lukas 13-24 12


 b tidak ada satu kesalah-

an pun yang kudapati pada-Nya. Kamu semua juga tidak dapat 

membuktikan segala yang telah kamu tuduhkan pada-Nya.”  

II.  Dia menyinggung-nyinggung tanggapan Herodes mengenai Kristus 

(ay. 15): “Aku menyuruh kamu pergi kepada Herodes, yang lebih 

mengenal Dia daripada aku sendiri, dan Herodes telah mengirim-

kan Dia kembali, tanpa dakwaan apa pun terhadap-Nya, atau pun 

pesan yang tidak menyenangkan mengenai Dia. Menurut penda-

pat Herodes, kesalahan-Nya tidaklah berat. Dia memang menerta-

wakan-Nya sebagai orang yang lemah, namun  tidak menganggap 

Dia sebagai orang yang berbahaya.” Menurut Herodes, Yesus lebih 

pantas dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa daripada dikirim 

ke tiang gantungan.  

III. Pilatus mengusulkan supaya Yesus dibebaskan, bila mereka juga 

setuju akan hal itu. Padahal, seharusnya dia melakukan hal itu 

tanpa perlu minta izin mereka, Fiat justitia, ruat cœlum – keadilan 

harus tetap dijalankan sekalipun langit runtuh. namun  sayangnya, 

banyak orang terjebak dalam perangkap ini. Saat keadilan harus 

ditegakkan dan kebenaran jelas-jelas terpampang, mereka justru 

berlaku tidak adil, bahkan melawan hati nurani mereka sendiri, 

sebab rasa takut terhadap manusia membuat mereka tidak berani 

menentang arus. Pilatus menyatakan bahwa Kristus tidak ber-

salah, namun , demi menyenangkan hati orang banyak,  

1. Dia berencana untuk melepaskan Kristus dengan tetap mem-

perlakukan-Nya sebagai seorang penjahat, sebab ia wajib mele-

paskan seorang (ay. 17). Jadi, sekalipun Kristus seharusnya 

dilepaskan dengan sebuah tindakan keadilan, Dia malah hen-

dak dibebaskan dengan sebuah tindakan pengampunan, wa-

laupun Dia tidak bersalah pada siapa-siapa dan tidak ber-

utang budi pada orang banyak sebab  itu.  

2. Sebelum melepaskan-Nya, Pilatus hendak menghajar Dia ter-

lebih dahulu. Jika tidak kedapatan satu kesalahan pun pada-

Nya, mengapa Dia harus dihajar? Menyesah seorang yang ti-

dak bersalah sama tidak adilnya dengan menyalibkan orang 

itu. Anggapan bahwa tindakan ini  akan meredakan keri-

cuhan orang banyak justru keliru. Sama sekali tidak dapat di-

benarkan bahwa Ia harus dikasihani, sebab  Ia tidak pantas 

untuk dianiaya. Kita tetap tidak boleh berbuat jahat, sekalipun 

dengan maksud untuk mendatangkan kebaikan. 

IV. Orang banyak malah lebih memilih untuk melepaskan Barabas, 

padahal dia seorang yang amat jahat, yang tidak memiliki apa 

pun selain kejahatannya yang amat brutal. Dia dipenjarakan ka-

rena suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan 

sebab  pembunuhan (yang merupakan kejahatan yang paling 

tidak layak untuk diampuni), namun  mereka justru lebih memilih 

dia daripada Kristus: Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi 

kami (ay. 18). Tidaklah mengherankan rasanya, kalau seorang 

pemberontak yang jahat menjadi kesayangan kumpulan orang 

yang sama jahatnya, dan lebih dipilih daripada Dia yang setia dan 

yang telah dituduh memberontak.  

V. Saat Pilatus mendesak supaya Kristus dibebaskan untuk yang ke-

dua kalinya, mereka justru berteriak, Salibkanlah Dia! Salibkan-

lah Dia! (ay. 21). Mereka tidak hanya menginginkan Dia mati, 

namun  juga ingin supaya kematian-Nya itu terjadi dengan cara 

yang mengerikan. Tidak ada hal lain yang mereka inginkan ke-

cuali penyaliban-Nya: Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia! 

VI. Saat Pilatus mendebat mereka lagi untuk yang ketiga kalinya, de-

ngan maksud untuk menyadarkan mereka atas kekeliruan dan 

ketidakadilan perlakuan mereka itu, mereka justru menjadi ber-

sikukuh dan semakin marah (ay. 22): “Kejahatan apa yang sebe-

narnya telah dilakukan orang ini? Coba sebutkan. Tidak ada suatu 

kesalahan pun yang kudapati pada-Nya yang setimpal dengan hu-

kuman mati, dan kamu pun tidak bisa menyebutkan alasan apa 

yang membuat-Nya pantas mati. Jadi, jika kamu setuju, aku akan 

menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” Akan namun , kemarahan 

massa biasanya semakin menjadi-jadi jika diindahkan. Mereka 

pun berteriak, menjerit dan gaduh, bukan meminta, namun  menun-

tut, supaya Ia disalibkan, seakan-akan di hari raya ini  mere-

ka memiliki hak untuk menuntut penyaliban seorang yang tidak 

bersalah sebagai ganti pembebasan orang lain yang bersalah.  

VII. Pilatus akhirnya mengalah pada desakan orang banyak itu. Sua-

ra orang banyak dan para imam kepala itulah yang akhirnya me-

nang dan mampu mengendalikan Pilatus melawan keyakinan 

dan kehendaknya sendiri. Dia tidak berani melawan arus yang 

begitu kuat, sehingga ia pun memutuskan supaya tuntutan me-

reka dikabulkan (ay. 24). Di sini terlihat bahwa hukum telah 

terdesak ke belakang, dan keadilan berdiri jauh-jauh, akibat ke-

takutan terhadap kemarahan orang banyak. Kebenaran tersan-

dung di tempat umum dan ketulusan ditolak orang (Yes. 59:14). 

Dinanti-Nya keadilan, namun  hanya ada kelaliman, dinanti-Nya 

kebenaran namun  hanya ada keonaran (Yes. 5:7). Hal yang sama 

terulang di ayat 25, dengan memanasnya tekanan untuk mele-

paskan Barabas: Ia melepaskan orang yang dimasukkan ke da-

lam penjara sebab  pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai 

dengan tuntutan mereka yang dihasilkan dengan suara bulat. 

Dengan begitu, dia pasti akan menjadi semakin degil dan ber-

buat lebih banyak lagi kejahatan. namun  Yesus diserahkannya 

kepada mereka untuk diperlakukan semau-maunya. Dengan ber-

buat begitu, Pilatus telah melakukan suatu perbuatan yang 

paling kejam dengan menyerahkan Kristus kepada mereka untuk 

diperlakukan semau-maunya, padahal ia tahu bahwa mereka itu 

betul-betul membenci Dia dan tidak mengenal belas kasihan 

sama sekali.  


Yesus Dibawa untuk Disalibkan 

(23:26-31) 

26 saat  mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama 

Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu 

di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus. 27 Sejumlah be-

sar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi 

dan meratapi Dia. 28 Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai pu-

teri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah 

dirimu sendiri dan anak-anakmu! 29 Sebab lihat, akan tiba masanya orang 

berkata: Berbahagialah perempuan mandul dan yang rahimnya tidak pernah 

melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui. 30 Maka orang akan 

mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah menimpa kami! dan 

kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! 31 Sebab jikalau orang berbuat de-

mikian dengan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” 

Di sini diceritakan tentang bagaimana Yesus yang terkasih, Anak 

Domba Tuhan  itu, digiring untuk dikorbankan seperti anak domba 

yang dibawa ke pembantaian. Kecepatan mereka dalam  melangsung-

kan rangkaian persidangan itu juga amat mencengangkan. Bagai-

mana mungkin mereka bisa melakukan begitu banyak hal dalam 

tempo sesingkat itu, apalagi mereka harus menghadap banyak pem-

besar yang biasanya membutuhkan waktu lama untuk bisa berurus-

an dengan mereka. Kristus dibawa menghadap imam-imam kepala 

sesudah  pagi menyingsing (22:66), baru sesudah  itu Ia dibawa ke ha-

dapan Pilatus, kemudian Herodes, lalu kembali lagi ke Pilatus. Lalu 

terjadi perdebatan yang kelihatannya cukup panjang antara Pilatus 

dan orang banyak itu mengenai Dia. Dia disesah, lalu dimahkotai 

duri dan dihina habis-habisan, dan semua itu dilakukan dalam 

kurun waktu empat atau lima jam, paling lama mungkin enam jam, 

sebab Dia disalibkan antara jam sembilan sampai dua belas. Para 

pendakwa Kristus memang bertekad untuk tidak membuang waktu 

sedikit pun, sebab mereka takut kawan-kawan Kristus dari daerah 

lain akan mengetahui apa yang sedang mereka perbuat, lalu bangkit 

untuk menolong-Nya. Belum pernah ada orang dienyahkan dari 

dunia ini seperti Kristus saat itu. namun , Ia sendiri memang pernah 

berkata, “Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku.” Memang 

waktu-Nya sungguh singkat. Kini, saat mereka menggiring-Nya me-

nuju lembah maut, kita mendapati:   

I.  Seorang yang menjadi pemikul salib-Nya, yang bernama Simon 

dari Kirene. Dia mungkin seorang kawan Kristus, dan orang me-

ngetahuinya, sehingga hal itu dilakukan sebagai celaan bagi dia. 

Mereka meletakkan salib Kristus di bahunya, supaya dipikulnya 

sambil mengikuti Yesus (ay. 26), sebab mereka tidak mau Yesus 

sampai pingsan dan mati sesaat  di sana, sebab  hal itu akan 

menggagalkan rancangan jahat mereka berikutnya. Kelihatannya, 

mereka memang berbelas kasihan pada Kristus, namun  belas 

kasihan mereka itu kejam.  

II. Banyak juga orang yang berkabung dengan sungguh-sungguh, 

yang mengikuti Dia sambil menangisi dan meratapi Dia. Mereka 

bukan saja kawan-kawan dan orang yang bersimpati pada-Nya, 

namun  juga ada orang-orang awam yang tidak memusuhi-Nya, dan 

terharu oleh belas kasihan yang mereka rasakan untuk-Nya, se-

bab mereka telah mendengar tentang kemasyuran nama-Nya, ser-

ta bagaimana Ia dulu banyak menolong orang, sehingga mereka 

pun berpendapat bahwa hukuman seperti itu tidak layak dijatuh-

kan pada-Nya. Hal itu menyebabkan orang banyak berbondong-

bondong mengikuti Dia, seperti yang lazim terjadi saat sebuah 

penghukuman akan dilaksanakan, terutama jika yang terhukum 

yaitu  orang-orang yang begitu dikenal: Sejumlah besar orang 

mengikuti Dia, kebanyakan dari mereka yaitu  perempuan (ay. 

