anjat pohon ara, Kristus
sudah melihatnya dan mengenalnya. Ia menyuruhnya segera
turun. Mereka yang dipanggil oleh Kristus harus turun, harus
merendahkan diri mereka, dan tidak berpikir untuk naik ke
sorga dengan mengandalkan kebenaran mereka sendiri. Mere-
ka harus bergegas untuk turun, sebab bahaya jika ditunda-
tunda. Zakheus tidak boleh ragu-ragu, namun bergegas. Ia tahu
bahwa tidak perlu menimbang-nimbang apakah mau menyam-
but tamu yang demikian atau tidak ke dalam rumahnya. Ia
harus turun, sebab Kristus pada hari ini berniat untuk
menumpang di rumahnya, dan berada di situ satu atau dua
jam lamanya. Lihat, Aku berdiri di depan pintu dan mengetok.
2. Zakheus sangat bersukacita mendapat kehormatan sedemikian
besar atas rumahnya (ay. 6): Zakheus segera turun dan mene-
rima Yesus dengan sukacita. Sambutan yang diberikan
Zakheus kepada Kristus untuk masuk ke dalam rumahnya
merupakan awal dan tanda bahwa ia menerima Kristus ke
dalam hatinya. Perhatikanlah, saat Kristus memanggil kita,
kita harus bergegas menjawab panggilan-Nya dan saat Ia
datang kepada kita, kita harus menerima-Nya dengan sukacita.
Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang. Kita dapat mene-
rima-Nya dengan suka cita sebab Ia membawa serta segala
kebaikan dalam diri-Nya, dan saat Ia memenangkan satu
jiwa, mata air sukacita akan terbuka dan terus mengalir tanpa
putus. Betapa seringnya Kristus memberi tahu kita, Bukalah
pintu, sebab kita selalu banyak alasan dengan kekasih kita!
(Kid. 5:2-3). Keterbukaan Zakheus dalam menerima Kristus
akan membuat kita malu. Memang sekarang kita tidak memi-
liki Kristus lagi untuk menjamu Dia di dalam rumah kita, na-
mun kita memiliki murid-murid-Nya, dan apa yang kita laku-
kan bagi mereka akan diperhitungkan Kristus sebagai sesuatu
yang dilakukan bagi diri-Nya sendiri.
IV. Rasa tidak senang orang-orang akan sambutan hangat yang di-
berikan Kristus kepada Zakheus. Orang-orang Yahudi yang ber-
hati picik dan suka menghakimi itu bersungut-sungut dan berkata
bahwa Ia telah menumpang di rumah orang berdosa, para
hamartōlō andri – dengan orang yang berdosa. Namun, bukankah
mereka sendiri juga orang-orang berdosa? Bukankan tujuan
Kristus datang ke dunia yaitu untuk mencari dan menyelamat-
kan manusia yang yaitu orang-orang berdosa? Akan namun ,
Zakheus dianggap sebagai pendosa besar di antara semua yang
tinggal di Yerikho, seorang pendosa yang bahkan tidak layak
untuk disapa. Dalam hal ini, sangatlah tidak adil untuk menya-
lahkan Kristus sebab pergi ke rumahnya, sebab:
1. Walaupun ia yaitu seorang pemungut cukai, dan banyak dari
mereka yaitu orang-orang yang busuk, tidaklah berarti
bahwa dengan demikian mereka semua sama. Kita harus was-
pada agar jangan sampai mengecam orang menurut kelompok-
nya, atau menurut pandangan umum, sebab dalam pengadil-
an Tuhan semua orang akan diadili sesuai dengan keadaan
dirinya masing-masing.
2. Walaupun Zakheus dulu seorang pendosa, tidak berarti bahwa
sekarang ia sama busuknya dengan keadaannya yang sebe-
lumnya. Walaupun orang-orang mengetahui bahwa kehidupan
masa lalunya jelek, Kristus bisa mengetahui bahwa tabiatnya
yang sekarang baik. Tuhan memberikan ruang untuk pertobat-
an, sehingga kita juga harus berbuat demikian.
3. Walaupun Zakheus sekarang seorang pendosa, mereka tidak
boleh menyalahkan Kristus sebab datang kepadanya, sebab
Ia tidak terancam bahaya disakiti oleh seorang pendosa, seba-
liknya Ia memiliki harapan yang besar untuk melakukan ke-
baikan kepada seorang pendosa. Kepada siapakah seorang
tabib akan pergi selain kepada orang sakit? Namun lihatlah
bagaimana niat yang baik sering direka-reka menjadi hal yang
jelek.
V. Kesaksian yang Zakheus perlihatkan secara terbuka yaitu bah-
wa, walaupun dulunya ia seorang pendosa, ia kini menyesal dan
benar-benar bertobat (ay. 8). Ia tidak berharap untuk mendapat
pembenaran melalui perbuatannya layaknya orang Farisi yang
selalu menyombongkan apa yang telah ia lakukan. Sebaliknya,
melalui pekerjaan-pekerjaan baik, dengan anugerah Tuhan , ia akan
membuktikan ketulusan iman dan pertobatannya. Dan, memang
ia menyatakan kebulatan hatinya itu. Ia berdiri dan membuat
pernyataannya itu, supaya dapat dilihat dan didengar oleh mereka
yang bersungut-sungut kepada Kristus sebab datang ke rumah-
nya. Dengan mulut orang mengakui pertobatan dan iman mereka.
Ia berdiri, yang berarti bahwa ia mengucapkannya dengan sung-
guh-sungguh dan khusyuk, seperti bersumpah di hadapan Tuhan .
Ia mengarahkan dirinya kepada Kristus saat berbuat demikian,
bukan kepada orang banyak (mereka bukan hakimnya), namun
kepada Tuhan. Ia berdiri seakan-akan di hadapan pengadilan-
Nya. Apa pun perbuatan baik kita, harus kita lakukan layaknya
bagi-Nya. Kita harus memohon kepada-Nya dan membuktikan diri
untuk mendapat perkenanan-Nya dalam keutuhan atau integritas
kita, dalam segala niat dan tekad baik kita. Zakheus memperlihat-
kan bahwa ada perubahan dalam hatinya (dan inilah pertobatan
itu), sebab ada perubahan dalam cara hidupnya. Tekadnya ada-
lah untuk menaati perintah-perintah Tuhan pada loh batu kedua,
sebab Kristus dalam segala kesempatan selalu menegaskan hal-
hal ini . Perintah-perintah ini sangat cocok dengan keadaan-
nya dan tabiatnya, sebab dengan memenuhi perintah-perintah
ini akan tampak sekali kesungguhan pertobatan kita.
1. Zakheus mempunyai banyak harta. Jika ia sebelumnya me-
ngumpulkan harta untuk dirinya sendiri sehingga membawa
penderitaan bagi dirinya, sekarang ia bertekad bahwa ke
depan ia hanya akan mencari Tuhan dan melakukan kebaikan
bagi orang lain dengan hartanya: Tuhan, setengah dari milikku
akan kuberikan kepada orang miskin. Ia tidak berkata, “Aku
akan memberikannya nanti saat aku meninggal,” namun ,
“Aku akan memberikannya sekarang juga.” Mungkin ia telah
mendengar mengenai perintah dalam ujian yang Kristus beri-
kan kepada seorang kaya yang lain agar ia menjual apa yang
dimilikinya dan memberikannya kepada orang miskin (Mat.
19:21), dan bagaimana ia meninggalkan Kristus dalam hal
ini . “namun aku tidak akan berbuat demikian,” kata
Zakheus; “Aku setuju semuanya, walaupun sampai saat ini
aku tidak berbelas kasih kepada mereka yang miskin, seka-
rang aku akan memberikan kelegaan kepada mereka dan
memberikan lebih banyak lagi sebab telah mengabaikan
kewajibanku begitu lama, bahkan setengah dari milikku.” Ini
yaitu jumlah yang sangat besar untuk digunakan bagi per-
buatan saleh dan amal. Dulu orang-orang Yahudi biasanya
berkata bahwa seperlima dari pendapatan tahunan seseorang
sangat pantas diberikan untuk hal-hal saleh, dan hukum
Taurat juga menyebut jumlah yang kira-kira sebanyak itu.
Akan namun , Zakheus berbuat lebih jauh lagi dengan memberi-
kan setengah hartanya kepada orang miskin, yang akan mem-
buatnya mengurangi segala pengeluarannya yang boros, ka-
rena dengan begitu ia akan lebih dapat memberikan kelegaan
bagi banyak orang melalui kelimpahannya. Jika saja kita
hidup lebih sederhana dan dapat menyangkal diri, kita akan
dapat lebih beramal, dan jika kita dapat merasa puas dengan
tidak hidup berlebihan, kita akan punya lebih banyak lagi
untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Zakheus
menyebutkan hal ini sebagai buah pertobatannya. Perhatikan-
lah, orang yang benar-benar bertobat kepada Tuhan yaitu
mereka yang berbuat amal kepada orang yang miskin.
2. Zakheus sadar sendiri bahwa ia tidak memperoleh semua har-
tanya dengan jujur dan adil, namun sebagiannya diperoleh
dengan cara-cara yang curang dan melawan hukum. Mengenai
apa yang ia dapatkan dengan cara-cara demikian, ia berjanji
untuk menggantinya: “Jika ada sesuatu yang kuperas dari
seseorang, atau jika aku telah merugikan siapa pun dalam
pekerjaanku sebagai pemungut cukai, mengambil lebih dari
apa yang seharusnya, aku berjanji untuk mengganti empat kali
lipat.” Ini yaitu ganti rugi yang harus diberikan oleh seorang
pencuri (Kel. 22:1).
(1) Zakheus tampaknya dengan terbuka mengakui bahwa ia
telah berbuat salah. Jabatannya sebagai seorang pemungut
cukai memberinya kesempatan untuk berlaku tidak adil
dengan mengambil keuntungan dari para pedagang untuk
menyenangkan hati penguasa. Mereka yang sungguh-sung-
guh menyesal tidak hanya akan mengakui kesalahan-kesa-
lahan umum yang mereka lakukan di hadapan Tuhan , na-
mun akan secara khusus bercermin dari pelanggaran yang
mereka sendiri lakukan, sebab alasan tugas dan pekerja-
an mereka di dunia ini mudah memberikan masalah bagi
mereka.
