tindak dengan cepat, sebab, ka-
lau tidak, bagaimana mungkin kita dapat berharap
untuk dipercayakan dengan harta rohani yang merupa-
kan harta yang sesungguhnya (ay. 11)? Biarlah kita
diyakinkan oleh hal ini, yaitu bahwa yang sungguh-
sungguh kaya dan sangat kaya yaitu mereka yang
kaya di dalam iman, dan kaya terhadap Tuhan , kaya di
dalam Kristus, di dalam janji-janji, dan di dalam harta
sorgawi. Oleh sebab itu marilah kita menimbun harta-
harta kekayaan yang demikian, mengharapkan bagian
kita dari harta demikian, dan mengutamakan mereka,
mengutamakan kerajaan Tuhan dan kebenarannya, dan
kemudian, jika hal-hal lainnya ditambahkan kepada
kita, maka manfaatkanlah in ordine ad spiritualia – de-
ngan suatu tujuan rohani, supaya dengan mengguna-
kannya dengan baik, kita bisa semakin erat menggeng-
gam harta yang sesungguhnya, dan menjadi layak un-
tuk menerima lebih banyak kasih karunia dari Tuhan ;
sebab kepada orang yang dikenan-Nya, yaitu yang
bermurah hati, Ia mengaruniakan hikmat, pengetahuan
dan kesukaan (Pkh. 2:26). Artinya, kepada orang yang
setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, Ia memberikan
harta yang sesungguhnya.
[3] Harta kekayaan dari dunia ini yaitu harta orang lain.
Harta ini yaitu ta allotria, bukan milik kita, kare-
na ia asing bagi jiwa, bagi sifat dan kepentingan jiwa.
608
Harta ini bukanlah milik kita, sebab ia yaitu mi-
lik Tuhan . Hak kepemilikan-Nya atas harta itu melebihi
dan mengatasi hak kita atas harta itu. Hak milik ada
pada Dia, sedangkan kita hanyalah memakai atau me-
nikmatinya saja. Harta ini yaitu harta orang lain.
Kita memperolehnya dari orang lain. Kita mengguna-
kannya untuk orang lain. Apa gunanya barang-barang
itu bagi pemiliknya, sekalipun jumlahnya bertambah, ia
hanya dapat memandangnya, sedangkan yang mengha-
biskannya bertambah banyak. Lagi pula, dalam waktu
sebentar saja kita harus melepaskannya kepada orang
lain dan kita tidak tahu kepada siapa kita akan mele-
paskannya? Akan namun , harta kekayaan rohani dan
harta abadi yaitu harta milik kita (harta ini ma-
suk ke dalam jiwa yang memilikinya) dan tidak dapat di-
pisahkan. Harta ini menjadi bagian terbaik yang
tidak akan pernah diambil dari kita. Jika kita menjadi-
kan Kristus sebagai milik kita, janji-janji-Nya milik kita,
dan sorga milik kita, maka kita pun memiliki apa yang
benar-benar bisa kita sebut sebagai harta milik kita.
namun bagaimana mungkin kita dapat berharap Tuhan
akan memperkaya kita dengan semua harta rohani dan
harta abadi ini jika kita tidak melayani Dia dengan har-
ta duniawi kita, yang atasnya kita ini hanyalah merupa-
kan bendahara saja?
(2) Kita tidak memiliki cara lain untuk membuktikan bahwa
diri kita yaitu para pelayan Tuhan selain daripada menye-
rahkan diri kita sepenuhnya untuk melayani Dia seperti
melayani Mamon, artinya, semua keuntungan duniawi yang
kita dapatkan harus kita pakai untuk melayani-Nya (ay.
13): Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua
tuan, sebab perintah-perintah mereka tidak sejalan satu
sama lain, yang satu dari Tuhan dan satunya lagi dari
Mamon. Jika seseorang mencintai dunia dan berpegang ke-
padanya, ia pasti akan membenci Tuhan dan tidak mengin-
dahkan Dia. Dunia akan membuat semua pemahamannya
mengenai keagamaan untuk tunduk kepada kepentingan
dan tujuan duniawinya. Segala sesuatu dari Tuhan akan di-
manfaatkan untuk membantu melayani dan mencari
Injil Lukas 16:1-18
609
dunia. Sebaliknya, jika seseorang berkeinginan mencintai
Tuhan , dan menaati-Nya, maka dengan sendirinya ia akan
membenci dunia (kapan saja ia menemukan Tuhan dan
dunia berada dalam posisi saling bertentangan) dan tidak
akan mengindahkannya. Dengan cara apa saja ia akan
menggunakan usaha dan keberhasilannya di dunia ini
untuk memajukan usaha keagamaan atau rohaninya. Se-
mua hal-hal yang berasal dari dunia ini akan diatur untuk
membantu dia dalam melayani Tuhan dan mengerjakan
keselamatannya. Hal ini dengan jelas dinyatakan kepada
kita: Kamu tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan kepada
Mamon. Begitu berbedanya kepentingan Tuhan dan Mamon
ini sehingga pelayanan kita terhadap mereka pun tidak per-
nah dapat dipadukan. sebab itu, jika kita memutuskan
untuk melayani Tuhan , maka kita harus menyangkal dan
menolak untuk melayani dunia.
3. Di sini diceritakan mengenai bagaimana ajaran Kristus disam-
but di antara orang-orang Farisi, dan teguran macam apa yang
dilontarkan-Nya kepada mereka.
(1) Dengan jahatnya orang-orang Farisi mengejek Dia (ay. 14).
Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-ham-
ba uang itu, dan mereka tidak dapat menyangkal apa yang
dikatakan-Nya, lalu mencemoohkan Dia.
Marilah kita pertimbangkan hal ini:
[1] Sebagai dosa dan buah dari ketamakan mereka, yang
merupakan dosa yang menguasai mereka, yang meru-
pakan pelanggaran mereka sendiri. Perhatikan, banyak
orang menjalani kehidupan agamanya dengan amat
baik, memiliki banyak pengetahuan dan berlimpah-lim-
pah dalam melakukan kegiatan ibadah mereka, namun
dihancurkan oleh kecintaan mereka akan dunia. Selain
hal ini, tidak ada lagi yang begitu mengeraskan hati
orang terhadap firman Kristus. Orang-orang Farisi ham-
ba-hamba uang ini tidak dapat menahan diri un-
tuk disentuh oleh dunia ini, yang merupakan Delilah
mereka, nafsu berahi kekasih mereka, dan sebab se-
mua inilah mereka mengejek Kristus, exemyktērizon
auton – mereka mendenguskan hidung mereka kepada
610
Dia. Ini merupakan suatu bentuk ungkapan mengejek
dan menghina yang luar biasa yang dapat dibayangkan
orang. Sungguh, firman Tuhan menjadi cemoohan bagi
mereka (Yer. 6:10). Mereka menertawakan Kristus oleh
sebab pendapat-Nya yang begitu berlawanan dengan
pendapat dan cara dunia dalam upaya untuk memulih-
kan mereka dari dosa yang begitu kuatnya dipegang
oleh mereka. Perhatikan, memang sudah menjadi kebia-
saan bagi orang-orang yang tidak mau diperintah oleh
firman Tuhan untuk menertawakan firman itu. Akan te-
tapi, nanti pada akhirnya mereka akan merasakan sen-
diri bahwa firman Tuhan itu tidak dapat dikesampingkan
begitu saja.
[2] Sebagai penderitaan-Nya. Tuhan kita Yesus tidak hanya
mengalami perlawanan dari orang-orang berdosa, me-
lainkan juga penghinaan mereka. Mereka terus meng-
ejek Dia sepanjang hari. Belum pernah ada orang yang
sanggup berbicara seperti Dia, namun Ia diolok-olok
dan diejek. sebab itu, para hamba-Nya yang setia tidak
perlu berkecil hati kelak saat berkhotbah dan men-
derita ejekan yang semena-mena. Bukanlah hal yang
memalukan bagi seseorang untuk ditertawakan. Kita
memang bakal ditertawakan. Para murid Kristus diolok-
olok, namun tidak perlu heran. Seorang murid tidaklah
lebih besar daripada Tuannya.
(2) Pantaslah bila Ia menegur mereka. Bukan sebab mereka
telah mengejek Dia (Ia tahu bagaimana mengabaikan rasa
malu), melainkan sebab mereka telah menipu diri mereka
sendiri melalui penampilan luar dan aneka macam bentuk
kesalehan, yang semuanya tidaklah ada isinya (ay. 15).
Di sini dijelaskan:
[1] Penampilan lahiriah mereka yang menarik namun penuh
kepura-puraan, namun sangat memukau orang lain yang
melihatnya. Pertama-tama, mereka membenarkan diri
sendiri di hadapan orang-orang. Mereka menyangkal se-
tiap perbuatan salah yang dituduhkan kepada mereka,
bahkan oleh Kristus sendiri pun. Mereka menyatakan
diri sebagai manusia yang suci dan penuh kesalehan,
Injil Lukas 16:1-18
611
dan membenarkan pernyataan ini melalui pengakuan
demikian: “Kamu yaitu orang yang melakukan per-
buatan ini , yang belum pernah dilakukan oleh
siapa pun, kamu berupaya menciptakan pendapat
orang-orang tentang kamu, dan, entah benar atau sa-
lah, akan membenarkan diri sendiri di hadapan dunia;
kamu sangat terkenal dalam melakukan hal ini.” Kedua,
orang-orang Farisi sangat dihormati oleh orang banyak.
Orang tidak hanya membebaskan mereka dari segala tu-
duhan terhadap kesalahan yang mereka lakukan, ma-
lah memberi pujian kepada mereka, dan menunjukkan
rasa hormat dan penghargaan tinggi kepada mereka
tidak saja sebagai manusia yang baik melainkan juga
sebagai yang terbaik dari semua manusia. Sikap dan
pikiran orang-orang Farisi sangat dikagumi seperti
dewa, arahan-arahan mereka seperti hukum, dan tin-
dakan-tindakan mereka seperti petunjuk yang tidak
dapat dilanggar.
