mimpin biduan. Nyanyian pengajaran Daud, 2 saat Doëg, orang
Edom itu, datang memberitahukan kepada Saul, bahwa Daud telah sampai
di rumah Ahimelekh. 3 Mengapa engkau memegahkan diri dengan kejahatan,
hai pahlawan, terhadap orang yang dikasihi Tuhan sepanjang hari? 4 Engkau
merancangkan penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai
engkau, penipu! 5 Engkau mencintai yang jahat lebih dari pada yang baik,
dan dusta lebih dari pada perkataan yang benar. S e l a 6 Engkau mencintai
segala perkataan yang mengacaukan, hai lidah penipu! 7 namun Tuhan akan
merobohkan engkau untuk seterusnya, Ia akan merebut engkau dan menca-
but engkau dari dalam kemah, membantun engkau dari dalam negeri orang-
orang hidup. S e l a.
Judul mazmur ini merupakan penjelasan singkat mengenai kisah
yang dirujuk oleh mazmur ini . Daud sekarang, pada akhirnya,
merasa bahwa penting baginya untuk meninggalkan istana, dan me-
larikan diri demi keamanannya sendiri, sebab takut terhadap Saul,
yang sudah berkali-kali berusaha membunuhnya. sebab tidak ada
perlindungan dan bekal, maka dengan tipu daya ia membuat imam
Ahimelekh membekalinya dengan kedua hal itu. Doëg, orang Edom,
kebetulan sedang ada di sana dan melihat kejadian ini, dan dia pergi
memberi tahu Saul mengenai perbuatan Ahimelekh itu, dengan
menggambarkannya sebagai orang yang bersekongkol dengan peng-
khianat. sebab tuduhan ini , Saul mengeluarkan perintah yang
sangat keji, yaitu membunuh semua imam. Dan Doëg, si penuduh
itu, menjadi algojonya (1Sam. 22:9, dst.). Dalam ayat-ayat ini,
I. Daud mengajukan perkara ini secara adil untuk menentang orang
yang sombong dan perkasa ini (ay. 3). Ada kemungkinan Doëg
yaitu orang perkasa dalam hal kekuatan tubuh. Seandainya
memang begitu, dia tidak mendapatkan kehormatan apa pun
dengan kekuatannya itu atas kemenangan mudah yang didapat-
nya atas imam-imam Tuhan yang tidak bersenjata itu. Bukanlah
suatu kehormatan bagi orang-orang yang berpedang untuk mena-
kut-nakuti mereka yang memakai efod [jubah tak berlengan yang
biasa dipakai para imam Israel pada zaman dulu – pen.]. namun
bagaimanapun juga, dia, menurut jabatannya, yaitu seorang
pahlawan sebab dia ditempatkan di atas hamba-hamba Saul,
sebagai seorang pegawai istana raja yang mengatur urusan rumah
tangga kerajaan. Inilah orang yang memegahkan diri, bukan ha-
nya di dalam hal kuasa yang dimilikinya untuk melakukan keja-
Kitab Mazmur 52:1-7
763
hatan, melainkan juga di dalam kejahatan yang dilakukannya.
Perhatikanlah, berbuat jahat itu buruk, namun lebih buruk lagi
bila orang sampai menyombongkannya dan bermegah diri di da-
lamnya. Lebih buruk lagi bila kita bukan saja tidak malu terhadap
perbuatan fasik melainkan juga justru membenarkannya, dan
bukan saja membenarkannya melainkan juga membesar-besar-
kannya dan menilai tinggi diri kita sendiri berdasar perbuatan
itu. Siapa yang bermegah di dalam dosa mereka berarti bermegah
di dalam aib mereka, dan perbuatan mereka itu menjadi lebih
memalukan lagi. Orang yang kuat sering kali jahat, dan memuji-
muji keinginan hatinya (10:3). Tidaklah pasti bagaimana sampai
perkataan berikut ini muncul: Kebaikan Tuhan tetap untuk seterus-
nya (ay. 3, KJV). Sebagian orang memahaminya sebagai jawaban
orang fasik terhadap pertanyaan ini. Kesabaran Tuhan dan pengen-
dalian diri-Nya, yang merupakan bukti-bukti besar akan kebaik-
an-Nya, biasa dilecehkan oleh orang-orang berdosa sedemikian
rupa sehingga hati mereka mengeras di dalam jalan-jalan mereka
yang fasik. Oleh sebab hukuman melawan perbuatan-perbuatan
mereka yang jahat tidak dijalankan dengan segera, bahkan,
sebab Tuhan terus-menerus berbuat baik terhadap mereka, maka
mereka bermegah di dalam kejahatan. Seolah-olah kemakmuran
yang mereka dapatkan di dalam kefasikan mereka merupakan
bukti bahwa berbuat fasik itu sama sekali tidak berbahaya.
Walaupun demikian, perkataan tadi lebih tepat dipandang sebagai
bantahan melawan orang fasik itu, untuk menunjukkan,
1. Parahnya dosa itu: “Tuhan terus-menerus berbuat baik, dan
orang-orang yang sama seperti Dia di dalam hal ini mempu-
nyai alasan untuk bermegah sebab nya. Namun engkau terus-
menerus berbuat jahat, dan di dalam hal ini engkau sama se-
kali tidak seperti Dia, dan bertentangan dengan-Nya, namun
engkau justru bermegah sebab nya.”
2. Kebodohan dosa mereka: “Engkau menyangka, dengan keja-
hatan yang engkau megahkan itu yang dirancang dengan begi-
tu licik dan dijalankan dengan begitu berhasil, engkau akan
menjatuhkan dan menghancurkan umat Tuhan . Namun, eng-
kau akan mendapati bahwa sesungguhnya engkau keliru: ke-
baikan Tuhan tetap sampai seterusnya untuk memelihara me-
reka, dan sebab itu mereka tidak perlu takut apa yang dapat
dilakukan manusia terhadap mereka.” Sia-sia saja musuh-
764
musuh bermegah di dalam kejahatan mereka, sementara kita
mempunyai kasih setia Tuhan untuk bermegah di dalamnya.
II. Daud mengajukan dakwaan berat melawan Doëg di hadapan
pengadilan sorga, sama seperti Doëg telah mengajukan dakwaan
berat melawan Ahimelekh di hadapan pengadilan Saul (ay. 4-6). Ia
menuduhnya atas kefasikan lidahnya yang buas, tak terkuasai,
dan penuh racun yang mematikan dan kefasikan hatinya, yang
dibuktikan dengan kefasikan lidahnya itu. Ada empat hal yang
didakwakan Daud kepadanya:
1. Kebencian. Lidahnya melakukan penghancuran, tidak hanya
menusuk seperti jarum namun juga menyayat seperti pisau
cukur yang tajam. Ia tidak puas hanya dengan mengatakan
perkataan yang merendahkan dan mengolok-olok. Ia suka per-
kataan yang menghanguskan, perkataan yang akan menghan-
curkan imam-imam Tuhan, yang dibencinya.
2. Kebohongan. Dengan lidah penipulah dia mengerjakan peng-
hancuran ini (ay. 6). Ia suka berdusta (ay. 5), dan pisau cukur
yang tajam ini berjiwa penipu (ay. 4), artinya, sebelum ia diberi
kesempatan untuk mengungkapkan kebenciannya terhadap
imam-imam, ia melakukan perbuatan yang tampaknya sangat
terpuji kepada mereka. Meskipun seorang Edom, ia melayani
di mezbah, membawa korban-korban persembahannya, dan
memberi penghormatannya kepada imam-imam, dengan
begitu sopan seperti layaknya orang Israel. Dia memaksakan
dirinya sendiri untuk melakukan semuanya ini sebab dia di-
khususkan melayani TUHAN, namun meskipun demikian de-
ngan jalan ini dia memperoleh kesempatan untuk melakukan
kejahatan yang jauh lebih besar terhadap mereka. Atau, ini
mungkin merujuk pada kabar itu sendiri yang disampaikan-
nya melawan Ahimelekh. Sebab dalam kenyataannya, pada
intinya, kabar itu benar, namun digambarkan dengan salah
dan ditambah-tambahkan, dan oleh sebab itu benar juga bila
dia dikatakan suka berdusta dan memiliki lidah penipu. Ia me-
ngatakan yang sebenarnya, namun bukan kebenaran yang se-
utuhnya, seperti yang seharusnya disampaikan oleh seorang
saksi. Seandainya dia berkata bahwa Daud telah membuat
Ahimelekh percaya bahwa Daud sedang menjalankan tugas
yang diberikan Saul, maka kebaikan yang ditunjukkan Ahi-
Kitab Mazmur 52:1-7
765
melekh kepada Daud bukan saja tidak akan tampak sebagai
pengkhianatan terhadap Saul melainkan juga penghormatan
kepadanya. Kita tidak akan terhindar dari kesalahan berdusta
walaupun kita dapat berkata, “Ada sedikit banyak kebenaran
di dalam apa yang kita katakan.” Kita tetap berdusta jika kita
menyelewengkannya, dan membuatnya tampak berlawanan
dengan yang sebenarnya.
3. Kelicikan di dalam dosa: “Lidahmu merancangkan kejahatan
(KJV), yaitu, lidahmu mengatakan kejahatan yang dirancang oleh
hatimu.” Semakin banyak kelicikan dan rancangan di dalam
kejahatan apa saja, semakin banyak peranan Iblis di dalamnya.
4. Kesukaan terhadap dosa: “Engkau mencintai yang jahat lebih
dari pada yang baik, yang artinya, engkau mencintai yang ja-
hat dan sama sekali tidak mencintai yang baik. Engkau ber-
suka dalam berkata dusta, dan tidak mempunyai kesadaran
untuk berbuat benar. Engkau lebih ingin menyenangkan Saul
dengan berkata dusta dibandingkan menyenangkan Tuhan dengan
mengatakan kebenaran.” Orang-orang yang berjiwa sama se-
perti Doëg yaitu mereka yang, bukannya senang, seperti yang
seharusnya dirasakan oleh kita semua jika diberi kesempatan
untuk berbuat baik terhadap manusia demi kepentingan tu-
buhnya, harta miliknya, atau nama baiknya, melainkan justru
bergembira jika diberi kesempatan yang mulus untuk ber-
buat jahat terhadap sesama, dan selalu berusaha mencari-cari
kesempatan semacam itu. Ini berarti mencintai yang jahat
lebih dibandingkan yang baik. yaitu buruk mengucapkan perka-
taan yang menghancurkan orang, namun lebih buruk lagi bila
sampai mencintai perkataan-perkataan semacam itu baik di
dalam diri orang lain ataupun di dalam diri kita sendiri.