27). Sebagian dari mereka tergerak oleh rasa iba, namun  ada juga 

yang hanya sebab  penasaran, namun semuanya menangisi dan 

meratapi Dia (seperti yang dilakukan oleh kenalan dan kawan-

kawan setia-Nya). Meskipun banyak yang mencela dan menghina 

Dia, masih ada yang menghargai dan merasa iba pada-Nya, se-

hingga mereka merasa amat sedih dan turut ambil bagian dalam 

penderitaan-Nya itu. Tuhan Yesus yang sedang meregang nyawa 

pasti membuat orang-orang jatuh iba, sekalipun mereka biasanya 

tidak mudah tergerak seperti itu. Di antara orang yang menangisi-

Nya, bahkan ada beberapa yang tidak percaya pada-Nya, dan di 

antara yang meratapi-Nya mungkin ada yang tidak mengasihi Dia 

lebih dari segalanya. Nah, sekarang kepada kita diceritakan me-

ngenai apa yang dikatakan Kristus kepada orang-orang yang ber-

kabung itu. Tak seorang pun akan menyalahkan Kristus jika Ia 

hanya memedulikan apa yang sedang terjadi pada diri-Nya saat 

itu, namun  ternyata Ia masih punya waktu dan perhatian untuk 

memperhatikan air mata duka mereka. Kristus mati diiringi ratap-

an, dan Dia memiliki bejana untuk menampung air mata mereka 

yang meratapi-Nya itu. Ia berpaling kepada mereka, walaupun me-

reka mungkin tidak mengenal-Nya secara pribadi, dan menyuruh 

mereka supaya tidak menangisi-Nya, melainkan menangisi diri me-

reka sendiri. Dia mengalihkan perhatian mereka untuk meratapi 

hal lain (ay. 28). 

1.  Dia memberi mereka nasihat yang berkaitan dengan ratapan 

mereka itu: Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu mena-

ngisi Aku. Ia tidak bermaksud menyalahkan mereka sebab  

menangisi-Nya, namun  sebaliknya, Ia sedang memuji mereka. 

Hanya hati yang benar-benar keras saja yang tidak akan ter-

pengaruh melihat penderitaan seorang yang begitu dalam se-

perti itu. Namun, mereka hendaknya tidak menangisi Dia saja 

(sebab air mata yang mereka cucurkan bagi Dia tidak ada gu-

nanya), namun  biarlah mereka juga menangisi diri mereka sen-

diri dan anak-anak mereka, sebab kebinasaan akan menimpa 

Yerusalem, dan beberapa dari mereka mungkin akan menyak-

sikan dan mengalami penderitaan itu, atau, setidaknya, anak-

anak merekalah yang akan mengalaminya. sebab  itu, mereka 

harus merasa prihatin dengan nasib anak-anak mereka. Per-

hatikan, saat kita memandang Kristus yang tersalib dengan 

mata iman kita, kita harus menangis. Bukan menangis untuk 

Dia, namun  bagi diri kita sendiri. Kita tidak boleh merasa sedih 

atas kematian Kristus seperti atas kematian orang lain yang 

terkena bencana, atau seperti saat kawan kita sendiri mening-

gal dunia. Kematian Kristus yaitu  sebuah kejadian yang isti-

mewa, sebab hal itu yaitu  kejayaan dan kemenangan-Nya 

melawan musuh-musuh-Nya. Kematian-Nya yaitu  kelepasan, 

penebusan kehidupan kekal bagi kita. Jadi, mari menangislah 

kita, namun  bukan bagi Dia, melainkan bagi dosa-dosa kita dan 

dosa-dosa anak-anak kita yang menyebabkan Dia dihukum 

mati. Menangislah sebab  rasa takut (dengan air mata yang di-

kehendaki-Nya di sini) akan kesengsaraan yang bisa menimpa 

kita jika kita meremehkan kasih-Nya dan menolak kasih ka-

runia-Nya seperti yang dilakukan oleh bangsa Yahudi, yang 

mendatangkan kehancuran bagi mereka seperti yang telah 

diramalkan di sini. Saat kerabat atau teman baik kita mening-

gal di dalam Kristus, kita tidak punya alasan untuk menangisi 

mereka, sebab mereka telah melepaskan segala beban keda-

gingan dan disempurnakan dalam kesucian, masuk dalam 

peristirahatan dan sukacita sempurna. Kita justru harus me-

nangisi diri kita sendiri dan anak-anak kita yang ditinggalkan 

di dunia yang penuh dosa, dukacita, dan perangkap ini.  

2.  Dia mengemukakan sebuah alasan khusus mengapa mereka 

harus menangisi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka: 

“Sebab lihatlah, masa-masa kesukaran akan segera mengham-

piri kotamu. Kotamu akan dihancurkan, dan kamu akan ambil 

bagian dalam kebinasaan itu.” Saat murid-murid Kristus me-

rasakan dukacita yang menurut kehendak Tuhan  sebab  Ia akan 

meninggalkan mereka, Dia menghapus air mata mereka dengan 

sebuah janji bahwa Dia akan melihat mereka lagi, dan mereka 

akan bergembira (Yoh. 16:22). Namun, saat puteri-puteri Yeru-

salem menangisi-Nya hanya dengan dukacita dunia, Dia pun 

mengalihkan air mata mereka supaya dicurahkan bagi hal lain, 

dan memberi tahu mereka apa yang sebenarnya harus mereka 

tangisi. Biarlah mereka menyadari kemalangan mereka, berdu-

kacita dan meratap (Yak. 4:9). Belum lama sebelum itu, Dia 

sendiri menangisi Yerusalem, dan kini Dia meminta mereka 

untuk berbuat sama. Air mata Kristus harus membuat kita me-

nangis juga. Biarlah puteri-puteri Sion yang mengakui Kristus 

sebagai raja mereka bersukacita di dalam Dia, sebab Dia da-

tang untuk menyelamatkan mereka. namun , hendaklah puteri-

puteri Yerusalem, yang hanya menangisi-Nya tanpa menerima-

Nya sebagai raja, berdukacita dan gemetar ketakutan memikir-

kan kedatangan-Nya untuk menghakimi mereka. Di sini, kebi-

nasaan Yerusalem diungkapkan melalui dua peribahasa yang 

sangat cocok: tidak memiliki anak dan dikubur hidup-hidup. Ke-

duanya terdengar sangat mengerikan, supaya orang yang men-

dengarnya menjadi tergerak oleh rasa takut.   

(1) Lebih baik mereka berharap tidak memiliki anak. Padahal, 

biasanya wanita-wanita mandul merasa iri pada wanita 

yang memiliki anak, seperti Rahel cemburu terhadap Lea. 

namun  pada saat itu, mereka yang memiliki anak akan lebih 

sulit meloloskan diri, sebab anak-anak itu menjadi beban 

bagi mereka. Saat itu, melihat anak-anak mereka sendiri 

menderita kelaparan atau mati disabet pedang merupakan 

kedukaan yang tak terkira bagi mereka, sehingga mereka 

akan berkata, “Berbahagialah perempuan mandul dan yang 

rahimnya tidak pernah melahirkan,” sehingga mereka tidak 

punya anak untuk diserahkan kepada si pembunuh, atau 

untuk direnggut dari tangan mereka. Masa itu bukan saja 

akan penuh dengan celaka bagi mereka yang sedang hamil 

atau yang menyusukan bayi, seperti yang Kristus pernah 

katakan (Mat. 24:19), namun  juga mengerikan bagi mereka 

yang sudah memiliki anak dan pernah menyusui mereka.  

Lihatlah bagaimana lemahnya makhluk ciptaan dan tidak 

menentunya kegembiraan yang mereka bawa, sebab Tuhan  

bisa saja mengubah hal-hal yang sekarang kita nikmati 

sebagai berkat terbesar menjadi beban, kekhawatiran dan 

dukacita hebat (Hos. 9:11-14).  

(2) Mereka akan meminta dikubur hidup-hidup: Maka orang 

akan mulai berkata kepada gunung-gunung: Runtuhlah me-

nimpa kami! dan kepada bukit-bukit: Timbunilah kami! (ay. 

30). Hal ini juga mengacu kepada sebuah perikop mengenai 

nubuat yang sama seperti yang telah diutarakan sebelum-

nya (Hos. 10:8). Mereka ingin bersembunyi di gua yang pa-

ling gelap supaya tidak lagi mendengar bunyi malapetaka 

yang mengerikan itu. Mereka mencari-cari perlindungan 

apa saja, tidak peduli bagaimana syaratnya, sekalipun un-

tuk itu tubuh harus remuk. Ini terutama akan terlontar 

dari mulut para pembesar dan penguasa (Why. 6:16). 

Orang yang tidak mau berlari meminta perlindungan ke-

pada Kristus akan berseru-seru pada bukit-bukit dan gu-

nung-gunung yang tidak akan mampu menyelamatkan me-

reka dari murka-Nya.  

3.  Dia menunjukkan bahwa sebenarnya masuk akal bagi mereka 

untuk membayangkan malapetaka itu melalui penderitaan-

Nya sekarang ini. Sebab jikalau orang berbuat demikian de-

ngan kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu ke-

ring? (ay. 31). Beberapa orang berpendapat bahwa perkataan 

ini diambil dari Yehezkiel 20:47: Api yang sedang bernyala-

nyala akan memakan habis setiap pohon yang hidup padamu 

dan setiap pohon yang layu kering.   

Perkataan itu dapat diterapkan: 

(1) Secara khusus pada kehancuran Yerusalem yang kini di-

nubuatkan Kristus, dan yang ditimpakan bangsa Yahudi 

atas diri mereka sendiri dengan membunuh Kristus: “Sebab 

jikalau orang (yaitu bangsa Yahudi dan penghuni kota 

Yerusalem) berbuat demikian dengan kayu hidup, jika orang 

yang baik dan tidak berdosa saja sudah mereka sesah se-

demikian rupa sebab  hal-hal baik yang diperbuat-Nya, 

maka apakah yang mereka harapkan akan diperbuat Tuhan  

terhadap mereka sebagai balasan atas perbuatan mereka 

yang telah menjadikan mereka seperti sebatang kayu ke-

ring, angkatan yang bobrok dan jahat, serta tiada gunanya 

sama sekali? Kalau sudah sedemikian hebatnya dosa me-

reka itu, kira-kira, menurutmu, hukuman seperti apa yang 

akan dijatuhkan kepada mereka?” Atau, coba pikirkan se-

perti ini, “Jika Aku saja, yang sama sekali tidak pernah me-

nentang mereka, dan yang dianggap mereka sebagai kayu 

hidup yang menjadi sasaran kemarahanmu, sudah begitu 

dilecehkan oleh mereka (orang Romawi, hakim-hakim dan 

para tentara mereka), bagaimana pula jadinya nanti de-

ngan Yerusalem dan bangsa Yahudi, yang begitu menen-

tang mereka? Apalagi, dengan menentang orang Romawi, 

bangsa Yahudi menjadi seperti kayu kering yang akan me-

ngobarkan api kebencian lawan. Jika Tuhan  mengizinkan 

hal-hal seperti ini terjadi kepada-Ku, apa yang akan Dia 

timpakan pada pohon-pohon yang tidak mengasilkan buah 

itu, yang telah sering dikatakan supaya ditebang dan di-

buang ke dalam api?” (Mat. 3:10; 7:19).  

