lukas 1-12 2

 


dak juga 

bisa percaya bahwa ia akan memiliki anak perjanjian ini, 

“Sebab aku sudah tua dan istriku bukan saja mandul,

malahan sudah lanjut umurnya sehingga tidak akan mungkin 

bisa memiliki anak.” Oleh sebab  itu, ia meminta tanda, atau 

ia akan tetap tidak percaya. Penampakan malaikat, yang su-

dah lama tidak pernah terjadi lagi di dalam jemaat, sebenarnya 

sudah cukup menjadi tanda jelas baginya. Apalagi pemberita-

huan ini disampaikan di dalam Bait Tuhan  , tempat mahakudus 

Tuhan  , sehingga ia memiliki alasan untuk berpikir bahwa tidak 

akan ada malaikat jahat yang diizinkan masuk. Tambahan 

pula pesan itu disampaikan saat  ia sedang berdoa dan mem-

bakar ukupan. Ajaran iman kepercayaannya sendiri sebenar-

nya cukup untuk meredam keberatannya untuk percaya, yaitu 

bahwa Tuhan   mahakuasa dan bagi Dia tidak ada yang mustahil, 

keyakinan yang bukan hanya harus kita ketahui, namun  juga 

harus kita ajarkan kepada yang lain). Meskipun semua alasan 

ini tersedia bagi dia, namun, sebab  terlampau memikirkan 

kenyataan tentang kondisi tubuhnya sendiri dan juga istrinya, 

ia tidak berlaku seperti yang seharusnya dilakukan seorang 

anak Abraham. Sebaliknya, ia merasa bimbang akan janji Tuhan   

ini  (Rm. 4:19-20). 

2.  Bagaimana ketidakpercayaannya dibungkam, dan ia pun bung-

kam sebab  ketidakpercayaannya itu. 

(1) Malaikat itu membungkam mulut Zakharia dengan mene-

gaskan otoritasnya. Kalau ia bertanya kepadaku, “Bagai-

manakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi?” biarlah ia 

mengetahuinya melalui perkataanku ini, “Akulah Gabriel” 

(ay. 19). Malaikat itu menambahkan namanya pada nubuat 

ini seolah-olah sedang membubuhkan tanda tangan de-

ngan tangannya sendiri: teste meipso – camkan perkataan-

ku tentang janji ini. Kadang-kadang malaikat-malaikat 

menolak menyebutkan nama mereka, seperti yang dialami 

oleh Manoah dan istrinya. Namun malaikat Zakharia ini 

berkenan menyebut namanya, “Akulah Gabriel,” yang ber-

arti Kuasa Tuhan  , atau yang penuh kuasa dari Tuhan  , untuk 

menunjukkan bahwa Tuhan   yang memerintahkannya me-

nyampaikan semua hal ini mampu mewujudkan semua 

janji itu. Ia juga memberitahukan namanya untuk meng-

ingatkan Zakharia bahwa pemberitahuan tentang keda-

tangan Mesias juga diberitahukan kepada Daniel oleh 

orang yang bernama Gabriel (Dan. 8:16; 9:21). “Aku yaitu  

malaikat yang sama seperti yang diutus kepada Daniel da-

hulu, dan sekarang aku juga diutus untuk maksud yang 

sama.” Ia yaitu  Gabriel yang berdiri di hadapan Tuhan   

(KJV), yang langsung melayani takhta Tuhan  . Para pembesar 

atau perdana menteri dalam istana Kerajaan Persia digam-

barkan demikian, bahwa mereka yang boleh memandang 

wajah raja (Est. 1:14). “Meskipun aku sekarang sedang ber-

bicara dengan engkau di sini, namun aku tetap berdiri di 

hadapan Tuhan  . Aku tahu mata-Nya mengawasi aku dan 

aku tidak berani mengatakan lebih daripada apa yang ha-

rus aku sampaikan. Dengan sungguh-sungguh kukatakan 

kepadamu, bahwa aku telah diutus untuk berbicara kepada 

engkau, diutus dengan sengaja untuk menyampaikan kabar 

kesukaan ini kepadamu, yang sebab  teramat layak untuk 

mendapatkan bukan saja luar biasa mulia segenap sam-

butan, engkau seharusnya menerimanya dengan girang 

hati.” 

(2) Malaikat itu benar-benar membungkam mulut Zakharia 

dengan memperlihatkan kuasanya, “Agar engkau tidak 

membantah lagi, sesungguhnya engkau akan menjadi bisu” 

(ay. 20). Bila engkau menuntut tanda untuk mendukung 

imanmu, inilah tandanya dan sekaligus juga merupakan 

hukuman bagi ketidakpercayaanmu. Engkau tidak dapat 

berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini 

terjadi” (ay. 20). Engkau akan menjadi bisu dan tuli. Kata 

yang dipakai  ini memiliki  makna yang sama, yakni ia 

kehilangan baik pendengaran maupun kemampuan bicara-

nya, sebab  untuk berkomunikasi, teman-temannya harus 

memberi isyarat kepadanya (ay. 62) dan sebaliknya ia pun 

harus memberi isyarat kepada mereka (ay. 22). Nah, de-

ngan membuat dia menjadi bisu, berarti  

[1] Tuhan   telah berlaku adil kepadanya, sebab  ia meragu-

kan dan menentang firman Tuhan  . sebab  itu, kita perlu 

mengambil waktu untuk mengagumi betapa panjangnya 

kesabaran Tuhan  , betapa kita sering mengucapkan per-

kataan yang tidak memuliakan Tuhan  , namun kita tidak 

sampai dihukum menjadi bisu seperti Zakharia walau-

pun Dia berhak berbuat demikian terhadap kita sesuai 

dengan dosa-dosa kita.  

[2] Tuhan   memperlakukan Zakharia dengan baik, sangat 

lembut dan penuh belas kasih.  

sebab :  

Pertama, dengan peristiwa ini  Tuhan   mencegah 

dia untuk mengucapkan lagi kata-kata yang penuh 

dengan ketidakpercayaan. Bila ia memiliki  pikiran ja-

hat, dan tidak mau membungkam mulut dengan tangan-

nya sendiri, atau tidak mau mengenakan kekang pada 

mulutnya, maka Tuhan   sendirilah yang akan melakukan-

nya. Lebih baik tidak berbicara sama sekali daripada 

berbicara jahat.  

Kedua, begitulah Tuhan   meneguhkan imannya, dan 

sebab  tidak bisa berbicara lagi, ia mampu berpikir de-

ngan lebih baik. Bila kita mendapat teguran keras ka-

rena dosa-dosa kita, dan hal itu membuat kita lebih 

menghargai firman Tuhan  , maka kita tidak memiliki 

alasan untuk berkeluh kesah atas teguran ini . 

Ketiga, dengan dibuat bisu dan tuli, ia dijauhkan 

dari perbuatan untuk membuka rahasia mengenai 

penglihatannya itu dan menyombongkan diri sebab -

nya, yang mungkin cenderung akan dilakukannya, pa-

dahal peristiwa itu telah dirancang untuk dirahasiakan 

sementara ini.  

Keempat, sungguh merupakan rahmat besar bahwa 

firman Tuhan   akan digenapkan pada waktunya, meski-

pun ia telah berbuat dosa dengan ketidakpercayaannya. 

Ketidakpercayaan manusia tidak akan membatalkan 

janji Tuhan  , janji Tuhan   akan digenapi pada waktunya. 

Zakharia pun tidak akan bisu selamanya, melainkan 

hanya sampai kepada hari di mana semuanya ini terjadi, 

dan setelah itu, “Bibirmu akan terbuka, sehingga mulut-

mu memuji-muji Tuhan  .” Jadi, meskipun Tuhan   menghu-

kum umat-Nya yang bersalah dengan rotan, namun ka-

sih setia-Nya tidak akan hilang. 

V. Kembalinya Zakharia ke tengah umat, dan juga kepada keluarga-

nya setelah masa penugasan usai, serta dikandungnya anak yang 

dijanjikan, seorang anak laki-laki pada masa tuanya. 

1. Orang-orang tetap tenang dan menunggu, mengharapkan 

Zakharia keluar dari Bait Suci, sebab  ia harus menyampai-

kan berkat kepada mereka dalam nama Tuhan. Meskipun ia 

melampaui batas waktu yang lazim, mereka tetap menunggu 

dengan sabar, tidak seperti kebiasaan jemaat Kristen yang 

segera pulang dengan tergesa-gesa tanpa menunggu doa ber-

kat. Orang banyak itu tetap menanti-nantikan Zakharia. Mere-

ka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait 

Suci, dan khawatir kalau-kalau telah terjadi sesuatu yang 

tidak diharapkan (ay. 21). 

2.  saat  ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata (ay. 22). Sekarang 

ia seharusnya menyuruh umat pulang dengan terlebih dahulu 

memberkati mereka, namun  ia telah menjadi bisu dan tidak 

mampu melakukan apa yang seharusnya ia kerjakan, yaitu 

agar orang banyak bisa diingatkan untuk mengharapkan 

Mesias, yang bisa memerintahkan berkat itu, yang benar-benar 

memberkati, dan di dalam-Nya semua bangsa di bumi ini akan 

diberkati. Jabatan imamat Harun akan segera dibungkam dan 

ditinggalkan, untuk membuka jalan bagi pengharapan yang 

lebih baik.  

3. Zakharia berusaha memberitahu umat agar mereka mengerti 

bahwa ia telah melihat suatu penglihatan, dengan membuat be-

berapa isyarat yang tidak keruan. Dikatakan bahwa ia mem-

beri isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu (ay. 22). Hal ini 

menggambarkan kepada kita kelemahan dan kekurangan pela-

yanan imamat orang Lewi dibandingkan dengan pelayanan 

imamat Kristus serta dispensasi Injil. Perjanjian Lama 

berbicara dengan menggunakan tanda, memberikan beberapa 

petunjuk mengenai hal-hal ilahi dan sorgawi, namun petunjuk 

ini  tidak sempurna dan tidak pasti, hanya memberi 

isyarat kepada kita, namun  tetap membisu. Injillah yang 

berbicara dengan jelas kepada kita dan memberi kita 

gambaran yang jelas mengenai apa yang dalam Perjanjian 

Lama masih terlihat samar-samar. 

4.  Ia tetap bertugas sampai selesai waktu tugas pelayanannya, 

sebab  tugas yang diundikan kepadanya untuk membakar 

ukupan tetap bisa dilaksanakan meskipun ia bisu dan tuli. 

Bila kita tidak bisa menunaikan tugas pelayanan kepada Tuhan   

sebaik yang seharusnya, namun berusaha melakukannya se-

baik mungkin, maka Tuhan   akan tetap menerima kita dalam 

pelayanan itu. 

