. Sebagian dari bukti-bukti itu diceritakan da-
lam ayat-ayat di atas, yang pada intinya sama dengan kisah yang kita
dapati dalam Injil Matius dan Markus.
I. Dalam ayat-ayat di atas kita melihat kasih dan hormat yang di-
tunjukkan oleh para wanita saleh yang mengikuti Kristus itu se-
sudah Ia mati dan dikuburkan (ay. 1). Segera sesudah Sabat usai,
mereka pergi ke kubur untuk membalsem mayat-Nya, bukan un-
tuk mengeluarkan tubuh Yesus dari kain lenan yang telah dibe-
batkan Yusuf, namun untuk mengurapi kepala dan wajah-Nya, dan
mungkin juga kaki dan tangan-Nya yang penuh dengan luka,
serta menaburkan rempah-rempah harum itu ke sekeliling tubuh-
Nya, seperti kita biasanya menaburkan bunga di sekeliling mayat
dan kuburan kawan-kawan kita, hanya untuk menunjukkan niat
baik kita untuk mengurangi bau mayat sedapat mungkin, dan
membuatnya tidak lagi terlalu menjijikkan bagi orang-orang di se-
keliling mereka. Bakti bagi Kristus yang ditunjukkan para wanita
saleh itu terus berlanjut. Mereka tidak berpikir dua kali untuk
memakai rempah-rempah mahal yang telah mereka siapkan ma-
lam sebelum hari Sabat tiba, saat waktu tidur mereka; mereka
tidak bertanya-tanya, untuk apa pemborosan ini?, namun segera
membawanya ke kuburan pagi-pagi sekali sesudah hari Sabat
lewat. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya (2Kor. 9:7) merupakan aturan dalam memberi sedekah.
Biarlah apa yang telah dipersiapkan bagi Kristus benar-benar
dipakai untuk kepentingan-Nya. Nama-nama wanita itu dicatat di
sini, yakni Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yako-
bus, yang sepertinya merupakan para wanita yang sudah sering
mengurusi penguburan. Juga dicatat mengenai beberapa wanita
lainnya (ay. 1, 10) yang tidak turut mempersiapkan rempah-rem-
pah, namun mau ikut serta pergi ke kuburan, seolah-olah jumlah
kawan Kristus malah bertambah sesudah Ia mati (Yoh. 12:24, 32).
Seperti halnya puteri-puteri Yerusalem yang ingin turut serta
mencari kekasih pengantin wanita sesudah mereka melihat betapa
sungguh-sungguhnya ia mencari kekasihnya itu (Kid. 6:1), de-
mikian pulalah para perempuan yang lain ini. Semangat sebagian
orang memang biasanya membangkitkan semangat yang lain juga.
II. Kejutan yang mereka dapati saat mereka melihat batu yang sudah
terguling dan kubur yang telah kosong itu (ay. 2-3). Mereka ber-
diri termangu-mangu (ay. 4) oleh hal yang seharusnya membuat
mereka bersukacita, sebab batu sudah terguling dari kubur itu
(dan menandakan bahwa Ia telah dilepaskan secara resmi dan
telah keluar dari sana), dan sebab mereka tidak menemukan ma-
yat Tuhan Yesus, yang menandakan bahwa Ia telah menggenapi
segala tugas-Nya bagi kita dan kemudian pergi keluar dari sana.
Perhatikan, terkadang orang-orang Kristen sejati masih juga ter-
mangu-mangu oleh hal-hal yang seharusnya bisa menghibur dan
menguatkan hati mereka.
III. Pernyataan yang jelas dan tegas mengenai kebangkitan Kristus
yang diucapkan oleh dua orang malaikat yang menampakkan diri
kepada para wanita itu dengan memakai pakaian yang berkilau-
kilauan. Pakaian kedua malaikat itu bukan hanya putih, namun
juga bercahaya dan memendarkan sinar ke sekeliling mereka. Pa-
da awalnya, mereka melihat satu orang malaikat di luar kuburan,
yang kemudian masuk dan duduk bersama-sama seorang malai-
kat lain di dalam kuburan itu, yang seorang duduk di sebelah ke-
pala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terba-
ring. Jadi, yang dicatat para penginjil itu saling bersetujuan satu
sama lain. Saat melihat kedua malaikat itu, para wanita ini
sempat merasa takut, jangan-jangan mereka akan mendengar ka-
bar buruk. namun , bukannya bertanya, mereka malah menunduk-
kan kepala untuk mencari Guru mereka yang terkasih di dalam
kubur ini . Mereka bahkan lebih memilih untuk memandang-
Nya dalam balutan kain kapan daripada melihat para malaikat
dalam pakaian mereka yang berkilau-kilauan. Bagi orang percaya,
Yesus yang telah mati tetap lebih indah dilihat daripada malaikat
sekalipun. Wanita-wanita ini bagaikan sang kekasih yang ditemu-
kan para penjaga kota (dan malaikat memang sering disebut para
penjaga), yang tidak berbasa-basi dengan mereka selain bertanya,
“Apakah kamu melihat jantung hatiku?”
Nah, di sini diceritakan bagaimana:
1. Kedua malaikat itu menegur para wanita itu sebab pencarian
sia-sia yang mereka lakukan. Mengapa kamu mencari Dia yang
hidup, di antara orang mati? (ay. 5). Di sini diberikan kesaksian
bahwa Kristus itu hidup, tentang Dia diberi kesaksian, bahwa
Ia hidup (Ibr. 7:8), dan ini sungguh menghibur hati semua
orang kudus: aku tahu Penebusku hidup. sebab Ia hidup ma-
ka kita pun ikut hidup. namun , teguran diberikan kepada
orang yang mencari Dia di antara orang mati. Orang yang men-
cari-Nya di antara para pahlawan yang telah mati yang dipuja-
puja orang bukan–Yahudi, seakan-akan Dia itu sama saja
dengan mereka, dapat dikatakan sebagai orang yang mencari
orang hidup di antara orang mati. Begitu pula orang-orang
yang mencari-Nya dalam gambar atau salib tiruan yang meru-
pakan buatan tangan manusia atau di antara tradisi tak ter-
tulis serta penemuan manusia, dan yang menggantungkan ke-
bahagiaan dan kepuasan mereka semata-mata dalam karya
ciptaan serta yang mencari kesempurnaan dalam keadaan
yang tidak sempurna.
2. Kedua malaikat ini meyakinkan mereka bahwa Dia telah
bangkit dari antara orang mati (ay. 6): "Ia tidak ada di sini, Ia
telah bangkit, dibangkitkan oleh kuasa-Nya sendiri. Dia telah
meninggalkan kuburan-Nya, dan tidak akan lagi kembali ke
sana.” Kedua malaikat ini merupakan saksi mata yang
tepercaya, sebab mereka diutus langsung dari sorga khusus
untuk mengemban tugas yang berhubungan dengan kebang-
kitan Kristus ini . Kita bisa yakin bahwa mereka mengata-
kan hal yang benar, sebab malaikat tidak pernah berdusta.
3. Mereka mengingatkan para wanita itu tentang perkataan Kris-
tus sendiri: Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu,
saat Ia masih di Galilea. Jika saja para wanita itu telah me-
mercayai dan mengindahkan perkataan ini , pasti mudah
bagi mereka untuk memercayai apa yang kini terjadi, sehingga
kabar ini tidak akan mengejutkan mereka seperti itu,
sebab para malaikat itu hanya mengulangi apa yang dulu telah
sering dikatakan Kristus kepada mereka, bahwa Anak Manusia
harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. namun , seka-
lipun terlaksana atas kehendak dan sepengetahuan Tuhan , hal
itu tidak berarti bahwa dosa orang-orang yang melakukannya
menjadi lebih ringan. Dia memberi tahu mereka bahwa Dia
harus disalibkan. Mereka tidak mungkin melupakan perkata-
an-Nya ini sebab mereka sendiri sungguh telah menyaksikan
bahwa Ia disalibkan. Jadi, bukankah seharusnya penyaliban-
Nya itu mengingatkan mereka kembali mengenai apa yang ha-
rus terjadi kemudian, yaitu bahwa Dia akan bangkit lagi pada
hari ketiga? Perhatikan, kedua malaikat dari sorga itu tidak
menyampaikan kabar baik yang baru, namun hanya mengingat-
kan mereka akan perkataan Kristus, serta mengajari mereka
untuk mendalami dan menerapkannya, seperti yang biasanya
dilakukan oleh para malaikat di gereja Tuhan .
IV. Dampak yang dihasilkan dari perkataan malaikat ini (ay. 8).
Para wanita itu tampaknya langsung memercayai ucapan mereka.
Segera sesudah mereka mendengarnya lagi, teringatlah mereka
akan perkataan Yesus itu, dan tidak lagi berpendapat bahwa ka-
bar kebangkitan-Nya itu merupakan sesuatu yang terlalu mus-
tahil untuk menjadi kenyataan. Kini, mereka pun merasa malu
sebab telah menyiapkan rempah-rempah untuk membalsemi ma-
yat-Nya pada hari ketiga, padahal Ia sendiri telah berulang kali
mengatakan bahwa Ia akan bangkit lagi pada hari itu. Perhatikan,
ingatan akan perkataan Kristus pada saat yang tepat dapat mem-
bantu kita untuk lebih memahami pemeliharaan Tuhan bagi kita.
V. Laporan mengenai kebangkitan Kristus yang mereka sampaikan
kepada para rasul: Dan sesudah mereka kembali dari kubur, mereka
menceriterakan semuanya itu kepada kesebelas murid dan kepada
semua saudara yang lain (ay. 9). Kelihatannya, para rasul ini
tidak sedang bersama-sama, melainkan tercerai-berai. Mungkin
jarang didapati dua atau tiga orang dari mereka yang tinggal ber-
sama-sama, sehingga setiap wanita itu harus berpencar untuk me-
ngabarkan kejadian itu kepada mereka semua supaya dalam
waktu singkat, yaitu pagi itu juga, mereka semua telah diberi tahu.
Meskipun begitu, di sini kita bisa melihat (ay. 11) bagaimana tang-
gapan mereka terhadap laporan para wanita ini : namun bagi
mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan
mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. Mereka
pikir para wanita itu hanya berkhayal saja. Rupanya mereka juga
telah melupakan perkataan Kristus dan perlu diingatkan lagi akan
hal itu, bukan saja mengenai apa yang telah Kristus katakan di
Galilea beberapa waktu yang lalu, namun juga yang baru saja di-
beritahukan-Nya kepada mereka, yaitu pada malam sewaktu Dia
diserahkan: dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat
Aku. Aku akan melihat kamu lagi. Kebodohan para murid itu me-
mang sungguh mencengangkan, sebab mereka telah sering meng-
aku bahwa Kristus yaitu Anak Tuhan dan benar-benar Mesias,
dan telah sering diberi tahu bahwa Dia harus mati dan bangkit
lagi, lalu memasuki kemuliaan-Nya. Mereka juga telah menyaksi-
kan-Nya membangkitkan orang mati lebih dari satu kali. Jadi,
mengapa kini mereka tidak percaya bahwa Dia bisa membang-
kitkan diri-Nya sendiri? sebab itu, mereka pun tidak seharusnya
mengeluh jika hal yang sama menimpa mereka di kemudian
hari, “Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?”
VI. Penyelidikan yang dilakukan Petrus sesudah ia mendengar kabar
ini (ay. 12). Maria Magdalenalah yang menyampaikan kabar
ini kepadanya, sebagaimana yang terlihat dalam Yohanes
20:1 dan 2, yang menggambarkan dengan lebih jelas peristiwa Pe-
trus berlari ke kuburan itu.
1. Petrus pergi ke kuburan Yesus segera sesudah ia mendengar
kabar ini , mungkin merasa malu sebab Maria Magda-
lena telah mendahuluinya pergi ke sana. namun , mungkin juga
dia tidak begitu siap untuk pergi ke sana seandainya para wa-
nita itu tidak memberi tahu dia mengenai hal-hal ini , ter-
utama tentang para penjaga yang telah kabur. Memang, ada
banyak orang yang biasanya cepat sekali bertindak saat situa-
si aman, namun menjadi pengecut saat ada bahaya yang meng-
ancam. Petrus yang dulu lari menjauhi sang Guru, kini berlari
menuju ke kuburan-Nya.
2. Dia menjenguk ke dalam kuburan itu dan mendapati kain ka-
pan yang dulu dipakai untuk membungkus mayat Kristus kini
sudah terlepas dan terlipat rapi, tergeletak di sana tanpa ma-
yat di dalamnya. Dia sangat teliti mengamati semua itu, se-
akan-akan dia lebih memercayai matanya sendiri dibanding-
kan kesaksian para malaikat ini .
3. Lalu ia pergi tanpa dapat berpikir dengan lebih bijaksana, teta-
pi malah bertanya dalam hatinya apa yang kiranya telah ter-
jadi. Seandainya saja dia ingat perkataan Kristus dulu, apa
yang telah dilihatnya tadi pasti cukup untuk meyakinkan dia
bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Akan te-
tapi, sebab sudah melupakan semuanya itu, dia hanya bisa
terpana saja, tidak tahu harus berbuat apa. Banyak sekali hal
yang kelihatannya membingungkan dan mengherankan kita
sesungguhnya sangat jelas maksudnya dan menguntungkan,
jika saja kita memahami perkataan Kristus dengan benar, dan
selalu siap untuk memakainya pada waktu yang tepat.