(2) Bahwa ia telah berbuat tidak adil dengan memeras. Inilah
hal yang sering menjadi godaan bagi pemungut cukai, yang
secara khusus telah diperingatkan kepada mereka oleh
Yohanes Pembaptis (Luk. 3:14). Mereka yaitu telinga bagi
penguasa dan apa pun akan dilakukan demi meningkatkan
pemasukan, sehingga memberikan mereka kesempatan
untuk memuaskan dendam mereka jika mereka punya niat
jahat tertentu terhadap seseorang.
(3) Ia berjanji untuk mengganti empat kali lipat, sejauh ia da-
pat mengingat atau menemukan dalam catatannya bahwa
ia telah berbuat tidak adil kepada seseorang. Ia tidak ber-
kata, “Jika aku dituntut dan terpaksa membayar, aku akan
menggantinya” (sebagian orang menjadi jujur saat mereka
tidak dapat menghindar), sebaliknya, ia akan melakukan-
nya dengan sukarela: Ini akan menjadi tindakanku dan
perbuatanku sendiri. Perhatikanlah, mereka yang sudah
diyakinkan telah berbuat curang tidak tahan untuk mem-
perlihatkan ketulusan pertobatan mereka itu kecuali de-
ngan memberikan ganti rugi. Perhatikanlah, Zakheus tidak
menganggap bahwa memberikan sebagian hartanya kepada
orang miskin akan menebus kesalahan yang telah ia per-
buat. Tuhan membenci perampasan dan kecurangan, se-
hingga kita harus pertama-tama bertindak adil, baru kemu-
dian mencintai kesetiaan. Jika kita memberikan apa yang
bukan milik kita, itu bukanlah amal, melainkan kemunafik-
an. Kita tidak boleh menganggap hal-hal yang kita peroleh
dengan tidak jujur sebagai milik kita sendiri. Tidak juga
selama semua utang-utang kita dibayar dan ganti rugi
diberikan atas segala ketidakadilan kita.
VI. Pujian dan penerimaan Kristus terhadap pertobatan Zakheus. De-
ngan tindakan ini pula Kristus membersihkan segala tuduhan
yang dialamatkan kepada-Nya dengan menjadi tamunya (ay. 9-10).
1. Zakheus sekarang dinyatakan sebagai orang yang berbahagia.
Ia sekarang telah berpaling dari dosa kepada Tuhan . Ia telah
mengundang Kristus masuk ke dalam rumahnya, dan menjadi
orang yang jujur, penuh amal, dan baik hati: Hari ini telah ter-
jadi keselamatan kepada rumah ini. Sekarang sesudah ia diper-
tobatkan, ia juga dengan demikian diselamatkan; diselamatkan
dari dosa-dosanya, dari rasa bersalah akibat dosa-dosa terse-
but, dan dari kuasa dosa. Segala manfaat dari keselamatan
telah menjadi miliknya. Kristus telah datang ke rumahnya, dan
ke mana pun Kristus datang, Ia membawa serta keselamatan
dengan-Nya. Ia yaitu , dan akan selalu menjadi Sumber
keselamatan kekal bagi semua yang mengakui-Nya, seperti
yang dilakukan Zakheus. Namun semua ini belumlah cukup.
Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini.
(1) saat Zakheus bertobat, ia akan menjadi berkat bagi ru-
mahnya, lebih dari yang sudah-sudah. Ia akan membawa
sumber anugerah dan keselamatan ke dalam rumahnya,
sebab ia sekarang benar-benar anak Abraham. Oleh ka-
rena itu, seperti halnya Abraham, ia akan mengajar rumah
tangganya untuk hidup menurut jalan yang ditunjukkan
Tuhan. Celakalah orang yang mengambil laba yang tidak
halal untuk keperluan rumahnya, dan membawa kutukan
ke atasnya (Hab. 2:9), namun ia yang bermurah hati ke-
pada yang miskin membawa kebaikan ke atas rumahnya
sendiri, serta berkat ke atasnya dan keselamatan ke dalam-
nya, setidaknya untuk sementara selama di dunia ini
(Mzm. 112:3).
(2) saat Zakheus sendiri berpaling kepada Kristus, keluarga-
nya juga menjadi bagian dalam Kristus, dan anak-anaknya
diakui sebagai anggota jemaat-Nya, sehingga keselamatan
terjadi kepada rumahnya. Oleh sebab ia yaitu anak
Abraham, ia juga menjadi bagian dari kovenan Tuhan de-
ngan Abraham, yaitu bahwa berkat Abraham akan turun
ke atas para pemungut cukai, ke atas orang-orang bukan-
Yahudi melalui iman, bahwa Tuhan akan menjadi Tuhan bagi
mereka dan keturunan mereka. Oleh sebab itu, saat ia
percaya, keselamatan datang ke atas rumahnya, seperti
yang dikatakan kepada si kepala penjara itu: Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus, dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu (Kis. 16:31). Menurut kelahiran,
Zakheus yaitu anak Abraham, namun dengan menjadi se-
orang pemungut cukai, dia dipandang sebagai orang kafir,
sehingga diberi cap tertentu (Mat. 18:17). Oleh sebab itu-
lah, orang-orang Yahudi malu untuk berbicara dengannya,
dan berharap bahwa Kristus juga hendaknya berbuat demi-
kian. Namun Ia menunjukkan bahwa, dengan menjadi se-
orang yang benar-benar menyesal, Zakheus telah menjadi
rectus in curia – benar di hadapan hukum, sama baiknya
sebagai anak Abraham, seakan-akan ia tidak pernah men-
jadi seorang pemungut cukai, sebutan yang hendaknya
tidak dilontarkan lagi kepadanya.
2. Apa yang telah dilakukan Kristus secara khusus untuk men-
jadikannya seorang yang berbahagia yaitu sesuai dengan
rencana besar-Nya dan maksud kedatangan-Nya ke dunia (ay.
10). Dengan dasar yang sama ini pula Kristus sebelumnya
telah membenarkan pergaulan-Nya dengan para pemungut
cukai (Mat. 9:13). Pada waktu itu Ia mengimbau bahwa Ia
datang untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat, seka-
rang ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang,
to apolōlos – yang hilang.
Perhatikanlah:
(1) Kemalangan anak-anak manusia: mereka tersesat. Di sini
seluruh umat manusia dibicarakan sebagai satu tubuh.
Perhatikanlah, dunia manusia secara keseluruhan, sesudah
kejatuhan dalam dosa, telah menjadi dunia yang tersesat,
seperti kota yang hilang yang jatuh ke dalam tangan pem-
berontak, seperti seorang pengelana yang kehilangan arah
di padang belantara, seperti seorang sakit yang hilang ka-
rena penyakitnya tidak dapat disembuhkan, seperti se-
orang penjahat yang hilang saat hukuman dijatuhkan ke
atasnya.
(2) Rencana Anak Tuhan yang penuh anugerah: Ia datang untuk
mencari dan menyelamatkan, mencari untuk menyelamat-
kan. Ia datang dari sorga ke bumi (sebuah perjalanan yang
jauh), untuk mencari yang tersesat (yang sudah berkelana
jauh dan sesat) dan membawanya kembali (Mat. 18:11-12),
serta menyelamatkan yang hilang, yang sedang binasa,
yang hancur dan dicampakkan. Kristus rela menanggung
akibat bagi yang tersesat: Ia berusaha membawa mereka
kembali kepada diri mereka sendiri, yang telah tersesat dan
kehilangan Tuhan dan segala kebaikan. Perhatikanlah,
Kristus datang ke dunia yang tersesat ini untuk mencari
dan menyelamatkannya. Rancangan-Nya yaitu untuk me-
nyelamatkan, saat keselamatan tidak ada di dalam siapa
pun. Dalam menjalankan rancangan-Nya ini , Ia men-
cari, menggunakan segala cara yang mungkin untuk me-
wujudkan keselamatan ini . Ia mencari mereka yang
tidak layak dicari, Ia mencari mereka yang tidak mencari-
Nya dan tidak mengharapkan-Nya, seperti halnya Zakheus
di sini.
Seorang Bangsawan dan Hamba-hambanya
(19:11-27)
11 Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan per-
kataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat Yerusalem
dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Tuhan akan segera kelihatan. 12
Maka Ia berkata: “Ada seorang bangsawan berangkat ke sebuah negeri yang
jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan sesudah itu baru kembali. 13
Ia memanggil sepuluh orang hambanya dan memberikan sepuluh mina
kepada mereka, katanya: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang
kembali. 14 Akan namun orang-orang sebangsanya membenci dia, lalu mengi-
rimkan utusan menyusul dia untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini
menjadi raja atas kami. 15 Dan terjadilah, saat ia kembali, sesudah ia dino-
batkan menjadi raja, ia menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah
diberinya uang itu, untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-
masing. 16 Orang yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang
satu itu telah menghasilkan sepuluh mina. 17 Katanya kepada orang itu: Baik
sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam
perkara kecil, sebab itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota. 18 Datang-
lah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah menghasilkan lima mina.
19 Katanya kepada orang itu: Dan engkau, kuasailah lima kota. 20 Dan hamba
yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyim-
pannya dalam sapu tangan. 21 Sebab aku takut akan tuan, sebab tuan ada-
lah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh
dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. 22 Katanya kepada orang itu:
Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau menurut perkataanmu
sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku yaitu orang yang keras, yang meng-
ambil apa yang tidak pernah aku taruh dan menuai apa yang tidak aku
tabur. 23 Jika demikian, mengapa uangku itu tidak kauberikan kepada orang
yang menjalankan uang? Maka sekembaliku aku dapat mengambilnya serta
dengan bunganya. 24 Lalu katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ:
Ambillah mina yang satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang
mempunyai sepuluh mina itu. 25 Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah
mempunyai sepuluh mina. 26 Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, namun siapa yang tidak
mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya. 27 Akan
namun semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya, bawalah
mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku.”
Tuhan kita Yesus sedang dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, ke
perjamuan paskah terakhir-Nya, saat di mana Ia akan menderita dan
mati.
