jalan damai sejahtera, menuju jalan yang
pada akhirnya membawa damai sejahtera. Bukan hanya
terang bagi mata kita, namun juga bagi kaki kita (Mzm.
119:105). Injil membawa kita kepada jalan perdamaian
dengan Tuhan , menjaga persekutuan yang menyenang-
kan dengan-Nya. Jalan damai ini yang pernah kita ting-
galkan saat kita mengembara sebagai orang berdosa
dan tidak kita kenal (Rm. 3:17), dan tidak akan pernah
bisa kita kenal.
Pada ayat terakhir, kita memiliki catatan singkat
mengenai masa muda Yohanes Pembaptis. Meskipun ia
anak seorang imam, saat masih anak-anak ia tidak
pergi melayani di hadapan Tuhan seperti yang dilaku-
kan Samuel, sebab ia akan mempersiapkan jalan yang
lebih baik untuk tugas imamatnya.
Di sini dikatakan kepada kita:
1. Mengenai kelebihannya sebagai seorang manusia ro-
hani. Kemampuan berpikir anak itu tumbuh lebih
besar daripada anak-anak lainnya, sehingga rohnya
menjadi semakin kuat. Ia menilai segala sesuatu de-
ngan baik dan memiliki ketetapan hati yang teguh.
Penalaran dan hati nurani (keduanya merupakan
cahaya lilin dari Tuhan) begitu kuat di dalam dirinya
sehingga sudah sejak mudanya dengan sempurna ia
bisa menguasai hasrat akan makanan dan nafsunya.
Jelas di sini bahwa sejak dini ia sudah dipenuhi oleh
Roh Kudus, sebab mereka yang kuat di dalam
Tuhan juga kuat di dalam roh.
2. Mengenai keterpencilannya sebagai seorang manusia
lahiriah: Ia tinggal di padang gurun. Ia tidak hidup
sebagai seorang pertapa yang melepaskan diri dari
masyarakat umum. Tidak, ada cukup alasan bahwa
ia juga pergi ke Yerusalem pada hari-hari raya, dan
sering ke sinagoga pada hari Sabat, namun tempat
tinggal tetapnya ada di salah satu dari antara ru-
mah-rumah yang letaknya berjauhan dan terpencil
di padang belantara tanah Zuf dan gurun Maon,
yang kita baca di dalam riwayat Daud. Di sanalah ia
menghabiskan sebagian besar waktunya, merenung
dan menyembah. Ia tidak memperoleh pendidikan di
sekolah atau di kaki para rabi. Perhatikanlah, ba-
nyak orang menjadi layak untuk dipakai dalam per-
kara-perkara besar setelah mereka dikuburkan hi-
dup-hidup. Banyak orang dikuburkan lama-lama
seperti itu untuk dirancang menjadi lebih berguna
lagi pada akhirnya. Yohanes Pembaptis tinggal di
padang gurun sampai pada hari ia harus menampak-
kan diri kepada Israel, saat usianya tiga puluh
tahun. Perhatikanlah, penampakan pertolongan bagi
Israel yang sudah disediakan itu sudah ditentukan
waktunya, sebab penglihatan itu masih menanti saat-
nya, namun ia bersegera menuju kesudahannya de-
ngan tidak menipu.
PASAL 2
i dalam pasal ini, kita memiliki catatan mengenai kelahiran dan
masa kanak-kanak Yesus, Tuhan kita, setelah dalam pasal se-
belumnya kita mempelajari bagaimana Ia dikandung, dan bagaimana
pendahulu-Nya lahir dan dibesarkan. Yang Sulung dibawa ke dalam
dunia ini, marilah kita menyambut-Nya dengan sorak hosana, diber-
katilah Dia yang datang. Di sini diungkapkan:
I. Tempat dan kenyataan lain seputar kelahiran-Nya, yang
membuktikan Dia sebagai Mesias yang sejati, Mesias yang
kita butuhkan, namun bukan seperti yang diharapkan oleh
bangsa Yahudi (ay. 1-7).
II. Pemberitahuan malaikat mengenai kelahiran-Nya kepada
para gembala yang tengah berada di kawasan itu, nyanyian
pujian yang dinaikkan para malaikat pada kesempatan itu,
dan penyebaran berita ini oleh para gembala (ay. 8-
20).
III. Kristus disunat dan diberi nama (ay. 21).
IV. Yesus dipersembahkan di Bait Tuhan (ay. 22-24).
V. Kesaksian Simeon dan Hana, nubuat mengenai diri-Nya (ay.
25-39).
VI. Pertumbuhan dan kemampuan Yesus (ay. 40-52).
VII. Yesus merayakan Paskah pada umur dua belas tahun, dan
bersoal jawab dengan para alim ulama di Bait Tuhan (ay. 41-
51). Bagian ini, digabungkan dengan apa yang telah kita
temukan (Mat. 1 dan 2), semuanya berbicara tentang Tuhan
kita Yesus, sampai Ia memasuki pelayanan umum-Nya di
tengah masyarakat pada usia-Nya yang ketiga puluh.
Kelahiran Yesus
(2:1-7)
1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh
mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2 Inilah pendaftaran yang per-
tama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 3 Maka per-
gilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. 4
Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota
Daud yang bernama Betlehem, – sebab ia berasal dari keluarga dan ketu-
runan Daud – 5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunang-
annya, yang sedang mengandung. 6 saat mereka di situ tibalah waktunya
bagi Maria untuk bersalin, 7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anak-
nya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di
dalam palungan, sebab tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Penggenapan waktunya sekarang telah tiba, saat Tuhan mengutus
Anak-Nya, yang lahir dari seorang wanita dan takluk di bawah
hukum Taurat, dan telah dinubuatkan bahwa Ia akan lahir di Betle-
hem. Sekarang kita memiliki catatan mengenai waktu, tempat, dan
cara kelahiran-Nya itu.
I. Waktu saat Tuhan Yesus dilahirkan. Beberapa hal yang dikum-
pulkan dari ayat-ayat ini meyakinkan kita bahwa waktu itu ada-
lah waktu yang sesuai.
