mazmur 51-100 5

 


ita harus 

memenuhi nazar-nazar kita (ay. 9). Sebab Dia yang mendengar 

nazar yang kita buat pasti akan membuat kita mendengar 

nazar itu jika kita tidak menepatinya. 

2. “Doa-doa yang menyertai nazar-nazar itu. Doa-doa itu telah 

Engkau dengar dan jawab dengan penuh kemurahan hati.” 

Doa-doa yang terjawab itu kini mendorongnya untuk berdoa, 

“Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Tuhan  .” Dia yang tidak 

pernah menyuruh keturunan Yakub untuk mencari-Nya de-

ngan sia-sia, juga tidak akan berkata demikian sekarang. 

“Engkau telah mendengar nazarku, dan memberi  jawaban 

yang nyata untuknya. Sebab Engkau telah memenuhi perminta-


 870

an orang-orang yang takut akan nama-Mu.” (KJV: Sebab Engkau 

telah memberiku warisan yang diperuntukkan bagi orang-orang 

yang takut akan nama-Mu – pen.)

Perhatikanlah:  

(1)  Ada umat khusus di dunia ini yang takut akan nama Tuhan  , 

yang dengan rasa takjub namun penuh dengan kekudusan, 

dan dengan rasa hormat, menerima serta menyesuaikan 

diri mereka dengan semua penyataan yang berkenan di-

buat Tuhan   tentang diri-Nya sendiri kepada anak-anak ma-

nusia.  

(2) Ada warisan khusus yang diperuntukkan bagi umat yang 

khusus itu, penghiburan-penghiburan pada saat ini, dan 

pertanda-pertanda akan kebahagiaan di masa yang akan 

datang. Tuhan   sendiri yaitu  milik pusaka mereka, bagian 

mereka untuk selama-lamanya. Orang-orang Lewi yang me-

miliki Tuhan   sebagai milik pusaka mereka harus menerima 

Dia, dan tidak mengharapkan banyak hal seperti saudara-

saudara mereka. Dengan demikian, orang-orang yang takut 

akan Tuhan   sudah mempunyai apa yang cukup di dalam 

Dia, dan oleh sebab itu mereka tidak boleh mengeluh jika 

hanya mempunyai sedikit harta di dunia ini.  

(3)  Tidak ada warisan yang lebih baik yang dapat kita inginkan 

dibandingkan  warisan yang diperuntukkan bagi mereka yang 

takut akan Tuhan  . Jika Tuhan   memperlakukan kita seperti 

Dia memperlakukan orang-orang yang cinta akan nama-

Nya, maka tidak ada perlakuan yang lebih baik lagi yang 

dapat kita inginkan.  

II.  Dengan begitu yakinnya ia menantikan keberlangsungan hidup-

nya (ay. 7): Tambahilah umur raja (KJV: Engkau akan memperpan-

jang umur raja – pen.). Ini dapat dimengerti,  

1.  Tentang dirinya sendiri. Walaupun mazmur ini ditulis sebelum 

dia naik takhta, namun,  sebab  sudah diurapi oleh Samuel, 

dan tahu apa yang telah difirmankan Tuhan   di tempat kudus-

Nya, maka ia di dalam iman dapat menyebut dirinya raja, mes-

kipun sekarang sedang dikejar-kejar seperti penjahat. Atau 

mungkin mazmur ini ditulis saat  Absalom berusaha menggu-

lingkannya dari takhta, dan memaksanya mengasingkan diri. 

Kitab Mazmur 61:6-9 

 871 

Ada orang-orang yang berusaha memperpendek umurnya, na-

mun ia percaya kepada Tuhan   untuk memperpanjang umurnya, 

sepanjang umur manusia seperti yang ditetapkan oleh Musa 

(yaitu tujuh puluh tahun). Daud, yang hidupnya dihabiskan 

untuk melayani angkatannya sesuai dengan kehendak Tuhan   

(Kis. 13:36), dapat dipandang hidup selama bertahun-tahun, 

 sebab  berkat dia banyak angkatan menjadi lebih baik. Tekad-

nya yaitu  untuk berdiam di dalam kemah Tuhan   untuk sela-

ma-lamanya (ay. 5), untuk melaksanakan kewajibannya. Dan 

sekarang, yang diharapkannya yaitu  agar ia dapat bersema-

yam di hadapan Tuhan   selama-lamanya, untuk mendapatkan 

penghiburan. Orang-orang yang bersemayam di hadapan Tuhan  , 

yang melayani-Nya dan hidup dengan rasa takut akan Dia, 

yaitu  orang-orang yang berdiam untuk tujuan baik di dunia 

ini. Dan mereka yang berbuat demikian akan bersemayam di 

hadapan-Nya selama-lamanya. Ia berbicara tentang dirinya 

sendiri dalam bentuk orang ketiga,  sebab  mazmur ini disam-

paikan kepada pemusik utama untuk digunakan oleh jemaat, 

dan ia ingin agar orang banyak, dalam menyanyikannya, ter-

dorong dengan keyakinan bahwa, kendati dengan kebencian 

musuh-musuhnya, raja mereka, seperti yang mereka harap-

kan, akan hidup untuk selama-lamanya. Atau,  

2.  Tentang diri Mesias, Sang Raja yang diperlambangkan oleh-

nya. Apa pun yang terjadi pada dirinya, Daud merasa terhibur 

saat berpikir, bahwa masa-masa hidup Yang Diurapi Tuhan 

akan berlangsung selama bertahun-tahun, dan bahwa besar 

kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan. 

Sang Pengantara akan bersemayam di hadapan Tuhan   untuk 

selama-lamanya, sebab Dia selalu tampil di hadapan Tuhan   

bagi kita, dan selalu hidup, dengan senantiasa menjadi peng-

antara. Dan,  sebab  Dia hidup, kita pun akan hidup.   

III. Dengan begitu gigihnya dia memohon agar Tuhan   membawa dan 

menjaganya selalu di dalam perlindungan-Nya: “Titahkanlah kasih 

setia dan kebenaran menjaga dia.” Janji-janji Tuhan   dan iman kita 

kepada semua janji itu tidak dimaksudkan untuk menggantikan 

namun  untuk membangkitkan dan mendorong doa. Daud yakin 

bahwa Tuhan   akan memperpanjang umurnya, dan oleh sebab itu 

dia berdoa agar Ia menjaganya. Bukan berarti bahwa Dia harus 


 872

menyiapkan baginya seorang pengawal yang kuat, atau sebuah 

benteng yang kokoh, namun  bahwa Dia akan menyiapkan kasih 

setia dan kebenaran untuk menjaganya. Yaitu, bahwa kebaikan 

Tuhan   akan membuatnya aman sesuai dengan janji yang telah 

diucapkan-Nya. jika  kita sudah berada dalam perlindungan 

kasih setia dan kebenaran Tuhan  , maka tidak ada lagi tempat yang 

lebih aman yang perlu kita cari. Ini dapat diterapkan kepada Me-

sias: “Utuslah Dia saat  waktunya sudah genap, untuk menun-

jukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham” 

(Mi. 7:20; Luk. 1:72-73).  

IV. Dengan begitu gembiranya ia bernazar akan membalas Tuhan   de-

ngan penuh syukur (ay. 9): “Maka aku hendak memazmurkan 

nama-Mu untuk selamanya.” Perhatikanlah,  sebab  Tuhan   menjaga 

kita maka kita wajib memuji-Nya. Oleh sebab itu, kita harus ber-

keinginan untuk hidup, agar kita bisa memuji-Nya: Biarlah jiwaku 

hidup, supaya memuji-muji Engkau. Kita harus memuji Tuhan   dan 

menjadikannya sebagai pekerjaan kita dari waktu ke waktu, bah-

kan sampai pada akhirnya. Selama hidup kita diperpanjang, kita 

harus terus memuji Tuhan  . Dengan demikian, pekerjaan itu akan 

dijadikan pekerjaan kita di kehidupan kekal, dan kita akan me-

muji-muji Dia untuk selama-lamanya. Sedang aku membayar 

nazarku hari demi hari. Memuji Tuhan   sudah dengan sendirinya 

merupakan pemenuhan nazarnya, dan ini mencondongkan hati-

nya untuk memenuhi nazar-nazarnya yang lain yang dibuatnya 

pada kesempatan-kesempatan lain. 

Perhatikanlah:  

1. Nazar yang telah kita buat haruslah kita penuhi dengan kesa-

daran hati nurani.  

2. Memuji Tuhan   dan membayar nazar kita kepada-Nya haruslah 

menjadi pekerjaan kita sehari-hari. Setiap hari kita harus me-

lakukan sesuatu untuk membayar nazar secara tetap,  sebab  

membayar nazar tidaklah ada artinya bila kita tidak menunai-

kan apa yang harus kita kerjakan sekarang. Sebab, setiap hari 

kita menerima kasih setia yang baru. Selain itu, jika sekarang 

ini saja kita sudah merasa berat untuk memenuhi nazar kita 

setiap hari, maka janganlah berharap kita dapat melakukan-

nya selama-lamanya di kehidupan yang kekal nanti.  

PASAL  62  

azmur ini tidak berisi sesuatu yang secara langsung berkaitan 

dengan doa atau pujian, dan juga tidak tampak pada kesempat-

an apa mazmur ini ditulis. Tidak jelas juga apakah mazmur ini ditulis 

pada suatu kesempatan tertentu, apakah itu berduka ataupun ber-

suka. Namun di dalamnya,  

I.  Daud dengan luar biasa senangnya mengakui keyakinannya 

akan Tuhan   dan kebergantungannya kepada-Nya, dan men-

dorong dirinya sendiri untuk terus menantikan-Nya (ay. 2-8).  

II. Dengan segala kesungguhan hati ia menggugah dan mendo-

rong orang lain untuk percaya kepada Tuhan   juga, dan bukan 

kepada makhluk mana pun (ay. 9-13).  

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus menggugah diri kita 

sendiri untuk menantikan Tuhan  .  

Menantikan Tuhan  ; Yakin akan Tuhan   

(62:1-8) 

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. 2 Hanya dekat 

Tuhan   saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. 3 Hanya Dialah gu-

nung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 4 

Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan 

dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tem-

bok yang hendak roboh? 5 Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia 

dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulut-

nya mereka memberkati, namun  dalam hatinya mereka mengutuki. S e l a 6 

Hanya pada Tuhan   saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapan-

ku. 7 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku 

tidak akan goyah. 8 Pada Tuhan   ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung 

batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Tuhan  . 


