lukas 13-24 11

 


insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu; jika engkau 

telah dipulihkan oleh anugerah Tuhan  dan dibawa pada perto-

batan, lakukanlah yang dapat kamu lakukan untuk memulih-

kan orang lain. Bila engkau telah memelihara imanmu agar 

tidak gugur, berusahalah menguatkan dan membangun iman 

orang lain juga. Jika engkau telah memperoleh belas kasihan 

Tuhan  bagi dirimu sendiri, doronglah orang lain untuk tetap 

berharap bahwa mereka juga akan memperoleh belas kasih-

an.”  

Perhatikanlah:  

(1) Orang-orang yang telah jatuh dalam dosa harus diubahkan 

untuk beralih dari dosa. Mereka yang telah menyimpang ha-

rus kembali. Mereka yang telah meninggalkan kasih yang 

mula-mula harus melakukan pekerjaan-pekerjaan mereka 

yang mula-mula.  

(2) Mereka yang melalui anugerah telah diinsyafkan dari dosa 

harus melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan 

untuk menguatkan saudara-saudara mereka yang masih 

bertahan dan mencegah kejatuhan mereka (Mzm. 51:13-15; 

1Tim. 1:13).  

4.  Petrus menyatakan keteguhan hatinya untuk tetap bersama-

sama Kristus, apa pun yang harus ia hadapi (ay. 33): Tuhan, 

aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan 

Engkau. Ini perkataan yang hebat, dan saya percaya bahwa ia 

sungguh bermaksud begitu pada saat itu, dan dapat melaku-

kannya. Meskipun sering diperingatkan, sejauh ini Yudas 

tidak pernah memberikan komentar soal menyangkali Kristus, 

sebab  hatinya telah dipenuhi dengan kejahatan. Sebaliknya 

hati Petrus tidak ingin menyangkali-Nya. Perhatikanlah, se-

mua murid Kristus yang sejati dengan tulus hati merindukan 

dan ingin untuk mengikut Dia, ke mana saja Ia pergi, dan ke 

mana pun Ia memimpin mereka, meskipun mereka harus 

masuk penjara atau mati.  

5. Kristus bernubuat mengenai penyangkalan Petrus (ay. 34): 

“Aku berkata kepadamu, Petrus (engkau tidak mengenal hati-

mu sendiri, jadi janganlah percaya begitu saja dengan kehen-

dak hatimu), hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum eng-

kau tiga kali menyangkal, bahwa engkau mengenal Aku.” Per-

hatikanlah, Kristus mengenal diri kita jauh lebih baik daripada 

kita mengenal diri sendiri. Ia mengetahui kejahatan yang ada 

di dalam diri kita, dan kejahatan yang akan kita lakukan, yang 

kita sendiri tidak sadari. Sangat baik bagi kita kalau Kristus 

mengenal kelemahan kita lebih baik daripada kita, sehingga 

kita dapat datang kepada-Nya untuk mendapatkan anugerah 

yang perlu. Sangat baik jika Ia mengetahui sejauh mana pen-

cobaan itu akan memengaruhi kita, sehingga kita dapat me-

ngetahui bilamana harus berkata, “Sampai di sini boleh engkau 

datang, jangan lewat.” 

 

IV. Perihal keadaan semua murid. 

1.  Dengan sungguh-sungguh Kristus mengingatkan mereka ten-

tang apa yang telah mereka alami bersama-sama (ay. 35). Ia 

telah mengakui bahwa selama ini mereka telah menjadi pela-

yan-pelayan yang setia bagi-Nya. Sekarang, pada saat perpi-

sahan, Ia mengharapkan agar mereka tahu bahwa selama ini 

Ia telah menjadi seorang Guru yang baik dan penuh perhatian 

sejak mereka meninggalkan semuanya untuk mengikut Dia: 

saat  Aku mengutus kamu dengan tiada membawa pundi-

pundi, adakah kamu kekurangan apa-apa?  

(1) Ia mengakui bahwa Ia telah mengutus mereka dalam ke-

adaan yang sangat miskin dan kekurangan, dengan kaki 

telanjang, dan tanpa uang dalam pundi-pundi mereka, ka-

rena mereka akan pergi ke tempat yang tidak terlampau 

jauh dan sebentar saja. Dengan itu Ia ingin mengajar mere-

ka untuk bergantung pada pemeliharaan Tuhan  dan pada 

pemeliharaan-Nya melalui kebaikan sahabat-sahabat mere-

ka. Jika Tuhan  mengutus kita ke dunia, hendaknya kita 

ingat baik-baik bahwa kita telah memulainya dari yang se-

dikit.  

(2) Sekarang Ia ingin agar mereka mengakui bahwa meskipun 

keadaan mereka seperti itu, mereka tidak kekurangan apa-

apa. Mereka kemudian hidup dengan limpah dan nyaman 

seperti biasa, dan mereka mengakui hal ini, “Suatu pun 

tidak; aku memiliki segalanya, dan berlimpah.”  

Perhatikanlah:  

[1] Sangat baik bagi kita untuk sering-sering meninjau 

ulang pemeliharaan Tuhan  bagi kita selama ini serta 

mengamati bagaimana kita telah mampu melampaui 

semua kesesakan dan kesulitan yang kita jumpai.  

[2] Kristus seorang Guru yang baik, dan pelayanan-Nya 

yaitu  pelayanan yang baik. sebab  itu, walaupun ada-

kalanya mereka dibawa-Nya ke dalam keadaan yang 

rendah, namun Ia tetap akan menolong mereka. Meski-

pun Ia menguji mereka, Ia tidak akan pernah mening-

galkan mereka. Jehovah jireh.  

[3] Kita harus puas bila semuanya baik-baik saja dengan 

kita, dan tidak boleh berkeluh kesah. Sebaliknya, kita 

harus bersyukur bila kita sudah memiliki secukupnya 

apa yang kita butuhkan untuk hidup, meskipun tidak 

mewah dan berlebihan, meskipun hidup kita hanya dari 

sehari ke sehari dan hanya bergantung dari kebaikan 

hati sahabat-sahabat kita. Murid-murid hidup dari ber-

bagai pemberian orang, namun mereka tidak mengeluh 

bahwa hidup mereka tidak menentu. Mereka malah 

mengakui, bahwa berkat Guru mereka, mereka terpeli-

hara dengan cukup. Mereka tidak kekurangan suatu 

apa pun. 

2.  Kristus memberi tahu mereka bahwa sebentar lagi keadaan 

mereka akan sangat berbeda.  

sebab :  

(1) Ia yang yaitu  Guru mereka sekarang sedang memasuki 

penderitaan yang harus ditanggung-Nya, sesuatu yang te-

lah sering Ia katakan sebelumnya (ay. 37): “Bahwa seka-

rang nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku, dan salah 

satu di antaranya yaitu , Ia akan terhitung di antara pem-

berontak-pemberontak. Ia harus menderita dan mati seba-

gai seorang penjahat bersama beberapa penjahat yang pa-

ling biadab. Inilah yang sekarang akan digenapi, dan sete-

lah yang lainnya lagi digenapi, maka segala sesuatu menge-

nai Aku, yaitu semua hal yang tertulis tentang Aku, akan 

selesai, dan kemudian Aku akan berkata, Sudah genap.” 

Perhatikanlah, merupakan penghiburan bagi orang-orang 

Kristen yang menderita, bahwa seperti penderitaan Kristus, 

penderitaan mereka juga telah dinubuatkan sebelumnya 

dan telah ditetapkan dalam rancangan sorga, namun  pen-

deritaan itu akan segera berakhir dalam sukacita sorga. 

Ada tertulis tentang segala penderitaan mereka itu, bahwa 

semuanya akan berakhir, dan akan berakhir baik, untuk 

selama-lamanya.  

(2) Oleh sebab  itu, mereka harus menyadari bahwa mereka 

akan menghadapi banyak masalah. Sekarang mereka tidak 

boleh beranggapan akan menjalani kehidupan yang mudah 

dan nyaman seperti yang pernah mereka alami. Tidak bo-

leh, sebab  keadaan akan berubah. Sekarang, pada tingkat 

tertentu, mereka akan turut menderita dengan Guru mere-

ka, dan sesudah  Ia pergi naik ke surga, mereka harus siap 

menderita seperti Dia. Seorang hamba tidaklah lebih baik 

daripada tuannya.  

[1] Sekarang mereka tidak boleh mengharapkan bahwa sa-

habat-sahabat mereka akan bersikap baik dan bermu-

rah hati kepada mereka seperti sebelumnya. Oleh kare-

na itu, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah 

ia membawanya, sebab  sekarang ia mungkin akan me-

merlukannya, juga untuk keperluan rumah tangganya.  

[2] Sekarang mereka harus sadar bahwa musuh-musuh 

mereka akan menjadi lebih beringas daripada sebelum-

nya, jadi mereka perlu senjata dan perbekalan: yang 

tidak mempunyai pedang untuk mempertahankan diri 

terhadap penyamun dan pembunuh (2Kor. 11:26) akan 

tahu bahwa ia sangat membutuhkannya. Pada suatu 

saat nanti, jubah pun akan dijualnya untuk membeli 

pedang. Hal ini dimaksudkan untuk sekadar menun-

jukkan bahwa saat itu keadaan telah berubah menjadi 

sangat berbahaya, sampai-sampai orang merasa tidak 

aman lagi jika ia tidak menyandang pedang di pinggang-

nya. Akan namun , senjata yang harus disandang murid-

murid Kristus yaitu  pedang Roh. sebab  Kristus telah 

menderita penderitaan badani bagi kita, kita harus mem-

persenjatai diri dengan pikiran yang demikian (1Ptr. 

4:1). Mempersenjatai diri supaya siap untuk mengha-

dapi masalah, sehingga masalah itu tidak akan menge-

jutkan kita. Kita harus berserah sepenuhnya pada ke-

hendak Tuhan  supaya kita bisa bersedia menerima sega-

la penderitaan itu. Dengan demikian kita akan lebih 

siap dibandingkan dengan menjual jubah untuk mem-

beli sebilah pedang. sesudah  itu, murid-murid itu mulai 

mengukur kekuatan mereka dan menemukan bahwa di 

antara mereka ada dua bilah pedang (ay. 38), satu di 

antaranya yaitu  pedang milik Petrus. Pada umumnya 

orang-orang Galilea selalu bepergian dengan membawa 

pedang. Kristus sendiri tidak membawa pedang, namun  

Ia tidak melarang murid-murid-Nya menyandang pe-

dang. Namun, Ia menunjukkan kepada mereka bahwa 

Ia tidak mau mereka bergantung pada pedang, saat  Ia 

berkata, “Sudah cukup.” Bagi sebagian orang, ini seperti 

berolok-olok saja, “Dua bilah pedang untuk dua belas 

orang! Kamu memang benar-benar pemberani. Bagai-

mana kalau sampai gerombolan musuh tiba-tiba datang 

menyerang kita dengan sebilah pedang di tangan setiap 

orang!” Namun, dua bilah pedang sudah cukup bagi 

mereka yang tidak membutuhkan sebilah pun, sebab  

Tuhan  sendiri yang akan menjadi perisai pertolongan dan 

pedang kejayaan mereka (Ul. 33:29).  