1. Ia dilahirkan saat kerajaan keempat sedang berada di pun-
cak kejayaannya, lebih besar daripada tiga kerajaan sebelum-
nya, kerajaan ini sedang menjadi sebuah kerajaan yang men-
dunia. Ia dilahirkan pada masa pemerintahan Kaisar Agustus,
saat kekaisaran Romawi memperluas diri menjadi lebih luas
daripada sebelum atau sesudah waktu itu, termasuk di dalam-
nya kawasan Partia di satu sisi, dan Britania di sisi lain. Kare-
na itu, kekaisaran ini dinamakan Terraram orbis imperium –
Kekaisaran segenap bumi; dan di sini kekaisaran itu disebut
seluruh dunia (ay.1), sebab hampir tidak ada bagian dunia
beradab yang tidak bergantung pada kekaisaran ini. Sekarang-
lah saatnya Mesias akan dilahirkan, sesuai dengan nubuat
Daniel (Dan. 2:44): namun pada zaman raja-raja, yakni raja-raja
dari kerajaan keempat, Tuhan semesta langit akan mendirikan
suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-laman-
ya.
2. Ia dilahirkan saat Yudea dijadikan provinsi kekaisaran itu,
dan membayar upeti kepadanya. Buktinya, saat seluruh ke-
kaisaran Romawi didaftarkan, orang Yahudi juga harus ikut
didaftarkan. Yerusalem direbut oleh Pompey, seorang jenderal
Romawi, sekitar enam puluh tahun sebelum ini. lalu ia
menyerahkan pemerintahan keagamaan kepada Hyrcanus,
namun bukan pemerintahan negara. Berangsur-angsur kekua-
saannya semakin berkurang, sampai akhirnya Yudea diperin-
tah oleh Kirenius, wali negeri Romawi di Siria (ay. 2): para pe-
nulis Romawi menyebutnya Sulpitius Quirinus. Pada titik inilah
Sang Mesias akan segera dilahirkan, seperti yang dinubuatkan
Yakub menjelang ajal, bahwa Dia yang berhak atasnya akan
datang saat tongkat kerajaan beranjak dari Yehuda, dan lam-
bang pemerintahan dari antara kakinya (Kej. 49:10). Ini yaitu
pendaftaran pertama yang dilaksanakan di Yudea, lambang
pertama dari penaklukan mereka oleh bangsa lain, dan sebab
itu sekarang Silo harus datang untuk mendirikan kerajaan-
Nya.
3. Ada keadaan lain lagi yang menyertai masa itu, seperti yang
tersirat dalam pendaftaran umum atas semua wilayah takluk-
an dari kekaisaran ini, yaitu keadaan sangat aman dan damai
di segenap wilayah kekaisaran. Kuil Janus, dewa Romawi, se-
karang telah ditutup dan tidak akan pernah dibuka lagi sam-
pai perang dimulai. Jadi, sekaranglah saat yang tepat bagi
Sang Raja Damai untuk dilahirkan, yang selama masa-Nya
pedang-pedang ditempa menjadi mata bajak.
II. Tempat di mana Tuhan kita Yesus dilahirkan sangat jelas diketa-
hui. Ia dilahirkan di Betlehem. Demikianlah yang dinubuatkan
(Mi. 5:2), ahli-ahli Taurat juga memahaminya demikian (Mat. 2:5,
6), begitu pula dengan rakyat kebanyakan (Yoh. 7:42). Nama tem-
pat itu sangat penting. Betlehem berarti rumah roti; tempat yang
cocok bagi-Nya untuk dilahirkan, sebab Dia sendiri yaitu Roti
Hidup, Roti yang turun dari sorga. Namun, itu belum semuanya,
Betlehem yaitu kota Daud, tempat raja Daud dilahirkan, dan
sebab itu di sana juga Ia yang yaitu Anak Daud harus dilahir-
kan. Sion juga disebut kota Daud (2Sam. 5:7). Namun, Kristus
tidak dilahirkan di sana, sebab Betlehem yaitu kota Daud tem-
pat Daud dilahirkan dalam kemiskinan, untuk menjadi seorang
gembala. Begitu juga Juruselamat kita, saat Ia merendahkan
dirinya, Ia memilih tempat yang sama sebagai tempat kelahiran-
Nya. Ia tidak memilih Sion, sebab ini tempat Ia memerintah de-
ngan kuasa dan kemakmuran, yang menjadi pertanda bagi gereja
Kristus, yaitu Gunung Sion itu. Sekarang, saat Perawan Maria
sedang mengandung anak itu dan sudah dekat waktunya untuk
bersalin, Tuhan mengatur sedemikian rupa sehingga melalui perin-
tah sang Kaisar, semua warga kekaisaran Romawi harus didaftar-
kan, yaitu mereka harus mencatatkan nama mereka pada pejabat
yang sah. Mereka harus dicatat dan didaftarkan menurut keluar-
ga mereka, yang yaitu arti yang cocok untuk kata asli yang digu-
nakan di sini. Dikenakan pajak hanyalah tujuan kedua. Tujuan
yang utama yaitu agar mereka membuat pengakuan kepada ke-
kaisaran Romawi bahwa mereka yaitu bangsa taklukan, mung-
kin dengan mengucapkan kata-kata tertentu, atau setidaknya de-
ngan cara membayar sejumlah kecil upeti, sebagai bukti kesetiaan
mereka, seperti seorang penyewa membayar sewanya. Jadi mere-
ka yaitu orang-orang taklukan yang terdaftar, dan itu terjadi ka-
rena kesalahan mereka sendiri.
Menurut perintah itu, orang-orang Yahudi (yang dengan sangat
teliti membedakan suku dan keluarga mereka) diharuskan meng-
ingat-ingat dengan baik nama suku dan keluarga ini . Jadi
dengan bodohnya mereka menyimpan bayang-bayang dengan pe-
nuh perhatian, sementara mereka telah kehilangan substansi atau
intisarinya.
