-kesusahan yang mereka timpakan kepada-
mu (ay. 18): Tidak sehelai pun dari rambut kepalamu
akan hilang.” Akankah beberapa dari antara mereka ke-
hilangan kepala mereka, namun tidak kehilangan ram-
but sehelai pun? Ini yaitu semacam peribahasa yang
menyatakan keadaan aman tenteram, dan sering digu-
nakan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru dengan arti ini . Sebagian orang berpikir bah-
wa hal ini mengacu kepada perlindungan terhadap
nyawa semua orang Kristen yang berada di antara orang
Yahudi saat mereka dibinasakan oleh orang Romawi.
Para ahli sejarah memberi tahu kita bahwa tidak ada
seorang Kristen pun yang binasa dalam kehancuran ter-
sebut. Sebagian yang lain menghubungkannya dengan
kematian banyak orang sebab Kristus dan mengang-
gap perkataan itu sebagai sebuah kiasan yang mengan-
dung pengertian yang sama seperti perkataan Kristus,
“Barangsiapa kehilangan nyawanya sebab Aku, ia
akan memperolehnya.” “Tidak ada sehelai rambut pun
dari kepalamu yang akan hilang,” sebaliknya, Pertama,
“Aku akan memperhatikannya.” Mengenai hal ini, Ia te-
lah berkata (Mat. 10:30), “Rambut kepalamupun terhi-
tung semuanya”; semuanya ada tercatat, sehingga tidak
ada sehelai pun yang akan hilang, sebab Ia peduli. Ke-
dua, “Hal itu sangat dihargai.” Kita tidak menganggap-
nya sebagai kehilangan atau kebinasaan bila ditujukan
untuk tujuan yang baik dan memperhitungkannya
sebagai suatu kebaikan. Jika kita mengabaikan tubuh
sendiri demi nama Kristus, tubuh itu tidak akan binasa,
namun akan diperhitungkan dengan sebagaimana mes-
tinya. Ketiga, “Hal itu akan diganti dengan berlimpah.
saat kamu menghitung untung ruginya, kamu akan
menemukan bahwa tidak ada yang hilang, namun seba-
liknya kamu mendapat untung besar dan penghiburan
pada masa sekarang ini, dan terlebih lagi kamu akan
mendapat sukacita hidup yang kekal.” Oleh sebab itu,
walaupun saat ini kita menjadi pecundang-pecundang
demi Kristus, namun pada akhirnya, kita tidak akan,
dan tidak dapat menjadi pecundang-pecundang oleh ka-
rena Dia.
[4] “Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan kepen-
tinganmu untuk menjaga ketulusan hati yang kudus
dan kejernihan pikiran selama masa-masa penderitaan-
mu dan penderitaan bangsa itu, supaya kamu tetap
tenang (ay. 19): Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan
memperoleh hidupmu, perhatikan dan jagalah hidup-
mu.” Sebagian orang memahami hal ini sebagai janji,
“Kamu dapat atau akan memiliki hidupmu.” Semuanya
memang terkait satu sama lain. Perhatikanlah, pertama,
mengamankan kepemilikan hidup kita sendiri merupa-
kan hak dan kewajiban sepanjang masa, khususnya
dalam masa pencobaan yang susah, bukan saja supaya
hidup kita tidak hancur dan binasa selamanya, namun
juga supaya hidup kita tidak kacau atau kepemilikian
kita terhadapnya terganggu dan terputus pada masa se-
karang ini. “Milikilah hidupmu, jadilah dirimu sendiri,
tetaplah kuasai dan kendalikan akal budimu, dan jauh-
kanlah dirimu dari pergumulan nafsu supaya baik duka
maupun ketakutan tidak dapat menguasaimu, atau
menjauhkanmu untuk memiliki dan menikmati dirimu
sendiri.” Dalam masa-masa sulit, saat kita tidak dapat
menjaga kepemilikan terhadap apa pun juga, hendaklah
kita memastikan apa yang dapat dipastikan, jadi, miliki-
lah hidup kita. Kedua, dengan kesabaranlah, yaitu ke-
sabaran sebagai pengikut Kristus, kita memiliki hidup
kita sendiri. “Dalam masa-masa penderitaan, pakailah
kesabaran untuk menjaga benteng hidupmu; dengan
kesabaran, jagalah hidupmu tetap tenang dan utuh,
dan jauhkan segala tekanan yang dapat membebani
dan membuatmu kehilangan kesabaran.”
Hari Kiamat Dinubuatkan
(21:20-28)
20 “jika kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahui-
lah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. 21 Pada waktu itu orang-orang yang
berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang
berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di
pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, 22 sebab itulah masa pembalas-
an di mana akan genap semua yang ada tertulis. 23 Celakalah ibu-ibu yang
sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang
kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, 24
dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke
segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Tuhan , sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.” 25 “Dan
akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di
bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora
laut. 26 Orang akan mati ketakutan sebab kecemasan berhubung dengan
segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang.
27 Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. 28 jika semuanya itu mulai
terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah
dekat.”
sesudah memberikan mereka gambaran mengenai apa yang akan ter-
jadi sekitar tiga puluh delapan tahun yang akan datang, Ia di sini
kemudian menunjukkan kepada mereka apa yang pada akhirnya
akan terjadi, yaitu kehancuran Yerusalem dan tersebarnya bangsa
Yahudi yang tidak terhindarkan. Semua itu akan menjadi kiamat
kecil, sebagai pertanda dan gambaran akan kedatangan Kristus yang
kedua kali, yang tidak dibicarakan secara lengkap di sini seperti
dalam perikop yang sejenis dalam Matius 24. Namun, hal ini dibahas
sekilas di sini sebab kehancuran Yerusalem, sebagaimana yang me-
mang terjadi demikian nantinya, akan menjadi kehancuran dunia
bagi mereka yang hatinya tertambat kepadanya.
I. Ia memberi tahu mereka bahwa mereka akan melihat Yerusalem
dikepung, dikepung oleh tentara-tentara (ay. 20), tentara-tentara
Romawi. saat mereka melihat hal ini, mereka dapat menyimpul-
kan bahwa keruntuhannya sudah dekat, sebab pengepungan itu
pasti akan berakhir, walaupun terjadinya lama. Perhatikanlah, se-
perti saat menunjukkan belas kasih-Nya, demikian pula saat
menghakimi, Tuhan memulai, namun juga akan mengakhiri.
II. Ia memperingatkan mereka, melalui tanda yang diberikan ini, un-
tuk meninggalkan tempat ini demi keselamatan mereka sen-
diri (ay. 21): “Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
hendaknya meninggalkan negeri ini dan melarikan diri ke pe-
gunungan dan orang-orang yang berada di dalam kota” (Yeru-
salem) “harus keluar, sebelum kota ini tertutup rapat, dan
sebelum kubu-kubu dibuka (seperti yang kita ketahui sekarang).
Janganlah mereka yang ada di pedesaan dan pedusunan mema-
suki kota ini , sebab mengira bahwa mereka akan aman di
sana. Tinggalkanlah kota dan negeri yang kamu lihat telah dite-
lantarkan Tuhan dan diserahkan-Nya ke dalam kebinasaan. Keluar-
lah dari Yerusalem, hai umat-Ku.”
III. Ia menubuatkan kekacauan besar yang akan menimpa bangsa
Yahudi (ay. 22): Itulah masa pembalasan yang begitu sering dise-
but oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang akan menggenapi
kebinasaan orang-orang yang memberontak itu. Semua nubuat
mengenai mereka akan digenapi sekarang, dan darah setiap mar-
tir dalam Perjanjian Lama akan dituntut dari mereka sekarang.
Pada akhirnya akan genap semua yang ada tertulis. sesudah hari-
hari kesabaran panjang diabaikan, akan datang hari pembalasan
dendam, sebab penundaan hukuman bukanlah berarti diam-
puni.
Kehancuran besar itu dinyatakan:
1. Melalui akibat yang ditimbulkannya. Ini yaitu murka atas
bangsa ini, murka Tuhan , yang akan membangkitkan api yang
menelan habis semuanya ini.
2. Melalui kengerian tertentu yang akan menimpa perempuan-
perempuan yang sedang hamil dan ibu-ibu malang yang se-
dang menyusui. Celakalah mereka, bukan hanya sebab mere-
kalah yang paling cepat merasa takut dan paling lemah dalam
melarikan diri untuk mencari selamat, namun juga sebab sa-
ngatlah menyiksa bagi mereka kalau memikirkan bahwa mere-
ka telah melahirkan dan menyusui anak-anak hanya untuk di-
bunuh.
3. Melalui kebingungan yang terjadi di mana-mana di seluruh
negeri ini . Akan ada kesesakan yang dahsyat atas selu-
ruh negeri, sebab orang tidak akan tahu jalan mana yang ha-
rus diambil ataupun bagaimana harus menolong diri sendiri.
IV. Ia menggambarkan peperangan antara orang-orang Yahudi mela-
wan orang-orang Romawi, dan apa yang pada akhirnya akan ter-
jadi atas mereka.
Secara singkat:
1. Banyak dari mereka akan tewas oleh mata pedang. Dalam pe-
perangan bangsa Yahudi ini terhitung bahwa orang yang
tewas oleh pedang berjumlah lebih dari sejuta seratus ribu
orang. Pengepungan terhadap Yerusalem itu pada dasarnya
menjadi ladang pembantaian bagi para tentara.
2. Mereka yang tersisa akan dibawa sebagai tawanan, tidak ke
dalam satu bangsa, seperti saat mereka ditaklukkan oleh
bangsa Kaldea, yang memberi mereka kesempatan untuk tetap
berkumpul bersama, namun terserak ke segala bangsa, yang
membuat mereka mustahil berhubungan satu dengan yang
lain, apalagi untuk bersatu.
3. Yerusalem sendiri akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Tuhan . Orang-orang Romawi, saat telah
menguasai tempat ini , hanya membiarkannya terlantar,
layaknya kota yang durhaka dan jahat, yang hanya menyakiti
raja-raja dan wilayah-wilayahnya.