 874

Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati, 

I.   Pengakuan Daud bahwa ia bergantung kepada Tuhan  , dan hanya 

kepada-Nya, untuk segala yang baik (ay. 2): Hanya dekat Tuhan   

saja aku tenang (KJV: Sesungguhnya jiwaku menantikan Tuhan   – 

pen.). Walaupun demikian (begitu menurut sebagian orang), atau 

“Bagaimanapun juga, apa pun kesulitan-kesulitan atau bahaya-

bahaya yang akan aku hadapi, meskipun Tuhan   murka terhadap 

aku dan aku mengalami kekecewaan-kekecewaan dalam mela-

yani-Nya, namun jiwaku tetap menantikan Tuhan  .” Atau sesuai 

dengan arti katanya: tenang di hadapan Tuhan  , tidak mengatakan 

apa-apa melawan apa yang diperbuat-Nya, namun  dengan diam 

menantikan apa yang akan dilakukan-Nya. Kita sedang menjalan-

kan kewajiban kita dan mendapatkan penghiburan jika  jiwa 

kita menantikan Tuhan  , jika  kita dengan gembira menyerahkan 

diri kita dan kesudahan seluruh perkara kita kepada kehendak 

dan hikmat-Nya. Demikian pula halnya jika  kita menerima 

dan menyesuaikan diri dengan segala pekerjaan pemeliharaan-

Nya, serta dengan sabar menantikan kesudahan yang belum 

menentu, dengan merasa puas sepenuhnya pada kebenaran dan 

kebaikan-Nya, apapun yang terjadi. Bukankah jiwaku tunduk ke-

pada Tuhan  ? Begitulah menurut Septuaginta [Alkitab Perjanjian 

Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.]. Demikianlah halnya, 

dan demikian pula seharusnya. Kehendak kita haruslah dilebur-

kan ke dalam kehendak-Nya. Jiwaku hormat kepada Tuhan  , sebab 

dari pada-Nyalah keselamatanku. Ia tidak ragu bahwa keselamat-

annya akan datang, meskipun sekarang sedang terancam bahaya, 

dan ia mengharapkannya datang dari Tuhan  , dan hanya dari Dia, 

sebab sia-sialah berharap pada bukit-bukit dan gunung-gunung 

(Yer. 3:23; 121:1-2). “Dari-Nyalah aku tahu keselamatan itu akan 

datang, dan oleh sebab itu Dialah yang dengan sabar aku nan-

tikan sampai keselamatan itu benar-benar datang, sebab waktu-

Nya yaitu  waktu yang terbaik.” Kita dapat menerapkannya pada 

keselamatan kekal kita, yang disebut keselamatan yang dari Tuhan   

(50:23). Dari-Nyalah keselamatan itu datang. Dia telah menyiap-

kan keselamatan itu untuk kita. Dia sedang menyiapkan kita 

untuk keselamatan itu, dan memelihara kita kepada keselamatan 

itu. Dan oleh sebab itu biarlah jiwa kita menantikan Dia, agar 

Kitab Mazmur 62:1-8 

 875 

dapat dibimbing melewati dunia ini menuju pada keselamatan 

kekal itu, dengan cara yang pantas menurut-Nya.  

II.  Dasar dan alasan untuk bergantung kepada-Nya (ay. 3): Hanya 

Dialah gunung batuku dan keselamatanku; Dia kota bentengku.  

1. “Sudah berkali-kali Dia menjadi demikian bagiku. Di dalam Dia 

aku telah menemukan tempat perlindungan, kekuatan, dan per-

tolongan. Dengan anugerah-Nya Dia telah menyokong aku dan 

menopangku mengatasi segala permasalahanku, dan dengan 

pemeliharaan-Nya Dia telah membelaku dari segala penghina-

an musuh-musuhku serta melepaskan aku dari segala perma-

salahan yang telah menjeratku. Oleh sebab itu, aku menaruh 

pengharapan bahwa Ia akan menyelamatkan aku (2Kor. 1:10).  

2. “Hanya Dia yang bisa menjadi gunung batuku dan keselamat-

anku. Makhluk ciptaan tidak akan mampu, mereka tidak ada 

apa-apanya tanpa Dia, dan oleh sebab itu aku hanya akan me-

mandang Dia, dan tidak memedulikan mereka.”  

3. “Melalui kovenan Dia telah berketetapan untuk menjadi demi-

kian. Bahkan Dia, yang merupakan gunung batu segala za-

man, yaitu  gunung batuku. Dia, Tuhan   keselamatan, yaitu  

keselamatanku. Dia, Tuhan   Yang Mahatinggi, yaitu  tempat 

tinggiku. Dan oleh sebab itu, aku mempunyai segala alasan di 

dunia ini untuk mengandalkan Dia.”  

III. Keuntungan yang diperolehnya dari keyakinannya kepada Tuhan   itu. 

1.  sebab  percaya kepada Tuhan  , hatinya teguh. “ sebab  Tuhan   

yaitu  kekuatanku dan yang melepaskanku dengan gagah 

perkasa, maka aku tidak akan goyah (maksudnya, aku tidak 

mati dan binasa). Bisa saja aku terguncang, namun  tidak akan 

tenggelam.” Atau, “Hatiku tidak akan begitu terusik dan geli-

sah. Bisa saja aku menjadi ketakutan, namun  tidak akan gentar 

sampai tertegun, juga tidak akan sampai kehilangan kendali 

atas jiwaku sendiri. Bisa saja aku kebingungan, namun tidak 

putus asa” (2Kor. 4:8). Pengharapan kepada Tuhan   ini akan 

menjadi jangkar bagi jiwa, yang membuat hati yakin teguh. 

2.  Musuh-musuhnya dipandang remeh, dan semua usaha mere-

ka melawannya dipandang hina olehnya (ay. 4-5). Jika Tuhan   

ada di pihak kita, kita tidak perlu takut terhadap apa yang da-


 876

pat diperbuat manusia terhadap kita, meskipun mereka begitu 

perkasa dan jahat. Di sini Daud, 

(1) Menggambarkan sifat musuh-musuhnya: Mereka hendak 

menyerbu orang (KJV: Mereka membayangkan kejahatan – 

pen.), merancangnya sedemikian rupa dengan racun ular, 

dan menyusunnya sedemikian licik seperti ular, dan ini 

mereka perbuat melawan seseorang, seorang dari sesama 

mereka, melawan satu orang, yang bukanlah tandingan 

yang sepadan untuk mereka, sebab mereka banyak. Mere-

ka terus saja menganiaya dengan penuh kebencian meski-

pun Pemeliharaan ilahi sudah sering kali menggagalkan 

rancangan-rancangan jahat mereka. “Berapa lamakah kamu 

akan melakukannya? Akankah kamu insaf akan kesalahan-

mu? Akankah kebencianmu mereda dengan sendirinya?” 

Mereka sehati dan sepikir untuk mengempaskan dia dari 

kedudukannya yang tinggi, untuk menjauhkan orang jujur 

dari kejujurannya, untuk menjeratnya di dalam dosa, yang 

merupakan satu-satunya hal yang akan berhasil mengem-

paskan kita dari kedudukan kita yang tinggi. Mereka hen-

dak menjatuhkan orang yang telah ditinggikan Tuhan   dari 

martabatnya, dan dengan demikian berperang melawan 

Tuhan  . Iri hati yaitu  dasar dari kebencian mereka. Mereka 

berduka atas kemajuan Daud, dan oleh sebab itu mereka 

bersekongkol, dengan menjelek-jelekkan dia dan menco-

reng nama baiknya (yang berarti mengempaskannya dari 

kedudukannya yang tinggi), untuk menghalang-halangi ke-

majuannya. Untuk mencapai tujuan ini, mereka memfit-

nahnya, dan suka mendengarkan sifat-sifat buruk yang 

digambarkan tentangnya, dan laporan-laporan buruk yang 

dibuat serta disebarkan mengenai dia, padahal mereka 

tahu semua itu tidak benar. Mereka suka kepada dusta. 

Dan  sebab  hati nurani mereka sudah tidak peduli lagi un-

tuk berdusta tentang dia, untuk berbuat jahat kepadanya, 

maka hati nurani mereka pun berdusta kepadanya tanpa 

terbeban oleh hati nurani. Mereka menyembunyikan keja-

hatan yang mereka rancangkan dan menjalankannya de-

ngan lebih baik lagi. Dengan mulutnya mereka memberkati 

(mereka memuji Daud di depan mukanya), namun  dalam 

hatinya mereka mengutuki. Dalam hati mereka berharap se-

Kitab Mazmur 62:1-8 

 877 

moga segala yang jahat menimpa Daud, dan dengan diam-

diam bersekongkol melawannya. Berkelompok-kelompok 

mereka menjalankan rancangan jahat ini atau itu, dengan 

berharap semuanya itu dapat menghancurkannya. Sung-

guh berbahaya jika kita percaya kepada manusia yang se-

demikian palsunya. namun  Tuhan   itu setia.  

(2) Ia membacakan ajal mereka, mengumumkan hukuman mati 

atas mereka, bukan sebagai raja melainkan sebagai nabi: 

Kamu sekalian akan dibunuh (KJV), oleh penghakiman-

penghakiman Tuhan   yang adil. Saul dan hamba-hambanya 

dibunuh oleh orang-orang Filistin di pegunungan Gilboa, 

sesuai dengan nubuatan ini. Siapa yang berusaha meng-

hancurkan umat pilihan Tuhan   sama saja dengan memper-

siapkan kehancuran bagi dirinya sendiri. Jemaat Tuhan   

didirikan di atas batu karang yang akan tetap teguh ber-

diri. namun  orang-orang yang berperang melawannya, dan 

melawan semua penyokong serta pelindungnya, akan men-

jadi seperti dinding yang miring, terhadap tembok yang hen-

dak roboh, yang  sebab  fondasinya lapuk, tenggelam kare-

na keberatan, roboh dengan tiba-tiba. Dan di dalam rerun-

tuhannya menguburkan semua orang yang berlindung di 

bawah bayangan dan naungannya. Daud,  sebab  yakin 

kepada Tuhan  , sudah melihat kejatuhan musuh-musuhnya 

seperti itu, dan  sebab  itu, ia menentang dan menantang 

mereka untuk melakukan yang sejahat-jahatnya semampu 

mereka. 

3.  Ia sendiri terdorong untuk terus menantikan Tuhan   (ay. 6-8): 

Hanya pada Tuhan   saja kiranya aku tenang (KJV: Jiwaku, nanti-

kanlah Tuhan   saja – pen.). Perhatikanlah, kebaikan yang kita 

lakukan haruslah menggugah kita untuk terus melakukan 

kebaikan itu, dan untuk semakin banyak lagi melakukannya. 