III. Daud membacakan ajal orang itu dan menyatakan penghakiman-
penghakiman Tuhan terhadap dia atas kefasikannya (ay. 7): “Eng-
kau telah menghancurkan imam-imam Tuhan dan membunuh
mereka semua, dan sebab itu Tuhan akan merobohkan engkau un-
tuk seterusnya.” Manusia-manusia yang sudah ditentukan untuk
binasa oleh sebab perbuatan mereka pasti juga akan binasa oleh
sebab perbuatan pihak lain terhadap mereka, seperti Yudas dan
si manusia durhaka. Para penghancur akan dihancurkan. Orang-
orang yang terutama membenci, menganiaya, dan membinasakan
766
imam-imam Tuhan, hamba-hamba, dan umat-Nya, yang dijadikan
imam oleh Tuhan kita, imamat rajani, akan direnggut oleh kehan-
curan kekal yang akan datang dengan cepat. Doëg di sini dikutuk,
1. Akan diusir dari jemaat: Ia akan mencabut engkau dari dalam
kemah, bukan dari kemahmu melainkan dari kemah Tuhan (be-
gitulah pernyataan ini kemungkinan besar dapat dimengerti).
“Engkau akan dibuang dari kebaikan Tuhan , dari hadirat-Nya,
dan dari segala persekutuan dengan-Nya, dan tidak akan men-
dapatkan keuntungan baik melalui pelayanan sabda atau kor-
ban persembahan.” Sudah sewajarnya ia dilucuti dari semua
hak istimewa yang ada di dalam rumah Tuhan , sebab ia sudah
berlaku begitu jahat terhadap hamba-hamba-Nya. Sebelum-
nya, ia kadang-kadang datang ke kemah Tuhan dan melayani di
pelataran-Nya, namun langkahnya tertahan di sana. Dia men-
jadi lelah melayani-Nya dan mencari-cari kesempatan untuk
mencemarkan nama baik keluarga-Nya. Oleh sebab itu, sa-
ngatlah pantas baginya untuk dicampakkan dan dicabut dari
sana. Kita harus menutup pintu bagi siapa saja yang ingin
melayani kita dengan cara seperti itu. Perhatikanlah, kita akan
kehilangan keuntungan dari ketetapan-ketetapan ibadah jika
kita tidak memanfaatkannya dengan baik.
2. Akan diusir dari dunia: “Ia akan membantun engkau dari da-
lam negeri orang-orang hidup, yang di dalamnya engkau me-
nyangka bahwa dirimu berakar kuat.” jika orang baik mati,
mereka dicangkokkan dari negeri orang hidup di bumi, yakni
kebun bibit untuk tanaman kebenaran, ke negeri di sorga,
taman Tuhan, di mana mereka akan berakar untuk selama-
lamanya. Akan namun , jika orang fasik mati, mereka akan
dicabut dari negeri orang hidup, untuk binasa sampai selama-
lamanya, sebagai bahan bakar untuk api murka ilahi. Inilah
yang akan menjadi bagian orang-orang yang menentang Tuhan .
Kehancuran Doëg Dinubuatkan
(52:8-11)
8 Maka orang-orang benar akan melihatnya dan menjadi takut, dan mereka
akan menertawakannya: 9 “Lihatlah orang itu yang tidak menjadikan Tuhan
tempat pengungsiannya, yang percaya akan kekayaannya yang melimpah,
dan berlindung pada tindakan penghancurannya!” 10 namun aku ini seperti
Kitab Mazmur 52:8-11
767
pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Tuhan ; aku percaya akan kasih
setia Tuhan untuk seterusnya dan selamanya. 11 Aku hendak bersyukur ke-
pada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang bertindak; sebab nama-
Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan orang-orang yang Kau-
kasihi.
Daud pada waktu ini sedang mengalami kesusahan besar. Kejahatan
yang telah diperbuat Doëg terhadapnya hanyalah merupakan permu-
laan dari segala dukacitanya. Namun di sini kita mendapati dia
bersorak-sorak, dan itu lebih dibandingkan bersukacita, di dalam penderi-
taan. Rasul Paulus yang terberkati, saat sedang tertimpa banyak
masalah, justru tengah menikmati kemenangan-kemenangannya
(2Kor. 2:14). Daud di sini bersorak-sorak,
I. Atas kejatuhan Doëg. Namun, supaya ini tidak terlihat seperti
balas dendam pribadi, ia tidak berbicara seakan ia sendiri yang
bersorak-sorak, namun ia memperkatakan bahasa yang biasanya
diucapkan oleh orang-orang baik pada umumnya. Orang-orang
baik tentu akan mengamati segala penghakiman Tuhan atas Doëg
dan berbicara mengenai hal itu,
1. Bagi kemuliaan Tuhan : Mereka akan melihatnya dan menjadi
takut (ay. 8), yang artinya, mereka akan memuja keadilan
Tuhan , dan memandang hormat kepada-Nya, sebagai Tuhan yang
mahakuasa, yang di hadapan-Nya orang berdosa yang paling
congkak tidak dapat tahan berdiri, dan yang oleh sebab itu di
hadapan-Nya setiap orang dari kita harus merendahkan diri.
Perhatikanlah, penghakiman Tuhan atas orang fasik haruslah
menjadikan orang benar tersentak dengan rasa hormat dan
membuat mereka takut untuk berbuat salah terhadap Tuhan
dan membangkitkan murka-Nya (119:120; Why. 15:3-4).
2. Untuk mempermalukan Doëg. Mereka akan menertawakan-
nya, bukan dengan tawa yang menggelikan namun dengan tawa
yang masuk akal dan sungguh-sungguh, sebab Dia, yang ber-
semayam di sorga, akan menertawakannya (2:4). Ia akan
tampak konyol, dan pantas untuk ditertawakan. Disebutkan di
sini bagaimana mereka akan bersorak-sorak di dalam pengha-
kiman Tuhan yang adil terhadapnya (ay. 9): Lihatlah orang itu
yang tidak menjadikan Tuhan tempat pengungsiannya. Kejatuh-
an serta kehancuran seorang perkasa dan kaya tidak bisa
tidak pasti akan diperhatikan oleh orang banyak, dan setiap
768
orang tentu akan memperbincangkan hal itu. Nah, inilah per-
kataan yang akan disampaikan orang benar tentang kejatuhan
Doëg, bahwa tidak akan ada kebaikan yang bisa muncul dari
kejatuhannya itu, sebab ia mengambil cara yang salah untuk
mengokohkan dirinya dengan kekayaan dan kekuasaannya.
Jika bangunan yang baru saja didirikan ambruk, maka setiap
orang akan segera mempertanyakan di mana letak kesalahan
dalam membangunnya. Nah, apa yang menghancurkan ke-
makmuran Doëg yaitu ,
(1) Bahwa dia tidak membangunnya di atas batu karang: Dia
tidak menjadikan Tuhan tempat pengungsiannya, yang arti-
nya, ia tidak berpikir bahwa kelangsungan kemakmuran-
nya bergantung pada kebaikan Tuhan , dan oleh sebab itu ia
tidak ambil peduli untuk mendapatkan kebaikan itu atau
untuk menjaga dirinya agar tetap berada di dalam kasih
Tuhan . Tidak ada kesadaran dalam hati nuraninya beriba-
dah kepada-Nya ataupun sekurang-kurangnya untuk men-
cari-Nya. Orang-orang menipu diri sendiri secara menye-
dihkan jika mereka berpikir bahwa mereka dapat menyo-
kong diri mereka sendiri dengan kekuasaan dan kekayaan
mereka tanpa Tuhan dan agama.
(2) Bahwa dia memang membangun kemakmurannya di atas
pasir. Dia berpikir bahwa kekayaannya akan bisa terurus
dengan sendirinya: Ia percaya akan kekayaannya yang me-
limpah, yang dalam angan-angannya, tertimbun untuk ber-
tahun-tahun lamanya. Bukan itu saja, dia bahkan berpikir
bahwa kefasikannya akan membantu menyokong kekaya-
annya itu. Ia bertekad untuk tidak melekat kepada apa pun
juga untuk menjaga dan memajukan kehormatan serta ke-
kuasaannya. Salah atau benar, dia akan mendapatkan apa
saja yang bisa diperolehnya dan menjaga apa yang sudah
dimilikinya, dan akan menghancurkan siapa saja yang
menghalang-halangi jalannya. Dan ini, pikirnya, akan me-
nguatkan dia. Orang-orang yang tidak mempunyai kesadar-
an nurani terhadap apa pun pasti berusaha ingin memiliki
apa saja. Namun sekarang lihatlah apa jadinya. Lihatlah
betapa lembeknya adukan semen yang digunakannya un-
tuk membangun rumahnya, sebab sekarang rumah itu
Kitab Mazmur 52:8-11
769
sudah roboh, dan dia sendiri terkubur di bawah reruntuh-
annya.
II. Di dalam kemapanannya sendiri (ay. 10-11). “Orang kuat ini dica-
but sampai ke akar-akarnya. namun aku ini seperti pohon zaitun
yang menghijau, yang tertanam dan berakar, terpancang dan
tumbuh subur. Dia diusir dari tempat kediaman Tuhan , namun aku
tetap tinggal di dalamnya, dan langkahku tidak tertahan, seperti
Doëg, oleh apa pun, dan hanya kepuasan yang berlimpahlah yang
kudapatkan di sana.” Perhatikanlah, orang-orang yang dengan
iman serta kasih berdiam di rumah Tuhan akan menjadi seperti
pohon zaitun yang menghijau di sana. Orang fasik dikatakan
tumbuh mekar seperti pohon aras yang menghijau (37:35, KJV),
yang tidak menghasilkan buah yang berguna, meskipun daun
pohon itu rimbun dan besar-besar. namun orang benar tumbuh
subur seperti pohon zaitun yang menghijau, yang gemuk dan juga
segar (92:14) dan dengan minyaknya menghormati Tuhan dan ma-
nusia (Hak. 9:9), yang mengambil akar serta getahnya dari pohon
zaitun yang baik (Rm. 11:17). Sekarang, apakah yang harus kita
lakukan agar kita bisa menjadi seperti pohon zaitun yang meng-
hijau?
1. Kita harus menjalani hidup yang penuh dengan iman dan ke-
yakinan yang kudus terhadap Tuhan serta anugerah-Nya. “Aku
melihat apa yang akhirnya terjadi pada orang yang percaya
akan kelimpahan kekayaannya, dan oleh sebab itu aku per-
caya akan kasih setia Tuhan untuk seterusnya dan selamanya.
