u sumber kewe-
nangan-Nya kepada mereka yang mengetahui bahwa bap-
tisan Yohanes Pembaptis berasal dari sorga namun tidak
mau memercayainya dan mengakui apa yang mereka keta-
hui sendiri (ay. 7-8).
Perumpamaan mengenai Kebun Anggur
dan Penggarap-penggarapnya
(20:9-19)
9 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada orang banyak: “Seorang
membuka kebun anggur; kemudian ia menyewakannya kepada penggarap-
penggarap lalu berangkat ke negeri lain untuk waktu yang agak lama. 10 Dan
saat sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada peng-
garap-penggarap itu, supaya mereka menyerahkan sebagian dari hasil kebun
anggur itu kepadanya. namun penggarap-penggarap itu memukul hamba itu
dan menyuruhnya pulang dengan tangan hampa. 11 Sesudah itu ia menyu-
ruh seorang hamba yang lain, namun hamba itu juga dipukul dan dipermalu-
kan oleh mereka, lalu disuruh pulang dengan tangan hampa. 12 Selanjutnya
ia menyuruh hamba yang ketiga, namun orang itu juga dilukai oleh mereka,
lalu dilemparkan ke luar kebun itu. 13 Maka kata tuan kebun anggur itu:
Apakah yang harus kuperbuat? Aku akan menyuruh anakku yang kekasih;
tentu ia mereka segani. 14 namun saat penggarap-penggarap itu melihat
anaknya itu, mereka berunding, katanya: Ia yaitu ahli waris, mari kita bu-
nuh dia, supaya warisan ini menjadi milik kita. 15 Lalu mereka melemparkan
dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya. Sekarang apa yang akan
dilakukan oleh tuan kebun anggur itu dengan mereka? 16 Ia akan datang dan
membinasakan penggarap-penggarap itu, dan mempercayakan kebun anggur
itu kepada orang-orang lain.” Mendengar itu mereka berkata: “Sekali-kali
jangan!” 17 namun Yesus memandang mereka dan berkata: “Jika demikian
apakah arti nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah
menjadi batu penjuru? 18 Barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur,
dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.” 19 Lalu ahli-ahli Taurat
dan imam-imam kepala berusaha menangkap Dia pada saat itu juga, sebab
mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpama-
an itu, namun mereka takut kepada orang banyak.
Kristus mengatakan perumpamaan ini untuk menentang mereka
yang bersikeras tidak bersedia mengakui kewenangan-Nya, walaupun
buktinya sudah sangat jelas dan meyakinkan. Perumpamaan ini sa-
ngatlah tepat diberikan pada saat itu untuk menunjukkan bahwa de-
ngan mempertanyakan kewenangan-Nya, mereka kehilangan kewe-
nangan mereka sendiri. Dengan tidak mengakui tuan pemilik kebun
anggur itu, dengan sendirinya mereka juga memutuskan masa sewa
mereka atas kebun anggur ini , dan kehilangan segala hak me-
reka.
I. Tidak ada hal yang ditambahkan dalam perumpamaan ini diban-
ding dengan apa yang telah kita temukan sebelumya dalam Injil
Matius dan Markus. Maksud perumpamaan ini yaitu untuk me-
nunjukkan bahwa bangsa Yahudi, dengan menganiaya para nabi,
dan Kristus sendiri pada akhirnya, telah membangkitkan amarah
Tuhan untuk mengambil segala hak-hak istimewa mereka sebagai
umat Tuhan , dan membiarkan mereka binasa.
Ini mengajarkan kepada kita:
1. Bahwa orang-orang yang menikmati berbagai keistimewaan se-
bagai anggota jemaat di dunia sekarang ini yaitu seperti pe-
nyewa dan penggarap yang menyewa dan mengelola kebun
anggur. Dengan membangun agama yang mendapat pewahyu-
an dari Dia dan dengan menetapkan berbagai perintah-Nya di
dunia ini, Tuhan telah menanami sebuah kebun anggur. Kebun
anggur ini Ia percayakan kepada orang-orang di mana tempat
kediaman-Nya berada (ay. 9). Jadi orang-orang ini mempunyai
pekerjaan yang harus dilakukan di kebun anggur itu. Pekerja-
an ini sangat diperlukan dan harus dilakukan terus. Walau-
pun begitu, pekerjaan ini menyenangkan dan memberikan
keuntungan. Walaupun sebab dosa, manusia telah dikutuk
untuk mengusahakan tanah, mereka yang diterima dalam
jemaat dipulihkan untuk melakukan pekerjaan Adam yang
mula-mula yang tanpa dosa, untuk menghiasi taman dan me-
meliharanya. Kumpulan jemaat yaitu firdaus dan Kristus
yaitu pohon kehidupan di dalamnya. Mereka juga berkewa-
jiban untuk mempersembahkan buah-buah anggur kepada
sang Tuan pemilik kebun anggur. Ada biaya sewa yang harus
dibayarkan dan pelayanan yang harus dilakukan, yang sekali-
pun tidak seimbang dengan syarat-syarat sewa-menyewa yang
ditetapkan, tetap harus dilakukan dan dibayarkan.
2. Bahwa pekerjaan para pelayan Tuhan yaitu untuk memanggil
mereka yang menikmati keistimewaan sebagai anggota gereja
untuk turut mengeluarkan buah yang sesuai. Mereka yaitu
para penagih sewa Tuhan , untuk mengingatkan jemaat akan
tunggakan sewa mereka yang telah jatuh tempo, atau lebih
tepatnya untuk mengingatkan mereka bahwa mereka memiliki
seorang tuan tanah yang berharap untuk mendengar dari me-
reka, dan untuk menerima pengakuan bahwa mereka bergan-
tung pada Dia dan mempunyai berbagai kewajiban terhadap-
Nya (ay. 10). Nabi-nabi Perjanjian Lama diutus kepada jemaat
Yahudi untuk melaksanakan tugas ini, untuk menuntut dari
mereka kewajiban dan ketaatan yang menjadi utang mereka
kepada Tuhan .
3. Bahwa sering kali para pelayan Tuhan yang setia dianiaya de-
ngan keji oleh penyewa-penyewa-Nya sendiri. Mereka dipukuli
dan diperlakukan secara memalukan oleh orang-orang yang
bersikeras menyuruh mereka pulang dengan tangan hampa.
Mereka yang bersikeras tidak mau memenuhi kewajiban mere-
ka kepada Tuhan , tidak dapat tahan jika dipanggil untuk me-
menuhi kewajiban mereka itu. Beberapa orang terbaik di
dunia ini telah mendapat perbuatan yang sungguh keras sede-
mikian itu akibat pelayanan terbaik yang mereka berikan.
4. Bahwa Tuhan mengutus Anak-Nya ke dunia untuk meneruskan
tugas yang sama yang diberikan kepada para nabi, untuk me-
ngumpulkan buah-buah kebun anggur itu untuk Tuhan . Orang
pasti akan berpikir bahwa Anak-Nya ini akan dihormati
dan diterima. Para nabi berbicara sebagai hamba-hamba, de-
ngan berkata, beginilah firman (kata) Tuhan, namun Kristus
sebagai Anak, langsung berkata di antara milik-Nya sendiri de-
ngan, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu.” Dengan mem-
berikan kehormatan seperti ini ke atas mereka dengan mengi-
rimkan Anak-Nya, orang akan berpikir, pasti akan berhasil.
5. Bahwa mereka yang menolak para pelayan Kristus akan meno-
lak Kristus sendiri jika Ia datang kepada mereka. Hal ini telah
dicoba, dan terbukti bahwa para penganiaya dan para pem-
bunuh para nabi hamba-Nya yaitu para penganiaya dan para
pembunuh-Nya sendiri. Mereka berkata, “Ia yaitu ahli waris,
mari kita bunuh dia.” saat mereka membunuh seorang dari
hamba-Nya, ada hamba-hamba lain yang diutus lagi. “Namun,
jika kita dapat membunuh Anak-Nya, maka tidak akan ada
lagi Anak yang akan diutus, sehingga kita tidak akan disusah-
kan dengan tuntutan-tuntutan ini. Tanpa terasa lagi kita akan
memiliki kebun anggur ini untuk kita sendiri.” Para ahli Tau-
rat dan kaum Farisi berjanji pada diri mereka sendiri bahwa
jika mereka dapat menyingkirkan Kristus, mereka selamanya
akan menjadi penguasa-penguasa dalam jemaat Yahudi. Oleh
sebab itu, mereka mengambil langkah nekat: Lalu mereka
melemparkan dia ke luar kebun anggur itu dan membunuhnya.
6. Bahwa dengan membinasakan Kristus, mereka menggenapkan
seluruh tindakan keji kaum Yahudi dan membawa kebinasaan
yang tidak terhindarkan ke atas diri mereka. Tidak ada hal lain
yang dapat diharapkan selain dari bahwa Tuhan akan membina-
sakan penggarap-penggarap jahat itu. Mereka mulai dengan
tidak membayarkan sewa mereka, namun kemudian berlanjut
dengan memukul dan membunuh hamba-hamba-Nya, dan
pada akhirnya Tuan muda itu sendiri. Perhatikanlah, mereka
yang hidup dengan mengabaikan kewajiban mereka terhadap
Tuhan tidak sadar betapa besar dosa dan kebinasaan yang se-
dang mereka hadapi.
II. Di sini ditambahkan tanggapan terhadap perumpamaan ini ,
yang tidak kita temukan dalam kitab-kitab Injil sebelumnya,
yakni permohonan mereka mengenai kebinasaan yang akan ter-
jadi (ay. 16). Mendengar itu mereka berkata, “Sekali-kali jangan!”
Mē genoito – janganlah hal ini dilakukan, begitulah yang seharus-
nya diartikan. Walaupun mereka mengakui bahwa hukuman
ini layak diberikan atas dosa seperti itu dan bisa diduga
akan terjadi, tetap saja mereka tidak tahan saat mendengarnya.
