lukas 13-24 5


 tindak dengan cepat, sebab, ka-

lau tidak, bagaimana mungkin kita dapat berharap 

untuk dipercayakan dengan harta rohani yang merupa-

kan harta yang sesungguhnya (ay. 11)? Biarlah kita 

diyakinkan oleh hal ini, yaitu bahwa yang sungguh-

sungguh kaya dan sangat kaya yaitu  mereka yang 

kaya di dalam iman, dan kaya terhadap Tuhan , kaya di 

dalam Kristus, di dalam janji-janji, dan di dalam harta 

sorgawi. Oleh sebab itu marilah kita menimbun harta-

harta kekayaan yang demikian, mengharapkan bagian 

kita dari harta demikian, dan mengutamakan mereka, 

mengutamakan kerajaan Tuhan  dan kebenarannya, dan 

kemudian, jika hal-hal lainnya ditambahkan kepada 

kita, maka manfaatkanlah in ordine ad spiritualia – de-

ngan suatu tujuan rohani, supaya dengan mengguna-

kannya dengan baik, kita bisa semakin erat menggeng-

gam harta yang sesungguhnya, dan menjadi layak un-

tuk menerima lebih banyak kasih karunia dari Tuhan ; 

sebab  kepada orang yang dikenan-Nya, yaitu yang 

bermurah hati, Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan 

dan kesukaan (Pkh. 2:26). Artinya, kepada orang yang 

setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, Ia memberikan 

harta yang sesungguhnya.  

[3] Harta kekayaan dari dunia ini yaitu  harta orang lain. 

Harta ini  yaitu  ta allotria, bukan milik kita, kare-

na ia asing bagi jiwa, bagi sifat dan kepentingan jiwa. 


 608

Harta ini  bukanlah milik kita, sebab  ia yaitu  mi-

lik Tuhan . Hak kepemilikan-Nya atas harta itu melebihi 

dan mengatasi hak kita atas harta itu. Hak milik ada 

pada Dia, sedangkan kita hanyalah memakai atau me-

nikmatinya saja. Harta ini  yaitu  harta orang lain. 

Kita memperolehnya dari orang lain. Kita mengguna-

kannya untuk orang lain. Apa gunanya barang-barang 

itu bagi pemiliknya, sekalipun jumlahnya bertambah, ia 

hanya dapat memandangnya, sedangkan yang mengha-

biskannya bertambah banyak. Lagi pula, dalam waktu 

sebentar saja kita harus melepaskannya kepada orang 

lain dan kita tidak tahu kepada siapa kita akan mele-

paskannya? Akan namun , harta kekayaan rohani dan 

harta abadi yaitu  harta milik kita (harta ini  ma-

suk ke dalam jiwa yang memilikinya) dan tidak dapat di-

pisahkan. Harta ini  menjadi bagian terbaik yang 

tidak akan pernah diambil dari kita. Jika kita menjadi-

kan Kristus sebagai milik kita, janji-janji-Nya milik kita, 

dan sorga milik kita, maka kita pun memiliki apa yang 

benar-benar bisa kita sebut sebagai harta milik kita. 

namun  bagaimana mungkin kita dapat berharap Tuhan  

akan memperkaya kita dengan semua harta rohani dan 

harta abadi ini jika kita tidak melayani Dia dengan har-

ta duniawi kita, yang atasnya kita ini hanyalah merupa-

kan bendahara saja? 

(2)  Kita tidak memiliki cara lain untuk membuktikan bahwa 

diri kita yaitu  para pelayan Tuhan  selain daripada menye-

rahkan diri kita sepenuhnya untuk melayani Dia seperti 

melayani Mamon, artinya, semua keuntungan duniawi yang 

kita dapatkan harus kita pakai untuk melayani-Nya (ay. 

13): Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua 

tuan, sebab  perintah-perintah mereka tidak sejalan satu 

sama lain, yang satu dari Tuhan  dan satunya lagi dari 

Mamon. Jika seseorang mencintai dunia dan berpegang ke-

padanya, ia pasti akan membenci Tuhan  dan tidak mengin-

dahkan Dia. Dunia akan membuat semua pemahamannya 

mengenai keagamaan untuk tunduk kepada kepentingan 

dan tujuan duniawinya. Segala sesuatu dari Tuhan  akan di-

manfaatkan untuk membantu melayani dan mencari 

Injil Lukas 16:1-18 

 609 

dunia. Sebaliknya, jika seseorang berkeinginan mencintai 

Tuhan , dan menaati-Nya, maka dengan sendirinya ia akan 

membenci dunia (kapan saja ia menemukan Tuhan  dan 

dunia berada dalam posisi saling bertentangan) dan tidak 

akan mengindahkannya. Dengan cara apa saja ia akan 

menggunakan usaha dan keberhasilannya di dunia ini 

untuk memajukan usaha keagamaan atau rohaninya.  Se-

mua hal-hal yang berasal dari dunia ini akan diatur untuk 

membantu dia dalam melayani Tuhan  dan mengerjakan 

keselamatannya. Hal ini dengan jelas dinyatakan kepada 

kita: Kamu tidak dapat mengabdi kepada Tuhan  dan kepada 

Mamon. Begitu berbedanya kepentingan Tuhan  dan Mamon 

ini sehingga pelayanan kita terhadap mereka pun tidak per-

nah dapat dipadukan. sebab  itu, jika kita memutuskan 

untuk melayani Tuhan , maka kita harus menyangkal dan 

menolak untuk melayani dunia. 

3.  Di sini diceritakan mengenai bagaimana ajaran Kristus disam-

but di antara orang-orang Farisi, dan teguran macam apa yang 

dilontarkan-Nya kepada mereka. 

(1)  Dengan jahatnya orang-orang Farisi mengejek  Dia (ay. 14). 

Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-ham-

ba uang itu, dan mereka tidak dapat menyangkal apa yang 

dikatakan-Nya, lalu mencemoohkan Dia.   

Marilah kita pertimbangkan hal ini:  

[1] Sebagai dosa dan buah dari ketamakan mereka, yang 

merupakan dosa yang menguasai mereka, yang meru-

pakan pelanggaran mereka sendiri. Perhatikan, banyak 

orang menjalani kehidupan agamanya dengan amat 

baik, memiliki banyak pengetahuan dan berlimpah-lim-

pah dalam melakukan kegiatan ibadah mereka, namun 

dihancurkan oleh kecintaan mereka akan dunia. Selain 

hal ini, tidak ada lagi yang begitu mengeraskan hati 

orang terhadap firman Kristus. Orang-orang Farisi ham-

ba-hamba uang ini  tidak dapat menahan diri un-

tuk disentuh oleh dunia ini, yang merupakan Delilah 

mereka, nafsu berahi kekasih mereka, dan sebab  se-

mua inilah mereka mengejek Kristus, exemyktērizon 

auton – mereka mendenguskan hidung mereka kepada 


 610

Dia. Ini merupakan suatu bentuk ungkapan mengejek 

dan menghina yang luar biasa yang dapat dibayangkan 

orang. Sungguh, firman Tuhan menjadi cemoohan bagi 

mereka (Yer. 6:10). Mereka menertawakan Kristus oleh 

sebab  pendapat-Nya yang begitu berlawanan dengan 

pendapat dan cara dunia dalam upaya untuk memulih-

kan mereka dari dosa yang begitu kuatnya dipegang 

oleh mereka. Perhatikan, memang sudah menjadi kebia-

saan bagi orang-orang yang tidak mau diperintah oleh 

firman Tuhan  untuk menertawakan firman itu. Akan te-

tapi, nanti pada akhirnya mereka akan merasakan sen-

diri bahwa firman Tuhan  itu tidak dapat dikesampingkan 

begitu saja.  

[2]  Sebagai penderitaan-Nya. Tuhan kita Yesus tidak hanya 

mengalami perlawanan dari orang-orang berdosa, me-

lainkan juga penghinaan mereka. Mereka terus meng-

ejek Dia sepanjang hari. Belum pernah ada orang yang 

sanggup berbicara seperti Dia, namun Ia diolok-olok 

dan diejek. sebab  itu, para hamba-Nya yang setia tidak 

perlu berkecil hati kelak saat  berkhotbah dan men-

derita ejekan yang semena-mena. Bukanlah hal yang 

memalukan bagi seseorang untuk ditertawakan. Kita 

memang bakal ditertawakan. Para murid Kristus diolok-

olok, namun  tidak perlu heran. Seorang murid tidaklah 

lebih besar daripada Tuannya.   

(2) Pantaslah bila Ia menegur mereka. Bukan sebab  mereka 

telah mengejek Dia (Ia tahu bagaimana mengabaikan rasa 

malu), melainkan sebab  mereka telah menipu diri mereka 

sendiri melalui penampilan luar dan aneka macam bentuk 

kesalehan, yang semuanya tidaklah ada isinya (ay. 15).   

Di sini dijelaskan:   

[1] Penampilan lahiriah mereka yang menarik namun  penuh 

kepura-puraan, namun sangat memukau orang lain yang 

melihatnya. Pertama-tama, mereka membenarkan diri 

sendiri di hadapan orang-orang. Mereka menyangkal se-

tiap perbuatan salah yang dituduhkan kepada mereka, 

bahkan oleh Kristus sendiri pun. Mereka menyatakan 

diri sebagai manusia yang suci dan penuh kesalehan, 

Injil Lukas 16:1-18 

 611 

dan membenarkan pernyataan ini melalui pengakuan 

demikian: “Kamu yaitu  orang yang melakukan per-

buatan ini , yang belum pernah dilakukan oleh 

siapa pun, kamu berupaya menciptakan pendapat 

orang-orang tentang kamu, dan, entah benar atau sa-

lah, akan membenarkan diri sendiri di hadapan dunia; 

kamu sangat terkenal dalam melakukan hal ini.” Kedua, 

orang-orang Farisi sangat dihormati oleh orang banyak. 

Orang tidak hanya membebaskan mereka dari segala tu-

duhan terhadap kesalahan yang mereka lakukan, ma-

lah memberi pujian kepada mereka, dan menunjukkan 

rasa hormat dan penghargaan tinggi kepada mereka 

tidak saja sebagai manusia yang baik melainkan juga 

sebagai yang terbaik dari semua manusia. Sikap dan 

pikiran orang-orang Farisi sangat dikagumi seperti 

dewa, arahan-arahan mereka seperti hukum, dan tin-

dakan-tindakan mereka seperti petunjuk yang tidak 

dapat dilanggar.  