Aku tidak akan percaya pada dunia melainkan kepada Tuhan ,
bukan kepada jasaku sendiri melainkan kepada kasih setia
Tuhan , yang membagi-bagikan segala pemberian-Nya secara
bebas, bahkan kepada orang yang tidak layak. Kasih setianya
itu melulu sudah cukup sebagai bagian dan kebahagiaan kita.”
Kasih setia-Nya ada untuk selamanya. Kasih setia itu tetap
dan tidak berubah, dan pemberian-pemberiannya akan terus
berlanjut sampai pada kekekalan. Oleh sebab itu, kita harus
percaya akan kasih setia-Nya itu untuk selamanya, dan jangan
pernah bergeser dari dasar yang kokoh itu.
2. Kita harus menjalani hidup yang penuh dengan ucapan syu-
kur dan sukacita yang kudus di dalam Tuhan (ay. 11): “Aku
hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkau-
770
lah yang bertindak, Engkau telah membalaskan darah imam-
imam-Mu kepada musuh mereka yang haus darah, dan mem-
berinya darah untuk diminum, dan telah menepati janji-Mu
kepadaku.” Sang pemazmur sangat yakin bahwa ini pasti akan
terlaksana pada waktunya, seolah-olah semuanya itu sudah
terjadi pada saat dia mengucapkannya. Banyak memuji Tuhan
akan sangat banyak menambah keindahan pengakuan iman
kita, dan membantu kita berbuah dalam setiap anugerah yang
kita terima. Dan sudah pasti bahwa kita tidak akan pernah
kehabisan pokok pujian.
3. Kita harus menjalani hidup yang selalu berharap dan bergan-
tung kepada Tuhan dengan kerendahan: “Aku hendak memasy-
hurkan nama-Mu. Aku hendak menantikan Engkau di segala
jalan di mana Engkau telah menyatakan diri-Mu sendiri, sam-
bil berharap kiranya Engkau menyatakan kebaikan-Mu kepa-
daku. Dan aku rela menantikannya sampai pada waktu yang
Engkau tetapkan. Sebab itu baik di depan orang-orang yang
Kaukasihi” (KJV: Sebab itu baik di depan orang-orang kudus-Mu
– pen.), atau menurut pendapat dan penghakiman orang-orang
kudus-Mu, yang dengan mereka Daud sependapat dengan
sepenuh hati. Communis sensus fidelium – Semua orang kudus
sehati dan sejiwa dalam hal ini,
(1) Bahwa nama Tuhan itu yaitu baik adanya, bahwa penyata-
an-penyataan Tuhan akan diri-Nya sendiri kepada umat-Nya
yaitu suatu hal yang penuh rahmat dan sangat baik.
Tidak ada nama lain yang diberikan selain nama-Nya yang
bisa menjadi benteng dan menara yang kuat bagi kita.
(2) Bahwa sangatlah baik bagi kita untuk memasyhurkan
nama itu. Tidak ada lagi hal lain yang lebih baik untuk me-
nenangkan dan menenteramkan roh kita yang bergejolak
dan gelisah, dan untuk membuat kita tetap ada di jalan ke-
wajiban saat kita tergoda untuk mengambil jalan pintas
untuk bebas selain dibandingkan menanti dengan diam perto-
longan TUHAN (Rat. 3:26). Semua orang kudus telah meng-
alami keuntungan dari hal ini. Mereka tidak pernah mela-
yani-Nya dengan sia-sia. Mereka mengikuti bimbingan-Nya
dan semuanya selalu berakhir dengan baik. Tidak pernah
mereka dipermalukan saat mereka berharap kepada Dia
dengan penuh percaya. Oleh sebab itu, marilah kita tinggal
Kitab Mazmur 52:8-11
771
dan menjadi berlimpah-limpah di dalam apa yang baik bagi
semua orang kudus, dan khususnya di dalam hal ini: Ber-
baliklah kepada Tuhan mu, peliharalah kasih setia dan hu-
kum, dan nantikanlah Tuhan mu senantiasa (Hos. 12:7).
PASAL 53
llah berfirman satu kali, malah, dua kali, dan sungguh baik jika
manusia memahaminya pada waktu itu juga. Tuhan , dalam maz-
mur ini, berfirman dua kali, sebab kata-kata-Nya di sini hampir sama
betul dengan Mazmur empat belas. Tujuan mazmur ini yaitu untuk
menginsafkan kita akan dosa-dosa kita, untuk membuat muka kita
merah padam dan tubuh kita gemetaran oleh sebab nya. Dan inilah
yang dengan susah payah diusahakan agar terjadi pada diri kita, se-
hingga dirasa ada keperluan untuk mengulangi perkataan demi per-
kataan untuk memenuhi tujuan ini. Firman Tuhan , sebagai firman
yang menginsafkan, ibarat sebuah palu, yang ketukannya harus se-
ring diulang-ulang. Tuhan , melalui sang pemazmur di sini,
I. Menunjukkan kepada kita betapa bobroknya kita ini (ay. 2).
II. Membuktikannya kepada kita melalui pengetahuan-Nya sen-
diri yang pasti benar (ay. 3-4).
III. Ia menyampaikan kengerian yang akan menimpa para peng-
aniaya, yakni para pendosa yang terbejat (ay. 5-6).
IV. Ia menyampaikan dorongan kepada umat Tuhan yang terania-
ya (ay. 7).
Ada sedikit variasi antara Mazmur 14 dan Mazmur 53 ini, namun
tidak ada yang berarti, hanya antara ayat 5 dan 6 dalam Mazmur 14
dan ayat 6 dalam Mazmur 53. Sebagian ungkapan yang digunakan
dalam mazmur 14 ditiadakan dalam Mazmur 53, yaitu mengenai aib
yang ditimpakan orang fasik ke atas umat Tuhan , dan sebagai gan-
tinya, di sini dinubuatkan tentang aib yang akan ditimpakan Tuhan ke
atas orang fasik. Perubahan ini, bersama dengan perubahan lainnya,
dibuat sang pemazmur dengan bimbingan ilahi saat ia menyam-
paikannya untuk kali keduanya kepada pemimpin biduan.
A
774
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus meratapi kerusakan
kodrat manusia dan kemerosotan menyedihkan yang terjadi pada du-
nia yang kita tinggali ini, namun dengan tetap bersukacita di dalam
pengharapan akan keselamatan besar.
Kebobrokan Manusia
(53:1-7)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Mahalat. Nyanyian pengajaran
Daud. 2 Orang bebal berkata dalam hatinya: “Tidak ada Tuhan !” Busuk dan
jijik kecurangan mereka, tidak ada yang berbuat baik. 3 Tuhan memandang ke
bawah dari sorga kepada anak-anak manusia, untuk melihat apakah ada
yang berakal budi dan yang mencari Tuhan . 4 Mereka semua telah menyim-
pang, sekaliannya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun
tidak. 5 Tidak sadarkah orang-orang yang melakukan kejahatan, yang mema-
kan habis umat-Ku seperti memakan roti, dan yang tidak berseru kepada
Tuhan ? 6 Di sanalah mereka ditimpa kekejutan yang besar, padahal tidak ada
yang mengejutkan; sebab Tuhan menghamburkan tulang-tulang para penge-
pungmu; mereka akan dipermalukan, sebab Tuhan telah menolak mereka. 7
Ya, datanglah kiranya dari Sion keselamatan bagi Israel! jika Tuhan me-
mulihkan keadaan umat-Nya, maka Yakub akan bersorak-sorak, Israel akan
bersukacita.
Mazmur ini sudah kita bahas sebelumnya, dan oleh sebab itu di sini
kita hanya akan mengamati, secara singkat, beberapa hal mengenai
dosa, untuk menambah dukacita kita akan dosa dan kebencian kita
terhadapnya.
1. Kenyataan dosa. Apakah dosa itu terbukti adanya? Dapatkah dak-
waan itu diajukan? Ya, Tuhan yaitu Saksinya, Saksi yang tidak
dapat dibantah. Dari tempat kekudusan-Nya, Dia memandang ke
bawah kepada anak-anak manusia, dan melihat betapa sedikitnya
kebaikan yang ada di antara mereka (ay. 3). Segala kedosaan hati
dan hidup mereka tampak telanjang dan terbuka di hadapan-Nya.
2. Kesalahan dosa. Adakah bahaya di dalam dosa itu? Ya, ada keja-
hatan di dalamnya (ay. 2, 5), hal yang tidak benar. Di dalamnya
tidak ada apa pun yang baik (ay. 2, 4). Di dalamnya ada hal jahat,
yang terburuk dari semua kejahatan. Hal itulah yang membuat
dunia ini jahat sebagaimana adanya sekarang. Dosa berarti me-
nyimpang dari Tuhan (ay. 4).
3. Sumber dosa. Bagaimana terjadinya sampai manusia bisa sedemi-
kian jahat? Pasti ini sebab rasa takut kepada Tuhan tidak ada
pada mereka. Mereka berkata dalam hati mereka, “Tidak ada Tuhan
Kitab Mazmur 53:1-7
775
sama sekali yang akan meminta pertanggungjawaban dari kita,
tidak ada yang perlu kita segani.” Perbuatan-perbuatan buruk
manusia mengalir dari pokok-pokok pikiran mereka yang buruk.
Mereka bisa saja mengaku mengenal Tuhan , namun di dalam per-
buatan mereka menyangkal Dia, sebab penyangkalan itu sudah
terjadi di dalam pikiran.
4. Kebodohan dosa. Menurut pandangan Tuhan , yang penghakiman-
Nya kita yakini pasti benar, orang bebTuhan yang menyimpan pi-
kiran-pikiran rusak seperti itu. Orang-orang yang tidak percaya
pada Tuhan, entah dalam pendapat entah dalam perbuatan, ada-
lah orang-orang yang paling bebal di dunia. Orang-orang yang
tidak mencari Tuhan tidak berakal budi. Mereka seperti binatang
yang tidak mempunyai pengertian, sebab manusia dibedakan dari
binatang terutama bukan sebab adanya kemampuan untuk ber-
nalar melainkan terlebih sebab adanya kemampuan untuk ber-
agama. Orang-orang yang melakukan kejahatan, tidak mempunyai
pengetahuan (ay. 5, KJV), apa pun lagak mereka. Orang-orang
yang tidak mengetahui Tuhan benar-benar bisa dikatakan tidak
mengetahui apa-apa (ay. 5).
