ita harus
memenuhi nazar-nazar kita (ay. 9). Sebab Dia yang mendengar
nazar yang kita buat pasti akan membuat kita mendengar
nazar itu jika kita tidak menepatinya.
2. “Doa-doa yang menyertai nazar-nazar itu. Doa-doa itu telah
Engkau dengar dan jawab dengan penuh kemurahan hati.”
Doa-doa yang terjawab itu kini mendorongnya untuk berdoa,
“Dengarkanlah kiranya seruanku, ya Tuhan .” Dia yang tidak
pernah menyuruh keturunan Yakub untuk mencari-Nya de-
ngan sia-sia, juga tidak akan berkata demikian sekarang.
“Engkau telah mendengar nazarku, dan memberi jawaban
yang nyata untuknya. Sebab Engkau telah memenuhi perminta-
870
an orang-orang yang takut akan nama-Mu.” (KJV: Sebab Engkau
telah memberiku warisan yang diperuntukkan bagi orang-orang
yang takut akan nama-Mu – pen.)
Perhatikanlah:
(1) Ada umat khusus di dunia ini yang takut akan nama Tuhan ,
yang dengan rasa takjub namun penuh dengan kekudusan,
dan dengan rasa hormat, menerima serta menyesuaikan
diri mereka dengan semua penyataan yang berkenan di-
buat Tuhan tentang diri-Nya sendiri kepada anak-anak ma-
nusia.
(2) Ada warisan khusus yang diperuntukkan bagi umat yang
khusus itu, penghiburan-penghiburan pada saat ini, dan
pertanda-pertanda akan kebahagiaan di masa yang akan
datang. Tuhan sendiri yaitu milik pusaka mereka, bagian
mereka untuk selama-lamanya. Orang-orang Lewi yang me-
miliki Tuhan sebagai milik pusaka mereka harus menerima
Dia, dan tidak mengharapkan banyak hal seperti saudara-
saudara mereka. Dengan demikian, orang-orang yang takut
akan Tuhan sudah mempunyai apa yang cukup di dalam
Dia, dan oleh sebab itu mereka tidak boleh mengeluh jika
hanya mempunyai sedikit harta di dunia ini.
(3) Tidak ada warisan yang lebih baik yang dapat kita inginkan
dibandingkan warisan yang diperuntukkan bagi mereka yang
takut akan Tuhan . Jika Tuhan memperlakukan kita seperti
Dia memperlakukan orang-orang yang cinta akan nama-
Nya, maka tidak ada perlakuan yang lebih baik lagi yang
dapat kita inginkan.
II. Dengan begitu yakinnya ia menantikan keberlangsungan hidup-
nya (ay. 7): Tambahilah umur raja (KJV: Engkau akan memperpan-
jang umur raja – pen.). Ini dapat dimengerti,
1. Tentang dirinya sendiri. Walaupun mazmur ini ditulis sebelum
dia naik takhta, namun, sebab sudah diurapi oleh Samuel,
dan tahu apa yang telah difirmankan Tuhan di tempat kudus-
Nya, maka ia di dalam iman dapat menyebut dirinya raja, mes-
kipun sekarang sedang dikejar-kejar seperti penjahat. Atau
mungkin mazmur ini ditulis saat Absalom berusaha menggu-
lingkannya dari takhta, dan memaksanya mengasingkan diri.
Kitab Mazmur 61:6-9
871
Ada orang-orang yang berusaha memperpendek umurnya, na-
mun ia percaya kepada Tuhan untuk memperpanjang umurnya,
sepanjang umur manusia seperti yang ditetapkan oleh Musa
(yaitu tujuh puluh tahun). Daud, yang hidupnya dihabiskan
untuk melayani angkatannya sesuai dengan kehendak Tuhan
(Kis. 13:36), dapat dipandang hidup selama bertahun-tahun,
sebab berkat dia banyak angkatan menjadi lebih baik. Tekad-
nya yaitu untuk berdiam di dalam kemah Tuhan untuk sela-
ma-lamanya (ay. 5), untuk melaksanakan kewajibannya. Dan
sekarang, yang diharapkannya yaitu agar ia dapat bersema-
yam di hadapan Tuhan selama-lamanya, untuk mendapatkan
penghiburan. Orang-orang yang bersemayam di hadapan Tuhan ,
yang melayani-Nya dan hidup dengan rasa takut akan Dia,
yaitu orang-orang yang berdiam untuk tujuan baik di dunia
ini. Dan mereka yang berbuat demikian akan bersemayam di
hadapan-Nya selama-lamanya. Ia berbicara tentang dirinya
sendiri dalam bentuk orang ketiga, sebab mazmur ini disam-
paikan kepada pemusik utama untuk digunakan oleh jemaat,
dan ia ingin agar orang banyak, dalam menyanyikannya, ter-
dorong dengan keyakinan bahwa, kendati dengan kebencian
musuh-musuhnya, raja mereka, seperti yang mereka harap-
kan, akan hidup untuk selama-lamanya. Atau,
2. Tentang diri Mesias, Sang Raja yang diperlambangkan oleh-
nya. Apa pun yang terjadi pada dirinya, Daud merasa terhibur
saat berpikir, bahwa masa-masa hidup Yang Diurapi Tuhan
akan berlangsung selama bertahun-tahun, dan bahwa besar
kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan.
Sang Pengantara akan bersemayam di hadapan Tuhan untuk
selama-lamanya, sebab Dia selalu tampil di hadapan Tuhan
bagi kita, dan selalu hidup, dengan senantiasa menjadi peng-
antara. Dan, sebab Dia hidup, kita pun akan hidup.
III. Dengan begitu gigihnya dia memohon agar Tuhan membawa dan
menjaganya selalu di dalam perlindungan-Nya: “Titahkanlah kasih
setia dan kebenaran menjaga dia.” Janji-janji Tuhan dan iman kita
kepada semua janji itu tidak dimaksudkan untuk menggantikan
namun untuk membangkitkan dan mendorong doa. Daud yakin
bahwa Tuhan akan memperpanjang umurnya, dan oleh sebab itu
dia berdoa agar Ia menjaganya. Bukan berarti bahwa Dia harus
872
menyiapkan baginya seorang pengawal yang kuat, atau sebuah
benteng yang kokoh, namun bahwa Dia akan menyiapkan kasih
setia dan kebenaran untuk menjaganya. Yaitu, bahwa kebaikan
Tuhan akan membuatnya aman sesuai dengan janji yang telah
diucapkan-Nya. jika kita sudah berada dalam perlindungan
kasih setia dan kebenaran Tuhan , maka tidak ada lagi tempat yang
lebih aman yang perlu kita cari. Ini dapat diterapkan kepada Me-
sias: “Utuslah Dia saat waktunya sudah genap, untuk menun-
jukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham”
(Mi. 7:20; Luk. 1:72-73).
