sten dan sebagai rasul. Mereka akan berbuat
sebisa-bisanya untuk membuat semua sebutan ini terdengar
memuakkan.” Inilah penerapan yang bisa ditarik dari ucapan
bahagia kedelapan (Mat. 5:10-12).
“Perlakuan semacam ini tampaknya berat, namun berbaha-
gialah kamu bila kamu diperlakukan seperti itu. Kebahagiaan
tidak diambil daripadamu, namun justru ditambahkan kepada-
mu dengan berlimpah. Ini yaitu kehormatan bagimu, seperti
seorang pahlawan gagah berani yang dikirim ke medan perang
untuk mengabdi kepada rajanya. Oleh sebab itu bersukacita-
lah pada waktu itu dan bergembiralah (ay. 23). Jangan hanya
menanggungnya, namun berjayalah di dalamnya.
Injil Lukas 6:20-26
225
sebab :
(1) “Dengan ini kamu akan sangat dihargai dalam kerajaan ka-
sih karunia, sebab kamu diperlakukan seperti para nabi
yang sebelum kamu. Oleh sebab itu kamu bukan saja tidak
perlu merasa malu, melainkan patut bersukacita di dalam-
nya. Perlakuan yang kamu alami ini akan menjadi bukti
bahwa kamu benar-benar hidup menurut roh yang sama
dan menurut cara yang sama, terlibat dalam perkara yang
sama, dan bekerja dalam pelayanan yang sama seperti para
nabi itu.”
(2) “Untuk semuanya ini kamu akan mendapat balasnya de-
ngan berlimpah dalam kerajaan kemuliaan itu. Bukan saja
pelayananmu untuk Kristus, penderitaanmu juga akan di-
perhitungkan: upahmu besar di sorga. Beranikan dirimu
menghadapi penderitaan dengan keyakinan penuh bahwa
kemuliaan sorga akan menjadi ganti rugi yang setimpal
bagi semua kesukaran ini. Dengan demikian, bisa saja se-
kalipun kamu kalah demi Kristus, namun sekali-kali kamu
tidak akan menderita kekalahan oleh-Nya namun mempero-
leh kemenangan dari Dia.”
II. Peringatan celaka terhadap orang berdosa yang kaya, meskipun
dunia iri pada mereka. Perkataan ini tidak kita jumpai dalam Injil
Matius. Kalau dihubungkan dengan ucapan bahagia yang menda-
huluinya, sepertinya uraian yang terbaik untuk peringatan ini
yaitu perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus. Lazarus
mendapatkan kebahagiaan yang diterima orang-orang yang saat
ini miskin, lapar, dan menangis. Sebab di pangkuan Abraham, se-
mua janji yang diberikan kepada orang-orang seperti dia digenapi
baginya. Sebaliknya, orang kaya itu memperoleh celaka yang di-
uraikan berikut ini, sebab ia memiliki watak seperti yang dimiliki
orang-orang yang akan mengalami semua celaka ini.
1. Inilah celaka bagi orang kaya, yaitu mereka yang mengandal-
kan kekayaan, yang memiliki harta duniawi berlimpah. Mere-
ka bukannya melayani Tuhan dengan kekayaan mereka, namun
justru memuaskan hawa nafsu mereka dengannya. Celakalah
mereka, sebab mereka yang memuaskan diri dalam kekayaan
itu, telah menerima penghiburan mereka (ay. 24). Semasa hi-
226
dup mereka telah menerima segala yang baik menurut pan-
dangan mereka, yang mereka anggap diterima dari Tuhan . “Ka-
mu yang kaya akan tergoda untuk mengarahkan hati kepada
dunia yang tersenyum dan berkata, ‘Jiwaku, beristirahatlah
dalam pelukan kekayaanmu.’ Inilah tempat perhentianku sela-
ma-lamanya. namun , setelah itu, celakalah kamu.”
(1) Betapa bodohnya orang duniawi sebab menjadikan hal-hal
dunia ini sebagai penghiburan mereka, padahal harta itu
sebenarnya dimaksudkan untuk memberi kemudahan hi-
dup saja. Mereka bersenang-senang dengan kekayaan me-
reka, membanggakannya, dan menjadikannya sebagai sor-
ga di bumi ini. Bagi mereka, penghiburan Tuhan sangat kecil
dan tidak berarti.
(2) Celakalah mereka bahwa mereka akan binasa bersama-
sama dengan kekayaan yang menjadi penghiburan mereka
itu. Biarlah mereka tahu supaya mereka takut, bahwa be-
gitu mereka berpisah dengan semuanya ini, berakhir pula
semua penghiburan mereka itu, dan tidak ada yang tersisa
selain celaka dan siksa kekal.
2. Inilah celaka bagi mereka yang kenyang (ay. 25), yang diberi
makan sampai kenyang, dan memiliki lebih daripada yang di-
inginkan hati. Perut mereka dikenyangkan dengan kekayaan
dunia (Mzm. 17:14). saat mereka memiliki kekayaan berlim-
pah, dikenyangkan, dan menyangka sudah memiliki cukup ba-
nyak, mereka berpikir tidak kekurangan dan tidak mengingin-
kan apa-apa lagi (Why. 3:17). Sekarang kamu telah kenyang,
kamu telah menjadi kaya (1Kor. 4:8). Mereka kenyang dengan
diri sendiri, tanpa Tuhan dan Kristus. Celakalah orang-orang
seperti ini, sebab mereka akan lapar. Tidak lama lagi semua
benda yang mereka bangga-banggakan itu akan dirampas. Ke-
tika meninggalkan harta dunia yang menjadi kelimpahan me-
reka, mereka akan membawa serta semua keinginan duniawi
itu, sebab dunia yang mereka tuju itu tidak bisa memberikan
kepuasan apa-apa bagi mereka. Semua kesenangan indrawi
yang sekarang memenuhi mereka akan ditiadakan di dalam
neraka dan digantikan di dalam sorga.
3. Inilah celaka bagi mereka yang sekarang ini tertawa, yang se-
nantiasa bersenang-senang dan memiliki sesuatu untuk ber-
Injil Lukas 6:27-36
227
sukaria, yang tidak memiliki kesenangan lain lagi selain
hal-hal duniawi yang memuaskan hawa nafsu. Mereka tidak
tahu cara menggunakan kekayaan dunia selain untuk me-
muaskan hawa nafsu yang menghapus kesedihan, bahkan du-
kacita ilahi sekalipun, dari pikiran mereka. Mereka selalu
menghibur diri dengan gelak tawa orang bodoh. Celakalah
orang-orang seperti ini, sebab hanya untuk sekarang ini, un-
tuk sejenak ini saja, mereka tertawa. Tidak lama lagi mereka
akan berdukacita dan menangis. Mereka akan berdukacita dan
menangis selamanya dalam dunia di mana hanya ada ra-
tap tangis, dukacita tanpa akhir yang tidak mungkin direda-
kan dan dihapuskan.
4. Inilah celaka bagi mereka yang dipuji-puji semua orang, yakni,
mereka yang hanya mencari-cari pujian dan sanjungan manu-
sia, yang menilai diri sendiri berdasarkan hal itu, lebih dari-
pada perkenan Tuhan dan penerimaan-Nya (ay. 26). “Celakalah
kamu. Artinya, sungguh merupakan pertanda buruk apabila
kamu tidak setia pada tanggung jawabmu, pada jiwa-jiwa ma-
nusia, apabila kamu berkhotbah hanya supaya tidak seorang
pun menjadi marah, sebab tugasmu yaitu memberitahukan
kesalahan orang. Jika kamu melakukan sebagaimana seha-
rusnya, kamu akan menerima rasa dengki orang yang tidak
pernah memuji kamu. Para nabi palsu yang menyanjung nenek
moyangmu dengan cara-cara jahat, yang bernubuat dengan
hal-hal yang manis bagi mereka, juga disayang dan dipuji. Jika
kamu berseru-seru dengan cara seperti itu, kamu akan diang-
gap menipu seperti mereka.” Memang baiklah untuk meng-
ingini pujian dari orang bijak dan benar, dan tidak bersikap
acuh tak acuh terhadap perkataan orang tentang diri kita. Na-
mun, sama seperti kita harus memandang rendah celaan
orang bodoh, demikian juga kita harus menolak pujian me-
reka.
Nasihat tentang Keadilan dan Belas Kasihan
(6:27-36)
27 “namun kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah
musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 28 mintalah
berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci
228
kamu. 29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepada-
nya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan
juga ia mengambil bajumu. 30 Berilah kepada setiap orang yang meminta ke-
padamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil ke-
punyaanmu. 31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat ke-
padamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 32 Dan jikalau kamu me-
ngasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? sebab orang-orang
berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 33 Sebab
jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu,
apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. 34 Dan jikalau
kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, sebab kamu berharap akan me-
nerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun me-
minjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali
sama banyak. 35 namun kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik ke-
pada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka
upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Maha-
tinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih
dan terhadap orang-orang jahat. 36 Hendaklah kamu murah hati, sama seper-
ti Bapamu yaitu murah hati.”
Ayat-ayat ini sesuai dengan Matius 5:38-48. namun kepada kamu
yang mendengarkan (ay. 27), kepada kamu semua yang mendengar-
kan, bukan kepada para murid saja, sebab semua pelajaran berlaku
untuk semua orang di segala tempat. Siapa yang memiliki telinga
untuk mendengar, hendaklah ia mendengar. Orang-orang yang tekun
mendengarkan perkataan Kristus akan mendapati bahwa Ia mempu-
nyai sesuatu yang berharga untuk disampaikan kepada mereka.