5. Zakharia lalu   pulang ke rumah, dan beberapa lama ke-

mudian istrinya mengandung (ay. 23-24). Ia mengandung seba-

gai penggenapan janji itu. Menyadari hal itu, selama lima 

bulan ia tidak menampakkan diri. Ia mengurus rumah tangga 

seperti biasa dan tetap merahasiakan hal itu. Ia juga tidak 

pergi ke luar rumah seperti yang biasa ia lakukan, sebab : 

(1) Jangan sampai ia merugikan diri sendiri, misalnya meng-

alami keguguran atau membahayakan janin itu.  

(2) Jangan sampai ia melakukan sesuatu yang dapat melang-

gar ketentuan yang telah ditetapkan tentang kenaziran 

anak itu. Ia mengingat perintah yang diberikan malaikat 

kepada ibu Simson dalam kejadian serupa dan menerap-

kannya pada diri sendiri. Ia tidak boleh menyentuh sesuatu 

yang najis, sementara ia mengandung anak yang akan 

menjadi nazir Tuhan   (Hak. 13:14). Meskipun di sini hanya 

disebut lima bulan, sebab  peristiwa yang akan mengikuti 

pada bulan keenam, namun kita boleh beranggapan bahwa 

ia tetap bersikap hati-hati selama masa mengandung anak 

itu.  

(3) Ada yang berpendapat bahwa ia tidak menampakkan diri 

sebab  terlalu merasa risih, merasa malu terhadap apa 

yang akan orang katakan tentang dirinya yang mengan-

dung di usia tua. “Akan berahikah aku, setelah aku sudah 

layu, sedangkan tuanku sudah tua?” (Kej. 18:12). Atau, ini 

merupakan tanda kerendahan hatinya, supaya ia tidak 

tampak menyombongkan kehormatan yang diberikan Tuhan   

kepadanya. 

(4) Ia tidak menampakkan diri untuk beribadah, supaya ia 

dapat meluangkan waktu dalam doa dan pujian. Orang-

orang kudus yaitu  orang-orang yang dilindungi Tuhan  . Ini-

lah alasan yang diberikannya untuk tidak menampakkan 

diri, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, bukan saja 

dengan bermurah hati menganugerahkan seorang anak 

bagiku, namun  juga memberikan kehormatan dengan mem-

berikan seorang anak yang akan menjadi seorang nazir” 

(sebab  itulah yang mungkin diisyaratkan suaminya mela-

lui tulisan kepadanya). “Ia berkenan menghapuskan aibku

  di depan orang.” Kesuburan dianggap berkat yang begitu 

besar di kalangan orang Yahudi, sebab  janji Tuhan   untuk 

memperbesar bangsa mereka dan munculnya Sang Mesias 

dari antara mereka, sehingga sungguh menjadi aib yang 

besar apabila ada yang mandul. Orang yang mandul, mes-

kipun tidak bersalah apa pun, tetap dianggap telah bersa-

lah melakukan suatu dosa tersembunyi, hingga menda-

tangkan hukuman itu ke atas mereka. Sekarang, Elisabet 

bersukacita penuh kemenangan, bahwa aib ini bukan saja 

dihapuskan, namun  juga digantikan dengan kemuliaan 

besar. Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, melampaui se-

mua pemikiran atau harapanku, dan sekarang Ia berkenan 

kepadaku. Perhatikanlah, dalam semua perbuatan Tuhan   

yang penuh kemurahan kepada kita, kita harus meman-

dang kepedulian-Nya yang besar kepada kita. Ia telah me-

nilik kita dengan penuh belas kasihan dan perkenanan, dan 

sebab  itu Ia menunjukkan perbuatan-Nya bagi kita.  

Pemberitahuan tentang Kelahiran Kristus 

(1:26-38) 

26 Dalam bulan yang keenam Tuhan   menyuruh malaikat Gabriel pergi ke se-

buah kota di Galilea bernama Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang ber-

tunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan 

itu Maria. 28 saat  malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, 

hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” 29 Maria terkejut 

mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam 

itu. 30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau 

beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan   31 Sesungguhnya engkau akan me-

ngandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah eng-

kau menamai Dia Yesus. 32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak 

Tuhan   Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Tuhan   akan mengaruniakan kepada-Nya 

takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum ketu-

runan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesu-

dahan.” 34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin 

terjadi, sebab  aku belum bersuami?” 35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh 

Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan   Yang Mahatinggi akan menaungi 

engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak 

Tuhan  . 36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengan-

dung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam 

bagi dia, yang disebut mandul itu. 37 Sebab bagi Tuhan   tidak ada yang mus-

tahil.” 38 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini yaitu  hamba Tuhan; jadilah 

padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.  

Di dalam perikop ini kita diberitahukan mengenai segala sesuatu 

yang perlu kita ketahui tentang inkarnasi dan bagaimana dikandung-

nya Juruselamat kita yang diberkati itu, yakni enam bulan setelah di-

kandungnya Yohanes. Gabriel, malaikat yang sama yang diutus kepa-

da Zakharia untuk memberitakan rencana Tuhan   mengenai anak laki-

lakinya, juga diutus dalam hal ini, sebab  karya mulia penyelamatan 

yang telah dimulai di dalam peristiwa pengandungan Yohanes itu 

sedang berlanjut. Sama seperti tidak satu pun malaikat jahat yang 

ditebus, begitu pula tidak satu pun malaikat baik yang menjadi pene-

bus. Walaupun begitu, para malaikat yang baik dipakai  oleh Sang 

Penebus sebagai utusan-Nya, dan dengan sukacita mereka pergi 

membawa pesan-pesan-Nya, sebab  mereka yaitu  pelayan yang ren-

dah hati dari Bapa-Nya, sahabat dan penghibur bagi anak-anak-Nya. 

I.  Di sini ada berita mengenai ibu Tuhan kita, yang melaluinya Ju-

ruselamat kita akan dilahirkan. Meskipun kita tidak berdoa ke-

padanya, kita harus bersyukur kepada Tuhan   untuk ibu ini. 

1.  Ia bernama Maria, nama yang sama dengan Miriam, saudara 

wanita  Musa dan Harun. Nama ini berarti ditinggikan, dan 

memang betapa ditinggikannya dia sebab  dikaruniai di antara 

semua putri-putri keluarga Daud.  

2.  Maria yaitu  putri keluarga bangsawan dari garis keturunan 

Daud. Baik dia maupun semua teman-temannya mengetahui 

status ini , sebab  ia memiliki nama dan hak keluarga 

Daud, meskipun miskin dan rendah derajatnya di dunia ini. 

Melalui pemeliharaan Tuhan   serta kepedulian bangsa Yahudi, ia 

dimampukan untuk menjaga garis keturunan atau silsilahnya, 

sehingga lebih mudah ditelusuri, dan selama janji tentang 

Mesias dalam proses penggenapan, silsilah ini  sangat 

berharga untuk dipelihara. namun  untuk situasi sekarang, bagi 

mereka yang rendah derajatnya di dunia ini, memiliki garis 

keturunan bangsawan dianggap tidak layak disebut-sebut lagi.  

3.  Dia seorang perawan, yang suci tanpa noda, dan bertunangan 

dengan seorang laki-laki yang juga dari garis keturunan bang-

sawan seperti dirinya, dan yang juga berasal dari status sosial 

yang rendah. Dengan demikian, dalam kedua hal ini mereka 

memiliki kesetaraan (yang merupakan hal yang tepat bagi 

mereka). Laki-laki ini  bernama Yusuf, dan juga berasal 

dari keluarga Daud (Mat. 1:20). Ibu Kristus yaitu  seorang pe-

rawan, sebab  Kristus tidak akan dilahirkan melalui cara kela-

hiran biasa, namun  melalui mujizat. Ia memang harus dilahir-

kan dengan cara demikian, agar meskipun Ia harus mengam-

bil bagian dalam natur (sifat alami) manusia, itu bukanlah 

natur manusia yang sudah rusak. Ia dilahirkan oleh seorang 

perawan yang bertunangan, siap untuk menikah, dan meng-

ikat perjanjian untuk menghormati status pernikahan, agar 

pernikahan (yang merupakan suatu ikatan dalam kesucian) 

tidak dipandang sebagai aib dengan lahirnya Penebus kita dari 

seorang perawan. 

4.  Maria tinggal di Nazaret, sebuah kota di Galilea, sebuah sudut 

terpencil di negeri itu, tempat yang tidak memiliki reputasi 

dalam hal keagamaan atau pengetahuan, namun berbatasan 

langsung dengan wilayah bangsa-bangsa kafir, dan sebab  itu 

dinamakan wilayah Galilea bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Ke-

nyataan bahwa sanak keluarga Kristus tinggal di tempat bang-

sa-bangsa lain ini menunjukkan bahwa anugerah juga diper-

untukkan bagi bangsa bukan-Yahudi. Dr. Lightfoot mengamati 

bahwa Yunus dilahirkan sebagai orang Galilea, Elia dan Elisa 

sangat akrab dengan Galilea, dan mereka semua dikenal seba-

gai nabi bangsa-bangsa lain. Malaikat diutus kepada Maria 

yang berasal dari Nazaret. Perhatikanlah, tempat terpencil 

atau tempat yang tidak ternama tidak boleh menjadi suatu 

alasan untuk berburuk sangka terhadap orang-orang yang 

kepadanya Tuhan   berkenan. Malaikat Gabriel membawa pesan 

kepada Maria yang ada di Nazaret, wilayah Galilea, dengan 

sukacita yang sama seperti saat  ia membawa pesan bagi 

Zakharia di Bait Suci yang ada di Yerusalem. 

II.  Salam malaikat kepada Maria (ay. 28). Kita tidak memperoleh 

informasi mengenai apa yang sedang dikerjakan Maria pada saat 

itu, atau bagaimana kejadiannya, saat  malaikat itu masuk ke ru-

mah Maria, namun malaikat itu mengejutkannya dengan sapaan 

ini, “Salam, hai engkau yang dikaruniai.” Sapaan ini dimaksudkan 

untuk membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, yaitu:  

1.  Harga dirinya sendiri; meskipun dorongan untuk maksud se-

perti ini jarang diperlukan, namun bagi orang seperti Maria 

yang berkanjang dalam status sosial yang rendah, adakalanya 

ini diperlukan juga.  