Perhatikanlah, inilah contoh mengenai kesia-siaan dan kebodoh-
an para pendosa, bahwa mereka terus saja berjalan dalam jalan-
jalan dosa mereka walaupun pada saat yang sama mereka telah
melihat akibatnya sebelumnya dan merasa ngeri terhadap kebina-
saan yang menanti mereka pada akhir jalan ini . Lihat bagai-
mana mereka menipu diri mereka sendiri dengan berpikir bahwa
mereka dapat menghindarinya dengan hanya berteriak, “Sekali-
kali jangan; Tuhan menjauhkannya,” padahal mereka sendiri tidak
berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Apakah dengan cara begini
mereka dapat menjadikan ancaman ini batal? Tidak, mereka akan
mengetahui kata-kata siapa yang akan terbukti, kata-kata Tuhan
atau mereka. Sekarang perhatikanlah apa yang Kristus katakan
sebagai jawaban terhadap permohonan kekanak-kanakan mereka
untuk tidak dibinasakan.
1. Ia memandang mereka. Hal ini hanya diperhatikan oleh penu-
lis Injil ini (ay. 17). Ia menatap mereka dengan rasa kasihan
dan keprihatinan, sedih melihat mereka menipu diri sendiri
dengan kebinasaan mereka. Ia memandang mereka, untuk
melihat apakah mereka malu dengan kebodohan mereka sen-
diri atau adakah tanda-tanda penyerahan diri dalam raut wa-
jah mereka.
2. Ia mengarahkan mereka kepada Kitab Suci: “Jika demikian
apakah arti nas ini? Bagaimana kamu dapat lepas dari peng-
hakiman Tuhan , sedangkan kamu tidak dapat mencegah Tuhan
meninggikan Dia yang kamu rendahkan dan tolak itu? Firman
Tuhan telah berkata, Batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan telah menjadi batu penjuru.” Tuhan Yesus akan di-
tinggikan di sebelah kanan Bapa. Ke dalam tangan-Nya dise-
rahkan segala penghakiman dan kuasa. Ia yaitu batu pen-
juru dan batu utama dalam gereja, dengan demikian musuh-
musuh-Nya tidak dapat mengharapkan apa-apa selain kebina-
saan mereka. Bahkan mereka yang merendahkan-Nya, yang
tersandung dan jatuh ke atas-Nya, akan hancur – mereka akan
menemui kebinasaan mereka. Akan namun , mereka yang tidak
hanya menolak-Nya, namun juga membenci dan menganiaya-
Nya, seperti halnya kaum Yahudi, akan ditimpa dan dihancur-
kan sampai berkeping-keping oleh-Nya. Mereka akan remuk.
Hukuman atas para penganiaya yang hatinya penuh dengan
kebencian akan lebih hebat daripada orang-orang kafir yang
tak acuh.
Terakhir, kita diceritakan bagaimana imam-imam kepala dan ahli-
ahli Taurat menjadi sangat murka dengan perumpamaan ini (ay. 19):
Sebab mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya de-
ngan perumpamaan itu, dan memang benar demikian. Hati nurani
yang bersalah tidak perlu penuduh; namun mereka bukannya me-
nyerah kepada tuduhan hati nurani, malah menjadi murka terhadap
Dia yang membangunkan singa yang sedang tidur, dan mereka ber-
usaha menangkap Dia. Kecemaran-kecemaran mereka memberontak
terhadap keyakinan hati mereka, dan kecemaran itu berjaya. Jika
sekarang mereka tidak menyerang dan mencekik-Nya, hal itu bu-
kanlah sebab mereka memiliki rasa takut akan Tuhan atau murka-
Nya, namun sebab mereka takut kepada orang banyak. Hampir saja
mereka menggenapi kata-kata-Nya, “Ia yaitu ahli waris, mari kita
bunuh dia.” Perhatikanlah, saat hati anak manusia benar-benar
bertekad melakukan kejahatan, segala peringatan yang sebaik apa
pun terhadap dosa yang hendak mereka lakukan maupun akibat-
akibatnya tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap mereka. Kristus
memberitahu mereka bahwa bukannya mencium Anak Tuhan , mereka
malah mau membunuh-Nya, padahal seharusnya mereka berkata,
“Apakah hambamu ini, yang tidak lain dari anjing saja?” Namun, se-
baliknya inilah yang mereka katakan, “Dan begitulah yang akan kami
perbuat, serang Dia sekarang.” Dengan demikian, walaupun sekarang
mereka mengharapkan hukuman atas dosa itu tidak terjadi, namun
dalam sekejap mata mereka merencanakan untuk melakukan dosa
ini lagi.
Musuh-musuh Kristus Dibuat Heran
(20:20-26)
20 Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka
menyuruh kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, su-
paya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan dan menyerah-
kan-Nya kepada wewenang dan kuasa wali negeri. 21 Orang-orang itu meng-
ajukan pertanyaan ini kepada-Nya: “Guru, kami tahu, bahwa segala perkata-
an dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan
dengan jujur mengajar jalan Tuhan . 22 Apakah kami diperbolehkan membayar
pajak kepada Kaisar atau tidak?” 23 namun Yesus mengetahui maksud mereka
yang licik itu, lalu berkata kepada mereka: 24 “Tunjukkanlah kepada-Ku sua-
tu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?” Jawab mereka: “Gam-
bar dan tulisan Kaisar.” 25 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Kalau begitu
berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan
kepada Tuhan apa yang wajib kamu berikan kepada Tuhan !” 26 Dan mereka
tidak dapat menjerat Dia dalam perkataan-Nya di depan orang banyak.
Mereka heran akan jawab-Nya itu dan mereka diam.
Kita temukan di sini Kristus menghindari jebakan yang dipasang oleh
musuh-musuh-Nya dengan mengajukan pertanyaan kepada-Nya me-
ngenai hal pajak. Kita juga menemukan perikop ini dalam Injil Matius
dan Markus.
Di sini diceritakan:
I. Niat jahat yang direncanakan terhadap-Nya, yang disinggung de-
ngan lebih lengkap di sini daripada dalam Matius dan Markus.
Maksud rencana jahat itu yaitu untuk menyerahkan-Nya kepa-
da wewenang dan kuasa wali negeri (ay. 20). Mereka sendiri tidak
dapat membunuh Dia melalui jalur hukum, apalagi dengan meng-
hasut orang banyak, yang tidak dapat mereka andalkan. Oleh ka-
rena tidak dapat menjadi hakim atas Dia, mereka bersedia turun
menjadi penganiaya dan pendakwa, dan bersaksi melawan Dia.
Mereka berharap bisa berhasil jika mereka dapat memanas-ma-
nasi wali negeri untuk melawan-Nya. Perhatikanlah, menjadikan
kuasa penguasa dunia sebagai alat kekejian dan membantu raja-
raja dunia melakukan pekerjaan kotor untuk menganiaya para
pemimpin gereja telah menjadi siasat licik yang umum digunakan.
Padahal, seandainya tidak dipanas-panasi, para penguasa ini bisa
membiarkan sesamanya hidup berdampingan dengan damai, se-
perti yang dilakukan Pilatus terhadap Kristus, sampai akhirnya
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat menyerahkan Dia ke ha-
dapannya. Walaupun demikian, begitulah firman Kristus harus
digenapi lewat cara-cara licik mereka yang terkutuk itu, bahwa Ia
akan diserahkan ke dalam tangan orang-orang bukan-Yahudi.
II. Orang-orang yang mereka gunakan. Matius dan Markus mem-
beritahu kita bahwa mereka yaitu murid-murid kaum Farisi,
dan juga ada beberapa pengikut Herodes. Di sini ditambahkan
bahwa mereka yaitu mata-mata, yang berlaku seolah-olah orang
jujur. Perhatikanlah, bukanlah hal baru jika orang-orang jahat
menyamar sebagai orang benar dan menutupi rencana-rencana
jahat mereka dengan tampilan-tampilan palsu yang menarik dan
meyakinkan. Iblis dapat menyamar sebagai malaikat terang, dan
seorang Farisi dapat tampil dengan mengenakan jubah dan ber-
bicara seperti layaknya murid Kristus. Seorang mata-mata harus
menyamar. Mata-mata ini harus menghargai penilaian Kristus,
dan bergantung pada perkataan-Nya itu sebagai berasal dari
Tuhan , dan sebab itu harus mengingini nasihat-Nya dalam urus-
an hati nurani. Perhatikanlah, para pelayan Tuhan hendaknya
waspada terhadap beberapa orang yang menyamar sebagai orang
jujur, dan harus cerdik seperti ular saat berada di tengah ketu-
runan ular beludak dan kalajengking.
III. Pertanyaan yang mereka ajukan, dengan harapan untuk men-
jerat-Nya.
1. Sapaan mereka sangatlah sopan: Guru, kami tahu, bahwa se-
gala perkataan dan pengajaran-Mu benar (ay. 21). Begitulah
mereka memuji-muji Dia supaya Ia tidak waspada dan tidak
curiga terhadap mereka, dan dengan begitu berhasillah mak-
sud mereka. Memang, orang-orang yang angkuh dan suka di-
puji biasanya akan termakan pujian dan berbicara baik-baik
dengan mereka yang memuji-memuji itu. Namun, mereka
membuat kesalahan besar jika berpikir dapat menggunakan
siasat ini terhadap Yesus yang rendah hati. Ia tidak merasa
senang ataupun merasa dihormati dengan kesaksian orang-
orang munafik seperti ini. Benar bahwa Ia tidak mencari muka,
namun juga benar bahwa Ia mengetahui hati semua orang,
dan mengetahui hati mereka, dan tujuh kekejian yang ada di
sana, walaupun mereka berbicara dengan jujur. Tidak diragu-
kan lagi bahwa Ia dengan jujur mengajar jalan Tuhan , namun
mengenai orang-orang ini, Ia tahu mereka tidak layak untuk
diajari-Nya, sebab mereka datang untuk menjerat Dia dengan
kata-kata-Nya, dan bukan untuk diperangkap oleh kata-kata-
Nya itu.