Selayaknyalah kita berbuat demikian sebagai orang yang oleh 

anugerah telah mendapat penghiburan dan keuntungan ke-

baikan yang telah kita terima. Kita telah mendapati bahwa 

menantikan Tuhan   itu baik, dan oleh sebab itu kita harus 

memerintahkan jiwa kita, dan bahkan membujuknya, untuk 

terus bergantung kepada Tuhan   supaya hati kita bisa selalu 

tenang. Sebelumnya Daud berkata (ay. 2), “Dari pada-Nyalah 

keselamatanku,” sekarang ia berkata (ay. 6), “dari pada-Nyalah 


 878

harapanku.” Keselamatannya merupakan hal utama yang 

diharapkannya. Biarlah ia mendapatkannya dari Tuhan  , maka 

ia tidak akan berharap apa-apa lagi.  sebab  keselamatannya 

datang dari Tuhan  , maka segala hal lain yang diharapkannya 

hanyalah dari Tuhan  . “Jika Tuhan   menyelamatkan jiwaku, maka 

biarlah Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya untukku dalam 

segala hal lain.  sebab  itu, aku mau menerima segala peng-

aturan-Nya,  sebab  aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini 

ialah keselamatanku” (Flp. 1:19). Ia mengulangi (ay. 7) apa 

yang telah dikatakannya mengenai Tuhan   (ay. 3), sebagai orang 

yang tidak saja yakin akan perkataannya itu namun  juga yang 

luar biasa senang dengannya, dan yang banyak merenungkan-

nya: “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota 

bentengku, aku tahu Dia begitu.” namun  sebelumnya ia me-

nambahkan, “aku tidak akan banyak goyah” (KJV), sedangkan 

di sini, “aku tidak akan goyah sama sekali” (KJV). Perhatikan-

lah, semakin banyak iman diwujudkan dalam tindakan, sema-

kin hidup iman itu jadinya. Crescit eundo – Semakin bertumbuh 

dengan dilatih. Semakin sering kita merenungkan sifat-sifat 

dan janji-janji Tuhan  , dan pengalaman kita sendiri, semakin 

kuat kita menghadapi ketakutan-ketakutan kita. Dan, seperti 

Haman, jika  ketakutan-ketakutan itu sudah mulai gugur, 

maka semua ketakutan itu akan berguguran di hadapan kita, 

dan kita akan dijagai dengan damai sejahtera (Yes. 26:3). 

Sama seperti iman Daud kepada Tuhan   bertumbuh sehingga 

mencapai taraf yang kokoh dan tidak goyah, demikian pula 

sukacitanya di dalam Tuhan   bertumbuh dengan sendirinya 

menjadi sorak-sorai yang kudus (ay. 8): Pada Tuhan   ada kese-

lamatanku dan kemuliaanku. Di mana ada keselamatan kita, di 

situ pula ada kemuliaan kita. Sebab, apakah keselamatan kita 

itu selain kemuliaan yang akan diungkapkan kelak, yaitu 

kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya? Dan dalam hal 

inilah kita harus bermegah. Di dalam Tuhan  , marilah kita 

bermegah sepanjang hari. “Gunung batu kekuatanku (maksud-

nya, gunung batuku yang kuat, yang di atasnya aku berpijak 

dan membangun segala harapanku), dan tempat perlindungan-

ku, yang kepadanya aku berlari mencari tempat perlindungan 

jika  aku dikejar-kejar, ialah Tuhan  , dan Dia saja. Tiada yang 

lain yang aku tuju, tiada yang lain yang aku percayai. Semakin 

Kitab Mazmur 62:9-13 

 879 

banyak aku merenungkannya, semakin puas aku jadinya de-

ngan pilihan yang sudah kubuat.” Demikianlah ia bersenang-

senang  sebab  TUHAN, dan melintasi puncak bukit-bukit di 

bumi (Yes. 58:14).  

Nasihat untuk Percaya kepada Tuhan   

(62:9-13) 

9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di 

hadapan-Nya; Tuhan   ialah tempat perlindungan kita. S e l a 10 Hanya angin 

saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada 

neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin. 11 

Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-

sia kepada perampasan; jika  harta makin bertambah, janganlah hatimu 

melekat padanya. 12 Satu kali Tuhan   berfirman, dua hal yang aku dengar: 

bahwa kuasa dari Tuhan   asalnya, 13 dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya 

Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya. 

Di sini kita mendapati nasihat Daud kepada orang lain untuk percaya 

kepada Tuhan   dan menantikan Dia, seperti yang telah diperbuatnya. 

Orang yang telah mendapatkan penghiburan di jalan-jalan Tuhan   bagi 

dirinya sendiri pasti akan mengundang orang lain untuk berjalan di 

jalan-jalan itu juga. Di dalam Tuhan   ada banyak hal yang dapat dinik-

mati oleh semua orang kudus, dan kita tidak akan pernah kekurang-

an sekalipun orang lain turut berbagi di dalamnya.   

I.   Ia menasihati semua orang untuk menantikan Tuhan  , seperti yang 

diperbuatnya (ay. 9).  

Lihatlah  :  

1.  Kepada siapa dia memberi  nasihat yang baik ini: Hai umat 

(maksudnya, sekalian umat). Siapa saja boleh datang untuk 

percaya kepada Tuhan  , sebab Dia yaitu  kepercayaan segala 

ujung bumi (65:6). Hai umat Israel (begitulah dalam bahasa 

Aramnya). Teristimewa mereka ini diajak untuk ikut percaya 

kepada Tuhan  , sebab Dia yaitu  Tuhan   Israel. Terlebih lagi, 

bukankah umat itu harus mencari Tuhan   mereka sendiri?    

2.  Nasihat baik apa yang diberikannya.  

(1) Untuk mengandalkan Tuhan  : “Percayalah kepada-Nya. Ber-

urusanlah dengan Dia, dan relakanlah dirimu untuk ber-

urusan dengan Dia atas dasar kepercayaan. Bergantunglah 

kepada-Nya untuk melakukan segala sesuatu bagimu, de-


 880

ngan mengandalkan hikmat dan kebaikan-Nya, kuasa dan 

janji-Nya, serta pemeliharaan dan anugerah-Nya. Lakukan-

lah ini setiap waktu.” Kita harus membiasakan diri untuk 

selalu percaya kepada Tuhan  , harus menjalani hidup dengan 

bergantung kepada-Nya, harus sungguh-sungguh percaya 

kepada-Nya setiap waktu, sehingga tak ada sedikit pun 

waktu yang tersisa untuk percaya kepada diri kita sendiri, 

atau kepada makhluk mana pun, namun  hanya kepada Dia. 

Dan kita harus benar-benar yakin kepada Tuhan   di segala 

kesempatan, percaya kepada-Nya setiap kali menghadapi 

situasi yang gawat, untuk membimbing kita jika  kita di-

landa keraguan, untuk melindungi kita jika  kita teran-

cam bahaya, untuk memberi  persediaan kepada kita 

jika  kita kekurangan, dan untuk menguatkan kita 

untuk berkata-kata yang baik dan melakukan yang baik.  

(2) Untuk bercakap-cakap dengan Tuhan  : Curahkanlah isi hati-

mu di hadapan-Nya. Ungkapan ini tampak merujuk pada 

air persembahan yang dicurahkan di hadapan Tuhan. Apa-

bila kita mengaku dosa dan bertobat dari dosa kita itu, 

maka hati kita tercurah di hadapan Tuhan (1Sam. 7:6). 

namun  yang dimaksudkan di sini yaitu  doa, yang jika dija-

lankan seperti seharusnya, merupakan pencurahan hati di 

hadapan Tuhan  . Kita harus menumpahkan keluhan-keluhan 

kita di hadapan-Nya, mempersembahkan keinginan-

keinginan kita kepada-Nya dengan segala kebebasan yang 

penuh dengan kerendahan hati, dan kemudian berserah 

sepenuhnya pada ketentuan-Nya, dengan sabar menun-

dukkan kehendak-kehendak kita pada kehendak-Nya. Ini-

lah yang dinamakan mencurahkan isi hati kita. 

3.  Dorongan apa yang diberikannya kepada kita agar menuruti 

nasihat yang baik ini: Tuhan   ialah tempat perlindungan kita, 

bukan hanya tempat perlindunganku (ay. 8), melainkan juga 

tempat perlindungan kita semua, bahkan siapa saja yang ingin 

berlari kepada-Nya dan berlindung di dalam Dia.  

II. Ia memperingatkan kita untuk waspada agar tidak salah menem-

patkan keyakinan kita,  sebab , seperti dalam perkara-perkara 

lainnya juga, hati itu licik (Yer. 17:5-9). Orang yang benar-benar 

percaya kepada Tuhan   (ay. 2) akan percaya kepada-Nya saja (ay. 6).  

Kitab Mazmur 62:9-13 

 881 

1. Janganlah kita percaya kepada manusia dunia ini, sebab me-

reka hanyalah buluh yang patah (ay. 10): Hanya angin saja 

orang-orang yang hina, yang sama sekali tidak mampu meno-

long kita, dan suatu dusta saja orang-orang yang mulia, yang 

akan memperdaya kita jika kita percaya kepada mereka. Orang 

akan menyangka bahwa orang-orang hina dapat diandalkan 

 sebab  jumlah mereka banyak,  sebab  tubuh mereka kuat, 

dan  sebab  anggapan mereka bisa melayani kita. Orang juga 

akan menyangka bawah orang yang mulia dapat diandalkan 

 sebab  hikmat, kuasa, dan pengaruh mereka. Namun, baik 

orang hina maupun orang mulia janganlah kita andalkan. Dari 

antara keduanya, orang yang mulia disebutkan sebagai orang 

yang lebih suka menipu, sebab mereka yaitu  dusta, yang 

menunjukkan bukan hanya kesia-siaan melainkan juga pe-

langgaran. Biasanya kita tidak terlalu ingin bergantung kepada 

orang yang hina dibandingkan kepada raja dan panglima bala 

tentara,  sebab  penampilan orang-orang yang terakhir ini lebih 

membuat kita tergoda untuk percaya kepada mereka.  sebab  

percaya kepada penampilan mereka itu, makanya bila mereka 

mengecewakan kita, tampak jelaslah kebohongan mereka itu. 

Sebaliknya, yang sebaiknya kita lakukan yaitu , timbanglah 

mereka dengan neraca, neraca Kitab Suci, atau lebih tepatnya, 

cobailah mereka dulu, dan lihatlah seperti apa mereka itu, 

apakah mereka akan memenuhi harapan-harapanmu atau 

tidak, maka engkau akan menuliskan Tekél pada mereka. 

Mereka itu sama-sama lebih ringan dari pada angin. Kita tidak 

boleh bergantung pada hikmat mereka untuk menasihati kita, 

pada kuasa mereka untuk bertindak bagi kita, pada kehendak 

baik mereka kepada kita. Demikian juga, janganlah bergan-

tung pada janji-janji mereka, melainkan pada janji Tuhan   saja. 

Jangan mau tunduk pada apa saja, selain kepada Tuhan   saja.  