V. Ia menggambarkan kengerian besar yang akan melingkupi orang-
orang. Banyak tanda-tanda yang mengerikan pada matahari dan
bulan dan bintang-bintang, hal-hal yang tidak lazim muncul di
langit, dan juga di dunia bawah sini, laut yang berderu dan berge-
lora, disertai badai dan puting beliung yang mengerikan, yang
belum pernah tejadi sebelumnya, di luar batas kejadian alam yang
normal. Akibat dari semuanya ini yaitu terjadinya kebingungan
di segala tempat dan kecemasan di bumi, bangsa-bangsa akan ta-
kut dan bingung (ay. 25). Dr. Hammond memahami bangsa-bang-
sa sebagai pemerintahan gabungan yang mencakup bangsa Ya-
hudi, Yudea, Samaria, dan Galilea. Mereka sungguh akan mene-
mui kebinasaan yang sepenuh-penuhnya. Orang akan mati keta-
kutan sebab kecemasan (ay. 26), apopsychontōn anthrōpōn –
manusia menjadi tidak berjiwa, rohnya seperti terbang, mati jiwa,
sekarat dalam ketakutan. Dengan demikian, mereka berada da-
lam bahaya maut sepanjang hari, seperti yang dialami rasul-rasul
Kristus (Rm. 8:36). Mereka berada dalam ketakutan akan dibu-
nuh sepanjang hari. Sekalipun sudah berlindung, tetap saja mere-
ka gemetar sebab takut akan hal yang lebih buruk lagi, sebab
melihat segala yang datang menimpa bumi ini. Walaupun rumah
Tuhan sendiri yang harus pertama-tama dihakimi, hal itu tidak
akan berhenti sampai di situ. Halnya akan terjadi seakan-akan
seluruh dunia runtuh berkeping-keping. Jadi, di manakah orang
dapat mencari aman? Kuasa-kuasa langit akan goncang dan pilar-
pilar bumi akan bergetar. Menurut Dr. Clarke, seluruh rangkaian
malapetaka yang tiada tandingannya ini akan menghancurkan
seluruh hikmat, agama, hukum, dan pemerintahan Yahudi, dan
menimbulkan kebingungan yang luar biasa. Namun, Juruselamat
kita menggunakan ungkapan-ungkapan kiasan ini sebab pada
akhir zaman semua ini akan digenapi secara harfiah, saat me-
nyusutlah langit bagaikan gulungan kitab, dan semua kuasa langit
tidak hanya goncang, namun juga dipatahkan, dan bumi dan se-
gala yang ada di atasnya akan hilang lenyap (2Ptr. 3:10, 12). Se-
bagaimana pada hari itu segala kengerian dan kehancuran
menimpa orang-orang Yahudi yang tidak percaya, begitu juga hal
itu akan menimpa semua orang yang tidak percaya pada hari kia-
mat.
VI. Ia menjelaskan cara kemunculan Anak Manusia: Orang akan meli-
hat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan
dan kemuliaan-Nya (ay. 27). Kehancuran Yerusalem secara khu-
sus merupakan suatu tindakan penghakiman oleh Kristus, peng-
hakiman yang diserahkan kepada Anak Manusia. Agama-Nya
tidak dapat benar-benar dimantapkan jika Bait Tuhan belum di-
hancurkan dan jabatan keimaman kaum Lewi dan tatanannya
belum dihentikan, sebab bahkan hati orang-orang Yahudi dan
banyak orang bukan-Yahudi masih terpaut ke sana, dan oleh se-
bab itu, hal ini harus dihancurkan dulu. Jadi, tepatlah kalau
kemunculan Anak Manusia dipandang sebagai kedatangan Anak
Manusia, dengan segala kekuasaan dan kemuliaan, namun belum
secara kelihatan, namun dalam awan-awan, sebab dalam menja-
lankan penghakiman seperti ini, awan dan kegelapan mengelilingi-
Nya.
Nah, ini yaitu :
1. Bukti dari kedatangan Mesias yang pertama, seperti yang di-
pahami oleh sebagian orang. Pada saat itu, saat semuanya
sudah terlambat, orang Yahudi yang tidak percaya baru akan
mengerti bahwa Yesus yaitu Mesias. Mereka yang menolak
melihat-Nya datang dalam kuasa anugerah-Nya untuk menye-
lamatkan mereka akan dibuat melihat-Nya datang dalam kua-
sa murka-Nya untuk membinasakan mereka. Mereka yang
menolak-Nya menjadi Raja atas mereka akan mendapati-Nya
berkuasa atas mereka.
2. Ini yaitu suatu kesungguhan mengenai kedatangan-Nya yang
kedua. Kemudian pada hari-hari yang mengerikan ini ,
mereka akan melihat Anak Manusia datang dalam awan
beserta segala kengerian hari-hari terakhir. Mereka akan me-
nyaksikan suatu contoh peristiwa yang akan memberi gambar-
an mengenai hal ini . Jika kehancuran Yerusalem saja
sudah begitu buruk, bagaimana jadinya nanti dengan hari-
hari terakhir itu?
VII. Ia menguatkan hati semua murid-murid-Nya yang setia berkena-
an dengan kengerian pada hari itu (ay. 28): “jika semuanya
itu mulai terjadi, saat Yerusalem dikepung, dan semua hal ter-
jadi bersamaan dengan kebinasaan orang-orang Yahudi, maka
pandanglah ke atas saat semua yang lain memandang ke ba-
wah. Pandanglah dalam iman, pengharapan, dan doa ke arah
sorga, dan angkatlah mukamu dalam sukacita dan iman, sebab
penyelamatanmu sudah dekat.”
1. saat Kristus datang untuk membinasakan orang-orang Ya-
hudi, Ia akan datang untuk menebus orang-orang Kristen
yang dianiaya dan ditindas oleh mereka. Dan pada saat itu-
lah jemaat-jemaat berada dalam keadaan damai.
2. saat Ia datang untuk menghakimi dunia pada hari-hari ter-
akhir, Ia akan menebus semua yang yaitu milik-Nya dari
segala penderitaan mereka. Nubuat mengenai hari itu sama
melegakannya bagi semua orang Kristen yang baik sebagai-
mana hal ini sangat mengerikan bagi mereka yang fasik
dan tidak mengenal Tuhan . Kematian orang-orang Kristen
yang benar itu juga demikian adanya. saat mereka melihat
bahwa hari itu mendekat, mereka dapat mengangkat muka
mereka dengan sukacita, sadar bahwa penyelamatan mereka
sudah dekat, sebab mereka akan pergi menemui Penebus
mereka.
VIII. Di sini ada satu perkataan nubuat yang memandang jauh ke de-
pan melebihi apa yang terjadi dengan kehancuran bangsa Ya-
hudi, namun maksudnya tidak mudah untuk dimengerti. Per-
kataan ini ada dalam ayat 24: Yerusalem akan diinjak-
injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan , sampai
genaplah zaman bangsa-bangsa itu.
1. Sebagian orang, seperti Dr. Hammond, memahaminya seba-
gai peristiwa yang telah berlalu. Orang-orang bukan-Yahudi,
yang telah menaklukkan Yerusalem, akan memilikinya dan
terus menguasainya hingga masa kaum bukan-Yahudi dige-
napi, yaitu hingga sebagian besar dunia bukan-Yahudi men-
jadi Kristen. Kemudian sesudah Yerusalem dibangun kembali
oleh Kaisar Adrian, dengan mengusir semua orang Yahudi
dari tempat itu, banyak orang Yahudi akan berbalik menjadi
Kristen, dan menggabungkan diri dengan orang-orang Kris-
ten bukan-Yahudi untuk mendirikan suatu jemaat di Yerusa-
lem yang akan berkembang di sana dalam jangka waktu yang
lama.
2. Sebagian yang lain, seperti Dr. Whitby, memahaminya seba-
gai hal yang akan datang. Yerusalem akan dikuasai oleh
orang-orang bukan-Yahudi, dari bangsa yang satu ke bangsa
yang lain, sampai waktunya tiba saat bangsa-bangsa yang
masih kafir akan memeluk iman Kekristenan, saat keraja-
an-kerajaan dunia akan menjadi kerajaan-kerajaan Kristus,
dan semua orang Yahudi dipertobatkan. sesudah itu Yerusa-
lem akan dihuni oleh mereka, dan baik mereka maupun kota
mereka tidak akan diinjak-injak lagi oleh orang-orang yang
tidak mengenal Tuhan .
Nasihat Supaya Berjaga-jaga
(21:29-38)
29 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah
pohon ara atau pohon apa saja. 30 jika kamu melihat pohon-pohon itu
sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah
dekat. 31 Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah,
bahwa Kerajaan Tuhan sudah dekat. 32 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. 33 Langit dan
bumi akan berlalu, namun perkataan-Ku tidak akan berlalu.” 34 “Jagalah diri-
mu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta
kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan
tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. 35 Sebab ia akan menimpa
semua penduduk bumi ini. 36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, su-
paya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu,
dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” 37 Pada siang
hari Yesus mengajar di Bait Tuhan dan pada malam hari Ia keluar dan ber-
malam di gunung yang bernama Bukit Zaitun. 38 Dan pagi-pagi semua orang
banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Tuhan untuk mendengarkan Dia.
Di sini, pada akhir uraian ini:
I. Kristus meminta murid-murid-Nya untuk mengamati tanda-tanda
zaman yang dapat mereka tentukan dengan keyakinan dan kepas-
tian yang sama sebagaimana mereka dapat menentukan datang-
nya musim panas dari pohon-pohon yang bertunas, jika mereka
memperhatikan arahan-arahan yang diberikan sebelumnya (ay.