Di sini kita diceritakan:
I. Bagaimana harapan sahabat-sahabat-Nya ditinggikan dalam ke-
sempatan ini: Mereka menyangka bahwa kerajaan Tuhan akan
segera kelihatan (ay. 11). Orang-orang Farisi mengira bahwa saat-
nya telah tiba (Luk. 17:20), dan sepertinya mereka semua salah
mengerti mengenai hal ini , begitu juga dengan murid-murid
Kristus sendiri. Kaum Farisi mengira bahwa kerajaan ini
akan diperkenalkan oleh seorang pangeran atau penguasa lain
dari dunia ini. Murid-murid Kristus berpikir Guru mereka yang
akan mempekenalkannya, namun dengan kemegahan dan kuasa
duniawi. Mereka menyangka bahwa dengan kuasa yang diguna-
kan-Nya untuk melakukan mujizat-mujizat itu, Ia dapat meng-
hiasi diri-Nya dalam waktu yang singkat, kapan pun Ia inginkan.
Mereka berkesimpulan bahwa Yerusalem pastilah tempat kedu-
dukan kerajaan-Nya, sehingga sebab Ia sekarang langsung me-
nuju ke tempat itu, mereka tidak ragu lagi bahwa tidak lama lagi
mereka akan melihat-Nya duduk di atas takhta-Nya di sana. Per-
hatikanlah, bahkan orang-orang yang baik tidak luput dari keke-
liruan berkenaan dengan kerajaan Kristus, dan salah paham me-
ngenainya, dan selalu berpikir bahwa apa yang disediakan untuk
hari kemudian akan segera muncul di dunia ini.
II. Mereka ditegur sebab harapan-harapan mereka itu, dan
kekeliruan mereka diluruskan. Kristus melakukan hal ini melalui
tiga hal:
1. Mereka berharap bahwa Ia akan tampil dalam kemuliaan-Nya
pada saat itu juga, namun Ia memberi tahu mereka bahwa
masih lama lagi baru Ia akan dinobatkan secara terbuka
dalam kerajaan-Nya. Ia seperti seorang bangsawan anthrōpos
tis eugenēs – seorang yang mulia sejak lahirnya (menurut Dr.
Hammond), sebab Ia yaitu Tuhan dari sorga, dan menurut
kelahiran berhak mewarisi Kerajaan Sorga. Namun, Ia berang-
kat ke sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja.
Kristus harus pergi ke sorga untuk duduk di sebelah kanan
Bapa-Nya di sana, dan untuk menerima dari-Nya kehormatan
dan kemuliaan, sebelum Roh, yang melaluinya kerajaan-Nya di
dunia akan didirikan, dicurahkan, dan sebelum gereja akan
didirikan bagi-Nya di dunia orang-orang bukan-Yahudi. Ia ha-
rus menerima kerajaan ini , baru kemudian kembali.
Kristus kembali saat Roh sudah dicurahkan, saat Yeru-
salem sudah dihancurkan, saat generasi ini , baik saha-
bat-sahabat maupun musuh-musuh yang pernah bergaul
akrab dengan-Nya, telah benar-benar binasa dan pergi untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Akan namun , di
sini yang terutama dimaksudkan dengan kedatangan-Nya
kembali yaitu pada hari penghakiman, yang masih kita ha-
rap-harapkan. Kristus memberi tahu mereka bahwa apa yang
menurut pandangan mereka akan segera terjadi, tidak akan
terjadi sampai Kristus yang sama ini, yang diangkat ke sorga,
akan datang kembali dengan cara yang sama (Kis. 1:11)
2. Mereka berharap bahwa para rasul dan pengikut-pengikut-Nya
yang terdekat ditinggikan dan dimuliakan, dijadikan penguasa
dan setingkatnya, penasihat-penasihat utama dan hakim-
hakim, dan memiliki segala keagungan dan keistimewaan da-
lam pengadilan dan pemerintahan. Namun, Kristus di sini
memberi tahu mereka bahwa, sebaliknya, Ia akan menjadikan
mereka para pedagang. Mereka hendaknya tidak mengharap-
kan keistimewaan apa pun dalam dunia ini selain menjadi pe-
dagang di negeri ini . Ia akan memberikan mereka modal,
sehingga mereka dapat menggunakannya sendiri dalam mela-
yani-Nya dan kepentingan kerajaan-Nya di antara umat manu-
sia. Inilah kehormatan sejati seorang Kristen dan seorang
hamba Kristus, sehingga jika kita benar-benar bertekun di
dalamnya sebagaimana yang seharusnya kita lakukan, maka
dengan kudus kita akan mampu memandang rendah segala
kehormatan duniawi yang sifatnya hanya sementara ini. Para
rasul telah berangan-angan untuk duduk di sebelah kanan
dan sebelah kiri-Nya dalam kerajaan-Nya, menikmati kelegaan
sesudah kerja keras, menikmati kehormatan sesudah penghina-
an yang mereka terima. Mereka membuai diri mereka dengan
angan-angan ini . Namun, Kristus memberi tahu mereka
bahwa jika mereka memahami kerajaan-Nya dengan benar,
maka kepala mereka akan dipenuhi dengan pikiran-pikiran
yang peduli, penuh perhatian dan sungguh-sungguh dan bu-
kannya dengan harapan-harapan yang muluk-muluk.
(1) Mereka memiliki pekerjaan besar yang harus dilakukan se-
karang. Guru mereka meninggalkan mereka dengan mem-
berikan kerajaan-Nya kepada mereka, dan saat berpisah,
Ia memberi mereka masing-masing satu mina, yang menun-
juk pada talenta-talenta yang digambarkan dalam perum-
pamaan di dalam Matius 25, yang sejajar dengan perumpa-
maan di sini, yaitu segala karunia yang dicurahkan kepada
rasul-rasul Kristus, dan keuntungan-keuntungan serta
kemampuan-kemampuan yang mereka miliki untuk mela-
yani kepentingan Kristus di dunia dan orang lain, baik para
hamba Tuhan maupun orang-orang Kristen yang ada di
bawah mereka. Namun, perumpamaan ini mungkin dimak-
sudkan untuk menjadikan mereka lebih rendah hati lagi,
bahwa kehormatan yang mereka peroleh di dunia ini ha-
nyalah sebagai para pedagang, bukan sebagai saudagar
besar yang mempunyai modal besar untuk berdagang,
namun pedagang-pedagang miskin yang harus mengalami
banyak perjuangan dan penderitaan untuk menghasilkan
sesuatu dari apa yang mereka miliki. Ia memberikan mina-
mina ini kepada hamba-hamba-Nya bukan supaya
mereka membeli pakaian-pakaian yang mewah, apalagi
jubah dan pernak pernik yang indah-indah supaya mereka
dapat tampil seperti yang mereka harap-harapkan, namun
dengan perintah: Pakailah ini untuk berdagang sampai aku
datang kembali. Atau mungkin lebih baik diterjemahkan
dengan Berdaganglah sampai aku kembali, Pragmateusasthe
– Sibuklah, demikianlah artinya yang sesuai. “Kamu diutus
untuk memberitakan Injil, untuk mendirikan jemaat bagi
Kristus di dunia ini, untuk membawa bangsa-bangsa ke
dalam ketaatan iman dan membangun mereka di atas da-
sar ini . Kamu akan menerima kuasa untuk melakukan
ini, sebab kamu akan dipenuhi dengan Roh Kudus” (Kis.
1:8). saat Kristus mengembusi kesebelas murid-Nya dan
berkata, “Terimalah Roh Kudus,” Ia kemudian memberikan
mereka sepuluh mina. “Sekarang” kata-Nya, “kerjakanlah
tugasmu dan berdaganglah dengannya, lakukanlah itu de-
ngan sepenuh hati dan bertekunlah di dalamnya. Berusa-
halah untuk melakukan segala yang baik yang dapat kamu
lakukan terhadap jiwa-jiwa manusia, dan kumpulkan me-
reka kepada Kristus.”
Perhatikanlah:
[1] Semua orang Kristen mempunyai pekerjaan yang harus
dilakukan untuk Kristus di dunia ini, khususnya para
hamba Tuhan. Orang Kristen tidak dibaptis, demikian
juga para hamba Tuhan tidak ditahbiskan, untuk hanya
bermalas-malasan saja.
[2] Mereka yang dipanggil untuk melakukan pekerjaan bagi
Kristus diperlengkapi-Nya dengan karunia-karunia yang
perlu bagi pekerjaan mereka, dan di lain pihak, dari me-
reka yang telah Ia berikan kuasa, Ia juga mengharapkan
pelayanan. Ia memberikan mina-mina ini dengan
perintah, “Berusahalah, berdaganglah.” Kepada tiap-tiap
orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan
bersama (1Kor. 12:7) dan sesuai dengan karunia yang
telah diperoleh tiap-tiap orang, maka layanilah seorang
akan yang lain (1Ptr. 4:10).
[3] Kita harus terus bertekun dalam pekerjaan kita sampai
kedatangan Tuan kita, tidak peduli apa pun kesulitan
atau tantangan yang kita hadapi di dalamnya. Hanya
mereka yang bertekun sampai pada akhirnya yang akan
diselamatkan.
(2) Mereka memiliki pertanggungjawaban yang harus segera
dilaporkan. Hamba-hamba ini dipanggil ke hadapan-Nya
untuk menunjukkan hasil kerja mereka atas karunia yang
telah dipercayakan kepada mereka, apa pelayanan yang
telah mereka lakukan bagi Kristus dan apa kebaikan yang
telah mereka lakukan bagi jiwa-jiwa manusia, untuk menge-
tahui berapa hasil dagang mereka masing-masing.
Perhatikanlah:
[1] Mereka yang berdagang dengan rajin dan setia dalam
melayani Kristus akan menjadi orang-orang yang berha-
sil. Hal ini tidak berlaku dalam kegiatan dagang di du-
nia. Banyak pedagang yang bekerja dengan keras akhir-
nya tetap menjadi orang yang rugi. Akan namun , mereka
yang berdagang untuk Kristus akan menjadi orang-
orang yang berhasil. Walaupun Israel tidak berkumpul
bersama-sama, mereka akan berjaya.
[2] Mempertobatkan jiwa-jiwa yaitu memenangkan jiwa-
jiwa ini . Setiap orang yang benar-benar bertobat
yaitu hasil yang jelas bagi Yesus Kristus. Para hamba
Tuhan hanyalah perantara-perantara-Nya dan kepada-
Nya mereka harus memberikan laporan mengenai ikan
apa saja yang telah mereka tangkap dalam jaring Kabar
Baik, dan tamu seperti apa yang telah berhasil mereka
undang ke dalam perjamuan malam perkawinan. De-
ngan kata lain, berapa hasil dagang mereka masing-
masing.