[2] Bagian dalam mereka yang bertentangan dan penuh ke-

jijikan, yang dalam pandangan Tuhan : “Ia mengetahui 

hatimu, di dalamnya menjijikkan, menurut pandangan-

Nya, penuh dengan segala macam kejahatan.” Perhati-

kanlah, Pertama, bodohlah kalau kita membenarkan diri 

sendiri di hadapan manusia, dan berpikir bahwa hal ini 

cukup untuk membebaskan serta meluputkan kita pa-

da waktu penghakiman terakhir, bahwa manusia tidak 

akan mengetahui kejahatan kita; sebab Tuhan  yang me-

ngetahui isi hati kita, mengetahui kesalahan-kesalahan 

kita yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun. Hal ini 

seharusnya membuat kita memeriksa diri kita sendiri, 

seberapa tinggi kita menghargai diri kita, seberapa ya-

kin kita akan diri kita sendiri. Tuhan  mengenal hati kita 

dan mengetahui berapa banyak kepalsuan yang tersim-

pan di dalamnya. sebab  itu, beralasanlah bagi kita un-

tuk merendahkan diri dan tidak mengandalkan diri sen-

diri. Kedua, yaitu  suatu kebodohan jika kita menilai 

orang lain atau suatu hal atas dasar pendapat banyak 

orang tentang mereka, dan mengikuti kesimpulan mere-

ka yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya. 


 612

Sebab apa yang dihargai tinggi oleh manusia, yang me-

nilai berdasarkan penampilan lahiriah seseorang, 

mungkin saja merupakan kekejian di mata Tuhan , yang 

melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, yang 

penghakiman-Nya kita yakin sesuai dengan kebenaran. 

Di lain pihak, ada sebagian orang yang tidak diindah-

kan dan dihina malah justru diterima dan diakui oleh 

Tuhan  (2Kor. 10:18). 

(3) Yesus mengalihkan perhatian-Nya dari orang-orang Farisi 

kepada para pemungut cukai dan para pendosa, yang 

dapat lebih digerakkan oleh Injil-Nya daripada orang-orang 

Farisi yang tamak dan sombong itu (ay. 16): “Hukum Taurat 

dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yoha-

nes; tata aturan Perjanjian Lama, yang hanya berlaku bagi 

kalian, hai orang Yahudi, berlanjut hingga kedatangan 

Yohanes Pembaptis, dan tampaknya hanya kalian saja yang 

memiliki kebenaran dan keselamatan, sehingga hal ini 

membuat kalian menjadi besar kepala; kalian mendapat 

penghargaan di mata orang sebagai ahli-ahli hukum Taurat 

dan kitab para nabi. Namun, sejak Yohanes Pembaptis 

muncul, Kerajaan Tuhan  diberitakan, yakni suatu tata atur-

an Perjanjian yang Baru, yang sama sekali tidak menilai 

manusia dari sejauh mana mereka mendalami atau menge-

tahui hukum Taurat, namun  setiap orang berebut memasuki 

Kerajaan Injil, baik orang-orang bukan-Yahudi maupun 

orang-orang Yahudi, dan tidak ada seorang pun yang dapat 

menyombongkan dirinya lebih baik dari yang lain sehingga 

bisa masuk ke dalam kerajaan itu atau berpikir bahwa dia 

bisa tenang saja sampai para penguasa dan orang-orang 

Farisi itu memimpin dia ke sana. Kerajaan Injil atau tata 

aturan Perjanjian Baru ini sama sekali bukan suatu un-

dang-undang dasar politis yang berlaku khusus untuk 

bangsa Yahudi seperti yang terjadi dengan tata aturan Per-

janjian Lama saat  keselamatan menjadi milik bangsa 

Yahudi. Sebaliknya, Kerajaan Injil dibuat menjadi masalah 

pribadi khusus untuk setiap orang, dan sebab  itu, setiap 

orang yang percaya bahwa jiwanya perlu diselamatkan dan 

ada kekekalan tersedia bagi jiwanya, harus berebut atau 

berusaha keras untuk memasukinya, kalau tidak ia akan 

Injil Lukas 16:1-18 

 613 

diabaikan.” Beberapa orang mengartikan ayat ini  di 

atas sebagai berikut: mereka mengejek Kristus yang me-

mandang rendah harta kekayaan, sebab  pikir mereka, bu-

kankah dalam Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi ada ter-

dapat banyak janji mengenai kekayaan dan harta benda 

duniawi? Bukankah ada banyak hamba-hamba Tuhan  yang 

terbaik yang kaya raya, seperti Abraham dan Daud? “Ini 

memang benar,” sahut Kristus, ”demikianlah yang terjadi 

sebelumnya, namun kini, saat Kerajaan Tuhan  mulai diberi-

takan maka banyak hal-hal berubah menjadi baru; yang 

berlaku sekarang, berbahagialah orang yang miskin, yang 

berduka, yang teraniaya.” Untuk memberikan penghargaan 

kepada orang banyak yang telah meninggikan mereka, 

maka orang-orang Farisi memperbolehkan orang banyak 

itu untuk menjalankan upacara-upacara dan kegiatan iba-

dah keagamaan yang murah, mudah, dan tidak ada arti-

nya. “namun ,” kata Kristus, “kini sesudah  Injil diberitakan, 

mata semua orang dibukakan, dan sejak saat itu mereka 

tidak lagi meninggikan orang-orang Farisi seperti yang me-

reka lakukan selama ini. Mereka tidak mau lagi berpuas 

diri dengan bersikap masa bodoh dalam hal ibadah mereka 

seperti yang diajarkan selama ini. Sebaliknya, dengan mak-

sud yang kudus mereka saling berebut untuk memasuki 

kerajaan Tuhan .” Perhatikanlah mereka yang hendak masuk 

sorga harus bersusah payah, harus berjuang melawan 

arus, harus mendesak-desak untuk menerobos kerumunan 

orang banyak yang berjalan dari arah yang berlawanan.  

(4) Meskipun demikian, Kristus tetap melawan segala rancang-

an yang bermaksud membatalkan Hukum Taurat (ay. 17): 

Lebih mudah langit dan bumi lenyap, parelthein – untuk ber-

lalu, untuk menghilang, sekalipun dasar-dasar bumi dan 

pilar-pilar langit dibentuk dengan sedemikian kokoh, dari-

pada satu titik dari hukum Taurat batal. Hukum moral telah 

dikukuhkan dan disahkan, dan tidak ada satu titik pun 

dari hukum ini  gugur; segala kewajiban yang dicatat 

di dalamnya masih tetap berlaku; dosa-dosa yang dilarang 

di dalamnya masih tetap dilarang. Bahkan lebih dari itu, 

aturan-aturan di dalamnya lebih dijelaskan dan ditegakkan 

oleh Injil, dan dibuat menjadi lebih rohani. Hukum seremo-


 614

nial (yang penuh dengan tata upacara luar saja) disempur-

nakan dalam terang Injil. Jadi, tidak satu titik pun dari 

hukum itu gugur, sebab  ada tercatat di dalam Injil, dan 

walaupun kekuatan hukumnya sudah ditanggalkan di da-

lam Injil, namun perlambangan yang ada dalam hukum itu 

bersinar terang benderang di dalam Injil, seperti yang di-

saksikan dalam surat kepada orang Ibrani. Ada beberapa 

hal yang sengaja dibiarkan oleh hukum Taurat, dengan 

maksud untuk mencegah terjadinya kejahatan yang lebih 

buruk lagi, namun, pembolehan seperti ini dicabut oleh 

Injil, namun  hal ini tidak merusak atau merendahkan hu-

kum Taurat, sebab  dengan cara ini justru hukum Taurat 

dikembalikan lagi kepada maksudnya yang mula-mula, 

misalnya mengenai kasus perceraian (ay. 18), yang telah 

dibahas dalam Matius 5:32; 19:9. Kristus tidak akan meng-

izinkan perceraian sebab  Injil-Nya bertujuan untuk memo-

tong akar pahit dari keinginan dan nafsu manusia yang 

tidak benar, untuk membinasakan dan mencabut keluar 

keduanya. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh terlalu di-

berikan kebebasan, dan pembolehan sungguh membuat 

mereka menjadi bebas. Semakin manusia diberi kebebas-

an, semakin menjadi-jadi dan liar keinginan mereka, dan 

semakin menjadi keras kepala. 

Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin 

(16:19-31) 

19 “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan 

setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 20 Dan ada seorang pengemis 

bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu ru-

mah orang kaya itu, 21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang 

jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat 

boroknya. 22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-

malaikat ke pangkuan Abraham. 23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. 

Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, 

dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 24 

Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Laza-

rus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan 

lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 25 namun  Abraham 

berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik se-

waktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia menda-

pat hiburan dan engkau sangat menderita. 26 Selain dari pada itu di antara 

kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka

Injil Lukas 16:19-31 

 615 

yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari 

situ kepada kami tidak dapat menyeberang. 27 Kata orang itu: Kalau demi-

kian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah 

ayahku, 28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati 

mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke 

dalam tempat penderitaan ini. 29 namun  kata Abraham: Ada pada mereka 

kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.  

30 Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, namun  jika ada seorang yang 

datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.  31 Kata 

Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan 

para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang 

yang bangkit dari antara orang mati.” 

Kalau perumpamaan tentang anak yang hilang memberitakan kepada 

kita tentang kasih karunia Injil, yang sungguh membesarkan hati 

kita semua, maka perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus ini 

memberitahukan kita tentang murka Tuhan  yang akan datang, dan ini 

dimaksudkan untuk menyadarkan kita. Mereka yang tidak mau disa-

darkan olehnya, akan segera terlena dalam dosa. Orang-orang Farisi 

mengolok-olok khotbah Kristus yang menentang hal-hal duniawi. 