Apa yang dirancang Kaisar Agustus itu mungkin untuk me-
muaskan keangkuhannya bahwa ia mengetahui jumlah rakyat-
nya, dan bisa mengumumkannya ke seluruh dunia. Atau ia mela-
kukannya demi tujuan politis untuk memperkuat kepentingannya
sendiri serta membuat pemerintahannya tampak lebih menakjub-
kan. Namun, Tuhan memiliki tujuan lain dalam hal ini. Seluruh
dunia disibukkan oleh pendaftaran ini, termasuk Yusuf dan Ma-
ria. Pendaftaran ini mengharuskan mereka berangkat dari kota
Nazaret di Galilea menuju kota Betlehem di Yudea, sebab mereka
berasal dari keluarga dan keturunan Daud (ay. 4-5). Mungkin
sebab begitu miskin dan rendahnya status sosial mereka, garis
keturunan kerajaan mereka ini justru menjadi beban dan pembo-
rosan, dan bukannya kebanggaan bagi mereka. Sulit untuk mem-
perkirakan bahwa setiap orang Yahudi (baik wanita maupun
laki-laki) yang diwajibkan untuk kembali ke kota nenek moyang
mereka dan mendaftar di sana, akan bisa melakukan hal ini,
mengingat mereka sudah tidak lagi tinggal di dalam wilayah suku-
suku mereka seperti dahulu. Oleh sebab itu, bisa ditarik kesim-
pulan bahwa ketepatan yang luar biasa mengenai garis keturunan
mungkin hanya berlaku pada keluarga Daud saja. Dan sebab
statusnya sebagai keluarga kerajaan, yang masih terus dibicara-
kan dalam kalangan Yahudi demikian, maka mungkin saja kaisar
mengeluarkan perintah khusus untuk melakukan pendaftaran itu
supaya dia dapat mengetahui jumlah dan kekuatan dari keluarga
Daud itu. Walaupun begitu, Tuhan Sang Pemelihara memakai ran-
cangan ini untuk melayani tujuan-tujuan-Nya yang berbeda.
1. Melalui peristiwa ini Perawan Maria dibawa ke Betlehem dalam
keadaan hamil tua, untuk bersalin di sana, sesuai dengan
yang telah dinubuatkan, sementara ia sendiri telah berencana
untuk melahirkan di Nazaret. Lihatlah bagaimana manusia
merencanakan dan Tuhan yang menentukan, bagaimana Tuhan
Sang Pemelihara mengatur segala sesuatu untuk menggenapi
Firman-Nya. Ia memanfaatkan rancangan-rancangan manusia,
yang manusia gunakan untuk memenuhi keinginan mereka
sendiri, untuk melayani rencana-Nya, jauh di luar maksud
manusia.
2. Melalui peristiwa ini menjadi jelaslah bahwa Yesus Kristus
yaitu keturunan Daud, sebab apa lagi yang membawa ibu-
Nya ke Betlehem sekarang, kalau bukan bahwa ia berasal dari
keluarga dan keturunan Daud? Hal itu sangat penting dan
perlu dibuktikan dengan bukti asli. Justin Martir dan Ter-
tullian, dua pembela agama Kristen mula-mula, menunjuk
pada daftar dan catatan kekaisaran Romawi ini sebagai bukti
bahwa Kristus dilahirkan sebagai keluarga Daud.
3. Melalui peristiwa ini tampak jelas bahwa Ia takluk di bawah
hukum, sebab Ia menjadi warga kekaisaran Romawi begitu
dilahirkan, Ia menjadi hamba penguasa-penguasa (Yes. 49:7).
Banyak yang beranggapan bahwa sebab dilahirkan pada
masa pendaftaran, maka Ia pun ikut didaftarkan seperti ayah
dan ibu-Nya, supaya jelas bagi kita bagaimana Ia mengosong-
kan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba. Bu-
kannya memiliki raja-raja taklukan, Ia sendiri malah menjadi
orang taklukan saat datang ke dunia ini.
III. Keadaan yang menyertai kelahiran-Nya, begitu rendah dan terjadi
di dalam semua kondisi yang bisa disebut hina. Ia memang se-
orang anak sulung, namun begitu hina untuk menjadi anak sulung
yang dilahirkan wanita miskin seperti Maria, yang tidak me-
miliki warisan yang layak untuk Dia sebagai anak sulung.
1. Ia rapuh seperti anak-anak pada umumnya. Ia dibungkus de-
ngan lampin, sama seperti anak-anak lainnya saat baru
dilahirkan, seolah-olah Ia dapat dibatasi atau perlu dijaga agar
tetap lurus. Ia yang membuat kekelaman menjadi kain bedung
bagi lautan, ternyata Ia sendiri dibungkus dengan lampin (Ayb.
38:9). Bapa yang kekal menjadi seorang anak waktu, dan
manusia berkata tentang Dia yang berasal dari kekekalan,
“Tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya” (Yoh. 7:27).
Yang Lanjut Usianya menjadi seorang bayi yang hanya sebatas
waktu.
2. Ia mengalami keadaan rendah dan hina yang khusus bagi diri-
Nya.
(1) Ia dilahirkan di rumah penginapan. Anak Daud yang men-
jadi kemuliaan keluarga bapa-Nya ini tidak memiliki waris-
an apa pun untuk dipakai-Nya sekalipun di kota Daud sen-
diri. Tidak ada seorang sahabat pun yang bisa menyedia-
kan tempat berteduh bagi ibu-Nya yang sedang mengalami
kesulitan mendapatkan tempat bermalam untuk tidur.
Kristus dilahirkan di rumah penginapan, untuk menunjuk-
kan bahwa Ia datang ke dunia ini untuk sebuah kunjungan
singkat, seperti memasuki rumah penginapan, dan Ia
mengajarkan kepada kita untuk melakukan hal yang sama.
Sebuah rumah penginapan menerima semua pendatang,
begitu juga Kristus. Ia mengangkat panji-panji kasih seba-
gai lambang-Nya, dan siapa pun juga yang datang kepada-
Nya tidak akan ditolak-Nya. Bedanya dengan penginapan
lain, Ia menyambut mereka yang datang tanpa uang, gratis.