Pengajaran yang disampaikan Kristus di sini yaitu :
I. Bahwa kita harus menunaikan kewajiban kita kepada semua
orang, serta bersikap jujur dan adil dalam semua urusan kita (ay.
31). Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepada-
mu, perbuatlah juga demikian kepada mereka, sebab ini sama de-
ngan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri. Apa yang
kita harapkan supaya diperbuat orang kepada kita, baik me-
nyangkut keadilan atau sikap dermawan, seandainya mereka
mengalami keadaan yang seperti kita dan begitu pula sebaliknya,
maka hal itulah yang patut kita perbuat kepada mereka. Kita ha-
rus menempatkan jiwa kita ke dalam tempat di mana jiwa mereka
berada, dan berbelas kasihan serta menolong mereka, sama se-
perti kita juga berharap mendapat belas kasihan dan pertolongan.
II. Bahwa kita harus bermurah hati dalam memberi kepada mereka
yang membutuhkan (ay. 30): “Berilah kepada setiap orang yang
meminta kepadamu, kepada setiap orang yang kekurangan dan
Injil Lukas 6:27-36
229
membutuhkan apa yang kamu miliki dengan berlebih. Berilah ke-
pada mereka yang tidak mampu mencukupi diri sendiri dan tidak
memiliki sanak keluarga yang dapat menolong mereka.”
Kristus ingin agar murid-murid-Nya siap memberi dan berbagi,
menurut kemampuan mereka dalam peristiwa-peristiwa biasa dan
di luar kemampuan mereka dalam peristiwa-peristiwa yang luar
biasa.
III. Bahwa kita harus bermurah hati dalam mengampuni orang-orang
yang menyakiti kita.
1. Janganlah kita terlampau menuntut hak saat kita tidak me-
nerimanya. “Barangsiapa yang mengambil jubahmu, baik de-
ngan paksa maupun dengan curang, biarkan juga ia mengam-
bil bajumu (ay. 29). Biarkan dia memperolehnya, tanpa harus
bertengkar lagi. Demikian pula (ay. 30) kepada orang yang
mengambil kepunyaanmu” (menurut Dr. Hammond), “yang
meminjamnya, atau mengambilnya darimu berdasarkan keper-
cayaan. Jangan menagih milikmu darinya. Jika Tuhan meng-
izinkan utang tak terbayar, janganlah menggunakan hukum
untuk melawannya, namun lebih baik kehilangan milik daripa-
da menangkap dan mencekik orang itu (Mat. 18:28). Jika sese-
orang melarikan diri dengan utangmu dan mengambil kepu-
nyaanmu, janganlah mengusik dirimu atau marah kepada-
nya.”
2. Janganlah kita bersikap keras dan membalas kesalahan orang
terhadap kita. Barangsiapa menampar pipimu yang satu. Dari-
pada membalas perbuatannya atau mengirimkan surat perin-
tah untuk membawanya ke pengadilan, berikanlah juga kepa-
danya pipimu yang lain. Artinya, abaikan saja hal itu, walau-
pun dengan begitu kamu mungkin akan merasa direndahkan,
yang biasa terjadi dalam kejadian seperti ini. Jika orang me-
nampar pipimu yang satu, daripada membalas tamparannya,
bersiaplah menerima tamparan berikut darinya. Artinya, se-
rahkan kepada Tuhan untuk membela perkaramu dan berdiam
dirilah saat menerima penghinaan itu. Bilamana kita berbuat
demikian, Tuhan akan memukul semua musuh kita, sejauh me-
reka yaitu musuh-Nya juga, di rahang untuk mematahkan
gigi orang-orang fasik (Mzm. 3:8). sebab Ia telah berkata,
“Pembalasan itu yaitu hak-Ku,” dan Ia akan membuktikan-
230
nya apabila kita membiarkan-Nya melakukan pembalasan bagi
kita.
3. Bahkan lebih dari itu, kita harus berbuat baik kepada orang
yang membenci kita. Inilah yang terutama hendak diajarkan
Juruselamat kita dalam ayat-ayat ini sebagai suatu hukum
yang khas dalam agama-Nya, dan sebagai suatu perbuatan
yang harus dilakukan.
(1) Kita harus bersikap baik kepada orang-orang yang menya-
kiti kita. Kita bukan saja harus mengasihi musuh kita dan
berkehendak baik bagi mereka, namun juga berbuat baik ke-
pada mereka seperti kepada siapa saja kalau memang di-
perlukan dan mampu kita lakukan. Kita harus berusaha
menyatakannya melalui perbuatan yang membangun jika
memang tersedia kesempatan untuk itu. Janganlah kita
merencanakan yang jahat terhadap mereka atau berusaha
membalas dendam. Apakah mereka mengutuk kita, berbica-
ra jahat tentang kita dan mengharapkan kita celaka? Apa-
kah mereka mencaci kita, baik melalui perkataan maupun
perbuatan? Apakah mereka berusaha membuat kita tam-
pak hina atau menjijikkan? Biarlah kita meminta berkat ba-
gi mereka dan berdoa bagi mereka, berbicara yang baik-
baik tentang mereka, mengharapkan yang terbaik bagi me-
reka, terutama bagi jiwa mereka, dan menjadi juru syafaat
dalam doa kepada Tuhan bagi mereka. Hal ini diulangi da-
lam ayat 35: kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepa-
da mereka. Supaya terasa ringan bagi kita, kewajiban yang
sukar ini digambarkan sebagai suatu kemurahan hati dan
sebagai suatu keberhasilan yang jarang dicapai orang.
Mengasihi orang yang mengasihi kita bukanlah hal yang
luar biasa dan aneh bagi murid-murid Kristus, sebab
orang-orang berdosa pun mengasihi orang-orang yang me-
ngasihi mereka. Dalam perbuatan itu tidak diperlukan pe-
nyangkalan diri sedikit pun. Perbuatan ini akan dilakukan
oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang berwatak buruk
sekalipun. Tidak ada paksaan sama sekali dalam melaku-
kannya (ay. 32). Bagi kita tidak ada jasanya bila kita me-
ngasihi orang-orang yang berbicara dan berbuat tepat se-
perti yang kita mau mereka perbuat bagi kita. “Jikalau ka-
mu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu
Injil Lukas 6:27-36
231
(ay. 33) dan membalas kebaikan mereka, apakah jasamu?
Semua orang akan melakukan hal yang sama, sebab me-
mang kebiasaannya begitu, sebab rasa hormat dan seba-
gai rasa terima kasih. Apakah manfaatmu bagi nama Kris-
tus, atau nama baik apa yang bisa kauhasilkan? Sebab
orang-orang berdosa pun yang tidak tahu apa-apa tentang
Kristus dan pengajaran-Nya berbuat demikian. Namun,
alangkah baiknya bila kamu melakukan sesuatu yang lebih
mulia dan lebih tinggi, mengungguli sesamamu, melakukan
hal yang tidak akan mau dilakukan orang berdosa, dan
yang tidak akan mungkin dicapai berdasarkan landasan pi-
kiran mereka: hendaklah kamu membalas kejahatan de-
ngan kebaikan.” Bukan supaya kita dianggap berjasa, teta-
pi supaya di mata Tuhan kita kelak menjadi ternama, terpuji
dan terhormat, dan Dialah yang akan menerima ucapan
syukur atas jasa-Nya.
(2) Kita harus berbuat baik kepada orang-orang yang tidak
akan memberikan keuntungan apa pun kepada kita (ay.
35). Pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan. Yang
dimaksudkan yaitu orang kaya harus meminjamkan sedi-
kit uang mereka kepada orang miskin bagi keperluan mere-
ka, untuk membeli makanan bagi diri mereka sekeluarga,
atau untuk mencegah mereka dipenjarakan. Dalam hal ini,
kita harus meminjamkan, dengan tekad tidak menuntut
bunga atas pinjaman itu, seperti yang sepatutnya kita min-
ta dari orang-orang yang meminjam uang untuk berdagang.
Namun, ini belumlah semuanya. Kita harus meminjamkan
meskipun memiliki alasan untuk menduga bahwa apa yang
kita pinjamkan itu tidak akan kembali. Pinjamkan kepada
mereka yang begitu miskin hingga mereka tidak mungkin
mampu membayarnya kembali kepada kita. Ajaran ini da-
pat digambarkan dengan sangat baik melalui hukum Musa
(Ul. 15:7-10) yang mewajibkan umat untuk memberikan
pinjaman kepada saudara yang miskin sebanyak yang ia
perlukan, walaupun tahun penghapusan utang sudah ham-
pir tiba. Di sini ada dua alasan bagi kedermawanan
ini.
[1] Hal ini akan menguntungkan kita, sebab upah kita
akan besar (ay. 35). Berdasarkan asas kedermawanan
232
sejati, apa yang telah diberikan, dikeluarkan, dipinjam-
kan, atau terhilang di dunia ini akan digantikan di du-
nia yang akan datang dan akan sangat menguntungkan
kita. Kamu bukan saja akan dibayar kembali, melain-
kan diganjar dengan upah besar. Kepadamu akan dika-
takan, “Mari, hai kamu yang diberkati, terimalah Keraja-
an itu.”