2. Pokok pertanyaan mereka sangat baik, “Apakah diperbolehkan
menurut hukum bagi kami” (ini ditambahkan di sini dalam
Injil Lukas) “untuk membayar pajak kepada Kaisar?” “Kami ini
yaitu kaum Yahudi, kami yaitu keturunan Abraham yang
merdeka, kami yang memberikan penghormatan kepada Tuhan ,
boleh membayar pajak kepada Kaisar?” Keangkuhan dan keta-
makan membuat mereka enggan membayar pajak, namun ke-
mudian mereka mempertanyakan apakah hal ini diper-
bolehkan menurut hukum atau tidak. Sekarang, jika Kristus
akan menjawab bahwa hal itu diperbolehkan, orang-orang itu
tidak akan menerimanya, sebab mereka berharap bahwa Ia
yang ditetapkan sebagai Mesias harusnya lebih dulu membe-
baskan mereka dari kuk orang Romawi dan membela mereka
untuk menolak membayar pajak kepada Kaisar. Namun, jika
Ia berkata bahwa hal itu tidak diperbolehkan, seperti yang me-
reka harapkan (sebab pikir mereka, Ia tidak akan dikasihi lagi
oleh orang-orang seperti sebelum-sebelumnya jika Ia tidak
demikian), maka mereka akan mendapat alasan untuk menu-
duh-Nya di hadapan wali negeri, dan inilah yang mereka ingin-
kan.
IV. Ia menghindar dari jebakan yang mereka pasang untuk-Nya: Ia
mengetahui maksud mereka yang licik itu (ay. 23). Perhatikanlah,
tidak peduli dengan cara-cara selicik dan tersembunyi apa pun,
orang-orang yang bermaksud menentang Kristus dan Injil-Nya
tidak akan dapat menyembunyikan diri dari pengetahuan Kristus.
Ia dapat melihat penyamaran-penyamaran yang penuh dengan
cara-cara terlicik sekalipun, dan menerobos hancur jebakan apa
pun yang paling berbahaya, sebab percumalah jaring dibentang-
kan di depan mata segala yang bersayap. Ia tidak memberikan
jawaban langsung kepada mereka, namun menegur mereka yang
ingin menjebak-Nya, “Mengapa kamu mencobai Aku?” Dia memin-
ta mereka menunjukkan sekeping mata uang, uang yang berlaku
saat itu, “Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar.” Ia bertanya kepa-
da mereka, “Uang siapa itu, gambar siapa yang dicap di atasnya,
dan siapa yang mencetaknya.” Mereka mengakui, “Uang itu milik
Kaisar. “Kalau begitu,” kata Kristus, “kamu hendaknya bertanya
terlebih dahulu apakah diperbolehkan untuk membayar dan me-
nerima uang Kaisar di antara kamu sendiri dan mengakuinya se-
bagai alat jual beli. Namun, berdasarkan kesepakatan bersama
kalian telah menerima dan mengakuinya, dan oleh sebab itu
kalian harus menerima akibat dari tindakanmu itu sendiri. Tidak
bisa tidak, kalian harus membayar pajak kepada dia yang telah
menyediakan semua kemudahan ini kepada kamu untuk meng-
adakan jual-beli. Kalian harus melindungi hakmu atas uang itu,
dan memberikan kewenangannya untuk menetapkan nilai uang-
mu itu. Oleh sebab itu, kamu wajib memberikan kepada Kaisar
apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar. Dalam hal-hal warga
negara, kamu harus tunduk kepada kuasa negara. sebab itu,
jika Kaisar melindungi hak-hakmu sebagai warga negara melalui
hukum dan tata peradilan, maka kamu wajib membayar pajak
kepadanya. Namun, dalam hal-hal ibadah, hanya Tuhan yang men-
jadi Rajamu. Kamu tidak terikat untuk memeluk agama Kaisar,
kamu harus berikan kepada Tuhan apa yang wajib kamu berikan
kepada Tuhan . Kamu harus menyembah dan memuja Dia saja, dan
bukan gambar emas apa pun yang ditetapkan Kaisar.” Kita harus
menyembah dan memuja Dia menurut cara-cara yang telah Ia
tetapkan, dan bukan menurut cara-cara buatan Kaisar. Hanya
Tuhan sendiri yang memiliki kewenangan untuk berkata, “Anakku,
berikanlah hatimu kepada-Ku.”
V. Mereka dibuat heran dengan ini (ay. 26).
1. Jebakan mereka hancur: Mereka tidak dapat menjerat Dia da-
lam perkataan-Nya di depan orang banyak. Mereka tidak dapat
mengandalkan apa pun yang dapat digunakan untuk mema-
nas-manasi wali negeri ataupun orang banyak untuk mela-
wan-Nya.
2. Kristus dimuliakan. Bahkan murka manusia dibuat untuk me-
muji diri-Nya. Mereka heran akan jawab-Nya, sangat dalam
dan luar biasa. Ia telah memberi bukti mengenai hikmat dan
ketulusan-Nya yang membuat wajah bersinar.
3. Mulut-mulut mereka dibungkamkan, mereka diam. Tidak ada
yang dapat mereka tentang. Mereka tidak berani bertanya-
tanya lagi kepada-Nya, takut kalau-kalau Ia akan memperma-
lukan dan menyingkapkan kedok mereka.
Pertanyaan Orang Saduki tentang Kebangkitan
(20:27-38)
27 Maka datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang tidak meng-
akui adanya kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: 28 “Guru, Musa me-
nuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara
laki-laki, mati sedang isterinya masih ada, namun ia tidak meninggalkan anak,
saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan
bagi saudaranya itu. 29 yaitu tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin
dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. 30
Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua, 31 dan oleh yang ketiga dan
demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati
dengan tidak meninggalkan anak. 32 Akhirnya perempuan itupun mati. 33 Ba-
gaimana sekarang dengan perempuan itu, siapakah di antara orang-orang itu
yang menjadi suaminya pada hari kebangkitan? Sebab ketujuhnya telah
beristerikan dia.” 34 Jawab Yesus kepada mereka: “Orang-orang dunia ini ka-
win dan dikawinkan, 35 namun mereka yang dianggap layak untuk mendapat
bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang
mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. 36 Sebab mereka tidak dapat mati
lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka yaitu anak-anak
Tuhan , sebab mereka telah dibangkitkan. 37 Tentang bangkitnya orang-orang
mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di
mana Tuhan disebut Tuhan Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub. 38 Ia bu-
kan Tuhan orang mati, melainkan Tuhan orang hidup, sebab di hadapan Dia
semua orang hidup.”
Perbincangan dengan kaum Saduki telah kita temukan sebelumnya
dalam Injil Matius dan Markus, persis seperti yang ada di sini,
hanya saja gambaran yang Kristus berikan mengenai dunia yang
akan datang lebih lengkap dan luas di sini.
Amatilah:
I. Di setiap zaman ada saja manusia-manusia dengan pikiran ce-
marnya berusaha untuk merombak pokok-pokok ajaran agama
wahyu. Seperti halnya pada zaman kita ada kaum deis (yang me-
nolak campur tangan ilahi atas hukum alam), yang menyebut diri
mereka pemikir-pemikir bebas, namun sebenarnya yaitu pemi-
kir-pemikir palsu. Begitu juga pada masa Juruselamat kita, ada
kaum Saduki yang mencela ajaran mengenai kebangkitan dari
antara orang mati dan kehidupan di dunia yang akan datang,
walaupun hal ini dengan jelas disingkapkan dalam Perjan-
jian Lama dan merupakan dasar iman Yahudi. Kaum Saduki tidak
mengakui adanya kebangkitan dan dunia yang akan datang apa
pun, demikian yang diartikan dengan anastasis. Bukan hanya
raga tidak akan kembali hidup, jiwa pun tidak berlanjut dalam
kehidupan, tidak ada dunia roh, tidak ada upah dan ganjaran
atas apa yang telah dilakukan secara ragawi. Jika hal-hal ini dite-
rima, maka runtuhlah agama kita ini seluruhnya.
II. Biasanya orang-orang yang berencana untuk memutarbalikkan
suatu kebenaran dari dan tentang Tuhan akan mengaduk-aduk
dan membebani kebenaran itu dengan berbagai persoalan. Inilah
yang dilakukan kaum Saduki. saat bermaksud melemahkan
iman orang mengenai ajaran kebangkitan, mereka mengajukan
pertanyaan yang meragu-ragukan kebenaran ajaran ini . De-
ngan pertanyaan ini, mereka berharap tidak akan ada jawaban
memuaskan yang bisa meyakinkan orang. Pokok masalahnya
mungkin sesuatu yang nyata, setidaknya mungkin begitu, menge-
nai seorang perempuan yang mempunyai tujuh suami. Sekarang,
dalam hal kebangkitan, siapakah di antara orang-orang itu yang
menjadi suaminya?, walaupun tidak penting lagi siapa yang men-
jadi suaminya sebab saat kematian mengakhirinya, hubungan
ini juga tidak akan berlanjut.
III. Ada perbedaan besar antara keadaan anak-anak manusia di bumi
ini dan keadaan anak-anak Tuhan di sorga, suatu ketidaksamaan
yang sangat jauh antara dunia ini dan dunia yang lain itu. sebab
itu, kita melakukan kesalahan kepada diri kita sendiri, dan mela-
kukan kesalahan terhadap kebenaran Kristus, jika kita memben-
tuk pemahaman kita mengenai dunia roh itu berdasarkan kehi-
dupan ragawi kita dalam dunia ini sekarang ini.
I. Anak manusia di dunia ini kawin dan dikawinkan, hyioi tou
aiēnos toutou – anak-anak zaman ini, generasi ini, baik yang
baik maupun yang jahat, kawin dan mengawinkan anak-anak
mereka. Sebagian besar urusan kita di dunia ini yaitu untuk
membesarkan dan membangun keluarga dan menafkahi mere-
ka. Sebagian besar kesenangan kita di dunia ini diperoleh da-
lam kerabat-kerabat kita, istri dan anak-anak kita; secara
alamiah ini memang sudah begini. Perkawinan dibentuk untuk
kenyamanan hidup manusia, dengan keberadaannya, di mana
kita memiliki tubuh ragawi. Perkawinan itu juga disediakan
sebagai obat untuk melawan hubungan badan di luar nikah,
supaya nafsu alamiah tidak menjadi liar, melainkan berada
dalam arahan dan kendali. Anak-anak dunia ini akan mati dan
lenyap, dan sebab itulah mereka kawin dan mengawinkan
anak-anak mereka, supaya mereka dapat memenuhi dunia
umat manusia ini dengan manusia-manusia baru yang me-
mang diperlukan, sehingga jika satu generasi berlalu maka
generasi yang lain akan datang, sehingga mereka memiliki
suatu keturunan untuk mewarisi buah jerih payah mereka,
khususnya supaya umat pilihan Tuhan di masa depan dapat di-
hasilkan, sebab keturunan ilahi yang dicari yaitu yang dida-
pat melalui perkawinan (Mal. 2:15), suatu keturunan untuk
melayani Tuhan, yang akan menjadi suatu keturunan yang
dikhususkan bagi Dia.
