lukas 1-12 8

 


sten dan sebagai rasul. Mereka akan berbuat 

sebisa-bisanya untuk membuat semua sebutan ini terdengar 

memuakkan.” Inilah penerapan yang bisa ditarik dari ucapan 

bahagia kedelapan (Mat. 5:10-12). 

“Perlakuan semacam ini tampaknya berat, namun  berbaha-

gialah kamu bila kamu diperlakukan seperti itu. Kebahagiaan 

tidak diambil daripadamu, namun  justru ditambahkan kepada-

mu dengan berlimpah. Ini yaitu  kehormatan bagimu, seperti 

seorang pahlawan gagah berani yang dikirim ke medan perang 

untuk mengabdi kepada rajanya. Oleh sebab itu bersukacita-

lah pada waktu itu dan bergembiralah (ay. 23). Jangan hanya 

menanggungnya, namun  berjayalah di dalamnya.  

Injil Lukas 6:20-26 

 225 

sebab :  

(1) “Dengan ini kamu akan sangat dihargai dalam kerajaan ka-

sih karunia, sebab  kamu diperlakukan seperti para nabi 

yang sebelum kamu. Oleh sebab itu kamu bukan saja tidak 

perlu merasa malu, melainkan patut bersukacita di dalam-

nya. Perlakuan yang kamu alami ini akan menjadi bukti 

bahwa kamu benar-benar hidup menurut roh yang sama 

dan menurut cara yang sama, terlibat dalam perkara yang 

sama, dan bekerja dalam pelayanan yang sama seperti para 

nabi itu.”  

(2) “Untuk semuanya ini kamu akan mendapat balasnya de-

ngan berlimpah dalam kerajaan kemuliaan itu. Bukan saja 

pelayananmu untuk Kristus, penderitaanmu juga akan di-

perhitungkan: upahmu besar di sorga. Beranikan dirimu 

menghadapi penderitaan dengan keyakinan penuh bahwa 

kemuliaan sorga akan menjadi ganti rugi yang setimpal 

bagi semua kesukaran ini. Dengan demikian, bisa saja se-

kalipun kamu kalah demi Kristus, namun sekali-kali kamu 

tidak akan menderita kekalahan oleh-Nya namun  mempero-

leh kemenangan dari Dia.”  

II. Peringatan celaka terhadap orang berdosa yang kaya, meskipun 

dunia iri pada mereka. Perkataan ini tidak kita jumpai dalam Injil 

Matius. Kalau dihubungkan dengan ucapan bahagia yang menda-

huluinya, sepertinya uraian yang terbaik untuk peringatan ini 

yaitu  perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus. Lazarus 

mendapatkan kebahagiaan yang diterima orang-orang yang saat 

ini miskin, lapar, dan menangis. Sebab di pangkuan Abraham, se-

mua janji yang diberikan kepada orang-orang seperti dia digenapi 

baginya. Sebaliknya, orang kaya itu memperoleh celaka yang di-

uraikan berikut ini, sebab  ia memiliki watak seperti yang dimiliki 

orang-orang yang akan mengalami semua celaka ini. 

1. Inilah celaka bagi orang kaya, yaitu mereka yang mengandal-

kan kekayaan, yang memiliki harta duniawi berlimpah. Mere-

ka bukannya melayani Tuhan   dengan kekayaan mereka, namun  

justru memuaskan hawa nafsu mereka dengannya. Celakalah 

mereka, sebab mereka yang memuaskan diri dalam kekayaan 

itu, telah menerima penghiburan mereka (ay. 24). Semasa hi-


 226

dup mereka telah menerima segala yang baik menurut pan-

dangan mereka, yang mereka anggap diterima dari Tuhan  . “Ka-

mu yang kaya akan tergoda untuk mengarahkan hati kepada 

dunia yang tersenyum dan berkata, ‘Jiwaku, beristirahatlah 

dalam pelukan kekayaanmu.’ Inilah tempat perhentianku sela-

ma-lamanya. namun , setelah itu, celakalah kamu.”  

(1) Betapa bodohnya orang duniawi sebab  menjadikan hal-hal 

dunia ini sebagai penghiburan mereka, padahal harta itu 

sebenarnya dimaksudkan untuk memberi kemudahan hi-

dup saja. Mereka bersenang-senang dengan kekayaan me-

reka, membanggakannya, dan menjadikannya sebagai sor-

ga di bumi ini. Bagi mereka, penghiburan Tuhan   sangat kecil 

dan tidak berarti.  

(2) Celakalah mereka bahwa mereka akan binasa bersama-

sama dengan kekayaan yang menjadi penghiburan mereka 

itu. Biarlah mereka tahu supaya mereka takut, bahwa be-

gitu mereka berpisah dengan semuanya ini, berakhir pula 

semua penghiburan mereka itu, dan tidak ada yang tersisa 

selain celaka dan siksa kekal. 

2.  Inilah celaka bagi mereka yang kenyang (ay. 25), yang diberi 

makan sampai kenyang, dan memiliki lebih daripada yang di-

inginkan hati. Perut mereka dikenyangkan dengan kekayaan 

dunia (Mzm. 17:14). saat  mereka memiliki kekayaan berlim-

pah, dikenyangkan, dan menyangka sudah memiliki cukup ba-

nyak, mereka berpikir tidak kekurangan dan tidak mengingin-

kan apa-apa lagi (Why. 3:17). Sekarang kamu telah kenyang, 

kamu telah menjadi kaya (1Kor. 4:8). Mereka kenyang dengan 

diri sendiri, tanpa Tuhan   dan Kristus. Celakalah orang-orang 

seperti ini, sebab  mereka akan lapar. Tidak lama lagi semua 

benda yang mereka bangga-banggakan itu akan dirampas. Ke-

tika meninggalkan harta dunia yang menjadi kelimpahan me-

reka, mereka akan membawa serta semua keinginan duniawi 

itu, sebab  dunia yang mereka tuju itu tidak bisa memberikan 

kepuasan apa-apa bagi mereka. Semua kesenangan indrawi 

yang sekarang memenuhi mereka akan ditiadakan di dalam 

neraka dan digantikan di dalam sorga. 

3. Inilah celaka bagi mereka yang sekarang ini tertawa, yang se-

nantiasa bersenang-senang dan memiliki sesuatu untuk ber-

Injil Lukas 6:27-36 

 227 

sukaria, yang tidak memiliki  kesenangan lain lagi selain 

hal-hal duniawi yang memuaskan hawa nafsu. Mereka tidak 

tahu cara menggunakan kekayaan dunia selain untuk me-

muaskan hawa nafsu yang menghapus kesedihan, bahkan du-

kacita ilahi sekalipun, dari pikiran mereka. Mereka selalu 

menghibur diri dengan gelak tawa orang bodoh. Celakalah 

orang-orang seperti ini, sebab hanya untuk sekarang ini, un-

tuk sejenak ini saja, mereka tertawa. Tidak lama lagi mereka 

akan berdukacita dan menangis. Mereka akan berdukacita dan 

menangis selamanya dalam dunia di mana hanya ada  ra-

tap tangis, dukacita tanpa akhir yang tidak mungkin direda-

kan dan dihapuskan. 

4.  Inilah celaka bagi mereka yang dipuji-puji semua orang, yakni, 

mereka yang hanya mencari-cari pujian dan sanjungan manu-

sia, yang menilai diri sendiri berdasarkan hal itu, lebih dari-

pada perkenan Tuhan   dan penerimaan-Nya (ay. 26). “Celakalah 

kamu. Artinya, sungguh merupakan pertanda buruk apabila 

kamu tidak setia pada tanggung jawabmu, pada jiwa-jiwa ma-

nusia, apabila kamu berkhotbah hanya supaya tidak seorang 

pun menjadi marah, sebab tugasmu yaitu  memberitahukan 

kesalahan orang. Jika kamu melakukan sebagaimana seha-

rusnya, kamu akan menerima rasa dengki orang yang tidak 

pernah memuji kamu. Para nabi palsu yang menyanjung nenek 

moyangmu dengan cara-cara jahat, yang bernubuat dengan 

hal-hal yang manis bagi mereka, juga disayang dan dipuji. Jika 

kamu berseru-seru dengan cara seperti itu, kamu akan diang-

gap menipu seperti mereka.” Memang baiklah untuk meng-

ingini pujian dari orang bijak dan benar, dan tidak bersikap 

acuh tak acuh terhadap perkataan orang tentang diri kita. Na-

mun, sama seperti kita harus memandang rendah celaan 

orang bodoh, demikian juga kita harus menolak pujian me-

reka.  

Nasihat tentang Keadilan dan Belas Kasihan 

(6:27-36) 

27 “namun  kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah 

musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 28 mintalah 

berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci 


 228

kamu. 29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepada-

nya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan 

juga ia mengambil bajumu. 30 Berilah kepada setiap orang yang meminta ke-

padamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil ke-

punyaanmu. 31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat ke-

padamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 32 Dan jikalau kamu me-

ngasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? sebab  orang-orang 

berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 33 Sebab 

jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, 

apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. 34 Dan jikalau 

kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, sebab  kamu berharap akan me-

nerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun me-

minjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali 

sama banyak. 35 namun  kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik ke-

pada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka 

upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan   Yang Maha-

tinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih 

dan terhadap orang-orang jahat. 36 Hendaklah kamu murah hati, sama seper-

ti Bapamu yaitu  murah hati.” 

Ayat-ayat ini sesuai dengan Matius 5:38-48. namun  kepada kamu 

yang mendengarkan (ay. 27), kepada kamu semua yang mendengar-

kan, bukan kepada para murid saja, sebab semua pelajaran berlaku 

untuk semua orang di segala tempat. Siapa yang memiliki  telinga 

untuk mendengar, hendaklah ia mendengar. Orang-orang yang tekun 

mendengarkan perkataan Kristus akan mendapati bahwa Ia mempu-

nyai sesuatu yang berharga untuk disampaikan kepada mereka.  

Pengajaran yang disampaikan Kristus di sini yaitu : 

I.   Bahwa kita harus menunaikan kewajiban kita kepada semua 

orang, serta bersikap jujur dan adil dalam semua urusan kita (ay. 

31). Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepada-

mu, perbuatlah juga demikian kepada mereka, sebab ini sama de-

ngan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri. Apa yang 

kita harapkan supaya diperbuat orang kepada kita, baik me-

nyangkut keadilan atau sikap dermawan, seandainya mereka 

mengalami keadaan yang seperti kita dan begitu pula sebaliknya, 

maka hal itulah yang patut kita perbuat kepada mereka. Kita ha-

rus menempatkan jiwa kita ke dalam tempat di mana jiwa mereka 

berada, dan berbelas kasihan serta menolong mereka, sama se-

perti kita juga berharap mendapat belas kasihan dan pertolongan. 

II.  Bahwa kita harus bermurah hati dalam memberi kepada mereka 

yang membutuhkan (ay. 30): “Berilah kepada setiap orang yang 

meminta kepadamu, kepada setiap orang yang kekurangan dan 

Injil Lukas 6:27-36 

 229 

membutuhkan apa yang kamu miliki dengan berlebih. Berilah ke-

pada mereka yang tidak mampu mencukupi diri sendiri dan tidak 

memiliki  sanak keluarga yang dapat menolong mereka.” 

Kristus ingin agar murid-murid-Nya siap memberi dan berbagi, 

menurut kemampuan mereka dalam peristiwa-peristiwa biasa dan 

di luar kemampuan mereka dalam peristiwa-peristiwa yang luar 

biasa. 

III. Bahwa kita harus bermurah hati dalam mengampuni orang-orang 

yang menyakiti kita. 

1.  Janganlah kita terlampau menuntut hak saat  kita tidak me-

nerimanya. “Barangsiapa yang mengambil jubahmu, baik de-

ngan paksa maupun dengan curang, biarkan juga ia mengam-

bil bajumu (ay. 29). Biarkan dia memperolehnya, tanpa harus 

bertengkar lagi. Demikian pula (ay. 30) kepada orang yang 

mengambil kepunyaanmu” (menurut Dr. Hammond), “yang 

meminjamnya, atau mengambilnya darimu berdasarkan keper-

cayaan. Jangan menagih milikmu darinya. Jika Tuhan   meng-

izinkan utang tak terbayar, janganlah menggunakan hukum 

untuk melawannya, namun  lebih baik kehilangan milik daripa-

da menangkap dan mencekik orang itu (Mat. 18:28). Jika sese-

orang melarikan diri dengan utangmu dan mengambil kepu-

nyaanmu, janganlah mengusik dirimu atau marah kepada-

nya.” 

2.  Janganlah kita bersikap keras dan membalas kesalahan orang 

terhadap kita. Barangsiapa menampar pipimu yang satu. Dari-

pada membalas perbuatannya atau mengirimkan surat perin-

tah untuk membawanya ke pengadilan, berikanlah juga kepa-

danya pipimu yang lain. Artinya, abaikan saja hal itu, walau-

pun dengan begitu kamu mungkin akan merasa direndahkan, 

yang biasa terjadi dalam kejadian seperti ini. Jika orang me-

nampar pipimu yang satu, daripada membalas tamparannya, 

bersiaplah menerima tamparan berikut darinya. Artinya, se-

rahkan kepada Tuhan   untuk membela perkaramu dan berdiam 

dirilah saat menerima penghinaan itu. Bilamana kita berbuat 

demikian, Tuhan   akan memukul semua musuh kita, sejauh me-

reka yaitu  musuh-Nya juga, di rahang untuk mematahkan 

gigi orang-orang fasik (Mzm. 3:8). sebab  Ia telah berkata, 

“Pembalasan itu yaitu  hak-Ku,” dan Ia akan membuktikan-


 230

nya apabila kita membiarkan-Nya melakukan pembalasan bagi 

kita. 

3.  Bahkan lebih dari itu, kita harus berbuat baik kepada orang 

yang membenci kita. Inilah yang terutama hendak diajarkan 

Juruselamat kita dalam ayat-ayat ini sebagai suatu hukum 

yang khas dalam agama-Nya, dan sebagai suatu perbuatan 

yang harus dilakukan. 

(1) Kita harus bersikap baik kepada orang-orang yang menya-

kiti kita. Kita bukan saja harus mengasihi musuh kita dan 

berkehendak baik bagi mereka, namun  juga berbuat baik ke-

pada mereka seperti kepada siapa saja kalau memang di-

perlukan dan mampu kita lakukan. Kita harus berusaha 

menyatakannya melalui perbuatan yang membangun jika 

memang tersedia kesempatan untuk itu. Janganlah kita 

merencanakan yang jahat terhadap mereka atau berusaha 

membalas dendam. Apakah mereka mengutuk kita, berbica-

ra jahat tentang kita dan mengharapkan kita celaka? Apa-

kah mereka mencaci kita, baik melalui perkataan maupun 

perbuatan? Apakah mereka berusaha membuat kita tam-

pak hina atau menjijikkan? Biarlah kita meminta berkat ba-

gi mereka dan berdoa bagi mereka, berbicara yang baik-

baik tentang mereka, mengharapkan yang terbaik bagi me-

reka, terutama bagi jiwa mereka, dan menjadi juru syafaat 

dalam doa kepada Tuhan   bagi mereka. Hal ini diulangi da-

lam ayat 35: kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepa-

da mereka. Supaya terasa ringan bagi kita, kewajiban yang 

sukar ini digambarkan sebagai suatu kemurahan hati dan 

sebagai suatu keberhasilan yang jarang dicapai orang. 

Mengasihi orang yang mengasihi kita bukanlah hal yang 

luar biasa dan aneh bagi murid-murid Kristus, sebab 

orang-orang berdosa pun mengasihi orang-orang yang me-

ngasihi mereka. Dalam perbuatan itu tidak diperlukan pe-

nyangkalan diri sedikit pun. Perbuatan ini akan dilakukan 

oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang berwatak buruk 

sekalipun. Tidak ada paksaan sama sekali dalam melaku-

kannya (ay. 32). Bagi kita tidak ada jasanya bila kita me-

ngasihi orang-orang yang berbicara dan berbuat tepat se-

perti yang kita mau mereka perbuat bagi kita. “Jikalau ka-

mu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu 

Injil Lukas 6:27-36 

 231 

(ay. 33) dan membalas kebaikan mereka, apakah jasamu? 

Semua orang akan melakukan hal yang sama, sebab  me-

mang kebiasaannya begitu, sebab  rasa hormat dan seba-

gai rasa terima kasih. Apakah manfaatmu bagi nama Kris-

tus, atau nama baik apa yang bisa kauhasilkan? Sebab 

orang-orang berdosa pun yang tidak tahu apa-apa tentang 

Kristus dan pengajaran-Nya berbuat demikian. Namun, 

alangkah baiknya bila kamu melakukan sesuatu yang lebih 

mulia dan lebih tinggi, mengungguli sesamamu, melakukan 

hal yang tidak akan mau dilakukan orang berdosa, dan 

yang tidak akan mungkin dicapai berdasarkan landasan pi-

kiran mereka: hendaklah kamu membalas kejahatan de-

ngan kebaikan.” Bukan supaya kita dianggap berjasa, teta-

pi supaya di mata Tuhan   kita kelak menjadi ternama, terpuji 

dan terhormat, dan Dialah yang akan menerima ucapan 

syukur atas jasa-Nya. 

(2) Kita harus berbuat baik kepada orang-orang yang tidak 

akan memberikan keuntungan apa pun kepada kita (ay. 

35). Pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan. Yang 

dimaksudkan yaitu  orang kaya harus meminjamkan sedi-

kit uang mereka kepada orang miskin bagi keperluan mere-

ka, untuk membeli makanan bagi diri mereka sekeluarga, 

atau untuk mencegah mereka dipenjarakan. Dalam hal ini, 

kita harus meminjamkan, dengan tekad tidak menuntut 

bunga atas pinjaman itu, seperti yang sepatutnya kita min-

ta dari orang-orang yang meminjam uang untuk berdagang. 

Namun, ini belumlah semuanya. Kita harus meminjamkan 

meskipun memiliki alasan untuk menduga bahwa apa yang 

kita pinjamkan itu tidak akan kembali. Pinjamkan kepada 

mereka yang begitu miskin hingga mereka tidak mungkin 

mampu membayarnya kembali kepada kita. Ajaran ini da-

pat digambarkan dengan sangat baik melalui hukum Musa 

(Ul. 15:7-10) yang mewajibkan umat untuk memberikan 

pinjaman kepada saudara yang miskin sebanyak yang ia 

perlukan, walaupun tahun penghapusan utang sudah ham-

pir tiba. Di sini ada  dua alasan bagi kedermawanan 

ini. 

[1]  Hal ini akan menguntungkan kita, sebab upah kita 

akan besar (ay. 35). Berdasarkan asas kedermawanan 


 232

sejati, apa yang telah diberikan, dikeluarkan, dipinjam-

kan, atau terhilang di dunia ini akan digantikan di du-

nia yang akan datang dan akan sangat menguntungkan 

kita. Kamu bukan saja akan dibayar kembali, melain-

kan diganjar dengan upah besar. Kepadamu akan dika-

takan, “Mari, hai kamu yang diberkati, terimalah Keraja-

an itu.” 

