dak juga
bisa percaya bahwa ia akan memiliki anak perjanjian ini,
“Sebab aku sudah tua dan istriku bukan saja mandul,
malahan sudah lanjut umurnya sehingga tidak akan mungkin
bisa memiliki anak.” Oleh sebab itu, ia meminta tanda, atau
ia akan tetap tidak percaya. Penampakan malaikat, yang su-
dah lama tidak pernah terjadi lagi di dalam jemaat, sebenarnya
sudah cukup menjadi tanda jelas baginya. Apalagi pemberita-
huan ini disampaikan di dalam Bait Tuhan , tempat mahakudus
Tuhan , sehingga ia memiliki alasan untuk berpikir bahwa tidak
akan ada malaikat jahat yang diizinkan masuk. Tambahan
pula pesan itu disampaikan saat ia sedang berdoa dan mem-
bakar ukupan. Ajaran iman kepercayaannya sendiri sebenar-
nya cukup untuk meredam keberatannya untuk percaya, yaitu
bahwa Tuhan mahakuasa dan bagi Dia tidak ada yang mustahil,
keyakinan yang bukan hanya harus kita ketahui, namun juga
harus kita ajarkan kepada yang lain). Meskipun semua alasan
ini tersedia bagi dia, namun, sebab terlampau memikirkan
kenyataan tentang kondisi tubuhnya sendiri dan juga istrinya,
ia tidak berlaku seperti yang seharusnya dilakukan seorang
anak Abraham. Sebaliknya, ia merasa bimbang akan janji Tuhan
ini (Rm. 4:19-20).
2. Bagaimana ketidakpercayaannya dibungkam, dan ia pun bung-
kam sebab ketidakpercayaannya itu.
(1) Malaikat itu membungkam mulut Zakharia dengan mene-
gaskan otoritasnya. Kalau ia bertanya kepadaku, “Bagai-
manakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi?” biarlah ia
mengetahuinya melalui perkataanku ini, “Akulah Gabriel”
(ay. 19). Malaikat itu menambahkan namanya pada nubuat
ini seolah-olah sedang membubuhkan tanda tangan de-
ngan tangannya sendiri: teste meipso – camkan perkataan-
ku tentang janji ini. Kadang-kadang malaikat-malaikat
menolak menyebutkan nama mereka, seperti yang dialami
oleh Manoah dan istrinya. Namun malaikat Zakharia ini
berkenan menyebut namanya, “Akulah Gabriel,” yang ber-
arti Kuasa Tuhan , atau yang penuh kuasa dari Tuhan , untuk
menunjukkan bahwa Tuhan yang memerintahkannya me-
nyampaikan semua hal ini mampu mewujudkan semua
janji itu. Ia juga memberitahukan namanya untuk meng-
ingatkan Zakharia bahwa pemberitahuan tentang keda-
tangan Mesias juga diberitahukan kepada Daniel oleh
orang yang bernama Gabriel (Dan. 8:16; 9:21). “Aku yaitu
malaikat yang sama seperti yang diutus kepada Daniel da-
hulu, dan sekarang aku juga diutus untuk maksud yang
sama.” Ia yaitu Gabriel yang berdiri di hadapan Tuhan
(KJV), yang langsung melayani takhta Tuhan . Para pembesar
atau perdana menteri dalam istana Kerajaan Persia digam-
barkan demikian, bahwa mereka yang boleh memandang
wajah raja (Est. 1:14). “Meskipun aku sekarang sedang ber-
bicara dengan engkau di sini, namun aku tetap berdiri di
hadapan Tuhan . Aku tahu mata-Nya mengawasi aku dan
aku tidak berani mengatakan lebih daripada apa yang ha-
rus aku sampaikan. Dengan sungguh-sungguh kukatakan
kepadamu, bahwa aku telah diutus untuk berbicara kepada
engkau, diutus dengan sengaja untuk menyampaikan kabar
kesukaan ini kepadamu, yang sebab teramat layak untuk
mendapatkan bukan saja luar biasa mulia segenap sam-
butan, engkau seharusnya menerimanya dengan girang
hati.”
(2) Malaikat itu benar-benar membungkam mulut Zakharia
dengan memperlihatkan kuasanya, “Agar engkau tidak
membantah lagi, sesungguhnya engkau akan menjadi bisu”
(ay. 20). Bila engkau menuntut tanda untuk mendukung
imanmu, inilah tandanya dan sekaligus juga merupakan
hukuman bagi ketidakpercayaanmu. Engkau tidak dapat
berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini
terjadi” (ay. 20). Engkau akan menjadi bisu dan tuli. Kata
yang dipakai ini memiliki makna yang sama, yakni ia
kehilangan baik pendengaran maupun kemampuan bicara-
nya, sebab untuk berkomunikasi, teman-temannya harus
memberi isyarat kepadanya (ay. 62) dan sebaliknya ia pun
harus memberi isyarat kepada mereka (ay. 22). Nah, de-
ngan membuat dia menjadi bisu, berarti
[1] Tuhan telah berlaku adil kepadanya, sebab ia meragu-
kan dan menentang firman Tuhan . sebab itu, kita perlu
mengambil waktu untuk mengagumi betapa panjangnya
kesabaran Tuhan , betapa kita sering mengucapkan per-
kataan yang tidak memuliakan Tuhan , namun kita tidak
sampai dihukum menjadi bisu seperti Zakharia walau-
pun Dia berhak berbuat demikian terhadap kita sesuai
dengan dosa-dosa kita.
[2] Tuhan memperlakukan Zakharia dengan baik, sangat
lembut dan penuh belas kasih.
sebab :
Pertama, dengan peristiwa ini Tuhan mencegah
dia untuk mengucapkan lagi kata-kata yang penuh
dengan ketidakpercayaan. Bila ia memiliki pikiran ja-
hat, dan tidak mau membungkam mulut dengan tangan-
nya sendiri, atau tidak mau mengenakan kekang pada
mulutnya, maka Tuhan sendirilah yang akan melakukan-
nya. Lebih baik tidak berbicara sama sekali daripada
berbicara jahat.
Kedua, begitulah Tuhan meneguhkan imannya, dan
sebab tidak bisa berbicara lagi, ia mampu berpikir de-
ngan lebih baik. Bila kita mendapat teguran keras ka-
rena dosa-dosa kita, dan hal itu membuat kita lebih
menghargai firman Tuhan , maka kita tidak memiliki
alasan untuk berkeluh kesah atas teguran ini .
Ketiga, dengan dibuat bisu dan tuli, ia dijauhkan
dari perbuatan untuk membuka rahasia mengenai
penglihatannya itu dan menyombongkan diri sebab -
nya, yang mungkin cenderung akan dilakukannya, pa-
dahal peristiwa itu telah dirancang untuk dirahasiakan
sementara ini.
Keempat, sungguh merupakan rahmat besar bahwa
firman Tuhan akan digenapkan pada waktunya, meski-
pun ia telah berbuat dosa dengan ketidakpercayaannya.
Ketidakpercayaan manusia tidak akan membatalkan
janji Tuhan , janji Tuhan akan digenapi pada waktunya.
Zakharia pun tidak akan bisu selamanya, melainkan
hanya sampai kepada hari di mana semuanya ini terjadi,
dan setelah itu, “Bibirmu akan terbuka, sehingga mulut-
mu memuji-muji Tuhan .” Jadi, meskipun Tuhan menghu-
kum umat-Nya yang bersalah dengan rotan, namun ka-
sih setia-Nya tidak akan hilang.
V. Kembalinya Zakharia ke tengah umat, dan juga kepada keluarga-
nya setelah masa penugasan usai, serta dikandungnya anak yang
dijanjikan, seorang anak laki-laki pada masa tuanya.
1. Orang-orang tetap tenang dan menunggu, mengharapkan
Zakharia keluar dari Bait Suci, sebab ia harus menyampai-
kan berkat kepada mereka dalam nama Tuhan. Meskipun ia
melampaui batas waktu yang lazim, mereka tetap menunggu
dengan sabar, tidak seperti kebiasaan jemaat Kristen yang
segera pulang dengan tergesa-gesa tanpa menunggu doa ber-
kat. Orang banyak itu tetap menanti-nantikan Zakharia. Mere-
ka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait
Suci, dan khawatir kalau-kalau telah terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan (ay. 21).
2. saat ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata (ay. 22). Sekarang
ia seharusnya menyuruh umat pulang dengan terlebih dahulu
memberkati mereka, namun ia telah menjadi bisu dan tidak
mampu melakukan apa yang seharusnya ia kerjakan, yaitu
agar orang banyak bisa diingatkan untuk mengharapkan
Mesias, yang bisa memerintahkan berkat itu, yang benar-benar
memberkati, dan di dalam-Nya semua bangsa di bumi ini akan
diberkati. Jabatan imamat Harun akan segera dibungkam dan
ditinggalkan, untuk membuka jalan bagi pengharapan yang
lebih baik.
3. Zakharia berusaha memberitahu umat agar mereka mengerti
bahwa ia telah melihat suatu penglihatan, dengan membuat be-
berapa isyarat yang tidak keruan. Dikatakan bahwa ia mem-
beri isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu (ay. 22). Hal ini
menggambarkan kepada kita kelemahan dan kekurangan pela-
yanan imamat orang Lewi dibandingkan dengan pelayanan
imamat Kristus serta dispensasi Injil. Perjanjian Lama
berbicara dengan menggunakan tanda, memberikan beberapa
petunjuk mengenai hal-hal ilahi dan sorgawi, namun petunjuk
ini tidak sempurna dan tidak pasti, hanya memberi
isyarat kepada kita, namun tetap membisu. Injillah yang
berbicara dengan jelas kepada kita dan memberi kita
gambaran yang jelas mengenai apa yang dalam Perjanjian
Lama masih terlihat samar-samar.
4. Ia tetap bertugas sampai selesai waktu tugas pelayanannya,
sebab tugas yang diundikan kepadanya untuk membakar
ukupan tetap bisa dilaksanakan meskipun ia bisu dan tuli.
Bila kita tidak bisa menunaikan tugas pelayanan kepada Tuhan
sebaik yang seharusnya, namun berusaha melakukannya se-
baik mungkin, maka Tuhan akan tetap menerima kita dalam
pelayanan itu.