sebab  itu, perumpamaan ini dimaksudkan untuk mengingatkan si 

pengejek-pengejek itu supaya berhati-hati. Injil Kristus bertujuan 

untuk membantu kita menjadi siap untuk menerima kemiskinan dan 

mengalami penderitaan, dan mempersenjatai kita untuk melawan 

godaan duniawi dan kesenangan jasmani. Nah, perumpamaan ini, 

yang dengan jelas mengajak kita untuk melihat akhir dari kehidupan 

kedua orang ini  di dunia yang lain, memberi gambaran jauh ke 

depan mengenai dua tujuan utama ini . Perumpamaan ini ber-

beda dari perumpamaan-perumpamaan Kristus yang lainnya. Di da-

lam perumpamaan-perumpamaan lainnya, hal-hal rohani digambar-

kan melalui kemiripan dengan hal-hal duniawi, misalnya perumpa-

maan tentang si penabur dan benih gandum (kecuali perumpamaan 

tentang domba dan kambing), anak yang hilang, dan semua perum-

pamaan lainnya, kecuali perumpamaan tentang orang kaya dan Laza-

rus ini. Dalam perumpamaan ini hal-hal rohani itu sendiri digambar-

kan dalam bentuk cerita atau uraian dalam keadaannya yang baik 

dan buruk di dunia ini dan di dunia lainnya. Kita tidak menyebut 

perumpamaan ini sebagai suatu kisah tentang suatu kejadian terten-

tu, namun demikian kejadian seperti ini benar-benar merupakan ke-

nyataan yang terjadi setiap hari, yaitu bahwa orang miskin yang 

hidupnya saleh sering diabaikan dan diinjak-injak orang, lalu mati 

meninggalkan kesengsaraan mereka dan pergi ke sorga yang penuh 

dengan kebahagiaan sempurna dan sukacita penuh, yang telah di-


 616

buat menjadi tempat menyenangkan bagi mereka yang sebelumnya 

mengalami banyak dukacita. Sebaliknya, orang kaya yang hidup da-

lam kesenangan dan kemewahan dan tidak pernah berbelas kasihan 

kepada yang miskin, saat  mati, masuk ke dalam keadaan yang pe-

nuh siksaan yang tak terkirakan, dan ini sungguh terasa sangat 

menyakitkan dan mengerikan bagi mereka, oleh sebab  sebelumnya 

mereka sudah terbiasa hidup dalam kesenangan duniawi. Dan tidak 

akan ada kelepasan dari siksaan itu. Apakah ini suatu perumpama-

an? Perbandingan apa yang ditunjukkan di sini? Kisah antara Abra-

ham dan orang kaya ini sungguh hanya merupakan sebuah gambar-

an saja, supaya ceritanya lebih menyentuh, seperti halnya antara 

Tuhan  dan Setan dalam kisah Ayub. Juruselamat kita datang untuk 

memperkenalkan kita dengan dunia yang lain, dan untuk memper-

lihatkan kaitan yang ada antara dunia ini dengan dunia itu. Di dalam 

uraian ini (demikianlah kata yang saya pilih untuk menyebutnya), 

kita bisa mengamati:   

I.  Kondisi yang berbeda antara orang kaya yang jahat dan orang 

miskin yang hidupnya benar di dalam dunia ini. Kita tahu bahwa 

sebagian orang, seperti orang-orang Yahudi saat itu, sudah men-

jadikan kemakmuran sebagai salah satu tanda yang menunjuk-

kan gereja sejati, sebagai tanda bahwa seseorang yaitu  orang 

yang baik dan merupakan kesukaan sorga. sebab  itu, orang-

orang ini  sama sekali tidak dapat menerima pemikiran-pe-

mikiran yang baik tentang orang miskin. Akan namun , dalam setiap 

kesempatan Kristus sendiri memperbaiki kekeliruan ini , dan 

di sini dengan sangat jelas kita melihat:  

1.  Seorang yang jahat, yang akan menderita selamanya dalam 

kemakmurannya (ay. 19): Ada seorang kaya. Dalam bahasa 

Latin kita biasa menyebut orang itu Dives – seorang yang 

kaya. Seperti yang diamati Uskup Tillotson, nama orang kaya 

ini  tidak diberitahukan, seperti yang terjadi dengan si 

miskin, sebab  berbahaya untuk menyebut nama seorang 

kaya dalam uraian seperti ini, bisa memancing reaksi yang 

tidak baik. Namun, sebagian orang lagi mengamati bahwa 

Kristus tidak mau begitu menghormati orang kaya itu dengan 

menyebut namanya. Bila disebut, namanya akan terus dike-

nang. Sekarang nama si miskin tetap ada, sedangkan nama 

Injil Lukas 16:19-31 

 617 

orang kaya itu terkubur tanpa diketahui. Sekarang kepada 

kita diceritakan mengenai orang kaya ini :    

(1) Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan inilah 

perhiasannya. Ia memiliki kain halus untuk kesenangan 

pribadi, dan tanpa diragukan lagi selalu bersih, sepanjang 

malam dan siang. Ia memiliki jubah ungu sebab  statusnya 

yang tinggi, sebab  inilah jubah yang biasa dipakai oleh 

para raja. Ini artinya bahwa Kristus agak menyinggung 

Herodes di sini. Dalam setiap pemunculannya di hadapan 

umum Herodes selalu tampil dalam segala kebesarannya.    

(2) Ia makan yang enak-enak dan mewah setiap hari. Mejanya 

selalu dihiasi dengan segala jenis makanan yang dapat di-

sediakan oleh alam dan karya seni. Sekeliling meja dihiasi 

dengan piring-piring. Para pelayannya menunggu di dekat 

meja, siap sedia untuk melayani. Tanpa diragukan lagi 

para tamu yang duduk di mejanya sangat berterima kasih 

atas segalanya ini, seperti yang dipikirkannya. Lalu, apa 

yang salah dengan semuanya ini? Menjadi kaya bukanlah 

dosa, memakai jubah ungu dan kain halus bukanlah dosa, 

memenuhi meja dengan makanan yang berlimpah ruah 

pun bukanlah dosa, selama kekayaan seseorang mampu 

menyediakan semuanya itu. Kita tidak diberitahukan bah-

wa orang kaya dalam perumpamaan ini mendapatkan ke-

kayaannya dengan cara menipu, memeras, atau memaksa. 

Tidak, orang kaya ini  juga tidak mabuk-mabukan 

atau membuat orang lain mabuk.  

Namun demikian:  

[1] Dengan perumpamaan ini Kristus hendak memper-

lihatkan bahwa sekalipun memiliki kekayaan berlim-

pah, kebesaran dan kesenangan, seseorang bisa da-

pat mati dan binasa di bawah murka dan kutukan 

Tuhan . Kita tidak dapat begitu saja menilai orang ber-

dasarkan kehidupan mereka yang berlimpah bahwa 

Tuhan  mencintai mereka sebab  Dia memberikan be-

gitu banyak berkat kepada mereka, atau bahwa me-

reka mencintai Tuhan  sebab  Tuhan  telah memberikan 

begitu banyak berkat kepada mereka. Kebahagiaan 

tidak ditentukan oleh hal-hal demikian.  


 618

[2] Kelimpahan dan kesenangan yaitu  hal yang amat 

berbahaya, dan bagi banyak orang, hal-hal ini mem-

bawa godaan yang mematikan yang menggoda mere-

ka untuk hidup dalam kemewahan, kenikmatan jas-

mani dan melupakan Tuhan  dan dunia lain. Orang 

ini  mungkin hidup berbahagia jika ia tidak me-

miliki begitu banyak harta kekayaan dan kesenang-

an.  

[3] Menikmati kesenangan tubuh dan kenikmatan jas-

mani secara berlebihan mendatangkan kehancuran 

bagi banyak jiwa dan segala kepentingannya. Me-

mang benar bahwa menyantap makanan yang lezat 

dan mengenakan pakaian-pakaian yang indah tidak-

lah salah. namun , juga benar bahwa hal-hal ini se-

ring kali menjadi sumber dari kesombongan dan ke-

mewahan, sehingga pada akhirnya mendatangkan 

dosa bagi kita.  

[4]  Bahwa berpesta pora bersama sahabat-sahabat kita 

dan pada saat yang sama melupakan kesusahan 

orang-orang yang miskin dan yang menderita, sa-

ngatlah membangkitkan kemarahan Tuhan  dan meru-

sak jiwa. Dosa yang diperbuat orang kaya ini bukan 

sebab  pakaian yang dikenakannya atau makanan 

atau minuman yang disantapnya, namun  sebab  se-

muanya itu dipakainya untuk dirinya sendiri. 

2.  Seorang yang benar yang hidupnya terpuruk dalam kesusahan 

dan amat menderita, namun pada akhirnya ia bahagia selama-

nya (ay. 20): Ada seorang pengemis bernama Lazarus. Seorang 

pengemis dengan nama itu, yang hidupnya saleh namun amat 

susah, mungkin sangat dikenal oleh orang-orang yang baik 

pada waktu itu: seorang pengemis seperti Eleazar atau Laza-

rus. Beberapa orang berpendapat bahwa Eleazar yaitu  nama 

yang cocok untuk orang miskin, sebab  nama ini  berarti 

pertolongan Tuhan , yang yaitu  tempat pelarian saat  sudah 

tidak ada lagi pertolongan lain. Orang miskin ini berada dalam 

titik yang sangat luar biasa rendahnya, baik dalam hal keseng-

saraannya maupun dalam hal-hal jasmani lainnya. Keadaan-

nya sangat tidak wajar, di luar dari yang dapat Anda bayang-

kan bagaimana semestinya seseorang hidup di dunia.  

Injil Lukas 16:19-31 

 619 

(1) Badannya penuh dengan borok, seperti Ayub. Tubuh yang 

sakit dan lemah merupakan penderitaan yang sangat luar 

biasa, namun  borok-borok jauh lebih menyakitkan bagi si 

sakit, dan lebih menjijikkan bagi yang melihatnya. 

(2) Ia terpaksa mengemis meminta makanan, mengais-ngais 

sisa-sisa makanan di depan pintu-pintu rumah orang kaya. 

Ia begitu sakit dan lumpuh sehingga tidak dapat pergi ke 

mana-mana sendirian, dan harus digotong oleh tangan-

tangan yang mengasihaninya, dan dibaringkan dekat pintu 

rumah orang kaya itu. Perhatikanlah, barangsiapa yang 

tidak dapat membantu orang miskin dengan uang, harus 

menolong mereka dengan pengorbanan. Barangsiapa tidak 

dapat meminjamkan uang sepeser pun kepada orang mis-

kin, ia masih dapat mengulurkan tenaganya. Barangsiapa 

tidak dapat memberikan sesuatu untuk orang-orang mis-

kin, ia masih bisa mengantar mereka kepada orang lain 

yang mampu, atau meminta bantuan atas nama mereka. 

Lazarus di dalam kesusahannya sama sekali tidak memiliki 

apa-apa untuk menanggung kebutuhan hidupnya, tidak 

ada sanak saudara yang dapat ia kunjungi, dan juga tidak 

ada jemaat di lingkungannya yang mengurusnya. Inilah 

contoh kemunduran jemaat Yahudi pada saat itu, sehingga 

orang benar seperti Lazarus harus sangat menderita meski-

pun hanya untuk mendapat sesuap nasi.  

Sekarang perhatikan baik-baik:   

[1] Harapan-harapan Lazarus dari meja orang kaya itu:  Ia 

ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh 

(ay. 21). Ia tidak mencari sisa-sisa makanan yang tidak 

dimakan lagi oleh orang kaya itu, meskipun bisa saja ia 

mendapatkannya. Sebaliknya, ia cukup bersyukur bila 

hanya mendapatkan remah-remah yang tercecer di ko-

long meja, serpihan-serpihan makanan yang terjatuh. 