2. Dunia yang akan datang sangatlah berlainan. Dunia ini dise-
but dalam Injil Lukas ini sebagai dunia yang lain itu, dengan
penekanan khusus. Perhatikanlah, ada lebih dari satu dunia,
yaitu dunia sekarang yang kelihatan dan dunia yang akan da-
tang yang tidak kelihatan. Sangatlah penting bagi kita semua
untuk membanding-bandingkan kedua dunia ini , yaitu
dunia ini dan dunia yang lain itu, dan memberikan keutamaan
dan kepedulian kepada masing-masing sesuai dengan apa
yang pantas bagi keduanya.
Sekarang perhatikanlah:
(1) Siapa yang akan menjadi penghuni-penghuni dunia yang
lain itu: Orang-orang yang dipandang layak untuk menda-
pat bagian dalam dunia yang lain itu yaitu mereka yang
tertarik pada karya penebusan Kristus, yang dibeli-Nya
untuk kita dan yang penggenapannya dilakukan oleh Roh
Kudus, yang bertugas mempersiapkan kita untuk mene-
rima karya Kristus itu. Secara hukum, apa pun yang kita
miliki atau lakukan tidaklah melayakkan kita untuk mene-
rima karya penebusan itu. Yang membuat kita layak ada-
lah karya Injil, yaitu harga yang tak ternilai yang dibayar
Kristus dalam menebus kita. Berdasarkan kelayakan inilah
kita dimuliakan, dan berdasarkan pembenaran inilah kita
dibenarkan; kataxiothentes, kita dibuat menjadi layak bagi
dunia yang lain itu. Segala sesuatu yang tercela yang ter-
dapat dalam sifat kita yang cemar disingkirkan, begitu juga
dengan kecenderungan-kecenderungan jiwa kita, semuanya
diselaraskan melalui anugerah Tuhan supaya sesuai dengan
keadaan dari dunia yang lain itu. Oleh kasih karunialah
kita dibuat dan dipandang layak untuk mendapat bagian
dalam dunia yang lain itu. Hal ini menyiratkan adanya
rintangan atau kesukaran tertentu untuk menggapai dunia
yang lain itu, namun juga ada bahayanya jika kita sampai
gagal dalam menggapainya. Oleh sebab itu, kita harus ber-
lari untuk mendapatkannya, supaya kita memperoleh ke-
bangkitan dari antara orang mati, yaitu kebangkitan yang
penuh berkat, dan bukannya memperoleh kebangkitan un-
tuk dihukum (seperti Kristus menyebutnya dalam Yoh.
5:29), dalam kematian, kematian yang kedua, kematian
yang kekal.
(2) Apa yang akan menjadi sukacita para penghuni dunia yang
lain itu tidak dapat kita ungkapkan atau pikirkan (1Kor.
2:9). Lihatlah apa yang Kristus katakan di sini mengenai
hal ini .
[1] Mereka tidak kawin dan dikawinkan. Mereka yang telah
masuk ke dalam sukacita Tuhan benar-benar menjadi
larut di dalamnya dan tidak lagi memerlukan sukacita
pengantin laki-laki akan mempelainya. Kasih yang ada
dalam dunia cinta kasih ini semuanya bersifat se-
perti malaikat, sehingga menutup dan menyingkirkan
cinta kasih yang paling murni dan menyenangkan yang
menjadi sumber kebahagiaan kita dalam dunia indrawi
ini. Jika yang ada hanyalah tubuh rohani, semua kese-
nangan indrawi akan dienyahkan, dan jika ada kesem-
purnaan dalam kekudusan, maka tidak diperlukan lagi
perkawinan sebagai penangkal dosa. Di dalam Yerusa-
lem baru hal-hal yang najis tidak akan masuk.
[2] Mereka tidak dapat mati lagi, dan ini menjadi alasan
mengapa mereka tidak kawin. Dalam dunia yang fana
ini harus ada perkawinan untuk memenuhi kekosongan
yang ditinggalkan oleh kematian, namun jika pemakam-
an sudah tidak ada lagi, maka perkawinan juga tidak
diperlukan lagi. Hal ini memahkotai sukacita dalam du-
nia yang lain itu sebab di sana tidak ada lagi kematian
yang menodai segala keindahan dan merusak segala su-
kacita dalam dunia ini. Di sini kematian berkuasa, na-
mun di sana kematian disingkirkan untuk selamanya.
[3] Mereka sama seperti malaikat-malaikat. Oleh penginjil-
penginjil yang lain dikatakan bahwa mereka seperti ma-
laikat – ōs angeloi, namun di sini dikatakan bahwa me-
reka sama seperti malaikat-malaikat, isangeloi – rekan-
rekan para malaikat. Mereka memiliki kemuliaan dan
sukacita yang tidak lebih rendah daripada yang dialami
para malaikat yang kudus. Mereka akan melihat cahaya
yang sama, ditugasi pekerjaan yang sama, dan berbagi
sukacita yang sama dengan para malaikat yang kudus.
Orang-orang kudus, saat masuk sorga, akan menjadi
warga negara yang sama, dan walaupun pada dasarnya
orang asing, namun sesudah mendapatkan hak-hak yang
sama dengan harga yang mahal, yang dibayarkan oleh
Kristus bagi mereka, mereka dalam segala hal memper-
oleh hak-hak istimewa yang sama seperti para malaikat
yang bebas, para malaikat yang merupakan penghuni
asli dunia ini . Mereka akan menjadi sahabat-saha-
bat para malaikat dan bercengkerama dengan jiwa-jiwa
yang diberkati itu yang mengasihi mereka dengan sepe-
nuh hati ini , dan sahabat-sahabat yang tidak ter-
hitung jumlahnya yang kepadanya mereka datang da-
lam iman, pengharapan, dan kasih.
[4] Mereka yaitu anak-anak Tuhan , dan memang demikian-
lah adanya mereka, sama seperti para malaikat yang
disebut anak-anak Tuhan . saat pewarisan terhadap
anak dilakukan, maka pengangkatan sebagai anak pun
terpenuhilah. Oleh sebab itu, orang-orang percaya di-
katakan menantikan pengangkatan sebagai anak, bah-
kan pembebasan tubuh (Rm. 8:23), sebab sebelum tu-
buh ditebus dari kuburan, pengangkatan sebagai anak
belumlah dirampungkan. Sekarang kita yaitu anak-
anak Tuhan (1Yoh. 3:2). Kita memiliki sifat dan tabiat se-
bagai anak, namun hal itu belum akan sempurna sampai
saat kita masuk ke dalam sorga.
[5] Mereka yaitu anak-anak yang telah dibangkitkan, yang
berarti bahwa mereka dimungkinkan untuk mengalami
dan menikmati kehidupan di dalam dunia yang akan
datang. Mereka dilahirkan ke dalam dunia yang lain itu,
dan menjadi bagian dari keluarga di dalamnya. Mereka
dididik di dunia sini, dan mendapatkan warisan mereka
di dunia sana. Mereka yaitu anak-anak Tuhan , sebagai
anak-anak yang telah dibangkitkan. Perhatikanlah, yang
diakui Tuhan sebagai anak-anak-Nya hanyalah mereka
yang telah dibangkitkan, yang dilahirkan dari dunia
atas, yang bersekutu dengan dunia roh, yang menyedia-
kan diri untuk dunia itu dan menjadi anak-anak dari
keluarga yang menghuni dunia itu.
IV. Merupakan kebenaran yang tidak terbantahkan lagi bahwa ada
kehidupan yang lain sesudah ini, dan ada penemuan-penemuan
penting mengenai kebenaran ini pada masa-masa awal gereja (ay.
37-38): Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak
duri, dan hal ini ditunjukkannya kepada kita saat ia menyebut
Tuhan, seperti Tuhan menyebut diri-Nya sendiri, sebagai Tuhan
Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub. Abraham, Ishak, dan
Yakub pada saat itu telah mati menurut pandangan dunia kita.
Mereka telah meninggalkan dunia kita ini bertahun-tahun lama-
nya, dan jasad mereka telah menjadi debu dalam gua Makhpela.
Jadi, bagaimana mungkin Tuhan dapat berkata, “Aku (sekarang ini)
yaitu Tuhan Abraham?” Mengapa Ia tidak berkata, “Aku dulunya
yaitu Tuhan Abraham?” Tidak masuk akal bahwa Tuhan yang
hidup dan Sumber kehidupan masih terus mengait-ngaitkan diri-
Nya dengan mereka sebagai Tuhan mereka jika tidak ada lagi yang
tersisa dari mereka selain apa yang tersimpan di dalam gua terse-
but, yang tidak dapat dibedakan dari debu biasa. Dengan demi-
kian, kita harus menyimpulkan bahwa mereka pada waktu itu
sedang berada di dunia yang lain, sebab Ia bukan Tuhan orang
mati, melainkan Tuhan orang hidup. Lukas di sini menambahkan,
“Sebab di hadapan Dia semua orang hidup,” yakni mereka semua,
seperti Abraham, Ishak dan Yakub, yang sungguh-sungguh per-
caya. Walaupun mereka mati, namun mereka sungguh-sungguh
hidup; jiwa mereka, yang kembali kepada Tuhan yang mengarunia-
kannya (Pkh. 12:7), terus hidup bersama-Nya sebagai Bapa dari
segala roh: dan tubuh mereka akan hidup kembali pada akhir
zaman oleh kuasa Tuhan , sebab Ia menyebut hal-hal yang tidak
ada seakan-akan ada, sebab Ia yaitu Tuhan yang menghidupkan
orang mati (Rm. 4:17). Namun, masih ada maksud lain lagi saat
Tuhan sendiri menyebut diri-Nya Tuhan para leluhur ini . Ia
hendak mengatakan bahwa Ia yaitu sukacita dan bagian dari
mereka, Tuhan Yang Maha Kuasa bagi mereka (Kej. 17:1), upah
yang sangat besar bagi mereka (Kej. 15:1). Sekarang jelas terlihat
melalui sejarah para leluhur ini bahwa Tuhan tidak pernah mela-
kukan hal-hal ini bagi mereka saat mereka masih hidup di
dunia ini, jadi pasti ada kehidupan lain sesudah ini, dan di sanalah
janji-Nya untuk memenuhi mereka dengan niat agung-Nya
digenapi-Nya dengan sepenuh-penuhnya, yaitu bahwa Ia akan
menjadi Tuhan mereka sekalipun mereka telah mati, yang mampu
dilakukan-Nya, sebab di hadapan Dia semua orang hidup. De-
ngan demikian, Ia telah membuat semua jiwa yang tinggal de-
ngan-Nya berbahagia, semua orang, setiap orang.