5. Kotornya dosa. Orang-orang berdosa itu busuk (ay. 2). Kodrat me-
reka sudah rusak dan bobrok, dan semakin mulia kodratnya,
semakin busuk jadinya bila kodrat itu menjadi bejat, seperti yang
terjadi pada sebagian malaikat. Corruptio optimi est pessima – Hal-
hal yang terbaik, jika rusak, menjadi yang terburuk. Kejahatan
mereka menjijikkan. Kejahatan itu sungguh memuakkan bagi
Tuhan yang kudus, dan ini membuat mereka menjijikkan di mata-
Nya. Padahal sesungguhnya, Dia tidak membenci apa pun yang
telah diciptakan-Nya. Dosa membuat manusia kotor, sepenuhnya
kotor dan menjijikkan. Orang-orang yang sengaja berbuat dosa
menimbulkan bau busuk pada hidung Tuhan yang berkuasa atas
sorga dan atas para malaikat kudus. Betapapun orang-orang ber-
dosa yang congkak berpura-pura lurus dalam tingkah lakunya, te-
tap saja kefasikan merupakan kecemaran yang terhebat di dunia.
6. Buah dosa. Lihatlah pada taraf kebiadaban apa dosa membawa
manusia pada akhirnya. jika hati manusia sudah mengeras
melalui tipu daya dosa, lihatlah kekejaman mereka terhadap sau-
dara-saudara mereka, yang merupakan tulang dari tulang mereka
– oleh sebab saudara-saudara mereka tidak mau turut mencem-
plungkan diri bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidak-
776
senonohan yang sama, mereka memakan habis saudara-saudara
mereka itu seperti memakan roti. Seolah-olah mereka sekarang
tidak saja menjadi binatang namun juga sudah menjadi binatang
pemangsa. Dan lihatlah penghinaan mereka terhadap Tuhan pada
saat yang sama. Mereka tidak berseru kepada-Nya, namun men-
cemooh dan tidak mau melakukan kewajiban mereka terhadap-
Nya.
7. Ketakutan dan aib yang menyertai dosa (ay. 6): Di sanalah mereka
ditimpa kekejutan yang besar sebab mereka telah menjadikan
Tuhan sebagai musuh mereka. Kebersalahan hati nurani mereka
sendiri membuat mereka takut, dan memenuhi mereka dengan
kengerian. Sebab, jika tidak demikian halnya, tidak ada alasan
bagi mereka untuk takut. Orang fasik lari, walaupun tidak ada
yang mengejarnya. Lihatlah alasan untuk ketakutan ini. Ini ter-
jadi sebab Tuhan sebelumnya telah menghamburkan tulang-tulang
para pengepung umat-Nya. Ia tidak hanya menghancurkan ke-
kuatan mereka dan mengacaubalaukan bala tentara mereka,
namun juga membunuh mereka, dan memusnahkan jasad mereka
sehingga menjadi tulang-tulang kering, seperti tulang-tulang yang
berhamburan di mulut dunia orang mati (141:7). Begitulah ajal
yang akan menimpa orang-orang yang mengepung perkemahan
tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu (Why. 20:9).
Kekhawatiran akan ajal ini tidak bisa tidak pasti membuat takut
orang-orang yang memakan habis umat Tuhan . Ini membuat sang
dara, putri Sion, sanggup mempermalukan mereka, dan memper-
tontonkan mereka di hadapan orang banyak, sebab Tuhan telah
menolak mereka (KJV: Tuhan telah memandang rendah mereka –
pen.), untuk menertawakan mereka, sebab Dia yang bersemayam
di sorga menertawakan mereka. Kita tidak perlu memandangi
musuh-musuh kita dengan rasa takut, sebab Tuhan memandangi
mereka dengan hina. Jika Dia memandang rendah mereka, maka
kita pun boleh.
8. Iman orang-orang kudus, dan pengharapan serta kekuatan mere-
ka sanggup mendatangkan kesembuhan bagi kejahatan yang be-
sar ini (ay. 7). Akan datang Juruselamat, keselamatan besar, ke-
selamatan dari dosa. Oh, semoga saja kedatangan itu dipercepat!
Sebab ini akan mendatangkan saat-saat yang penuh kemuliaan
dan sukacita. Ada orang-orang dalam Perjanjian Lama yang men-
cari dan berharap, yang berdoa dan menantikan, penebusan ini.
Kitab Mazmur 53:1-7
777
(1) Tuhan , pada waktunya, akan menyelamatkan jemaat-Nya dari
kebencian yang penuh dosa dari para musuh mereka. Dan
keselamatan itu akan membawa sukacita bagi Yakub dan
Israel yang telah lama berkabung dan berduka. Keselamatan-
keselamatan seperti itu sudah sering kali dikerjakan, dan se-
muanya itu merupakan pelambang dari kemenangan-keme-
nangan kekal yang akan diraih oleh gereja yang mulia.
(2) Dia akan menyelamatkan semua orang percaya dari kejahat-
an-kejahatan mereka sendiri, supaya mereka tidak ditawan
olehnya. Dan ini akan membawa sukacita bagi mereka untuk
selama-lamanya. Dari pekerjaan inilah Sang Juruselamat mem-
peroleh nama-Nya – Yesus, sebab Dialah yang akan menyela-
matkan umat-Nya dari dosa mereka (Mat. 1:21).
PASAL 54
unci mazmur ini tergantung di lubang pintu, sebab judulnya
memberi tahu kita pada kesempatan apa mazmur ini ditulis,
yakni saat penduduk Zifi, orang-orang Yehuda (yang merupakan
pelambang dari Yudas si pengkhianat), mengkhianati Daud dan me-
nyerahkannya kepada Saul, dengan memberi tahu Saul di mana
Daud berada dan bagaimana cara untuk menangkapnya. Hal ini me-
reka lakukan dua kali (1Sam. 23:19; 26:1), dan itu dicatat untuk
mengabadikan nama buruk mereka. Mazmur ini sungguh manis.
Paruh pertama dari Mazmur ini, ada kemungkinan, direnungkan
saat Daud sedang mengalami kesusahan dan dituangkan ke dalam
tulisan saat bahaya yang dihadapinya sudah lewat, dengan ditam-
bah dua ayat terakhir, yang mengungkapkan rasa syukurnya atas
pembebasannya itu, yang mungkin ditulis dengan iman, sekalipun
dia tengah diliputi ketakutan. Di sini,
I. Dia mengeluhkan kepada Tuhan kebencian musuh-musuhnya,
dan berdoa meminta pertolongan melawan mereka (ay. 3-5).
II. Ia menghibur diri sendiri dengan keyakinan akan mendapat
kebaikan dan perlindungan ilahi, dan bahwa, pada waktu-
nya, musuh-musuhnya akan dibinasakan dan dia akan dibe-
baskan (ay. 6-9).
Bilamana kita sedang dalam kesusahan, kita dapat menyanyikan
mazmur ini dengan penuh rasa nyaman.
K
780
Keluhan-keluhan
(54:1-5)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran
Daud, 2 saat orang Zifi datang mengatakan kepada Saul: “Daud bersem-
bunyi kepada kami.” 3 Ya Tuhan , selamatkanlah aku sebab nama-Mu, berilah
keadilan kepadaku sebab keperkasaan-Mu! 4 Ya Tuhan , dengarkanlah doaku,
berilah telinga kepada ucapan mulutku! 5 Sebab orang-orang yang angkuh
bangkit menyerang aku, orang-orang yang sombong ingin mencabut nyawa-
ku; mereka tidak mempedulikan Tuhan . S e l a.
Kita dapat mengamati di sini,
1. Kesusahan besar yang sedang melanda Daud, yang dijelaskan
dalam judulnya. Orang-orang Zifi datang atas kemauan mereka
sendiri, dan memberi tahu Saul di mana Daud berada, dengan
berjanji untuk menyerahkannya ke dalam tangannya. Orang akan
menyangka bahwa saat Daud melarikan diri ke desa, ia tidak
akan dikejar-kejar, ke padang gurun ia tidak akan ditemukan,
dan ke negerinya sendiri ia tidak akan dikhianati. Namun, tam-
paknya yang terjadi justru sebaliknya. Janganlah orang baik per-
nah berharap bahwa ia akan aman dan tenang sebelum ia sampai
di sorga. Sungguh pengkhianat, tukang campur urusan orang, si
Zifi-Zifi ini! Sungguh baik bahwa Tuhan itu setia, sebab manusia
tidak bisa dipercaya (Mi. 7:5).
2. Doanya kepada Tuhan untuk meminta pertolongan dan kelepasan
(ay. 3-4). Ia menyerukan kekuatan Tuhan , yang dengannya Tuhan
dapat menolongnya, dan menyerukan nama-Nya, yang dengannya
Tuhan mengikatkan diri untuk memberi pertolongan. Ia memo-
hon agar Tuhan menyelamatkannya dari musuh-musuhnya serta
memberi keadilan bagi dia, yaitu untuk membela dan mengadili
perkaranya bagi dia. Tidak ada seruan lain lagi yang dapat dian-
dalkan, selain kepada nama Tuhan . Tidak ada kuasa lain lagi
untuk bergantung, selain pada kekuatan Tuhan . Hanya nama dan
kekuatan-Nya saja yang menjadi tempat persembunyian dan ke-
yakinannya. Dengan cara inilah dia akan mendapatkan jawaban
atas doa-doanya (ay. 4), bahkan saat dalam pelarian dan tidak
ada kesempatan untuk berseru kepada Tuhan dengan khidmat, ia
selalu dan langsung memanjatkan seruan ini ke sorga, “Dengar-
kanlah doaku, yang datang dari hatiku, dan berilah telinga kepada
ucapan mulutku.”
3. Seruannya, yang menggambarkan sifat musuh-musuhnya (ay. 5).
Kitab Mazmur 54:1-5
781
(1) Mereka yaitu orang-orang yang angkuh (KJV: orang-orang
asing – pen.). Begitulah orang-orang Zifi, tidak pantas disebut-
kan sebagai orang Israel. “Mereka memperlakukanku dengan
cara yang rendah dan biadab lebih dibandingkan yang akan
diperbuat oleh orang-orang Filistin sendiri.” Perlakuan yang
terburuk dapat diharapkan datang dari mereka yang, sesudah
memutuskan tali persaudaraan dan persekutuan, menjadikan
diri mereka sendiri sebagai orang asing.