[2] Bagian dalam mereka yang bertentangan dan penuh ke-
jijikan, yang dalam pandangan Tuhan : “Ia mengetahui
hatimu, di dalamnya menjijikkan, menurut pandangan-
Nya, penuh dengan segala macam kejahatan.” Perhati-
kanlah, Pertama, bodohlah kalau kita membenarkan diri
sendiri di hadapan manusia, dan berpikir bahwa hal ini
cukup untuk membebaskan serta meluputkan kita pa-
da waktu penghakiman terakhir, bahwa manusia tidak
akan mengetahui kejahatan kita; sebab Tuhan yang me-
ngetahui isi hati kita, mengetahui kesalahan-kesalahan
kita yang tidak dapat diketahui oleh siapa pun. Hal ini
seharusnya membuat kita memeriksa diri kita sendiri,
seberapa tinggi kita menghargai diri kita, seberapa ya-
kin kita akan diri kita sendiri. Tuhan mengenal hati kita
dan mengetahui berapa banyak kepalsuan yang tersim-
pan di dalamnya. sebab itu, beralasanlah bagi kita un-
tuk merendahkan diri dan tidak mengandalkan diri sen-
diri. Kedua, yaitu suatu kebodohan jika kita menilai
orang lain atau suatu hal atas dasar pendapat banyak
orang tentang mereka, dan mengikuti kesimpulan mere-
ka yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya.
612
Sebab apa yang dihargai tinggi oleh manusia, yang me-
nilai berdasarkan penampilan lahiriah seseorang,
mungkin saja merupakan kekejian di mata Tuhan , yang
melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, yang
penghakiman-Nya kita yakin sesuai dengan kebenaran.
Di lain pihak, ada sebagian orang yang tidak diindah-
kan dan dihina malah justru diterima dan diakui oleh
Tuhan (2Kor. 10:18).
(3) Yesus mengalihkan perhatian-Nya dari orang-orang Farisi
kepada para pemungut cukai dan para pendosa, yang
dapat lebih digerakkan oleh Injil-Nya daripada orang-orang
Farisi yang tamak dan sombong itu (ay. 16): “Hukum Taurat
dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yoha-
nes; tata aturan Perjanjian Lama, yang hanya berlaku bagi
kalian, hai orang Yahudi, berlanjut hingga kedatangan
Yohanes Pembaptis, dan tampaknya hanya kalian saja yang
memiliki kebenaran dan keselamatan, sehingga hal ini
membuat kalian menjadi besar kepala; kalian mendapat
penghargaan di mata orang sebagai ahli-ahli hukum Taurat
dan kitab para nabi. Namun, sejak Yohanes Pembaptis
muncul, Kerajaan Tuhan diberitakan, yakni suatu tata atur-
an Perjanjian yang Baru, yang sama sekali tidak menilai
manusia dari sejauh mana mereka mendalami atau menge-
tahui hukum Taurat, namun setiap orang berebut memasuki
Kerajaan Injil, baik orang-orang bukan-Yahudi maupun
orang-orang Yahudi, dan tidak ada seorang pun yang dapat
menyombongkan dirinya lebih baik dari yang lain sehingga
bisa masuk ke dalam kerajaan itu atau berpikir bahwa dia
bisa tenang saja sampai para penguasa dan orang-orang
Farisi itu memimpin dia ke sana. Kerajaan Injil atau tata
aturan Perjanjian Baru ini sama sekali bukan suatu un-
dang-undang dasar politis yang berlaku khusus untuk
bangsa Yahudi seperti yang terjadi dengan tata aturan Per-
janjian Lama saat keselamatan menjadi milik bangsa
Yahudi. Sebaliknya, Kerajaan Injil dibuat menjadi masalah
pribadi khusus untuk setiap orang, dan sebab itu, setiap
orang yang percaya bahwa jiwanya perlu diselamatkan dan
ada kekekalan tersedia bagi jiwanya, harus berebut atau
berusaha keras untuk memasukinya, kalau tidak ia akan
Injil Lukas 16:1-18
613
diabaikan.” Beberapa orang mengartikan ayat ini di
atas sebagai berikut: mereka mengejek Kristus yang me-
mandang rendah harta kekayaan, sebab pikir mereka, bu-
kankah dalam Kitab Taurat dan Kitab Para Nabi ada ter-
dapat banyak janji mengenai kekayaan dan harta benda
duniawi? Bukankah ada banyak hamba-hamba Tuhan yang
terbaik yang kaya raya, seperti Abraham dan Daud? “Ini
memang benar,” sahut Kristus, ”demikianlah yang terjadi
sebelumnya, namun kini, saat Kerajaan Tuhan mulai diberi-
takan maka banyak hal-hal berubah menjadi baru; yang
berlaku sekarang, berbahagialah orang yang miskin, yang
berduka, yang teraniaya.” Untuk memberikan penghargaan
kepada orang banyak yang telah meninggikan mereka,
maka orang-orang Farisi memperbolehkan orang banyak
itu untuk menjalankan upacara-upacara dan kegiatan iba-
dah keagamaan yang murah, mudah, dan tidak ada arti-
nya. “namun ,” kata Kristus, “kini sesudah Injil diberitakan,
mata semua orang dibukakan, dan sejak saat itu mereka
tidak lagi meninggikan orang-orang Farisi seperti yang me-
reka lakukan selama ini. Mereka tidak mau lagi berpuas
diri dengan bersikap masa bodoh dalam hal ibadah mereka
seperti yang diajarkan selama ini. Sebaliknya, dengan mak-
sud yang kudus mereka saling berebut untuk memasuki
kerajaan Tuhan .” Perhatikanlah mereka yang hendak masuk
sorga harus bersusah payah, harus berjuang melawan
arus, harus mendesak-desak untuk menerobos kerumunan
orang banyak yang berjalan dari arah yang berlawanan.
(4) Meskipun demikian, Kristus tetap melawan segala rancang-
an yang bermaksud membatalkan Hukum Taurat (ay. 17):
Lebih mudah langit dan bumi lenyap, parelthein – untuk ber-
lalu, untuk menghilang, sekalipun dasar-dasar bumi dan
pilar-pilar langit dibentuk dengan sedemikian kokoh, dari-
pada satu titik dari hukum Taurat batal. Hukum moral telah
dikukuhkan dan disahkan, dan tidak ada satu titik pun
dari hukum ini gugur; segala kewajiban yang dicatat
di dalamnya masih tetap berlaku; dosa-dosa yang dilarang
di dalamnya masih tetap dilarang. Bahkan lebih dari itu,
aturan-aturan di dalamnya lebih dijelaskan dan ditegakkan
oleh Injil, dan dibuat menjadi lebih rohani. Hukum seremo-
614
nial (yang penuh dengan tata upacara luar saja) disempur-
nakan dalam terang Injil. Jadi, tidak satu titik pun dari
hukum itu gugur, sebab ada tercatat di dalam Injil, dan
walaupun kekuatan hukumnya sudah ditanggalkan di da-
lam Injil, namun perlambangan yang ada dalam hukum itu
bersinar terang benderang di dalam Injil, seperti yang di-
saksikan dalam surat kepada orang Ibrani. Ada beberapa
hal yang sengaja dibiarkan oleh hukum Taurat, dengan
maksud untuk mencegah terjadinya kejahatan yang lebih
buruk lagi, namun, pembolehan seperti ini dicabut oleh
Injil, namun hal ini tidak merusak atau merendahkan hu-
kum Taurat, sebab dengan cara ini justru hukum Taurat
dikembalikan lagi kepada maksudnya yang mula-mula,
misalnya mengenai kasus perceraian (ay. 18), yang telah
dibahas dalam Matius 5:32; 19:9. Kristus tidak akan meng-
izinkan perceraian sebab Injil-Nya bertujuan untuk memo-
tong akar pahit dari keinginan dan nafsu manusia yang
tidak benar, untuk membinasakan dan mencabut keluar
keduanya. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh terlalu di-
berikan kebebasan, dan pembolehan sungguh membuat
mereka menjadi bebas. Semakin manusia diberi kebebas-
an, semakin menjadi-jadi dan liar keinginan mereka, dan
semakin menjadi keras kepala.
Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin
(16:19-31)
19 “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan
setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. 20 Dan ada seorang pengemis
bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu ru-
mah orang kaya itu, 21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang
jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat
boroknya. 22 Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-
malaikat ke pangkuan Abraham. 23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur.
Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas,
dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 24
Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Laza-
rus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan
lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 25 namun Abraham
berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik se-
waktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia menda-
pat hiburan dan engkau sangat menderita. 26 Selain dari pada itu di antara
kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka
Injil Lukas 16:19-31
615
yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari
situ kepada kami tidak dapat menyeberang. 27 Kata orang itu: Kalau demi-
kian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah
ayahku, 28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati
mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke
dalam tempat penderitaan ini. 29 namun kata Abraham: Ada pada mereka
kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
30 Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, namun jika ada seorang yang
datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. 31 Kata
Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan
para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang
yang bangkit dari antara orang mati.”
Kalau perumpamaan tentang anak yang hilang memberitakan kepada
kita tentang kasih karunia Injil, yang sungguh membesarkan hati
kita semua, maka perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus ini
memberitahukan kita tentang murka Tuhan yang akan datang, dan ini
dimaksudkan untuk menyadarkan kita. Mereka yang tidak mau disa-
darkan olehnya, akan segera terlena dalam dosa. Orang-orang Farisi
mengolok-olok khotbah Kristus yang menentang hal-hal duniawi.