IV. Dengan begitu gembiranya ia bernazar akan membalas Tuhan de-
ngan penuh syukur (ay. 9): “Maka aku hendak memazmurkan
nama-Mu untuk selamanya.” Perhatikanlah, sebab Tuhan menjaga
kita maka kita wajib memuji-Nya. Oleh sebab itu, kita harus ber-
keinginan untuk hidup, agar kita bisa memuji-Nya: Biarlah jiwaku
hidup, supaya memuji-muji Engkau. Kita harus memuji Tuhan dan
menjadikannya sebagai pekerjaan kita dari waktu ke waktu, bah-
kan sampai pada akhirnya. Selama hidup kita diperpanjang, kita
harus terus memuji Tuhan . Dengan demikian, pekerjaan itu akan
dijadikan pekerjaan kita di kehidupan kekal, dan kita akan me-
muji-muji Dia untuk selama-lamanya. Sedang aku membayar
nazarku hari demi hari. Memuji Tuhan sudah dengan sendirinya
merupakan pemenuhan nazarnya, dan ini mencondongkan hati-
nya untuk memenuhi nazar-nazarnya yang lain yang dibuatnya
pada kesempatan-kesempatan lain.
Perhatikanlah:
1. Nazar yang telah kita buat haruslah kita penuhi dengan kesa-
daran hati nurani.
2. Memuji Tuhan dan membayar nazar kita kepada-Nya haruslah
menjadi pekerjaan kita sehari-hari. Setiap hari kita harus me-
lakukan sesuatu untuk membayar nazar secara tetap, sebab
membayar nazar tidaklah ada artinya bila kita tidak menunai-
kan apa yang harus kita kerjakan sekarang. Sebab, setiap hari
kita menerima kasih setia yang baru. Selain itu, jika sekarang
ini saja kita sudah merasa berat untuk memenuhi nazar kita
setiap hari, maka janganlah berharap kita dapat melakukan-
nya selama-lamanya di kehidupan yang kekal nanti.
PASAL 62
azmur ini tidak berisi sesuatu yang secara langsung berkaitan
dengan doa atau pujian, dan juga tidak tampak pada kesempat-
an apa mazmur ini ditulis. Tidak jelas juga apakah mazmur ini ditulis
pada suatu kesempatan tertentu, apakah itu berduka ataupun ber-
suka. Namun di dalamnya,
I. Daud dengan luar biasa senangnya mengakui keyakinannya
akan Tuhan dan kebergantungannya kepada-Nya, dan men-
dorong dirinya sendiri untuk terus menantikan-Nya (ay. 2-8).
II. Dengan segala kesungguhan hati ia menggugah dan mendo-
rong orang lain untuk percaya kepada Tuhan juga, dan bukan
kepada makhluk mana pun (ay. 9-13).
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus menggugah diri kita
sendiri untuk menantikan Tuhan .
Menantikan Tuhan ; Yakin akan Tuhan
(62:1-8)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut: Yedutun. Mazmur Daud. 2 Hanya dekat
Tuhan saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. 3 Hanya Dialah gu-
nung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. 4
Berapa lamakah kamu hendak menyerbu seseorang, hendak meremukkan
dia, hai kamu sekalian, seperti terhadap dinding yang miring, terhadap tem-
bok yang hendak roboh? 5 Mereka hanya bermaksud menghempaskan dia
dari kedudukannya yang tinggi; mereka suka kepada dusta; dengan mulut-
nya mereka memberkati, namun dalam hatinya mereka mengutuki. S e l a 6
Hanya pada Tuhan saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapan-
ku. 7 Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku
tidak akan goyah. 8 Pada Tuhan ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung
batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Tuhan .
M
874
Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati,
I. Pengakuan Daud bahwa ia bergantung kepada Tuhan , dan hanya
kepada-Nya, untuk segala yang baik (ay. 2): Hanya dekat Tuhan
saja aku tenang (KJV: Sesungguhnya jiwaku menantikan Tuhan –
pen.). Walaupun demikian (begitu menurut sebagian orang), atau
“Bagaimanapun juga, apa pun kesulitan-kesulitan atau bahaya-
bahaya yang akan aku hadapi, meskipun Tuhan murka terhadap
aku dan aku mengalami kekecewaan-kekecewaan dalam mela-
yani-Nya, namun jiwaku tetap menantikan Tuhan .” Atau sesuai
dengan arti katanya: tenang di hadapan Tuhan , tidak mengatakan
apa-apa melawan apa yang diperbuat-Nya, namun dengan diam
menantikan apa yang akan dilakukan-Nya. Kita sedang menjalan-
kan kewajiban kita dan mendapatkan penghiburan jika jiwa
kita menantikan Tuhan , jika kita dengan gembira menyerahkan
diri kita dan kesudahan seluruh perkara kita kepada kehendak
dan hikmat-Nya. Demikian pula halnya jika kita menerima
dan menyesuaikan diri dengan segala pekerjaan pemeliharaan-
Nya, serta dengan sabar menantikan kesudahan yang belum
menentu, dengan merasa puas sepenuhnya pada kebenaran dan
kebaikan-Nya, apapun yang terjadi. Bukankah jiwaku tunduk ke-
pada Tuhan ? Begitulah menurut Septuaginta [Alkitab Perjanjian
Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.]. Demikianlah halnya,
dan demikian pula seharusnya. Kehendak kita haruslah dilebur-
kan ke dalam kehendak-Nya. Jiwaku hormat kepada Tuhan , sebab
dari pada-Nyalah keselamatanku. Ia tidak ragu bahwa keselamat-
annya akan datang, meskipun sekarang sedang terancam bahaya,
dan ia mengharapkannya datang dari Tuhan , dan hanya dari Dia,
sebab sia-sialah berharap pada bukit-bukit dan gunung-gunung
(Yer. 3:23; 121:1-2). “Dari-Nyalah aku tahu keselamatan itu akan
datang, dan oleh sebab itu Dialah yang dengan sabar aku nan-
tikan sampai keselamatan itu benar-benar datang, sebab waktu-
Nya yaitu waktu yang terbaik.” Kita dapat menerapkannya pada
keselamatan kekal kita, yang disebut keselamatan yang dari Tuhan
(50:23). Dari-Nyalah keselamatan itu datang. Dia telah menyiap-
kan keselamatan itu untuk kita. Dia sedang menyiapkan kita
untuk keselamatan itu, dan memelihara kita kepada keselamatan
itu. Dan oleh sebab itu biarlah jiwa kita menantikan Dia, agar
Kitab Mazmur 62:1-8
875
dapat dibimbing melewati dunia ini menuju pada keselamatan
kekal itu, dengan cara yang pantas menurut-Nya.
