PASAL 51 735
I. Permohonan Tobat (51:1-8) 736
II. Permohonan Tobat (51:9-15) 746
III. Permohonan Tobat (51:16-21) 753
PASAL 52 761
I. Kejahatan Doëg (52:1-7) 762
II. Kehancuran Doëg Dinubuatkan (52:8-11) 766
PASAL 53 773
I. Kebobrokan Manusia (53:1-7) 774
PASAL 54 779
I. Keluhan-keluhan (54:1-5) 780
II. Penghiburan-penghiburan (54:6-9) 782
PASAL 55 787
I. Permohonan-permohonan Daud di dalam Kesusahan
(55:1-9) 788
II. Kutukan Dinubuatkan (55:10-16) 792
III. Keyakinan kepada Tuhan (55:17-24) 797
PASAL 56 805
I. Doa Meminta Tolong saat Mengalami
Penindasan; Keyakinan kepada Tuhan (56:1-8) 805
II. Penghiburan di dalam Penderitaan; Keyakinan
kepada Tuhan (56:9-14) 811
PASAL 57 817
I. Doa dalam Penderitaan (57:1-7) 817
I. Doa Diubahkan Menjadi Pujian (57:8-12) 823
PASAL 58 827
I. Teguran bagi Hakim-hakim yang Fasik
(58:1-6) 828
II. Kutukan-kutukan Nubuatan (58:7-12) 832
PASAL 59 839
I. Doa Meminta Kelepasan (59:1-8) 840
II. Keyakinan kepada Tuhan (59:9-18) 845
PASAL 60 853
I. Keluhan dan Permohonan Daud (60:1-7) 854
II. Bersukacita di dalam Pengharapan (60:8-14) 859
PASAL 61 865
I. Berseru kepada Tuhan dalam Kesusahan (61:1-5) 866
II. Kasih Setia Tuhan Diingat-ingat Kembali (61:6-9) 869
PASAL 62 873
I. Menantikan Tuhan ; Yakin akan Tuhan (62:1-8) 873
II. Nasihat untuk Percaya kepada Tuhan (62:9-13) 879
PASAL 63 885
I. Perasaan-perasaan Saleh (63:1-3) 886
II. Puji-pujian yang Gembira (63:4-7) 890
III. Keyakinan kepada Tuhan ; Daud Bermegah dalam
Pengharapan (63:8-12) 895
PASAL 64 901
I. Kebencian Musuh-musuh Daud (64:1-7) 901
II. Penghakiman Tuhan atas Orang-orang yang
Mengejar-ngejar Daud (64:8-11) 905
PASAL 65 909
I. Puji-pujian Sion; Alasan-alasan untuk Beribadah
(65:1-6) 909
II. Kekuatan Tuhan yang Mahakuasa; Pertanda-pertanda
Kuasa dan Kebaikan Ilahi (65:7-14) 915
PASAL 66 923
I. Seluruh Umat Manusia Diimbau untuk Memuji Tuhan
(66:1-7) 923
II. Orang-orang Kudus Diajak untuk Memuji Tuhan
(66:8-12) 928
III. Daud Bertekad untuk Memuji Tuhan ; Daud Menyatakan
Apa yang Telah Diperbuat Tuhan bagi Jiwanya
(66:13-20) 931
PASAL 67 939
I. Doa bagi Kemakmuran dan Perluasan Jemaat;
Pertobatan Bangsa-bangsa Bukan-Yahudi (67:1-8) 939
PASAL 68 947
I. Doa untuk Menyerakkan Musuh-musuh Tuhan (68:1-7) 948
II. Puji-pujian Syukur kepada Tuhan ; Kasih Setia Tuhan
Dikenang Kembali (68:8-15) 952
III. Kemuliaan Sion; Raja Sion (68:16-22) 957
IV. Penebusan Umat Tuhan ; Kewajiban-kewajiban yang
Diharuskan sesudah Anugerah Dinyatakan (68:23-32) 964
V. Pujian bagi Tuhan atas Pemerintahan-Nya
yang Berdaulat (68:33-36) 972
PASAL 69 975
I. Keluhan dan Permohonan (69:1-13) 976
II. Keluhan dan Permohonan (69:14-22) 984
III. Memohon kepada Tuhan ; Kutukan-kutukan
yang mengandung Nubuatan (69:23-30) 989
IV. Penghiburan bagi yang Teraniaya; Nyanyian Syukur
dan Puji-pujian (69:31-37) 995
PASAL 70 999
I. Permohonan Mendesak (70:1-6) 999
PASAL 71 1005
I. Mengungkapkan Keyakinannya kepada Tuhan ;
Doa-doa yang Penuh dengan Iman (71:1-13) 1006
II. Puji-pujian Penuh Sukacita; Bergirang di dalam
Pengharapan (71:14-24) 1012
PASAL 72 1023
I. Doa bagi Salomo (72:1) 1024
II. Kerajaan Mesias (72:2-17) 1026
III. Pengucapan Syukur dan Doa (72:18-20) 1035
PASAL 73 1039
I. Kebaikan Tuhan kepada Umat-Nya;
Kemujuran yang Tidak Dikuduskan (73:1-14) 1040
II. Kesudahan Orang Fasik (73:15-20) 1049
III. Keyakinan yang Saleh (73:21-28) 1055
PASAL 74 1065
I. Keluh Kesah Sedih (74:1-11) 1066
II. Pengakuan atas Kuasa Ilahi (74:12-17) 1072
III. Permintaan kepada Tuhan yang Dipanjatkan
dengan Sepenuh Hati (74:18-23) 1076
PASAL 75 1081
I. Tekad Sang Pengadil (75:1-6) 1082
II. Pemerintahan Tuhan di Dunia Ini (75:7-11) 1086
PASAL 76 1091
I. Kemenangan di dalam Tuhan (76:1-7) 1092
II. Pertahanan dan Kemuliaan Israel (76:8-13) 1095
PASAL 77 1101
I. Kesedihan yang Melanda; Permohonan-permohonan
yang Penuh Kesedihan (77:1-11) 1102
II. Pengakuan-pengakuan akan Kebesaran Ilahi,
akan Keajaiban-keajaiban yang Diperbuat
Tuhan bagi Israel (77:12-21) 1108
PASAL 78 1113
I. Pentingnya Pengajaran Agama (78:1-8) 1115
II. Keajaiban-keajaiban yang Diperbuat demi Israel;
Kejahatan Orang-orang Israel;
Penghakiman-penghakiman yang Ditimpakan
kepada Orang-orang Israel (78:9-39) 1120
III. Penghakiman dan Belas Kasihan; Keajaiban-keajaiban
yang Diperbuat bagi Israel; Kasih Setia yang
Diperbaharui bagi Israel (78:40-72) 1134
PASAL 79 1149
I. Keluhan-keluhan yang Penuh Dukacita (79:1-5) 1150
II. Permohonan Meminta Pertolongan dan Kelegaan;
Permohonan untuk Dibebaskan (79:6-13) 1153
PASAL 80 1161
I. Keluhan-keluhan yang Penuh Dukacita (80:1-8) 1162
II. Pohon Anggur yang Ditinggalkan (80:9-20) 1166
PASAL 81 1173
I. Ajakan untuk Memuji (81:1-8) 1174
II. Peringatan kepada Israel (81:9-17) 1178
PASAL 82 1187
I. Tugas Para Hakim (82:1-5) 1188
II. Kewajiban Para Hakim (82:6-8) 1192
PASAL 83 1197
I. Keluhan Perihal Musuh (83:1-9) 1198
II. Kutuk-kutuk yang Dinubuatkan (83:10-19) 1203
PASAL 84 1209
I. Kenikmatan dan Keuntungan Penyembahan Umum
(84:1-8) 1210
II. Kegemaran akan Ketetapan-ketetapan Tuhan (84:9-13) 1217
PASAL 85 1223
I. Doa dalam Masa Kesukaran (85:1-8) 1224
II. Jawaban Ilahi bagi Doa; Berkat yang
Diberikan sebagai Jawaban atas Doa (85: 9-14) 1228
PASAL 86 1235
I. Permohonan-permohonan yang
Dipenuhi Kerendahan Hati (86:1-7) 1235
II. Permohonan dan Puji-pujian;
Doa Meminta Belas Kasihan dan Anugerah (86:8-17) 1240
PASAL 87 1249
I. Kemuliaan Sion (87:1-3) 1250
II. Kemuliaan Sion (87:4-7) 1252
PASAL 88 1257
I. Keluhan-keluhan yang Penuh Dukacita;
Mengeluh kepada Tuhan (88:1-10) 1258
II. Berseru kepada Tuhan (88:11-19) 1262
PASAL 89 1269
I. Kasih Setia dan Kesetiaan Ilahi (89:1-5) 1270
II. Kuasa dan Keadilan Ilahi;
Kemuliaan Tuhan Dirayakan (89:6-15) 1273
III. Kebahagiaan Israel Dinyatakan (89:16-19) 1279
IV. Kovenan Tuhan dengan Daud (89:20-38) 1282
V. Keluhan-keluhan dan Pertanyaan-pertanyaan;
Pertanyaan Daud kepada Tuhan (89:39-53) 1292
PASAL 90 1303
I. Perhatian Tuhan terhadap Umat-Nya;
Kelemahan Hidup Manusia (90:1-6) 1304
II. Ketaatan Penuh Penyesalan (90:7-11) 1308
III. Doa Memohon Belas Kasihan (90:12-17) 1314
PASAL 91 1319
I. Jaminan bagi Orang Percaya (91:1-8) 1320
II. Jaminan bagi Orang Percaya (91:9-16) 1325
PASAL 92 1333
I. Anjuran untuk Memuji Tuhan (92:1-7) 1334
II. Kemenangan dan Kebahagiaan Orang Benar (92:8-16) 1338
PASAL 93 1345
I. Kemuliaan dan Kemegahan Tuhan (93:1-5) 1346
PASAL 94 1351
I. Seruan kepada Tuhan Melawan Para Penganiaya;
Kebodohan Orang-orang yang Tidak Percaya
kepada Tuhan dan Para Penindas (94:1-11) 1352
II. Penghiburan bagi Orang-orang Kudus yang Menderita;
Tuhan Tempat Perlindungan bagi Umat-Nya (94:12-23) 1360
PASAL 95 1369
I. Ajakan untuk Memuji Tuhan ;
Alasan-alasan untuk Memuji (95:1-7a) 1370
II. Peringatan terhadap Kekerasan Hati (95:7b-11) 1374
PASAL 96 1381
I. Sebuah Ajakan untuk Memuji dan Menghormati Tuhan ;
Sebuah Panggilan untuk Memuliakan Tuhan (96:1-9) 1382
II. Kerajaan Kristus (96:10-13) 1387
PASAL 97 1393
I. Keadilan dan Kemuliaan Pemerintahan Ilahi;
Penegakan Kerajaan Kristus (97:1-7) 1393
II. Sion Bersorak-sorak di dalam
Pemerintahan Kristus (97:8-12) 1399
PASAL 98 1405
I. Ajakan untuk Menaikkan Puji-pujian (98:1-3) 1405
II. Ajakan untuk Menaikkan Puji-pujian (98:4-9) 1408
PASAL 99 1413
I. Kekuasaan Tuhan (99:1-5) 1414
II. Keadilan dan Belas Kasihan Ilahi (99:6-9) 1418
PASAL 100 1421
I. Ajakan-ajakan yang Disampaikan dengan
Gigih untuk Memuji Tuhan ; Alasan-alasan
untuk Memuji Tuhan (100:1-5) 1422
artikel yang sedang Anda pegang ini yaitu salah satu bagian dari
Tafsiran Alkitab dari Matthew Henry yang secara lengkap men-
cakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Untuk edisi bahasa
Indonesianya, tafsiran ini diterbitkan dalam bentuk kitab per
kitab. Kitab Mazmur merupakan kitab kelima yang diterbitkan dalam
bahasa Indonesia. sebab cukup tebal maka penerbitan Kitab Maz-
mur ini dibagi menjadi tiga jilid: Mazmur 1-50, Mazmur 51-100, dan
Mazmur 101-150.