(2) Mereka itu orang-orang yang sombong (KJV: para penindas –
pen.). Begitulah Saul adanya. Sebagai raja seharusnya dia
menggunakan kekuasaannya untuk melindungi semua rakyat-
nya yang baik itu, namun ia malah menyelewengkannya se-
hingga membawa kehancuran bagi mereka. Tidak ada lagi
yang begitu menyedihkan selain penindasan di tempat peng-
adilan (Pkh. 3:16). Bahaya-bahaya terbesar yang dihadapi
Paulus yaitu dari pihak orang-orang Yahudi sendiri dan dari
pihak saudara-saudara palsu (2Kor. 11:26), dan demikian pula
yang dialami Daud.
(3) Mereka sangat menakutkan dan mengancam. Mereka tidak
hanya membenci Daud dan berniat jahat terhadapnya, namun
juga bangkit menyerang dia secara jasmani, dengan mengga-
bungkan kekuatan mereka untuk berbuat jahat terhadapnya.
(4) Mereka sangat kejam dan penuh dengan kebencian: Mereka
ingin mencabut nyawanya. Mereka berburu nyawa yang ber-
harga. Apa pun yang kurang dari itu tidak akan memuaskan
mereka. Kita boleh berdoa, di dalam iman, agar Tuhan melalui
pemeliharaan-Nya tidak memberi keberhasilan kepada
orang-orang itu, sebab kalau tidak, keberhasilan mereka akan
tampak sebagai persetujuan-Nya bagi orang-orang yang kejam
dan haus darah seperti itu.
(5) Mereka sangat cemar dan tidak percaya kepada Tuhan, dan,
sebab alasan ini, Daud berpikir bahwa demi kehormatan,
Tuhan harus bangkit melawan mereka: Mereka tidak mempe-
dulikan Tuhan , yaitu, mereka sudah membuang jauh-jauh se-
gala pemikiran tentang Tuhan . Tidak ada dalam pikiran mereka
bahwa mata-Nya tertuju kepada mereka, bahwa dengan berpe-
rang melawan umat-Nya, mereka berperang melawan Dia.
Tidak ada rasa takut sama sekali bahwa akibat-akibat memati-
kan dari pertempuran yang tidak seimbang seperti itu pasti
782
terjadi. Perhatikanlah, tidak ada kebaikan yang dapat diharap-
kan dari orang-orang yang tidak memedulikan Tuhan . Malah
lebih dari itu, atas kefasikan seperti apakah orang-orang se-
perti itu dianggap tidak pernah bersalah? Tali alam, atau ikat-
an persahabatan, atau rasa terima kasih, atau ikatan perjanji-
an mana yang dapat menahan orang-orang yang telah menge-
nyahkan rasa takut akan Tuhan itu? Sela – Camkan ini. Marilah
kita memastikan diri untuk memedulikan Tuhan sepanjang
waktu, sebab jika tidak, kita terancam bahaya akan kondisi
tanpa pengharapan.
Penghiburan-penghiburan
(54:6-9)
6 Sesungguhnya, Tuhan yaitu penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. 7
Biarlah kejahatan itu berbalik kepada seteru-seteruku; binasakanlah mereka
sebab kesetiaan-Mu! 8 Dengan rela hati aku akan mempersembahkan
korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN. 9 Sebab Ia
melepaskan aku dari segala kesesakan, dan mataku memandangi musuhku.
Kita mendapati di sini tindakan-tindakan yang hidup dari iman Daud
di dalam doanya. Tindakan imannya itu meyakinkan dia bahwa ma-
salahnya itu pada akhirnya akan membawa penghiburan baginya,
meskipun pencobaan yang menimpa dia sungguh berat.
I. Ia yakin bahwa Tuhan ada di pihaknya, bahwa Tuhan mengambil
bagiannya (ay. 6). Ia mengatakannya dengan nada kemenangan
dan kegembiraan, “Sesungguhnya, Tuhan yaitu penolongku.” Jika
kita berpihak kepada-Nya, maka Dia berpihak kepada kita. Dan,
jika Dia berpihak kepada kita, maka kita akan mendapatkan
pertolongan di dalam Dia, sehingga kita tidak perlu takut terha-
dap kuasa apa pun yang dikerahkan melawan kita. Meskipun
manusia dan setan berusaha menghancurkan kita, mereka tidak
akan berhasil selama Tuhan yaitu penolong kita: Tuhanlah yang
menopang aku (KJV: Tuhan bersama-sama dengan mereka yang
menopang jiwaku – pen). Bandingkan dengan Mazmur 118:7,
“TUHAN di pihakku, menolong aku” (KJV: TUHAN mengambil bagian-
ku bersama-sama dengan mereka yang menolong aku – pen.). Ada
sebagian yang menopang aku, dan Tuhan yaitu salah satu dari
mereka. Dialah yang terutama, tidak satu pun dari mereka yang
Kitab Mazmur 54:6-9
783
dapat menolong aku jika Dia tidak menolong mereka.” Setiap
makhluk ciptaan menjadi bagi kita (dan tidak lebih) sesuatu yang
sesuai dengan apa yang ditentukan Tuhan bagi mereka. Yang
dimaksudkan Daud yaitu , “Tuhanlah yang menopang jiwaku,
dan menjagaku agar aku tidak kelelahan dalam pekerjaanku, dan
tenggelam di bawah beban-bebanku.” Dengan pemeliharaan-Nya
Ia menopang segala sesuatu, dan dengan anugerah-Nya Ia meno-
pang jiwa-jiwa umat-Nya. Pada waktunya nanti Tuhan akan menye-
lamatkan umat-Nya, namun, sambil menantikan waktu-Nya itu,
Ia menyokong dan mendukung mereka, supaya roh yang telah
diciptakan-Nya itu tidak akan mati terkulai di hadapan-Nya.
II. sebab Tuhan berpihak kepadanya, ia tidak ragu bahwa musuh-
musuhnya pasti akan lari dan jatuh di hadapannya (ay. 7): “Biar-
lah kejahatan itu berbalik kepada seteru-seteruku, yang mencari-
cari kesempatan untuk berbuat jahat kepadaku. Kejahatan yang
mereka rancangkan melawan aku akan dibalikkan oleh Tuhan yang
adil sehingga menimpa kepala mereka sendiri.” Daud tidak akan
berbuat jahat terhadap mereka, namun dia tahu bahwa Tuhan akan
melakukannya: Aku ini seperti orang tuli, aku tidak mendengar, ka-
rena Engkau akan mendengar. Musuh-musuh yang kita ampuni,
jika mereka tidak bertobat, akan dihakimi oleh Tuhan . Dan untuk
alasan ini, kita tidak boleh membalas dendam sendiri, sebab
Tuhan telah berkata, “Pembalasan itu yaitu hak-Ku.” namun ia
berdoa, “Binasakanlah mereka sebab kesetiaan-Mu!” Ini bukan-
lah doa yang penuh kebencian, melainkan doa yang penuh iman.
Sebab doa itu memandang pada firman Tuhan , dan hanya meng-
inginkan pelaksanaannya. Ada kebenaran di dalam ancaman-an-
caman Tuhan seperti juga di dalam janji-janji-Nya, dan orang-orang
yang tidak bertobat akan mendapatinya demikian, yang harus
mereka bayar dengan harga yang sangat mahal.
III. Ia berjanji untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas segala peng-
alamannya akan kebaikan Tuhan terhadap dia (ay. 8): Aku akan
mempersembahkan korban kepada-Mu. Sekalipun korban-korban
itu mahal, namun, jika Tuhan mengharuskan orang-orang yang
menyembah-Nya untuk memuji-Nya dengan cara itu, maka Daud
tidak hanya akan menawarkannya, namun juga menawarkannya
dengan rela hati dan tanpa bersungut-sungut. Segala korban ro-
784
hani kita, dalam pengertian ini, haruslah kita sembahkan dengan
sukarela, sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita. Namun, ia tidak hanya akan membawa korbannya, yang
hanya merupakan bayangan, upacara saja, namun juga akan mem-
perhatikan nilai intinya, yaitu Aku akan bersyukur sebab nama-
Mu baik. Hati yang bersyukur, dan bibir yang mengucap syukur
oleh sebab nama-Nya, yaitu korban-korban yang akan diterima
Tuhan : “Aku akan bersyukur sebab nama-Mu baik. Nama-Mu bu-
kan hanya agung melainkan juga baik, dan oleh sebab itu patut
dipuji. Memuji nama-Mu bukan saja merupakan apa yang wajib
kami kerjakan, melainkan juga suatu perbuatan yang baik, yang
menyenangkan, dan yang bermanfaat: itu baik bagi kami (92:2),
oleh sebab itu aku akan memuji nama-Mu.”
IV. Ia berbicara tentang kelepasannya sebagai suatu hal yang sudah
terlaksana (ay. 9): Aku akan memuji nama-Mu, dan berkata, “Ia
telah melepaskan aku, dan ini akan menjadi nyanyianku.” Apa
yang membuatnya bersukacita yaitu kelepasan yang sepenuh-
nya. Ia telah melepaskan aku dari segala kesesakan. Kelepasan
itu memuaskan hatinya. Mataku memandangi musuhku, tidak me-
lihat mereka dibunuh dan dihancurkan, namun melihat mereka
dipaksa mundur, sesudah mendengar kabar yang disampaikan ke-
pada Saul bahwa orang-orang Filistin telah menyerbu negerinya
(1Sam. 23:27-28). Yang diinginkan Daud hanyalah keamanannya
sendiri. saat ia melihat Saul menarik mundur pasukannya, ke-
inginannya pun terpenuhi. Ia melepaskan aku dari segala kese-
sakan. Entah,
1. Dengan pemikiran ini Daud menghibur dirinya sendiri saat
ia sedang dalam kesusahan: “Ia melepaskan aku dari segala
kesesakan sampai saat ini, dan berkali-kali aku mendapatkan
apa yang kuinginkan, dan memandangi musuh-musuhku de-
ngan puas. Oleh sebab itu, Ia akan melepaskan aku dari kese-
sakan ini juga.” Demikianlah, saat ada dalam kesesakan yang
terhebat sekalipun, kita harus membesarkan hati kita dengan
pengalaman-pengalaman yang sudah kita alami pada waktu
dulu. Atau,
2. Dengan memperkatakan kelepasannya itu, ia semakin mene-
kankan terlaksananya kelepasannya pada saat ini saat keta-
kutannya sirna. Sebab, ini menjadi pertanda bahwa kelepasan
Kitab Mazmur 54:6-9
785
baginya akan terlaksana lagi. Ia berbicara tentang kelepasan-
nya itu sebagai sesuatu yang sudah terlaksana, meskipun
pada saat ini ia tengah menghadapi banyak kesesakan. Ia
berbuat demikian sebab ia memegang janji Tuhan bagi kele-
pasannya itu, sehingga ia merasa pasti sepenuhnya seolah-
olah kelepasan itu sudah terlaksana. “Dia yang sudah mulai
melepaskan aku dari segala kesesakan, pada akhirnya akan
membuatku melihat keinginanku atas musuh-musuhku ter-
jadi.” Ini mungkin saja merujuk pada Kristus, yang diperlam-
bangkan oleh Daud. Tuhan akan melepaskan Dia dari segala
kesesakan saat Dia berada dalam keadaan-Nya yang hina,
dan Dia benar-benar yakin akan kelepasan-Nya itu. Dan se-
gala sesuatu dikatakan diletakkan di bawah kaki-Nya, sebab,
walaupun sekarang kita belum melihat segala sesuatu diletak-
kan di bawah Dia, namun kita yakin bahwa Dia akan bertakh-
ta sampai musuh-musuh-Nya dijadikan tumpuan kaki-Nya,
dan mata-Nya akan memandangi mereka dengan puas. Na-
mun, walaupun demikian, apa yang dilakukan Daud itu meru-
pakan dorongan bagi semua orang percaya untuk memanfaat-
kan dengan baik semua kelepasan yang telah mereka alami
sendiri, seperti yang dilakukan Rasul Paulus dan seperti hal-
nya Daud di sini. Dia yang telah melepaskan aku dari mulut
singa akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dan
Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam
Kerajaan-Nya di sorga (2Tim. 4:17-18).