Semua tersedia dengan cuma-cuma.
(2) Ia dilahirkan di dalam kandang; beberapa orang menduga
kata ini berarti palungan, tempat meletakkan makanan ter-
nak agar dapat dimakan sambil berdiri. sebab tidak ada
tempat bagi mereka di rumah penginapan, dan sebab tidak
ada tempat nyaman, oh tidak, sebab benda yang dibutuh-
kan memang tidak ada, maka Ia dibaringkan saja di dalam
palungan, dan bukannya dalam sebuah buaian bayi. Kata
yang kita terjemahkan sebagai lampin, diambil oleh sebagi-
an orang dari suatu kata yang berarti mengoyak atau mero-
bek, dan ini menunjukkan bahwa kain untuk alas tidur
bayi yang baik pun tidak tersedia bagi Dia. Yang ada hanya
kain kasar yang sudah koyak di sana sini. Kenyataan bah-
wa Ia dilahirkan di dalam sebuah kandang dan dibaringkan
di atas palungan dapat dijadikan contoh,
[1] Tentang kemiskinan orangtua-Nya. Seandainya mereka
kaya, akan tersedia ruangan yang baik. Namun, sebab
mereka miskin, mereka harus berusaha sebaik-baiknya.
[2] Tentang kerusakan moral dan buruknya tingkah laku
manusia pada masa itu; bahwa seorang wanita de-
ngan reputasi baik dan terhormat diperlakukan begitu
biadab. Kalau saja ada sedikit rasa kemanusiaan yang
lazim di antara mereka, mereka tidak akan membiarkan
seorang wanita yang sedang sakit bersalin berada
di kandang binatang.
[3] Hal itu dapat dijadikan contoh bagaimana Yesus Tuhan
kita direndahkan. Akibat dosa, kita menjadi seperti bayi
yang dibuang, tak berdaya, dan merana kesepian. Se-
perti inilah Kristus adanya. Dengan demikian Ia meme-
nuhi pertanda Musa, seorang nabi besar dan sang pem-
beri Hukum Perjanjian Lama, yang saat masih bayi di-
buang dalam sebuah keranjang pandan, seperti Kristus
di dalam palungan. Melalui peristiwa ini Kristus me-
mandang rendah semua kemuliaan duniawi dan meng-
ajar kita untuk mengabaikan semua itu. sebab orang-
orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya, jangan-
lah kita heran bila mereka juga tidak menerima kita.
Penampakan Malaikat kepada Para Gembala;
Kunjungan Para Gembala kepada Kristus
(2:8-20)
8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawan-
an ternak mereka pada waktu malam. 9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat
Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan
mereka sangat ketakutan. 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: “Jangan
takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar
untuk seluruh bangsa: 11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di kota Daud. 12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan
menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam
palungan.” 13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu se-
jumlah besar bala tentara sorga yang memuji Tuhan , katanya: 14 “Kemuliaan
bagi Tuhan di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya.” 15 Setelah malaikat-malaikat itu me-
ninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata se-
orang kepada yang lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa
yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” 16 Lalu
mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu,
yang sedang berbaring di dalam palungan. 17 Dan saat mereka melihat-Nya,
mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang
Anak itu. 18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang
dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. 19 namun Maria menyimpan
segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. 20 Maka kembali-
lah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Tuhan sebab segala
sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa
yang telah dikatakan kepada mereka.
Semua hina dina yang dialami Kristus diikuti oleh beberapa pengung-
kapan mengenai kemuliaan-Nya, untuk mengimbangi kehinaan itu
dan mengenyahkan sakit aib itu. sebab meskipun Ia merendahkan
diri-Nya sendiri, Tuhan juga mempermuliakan Dia dan memberikan
jaminan akan pemuliaan-Nya di masa yang akan datang. saat kita
melihat Dia dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkan di dalam
palungan, kita mungkin bisa tergoda untuk berkata, “Pasti ini bukan
Anak Tuhan .” namun melihat bagaimana kelahiran-Nya diiringi, seperti
yang terjadi di sini, dengan paduan suara malaikat, maka kita pasti
akan berkata, “Tidak bisa lain, pasti ini Anak Tuhan , yang mengenai-
Nya telah dikatakan bahwa saat Ia dibawa ke dunia, biarlah semua
malaikat Tuhan menyembah Dia” (Ibr. 1:6).
Di dalam Injil Matius kita membaca bagaimana kedatangan Sang
Duta ini, Sang Pangeran dari sorga, diberitahukan kepada orang-
orang bijak, yang bukan orang Yahudi, melalui sebuah bintang. Di
dalam Injil Lukas ini Tuhan mengutus malaikat-Nya untuk memberi-
tahukan hal itu kepada para gembala yang yaitu orang-orang
Yahudi. Dengan begitu, Tuhan memilih untuk berbicara kepada setiap
orang dalam bahasa yang paling dipahaminya.
I. Di sini kita menyaksikan bagaimana keadaan para gembala saat
menerima pemberitahuan ini. saat itu mereka sedang tinggal di
padang, di pinggiran Betlehem, sedang menjaga kawanan ternak
mereka pada waktu malam (ay. 8). Malaikat itu tidak diutus ke-
pada imam kepala atau tua-tua (mereka belum siap menerima
kabar ini), namun kepada sekelompok gembala miskin, yang seperti
Yakub, seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah, bukan
seperti Esau, seorang yang pandai berburu. Nenek moyang mereka
yaitu gembala. Musa dan Daud secara khusus dipanggil untuk
memerintah umat Tuhan saat sedang menjaga domba. Dengan
contoh ini Tuhan ingin menunjukkan bahwa Ia masih menyukai
pekerjaan yang tulus ini. Berita mengenai pembebasan Israel ke-
luar dari negeri Mesir disampaikan kepada Musa saat ia sedang
menjaga domba, dan kepada para gembala yang besar kemung-
kinan yaitu orang-orang saleh, disampaikan berita keselamatan
yang lebih besar.