[2] Kita akan mendapat kehormatan olehnya, sebab dengan
ini kita akan serupa dengan Tuhan dalam hal kebaikan,
yang merupakan kemuliaan terbesar: “Kamu akan men-
jadi anak-anak Tuhan Yang Mahatinggi, dan akan diakui
oleh-Nya sebagai anak-anak-Nya sebab menjadi serupa
dengan-Nya.” Tuhan itu sangat mulia sebab Ia baik hati
terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih
dan terhadap orang-orang jahat. Ia melimpahkan peme-
liharaan-Nya bahkan terhadap orang yang paling jahat
sekalipun, yang setiap hari membuat-Nya gusar dan
yang memberontak kepada-Nya, serta menggunakan
pemberian-pemberian itu hanya untuk mempermalukan
diri-Nya. Itulah sebabnya Ia menyimpulkan (ay. 36),
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu ada-
lah murah hati. Hal ini menjelaskan ayat dalam Matius
5:48 yang berbunyi, “sebab itu haruslah kamu sempur-
na, sama seperti Bapamu yang di sorga yaitu sempur-
na. Contohlah Bapamu dalam hal-hal yang memancar-
kan kesempurnaan-Nya.” Orang-orang yang murah hati
seperti Tuhan yang yaitu murah hati, bahkan terhadap
orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terha-
dap orang-orang jahat, yaitu sempurna, sama seperti
Tuhan yang yaitu sempurna. Ia akan menerima per-
buatan itu dengan senang hati meskipun jauh dari sem-
purna. Kedermawanan disebut juga pengikat yang mem-
persatukan dan menyempurnakan (Kol. 3:14). Hal ini se-
harusnya membuat kita terdorong untuk bermurah hati
terhadap saudara-saudara kita, bahkan terhadap mere-
ka yang telah menyakiti kita. Ini bukan saja sebab
Tuhan berbuat demikian terhadap orang lain, namun juga
terhadap kita, meskipun kita pernah dan masih berbuat
Injil Lukas 6:37-49
233
jahat serta tidak tahu berterima kasih. Hanya sebab
belas kasihan-Nya sajalah kita tidak dibinasakan.
Nasihat tentang Keadilan dan Ketulusan Hati
(6:37-49)
37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan
janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; am-
punilah dan kamu akan diampuni. 38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu
takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke
luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai
untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” 39 Yesus mengatakan pula
suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang
buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? 40 Seorang murid
tidak lebih dari pada gurunya, namun barang siapa yang telah tamat pelajar-
annya akan sama dengan gurunya. 41 Mengapakah engkau melihat selumbar
di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak
engkau ketahui? 42 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu:
Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu,
padahal balok yang ada di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang mu-
nafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat
dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” 43
“sebab tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik,
dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang
baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. sebab dari semak duri
orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah ang-
gur. 45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan
hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari
perbendaharaannya yang jahat. sebab yang diucapkan mulutnya, meluap
dari hatinya.” 46 “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal
kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang
kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya – Aku
akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan –, 48 ia sama
dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam
dan meletakkan dasarnya di atas batu. saat datang air bah dan banjir me-
landa rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, sebab rumah itu kokoh
dibangun. 49 Akan namun barangsiapa mendengar perkataan-Ku, namun tidak
melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas
tanah tanpa dasar. saat banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan
hebatlah kerusakannya.”
Semua perkataan Kristus dalam ayat-ayat di atas sudah kita baca
dalam Injil Matius. Sebagian dalam Matius 7, dan sisanya dalam
pasal-pasal lain. Ini yaitu perkataan-perkataan yang sering diguna-
kan Kristus. Perkataan-perkataan ini cukup disebutkan saja sebab
mudah dijelaskan. Grotius berpendapat bahwa di sini cukup mudah
untuk mencari hubungan antara perkataan yang satu dengan yang
lain. Ini yaitu kata-kata mutiara, seperti amsal atau perumpamaan
Salomo.
234
Perhatikanlah di sini:
I. Kita harus sangat berhati-hati dalam mencela orang lain, sebab
kita sendiri pun perlu mengingat diri kita sendiri: “Oleh sebab itu
janganlah kamu menghakimi, sebab dengan demikian kamu pun ti-
dak akan dihakimi. Oleh sebab itu janganlah kamu menghukum
orang lain, sebab dengan demikian kamu pun tidak akan dihukum
(ay. 37). Bermurahhatilah terhadap orang lain dengan tidak me-
nyimpan kesalahan orang lain, menutupi segala sesuatu, percaya
segala sesuatu, dan mengharapkan segala sesuatu. Maka orang
lain pun akan bermurah hati juga terhadap kamu. Jika Tuhan
tidak mau menghakimi dan menghukummu, orang juga tidak akan
melakukannya.” Mereka yang berbelas kasih kepada orang lain
akan mendapati orang lain berbelas kasih juga kepada mereka.
II. Jika kita memiliki roh yang suka memberi dan mengampuni, kita
akan memetik keuntungannya. Ampunilah dan kamu akan diam-
puni. Jika kita mengampuni kerugian yang ditimbulkan orang lain
atas diri kita, maka orang lain pun akan mengampuni keceroboh-
an kita juga. Jika kita mengampuni kesalahan orang lain terha-
dap kita, maka Tuhan akan mengampuni kesalahan kita terhadap-
Nya. Dia pasti akan memperhatikan orang berbudi luhur yang me-
rancang hal-hal yang luhur (ay. 38), Berilah, dan kamu akan diberi.
Tuhan , dalam pemeliharaan-Nya, akan mengganti kerugianmu. Hal
itu dipinjamkan kepada-Nya, dan Tuhan bukan tidak adil, sehingga
Ia lupa akan pekerjaanmu (Ibr. 6:10), melainkan akan membayar-
nya kembali. Orang lain akan mencurahkannya ke dalam ribaan-
mu, sebab Tuhan sering memakai orang lain sebagai alat-Nya, bu-
kan saja untuk membalaskan dendam-Nya, namun juga untuk me-
nyampaikan imbalan-Nya oleh sebab kebenaran. Jika kita mem-
beri dengan cara yang benar kepada orang lain di saat mereka
membutuhkan, Tuhan akan menggerakkan hati orang lain untuk
memberi kepada kita di saat kita memerlukan, dan memberi de-
ngan berlimpah, suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang
digoncang. Mereka yang menabur banyak, akan menuai banyak
juga. Tuhan akan memberikan imbalan dengan berkelimpahan.
III. Kita harus berharap diperlakukan sama seperti kita memperlaku-
kan orang lain. Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
Injil Lukas 6:37-49
235
diukurkan kepadamu. Orang yang memperlakukan orang lain de-
ngan keras harus mengakui, seperti yang dilakukan Adoni-Bezek
(Hak. 1:7), bahwa Tuhan adil saat orang lain juga memperlaku-
kan mereka dengan keras. Mereka harus sadar bahwa mereka
juga akan beroleh balasan atas perbuatan mereka. namun mereka
yang memperlakukan orang lain dengan baik hati, boleh berharap
bahwa bila tiba saatnya, Tuhan akan memberi mereka teman-
teman yang akan memperlakukan mereka dengan baik hati pula.
Walaupun pemeliharaan Tuhan tidak selalu mengikuti aturan ini
sebab imbalan jasa itu yang sejati dan sepenuh-penuhnya disim-
pan untuk dunia lain, namun, biasanya kita diberi bagian yang
cukup untuk mencegah kita dari tindak kekerasan serta untuk
mendorong kita melakukan tindakan yang baik.
IV. Mereka yang membiarkan diri dituntun orang-orang yang bodoh
dan salah, besar kemungkinan akan binasa bersama orang-orang
ini (ay. 39): Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Da-
patkah orang Farisi yang dibutakan oleh kesombongan, prasang-
ka, dan sikap fanatik, menuntun orang buta ke jalan yang benar?
Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Bagaimana
mungkin mereka dapat mengharapkan hasil lain? Orang-orang
yang membiarkan diri dituntun oleh pendapat umum dan adat is-
tiadat dunia ini yaitu orang-orang yang juga buta. Mereka ini di-
tuntun oleh orang buta, dan akan binasa bersama dunia yang
duduk di dalam kegelapan. Mereka yang dengan acuh tak acuh
memberanikan diri mengikuti kebanyakan orang melakukan keja-
hatan, mengikuti orang buta di jalan lebar yang menuju kepada
kebinasaan.
V. Para pengikut Kristus tidak dapat mengharapkan perlakuan lebih
baik di dunia ini daripada yang diterima Guru mereka (ay. 40). Ja-
nganlah sekali-kali mereka menjanjikan kehormatan atau kese-
nangan dunia kepada diri sendiri, lebih daripada yang diterima
Kristus, atau menginginkan kemewahan dan kebesaran dunia
yang tidak pernah diinginkan dan bahkan senantiasa dihindari-
Nya, atau mempergunakan kuasa-Nya untuk hal-hal duniawi,
yang tidak dimaksudkan-Nya. Sebaliknya, barangsiapa mau men-
jadi murid yang sempurna, yang telah matang, biarlah ia menjadi
seperti gurunya – mati terhadap dunia dan segala sesuatu di da-
236
lamnya, sama seperti Gurunya. Biarlah ia menjalani hidup penuh
kerja keras dan penyangkalan diri seperti Gurunya, dan menjadi-
kan dirinya pelayan bagi yang lain. Biarlah ia merendah, bekerja
keras, dan melakukan kebaikan sebisa mungkin, maka lengkap-
lah ia sebagai seorang murid.
VI. Orang-orang yang bertugas menegur dan memperbaiki orang lain
harus memastikan bahwa mereka sendiri tanpa cacat, salah, dan
cela (ay. 41-42).
1. Orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri biasanya
suka mencela kesalahan orang lain. Sungguh menggelikan bila
ada yang begitu cepat melihat kesalahan kecil dalam diri orang
lain, seperti selumbar di mata, sementara mereka sendiri sama
sekali tidak menyadari balok di dalam mata mereka.
2. Orang yang tidak bisa menolong dirinya sendiri, sama sekali ti-
dak layak membantu mengubah hidup orang lain. Bagaimana
mungkin engkau dapat menawarkan bantuan kepada saudara-
mu untuk mengeluarkan selumbar yang ada di dalam mata-
nya, yang membutuhkan mata yang jeli serta tangan yang
mantap, sedangkan engkau sendiri memiliki balok di dalam
matamu sendiri dan tidak mengeluhkannya?