2.  Pengharapan akan kabar yang luar biasa, bukan dari negeri 

seberang, melainkan dari atas. Tidak diragukan lagi, sorga 

merancangkan berkat luar biasa kepada seorang yang disapa 

malaikat dengan begitu penuh rasa hormat, “Salam, hai eng-

kau,” chaire – bersukacitalah kamu. Sapaan seperti ini lazim 

pada waktu itu dan menyatakan rasa hormat, maksud baik, 

dan kesejahteraan bagi Maria.  

(1) Ia dimuliakan. “Engkau yang dikaruniai atau dianugerahi. 

Tuhan  , dengan memilih engkau menjadi ibu Mesias, mem-

berikan kehormatan khusus kepadamu, lebih tinggi dari 

Hawa, yang menjadi ibu semua yang hidup.” Alkitab bahasa 

Latin, Vulgata, menerjemahkan kata ini dengan gratiâ 

plena – penuh anugerah, dan sebab  itu, memberi kesim-

pulan bahwa ia memperoleh lebih banyak anugerah Roh 

Kudus dibandingkan siapa pun. Padahal jelas sekali bahwa 

sapaan ini  hanya menunjukkan berkat khusus yang 

diperuntukkan baginya sebagai orang yang dipilih untuk 

mengandung dan melahirkan Tuhan kita yang terkasih. 

sebab  Mesias harus dikandung dari benih seorang perem-

puan, maka kehormatan ini pasti jatuh pada seorang pe-

rempuan, namun  bukan sebab  jasa pribadinya, melainkan 

semata-mata sebab  anugerah yang akan diberikan dengan 

cuma-cuma, dan Marialah yang terpilih untuk itu. “Ya 

Bapa, bila itu Kau pandang baik.” 

(2) Hadirat Tuhan   bersamanya: “Tuhan menyertai engkau, mes-

kipun engkau miskin dan papa, dan mungkin sekarang 

sedang memikirkan cara mendapatkan nafkah dan meng-

hidupi keluarga setelah menikah nanti.” Dengan menggu-

nakan kata-kata ini, malaikat membangkitkan iman Gideon 

(Hak. 6:12): Tuhan menyertai engkau. Kita tidak perlu ber-

putus asa mengenai apa pun, apakah itu gagal dalam pe-

kerjaan atau tiada rejeki, bila kita memiliki Tuhan   yang 

beserta kita. Perkataan ini bisa mengingatkan Maria akan 

Imanuel, Tuhan   beserta kita, yang menjanjikan bahwa se-

orang anak perawan akan mengandung dan akan melahir-

kan (Yes. 7:14), dan mengapa bukan dia? 

(3) Ia mendapat berkat Tuhan  , “Diberkatilah engkau di antara 

semua wanita  (KJV), engkau bukan hanya akan 

dipandang begitu oleh banyak orang, namun sesungguhnya 

engkau memang demikian. Engkau yang begitu dikasihi 

dalam hal ini, boleh berharap akan diberkati dalam banyak 

hal lain.” Maria menjelaskan sendiri tentang hal ini (ay. 48), 

Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia. 

Bandingkan hal ini dengan apa yang dikatakan Debora 

tentang Yael, salah seorang lagi yang ditinggikan di antara 

kaum wanita  (Hak. 5:24), “Diberkatilah ia, melebihi 

wanita -wanita  yang di dalam kemah.” 

III. Keterkejutan Maria atas sapaan ini (ay. 29). saat  Maria melihat 

malaikat itu, serta kemuliaan yang mengelilinginya, ia menjadi 

terkejut atas apa yang dilihatnya, dan lebih lagi saat  ia men-

dengar perkataannya. Seandainya ia seorang wanita  muda 

yang sombong dan ambisius, seseorang yang bercita-cita tinggi, 

dan menyanjung diri sendiri dengan pengharapan tentang hal-hal 

yang besar di dunia ini, ia akan merasa senang mendengar per-

kataan malaikat ini dan selanjutnya ia akan menjadi sombong, 

dan (sebab  kita memiliki alasan untuk meyakini bahwa ia se-

orang wanita  muda yang cerdas) akan siap menjawab, me-

nyatakan kegembiraannya. Namun Maria tidak melakukan hal 

itu, ia bahkan menjadi bingung, dan tidak merasa dirinya layak 

menerima atau dijanjikan hal-hal sebesar itu, sebab  itu ia lalu 

bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Apakah asalnya 

dari sorga atau dari manusia? Apakah salam itu hanya untuk 

menyenangkan hatinya? Apakah untuk menjerat dirinya? Apakah 

hanya untuk memperolok dirinya? Ataukah ada hal penting dan 

berharga di dalamnya? namun  dari semua yang dapat dipikirkan-

nya tentang apakah arti salam itu, saya percaya bahwa sedikit 

pun Maria tidak berpikir bahwa salam itu dimaksudkan atau di-

gunakan sebagai sebuah doa. Namun, pemikirannya yang 

mendalam tentang kejadian ini memberikan petunjuk yang 

berguna bagi para wanita  muda saat  mendapat sapaan 

semacam itu, agar mereka mempertimbangkan dan bertanya di 

dalam hati, apakah arti salam itu, dari mana datangnya, apa 

maksudnya, sehingga mereka bisa menerima sapaan itu dengan 

benar dan senantiasa berjaga-jaga. 

IV. Pesan itu sendiri, yang harus disampaikan malaikat kepadanya. 

Sang malaikat berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan 

kepada Maria untuk berpikir, namun saat  memperhatikan bah-

wa hal ini hanya membuat Maria semakin bingung, ia menerus-

kan pesannya (ay. 30). Maria tidak menyahut apa pun terhadap 

perkataannya; oleh sebab  itu, malaikat menegaskan: “Jangan 

takut, hai Maria, aku tidak bermaksud apa pun selain ingin meya-

kinkan dirimu bahwa engkau beroleh kasih karunia di hadapan 

Tuhan   lebih daripada yang engkau pikirkan, sebab  banyak yang 

mengira bahwa mereka lebih beroleh kasih karunia di hadapan 

Tuhan   daripada keadaan mereka yang sebenarnya.” Perhatikanlah,  

mereka yang beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan   janganlah 

membiarkan ketakutan yang dipenuhi dengan rasa curiga dan 

resah menguasai mereka. Apakah Anda beroleh kasih karunia di 

hadapan Tuhan  ? Jangan takut, meskipun dunia ini membenci 

Anda. Apakah Tuhan   di pihak Anda? Kalau begitu, tidak penting 

siapakah yang akan melawan Anda. 

1.  Meskipun Maria seorang perawan, ia memperoleh kehormatan 

untuk menjadi seorang ibu. “Sesungguhnya engkau akan 

mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan 

engkau harus memberi-Nya sebuah nama; hendaklah engkau 

menamai Dia Yesus” (ay. 31). Hawa, yang seharusnya menda-

pat kehormatan menjadi ibu semua yang hidup, dihukum de-

ngan perasaan takut dan cemas sebab  ia akan berahi kepada 

suaminya, dan suaminya akan berkuasa atasnya (Kej. 3:16). 

Sedangkan Maria memperoleh kehormatan ini  tanpa 

ketakutan dan kecemasan itu. 

2.  Meskipun Maria hidup dalam kemiskinan dan tidak dikenal, ia 

akan memperoleh kehormatan menjadi ibu Sang Mesias; anak 

laki-lakinya akan dinamai Yesus – Sang Juruselamat, sese-

orang yang sangat dibutuhkan dunia ini, dan bukannya sese-

orang seperti yang diharapkan bangsa Yahudi. 

(1) Anak laki-laki itu akan sangat dekat terhubung dengan 

dunia atas. Ia akan menjadi besar, benar-benar besar, tak 

tertandingi besarnya, sebab  Ia akan disebut Anak Yang 

Mahatinggi, Anak dari Tuhan   yang yaitu  Yang Mahatinggi. 

Dengan demikian, Ia akan memiliki sifat dan kodrat yang 

sama dengan Tuhan  ; dan sangat dikasihi oleh Tuhan   seperti 

seorang anak dikasihi bapanya. Ia akan disebut, dan bukan 

salah sebut, Anak Yang Mahatinggi, sebab  Ia sendiri 

yaitu  Tuhan   yang harus dipuji sampai selama-lamanya 

(Rm. 9:5). Perhatikanlah, mereka yang yaitu  anak-anak 

Tuhan  , meskipun hanya melalui pengangkatan dan kelahir-

an kembali, yaitu  benar-benar besar, dan oleh sebab  itu, 

harus menjadi sangat baik (1Yoh. 3:1, 2). 

(2) Ia akan sangat ditinggikan di dunia bawah ini, sebab  mes-

kipun dilahirkan dalam keadaan yang paling hina, dan 

tampil sebagai seorang hamba, Tuhan Tuhan   akan mengaru-

niakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya (ay. 32). 

Malaikat itu mengingatkan Maria bahwa ia berasal dari 

keluarga Daud, dan oleh sebab itu, mengingat bahwa Hu-

kum Salis (yang melarang seorang wanita  untuk meme-

rintah – pen.) maupun hak kesulungan tidak berperan da-

lam pewarisan takhta-Nya ini, maka tidaklah mustahil 

bahwa Maria bisa melahirkan seorang pewaris bagi takhta 

itu. Untuk membuat Maria semakin mudah memercayai hal 

itu, diutuslah seorang malaikat dari sorga untuk memberi 

tahu dia bahwa ia akan melahirkan. Bahwa setelah tongkat 

kerajaan sejak lama beranjak dari keluarga terhormat masa 

silam itu, sekaranglah saatnya tongkat itu akan kembali 

lagi dan akan tetap tinggal di dalam keluarga itu, namun  

tidak akan terjadi melalui pewarisan takhta secara turun-

temurun, melainkan akan tetap berada dalam tangan orang 

yang sama sampai selama-lamanya. Bangsa-Nya tidak 

akan menyerahkan takhta itu kepada-Nya, juga tidak akan 

mengakui hak-Nya untuk memerintah atas mereka, namun 

Tuhan Tuhan   akan memberi-Nya hak untuk memerintah 

atas mereka dan melantik-Nya sebagai Raja-Nya di Sion, 

gunung-Nya yang kudus.  

Malaikat itu meyakinkan Maria:  

[1] Bahwa kerajaan-Nya bersifat rohaniah: Ia akan menjadi 

raja atas kaum keturunan Yakub, bukan atas Israel me-

nurut daging, sebab  bukan mereka yang dipedulikan-

Nya dan juga sebab  mereka tidak akan bertahan lama 

sebagai suatu umat. sebab  itu, pastilah Ia atas sebuah 

kerajaan yang bersifat rohaniah, atas keturunan Israel 

yang menurut perjanjian.  