Ketakutan Kristus yang Mendalam  

di Taman Getsemani  

(22:39-46) 

39 Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit 

Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. 40 sesudah  tiba di tempat itu Ia 

berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam 

pencobaan.” 41 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelem-

par batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya: 42 “Ya Bapa-Ku, 

jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; namun  bukanlah ke-

hendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” 43 Maka seorang ma-

laikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan 

kepada-Nya. 44 Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. 

Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. 45 Lalu 

Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya, namun  Ia 

mendapati mereka sedang tidur sebab  dukacita. 46 Kata-Nya kepada mereka: 

“Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh 

ke dalam pencobaan.”  

Di sini kita membaca kisah yang mengerikan perihal ketakutan 

Kristus yang mendalam di Taman Getsemani, beberapa saat sebelum 

Ia diserahkan. Kisah ini sebagian besar telah disebutkan juga oleh 

para penulis Injil lainnya. Dalam ketakutan ini Kristus menempatkan 

diri-Nya sendiri pada bagian yang harus Ia laksanakan, dan Ia sedang 

memasukinya sekarang – untuk menyerahkan diri-Nya sebagai korban 

penebus salah. Ia merelakan jiwa-Nya diliputi kepedihan, akibat me-

nanggung dosa seluruh umat manusia serta merasakan murka Tuhan . 

Manusia membuat dirinya sendiri menjijikkan akibat dosa yang 

diperbuatnya itu. namun  Ia bersedia menerima aib itu dan dibakar 

sebagai korban dengan api dari sorga, untuk memberi tanda bahwa 

pengorbanan-Nya itu diterima Tuhan . Dalam pengorbanan ini Kristus 

bertempur dengan kuasa-kuasa kegelapan, memberi peluang kepada 

mereka, namun tetap menghancurkan mereka.  

I.  Hal-hal dalam perikop ini yang pernah kita baca sebelumnya ada-

lah:  

1. Bahwa saat  Kristus pergi keluar, sekalipun di tengah kege-

lapan malam dan harus berjalan cukup jauh, murid-murid-Nya 

(berjumlah sebelas orang, sebab  Yudas telah meninggalkan 

mereka dengan diam-diam) tetap mengikuti Dia. sesudah  selama 

ini tetap bersama-sama dengan Dia, sekarang, dalam mengha-

dapi pencobaan-pencobaan yang harus dihadapiNya, mereka 

juga tidak ingin meninggalkan Dia.  

2.  Bahwa Ia pergi ke tempat yang biasa Ia kunjungi sendirian, 

yang menunjukkan bahwa Kristus membiasakan diri untuk 

menyendiri dan berdoa seperti yang sering dilakukan-Nya 

guna mengajar kita untuk berlaku seperti itu supaya kita 

bebas bercakap-cakap dengan Tuhan  dan hati kita sendiri. Wa-

laupun Kristus tidak memiliki tempat yang nyaman untuk me-

nyendiri dan berdoa selain sebuah taman, ia tetap berusaha 

menyendiri untuk berdoa. Secara khusus hal ini hendaknya 

juga menjadi kebiasaan kita sesudah  mengambil bagian dalam 

perjamuan Tuhan, sebab  masih ada yang harus kita lakukan 

sesudah  itu, yang menghendaki kita untuk menyendiri dan ber-

doa.  

3.  Bahwa Ia mendesak murid-murid-Nya untuk berdoa. Sekali-

pun ujian yang sedang mendekat itu tidak dapat dihindari, 

mereka tidak boleh jatuh dalam pencobaan dan berbuat dosa. 

saat  mereka berada dalam ketakutan dan bahaya sangat 

dahsyat, mereka tidak boleh berkeinginan meninggalkan 

Kristus, apalagi sampai melakukannya: “Berdoalah supaya 

kamu terhindar dari dosa.”  

4.  Bahwa Ia menjauhkan diri dari murid-murid-Nya dan berdoa 

sendirian. Mereka telah melaksanakan tugas mereka di hadap-

an takhta anugerah, dan Ia juga telah melaksanakan bagian-

Nya, sebab  itu, sangat tepat bila mereka berdoa secara terpi-

sah, seperti yang kadang-kadang juga mereka lakukan untuk 

berdoa bersama-sama jika mereka melaksanakan tugas ber-

sama-sama. Ia menjauhkan diri dari mereka sekitar sepelem-

par batu agak jauh ke dalam taman, yang diperkirakan oleh 

beberapa orang sekitar lima puluh atau enam puluh langkah 

jauhnya, dan di sanalah Ia berlutut (seperti yang dimaksudkan 

dalam Lukas) begitu saja di atas tanah. Namun, para penulis 

Injil lainnya menulis bahwa sesudah  itu Ia bersujud, dan di 

sanalah Ia berdoa, bahwa jika memang kehendak Tuhan , biar-

lah cawan penderitaan, cawan kepahitan itu berlalu dari-Nya. 

Ini yaitu  bahasa orang tidak bersalah yang menghadapi ke-

ngerian penderitaan yang besar. Ia tidak dapat meninggalkan

sifat kemanusiaan-Nya sebab  Ia juga manusia yang sebenar-

benarnya.  

5.  Dengan menyadari bahwa sudah menjadi kehendak Bapa bila 

Ia harus menderita dan mati, bahwa hal itu penting bagi perto-

batan dan keselamatan kita, Ia segera menarik permohonan-

Nya dan menyerahkan diri-Nya pada kehendak Bapa Sorgawi-

Nya: “namun  bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu-

lah yang terjadi, bukan kehendak sifat kemanusiaan-Ku, namun  

kehendak Tuhan  seperti yang ada tertulis tentang Aku dalam 

gulungan kitab, yang Aku suka melakukannya, biarlah itu 

yang terjadi” (Mzm. 40:8-9).  

6. Bahwa murid-murid-Nya tertidur saat  Ia sedang berdoa, 

padahal mereka sendiri juga harus berdoa (ay. 45). saat  Ia 

bangkit dari doa-Nya, Ia mendapati mereka sedang tidur, tidak 

memedulikan penderitaan-Nya. namun  lihatlah, ada alasan 

yang sangat baik yang diberikan di sini, yang tidak kita temu-

kan dalam kitab-kitab Injil lainnya – mereka sedang tidur kare-

na dukacita. Dukacita besar yang mereka dapatkan sebab  

ucapan perpisahan yang menyedihkan dari Guru mereka pada 

petang tadi telah meletihkan jiwa mereka, membuat mereka 

merasa lunglai dan berat hati, sehingga (ditambah hari yang 

sudah larut malam) mereka jatuh tertidur. Hal ini mengajar-

kan kita untuk mempertimbangkan baik-baik segala keku-

rangan saudara-saudara kita, supaya kita berlaku kasih ter-

hadap mereka bila memang ada alasan yang baik untuk itu.  

7. Bahwa Ia membangunkan mereka, kemudian mendesak me-

reka untuk berdoa (ay. 46): “Mengapa kamu tidur? Mengapa 

kamu membiarkan dirimu tertidur? Bangunlah dan berdoalah. 

Tanggalkan rasa kantukmu, supaya kamu dapat berdoa, ber-

doalah untuk anugerah supaya kamu mampu mengusir rasa 

kantukmu.” Kejadian ini mirip dengan perintah nakhoda ke-

pada Yunus di tengah angin ribut (Yun. 1:6): Bangunlah, ber-

serulah kepada Tuhan mu. Bila oleh suatu sebab dari luar atau 

dari dalam diri kita sendiri, kita merasa akan jatuh ke dalam 

pencobaan, segeralah bangun dan berdoa, “Tuhan tolonglah 

aku dalam saat kesesakan ini.” Selain hal-hal di atas,  

II.  ada  tiga hal dalam perikop ini yang tidak dicatat oleh penulis 

Injil lainnya:  

1.  Bahwa saat  Kristus sedang berada dalam ketakutan yang 

mendalam, seorang malaikat dari langit menampakkan diri 

kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya (ay. 43).  

(1) Hal itu merupakan contoh penghinaan luar biasa yang di-

alami Tuhan kita Yesus sehingga Ia membutuhkan bantuan 

seorang malaikat, dan Ia bersedia menerimanya. Pada saat 

itu, pengaruh sifat ilahi-Nya menarik diri, sedangkan me-

ngenai sifat manusiawi-Nya, pada waktu yang singkat Ia 

dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, se-

hingga Ia dapat menerima bantuan dari para malaikat itu.  

(2) Meskipun tidak dibebaskan dari kesengsaraan-Nya, Ia di-

kuatkan dan didukung oleh malaikat itu; jadi samalah itu 

bagi Dia. Jika Tuhan  menetapkan bahu untuk menanggung 

beban, kita tidak mempunyai alasan untuk mengeluhkan 

apa pun yang akan Ia letakkan di atas bahu kita. Daud 

mengakui kebenaran ini sebagai jawaban atas seruan doa-

nya pada hari kesesakan, bahwa Tuhan  menambahkan ke-

kuatan dalam jiwanya, dan begitu pulalah yang terjadi 

pada anak Daud (Mzm. 138:3).  