sebab itu, perumpamaan ini dimaksudkan untuk mengingatkan si
pengejek-pengejek itu supaya berhati-hati. Injil Kristus bertujuan
untuk membantu kita menjadi siap untuk menerima kemiskinan dan
mengalami penderitaan, dan mempersenjatai kita untuk melawan
godaan duniawi dan kesenangan jasmani. Nah, perumpamaan ini,
yang dengan jelas mengajak kita untuk melihat akhir dari kehidupan
kedua orang ini di dunia yang lain, memberi gambaran jauh ke
depan mengenai dua tujuan utama ini . Perumpamaan ini ber-
beda dari perumpamaan-perumpamaan Kristus yang lainnya. Di da-
lam perumpamaan-perumpamaan lainnya, hal-hal rohani digambar-
kan melalui kemiripan dengan hal-hal duniawi, misalnya perumpa-
maan tentang si penabur dan benih gandum (kecuali perumpamaan
tentang domba dan kambing), anak yang hilang, dan semua perum-
pamaan lainnya, kecuali perumpamaan tentang orang kaya dan Laza-
rus ini. Dalam perumpamaan ini hal-hal rohani itu sendiri digambar-
kan dalam bentuk cerita atau uraian dalam keadaannya yang baik
dan buruk di dunia ini dan di dunia lainnya. Kita tidak menyebut
perumpamaan ini sebagai suatu kisah tentang suatu kejadian terten-
tu, namun demikian kejadian seperti ini benar-benar merupakan ke-
nyataan yang terjadi setiap hari, yaitu bahwa orang miskin yang
hidupnya saleh sering diabaikan dan diinjak-injak orang, lalu mati
meninggalkan kesengsaraan mereka dan pergi ke sorga yang penuh
dengan kebahagiaan sempurna dan sukacita penuh, yang telah di-
616
buat menjadi tempat menyenangkan bagi mereka yang sebelumnya
mengalami banyak dukacita. Sebaliknya, orang kaya yang hidup da-
lam kesenangan dan kemewahan dan tidak pernah berbelas kasihan
kepada yang miskin, saat mati, masuk ke dalam keadaan yang pe-
nuh siksaan yang tak terkirakan, dan ini sungguh terasa sangat
menyakitkan dan mengerikan bagi mereka, oleh sebab sebelumnya
mereka sudah terbiasa hidup dalam kesenangan duniawi. Dan tidak
akan ada kelepasan dari siksaan itu. Apakah ini suatu perumpama-
an? Perbandingan apa yang ditunjukkan di sini? Kisah antara Abra-
ham dan orang kaya ini sungguh hanya merupakan sebuah gambar-
an saja, supaya ceritanya lebih menyentuh, seperti halnya antara
Tuhan dan Setan dalam kisah Ayub. Juruselamat kita datang untuk
memperkenalkan kita dengan dunia yang lain, dan untuk memper-
lihatkan kaitan yang ada antara dunia ini dengan dunia itu. Di dalam
uraian ini (demikianlah kata yang saya pilih untuk menyebutnya),
kita bisa mengamati:
I. Kondisi yang berbeda antara orang kaya yang jahat dan orang
miskin yang hidupnya benar di dalam dunia ini. Kita tahu bahwa
sebagian orang, seperti orang-orang Yahudi saat itu, sudah men-
jadikan kemakmuran sebagai salah satu tanda yang menunjuk-
kan gereja sejati, sebagai tanda bahwa seseorang yaitu orang
yang baik dan merupakan kesukaan sorga. sebab itu, orang-
orang ini sama sekali tidak dapat menerima pemikiran-pe-
mikiran yang baik tentang orang miskin. Akan namun , dalam setiap
kesempatan Kristus sendiri memperbaiki kekeliruan ini , dan
di sini dengan sangat jelas kita melihat:
1. Seorang yang jahat, yang akan menderita selamanya dalam
kemakmurannya (ay. 19): Ada seorang kaya. Dalam bahasa
Latin kita biasa menyebut orang itu Dives – seorang yang
kaya. Seperti yang diamati Uskup Tillotson, nama orang kaya
ini tidak diberitahukan, seperti yang terjadi dengan si
miskin, sebab berbahaya untuk menyebut nama seorang
kaya dalam uraian seperti ini, bisa memancing reaksi yang
tidak baik. Namun, sebagian orang lagi mengamati bahwa
Kristus tidak mau begitu menghormati orang kaya itu dengan
menyebut namanya. Bila disebut, namanya akan terus dike-
nang. Sekarang nama si miskin tetap ada, sedangkan nama
Injil Lukas 16:19-31
617
orang kaya itu terkubur tanpa diketahui. Sekarang kepada
kita diceritakan mengenai orang kaya ini :
(1) Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan inilah
perhiasannya. Ia memiliki kain halus untuk kesenangan
pribadi, dan tanpa diragukan lagi selalu bersih, sepanjang
malam dan siang. Ia memiliki jubah ungu sebab statusnya
yang tinggi, sebab inilah jubah yang biasa dipakai oleh
para raja. Ini artinya bahwa Kristus agak menyinggung
Herodes di sini. Dalam setiap pemunculannya di hadapan
umum Herodes selalu tampil dalam segala kebesarannya.
(2) Ia makan yang enak-enak dan mewah setiap hari. Mejanya
selalu dihiasi dengan segala jenis makanan yang dapat di-
sediakan oleh alam dan karya seni. Sekeliling meja dihiasi
dengan piring-piring. Para pelayannya menunggu di dekat
meja, siap sedia untuk melayani. Tanpa diragukan lagi
para tamu yang duduk di mejanya sangat berterima kasih
atas segalanya ini, seperti yang dipikirkannya. Lalu, apa
yang salah dengan semuanya ini? Menjadi kaya bukanlah
dosa, memakai jubah ungu dan kain halus bukanlah dosa,
memenuhi meja dengan makanan yang berlimpah ruah
pun bukanlah dosa, selama kekayaan seseorang mampu
menyediakan semuanya itu. Kita tidak diberitahukan bah-
wa orang kaya dalam perumpamaan ini mendapatkan ke-
kayaannya dengan cara menipu, memeras, atau memaksa.
Tidak, orang kaya ini juga tidak mabuk-mabukan
atau membuat orang lain mabuk.
Namun demikian:
[1] Dengan perumpamaan ini Kristus hendak memper-
lihatkan bahwa sekalipun memiliki kekayaan berlim-
pah, kebesaran dan kesenangan, seseorang bisa da-
pat mati dan binasa di bawah murka dan kutukan
Tuhan . Kita tidak dapat begitu saja menilai orang ber-
dasarkan kehidupan mereka yang berlimpah bahwa
Tuhan mencintai mereka sebab Dia memberikan be-
gitu banyak berkat kepada mereka, atau bahwa me-
reka mencintai Tuhan sebab Tuhan telah memberikan
begitu banyak berkat kepada mereka. Kebahagiaan
tidak ditentukan oleh hal-hal demikian.
618
[2] Kelimpahan dan kesenangan yaitu hal yang amat
berbahaya, dan bagi banyak orang, hal-hal ini mem-
bawa godaan yang mematikan yang menggoda mere-
ka untuk hidup dalam kemewahan, kenikmatan jas-
mani dan melupakan Tuhan dan dunia lain. Orang
ini mungkin hidup berbahagia jika ia tidak me-
miliki begitu banyak harta kekayaan dan kesenang-
an.
[3] Menikmati kesenangan tubuh dan kenikmatan jas-
mani secara berlebihan mendatangkan kehancuran
bagi banyak jiwa dan segala kepentingannya. Me-
mang benar bahwa menyantap makanan yang lezat
dan mengenakan pakaian-pakaian yang indah tidak-
lah salah. namun , juga benar bahwa hal-hal ini se-
ring kali menjadi sumber dari kesombongan dan ke-
mewahan, sehingga pada akhirnya mendatangkan
dosa bagi kita.
[4] Bahwa berpesta pora bersama sahabat-sahabat kita
dan pada saat yang sama melupakan kesusahan
orang-orang yang miskin dan yang menderita, sa-
ngatlah membangkitkan kemarahan Tuhan dan meru-
sak jiwa. Dosa yang diperbuat orang kaya ini bukan
sebab pakaian yang dikenakannya atau makanan
atau minuman yang disantapnya, namun sebab se-
muanya itu dipakainya untuk dirinya sendiri.
2. Seorang yang benar yang hidupnya terpuruk dalam kesusahan
dan amat menderita, namun pada akhirnya ia bahagia selama-
nya (ay. 20): Ada seorang pengemis bernama Lazarus. Seorang
pengemis dengan nama itu, yang hidupnya saleh namun amat
susah, mungkin sangat dikenal oleh orang-orang yang baik
pada waktu itu: seorang pengemis seperti Eleazar atau Laza-
rus. Beberapa orang berpendapat bahwa Eleazar yaitu nama
yang cocok untuk orang miskin, sebab nama ini berarti
pertolongan Tuhan , yang yaitu tempat pelarian saat sudah
tidak ada lagi pertolongan lain. Orang miskin ini berada dalam
titik yang sangat luar biasa rendahnya, baik dalam hal keseng-
saraannya maupun dalam hal-hal jasmani lainnya. Keadaan-
nya sangat tidak wajar, di luar dari yang dapat Anda bayang-
kan bagaimana semestinya seseorang hidup di dunia.
Injil Lukas 16:19-31
619
(1) Badannya penuh dengan borok, seperti Ayub. Tubuh yang
sakit dan lemah merupakan penderitaan yang sangat luar
biasa, namun borok-borok jauh lebih menyakitkan bagi si
sakit, dan lebih menjijikkan bagi yang melihatnya.
(2) Ia terpaksa mengemis meminta makanan, mengais-ngais
sisa-sisa makanan di depan pintu-pintu rumah orang kaya.
Ia begitu sakit dan lumpuh sehingga tidak dapat pergi ke
mana-mana sendirian, dan harus digotong oleh tangan-
tangan yang mengasihaninya, dan dibaringkan dekat pintu
rumah orang kaya itu. Perhatikanlah, barangsiapa yang
tidak dapat membantu orang miskin dengan uang, harus
menolong mereka dengan pengorbanan. Barangsiapa tidak
dapat meminjamkan uang sepeser pun kepada orang mis-
kin, ia masih dapat mengulurkan tenaganya. Barangsiapa
tidak dapat memberikan sesuatu untuk orang-orang mis-
kin, ia masih bisa mengantar mereka kepada orang lain
yang mampu, atau meminta bantuan atas nama mereka.
Lazarus di dalam kesusahannya sama sekali tidak memiliki
apa-apa untuk menanggung kebutuhan hidupnya, tidak
ada sanak saudara yang dapat ia kunjungi, dan juga tidak
ada jemaat di lingkungannya yang mengurusnya. Inilah
contoh kemunduran jemaat Yahudi pada saat itu, sehingga
orang benar seperti Lazarus harus sangat menderita meski-
pun hanya untuk mendapat sesuap nasi.
Sekarang perhatikan baik-baik:
[1] Harapan-harapan Lazarus dari meja orang kaya itu: Ia
ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh
(ay. 21). Ia tidak mencari sisa-sisa makanan yang tidak
dimakan lagi oleh orang kaya itu, meskipun bisa saja ia
mendapatkannya. Sebaliknya, ia cukup bersyukur bila
hanya mendapatkan remah-remah yang tercecer di ko-
long meja, serpihan-serpihan makanan yang terjatuh.