5. Zakharia lalu pulang ke rumah, dan beberapa lama ke-
mudian istrinya mengandung (ay. 23-24). Ia mengandung seba-
gai penggenapan janji itu. Menyadari hal itu, selama lima
bulan ia tidak menampakkan diri. Ia mengurus rumah tangga
seperti biasa dan tetap merahasiakan hal itu. Ia juga tidak
pergi ke luar rumah seperti yang biasa ia lakukan, sebab :
(1) Jangan sampai ia merugikan diri sendiri, misalnya meng-
alami keguguran atau membahayakan janin itu.
(2) Jangan sampai ia melakukan sesuatu yang dapat melang-
gar ketentuan yang telah ditetapkan tentang kenaziran
anak itu. Ia mengingat perintah yang diberikan malaikat
kepada ibu Simson dalam kejadian serupa dan menerap-
kannya pada diri sendiri. Ia tidak boleh menyentuh sesuatu
yang najis, sementara ia mengandung anak yang akan
menjadi nazir Tuhan (Hak. 13:14). Meskipun di sini hanya
disebut lima bulan, sebab peristiwa yang akan mengikuti
pada bulan keenam, namun kita boleh beranggapan bahwa
ia tetap bersikap hati-hati selama masa mengandung anak
itu.
(3) Ada yang berpendapat bahwa ia tidak menampakkan diri
sebab terlalu merasa risih, merasa malu terhadap apa
yang akan orang katakan tentang dirinya yang mengan-
dung di usia tua. “Akan berahikah aku, setelah aku sudah
layu, sedangkan tuanku sudah tua?” (Kej. 18:12). Atau, ini
merupakan tanda kerendahan hatinya, supaya ia tidak
tampak menyombongkan kehormatan yang diberikan Tuhan
kepadanya.
(4) Ia tidak menampakkan diri untuk beribadah, supaya ia
dapat meluangkan waktu dalam doa dan pujian. Orang-
orang kudus yaitu orang-orang yang dilindungi Tuhan . Ini-
lah alasan yang diberikannya untuk tidak menampakkan
diri, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, bukan saja
dengan bermurah hati menganugerahkan seorang anak
bagiku, namun juga memberikan kehormatan dengan mem-
berikan seorang anak yang akan menjadi seorang nazir”
(sebab itulah yang mungkin diisyaratkan suaminya mela-
lui tulisan kepadanya). “Ia berkenan menghapuskan aibku
di depan orang.” Kesuburan dianggap berkat yang begitu
besar di kalangan orang Yahudi, sebab janji Tuhan untuk
memperbesar bangsa mereka dan munculnya Sang Mesias
dari antara mereka, sehingga sungguh menjadi aib yang
besar apabila ada yang mandul. Orang yang mandul, mes-
kipun tidak bersalah apa pun, tetap dianggap telah bersa-
lah melakukan suatu dosa tersembunyi, hingga menda-
tangkan hukuman itu ke atas mereka. Sekarang, Elisabet
bersukacita penuh kemenangan, bahwa aib ini bukan saja
dihapuskan, namun juga digantikan dengan kemuliaan
besar. Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, melampaui se-
mua pemikiran atau harapanku, dan sekarang Ia berkenan
kepadaku. Perhatikanlah, dalam semua perbuatan Tuhan
yang penuh kemurahan kepada kita, kita harus meman-
dang kepedulian-Nya yang besar kepada kita. Ia telah me-
nilik kita dengan penuh belas kasihan dan perkenanan, dan
sebab itu Ia menunjukkan perbuatan-Nya bagi kita.
Pemberitahuan tentang Kelahiran Kristus
(1:26-38)
26 Dalam bulan yang keenam Tuhan menyuruh malaikat Gabriel pergi ke se-
buah kota di Galilea bernama Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang ber-
tunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan
itu Maria. 28 saat malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam,
hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” 29 Maria terkejut
mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam
itu. 30 Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau
beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan 31 Sesungguhnya engkau akan me-
ngandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah eng-
kau menamai Dia Yesus. 32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak
Tuhan Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Tuhan akan mengaruniakan kepada-Nya
takhta Daud, bapa leluhur-Nya, 33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum ketu-
runan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesu-
dahan.” 34 Kata Maria kepada malaikat itu: “Bagaimana hal itu mungkin
terjadi, sebab aku belum bersuami?” 35 Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh
Kudus akan turun atasmu dan kuasa Tuhan Yang Mahatinggi akan menaungi
engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak
Tuhan . 36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengan-
dung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam
bagi dia, yang disebut mandul itu. 37 Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mus-
tahil.” 38 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini yaitu hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
Di dalam perikop ini kita diberitahukan mengenai segala sesuatu
yang perlu kita ketahui tentang inkarnasi dan bagaimana dikandung-
nya Juruselamat kita yang diberkati itu, yakni enam bulan setelah di-
kandungnya Yohanes. Gabriel, malaikat yang sama yang diutus kepa-
da Zakharia untuk memberitakan rencana Tuhan mengenai anak laki-
lakinya, juga diutus dalam hal ini, sebab karya mulia penyelamatan
yang telah dimulai di dalam peristiwa pengandungan Yohanes itu
sedang berlanjut. Sama seperti tidak satu pun malaikat jahat yang
ditebus, begitu pula tidak satu pun malaikat baik yang menjadi pene-
bus. Walaupun begitu, para malaikat yang baik dipakai oleh Sang
Penebus sebagai utusan-Nya, dan dengan sukacita mereka pergi
membawa pesan-pesan-Nya, sebab mereka yaitu pelayan yang ren-
dah hati dari Bapa-Nya, sahabat dan penghibur bagi anak-anak-Nya.
I. Di sini ada berita mengenai ibu Tuhan kita, yang melaluinya Ju-
ruselamat kita akan dilahirkan. Meskipun kita tidak berdoa ke-
padanya, kita harus bersyukur kepada Tuhan untuk ibu ini.
1. Ia bernama Maria, nama yang sama dengan Miriam, saudara
wanita Musa dan Harun. Nama ini berarti ditinggikan, dan
memang betapa ditinggikannya dia sebab dikaruniai di antara
semua putri-putri keluarga Daud.
2. Maria yaitu putri keluarga bangsawan dari garis keturunan
Daud. Baik dia maupun semua teman-temannya mengetahui
status ini , sebab ia memiliki nama dan hak keluarga
Daud, meskipun miskin dan rendah derajatnya di dunia ini.
Melalui pemeliharaan Tuhan serta kepedulian bangsa Yahudi, ia
dimampukan untuk menjaga garis keturunan atau silsilahnya,
sehingga lebih mudah ditelusuri, dan selama janji tentang
Mesias dalam proses penggenapan, silsilah ini sangat
berharga untuk dipelihara. namun untuk situasi sekarang, bagi
mereka yang rendah derajatnya di dunia ini, memiliki garis
keturunan bangsawan dianggap tidak layak disebut-sebut lagi.
3. Dia seorang perawan, yang suci tanpa noda, dan bertunangan
dengan seorang laki-laki yang juga dari garis keturunan bang-
sawan seperti dirinya, dan yang juga berasal dari status sosial
yang rendah. Dengan demikian, dalam kedua hal ini mereka
memiliki kesetaraan (yang merupakan hal yang tepat bagi
mereka). Laki-laki ini bernama Yusuf, dan juga berasal
dari keluarga Daud (Mat. 1:20). Ibu Kristus yaitu seorang pe-
rawan, sebab Kristus tidak akan dilahirkan melalui cara kela-
hiran biasa, namun melalui mujizat. Ia memang harus dilahir-
kan dengan cara demikian, agar meskipun Ia harus mengam-
bil bagian dalam natur (sifat alami) manusia, itu bukanlah
natur manusia yang sudah rusak. Ia dilahirkan oleh seorang
perawan yang bertunangan, siap untuk menikah, dan meng-
ikat perjanjian untuk menghormati status pernikahan, agar
pernikahan (yang merupakan suatu ikatan dalam kesucian)
tidak dipandang sebagai aib dengan lahirnya Penebus kita dari
seorang perawan.
4. Maria tinggal di Nazaret, sebuah kota di Galilea, sebuah sudut
terpencil di negeri itu, tempat yang tidak memiliki reputasi
dalam hal keagamaan atau pengetahuan, namun berbatasan
langsung dengan wilayah bangsa-bangsa kafir, dan sebab itu
dinamakan wilayah Galilea bangsa-bangsa bukan-Yahudi. Ke-
nyataan bahwa sanak keluarga Kristus tinggal di tempat bang-
sa-bangsa lain ini menunjukkan bahwa anugerah juga diper-
untukkan bagi bangsa bukan-Yahudi. Dr. Lightfoot mengamati
bahwa Yunus dilahirkan sebagai orang Galilea, Elia dan Elisa
sangat akrab dengan Galilea, dan mereka semua dikenal seba-
gai nabi bangsa-bangsa lain. Malaikat diutus kepada Maria
yang berasal dari Nazaret. Perhatikanlah, tempat terpencil
atau tempat yang tidak ternama tidak boleh menjadi suatu
alasan untuk berburuk sangka terhadap orang-orang yang
kepadanya Tuhan berkenan. Malaikat Gabriel membawa pesan
kepada Maria yang ada di Nazaret, wilayah Galilea, dengan
sukacita yang sama seperti saat ia membawa pesan bagi
Zakharia di Bait Suci yang ada di Yerusalem.
II. Salam malaikat kepada Maria (ay. 28). Kita tidak memperoleh
informasi mengenai apa yang sedang dikerjakan Maria pada saat
itu, atau bagaimana kejadiannya, saat malaikat itu masuk ke ru-
mah Maria, namun malaikat itu mengejutkannya dengan sapaan
ini, “Salam, hai engkau yang dikaruniai.” Sapaan ini dimaksudkan
untuk membangkitkan sesuatu di dalam dirinya, yaitu:
1. Harga dirinya sendiri; meskipun dorongan untuk maksud se-
perti ini jarang diperlukan, namun bagi orang seperti Maria
yang berkanjang dalam status sosial yang rendah, adakalanya
ini diperlukan juga.