Lebih tepat lagi, sisa-sisa untuk makanan anjing. Orang 

miskin hanya bisa memohon-mohon, dan harus puas 

dengan apa saja yang bisa mereka dapatkan. Hal ini di-

catat untuk menunjukkan, pertama, seperti apa kesu-

sahan dan sifat orang miskin itu. Ia bukan hanya mis-

kin, namun  juga miskin secara rohani, dan ia menerima 


 620

kemiskinannya itu. Ia tidak berbaring di pintu rumah 

orang kaya itu sambil mengeluh atau berteriak-teriak 

tidak keruan dan membuat keributan di sana, namun  de-

ngan tenang dan pasrah berharap untuk diberi makan 

dengan remah-remah yang terjatuh. Orang yang mende-

rita ini yaitu  orang yang baik dan berkenan kepada 

Tuhan . Perhatikanlah, sering kali terjadi sebagian orang 

kudus dan para hamba kesayangan Tuhan  hidupnya 

sangat menderita di dunia ini, namun sebaliknya orang-

orang jahat hidupnya makmur dan hartanya berlimpah-

limpah (Mzm. 73:7, 10, 14). Kita lihat di sini seorang 

anak hukuman dan pewaris neraka sedang duduk di 

dalam rumah, bersukaria dalam kemewahan, sementa-

ra seorang anak terkasih dan pewaris sorga sedang 

terbaring di pintu rumah mati kelaparan. Lalu, apakah 

keadaan kerohanian seseorang kelak akan diadili berda-

sarkan kondisi fisik mereka? Kedua, bagaimanakah 

sikap orang kaya ini  terhadap Lazarus? Kita tidak 

diberitahukan apakah orang kaya ini  menghina 

Lazarus, atau melarang Lazarus mendekati pintu ru-

mahnya, atau menyakiti Lazarus. Namun, secara tidak 

langsung kita bisa melihat bahwa orang kaya itu tidak 

mengindahkan Lazarus. Ia sama sekali tidak memiliki 

perhatian kepadanya, tidak merawatnya. Padahal jelas-

jelas ada orang yang memerlukan amal kasihnya, yang 

keadaannya sangat mengharukan, tanpa harus diberi-

tahukan lagi. Semuanya diperlihatkan kepadanya di de-

pan pintu rumahnya sendiri. Orang miskin itu memiliki 

karakter dan tingkah laku yang baik. Segala hal baik 

yang dapat dibanggakan ada padanya. Satu hal kecil 

dapat merupakan suatu kebaikan yang sangat berarti 

bagi dirinya, namun orang kaya itu tidak mengindahkan 

keadaannya sama sekali, ia tidak memerintahkan para 

bawahannya untuk membawa masuk Lazarus supaya 

menginap di lumbungnya atau di suatu ruangan terten-

tu di sekitar rumahnya. Ia membiarkan Lazarus terba-

ring di depan pintu rumahnya saja. Perhatikan, tidak 

menindas atau memeras atau menginjak-injak orang-

orang miskin tidaklah cukup. Pada hari penghakiman 

Injil Lukas 16:19-31 

 621 

kita akan menjadi bendahara yang tidak jujur terhadap 

harta milik Tuhan jika  kita tidak menolong dan 

membebaskan orang-orang miskin dari kemiskinan. 

Alasan yang diberikan untuk hukuman yang sangat me-

ngerikan itu yaitu , “saat  Aku lapar kamu tidak mem-

beri Aku makan.” Saya merasa heran mengapa orang-

orang kaya yang telah membaca Injil Kristus dan per-

caya kepada Injil itu dapat menjadi begitu tidak peduli 

akan keperluan dan penderitaan orang-orang miskin 

dan yang menderita.   

[2] Perlakuan yang diterima Lazarus dari anjing-anjing. An-

jing-anjing datang dan menjilat boroknya. Ada kemung-

kinan orang kaya itu memelihara segerombol anjing 

pemburu atau jenis anjing lainnya sebagai hiburan un-

tuk menyenangkan angan-angan hatinya. Anjing-anjing 

ini diberi makan sampai kenyang sementara Lazarus 

yang miskin tidak mampu memperoleh makanan yang 

cukup agar dia dapat bertahan hidup. Perhatikanlah, 

mereka yang mampu memberi makan anjing-anjing me-

reka namun mengabaikan orang-orang miskin, pada 

waktunya nanti akan dimintai jawaban mengenai hal 

ini. Banyak orang kaya keadaannya akan lebih buruk 

lagi, sebab  mereka tidak mau beramal, dan hanya mau 

memuaskan angan-angan dan kebodohan mereka dari-

pada memenuhi kebutuhan dan menyukakan hati ba-

nyak orang Kristen yang baik namun yang hidupnya 

susah. Apa yang dilakukan orang-orang kaya ini  

tidak menyenangkan hati Tuhan , dan malahan mereka 

menghina keberadaan manusia sebab  memanjakan 

anjing-anjing dan kuda-kuda mereka namun membiar-

kan keluarga-keluarga tetangga mereka yang miskin 

menderita kelaparan. Begitulah, anjing-anjing itu da-

tang dan menjilat borok Lazarus yang miskin. Hal ini 

dapat diartikan, pertama, keadaannya sungguh luar 

biasa menyengsarakan. Boroknya berdarah dan berna-

nah sehingga mengundang anjing-anjing datang dan 

menjilatinya, seperti yang terjadi dengan darah Nabot 

dan Ahab (1Raj. 21:19).  Kita juga membaca bahwa li-

dah anjing-anjing mendapat bagiannya dari pada musuh 


 622

(maksudnya dalam darah musuh – pen.) (Mzm. 68:24). 

Anjing-anjing itu menyerang Lazarus seolah-olah ia 

sudah mati, sedangkan ia sendiri pun tidak berdaya 

mengusir mereka, dan para pembantu orang kaya itu 

juga tidak berupaya apa-apa. Anjing-anjing itu sama 

saja seperti tuan mereka, ingin berpesta pora dengan 

darah manusia. Atau, dapat pula dikatakan, kedua, ji-

latan anjing-anjing itu sedikit meringankan beban pen-

deritaan Lazarus; alla kai, tuan dari anjing-anjing itu 

mengeraskan hati terhadap Lazarus, namun  anjing-anjing 

itu datang dan menjilati lukanya sehingga sedikit me-

ngurangi penderitaan dan meringankan rasa sakit pada 

boroknya. Di sini tidak disebutkan bahwa anjing-anjing 

itu menghisap borok itu, melainkan menjilatinya dan 

hal ini baik untuk borok-borok itu. Anjing-anjing itu 

memperlakukan Lazarus jauh lebih baik daripada tuan 

mereka.     

II.  Kita lihat ada  keadaan yang berbeda dari orang miskin yang 

saleh itu dan dari orang kaya yang kejam itu, pada saat dan 

sesudah  kematian. Sampai di sini orang kaya ini  sepintas 

lebih beruntung, namun  Exitus acta probat – Tunggu dulu, dan mari 

kita lihat akhir dari semuanya ini. 

1.  Mereka berdua mati (ay. 22): Matilah orang miskin itu; orang 

kaya itu juga mati. Kematian yaitu  nasib yang pasti akan 

dihadapi oleh orang kaya dan orang miskin, oleh orang saleh 

dan orang fasik; di sanalah mereka akan bertemu. Yang se-

orang mati di dalam kekuatannya, dan yang lain mati di dalam 

kepahitan jiwanya; namun  sama-sama mereka terbaring di da-

lam debu, Ayub 21:26. Kematian tidak pandang bulu apakah 

itu orang kaya dengan kekayaannya atau orang miskin dengan 

kemiskinannya. Orang-orang kudus mati, supaya mereka bisa 

menyudahi dukacita dan masuk ke dalam sukacita. Orang-

orang berdosa mati, supaya mereka mempertanggungjawab-

kan semua perbuatan mereka. Oleh sebab  itu, yaitu  penting 

bagi orang kaya dan orang miskin untuk menyiapkan diri 

menghadapi kematian, sebab  kematian menanti mereka ber-

dua. Mors sceptra ligonibus æquat – Kematian mempersatukan 

tongkat kerajaan dengan peralatan kebun. 

– – æquo pulsat pede pauperum tabernas,  

Regumque turres. 

Dengan langkah yang sama, nasib tidak berpihak 

Mengetuk pintu istana, juga pintu gubuk 

2.  Pengemis itu mati lebih dulu. Tuhan sering kali mengambil 

orang saleh keluar dari dunia dan meninggalkan orang jahat 

terus berkembang. Beruntunglah bagi si pengemis sebab  pen-

deritaannya segera berakhir. sesudah  selama ini tidak memiliki 

tempat berteduh atau beristirahat, sekarang ia bersemayam di 

dalam kubur dan rasa lelah menemukan tempat istirahatnya.   

3.  Orang kaya itu mati, lalu dikubur. Tidak dijelaskan bagaimana 

orang miskin itu dikuburkan. Orang-orang menggali sebuah 

lubang di mana saja, dan melemparkan begitu saja mayatnya, 

tidak ada upacara khidmat. Dikuburkan seperti binatang. Ma-

sih untung orang-orang yang membiarkan anjing-anjing men-

jilati boroknya tidak membiarkan anjing-anjing itu menggero-

goti tulang-belulangnya. namun  orang kaya itu dimakamkan 

dengan megahnya, jasadnya dibaringkan dengan baik, dan di-

iringi oleh banyak orang yang berkabung menghantar jenazah-

nya ke makamnya, dan sebuah tugu peringatan didirikan di 

sana. Mungkin juga ada pidato pada saat pemakamannya, 

yang memuji-muji dia, hidupnya yang murah hati, dan meja-

nya yang selalu penuh, yang dinikmati oleh orang-orang yang 

memberi pidato pujian itu. Dikatakan mengenai orang jahat 

bahwa ia dibawa ke kuburan tanpa banyak keributan, dan 

dibaringkan di dalam makam, dan jika memungkinkan bahkan 

dengan nyaman ia ditutupi oleh gumpalan-gumpalan tanah di 

lembah (Ayb. 21:32-33). Betapa anehnya suatu upacara pema-

kaman yang bertujuan untuk membahagiakan orang yang 

sudah mati ini . 

4. Orang miskin itu mati lalu dibawa oleh para malaikat ke pang-

kuan Abraham. Betapa besar penghormatan yang diberikan 

kepada jiwanya dengan iring-iringan para malaikat yang mem-

bawanya ke tempat peristirahatannya, jauh melebihi penghor-

matan yang diberikan kepada orang kaya itu yang mayatnya 

dibawa dengan begitu megahnya menuju kuburnya!  

Perhatikan baik-baik:  

(1)  Jiwanya diam di tempat yang terpisah dari badannya. Jiwa 

ini tidak mati, atau jatuh tertidur bersama dengan jasadnya. 