(2) Secara lebih umum lagi, perkataan tadi dapat diterapkan 

pada semua pewahyuan tentang murka Tuhan  terhadap 

dosa dan orang-orang yang melakukannya: “Jika Tuhan  me-

nyerahkan Aku ke dalam penderitaan ini sebab  Aku di-

jadikan korban penebus dosa, apa yang akan Ia lakukan 

terhadap para pendosa itu sendiri?” Kristus yaitu  kayu 

hidup yang berbuah dan berkembang. Nah, jika kekejian 

seperti itu dilakukan terhadap-Nya, maka kita dapat mem-

bayangkan apa yang akan menimpa seluruh umat manusia 

jika saja Ia tidak ikut campur tangan; apa yang akan me-

nimpa mereka yang terus saja menjadi kayu kering, sekali-

pun telah banyak hal yang dilakukan untuk membuat me-

reka berbuah. Jika Tuhan  tega melakukan ini kepada Anak 

yang sangat Ia kasihi oleh sebab  Ia harus menanggung 

dosa-dosa itu, apa yang akan Tuhan  lakukan terhadap ge-

nerasi yang membuat-Nya murka, saat Ia mendapati dosa 

merajalela dalam diri mereka? Jika Bapa tidak keberatan 

melakukan hal itu terhadap kayu hidup, mengapa Ia harus 

segan melakukannya terhadap kayu kering? Perhatikan, 

ingatan akan pahitnya penderitaan yang harus dialami 

Yesus Tuhan kita harus membuat kita terpana dalam kesa-

daran mengenai keadilan Tuhan , dan menjadi takut akan 

Dia. Orang-orang kudus yang terbaik sekalipun hanya se-

perti kayu kering jika dibandingkan dengan Kristus. sebab  

itu, jika Dia saja menderita, mengapa mereka tidak menya-

dari bahwa mereka juga bisa mengalami hal yang sama? 

Dan kalau orang-orang kudus saja sudah begini, apa ge-

rangan jadinya nanti dengan penghukuman yang akan di-

jatuhkan bagi orang-orang berdosa?  

Yesus Disalibkan 

(23:32-43) 

32 Dan ada juga digiring dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum 

mati bersama-sama dengan Dia. 33 saat  mereka sampai di tempat yang ber-

nama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang 

penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah 

kiri-Nya.  34 Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak 

tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk mem-

bagi pakaian-Nya. 35 Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pe-

mimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan, biarlah 

sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia yaitu  Mesias, orang 

yang dipilih Tuhan .” 36 Juga prajurit-prajurit mengolok-olokkan Dia; mereka 

mengunjukkan anggur asam kepada-Nya 37 dan berkata: “Jika Engkau ada-

lah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!”  38 Ada juga tulisan di atas 

kepala-Nya: “Inilah raja orang Yahudi”. 39 Seorang dari penjahat yang di gan-

tung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau yaitu  Kristus? Sela-

matkanlah diri-Mu dan kami!” 40 namun  yang seorang menegor dia, katanya: 

“Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Tuhan , sedang engkau menerima 

hukuman yang sama?  41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita 

menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, namun  orang ini 

tidak berbuat sesuatu yang salah.” 42 Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan 

aku, jika  Engkau datang sebagai Raja.” 43 Kata Yesus kepadanya: “Aku 

berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-

sama dengan Aku di dalam Firdaus.” 

Dalam perikop ini diceritakan tentang:  

I.  Beberapa penggalan kisah mengenai penderitaan Kristus yang 

juga ada  dalam Injil Matius dan Injil Markus, yaitu bahwa:  

1.  Ada juga dua orang lain, yaitu dua penjahat yang digiring 

bersama-sama dengan Dia ke tempat pelaksanaan hukuman. 

Kedua penjahat ini  mungkin telah dijatuhi hukuman 

mati sejak beberapa waktu yang lalu, dan pelaksanaannya 

jatuh pada hari itu. Hal ini mungkin juga merupakan alasan 

mengapa mereka begitu terburu-buru menyelesaikan persi-

dangan Kristus, supaya Dia dan kedua penjahat itu dapat di-

hukum mati bersama-sama sekaligus dalam satu pelaksanaan 

hukuman.  

2.  Ia disalibkan di tempat yang dinamakan Kalvari, atau Kranion, 

bahasa Yunani untuk Golgota, yang berarti tempat tengkorak, 

sebuah tempat yang kotor dan menjijikkan, untuk menambah 

penghinaan pada kesengsaraan-Nya, namun justru memiliki 

makna tersendiri, sebab di sanalah Ia berhasil mengalahkan 

maut dengan telak. Dia disalibkan. Tangan dan kaki-Nya dipa-

kukan di kayu salib yang tergeletak di tanah, kemudian kayu 

itu diangkat tinggi dan dipancangkan ke perut bumi, atau ke 

dalam lubang yang sudah dipersiapkan untuk itu. Kematian 

seperti itu luar biasa menyakitkan dan memalukan, melebihi 

kematian dengan cara lain mana pun.  

3.  Dia disalibkan di antara kedua penjahat itu, seolah-olah Dialah 

yang terburuk dari ketiganya. Dengan begitu, Dia bukan saja 

diperlakukan sebagai seorang pemberontak, melainkan juga 

terhitung di antara mereka, malah yang terburuk.  

4.  Para tentara yang bertugas melaksanakan penghukuman itu 

merampas jubah-Nya sebagai upah mereka, lalu membuang 

undi bagi jubah itu: Dan mereka membuang undi untuk mem-

bagi pakaian-Nya.  Jubah itu hampir tidak punya harga sama 

sekali, apalagi kalau sampai dibagi-bagi, sebab  itu, mereka 

pun membuang undi untuk menentukan siapa yang berhak 

mendapatkan-Nya.  

5.  Saat diangkat di atas kayu salib itu, Ia dihina dan dicerca, 

diperlakukan serendah-rendahnya dengan segala cara yang 

bisa dipikirkan orang. Betapa mengherankannya melihat ke-

biadaban seperti itu bisa ditemukan dalam sifat manusia: 

Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya, tidak me-

rasa prihatin sama sekali, malahan senang melihat tontonan 

seperti itu. Kemudian, para pemimpin, yang dianggap terhor-

mat dan bermoral sebab  jabatan mereka, justru ikut ambil 

bagian dengan komplotan itu, dan mengejek Dia, memberi con-

toh pada orang-orang di sekeliling mereka untuk berbuat sa-

ma, dengan berkata, “Orang lain Ia selamatkan, biarlah se-

karang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri.” Dengan begitu, Ia 

dicela sebab  perbuatan baik yang Ia lakukan, seakan-akan 

itulah yang menyebabkan mereka menyalibkan-Nya. Mereka 

berlagak di hadapan-Nya, seakan-akan mereka itu telah me-

naklukkan Dia, padahal Dia lebih dari seorang pemenang. 

Mereka menantang-Nya untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri 

dari kayu salib, saat Dia justru sedang menyelamatkan orang 

lain melalui salib itu. Jika Ia yaitu  Mesias, orang yang dipilih 

Tuhan ,  biarlah Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri. Mereka tahu 

bahwa Kristus yaitu  orang yang dipilih Tuhan , yang diutus dan 

dikasihi-Nya. “Jika Ia, sebagai Kristus, akan menyelamatkan 

bangsa kita dari orang-orang Romawi (sebab hanya itu yang 

dapat mereka pikirkan tentang Mesias), biarlah Dia menyela-

matkan diri-Nya sendiri dari orang-orang Romawi yang kini se-

dang menguasai-Nya.” sebab  itulah, para pemimpin Yahudi 

mengejek-Nya sebab  Ia justru sepertinya menyerah di tangan 

orang Romawi, bukannya mengalahkan mereka. Para prajurit 

Romawi pun mengejek-Nya sebagai Raja orang Yahudi: “Pan-

taslah jika orang-orang seperti mereka memiliki raja seperti 

ini, dan pantaslah raja seperti ini bagi orang-orang seperti itu.”  

Mereka pun mengolok-olok Dia (ay. 36-37). Mereka memper-

mainkan-Nya dan menjadikan penderitaan-Nya itu sebagai bu-

lan-bulanan. Saat mereka minum anggur asam yang biasanya 

memang menjadi bagian mereka, dengan sombong mereka pun 

bertanya kepada-Nya apakah Dia ingin bergabung untuk mi-

num bersama-sama dengan mereka. Lalu mereka berkata, 

“Jika Engkau yaitu  raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-

Mu,” sebab orang Romawi memang menghukum-Nya dengan 

alasan bahwa Dia telah mengaku-ngaku sebagai raja, seperti 

juga orang Yahudi menghukum Dia sebab  menganggap-Nya 

mengaku-ngaku sebagai Mesias.  

6. Tulisan yang ada di atas kepala-Nya, yang menunjukkan keja-

hatan-Nya, yaitu  Inilah raja orang Yahudi (ay. 38). Maksud 

mereka, Dia dihukum mati sebab  mengaku-ngaku sebagai ra-

ja orang Yahudi. Akan namun , Tuhan  memaksudkan hal itu se-

bagai pernyataan mengenai siapa Dia sesungguhnya, walau-

pun keadaan-Nya saat itu sangat hina. Dialah raja orang Ya-

hudi, raja jemaat-Nya, dan salib itu yaitu  jalan menuju 


mahkota kehidupan-Nya. Kalimat itu ditulis dalam tiga bahasa 

yang dipelajari orang saat itu, yaitu Yunani, Latin dan Ibrani, 

sebab mereka yang telah mengenal Kristuslah yang menjadi 

orang-orang yang terpelajar. Kalimat itu ditulis dalam ketiga 

bahasa ini  agar dapat diketahui dan dibaca oleh semua 

kalangan, namun  Tuhan  merancangkannya sebagai lambang 

bahwa Injil Kristus harus dikabarkan kepada segala bangsa, 

mulai dari Yerusalem, dan dibaca dalam segala bahasa. Filsa-

fat orang-orang bukan Yahudi memasyhurkan bahasa Yunani, 

hukum dan pemerintahan Romawi membuat bahasa Latin ter-

kenal, namun  bahasa Ibrani mengungguli keduanya sebab ba-

hasa itulah yang dipakai dalam Perjanjian Lama. Dalam ketiga 

bahasa inilah Yesus dinobatkan sebagai raja. Oleh sebab itu, 

para cendekiawan muda yang bersusah payah mempelajari 

ketiga bahasa itu harus bertekad untuk mengenal Kristus 

secara lebih mendalam lagi melalui penguasaan mereka akan 

bahasa-bahasa ini . 