2. Pengharapan akan kabar yang luar biasa, bukan dari negeri
seberang, melainkan dari atas. Tidak diragukan lagi, sorga
merancangkan berkat luar biasa kepada seorang yang disapa
malaikat dengan begitu penuh rasa hormat, “Salam, hai eng-
kau,” chaire – bersukacitalah kamu. Sapaan seperti ini lazim
pada waktu itu dan menyatakan rasa hormat, maksud baik,
dan kesejahteraan bagi Maria.
(1) Ia dimuliakan. “Engkau yang dikaruniai atau dianugerahi.
Tuhan , dengan memilih engkau menjadi ibu Mesias, mem-
berikan kehormatan khusus kepadamu, lebih tinggi dari
Hawa, yang menjadi ibu semua yang hidup.” Alkitab bahasa
Latin, Vulgata, menerjemahkan kata ini dengan gratiâ
plena – penuh anugerah, dan sebab itu, memberi kesim-
pulan bahwa ia memperoleh lebih banyak anugerah Roh
Kudus dibandingkan siapa pun. Padahal jelas sekali bahwa
sapaan ini hanya menunjukkan berkat khusus yang
diperuntukkan baginya sebagai orang yang dipilih untuk
mengandung dan melahirkan Tuhan kita yang terkasih.
sebab Mesias harus dikandung dari benih seorang perem-
puan, maka kehormatan ini pasti jatuh pada seorang pe-
rempuan, namun bukan sebab jasa pribadinya, melainkan
semata-mata sebab anugerah yang akan diberikan dengan
cuma-cuma, dan Marialah yang terpilih untuk itu. “Ya
Bapa, bila itu Kau pandang baik.”
(2) Hadirat Tuhan bersamanya: “Tuhan menyertai engkau, mes-
kipun engkau miskin dan papa, dan mungkin sekarang
sedang memikirkan cara mendapatkan nafkah dan meng-
hidupi keluarga setelah menikah nanti.” Dengan menggu-
nakan kata-kata ini, malaikat membangkitkan iman Gideon
(Hak. 6:12): Tuhan menyertai engkau. Kita tidak perlu ber-
putus asa mengenai apa pun, apakah itu gagal dalam pe-
kerjaan atau tiada rejeki, bila kita memiliki Tuhan yang
beserta kita. Perkataan ini bisa mengingatkan Maria akan
Imanuel, Tuhan beserta kita, yang menjanjikan bahwa se-
orang anak perawan akan mengandung dan akan melahir-
kan (Yes. 7:14), dan mengapa bukan dia?
(3) Ia mendapat berkat Tuhan , “Diberkatilah engkau di antara
semua wanita (KJV), engkau bukan hanya akan
dipandang begitu oleh banyak orang, namun sesungguhnya
engkau memang demikian. Engkau yang begitu dikasihi
dalam hal ini, boleh berharap akan diberkati dalam banyak
hal lain.” Maria menjelaskan sendiri tentang hal ini (ay. 48),
Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.
Bandingkan hal ini dengan apa yang dikatakan Debora
tentang Yael, salah seorang lagi yang ditinggikan di antara
kaum wanita (Hak. 5:24), “Diberkatilah ia, melebihi
wanita -wanita yang di dalam kemah.”
III. Keterkejutan Maria atas sapaan ini (ay. 29). saat Maria melihat
malaikat itu, serta kemuliaan yang mengelilinginya, ia menjadi
terkejut atas apa yang dilihatnya, dan lebih lagi saat ia men-
dengar perkataannya. Seandainya ia seorang wanita muda
yang sombong dan ambisius, seseorang yang bercita-cita tinggi,
dan menyanjung diri sendiri dengan pengharapan tentang hal-hal
yang besar di dunia ini, ia akan merasa senang mendengar per-
kataan malaikat ini dan selanjutnya ia akan menjadi sombong,
dan (sebab kita memiliki alasan untuk meyakini bahwa ia se-
orang wanita muda yang cerdas) akan siap menjawab, me-
nyatakan kegembiraannya. Namun Maria tidak melakukan hal
itu, ia bahkan menjadi bingung, dan tidak merasa dirinya layak
menerima atau dijanjikan hal-hal sebesar itu, sebab itu ia lalu
bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Apakah asalnya
dari sorga atau dari manusia? Apakah salam itu hanya untuk
menyenangkan hatinya? Apakah untuk menjerat dirinya? Apakah
hanya untuk memperolok dirinya? Ataukah ada hal penting dan
berharga di dalamnya? namun dari semua yang dapat dipikirkan-
nya tentang apakah arti salam itu, saya percaya bahwa sedikit
pun Maria tidak berpikir bahwa salam itu dimaksudkan atau di-
gunakan sebagai sebuah doa. Namun, pemikirannya yang
mendalam tentang kejadian ini memberikan petunjuk yang
berguna bagi para wanita muda saat mendapat sapaan
semacam itu, agar mereka mempertimbangkan dan bertanya di
dalam hati, apakah arti salam itu, dari mana datangnya, apa
maksudnya, sehingga mereka bisa menerima sapaan itu dengan
benar dan senantiasa berjaga-jaga.
IV. Pesan itu sendiri, yang harus disampaikan malaikat kepadanya.
Sang malaikat berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan
kepada Maria untuk berpikir, namun saat memperhatikan bah-
wa hal ini hanya membuat Maria semakin bingung, ia menerus-
kan pesannya (ay. 30). Maria tidak menyahut apa pun terhadap
perkataannya; oleh sebab itu, malaikat menegaskan: “Jangan
takut, hai Maria, aku tidak bermaksud apa pun selain ingin meya-
kinkan dirimu bahwa engkau beroleh kasih karunia di hadapan
Tuhan lebih daripada yang engkau pikirkan, sebab banyak yang
mengira bahwa mereka lebih beroleh kasih karunia di hadapan
Tuhan daripada keadaan mereka yang sebenarnya.” Perhatikanlah,
mereka yang beroleh kasih karunia di hadapan Tuhan janganlah
membiarkan ketakutan yang dipenuhi dengan rasa curiga dan
resah menguasai mereka. Apakah Anda beroleh kasih karunia di
hadapan Tuhan ? Jangan takut, meskipun dunia ini membenci
Anda. Apakah Tuhan di pihak Anda? Kalau begitu, tidak penting
siapakah yang akan melawan Anda.
1. Meskipun Maria seorang perawan, ia memperoleh kehormatan
untuk menjadi seorang ibu. “Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan
engkau harus memberi-Nya sebuah nama; hendaklah engkau
menamai Dia Yesus” (ay. 31). Hawa, yang seharusnya menda-
pat kehormatan menjadi ibu semua yang hidup, dihukum de-
ngan perasaan takut dan cemas sebab ia akan berahi kepada
suaminya, dan suaminya akan berkuasa atasnya (Kej. 3:16).
Sedangkan Maria memperoleh kehormatan ini tanpa
ketakutan dan kecemasan itu.
2. Meskipun Maria hidup dalam kemiskinan dan tidak dikenal, ia
akan memperoleh kehormatan menjadi ibu Sang Mesias; anak
laki-lakinya akan dinamai Yesus – Sang Juruselamat, sese-
orang yang sangat dibutuhkan dunia ini, dan bukannya sese-
orang seperti yang diharapkan bangsa Yahudi.
(1) Anak laki-laki itu akan sangat dekat terhubung dengan
dunia atas. Ia akan menjadi besar, benar-benar besar, tak
tertandingi besarnya, sebab Ia akan disebut Anak Yang
Mahatinggi, Anak dari Tuhan yang yaitu Yang Mahatinggi.
Dengan demikian, Ia akan memiliki sifat dan kodrat yang
sama dengan Tuhan ; dan sangat dikasihi oleh Tuhan seperti
seorang anak dikasihi bapanya. Ia akan disebut, dan bukan
salah sebut, Anak Yang Mahatinggi, sebab Ia sendiri
yaitu Tuhan yang harus dipuji sampai selama-lamanya
(Rm. 9:5). Perhatikanlah, mereka yang yaitu anak-anak
Tuhan , meskipun hanya melalui pengangkatan dan kelahir-
an kembali, yaitu benar-benar besar, dan oleh sebab itu,
harus menjadi sangat baik (1Yoh. 3:1, 2).
(2) Ia akan sangat ditinggikan di dunia bawah ini, sebab mes-
kipun dilahirkan dalam keadaan yang paling hina, dan
tampil sebagai seorang hamba, Tuhan Tuhan akan mengaru-
niakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya (ay. 32).
Malaikat itu mengingatkan Maria bahwa ia berasal dari
keluarga Daud, dan oleh sebab itu, mengingat bahwa Hu-
kum Salis (yang melarang seorang wanita untuk meme-
rintah – pen.) maupun hak kesulungan tidak berperan da-
lam pewarisan takhta-Nya ini, maka tidaklah mustahil
bahwa Maria bisa melahirkan seorang pewaris bagi takhta
itu. Untuk membuat Maria semakin mudah memercayai hal
itu, diutuslah seorang malaikat dari sorga untuk memberi
tahu dia bahwa ia akan melahirkan. Bahwa setelah tongkat
kerajaan sejak lama beranjak dari keluarga terhormat masa
silam itu, sekaranglah saatnya tongkat itu akan kembali
lagi dan akan tetap tinggal di dalam keluarga itu, namun
tidak akan terjadi melalui pewarisan takhta secara turun-
temurun, melainkan akan tetap berada dalam tangan orang
yang sama sampai selama-lamanya. Bangsa-Nya tidak
akan menyerahkan takhta itu kepada-Nya, juga tidak akan
mengakui hak-Nya untuk memerintah atas mereka, namun
Tuhan Tuhan akan memberi-Nya hak untuk memerintah
atas mereka dan melantik-Nya sebagai Raja-Nya di Sion,
gunung-Nya yang kudus.
Malaikat itu meyakinkan Maria:
[1] Bahwa kerajaan-Nya bersifat rohaniah: Ia akan menjadi
raja atas kaum keturunan Yakub, bukan atas Israel me-
nurut daging, sebab bukan mereka yang dipedulikan-
Nya dan juga sebab mereka tidak akan bertahan lama
sebagai suatu umat. sebab itu, pastilah Ia atas sebuah
kerajaan yang bersifat rohaniah, atas keturunan Israel
yang menurut perjanjian.