Matthew Henry (1662-1714) yaitu seorang Inggris yang mulai
menulis Tafsiran Alkitab yang terkenal ini pada usia 21 tahun. Karya-
nya ini dianggap sebagai tafsiran Alkitab yang sarat makna dan sa-
ngat terkenal di dunia.
Kekuatan terutama terletak pada nasi-
hat praktis dan saran pastoralnya. Tafsirannya mengandung banyak
mutiara kebenaran yang segar dan sangat tepat. Walaupun ada
cukup banyak kecaman di dalamnya, ia sendiri sebenarnya tidak per-
nah berniat menuliskan tafsiran yang demikian, seperti yang ber-
ulang kali ditekankannya sendiri. Beberapa pakar theologi seperti
Whitefield dan Spurgeon selalu menggunakan tafsirannya ini dan me-
rekomendasikannya kepada orang-orang untuk mereka baca. White-
field membaca seluruh tafsirannya sampai empat kali; kali terakhir
sambil berlutut. Spurgeon berkata, “Setiap hamba Tuhan harus
membaca seluruh tafsiran ini dengan saksama, paling sedikit satu
kali.”
Sejak kecil Matthew sudah terbiasa menulis renungan atau ke-
simpulan Firman Tuhan di atas kertas kecil. Namun, baru pada ta-
hun 1704 ia mulai sungguh-sungguh menulis dengan maksud me-
nerbitkan tafsiran ini . Terutama menjelang akhir hidupnya, ia
mengabdikan diri untuk menyusun tafsiran itu.
artikel pertama tentang Kitab Kejadian diterbitkan pada tahun
1708 dan tafsiran tentang keempat Injil diterbitkan pada tahun 1710.
Sebelum meninggal, ia sempat menyelesaikan tafsiran Kisah Para Ra-
sul. sesudah kematiannya, Surat-surat dan Wahyu diselesaikan oleh
13 orang pendeta berdasar catatan-catatan Matthew Henry yang
telah disiapkannya sebelum meninggal. Edisi total seluruh kitab-
kitab diterbitkan pada tahun 1811.
berulang kali direvisi dan dicetak ulang.
artikel itu juga telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti
bahasa Belanda, Arab, Rusia, dan kini sedang diterjemahkan ke da-
lam bahasa Telugu dan Ivrit, yaitu bahasa Ibrani modern.
Riwayat Hidup Matthew Henry
Matthew Henry lahir pada tahun 1662 di Inggris. saat itu gereja
Anglikan menjalin hubungan baik dengan gereja Roma Katolik. Yang
memerintah pada masa itu yaitu Raja Karel II, yang secara resmi di-
angkat sebagai kepala gereja. Raja Karel II ingin memulihkan kekua-
saan gereja Anglikan sehingga orang Kristen Protestan lainnya sangat
dianiaya. Mereka disebut dissenter, orang yang memisahkan diri dari
gereja resmi.
Puncak penganiayaan itu terjadi saat pada 24 Agustus 1662
lebih dari dua ribu pendeta gereja Presbiterian dilarang berkhotbah
lagi. Mereka dipecat dan jabatan mereka dianggap tidak sah.
Pada masa yang sulit itu lahirlah Matthew Henry. Ayahnya,
Philip Henry, yaitu seorang pendeta dari golongan Puritan, sedang-
kan ibunya, Katherine Matthewes, seorang keturunan bangsawan.
sebab Katherine berasal dari keluarga kaya, sepanjang hidupnya
Philip Henry tak perlu memikirkan uang atau bersusah payah men-
cari nafkah bagi keluarganya, sehingga ia dapat dengan sepenuh hati
mengabdikan diri untuk pelayanannya sebagai hamba Tuhan.
Matthew yaitu anak kedua. Kakaknya, John, meninggal pada usia 6
tahun sebab penyakit campak. saat masih balita, Matthew sendiri
juga terserang penyakit itu dan nyaris direnggut maut.
Dari kecilnya Matthew sudah tampak memiliki bermacam-ma-
cam bakat, sangat cerdas, dan pintar. namun yang lebih penting lagi,
sejak kecil ia sudah mengasihi Tuhan Yesus dengan segenap hati dan
mengakui-Nya sebagai Juruselamatnya. Usianya baru tiga tahun ke-
tika ia sudah mampu membaca satu pasal dari Alkitab lalu memberi-
kan keterangan dan pesan tentang apa yang dibacanya.
Dengan demikian Matthew sudah menyiapkan diri untuk tugas-
nya di kemudian hari, yaitu tugas pelayanan sebagai pendeta.
Sejak masa kecilnya Matthew sudah diajarkan bahasa Ibrani,
Yunani, dan Latin oleh ayahnya, sehingga walaupun masih sangat
muda, ia sudah pandai membaca Alkitab dalam bahasa aslinya.
Pada tahun 1685, saat berusia 23 tahun, Matthew pindah ke
London, ibu kota Inggris, untuk belajar hukum di Universitas Lon-
don. Matthew tidak berniat untuk menjadi ahli hukum, ia hanya me-
nuruti saran ayahnya dan orang lain yang berpendapat bahwa studi
itu akan memberi manfaat besar baginya sebab keadaan di Ing-
gris pada masa itu tidak menentu bagi orang Kristen, khususnya
kaum Puritan.
Beberapa tahun kemudian Matthew kembali ke kampung hala-
mannya. Dalam hatinya ia merasa terpanggil menjadi pendeta. Kemu-
dian, ia diperbolehkan berkhotbah kepada beberapa jemaat di sekitar
Broad Oak. Ia menyampaikan Firman Tuhan dengan penuh kuasa.
Tidak lama sesudah itu, ia dipanggil oleh dua jemaat, satu di London
dan satu lagi jemaat kecil di wilayah pedalaman, yaitu Chester. Sete-
lah berdoa dengan tekun dan meminta petunjuk Tuhan, ia akhirnya
memilih jemaat Chester, dan pada tanggal 9 Mei 1687 ia diteguhkan
sebagai pendeta di jemaat ini . Waktu itu Matthew berusia 25 ta-
hun.
Di Chester, Matthew Henry bertemu dengan Katharine Hard-
ware. Mereka menikah pada tanggal 19 Juli 1687. Pernikahan itu sa-
ngat harmonis dan baik sebab didasarkan atas cinta dan iman ke-
pada Tuhan. Namun pernikahan itu hanya berlangsung selama satu
setengah tahun. Katharine yang sedang hamil terkena penyakit cacar.
Segera sesudah melahirkan seorang anak perempuan, ia meninggal
pada usia 25 tahun. Matthew sangat terpukul oleh dukacita ini. Anak
Matthew dan Katherine dibaptis oleh kakeknya, yaitu Pendeta Philip,
ayah Matthew.
Tuhan menguatkan Matthew dalam dukacita yang melandanya.
sesudah satu tahun lebih telah berlalu, mertuanya menganjurkannya
untuk menikah lagi. Pada Juli 1690, Matthew menikah dengan Mary
Warburton. Tahun berikutnya, mereka diberkati dengan seorang bayi,
yang diberi nama Elisabeth. Namun, saat baru berumur satu se-
tengah tahun, ia meninggal sebab demam tinggi dan penyakit batuk
rejan. Setahun kemudian mereka mendapat seorang anak perempuan
lagi. Dan bayi ini pun meninggal, tiga minggu kemudian. Betapa
berat dan pedih penderitaan orangtuanya. Sesudah peristiwa ini,
Matthew memeriksa diri dengan sangat teliti apakah ada dosa dalam
hidup atau hatinya yang menyebabkan kematian anak-anaknya. Ia
mengakhiri catatannya sebagai berikut, “Ingatlah bahwa anak-anak
itu diambil dari dunia yang jahat dan dibawa ke sorga. Mereka tidak
lahir percuma dan sekarang mereka telah boleh menghuni kota Yeru-
salem yang di sorga.”
Beberapa waktu kemudian mereka mendapat seorang anak pe-
rempuan yang bertahan hidup. Demikianlah suka dan duka silih ber-
ganti dalam kehidupan Matthew Henry. Secara keseluruhan, Matthew
Henry mendapat 10 anak, termasuk seorang putri dari pernikahan
pertama.
Selama 25 tahun Matthew Henry melayani jemaatnya di Chester.
Ia sering mendapat panggilan dari jemaat-jemaat di London untuk
melayani di sana, namun berulang kali ia menolak panggilan ini
sebab merasa terlalu terikat kepada jemaat di Chester. Namun
akhirnya, ia yakin bahwa Tuhan sendiri telah memanggilnya untuk
menjadi hamba Tuhan di London, dan sebab itu ia menyerah kepada
kehendak Tuhan .
Pada akhir hidupnya, Matthew Henry terkena penyakit diabetes,
sehingga sering merasa letih dan lemah. Sejak masa muda, ia bekerja
dari pagi buta sampai larut malam, namun menjelang akhir hayatnya
ia tidak mampu lagi. Ia sering mengeluh sebab kesehatannya yang
semakin menurun.
xvii
Pada bulan Juni 1714 ia berkhotbah satu kali lagi di Chester,
tempat pelayanannya yang dulu. Ia berkhotbah tentang Ibrani 4:9,
“Jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat
Tuhan .” Ia seolah-olah menyadari bahwa hari Minggu itu merupakan
hari Minggu terakhir baginya di dunia ini. Secara khusus ia mene-
kankan hal perhentian di sorga supaya anak-anak Tuhan dapat me-
nikmati kebersamaan dengan Tuhan.