PASAL 55
anyak ahli Alkitab menduga bahwa Daud menuliskan mazmur ini
pada waktu pemberontakan Absalom, dan bahwa musuh tertentu
yang dibicarakannya di sini, yang mengkhianatinya, yaitu Ahitofel.
Dan oleh sebab itu, sebagian orang akan memandang permasalahan-
permasalahan Daud di sini sebagai pelambang dari penderitaan-
penderitaan Kristus, dan pengkhianatan Ahitofel sebagai pelambang
dari pengkhianatan Yudas, sebab keduanya mati dengan menggan-
tung diri. Namun demikian, tidak ada satu hal pun di dalamnya yang
secara khusus dapat diterapkan kepada Kristus dalam Perjanjian
Baru. Daud sedang dalam kesusahan besar saat ia menggoreskan
mazmur ini.
I. Ia berdoa memohon Tuhan menyatakan kebaikan-Nya kepada
dia. Ia berseru kepada Tuhan mengenai dukacita dan ketakut-
annya (ay. 2-9).
II. Ia berdoa meminta Tuhan menyatakan murka-Nya terhadap
musuh-musuhnya. Ia berseru kepada Tuhan mengenai kefa-
sikan dan pengkhianatan mereka yang amat sangat (ay. 10-
16, dan lagi ay. 21-22).
III. Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tuhan , pada waktunya,
akan bangkit baginya melawan musuh-musuhnya. Ia meng-
hibur dirinya dengan pengharapan-pengharapan akan hal ini
dan mendorong orang lain untuk percaya kepada Tuhan (ay.
17-20, dan lagi ay. 23-24).
Semoga kita dapat menerapkan mazmur ini dengan menyanyikan-
nya bila ada kejadian seperti ini menimpa kita. Namun jika tidak ada,
kita dapat turut berbagi dengan orang-orang yang mempunyai per-
masalahan yang hampir serupa dengan apa yang ada di sini, dengan
B
788
menyadari bahwa, pada akhirnya, akan ada kegeraman dan murka
bagi orang-orang yang menganiaya, dan akan ada keselamatan serta
sukacita bagi orang-orang yang dianiaya.
Permohonan-permohonan Daud di dalam Kesusahan
(55:1-9)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran
Daud. 2 Berilah telinga, ya Tuhan , kepada doaku, janganlah bersembunyi ter-
hadap permohonanku! 3 Perhatikanlah aku dan jawablah aku! Aku mengem-
bara dan menangis sebab cemas, 4 sebab teriakan musuh, sebab aniaya
orang fasik; sebab mereka menimpakan kemalangan kepadaku, dan dengan
geramnya mereka memusuhi aku. 5 Hatiku gelisah, kengerian maut telah
menimpa aku. 6 Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi
aku. 7 Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang
dan mencari tempat yang tenang, 8 bahkan aku akan lari jauh-jauh dan ber-
malam di padang gurun. S e l a 9 Aku akan segera mencari tempat perlin-
dungan terhadap angin ribut dan badai.”
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati,
I. Daud yang berdoa. Doa yaitu obat bagi setiap luka, dan kelega-
an bagi roh yang sedang memikul setiap beban: Berilah telinga, ya
Tuhan , kepada doaku! (ay. 2-3). Ia tidak menyampaikan perminta-
an-permintaan yang telah dipersembahkannya kepada Tuhan di
dalam kesusahannya, namun memohon agar Tuhan mendengarkan
doa-doa yang, pada setiap waktu, dipanjatkan oleh hatinya ke-
pada Tuhan , dan agar Tuhan memberi jawaban damai kepada-
nya, “Perhatikanlah aku dan jawablah aku!” Saul tidak mau men-
dengarkan permintaan-permintaannya. Musuh-musuhnya yang
lain tidak peduli terhadap seruan-seruannya, namun , “Tuhan, su-
dilah Engkau mendengarkan aku. Janganlah bersembunyi terha-
dap permohonanku, seperti orang yang tak acuh dan tidak peduli,
atau tidak mengindahkannya, atau juga seperti orang tidak se-
nang dan marah kepadaku, sehingga tidak berkenan kepada doa-
ku.” Jika kita, di dalam doa-doa kita, dengan jujur membuka diri,
membuka permasalahan, dan hati kita kepada Tuhan , maka kita
mempunyai alasan untuk berharap agar Dia tidak menyembunyi-
kan diri-Nya, kebaikan-kebaikan-Nya, dan penghiburan-penghi-
buran-Nya dari kita.
Kitab Mazmur 55:1-9
789
II. Daud yang menangis. Sebab, dalam hal ini dia merupakan pelam-
bang Kristus, bahwa ia yaitu seorang yang penuh dengan ke-
sengsaraan dan sering kali meneteskan air mata (ay. 3): “Aku
menangis sebab cemas” (atau di dalam permenunganku, di dalam
pikiran-pikiranku yang sedih), “dan aku membuat suara-suara
gaduh (KJV). Aku tidak dapat menahan lagi keluh kesah dan
rintihan, dan ungkapan-ungkapan kesedihan lainnya, sehingga
aku mengungkapkannya kepada orang-orang di sekelilingku.” Ke-
sedihan yang teramat sangat kadang-kadang menimbulkan suara
yang ribut dan gaduh, dan dengan cara demikian, kesedihan itu
sedikit banyak menjadi lebih ringan, sementara jika ditekan-tekan
dan tidak dikeluarkan, maka kesedihan itu akan semakin bertam-
bah-tambah. namun , apakah gerangan yang menjadi permasalah-
annya? (ay. 4). Ini sebab teriakan musuh, ancaman-ancaman dan
penghinaan-penghinaan dari pihak Absalom, yang memanas-
manasi, menakut-nakuti, dan menghasut rakyat banyak untuk
berteriak-teriak melawan Daud dan mengusirnya dari istananya
dan dari ibu kota. Ini sama seperti imam-imam kepala yang
menghasut orang banyak untuk berteriak-teriak melawan Anak
Daud, “Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” Namun, bukan hanya teriak-
an musuh yang membuat Daud meneteskan air mata, melainkan
juga penindasan mereka, dan kesusahan yang diakibatkan mere-
ka: Mereka menimpakan kemalangan kepadaku (KJV: Mereka me-
nimpakan kejahatan kepadaku – pen.). Mereka tidak bisa mendak-
wa Daud dengan adil atas tindakan penyelewengan di dalam
pemerintahannya, juga mereka tidak bisa membuktikan bahwa
dia melakukan suatu tindak penindasan ataupun ketidakadilan.
Oleh sebab itu mereka melancarkan berbagai macam fitnah ke-
padanya. Walaupun mereka tidak mendapati kejahatan apa pun
di dalam dirinya yang berkenaan dengan kedudukannya sebagai
seorang raja, tetap saja mereka menimpakan segala macam keja-
hatan kepadanya, dan menggambarkannya kepada orang banyak
sebagai penguasa lalim yang pantas diusir. Ketidakbersalahan itu
sendiri tidak menjamin orang dapat melindungi diri melawan
lidah-lidah kejam dan berdusta. Mereka sendiri yang membenci-
nya, bahkan, mereka membencinya di dalam murka mereka. Di
dalam permusuhan mereka ada amarah yang meluap-luap
dan penuh kekerasan, atau emosi hebat yang meletup, serta ke-
bencian dan kekejian yang kejam yang sudah berurat akar. Dan
790
oleh sebab itu, mereka berusaha membuatnya menjijikkan, su-
paya orang lain juga membencinya. Hal ini membuatnya berduka,
dan semakin menjadi-jadi bila ia ingat saat-saat saat ia menjadi
kesayangan orang banyak, dan saat mereka menambahkan
pada namanya, “Daud – yang terkasih.”
III. Daud yang gemetar dan teramat gelisah. Sangat beralasan untuk
menganggapnya demikian pada saat persekongkolan Absalom
meletus dan rakyat secara umum membelot, bahkan di antara
orang-orang yang mempunyai sedikit alasan untuk dicurigainya.
1. Lihatlah ketakutan apa yang mencekamnya. Daud yaitu
orang yang sangat berani, dan dia telah menunjukkan kebe-
raniannya itu dalam beberapa contoh yang sudah sangat
terkenal, namun saat bahaya datang secara mengejutkan
dan sudah mendekat, hatinya menjadi kecut. Oleh sebab itu,
janganlah orang yang berani bermegah di dalam keberanian-
nya, seperti halnya orang kuat bermegah di dalam kekuatan-
nya. Sekarang, hati Daud gelisah; kengerian maut telah menim-
panya (ay. 5). Ketakutan merasuk pikirannya dan tubuhnya
gemetar. Kengerian meliputinya dan membuatnya kewalahan
(ay. 6). jika di luar ada pertempuran, maka tidak heran bila
di dalam ada ketakutan. Dan, jika itu terjadi pada waktu pem-
berontakan Absalom, maka kita bisa mengira bahwa ingatan
akan dosanya yang berkenaan dengan Uria itu, yang pada saat
itu sedang diperhitungkan Tuhan dengannya, semakin mem-
buatnya bertambah takut. Kadang-kadang iman Daud mem-
buatnya sedemikian tidak kenal takut, sampai dengan berani
dia dapat berkata, saat dikepung oleh musuh-musuhnya,
“Aku tidak takut apa yang dapat dilakukan manusia terhadap
aku.” namun di lain waktu ketakutannya merajalela dan ber-
kuasa atas dia. Begitulah, orang-orang terbaik tidak selalu
sama kuatnya di dalam iman.