[2] Bahwa pemerintahan-Nya akan kekal: Ia akan memerin-

tah sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak 

akan berkesudahan, tidak seperti pemerintahan keluar-

ga Daud yang sementara saja dan juga tidak seperti ne-

gara Israel yang segera akan berkesudahan. Mahkota-

mahkota lain tidaklah tetap turun-temurun, namun  peme-

rintahan Kristus bersifat kekal (Ams. 27:24). Injil yaitu  

tata aturan yang terakhir, kita tidak perlu lagi menanti-

kan yang lain.  

V. Informasi selanjutnya diberitahukan kepada Maria, sebagai ja-

waban atas pertanyaannya mengenai kelahiran raja yang istimewa 

ini.  

1.  Pertanyaan yang diajukan memang pantas, “Bagaimana hal itu 

mungkin terjadi? (ay. 34). Bagaimana mungkin aku sekarang 

mengandung seorang anak” (seperti yang dimaksudkan oleh 

malaikat itu), “sebab  aku belum bersuami. Jika demikian, 

apakah itu harus terjadi dengan cara kelahiran yang berbeda 

dari cara yang lazim? Bila ya, beritahukan sekarang caranya?” 

Ia tahu bahwa Sang Mesias harus lahir dari seorang perawan, 

dan bila ia yang harus menjadi ibu-Nya, ia ingin tahu caranya. 

Ini bukan soal tidak percaya atau meragukan apa yang telah 

dikatakan oleh malaikat itu, namun  sebuah hasrat untuk men-

dapatkan petunjuk lebih lanjut. 

2.  Jawaban yang diberikan sungguh memuaskan (ay. 35).  

(1) Ia akan mengandung oleh kuasa Roh Kudus, yang tugas 

dan jabatan utama-Nya yaitu  untuk menguduskan, dan 

sebab  itu untuk menguduskan perawan ini untuk maksud 

dan rencana ini. Roh Kudus disebut sebagai kuasa Tuhan   

Yang Mahatinggi. Bukankah ia menanyakan bagaimana hal 

itu mungkin terjadi? Jawaban ini sudah cukup untuk 

membantunya mengatasi semua kesulitan yang muncul; 

kuasa ilahi akan melaksanakannya, bukan oleh kuasa ma-

laikat seperti pada karya-karya ajaib lainnya, melainkan 

oleh kuasa Roh Kudus itu sendiri. 

(2) Maria tidak perlu mengajukan pertanyaan mengenai cara 

atau bagaimana hal itu akan dilakukan, sebab  Roh Ku-

dus, sebagai kuasa Tuhan   Yang Mahatinggi, akan menaungi 

dirinya, sama seperti awan yang menutupi Kemah Suci 

saat  kemuliaan Tuhan   menguasainya untuk melindungi-

nya dari orang-orang yang ingin mencari tahu gerakannya 

dan ingin mengungkap misterinya. Pembentukan janin di 

dalam rahim dan masuknya roh kehidupan di dalamnya 

merupakan misteri alam; tak seorang pun mengetahui 

jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perem-

puan yang mengandung (Pkh. 11:5). Kita dijadikan di tem-

pat yang tersembunyi (Mzm. 139:15-16). Terlebih lagi mis-

teri pembentukan bayi Yesus, dan sesungguhnya agunglah 

rahasia ibadah kita, Dia yang telah menyatakan diri-Nya 

dalam rupa manusia (1Tim. 3:16). Ini merupakan sesuatu 

yang baru diciptakan di negeri ini (Yer. 31:22), yang menge-

nainya kita tidak boleh berlaku bijak melebihi apa yang 

sudah tertulis.  

(3)  Anak yang akan dikandung Maria yaitu  anak yang kudus, 

dan sebab  itu Ia tidak boleh dikandung melalui cara kela-

hiran yang lazim, sebab  Ia tidak boleh berbagi sifat 

manusia yang rusak dan cemar. Malaikat menyatakan hal 

ini dengan tegas, bahwa Anak itu akan disebut kudus, yang 

belum pernah ada sebelumnya, dan Dia juga akan disebut 

Anak Tuhan  , yaitu Anak Bapa melalui kelahiran kekal. 

Sebagai tandanya, sekarang Ia akan dibentuk dan 

dikandung oleh Roh Kudus. Sifat manusia-Nya harus di-

bentuk melalui cara demikian, supaya sesuai untuk disatu-

kan dengan sifat ilahi. 

3. Iman Maria semakin diperkuat lagi saat  diberi tahu bahwa 

Elisabet, sepupunya, meskipun sudah tua umurnya, juga se-

dang mengandung seorang anak laki-laki (ay. 36). “Inilah saat 

dimulainya masa keajaiban, dan sebab  itu janganlah terkejut. 

Salah seorang sanakmu juga mengalami hal yang hebat, mes-

kipun tidak sehebat yang engkau alami; Tuhan   biasa melaku-

kan keajaiban demi keajaiban. Engkau akan melakukan juga 

pekerjaan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari 

pada itu.” Meskipun menurut garis keturunan ayahnya, Elisa-

bet tergolong sebagai keturunan Harun (ay. 5), namun dari 

garis keturunan ibunya, ia mungkin tergolong keluarga Daud, 

sebab  kedua keluarga ini sering melakukan pernikahan 

silang, sebagai ungkapan kesungguhan mereka untuk menya-

tukan kerajaan dan keimaman Mesias. Dan inilah bulan yang 

keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Kehamilan Elisabet 

ini memperlihatkan, seperti pendapat Dr. Lightfoot, bahwa 

semua kejadian di dalam Perjanjian Lama mengenai mereka 

yang pada akhirnya memiliki anak meskipun sudah lama 

mandul, sebenarnya bersifat adikodrati, yang dirancang untuk 

menyiapkan dunia untuk sanggup percaya bahwa seorang 

perawan melahirkan seorang anak laki-laki, yang bertentangan 

dengan sifat kodrat alami. Oleh sebab  itu, bahkan pada saat 

kelahiran Ishak pun Abraham sudah melihat hari Kristus. Ia 

sudah menubuatkan mujizat kelahiran Kristus. Malaikat me-

yakinkan Maria mengenai hal ini, untuk menguatkan iman-

nya, dan mengakhiri pesannya itu dengan kebenaran agung 

yang sangat tidak diragukan lagi dan yang sudah umum diper-

caya, “Sebab bagi Tuhan   tidak ada yang mustahil” (ay. 37), dan, 

kalau tidak ada yang mustahil, maka hal yang satu ini pun 

tidak. Oleh sebab itu Abraham tidak bimbang dan tetap per-

caya pada janji Tuhan  , sebab  ia yakin bahwa Tuhan   berkuasa 

untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Rm. 4:20-21). 

Tidak ada firman Tuhan   yang tidak masuk akal bagi kita, 

selama tidak ada pekerjaan yang tidak mustahil bagi-Nya.  

VI. Penerimaan Maria yang tulus atas kehendak Tuhan   bagi dirinya 

(ay. 38). Maria membuat pengakuan sendiri.  

1.  Sebagai hamba yang percaya kepada kekuasaan atau otoritas 

ilahi, “Sesungguhnya aku ini yaitu  hamba Tuhan. Tuhan, aku 

siap melayani-Mu, di bawah perintah-Mu, untuk melakukan 

apa yang Engkau perintahkan.” Ia tidak keberatan untuk me-

nanggung bahaya yang bisa merusak pernikahannya dan men-

cemarkan nama baiknya, sebaliknya, ia menyerahkan masalah 

ini  kepada Tuhan  , serta berserah penuh pada kehendak-

Nya.  

2.  Sebagai orang percaya yang menantikan karunia Tuhan  . Ia 

tidak hanya puas dengan kebenaran berita itu, namun  mengha-

rapkannya dengan rendah hati agar terpenuhi: Jadilah padaku 

menurut perkataanmu itu. Karunia semacam ini tidak boleh 

diabaikan atau tidak diacuhkan oleh Maria, sebab  apa yang 

telah dijanjikan Tuhan   akan disediakan-Nya. Melalui doa kita 

harus mengatakan, “amin,” atau “terjadilah demikian, atas jan-

 ji Tuhan  .” Ingatlah, dan laksanakanlah Firman-Mu atas hamba-

Mu ini yang telah Engkau buat untuk berharap. Sama seperti 

Maria, kita harus mengarahkan hasrat kita sesuai firman 

Tuhan  , dan mendasarkan harapan kita di atasnya. Jadilah pa-

daku menurut perkataanmu itu; hanya itu, dan bukan sebalik-

nya. 

Setelah itu malaikat itu meninggalkan dia. Setelah menyele-

saikan tugas pengutusannya, malaikat itu kembali untuk 

memberikan pertanggungjawaban dan menerima tugas-tugas 

baru. Percakapan dengan malaikat selalu bersifat sementara 

dan cepat berlalu, namun kelak percakapan itu akan bersifat 

tetap dan terus-menerus. Pada umumnya dianggap bahwa 

pada saat percakapan dengan malaikat inilah sang perawan 

mengandung, oleh kuasa Roh Kudus yang menaunginya, na-

mun, sebab  Alkitab sendiri mendiamkan hal ini, maka kita 

pun hendaknya tidak menjadi penasaran untuk bertanya-tanya 

mengenai ini, apa lagi sampai meyakininya.  

Percakapan antara Maria dan Elisabet;  

Nyanyian Pujian Maria 

(1:39-56) 

39 Beberapa waktu lalu   berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke 

pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah 

Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan saat  Elisabet men-

dengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet 

pun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diber-

katilah engkau di antara semua wanita  dan diberkatilah buah rahimmu. 

43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab 

sesungguhnya, saat  salammu sampai kepada telingaku, anak yang di da-

lam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah per-

caya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” 46 

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira kare-

na Tuhan  , Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan ham-

ba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menye-

but aku berbahagia, 49 sebab  Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-

perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya yaitu  kudus. 50 Dan rahmat-Nya 

turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-

Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang 

congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-

nya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala 

yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi 

dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, sebab  Ia meng-

ingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, 

kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56 Dan Maria 

tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang 

kembali ke rumahnya. 

Di sini kita menyimak percakapan antara dua ibu yang berbahagia, 

Elisabet dan Maria. Malaikat membuka kesempatan terjadinya per-

jumpaan di antara kedua orang ini dengan memberi tahu Maria ten-

tang berkat yang dilimpahkan kepada sanaknya, Elisabet (ay. 36). 

Kadang-kadang memang baik kalau kita bisa melayani dengan mem-

pertemukan orang-orang saleh bersama-sama, supaya mereka bisa 

bertukar pengalaman.  