Ahli-ahli Taurat Dibuat Heran
(20:39-47)
39 Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat
sekali.” 40 Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada
Yesus. 41 namun Yesus berkata kepada mereka: “Bagaimana orang dapat me-
ngatakan, bahwa Mesias yaitu Anak Daud? 42 Sebab Daud sendiri berkata
dalam kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di
sebelah kanan-Ku, 43 sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan
kaki-Mu. 44 Jadi Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anak-
nya pula?” 45 saat semua orang banyak mendengarkan, Yesus berkata ke-
pada murid-murid-Nya: 46 “Waspyaitu terhadap ahli-ahli Taurat yang suka
berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di
pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat
terhormat dalam perjamuan, 47 yang menelan rumah janda-janda dan yang
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka itu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat.”
Para ahli Taurat yaitu sarjana-sarjana atau ahli dalam hal hukum
Taurat, dan mereka menafsirkan hukum itu bagi orang-orang. Mere-
ka dipandang sebagai orang-orang yang bijak dan terhormat, namun
sebagian besar dari mereka yaitu musuh-musuh Kristus dan Kabar
Baik-Nya. Sekarang kita menemukan beberapa dari antara mereka
mengikuti Dia. Ada empat hal yang dikisahkan dalam ayat-ayat ini
mengenai mereka, yang telah kita temukan sebelumnya dalam
Matius dan Markus:
I. Di sini kita melihat mereka memuji jawaban yang Kristus berikan
kepada kaum Saduki mengenai kebangkitan: Beberapa ahli Taurat
berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali” (ay. 39). Kristus menda-
pat kesaksian dari penentang-penentang-Nya bahwa apa yang Ia
katakan yaitu tepat. Para ahli Taurat itu menjadi musuh-mu-
suh-Nya, sebab Ia tidak bersedia tunduk pada tradisi para tetua.
Walaupun begitu, saat Ia menjelaskan kebenaran tindakan-
tindakan ibadah yang pokok dalam agama mereka dan tampil
untuk membela tindakan-tindakan ini , para ahli Taurat pun
memuji perbuatan-Nya, dan mengakui bahwa apa yang Ia kata-
kan itu tepat. Banyak orang yang menyebut diri orang Kristen pun
bahkan tidak memiliki jiwa seperti para ahli Taurat ini.
II. Kita melihat di sini bahwa mereka terkagum-kagum terhadap
Kristus, dan terhadap hikmat dan kewenangan-Nya (ay. 40): Me-
reka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus, sebab
mereka berkata bahwa Ia terlalu berat bagi semua yang melawan-
Nya. Namun, murid-murid-Nya, walaupun lemah, berani untuk
menanyakan sesuatu kepada-Nya, sebab mereka bersedia mene-
rima ajaran-Nya. Di lain pihak, kaum Saduki yang memperten-
tangkan dan berkeberatan dengan ajaran-Nya, malah tidak berani
menanyakan apa pun kepada-Nya.
III. Di sini kita melihat mereka dibuat heran dan tidak bisa berbuat
apa-apa dengan pertanyaan mengenai Mesias (ay. 41). Banyak ba-
gian dalam Kitab Suci dengan jelas menyebutkan bahwa Kristus
yaitu Anak Daud, bahkan orang buta pun mengetahuinya (Luk.
18:39); dan sudah disebutkan dengan jelas pula bahwa Daud
memanggil sang Mesias dengan Tuanku (ay. 42, 44), majikannya,
pemimpinnya dan pemberi berkatnya: Tuhan telah berfirman ke-
pada Tuanku. Tuhan berfirman kepada sang Mesias (Ams. 110:1).
Sekarang jika Kristus yaitu anak Daud, mengapa Daud me-
manggilnya Tuanku? Jika Ia yaitu Tuan dari Daud, mengapa
pula kita memanggil-Nya Anak Daud? Ia membiarkan mereka
mempertimbangkannya, namun mereka tidak dapat menyatukan
hal yang kelihatannya bertentangan ini. namun , syukurlah kepada
Tuhan bahwa kita dapat mengerti hal ini, bahwa Kristus, sebagai
Tuhan , yaitu Tuan Daud, namun , Kristus, sebagai manusia, yaitu
Anak Daud. Ia yaitu tunas dan keturunan Daud (Why. 22:16).
Dalam kemanusiawian-Nya, Ia yaitu keturunan Daud, keturunan
dari keluarganya. Akan namun , dalam keilahian-Nya, Ia yaitu
tunas Daud, yang dari-Nya Daud memperoleh keberadaan dan
kehidupannya, dan segala sumber anugerah.
IV. Kita melihat bahwa para ahli Taurat di sini digambarkan dengan
tabiat-tabiat mereka yang jelek, sehingga murid-murid diperingat-
kan secara terbuka untuk waspada terhadap mereka (ay. 45-47).
Hal ini juga kita temukan dalam Markus 12:38, persis seperti
yang dikisahkan di sini, dan lebih luas lagi dalam Matius 23.
Kristus meminta murid-murid-Nya supaya waspada terhadap
ahli-ahli Taurat, yang maksudnya:
1. “Waspyaitu supaya jangan sampai ditarik ke dalam dosa oleh
mereka, berhatilah-hatilah dalam mempelajari cara-cara mere-
ka, waspyaitu jangan sampai mengikuti pandangan-pan-
dangan mereka, waspyaitu terhadap apa yang menguasai
jiwa-jiwa seperti itu. Janganlah kamu berlaku seperti mereka
di dalam jemaat Kristen seperti mereka dalam jemaat Yahudi.”
2. “Waspyaitu agar jangan sampai dicelakakan oleh mereka,“
dalam arti yang sama seperti yang Ia katakan dalam Matius
10:17, “Waspyaitu terhadap semua orang”; sebab ada yang
akan menyerahkan kamu kepada majelis agama; waspyaitu
terhadap ahli-ahli Taurat, sebab mereka akan berbuat demi-
kian. Waspyaitu terhadap mereka, sebab :
(1) “Mereka angkuh dan sombong bukan kepalang. Mereka
suka berjalan-jalan di jalanan dengan memakai jubah pan-
jang, layaknya saudagar-saudagar (sebab saudagar-sau-
dagar berjalan-jalan dengan memakai ikat pinggang yang
diikatkan tinggi-tinggi), dan seperti penguasa-penguasa dan
tuan-tuan tanah.“ Cedant arma togae – Kuasa ditunjukkan
dengan pakaian. Mereka sangat suka melihat orang mem-
bungkuk kepada mereka di pasar, supaya orang tahu beta-
pa terhormatnya mereka itu. Mereka sangat bangga kalau
didahulukan di tempat-tempat pertemuan. Mereka suka
duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat
terhormat dalam perjamuan, dan kalau sudah begini, mere-
ka memandang tinggi diri sendiri dengan sangat sombong-
nya dan memandang rendah semua yang ada di sekitar me-
reka. Aku bertakhta seperti ratu.
(2) “Mereka sangat tamak dan suka menindas, dan menjadikan
agama mereka sebagai jubah dan tameng untuk melaku-
kan kejahatan.” Mereka menelan rumah janda-janda, me-
nguasai harta benda mereka, dan kemudian dengan siasat
tertentu menjadikannya milik mereka. Mereka hidup dari
janda-janda itu, dan memakan habis segala yang dimiliki
janda-janda itu. Janda-janda yaitu mangsa yang empuk
bagi mereka, sebab mereka cenderung mudah untuk di-
buai dengan perkataan ahli-ahli Taurat yang indah-indah:
yang mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-
panjang, mungkin dengan doa-doa panjang kepada janda-
janda yang sedang berduka, seakan-akan bukan hanya
berbelas kasihan, namun juga sangat mengasihi mereka.
Dengan cara ini mereka berusaha merebut hati janda-janda
dan mendapatkan uang dan harta benda mereka. Orang-
orang yang kelihatannya saleh seperti ini kalau diberikan
emas yang banyak, mereka akan memberikan pertang-
gungjawaban sesuai anggapan mereka sendiri.
Kristus memastikan kebinasaan mereka dengan perkataan
yang singkat. “Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang
lebih berat,” hukuman yang dua kali lebih hebat, baik untuk
perbuatan mereka yang melecehkan janda-janda yang malang,
yang rumah-rumahnya ditelan mereka, dan juga untuk per-
buatan mereka yang melecehkan agama, khususnya dalam hal
doa, yang mereka manfaatkan sebagai kedok untuk menjalan-
kan rencana-rencana duniawi dan jahat mereka supaya lebih
masuk akal serta lebih berhasil lagi. Kesalehan yang penuh
kepura-puraan yaitu pelanggaran yang berlipat ganda.
PASAL 2 1
Dalam pasal ini kita temukan:
I. Perhatian Kristus dan pujian yang diberikan-Nya kepada se-
orang janda malang yang memasukkan dua peser ke dalam
peti persembahan (ay. 1-4).
II. Nubuatan mengenai peristiwa-peristiwa di masa depan,
sebagai jawaban atas pertanyaan murid-murid-Nya menge-
nai hal-hal ini (ay. 5-7).