[2] Bahwa pemerintahan-Nya akan kekal: Ia akan memerin-
tah sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak
akan berkesudahan, tidak seperti pemerintahan keluar-
ga Daud yang sementara saja dan juga tidak seperti ne-
gara Israel yang segera akan berkesudahan. Mahkota-
mahkota lain tidaklah tetap turun-temurun, namun peme-
rintahan Kristus bersifat kekal (Ams. 27:24). Injil yaitu
tata aturan yang terakhir, kita tidak perlu lagi menanti-
kan yang lain.
V. Informasi selanjutnya diberitahukan kepada Maria, sebagai ja-
waban atas pertanyaannya mengenai kelahiran raja yang istimewa
ini.
1. Pertanyaan yang diajukan memang pantas, “Bagaimana hal itu
mungkin terjadi? (ay. 34). Bagaimana mungkin aku sekarang
mengandung seorang anak” (seperti yang dimaksudkan oleh
malaikat itu), “sebab aku belum bersuami. Jika demikian,
apakah itu harus terjadi dengan cara kelahiran yang berbeda
dari cara yang lazim? Bila ya, beritahukan sekarang caranya?”
Ia tahu bahwa Sang Mesias harus lahir dari seorang perawan,
dan bila ia yang harus menjadi ibu-Nya, ia ingin tahu caranya.
Ini bukan soal tidak percaya atau meragukan apa yang telah
dikatakan oleh malaikat itu, namun sebuah hasrat untuk men-
dapatkan petunjuk lebih lanjut.
2. Jawaban yang diberikan sungguh memuaskan (ay. 35).
(1) Ia akan mengandung oleh kuasa Roh Kudus, yang tugas
dan jabatan utama-Nya yaitu untuk menguduskan, dan
sebab itu untuk menguduskan perawan ini untuk maksud
dan rencana ini. Roh Kudus disebut sebagai kuasa Tuhan
Yang Mahatinggi. Bukankah ia menanyakan bagaimana hal
itu mungkin terjadi? Jawaban ini sudah cukup untuk
membantunya mengatasi semua kesulitan yang muncul;
kuasa ilahi akan melaksanakannya, bukan oleh kuasa ma-
laikat seperti pada karya-karya ajaib lainnya, melainkan
oleh kuasa Roh Kudus itu sendiri.
(2) Maria tidak perlu mengajukan pertanyaan mengenai cara
atau bagaimana hal itu akan dilakukan, sebab Roh Ku-
dus, sebagai kuasa Tuhan Yang Mahatinggi, akan menaungi
dirinya, sama seperti awan yang menutupi Kemah Suci
saat kemuliaan Tuhan menguasainya untuk melindungi-
nya dari orang-orang yang ingin mencari tahu gerakannya
dan ingin mengungkap misterinya. Pembentukan janin di
dalam rahim dan masuknya roh kehidupan di dalamnya
merupakan misteri alam; tak seorang pun mengetahui
jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang perem-
puan yang mengandung (Pkh. 11:5). Kita dijadikan di tem-
pat yang tersembunyi (Mzm. 139:15-16). Terlebih lagi mis-
teri pembentukan bayi Yesus, dan sesungguhnya agunglah
rahasia ibadah kita, Dia yang telah menyatakan diri-Nya
dalam rupa manusia (1Tim. 3:16). Ini merupakan sesuatu
yang baru diciptakan di negeri ini (Yer. 31:22), yang menge-
nainya kita tidak boleh berlaku bijak melebihi apa yang
sudah tertulis.
(3) Anak yang akan dikandung Maria yaitu anak yang kudus,
dan sebab itu Ia tidak boleh dikandung melalui cara kela-
hiran yang lazim, sebab Ia tidak boleh berbagi sifat
manusia yang rusak dan cemar. Malaikat menyatakan hal
ini dengan tegas, bahwa Anak itu akan disebut kudus, yang
belum pernah ada sebelumnya, dan Dia juga akan disebut
Anak Tuhan , yaitu Anak Bapa melalui kelahiran kekal.
Sebagai tandanya, sekarang Ia akan dibentuk dan
dikandung oleh Roh Kudus. Sifat manusia-Nya harus di-
bentuk melalui cara demikian, supaya sesuai untuk disatu-
kan dengan sifat ilahi.
3. Iman Maria semakin diperkuat lagi saat diberi tahu bahwa
Elisabet, sepupunya, meskipun sudah tua umurnya, juga se-
dang mengandung seorang anak laki-laki (ay. 36). “Inilah saat
dimulainya masa keajaiban, dan sebab itu janganlah terkejut.
Salah seorang sanakmu juga mengalami hal yang hebat, mes-
kipun tidak sehebat yang engkau alami; Tuhan biasa melaku-
kan keajaiban demi keajaiban. Engkau akan melakukan juga
pekerjaan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari
pada itu.” Meskipun menurut garis keturunan ayahnya, Elisa-
bet tergolong sebagai keturunan Harun (ay. 5), namun dari
garis keturunan ibunya, ia mungkin tergolong keluarga Daud,
sebab kedua keluarga ini sering melakukan pernikahan
silang, sebagai ungkapan kesungguhan mereka untuk menya-
tukan kerajaan dan keimaman Mesias. Dan inilah bulan yang
keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Kehamilan Elisabet
ini memperlihatkan, seperti pendapat Dr. Lightfoot, bahwa
semua kejadian di dalam Perjanjian Lama mengenai mereka
yang pada akhirnya memiliki anak meskipun sudah lama
mandul, sebenarnya bersifat adikodrati, yang dirancang untuk
menyiapkan dunia untuk sanggup percaya bahwa seorang
perawan melahirkan seorang anak laki-laki, yang bertentangan
dengan sifat kodrat alami. Oleh sebab itu, bahkan pada saat
kelahiran Ishak pun Abraham sudah melihat hari Kristus. Ia
sudah menubuatkan mujizat kelahiran Kristus. Malaikat me-
yakinkan Maria mengenai hal ini, untuk menguatkan iman-
nya, dan mengakhiri pesannya itu dengan kebenaran agung
yang sangat tidak diragukan lagi dan yang sudah umum diper-
caya, “Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil” (ay. 37), dan,
kalau tidak ada yang mustahil, maka hal yang satu ini pun
tidak. Oleh sebab itu Abraham tidak bimbang dan tetap per-
caya pada janji Tuhan , sebab ia yakin bahwa Tuhan berkuasa
untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan (Rm. 4:20-21).
Tidak ada firman Tuhan yang tidak masuk akal bagi kita,
selama tidak ada pekerjaan yang tidak mustahil bagi-Nya.
VI. Penerimaan Maria yang tulus atas kehendak Tuhan bagi dirinya
(ay. 38). Maria membuat pengakuan sendiri.
1. Sebagai hamba yang percaya kepada kekuasaan atau otoritas
ilahi, “Sesungguhnya aku ini yaitu hamba Tuhan. Tuhan, aku
siap melayani-Mu, di bawah perintah-Mu, untuk melakukan
apa yang Engkau perintahkan.” Ia tidak keberatan untuk me-
nanggung bahaya yang bisa merusak pernikahannya dan men-
cemarkan nama baiknya, sebaliknya, ia menyerahkan masalah
ini kepada Tuhan , serta berserah penuh pada kehendak-
Nya.
2. Sebagai orang percaya yang menantikan karunia Tuhan . Ia
tidak hanya puas dengan kebenaran berita itu, namun mengha-
rapkannya dengan rendah hati agar terpenuhi: Jadilah padaku
menurut perkataanmu itu. Karunia semacam ini tidak boleh
diabaikan atau tidak diacuhkan oleh Maria, sebab apa yang
telah dijanjikan Tuhan akan disediakan-Nya. Melalui doa kita
harus mengatakan, “amin,” atau “terjadilah demikian, atas jan-
ji Tuhan .” Ingatlah, dan laksanakanlah Firman-Mu atas hamba-
Mu ini yang telah Engkau buat untuk berharap. Sama seperti
Maria, kita harus mengarahkan hasrat kita sesuai firman
Tuhan , dan mendasarkan harapan kita di atasnya. Jadilah pa-
daku menurut perkataanmu itu; hanya itu, dan bukan sebalik-
nya.
Setelah itu malaikat itu meninggalkan dia. Setelah menyele-
saikan tugas pengutusannya, malaikat itu kembali untuk
memberikan pertanggungjawaban dan menerima tugas-tugas
baru. Percakapan dengan malaikat selalu bersifat sementara
dan cepat berlalu, namun kelak percakapan itu akan bersifat
tetap dan terus-menerus. Pada umumnya dianggap bahwa
pada saat percakapan dengan malaikat inilah sang perawan
mengandung, oleh kuasa Roh Kudus yang menaunginya, na-
mun, sebab Alkitab sendiri mendiamkan hal ini, maka kita
pun hendaknya tidak menjadi penasaran untuk bertanya-tanya
mengenai ini, apa lagi sampai meyakininya.
Percakapan antara Maria dan Elisabet;
Nyanyian Pujian Maria
(1:39-56)
39 Beberapa waktu lalu berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke
pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah
Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan saat Elisabet men-
dengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet
pun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diber-
katilah engkau di antara semua wanita dan diberkatilah buah rahimmu.
43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab
sesungguhnya, saat salammu sampai kepada telingaku, anak yang di da-
lam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah per-
caya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” 46
Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira kare-
na Tuhan , Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan ham-
ba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menye-
but aku berbahagia, 49 sebab Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-
perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya yaitu kudus. 50 Dan rahmat-Nya
turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-
Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang
congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-
nya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala
yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi
dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, sebab Ia meng-
ingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita,
kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56 Dan Maria
tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang
kembali ke rumahnya.
Di sini kita menyimak percakapan antara dua ibu yang berbahagia,
Elisabet dan Maria. Malaikat membuka kesempatan terjadinya per-
jumpaan di antara kedua orang ini dengan memberi tahu Maria ten-
tang berkat yang dilimpahkan kepada sanaknya, Elisabet (ay. 36).
Kadang-kadang memang baik kalau kita bisa melayani dengan mem-
pertemukan orang-orang saleh bersama-sama, supaya mereka bisa
bertukar pengalaman.