Perhatikanlah:
1. Mereka tidak sedang tidur di atas tempat tidur saat berita ini
disampaikan kepada mereka (meskipun banyak juga yang me-
nerima berita sorga ini saat sedang berbaring di atas tempat
tidur), namun sedang tinggal di padang, dan sedang berjaga-
jaga. Mereka yang ingin mendengar Tuhan harus terjaga dan
bangun. Mereka benar-benar terjaga, dan sebab itu pandang-
an dan pendengaran mereka tidak dapat ditipu seperti halnya
orang-orang yang setengah tidur.
2. Pada saat itu mereka sedang bekerja, bukan sedang beriba-
dah. Mereka sedang melakukan pekerjaan yang menjadi pang-
gilan mereka, yaitu menjaga kawanan ternak mereka, untuk
mengamankan ternak ini dari pencuri dan serangan binatang
pemangsa. Kemungkinan besar peristiwa ini terjadi pada mu-
sim panas, saat untuk membiarkan ternak mereka berada di
padang semalam-malaman dan tidak dikandangkan, seperti
yang kita lakukan sekarang. Perhatikanlah, kita tidak luput
dari kunjungan ilahi bila kita melakukan pekerjaan yang men-
jadi panggilan kita dengan tulus dan melibatkan Tuhan di da-
lamnya.
II. Betapa terkejutnya mereka dengan kemunculan malaikat itu (ay.
9), Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka,
epestē – berdiri di atas mereka, besar kemungkinan malaikat itu
melayang di udara di atas kepala mereka, sebab datang langsung
dari sorga. Kita membaca di sini, seorang malaikat, seakan-akan
sama dengan malaikat yang pernah muncul dan berulang-ulang
muncul di pasal sebelumnya, yaitu malaikat Gabriel, sebab ia
terbang dengan cepat. namun hal ini tidaklah pasti. Kedatangan
malaikat di dekat mereka menunjukkan bahwa mereka jarang me-
mikirkan atau mengharapkan terjadinya hal semacam ini. Demi-
kianlah kunjungan-kunjungan mulia dari sorga terjadi, sebelum
kita menyadarinya. Agar mereka yakin bahwa yang datang yaitu
malaikat dari sorga, mereka melihat dan mendengar kemuliaan
Tuhan bersinar meliputi mereka; kemuliaan yang mengubah ma-
lam seperti siang, kemuliaan yang biasanya mengikuti penampak-
an Tuhan , sebuah kemuliaan sorgawi, atau kemuliaan yang luar
biasa agung, sehingga membuat mereka tidak tahan memandang
kecemerlangannya yang menyilaukan. Hal ini membuat mereka
sangat ketakutan, dan mati terpana, seperti ketakutan mengha-
dapi kabar buruk. saat kita menyadari keadaan kita yang begitu
banyak kesalahan, kita memiliki alasan untuk takut mengha-
dapi setiap berita dari sorga, kalau-kalau yang datang yaitu
utusan murka Tuhan .
III. Pesan yang harus disampaikan malaikat itu kepada para gembala
(ay. 10-12).
1. Ia memberikan kata-kata penegasan untuk menghentikan keta-
kutan mereka, “Jangan takut, sebab kami tidak akan menga-
takan hal-hal yang menakutkanmu; kamu tidak perlu takut ke-
pada musuh-musuhmu, dan jangan takut kepada sahabat-
sahabatmu.”
2. Ia melengkapi mereka dengan sukacita yang berlimpah-lim-
pah, “Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan
besar, dengan sungguh-sungguh aku menyatakan, dan sung-
guh layak bila kamu menyambutnya, sebab kabar ini akan
memberikan kesukaan besar untuk seluruh bangsa, bukan ha-
nya kepada bangsa Yahudi saja; bahwa hari ini telah lahir
bagimu, pada saat ini, seorang Juruselamat, Sang Juruselamat
yang telah begitu lama dinanti-nantikan, yaitu Kristus, Tuhan,
di kota Daud” (ay. 11). Yesus yaitu Kristus, Sang Mesias,
Yang Diurapi. Ia yaitu Tuhan, Tuhan di atas segalanya. Ia
yaitu Raja yang berkuasa. Bahkan, Ia yaitu Tuhan , sebab
Tuhan dalam Perjanjian Lama berpadanan dengan Yehova. Ia
yaitu seorang Juruselamat, dan Ia akan menjadi Jurusela-
mat bagi mereka yang menerima Dia sebagai Tuhan. “Juruse-
lamat itu telah lahir, Ia dilahirkan hari ini, dan sebab merupa-
kan kesukaan besar untuk seluruh bangsa, hal ini tidak boleh
dirahasiakan, kamu harus menyatakannya, harus memberita-
hukannya kepada siapa pun yang kamu sukai. Ia dilahirkan di
suatu tempat yang telah dinubuatkan sebelumnya, di kota
Daud. Ia dilahirkan bagimu, pertama-tama bagimu wahai
orang-orang Yahudi, untuk memberkatimu; untukmu wahai
para gembala, meskipun kamu miskin dan tidak berharga di
dunia ini.” Hal ini merujuk pada Yesaya 9:5, Sebab seorang
anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan un-
tuk kita. Bagimu, wahai umat manusia, bukan bagi kami, ma-
laikat-malaikat. Ia tidak mengambil rupa malaikat dalam diri-
Nya. Ini benar-benar sukacita bagi seluruh bangsa, sukacita
besar. Yang telah lama dinanti-nantikan, akhirnya datang
juga. Biarlah langit dan bumi bersukacita di hadapan Tuhan
ini, sebab Ia datang.