3. Oleh sebab itu, mereka yang ingin melayani orang lain harus
terlebih dulu menunjukkan bahwa mereka mencemaskan jiwa
sendiri. Membantu mengeluarkan selumbar di mata saudara
kita memang pekerjaan yang baik, namun untuk itu, kita harus
melayakkan diri dengan memulai dari diri sendiri. Melalui con-
toh yang kita berikan, melalui hidup kita yang telah diubah-
kan, kita bisa membantu orang lain mengubah hidup mereka.
VII. Kita dapat berharap bahwa perkataan dan tindakan orang akan
sesuai dengan diri mereka yang sebenarnya, sesuai dengan ke-
adaan hati mereka yang sebenarnya, dan sesuai dengan asas-
asas yang mereka anut.
1. Hati manusia seperti pohon, sedangkan perkataan dan per-
buatannya yaitu buah yang sesuai dengan sifat pohon itu
(ay. 43-44). Jika seseorang benar-benar baik, jika ada
suatu asas anugerah di dalam hatinya, dan jiwa yang meng-
arah pada Tuhan dan sorga, walaupun buah yang dihasilkan-
Injil Lukas 6:37-49
237
nya tidak berlimpah dan beberapa di antaranya hancur, wa-
laupun adakalanya dirinya bagaikan pohon di musim dingin,
ia tidak akan menghasilkan buah yang tidak baik. Bisa saja ia
tidak melakukan semua kebaikan terhadap engkau sebagai-
mana seharusnya, namun dia tidak akan menyakitimu. Se-
kalipun tidak mampu mengubah kebiasaan buruk, ia tidak
akan merusakkan kebiasaan yang baik. Jika buah yang diha-
silkan seseorang ternyata tidak baik, jika pikiran dan kelaku-
kannya rusak, jika tingkah lakunya kasar, jika dia seorang
pemabuk atau penipu, jika ia suka mengumpat atau berdus-
ta, jika dalam segala hal ia bersikap tidak adil atau tidak wa-
jar, jika buah yang dihasilkannya tidak baik, maka engkau
dapat memastikan bahwa dia bukanlah pohon yang baik. Di
lain pihak, tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasil-
kan buah yang baik, meskipun pohon itu menghasilkan daun
hijau. sebab dari semak duri orang tidak memetik buah ara
dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Kalau suka,
engkau bisa saja menancapkan buah ara pada duri dan
menggantungkan buah anggur di semak duri, namun kedua-
nya tidak mungkin merupakan hasil alami pohon-pohon itu.
Jadi engkau juga tidak mungkin mengharapkan perilaku
baik dari orang-orang yang memiliki watak buruk. Jika
buahnya baik, engkau boleh menyimpulkan bahwa pohonnya
juga baik. Jika tingkah lakunya kudus, saleh, dan apa ada-
nya, walaupun engkau tidak dapat mengenal hatinya dengan
sempurna, engkau boleh berharap bahwa orang itu tulus di
hadapan Tuhan . Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya.
Namun, orang bebal mengatakan kebebalan (Yes. 32:6) dan
pengalaman orang zaman sekarang pun sesuai dengan peri-
bahasa zaman dulu, bahwa dari orang fasik timbul kefasikan
(1Sam. 24:14).
2. Hati yaitu perbendaharaan, sedangkan perkataan dan tin-
dakan yaitu barang yang dikeluarkan dari perbendaharaan
itu (ay. 45). Kita sudah membacanya dalam Matius 12:34-35.
Kasih Tuhan dan Kristus yang bertakhta dalam hati memerin-
tah atas orang itu sehingga ia menjadi orang yang baik, dan
baiklah apa yang dikeluarkannya dari perbendaharaannya
yang baik itu. Namun, bila cinta akan dunia dan keinginan
daging memerintah atas dirinya, maka hatinya akan menyim-
238
pan perbendaharaan yang jahat, dari mana orang yang jahat
senantiasa mengeluarkan barang yang jahat. Dari apa yang
dikeluarkan itu, engkau bisa tahu apa yang ada di dalam hati
itu, seperti orang mengetahui apakah isi tempayan itu air
atau anggur melalui apa yang dicedok darinya (Yoh. 2:8). Ka-
rena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya. Apa
yang biasa diucapkan mulut, yang diucapkan dengan nikmat
dan senang hati, biasanya sesuai dengan apa yang ada di da-
lam hati: Siapa yang berasal dari bumi akan berkata-kata da-
lam bahasa bumi (Yoh. 3:31). Bukanlah berarti bahwa orang
baik tidak mungkin mengeluarkan perkataan yang buruk,
atau orang jahat tidak bisa menggunakan perkataan yang
baik untuk sesuatu yang jahat. Namun, pada umumnya hati
manusia sama seperti kata-kata yang dikeluarkannya, entah
sia-sia atau bersungguh-sungguh. Oleh sebab itu, penting
bagi kita untuk mengisi hati kita, bukan sekadar dengan hal
yang baik, melainkan dengan berlimpah-limpah.
VIII. Tidaklah cukup untuk sekadar mendengarkan perkataan
Kristus. Kita harus melakukannya juga. Tidaklah cukup untuk
mengaku-ngaku bahwa kita ini memiliki hubungan dengan-Nya,
sebagai hamba-hamba-Nya. Kita harus dengan sadar menaati-
Nya juga.
1. Sungguh merupakan penghinaan bagi-Nya untuk memanggil-
Nya Tuhan, Tuhan, seakan-akan kita telah sepenuhnya me-
naati perintah-Nya dan mengabdikan diri melayani-Nya, namun
tidak sungguh-sungguh menjalankan kehendak-Nya serta me-
layani kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya. Kita hanya
akan mengejek-Nya, sama seperti mereka yang dengan penuh
cemoohan berkata, “Salam, hai raja orang Yahudi!,” jika kita
terus memanggil-Nya Tuhan, Tuhan, namun berjalan mengikuti
keinginan hati dan mata sendiri. Untuk apa kita memanggil-
nya Tuhan, Tuhan dalam doa (bdk. Mat. 7:21-22), jika kita
tidak menaati perintah-perintah-Nya? Orang yang memaling-
kan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya
yaitu kekejian.
2. Jika kita menyangka bahwa sekadar memeluk agama dapat
menyelamatkan kita, bahwa mendengarkan perkataan Kristus
tanpa melakukannya akan membawa kita ke sorga, maka kita
Injil Lukas 6:37-49
239
telah menipu diri sendiri. Ia menggambarkan hal ini melalui se-
buah perumpamaan (ay. 47-49), yang menunjukkan:
(1) Bahwa hanya mereka yang berdiri teguh di masa pencoba-
an, yang tidak sekadar datang kepada Kristus untuk bela-
jar, dan tidak hanya mendengarkan perkataan-Nya namun
juga melakukannya, yang berpikir, berbicara, dan bertin-
dak dalam segala sesuatu sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan-Nya sajalah yang bersungguh-sungguh berusa-
ha bagi jiwa dan kekekalan mereka. Mereka bagaikan ru-
mah yang dibangun di atas batu. Mereka ini yaitu orang-
orang yang mengerjakan dengan sungguh-sungguh ibadah
mereka, seperti orang yang menggali dalam-dalam, yang
menemukan pengharapan mereka di dalam Kristus, Sang
Batu Zaman (dan tidak ada dasar lain yang dapat diguna-
kan untuk membangun). Mereka inilah orang-orang yang
membekali diri untuk hari lalu , yang bersiap-siap
menghadapi hal terburuk, yang mengumpulkan suatu harta
sebagai dasar yang baik di waktu yang akan datang untuk
mencapai hidup yang sebenarnya (1Tim. 6:19). Mereka yang
melakukan demikian, berbuat baik bagi diri sendiri, sebab:
[1] Dalam masa pencobaan dan aniaya, mereka akan ber-
diri utuh. saat orang lain meninggalkan kesetiaan me-
reka seperti benih yang jatuh di tanah berbatu, mereka
akan berdiri dengan teguh dalam Tuhan.
[2] Hati mereka akan tetap penuh dengan penghiburan, da-
mai sejahtera, pengharapan, dan sukacita di tengah ke-
sukaran yang hebat. Badai dan banjir penderitaan tidak
akan mengejutkan mereka, sebab kaki mereka terpan-
cang di atas batu, batu yang lebih tinggi daripada badai
dan banjir.
[3] Keselamatan kekal mereka telah terjamin. Mereka aman
di tengah maut dan penghukuman. Orang percaya yang
taat dipelihara dalam kekuatan Kristus, melalui iman
menuju keselamatan, dan tidak akan pernah binasa.
(2) Bahwa orang-orang yang sekadar mendengarkan perkataan
Kristus namun tidak hidup menurut perkataan-perkataan-
Nya itu, hanyalah menyiapkan diri untuk mengalami keke-
cewaan berat. Barangsiapa yang mendengar namun tidak
240
melakukannya (yang mengetahui kewajibannya namun hi-
dup dengan mengabaikannya), yaitu seperti orang yang
mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ia menghibur
diri dengan pengharapan tanpa dasar. Pengharapannya itu
akan terbukti sia-sia justru pada saat ia teramat membu-
tuhkan penghiburan, saat ia mengharapkan untuk mem-
peroleh mahkota pengharapannya itu. saat banjir melan-
da rumahnya, robohlah rumah itu. Pasir tempat rumah itu
dibangun tersapu habis, dan runtuhlah rumah itu. Demi-
kianlah harapan orang durhaka, saat Tuhan menghabisi-
nya dan menuntut nyawanya. Hidupnya seperti sarang
laba-laba yang menggelantung.