(3) Malaikat-malaikat melayani Tuhan Yesus dalam kesengsa-

raan-Nya. Sebenarnya bisa saja Ia memerintahkan sepa-

sukan malaikat untuk menyelamatkan diri-Nya. Oh, tidak, 

satu malaikat yang ini pun sudah cukup, ia mampu me-

ngejar dan mengalahkan gerombolan manusia yang datang 

menangkap-Nya. Namun, Tuhan Yesus hanya mengguna-

kan pelayanan malaikat untuk menguatkan Dia. Kunjungan 

malaikat ini sungguh tepat pada waktunya, yaitu saat Ia 

sedang dalam penderitaan-Nya, saat musuh-musuh-Nya 

sedang terjaga dan sahabat-sahabat-Nya justru sedang 

tertidur. Kunjungan ini merupakan bukti betapa pertolong-

an ilahi itu datang tepat pada waktunya untuk menguat-

kan Dia. Ini masih belum semuanya: kemungkinan besar 

malaikat itu juga mengatakan sesuatu untuk menguatkan 

Dia, mengingatkan Dia bahwa kesengsaraan-Nya ini yaitu  

untuk mempermuliakan Bapa-Nya, untuk kemuliaan-Nya 

sendiri, dan untuk keselamatan orang-orang yang diberi-

kan kepada-Nya. Malaikat itu juga mungkin menggambar-

kan sukacita yang tersedia bagi-Nya, yaitu untuk melihat 

kumpulan pengikut yang akan menjadi jemaat-Nya. Semua 

ini dan semua nasihat lain bertujuan untuk menguatkan 

Dia agar terus berjalan dengan penuh sukacita. Sesuatu 

yang bersifat menghibur akan menguatkan. Mungkin ma-

laikat ini juga melakukan sesuatu untuk menguatkan Dia, 

menghapus keringat dan air mata-Nya, mungkin melayani 

dengan hangat dan bersahabat, seperti yang dilakukannya 

sesudah  Ia dicobai di padang gurun. Atau, mungkin juga 

malaikat ini memegang lengan-Nya dan membantu-Nya 

berdiri, atau menyadarkan-Nya saat  Ia mulai kehilangan 

kesadaran. Dalam pelayanan malaikat ini, Roh Kudus 

sedang enischyōn auton – memberikan kekuatan kepada-

Nya; sebab  itulah yang ditunjukkan dalam firman Tuhan. 

Sudikah Ia mengadakan perkara dengan aku dalam kema-

hakuasaan-Nya? Tidak, Ia akan menaruh perhatian kepa-

daku (Ayb. 23:6), seperti yang telah dijanjikan-Nya (Mzm. 

89:22; Yes. 49:8; 50:7). 

2.  Bahwa dalam ketakutan yang sangat Ia makin bersungguh-

sungguh berdoa (ay. 44). Sementara penderitaan dan kesusah-

an semakin bertambah di dalam diri-Nya, Ia semakin teguh di 

dalam doa. Bukan berarti sebelum itu doa-doa-Nya dingin dan 

tidak bersungguh-sungguh, namun  sekarang doa-doa-Nya men-

jadi semakin kuat dan teguh, yang dinyatakan dalam suara 

dan sikap tubuh-Nya. Perhatikanlah, meskipun tidak pernah 

kenal waktu, doa itu terutama sangat menyentuh bila dinaik-

kan saat  kita sedang berada dalam ketakutan yang sangat. 

Semakin hebat ketakutan kita, semakin hidup dan kerap doa-

doa kita seharusnya. Sekarang inilah Kristus mempersembah-

kan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan, 

dan sebab  kesalehan-Nya Ia telah didengarkan (Ibr. 5:7), dan 

dalam ketakutan-Nya, Ia bergumul, seperti Yakub dengan ma-

laikat. 

3. Bahwa dalam ketakutan yang mendalam itu, peluh-Nya men-

jadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Peluh da-

tang ke dunia ini bersama-sama dengan dosa, dan menjadi 

bagian dari kutuk (Kej. 3:19). Oleh sebab  itu, saat  Kristus 

menjadi dosa dan kutuk bagi kita, Ia berpeluh dengan sangat, 

penuh kepedihan. Peluh dari wajah-Nya itulah yang membuat 

kita mendapatkan makanan kita, dan supaya Ia bisa mengu-

duskan dan memaniskan semua pencobaan kita. Ada perbeda-

an pendapat di antara para kritikus mengenai keringat ini. 

Apakah keringat ini hanya dibandingkan seolah-olah seperti 

tetesan darah, sebab  lebih tebal daripada tetesan keringat 

pada umumnya saat  pori-pori tubuh terbuka lebih lebar 

daripada biasa, ataukah memang benar-benar darah yang 

mengalir keluar dari pembuluh darah dan bercampur dengan 

keringat, sehingga berwarna seperti darah dan sebab  itu 

dapat benar-benar disebut keringat yang berdarah. Masalah 

ini bukanlah masalah yang besar. Beberapa orang mengang-

gap bahwa saat itu yaitu  salah satu saat di mana Kristus 

menumpahkan darah-Nya bagi kita, sebab  tanpa penum-

pahan darah tidak ada pengampunan. Setiap pori seolah-olah 

menjadi luka yang berdarah, dan darah-Nya menodai seluruh 

pakaian-Nya. Hal ini menunjukkan kesusahan jiwa-Nya. Seka-

rang Ia sedang berada di udara terbuka, di musim dingin, di 

atas tanah yang dingin, di malam yang telah larut, dan ini cu-

kuplah mengejutkan kalau Ia bisa sampai berkeringat. Na-

mun, sekarang keringat-Nya bercucuran, yang menunjukkan 

betapa dalamnya ketakutan yang Ia rasakan. 

Kristus Diserahkan 

(22:47-53) 

47 Waktu Yesus masih berbicara datanglah serombongan orang, sedang mu-

rid-Nya yang bernama Yudas, seorang dari kedua belas murid itu, berjalan di 

depan mereka. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. 48 Maka kata 

Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan 

ciuman?” 49 saat  mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa 

yang akan terjadi, berkatalah mereka: “Tuhan, mestikah kami menyerang 

mereka dengan pedang?” 50 Dan seorang dari mereka menyerang hamba 

Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. 51 namun  Yesus berkata: “Su-

dahlah itu.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. 52 

Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal 

Bait Tuhan  serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya: “Sang-

kamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan 

pentung? 53 Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam 

Bait Tuhan , dan kamu tidak menangkap Aku. namun  inilah saat kamu, dan 

inilah kuasa kegelapan itu.”  

sesudah  gagal dalam usahanya untuk membuat Tuhan Yesus ketakut-

an dan kehilangan kendali atas jiwa-Nya, kini Iblis pun, sesuai de-

ngan caranya yang lazim, mulai memaksa dan menggunakan cara 

kekerasan dengan membawa kaki tangannya untuk menangkap Dia, 

dan Iblis ada di dalam mereka.  

Inilah yang terjadi: 

I.  Tanda pengenal yang diberikan Yudas mengenai Yesus. Di sini 

ada serombongan orang yang banyak jumlahnya, dan Yudas ber-

jalan di depan mereka, sebab  ia menjadi pemandu mereka yang 

akan menangkap Yesus. Mereka tidak tahu tempat di mana dapat 

menemukan Yesus, dan ia membawa mereka ke sana. saat  

mereka sudah berada di sana, mereka tidak dapat mengenali yang 

mana yaitu  Yesus, namun  Yudas berkata kepada mereka bahwa 

orang yang akan diciumnya, itulah Dia. Maka berjalanlah Yudas 

mendekati Yesus untuk mencium-Nya, sesuai dengan kebebasan 

dan keakraban yang biasa diberikan Yesus kepada murid-murid-

Nya. Lukas, penulis Injil ini, menaruh perhatian pada pertanyaan 

yang diajukan Kristus kepada Yudas, pertanyaan yang tidak kita 

temukan di dalam tulisan penulis Injil lainnya: Hai Yudas, engkau 

menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman? Apa? Inikah isyarat-

nya? (ay. 48). Haruskah Anak manusia diserahkan (KJV: dikhia-

nati) dengan cara seperti ini, seolah-olah segala sesuatu itu ter-

sembunyi dari Dia, dan persengkongkolan yang dilakukan terha-

dap Dia tidak diketahui oleh-Nya? Haruskah salah seorang murid-

Nya sendiri mengkhianati Dia, seolah-olah Ia telah menjadi Guru 

yang keras terhadap mereka, atau layak mereka sakiti? Haruskah 

Ia dikhianati dengan sebuah ciuman? Haruskan tanda persaha-

batan ini dipakai untuk mengkhianati? Adakah suatu tanda kasih 

pernah direndahkan dan dilecehkan sedemikian rupa seperti ini? 

Perhatikanlah, tidak ada yang lebih menyakitkan atau menyedih-

kan bagi Tuhan Yesus daripada dikhianati, apa lagi dikhianati 

dengan sebuah ciuman, dan dilakukan oleh orang yang mengaku 

memiliki hubungan dengan Dia dan mengasihi Dia. Mereka yang 

berbuat seperti itu, berpura-pura giat meninggikan Dia, namun 

menganiaya pelayan-pelayan-Nya. Mereka pura-pura mengasihi, 

namun  kehidupan dan tingkah lakunya tidak kudus. Banyak con-

toh yang menunjukkan bagaimana Kristus diserahkan dengan se-

buah ciuman, dilakukan oleh orang-orang yang bersembunyi di 

balik kesalehan, namun  tidak mau hidup sungguh-sungguh dalam 

kesalehan. Orang-orang seperti ini seharusnya ditanyai oleh hati 

nurani mereka sendiri dengan pertanyaan Kristus itu, “Engkau 

menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” Akankah Ia tidak 

merasa terusik dan pahit dengan perlakuan ini? Tidakkah Ia akan 

membalas perbuatan ini? 

II. Upaya yang dilakukan murid-murid-Nya untuk melindungi Dia 

(ay. 49): saat  mereka melihat apa yang akan terjadi, bahwa 

orang-orang bersenjata itu akan menangkap Dia, berkatalah me-

reka: “Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang? 

Engkau telah memperbolehkan kami membawa dua bilah pedang, 

apakah sekarang kami bisa menggunakannya? Belum pernah ada 

kesempatan seperti ini, lagi pula apa gunanya kami membawa-

bawa pedang jika kami tidak dapat menggunakannya?” Mereka 

mengajukan pertanyaan seolah-olah mereka tidak akan menghu-

nus pedang tanpa perintah dari Guru mereka, namun mereka 

terlampau panas hati dan tidak mau bersabar lagi untuk menung-

gu jawaban. namun , Petrus yang menaksir kepala salah seorang 

hamba Imam Besar gagal menetakkan pedangnya dan hanya 

berhasil memutus telinga kanan orang itu. sebab  Kristus menun-

jukkan bahwa Ia dapat melakukan sesuatu terhadap mereka de-

ngan membuat mereka jatuh ke tanah, begitu juga Petrus dengan 

perbuatannya yang meledak-ledak ini mau memperlihatkan bah-

wa ia pun dapat melakukan sesuatu seperti itu jika diizinkan. 