1. Mengenai apa yang akan terjadi di antara hal-hal terse-
but dan kehancuran Yerusalem, kristus-kristus palsu
bermunculan, peperangan yang dahsyat dan pengania-
yaan terhadap pengikut-pengikut Kristus (ay. 8-19).
2. Mengenai kehancuran itu sendiri (ay. 20-24).
3. Mengenai kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali un-
tuk menghakimi dunia, dan tanda-tanda dan kejadian-
kejadian yang akan menyertai hal ini (ay. 25-33).
III. Hal-hal yang harus dilakukan dengan semuanya ini, melalui
kewaspadaan dan nasihat (ay. 34-36); penyampaian menge-
nai khotbah Kristus dan kehadiran orang-orang di situ (ay.
37-38).
Kristus Memuji Janda yang Miskin
(21:1-4)
1 saat Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya mema-
sukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. 2 Ia melihat juga
seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. 3 Lalu Ia
berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi
lebih banyak dari pada semua orang itu. 4 Sebab mereka semua memberi
persembahannya dari kelimpahannya, namun janda ini memberi dari keku-
rangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”
Perikop mengenai kisah yang pendek ini telah kita temukan sebelum-
nya dalam Injil Markus.
Jadi, kisah ini dicatat sampai dua kali, untuk mengajarkan kita:
1. Bahwa amal kepada orang miskin yaitu suatu hal yang utama
dalam agama kita. Tuhan kita Yesus Kristus menggunakan setiap
kesempatan untuk memuji dan menganjurkannya. Ia baru saja
menyebutkan kebiadaban para ahli Taurat, yang menelan janda-
janda yang malang (ps. 20), dan mungkin di sini Ia bermaksud
untuk menyinggung perbuatan mereka itu, dengan memperlihat-
kan bahwa janda-janda yang malang itu merupakan penyumbang
terbaik dalam persembahan umum yang sering dimanfaatkan oleh
para ahli Taurat dengan wewenang yang ada pada mereka.
2. Bahwa Yesus Kristus memperhatikan dan mengamati apa yang ki-
ta berikan kepada orang miskin, dan apa yang kita sumbangkan
untuk berbuat saleh dan beramal. Kristus, walaupun perhatian-
Nya tertumpah untuk mengajar, Dia masih menyempatkan diri
untuk melihat persembahan apa yang dimasukkan ke dalam peti
persembahan (ay. 1). Ia mengamati apakah kita memberi dengan
banyak dan lapang hati sesuai dengan apa yang kita miliki, atau
apakah kita menghindar dan pelit untuk memberi. Bukan itu
saja, mata-Nya melihat lebih jauh lagi, Ia mengamati apakah kita
memberi dengan murah hati dan dengan hati yang rela, atau
dengan menggerutu dan ogah-ogahan. Ini hendaknya membuat
kita merasa was-was jangan-jangan kita gagal dalam menjalankan
kewajiban kita yang satu ini. Manusia dapat ditipu dengan alas-
an-alasan yang Kristus tahu tidak berdasar. Jadi, ini hendaknya
mendorong kita untuk banyak-banyak beramal, tanpa ada niat
supaya diketahui manusia. Cukup hanya Kristus yang tahu. Ia
melihatnya dengan diam-diam, dan akan menghargainya dengan
terang-terangan.
3. Bahwa Kristus mengamati dan menerima secara khusus perbuat-
an amal orang yang miskin. Orang-orang yang tidak memiliki apa-
apa untuk diberikan, masih bisa melakukan perbuatan amal yang
besar dengan cara melayani mereka yang miskin, membantu me-
reka, memohon bantuan bagi mereka yang tidak berdaya atau
yang tidak bisa memohon bantuan bagi diri mereka sendiri. Wa-
laupun demikian, di sini kita mendapati seseorang yang walaupun
ia sendiri miskin, namun ia memberikan miliknya yang sedikit itu
ke dalam peti persembahan. Walaupun hanya dua peser, jumlah
yang tidak berarti, namun Kristus membesarkannya sebagai per-
buatan amal yang melebihi semua yang lain: Sesungguhnya janda
miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
Kristus tidak menyalahkannya atas tindakannya yang kurang per-
timbangan, dengan memberikan apa yang sebenarnya diperlukan-
nya sendiri. Kristus pun tidak menganggap pemberian itu sebagai
hal yang sia-sia di tengah-tengah persembahan orang kaya. Seba-
liknya, Ia justru memuji kemurahan hatinya dan kerelaannya un-
tuk berpisah dengan miliknya yang sangat sedikit demi kemuliaan
Tuhan , yang bersumber dari iman dan ketergantungan terhadap
pemeliharaan Tuhan untuk menjaga dirinya. Jehovah-jireh – Tuhan
akan menyediakan.
4. Bahwa kita harus menghargai apa pun yang bisa disebut sebagai
persembahan kepada Tuhan , dan sesuai dengan kemampuan kita,
ya, bahkan melebihi kemampuan kita, kita memberi dengan se-
nang hati untuk persembahan ini . Inilah yang disebut de-
ngan memberikan persembahan (kepada Tuhan ). Semua yang dibe-
rikan untuk menyokong pekerjaan pelayanan dan Injil, menyebar-
kan agama, mengajar orang muda, membebaskan tahanan-tahan-
an, memberikan kelegaan kepada janda-janda dan orang-orang
asing, dan menjaga keluarga-keluarga yang miskin, semuanya ini
diberikan sebagai persembahan (kepada Tuhan ), dan sungguh akan
berkenan bagi Tuhan dan mendapat ganjaran dari-Nya.
Penghakiman Dinubuatkan
(21:5-19)
5 saat beberapa orang berbicara tentang Bait Tuhan dan mengagumi ba-
ngunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-
bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: 6 “Apa yang kamu lihat di situ
– akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terle-
tak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” 7 Dan murid-murid
bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan
apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” 8 Jawab-Nya: “Waspyaitu , supa-
ya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan mema-
kai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah
kamu mengikuti mereka. 9 Dan jika kamu mendengar tentang peperangan
dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus
terjadi dahulu, namun itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera.” 10
Ia berkata kepada mereka: “Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kera-
jaan melawan kerajaan, 11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di
berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi
juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. 12
namun sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu
akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu
akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh sebab
nama-Ku. 13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. 14 Se-
bab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih
dahulu pembelaanmu. 15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu
kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-
lawanmu. 16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-
saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang
di antara kamu akan dibunuh 17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh
sebab nama-Ku. 18 namun tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan
hilang. 19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu.”
Perhatikanlah di sini:
I. Dengan penuh kekaguman beberapa orang berbicara mengenai
keagungan dan kemegahan Bait Tuhan . Di antara mereka ada
beberapa dari murid-murid Kristus sendiri juga. Mereka berusaha
menarik perhatian-Nya terhadap bangunan itu yang dihiasi de-
ngan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang
persembahan (ay. 5). Bagian luarnya dibangun dengan mengguna-
kan batu-batu yang indah-indah dan bagian dalamnya dipercan-
tik dan diperkaya dengan barang-barang persembahan yang diper-
sembahkan untuk maksud ini ; semuanya dipajang di situ.
Mereka mengira bahwa Guru mereka akan sama terpesonanya
dengan barang-barang ini seperti halnya mereka, dan akan
sangat menyesali kehancurannya sama seperti mereka. saat
kita berbicara tentang Bait Tuhan , harusnya kita berbicara menge-
nai kehadiran Tuhan di dalamnya, dan semua ketetapan Tuhan dija-
lankan di dalamnya, dan persekutuan yang dimiliki umat-Nya de-
ngan-Nya di sana. Namun, sangatlah disayangkan jika saat kita
berbicara mengenai gereja, kita hanya memusatkan pembicaraan
kita mengenai kemegahan dan kekayaannya, keagungan dan
kekuasaan pejabat-pejabat dan pemimpin-pemimpin di dalamnya.
sebab keindahan raja ada di dalam.
II. Kristus begitu memandang rendah keagungan bangunan Bait
Tuhan ini saat berbicara mengenainya, dan dengan sedemikian
pastinya Ia membicarakan kehancurannya yang tidak lama lagi
akan terjadi (ay. 6): “Apa yang kamu lihat di situ, semua yang
indah-indah yang sangat kamu kasihi itu, lihatlah, akan datang
harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak
di atas batu yang lain, dan beberapa orang yang masih hidup
sekarang ini akan tetap hidup untuk menyaksikannya. Bangunan
ini, yang kelihatannya sangat indah sehingga tidak ada seorang-
pun yang tega untuk merobohkannya dan yang kelihatannya
begitu kokoh sehingga tidak ada seorang pun yang berpikir bahwa
ada orang yang mampu merobohkannya, akan luluh lantak. Hal
ini akan terjadi segera sesudah Bait Tuhan rohani dari gereja Injili
(yang merupakan inti dari Bait bayangan ini ) mulai berkem-
bang di dunia ini.” Jika jauh-jauh hari kita sudah bisa melihat
dengan iman bahwa semua kemuliaan yang tampak dari luar itu
akan hancur dan pudar, kita seharusnya tidak mengarahkan hati
kita kepadanya seperti orang-orang yang tidak dapat melihat atau
tidak ingin melihat jauh ke depan.
III. Dengan rasa penasaran, mereka yang berada di dekat-Nya berta-
nya-tanya kapan kehancuran yang dahsyat itu akan terjadi: Guru,
bilamanakah hal itu akan terjadi? (ay. 7). Biasanya kita cenderung
ingin mengetahui hal-hal di masa depan dan waktu terjadinya,
padahal hal ini bukanlah menjadi bagian kita untuk mengetahui-
nya. Sebetulnya, yang harus kita pedulikan untuk kita ketahui
yaitu apa yang menjadi kewajiban kita dalam menantikan hal-
hal ini , dan bagaimana kita dapat mempersiapkan diri un-
tuk menghadapinya. Mereka bertanya mengenai apakah tanda-
nya, kalau itu akan terjadi? Mereka tidak bertanya mengenai sua-
tu tanda untuk sekarang ini untuk meneguhkan kebenaran nu-
buat itu sendiri supaya mereka dapat memercayainya (sebab per-
kataan Kristus sudah cukup untuk itu), sebaliknya mereka ber-
tanya mengenai tanda-tanda yang akan tampak nanti saat
penggenapan nubuat ini mendekat, untuk mengingatkan
mereka nanti. Tanda-tanda zaman inilah yang Kristus ajarkan
kepada mereka untuk diamati.