Lebih tepat lagi, sisa-sisa untuk makanan anjing. Orang
miskin hanya bisa memohon-mohon, dan harus puas
dengan apa saja yang bisa mereka dapatkan. Hal ini di-
catat untuk menunjukkan, pertama, seperti apa kesu-
sahan dan sifat orang miskin itu. Ia bukan hanya mis-
kin, namun juga miskin secara rohani, dan ia menerima
620
kemiskinannya itu. Ia tidak berbaring di pintu rumah
orang kaya itu sambil mengeluh atau berteriak-teriak
tidak keruan dan membuat keributan di sana, namun de-
ngan tenang dan pasrah berharap untuk diberi makan
dengan remah-remah yang terjatuh. Orang yang mende-
rita ini yaitu orang yang baik dan berkenan kepada
Tuhan . Perhatikanlah, sering kali terjadi sebagian orang
kudus dan para hamba kesayangan Tuhan hidupnya
sangat menderita di dunia ini, namun sebaliknya orang-
orang jahat hidupnya makmur dan hartanya berlimpah-
limpah (Mzm. 73:7, 10, 14). Kita lihat di sini seorang
anak hukuman dan pewaris neraka sedang duduk di
dalam rumah, bersukaria dalam kemewahan, sementa-
ra seorang anak terkasih dan pewaris sorga sedang
terbaring di pintu rumah mati kelaparan. Lalu, apakah
keadaan kerohanian seseorang kelak akan diadili berda-
sarkan kondisi fisik mereka? Kedua, bagaimanakah
sikap orang kaya ini terhadap Lazarus? Kita tidak
diberitahukan apakah orang kaya ini menghina
Lazarus, atau melarang Lazarus mendekati pintu ru-
mahnya, atau menyakiti Lazarus. Namun, secara tidak
langsung kita bisa melihat bahwa orang kaya itu tidak
mengindahkan Lazarus. Ia sama sekali tidak memiliki
perhatian kepadanya, tidak merawatnya. Padahal jelas-
jelas ada orang yang memerlukan amal kasihnya, yang
keadaannya sangat mengharukan, tanpa harus diberi-
tahukan lagi. Semuanya diperlihatkan kepadanya di de-
pan pintu rumahnya sendiri. Orang miskin itu memiliki
karakter dan tingkah laku yang baik. Segala hal baik
yang dapat dibanggakan ada padanya. Satu hal kecil
dapat merupakan suatu kebaikan yang sangat berarti
bagi dirinya, namun orang kaya itu tidak mengindahkan
keadaannya sama sekali, ia tidak memerintahkan para
bawahannya untuk membawa masuk Lazarus supaya
menginap di lumbungnya atau di suatu ruangan terten-
tu di sekitar rumahnya. Ia membiarkan Lazarus terba-
ring di depan pintu rumahnya saja. Perhatikan, tidak
menindas atau memeras atau menginjak-injak orang-
orang miskin tidaklah cukup. Pada hari penghakiman
Injil Lukas 16:19-31
621
kita akan menjadi bendahara yang tidak jujur terhadap
harta milik Tuhan jika kita tidak menolong dan
membebaskan orang-orang miskin dari kemiskinan.
Alasan yang diberikan untuk hukuman yang sangat me-
ngerikan itu yaitu , “saat Aku lapar kamu tidak mem-
beri Aku makan.” Saya merasa heran mengapa orang-
orang kaya yang telah membaca Injil Kristus dan per-
caya kepada Injil itu dapat menjadi begitu tidak peduli
akan keperluan dan penderitaan orang-orang miskin
dan yang menderita.
[2] Perlakuan yang diterima Lazarus dari anjing-anjing. An-
jing-anjing datang dan menjilat boroknya. Ada kemung-
kinan orang kaya itu memelihara segerombol anjing
pemburu atau jenis anjing lainnya sebagai hiburan un-
tuk menyenangkan angan-angan hatinya. Anjing-anjing
ini diberi makan sampai kenyang sementara Lazarus
yang miskin tidak mampu memperoleh makanan yang
cukup agar dia dapat bertahan hidup. Perhatikanlah,
mereka yang mampu memberi makan anjing-anjing me-
reka namun mengabaikan orang-orang miskin, pada
waktunya nanti akan dimintai jawaban mengenai hal
ini. Banyak orang kaya keadaannya akan lebih buruk
lagi, sebab mereka tidak mau beramal, dan hanya mau
memuaskan angan-angan dan kebodohan mereka dari-
pada memenuhi kebutuhan dan menyukakan hati ba-
nyak orang Kristen yang baik namun yang hidupnya
susah. Apa yang dilakukan orang-orang kaya ini
tidak menyenangkan hati Tuhan , dan malahan mereka
menghina keberadaan manusia sebab memanjakan
anjing-anjing dan kuda-kuda mereka namun membiar-
kan keluarga-keluarga tetangga mereka yang miskin
menderita kelaparan. Begitulah, anjing-anjing itu da-
tang dan menjilat borok Lazarus yang miskin. Hal ini
dapat diartikan, pertama, keadaannya sungguh luar
biasa menyengsarakan. Boroknya berdarah dan berna-
nah sehingga mengundang anjing-anjing datang dan
menjilatinya, seperti yang terjadi dengan darah Nabot
dan Ahab (1Raj. 21:19). Kita juga membaca bahwa li-
dah anjing-anjing mendapat bagiannya dari pada musuh
622
(maksudnya dalam darah musuh – pen.) (Mzm. 68:24).
Anjing-anjing itu menyerang Lazarus seolah-olah ia
sudah mati, sedangkan ia sendiri pun tidak berdaya
mengusir mereka, dan para pembantu orang kaya itu
juga tidak berupaya apa-apa. Anjing-anjing itu sama
saja seperti tuan mereka, ingin berpesta pora dengan
darah manusia. Atau, dapat pula dikatakan, kedua, ji-
latan anjing-anjing itu sedikit meringankan beban pen-
deritaan Lazarus; alla kai, tuan dari anjing-anjing itu
mengeraskan hati terhadap Lazarus, namun anjing-anjing
itu datang dan menjilati lukanya sehingga sedikit me-
ngurangi penderitaan dan meringankan rasa sakit pada
boroknya. Di sini tidak disebutkan bahwa anjing-anjing
itu menghisap borok itu, melainkan menjilatinya dan
hal ini baik untuk borok-borok itu. Anjing-anjing itu
memperlakukan Lazarus jauh lebih baik daripada tuan
mereka.
II. Kita lihat ada keadaan yang berbeda dari orang miskin yang
saleh itu dan dari orang kaya yang kejam itu, pada saat dan
sesudah kematian. Sampai di sini orang kaya ini sepintas
lebih beruntung, namun Exitus acta probat – Tunggu dulu, dan mari
kita lihat akhir dari semuanya ini.
1. Mereka berdua mati (ay. 22): Matilah orang miskin itu; orang
kaya itu juga mati. Kematian yaitu nasib yang pasti akan
dihadapi oleh orang kaya dan orang miskin, oleh orang saleh
dan orang fasik; di sanalah mereka akan bertemu. Yang se-
orang mati di dalam kekuatannya, dan yang lain mati di dalam
kepahitan jiwanya; namun sama-sama mereka terbaring di da-
lam debu, Ayub 21:26. Kematian tidak pandang bulu apakah
itu orang kaya dengan kekayaannya atau orang miskin dengan
kemiskinannya. Orang-orang kudus mati, supaya mereka bisa
menyudahi dukacita dan masuk ke dalam sukacita. Orang-
orang berdosa mati, supaya mereka mempertanggungjawab-
kan semua perbuatan mereka. Oleh sebab itu, yaitu penting
bagi orang kaya dan orang miskin untuk menyiapkan diri
menghadapi kematian, sebab kematian menanti mereka ber-
dua. Mors sceptra ligonibus æquat – Kematian mempersatukan
tongkat kerajaan dengan peralatan kebun.
– – æquo pulsat pede pauperum tabernas,
Regumque turres.
Dengan langkah yang sama, nasib tidak berpihak
Mengetuk pintu istana, juga pintu gubuk
2. Pengemis itu mati lebih dulu. Tuhan sering kali mengambil
orang saleh keluar dari dunia dan meninggalkan orang jahat
terus berkembang. Beruntunglah bagi si pengemis sebab pen-
deritaannya segera berakhir. sesudah selama ini tidak memiliki
tempat berteduh atau beristirahat, sekarang ia bersemayam di
dalam kubur dan rasa lelah menemukan tempat istirahatnya.
3. Orang kaya itu mati, lalu dikubur. Tidak dijelaskan bagaimana
orang miskin itu dikuburkan. Orang-orang menggali sebuah
lubang di mana saja, dan melemparkan begitu saja mayatnya,
tidak ada upacara khidmat. Dikuburkan seperti binatang. Ma-
sih untung orang-orang yang membiarkan anjing-anjing men-
jilati boroknya tidak membiarkan anjing-anjing itu menggero-
goti tulang-belulangnya. namun orang kaya itu dimakamkan
dengan megahnya, jasadnya dibaringkan dengan baik, dan di-
iringi oleh banyak orang yang berkabung menghantar jenazah-
nya ke makamnya, dan sebuah tugu peringatan didirikan di
sana. Mungkin juga ada pidato pada saat pemakamannya,
yang memuji-muji dia, hidupnya yang murah hati, dan meja-
nya yang selalu penuh, yang dinikmati oleh orang-orang yang
memberi pidato pujian itu. Dikatakan mengenai orang jahat
bahwa ia dibawa ke kuburan tanpa banyak keributan, dan
dibaringkan di dalam makam, dan jika memungkinkan bahkan
dengan nyaman ia ditutupi oleh gumpalan-gumpalan tanah di
lembah (Ayb. 21:32-33). Betapa anehnya suatu upacara pema-
kaman yang bertujuan untuk membahagiakan orang yang
sudah mati ini .
4. Orang miskin itu mati lalu dibawa oleh para malaikat ke pang-
kuan Abraham. Betapa besar penghormatan yang diberikan
kepada jiwanya dengan iring-iringan para malaikat yang mem-
bawanya ke tempat peristirahatannya, jauh melebihi penghor-
matan yang diberikan kepada orang kaya itu yang mayatnya
dibawa dengan begitu megahnya menuju kuburnya!
