lukas 1-12 7


 pa, namun  jika 

Kristus menyuruh mereka menebarkan jala lagi, mereka 

pun dapat berharap untuk berhasil menangkap sesuatu. 

Perhatikan, kita tidak boleh begitu saja meninggalkan 

sebuah pekerjaan yang telah menjadi panggilan kita ha-

nya sebab  kita belum berhasil mendapatkan apa yang 

Injil Lukas 5:1-11  

 193 

kita cita-citakan. Para pelayan Injil harus terus mene-

barkan jala itu, meskipun mereka telah bekerja keras 

cukup lama namun  belum mendapatkan apa-apa. Terus 

bertekun dalam tugas kita tanpa putus asa meskipun 

kita belum melihat hasilnya merupakan sebuah tindak-

an yang terpuji.   

[3] Dalam hal ini, mata mereka tertuju pada perkataan 

Kristus dan mereka pun mengandalkan firman itu, “Te-

tapi sebab  Engkau menyuruhnya, aku akan menebar-

kan jala juga, sebab  Engkau yang memerintahkan-Nya 

dan mendorong kami untuk melakukannya.” Jadi, bila 

kita patuh mengikuti arahan firman Kristus, maka kita 

pun akan berhasil.  

4.  Jumlah ikan yang mereka tangkap pada waktu itu benar-be-

nar di luar pikiran manusia, sehingga hal itu pun dianggap se-

bagai sebuah mujizat (ay. 6): Mereka menangkap sejumlah be-

sar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak, namun  anehnya, 

mereka tidak kehilangan tangkapan mereka itu. Tangkapan 

mereka itu begitu banyaknya sampai-sampai mereka tidak 

mampu menghelanya dengan tangan mereka dan harus mem-

beri isyarat kepada teman-teman mereka, yang sedang berada 

jauh dari mereka, supaya datang dan membantu mereka (ay. 

7). namun , bukti yang paling kuat mengenai jumlah ikan yang 

luar biasa itu yaitu  bahwa mereka memenuhi kedua perahu 

ini  dengan ikan sampai-sampai bebannya terlalu banyak 

sehingga mereka hampir tenggelam, sampai-sampai ikan terse-

but hampir hilang lagi sebab  berat mereka yang berlebihan. 

Demikianlah, banyak harta yang terlalu berlebihan, yang dida-

pat dengan mudah, bisa kembali lagi ke tempat asalnya. Seki-

ranya masing-masing perahu itu beratnya hanya lima atau 

enam ton, bayangkan betapa banyaknya ikan yang ditangkap 

itu, sampai-sampai dapat memenuhi, bahkan menjubeli kedua 

perahu ini ! 

Nah, melalui penangkapan ikan yang jumlahnya begitu 

luar biasa itu: 

(1) Kristus bermaksud menunjukkan kuasa-Nya atas lautan 

sebagaimana kuasa-Nya atas daratan, atas kekayaan di da-

lamnya dan juga gelombangnya. Dengan begitu, Ia hendak 


 194

menunjukkan bahwa Dia yaitu  Anak Manusia, dan segala 

sesuatu telah diletakkan di bawah kaki-Nya, terutama da-

lam hal ini ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus 

lautan (Mzm. 8:9).  

(2) Dengan cara demikian, Ia bermaksud meneguhkan peng-

ajaran yang baru saja Ia khotbahkan dari atas perahu 

Petrus. Setelah mendengarkan khotbah-Nya, kita bisa men-

duga bahwa orang-orang yang ada di tepi pantai itu kini se-

dang memperhatikan dengan saksama gerak-gerik Sang 

Pengkhotbah yang mereka yakini sebagai seorang nabi 

yang diutus Tuhan  , dan sengaja berlama-lama tinggal di sa-

na untuk melihat apa yang akan dikerjakan-Nya selanjut-

nya, dan mujizat itu akan menjadi peneguhan atas iman 

mereka, setidaknya iman yang meyakini bahwa Ia sung-

guh-sungguh seorang guru yang diutus Tuhan  .  

(3) Ia juga bermaksud untuk membalas budi Petrus yang telah 

rela meminjamkan perahunya, sebab Injil Kristus kini ba-

gaikan tabut Tuhan   yang tinggal di rumah Obed-Edom, yang 

pasti akan mendatangkan berkat yang melimpah oleh kare-

na kebaikan yang dilakukan terhadap-Nya. Tidak ada se-

orang pun yang akan menutup pintu atau menyalakan api 

di dalam rumah Tuhan   dengan percuma (Mal. 1:10). Balasan 

Kristus atas pelayanan yang dilakukan untuk nama-Nya 

begitu berlipat ganda dan melimpah ruah.  

(4) Ia bermaksud memberikan sedikit contoh mengenai keber-

hasilan yang akan diraih oleh orang-orang yang akan men-

jadi utusan-Nya di dunia ini, bahwa meskipun pada suatu 

saat, di suatu tempat, mereka harus bekerja keras tanpa 

berhasil menangkap apa-apa, namun mereka pasti akan 

menjadi alat-Nya dalam membawa banyak orang kepada 

Kristus dan mengurung mereka dalam jala Injil.  

5.  Kesan yang ditimbulkan akibat penangkapan ikan yang sangat 

ajaib tadi terhadap diri Petrus amatlah luar biasa.  

(1) Semua yang terlibat di dalam peristiwa itu menjadi takjub, 

dan menjadi lebih takjub lagi sebab  mereka terlibat secara 

langsung di dalamnya. Semua orang yang ada di perahu itu 

menjadi takjub oleh sebab  banyaknya ikan yang mereka 

tangkap (ay. 9); mereka semua terkejut, dan semakin mere-

Injil Lukas 5:1-11  

 195 

ka memikirkannya dan melihat keadaan saat itu, semakin 

tercenganglah mereka, bahkan bisa saya katakan kalau 

mereka begitu kaget seperti tersambar geledek sewaktu me-

mikirkan hal ini . Demikian juga Yakobus dan Yoha-

nes, yang menjadi teman Simon (ay. 10), dan  yang kelihat-

annya belum terlalu mengenal Kristus sebelumnya, tidak 

seperti Petrus dan Andreas.  

Kini mereka semakin tergugah sebab nya:  

[1] Sebab mereka memahami kejadian itu dengan lebih baik 

dibanding orang-orang lainnya. Mereka sudah begitu 

mengenal danau itu dan mungkin telah bertahun-tahun 

mencari ikan di sana, dan tidak pernah sekalipun me-

nyaksikan tangkapan ikan sebanyak itu, tidak pernah 

ada yang seperti itu atau yang hampir sama seperti itu. 

sebab  itulah, mereka tidak bisa menyepelekan mujizat 

tadi seperti orang-orang yang mungkin saja berpenda-

pat bahwa hal yang terjadi saat itu hanya kebetulan be-

laka, dan bisa terjadi kapan saja. Bukti kuat yang se-

makin meneguhkan mujizat-mujizat-Nya merupakan 

kenyataan bahwa orang-orang yang paling mengagumi 

mujizat-mujizat Kristus yaitu  orang-orang yang paling 

memahaminya.  

[2] Sebab mujizat itu menyangkut kepentingan mereka, dan 

mereka diberkati sebab nya. Petrus dan rekan-rekannya 

mendapatkan keuntungan besar melalui penangkapan 

ikan ini . Tangkapan itu sangat berharga bagi me-

reka sehingga mereka pun bersukacita sebab nya, dan 

sukacita itu menyokong iman mereka. Perhatikan, saat 

pekerjaan Kristus yang ajaib melawat kita, terutama pe-

kerjaan anugerah-Nya, maka hal itu pasti meneguhkan 

iman kita terhadap pengajaran-Nya. 

(2) Petrus, lebih dari semua kawannya yang lain, begitu terpana 

sampai-sampai ia pun tersungkur di depan Yesus yang sedang 

duduk di geladak perahunya. Lalu ia berkata seperti orang 

mengalami gejolak emosi yang dahsyat dan meluap-luap, 

“Tuhan, pergilah dari padaku, sebab  aku ini seorang berdosa” 

(ay. 8). Dia berkata begitu bukan sebab  takut beban ikan-

ikan ini  akan menenggelamkannya oleh sebab  ia se-


 196

orang berdosa, namun  sebab  ia menganggap dirinya tidak la-

yak menerima kehadiran Kristus di dalam perahunya, dan 

menganggap dirinya pantas dihukum, bukannya dihiburkan. 

Perkataan Petrus tadi berasal dari prinsip yang sama yang di-

terapkan oleh mereka yang masih berada di bawah Perjanjian 

Lama, yang sering kali berkata bahwa mereka sangat ketakut-

an dan sangat gemetar menyaksikan penampakan hebat dari 

keagungan dan kemuliaan ilahi. Pernyataan itu menunjukkan 

kerendahan hati dan penyangkalan diri Petrus, dan sama se-

kali tidak seperti perkataan yang dilontarkan setan, “Apa urus-

an-Mu dengan kami, hai Anak Tuhan  ?”  

[1] Pengakuan diri Petrus itu benar adanya, dan haruslah juga 

menjadi pengakuan kita semua: Tuhan, aku ini seorang ber-

dosa. Perhatikan, bahkan orang-orang yang terhebat pun 

berdosa, dan harus selalu siap untuk mengakui hal itu di 

setiap waktu, terutama di hadapan Yesus Kristus, sebab 

kepada siapa lagi orang-orang berdosa harus memalingkan 

diri mereka, selain kepada Dia yang telah datang ke dunia 

ini untuk menyelamatkan orang-orang berdosa?  

[2] Kesimpulan yang ia tarik dari kejadian itu kelihatannya 

memang benar, namun  sebetulnya tidak begitu. Jika aku 

memang seorang berdosa dan benar demikian adanya, se-

harusnya aku berkata, “Marilah datang kepadaku, Tuhan, 

atau biarlah aku datang kepada-Mu, sebab jika tidak begi-

tu, celakalah aku, celakalah aku selamanya.” namun , de-

ngan melihat alasan mengapa orang-orang berdosa harus 

gemetar di hadapan Tuhan Tuhan   yang kudus dan gentar 

terhadap murka-Nya, perkataan Petrus itu dapat dimak-

lumi, jika ia langsung berteriak, “Pergilah dari padaku,” ka-

rena sadar akan dosa dan kejahatannya sendiri. Perhati-

kan, Kristus memang pertama-tama selalu menyadarkan 

mereka yang telah Ia rancang untuk menjadi sahabat-saha-

bat karib-Nya bahwa mereka sebenarnya pantas dijauhkan 

dari pada-Nya. Kita harus mengaku bahwa kita ini orang-

orang berdosa, dan sebab  itu layaklah bahwa Kristus pergi 

menjauhi kita. namun , sebab  itu juga kita harus tersungkur 

di depan-Nya dan memohon supaya Ia tidak pergi, sebab 

celakalah kita jika Ia sampai meninggalkan kita, jika Sang 

Juruselamat pergi dari manusia berdosa.    