Yesus Menampakkan Diri di Jalan ke Emaus
(24:13-35)
13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah
kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari
Yerusalem, 14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah
terjadi. 15 saat mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, da-
tanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan
mereka. 16 namun ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga me-
reka tidak dapat mengenal Dia. 17 Yesus berkata kepada mereka: “Apakah
yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mere-
ka dengan muka muram. 18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menja-
wab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang ti-
dak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" 19 Kata-Nya
kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Apa yang terjadi dengan
Yesus orang Nazaret. Dia yaitu seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerja-
an dan perkataan di hadapan Tuhan dan di depan seluruh bangsa kami. 20 Te-
tapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan
Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. 21 Padahal
kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebas-
kan bangsa Israel. namun sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya
itu terjadi. 22 namun beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejut-
kan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, 23 dan tidak menemu-
kan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan ke-
pada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. 24 Dan
beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa me-
mang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, namun Dia tidak
mereka lihat.” 25 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, be-
tapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang
telah dikatakan para nabi! 26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya
itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” 27 Lalu Ia menjelaskan kepada
mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari
kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 28 Mereka mendekati kampung
yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalan-
an-Nya. 29 namun mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “TinggTuhan ber-
sama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari
hampir terbenam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan
mereka. 30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, meng-
ucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mere-
ka. 31 saat itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, te-
tapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. 32 Kata mereka seorang kepada
yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, saat Ia berbicara dengan
kita di tengah jalan dan saat Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?” 33
Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka
mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama
dengan teman-teman mereka. 34 Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan
telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” 35 Lalu kedua
orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaima-
na mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Penampakan Kristus kepada kedua murid yang sedang pergi menuju
Emaus ini telah disinggung sebelumnya dalam Markus 16:12, namun
di sini, hal itu diceritakan dengan lebih jelas. Hal itu terjadi di hari
yang sama sewaktu Kristus bangkit, hari pertama dunia baru yang
bangkit bersama Dia. Salah satu dari kedua murid itu bernama
Kleopas atau Alfeus, yang disebut para penulis kuno sebagai saudara
lelaki Yusuf, ayah Yesus, sedangkan seorang yang lainnya tidak dike-
tahui dengan pasti. Beberapa orang beranggapan dia itu Petrus, se-
bab kelihatannya Kristus memang menampakkan diri secara khusus
kepada Petrus pada hari itu, dan kejadian ini menjadi buah bi-
bir di antara kesebelas murid itu (ay. 34), dan disebut-sebut oleh
Paulus dalam 1 Korintus 15:5. Namun sebetulnya, tidak mungkin
Petrus yaitu salah satu dari kedua orang itu, sebab justru Petrus
yaitu salah seorang dari kesebelas murid lain yang mereka temui
kemudian. Lagi pula, kita sudah tahu betul sifat Petrus. Seandainya
dia yaitu salah satu dari kedua murid itu, pastilah dia yang akan
tampil bicara, bukannya Kleopas. Jadi, orang itu yaitu salah satu
dari mereka yang terkait dengan kesebelas murid sebagaimana ter-
tulis dalam ayat 9.
Nah, dalam bagian kisah di atas, kita dapat memperhatikan beberapa
hal:
I. Perjalanan dan perbincangan kedua murid ini . Mereka pergi
ke sebuah kampung bernama Emaus, yang kira-kira berjarak dua
jam perjalanan kaki dari Yerusalem, yang di sini disebutkan kira-
kira tujuh mil [sebelas kilometer – pen.] jauhnya (ay. 13). Tidak di-
ceritakan alasan mereka pergi ke sana, apakah sebab memang
ada urusan atau hanya ingin mengunjungi teman saja. Saya rasa
mereka sedang kembali pulang ke Galilea, dengan maksud untuk
tidak lagi berurusan lebih jauh dengan perkara mengenai Yesus.
Mungkin mereka ingin menyepi dan undur dari kelompok mereka
tanpa meminta izin atau berpamitan terlebih dahulu, sebab mere-
ka menganggap kisah kebangkitan Guru mereka yang telah mere-
ka dengar pagi itu hanyalah omong kosong belaka. Maka tidak he-
ran jika mereka mulai menyusun rencana untuk pulang ke tem-
pat asal mereka secepat mungkin. namun , di sepanjang perjalan-
an, mereka tetap bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang te-
lah terjadi (ay. 14). Mereka tidak berani mendiskusikan hal-hal
ini atau menanyakan apa yang harus diperbuat dalam ke-
adaan genting di Yerusalem saat itu, sebab mereka takut terhadap
orang Yahudi. Mereka baru leluasa memperbincangkan hal terse-
but sesudah mereka menjauh dari orang-orang itu. Mereka berca-
kap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi, menghitung-
hitung kemungkinan benar tidaknya kebangkitan Kristus itu, se-
bab kelihatannya, mereka sedang menimbang-nimbang apakah
akan terus pergi atau harus kembali ke Yerusalem. Perhatikan,
sudah sepantasnya murid-murid Kristus membicarakan kematian
dan kebangkitan-Nya pada saat mereka sedang bersama-sama,
sehingga mereka dapat saling memperdalam pengetahuan satu
sama lain, saling mengingatkan satu sama lain, serta saling mem-
bangkitkan perasaan kasih dan bakti mereka kepada-Nya.
II. Seorang rekan seperjalanan yang mereka temukan di tengah jalan,
yaitu saat Yesus sendiri datang untuk menggabungkan diri dengan
mereka (ay. 15): mereka berdua sedang bercakap-cakap dan bertu-
kar pikiran, bahkan mungkin juga sedang berdebat sengit: yang
satu berharap sang Guru telah benar-benar bangkit dan akan
mendirikan kerajaan-Nya, sedang yang satu lagi merasa putus asa.
Yesus sendiri datang mendekati mereka sebagai seorang tak dike-
nal yang menyatakan keinginan-Nya untuk bergabung dengan me-
reka sesudah mengetahui bahwa mereka sedang menuju ke arah
yang sama dengan-Nya. Nah, di sini ada satu contoh yang bisa kita
perhatikan supaya kita terdorong untuk terus memperbincangkan
hal-hal kekristenan yang dapat membangun iman kita, yaitu bah-
wa setiap kali ada dua orang yang melakukan hal ini bersa-
ma-sama, Kristus pun akan datang menghampiri mereka dan
menggabungkan diri menjadi orang ketiga. Saat orang-orang yang
takut akan Tuhan saling menasihati, Tuhan akan mengindahkan
dan mendengarnya, serta menggabungkan diri bersama-sama de-
ngan mereka di dalam kebenaran sehingga kedua orang yang ter-
paut di dalam iman dan kasih itu akan menjadi tali tiga lembar
yang tak mudah diputuskan (Pkh. 4:12). Dalam percakapan dan
tukar pendapat itu, kedua orang itu mencari Kristus, memban-
dingkan apa yang mereka ketahui mengenai Dia supaya mereka
dapat lebih mengenal-Nya, dan kini Kristus pun datang kepada
mereka. Perhatikan, orang yang mencari Kristus akan menemu-
kan-Nya. Dia akan menampakkan diri kepada mereka yang men-
cari-Nya, dan menganugerahkan pengetahuan kepada mereka
yang selalu menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki
sebelumnya. Saat sang kekasih menanyakan tentang jantung hati-
nya kepada para peronda kota, dia menemukannya sesaat sesudah
dia meninggalkan mereka (Kid. 3:4). Akan namun , sekalipun Kristus
ada bersama-sama dengan mereka, pada awalnya mereka tidak
menyadari hal itu (ay. 16): namun ada sesuatu yang menghalangi
mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Kelihat-
annya, ada perubahan fisik tubuh Yesus (sebab Injil Markus me-
nuliskan bahwa Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain) dan
juga ada sesuatu yang menghalangi indra para murid ini (se-
bab di sini dikatakan bahwa ada suatu kuasa ilahi yang mengha-
langi mata mereka), atau juga, seperti yang dipikirkan oleh seba-
gian orang, waktu itu ada kekacauan dalam suasana di sekeliling
mereka. Suasana saat itu lain daripada yang lain sampai mereka
pun tidak dapat mengenali siapa Dia. Akan namun , apa pun yang
sebenarnya terjadi, yang jelas mereka tidak mengenali-Nya, sebab
Kristus sendiri yang membuat semuanya seperti itu supaya mere-
ka bisa lebih leluasa bercakap-cakap dengan Dia, dan supaya nya-
ta bahwa firman-Nya serta pengaruh yang ditimbulkan firman-Nya
itu tidak tergantung pada hadirat jasmani-Nya yang begitu di-
agung-agungkan para murid. Mereka harus diajari untuk tidak
bergantung pada Dia dengan cara seperti itu. namun , Dia juga
dapat mengajari dan menggugah hati mereka melalui orang lain,
yang memiliki hadirat roh-Nya dan yang disertai dengan anugerah-
Nya yang tidak tampak secara kasat mata.
III. Perbincangan yang terjadi di antara kedua murid dan Kristus saat
itu. Mereka tidak mengenali Dia, sedangkan Dia mengenal mere-
ka. Nah, kini Kristus dan murid-murid itu bertanya jawab, seperti
yang biasa dilakukan para sahabat yang berjumpa dengan orang
yang tidak dikenal, atau yang sedang menyamar.
1. Pertanyaan pertama yang diajukan Kristus kepada mereka
yaitu mengenai kesedihan yang tergurat dengan jelas di wa-
jah mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu
berjalan?” Pertanyaan itu bernada ramah dan lembut.
Perhatikanlah:
(1) Mereka sedang bersedih, dan hal itu tampak jelas bagi si
orang asing itu.
[1] Mereka telah kehilangan Guru yang sangat mereka ka-
sihi, dan dalam pikiran mereka sendiri, mereka merasa
kecewa sebab sudah berharap banyak dari-Nya. Mere-
ka telah putus harapan dan tidak tahu harus berbuat
apa untuk mendapatkannya kembali. Perhatikan, mu-
rid-murid Kristus memiliki alasan untuk merasa sedih
saat Dia undur diri dari hadapan mereka; mereka harus
berpuasa saat sang mempelai diambil dari mereka.
[2] Meskipun Dia telah bangkit dari antara orang mati,
namun entah sebab mereka belum mengetahuinya atau
bahkan tidak memercayainya, mereka masih terus ber-
sedih. Perhatikan, para murid Kristus sering kali mera-
sa sedih dan bermuram durja saat mereka seharusnya
bersukacita, dan sebab iman mereka yang lemah, me-
reka pun tidak dapat menikmati penghiburan yang dita-
warkan kepada mereka.
[3] Dengan sedih, mereka bercakap-cakap satu sama lain
mengenai Kristus. Perhatikan, pertama, sudah sepan-
tasnya orang-orang Kristen berbincang-bincang tentang
Kristus. Bila hati kita dipenuhi oleh-Nya, sebagaimana
yang sudah seharusnya, oleh apa yang telah Dia laku-
kan dan derita bagi kita, maka dari dalam hati akan me-
luap keluar melalui mulut bukan saja tentang Tuhan dan
pemeliharaan-Nya, namun juga mengenai Kristus dan
anugerah serta kasih-Nya. Kedua, teman yang baik dan
percakapan yang membangun merupakan obat yang
ampuh untuk mengusir kesedihan yang mendalam.
Saat para murid Kristus sedang berduka, mereka tidak
saling memisahkan diri, namun terus berdua-dua seba-
gaimana mereka dulu pernah diutus, sebab berdua le-
bih baik daripada sendirian, terutama pada masa-masa
sulit. Menyalurkan kesedihan dapat meringankan beban
mereka yang sedang berduka, dan dengan membicara-
kannya, kita mungkin dapat membuat keadaan menjadi
lebih baik bagi diri kita sendiri dan bagi kawan-kawan
kita. Orang yang sama-sama sedang berduka dapat sa-
ling menghibur, dan penghiburan yang paling manjur
terkadang muncul dari keadaan yang demikian.
(2) Kristus datang menghampiri mereka dan bertanya tentang
apa yang sedang mereka perbincangkan dan apa yang
membuat mereka kelihatan muram: Apakah yang kamu
percakapkan? Meski kini Kristus telah masuk dalam kemu-
liaan-Nya, namun Dia masih saja peduli terhadap para mu-
rid-Nya, dan ingin menghibur mereka. Dengan penuh ke-
prihatinan Dia berbicara kepada kedua orang itu. Mengapa-
kah hari ini mukamu semuram itu? (Kej. 40:7). Perhatikan,
Tuhan kita Yesus memperhatikan kesedihan dan dukacita
para murid-Nya, dan ikut bersusah hati saat mereka se-
dang ditimpa kesusahan.
Dengan begitu, Kristus mengajari kita supaya:
[1] Bersikap ramah dan bergaul. Di sini Kristus terlibat da-
lam percakapan dengan dua orang yang sedang bersu-
sah hati, meskipun Ia seorang asing dan mereka tidak
mengenal-Nya, dan mereka sendiri pun mau menerima
Dia. Orang Kristen tidak seharusnya bersikap murung
dan malu-malu, namun harus selalu riang untuk bergaul
dengan orang lain.
[2] Penuh belas kasihan. Saat kita melihat kawan kita larut
dalam kesedihan dan dukacita, kita harus bertindak
seperti Kristus, merasakan kedukaan mereka dan mem-
beri mereka nasihat dan penghiburan terbaik yang bisa
kita berikan. Menangislah dengan orang yang menangis.
2. Untuk menjawab pertanyaan ini , kedua orang itu balik
bertanya kepada-Nya mengenai ketidaktahuan-Nya. “Adakah
Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak ta-
hu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?”
Perhatikan:
(1) Kleopas menjawab dengan sopan. Dia tidak menjawab-Nya
dengan kasar, “Apa pun yang sedang kami perbincangkan,
itu bukanlah urusanmu!” atau menyuruh-Nya untuk tidak
ikut campur. Perhatikan, kita harus selalu bersikap sopan
terhadap mereka yang ramah kepada kita, serta memperla-
kukan semua orang dengan santun, baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Pada waktu itu, para murid Kristus se-
dang ada dalam situasi yang berbahaya, namun Kleopas ti-
dak merasa curiga bahwa si orang asing ini memiliki mak-
sud tertentu terhadap mereka, atau hendak melaporkan
mereka dan mendatangkan kesulitan bagi mereka. Kasih
tidak pernah mendorong kita untuk cepat-cepat berpikiran
buruk, bahkan terhadap orang yang tidak kita kenal.
(2) Saat itu, pikiran Kleopas sendiri sedang dijejali oleh ingat-
annya akan Kristus serta penderitaan dan kematian-Nya,
sehingga ia pun merasa heran mendapati orang yang tidak
merasa sama seperti dirinya, “Apa? Sedemikian asingkah
Engkau dengan Yerusalem sampai tidak mengetahui apa
yang telah menimpa Guru kami di sana?” Perhatikan,
orang-orang yang tidak mengenal kematian dan penderita-
an Kristus memang bagaikan orang-orang asing di Yeru-
salem. Masa puteri-puteri Yerusalem begitu tidak mengenal
Kristus sampai-sampai harus bertanya, “Apakah kelebihan
kekasihmu dari pada kekasih yang lain?”
(3) Kleopas tidak segan memberi tahu orang asing ini tentang
Kristus, dan terus berbicara dengan Dia tentang hal terse-
but. Dia tidak tahan mengetahui bahwa masih ada orang
yang tidak tahu-menahu mengenai Kristus. Perhatikan,
orang yang memiliki pengetahuan tentang Kristus yang di-
salibkan harus melakukan apa pun sebisanya untuk me-
nyebarkan kabar itu dan memperkenalkan-Nya kepada
orang lain. Di sini jelas terlihat bahwa para murid ini, yang
begitu bersemangat mengajarkan hal itu kepada seorang
asing, justru kemudian balik diajari oleh-Nya, sebab se-
tiap orang yang mempunyai sesuatu dan memakai apa
yang ia punyai, kepadanya akan ditambahkan lebih lagi.