Penulis Injil lainnya memberi tahu kita tentang bagaimana Kristus 

menegur Petrus atas perbuatannya itu.  

namun  di sini, Lukas memberi tahu kita:  

1.  Bagaimana Kristus minta maaf untuk tebasan pedang Petrus 

itu: Sudahlah itu (ay. 51). Menurut Dr. Whitby, Kristus menga-

takan hal itu kepada musuh-musuh-Nya yang datang untuk 

menangkap Dia. Maksud-Nya untuk menenangkan mereka, 

supaya mereka tidak terpancing menyerang murid-murid-Nya, 

yang ada di bawah tanggung jawab-Nya: “Abaikan kecelakaan 

dan serangan ini. Tindakan itu dilakukan tanpa seizin-Ku, dan 

tidak akan ada serangan pedang lagi.” Meskipun memiliki kua-

sa untuk memukul jatuh mereka dan memukul mati mereka, 

Kristus tetap berbicara dengan ramah kepada mereka, dan 

selanjutnya meminta maaf atas serangan yang dilakukan oleh 

salah satu pengikut-Nya. Hal itu dimaksudkan untuk meng-

ajar kita supaya berbicara dengan kata-kata yang baik bahkan 

juga kepada musuh-musuh kita.  

2.  Bagaimana Ia menyembuhkan luka yang diderita hamba Imam 

Besar itu, yang lebih dari sekadar ganti kerugian atas luka-

lukanya itu: Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuh-

kannya, melekatkan telinganya kembali, sehingga ia tidak per-

gi begitu saja dalam keadaan terhina, meskipun ia layak mem-

perolehnya.  

Dengan ini Kristus ingin memberikan bukti kepada mereka:  

(1) Tentang kuasa-Nya. Kalau Ia berkenan, Ia yang dapat me-

nyembuhkan juga dapat menghancurkan. Ini seharusnya 

menggugah minat mereka untuk menerima dan menyerah-

kan diri kepada-Nya. Seandainya mereka membalas se-

rangan Petrus, Ia juga akan menyembuhkan dia dengan 

segera. Jadi, apa lagi yang tidak bisa dilakukan suatu pa-

sukan kecil yang memiliki seorang tabib seperti ini, yang 

segera bisa menolong anggotanya yang sakit dan terluka?  

(2) Tentang belas kasihan dan kebaikan-Nya. Kristus di sini 

memberikan contoh nyata tentang peraturan-Nya sendiri, 

yaitu untuk berbuat baik kepada orang yang membenci kita. 

Contoh yang sama diberikan-Nya juga kemudian, yaitu 

mendoakan orang yang mencaci kita. Mereka yang memba-

las kejahatan dengan kebaikan telah melakukan sesuatu 

seperti yang dilakukan Kristus. Orang akan mengira bahwa 

sepenggal kebaikan ini dapat menguasai hati mereka, se-

perti bara api yang ditumpukkan di atas kepala dapat me-

lumerkan hati, sehingga mereka tidak perlu membelenggu 

Dia seperti seorang penjahat, sebab  Ia telah menunjukkan 

bahwa sesungguhnya Ia yaitu  seorang yang baik hati. 

Namun, hati mereka telah mengeras.  

III. Kristus menegur keras para pemimpin gerombolan yang datang 

untuk menangkap Dia, bahwa tidak masuk akal sama sekali me-

reka melakukan semuanya itu dengan ribut-ribut seperti itu (ay. 

52-53). Matius menulis bahwa perkataan ini dikatakan kepada 

orang banyak. Lukas memberi tahu kita di sini bahwa hal itu

dikatakan kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal 

Bait Tuhan . Yang disebut terakhir ini menjalankan beberapa perin-

tah langsung dari imam-imam, dan sebab  itu mereka ditempat-

kan di antara imam kepala dan tua-tua. Mereka semua yaitu  pe-

jabat-pejabat di Bait Tuhan  yang bertugas mengatur ibadah. Na-

mun, seperti tampak dalam peristiwa penangkapan ini, beberapa 

di antara mereka yang termasuk pejabat tinggi justru merendah-

kan derajatnya sendiri dengan perbuatan mereka.  

Sekarang lihatlah di sini: 

1.  Bagaimana Kristus mendebat mereka perihal tindakan mereka. 

Ada apa sebenarnya di sana sampai mereka mau datang di 

malam buta seperti ini, lengkap dengan pedang dan pentung?  

(1) Mereka tahu Ia tidak akan melawan, ataupun menggerak-

kan orang banyak untuk melawan mereka. Ia tidak akan 

pernah melakukan hal-hal semacam ini. Jadi mengapa ka-

mu datang seperti hendak menangkap seorang penyamun?  

(2) Mereka tahu Ia tidak akan pernah melarikan diri diam-

diam, sebab  tiap-tiap hari Ia ada bersama mereka di da-

lam Bait Tuhan , di tengah-tengah mereka, dan tidak pernah 

berusaha menyembunyikan diri, dan mereka sendiri juga 

tidak melakukan apa-apa terhadap Dia. Sebelum waktu-

Nya tiba, sungguh bodohlah kalau mereka sampai berpikir 

untuk menangkap Dia; dan saat  waktu-Nya tiba, sung-

guh bodohlah mereka sampai membuat ribut seperti ini 

untuk menangkap Dia.  

2.  Bagaimana Ia setuju saja dengan perbuatan mereka itu, dan 

hal ini tidak kita temukan dalam kitab-kitab Injil sebelumnya: 

“namun  inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu. 

Betapa berat rasanya Aku harus berhadapan dengan perbuat-

an seperti ini, namun, biarlah Aku menerimanya, sebab  ini 

telah ditetapkan. Inilah saatnya kamu dibiarkan untuk mela-

kukan keinginanmu terhadap Aku. Ada waktu yang telah dite-

tapkan bagi-Ku untuk menanggungnya. Sekarang kuasa kege-

lapan, si Iblis, penguasa dunia yang gelap ini, diizinkan mela-

kukan kejahatan terburuknya, untuk menghancurkan tumit 

keturunan perempuan itu, dan Aku menetapkan hati-Ku un-

tuk menerima. Biarlah ia melakukan kejahatannya itu. “Tuhan 

menertawakan orang fasik itu, sebab Ia melihat harinya, saat-

nya, sudah dekat (Mzm. 37:13). Hendaklah hal ini membuat 

kita diam di bawah kekuasaan musuh-musuh jemaat; hendak-

lah hal ini membuat kita diam pada saat-saat yang memati-

kan, sebab   

(1) Ini hanyalah sepenggal waktu yang diizinkan untuk keme-

nangan musuh-musuh kita, saat yang singkat, saat yang 

terbatas.  

(2) Inilah saat mereka, yang ditetapkan bagi mereka, di mana 

mereka diizinkan untuk mencoba kekuatan mereka supaya 

Yang Mahakuasa lebih dipermuliakan dengan kejatuhan 

mereka.  

(3) Kuasa kegelapanlah yang mengendalikan mereka, dan ke-

gelapan harus memberi jalan kepada terang. Inilah saatnya 

penguasa kegelapan dibuat tunduk terhadap penguasa te-

rang. Kristus bersedia menunggu kemenangan-Nya sampai 

peperangan-Nya diselesaikan, dan kita juga harus demi-

kian. 

Petrus Menyangkal Yesus 

(22:54-62) 

54 Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah 

Imam Besar. Dan Petrus mengikut dari jauh. 55 Di tengah-tengah halaman 

rumah itu orang memasang api dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus 

juga duduk di tengah-tengah mereka. 56 Seorang hamba perempuan melihat 

dia duduk dekat api; ia mengamat-amatinya lalu berkata: “Juga orang ini 

bersama-sama dengan Dia.” 57 namun  Petrus menyangkal, katanya: “Bukan, 

aku tidak kenal Dia!” 58 Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia 

lalu berkata: “Engkau juga seorang dari mereka!” namun  Petrus berkata: “Bu-

kan, aku tidak!” 59 Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain berkata de-

ngan tegas: “Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia, sebab ia 

juga orang Galilea.” 60 namun  Petrus berkata: “Bukan, aku tidak tahu apa 

yang engkau katakan.” Sesaat  itu juga, sementara ia berkata, berkokoklah 

ayam. 61 Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah 

Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: “Sebelum ayam berkokok 

pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” 62 Lalu ia pergi ke luar 

dan menangis dengan sedihnya.  

Di sini kita membaca kisah yang memilukan perihal bagaimana 

Petrus menyangkal Gurunya, saat Yesus berada di hadapan Imam 

Besar dan mereka yang akan menjadi saksi dusta, yang telah siap-

siap menelan mangsa mereka itu dengan menyiapkan bukti-bukti un-

tuk mendakwa Dia segera sesudah  hari siang, di hadapan Mahkamah 

Agama (ay. 66). namun , dalam Injil ini tidak dicatat bahwa Kristus 

diperiksa di hadapan Imam Besar, seperti halnya dengan kitab-kitab 

Injil lainnya. Yang disebutkan hanyalah bahwa Ia digiring ke rumah 

Imam Besar (ay. 54). Namun, dari cara penungkapan Lukas, ada se-

suatu yang dapat diamati di sini. Mereka menangkap Dia, membawa 

Dia, dan menggiring Dia, yang menurut pendapat saya mirip seperti 

yang terjadi dengan Saul (1Sam. 15:12): ia pergi, ia balik, dan ia 

mengambil arah ke Gilgal, yang menunjukkan bahwa meskipun me-

reka telah menangkap mangsa mereka, mereka dilanda kebingungan, 

dan sebab  mereka takut pada orang banyak, atau lebih merasa ngeri 

di dalam hati mereka sendiri perihal apa yang telah mereka lihat dan 

dengar, mereka membawa-Nya jauh-jauh. Atau mungkin juga mereka 

tidak tahu harus membawa Dia ke mana, sebab  begitu bingung di 

dalam hati mereka sendiri.  

Sekarang perhatikanlah: 

I.  Kejatuhan Petrus.  

1.  Kejatuhannya itu dimulai dengan tindakan mengikuti dengan 

sembunyi-sembunyi. Ia mengikuti Kristus saat  Ia digiring 

pergi sebagai seorang tahanan. Tindakan ini baik dan menun-

jukkan kepeduliannya untuk Gurunya. namun  ia mengikuti 

dari jauh, supaya jauh dari bahaya. Ia berusaha menjaga kese-

lamatan dirinya dalam masalah itu, yakni mengikuti Kristus, 

supaya bisa memuaskan nuraninya, namun  hanya dari jauh 

saja, supaya dengan demikian ia tetap bisa melindungi kehor-

matan dirinya dan tetap aman.  