Nyala api lilinnya tidak diambil daripadanya. Sebaliknya, ia 

hidup dan dapat bertindak, serta mengetahui apa yang di-

lakukannya dan apa yang telah dilakukan terhadapnya.  

(2) Jiwanya pindah ke dunia yang lain, yaitu dunia roh. Jiwa-

nya kembali kepada Tuhan  yang memberinya, ke negeri asal-

nya. Hal ini disiratkan dalam perkataan ia dibawa. Roh 

manusia pergi ke atas.  

(3) Para malaikat menjaga jiwa Lazarus; jiwanya dibawa oleh 

para malaikat. Para malaikat melayani roh-roh pewaris ke-

selamatan, tidak hanya selama orang-orang ini  masih 

hidup melainkan juga sesudah  mereka mati. Para malaikat 

juga bertugas atas mereka, untuk menatang mereka, bu-

kan hanya selama perjalanan mereka di atas bumi ini, me-

lainkan juga dalam perjalanan luar biasa mereka saat  

kembali ke rumah kerinduan mereka di sorga. Para malai-

kat menjadi pemandu maupun penjaga mereka saat mele-

wati wilayah-wilayah yang tidak dikenal dan tidak aman. 

Jiwa manusia, jika tidak terbelenggu pada bumi ini dan 

terikat olehnya sebagai jiwa-jiwa yang tidak kudus, sebe-

narnya bersifat elastis dan sebab  itu bisa segera mencuat 

ke atas begitu terpisah dari tubuh jasmani. Namun, Kristus 

tidak mau hal ini terjadi pada orang-orang kepunyaan-Nya, 

dan oleh sebab itu Ia akan mengirimkan para pesuruh-Nya 

untuk menangkap mereka dan membawa jiwa-jiwa itu ke-

pada-Nya. Mungkin orang mengira bahwa satu malaikat 

saja sudah cukup, namun  ternyata banyak malaikat yang 

mengantar Lazarus, sebanyak malaikat yang dikirim untuk 

Elia. Meskipun kereta perang Amasis, raja Mesir, ditarik 

oleh raja-raja yang ditaklukannya, namun, apalah artinya 

kehormatan ini? Orang-orang kudus naik ke sorga oleh ka-

rena kebangkitan Kristus, dan ditambah lagi dengan iring-

iringan para malaikat ini, yang semakin menambah keme-

gahan dan keagungan. Orang-orang kudus akan dibawa 

pulang ke sorga tidak hanya dalam keadaan selamat me-

lainkan juga dengan penuh kehormatan. Sehebat-hebatnya 

para pengiring si orang kaya itu, apalah artinya dibanding-

kan dengan para pengiring Lazarus ini? Para malaikat tidak 

malu menyentuh Lazarus sebab  boroknya hanya ada pada 

badannya saja dan tidak pada jiwanya. Jiwa itulah yang 

dipersembahkan kepada Tuhan  tanpa noda, atau kerut, atau 

apa pun yang semacam itu. “Nah, para malaikat yang ter-

berkati,” kata orang benar itu saat  mengembuskan nafas-

nya, “datanglah sekarang dan kerjakan tugasmu.”  

(4) Jiwa Lazarus dibawa ke pangkuan Abraham. Orang-orang 

Yahudi mengungkapkan kebahagiaan yang dialami orang 

benar pada saat kematian melalui tiga cara: mereka pergi 

ke taman Eden; mereka pergi menuju takhta kemuliaan; dan 

mereka pergi ke pangkuan Abraham. Cara ketiga inilah 

yang digunakan oleh Juruselamat kita di sini. Abraham 

yaitu  bapa orang beriman, jadi ke manakah jiwa orang 

beriman akan dikumpulkan selain kepada Abraham, yaitu 

seorang bapa yang lemah lembut, yang membaringkan 

mereka di pangkuannya, terutama pada saat mereka tiba 

pertama kali, untuk menyambut kedatangan mereka dan 

untuk menyegarkan mereka saat  baru saja terlepas dari 

kesedihan dan keletihan dunia ini? Lazarus dibawa ke 

pangkuannya, artinya, menikmati perjamuan bersamanya, 

sebab  di dalam perjamuan dikatakan bahwa para tamu 

saling bersandaran dada satu sama lainnya. Demikianlah 

orang-orang kudus di sorga duduk bersama Abraham, 

Ishak, dan Yakub. Meskipun Abraham yaitu  orang besar 

dan kaya raya, namun ia tidak sungkan-sungkan untuk 

membaringkan Lazarus di pangkuannya. Orang-orang ku-

dus yang kaya dan yang miskin saling bertemu di sorga. 

Lazarus yang miskin ini, yang tidak diterima di pintu ger-

bang si orang kaya, diantar menuju ke ruang makan, ke 

dalam kamar tidur istana sorga. Ia yang tadinya dengan 

hina ditempatkan bersama-sama dengan anjing-anjing peli-

haraan orang kaya ini , kini terbaring dalam pangku-

an Abraham. 

5.  Kabar selanjutnya yang kita dengar tentang si orang kaya itu, 

sesudah  kematian dan pemakamannya, yaitu  bahwa semen-

tara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas 

(ay. 23). 


(1) Keadaannya sangatlah menyengsarakan. Ia ada di alam 

maut, di neraka, suatu tempat di mana jiwa-jiwa terpisah, 

dan di sanalah ia berada di tempat yang paling menderita 

dan benar-benar sangat menyedihkan. Bila jiwa orang-

orang beriman segera sesudah  dibebaskan dari beban tubuh 

jasmani mereka akan mengalami sukacita dan sangat ber-

bahagia, maka jiwa orang-orang jahat dan cemar segera 

sesudah  mereka dilepaskan dari kesenangan tubuh jasmani 

mereka melalui kematian, berada di dalam kesusahan dan 

kesengsaraan tanpa akhir, tidak berguna, dan tidak ber-

daya, dan penderitaannya akan semakin bertambah dan 

semakin sempurna pada saat kebangkitan orang-orang 

mati pada akhir zaman. Orang kaya itu telah mengabdikan 

seluruh hidupnya untuk kesenangan dunia yang fana, 

seluruh hidupnya dikuasai oleh kesenangan, dan ia telah 

menerima semua yang menjadi bagian miliknya, dan oleh 

sebab itu ia sama sekali tidak layak lagi untuk mengambil 

bagian dalam kesenangan dunia roh. Pemikiran duniawi se-

perti yang ada pada orang kaya ini  tentunya tidak 

disukai roh-roh itu, ia juga tidak akan merasa betah berada 

bersama mereka, dan sebab  itu tentu saja ia akan diasing-

kan dari roh-roh ini . Ini belumlah semuanya. Oleh 

sebab  ia mengeraskan hatinya terhadap orang miskin ke-

punyaan Tuhan , maka ia bukan saja diputuskan dari belas 

kasihan, ia juga diadili tanpa belas kasihan. Bukan saja di-

hukum sengsara, melainkan juga hingga binasa.       

(2) Kesengsaraan yang dialaminya semakin menjadi-jadi sete-

lah ia mengetahui kebahagiaan Lazarus: Ia memandang ke 

atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham dan Lazarus yang 

sedang duduk dipangkuannya. Jiwanyalah yang menderita 

sengsara di alam maut, dan mata yang melihat Lazarus 

yaitu  mata pikirannya. Sekarang ia mulai memikirkan 

apa yang terjadi dengan Lazarus. Ia tidak menemukan 

Lazarus di tempat yang sama dengan dirinya, tidak, seba-

liknya dari jauh ia melihat Lazarus sedang duduk di pang-

kuan Abraham, jelas sekali, seakan-akan ia melihat dengan 

mata jasmaninya. Kesengsaraan yang amat sangat yang di-

alami orang-orang terkutuk seperti ini kita temui juga pada 

kisah sebelumnya (13:28): Kamu akan melihat Abraham 

dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan 

Tuhan , namun  kamu sendiri dicampakkan ke luar.  

[1] Ia melihat Abraham dari jauh. Pastilah amat menye-

nangkan kalau kita bertemu dengan bapa Abraham. Na-

mun, jangan sampai kita melihatnya dari jauh, sebab  

hal ini sangat menyengsarakan. Orang kaya itu melihat 

sendiri bahwa setan-setan dan para sekutunya yang ter-

kutuk berada di dekatnya dengan penampakan-penam-

pakan yang mengerikan, dan sangat menyakitkan, se-

mentara dari jauh ia melihat Abraham. Perhatikanlah, 

setiap apa yang tampak di neraka sangatlah mengeri-

kan.  

[2] Ia melihat Lazarus di pangkuan Abraham. Lazarus yang 

sama yang selama di dunia ia lihat dengan rasa jijik dan 

hina, yang dianggapnya sama sekali tidak berharga, jus-

tru saat ini dilihatnya amat disukai, dan ini membuat-

nya merasa iri. Apa yang dilihatnya mengingatkannya 

tentang kekejamannya dan tindakannya yang tidak me-

ngenal belas kasihan kepada Lazarus. Kebahagiaan 

Lazarus yang dilihatnya membuat penderitaanya sema-

kin bertambah berat. 

III. Berikutnya kita melihat apa yang terjadi antara orang kaya itu 

dan Abraham di tempat yang terpisah satu sama lainnya. Dan 

keduanya bersama-sama terpisah dari dunia ini. Meski mungkin 

tidak akan terjadi atau terjadi dialog atau percakapan seperti ini 

antara orang-orang kudus yang dimuliakan dengan orang berdosa 

yang terkutuk, namun demikian cara seperti ini sangatlah sesuai, 

sebab  mirip dengan yang umumnya dilakukan orang saat  

menguraikan sesuatu. Cara seperti ini dirancang untuk membuat 

hati orang berduka dan tergerak. Percakapan seperti ini meng-

gambarkan pikiran dan perasaan masing-masing orang yang ada 

dalam keadaan demikian. Kita bisa menemukan kisah tentang 

orang berdosa terkutuk yang disiksa di depan mata Anak Domba 

(Why. 14:10), dan juga kisah tentang para hamba Tuhan  yang ber-

iman yang mencari orang-orang yang telah memberontak terhadap 

kovenan, di mana di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya 

tidak akan padam (Yes. 66:23, 24), sebab  itu percakapan antara 

orang kaya dan Abraham seperti ini bukanlah suatu hal yang 

aneh. Sekarang, dalam percakapan ini kita melihat:  

1.  Permohonan orang kaya ini  kepada Abraham agar pen-

deritaannya dapat berkurang (ay. 24). saat  dilihatnya Abra-

ham dari jauh, ia berseru kepadanya, ia berteriak-teriak seke-

ras-kerasnya dengan suara yang memilukan. Hal ini menun-

jukkan bahwa ia sedang kesakitan dan menderita sebab  ia 

memohon-mohon sambil berteriak-teriak dengan keras agar 

permohonannya dikabulkan. Ia memperlihatkan betapa ia sa-

ngat membutuhkan belas kasihan. Orang kaya ini  yang 

selama masih hidup terbiasa memberikan perintah dengan ber-

teriak, sekarang harus memohon-mohon dengan berteriak-te-

riak, jauh lebih keras daripada suara Lazarus saat ia berbaring 

di depan pintu rumahnya. Semua permohonan yang disampai-

kannya dengan suara keras dan ribut itu pada akhirnya ber-

ubah menjadi ratapan.  