Sekarang perhatikanlah:
Pertama, laporan baik yang diberikan oleh beberapa
hamba-Nya dan pujian sang Tuan kepada mereka. Di
sini diberikan dua contoh (ay. 16, 19).
1. Walaupun mereka berdua membuat hasil yang
memuaskan, hasil yang mereka dapat tidaklah
sama. Orang yang satu memperoleh keuntungan
sepuluh mina dalam berdagang, sedangkan yang
satunya lagi lima mina. Mereka yang tekun dan setia
dalam melayani Kristus biasanya akan diberkati
untuk menjadi berkat atas tempat di mana mereka
tinggal. Mereka akan melihat kerja keras jiwa mereka
dan tidak bersusah payah dengan sia-sia. Namun
tidak semua yang sama setianya, akan sama berha-
silnya. Walaupun mungkin mereka sama-sama setia,
tersirat bahwa salah satu dari mereka berusaha
lebih keras dan lebih tekun dalam pekerjaannya
daripada yang lain sehingga akhirnya lebih berhasil.
Paulus yang terpuji itu pastilah hamba yang meng-
hasilkan sepuluh mina ini, dua kali lipat lebih
banyak daripada yang diperoleh oleh murid-murid
yang lain, sebab ia telah bekerja lebih keras dari-
pada mereka semua dan memberitakan sepenuhnya
Injil Kristus.
2. Mereka berdua mengakui kewajiban-kewajiban me-
reka kepada Tuan mereka yang memercayakan me-
reka dengan kemampuan-kemampuan dan kesem-
patan-kesempatan untuk melayani-Nya, “Tuan, ini
bukanlah hasil kerja kerasku, melainkan minamulah
yang menghasilkan sepuluh mina.” Perhatikanlah,
Tuhan harus menerima segala kemuliaan dari segala
hasil kerja kita. Puji-pujian harus ditujukan kepada-
Nya, bukan kepada kita (Mzm. 115:1). Paulus, yang
menghasilkan sepuluh mina, mengakui, “Aku telah
bekerja lebih keras, namun bukannya aku. sebab
kasih karunia Tuhan aku yaitu sebagaimana aku
ada sekarang dan mengerjakan apa yang aku kerja-
kan sekarang, kasih karunia yang dianugerahkan-
Nya kepadaku tidak sia-sia” (1Kor. 15:10). Paulus
tidak akan berbicara mengenai apa yang telah ia
lakukan, melainkan mengenai apa yang telah Tuhan
kerjakan melalui dia (Rm. 15:18).
3. Kedua hamba ini mendapat pujian atas kese-
tiaan dan kerja keras mereka: Baik sekali perbuatan-
mu itu, hai hamba yang baik (ay. 17). Tuan itu juga
berkata hal yang sama kepada hamba-Nya yang lain
(ay. 19). Perhatikanlah, semua yang melakukan apa
yang baik, layak mendapatkan pujian yang sama.
Lakukanlah yang baik dan Kristus akan berkata
kepadamu, Baik sekali perbuatanmu itu, dan jika Ia
berkata Baik sekali perbuatanmu itu, maka tidak
masalah jika orang lain berkata sebaliknya (Kej. 4:7).
4. Mereka diutamakan sesuai dengan pencapaian me-
reka: “sebab engkau telah setia dalam perkara kecil
dan tidak berkata, ‘Lebih baik duduk santai dari-
pada pergi berdagang dengan satu mina sebab apa
yang dapat dilakukan seseorang dengan modal yang
begitu kecil?’ namun dengan rendah hati dan jujur
bertekun untuk menambahkannya, maka Terimalah
kekuasaan atas sepuluh kota.” Perhatikanlah, orang-
orang yang berhasil biasanya yaitu mereka yang
puas untuk mulai dari bawah. sebab mereka yang
melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik
(1Tim. 3:13).
Dengan demikian, dua hal dijanjikan kepada para
rasul:
(1) Bahwa sesudah bersusah payah menanam banyak
gereja, mereka akan mendapatkan kepuasan dan
kehormatan untuk memimpin dan memerintah di
dalamnya. Mereka akan menerima kehormatan
yang besar, dan mendapat perhatian yang besar,
dikasihi dan dihargai oleh orang-orang Kristen
yang baik. Siapa memelihara pohon ara akan me-
makan buahnya dan mereka yang berjerih payah
dalam firman dan pengajarannya akan dihormati
dua kali lipat.
(2) Bahwa sesudah melayani generasi mereka, sesuai
dengan kehendak Kristus, walaupun harus mela-
lui dunia ini dengan dihina dan diinjak-injak,
dan mungkin meninggalkannya di bawah peng-
hinaan dan penganiayaan seperti yang dialami
oleh para rasul, mereka akan memerintah seba-
gai raja bersama Kristus di dunia yang lain, akan
duduk bersama-Nya di atas takhta-Nya, akan
memiliki kuasa atas bangsa-bangsa (Why. 2:26).
Kebahagiaan sorgawi akan dicapai oleh seorang
hamba Tuhan atau seorang Kristen yang baik
jauh melebihi yang bisa diperoleh oleh seorang
pedagang miskin yang dengan susah payah
menghasilkan sepuluh mina dan dijadikan pe-
nguasa atas sepuluh kota. Mereka yang hanya
menghasilkan lima mina berkuasa atas lima kota.
Hal ini menyiratkan bahwa ada tingkatan-tingkat-
an kemuliaan dalam sorga. Setiap bejana akan
sama penuhnya, namun tidak akan sama besar-
nya. Tingkatan kemuliaan di sana sepadan de-
ngan tingkatan kegunaan di sini.
Kedua, laporan buruk yang diberikan oleh salah satu
hamba-Nya, dan hukuman yang diberikan kepadanya
atas kemalasan dan ketidaksetiaannya (ay. 20, dst.).
1. Ia mengakui bahwa ia tidak berdagang dengan mina
yang dipercayakan kepadanya (ay. 20): “Tuan, inilah
mina tuan, benar bahwa aku tidak membuatnya ber-
tambah, namun aku juga tidak membuatnya berku-
rang. Aku telah menjaganya dengan baik, menyim-
pannya dalam sapu tangan.” Hal ini melambangkan
kelalaian mereka yang mendapat karunia namun
tidak pernah berusaha untuk memanfaatkannya.
Mereka tidak peduli apakah kepentingan kerajaan
Kristus akan timbul atau tenggelam, maju atau
mundur, sebab mereka tidak mau tahu akan hal
itu. Mereka tidak mau bersusah-susah, tidak ingin
kehilangan apa pun, tidak mau menempuh bahaya.
Mereka yaitu hamba-hamba yang menyimpan
mina mereka dalam sapu tangan dan berpikir bahwa
cukuplah bila mereka tidak mendatangkan kerugian
apa pun di dunia ini. namun , mereka tidak menda-
tangkan kebaikan apa pun.
2. Ia membenarkan dirinya sendiri atas kelalaiannya,
dengan menyampaikan pembelaan yang membuat
masalahnya semakin buruk dan bukannya bertam-
bah baik (ay. 21): Sebab aku takut akan tuan, sebab
tuan yaitu manusia yang keras, dingin, kaku dan
kejam, anthrōpos austerōs ei. Austere yaitu kata
Yunani yang berarti orang yang keras: Tuan meng-
ambil apa yang tidak pernah tuan taruh. Ia berpikir
bahwa tuannya hanya menyusahkan hamba-hamba-
nya saja dengan menuntut dan mengharapkan me-
reka untuk membuat minanya bertambah, dan ini
sama saja dengan menuai apa yang tidak ia tabur.
Padahal, sebagai tuan, sungguh benarlah bahwa ia
berhak menuai di tempat yang telah ia tabur, dan
sebagai pemilik kebun anggur, ia berhak mengha-
rapkan hasil yang sepadan dengan apa yang telah ia
tabur. Jadi, hamba ini sebenarnya tidak mempunyai
alasan apa pun untuk takut terhadap sifat keras
tuannya itu ataupun menyalahkan dia dengan se-
mua tuntutannya itu. Semua alasan hamba ini ha-
nyalah omong kosong belaka, tidak berdasar, hanya
untuk menutup-nutupi kemalasannya saja. Perhati-
kanlah, pembelaan diri yang biasanya dilakukan
oleh orang-orang percaya yang malas, kalau benar-
benar dicermati, akan jelas tampak lebih memalukan
daripada membenarkan diri mereka sendiri.
3. Alasan yang dikemukakannya berbalik melawan diri-
nya: Hai hamba yang jahat, Aku akan menghakimi
engkau menurut perkataanmu sendiri (ay. 22). Ia
memang akan dihukum oleh kejahatannya, namun
dengan pembelaannya ia menghukum dirinya sen-
diri. “Anggaplah tidak apa-apa jika kamu mengang-
gapnya sebagai hal yang keras bahwa aku meng-
harapkan keuntungan dari usaha dagangmu, yang
sebenarnya hasilnya harus lebih besar. Namun de-
mikian, jika kamu benar-benar memikirkan kepen-
tinganku, seharusnya kamu dapat menaruh uangku
di bank, kepada orang yang menjalankan uang, su-
paya dengan begitu aku tidak hanya akan menda-
patkan milikku itu, namun juga milikku beserta de-
ngan bunganya, yang walaupun kurang mengun-
tungkan, setidaknya masih ada hasilnya.” Jika ia
tidak berdagang sebab takut kehilangan modalnya,
sehingga tuannya akan memperhitungkan kerugian-
nya ke atas dirinya, dan ini juga sebenarnya kepura-
puraannya saja, ini pun tidak bisa dijadikan alasan
baginya untuk tidak menjalankan uang ini
supaya mendapat bunga, yang pasti akan didapat-
kannya. Perhatikanlah, apa pun alasan yang diberi-
kan oleh orang-orang percaya yang malas dalam
membenarkan kemalasan mereka, semuanya itu ha-
nya kepura-puraan mereka saja. Alasan yang sebe-
narnya yaitu sikap acuh tak acuh dan ketidak-
pedulian yang menguasai diri mereka yang membuat
mereka tidak mau memikirkan kepentingan Kristus
dan kerajaan-Nya. Mereka tidak peduli apakah aga-
ma bisa tersebar atau kehilangan pijakannya, se-
hingga dengan begitu mereka dapat hidup dengan
santai.