3. Malaikat ini memberikan tanda untuk menegaskan iman me-
reka mengenai hal ini. “Bagaimana kita dapat menemukan
anak ini di kota Betlehem yang sekarang dipenuhi oleh ketu-
runan Daud?” Kamu akan menemukan Dia dengan tanda ini:
“Ia terbaring di dalam palungan, pasti belum pernah ada se-
orang bayi yang baru dilahirkan dibaringkan di tempat seperti
ini.” Tentunya para gembala ini berharap malaikat itu akan
berkata, “Meskipun Ia masih seorang bayi, kamu akan mene-
mukan Dia mengenakan jubah kebesaran, dibaringkan dalam
sebuah rumah terbaik di kota, berbaring dalam kemewahan,
dikelilingi sejumlah besar pengunjung dalam segala kemewah-
an kekayaan mereka.” “Tidak, kamu akan menjumpai seorang
bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palung-
an.” saat Kristus masih berada di atas muka bumi ini, Ia
membuat diri-Nya sendiri berbeda, dan membuat diri-Nya ter-
nama hanya dengan keteladanan kehinaan-Nya.
IV. Puji-pujian malaikat-malaikat bagi Tuhan dan ucapan selamat me-
reka bagi manusia atas kesempatan yang khidmat ini (ay. 13-14).
Setelah pesan ini disampaikan oleh satu malaikat (yang bisa pergi
secepat kilat), tiba-tiba tampak sejumlah besar bala tentara sorga
bersama malaikat itu. Pastilah jumlah mereka itu cukup untuk
membentuk sebuah paduan suara, yang didengar oleh para gem-
86
bala itu sedang menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan , dan pastilah
nyanyian mereka itu bukannya nyanyian yang tidak seorang pun
dapat mempelajarinya (Why. 14:3), sebab nyanyian itu dirancang
agar kita semua dapat mempelajarinya.
1. Biarlah Tuhan memperoleh penghormatan atas pekerjaan ini:
Kemuliaan bagi Tuhan di tempat yang mahatinggi. Kehendak
baik Tuhan dinyatakan dengan mengirim Sang Mesias, sehingga
sangat layak pujian itu dikembalikan kepada-Nya. Lagi pula,
malaikat-malaikat yang berada di sorga yang mahatinggi tidak
ingin merampas kemuliaan ini bagi mereka sendiri, mereka
merayakan hal ini bagi kemuliaan-Nya (Why. 5:11-12). Kemu-
liaan bagi Tuhan , yang telah merancang kesukaan ini dalam
kebaikan dan kasih-Nya, dan yang dalam kebijaksanaan-Nya
telah merancang sedemikian rupa sehingga satu atribut ilahi
tidak boleh dimuliakan dengan mengorbankan atribut ilahi
yang lain, sebaliknya, kehormatan semua atribut ilahi sama-
sama tetap dijaga dan dimuliakan. Semua karya Tuhan lainnya
yaitu bagi kemuliaan-Nya, namun penebusan dunia ini yaitu
bagi kemuliaan-Nya di tempat yang mahatinggi.
2. Biarlah manusia memperoleh sukacita ini: damai sejahtera di
bumi, kehendak baik bagi manusia (KJV). Kehendak baik Tuhan
dalam mengirim Sang Mesias membawa serta damai sejahtera
di dunia bawah ini, mematahkan perseteruan yang ditimbul-
kan dosa antara Tuhan dan manusia, dan menetapkan kembali
hubungan damai di antara keduanya. Jika Tuhan berdamai
dengan kita, semua damai sejahtera akan mengalir dari situ:
hati nurani yang damai, damai dengan para malaikat, damai di
antara bangsa Yahudi dan bangsa bukan-Yahudi. Damai di
sini yaitu bagi semua kebaikan, semua yang baik yang meng-
alir dari penjelmaan Kristus. Semua kebaikan yang kita miliki
atau yang kita harapkan, semuanya bersumber pada kehen-
dak baik atau perkenan Tuhan . Dan jika kita mendapatkan
penghiburan dari semua kebaikan itu, maka Dia harus mem-
peroleh kemuliaan atas semuanya itu. Dan oleh sebab itu
juga, tidak akan ada damai sejahtera dan kebaikan dapat di-
peroleh melalui cara yang tidak sejalan dengan kemuliaan
Tuhan , tidak melalui jalan dosa atau jalan lain apa pun, selain
melalui seorang Pengantara. Inilah damai yang dinyatakan
dengan penuh kekhidmatan. sebab itu, siapa pun yang mau,
biarlah mereka datang dan menerima manfaat dari perdamai-
an yang ditawarkan Tuhan . Itulah damai sejahtera di bumi bagi
manusia yang berkehendak baik (begitulah terjemahan bebe-
rapa salinan naskah), en anthrōpois eudokias; bagi manusia
yang memiliki kehendak baik kepada Tuhan dan yang bersedia
diperdamaikan, atau bagi manusia yang kepadanya Tuhan ber-
kenan atau menyatakan kehendak baik-Nya, sebab belas ka-
sihan-Nya. Lihatlah betapa tergugahnya perasaan para malai-
kat bagi manusia, akan kesejahteraan dan kebahagiaannya.
Betapa senangnya para malaikat atas penjelmaan Anak Tuhan ,
walaupun Ia tidak mengambil rupa mereka. Jadi, tidakkah
hati kita akan lebih tergugah lagi sebab hal itu? Ini yaitu
pernyataan kesetiaan, yang disaksikan dan dibenarkan oleh
kawanan malaikat yang tak terhitung jumlahnya, dan layak
untuk diterima dengan baik, yaitu bahwa kehendak baik atau
perkenan Tuhan kepada manusia yaitu kemuliaan bagi Tuhan
di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi.