[2]  Kita akan mendapat kehormatan olehnya, sebab dengan 

ini kita akan serupa dengan Tuhan   dalam hal kebaikan, 

yang merupakan kemuliaan terbesar: “Kamu akan men-

jadi anak-anak Tuhan   Yang Mahatinggi, dan akan diakui 

oleh-Nya sebagai anak-anak-Nya sebab  menjadi serupa 

dengan-Nya.” Tuhan   itu sangat mulia sebab  Ia baik hati 

terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih 

dan terhadap orang-orang jahat. Ia melimpahkan peme-

liharaan-Nya bahkan terhadap orang yang paling jahat 

sekalipun, yang setiap hari membuat-Nya gusar dan 

yang memberontak kepada-Nya, serta menggunakan 

pemberian-pemberian itu hanya untuk mempermalukan 

diri-Nya. Itulah sebabnya Ia menyimpulkan (ay. 36), 

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu ada-

lah murah hati. Hal ini menjelaskan ayat dalam Matius 

5:48 yang berbunyi, “sebab  itu haruslah kamu sempur-

na, sama seperti Bapamu yang di sorga yaitu  sempur-

na. Contohlah Bapamu dalam hal-hal yang memancar-

kan kesempurnaan-Nya.” Orang-orang yang murah hati 

seperti Tuhan   yang yaitu  murah hati, bahkan terhadap 

orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terha-

dap orang-orang jahat, yaitu  sempurna, sama seperti 

Tuhan   yang yaitu  sempurna. Ia akan menerima per-

buatan itu dengan senang hati meskipun jauh dari sem-

purna. Kedermawanan disebut juga pengikat yang mem-

persatukan dan menyempurnakan (Kol. 3:14). Hal ini se-

harusnya membuat kita terdorong untuk bermurah hati 

terhadap saudara-saudara kita, bahkan terhadap mere-

ka yang telah menyakiti kita. Ini bukan saja sebab  

Tuhan   berbuat demikian terhadap orang lain, namun  juga 

terhadap kita, meskipun kita pernah dan masih berbuat

Injil Lukas 6:37-49 

 233 

 jahat serta tidak tahu berterima kasih. Hanya sebab  

belas kasihan-Nya sajalah kita tidak dibinasakan. 

Nasihat tentang Keadilan dan Ketulusan Hati 

(6:37-49) 

37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan 

janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; am-

punilah dan kamu akan diampuni. 38 Berilah dan kamu akan diberi: suatu 

takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke 

luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai 

untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.” 39 Yesus mengatakan pula 

suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang 

buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? 40 Seorang murid 

tidak lebih dari pada gurunya, namun  barang siapa yang telah tamat pelajar-

annya akan sama dengan gurunya. 41 Mengapakah engkau melihat selumbar 

di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak 

engkau ketahui? 42 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: 

Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, 

padahal balok yang ada di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang mu-

nafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat 

dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” 43 

“sebab  tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, 

dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang 

baik. 44 Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. sebab  dari semak duri 

orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah ang-

gur. 45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan 

hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari 

perbendaharaannya yang jahat. sebab  yang diucapkan mulutnya, meluap 

dari hatinya.” 46 “Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal 

kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan? 47 Setiap orang yang datang 

kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya – Aku 

akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan –, 48 ia sama 

dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam 

dan meletakkan dasarnya di atas batu. saat  datang air bah dan banjir me-

landa rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, sebab  rumah itu kokoh 

dibangun. 49 Akan namun  barangsiapa mendengar perkataan-Ku, namun  tidak 

melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas 

tanah tanpa dasar. saat  banjir melandanya, rumah itu segera rubuh dan 

hebatlah kerusakannya.”  

Semua perkataan Kristus dalam ayat-ayat di atas sudah kita baca 

dalam Injil Matius. Sebagian dalam Matius 7, dan sisanya dalam 

pasal-pasal lain. Ini yaitu  perkataan-perkataan yang sering diguna-

kan Kristus. Perkataan-perkataan ini cukup disebutkan saja sebab  

mudah dijelaskan. Grotius berpendapat bahwa di sini cukup mudah 

untuk mencari hubungan antara perkataan yang satu dengan yang 

lain. Ini yaitu  kata-kata mutiara, seperti amsal atau perumpamaan 

Salomo.  


 234

Perhatikanlah di sini: 

I. Kita harus sangat berhati-hati dalam mencela orang lain, sebab 

kita sendiri pun perlu mengingat diri kita sendiri: “Oleh sebab itu 

janganlah kamu menghakimi, sebab dengan demikian kamu pun ti-

dak akan dihakimi. Oleh sebab  itu janganlah kamu menghukum 

orang lain, sebab dengan demikian kamu pun tidak akan dihukum 

(ay. 37). Bermurahhatilah terhadap orang lain dengan tidak me-

nyimpan kesalahan orang lain, menutupi segala sesuatu, percaya 

segala sesuatu, dan mengharapkan segala sesuatu. Maka orang 

lain pun akan bermurah hati juga terhadap kamu. Jika Tuhan   

tidak mau menghakimi dan menghukummu, orang juga tidak akan 

melakukannya.” Mereka yang berbelas kasih kepada orang lain 

akan mendapati orang lain berbelas kasih juga kepada mereka. 

II. Jika kita memiliki roh yang suka memberi dan mengampuni, kita 

akan memetik keuntungannya. Ampunilah dan kamu akan diam-

puni. Jika kita mengampuni kerugian yang ditimbulkan orang lain 

atas diri kita, maka orang lain pun akan mengampuni keceroboh-

an kita juga. Jika kita mengampuni kesalahan orang lain terha-

dap kita, maka Tuhan   akan mengampuni kesalahan kita terhadap-

Nya. Dia pasti akan memperhatikan orang berbudi luhur yang me-

rancang hal-hal yang luhur (ay. 38), Berilah, dan kamu akan diberi.  

Tuhan  , dalam pemeliharaan-Nya, akan mengganti kerugianmu. Hal 

itu dipinjamkan kepada-Nya, dan Tuhan   bukan tidak adil, sehingga 

Ia lupa akan pekerjaanmu (Ibr. 6:10), melainkan akan membayar-

nya kembali. Orang lain akan mencurahkannya ke dalam ribaan-

mu, sebab Tuhan   sering memakai orang lain sebagai alat-Nya, bu-

kan saja untuk membalaskan dendam-Nya, namun  juga untuk me-

nyampaikan imbalan-Nya oleh sebab kebenaran. Jika kita mem-

beri dengan cara yang benar kepada orang lain di saat mereka 

membutuhkan, Tuhan   akan menggerakkan hati orang lain untuk 

memberi kepada kita di saat kita memerlukan, dan memberi de-

ngan berlimpah, suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang 

digoncang. Mereka yang menabur banyak, akan menuai banyak 

juga. Tuhan   akan memberikan imbalan dengan berkelimpahan. 

III. Kita harus berharap diperlakukan sama seperti kita memperlaku-

kan orang lain. Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan 

Injil Lukas 6:37-49 

 235 

diukurkan kepadamu. Orang yang memperlakukan orang lain de-

ngan keras harus mengakui, seperti yang dilakukan Adoni-Bezek 

(Hak. 1:7), bahwa Tuhan   adil saat  orang lain juga memperlaku-

kan mereka dengan keras. Mereka harus sadar bahwa mereka 

juga akan beroleh balasan atas perbuatan mereka. namun  mereka 

yang memperlakukan orang lain dengan baik hati, boleh berharap 

bahwa bila tiba saatnya, Tuhan   akan memberi mereka teman-

teman yang akan memperlakukan mereka dengan baik hati pula. 

Walaupun pemeliharaan Tuhan   tidak selalu mengikuti aturan ini 

sebab  imbalan jasa itu yang sejati dan sepenuh-penuhnya disim-

pan untuk dunia lain, namun, biasanya kita diberi bagian yang 

cukup untuk mencegah kita dari tindak kekerasan serta untuk 

mendorong kita melakukan tindakan yang baik. 

IV. Mereka yang membiarkan diri dituntun orang-orang yang bodoh 

dan salah, besar kemungkinan akan binasa bersama orang-orang 

ini  (ay. 39): Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Da-

patkah orang Farisi yang dibutakan oleh kesombongan, prasang-

ka, dan sikap fanatik, menuntun orang buta ke jalan yang benar? 

Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? Bagaimana 

mungkin mereka dapat mengharapkan hasil lain? Orang-orang 

yang membiarkan diri dituntun oleh pendapat umum dan adat is-

tiadat dunia ini yaitu  orang-orang yang juga buta. Mereka ini di-

tuntun oleh orang buta, dan akan binasa bersama dunia yang 

duduk di dalam kegelapan. Mereka yang dengan acuh tak acuh 

memberanikan diri mengikuti kebanyakan orang melakukan keja-

hatan, mengikuti orang buta di jalan lebar yang menuju kepada 

kebinasaan. 

V.   Para pengikut Kristus tidak dapat mengharapkan perlakuan lebih 

baik di dunia ini daripada yang diterima Guru mereka (ay. 40). Ja-

nganlah sekali-kali mereka menjanjikan kehormatan atau kese-

nangan dunia kepada diri sendiri, lebih daripada yang diterima 

Kristus, atau menginginkan kemewahan dan kebesaran dunia 

yang tidak pernah diinginkan dan bahkan senantiasa dihindari-

Nya, atau mempergunakan kuasa-Nya untuk hal-hal duniawi, 

yang tidak dimaksudkan-Nya. Sebaliknya, barangsiapa mau men-

jadi murid yang sempurna, yang telah matang, biarlah ia menjadi 

seperti gurunya – mati terhadap dunia dan segala sesuatu di da-


 236

lamnya, sama seperti Gurunya. Biarlah ia menjalani hidup penuh 

kerja keras dan penyangkalan diri seperti Gurunya, dan menjadi-

kan dirinya pelayan bagi yang lain. Biarlah ia merendah, bekerja 

keras, dan melakukan kebaikan sebisa mungkin, maka lengkap-

lah ia sebagai seorang murid. 

VI. Orang-orang  yang bertugas menegur dan memperbaiki orang lain 

harus memastikan bahwa mereka sendiri tanpa cacat, salah, dan 

cela (ay. 41-42).  

1.  Orang yang tidak menyadari kesalahannya sendiri biasanya 

suka mencela kesalahan orang lain. Sungguh menggelikan bila 

ada yang begitu cepat melihat kesalahan kecil dalam diri orang 

lain, seperti selumbar di mata, sementara mereka sendiri sama 

sekali tidak menyadari balok di dalam mata mereka.  

2.  Orang yang tidak bisa menolong dirinya sendiri, sama sekali ti-

dak layak membantu mengubah hidup orang lain. Bagaimana 

mungkin engkau dapat menawarkan bantuan kepada saudara-

mu untuk mengeluarkan selumbar yang ada di dalam mata-

nya, yang membutuhkan mata yang jeli serta tangan yang 

mantap, sedangkan engkau sendiri memiliki  balok di dalam 

matamu sendiri dan tidak mengeluhkannya?  