II.  Dalam Injil Lukas ini ada perkataan luar biasa yang tidak kita 

dapati sebelumnya dalam dua kitab lain. 

1.  Doa Kristus bagi para musuh-Nya (ay. 34): Ya Bapa, ampuni-

lah mereka. Ada tujuh perkataan luar biasa yang diucapkan 

Kristus sesudah  Ia dipakukan di kayu salib dan sebelum Ia 

mati, dan inilah perkataan yang pertama. Salah satu alasan 

mengapa Dia harus mati di kayu salib yaitu  supaya Ia dapat 

terus berkhotbah sampai akhir hayat-Nya, sehingga Dia bisa 

memuliakan Bapa-Nya dan membangun iman mereka yang 

ada di sekeliling-Nya. Dia mengucapkan doa ini , segera 

sesudah  Ia dipakukan di kayu salib, atau mungkin saat mereka 

masih memakukan-Nya.  

Di dalam doa itu terkandung: 

(1) Sebuah permintaan: Ya Bapa, ampunilah mereka. Orang 

pasti mengira Ia seharusnya berdoa demikian, “Bapa, ha-

bisilah mereka. Kiranya Tuhan melihat semuanya ini, dan 

membalaskannya.” Dosa yang mereka lakukan ini memang 

layak untuk tidak diampuni dan tidak pantas mendapat 

belas kasihan. Namun, nyatanya, mereka justru malah di-

doakan secara khusus. Dia berdoa untuk para pemberon-

tak, seperti sudah dinubuatkan sebelumnya (Yes. 53:12). 

Ditambah dengan doanya yang lain dalam Yohanes 17, ma-

ka kedua doa ini  menyempurnakan contoh doa syafaat 

yang Ia panjatkan: di Injil Yohanes Ia berdoa bagi para 

orang kudus, dan di sini untuk orang-orang berdosa. Per-

kataan yang diucapkan Kristus di atas kayu salib memiliki 

makna yang lebih dalam daripada yang tampak dari luar, 

sebagaimana juga penderitaan yang dialami-Nya. Perkataan 

itu merupakan kalimat perantara yang menerangkan mak-

sud dan makna kematian-Nya: “Ya Bapa, ampunilah me-

reka, bukan hanya orang-orang ini, namun  juga semua orang 

yang akan bertobat dan percaya pada Injil,” dan Dia mak-

sudkan bahwa pengampunan diberikan hanya dengan sya-

rat-syarat ini saja. “Bapa, Aku menderita dan mati supaya 

orang-orang berdosa yang malang ini dapat diampuni.”  

Perhatikan:  

[1]  Hal luar biasa yang dibayar dan diperoleh dengan susah 

payah oleh Kristus melalui kematian-Nya yaitu  peng-

ampunan dosa bagi kita.  

[2]  Inilah mengapa Kristus berdoa bagi semua orang yang 

bertobat dan percaya kepada apa yang dilakukan-Nya. 

Darah-Nya berteriak, Ya Bapa, ampunilah mereka.  

[3] Orang yang paling berdosa sekalipun dapat mengharap-

kan belas kasihan melalui Kristus, jika mereka berto-

bat. Sekalipun mereka itu yang menganiaya dan mem-

bunuh Dia, Dia tetap berdoa supaya Bapa mengampuni 

mereka.  

(2) Sebuah pembelaan: sebab mereka tidak tahu apa yang 

mereka perbuat, sebab jika mereka tahu, mereka tidak akan 

menyalibkan Dia (1Kor. 2:8). Ada sebuah tabir yang menye-

lubungi kemuliaan-Nya dan sebuah lagi menghalangi peng-

ertian mereka, jadi bagaimana mungkin mereka bisa meli-

hat melalui dua tabir ini ? Mereka menanggungkan 

darah-Nya pada diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, 

namun , jika saja mereka tahu apa yang telah mereka per-

buat, mereka pasti menyesalinya.  

Perhatikan:  

[1]  Orang-orang yang menyalibkan Kristus tidak tahu apa 

yang mereka perbuat. Mereka yang menjelek-jelekkan 

agama tidak tahu apa yang mereka katakan, dan hal itu 

terjadi sebab  mereka memang tidak bersedia mengeta-

huinya.  

[2] ada  ketidaktahuan yang boleh dikatakan bisa me-

ngurangi tingkat kesalahan sebuah dosa, yaitu kebo-

dohan yang diakibatkan kurangnya sarana pengetahu-

an atau kemampuan untuk menerima pengarahan, ka-

rena kurangnya pendidikan atau kelalaian. Orang-orang 

yang menyalibkan Kristus sengaja dibiarkan dalam ke-

adaan seperti itu oleh para pemimpin mereka, dan telah 

dicekoki dengan prasangka buruk terhadap Kristus, se-

hingga mereka menyangka bahwa mereka berbuat bakti 

bagi Tuhan  (Yoh. 16:2) dengan melakukan apa yang kini 

mereka perbuat terhadap Kristus dan ajaran-Nya. Mere-

ka patut dikasihani dan didoakan. Tak lama kemudian, 

doa Kristus ini pun terjawab, sebab banyak dari antara 

mereka yang ikut terlibat dalam kematian Kristus ke-

mudian bertobat sesudah  mendengarkan khotbah Petrus. 

Hal ini dicatat supaya menjadi teladan bagi kita juga. 

Pertama, kita harus memanggil Tuhan  sebagai Bapa 

dalam setiap doa kita, dan datang kepada-Nya dengan 

hormat dan percaya, layaknya seorang anak terhadap 

ayahnya. Kedua, hal besar yang harus kita minta kepa-

da Tuhan  yaitu  pengampunan dosa, baik bagi kita sen-

diri maupun bagi orang lain. Ketiga, kita harus berdoa 

bagi musuh-musuh kita, dan bagi mereka yang mem-

benci dan menganiaya kita dengan tidak membesar-be-

sarkan kesalahan mereka seperti yang seharusnya kita 

lakukan dengan kesalahan-kesalahan kita (mereka ti-

dak tahu apa yang mereka perbuat, mungkin saja hal itu 

tidak disengaja). Kita juga harus bersungguh-sungguh 

berdoa kepada Tuhan  untuk meminta pengampunan bagi 

dosa-dosa yang telah mereka perbuat terhadap kita. 

Inilah contoh yang diperagakan Kristus sendiri sesuai 

dengan aturan yang diberikan-Nya (Mat. 5:44-45, ka-

sihilah musuh-musuhmu). Dan aturan-Nya ini semakin

dipertegas lagi di sini, sebab jika Kristus saja mengasihi 

dan berdoa bagi musuh-musuh-Nya yang keji seperti 

itu, bagaimana mungkin kita tidak mau mengasihi dan 

berdoa bagi musuh-musuh kita?   

2.  Pertobatan seorang penjahat di kayu salib, yang merupakan 

contoh gemilang dari kemenangan Kristus atas pemerintah-pe-

merintah dan penguasa-penguasa, bahkan di saat Dia kelihat-

annya justru sudah dikalahkan oleh mereka. Kristus disalib-

kan di antara dua orang penjahat, dan setiap penjahat itu 

menggambarkan dua dampak berbeda yang ditimbulkan salib 

Kristus terhadap anak-anak manusia yang mendengar pembe-

ritaan Injil. Mereka berdua yaitu  penjahat yang sama-sama 

bersalah di hadapan Tuhan . Nah, salib Kristus memang bukan 

hanya dapat menjadi bau kehidupan yang menghidupkan bagi 

sebagian orang, namun  juga bau kematian yang mematikan bagi 

sebagian orang yang lain. Bagi mereka yang binasa, hal itu 

memang merupakan suatu kebodohan, namun  bagi mereka 

yang diselamatkan, hal itu yaitu  hikmat dan kekuatan Tuhan . 

(1) Salah satu dari kedua penjahat itu berkeras hati sampai 

pada kesudahannya. Di sana, di dekat salib Kristus, ia 

malah menghujat Dia, seperti yang dilakukan orang-orang 

lainnya (ay. 39): Katanya, bukankah Engkau yaitu  Kristus 

seperti yang dikatakan mereka tentang-Mu? Selamatkanlah 

diri-Mu dan kami. Meskipun ia kini sedang mengalami 

kesakitan dan ada dalam bayang-bayang lembah maut, dia 

tetap tidak mau merendahkan rohnya yang sombong, dan 

tidak mau berbicara baik-baik dengan rekan sepende-

ritaannya. Tidak, tidak demikian halnya dengan rekan yang 

satu ini. Sekalipun engkau menumbuk orang bodoh dalam 

lesung, kebodohannya tidak akan lenyap dari padanya. 

Tidak ada satu kesusahan pun yang mampu mengubah 

hati orang fasik, bahkan terkadang kesusahan itu justru 

mengobarkan kejahatan mereka, dan bukannya memati-

kannya. Dia menantang Kristus untuk menyelamatkan diri-

Nya sendiri dan juga mereka. Perhatikan, memang ada 

orang-orang yang masih bisa-bisanya berharap untuk 

diselamatkan oleh Kristus, padahal mereka telah berbuat 

kurang ajar dengan menghujat-Nya; bahkan lebih dari itu, 

sangka mereka, bila Kristus tidak menyelamatkan mereka, 

Dia tidaklah layak dipandang sebagai Juruselamat. 