Injil Lukas 5:1-11  

 197 

6.  Kesempatan yang dipergunakan Kristus untuk menunjukkan 

kepada Petrus (ay. 10) dan lalu   kepada Yakobus dan Yo-

hanes (Mat. 4:21) tentang maksud-Nya untuk menjadikan me-

reka sebagai rasul-rasul-Nya, serta alat-Nya dalam menanam-

kan agama-Nya di dunia ini. Kata-Nya kepada Simon yang pa-

ling takjub sebab  penangkapan ikan yang ajaib itu, “Engkau 

akan melihat dan melakukan perkara yang lebih besar daripa-

da ini. Jangan takut. Janganlah berpikir bahwa setelah mela-

kukan hal ini untukmu, Aku tidak akan pernah lagi mengu-

langinya. Tidak begitu, malahan mulai dari sekarang engkau 

akan menjala manusia, dengan menangkap mereka dalam jala 

Injil, dan itu akan menjadi contoh yang lebih besar lagi menge-

nai kuasa Sang Penebus dan kebaikan-Nya kepadamu diban-

dingkan dengan kejadian tadi. Itu akan menjadi mujizat yang 

lebih menakjubkan, dan tentu saja lebih berguna daripada 

yang tadi.” Saat tiga ribu jiwa dimenangkan oleh gereja dalam 

satu hari sebab  khotbah Petrus, maka perlambangan penang-

kapan ikan ini  tergenapi dengan melimpah pada saat itu.  

Terakhir, para nelayan itu rela meninggalkan pekerjaan me-

reka supaya dapat terus mengikut Kristus (ay. 11): Dan sesu-

dah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka bu-

kannya pergi untuk mencari pasar di mana mereka bisa men-

jual ikan-ikan itu sehingga bisa mendapat keuntungan besar 

dari mujizat tadi, melainkan meninggalkan segala sesuatu, lalu 

mengikut Yesus, sebab mereka lebih bersemangat untuk mela-

yani kepentingan Kristus daripada mencari keuntungan dunia-

wi bagi diri mereka sendiri. Bisa dilihat bahwa mereka mening-

galkan segala sesuatu untuk mengikut Kristus, sebab saat itu 

pekerjaan mereka sedang mendapat untung besar dan keber-

hasilan saat itu tidak pernah mereka alami sebelumnya. Saat 

harta kita bertambah banyak, hati kita biasanya melekat pada-

nya. sebab  itu bila dalam saat-saat seperti itu kita meninggal-

kan segala kekayaan kita itu untuk melayani Kristus, ini me-

rupakan perbuatan yang patut disyukuri. 


 198

Seorang yang Sakit Kusta Ditahirkan 

(5:12-16) 

12 Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang 

penuh kusta. saat  ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: 

“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” 13 Lalu Yesus meng-

ulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah 

engkau tahir.” Sesaat  itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 14 Yesus mela-

rang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: 

“Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk 

pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti 

bagi mereka.”  15 namun  kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datang-

lah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia 

dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.16 Akan namun  Ia mengundur-

kan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. 

Di sini ada :  

I.  Pentahiran seorang kusta (ay. 12-14). Kisah ini juga dicatat dalam 

Injil Matius dan Markus. Di sini dikatakan bahwa peristiwa itu 

terjadi di dalam sebuah kota. Kota itu yaitu  Kapernaum, namun  

Lukas tidak menyebutkan namanya di sini, mungkin sebab  hal 

itu dapat menyinggung pemerintah kota itu sebab  di sana ber-

keliaran seorang yang menderita kusta. Orang ini dikatakan pe-

nuh dengan kusta, sekujur tubuhnya telah dipenuhi borok yang 

sudah begitu parah, yang begitu tepat menggambarkan keadaan 

diri kita yang telah dicemari oleh dosa. Kita semua penuh dengan 

kusta itu, dari ujung kepala sampai telapak kaki tidak ada yang 

sehat di dalam diri kita.   

Nah, biarlah kita belajar beberapa hal dari sini:  

1.  Apa yang harus kita perbuat saat menyadari bahwa kita meng-

idap penyakit kusta rohani.  

(1) Kita harus mencari Yesus, bergiat untuk mencari dan me-

ngenal-Nya lebih dalam lagi, dengan mempelajari semua 

pengetahuan mengenai Kristus yang telah dibukakan kepa-

da kita melalui Injil dan menerima serta menyambut semua 

yang dibukakan kepada kita itu.  

(2) Kita harus merendahkan diri kita di hadapan-Nya sebagai-

mana orang kusta yang langsung tersungkur di hadapan-

Nya saat  ia melihat Yesus. Kita harus merasa malu akan 

kecemaran dalam diri kita, sampai-sampai tidak berani 

mengangkat wajah kita di hadapan Yesus yang kudus.  

Injil Lukas 5:12-16  

 199 

(3) Kita harus sungguh-sungguh ingin ditahirkan dari kekotor-

an itu, disembuhkan dari penyakit dosa yang membuat kita 

tidak layak bersekutu dengan Tuhan  .  

(4) Kita harus benar-benar percaya pada kemampuan dan 

kuasa Kristus dalam mentahirkan kita: Tuhan, Engkau da-

pat mentahirkan aku, meskipun aku ini penuh dengan kus-

ta. Kebaikan dan anugerah Kristus tidak boleh disangsikan 

sedikit pun.  

(5) Melalui doa, kita harus gigih meminta belas kasih pengam-

punan dan anugerah yang selalu baru: tersungkurlah ia 

dan memohon pada-Nya. Mereka yang ingin ditahirkan ha-

rus sungguh-sungguh berusaha keras untuk memperoleh-

nya.  

(6) Kita harus berserah pada maksud baik Kristus: Tuan, jika 

Tuan mau, Tuan dapat. Pernyataan ini sama sekali tidaklah 

menunjukkan keraguan atau kebimbangan terhadap mak-

sud baik Kristus, melainkan memperlihatkan penyerahan 

dan sikap hormatnya terhadap Yesus Kristus, serta terha-

dap maksud baik-Nya. 

2.  Apa yang boleh kita harapkan dari Kristus jika kita sungguh-

sungguh memohon kepada-Nya.  

(1) Kita akan mendapati-Nya begitu rela untuk merendahkan 

diri-Nya dalam membela perkara kita (ay. 13): Lalu Yesus 

mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu. Saat Kristus 

melawat dunia yang penuh kusta ini, tidak ada yang me-

minta atau memohon kepada-Nya untuk melakukan itu, 

namun Ia menunjukkan betapa Ia mau membungkuk dan 

rela turun demi melakukan kebaikan. Jamahan-Nya terha-

dap si kusta itu begitu ajaib, namun  keajaiban yang lebih be-

sar lagi dari itu terjadi bagi kita, saat Ia turut merasakan 

kelemahan-kelemahan kita.  

(2)  Kita akan mendapati bahwa Dia begitu penuh dengan belas 

kasihan dan selalu siap untuk memberikan kelegaan pada 

kita. Dia berkata, “Aku mau, janganlah pernah meragukan 

itu: siapa pun yang datang kepada-Ku akan disembuhkan, 

Aku tidak akan sekali-kali pun mengusirnya.” Dia sangat 

ingin mentahirkan jiwa yang penuh kusta sebagaimana ji-

wa-jiwa itu rindu untuk menjadi tahir.  


 200

(3) Kita akan mendapati-Nya begitu mampu dan sanggup un-

tuk menyembuhkan dan mentahirkan kita, sekalipun kita 

begitu penuh dengan kusta yang menjijikkan. Satu kata, 

satu sentuhan dari Kristus saja sudah cukup untuk me-

ngerjakannya, Sesaat  itu juga lenyaplah penyakit kusta-

nya. Jika Kristus berkata, “Aku mau, engkau dibenarkan 

dan dikuduskan,” maka hal itu pun benar-benar akan ter-

jadi, sebab Ia memiliki kuasa untuk mengampuni dosa di 

bumi ini, serta kuasa untuk memberikan Roh Kudus (1Kor. 

6:11). 

3.  Apa yang Ia kehendaki dari mereka yang telah Ia tahirkan (ay. 

14). Apakah Kristus telah menyembuhkan kita dengan firman-

Nya?  

(1) Kita harus tetap rendah hati (ay. 14): Ia melarang orang itu 

memberitahukannya kepada siapa pun juga. Kelihatannya, 

perintah itu tidak bermaksud untuk melarangnya memberi-

tahukannya demi kemuliaan Kristus, melainkan supaya ia 

tidak menggembar-gemborkannya demi kehormatan dirinya 

sendiri. Mereka yang telah disembuhkan dan disucikan 

oleh Kristus harus tahu bahwa Ia melakukan semuanya itu 

dengan cara sedemikian rupa supaya tidak ada seorang 

pun yang memegahkan diri sebab nya.  

(2) Kita harus berterima kasih dan menunjukkan rasa syukur 

kita atas anugerah ilahi: Pergilah dan persembahkanlah un-

tuk pentahiranmu persembahan. Kristus tidak menghendaki 

orang itu untuk membayar-Nya, namun  justru menyuruhnya 

membawa persembahan sebagai pujian kepada Tuhan  . 

Kristus tidak pernah sekali-kali mempergunakan kuasa-

Nya untuk melanggar hukum Taurat Musa.  

(3) Kita harus tetap menunaikan tugas kita: pergilah kepada 

imam dan mereka yang mendampinginya. Orang yang telah 

disembuhkan Kristus hendak Ia dapati di Bait Tuhan   (Yoh. 

5:14). Mereka yang sebelumnya terhalang untuk beribadah 

sebab  kesengsaraan mereka, harus menghadiri ibadah itu 

dengan tekun dan menaatinya lebih dalam lagi setelah ke-

sengsaraan itu dihapuskan dari diri mereka.  