Sekembalinya ke London, ia merasa kurang sehat. Malam itu ia
sulit tidur dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia dipenuhi
rasa damai dan menulis pesan terakhirnya: “Kehidupan orang yang
mengabdikan diri bagi pelayanan Tuhan merupakan hidup yang pa-
ling menyenangkan dan penuh penghiburan.” Ia mengembuskan na-
fas terakhir pada tanggal 22 Juni 1714, dan dimakamkan tiga hari
kemudian di Chester. Nas dalam kebaktian pemakamannya diambil
dari Matius 25:21, “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah
setia dalam perkara kecil, aku akan memberi kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam keba-
hagiaan tuanmu.”
PASAL 5 1
eskipun Daud menulis mazmur ini berdasar sebuah peris-
tiwa yang sangat khusus, namun mazmur ini dapat digunakan
secara umum seperti halnya mazmur-mazmur Daud yang lain.
Mazmur ini yaitu mazmur yang paling menonjol di antara mazmur-
mazmur yang berkaitan dengan pertobatan, dan merupakan mazmur
yang paling jelas mengungkapkan perasaan hati dan kerinduan hati
seorang pendosa yang bertobat. Sayang sekali jika dalam hidup
peribadatan, kita malah melakukan sesuatu yang lain dibandingkan me-
muji-muji Tuhan . Padahal memuji itu merupakan pekerjaan sorgawi.
Biasanya kita melakukan pekerjaan lain untuk kepentingan diri kita
sendiri dengan dosa dan kejahatan sendiri. Oleh sebab itu, kita
harus menghampiri takhta anugerah sebagai seorang petobat, dan
mengakui dosa-dosa kita serta memohon anugerah Tuhan . Dan jika
untuk itu kita harus berkata-kata, maka tidak ada kata-kata yang
lebih tepat yang dapat kita temukan di mana pun selain dari yang
ada di dalam mazmur ini. Mazmur ini berisi catatan mengenai
pertobatan Daud atas dosanya dalam perkara Uria. Peristiwa ini
merupakan noda terbesar yang mencemari karakter atau tabiatnya.
Semua kesalahannya yang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan
yang satu ini. Dalam 1 Raja-raja 15:5 dikatakan bahwa “dia tidak
menyimpang dari segala yang diperintahkan-Nya kepadanya seumur
hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.” Dalam mazmur
ini,
I. Dia mengakui dosanya (ay. 5-7),
II. Dengan sungguh-sungguh dia berdoa memohon pengampun-
an atas dosanya (ay. 3-4, 9, 11),
III. Agar nuraninya merasa sejahtera (ay. 10, 14).
IV. Agar dia diberi anugerah untuk pergi dan tidak berbuat dosa
lagi (ay. 12-13, 16).
V. Agar dia bebas mendekat kepada Tuhan (ay. 17).
VI. Dia berjanji akan berbuat semampunya demi kebaikan jiwa-
jiwa yang lain (ay. 15) dan demi kemuliaan Tuhan (ay. 18-19,
21) Yang terakhir, mazmur ini ditutup dengan sebuah doa
bagi Sion dan Yerusalem (ay. 20).
Siapa saja yang dituduh oleh nuraninya dengan dosa yang berat
harus berulang-ulang mendoakan mazmur ini, dengan iman kepada
Yesus Kristus, Sang Pengantara. Bukan itu saja, meskipun kita tidak
bersalah dalam hal perzinahan, pembunuhan atau kejahatan besar
lain yang sejenisnya, dengan menyanyikan dan berdoa menurut maz-
mur ini kita dapat menerapkannya dengan perasaan hati bagi diri
kita sendiri. jika kita melakukannya dengan sikap hati yang te-
pat, maka melalui Kristus kita akan memperoleh rahmat pengam-
punan dan anugerah tepat pada waktunya.
Permohonan Tobat
(51:1-8)
1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur dari Daud, 2 saat nabi Natan datang
kepadanya sesudah ia menghampiri Batsyeba. 3 Kasihanilah aku, ya Tuhan ,
menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu
yang besar! 4 Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkan-
lah aku dari dosaku! 5 Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku
senantiasa bergumul dengan dosaku. 6 Terhadap Engkau, terhadap Engkau
sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya
ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu. 7
Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikan-
dung iartikel . 8 Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam ba-
tin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Judulnya mengacu pada sebuah kisah yang sangat menyedihkan,
yaitu tentang kejatuhan Daud. Namun meskipun jatuh, dia tidak
sampai tergeletak, sebab dengan penuh belas kasihan Tuhan meno-
pang dan mengangkatnya.
1. Dosa yang diratapi Daud dalam mazmur ini yaitu kebodohan
dan kejahatan yang telah dilakukannya dengan istri sesamanya.
Ini suatu dosa yang tidak akan dibicarakan atau dipikirkan tanpa
rasa jijik. Perbuatan asusila yang dilakukannya dengan Batsyeba
merupakan jalan masuk bagi semua dosa lain yang selanjutnya.
Bagaikan air yang dibiarkan mengucur. Dosa Daud ini dicatat se-
bagai peringatan bagi semua orang, agar siapa saja yang me-
nyangka bahwa ia teguh berdiri, perlu berhati-hati supaya tidak
jatuh.
2. Pertobatan yang diungkapkannya dalam mazmur ini dipicu oleh
pelayanan Natan yang diutus Tuhan untuk menyadarkan Daud
atas dosanya, sesudah lebih dari sembilan bulan waktu berlalu
(menurut apa yang terlihat) tanpa ada pernyataan tertentu dari
Daud yang menunjukkan bahwa ia menyesal dan berdukacita
akibat perbuatannya. Namun, meskipun Tuhan membiarkan umat-
Nya jatuh ke dalam dosa dan berkubang di dalamnya selama
beberapa waktu, dengan suatu cara Dia akan mempertobatkan
mereka, membawa mereka kembali kepada-Nya dan menyehatkan
kembali akal budi mereka. Dalam hal ini, secara umum Dia meng-
gunakan pelayanan perkataan, namun demikian Dia tidak terikat
pada cara ini . Walaupun begitu, siapa yang sudah jatuh
dalam pelanggaran apa saja harus menganggap sebuah teguran
yang tulus sebagai kebaikan tertinggi yang dapat dilakukan bagi-
nya, dan seorang penegur yang bijak harus dianggapnya sebagai
sahabat terbaik. Baiklah aku dipalu oleh orang yang benar, maka
ia itu seperti minyak pada kepalaku (TB).
3. Daud, yang telah disadarkan atas dosanya, mencurahkan isi hati-
nya kepada Tuhan melalui doa untuk memohon belas kasihan dan
anugerah. Ke manakah anak-anak yang murtad akan kembali se-
lain kepada Tuhan Tuhan mereka, yaitu terhadap siapa mereka
murtad, serta satu-satunya pribadi yang sanggup memulihkan
mereka dari kemurtadan?
4. Bagaimana sikap batinnya terhadap Tuhan akibat peristiwa ini, ia
tuangkan, melalui pewahyuan ilahi, ke dalam bentuk sebuah maz-
mur. Ini dilakukan supaya kejadian ini bisa sering diingat-ingat
dan direnungkan kembali lama sesudahnya. Mazmur ini diper-
cayakannya kepada pemimpin biduan untuk dinyanyikan dalam
ibadah bersama jemaat.
(1) Sebagai pengakuan akan pertobatannya sendiri. sebab dosa-
nya telah diketahui secara luas, dia ingin agar pertobatannya
juga diketahui oleh khalayak umum, supaya pembalut luka itu
sama lebarnya dengan luka itu sendiri. Siapa yang sungguh-
sungguh bertobat dari dosa-dosanya, tidak akan malu meng-
akui pertobatannya. Namun, sebab telah kehilangan kehor-
matan sebagai seorang yang tidak bersalah, ia akan lebih
mengidam-idamkan kehormatan sebagai seorang petobat.
(2) Sebagai teladan bagi orang lain, baik untuk mempertobatkan
mereka melalui contoh yang ditunjukkannya, maupun untuk
mengajarkan apa yang harus mereka perbuat dan katakan ke-
tika mereka bertobat. sesudah dirinya sendiri bertobat, dia lan-
tas menguatkan saudara-saudaranya (Luk. 22:32), dan justru
sebab itu dia dikasihani (1Tim. 1:16).
Dalam ayat-ayat ini ada ,
I. Permohonan Daud yang rendah hati (ay. 3-4). Doanya hampir
sama dengan doa yang ditaruh Juruselamat kita ke dalam mulut
si pemungut cukai yang bertobat di dalam perumpamaan itu,“Ya
Tuhan , kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk. 18:13). Dalam
banyak hal, Daud merupakan seorang yang sangat terpuji. Dia
tidak saja sudah berbuat banyak untuk Tuhan , namun juga sudah
banyak menderita bagi Tuhan . Namun demikian, saat disadarkan
akan dosanya, dia tidak mengusulkan untuk menimbang perbuat-
an jahatnya dengan perbuatan baiknya. Tidak juga ia pertimbang-
kan bahwa semua pelayanannya bisa menebus pelanggarannya.
Dia justru lari memohon belas kasihan Tuhan yang tak terbatas,
dan hanya bergantung pada rahmat-Nya itu untuk memperoleh
pengampunan dan damai sejahtera, “Kasihanilah aku, ya Tuhan !”
Dia mengakui bahwa dirinya dimurkai oleh keadilan Tuhan , dan
oleh sebab itu dia menyerahkan diri pada belas kasihannya.
Orang yang terbaik di dunia sekalipun pasti akan binasa seandai-
nya Tuhan tidak mengasihaninya.
Perhatikan:
1. Bagaimana dia memohon pengampunan ini, “Kasihanilah aku,
ya Tuhan ! Bukan sebab aku terlahir sebagai orang terhormat,
sebagai keturunan raja dari bani Yehuda, bukan sebab apa
yang kuperbuat bagi orang banyak sebagai pahlawan bangsa
Israel, atau sebab kehormatanku di kalangan rakyat sebagai
raja Israel.” Dasar permohonannya bukan Ingatlah, ya TUHAN,
kepada Daud dan segala penderitaannya, bagaimana dia ber-
nazar untuk membangun tempat bagi tabut (132:1-2). Seorang
petobat yang sejati tidak akan menyebutkan hal-hal semacam
Kitab Mazmur 51:1-8
739
itu, melainkan “Kasihanilah aku oleh sebab kasih setia-Mu.
Aku tidak memohon apa-apa kepada-Mu selain,”
(1) “Belas kasihan-Mu yang diberikan secara cuma-cuma me-
nurut kasih setia-Mu, kemurahan hati-Mu serta kebaikan
sifat-Mu, yang menggerakkan Engkau untuk mengasihani
orang yang sengsara.”