Beginilah catatannya:
I. Maria melakukan kunjungan kepada Elisabet. Usia Maria lebih
muda daripada Elisabet, demikian pula dengan usia kandungan-
nya. Oleh sebab itu, bila mereka berdua perlu berjumpa, akan
lebih pantas bila Marialah yang melakukan perjalanan, dan bu-
kannya bersikeras memandang tingginya martabat bayi yang
sedang dikandungnya (ay. 39). Ia berangkat, meninggalkan semua
urusannya guna mengurus hal yang lebih besar ini: Pada waktu
itu, pada masa itu (seperti yang lazim dijelaskan, Yer. 33:15; 50:4),
satu atau dua hari setelah malaikat itu mengunjunginya, ia meng-
ambil waktu sejenak, seperti yang bisa diduga, untuk beribadah,
atau langsung bergegas menuju rumah sepupunya, di mana ia
bisa memiliki banyak waktu luang dan memperoleh
pertolongan yang lebih baik, di tengah-tengah keluarga seorang
imam. Ia pergi, meta spoudés – dengan berhati-hati, gigih, dan
cepat. Tidak seperti kebiasaan orang-orang muda yang bepergian
dan mengunjungi teman-temannya hanya untuk menghibur diri,
ia melakukannya untuk mendapat pengajaran. Ia pergi ke pegu-
nungan menuju sebuah kota di Yehuda. Daerah di pegunungan ini
tidak disebut namanya, namun dengan cara membandingkan
penjelasan ini dengan Yosua 21:10-11, tampaknya daerah yang
dituju yaitu Hebron, sebab dalam Kitab Yosua itu ada dikata-
kan di pegunungan Yehuda, kota para imam, anak-anak Harun.
Ke sanalah Maria bergegas, meskipun perjalanan itu yaitu per-
jalanan yang jauh, sampai berkilo-kilo meter jauhnya.
1. Menurut perkiraan Dr. Lightfoot, waktu itu Maria akan me-
ngandung Juruselamat kita di Hebron. Mungkin ini yang di-
isyaratkan oleh malaikat, atau dengan cara tertentu lainnya,
dan sebab itu ia segera menuju ke sana. Dr. Lightfoot men-
duga kota itu mungkin Silo dari suku Yehuda. Keturunan
Daud harus dikandung di salah satu kota Yehuda, kota Daud,
sebab Ia harus dilahirkan di Betlehem, sebuah kota yang juga
menjadi milik suku Yehuda. Di Hebronlah janji itu diberikan
kepada Ishak, di sana jugalah hukum sunat mulai dilembaga-
kan. Di sinilah (tutur Dr. Lightfoot), Abraham memperoleh ta-
nah pertamanya, dan untuk pertama kalinya Daud dimah-
kotai. Di sini juga dimakamkan tiga pasang suami-istri, Abra-
ham dan Sara, Ishak dan Ribka, Yakub dan Lea, dan menurut
kata orang dahulu, juga Adam dan Hawa. sebab itu Dr. Light-
foot berpendapat bahwa hal itu sangat cocok sekali dengan
keselarasan dan kesepakatan yang dipakai Tuhan di dalam
karya-Nya bahwa janji-Nya itu harus dimulai dengan dikan-
dungnya Sang Mesias di antara nenek moyang yang memper-
oleh janji itu. Saya melihat tidak ada yang mustahil dalam du-
gaan ini , namun saya mau tambahkan yang berikut ini
untuk mendukung dugaan ini , yaitu apa yang dikatakan
oleh Elisabet (ay. 45). Sebab apa yang dikatakan kepadanya
dari Tuhan, akan terlaksana; seakan janji itu belum terlaksana
pada saat itu, namun akan dilaksanakan di sana.
2. Secara umum dianggap bahwa keberangkatan Maria ke sana
yaitu untuk meneguhkan imannya sesuai dengan tanda yang
diberikan malaikat kepadanya, bahwa Elisabet, sanaknya, juga
sedang mengandung seorang anak laki-laki, dan bahwa ia
ingin bersukacita atas kemurahan yang diterima saudara se-
pupunya ini. Selain itu, mungkin ia pergi ke sana dengan
maksud agar dapat menghindari orang banyak, sebab di sana
ia akan lebih mendapat teman yang cocok daripada yang bisa
ia peroleh di Nazaret. Kita bisa menduga ia tidak memberi tahu
seorang pun di Nazaret tentang berita yang telah ia terima dari
sorga, meskipun sebenarnya ia sangat ingin membicarakan hal
yang sudah ribuan kali dipikirkannya itu dengan orang lain;
namun ia tidak mengenal seorang pun yang bisa ia ajak bicara
dengan bebas tentang hal itu, selain sepupunya, Elisabet.
sebab itulah ia bergegas ke sana. Perhatikanlah, akan sangat
bermanfaat dan nyaman bagi mereka yang mendapatkan kar-
ya anugerah di dalam hati mereka, dan Kristus yang bekerja di
sana, untuk berbincang-bincang dengan seorang yang meng-
hadapi kasus serupa, sehingga mereka bisa saling berbagi
pengalaman; dan mereka akan mendapati bahwa sama seperti
ikan bertemu air, begitu pula hati berpadanan dengan hati,
orang Kristen dengan orang Kristen.
II. Pertemuan antara Maria dan Elisabet. Maria memasuki rumah
Zakharia, namun berhubung Zakharia telah menjadi bisu dan tuli,
Zakharia tetap tinggal di dalam kamarnya, dan mungkin tidak
mau berjumpa dengan siapa pun. Oleh sebab itu, Maria memberi
salam kepada Elisabet (ay. 40), dan berkata bahwa ia datang un-
tuk mengunjunginya, untuk mengetahui keadaannya, dan ber-
suka bersamanya di dalam sukacitanya.
Nah, begitu berjumpa, demi menegaskan iman mereka berdua,
terjadilah sesuatu yang luar biasa. Maria mengetahui bahwa
Elisabet sedang mengandung seorang anak, namun tidak tampak
tanda apa pun bahwa Elisabet telah diberi tahu apa pun tentang
Maria sepupunya, bahwa dia telah ditentukan untuk menjadi ibu
Sang Mesias; dan sebab itu apa yang ia ketahui bisa dipastikan
berasal dari sebuah penyataan, yang menjadi dorongan besar bagi
Maria.
1. Maka melonjaklah anak yang di dalam rahimnya (ay. 41).
Mungkin saja Elisabet telah beberapa minggu memasuki tahap
bisa merasakan gerakan janinnya (sebab telah hamil selama
enam bulan), dan bahwa ia telah sering merasakan gerakan
anak itu di dalam rahimnya, namun gerakan kali ini lebih dari-
pada biasanya, yang memberinya peringatan untuk menanti-
kan sesuatu yang luar biasa, eskirtēse. Ini kata sama yang di-
gunakan oleh Septuaginta untuk menerjemahkan kisah Yakub
dan Esau yang saling bertolak-tolakan di dalam rahim Ribka
(Kej. 25:22), dan untuk menerjemahkan gunung-gunung yang
melompat-lompat (Mzm. 114:4). Bayi itu melonjak seolah-olah
memberi isyarat kepada ibunya, bahwa ia sekarang berjumpa
dengan Dia, untuk Siapa ia menjadi pendahulu, sekitar enam
bulan dalam pelayanan, sebagaimana juga dalam keberadaan-
nya. Bisa juga hal itu merupakan pengaruh kuat yang dituju-
kan untuk sang ibu. Sekaranglah saatnya apa yang dikatakan
oleh malaikat itu kepada ayahnya mulai digenapi (ay. 15), bah-
wa ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya.
Dan mungkin Yohanes sendiri memiliki kaitan dengan hal
ini, saat lalu ia berkata, “namun sahabat mempelai laki-
laki sangat bersukacita, sebab mendengar suara mempelai
laki-laki itu” (Yoh. 3:29), meskipun saat itu bukan dia yang
mendengarnya secara langsung, melainkan ibunya.
2. Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, atau Roh nubuat, dan
oleh Roh inilah, dan juga dengan ilham yang diberikan Roh, ia
diberi pemahaman bahwa Sang Mesias hadir di situ. Di dalam
Dia nubuat akan dibangkitkan kembali dan sebab Dia Roh
Kudus akan dicurahkan dengan lebih limpah dibandingkan
dengan masa sebelumnya, sesuai dengan harapan mereka
yang menantikan penghiburan bagi Israel. Gerakan bayi yang
tidak seperti biasanya di dalam rahimnya ini merupakan tanda
adanya emosi yang luar biasa di dalam jiwa Elisabet sebab
gerakan ilahi. Perhatikanlah, mereka yang mendapat lawatan
penuh rahmat dari Kristus akan mengetahui lawatan ini de-
ngan dipenuhinya mereka dengan Roh Kudus; sebab , jika
orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
III. Ucapan selamat datang yang disampaikan oleh Elisabet melalui
Roh Nubuat kepada Maria, ibu Tuhan kita. Ucapan ini disampai-
kan bukan seperti kepada seorang teman biasa yang sedang mela-
kukan kunjungan biasa, namun seperti kepada orang yang akan
melahirkan Mesias.
1. Elisabet mengucapkan selamat kepada Maria atas kehormatan
yang diterimanya, meskipun ia belum pernah mengetahui hal
itu sebelum ini. Ia mengucapkannya dengan penuh keyakinan
dan kegembiraan. Ia berseru dengan suara nyaring, bukan
sebab ada lantai atau tembok di antara mereka (seperti yang
dipikirkan sebagian orang), namun sebab ia sedang hanyut da-
lam sukacita yang meluap-luap, dan tidak peduli kalau orang
sampai mendengarnya. Ia berseru, “Diberkatilah engkau di an-
tara semua wanita ,” kata-kata sama seperti yang diucap-
kan oleh malaikat (ay. 28); sebab memang demikianlah ke-
hendak Tuhan mengenai menghormati Sang Anak, bahwa itu
harus terjadi di bumi seperti di dalam sorga. Namun, Elisabet
menambahkan sebuah alasan lagi, oleh sebab itu, “Diberkati-
lah engkau sebab diberkatilah buah rahimmu.” Jadi Maria la-
yak memperoleh kehormatan istimewa ini. Elisabet sudah jadi
istri seorang imam selama bertahun-tahun, namun ia tidak
merasa iri bahwa Maria, saudara sepupunya, yang jauh lebih
muda daripadanya, yang dalam segala hal lebih rendah dari-
padanya, akan mendapatkan kehormatan untuk mengandung
dalam keadaan masih perawan, dan menjadi ibu Sang Mesias.