4. Kesediaan Kristus dalam menolong orang banyak dan perseku-

tuan pribadi-Nya dengan Tuhan  , keduanya digabungkan men-

Injil Lukas 5:12-16  

 201 

jadi satu di sini, supaya dapat saling menyinari satu sama 

lain. 

(1) Meskipun Kristus sangat menikmati saat-saat kesendirian 

melebihi siapa pun, namun Ia tetap saja sering berada di 

tengah-tengah kerumunan orang banyak untuk melakukan 

kebaikan (ay. 15). Meskipun si kusta harus menutup mu-

lutnya, hal itu tetap saja tidak bisa ditutup-tutupi, sehing-

ga kabar tentang Yesus makin jauh tersiar.  Semakin Ia ber-

usaha menyembunyikan diri dalam selubung kerendahan 

hati, justru orang-orang malah semakin memperhatikan-

Nya, sebab kehormatan itu laksana sebuah bayangan yang 

tak terkejar oleh orang yang berusaha menangkapnya (se-

bab mencari kehormatan bagi diri sendiri bukanlah sebuah 

tindakan yang terhormat), namun  mengikuti orang-orang 

yang berusaha menolak dan menjauhinya. Semakin jarang 

orang benar berkata-kata mengenai dirinya, semakin 

banyak yang akan dikatakan orang lain mengenai mereka. 

namun  bagi Kristus, tersiarnya kabar mengenai diri-Nya ti-

daklah begitu berarti. Bagi-Nya, jauh lebih bermakna jika 

melalui semua itu, akan ada lebih banyak orang lagi yang 

dibawa kepada-Nya untuk menerima berkat dari-Nya.  

[1] Melalui khotbah-Nya. Mereka berbondong-bondong da-

tang kepada-Nya untuk mendengar Dia, dan untuk me-

nerima pengajaran dari-Nya mengenai kerajaan Tuhan  .  

[2] Melalui mujizat-mujizat-Nya. Mereka datang untuk di-

sembuhkan dari penyakit mereka. Hal itulah yang men-

dorong mereka untuk datang dan mendengar Dia. Na-

mun, itulah juga yang meneguhkan dan menyokong 

pengajaran-Nya. 

(2) Meskipun tidak ada seorang pun yang pernah melakukan 

begitu banyak kebaikan bagi orang banyak seperti Dia, Ia 

masih tetap dapat meluangkan waktu untuk menyendiri 

dan bersaat teduh (ay. 16): Ia mengundurkan diri ke tempat-

tempat yang sunyi dan berdoa, bukan sebab  Ia perlu 

menghindari keributan atau kekacauan, namun  supaya Ia 

dapat memberi contoh bagi kita untuk mengatur jalannya 

ibadah kita supaya tidak terganggu segala keributan itu. 

Kita harus memiliki hikmat untuk mengatur urusan-urus-


 202

an kita supaya pekerjaan dan renungan pribadi kita tidak 

saling mengganggu atau tumpang tindih satu sama lain. 

Perhatikan, doa-doa pribadi harus dipanjatkan dengan di-

am-diam secara pribadi, apalagi kalau ada banyak urusan 

penting yang harus kita kerjakan di dunia ini, kita harus 

lebih banyak lagi meluangkan waktu untuk doa pribadi itu.   

Orang Lumpuh Disembuhkan 

(5:17-26) 

17 Pada suatu hari saat  Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli 

Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea 

dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia da-

pat menyembuhkan orang sakit. 18 Lalu datanglah beberapa orang mengu-

sung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia 

masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. 19 sebab  mereka tidak dapat 

membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah 

mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang 

itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan 

Yesus. 20 saat  Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: “Hai saudara, do-

samu sudah diampuni.” 21 namun  ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi ber-

pikir dalam hatinya: “Siapakah orang yang menghujat Tuhan   ini? Siapa yang 

dapat mengampuni dosa selain dari pada Tuhan   sendiri?” 22 Akan namun  Yesus 

mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang ka-

mu pikirkan dalam hatimu?  23 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu 

sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? 24 namun  

supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni 

dosa” – berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Kepadamu Kukatakan, ba-

ngunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!”  25 Dan se-

saat  itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat ti-

durnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Tuhan  . 26 Semua orang 

itu takjub, lalu memuliakan Tuhan  , dan mereka sangat takut, katanya: “Hari 

ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.” 

Di sini ada :  

I.  Gambaran umum mengenai khotbah dan mujizat-mujizat Kristus 

(ay. 17).  

1.  Dia sedang mengajar pada suatu hari, bukan hari Sabat, sebab 

jika tidak, pasti telah dikatakan demikian. Jadi, waktu itu ada-

lah salah satu dari keenam hari lainnya, enam hari lamanya 

engkau akan bekerja, bukan hanya bagi dunia, namun  juga bagi 

jiwa-jiwa dan kesejahteraan mereka. Berkhotbah dan mende-

ngarkan firman Tuhan   yaitu  pekerjaan yang baik jika dilaku-

kan dengan sungguh-sungguh di hari mana pun dalam seming-

Injil Lukas 5:17-26  

 203 

gu, sebagaimana pada hari Sabat. Waktu itu, Yesus tidak ber-

khotbah di sinagoga, melainkan di sebuah rumah pribadi, se-

bab tempat yang biasa kita gunakan untuk bercengkerama de-

ngan teman-teman pun layak dijadikan tempat untuk memberi 

dan menerima bimbingan yang baik.  

2. Di sanalah Ia mengajar dan menyembuhkan (seperti sebelum-

nya, ay. 15), Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat 

menyembuhkan orang sakit – en eis to iasthai autous. Kuasa 

Tuhan begitu dahsyat dan sanggup menyembuhkan mereka, 

dicurahkan dan dikerahkan untuk menyembuhkan mereka, 

untuk menyembuhkan orang-orang yang telah Ia ajar (sebagai-

mana yang dapat kita pahami maknanya), untuk menyembuh-

kan jiwa mereka, untuk memulihkan mereka dari penyakit ro-

hani mereka dan memberi mereka hidup yang baru, sifat yang 

baru. Perhatikan, mereka yang menerima firman Kristus de-

ngan iman akan mendapati kuasa ilahi yang menyertai firman 

ini  untuk menyembuhkan mereka, sebab Kristus datang 

membawa penghiburan untuk menyembuhkan orang-orang 

yang remuk hati (KJV 4:18, dalam TB bagian ini tidak ada – 

pen.). Kuasa Tuhan menyertai firman-Nya, menyertai mereka 

yang memintanya dan berserah kepada kuasa itu sehingga 

kuasa itu pun datang untuk menyembuhkan mereka. Atau, hal 

itu bisa juga berarti (seperti yang banyak dianut orang) kesem-

buhan orang-orang yang menderita penyakit di tubuh mereka, 

yang datang kepada-Nya untuk memohon kesembuhan. Pada 

setiap kesempatan, Kristus tidak perlu mencari-cari kuasa-

Nya, sebab kuasa-Nya selalu ada untuk menyembuhkan.  

3.  Beberapa pembesar juga hadir di tengah-tengah kumpulan itu, 

dan tampaknya tidak seperti biasanya: ada beberapa orang 

Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka tidak 

duduk di bawah kaki-Nya untuk lebih mengenal-Nya, sebab 

kalau demikian halnya, maka pastilah saya akan mengartikan 

kalimat berikutnya ditujukan kepada mereka (Kuasa Tuhan 

menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan mereka [be-

gitulah terjemahan KJV, dalam TB dikatakan, “…sehingga Ia 

dapat menyembuhkan orang sakit.” – pen.). Lagi pula, bukan-

kah tidak mustahil kalau hati mereka juga bisa tersentuh oleh 

firman Kristus? Akan namun , dari kisah selanjutnya (ay. 21), 

ternyata mereka tidaklah disembuhkan, melainkan bersungut-


 204

sungut terhadap Kristus sehingga kita pun harus mengartikan 

bahwa kalimat tadi ditujukan pada orang-orang lain dan bu-

kan kepada mereka, sebab mereka duduk di sana sebagai 

orang-orang yang tidak peduli, seakan-akan firman Kristus 

tidak berarti apa-apa bagi mereka. Mereka duduk di sana se-

bagai penonton, pengkritik, dan mata-mata yang mencari-cari 

alasan untuk dipakai sebagai dasar untuk menuduh dan men-

cemooh-Nya. Betapa banyaknya orang yang ada di tengah-te-

ngah kumpulan kita, saat  Injil diberitakan, yang ternyata ti-

dak duduk di bawah firman, melainkan hanya duduk-duduk 

saja! Bagi mereka, firman itu seolah-olah hanya dongeng bela-

ka, bukannya pesan yang dikirim untuk mereka. Mereka hanya 

membiarkan kita berkhotbah di depan mereka saja, namun  

tidak sudi membiarkan kita berkhotbah kepada mereka.  

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ini datang dari semua 

desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem, mereka datang 

dari seluruh penjuru negeri itu. Mungkin juga mereka telah se-

pakat untuk berkumpul di tempat dan hari itu untuk melihat 

apa yang bisa mereka lontarkan terhadap Kristus, terhadap 

apa yang Ia katakan dan perbuat. Mereka bersekongkol seba-

gaimana orang-orang yang berkata, “Marilah kita mengadakan 

persepakatan terhadap Yeremia, dan bermufakat untuk memu-

kul dia dengan bahasanya sendiri” (Yer. 18:18); “Adukanlah 

dia! Kita mau mengadukan dia!” (Yer. 20:10). Perhatikanlah, 

Kristus tetap saja meneruskan pekerjaan-Nya dalam mengajar 

dan menyembuhkan, meskipun Ia melihat orang-orang Farisi 

dan alim ulama jemaat Yahudi itu duduk-duduk di sana, seka-

lipun Ia tahu betul bahwa mereka membenci-Nya dan sedang 

bersiap-siap hendak menjebak-Nya.  

II.  Penceritaan khusus mengenai penyembuhan seorang lumpuh, 

yang juga telah diceritakan kedua penulis Injil sebelumnya de-

ngan isi yang banyak kesamaannya.  

sebab  itu, marilah kita amati sejenak saja: 

1. Pengajaran yang diberikan dan ditegaskan kepada kita melalui 

kisah penyembuhan ini.  

