lukas 13-24 8


 anjat pohon ara, Kristus 

sudah melihatnya dan mengenalnya. Ia menyuruhnya segera 

turun. Mereka yang dipanggil oleh Kristus harus turun, harus 

merendahkan diri mereka, dan tidak berpikir untuk naik ke 

sorga dengan mengandalkan kebenaran mereka sendiri. Mere-

ka harus bergegas untuk turun, sebab  bahaya jika ditunda-

tunda. Zakheus tidak boleh ragu-ragu, namun  bergegas. Ia tahu 

bahwa tidak perlu menimbang-nimbang apakah mau menyam-

but tamu yang demikian atau tidak ke dalam rumahnya. Ia 

harus turun, sebab  Kristus pada hari ini  berniat untuk 

menumpang di rumahnya, dan berada di situ satu atau dua 

jam lamanya. Lihat, Aku berdiri di depan pintu dan mengetok.  

2.  Zakheus sangat bersukacita mendapat kehormatan sedemikian 

besar atas rumahnya (ay. 6): Zakheus segera turun dan mene-

rima Yesus dengan sukacita. Sambutan yang diberikan 

Zakheus kepada Kristus untuk masuk ke dalam rumahnya 

merupakan awal dan tanda bahwa ia menerima Kristus ke 

dalam hatinya. Perhatikanlah, saat  Kristus memanggil kita, 

kita harus bergegas menjawab panggilan-Nya dan saat  Ia 

datang kepada kita, kita harus menerima-Nya dengan sukacita. 

Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang. Kita dapat mene-

rima-Nya dengan suka cita sebab  Ia membawa serta segala 

kebaikan dalam diri-Nya, dan saat  Ia memenangkan satu 

jiwa, mata air sukacita akan terbuka dan terus mengalir tanpa 

putus. Betapa seringnya Kristus memberi tahu kita, Bukalah 

pintu, sebab  kita selalu banyak alasan dengan kekasih kita! 

(Kid. 5:2-3). Keterbukaan Zakheus dalam menerima Kristus 

akan membuat kita malu. Memang sekarang kita tidak memi-

liki Kristus lagi untuk menjamu Dia di dalam rumah kita, na-

mun kita memiliki murid-murid-Nya, dan apa yang kita laku-

kan bagi mereka akan diperhitungkan Kristus sebagai sesuatu 

yang dilakukan bagi diri-Nya sendiri.  

IV. Rasa tidak senang orang-orang akan sambutan hangat yang di-

berikan Kristus kepada Zakheus. Orang-orang Yahudi yang ber-

hati picik dan suka menghakimi itu bersungut-sungut dan berkata 

bahwa Ia telah menumpang di rumah orang berdosa, para 

hamartōlō andri – dengan orang yang berdosa. Namun, bukankah 

mereka sendiri juga orang-orang berdosa? Bukankan tujuan 

Kristus datang ke dunia yaitu  untuk mencari dan menyelamat-

kan manusia yang yaitu  orang-orang berdosa? Akan namun , 

Zakheus dianggap sebagai pendosa besar di antara semua yang 

tinggal di Yerikho, seorang pendosa yang bahkan tidak layak 

untuk disapa. Dalam hal ini, sangatlah tidak adil untuk menya-

lahkan Kristus sebab  pergi ke rumahnya, sebab:  

1.  Walaupun ia yaitu  seorang pemungut cukai, dan banyak dari 

mereka yaitu  orang-orang yang busuk, tidaklah berarti 

bahwa dengan demikian mereka semua sama. Kita harus was-

pada agar jangan sampai mengecam orang menurut kelompok-

nya, atau menurut pandangan umum, sebab  dalam pengadil-

an Tuhan  semua orang akan diadili sesuai dengan keadaan 

dirinya masing-masing.  

2.  Walaupun Zakheus dulu seorang pendosa, tidak berarti bahwa 

sekarang ia sama busuknya dengan keadaannya yang sebe-

lumnya. Walaupun orang-orang mengetahui bahwa kehidupan 

masa lalunya jelek, Kristus bisa mengetahui bahwa tabiatnya 

yang sekarang baik. Tuhan  memberikan ruang untuk pertobat-

an, sehingga kita juga harus berbuat demikian.  

3.  Walaupun Zakheus sekarang seorang pendosa, mereka tidak 

boleh menyalahkan Kristus sebab  datang kepadanya, sebab  

Ia tidak terancam bahaya disakiti oleh seorang pendosa, seba-

liknya Ia memiliki harapan yang besar untuk melakukan ke-

baikan kepada seorang pendosa. Kepada siapakah seorang 

tabib akan pergi selain kepada orang sakit? Namun lihatlah 

bagaimana niat yang baik sering direka-reka menjadi hal yang 

jelek. 

V. Kesaksian yang Zakheus perlihatkan secara terbuka yaitu  bah-

wa, walaupun dulunya ia seorang pendosa, ia kini menyesal dan 

benar-benar bertobat (ay. 8). Ia tidak berharap untuk mendapat 

pembenaran melalui perbuatannya layaknya orang Farisi yang 

selalu menyombongkan apa yang telah ia lakukan. Sebaliknya, 

melalui pekerjaan-pekerjaan baik, dengan anugerah Tuhan , ia akan 

membuktikan ketulusan iman dan pertobatannya. Dan, memang 

ia menyatakan kebulatan hatinya itu. Ia berdiri dan membuat 

pernyataannya itu, supaya dapat dilihat dan didengar oleh mereka 

yang bersungut-sungut kepada Kristus sebab  datang ke rumah-

nya. Dengan mulut orang mengakui pertobatan dan iman mereka. 

Ia berdiri, yang berarti bahwa ia mengucapkannya dengan sung-

guh-sungguh dan khusyuk, seperti bersumpah di hadapan Tuhan . 

Ia mengarahkan dirinya kepada Kristus saat  berbuat demikian, 

bukan kepada orang banyak (mereka bukan hakimnya), namun 

kepada Tuhan. Ia berdiri seakan-akan di hadapan pengadilan-

Nya. Apa pun perbuatan baik kita, harus kita lakukan layaknya 

bagi-Nya. Kita harus memohon kepada-Nya dan membuktikan diri 

untuk mendapat perkenanan-Nya dalam keutuhan atau integritas 

kita, dalam segala niat dan tekad baik kita. Zakheus memperlihat-

kan bahwa ada perubahan dalam hatinya (dan inilah pertobatan 

itu), sebab  ada perubahan dalam cara hidupnya. Tekadnya ada-

lah untuk menaati perintah-perintah Tuhan  pada loh batu kedua, 

sebab  Kristus dalam segala kesempatan selalu menegaskan hal-

hal ini . Perintah-perintah ini sangat cocok dengan keadaan-

nya dan tabiatnya, sebab  dengan memenuhi perintah-perintah 

ini  akan tampak sekali kesungguhan pertobatan kita. 

1. Zakheus mempunyai banyak harta. Jika ia sebelumnya me-

ngumpulkan harta untuk dirinya sendiri sehingga membawa 

penderitaan bagi dirinya, sekarang ia bertekad bahwa ke 

depan ia hanya akan mencari Tuhan  dan melakukan kebaikan 

bagi orang lain dengan hartanya: Tuhan, setengah dari milikku 

akan kuberikan kepada orang miskin. Ia tidak berkata, “Aku 

akan memberikannya nanti saat  aku meninggal,” namun , 

“Aku akan memberikannya sekarang juga.” Mungkin ia telah 

mendengar mengenai perintah dalam ujian yang Kristus beri-

kan kepada seorang kaya yang lain agar ia menjual apa yang 

dimilikinya dan memberikannya kepada orang miskin (Mat. 

19:21), dan bagaimana ia meninggalkan Kristus dalam hal 

ini . “namun  aku tidak akan berbuat demikian,” kata 

Zakheus; “Aku setuju semuanya, walaupun sampai saat ini 

aku tidak berbelas kasih kepada mereka yang miskin, seka-

rang aku akan memberikan kelegaan kepada mereka dan 

memberikan lebih banyak lagi sebab  telah mengabaikan 

kewajibanku begitu lama, bahkan setengah dari milikku.” Ini 

yaitu  jumlah yang sangat besar untuk digunakan bagi per-

buatan saleh dan amal. Dulu orang-orang Yahudi biasanya 

berkata bahwa seperlima dari pendapatan tahunan seseorang 

sangat pantas diberikan untuk hal-hal saleh, dan hukum 

Taurat juga menyebut jumlah yang kira-kira sebanyak itu. 

Akan namun , Zakheus berbuat lebih jauh lagi dengan memberi-

kan setengah hartanya kepada orang miskin, yang akan mem-

buatnya mengurangi segala pengeluarannya yang boros, ka-

rena dengan begitu ia akan lebih dapat memberikan kelegaan 

bagi banyak orang melalui kelimpahannya. Jika saja kita 

hidup lebih sederhana dan dapat menyangkal diri, kita akan 

dapat lebih beramal, dan jika kita dapat merasa puas dengan 

tidak hidup berlebihan, kita akan punya lebih banyak lagi 

untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Zakheus 

menyebutkan hal ini sebagai buah pertobatannya. Perhatikan-

lah, orang yang benar-benar bertobat kepada Tuhan  yaitu  

mereka yang berbuat amal kepada orang yang miskin. 

2. Zakheus sadar sendiri bahwa ia tidak memperoleh semua har-

tanya dengan jujur dan adil, namun  sebagiannya diperoleh 

dengan cara-cara yang curang dan melawan hukum. Mengenai 

apa yang ia dapatkan dengan cara-cara demikian, ia berjanji 

untuk menggantinya: “Jika ada sesuatu yang kuperas dari 

seseorang, atau jika aku telah merugikan siapa pun dalam 

pekerjaanku sebagai pemungut cukai, mengambil lebih dari 

apa yang seharusnya, aku berjanji untuk mengganti empat kali 

lipat.” Ini yaitu  ganti rugi yang harus diberikan oleh seorang 

pencuri (Kel. 22:1).  

(1) Zakheus tampaknya dengan terbuka mengakui bahwa ia 

telah berbuat salah. Jabatannya sebagai seorang pemungut 

cukai memberinya kesempatan untuk berlaku tidak adil 

dengan mengambil keuntungan dari para pedagang untuk 

menyenangkan hati penguasa. Mereka yang sungguh-sung-

guh menyesal tidak hanya akan mengakui kesalahan-kesa-

lahan umum yang mereka lakukan di hadapan Tuhan , na-

mun akan secara khusus bercermin dari pelanggaran yang 

mereka sendiri lakukan, sebab  alasan tugas dan pekerja-

an mereka di dunia ini mudah memberikan masalah bagi 

mereka.  