(2) “Belas kasihan-Mu yang melimpah. Di dalam Engkau tidak
sekadar ada kasih setia dan rahmat, namun semuanya itu
ada berlimpah-limpah. Dalam Engkau ada rahmat yang be-
sar untuk mengampuni banyak pendosa dari banyak dosa.
Engkau melipatgandakan pengampunan saat kami meli-
patgandakan kejahatan.”
2. Belas kasihan apa yang dimintanya secara khusus, pengam-
punan dosa. Hapuskanlah pelanggaranku, seperti utang diha-
puskan atau dicoret dari artikel catatan sebab orang yang ber-
utang itu telah melunasinya atau sebab si pemberi utang
telah membatalkannya. “Lenyapkanlah pelanggaranku, agar
pelanggaranku itu tidak menuntut penghakiman atasku, atau
menatap wajahku sampai aku kebingungan dan ketakutan.”
Darah Kristus, yang dipercikkan pada batin untuk memurni-
kan dan menenteramkannya, menghapuskan pelanggaran itu.
Dan sesudah memperdamaikan kita dengan Tuhan , darah itu
memperdamaikan kita dengan diri kita sendiri (ay. 4). “Bersih-
kanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, bersihkanlah jiwaku
dari kesalahan dan noda akibat dosaku dengan belas kasihan
dan anugerah-Mu, sebab hanya air penyuci sajalah yang
sanggup menahirkan aku dari kecemaran lahiriah. Basuhlah
aku banyak-banyak. Noda itu melekat dalam-dalam, sebab
aku sudah lama terendam dalam kesalahanku, sehingga tidak
mudah dihilangkan. Oh, bersihkanlah aku sehebat-hebatnya,
bersihkanlah aku seluruhnya. Tahirkanlah aku dari dosaku.”
Dosa membuat kita cemar, mengakibatkan kita tampak men-
jijikkan di mata Tuhan yang kudus, dan membuat kita merasa
tidak nyaman dengan diri kita sendiri. Dosa menghalangi kita
untuk bersekutu dengan Tuhan di dalam anugerah dan kemu-
liaan. saat Tuhan mengampuni kita, Dia membersihkan kita
dari dosa supaya kita berkenan di hadapan-Nya, merasa nya-
man dengan diri kita sendiri, dan bebas menghampiri-Nya.
740
Sejak awal saat Daud menyatakan pertobatannya, Natan te-
lah meyakinkannya bahwa dosanya telah diampuni. Tuhan
telah menjauhkan dosamu itu, engkau tidak akan mati (2Sam.
12:13). Namun demikian, dia tetap berdoa, Bersihkanlah aku,
tahirkanlah aku, hapuskanlah pelanggaranku. Sudah selayak-
nyalah jika Tuhan bahkan dicari-cari untuk sesuatu yang telah
dijanjikan-Nya. Dan siapa yang dosanya telah diampuni harus
berdoa agar pengampunan itu dapat menjadi semakin nyata
bagi mereka. Tuhan sudah mengampuninya, namun dia tidak
bisa mengampuni dirinya sendiri, sehingga dia mendesak-
desak supaya diampuni, sebagai seorang yang menganggap
dirinya sendiri tidak layak untuk menerima pengampunan dan
tahu bagaimana cara menghargainya.
II. Pernyataan pertobatan Daud (ay 5-7).
1. Dia mengakui kesalahannya di hadapan Tuhan dengan bebas
hati, aku sendiri sadar akan pelanggaranku. Daud sadar sebe-
lumnya bahwa hanya inilah jalan satu-satunya untuk mene-
nangkan batinnya (32:4-5). Berkatalah Natan, Engkaulah
orang itu! Benar, jawab Daud, aku sudah berdosa.
2. Perasaannya begitu mendalam terhadap dosanya sehingga dia
terus-menerus memikirkannya dengan sedih dan malu. Penye-
salan Daud atas dosanya bukan sekadar emosi sesaat, melain-
kan suatu dukacita yang bercokol di dalam batinnya, “Aku
senantiasa bergumul dengan dosaku, yang merendahkan dan
mematikan aku. Aku dibuatnya malu dan gemetar tak henti-
hentinya. Dosaku senantiasa melawan aku” (demikian menu-
rut beberapa orang). “Aku melihatnya di hadapanku seperti
musuh yang mendakwa dan mengancamku.” Dalam setiap ke-
sempatan, Daud selalu dibuat teringat akan dosanya, dan ia
rela seperti ini, supaya semakin direndahkan. Dia tidak pernah
berjalan-jalan di atas sotoh istananya tanpa teringat dengan
penuh penyesalan akan pengalamannya yang tidak menye-
nangkan itu, saat dari situ dia melihat Batsyeba. Saat berba-
ring untuk tidur, tak pernah pikirannya tidak merana tentang
perbuatan cemarnya di atas ranjangnya. Saat duduk hendak
makan, saat mengutus hambanya untuk suatu keperluan,
atau mengambil pena untuk menulis, tak pernah pikirannya
lepas dari perbuatannya yang membuat Uria mabuk, pesan
Kitab Mazmur 51:1-8
741
dengan bahaya tersembunyi yang dikirimkannya melalui Uria,
serta surat perintah maut yang ditulis dan ditandatanganinya
untuk membunuh Uria. Perhatikan, tindakan-tindakan perto-
batan, bahkan untuk dosa yang sama, harus sering diulang-
ulang kembali. Ada baiknya jika kita senantiasa menempatkan
dosa-dosa kita di hadapan kita, supaya dengan mengingat
dosa-dosa kita di masa lampau itu, kita bisa tetap rendah hati,
waspada terhadap godaan, siap sedia untuk melaksanakan
tugas dan memikul salib dengan sabar.
(1) Dia mengakui pelanggaran yang telah dilakukannya (ay. 6),
Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah ber-
dosa. Daud yaitu orang yang sangat hebat. namun meski-
pun demikian, sesudah berbuat salah dia tunduk pada hu-
kuman yang harus dijalani oleh seorang petobat, dan tidak
menganggap bahwa martabatnya sebagai seorang raja bisa
meloloskan dia dari hukuman. Orang kaya dan orang mis-
kin pasti akan bertemu di sini. Hanya ada satu hukum per-
tobatan yang berlaku bagi keduanya. Orang besar pun
pasti akan segera dihakimi, oleh sebab itu lebih baik ia
menghakimi dirinya sendiri sekarang juga. Daud yaitu
orang yang sangat baik, namun meskipun demikian, sesudah
berbuat dosa dengan rela ia menempatkan dirinya sendiri
di tempat seorang petobat. Begitulah, orang terbaik, jika ia
bertobat, harus memberi contoh pertobatan yang ter-
baik pula.
[1] Pengakuannya dinyatakan secara terperinci; “Aku telah
melakukan apa yang Kauanggap jahat, sehingga seka-
rang aku ditegur, sedangkan batinku juga mengecam
aku sebab nya.” Perhatikan, yaitu baik jika kita
mengakui dosa kita secara terperinci, supaya kita bisa
lebih jelas dalam memohonkan pengampunan, dan de-
ngan begitu kita bisa lebih terhibur pula. Kita harus
merenungkan sumber-sumber khusus penyebab dosa-
dosa kelemahan kita serta keadaan-keadaan khusus
yang memicu dosa-dosa besar kita.
[2] Dia menegaskan dengan hebat dosa yang diakuinya dan
memikulkan bebannya ke atas dirinya, Terhadap Eng-
kau, dan menurut anggapan-Mu (KJV: “di mata-Mu” – pen.).
742
Tampaknya dari sinilah Juruselamat kita mengutip
pengakuan dosa yang ditaruh-Nya di dalam mulut si
anak yang hilang dan kembali lagi itu, Aku telah
berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa (Luk. 15:18).
Ada dua hal yang diratapi Daud tentang dosanya,
Pertama, dosa itu dilakukan terhadap Tuhan . Dialah
yang ditentang, dan Dialah pihak yang disalahi. Kebe-
naran-Nyalah yang kita sangkal dengan dosa yang kita
buat dengan sengaja. Perilaku-Nyalah yang kita leceh-
kan. Perintah-Nyalah yang kita langgar. Janji-Nyalah
yang tidak kita percayai. Nama-Nyalah yang kita perma-
lukan. Kepada-Nyalah kita berlaku tidak jujur dan tulus
hati. Dari pokok bahasan inilah Yusuf mengemukakan
pendapatnya bahwa ia sungguh-sungguh menentang
dosa (Kej. 39:9), dan juga dari pemikiran inilah Daud di
sini sungguh menekankan betapa besar dosanya, ter-
hadap Engkau saja. Ada sebagian orang yang menafsir-
kan bahwa kata-kata Daud ini menunjuk pada hak isti-
mewa mahkotanya. Maksudnya, sebagai raja dia tidak
bertanggung jawab kepada siapa pun selain kepada
Tuhan . Akan namun , sesuai dengan keadaan hatinya saat
itu, lebih sesuai untuk menganggap bahwa pernyataan-
nya itu mengungkapkan penyesalan mendalam jiwanya
atas dosanya, dan bahwa penyesalan itu dikemukakan
di atas dasar yang benar. Dalam perkara ini dia telah
berdosa terhadap Batsyeba dan Uria, terhadap jiwa,
tubuh dan keluarganya sendiri, terhadap kerajaannya
dan terhadap jemaat Tuhan . Semua ini membantunya
untuk merendahkan diri. Namun, dosanya terhadap
semua ini tidak seberapa dibandingkan dengan dosanya
terhadap Tuhan. Dan atas dosa terhadap Tuhan inilah ia
sungguh menekankan penyesalannya dengan nada
penuh nestapa, terhadap Engkau sajalah aku telah
berdosa.
Kedua, dosa itu dilakukan di mata Tuhan . “Ini tidak
hanya membuktikan bahwa dosa itu dilakukan olehku,
namun juga menunjukkan bahwa dosa ini luar bia-
sa jahat.” Kita harus merendahkan diri sebab semua
dosa itu telah dilakukan di mata Tuhan , yang berarti
Kitab Mazmur 51:1-8
743
bahwa kita tidak percaya akan kemahahadiran-Nya
atau meremehkan keadilan-Nya.
[3] Dia membenarkan Tuhan atas putusan yang dijatuhkan
kepadanya, yaitu bahwa pedang tidak akan menyingkir
dari keturunannya (2Sam. 12:10-11). Dia berterus te-
rang mengakui dosanya dan menegaskan betapa besar-
nya dosa itu, bukan hanya supaya dia sendiri diam-
puni, melainkan juga supaya dengan pengakuannya itu
dia bisa memuliakan Tuhan .
Pertama, bahwa Tuhan sungguh benar dengan menge-
cam dia melalui Natan. “Tuhan, aku tidak dapat berkata
apa-apa untuk menentang kebenaran kecaman Natan
itu. Aku layak menerima apa yang diancamkan kepada-
ku itu, dan bahkan seribu kali lebih parah dari itu.” Eli
juga menerima ancaman serupa dengan patuh (1Sam.