II. Dasar dan alasan untuk bergantung kepada-Nya (ay. 3): Hanya
Dialah gunung batuku dan keselamatanku; Dia kota bentengku.
1. “Sudah berkali-kali Dia menjadi demikian bagiku. Di dalam Dia
aku telah menemukan tempat perlindungan, kekuatan, dan per-
tolongan. Dengan anugerah-Nya Dia telah menyokong aku dan
menopangku mengatasi segala permasalahanku, dan dengan
pemeliharaan-Nya Dia telah membelaku dari segala penghina-
an musuh-musuhku serta melepaskan aku dari segala perma-
salahan yang telah menjeratku. Oleh sebab itu, aku menaruh
pengharapan bahwa Ia akan menyelamatkan aku (2Kor. 1:10).
2. “Hanya Dia yang bisa menjadi gunung batuku dan keselamat-
anku. Makhluk ciptaan tidak akan mampu, mereka tidak ada
apa-apanya tanpa Dia, dan oleh sebab itu aku hanya akan me-
mandang Dia, dan tidak memedulikan mereka.”
3. “Melalui kovenan Dia telah berketetapan untuk menjadi demi-
kian. Bahkan Dia, yang merupakan gunung batu segala za-
man, yaitu gunung batuku. Dia, Tuhan keselamatan, yaitu
keselamatanku. Dia, Tuhan Yang Mahatinggi, yaitu tempat
tinggiku. Dan oleh sebab itu, aku mempunyai segala alasan di
dunia ini untuk mengandalkan Dia.”
III. Keuntungan yang diperolehnya dari keyakinannya kepada Tuhan itu.
1. sebab percaya kepada Tuhan , hatinya teguh. “ sebab Tuhan
yaitu kekuatanku dan yang melepaskanku dengan gagah
perkasa, maka aku tidak akan goyah (maksudnya, aku tidak
mati dan binasa). Bisa saja aku terguncang, namun tidak akan
tenggelam.” Atau, “Hatiku tidak akan begitu terusik dan geli-
sah. Bisa saja aku menjadi ketakutan, namun tidak akan gentar
sampai tertegun, juga tidak akan sampai kehilangan kendali
atas jiwaku sendiri. Bisa saja aku kebingungan, namun tidak
putus asa” (2Kor. 4:8). Pengharapan kepada Tuhan ini akan
menjadi jangkar bagi jiwa, yang membuat hati yakin teguh.
2. Musuh-musuhnya dipandang remeh, dan semua usaha mere-
ka melawannya dipandang hina olehnya (ay. 4-5). Jika Tuhan
ada di pihak kita, kita tidak perlu takut terhadap apa yang da-
876
pat diperbuat manusia terhadap kita, meskipun mereka begitu
perkasa dan jahat. Di sini Daud,
(1) Menggambarkan sifat musuh-musuhnya: Mereka hendak
menyerbu orang (KJV: Mereka membayangkan kejahatan –
pen.), merancangnya sedemikian rupa dengan racun ular,
dan menyusunnya sedemikian licik seperti ular, dan ini
mereka perbuat melawan seseorang, seorang dari sesama
mereka, melawan satu orang, yang bukanlah tandingan
yang sepadan untuk mereka, sebab mereka banyak. Mere-
ka terus saja menganiaya dengan penuh kebencian meski-
pun Pemeliharaan ilahi sudah sering kali menggagalkan
rancangan-rancangan jahat mereka. “Berapa lamakah kamu
akan melakukannya? Akankah kamu insaf akan kesalahan-
mu? Akankah kebencianmu mereda dengan sendirinya?”
Mereka sehati dan sepikir untuk mengempaskan dia dari
kedudukannya yang tinggi, untuk menjauhkan orang jujur
dari kejujurannya, untuk menjeratnya di dalam dosa, yang
merupakan satu-satunya hal yang akan berhasil mengem-
paskan kita dari kedudukan kita yang tinggi. Mereka hen-
dak menjatuhkan orang yang telah ditinggikan Tuhan dari
martabatnya, dan dengan demikian berperang melawan
Tuhan . Iri hati yaitu dasar dari kebencian mereka. Mereka
berduka atas kemajuan Daud, dan oleh sebab itu mereka
bersekongkol, dengan menjelek-jelekkan dia dan menco-
reng nama baiknya (yang berarti mengempaskannya dari
kedudukannya yang tinggi), untuk menghalang-halangi ke-
majuannya. Untuk mencapai tujuan ini, mereka memfit-
nahnya, dan suka mendengarkan sifat-sifat buruk yang
digambarkan tentangnya, dan laporan-laporan buruk yang
dibuat serta disebarkan mengenai dia, padahal mereka
tahu semua itu tidak benar. Mereka suka kepada dusta.
Dan sebab hati nurani mereka sudah tidak peduli lagi un-
tuk berdusta tentang dia, untuk berbuat jahat kepadanya,
maka hati nurani mereka pun berdusta kepadanya tanpa
terbeban oleh hati nurani. Mereka menyembunyikan keja-
hatan yang mereka rancangkan dan menjalankannya de-
ngan lebih baik lagi. Dengan mulutnya mereka memberkati
(mereka memuji Daud di depan mukanya), namun dalam
hatinya mereka mengutuki. Dalam hati mereka berharap se-
Kitab Mazmur 62:1-8
877
moga segala yang jahat menimpa Daud, dan dengan diam-
diam bersekongkol melawannya. Berkelompok-kelompok
mereka menjalankan rancangan jahat ini atau itu, dengan
berharap semuanya itu dapat menghancurkannya. Sung-
guh berbahaya jika kita percaya kepada manusia yang se-
demikian palsunya. namun Tuhan itu setia.
(2) Ia membacakan ajal mereka, mengumumkan hukuman mati
atas mereka, bukan sebagai raja melainkan sebagai nabi:
Kamu sekalian akan dibunuh (KJV), oleh penghakiman-
penghakiman Tuhan yang adil. Saul dan hamba-hambanya
dibunuh oleh orang-orang Filistin di pegunungan Gilboa,
sesuai dengan nubuatan ini. Siapa yang berusaha meng-
hancurkan umat pilihan Tuhan sama saja dengan memper-
siapkan kehancuran bagi dirinya sendiri. Jemaat Tuhan
didirikan di atas batu karang yang akan tetap teguh ber-
diri. namun orang-orang yang berperang melawannya, dan
melawan semua penyokong serta pelindungnya, akan men-
jadi seperti dinding yang miring, terhadap tembok yang hen-
dak roboh, yang sebab fondasinya lapuk, tenggelam kare-
na keberatan, roboh dengan tiba-tiba. Dan di dalam rerun-
tuhannya menguburkan semua orang yang berlindung di
bawah bayangan dan naungannya. Daud, sebab yakin
kepada Tuhan , sudah melihat kejatuhan musuh-musuhnya
seperti itu, dan sebab itu, ia menentang dan menantang
mereka untuk melakukan yang sejahat-jahatnya semampu
mereka.