(2) Bahwa ia telah berbuat tidak adil dengan memeras. Inilah 

hal yang sering menjadi godaan bagi pemungut cukai, yang 

secara khusus telah diperingatkan kepada mereka oleh 

Yohanes Pembaptis (Luk. 3:14). Mereka yaitu  telinga bagi 

penguasa dan apa pun akan dilakukan demi meningkatkan 

pemasukan, sehingga memberikan mereka kesempatan 

untuk memuaskan dendam mereka jika mereka punya niat 

jahat tertentu terhadap seseorang.  

(3) Ia berjanji untuk mengganti empat kali lipat, sejauh ia da-

pat mengingat atau menemukan dalam catatannya bahwa 

ia telah berbuat tidak adil kepada seseorang. Ia tidak ber-

kata, “Jika aku dituntut dan terpaksa membayar, aku akan 

menggantinya” (sebagian orang menjadi jujur saat  mereka 

tidak dapat menghindar), sebaliknya,  ia akan melakukan-

nya dengan sukarela: Ini akan menjadi tindakanku dan 

perbuatanku sendiri. Perhatikanlah, mereka yang sudah 

diyakinkan telah berbuat curang tidak tahan untuk mem-

perlihatkan ketulusan pertobatan mereka itu kecuali de-

ngan memberikan ganti rugi. Perhatikanlah, Zakheus tidak 

menganggap bahwa memberikan sebagian hartanya kepada 

orang miskin akan menebus kesalahan yang telah ia per-

buat. Tuhan membenci perampasan dan kecurangan, se-

hingga kita harus pertama-tama bertindak adil, baru kemu-

dian mencintai kesetiaan. Jika kita memberikan apa yang 

bukan milik kita, itu bukanlah amal, melainkan kemunafik-

an. Kita tidak boleh menganggap hal-hal yang kita peroleh 

dengan tidak jujur sebagai milik kita sendiri. Tidak juga 

selama semua utang-utang kita dibayar dan ganti rugi 

diberikan atas segala ketidakadilan kita.  

VI. Pujian dan penerimaan Kristus terhadap pertobatan Zakheus. De-

ngan tindakan ini pula Kristus membersihkan segala tuduhan 

yang dialamatkan kepada-Nya dengan menjadi tamunya (ay. 9-10). 

1.  Zakheus sekarang dinyatakan sebagai orang yang berbahagia. 

Ia sekarang telah berpaling dari dosa kepada Tuhan . Ia telah 

mengundang Kristus masuk ke dalam rumahnya, dan menjadi 

orang yang jujur, penuh amal, dan baik hati: Hari ini telah ter-

jadi keselamatan kepada rumah ini. Sekarang sesudah  ia diper-

tobatkan, ia juga dengan demikian diselamatkan; diselamatkan 

dari dosa-dosanya, dari rasa bersalah akibat dosa-dosa terse-

but, dan dari kuasa dosa. Segala manfaat dari keselamatan 

telah menjadi miliknya. Kristus telah datang ke rumahnya, dan 

ke mana pun Kristus datang, Ia membawa serta keselamatan 

dengan-Nya. Ia yaitu , dan akan selalu menjadi Sumber 

keselamatan kekal bagi semua yang mengakui-Nya, seperti 

yang dilakukan Zakheus. Namun semua ini belumlah cukup. 

Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini.  

(1) saat  Zakheus bertobat, ia akan menjadi berkat bagi ru-

mahnya, lebih dari yang sudah-sudah. Ia akan membawa 

sumber anugerah dan keselamatan ke dalam rumahnya, 

sebab  ia sekarang benar-benar anak Abraham. Oleh ka-

rena itu, seperti halnya Abraham, ia akan mengajar rumah 

tangganya untuk hidup menurut jalan yang ditunjukkan 

Tuhan. Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak 

halal untuk keperluan rumahnya, dan membawa kutukan 

ke atasnya (Hab. 2:9), namun ia yang bermurah hati ke-

pada yang miskin membawa kebaikan ke atas rumahnya 

sendiri, serta berkat ke atasnya dan keselamatan ke dalam-

nya, setidaknya untuk sementara selama di dunia ini 

(Mzm. 112:3).  

(2) saat  Zakheus sendiri berpaling kepada Kristus, keluarga-

nya juga menjadi bagian dalam Kristus, dan anak-anaknya 

diakui sebagai anggota jemaat-Nya, sehingga keselamatan 

terjadi kepada rumahnya. Oleh sebab  ia yaitu  anak 

Abraham, ia juga menjadi bagian dari kovenan Tuhan  de-

ngan Abraham, yaitu bahwa berkat Abraham akan turun 

ke atas para pemungut cukai, ke atas orang-orang bukan-

Yahudi melalui iman, bahwa Tuhan  akan menjadi Tuhan  bagi 

mereka dan keturunan mereka. Oleh sebab  itu, saat  ia 

percaya, keselamatan datang ke atas rumahnya, seperti 

yang dikatakan kepada si kepala penjara itu: Percayalah 

kepada Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, 

engkau dan seisi rumahmu (Kis. 16:31). Menurut kelahiran, 

Zakheus yaitu  anak Abraham, namun dengan menjadi se-

orang pemungut cukai, dia dipandang sebagai orang kafir, 

sehingga diberi cap tertentu (Mat. 18:17). Oleh sebab  itu-

lah, orang-orang Yahudi malu untuk berbicara dengannya, 

dan berharap bahwa Kristus juga hendaknya berbuat demi-

kian. Namun Ia menunjukkan bahwa, dengan menjadi se-

orang yang benar-benar menyesal, Zakheus telah menjadi 

rectus in curia – benar di hadapan hukum, sama baiknya 

sebagai anak Abraham, seakan-akan ia tidak pernah men-

jadi seorang pemungut cukai, sebutan yang hendaknya 

tidak dilontarkan lagi kepadanya. 

2. Apa yang telah dilakukan Kristus secara khusus untuk men-

jadikannya seorang yang berbahagia yaitu  sesuai dengan 

rencana besar-Nya dan maksud kedatangan-Nya ke dunia (ay. 

10). Dengan dasar yang sama ini pula Kristus sebelumnya 

telah membenarkan pergaulan-Nya dengan para pemungut 

cukai (Mat. 9:13). Pada waktu itu Ia mengimbau bahwa Ia 

datang untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat, seka-

rang ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, 

to apolōlos – yang hilang.  

Perhatikanlah:  

(1) Kemalangan anak-anak manusia: mereka tersesat. Di sini 

seluruh umat manusia dibicarakan sebagai satu tubuh. 

Perhatikanlah, dunia manusia secara keseluruhan, sesudah  

kejatuhan dalam dosa, telah menjadi dunia yang tersesat, 

seperti kota yang hilang yang jatuh ke dalam tangan pem-

berontak, seperti seorang pengelana yang kehilangan arah 

di padang belantara, seperti seorang sakit yang hilang ka-

rena penyakitnya tidak dapat disembuhkan, seperti se-

orang penjahat yang hilang saat  hukuman dijatuhkan ke 

atasnya.  

(2) Rencana Anak Tuhan  yang penuh anugerah: Ia datang untuk 

mencari dan menyelamatkan, mencari untuk menyelamat-

kan. Ia datang dari sorga ke bumi (sebuah perjalanan yang 

jauh), untuk mencari yang tersesat (yang sudah berkelana 

jauh dan sesat) dan membawanya kembali (Mat. 18:11-12), 

serta menyelamatkan yang hilang, yang sedang binasa, 

yang hancur dan dicampakkan. Kristus rela menanggung 

akibat bagi yang tersesat: Ia berusaha membawa mereka 

kembali kepada diri mereka sendiri, yang telah tersesat dan 

kehilangan Tuhan  dan segala kebaikan. Perhatikanlah, 

Kristus datang ke dunia yang tersesat ini untuk mencari 

dan menyelamatkannya. Rancangan-Nya yaitu  untuk me-

nyelamatkan, saat  keselamatan tidak ada di dalam siapa 

pun. Dalam menjalankan rancangan-Nya ini , Ia men-

cari, menggunakan segala cara yang mungkin untuk me-

wujudkan keselamatan ini . Ia mencari mereka yang 

tidak layak dicari, Ia mencari mereka yang tidak mencari-

Nya dan tidak mengharapkan-Nya, seperti halnya Zakheus 

di sini. 

Seorang Bangsawan dan Hamba-hambanya 

(19:11-27) 

11 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan per-

kataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem 

dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Tuhan  akan segera kelihatan. 12 

Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang 

jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan sesudah  itu baru kembali. 13 

Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina 

kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang 

kembali. 14 Akan namun  orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengi-

rimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini 

menjadi raja atas kami. 15 Dan terjadilah, saat  ia kembali, sesudah  ia dino-

batkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah 

diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-

masing. 16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang 

satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. 17 Katanya kepada orang itu: Baik 

sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam 

perkara kecil, sebab  itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. 18 Datang-

lah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.  

19 Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. 20 Dan hamba 

yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyim-

pannya dalam sapu tangan. 21 Sebab aku takut akan tuan, sebab  tuan ada-

lah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh 

dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. 22 Katanya kepada orang itu: 

Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu 

sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku yaitu  orang yang keras, yang meng-

ambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku 

tabur.  23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang 

yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta 

dengan bunganya. 24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: 

Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang 

mempunyai sepuluh mina itu. 25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah 

mempunyai sepuluh mina. 26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap 

orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, namun  siapa yang tidak 

mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.  27 Akan 

namun  semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah 

mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.” 

Tuhan kita Yesus sedang dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, ke 

perjamuan paskah terakhir-Nya, saat di mana Ia akan menderita dan 

mati.  

Di sini kita diceritakan: 

I. Bagaimana harapan sahabat-sahabat-Nya ditinggikan dalam ke-

sempatan ini: Mereka menyangka bahwa kerajaan Tuhan  akan 

segera kelihatan (ay. 11). Orang-orang Farisi mengira bahwa saat-

nya telah tiba (Luk. 17:20), dan sepertinya mereka semua salah 

mengerti mengenai hal ini , begitu juga dengan murid-murid 

Kristus sendiri. Kaum Farisi mengira bahwa kerajaan ini  

akan diperkenalkan oleh seorang pangeran atau penguasa lain 

dari dunia ini. Murid-murid Kristus berpikir Guru mereka yang 

akan mempekenalkannya, namun  dengan kemegahan dan kuasa 

duniawi. Mereka menyangka bahwa dengan kuasa yang diguna-

kan-Nya untuk melakukan mujizat-mujizat itu, Ia dapat meng-

hiasi diri-Nya dalam waktu yang singkat, kapan pun Ia inginkan. 