29-31). Seperti dalam kerajaan alam ada rangkaian sebab akibat,
begitu juga dalam kerajaan Tuhan Sang Pemelihara ada rangkaian
sebab akibat antara kejadian yang satu dengan yang lain. saat
kita melihat sebuah bangsa sedang memenuhi ukuran kefasikan-
nya, kita dapat menyimpulkan bahwa kebinasaan mereka telah
dekat. saat kita melihat kehancuran segala kuasa yang menin-
das sudah semakin mendekat, kita dapat menyimpulkan saat itu
bahwa Kerajaan Tuhan sudah dekat, bahwa bilamana perlawanan
terhadap Kerajaan itu sedang disingkirkan, maka itulah saatnya
bagi Kerajaan ini untuk menancapkan dirinya. Sebagaimana
kita dapat dengan tepat memperkirakan perubahan-perubahan
musim saat tanda-tandanya mulai kelihatan, begitu juga,
dengan mengamat-amati peristiwa-peristiwa yang terjadi, kita da-
pat berharap bahwa sesuatu yang tidak lazim akan terjadi, saat
Tuhan telah bangkit dari tempat kediaman-Nya yang kudus (Zak.
2:13). Pada saat itu, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari
Tuhan.
II. Ia memerintahkan mereka untuk tidak ragu terhadap hal-hal ini
dan tidak menganggapnya sebagai hal yang jauh (sebab dengan
begitu mereka akan waspada terhadap peringatan-Nya itu dengan
sebagaimana mestinya), namun sebagai sesuatu yang pasti dan
sangat dekat.
Kehancuran bangsa Yahudi:
1. Sudah dekat (ay. 32): Sesungguhnya angkatan ini tidak akan
berlalu, sebelum semuanya terjadi. Sebagian dari mereka yang
masih hidup pada masa itu akan menyaksikannya, yaitu seba-
gian dari mereka yang mendengar nubuat mengenainya.
2. Sudah pasti, ketetapannya tidak dapat diubah. Ini yaitu kebi-
nasaan yang sudah pasti. Perintah sudah dinyatakan (ay. 33):
“Langit dan bumi akan berlalu lebih cepat daripada setiap per-
kataan-Ku. Ya, semuanya itu pasti akan berlalu, namun per-
kataan-Ku tidak akan berlalu. Apakah mereka menyimaknya
atau tidak, firman-Ku itu akan tetap terlaksana, dan tidak ada
satu pun darinya akan gugur” (1Sam. 3:19)
III. Ia memperingatkan mereka terhadap kenyamanan dan pengejaran
hawa nafsu, sebab hal-hal ini akan menjadikan diri mereka tidak
siap dalam menghadapi masa-masa ujian yang sedang mendekat,
dan akibatnya akan membuat mereka terkejut dan ngeri saat
berhadapan dengan ujian-ujian itu (ay. 34-35): Jagalah dirimu. Ini
yaitu perintah yang diberikan kepada semua murid-murid
Kristus: “Jagalah dirimu, supaya engkau jangan dikuasai oleh
godaan-godaan, atau dibelokkan oleh kecemaran-kecemaran hati-
mu sendiri.” Perhatikanlah, kita tidak dapat selamat jika kita me-
rasa sudah aman dan terjamin. Kita harus selalu waspada, sepan-
jang waktu, terutama pada waktu-waktu tertentu.
Perhatikanlah di sini:
1. Apa yang menjadi bahaya bagi kita: Hari kebinasaan dan kia-
mat akan mendatangi kita dengan tidak disangka-sangka
seperti suatu jerat, saat kita tidak mengira hari itu akan da-
tang dan tidak siap menghadapinya. Awaslah, jangan sampai
terjadi saat kita dipanggil untuk menghadap Tuhan kita, hal
yang harus ada dekat dalam hati kita justru ada jauh dari
akal pikiran kita. Kalau ini sampai terjadi, maka hari itu akan
jatuh ke atas diri kita seperti suatu jerat. Demikianlah yang
akan jatuh ke atas sebagian besar orang, yang tinggal di atas
bumi, yang hanya memikirkan perkara-perkara duniawi dan
tidak mengindahkan sorga. Bagi mereka hal itu akan menjadi
seperti suatu jerat (Pkh. 9:12). Hal itu akan menjadi kengerian
dan kehancuran bagi mereka. Hal itu akan membuat mereka
ketakutan tak terhingga dan lebih meneguhkan lagi kebinasa-
an mengerikan atas mereka.
2. Apa yang menjadi kewajiban kita dalam menghadapi bahaya
ini: kita harus menjaga diri dan menguasai hati kita, supaya
hati kita tidak dibebani dan kelebihan beban sampai tidak
mampu lagi melakukan persiapan untuk menghadapi kema-
tian dan penghakiman. Ada dua hal yang kita harus waspadai,
supaya hati kita tidak dibebani secara demikian:
(1) Pemuasan keinginan daging dengan membolehkan diri kita
memuaskan diri dengan keinginan-keinginan indrawi se-
cara berlebihan: Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan
sarat oleh pesta pora dan kemabukan, makan dan minum
secara berlebihan, yang membebani hati, bukan hanya oleh
rasa bersalah yang diakibatkannya, namun juga oleh pe-
ngaruh buruk terhadap akal budi yang diakibatkan raga
yang tidak terkendali ini . Semuanya itu membuat ma-
nusia lamban dan tidak bergairah terhadap kewajiban me-
reka, lumpuh dan tidak berdaya untuk melaksanakan ke-
wajiban mereka. Semua itu membodohi hati nurani, dan
menyebabkan akal budi mati rasa terhadap hal-hal yang
menyentuh sekalipun.
(2) Pengejaran yang berlebihan terhadap hal-hal atau benda-
benda duniawi. Hati manusia dikuasai oleh perkara-per-
kara duniawi. Yang pertama tadi menjadi jerat bagi mereka
yang dikuasai oleh nafsu kenikmatan, yang ini akan men-
jadi jerat bagi para pedagang, yang ingin kaya raya. Kita
perlu menjaga kedua tangan kita bukan hanya untuk ber-
jaga-jaga terhadap kematian yang datang sewaktu-waktu,
melainkan juga terhadap hati kita, jangan sampai dipenuhi
dengan keinginan untuk mengejar benda-benda duniawi
ini. Kewaspadaan kita terhadap dosa dan perhatian kita
atas jiwa kita sendiri harus dilakukan terus-menerus tanpa
henti.
IV. Ia menasihati mereka untuk bersiap menghadapi hari kiamat
ini (ay. 36).
Perhatikanlah di sini:
1. Apa yang seharusnya menjadi tujuan kita, yaitu supaya kita
dapat beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan ter-
jadi itu; supaya saat penghakiman Tuhan tiba, kita dapat
terpelihara dari kesesakan penghakiman itu; supaya kita
terhindar dari malapetaka-malapetaka yang terjadi di mana-
mana; supaya kita boleh diluputkan dari hal-hal yang akan
menimpa semua orang yang lain; supaya kita boleh melolos-
kan diri dari sengatannya, yang yaitu murka Tuhan dan
kutukan neraka. Meskipun demikian, kita harus menetapkan
tujuan untuk tidak hanya luput dari semua yang akan terjadi
itu, namun juga untuk tahan berdiri di hadapan Anak Manu-
sia. Tidak hanya untuk tahan berdiri dengan dibenarkan di
hadapan-Nya sebagai Hakim kita (Mzm. 1:5), dan berani meng-
hadapi hari Kristus (yang dimaksudkan di sini dengan kita
luput dari semuanya itu), namun juga untuk tahan berdiri di
hadapan-Nya, menemui-Nya sebagai Tuan kita, berdiri terus di
hadapan takhta-Nya, dan melayani-Nya siang dan malam
dalam bait-Nya (Why. 7:15), serta selalu memandang wajah-
Nya, seperti yang dilakukan para malaikat (Mat. 18:10).
Orang-orang kudus dikatakan di sini beroleh kekuatan (KJV: di-
anggap layak), seperti yang dikatakan sebelumnya (20:35).
Melalui pekerjaan baik anugerah-Nya dalam diri mereka, Tuhan
membuat mereka bisa mengecap kebahagiaan ini , dan
melalui kehendak baik-Nya lewat anugerah-Nya kepada mere-
ka, Ia memandang mereka layak untuk menerima kebahagiaan
itu. Akan namun , seperti yang Grotius katakan di sini, sebagian
besar kelayakan kita diperoleh melalui pengakuan kita menge-
nai ketidaklayakan kita.
2. Apa yang seharusnya menjadi tindakan-tindakan kita dalam
mencapai tujuan-tujuan ini: Berjaga-jagalah senantiasa sambil
berdoa. Berjaga-jaga dan berdoa harus berjalan beriringan
(Neh. 4:9). Mereka yang ingin luput dari murka yang akan
datang dan memastikan sukacita yang akan datang harus
berjaga-jaga dan berdoa, dan harus selalu melakukannya, dan
harus menjadikannya sebagai kegiatan pokok dalam hidup
mereka yang dilakukan terus-menerus:
(1) Untuk mewaspadai diri mereka sendiri. “Waspyaitu terha-
dap dosa, bersiagalah dalam melakukan setiap kewajiban
dan gunakanlah segala kesempatan untuk berbuat baik.
Sadarlah, dan tetaplah sadar dalam menantikan kedatang-
an Tuhanmu, supaya kamu dapat berada dalam keadaan
yang layak untuk menerima-Nya dan menyambut-Nya.”
(2) Menjaga persekutuan mereka dengan Tuhan : “Senantiasa
berdoa, senantiasa membiasakan diri untuk memenuhi
kewajiban ini , jangan mangkir dari waktu yang telah
ditetapkan, banyak-banyaklah berdoa, lakukanlah dalam
segala kesempatan.” Mereka yang akan dianggap layak
untuk menjalani hidup yang penuh puji-pujian di dunia
yang lain yaitu mereka yang menjalani hidup yang penuh
dengan tindakan doa di dunia ini.
V. Pada dua ayat terakhir ini kita menemukan catatan mengenai
bagaimana Kristus mengucilkan diri selama tiga atau empat
hari antara saat saat Ia memasuki Yerusalem dengan me-
nunggangi keledai dalam kemenangan-Nya dan malam sewak-
tu Ia dikhianati.