Perhatikan baik-baik:
(1) Jiwanya diam di tempat yang terpisah dari badannya. Jiwa
ini tidak mati, atau jatuh tertidur bersama dengan jasadnya.
Nyala api lilinnya tidak diambil daripadanya. Sebaliknya, ia
hidup dan dapat bertindak, serta mengetahui apa yang di-
lakukannya dan apa yang telah dilakukan terhadapnya.
(2) Jiwanya pindah ke dunia yang lain, yaitu dunia roh. Jiwa-
nya kembali kepada Tuhan yang memberinya, ke negeri asal-
nya. Hal ini disiratkan dalam perkataan ia dibawa. Roh
manusia pergi ke atas.
(3) Para malaikat menjaga jiwa Lazarus; jiwanya dibawa oleh
para malaikat. Para malaikat melayani roh-roh pewaris ke-
selamatan, tidak hanya selama orang-orang ini masih
hidup melainkan juga sesudah mereka mati. Para malaikat
juga bertugas atas mereka, untuk menatang mereka, bu-
kan hanya selama perjalanan mereka di atas bumi ini, me-
lainkan juga dalam perjalanan luar biasa mereka saat
kembali ke rumah kerinduan mereka di sorga. Para malai-
kat menjadi pemandu maupun penjaga mereka saat mele-
wati wilayah-wilayah yang tidak dikenal dan tidak aman.
Jiwa manusia, jika tidak terbelenggu pada bumi ini dan
terikat olehnya sebagai jiwa-jiwa yang tidak kudus, sebe-
narnya bersifat elastis dan sebab itu bisa segera mencuat
ke atas begitu terpisah dari tubuh jasmani. Namun, Kristus
tidak mau hal ini terjadi pada orang-orang kepunyaan-Nya,
dan oleh sebab itu Ia akan mengirimkan para pesuruh-Nya
untuk menangkap mereka dan membawa jiwa-jiwa itu ke-
pada-Nya. Mungkin orang mengira bahwa satu malaikat
saja sudah cukup, namun ternyata banyak malaikat yang
mengantar Lazarus, sebanyak malaikat yang dikirim untuk
Elia. Meskipun kereta perang Amasis, raja Mesir, ditarik
oleh raja-raja yang ditaklukannya, namun, apalah artinya
kehormatan ini? Orang-orang kudus naik ke sorga oleh ka-
rena kebangkitan Kristus, dan ditambah lagi dengan iring-
iringan para malaikat ini, yang semakin menambah keme-
gahan dan keagungan. Orang-orang kudus akan dibawa
pulang ke sorga tidak hanya dalam keadaan selamat me-
lainkan juga dengan penuh kehormatan. Sehebat-hebatnya
para pengiring si orang kaya itu, apalah artinya dibanding-
kan dengan para pengiring Lazarus ini? Para malaikat tidak
malu menyentuh Lazarus sebab boroknya hanya ada pada
badannya saja dan tidak pada jiwanya. Jiwa itulah yang
dipersembahkan kepada Tuhan tanpa noda, atau kerut, atau
apa pun yang semacam itu. “Nah, para malaikat yang ter-
berkati,” kata orang benar itu saat mengembuskan nafas-
nya, “datanglah sekarang dan kerjakan tugasmu.”
(4) Jiwa Lazarus dibawa ke pangkuan Abraham. Orang-orang
Yahudi mengungkapkan kebahagiaan yang dialami orang
benar pada saat kematian melalui tiga cara: mereka pergi
ke taman Eden; mereka pergi menuju takhta kemuliaan; dan
mereka pergi ke pangkuan Abraham. Cara ketiga inilah
yang digunakan oleh Juruselamat kita di sini. Abraham
yaitu bapa orang beriman, jadi ke manakah jiwa orang
beriman akan dikumpulkan selain kepada Abraham, yaitu
seorang bapa yang lemah lembut, yang membaringkan
mereka di pangkuannya, terutama pada saat mereka tiba
pertama kali, untuk menyambut kedatangan mereka dan
untuk menyegarkan mereka saat baru saja terlepas dari
kesedihan dan keletihan dunia ini? Lazarus dibawa ke
pangkuannya, artinya, menikmati perjamuan bersamanya,
sebab di dalam perjamuan dikatakan bahwa para tamu
saling bersandaran dada satu sama lainnya. Demikianlah
orang-orang kudus di sorga duduk bersama Abraham,
Ishak, dan Yakub. Meskipun Abraham yaitu orang besar
dan kaya raya, namun ia tidak sungkan-sungkan untuk
membaringkan Lazarus di pangkuannya. Orang-orang ku-
dus yang kaya dan yang miskin saling bertemu di sorga.
Lazarus yang miskin ini, yang tidak diterima di pintu ger-
bang si orang kaya, diantar menuju ke ruang makan, ke
dalam kamar tidur istana sorga. Ia yang tadinya dengan
hina ditempatkan bersama-sama dengan anjing-anjing peli-
haraan orang kaya ini , kini terbaring dalam pangku-
an Abraham.
5. Kabar selanjutnya yang kita dengar tentang si orang kaya itu,
sesudah kematian dan pemakamannya, yaitu bahwa semen-
tara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas
(ay. 23).
(1) Keadaannya sangatlah menyengsarakan. Ia ada di alam
maut, di neraka, suatu tempat di mana jiwa-jiwa terpisah,
dan di sanalah ia berada di tempat yang paling menderita
dan benar-benar sangat menyedihkan. Bila jiwa orang-
orang beriman segera sesudah dibebaskan dari beban tubuh
jasmani mereka akan mengalami sukacita dan sangat ber-
bahagia, maka jiwa orang-orang jahat dan cemar segera
sesudah mereka dilepaskan dari kesenangan tubuh jasmani
mereka melalui kematian, berada di dalam kesusahan dan
kesengsaraan tanpa akhir, tidak berguna, dan tidak ber-
daya, dan penderitaannya akan semakin bertambah dan
semakin sempurna pada saat kebangkitan orang-orang
mati pada akhir zaman. Orang kaya itu telah mengabdikan
seluruh hidupnya untuk kesenangan dunia yang fana,
seluruh hidupnya dikuasai oleh kesenangan, dan ia telah
menerima semua yang menjadi bagian miliknya, dan oleh
sebab itu ia sama sekali tidak layak lagi untuk mengambil
bagian dalam kesenangan dunia roh. Pemikiran duniawi se-
perti yang ada pada orang kaya ini tentunya tidak
disukai roh-roh itu, ia juga tidak akan merasa betah berada
bersama mereka, dan sebab itu tentu saja ia akan diasing-
kan dari roh-roh ini . Ini belumlah semuanya. Oleh
sebab ia mengeraskan hatinya terhadap orang miskin ke-
punyaan Tuhan , maka ia bukan saja diputuskan dari belas
kasihan, ia juga diadili tanpa belas kasihan. Bukan saja di-
hukum sengsara, melainkan juga hingga binasa.
(2) Kesengsaraan yang dialaminya semakin menjadi-jadi sete-
lah ia mengetahui kebahagiaan Lazarus: Ia memandang ke
atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham dan Lazarus yang
sedang duduk dipangkuannya. Jiwanyalah yang menderita
sengsara di alam maut, dan mata yang melihat Lazarus
yaitu mata pikirannya. Sekarang ia mulai memikirkan
apa yang terjadi dengan Lazarus. Ia tidak menemukan
Lazarus di tempat yang sama dengan dirinya, tidak, seba-
liknya dari jauh ia melihat Lazarus sedang duduk di pang-
kuan Abraham, jelas sekali, seakan-akan ia melihat dengan
mata jasmaninya. Kesengsaraan yang amat sangat yang di-
alami orang-orang terkutuk seperti ini kita temui juga pada
kisah sebelumnya (13:28): Kamu akan melihat Abraham
dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan
Tuhan , namun kamu sendiri dicampakkan ke luar.
[1] Ia melihat Abraham dari jauh. Pastilah amat menye-
nangkan kalau kita bertemu dengan bapa Abraham. Na-
mun, jangan sampai kita melihatnya dari jauh, sebab
hal ini sangat menyengsarakan. Orang kaya itu melihat
sendiri bahwa setan-setan dan para sekutunya yang ter-
kutuk berada di dekatnya dengan penampakan-penam-
pakan yang mengerikan, dan sangat menyakitkan, se-
mentara dari jauh ia melihat Abraham. Perhatikanlah,
setiap apa yang tampak di neraka sangatlah mengeri-
kan.
[2] Ia melihat Lazarus di pangkuan Abraham. Lazarus yang
sama yang selama di dunia ia lihat dengan rasa jijik dan
hina, yang dianggapnya sama sekali tidak berharga, jus-
tru saat ini dilihatnya amat disukai, dan ini membuat-
nya merasa iri. Apa yang dilihatnya mengingatkannya
tentang kekejamannya dan tindakannya yang tidak me-
ngenal belas kasihan kepada Lazarus. Kebahagiaan
Lazarus yang dilihatnya membuat penderitaanya sema-
kin bertambah berat.
III. Berikutnya kita melihat apa yang terjadi antara orang kaya itu
dan Abraham di tempat yang terpisah satu sama lainnya. Dan
keduanya bersama-sama terpisah dari dunia ini. Meski mungkin
tidak akan terjadi atau terjadi dialog atau percakapan seperti ini
antara orang-orang kudus yang dimuliakan dengan orang berdosa
yang terkutuk, namun demikian cara seperti ini sangatlah sesuai,
sebab mirip dengan yang umumnya dilakukan orang saat
menguraikan sesuatu. Cara seperti ini dirancang untuk membuat
hati orang berduka dan tergerak. Percakapan seperti ini meng-
gambarkan pikiran dan perasaan masing-masing orang yang ada
dalam keadaan demikian. Kita bisa menemukan kisah tentang
orang berdosa terkutuk yang disiksa di depan mata Anak Domba
(Why. 14:10), dan juga kisah tentang para hamba Tuhan yang ber-
iman yang mencari orang-orang yang telah memberontak terhadap
kovenan, di mana di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya
tidak akan padam (Yes. 66:23, 24), sebab itu percakapan antara
orang kaya dan Abraham seperti ini bukanlah suatu hal yang
aneh. Sekarang, dalam percakapan ini kita melihat:
1. Permohonan orang kaya ini kepada Abraham agar pen-
deritaannya dapat berkurang (ay. 24). saat dilihatnya Abra-
ham dari jauh, ia berseru kepadanya, ia berteriak-teriak seke-
ras-kerasnya dengan suara yang memilukan. Hal ini menun-
jukkan bahwa ia sedang kesakitan dan menderita sebab ia
memohon-mohon sambil berteriak-teriak dengan keras agar
permohonannya dikabulkan. Ia memperlihatkan betapa ia sa-
ngat membutuhkan belas kasihan. Orang kaya ini yang
selama masih hidup terbiasa memberikan perintah dengan ber-
teriak, sekarang harus memohon-mohon dengan berteriak-te-
riak, jauh lebih keras daripada suara Lazarus saat ia berbaring
di depan pintu rumahnya. Semua permohonan yang disampai-
kannya dengan suara keras dan ribut itu pada akhirnya ber-
ubah menjadi ratapan.