(4) Penuturan Kleopas menunjukkan bahwa kematian Kristus
telah menggemparkan Yerusalem sehingga rasanya musta-
hil jika di kota itu masih ada orang yang begitu tidak tahu-
menahu akan kejadian itu. Peristiwa ini sudah menjadi ba-
han pergunjingan di seluruh kota dan dipercakapkan oleh
semua orang. Demikianlah kebenaran ini telah tersiar
ke seluruh tempat, dan harus dijelaskan sesudah Roh Ku-
dus dicurahkan.
3. Sebagai jawaban, Kristus malah balik bertanya lagi tentang
apa yang mereka ketahui (ay. 19): Kata-Nya kepada mereka,
“Apakah itu?” dan membuat-Nya semakin terkesan sebagai se-
orang asing.
Perhatikanlah:
(1) Bagaimana kini Yesus Kristus memandang penderitaan-
Nya sendiri dengan ringan, sesudah membandingkannya de-
ngan sukacita yang sekarang terbentang di hadapan-Nya,
yang merupakan ganti rugi bagi Dia. sesudah masuk ke da-
lam kemuliaan-Nya, kini lihatlah bagaimana Ia menoleh ke
belakang dan memandang penderitaan yang telah dialami-
Nya: Apakah itu? Dia tahu betul semua yang dipercakap-
kan kedua murid itu, sebab peristiwa ini sangat pahit
dan berat bagi-Nya. Namun, sekalipun begitu, Dia masih
bisa bertanya, “Apakah itu?” Semua duka kini telah sirna,
digantikan oleh kesukaan sebab Anak Manusia Sang Ju-
ruselamat kita itu telah lahir. Dia menanggung kelemahan
kita dengan sukacita, untuk mengajari kita supaya kita
pun bersedia berbuat hal serupa bagi-Nya.
(2) Pertama-tama Dia selalu menyelidiki seberapa jauh penge-
tahuan orang-orang yang akan diajari-Nya. Mereka harus
terlebih dahulu memberi tahu Dia tentang apa saja yang te-
lah mereka pelajari, barulah sesudah itu Ia pun akan meng-
ajari mereka mengenai makna dari hal-hal ini dan
membukakan rahasia di balik semua itu kepada mereka.
4. sesudah itu, mereka pun menceritakan kisah Kristus serta si-
tuasi terkini dari perkara ini . Perhatikanlah kisah yang
mereka paparkan (ay. 19, dst).
(1) Di sini ada rangkuman dari kehidupan dan karakter
Kristus. Perkara yang memenuhi pikiran mereka yaitu
perkara mengenai Yesus orang Nazaret (begitulah orang
biasa menyebut-Nya), yang yaitu seorang nabi, seorang
guru yang berasal dari Tuhan . Dia menyiarkan ajaran yang
benar dan hebat, yang sungguh berasal dari sorga dan se-
lalu mengarah ke sorga. Dia telah membuktikan semua itu
dengan banyak mujizat yang menakjubkan dan penuh de-
ngan belas kasihan, sehingga Dia berkuasa dalam peker-
jaan dan perkataan di hadapan Tuhan dan di depan seluruh
bangsa kami, yang artinya, Dia menjadi kesayangan sorga
sekaligus berkat besar bagi bumi ini. Dia begitu dikasihi
Tuhan dan juga disayangi manusia. Tuhan sungguh berkenan
kepada-Nya, dan nama-Nya pun harum di negeri ini. Ba-
nyak orang terlihat hebat di hadapan semua orang dan be-
gitu dikagumi, namun ternyata tidak begitu di hadapan
Tuhan , seperti halnya para ahli Taurat dan orang Farisi, te-
tapi Kristus sangat berkuasa, baik dalam pengajaran mau-
pun dalam perbuatan-Nya, di hadapan Tuhan dan semua
umat manusia. Hanya orang asing di Yerusalem saja yang
tidak mengetahui semua itu.
(2) Di sini ada juga gambaran sederhana tentang penderi-
taan dan kematian-Nya (ay. 20). “Meskipun Dia begitu di-
kasihi Tuhan dan orang-orang, imam-imam kepala dan pe-
mimpin-pemimpin kami, telah menyerahkan Dia kepada ke-
kuasaan Romawi untuk dihukum mati, dan mereka telah
menyalibkan-Nya.” Dengan demikian mereka menghina
Tuhan dan manusia. Aneh rasanya bahwa kedua murid itu
tidak terlalu membesar-besarkan masalah ini, dan tidak
memberatkan kesalahan orang-orang yang telah menyalib-
kan Kristus itu. Namun, ini mungkin sebab mereka se-
dang berbicara dengan orang yang tak dikenal sehingga
mereka lebih memilih untuk menghindari perkataan yang
dapat menimbulkan kesan buruk terhadap para imam ke-
pala dan pemimpin mereka, walaupun kenyataannya me-
mang begitu.
(3) Di sini juga tersirat kekecewaan mereka terhadap-Nya,
yang merupakan penyebab kesedihan mereka: “Padahal ka-
mi dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan bangsa Israel (ay. 21). Kami yaitu sebagian
dari orang-orang yang tidak hanya menganggap-Nya seba-
gai seorang nabi seperti Musa, namun juga seorang pene-
bus.” Semua orang yang menantikan kelepasan dan penghi-
buran bagi Israel menggantungkan harapan mereka kepa-
da-Nya, dan berharap Dia akan melakukan hal-hal besar.
Nah, jika harapan yang tertunda saja bisa menyedihkan
hati, maka harapan yang pupus pastilah sangat meluluh-
lantakkan hati, apalagi jika harapannya sebesar itu. Akan
namun lihatlah, kematian Kristus yang membuat mereka
putus asa itu justru yaitu landasan yang teguh bagi peng-
harapan mereka, jika saja mereka dapat memahaminya de-
ngan baik: Padahal kami dahulu mengharapkan (kata mere-
ka), bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bang-
sa Israel. Bukankah Dia memang telah menebus Israel?
Bukankah Ia telah membayar harga penebusan itu melalui
kematian-Nya? Bukankah Ia memang harus menderita
untuk menyelamatkan Israel dari dosa-dosa mereka? Cam-
kanlah baik-baik, oleh sebab bagian tersulit dari tugas-
Nya kini telah selesai, mereka harusnya semakin memiliki
alasan untuk memercayai bahwa Dialah yang datang untuk
membebaskan Israel, namun sebaliknya, mereka malah
hampir menyerah.
(4) Di sini ada keheranan mereka sehubungan dengan ke-
bangkitan-Nya.
[1] “namun sementara itu telah lewat tiga hari sejak Ia disa-
libkan dan mati, dan ini yaitu hari yang telah dinanti-
nantikan, jika benar bahwa Ia akan bangkit lagi, bang-
kit dalam kemuliaan dan kebesaran, dan memperlihat-
kan diri-Nya di depan umum dalam keagungan-Nya, se-
bagaimana Ia juga telah dipertontonkan dalam keadaan
yang hina tiga hari sebelumnya. Akan namun kami tidak
mendapati satu tanda pun. Tidak ada sesuatu pun yang
terjadi seperti yang kami harapkan, supaya para peng-
aniaya-Nya itu menjadi yakin dan kalut, dan para mu-
rid-Nya terhiburkan. Yang ada hanyalah kesunyian.”
[2] Mereka mengakui bahwa memang telah ada sebuah la-
poran yang sampai ke antara mereka bahwa Dia telah
bangkit, namun sepertinya mereka meremehkan kabar
itu dan tidak memercayainya sama sekali (ay. 22-23):
“namun beberapa perempuan dari kalangan kami telah
mengejutkan kami (dan hanya itu saja yang bisa mereka
perbuat). Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur,
dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang
dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka
malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup.
namun kami pikir semua itu hanyalah khayalan mereka
saja, sebab para malaikat itu pastilah akan diutus ke-
pada para rasul dan bukannya kepada para wanita.
Lagi pula, biasanya wanita gampang sekali dibodohi.”
[3] Mereka juga mengakui bahwa beberapa dari rasul terse-
but telah mengunjungi kubur dan menemukan tempat
itu telah kosong (ay. 24). “namun Dia tidak mereka lihat,
sehingga wajar saja kalau kami takut bahwa Dia itu
tidak benar-benar bangkit, sebab, jika benar demikian,
pastilah Dia telah menampakkan diri-Nya kepada para
rasul. Dengan demikian, intinya, kami tidak memiliki
alasan yang kuat untuk memercayai bahwa Dia telah
bangkit. Jadi harapan kami akan Dia kini telah sirna,
semuanya terpaku pada kayu salib-Nya dan tertimbun
dalam kubur-Nya.”
(5) Meskipun mereka tidak mengenali rupa-Nya, Tuhan Yesus
membuat mereka mengenali-Nya melalui perkataan-Nya.
[1] Kristus menegur mereka atas kelalaian dan kelemahan
iman mereka akan firman Tuhan yang tertulis dalam Per-
janjian Lama: Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya
hatimu sehingga kamu tidak percaya (ay. 25). Saat Kris-
tus melarang kita untuk menyebut saudara kita bodoh,
Ia bermaksud mencegah kita agar jangan melontarkan
celaan-celaan yang tidak berdasar, namun Ia tidak mence-
gah kita untuk menyatakan teguran yang benar. Kristus
menyebut kedua murid itu orang bodoh, yang bukan
berarti orang fasik, yang Ia larang untuk kita lontarkan
kepada orang lain, namun maksudnya yaitu orang le-
mah. Dia dapat menyebut kita bodoh, sebab Dia me-
ngenal kebodohan kita, yaitu kebodohan yang tertanam
dalam hati kita. Orang-orang yang bertindak melawan
kepentingan mereka sendiri yaitu orang bodoh. Be-
gitulah, murid-murid itu tidak mau memercayai bukti
yang dipaparkan di hadapan mereka bahwa Guru mere-
ka telah bangkit, dan malah menolak penghiburan yang
ditawarkan di dalam kebenaran itu. Hal-hal yang dicela
sebagai kebodohan dalam diri mereka yaitu , pertama,
kelambanan mereka untuk percaya. Orang-orang percaya
dicap tolol oleh para atheis dan orang-orang kafir serta
para penganut cara berpikir bebas, dan iman mereka di-
tentang sebagai suatu kebodohan yang naif, namun Kris-
tus memberi tahu kita bahwa orang bodoh yaitu orang
yang hatinya lamban untuk percaya serta dikekang oleh
banyak prasangka yang tidak pernah benar-benar dite-
laah kebenarannya. Kedua, kelambanan mereka untuk
memercayai segala tulisan para nabi. Dia tidak begitu
menyalahkan mereka atas kelambanan mereka untuk
memercayai kesaksian dari para wanita dan malaikat,
namun atas kelambanan hati mereka untuk memercayai
para nabi, sebab inilah akar dari segala ketidakpercaya-
an mereka itu. Jika saja mereka telah benar-benar mere-
nungkan dan mengindahkan para nabi Perjanjian Lama
sebagaimana yang seharusnya mereka lakukan, mereka
pasti tidak akan merasa ragu mengenai kebangkitan
Kristus dari antara orang mati pagi itu (sebab hari itu
yaitu hari ketiga sesudah kematian-Nya). Mereka akan
merasa yakin, sepasti mengharapkan terbitnya matahari,
sebab rangkaian kejadian yang telah ditetapkan oleh
nubuatan sama teguh dan kuatnya sebagaimana rang-
kaian kejadian yang telah ditetapkan oleh penyeleng-
garaan ilahi. Seandainya saja kita betul-betul mengerti
firman Tuhan dan hikmat-Nya seperti yang diungkapkan
dalam firman ini , maka tidak seharusnya kita
dibuat bingung dengan semua kejadian yang tampaknya
memusingkan kita itu.
[2] Dia menunjukkan kepada mereka bahwa penderitaan-
Nya, yang telah menjadi batu sandungan bagi mereka
dan membuat mereka tidak siap untuk memercayai ke-
muliaan-Nya, justru yaitu jalan yang telah ditetapkan
bagi-Nya untuk mendapatkan kemuliaan-Nya, dan Dia
tidak bisa mencapainya dengan cara lain (ay. 26): “Bu-
kankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk ma-
suk ke dalam kemuliaan-Nya? Bukankah hal itu telah
ditetapkan demikian, dan ketetapan itu telah dikuman-
dangkan, yaitu bahwa Mesias yang telah dijanjikan itu
harus terlebih dahulu menderita sebelum akhirnya ber-
kuasa, bahwa Dia harus mencapai mahkota-Nya me-
lalui kayu salib?” Tidak pernahkah mereka baca Yesaya
53 dan Daniel 9, di mana para nabi dengan jelas-jelas
memaparkan penderitaan Kristus dan kemuliaan yang
akan mengikuti-Nya? (1Ptr. 1:11). Salib Kristus yaitu
hal yang paling tidak bisa mereka mengerti, dan di sini
Ia menunjukkan kepada mereka dua hal yang mengha-
pus aib salib itu:
Pertama, yaitu bahwa Mesias harus menderita se-
perti itu. sebab itulah, penderitaan-Nya bukan mem-
bantah keberadaan-Nya sebagai Mesias, namun justru
memberi bukti bahwa Ia benar-benar Mesias, sebagai-
mana kesusahan para orang kudus membuktikan sta-
tus mereka sebagai anak-anak-Nya. Penderitaan-Nya itu
sama sekali bukan penghancur harapan mereka, justru
merupakan dasar bagi pengharapan mereka itu. Dia
tidak bisa menjadi Juruselamat jika Ia tidak menderita
terlebih dahulu. Kristus memang mengerjakan kesela-
matan kita secara sukarela, namun untuk menunaikan-
nya, Ia harus menderita dan mati.
Kedua, sesudah mengalami penderitaan itu, Dia akan
masuk dalam kemuliaan-Nya, yang Ia jalani pada waktu
Ia dibangkitkan. Itulah langkah pertama-Nya menuju
kemuliaan-Nya. Perhatikanlah, kemuliaan itu disebut
kemuliaan-Nya, sebab Dia memang berhak menerima-
nya. Itu yaitu kemuliaan yang telah Ia miliki sebelum
dunia ini dijadikan. Dia memang harus memasukinya,
sebab melalui kemuliaan-Nya, dan juga melalui penderi-
taan-Nya itulah firman harus digenapi. Sebelum mema-
suki kemuliaan-Nya, Dia harus menderita terlebih da-
hulu. Dengan demikian, aib kayu salib telah dihapus-
kan untuk selamanya, dan kita pun diarahkan kepada
hal yang sama, yaitu harus siap menghadapi mahkota
duri sebelum menerima mahkota kemuliaan.