1. Ia mengajar di Bait Tuhan siang dan malam. Kristus berkhot-
bah sepanjang minggu, termasuk di hari Sabat. Ia yaitu
pengkhotbah yang tidak kenal lelah. Ia tetap berkhotbah
walaupun mendapat perlawanan, dan tetap berkhotbah di
antara orang-orang yang Ia tahu sedang mencari kesempat-
an untuk melawan-Nya.
2. Pada malam hari, Ia pergi untuk menumpang di rumah se-
orang sahabat-Nya di bukit Zaitun, sekitar satu mil [kira-
kira satu setengah kilo] ke luar kota. Mungkin Ia mempu-
nyai beberapa orang sahabat di kota yang dengan senang
hati akan memberi tumpangan bagi-Nya, namun, Ia lebih
suka mengucilkan diri dari kebisingan kota pada malam
hari, supaya bisa punya lebih banyak waktu untuk beriba-
dah secara pribadi, apalagi kini waktu-Nya sudah semakin
dekat.
3. Pagi-pagi sekali Ia sudah berada di Bait Tuhan lagi, untuk
mengajar mereka yang ingin mendengar Dia pada pagi hari.
Orang-orang sangat ingin mendengar Dia yang mereka
anggap luar biasa dalam berkhotbah (ay. 38): Pagi-pagi se-
mua orang banyak datang, berduyun-duyun ke Bait Tuhan ,
seperti merpati-merpati menuju rumah-rumah mereka,
untuk mendengarkan Dia, walaupun imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat berbuat semampu mereka untuk
menghasut orang-orang melawan-Nya. Kadang-kadang
penghargaan dan sukacita yang terpancar dari orang-orang
yang penuh perhatian, jujur, dan sederhana dalam mende-
ngarkan khotbah yang bagus lebih dihargai dan dinilai
daripada pendapat orang-orang pintar dan terpelajar, dan
orang-orang yang berkuasa.
PASAL 22
i samping hal-hal yang tidak mereka tulis, para penulis Injil
memberikan kepada kita laporan khusus perihal kematian dan
kebangkitan Kristus, sebab Ia mati bagi dosa-dosa kita dan bangkit
untuk membenarkan kita. Penulis Injil ini, selengkap-lengkapnya se-
perti yang lain, menambahkan sejumlah gambaran keadaan dan
catatan-catatan lain yang tidak pernah kita miliki sebelumnya. Dalam
pasal ini diceritakan mengenai:
I. Rencana untuk membunuh Yesus, serta masuknya Yudas
dalam persekongkolan itu (ay. 1-6).
II. Kristus makan perjamuan Paskah bersama murid-murid-
Nya (ay. 7-18).
III. Penetapan perjamuan Tuhan (ay. 19-20).
IV. Percakapan Kristus dengan murid-murid-Nya sesudah perja-
muan perihal berbagai pokok (ay. 21-38).
V. Penderitaan-Nya di taman Getsemani (ay. 39-46).
VI. Penangkapan Yesus dengan bantuan Yudas (ay. 47-53).
VII. Petrus menyangkal Yesus (ay. 54-62).
VIII. Pelecehan yang dilakukan terhadap Kristus oleh orang-
orang yang menangkap Dia serta pengadilan dan tuntutan
yang diajukan di hadapan Mahkamah Agama (ay. 63-71).
Yudas Mengkhianati Yesus
(22:1-6)
1 Hari raya Roti Tidak Beragi, yang disebut Paskah, sudah dekat. 2 Imam-
imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan, bagaimana mereka dapat
membunuh Yesus, sebab mereka takut kepada orang banyak. 3 Maka ma-
suklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua be-
las murid itu. 4 Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-
kepala pengawal Bait Tuhan dan berunding dengan mereka, bagaimana ia da-
pat menyerahkan Yesus kepada mereka. 5 Mereka sangat gembira dan ber-
mupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya. 6 Ia menyetujuinya,
dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerah-
kan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak.
Tahun penuntutan bela sekarang telah tiba. Tahun yang telah ditetap-
kan dari kekekalan dalam rancangan ilahi, yakni tahun yang telah
lama dicari oleh mereka yang menantikan penghiburan bagi Israel.
sesudah mengalami berbagai kesesakan selama berabad-abad, masa
itu akhirnya datang juga (Yes. 63:4). Dapat diamati di sini bahwa
pada bulan pertama tahun yang sama itu dimulailah penebusan itu.
Begitu cepatnya Sang Juruselamat melaksanakan tanggung jawab-
Nya, betapa susahnya Ia sebelum penebusan itu berlangsung. Hal itu
terjadi pada bulan yang sama, yaitu pada saat yang sama pada bulan
itu (yang menjadi bulan pertama tiap-tiap tahun, Kel. 12:2), saat
Tuhan melalui Musa membawa umat Israel keluar dari Mesir. Dengan
demikian, sekarang terjawab sudah peristiwa yang menjadi perlam-
bangan bagi penebusan itu. Kristus mulai diserahkan saat hari
raya Roti Tidak Beragi sudah dekat (ay. 1). Jauh-jauh hari sebelum
perayaan itu tiba, orang mulai membuat persiapan untuk menyam-
but perayaan itu. Demikian juga halnya dengan persiapan untuk
Paskah yang dipersembahkan bagi kita.
Di sini kita temukan:
I. Musuh-musuh lama yang telah bersumpah untuk membunuh
Yesus merencanakan pembunuhan ini (ay. 2). Mereka ada-
lah imam-imam kepala, yaitu orang-orang yang menjunjung tinggi
kesucian, dan ahli-ahli Taurat, yaitu orang-orang yang terpelajar.
Mereka mencari jalan bagaimana dapat membunuh Yesus, baik
dengan cara kekerasan secara langsung maupun melalui perse-
kongkolan. Sebenarnya, begitu mereka menginginkannya, mereka
dapat saja langsung melaksanakannya, namun mereka takut ke-
pada orang banyak, sebab sekarang mereka melihat bahwa
semakin banyak orang yang rajin mendengarkan Ia berkhotbah.
II. Seorang murid pengkhianat bergabung dengan mereka dan da-
tang untuk menawarkan bantuan, yaitu Yudas yang disebut
Iskariot [pengkhianat]. Dikatakan di sini bahwa ia yaitu seorang
dari kedua belas murid itu, sebuah angka yang dimuliakan itu.
Banyak orang merasa heran mengapa Kristus, yang mengenal hati
semua manusia, harus mengambil seorang pengkhianat untuk
menjadi seorang di antara kedua belas murid itu, dan mengapa
seorang dari antara jumlah itu, yang tidak bisa tidak pasti menge-
nal Kristus, menjadi begitu biadabnya sampai mau mengkhianati
Dia. Namun, Kristus memiliki tujuan yang bijaksana dan kudus
dalam mengambil Yudas sebagai seorang murid. Mengenai bagai-
mana ia yang mengenal Kristus dengan begitu baik itu dapat
mengkhianati Dia, dikatakan di sini: masuklah Iblis ke dalam
Yudas (ay. 3). Pengkhianatan ini yaitu pekerjaan Iblis, yang
mengira bahwa dengan melakukan hal ini ia dapat menghancur-
kan rencana penebusan Kristus, dapat menghancurkan kepala-
Nya, namun ternyata hanya mampu membuat lecet tumit-Nya.
Siapa pun yang mengkhianati Kristus, kebenaran-Nya, atau jalan-
jalan-Nya, Iblislah yang membuat mereka melakukan hal itu.
Yudas tahu betapa kuatnya hasrat imam-imam kepala untuk
menangkap Kristus. Ia juga tahu bahwa mereka tidak akan dapat
melakukannya dengan aman tanpa bantuan orang seperti dirinya
yang mengetahui tempat Kristus berada untuk beristirahat. Oleh
sebab itu, ia sendiri pergi menemui mereka dan mengajukan
usulan (ay.4). Perhatikanlah, sulit untuk dikatakan apakah keja-
hatan terhadap kerajaan Kristus itu lebih banyak dilakukan oleh
kekuasaan dan rencana pihak-pihak yang secara nyata memu-
suhi Injil atau melalui pengkhianatan dari dalam oleh pihak yang
berpura-pura menjadi sahabat. Bukan hanya itu, tanpa bantuan
para pengkhianat, musuh-musuh Kristus tidak akan berhasil
mencapai tujuan mereka. Bila kita melihat Yudas berunding de-
ngan imam-imam kepala, maka pastilah mereka sedang berse-
kongkol untuk melakukan sesuatu yang jahat, dan bukan duduk
bersama-sama untuk membicarakan sesuatu yang baik.
III. Pokok-pokok kesepakatan di antara mereka.
1. Yudas harus menyerahkan Yesus kepada mereka. Ia harus
membawa mereka ke suatu tempat yang memungkinkan me-
reka menangkap Dia tanpa menimbulkan keributan. Inilah
yang membuat mereka sangat gembira.
2. Mereka harus memberikan sejumlah uang kepada Yudas un-
tuk melakukan hal itu. Inilah yang menyukakan hatinya (ay.
5): mereka bermupakat untuk memberikan sejumlah uang ke-
padanya. Mungkin dengan diam-diam ia mencari keterangan
dari Petrus dan Yohanes yang lebih akrab dengan Sang Guru
daripada dia, di manakah Dia berada pada saat itu, dan apa-
kah Ia akan beristirahat sesudah perjamuan Paskah. Kedua
murid itu tidak cukup peka untuk mencurigai dia. Bagaimana-
pun juga, tidak lama kemudian ia mendapatkan apa yang di-
cari-carinya itu dan bisa menentukan waktu dan tempat di
mana penangkapan itu akan dilakukan, tanpa orang banyak
dan tanpa keributan.