3. Ia sendiri terdorong untuk terus menantikan Tuhan (ay. 6-8):
Hanya pada Tuhan saja kiranya aku tenang (KJV: Jiwaku, nanti-
kanlah Tuhan saja – pen.). Perhatikanlah, kebaikan yang kita
lakukan haruslah menggugah kita untuk terus melakukan
kebaikan itu, dan untuk semakin banyak lagi melakukannya.
Selayaknyalah kita berbuat demikian sebagai orang yang oleh
anugerah telah mendapat penghiburan dan keuntungan ke-
baikan yang telah kita terima. Kita telah mendapati bahwa
menantikan Tuhan itu baik, dan oleh sebab itu kita harus
memerintahkan jiwa kita, dan bahkan membujuknya, untuk
terus bergantung kepada Tuhan supaya hati kita bisa selalu
tenang. Sebelumnya Daud berkata (ay. 2), “Dari pada-Nyalah
keselamatanku,” sekarang ia berkata (ay. 6), “dari pada-Nyalah
878
harapanku.” Keselamatannya merupakan hal utama yang
diharapkannya. Biarlah ia mendapatkannya dari Tuhan , maka
ia tidak akan berharap apa-apa lagi. sebab keselamatannya
datang dari Tuhan , maka segala hal lain yang diharapkannya
hanyalah dari Tuhan . “Jika Tuhan menyelamatkan jiwaku, maka
biarlah Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya untukku dalam
segala hal lain. sebab itu, aku mau menerima segala peng-
aturan-Nya, sebab aku tahu bahwa kesudahan semuanya ini
ialah keselamatanku” (Flp. 1:19). Ia mengulangi (ay. 7) apa
yang telah dikatakannya mengenai Tuhan (ay. 3), sebagai orang
yang tidak saja yakin akan perkataannya itu namun juga yang
luar biasa senang dengannya, dan yang banyak merenungkan-
nya: “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota
bentengku, aku tahu Dia begitu.” namun sebelumnya ia me-
nambahkan, “aku tidak akan banyak goyah” (KJV), sedangkan
di sini, “aku tidak akan goyah sama sekali” (KJV). Perhatikan-
lah, semakin banyak iman diwujudkan dalam tindakan, sema-
kin hidup iman itu jadinya. Crescit eundo – Semakin bertumbuh
dengan dilatih. Semakin sering kita merenungkan sifat-sifat
dan janji-janji Tuhan , dan pengalaman kita sendiri, semakin
kuat kita menghadapi ketakutan-ketakutan kita. Dan, seperti
Haman, jika ketakutan-ketakutan itu sudah mulai gugur,
maka semua ketakutan itu akan berguguran di hadapan kita,
dan kita akan dijagai dengan damai sejahtera (Yes. 26:3).
Sama seperti iman Daud kepada Tuhan bertumbuh sehingga
mencapai taraf yang kokoh dan tidak goyah, demikian pula
sukacitanya di dalam Tuhan bertumbuh dengan sendirinya
menjadi sorak-sorai yang kudus (ay. 8): Pada Tuhan ada kese-
lamatanku dan kemuliaanku. Di mana ada keselamatan kita, di
situ pula ada kemuliaan kita. Sebab, apakah keselamatan kita
itu selain kemuliaan yang akan diungkapkan kelak, yaitu
kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya? Dan dalam hal
inilah kita harus bermegah. Di dalam Tuhan , marilah kita
bermegah sepanjang hari. “Gunung batu kekuatanku (maksud-
nya, gunung batuku yang kuat, yang di atasnya aku berpijak
dan membangun segala harapanku), dan tempat perlindungan-
ku, yang kepadanya aku berlari mencari tempat perlindungan
jika aku dikejar-kejar, ialah Tuhan , dan Dia saja. Tiada yang
lain yang aku tuju, tiada yang lain yang aku percayai. Semakin
Kitab Mazmur 62:9-13
879
banyak aku merenungkannya, semakin puas aku jadinya de-
ngan pilihan yang sudah kubuat.” Demikianlah ia bersenang-
senang sebab TUHAN, dan melintasi puncak bukit-bukit di
bumi (Yes. 58:14).
Nasihat untuk Percaya kepada Tuhan
(62:9-13)
9 Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di
hadapan-Nya; Tuhan ialah tempat perlindungan kita. S e l a 10 Hanya angin
saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada
neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin. 11
Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menaruh harap yang sia-
sia kepada perampasan; jika harta makin bertambah, janganlah hatimu
melekat padanya. 12 Satu kali Tuhan berfirman, dua hal yang aku dengar:
bahwa kuasa dari Tuhan asalnya, 13 dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya
Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Di sini kita mendapati nasihat Daud kepada orang lain untuk percaya
kepada Tuhan dan menantikan Dia, seperti yang telah diperbuatnya.
Orang yang telah mendapatkan penghiburan di jalan-jalan Tuhan bagi
dirinya sendiri pasti akan mengundang orang lain untuk berjalan di
jalan-jalan itu juga. Di dalam Tuhan ada banyak hal yang dapat dinik-
mati oleh semua orang kudus, dan kita tidak akan pernah kekurang-
an sekalipun orang lain turut berbagi di dalamnya.
I. Ia menasihati semua orang untuk menantikan Tuhan , seperti yang
diperbuatnya (ay. 9).
Lihatlah :
1. Kepada siapa dia memberi nasihat yang baik ini: Hai umat
(maksudnya, sekalian umat). Siapa saja boleh datang untuk
percaya kepada Tuhan , sebab Dia yaitu kepercayaan segala
ujung bumi (65:6). Hai umat Israel (begitulah dalam bahasa
Aramnya). Teristimewa mereka ini diajak untuk ikut percaya
kepada Tuhan , sebab Dia yaitu Tuhan Israel. Terlebih lagi,
bukankah umat itu harus mencari Tuhan mereka sendiri?
2. Nasihat baik apa yang diberikannya.
(1) Untuk mengandalkan Tuhan : “Percayalah kepada-Nya. Ber-
urusanlah dengan Dia, dan relakanlah dirimu untuk ber-
urusan dengan Dia atas dasar kepercayaan. Bergantunglah
kepada-Nya untuk melakukan segala sesuatu bagimu, de-
880
ngan mengandalkan hikmat dan kebaikan-Nya, kuasa dan
janji-Nya, serta pemeliharaan dan anugerah-Nya. Lakukan-
lah ini setiap waktu.” Kita harus membiasakan diri untuk
selalu percaya kepada Tuhan , harus menjalani hidup dengan
bergantung kepada-Nya, harus sungguh-sungguh percaya
kepada-Nya setiap waktu, sehingga tak ada sedikit pun
waktu yang tersisa untuk percaya kepada diri kita sendiri,
atau kepada makhluk mana pun, namun hanya kepada Dia.