[3] Kristus menerangkan bagian-bagian Perjanjian Lama
kepada mereka, yaitu yang menerangkan tentang Me-
sias dan menunjukkan bagaimana firman ini telah
tergenapi dalam diri Yesus orang Nazaret, dan Ia kini
dapat memberi tahu mereka lebih banyak daripada apa
yang bisa mereka beri tahukan kepada-Nya sebelumnya
(ay. 27): Mulai dari kitab-kitab Musa, penulis pertama
dalam Perjanjian Lama, kemudian Ia pun melanjutkan-
nya secara berurutan sampai pada segala kitab nabi-
nabi, dan menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia, untuk menunjukkan bahwa segala penderi-
taan yang telah Ia alami sama sekali tidak menyalahi
nubuat Kitab Suci mengenai diri-Nya, namun justru
menggenapi semua nubuat itu. Dia memulai dengan
kitab-kitab Musa, yang mencatat janji pertama yang
dengan jelas bernubuat bahwa tumit Mesias akan di-
lukai, namun oleh tumit-Nya juga kepala si ular akan
diremukkan. Perhatikan, pertama-tama, banyak sekali
nubuat mengenai Kristus yang tersebar di seluruh Kitab
Suci, yang tentu saja sangat membantu bila nubuat ter-
sebut dikumpulkan dan disusun dengan rapi. Di setiap
bagian Kitab Suci, selalu ada sesuatu yang merujuk ke-
pada Kristus: nubuat, janji, doa, atau hal-hal lain, se-
bab Dia yaitu harta yang terpendam di ladang Perjan-
jian Lama. Benang emas anugerah Injil terjalin di selu-
ruh Perjanjian Lama. Di setiap bagian Kitab Suci selalu
ada hal-hal mengenai Dia yang perlu diperhatikan de-
ngan jeli, yang penting sekali untuk dicerna. Kedua,
segala hal mengenai Kristus harus dijelaskan. Sida-sida
itu, meskipun ia terpelajar, tidak berpura-pura sudah
mengerti, kecuali ada yang membimbing dia (Kis. 8:31),
sebab semuanya disampaikan secara samar-samar, se-
suai dengan masanya, namun kini tabir itu telah diang-
kat saat Perjanjian Baru menjelaskan yang Lama.
Ketiga, Yesus Kristus sendiri merupakan pengajar Kitab
Suci yang terbaik, terutama bagian-bagian yang berkait-
an dengan diri-Nya. Bahkan sesudah kebangkitan-Nya,
Ia masih memakai cara serupa dalam membimbing
orang-orang untuk memecahkan misteri mengenai diri-
Nya, bukan dengan menyiarkan pengajaran baru yang
tidak sesuai dengan firman, namun dengan menunjuk-
kan bagaimana firman ini digenapi, serta meng-
arahkan mereka untuk mempelajarinya lebih dalam
lagi. Bahkan tulisan-tulisan Apokalipsis itu sendiri me-
rupakan bagian kedua dari nubuat Perjanjian Lama,
dan nubuat Apokalipsis ini terus dirujuk di sana. Bebal
sekali jika mereka tidak memercayai kesaksian Musa
dan para nabi itu. Keempat, dalam mempelajari Kitab
Suci, kita harus sistematis dan teratur, sebab Perjanjian
Lama seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang
sampai rembang tengah hari. Baiklah juga bila kita
memperhatikan bagaimana Tuhan berbicara kepada para
leluhur kita mengenai Anak-Nya melalui bermacam-ma-
cam cara dan keadaan (nubuat-nubuat sebelumnya
diterangkan dan dijelaskan oleh nubuat-nubuat beri-
kutnya), dan Anak-Nya itu kini telah menjadi perantara-
Nya untuk berbicara kepada kita. Beberapa orang mulai
mempelajari Alkitab mereka dari ujung yang salah,
yaitu dari Kitab Wahyu, namun di sini, Kristus telah
mengajari kita untuk mulai dari kitab yang ditulis Musa.
Demikianlah percakapan yang berlangsung di antara
mereka.
IV. Di sini diceritakan bagaimana akhirnya Kristus membuat mereka
mengenali-Nya. Mungkin saja ada orang yang mau memberikan
apa saja untuk memiliki salinan khotbah yang disampaikan Kris-
tus kepada kedua murid ini di sepanjang perjalanan itu, ya-
itu uraian keterangan mengenai Alkitab yang dipaparkan-Nya ke-
pada mereka, namun kita tidak ditakdirkan untuk mengetahuinya,
sebab inti dari semuanya itu sudah tertulis dalam bagian-bagian
firman Tuhan yang lain. Kedua murid itu begitu terpesona dengan
khotbah ini , sampai-sampai tidak menyadari bahwa perjalan-
an mereka ternyata hampir berakhir, namun memang demikianlah
kenyataannya: Mereka mendekati kampung yang mereka tuju (ay.
28), di mana kelihatannya mereka berniat untuk bermalam.
Dan kini:
1. Mereka memohon supaya Ia tetap tinggal bersama-sama de-
ngan mereka: Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan per-
jalanan-Nya. Dia memang tidak mengatakan demikian, namun
kelihatannya seperti itu, tidak berniat untuk ikut tinggal di
rumah teman mereka, sebab hal ini tidak layak dilaku-
kan oleh orang asing kecuali bila dia juga diajak serta. Sean-
dainya mereka tidak meminta Dia untuk tinggal bersama me-
reka, Dia pasti akan meneruskan perjalanan-Nya, jadi tidak
ada kepura-puraan dalam hal ini. Seorang asing biasanya
akan segan untuk ikut menumpang di rumah Anda atau te-
man Anda tanpa diundang, namun jika Anda memastikan bah-
wa Anda benar-benar ingin dia tinggal sebagai tamu, dia pasti
akan segan menampik ajakan itu. Hal seperti itulah yang dila-
kukan Kristus saat Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan
perjalanan-Nya. Perhatikan, orang-orang yang menghendaki
Kristus untuk tinggal dengan mereka haruslah mengundang-
Nya masuk dengan sungguh-sungguh. Walaupun sering kali Ia
ditemukan oleh orang yang bahkan tidak mencari-Nya, namun
hanya orang yang mencari saja yang dapat merasa yakin
bahwa mereka akan menemukan-Nya. Dan jika Ia kelihatannya
hendak menarik diri dari kita, hal itu hanyalah untuk mem-
buat kita supaya lebih bersungguh-sungguh lagi seperti dalam
kisah ini, mereka mendesak Dia. Keduanya menahan Dia de-
ngan mendesak, namun ramah dan bersahabat, tinggTuhan ber-
sama-sama dengan kami. Perhatikan, orang-orang yang telah
mengalami sukacita dan berkat dari persekutuan dengan
Kristus pasti akan terus menginginkan-Nya untuk tetap ada
bersama-sama mereka lebih lama lagi, sehingga mereka pun
bukan saja akan meminta-Nya untuk menemani mereka se-
panjang hari, namun juga untuk tinggal bersama-sama mereka
pada malam hari. saat hari terus berlanjut dan telah menje-
lang malam, biasanya kita ingin beristirahat, dan saat itu ada-
lah waktu yang tepat untuk memusatkan perhatian kita kepa-
da Kristus dan meminta-Nya supaya tinggal bersama-sama
dengan kita, untuk menampakkan diri-Nya kepada kita serta
untuk memenuhi benak kita dengan ingatan dan kasih kita
terhadap-Nya. Kristus pun akhirnya mengabulkan permintaan
mereka: Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan
mereka. Demikianlah Kristus selalu siap untuk memberi bim-
bingan dan penghiburan yang lebih lagi kepada mereka yang
selalu mengembangkan apa yang telah mereka terima. Kristus
pun telah berjanji bahwa jikalau ada orang yang membukakan
pintu untuk menyambut-Nya, Dia akan masuk mendapatkan-
nya (Why. 3:20).
2. Ia menampakkan diri-Nya kepada mereka (ay. 30-31). Kita da-
pat menduga bahwa Ia meneruskan percakapan yang telah di-
mulai-Nya di perjalanan mereka tadi. Sebab, engkau harus
membicarakan hal-hal yang berasal dari Tuhan jika engkau
duduk di rumahmu dan jika engkau sedang dalam perjalan-
an. Sementara makan malam disiapkan (mungkin hanya perlu
sedikit waktu sebab yang dihidangkan hanyalah makanan se-
adanya), mungkin juga Ia terus menghibur mereka dengan
perkataan yang baik dan membangun, sehingga saat mereka
duduk untuk makan pun, bibir-Nya terus mengajar mereka. Se-
kalipun demikian, mereka tetap belum menyadari bahwa yang
telah dan masih sedang berbicara dengan mereka itu yaitu
Yesus, sampai akhirnya Ia sendirilah yang membukakan pe-
nyamaran-Nya itu, lalu undur diri.
(1) Mereka mulai mencurigai bahwa orang itu yaitu Yesus sa-
at Ia melakukan tugas-Nya sebagai Tuan yang empunya
perjamuan saat mereka sedang duduk makan, tepat de
ngan cara yang selalu Ia lakukan saat masih berada di an-
tara murid-murid-Nya, sehingga mereka pun dapat menge-
nali-Nya: Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu meme-
cah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Dia
melakukan hal itu dengan kuasa dan kasih yang sama, de-
ngan gerakan dan sikap yang serupa, dengan raut wajah
yang sama saat Ia sedang mengucap berkat dan membagi-
bagikan roti kepada mereka. Ini yaitu perjamuan makan
biasa, tidak ajaib seperti yang pernah terjadi dengan lima
roti dulu, dan bukan jamuan suci seperti sebuah perjamu-
an kudus (ekaristi). Namun demikian, dalam perjamuan
yang biasa ini Kristus tetap melakukan hal yang serupa
seperti yang telah Ia lakukan dalam dua perjamuan istime-
wa di atas untuk mengajar kita supaya menjaga perseku-
tuan kita dengan Tuhan melalui Kristus dalam keseharian
kita sebagaimana dalam ibadah-ibadah khusus, dan supa-
ya mengucap berkat dan bersyukur setiap kali kita hendak
makan, menyadari bahwa makanan kita sehari-hari dise-
diakan melalui tangan Yesus Kristus, sang Guru, bukan
hanya bagi keluarga yang terpandang saja, melainkan bagi
setiap keluarga kita. Di mana saja kita duduk makan, biar-
lah kita tempatkan Kristus di bagian kepala meja, yaitu di
bagian terhormat, dan menikmati hidangan kita sebagai
berkat dari-Nya, serta makan dan minum bagi kemuliaan-
Nya, dan bersyukur serta menerima dengan senang hati
apa saja yang telah Ia sediakan bagi kita, meskipun keada-
annya sederhana saja. Kita pasti dapat menerima makanan
yang seadanya dengan sukacita, jika kita mengimani bah-
wa makanan itu tersedia melalui tangan Kristus dan diser-
tai dengan berkat-Nya.
(2) Sesaat itu juga terbukalah mata mereka, lalu mereka pun
dapat melihat Dia dan mengenal-Nya dengan baik. Apa pun
yang sebelum itu menjadi penghalang penglihatan mereka,
kini semuanya telah diangkat dari mereka. Kabut telah
menghilang, tabir telah tersingkap, dan mereka pun benar-
benar yakin bahwa Dia yaitu Guru mereka. Demi tujuan
yang suci dan bijaksana, Dia mungkin saja telah berpura-
pura menjadi orang lain, namun tak seorang pun mampu
berpura-pura menjadi Dia. sebab itu, ini pastilah Dia.
Lihatlah bagaimana Kristus membuat diri-Nya dikenal oleh
jiwa-jiwa milik-Nya melalui Roh dan anugerah-Nya.
[1] Ia membukakan firman Tuhan yang merupakan kesaksi-
an mengenai diri-Nya bagi orang-orang yang menyeli-
diki firman ini dan mencari Dia di dalamnya.
[2] Ia mendapatkan mereka di meja perjamuan-Nya, di da-
lam ibadah perjamuan kudus Tuhan, dan membiarkan
mereka mengenali-Nya melalui cara-Nya memecah-me-
cahkan roti. namun ,
[3] Pekerjaan itu baru tuntas sesudah mata pikiran mereka
terbuka dan selumbar penghalang itu dicabut dari me-
reka, seperti yang dialami Paulus saat ia pertama kali
bertobat. Jika Dia yang mewahyukan sesuatu tidak me-
nyertainya dengan pengertian, maka kita pasti masih
meraba-raba di dalam kegelapan.
3. Ia menghilang dengan segera: Ia lenyap dari tengah-tengah me-
reka. Aphantos egeneto – Dia undur diri dari hadapan mereka,
melesap dengan tiba-tiba dan menghilang dari pandangan.
Atau, Dia menjadi tidak kelihatan dan tidak bisa ditangkap
oleh mata mereka. Sepertinya, sekalipun Ia telah bangkit, tu-
buh-Nya masih tetap tubuh yang sama seperti saat Ia men-
derita dan mati, seperti yang ditunjukkan oleh bekas-bekas
luka-Nya, namun kini tubuh itu telah berubah sehingga bisa
menjadi tampak atau tidak tampak tergantung kebijakan-Nya,
yang merupakan tahap awal diubahkannya tubuh itu menjadi
tubuh yang penuh dengan kemuliaan. Segera sesudah Ia mem-
biarkan para murid-Nya memandang-Nya dalam sekejap, Ia
pun lenyap. Begitulah penglihatan kita akan Dia di dalam du-
nia ini, hanya sebentar dan sementara saja. Kita melihat Dia,
namun sebentar kemudian tidak dapat melihat-Nya lagi. Saat
kita sampai di sorga, kita akan selalu dapat melihat-Nya se-
panjang waktu.
V. Di sini diceritakan bagaimana kedua murid itu merenungkan
kembali percakapan mereka dengan Kristus, serta melaporkan ke-
jadian ini kepada saudara-saudara mereka di Yerusalem.