V. Kunjungan para gembala kepada Juruselamat yang baru lahir.
1. Para gembala itu berkata seorang kepada yang lain mengenai
hal itu (ay. 15). Sementara para malaikat melantunkan nyanyi-
an pujian mereka, para gembala itu hanya dapat memusatkan
perhatian mereka pada nyanyian itu. namun , setelah malaikat-
malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga (kare-
na malaikat, saat muncul, tidak akan tinggal lama, mereka
akan segera kembali setelah melaksanakan tugas mereka),
gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain, “Mari-
lah kita pergi ke Betlehem.” Perhatikanlah, saat kita tahu
pesan-pesan luar biasa dari dunia atas sudah tidak akan da-
tang lagi, kita harus mengarahkan hati kita untuk meningkat-
kan sarana-sarana yang kita punyai guna meneguhkan iman
kita serta memelihara persekutuan kita dengan Tuhan di dunia
bawah ini. Kita tidak akan mengurangi kebenaran kesaksian
malaikat atau bahkan kesaksian ilahi itu sendiri bila kita
membuktikannya lagi dengan penglihatan dan pengalaman
sendiri. Perhatikan baik-baik, para gembala ini tidak ragu-ragu
saat berkata, “Marilah kita pergi dan melihat, apakah benar
seperti itu atau tidak.” Sebaliknya, mereka sangat yakin, Mari-
lah kita pergi untuk melihat apa yang terjadi di sana. Apa yang
harus diragukan lagi jika Tuhan telah memberitahukan kepada
mereka? Sebab firman yang dikatakan dengan perantaraan
malaikat tetap berlaku dan benar-benar tidak perlu dipertanya-
kan lagi.
2. Mereka segera berkunjung ke sana (ay. 16). Mereka tidak
membuang-buang waktu, namun justru cepat-cepat berangkat
ke tempat itu, sebuah tempat yang mungkin telah dijelaskan
oleh malaikat dengan lebih terperinci daripada yang tercatat di
sini (“Pergilah ke sebuah kandang di penginapan anu”) dan di
sanalah mereka menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang
sedang berbaring di dalam palungan. Kemiskinan dan keku-
rangan yang mereka jumpai dalam Kristus Tuhan tidak meng-
guncang iman mereka sebab mereka sendiri mengetahui apa
arti menjalani kehidupan dalam persekutuan yang menye-
nangkan bersama Tuhan dalam keadaan miskin dan kekurang-
an. Beralasan jika kita menduga bahwa para gembala ini juga
memberitahukan Yusuf dan Maria tentang penampakan para
malaikat yang baru mereka lihat dan tentang nyanyian ma-
laikat yang telah mereka dengar, yang pasti sangat menguat-
kan hati mereka berdua, lebih menyenangkan daripada kun-
jungan nyonya-nyonya terhormat dari kota itu sekalipun. Dan
mungkin juga Yusuf dan Maria bercerita kepada para gembala
itu tentang berbagai penglihatan mereka perihal Anak itu.
Dengan saling menyampaikan pengalaman masing-masing,
mereka saling memperkuat iman masing-masing secara lebih
kuat lagi.
VI. Kepedulian para gembala untuk menyebarluaskan apa yang telah
dikatakan kepada mereka tentang Anak itu (ay. 17). saat mere-
ka melihat-Nya, sekalipun mereka tidak melihat sesuatu dalam
diri Anak itu yang dapat membuat mereka percaya bahwa Dia
yaitu Kristus Tuhan, namun, segala keadaan, walaupun miskin-
nya keluarga ini, benar-benar sesuai dengan tanda yang telah di-
beritahukan oleh malaikat itu, dan mereka pun merasa sangat
puas. Sama seperti orang-orang yang sakit kusta berkata seorang
kepada yang lain (2Raj. 7:9, Tidak patut yang kita lakukan ini.
Hari ini ialah hari kabar baik, namun kita ini tinggal diam saja),
maka mereka pun memberitahukan ke mana-mana seluruh kisah
yang telah dikatakan kepada mereka, baik oleh para malaikat
maupun oleh Yusuf dan Maria tentang Anak itu, bahwa Ia yaitu
Sang Juruselamat, bahkan Ia yaitu Kristus Tuhan. Di dalam Dia
ada damai sejahtera di bumi, Ia dikandung melalui kuasa Roh
Kudus, dan dilahirkan oleh seorang perawan. Hal ini mereka beri
tahukan kepada semua orang sesuai dengan kesaksian mereka.
Dan sekarang, kalau Ia telah ada di dalam dunia ini, namun dunia
ini tidak mengenal-Nya, maka itu salah mereka sendiri, sebab
telah cukup banyak pemberitahuan diberikan kepada mereka.
Apa kesan pemberitaan ini terhadap banyak orang? Sesung-
guhnya, semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang
dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka (ay. 18). Para gem-
bala itu yaitu orang-orang sederhana, bersahaja, dan jujur, dan
orang banyak tidak bisa mencurigai mereka telah merancang se-
suatu untuk menipu. sebab itu, besar kemungkinan apa yang
mereka katakan itu benar adanya. Dan sebab hal yang diberita-
kan itu benar, tidak bisa tidak orang banyak itu menjadi heran
mendengar bahwa Sang Mesias harus dilahirkan dalam sebuah
kandang, dan bukan di dalam sebuah istana, bahwa para malai-
kat harus membawa kabar itu kepada para gembala miskin dan
bukan kepada imam-imam kepala. Mereka merasa heran namun
tidak pernah berusaha menyelidiki lebih lanjut mengenai Sang
Juruselamat itu, mengenai kewajiban mereka kepada-Nya, atau
mengenai manfaat-manfaat yang akan mereka peroleh dari-Nya.
Sebaliknya, mereka membiarkan semuanya berlalu begitu saja.
Oh, betapa luar biasa bodohnya orang-orang dari generasi itu!
Sungguh pantas memang bila hal-hal yang perlu bagi damai
sejahtera mereka disembunyikan dari mata mereka, saat dengan
sengaja mereka sendiri menutup mata terhadap hal-hal itu.
VII. Bagaimana orang-orang yang percaya memanfaatkan kabar ten-
tang Juruselamat ini.
1. Perawan Maria menjadikannya sebagai bahan renungan pri-
badinya. Ia tidak banyak berbicara, namun menyimpan segala
perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya (ay. 19). Ia
mengumpulkan semua bukti itu bersama-sama dan menyim-
pannya baik-baik untuk dibandingkan dengan penemuan-
penemuan lain yang dialaminya sesudah itu. Maria diam dan
menyerahkan hal kemurnian moralnya yang dicurigai orang
(sebab dia hamil di luar nikah) kepada Tuhan yang akan
membersihkan sangkaan orang-orang itu. Demikian pula, ia
diam dan menyerahkan halnya kepada Tuhan untuk menyata-
kan kehormatannya kepada umum walaupun hal itu masih
terselubung sekarang ini. Sungguh sangat puas hatinya me-
nyaksikan bahwa walau tidak seorang pun memperhatikan
kelahiran Anak-nya itu, malaikat memperhatikannya. Per-
hatikanlah, kebenaran tentang Kristus layak untuk dipeli-
hara, dan cara untuk memeliharanya agar aman yaitu de-
ngan merenungkannya. Merenungkan merupakan cara ter-
baik untuk membantu kita mengingat-ingat.