3.  Oleh sebab  itu, mereka yang ingin melayani orang lain harus 

terlebih dulu menunjukkan bahwa mereka mencemaskan jiwa 

sendiri. Membantu mengeluarkan selumbar di mata saudara 

kita memang pekerjaan yang baik, namun  untuk itu, kita harus 

melayakkan diri dengan memulai dari diri sendiri. Melalui con-

toh yang kita berikan, melalui hidup kita yang telah diubah-

kan, kita bisa membantu orang lain mengubah hidup mereka. 

VII.  Kita dapat berharap bahwa perkataan dan tindakan orang akan 

sesuai dengan diri mereka yang sebenarnya, sesuai dengan ke-

adaan hati mereka yang sebenarnya, dan sesuai dengan asas-

asas yang mereka anut. 

1. Hati manusia seperti pohon, sedangkan perkataan dan per-

buatannya yaitu  buah yang sesuai dengan sifat pohon itu 

(ay. 43-44). Jika seseorang benar-benar baik, jika ada  

suatu asas anugerah di dalam hatinya, dan jiwa yang meng-

arah pada Tuhan   dan sorga, walaupun buah yang dihasilkan-

Injil Lukas 6:37-49 

 237 

nya tidak berlimpah dan beberapa di antaranya hancur, wa-

laupun adakalanya dirinya bagaikan pohon di musim dingin, 

ia tidak akan menghasilkan buah yang tidak baik. Bisa saja ia 

tidak melakukan semua kebaikan terhadap engkau sebagai-

mana seharusnya, namun dia tidak akan menyakitimu. Se-

kalipun tidak mampu mengubah kebiasaan buruk, ia tidak 

akan merusakkan kebiasaan yang baik. Jika buah yang diha-

silkan seseorang ternyata tidak baik, jika pikiran dan kelaku-

kannya rusak, jika tingkah lakunya kasar, jika dia seorang 

pemabuk atau penipu, jika ia suka mengumpat atau berdus-

ta, jika dalam segala hal ia bersikap tidak adil atau tidak wa-

jar, jika buah yang dihasilkannya tidak baik, maka engkau 

dapat memastikan bahwa dia bukanlah pohon yang baik. Di 

lain pihak, tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasil-

kan buah yang baik, meskipun pohon itu menghasilkan daun 

hijau. sebab  dari semak duri orang tidak memetik buah ara 

dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Kalau suka, 

engkau bisa saja menancapkan buah ara pada duri dan 

menggantungkan buah anggur di semak duri, namun  kedua-

nya tidak mungkin merupakan hasil alami pohon-pohon itu. 

Jadi engkau juga tidak mungkin mengharapkan perilaku 

baik dari orang-orang yang memiliki  watak buruk. Jika 

buahnya baik, engkau boleh menyimpulkan bahwa pohonnya 

juga baik. Jika tingkah lakunya kudus, saleh, dan apa ada-

nya, walaupun engkau tidak dapat mengenal hatinya dengan 

sempurna, engkau boleh berharap bahwa orang itu tulus di 

hadapan Tuhan  . Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. 

Namun, orang bebal mengatakan kebebalan (Yes. 32:6) dan 

pengalaman orang zaman sekarang pun sesuai dengan peri-

bahasa zaman dulu, bahwa dari orang fasik timbul kefasikan 

(1Sam. 24:14).  

2. Hati yaitu  perbendaharaan, sedangkan perkataan dan tin-

dakan yaitu  barang yang dikeluarkan dari perbendaharaan 

itu (ay. 45). Kita sudah membacanya dalam Matius 12:34-35. 

Kasih Tuhan   dan Kristus yang bertakhta dalam hati memerin-

tah atas orang itu sehingga ia menjadi orang yang baik, dan 

baiklah apa yang dikeluarkannya dari perbendaharaannya 

yang baik itu. Namun, bila cinta akan dunia dan keinginan 

daging memerintah atas dirinya, maka hatinya akan menyim-


 238

pan perbendaharaan yang jahat, dari mana orang yang jahat 

senantiasa mengeluarkan barang yang jahat. Dari apa yang 

dikeluarkan itu, engkau bisa tahu apa yang ada di dalam hati 

itu, seperti orang mengetahui apakah isi tempayan itu air 

atau anggur melalui apa yang dicedok darinya (Yoh. 2:8). Ka-

rena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya. Apa 

yang biasa diucapkan mulut, yang diucapkan dengan nikmat 

dan senang hati, biasanya sesuai dengan apa yang ada di da-

lam hati: Siapa yang berasal dari bumi akan berkata-kata da-

lam bahasa bumi (Yoh. 3:31). Bukanlah berarti bahwa orang 

baik tidak mungkin mengeluarkan perkataan yang buruk, 

atau orang jahat tidak bisa menggunakan perkataan yang 

baik untuk sesuatu yang jahat. Namun, pada umumnya hati 

manusia sama seperti kata-kata yang dikeluarkannya, entah 

sia-sia atau bersungguh-sungguh. Oleh sebab  itu, penting 

bagi kita untuk mengisi hati kita, bukan sekadar dengan hal 

yang baik, melainkan dengan berlimpah-limpah. 

VIII. Tidaklah cukup untuk sekadar mendengarkan perkataan 

Kristus. Kita harus melakukannya juga. Tidaklah cukup untuk 

mengaku-ngaku bahwa kita ini memiliki hubungan dengan-Nya, 

sebagai hamba-hamba-Nya. Kita harus dengan sadar menaati-

Nya juga. 

1.  Sungguh merupakan penghinaan bagi-Nya untuk memanggil-

Nya Tuhan, Tuhan, seakan-akan kita telah sepenuhnya me-

naati perintah-Nya dan mengabdikan diri melayani-Nya, namun  

tidak sungguh-sungguh menjalankan kehendak-Nya serta me-

layani kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya. Kita hanya 

akan mengejek-Nya, sama seperti mereka yang dengan penuh 

cemoohan berkata, “Salam, hai raja orang Yahudi!,” jika kita 

terus memanggil-Nya Tuhan, Tuhan, namun  berjalan mengikuti 

keinginan hati dan mata sendiri. Untuk apa kita memanggil-

nya Tuhan, Tuhan dalam doa (bdk. Mat. 7:21-22), jika kita 

tidak menaati perintah-perintah-Nya? Orang yang memaling-

kan telinganya untuk tidak mendengarkan hukum, juga doanya 

yaitu  kekejian. 

2.  Jika kita menyangka bahwa sekadar memeluk agama dapat 

menyelamatkan kita, bahwa mendengarkan perkataan Kristus 

tanpa melakukannya akan membawa kita ke sorga, maka kita 

Injil Lukas 6:37-49 

 239 

telah menipu diri sendiri. Ia menggambarkan hal ini melalui se-

buah perumpamaan (ay. 47-49), yang menunjukkan: 

(1) Bahwa hanya mereka yang berdiri teguh di masa pencoba-

an, yang tidak sekadar datang kepada Kristus untuk bela-

jar, dan tidak hanya mendengarkan perkataan-Nya namun  

juga melakukannya, yang berpikir, berbicara, dan bertin-

dak dalam segala sesuatu sesuai dengan aturan yang telah 

ditetapkan-Nya sajalah yang bersungguh-sungguh berusa-

ha bagi jiwa dan kekekalan mereka. Mereka bagaikan ru-

mah yang dibangun di atas batu. Mereka ini yaitu  orang-

orang yang mengerjakan dengan sungguh-sungguh ibadah 

mereka, seperti orang yang menggali dalam-dalam, yang 

menemukan pengharapan mereka di dalam Kristus, Sang 

Batu Zaman (dan tidak ada dasar lain yang dapat diguna-

kan untuk membangun). Mereka inilah orang-orang yang 

membekali diri untuk hari lalu  , yang bersiap-siap 

menghadapi hal terburuk, yang mengumpulkan suatu harta 

sebagai dasar yang baik di waktu yang akan datang untuk 

mencapai hidup yang sebenarnya (1Tim. 6:19). Mereka yang 

melakukan demikian, berbuat baik bagi diri sendiri, sebab: 

[1]  Dalam masa pencobaan dan aniaya, mereka akan ber-

diri utuh. saat  orang lain meninggalkan kesetiaan me-

reka seperti benih yang jatuh di tanah berbatu, mereka 

akan berdiri dengan teguh dalam Tuhan.  

[2] Hati mereka akan tetap penuh dengan penghiburan, da-

mai sejahtera, pengharapan, dan sukacita di tengah ke-

sukaran yang hebat. Badai dan banjir penderitaan tidak 

akan mengejutkan mereka, sebab kaki mereka terpan-

cang di atas batu, batu yang lebih tinggi daripada badai 

dan banjir.  

[3]  Keselamatan kekal mereka telah terjamin. Mereka aman 

di tengah maut dan penghukuman. Orang percaya yang 

taat dipelihara dalam kekuatan Kristus, melalui iman 

menuju keselamatan, dan tidak akan pernah binasa. 

(2) Bahwa orang-orang yang sekadar mendengarkan perkataan 

Kristus namun  tidak hidup menurut perkataan-perkataan-

Nya itu, hanyalah menyiapkan diri untuk mengalami keke-

cewaan berat. Barangsiapa yang mendengar namun  tidak 


 240

melakukannya (yang mengetahui kewajibannya namun  hi-

dup dengan mengabaikannya), yaitu  seperti orang yang 

mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ia menghibur 

diri dengan pengharapan tanpa dasar. Pengharapannya itu 

akan terbukti sia-sia justru pada saat ia teramat membu-

tuhkan penghiburan, saat ia mengharapkan untuk mem-

peroleh mahkota pengharapannya itu. saat  banjir melan-

da rumahnya, robohlah rumah itu. Pasir tempat rumah itu 

dibangun tersapu habis, dan runtuhlah rumah itu. Demi-

kianlah harapan orang durhaka, saat  Tuhan   menghabisi-

nya dan menuntut nyawanya. Hidupnya seperti sarang 

laba-laba yang menggelantung.  