Beginilah catatannya: 

I.  Maria melakukan kunjungan kepada Elisabet. Usia Maria lebih 

muda daripada Elisabet, demikian pula dengan usia kandungan-

nya. Oleh sebab  itu, bila mereka berdua perlu berjumpa, akan 

lebih pantas bila Marialah yang melakukan perjalanan, dan bu-

kannya bersikeras memandang tingginya martabat bayi yang 

sedang dikandungnya (ay. 39). Ia berangkat, meninggalkan semua 

urusannya guna mengurus hal yang lebih besar ini: Pada waktu 

itu, pada masa itu (seperti yang lazim dijelaskan, Yer. 33:15; 50:4), 

satu atau dua hari setelah malaikat itu mengunjunginya, ia meng-

ambil waktu sejenak, seperti yang bisa diduga, untuk beribadah, 

atau langsung bergegas menuju rumah sepupunya, di mana ia 

bisa memiliki  banyak waktu luang dan memperoleh 

pertolongan yang lebih baik, di tengah-tengah keluarga seorang 

imam. Ia pergi, meta spoudés – dengan berhati-hati, gigih, dan 

cepat. Tidak seperti kebiasaan orang-orang muda yang bepergian 

dan mengunjungi teman-temannya hanya untuk menghibur diri, 

ia melakukannya untuk mendapat pengajaran. Ia pergi ke pegu-

nungan menuju sebuah kota di Yehuda. Daerah di pegunungan ini 

tidak disebut namanya, namun dengan cara membandingkan 

penjelasan ini dengan Yosua 21:10-11, tampaknya daerah yang 

dituju yaitu  Hebron, sebab  dalam Kitab Yosua itu ada dikata-

kan di pegunungan Yehuda, kota para imam, anak-anak Harun. 

Ke sanalah Maria bergegas, meskipun perjalanan itu yaitu  per-

jalanan yang jauh, sampai berkilo-kilo meter jauhnya. 

1. Menurut perkiraan Dr. Lightfoot, waktu itu Maria akan me-

ngandung Juruselamat kita di Hebron. Mungkin ini yang di-

isyaratkan oleh malaikat, atau dengan cara tertentu lainnya, 

dan sebab  itu ia segera menuju ke sana. Dr. Lightfoot men-

duga kota itu mungkin Silo dari suku Yehuda. Keturunan 

Daud harus dikandung di salah satu kota Yehuda, kota Daud, 

sebab  Ia harus dilahirkan di Betlehem, sebuah kota yang juga 

menjadi milik suku Yehuda. Di Hebronlah janji itu diberikan 

kepada Ishak, di sana jugalah hukum sunat mulai dilembaga-

kan. Di sinilah (tutur Dr. Lightfoot), Abraham memperoleh ta-

nah pertamanya, dan untuk pertama kalinya Daud dimah-

kotai. Di sini juga dimakamkan tiga pasang suami-istri, Abra-

ham dan Sara, Ishak dan Ribka, Yakub dan Lea, dan menurut 

kata orang dahulu, juga Adam dan Hawa. sebab  itu Dr. Light-

foot berpendapat bahwa hal itu sangat cocok sekali dengan 

keselarasan dan kesepakatan yang dipakai  Tuhan   di dalam 

karya-Nya bahwa janji-Nya itu harus dimulai dengan dikan-

dungnya Sang Mesias di antara nenek moyang yang memper-

oleh janji itu. Saya melihat tidak ada yang mustahil dalam du-

gaan ini , namun saya mau tambahkan yang berikut ini 

untuk mendukung dugaan ini , yaitu apa yang dikatakan 

oleh Elisabet (ay. 45). Sebab apa yang dikatakan kepadanya 

dari Tuhan, akan terlaksana; seakan janji itu belum terlaksana 

pada saat itu, namun akan dilaksanakan di sana. 

2.  Secara umum dianggap bahwa keberangkatan Maria ke sana 

yaitu  untuk meneguhkan imannya sesuai dengan tanda yang 

diberikan malaikat kepadanya, bahwa Elisabet, sanaknya, juga 

sedang mengandung seorang anak laki-laki, dan bahwa ia 

ingin bersukacita atas kemurahan yang diterima saudara se-

pupunya ini. Selain itu, mungkin ia pergi ke sana dengan 

maksud agar dapat menghindari orang banyak, sebab  di sana 

ia akan lebih mendapat teman yang cocok daripada yang bisa 

ia peroleh di Nazaret. Kita bisa menduga ia tidak memberi tahu 

seorang pun di Nazaret tentang berita yang telah ia terima dari 

sorga, meskipun sebenarnya ia sangat ingin membicarakan hal 

yang sudah ribuan kali dipikirkannya itu dengan orang lain; 

namun ia tidak mengenal seorang pun yang bisa ia ajak bicara 

dengan bebas tentang hal itu, selain sepupunya, Elisabet. 

sebab  itulah ia bergegas ke sana. Perhatikanlah, akan sangat 

bermanfaat dan nyaman bagi mereka yang mendapatkan kar-

ya anugerah di dalam hati mereka, dan Kristus yang bekerja di 

sana, untuk berbincang-bincang dengan seorang yang meng-

hadapi kasus serupa, sehingga mereka bisa saling berbagi 

pengalaman; dan mereka akan mendapati bahwa sama seperti 

ikan bertemu air, begitu pula hati berpadanan dengan hati, 

orang Kristen dengan orang Kristen.  

II.  Pertemuan antara Maria dan Elisabet. Maria memasuki rumah 

Zakharia, namun berhubung Zakharia telah menjadi bisu dan tuli, 

Zakharia tetap tinggal di dalam kamarnya, dan mungkin tidak 

mau berjumpa dengan siapa pun. Oleh sebab  itu, Maria memberi 

salam kepada Elisabet (ay. 40), dan berkata bahwa ia datang un-

tuk mengunjunginya, untuk mengetahui keadaannya, dan ber-

suka bersamanya di dalam sukacitanya.  

Nah, begitu berjumpa, demi menegaskan iman mereka berdua, 

terjadilah sesuatu yang luar biasa. Maria mengetahui bahwa 

Elisabet sedang mengandung seorang anak, namun  tidak tampak 

tanda apa pun bahwa Elisabet telah diberi tahu apa pun tentang 

Maria sepupunya, bahwa dia telah ditentukan untuk menjadi ibu 

Sang Mesias; dan sebab  itu apa yang ia ketahui bisa dipastikan 

berasal dari sebuah penyataan, yang menjadi dorongan besar bagi 

Maria. 

1.  Maka melonjaklah anak yang di dalam rahimnya (ay. 41). 

Mungkin saja Elisabet telah beberapa minggu memasuki tahap 

bisa merasakan gerakan janinnya (sebab  telah hamil selama 

enam bulan), dan bahwa ia telah sering merasakan gerakan 

anak itu di dalam rahimnya, namun  gerakan kali ini lebih dari-

pada biasanya, yang memberinya peringatan untuk menanti-

kan sesuatu yang luar biasa, eskirtēse. Ini kata sama yang di-

gunakan oleh Septuaginta untuk menerjemahkan kisah Yakub 

dan Esau yang saling bertolak-tolakan di dalam rahim Ribka 

(Kej. 25:22), dan untuk menerjemahkan gunung-gunung yang 

melompat-lompat (Mzm. 114:4). Bayi itu melonjak seolah-olah 

memberi isyarat kepada ibunya, bahwa ia sekarang berjumpa 

dengan Dia, untuk Siapa ia menjadi pendahulu, sekitar enam 

bulan dalam pelayanan, sebagaimana juga dalam keberadaan-

nya. Bisa juga hal itu merupakan pengaruh kuat yang dituju-

kan untuk sang ibu. Sekaranglah saatnya apa yang dikatakan 

oleh malaikat itu kepada ayahnya mulai digenapi (ay. 15), bah-

wa ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya. 

Dan mungkin Yohanes sendiri memiliki  kaitan dengan hal 

ini, saat  lalu   ia berkata, “namun  sahabat mempelai laki-

laki sangat bersukacita, sebab  mendengar suara mempelai 

laki-laki itu” (Yoh. 3:29), meskipun saat itu bukan dia yang 

mendengarnya secara langsung, melainkan ibunya. 

2.  Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, atau Roh nubuat, dan 

oleh Roh inilah, dan juga dengan ilham yang diberikan Roh, ia 

diberi pemahaman bahwa Sang Mesias hadir di situ. Di dalam 

Dia nubuat akan dibangkitkan kembali dan sebab  Dia Roh 

Kudus akan dicurahkan dengan lebih limpah dibandingkan 

dengan masa sebelumnya, sesuai dengan harapan mereka 

yang menantikan penghiburan bagi Israel. Gerakan bayi yang 

tidak seperti biasanya di dalam rahimnya ini merupakan tanda 

adanya emosi yang luar biasa di dalam jiwa Elisabet sebab  

gerakan ilahi. Perhatikanlah, mereka yang mendapat lawatan 

penuh rahmat dari Kristus akan mengetahui lawatan ini de-

ngan dipenuhinya mereka dengan Roh Kudus; sebab , jika 

orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. 

III. Ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Elisabet melalui 

Roh Nubuat kepada Maria, ibu Tuhan kita. Ucapan ini disampai-

kan bukan seperti kepada seorang teman biasa yang sedang mela-

kukan kunjungan biasa, namun  seperti kepada orang yang akan 

melahirkan Mesias. 

1.  Elisabet mengucapkan selamat kepada Maria atas kehormatan 

yang diterimanya, meskipun ia belum pernah mengetahui hal 

itu sebelum ini. Ia mengucapkannya dengan penuh keyakinan 

dan kegembiraan. Ia berseru dengan suara nyaring, bukan 

sebab  ada lantai atau tembok di antara mereka (seperti yang 

dipikirkan sebagian orang), namun  sebab  ia sedang hanyut da-

lam sukacita yang meluap-luap, dan tidak peduli kalau orang 

sampai mendengarnya. Ia berseru, “Diberkatilah engkau di an-

tara semua wanita ,” kata-kata sama seperti yang diucap-

kan oleh malaikat (ay. 28); sebab  memang demikianlah ke-

hendak Tuhan   mengenai menghormati Sang Anak, bahwa itu 

harus terjadi di bumi seperti di dalam sorga. Namun, Elisabet 

menambahkan sebuah alasan lagi, oleh sebab  itu, “Diberkati-

lah engkau sebab diberkatilah buah rahimmu.” Jadi Maria la-

yak memperoleh kehormatan istimewa ini. Elisabet sudah jadi 

istri seorang imam selama bertahun-tahun, namun ia tidak 

merasa iri bahwa Maria, saudara sepupunya, yang jauh lebih 

muda daripadanya, yang dalam segala hal lebih rendah dari-

padanya, akan mendapatkan kehormatan untuk mengandung 

dalam keadaan masih perawan, dan menjadi ibu Sang Mesias. 