(1) Bahwa dosa yaitu  sumber dari segala penyakit, dan kare-

na itu, pengampunan dosa merupakan satu-satunya lan-

Injil Lukas 5:17-26  

 205 

dasan yang di atasnya pemulihan terhadap penyakit dapat 

dibangun dengan mendatangkan penghiburan. Mereka 

membawa orang yang sakit itu kepada Kristus, dan Ia pun 

berkata, “Hai saudara, dosamu sudah diampuni” (ay. 20). 

Itulah berkat yang paling berharga dan harus kau cari de-

ngan sungguh-sungguh, sebab jika dosamu sudah diam-

puni, meskipun penyakitmu masih tetap ada, namun  kini 

engkau ada dalam anugerah; sedangkan jika dosamu be-

lum diampuni, sekalipun penyakitmu telah hilang, kau ma-

sih ada dalam penghukuman.” Pelanggaran-pelanggaran ki-

ta yaitu  sumber dari segala kesengsaraan kita.  

(2) Bahwa Yesus Kristus berkuasa mengampuni dosa di dunia 

ini, dan penyembuhan atas banyak penyakit yang telah di-

lakukan-Nya merupakan bukti yang tidak dapat dibantah 

lagi mengenai hal itu. Inilah yang hendak dibuktikan (ay. 

24): Supaya kamu tahu dan percaya bahwa Anak Manusia, 

sekalipun kini berada dalam keadaan yang hina di dunia 

ini, berkuasa mengampuni dosa dan membebaskan orang-

orang berdosa dari penghukuman yang kekal melalui Injil. 

Berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, bangunlah dan ber-

jalanlah, dan ia pun sembuh saat itu juga. Saat Kristus 

mengampuni dosa, Ia menyatakan salah satu hak istimewa 

yang Ia miliki sebagai Raja di atas segala raja, yaitu hak 

untuk mengampuni dosa, dan tentu saja Ia diharuskan un-

tuk memperlihatkan bukti yang kuat mengenai hak terse-

but. “Baiklah,” kata-Nya. Inilah perkaranya, “Orang ini 

menderita kelumpuhan yang disebabkan oleh dosanya. 

Jika Aku tidak bisa menyembuhkan penyakitnya saat ini 

juga hanya dengan mengucapkan sepatah kata saja, yang 

tidak mungkin dapat dilakukan begitu saja atau direka-

reka, melainkan harus dilakukan dengan kuasa dan ke-

sanggupan Tuhan  , Sang Penguasa dunia ini, bolehlah kamu 

menganggap bahwa Aku tidak berhak mengampuni dosa. 

Sebab hal itu berarti Aku bukanlah Mesias, Anak Tuhan   dan 

Raja Israel. Namun, jika Aku sanggup melakukannya, ka-

mu harus mengakui bahwa Aku berkuasa mengampuni 

dosa.” Jadi, perkara itu hendak dibuktikan dengan cara 

yang adil, dan satu patah kata dari Kristus sudah dapat 

membuktikannya. Dia hanya berkata, “Bangunlah, angkat-


 206

lah tempat tidurmu, lalu sembuhlah penyakit yang sudah 

diderita bertahun-tahun itu saat itu juga”; Dan sesaat  itu 

juga bangunlah ia, di depan mereka. Mereka semua harus 

mengakui bahwa tidak mungkin telah terjadi penipuan 

atau rekaan di dalam perkara itu. Mereka yang membawa 

orang lumpuh itu bisa memberikan kesaksian betapa lum-

puh totalnya orang itu sebelumnya. Mereka yang melihat-

nya kini dapat menyaksikan betapa ia telah pulih, bahkan 

sanggup mengangkat dan membawa tempat tidur di mana 

tadi ia terbaring sebelumnya. Bersyukurlah kita bahwa 

ajaran Injil itu sungguh-sungguh membawa penghiburan 

bagi kita, yaitu bahwa Yesus Kristus, Penebus dan Juruse-

lamat kita, berkuasa mengampuni dosa, dan hal ini sung-

guh telah terbukti kebenarannya.  

(3)  Bahwa Yesus Kristus yaitu  Tuhan  . Dia membuktikannya: 

[1] melalui kesanggupan-Nya dalam mengetahui pikiran 

ahli-ahli Taurat dan kaum Farisi (ay. 22). Kemampuan 

ini merupakan hak istimewa Tuhan  . Sekalipun para ahli 

Taurat dan orang-orang Farisi itu sangat pandai me-

nyembunyikan pikiran mereka dan berpura-pura keli-

hatan saleh dari luar, seperti yang biasa dilakukan 

kebanyakan orang, dan mungkin terlebih lagi saat itu 

sebab mereka sedang diam-diam menanti-nantikan ke-

sempatan untuk menjerat Dia.  

[2] Dengan melakukan apa yang diakui pikiran mereka se-

bagai suatu hal yang hanya sanggup dilakukan oleh 

Tuhan   sendiri saja (ay. 21), Siapa yang dapat mengam-

puni dosa, tanya mereka, selain dari pada Tuhan   sendiri? 

“Aku akan membuktikan,” jawab Kristus, “bahwa Aku 

berkuasa mengampuni dosa.” Jadi apa lagi yang bisa di-

simpulkan selain bahwa Dia itu yaitu  Tuhan  ?  Betapa 

besarnya kejahatan mereka yang menuduh-Nya telah 

mengucapkan kata-kata hujat yang paling jahat saat  

Ia justru sedang mengucapkan berkat-berkat yang ter-

baik, yaitu bahwa dosa-dosamu sudah diampuni! 

2. Kewajiban-kewajiban yang diajarkan dan disarankan kepada 

kita melalui kisah ini.   

Injil Lukas 5:17-26  

 207 

(1)  Kita harus sungguh-sungguh dan bersikeras dalam mencari 

Kristus: Inilah bukti dari iman yang menyenangkan dan 

menggugah hati Kristus. Teman-teman orang lumpuh itu 

berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di ha-

dapan Yesus (ay. 18), dan mereka tidak menyerah begitu 

saja saat berhadapan dengan kesulitan. Saat mereka tidak 

dapat masuk melalui pintu oleh sebab  begitu banyaknya 

orang yang memadati tempat itu, mereka pun membongkar 

atap rumah itu untuk menurunkan si orang malang itu 

dari sana, ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan 

Yesus (ay. 19). Melalui tindakan itu, Kristus melihat iman 

mereka (ay. 20). Di sini, Kristus telah mengajari kita (baik-

lah kita mengambil hikmah dari pengajaran ini) untuk men-

dasari segala perkataan dan perbuatan kita dengan dasar 

teguh yang akan menopang keduanya. saat  si perwira 

dan wanita Kanaan tidak mau membawa si sakit yang ingin 

mereka mintakan kesembuhannya ke hadapan Kristus, 

dan hanya percaya bahwa Ia dapat menyembuhkan mereka 

dari jarak jauh, Kristus pun memuji iman mereka. Namun, 

sekalipun di antara peristiwa-peristiwa ini  ini ada pe-

mikiran yang berbeda bahwa orang yang sakit itu harus 

dibawa ke hadapan-Nya, Ia tidak lantas mencela dan me-

ngutuk kelemahan mereka dengan bertanya, “Mengapa ka-

mu mengacaukan kerumunan? Apakah kamu begitu tidak 

percayanya sampai-sampai berpikir bahwa Aku tidak dapat 

menyembuhkan orang ini bila ia hanya diletakkan di luar 

pintu rumah?” Sebaliknya, Kristus justru melihat sisi baik 

dari perbuatan mereka itu, dan bahkan di dalamnya, Ia me-

lihat iman mereka. Bukankah melegakan mengetahui bah-

wa kita melayani seorang Guru yang selalu lebih memper-

hatikan hal-hal yang baik dalam diri kita?  

(2) Saat kita sakit, kita harus lebih mengutamakan pengam-

punan atas dosa kita daripada pengusiran penyakit yang 

kita derita. Melalui perkataan-Nya kepada orang lumpuh 

itu, Kristus mengajari kita untuk lebih dulu berusaha 

memperoleh pengampunan dari Tuhan   sebelum kita memo-

hon kesehatan tubuh dari-Nya.  

(3) Kita layak memuji Tuhan   atas anugerah-Nya yang menghi-

burkan kita. Orang itu lalu   pulang ke rumahnya sam-


 208

bil memuliakan Tuhan   (ay. 25). Tuhan   mampu meluputkan 

manusia dari maut, dan sebab  itulah, Ia harus dimulia-

kan.  

(4) Mujizat-mujizat yang dilakukan Kristus membuat mereka 

yang melihatnya menjadi takjub, dan kita pun harus memu-

liakan Tuhan   sebab  mujizat-mujizat ini  (ay. 26). Mere-

ka berkata, “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang 

sangat mengherankan, hal yang tidak pernah kami atau 

nenek moyang kami lihat sebelumnya. Semuanya merupa-

kan hal yang baru.” namun  mereka memuliakan Tuhan   yang 

telah mengutus seorang pembawa berkat seperti itu ke wi-

layah mereka, dan mereka menjadi sangat takut, penuh de-

ngan rasa hormat terhadap Tuhan   dan terdorong untuk 

mempercayai-Nya sebagai Mesias, dan sadar bahwa Ia telah 

diperlakukan dengan tidak seharusnya oleh bangsa mere-

ka, yang akhirnya mungkin akan membawa kehancuran 

bagi mereka. Mungkin itulah pikiran-pikiran yang meme-

nuhi mereka dengan ketakutan dan kekhawatiran mengenai 

keselamatan diri mereka itu.  

Matius Dipanggil; Nasihat untuk Berjaga-jaga 

(5:27-39) 

27 lalu  , saat  Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, 

yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepada-

nya: “Ikutlah Aku!” 28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesua-

tu, lalu mengikut Dia. 29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar un-

tuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang 

lain turut makan bersama-sama dengan Dia. 30 Orang-orang Farisi dan ahli-

ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: “Meng-

apa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan 

orang berdosa?” 31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang 

sehat yang memerlukan tabib, namun  orang sakit; 32 Aku datang bukan untuk 

memanggil orang benar, namun  orang berdosa, supaya mereka bertobat.” 33 

Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: “Murid-murid Yohanes se-

ring berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid orang Farisi, te-

tapi murid-murid-Mu makan dan minum.” 34 Jawab Yesus kepada mereka: 

“Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai 

itu bersama mereka? 35 namun  akan datang waktunya, apabila mempelai itu 

diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” 36 Ia menga-

takan juga suatu perumpamaan kepada mereka: “Tidak seorang pun mengo-

yakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya pada baju 

yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak dan pada yang tua 

itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang baru itu. 37 

Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam

Injil Lukas 5:27-39  

 209 

kantong kulit yang tua, sebab  jika demikian, anggur yang baru itu akan me-

ngoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun 

hancur. 38 namun  anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru 

pula. 39 Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum 

anggur yang baru, sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.” 