Mereka berkesimpulan bahwa Yerusalem pastilah tempat kedu-

dukan kerajaan-Nya, sehingga sebab  Ia sekarang langsung me-

nuju ke tempat itu, mereka tidak ragu lagi bahwa tidak lama lagi 

mereka akan melihat-Nya duduk di atas takhta-Nya di sana. Per-

hatikanlah, bahkan orang-orang yang baik tidak luput dari keke-

liruan berkenaan dengan kerajaan Kristus, dan salah paham me-

ngenainya, dan selalu berpikir bahwa apa yang disediakan untuk 

hari kemudian akan segera muncul di dunia ini.  

II. Mereka ditegur sebab  harapan-harapan mereka itu, dan 

kekeliruan mereka diluruskan. Kristus melakukan hal ini melalui 

tiga hal: 

1.  Mereka berharap bahwa Ia akan tampil dalam kemuliaan-Nya 

pada saat itu juga, namun Ia memberi tahu mereka bahwa 

masih lama lagi baru Ia akan dinobatkan secara terbuka 

dalam kerajaan-Nya. Ia seperti seorang bangsawan anthrōpos 

tis eugenēs – seorang yang mulia sejak lahirnya (menurut Dr. 

Hammond), sebab  Ia yaitu  Tuhan dari sorga, dan menurut 

kelahiran  berhak mewarisi Kerajaan Sorga. Namun, Ia berang-

kat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja. 

Kristus harus pergi ke sorga untuk duduk di sebelah kanan 

Bapa-Nya di sana, dan untuk menerima dari-Nya kehormatan 

dan kemuliaan, sebelum Roh, yang melaluinya kerajaan-Nya di 

dunia akan didirikan, dicurahkan, dan sebelum gereja akan 

didirikan bagi-Nya di dunia orang-orang bukan-Yahudi. Ia ha-

rus menerima kerajaan ini , baru kemudian kembali. 

Kristus kembali saat  Roh sudah dicurahkan, saat  Yeru-

salem sudah dihancurkan, saat generasi ini , baik saha-

bat-sahabat maupun musuh-musuh yang pernah bergaul 

akrab dengan-Nya, telah benar-benar binasa dan pergi untuk 

mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Akan namun , di 

sini yang terutama dimaksudkan dengan kedatangan-Nya 

kembali yaitu  pada hari penghakiman, yang masih kita ha-

rap-harapkan. Kristus memberi tahu mereka bahwa apa yang 

menurut pandangan mereka akan segera terjadi, tidak akan 

terjadi sampai Kristus yang sama ini, yang diangkat ke sorga, 

akan datang kembali dengan cara yang sama (Kis. 1:11)     

2.  Mereka berharap bahwa para rasul dan pengikut-pengikut-Nya 

yang terdekat ditinggikan dan dimuliakan, dijadikan penguasa 

dan setingkatnya, penasihat-penasihat utama dan hakim-

hakim, dan memiliki segala keagungan dan keistimewaan da-

lam pengadilan dan pemerintahan. Namun, Kristus di sini 

memberi tahu mereka bahwa, sebaliknya, Ia akan menjadikan 

mereka para pedagang. Mereka hendaknya tidak mengharap-

kan keistimewaan apa pun dalam dunia ini selain menjadi pe-

dagang di negeri ini . Ia akan memberikan mereka modal, 

sehingga mereka dapat menggunakannya sendiri dalam mela-

yani-Nya dan kepentingan kerajaan-Nya di antara umat manu-

sia. Inilah kehormatan sejati seorang Kristen dan seorang 

hamba Kristus, sehingga jika kita benar-benar bertekun di 

dalamnya sebagaimana yang seharusnya kita lakukan, maka 

dengan kudus kita akan mampu memandang rendah segala 

kehormatan duniawi yang sifatnya hanya sementara ini. Para 

rasul telah berangan-angan untuk duduk di sebelah kanan 

dan sebelah kiri-Nya dalam kerajaan-Nya, menikmati kelegaan 

sesudah  kerja keras, menikmati kehormatan sesudah  penghina-

an yang mereka terima. Mereka membuai diri mereka dengan 

angan-angan ini . Namun, Kristus memberi tahu mereka 

bahwa jika mereka memahami kerajaan-Nya dengan benar, 

maka kepala mereka akan dipenuhi dengan pikiran-pikiran 

yang peduli, penuh perhatian dan sungguh-sungguh dan bu-

kannya dengan harapan-harapan yang muluk-muluk.  

(1) Mereka memiliki pekerjaan besar yang harus dilakukan se-

karang. Guru mereka meninggalkan mereka dengan mem-

berikan kerajaan-Nya kepada mereka, dan saat  berpisah, 

Ia memberi mereka masing-masing satu mina, yang menun-

juk pada talenta-talenta yang digambarkan dalam perum-

pamaan di dalam Matius 25, yang sejajar dengan perumpa-

maan di sini, yaitu segala karunia yang dicurahkan kepada 

rasul-rasul Kristus, dan keuntungan-keuntungan serta 

kemampuan-kemampuan yang mereka miliki untuk mela-

yani kepentingan Kristus di dunia dan orang lain, baik para 

hamba Tuhan maupun orang-orang Kristen yang ada di 

bawah mereka. Namun, perumpamaan ini mungkin dimak-

sudkan untuk menjadikan mereka lebih rendah hati lagi, 

bahwa kehormatan yang mereka peroleh di dunia ini ha-

nyalah sebagai para pedagang, bukan sebagai saudagar 

besar yang mempunyai modal besar untuk berdagang, 

namun pedagang-pedagang miskin yang harus mengalami 

banyak perjuangan dan penderitaan untuk menghasilkan 

sesuatu dari apa yang mereka miliki. Ia memberikan mina-

mina ini  kepada hamba-hamba-Nya bukan supaya 

mereka membeli pakaian-pakaian yang mewah, apalagi 

jubah dan pernak pernik yang indah-indah supaya mereka 

dapat tampil seperti yang mereka harap-harapkan, namun 

dengan perintah: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku 

datang kembali. Atau mungkin lebih baik diterjemahkan 

dengan Berdaganglah sampai aku kembali, Pragmateusasthe 

– Sibuklah, demikianlah artinya yang sesuai. “Kamu diutus 

untuk memberitakan Injil, untuk mendirikan jemaat bagi 

Kristus di dunia ini, untuk membawa bangsa-bangsa ke 

dalam ketaatan iman dan membangun mereka di atas da-

sar ini . Kamu akan menerima kuasa untuk melakukan 

ini, sebab  kamu akan dipenuhi dengan Roh Kudus” (Kis. 

1:8). saat  Kristus mengembusi kesebelas murid-Nya dan 

berkata, “Terimalah Roh Kudus,” Ia kemudian memberikan 

mereka sepuluh mina. “Sekarang” kata-Nya, “kerjakanlah 

tugasmu dan berdaganglah dengannya, lakukanlah itu de-

ngan sepenuh hati dan bertekunlah di dalamnya. Berusa-

halah untuk melakukan segala yang baik yang dapat kamu 

lakukan terhadap jiwa-jiwa manusia, dan kumpulkan me-

reka kepada Kristus.”  

Perhatikanlah:  

[1] Semua orang Kristen mempunyai pekerjaan yang harus 

dilakukan untuk Kristus di dunia ini, khususnya para 

hamba Tuhan. Orang Kristen tidak dibaptis, demikian 

juga para hamba Tuhan tidak ditahbiskan, untuk hanya 

bermalas-malasan saja.  

[2] Mereka yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan bagi 

Kristus diperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang 

perlu bagi pekerjaan mereka, dan di lain pihak, dari me-

reka yang telah Ia berikan kuasa, Ia juga mengharapkan 

pelayanan. Ia memberikan mina-mina ini  dengan 

perintah, “Berusahalah, berdaganglah.” Kepada tiap-tiap 

orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan 

bersama (1Kor. 12:7) dan sesuai dengan karunia yang 

telah diperoleh tiap-tiap orang, maka layanilah seorang 

akan yang lain (1Ptr. 4:10).  

[3] Kita harus terus bertekun dalam pekerjaan kita sampai 

kedatangan Tuan kita, tidak peduli apa pun kesulitan 

atau tantangan yang kita hadapi di dalamnya. Hanya 

mereka yang bertekun sampai pada akhirnya yang akan 

diselamatkan.    

(2) Mereka memiliki pertanggungjawaban yang harus segera 

dilaporkan. Hamba-hamba ini dipanggil ke hadapan-Nya 

untuk menunjukkan hasil kerja mereka atas karunia yang 

telah dipercayakan kepada mereka, apa pelayanan yang 

telah mereka lakukan bagi Kristus dan apa kebaikan yang 

telah mereka lakukan bagi jiwa-jiwa manusia, untuk menge-

tahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.  

Perhatikanlah: 

[1] Mereka yang berdagang dengan rajin dan setia dalam 

melayani Kristus akan menjadi orang-orang yang berha-

sil. Hal ini tidak berlaku dalam kegiatan dagang di du-

nia. Banyak pedagang yang bekerja dengan keras akhir-

nya tetap menjadi orang yang rugi. Akan namun , mereka 

yang berdagang untuk Kristus akan menjadi orang- 

orang yang berhasil. Walaupun Israel tidak berkumpul 

bersama-sama, mereka akan berjaya. 

[2] Mempertobatkan jiwa-jiwa yaitu  memenangkan jiwa-

jiwa ini . Setiap orang yang benar-benar bertobat 

yaitu  hasil yang jelas bagi Yesus Kristus. Para hamba 

Tuhan hanyalah perantara-perantara-Nya dan kepada-

Nya mereka harus memberikan laporan mengenai ikan 

apa saja yang telah mereka tangkap dalam jaring Kabar 

Baik, dan tamu seperti apa yang telah berhasil mereka 

undang ke dalam perjamuan malam perkawinan. De-

ngan kata lain, berapa hasil dagang mereka masing-

masing.  

Sekarang perhatikanlah: 

Pertama, laporan baik yang diberikan oleh beberapa 

hamba-Nya dan pujian sang Tuan kepada mereka. Di 

sini diberikan dua contoh (ay. 16, 19).  