Paskah dan Penetapan Perjamuan Malam
(22:7-20)
7 Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus
menyembelih domba Paskah. 8 Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes,
kata-Nya: “Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita
makan.” 9 Kata mereka kepada-Nya: “Di manakah Engkau kehendaki kami
mempersiapkannya?” 10 Jawab-Nya: “jika kamu masuk ke dalam kota,
kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah
dia ke dalam rumah yang dimasukinya, 11 dan katakanlah kepada tuan ru-
mah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku ber-
sama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? 12 Lalu orang itu
akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah
lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya.” 13 Maka berangkatlah
mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada
mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. 14 saat tiba saatnya, Yesus
duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. 15 Kata-Nya kepada
mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu,
sebelum Aku menderita. 16 Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan
memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Tuhan .” 17
Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata:
“Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. 18 Sebab Aku berkata kepada
kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur
sampai Kerajaan Tuhan telah datang.” 19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap
syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-
Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi
peringatan akan Aku.” 20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah
makan; Ia berkata: “Cawan ini yaitu perjanjian baru oleh darah-Ku, yang
ditumpahkan bagi kamu.”
Betapa besarnya harapan kita saat melihat Kristus melakukan
banyak pekerjaan baik melalui khotbah-khotbah-Nya yang disampai-
kan di Bait Tuhan selama masa hari raya Roti Tidak Beragi, yang
berlangsung selama tujuh hari berturut-turut, saat setiap pagi, dan
bahkan pagi-pagi sekali, banyak orang mendengarkan Dia dengan
penuh perhatian! namun di sini berakhirlah semuanya itu. Ia harus
memasuki tahap baru dan melakukan jenis pekerjaan lain. Namun,
dalam pekerjaan ini Ia akan melakukan sesuatu yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, sebab masa sengsara
Kristus dan jemaat-Nya tidak akan berlangsung dengan sia-sia.
Di sini kita melihat:
I. Persiapan yang dilakukan bagi Kristus dan murid-murid-Nya un-
tuk makan domba Paskah tepat pada hari raya Roti Tidak Beragi,
yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah sesuai
dengan ketentuan dalam hukum Taurat (ay. 7). Kristus tunduk
pada hukum Taurat dan mematuhi ketentuan-ketentuannya,
khususnya tentang Paskah. Maksud-Nya yaitu untuk mengajar
kita supaya mematuhi ketentuan-ketentuan Injil-Nya, khususnya
mengenai perjamuan Tuhan, agar kita tidak mengabaikannya.
Mungkin di pagi hari saat Ia pergi untuk mengajar di Bait Tuhan ,
Ia menyuruh Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan perjamu-
an Paskah. Mereka yang mempunyai banyak pelayan untuk
menjalankan pekerjaan duniawi yang sangat banyak, tidak boleh
mengira bahwa dengan begitu mereka berdiam diri saja. Sebalik-
nya, mereka harus lebih giat lagi melibatkan diri dalam pekerjaan
rohani atau melayani masyarakat luas. Ia mengarahkan mereka
yang Ia suruh ke tempat yang mereka harus tujui (ay. 9-10):
mereka harus mengikuti orang yang membawa kendi berisi air, dan
orang itulah yang akan menjadi penunjuk jalan menuju rumah
yang dimaksud. Bisa saja Kristus cukup menggambarkan saja
rumah ini kepada mereka; mungkin rumah itu sudah mere-
ka kenal, dan sebab itu cukuplah kalau Ia hanya berkata, Pergil-
ah ke rumah si anu, atau ke rumah yang terletak di jalan anu, de-
ngan ciri-ciri anu, dan seterusnya. Namun, Ia tidak mengarahkan
mereka dengan cara demikian, untuk mengajar mereka bergan-
tung pada bimbingan Sang Pemelihara, dan mengikuti petunjuk-
Nya langkah demi langkah. Mereka pergi, tanpa mengetahui
tempat yang mereka tuju, dan mereka juga tidak tahu siapa itu
yang mereka ikuti. jika mereka sampai di rumah itu, mereka
harus berharap bahwa tuan rumah itu akan menunjukkan se-
buah ruang kepada mereka (ay. 11), dan tuan rumah itu akan
melakukan hal itu (ay. 12). Tidak dikatakan dengan jelas di sini,
apakah rumah yang dimaksud merupakan rumah seorang saha-
bat atau rumah yang disewakan kepada umum. Namun murid-
murid itu menemukan penunjuk jalan mereka, berikut rumah
dan ruangan yang dimaksud, sesuai dengan yang dikatakan-Nya
kepada mereka. (ay. 13). Barangsiapa pergi sesuai dengan perka-
taan Kristus, tidak perlu khawatir mengalami kekecewaan. Sesuai
dengan perintah yang diberikan kepada mereka, mereka menda-
pati semuanya telah siap untuk perjamuan Paskah (ay. 11).
II. Kekhidmatan perjamuan Paskah menurut hukum Taurat. saat
tiba saatnya mereka harus pergi ke perjamuan malam itu, Yesus
duduk, mungkin di kepala meja, dan kedua belas rasul-Nya juga
duduk bersama-Nya, tak terkecuali Yudas, sebab orang-orang
yang hatinya dipenuhi Iblis dan segala macam kejahatan sangat
mungkin tetap giat dalam hidup keagamaan mereka dan tampak
saleh dalam ibadah luar mereka. Sementara kejahatan itu ber-
langsung di dalam hati mereka, kejahatan itu tidak keluar dalam
bentuk kecemaran apa pun. Kejahatan seperti itu tidak dapat
menghilangkan segala hak istimewa lahiriah yang mereka peroleh
melalui pengakuan iman lahiriah mereka. Meskipun Yudas telah
berdosa melakukan tindakan pengkhianatan secara terbuka, hal
itu belum diketahui oleh masyarakat luas, dan Kristus mengizin-
kan dia ikut duduk bersama rekan-rekannya yang lain pada per-
jamuan Paskah.
Sekarang perhatikanlah:
1. Bagaimana Kristus menyambut kedatangan perjamuan Paskah
ini, untuk mengajarkan kita agar menyambut perayaan Pas-
kah-Nya, perjamuan Tuhan, dengan kerinduan yang sama se-
perti Dia (ay. 15): “Aku sangat rindu, Aku sungguh-sungguh
sangat rindu, makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu,
sebelum Aku menderita.” Ia tahu bahwa kesempatan ini meru-
pakan pendahuluan dari penderitaan-Nya, sebab itu Ia sangat
merindukannya, sebab hal itu selaras dengan kemuliaan
Bapa-Nya dan penebusan umat manusia. Ia sangat bersuka
untuk melakukan bagian dari kehendak Tuhan mengenai diri-
Nya sebagai Sang Perantara. Jadi, akankah kita mundur dari
ibadah kepada-Nya, padahal Ia telah begitu bersemangat maju
dalam karya keselamatan bagi kita? Lihatlah kasih-Nya ke-
pada murid-murid-Nya. Ia sangat rindu makan bersama-sama
mereka, supaya Ia dan mereka dapat bersama-sama untuk
sejenak saja, tanpa kehadiran orang lain, untuk bercakap-
cakap dengan mereka secara pribadi. Kesempatan yang demi-
kian tidak dapat mereka lakukan di Yerusalem selain pada
saat ini saja. Sekarang tiba saatnya Ia akan meninggalkan me-
reka, namun Ia sangat merindukan makan Paskah ini ber-
sama-sama dengan mereka, sebelum Ia menderita, seakan-
akan ini menjadi penghiburan bagi-Nya agar dapat menjalani
penderitaan yang akan segera datang dengan penuh sukacita
dan membuat penderitaan ini menjadi lebih mudah ditang-
gung. Perhatikanlah, Paskah Injil kita, yang kita makan de-
ngan iman bersama-sama Yesus, sungguh menyiapkan hati
kita untuk menghadapi penderitaan, pencobaan, dan kematian
itu sendiri.
2. Bagaimana Kristus minta diri dan meninggalkan semua perja-
muan Paskah. Dengan ini Ia membatalkan semua ibadah hu-
kum upacara keagamaan, yang salah satunya yaitu perjamu-
an Paskah, yang merupakan yang salah satu ibadah yang
paling awal diadakan serta paling utama dan paling dihormati
(ay. 16): “Aku tidak akan memakannya lagi, dan perjamuan ini
juga tidak akan dirayakan lagi oleh murid-murid-Ku, sampai ia
beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Tuhan .”
(1) Hal itu telah digenapi saat Kristus, anak domba Paskah
kita disembelih bagi kita (1Kor. 5:7). sebab itu, perlambang
dan bayang-bayang yang menjadi gambaran dari yang
sejati akan disisihkan, sebab yang sejati dan yang menjadi
penggantinya sekarang telah datang dalam kerajaan Tuhan .
(2) Hal itu telah digenapi dalam perjamuan Tuhan, yang meru-
pakan sebuah ibadah kerajaan Injil, dan di dalamnya perja-
muan Paskah telah digenapi. sesudah pencurahan Roh Ku-
dus, murid-murid Tuhan sering merayakan perjamuan ini,
seperti yang kita baca dalam Kisah Para Rasul 2:42, 46.
Mereka makan perjamuan itu, dan dapat dikatakan Kristus
juga turut makan bersama mereka, sebab ada persekutu-
an rohani bersama Dia dalam ibadah perjamuan itu. Dika-
takan bahwa Ia makan bersama-sama mereka dan mereka
bersama-sama dengan Dia, (Why. 3:20). Namun,
(3) Kegenapan sempurna dari peringatan kemerdekaan itu
akan berlangsung dalam kerajaan kemuliaan, saat selu-
ruh Israel rohani Tuhan akan dibebaskan dari ikatan
kematian dan dosa serta ditempatkan di tanah perjanjian.