Meskipun kehormatan yang diperolehnya lebih sedikit, namun 

Elisabet bersukacita di dalamnya; ia merasa puas, sama seper-

ti anaknya kelak, bahwa Maria yang datang lalu   dari-

padanya lebih tinggi daripadanya (bdk. Yoh. 1:27). Perhati-

kanlah, kita harus mengakui bahwa kita memperoleh lebih 

banyak kemurahan Tuhan   daripada yang layak kita peroleh, jadi 

sebab  itu, dengan alasan apa pun janganlah merasa iri bila 

orang lain lebih banyak memperoleh kemurahan Tuhan   dari-

pada kita.  

2.  Elisabet mengakui ketidaklayakannya atas kunjungan  Maria 

ini (ay. 43): “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang me-

ngunjungi aku?”  

Perhatikanlah:  

(1) Ia memanggil perawan Maria dengan sebutan ibu Tuhanku 

(seperti Daud oleh pimpinan Roh menyebut Sang Mesias 

Tuannya), sebab  ia mengetahui bahwa Dia akan menjadi 

Tuhan semua orang.  

(2) Ia tidak hanya menyambut Maria ke rumahnya, sekalipun 

mungkin Maria datang sebagai orang kecil, namun bahkan 

menganggap kunjungan Maria itu sebagai suatu kehormat-

an besar, sehingga ia menganggap dirinya tidak layak. 

Siapakah aku ini? Ini sungguh-sungguh, dan bukan seka-

dar basa-basi saat  ia berkata, “Ini suatu kehormatan 

besar melebihi yang dapat aku harapkan.” Perhatikanlah, 

mereka yang penuh dengan Roh Kudus bersikap rendah 

hati mengenai kebaikan mereka sendiri, dan sangat 

meninggikan anugerah Tuhan  . Anaknya Yohanes Pembaptis, 

mengakui dengan cara yang sama saat  ia berkata, “Eng-

kau yang datang kepadaku?” (Mat. 3:14). 

3.  Elisabet memberi tahu Maria mengenai apa yang terjadi de-

ngan bayi dalam kandungannya saat ia menyambut Maria (ay. 

44): “Engkau pasti membawa kabar yang istimewa, berkat 

yang luar biasa bersamamu; sebab, saat  salammu sampai 

kepada telingaku, bukan hanya hatiku melonjak kegirangan, 

meskipun aku tidak segera mengetahui mengapa atau untuk 

apa, namun anak yang di dalam rahimku, yang belum tahu 

apa-apa, turut bergirang.” Ia melonjak kegirangan sebab  Sang 

Mesias, yang bagi-Nya ia menjadi seorang pendahulu, akan 

segera datang setelah dia. Kejadian ini akan sangat menguat-

kan iman si anak dara itu, sebab  kepastian yang sedemikian 

itu telah diberitahukan kepada orang lain, dan hal ini merupa-

kan bagian penggenapan dari apa yang telah sering diberitahu-

kan sebelumnya, bahwa akan ada kesukaan di seluruh bumi 

di hadapan Tuhan, saat  Ia datang (Mzm. 98:8-9). 

4.  Elisabet memuji iman Maria, dan menguatkan dia (ay. 45): 

“Berbahagialah ia, yang telah percaya.” Jiwa yang percaya 

yaitu  jiwa yang berbahagia, dan akan seperti itu sampai pada 

akhirnya. Keberkatan ini datang melalui imannya, bahkan ber-

kat ini berkaitan dengan Kristus, untuk membiarkan Dia ter-

bentuk di dalam jiwa. Berbahagialah mereka yang percaya ke-

pada firman Tuhan  , sebab  Firman-Nya tidak akan mengecewa-

kan mereka; tak diragukan lagi, apa yang dikatakan kepada-

nya dari Tuhan, akan terlaksana. Kepastian bahwa Ia tidak 

akan melanggar janji-janji-Nya itu sungguh mendatangkan ke-

bahagiaan tak terkira bagi siapa saja yang membangun di 

atasnya dan berharap darinya. Kesetiaan Tuhan   merupakan ke-

berkatan bagi iman orang-orang kudus. Mereka yang telah 

mengalami kegenapan janji Tuhan   harus menguatkan orang 

lain untuk tetap berharap agar firman Tuhan   juga tergenapi da-

lam hidup mereka, “Aku hendak menceritakan kepadamu apa 

yang dilakukan-Nya terhadap jiwaku.”  

IV. Nyanyian pujian Maria atas kejadian ini. Nubuat Elisabet merupa-

kan gema atas salam yang disampaikan oleh Perawan Maria, dan 

sebaliknya nyanyian Maria ini menggemakan kembali nubuat 

Elisabet tadi, dan menunjukkan bahwa ia juga penuh dengan Roh 

Kudus seperti Elisabet. Pastilah si dara yang terberkati ini sangat 

lelah akibat perjalanannya; namun, ia melupakannya, dan bang-

kit semangatnya oleh kehidupan baru, kekuatan, dan sukacita 

begitu kebenaran imannya diteguhkan. sebab  itulah, penyataan 

dan sukacita besar yang datang dengan tiba-tiba ini menyadar-

kannya bahwa ia memang ditugaskan untuk datang ke rumah 

sepupunya itu, dan sekalipun merasa lelah, seperti si hamba 

Abraham itu, ia tidak akan makan atau minum sebelum pesan 

yang dibawanya disampaikan. 

1.  Inilah ungkapan sukacita dan pujiannya, dan hanya Tuhan   saja 

yang menjadi tujuan pujian dan pusat sukacitanya. Beberapa 

orang membandingkan nyanyian ini dengan nyanyian sukacita 

Miryam, saudara wanita  Musa yang namanya mirip de-

ngan Maria, saat  merayakan keberangkatan bangsa Israel 

keluar dari Mesir dan saat  berhasil melintasi Laut Teberau 

dengan selamat. Ada juga yang berpendapat lebih baik nyanyi-

an ini dibandingkan dengan nyanyian Hana yang dipersem-

bahkan untuk kelahiran Samuel, sebab  kelahirannya, seperti 

kelahiran Yesus, merupakan berkat keluarga yang lalu   

turun menjadi berkat bagi banyak orang. Nyanyian Maria ini, 

seperti nyanyian Hana, dimulai dengan, “Hatiku bersukaria 

sebab  TUHAN” (1Sam. 2:1). Amatilah di sini bagaimana Maria 

berbicara tentang Tuhan  . 

(1) Dengan penuh rasa hormat yang mendalam kepada-Nya, 

sebagai Tuhan, “Jiwaku memuliakan Tuhan; tidak pernah 

aku melihat keagungan-Nya seperti sekarang ini saat  aku 

mendapati betapa baiknya Ia.” Perhatikanlah, hanya mere-

ka yang sungguh-sungguh telah menikmati rahmat belas 

kasihan-Nya yang bisa berpikir betapa tinggi dan mulianya 

Tuhan   itu; sedangkan mereka yang makmur dan berkedu-

dukan tinggi akan berkata, “Yang Mahakuasa itu apa, se-

hingga kami harus beribadah kepada-Nya?” Semakin Tuhan   

meninggikan kita dengan berbagai cara, kita harus sema-

kin tekun mempelajari kemuliaan apa yang bisa kita beri-

kan kepada-Nya; dengan demikian kita dapat memuliakan 

Tuhan  , saat  jiwa kita dan semua yang ada di dalam kita 

memuliakan Dia. Memuji harus menjadi pekerjaan jiwa. 

(2) Dengan rasa puas yang luar biasa di dalam Dia sebagai 

Juruselamatnya, “Hatiku bergembira sebab  Tuhan  , Jurusela-

matku.” Tampaknya hal ini berkaitan dengan Sang Mesias, 

yang untuk-Nya ia akan menjadi seorang ibu. Ia menyebut-

Nya Tuhan   Juruselamatnya, sebab  malaikat telah menga-

takan bahwa Dia akan disebut Anak Tuhan   Yang Mahatinggi, 

dan Nama-Nya akan disebut Yesus, Sang Juruselamat. Ini-

lah yang dipegangnya erat-erat bagi dirinya: Dia yaitu  

Tuhan   Juruselamatku. Bahkan ibu Tuhan kita memerlukan 

Dia sebagai Juruselamatnya, sebab  ia pun akan binasa 

tanpa Dia. Ia lebih bersukacita atas kebahagiaan kesela-

matan yang akan dimilikinya bersama orang-orang percaya 

lainnya, melebihi kebahagiaan menjadi seorang ibu bagi-

Nya, sekalipun ini merupakan kehormatan khusus bagi 

dia. Dan memang hal ini cocok dengan kehendak Kristus 

yang meninggikan orang-orang percaya yang taat melebihi 

ibu dan saudara-saudara-Nya (Mat. 12:50; Luk. 11:27-28). 

Perhatikanlah, mereka yang memiliki Kristus sebagai Tuhan   

dan Juruselamat mereka akan memiliki banyak alasan 

untuk bergembira, bergembira di dalam Roh, seperti yang 

dilakukan Kristus (Luk. 10:21), dengan sukacita rohani. 

2.  Inilah yang membuat Maria bersuka dan memuji Tuhan  .   

(1) sebab  keadaannya sendiri (ay. 48-49).  

[1]  Hatinya bergembira sebab  Tuhan, atas semua kebaikan 

yang telah Dia lakukan kepadanya; atas kemurahan dan 

rahmat-Nya kepadanya. Ia telah memperhatikan keren-

dahan hamba-Nya; maksudnya Ia memandangnya de-

ngan penuh rasa kasihan, seperti yang umum diartikan. 

“Ia telah memilih aku untuk kehormatan ini, meskipun 

aku ini sangatlah rendah, miskin, dan tidak dikenal.” 

Ungkapannya ini bahkan menyatakan lebih dari itu lagi 

(seperti Gideon di dalam Hakim-hakim 6:15), bahwa 

bukan hanya kaumnya yaitu  yang paling kecil dan 

miskin di antara suku Yehuda, namun ia pun seorang 

yang paling muda di antara kaum keluarganya, seolah-

olah ia yang tercela dan terhina di antara kaum kera-

batnya, terabaikan dan terbuang dari kaum keluarga-

nya. Namun, Tuhan   melimpahkan segala kehormatan ini 

kepadanya, ganti segala kehinaannya itu. Saya lebih 

suka dengan tafsiran seperti ini, sebab  kehormatan 

yang demikian juga dialami oleh orang-orang dalam 

keadaan yang sama. sebab  Tuhan   melihat, bahwa Lea 

tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya (Kej. 