PASAL  7  

Dalam pasal ini kita mendapati:  

I. Kristus meneguhkan ajaran-Nya yang disampaikan dalam 

pasal sebelum ini, melalui dua mujizat gemilang – penyem-

buhan dari jauh atas hamba seorang perwira, dan dibangkit-

kannya seorang anak yang mati, anak seorang janda dari 

Nain (ay. 11-18).  

II. Kristus meneguhkan iman Yohanes yang sedang berada da-

lam penjara, dan juga iman murid-murid Yohanes, dengan 

memberikan kabar tentang mujizat-mujizat yang diadakan-

Nya sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada-

Nya oleh Yohanes (ay. 19-23). Dengan cara ini juga, Kristus 

memberikan kesaksian yang penuh penghargaan tentang Yo-

hanes, serta menegur orang-orang dari angkatan itu sebab  

menghina Yohanes dan pengajarannya (ay. 24-35).  

III. Kristus menghibur seorang wanita  berdosa yang datang 

kepada-Nya, menangisi dosa-dosanya dengan penuh sesal. Ia 

meyakinkannya bahwa dosa-dosanya telah diampuni. Kristus 

membenarkan diri atas perkenan yang diberikan-Nya kepada 

wanita  itu untuk menyanggah orang Farisi yang som-

bong dan suka mempersoalkan hal-hal kecil. 

Yesus Menyembuhkan Hamba Seorang Perwira  

(7:1-10) 

1 Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Ka-

pernaum. 2 Di situ ada seorang perwira yang memiliki  seorang hamba, 

yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. 3 

saat  perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang 

tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyem-


 242

buhkan hambanya. 4 Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mere-

ka meminta pertolongan-Nya, katanya: “Ia layak Engkau tolong. 5 Sebab ia 

mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah 

ibadat kami.” 6 Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. saat  Ia ti-

dak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabat-

nya untuk mengatakan kepada-Nya: “Tuan, janganlah bersusah-susah, se-

bab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; 7 sebab itu aku juga 

menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. namun  katakan 

saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 8 Sebab aku sendiri se-

orang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada 

salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Da-

tang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia 

mengerjakannya.” 9 Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan 

dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia ber-

kata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, se-

kalipun di antara orang Israel!” 10 Dan setelah orang-orang yang disuruh itu 

kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali. 

Ada beberapa perbedaan dalam kisah tentang penyembuhan hamba 

perwira yang diceritakan di sini dengan yang telah kita baca dalam 

Matius 8:5 dst. Dalam Matius dikatakan bahwa perwira itu datang 

menjumpai Kristus. Dalam Lukas dikatakan bahwa awalnya ia me-

nyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya (ay. 3), dan sete-

lah itu ia menyuruh sahabat-sahabatnya (ay. 6). Namun, sudah men-

jadi kebiasaan bagi kita untuk mengatakan bahwa kita melakukan se-

suatu yang sebenarnya dilakukan melalui orang lain – Quod facimus 

per alium, id ipsum facere judicamur. Perwira itu mungkin disebut me-

lakukan sesuatu yang dikerjakan para wakilnya, sama halnya seperti 

seseorang mengambil alih sesuatu melalui jasa pengacaranya. Na-

mun, boleh jadi perwira itu akhirnya datang sendiri, saat  Kristus 

berkata kepadanya, Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya 

(Mat. 8:13). 

Disebutkan di sini bahwa mujizat ini diadakan Tuhan Yesus sete-

lah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak (ay. 1). Perkataan 

Kristus diucapkan di depan umum, kepada siapa saja yang mau da-

tang dan mendengarkan perkataan-Nya: Aku tidak pernah berbicara 

sembunyi-sembunyi (Yoh. 18:20). Nah, untuk memberikan bukti yang 

tidak dapat disangkal mengenai otoritas-Nya atas perkataan yang di-

ajarkan-Nya, di sini Ia memberikan bukti yang tidak dapat diragukan 

lagi mengenai kuasa dan dahsyatnya perkataan-Nya yang menyem-

buhkan. Dia yang memiliki kuasa sedemikian besar dalam kerajaan 

alam semesta hingga mampu mengusir penyakit, pastilah memiliki 

kedaulatan yang sangat besar dalam kerajaan anugerah untuk mela-

rang perbuatan yang merugikan darah dan daging, serta mengikat

Injil Lukas 7:1-10 

 243 

dengan hukuman berat supaya orang mau taat. Mujizat ini diadakan 

di Kapernaum, di mana sebagian besar perbuatan ajaib Kristus terja-

di (Mat. 11:23).  

Sekarang perhatikanlah: 

I.   Hamba perwira yang sakit itu sangat dihargai tuannya (ay. 2). 

Hamba itu dipuji sebab  ia tekun, setia, dan sangat memperhati-

kan tuannya. Ia melakukan semua itu kepada tuannya seperti un-

tuk dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya dihargai serta di-

kasihi oleh tuannya. Para hamba harus berusaha agar disayangi 

majikan mereka. Demikian juga, sang majikan akan dipuji, jika ia 

memiliki hamba yang baik dan ia menghargai hamba itu. Banyak 

majikan yang angkuh dan suka memerintah saja. Bagi mereka, 

sudah untung kalau hamba-hamba mereka tidak diperlakukan 

dengan keras dan kejam atau dipukuli, sedangkan para hamba 

itu harus bersikap ramah dan lembut kepada majikan mereka 

serta memperhatikan kesejahteraan dan kenyamanan mereka. 

II. saat  sang majikan ini mendengar tentang Yesus, ia mengajukan 

permohonan kepada-Nya (ay. 3). Para majikan harus memberikan 

perhatian khusus kepada hamba-hamba mereka yang sakit keras 

dan tidak menelantarkan mereka. Perwira ini memohon agar 

Kristus datang dan menyembuhkan hambanya. Melalui doa yang 

tekun, kita sekarang boleh menyerahkan diri kepada Kristus di 

sorga, dan kita patut melakukannya, bilamana penyakit mendera 

keluarga kita, sebab Kristus masih tetap Tabib yang Agung. 

III. Perwira itu mengutus beberapa orang tua-tua Yahudi kepada 

Kristus, untuk menyampaikan masalahnya dan meminta-Nya da-

tang. Ia berpikir bahwa cara ini jauh lebih menunjukkan rasa hor-

mat kepada Kristus daripada bila ia datang sendiri, sebab ia ada-

lah orang bukan-Yahudi yang belum disunat, sehingga sebagai 

seorang nabi, Kristus tentunya tidak mau berbicara dengannya. 

Untuk alasan itulah ia mengutus orang-orang Yahudi yang diya-

kininya sebagai orang-orang kesukaan sorga, dan mereka itu 

bukan sekadar orang Yahudi biasa, melainkan tua-tua Yahudi, 

tokoh-tokoh yang berwenang, supaya martabat para utusan ini 

mendatangkan kehormatan bagi Dia yang hendak mereka temui. 

Balak juga mengirimkan pemuka-pemuka kepada Bileam. 


 244

IV. Orang tua-tua Yahudi itu sungguh-sungguh menjadi pengantara 

bagi si perwira itu: Mereka datang kepada Yesus dan dengan sa-

ngat mereka meminta pertolongan-Nya (ay. 4). Mereka mendesak-

Nya, dan mengajukan permohonan yang tidak akan berani disam-

paikan sendiri oleh perwira itu, bahwa ia layak ditolong. Jika ada 

orang bukan-Yahudi yang dianggap layak menerima anugerah se-

perti itu, maka perwira ini pasti salah satunya. Perwira itu berka-

ta, “Aku sama sekali tidak layak dikunjungi” (Mat. 8:8). Namun, 

orang tua-tua Yahudi itu menganggapnya layak menerima kesem-

buhan bagi hambanya. Demikianlah orang yang rendah hati, me-

nerima pujian. Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulut-

mu. Secara khusus mereka menekankan bahwa meskipun perwira 

itu orang bukan-Yahudi, dia sangat mengasihi bangsa Yahudi dan 

agama mereka (ay. 5). Mereka menyangka bahwa sama seperti ter-

hadap mereka, Kristus perlu menyingkirkan prasangka terhadap 

perwira itu sebab  ia bukan orang Yahudi melainkan seorang Ro-

mawi, seorang perwira tentara. Oleh sebab itu mereka menyebut-

kan ini:  

1.  Bahwa ia sangat baik hati terhadap orang Yahudi: ia menga-

sihi bangsa kita (yang jarang dilakukan orang bukan-Yahudi). 

Mungkin perwira itu pernah membaca Perjanjian Lama, dan 

dari situlah ia dapat menghargai bangsa Yahudi yang menda-

pat perkenan sorgawi lebih tinggi daripada bangsa-bangsa lain. 

Perhatikanlah, bahkan para penakluk, dan orang-orang yang 

berkuasa pun patut mengasihi orang-orang yang ditaklukkan 

dan yang berada di bawah kuasa mereka.  

2.  Bahwa perwira itu sangat menghargai ibadah orang Yahudi: ia 

menanggung pembangunan rumah ibadat baru di Kapernaum 

sebab  menganggap rumah ibadat lama yang mereka miliki 

sudah rusak atau tidak cukup besar untuk dapat menampung 

orang-orang yang datang beribadah. Melalui cara ini ia menya-

takan rasa hormatnya kepada Tuhan   Israel, rasa percayanya 

bahwa Dialah satu-satunya Tuhan   yang hidup dan benar. Ia 

menyatakan kerinduannya, seperti raja Darius, untuk turut 

mengambil bagian dalam doa-doa kepada Tuhan   Israel (Ezr. 

6:10). Perwira ini membangun rumah ibadat atas biaya sendiri, 

dan boleh jadi mempekerjakan para prajuritnya dalam pemba-

ngunannya supaya mereka tidak bermalas-malasan. Perhati-

kanlah, membangun tempat-tempat peribadatan yaitu  per-

Injil Lukas 7:1-10 

 245 

buatan yang sangat baik. Ini contoh yang menunjukkan kasih 

kepada Tuhan   dan umat-Nya. Orang-orang yang melakukan 

perbuatan yang baik semacam itu patut dihormati dua kali 

lipat. 