1. Walaupun mereka berdua membuat hasil yang 

memuaskan, hasil yang mereka dapat tidaklah 

sama. Orang yang satu memperoleh keuntungan 

sepuluh mina dalam berdagang, sedangkan yang 

satunya lagi lima mina. Mereka yang tekun dan setia 

dalam melayani Kristus biasanya akan diberkati 

untuk menjadi berkat atas tempat di mana mereka 

tinggal. Mereka akan melihat kerja keras jiwa mereka 

dan tidak bersusah payah dengan sia-sia. Namun 

tidak semua yang sama setianya, akan sama berha-

silnya. Walaupun mungkin mereka sama-sama setia, 

tersirat bahwa salah satu dari mereka berusaha 

lebih keras dan lebih tekun dalam pekerjaannya 

daripada yang lain sehingga akhirnya lebih berhasil. 

Paulus yang terpuji itu pastilah hamba yang meng-

hasilkan sepuluh mina ini, dua kali lipat lebih 

banyak daripada yang diperoleh oleh murid-murid 

yang lain, sebab  ia telah bekerja lebih keras dari-

pada mereka semua dan memberitakan sepenuhnya 

Injil Kristus.  

2.  Mereka berdua mengakui kewajiban-kewajiban me-

reka kepada Tuan mereka yang memercayakan me-

reka dengan kemampuan-kemampuan dan kesem-

patan-kesempatan untuk melayani-Nya, “Tuan, ini 

bukanlah hasil kerja kerasku, melainkan minamulah 

yang menghasilkan sepuluh mina.” Perhatikanlah, 

Tuhan  harus menerima segala kemuliaan dari segala 

hasil kerja kita. Puji-pujian harus ditujukan kepada-

Nya, bukan kepada kita (Mzm. 115:1). Paulus, yang 

menghasilkan sepuluh mina, mengakui, “Aku telah 

bekerja lebih keras, namun  bukannya aku. sebab  

kasih karunia Tuhan  aku yaitu  sebagaimana aku 

ada sekarang dan mengerjakan apa yang aku kerja-

kan sekarang, kasih karunia yang dianugerahkan-

Nya kepadaku tidak sia-sia” (1Kor. 15:10). Paulus 

tidak akan berbicara mengenai apa yang telah ia 

lakukan, melainkan mengenai apa yang telah Tuhan  

kerjakan melalui dia (Rm. 15:18).  

3. Kedua hamba ini  mendapat pujian atas kese-

tiaan dan kerja keras mereka: Baik sekali perbuatan-

mu itu, hai hamba yang baik (ay. 17). Tuan itu juga 

berkata hal yang sama kepada hamba-Nya yang lain 

(ay. 19). Perhatikanlah, semua yang melakukan apa 

yang baik, layak mendapatkan pujian yang sama. 

Lakukanlah yang baik dan Kristus akan berkata 

kepadamu, Baik sekali perbuatanmu itu, dan jika Ia 

berkata Baik sekali perbuatanmu itu, maka tidak 

masalah jika orang lain berkata sebaliknya (Kej. 4:7).  

4. Mereka diutamakan sesuai dengan pencapaian me-

reka: “sebab  engkau telah setia dalam perkara kecil 

dan tidak berkata, ‘Lebih baik duduk santai dari-

pada pergi berdagang dengan satu mina sebab  apa 

yang dapat dilakukan seseorang dengan modal yang 

begitu kecil?’ namun  dengan rendah hati dan jujur 

bertekun untuk menambahkannya, maka Terimalah 

kekuasaan atas sepuluh kota.” Perhatikanlah, orang-

orang yang berhasil biasanya yaitu  mereka yang 

puas untuk mulai dari bawah. sebab  mereka yang 

melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik 

(1Tim. 3:13).   

Dengan demikian, dua hal dijanjikan kepada para 

rasul:  

(1) Bahwa sesudah  bersusah payah menanam banyak 

gereja, mereka akan mendapatkan kepuasan dan 

kehormatan untuk memimpin dan memerintah di 

dalamnya. Mereka akan menerima kehormatan 

yang besar, dan mendapat perhatian yang besar, 

dikasihi dan dihargai oleh orang-orang Kristen 

yang baik. Siapa memelihara pohon ara akan me-

makan buahnya dan mereka yang berjerih payah 

dalam firman dan pengajarannya akan dihormati 

dua kali lipat.  

(2) Bahwa sesudah  melayani generasi mereka, sesuai 

dengan kehendak Kristus, walaupun harus mela-

lui dunia ini dengan dihina dan diinjak-injak, 

dan mungkin meninggalkannya di bawah peng-

hinaan dan penganiayaan seperti yang dialami 

oleh para rasul, mereka akan memerintah seba-

gai raja bersama Kristus di dunia yang lain, akan 

duduk bersama-Nya di atas takhta-Nya, akan 

memiliki kuasa atas bangsa-bangsa (Why. 2:26). 

Kebahagiaan sorgawi akan dicapai oleh seorang 

hamba Tuhan atau seorang Kristen yang baik 

jauh melebihi yang bisa diperoleh oleh seorang 

pedagang miskin yang dengan susah payah 

menghasilkan sepuluh mina dan dijadikan pe-

nguasa atas sepuluh kota. Mereka yang hanya 

menghasilkan lima mina berkuasa atas lima kota. 

Hal ini menyiratkan bahwa ada tingkatan-tingkat-

an kemuliaan dalam sorga. Setiap bejana akan 

sama penuhnya, namun tidak akan sama besar-

nya. Tingkatan kemuliaan di sana sepadan de-

ngan tingkatan kegunaan di sini.   

 Kedua, laporan buruk yang diberikan oleh salah satu 

hamba-Nya, dan hukuman yang diberikan kepadanya 

atas kemalasan dan ketidaksetiaannya (ay. 20, dst.).  

1.  Ia mengakui bahwa ia tidak berdagang dengan mina 

yang dipercayakan kepadanya (ay. 20): “Tuan, inilah 

mina tuan, benar bahwa aku tidak membuatnya ber-

tambah, namun aku juga tidak membuatnya berku-

rang. Aku telah menjaganya dengan baik, menyim-

pannya dalam sapu tangan.” Hal ini melambangkan 

kelalaian mereka yang mendapat karunia namun 

tidak pernah berusaha untuk memanfaatkannya. 

Mereka tidak peduli apakah kepentingan kerajaan 

Kristus akan timbul atau tenggelam, maju atau 

mundur, sebab  mereka tidak mau tahu akan hal 

itu. Mereka tidak mau bersusah-susah, tidak ingin 

kehilangan apa pun, tidak mau menempuh bahaya. 

Mereka yaitu  hamba-hamba yang menyimpan 

mina mereka dalam sapu tangan dan berpikir bahwa 

cukuplah bila mereka tidak mendatangkan kerugian 

apa pun di dunia ini. namun , mereka tidak menda-

tangkan kebaikan apa pun.  

2.  Ia membenarkan dirinya sendiri atas kelalaiannya, 

dengan menyampaikan pembelaan yang membuat 

masalahnya semakin buruk dan bukannya bertam-

bah baik (ay. 21): Sebab aku takut akan tuan, sebab  

tuan yaitu  manusia yang keras, dingin, kaku dan 

kejam, anthrōpos austerōs ei. Austere yaitu  kata 

Yunani yang berarti orang yang keras: Tuan meng-

ambil apa yang tidak pernah tuan taruh. Ia berpikir 

bahwa tuannya hanya menyusahkan hamba-hamba-

nya saja dengan menuntut dan mengharapkan me-

reka untuk membuat minanya bertambah, dan ini 

sama saja dengan menuai apa yang tidak ia tabur. 

Padahal, sebagai tuan, sungguh benarlah bahwa ia 

berhak menuai di tempat yang telah ia tabur, dan 

sebagai pemilik kebun anggur, ia berhak mengha-

rapkan hasil yang sepadan dengan apa yang telah ia 

tabur. Jadi, hamba ini sebenarnya tidak mempunyai 

alasan apa pun untuk takut terhadap sifat keras 

tuannya itu ataupun menyalahkan dia dengan se-

mua tuntutannya itu. Semua alasan hamba ini ha-

nyalah omong kosong belaka, tidak berdasar, hanya 

untuk menutup-nutupi kemalasannya saja. Perhati-

kanlah, pembelaan diri yang biasanya dilakukan 

oleh orang-orang percaya yang malas, kalau benar-

benar dicermati, akan jelas tampak lebih memalukan 

daripada membenarkan diri mereka sendiri.  

3. Alasan yang dikemukakannya berbalik melawan diri-

nya: Hai hamba yang jahat, Aku akan menghakimi 

engkau menurut perkataanmu sendiri (ay. 22). Ia 

memang akan dihukum oleh kejahatannya, namun  

dengan pembelaannya ia menghukum dirinya sen-

diri. “Anggaplah tidak apa-apa jika kamu mengang-

gapnya sebagai hal yang keras bahwa aku meng-

harapkan keuntungan dari usaha dagangmu, yang 

sebenarnya hasilnya harus lebih besar. Namun de-

mikian, jika kamu benar-benar memikirkan kepen-

tinganku, seharusnya kamu dapat menaruh uangku 

di bank, kepada orang yang menjalankan uang, su-

paya dengan begitu aku tidak hanya akan menda-

patkan milikku itu, namun  juga milikku beserta de-

ngan bunganya, yang walaupun kurang mengun-

tungkan, setidaknya masih ada hasilnya.” Jika ia 

tidak berdagang sebab  takut kehilangan modalnya, 

sehingga tuannya akan memperhitungkan kerugian-

nya ke atas dirinya, dan ini juga sebenarnya kepura-

puraannya saja, ini pun tidak bisa dijadikan alasan 

baginya untuk tidak menjalankan uang ini  

supaya mendapat bunga, yang pasti akan didapat-

kannya. Perhatikanlah, apa pun alasan yang diberi-

kan oleh orang-orang percaya yang malas dalam 

membenarkan kemalasan mereka, semuanya itu ha-

nya kepura-puraan mereka saja. Alasan yang sebe-

narnya yaitu  sikap acuh tak acuh dan ketidak-

pedulian yang menguasai diri mereka yang membuat 

mereka tidak mau memikirkan kepentingan Kristus 

dan kerajaan-Nya. Mereka tidak peduli apakah aga-

ma bisa tersebar atau kehilangan pijakannya, se-

hingga dengan begitu mereka dapat hidup dengan 

santai.  