(2) Penjahat yang satunya lagi justru dilembutkan hatinya pa-

da saat-saat terakhirnya. Dalam Matius dan Markus dika-

takan bahwa kedua penjahat itu, yaitu mereka yang disa-

libkan bersama-sama dengan Dia, mencela Dia juga. Seba-

gian orang berpendapat, hal itu hanya dimaksudkan untuk 

salah satu di antaranya. Namun, menurut sebagian orang 

lagi, pada awalnya, kedua penjahat itu sama-sama men-

cela-Nya, sampai salah satu di antara mereka diubahkan 

hatinya dengan cara yang ajaib, sehingga perkataannya 

pun sesaat  berubah. Penjahat ini diselamatkan di detik-

detik terakhir saat dia hampir jatuh dalam cengkeraman 

tangan Iblis, dan menjadi bukti dari belas kasih dan ka-

runia ilahi. Iblis pun gigit jari, mengaum marah bagaikan 

singa yang baru saja kehilangan mangsanya. Akan namun , 

hal ini tidak dimaksudkan untuk mendorong siapa pun un-

tuk menunda-nunda pertobatan dan berharap akan mem-

peroleh belas kasih saat  mereka mendekati ajal, sebab, 

sekalipun tidak pernah ada istilah terlambat untuk berto-

bat, pertobatan yang lambat itu pun jarang sekali yaitu  

pertobatan yang benar. Belum tentu setiap orang akan 

memiliki kesempatan untuk bertobat sesaat sebelum mere-

ka mati. Semua pasti tidak akan mendapatkan kesempatan 

seperti yang didapat oleh penjahat yang bertobat ini, sebab 

kesempatan yang dikaruniakan kepadanya memang sangat 

istimewa. Dia tidak pernah mendapatkan penawaran kasih 

karunia Kristus sebelumnya, namun  kini dia dijadikan con-

toh untuk memperlihatkan kuasa kasih karunia Kristus, 

justru pada saat Dia disalibkan dalam kelemahan. sesudah  

Kristus menaklukkan Iblis melalui kebinasaan Yudas dan 

pemeliharaan-Nya atas Petrus, Ia pun sekali lagi memamer-

kan kemenangan-Nya atas Iblis melalui pertobatan penja-

hat ini, sebagai contoh dari apa yang akan Ia lakukan. Kita 

bisa melihat bahwa kejadian ini memang luar biasa, jika 

kita memperhatikan:  

[1] Karya kasih karunia Tuhan  yang luar biasa dalam diri 

penjahat itu, yang tampak dari apa yang ia katakan. Di 

sini banyak sekali bukti mengenai pertobatan yang ter-

jadi dalam diri orang itu dalam jangka waktu yang ter-

amat singkat. 

Pertama, lihat apa yang ia katakan kepada penjahat 

yang satunya lagi (ay. 40-41).  

1.  Dia menegurnya sebab  menghujat Kristus, sebagai 

orang yang tidak takut kepada Tuhan  dan tidak me-

miliki kesadaran mengenai agama sedikit pun: Ti-

dakkah engkau takut, juga tidak kepada Tuhan ? Kali-

matnya itu menyiratkan bahwa rasa takut terhadap 

Tuhan -lah yang mengekangnya untuk tidak ikut-ikut-

an orang banyak dalam melakukan hal keji itu. “Aku 

takut kepada Tuhan , sehingga aku tidak mau melaku-

kannya, tidakkah engkau juga demikian?” Semua 

orang yang dapat melihat menganggap sikap itu se-

bagai kejahatan terburuk orang-orang fasik, yaitu 

bahwa mereka sama sekali tidak memiliki rasa takut 

akan Tuhan . “Jika engkau memiliki sedikit saja rasa 

kemanusiaan dalam dirimu, maka engkau tidak 

akan tega menghina orang yang sama-sama sedang 

menderita bersamamu, sebab engkau pun ada dalam 

keadaan yang sama. Engkau juga sekarat. sebab  

itu, tidak pantas bagimu untuk menghina orang lain 

yang juga hampir mati, apa pun yang dicontohkan 

orang-orang jahat itu.”  

2. Dia mengakui bahwa dia layak menerima penghu-

kuman itu: Kita memang selayaknya dihukum. Mere-

ka berdua mungkin dihukum sebab  suatu kejahat-

an yang sama, sehingga dia pun bisa berkata dengan 

yakin, “Kita menerima balasan yang setimpal dengan 

perbuatan kita.” Perbuatannya yang istimewa ini se-

makin memperbesar makna kasih karunia ilahi. 

Kedua orang ini  telah menjadi rekan dalam 

perbuatan dosa dan derita, namun  hanya satu yang 

diselamatkan, sementara yang lainnya binasa. Ke-

duanya selalu bersama-sama, namun kini, yang 

seorang dibawa dan yang lain ditinggalkan. Dia tidak 

berkata, “Engkau layak dihukum,” melainkan “kita.” 

Perhatikan, orang yang benar-benar bertobat meng-

akui keadilan Tuhan  dalam hukuman yang mereka 

terima atas dosa mereka. Tuhan  telah melakukan hal 

yang benar, dan kitalah yang berbuat jahat.  

3. Dia percaya bahwa Kristus tidak sepantasnya dihu-

kum seperti itu. Meskipun Ia didakwa dalam dua 

sidang pengadilan dan diperlakukan layaknya se-

orang penjahat bejat, namun, melalui tindak tan-

duk-Nya dalam penderitaan-Nya, penjahat yang ber-

tobat ini yakin bahwa Yesus tidak berbuat sesuatu 

yang salah, ouden atopon – sesuatu yang ganjil atau 

yang menyalahi tabiat-Nya. Imam-imam kepala 

menginginkan supaya Ia disalibkan di antara dua 

orang penjahat, sebagai salah satu dari antara mere-

ka, namun penjahat ini justru memiliki kesadaran 

yang lebih besar dari mereka, dan mengakui bahwa 

Kristus bukanlah salah satu dari mereka. Tidak dise-

butkan di sini apakah dia pernah mendengar ten-

tang Kristus dan pekerjaan-Nya yang ajaib, namun  

Roh kasih karunia mencerahinya dengan pengeta-

huan ini dan membuat dia bisa berkata, “Orang ini 

tidak berbuat sesuatu yang salah.”  

Kedua, lihatlah apa yang ia katakan kepada Tuhan 

kita Yesus: Tuhan, ingatlah akan aku, jika  Engkau 

datang sebagai Raja (ay. 42). Inilah doa dari seorang 

pendosa yang hampir mati kepada sang Juruselamat 

yang juga ada di ambang kematian. Bagi Kristus, ada-

nya orang yang masih berdoa memohon kepada-Nya 

meskipun Dia sedang dihina dan direndahkan di kayu 

salib merupakan sebuah kehormatan. Bagi si penjahat, 

berdoa kepada-Nya merupakan sebuah sukacita.  

Mungkin dia tidak pernah berdoa sebelumnya, namun  

kini dia didengar dan diselamatkan di saat-saat ter-

akhir. Selama kita masih hidup, selalu ada pengharap-

an, dan selama masih ada pengharapan, selalu ada 

ruang untuk berdoa.  

1. Perhatikan imannya dalam doa itu. Dalam pengaku-

an dosanya (ay. 41), dia bertobat terhadap Tuhan . Ke-

mudian, dalam permintaan selanjutnya, dia mene-

mukan iman terhadap Tuhan Yesus Kristus. Dia 

mengakui-Nya sebagai Tuhan yang memiliki keraja-

an, dan percaya bahwa Dia sedang memasuki ke-

rajaan itu, dan memiliki kuasa di dalamnya, dan 

mereka yang dikasihi-Nya akan berbahagia. Pada sa-

at-saat seperti itu, percaya dan mengakui semua ini 

yaitu  sebuah hal yang amat mulia. Saat itu, 

Kristus ada dalam keadaan yang begitu hina: diting-

galkan para murid-Nya, dicaci oleh bangsa-Nya sen-

diri, menderita sebagai seorang pendusta, dan tidak 

ditolong oleh Bapa-Nya sendiri. Penjahat itu meng-

akui imannya ini bahkan sebelum segala peristiwa 

ajaib yang memuliakan Kristus dalam penderitaan-

Nya terjadi, sebelum peristiwa yang mencengangkan 

si kepala pasukan itu. Sesungguhnya iman sebesar 

ini tidak pernah kita jumpai pada seorang pun di 

antara orang Israel. Penjahat ini percaya akan kehi-

dupan sesudah mati, dan menginginkan kebahagia-

an dalam kehidupan itu. Tidak seperti penjahat yang 

satunya lagi yang ingin diselamatkan dari kayu 

salib, ia justru ingin tetap ada dalam pemeliharaan 

ilahi sesudah  kayu salib selesai menimpakan hal yang 

terburuk kepadanya.  

2.  Perhatikan kerendahan hatinya dalam doa itu. Dia 

hanya minta supaya Tuhan mengingatnya. Dia tidak 

berdoa, “Tuhan, pilihlah aku” (seperti yang diperbuat 

para murid dalam Mat. 20:21), sekalipun dia sebe-

narnya memiliki kehormatan yang tidak dimiliki mu-

rid-murid Kristus, sebab  dia telah minum dari 

cawan Kristus dan dibaptis oleh-Nya dalam penderi-

taan-Nya, entah dengan tangan kanan atau tangan 

kiri-Nya, saat murid-murid Kristus sendiri justru 

telah meninggalkan-Nya. Jadi, rasanya wajar kalau 

dia berani bertanya mengenai siapa yang akan 

duduk di sisi kanan dan kiri-Nya sebagaimana yang 

pernah ditanyakan para murid-Nya. Orang yang 

sepenanggungan dan sependeritaan biasanya men-

dapatkan hak istimewa seperti itu (Yer. 52:31-32). 

Namun, hal itu sama sekali jauh dari pikiran penja-

hat ini. Ia hanya memohon, Tuhan, ingatlah aku, 

sambil menunjukkan dalam keadaan seperti apa ia 

ingin diingat oleh Kristus. Permintaan seperti itu 

juga diminta Yusuf kepada juru minuman istana, 

ingatlah aku (Kej. 40:14), namun yang ini malah 

dikabulkan lebih cepat. Juru minuman itu melupa-

kan Yusuf, namun  Kristus mengingat si penjahat ini.  

 3. Ada keteguhan dan kesungguhan dalam doa itu, 

sebab dia sedang meregang nyawanya saat memo-

hon, “Tuhan, ingatlah aku, dan itu saja cukup un-

tukku. Aku tidak mau apa-apa lagi. Ke dalam ta-

ngan-Mu aku serahkan perkaraku.” Perhatikan, kita 

harus sungguh-sungguh ingin dan berdoa supaya 

Kristus mengingat kita, sebab  kini Ia ada dalam 

kerajaan-Nya, dan hal itu pun cukup untuk mem-

buat kita ada dalam damai sejahtera, baik waktu 

kita masih hidup maupun sesudah  kita mati. Kristus 

ada dalam kerajaan-Nya dan berdoa syafaat bagi 

kita. “Tuhan, ingatlah aku, dan jadilah perantaraku.” 

Dia sedang berkuasa dalam kerajaan-Nya. “Tuhan, 

ingatlah aku, dan berkuasalah dalam diriku melalui 

Roh-Mu.” Dia sedang mempersiapkan tempat bagi 

umat kepunyaan-Nya. “Tuhan, ingatlah aku, dan 

persiapkanlah sebuah tempat bagiku. Ingatlah aku 

waktu aku mati, ingatlah aku saat hari kebangkitan 

tiba” (Ayb. 14:13). 