2.  Tindakannya ini dilanjutkan dengan tetap menjaga jarak dan 

mencoba bergaul dengan hamba-hamba Imam Besar, semen-

tara seharusnya ia berada di pihak Gurunya. Di tengah-tengah 

halaman rumah itu orang-orang itu memasang api dan mereka 

duduk mengelilinginya, dan berbicara soal serangan malam 

yang baru mereka lakukan. Mungkin Malkhus juga ada di te-

ngah-tengah mereka, dan Petrus juga duduk di tengah-tengah 

mereka, seolah-olah ia yaitu  salah satu dari mereka, setidak-

nya orang akan menyangka demikian. Kejatuhannya sendiri 

yaitu  menolak untuk mengakui semua pengenalan dan hu-

bungannya dengan Kristus. Ia tidak mau mengakui Dia sebab 

sekarang Ia sedang sangat menderita serta berada dalam ba-

haya. Ia dituduh oleh seorang hamba perempuan biasa yang 

bekerja di rumah itu, bahwa ia salah seorang pengikut Yesus 

ini, yang mengenai-Nyalah segala keributan ini sekarang ter-

jadi. Dengan penuh perhatian si hamba perempuan ini meng-

amat-amati Petrus yang sedang duduk dekat api, hanya sebab  

Petrus seorang asing, seorang yang tidak pernah ia lihat sebe-

lumnya. sebab  berpikir bahwa orang ini bukan salah seorang 

pengawal Imam Besar dan tidak mungkin ada orang lain lagi 

yang hadir malam-malam begini, ia lantas menyimpulkan bah-

wa Petrus ini salah seorang pengiring Yesus ini. Atau mungkin 

juga satu hari perempuan ini pernah berada di Bait Tuhan  lalu 

melihat Yesus dan Petrus ada bersama-Nya, jadi sekarang 

begitu ingat, ia pun langsung menegurnya, orang ini bersama-

sama dengan Dia. Dan Petrus yang tidak berani mengakui 

tuduhan ini menjadi mati akal dan tidak bisa mencari jalan 

untuk mengelak, dan langsung saja menyangkal tanpa pikir 

panjang, “Bukan, aku tidak kenal Dia.”  

3.  Kejatuhannya terulang untuk kedua kalinya (ay. 58): Tidak be-

rapa lama kemudian (ay. 58), sebelum ia sempat memulihkan 

pikirannya, seorang lain melihat dia lalu berkata, “Engkau juga 

seorang dari mereka, dengan diam-diam engkau duduk me-

nyusup di antara hamba-hamba Imam Besar.” “Bukan,” kata 

Petrus, “aku tidak.”  

4. Pada kali yang ketiga, kira-kira sejam kemudian (sebab  peng-

goda itu berkata, “saat  ia lelah, dan menjadi semakin lelah, 

biarlah kita lanjutkan serangan kita, sampai ia mengingat 

kembali apa yang dikatakannya”), seorang lain dengan penuh 

keyakinan berkata dengan tegas, “Sungguh, orang ini juga ber-

sama-sama dengan Dia, biarlah ia menyangkal kalau bisa, 

sebab  kamu semua bisa melihat ia seorang Galilea.” namun  

orang yang sudah pernah berdusta, akan sangat tergoda un-

tuk melakukan dusta lagi; permulaan dosa itu yaitu  ibarat 

membiarkan kebocoran kecil yang dapat menenggelamkan se-

buah perahu. Sekarang Petrus bukan saja menyangkal bahwa 

ia yaitu  seorang murid Kristus, namun  juga bahwa ia tidak 

tahu apa-apa mengenai Dia (ay. 60): “Aku tidak tahu apa yang 

engkau katakan. Aku tidak pernah mendengar apa-apa ten-

tang Yesus ini.” 

II.  Kesadaran Petrus kembali. Lihatlah betapa bahagianya Petrus da-

pat memulihkan kesadarannya kembali, atau tepatnya anugerah 

Tuhan  memulihkan dia.  

Lihatlah bagaimana terjadinya pemulihan ini:  

1. Ayam jantan berkokok persis saat  ia sedang menyangkal un-

tuk ketiga kalinya bahwa ia tidak mengenal Kristus. Kokok 

ayam ini mengejutkan dia dan membuatnya tersadar. Perhati-

kanlah, kejadian-kejadian kecil dapat berakibat besar. 

2.  Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Kejadian ini tidak 

kita temukan dalam tulisan penulis Injil lainnya, namun  sung-

guh luar biasa. Di sini Kristus disebut Tuhan, sebab  begitu 

banyak pengetahuan, kuasa, dan anugerah ilahi muncul da-

lam kejadian ini. Perhatikanlah, meskipun Kristus sekarang 

sedang membelakangi Petrus dan sedang menghadapi peme-

riksaan pengadilan (saat  Ia mungkin saja sedang memikir-

kan suatu hal lain), tetap saja Ia mengetahui segala sesuatu 

yang dikatakan Petrus. Perhatikanlah, Kristus memperhatikan 

apa yang kita katakan dan lakukan lebih daripada apa yang 

kita duga. Meskipun Petrus menyangkal Kristus, Kristus tidak 

menyangkal dia. Sebenarnya wajar saja kalau Kristus mem-

biarkan dia dan tidak menghiraukannya lagi, dan menyangkal-

nya di hadapan Bapa-Nya. Berbahagialah kita ini, bahwa 

Kristus tidak memperlakukan kita seperti kita memperlakukan 

Dia. Kristus memandang Petrus, Ia yakin Petrus pasti segera 

menyadari bahwa ia sedang dipandang oleh-Nya, sebab  Ia 

tahu benar bahwa meskipun Petrus telah menyangkal-Nya 

dengan bibirnya, matanya tetap tertuju kepada-Nya. Amatilah, 

meskipun sekarang Petrus bersalah atas pelanggaran yang sa-

ngat besar dan sangat mendatangkan murka, Kristus tidak 

meneriaki dia, supaya tidak mempermalukannya atau mem-

buka kedoknya. Ia hanya memandangnya, dan hanya Petrus 

seorang yang tahu apa artinya ini.  

Pandangan ini sungguh sangat berarti:  

(1) Pandangan ini meyakinkan hatinya. Tadi Petrus berkata 

bahwa ia tidak mengenal Kristus. Sekarang Kristus ber-

paling dan memandang Petrus, seakan-akan Ia hendak ber-

kata, “Engkau tidak mengenal Aku, Petrus? Pandanglah 

wajah-Ku, dan katakan sekali lagi.”  

(2) Pandangan itu yaitu  pandangan yang mencela. Kita bisa 

menduga bagaimana Ia memandang Petrus dengan dahi 

yang berkernyit, atau dengan cara lain yang menunjukkan 

ketidaksenangan-Nya. Jadi, bayangkanlah bagaimana ma-

rahnya raut wajah Kristus memandang kita saat  kita 

berbuat dosa.  

(3) Pandangan itu yaitu  pandangan yang menunjukkan tegur-

an: “Apa, Petrus? Engkaukah orangnya yang menyangkal 

Aku sekarang, saat  seharusnya engkau datang dan ber-

saksi untuk-Ku? Murid macam apa engkau ini? Bukankah 

engkau yang paling pertama mengakui Aku sebagai Anak 

Tuhan  dan dengan sungguh-sungguh berjanji tidak akan 

pernah menyangkal Aku?”  

(4) Pandangan itu yaitu  pandangan yang penuh belas kasih-

an. Ia memandang Petrus dengan lembut. “Petrus yang ma-

lang, betapa lemah hatimu! Bagaimana engkau tidak jatuh 

dan gagal jika Aku tidak menolongmu!”  

(5) Pandangan itu yaitu  pandangan yang mengarahkan. 

Kristus membimbing Petrus dengan pandangan-Nya. De-

ngan kedipan mata-Nya Ia memberi isyarat supaya Petrus 

keluar dari kumpulan orang malang itu, untuk menyepi 

dan merenungkan keadaan dirinya barang sebentar, supa-

ya dengan begitu Petrus tahu apa yang harus dilakukan-

nya.  

(6)  Pandangan itu penuh arti. Pandangan yang membawa anu-

gerah pada hati Petrus, dan memampukan dia untuk berto-

bat. Kokok ayam jantan itu tidak akan membawanya pada 

pertobatan jika  tanpa diiringi dengan pandangan seperti 

ini. Hal-hal lahiriah tidak akan berarti tanpa kasih karunia 

yang bekerja secara khusus. Ada kuasa yang berjalan se-

iring dengan pandangan ini, untuk mengubah hati Petrus 

dan membawa Petrus kembali kepada dirinya, kepada 

pikirannya yang benar. 

3.  Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepada-

nya. Perhatikanlah, anugerah Tuhan  bekerja di dalam dan me-

lalui Firman Tuhan . Jadi bawalah firman ini ke dalam pikiran, 

dan biarkanlah firman menetap dalam hati nurani, maka jiwa 

pun akan berbahagia. Tolle et lege – Ambillah Firman itu dan 

bacalah.  

4.  Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Satu 

pandangan dari Kristus mencairkan hatinya menjadi air mata 

kudus yang meratapi dosanya. Lilin itu baru saja padam dan 

kemudian sebuah nyala kecil menghidupkannya kembali. 

Kristus memandang imam-imam kepala, namun tidak mem-

berikan kesan seperti yang Ia lakukan terhadap Petrus, yang 

telah memiliki benih-benih ilahi yang akan bekerja di dalam 

hatinya. Bukan pandangan Kristus yang membuat Petrus di-

pulihkan, namun  anugerah Tuhan  yang mengiringi pandangan 

itulah yang membawanya pada kebenaran.  

Kristus Mengaku Bahwa Ia yaitu  Anak Tuhan   

(22:63-71) 

63 Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memu-

kuli-Nya. 64 Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya: “Cobalah katakan 

siapakah yang memukul Engkau?” 65 Dan banyak lagi hujat yang diucapkan 

mereka kepada-Nya. 66 Dan sesudah  hari siang berkumpullah sidang para tua-

tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka 

menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka, 67 katanya: “Jikalau Eng-

kau yaitu  Mesias, katakanlah kepada kami.” Jawab Yesus: “Sekalipun Aku 

mengatakannya kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; 68 dan se-

kalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan men-

jawab. 69 Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Tuhan  

Yang Mahakuasa.” 70 Kata mereka semua: “Kalau begitu, Engkau ini Anak 

Tuhan ?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Tuhan .” 

71 Lalu kata mereka: “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah men-

dengarnya dari mulut-Nya sendiri.”  