4. Minanya diambil daripadanya (ay. 24). Sudah sepan-
tasnyalah bahwa mereka yang tidak memanfaatkan
karunia mereka, akan kehilangan karunia ini ,
dan bagi mereka yang salah mengelolanya, tidak
akan dipercaya lagi. Mereka tidak bersedia melayani
Tuannya dengan karunia yang telah Ia diberikan
kepada mereka, mengapa mereka harus dibiarkan
melayani diri sendiri dengan karunia itu? Ambillah
mina yang satu itu daripadanya.
5. Mina ini diberikan kepada hamba yang memi-
liki sepuluh mina. saat orang-orang yang melihat-
nya mengajukan keberatan sebab hamba ini
telah memiliki sangat banyak (Tuan, ia sudah mem-
punyai sepuluh mina, ay. 25), tuannya menjawab (ay.
26), “Setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan
diberi.”
Inilah prinsip keadilan,
(1) Bahwa mereka yang berusaha paling keras harus
semakin didorong, dan mereka yang telah ber-
upaya paling keras untuk melakukan kebaikan
harus diberikan kesempatan yang lebih besar un-
tuk berbuat kebaikan, dan diberikan kesempatan
yang lebih besar dan luas agar ia lebih berguna.
Bagi mereka yang telah memiliki akan ditambah-
kan lebih banyak, sehingga ia mendapat kemam-
puan untuk mendapatkan lebih banyak lagi.
(2) Bahwa mereka yang memiliki karunia namun
berlaku seperti tidak memilikinya, tidak meman-
faatkannya, tidak melakukan kebaikan dengan-
nya, karunia itu akan diambil dari mereka. Ke-
pada mereka yang berupaya untuk meningkat-
kan anugerah yang mereka miliki, maka Tuhan
akan menambahkannya. Mereka yang mengabai-
kannya dan membuatnya berkurang tidak dapat
berharap apa-apa lagi selain bahwa Tuhan juga
akan berbuat demikian terhadap mereka. Peri-
ngatan yang penting ini diberikan Kristus kepada
murid-murid-Nya supaya jangan sampai mereka
melalaikan urusan mereka dan lebih mengidam-
idamkan kehormatan di dunia ini dan gagal men-
dapat kebahagiaan di sorga.
3. Hal lain yang mereka harapkan yaitu bahwa saat kerajaan
Tuhan tiba, tubuh bangsa Yahudi akan segera runtuh dan tun-
duk pada kerajaan itu, dan segala kebencian mereka terhadap
Kristus dan Kabar Baik-Nya akan segera lenyap. Akan namun ,
Kristus memberi tahu mereka bahwa sesudah kepergian-Nya,
sebagian besar bangsa itu akan tetap bertahan dalam kekeras-
an hati dan pemberontakan mereka, sehingga hal ini
akan menjadi kebinasaan bagi mereka.
Hal ini ditunjukkan di sini:
(1) Dalam pesan yang dikirimkan oleh orang-orang sebangsa-
Nya (ay. 14). Mereka tidak hanya menentang-Nya saat Ia
masih belum menyatakan dirinya, malahan saat Ia se-
dang pergi untuk memperoleh kemuliaan, untuk ditahbis-
kan di dalam kerajaan-Nya, mereka terus memusuhi-Nya,
tidak puas atas kekuasan-Nya. Mereka berkata, “Kami
tidak suka orang ini menjadi raja kami.”
[1] Hal ini digenapi dalam ketidaksetiaan bangsa Yahudi
yang terus berlanjut walaupun Kristus telah naik ke
sorga dan kerajaan Kabar Baik didirikan. Mereka tidak
bersedia menundukkan leher mereka untuk dipasangi
kuk-Nya ataupun menyentuh ujung tongkat emas-Nya.
Mereka berkata, “Marilah kita memutuskan belenggu-
belenggu mereka” (Mzm. 2:1-3; Kis. 4:26).
[2] Ini mencerminkan sikap semua orang yang tidak per-
caya. Mereka merasa puas bahwa Kristus akan menye-
lamatkan mereka, namun mereka tidak ingin Ia menjadi
raja mereka, padahal Kristus hanya akan menjadi Juru-
selamat bagi mereka yang mengakui-Nya sebagai pa-
ngeran dan bersedia menaati-Nya.
(2) Dalam hukuman yang dijatuhkan kepada mereka saat ia
kembali: Bawalah semua seteruku itu kemari (ay. 27). Ham-
ba-hamba-Nya yang setia diutamakan dan diberi-Nya im-
balan, namun kepada musuh-musuh-Nya Ia akan melaku-
kan pembalasan, khususnya bangsa Yahudi, yang kebina-
saannya disebutkan di sini. sesudah mendirikan kerajaan
Kabar Baik-Nya, dan dengan begitu memberikan dasar bagi
pekerjaan pengabaran Injil, Ia kemudian akan datang un-
tuk membuat perhitungan dengan orang-orang Yahudi.
Pada waktu itulah mereka diingatkan bahwa mereka telah
secara khusus menolak dan menentang kedudukan-Nya
sebagai raja, saat mereka berkata, “Kami tidak mempu-
nyai raja selain daripada Kaisar,” dan tidak bersedia meng-
akui-Nya sebagai raja. Mereka memohon kepada Kaisar,
maka kepada Kaisarlah mereka akan pergi, sehingga
Kaisarlah yang akan menjadi kebinasaan mereka. Kerajaan
Tuhan akan datang saat pembalasan dendam dijalankan
ke atas orang-orang yang memusuhi Kristus dan pemerin-
tahan-Nya, yakni orang-orang yang tidak bisa diperdamai-
kan. Mereka akan dibawa ke hadapan-Nya dan dibunuh di
depan mata-Nya. Tidak pernah ada pembantaian yang be-
gitu besar dalam peperangan apa pun, selain dari pepe-
rangan melawan bangsa Yahudi. Bangsa itu akan hidup
untuk menyaksikan Kekristenan berjaya dalam dunia
orang-orang bukan-Yahudi, walaupun mereka memusuhi
dan menentangnya, baru kemudian bangsa itu akan diam-
bil dari mereka sebagai sanga. Murka Kristus akan ditim-
pakan ke atas mereka dengan sangat hebat (1Tes. 2:15-16),
dan kehancuran mereka akan benar-benar memberi dam-
pak bagi kehormatan Kristus dan kedamaian gereja. Akan
namun , hal ini juga berlaku bagi semua yang lain yang terus
hidup dalam ketidaksetiaan, dan mereka pasti juga akan
menemui kebinasaan mereka dengan ketidaksetiaan mere-
ka itu.
Perhatikanlah:
[1] Kehancuran yang hebat pasti akan menjadi bagian se-
mua musuh Kristus. Pada hari pembalasan, mereka
semua akan dibawa ke hadapan-Nya dan dibunuh di
depan mata-Nya. Bawalah mereka kemari, untuk men-
jadi tontonan orang-orang kudus dan malaikat-malaikat
(Yos. 10:22, 24). Bawalah mereka kemari, sehingga me-
reka dapat melihat kemuliaan dan kebahagiaan Kristus
dan pengikut-pengikut-Nya yang mereka benci dan
aniaya. Bawalah mereka kemari, supaya pembelaan
mereka yang tidak berdasar dimentahkan dan supaya
mereka menerima hukuman sesuai dengan perbuatan
mereka. Bawalah mereka kemari dan bunuh mereka di
depan mata-Ku, seperti Agag di hadapan Samuel. Juru-
selamat yang telah mereka abaikan akan berdiri di ha-
dapan mereka dan menyaksikan mereka dibunuh dan
tidak akan turun tangan untuk membela mereka.
[2] Mereka yang tidak suka Yesus menjadi raja mereka
akan dipandang dan diperlakukan sebagai musuh-mu-
suh-Nya. Kita cenderung berpikir bahwa musuh-musuh
Kristus hanyalah mereka yang menganiaya orang-orang
Kristen atau setidaknya para pengejek Kekristenan.
Akan namun , lihatlah, mereka yang menolak syarat-sya-
rat keselamatan juga akan diperhitungkan, yang tidak
bersedia tunduk pada kuk Kristus, yang ingin menjadi
tuan atas diri mereka sendiri. Perhatikanlah, siapa pun
yang tidak bersedia dipimpin oleh anugerah Kristus
tidak akan luput dari kebinasaan murka Kristus.
Kristus Memasuki Yerusalem
(19:28-40)
28 Dan sesudah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan
meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. 29 saat Ia telah dekat Betfage
dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus me-
nyuruh dua orang murid-Nya 30 dengan perintah: “Pergilah ke kampung yang
di depanmu itu: Pada waktu kamu masuk di situ, kamu akan mendapati se-
ekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepas-
kanlah keledai itu dan bawalah ke mari. 31 Dan jika ada orang bertanya kepa-
damu: Mengapa kamu melepaskannya? jawablah begini: Tuhan memerlukan-
nya.” 32 Lalu pergilah mereka yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala
sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus. 33 saat mereka melepaskan ke-
ledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu: “Mengapa kamu mele-
paskan keledai itu?” 34 Kata mereka: “Tuhan memerlukannya.” 35 Mereka
membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mere-
ka dan menolong Yesus naik ke atasnya. 36 Dan sementara Yesus mengenda-
rai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. 37 saat Ia de-
kat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua
murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Tuhan dengan suara
nyaring oleh sebab segala mujizat yang telah mereka lihat. 38 Kata mereka:
“Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejah-
tera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” 39 Beberapa orang
Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru,
tegorlah murid-murid-Mu itu.” 40 Jawab-Nya: “Aku berkata kepadamu: Jika
mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”
Di sini kita temukan catatan yang sama dalam Injil Matius dan Mar-
kus mengenai Kristus yang menunggangi keledai dalam kemenangan
(bagaimana adanya) sambil memasuki Yerusalem.