PASAL 7
Dalam pasal ini kita mendapati:
I. Kristus meneguhkan ajaran-Nya yang disampaikan dalam
pasal sebelum ini, melalui dua mujizat gemilang – penyem-
buhan dari jauh atas hamba seorang perwira, dan dibangkit-
kannya seorang anak yang mati, anak seorang janda dari
Nain (ay. 11-18).
II. Kristus meneguhkan iman Yohanes yang sedang berada da-
lam penjara, dan juga iman murid-murid Yohanes, dengan
memberikan kabar tentang mujizat-mujizat yang diadakan-
Nya sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada-
Nya oleh Yohanes (ay. 19-23). Dengan cara ini juga, Kristus
memberikan kesaksian yang penuh penghargaan tentang Yo-
hanes, serta menegur orang-orang dari angkatan itu sebab
menghina Yohanes dan pengajarannya (ay. 24-35).
III. Kristus menghibur seorang wanita berdosa yang datang
kepada-Nya, menangisi dosa-dosanya dengan penuh sesal. Ia
meyakinkannya bahwa dosa-dosanya telah diampuni. Kristus
membenarkan diri atas perkenan yang diberikan-Nya kepada
wanita itu untuk menyanggah orang Farisi yang som-
bong dan suka mempersoalkan hal-hal kecil.
Yesus Menyembuhkan Hamba Seorang Perwira
(7:1-10)
1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Ka-
pernaum. 2 Di situ ada seorang perwira yang memiliki seorang hamba,
yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. 3
saat perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang
tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyem-
242
buhkan hambanya. 4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mere-
ka meminta pertolongan-Nya, katanya: “Ia layak Engkau tolong. 5 Sebab ia
mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah
ibadat kami.” 6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. saat Ia ti-
dak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabat-
nya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, se-
bab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; 7 sebab itu aku juga
menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. namun katakan
saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 8 Sebab aku sendiri se-
orang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada
salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Da-
tang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia
mengerjakannya.” 9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan
dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia ber-
kata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, se-
kalipun di antara orang Israel!” 10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu
kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali.
Ada beberapa perbedaan dalam kisah tentang penyembuhan hamba
perwira yang diceritakan di sini dengan yang telah kita baca dalam
Matius 8:5 dst. Dalam Matius dikatakan bahwa perwira itu datang
menjumpai Kristus. Dalam Lukas dikatakan bahwa awalnya ia me-
nyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya (ay. 3), dan sete-
lah itu ia menyuruh sahabat-sahabatnya (ay. 6). Namun, sudah men-
jadi kebiasaan bagi kita untuk mengatakan bahwa kita melakukan se-
suatu yang sebenarnya dilakukan melalui orang lain – Quod facimus
per alium, id ipsum facere judicamur. Perwira itu mungkin disebut me-
lakukan sesuatu yang dikerjakan para wakilnya, sama halnya seperti
seseorang mengambil alih sesuatu melalui jasa pengacaranya. Na-
mun, boleh jadi perwira itu akhirnya datang sendiri, saat Kristus
berkata kepadanya, Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya
(Mat. 8:13).
Disebutkan di sini bahwa mujizat ini diadakan Tuhan Yesus sete-
lah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak (ay. 1). Perkataan
Kristus diucapkan di depan umum, kepada siapa saja yang mau da-
tang dan mendengarkan perkataan-Nya: Aku tidak pernah berbicara
sembunyi-sembunyi (Yoh. 18:20). Nah, untuk memberikan bukti yang
tidak dapat disangkal mengenai otoritas-Nya atas perkataan yang di-
ajarkan-Nya, di sini Ia memberikan bukti yang tidak dapat diragukan
lagi mengenai kuasa dan dahsyatnya perkataan-Nya yang menyem-
buhkan. Dia yang memiliki kuasa sedemikian besar dalam kerajaan
alam semesta hingga mampu mengusir penyakit, pastilah memiliki
kedaulatan yang sangat besar dalam kerajaan anugerah untuk mela-
rang perbuatan yang merugikan darah dan daging, serta mengikat
Injil Lukas 7:1-10
243
dengan hukuman berat supaya orang mau taat. Mujizat ini diadakan
di Kapernaum, di mana sebagian besar perbuatan ajaib Kristus terja-
di (Mat. 11:23).
Sekarang perhatikanlah:
I. Hamba perwira yang sakit itu sangat dihargai tuannya (ay. 2).
Hamba itu dipuji sebab ia tekun, setia, dan sangat memperhati-
kan tuannya. Ia melakukan semua itu kepada tuannya seperti un-
tuk dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya dihargai serta di-
kasihi oleh tuannya. Para hamba harus berusaha agar disayangi
majikan mereka. Demikian juga, sang majikan akan dipuji, jika ia
memiliki hamba yang baik dan ia menghargai hamba itu. Banyak
majikan yang angkuh dan suka memerintah saja. Bagi mereka,
sudah untung kalau hamba-hamba mereka tidak diperlakukan
dengan keras dan kejam atau dipukuli, sedangkan para hamba
itu harus bersikap ramah dan lembut kepada majikan mereka
serta memperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan mereka.
II. saat sang majikan ini mendengar tentang Yesus, ia mengajukan
permohonan kepada-Nya (ay. 3). Para majikan harus memberikan
perhatian khusus kepada hamba-hamba mereka yang sakit keras
dan tidak menelantarkan mereka. Perwira ini memohon agar
Kristus datang dan menyembuhkan hambanya. Melalui doa yang
tekun, kita sekarang boleh menyerahkan diri kepada Kristus di
sorga, dan kita patut melakukannya, bilamana penyakit mendera
keluarga kita, sebab Kristus masih tetap Tabib yang Agung.
III. Perwira itu mengutus beberapa orang tua-tua Yahudi kepada
Kristus, untuk menyampaikan masalahnya dan meminta-Nya da-
tang. Ia berpikir bahwa cara ini jauh lebih menunjukkan rasa hor-
mat kepada Kristus daripada bila ia datang sendiri, sebab ia ada-
lah orang bukan-Yahudi yang belum disunat, sehingga sebagai
seorang nabi, Kristus tentunya tidak mau berbicara dengannya.
Untuk alasan itulah ia mengutus orang-orang Yahudi yang diya-
kininya sebagai orang-orang kesukaan sorga, dan mereka itu
bukan sekadar orang Yahudi biasa, melainkan tua-tua Yahudi,
tokoh-tokoh yang berwenang, supaya martabat para utusan ini
mendatangkan kehormatan bagi Dia yang hendak mereka temui.
Balak juga mengirimkan pemuka-pemuka kepada Bileam.
244
IV. Orang tua-tua Yahudi itu sungguh-sungguh menjadi pengantara
bagi si perwira itu: Mereka datang kepada Yesus dan dengan sa-
ngat mereka meminta pertolongan-Nya (ay. 4). Mereka mendesak-
Nya, dan mengajukan permohonan yang tidak akan berani disam-
paikan sendiri oleh perwira itu, bahwa ia layak ditolong. Jika ada
orang bukan-Yahudi yang dianggap layak menerima anugerah se-
perti itu, maka perwira ini pasti salah satunya. Perwira itu berka-
ta, “Aku sama sekali tidak layak dikunjungi” (Mat. 8:8). Namun,
orang tua-tua Yahudi itu menganggapnya layak menerima kesem-
buhan bagi hambanya. Demikianlah orang yang rendah hati, me-
nerima pujian. Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulut-
mu. Secara khusus mereka menekankan bahwa meskipun perwira
itu orang bukan-Yahudi, dia sangat mengasihi bangsa Yahudi dan
agama mereka (ay. 5). Mereka menyangka bahwa sama seperti ter-
hadap mereka, Kristus perlu menyingkirkan prasangka terhadap
perwira itu sebab ia bukan orang Yahudi melainkan seorang Ro-
mawi, seorang perwira tentara. Oleh sebab itu mereka menyebut-
kan ini:
1. Bahwa ia sangat baik hati terhadap orang Yahudi: ia menga-
sihi bangsa kita (yang jarang dilakukan orang bukan-Yahudi).
Mungkin perwira itu pernah membaca Perjanjian Lama, dan
dari situlah ia dapat menghargai bangsa Yahudi yang menda-
pat perkenan sorgawi lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain.
Perhatikanlah, bahkan para penakluk, dan orang-orang yang
berkuasa pun patut mengasihi orang-orang yang ditaklukkan
dan yang berada di bawah kuasa mereka.
2. Bahwa perwira itu sangat menghargai ibadah orang Yahudi: ia
menanggung pembangunan rumah ibadat baru di Kapernaum
sebab menganggap rumah ibadat lama yang mereka miliki
sudah rusak atau tidak cukup besar untuk dapat menampung
orang-orang yang datang beribadah. Melalui cara ini ia menya-
takan rasa hormatnya kepada Tuhan Israel, rasa percayanya
bahwa Dialah satu-satunya Tuhan yang hidup dan benar. Ia
menyatakan kerinduannya, seperti raja Darius, untuk turut
mengambil bagian dalam doa-doa kepada Tuhan Israel (Ezr.
6:10). Perwira ini membangun rumah ibadat atas biaya sendiri,
dan boleh jadi mempekerjakan para prajuritnya dalam pemba-
ngunannya supaya mereka tidak bermalas-malasan. Perhati-
kanlah, membangun tempat-tempat peribadatan yaitu per-
Injil Lukas 7:1-10
245
buatan yang sangat baik. Ini contoh yang menunjukkan kasih
kepada Tuhan dan umat-Nya. Orang-orang yang melakukan
perbuatan yang baik semacam itu patut dihormati dua kali
lipat.