V.   Yesus Kristus siap menyatakan kebaikan kepada perwira itu. Ia 

langsung pergi bersama-sama dengan mereka (ay. 6), meskipun ia 

orang bukan-Yahudi, sebab  adakah Tuhan   hanya Tuhan   orang 

Yahudi saja? Bukankah Ia juga yaitu  Tuhan   bangsa-bangsa lain? 

Ya, benar (Rm. 3:29). Perwira itu menganggap dirinya tidak layak 

dikunjungi oleh Kristus (ay. 7), namun  Kristus menganggapnya la-

yak dikunjungi oleh-Nya, sebab barangsiapa merendahkan diri, ia 

akan ditinggikan. 

VI. Perwira itu semakin membuktikan kerendahan hati dan imannya, 

saat  ia mendengar bahwa Kristus memberinya kehormatan un-

tuk datang ke rumahnya. Demikianlah anugerah terhadap orang 

kudus dipercepat melalui kedatangan Kristus kepada mereka. Ke-

tika Ia tidak jauh lagi dari rumah, dan perwira itu mengetahui hal 

ini, ia bukannya mempersiapkan penyambutan di rumahnya, me-

lainkan menyuruh sahabat-sahabatnya menemui Dia dan me-

nyampaikan pesan yang menyatakan:  

1.  Kerendahan hatinya, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab 

aku tidak layak menerima kehormatan seperti ini, sebab  aku 

bukan orang Yahudi.” Ini bukan saja menunjukkan bagaimana 

ia memandang dirinya rendah meskipun ia sebenarnya sosok 

yang terpandang, namun  juga bagaimana ia memandang tinggi 

kedudukan Kristus, meskipun Ia dipandang hina oleh dunia. 

Dia tahu bagaimana menghormati seorang nabi dari Tuhan  , wa-

laupun Ia dihina dan ditolak manusia.  

2.  Imannya, “Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tahu 

bukan begini caranya. Engkau mampu menyembuhkan ham-

baku tanpa masuk di dalam rumahku, melalui kuasa ilahi-Mu, 

dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. Katakan saja sepatah 

kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Sikap perwira ini begi-

tu berbeda dengan sikap Naaman yang ingin supaya sang nabi 

datang kepadanya, berdiri, lalu menggerak-gerakkan tangan-

nya di atas tempat penyakit itu, dan menyembuhkannya (2Raj. 

5:11). Perwira itu menggambarkan imannya dengan memban-


 246

dingkan kedudukannya sendiri, dan ia yakin bahwa Kristus 

dapat menyuruh pergi penyakit itu dengan mudah, sama se-

perti ia bisa memberikan perintah kepada prajuritnya, dan 

bahwa Ia dapat dengan mudah mengutus malaikat untuk me-

nyembuhkan hambanya seperti ia dapat menyuruh prajuritnya 

pergi melaksanakan suatu tugas (ay. 8). Kristus berkuasa se-

penuhnya atas semua makhluk ciptaan termasuk semua tin-

dakan mereka, dan Ia mampu mengubah gejala alam sesuai 

kehendak-Nya, meluruskan penyimpangannya, serta memulih-

kan tubuh manusia dari segala sakit-penyakit, sebab  kepada-

Nya telah diberikan segala kuasa. 

VII.  Yesus Tuhan kita sangat senang melihat iman perwira itu, dan 

Ia terlebih heran lagi sebab  dia orang bukan-Yahudi. Setelah 

perwira itu menghormati Kristus melalui imannya, lihatlah ba-

gaimana Ia juga menghormati iman itu (ay. 9). Sambil berpaling 

dengan takjub, Ia berkata kepada orang banyak yang mengikuti 

Dia, “Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di 

antara orang Israel!” Perhatikanlah, Kristus ingin agar orang-

orang yang mengikuti-Nya mengamati dan memperhatikan con-

toh-contoh iman yang luar biasa kadang-kadang terjadi di ha-

dapan mereka. Terutama yang ditemukan di antara orang-orang 

yang tidak mengikuti Kristus sedekat mereka yang mengaku se-

bagai pengikut dekat-Nya supaya kita malu melihat kuatnya 

iman mereka dibandingkan iman kita yang lemah dan goyah. 

VIII. Kesembuhan itu terjadi dengan segera dan sempurna (ay. 10). 

Orang-orang yang disuruh itu tahu mereka telah menyelesaikan 

tugas, jadi mereka kembali dan mendapati hamba itu telah sehat 

dan sama sekali tidak menampakkan sisa penyakitnya. Kristus 

memperhatikan penderitaan hamba-hamba yang malang dan 

siap membebaskan mereka, sebab Tuhan   tidak memandang bulu. 

Orang-orang bukan-Yahudi pun tidak dikucilkan-Nya untuk me-

nerima kebaikan anugerah-Nya. Bukan itu saja, kejadian ini me-

rupakan contoh iman yang dapat ditemukan di antara orang-

orang bukan-Yahudi yang bahkan jauh lebih besar daripada 

iman yang bisa ditemukan di antara orang Yahudi sendiri saat 

Injil diberitakan. 

Injil Lukas 7:11-18 

 247 

Janda dari Nain  

(7:11-18) 

11 lalu   Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya 

pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya ber-

bondong-bondong. 12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati di-

usung keluar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan 

banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. 13 Dan saat  Tuhan melihat 

janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: 

“Jangan menangis!” 14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, 

dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku ber-

kata kepadamu, bangkitlah!” 15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan 

mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. 16 Semua 

orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Tuhan  , sambil berkata: “Seorang 

nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Tuhan   telah melawat 

umat-Nya.” 17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan se-

luruh daerah sekitarnya. 18 saat  Yohanes mendapat kabar tentang segala 

peristiwa itu dari murid-muridnya. 

Di sini diceritakan tentang bagaimana Kristus membangkitkan anak 

janda dari Nain, yang mati dan sedang diusung keluar untuk diku-

burkan. Kisah ini tidak disebut-sebut oleh Matius dan Markus. Ma-

tius hanya mencatat peristiwa ini secara umum saja, yakni dalam 

jawaban Kristus kepada murid-murid Yohanes, bahwa orang mati 

dibangkitkan (Mat. 11:5).  

Perhatikanlah: 

I.   Di mana dan kapan mujizat ini diadakan. Peristiwa ini terjadi se-

hari setelah Ia menyembuhkan hamba perwira itu (ay. 11). Kristus 

melakukan perbuatan baik setiap hari, dan sebab  itu Ia tidak 

pernah mengeluh telah kehilangan suatu hari. Mujizat ini terjadi 

di pintu gerbang sebuah kota kecil bernama Nain, tidak jauh dari 

Kapernaum, mungkin juga sama dengan kota bernama Nais yang 

dibicarakan Jerome, seorang Bapa Gereja. 

II.  Siapa yang menjadi saksi peristiwa itu. Hal ini telah terbukti kebe-

narannya sebab  diadakan di depan dua kelompok orang banyak 

yang berpapasan di pintu gerbang kota atau tidak jauh dari situ. 

Di sana ada  kerumunan murid-murid serta orang banyak 

yang menyertai Kristus (ay. 11), dan kelompok kerabat dan te-

tangga yang mengantar pemuda yang hendak dikuburkan itu (ay. 

12). Jadi, di situ ada  cukup banyak saksi yang dapat menyo-

kong kebenaran mujizat ini, yang memberikan bukti tambahan 


 248

tentang wewenang atau otoritas ilahi Kristus. Bukti ini lebih besar 

daripada penyembuhan penyakit-penyakit, sebab  tidak ada kua-

sa alam atau sarana apa pun yang mampu membangkitkan orang 

mati. 

III. Bagaimana mujizat itu diadakan oleh Yesus Tuhan kita. 

1.  Orang yang dibangkitkan itu yaitu  seorang anak muda, yang 

dijemput maut di masa mudanya – suatu hal yang umum, se-

perti bunga ia berkembang, lalu layu. Semua orang sependapat 

bahwa ia benar-benar sudah mati. Tidak ada persekongkolan 

dalam hal ini. Kristus sedang memasuki pintu gerbang kota, 

dan belum pernah berjumpa dengan anak muda ini sampai ke-

tika Ia melihatnya di atas usungan. Anak muda itu diusung ke-

luar kota, sebab kuburan orang Yahudi terletak di luar kota 

dan cukup jauh dari situ. Anak muda ini yaitu  anak tunggal 

ibunya, sedangkan ibunya sudah janda. wanita  ini meng-

andalkan putranya untuk menjadi penopang hidup di hari tua-

nya. Namun, anak muda ini ternyata bagaikan buluh yang pa-

tah, seperti yang terjadi dengan setiap orang yang berada di 

puncak hidupnya. Betapa sering, betapa beragam, dan betapa 

celakanya kemalangan yang menimpa orang-orang yang men-

derita di dunia ini! Betapa banyaknya air mata yang tercurah! 

Betapa miripnya dengan Bokhim, tempat orang menangis-

nangis! Bisa kita bayangkan betapa dalamnya kesedihan ibu 

yang malang itu atas anak tunggalnya itu (dukacita seperti ini 

mengacu pada ungkapan kesedihan yang luar biasa – Za. 

12:10), dan terlebih dalam lagi sebab  wanita  itu seorang 

janda, yang hancur luluh hatinya dan tidak punya penghibur-

an lagi. Banyak orang dari kota itu menyertainya, turut berdu-

ka atas kehilangannya, dan mau mengiburnya. 

2.  Dengan membangkitkan anak muda itu, Kristus menunjukkan 

belas kasihan dan kuasa-Nya, supaya Ia dapat memberikan 

contoh mengenai kedua hal ini , yang bersinar begitu te-

rang dalam karya penebusan umat manusia. 