Kecuali ayat terakhir, seluruh perikop di atas telah dicatat dalam 

Matius dan Markus. Kisah ini  bukanlah tentang suatu mujizat 

yang dilakukan Tuhan Yesus, namun  mengenai beberapa keajaiban 

anugerah-Nya. Bagi orang-orang yang memahaminya dengan benar, 

keajaiban-keajaiban anugerah ini pun merupakan bukti jati diri 

Kristus sebagai utusan Tuhan  , yang tidak kalah kuat bila dibanding-

kan dengan bukti-bukti lainnya.    

I.  Pemanggilan-Nya terhadap seorang pemungut cukai dari sebuah 

rumah cukai untuk menjadi murid dan pengikut-Nya (ay. 27) me-

rupakan kebaikan anugerah-Nya. Kesediaan Kristus untuk mem-

berikan kehormatan yang sama terhadap para nelayan miskin 

yang termasuk orang-orang dari kelas sosial terendah saja sudah 

merupakan hal yang luar biasa, apalagi kini, saat Dia melakukan 

hal yang sama terhadap para pemungut cukai, yang merupakan 

orang-orang yang memiliki reputasi yang paling buruk, yang ter-

kenal sebab  ketidakjujuran mereka. Melalui tindakan ini , 

Kristus telah merendahkan diri-Nya sendiri dan menjadi serupa 

dengan daging yang dikuasai dosa. Demikianlah Ia membuka diri-

Nya dan mendapat julukan yang kurang disukai banyak orang, 

yaitu sebagai sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. 

II. Anugerah-Nya itu sungguhlah ajaib, saat  panggilan-Nya itu ber-

hasil, langsung disambut saat itu juga (ay. 28). Kebanyakan orang 

yang bekerja di bidang itu biasanya tidak begitu peduli terhadap 

agama, namun  pemungut cukai yang satu ini justru langsung me-

ninggalkan posisinya di rumah cukai itu demi agama (padahal ke-

mungkinan besar pekerjaannya itu merupakan sumber yang se-

lama ini menafkahi kehidupannya, dan memberinya kesempatan 

untuk mencapai posisi yang lebih baik lagi). Ia meninggalkan se-

gala sesuatu, lalu mengikut Kristus. Tidak ada hati yang terlalu 

keras untuk dapat diubahkan oleh Roh dan anugerah Kristus, 

dan tidak ada kesulitan apa pun yang mungkin menghadang per-

tobatan seorang pendosa yang terlalu kuat untuk dikalahkan oleh 

kuasa-Nya.  


 210

III. yaitu  suatu keajaiban anugerah-Nya bahwa Ia bukan hanya 

mengundang seorang pemungut cukai yang sudah bertobat ke da-

lam keluarga-Nya, namun  juga tidak segan untuk berkawan dengan 

pemungut-pemungut cukai lainnya yang belum bertobat, supaya 

Ia pun memiliki kesempatan untuk melakukan kebaikan bagi 

jiwa-jiwa mereka sebagai penggenapan rancangan kedatangan-

Nya ke dunia ini. Di sinilah letak keajaiban anugerah itu, yaitu 

bahwa Kristus yang menjadi tabib bagi jiwa, rela dilumuri dosa 

dan bersedia mati sebab nya (tugasnya yaitu  sebagai tabib, ay. 

31) – bahwa Ia sangat peduli dan ingin menyembuhkan mereka 

yang sakit dan yang berdosa, yang menyadari dosa-dosa mereka 

dan mengakui kebutuhan mereka akan seorang tabib – bahwa Ia 

datang untuk memanggil orang-orang berdosa, bahkan yang pa-

ling berdosa sekalipun, kepada pertobatan, dan menjamin peng-

ampunan bagi mereka jika mereka mau bertobat (ay. 32). Hal ini 

benar-benar kabar baik yang menyukakan hati.  

IV. Sungguh merupakan suatu keajaiban anugerah bahwa Ia begitu 

tabah dalam menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap 

diri-Nya dan murid-murid-Nya dari pihak orang-orang berdosa (ay. 

30). Sekalipun Ia pantas melakukannya, namun Ia memilih untuk 

tidak menunjukkan kekesalan-Nya terhadap gerutu ahli-ahli Tau-

rat dan orang-orang Farisi itu. Sebaliknya, Ia menjawab mereka 

dengan alasan yang masuk akal dan penuh kelemahlembutan, 

dan ia tidak memakai kesempatan itu untuk menunjukkan keti-

daksenangan-Nya terhadap orang-orang Farisi seperti yang Ia la-

kukan sesudahnya, atau balik menuduh mereka, melainkan jus-

tru memakai kesempatan itu untuk menguatkan dan menunjuk-

kan belas kasihan-Nya terhadap suatu kumpulan pendosa yang 

lain, yaitu para pemungut cukai yang malang itu.  

V.  Sungguh merupakan suatu keajaiban anugerah bahwa sekalipun 

Ia melatih murid-murid-Nya dengan disiplin, Kristus tidak lupa 

memperhitungkan kelemahan dan kekuatan. Ia selalu menyesuai-

kan pelayanan mereka dengan kesanggupan dan keadaan mereka 

masing-masing, serta dengan lingkungan di mana mereka berada. 

Namun, orang keberatan dan mempersalahkan tindakan-Nya ini, 

bahwa Ia tidak menyuruh murid-murid-Nya berpuasa sesering mu-

rid-murid orang Farisi atau Yohanes Pembaptis (ay. 33). Dia lebih 

Injil Lukas 5:27-39  

 211 

menekankan pada hal-hal yang berkenaan dengan puasa jiwa, se-

perti mematikan dosa, menyalibkan daging, dan menjalani hidup 

yang menyangkal diri, yang jauh lebih baik daripada berpuasa 

dan menyiksa diri secara fisik, sebagaimana belas kasihan jauh 

lebih berarti daripada korban persembahan.  

VI. Sungguh merupakan suatu keajaiban anugerah bahwa Kristus 

berkenan menangguhkan berbagai pencobaan bagi para murid-

Nya sampai pada waktunya nanti supaya dengan anugerah-Nya 

mereka bisa lebih siap dalam menghadapi semuanya itu nanti. Se-

karang, mereka bagaikan sahabat mempelai laki-laki saat  mem-

pelai itu sedang bersama mereka. Mereka sedang bersukaria, dan 

tiap hari yaitu  hari pesta bagi mereka. Kristus selalu disambut 

ke mana pun Ia datang, dan mereka juga diperlakukan demikian 

sebab -Nya, dan sejauh ini, mereka hanya menghadapi sedikit 

saja atau bahkan sama sekali tidak ada perlawanan. Akan namun , 

situasi seperti itu tidak akan berlangsung selamanya. namun  akan 

datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada 

waktu itulah mereka akan berpuasa (ay. 35). Saat Kristus mening-

galkan mereka dengan banyak kesedihan di hati mereka dan ba-

nyak pekerjaan di tangan mereka, dan dunia yang penuh dengan 

rasa benci dan amarah menentang mereka, maka pada waktu itu-

lah mereka akan berpuasa. Mereka tidak akan lagi punya cukup 

makanan seperti kini. Kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan 

hidup mengembara (1Kor. 4:11). Pada waktu itulah mereka akan 

berpuasa rohani, lebih sering daripada yang kini mereka lakukan, 

sebab Tuhan   Sang Pemelihara memanggil mereka melakukan hal 

ini. Mereka akan beribadah kepada Tuhan dengan berpuasa (Kis. 

13:2).  

VII. Sungguh merupakan suatu keajaiban anugerah-Nya bahwa Ia me-

nyeimbangkan kewajiban ibadah mereka sesuai dengan kekuatan 

yang mereka miliki. Dia tidak akan mengoyakkan secarik kain dari 

baju yang baru untuk menambalkannya pada baju yang tua (ay. 

36), atau mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit 

yang tua (ay. 37-38). Dia tidak akan mendisiplinkan mereka de-

ngan begitu tegas dan keras segera saat  Ia memanggil mereka 

keluar dari dunia ini, supaya jangan mereka tergoda untuk melari-

kan diri. Saat Tuhan   menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir, Ia 


 212

tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, un-

tuk berjaga-jaga supaya bangsa itu tidak menyesal, apabila me-

reka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir 

(Kel. 13:17). Jadi, Kristus mendidik para pengikut-Nya secara ber-

tahap di dalam kedisiplinan keluarga kerajaan-Nya, sebab tidak 

seorang pun yang telah minum anggur tua akan tiba-tiba saja ingin 

minum atau menikmati anggur yang baru, melainkan akan ber-

kata, “Anggur yang tua itu baik,” sebab ia telah terbiasa meminum-

nya (ay. 39). Para murid akan tergoda untuk berpikir bahwa kehi-

dupan lama mereka itu lebih baik, jadi mereka perlu dilatih perla-

han-lahan ke jalan yang menjadi panggilan mereka. Atau, bisa 

juga dikatakan demikian, “Biarlah mereka menjadi terbiasa dulu 

dengan ibadah-ibadah keagamaan, setelah itu mereka pun akan 

menjadi setekun kamu, namun  kita tidak boleh terburu-buru me-

maksakan hal itu kepada mereka.” Bagi Calvin, perkataan Kristus 

itu merupakan suatu teguran terhadap orang-orang Farisi supaya 

tidak menyombong-nyombongkan dan memamerkan ibadah pua-

sa yang mereka jalankan, dan tidak menghina murid-murid-Nya 

sebab  tidak melakukan tata cara yang sama dengan mereka, 

sebab tindakan ibadah orang-orang Farisi itu memang terlihat ha-

nya bertujuan untuk membesar-besarkan diri dan berlagak, se-

perti anggur baru yang kelihatan segar dan berkilauan, namun  ra-

sanya tidak seperti yang dikatakan orang bijak, “Anggur yang tua 

itu lebih baik,” sebab sekalipun warnanya tidak begitu menawan 

di dalam cawan, namun lebih terasa hangat di dalam perut, dan 

juga lebih menyehatkan. Murid-murid Kristus, meskipun tidak 

memiliki macam-macam tata ibadah, namun lebih memiliki kuasa 

rohani dari ibadah itu.  