Meskipun kehormatan yang diperolehnya lebih sedikit, namun
Elisabet bersukacita di dalamnya; ia merasa puas, sama seper-
ti anaknya kelak, bahwa Maria yang datang lalu dari-
padanya lebih tinggi daripadanya (bdk. Yoh. 1:27). Perhati-
kanlah, kita harus mengakui bahwa kita memperoleh lebih
banyak kemurahan Tuhan daripada yang layak kita peroleh, jadi
sebab itu, dengan alasan apa pun janganlah merasa iri bila
orang lain lebih banyak memperoleh kemurahan Tuhan dari-
pada kita.
2. Elisabet mengakui ketidaklayakannya atas kunjungan Maria
ini (ay. 43): “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang me-
ngunjungi aku?”
Perhatikanlah:
(1) Ia memanggil perawan Maria dengan sebutan ibu Tuhanku
(seperti Daud oleh pimpinan Roh menyebut Sang Mesias
Tuannya), sebab ia mengetahui bahwa Dia akan menjadi
Tuhan semua orang.
(2) Ia tidak hanya menyambut Maria ke rumahnya, sekalipun
mungkin Maria datang sebagai orang kecil, namun bahkan
menganggap kunjungan Maria itu sebagai suatu kehormat-
an besar, sehingga ia menganggap dirinya tidak layak.
Siapakah aku ini? Ini sungguh-sungguh, dan bukan seka-
dar basa-basi saat ia berkata, “Ini suatu kehormatan
besar melebihi yang dapat aku harapkan.” Perhatikanlah,
mereka yang penuh dengan Roh Kudus bersikap rendah
hati mengenai kebaikan mereka sendiri, dan sangat
meninggikan anugerah Tuhan . Anaknya Yohanes Pembaptis,
mengakui dengan cara yang sama saat ia berkata, “Eng-
kau yang datang kepadaku?” (Mat. 3:14).
3. Elisabet memberi tahu Maria mengenai apa yang terjadi de-
ngan bayi dalam kandungannya saat ia menyambut Maria (ay.
44): “Engkau pasti membawa kabar yang istimewa, berkat
yang luar biasa bersamamu; sebab, saat salammu sampai
kepada telingaku, bukan hanya hatiku melonjak kegirangan,
meskipun aku tidak segera mengetahui mengapa atau untuk
apa, namun anak yang di dalam rahimku, yang belum tahu
apa-apa, turut bergirang.” Ia melonjak kegirangan sebab Sang
Mesias, yang bagi-Nya ia menjadi seorang pendahulu, akan
segera datang setelah dia. Kejadian ini akan sangat menguat-
kan iman si anak dara itu, sebab kepastian yang sedemikian
itu telah diberitahukan kepada orang lain, dan hal ini merupa-
kan bagian penggenapan dari apa yang telah sering diberitahu-
kan sebelumnya, bahwa akan ada kesukaan di seluruh bumi
di hadapan Tuhan, saat Ia datang (Mzm. 98:8-9).
4. Elisabet memuji iman Maria, dan menguatkan dia (ay. 45):
“Berbahagialah ia, yang telah percaya.” Jiwa yang percaya
yaitu jiwa yang berbahagia, dan akan seperti itu sampai pada
akhirnya. Keberkatan ini datang melalui imannya, bahkan ber-
kat ini berkaitan dengan Kristus, untuk membiarkan Dia ter-
bentuk di dalam jiwa. Berbahagialah mereka yang percaya ke-
pada firman Tuhan , sebab Firman-Nya tidak akan mengecewa-
kan mereka; tak diragukan lagi, apa yang dikatakan kepada-
nya dari Tuhan, akan terlaksana. Kepastian bahwa Ia tidak
akan melanggar janji-janji-Nya itu sungguh mendatangkan ke-
bahagiaan tak terkira bagi siapa saja yang membangun di
atasnya dan berharap darinya. Kesetiaan Tuhan merupakan ke-
berkatan bagi iman orang-orang kudus. Mereka yang telah
mengalami kegenapan janji Tuhan harus menguatkan orang
lain untuk tetap berharap agar firman Tuhan juga tergenapi da-
lam hidup mereka, “Aku hendak menceritakan kepadamu apa
yang dilakukan-Nya terhadap jiwaku.”
IV. Nyanyian pujian Maria atas kejadian ini. Nubuat Elisabet merupa-
kan gema atas salam yang disampaikan oleh Perawan Maria, dan
sebaliknya nyanyian Maria ini menggemakan kembali nubuat
Elisabet tadi, dan menunjukkan bahwa ia juga penuh dengan Roh
Kudus seperti Elisabet. Pastilah si dara yang terberkati ini sangat
lelah akibat perjalanannya; namun, ia melupakannya, dan bang-
kit semangatnya oleh kehidupan baru, kekuatan, dan sukacita
begitu kebenaran imannya diteguhkan. sebab itulah, penyataan
dan sukacita besar yang datang dengan tiba-tiba ini menyadar-
kannya bahwa ia memang ditugaskan untuk datang ke rumah
sepupunya itu, dan sekalipun merasa lelah, seperti si hamba
Abraham itu, ia tidak akan makan atau minum sebelum pesan
yang dibawanya disampaikan.
1. Inilah ungkapan sukacita dan pujiannya, dan hanya Tuhan saja
yang menjadi tujuan pujian dan pusat sukacitanya. Beberapa
orang membandingkan nyanyian ini dengan nyanyian sukacita
Miryam, saudara wanita Musa yang namanya mirip de-
ngan Maria, saat merayakan keberangkatan bangsa Israel
keluar dari Mesir dan saat berhasil melintasi Laut Teberau
dengan selamat. Ada juga yang berpendapat lebih baik nyanyi-
an ini dibandingkan dengan nyanyian Hana yang dipersem-
bahkan untuk kelahiran Samuel, sebab kelahirannya, seperti
kelahiran Yesus, merupakan berkat keluarga yang lalu
turun menjadi berkat bagi banyak orang. Nyanyian Maria ini,
seperti nyanyian Hana, dimulai dengan, “Hatiku bersukaria
sebab TUHAN” (1Sam. 2:1). Amatilah di sini bagaimana Maria
berbicara tentang Tuhan .
(1) Dengan penuh rasa hormat yang mendalam kepada-Nya,
sebagai Tuhan, “Jiwaku memuliakan Tuhan; tidak pernah
aku melihat keagungan-Nya seperti sekarang ini saat aku
mendapati betapa baiknya Ia.” Perhatikanlah, hanya mere-
ka yang sungguh-sungguh telah menikmati rahmat belas
kasihan-Nya yang bisa berpikir betapa tinggi dan mulianya
Tuhan itu; sedangkan mereka yang makmur dan berkedu-
dukan tinggi akan berkata, “Yang Mahakuasa itu apa, se-
hingga kami harus beribadah kepada-Nya?” Semakin Tuhan
meninggikan kita dengan berbagai cara, kita harus sema-
kin tekun mempelajari kemuliaan apa yang bisa kita beri-
kan kepada-Nya; dengan demikian kita dapat memuliakan
Tuhan , saat jiwa kita dan semua yang ada di dalam kita
memuliakan Dia. Memuji harus menjadi pekerjaan jiwa.
(2) Dengan rasa puas yang luar biasa di dalam Dia sebagai
Juruselamatnya, “Hatiku bergembira sebab Tuhan , Jurusela-
matku.” Tampaknya hal ini berkaitan dengan Sang Mesias,
yang untuk-Nya ia akan menjadi seorang ibu. Ia menyebut-
Nya Tuhan Juruselamatnya, sebab malaikat telah menga-
takan bahwa Dia akan disebut Anak Tuhan Yang Mahatinggi,
dan Nama-Nya akan disebut Yesus, Sang Juruselamat. Ini-
lah yang dipegangnya erat-erat bagi dirinya: Dia yaitu
Tuhan Juruselamatku. Bahkan ibu Tuhan kita memerlukan
Dia sebagai Juruselamatnya, sebab ia pun akan binasa
tanpa Dia. Ia lebih bersukacita atas kebahagiaan kesela-
matan yang akan dimilikinya bersama orang-orang percaya
lainnya, melebihi kebahagiaan menjadi seorang ibu bagi-
Nya, sekalipun ini merupakan kehormatan khusus bagi
dia. Dan memang hal ini cocok dengan kehendak Kristus
yang meninggikan orang-orang percaya yang taat melebihi
ibu dan saudara-saudara-Nya (Mat. 12:50; Luk. 11:27-28).
Perhatikanlah, mereka yang memiliki Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat mereka akan memiliki banyak alasan
untuk bergembira, bergembira di dalam Roh, seperti yang
dilakukan Kristus (Luk. 10:21), dengan sukacita rohani.
2. Inilah yang membuat Maria bersuka dan memuji Tuhan .
(1) sebab keadaannya sendiri (ay. 48-49).
[1] Hatinya bergembira sebab Tuhan, atas semua kebaikan
yang telah Dia lakukan kepadanya; atas kemurahan dan
rahmat-Nya kepadanya. Ia telah memperhatikan keren-
dahan hamba-Nya; maksudnya Ia memandangnya de-
ngan penuh rasa kasihan, seperti yang umum diartikan.
“Ia telah memilih aku untuk kehormatan ini, meskipun
aku ini sangatlah rendah, miskin, dan tidak dikenal.”
Ungkapannya ini bahkan menyatakan lebih dari itu lagi
(seperti Gideon di dalam Hakim-hakim 6:15), bahwa
bukan hanya kaumnya yaitu yang paling kecil dan
miskin di antara suku Yehuda, namun ia pun seorang
yang paling muda di antara kaum keluarganya, seolah-
olah ia yang tercela dan terhina di antara kaum kera-
batnya, terabaikan dan terbuang dari kaum keluarga-
nya. Namun, Tuhan melimpahkan segala kehormatan ini
kepadanya, ganti segala kehinaannya itu. Saya lebih
suka dengan tafsiran seperti ini, sebab kehormatan
yang demikian juga dialami oleh orang-orang dalam
keadaan yang sama. sebab Tuhan melihat, bahwa Lea
tidak dicintai, dibuka-Nyalah kandungannya (Kej.