(1) Lihatlah betapa tergerak hati-Nya oleh belas kasihan terha-

dap mereka yang menderita (ay. 13). saat  Tuhan melihat 

janda yang malang itu mengiring putranya menuju makam, 

tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepadanya. Di sini 

Injil Lukas 7:11-18 

 249 

tidak ada permohonan kepada-Nya untuk wanita  itu, 

bahkan tidak juga Ia mengucapkan beberapa patah kata 

untuk menghibur janda itu. Namun, ex mero motu – se-

mata-mata sebab  sifat-Nya yang baik, Ia merasa sedih me-

lihat wanita  itu. Kejadian ini memang sungguh mem-

bangkitkan rasa iba, dan Ia menyaksikannya dengan rasa 

kasihan. Apa yang dilihat-Nya itu amat menyentuh hati-

Nya, sehingga Ia pun berkata kepadanya, “Jangan mena-

ngis!” Perhatikanlah, Kristus menaruh perhatian terhadap 

orang-orang yang berkabung, terhadap mereka yang kesu-

sahan, dan Ia sering menyambut mereka dengan berkat me-

limpah. Ia menjalankan karya penebusan dan penyelamat-

an bagi kita dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya (Yes. 

63:9). Betapa menyenangkannya bagi kita, Tuhan Yesus itu 

sungguh penuh dengan rasa kasihan. Rahmat-Nya berke-

limpahan, amat menghibur saat  kita sedang berduka! 

Biarlah para janda yang malang merasa terhibur dalam ke-

dukaan mereka, sebab  Kristus mengasihani mereka dan 

tahu bahwa jiwa mereka menderita. Orang lain bisa saja 

memandang rendah kedukaan mereka, namun  Ia tidak se-

perti itu. Kristus berkata, “Jangan menangis.” Ia bisa mem-

berikan janda itu alasan yang tidak bisa diberikan orang 

lain, “Jangan menangisi anakmu yang mati, sebab sebentar 

lagi ia akan hidup kembali.” Memang ini alasan yang hanya 

berlaku khusus bagi si janda itu, namun ada juga alasan 

yang berlaku umum bagi semua orang yang meninggal da-

lam Yesus, yang kematiannya juga sama meninggalkan 

rasa duka yang hebat – yaitu bahwa mereka akan bangkit 

kembali, dan bangkit dalam kemuliaan. Oleh sebab itu ja-

nganlah kita berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak 

memiliki  pengharapan (1Tes. 4:13). Biarlah Rahel yang 

menangisi anak-anaknya, mencegah matanya dari mencu-

curkan air mata, sebab masih ada harapan untuk hari de-

panmu, demikianlah firman TUHAN; anak-anak akan kem-

bali ke daerah mereka (Yer. 31:16-17). Dalam saat-saat se-

perti itu, biarlah rasa kasihan kita terkendali, dengan 

mengingat belas kasihan Kristus. 

(2) Lihatlah betapa perintah-Nya menang atas maut itu sendiri 

(ay. 14): Sambil menghampiri usungan atau peti mati itu, 


 250

tempat jasad anak muda itu diletakkan, Ia menyentuhnya, 

sebab tidak ada yang najis bagi-Nya. Dengan sikap ini Ia 

memberikan isyarat kepada para pengusung keranda agar 

mereka berhenti. Ada sesuatu yang perlu dikatakan-Nya 

kepada anak muda yang sudah mati itu. “Lepaskanlah dia, 

supaya jangan ia turun ke liang kubur; uang tebusan telah 

Kuperoleh” (Ayb. 33:24). Segera saja para pengusung itu 

berhenti, dan boleh jadi mereka meletakkan usungan itu di 

tanah dan membuka peti matinya jika tertutup. lalu  , 

dengan penuh khidmat, sebagai orang yang memiliki kuasa 

dan berkuasa atas maut, Ia berkata, “Hai anak muda, Aku 

berkata kepadamu, bangkitlah!” Anak muda itu sudah mati 

dan tidak mampu bangkit berdiri dengan kekuatan sendiri 

(sama seperti orang yang mati secara rohani sebab  pelang-

garan dan dosa-dosanya). Namun, bagi Kristus sama sekali 

tidak mustahil untuk menyuruhnya bangkit, saat  kuasa 

yang mengalir bersama perkataan itu menghidupkannya 

kembali. Panggilan Injil kepada semua orang, teristimewa 

kepada kaum muda, yaitu , “Bangkitlah, bangkitlah dari 

antara orang mati, dan Kristus akan memberimu terang 

dan kehidupan.” Kuasa Kristus atas maut terbukti melalui 

akibat langsung dari perkataan-Nya itu (ay. 15), Maka ba-

ngunlah orang yang sudah mati itu. Apakah kita memiliki 

anugerah Kristus? Biarlah kita menunjukkannya. Bukti 

lain bahwa anak muda itu hidup yaitu  ia mulai berkata-

kata. Kapan saja Kristus memberikan kehidupan rohani 

kepada kita, Ia akan membuka mulut orang untuk berdoa 

dan memuji. Akhirnya, Ia tidak mewajibkan anak muda 

yang diberi-Nya hidup itu untuk mengikuti-Nya dan men-

jadi murid-Nya, untuk melayani-Nya (meskipun anak muda 

itu berutang budi kepada-Nya), apalagi untuk sampai men-

jadikannya semacam piala kemenangan atau pameran un-

tuk memperoleh hormat melalui dia. Sebaliknya, Ia menye-

rahkannya kepada ibunya, supaya ia mengurus ibunya se-

bagai putra yang berbakti. Ini dilakukan-Nya sebab  semua 

mujizat yang diadakan-Nya didasarkan atas rasa iba. Begi-

tu pula, mujizat yang satu ini merupakan tindakan rahmat 

yang teramat besar bagi wanita  janda ini. Sekarang ia 

terhibur di tengah masa penderitaannya yang luar biasa, 

Injil Lukas 7:11-18 

 251 

sebab sekarang ia dapat memandang anaknya sebagai ke-

sukaan sorga dengan sukacita yang lebih besar daripada 

saat  ia belum mati. 

IV. Pengaruh mujizat ini ke atas orang banyak (ay. 16). Semua orang 

itu ketakutan. Mereka semua ketakutan melihat orang mati bang-

kit dan keluar dari peti matinya atas perintah seseorang. Mereka 

terperangah dan takjub melihat mujizat-Nya, lalu memuliakan 

Tuhan  . Tuhan dan kebaikan-Nya, seperti halnya Tuhan dan kebe-

saran-Nya, memang patut ditakuti. Kesimpulan yang mereka tarik 

dari kejadian itu yaitu , “Seorang nabi besar telah muncul di te-

ngah-tengah kita, nabi besar yang selama ini kita cari-cari. Tak 

pelak lagi, Dialah yang menerima ilham ilahi sehingga mampu 

meniupkan nafas kehidupan ke dalam diri orang mati, dan di da-

lam-Nya Tuhan   melawat umat-Nya untuk menebus mereka seperti 

yang dinanti-nantikan” (Luk. 1:68). Ini akan benar-benar menjadi 

hidup dari antara orang mati bagi semua orang yang menanti-nan-

tikan penghiburan bagi Israel. saat  jiwa-jiwa yang mati dibang-

kitkan untuk memperoleh kehidupan rohani, yaitu oleh kuasa 

ilahi yang menyertai Injil, kita harus memuliakan Tuhan  , dan me-

mandang peristiwa ini sebagai lawatan-Nya yang penuh rahmat 

kepada umat-Nya.  

Berita tentang mujizat ini tersebar:  

1.  Secara umum ke segenap penjuru negeri (ay. 17). Maka kabar 

tentang Yesus, bahwa Dia yaitu  nabi yang besar, tersiar luas 

di seluruh Yudea, yang mencakup daerah yang sangat luas, 

dan ke seluruh Galilea yang termasuk daerah sekitarnya. Ba-

nyak orang mendengar berita tentang diri-Nya, namun  hanya 

sedikit yang percaya dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ba-

nyak yang mendengar kabar tentang Injil Kristus namun  tidak 

mengecap dan menikmatinya dalam jiwa mereka.  

2.  Berita ini khususnya dibawa kepada Yohanes Pembaptis yang 

saat itu sedang dipenjarakan (ay 18). Murid-muridnya datang 

dan menceritakan semua hal ini supaya ia tahu bahwa meski-

pun ia terbelenggu, firman Tuhan   tidak terbelenggu. Pekerjaan 

Tuhan   terus berjalan meskipun ia tersisih. 


 252

Pesan Yohanes kepada Yesus;  

Pelayanan Yohanes dan Kristus  

(7:19-35) 

19 “Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya 

kepada Tuhan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami me-

nantikan seorang yang lain?” 20 saat  kedua orang itu sampai kepada Yesus, 

mereka berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: 

Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang 

yang lain?” 21 Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala 

penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan 

penglihatan kepada banyak orang buta. 22 Dan Yesus menjawab mereka: 

“Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu 

dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi 

tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang mis-

kin diberitakan kabar baik. 23 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi 

kecewa dan menolak Aku.” 24 Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah 

Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: “Untuk apakah 

kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke 

mari? 25 Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian ha-

lus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di is-

tana raja. 26 Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku 

berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. 27 sebab  tentang dia ada 

tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan 

mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. 28 Aku berkata kepadamu: Di an-

tara mereka yang dilahirkan oleh wanita  tidak ada seorang pun yang 

lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Tuhan   

lebih besar dari padanya.” 29 Seluruh orang banyak yang mendengar perkata-

an-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Tuhan  , sebab  

mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. 30 namun  orang-orang Farisi 

dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Tuhan   terhadap diri mereka, sebab  me-

reka tidak mau dibaptis oleh Yohanes. 31 Kata Yesus: “Dengan apakah akan 

Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu 

sama? 32 Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang sa-

ling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, namun  kamu tidak menari, 

kami menyanyikan kidung duka, namun  kamu tidak menangis. 33 sebab  Yo-

hanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan 

kamu berkata: Ia kerasukan setan. 34 lalu   Anak Manusia datang, Ia 

makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan pe-

minum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 35 namun  hikmat dibe-

narkan oleh semua orang yang menerimanya.” 

Seluruh percakapan mengenai Yohanes Pembaptis, yang terjadi saat  

ia mengutus muridnya untuk menanyakan apakah Dia yaitu  Mesias 

atau bukan, sebagian besar telah kita baca dalam Matius 11:2-19. 

I. Di sini diceritakan tentang pesan yang dikirimkan Yohanes Pem-

baptis kepada Kristus, dan jawaban-Nya atas pertanyaan itu. 