Perhatikan baik-baik di sini:   

(1) Sapaan yang ia gunakan untuk Abraham: Bapa Abraham.  

Perhatikanlah, banyak orang di neraka bisa memanggil 

Abraham dengan sebutan bapa, sebab  menurut daging, 

mereka memang keturunannya, malah banyak juga yang 

menurut nama dan pengakuan sungguh-sungguh merupa-

kan anak-anak kovenan yang diteguhkan melalui kovenan 

antara Tuhan  dan Abraham. Mungkin orang kaya ini, pada 

saat ia masih menikmati kesenangan jasmani, telah meren-

dahkan dan menertawakan Abraham dan kisah Abraham 

seperti yang dilakukan oleh para pengejek lainnya di hari-

hari terakhir; namun sekarang ia memberi Abraham sapa-

an kehormatan, Bapa Abraham. Perhatikanlah, akan tiba 

harinya orang-orang jahat dengan gembira berusaha bersa-

habat dengan orang-orang benar dan mengaku-ngaku ber-

saudara dengan mereka, walaupun saat ini mereka menye-

pelekan orang-orang benar itu. Dalam penjabaran ini Abra-

ham mewakili gambaran Kristus, yang kepada-Nya segala 

penghakiman diberikan, dan pemikiran Kristus itulah yang 

diungkapkan melalui tokoh Abraham di sini. Mereka yang 

mengabaikan Kristus sekarang ini tidak lama lagi akan 

berseru-seru kepada-Nya, “Tuhan, Tuhan.” 

(2) Penjelasan orang kaya ini  kepada Abraham mengenai 

kondisinya yang sangat menyedihkan: Aku sangat kesakit-

an dalam nyala api ini. Kesakitan yang dialami jiwanyalah 

yang dikeluhkannya, dan api yang seperti demikian itulah 

yang akan membakar jiwa-jiwa. Inilah api murka Tuhan  yang 

mencengkeram hati nurani yang bersalah. Api ini  

menjadi kengerian yang menakut-nakuti pikiran, menjadi 

celaan yang membuat hati menuduh dan mengutuki diri 

sendiri. Tidak ada yang lebih menyakitkan dan lebih me-

ngerikan terhadap tubuh selain dari siksaan oleh api. De-

mikianlah kesengsaraan dan penderitaan jiwa-jiwa terku-

tuk digambarkan di sini.  

(3) Permintaannya kepada Abraham, sehubungan dengan pen-

deritaannya: Kasihanilah aku. Perhatikanlah, akan tiba 

saatnya mereka yang meremehkan belas kasih Ilahi akan 

memohon-mohon dengan sangat untuk mendapatkan belas 

kasih itu. Seruan, “Oh kasihanilah, kasihanilah” terus dite-

riakkan saat  belas kasihan sudah tidak lagi dicurahkan, 

dan kasih karunia sudah tidak lagi ditawarkan. Orang kaya 

itu yang semasa hidupnya tidak kasihan kepada Lazarus, 

sekarang ini justru berharap agar Lazarus mau mengasi-

haninya; “Sebab,” pikirnya, “Lazarus jauh lebih baik hati-

nya dibandingkan dengan diriku sebelumnya.” Pertolongan 

yang khusus dimintanya yaitu , “Suruhlah Lazarus, supa-

ya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menye-

jukkan lidahku.”  

[1] Di sini secara khusus ia mengeluhkan siksaan yang di-

derita oleh lidahnya, seakan-akan lidahnya jauh lebih 

tersiksa dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. 

Hukuman ini  merupakan akibat dari dosa itu. 

Lidah yaitu  salah satu dari banyak anggota tubuh 

yang digunakan untuk berbicara, dan melalui siksaan 

yang dialami oleh lidahnya maka pikirannya diingatkan 

kembali akan semua kata-kata jahat yang pernah di-

ucapkannya kepada Tuhan  dan manusia, kutukan-ku-

tukannya, sumpah-sumpahnya, dan hujatannya kepada 

Tuhan , semua kata-katanya yang keras dan omongannya 

yang kasar. Oleh sebab  kata-katanya ia dihukum, dan 

oleh sebab itu melalui lidahnya itulah ia disiksa. Lidah 

juga termasuk salah satu organ pengecap, dan oleh se-

bab itu siksaan terhadap lidahnya akan mengingatkan 

dia akan segala kesenangan yang telah dinikmatinya 

hanya untuk memuaskan indra pengecapnya, yaitu 

yang telah ia nikmati dengan lidahnya.  

[2] Ia sangat ingin setetes air untuk menyejukkan lidahnya. 

Ia tidak berkata, “Bapa Abraham, perintahkanlah agar 

aku terbebas dari siksaan ini, tolong keluarkan aku dari 

lubang neraka ini,” sebab  ia benar-benar telah hilang 

harapan untuk keluar dari tempat itu. Apa yang dimin-

tanya hanyalah sesuatu yang paling sederhana yang 

dapat ia minta, yaitu setetes air untuk menyejukkan li-

dahnya sesaat.  

[3] Terkadang mungkin kita bisa curiga bahwa ia mempu-

nyai maksud jahat terhadap Lazarus, bahwa ia berharap 

jika ia dapat merengkuh Lazarus dalam jangkauannya 

maka ia akan menahan Lazarus supaya tidak bisa kem-

bali ke pangkuan Abraham. Hati yang dipenuhi kema-

rahan terhadap Tuhan  juga akan dipenuhi kemarahan 

terhadap anak-anak-Nya. namun , mungkin kita bisa ber-

pikir yang lebih baik mengenai seorang pendosa yang 

terkutuk, dan sebab  itu bisa beranggapan di sini bahwa 

orang kaya ini  sungguh menghargai Lazarus se-

bagai seorang yang bisa ia andalkan saat ini. Orang kaya 

itu menyebut nama Lazarus, sebab  ia mengenalnya, 

dan berpikir bahwa Lazarus pasti akan bersedia melaku-

kan kebaikan untuknya mengingat keduanya dulu su-

dah saling mengenal. Negarawan Grotius mengutip urai-

an Plato yang menjelaskan tentang penderitaan jiwa-jiwa 

yang jahat, dan dari sekian banyak hal antara lain ia 

berkata, seperti orang gila mereka terus-menerus me-

manggil-manggil orang-orang yang telah mereka bunuh, 

atau lukai, memanggil-manggil para korban itu untuk 

mengampuni mereka atas segala kesalahan yang telah 

mereka perbuat. Perhatikanlah, akan tiba waktunya 

orang-orang yang sekarang membenci dan menghina 

umat Tuhan  akan mencari-cari kebaikan mereka.   

2.  Jawaban Abraham atas permintaan orang kaya ini . Pada 

dasarnya, Abraham tidak memenuhi permintaannya. Ia tidak 

akan mengizinkannya menerima air setetes pun untuk menye-

jukkan lidahnya. Perhatikanlah, orang-orang terkutuk di nera-

ka sedikit pun tidak akan berkurang atau melemah penderita-

annya. Jika kita memperbaiki hari-hari kita sekarang dengan 

menggunakan kesempatan yang kita miliki dengan sebaik-

baiknya, kita dapat sepenuhnya dan selamanya dialiri dengan 

belas kasih sepuas-puasnya. Namun, jika saat ini kita menam-

pik tawaran ini , maka sia-sialah kita mengharapkan bah-

kan setetes belas kasihan pun di neraka nanti. Lihatlah seka-

rang bagaimana orang kaya ini menerima bayarannya kembali 

dengan uangnya sendiri. Orang yang menolak remah-remah, 

tidak akan diberikan barang setetes pun. Sekarang ini kepada 

kita dikatakan, Mintalah, maka akan diberikan kepadamu. 

namun , jika kita melewatkan kesempatan ini, maka nantinya, 

sekalipun kita boleh minta, apa pun tidak akan diberikan ke-

pada kita. namun  ini belumlah semuanya. Kalau saja Abraham 

hanya berkata, “Kamu tidak akan mendapat apa pun untuk 

mengurangi penderitaanmu,” maka hal ini mungkin hanya 

membuatnya sedih. Namun, di sini Abraham justru mengata-

kan sesuatu yang malah menambah deritanya dan membuat 

nyala api semakin panas, sebab  memang segala sesuatu 

sangat menyiksa dalam neraka. 

(1)  Abraham memanggil orang kaya itu dengan sebutan anak, 

suatu panggilan yang baik dan sopan, namun  di sini sebutan 

ini  justru lebih mengeraskan lagi penolakan atas per-

mohonannya, yang menutup semua rasa belas kasihan se-

orang bapa terhadapnya. Orang kaya ini  sebelumnya 

pernah menjadi seorang anak, namun  seorang anak yang 

pemberontak, dan sekarang telah menjadi anak yang ter-

sisihkan dan kehilangan harta warisan. saat  kita melihat 

orang-orang di neraka, lihatlah bagaimana tololnya mereka 

yang hanya mengandalkan seruan, Abraham yaitu  bapa 

kita. Mereka ini dipanggil Abraham dengan sebutan anak, 

dan akan berada di sana selama-lamanya.  

(2) Abraham mengingatkan orang kaya itu di dalam pemikiran-

nya tentang kondisinya dan kondisi Lazarus pada saat me-

reka masih hidup: Anak, ingatlah. Perkataan ini sungguh 

menusuk. Berbagai ingatan yang dialami jiwa-jiwa yang ter-

kutuk akan bertindak sebagai para penyiksa bagi mereka 

sendiri. Hati nurani mereka akan dibangunkan dan dido-

rong-dorong untuk melakukan kewajiban yang tidak mau 

mereka lakukan di dunia ini. Tidak ada yang dapat me-

nambahkan minyak yang memperbesar nyala api neraka 

selain dari sebutan, “Anak, ingatlah.” Sekarang ini orang-

orang berdosa diperingatkan untuk ingat, namun  mereka ti-

dak menanggapinya, mereka tidak mau mematuhinya, me-

reka malah mencari-cari jalan untuk menghindarinya. 