1. Masing-masing merenungkan dampak perkataan Kristus ter-
hadap diri mereka (ay. 32): Kata mereka seorang kepada yang
lain, “Bukankah hati kita berkobar-kobar? Hatiku rasanya begi-
tu,” kata yang seorang. “Begitu pula hatiku,” jawab yang lain-
nya. “Belum pernah aku tergugah sedalam itu oleh sebuah
percakapan seperti tadi.” Dengan demikian mereka lebih me-
nelaah gejolak di hati mereka daripada apa yang telah mereka
dengar sewaktu mereka mengingat-ingat kembali firman yang
disampaikan Kristus kepada mereka. Mereka merasakan kua-
sa firman itu meskipun mereka tidak mengenal orang yang
menyampaikannya. Khotbah itu membuat segalanya menjadi
jelas bagi mereka, bahkan membawa semangat dan sinar ilahi
ke dalam jiwa mereka, sehingga hati mereka pun berkobar
dengan bara api kudus yang menyulut kasih dan bakti dalam
diri mereka. Itulah yang mereka perhatikan untuk meneguh-
kan iman mereka, yaitu bahwa Kristus sendirilah yang telah
berbincang dengan mereka selama itu. “Betapa dungunya kita
ini, sampai-sampai tidak mengenali Dia sedari awal! Padahal,
tidak seorang pun, selain Dia, dan tidak ada perkataan apa
pun, selain perkataan-Nya, yang mampu membuat hati kita
berkobar-kobar seperti itu. Jadi, pasti itu yaitu Dia, yang
memiliki kuasa untuk memasuki hati orang, tidak mungkin
ada orang lain yang seperti Dia.”
Lihatlah di sini:
(1) Khotbah seperti apa yang biasanya mendatangkan kebaikan
– yaitu seperti yang disampaikan oleh Kristus tadi. Khotbah-
Nya jelas dan sederhana, mudah dicerna sesuai dengan ke-
mampuan kita: Ia berbicara dengan kita di tengah jalan.
Khotbah-Nya berdasarkan firman Tuhan : Ia menerangkan
Kitab Suci kepada kita, yang berkaitan dengan diri-Nya. Pa-
ra hamba Tuhan harus selalu mengarahkan jemaat kepada
Alkitab dan tidak boleh menyampaikan ajaran lain selain
yang tertera di sana. Mereka harus menunjukkan bahwa
Alkitab merupakan sumber pengetahuan dan dasar iman
mereka. Perhatikan, penjelasan firman yang menerangkan
tentang Kristus biasanya mampu menggugah hati para
murid-Nya, untuk membangun dan menghibur mereka.
(2) Sikap mendengar seperti apa yang biasanya mendatangkan
kebaikan – yaitu yang membuat hati berkobar-kobar. Saat
kita benar-benar tergugah dengan perkara-perkara tentang
Tuhan , terutama dengan kasih Kristus yang Ia tunjukkan
dengan mati bagi kita, dan kita jatuh hati kepada-Nya dan
selalu memiliki keinginan kudus untuk membaktikan diri
kepada-Nya, maka hati kita pun menjadi berkobar-kobar
sebab nya. Saat hati kita tersentuh dan tergerak seperti
pijar-pijar yang menyala sebab kerinduan terhadap Tuhan ,
dan dipenuhi dengan semangat yang kudus serta keben-
cian terhadap dosa diri kita sendiri maupun dosa orang
lain, sehingga kita juga dimurnikan dan diperbarui dari do-
sa ini oleh roh yang mengadili dan roh yang memba-
kar, saat itulah kita dapat berkata, “Demikianlah hati kita
menyala-nyala sebab anugerah.”
2. Laporan yang mereka sampaikan kepada saudara-saudara me-
reka di Yerusalem (ay. 33): Lalu bangunlah mereka pada saat
itu juga (bdk. KJV – ed.), sebab mereka begitu penuh dengan
sukacita sesudah Kristus menampakkan diri kepada mereka,
sampai-sampai mereka ingin kembali ke Yerusalem secepat
mungkin, bahkan tanpa menyelesaikan makan malam mereka,
sekalipun hari sudah semakin malam. Seandainya pernah ter-
pikir di benak mereka untuk tidak berurusan lagi dengan Kris-
tus, pikiran semacam ini pun langsung menguap sesaat dari
kepala mereka, dan mereka langsung melaporkan kejadian itu
kepada saudara-saudara mereka yang lainnya. Sepertinya, me-
reka tadinya bermaksud untuk menginap di Emaus malam itu,
namun sesudah melihat Kristus, mereka tidak bisa tinggal diam
sebelum menyampaikan kabar baik itu kepada para murid
yang lain, baik dengan tujuan untuk menguatkan iman mere-
ka yang sempat goncang, maupun untuk membawa penghi-
buran bagi jiwa mereka yang sedang terkoyak, dengan penghi-
buran yang sama yang mereka terima sendiri dari Tuhan .
Perhatikan, orang-orang yang mendapat kehormatan melihat
Kristus menampakkan diri kepada mereka, wajib memberi ta-
hu saudara-saudara yang lain tentang apa yang telah Ia
perbuat terhadap jiwa mereka. Saat engkau menjadi percaya,
dibimbing dan dihiburkan, kuatkanlah saudara-saudaramu
juga. Kedua murid ini begitu dipenuhi oleh perkara ini
dan harus menemui saudara-saudara seiman mereka untuk
menularkan sukacita yang mereka rasakan itu, sekaligus
untuk merayakan kebenaran bahwa Guru mereka itu memang
telah bangkit.
Perhatikanlah:
(1) Bagaimana kedua murid ini datang mendapati murid-
murid lainnya yang juga ternyata sedang membicarakan
hal yang sama dan menceritakan bukti lain mengenai ke-
bangkitan Kristus. Kedua orang itu menemukan kesebelas
murid lainnya, serta teman-teman lain yang biasanya ber-
sama-sama dengan mereka, yang sepertinya sedang ber-
kumpul bersama-sama di malam hari untuk berdoa dan
membicarakan apa yang harus dilakukan selanjutnya da-
lam keadaan seperti itu. Kedua orang itu mendapati mere-
ka sedang berbincang di antara mereka (legontas, berarti di
antara kesebelas murid itu, dan bukan kedua orang murid
ini , seperti yang dijelaskan dalam teks asli). Jadi, saat
kedua orang itu masuk, kesebelas murid itu mengulangi
apa yang telah mereka perbincangkan dengan sukacita dan
kemenangan, sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah
menampakkan diri kepada Simon (ay. 34). Kisah tentang
Petrus yang telah melihat Kristus sebelum murid yang lain
melihat-Nya juga dicatat dalam 1 Korintus 15:5, yang me-
ngatakan, “Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan
kemudian kepada kedua belas murid-Nya.” Sang malaikat
telah menyuruh para wanita untuk memberitahukan hal
itu terutama kepada Petrus (Mrk. 16:7) untuk menghibur
dia, jadi sangat mungkin rasanya kalau Tuhan Yesus juga
menampakkan diri-Nya kepada Petrus pada hari yang sa-
ma, sekalipun kita tidak memiliki catatan khusus menge-
nai hal ini , untuk menguatkan perkataan hamba-
hamba yang diutus-Nya itu. Petrus pun telah memberitahu-
kan hal ini kepada saudara-saudaranya, namun perha-
tikanlah, dia tidak berkoar-koar ataupun menggembar-
gemborkannya sendiri (dia merasa hal itu tidak patut
dilakukan oleh seorang yang baru bertobat dari kesalahan-
nya), melainkan oleh para murid lain yang memberitakan-
nya dengan penuh kegembiraan, sesungguhnya Tuhan te-
lah bangkit, ontos – sesungguhnya. Kini hal itu tidak dapat
dibantah lagi dan tidak perlu diragukan lagi, sebab Dia
telah menampakkan diri tidak hanya kepada para wanita,
namun juga kepada Simon.
(2) Bagaimana kedua murid itu memperkuat bukti ini
dengan menceritakan apa yang telah mereka lihat (ay. 35):
Kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di
tengah jalan. Semua perkataan yang Kristus ucapkan ke-
pada mereka di sepanjang perjalanan itu disebutkan di sini
sebagai apa yang terjadi di tengah jalan, sebab perkataan
itu menimbulkan dampak yang begitu luar biasa terhadap
diri mereka; sebab apa yang Kristus katakan bukanlah
omong kosong belaka, melainkan roh dan kehidupan; sega-
la hal ajaib yang ditimbulkan oleh perkataan-Nya biasanya
terjadi di tengah jalan, yaitu di tempat yang tidak terduga.
Kedua orang itu juga memberi tahu murid-murid lain ten-
tang bagaimana akhirnya mereka dapat mengenal Dia pada
waktu Ia memecah-mecahkan roti, yaitu saat Dia mengucap
berkat bagi mereka, dan lalu Tuhan pun membuka mata
mereka untuk mengenali siapa Dia. Perhatikan, bagi mu-
rid-murid Kristus, saling berbagi apa yang diketahui dan
dirasakan, sangatlah besar manfaatnya untuk menyingkap
dan meneguhkan kebenaran.
Yesus Menampakkan Diri kepada Semua Murid
(24:36-49)
36 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba
berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejah-
tera bagi kamu!” 37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka
melihat hantu. 38 Akan namun Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu ter-
kejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39 Lihat-
lah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah,
sebab hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada
pada-Ku.” 40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-
Nya kepada mereka. 41 Dan saat mereka belum percaya sebab girangnya
dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan
di sini?” 42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. 43 Ia
mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. 44 Ia berkata kepada
mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu saat Aku
masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang
ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan
kitab Mazmur.” 45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka meng-
erti Kitab Suci. 46 Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias
harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 47
dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
902
harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. 48 Kamu
yaitu saksi dari semuanya ini. 49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa
yang dijanjikan Bapa-Ku. namun kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai
kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.”
Di hari kebangkitan-Nya, Kristus menampakkan diri lima kali: ke-
pada Maria Magdalena saat dia sedang sendirian di taman (Yoh.
20:14), kepada para wanita sewaktu mereka hendak memberi tahu
murid-murid Yesus (Mat. 28:9), kepada Petrus seorang diri, kepada
dua murid yang sedang menuju ke Emaus, dan kini di malam hari-
nya kepada kesebelas murid seperti yang diceritakan dalam ayat-ayat
di atas, dan juga dalam Yohanes 20:19.
Perhatikanlah:
I. Kejutan besar yang ditimbulkan oleh penampakan-Nya di antara
mereka. Dia datang ke tengah-tengah mereka pada waktu dan ke-
sempatan yang amat tepat, yaitu saat mereka sedang memban-
dingkan bukti-bukti mengenai kebangkitan-Nya satu sama lain.
Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, dan mung-
kin juga sedang membahas apakah bukti-bukti yang ada itu
cukup untuk memastikan kebenaran mengenai kebangkitan Guru
mereka atau tidak, dan apa yang harus mereka lakukan selanjut-
nya, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka, dan semua
perdebatan mereka itu kini tidak perlu dibahas lagi. Perhatikan,
orang-orang yang berusaha sedapat mungkin untuk memakai
bukti-bukti yang mereka punya untuk menguatkan hati mereka,
bisa mengharapkan jaminan yang bahkan jauh lebih teguh, dan
menantikan Roh Kristus yang akan bersaksi bersama-sama de-
ngan roh mereka (seperti halnya Kristus bersaksi bersama-sama
dengan para murid-Nya kini, serta meneguhkan kesaksian mere-
ka), bahwa mereka yaitu anak-anak Tuhan , dan dibangkitkan
bersama Kristus.
Perhatikan:
1. Penghiburan yang diucapkan Kristus untuk mereka: Damai se-
jahtera bagi kamu. Salam ini menunjukkan bahwa kunjungan
Kristus itu diwarnai dengan kasih dan persahabatan. Meskipun
mereka telah meninggalkan Dia sendirian dalam penderitaan-
Nya, hal pertama yang Ia lakukan yaitu justru menengok me-
reka saat mereka sedang berkumpul bersama-sama, sebab Dia
selalu memperlakukan kita lebih baik dari yang pantas kita
terima. sebab para murid itu tidak begitu memercayai orang-
orang yang telah melihat-Nya, Ia pun datang menghampiri me-
reka, supaya mereka tidak terus-menerus dipenuhi rasa tidak
percaya yang menyedihkan itu. Dia telah berjanji bahwa sesudah
kebangkitan-Nya, Ia akan segera menemui mereka di Galilea,
namun sebab begitu inginnya Ia bertemu dengan mereka dan
menguatkan mereka, Ia pun mempercepat penggenapan janji-
Nya dengan menemui mereka di Yerusalem. Perhatikan, Kristus
sering kali berbuat hal yang lebih baik dari yang telah Ia ka-
takan, namun tidak pernah lebih buruk. Kalimat pertama yang Ia
ucapkan kepada mereka yaitu , “Damai sejahtera bagi kamu,”
yang tidak dimaksudkan sebagai pujian, melainkan sebagai
penghiburan. Salam itu lumrah diucapkan di antara orang
Yahudi, dan Kristus pun ingin menunjukkan kekariban-Nya
dengan mereka, sekalipun kini Ia sedang masuk dalam kemu-
liaan-Nya. Banyak orang di dunia ini segera saja menjadi som-
bong dan melupakan teman-teman lama begitu mereka ber-
hasil. namun Kristus tidak begitu, Dia tetap bersikap akrab
seperti biasanya terhadap murid-murid-Nya. Dengan demikian,
kalimat pertama Kristus itu dimaksudkan untuk menyatakan
maksud kedatangan-Nya, yaitu bukan untuk bertengkar de-
ngan Petrus sebab ia telah menyangkal-Nya, ataupun mema-
rahi semua murid lain sebab telah meninggalkan-Nya sendiri-
an. Tidak, justru Ia datang dengan penuh damai, untuk me-
nunjukkan kepada mereka bahwa Ia telah memaafkan dan
telah didamaikan dengan mereka.
2. Ketakutan yang dirasakan oleh murid-murid itu (ay. 37): Me-
reka terkejut, menyangka bahwa mereka melihat hantu, sebab
Ia datang di antara mereka tanpa suara, dan tiba-tiba saja
telah ada di tengah-tengah mereka tanpa mereka sadari. Kata
yang dipakai (Mat. 14:26) saat mereka berteriak, “Itu hantu!”
yaitu phantasma, yang berarti mahluk halus, namun kata
yang dipakai di sini yaitu pneuma, yang memiliki arti roh.
Mereka menyangka itu yaitu roh yang tidak disertai tubuh
jasmani. Meskipun kita memiliki hubungan dan pertalian
dengan dunia roh dan akan segera menuju ke sana, tetap saja
selalu menakutkan bila ada suatu roh memperlihatkan diri
dan berkata-kata kepada kita saat kita masih ada di dunia ini,
sebab hal itu bukanlah sesuatu yang wajar.
II. Kepuasan besar yang mereka rasakan oleh sebab perkataan Kris-
tus, yang di dalamnya kita temukan:
1. Teguran yang Ia lontarkan sebab ketakutan mereka yang ti-
dak beralasan itu: Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya
timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? (ay. 38).