Dan kita harus benar-benar yakin kepada Tuhan di segala
kesempatan, percaya kepada-Nya setiap kali menghadapi
situasi yang gawat, untuk membimbing kita jika kita di-
landa keraguan, untuk melindungi kita jika kita teran-
cam bahaya, untuk memberi persediaan kepada kita
jika kita kekurangan, dan untuk menguatkan kita
untuk berkata-kata yang baik dan melakukan yang baik.
(2) Untuk bercakap-cakap dengan Tuhan : Curahkanlah isi hati-
mu di hadapan-Nya. Ungkapan ini tampak merujuk pada
air persembahan yang dicurahkan di hadapan Tuhan. Apa-
bila kita mengaku dosa dan bertobat dari dosa kita itu,
maka hati kita tercurah di hadapan Tuhan (1Sam. 7:6).
namun yang dimaksudkan di sini yaitu doa, yang jika dija-
lankan seperti seharusnya, merupakan pencurahan hati di
hadapan Tuhan . Kita harus menumpahkan keluhan-keluhan
kita di hadapan-Nya, mempersembahkan keinginan-
keinginan kita kepada-Nya dengan segala kebebasan yang
penuh dengan kerendahan hati, dan kemudian berserah
sepenuhnya pada ketentuan-Nya, dengan sabar menun-
dukkan kehendak-kehendak kita pada kehendak-Nya. Ini-
lah yang dinamakan mencurahkan isi hati kita.
3. Dorongan apa yang diberikannya kepada kita agar menuruti
nasihat yang baik ini: Tuhan ialah tempat perlindungan kita,
bukan hanya tempat perlindunganku (ay. 8), melainkan juga
tempat perlindungan kita semua, bahkan siapa saja yang ingin
berlari kepada-Nya dan berlindung di dalam Dia.
II. Ia memperingatkan kita untuk waspada agar tidak salah menem-
patkan keyakinan kita, sebab , seperti dalam perkara-perkara
lainnya juga, hati itu licik (Yer. 17:5-9). Orang yang benar-benar
percaya kepada Tuhan (ay. 2) akan percaya kepada-Nya saja (ay. 6).
Kitab Mazmur 62:9-13
881
1. Janganlah kita percaya kepada manusia dunia ini, sebab me-
reka hanyalah buluh yang patah (ay. 10): Hanya angin saja
orang-orang yang hina, yang sama sekali tidak mampu meno-
long kita, dan suatu dusta saja orang-orang yang mulia, yang
akan memperdaya kita jika kita percaya kepada mereka. Orang
akan menyangka bahwa orang-orang hina dapat diandalkan
sebab jumlah mereka banyak, sebab tubuh mereka kuat,
dan sebab anggapan mereka bisa melayani kita. Orang juga
akan menyangka bawah orang yang mulia dapat diandalkan
sebab hikmat, kuasa, dan pengaruh mereka. Namun, baik
orang hina maupun orang mulia janganlah kita andalkan. Dari
antara keduanya, orang yang mulia disebutkan sebagai orang
yang lebih suka menipu, sebab mereka yaitu dusta, yang
menunjukkan bukan hanya kesia-siaan melainkan juga pe-
langgaran. Biasanya kita tidak terlalu ingin bergantung kepada
orang yang hina dibandingkan kepada raja dan panglima bala
tentara, sebab penampilan orang-orang yang terakhir ini lebih
membuat kita tergoda untuk percaya kepada mereka. sebab
percaya kepada penampilan mereka itu, makanya bila mereka
mengecewakan kita, tampak jelaslah kebohongan mereka itu.
Sebaliknya, yang sebaiknya kita lakukan yaitu , timbanglah
mereka dengan neraca, neraca Kitab Suci, atau lebih tepatnya,
cobailah mereka dulu, dan lihatlah seperti apa mereka itu,
apakah mereka akan memenuhi harapan-harapanmu atau
tidak, maka engkau akan menuliskan Tekél pada mereka.
Mereka itu sama-sama lebih ringan dari pada angin. Kita tidak
boleh bergantung pada hikmat mereka untuk menasihati kita,
pada kuasa mereka untuk bertindak bagi kita, pada kehendak
baik mereka kepada kita. Demikian juga, janganlah bergan-
tung pada janji-janji mereka, melainkan pada janji Tuhan saja.
Jangan mau tunduk pada apa saja, selain kepada Tuhan saja.
2. Janganlah kita percaya kepada kekayaan dunia ini. Janganlah
kekayaan itu dijadikan sebagai kota benteng kita (ay. 11): Ja-
nganlah percaya kepada pemerasan, maksudnya, kepada ke-
kayaan yang diperoleh melalui penipuan dan kekerasan, kare-
na di mana ada banyak kekayaan, di situ biasanya ada
kekayaan yang diperoleh dengan mengeruk atau mengumpul-
kan uang dengan cara menipu (Juruselamat kita menyebutnya
Mamon yang tidak jujur, Luk. 16:9), atau percaya kepada kiat-
882
kiat untuk mendapatkan kekayaan. “Janganlah menyangka,
bahwa sebab sudah beroleh kelimpahan atau sedang me-
ngumpulkannya, engkau sudah aman. Sebab ini berarti mena-
ruh harap yang sia-sia kepada perampasan (KJV: sebab kelim-
pahan ini akan menjadi sia-sia jika dirampas – pen.), mak-
sudnya, saat engkau menyangka sedang menipu orang lain,
sebenarnya engkau menipu dirimu sendiri.” Barangsiapa yang
percaya akan kekayaannya yang melimpah, berlindung pada
tindakan penghancurannya (52:9); dan pada kesudahan usia-
nya ia terkenal sebagai seorang bebal (Yer. 17:11). Janganlah
ada yang begitu bodoh sehingga berpikir bahwa ia bisa menyo-
kong dirinya dengan perbuatan dosanya, apalagi sampai me-
nyokong diri di dalam dosa kekayaan ini. Bahkan, sebab su-
sah untuk mendapatkan kekayaan, kita harus berjaga-jaga
agar jangan sampai mencurahkan perhatian kita secara ber-
lebihan kepadanya, supaya jangan kita percaya kepadanya
jika harta makin bertambah, meskipun kita mendapatkan-
nya dengan cara-cara yang sah dan jujur. “Janganlah hatimu
melekat padanya. Janganlah hatimu sangat menginginkannya,
janganlah memakainya sebagai tempat kepuasan bagi jiwamu,
atau percaya kepadanya sebagai bagianmu. Janganlah terlam-
pau mengkhawatirkannya, janganlah menilai dirimu dan orang
lain berdasar semua itu. Janganlah jadikan harta dunia ini
sebagai kebaikan utamamu dan tujuan tertinggimu. Pendek-
nya, janganlah memberhalakannya.” Inilah bahaya yang paling
mengancam kita jika harta makin bertambah. saat tanah
orang kaya membuahkan hasil berlimpah, ia berkata kepada
jiwanya, Jiwaku beristirahatlah dan tenangkanlah dirimu de-
ngan semua ini (Luk. 12:19). Dunia yang tersenyumlah yang
paling besar kemungkinannya akan menjauhkan hati dari
Tuhan . Padahal hanya kepada-Nya hati itu harus diarahkan.