[2] Berkat istimewa yang diberikan Kristus baginya. Kata 

Yesus kepadanya, sebagai jawaban atas doanya, “Aku 

berkata kepadamu, Aku yang yaitu  Ya dan Amin, 

Saksi yang setia, aku berkata amin mengenai doa ini 

dan mengesahkannya, bahkan engkau akan mendapat-

kan lebih dari apa yang tadi engkau minta. Sesungguh-

nya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama de-

ngan Aku di dalam Firdaus” (ay. 43).  

Perhatikan: 

Pertama, kepada siapa kalimat ini  ditujukan: 

kepada si penjahat yang bertobat itu, dan bukan kepa-

da temannya yang satunya lagi. Kristus yang ada di ka-

yu salib bertindak sama seperti Kristus yang duduk di 

atas takhta, sebab sekarang berlangsung penghakiman 

atas dunia ini: yang seorang pergi dengan kutukan, se-

dangkan yang lainnya memperoleh berkat. Meskipun 

saat itu Kristus sedang mengalami kesakitan yang luar 

biasa, Ia masih punya kata-kata penghiburan bagi 

orang bertobat yang telah menyerahkan dirinya kepada 

Dia. Perhatikan, pendosa yang terbesar sekalipun tidak 

saja akan mendapatkan pengampunan dari dosa mere-

ka, namun  juga akan mendapat sebuah tempat di taman 

firdaus Tuhan  melalui Kristus (Ibr. 9:15), jika mereka 

sungguh-sungguh bertobat. Hal ini semakin memu-

liakan kekayaan kasih karunia yang diberikan dengan 

cuma-cuma, yaitu bahwa para pemberontak dan peng-

khianat yang bertobat bukan saja hanya akan diam-

puni, namun  juga akan diberkati. 

Kedua, oleh siapa kalimat ini  diucapkan. Kali-

mat itu merupakan kalimat syafaat lainnya yang diu-

capkan Kristus. Meskipun diucapkan dalam suatu ke-

adaan khusus, sesungguhnya di dalamnya terkandung 

sebuah tujuan umum yang menerangkan maksud dan 

makna sebenarnya dari penderitaan-Nya, yaitu bahwa 

Ia mati untuk membayar pengampunan dosa bagi kita 

(ay. 34), serta untuk menebus hidup yang kekal bagi 

kita. Dengan kata-kata ini , kita telah dibuat meng-

erti bahwa Yesus Kristus mati untuk membuka pintu ke-

rajaan sorga bagi semua orang percaya yang sudah ber-

tobat dan berubah menjadi taat.  

1.  Di sini, Kristus memberi tahu kita bahwa Dia sendiri 

sedang menuju firdaus, yaitu hades – dunia yang 

tidak kelihatan. Jiwanya sebagai manusia sedang di-

pindahkan ke suatu tempat yang dihuni oleh jiwa-

jiwa yang telah terpisah dari raga mereka. Bukan ke 

tempat jiwa-jiwa yang terkutuk dibuang, melainkan 

ke dalam firdaus, yaitu tempat mereka yang terber-

kati berada. Dengan ini, Dia meyakinkan kita bahwa 

pengorbanan-Nya telah diterima dan Bapa sangat 

berkenan kepada-Nya, sebab kalau tidak begitu, Dia 

pasti tidak akan bisa pergi ke firdaus. Hal itu me-

rupakan awal dari sukacita yang terbentang di ha-

dapan-Nya. Pandangan yang tertuju kepada sukacita 

inilah yang membuat hati-Nya menjadi terhibur. Dia 

pergi menuju takhta-Nya melalui salib, sehingga kita 

pun tidak boleh berharap untuk menempuh jalur 

yang sebaliknya, atau ingin disempurnakan tanpa 

mengalami penderitaan.  

2.  Dia memberi tahu semua orang percaya yang telah 

bertobat bahwa mereka akan bersama-sama dengan 

Dia di tempat itu. Kini, sebagai seorang imam, Dia 

sedang mempersiapkan kebahagiaan ini untuk me-

reka. Sedangkan sebagai seorang raja, Dia telah siap 

untuk menganugerahkan sukacita besar itu saat 

mereka telah siap menerimanya. Lihatlah bagaimana 

sukacita sorga telah dipersiapkan bagi kita.  

(1) Tempat itu yaitu  firdaus, taman yang penuh 

dengan kesenangan, Taman Firdaus Tuhan  (Why. 

2:7) merujuk kepada taman Eden, tempat di ma-

na nenek moyang kita pernah ditempatkan se-

waktu mereka belum berdosa. Melalui Adam 

yang kedua, kita dikaruniai kembali segala yang 

telah hilang akibat dosa Adam yang pertama, ma-

lahan lebih dari itu, kita boleh masuk ke firdaus 

sorgawi, dan bukan hanya sekadar firdaus yang 

ada di bumi.  

(2)  Kita akan bersama-sama dengan Kristus di sana. 

Itulah kebahagiaan sorgawi, yaitu bisa melihat 

Kristus, duduk bersama-Nya, dan menikmati ke-

muliaan-Nya (Yoh. 17:24).  

(3)  Hal itu terjadi segera sesudah  kita mati: Hari ini 

juga engkau akan ada bersama-sama dengan 

Aku, malam ini, sebelum besok tiba. Jiwa-jiwa 

orang yang setia, sesudah  mereka dibebaskan dari 

beban kedagingan, akan segera berada dalam su-

kacita dan kebahagiaan. Roh orang benar lang-

sung disempurnakan. Lazarus mati dan segera 

dihiburkan. Paulus juga mati dan langsung ber-

sama-sama dengan Kristus (Flp. 1:23). 


Yesus Mati 

(23:44-49) 

44 saat  itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi selu-

ruh daerah itu sampai jam tiga, 45 sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir 

Bait Suci terbelah dua. 46 Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: “Ya 

Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Dan sesudah berkata 

demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya. 47 saat  kepala pasukan melihat apa 

yang terjadi, ia memuliakan Tuhan , katanya: “Sungguh, orang ini yaitu  orang 

benar!” 48 Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di 

situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sam-

bil memukul-mukul diri. 49 Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, 

termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri 

jauh-jauh dan melihat semuanya itu.  

Ada tiga hal yang diceritakan dalam ayat-ayat di atas, yaitu: 

I.  Proses kematian Kristus dipermuliakan melalui kejadian-kejadian 

mengherankan yang mengiringinya: Di sini hanya disebutkan dua 

hal saja, yang telah kita dapati dalam kisah Injil sebelumnya.  

1.  Matahari yang tidak bersinar pada tengah hari. Saat itu sudah 

mencapai jam keenam, atau kita-kira jam dua belas siang ber-

dasarkan penghitungan kita, dan kegelapan meliputi seluruh 

daerah itu sampai jam tiga. Saat itu ada gerhana matahari, 

dan langit pun tertutup awan mendung. Kedua peristiwa ter-

sebut mengakibatkan terjadinya gelap gulita di daerah itu se-

perti yang pernah terjadi di Mesir, namun  selama tiga jam, bu-

kan tiga hari.  

2.  Terbelahnya tabir di Bait Suci. Keajaiban yang pertama terjadi 

di atas langit, namun  yang ini terjadi di dalam Bait Suci, sebab 

kedua tempat ini yaitu  kediaman Tuhan , sehingga pada waktu 

Anak Tuhan  dilecehkan, kediaman Tuhan  pun bisa merasakan 

derita-Nya dan menunjukkan kemarahan-Nya melalui peris-

tiwa-peristiwa ini . Terbelahnya tabir ini melambangkan 

tercabutnya hukum upacara yang sudah lama menjadi dinding 

pemisah antara orang Yahudi dan bukan-Yahudi, dan antara 

segala kesulitan dan ketidakmampuan kita untuk mendekat 

kepada Tuhan , sehingga kini kita dapat menghampiri takhta 

kasih karunia dengan penuh keberanian.  

II.  Kematian Kristus dijelaskan melalui perkataan yang keluar dari 

mulut-Nya saat Dia melepaskan nyawa-Nya (ay. 46). Sebelumnya, 

Kristus telah berseru dengan suara nyaring saat Ia berkata, 

“Mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Begitulah yang diceritakan 

dalam Matius dan Markus, dan sepertinya, di sini pun Ia berseru 

dengan suara nyaring untuk menunjukkan kesungguhan-Nya, su-

paya orang-orang memperhatikan hal itu. Inilah yang Ia katakan, 

“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” 

1.  Dia mengutip kata-kata bapa leluhur-Nya, Daud (Mzm. 31:6), 

bukan sebab  Dia tidak bisa mengucapkan kata-kata-Nya sen-

diri, namun  sebab  Ia memilih untuk memakai kata-kata Daud 

untuk menunjukkan bahwa Roh Kristuslah yang telah disaksi-

kan para nabi dalam Perjanjian Lama, dan bahwa Ia telah da-

tang untuk menggenapi firman itu. Kristus mati sambil meng-

ucapkan firman Tuhan . Dengan begitu, Ia telah mengajari kita 

untuk selalu memakai firman saat menghadap Tuhan .   

2.  Dia memanggil Tuhan  sebagai Bapa. Saat Dia mengeluh sebab  

ditinggalkan, Dia berseru, “Eli, Eli, Tuhan ku, Tuhan ku.” namun , 

untuk menunjukkan bahwa penderitaan jiwa-Nya yang menge-

rikan itu kini telah berakhir, Dia pun memanggil Tuhan  sebagai 

Bapa. Saat Ia menyerahkan hidup dan jiwa-Nya bagi kita, Dia 

melakukannya bagi kita dengan memanggil Tuhan  sebagai 

Bapa, supaya melalui Dia kita bisa diangkat menjadi anak-

anak Tuhan .  