2. Para gembala lebih menjadikan kabar tentang Kristus itu se-
bagai puji-pujian kepada orang banyak. Jika orang-orang lain
tidak tergugah hati mereka dengan hal-hal itu, para gembala
itu sangat tersentuh (ay. 20). Maka kembalilah gembala-gem-
bala itu sambil memuji dan memuliakan Tuhan sesuai dengan
apa yang telah dikatakan malaikat kepada mereka. Bilamana
orang-orang lain tidak menghargai kabar yang telah mereka
sampaikan, Tuhan akan menerima ucapan syukur yang me-
reka persembahkan kepada-Nya. Mereka memuji Tuhan atas
segala sesuatu yang telah mereka dengar dari malaikat itu,
dan atas apa yang telah mereka lihat, yaitu seorang bayi di-
bungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan, se-
muanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada
mereka. Mereka bersyukur kepada Tuhan bahwa mereka telah
melihat Kristus, meskipun dalam keadaan penuh kehinaan.
Meskipun seperti sekarang palungan Kristus, dan lalu
salib-Nya, menjadi kebodohan dan batu sandungan bagi se-
bagian orang, namun sebagian orang lain lagi melihat,
mengagumi, dan memuji kebijaksanaan Tuhan dan kuasa
Tuhan di dalam hal-hal ini.
Kristus Dipersembahkan di dalam Bait Tuhan
(2:21-24)
21 Dan saat genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama
Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-
Nya. 22 Dan saat genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa,
mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,
23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung ha-
rus dikuduskan bagi Tuhan ,” 24 dan untuk mempersembahkan korban menu-
rut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung
tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Tuhan kita Yesus, dengan dilahirkan oleh seorang wanita , takluk
kepada hukum Taurat (Gal. 4:4). Dia bukan saja anak dari seorang
putri Adam, yang takluk kepada hukum alam, namun juga anak dari
seorang putri Abraham yang takluk kepada hukum Musa. Dia
meletakkan leher-Nya di bawah kuk itu, sekalipun berat kuk itu, dan
di bawah bayangan dari keselamatan yang akan datang. Walaupun
segala ketetapan dari hukum itu miskin dan menurut roh-roh dunia,
seperti yang disebut oleh Rasul Paulus, Kristus tetap tunduk kepada-
nya, supaya Dia bisa dengan lebih mulia membatalkan dan meniada-
kan hukum itu bagi kita.
Sekarang kita lihat dua contoh bagaimana Ia takluk kepada hu-
kum Taurat itu.
I. Dia disunat tepat pada hari yang ditetapkan menurut hukum Tau-
rat (ay. 21): Dan saat genap delapan hari, hari itu genap tujuh
malam sejak Dia dilahirkan, dan mereka menyunati Dia.
1. Sekalipun sunat itu menyakitkan (Sesungguhnya engkau pe-
ngantin darah bagiku, kata Zipora kepada Musa, sebab meng-
ingat sunat itu, Kel. 4:25, 26), Kristus mau saja melakukannya
bagi kita, bahkan lebih dari itu. sebab kitalah Ia mau tunduk
untuk disunat, untuk memberikan contoh kepatuhan-Nya se-
jak masa dini-Nya, sampai mengorbankan darah-Nya. Ia men-
curahkan darah-Nya setetes demi setetes, dan kelak sesudah
itu Ia menumpahkannya dalam kucuran-kucuran.
2. Sekalipun dengan sunat itu Ia dianggap seperti seorang asing,
dan harus mengikuti upacara itu supaya diakui untuk menik-
mati kovenan dengan Tuhan . Padahal sebelum ini Ia selalu me-
rupakan Anak-Nya yang terkasih. Bahkan lebih dari itu, Ia di-
anggap sebagai seorang pendosa, yang kejahatan-Nya perlu di-
singkirkan. Padahal, tidak ada aib cela yang harus dibersihkan
dari-Nya. Namun begitu, Ia tunduk saja pada hukum itu. Ia
mau tunduk supaya Ia menjadi serupa dengan kita, bukan ha-
nya serupa dalam daging, namun bahkan dalam daging yang
dikuasai dosa (Rm. 8:3).
3. Sekalipun Ia membuat diri-Nya wajib melakukan seluruh hu-
kum Taurat (Gal. 5:3), Ia tetap tunduk pada hukum itu. Ia mau
tunduk supaya Ia dapat mengenakan rupa seorang hamba
pada diri-Nya, walaupun sebenarnya Ia lahir sebagai orang
merdeka. Kristus disunat,
(1) Supaya Ia boleh mengakui diri-Nya sendiri sebagai ketu-
runan Abraham, dan keturunan bangsa yang untuk mereka-
lah, mengenai hal kedagingan, Ia datang, dan supaya da-
lam segala hal Ia sama dengan saudara-saudara-Nya dari
keturunan Abraham (Ibr. 2:16).
(2) Supaya Ia boleh mengakui diri-Nya sendiri sebagai jaminan
bagi dosa-dosa kita dan sebagai pengusaha keselamatan
kita. Sunat (menurut Dr. Goodwin) yaitu suatu persetuju-
an yang dengannya kita mengakui diri kita sebagai orang-
orang yang wajib tunduk pada hukum itu. Demikianlah
Kristus, dengan disunat, melakukan sunat itu sebab ta-
ngan-Nya terikat pada persetujuan itu, sebab Ia dibuat
menjadi dosa untuk kita. Hukum Taurat yang penuh upa-
cara itu melibatkan banyak pengorbanan. Kristus di sini
mengo