Marilah kita mengamati ini:
I. Yesus Kristus selalu berada di depan dan rela untuk menderita
dan mati bagi kita. Ia maju ke depan, sebagai tawanan Roh, ke
Yerusalem, dan mengetahui dengan baik apa yang akan terjadi
atas diri-Nya di situ. Meskipun demikian, Yesus mendahului mere-
ka dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem (ay. 28). Ia ber-
ada paling depan di antara rombongan para pengikut-Nya, se-
akan-akan Ia tidak sabar untuk segera berada di tempat ini ,
dan siap mengalami, terjun ke lapangan, dan bertindak. Jika Ia
rela berada di depan untuk menderita dan mati bagi kita semua,
akankah kita menarik diri dari segala pelayanan yang mampu kita
lakukan bagi-Nya?
II. Bukanlah hal yang bertentangan dengan kerendahan hati Kristus
atau dengan keadaan-Nya yang hina pada waktu itu untuk masuk
dengan terang-terangan ke dalam Yerusalem tidak lama sebelum
Dia mati. Dengan cara demikian, Ia membuat diri-Nya lebih diper-
hatikan, dan kehinaan kematian-Nya akan tampak semakin he-
bat.
III. Kristus berhak berkuasa atas segala makhluk ciptaan dan dapat
memanfaatkan mereka kapan saja sesuai dengan kehendak-Nya.
Tidak ada manusia yang memiliki hak atas kepunyaannya untuk
menentang Kristus, sebab gelar-Nya yaitu yang terutama dan
tertinggi. Kristus mengutus murid-murid-Nya untuk membawa
keledai muda dari palungan yang disediakan tuan dan pemiliknya
saat Ia membutuhkan pelayanan mereka, dan Ia dapat melaku-
kannya, sebab punya Dialah segala binatang hutan dan binatang
peliharaan.
IV. Kristus mengetahui dan dapat menggerakkan hati semua manu-
sia. Ia dapat menggugah hati mereka yang memiliki keledai muda
untuk setuju melepaskan binatang ini , segera sesudah diberi
tahu bahwa Tuhan membutuhkannya.
Injil Lukas 19:28-40
729
V. Mereka yang melakukan perintah Kristus pasti akan selalu ber-
hasil (ay. 32): Pergilah mereka yang disuruh itu dan mereka men-
dapati segala sesuatu seperti apa yang Ia beritahukan kepada me-
reka serta kesediaan tuan pemiliknya untuk menyerahkan bina-
tangnya. Merupakan suatu kelegaan bagi utusan-utusan Kristus
bahwa mereka akan membawa hasil dari apa yang menjadi alasan
pengutusan mereka, jika Tuhan benar-benar membutuhkannya.
VI. Murid-murid Kristus membawa keledai yang diambil dari orang
lain saat Ia membutuhkannya. Mereka sendiri tidak mempunyai
keledai yang diperlukan-Nya itu. Walaupun demikian, kita hen-
daknya jangan merasa puas. Sebaliknya, apa pun yang kita miliki,
yang dengannya Ia dapat dilayani dan dimuliakan, harus siap
digunakan untuk melayani Dia. Banyak orang hanya bersedia
mengikuti Kristus dengan memanfaatkan orang lain, namun tidak
mau merugikan diri sendiri. Namun, murid-murid Kristus terse-
but tidak hanya membawakan keledai muda bagi-Nya, mereka
juga mengalasi keledai itu dengan pakaian mereka dan rela baju
mereka diinjak-injak sebagai jalan-Nya.
VII. Kemenangan Kristus membawa puji-pujian bagi murid-murid-
Nya. saat Kristus dekat Yerusalem, Tuhan tiba-tiba menaruh
puji-pujian dalam hati semua murid yang mengiringi Dia, bukan
hanya kedua belas murid-Nya, namun banyak yang lain, yang
seluruhnya yaitu murid-murid Kristus, untuk bergembira dan
memuji Tuhan (ay. 37). Mereka menghamparkan pakaian mereka
di jalan (ay. 36) yang merupakan ungkapan rasa sukacita yang
umum dilakukan, seperti pada perayaan Pondok Daun.
Perhatikanlah:
1. Apa yang menjadi pokok sukacita dan puji-pujian mereka.
Mereka memuji Tuhan oleh sebab segala mujizat yang telah
mereka lihat, segala mujizat yang diperbuat Kristus, terutama
kebangkitan Lazarus, yang secara khusus disebutkan dalam
Yohanes 12:17-18. Mujizat itu membangkitkan kembali
ingatan orang, sebab mujizat-mujizat dan perbuatan belas
kasih yang baru terjadi akan menghidupkan ingatan orang
mengenai hal-hal yang terjadi sebelumnya.
730
2. Bagaimana mereka mengungkapkan sukacita dan puji-pujian
mereka (ay. 38): Diberkatilah Dia yang datang sebagai raja
dalam nama Tuhan. Kristus yaitu raja, Dia datang dalam
nama Tuhan, dengan mengenakan jubah kekuasaan ilahi, di-
utus dari sorga untuk memberi hukum dan membawa damai
sejahtera. Diberkatilah Dia. Mari kita memuji Dia. Semoga
Tuhan membuat Dia berhasil. Terberkatilah Dia selama-lama-
nya, dan kami akan terus memuji Dia. Damai di sorga. Biar-
lah Tuhan di sorga memberikan kedamaian dan membuat pe-
kerjaan-Nya berhasil sehingga akan ada kemuliaan di tempat
yang mahatinggi. Hal ini akan menjadi kesaksian atas kemu-
liaan Tuhan yang mahatinggi dan para malaikat dan penghuni
dunia atas yang agung akan memberikan kemuliaan kepada-
Nya. Bandingkan lagu puji-pujian para orang kudus di bumi
ini dengan nyanyian para malaikat (Luk. 2:14). Keduanya
sepakat untuk memberi kemuliaan kepada Tuhan di tempat
yang mahatinggi. Di sanalah puji-pujian kedua dunia terse-
but berpusat. Para malaikat berseru, “Damai di bumi,” ber-
sukacita atas berkat yang diterima manusia di bumi melalui
Kristus. Para orang kudus berseru, “Damai di sorga,” ber-
sukacita atas keuntungan yang dimiliki para malaikat mela-
lui Kristus. Inilah persekutuan yang kita miliki dengan para
malaikat yang kudus, bahwa sementara mereka bersukacita
atas damai di bumi, kita juga bersukacita atas damai di sorga,
damai di tempat-Nya yang tinggi (Ayb. 25:2). Dan keduanya
ada di dalam Kristus, yang telah mendamaikan segala sesua-
tu di dalam diri-Nya, baik yang ada di bumi maupun yang
ada di sorga.
VIII. Kemenangan Kristus dan puji-pujian sukacita dari murid-murid-
Nya akan kemenangan-Nya itu membuat marah kaum Farisi
yang angkuh, yang merupakan musuh-musuh Kristus dan kera-
jaan-Nya. Ada beberapa orang Farisi di antara orang banyak
yang bukannya turut bergabung dengan mereka, malah menjadi
berang atas tindakan mereka. Mereka berpikir bahwa Kristus,
yang menjadi teladan kerendahan hati yang terkemuka, tidak
akan membenarkan penyambutan seperti ini, dan oleh sebab -
nya berharap bahwa Ia menegor murid-murid-Nya (ay. 39). Akan
namun , yaitu kehormatan bagi Kristus bahwa, jika Ia membenci
penghinaan yang dilakukan orang-orang yang angkuh, Ia mene-
rima puji-pujian dari mereka yang rendah hati.
IX. Terlepas dari apakah orang-orang memuji Kristus atau tidak, Ia
akan, dan harus dipuji (ay. 40): Jika mereka ini diam, dan tidak
memberikan puji-pujian terhadap kerajaan Mesias, jika Kristus
tidak dipuji maka batu-batu ini akan berteriak. Ini kemudian,
secara harfiah digenapi saat orang-orang mengolok-olok
Kristus di kayu salib dan bukannya memberikan puji-pujian
bagi-Nya, dan murid-murid-Nya sendiri pun tenggelam dalam
kesunyian yang mendalam, maka terjadilah gempa bumi dan
bukit-bukit batu terbelah. Kaum Farisi ingin membungkam puji-
pujian yang diberikan kepada Kristus, namun mereka tidak
berhasil sebab sebagaimana Tuhan dapat menjadikan anak-anak
bagi Abraham dari batu-batu ini, maka Ia juga dapat membang-
kitkan puji-pujian yang merdu dari mulut anak-anak ini .
Kehancuran Yerusalem Diratapi,
Kehancuran Yerusalem Dinubuatkan
(19:41-48)
41 Dan saat Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, 42
kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti
apa yang perlu untuk damai sejahteramu! namun sekarang hal itu tersembu-
nyi bagi matamu. 43 Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan me-
ngelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit
engkau dari segala jurusan, 44 dan mereka akan membinasakan engkau
beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan mem-
biarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, sebab engkau
tidak mengetahui saat, bilamana Tuhan melawat engkau.” 45 Lalu Yesus ma-
suk ke Bait Tuhan dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ, 46 kata-
Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku yaitu rumah doa. namun
kamu menjadikannya sarang penyamun.” 47 Tiap-tiap hari Ia mengajar di da-
lam Bait Tuhan . Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang
terkemuka dari bangsa Israel berusaha untuk membinasakan Dia, 48 namun
mereka tidak tahu, bagaimana harus melakukannya, sebab seluruh warga
terpikat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia.
Kini Sang Duta Agung dari sorga sedang memasuki Yerusalem secara
terang-terangan, bukan untuk dihormati di tempat ini , melain-
kan untuk ditolak. Ia tahu betapa tempat yang sedang dimasuki-Nya
itu yaitu sarang ular beludak, namun tetap memperlihatkan dua
contoh kasih dan perhatian-Nya terhadap tempat ini .
I. Air mata yang diteteskan-Nya bagi kebinasaan kota ini yang
semakin dekat (ay. 41): saat Yesus telah dekat dan melihat kota
itu, Ia menangisinya. Mungkin saat itu Ia sedang menuruni
lembah Bukit Zaitun sehingga Ia dapat melihat dengan jelas kota
ini secara keseluruhan beserta bangunan-bangunannya
yang megah, sehingga apa yang dilihat-Nya menggugah hati-Nya,
dan hati-Nya menggugah mata-Nya.