V. Yesus Kristus siap menyatakan kebaikan kepada perwira itu. Ia
langsung pergi bersama-sama dengan mereka (ay. 6), meskipun ia
orang bukan-Yahudi, sebab adakah Tuhan hanya Tuhan orang
Yahudi saja? Bukankah Ia juga yaitu Tuhan bangsa-bangsa lain?
Ya, benar (Rm. 3:29). Perwira itu menganggap dirinya tidak layak
dikunjungi oleh Kristus (ay. 7), namun Kristus menganggapnya la-
yak dikunjungi oleh-Nya, sebab barangsiapa merendahkan diri, ia
akan ditinggikan.
VI. Perwira itu semakin membuktikan kerendahan hati dan imannya,
saat ia mendengar bahwa Kristus memberinya kehormatan un-
tuk datang ke rumahnya. Demikianlah anugerah terhadap orang
kudus dipercepat melalui kedatangan Kristus kepada mereka. Ke-
tika Ia tidak jauh lagi dari rumah, dan perwira itu mengetahui hal
ini, ia bukannya mempersiapkan penyambutan di rumahnya, me-
lainkan menyuruh sahabat-sahabatnya menemui Dia dan me-
nyampaikan pesan yang menyatakan:
1. Kerendahan hatinya, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab
aku tidak layak menerima kehormatan seperti ini, sebab aku
bukan orang Yahudi.” Ini bukan saja menunjukkan bagaimana
ia memandang dirinya rendah meskipun ia sebenarnya sosok
yang terpandang, namun juga bagaimana ia memandang tinggi
kedudukan Kristus, meskipun Ia dipandang hina oleh dunia.
Dia tahu bagaimana menghormati seorang nabi dari Tuhan , wa-
laupun Ia dihina dan ditolak manusia.
2. Imannya, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tahu
bukan begini caranya. Engkau mampu menyembuhkan ham-
baku tanpa masuk di dalam rumahku, melalui kuasa ilahi-Mu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Katakan saja sepatah
kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Sikap perwira ini begi-
tu berbeda dengan sikap Naaman yang ingin supaya sang nabi
datang kepadanya, berdiri, lalu menggerak-gerakkan tangan-
nya di atas tempat penyakit itu, dan menyembuhkannya (2Raj.
5:11). Perwira itu menggambarkan imannya dengan memban-
246
dingkan kedudukannya sendiri, dan ia yakin bahwa Kristus
dapat menyuruh pergi penyakit itu dengan mudah, sama se-
perti ia bisa memberikan perintah kepada prajuritnya, dan
bahwa Ia dapat dengan mudah mengutus malaikat untuk me-
nyembuhkan hambanya seperti ia dapat menyuruh prajuritnya
pergi melaksanakan suatu tugas (ay. 8). Kristus berkuasa se-
penuhnya atas semua makhluk ciptaan termasuk semua tin-
dakan mereka, dan Ia mampu mengubah gejala alam sesuai
kehendak-Nya, meluruskan penyimpangannya, serta memulih-
kan tubuh manusia dari segala sakit-penyakit, sebab kepada-
Nya telah diberikan segala kuasa.
VII. Yesus Tuhan kita sangat senang melihat iman perwira itu, dan
Ia terlebih heran lagi sebab dia orang bukan-Yahudi. Setelah
perwira itu menghormati Kristus melalui imannya, lihatlah ba-
gaimana Ia juga menghormati iman itu (ay. 9). Sambil berpaling
dengan takjub, Ia berkata kepada orang banyak yang mengikuti
Dia, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di
antara orang Israel!” Perhatikanlah, Kristus ingin agar orang-
orang yang mengikuti-Nya mengamati dan memperhatikan con-
toh-contoh iman yang luar biasa kadang-kadang terjadi di ha-
dapan mereka. Terutama yang ditemukan di antara orang-orang
yang tidak mengikuti Kristus sedekat mereka yang mengaku se-
bagai pengikut dekat-Nya supaya kita malu melihat kuatnya
iman mereka dibandingkan iman kita yang lemah dan goyah.
VIII. Kesembuhan itu terjadi dengan segera dan sempurna (ay. 10).
Orang-orang yang disuruh itu tahu mereka telah menyelesaikan
tugas, jadi mereka kembali dan mendapati hamba itu telah sehat
dan sama sekali tidak menampakkan sisa penyakitnya. Kristus
memperhatikan penderitaan hamba-hamba yang malang dan
siap membebaskan mereka, sebab Tuhan tidak memandang bulu.
Orang-orang bukan-Yahudi pun tidak dikucilkan-Nya untuk me-
nerima kebaikan anugerah-Nya. Bukan itu saja, kejadian ini me-
rupakan contoh iman yang dapat ditemukan di antara orang-
orang bukan-Yahudi yang bahkan jauh lebih besar daripada
iman yang bisa ditemukan di antara orang Yahudi sendiri saat
Injil diberitakan.
Injil Lukas 7:11-18
247
Janda dari Nain
(7:11-18)
11 lalu Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya
pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya ber-
bondong-bondong. 12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati di-
usung keluar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan
banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. 13 Dan saat Tuhan melihat
janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya:
“Jangan menangis!” 14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya,
dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku ber-
kata kepadamu, bangkitlah!” 15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan
mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. 16 Semua
orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Tuhan , sambil berkata: “Seorang
nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Tuhan telah melawat
umat-Nya.” 17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan se-
luruh daerah sekitarnya. 18 saat Yohanes mendapat kabar tentang segala
peristiwa itu dari murid-muridnya.
Di sini diceritakan tentang bagaimana Kristus membangkitkan anak
janda dari Nain, yang mati dan sedang diusung keluar untuk diku-
burkan. Kisah ini tidak disebut-sebut oleh Matius dan Markus. Ma-
tius hanya mencatat peristiwa ini secara umum saja, yakni dalam
jawaban Kristus kepada murid-murid Yohanes, bahwa orang mati
dibangkitkan (Mat. 11:5).
Perhatikanlah:
I. Di mana dan kapan mujizat ini diadakan. Peristiwa ini terjadi se-
hari setelah Ia menyembuhkan hamba perwira itu (ay. 11). Kristus
melakukan perbuatan baik setiap hari, dan sebab itu Ia tidak
pernah mengeluh telah kehilangan suatu hari. Mujizat ini terjadi
di pintu gerbang sebuah kota kecil bernama Nain, tidak jauh dari
Kapernaum, mungkin juga sama dengan kota bernama Nais yang
dibicarakan Jerome, seorang Bapa Gereja.
II. Siapa yang menjadi saksi peristiwa itu. Hal ini telah terbukti kebe-
narannya sebab diadakan di depan dua kelompok orang banyak
yang berpapasan di pintu gerbang kota atau tidak jauh dari situ.
Di sana ada kerumunan murid-murid serta orang banyak
yang menyertai Kristus (ay. 11), dan kelompok kerabat dan te-
tangga yang mengantar pemuda yang hendak dikuburkan itu (ay.
12). Jadi, di situ ada cukup banyak saksi yang dapat menyo-
kong kebenaran mujizat ini, yang memberikan bukti tambahan
248
tentang wewenang atau otoritas ilahi Kristus. Bukti ini lebih besar
daripada penyembuhan penyakit-penyakit, sebab tidak ada kua-
sa alam atau sarana apa pun yang mampu membangkitkan orang
mati.
III. Bagaimana mujizat itu diadakan oleh Yesus Tuhan kita.
1. Orang yang dibangkitkan itu yaitu seorang anak muda, yang
dijemput maut di masa mudanya – suatu hal yang umum, se-
perti bunga ia berkembang, lalu layu. Semua orang sependapat
bahwa ia benar-benar sudah mati. Tidak ada persekongkolan
dalam hal ini. Kristus sedang memasuki pintu gerbang kota,
dan belum pernah berjumpa dengan anak muda ini sampai ke-
tika Ia melihatnya di atas usungan. Anak muda itu diusung ke-
luar kota, sebab kuburan orang Yahudi terletak di luar kota
dan cukup jauh dari situ. Anak muda ini yaitu anak tunggal
ibunya, sedangkan ibunya sudah janda. wanita ini meng-
andalkan putranya untuk menjadi penopang hidup di hari tua-
nya. Namun, anak muda ini ternyata bagaikan buluh yang pa-
tah, seperti yang terjadi dengan setiap orang yang berada di
puncak hidupnya. Betapa sering, betapa beragam, dan betapa
celakanya kemalangan yang menimpa orang-orang yang men-
derita di dunia ini! Betapa banyaknya air mata yang tercurah!
Betapa miripnya dengan Bokhim, tempat orang menangis-
nangis! Bisa kita bayangkan betapa dalamnya kesedihan ibu
yang malang itu atas anak tunggalnya itu (dukacita seperti ini
mengacu pada ungkapan kesedihan yang luar biasa – Za.
12:10), dan terlebih dalam lagi sebab wanita itu seorang
janda, yang hancur luluh hatinya dan tidak punya penghibur-
an lagi. Banyak orang dari kota itu menyertainya, turut berdu-
ka atas kehilangannya, dan mau mengiburnya.
2. Dengan membangkitkan anak muda itu, Kristus menunjukkan
belas kasihan dan kuasa-Nya, supaya Ia dapat memberikan
contoh mengenai kedua hal ini , yang bersinar begitu te-
rang dalam karya penebusan umat manusia.