29:31). sebab  Hana selalu disakiti hatinya agar ia 

menjadi gusar, dan ia juga dihina oleh Penina, maka 

Tuhan   menganugerahkan seorang anak (1Sam. 1:19). 

Kepada mereka yang ditekan dan dipandang rendah se-

cara semena-mena, adakalanya Tuhan   akan melakukan 

sesuatu dengan penuh rahmat kepada mereka, khusus-

nya bila mereka menanggungnya dengan sabar, suka-

rela, dan pantang mundur (Hak. 11:7). Demikian juga 

halnya dengan kasus Maria ini. Bila Tuhan   memperhati-

kan kerendahannya, maka dengan demikian Tuhan   bu-

kan saja memberikan contoh tentang kemurahan-Nya 

kepada seluruh umat manusia, dengan mengingat ke-

rendahan mereka, seperti yang dikatakan oleh pemaz-

mur (Mzm. 136:23), namun  juga menjamin kehormatan 

yang kekal baginya (sebab  kehormatan yang dianu-

gerahkan Tuhan   yaitu  kehormatan yang tidak akan 

sirna), “Mulai dari sekarang segala keturunan akan me-

nyebut aku berbahagia, akan memandangku sebagai 

wanita  yang berbahagia dan sangat ditinggikan.” 

Semua orang yang memiliki Kristus dan Injil-Nya akan 

berkata, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung 

Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk. 

11:27). Elisabet pernah dan sekali lagi menyebutnya di-

berkati. Maria menambahkan, “Namun itu belum se-

muanya. segala keturunan, baik bangsa bukan Yahudi 

maupun Yahudi akan menyebut aku demikian.”  

[2] Jiwanya memuliakan Tuhan, sebab  perbuatan-perbuat-

an besar yang telah dilakukan Tuhan   baginya (ay. 49): 

“Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan 

besar kepadaku.” Sebuah perbuatan yang sungguh be-

sar, bahwa seorang perawan akan mengandung. Sebuah 

perbuatan yang sungguh besar, bahwa Sang Mesias, 

yang telah begitu lama dijanjikan kepada umat-Nya, 

dan begitu lama diharapkan oleh umat-Nya, tidak lama 

lagi akan dilahirkan. Kuasa dari Yang Mahatinggi telah 

menampakkan diri. Maria menambahkan, “dan nama-

Nya yaitu  kudus.” Begitu juga yang dinyanyikan oleh 

Hana, Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, yang 

lalu   dijelaskannya dalam kata-kata berikutnya, 

“sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau” (1Sam. 2:2). 

Tuhan   yaitu  satu keberadaan pada diri-Nya sendiri, dan 

Ia menampakkan keberadaan-Nya, khususnya dalam 

karya penebusan kita. Ia yang yaitu  mahakuasa, Ia 

yang nama-Nya bahkan yaitu  kudus, telah melakukan 

perbuatan-perbuatan besar kepadaku. Hal-hal yang mu-

lia dapat diharapkan dari Dia yang yaitu  baik maha-

kuasa maupun kudus, yang sanggup melakukan segala 

sesuatu, dan melakukannya dengan baik untuk tujuan 

yang terbaik. 

(2) sebab  keadaan orang lain. Perawan Maria, sebagai ibu 

Sang Mesias, ditentukan untuk menjadi semacam tokoh 

publik. Ia memiliki watak publik, dan sebab  itu ia diper-

lengkapi dengan semangat yang lain, semangat yang lebih 

bersifat publik dibandingkan dengan yang sebelumnya 

dimiliki. Oleh sebab itu ia berpandangan keluar, meman-

dang di sekitar dirinya sendiri, memandang hal-hal di de-

pan dirinya, serta memperhatikan berbagai cara Tuhan   

menangani anak-anak manusia (ay. 50 dst.), seperti Hana 

(1Sam. 2:3 dst.). sebab  itu, pandangannya tertuju kepada 

kedatangan Sang Penebus dan Tuhan   yang menampakkan 

diri-Nya sendiri dalam karya keselamatan itu. 

[1] Merupakan sebuah kebenaran yang pasti bahwa Tuhan   

menyimpan rahmat yang berkelimpahan dan menyedia-

kannya bagi semua yang memiliki rasa hormat yang 

mendalam bagi keagungan-Nya, serta menghormati ke-

daulatan dan kekuasaan-Nya. Namun, belum pernah 

rahmat-Nya datang kepada kita seperti saat  Ia meng-

utus Anak-Nya ke dunia ini untuk menyelamatkan kita 

(ay. 50): Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang 

takut akan Dia, dan akan selalu seperti itu. Dengan 

mata rahmat Ia selalu memandang mereka yang men-

cari Dia dengan mata takut dan hormat seorang anak. 

Namun, Ia telah mewujudkan rahmat yang belum per-

nah terjadi sebelumnya dengan mengutus Anak-Nya 

untuk membawa sebuah kebenaran kekal, untuk me-

ngerjakan karya keselamatan kekal bagi mereka yang 

takut akan Dia. Rahmat ini berlangsung turun-temurun, 

sebab  ada pemberitaan Injil yang disampaikan turun-

temurun sampai selama-lamanya. Mereka yang takut 

akan Tuhan  , sebagai Pencipta dan Hakim mereka, dido-

rong untuk mengharapkan rahmat-Nya, melalui Peng-

antara dan Pembela mereka. Di dalam Sang Pengantara 

dan Pembela kita itu rahmat diberikan kepada mereka 

yang takut akan Tuhan  , rahmat pengampunan, rahmat 

kesembuhan, rahmat untuk diterima oleh-Nya, rahmat 

untuk dimuliakan, turun-temurun selama dunia ini ada. 

Di dalam Kristus Ia menyediakan rahmat bagi banyak 

orang. 

[2] Kita selalu bisa menyaksikan bahwa Tuhan   dalam peme-

liharaan-Nya mendatangkan penghinaan kepada orang 

yang tinggi hati dan meninggikan orang yang rendah 

hati. Hal ini telah terjadi secara luar biasa di dalam ke-

seluruhan karya penebusan umat manusia. Demikian-

lah dengan menyatakan rahmat-Nya kepada Maria, 

Tuhan   juga menunjukkan diri-Nya sebagai Yang Maha-

kuasa (ay. 48-49). Dengan rahmat-Nya bagi mereka 

yang takut akan Dia, Ia memperlihatkan kuasa-Nya de-

ngan perbuatan tangan-Nya.  

Pertama, dalam pemeliharaan-Nya, sudah merupa-

kan cara yang lazim bila Ia mematahkan pengharapan 

orang, dan melakukan sesuatu yang berlawanan dari 

yang telah mereka janjikan kepada diri sendiri. Orang 

yang sombong berharap bisa melakukan segalanya de-

ngan menggunakan cara dan kehendak mereka sendiri, 

namun Ia mencerai-beraikan orang-orang yang congkak 

hatinya, mematahkan ukuran-ukuran mereka, meng-

hancurkan proyek-proyek mereka, dan merendahkan 

mereka serendah-rendahnya melalui nasihat dan pen-

dapat mereka sendiri yang mereka anggap akan mem-

bawa kemajuan dan kemapanan bagi mereka. Orang-

orang yang berkuasa ingin mengamankan takhta mere-

ka dengan kekuatan sendiri, namun Ia menurunkan 

mereka, dan menjungkirbalikkan takhta mereka. Seba-

liknya, mereka yang rendah dan yang berada dalam 

keputusasaan untuk meningkatkan diri mereka sendiri, 

dan tidak ada yang dipikirkan selain tetap berada di da-

lam keadaan rendah, akan ditinggikan secara ajaib. Se-

perti halnya kehormatan, kekayaan juga demikian ada-

nya. Bagi mereka yang begitu miskin sehingga tidak me-

miliki makanan untuk diri sendiri dan keluarga mereka, 

Pemeliharaan Ilahi yang mengherankan melimpahkan 

segala yang baik. Sebaliknya, mereka yang kaya dan se-

lalu berpikir bahwa hari esok pasti akan sama seperti 

hari ini, bahwa gunung perlindungan mereka akan te-

tap kokoh berdiri dan tidak akan pernah beranjak, de-

ngan cara yang aneh tiba-tiba jatuh miskin, dan disuruh 

pergi dengan tangan hampa. Hal ini juga yang diung-

kapkan Hana di dalam nyanyiannya sehubungan de-

ngan masalahnya dan musuhnya (1Sam. 2:4-7). Masa-

lahnya melukiskan hal ini dengan jelas (bdk. Mzm. 

107:33-41; 113:7-9, dan Pkh. 9:11). Tuhan   sangat suka 

mengecewakan harapan mereka yang menjanjikan per-

buatan-perbuatan besar bagi diri sendiri di dunia ini, 

dan Ia mengabulkan harapan mereka yang hanya men-

janjikan sedikit kepada diri mereka. Sebagai Tuhan   yang 

benar, Ia merendahkan mereka yang meninggikan diri, 

dan memukul mereka yang merasa diri aman-aman 

saja. Tuhan   yang baik, merupakan kesukaan-Nya untuk 

meninggikan mereka yang rendah hatiya, serta menghi-

bur mereka yang takut akan Dia. 

Kedua, hal ini tampak jelas dalam cara-cara anuge-

rah Injil bekerja. 

1.  Dalam mencurahkan kehormatan-kehormatan roha-

ni. saat  orang-orang Farisi yang sombong ditolak, 

dan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa 

masuk ke dalam Kerajan Sorga di hadapan mereka; 

saat  orang-orang Yahudi yang sungguhpun menge-

jar hukum yang akan mendatangkan kebenaran 

tidak memperoleh kebenaran itu, sementara bangsa-

bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah 

beroleh kebenaran (Rm. 9:30-31); saat  Tuhan   tidak 

memilih orang yang bijak menurut ukuran manusia, 

orang yang berpengaruh, atau orang yang terpan-

dang untuk mengabarkan Injil dan menanam benih 

Kekristenan di dunia ini, namun  justru memilih apa 

yang bodoh dan lemah bagi dunia, serta apa yang 

dipandang hina (1Kor. 1:26-27); saat itulah Ia men-

cerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya, 

dan menurunkan orang-orang yang berkuasa, dan 

meninggikan orang-orang yang rendah. Yang congkak 

dicerai-beraikan dan yang rendah ditinggikan saat  

tirani imam-imam kepala dan tua-tua diruntuhkan, 

setelah sekian lama memerintah atas umat warisan 

Tuhan   dan mau berharap untuk memerintah terus. 