3:18), Dia Tuhan. Juga Hizkia (2Raj. 20:19), Sungguh
baik firman Tuhan yang engkau ucapkan itu!
Kedua, bahwa Tuhan bisa bersikap terang-terangan
saat Dia menjatuhkan penghakiman, yaitu saat Dia
melaksanakan ancaman-ancaman-Nya. Daud menyata-
kan pengakuan dosanya di muka umum, supaya bila di
kemudian hari dia harus mengalami kesukaran, tidak
akan ada yang berkata bahwa Tuhan telah berlaku tidak
adil terhadapnya, sebab dia mengakui bahwa Tuhan itu
benar. Demikianlah, semua petobat yang sejati akan
membenarkan Tuhan dengan mempersalahkan diri mere-
ka sendiri. Engkaulah yang benar dalam segala hal yang
menimpa kami.
(2) Dia mengakui asal mula kejahatannya (ay. 7), Sesungguh-
nya (KJV: Lihat – pen.), dalam kesalahan aku diperanakkan.
Dia bukan menyuruh Tuhan untuk melihat atau memper-
timbangkan alasannya ini, melainkan menyuruh dirinya
sendiri. “Mari, jiwaku, lihatlah batu dari mana aku dipahat,
dan engkau akan mendapati bahwa aku dibentuk dalam
kesalahan. Seandainya saja aku menyadari hal ini benar-
benar, aku tidak akan sembarangan bermain-main dengan
godaan, atau bermain-main dengan percikan api di dalam
hatiku yang mudah terbakar ini; sehingga, dosa ini
744
bisa dicegah. Biarlah aku merenungkan keadaaanku itu
sekarang, bukan untuk mencari-cari alasan atau untuk
menyepelekan dosaku dengan berkata, “Tuhan, aku me-
mang telah melakukannya, namun sungguh aku tidak mampu
menahannya, kehendakkulah yang menuntunku untuk
melakukannya” (permohonan doa seperti ini keliru, sebab
sesungguhnya dengan bersikap waspada, memperhatikan
dengan benar serta memanfaatkan anugerah Tuhan , dia
akan mampu menahannya. sebab itu, pernyataan terse-
but tidak akan pernah diucapkan oleh seorang petobat
yang sejati). Sebaliknya, “Biarlah aku merenungkan keada-
an bersalahku sejak diperanakkan itu sebagai tindakan
untuk lebih menegaskan bahwa dosaku teramat besar,
Tuhan, aku tidak hanya bersalah dalam hal perzinahan
dan pembunuhan, namun juga memiliki kecenderungan se-
cara alami untuk berzinah dan membunuh. Aku jijik
kepada diriku sendiri.” Di tempat lain, Daud berbicara ten-
tang tubuhnya yang dibentuk secara menakjubkan
(139:14-15); tubuhnya direkam (KJV: “dibentuk dengan sa-
ngat teliti” – pen.). Namun, di sini dia berkata bahwa dia
diperanakkan dalam kesalahan. Dosa menyelinap masuk
ke dalam tubuh itu, bukan saat tubuh itu keluar dari ta-
ngan Tuhan , melainkan saat tubuh itu keluar dari kan-
dungan orangtua kita. Di tempat lain, dia berbicara tentang
kesalehan ibunya, bahwa ibunya itu yaitu hamba perem-
puan-Nya, dan dia mengajukan permohonan dengan me-
ngemukakan hubungan antara dia dan ibunya sebagai
alasan (116:16; 86:16). Namun demikian, di sini dia
berkata bahwa dalam dosa dia dikandung ibunya, sebab
meskipun melalui anugerah, ibunya yaitu anak Tuhan ,
secara jasmani dia yaitu anak Hawa, dan sebab itu tidak
luput dari tabiat yang umum dimiliki semua manusia. Per-
hatikan, setiap kita harus dengan sedih meratapi kenyata-
an bahwa kita dilahirkan ke dalam dunia dengan kodrat
yang sudah rusak, telah mengalami kemerosotan secara ta-
jam dari kemurnian dan kebenaran yang ada pada mula-
nya. Sejak lahir kita membawa perangkap-perangkap dosa
di dalam tubuh kita, benih-benih dosa di dalam jiwa kita,
dan noda dosa pada keduanya. Inilah yang kita sebut de-
Kitab Mazmur 51:1-8
745
ngan dosa asali, sebab dosa itu sudah sama tuanya de-
ngan asal usul kita, dan sebab dosa itu merupakan asal
semua pelanggaran yang kita lakukan. Inilah kebodohan
yang terikat dalam hati seorang anak, suatu kecenderung-
an untuk berbuat jahat dan kelambanan untuk berbuat
baik. Kebodohan ini menjadi beban bagi seseorang untuk
bisa dilahirkan kembali, dan membawa kebinasaan bagi
orang yang tidak bersedia untuk dilahirkan kembali. Kebo-
dohan ini merupakan suatu kecenderungan untuk murtad
dari Tuhan .
III. Daud mengakui anugerah Tuhan (ay. 8), yaitu maksud baik-Nya
terhadap kita. “Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin,
Engkau hendak menjadikan kami semua jujur dan tulus, dan
bersungguh-sungguh dengan pengakuan kami.” Juga pekerjaan-
Nya yang baik di dalam diri kita, “dengan diam-diam Engkau telah
memberitahukan,” atau akan memberitahukan “hikmat kepada-
ku.”
Perhatikan:
1. Kebenaran dan hikmat mampu menjadikan seseorang menjadi
baik. Kepala yang jernih dan hati yang sehat (kebijaksanaan
dan ketulusan) menunjukkan bahwa manusia kepunyaan Tuhan
sempurna adanya.
2. Apa yang diminta Tuhan dari kita, dikerjakan-Nya sendiri di
dalam diri kita. Dan Dia mengerjakannya secara teratur, yakni
mencerahkan pikiran, dan pada akhirnya mencapai kehendak.
Namun, apa hubungannya hal ini di sini?
(1) Dengan ini Tuhan dibenarkan dan dibebaskan dari tuduhan,
“Tuhan, bukan Engkau yang menyebabkan aku berdosa,
Engkau tidak akan dipersalahkan, melainkan aku sendiri-
lah yang harus menanggungnya. Engkau telah berulang
kali menasihati agar aku tetap murni, dan telah memberi-
tahuku bahwa seandainya aku merenungkannya sungguh-
sungguh, aku tidak perlu jatuh ke dalam dosa ini. Kalau
saja aku memanfaatkan anugerah yang telah Engkau beri-
kan kepadaku, aku akan tetap bersih.”
(2) Dengan ini dosanya dipandang semakin besar, “Tuhan, Eng-
kau berkenan akan kebenaran. Namun, di manakah kebe-
746
naran itu saat aku memperdayai Uria? Engkau memberi-
tahukan hikmat kepadaku. Namun, aku tidak hidup sesuai
dengan apa yang telah kuketahui.”
(3) Dengan ini Daud menjadi berbesar hati dalam pertobatan-
nya untuk berharap bahwa Tuhan mau berkenan menerima
dirinya, sebab ,
[1] Tuhan telah menjadikan dia bersungguh-sungguh dalam
janjinya untuk tidak bertindak bodoh lagi, Engkau ber-
kenan akan kebenaran dalam batin. Inilah yang dilihat
Tuhan pada seorang pendosa yang bertobat, yaitu bahwa
dia tidak berjiwa penipu (32:2). Daud meyakini bahwa
pertobatannya jujur di hadapan Tuhan , sebab itu dia
tidak ragu bahwa Tuhan akan menerimanya.
[2] Dia berharap agar Tuhan memampukannya untuk mene-
pati janjinya. Ia berharap agar di dalam batinnya, yaitu
di dalam manusia yang baru, yang disebut dengan ma-
nusia batiniah yang tersembunyi (1Ptr. 3:4), Tuhan akan
memberitahukan hikmat kepadanya, untuk mengenali
dan menghindari rancangan si penggoda di lain waktu.
Beberapa orang menafsirkannya sebagai suatu doa,
“Tuhan, dalam peristiwa ini, aku telah bertindak dengan
bodoh. Untuk masa yang akan datang beritahukanlah
hikmat kepadaku.” Di mana ada kebenaran, di situ Tuhan
akan memberi hikmat. Siapa yang berusaha melak-
sanakan tugas dengan sungguh-sungguh akan diajar
tentang tugasnya.
Permohonan Tobat
(51:9-15)
9 Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir,
basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! 10 Biarlah aku
mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan ber-
sorak-sorak kembali! 11 Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapus-
kanlah segala kesalahanku! 12 Jadikanlah hatiku tahir, ya Tuhan , dan perba-
haruilah batinku dengan roh yang teguh! 13 Janganlah membuang aku dari
hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! 14
Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan sebab selamat yang dari pada-
Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! 15 Maka aku akan mengajar-
kan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya
orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
Kitab Mazmur 51:9-15
747
I. Lihatlah di sini apa yang didoakan Daud. Banyak permohonan
yang sangat baik yang dipanjatkannya di sini. Hanya dengan
ditambahi “demi Kristus,” maka semua permohonan itu menjadi
sama Injilinya dengan yang lain.
1. Dia berdoa agar Tuhan berkenan menahirkannya dari dosa-
dosanya serta dari kecemaran yang menimpa dia sebagai aki-
batnya (ay. 9) “Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan
hisop. Artinya, ampunilah dosaku, dan biarlah aku mengeta-
hui bahwa dosaku telah diampuni, supaya aku dapat memper-
oleh kembali hak-hak istimewaku, yang tadinya hilang sebab
dosa.” Di sini pernyataan permohonan ini secara kiasan
memakai suatu upacara khusus, yaitu penahiran orang kusta
atau orang yang najis sebab menyentuh mayat, dengan cara
memercikkan air, darah atau keduanya kepada orang ini
dengan seikat hisop (sejenis tumbuhan). Dengan upacara ini
orang ini sepenuhnya dibebaskan dari belenggu kenajis-
an yang mengikatnya. “Tuhan, biarlah aku mendapat kepasti-
an bahwa aku berkenan kembali di hadapan-Mu, dan kembali
memperoleh hak istimewa untuk bersekutu dengan Engkau,
sebagaimana halnya dengan orang-orang kusta atau najis
yang diyakinkan kembali bahwa hak istimewa mereka yang
terdahulu kembali diakui.” Namun demikian, penahiran Daud
itu didasarkan pada anugerah Injil, “Bersihkanlah aku dari
pada dosaku dengan hisop”, artinya, dengan darah Kristus
yang diterapkan pada jiwaku melalui iman yang hidup, seperti
air penyucian dipercikkan dengan seikat hisop. Darah Kristus-
lah (yang sebab itu disebut darah pemercikan, seperti tercatat
dalam Ibrani 12:24) yang menyucikan hati nurani kita dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dari rasa bersalah akibat
dosa dan rasa gentar terhadap Tuhan . Semua hal ini mengha-
langi kita untuk bersekutu dengan Dia, bagaikan tindakan
menyentuh mayat, menurut hukum Taurat, menghalangi sese-
orang untuk memasuki pelataran bait Tuhan . Jika darah
Kristus, yang sanggup membersihkan dari segala dosa, mem-
bersihkan kita dari dosa kita, maka kita akan menjadi benar-
benar bersih (Ibr. 10:2). Jika kita dibasuh di dalam sumber
mata air yang terbuka ini, maka kita akan menjadi lebih putih
dibandingkan salju. Kita tidak hanya dibebaskan namun juga di-
terima. Demikianlah mereka yang dibenarkan. Sebagaimana
748
dikatakan dalam Yesaya 1:18, Sekalipun dosamu merah seperti
kirmizi, akan menjadi putih seperti salju.