(1) Lihatlah betapa tergerak hati-Nya oleh belas kasihan terha-
dap mereka yang menderita (ay. 13). saat Tuhan melihat
janda yang malang itu mengiring putranya menuju makam,
tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepadanya. Di sini
Injil Lukas 7:11-18
249
tidak ada permohonan kepada-Nya untuk wanita itu,
bahkan tidak juga Ia mengucapkan beberapa patah kata
untuk menghibur janda itu. Namun, ex mero motu – se-
mata-mata sebab sifat-Nya yang baik, Ia merasa sedih me-
lihat wanita itu. Kejadian ini memang sungguh mem-
bangkitkan rasa iba, dan Ia menyaksikannya dengan rasa
kasihan. Apa yang dilihat-Nya itu amat menyentuh hati-
Nya, sehingga Ia pun berkata kepadanya, “Jangan mena-
ngis!” Perhatikanlah, Kristus menaruh perhatian terhadap
orang-orang yang berkabung, terhadap mereka yang kesu-
sahan, dan Ia sering menyambut mereka dengan berkat me-
limpah. Ia menjalankan karya penebusan dan penyelamat-
an bagi kita dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya (Yes.
63:9). Betapa menyenangkannya bagi kita, Tuhan Yesus itu
sungguh penuh dengan rasa kasihan. Rahmat-Nya berke-
limpahan, amat menghibur saat kita sedang berduka!
Biarlah para janda yang malang merasa terhibur dalam ke-
dukaan mereka, sebab Kristus mengasihani mereka dan
tahu bahwa jiwa mereka menderita. Orang lain bisa saja
memandang rendah kedukaan mereka, namun Ia tidak se-
perti itu. Kristus berkata, “Jangan menangis.” Ia bisa mem-
berikan janda itu alasan yang tidak bisa diberikan orang
lain, “Jangan menangisi anakmu yang mati, sebab sebentar
lagi ia akan hidup kembali.” Memang ini alasan yang hanya
berlaku khusus bagi si janda itu, namun ada juga alasan
yang berlaku umum bagi semua orang yang meninggal da-
lam Yesus, yang kematiannya juga sama meninggalkan
rasa duka yang hebat – yaitu bahwa mereka akan bangkit
kembali, dan bangkit dalam kemuliaan. Oleh sebab itu ja-
nganlah kita berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak
memiliki pengharapan (1Tes. 4:13). Biarlah Rahel yang
menangisi anak-anaknya, mencegah matanya dari mencu-
curkan air mata, sebab masih ada harapan untuk hari de-
panmu, demikianlah firman TUHAN; anak-anak akan kem-
bali ke daerah mereka (Yer. 31:16-17). Dalam saat-saat se-
perti itu, biarlah rasa kasihan kita terkendali, dengan
mengingat belas kasihan Kristus.
(2) Lihatlah betapa perintah-Nya menang atas maut itu sendiri
(ay. 14): Sambil menghampiri usungan atau peti mati itu,
250
tempat jasad anak muda itu diletakkan, Ia menyentuhnya,
sebab tidak ada yang najis bagi-Nya. Dengan sikap ini Ia
memberikan isyarat kepada para pengusung keranda agar
mereka berhenti. Ada sesuatu yang perlu dikatakan-Nya
kepada anak muda yang sudah mati itu. “Lepaskanlah dia,
supaya jangan ia turun ke liang kubur; uang tebusan telah
Kuperoleh” (Ayb. 33:24). Segera saja para pengusung itu
berhenti, dan boleh jadi mereka meletakkan usungan itu di
tanah dan membuka peti matinya jika tertutup. lalu ,
dengan penuh khidmat, sebagai orang yang memiliki kuasa
dan berkuasa atas maut, Ia berkata, “Hai anak muda, Aku
berkata kepadamu, bangkitlah!” Anak muda itu sudah mati
dan tidak mampu bangkit berdiri dengan kekuatan sendiri
(sama seperti orang yang mati secara rohani sebab pelang-
garan dan dosa-dosanya). Namun, bagi Kristus sama sekali
tidak mustahil untuk menyuruhnya bangkit, saat kuasa
yang mengalir bersama perkataan itu menghidupkannya
kembali. Panggilan Injil kepada semua orang, teristimewa
kepada kaum muda, yaitu , “Bangkitlah, bangkitlah dari
antara orang mati, dan Kristus akan memberimu terang
dan kehidupan.” Kuasa Kristus atas maut terbukti melalui
akibat langsung dari perkataan-Nya itu (ay. 15), Maka ba-
ngunlah orang yang sudah mati itu. Apakah kita memiliki
anugerah Kristus? Biarlah kita menunjukkannya. Bukti
lain bahwa anak muda itu hidup yaitu ia mulai berkata-
kata. Kapan saja Kristus memberikan kehidupan rohani
kepada kita, Ia akan membuka mulut orang untuk berdoa
dan memuji. Akhirnya, Ia tidak mewajibkan anak muda
yang diberi-Nya hidup itu untuk mengikuti-Nya dan men-
jadi murid-Nya, untuk melayani-Nya (meskipun anak muda
itu berutang budi kepada-Nya), apalagi untuk sampai men-
jadikannya semacam piala kemenangan atau pameran un-
tuk memperoleh hormat melalui dia. Sebaliknya, Ia menye-
rahkannya kepada ibunya, supaya ia mengurus ibunya se-
bagai putra yang berbakti. Ini dilakukan-Nya sebab semua
mujizat yang diadakan-Nya didasarkan atas rasa iba. Begi-
tu pula, mujizat yang satu ini merupakan tindakan rahmat
yang teramat besar bagi wanita janda ini. Sekarang ia
terhibur di tengah masa penderitaannya yang luar biasa,
Injil Lukas 7:11-18
251
sebab sekarang ia dapat memandang anaknya sebagai ke-
sukaan sorga dengan sukacita yang lebih besar daripada
saat ia belum mati.
IV. Pengaruh mujizat ini ke atas orang banyak (ay. 16). Semua orang
itu ketakutan. Mereka semua ketakutan melihat orang mati bang-
kit dan keluar dari peti matinya atas perintah seseorang. Mereka
terperangah dan takjub melihat mujizat-Nya, lalu memuliakan
Tuhan . Tuhan dan kebaikan-Nya, seperti halnya Tuhan dan kebe-
saran-Nya, memang patut ditakuti. Kesimpulan yang mereka tarik
dari kejadian itu yaitu , “Seorang nabi besar telah muncul di te-
ngah-tengah kita, nabi besar yang selama ini kita cari-cari. Tak
pelak lagi, Dialah yang menerima ilham ilahi sehingga mampu
meniupkan nafas kehidupan ke dalam diri orang mati, dan di da-
lam-Nya Tuhan melawat umat-Nya untuk menebus mereka seperti
yang dinanti-nantikan” (Luk. 1:68). Ini akan benar-benar menjadi
hidup dari antara orang mati bagi semua orang yang menanti-nan-
tikan penghiburan bagi Israel. saat jiwa-jiwa yang mati dibang-
kitkan untuk memperoleh kehidupan rohani, yaitu oleh kuasa
ilahi yang menyertai Injil, kita harus memuliakan Tuhan , dan me-
mandang peristiwa ini sebagai lawatan-Nya yang penuh rahmat
kepada umat-Nya.
Berita tentang mujizat ini tersebar:
1. Secara umum ke segenap penjuru negeri (ay. 17). Maka kabar
tentang Yesus, bahwa Dia yaitu nabi yang besar, tersiar luas
di seluruh Yudea, yang mencakup daerah yang sangat luas,
dan ke seluruh Galilea yang termasuk daerah sekitarnya. Ba-
nyak orang mendengar berita tentang diri-Nya, namun hanya
sedikit yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ba-
nyak yang mendengar kabar tentang Injil Kristus namun tidak
mengecap dan menikmatinya dalam jiwa mereka.
2. Berita ini khususnya dibawa kepada Yohanes Pembaptis yang
saat itu sedang dipenjarakan (ay 18). Murid-muridnya datang
dan menceritakan semua hal ini supaya ia tahu bahwa meski-
pun ia terbelenggu, firman Tuhan tidak terbelenggu. Pekerjaan
Tuhan terus berjalan meskipun ia tersisih.
252
Pesan Yohanes kepada Yesus;
Pelayanan Yohanes dan Kristus
(7:19-35)
19 “Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya
kepada Tuhan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami me-
nantikan seorang yang lain?” 20 saat kedua orang itu sampai kepada Yesus,
mereka berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu:
Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang
yang lain?” 21 Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala
penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan
penglihatan kepada banyak orang buta. 22 Dan Yesus menjawab mereka:
“Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu
dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi
tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang mis-
kin diberitakan kabar baik. 23 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi
kecewa dan menolak Aku.” 24 Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah
Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: “Untuk apakah
kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke
mari? 25 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian ha-
lus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di is-
tana raja. 26 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku
berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 27 sebab tentang dia ada
tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan
mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 28 Aku berkata kepadamu: Di an-
tara mereka yang dilahirkan oleh wanita tidak ada seorang pun yang
lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Tuhan
lebih besar dari padanya.” 29 Seluruh orang banyak yang mendengar perkata-
an-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Tuhan , sebab
mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. 30 namun orang-orang Farisi
dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Tuhan terhadap diri mereka, sebab me-
reka tidak mau dibaptis oleh Yohanes. 31 Kata Yesus: “Dengan apakah akan
Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu
sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang sa-
ling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, namun kamu tidak menari,
kami menyanyikan kidung duka, namun kamu tidak menangis. 33 sebab Yo-
hanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan
kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 lalu Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan pe-
minum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 35 namun hikmat dibe-
narkan oleh semua orang yang menerimanya.”
Seluruh percakapan mengenai Yohanes Pembaptis, yang terjadi saat
ia mengutus muridnya untuk menanyakan apakah Dia yaitu Mesias
atau bukan, sebagian besar telah kita baca dalam Matius 11:2-19.