2.  Janganlah kita percaya kepada kekayaan dunia ini. Janganlah 

kekayaan itu dijadikan sebagai kota benteng kita (ay. 11): Ja-

nganlah percaya kepada pemerasan, maksudnya, kepada ke-

kayaan yang diperoleh melalui penipuan dan kekerasan, kare-

na di mana ada banyak kekayaan, di situ biasanya ada  

kekayaan yang diperoleh dengan mengeruk atau mengumpul-

kan uang dengan cara menipu (Juruselamat kita menyebutnya 

Mamon yang tidak jujur, Luk. 16:9), atau percaya kepada kiat-


 882

kiat untuk mendapatkan kekayaan. “Janganlah menyangka, 

bahwa  sebab  sudah beroleh kelimpahan atau sedang me-

ngumpulkannya, engkau sudah aman. Sebab ini berarti mena-

ruh harap yang sia-sia kepada perampasan (KJV: sebab kelim-

pahan ini akan menjadi sia-sia jika dirampas – pen.), mak-

sudnya, saat  engkau menyangka sedang menipu orang lain, 

sebenarnya engkau menipu dirimu sendiri.” Barangsiapa yang 

percaya akan kekayaannya yang melimpah, berlindung pada 

tindakan penghancurannya (52:9); dan pada kesudahan usia-

nya ia terkenal sebagai seorang bebal (Yer. 17:11). Janganlah 

ada yang begitu bodoh sehingga berpikir bahwa ia bisa menyo-

kong dirinya dengan perbuatan dosanya, apalagi sampai me-

nyokong diri di dalam dosa kekayaan ini. Bahkan,  sebab  su-

sah untuk mendapatkan kekayaan, kita harus berjaga-jaga 

agar jangan sampai mencurahkan perhatian kita secara ber-

lebihan kepadanya, supaya jangan kita percaya kepadanya 

jika  harta makin bertambah, meskipun kita mendapatkan-

nya dengan cara-cara yang sah dan jujur. “Janganlah hatimu 

melekat padanya. Janganlah hatimu sangat menginginkannya, 

janganlah memakainya sebagai  tempat kepuasan bagi jiwamu, 

atau percaya kepadanya sebagai bagianmu. Janganlah terlam-

pau mengkhawatirkannya, janganlah menilai dirimu dan orang 

lain berdasar  semua itu. Janganlah jadikan harta dunia ini 

sebagai kebaikan utamamu dan tujuan tertinggimu. Pendek-

nya, janganlah memberhalakannya.” Inilah bahaya yang paling 

mengancam kita jika  harta makin bertambah. saat  tanah 

orang kaya membuahkan hasil berlimpah, ia berkata kepada 

jiwanya, Jiwaku beristirahatlah dan tenangkanlah dirimu de-

ngan semua ini (Luk. 12:19). Dunia yang tersenyumlah yang 

paling besar kemungkinannya akan menjauhkan hati dari 

Tuhan  . Padahal hanya kepada-Nya hati itu harus diarahkan. 

III. Ia memberi  alasan yang sangat baik mengapa kita harus men-

jadikan Tuhan   sebagai sumber keyakinan kita, yaitu  sebab  Dia 

yaitu  Tuhan   yang mahakuasa, mahapengasih, dan mahabenar 

(ay. 12-13). Hal ini sangatlah diyakininya, dan dia ingin agar kita 

juga meyakininya: Satu kali Tuhan   berfirman, dua hal yang aku 

dengar, maksudnya,  

Kitab Mazmur 62:9-13 

 883 

1.  “Tuhan   telah berfirman, dan aku telah mendengarnya, satu kali, 

bahkan dua kali. Ia telah berfirman, dan aku telah mendengar-

nya dengan terang akal budi. Akal budiku dengan mudah 

menyimpulkan kebenaran apa yang difirmankan-Nya dari kod-

ratnya sebagai Keberadaan yang mahasempurna, dan dari 

karya-karya ciptaan-Nya ataupun pemeliharaan-Nya. Ia telah 

berfirman, dan aku telah mendengarnya satu kali, bahkan dua 

kali (maksudnya berkali-kali), melalui peristiwa-peristiwa yang 

secara khusus menyangkut aku. Ia telah berfirman dan aku 

telah mendengarnya melalui terang pewahyuan, melalui mim-

pi-mimpi dan khayal malam (Ayb. 4:13), melalui penampakan 

diri-Nya yang mulia di atas Gunung Sinai” (yang menurut 

sebagian orang secara khusus dirujuk oleh ayat ini), “dan 

dengan firman tertulis.” Sudah sering kali Tuhan   memberitahu 

kita betapa Tuhan   yang agung dan akbarnya Dia itu, jadi kita 

pun harus sering juga memperhatikan apa yang telah diberi-

tahukan-Nya kepada kita. Atau,  

2.  “Walaupun Tuhan   berfirman satu kali, aku mendengarnya dua 

kali, mendengarnya dengan tekun, bukan hanya dengan teli-

nga jasmaniku melainkan juga dengan jiwa dan pikiranku.” 

Kepada sebagian orang, Tuhan   berfirman dua kali,  sebab  me-

reka tidak akan mendengarnya pada kali pertama. namun  

kepada sebagian yang lain, Dia cukup berfirman satu kali, dan 

mereka akan mendengarnya dua kali (bdk. Ayb. 33:14). Nah, 

apakah gerangan yang difirmankan dan didengarkan itu? 

(1)  Bahwa Tuhan   yang dengan-Nya kita harus berurusan yaitu  

Tuhan   yang mahakuasa. Kuasa dari Tuhan   asalnya. Dia 

mahaperkasa, dan dapat berbuat apa saja. Bagi-Nya tidak 

ada yang mustahil. Segala kuasa yang ada pada semua 

makhluk berasal dari-Nya, bergantung pada-Nya, dan digu-

nakan oleh-Nya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Milik-

Nyalah kuasa, dan kepada-Nya-lah kita harus mengembali-

kannya. Ini alasan yang baik mengapa kita harus percaya 

kepada-Nya setiap waktu, dan hidup dengan terus bergan-

tung pada-Nya. Sebab, Dia mampu melakukan segala se-

suatu yang sudah kita percayakan kepada-Nya untuk dila-

kukan-Nya bagi kita.  

(2) Bahwa Dia yaitu  Tuhan   yang mahabaik. Di sini sang pe-

mazmur mengarahkan perkataannya kepada Tuhan   sendiri, 


 884

seperti orang yang ingin memberi-Nya kemuliaan atas ke-

baikan-Nya, yang merupakan kemuliaan-Nya sendiri: Dan 

dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan. Tuhan   bukan saja 

yang teragung namun  juga yang terbaik dari segala yang 

ada. Kasih setia ada pada-Nya (130:4, 7). Dia penuh kasih 

setia tanpa ada bandingannya dan hanya Dia saja yang 

demikian. Dia yaitu  Bapa yang penuh belas kasihan 

(2Kor. 1:3). Ini merupakan alasan selanjutnya mengapa 

kita harus percaya kepada-Nya, dan ini menghapus segala 

keberatan atas keberdosaan dan ketidaklayakan kita. Mes-

kipun tidak layak mendapatkan apa-apa selain murka-Nya, 

kita dapat berharap akan segala kebaikan dari kasih setia-

Nya, yang meliputi seluruh karya-Nya.  

(3) Bahwa Dia tidak pernah, dan tidak akan pernah, berbuat 

salah terhadap satu pun dari makhluk-makhluk-Nya: Se-

bab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya. 

Walaupun tidak selalu melakukan hal ini secara kasat 

mata di dunia ini, Dia akan melakukannya pada hari 

pembalasan. Tidak ada satu pun pelayanan yang diberikan 

kepada-Nya yang tidak akan diberikan imbalan, dan juga 

tidak satu pun penghinaan yang ditujukan kepada-Nya 

yang akan dibiarkan tidak dihukum, kecuali bila pelakunya 

bertobat. Dengan ini tampak bahwa kuasa dan kasih setia 

berasal dari-Nya. Seandainya Dia bukan Tuhan   yang ber-

kuasa, maka akan ada orang-orang berdosa yang menjadi 

terlalu tangguh untuk dihukum. Dan seandainya Dia bu-

kan Tuhan   yang berbelas kasihan, maka akan ada pelayan-

an-pelayanan yang terlampau tidak berharga untuk diberi-

kan imbalan. Tampaknya ini terutama berbicara tentang 

keadilan Tuhan   dalam memberi  penghakiman atas seru-

an-seruan yang diajukan kepada-Nya oleh orang-orang tidak 

bersalah yang tertindas. Ia pasti akan menghakimi sesuai 

dengan kebenaran, dalam memberi  imbalan kepada yang 

ditindas, dan dalam membalaskan orang-orang yang telah 

melukai mereka (1Raj. 8:32). Oleh sebab itu, biarlah orang-

orang yang tertindas menyerahkan perkara mereka kepada-

Nya, dan mempercayai Dia untuk membela perkara mereka 

itu.  

 

PASAL  63  

alam mazmur ini kita mendapati begitu banyak kehangatan dan 

ibadah yang hidup, sama seperti dalam mazmur-mazmur Daud 

lainnya dalam lingkup yang begitu terbatas. Sama halnya dengan 

surat-surat Paulus yang termanis yaitu  surat-surat yang ditulisnya 

semasa ia di penjara, demikian pula sebagian dari mazmur-mazmur 

Daud yang termanis, seperti mazmur ini, yaitu  mazmur-mazmur 

yang ditorehkannya di padang gurun. Yang paling membuatnya ber-

sedih hati saat  dibuang yaitu  hilangnya kesempatan untuk men-

jalankan ketetapan-ketetapan ibadah bersama. Di sini ia merindukan 

kembalinya kenikmatan yang dirasakannya saat  menjalankan 

ketetapan-ketetapan ibadah itu. Dan rasa kehilangannya pada saat 

ini semakin menambah kerinduannya. Namun, sebenarnya bukan 

ketetapan-ketetapan ibadah itu sendiri yang didambakannya, melain-

kan Tuhan   sumber ketetapan-ketetapan ibadah itu. Dan di sini kita 

mendapati,  

I.  Keinginannya akan Tuhan   (ay. 2-3).  

II.  Rasa hormatnya kepada Tuhan   (ay. 4-5).  

III. Kepuasannya di dalam Tuhan   (ay. 6).  

IV. Persekutuan pribadinya dengan Tuhan   (ay. 7).  

V. Kebergantungannya kepada Tuhan   yang penuh dengan rasa 

gembira (ay. 8-9).  

VI. Kemenangannya yang kudus di dalam Tuhan   atas musuh-mu-

suhnya dan dalam keyakinan akan keselamatannya sendiri 

(ay. 10-12).  

Jiwa yang taat dan saleh cuma perlu sedikit diajar bagaimana me-

nyanyikan mazmur ini, sebab mazmur ini dengan begitu alami ber-

bicara dalam bahasa yang biasa digunakan oleh jiwa yang demikian. 


 886

Dan jiwa yang tidak dikuduskan, yang tidak mengenal dan tidak ter-

gerak oleh perkara-perkara ilahi, nyaris tidak dapat menyanyikannya 

dengan pengertian.   

Perasaan-perasaan Saleh 

(63:1-3) 

1 Mazmur Daud, saat  ia ada di padang gurun Yehuda. 2 Ya Tuhan  , Engkau-

lah Tuhan  ku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu 

kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. 3 Demikian-

lah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-

Mu dan kemuliaan-Mu. 