3. Kristus sengaja memakai kalimat itu untuk menunjukkan 

peran-Nya sebagai Perantara. Kini Ia hendak menyerahkan 

diri-Nya sebagai korban penebus salah bagi kita (Yes. 53:10), 

untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak 

orang (Mat. 20:28), yang oleh Roh yang kekal telah memper-

sembahkan diri-Nya sendiri (Ibr. 9:14). Dia yaitu  Imam dan 

sekaligus Korban persembahan itu. Jiwa kita ada di bawah 

hukuman, dan jiwa-Nya harus dijadikan tebusan untuk mele-

paskan penghukuman itu. Harga mahal harus dibayarkan ke 

tangan Tuhan , sebagai pihak yang dirugikan oleh pelanggaran 

dosa itu. Dialah yang membayar lunas semuanya itu kepada 

Tuhan . Dengan kalimat itu, Ia pun mempersembahkan korban, 

seolah-olah Ia mengulurkan tangan-Nya ke atas kepala korban 

itu dan menyerahkannya; tithemi – “Aku meletakkannya, mem-

bayarkannya ke dalam tangan-Mu. Ya Bapa, terimalah nyawa-

Ku dan jiwa-Ku sebagai ganti nyawa dan jiwa para pendosa 

yang Kutebus melalui kematian-Ku.” Orang yang mempersem-

bahkan korban harus memiliki animus offerentis – niat baik 

dari si pemberi, supaya persembahannya itu diterima. Di sini 

Kristus mengungkapkan kerelaan-Nya untuk mempersembah-

kan diri-Nya sendiri, seperti yang ditunjukkan-Nya pertama 

kali saat  hal itu diajukan kepada-Nya (Ibr. 10:9-10), “Sung-

guh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu,” yang oleh-

nya kita dikuduskan.   

4. Dengan demikian, Kristus memperlihatkan bagaimana Ia ber-

sandar kepada Tuhan  untuk dibangkitkan kembali oleh-Nya, 

melalui penyatuan kembali jiwa dan raga-Nya. Dia menyerah-

kan Roh-Nya ke dalam tangan Bapa-Nya untuk diterima di ta-

man Firdaus, dan dikembalikan lagi pada hari yang ketiga. Me-

lalui itu semua, Tuhan kita Yesus memperlihatkan bahwa Dia 

benar-benar memiliki sebuah tubuh jasmani, dan juga jiwa, 

yang terpisah dari tubuh manusiawi-Nya. Demikianlah Ia dijadi-

kan serupa dengan saudara-saudara-Nya yang lain. Ia menye-

rahkan jiwa-Nya itu ke dalam tangan Bapa-Nya, di bawah per-

lindungan-Nya, untuk beristirahat dalam pengharapan bahwa 

jiwa-Nya tidak akan dibiarkan terus di dalam dunia orang mati 

(hades) saat terpisah dari tubuh-Nya. Tidak, Dia tidak dibiarkan 

di sana lama-lama sampai tubuh-Nya membusuk.  

5.  Kristus telah memberi kita contoh dengan menerapkan kata-ka-

ta Daud itu untuk menunjukkan maksud kematian para orang 

kudus, dan menyucikan kata-kata ini  untuk digunakan 

sebagaimana mestinya. Saat ajal mendekat, jiwa kitalah yang 

harus lebih diperhatikan, dan hal terbaik yang dapat kita la-

kukan bagi jiwa kita yaitu  menyerahkannya sekarang ke da-

lam tangan Tuhan , sebagai Sang Bapa, untuk disucikan dan di-

kuasai oleh Roh dan kasih karunia-Nya, dan nanti, saat ajal kita 

datang, kita harus menyerahkan jiwa kita ke dalam tangan-Nya 

untuk disempurnakan di dalam kekudusan dan kebahagiaan. 

Kita harus menunjukkan kerelaan hati kita untuk mati, dan 

percaya dengan sungguh-sungguh akan kehidupan sesudah  ke-

matian, serta menginginkan kehidupan itu, dengan berkata, “Ya 

Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”  

III. Kematian Kristus sangat berkesan dalam diri orang-orang yang 

menyaksikannya.  

1.  Kepala pasukan yang berkuasa atas para penjaga sangat ter-

sentuh dengan semua yang dilihatnya (ay. 47). Dia seorang 

Romawi, seorang bukan-Yahudi, seorang yang asing dengan 

perkara penghiburan bagi Israel. Namun, ia memuliakan Tuhan . 

Dia belum pernah menyaksikan contoh kuasa ilahi yang be-

nar-benar menakjubkan seperti itu, sehingga Ia pun memakai 

kesempatan itu untuk menyembah Tuhan  sebagai Yang Maha 

Kuasa. sebab  itulah, ia memberi kesaksian mengenai Dia 

yang telah menderita dengan sabar itu: “Sungguh, orang ini 

yaitu  orang benar, dan Dia tidak layak dihukum mati.” Cara 

nyata Tuhan  dalam memperlihatkan kuasa-Nya untuk memu-

liakan Kristus saat itu yaitu  bukti kuat mengenai ketidak-

bersalahan Kristus. Dalam Injil Matius dan Markus, kesaksian 

kepala pasukan itu lebih jauh lagi: Sungguh, Ia ini yaitu  

Anak Tuhan . namun  inti dan maknanya sama saja. Sebab, jika 

Kristus itu yaitu  orang benar, maka Ia pasti tidak berdusta 

sewaktu Ia mengaku bahwa Dia yaitu  Anak Tuhan , sehingga 

kesaksian-Nya mengenai diri-Nya sendiri itu harus diakui, 

sebab jika tidak begitu, Kristus pasti tidak akan disebutnya 

sebagai orang benar.   

2.  Para penonton yang semula tak acuh kini menjadi prihatin. 

Hal ini  hanya dicatat di sini saja (ay. 48), Seluruh orang 

banyak, yang datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, 

seperti yang biasa terjadi setiap kali ada peristiwa seperti itu, 

melihat apa yang terjadi itu, dan menjadi gelisah sebab nya, 

siapa pun mereka itu, sehingga mereka pun pulang sambil me-

mukul-mukul diri.  

(1) Saat itu, hati mereka benar-benar terpukul. Mereka meng-

anggap hukuman mati yang telah dijatuhkan kepada 

Kristus itu yaitu  sebuah hal yang teramat jahat, sehingga 

mereka pun resah memikirkan penghakiman Tuhan  atas 

bangsa mereka sebab  tindakan jahat yang telah mereka 

lakukan itu. Mungkin saja mereka ini yaitu  orang-orang 

yang sebelumnya berteriak, “Salibkanlah Dia, salibkanlah 

Dia,” lalu ikut mencaci dan menghujat-Nya saat Ia dipaku-

kan di kayu salib. namun  kini, mereka sangat ketakutan 

melihat kegelapan, gempa bumi, serta cara kematian-Nya 

yang luar biasa. Bukan hanya mulut mereka saja yang ter-

nganga, namun  hati nurani mereka juga ikut tertegun, se-

hingga mereka pun memukul-mukul diri, memukul-mukul 

dada mereka, seperti yang dilakukan si pemungut cukai 

itu, untuk menunjukkan bahwa mereka merasa marah ke-

pada diri mereka sendiri. Beberapa orang berpendapat, 

tindakan ini merupakan sebuah langkah awal yang mem-

bahagiakan, sebab  ada kebaikan yang kemudian bekerja 

dalam diri mereka, saat  hati mereka merasa sangat ter-

haru (Kis. 2:37).   

(2) Namun kelihatannya, rasa haru itu kemudian luntur. 

Pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.  Mereka tidak 

menindaklanjuti kejadian itu dengan terus memperlihatkan 

rasa hormat terhadap Kristus, atau melakukan tindakan 

apa pun untuk mengenal-Nya lebih dalam lagi, namun  mere-

ka malah terus pulang ke rumah. Maka, wajar saja kalau 

kita khawatir bahwa mereka akan melupakan semua itu 

dalam waktu singkat. Begitulah, ada banyak orang yang 

ikut menyaksikan Kristus disalibkan melalui firman dan 

sakramen dan merasa sedikit tersentuh, namun  hal itu tidak 

terus berlanjut. Mereka memukul-mukul diri, lalu kemu-

dian pulang. Mereka melihat wajah Kristus dalam ibadah 

dan semua ketetapan-Nya dan mengagumi Dia, namun  ke-

mudian mereka pergi menjauh dan segera lupa bagaimana 

rupa-Nya, dan tidak ingat lagi alasan mengapa mereka se-

harusnya mengasihi Dia. 

3.  Kawan-kawan dan pengikut Kristus yang lain masih menjaga 

jarak dari-Nya, namun  mereka mencoba mendekat sebisa 

mungkin, untuk melihat apa yang terjadi (ay. 49): Semua orang 

yang mengenal Yesus, yang mengenal-Nya dan dikenal oleh-

Nya, berdiri jauh-jauh, sebab mereka takut ditangkap sebagai 

orang yang memihak Kristus, jika mereka berada terlalu dekat 

dengan Dia. Ini memang sudah menjadi bagian dari pende-

ritaan Kristus, seperti juga yang pernah dirasakan Ayub (Ayb. 

19:13): Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan 

kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku (lih. Mzm. 88:19). 

Perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea melihat 

semuanya itu, namun tidak tahu harus berbuat apa, dan tidak 

siap untuk menganggap semuanya itu sebagai awal dari ke-

bangkitan-Nya, seperti yang seharusnya mereka lakukan. Itu-

lah saatnya Kristus membuat suatu tanda yang menimbulkan 

perbantahan, seperti yang pernah dinubuatkan oleh Simeon, 

supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang (2:34-35).


Yesus Dikuburkan 

(23:50-56) 

50 yaitu  seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan seorang 

yang baik lagi benar. 51 Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis 

itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia menanti-nantikan 

Kerajaan Tuhan . 52 Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. 53 

Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengapaninya dengan kain lenan, 

lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di 

mana belum pernah dibaringkan mayat. 54 Hari itu yaitu  hari persiapan dan 

sabat hampir mulai. 55 Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-

sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu 

dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. 56 Dan sesudah  pulang, mereka 

menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka 

beristirahat menurut hukum Taurat. 

Di sini diceritakan mengenai penguburan Kristus, sebab Dia tidak 

hanya harus mati, namun  juga harus diletakkan dalam debu maut 

(Mzm. 22:16), sesuai dengan penghukuman yang telah dijatuhkan, 

yaitu (Kej. 3:19), engkau akan kembali menjadi debu.   

Perhatikanlah: 

I.  Siapa yang menguburkan Kristus. Semua kenalan-Nya berdiri 

jauh-jauh. Mereka tidak memiliki uang untuk membiayai pengu-

buran-Nya ataupun keberanian untuk menentang kebencian me-

reka yang tidak ingin Dia dikuburkan dengan layak. Namun, Tuhan  

menggerakkan seorang yang memiliki keduanya, yaitu seorang 

yang bernama Yusuf (ay. 50). Ia yaitu  seorang yang baik, lagi 

benar dan memiliki reputasi bersih sebab  kebajikan dan kesaleh-

annya. Dia tidak hanya benar di dalam segala hal, namun  juga baik 

terhadap semua orang yang membutuhkannya (dan kepedulian 

untuk menguburkan orang mati, sebab  pengharapan akan ke-

bangkitan orang mati, yang merupakan sebuah contoh kebaikan 

dan kemurahan hati). Dia juga seorang yang terhormat, seorang 

penasihat, seorang anggota Majelis, anggota Mahkamah Agama 

(Sanhedrin), salah seorang penatua dalam jemaat Yahudi. Lagi 

pula, meskipun ia termasuk anggota majelis yang telah menjatuh-

kan hukuman mati kepada Kristus, ia tidak setuju dengan putus-

an dan tindakan Majelis itu (ay. 51). Meskipun keputusan itu di-

ambil oleh sebagian besar anggota majelis, dia tetap menentang 

keputusan itu dan tidak ikut berbuat jahat seperti yang dilakukan 

orang banyak. Perhatikan, keputusan dan tindakan jahat yang 

tidak kita setujui tidak akan dijadikan tanggung jawab kita. Yusuf 

bukan saja menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap para mu-

suh Kristus secara terang-terangan, namun  juga diam-diam memi-

hak kawan-kawan Kristus: ia menanti-nantikan Kerajaan Tuhan . 