Perhatikan baik-baik di sini:
(1) Sapaan yang ia gunakan untuk Abraham: Bapa Abraham.
Perhatikanlah, banyak orang di neraka bisa memanggil
Abraham dengan sebutan bapa, sebab menurut daging,
mereka memang keturunannya, malah banyak juga yang
menurut nama dan pengakuan sungguh-sungguh merupa-
kan anak-anak kovenan yang diteguhkan melalui kovenan
antara Tuhan dan Abraham. Mungkin orang kaya ini, pada
saat ia masih menikmati kesenangan jasmani, telah meren-
dahkan dan menertawakan Abraham dan kisah Abraham
seperti yang dilakukan oleh para pengejek lainnya di hari-
hari terakhir; namun sekarang ia memberi Abraham sapa-
an kehormatan, Bapa Abraham. Perhatikanlah, akan tiba
harinya orang-orang jahat dengan gembira berusaha bersa-
habat dengan orang-orang benar dan mengaku-ngaku ber-
saudara dengan mereka, walaupun saat ini mereka menye-
pelekan orang-orang benar itu. Dalam penjabaran ini Abra-
ham mewakili gambaran Kristus, yang kepada-Nya segala
penghakiman diberikan, dan pemikiran Kristus itulah yang
diungkapkan melalui tokoh Abraham di sini. Mereka yang
mengabaikan Kristus sekarang ini tidak lama lagi akan
berseru-seru kepada-Nya, “Tuhan, Tuhan.”
(2) Penjelasan orang kaya ini kepada Abraham mengenai
kondisinya yang sangat menyedihkan: Aku sangat kesakit-
an dalam nyala api ini. Kesakitan yang dialami jiwanyalah
yang dikeluhkannya, dan api yang seperti demikian itulah
yang akan membakar jiwa-jiwa. Inilah api murka Tuhan yang
mencengkeram hati nurani yang bersalah. Api ini
menjadi kengerian yang menakut-nakuti pikiran, menjadi
celaan yang membuat hati menuduh dan mengutuki diri
sendiri. Tidak ada yang lebih menyakitkan dan lebih me-
ngerikan terhadap tubuh selain dari siksaan oleh api. De-
mikianlah kesengsaraan dan penderitaan jiwa-jiwa terku-
tuk digambarkan di sini.
(3) Permintaannya kepada Abraham, sehubungan dengan pen-
deritaannya: Kasihanilah aku. Perhatikanlah, akan tiba
saatnya mereka yang meremehkan belas kasih Ilahi akan
memohon-mohon dengan sangat untuk mendapatkan belas
kasih itu. Seruan, “Oh kasihanilah, kasihanilah” terus dite-
riakkan saat belas kasihan sudah tidak lagi dicurahkan,
dan kasih karunia sudah tidak lagi ditawarkan. Orang kaya
itu yang semasa hidupnya tidak kasihan kepada Lazarus,
sekarang ini justru berharap agar Lazarus mau mengasi-
haninya; “Sebab,” pikirnya, “Lazarus jauh lebih baik hati-
nya dibandingkan dengan diriku sebelumnya.” Pertolongan
yang khusus dimintanya yaitu , “Suruhlah Lazarus, supa-
ya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menye-
jukkan lidahku.”
[1] Di sini secara khusus ia mengeluhkan siksaan yang di-
derita oleh lidahnya, seakan-akan lidahnya jauh lebih
tersiksa dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya.
Hukuman ini merupakan akibat dari dosa itu.
Lidah yaitu salah satu dari banyak anggota tubuh
yang digunakan untuk berbicara, dan melalui siksaan
yang dialami oleh lidahnya maka pikirannya diingatkan
kembali akan semua kata-kata jahat yang pernah di-
ucapkannya kepada Tuhan dan manusia, kutukan-ku-
tukannya, sumpah-sumpahnya, dan hujatannya kepada
Tuhan , semua kata-katanya yang keras dan omongannya
yang kasar. Oleh sebab kata-katanya ia dihukum, dan
oleh sebab itu melalui lidahnya itulah ia disiksa. Lidah
juga termasuk salah satu organ pengecap, dan oleh se-
bab itu siksaan terhadap lidahnya akan mengingatkan
dia akan segala kesenangan yang telah dinikmatinya
hanya untuk memuaskan indra pengecapnya, yaitu
yang telah ia nikmati dengan lidahnya.
[2] Ia sangat ingin setetes air untuk menyejukkan lidahnya.
Ia tidak berkata, “Bapa Abraham, perintahkanlah agar
aku terbebas dari siksaan ini, tolong keluarkan aku dari
lubang neraka ini,” sebab ia benar-benar telah hilang
harapan untuk keluar dari tempat itu. Apa yang dimin-
tanya hanyalah sesuatu yang paling sederhana yang
dapat ia minta, yaitu setetes air untuk menyejukkan li-
dahnya sesaat.
[3] Terkadang mungkin kita bisa curiga bahwa ia mempu-
nyai maksud jahat terhadap Lazarus, bahwa ia berharap
jika ia dapat merengkuh Lazarus dalam jangkauannya
maka ia akan menahan Lazarus supaya tidak bisa kem-
bali ke pangkuan Abraham. Hati yang dipenuhi kema-
rahan terhadap Tuhan juga akan dipenuhi kemarahan
terhadap anak-anak-Nya. namun , mungkin kita bisa ber-
pikir yang lebih baik mengenai seorang pendosa yang
terkutuk, dan sebab itu bisa beranggapan di sini bahwa
orang kaya ini sungguh menghargai Lazarus se-
bagai seorang yang bisa ia andalkan saat ini. Orang kaya
itu menyebut nama Lazarus, sebab ia mengenalnya,
dan berpikir bahwa Lazarus pasti akan bersedia melaku-
kan kebaikan untuknya mengingat keduanya dulu su-
dah saling mengenal. Negarawan Grotius mengutip urai-
an Plato yang menjelaskan tentang penderitaan jiwa-jiwa
yang jahat, dan dari sekian banyak hal antara lain ia
berkata, seperti orang gila mereka terus-menerus me-
manggil-manggil orang-orang yang telah mereka bunuh,
atau lukai, memanggil-manggil para korban itu untuk
mengampuni mereka atas segala kesalahan yang telah
mereka perbuat. Perhatikanlah, akan tiba waktunya
orang-orang yang sekarang membenci dan menghina
umat Tuhan akan mencari-cari kebaikan mereka.
2. Jawaban Abraham atas permintaan orang kaya ini . Pada
dasarnya, Abraham tidak memenuhi permintaannya. Ia tidak
akan mengizinkannya menerima air setetes pun untuk menye-
jukkan lidahnya. Perhatikanlah, orang-orang terkutuk di nera-
ka sedikit pun tidak akan berkurang atau melemah penderita-
annya. Jika kita memperbaiki hari-hari kita sekarang dengan
menggunakan kesempatan yang kita miliki dengan sebaik-
baiknya, kita dapat sepenuhnya dan selamanya dialiri dengan
belas kasih sepuas-puasnya. Namun, jika saat ini kita menam-
pik tawaran ini , maka sia-sialah kita mengharapkan bah-
kan setetes belas kasihan pun di neraka nanti. Lihatlah seka-
rang bagaimana orang kaya ini menerima bayarannya kembali
dengan uangnya sendiri. Orang yang menolak remah-remah,
tidak akan diberikan barang setetes pun. Sekarang ini kepada
kita dikatakan, Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.
namun , jika kita melewatkan kesempatan ini, maka nantinya,
sekalipun kita boleh minta, apa pun tidak akan diberikan ke-
pada kita. namun ini belumlah semuanya. Kalau saja Abraham
hanya berkata, “Kamu tidak akan mendapat apa pun untuk
mengurangi penderitaanmu,” maka hal ini mungkin hanya
membuatnya sedih. Namun, di sini Abraham justru mengata-
kan sesuatu yang malah menambah deritanya dan membuat
nyala api semakin panas, sebab memang segala sesuatu
sangat menyiksa dalam neraka.
(1) Abraham memanggil orang kaya itu dengan sebutan anak,
suatu panggilan yang baik dan sopan, namun di sini sebutan
ini justru lebih mengeraskan lagi penolakan atas per-
mohonannya, yang menutup semua rasa belas kasihan se-
orang bapa terhadapnya. Orang kaya ini sebelumnya
pernah menjadi seorang anak, namun seorang anak yang
pemberontak, dan sekarang telah menjadi anak yang ter-
sisihkan dan kehilangan harta warisan. saat kita melihat
orang-orang di neraka, lihatlah bagaimana tololnya mereka
yang hanya mengandalkan seruan, Abraham yaitu bapa
kita. Mereka ini dipanggil Abraham dengan sebutan anak,
dan akan berada di sana selama-lamanya.
(2) Abraham mengingatkan orang kaya itu di dalam pemikiran-
nya tentang kondisinya dan kondisi Lazarus pada saat me-
reka masih hidup: Anak, ingatlah. Perkataan ini sungguh
menusuk. Berbagai ingatan yang dialami jiwa-jiwa yang ter-
kutuk akan bertindak sebagai para penyiksa bagi mereka
sendiri. Hati nurani mereka akan dibangunkan dan dido-
rong-dorong untuk melakukan kewajiban yang tidak mau
mereka lakukan di dunia ini. Tidak ada yang dapat me-
nambahkan minyak yang memperbesar nyala api neraka
selain dari sebutan, “Anak, ingatlah.” Sekarang ini orang-
orang berdosa diperingatkan untuk ingat, namun mereka ti-
dak menanggapinya, mereka tidak mau mematuhinya, me-
reka malah mencari-cari jalan untuk menghindarinya.