Judul mazmur ini memberi tahu kita kapan ditulis, yaitu saat  

Daud berada di padang gurun Yehuda, maksudnya, di hutan Keret 

(1Sam. 22:5) atau di padang gurun Zif (1Sam. 23:15).  

1. Bahkan di Kanaan, yang tanahnya subur dan penduduknya ba-

nyak, masih ada juga padang-padang gurun, tempat yang kurang 

subur dan kurang berpenghuni dibandingkan dengan tempat-

tempat lain. Demikian pula yang akan terjadi di dunia, dan di da-

lam jemaat, namun  tidak di sorga. Di sorga sana, semuanya kota, 

semuanya firdaus, tidak ada padang belantara. Di sana padang 

gurun akan berbunga.  

2. Adakalanya orang-orang kudus dan hamba-hamba Tuhan   yang 

terbaik dan tersayang nasibnya terempas di padang gurun, yang 

membuat mereka kesepian dan sendirian, sunyi dan menderita, 

kehilangan, mengembara ke sana sini, tidak bisa menetap, dan 

tidak tahu apa yang harus diperbuat terhadap diri sendiri.  

3. Segala kesusahan dan kesukaran di padang gurun janganlah 

membuat kita melagukan nyanyian-nyanyian suci dengan nada 

sumbang. Sebaliknya, bahkan pada saat-saat demikian, wajib dan 

penting bagi kita untuk terus menjaga persekutuan yang penuh 

sukacita dengan Tuhan  . Ada mazmur-mazmur yang pantas dinya-

nyikan di padang gurun, dan kita boleh bersyukur kepada Tuhan   

bahwa di padang gurun Yehudalah, dan bukan di padang gurun 

Dosa, kita berada sekarang. 

Daud, dalam perikop di atas, membangkitkan dirinya untuk berpe-

gang kepada Tuhan  , 

Kitab Mazmur 63:1-3 

 887 

I.  Dengan iman yang hidup dan bekerja: Ya Tuhan  , Engkaulah Tuhan  -

ku. Perhatikanlah, saat menghadap Tuhan  , kita harus memandang-

Nya sebagai Tuhan  , dan sebagai Tuhan   kita, dan ini akan membawa 

penghiburan bagi kita saat  berada di padang gurun. Kita harus 

mengakui bahwa Tuhan   itu ada, bahwa kita berbicara dengan Dia 

yang sungguh-sungguh ada dan hadir bersama kita, saat  kita 

berkata, Ya Tuhan  ! Ini sebuah perkataan yang harus diucapkan 

dengan kesungguhan hati, dan sangat disayangkan jika hanya 

digunakan sambil lalu begitu saja. Kita juga harus mengakui 

wewenang-Nya atas diri kita dan kedaulatan-Nya di dalam diri 

kita, dan hubungan kita dengan-Nya: “Engkaulah Tuhan  ku, Tuhan  -

ku melalui karya penciptaan, dan oleh sebab itu pemilik dan 

pengatur diriku yang sah. Engkau Tuhan  ku melalui kovenan dan 

persetujuanku sendiri.” Kita harus memperkatakan perkataan 

ini  dengan perasaan yang teramat senang kepada diri kita 

sendiri, dan bersyukur kepada Tuhan  , sebagai orang yang bertekad 

untuk tetap memegang teguh pada perkataan ini : Ya Tuhan  , 

Engkaulah Tuhan  ku.   

II. Dengan segala perasaan saleh dan taat, sesuai dengan pilihan 

yang telah dijatuhkannya mengenai Tuhan  , dan sesuai dengan 

kovenan yang telah diadakannya bersama Dia. 

1.  Ia bertekad untuk mencari Tuhan   serta kebaikan dan anugerah-

Nya: Engkaulah Tuhan  ku,  sebab  itu aku mencari Engkau. 

Sebab, bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada 

Tuhan  nya? (Yes. 8:19). Kita harus mencari-Nya. Kita harus 

mendambakan perkenanan-Nya sebagai kebaikan kita yang 

terutama, dan mencari kemuliaan bagi-Nya sebagai tujuan 

kita yang tertinggi. Kita harus berusaha mengenal-Nya melalui 

firman-Nya dan mendapatkan belas kasihan-Nya melalui doa. 

Kita harus mencari-Nya,  

(1) Pagi-pagi benar, dengan penuh perhatian, seolah-olah takut 

kehilangan Dia. Kita harus mengawali hari-hari kita ber-

sama-Nya, memulai setiap hari bersama-Nya: Aku akan 

mencari Engkau saat  hari masih pagi (KJV).  

(2) Dengan sungguh-sungguh: “Jiwaku haus kepada-Mu, dan 

tubuhku rindu kepada-Mu (maksudnya, diri manusiaku 


 888

seluruhnya dipenuhi oleh keinginan ini) di sini di tanah 

yang kering dan tandus ini.”  

Lihatlah  :  

[1] Keluhannya saat  tidak bisa menikmati hadirat Tuhan   

yang penuh kemurahan. Ia berada di tanah yang kering 

dan tandus. Demikianlah ia menganggapnya, bukan 

 sebab  ia berada di padang gurun melainkan terlebih 

 sebab  ia berada jauh dari tabut perjanjian, dari firman 

dan sakramen-sakramen. Dunia ini yaitu  tanah yang 

melelahkan (begitulah arti kata itu). Demikianlah dunia 

ini bagi orang duniawi, yang bagiannya ada di dunia ini, 

 sebab  dunia tidak akan memberi mereka kepuasan 

sejati. Dunia ini juga melelahkan bagi orang saleh, yang 

akan berjalan melewatinya, seperti lembah Baka. Hanya 

sedikit saja darinya yang dapat mereka harapkan bagi 

diri mereka sendiri.  

[2] Kegigihannya untuk menikmati hadirat Tuhan  : Jiwaku 

haus, rindu, kepada-Mu. Kebutuhannya akan hadirat 

Tuhan   membangkitkan keinginan-keinginannya, yang sa-

ngat kuat dan mendesak. Ia haus seperti rusa yang 

merindukan sungai yang berair. Ia tidak akan mau me-

nerima apa pun yang kurang dari itu. Keinginan-ke-

inginannya hampir tidak tertahankan lagi. Ia akan terus 

rindu, terus merana, sebelum bisa menikmati kembali 

kebebasan untuk menjalankan ketetapan-ketetapan 

Tuhan  . Perhatikanlah, jiwa-jiwa yang mulia memandang 

remeh dunia ini dengan perasaan yang kudus dan me-

nengadahkan kepala mereka kepada Tuhan   dengan ke-

inginan yang kudus.     

2.  Ia rindu menikmati Tuhan  . Apa gerangan yang didambakannya 

dengan begitu berkobar-kobar? Apa gerangan yang dimohon 

dan dimintanya? Inilah dia (ay. 3), Memandang kepada-Mu di 

tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu 

(KJV: Memandang kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu, sebagaimana 

aku telah melihat-Mu di tempat kudus – pen.). Maksudnya,  

(1) “Memandang kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu di sini di 

padang gurun ini sebagaimana aku telah memandangnya 

di Bait-Mu, memandangnya di tempat tersembunyi sebagai-

Kitab Mazmur 63:1-3 

 889 

mana aku telah memandangnya di tengah-tengah kumpul-

an jemaat yang khidmat.” Perhatikanlah, jika  kita dilu-

cuti dari hak kita untuk mendapatkan kemudahan meng-

ikuti perayaan-perayaan ibadah umum, kita harus ber-

keinginan dan berusaha untuk menjaga persekutuan yang 

sama dengan Tuhan   dalam kesendirian kita, sebagaimana 

yang sudah kita alami di tengah-tengah jemaat yang besar. 

Bilik pun dapat diubah menjadi tempat kudus kecil. Yehez-

kiel mendapat penglihatan-penglihatan akan Yang Maha 

Kuasa di Babel, dan Yohanes di Pulau Patmos. Saat sen-

dirian pun kita masih bisa mengalami Tuhan   hadir bersama 

kita, dan itu sudah cukup.  

(2) “Memandang kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu lagi di tem-

pat kudus sebagaimana dulu aku memandangnya di sana.” 

Ia rindu untuk keluar dari padang gurun, bukan supaya ia 

bisa melihat teman-temannya lagi, dan dapat menikmati 

kembali kesenangan-kesenangan dan kegembiraan-kegem-

biraan di istana, melainkan supaya ia bisa bebas masuk ke 

dalam tempat kudus, bukan untuk melihat imam-imam di 

sana, dan upacara peribadatan, melainkan untuk melihat 

kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Maksudnya, kekuatan-Mu 

yang mulia, atau kemuliaan-Mu yang penuh kuasa, yang 

merangkum semua sifat dan kesempurnaan Tuhan  , supaya 

aku lebih mengenal kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu itu, 

dan agar di dalam hatiku tertinggal kesan-kesan yang men-

dalam akan semua itu. Dengan demikian, aku dapat me-

mandang kemuliaan Tuhan sehingga diubah menjadi serupa 

dengan gambar-Nya (2Kor. 3:18). “Agar aku dapat melihat 

kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.” Ia tidak berkata, seba-

gaimana aku telah melihatnya, namun  “sebagaimana aku 

telah melihat Engkau” (KJV). Kita tidak bisa melihat hakikat 

Tuhan  , namun  dengan melihat segala sifat dan kesempurna-

an-Nya melalui iman, kita sudah melihat-Nya. Dengan

kenangan akan penglihatan-penglihatan inilah Daud meng-

hibur dirinya sendiri di sini. Saat-saat yang dihabiskan-Nya 

untuk bersekutu dengan Tuhan   itu yaitu  waktu yang sa-

ngat berharga. Ia suka memikirkannya kembali. Saat-saat 

seperti itulah yang diratapinya, dan yang dirindukannya 

untuk dialami kembali. Perhatikanlah, yang menjadi kese-


 890

nangan dan keinginan dari jiwa-jiwa yang mulia dalam 

menjalankan ketetapan-ketetapan ibadah yang khidmat 

yaitu  untuk melihat Tuhan   serta kekuatan-Nya dan kemu-

liaan-Nya di dalam ibadah itu.   

Puji-pujian yang Gembira 

(63:4-7) 

4 Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegah-

kan Engkau. 5 Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan 

menaikkan tanganku demi nama-Mu. 6 Seperti dengan lemak dan sumsum 

jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku me-

muji-muji. 7 jika  aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan 

Engkau sepanjang kawal malam.  

Betapa cepatnya keluhan-keluhan dan doa-doa Daud berubah men-

jadi puji-pujian dan ucapan syukur! sesudah  dua ayat sebelumnya 

yang mengungkapkan keinginannya untuk mencari Tuhan  , inilah 

sebagian ayat berikutnya yang mengungkapkan sukacita dan ke-

puasannya sesudah  menemukan Dia. Doa-doa yang senantiasa dipan-

jatkan dapat dengan cepat berubah menjadi puji-pujian yang gem-

bira, kecuali  sebab  kesalahan kita sendiri. Biarlah bersukahati 

orang-orang yang mencari TUHAN! (105:3), dan biarlah mereka me-

muji-Nya  sebab  telah mengerjakan keinginan-keinginan itu di dalam 

diri mereka, dan memberi mereka keyakinan bahwa Dia akan me-

muaskannya. Saat ini Daud berada di padang gurun, namun hatinya 

meluap-luap untuk memuji Tuhan  . Sekalipun di dalam penderitaan, 

kita tidak perlu kehilangan pokok pujian, jika saja kita mempunyai 

hati untuk memuji.  