Apa yang telah Ia katakan perihal makan anak domba Pas-
kah, diulangi kembali dalam hal minum anggur Paskah,
yaitu cawan berkat atau cawan ucapan syukur. Pada ke-
sempatan itu, orang-orang yang hadir mengikat janji ber-
sama-sama dengan Sang Pemimpin perjamuan pada akhir
perjamuan Paskah. Menurut kebiasaan yang berlaku, Ia
mengambil sebuah cawan dan mengucap syukur atas pem-
bebasan umat Israel dari tanah Mesir serta atas penyela-
matan anak-anak sulung dari kematian, lalu berkata: Am-
billah ini dan bagikanlah di antara kamu (ay. 17). Mungkin
sebab bobot dan nilainya yang sangat tinggi sebagai da-
rah-Nya sendiri dalam Perjanjian Baru, Ia membagikan ca-
wan ini kepada semua orang, untuk mengajar mereka un-
tuk menerapkannya bagi jiwa mereka sendiri. Mengingat
bahwa upacara cawan Paskah itu akan dihapuskan, Ia
tidak mengatakan sesuatu seperti yang biasa dikatakan se-
telah upacara sakramen cawan itu. Ia cukup berkata, “Am-
billah ini dan bagikanlah di antara kamu, lakukan apa yang
kamu ingin lakukan dengan itu, sebab kita tidak akan
melakukan hal ini lagi (ay. 18). Mulai dari sekarang ini Aku
tidak akan minum lagi hasil pokok anggur, Aku tidak akan
minum lagi, sampai Kerajaan Tuhan datang, sampai Roh di-
curahkan, dan kemudian kamu akan berada di dalam iba-
dah perjamuan Tuhan untuk merayakan penebusan yang
jauh lebih mulia, yang selama ini dilambangkan oleh peris-
tiwa penyelamatan Israel keluar dari Mesir dan perayaan
Paskah. Kerajaan Tuhan sekarang sudah begitu dekat saat-
nya untuk didirikan, sehingga kamu tidak perlu makan
dan minum lagi sampai Kerajaan itu datang.” Kematian
Kristus pada hari berikutnya telah membuka pintu bagi
datangnya Kerajaan itu. sebab Kristus dengan sangat se-
nang hati meninggalkan semua perayaan yang hanya
bersifat hukum lahiriah saja (termasuk perayaan Paskah)
demi ibadah-ibadah yang Injili, baik yang bersifat rohaniah
maupun yang bersifat sakramen, demikian pula hendaknya
orang-orang Kristen yang baik harus dengan penuh suka-
cita beralih dari aturan-aturan berjemaat yang kaku kepa-
da perayaan yang penuh kemenangan, dan bahkan dengan
penuh sukacita mengubah makanan rohani mereka yang
lebih bersifat sakramen untuk perayaan yang bersifat ke-
kal.
III. Penetapan perjamuan Tuhan (ay. 19-20). Paskah dan pembebasan
umat Israel keluar dari negeri Mesir merupakan tanda-tanda khas
dan bersifat nubuatan mengenai kedatangan Kristus, yang melalui
kematian-Nya akan membebaskan kita dari dosa dan kematian
serta penindasan Iblis. Mereka tidak akan lagi berkata, Demi
Tuhan yang hidup yang menuntun orang Israel keluar dari tanah
Mesir, sebab suatu pembebasan yang jauh lebih besar akan
menutupi kemuliaan seruan itu, dan sebab itu perjamuan Tuhan
ditetapkan menjadi ibadah yang menunjukkan tanda atau peri-
ngatan bahwa Kristus telah datang, bahwa melalui kematian-Nya
Ia telah membebaskan kita, dan dalam ibadah itu kematian-Nya
secara khusus dibentangkan di hadapan kita.
1. Pemecahan tubuh Kristus sebagai pengorbanan bagi kita di sini
dilambangkan dengan upacara pemecahan roti, sementara
pengorbanan menurut hukum Taurat disebut santapan Tuhan
kita (Im. 21:6, 8, 17): Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi
kamu. Ada perayaan yang diselenggarakan pada upacara pe-
ngorbanan yang ditetapkan itu, dan kita harus merayakannya
bagi diri kita sendiri serta memetik berkat dan penghiburan -
yang ada di dalamnya. Roti yang diberikan kepada kita ini,
diberikan agar dapat menjadi makanan bagi jiwa kita, sebab
tidak ada yang lebih menyehatkan dan memuaskan jiwa kita
selain pengajaran yang menyatakan bahwa Kristus telah men-
jadi pendamaian bagi dosa-dosa kita dan menjamin kepen-
tingan kita dalam pendamaian itu. Roti ini dipecah-pecahkan
dan diberikan kepada kita untuk memenuhi tuntutan atas
dosa-dosa kita, dipecah-pecahkan dan diberikan kepada kita
untuk memuaskan hasrat dan kerinduan jiwa kita. Hal ini kita
lakukan sebagai peringatan tentang apa yang telah Ia perbuat
bagi kita saat Ia mati bagi kita dan sebagai peringatan ten-
tang apa yang kita perbuat dalam menjadikan diri kita menjadi
bagian dari Dia, serta mengikat diri kita kepada-Nya dalam
sebuah perjanjian yang kekal, seperti batu yang didirikan
Yosua untuk menjadi saksi (Yos. 24:27).
2. Penumpahan darah Kristus, yang dengannya pendamaian itu
dibuat bagi kita (sebab darah itu menjadi pendamaian bagi
nyawa kita, Im. 17:11), seperti dilambangkan dengan anggur
di dalam cawan. Cawan berisi anggur itu menjadi tanda dan
bukti Perjanjian Baru atau wasiat baru yang dibuat dengan
kita. Cawan anggur ini memperingati ditebusnya wasiat itu
melalui darah Kristus dan menegaskan semua janji yang ada
dalam wasiat ini , yang yaitu Ya dan Amin di dalam Dia.
Hal ini akan menghidupkan dan menyegarkan jiwa kita, seper-
ti anggur yang menyukakan hati manusia. Setiap kali kita
memperingati penumpahan darah Kristus itu, kita harus ingat
bahwa darah itu ditumpahkan bagi kita. Kita membutuhkan-
nya, kita berpegang teguh padanya, dan berharap memperoleh
berkat melalui penumpahan darah itu; Anak Tuhan yang telah
mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Dalam
semua penghormatan kita pada Perjanjian Baru, kita harus
ingat akan darah Kristus yang memberi hidup dan keberadaan
pada perjanjian itu serta yang telah memeteraikan semua janji
yang ada di dalamnya bagi kita. Kalau bukan sebab darah
Kristus, kita tidak akan pernah memiliki Perjanjian Baru, dan
kalau bukan sebab Perjanjian Baru, kita tidak akan pernah
mengenal arti penumpahan darah Kristus.
Kristus Menguatkan Hati Murid-murid-Nya
(22:21-38)
21 “namun , lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan
Aku di meja ini. 22 Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang te-
lah ditetapkan, akan namun , celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!” 23
Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan
berbuat demikian. 24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid
Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. 25 Yesus
berkata kepada mereka: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah warga mere-
ka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-
pelindung. 26 namun kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di an-
tara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin seba-
gai pelayan. 27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau
yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? namun Aku ada di tengah-
tengah kamu sebagai pelayan. 28 Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama
dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. 29 Dan Aku menentu-
kan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentu-
kannya bagi-Ku, 30 bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku
di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk meng-
hakimi kedua belas suku Israel. 31 Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut
untuk menampi kamu seperti gandum, 32 namun Aku telah berdoa untuk
engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah
insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” 33 Jawab Petrus: “Tuhan, aku berse-
dia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” 34 namun Yesus
berkata: “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok,
sebelum engkau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.” 35 Lalu
Ia berkata kepada mereka: “saat Aku mengutus kamu dengan tiada mem-
bawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?” 36
Jawab mereka: “Suatu pun tidak.” Kata-Nya kepada mereka: “namun seka-
rang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya,
demikian juga yang mempunyai bekal; dan siapa yang tidak mempunyainya
hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. 37 Sebab Aku berkata
kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku: Ia akan ter-
hitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang
Aku sedang digenapi.” 38 Kata mereka: “Tuhan, ini dua pedang.” Jawab-Nya:
“Sudah cukup.”
Dalam perikop ini kita membaca perihal percakapan Kristus dengan
murid-murid-Nya sesudah makan malam. Banyak di antaranya meru-
pakan hal yang baru di sini, sementara dalam Injil Yohanes kita akan
menemukan sejumlah tambahan lain. Kita harus meneladani cara
Kristus untuk menghibur dan mencerahkan hati keluarga dan saha-
bat-sahabat kita dengan percakapan semacam itu di meja makan,
sebab cara ini sangat baik dan dapat digunakan untuk mencerah-
kan hati serta menyalurkan kasih karunia kepada pendengar. Khu-
susnya sesudah kita berhimpun untuk mengikuti perjamuan Tuhan,
kita dapat melakukan persekutuan Kristen agar dapat saling me-
nguatkan dan tetap berada dalam keadaan yang baik. Hal-hal yang
dibicarakan Kristus di sini yaitu hal-hal yang berbobot dan sesuai
dengan keadaan sekarang.
I. Kristus berbicara dengan murid-murid-Nya perihal orang yang
akan mengkhianati Dia, orang yang juga turut hadir pada saat
itu.
1. Ia menunjukkan kepada mereka bahwa pengkhianat itu seka-
rang ada di antara mereka dan ia yaitu salah satu dari me-
reka (ay. 21). Dengan menempatkan percakapan ini sesudah
penetapan perjamuan Tuhan, meskipun dalam Injil Matius
dan Markus ditempatkan sebelum penetapan itu, tampak jelas
bahwa Yudas juga turut menerima perjamuan Tuhan, turut
makan dari roti itu dan minum dari cawan itu. sebab , sesudah
kekhidmatan itu berlalu, Kristus berkata, “Lihat, tangan orang
yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.”
Akan selalu ada orang-orang yang telah makan roti bersama-
sama dengan Kristus namun juga menyerahkan Dia.
2. Ia menubuatkan bahwa pengkhianatan yang direncanakan itu
akan terjadi (ay. 22): Anak Manusia memang akan pergi seperti
yang telah ditetapkan, pergi ke tempat Ia akan diserahkan ka-
rena Ia akan diserahkan oleh rancangan dan sepengetahuan
Tuhan , sebab kalau tidak, Yudas tidak akan mampu menyerah-
kan Dia. Kristus tidak dipaksa untuk menerima penderitaan-
Nya, sebaliknya dengan penuh sukacita Ia mendatangi penderi-
taan itu. Ia berkata, “Sungguh, Aku datang.”