Perhatikanlah di sini:
(1) Setiap kali kita merasa susah, biasanya banyak pikiran bu-
ruk yang timbul dalam hati kita dan membuat kita resah.
Kadang-kadang, kesusahan itu merupakan dampak dari
pikiran yang timbul dalam hati kita: duka dan ketakutan
kita bersumber dari hal-hal yang kita khayalkan sendiri.
Terkadang, pikiran yang timbul dalam hati juga merupakan
akibat dari kesusahan itu, yaitu akibat pergumulan dari
luar dan ketakutan yang ada di dalam diri kita. Orang-
orang yang sedang susah dan sedih memiliki banyak pikir-
an yang timbul dari dalam hati mereka yang tidak memulia-
kan Tuhan dan membuat mereka sendiri merasa resah. Aku
telah terbuang dari hadapan mata-Mu. Tuhan telah mening-
galkan dan melupakan aku.
(2) Di antara pikiran-pikiran yang membuat kita resah itu, ba-
nyak yang sebetulnya bersumber dari kesalahpahaman kita
sendiri mengenai Kristus. Para murid di sini pun mengira
bahwa mereka melihat hantu, padahal yang mereka lihat
yaitu Kristus, dan sebab itulah mereka jadi merasa
takut. Kita sering lupa bahwa Kristus itu Saudara sulung
kita, dan kita sering menganggap-Nya sejauh jarak yang
terbentang antara dunia ini dan dunia roh, sehingga kita
pun menjadi ketakutan. Saat Kristus meyakinkan dan me-
rendahkan diri kita dengan Roh-Nya, dan mencobai serta
mengubahkan kita dengan suatu kejadian tertentu, kita
justru sering salah paham dan mengira Ia akan melukai
kita, dan pikiran seperti itu meresahkan diri kita sendiri.
(3) Tuhan Yesus selalu bisa mengenali segala pikiran buruk
yang timbul dalam hati kita, bahkan saat pikiran itu baru
saja muncul, dan hal itu tidak menyenangkan hati-Nya.
Dia menegur para murid-Nya sebab pikiran-pikiran seperti
itu, untuk mengajari kita supaya kita pun menegur diri kita
sendiri atas hal yang sama. Mengapa engkau tertekan, hai
jiwaku? Mengapa engkau resah? Mengapa pikiran yang
tidak benar dan tidak baik ini muncul? Pikiran-pikiran se-
perti itu tidak beralasan dan tidak menghasilkan apa pun,
malahan hanya menghalangi sukacita kita dalam Tuhan ,
membuat kita tidak layak mengemban tugas kita, memberi
celah pada Iblis, dan membuat kita tidak bisa menikmati
penghiburan yang telah disediakan bagi kita.
2. Bukti mengenai kebangkitan-Nya yang Ia kemukakan kepada
mereka, untuk menghilangkan ketakutan mereka dengan me-
yakinkan mereka bahwa Ia bukanlah hantu, dan juga untuk
meneguhkan iman mereka dalam pengajaran yang kini harus
mereka kabarkan ke seluruh dunia. Untuk itu, Ia harus mem-
buat mereka benar-benar yakin mengenai kebangkitan-Nya.
Inilah dua bukti yang Ia tunjukkan kepada mereka:
(1) Ia menunjukkan tubuh-Nya kepada mereka, terutama ta-
ngan dan kaki-Nya. Mereka pun dapat melihat bahwa Ia
memiliki bentuk tubuh, perawakan serta kemiripan yang
persis sama dengan sosok Guru mereka. Akan namun , bu-
kankan itu hantu-Nya? “Tidak,” jawab Kristus. “Lihatlah
tangan-Ku dan kaki-Ku: kamu bisa lihat sendiri kalau Aku
punya tangan dan kaki, dan dengan demikian tubuh ini
benar-benar nyata. Kamu lihat, Aku bisa menggerak-gerak-
kan tangan dan kaki-Ku, sebab tubuh ini tubuh yang hidup.
Kamu juga bisa melihat bekas tancapan paku di tangan dan
kaki-Ku ini, sebab tubuh ini yaitu tubuh yang sama,
yang telah kamu lihat tergantung di kayu salib, dan bukan
tubuh orang lain.” Dia mengemukakan sebuah prinsip, bah-
wa hantu tidak ada daging dan tulangnya, tidak terdiri dari
materi kasar yang berbentuk dan memiliki anggota-anggota
badan yang berbeda-beda sebagaimana tubuh kita. Kristus
tidak menerangkan apa itu roh (nanti kita juga tahu saat ki-
ta memasuki dunia roh), namun menjelaskan apa yang bu-
kan menjadi ciri-ciri roh: hantu tidak ada daging dan tulang-
nya. Dia juga berkata, “Aku sendirilah ini, yang telah kamu
kenal dengan baik dan bergaul dekat dengan kalian. Aku
sendirilah ini, di dalam-Ku kamu punya alasan untuk ber-
suka, dan bukannya merasa takut.” Orang-orang yang be-
nar-benar mengenal Kristus, dan mengetahui bahwa Ia ada-
lah milik mereka, tidak punya alasan untuk merasa takut
saat Ia menampakkan diri atau mendekati mereka.
[1] Dia memperlihatkan diri kepada mereka, menunjukkan
tangan dan kaki-Nya yang telah ditusuk paku. Kristus
membiarkan bekas luka itu tetap ada dalam tubuh ke-
muliaan-Nya supaya hal itu menjadi bukti bahwa tubuh
itu benar-benar milik-Nya dan Ia pun tidak keberatan
membiarkannya terlihat. sesudah itu, Ia juga menunjuk-
kan bekas-bekas luka itu kepada Tomas, sebab Kristus
tidak merasa malu akan penderitaan yang harus ditang-
gung-Nya bagi kita. sebab itu kita pun tidak boleh me-
rasa malu dengan penderitaan-Nya itu, atau dengan
penderitaan yang harus kita jalani bagi Dia. Seperti hal-
nya Ia telah menunjukkan luka-luka-Nya kepada para
murid untuk meneguhkan amanat-Nya kepada mereka,
demikian pula Ia telah menunjukkan luka-luka ini
kepada Bapa-Nya untuk meneguhkan peran-Nya seba-
gai perantara antara kita dan Bapa. Kristus tampil di
sorga sebagai Anak Domba seperti telah disembelih
(Why. 5:6), darah-Nya berbicara (Ibr. 12:24). Dia menja-
di perantara demi menunaikan penebusan yang dijalan-
kan-Nya. Kepada Bapa Ia pun mengatakan hal yang
sama dengan yang telah diucapkan-Nya kepada para
murid-Nya di sini, “Lihatlah tangan dan kaki-Ku” (Za.
13:6-7).
[2] Dia meminta mereka untuk menyentuh-Nya: Rabalah
Aku dan lihatlah. Sebelumnya, Dia tidak mengizinkan
Maria untuk memegang-Nya (Yoh. 20:17), namun kini, Ia
memperbolehkan para murid untuk melakukannya su-
paya mereka yang akan mengabarkan kebangkitan-Nya
dan akan teraniaya sebab nya dapat benar-benar dite-
guhkan terlebih dahulu. Dia menyuruh mereka untuk
meraba-Nya supaya mereka yakin bahwa Ia bukanlah
hantu. Jika hantu atau mahluk halus itu memang tidak
ada (namun jelas di sini serta di bagian-bagian lain bah-
wa para murid memercayai keberadaan mereka), saat
itu yaitu saat yang tepat untuk memberi tahu mereka
mengenai kebenaran ini , yaitu dengan mengata-
kan pada mereka bahwa hantu itu tidak ada. Di sini
Kristus sepertinya menerima begitu saja kepercayaan
mereka bahwa hantu itu ada, dan sebab itu Ia mem-
buktikan bahwa Ia bukan hantu. Pada zaman dulu me-
mang banyak sekali orang murtad, yang lebih saya ang-
gap sebagai atheis, yang tidak percaya bahwa Kristus
memiliki tubuh jasmani yang nyata. Bagi mereka Kris-
tus hanya seperti hantu saja, yang tidak benar-benar
lahir ataupun mengalami penderitaan. Gagasan-gagas-
an liar seperti ini, katanya, dianut oleh pengikut-peng-
ikut Valentin dan Manikheisme, dan juga para pengikut
Simon Si Penyihir. Orang-orang ini dinamakan Doketai
[penganut doketisme – pen.] dan Phantysiastai. Terpu-
jilah Tuhan , bidah-bidah ini semuanya sudah lama le-
nyap, dan kita pun tahu serta yakin bahwa Yesus
Kristus bukanlah hantu atau mahluk halus, melainkan
benar-benar memiliki tubuh jasmani yang nyata, bah-
kan sesudah Ia dibangkitkan.
(2) Dia makan bersama-sama dengan mereka, untuk menun-
jukkan bahwa Ia benar-benar memiliki tubuh yang nyata,
dan bahwa Ia mau berbincang akrab dengan para murid-
Nya, seperti antara sahabat dengan sahabat. Petrus sangat
menekankan hal itu (Kis. 10:41): Kami telah makan dan
minum bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia bangkit dari
antara orang mati.
[1] Saat mereka melihat tangan dan kaki-Nya, mereka tidak
tahu harus berkata apa, mereka belum percaya sebab
girangnya dan heran (ay. 41). Kelemahan membuat me-
reka tidak percaya, belum percaya, eti apistounton auton
– mereka masih tidak percaya. Kelambanan para murid
Kristus dalam memercayai kebangkitan-Nya semakin
memberi bukti bahwa memang benar Kristus telah
bangkit. Mereka tidak mencuri mayat-Nya lalu berkata,
“Dia sudah bangkit,” seperti yang dituduhkan para
imam kepala. Kalau benar Dia tidak bangkit, pasti mu-
rid-murid yang lamban untuk percaya itu sudah ber
kata terus-menerus bahwa Dia tidak bangkit. Sikap me-
reka yang tidak mudah percaya dan terus menuntut
bukti terkuat mengenai kebangkitan-Nya menunjukkan
bahwa saat akhirnya mereka menjadi percaya juga
dan bersedia menanggung segala risikonya, semuanya
sebab memang sudah sungguh terbukti bahwa ke-
bangkitan-Nya itu benar-benar terjadi. Namun, meski-
pun kelambanan mereka untuk memercayai kebangkit-
an Kristus yaitu kelemahan mereka, kekeliruan itu
tetap dapat diampuni. Sebab, ketidakpercayaan mereka
bukan diakibatkan sebab mereka menyepelekan bukti
yang sudah tampak itu, namun pertama, mereka belum
percaya sebab girangnya, sebagaimana Yakub yang
pertama-tama tidak bisa percaya bahwa Yusuf masih
hidup, sebab berita itu terdengar terlalu muluk di te-
linganya. Bila iman dan pengharapan lemah, namun ka-
sih dan keinginan sangat kuat, maka iman yang lemah
itu akan diteguhkan dan tidak akan dikecewakan. Ke-
dua, mereka heran, sebab mereka tidak hanya mengira
kabar itu terlalu muluk, namun juga terlalu mustahil un-
tuk menjadi kenyataan, sebab mereka telah melupakan
Kitab Suci dan besarnya kuasa Tuhan .
[2] Untuk lebih meyakinkan dan menguatkan mereka, Dia
pun meminta sesuatu untuk dimakan. Dia duduk untuk
makan dengan dua orang murid di Emaus, namun tidak
dikatakan bahwa Ia benar-benar makan bersama me-
reka. Jadi, kini, supaya tidak jadi batu sandungan, Dia
pun benar-benar makan bersama kedua murid itu dan
para murid yang lain, untuk menunjukkan bahwa tu-
buh-Nya itu benar-benar telah hidup kembali, sekalipun
Dia kini tidak makan, minum dan bercakap-cakap de-
ngan mereka untuk seterusnya seperti sebelumnya (dan
tidak seperti yang diperbuat Lazarus sesudah ia bangkit,
sebab Lazarus tidak hanya hidup lagi, namun juga kem-
bali menjalani kehidupannya seperti sebelumnya, lalu
mati lagi), sebab hal itu tidak sesuai dengan keadaan
yang hendak Ia masuki sesudah Ia bangkit. Mereka
memberinya sepotong ikan goreng (ay. 42, dalam KJV di-
katakan, “Mereka memberi-Nya sepotong ikan bakar
dan madu” – pen.). Madu itu mungkin ditambahkan se-
bagai saus ikan goreng itu, sebab Kanaan merupakan
tanah yang melimpah dengan madu. Makanan itu hanya
seadanya saja, namun bila memang itu yang biasa men-
jadi hidangan sehari-hari para murid, sang Guru pun
akan makan hidangan yang sama, sebab dalam keraja-
an Bapa kita nanti, mereka akan makan hidangan yang
serupa dengan makanan-Nya, makan dan minum ber-
sama-Nya dalam kerajaan-Nya.
3. Hikmat yang Ia berikan kepada mereka mengenai firman Tuhan
yang telah mereka dengar dan baca, yang menimbulkan iman
di hati mereka akan kebangkitan Kristus, sehingga semua
penghalang pun tersingkirkan.
(1) Ia mengingatkan mereka akan firman yang telah mereka
dengar dari mulut-Nya sendiri saat Ia masih bersama-sama
dengan mereka, seperti yang juga telah dilakukan oleh ma-
laikat sebelumnya (ay. 44): Inilah perkataan-Ku, yang telah
sering kali Kukatakan kepadamu secara pribadi saat Aku
masih bersama-sama dengan kamu. Kita pasti akan lebih
memahami apa yang Kristus lakukan, jika saja kita meng-
ingat apa yang telah Ia katakan, dan cepat tanggap untuk
membandingkan keduanya.