Lihatlah  :   

I.    sebab  apa Daud akan memuji Tuhan   (ay. 4): Sebab kasih setia-Mu 

lebih baik dari pada hidup, dibandingkan  kehidupan, dibandingkan  hidup 

dan segala kenyamanan hidup, hidup dengan segala miliknya 

yang terbaik, umur panjang dan kemakmuran. Kasih setia Tuhan   

itu, menurut kodratnya sendiri dan dalam pandangan semua 

orang kudus, yaitu  lebih baik dibandingkan  hidup. Kasih setia-Nya 

yaitu  kehidupan rohani kita, dan kehidupan rohani itu lebih 

baik dibandingkan  kehidupan fana yang sementara ini (30:6). Beribu-

ribu kali jauh lebih baik mati dalam kemurahan Tuhan   dibandingkan 

Kitab Mazmur 63:4-7 

 891 

 hidup di bawah murka-Nya. Daud di padang gurun mendapati, 

melalui pengalaman yang penuh penghiburan, bahwa kasih setia 

Tuhan   lebih baik dibandingkan  hidup. Dan oleh sebab itu (ujarnya) 

bibirku akan memegahkan Engkau. Perhatikanlah, orang-orang 

yang hatinya disegarkan dengan tanda-tanda kebaikan Tuhan   ha-

ruslah mengangkat hati mereka untuk memuji-muji Dia. Banyak-

lah alasan bagi kita untuk memuji Tuhan    sebab  kita mempunyai 

persediaan dan harta milik yang lebih baik dibandingkan  yang dapat 

diberikan oleh dunia ini. Selain itu, di dalam melayani Tuhan   dan 

bersekutu dengan-Nya, kita mendapatkan pekerjaan dan kenik-

matan yang lebih baik dibandingkan  yang bisa kita dapatkan di dalam 

urusan dan pergaulan dunia ini.  

II.  Bagaimana dia hendak memuji Tuhan  , dan berapa lama (ay. 5). Ia 

bertekad untuk hidup dengan bersyukur kepada Tuhan   dan ber-

gantung kepada-Nya.  

Lihatlah  :  

1.  Caranya memuji Tuhan  : “Demikianlah aku mau memuji Engkau, 

demikianlah, seperti yang sudah kumulai sekarang. Perasaan-

perasaan saleh sekarang ini tidak akan menghilang, seperti 

kabut pagi, namun  akan bersinar semakin terang dan terang 

lagi, seperti mentari pagi.” Atau, “Aku hendak memuji Engkau 

dengan sungguh-sungguh dan berkobar-kobar sebagaimana 

aku telah berdoa kepada-Mu.”  

2.  Ketetapan dan ketekunannya untuk terus memuji Tuhan  : Aku 

mau memuji Engkau seumur hidupku. Perhatikanlah, memuji 

Tuhan   haruslah menjadi pekerjaan dalam seluruh hidup kita. 

Kita harus senantiasa menyimpan rasa syukur atas kebaikan-

kebaikan-Nya yang dahulu, dan terus mengulangi ucapan-

ucapan syukur kita atas semua kebaikan-Nya itu. Setiap hari 

kita harus mengucap syukur kepada-Nya atas segala keun-

tungan yang dicurahkan kepada kita setiap hari. Kita harus 

mengucap syukur dalam segala hal, dan jangan pernah kehi-

langan semangat untuk melakukan kewajiban bersyukur ini 

hanya  sebab  penderitaan-penderitaan apa pun yang sedang 

kita alami sekarang. Seperti apa pun hari-hari yang akan kita 

jelang, bagaimanapun gelap dan berkabutnya hari-hari itu, se-

kalipun datang hari-hari yang membuat kita berujar, Tak ada 


 892

kesenangan bagiku di dalamnya, tetap saja setiap hari harus 

merupakan hari pengucapan syukur, bahkan hingga hari 

kematian kita. Dalam pekerjaan mengucap syukur inilah kita 

harus menghabiskan waktu kita, sebab dalam pekerjaan itu 

jugalah kita berharap akan menghabiskan kehidupan kekal 

kita yang penuh berkat.  

3.  Perhatian yang senantiasa ditujukannya kepada Tuhan   dalam 

segala kesempatan, yang akan menyertai puji-pujiannya ke-

pada-Nya: Aku akan menaikkan tanganku demi nama-Mu. Mata 

kita harus tertuju kepada nama Tuhan   (kepada segala sesuatu 

yang telah digunakan-Nya untuk menyatakan diri-Nya) dalam 

segala doa dan puji-pujian kita. Untuk berdoa dan memuji ini, 

kita diajar untuk memulainya dengan, – Dikuduskanlah nama-

Mu, dan menutupnya dengan, –  sebab  Engkaulah yang empu-

nya kemuliaan. Inilah yang harus kita perhatikan dalam 

pekerjaan kita itu dan dalam peperangan kita. Kita harus 

mengangkat kedua tangan kita untuk melakukan kewajiban 

kita dan untuk melawan musuh-musuh utama kita dalam 

nama Tuhan  , maksudnya, dalam kekuatan Roh dan anugerah-

Nya (71:16; Za. 10:12). Kita harus selalu bernazar dalam nama 

Tuhan  . Kepada-Nyalah kita harus melekatkan diri kita, dalam 

kebergantungan pada anugerah-Nya. Dan saat  kita menaik-

kan tangan kita yang sebelumnya terkulai, dengan hati yang 

penuh penghiburan dan sukacita, kita harus melakukannya 

dalam nama Tuhan  . Dari-Nyalah kita harus menimba penghi-

buran-penghiburan bagi kita, dan kepada-Nyalah semua itu 

harus diabdikan.  sebab  Engkau kami nyanyikan puji-pujian 

sepanjang hari. 

III. Betapa senang hati dan gembiranya dia saat hendak memuji Tuhan   

(ay. 6).  

1. Dengan kepuasan batin: Dengan lemak dan sumsum jiwaku 

dikenyangkan, bukan saja dengan roti, yang menyehatkan, 

namun  juga dengan sumsum yang enak dan lezat (Yes. 25:6). 

Daud berharap ia akan kembali menikmati ketetapan-ketetap-

an Tuhan  , dan waktu itulah ia akan dipuaskan demikian, ter-

lebih lagi  sebab  sudah sekian lama ia terkekang. Atau, bila ia 

tidak jadi kembali, dalam kasih setia Tuhan   dan dalam berseku-

tu dengan-Nya di dalam kesendirian pun ia akan tetap dipuas-

Kitab Mazmur 63:4-7 

 893 

kan dengan semuanya itu. Perhatikanlah, hanya di dalam 

Tuhan   yang penuh rahmat dan di dalam persekutuan dengan-

Nyalah ada kepuasan berlimpah bagi jiwa yang mulia (36:9; 

65:5). Dan hanya di dalam jiwa yang beroleh rahmatlah kita 

bisa mereguk kepuasan berlimpah di dalam Tuhan   dan di 

dalam persekutuan dengan-Nya. Orang-orang kudus merasa 

puas dengan Tuhan  . Mereka tidak menginginkan apa-apa lagi 

selain kebaikan-Nya untuk membuat mereka berbahagia. Dan 

mereka merasakan suatu kepuasan rohani di dalam Tuhan   

yang melebihi barang fana, yang jika dibandingkan dengannya, 

segala kenikmatan indrawi kehilangan pesona dan terasa ham-

bar, seperti air kubangan dibandingkan dengan anggur peng-

hiburan ini.  

2.  Dengan ungkapan kepuasan ini secara lahiriah. Ia hendak me-

muji Tuhan   dengan bibir yang bersorak-sorai. Ia akan memuji-

Nya,  

(1)  Secara terang-terangan. Mulut dan bibirnya akan memuji 

Tuhan  . jika  dengan hati manusia percaya dan bersyu-

kur, maka dengan mulut ia harus memberi  pengakuan 

atas kepercayaan dan rasa syukurnya itu, demi kemuliaan 

Tuhan  . Bukan berarti bahwa ucapan-ucapan bibir akan dite-

rima tanpa ketulusan hati (Mat. 15:8), namun  bahwa dari 

luapan hatilah mulut berbicara (45:2), baik untuk meng-

gugah perasaan hati yang saleh dari diri kita sendiri mau-

pun untuk membangun orang lain.  

(2) Dengan gembira. Kita harus memuji Tuhan   dengan bibir 

yang bersorak-sorai. Kita harus mempersembahkan diri 

kita untuk melakukan kewajiban itu dan kewajiban-kewa-

jiban agama yang lain dengan perasaan gembira yang luar 

biasa, dan melambungkan puji-pujian bagi Tuhan   dengan 

sukacita yang kudus. Bibir yang memuji pasti juga ber-

sorak-sorai. 

IV. Bagaimana dia hendak menghibur dirinya dengan pemikiran-

pemikiran tentang Tuhan   saat  dia seorang diri saja (ay. 7): Aku 

akan memuji-Mu jika  aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku. 

Kita harus memuji Tuhan   setiap kali kita ingat akan Dia.  sebab  

sekarang Daud tidak bisa menjalankan ibadah-ibadah bersama, 

maka semakin banyaklah ia bersekutu dengan Tuhan   secara pri-


 894

badi, dan dengan demikian ia berbuat sesuatu untuk menebus 

segala kehilangannya.  

Lihatlah   di sini:  

1.  Bagaimana Daud menggiatkan dirinya untuk merenung ten-

tang Tuhan  . Tuhan   ada dalam segenap pikirannya, yang merupa-

kan kebalikan dari tabiat orang fasik (10:4). Pemikiran-pemi-

kiran tentang Tuhan   selalu ada padanya: “Aku ingat kepada-Mu, 

maksudnya, jika  aku mulai berpikir, aku segera mendapat-

kan-Mu di sisi kananku, hadir di dalam benakku.” Pokok 

pikiran inilah yang pertama-tama muncul dengan sendirinya, 

seperti sesuatu yang tidak dapat kita lupakan atau abaikan. 

Dan pemikiran-pemikirannya itu terpatri kepada Tuhan  : “Aku 

merenungkan Engkau.” Pemikiran-pemikiran tentang Tuhan   ja-

nganlah dipikirkan sambil lalu saja, keluar begitu saja dari 

benak kita, namun  harus berdiam, tinggal di dalam benak kita.  