4. Minanya diambil daripadanya (ay. 24). Sudah sepan-

tasnyalah bahwa mereka yang tidak memanfaatkan 

karunia mereka, akan kehilangan karunia ini , 

dan bagi mereka yang salah mengelolanya, tidak 

akan dipercaya lagi. Mereka tidak bersedia melayani 

Tuannya dengan karunia yang telah Ia diberikan 

kepada mereka, mengapa mereka harus dibiarkan  

melayani diri sendiri dengan karunia itu? Ambillah 

mina yang satu itu daripadanya.  

5.  Mina ini  diberikan kepada hamba yang memi-

liki sepuluh mina. saat  orang-orang yang melihat-

nya mengajukan keberatan sebab  hamba ini  

telah memiliki sangat banyak (Tuan, ia sudah mem-

punyai sepuluh mina, ay. 25), tuannya menjawab (ay. 

26), “Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan 

diberi.”  

Inilah prinsip keadilan,  

(1) Bahwa mereka yang berusaha paling keras harus 

semakin didorong, dan mereka yang telah ber-

upaya paling keras untuk melakukan kebaikan 

harus diberikan kesempatan yang lebih besar un-

tuk berbuat kebaikan, dan diberikan kesempatan 

yang lebih besar dan luas agar ia lebih berguna. 

Bagi mereka yang telah memiliki akan ditambah-

kan lebih banyak, sehingga ia mendapat kemam-

puan untuk mendapatkan lebih banyak lagi.  

(2) Bahwa mereka yang memiliki karunia namun 

berlaku seperti tidak memilikinya, tidak meman-

faatkannya, tidak melakukan kebaikan dengan-

nya, karunia itu akan diambil dari mereka. Ke-

pada mereka yang berupaya untuk meningkat-

kan anugerah yang mereka miliki, maka Tuhan  

akan menambahkannya. Mereka yang mengabai-

kannya dan membuatnya berkurang tidak dapat 

berharap apa-apa lagi selain bahwa Tuhan  juga 

akan berbuat demikian terhadap mereka. Peri-

ngatan yang penting ini diberikan Kristus kepada 

murid-murid-Nya supaya jangan sampai mereka 

melalaikan urusan mereka dan lebih mengidam-

idamkan kehormatan di dunia ini dan gagal men-

dapat kebahagiaan di sorga. 

3.  Hal lain yang mereka harapkan yaitu  bahwa saat  kerajaan 

Tuhan  tiba, tubuh bangsa Yahudi akan segera runtuh dan tun-

duk pada kerajaan itu, dan segala kebencian mereka terhadap 

Kristus dan Kabar Baik-Nya akan segera lenyap. Akan namun , 

Kristus memberi tahu mereka bahwa sesudah  kepergian-Nya, 

sebagian besar bangsa itu akan tetap bertahan dalam kekeras-

an hati dan pemberontakan mereka, sehingga hal ini  

akan menjadi kebinasaan bagi mereka.  

Hal ini ditunjukkan di sini: 

(1) Dalam pesan yang dikirimkan oleh orang-orang sebangsa-

Nya (ay. 14). Mereka tidak hanya menentang-Nya saat  Ia 

masih belum menyatakan dirinya, malahan saat  Ia se-

dang pergi untuk memperoleh kemuliaan, untuk ditahbis-

kan di dalam kerajaan-Nya, mereka terus memusuhi-Nya, 

tidak puas atas kekuasan-Nya. Mereka berkata, “Kami 

tidak suka orang ini menjadi raja kami.”  

[1] Hal ini digenapi dalam ketidaksetiaan bangsa Yahudi 

yang terus berlanjut walaupun Kristus telah naik ke 

sorga dan kerajaan Kabar Baik didirikan. Mereka tidak 

bersedia menundukkan leher mereka untuk dipasangi 

kuk-Nya ataupun menyentuh ujung tongkat emas-Nya. 

Mereka berkata, “Marilah kita memutuskan belenggu-

belenggu mereka” (Mzm. 2:1-3; Kis. 4:26).  

[2] Ini mencerminkan sikap semua orang yang tidak per-

caya. Mereka merasa puas bahwa Kristus akan menye-

lamatkan mereka, namun mereka tidak ingin Ia menjadi 

raja mereka, padahal Kristus hanya akan menjadi Juru-

selamat bagi mereka yang mengakui-Nya sebagai pa-

ngeran dan bersedia menaati-Nya. 

(2) Dalam hukuman yang dijatuhkan kepada mereka saat  ia 

kembali: Bawalah semua seteruku itu kemari (ay. 27). Ham-

ba-hamba-Nya yang setia diutamakan dan diberi-Nya im-

balan, namun  kepada musuh-musuh-Nya Ia akan melaku-

kan pembalasan, khususnya bangsa Yahudi, yang kebina-

saannya disebutkan di sini. sesudah  mendirikan kerajaan 

Kabar Baik-Nya, dan dengan begitu memberikan dasar bagi 

pekerjaan pengabaran Injil, Ia kemudian akan datang un-

tuk membuat perhitungan dengan orang-orang Yahudi. 

Pada waktu itulah mereka diingatkan bahwa mereka telah 

secara khusus menolak dan menentang kedudukan-Nya 

sebagai raja, saat  mereka berkata, “Kami tidak mempu-

nyai raja selain daripada Kaisar,” dan tidak bersedia meng-

akui-Nya sebagai raja. Mereka memohon kepada Kaisar, 

maka kepada Kaisarlah mereka akan pergi, sehingga 

Kaisarlah yang akan menjadi kebinasaan mereka. Kerajaan 

Tuhan  akan datang saat  pembalasan dendam dijalankan 

ke atas orang-orang yang memusuhi Kristus dan pemerin-

tahan-Nya, yakni orang-orang yang tidak bisa diperdamai-

kan. Mereka akan dibawa ke hadapan-Nya dan dibunuh di 

depan mata-Nya. Tidak pernah ada pembantaian yang be-

gitu besar dalam peperangan apa pun, selain dari pepe-

rangan melawan bangsa Yahudi. Bangsa itu akan hidup 

untuk menyaksikan Kekristenan berjaya dalam dunia 

orang-orang bukan-Yahudi, walaupun mereka memusuhi 

dan menentangnya, baru kemudian bangsa itu akan diam-

bil dari mereka sebagai sanga. Murka Kristus akan ditim-

pakan ke atas mereka dengan sangat hebat (1Tes. 2:15-16), 

dan kehancuran mereka akan benar-benar memberi dam-

pak bagi kehormatan Kristus dan kedamaian gereja. Akan 

namun , hal ini juga berlaku bagi semua yang lain yang terus 

hidup dalam ketidaksetiaan, dan mereka pasti juga akan 

menemui kebinasaan mereka dengan ketidaksetiaan mere-

ka itu.  

Perhatikanlah:  

[1] Kehancuran yang hebat pasti akan menjadi bagian se-

mua musuh Kristus. Pada hari pembalasan, mereka 

semua akan dibawa ke hadapan-Nya dan dibunuh di 

depan mata-Nya. Bawalah mereka kemari, untuk men-

jadi tontonan orang-orang kudus dan malaikat-malaikat 

(Yos. 10:22, 24). Bawalah mereka kemari, sehingga me-

reka dapat melihat kemuliaan dan kebahagiaan Kristus 

dan pengikut-pengikut-Nya yang mereka benci dan 

aniaya. Bawalah mereka kemari, supaya pembelaan 

mereka yang tidak berdasar dimentahkan dan supaya 

mereka menerima hukuman sesuai dengan perbuatan 

mereka. Bawalah mereka kemari dan bunuh mereka di 

 depan mata-Ku, seperti Agag di hadapan Samuel. Juru-

selamat yang telah mereka abaikan akan berdiri di ha-

dapan mereka dan menyaksikan mereka dibunuh dan 

tidak akan turun tangan untuk membela mereka.  

[2]  Mereka yang tidak suka Yesus menjadi raja mereka 

akan dipandang dan diperlakukan sebagai musuh-mu-

suh-Nya. Kita cenderung berpikir bahwa musuh-musuh 

Kristus hanyalah mereka yang menganiaya orang-orang 

Kristen atau setidaknya para pengejek Kekristenan. 

Akan namun , lihatlah, mereka yang menolak syarat-sya-

rat keselamatan juga akan diperhitungkan, yang tidak 

bersedia tunduk pada kuk Kristus, yang ingin menjadi 

tuan atas diri mereka sendiri. Perhatikanlah, siapa pun 

yang tidak bersedia dipimpin oleh anugerah Kristus 

tidak akan luput dari kebinasaan murka Kristus.     

Kristus Memasuki Yerusalem 

(19:28-40) 

28 Dan sesudah  mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan 

meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 29 saat  Ia telah dekat Betfage 

dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus me-

nyuruh dua orang murid-Nya 30 dengan perintah: “Pergilah ke kampung yang 

di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati se-

ekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepas-

kanlah keledai itu dan bawalah ke mari. 31 Dan jika ada orang bertanya kepa-

damu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukan-

nya.” 32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala 

sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus. 33 saat  mereka melepaskan ke-

ledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: “Mengapa kamu mele-

paskan keledai itu?” 34 Kata mereka: “Tuhan memerlukannya.” 35 Mereka 

membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mere-

ka dan menolong Yesus naik ke atasnya.  36 Dan sementara Yesus mengenda-

rai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. 37 saat  Ia de-

kat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua 

murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Tuhan  dengan suara 

nyaring oleh sebab  segala mujizat yang telah mereka lihat. 38 Kata mereka: 

“Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejah-

tera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” 39 Beberapa orang 

Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, 

tegorlah murid-murid-Mu itu.” 40 Jawab-Nya: “Aku berkata kepadamu: Jika 

mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”   

Di sini kita temukan catatan yang sama dalam Injil Matius dan Mar-

kus mengenai Kristus yang menunggangi keledai dalam kemenangan 

(bagaimana adanya) sambil memasuki Yerusalem.  

Marilah kita mengamati ini: 

I.  Yesus Kristus selalu berada di depan dan rela untuk menderita 

dan mati bagi kita. Ia maju ke depan, sebagai tawanan Roh, ke 

Yerusalem, dan mengetahui dengan baik  apa yang akan terjadi 

atas diri-Nya di situ. Meskipun demikian, Yesus mendahului mere-

ka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem (ay. 28). Ia ber-

ada paling depan di antara rombongan para pengikut-Nya, se-

akan-akan Ia tidak sabar untuk segera berada di tempat ini , 

dan siap mengalami, terjun ke lapangan, dan bertindak. Jika Ia 

rela berada di depan untuk menderita dan mati bagi kita semua, 

akankah kita menarik diri dari segala pelayanan yang mampu kita 

lakukan bagi-Nya? 