2. Dia berdoa bahwa dia akan memperoleh penghiburan dari peng-
ampunan itu jika dosanya diampuni. Dia tidak minta dihibur
sebelum dibersihkan terlebih dahulu. Jadi, jika dosa, yang
merupakan akar pahit dari dukacita itu disingkirkan, maka dia
dapat berdoa dalam iman, “Biarlah aku mendengar kegirangan
dan sukacita (ay. 10). Artinya, biarlah aku memiliki kedamaian
yang kokoh, yang berdasar pada karya penciptaan-Mu dan
firman-Mu, sehingga tulang yang telah Kauremukkan melalui
hukuman dan ancaman dapat bersukacita. Tidak hanya di-
pulihkan kembali dan dilepaskan dari kesakitan, namun juga
dapat merasa terhiburkan, dan sebagaimana dikatakan oleh
sang nabi (Yes. 66:14 – pen.), menjadi seperti rumput muda
yang tumbuh dengan lebat.”
Perhatikanlah:
(1) Rasa sakit yang dirasakan oleh hati yang sungguh-sungguh
remuk sebab dosa dapat dibandingkan dengan rasa sakit
yang timbul sebab tulang yang patah. Dan, Roh yang
sama yang sebagai Roh perbudakan, memukul dan melu-
kai, juga sebagai Roh yang menjadikan kita anak Tuhan , me-
nyembuhkan dan membalut luka kita.
(2) Bagi seorang pendosa yang bertobat, penghiburan dan su-
kacita yang timbul dari pengampunan yang dimeteraikan
sama melegakannya dengan kesembuhan sempurna dari
rasa sakit yang teramat menusuk.
(3) Semuanya ini yaitu pekerjaan Tuhan , bukan hanya untuk
menyampaikan sukacita dan kegirangan ini, namun juga
untuk membuat hati kita mendengarnya dan terhibur
olehnya. Dengan sepenuh hati Daud merindukan agar Tuhan
berkenan menghadapkan sinar wajah-Nya kepadanya,
sehingga kegirangan itu ditaruh di dalam hatinya. Dengan
demikian, ia bukan saja diperdamaikan dengan Tuhan ,
namun juga hatinya dibuat sadar, oleh sebab tindakan
anugerah selanjutnya, bahwa ia memang benar-benar telah
berdamai dengan-Nya.
3. Dia berdoa memohon pengampunan sepenuh-penuhnya. Ini-
lah yang paling diinginkannya agar menjadi dasar penghibur-
Kitab Mazmur 51:9-15
749
annya (ay. 11), “Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku,
maksudnya, janganlah murka oleh dosa-dosaku itu sehingga
Engkau menindak aku sesuai dengan apa yang pantas aku
terima. Aku senantiasa bergumul dengan dosa-dosaku, biarlah
dosa-dosaku itu disembunyikan di balik punggung-Mu. Ha-
puskanlah segala kesalahanku dari artikel catatan-Mu. Hapus-
kanlah semuanya, seperti awan yang tertiup dan lenyap oleh
berkas sinar matahari” (Yes. 44:22).
4. Dia berdoa memohon anugerah yang menguduskan. Inilah
yang sungguh-sungguh sangat diperlukan oleh setiap petobat
yang sejati, sama pentingnya dengan meminta pengampunan
dan damai sejahtera (ay. 12). Dia tidak berdoa, “Tuhan, jagalah
nama baikku,” seperti yang dilakukan Saul, Aku telah berdosa;
namun tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di
depan orang Israel. Tidak, yang paling dipedulikan Daud ada-
lah supaya sifat jahatnya diubahkan, sebab dosa yang telah
dilakukannya itu merupakan,
(1) Suatu bukti atas ketidakmurniannya. sebab itulah dia
berdoa, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Tuhan !” Sekarang dia
melihat dengan lebih jelas dibandingkan sebelumnya, bahwa be-
tapa najis hatinya. Dia meratapinya dengan sedih, namun
ia juga menyadari bahwa ia tidak berkuasa untuk meng-
ubahnya. Oleh sebab itu dia memohon kepada Tuhan (yang
memiliki hak istimewa untuk menciptakan segala sesuatu)
agar Dia membentuk hati yang tahir di dalam dirinya.
Hanya Dia yang menciptakan hatilah yang dapat memper-
baruinya, dan tidak ada yang mustahil bagi kuasa-Nya.
Sebagai Tuhan atas alam semesta, Dia menciptakan dunia
dengan perkataan kuasa-Nya. Dan demikian pula, sebagai
Tuhan atas anugerah, dengan perkataan kuasa-Nya pula kita
menjadi bersih (Yoh. 15:3), kita dikuduskan (Yoh. 17:17).
(2) Penyebab kekacauan hatinya, dan dosa itu telah membatal-
kan semua perbuatan baik yang telah dilakukan di dalam
dirinya. Oleh sebab itu dia berdoa, “Tuhan, perbaharuilah
batinku dengan roh yang teguh, pulihkanlah kekuatan roh-
ku yang membusuk akibat dosa ini, dan jadikan aku benar
kembali.” Perbaharuilah batinku dengan roh yang tetap,
demikian menurut beberapa orang. Dalam hal ini, dia telah
mendapati banyak ketidaktekunan (tidak tetap) dan keti-
750
dakteguhan dalam dirinya, dan sebab itu dia berdoa, “Tu-
han, persiapkanlah aku untuk masa yang akan datang,
supaya aku tidak berpaling lagi dari Engkau dengan cara
serupa.”
5. Dia berdoa untuk kelangsungan maksud baik Tuhan terhadap
dirinya, dan kelanjutan perbuatan baik-Nya di dalam dia (ay.
13).
(1) Agar pintu perkenanan Tuhan jangan ditutup baginya,
“Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, seperti orang
tampak menjijikkan bagi Engkau dan tidak tahan Engkau
lihat.” Dia berdoa supaya tidak dicampakkan keluar dari
perlindungan Tuhan , namun supaya ke mana pun dia pergi,
dia boleh selalu disertai oleh hadirat-Nya yang ilahi, ditun-
tun oleh hikmat-Nya dan dipelihara oleh kuasa-Nya. Dia
juga berdoa supaya dia tidak dilarang bersekutu dengan
Tuhan , “Jangan usir aku dari takhta-Mu, namun biarlah aku
selalu bebas untuk menghampiri Engkau melalui doa.” Dia
tidak menolak ancaman hukuman sementara di dunia ini
yang hendak dijatuhkan Tuhan melalui Natan. “Terjadilah
kehendak Tuhan . Namun, Tuhan, jangan menghardik aku
dalam kemurkaan-Mu. Tidak apalah jika pedang tidak
akan menyingkir dari keturunanku, asalkan ada Tuhan
tempat aku berlari di masa kesesakan, dan segalanya akan
baik-baik saja.”
(2) Agar ia tidak dilucuti dari anugerah Tuhan , “Janganlah
mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku.” Dia tahu,
sebab dosanya dia telah mendukakan Roh Kudus dan
menyebabkan Dia menarik diri. Dia juga sadar, bahwa ka-
rena dia yaitu daging, bisa saja Tuhan tidak mau lagi Roh-
Nya tinggal di dalam dia ataupun bekerja melaluinya (Kej.
6:3). Hal ini ditakutkannya melebihi apa pun juga. Celaka-
lah kita bila Tuhan mengambil Roh Kudus-Nya dari kita.
Saul merupakan suatu contoh yang menyedihkan tentang
hal ini. Betapa berdosanya Saul dan betapa kacau keada-
annya saat Roh Tuhan meninggalkan dirinya! Daud me-
ngetahui hal ini, sehingga dia memohon dengan amat ber-
sungguh-sungguh, “Tuhan, apa pun boleh Kauambil dariku,
anak-anakku, mahkotaku, nyawaku, namun janganlah meng-
Kitab Mazmur 51:9-15
751
ambil roh-Mu yang kudus dari padaku” (2Sam. 7:15). “Seba-
liknya, biarlah Roh Kudus tetap tinggal di dalamku, untuk
menyempurnakan pertobatanku, agar aku tidak kembali
kepada dosa, dan agar aku mampu melaksanakan tugasku
sebagai seorang raja dan seorang pemazmur.”
6. Dia berdoa bagi pemulihannya, untuk mendapatkan kembali
penghiburan ilahi dan anugerah ilahi yang tidak berkesudahan
(ay. 14). Daud mendapati dua akibat buruk dari dosanya itu:
(1) Dosanya telah membuat dia sedih. Oleh sebab itu dia ber-
doa, bangkitkanlah kembali padaku kegirangan sebab sela-
mat yang dari pada-Mu. Seorang anak Tuhan tahu bahwa
tidak ada kegirangan yang sejati dan memenuhi hati selain
dari kegirangan sebab diselamatkan Tuhan , kegirangan di
dalam Tuhan Juruselamatnya dan di dalam pengharapan
akan kehidupan kekal. Dengan sengaja melakukan dosa,
kita menepis sukacita ini dan menjauhkan diri kita dari-
nya. Tanda-tanda kegirangan menjadi kabur dan peng-
harapan kita menjadi goyah. Bila kita membuat diri kita
sendiri menjadi begitu meragukan bagian kita di dalam
keselamatan, bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan
sukacita dari keselamatan itu sendiri? Namun, saat kita
sungguh-sungguh bertobat, kita bisa berdoa dan berharap
bahwa Tuhan akan mengembalikan sukacita itu kepada kita.
Siapa yang menabur dengan mencucurkan air mata per-
tobatan akan menuai dengan bersorak-sorai di dalam kese-
lamatan yang berasal dari Tuhan , saat masa kelegaan itu
datang.