2.  Kapan Daud menggiatkan dirinya dalam perenungan ini – di 

tempat tidurnya dan sepanjang kawal malam. Saat ini Daud 

sedang berkelana dan tidak bisa menetap di suatu tempat, 

namun , ke mana pun ia pergi, ia membawa serta ibadah agama-

nya bersama dia. Di tempat-tempat tidurku (begitu menurut 

sebagian orang);  sebab  dikejar-kejar Saul, ia jarang berbaring 

untuk dua malam di tempat tidur yang sama. namun  di mana 

pun dia berbaring, meskipun itu, seperti Yakub, beralaskan 

tanah yang dingin dan berbantalkan batu, pikiran-pikiran 

yang mulia akan Tuhan   berbaring bersama dia. Daud begitu 

sibuk sepanjang hari, lari ke sana kemari demi mengamankan 

diri, sehingga ia jarang mempunyai kesempatan untuk menja-

lankan ibadah-ibadah secara khidmat, dan oleh sebab itu, 

dibandingkan  kehilangan waktu untuk menjalankan ibadah, ia rela 

kehilangan waktu tidur yang sebenarnya diperlukannya. Nya-

wanya senantiasa terancam, jadi kita dapat menduga bahwa 

kekhawatiran dan ketakutan sering kali membuat matanya 

terus terjaga dan melewati malam-malam yang melelahkan. 

Namun pada saat-saat itu ia memenuhi dan menghibur diri-

nya dengan pemikiran-pemikiran tentang Tuhan  . Adakalanya 

kita mendapati Daud bersimbah air mata di ranjangnya (6:7), 

namun  justru dengan begitulah ia bisa menghapus air matanya. 

jika  mata kita tidak bisa terpejam untuk tidur ( sebab  rasa

Kitab Mazmur 63:8-12 

 895 

sakit, penyakit tubuh atau pikiran terganggu), maka jiwa kita, 

dengan mengingat Tuhan  , dapat tenang dan beristirahat. Mung-

kin satu jam untuk merenungkan perkara rohani akan lebih 

bermanfaat bagi kita dibandingkan  satu jam untuk tidur (16:7; 

17:3; 4:5; 119:62). Ada kawal sepanjang malam di dalam 

kemah Tuhan   saat Tuhan   dipuji-puji (134:1), dan mungkin inilah 

yang dilakukan Daud, sewaktu masih hidup bebas, bersama-

sama dengan orang-orang Lewi. Dan  sebab  sekarang ia tidak 

bisa berada di tempat yang sama dengan mereka, maka ia 

melakukannya pada waktu yang sama dengan mereka, sambil 

berharap dirinya turut ada di tengah-tengah mereka. 

Keyakinan kepada Tuhan  ;  

Daud Bermegah dalam Pengharapan 

(63:8-12) 

8 Sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-

Mu aku bersorak-sorai. 9 Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu 

menopang aku. 10 namun  orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku, 

akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. 11 Mereka akan 

diserahkan kepada kuasa pedang, mereka akan menjadi makanan anjing 

hutan. 12 namun  raja akan bersukacita di dalam Tuhan  ; setiap orang, yang ber-

sumpah demi Dia, akan bermegah,  sebab  mulut orang-orang yang mengata-

kan dusta akan disumbat. 

sesudah  mengungkapkan segala kerinduan hatinya akan Tuhan   dan 

puji-pujiannya akan Dia, Daud di sini mengungkapkan keyakinannya 

akan Dia dan apa yang diharapkannya dengan gembira dari-Nya (ay. 

8): Dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai, yang merujuk entah 

pada sayap-sayap kerub yang terentang di antara tabut perjanjian, 

yang di atasnya Tuhan   dikatakan bersemayam (“Aku akan bersuka di 

dalam sabda-sabda-Mu, dan dalam kovenan serta persekutuan de-

ngan-Mu”), atau pada sayap-sayap burung, yang di bawahnya anak-

anaknya yang tidak berdaya bisa berlindung, seperti anak-anak 

rajawali (Kel. 19:4; Ul. 32:11). Hal ini berbicara tentang kuasa ilahi 

dan anak-anak ayam (Mat. 23:37), yang lebih menyinggung tentang 

kelembutan ilahi. Ungkapan ini sering kali digunakan dalam mazmur 

(17:8; 36:8; 57:2; 61:5; 91:4), dan tidak pernah digunakan dengan 

pengertian ini dalam kitab-kitab lain, kecuali dalam Rut 2:12, di 

mana Rut, saat  masuk agama Yahudi, dikatakan berlindung di 

bawah sayap Tuhan   Israel. Sudah menjadi kewajiban kita untuk ber-


 896

sorak-sorai dalam naungan sayap Tuhan  . Ungkapan ini menggambar-

kan tindakan kita untuk mencari pertolongan dari Dia melalui iman 

dan doa, seperti anak-anak ayam, saat  merasa dingin atau keta-

kutan, yang secara naluriah langsung berlari dengan sendirinya di 

bawah sayap induknya. Ungkapan ini juga menunjukkan bahwa kita 

mengandalkan-Nya sebagai seorang yang mampu dan siap sedia 

untuk menolong kita, dan bahwa kita mendapatkan kesegaran dan 

kepuasan dalam pemeliharaan dan perlindungan-Nya. Sesudah ber-

serah diri kepada Tuhan  , kita pasti akan tenang dan senang, dan 

merasa tenteram dari ketakutan terhadap bahaya. Sekarang, marilah 

kita cermati lebih lanjut,  

I.  Apa yang mendukung dan mendorong keyakinan Daud kepada 

Tuhan  . Ada dua hal yang menopang pengharapannya itu, dan ke-

duanya berdiri di atas firman Tuhan   sebagai dasarnya:  

1.  Pengalaman-pengalamannya yang lalu akan kuasa Tuhan   

dalam memberinya kelegaan: “Sungguh Engkau telah menjadi 

pertolonganku saat  semua pertolongan dan penolong yang 

lain tidak mampu menolongku. Oleh sebab itu, aku akan tetap 

bersuka di dalam keselamatan yang datang dari-Mu, aku akan 

percaya kepada-Mu untuk masa depanku, dan akan melaku-

kannya dengan senang hati dan sukacita yang kudus. Engkau 

bukan saja telah menjadi penolongku, namun  juga pertolongan 

itu sendiri,” sebab kita tidak akan pernah dapat menolong diri 

kita sendiri, dan juga makhluk mana pun tidak akan dapat 

menolong kita, jika tidak ditolong oleh-Nya. Di sinilah kita 

dapat mendirikan batu Eben-Haezer kita, sambil berkata, Sam-

pai di sini TUHAN menolong kita, dan oleh sebab itu kita harus 

bertekad untuk tidak pernah meninggalkan-Nya, tidak pernah 

menyangsikan-Nya, ataupun kendur semangat dalam berjalan 

bersama-Nya.  

2.  Apa yang dirasakannya pada saat ini tentang anugerah Tuhan   

yang terus menggendongnya dalam pencariannya ini (ay. 9): 

Jiwaku melekat kepada-Mu. Ini berbicara tentang keinginan 

yang sungguh-sungguh dan usaha yang gigih untuk tetap 

bersekutu dengan Tuhan  . Jika kita tidak selalu bisa memiliki 

Tuhan   dalam dekapan kita, kita harus selalu memiliki-Nya da-

lam pandangan kita, seraya berusaha menggapai-Nya sebagai 

hadiah yang harus kita raih (Flp. 3:14). Mengejar-ngejar Tuhan   

Kitab Mazmur 63:8-12 

 897 

berarti mengiringi-Nya dekat-dekat, seperti orang yang takut 

kehilangan pandangan akan Dia, dan mengikuti-Nya cepat-

cepat, seperti orang yang rindu untuk selalu bersama-Nya. Hal 

ini diperbuat Daud, dan dia mengakui bahwa, demi kemuliaan 

Tuhan  , tangan kanan-Mu menopang aku. Tuhan   menopangnya,  

(1) Di dalam penderitaan-penderitaannya, supaya ia tidak 

tenggelam di bawahnya. Di bawahmu ada lengan-lengan 

yang kekal.  

(2)  Dalam ibadah-ibadahnya. Tuhan   menopangnya dalam segala 

keinginan dan pencariannya yang kudus, supaya ia tidak 

menjadi lelah dalam berbuat baik. Orang-orang yang gigih 

mengikuti Tuhan   akan cepat letih dan lelah jika tangan ka-

nan Tuhan   tidak menopang mereka. Dialah yang menguat-

kan kita dalam mencari-Nya, yang menghidupkan perasa-

an-perasaan saleh kita, dan yang menghibur kita selama 

kita belum mencapai apa yang kita kejar. Dengan kuasa 

Tuhan  -lah (yaitu tangan kanan-Nya) kita dijaga untuk tidak 

jatuh. Nah, ini merupakan dorongan yang besar bagi sang 

pemazmur untuk berharap bahwa Tuhan  , pada waktunya, 

akan memberi  apa yang begitu didamba-dambakannya, 

 sebab  Dia dengan anugerah-Nya telah mengerjakan di 

dalam dia keinginan-keinginan itu dan tetap mengobarkan-

nya.   

II.  Dalam hal apakah gerangan Daud bermegah-megah dengan pe-

nuh pengharapan.  

1.  Agar musuh-musuhnya dihancurkan (ay. 10-11). Ada orang-

orang yang berikhtiar mencabut nyawanya (KJV: berikhtiar 

menghancurkan jiwanya – pen.), bukan hanya hidupnya (yang 

sudah mereka hajar, baik untuk menghalang-halanginya naik 

takhta maupun  sebab  mereka iri dan membencinya  sebab  

dia berhikmat, saleh, dan berguna), melainkan juga jiwanya, 

yang berusaha mereka hancurkan dengan membuangnya 

jauh-jauh dari ketetapan-ketetapan Tuhan  , yang menyehatkan 

dan menyokong jiwa (begitulah mereka melakukan apa yang 

bisa mereka lakukan untuk membuat jiwanya kelaparan). Me-

reka berusaha menghancurkan jiwanya dengan menyuruhnya 

pergi untuk beribadah kepada ilah-ilah lain, supaya jiwanya 


 898

teracuni (1Sam. 26:19). namun  ia sudah melihat dan menu-

buatkan,  

(1) Bahwa mereka akan masuk ke bagian-bagian bumi yang 

paling bawah, ke alam maut, ke dalam neraka. Permusuh-

an mereka melawan Daud akan mendatangkan kematian 

dan kutukan bagi mereka, serta akan mendatangkan kebi-

nasaan, kebinasaan kekal bagi mereka.  

(2) Bahwa mereka akan mati oleh pedang, oleh pedang murka 

Tuhan   dan keadilan-Nya, oleh pedang manusia (Ayb. 19:28- 

29). Mereka akan mati  sebab  kekerasan (Why. 13:10). Nu-

buatan ini digenapi dalam diri Saul, yang mati oleh pedang, 

pedangnya sendiri. Daud menubuatkan ini, namun ia tidak 

mau menjalankan nubuatan itu sendiri saat  diberi kuasa 

untuk menggenapinya, meski kesempatan datang berulang 

kali. Sebab, hukumlah, dan bukan nubuatan, yang harus 

dijadikan sebagai pedoman.  