29:31). sebab Hana selalu disakiti hatinya agar ia
menjadi gusar, dan ia juga dihina oleh Penina, maka
Tuhan menganugerahkan seorang anak (1Sam. 1:19).
Kepada mereka yang ditekan dan dipandang rendah se-
cara semena-mena, adakalanya Tuhan akan melakukan
sesuatu dengan penuh rahmat kepada mereka, khusus-
nya bila mereka menanggungnya dengan sabar, suka-
rela, dan pantang mundur (Hak. 11:7). Demikian juga
halnya dengan kasus Maria ini. Bila Tuhan memperhati-
kan kerendahannya, maka dengan demikian Tuhan bu-
kan saja memberikan contoh tentang kemurahan-Nya
kepada seluruh umat manusia, dengan mengingat ke-
rendahan mereka, seperti yang dikatakan oleh pemaz-
mur (Mzm. 136:23), namun juga menjamin kehormatan
yang kekal baginya (sebab kehormatan yang dianu-
gerahkan Tuhan yaitu kehormatan yang tidak akan
sirna), “Mulai dari sekarang segala keturunan akan me-
nyebut aku berbahagia, akan memandangku sebagai
wanita yang berbahagia dan sangat ditinggikan.”
Semua orang yang memiliki Kristus dan Injil-Nya akan
berkata, “Berbahagialah ibu yang telah mengandung
Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau” (Luk.
11:27). Elisabet pernah dan sekali lagi menyebutnya di-
berkati. Maria menambahkan, “Namun itu belum se-
muanya. segala keturunan, baik bangsa bukan Yahudi
maupun Yahudi akan menyebut aku demikian.”
[2] Jiwanya memuliakan Tuhan, sebab perbuatan-perbuat-
an besar yang telah dilakukan Tuhan baginya (ay. 49):
“Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan
besar kepadaku.” Sebuah perbuatan yang sungguh be-
sar, bahwa seorang perawan akan mengandung. Sebuah
perbuatan yang sungguh besar, bahwa Sang Mesias,
yang telah begitu lama dijanjikan kepada umat-Nya,
dan begitu lama diharapkan oleh umat-Nya, tidak lama
lagi akan dilahirkan. Kuasa dari Yang Mahatinggi telah
menampakkan diri. Maria menambahkan, “dan nama-
Nya yaitu kudus.” Begitu juga yang dinyanyikan oleh
Hana, Tidak ada yang kudus seperti TUHAN, yang
lalu dijelaskannya dalam kata-kata berikutnya,
“sebab tidak ada yang lain kecuali Engkau” (1Sam. 2:2).
Tuhan yaitu satu keberadaan pada diri-Nya sendiri, dan
Ia menampakkan keberadaan-Nya, khususnya dalam
karya penebusan kita. Ia yang yaitu mahakuasa, Ia
yang nama-Nya bahkan yaitu kudus, telah melakukan
perbuatan-perbuatan besar kepadaku. Hal-hal yang mu-
lia dapat diharapkan dari Dia yang yaitu baik maha-
kuasa maupun kudus, yang sanggup melakukan segala
sesuatu, dan melakukannya dengan baik untuk tujuan
yang terbaik.
(2) sebab keadaan orang lain. Perawan Maria, sebagai ibu
Sang Mesias, ditentukan untuk menjadi semacam tokoh
publik. Ia memiliki watak publik, dan sebab itu ia diper-
lengkapi dengan semangat yang lain, semangat yang lebih
bersifat publik dibandingkan dengan yang sebelumnya
dimiliki. Oleh sebab itu ia berpandangan keluar, meman-
dang di sekitar dirinya sendiri, memandang hal-hal di de-
pan dirinya, serta memperhatikan berbagai cara Tuhan
menangani anak-anak manusia (ay. 50 dst.), seperti Hana
(1Sam. 2:3 dst.). sebab itu, pandangannya tertuju kepada
kedatangan Sang Penebus dan Tuhan yang menampakkan
diri-Nya sendiri dalam karya keselamatan itu.
[1] Merupakan sebuah kebenaran yang pasti bahwa Tuhan
menyimpan rahmat yang berkelimpahan dan menyedia-
kannya bagi semua yang memiliki rasa hormat yang
mendalam bagi keagungan-Nya, serta menghormati ke-
daulatan dan kekuasaan-Nya. Namun, belum pernah
rahmat-Nya datang kepada kita seperti saat Ia meng-
utus Anak-Nya ke dunia ini untuk menyelamatkan kita
(ay. 50): Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang
takut akan Dia, dan akan selalu seperti itu. Dengan
mata rahmat Ia selalu memandang mereka yang men-
cari Dia dengan mata takut dan hormat seorang anak.
Namun, Ia telah mewujudkan rahmat yang belum per-
nah terjadi sebelumnya dengan mengutus Anak-Nya
untuk membawa sebuah kebenaran kekal, untuk me-
ngerjakan karya keselamatan kekal bagi mereka yang
takut akan Dia. Rahmat ini berlangsung turun-temurun,
sebab ada pemberitaan Injil yang disampaikan turun-
temurun sampai selama-lamanya. Mereka yang takut
akan Tuhan , sebagai Pencipta dan Hakim mereka, dido-
rong untuk mengharapkan rahmat-Nya, melalui Peng-
antara dan Pembela mereka. Di dalam Sang Pengantara
dan Pembela kita itu rahmat diberikan kepada mereka
yang takut akan Tuhan , rahmat pengampunan, rahmat
kesembuhan, rahmat untuk diterima oleh-Nya, rahmat
untuk dimuliakan, turun-temurun selama dunia ini ada.
Di dalam Kristus Ia menyediakan rahmat bagi banyak
orang.
[2] Kita selalu bisa menyaksikan bahwa Tuhan dalam peme-
liharaan-Nya mendatangkan penghinaan kepada orang
yang tinggi hati dan meninggikan orang yang rendah
hati. Hal ini telah terjadi secara luar biasa di dalam ke-
seluruhan karya penebusan umat manusia. Demikian-
lah dengan menyatakan rahmat-Nya kepada Maria,
Tuhan juga menunjukkan diri-Nya sebagai Yang Maha-
kuasa (ay. 48-49). Dengan rahmat-Nya bagi mereka
yang takut akan Dia, Ia memperlihatkan kuasa-Nya de-
ngan perbuatan tangan-Nya.
Pertama, dalam pemeliharaan-Nya, sudah merupa-
kan cara yang lazim bila Ia mematahkan pengharapan
orang, dan melakukan sesuatu yang berlawanan dari
yang telah mereka janjikan kepada diri sendiri. Orang
yang sombong berharap bisa melakukan segalanya de-
ngan menggunakan cara dan kehendak mereka sendiri,
namun Ia mencerai-beraikan orang-orang yang congkak
hatinya, mematahkan ukuran-ukuran mereka, meng-
hancurkan proyek-proyek mereka, dan merendahkan
mereka serendah-rendahnya melalui nasihat dan pen-
dapat mereka sendiri yang mereka anggap akan mem-
bawa kemajuan dan kemapanan bagi mereka. Orang-
orang yang berkuasa ingin mengamankan takhta mere-
ka dengan kekuatan sendiri, namun Ia menurunkan
mereka, dan menjungkirbalikkan takhta mereka. Seba-
liknya, mereka yang rendah dan yang berada dalam
keputusasaan untuk meningkatkan diri mereka sendiri,
dan tidak ada yang dipikirkan selain tetap berada di da-
lam keadaan rendah, akan ditinggikan secara ajaib. Se-
perti halnya kehormatan, kekayaan juga demikian ada-
nya. Bagi mereka yang begitu miskin sehingga tidak me-
miliki makanan untuk diri sendiri dan keluarga mereka,
Pemeliharaan Ilahi yang mengherankan melimpahkan
segala yang baik. Sebaliknya, mereka yang kaya dan se-
lalu berpikir bahwa hari esok pasti akan sama seperti
hari ini, bahwa gunung perlindungan mereka akan te-
tap kokoh berdiri dan tidak akan pernah beranjak, de-
ngan cara yang aneh tiba-tiba jatuh miskin, dan disuruh
pergi dengan tangan hampa. Hal ini juga yang diung-
kapkan Hana di dalam nyanyiannya sehubungan de-
ngan masalahnya dan musuhnya (1Sam. 2:4-7). Masa-
lahnya melukiskan hal ini dengan jelas (bdk. Mzm.
107:33-41; 113:7-9, dan Pkh. 9:11). Tuhan sangat suka
mengecewakan harapan mereka yang menjanjikan per-
buatan-perbuatan besar bagi diri sendiri di dunia ini,
dan Ia mengabulkan harapan mereka yang hanya men-
janjikan sedikit kepada diri mereka. Sebagai Tuhan yang
benar, Ia merendahkan mereka yang meninggikan diri,
dan memukul mereka yang merasa diri aman-aman
saja. Tuhan yang baik, merupakan kesukaan-Nya untuk
meninggikan mereka yang rendah hatiya, serta menghi-
bur mereka yang takut akan Dia.
Kedua, hal ini tampak jelas dalam cara-cara anuge-
rah Injil bekerja.
1. Dalam mencurahkan kehormatan-kehormatan roha-
ni. saat orang-orang Farisi yang sombong ditolak,
dan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa
masuk ke dalam Kerajan Sorga di hadapan mereka;
saat orang-orang Yahudi yang sungguhpun menge-
jar hukum yang akan mendatangkan kebenaran
tidak memperoleh kebenaran itu, sementara bangsa-
bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah
beroleh kebenaran (Rm. 9:30-31); saat Tuhan tidak
memilih orang yang bijak menurut ukuran manusia,
orang yang berpengaruh, atau orang yang terpan-
dang untuk mengabarkan Injil dan menanam benih
Kekristenan di dunia ini, namun justru memilih apa
yang bodoh dan lemah bagi dunia, serta apa yang
dipandang hina (1Kor. 1:26-27); saat itulah Ia men-
cerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya,
dan menurunkan orang-orang yang berkuasa, dan
meninggikan orang-orang yang rendah. Yang congkak
dicerai-beraikan dan yang rendah ditinggikan saat
tirani imam-imam kepala dan tua-tua diruntuhkan,
setelah sekian lama memerintah atas umat warisan
Tuhan dan mau berharap untuk memerintah terus.