II.  Bukanlah hal yang bertentangan dengan kerendahan hati Kristus 

atau dengan keadaan-Nya yang hina pada waktu itu untuk masuk 

dengan terang-terangan ke dalam Yerusalem tidak lama sebelum 

Dia mati. Dengan cara demikian, Ia membuat diri-Nya lebih diper-

hatikan, dan kehinaan kematian-Nya akan tampak semakin he-

bat.  

III. Kristus berhak berkuasa atas segala makhluk ciptaan dan dapat 

memanfaatkan mereka kapan saja sesuai dengan kehendak-Nya. 

Tidak ada manusia yang memiliki hak atas kepunyaannya untuk 

menentang Kristus, sebab  gelar-Nya yaitu  yang terutama dan 

tertinggi. Kristus mengutus murid-murid-Nya untuk membawa 

keledai muda dari palungan yang disediakan tuan dan pemiliknya 

saat  Ia membutuhkan pelayanan mereka, dan Ia dapat melaku-

kannya, sebab  punya Dialah segala binatang hutan dan binatang 

peliharaan. 

IV. Kristus mengetahui dan dapat menggerakkan hati semua manu-

sia. Ia dapat menggugah hati mereka yang memiliki keledai muda 

untuk setuju melepaskan binatang ini , segera sesudah  diberi 

tahu bahwa Tuhan membutuhkannya. 

 Injil Lukas 19:28-40 

 729 

V. Mereka yang melakukan perintah Kristus pasti akan selalu ber-

hasil (ay. 32): Pergilah mereka yang disuruh itu dan mereka men-

dapati segala sesuatu seperti apa yang Ia beritahukan kepada me-

reka serta kesediaan tuan pemiliknya untuk menyerahkan bina-

tangnya. Merupakan suatu kelegaan bagi utusan-utusan Kristus 

bahwa mereka akan membawa hasil dari apa yang menjadi alasan 

pengutusan mereka, jika Tuhan benar-benar membutuhkannya.  

VI. Murid-murid Kristus membawa keledai yang diambil dari orang 

lain saat  Ia membutuhkannya. Mereka sendiri tidak mempunyai 

keledai yang diperlukan-Nya itu. Walaupun demikian, kita hen-

daknya jangan merasa puas. Sebaliknya, apa pun yang kita miliki, 

yang dengannya Ia dapat dilayani dan dimuliakan, harus siap 

digunakan untuk melayani Dia. Banyak orang hanya bersedia 

mengikuti Kristus dengan memanfaatkan orang lain, namun  tidak 

mau merugikan diri sendiri. Namun, murid-murid Kristus terse-

but tidak hanya membawakan keledai muda bagi-Nya, mereka 

juga mengalasi keledai itu dengan pakaian mereka dan rela baju 

mereka diinjak-injak sebagai jalan-Nya.  

VII. Kemenangan Kristus membawa puji-pujian bagi murid-murid-

Nya. saat  Kristus dekat Yerusalem, Tuhan  tiba-tiba menaruh 

puji-pujian dalam hati semua murid yang mengiringi Dia, bukan 

hanya kedua belas murid-Nya, namun banyak yang lain, yang 

seluruhnya yaitu  murid-murid Kristus, untuk bergembira dan 

memuji Tuhan  (ay. 37). Mereka menghamparkan pakaian mereka 

di jalan (ay. 36) yang merupakan ungkapan rasa sukacita yang 

umum dilakukan, seperti pada perayaan Pondok Daun.  

Perhatikanlah:  

1.  Apa yang menjadi pokok sukacita dan puji-pujian mereka. 

Mereka memuji Tuhan  oleh sebab  segala mujizat yang telah 

mereka lihat, segala mujizat yang diperbuat Kristus, terutama 

kebangkitan Lazarus, yang secara khusus disebutkan dalam 

Yohanes 12:17-18. Mujizat itu membangkitkan kembali 

ingatan orang, sebab  mujizat-mujizat dan perbuatan belas 

kasih yang baru terjadi akan menghidupkan ingatan orang 

mengenai hal-hal yang terjadi sebelumnya.  


 730

2.  Bagaimana mereka mengungkapkan sukacita dan puji-pujian 

mereka (ay. 38): Diberkatilah Dia yang datang sebagai raja 

dalam nama Tuhan. Kristus yaitu  raja, Dia datang dalam 

nama Tuhan, dengan mengenakan jubah kekuasaan ilahi, di-

utus dari sorga untuk memberi hukum dan membawa damai 

sejahtera. Diberkatilah Dia. Mari kita memuji Dia. Semoga 

Tuhan  membuat Dia berhasil. Terberkatilah Dia selama-lama-

nya, dan kami akan terus memuji Dia. Damai di sorga. Biar-

lah Tuhan  di sorga memberikan kedamaian dan membuat pe-

kerjaan-Nya berhasil sehingga akan ada kemuliaan di tempat 

yang mahatinggi. Hal ini akan menjadi kesaksian atas kemu-

liaan Tuhan  yang mahatinggi dan para malaikat dan penghuni 

dunia atas yang agung akan memberikan kemuliaan kepada-

Nya. Bandingkan lagu puji-pujian para orang kudus di bumi 

ini dengan nyanyian para malaikat (Luk. 2:14). Keduanya 

sepakat untuk memberi kemuliaan kepada Tuhan  di tempat 

yang mahatinggi. Di sanalah puji-pujian kedua dunia terse-

but berpusat. Para malaikat berseru, “Damai di bumi,” ber-

sukacita atas berkat yang diterima manusia di bumi melalui 

Kristus. Para orang kudus berseru, “Damai di sorga,” ber-

sukacita atas keuntungan yang dimiliki para malaikat mela-

lui Kristus. Inilah persekutuan yang kita miliki dengan para 

malaikat yang kudus, bahwa sementara mereka bersukacita 

atas damai di bumi, kita juga bersukacita atas damai di sorga, 

damai di tempat-Nya yang tinggi (Ayb. 25:2). Dan keduanya 

ada di dalam Kristus, yang telah mendamaikan segala sesua-

tu di dalam diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang 

ada di sorga.  

VIII. Kemenangan Kristus dan puji-pujian sukacita dari murid-murid-

Nya akan kemenangan-Nya itu membuat marah kaum Farisi 

yang angkuh, yang merupakan musuh-musuh Kristus dan kera-

jaan-Nya. Ada beberapa orang Farisi di antara orang banyak 

yang bukannya turut bergabung dengan mereka, malah menjadi 

berang atas tindakan mereka. Mereka berpikir bahwa Kristus, 

yang menjadi teladan kerendahan hati yang terkemuka, tidak 

akan membenarkan penyambutan seperti ini, dan oleh sebab -

nya berharap bahwa Ia menegor murid-murid-Nya (ay. 39). Akan 

namun , yaitu  kehormatan bagi Kristus bahwa, jika Ia membenci

 penghinaan yang dilakukan orang-orang yang angkuh, Ia mene-

rima puji-pujian dari mereka yang rendah hati. 

 IX.  Terlepas dari apakah orang-orang memuji Kristus atau tidak, Ia 

akan, dan harus dipuji (ay. 40): Jika mereka ini diam, dan tidak 

memberikan puji-pujian terhadap kerajaan Mesias, jika Kristus 

tidak dipuji maka batu-batu ini akan berteriak. Ini kemudian, 

secara harfiah digenapi saat  orang-orang mengolok-olok 

Kristus di kayu salib dan bukannya memberikan puji-pujian 

bagi-Nya, dan murid-murid-Nya sendiri pun tenggelam dalam 

kesunyian yang mendalam, maka terjadilah gempa bumi dan 

bukit-bukit batu terbelah. Kaum Farisi ingin membungkam puji-

pujian yang diberikan kepada Kristus, namun mereka tidak 

berhasil sebab  sebagaimana Tuhan  dapat menjadikan anak-anak 

bagi Abraham dari batu-batu ini, maka Ia juga dapat membang-

kitkan puji-pujian yang merdu dari mulut anak-anak ini .   

Kehancuran Yerusalem Diratapi,  

Kehancuran Yerusalem Dinubuatkan 

(19:41-48) 

41 Dan saat  Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 42 

kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti 

apa yang perlu untuk damai sejahteramu! namun  sekarang hal itu tersembu-

nyi bagi matamu. 43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan me-

ngelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit 

engkau dari segala jurusan, 44 dan mereka akan membinasakan engkau 

beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan mem-

biarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, sebab  engkau 

tidak mengetahui saat, bilamana Tuhan  melawat engkau.” 45 Lalu Yesus ma-

suk ke Bait Tuhan  dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, 46 kata-

Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku yaitu  rumah doa. namun  

kamu menjadikannya sarang penyamun.” 47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di da-

lam Bait Tuhan . Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang 

terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, 48 namun  

mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh warga  

terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. 

Kini Sang Duta Agung dari sorga sedang memasuki Yerusalem secara 

terang-terangan, bukan untuk dihormati di tempat ini , melain-

kan untuk ditolak. Ia tahu betapa tempat yang sedang dimasuki-Nya 

itu yaitu  sarang ular beludak, namun tetap memperlihatkan dua 

contoh kasih dan perhatian-Nya terhadap tempat ini . 

I.  Air mata yang diteteskan-Nya bagi kebinasaan kota ini  yang 

semakin dekat (ay. 41): saat  Yesus telah dekat dan melihat kota 

itu, Ia menangisinya. Mungkin saat  itu Ia sedang menuruni 

lembah Bukit Zaitun sehingga Ia dapat melihat dengan jelas kota 

ini  secara keseluruhan beserta bangunan-bangunannya 

yang megah, sehingga apa yang dilihat-Nya menggugah hati-Nya, 

dan hati-Nya menggugah mata-Nya.  

Lihatlah di sini: 

1.  Betapa lembutnya pribadi Kristus. Kita tidak pernah membaca 

bahwa Ia tertawa, namun kita sering menemukannya sedang 

meneteskan air mata. Di tempat yang sama persis ini, Daud 

bapak-Nya menangis, begitu juga orang-orang yang bersama 

dia, walaupun Daud dan orang-orangnya itu yaitu  pahlawan-

pahlawan perang. Ada saat di mana bukanlah hal yang mema-

lukan bagi orang yang paling tegar sekalipun untuk larut 

dalam air mata.  