Lihatlah di sini:
1. Betapa lembutnya pribadi Kristus. Kita tidak pernah membaca
bahwa Ia tertawa, namun kita sering menemukannya sedang
meneteskan air mata. Di tempat yang sama persis ini, Daud
bapak-Nya menangis, begitu juga orang-orang yang bersama
dia, walaupun Daud dan orang-orangnya itu yaitu pahlawan-
pahlawan perang. Ada saat di mana bukanlah hal yang mema-
lukan bagi orang yang paling tegar sekalipun untuk larut
dalam air mata.
2. Bahwa Yesus Kristus menangis di tengah-tengah kemenangan-
Nya, menangis sementara orang-orang di sekeliling-nya ber-
sukacita. Ini menunjukkan betapa Ia tidak merasa ditinggikan
oleh tepuk tangan dan seruan orang-orang ini . Demi-
kianlah, Ia mau mengajarkan kita untuk bersuka cita dengan
gemetar, seolah-olah tidak bergembira. Jika Pemeliharaan Tuhan
tidak mencemari keindahan kemenangan kita, kita sendiri
mempunyai alasan untuk memandangnya dengan sedih.
3. Ia menangisi Yerusalem. Perhatikanlah, ada kota-kota yang la-
yak ditangisi, namun tidak ada kota yang akan lebih diratapi
kehancurannya selain daripada Yerusalem, yang seharusnya
menjadi kota suci dan sukacita bagi seluruh bumi seandainya
tidak direndahkan. Akan namun , mengapa Kristus menangis
saat melihat Yerusalem? Apakah sebab “Itulah kota di
mana Aku akan dikhianati dan disalibkan, dicambuk dan dilu-
dahi, dicerca dan disalibkan?” Tidak! Ia sendiri menjelaskan
kepada kita mengapa Ia menangis.
(1) Yerusalem tidak pernah berubah walaupun sudah diberi
kesempatan. Ia menangis dan berkata, “Wahai, betapa
baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti. Jika saja
engkau mengetahui, saat Kabar Baik diberitakan kepada-
mu dan keselamatan ditawarkan kepadamu olehnya. Jika
saja kamu sendiri pada akhirnya berpikir dan mengerti apa
yang perlu untuk damai sejahteramu, serta mendamaikan
dirimu dengan Tuhan dan menjaga kesejahteraan rohani
dan kekalmu sendiri – namun, engkau tidak mengetahui
saat bilamana Tuhan melawat engkau” (ay. 44). Cara ber-
bicara Kristus itu tiba-tiba dan tak terduga: Wahai, betapa
baiknya jika engkau mengerti! Harusnya engkau mengerti,
demikian menurut pengertian beberapa orang. Ini sama
seperti sekiranya umat-Ku mendengarkan Aku (Mzm. 81:13;
Yes. 48:18). Dengan kata lain, “Wahai, betapa baiknya jika
engkau mengerti, betapa baiknya, seperti halnya pohon ara
(Luk. 13:9). Betapa engkau akan bersukacita sebab itu!”
Atau, “Seandainya saja engkau mengerti, engkau akan me-
nangisi dirimu sendiri, dan Aku tidak perlu menangisi diri-
mu, melainkan akan bersukacita untukmu.” Apa yang di-
katakan-Nya menyalahkan kebinasaan Yerusalem yang se-
makin dekat menimpa atas kota itu sendiri.
Perhatikanlah:
[1] Ada hal-hal yang perlu untuk damai sejahtera kita yang
kita semua perlu tahu dan mengerti, yakni bagaimana
memperoleh damai sejahtera, apa itu tawaran untuk
damai sejahtera kita, syarat-syarat apa yang perlu bagi
kita untuk memperoleh manfaat damai sejahtera itu.
Hal-hal yang perlu untuk damai sejahtera kita yaitu
hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan kita
sekarang dan di masa yang akan datang. Hal-hal ini
harus kita mengerti dan lakukan.
[2] Ada suatu masa lawatan Tuhan di mana saat itu apa
yang perlu untuk damai sejahtera kita bisa dimengerti
oleh kita, supaya diketahui untuk tujuan yang baik.
saat kita menikmati berbagai sarana kasih karunia
secara berlimpah dan memiliki firman Tuhan yang diwar-
takan kepada kita dengan penuh kuasa – saat Roh
Kudus bergumul dengan diri kita dan hati nurani kita
dikejutkan dan dibangunkan – maka itulah masa lawat-
an Tuhan , dan kita perlu berubah.
[3] Bagi mereka yang telah lama mengabaikan masa lawat-
an Tuhan bagi mereka, dan jika pada akhirnya, pada
masa ini, mata mereka terbuka, dan mereka berpikir
mengenai diri mereka sendiri, maka semuanya masih
akan menjadi baik. Mereka yang datang ke kebun ang-
gur pada pukul lima petang tidak boleh ditolak.
[4] Sungguh luar biasa bodoh, ada banyak orang bisa me-
nikmati sarana-sarana anugerah, namun pada akhirnya
mereka binasa juga, sebab tidak mau memanfaatkan
segala kesempatan yang diberikan. Hal-hal untuk damai
sejahtera mereka sudah disibakkan di hadapan mereka,
namun mereka tetap tidak memperhatikan dan meng-
acuhkannya. Mereka menyembunyikan mata mereka
dari hal-hal ini , seakan-akan hal-hal ini ti-
dak ada harganya untuk diperhatikan. Mereka tidak sa-
dar akan waktu yang telah ditetapkan dan hari kesela-
matan, dan membiarkannya lewat dan hilang begitu
saja hanya sebab ketidakpedulian mereka. Tidak ada
orang yang begitu buta, selain daripada mereka yang
menolak untuk melihat. Hal-hal yang perlu bagi damai
sejahtera tidak bisa tidak pasti akan tersembunyi dari
orang-orang yang memalingkan punggungnya terhadap
hal-hal ini .
[5] Dosa dan kebodohan mereka yang terus-menerus me-
mandang rendah anugerah Kabar Baik mendatangkan
kedukaan yang amat sangat bagi Tuhan Yesus, dan kita
juga seharusnya turut berduka. Ia memandang dengan
berlinang air mata jiwa-jiwa tersesat, yang tetap tidak
mau bertobat dan terus berlari menuju kebinasaan me-
reka sendiri. Ia ingin agar mereka berbalik dan hidup
daripada jalan terus dan binasa, sebab Ia tidak ingin
seorang pun binasa.
(2) Yerusalem tidak akan luput dari hari kebinasaannya. Apa
yang perlu bagi damai sejahteranya kini tersembunyi dari
matanya. Kebinasaannya semakin dekat. Sebelum semua
ini terjadi, Kabar Baik akan diwartakan kepada mereka
oleh para rasul. Seluruh kaum Israel dipanggil untuk tahu
dengan pasti bahwa Kristus yaitu damai sejahtera mereka
(Kis. 2:36), dan banyak orang akan diyakinkan dan diperto-
batkan. Akan namun , tubuh bangsa itu sendiri dan sebagian
pemimpinnya dimeteraikan dalam ketidakpercayaan, Tuhan
membuat mereka tidur nyenyak (Rm. 11:8). Mereka sangat
curiga dan murka terhadap Kabar Baik. Memang ada seba-
gian kecil dari antara mereka yang kemudian menerima Ka-
bar Baik, tapi itu pun merupakan hasil pekerjaan mujizat
anugerah ilahi yang bekerja di atas diri mereka (seperti
yang terjadi dengan pertobatan Paulus). Dan mujizat seper-
ti itu tidak bisa diharapkan akan terjadi lagi, sehingga la-
yaklah bila mereka diserahkan ke dalam kebutaan hukum
dan ketegaran hati. Hal-hal yang perlu untuk damai sejah-
tera memang tidak tersembunyi dari mata orang-orang ter-
tentu, namun bagi bangsa Yahudi, sekarang sudah terlam-
bat untuk memikirkan bahwa mereka akan menjadi sede-
mikian berubahnya sampai bisa menjadi sebuah bangsa
Kristen yang percaya kepada Kristus. Oleh sebab itu, me-
reka ditandai untuk binasa, sebagaimana yang telah dilihat
dan dinubuatkan Kristus di sini, sebagai akibat yang tidak
terelakkan dari penolakan mereka terhadap Kristus. Per-
hatikanlah, mengabaikan keselamatan besar sering kali
membawa penghakiman sementara di dunia ini terhadap
seluruh kaum. Inilah yang terjadi dengan Yerusalem dalam
empat puluh tahun sesudah ini, saat semua yang Kristus
nubuatkan di sini digenapi dengan tepat.
[1] Orang Romawi mengepung kota ini , mengelilingi
engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau, dan
menghimpit engkau dari segala jurusan. Sejarawan kuno
Josephus menceritakan bahwa Titus dengan cepat
mengepung kota dan memutuskan semua harapan un-
tuk melarikan diri.
[2] Mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal
terletak di atas batu yang lain. Titus memerintahkan
prajurit-prajuritnya untuk mencungkil kota itu, dan se-
luruh penjuru kota diratakan dengan tanah, kecuali
tiga menara (lihat sejarah Josephus mengenai peperang-
an bangsa Yahudi, 5.356-360; 7.1. Bukan hanya kota,
namun warganya juga ikut diratakan dengan tanah (be-
serta dengan pendudukmu) oleh pembantai kejam yang
memang mereka diciptakan untuk melakukan hal sede-
mikian, sehingga hampir tidak ada satu batu pun ting-
gal terletak di atas batu yang lain. Inilah akibat dari per-
buatan mereka menyalibkan Kristus. Ini sebab mereka
tidak mengetahui saat bilamana Tuhan melawat mereka.
Biarlah kota-kota dan bangsa-bangsa lain mendapat
peringatan.
II. Kecemburuan yang Yesus tunjukkan untuk menjaga kesucian Bait
Tuhan . Walaupun Bait Tuhan harusnya dihancurkan jauh-jauh hari
sebelumnya, namun tidak berarti bahwa tempat itu akan ditelan-
tarkan sambil menunggu kehancurannya.