(2) Dosanya telah membuat dia lemah, sehingga dia pun ber-
doa, “Lengkapilah aku dengan roh yang rela (KJV: Topanglah
aku dengan roh yang merdeka – pen.): Aku sudah hampir
jatuh, baik ke dalam dosa maupun ke dalam keputusasa-
an. Tuhan, topanglah aku. Rohku sendiri tidak mampu un-
tuk itu (meskipun roh manusia akan berusaha menopang
kelemahannya). Jika aku dibiarkan sendirian, aku pasti
akan tenggelam. sebab itu lengkapilah aku dengan roh-
Mu, supaya roh-Mu itu melawan roh jahat yang hendak
mengempaskan aku dari kedudukanku yang tinggi. Roh-
Mu yaitu roh yang merdeka, pribadi yang merdeka, yang
752
bekerja dengan merdeka” (dan Ia akan memerdekakan
siapa saja yang mengalami pekerjaan-Nya, sebab di mana
ada Roh Tuhan , di situ ada kemerdekaan). “Itulah Roh-Mu
yang luhur dan mulia.” Daud sadar bahwa dalam perkara
Uria, ia telah bertindak dengan sangat tidak luhur dan
tidak mulia. Perilakunya begitu rendah dan hina. “Tuhan”
katanya, “biarlah Roh-Mu menuntun jiwaku dengan dasar-
dasar yang luhur dan mulia, supaya aku selalu dapat
bertindak sebagaimana mestinya.” Roh yang merdeka akan
menjadi roh yang teguh dan kokoh, sehingga mampu
menopang kita. Jika kita semakin bergirang di dalam tugas
rohani kita, maka akan semakin tekun pula kita dalam
mengerjakannya.
II. Lihat apa yang dijanjikan oleh Daud di sini (ay. 15).
Perhatikanlah:
1. Perbuatan baik apa yang dijanjikan untuk dilakukan olehnya:
Aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang me-
lakukan pelanggaran. Daud sendiri telah menjadi seorang yang
melakukan pelanggaran, oleh sebab itu ia dapat berbicara
kepada para pelaku pelanggaran berdasar pengalamannya.
sesudah bertobat dan mengalami belas kasih Tuhan , dia berte-
kad untuk mengajarkan jalan-jalan Tuhan kepada orang lain,
yaitu
(1) Jalan kita menuju Tuhan melalui pertobatan. Dia hendak
mengajar orang-orang lain yang telah berbuat dosa untuk
mengambil langkah yang sama dengan yang dia lakukan,
yaitu untuk merendahkan diri, mengakui dosa dan mencari
wajah Tuhan . Dan,
(2) Jalan Tuhan untuk memberi pengampunan kepada kita,
bagaimana Dia siap menerima mereka yang kembali ke-
pada-Nya. Dia mengajarkan jalan yang pertama tadi melalui
teladannya, untuk memberitahukan cara bertobat kepada
para pendosa. Sedangkan jalan yang kedua ini diajarkan-
nya berdasar pengalamannya sendiri, untuk menguat-
kan para pendosa. Dengan mazmur ini, dia sedang meng-
ajar para pelaku pelanggaran dan akan mengajar mereka
sampai akhir dunia, memberi tahu mereka apa yang telah
Kitab Mazmur 51:16-21
753
dilakukan Tuhan terhadap jiwanya. Perhatikan, para petobat
harus menjadi pemberita Injil. Salomo melakukannya, de-
mikian juga Paulus yang diberkati Tuhan .
2. Akibat baik apa yang dijanjikannya kepada dirinya sendiri
dengan melakukan hal ini, “supaya orang-orang berdosa ber-
balik kepada-Mu, dan tidak lagi berkelana jauh-jauh dari-Mu,
atau berputus asa dalam mencari pengampunan saat mereka
hendak kembali kepada-Mu.” Tujuan agung yang hendak kita
capai dalam mengajar para pelaku penggaran yaitu supaya
mereka kembali kepada Tuhan . Itulah yang menjadi titik keba-
hagiaan, dan berbahagialah mereka yang menjadi alat dalam
mencapai tujuan ini (Yak. 5:20).
Permohonan Tobat
(51:16-21)
16 Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Tuhan , Tuhan keselamatanku, maka
lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu! 17 Ya Tuhan, buka-
lah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu! 18 Sebab
Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembah-
kan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya. 19 Korban sembelihan ke-
pada Tuhan ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan
Kaupandang hina, ya Tuhan . 20 Lakukanlah kebaikan kepada Sion menurut
kerelaan hati-Mu bangunkanlah tembok-tembok Yerusalem! 21 Maka Engkau
akan berkenan kepada korban yang benar, korban bakaran dan korban yang
terbakar seluruhnya; maka orang akan mengorbankan lembu jantan di atas
mezbah-Mu.
I. Daud berdoa untuk kesalahan yang ditanggungnya akibat dosa-
nya, dan berdoa memohonkan anugerah Tuhan , dengan menguat-
kan kedua permohonan itu dengan memakai kemuliaan Tuhan se-
bagai dasar permohonannya. Dia berjanji akan menunjukkannya
dengan ucapan syukur.
1. Dia berdoa untuk kesalahan akibat dosanya, supaya dia dapat
dibebaskan dari kesalahan ini , dan berjanji bahwa sete-
lah itu dia akan memuji Tuhan (ay. 16). Dosa yang dibawanya
dalam doa yaitu utang darah, yaitu dosa yang telah diper-
buatnya dengan membantai Uria melalui pedang bani Amon.
Hingga saat itu, mungkin dia telah membungkam hati nurani-
nya dengan alasan yang dangkal, bahwa dia tidak membunuh-
nya dengan tangannya sendiri. Namun, sekarang telah dibuk-
754
tikan kepadanya bahwa dialah pembunuhnya, dan sebab
mendengar darah itu berteriak kepada Tuhan menuntut pem-
balasan, dia pun berseru kepada Tuhan memohon belas kasih-
an, “Lepaskanlah aku dari hutang darah. Jangan biarkan aku
tertindih oleh kesalahan yang telah kuperbuat ini, namun
ampunilah aku, dan jangan tinggalkan aku sendirian lagi su-
paya aku tidak melakukan kesalahan serupa.” Perhatikanlah,
kita semua harus sungguh-sungguh berdoa melawan utang
darah. Dalam doa ini, dia memandang Tuhan sebagai Tuhan
yang menyelamatkan. Perhatikan, siapa yang menganggap
Tuhan sebagai Tuhan yang menyelamatkan akan dibebaskan-Nya
dari kesalahan. sebab , Dia yaitu Tuhan keselamatan yang
menyelamatkan dari dosa. Dengan demikian kita boleh meng-
ajukan permohonan ini kepada-Nya, “Tuhan, Engkaulah Tuhan
yang menyelamatkanku, oleh sebab itu bebaskan aku dari
kuasa dosa.” Dia berjanji jika Tuhan mau menyelamatkan
dia, maka lidahnya akan bersorak-sorai memberitakan keadil-
an-Nya. Tuhan harus mendapat kemuliaan, baik atas rahmat
pengampunan maupun anugerah yang mencegah orang me-
lakukan dosa. Sering kali keadilan Tuhan menggantikan anuge-
rah-Nya, khususnya dalam hal-hal penting seperti pembenar-
an dan pengudusan. Dalam keadilan Tuhan inilah Daud hendak
menghiburkan dirinya serta bersorak-sorai. Hal inilah yang
coba diberitahukannya kepada orang lain, dan dengan ini pula
dia mencoba mempengaruhi mereka. Dia hendak bersorak-
sorai memberitakan keadilan-Nya. Inilah yang harus dilakukan
oleh semua orang yang telah mendapat kemurahan dari ke-
adilan-Nya itu, sehingga berutang atas segala sesuatu terha-
dapnya.
2. Dia berdoa memohon anugerah Tuhan dan berjanji untuk me-
manfaatkan anugerah itu bagi kemuliaan-Nya (ay. 17), “Ya
Tuhan, bukalah bibirku, tidak hanya supaya aku bisa mengajar
dan memberi petunjuk kepada para pendosa” (yang tidak
mampu dilakukan bahkan oleh pengkhotbah terbaik sekali-
pun, kecuali Tuhan membuka mulutnya dan memberi kepa-
danya lidah seorang murid), “namun juga supaya mulutku mem-
beritakan puji-pujian kepada-Mu, tidak saja supaya aku mem-
punyai banyak alasan untuk memuji, namun juga hati yang
dilapangkan untuk memuji.” Kesalahan Daud telah membung-
Kitab Mazmur 51:16-21
755
kam bibirnya dan hampir menutup mulutnya untuk berdoa.
sebab merasa malu dan takut, dia tidak sanggup mengham-
piri hadirat Tuhan yang ia sadar telah dilukai hati-Nya oleh dia,
apalagi sampai berbicara kepada-Nya. Hatinya menghakimi
dirinya, sehingga dia merasa tidak percaya diri di hadapan
Tuhan . Akibatnya, ia merasa tawar hati untuk menaikkan puji-
pujian. Saat rasa sukacita atas keselamatannya lenyap, ke-
capinya digantung di atas pohon gandarusa. Oleh sebab itu,
dia berdoa, “Tuhan, bukalah hidupku, laraskan hatiku dengan
nada puji-pujian lagi.” Bagi mereka yang mulutnya terkunci
sebab rasa bersalah, rasa yakin telah diampuni dari dosa
akan meneguhkan hati mereka dengan tegas, Ephphatha –
Terbukalah. sebab itu, saat bibir mereka telah terbuka, apa
lagi yang bisa mereka ucapkan selain puji-pujian kepada
Tuhan , seperti yang diperbuat Zakaria? (Luk. 1:64).
II. Daud mempersembahkan korban pertobatan berupa hati yang re-
muk redam. Dia tahu Tuhan akan berkenan kepada korban terse-
but.
1. Dia tahu dengan pasti bahwa persembahan hewan korban itu
sendiri tidak ada nilainya di hadapan Tuhan (ay. 18), Sebab
Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan sebab kalau
benar demikian, akan kupersembahkan itu dengan segenap
hatiku demi memperoleh pengampunan dan damai sejahtera.
Korban bakaran Engkau tidak menyukainya. Di sini lihatlah
betapa relanya Daud andaikata dia harus mempersembahkan
ribuan domba jantan untuk menebus dosanya. Barangsiapa
yang sungguh-sungguh sadar akan sengsara dan bahaya yang
dihadapinya akibat dosa akan rela membayar berapa pun
asalkan hukumannya dikurangi (Mi. 6:6-7). Namun perhatikan
betapa kecilnya Tuhan menghargai semua pengorbanan itu.
Sebagai ujian ketaatan dan sebagai pelambang akan Kristus,
Dia memang mewajibkan kita untuk mempersembahkan kor-
ban. Namun, hati-Nya tidaklah bersuka akan harga atau nilai
yang terkandung dalam semua persembahan itu. Korban dan
persembahan tidak Engkau kehendaki. sebab korban dan
persembahan tidak dapat membayar dosa, maka Tuhan juga
tidak dapat disenangkan dengan kedua hal itu, kecuali jika
756
pengorbanan dan persembahan itu diberikan sebagai ungkap-
an kasih dan kewajiban terhadap-Nya.