III. Ia memberi alasan yang sangat baik mengapa kita harus men-
jadikan Tuhan sebagai sumber keyakinan kita, yaitu sebab Dia
yaitu Tuhan yang mahakuasa, mahapengasih, dan mahabenar
(ay. 12-13). Hal ini sangatlah diyakininya, dan dia ingin agar kita
juga meyakininya: Satu kali Tuhan berfirman, dua hal yang aku
dengar, maksudnya,
Kitab Mazmur 62:9-13
883
1. “Tuhan telah berfirman, dan aku telah mendengarnya, satu kali,
bahkan dua kali. Ia telah berfirman, dan aku telah mendengar-
nya dengan terang akal budi. Akal budiku dengan mudah
menyimpulkan kebenaran apa yang difirmankan-Nya dari kod-
ratnya sebagai Keberadaan yang mahasempurna, dan dari
karya-karya ciptaan-Nya ataupun pemeliharaan-Nya. Ia telah
berfirman, dan aku telah mendengarnya satu kali, bahkan dua
kali (maksudnya berkali-kali), melalui peristiwa-peristiwa yang
secara khusus menyangkut aku. Ia telah berfirman dan aku
telah mendengarnya melalui terang pewahyuan, melalui mim-
pi-mimpi dan khayal malam (Ayb. 4:13), melalui penampakan
diri-Nya yang mulia di atas Gunung Sinai” (yang menurut
sebagian orang secara khusus dirujuk oleh ayat ini), “dan
dengan firman tertulis.” Sudah sering kali Tuhan memberitahu
kita betapa Tuhan yang agung dan akbarnya Dia itu, jadi kita
pun harus sering juga memperhatikan apa yang telah diberi-
tahukan-Nya kepada kita. Atau,
2. “Walaupun Tuhan berfirman satu kali, aku mendengarnya dua
kali, mendengarnya dengan tekun, bukan hanya dengan teli-
nga jasmaniku melainkan juga dengan jiwa dan pikiranku.”
Kepada sebagian orang, Tuhan berfirman dua kali, sebab me-
reka tidak akan mendengarnya pada kali pertama. namun
kepada sebagian yang lain, Dia cukup berfirman satu kali, dan
mereka akan mendengarnya dua kali (bdk. Ayb. 33:14). Nah,
apakah gerangan yang difirmankan dan didengarkan itu?
(1) Bahwa Tuhan yang dengan-Nya kita harus berurusan yaitu
Tuhan yang mahakuasa. Kuasa dari Tuhan asalnya. Dia
mahaperkasa, dan dapat berbuat apa saja. Bagi-Nya tidak
ada yang mustahil. Segala kuasa yang ada pada semua
makhluk berasal dari-Nya, bergantung pada-Nya, dan digu-
nakan oleh-Nya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Milik-
Nyalah kuasa, dan kepada-Nya-lah kita harus mengembali-
kannya. Ini alasan yang baik mengapa kita harus percaya
kepada-Nya setiap waktu, dan hidup dengan terus bergan-
tung pada-Nya. Sebab, Dia mampu melakukan segala se-
suatu yang sudah kita percayakan kepada-Nya untuk dila-
kukan-Nya bagi kita.
(2) Bahwa Dia yaitu Tuhan yang mahabaik. Di sini sang pe-
mazmur mengarahkan perkataannya kepada Tuhan sendiri,
884
seperti orang yang ingin memberi-Nya kemuliaan atas ke-
baikan-Nya, yang merupakan kemuliaan-Nya sendiri: Dan
dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan. Tuhan bukan saja
yang teragung namun juga yang terbaik dari segala yang
ada. Kasih setia ada pada-Nya (130:4, 7). Dia penuh kasih
setia tanpa ada bandingannya dan hanya Dia saja yang
demikian. Dia yaitu Bapa yang penuh belas kasihan
(2Kor. 1:3). Ini merupakan alasan selanjutnya mengapa
kita harus percaya kepada-Nya, dan ini menghapus segala
keberatan atas keberdosaan dan ketidaklayakan kita. Mes-
kipun tidak layak mendapatkan apa-apa selain murka-Nya,
kita dapat berharap akan segala kebaikan dari kasih setia-
Nya, yang meliputi seluruh karya-Nya.
(3) Bahwa Dia tidak pernah, dan tidak akan pernah, berbuat
salah terhadap satu pun dari makhluk-makhluk-Nya: Se-
bab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.
Walaupun tidak selalu melakukan hal ini secara kasat
mata di dunia ini, Dia akan melakukannya pada hari
pembalasan. Tidak ada satu pun pelayanan yang diberikan
kepada-Nya yang tidak akan diberikan imbalan, dan juga
tidak satu pun penghinaan yang ditujukan kepada-Nya
yang akan dibiarkan tidak dihukum, kecuali bila pelakunya
bertobat. Dengan ini tampak bahwa kuasa dan kasih setia
berasal dari-Nya. Seandainya Dia bukan Tuhan yang ber-
kuasa, maka akan ada orang-orang berdosa yang menjadi
terlalu tangguh untuk dihukum. Dan seandainya Dia bu-
kan Tuhan yang berbelas kasihan, maka akan ada pelayan-
an-pelayanan yang terlampau tidak berharga untuk diberi-
kan imbalan. Tampaknya ini terutama berbicara tentang
keadilan Tuhan dalam memberi penghakiman atas seru-
an-seruan yang diajukan kepada-Nya oleh orang-orang tidak
bersalah yang tertindas. Ia pasti akan menghakimi sesuai
dengan kebenaran, dalam memberi imbalan kepada yang
ditindas, dan dalam membalaskan orang-orang yang telah
melukai mereka (1Raj. 8:32). Oleh sebab itu, biarlah orang-
orang yang tertindas menyerahkan perkara mereka kepada-
Nya, dan mempercayai Dia untuk membela perkara mereka
itu.