Dalam ayat-ayat ini, seperti juga dalam Injil-Injil sebelumnya, kita di-

ceritakan mengenai: 

I.  Bagaimana Yesus Tuhan kita dihujat oleh hamba-hamba Imam 

Besar. Orang-orang asing yang tidak dikenal, yaitu hamba-hamba 

yang kasar dan biadab itu, berkerumun melawan Dia. Mereka 

yang telah menangkap Yesus dan yang menahan-Nya sampai si-

dang mahkamah berkumpul, mereka itulah yang mengolok-olok-

kan Dia dan memukuli-Nya (ay. 63). Mereka tidak membiarkan Dia 

beristirahat barang satu menit pun, sekalipun Ia belum tidur se-

malam-malaman. Mereka juga tidak membiarkan Dia menenang-

kan diri, meskipun Ia akan segera diadili. Ia juga tidak diberi wak-

tu untuk mempersiapkan diri menghadapi sidang mahkamah itu. 

Mereka menjadikan Dia bahan lawakan mereka. Malam yang me-

nyengsarakan diri-Nya ini akan menjadi malam sukacita bagi me-

reka. Yesus yang terkasih ini, seperti Simson, dijadikan bahan 

lawakan. Mereka menutupi muka-Nya, dan sesuai dengan kebia-

saan permainan itu, orang-orang muda yang ada di antara mereka 

akan terus memukuli wajah-Nya sampai Ia dapat menyebutkan 

nama orang yang memukul-Nya (ay. 64). Hal ini dilakukan untuk 

memperolokkan jabatan kenabian-Nya, bahwa Ia bisa bernubuat 

dan memiliki pengetahuan tentang hal-hal rahasia seperti yang 

dikatakan orang mengenai diri-Nya. Kita tidak membaca apakah 

Ia mengatakan sesuatu, namun  Ia menanggung segala sesuatu. 

Neraka dibiarkan terbuka, dan Ia menderita kejahatannya sejadi-

jadinya. Pelecehan yang lebih hebat lagi sudah tidak dapat ditim-

pakan lagi ke atas Yesus yang terberkati ini. Walaupun begitu, ini 

hanyalah salah satu contoh saja, sebab  banyak lagi hujat yang 

diucapkan mereka kepada-Nya (ay. 65). Sesungguhnya, mereka 

yang mendakwa Dia sebagai seorang penghujat, mereka sendirilah 

yang merupakan penghujat-penghujat, malah yang terkeji yang 

pernah ada.  

II. Bagaimana Ia dituduh dan dihukum oleh Mahkamah Agama  yang 

terdiri atas para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala 

dan ahli-ahli Taurat, yang cepat-cepat dipanggil untuk berkumpul 

bersama-sama segera sesudah  hari siang, sekitar pukul lima pagi 

hari itu, untuk memeriksa perkara itu. Orang-orang ini meren-

canakan kejahatan ini di tempat tidurnya dan melakukannya di 

waktu fajar (Mi. 2:1). Mereka tidak akan pernah bangun sepagi itu 

untuk melakukan pekerjaan baik. Di sini kita hanya mendapati 

catatan singkat tentang pemeriksaan pengadilan-Nya di hadapan 

Mahkamah Agama mereka.  

1.  Mereka berkata kepada-Nya, “Jikalau Engkau yaitu  Mesias, 

katakanlah kepada kami.” Secara umum Ia dipercaya oleh 

pengikut-pengikut-Nya sebagai Mesias, namun  anggota mah-

kamah ini tidak dapat membuktikan bahwa Ia pernah berkata 

demikian totidem verbis – dalam banyak perkataan, dan oleh 

sebab  itu mereka mendesak Dia untuk mengakui hal itu di 

hadapan mereka (ay. 67). Seandainya saja mereka menanya-

kan pertanyaan ini dengan keinginan untuk mengakui bahwa 

Ia yaitu  Mesias dan mau menerima-Nya jika Ia dapat mem-

berikan bukti yang cukup tentang hal itu, tentunya tindakan 

mereka itu baik adanya, dan selamanya akan baik bagi mere-

ka. Namun, mereka menanyakan hal itu bukan dengan tekad 

untuk memercayai-Nya, melainkan justru untuk menjerat-

Nya.  

2.  Kristus hanya mengeluhkan perlakuan mereka yang tidak adil 

dan tidak benar mengenai diri-Nya (ay. 67-68). Sebagai orang 

Yahudi, mereka semua mengaku menanti-nantikan Sang 

Mesias, dan mengharapkan Dia pada saat ini. Selama ini tidak 

ada orang lain yang muncul,  atau telah muncul dan mengaku 

diri sebagai Mesias. Ia tidak mempunyai pesaing dan tampak-

nya juga tidak akan pernah ada. Ia telah memberikan bukti-

bukti yang menakjubkan tentang kuasa ilahi yang menyertai 

diri-Nya, sehingga pernyataan-Nya sangat tidak layak untuk 

dipertanyakan seperti itu. Pemimpin-pemimpin bangsa Yahudi 

ini membawa Dia ke hadapan Mahkamah Agama hanya untuk 

memeriksa Dia sebagai calon Mesias dan bukan diadili sebagai 

seorang pelaku kejahatan.  

“namun ,” Ia berkata:  

(1) “Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu, bahwa Aku 

yaitu  Mesias, dan terus memberikan bukti-bukti yang 

meyakinkan mengenai hal itu, kamu sudah berketetapan 

hati untuk tidak mau percaya. Untuk apa lagi perkara ini 

dibawa ke hadapan kamu? Kamu kan sudah mempunyai 

prasangka buruk mengenai perkara ini dan telah berke-

tetapan hati, tidak peduli benar atau salah, untuk memu-

tuskan perkara itu dan menyalahkannya?”  

(2)  “Jika Aku bertanya kepada kamu, apa keberatan kamu ter-

hadap bukti-bukti yang Aku berikan, kamu pun tidak akan 

menjawab Aku.” Di sini Ia menunjuk pada sikap diam 

mereka saat  Ia bertanya kepada mereka. Saat itu mereka 

diam, sebab  tidak mau mengakui wewenang yang dimiliki-

Nya (20:5-7). Mereka bukanlah hakim yang adil, juga 

bukan pendebat yang adil. Jika terjepit sewaktu berdebat, 

mereka lebih memilih diam daripada mengakui diri salah: 

“Kamu tidak akan menjawab dan tidak mau melepaskan 

Aku. Jika Aku bukan Mesias, kamu harus memberi alasan 

untuk menggugurkan semua bukti yang telah Aku tunjuk-

kan bahwa Aku yaitu  Mesias. Jika Aku yaitu  Dia, kamu 

harus melepaskan Aku; namun  ini pun tidak akan kamu 

lakukan.” 

3.  Ia menyinggung mengenai hal kedatangan-Nya yang kedua 

kali, yang merupakan bukti penuh mengenai keberadaan-Nya 

sebagai Mesias, untuk membingungkan mereka, sebab  seka-

rang ini mereka tidak mau mengakui bukti yang telah ada me-

ngenai keberadaan-Nya sebagai Mesias (ay. 69): “Mulai seka-

rang Anak Manusia sudah duduk, dan akan dilihat sedang 

duduk di sana, di sebelah kanan Tuhan  Yang Mahakuasa, dan 

kamu tidak perlu bertanya lagi apakah Ia Mesias atau bukan.” 

4. Dengan pernyataan ini mereka menyimpulkan bahwa Ia meng-

angkat diri-Nya sebagai Anak Tuhan  dan bertanya kepada-Nya 

apakah Ia memang Anak Tuhan  atau bukan (ay. 70): Engkau ini 

Anak Tuhan ? Ia menyebut diri-Nya Anak Manusia, dengan me-

rujukku pada penglihatan Daniel tentang anak manusia yang 

datang kepada Yang Lanjut Usianya itu (Dan. 7:13-14). Dan 

mereka sangat memahami tentang hal itu dan tahu jika me-

mang Ia yaitu  Sang Anak Manusia itu sendiri, maka pastilah 

Ia juga Anak Tuhan . Engkau ini Anak Tuhan ? Dengan ini tampak 

jelas bahwa menurut iman jemaat Yahudi, Mesias itu haruslah 

Anak Manusia dan sekaligus juga Anak Tuhan .  

5.  Ia mengakui diri-Nya sendiri sebagai Anak Tuhan : Kamu sendiri 

mengatakan, bahwa Akulah Anak Tuhan ; artinya, “Aku yaitu  

Anak Tuhan , seperti yang kamu katakan.” Bandingkanlah hal 

ini dengan Markus 14:62, Jawab Yesus, Akulah Dia. Hal ini 

menegaskan kesaksian Yesus tentang diri-Nya sendiri bahwa 

Ia yaitu  Anak Tuhan . Ia berpegang teguh pada pernyataan itu, 

meskipun Ia tahu bahwa Ia akan menderita sebab nya.  

6.  Berdasarkan pernyataan ini mereka menjatuhkan hukuman-

Nya (ay. 71): Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Memang 

benar, mereka tidak memerlukan kesaksian lebih lanjut lagi 

untuk membuktikan bahwa Ia mengatakan diri-Nya Anak 

Tuhan . Mereka telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri. 

namun , tidak perlukah mereka membuktikan bahwa Ia bukan 

Mesias saat  mereka mendakwa Dia sebagai seorang penghu-

jat yang mengaku diri Mesias? Tidak bisakah mereka menim-

bang bahwa mungkin saja Ia Anak Tuhan , dan bila seandainya 

benar, betapa mengerikannya kesalahan yang akan ditimpa-

kan mereka ke atas diri sendiri dengan menjatuhkan hukum-

an mati ke atas-Nya? Tidak, mereka tidak tahu dan tidak meng-

erti apa-apa. Mereka tidak dapat berpikir bahwa mungkin saja 

Ia itu Mesias, padahal telah terbukti bahwa Ia begitu dipenuhi 

dengan kuasa dan anugerah ilahi, walaupun Ia memang tidak 

tampil dalam kemegahan dan kemewahan duniawi seperti 

yang mereka harapkan. Mata mereka telah dibutakan dengan 

perkara-perkara duniawi itu, dan bergegas menjatuhkan pu-

tusan hukuman yang berbahaya ini, seperti kuda yang mence-

burkan diri ke dalam pertempuran. 

PASAL  23  

asal ini melanjutkan dan mengakhiri kisah penderitaan dan ke-

matian Kristus. Di sini diceritakan tentang:  

I.  Bagaimana Ia disidangkan di hadapan Pilatus, gubernur Ro-

mawi (ay. 1-5).  

II.  Pemeriksaan terhadap-Nya oleh Herodes, wali negeri Galilea, 

yang juga berada di bawah pemerintahan Romawi (ay. 6-12).  