Yang congkak dicerai-beraikan dan yang rendah di-

tinggikan saat   murid-murid Kristus, kawanan ne-

layan miskin yang dipandang rendah diperlengkapi 

dengan kuasa dan didudukkan di atas takhta untuk 

menghakimi kedua belas suku Israel. Yang congkak 

dicerai-beraikan dan yang rendah ditinggikan saat  

kekuasaan keempat kerajaan dihancurkan, dan Ke-

rajaan Mesias, yang yaitu  batu yang terungkit lepas 

tanpa perbuatan tangan manusia, dibuat Tuhan   me-

menuhi bumi.  

2.  Dalam mencurahkan kekayaan rohani (ay. 53). (1) 

Mereka yang melihat kebutuhan mereka akan Kris-

tus dan sangat merindukan kebenaran dan kehidup-

an di dalam Dia, akan dilimpahi segala yang baik, 

bahkan yang terbaik, yang diberikan dengan cuma-

cuma kepada mereka, dan mereka akan dikenyang-

kan dengan berkat yang diberikan-Nya. Mereka yang 

letih lesu dan berbeban berat akan mendapat kele-

gaan bersama Kristus. Mereka yang haus diundang 

untuk datang kepada-Nya dan minum. Hanya orang-

orang yang demikianlah yang mengetahui bagaima-

na menghargai anugerah-Nya. Bagi orang yang lapar 

segala yang pahit terasa manis, manna yaitu  ma-

kanan malaikat; dan bagi yang haus air biasa akan 

terasa seperti madu dari bukit batu. (2) Mereka yang 

kaya, mereka yang tidak merasa lapar, yang sama 

seperti jemaat di Laodikia mengira tidak memerlukan 

apa-apa, dipenuhi oleh diri dan kebenaran mereka 

sendiri, dan mengira bahwa mereka tidak kekurang-

an apa-apa di dalam diri mereka sendiri. Orang-

orang seperti inilah yang diusir-Nya dari pintu-Nya, 

mereka tidak diizinkan masuk oleh-Nya. Ia menyu-

ruh mereka pergi dengan tangan hampa. Mereka da-

tang penuh dengan diri sendiri dan disuruh pergi de-

ngan tangan hampa tanpa Kristus. Ia menyuruh me-

reka pergi kepada dewa-dewa yang mereka sembah, 

kepada kebenaran dan kekuatan mereka sendiri 

yang mereka percayai. 

[3] Sejak dahulu Sang Mesias diharapkan dengan cara 

yang khusus menjadi kekuatan dan kemuliaan bagi 

umat-Nya Israel, dan memang demikianlah Ia adanya 

(ay. 54): Ia menolong Israel, hamba-Nya, antelabeto. Ia 

telah menarik mereka dengan tangan-Nya, dan meno-

long mereka bangkit dari kejatuhan mereka saat mereka 

tidak bisa menolong diri sendiri. Mereka terpuruk di 

bawah beban kovenan lama yang berdasarkan ketaatan 

pada Taurat dan dibangkitkan kembali melalui berkat-

berkat kovenan anugerah yang telah diperbarui. Peng-

utusan Sang Mesias, tumpuan pertolongan bagi orang-

orang berdosa yang malang, yaitu  kebaikan terbesar 

yang bisa dilakukan, bantuan terbesar yang bisa diberi-

kan kepada umat-Nya Israel, dan yang semakin menun-

jukkan hal ini yaitu : 

Pertama, ini merupakan peringatan akan rahmat-

Nya, sifat-Nya yang penuh rahmat, rahmat yang dise-

diakan-Nya bagi hamba-Nya Israel. Sementara berkat 

ini ditangguhkan, umat-Nya yang menanti-nantikan 

berkat itu sering bertanya-tanya, “Apakah Tuhan   telah 

lupa bermurah hati?” Namun, sekarang Ia menyatakan 

bahwa Ia tidak lupa, Ia tetap mengingat rahmat-Nya. Ia 

ingat akan rahmat-Nya yang terdahulu, dan meng-

ulanginya dalam bentuk berkat-berkat rohani, yang da-

hulu diberikan-Nya dalam bentuk berkat-berkat jas-

mani. Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu 

kala. Di manakah Dia yang membawa mereka naik dari 

laut, keluar dari Mesir? (Yes. 63:11). Ia akan melakukan 

yang seperti itu lagi, yaitu apa yang dilambangkan de-

ngan peristiwa di Mesir itu.  

Kedua, bahwa ini yaitu  penggenapan janji-Nya. 

Sebuah rahmat yang tidak hanya dirancang begitu saja, 

namun juga diumumkan (ay. 55), seperti yang dijanji-

kan-Nya kepada nenek moyang kita. Keturunan perem-

puan itu akan meremukkan kepala ular itu, Tuhan   akan 

tinggal di dalam kemah-kemah Sem, dan khususnya ke-

pada Abraham, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi 

akan mendapat berkat, berkat yang terbaik, berkat yang 

kekal. Berkat ini akan turun kepada keturunannya yang 

kekal, yaitu keturunan rohaninya, sebab  keturunan 

jasmaninya tidak lama lagi akan terputus. Perhatikan-

lah, apa yang difirmankan Tuhan   akan dilaksanakan-

Nya. Apa yang difirmankan-Nya kepada nenek moyang 

mereka akan digenapi-Nya di dalam keturunan mereka, 

dengan berkat-berkat yang kekal. 

Terakhir, Maria kembali ke Nazaret (ay. 56), setelah 

ia tinggal bersama Elisabet sekitar tiga bulan lamanya, 

cukup lama sampai ia merasa yakin perihal dirinya 

bahwa ia benar-benar mengandung, serta mendapat pe-

negasan dari saudara sepupunya, Elisabet. Beberapa 

orang berpendapat bahwa meskipun di sini dikatakan 

bahwa Maria pulang sebelum Elisabet melahirkan, ini 

hanyalah sebab  penulis Injil ini ingin mengakhiri kisah 

tentang Maria sebelum melanjutkan kisah mengenai 

Elisabet. Mungkin Maria masih tinggal bersama sau-

dara sepupunya itu, walaupun tidak terus-menerus. 

Dengan kata lain, mungkin ia mondar-mandir ke tempat 

sepupunya itu. Dengan begitu Maria dapat melayani 

Elisabet dan menemaninya saat  tiba saatnya untuk 

bersalin, serta meneguhkan imannya sendiri melalui 

penggenapan janji Tuhan   kepada Elisabet. Namun, keba-

nyakan orang terpaku pada kisah seperti yang tertulis, 

dan memperkirakan bahwa ia pulang ke rumahnya ke-

tika Elisabet sudah dekat bersalin, sebab  ia masih 

ingin menyendiri, dan sebab  itu ia tidak hadir pada 

saat kelahiran anak perjanjian ini, yang akan menarik 

banyak orang untuk datang ke rumah itu pada saat ke-

lahirannya. Mereka yang memiliki Kristus di dalam hati 

akan lebih bersukacita dalam duduk sendiri dan ber-

diam diri. 


Kelahiran Yohanes Pembaptis 

(1:57-66) 

57 lalu   genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun me-

lahirkan seorang anak laki-laki. 58 saat  tetangga-tetangganya serta sanak 

saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang 

begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. 59 

Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak 

itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, 60 

namun  ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes." 61 Kata mereka 

kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." 

62 Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa 

yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. 63 Ia meminta batu tulis, lalu 

menuliskan kata-kata ini: “Namanya yaitu  Yohanes." Dan mereka pun 

heran semuanya. 64 Dan sesaat  itu juga terbukalah mulutnya dan terlepas-

lah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Tuhan  . 65 Maka ketakutanlah 

semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi 

buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. 66 Dan semua orang, yang mende-

ngarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” 

Sebab tangan Tuhan menyertai dia. 

Di dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang: 

I.  Kelahiran Yohanes Pembaptis (ay. 57). Meskipun ia dikandung 

melalui mujizat, ia tetap berada di dalam rahim ibunya secara 

alami (begitu juga Juruselamat kita): lalu   genaplah bulan-

nya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia pun melahirkan seorang 

anak laki-laki. Rahmat yang dijanjikan dan dinantikan terwujud 

bila telah genap waktunya, bukan sebelumnya. 

II.  Sukacita besar di antara semua sanak saudaranya atas peristiwa 

luar biasa ini (ay. 58): Tetangga-tetangganya serta sanak saudara-

nya mendengar hal itu; sebab apa yang tampak seperti mujizat 

selalu menjadi bahan pembicaraan setiap orang. Dr. Lightfoot 

mengamati bahwa daerah Hebron dihuni para imam yang berasal 

dari keluarga Harun, dan merekalah sanak saudara yang dimak-

sud dalam ayat ini. namun  ladang-ladang dan desa-desa di sekitar-

nya dihuni oleh keturunan Yehuda, dan merekalah yang dimak-

sud sebagai tetangga-tetangga.  

Di sini bisa ditemukan:  

1.  Sikap hormat yang saleh terhadap Tuhan  . Mereka mengakui 

bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu 

besar kepadanya, begitu kata ayat itu. Sungguh suatu rahmat 

bila aib Elisabet dihapus, rahmat untuk membangun keluar-


 58

ganya, terlebih lagi sebab  ia tergolong keluarga imam, yang 

dipersembahkan kepada Tuhan   untuk melayani-Nya. Banyak 

hal yang mendukung bahwa rahmat itu sungguh besar – bah-

wa ia telah lama mandul, telah lanjut umurnya, dan khusus-

nya anak itu akan menjadi besar di hadapan Tuhan.  

2.  Sikap bersahabat terhadap Elisabet. saat  ia bersukacita, me-

reka juga bersukacita bersama-sama dengan dia. Kita juga 

harus turut senang dengan keberhasilan tetangga dan saha-

bat-sahabat kita, serta bersyukur kepada Tuhan   atas kebaha-

giaan mereka seperti kebahagiaan kita sendiri.  

III. Perbantahan di antara mereka mengenai nama anak itu (ay. 59): 

Pada hari yang kedelapan, sesuai dengan peraturan Tuhan  , da-

tanglah mereka bersama-sama, untuk menyunatkan anak itu. Di 

Hebron inilah untuk pertama kalinya sunat dilembagakan. Ishak, 

yang dilahirkan melalui perjanjian seperti Yohanes Pembaptis,  

menjadi salah seorang yang pertama–tama disunat, setidaknya 

dialah yang pertama di


Related Posts:

  • lukas 1-12 2 dak juga bisa percaya bahwa ia akan memiliki anak perjanjian ini, “Sebab aku sudah tua dan istriku bukan saja mandul,malahan sudah lanjut umurnya sehingga tidak akan mungkin bisa memiliki anak.” Oleh seba… Read More