3. Ia mengancam si pengkhianat: Celakalah orang yang olehnya
Ia diserahkan. Perhatikanlah, kesabaran orang-orang kudus
dalam penderitaan mereka serta rancangan Tuhan perihal pen-
deritaan mereka tidak akan menjadi alasan untuk memaafkan
orang-orang yang menimbulkan penderitaan itu atau yang
menganiaya mereka. Meskipun Tuhan telah menetapkan bahwa
Kristus akan diserahkan dan Ia sendiri dengan penuh sukacita
menyerahkan Diri kepada penderitaan itu, dosa atau hukum-
an Yudas sama sekali tidak akan berkurang.
4. Dengan mengatakan bahwa orang itu yaitu salah satu dari
antara mereka tanpa menyebut nama yang bersangkutan (ay.
23), Ia menimbulkan ketakutan para murid lainnya sehingga
mereka mencurigai diri mereka sendiri: Lalu mulailah mereka
mempersoalkan, memeriksa diri sendiri, mempertanyakan diri
sendiri, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian,
yang sedemikian hina sampai mau melakukan yang seperti itu
terhadap Sang Guru yang begitu baik. Pertanyaannya bukan-
lah, “Kamukah itu?” atau, “Apakah orangnya seperti anu?”,
namun , “Apakah aku?”
II. Perihal pertengkaran di antara mereka tentang siapa yang paling
terkemuka dan terbesar.
1. Lihatlah apa yang mereka pertengkarkan: Siapakah yang da-
pat dianggap terbesar di antara mereka. Banyaknya persaingan
di antara para murid untuk memperebutkan kehormatan dan
kekuasaan, yang terjadi sebelum Roh Kudus dicurahkan ke
atas mereka, merupakan pertanda buruk tentang apa yang
akan terjadi di kemudian hari. Kelak, sesudah Roh Kudus
didukakan dan terpaksa meninggalkan jemaat, banyak orang
akan mempertengkarkan hal serupa sebab mencintai kebe-
saran dan kekuasaan di dalam gereja. Betapa tidak selarasnya
ayat ini dengan ayat sebelumnya! Sebelumnya mereka mem-
pertanyakan siapa yang akan menjadi pengkhianat, dan seka-
rang mereka mempertengkarkan siapa yang akan menjadi
pemimpin. Bagaimana mungkin kerendahan hati dan kesom-
bongan serta keangkuhan seperti ini bisa ada di dalam diri
orang-orang yang sama dan begitu akrab satu sama lain? Ini
seperti air tawar dan air pahit keluar dari mata air yang sama.
Betapa hati manusia yang menipu itu sarat dengan perten-
tangan diri!
2. Lihatlah apa yang dikatakan Kristus mengenai pertengkaran
ini. Ia tidak memarahi mereka seperti yang mungkin diduga
orang (Ia sering menegur mereka sebab hal yang sama), namun
dengan lembut Ia menunjukkan dosa dan kebodohan mereka.
(1) Pertengkaran ini akan membuat mereka sama seperti raja-
raja bangsa-bangsa, yang menyukai kegagahan duniawi
dan kekuasaan duniawi (ay. 25). Mereka memerintah warga
mereka dan berusaha memerintah penguasa-penguasa lain
yang ada di sekitar mereka, bila tidak sekuat mereka, mes-
kipun penguasa-penguasa itu sama baiknya seperti mere-
ka. Perhatikanlah, kalau memiliki keinginan memerintah,
lebih baik menjadi raja-raja bangsa-bangsa daripada men-
jadi pelayan Kristus. namun amatilah, orang-orang yang
menjalankan kuasa atas orang-orang lain, dan mengemban
kekuasaan dan menetapkan hukum, mereka ini disebut
pelindung-pelindung – Euergetas. Begitulah mereka menye-
but diri mereka sendiri. Demikian juga para penjilat mereka
dan orang-orang yang melayani kepentingan mereka me-
manggil mereka. Mereka berpura-pura menjadi pelindung,
dan sebab tanggung jawab itu, mereka merasa memiliki
wewenang untuk menetapkan peraturan. Dalam menjalan-
kan kekuasaan itulah mereka merasa diri sebagai pelin-
dung. Bagaimanapun juga, sesungguhnya mereka melayani
diri mereka sendiri, meskipun mereka menganggap bahwa
mereka melayani negeri mereka. Salah satu raja dari di-
nasti Ptolemy di Mesir Kuno memiliki nama belakang
Euergetes – Sang Pelindung. Sekarang, dengan memperhati-
kan pertengkaran murid-murid ini, Juruselamat kita me-
nunjukkan:
[1] Bahwa berbuat baik jauh lebih terhormat daripada men-
jadi orang besar. Bukan para penguasa, yang suka me-
nimbulkan ketakutan di dunia orang-orang hidup, yang
disebut orang terhormat, melainkan mereka yang ber-
buat baik bagi orang miskin. sebab itu, berdasarkan
pengakuan mereka sendiri, seharusnya seorang yang
berbuat baik bagi negerinya jauh lebih terpuji daripada
seorang penguasa negeri.
[2] Bahwa berbuat baik merupakan cara paling pasti untuk
menjadi besar. Kalau tidak, pastilah orang-orang yang
ingin menjadi penguasa tidak akan begitu berhasrat di-
sebut Pelindung-pelindung. sebab itu, Ia menghendaki
agar murid-murid-Nya percaya bahwa kehormatan me-
reka yang terbesar yaitu melakukan semua hal yang
baik di dunia ini. Mereka akan benar-benar menjadi pe-
lindung-pelindung bagi dunia ini dengan memberitakan
Injil kepada dunia ini. Biarkan dunia sendiri yang mem-
berikan gelar penghargaan itu kepada mereka, gelar
yang sesungguhnya memang layak diberikan kepada
mereka. Mereka tidak perlu saling bertengkar satu sama
lain tentang siapa yang terbesar, sebab mereka semua
akan menjadi pembawa berkat yang terbesar kepada
umat manusia dibandingkan dengan raja-raja dunia ini
yang memerintah atas mereka. Jika mereka ingin diakui
sebagai pelindung-pelindung yang terbesar, biarlah me-
reka memandang rendah keinginan untuk menjadi pe-
nguasa.
(2) Pertengkaran itu akan membuat mereka tidak seperti mu-
rid-murid Kristus dan tidak seperti Kristus sendiri, “Kamu
tidaklah demikian,” (ay. 26-27). “Kamu tidak pernah dimak-
sudkan untuk memerintah atas orang lain, kecuali oleh
kuasa kebenaran dan anugerah; sebaliknya, kamu harus
melayani.” saat para pemimpin jemaat lebih menyukai
penampilan dan kekuasaan lahiriah dan menyokong diri
dengan kepentingan dan pengaruh duniawi, mereka meren-
dahkan jabatan mereka; dan ini merupakan suatu tanda
kemunduran seperti halnya bangsa Israel yang meminta
seorang raja untuk memerintah mereka seperti pada segala
bangsa-bangsa lain di sekitar mereka, padahal Tuhan ada-
lah Raja atas mereka.
Lihatlah di sini:
[1] Peraturan yang diberikan Kristus kepada murid-murid-
Nya: Siapa yang terbesar di antara kamu, yang paling di-
tuakan, yang diutamakan sebab usianya, hendaklah
menjadi yang termuda, baik dalam hal kedudukan (hen-
daklah ia duduk bersama-sama dengan yang lebih
muda, bersikap bebas dan akrab dengan mereka), mau-
pun dalam hal kegiatan dan pekerjaan. Biasanya kita
mengatakan, Juniores ad labores, seniores ad honores –
Hendaknya yang muda bekerja, dan yang tua menerima
kehormatan. Namun, sebaiknya, hendaknya yang tua
ikut menanggung beban bersama yang muda. Usia dan
kehormatan bukanlah jaminan bahwa mereka boleh
enak-enak, namun justru sebaliknya mereka harus be-
kerja dua kali lipat. Dan ia yang menjadi pemimpin, ho
hēgoumenos – ketua kelompok atau jemaat, hendaknya
menjadi orang yang melayani, hōs ho diakonōn – sebagai
pelayan jemaat. Jika ada kesempatan, hendaknya ia
merendahkan dirinya untuk melakukan pelayanan yang
paling rendah dan paling melelahkan demi kepentingan
orang banyak.
[2] Contoh yang diberikan Kristus sendiri mengenai per-
aturan tadi: Sebab siapakah yang lebih besar: yang
duduk makan, atau yang melayani? Yang melayani atau
yang dilayani? Sekarang Kristus berada di antara mu-
rid-murid-Nya seperti seorang yang melayani tamu-
tamu makan. Ia jauh dari sikap menganggap diri lebih
tinggi atau mau enak-enak saja. Sebaliknya, dengan
mengundang mereka mengikuti Dia, Dia menyediakan
diri untuk melakukan segala pekerjaan baik dan pela-
yanan bagi mereka. Saksikanlah bagaimana Ia mencuci
kaki murid-murid-Nya. Akankah mereka mengambil
rupa sebagai seorang penguasa padahal mereka menye-
but diri mereka pengikut Dia yang mengambil rupa se-
orang hamba?
(3) Seharusnya mereka tidak bertengkar soal kehormatan dan
kebesaran duniawi, sebab Kristus telah menyediakan ke-
hormatan yang lebih baik bagi mereka, yang sifatnya lain,
yaitu sebuah kerajaan, sebuah pesta, dan sebuah mahkota.
Setiap orang akan mendapatkan yang sama, jadi tidak
perlu mencari-cari siapa yang lebih utama (ay. 28-30).