“Anak, ingatlah akan Penciptamu, Penebusmu, ingatlah
akhir hidup nanti,” namun mereka menutup telinga terha-
dap peringatan-peringatan ini, dan lupa bahwa sebab ini-
lah mereka memiliki berbagai ingatan. Oleh sebab itu su-
dah selayaknyalah derita abadi mereka akan muncul dari
peringatan Anak, ingatlah, dan mereka tidak akan mampu
lagi menulikan telinga mereka terhadap peringatan ini.
Sungguh amat menakutkan suara nyaring yang akan ber-
bunyi di telinga kita, “Anak, ingatlah akan begitu banyak
peringatan yang telah diberikan kepadamu agar kamu ti-
dak sampai di tempat penyiksaan ini, namun kamu tidak
mengindahkannya; ingatlah akan tawaran baik yang telah
diberikan kepadamu mengenai kehidupan dan kemuliaan
abadi, namun kamu tidak menerimanya!” Namun demi-
kian, hal yang diingatkan kepada orang kaya ini yaitu :
[1] Bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewak-
tu hidupmu. Abraham tidak mengatakan kepada orang
kaya itu bahwa dia telah menyalahgunakan segala yang
baik ini , melainkan telah menerima segala kebaik-
an ini sebelumnya: “Ingatlah betapa besar kebaik-
an yang telah Tuhan berikan kepadamu, betapa Ia selalu
siap untuk melakukan kebaikan untukmu. Oleh sebab
itu kamu tidak boleh berkata bahwa Ia berutang segala
sesuatu kepadamu, tidak, setetes air pun tidak. Apa
yang telah Ia berikan kepadamu, engkau telah mene-
rimanya, dan itu sudah cukup. Engkau tidak pernah
memberi Dia tanda terima atas semua pemberian terse-
but, dalam bentuk ucapan terima kasih atas semuanya
itu, apa lagi sampai memberikan sesuatu kepada-Nya
sebagai ucapan syukur atau melakukan hal-hal yang
baik atas pemberian itu. Engkau telah menjadi kuburan
bagi berkat-berkat Tuhan , di dalam dirimu semua berkat
itu terkubur, dan bukan pada tempatnya yang sebenar-
nya. Engkau telah menerima hal-hal yang baik. Engkau
menerimanya dan menggunakannya seolah-olah semua-
nya itu yaitu milikmu sendiri, dan engkau sama sekali
tidak bertanggungjawab atas berkat-berkat ini .
Atau lebih tepatnya, semuanya itu yaitu hal-hal baik
yang menjadi pilihanmu sendiri, yang terbaik menurut
pandanganmu sendiri, dan engkau memuaskan dirimu
dengan semuanya itu dan mencukupi dirimu dengan-
nya. Engkau mempunyai makanan, minuman, dan pa-
kaian yang mahal-mahal dan indah-indah, dan di dalam
semuanya itulah ada kebahagiaan hidupmu. Se-
muanya itu yaitu ganjaranmu, penghiburanmu, upah-
mu yang sudah engkau setujui, dan semuanya telah
engkau terima. Kamu hidup hanyalah demi segala yang
baik sepanjang waktu hidupmu, dan kamu tidak memi-
kirkan hal-hal yang lebih baik di kehidupan yang lain,
dan oleh sebab itu tidak ada alasan untuk mengha-
rapkan segala yang baik ini . Hari segala yang baik
itu telah lewat dan berlalu bagimu, dan sekarang tiba-
lah hari segala yang buruk, sebagai ganjaran atas se-
mua perbuatan burukmu. Engkau telah menerima ca-
wan-cawan belas kasihan yang terakhir seperti yang
engkau harapkan untuk engkau terima menjadi milik-
mu, dan sebab itu tidak ada lagi yang tersisa selain
cawan-cawan murka, murni tanpa campuran apa pun.
[2] “Ingatlah juga segala yang buruk yang telah diterima
Lazarus selama hidupnya. Engkau iri dengan kebaha-
giaan yang diperolehnya di sini, namun coba pikirkan be-
tapa berat penderitaan yang telah ia alami selama hi-
dupnya di dunia. Engkau memiliki begitu banyak hal
yang baik namun menjadi manusia yang begitu jahat, se-
dangkan Lazarus, ia memiliki begitu banyak hal yang
buruk namun menjadi seorang yang begitu baik. Lazarus
menerima yang buruk; ia menanggung semuanya itu de-
ngan penuh kesabaran, menerima semuanya langsung
dari tangan Tuhan seperti yang dialami Ayub (Ayb. 2:10),
Apakah kita mau menerima yang baik dari Tuhan , namun
tidak mau menerima yang buruk? – Lazarus menerima
semua yang buruk dalam bentuk jasmani untuk me-
nyembuhkan penyakit-penyakit rohaninya, dan ia sung-
guh sembuh.” Kalau orang-orang jahat menerima segala
yang baik hanya selama hidup di dunia saja dan mela-
lui kematian mereka selamanya dipisahkan dari semua
yang baik, demikian juga orang-orang baik menerima
segala yang buruk hanya selama hidup di dunia saja,
dan melalui kematian mereka selamanya dipisahkan
dari semua yang buruk ini . Dengan membuat
orang kaya itu memikirkan semuanya ini kembali, Abra-
ham membangunkan hati nurani si kaya itu untuk
mengingatkan dia kembali mengenai perlakuannya ter-
hadap Lazarus saat dia sedang menikmati segala
yang baik dan Lazarus mengaduh-ngaduh dalam segala
yang buruk. Ia tidak dapat lupa bahwa pada saat itu ia
tidak berupaya menolong Lazarus, lalu bagaimana
mungkin ia mengharapkan agar Lazarus mau meno-
longnya sekarang? Jika Lazarus dalam kehidupan se-
lanjutnya menjadi kaya dan sebaliknya orang kaya ter-
sebut menjadi orang miskin, bisa saja Lazarus berpikir
bahwa sudah menjadi tugasnya untuk membantu orang
ini dan ia tidak akan membalas orang itu setimpal
dengan kejahatannya. Akan namun , di dunia akan da-
tang, setiap orang akan diganjar sesuai dengan perbuat-
annya, baik dalam hubungan dengan Tuhan maupun
dengan manusia.
(3) Abraham membuat orang kaya itu memikirkan kebahagia-
an sempurna yang dialami Lazarus sekarang ini dan ke-
sengsaraannya sendiri. namun sekarang meja diputar, dan
mereka harus menerimanya sampai selama-lamanya; seka-
rang Lazarus mendapat kenyamanan dan engkau sangat
menderita. Orang kaya itu tidak perlu diberi tahu lagi bah-
wa dia sedang disiksa; ia bisa merasakannya sebagai harga
yang harus dibayarnya. Ia juga tahu sendiri bahwa orang
yang sedang berbaring di pangkuan Abraham sudah pasti
merasa nyaman di sana. Namun begitu, Abraham tetap
mengingatkan orang kaya ini , supaya dengan mem-
banding-bandingkan ia dapat mempelajari keadilan Tuhan
dalam membalaskan penindasan kepada mereka yang me-
nindas umat-Nya, dan memberi kelegaan kepada mereka
yang tertindas (2Tes. 1:6-7).
Perhatikanlah:
[1] Sorga yaitu penghiburan, dan neraka yaitu siksaan:
sorga yaitu sukacita, neraka yaitu ratapan dan
raungan, dan kesakitan yang sedalam-dalamnya.
[2] Jiwa, segera sesudah meninggalkan tubuh jasmani, se-
gera pergi entah ke sorga atau neraka, untuk menda-
patkan penghiburan atau penyiksaan, langsung, tanpa
tertidur lebih dulu atau pergi ke tempat api penyucian.
[3] Sorga akan menjadi sorga yang sesungguhnya bagi me-
reka yang menuju ke sana sesudah melalui begitu ba-
nyak malapetaka yang luar biasa di dalam dunia ini.
Mereka yang semasa di dunia ini menerima anugerah
namun tidak banyak menikmati penghiburan (mungkin
jiwa mereka menolak untuk dihiburkan), saat tertidur
di dalam Kristus, engkau akan berkata dengan sebenar-
benarnya untuk mereka, “Sekarang mereka dihiburkan:
sekarang semua air mata mereka dihapuskan, dan se-
mua ketakutan mereka dilenyapkan.” Di sorga ada
penghiburan yang kekal. Sedangkan di lain pihak, ne-
raka akan menjadi neraka yang sesungguhnya bagi me-
reka yang menuju ke sana sesudah sebelumnya menik-
mati semua kesenangan dan kesukaan. Penyiksaan
yang akan mereka terima lebih hebat, sementara mala-
petaka yang sifatnya sementara dijelaskan sebagai pe-
rempuan yang lemah dan manja, yang tidak pernah
menjejakkan telapak kakinya ke tanah sebab sifatnya
yang lemah dan manja itu (Ul. 28:56).
(4) Abraham meyakinkan orang kaya itu bahwa sia-sia saja
untuk mengharapkan Lazarus membantu dia (ay. 26), ka-
rena, Selain dari pada itu, yang lebih buruk, di antara kami
dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, luar
biasa dalam dan lebar, sehingga tidak mungkin ada hu-
bungan antara orang kudus yang dimuliakan dengan orang
berdosa yang terkutuk.
[1] Orang kudus yang paling baik hati sekalipun saat ber-
ada di sorga tidak bisa mengunjungi kumpulan orang-
orang mati dan orang-orang terkutuk untuk menghibur
atau melepaskan siapa pun yang sebelumnya pernah
menjadi kawan mereka. “Supaya mereka yang mau pergi
dari sini kepadamu tidak dapat menyeberang; mereka
tidak dapat meninggalkan wajah Bapa mereka, ataupun
meninggalkan pekerjaan yang ada di sekeliling takhta-
Nya, untuk mengantarkan air kepadamu. Hal ini bu-
kanlah urusan mereka.”