2. Lihatlah betapa inginnya dia, di dalam ketakutan ini, untuk
melarikan diri ke padang gurun, ke mana saja asal bisa men-
jauh dari teriakan musuh dan melihat penindasan-penindasan
mereka. Ia mengucapkan keinginannya itu (ay. 7), berkata
kepada Tuhan di dalam doa, berkata kepada dirinya sendiri di
dalam permenungan, dan berkata kepada teman-temannya di
dalam keluhan, “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati.”
Kitab Mazmur 55:1-9
791
Meskipun dari waktu ke waktu ia sudah begitu jatuh hati ke-
pada Yerusalem, namun sebab sekarang kota itu telah mem-
berontak, ia rindu untuk menjauh darinya, dan, seperti se-
orang nabi, berharap ia berada di padang gurun, di tempat
penginapan bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
supaya ia dapat meninggalkan bangsanya dan menyingkir dari
pada mereka! Sebab mereka sekalian yaitu orang-orang ber-
zinah, suatu kumpulan orang-orang yang tidak setia (Yer. 9:2).
Ayat ini sangat sepadan dengan tekad Daud pada saat perse-
kongkolan Absalom meletus, Bersiaplah, marilah kita melari-
kan diri, dan pergilah dengan segera (2Sam. 15:14).
Perhatikanlah:
(1) Bagaimana caranya dia akan menghindar. Ia begitu terke-
pung oleh musuh-musuh sehingga tidak melihat jalan un-
tuk menghindar kecuali dengan diberi sayap. Oleh sebab
itu ia berangan-angan, Sekiranya aku diberi sayap!, namun
bukan seperti elang yang terbang cepat. Ia berangan-angan
diberi sayap bukan untuk terbang mencari mangsa melain-
kan untuk terbang dari burung-burung pemangsa, sebab
seperti itulah musuh-musuhnya. Sayap merpati paling se-
suai untuk dirinya yang berjiwa bagaikan merpati itu, dan
sebab itu sayap rajawali tidak akan cocok untuknya. Bu-
rung merpati terbang di tempat yang rendah, dan mencari
tempat berlindung segera sesudah ia dapat melakukannya,
dan seperti itulah Daud ingin terbang.
(2) Dari apa dia ingin menghindar – dari angin, topan, dan ba-
dai, dari kegemparan dan gejolak yang sedang meliputi
kota itu sekarang, dan dari bahaya yang sedang mengintai-
nya. Dalam hal ini ia seperti burung merpati, yang tidak
tahan dengan keributan.
(3) Apa yang ditujunya dengan menghindar seperti ini, bukan
kemenangan melainkan ketenangan: “Aku akan terbang
dan mencari tempat yang tenang (ay. 7). Aku akan terbang
ke mana saja, sekalipun ke padang gurun yang tandus dan
menakutkan, yang begitu jauhnya, supaya aku bisa te-
nang” (ay. 8). Perhatikanlah, damai dan ketenangan di da-
lam keheningan serta kesendirian yaitu apa yang paling
diinginkan oleh orang-orang yang paling bijak dan baik,
792
dan mereka semakin menginginkannya saat mereka su-
dah kesal dan lelah dengan segala keributan serta kega-
duhan orang-orang di sekitar mereka. Jiwa-jiwa yang pe-
nuh rahmat ingin mengundurkan diri dari hiruk-pikuk du-
nia ini, supaya mereka dapat dengan manis menikmati
Tuhan dan diri mereka sendiri. Dan, sekiranya ada damai
sejati di sorga di belahan ini, maka itu yaitu damai yang
dapat mereka nikmati saat mengundurkan diri itu. Seperti
itulah kematian menjadi sesuatu yang didamba-dambakan
oleh seorang anak Tuhan , yaitu melepaskan diri dari segala
topan dan badai dunia ini dan beralih ke tempat peristira-
hatan yang sempurna dan kekal.
Kutukan Dinubuatkan
(55:10-16)
10 Bingungkanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya Tuhan, sebab
aku melihat kekerasan dan perbantahan dalam kota! 11 Siang malam mereka
mengelilingi kota itu di atas tembok-temboknya, dan di dalamnya ada kema-
langan dan bencana; 12 penghancuran ada di tengah-tengahnya, di tanah
lapangnya tidak habis-habisnya ada penindasan dan tipu. 13 Kalau musuhku
yang mencela aku, aku masih dapat menanggungnya; kalau pembenciku
yang membesarkan diri terhadap aku, aku masih dapat menyembunyikan
diri terhadap dia. 14 namun engkau orang yang dekat dengan aku, temanku
dan orang kepercayaanku: 15 kami yang bersama-sama bergaul dengan baik,
dan masuk rumah Tuhan di tengah-tengah keramaian. 16 Biarlah maut me-
nyergap mereka, biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang
mati! Sebab kejahatan ada di kediaman mereka, ya dalam batin mereka.
Daud di sini mengeluhkan musuh-musuhnya, sebab dengan perse-
kongkolan mereka yang jahat mereka telah membuatnya kehabisan
akal, meskipun tidak sampai kehabisan iman, sehingga ia harus ber-
doa melawan mereka melalui roh nubuat.
Perhatikanlah di sini:
I. Sifat yang digambarkannya mengenai musuh-musuh yang dita-
kutinya. Mereka yaitu orang-orang yang paling buruk, dan gam-
barannya tentang mereka sangat sesuai dengan sifat Absalom dan
kaki tangannya.
1. Ia mengeluhkan kota Yerusalem, yang secara aneh jatuh ber-
sama-sama dengan Absalom dan terlepas dari tangan Daud,
sehingga ia tidak mempunyai siapa-siapa di sana kecuali para
Kitab Mazmur 55:10-16
793
pengawal dan hambanya sendiri yang dapat dia percayai:
“Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah men-
jadi sundal!” Daud tidak mengambil gambaran mengenai Yeru-
salem itu dari orang lain. Dengan matanya sendiri, dan dengan
hati yang sedih, ia tidak melihat apa-apa selain kekerasan dan
perbantahan dalam kota (ay. 10). Sebab, saat mereka ber-
ubah menjadi semakin memberontak dan tidak setia kepada
Daud, mereka menjadi semakin jahat satu terhadap yang lain.
jika ia berjalan-jalan berkeliling di atas tembok-tembok
kota itu, ia melihat kekerasan dan perbantahan mengelilingi
kota itu siang malam, dan membumbung mengatasi para
pengawalnya (ay. 11). Segala keahlian dan cara yang diguna-
kan para pemberontak untuk membentengi kota itu terdiri dari
kekerasan dan perbantahan, dan tidak tertinggal sedikit pun
kejujuran atau kasih di antara mereka. jika ia melihat ke
jantung kota itu, maka kebencian dan penindasan, saling me-
nyalahkan dan saling amuk, ada di tengah-tengahnya: Peng-
hancuran (KJV: kefasikan – pen.), segala macam kefasikan, ada
di tengah-tengahnya. Jusque datum sceleri – Kefasikan pada
waktu itu disahkan. Di tanah lapangnya tidak habis-habisnya
muncul penindasan dan tipu daya, dan segala macam peng-
khianatan (ay. 12). Mungkin yang dimaksudkan di sini yaitu
perlakuan mereka yang rendah dan biadab terhadap teman-
teman Daud, dan terhadap orang-orang lain yang mereka tahu
tetap teguh dan setia kepadanya. Mereka melakukan segala
kejahatan yang dapat mereka lakukan terhadap orang-orang
ini, melalui penipuan atau kekerasan. Apakah ini benar-benar
sifat Yerusalem, kota raja, dan, terlebih lagi, kota suci? Lagi
pula, hal ini bahkan terjadi pada masa Daud. Bagaimana
mungkin ini terjadi begitu cepatnya sesudah takhta penghakim-
an dan kesaksian Israel didirikan di sana? Inikah kota yang
disebut orang kota yang paling indah? (Rat. 2:15). Apakah
Yerusalem, markas besar imam-imam Tuhan , sebegitu kurang
ajarnya? Dapatkah Yerusalem tidak berterima kasih kepada
Daud sendiri, sang pendirinya yang terkenal, dan menjadi ter-
lalu panas baginya, sehingga ia tidak bisa tinggal di dalamnya?
Janganlah kita terkejut dengan segala kerusakan dan keka-
cauan di dalam gereja di bumi ini, namun marilah kita rindu
untuk melihat Yerusalem Baru, di mana tidak ada kekerasan
794
atau perbantahan, kejahatan atau kesalahan, dan yang di
dalamnya tidak boleh masuk sesuatu yang najis ataupun yang
meresahkan.
2. Ia mengeluhkan salah seorang biang keladi dari persekongkol-
an itu, yang bekerja dengan sangat keras untuk membang-
kitkan kecemburuan orang banyak, untuk memberi gambar
buruk mengenai dia dan pemerintahannya, dan menghasut
seluruh kota melawan dia. Orang itulah yang menegurnya,
seolah-olah ia menyalahgunakan kekuasaannya atau lalai
menggunakannya, sebab inilah yang disarankan Absalom ke-
pada orang-orang di kota dengan penuh kebencian: Dari pihak
raja tidak ada seorang pun yang mau mendengarkan engkau
(2Sam. 15:3). Tuduhan itu dan tuduhan-tuduhan lain yang
serupa dengan gencar disebarkan kepada orang banyak. Dan
siapakah gerangan yang paling giat melaksanakannya? “Bu-
kan musuh bebuyutan, bukan Simei, bukan pula salah se-
orang dari mereka yang tidak bersumpah setia kepadanya. Se-
andainya demikian halnya, maka aku akan dapat menang-
gungnya, sebab aku tidak bisa mengharapkan sesuatu yang
lebih baik dari mereka” (dan kita mendapati bagaimana sabar-
nya dia menanggung segala kutukan Simei). “Bukan orang
yang mengaku membenci aku, sebab andaikata demikian, aku
akan berjaga-jaga untuk melawannya, aku akan menyem-
bunyikan diriku dan rencana-rencanaku darinya, sehingga dia
tidak akan memiliki kekuatan untuk mengkhianati aku. namun
engkau orang yang dekat dengan aku” (ay. 14). Dalam uraian
Alkitab bahasa Aram, Ahitofel disebutkan sebagai orang yang
dimaksudkan di sini, dan tidak ada satu hal pun di dalam
rancangannya yang tampak begitu mematahkan semangat
Daud kecuali saat ia mendengar bahwa Ahitofel ada di an-
tara orang-orang yang bersepakat dengan Absalom (2Sam.