Perhatikanlah di sini:
[1] Kristus menghargai kesetiaan murid-murid-Nya kepada-
Nya. Penghargaan-Nya sudah merupakan suatu kehor-
matan bagi mereka, jadi mereka tidak perlu mengejar
yang lebih besar lagi. Pujian-Nya kepada mereka sangat
menyanjung: “Kamulah yang tetap tinggal bersama-
sama dengan Aku dalam segala pencobaan yang Aku
alami, kamulah orang-orang yang tetap berdiri di sam-
ping-Ku dan berpihak kepada-Ku sementara yang lain
telah meninggalkan dan membelakangi Aku.” Kristus
telah mengalami banyak pencobaan. Ia telah dilecehkan
dan ditolak banyak orang, dituduh dan dikecam dengan
tajam, serta menanggung bantahan dari pihak orang-
orang berdosa. Namun, murid-murid-Nya selalu bersa-
ma Dia dan turut menderita bersama-Nya. Itu hanyalah
bantuan kecil yang dapat mereka berikan kepada-Nya,
atau pelayanan kecil yang dapat mereka lakukan bagi-
Nya. Meskipun begitu, Ia sangat menghargai bahwa me-
reka tetap tinggal bersama-sama Dia, dan mengakui
kebaikan hati mereka itu, walaupun sebenarnya hanya
berkat bantuan anugerah-Nyalah mereka dapat ber-
tahan untuk bersama-sama Dia. Murid-murid Kristus
penuh dengan kekurangan dalam melaksanakan tugas-
tugas mereka. Kita melihat betapa mereka sering mela-
kukan banyak kesalahan dan memiliki banyak kele-
mahan, mereka begitu lamban untuk mengerti dan be-
gitu mudah lupa, serta sering melakukan kesalahan
besar sebab kurang berhati-hati. Namun, Guru mereka
mengabaikan semua hal itu dan melupakannya. Ia tidak
membentak atau menegur mereka atas semua kelemah-
an ini, namun justru memberikan kesaksian yang patut
dikenang tentang mereka, Kamulah yang tetap tinggal
bersama-sama dengan Aku. Begitulah Ia memuji mereka
pada saat perpisahan, untuk menunjukkan betapa Ia
menghargai mereka yang berhati jujur dan tulus ke-
pada-Nya.
[2] Pahala yang Ia rancang atas kesetiaan mereka: Aku me-
nentukan, diatithemai, Aku memberikan hak-hak Kera-
jaan bagi kamu. Atau dengan perkataan lain, Aku me-
nentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti
Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan
makan dan minum bersama-sama dengan Aku. Ini arti-
nya, pertama, apa yang akan dilakukan-Nya bagi mere-
ka di dunia ini. Tuhan memberikan bagi Anak-Nya se-
buah kerajaan di antara umat manusia, jemaat yang
Injili. Ia yang menjadi Kepala, menghidupkan, mengge-
rakkan, dan memerintah kerajaan ini. Kerajaan inilah
yang Ia tetapkan bagi murid-murid-Nya dan para pene-
rus mereka dalam pelayanan Injil, sehingga mereka
dapat menikmati penghiburan dan hak-hak istimewa
dari Injil, meneruskannya kepada orang lain melalui
ketentuan-ketentuan Injil, dan duduk di atas takhta
sebagai pejabat jemaat. Mereka bukan hanya dinyata-
kan, namun didorong untuk menghakimi kedua belas
suku Israel yang tetap bertahan dalam ketidaksetiaan
mereka, dan untuk menyatakan murka Tuhan terhadap
mereka, serta memerintah bangsa Israel yang Injili,
bangsa Israel rohani, sesuai dengan peraturan jemaat
yang telah dilembagakan, dan melakukannya dengan
penuh kelemahlembutan dan kasih. Inilah kehormatan
yang disediakan bagi kita semua. Atau, kedua, apa yang
akan Ia lakukan bagi mereka dalam kehidupan yang
akan datang, yang saya anggap sebagai tujuan utama
Kristus. Biarlah mereka melanjutkan pelayanan mereka
di dunia ini, namun hendaknya tujuan utama mereka
yaitu dalam kehidupan yang akan datang. Tuhan akan
memberikan kepada mereka kerajaan, yang di dalam-
nya mereka pasti akan memiliki:
1. Hidangan yang terbaik; sebab mereka akan makan
dan minum semeja dengan Kristus di dalam Kera-
jaan-Nya, seperti yang telah Ia katakan sebelumnya
(ay. 16, 18). Mereka akan turut mengambil bagian
dalam sukacita dan kesenangan yang Ia dapatkan
melalui pelayaan dan penderitaan-Nya. Jiwa mereka
akan sangat dipuaskan saat melihat dan menik-
mati hadirat Tuhan . Di sanalah mereka akan mene-
mukan kumpulan yang terbaik, seperti layaknya
dalam pesta, yang penuh dengan kasih mesra yang
sempurna.
2. Penghormatan tertinggi: “Kamu bukan hanya akan
makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Ke-
rajaan-Ku, seperti Mefiboset yang makan sehidangan
dengan Daud, namun kamu juga akan duduk bersa-
ma-sama dengan Aku di atas takhta-Ku (Why. 3:21).
Pada hari yang mulia itu kamu akan duduk di atas
takhta, membantu Kristus untuk membenarkan dan
mendukung penghakiman-Nya atas kedua belas
suku Israel.” Kalau orang-orang kudus akan meng-
hakimi dunia (1Kor. 6:2), terlebih lagi jemaat orang
percaya.
III. Perihal penyangkalan Petrus terhadap Dia.
Dalam bagian percakapan ini, kita dapat mengamati:
1. Pemberitahuan yang disampaikan kepada Petrus perihal ren-
cana Iblis terhadap dirinya serta murid-murid lainnya (ay. 31):
Tuhan bersabda, Simon, Simon, perhatikan baik-baik yang Aku
katakan; Iblis telah menuntut untuk menguasai kamu semua,
supaya ia dapat menampi kamu seperti gandum. Petrus yang
biasanya menjadi mulut bagi mereka semua untuk berbicara
kepada Kristus, di sini dibuat menjadi telinga bagi mereka se-
mua. Apa yang dirancang untuk memberi peringatan kepada
mereka semua (kamu semua akan tergoncang imanmu sebab
Aku), sekarang ditujukan kepada Petrus seorang, sebab dia-
lah yang menjadi sasaran utama si penggoda: Iblis telah me-
nuntut kamu. Mungkin Iblis telah mendakwa murid-murid itu
di hadapan Tuhan bahwa mereka itu seperti tentara bayaran
saja dalam mengiring Kristus, bahwa mereka tidak mengingin-
kan apa pun selain untuk memperkaya dan memajukan diri
sendiri di dunia ini, seperti yang dituduhkan kepada Ayub.
“Tidak,” kata Tuhan , “Mereka yaitu orang-orang yang jujur
dan dapat dipercaya.” “Izinkanlah aku mencobai mereka,” kata
Iblis, “dan khususnya Petrus.” Iblis menginginkan mereka se-
mua, agar ia dapat menampi mereka, supaya dapat menun-
jukkan bahwa mereka hanyalah kulit ari, dan bukan gandum.
Masalah yang sedang menghadang mereka sekarang yaitu
penampian, untuk menguji apa yang ada di dalam diri mereka.
Itu belum semuanya; Iblis menuntut untuk menampi mereka
dengan pencobaan-pencobaannya dan berusaha keras mena-
rik mereka agar berbuat dosa dengan kesulitan-kesulitan itu,
untuk mengacaukan dan membingungkan mereka, seperti
butiran jagung yang bila ditampi akan menerbangkan semua
kulit arinya, atau lebih seperti gandum yang bila ditampi
hanya akan menyisakan kulit ari belaka. Perhatikanlah, Iblis
tidak dapat mencobai mereka jika Tuhan tidak memberikan izin
kepadanya: Ia telah menuntut mereka, seperti ia memohon izin
kepada Tuhan untuk menguji dan mencobai Ayub. Exetesato –
“Ia telah menantang kamu, berusaha keras untuk membukti-
kan bahwa kamu yaitu orang-orang munafik, khususnya
Petrus, yang terdepan di antara kamu.” Sebagian orang me-
ngatakan bahwa Iblis menuntut izin untuk menampi mereka
sebagai hukuman atas pertengkaran yang mereka lakukan
tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Dalam
pertengkaran itu, mungkin Petruslah yang paling bersikeras,
sehingga Iblis berkata, “Serahkan mereka kepadaku, aku akan
menampi mereka sebab pertengkaran itu.”
2. Dorongan khusus yang Ia berikan kepada Petrus sehubungan
dengan ujian ini, “namun Aku telah berdoa untuk engkau, sebab
meskipun Iblis menuntut mereka semua, ia diizinkan untuk
memberikan pukulan awal yang terberat hanya kepadamu.
Engkau yang akan diserang dengan sangat ganas, namun Aku
telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur, agar
imanmu jangan gugur sepenuhnya yang pada akhirnya mem-
buat engkau sama sekali gugur.”
Perhatikanlah:
(1) Jika iman tetap terpelihara pada saat pencobaan, sekali-
pun jatuh, kita tidaklah akan sampai tergeletak. Iman akan
memadamkan semua panah api Iblis. Meskipun ada
banyak kegagalan dalam iman orang-orang yang sungguh-
sungguh percaya, iman mereka tidak akan gugur sepenuh-
nya. Benih dan akar iman itulah yang tetap ada di dalam
diri mereka.
(3) Semua itu dapat terjadi berkat doa dan permohonan sya-
faat Tuhan Yesus Kristus, sehingga iman murid-murid-Nya
yang meskipun adakalanya sangat terguncang, tetap tidak
akan tenggelam. Jika mereka ditinggal sendirian, mereka
akan gugur. namun mereka dipelihara dalam kekuatan
Tuhan dan doa Kristus. Doa permohonan yang dinaikkan
Kristus bukan hanya bersifat umum, bagi semua orang
yang percaya, namun juga bersifat khusus bagi orang-orang
percaya tertentu (Aku telah berdoa untuk engkau). Ini ber-
arti kita perlu berdoa bagi diri kita sendiri dan orang lain
juga.
3. Tugas yang Ia berikan kepada Petrus untuk menolong orang
lain seperti dia sendiri telah ditolong oleh Tuhan : “Jikalau eng-
kau sudah