Dia percaya akan nubuat-nubuat mengenai Mesias dan kerajaan-

Nya yang tertulis dalam Perjanjian Lama, dan menanti-nantikan 

penggenapan semua nubuat ini . Melihat apa yang dilaku-

kannya itu, nyata benar bahwa ia yaitu  orang yang begitu meng-

hormati Tuhan Yesus. Perhatikan, ada banyak orang yang ber-

sungguh-sungguh mengasihi Kristus dalam hati mereka, meski-

pun mereka tidak menunjukkan hal itu dengan terang-terangan. 

Akan namun , biasanya merekalah yang justru lebih siap untuk 

melayani Dia saat kesempatan untuk itu tiba, dibanding dengan 

orang lain yang kelihatannya lebih berani dan terang-terangan 

mengakui Dia. 

II.  Apa yang dilakukan Yusuf untuk menguburkan Kristus.  

1.  Ia pergi menghadap Pilatus, hakim yang telah menghukum 

Kristus, untuk meminta mayat Yesus, sebab hal itu ada di ba-

wah kekuasaan Pilatus. Yusuf bisa saja menghasut orang ba-

nyak untuk membawa mayat Yesus dengan paksa, namun  dia 

memilih untuk melakukannya dengan cara resmi yang tidak 

menimbulkan kericuhan.  

2.  Ia menurunkan mayat itu, sepertinya dengan tangannya sendiri, 

lalu mengapaninya dengan kain lenan. Bangsa Yahudi memiliki 

kebiasaan untuk membebat mayat dengan kain, seperti yang 

kita lakukan saat membungkus tubuh bayi yang masih kecil. 

Maka dari itu, kain lenan yang mahal itu dipotong-potong 

Yusuf menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk membebat 

mayat Yesus. Ini seperti yang dikatakan mengenai Lazarus, 

bahwa kaki dan tangannya masih terikat (Yoh. 11:44). Bagi pa-

ra orang kudus, kain kapan bagaikan kain pembungkus bayi 

yang kemudian akan mereka lepaskan waktu mereka tumbuh, 

yaitu saat mereka menjadi manusia yang sempurna.  

III. Di mana Kristus dikuburkan, yaitu di dalam kubur yang digali di 

dalam bukit batu, supaya kuburan itu menjadi seperti penjara 

yang kuat, sebagaimana gereja yang dirintangi jalannya dengan 

batu pahat (Rat. 3:2, 9), sewaktu ia dibawa ke dalam kegelapan.  

Belum pernah dibaringkan mayat di dalam kubur itu, sebab 

Kristus dikuburkan dengan cara yang tidak sama dengan siapa 

pun juga yang pernah dikuburkan sebelumnya, sebab  pada hari 

yang ketiga Dia akan bangkit kembali dengan kuasa-Nya sendiri. 

Dia akan mengalahkan kuasa maut, dan hal itu tidak pernah dila-

kukan oleh siapa pun juga selain Dia.   

IV. Kapan Kristus dikuburkan, yaitu pada hari persiapan saat Sabat 

hampir mulai (ay. 54). Itulah yang menjadi alasan mengapa me-

reka begitu terburu-buru melakukan penguburan itu, sebab hari 

Sabat hampir mulai, dan mereka harus melakukan banyak hal un-

tuk mempersiapkan dan menyambutnya. Perhatikan, dukacita ti-

dak boleh menghambat pelaksanaan tugas penting kita yang lain. 

Walaupun mereka sedang bersedih sebab  kematian Kristus, me-

reka tetap harus melakukan tugas mereka dalam menguduskan 

hari Sabat, sehingga saat  saat itu hampir mulai, persiapan pun 

harus segera dilakukan. Urusan pekerjaan kita di dunia harus di-

atur dengan cermat sehingga hal itu tidak menghambat kita da-

lam mengerjakan ibadah Sabat. Kasih kita dalam melakukan iba-

dah Sabat harus dipenuhi dengan gairah yang besar, sehingga 

kita mau terus melakukannya dengan senang hati.  

V. Siapa yang menghadiri penguburan itu. Tidak satu pun dari mu-

rid-murid-Nya hadir di sana, melainkan hanya perempuan-perem-

puan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea (ay. 

55). Mereka telah setia berada di dekat-Nya saat Ia menderita di 

atas kayu salib, dan kini mereka pun masih terus mengikuti Dia, 

pastinya dengan cucuran air mata, untuk melihat kubur itu, bagai-

mana jalan menuju ke sana, dan bagaimana mayat-Nya dibaring-

kan di sana. Semuanya ini mereka lakukan bukan untuk meme-

nuhi rasa ingin tahu, melainkan sebab  mereka mengasihi Tuhan 

Yesus dengan cinta yang kuat seperti maut dan yang tidak bisa di-

padamkan dengan banyak air sekalipun. Upacara penguburan-

Nya sepi tanpa kekhidmatan upacara religius, namun, peristira-

hatan-Nya itu sungguh mulia.  

VI. Persiapan apa yang dilakukan untuk membalsem mayat Yesus 

sesudah  Ia dikuburkan (ay. 56): Dan sesudah  pulang, mereka menye-

diakan rempah-rempah dan minyak mur, yang lebih menunjukkan 

kasih mereka daripada iman mereka, sebab jika saja mereka ingat 

dan percaya akan apa yang dulu sering Ia katakan pada mereka, 

yaitu bahwa Ia akan bangkit lagi pada hari ketiga, mereka pasti ti-

dak akan repot-repot melakukan hal itu, sebab mereka pasti me-

ngetahui bahwa dalam waktu dekat, tubuh-Nya itu akan diper-

muliakan dengan kemuliaan kebangkitan-Nya yang lebih besar 

bahkan daripada minyak mur termahal yang mereka miliki. Na-

mun, sesibuk apa pun mereka dengan segala persiapan pengu-

buran-Nya itu, mereka tetap beristirahat pada hari Sabat, bukan 

saja untuk menaati kebiasaan bangsa mereka, namun  juga sesuai 

dengan hukum Taurat Tuhan  mereka, yang sampai sekarang masih 

tetap berlaku sekalipun harinya telah diubah, yaitu, Ingatlah dan 

kuduskanlah hari Sabat.  

 

PASAL  24  

 

 

uhan kita Yesus memasuki lembah maut dengan cara yang mu-

lia, meskipun para musuh yang mendengki-Nya berusaha keras 

untuk membuat kematian-Nya berlangsung secara memalukan. Ma-

lah lebih dari itu, Dia bahkan bangkit lagi dengan cara yang lebih 

mulia. Pasal ini menceritakan semuanya ini. Di sini, Lukas memapar-

kan bukti-bukti kebangkitan Kristus dengan lebih saksama daripada 

yang dicatat oleh Matius dan Markus. Dalam pasal ini ada :  

I.  Penegasan yang diberikan oleh dua malaikat kepada para 

wanita yang menengok kuburan-Nya, bahwa Tuhan Yesus 

sudah bangkit dari orang mati, sesuai dengan perkataan 

Yesus sendiri (ay. 1-7), dan dilaporkannya kejadian ini  

kepada para rasul (ay. 8-11). 

II.  Kunjungan Petrus ke kuburan itu, dan apa yang ditemu-

kannya di sana (ay. 12). 

III. Percakapan Kristus dengan dua orang murid dalam perja-

lanan mereka ke Emaus, dan bagaimana Ia menyatakan 

diri-Nya kepada mereka (ay. 13-35).  

IV.  Penampakan Kristus kepada sebelas orang murid-Nya pada 

malam hari itu juga (ay. 36-49).  

V.  Kata-kata perpisahan-Nya kepada mereka, kenaikan-Nya ke 

sorga, serta sukacita dan pujian dari para murid yang di-

tinggalkan-Nya (ay. 50-53).  


Kebangkitan Yesus 

(24:1-12) 

1 namun  pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur 

membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka. 2 Mereka men-

dapati batu sudah terguling dari kubur itu, 3 dan sesudah  masuk mereka 

tidak menemukan mayat Tuhan Yesus. 4 Sementara mereka berdiri ter-

mangu-mangu sebab  hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri dekat mereka 

memakai pakaian yang berkilau-kilauan. 5 Mereka sangat ketakutan dan me-

nundukkan kepala, namun  kedua orang itu berkata kepada mereka: “Mengapa 

kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?  6 Ia tidak ada di sini, Ia 

telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, saat  Ia ma-

sih di Galilea, 7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan 

orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang 

ketiga.”  8 Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. 9 Dan sesudah  

mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya itu kepada 

kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain.  10 Perempuan-perem-

puan itu ialah Maria dari Magdala, dan Yohana, dan Maria ibu Yakobus. Dan 

perempuan-perempuan lain juga yang bersama-sama dengan mereka mem-

beritahukannya kepada rasul-rasul. 11 namun  bagi mereka perkataan-perkata-

an itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perem-

puan-perempuan itu. 12 Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-ce-

pat pergi ke kubur itu. saat  ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain 

kapan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam hatinya apa yang kiranya 

telah terjadi. 

Bagaimana tepatnya jiwa dan tubuh Yesus dapat bersatu kembali 

yaitu  suatu misteri. Ini yaitu  salah satu hal-hal tersembunyi yang 

bukan hak kita untuk mengetahuinya. Akan namun , bukti yang tidak 

dapat disanggah lagi mengenai kebangkitan-Nya, bahwa Dia benar-

benar telah bangkit dari antara orang mati dan membuktikan diri-

Nya sebagai Anak Tuhan , merupakan hal-hal yang dinyatakan bagi 

kita dan anak-anak kita


Related Posts:

  • lukas 13-24 12 b tidak ada satu kesalah-an pun yang kudapati pada-Nya. Kamu semua juga tidak dapat membuktikan segala yang telah kamu tuduhkan pada-Nya.”  II.  Dia menyinggung-nyinggung tanggapan Herodes mengenai K… Read More