PASAL  6  

alam pasal ini ada  uraian Kristus mengenai hukum moral. 

Ia bukan datang untuk menghapuskan melainkan untuk meng-

genapi dan melengkapinya melalui Injil-Nya.  

I.   Di sini ada  bukti mengenai sahnya perbuatan yang dila-

kukan atas dasar suatu kebutuhan dan sahnya perbuatan 

belas kasihan yang dilakukan pada hari Sabat. Yang pertama 

membenarkan tindakan murid-murid Kristus yang memetik 

gandum pada hari Sabat, dan yang kedua membenarkan tin-

dakan-Nya sendiri sebab  menyembuhkan orang yang lum-

puh tangannya pada hari Sabat (ay. 1-11).  

II. Kristus menyendiri untuk berdoa di tempat tersembunyi (ay. 

12).  

III. Ia memanggil kedua belas rasul (ay. 13-16).  

IV. Ia menyembuhkan penyakit orang banyak yang menyampai-

kan permohonan kepada-Nya (ay. 17-19).  

V. Khotbah yang disampaikan-Nya kepada para murid-Nya dan 

orang banyak, mengajar mereka tentang kewajiban mereka 

terhadap Tuhan   dan manusia (ay. 20-49). 

Perbuatan Belas Kasih sesuai untuk  

Dilakukan pada Hari Sabat  

(6:1-11) 

1 Pada suatu hari Sabat, saat  Yesus berjalan di ladang gandum, murid-mu-

rid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka meng-

gisarnya dengan tangannya. 2 namun  beberapa orang Farisi berkata: “Meng-

apa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” 3 Lalu 

Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh 

Daud, saat  ia dan mereka yang mengikutinya lapar, 4 bagaimana ia masuk 


 214

ke dalam rumah Tuhan   dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan 

memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh 

dimakan kecuali oleh imam-imam?” 5 Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak 

Manusia yaitu  Tuhan atas hari Sabat.” 6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus 

masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan 

kanannya. 7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, 

kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat 

alasan untuk mempersalahkan Dia. 8 namun  Ia mengetahui pikiran mereka, 

lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdiri-

lah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri. 9 Lalu Yesus berkata 

kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan 

pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa 

orang atau membinasakannya?” 10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepa-

da mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tangan-

mu!” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. 11 Maka me-

luaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka 

lakukan terhadap Yesus. 

Kedua kisah ini  telah kita baca juga dalam Injil Matius dan 

Markus, dan keduanya diceritakan secara berurutan (Mat. 12:1; Mrk. 

2:23; 3:1), sebab meskipun saat kejadiannya saling terpisah, kedua-

nya dirancang untuk meluruskan kekeliruan para ahli Taurat dan 

orang Farisi berkaitan dengan hari Sabat, yakni tentang perhentian 

badaniah yang terlalu mereka tekankan pada hari ini  dan yang 

mereka persyaratkan untuk dilaksanakan dengan ketat melebihi apa 

yang dimaksudkan oleh Sang Pemberi hukum itu sendiri.  

Di sini:  

I.   Kristus membenarkan murid-murid-Nya atas perbuatan yang me-

mang perlu mereka lakukan pada hari itu, yakni memetik bulir 

gandum, sebab  merasa lapar. Dalam Injil Lukas ini disebutkan 

waktu Sabat yang tidak kita temukan dalam injil-injil yang lain, 

yaitu pada hari Sabat kedua (ay. 1) (menurut KJV – pen.), yang me-

nurut Dr. Whitby jelas mengacu kepada hari Sabat pertama sete-

lah hari kedua dari hari raya Roti Tidak Beragi, dan sejak hari itu-

lah mereka mulai menghitung tujuh minggu sebelum hari raya 

Pentakosta. Mereka menyebut minggu pertama dari ketujuh ming-

gu itu sebagai Sabbaton deuteroproton, minggu kedua deuterodeu-

teron, dan seterusnya. Terpujilah Tuhan   bahwa kita tidak perlu ter-

lampau mempermasalahkan perkara ini. Apakah jenis-jenis Sabat 

ini disebut-sebut untuk menunjukkan bahwa hari Sabat ini me-

miliki kehormatan tersendiri, sehingga memperparah pelanggaran 

murid-murid, atau sekadar untuk memperlihatkan bahwa sebab  

itu yaitu  hari Sabat pertama sesudah persembahan hasil gan-

Injil Lukas 6:1-11 

 215 

dum pertama, maka itu yaitu  masa saat  gandum hampir ma-

sak, semuanya ini tidaklah penting bagi kita.  

Namun, kita dapat melihat:  

1. Bahwa murid-murid Kristus tidak perlu terlampau memperma-

salahkan apa yang mereka makan pada saat tertentu, teruta-

ma pada hari Sabat, melainkan mengambil apa saja yang pa-

ling mudah didapatkan, dan mensyukurinya. Murid-murid ini 

memetik bulir gandum dan memakannya (ay. 1). Mereka hanya 

memakan sedikit gandum yang nyaris tidak ada rasanya.  

2. Banyak orang yang melakukan kejahatan besar biasanya sa-

ngat mudah mencela orang lain yang melakukan perbuatan-

perbuatan yang tidak berdosa dan tidak merugikan orang lain 

(ay. 2). Orang-orang Farisi menuduh bahwa murid-murid telah 

melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan pada hari 

Sabat, padahal mereka sendiri suka makan enak pada hari Sa-

bat, melebihi hari-hari lainnya.  

3.  Yesus Kristus akan membela tindakan murid-murid-Nya keti-

ka mereka dicela secara tidak adil. Ia akan mengakui dan ber-

kenan dengan perbuatan-perbuatan mereka sekalipun orang 

lain menuduh perbuatan mereka tidak diperbolehkan. Alang-

kah baiknya bagi kita bahwa bukan manusia yang akan men-

jadi hakim atas kita, dan bahwa Kristus-lah yang akan men-

jadi Pembela kita!  

4.  Jika memang diperlukan, segala tata upacara yang sifatnya la-

hiriah boleh diabaikan. Seperti roti sajian bagi para imam yang 

diberikan kepada Daud saat  ia atas pemeliharaan Tuhan   di-

bawa ke dalam kesukaran sedemikian rupa hingga hanya ter-

sedia roti itu saja baginya atau dia tidak makan apa-apa sama 

sekali (ay. 3-4). Jadi, jika ketetapan Tuhan   sendiri saja boleh di-

kesampingkan demi sesuatu yang sungguh baik, terlebih lagi 

kebiasaan yang dibuat manusia.  

5.  Perbuatan yang dilakukan sebab  suatu kebutuhan memang 

diperbolehkan, apalagi pada hari Sabat. Namun, kita harus 

berhati-hati supaya tidak memanfaatkan kebebasan ini untuk 

berbuat sekehendak hati dan menyalahgunakan kelonggaran 

serta kerendahan hati Tuhan   yang menguntungkan itu untuk 

hal yang merusak.  


 216

6.  Walaupun memperbolehkan kita melakukan suatu pekerjaan 

pada hari Sabat sebab  suatu kebutuhan, Yesus Kristus ingin 

agar kita tahu dan ingat bahwa hari Sabat yaitu  hari-Nya, 

dan oleh sebab itu hari ini  selayaknya dipakai  untuk 

melayani dan menghormat-Nya (ay. 5): Anak Manusia yaitu  

Tuhan atas hari Sabat. Dalam kerajaan Sang Penebus, hari Sa-

bat dijadikan hari Tuhan. Dalam kerajaan ini , tujuan dari 

Sabat orang Yahudi diubah dalam hal-hal tertentu, Sabat ter-

sebut terutama ditujukan untuk menunjukkan rasa hormat 

terhadap Sang Penebus, seperti halnya yang dilakukan terha-

dap Sang Pencipta dengan Sabat orang Yahudi (Yer. 16:14-15). 

Sebagai tanda perubahan ini, hari Sabat bukan saja menda-

patkan nama baru, yakni hari Tuhan (tanpa mengabaikan na-

ma lama, sebab hari itu masih hari perhentian), namun  juga di-

jadikan hari baru, yaitu hari pertama dalam seminggu. 

II. Kristus membenarkan diri-Nya sendiri dalam melakukan perbuat-

an belas kasihan terhadap orang lain pada hari Sabat. 

Perhatikanlah di sini:  

1.  Pada hari Sabat Kristus masuk ke rumah ibadat. Perhatikan-

lah, setiap kali kita beroleh kesempatan, sudah menjadi kewa-

jiban kita untuk menguduskan hari Sabat dalam perhimpunan 

ibadah. Pada hari Sabat harus ada pertemuan kudus dan ja-

nganlah tempat ibadah kita kosong tanpa alasan yang benar.  

2.  Di rumah ibadat, pada hari Sabat itu, Ia mengajar. Memberi-

kan dan menerima pengajaran dari Kristus yaitu  pekerjaan 

yang sangat patut dilakukan pada hari Sabat di rumah ibadat. 

Kristus mengambil setiap kesempatan untuk mengajar, bukan 

saja kepada murid-murid-Nya, melainkan juga kepada orang 

banyak.  

3.  Seorang sakit yang ditangani Kristus duduk di antara para 

pendengar-Nya. Seorang yang mati tangan kanannya datang 

untuk belajar dari Kristus. Tidak disebutkan apakah dia ber-

harap untuk disembuhkan. Namun, orang-orang yang ingin di-

sembuhkan oleh anugerah Kristus harus bersedia mempelajari 

pengajaran Kristus.  

4.  Di antara orang-orang yang mendengarkan pengajaran Kristus 

yang sangat baik dan menyaksikan mujizat-mujizat-Nya yang 

Injil Lukas 6:1-11 

 217 

luar biasa itu, ada sebagian yang hanya datang tanpa maksud 

apa pun selain untuk berseteru dengan-Nya (ay. 7). Para ahli 

Taurat dan orang-orang Farisi itu seharusnya bersikap adil de-

ngan memberi-Nya peringatan saja bahwa kalau Dia menyem-

buhkan pada hari Sabat, mereka akan memandang tindakan-

Nya itu sebagai pelanggaran terhadap hukum keempat, sebab, 

perkara seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya (belum 

pernah ada yang mampu menyembuhkan seperti Dia). Bukan-

nya memberi peringatan, mereka sebaliknya mengamat-amati 

Yesus bagaikan singa mengintai mangsanya, apakah Ia akan 

menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat 

menemukan alasan untuk mempersalahkan Dia, dan mengejut-

kan-Nya dengan dakwaan.  