1. Kristus membersihkannya dari orang-orang yang menistai Bait
Tuhan . Ia langsung menuju Bait Tuhan dan mulailah Ia mengusir
semua pedagang di situ (ay. 45). Dengan demikian (walaupun
Ia dianggap sebagai musuh Bait Tuhan sehingga dituduh mela-
kukan kejahatan di hadapan imam-imam kepala), Ia menun-
jukkan bahwa Ia lebih mengasihi Bait Tuhan daripada mereka
yang hanya mengagung-agungkan korban bakaran dan per-
bendaharaannya sebagai hal-hal yang keramat. Sebab, bagi
Dia, yang lebih mulia yaitu kemurnian Bait Tuhan , dan bukan
harta bendanya. Kristus memberikan alasan atas tindakan-
Nya yang mengusir para pedagang yang berjualan di depan
Bait Tuhan (ay. 46). Bait Tuhan yaitu rumah doa, yang dikhu-
suskan untuk mengadakan persekutuan dengan Tuhan , namun
pembeli-pembeli dan penjual-penjual ini telah menjadikan
Bait Tuhan sebagai sarang penyamun dengan tawar-menawar
mereka yang penuh kecurangan di sana. Perbuatan mereka ini
sudah pasti berakibat buruk, sebab akan mengganggu pikir-
an orang-orang yang datang untuk beribadah di tempat itu.
2. Ia menjadikan Bait Tuhan itu sangat baik sesuai dengan kegu-
naan yang diperuntukkan baginya, sebab tiap-tiap hari Ia
mengajar di dalam Bait Tuhan (ay. 47). Perhatikanlah, tidaklah
cukup jika kita hanya menyingkirkan kecemaran-kecemaran
dalam gereja, pewartaan Kabar Baik juga harus didorong. Se-
karang, saat Kristus berkhotbah di Bait Tuhan , perhatikan-
lah:
(1) Betapa bencinya para pemimpin gereja terhadap-Nya, beta-
pa rajinnya mereka mencari kesempatan, atau lebih tepat-
nya, alasan untuk mencelakakan-Nya (ay. 47): Imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat serta orang-orang terkemuka,
majelis agung Yahudi (Sanhedrin), yang seharusnya mem-
perhatikan-Nya dan mengumpulkan orang-orang untuk
memperhatikan-Nya, berusaha untuk membinasakan Dia
dan membunuh-Nya.
(2) Betapa hormatnya warga biasa terhadap-Nya. Mereka terpi-
kat kepada-Nya dan ingin mendengarkan Dia. Ia mengha-
biskan sebagian besar hidup-Nya di negeri itu dan tidak
berkhotbah di Bait Tuhan saat itu, namun saat Ia ber-
khotbah di sana, orang-orang sangat menghormati-Nya.
Mereka memperhatikan khotbah-Nya dengan tekun dan ti-
dak melewatkan kesempatan untuk mendengarkan-Nya,
memperhatikan dengan saksama dan tidak mau ada satu
perkataan pun yang terlewatkan. Sebagian orang mengarti-
kan bahwa begitu mendengarkan Dia, semua orang berpi-
hak kepada-Nya, dan ini sangat tepat menjadi alasan
mengapa musuh-musuh-Nya tidak tahu harus berbuat apa
untuk melawan Dia. Mereka melihat bahwa warga biasa
siap melawan mereka jika mereka sampai melakukan keke-
rasan terhadap-Nya. Sebelum masa-Nya tiba, perhatian-
Nya terhadap warga jelata melindungi-Nya, namun saat
masa-Nya tiba, pengaruh imam-imam kepala atas warga
itu membuat Ia diserahkan.
PASAL 20
Kita temukan dalam pasal ini:
I. Jawaban Kristus terhadap pertanyaan imam-imam kepala
mengenai wewenang-Nya (ay. 1-8).
II. Perumpamaan mengenai kebun anggur yang diserahkan
kepada penggarap-penggarap yang curang dan suka mem-
berontak (ay. 9-19).
III. Jawaban Kristus terhadap pertanyaan yang diajukan ke-
pada-Nya mengenai sah tidaknya membayar pajak kepada
Kaisar menurut hukum (ay. 20-26).
IV. Pembelaan Kristus akan ajaran dasar yang merupakan prin-
sip utama dari agama Yahudi dan Kristen, yaitu kebangkitan
dari antara orang mati dan dunia yang akan datang, atas
keberatan yang mengada-ada dari kaum Saduki yang kurang
berhikmat (ay. 27-38).
V. Ia membuat heran ahli-ahli Taurat dengan pertanyaan me-
ngenai Mesias sebagai Anak Daud (ay. 39-44).
VI. Peringatan-Nya kepada murid-murid-Nya agar mewaspadai
para ahli Taurat (ay. 45-47). Semua perikop ini telah kita te-
mukan sebelumnya dalam Injil Matius dan Markus, sehingga
tidak perlu dibahas dengan panjang lebar lagi di sini, kecuali
jika ada hal-hal tertentu yang tidak kita temukan dalam
kedua Injil ini .
Musuh-musuh Yesus Dibungkamkan
(20:1-8)
1 Pada suatu hari saat Yesus mengajar orang banyak di Bait Tuhan dan
memberitakan Injil, datanglah imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat serta
tua-tua ke situ, 2 dan mereka berkata kepada Yesus: “Katakanlah kepada
kami dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu, dan siapa yang
memberikan kuasa itu kepada-Mu!” 3 Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga
akan mengajukan suatu pertanyaan kepada kamu. Katakanlah kepada-Ku: 4
Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia?” 5 Mereka mempertim-
bangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari
sorga, Ia akan berkata: Mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 6 namun
jikalau kita katakan: Dari manusia, seluruh warga akan melempari kita
dengan batu, sebab mereka yakin, bahwa Yohanes yaitu seorang nabi.” 7
Lalu mereka menjawab, bahwa mereka tidak tahu dari mana baptisan itu. 8
Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengata-
kan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”
Cerita dalam perikop ini mirip dengan apa yang sudah dikisahkan
oleh para penulis Injil lain, jadi tidak ada hal baru yang ditambah-
kan, kecuali pada ayat pertama, di mana kita diberitahukan:
I. Bahwa Ia sekarang sedang mengajar orang banyak di Bait Tuhan ,
dan memberitakan Injil. Perhatikanlah, Kristus yaitu pengkhot-
bah Injil-Nya sendiri. Ia tidak hanya menebus keselamatan bagi
kita, namun juga menyatakannya kepada kita, dan ini sungguh
merupakan peneguhan yang besar atas kebenaran Injil dan sung-
guh mendorong kita untuk menerima Injil-Nya itu. Ini memberi
tanda bahwa Kristus sungguh peduli agar Injil-Nya itu diterima.
Dengan demikian, hal ini juga memberikan kehormatan kepada
para pewarta Injil dan kepada jabatan serta pekerjaan mereka,
betapapun mereka direndahkan oleh dunia yang angkuh ini. Hal
ini memberikan kehormatan kepada para pemberita Injil. Kristus
memandang istimewa kemampuan orang-orang dalam mewarta-
kan Injil, dan mengajari mereka. Amatilah, saat Ia sedang mem-
beritakan Injil kepada orang banyak, Ia mendapat gangguan ini.
Perhatikanlah, Iblis dan kaki tangannya melakukan apa saja se-
dapat mungkin untuk merintangi pemberitaan Injil kepada orang
banyak, sebab tidak ada yang lebih melemahkan kepentingan
kerajaan Iblis selain daripada hal ini .
II. Diceritakan bahwa musuh-musuh-Nya mendatangi Dia – epestēsan.
Kata ini hanya dipergunakan di sini, yang menyiratkan:
1. Bahwa mereka berniat mengejutkan-Nya dengan pertanyaan
ini. Mereka mendatangi Dia dengan tiba-tiba, berharap untuk
mendapatkan-Nya tidak siap dengan suatu jawaban, seakan-
akan ini yaitu pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan
oleh-Nya.
2. Bahwa mereka berniat untuk menakut-nakuti-Nya dengan
pertanyaan ini. Mereka mendatangi Dia dalam suatu rombong-
an, dengan kekerasan. namun , bagaimana mungkin Ia bisa ke-
takutan oleh amarah manusia, sedangkan Ia mempunyai kua-
sa untuk menahannya, dan membalikkannya menjadi puji-
pujian bagi diri-Nya?
Dari kisah ini sendiri kita dapat belajar:
(1) Bahwa bukanlah hal yang aneh jika bahkan hal yang su-
dah terbukti pun dipertentangkan dan dipertanyakan seba-
gai sesuatu yang meragukan oleh mereka yang menutup
mata terhadap cahaya kebenaran. Mujizat-mujizat Kristus
dengan jelas menunjukkan dengan kuasa mana Ia melaku-
kan hal-hal itu dan mengesahkan pengutusan-Nya, namun
hal ini masih saja dituduhkan di sini.
(2) Mereka yang mempertanyakan kewenangan Kristus, jika
saja mereka mengajari diri sendiri dengan prinsip-prinsip
agama yang paling sederhana dan paling terbukti kebenar-
annya, tiada lain hanya menunjukkan kebodohannya sen-
diri kepada orang lain. Kristus memberikan jawaban kepa-
da imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat ini dengan per-
tanyaan mengenai baptisan Yohanes Pembaptis, suatu per-
tanyaan yang sederhana, yang dapat dijawab oleh orang
yang paling awam sekalipun: Baptisan Yohanes itu, dari
sorga atau dari manusia? Mereka semua tahu bahwa hal
itu dari sorga. Tidak ada apa pun di dalam baptisan itu
yang menunjukkan ciri-ciri atau kecenderungan duniawi,
baptisan itu sepenuhnya bersifat sorgawi dan ilahi. Perta-
nyaan ini membuat mereka marah dan terpukul, dan mem-
buat mereka dipermalukan di hadapan orang-orang.
(3) Bukanlah hal yang aneh jika orang-orang yang dikuasai
oleh nafsu untuk mendapatkan nama baik dan kepenting-
an duniawi mengurung kebenaran yang paling nyata dan
sederhana sekalipun. Mereka akan menyesakkan dan men-
cekik keyakinan yang nyata-nyata benar. Inilah yang
dilakukan oleh imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat ini.
Demi melindungi nama baik mereka, mereka tidak bersedia
mengakui bahwa baptisan Yohanes Pembaptis itu dari sor-
ga. Satu-satunya alasan mengapa mereka tidak berkata
bahwa itu dari manusia yaitu sebab mereka takut kepa-
da orang banyak. Hal baik apa yang dapat diharapkan dari
orang-orang yang berjiwa demikian?
(4) Orang yang mengubur pengetahuan yang mereka miliki,
tidak layak mendapatkan hikmat yang lebih besar. Pantas
bagi Kristus untuk menolak memberi tah