2. Daud juga tahu bahwa Tuhan sangat berkenan kepada perto-
batan yang sejati (ay. 19), Korban sembelihan kepada Tuhan
ialah jiwa yang hancur.
Perhatikanlah di sini:
(1) Perbuatan baik yang terjadi di dalam diri setiap petobat se-
jati yaitu jiwa yang hancur, serta hati yang patah dan
remuk. Ini merupakan perbuatan yang dilakukan di dalam
hati, dan perbuatan seperti inilah yang dilihat dan dikehen-
daki Tuhan dalam semua ibadah, khususnya dalam perto-
batan. Tindakan bertobat menusuk tajam di dalam hati,
dan itu sama saja dengan menghancurkan hati. namun , ini
bukan sebab rasa putus asa (seperti yang biasa dikatakan
jika seseorang mengalami malapetaka, “Hatinya han-
cur”), melainkan harus dengan merendahkan diri dan ber-
dukacita sebab dosa. Hati itu hancur berkeping-keping di
dalam dirinya sendiri, dan juga hancur dalam hubungan-
nya dengan dosa. Hati itu harus menurut pada firman
Tuhan , bersabar menanggung hajaran Tuhan . Sebuah hati
yang mau tunduk dan taat. Hati itu harus lembut, seperti
hati Yosia, dan gemetar mendengar firman Tuhan . Oh, semo-
ga ada hati yang demikian di dalam diri kita!
(2) Betapa senang hati Tuhan menerima persembahan hati yang
demikian itu. Persembahan ini yaitu korban persem-
bahan kepada Tuhan , bukan satu, melainkan banyak, dan
itu melebihi semua korban bakaran dan korban sembelih-
an. Penghancuran tubuh Kristus untuk menebus dosa ada-
lah satu-satunya korban sembelihan bagi pendamaian,
sebab tidak ada korban lain yang dapat menghapus dosa.
Namun, penghancuran hati kita sebab dosa yaitu suatu
korban pengakuan, yakni suatu korban sembelihan kepada
Tuhan , sebab kepada Tuhan lah korban itu dipersembahkan.
Dia yang mewajibkannya, Dia yang mempersiapkannya.
Dia menyediakan anak domba ini sebagai korban bakaran,
dan Dia akan menerimanya. Hati Tuhan disenangkan bukan
saat kita memberi makan hewan kita serta mengembang-
biakkannya, melainkan saat kita menyembelihnya. Oleh
Kitab Mazmur 51:16-21
757
sebab itu, bukan menggemukkan daging, melainkan me-
matikan daginglah yang dikehendaki-Nya. Korban sem-
belihan itu diikat, disembelih hingga berdarah, dan diba-
kar. Demikian juga hati orang yang bertobat harus diikat
oleh kesadaran akan dosa, berdarah sebab diremukkan,
kemudian dibakar dalam semangat yang kudus bagi Tuhan
dan semangat kudus untuk melawan dosa. Korban diper-
sembahkan di atas mezbah yang menguduskan pemberian
itu. Demikian juga hati yang patah hanya diterima oleh
Tuhan jika melalui Yesus Kristus, sebab tidak ada pertobat-
an sejati tanpa iman kepada-Nya. Dan inilah korban yang
tidak akan dipandang hina oleh-Nya. Manusia meremehkan
apa yang hancur, namun Tuhan tidak. Dia merendahkan
hewan korban yang terkoyak dan hancur, namun Dia tidak
akan merendahkan persembahan hati yang terkoyak dan
hancur. Dia tidak akan mengabaikannya, menolak atau
mencampakkannya. Meskipun Tuhan telah dikecewakan ka-
rena kita sudah bersalah terhadap-Nya dengan berbuat
dosa, Dia tetap tidak mencampakkannya. Orang Farisi
yang sombong itu merendahkan pemungut cukai yang han-
cur hatinya, sedangkan si pemungut cukai itu sendiri
menganggap dirinya sangat hina. namun , Tuhan tidak meren-
dahkan si pemungut cukai itu. Ada lebih banyak yang ter-
sirat dibandingkan yang tersurat. Tuhan yang Agung memandang
dari atas melewati langit dan bumi, untuk melihat dengan
penuh belas kasih kepada hati yang patah dan remuk (Yes.
66:1-2; 57:15).
III. Daud bersyafaat bagi Sion dan Yerusalem, dengan tujuan memu-
liakan Tuhan . Lihat ke mana perhatiannya tertuju,
1. Pada kebaikan umat Tuhan (ay. 20), Lakukanlah kebaikan ke-
pada Sion, yakni,
(1) “Khususnya bagi semua penyembah di Sion, bagi semua
orang yang mengasihi dan takut akan nama-Mu. Jagalah
mereka agar tidak jatuh ke dalam dosa yang melukai dan
membinasakan seperti yang kulakukan. Lindungilah dan
tolonglah mereka yang takut akan nama-Mu.” Siapa yang
pernah mengalami sendiri persoalan-persoalan rohani tahu
758
bagaimana merasa iba dan berdoa bagi orang-orang yang
mengalami hal yang sama. Atau,
(2) Secara umum bagi kepentingan bangsa Israel. Daud mera-
sakan kesalahan yang telah dilakukannya terhadap Yehuda
dan Yerusalem melalui dosanya. Ia tahu betapa dosanya itu
telah melemahkan tangan dan menyedihkan hati orang-
orang baik, dan membuka mulut musuh-musuh mereka.
Dia juga takut kalau-kalau sebagai seorang tokoh masyara-
kat, dosanya akan mengakibatkan hukuman bagi kota dan
kerajaannya. Oleh sebab itu dia berdoa agar Tuhan melin-
dungi serta memajukan kepentingan-kepentingan masyara-
kat yang telah rusak dan terancam oleh sebab dia. Dia
berdoa agar Tuhan bersedia menahan hukuman yang akan
ditimpakan-Nya ke atas seluruh bangsa itu akibat dosanya.
Dia berdoa supaya Tuhan terus mencurahkan berkat-berkat-
Nya dan melanjutkan kebaikan itu, yang tadinya hendak
ditarik serta dihentikan. Dia berdoa, tidak hanya agar Tuhan
melakukan kebaikan kepada Sion, sebagaimana telah dila-
kukan-Nya kepada tempat-tempat yang lain melalui pemeli-
haraan-Nya, namun juga supaya Dia mau melakukan itu
menurut kerelaan hati-Nya. Secara khusus Dia telah berke-
nan kepada tempat itu, sebab Dia telah memilih untuk
menegakkan nama-Nya di sana. Dia memohon supaya tem-
bok Yerusalem, yang sekarang mungkin ada di dalam ba-
ngunan itu, dapat dibangun, dan pekerjaan yang baik itu
diselesaikan.
Perhatikan:
[1] saat kita sedang sangat sibuk dengan urusan kita
sendiri, dan sibuk dengan kepentingan takhta anuge-
rah, kita tetap tidak boleh lupa berdoa bagi umat Tuhan .
Bahkan, Sang Guru telah mengajar kita dalam doa kita
sehari-hari untuk memulai dengan hal ini, Dikuduskan-
lah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.
[2] Mempertimbangkan kerugian yang telah kita perbuat ter-
hadap kepentingan orang banyak gara-gara dosa kita,
kita harus berusaha melakukan yang terbaik bagi me-
reka sebisa mungkin, khususnya dalam doa-doa kita.
Kitab Mazmur 51:16-21
759
2. Bagi kehormatan umat Tuhan (ay. 21). Jika Tuhan mau menun-
jukkan bahwa Dia berdamai dengan Daud dan umat-Nya, se-
bagaimana yang didoakannya, maka mereka akan terus mela-
yani di bait-Nya,
(1) Dengan penuh sukacita. Kesadaran akan kebaikan Tuhan
membuat hati mereka menjadi semakin lapang untuk
menyatakan ucapan syukur dan ketaatan mereka. sesudah
itu mereka akan datang ke kemah suci-Nya dengan korban
bakaran, dengan seluruh korban bakaran, yang murni di-
tujukan bagi kemuliaan Tuhan . Mereka juga akan memper-
sembahkan bukan sekadar anak domba atau domba jan-
tan, melainkan lembu, yaitu persembahan yang paling
mahal, di atas mezbah-Nya.
(2) Dengan berkenan di hadapan Tuhan , “Maka Engkau akan
berkenan kepada korban yang benar. Yakni, kami akan
mempunyai alasan untuk berharap demikian saat kami
melihat bahwa dosa yang menimbulkan ancaman terhadap
perkenanan-Mu itu telah dihapus.” Perhatikanlah, merupa-
kan suatu penghiburan besar bagi seorang baik saat dia
melihat ada persekutuan terjadi di antara Tuhan dan umat-
Nya dalam pertemuan jemaat. Dia bisa menyaksikan beta-
pa dalam persekutuan seperti itu Tuhan begitu dihormati
dengan kehadiran mereka yang penuh kerendahan hati,
dan jemaat itu juga sungguh berbahagia sebab Tuhan ber-
kenan atas kehadiran mereka.
PASAL 52
idak diragukan lagi bahwa Daud sedang merasa amat sangat ber-
duka saat dia berkata kepada Abyatar (1Sam. 22:22), “Akulah
sebab utama dari pada kematian seluruh keluargamu,” yang dibantai
oleh Saul sesudah mendengar kabar yang disampaikan oleh Doëg
dengan penuh kebencian. Untuk melampiaskan rasa dukanya itu,
dan untuk melegakan pikirannya dari duka itu, dia menuliskan maz-
mur ini, yang di dalamnya, sebagai nabi, dan juga dengan wewenang
seolah-olah dia telah menjadi raja yang bertakhta,
I. Ia mempersalahkan Doëg atas apa yang telah diperbuatnya
(ay. 3).
II. Ia menuduh, mendakwanya, dan menyatakan betapa besar
kejahatannya itu (ay. 4-6).
III. Ia menjatuhkan hukuman atasnya (ay. 7).
IV. Ia menubuatkan kemenangan orang-orang benar di dalam
pelaksanaan hukuman itu (ay. 8-9).
V. Ia menghibur diri sendiri dengan kasih setia Tuhan dan de-
ngan keyakinan yang dimilikinya bahwa ia akan tetap memu-
ji-Nya (ay. 10-11).
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus menanamkan rasa
benci terhadap dosa berdusta, bisa melihat kehancuran orang-orang
yang tetap bersiteguh dalam melakukannya. namun kita juga boleh
merasa terhibur dengan keyakinan akan pemeliharaan gereja dan
umat Tuhan , kendati dengan segala rancangan penuh kebencian dari
anak-anak Iblis, bapa segala dusta itu.
T
762
Kejahatan Doëg
(52:1-7)
1 Untuk pe