III.  Pergulatan Pilatus melawan orang banyak, sebab ia hendak 

melepaskan Yesus; kesaksiannya berulang kali mengenai 

ketidakbersalahan Yesus, namun akhirnya menyerah pada 

desakan mereka untuk menyalibkan-Nya (ay. 13-25).  

IV.  Peristiwa-peristiwa yang terjadi saat mereka menggiring-Nya 

untuk disalibkan, serta perkataan-Nya kepada orang-orang 

yang mengikuti di belakang (ay. 26-31).  

V.  Peristiwa yang terjadi di tempat pelaksanaan hukuman, ser-

ta penghinaan yang dilakukan terhadap-Nya di sana (ay. 

32-38).  

VI.  Pertobatan salah satu dari dua penjahat saat Kristus ter-

gantung di kayu salib (ay. 39-43).  

VII.  Kematian Kristus dan keajaiban yang mengiringinya (ay. 44-

49).  

VIII. Penguburan-Nya (ay. 50-56).  

Kristus di Hadapan Pilatus dan Herodes;  

Kristus Dituduh dan Dihina  

(23:1-12) 

1 Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus 2 

Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: “Telah kedapatan oleh kami, 

bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak 

kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia yaitu  Kristus, 

yaitu Raja.” 3 Pilatus bertanya kepada-Nya: “Engkaukah raja orang Yahudi?” 

Jawab Yesus: “Engkau sendiri mengatakannya.” 4 Kata Pilatus kepada imam-

imam kepala dan seluruh orang banyak itu: “Aku tidak mendapati kesalahan 

apa pun pada orang ini.” 5 namun  mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia 

menghasut warga  dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea 

dan sudah sampai ke sini.” 6 saat  Pilatus mendengar itu ia bertanya, apa-

kah orang itu seorang Galilea. 7 Dan saat  ia tahu, bahwa Yesus seorang 

dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu 

itu ada juga di Yerusalem. 8 saat  Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. 

Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, sebab  ia sering mendengar tentang 

Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu 

tanda.  9 Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, namun  Yesus tidak 

memberi jawaban apa pun. 10 Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli 

Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terha-

dap Dia. 11 Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-

olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia 

kembali kepada Pilatus. 12 Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan 

Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan. 

Tuhan kita Yesus didakwa sebagai seorang penghujat dalam Mahka-

mah Agama, namun kedengkian yang mengendalikan persidangan 

ini  tidak mampu menghasilkan apa-apa, sehingga mereka men-

cari cara lain sebab mereka tahu betul bahwa dakwaan mereka itu ti-

daklah cukup untuk dapat menjatuhkan hukuman mati terhadap-Nya. 

I.  Mereka mendakwa-Nya di hadapan Pilatus. Lalu bangkitlah selu-

ruh sidang itu untuk membawa-Nya menghadap Pilatus, sesudah  

mereka tahu bahwa mereka tidak mampu lagi mendakwa Dia 

lebih lanjut di persidangan yang mereka adakan. Mereka tetap 

membawa-Nya pada Pilatus, sekalipun saat itu bukanlah hari 

persidangan, tidak ada rapat atau sidang apa pun yang dijalankan 

hari itu. Kali ini, mereka tidak menuntut-Nya sebagai penghujat 

(sebab Pilatus tidak mengurusi kejahatan semacam itu), melain-

kan sebagai seorang yang menentang pemerintahan Romawi, yang 

sebenarnya sama sekali tidak mereka anggap sebagai kejahatan. 

Kalau menyinggung mengenai menentang pemerintahan Romawi, 

justru merekalah yang sebenarnya lebih layak didakwa sebab  hal 

ini  daripada Dia. Semua itu hanyalah alasan yang dipakai 

untuk menjalankan rencana dan maksud jahat mereka. Kejahat-

an palsu yang mereka tuduhkan kepada Dia itu, yang mereka 

pakai untuk memanfaatkan kekuasaan Romawi untuk menghan-

curkan Kristus, justru merupakan kejahatan mereka yang sebe-

narnya, yang membuat penguasa Romawi kemudian menghancur-

kan mereka tidak lama sesudah  itu. 

1.  Di sini diceritakan tentang dakwaan yang ditimpakan kepada-

Nya (ay. 2), yang mereka lontarkan hanya untuk menjilat Pila-

tus dengan berpura-pura setia terhadap Kaisar. Padahal, hal 

itu semata-mata disebabkan oleh kedengkian yang mereka ra-

sakan terhadap Kristus.  

Mereka memfitnah Dia dengan menuduh-Nya:  

(1) Mencoba memengaruhi warga  supaya memberontak ter-

hadap Kaisar. Memang benar bahwa warga  merasa resah 

di bawah kuk kekuasaan Romawi dan mereka tidak sabar 

menanti-nantikan kesempatan untuk melepaskan diri dari 

kekuasaan Romawi ini . Pilatus sendiri pun tahu betul 

akan hal itu. Dan sekarang mereka mencoba meyakinkan-

nya bahwa Yesus giat memanas-manasi ketidakpuasan ma-

syarakat itu. namun , jika memang hal itu benar, pastilah 

mereka akan menolong dan mendukung-Nya. Mereka 

mengadu, telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini me-

nyesatkan bangsa kami, seakan-akan mempertobatkan se-

buah bangsa untuk kembali ke dalam pemerintahan Tuhan  

itu sama dengan menyesatkan mereka dari pemerintahan 

sipil; padahal tidak ada hal lain yang bisa membuat ma-

nusia menjadi warga negara yang baik selain menjadikan 

mereka pengikut Kristus yang setia. Sebelumnya, secara 

khusus Kristus telah mengajari mereka untuk membayar 

pajak kepada Kaisar, sekalipun Ia tahu bahwa ada bebe-

rapa pihak yang akan tersinggung dengan ajaran-Nya itu, 

namun  kini Ia malah dituduh telah melarang membayar pa-

jak kepada Kaisar. Kebenaran memang tidak dapat meng-

hindar dari fitnahan.  

(2)  Bersaing dengan Kaisar, meskipun alasan utama penolak-

an mereka untuk mengakui-Nya sebagai Mesias justru ada-

lah sebab  Ia tidak tampil dalam kebesaran dan kuasa du-

niawi, dan tidak berperan sebagai seorang raja duniawi, 

serta tidak melakukan apa pun untuk melawan Kaisar. Na-

mun kini, justru mereka mendakwa Dia bahwa Dia menga-

takan dirinya sebagai Kristus dan raja. Dia memang pernah 

berkata bahwa Dia yaitu  Kristus, yang juga berarti raja, 


 836

namun bukan dalam artian seorang raja yang akan menen-

tang kuasa Kaisar. Saat para pengikut-Nya hendak men-

jadikan Dia raja (Yoh. 6:15), Ia bahkan menolaknya, walau-

pun sudah jelas, dengan banyak mujizat yang telah Ia 

perbuat, pastilah Kaisar tidak bisa berbuat banyak bila Ia 

memang hendak menyainginya.   

2.  Jawaban yang Ia berikan terhadap tuduhan yang dijatuhkan 

ke atas-Nya. Pilatus bertanya kepada-Nya, "Engkaukah raja 

orang Yahudi?" (ay. 3), yang kemudian dijawab-Nya, “Engkau 

sendiri mengatakannya.”  Hal ini berarti, "Benar seperti yang 

engkau katakan, bahwa Aku berhak atas pemerintahan bang-

sa Yahudi, namun  bukan melawan Kaisar yang hanya mena-

ngani kepentingan sipil mereka, melainkan melawan para ahli 

Taurat dan orang-orang Farisi yang memperbudak mereka da-

lam bidang agama.” Kerajaan Kristus sepenuhnya bersifat ro-

hani dan tidak akan mencampuri kedaulatan Kaisar. Kalimat 

itu juga mungkin berarti: “Engkau sendiri mengatakannya, na-

mun dapatkah kau membuktikannya? Bukti apa yang kau pu-

nya mengenai hal itu?” Semua orang yang mengenal-Nya me-

ngetahui kebalikannya, yaitu bahwa Ia tidak pernah mengaku-

ngaku sebagai raja orang Yahudi untuk menentang Kaisar se-

bagai penguasa tertinggi, atau melawan para wali negeri yang 

diutus oleh Kaisar, melainkan sebaliknya. 

3.  Pernyataan Pilatus mengenai ketidakbersalahan Kristus (ay. 

4): Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang 

banyak yang sepertinya telah bergabung di pihak mereka da-

lam persidangan melawan Kristus itu, "Aku tidak mendapati 

kesalahan apa pun pada orang ini. Apa pun pelanggaran yang 

dilakukan-Nya terhadap hukum kalian, aku tidak mau mem-

pertanyakannya, namun  aku tidak mendapati suatu bukti apa 

pun yang membuat-Nya layak dihukum dalam persidangan 

kami.” 

4.  Desakan dan kemarahan para penuntut yang terus berlanjut, 

(ay. 5). Bukannya menjadi lebih tenang sesudah  mendengar 

pernyataan Pilatus mengenai ketidakbersalahan Kristus dan 

merenungkan apakah mereka tidak sedang menimpakan 

darah orang yang tidak berdosa terhadap diri mereka sendiri, 

seperti yang seharusnya mereka perbuat, mereka justru malah 

semakin beringas dan ganas. Kita tidak melihat mereka memi-

Injil Lukas 23:1-12 

 837 

liki fakta tertentu yang bisa mereka kemukakan, apalagi bukti 

untuk memperkuatnya. namun , sekalipun begitu, mereka tetap 

saja bertekad meneruskan tuntutan itu melalui keributan dan 

segala cara untuk meyakinkan orang, sekalipun mereka tidak 

bisa membuktikannya, yaitu bahwa Ia menghasut warga  

dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, mulai di Galilea dan 

sudah sampai ke sini. Ia memang mengguncangkan orang ba-

nyak, namun  bukan untuk memberontak atau menentang pe-

merintahan, namun untuk hal-hal yang benar dan mulia. Dia 

juga memang mengajar, namun  mereka tidak bisa menuduh-

Nya telah menyebarkan ajaran yang mengganggu keamanan 

umum atau menyebabkan pemerintah terancam.   

II.  Mereka mendakwa-Nya di hadapan Herodes.  

1.  Pilatus mengirim Dia beserta dengan perkara-Nya ke pengadi-

lan Herodes. Para pendakwa itu menyebutkan nama Galilea, 

daerah di sebelah utara Kanaan. “Apakah Dia berasal dari da-

erah Galilea? Ia orang Galilea?” tanya Pilatus (ay. 6). “Ya,” ja-

wab mereka. “Itulah markas-Nya. Di sanalah Dia menghabis-

kan sebagian besar waktu-Nya." “Kalau begitu, mari kita kirim 

Dia kepada Herodes,” kata Pilatus, “Sebab Herodes kebetulan 

sedang ada di kota ini, dan dia layak menangani perkara ini 

sebab orang itu ada di bawah peradilan Herodes.” Pilatus sebe-

narnya sudah muak dengan perkara itu sehingga ia pun ingin 

segera melepaskan diri, dan sepertinya hal itu yaitu  alasan 

utama mengapa dia mengirim Kristus ke hadapan Herodes. 