PASAL 63
alam mazmur ini kita mendapati begitu banyak kehangatan dan
ibadah yang hidup, sama seperti dalam mazmur-mazmur Daud
lainnya dalam lingkup yang begitu terbatas. Sama halnya dengan
surat-surat Paulus yang termanis yaitu surat-surat yang ditulisnya
semasa ia di penjara, demikian pula sebagian dari mazmur-mazmur
Daud yang termanis, seperti mazmur ini, yaitu mazmur-mazmur
yang ditorehkannya di padang gurun. Yang paling membuatnya ber-
sedih hati saat dibuang yaitu hilangnya kesempatan untuk men-
jalankan ketetapan-ketetapan ibadah bersama. Di sini ia merindukan
kembalinya kenikmatan yang dirasakannya saat menjalankan
ketetapan-ketetapan ibadah itu. Dan rasa kehilangannya pada saat
ini semakin menambah kerinduannya. Namun, sebenarnya bukan
ketetapan-ketetapan ibadah itu sendiri yang didambakannya, melain-
kan Tuhan sumber ketetapan-ketetapan ibadah itu. Dan di sini kita
mendapati,
I. Keinginannya akan Tuhan (ay. 2-3).
II. Rasa hormatnya kepada Tuhan (ay. 4-5).
III. Kepuasannya di dalam Tuhan (ay. 6).
IV. Persekutuan pribadinya dengan Tuhan (ay. 7).
V. Kebergantungannya kepada Tuhan yang penuh dengan rasa
gembira (ay. 8-9).
VI. Kemenangannya yang kudus di dalam Tuhan atas musuh-mu-
suhnya dan dalam keyakinan akan keselamatannya sendiri
(ay. 10-12).
Jiwa yang taat dan saleh cuma perlu sedikit diajar bagaimana me-
nyanyikan mazmur ini, sebab mazmur ini dengan begitu alami ber-
bicara dalam bahasa yang biasa digunakan oleh jiwa yang demikian.
D
886
Dan jiwa yang tidak dikuduskan, yang tidak mengenal dan tidak ter-
gerak oleh perkara-perkara ilahi, nyaris tidak dapat menyanyikannya
dengan pengertian.
Perasaan-perasaan Saleh
(63:1-3)
1 Mazmur Daud, saat ia ada di padang gurun Yehuda. 2 Ya Tuhan , Engkau-
lah Tuhan ku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu
kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair. 3 Demikian-
lah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-
Mu dan kemuliaan-Mu.
Judul mazmur ini memberi tahu kita kapan ditulis, yaitu saat
Daud berada di padang gurun Yehuda, maksudnya, di hutan Keret
(1Sam. 22:5) atau di padang gurun Zif (1Sam. 23:15).
1. Bahkan di Kanaan, yang tanahnya subur dan penduduknya ba-
nyak, masih ada juga padang-padang gurun, tempat yang kurang
subur dan kurang berpenghuni dibandingkan dengan tempat-
tempat lain. Demikian pula yang akan terjadi di dunia, dan di da-
lam jemaat, namun tidak di sorga. Di sorga sana, semuanya kota,
semuanya firdaus, tidak ada padang belantara. Di sana padang
gurun akan berbunga.
2. Adakalanya orang-orang kudus dan hamba-hamba Tuhan yang
terbaik dan tersayang nasibnya terempas di padang gurun, yang
membuat mereka kesepian dan sendirian, sunyi dan menderita,
kehilangan, mengembara ke sana sini, tidak bisa menetap, dan
tidak tahu apa yang harus diperbuat terhadap diri sendiri.
3. Segala kesusahan dan kesukaran di padang gurun janganlah
membuat kita melagukan nyanyian-nyanyian suci dengan nada
sumbang. Sebaliknya, bahkan pada saat-saat demikian, wajib dan
penting bagi kita untuk terus menjaga persekutuan yang penuh
sukacita dengan Tuhan . Ada mazmur-mazmur yang pantas dinya-
nyikan di padang gurun, dan kita boleh bersyukur kepada Tuhan
bahwa di padang gurun Yehudalah, dan bukan di padang gurun
Dosa, kita berada sekarang.
Daud, dalam perikop di atas, membangkitkan dirinya untuk berpe-
gang kepada Tuhan ,
Kitab Mazmur 63:1-3
887
I. Dengan iman yang hidup dan bekerja: Ya Tuhan , Engkaulah Tuhan -
ku. Perhatikanlah, saat menghadap Tuhan , kita harus memandang-
Nya sebagai Tuhan , dan sebagai Tuhan kita, dan ini akan membawa
penghiburan bagi kita saat berada di padang gurun. Kita harus
mengakui bahwa Tuhan itu ada, bahwa kita berbicara dengan Dia
yang sungguh-sungguh ada dan hadir bersama kita, saat kita
berkata, Ya Tuhan ! Ini sebuah perkataan yang harus diucapkan
dengan kesungguhan hati, dan sangat disayangkan jika hanya
digunakan sambil lalu begitu saja. Kita juga harus mengakui
wewenang-Nya atas diri kita dan kedaulatan-Nya di dalam diri
kita, dan hubungan kita dengan-Nya: “Engkaulah Tuhan ku, Tuhan -
ku melalui karya penciptaan, dan oleh sebab itu pemilik dan
pengatur diriku yang sah. Engkau Tuhan ku melalui kovenan dan
persetujuanku sendiri.” Kita harus memperkatakan perkataan
ini dengan perasaan yang teramat senang kepada diri kita
sendiri, dan bersyukur kepada Tuhan , sebagai orang yang bertekad
untuk tetap memegang teguh pada perkataan ini : Ya Tuhan ,
Engkaulah Tuhan ku.
II. Dengan segala perasaan saleh dan taat, sesuai dengan pilihan
yang telah dijatuhkannya mengenai Tuhan , dan sesuai dengan
kovenan yang telah diadakannya bersama Dia.
1. Ia bertekad untuk mencari Tuhan serta kebaikan dan anugerah-
Nya: Engkaulah Tuhan ku, sebab itu aku mencari Engkau.
Sebab, bukankah suatu bangsa patut meminta petunjuk kepada
Tuhan nya? (Yes. 8:19). Kita harus mencari-Nya. Kita harus
mendambakan perkenanan-Nya sebagai kebaikan kita yang
terutama, dan mencari kemuliaan bagi-Nya sebagai tujuan
kita yang tertinggi. Kita harus berusaha mengenal-Nya melalui
firman-Nya dan mendapatkan belas kasihan-Nya melalui doa.
Kita harus mencari-Nya,
(1) Pagi-pagi benar, dengan penuh perhatian, seolah-olah takut
kehilangan Dia. Kita harus mengawali hari-hari kita ber-
sama-Nya, memulai setiap hari bersama-Nya: Aku akan
mencari Engkau saat hari masih pagi (KJV).