Injil Lukas 7:19-35 

 253 

Perhatikanlah: 

1.  Hal penting yang harus kita tanyakan mengenai Kristus ada-

lah apakah memang Dialah yang datang untuk menebus dan 

menyelamatkan orang berdosa, atau haruskah kita mencari 

orang lain (ay. 19-20). Kita yakin Tuhan   telah berjanji bahwa se-

orang Juruselamat akan datang, Juruselamat yang diurapi. 

Kita juga yakin bahwa apa yang telah dijanjikan-Nya akan di-

genapi-Nya pada masanya. Jika Yesus ini yaitu  Mesias yang 

telah dijanjikan itu, kita akan menerima-Nya dan tidak akan 

mencari yang lain lagi. Namun, jika bukan, kita akan terus 

menanti, dan meskipun Ia berlambat-lambat, kita akan tetap 

menanti-Nya. 

2. Iman Yohanes Pembaptis, atau setidaknya iman murid-murid-

nya, ingin mendapatkan penegasan mengenai hal ini. Sebab 

Kristus belum menyatakan di depan umum bahwa diri-Nya 

memang Kristus. Tidak, Ia tidak mau jika murid-murid-Nya 

yang memang mengetahuinya, berbicara mengenai hal ini, 

sampai bukti tentang kebenaran ini digenapi dalam kebangkit-

an-Nya. Para pemuka jemaat Yahudi tidak mengakui-Nya, dan 

Ia juga tidak mendapatkan perhatian yang dapat menempat-

kan-Nya di takhta Daud. Tidak ada sedikit pun kuasa dan ke-

agungan tampak pada diri-Nya yang disangka orang harus ada 

pada Mesias yang akan datang itu. Oleh sebab itulah tidak 

aneh apabila mereka lalu bertanya, “Engkaukah yang akan 

datang itu?” Bukan sebab  mereka meragukannya, namun  se-

andainya memang bukan, mereka ingin Ia menunjukkan orang 

lain yang harus mereka nantikan.  

3. Kristus membiarkan karya-karya-Nya sendiri yang mendatang-

kan puji-pujian bagi Dia di gerbang-gerbang kota. Karya-kar-

ya-Nya sendiri yang akan menyatakan dan membuktikan siapa 

Dia sebenarnya. Sementara kedua utusan Yohanes berada ber-

sama-Nya, Ia mengadakan banyak mujizat kesembuhan pada 

saat itu juga, yang mungkin menyiratkan bahwa mereka ting-

gal satu jam bersama-Nya. Betapa luar biasanya pekerjaan 

yang dikerjakan Kristus dalam waktu yang singkat! (ay. 21). Ia 

menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan pende-

ritaan jasmani, serta dari roh-roh jahat yang mempengaruhi pi-

kiran sampai membuat orang gila atau depresi, dan mengaru-

niakan penglihatan kepada banyak orang buta. Ia semakin ba-


 254

nyak menyembuhkan orang supaya tidak ada alasan lagi un-

tuk merasa curiga bahwa Ia melakukan penipuan. Setelah itu 

(ay. 22), Ia menyuruh mereka pergi dan mengatakan kepada 

Yohanes apa yang mereka lihat. Dan kini Yohanes dan murid-

muridnya bisa bertanya-tanya seperti yang dilakukan orang-

orang pada umumnya (Yoh. 7:31), “Apabila Kristus datang, 

mungkinkah Ia akan mengadakan lebih banyak mujizat dari 

pada yang telah diadakan oleh Dia ini?” Kesembuhan-kesem-

buhan yang mereka lihat diadakan oleh-Nya, bukan saja me-

rupakan peneguhan atas diutus-Nya, namun  juga penjelasan 

atas diutus-Nya itu. Mesias datang untuk menyembuhkan du-

nia yang sakit, untuk memberikan terang dan penglihatan ke-

pada mereka yang duduk dalam kegelapan, serta menahan 

dan mengalahkan roh-roh jahat. Engkau telah lihat sendiri 

bahwa Yesus melakukan hal ini atas tubuh jasmani manusia, 

dan sebab  itu engkau harus menyimpulkan bahwa inilah Dia 

yang seharusnya datang untuk melakukannya juga atas jiwa-

jiwa manusia, dan engkau tidak perlu menantikan seorang 

yang lain. Selain mujizat-mujizat dalam kerajaan alam ini, Ia 

juga menambahkan hal ini ke dalam kerajaan anugerah (ay. 

22): kepada orang miskin diberitakan kabar baik, dan Yohanes 

serta murid-muridnya tahu bahwa inilah yang akan dilakukan 

oleh Mesias, sebab Ia telah diurapi untuk menyampaikan kabar 

baik kepada orang-orang sengsara (Yes. 61:1), dan untuk me-

nyelamatkan nyawa orang miskin (Mzm. 72:13). Oleh sebab  

itu, pertimbangkanlah adakah engkau dapat menantikan 

orang lain lagi yang akan lebih memenuhi ciri-ciri khas Mesias 

dan tujuan kedatangan-Nya yang agung? 

4.  Ia memberi tahu mereka tentang bahaya yang dihadapi orang-

orang yang berprasangka terhadap-Nya, padahal ada  buk-

ti-bukti nyata bahwa Ia memang Mesias (ay. 23): Berbahagia-

lah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku. Di sini 

kita ada dalam suatu ujian dan pencobaan. Ada dua pihak 

yang harus dipertimbangkan. Bagi orang-orang yang jujur dan 

berlaku adil dalam mencari kebenaran, ada cukup banyak 

alasan yang untuk menegaskan kebenaran itu, dan dengan be-

gitu bisa menyiapkan pikiran mereka untuk menerima kebe-

naran itu. Di pihak lain, orang-orang yang ceroboh, duniawi, 

dan suka mengikuti hawa nafsu memiliki  keberatan-kebe-

Injil Lukas 7:19-35 

 255 

ratannya tersendiri yang menutupi kebenaran itu dari pan-

dangan mereka. Pendidikan Kristus di Nazaret, tempat tinggal-

Nya di Galilea, kesederhanaan keluarga dan sanak saudara-

Nya, kemiskinan-Nya, serta keadaan hina para pengikut-Nya – 

semua hal ini dan hal-hal lain yang sejenisnya merupakan 

batu sandungan bagi banyak orang, sehingga semua mujizat 

yang diadakan-Nya belum cukup untuk bisa mengubah pan-

dangan mereka. Ia diberkati sebab  Ia bijaksana, rendah hati, 

dan memiliki watak baik yang tidak dapat dikalahkan oleh se-

mua prasangka ini. Ini yaitu  tanda bahwa Tuhan   memberkati-

Nya, sebab oleh anugerah Tuhan  -lah Ia dapat mengatasi batu-

batu sandungan ini. Dan sungguh terpujilah Tuhan  , terpuji da-

lam Kristus. 

II. Di sini kita dapati penghargaan tinggi yang diberikan Kristus ke-

pada Yohanes Pembaptis. Ia tidak memberikannya sementara pa-

ra suruhannya masih ada (supaya tidak tampak seolah-olah Ia 

menyanjungnya), namun  setelah suruhan Yohanes itu pergi (ay. 24), 

supaya orang-orang itu menyadari keuntungan-keuntungan yang 

mereka telah peroleh dari pelayanan Yohanes dan yang tidak akan 

mereka dapatkan lagi sebab  ia dipenjarakan. Biarlah mereka se-

karang pikir-pikir kembali untuk apa mereka pergi ke padang gu-

run, siapa orang itu yang telah begitu sering mereka perbincang-

kan dengan sangat takjub itu. “Mari,” kata Kristus, “Aku akan 

memberitahukannya kepadamu.” 

1. Yohanes yaitu  orang yang berpendirian teguh, tidak tergo-

yahkan, dan tetap setia. Dia bukanlah buluh yang digoyang-

kan angin kian kemari, mula-mula ke satu arah, lalu   ke 

arah lain mengikuti tiupan angin. Dia teguh bagaikan batu, 

tidak bergoyang-goyang seperti buluh. Seandainya ia mau 

membungkuk seperti buluh pada Herodes dan tunduk pada 

aturan istana, boleh jadi ia akan sangat disukai di sana. Na-

mun, tak satu pun dari hal-hal ini menggoyahkan dia. 

2.  Dia seorang yang tidak tertandingi dalam hal menyangkali diri. 

Seorang teladan dalam hal mati raga dan dalam hal meman-

dang rendah dunia ini. Dia bukanlah orang yang berpakaian 

halus atau yang hidup mewah (ay. 25). Sebaliknya, ia hidup di 

padang gurun dan berpakaian serta makan seadanya. Bukan-


 256

nya menghiasi dan memanjakan diri, ia justru menawan dan 

menaklukkan dirinya itu.  

3.  Dia seorang nabi, yang menerima penugasan dan petunjuk 

langsung dari Tuhan  , bukan dari atau oleh manusia. Ia dilahir-

kan sebagai imam, namun  hal ini tidak pernah diperhatikan, 

sebab kemuliaannya sebagai nabi jauh melebihi kehormatan-

nya sebagai imam. Tidak, ia lebih, bahkan jauh lebih dari pada 

nabi (ay. 26), melebihi nabi-nabi Perjanjian Lama, sebab mere-

ka berbicara tentang Kristus dari jauh, sedangkan Yohanes 

berbicara tentang diri-Nya seakan-akan di depan pintu rumah. 

4.  Dia yaitu  pendahulu dan pembuka jalan bagi Sang Mesias, 

dan hal ini telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (ay. 27): 

sebab  tentang dia ada tertulis (Mal. 3:1), Lihatlah, Aku menyu-

ruh utusan-Ku mendahului Engkau. Sebelum Tuhan   mengutus 

Sang Guru itu sendiri, Ia mengirimkan utusan untuk membe-

ritahukan t


Related Posts:

  • lukas 1-12 8 sten dan sebagai rasul. Mereka akan berbuat sebisa-bisanya untuk membuat semua sebutan ini terdengar memuakkan.” Inilah penerapan yang bisa ditarik dari ucapan bahagia kedelapan (Mat. 5:10-12). “Perl… Read More