5. Yesus Kristus tidak merasa malu atau pun takut untuk meng-

akui tujuan anugerah-Nya di hadapan orang-orang yang Dia 

tahu hendak melawan-Nya (ay. 8). Ia mengetahui pikiran mere-

ka dan apa yang mereka rencanakan. Ia lalu menyuruh orang 

sakit itu bangun dan berdiri di tengah untuk menguji iman dan 

keberaniannya.  

6.  Ia bertanya langsung kepada para lawan-Nya dan menantang 

keyakinan hati nurani mereka, apakah memang benar tujuan 

hukum keempat yaitu  untuk mencegah orang untuk berbuat 

baik pada hari Sabat, untuk melakukan suatu perbuatan baik 

yang harus melakukan bila ada kesempatan dan tidak dapat 

ditunda-tunda lagi? (ay. 9) “Manakah yang sah menurut hukum 

pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat?” Di antara 

orang-orang jahat, tidak ada lagi yang lebih gila dan liar seper-

ti para penyesah, sebab  mereka selalu berusaha berbuat jahat 

terhadap orang-orang yang berbuat baik.  

7. Kristus menyembuhkan orang yang malang itu dan memulih-

kan tangan kanannya dengan suatu perkataan, meskipun Ia 

tahu bahwa musuh-musuh-Nya bukan saja merasa tersing-

gung sebab nya, namun  juga memanfaatkan kesempatan itu 

untuk menyerang-Nya (ay. 10). Janganlah kita menarik diri 

dari kewajiban atau pekerjaan baik kita hanya sebab  tekanan 

yang kita temui saat  melakukannya.  

8.  Melihat kejadian itu, lawan-lawan-Nya semakin marah kepa-

da-Nya (ay. 11). Mereka bukannya diyakinkan bahwa Dia ada-

lah Guru yang datang dari Tuhan   lewat mujizat ini seperti seha-


 218

rusnya, dan mengasihi-Nya sebagai orang yang berbuat baik 

kepada umat manusia, mereka malah dipenuhi dengan ama-

rah. Mereka merasa kesal sebab  tidak berhasil mencegah-Nya 

berbuat baik atau menghalang-halangi-Nya untuk semakin 

mengasihi orang banyak. Mereka marah pada Kristus, marah 

pada orang banyak, dan marah pada diri sendiri. Amarah ada-

lah kebebalan yang singkat, sedangkan kedengkian yaitu  ke-

bebalan yang berlarut-larut. Kedengkian mereka itu tidak ter-

kuasai, terutama sebab  harapan yang tidak tercapai. Waktu 

mereka tidak berhasil mencegah-Nya mengadakan mujizat ini, 

mereka pun berunding, apakah yang akan mereka lakukan ter-

hadap Yesus, cara apa lagi yang dapat mereka ambil untuk 

menjatuhkan-Nya. Kita mungkin terheran-heran melihat ba-

gaimana anak-anak manusia bisa begitu jahat, sedangkan 

Anak Tuhan   begitu sabar menanggung kejahatan mereka itu. 

Yesus Memilih Kedua Belas Rasul  

(6:12-19) 

12 Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-ma-

laman Ia berdoa kepada Tuhan  . 13 saat  hari siang, Ia memanggil murid-mu-

rid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang 

disebut-Nya rasul: 14 Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas 

saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, 15 Matius 

dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, 16 

Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang lalu   menjadi pengkhia-

nat. 17 Lalu Ia turun dengan mereka pada suatu tempat yang datar: di situ 

berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain 

yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai 

Tirus dan Sidon. 18 Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk di-

sembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh 

jahat beroleh kesembuhan. 19 Dan semua orang banyak itu berusaha menja-

mah Dia, sebab  ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu 

disembuhkan-Nya. 

Di dalam ayat-ayat ini, diceritakan tentang Tuhan Yesus yang berada 

di tempat tersembunyi, bersama keluarga-Nya, dan di antara banyak 

orang. Dalam ketiganya, Ia bersikap seperti diri-Nya sendiri. 

I.   Kita lihat bagaimana Ia berdoa kepada Tuhan   di tempat tersembu-

nyi (ay. 12). Lukas sering kali mencatat bagaimana Kristus me-

nyendiri untuk memberi kita contoh supaya berdoa di tempat ter-

sembunyi, memelihara persekutuan dengan Tuhan   setiap hari, dan

Injil Lukas 6:12-19 

 219 

tanpa hal ini, jiwa kita tidak mungkin sejahtera. Pada waktu itu, 

saat  lawan-lawan Kristus sangat murka dengan-Nya dan berun-

ding hendak melakukan sesuatu terhadap-Nya, Ia pergi untuk 

berdoa. Dengan begitu Ia memenuhi apa yang telah dikatakan 

Daud sebelumnya (Mzm. 109:4), Sebagai balasan terhadap kasih-

ku mereka menuduh aku, sedang aku mendoakan mereka.  

Perhatikanlah:  

1.  Dia berada seorang diri dengan Tuhan  . Ia pergi ke bukit untuk 

berdoa, tempat di mana Ia takkan terganggu. Kita tidak pernah 

lebih sendirian dibanding bila kita seorang diri bersama Tuhan  . 

Bagi saya, sangat tidak jelas apakah di bukit itu dibangun 

tempat khusus bagi orang-orang saleh untuk menyendiri da-

lam saat teduh pribadi seperti yang diduga sebagian orang. 

Juga tidak jelas apakah he proseuche tou theou di sini dimak-

sudkan sebagai kapel atau tempat untuk berdoa itu. Ia pergi 

ke bukit untuk menyendiri, dan mungkin oleh sebab itu Ia ti-

dak akan pergi ke tempat yang sering dikunjungi orang.  

2.  Lama Ia sendirian bersama Tuhan  , semalam-malaman Ia ber-

doa. Bagi kita, waktu setengah jam itu sudah terasa sangat 

lama untuk menjalankan kewajiban seorang diri di tempat ter-

tutup. Akan namun , Kristus semalam-malaman berdoa sendiri-

an di tempat tersembunyi. Ada banyak hal yang bisa kita ker-

jakan di hadapan takhta anugerah, dan seharusnya kita suka 

bersekutu dengan Tuhan  . Dua hal ini terkadang bisa membuat 

kita menghabiskan banyak waktu dalam doa.  

II.  Dalam keluarga-Nya, kita dapati Dia menunjuk pengiring-peng-

iring dekat-Nya yang harus senantiasa menjadi pendengar semua 

pengajaran-Nya dan saksi mata atas mujizat-mujizat-Nya, supaya 

sesudah itu mereka dapat diutus ke seluruh dunia sebagai rasul 

atau utusan-Nya untuk memberitakan Injil kepada dunia dan 

mendirikan jemaat di dunia ini (ay. 13). Sesudah berdoa semalam-

malaman, orang akan menyangka bahwa saat  hari siang, Ia ten-

tunya akan beristirahat dan tidur sejenak. Namun, ternyata tidak 

demikian halnya. Begitu orang baru mulai terbangun, Ia memang-

gil murid-murid-Nya kepada-Nya. Dalam melayani Tuhan  , kita ha-

rus hati-hati agar tidak kehilangan waktu. Begitu selesai dengan 

suatu tugas, kita harus segera mulai dengan tugas yang baru lagi. 


 220

Para pelayan harus dilantik dengan doa dan bukan sekadar de-

ngan upacara yang biasa saja. Jumlah rasul ada dua belas orang. 

Nama-nama mereka dicatat di sini. Inilah ketiga kalinya kita 

membaca nama-nama mereka, dan dalam urutan nama yang ber-

beda-beda, untuk mengajar para pelayan Tuhan dan orang 

Kristen agar tidak mementingkan pengutamaan, apalagi sampai 

menginginkannya. Sebaliknya, kita harus memandang penguta-

maan itu sebagai sesuatu yang tidak layak untuk diperhatikan. 

Biarlah apa yang utama itu muncul dengan sendirinya saat  ia 

bersinar. Murid yang dalam Injil Markus disebut Tadeus, dan da-

lam beberapa naskah kuno Injil Matius disebut Lebbeus dengan 

nama keluarga Tadeus, di sini disebut Yudas anak Yakobus, yang 

menulis Surat Yudas. Simon yang dalam Injil Matius dan Markus 

disebut orang Kanaan, di sini disebut Simon orang Zelot, boleh jadi 

sebab  semangatnya yang tinggi dalam hal rohani. Mengenai ke-

dua belas orang yang namanya tercantum di sini, kita punya alas-

an untuk berkata seperti yang dikatakan ratu Syeba tentang para 

pegawai Salomo, berbahagialah para pegawaimu ini yang selalu 

melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu. Belum pernah ada 

orang yang beroleh hak begitu istimewa seperti ini. Namun, salah 

satu dari antara mereka dikuasai Iblis dan menjadi seorang peng-

khianat (ay. 16). Bagaimanapun, saat memilih dia, Kristus tidak 

terkecoh. 

III. Di antara orang banyak, kita melihat Dia memberitakan Injil dan 

menyembuhkan, dan Ia membagi waktu untuk melakukan kedua 

pekerjaan besar itu (ay. 17). Ia turun dari bukit bersama kedua 

belas rasul-Nya itu dan berhenti pada suatu tempat yang datar, 

siap menerima orang-orang yang datang berbondong-bondong ke-

pada-Nya. Di situ hadir bukan saja sejumlah besar dari murid-mu-

rid-Nya yang biasa mengiring Dia, namun  juga banyak orang lain 

dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem. Walaupun jarak dari Ye-

rusalem ke Galilea, tempat di mana Kristus sekarang berada ber-

puluh kilometer jauhnya, dan walaupun di Yerusalem tersedia ba-

nyak guru terkenal yang punya nama besar dan terhormat, orang-

orang itu tetap datang juga untuk mendengarkan Kristus. Mereka 

juga datang dari pantai Tirus dan Sidon. Meskipun orang-orang 

yang tinggal di situ kebanyakan yaitu  pengusaha serta tinggal

Injil Lukas 6:20-26 

 221 

berbatasan dengan orang Kanaan, mereka cukup menyukai Kris-

tus. Begitulah, mereka semua tersebar di berbagai kawasan.  

1. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan Ia pun mengajar 

mereka. Orang-orang yang tidak memperoleh pengajaran yang 

baik di lingkungan tempat tinggal mereka, lebih suka melaku-

kan perjalanan jauh guna mendapatkannya daripada tidak. 

Sungguh sepadan untuk menempuh jarak jauh guna mende-

ngarkan perkataan Kristus dan mengesampingkan hal-hal lain 

supaya mendapatkannya.  

2. Mereka datang untuk disembuhkan oleh-Nya, dan Ia menyem-

buhkan mereka. Ada beberapa yang memiliki  masalah de-

ngan tubuh, dan ada pula yang dengan pikiran. Beberapa 

menderita penyakit, dan beberapa lagi dirasuk oleh roh-roh 

jahat. Namun, apa pun yang mereka derita, begitu memohon 

kepada Kristus, mereka langsung disembuhkan, sebab Ia me-

miliki kuasa atas penyakit dan roh-roh jahat (ay. 17-18), baik 

atas akibat maupun penyebabnya. Bahkan lebih dari itu, se-

pertinya, orang-orang yang tidak sakit apa-apa pun mendapati 

bahwa dengan turut mengambil bagian dalam kuasa yang ke-

luar dari pada-Nya, kesehatan dan tenaga mereka dipulihkan 

dan disegarkan. Sebab (ay. 19), semua orang banyak itu ber-

usaha menjamah Dia, baik mereka yang sehat maupun yang 

sakit. Mereka semua merasa lebih baik, sebab  semua orang 

itu disembuhkan-Nya. Memangnya, siapa sih yang tidak mau 

disembuhkan dari hal apa saja? Di dalam Kristus ada  ke-

penuhan anugerah dan kuasa kesembuhan yang siap mengalir 

keluar dari diri-Nya, cukup bagi semua orang, dan cukup bagi 

setiap orang. 

Ucapan Bahagia dan Peringatan  

(6:20-26) 

20 Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai 

kamu yang miskin, sebab  kamulah yang empunya Kerajaan Tuhan  . 21 Berba-

hagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, sebab  kamu akan dipuaskan. 

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, sebab  kamu akan 

tertawa. 22 Berbahagialah kamu, jika sebab  Anak Manusia orang membenci 

kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta meno-

lak namamu sebagai sesuatu yang jahat. 23 Bersukacitalah pada waktu itu 

dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; sebab  se-


 222

cara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. 24 

namun  celakalah kamu, hai kamu yang kaya, sebab  dalam kekayaanmu ka-

mu telah memperoleh penghiburanmu. 25 Celakalah kamu, yang sekarang ini 

kenyang, sebab  kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini terta-

wa, sebab  kamu akan berdukacita dan menangis. 26 Celakalah kamu, jika 

semua orang memuji kamu; sebab  secara demikian juga nenek moyang me-

reka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.” 

Mulai dari sini sampai akhir pasal ini, kita melihat pengajaran 

Kristus mengenai hal-hal yang harus kita terapkan dalam hidup kita. 

Sebagian besar dari ajaran-ajaran itu dapat ditemukan dalam Khot-

bah di Bukit yang tertulis di Injil Matius 5 dan 7. Beberapa orang ber-

pendapat bahwa khotbah ini disampaikan pada waktu dan tempat 

lain. Memang dalam beberapa contoh khotbah lain, Kristus menyam-

paikan hal-hal yang sama atau dengan pokok-pokok yang sama pada 

waktu yang berbeda-beda. Namun, ada kemungkinan bahwa ini ha-

nyalah ringkasan si pemberita Injil atas khotbah ini . Boleh jadi 

khotbah yang dicatat dalam Injil Matius itu juga merupakan suatu 

ringkasan. Dalam kedua Injil ini awal dan akhirnya nyaris sama, dan 

dalam keduanya kisah penyembuhan hamba perwira itu dicatat sege-

ra sesudah khotbah ini . Namun, hal ini tidaklah begitu penting.  

Dalam ayat-ayat ini diceritakan tentang: 

I.   Ucapan bahagia atau berkat disampaikan kepada orang-orang 

kudus yang menderita, bahwa mereka yaitu  orang-orang yang 

berbahagia, meskipun bagi dunia mereka itu miskin (ay. 20). Ia 

memandang murid-murid-Nya, bukan hanya kedua belas murid, 

namun  sejumlah besar dari murid-murid-Nya (ay. 17), lalu menyam-

paikan pengajaran ini kepada mereka semua. Sebab sesudah me-

nyembuhkan orang-orang sakit di tempat yang datar itu, Ia naik 

ke atas bukit kembali untuk mengajar. Di sanalah Ia duduk seba-

gai orang yang berotoritas. Ke sanalah mereka datang kepada-Nya 

(Mat. 5:1), dan kepada merekalah Ia menyampaikan pengajaran-

Nya, kepada merekalah Ia menerapkannya, dan mengajar mereka 

untuk menerapkannya bagi diri mereka sendiri. Waktu Ia me-

nyampaikan kebenaran Berbahagialah orang yang miskin di ha-

dapan Tuhan  , Ia menambahkan, “Berbahagialah, hai kamu yang 

miskin.” Semua orang percaya yang melakukan aturan Injil dan 

hidup dengannya, boleh menerima janji-janji Injil dan hidup de-

ngan janji-janji itu. Penerapannya, seperti yang kita lihat di sini, 

sepertinya khusus dirancang untuk memberikan dorongan ke-

Injil Lukas 6:20-26 

 223 

pada murid-murid sehubungan dengan berbagai penderitaan dan 

kesukaran yang mungkin akan mereka alami sebab  mengikut 

Kristus. 

1. “Engkau miskin, engkau telah meninggalkan segala sesuatu un-

tuk mengikut Aku. Engkau puas hidup dari sedekah bersama-

Ku, engkau tidak pernah mengharapkan berbagai keutamaan 

duniawi saat  melayani Aku. Engkau harus bekerja keras, sa-

ngat keras seperti orang miskin.  Namun, walaupun demikian, 

engkau diberkati dalam kemiskinanmu, sebab  kemiskinan 

sama sekali tidak akan merusak kebahagiaanmu. Sungguh, 

engkau bahkan diberkati sebab  kemiskinanmu itu. Semua 

kerugianmu akan dibalas dengan berkat melimpah, sebab ka-

mulah yang empunya Kerajaan Tuhan  . Semua penghiburan dan 

anugerah kerajaan-Nya di dunia ini serta semua kemuliaan 

dan sukacita kerajaan-Nya kelak, semuanya akan menjadi mi-

likmu, dan bukan itu saja, sekarang pun semuanya itu sudah 

menjadi milikmu.” Kristus memilih orang yang dianggap mis-

kin untuk menjadi kaya dalam iman (Yak. 2:5). 

2. “Sekarang engkau lapar (ay. 21), engkau tidak dikenyangkan 

seperti orang lain. Engkau sering terbangun dengan perut la-

par, engkau sangat kekurangan. Engkau bekerja begitu keras 

hingga tidak punya waktu untuk makan. Engkau cukup puas 

dengan beberapa bulir gandum saja sebagai makananmu. Di 

dunia ini kamu menderita lapar seperti itu, namun  di dunia 

mendatang, kamu akan dipuaskan, tidak akan menderita lapar 

dan dahaga lagi.”  

3. “Kamu sekarang menangis, kerap mencucurkan air mata, air 

mata pertobatan, air mata iba. Kamu turut berdukacita bersa-

ma mereka di Sion. namun  berbahagialah kamu, dukacitamu 

sekarang ini tidak akan menghalangi sukacitamu di lalu   

hari. Kamu akan tertawa. Kemenangan sedang menantimu. 

Sekarang kamu menabur dengan mencucurkan air mata, namun  

tidak lama lagi kamu akan menuai dengan bersorak-sorai” 

(Mzm. 126:5-6). Mereka yang berdukacita menurut kehendak 

Tuhan   sedang menyimpan penghiburan bagi diri sendiri. Atau, 

lebih tepat, Tuhan   sedang menyimpan penghiburan bagi mere-

ka. Harinya akan tiba saat mulut mereka tertawa dan bibir me-

reka bersorak-sorak (Ayb. 8:21). 


 224

4. “Sekarang ini dunia membenci kamu. Kamu harus siap meneri-

ma perlakuan yang diberikan dunia yang penuh kedengkian 

ini sebab  Kristus, sebab  kamu melayani Dia dan kepenting-

an-Nya. Kamu harus tahu bahwa orang-orang jahat akan 

membenci kamu, sebab pengajaran yang kausampaikan dan 

kehidupanmu menempelak serta menghukum mereka. Orang-

orang yang berkuasa dalam gereja akan mengucilkan kamu 

dan memaksamu untuk memisahkan diri. Mereka akan me-

ngucilkan kamu sebab  semua yang kamu lakukan itu, dan 

mengecammu dengan sangat keji. Mereka akan mengutukmu 

sebagai orang durhaka yang murtad. Mereka akan melakukan 

semuanya ini dengan sungguh-sungguh disertai seru doa yang 

hebat dan indah-indah yang dinaikkan ke sorga, supaya dunia 

dan mungkin kamu sendiri juga percaya bahwa tindakan me-

reka itu benar-benar disahkan di sorga. Dengan cara ini mere-

ka berusaha membuat dirimu tampak menjijikkan bagi orang 

lain dan menakutkan bagi dirimu sendiri.” Inilah yang meru-

pakan pengertian yang cocok untuk perkataan aphorisōsin 

hymas – mereka akan mengusirmu dari rumah ibadat. “Mereka 

yang tidak memiliki wewenang itu pasti akan menumpahkan 

kedengkian mereka sebisa-bisanya. Mereka akan mencela ka-

mu, menuduhmu melakukan kejahatan paling berat yang sa-

ma sekali tidak kamu lakukan. Mereka akan mencap kamu 

dengan segala tabiat buruk yang sebenarnya tidak pantas me-

reka lontarkan kepadamu. Mereka akan menolak dan meng-

anggap namamu sebagai sesuatu yang jahat, menolak engkau 

sebagai orang Kri


Related Posts:

  • lukas 1-12 7 pa, namun  jika Kristus menyuruh mereka menebarkan jala lagi, mereka pun dapat berharap untuk berhasil menangkap sesuatu. Perhatikan, kita tidak boleh begitu saja meninggalkan sebuah pekerjaan y… Read More