I. Di sini diceritakan tentang pesan yang dikirimkan Yohanes Pem-
baptis kepada Kristus, dan jawaban-Nya atas pertanyaan itu.
Injil Lukas 7:19-35
253
Perhatikanlah:
1. Hal penting yang harus kita tanyakan mengenai Kristus ada-
lah apakah memang Dialah yang datang untuk menebus dan
menyelamatkan orang berdosa, atau haruskah kita mencari
orang lain (ay. 19-20). Kita yakin Tuhan telah berjanji bahwa se-
orang Juruselamat akan datang, Juruselamat yang diurapi.
Kita juga yakin bahwa apa yang telah dijanjikan-Nya akan di-
genapi-Nya pada masanya. Jika Yesus ini yaitu Mesias yang
telah dijanjikan itu, kita akan menerima-Nya dan tidak akan
mencari yang lain lagi. Namun, jika bukan, kita akan terus
menanti, dan meskipun Ia berlambat-lambat, kita akan tetap
menanti-Nya.
2. Iman Yohanes Pembaptis, atau setidaknya iman murid-murid-
nya, ingin mendapatkan penegasan mengenai hal ini. Sebab
Kristus belum menyatakan di depan umum bahwa diri-Nya
memang Kristus. Tidak, Ia tidak mau jika murid-murid-Nya
yang memang mengetahuinya, berbicara mengenai hal ini,
sampai bukti tentang kebenaran ini digenapi dalam kebangkit-
an-Nya. Para pemuka jemaat Yahudi tidak mengakui-Nya, dan
Ia juga tidak mendapatkan perhatian yang dapat menempat-
kan-Nya di takhta Daud. Tidak ada sedikit pun kuasa dan ke-
agungan tampak pada diri-Nya yang disangka orang harus ada
pada Mesias yang akan datang itu. Oleh sebab itulah tidak
aneh apabila mereka lalu bertanya, “Engkaukah yang akan
datang itu?” Bukan sebab mereka meragukannya, namun se-
andainya memang bukan, mereka ingin Ia menunjukkan orang
lain yang harus mereka nantikan.
3. Kristus membiarkan karya-karya-Nya sendiri yang mendatang-
kan puji-pujian bagi Dia di gerbang-gerbang kota. Karya-kar-
ya-Nya sendiri yang akan menyatakan dan membuktikan siapa
Dia sebenarnya. Sementara kedua utusan Yohanes berada ber-
sama-Nya, Ia mengadakan banyak mujizat kesembuhan pada
saat itu juga, yang mungkin menyiratkan bahwa mereka ting-
gal satu jam bersama-Nya. Betapa luar biasanya pekerjaan
yang dikerjakan Kristus dalam waktu yang singkat! (ay. 21). Ia
menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan pende-
ritaan jasmani, serta dari roh-roh jahat yang mempengaruhi pi-
kiran sampai membuat orang gila atau depresi, dan mengaru-
niakan penglihatan kepada banyak orang buta. Ia semakin ba-
254
nyak menyembuhkan orang supaya tidak ada alasan lagi un-
tuk merasa curiga bahwa Ia melakukan penipuan. Setelah itu
(ay. 22), Ia menyuruh mereka pergi dan mengatakan kepada
Yohanes apa yang mereka lihat. Dan kini Yohanes dan murid-
muridnya bisa bertanya-tanya seperti yang dilakukan orang-
orang pada umumnya (Yoh. 7:31), “Apabila Kristus datang,
mungkinkah Ia akan mengadakan lebih banyak mujizat dari
pada yang telah diadakan oleh Dia ini?” Kesembuhan-kesem-
buhan yang mereka lihat diadakan oleh-Nya, bukan saja me-
rupakan peneguhan atas diutus-Nya, namun juga penjelasan
atas diutus-Nya itu. Mesias datang untuk menyembuhkan du-
nia yang sakit, untuk memberikan terang dan penglihatan ke-
pada mereka yang duduk dalam kegelapan, serta menahan
dan mengalahkan roh-roh jahat. Engkau telah lihat sendiri
bahwa Yesus melakukan hal ini atas tubuh jasmani manusia,
dan sebab itu engkau harus menyimpulkan bahwa inilah Dia
yang seharusnya datang untuk melakukannya juga atas jiwa-
jiwa manusia, dan engkau tidak perlu menantikan seorang
yang lain. Selain mujizat-mujizat dalam kerajaan alam ini, Ia
juga menambahkan hal ini ke dalam kerajaan anugerah (ay.
22): kepada orang miskin diberitakan kabar baik, dan Yohanes
serta murid-muridnya tahu bahwa inilah yang akan dilakukan
oleh Mesias, sebab Ia telah diurapi untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang sengsara (Yes. 61:1), dan untuk me-
nyelamatkan nyawa orang miskin (Mzm. 72:13). Oleh sebab
itu, pertimbangkanlah adakah engkau dapat menantikan
orang lain lagi yang akan lebih memenuhi ciri-ciri khas Mesias
dan tujuan kedatangan-Nya yang agung?
4. Ia memberi tahu mereka tentang bahaya yang dihadapi orang-
orang yang berprasangka terhadap-Nya, padahal ada buk-
ti-bukti nyata bahwa Ia memang Mesias (ay. 23): Berbahagia-
lah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku. Di sini
kita ada dalam suatu ujian dan pencobaan. Ada dua pihak
yang harus dipertimbangkan. Bagi orang-orang yang jujur dan
berlaku adil dalam mencari kebenaran, ada cukup banyak
alasan yang untuk menegaskan kebenaran itu, dan dengan be-
gitu bisa menyiapkan pikiran mereka untuk menerima kebe-
naran itu. Di pihak lain, orang-orang yang ceroboh, duniawi,
dan suka mengikuti hawa nafsu memiliki keberatan-kebe-
Injil Lukas 7:19-35
255
ratannya tersendiri yang menutupi kebenaran itu dari pan-
dangan mereka. Pendidikan Kristus di Nazaret, tempat tinggal-
Nya di Galilea, kesederhanaan keluarga dan sanak saudara-
Nya, kemiskinan-Nya, serta keadaan hina para pengikut-Nya –
semua hal ini dan hal-hal lain yang sejenisnya merupakan
batu sandungan bagi banyak orang, sehingga semua mujizat
yang diadakan-Nya belum cukup untuk bisa mengubah pan-
dangan mereka. Ia diberkati sebab Ia bijaksana, rendah hati,
dan memiliki watak baik yang tidak dapat dikalahkan oleh se-
mua prasangka ini. Ini yaitu tanda bahwa Tuhan memberkati-
Nya, sebab oleh anugerah Tuhan -lah Ia dapat mengatasi batu-
batu sandungan ini. Dan sungguh terpujilah Tuhan , terpuji da-
lam Kristus.
II. Di sini kita dapati penghargaan tinggi yang diberikan Kristus ke-
pada Yohanes Pembaptis. Ia tidak memberikannya sementara pa-
ra suruhannya masih ada (supaya tidak tampak seolah-olah Ia
menyanjungnya), namun setelah suruhan Yohanes itu pergi (ay. 24),
supaya orang-orang itu menyadari keuntungan-keuntungan yang
mereka telah peroleh dari pelayanan Yohanes dan yang tidak akan
mereka dapatkan lagi sebab ia dipenjarakan. Biarlah mereka se-
karang pikir-pikir kembali untuk apa mereka pergi ke padang gu-
run, siapa orang itu yang telah begitu sering mereka perbincang-
kan dengan sangat takjub itu. “Mari,” kata Kristus, “Aku akan
memberitahukannya kepadamu.”
1. Yohanes yaitu orang yang berpendirian teguh, tidak tergo-
yahkan, dan tetap setia. Dia bukanlah buluh yang digoyang-
kan angin kian kemari, mula-mula ke satu arah, lalu ke
arah lain mengikuti tiupan angin. Dia teguh bagaikan batu,
tidak bergoyang-goyang seperti buluh. Seandainya ia mau
membungkuk seperti buluh pada Herodes dan tunduk pada
aturan istana, boleh jadi ia akan sangat disukai di sana. Na-
mun, tak satu pun dari hal-hal ini menggoyahkan dia.
2. Dia seorang yang tidak tertandingi dalam hal menyangkali diri.
Seorang teladan dalam hal mati raga dan dalam hal meman-
dang rendah dunia ini. Dia bukanlah orang yang berpakaian
halus atau yang hidup mewah (ay. 25). Sebaliknya, ia hidup di
padang gurun dan berpakaian serta makan seadanya. Bukan-
256
nya menghiasi dan memanjakan diri, ia justru menawan dan
menaklukkan dirinya itu.
3. Dia seorang nabi, yang menerima penugasan dan petunjuk
langsung dari Tuhan , bukan dari atau oleh manusia. Ia dilahir-
kan sebagai imam, namun hal ini tidak pernah diperhatikan,
sebab kemuliaannya sebagai nabi jauh melebihi kehormatan-
nya sebagai imam. Tidak, ia lebih, bahkan jauh lebih dari pada
nabi (ay. 26), melebihi nabi-nabi Perjanjian Lama, sebab mere-
ka berbicara tentang Kristus dari jauh, sedangkan Yohanes
berbicara tentang diri-Nya seakan-akan di depan pintu rumah.
4. Dia yaitu pendahulu dan pembuka jalan bagi Sang Mesias,
dan hal ini telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (ay. 27):
sebab tentang dia ada tertulis (Mal. 3:1), Lihatlah, Aku menyu-
ruh utusan-Ku mendahului Engkau. Sebelum Tuhan mengutus
Sang Guru itu sendiri, Ia mengirimkan utusan untuk membe-
ritahukan t