Namun Tuhan  merancang semuanya itu supaya menjadi bukti 

nyata untuk menggenapi firman, seperti yang tertulis dalam 

Kisah Para Rasul 4:26-27, yang mengutip perkataan Daud 

(Mzm. 2:2), Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar ber-

mufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya, 

yang kini tergenapi melalui Herodes dan Pontius Pilatus.  

2.  Herodes bersedia melakukan pemeriksaan terhadap Yesus (ay. 

8): saat  dia melihat Yesus, ia sangat girang, dan mungkin 

merasa lebih senang lagi sebab  melihat Dia sebagai tawanan 

yang terbelenggu. Ia sering mendengar tentang Dia di Galilea, 

sebab mujizat-mujizat-Nya telah lama menjadi buah bibir di 

daerah itu. Herodes sudah lama ingin melihat-Nya, bukan ka-

rena dia tertarik pada Kristus ataupun ajaran-Nya, namun  

semata-mata hanya sebab  penasaran saja. Ia mengharapkan 

melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda supaya 

rasa ingin tahunya terpuaskan, dan supaya dia dapat meng-

gembar-gemborkannya sepanjang hidupnya. sebab  itulah ia 

mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus supaya bisa 

membuat-Nya melakukan sesuatu untuk menunjukkan kua-

sa-Nya. Mungkin Herodes mencecar-Nya dengan berbagai per-

tanyaan yang bersifat rahasia, atau hal-hal yang akan terjadi 

di masa mendatang, atau mengenai penyembuhan penyakit. 

namun  Yesus tidak memberi jawaban apa pun, atau memuas-

kan rasa penasaran Herodes dengan membuat suatu mujizat 

di hadapannya. Si pengemis yang sangat melarat itu sama se-

kali tidak ditolak saat ia meminta mujizat berkenaan dengan 

kebutuhannya, namun  si raja angkuh ini, yang meminta muji-

zat semata-mata untuk memuaskan rasa ingin tahunya, justru 

ditolak. Herodes bisa saja melihat Kristus dan perbuatan-

perbuatan-Nya yang ajaib di Galilea, namun  ia tidak mau mela-

kukan itu, jadi, adil saja kalau dikatakan bahwa, kini ia ingin 

melihatnya, namun  tidak dapat; semuanya disembunyikan dari 

matanya, sebab  dia tidak mengetahui saat Tuhan  melawatnya. 

Pikir Herodes, dia bisa menyuruh Kristus melakukan suatu 

mujizat, sebab kini Ia yaitu  tawanannya. Namun, mujizat 

tidak boleh disepelekan seperti itu, dan kuasa ilahi tidak bisa 

disetir oleh penguasa dunia yang terhebat sekalipun.   

3.  Para pendakwa Kristus tampil juga di hadapan Herodes, sebab 

mereka tidak bisa tinggal diam dan ingin terus menuntut-Nya. 

Mereka maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang 

berat terhadap Dia (ay. 10), dengan kurang ajar dan sangat be-

rani, begitulah artinya. Mereka juga ingin membuat Herodes 

percaya bahwa Ia telah meracuni Galilea dengan hasutan-ha-

sutan-Nya. Perhatikan, bukan hal yang aneh lagi jika para 

hamba Tuhan  dan orang-orang benar yang merupakan kawan 

sejati yang berguna bagi pemerintahan sipil, malah dituduh 

sebagai penghasut dan pemberontak, serta musuh pemerin-

tah.   

4.  Herodes memperlakukan Dia dengan semena-mena. Ia, dengan 

pasukannya, para pengawal, bawahan dan penguasa lainnya, 

sama sekali tidak memandang Dia bahkan dengan sebelah 

mata pun. Mereka memperlakukan Dia seperti sesuatu yang 

sama sekali tidak ada; begitulah arti perkataan itu. Sungguh 

kejahatan yang menjijikkan! Dia yang menciptakan segala 

sesuatu itu malah dipandang seperti tidak ada. Mereka mener-

tawakan-Nya sebagai orang tolol, sebab mereka tahu Dia telah 

menolong orang banyak melalui mujizat-mujizat yang telah Ia 

lakukan, jadi mengapa kini Ia tidak mau melakukan satu 

mujizat pun untuk menolong diri-Nya sendiri? Atau mungkin 

mereka menertawakan Dia sebagai seorang yang telah kehi-

langan kuasa-Nya, dan telah menjadi lemah seperti orang lain-

nya. Herodes, yang sudah mengenal Yohanes Pembaptis dan 

lebih mengetahui tentang Kristus daripada yang diketahui 

Pilatus, justru memperlakukan Kristus lebih kasar daripada 

yang diperbuat Pilatus, sebab pengetahuan tanpa disertai ka-

sih karunia membuat manusia malah bertambah jahat. Hero-

des mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya, yaitu sehelai 

kain berwarna yang indah, sebagai raja jadi-jadian. Tindakan 

tidak terpuji Herodes itu kemudian dicontoh oleh tentara 

Pilatus yang juga melakukan penghinaan yang sama terhadap 

Kristus.  

5.  Herodes mengirim Dia kembali kepada Pilatus, dan peristiwa 

itu pun membuat mereka bersahabat, padahal sebelumnya 

mereka berseteru. Meski Herodes tidak berhasil menyaksikan 

satu mujizat pun dari Kristus, dia tetap tidak bersedia 

mendakwa-Nya sebagai seorang penjahat, dan sebab  itulah, 

ia pun mengirim Dia kembali kepada Pilatus (ay. 11). Dengan 

begitu, Herodes telah membalas budi Pilatus, bersikap sopan 

dan menaruh hormat kembali kepadanya dengan cara mengi-

rimkan si tawanan itu kepadanya. Kewajiban timbal balik, 

disertai saling pesan di antara keduanya, telah memperdalam 

saling pengertian yang sebelumnya tidak ada di antara mereka 

(ay. 12). Sebelum itu mereka justru bermusuhan, mungkin 

sebab  Pilatus telah membunuh orang-orang Galilea yang 

merupakan warga daerah kekuasaan Herodes (Luk. 13:1), atau 

sebab  pertentangan lain yang lazim terjadi di antara para raja 

dan penguasa. Perhatikan bagaimana kedua pihak yang tadi-

nya bermusuhan itu kini bersatu melawan Kristus, seperti hal-

nya Gebal, Amon, dan Amalek yang bersekutu melawan Israel 

milik Tuhan  (Mzm. 83:7), sekalipun sebelumnya mereka itu 

terpecah-belah. Kristus yaitu  sang pembawa damai yang 

agung; Pilatus dan Herodes sama-sama mengakui bahwa Ia 

tidak bersalah, dan kesamaan pandangan ini pun meredam 

pertentangan mereka dalam hal-hal lainnya.   

Yesus Kembali di Hadapan Pilatus:  

Barabas Dibebaskan 

(23:13-25) 

13 Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin 

serta warga , 14 dan berkata kepada mereka: “Kamu telah membawa orang ini 

kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan warga . Kamu lihat sendiri 

bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu 

tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. 15 Dan Herodes 

juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya 

tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukum-

an mati. 16 Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” 17 (Sebab ia 

wajib melepaskan seorang bagi mereka pada hari raya itu.)  18 namun  mereka 

berteriak bersama-sama: “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” 

19 Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu 

pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan sebab  pembunuhan. 20 

Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, sebab  ia 

ingin melepaskan Yesus. 21 namun  mereka berteriak membalasnya, katanya: 

“Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!" 22 Kata Pilatus untuk ketiga kalinya 

kepada mereka: “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? 

Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal 

dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” 

23 namun  dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia 

disalibkan, dan akhirnya mereka menang dengan teriak mereka.  24 Lalu Pila-

tus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan.  25 Dan ia melepas-

kan orang yang dimasukkan ke dalam penjara sebab  pemberontakan dan 

pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, namun  Yesus diserahkan-

nya kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya. 

Di sini diceritakan bagaimana Yesus yang terkasih digiring oleh orang 

banyak dan diseret menuju kayu salib dalam suasana yang kacau 

balau dan dalam kericuhan massa, yang timbul akibat kedengkian 

dan muslihat para imam kepala yang telah menjadi kaki tangan 

penguasa di udara. 

I.  Pilatus menyanggah pendapat orang, sebab dia percaya bahwa 

Kristus tidak melakukan apa pun yang setimpal dengan hukuman 

mati atau hukuman penjara. namun , jika betul demikian, maka se-

harusnya ia langsung melepaskan-Nya saat itu juga. Bukan hanya 

itu saja, ia juga seharusnya melindungi Kristus dari kemarahan pa-

ra imam dan komplotan mereka, serta menyuruh para pendakwa 

Kristus itu berhenti berbuat onar. namun  dia tidak memiliki kasih 

terhadap Kristus, sebab ia sendiri yaitu  orang jahat. Apalagi, dia 

juga tidak mau mengecewakan Kaisar dan warga nya sebab  takut 

menjadi sasaran kemarahan mereka. Sebagai bukti lebih lanjut 

dari sifatnya yang tidak benar, dia justru mengumpulkan imam-

imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta warga  (yang seharus-

nya telah dia bubarkan sebagai kumpulan perusuh dan penghasut, 

dan melarang mereka untuk ada di dekat-dekat dia), dan mau 

mendengarkan pendapat mereka, di saat ia seharusnya meng-

abaikan perkataan mereka, sebab ia telah melihat apa yang sebe-

narnya menggerakkan mereka untuk berbuat demikian (ay. 14): 

Katanya, “Kamu telah membawa orang ini kepadaku, dan sebab  

aku menghormati kamu, maka seperti yang telah kamu lihat sen-

diri, aku pun telah memeriksa-Nya serta mendengar segala kesalah-

an yang kamu tuduhkan kepada-Nya. Akan namun , aku tidak bisa 

berbuat apa-apa dengan semua itu, seba

Related Posts:

  • lukas 13-24 11  insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu; jika engkau telah dipulihkan oleh anugerah Tuhan  dan dibawa pada perto-batan, lakukanlah yang dapat kamu lakukan untuk memulih-kan orang lain. Bila engkau telah memelihar… Read More