2.  Bahwa Yesus Kristus menangis di tengah-tengah kemenangan-

Nya, menangis sementara orang-orang di sekeliling-nya ber-

sukacita. Ini menunjukkan betapa Ia tidak merasa ditinggikan 

oleh tepuk tangan dan seruan orang-orang ini . Demi-

kianlah, Ia mau mengajarkan kita untuk bersuka cita dengan 

gemetar, seolah-olah tidak bergembira. Jika Pemeliharaan Tuhan  

tidak mencemari keindahan kemenangan kita, kita sendiri  

mempunyai alasan untuk memandangnya dengan sedih. 

3. Ia menangisi Yerusalem. Perhatikanlah, ada kota-kota yang la-

yak ditangisi, namun tidak ada kota yang akan lebih diratapi 

kehancurannya selain daripada Yerusalem, yang seharusnya 

menjadi kota suci dan sukacita bagi seluruh bumi seandainya 

tidak direndahkan. Akan namun , mengapa Kristus menangis 

saat  melihat Yerusalem? Apakah sebab  “Itulah kota di 

mana Aku akan dikhianati dan disalibkan, dicambuk dan dilu-

dahi, dicerca dan disalibkan?” Tidak! Ia sendiri menjelaskan 

kepada kita mengapa Ia menangis. 

(1) Yerusalem tidak pernah berubah walaupun sudah diberi 

kesempatan. Ia menangis dan berkata, “Wahai, betapa 

baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti. Jika saja 

engkau mengetahui, saat  Kabar Baik diberitakan kepada-

mu dan keselamatan ditawarkan kepadamu olehnya. Jika 

saja kamu sendiri pada akhirnya berpikir dan mengerti apa 

yang perlu untuk damai sejahteramu, serta mendamaikan 

dirimu dengan Tuhan  dan menjaga kesejahteraan rohani 

dan kekalmu sendiri – namun, engkau tidak mengetahui 

saat bilamana Tuhan  melawat engkau” (ay. 44). Cara ber-

bicara Kristus itu tiba-tiba dan tak terduga: Wahai, betapa 

baiknya jika engkau mengerti! Harusnya engkau mengerti, 

demikian menurut pengertian beberapa orang. Ini sama 

seperti sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku (Mzm. 81:13; 

Yes. 48:18). Dengan kata lain, “Wahai, betapa baiknya jika 

engkau mengerti, betapa baiknya, seperti halnya pohon ara 

(Luk. 13:9). Betapa engkau akan bersukacita sebab  itu!” 

Atau, “Seandainya saja engkau mengerti, engkau akan me-

nangisi dirimu sendiri, dan Aku tidak perlu menangisi diri-

mu, melainkan akan bersukacita untukmu.” Apa yang di-

katakan-Nya menyalahkan kebinasaan Yerusalem yang se-

makin dekat menimpa atas kota itu sendiri.  

Perhatikanlah:  

[1] Ada hal-hal yang perlu untuk damai sejahtera kita yang 

kita semua perlu tahu dan mengerti, yakni bagaimana 

memperoleh damai sejahtera, apa itu tawaran untuk 

damai sejahtera kita, syarat-syarat apa yang perlu bagi 

kita untuk memperoleh manfaat damai sejahtera itu. 

Hal-hal yang perlu untuk damai sejahtera kita yaitu  

hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan kita 

sekarang dan di masa yang akan datang. Hal-hal ini 

harus kita mengerti dan lakukan.  

[2] Ada suatu masa lawatan Tuhan  di mana saat  itu apa 

yang perlu untuk damai sejahtera kita bisa dimengerti 

oleh kita, supaya diketahui untuk tujuan yang baik. 

saat  kita menikmati berbagai sarana kasih karunia 

secara berlimpah dan memiliki firman Tuhan  yang diwar-

takan kepada kita dengan penuh kuasa – saat  Roh 

Kudus bergumul dengan diri kita dan hati nurani kita 

dikejutkan dan dibangunkan – maka itulah masa lawat-

an Tuhan , dan kita perlu berubah.  

[3] Bagi mereka yang telah lama mengabaikan masa lawat-

an Tuhan  bagi mereka, dan jika pada akhirnya, pada 

masa ini, mata mereka terbuka, dan mereka berpikir 

mengenai diri mereka sendiri, maka semuanya masih 

akan menjadi baik. Mereka yang datang ke kebun ang-

gur pada pukul lima petang tidak boleh ditolak.  

[4] Sungguh luar biasa bodoh, ada banyak orang bisa me-

nikmati sarana-sarana anugerah, namun pada akhirnya 

mereka binasa juga, sebab  tidak mau memanfaatkan 

segala kesempatan yang diberikan. Hal-hal untuk damai 

sejahtera mereka sudah disibakkan di hadapan mereka, 

namun mereka tetap tidak memperhatikan dan meng-

acuhkannya. Mereka menyembunyikan mata mereka 

dari hal-hal ini , seakan-akan hal-hal ini  ti-

dak ada harganya untuk diperhatikan. Mereka tidak sa-

dar akan waktu yang telah ditetapkan dan hari kesela-

matan, dan membiarkannya lewat dan hilang begitu 

saja hanya sebab  ketidakpedulian mereka. Tidak ada 

orang yang begitu buta, selain daripada mereka yang 

menolak untuk melihat. Hal-hal yang perlu bagi damai 

sejahtera tidak bisa tidak pasti akan tersembunyi dari 

orang-orang yang memalingkan punggungnya terhadap 

hal-hal ini .  

[5] Dosa dan kebodohan mereka yang terus-menerus me-

mandang rendah anugerah Kabar Baik mendatangkan 

kedukaan yang amat sangat bagi Tuhan Yesus, dan kita 

juga seharusnya turut berduka. Ia memandang dengan 

berlinang air mata jiwa-jiwa tersesat, yang tetap tidak 

mau bertobat dan terus berlari menuju kebinasaan me-

reka sendiri. Ia ingin agar mereka berbalik dan hidup 

daripada jalan terus dan binasa, sebab  Ia tidak ingin 

seorang pun binasa. 

(2) Yerusalem tidak akan luput dari hari kebinasaannya. Apa 

yang perlu bagi damai sejahteranya kini tersembunyi dari 

matanya. Kebinasaannya semakin dekat. Sebelum semua 

ini terjadi, Kabar Baik akan diwartakan kepada mereka 

oleh para rasul. Seluruh kaum Israel dipanggil untuk tahu 

dengan pasti bahwa Kristus yaitu  damai sejahtera mereka 

(Kis. 2:36), dan banyak orang akan diyakinkan dan diperto-

batkan. Akan namun , tubuh bangsa itu sendiri dan sebagian 

pemimpinnya dimeteraikan dalam ketidakpercayaan, Tuhan  

membuat mereka tidur nyenyak (Rm. 11:8). Mereka sangat 

curiga dan murka terhadap Kabar Baik. Memang ada seba-

gian kecil dari antara mereka yang kemudian menerima Ka-

bar Baik, tapi itu pun merupakan hasil pekerjaan mujizat 

anugerah ilahi yang bekerja di atas diri mereka (seperti 

yang terjadi dengan pertobatan Paulus). Dan mujizat seper-

ti itu tidak bisa diharapkan akan terjadi lagi, sehingga la-

yaklah bila mereka diserahkan ke dalam kebutaan hukum 

dan ketegaran hati. Hal-hal yang perlu untuk damai sejah-

tera memang tidak tersembunyi dari mata orang-orang ter-

tentu, namun bagi bangsa Yahudi, sekarang sudah terlam-

bat untuk memikirkan bahwa mereka akan menjadi sede-

mikian berubahnya sampai bisa menjadi sebuah bangsa 

Kristen yang percaya kepada Kristus. Oleh sebab  itu, me-

reka ditandai untuk binasa, sebagaimana yang telah dilihat 

dan dinubuatkan Kristus di sini, sebagai akibat yang tidak 

terelakkan dari penolakan mereka terhadap Kristus. Per-

hatikanlah, mengabaikan keselamatan besar sering kali 

membawa penghakiman sementara di dunia ini terhadap 

seluruh kaum. Inilah yang terjadi dengan Yerusalem dalam 

empat puluh tahun sesudah  ini, saat  semua yang Kristus 

nubuatkan di sini digenapi dengan tepat.  

[1] Orang Romawi mengepung kota ini , mengelilingi 

engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau, dan 

menghimpit engkau dari segala jurusan. Sejarawan kuno 

Josephus menceritakan bahwa Titus dengan cepat 

mengepung kota dan memutuskan semua harapan un-

tuk melarikan diri.  

[2] Mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal 

terletak di atas batu yang lain. Titus memerintahkan 

prajurit-prajuritnya untuk mencungkil kota itu, dan se-

luruh penjuru kota diratakan dengan tanah, kecuali 

tiga menara (lihat sejarah Josephus mengenai peperang-

an bangsa Yahudi, 5.356-360; 7.1. Bukan hanya kota, 

namun warganya juga ikut diratakan dengan tanah (be-

serta dengan pendudukmu) oleh pembantai kejam yang 

memang mereka diciptakan untuk melakukan hal sede-

mikian, sehingga hampir tidak ada satu batu pun ting-

gal terletak di atas batu yang lain. Inilah akibat dari per-

buatan mereka menyalibkan Kristus. Ini sebab  mereka 

tidak mengetahui saat bilamana Tuhan  melawat mereka. 

Biarlah kota-kota dan bangsa-bangsa lain mendapat 

peringatan. 

II.  Kecemburuan yang Yesus tunjukkan untuk menjaga kesucian Bait 

Tuhan . Walaupun Bait Tuhan  harusnya dihancurkan jauh-jauh hari 

sebelumnya, namun tidak berarti bahwa tempat itu akan ditelan-

tarkan sambil menunggu kehancurannya.  

1.  Kristus membersihkannya dari orang-orang yang menistai Bait 

Tuhan . Ia langsung menuju Bait Tuhan  dan mulailah Ia mengusir 

semua pedagang di situ (ay. 45). Dengan demikian (walaupun 

Ia dianggap sebagai musuh Bait Tuhan  sehingga dituduh mela-

kukan kejahatan di hadapan imam-imam kepala), Ia menun-

jukkan bahwa Ia lebih mengasihi Bait Tuhan  daripada mereka 

yang hanya mengagung-agungkan korban bakaran dan per-

bendaharaannya sebagai hal-hal yang keramat. Sebab, bagi 

Dia, yang lebih mulia yaitu  kemurnian Bait Tuhan , dan bukan 

harta bendanya. Kristus memberikan alasan atas tindakan-

Nya yang mengusir para pedagang yang berjualan di depan 

Bait Tuhan  (ay. 46). Bait Tuhan  yaitu  rumah doa, yang dikhu-

suskan untuk mengadakan persekutuan dengan Tuhan , namun 

pembeli-pembeli dan penjual-penjual ini  telah menjadikan 

Bait Tuhan  sebagai sarang penyamun dengan tawar-menawar 

mereka yang penuh kecurangan di sana. Perbuatan mereka ini 

sudah pasti berakibat buruk, sebab  akan mengganggu pikir-

an orang-orang yang datang untuk beribadah di tempat itu. 