15:31), sebab Ahitofel yaitu penasihat raja (1Taw. 27:33).
“Engkau orang yang dekat dengan aku, orang yang kuhargai
seperti diriku sendiri, teman seperti belahan jiwaku sendiri,
yang telah kurangkul dan kujadikan setara dengan diriku
sendiri, yang kepadanya aku telah menyampaikan segala raha-
siaku dan yang mengetahui pikiranku dengan baik, sebaik
diriku sendiri. Engkau menjadi pembimbingku, yang kumintai
nasihat dan yang olehnya aku dibimbing dalam segala per-
Kitab Mazmur 55:10-16
795
kara, yang telah kujadikan ketua dewan dan perdana menteri.
Engkau orang kepercayaanku yang dekat dan temanku yang
akrab. namun inilah orang yang sekarang sedang melecehkan
aku. Selama ini aku telah berbuat baik kepadanya, namun
kini aku mendapatinya begitu hina sampai tidak tahu ber-
terima kasih. Selama ini aku menaruh percaya kepadanya, na-
mun kini aku mendapatinya begitu rendah sampai berkhianat.
Malah, dia tidak akan bisa berbuat setengah dari kejahatan
yang tengah diperbuatnya terhadapku sekarang seandainya
aku tidak menunjukkan kepadanya penghormatan yang begitu
besar.” Semua ini pasti sangat mendukakan orang yang ber-
pikiran tulus, namun ini belumlah seberapa. Si pengkhianat
ini tampak seperti seorang yang suci, sebab kalau tidak, ia
tidak akan pernah menjadi teman dekat Daud (ay. 15): “Kami
bersama-sama bergaul, menghabiskan banyak waktu bersama-
sama, dengan amat sangat menyenangkan, dalam perbincang-
an mengenai agama.” Atau, sebagaimana Dr. Hammond mem-
bacanya, “Kami bergabung bersama dalam jemaat Tuhan . Aku
menggandengnya dengan tangan kananku dan bersama-sama
pergi untuk menjalankan ketetapan-ketetapan ibadah kudus,
dan kemudian masuk rumah Tuhan di tengah-tengah keramaian,
untuk mengikuti ibadah umum.”
Perhatikanlah:
(1) Selalu ada, dan akan selalu ada, percampuran antara yang
baik dan yang jahat, yang bagus dan yang buruk di dalam
gereja yang tampak ini, dan mungkin untuk beberapa
waktu lamanya kita tidak bisa membedakan di antara me-
reka. Namun, Dia yang menyelidiki hati dapat membeda-
kannya. Daud, yang masuk ke rumah Tuhan di dalam ketu-
lusannya, ditemani oleh Ahitofel, yang masuk ke rumah
Tuhan di dalam kemunafikannya. Orang Farisi dan pemu-
ngut cukai pergi bersama-sama ke Bait Tuhan untuk berdoa.
Namun, cepat atau lambat, siapa yang sempurna dan siapa
yang tidak, akan terlihat.
(2) Kepentingan-kepentingan duniawi yang dipakai sebagai pe-
gangan bisa saja membuat orang bertahan lama dan terus
mengaku-ngaku sebagai orang beragama selama pengaku-
an itu disukai banyak orang dan dapat membawa hasil.
796
Dalam pandangan Daud yang saleh, tidak ada orang lain
yang lebih taat dibandingkan Ahitofel, namun demikian, hatinya
tidak benar dalam pandangan Tuhan .
(3) Kita tidak usah heran jika kita ditipu oleh sebagian orang
yang dengan sungguh-sungguh mengaku-ngaku hidup da-
lam dua hal yang luhur itu, yakni agama dan persahabat-
an. Ini memang sangat disayangkan. Daud sendiri, meski-
pun seorang yang sangat bijak, telah diperdayai seperti itu.
sebab itu, seharusnya kita pun bisa menghadapi kekece-
waan-kekecewaan seperti yang dialaminya.
II. Doa-doa Daud melawan mereka. Doa-doanya itu seharusnya men-
jadi seperti nubuatan yang membuat hati kita terpana dan ter-
hibur. namun janganlah kita menirunya dalam doa-doa kita untuk
melawan musuh-musuh kita. Ia berdoa,
1. Agar Tuhan menyerakkan mereka, seperti yang telah diperbuat-
Nya terhadap para pembangun menara Babel (ay. 10): “Bingung-
kanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya Tuhan.
Artinya, hancurkanlah rancangan-rancangan mereka, dengan
membuat mereka berselisih satu sama lain, dan saling ber-
tengkar. Kirimkanlah roh jahat ke tengah-tengah mereka, su-
paya mereka tidak mengerti satu sama lain, dan menjadi
saling iri hati dan dengki.” Doa ini dijawab saat rancangan
Ahitofel berubah menjadi kebodohan, yaitu saat rancangan
Husai ditegakkan untuk melawan rancangannya. Tuhan sering
kali menghancurkan musuh-musuh gereja dengan memecah-
belah mereka. Memang, tidak ada cara yang lebih jitu untuk
menghancurkan suatu bangsa selain dengan menimbulkan
perpecahan di antara mereka. Sebuah kerajaan, suatu kepen-
tingan, yang terpecah-pecah tidak akan dapat bertahan lama.
2. Agar Tuhan menghancurkan mereka, seperti yang telah diper-
buat-Nya terhadap Datan dan Abiram beserta kawan-kawan
mereka, yang bersekongkol melawan Musa, dan sebab teng-
gorokan mereka dijadikan kubur terbuka, maka tanah menga-
ngakan mulutnya dan menelan mereka. Pada waktu itu, hal
ini merupakan suatu hal baru yang dilakukan oleh Tuhan (Bil.
16:30). namun Daud berdoa agar peristiwa itu, atau peristiwa
lain yang sepadan, diulang kembali pada saat ini (ay. 16):
“Biarlah maut menyergap mereka atas perintah ilahi, dan
Kitab Mazmur 55:17-24
797
biarlah mereka turun hidup-hidup ke dalam dunia orang mati!
Biarlah mereka mati, dan dikubur, dan dengan demikian di-
musnahkan sama sekali dalam sekejap. Sebab, kejahatan ada
di mana pun mereka berada. Kejahatan selalu ada di tengah-
tengah mereka.” Jiwa orang-orang berdosa yang tidak bertobat
meluncur turun dengan cepat, dalam keadaan hidup-hidup, ke
dalam neraka, sebab mereka sadar betul akan kesengsaraan
mereka, dan oleh sebab itu mereka akan tetap hidup, supaya
mereka bisa terus merasakan kesengsaraan. Doa ini merupa-
kan nubuatan mengenai kehancuran telak, akhir, dan kekal
dari orang-orang yang, entah secara sembunyi-sembunyi atau
terang-terangan, menentang dan memberontak melawan Me-
sias yang diutus Tuhan.
Keyakinan kepada Tuhan
(55:17-24)
17 namun aku berseru kepada Tuhan , dan TUHAN akan menyelamatkan aku. 18
Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia men-
dengar suaraku. 19 Ia membebaskan aku dengan aman dari serangan terha-
dap aku, sebab berduyun-duyun mereka melawan aku. 20 Tuhan akan mende-
ngar dan merendahkan mereka, – Dia yang bersemayam sejak purbakala.
S e l a sebab mereka tidak berubah dan mereka tidak takut akan Tuhan . 21
Orang itu mengacungkan tangannya kepada mereka yang hidup damai de-
ngan dia, janjinya dilanggarnya; 22 mulutnya lebih licin dari mentega, namun
ia berniat menyerang; perkataannya lebih lembut dari minyak, namun semua-
nya yaitu pedang terhunus. 23 Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka
Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya
orang benar itu goyah. 24 namun Engkau, ya Tuhan , akan menjerumuskan me-
reka ke lubang sumur yang dalam; orang penumpah darah dan penipu tidak
akan mencapai setengah umurnya. namun aku ini percaya kepada-Mu.
Dalam ayat-ayat ini,
I. Daud bertekun di dalam tekadnya untuk berseru kepada Tuhan ,
sebab yakin benar bahwa pencariannya akan Dia tidak akan sia-
sia (ay. 17): “namun aku, biar saja orang lain mengambil jalan yang
mereka sukai untuk mengamankan diri, biar saja kekerasan dan
perbantahan menjadi pelindung mereka, namun doa akan menjadi
milikku. Aku telah mendapatkan penghiburan dalam hal yang
satu ini, dan oleh sebab itu aku akan tetap tinggal di dalamnya:
Aku akan berseru kepada Tuhan , dan menyerahkan diriku kepada-
Nya, dan TUHAN akan menyelamatkan aku.” Sebab barangsiapa
798
yang berseru kepada nama Tuhan, dengan cara yang benar, akan
diselamatkan (Rm. 10:13). Ia bertekad untuk bersemangat dan
giat dalam menjalankan kewajiban ini.
1. Ia akan berdoa dengan sungguh-sungguh: “Aku cemas dan me-
nangis (KJV: Aku akan berdoa dan berseru dengan suara nya-
ring – pen.). Aku akan merenung” (demikianlah arti harfiah dari
kata ‘berdoa’ di sini). “Aku akan berbicara dengan hatiku, dan
doa akan timbul dari sana.” Kita berdoa dengan benar jika
kita berdoa dengan segenap apa yang ada dalam batin kita,
dengan terlebih dahulu berpikir dan kemudian mendoakan
apa yang kita pikirkan. Sebab hakikat doa yang sebenarnya
yaitu mengangkat hati kepada Tuhan . sesudah merenung, dia
akan berseru, berseru dengan suara nyaring. Gairah rohnya
diungkapkan di dalam doa, dan gairah itu lebih meningkat lagi
oleh kelantangan dan kesungguhan suaranya.
2. Dia akan sering berdoa, setiap hari, dan tiga kali sehari – ma-
lam, pagi dan tengah hari. Ada kemungkinan bahwa ini sudah
menjadi kebiasaannya, dan ia bertekad untuk tetap menerus-
kannya mengingat sekarang ia sedang dalam kesusahan. Kita
tidak akan dapat datang dengan lebih berani ke hadapan