Yang congkak dicerai-beraikan dan yang rendah di-
tinggikan saat murid-murid Kristus, kawanan ne-
layan miskin yang dipandang rendah diperlengkapi
dengan kuasa dan didudukkan di atas takhta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel. Yang congkak
dicerai-beraikan dan yang rendah ditinggikan saat
kekuasaan keempat kerajaan dihancurkan, dan Ke-
rajaan Mesias, yang yaitu batu yang terungkit lepas
tanpa perbuatan tangan manusia, dibuat Tuhan me-
menuhi bumi.
2. Dalam mencurahkan kekayaan rohani (ay. 53). (1)
Mereka yang melihat kebutuhan mereka akan Kris-
tus dan sangat merindukan kebenaran dan kehidup-
an di dalam Dia, akan dilimpahi segala yang baik,
bahkan yang terbaik, yang diberikan dengan cuma-
cuma kepada mereka, dan mereka akan dikenyang-
kan dengan berkat yang diberikan-Nya. Mereka yang
letih lesu dan berbeban berat akan mendapat kele-
gaan bersama Kristus. Mereka yang haus diundang
untuk datang kepada-Nya dan minum. Hanya orang-
orang yang demikianlah yang mengetahui bagaima-
na menghargai anugerah-Nya. Bagi orang yang lapar
segala yang pahit terasa manis, manna yaitu ma-
kanan malaikat; dan bagi yang haus air biasa akan
terasa seperti madu dari bukit batu. (2) Mereka yang
kaya, mereka yang tidak merasa lapar, yang sama
seperti jemaat di Laodikia mengira tidak memerlukan
apa-apa, dipenuhi oleh diri dan kebenaran mereka
sendiri, dan mengira bahwa mereka tidak kekurang-
an apa-apa di dalam diri mereka sendiri. Orang-
orang seperti inilah yang diusir-Nya dari pintu-Nya,
mereka tidak diizinkan masuk oleh-Nya. Ia menyu-
ruh mereka pergi dengan tangan hampa. Mereka da-
tang penuh dengan diri sendiri dan disuruh pergi de-
ngan tangan hampa tanpa Kristus. Ia menyuruh me-
reka pergi kepada dewa-dewa yang mereka sembah,
kepada kebenaran dan kekuatan mereka sendiri
yang mereka percayai.
[3] Sejak dahulu Sang Mesias diharapkan dengan cara
yang khusus menjadi kekuatan dan kemuliaan bagi
umat-Nya Israel, dan memang demikianlah Ia adanya
(ay. 54): Ia menolong Israel, hamba-Nya, antelabeto. Ia
telah menarik mereka dengan tangan-Nya, dan meno-
long mereka bangkit dari kejatuhan mereka saat mereka
tidak bisa menolong diri sendiri. Mereka terpuruk di
bawah beban kovenan lama yang berdasarkan ketaatan
pada Taurat dan dibangkitkan kembali melalui berkat-
berkat kovenan anugerah yang telah diperbarui. Peng-
utusan Sang Mesias, tumpuan pertolongan bagi orang-
orang berdosa yang malang, yaitu kebaikan terbesar
yang bisa dilakukan, bantuan terbesar yang bisa diberi-
kan kepada umat-Nya Israel, dan yang semakin menun-
jukkan hal ini yaitu :
Pertama, ini merupakan peringatan akan rahmat-
Nya, sifat-Nya yang penuh rahmat, rahmat yang dise-
diakan-Nya bagi hamba-Nya Israel. Sementara berkat
ini ditangguhkan, umat-Nya yang menanti-nantikan
berkat itu sering bertanya-tanya, “Apakah Tuhan telah
lupa bermurah hati?” Namun, sekarang Ia menyatakan
bahwa Ia tidak lupa, Ia tetap mengingat rahmat-Nya. Ia
ingat akan rahmat-Nya yang terdahulu, dan meng-
ulanginya dalam bentuk berkat-berkat rohani, yang da-
hulu diberikan-Nya dalam bentuk berkat-berkat jas-
mani. Lalu teringatlah mereka kepada zaman dahulu
kala. Di manakah Dia yang membawa mereka naik dari
laut, keluar dari Mesir? (Yes. 63:11). Ia akan melakukan
yang seperti itu lagi, yaitu apa yang dilambangkan de-
ngan peristiwa di Mesir itu.
Kedua, bahwa ini yaitu penggenapan janji-Nya.
Sebuah rahmat yang tidak hanya dirancang begitu saja,
namun juga diumumkan (ay. 55), seperti yang dijanji-
kan-Nya kepada nenek moyang kita. Keturunan perem-
puan itu akan meremukkan kepala ular itu, Tuhan akan
tinggal di dalam kemah-kemah Sem, dan khususnya ke-
pada Abraham, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi
akan mendapat berkat, berkat yang terbaik, berkat yang
kekal. Berkat ini akan turun kepada keturunannya yang
kekal, yaitu keturunan rohaninya, sebab keturunan
jasmaninya tidak lama lagi akan terputus. Perhatikan-
lah, apa yang difirmankan Tuhan akan dilaksanakan-
Nya. Apa yang difirmankan-Nya kepada nenek moyang
mereka akan digenapi-Nya di dalam keturunan mereka,
dengan berkat-berkat yang kekal.
Terakhir, Maria kembali ke Nazaret (ay. 56), setelah
ia tinggal bersama Elisabet sekitar tiga bulan lamanya,
cukup lama sampai ia merasa yakin perihal dirinya
bahwa ia benar-benar mengandung, serta mendapat pe-
negasan dari saudara sepupunya, Elisabet. Beberapa
orang berpendapat bahwa meskipun di sini dikatakan
bahwa Maria pulang sebelum Elisabet melahirkan, ini
hanyalah sebab penulis Injil ini ingin mengakhiri kisah
tentang Maria sebelum melanjutkan kisah mengenai
Elisabet. Mungkin Maria masih tinggal bersama sau-
dara sepupunya itu, walaupun tidak terus-menerus.
Dengan kata lain, mungkin ia mondar-mandir ke tempat
sepupunya itu. Dengan begitu Maria dapat melayani
Elisabet dan menemaninya saat tiba saatnya untuk
bersalin, serta meneguhkan imannya sendiri melalui
penggenapan janji Tuhan kepada Elisabet. Namun, keba-
nyakan orang terpaku pada kisah seperti yang tertulis,
dan memperkirakan bahwa ia pulang ke rumahnya ke-
tika Elisabet sudah dekat bersalin, sebab ia masih
ingin menyendiri, dan sebab itu ia tidak hadir pada
saat kelahiran anak perjanjian ini, yang akan menarik
banyak orang untuk datang ke rumah itu pada saat ke-
lahirannya. Mereka yang memiliki Kristus di dalam hati
akan lebih bersukacita dalam duduk sendiri dan ber-
diam diri.
Kelahiran Yohanes Pembaptis
(1:57-66)
57 lalu genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan ia pun me-
lahirkan seorang anak laki-laki. 58 saat tetangga-tetangganya serta sanak
saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang
begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. 59
Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak
itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, 60
namun ibunya berkata: “Jangan, ia harus dinamai Yohanes." 61 Kata mereka
kepadanya: “Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian."
62 Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa
yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. 63 Ia meminta batu tulis, lalu
menuliskan kata-kata ini: “Namanya yaitu Yohanes." Dan mereka pun
heran semuanya. 64 Dan sesaat itu juga terbukalah mulutnya dan terlepas-
lah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Tuhan . 65 Maka ketakutanlah
semua orang yang tinggal di sekitarnya, dan segala peristiwa itu menjadi
buah tutur di seluruh pegunungan Yudea. 66 Dan semua orang, yang mende-
ngarnya, merenungkannya dan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?”
Sebab tangan Tuhan menyertai dia.
Di dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang:
I. Kelahiran Yohanes Pembaptis (ay. 57). Meskipun ia dikandung
melalui mujizat, ia tetap berada di dalam rahim ibunya secara
alami (begitu juga Juruselamat kita): lalu genaplah bulan-
nya bagi Elisabet untuk bersalin, dan ia pun melahirkan seorang
anak laki-laki. Rahmat yang dijanjikan dan dinantikan terwujud
bila telah genap waktunya, bukan sebelumnya.
II. Sukacita besar di antara semua sanak saudaranya atas peristiwa
luar biasa ini (ay. 58): Tetangga-tetangganya serta sanak saudara-
nya mendengar hal itu; sebab apa yang tampak seperti mujizat
selalu menjadi bahan pembicaraan setiap orang. Dr. Lightfoot
mengamati bahwa daerah Hebron dihuni para imam yang berasal
dari keluarga Harun, dan merekalah sanak saudara yang dimak-
sud dalam ayat ini. namun ladang-ladang dan desa-desa di sekitar-
nya dihuni oleh keturunan Yehuda, dan merekalah yang dimak-
sud sebagai tetangga-tetangga.
Di sini bisa ditemukan:
1. Sikap hormat yang saleh terhadap Tuhan . Mereka mengakui
bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu
besar kepadanya, begitu kata ayat itu. Sungguh suatu rahmat
bila aib Elisabet dihapus, rahmat untuk membangun keluar-
58
ganya, terlebih lagi sebab ia tergolong keluarga imam, yang
dipersembahkan kepada Tuhan untuk melayani-Nya. Banyak
hal yang mendukung bahwa rahmat itu sungguh besar – bah-
wa ia telah lama mandul, telah lanjut umurnya, dan khusus-
nya anak itu akan menjadi besar di hadapan Tuhan.
2. Sikap bersahabat terhadap Elisabet. saat ia bersukacita, me-
reka juga bersukacita bersama-sama dengan dia. Kita juga
harus turut senang dengan keberhasilan tetangga dan saha-
bat-sahabat kita, serta bersyukur kepada Tuhan atas kebaha-
giaan mereka seperti kebahagiaan kita sendiri.
III. Perbantahan di antara mereka mengenai nama anak itu (ay. 59):
Pada hari yang kedelapan, sesuai dengan peraturan Tuhan , da-
tanglah mereka bersama-sama, untuk menyunatkan anak itu. Di
Hebron inilah untuk pertama kalinya sunat dilembagakan. Ishak,
yang dilahirkan melalui perjanjian seperti Yohanes Pembaptis,
menjadi salah seorang yang pertama–tama disunat, setidaknya
dialah yang pertama di