2.  Ia menjadikan Bait Tuhan  itu sangat baik sesuai dengan kegu-

naan yang diperuntukkan baginya, sebab  tiap-tiap hari Ia 

mengajar di dalam Bait Tuhan  (ay. 47). Perhatikanlah, tidaklah 

cukup jika kita hanya menyingkirkan kecemaran-kecemaran 

dalam gereja, pewartaan Kabar Baik juga harus didorong. Se-

karang, saat  Kristus berkhotbah di Bait Tuhan , perhatikan-

lah:  

(1) Betapa bencinya para pemimpin gereja terhadap-Nya, beta-

pa rajinnya mereka mencari kesempatan, atau lebih tepat-

nya, alasan untuk mencelakakan-Nya (ay. 47): Imam-imam 

kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka, 

majelis agung Yahudi (Sanhedrin), yang seharusnya mem-

perhatikan-Nya dan mengumpulkan orang-orang untuk 

memperhatikan-Nya, berusaha untuk membinasakan Dia 

dan membunuh-Nya.  

(2) Betapa hormatnya warga  biasa terhadap-Nya. Mereka terpi-

kat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. Ia mengha-

biskan sebagian besar hidup-Nya di negeri itu dan tidak 

berkhotbah di Bait Tuhan  saat  itu, namun saat  Ia ber-

khotbah di sana, orang-orang sangat menghormati-Nya. 

Mereka  memperhatikan khotbah-Nya dengan tekun dan ti-

dak melewatkan kesempatan untuk mendengarkan-Nya, 

memperhatikan dengan saksama dan tidak mau ada satu 

perkataan pun yang terlewatkan. Sebagian orang mengarti-

kan bahwa begitu mendengarkan Dia, semua orang berpi-

hak kepada-Nya, dan ini sangat tepat menjadi alasan 

mengapa musuh-musuh-Nya tidak tahu harus berbuat apa 

untuk melawan Dia. Mereka melihat bahwa warga  biasa 

siap melawan mereka jika mereka sampai melakukan keke-

rasan terhadap-Nya. Sebelum masa-Nya tiba, perhatian-

Nya terhadap warga  jelata melindungi-Nya, namun saat  

masa-Nya tiba, pengaruh imam-imam kepala atas warga  

itu membuat Ia diserahkan. 

PASAL  20  

Kita temukan dalam pasal ini:  

I.  Jawaban Kristus terhadap pertanyaan imam-imam kepala 

mengenai wewenang-Nya (ay. 1-8).  

II.  Perumpamaan mengenai kebun anggur yang diserahkan 

kepada penggarap-penggarap yang curang dan suka mem-

berontak (ay. 9-19).  

III.  Jawaban Kristus terhadap pertanyaan yang diajukan ke-

pada-Nya mengenai sah tidaknya membayar pajak kepada 

Kaisar menurut hukum (ay. 20-26).  

IV. Pembelaan Kristus akan ajaran dasar yang merupakan prin-

sip utama dari agama Yahudi dan Kristen, yaitu kebangkitan 

dari antara orang mati dan dunia yang akan datang, atas 

keberatan yang mengada-ada dari kaum Saduki yang kurang 

berhikmat (ay. 27-38).  

V. Ia membuat heran ahli-ahli Taurat dengan pertanyaan me-

ngenai Mesias sebagai Anak Daud (ay. 39-44).  

VI. Peringatan-Nya kepada murid-murid-Nya agar mewaspadai 

para ahli Taurat (ay. 45-47). Semua perikop ini telah kita te-

mukan sebelumnya dalam Injil Matius dan Markus, sehingga 

tidak perlu dibahas dengan panjang lebar lagi di sini, kecuali 

jika ada hal-hal tertentu yang tidak kita temukan dalam 

kedua Injil ini .  

Musuh-musuh Yesus Dibungkamkan 

(20:1-8) 

1 Pada suatu hari saat  Yesus mengajar orang banyak di Bait Tuhan  dan 

memberitakan Injil, datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta 

tua-tua ke situ, 2 dan mereka berkata kepada Yesus: “Katakanlah kepada 

kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang 

memberikan kuasa itu kepada-Mu!” 3 Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga 

akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu. Katakanlah kepada-Ku: 4 

Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia?” 5 Mereka mempertim-

bangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari 

sorga, Ia akan berkata: Mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 6 namun  

jikalau kita katakan: Dari manusia, seluruh warga  akan melempari kita 

dengan batu, sebab mereka yakin, bahwa Yohanes yaitu  seorang nabi.” 7 

Lalu mereka menjawab, bahwa mereka tidak tahu dari mana baptisan itu. 8 

Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengata-

kan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.” 

Cerita dalam perikop ini mirip dengan apa yang sudah dikisahkan 

oleh para penulis Injil lain, jadi tidak ada hal baru yang ditambah-

kan, kecuali pada ayat pertama, di mana kita diberitahukan: 

I.  Bahwa Ia sekarang sedang mengajar orang banyak di Bait Tuhan , 

dan memberitakan Injil. Perhatikanlah, Kristus yaitu  pengkhot-

bah Injil-Nya sendiri. Ia tidak hanya menebus keselamatan bagi 

kita, namun juga menyatakannya kepada kita, dan ini sungguh 

merupakan peneguhan yang besar atas kebenaran Injil dan sung-

guh mendorong kita untuk menerima Injil-Nya itu. Ini memberi 

tanda bahwa Kristus sungguh peduli agar Injil-Nya itu diterima. 

Dengan demikian, hal ini juga memberikan kehormatan kepada 

para pewarta Injil dan kepada jabatan serta pekerjaan mereka, 

betapapun mereka direndahkan oleh dunia yang angkuh ini. Hal 

ini memberikan kehormatan kepada para pemberita Injil. Kristus 

memandang istimewa kemampuan orang-orang dalam mewarta-

kan Injil, dan mengajari mereka. Amatilah, saat  Ia sedang mem-

beritakan Injil kepada orang banyak, Ia mendapat gangguan ini. 

Perhatikanlah, Iblis dan kaki tangannya melakukan apa saja se-

dapat mungkin untuk merintangi pemberitaan Injil kepada orang 

banyak, sebab  tidak ada yang lebih melemahkan kepentingan 

kerajaan Iblis selain daripada hal ini . 

II. Diceritakan bahwa musuh-musuh-Nya mendatangi Dia – epestēsan. 

Kata ini hanya dipergunakan di sini, yang menyiratkan: 

1.  Bahwa mereka berniat mengejutkan-Nya dengan pertanyaan 

ini. Mereka mendatangi Dia dengan tiba-tiba, berharap untuk 

mendapatkan-Nya tidak siap dengan suatu jawaban, seakan-

akan ini yaitu  pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan 

oleh-Nya. 

2. Bahwa mereka berniat untuk menakut-nakuti-Nya dengan 

pertanyaan ini. Mereka mendatangi Dia dalam suatu rombong-

an, dengan kekerasan. namun , bagaimana mungkin Ia bisa ke-

takutan oleh amarah manusia, sedangkan Ia mempunyai kua-

sa untuk menahannya, dan membalikkannya menjadi puji-

pujian bagi diri-Nya?  

Dari kisah ini sendiri kita dapat belajar:  

(1)  Bahwa bukanlah hal yang aneh jika bahkan hal yang su-

dah terbukti pun dipertentangkan dan dipertanyakan seba-

gai sesuatu yang meragukan oleh mereka yang menutup 

mata terhadap cahaya kebenaran. Mujizat-mujizat Kristus 

dengan jelas menunjukkan dengan kuasa mana Ia melaku-

kan hal-hal itu dan mengesahkan pengutusan-Nya, namun 

hal ini masih saja dituduhkan di sini.  

(2) Mereka yang mempertanyakan kewenangan Kristus, jika 

saja mereka mengajari diri sendiri dengan prinsip-prinsip 

agama yang paling sederhana dan paling terbukti kebenar-

annya, tiada lain hanya menunjukkan kebodohannya sen-

diri kepada orang lain. Kristus memberikan jawaban kepa-

da imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat ini dengan per-

tanyaan mengenai baptisan Yohanes Pembaptis, suatu per-

tanyaan yang sederhana, yang dapat dijawab oleh orang 

yang paling awam sekalipun: Baptisan Yohanes itu, dari 

sorga atau dari manusia? Mereka semua tahu bahwa hal 

itu dari sorga. Tidak ada apa pun di dalam baptisan itu 

yang menunjukkan ciri-ciri atau kecenderungan duniawi, 

baptisan itu sepenuhnya bersifat sorgawi dan ilahi. Perta-

nyaan ini membuat mereka marah dan terpukul, dan mem-

buat mereka dipermalukan di hadapan orang-orang.  

(3) Bukanlah hal yang aneh jika orang-orang yang dikuasai 

oleh nafsu untuk mendapatkan nama baik dan kepenting-

an duniawi mengurung kebenaran yang paling nyata dan 

sederhana sekalipun. Mereka akan menyesakkan dan men-

cekik keyakinan yang nyata-nyata benar. Inilah yang 

dilakukan oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat ini. 

Demi melindungi nama baik mereka, mereka tidak bersedia 

mengakui bahwa baptisan Yohanes Pembaptis itu dari sor-

ga. Satu-satunya alasan mengapa mereka tidak berkata 

bahwa itu dari manusia yaitu  sebab  mereka takut kepa-

da orang banyak. Hal baik apa yang dapat diharapkan dari 

orang-orang yang berjiwa demikian?  

(4) Orang yang mengubur pengetahuan yang mereka miliki, 

tidak layak mendapatkan hikmat yang lebih besar. Pantas 

bagi Kristus untuk menolak memberi tah


Related Posts:

  • lukas 13-24 8 anjat pohon ara, Kristus sudah melihatnya dan mengenalnya. Ia menyuruhnya segera turun. Mereka yang dipanggil oleh Kristus harus turun, harus merendahkan diri mereka, dan tidak berpikir untuk naik ke … Read More