(2) Dia mengingatkan mereka akan firman yang telah mereka
baca dalam Perjanjian Lama, seperti yang telah ditunjuk-
kan oleh perkataan yang telah Ia ucapkan kepada mereka:
Harus digenapi semua yang ada tertulis. Kristus telah mem-
berikan sebuah petunjuk umum untuk mengarahkan ha-
rapan mereka, yaitu bahwa apa pun yang mereka dapati
dalam Perjanjian Lama mengenai Mesias memang harus di-
genapi dalam diri-Nya, baik mengenai penderitaan-Nya
maupun mengenai kerajaan-Nya. Segala hal mengenai diri-
Nya telah Tuhan persatukan dalam semua nubuat ini ,
sehingga semua itu tidak boleh dipisahkan di dalam peng-
genapannya. Semuanya harus digenapi, bahkan yang terbe-
rat, tersulit, sampai yang paling menyakitkan. Kristus tidak
boleh mati sebelum Dia mengalami semuanya itu, sebab ji-
ka tidak begitu, maka Ia tidak bisa berkata, “Sudah sele-
sai.” Di sini disebutkan beberapa bagian Perjanjian Lama
yang masing-masing mengandung hal-hal yang berkaitan
dengan Kristus, yaitu kitab hukum Musa, atau Pentateukh,
atau kelima kitab yang ditulis Musa, lalu kitab para nabi,
yang tidak hanya terdiri atas kitab yang memuat nubuat
saja, namun juga kitab-kitab mengenai sejarah yang ditulis
oleh orang-orang dengan karunia bernubuat, serta Kitab
Mazmur, yang memuat tulisan-tulisan lain yang disebut
dengan Hagiographa. Lihatlah bagaimana Tuhan mewahyu-
kan kehendak-Nya dalam berbagai cara penulisan, namun
semuanya berasal dari satu Roh yang sama, yang melalui
semua tulisan itu memberitahukan kedatangan dan keraja-
an Mesias; sebab tentang Dialah semua nabi bersaksi.
(3) Ia bekerja dalam pikiran mereka saat itu juga, sehingga pi-
kiran mereka pun terbuka. Ia membuat mereka mengerti
maksud dan makna yang sesungguhnya dari nubuat-nu-
buat Perjanjian Lama mengenai Kristus, dan membuat me-
reka melihat bagaimana semuanya itu digenapi dalam diri-
Nya: Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka
mengerti Kitab Suci (ay. 45). Sebelumnya, dalam percakapan
Kristus dengan kedua murid-Nya, Ia menyingkapkan tabir
yang menyelubungi tulisan-tulisan itu dengan membukakan
Kitab Suci, namun sekarang Ia menyingkapkan tabir yang
menyelubungi hati dengan membukakan pikiran mereka.
Perhatikanlah di sini:
[1] Yesus Kristus bekerja melalui Roh-Nya di dalam pikiran
manusia, dalam pikiran semua orang kepunyaan-Nya.
Dia dapat masuk dan menimbulkan dampak di dalam
roh kita dengan segera. Kita dapat mengamati dengan
mudah bagaimana Ia, sesudah kebangkitan-Nya, menun-
jukkan dua contoh pekerjaan hebat yang dilakukan Roh-
Nya terhadap roh manusia, yaitu bagaimana Dia menyi-
nari kemampuan berpikir manusia dengan cahaya ilahi
saat Ia membukakan pikiran para murid-Nya, dan bagai-
mana Ia membuat kuasa-Nya bekerja dengan semangat
ilahi, saat Ia membuat hati mereka berkobar-kobar.
[2] Orang-orang yang baik pun perlu dibukakan pikirannya,
sebab meskipun mereka tidak berada dalam kegelapan,
sebagaimana sifat asal mereka, namun ada banyak hal
yang masih belum jelas bagi mereka. Daud pernah ber-
doa, bukakan mataku, buatlah aku mengerti. Bahkan
Paulus, yang mengenal Kristus begitu dalam, yang me-
nyadari bahwa ia masih perlu belajar banyak.
[3] Cara Kristus menanamkan iman dalam jiwa dan meme-
nangkan jiwa yaitu dengan membukakan pikiran mere-
ka supaya mampu mencerna bukti-bukti dari hal-hal
yang harus mereka percayai. Demikianlah Ia masuk ke
dalam jiwa melalui pintu, sementara Iblis mengendap-
endap dari belakang, sebab ia yaitu pencuri dan pe-
rampok.
[4] Tujuan-Nya membukakan pikiran yaitu supaya kita
mengerti Kitab Suci dengan baik. Bukan agar kita ber-
hikmat melebihi apa yang tertulis di sana, namun supaya
kita menjadi lebih berhikmat mengenai apa yang tertulis,
dan menjadi bijaksana sehingga mau menerima kesela-
matan yang ditawarkan di sana. Roh yang ada di dalam
firman dan Roh yang bertakhta dalam hati mengatakan
hal-hal yang sama. Di dunia ini, murid-murid Kristus ti-
dak boleh mencari-cari hal yang lebih dari apa yang di-
ajarkan Alkitab, namun harus terus belajar lebih lagi dari
Alkitab mereka dan bertumbuh menjadi lebih siap dan bi-
jak dalam firman Tuhan . Untuk memiliki pikiran-pikiran
yang benar mengenai Kristus dan memperbaiki dugaan-
dugaan kita yang salah tentang diri-Nya, tidak ada lagi
yang diperlukan selain daripada memahami firman Tuhan .
4. Perintah yang Ia berikan kepada mereka sebagai para rasul,
yang akan menegakkan kerajaan-Nya di dunia ini. Saat Guru
mereka masih ada bersama-sama dengan mereka, mereka ber-
harap akan mendapatkan tempat-tempat kehormatan. sebab
itulah mereka merasa sangat kecewa sewaktu Ia mati. “Tidak,”
kata-Nya, “justru kamu baru saja hendak memasuki tempat-
tempat terhormat itu. Kamu harus menjadi saksi dari semuanya
ini (ay. 48), untuk memberitakan semuanya ini ke seluruh du-
nia. Namun, bukan sekadar menyampaikannya sebagai berita
biasa, melainkan untuk menegaskannya sebagai bukti yang
telah dipakai dalam mengadili perkara besar yang telah begitu
lama terbentang di antara Tuhan dan Iblis, dan di dalam per-
adilan ini, penguasa dunia ini harus diruntuhkan dan dilem-
parkan ke luar. Kamu yaitu saksi yang telah melihat dan
mendengar dengan mata-telinga kamu sendiri sehingga kamu
benar-benar yakin akan semuanya ini. sebab itu, pergilah dan
yakinkanlah dunia ini. Roh yang sama yang telah membukakan
pikiranmu akan menyertaimu juga untuk membukakan pikiran
orang-orang lain.”
Nah, di sini mereka diberi tahu tentang:
(1) Kabar yang harus mereka beritakan. Mereka harus menga-
barkan Injil, mereka harus menyampaikan Perjanjian Baru
sebagai penggenapan menyeluruh dari Perjanjian Lama, se-
bagai kelanjutan dan kesudahan dari pewahyuan ilahi. Me-
reka harus membawa Alkitab mereka (terutama saat mere-
ka berkhotbah di hadapan orang Yahudi; bahkan Petrus,
dalam khotbah pertamanya di hadapan orang-orang bukan
Yahudi, menyuruh mereka untuk menyelidiki kitab para
nabi, Kis. 10:43), dan harus memperlihatkan kepada orang-
orang apa yang tertulis mengenai Mesias dalam Perjanjian
Lama, kemuliaan dan karunia kerajaan-Nya, lalu memberi
tahu bagaimana semuanya digenapi dalam diri Tuhan
Yesus, sesuai dengan apa yang mereka ketahui.
[1] Kebenaran Injil yang agung mengenai kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus ini harus dikumandangkan
kepada seluruh anak-anak manusia (ay. 46): Demikian-
lah yang ada tertulis dalam artikel bermeterai mengenai
rencana-rencana ilahi sejak kekekalan, yaitu di bagian
perjanjian penebusan; dan hal ini tertulis dalam kitab
Perjanjian Lama yang dapat dibaca semua orang, yang
antara lain memuat rahasia-rahasia yang telah dibuka-
kan, bahwa Mesias harus menderita, sebab rencana sor-
gawi memang harus terlaksana dengan saksama supaya
tak ada satu pun firman Tuhan yang gagal. “Pergilah dan
beritakan kepada dunia,” pertama, “bahwa Kristus men-
derita, sebagaimana telah dituliskan tentang Dia. Pergi,
dan beritakan tentang Kristus yang disalibkan. Jangan-
lah malu akan salib-Nya, jangan malu sebab Yesus
yang menderita. Beri tahu mereka apa yang Dia derita
dan mengapa Dia menderita, dan bagaimana segenap
firman dalam Perjanjian Lama digenapi dalam penderi-
taan-Nya itu. Katakan kepada mereka bahwa Ia me-
mang harus menderita, sebagai syarat untuk menebus
dosa dunia dan menyelamatkan manusia dari maut dan
kebinasaan: Bahkan, melalui semua penderitaan itulah
Ia justru disempurnakan (Ibr. 2:10). Kedua, “bahwa Ia
bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga, sehing-
ga dengan demikian, bukan saja aib kayu salib menjadi
terhapuskan, namun juga telah terbukti bahwa Ia yaitu
Anak Tuhan yang berkuasa, dan dalam hal ini, firman
Tuhan juga tergenapi (1Kor. 15:3-4). Pergi dan katakan
kepada dunia betapa seringnya kamu melihat Dia sete-
lah Dia bangkit dari antara orang mati, dan bagaimana
akrabnya kamu telah berbincang-bincang dengan Dia.
Kamu telah melihat dengan mata sendiri (sebagaimana
yang dikatakan Yusuf kepada saudara-saudaranya keti-
ka ia mengungkapkan siapa dirinya sebenarnya, seolah-
olah dia baru saja hidup lagi), bahwa mulutku sendiri
mengatakannya kepadamu (Kej. 45:12). Jadi, pergilah
dan beritakan kepada mereka bahwa Dia yang tadinya
mati kini hidup kembali, dan hidup selamanya, dan Ia
memegang kunci maut dan kerajaan maut.”
[2] Kewajiban agung yang diperintahkan Injil mengenai per-
tobatan harus ditekankan kepada anak-anak manusia.
Pertobatan dari dosa harus disampaikan dalam nama
Kristus dan dengan kuasa-Nya (ay. 47). Semua anak
manusia di mana pun harus dipanggil dan diperintahkan
untuk bertobat (Kis. 17:30). “Pergi dan beritakan kepada
semua orang bahwa Tuhan yang telah menciptakan, dan
Tuhan yang menebus mereka, ingin supaya begitu men-
dengar kabar ini, mereka harus segera berbalik dari se-
gala berhala mereka, dan menyembah Tuhan yang telah
menciptakan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga ha-
rus berhenti mementingkan perkara duniawi dan keda-
gingan. Mereka harus berbalik dan menyembah Tuhan di
dalam Kristus, harus menghentikan segala kebiasaan
dan perbuatan dosa. Hati dan hidup mereka harus di-
ubahkan, dan mereka semuanya harus dibentuk dan
diperbarui.”
[3] Hak istimewa penebusan dosa yang ada dalam Injil
harus ditawarkan kepada semua orang, dan semua
orang harus diyakinkan bahwa hak ini akan diberikan
kepada semua orang yang bertobat dan percaya kepada
Injil. “Pergi dan katakan kepada dunia yang berdosa dan
berada di bawah hukuman kutuk Tuhan ini bahwa pene-
busan sudah dianugerahkan, sehingga semua orang
yang bertobat dan percaya dapat ikut ambil bagian di
dalamnya. Mereka bukan saja akan diampuni, namun
juga akan diberikan tempat kehormatan. Katakan kepa-
da mereka bahwa mereka kini memiliki pengharapan.”
(2) Kepada siapa mereka harus memberitakan Injil. Ke mana-
kah mereka harus pergi menawarkan Injil, dan sejauh ma-
na amanat ini harus dijalankan?
Di sini mereka diberi tahu:
[1] Bahwa mereka harus menyampaikan kabar Injil ke se-
gala bangsa. Mereka harus menyebar seperti yang dila-
kukan anak-anak Nuh sesudah air bah melanda: yang
seorang ke sini, dan yang lainnya ke sana, sambil terus
membawa cahaya Injil ini ke mana pun mereka pergi.
Para nabi telah menyampaikan pertobatan dan penebus-
an kepada bangsa Yahudi, namun kini para rasul harus
memberitakannya ke segala bangsa. Tidak ada seorang
pun yang dikecualikan dari kewajiban Injil untuk ber-
tobat. Juga, tidak ada yang dikecualikan untuk mene-
rima semua keuntungan pengampunan dosa. Namun,
mereka yang tidak mau percaya dan tidak bersedia ber-
tobat mendatangkan hukuman bagi diri mereka sendiri.
[2] Bahwa mereka harus mulai dari Yerusalem. Di sanalah
mereka harus menyampaikan khotbah pertama mereka
mengenai Injil, dan di sana pula jemaat Injili pertama kali
harus didirikan. Di sanalah hari pemberitaan Injil akan
mulai menyingsing, dan sinarnya akan terus menyebar
sampai ke seluruh penjuru bumi. Lalu, kenapa harus
mulai dari sana? Pertama, sebab ada tertulis demikian,
sehingga mereka harus melaksanakannya dengan cara
itu. Sebab, dari Sion akan keluar pengajaran dan firman
TUHAN dari Yerusalem (Yes. 2:3; Yl. 2:32; 3:16; Ob. 21;
Za. 14:8). Kedua, sebab di sanalah terlaksana perkara-
perkara yang menjadi dasar Injil, dan sebab itu, di sana
pulalah hal-hal ini harus terlebih dahulu dibukti-
kan kebenarannya, sehingga jika hasutan mengenai per-
kara itu mulai merebak, di sanalah tempat yang tepat
untuk memperjuangkan dan membuktikan mana yang
benar. Begitu kuat dan terang benderangnya cahaya ke-
muliaan sang Penebus yang telah bangkit itu, sehingga
tidak ragu-ragu menghadapi dan menantang para mu-
suh yang begitu ganas, yang telah menyebabkan kemati-
an-Nya yang mengerikan itu. “Mulailah dari Yerusalem,
supaya para imam kepala itu akan berusaha menghan-
curkan Injil dengan sekuat tenaga mereka, lalu menjadi
murka sebab usaha mereka itu sia-sia saja.” Ketiga,
sebab Ia ingin memberi contoh untuk mengampuni mu-
suh kita. Yerusalem telah menjadi pihak yang paling se-
ngit menentang-Nya (baik para pemimpin maupun rak-
yatnya), sehingga kota itu sesungguhnya tidak layak
untuk menerima karya penebusan dosa. Namun demi-
kian, kota itu justru yang pertama kali ditawari karunia
Injil, dan dalam waktu yang singkat, ribuan orang di sa-
na kemudian menyambut karunia itu.