“Anak, ingatlah akan Penciptamu, Penebusmu, ingatlah 

akhir hidup nanti,” namun  mereka menutup telinga terha-

dap peringatan-peringatan ini, dan lupa bahwa sebab  ini-

lah mereka memiliki berbagai ingatan. Oleh sebab itu su-

dah selayaknyalah derita abadi mereka akan muncul dari 

peringatan Anak, ingatlah, dan mereka tidak akan mampu 

lagi menulikan telinga mereka terhadap peringatan ini. 

Sungguh amat menakutkan suara nyaring yang akan ber-

bunyi di telinga kita, “Anak, ingatlah akan begitu banyak 

peringatan yang telah diberikan kepadamu agar kamu ti-

dak sampai di tempat penyiksaan ini, namun  kamu tidak 

mengindahkannya; ingatlah akan tawaran baik yang telah 

diberikan kepadamu mengenai kehidupan dan kemuliaan 

abadi, namun kamu tidak menerimanya!” Namun demi-

kian, hal yang diingatkan kepada orang kaya ini yaitu :  

[1] Bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewak-

tu hidupmu. Abraham tidak mengatakan kepada orang 

kaya itu bahwa dia telah menyalahgunakan segala yang 

baik ini , melainkan telah menerima segala kebaik-

an ini  sebelumnya: “Ingatlah betapa besar kebaik-

an yang telah Tuhan  berikan kepadamu, betapa Ia selalu 

siap untuk melakukan kebaikan untukmu. Oleh sebab 

itu kamu tidak boleh berkata bahwa Ia berutang segala 

sesuatu kepadamu, tidak, setetes air pun tidak. Apa 

yang telah Ia berikan kepadamu, engkau telah mene-

rimanya, dan itu sudah cukup. Engkau tidak pernah 

memberi Dia tanda terima atas semua pemberian terse-

but, dalam bentuk ucapan terima kasih atas semuanya 

itu, apa lagi sampai memberikan sesuatu kepada-Nya 

sebagai ucapan syukur atau melakukan hal-hal yang 

baik atas pemberian itu. Engkau telah menjadi kuburan 

bagi berkat-berkat Tuhan , di dalam dirimu semua berkat 

itu terkubur, dan bukan pada tempatnya yang sebenar-

nya. Engkau telah menerima hal-hal yang baik. Engkau 

menerimanya dan menggunakannya seolah-olah semua-

nya itu yaitu  milikmu sendiri, dan engkau sama sekali 

tidak bertanggungjawab atas berkat-berkat ini . 

Atau lebih tepatnya, semuanya itu yaitu  hal-hal baik 

yang menjadi pilihanmu sendiri, yang terbaik menurut 

pandanganmu sendiri, dan engkau memuaskan dirimu 

dengan semuanya itu dan mencukupi dirimu dengan-

nya. Engkau mempunyai makanan, minuman, dan pa-

kaian yang mahal-mahal dan indah-indah, dan di dalam 

semuanya itulah ada  kebahagiaan hidupmu. Se-

muanya itu yaitu  ganjaranmu, penghiburanmu, upah-

mu yang sudah engkau setujui, dan semuanya telah 

engkau terima. Kamu hidup hanyalah demi segala yang 

baik sepanjang waktu hidupmu, dan kamu tidak memi-

kirkan hal-hal yang lebih baik di kehidupan yang lain, 

dan oleh sebab itu tidak ada alasan untuk mengha-

rapkan segala yang baik ini . Hari segala yang baik 

itu telah lewat dan berlalu bagimu, dan sekarang tiba-

lah hari segala yang buruk, sebagai ganjaran atas se-

mua perbuatan burukmu. Engkau telah menerima ca-

wan-cawan belas kasihan yang terakhir seperti yang 

engkau harapkan untuk engkau terima menjadi milik-

mu, dan sebab  itu tidak ada lagi yang tersisa selain 

cawan-cawan murka, murni tanpa campuran apa pun.  

[2] “Ingatlah juga segala yang buruk yang telah diterima 

Lazarus selama hidupnya. Engkau iri dengan kebaha-

giaan yang diperolehnya di sini, namun  coba pikirkan be-

tapa berat penderitaan yang telah ia alami selama hi-

dupnya di dunia. Engkau memiliki begitu banyak hal 

yang baik namun  menjadi manusia yang begitu jahat, se-

dangkan Lazarus, ia memiliki begitu banyak hal yang 

buruk namun  menjadi seorang yang begitu baik. Lazarus 

menerima yang buruk; ia menanggung semuanya itu de-

ngan penuh kesabaran, menerima semuanya langsung 

dari tangan Tuhan  seperti yang dialami Ayub (Ayb. 2:10), 

Apakah kita mau menerima yang baik dari Tuhan , namun  

tidak mau menerima yang buruk? – Lazarus menerima 

semua yang buruk dalam bentuk jasmani untuk me-

nyembuhkan penyakit-penyakit rohaninya, dan ia sung-

guh sembuh.” Kalau orang-orang jahat menerima segala 

yang baik hanya selama hidup di dunia saja dan mela-

lui kematian mereka selamanya dipisahkan dari semua 

yang baik, demikian juga orang-orang baik menerima 

segala yang buruk hanya selama hidup di dunia saja, 

dan melalui kematian mereka selamanya dipisahkan 

dari semua yang buruk ini . Dengan membuat 

orang kaya itu memikirkan semuanya ini kembali, Abra-

ham membangunkan hati nurani si kaya itu untuk 

mengingatkan dia kembali mengenai perlakuannya ter-

hadap Lazarus saat  dia sedang menikmati segala 

yang baik dan Lazarus mengaduh-ngaduh dalam segala 

yang buruk. Ia tidak dapat lupa bahwa pada saat itu ia 

tidak berupaya menolong Lazarus, lalu bagaimana 

mungkin ia mengharapkan agar Lazarus mau meno-

longnya sekarang? Jika Lazarus dalam kehidupan se-

lanjutnya menjadi kaya dan sebaliknya orang kaya ter-

sebut menjadi orang miskin, bisa saja Lazarus berpikir 

bahwa sudah menjadi tugasnya untuk membantu orang 

ini  dan ia tidak akan membalas orang itu setimpal 

dengan kejahatannya. Akan namun , di dunia akan da-

tang, setiap orang akan diganjar sesuai dengan perbuat-

annya, baik dalam hubungan dengan Tuhan  maupun 

dengan manusia.   

(3) Abraham membuat orang kaya itu memikirkan kebahagia-

an sempurna yang dialami Lazarus sekarang ini dan ke-

sengsaraannya sendiri. namun  sekarang meja diputar, dan 

mereka harus menerimanya sampai selama-lamanya; seka-

rang Lazarus mendapat kenyamanan dan engkau sangat 

menderita. Orang kaya itu tidak perlu diberi tahu lagi bah-

wa dia sedang disiksa; ia bisa merasakannya sebagai harga 

yang harus dibayarnya. Ia juga tahu sendiri bahwa orang 

yang sedang berbaring di pangkuan Abraham sudah pasti 

merasa nyaman di sana. Namun begitu, Abraham tetap 

mengingatkan orang kaya ini , supaya dengan mem-

banding-bandingkan ia dapat mempelajari keadilan Tuhan  

dalam membalaskan penindasan kepada mereka yang me-

nindas umat-Nya, dan memberi kelegaan kepada mereka 

yang tertindas (2Tes. 1:6-7).  

Perhatikanlah:  

[1] Sorga yaitu  penghiburan, dan neraka yaitu  siksaan: 

sorga yaitu  sukacita, neraka yaitu  ratapan dan 

raungan, dan kesakitan yang sedalam-dalamnya.  

[2] Jiwa, segera sesudah  meninggalkan tubuh jasmani, se-

gera pergi entah ke sorga atau neraka, untuk menda-

patkan penghiburan atau penyiksaan, langsung, tanpa 

tertidur lebih dulu atau pergi ke tempat api penyucian.  

[3] Sorga akan menjadi sorga yang sesungguhnya bagi me-

reka yang menuju ke sana sesudah  melalui begitu ba-

nyak malapetaka yang luar biasa di dalam dunia ini. 

Mereka yang semasa di dunia ini menerima anugerah 

namun tidak banyak menikmati penghiburan (mungkin 

jiwa mereka menolak untuk dihiburkan), saat  tertidur 

di dalam Kristus, engkau akan berkata dengan sebenar-

benarnya untuk mereka, “Sekarang mereka dihiburkan: 

sekarang semua air mata mereka dihapuskan, dan se-

mua ketakutan mereka dilenyapkan.” Di sorga ada 

penghiburan yang kekal. Sedangkan di lain pihak, ne-

raka akan menjadi neraka yang sesungguhnya bagi me-

reka yang menuju ke sana sesudah  sebelumnya menik-

mati semua kesenangan dan kesukaan. Penyiksaan 

yang akan mereka terima lebih hebat, sementara mala-

petaka yang sifatnya sementara dijelaskan sebagai pe-

rempuan yang lemah dan manja, yang tidak pernah 

menjejakkan telapak kakinya ke tanah sebab  sifatnya 

yang lemah dan manja itu (Ul. 28:56). 

(4) Abraham meyakinkan orang kaya itu bahwa sia-sia saja 

untuk mengharapkan Lazarus membantu dia (ay. 26), ka-

rena, Selain dari pada itu, yang lebih buruk, di antara kami 

dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, luar 

biasa dalam dan lebar, sehingga tidak mungkin ada hu-

bungan antara orang kudus yang dimuliakan dengan orang 

berdosa yang terkutuk.  

[1] Orang kudus yang paling baik hati sekalipun saat ber-

ada di sorga tidak bisa mengunjungi kumpulan orang-

orang mati dan orang-orang terkutuk untuk menghibur 

atau melepaskan siapa pun yang sebelumnya pernah 

menjadi kawan mereka. “Supaya mereka yang mau pergi 

dari sini kepadamu tidak dapat menyeberang; mereka 

tidak dapat meninggalkan wajah Bapa mereka, ataupun 

meninggalkan pekerjaan yang ada di sekeliling takhta-

Nya, untuk mengantarkan air kepadamu. Hal ini bu-

kanlah urusan mereka.”  