[2] Orang berdosa yang paling berani di neraka sekalipun
tidak mampu melarikan diri keluar dari penjara terse-
but, mereka tidak dapat menyeberangi jurang yang sa-
ngat dalam itu. Mereka yang mau datang dari situ kepa-
da kami tidak dapat menyeberang. Tidak ada harapan
bahwa hal ini akan terjadi, sebab pintu belas kasihan
telah ditutup, jembatan telah dinaikkan. Tidak ada yang
dapat keluar dari sana meskipun dengan pembebasan
bersyarat atau dengan membayar jaminan. Tidak, meski
hanya untuk satu jam saja. Di dalam dunia kita ini, ter-
pujilah Tuhan , tidak ada jurang yang memisahkan suatu
sifat dengan anugerah, jadi kita dapat pindah dari sifat
kita ke anugerah, dari dosa kepada Tuhan . namun jika
kita mati dalam dosa-dosa kita, jika kita melemparkan
diri kita sendiri ke dalam jurang kehancuran, tidak ada
lagi jalan keluar. Itulah jurang di mana di dalamnya
tidak ada air, dan tidak ada jalan untuk pengampunan.
Keputusan dan kebijakan Tuhan telah mengokohkan ju-
rang ini, dan seluruh dunia tidak dapat meniadakan-
nya. Ini membuat makhluk hidup yang malang ini kehi-
langan harapan. Sekarang sudah terlambat untuk mela-
kukan apa pun untuk mengubah keadaannya, sedikit
pun tidak: hal ini hanya bisa dicegah sebelum waktu
ini, namun sekarang tidak dapat dipulihkan lagi untuk
selamanya. Keadaan orang berdosa terkutuk sudah di-
tetapkan dengan hukuman yang tidak dapat dibatalkan
dan tidak dapat diubah. Sebuah batu digelindingkan ke
pintu neraka dan tidak dapat digulirkan kembali.
3. Orang kaya itu kemudian mengajukan permohonan lagi ke-
pada Abraham bapanya, namun bukan untuk dirinya sendiri,
sebab mulutnya telah dikatupkan, dan ia tidak dapat meng-
ucapkan sepatah kata pun terhadap penolakan Abraham un-
tuk memberikan setetes air. Orang berdosa yang terkutuk di-
buat mengerti bahwa penghukuman yang mereka terima itu
adil, dan mereka tidak dapat mengurangi penderitaan mereka
meskipun melakukan protes apa pun terhadap penghukuman
itu. Dan mengingat ia tidak mendapat setetes air untuk menye-
jukkan lidahnya, kita dapat menduga ia menggigit lidahnya ka-
rena kesakitan, sebagaimana yang dikatakan mengenai mere-
ka yang kepadanya ditumpahkan cawan murka Tuhan (Why.
16:10). Kita dapat menduga lengkingan dan jeritan orang kaya
ini sangatlah mengerikan, sebab itu, saat ada kesempatan
berbicara dengan Abraham, ia ingin agar sanak saudara yang
ditinggalkannya di dunia ini jangan mengalami hal serupa se-
perti dia.
Nah, untuk itu:
(1) Ia memohon agar Lazarus disuruh ke rumah ayahnya, un-
tuk mengatakan kepadanya: Aku minta kepadamu, bapa,
(ay. 27). Ia sekali lagi memanggil Abraham, dan dalam per-
mintaannya kali ini ia sangat bersungguh-sungguh, “Aku
minta kepadamu. Oh, janganlah menolak permohonanku.”
saat ia masih tinggal di dunia ia mungkin pernah memo-
hon dan permohonannya didengarkan, namun sekarang sia-
sia saja ia memohon. “sebab engkau menolak permintaan-
ku sebelumnya, mohon kiranya engkau berbelas kasihan
kepadaku dan jangan menolak permohonanku yang satu
ini.” Atau, “sebab di antara aku dan engkau ada ju-
rang yang tak terseberangi, sehingga dari sini tidak ada
jalan keluar lagi jika mereka masuk ke tempat ini. Oh,
tolonglah suruh orang kepada mereka agar jangan sampai
mereka masuk ke tempat ini.” Atau, “Meskipun di antara
aku dan engkau ada jurang yang tak terseberangi, na-
mun di antara kamu dan saudara-saudaraku tidak ada
jurang seperti ini, jadi suruh orang datang kepada mereka
di sana. Suruhlah Lazarus ke rumah ayahku. Ia tahu persis
di mana rumah itu, ia pernah ke sana berkali-kali, sekali-
pun tidak diberikan remah-remah yang jatuh dari meja. Ia
tahu di sana masih ada lima orang saudaraku. Jika ia mem-
perlihatkan diri kepada mereka, mereka akan mengenali-
nya, dan akan menuruti apa yang dikatakannya, sebab
mereka mengenal dia sebagai seorang yang jujur. Biarkan ia
bersaksi kepada mereka. Biarkan ia menceritakan kepada
mereka bagaimana keadaanku sekarang ini, bahwa aku
menghantar diriku sendiri ke tempat yang tidak menye-
nangkan ini oleh sebab kemewahan dan kesenanganku, dan
oleh sebab aku tidak berbelas kasihan kepada orang mis-
kin. Biarkan ia memperingatkan mereka untuk tidak meng-
ikuti langkahku, atau terus berjalan mengikuti jalan yang
pernah kutunjukkan dan tinggalkan kepada mereka, agar
mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan
ini” (ay. 28). Beberapa orang mengamati bahwa orang kaya
itu hanya berbicara tentang lima orang saudara sebab ,
menurut kesimpulan mereka, ia tidak punya anak. Kalau
tidak, sudah tentu ia akan menyebut-nyebut tentang anak-
nya juga. Mereka juga menyimpulkan bahwa yang membuat
orang kaya ini lebih tidak berbelas kasihan lagi yaitu kare-
na memang ia tidak mempunyai tanggungan anak. Seka-
rang ia ingin agar saudara-saudaranya berhenti dari kehi-
dupan yang penuh dosa. Ia tidak berkata, ”Izinkan aku per-
gi mengunjungi mereka agar aku dapat memberi kesaksian
kepada mereka,” sebab ia tahu bahwa ada jurang yang
tidak dapat diseberangi, dan sudah menjadi putus asa un-
tuk minta izin seperti ini. Izin ini sangat menyenangkan bagi
dirinya, namun kehadirannya di tengah-tengah saudara-sau-
daranya nanti hanya akan menakutkan mereka, sebab ke-
jadian seperti ini ada di luar akal sehat mereka. sebab itu
ia berkata, “Suruhlah Lazarus, sebab kunjungannya tidak
akan begitu menyeramkan, lagi pula kesaksiannya cukup
untuk menakut-nakuti mereka supaya mereka keluar dari
dosa-dosa mereka.” Sekarang ia ingin mencegah mereka su-
paya tidak binasa, sebagian sebab ia sayang kepada me-
reka sebagai saudara. Ia kenal sifat mereka, godaan-godaan
mereka, ketidakacuhan mereka, ketidaksetiaan mereka,
masa bodoh mereka, dan ia sungguh ingin mencegah mere-
ka yang kini sedang menuju kebinasaan. Sebagian lagi, ia
melakukan ini sebab rasa sayangnya kepada dirinya sen-
diri, sebab kalau mereka sampai datang kepadanya, ke
tempat penyiksaan ini, hal ini hanya akan memperburuk
penderitaannya, sebab justru dialah yang menunjukkan
kepada mereka jalan menuju tempatnya sekarang ini. Ke-
adaan menyengsarakan seperti ini sama parahnya dengan
saat ia melihat Lazarus. saat rekan-rekan sesama pen-
dosa saling berkumpul untuk berbagi celaka, seperti ilalang
dikumpulkan dan diikat untuk dibakar, mereka akan saling
hantam satu sama lainnya.
(2) Abraham juga menolak untuk membantunya dalam permo-
honan ini. Tidak ada permintaan yang dikabulkan di dalam
neraka. Mereka yang menggunakan doa orang kaya kepada
Abraham ini dan memakainya untuk memohon kepada
para orang kudus yang telah meninggal, telah melakukan
doa yang sia-sia. Mereka harus melihat si pendosa terku-
tuk ini sebagai contoh, supaya jangan mengikuti cara ini.
Bagi orang-orang seperti ini, Abraham memberikan kesak-
sian Musa dan para nabi, yaitu suatu cara yang umum
dilakukan untuk meyakinkan orang supaya bertobat. Mere-
ka memiliki kesaksian tertulis yang dapat mereka baca dan
dengar. “Baiklah mereka memperhatikan perkataan nabi-
nabi yang sudah pasti itu, sebab Tuhan tidak akan menun-
jukkan kasih karunia-Nya dengan cara lain lagi kepada
mereka.” Inilah keistimewaan yang diberikan kepada mere-
ka: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; dan
tugas mereka: “Baiklah mereka mendengarkan kesaksian
itu, dan imanilah kesaksian itu, sebab melalui kedua hal
ini mereka akan terhindar dari tempat penyiksaan ini.” Me-
lalui hal ini terlihat bahwa ada banyak bukti yang cukup
dalam Perjanjian Lama, di dalam kitab Musa dan para
nabi, untuk meyakinkan mereka yang mau mendengarkan
kesaksian ini dengan rela hati, bahwa ada kehidupan
lain sesudah kehidupan di dunia ini, dan akan ada ganjaran
maupun hukuman untuk manusia yang baik dan yang
jahat. Hal inilah yang orang kaya ini kehendaki su-
paya diyakini oleh saudara-saudaranya, dan untuk hal ini-
lah mereka diminta untuk melihat kembali kesaksian Musa
dan para nabi.
(3) Akan namun ia memaksakan permohonannya lebih lanjut
(ay. 30): “Tidak, bapa Abraham, izinkan aku menekankan
hal ini lagi. Memang benar, mereka memiliki kesaksian
Musa dan para nabi, dan, jika mereka percaya kepada ke-
dua kesaksian itu, cukuplah itu bagi mereka, namun , mere-
ka tidak percaya, mereka tidak mau percaya. Namun demi-
kian, mungkin masih ada harapan, jika ada seorang yang
datang dari antara orang mati kepada mereka, mungkin hal
ini akan lebih dapat meyakinkan mereka sehingga mereka
akan bertobat. Mereka sudah terbiasa dengan kitab Musa
dan para nabi, dan oleh sebab itu mereka tidak menghirau-
kannya lagi. namun , kalau ada orang mati datang kepada
mereka, ini suatu hal yang baru, yang lebih menggempar-
kan. Pastilah hal ini akan membuat mereka ber