IV. Dengan begitu jelasnya dan lengkapnya Kristus menjawab perta-
nyaan-pertanyaan mereka, sejauh yang perlu untuk mengarahkan
mereka dalam menjalankan kewajiban mereka; sebab segala pe-
ngetahuan layak untuk dicari sejauh hal itu untuk dijalankan.
1. Mereka hendaknya mengerti bahwa mereka akan mendengar
mengenai kemunculan Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi
palsu (ay. 8): Banyak orang akan datang dengan memakai
nama-Ku. Ia tidak memaksudkan dalam nama Yesus, walau-
pun ada beberapa penipu yang berpura-pura diutus oleh-Nya
(Kis. 19:13). Yang dimaksudkan-Nya yaitu mereka yang ber-
pura-pura menyandang gelar Mesias dan bertindak seperti
Dia. Banyak orang berlagak bahwa merekalah yang akan
membebaskan bangsa Yahudi dari orang Romawi. Mereka me-
netapkan kapan saat pembebasan itu akan terjadi. Dengan be-
gitu, mereka menjerat banyak orang menemui kebinasaan me-
reka. Mereka akan berkata, “Hoti egō eimi – Akulah Dia,” atau
“Akulah,” seakan-akan memakai nama Tuhan yang tidak bisa
diucapkan itu, Akulah, yang dengannya Ia membuat diri-Nya
dikenal saat Ia datang untuk membebaskan Israel keluar
dari Mesir. Mereka menyemangati orang untuk mengikuti me-
reka dengan menambahkan, “Waktunya semakin dekat saat
kerajaan akan dipulihkan kepada bangsa Israel, dan semua
orang yang mengikutiku akan memperoleh bagian di dalam-
nya.” Mengenai hal ini, Kristus memberikan mereka peringatan
yang penting:
(1) “Waspyaitu , supaya kamu jangan disesatkan; jangan
mengkhayal bahwa Aku akan datang kembali dalam kemu-
liaan lahiriah untuk merebut takhta segala kerajaan. Tidak,
kamu tidak boleh mengharapkan hal-hal demikian, sebab
kerajaan-Ku bukan berasal dari dunia ini.” saat mereka
bertanya dengan penuh rasa ingin tahu dan penuh sema-
ngat, “Guru, bilamanakah itu akan terjadi?”, perkataan per-
tama yang Kristus ucapkan yaitu : “Waspyaitu , supaya
kamu jangan disesatkan.” Perhatikanlah, mereka yang sa-
ngat suka bertanya-tanya dengan penuh rasa ingin tahu
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan (walau-
pun hal itu yang sangat baik) berada dalam ancaman yang
paling besar untuk disesatkan, dan paling perlu mewas-
padai diri.
(2) “Janganlah kamu mengikuti mereka. Kamu tahu bahwa Me-
sias akan datang sehingga kamu hendaknya tidak mencari-
cari yang lain. Oleh sebab itu, janganlah kamu mende-
ngarkan apa pun yang keluar dari mulut mereka, atau ber-
urusan dalam hal apa pun dengan mereka.” Jika kita yakin
bahwa Yesus-lah Kristus itu, dan ajaran-Nya yaitu sung-
guh-sungguh Injil yang benar itu, yang berasal dari Tuhan ,
kita harus tuli terhadap segala Kristus lain dan Injil lain
yang diperkenalkan.
2. Mereka harus siap mendengar bahwa akan terjadi kekacauan
besar di antara bangsa-bangsa, dan banyak tanda-tanda kia-
mat mengerikan yang akan ditimpakan ke atas orang-orang
Yahudi dan sesama mereka.
(1) Akan ada peperangan yang dahsyat (ay. 10): Bangsa akan
bangkit melawan bangsa. Salah satu pihak dari bangsa
Yahudi akan bangkit melawan pihak lain dari bangsa itu
sendiri, atau seluruh bangsa ini akan melawan orang
Romawi. Didorong oleh kristus-kristus palsu, dengan jahat-
nya mereka akan mencoba mematahkan kuk Romawi, de-
ngan mengangkat senjata melawan segala kekuasaan Ro-
mawi. Mereka telah menolak kebebasan yang ditawarkan
Kristus, yang dengannya Ia akan memerdekakan mereka.
sebab itu Ia membiarkan mereka sendirian berusaha me-
raih kebebasan sipil mereka dengan cara-cara berdosa, dan
sebab itu tidak dapat berhasil.
(2) Akan ada gempa bumi, gempa bumi yang dahsyat, di ber-
bagai tempat, yang tidak hanya akan menakutkan orang-
orang, namun juga menghancurkan kota-kota dan rumah-
rumah, dan menguburkan banyak orang di dalam rerun-
tuhan itu.
(3) Akan ada kelaparan dan penyakit sampar, yang merupakan
akibat-akibat umum dari peperangan, yang akan menghan-
curkan hasil-hasil bumi. sebab manusia rapuh terhadap
cuaca yang buruk dan kekurangan makanan, akan timbul
penyakit-penyakit menular. Tuhan memiliki berbagai macam
cara untuk menghukum orang-orang yang memberontak.
Empat macam kiamat yang sering dibicarakan nabi-nabi
Perjanjian Lama sebagai ancaman juga ditegaskan oleh
nabi-nabi Perjanjian Baru. Walaupun tanda-tanda kiamat
atau hukuman secara rohani lebih umum ditimpakan pada
masa Injil, namun Tuhan juga menggunakan tanda-tanda
kiamat atau hukuman jasmani atau lahiriah.
(4) Akan ada hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda dari
langit, penampakan-penampakan di langit yang tidak bia-
sanya, bintang-bintang berekor dan bintang-bintang yang
terbakar, yang menakutkan orang-orang awam yang meli-
hatnya. Semua tanda ini biasanya dianggap sebagai pertan-
da buruk yang menandakan sesuatu yang buruk. Sekarang,
mengenai hal ini, peringatan yang Ia berikan kepada me-
reka yaitu , “Janganlah kamu terkejut. Orang-orang lain
akan takut sebab nya, namun janganlah kamu takut (ay.
2). Terhadap hal-hal yang mengejutkan itu, janganlah kamu
takut, hai kalian yang memandang ke atas, ke sorga, ke
takhta pemerintahan Tuhan di sorga yang paling tinggi.
Janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun
bangsa-bangsa gentar terhadapnya (Yer. 10:2). Dan menge-
nai kelaparan dan penyakit sampar, kamu berada dalam
perlindungan tangan Tuhan , yang telah berjanji kepada me-
reka yang yaitu milik-Nya bahwa mereka akan menjadi
kenyang pada hari-hari kelaparan, dan bahwa Ia akan men-
jaga mereka dari penyakit sampar yang busuk. Oleh sebab
itu, percayalah kepada-Nya, dan janganlah gentar. Ya, wa-
laupun kamu mendengar mengenai peperangan-peperang-
an, saat di luar ada pertikaian-pertikaian dan di dalam
ada kecemasan-kecemasan, janganlah kamu gentar. sebab
kamu mengetahui hal terburuk yang dapat ditimpakan oleh
kiamat-kiamat ini ke atas dirimu, janganlah gentar terha-
dap mereka,” sebab :
[1] “Yang dapat kamu lakukan hanyalah berbuatlah se-
baik-baiknya dengan semuanya itu, sebab segala keta-
kutanmu tidak dapat mengubahnya: Sebab semuanya
itu harus terjadi dahulu. Tidak ada penangkal, kamu
hendaknya berhikmat untuk membuat dirimu tenang
dengan menyesuaikan dirimu dengan semuanya itu.”
[2] “Akan ada hal yang lebih buruk menanti. Janganlah
menghibur-hibur dirimu dengan angan-angan bahwa
segera kamu akan melihat akhir dari segala tanda-tan-
da kiamat itu. Tidak, tidak secepat yang kamu pikirkan:
Itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera, ti-
dak dengan tiba-tiba. Janganlah gentar, sebab jika be-
lum apa-apa kamu sudah mulai kehilangan semangat,
bagaimana mungkin kamu dapat bertahan dalam hal-
hal yang masih akan terjadi lagi di hadapanmu?”
3. Mereka harus sadar bahwa mereka sendiri akan menjadi tan-
da-tanda dan mujizat-mujizat di Israel. saat mereka dianiaya,
itulah yang menjadi pertanda awal akan terjadinya kehan-cur-
an kota ini dan Bait Tuhan seperti yang telah Ia nubuat-
kan sekarang. Bahkan, ini akan menjadi pertanda pertama
mengenai kebinasaan mereka yang mendekat: “Sebelum se-
muanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya. Kiamat akan
dimulai dari rumah Tuhan . Kamu harus lebih dulu menderita
kesusahan sebagai peringatan atas mereka, sehingga jika me-
reka masih bisa menimbang, mereka dapat memikirkannya:
Jikalau orang berbuat demikian dengan kayu hidup, apakah
yang akan terjadi dengan kayu kering? (1Ptr. 4:17-18) Namun
ini belumlah semua. Hal ini harus dilihat bukan hanya sebagai
penderitaan atas yang dianiaya, namun sebagai dosa dari para
penganiaya. Sebelum penghakiman Tuhan ditimpakan ke atas
mereka, mereka akan memenuhi ukuran kefasikan mereka
dengan menganiaya kamu.” Perhatikanlah, kebinasaan seke-
lompok orang selalu didahului oleh dosa mereka, dan tidak
ada hal yang mengakibatkan kebinasaan menjadi lebih pasti
dan lebih menyakitkan daripada dosa penganiayaan. Ini ada-
lah pertanda bahwa murka Tuhan sedang menimpa sekelompok
orang dengan sepenuh-penuhnya, yaitu saat murka mereka
menimpa hamba-hamba Tuhan dengan sepenuh-penuhnya.