[2]  Orang berdosa yang paling berani di neraka sekalipun 

tidak mampu melarikan diri keluar dari penjara terse-

but, mereka tidak dapat menyeberangi jurang yang sa-

ngat dalam itu. Mereka yang mau datang dari situ kepa-

da kami tidak dapat menyeberang. Tidak ada harapan 

bahwa hal ini akan terjadi, sebab  pintu belas kasihan 

telah ditutup, jembatan telah dinaikkan. Tidak ada yang 

dapat keluar dari sana meskipun dengan pembebasan 

bersyarat atau dengan membayar jaminan. Tidak, meski 

hanya untuk satu jam saja. Di dalam dunia kita ini, ter-

pujilah Tuhan , tidak ada jurang yang memisahkan suatu 

sifat dengan anugerah, jadi kita dapat pindah dari sifat 

kita ke anugerah, dari dosa kepada Tuhan . namun  jika 

kita mati dalam dosa-dosa kita, jika kita melemparkan 

diri kita sendiri ke dalam jurang kehancuran, tidak ada 

lagi jalan keluar. Itulah jurang di mana di dalamnya 

tidak ada air, dan tidak ada jalan untuk pengampunan. 

Keputusan dan kebijakan Tuhan  telah mengokohkan ju-

rang ini, dan seluruh dunia tidak dapat meniadakan-

nya. Ini membuat makhluk hidup yang malang ini kehi-

langan harapan. Sekarang sudah terlambat untuk mela-

kukan apa pun untuk mengubah keadaannya, sedikit 

pun tidak: hal ini hanya bisa dicegah sebelum waktu 

ini, namun  sekarang tidak dapat dipulihkan lagi untuk 

selamanya. Keadaan orang berdosa terkutuk sudah di-

tetapkan dengan hukuman yang tidak dapat dibatalkan 

dan tidak dapat diubah. Sebuah batu digelindingkan ke 

pintu neraka dan tidak dapat digulirkan kembali.    

3.  Orang kaya itu kemudian mengajukan permohonan lagi ke-

pada Abraham bapanya, namun  bukan untuk dirinya sendiri, 

sebab  mulutnya telah dikatupkan, dan ia tidak dapat meng-

ucapkan sepatah kata pun terhadap penolakan Abraham un-

tuk memberikan setetes air. Orang berdosa yang terkutuk di-

buat mengerti bahwa penghukuman yang mereka terima itu 

adil, dan mereka tidak dapat mengurangi penderitaan mereka 

meskipun melakukan protes apa pun terhadap penghukuman 

itu. Dan mengingat ia tidak mendapat setetes air untuk menye-

jukkan lidahnya, kita dapat menduga ia menggigit lidahnya ka-

rena kesakitan, sebagaimana yang dikatakan mengenai mere-

ka yang kepadanya ditumpahkan cawan murka Tuhan  (Why. 

16:10). Kita dapat menduga lengkingan dan jeritan orang kaya 

ini sangatlah mengerikan, sebab  itu, saat  ada kesempatan 

berbicara dengan Abraham, ia ingin agar sanak saudara yang 

ditinggalkannya di dunia ini jangan mengalami hal serupa se-

perti dia.  

Nah, untuk itu:  

(1) Ia memohon agar Lazarus disuruh ke rumah ayahnya, un-

tuk mengatakan kepadanya: Aku minta kepadamu, bapa, 

(ay. 27). Ia sekali lagi memanggil Abraham, dan dalam per-

mintaannya kali ini ia sangat bersungguh-sungguh, “Aku 

minta kepadamu. Oh, janganlah menolak permohonanku.” 

saat  ia masih tinggal di dunia ia mungkin pernah memo-

hon dan permohonannya didengarkan, namun  sekarang sia-

sia saja ia memohon. “sebab  engkau menolak permintaan-

ku sebelumnya, mohon kiranya engkau berbelas kasihan 

kepadaku dan jangan menolak permohonanku yang satu 

ini.” Atau, “sebab  di antara aku dan engkau ada  ju-

rang yang tak terseberangi, sehingga dari sini tidak ada 

jalan keluar lagi jika  mereka masuk ke tempat ini. Oh, 

tolonglah suruh orang kepada mereka agar jangan sampai 

mereka masuk ke tempat ini.” Atau, “Meskipun di antara 

aku dan engkau ada  jurang yang tak terseberangi, na-

mun di antara kamu dan saudara-saudaraku tidak ada  

jurang seperti ini, jadi suruh orang datang kepada mereka 

di sana. Suruhlah Lazarus ke rumah ayahku. Ia tahu persis 

di mana rumah itu, ia pernah ke sana berkali-kali, sekali-

pun tidak diberikan remah-remah yang jatuh dari meja. Ia 

tahu di sana masih ada lima orang saudaraku. Jika ia mem-

perlihatkan diri kepada mereka, mereka akan mengenali-

nya, dan akan menuruti apa yang dikatakannya, sebab  

mereka mengenal dia sebagai seorang yang jujur. Biarkan ia 

bersaksi kepada mereka. Biarkan ia menceritakan kepada 

mereka bagaimana keadaanku sekarang ini, bahwa aku 

menghantar diriku sendiri ke tempat yang tidak menye-

nangkan ini oleh sebab kemewahan dan kesenanganku, dan 

oleh sebab  aku tidak berbelas kasihan kepada orang mis-

kin. Biarkan ia memperingatkan mereka untuk tidak meng-

ikuti langkahku, atau terus berjalan mengikuti jalan yang 

pernah kutunjukkan dan tinggalkan kepada mereka, agar 

mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan 

ini” (ay. 28). Beberapa orang mengamati bahwa orang kaya 

itu hanya berbicara tentang lima orang saudara sebab , 

menurut kesimpulan mereka, ia tidak punya anak. Kalau 

tidak, sudah tentu ia akan menyebut-nyebut tentang anak-

nya juga. Mereka juga menyimpulkan bahwa yang membuat 

orang kaya ini lebih tidak berbelas kasihan lagi yaitu  kare-

na memang ia tidak mempunyai tanggungan anak. Seka-

rang ia ingin agar saudara-saudaranya berhenti dari kehi-

dupan yang penuh dosa. Ia tidak berkata, ”Izinkan aku per-

gi mengunjungi mereka agar aku dapat memberi kesaksian 

kepada mereka,” sebab  ia tahu bahwa ada jurang yang 

tidak dapat diseberangi, dan sudah menjadi putus asa un-

tuk minta izin seperti ini. Izin ini sangat menyenangkan bagi 

dirinya, namun  kehadirannya di tengah-tengah saudara-sau-

daranya nanti hanya akan menakutkan mereka, sebab  ke-

jadian seperti ini ada di luar akal sehat mereka. sebab  itu 

ia berkata, “Suruhlah Lazarus, sebab  kunjungannya tidak 

akan begitu menyeramkan, lagi pula kesaksiannya cukup 

untuk menakut-nakuti mereka supaya mereka keluar dari 

dosa-dosa mereka.” Sekarang ia ingin mencegah mereka su-

paya tidak binasa, sebagian sebab  ia sayang kepada me-

reka sebagai saudara. Ia kenal sifat mereka, godaan-godaan 

mereka, ketidakacuhan mereka, ketidaksetiaan mereka, 

masa bodoh mereka, dan ia sungguh ingin mencegah mere-

ka yang kini sedang menuju kebinasaan. Sebagian lagi, ia 

melakukan ini sebab  rasa sayangnya kepada dirinya sen-

diri, sebab  kalau mereka sampai datang kepadanya, ke 

tempat penyiksaan ini, hal ini hanya akan memperburuk 

penderitaannya, sebab  justru dialah yang menunjukkan 

kepada mereka jalan menuju tempatnya sekarang ini. Ke-

adaan menyengsarakan seperti ini sama parahnya dengan 

saat  ia melihat Lazarus. saat  rekan-rekan sesama pen-

dosa saling berkumpul untuk berbagi celaka, seperti ilalang 

dikumpulkan dan diikat untuk dibakar, mereka akan saling 

hantam satu sama lainnya.       

(2) Abraham juga menolak untuk membantunya dalam permo-

honan ini. Tidak ada permintaan yang dikabulkan di dalam 

neraka. Mereka yang menggunakan doa orang kaya kepada 

Abraham ini dan memakainya untuk memohon kepada 

para orang kudus yang telah meninggal, telah melakukan 

doa yang sia-sia. Mereka harus melihat si pendosa terku-

tuk ini sebagai contoh, supaya jangan mengikuti cara ini. 

Bagi orang-orang seperti ini, Abraham memberikan kesak-

sian Musa dan para nabi, yaitu suatu cara yang umum 

dilakukan untuk meyakinkan orang supaya bertobat. Mere-

ka memiliki kesaksian tertulis yang dapat mereka baca dan 

dengar. “Baiklah mereka memperhatikan perkataan nabi-

nabi yang sudah pasti itu, sebab  Tuhan  tidak akan menun-

jukkan kasih karunia-Nya dengan cara lain lagi kepada 

mereka.” Inilah keistimewaan yang diberikan kepada mere-

ka: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; dan 

tugas mereka: “Baiklah mereka mendengarkan kesaksian 

itu, dan imanilah kesaksian itu, sebab  melalui kedua hal 

ini mereka akan terhindar dari tempat penyiksaan ini.” Me-

lalui hal ini terlihat bahwa ada banyak bukti yang cukup 

dalam Perjanjian Lama, di dalam kitab Musa dan para 

nabi, untuk meyakinkan mereka yang mau mendengarkan 

kesaksian ini  dengan rela hati, bahwa ada kehidupan 

lain sesudah  kehidupan di dunia ini, dan akan ada ganjaran 

maupun hukuman untuk manusia yang baik dan yang 

jahat. Hal inilah yang orang kaya ini  kehendaki su-

paya diyakini oleh saudara-saudaranya, dan untuk hal ini-

lah mereka diminta untuk melihat kembali kesaksian Musa 

dan para nabi.  

(3) Akan namun  ia memaksakan permohonannya lebih lanjut 

(ay. 30): “Tidak, bapa Abraham, izinkan aku menekankan 

hal ini lagi. Memang benar, mereka memiliki kesaksian 

Musa dan para nabi, dan, jika mereka percaya kepada ke-

dua kesaksian itu, cukuplah itu bagi mereka, namun , mere-

ka tidak percaya, mereka tidak mau percaya. Namun demi-

kian, mungkin masih ada harapan, jika ada seorang yang 

datang dari antara orang mati kepada mereka, mungkin hal 

ini akan lebih dapat meyakinkan mereka sehingga mereka 

akan bertobat. Mereka sudah terbiasa dengan kitab Musa 

dan para nabi, dan oleh sebab itu mereka tidak menghirau-

kannya lagi. namun , kalau ada orang mati datang kepada 

mereka, ini suatu hal yang baru, yang lebih menggempar-

kan. Pastilah hal ini akan membuat mereka ber


Related Posts:

  • lukas 13-24 5 tindak dengan cepat, sebab, ka-lau tidak, bagaimana mungkin kita dapat berharap untuk dipercayakan dengan harta rohani yang merupa-kan harta yang sesungguhnya (ay. 11)? Biarlah kita diyakinkan oleh hal ini, ya… Read More