(3) Bantuan yang akan menyertai mereka saat mereka mengabar-
kan Injil. Tugas yang harus mereka lakukan itu sangat besar
dan berat, apalagi mengingat perlawanan yang akan mereka
hadapi dan penderitaan yang akan mereka alami. sebab itu,
jika mereka kemudian bertanya-tanya, “Siapa gerangan yang
mampu melakukan hal ini ?” jawabannya sudah tersedia:
“Sesungguhnya, Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijan-
jikan Bapa-Ku, dan kamu akan diperlengkapi dengan kekuasa-
an dari tempat tinggi” (ay. 49). Di sini Ia menjanjikan mereka
bahwa sebentar lagi Roh Kudus akan dicurahkan ke atas me-
reka dengan dahsyatnya sehingga mereka akan diperlengkapi
dengan karunia dan anugerah yang diperlukan untuk men-
jalankan tugas agung itu. sebab itulah, mereka harus tetap
tinggal di Yerusalem dan tidak mulai menjalankan tugas itu
sampai Roh Kudus datang.
Perhatikan:
[1] Dengan demikian, mereka yang menerima Roh Kudus diper-
lengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi, yaitu kuasa
supernatural, kuasa yang melebihi kemampuan mereka.
Kuasa itu berasal dari tempat tinggi, sehingga mampu me-
narik jiwa ke tempat tinggi dan membuatnya mencari per-
kara-perkara yang di atas.
[2] Para rasul Kristus itu tidak mungkin bisa menanamkan
Injil-Nya dan mendirikan kerajaan-Nya di dunia ini, seperti
yang telah mereka lakukan, jika mereka tidak diperleng-
kapi dengan kuasa yang demikian. Dengan begitu, keber-
hasilan mereka itu telah membuktikan kedahsyatan kuasa
yang menyertai mereka.
[3] Kuasa dari tempat tinggi ini telah dijanjikan oleh Bapa, dan
merupakan janji besar dalam Perjanjian Baru, seperti hal-
nya janji kedatangan Kristus dalam Perjanjian Lama. Maka,
jika hal itu merupakan janji Bapa, kita bisa merasa yakin
bahwa janji itu tidak akan diingkari, dan apa yang dijanji-
kan-Nya itu merupakan sesuatu yang luar biasa.
[4] Kristus tidak meninggalkan para murid-Nya sampai saat-
Nya tiba untuk menepati janji itu. Sepuluh hari sesudah
kenaikan Kristus, Roh Kudus pun turun.
[5] Para utusan Kristus harus setia menunggu sampai mereka
diperlengkapi dengan kuasa, dan tidak boleh memulai pe-
kerjaan mereka sampai mereka mendapatkan seluruh
pengarahan dan kepercayaan untuk melakukan semua itu.
Meskipun kini orang sering kali beranggapan bahwa saat
ini Injil harus diberitakan dengan segera dan tidak boleh
ditunda-tunda, para pemberita Injil harus tetap menunggu
sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa dari tempat
tinggi, dan diam di Yerusalem, seberapa pun berbahayanya
tempat itu, sebab di sanalah janji Tuhan itu akan diberikan
kepada mereka (Yl. 2:28).
Kenaikan Yesus
(24:50-53)
50 Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia
mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. 51 Dan saat Ia sedang
memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga.
52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem
dengan sangat bersukacita. 53 Mereka senantiasa berada di dalam Bait Tuhan
dan memuliakan Tuhan .
Lukas tidak menuliskan apa pun tentang pertemuan Kristus dengan
para murid-Nya di Galilea, namun apa yang Kristus katakan di sana
dan juga pada beberapa pertemuan lain, telah digabungkannya de-
ngan apa yang Kristus katakan kepada para murid sewaktu Ia me-
ngunjungi mereka untuk yang pertama kalinya pada sore hari yang
sama sewaktu Ia bangkit. Jadi kini, tidak ada lagi yang perlu di-
ceritakan selain kenaikan Kristus ke sorga, yang digambarkan secara
singkat dalam ayat-ayat di atas, yang di dalamnya bisa kita dapati:
I. Bagaimana Kristus berpamitan dengan para murid-Nya dengan
cara yang begitu agung. Maksud dan tujuan Kristus yaitu untuk
mendamaikan bumi dan sorga supaya kelangsungan hidup manu-
sia tetap berlangsung di antara kedua tempat itu, dan untuk itu,
Dia harus menumpangkan tangan di atas keduanya, supaya Ia
dapat memasuki bumi dan kembali lagi ke sorga. Dia mempunyai
tugas di kedua dunia itu, sehingga Ia pun turun dari sorga ke
dunia melalui kelahiran-Nya sebagai manusia, untuk menyelesai-
kan urusan-Nya di tempat itu, lalu kembali lagi ke sorga sesudah
tugas-Nya di bumi tuntas, untuk tinggal di sana dan membela
perkara kita di hadapan Bapa.
Perhatikanlah:
1. Tempat Ia naik, yaitu di Betania, dekat Yerusalem, di sekitar
Bukit Zaitun. Di sanalah Ia telah menunaikan tugas agung bagi
kemuliaan Bapa-Nya, dan kini, di sana pulalah Ia memasuki
kemuliaan Bapa-Nya. Di sanalah terletak taman di mana pen-
deritaan-Nya berawal, dan di sanalah Ia menghadapi penderi-
taan maut, dan Betania itu sendiri pun berarti rumah keduka-
an. Dengan begitu, orang yang ingin masuk sorga harus naik
dari rumah penderitaan dan kedukaan, harus melalui keseng-
saraan terlebih dahulu sebelum mereka merasakan sukacita.
Bukit Zaitun memang telah ditetapkan sejak dahulu kala
sebagai tempat kenaikan Kristus: Pada waktu itu kaki-Nya
akan berjejak di bukit Zaitun (Za. 14:4). Dari sana pula Ia me-
masuki Yerusalem dan dielu-elukan beberapa waktu yang lalu
(19:29).
2. Orang-orang yang menyaksikan kenaikan-Nya: Ia membawa
murid-murid-Nya ke luar kota untuk menemui-Nya. Mungkin
Kristus naik ke sorga pada pagi-pagi hari sekali sebelum
orang-orang bangun, sebab Dia tidak pernah memperlihatkan
diri secara terang-terangan kepada semua orang sesudah Ia
bangkit, kecuali kepada saksi-saksi pilihan-Nya. Para murid
tidak menyaksikan-Nya keluar dari kubur, sebab kebangkitan-
Nya sudah cukup terbukti saat mereka bisa melihat-Nya lagi
dalam keadaan hidup sesudah itu, namun kini mereka melihat-
Nya naik ke sorga, supaya mereka menjadi saksi mata keja-
dian itu. Mereka sengaja dibawa ke luar kota untuk menyak-
sikan kenaikan-Nya, dan benar-benar melihat-Nya saat Ia ter-
angkat sebab mereka tidak sedang melihat ke arah lain.
3. Kata-kata perpisahan yang Ia ucapkan kepada mereka: Ia
mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dia tidak
pergi dalam keadaan tidak senang, melainkan dalam kasih. Ia
meninggalkan berkat-Nya bersama para murid: Ia mengangkat
tangan-Nya, sebagaimana yang dilakukan imam besar saat
memberkati bangsanya (Im. 9:22). Kristus memberkati mereka
sebagai seorang yang memiliki wewenang untuk itu, dengan
memerintahkan berkat yang telah Ia beli itu. Dia memberkati
mereka seperti Yakub memberkati anak-anak-Nya. Kini para
rasul itu mewakili kedua belas suku Israel, sehingga dengan
memberkati mereka, Ia telah memberkati seluruh bangsa
Israel dalam arti rohani, dan mengukirkan nama Bapa-Nya
dalam diri mereka. Dia memberkati mereka sebagaimana Ya-
kub memberkati anak-anaknya dan Musa memberkati suku-
suku bangsa Israel sebelum ia meninggal, untuk menunjuk-
kan bahwa Ia mengasihi orang-orang milik-Nya sampai pada
kesudahannya.
4. Bagaimana Ia meninggalkan mereka: Dan saat Ia sedang
memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka, bukan seolah-
olah Ia diambil dari mereka sebelum Ia selesai mengucapkan
apa yang harus Ia katakan, namun untuk menegaskan bahwa
meskipun kini Ia terpisah dari mereka, bukan berarti berkat
Nya bagi mereka pun terhenti sampai di sana, sebab tugas-Nya
sebagai Perantara bagi semua orang milik-Nya yang kini Ia
jalankan di sorga merupakan kelanjutan dari berkat-Nya itu.
Dia mulai memberkati mereka di bumi, dan Ia terangkat ke
sorga supaya bisa terus mencurahkan berkat-berkat-Nya. Kini
Kristus sedang mengutus para rasul-Nya untuk mengabarkan
Injil-Nya kepada dunia, dan Ia mencurahkan berkat-Nya ke
atas mereka, bukan hanya untuk mereka saja, namun supaya
dianugerahkan dalam nama-Nya kepada semua orang yang
percaya kepada-Nya melalui perkataan mereka. Sebab, oleh-
Nya semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
5. Bagaimana kenaikan-Nya itu digambarkan.
(1) Ia berpisah dari mereka, diambil dari antara mereka, seperti
Elia diambil dari Elisa. Perhatikan, kita memang harus ber-
pisah dengan kawan-kawan kita yang terkasih. Mereka yang
mengasihi dan berdoa bagi kita, serta membimbing kita,
harus dipisahkan dari kita. Kehadiran Kristus secara jas-
mani memang tidak boleh selalu diharapkan ada di dunia
ini. Mulai sekarang, mereka yang hanya mengenal tubuh
jasmaninya saja tidak boleh mengenal Dia seperti itu lagi.
(2) Ia pun terangkat ke sorga, tidak secara paksa, namun oleh
tindakan dan perbuatan-Nya sendiri. Sebagaimana Ia bang-
kit, demikian pula Ia naik ke sorga dengan kuasa-Nya sen-
diri, dan diiringi para malaikat. Dia tidak perlu kereta atau
kuda berapi, sebab Dia tahu jalannya, dan sebagai Tuhan
pemilik sorga, Dia bisa kembali ke sana tanpa bantuan sia-
pa pun. Dia naik di atas awan-awan, seperti malaikat yang
naik di atas nyala api persembahan Manoah (Hak. 13:20).
II. Dengan gembira para murid terus mengikuti Dia, dan juga meng-
ikuti Tuhan melalui Dia, meskipun kini Ia telah berpisah dari mereka.
1. Mereka tetap menyembah-Nya sekalipun Ia telah pergi, untuk
menunjukkan bahwa meski kini Ia telah pergi ke negeri yang
jauh, mereka tetap akan terus setia berbakti pada-Nya, dan
mereka ingin supaya Ia tetap bertakhta dalam hidup mereka:
Mereka sujud menyembah kepada-Nya (ay. 52). Perhatikan,
Kristus menginginkan penyembahan dari orang yang telah me-
nerima berkat dari-Nya. Dia telah memberkati mereka, dan me-
reka menyembah-Nya untuk memperlihatkan rasa syukur me-
reka. Penampakan kemuliaan Kristus yang agung ini menim-
bulkan rasa kagum dan rasa syukur yang luar biasa dalam
diri mereka. Mereka tahu bahwa sekalipun Ia sudah berpisah
dengan mereka, Dia tetap dapat dan akan selalu mengindah-
kan penyembahan mereka terhadap-Nya. Awan-awan yang ki-
ni menaungi Dia dan menghalangi pandangan mereka tidak
menghalangi-Nya menyaksikan pelayanan mereka bagi Dia.
2. Mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Ke sa-
nalah mereka telah diperintahkan pergi sampai Roh Kudus di-
curahkan ke atas mereka, dan mereka pun mematuhi perintah
itu. Mereka tetap pergi ke sana sekalipun ada banyak bahaya.
Ke sanalah mereka pergi, dan tinggal di situ dengan sukacita
yang amat besar. Ini sungguh merupakan suatu perubahan
yang menakjubkan, sebagai akibat dari terbukanya pengertian
mereka. Dulu mereka sangat bersedih sewaktu Kristus berkata
bahwa Ia harus meninggalkan mereka, namun kini mereka pun
dipenuhi sukacita sesudah menyaksikan kepergian-Nya, sebab
mereka akhirnya yakin bahwa Ia memang harus pergi mening-
galkan mereka dan umat-Nya supaya sang Penghibur itu
datang. Perhatikan, kemuliaan Kristus sungguh mendatang-
kan sukacita yang amat besar bagi semua orang yang benar-
benar percaya kepada-Nya, sekalipun mereka masih berada di
dunia ini; apalagi kalau mereka nanti telah memasuki Yeru-
salem baru dan mendapati-Nya dalam kemuliaan-Nya di sana.
3. Mereka tetap beribadah sambil menunggu janji Bapa digenapi
(ay. 53).
(1) Mereka senantiasa menghadiri ibadah-ibadah di Bait Tuhan .
Tuhan belum meninggalkan Bait-Nya itu sehingga mereka
pun demikian juga. Mereka senantiasa berada di dalam
Bait Tuhan , seperti yang dulu selalu dilakukan Guru mereka
waktu Ia masih ada di Yerusalem. Tuhan mencintai pintu-
pintu gerbang Sion, maka kita juga harus begitu. Beberapa
orang beranggapan bahwa mereka memiliki ruangan perte-
muan tersendiri di dalam Bait Tuhan yang merupakan milik
kaum Lewi yang sangat bersimpati terhadap mereka. Na-
mun, menurut sebagian orang lagi, tidak mungkin hal ini
dapat disembunyikan atau dilakukan secara diam-diam
tanpa sepengetahuan imam-imam kepala atau para pem-
besar Bait Tuhan .
(2) Para rasul tahu bahwa penyembahan korban di Bait Tuhan
telah digantikan oleh pengorbanan Kristus, namun mereka
tetap bergabung dalam menyanyikan lagu-lagu ibadah di
situ. Perhatikan, sambil menunggu janji Tuhan digenapi, ki-
ta harus terus menaikkan puji-pujian kita. Memuji dan me-
muliakan Tuhan yaitu tugas yang harus dilakukan setiap
waktu, dan tidak ada yang lebih baik untuk menyiapkan
pikiran kita dalam menerima Roh Kudus selain sukacita
dan puji-pujian yang kudus. Dalam sukacita dan puji-puji-
an, ketakutan dilenyapkan, duka dipermanis dan ditenang-
kan, dan harapan pun dibangun.
“Mereka senantiasa berada di dalam Bait Tuhan dan memuliakan
Tuhan . Amin” [versi KJV diakhiri dengan kata “Amin” – pen.]. Kata amin
ini, yang biasanya selalu diucapkan oleh jemaat dan setiap orang
percaya di dalam pembacaan firman, menunjukkan rasa setuju atas
kebenaran Injil dan kesatuan hati dengan semua murid-murid
Kristus itu untuk terus memuji dan memuliakan Tuhan . Amin. Biarlah
Dia terus dipuji dan dimuliakan.