(3) Bahwa mereka akan menjadi makanan anjing hutan. Entah 

mayat mereka akan dimangsa oleh binatang-binatang yang 

rakus (mayat Saul terkapar sedemikian lama tanpa di-

kubur) atau rumah-rumah dan harta benda mereka akan 

menjadi tempat kediaman binatang-binatang buas (Yes. 

34:14). Seperti itulah ajal yang akan menimpa musuh-

musuh Kristus, yang melawan kerajaan dan kepentingan-

Nya di dunia. Bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mere-

ka di depan mataku (Luk. 19:27).   

2.  Bahwa ia sendiri akan berhasil pada akhirnya (ay. 12), bahwa 

ia akan naik ke atas takhta yang untuknya ia telah diurapi: 

Raja akan bersukacita di dalam Tuhan  .  

(1) Ia menyebut dirinya raja,  sebab  ia tahu bahwa memang 

begitulah dirinya menurut maksud dan ketetapan ilahi. 

Demikian pula Paulus, sewaktu masih berjuang, menggam-

barkan dirinya sebagai lebih dari pada orang-orang yang 

menang (Rm. 8:37). Orang-orang percaya dijadikan sebagai 

raja, meskipun mereka tidak akan memerintah sebelum 

tiba fajar kebangkitan.  

(2) Ia tidak ragu bahwa meskipun sekarang ia menabur de-

ngan air mata, ia akan menuai dengan sukacita. Raja akan 

bersukacita.  

Kitab Mazmur 63:8-12 

 899 

(3) Ia bertekad menjadikan Tuhan   sebagai Alfa dan Omega bagi 

segala sukacitanya. Ia akan bersukacita di dalam Tuhan  . 

Nah, ini dapat diterapkan pada segala kemuliaan dan suka-

cita Sang Penebus yang sudah ditinggikan. Mesias Sang 

Raja akan bersukacita di dalam Tuhan  . Dia sudah masuk ke 

dalam sukacita yang disediakan bagi-Nya, dan kemuliaan-

Nya akan menjadi lengkap pada saat kedatangan-Nya un-

tuk kali kedua. Ada dua dampak baik yang bisa timbul dari 

ditinggikannya Daud:  

[1] Itu akan menjadi penghiburan bagi teman-temannya. 

Setiap orang, yang bersumpah kepadanya, maksudnya, 

kepada Daud, (KJV), yang ikut melibatkan diri dalam ke-

pentingannya dan bersumpah setia terhadapnya, akan 

bermegah dalam keberhasilannya. Atau, setiap orang, 

yang bersumpah demi Dia (maksudnya, demi nama 

Tuhan   yang terpuji, dan bukan demi berhala apa pun, Ul. 

6.13), dan ini berarti semua orang baik, yang mengakui 

nama Tuhan   dengan tulus dan terang-terangan, maka 

mereka ini akan bermegah di dalam Tuhan  . Mereka akan 

bermegah atas ditinggikannya Daud. Orang-orang yang 

takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita. Orang 

yang dengan sepenuh hati mendukung kepentingan 

Kristus pada akhirnya akan bermegah dalam keme-

nangannya. Jika kita menderita bersama-Nya, kita akan 

memerintah bersama Dia.  

[2]  Ditinggikannya Daud itu akan membuktikan kesalahan 

musuh-musuhnya: Mulut orang-orang yang mengatakan 

dusta, mulut Saul dan Doëg, dan orang lain yang mem-

fitnah Daud dan menghinanya, seolah-olah kepenting-

annya tidak akan berhasil, akan disumbat. Mereka tidak 

akan lagi mengatakan sepatah kata pun untuk mela-

wannya, namun  akan dibungkam dan dipermalukan un-

tuk selama-lamanya. Kita dapat menerapkannya kepada 

musuh-musuh Kristus, kepada orang-orang yang ber-

kata dusta terhadap-Nya, seperti yang diperbuat oleh 

semua orang munafik, yang berkata kepada-Nya bahwa 

mereka mengasihi Dia namun hati mereka tidak ber-

sama Dia. Mulut mereka akan disumbat dengan perka-

taan ini, Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Mereka 


 900

akan dibungkam untuk selama-lamanya (Mat. 22:12). 

Mulut orang-orang yang juga berdusta melawannya, 

yang membelokkan Jalan Tuhan yang lurus, dan yang 

berkata-kata jahat tentang agama-Nya yang kudus, 

akan disumbat pada hari saat  Tuhan datang untuk 

membalaskan segala perkataan keras yang telah di-

ucapkan para pendosa fasik untuk melawan-Nya. Keda-

tangan Kristus untuk kali kedua akan menjadi keme-

nangan kekal bagi semua sahabat dan pengikut-Nya 

yang setia, dan oleh sebab itu mereka sekarang dapat 

bermegah dalam pengharapan-pengharapan yang dilan-

dasi dengan kepercayaan akan kemenangan itu.  

 

PASAL  64  

eluruh mazmur ini merujuk pada musuh-musuh Daud dan semua 

orang yang mengejar-ngejar dan memfitnah dia. Begitu banyaknya 

mereka, dan betapa besarnya kesukaran yang mereka timpakan kepa-

danya, hampir sepanjang hari-harinya, sehingga kita tidak perlu men-

duga-duga lagi pada kesempatan khusus apa mazmur ini dituliskan.  

I.  Ia berdoa kepada Tuhan   untuk menjaganya dari rancangan-ran-

cangan mereka yang penuh kebencian melawannya (ay. 2-3).  

II. Ia menggambarkan tabiat-tabiat mereka yang sangat buruk, 

sebagai orang-orang yang sudah ditetapkan akan binasa oleh 

 sebab  kefasikan mereka sendiri (ay. 4-7).  

III. Melalui roh nubuatan, ia menubuatkan kehancuran mereka, 

yang akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan   dan membe-

sarkan hati umat-Nya (ay. 8-11).  

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus memperhatikan aki-

bat dari permusuhan lama yang ada antara keturunan perempuan 

dan keturunan ular, dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa pada 

akhirnya kepala ular akan diremukkan, demi kehormatan dan suka-

cita keturunan yang kudus. 

Kebencian Musuh-musuh Daud 

(64:1-7) 

1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. 2 Ya Tuhan  , dengarlah suaraku 

pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat. 

3 Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap keru-

suhan orang-orang yang melakukan kejahatan, 4 yang menajamkan lidahnya 

seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah, 5 untuk 

menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong-

konyong mereka menembak dia dengan tidak takut-takut. 6 Mereka berpe-


 902

gang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak mema-

sang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: “Siapa yang melihatnya?” 7 

Mereka merancang kecurangan-kecurangan: “Kami sudah siap, rancangan 

sudah rampung.” Alangkah dalamnya batin dan hati orang! 

Daud, dalam ayat-ayat di atas, menceritakan di hadapan Tuhan   ten-

tang bahaya yang mengintainya dan tentang tabiat musuh-musuh-

nya, untuk meneguhkan permohonannya agar Tuhan   melindunginya 

dan menghukum mereka.   

I.  Dengan sungguh-sungguh ia memohon kepada Tuhan   untuk men-

jaganya (ay. 2-3): Ya Tuhan  , dengarlah suaraku pada waktu aku 

mengaduh. Maksudnya, kabulkanlah apa yang aku doakan, dan 

inilah doa itu, “Tuhan, jagalah nyawaku terhadap musuh yang 

dahsyat, yakni, dari musuh yang aku takuti.” Ia meminta Tuhan   

untuk menyelamatkan hidupnya, yang dalam pengertian tertentu, 

sangat berharga baginya,  sebab  ia tahu bahwa hidupnya diran-

cang untuk melayani Tuhan   dan angkatannya sebaik mungkin. 

saat  hidupnya terancam, tidaklah mungkin ia hanya berdiam 

diri (Est. 7:2, 4). Dan, jika ia menyerukan ketakutannya terhadap 

musuh, ini bukan  sebab  ia pengecut. Yakub bapaknya, pangeran 

yang sudah bergumul melawan Tuhan   itu, sudah melakukannya 

sebelum dia. Lepaskanlah kiranya aku dari tangan Esau, sebab 

aku takut kepadanya (Kej. 32:11). “Jagalah nyawaku terhadap ke-

takutan, bukan saja terhadap apa yang kutakutkan melainkan 

juga terhadap rasa takut akan hal itu yang terus membuatku geli-

sah.” Ini juga berarti menjaga nyawa, sebab di dalam ketakutan 

ada ketersiksaan, terutama takut pada kematian, yang  sebab nya 

sebagian orang terbelenggu sepanjang hidupnya. Ia berdoa, “Sem-

bunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap 

kekejian yang mereka rancangkan secara sembunyi-sembunyi di 

antara mereka sendiri untuk melawan aku. Sembunyikanlah aku 

juga terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan, 

yang bergabung memadukan kekuatan mereka, sama seperti me-

reka bergabung membuat rancangan, untuk berbuat jahat ke-

padaku.” Cermatilah, rancangan yang dibuat secara rahasia akan 

berakhir dengan kerusuhan. Perbuatan-perbuatan khianat di-

mulai dari persepakatan dan persekongkolan untuk berkhianat. 

“Sembunyikanlah aku dari mereka, agar mereka tidak dapat me-

Kitab Mazmur 64:1-7 

 903 

nemukan aku, agar mereka tidak dapat menjangkauku. Biarlah 

aku aman di dalam perlindungan-Mu.”  

II. Ia mengeluhkan kebencian dan kefasikan luar biasa dari musuh-

musuhnya: “Tuhan, sembunyikanlah aku dari mereka, sebab me-

reka orang-orang yang terburuk, tidak pantas dibiarkan begitu 

saja. Mereka orang-orang berbahaya, yang tidak akan tinggal 

diam. Aku akan binasa jika Engkau tidak berpihak kepadaku.”  

1. Mereka sangat keji dalam menyebarkan fitnah-fitnah dan cela-

an-celaan mereka (ay. 4-5). Mereka digambarkan sebagai 

orang-orang yang bertempur, dengan pedang dan busur mere-

ka, pemanah-pemanah jitu, dengan sembunyi-sembunyi, dan 

dengan tiba-tiba, dan memanah burung jinak yang tidak me-

nyadari dirinya terancam bahaya. Namun,  

(1) Lidah mereka yang menjadi pedang mereka, pedang yang 

menyala-nyala, pedang bermata dua, pedang yang terhu-

nus, terhunus dalam kegeraman, yang dengannya mereka 

memotong, melukai, dan menghancurkan nama baik sesa-

ma mereka. Lidah yaitu  anggota kecil dari tubuh, namu


Related Posts:

  • mazmur 51-100 5 ita harus memenuhi nazar-nazar kita (ay. 9). Sebab Dia yang mendengar nazar yang kita buat pasti akan membuat kita mendengar nazar itu jika kita tidak menepatinya. 2. “Doa-doa yang menyertai nazar-na… Read More