Mengenai hal ini:
(1) Kristus memberi tahu mereka kesusahan-kesusahan se-
perti apa yang akan mereka derita demi nama-Nya. Intinya
kurang lebih sama seperti apa yang Ia beri tahukan kepada
mereka saat Ia pertama kali memanggil mereka untuk
mengikuti-Nya (Mat. 10): Mereka harus mengetahui upah
dari mengikuti-Nya, sehingga mereka dapat duduk dahulu
membuat anggaran biayanya. Rasul Paulus, yang merupa-
kan pekerja paling keras dan yang paling menderita di
antara mereka semua, yang tidak berada di antara mereka
sekarang, diberi tahu oleh Kristus sendiri betapa banyak
penderitaan yang harus ia tanggung oleh sebab nama-Nya
(Kis. 9:16). Hal ini begitu pentingnya sehingga semua orang
yang akan hidup saleh dalam Kristus Yesus tidak akan
luput dari penganiayaan. Orang-orang Kristen saat itu,
yang asalnya orang-orang Yahudi juga, dan yang juga ma-
sih sama-sama menunjukkan rasa hormat terhadap Per-
janjian Lama dan dasar-dasar agama Yahudi seperti orang-
orang Yahudi lainnya, walaupun hanya berbeda dalam hal
tata cara ibadah, bisa saja berharap akan mendapat rasa
iba dari sesama mereka para penganiaya Yahudi itu. Na-
mun, Kristus meminta mereka untuk tidak mengharapkan-
nya: “Tidak, mereka justru akan menjadi orang-orang yang
paling keji dalam menganiaya engkau.”
[1] “Mereka akan menggunakan kuasa gereja mereka sen-
diri untuk melawan engkau: Kamu akan diserahkan ke
dalam rumah-rumah ibadat untuk dihukum dengan
keras di sana, dan direndahkan dengan kutukan-kutuk-
an mereka.”
[2] “Mereka akan memanas-manasi wali-wali negeri untuk
melawan kamu: mereka akan menyerahkan kamu ke
dalam penjara-penjara, sehingga kamu akan dihadap-
kan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh kare-
na nama-Ku, dan dihukum oleh mereka.”
[3] “Kerabat-kerabatmu sendiri akan mengkhianati engkau
(ay. 16), orangtuamu, saudara-saudaramu, kaum keluar-
gamu dan sahabat-sahabatmu, sehingga kamu tidak
tahu siapa lagi yang bisa dipercayai, atau di mana lagi
ada tempat yang aman.”
[4] “Amal ibadahmu akan dipandang sebagai suatu keja-
hatan yang layak mendapat hukuman mati, dan kamu
akan dipaksa mencucurkan darah. Beberapa orang di
antara kamu akan dibunuh. Kamu harus membuang
jauh-jauh harapan akan kehormatan dan kekayaan,
dan tidak ada yang bisa diharapkan selain daripada
kematian saja, kematian dalam bentuknya yang paling
mengerikan dan paling menakutkan. Ya.”
[5] “Kamu akan dibenci semua orang oleh sebab nama-Ku.”
Hal ini lebih buruk dari kematian itu sendiri, dan peng-
genapannya terjadi saat para rasul tidak hanya dija-
tuhi hukuman mati, namun juga dijadikan tontonan bagi
dunia, dianggap sampah dunia, dan kotoran dari segala
sesuatu, dan dibenci dengan rasa jijik oleh setiap orang
(1Kor. 4:9, 13). Mereka dibenci oleh semua orang, yaitu
oleh semua orang yang jahat, yang tidak tahan terhadap
terang Injil (sebab Injil menyingkapkan segala perbuat-
an jahat mereka). sebab itu mereka membenci orang-
orang yang membawa terang ini , menentang mere-
ka, dan akan mencabik-cabik mereka. Dunia yang fasik
ini, yang benci untuk diubahkan, membenci Kristus
Sang Pengubah yang agung, dan semua yang menjadi
milik-Nya yang bekerja demi Dia. Penguasa-penguasa
gereja Yahudi mengetahui dengan baik bahwa jika Injil
diterima di antara orang-orang Yahudi, maka kuasa
yang mereka salahgunakan akan berakhir. sebab itu-
lah mereka menggalang segala kekuatan untuk menen-
tangnya, menjelek-jelekkan namanya, menjejali pikiran
orang-orang dengan segala prasangka buruk mengenai-
nya, sehingga membuat para pengkhotbah dan orang-
orang yang memercayainya dibenci oleh orang banyak.
(2) Ia menguatkan mereka untuk bertahan dalam menghadapi
cobaan dan terus melanjutkan pekerjaan mereka, walau-
pun ada tantangan yang harus mereka hadapi.
[1] Tuhan akan membuat penderitaan-penderitaan menjadi
kemuliaan bagi diri-Nya sendiri dan bagi mereka: “Hal
itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi (ay.
13). Oleh sebab itu, kamu akan menjadi tanda. Dengan
dianiaya di hadapan umum, kamu akan semakin mena-
rik perhatian, dan ajaran serta mujizat-mujizatmu akan
semakin dicari-cari. Dengan dihadapkan kepada raja-
raja dan penguasa-penguasa, kamu akan mendapat ke-
sempatan untuk mewartakan Injil kepada mereka, yang
kalau tidak demikian mungkin tidak akan pernah dide-
ngarkan oleh mereka. Penderitaan berat yang kamu
alami, dengan dibenci oleh orang-orang yang paling keji,
orang-orang yang hidup dalam kefasikan, akan menjadi
kesaksian bahwa kamu yaitu pribadi yang adil benar,
sebab kalau tidak demikian, kamu tidak akan dimu-
suhi orang-orang jahat ini . Keberanianmu, suka-
citamu, dan keteguhanmu dalam menghadapi penderi-
taan-penderitaan akan memberi kesaksian mengenai
engkau, bahwa kamu memang memercayai apa yang
kamu wartakan itu, bahwa kamu disokong oleh kuasa
ilahi, dan bahwa Roh Tuhan dan kemuliaan-Nya ada di
dalam dirimu.”
[2] “Tuhan akan berada di pihakmu, dan mengakuimu dan
membantumu dalam menghadapi ujian-ujianmu. Kamu
yaitu pembela-pembela-Nya dan sebab itu kamu
akan diperlengkapi-Nya dengan segala petunjuk (ay. 14-
15). Janganlah memusatkan perhatianmu untuk ber-
usaha mencari-cari jawaban atas berbagai pertanyaan,
dakwaan, tuntutan, tuduhan, dan interogasi yang akan
ditanyakan kepadamu dalam pengadilan agama dan
pengadilan negara. Sebaliknya, tetapkanlah di dalam
hatimu, teguhkan hatimu, keraskan hatimu supaya ja-
ngan memikirkan dahulu pembelaanmu. Jangan bergan-
tung pada kepandaian dan kemampuanmu, kecermatan
dan kebijakanmu, dan jangan meragukan atau merasa
putus asa akan pertolongan anugerah ilahi, sebab
pertolongan-Nya akan datang segera dengan cara yang
luar biasa. Jangan mundur dari kepentingan Kristus,
namun yakinkan dirimu sendiri, bahwa ada bantuan dari
Sang Pemelihara ilahi, sebab Aku menjanjikan bagimu
bantuan anugerah ilahi yang istimewa. Sebaliknya,
peganglah janji itu, sebab Aku menjanjikan pertolong-
an anugerah ilahi yang khusus kepadamu: Aku sendiri
akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat” (KJV:
Aku akan memberikan kepadamu mulut dan hikmat).
Ini membuktikan bahwa Kristus yaitu Tuhan , sebab
memberi hikmat yaitu hak istimewa Tuhan saja dan
selain Dia tidak ada yang lain. Dialah yang membuat
lidah manusia (KJV: mulut). Perhatikanlah, pertama, mu-
lut dan hikmat sama-sama memperlengkapi seseorang
dalam pelayananan dan penderitaan. Hikmat untuk
mengetahui apa yang harus dikatakan, dan mulut un-
tuk mengatakan apa yang harus dikatakan. Kita harus
sangat bersyukur bahwa kita memiliki alat ucap dan
kata-kata untuk memuliakan Tuhan dan berbuat kebaik-
an. Kita harus bersyukur diperlengkapi dengan akal
budi yang menyimpan hal-hal yang baru dan lama, dan
alat tutur kata untuk mengeluarkan hal-hal ini . Ke-
dua, mereka yang membela tujuan Kristus dapat meng-
andalkan Dia untuk memberi mereka kata-kata hikmat.
Inilah cara yang dihendaki dari mereka, yaitu untuk
meminta kata-kata hikmat dari Dia, khususnya saat
diperhadapkan dengan hakim-hakim negeri oleh sebab
nama-Nya. Tidak dikatakan bahwa Ia akan mengutus
seorang malaikat dari sorga untuk menjawab bagi
mereka, walaupun Ia dapat melakukan hal ini. Namun,
Ia akan memberi mereka kata-kata hikmat supaya
mereka dapat menjawab bagi diri mereka sendiri, dan
cara ini akan membawa kehormatan yang lebih besar
bagi mereka, sebab mereka harus menggunakan segala
karunia dan anugerah yang Kristus perlengkapi dalam
diri mereka, sehingga lebih memuliakan Tuhan lagi, yang
membungkamkan musuh dan pendendam dengan mulut
bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu dengan mele-
takkan dasar kekuatan bagi mereka. Ketiga, saat
Kristus memberikan kata-kata bijak kepada saksi-saksi-
Nya, mereka diberi kemampuan untuk menyatakan
bahwa baik Dia maupun mereka sendiri tidak dapat
ditentang atau dibantah lawan-lawan mereka, sehingga
musuh-musuh mereka dibungkamkan dan dibuat
heran. Hal ini digenapi dengan luar biasa pada masa itu
sesudah pencurahan Roh Kudus, yang melalui-Nya
Kristus memberikan murid-murid-Nya mulut dan hik-
mat, saat para rasul itu dihadapkan kepada imam-
imam kepala dan para penguasa. Para rasul menjawab
semua pertanyaan mereka sehingga membuat mereka
dipermalukan (Kis. 4, 5, dan 6).
[3] “Kamu tidak akan benar-benar dibinasakan oleh semua
kesusahan