(2) Dengan sungguh-sungguh: “Jiwaku haus kepada-Mu, dan
tubuhku rindu kepada-Mu (maksudnya, diri manusiaku
888
seluruhnya dipenuhi oleh keinginan ini) di sini di tanah
yang kering dan tandus ini.”
Lihatlah :
[1] Keluhannya saat tidak bisa menikmati hadirat Tuhan
yang penuh kemurahan. Ia berada di tanah yang kering
dan tandus. Demikianlah ia menganggapnya, bukan
sebab ia berada di padang gurun melainkan terlebih
sebab ia berada jauh dari tabut perjanjian, dari firman
dan sakramen-sakramen. Dunia ini yaitu tanah yang
melelahkan (begitulah arti kata itu). Demikianlah dunia
ini bagi orang duniawi, yang bagiannya ada di dunia ini,
sebab dunia tidak akan memberi mereka kepuasan
sejati. Dunia ini juga melelahkan bagi orang saleh, yang
akan berjalan melewatinya, seperti lembah Baka. Hanya
sedikit saja darinya yang dapat mereka harapkan bagi
diri mereka sendiri.
[2] Kegigihannya untuk menikmati hadirat Tuhan : Jiwaku
haus, rindu, kepada-Mu. Kebutuhannya akan hadirat
Tuhan membangkitkan keinginan-keinginannya, yang sa-
ngat kuat dan mendesak. Ia haus seperti rusa yang
merindukan sungai yang berair. Ia tidak akan mau me-
nerima apa pun yang kurang dari itu. Keinginan-ke-
inginannya hampir tidak tertahankan lagi. Ia akan terus
rindu, terus merana, sebelum bisa menikmati kembali
kebebasan untuk menjalankan ketetapan-ketetapan
Tuhan . Perhatikanlah, jiwa-jiwa yang mulia memandang
remeh dunia ini dengan perasaan yang kudus dan me-
nengadahkan kepala mereka kepada Tuhan dengan ke-
inginan yang kudus.
2. Ia rindu menikmati Tuhan . Apa gerangan yang didambakannya
dengan begitu berkobar-kobar? Apa gerangan yang dimohon
dan dimintanya? Inilah dia (ay. 3), Memandang kepada-Mu di
tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu
(KJV: Memandang kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu, sebagaimana
aku telah melihat-Mu di tempat kudus – pen.). Maksudnya,
(1) “Memandang kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu di sini di
padang gurun ini sebagaimana aku telah memandangnya
di Bait-Mu, memandangnya di tempat tersembunyi sebagai-
Kitab Mazmur 63:1-3
889
mana aku telah memandangnya di tengah-tengah kumpul-
an jemaat yang khidmat.” Perhatikanlah, jika kita dilu-
cuti dari hak kita untuk mendapatkan kemudahan meng-
ikuti perayaan-perayaan ibadah umum, kita harus ber-
keinginan dan berusaha untuk menjaga persekutuan yang
sama dengan Tuhan dalam kesendirian kita, sebagaimana
yang sudah kita alami di tengah-tengah jemaat yang besar.
Bilik pun dapat diubah menjadi tempat kudus kecil. Yehez-
kiel mendapat penglihatan-penglihatan akan Yang Maha
Kuasa di Babel, dan Yohanes di Pulau Patmos. Saat sen-
dirian pun kita masih bisa mengalami Tuhan hadir bersama
kita, dan itu sudah cukup.
(2) “Memandang kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu lagi di tem-
pat kudus sebagaimana dulu aku memandangnya di sana.”
Ia rindu untuk keluar dari padang gurun, bukan supaya ia
bisa melihat teman-temannya lagi, dan dapat menikmati
kembali kesenangan-kesenangan dan kegembiraan-kegem-
biraan di istana, melainkan supaya ia bisa bebas masuk ke
dalam tempat kudus, bukan untuk melihat imam-imam di
sana, dan upacara peribadatan, melainkan untuk melihat
kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu. Maksudnya, kekuatan-Mu
yang mulia, atau kemuliaan-Mu yang penuh kuasa, yang
merangkum semua sifat dan kesempurnaan Tuhan , supaya
aku lebih mengenal kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu itu,
dan agar di dalam hatiku tertinggal kesan-kesan yang men-
dalam akan semua itu. Dengan demikian, aku dapat me-
mandang kemuliaan Tuhan sehingga diubah menjadi serupa
dengan gambar-Nya (2Kor. 3:18). “Agar aku dapat melihat
kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.” Ia tidak berkata, seba-
gaimana aku telah melihatnya, namun “sebagaimana aku
telah melihat Engkau” (KJV). Kita tidak bisa melihat hakikat
Tuhan , namun dengan melihat segala sifat dan kesempurna-
an-Nya melalui iman, kita sudah melihat-Nya. Dengan
kenangan akan penglihatan-penglihatan inilah Daud meng-
hibur dirinya sendiri di sini. Saat-saat yang dihabiskan-Nya
untuk bersekutu dengan Tuhan itu yaitu waktu yang sa-
ngat berharga. Ia suka memikirkannya kembali. Saat-saat
seperti itulah yang diratapinya, dan yang dirindukannya
untuk dialami kembali. Perhatikanlah, yang menjadi kese-
890
nangan dan keinginan dari jiwa-jiwa yang mulia dalam
menjalankan ketetapan-ketetapan ibadah yang khidmat
yaitu untuk melihat Tuhan serta kekuatan-Nya dan kemu-
liaan-Nya di dalam ibadah itu.
Puji-pujian yang Gembira
(63:4-7)
4 Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegah-
kan Engkau. 5 Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan
menaikkan tanganku demi nama-Mu. 6 Seperti dengan lemak dan sumsum
jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku me-
muji-muji. 7 jika aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan
Engkau sepanjang kawal malam.
Betapa cepatnya keluhan-keluhan dan doa-doa Daud berubah men-
jadi puji-pujian dan ucapan syukur! sesudah dua ayat sebelumnya
yang mengungkapkan keinginannya untuk mencari Tuhan , inilah
sebagian ayat berikutnya yang mengungkapkan sukacita dan ke-
puasannya sesudah menemukan Dia. Doa-doa yang senantiasa dipan-
jatkan dapat dengan cepat berubah menjadi puji-pujian yang gem-
bira, kecuali sebab kesalahan kita sendiri. Biarlah bersukahati
orang-orang yang mencari TUHAN! (105:3), dan biarlah mereka me-
muji-Nya sebab telah mengerjakan keinginan-keinginan itu di dalam
diri mereka, dan memberi mereka keyakinan bahwa Dia akan me-
muaskannya. Saat ini Daud berada di padang gurun, namun hatinya
meluap-luap untuk memuji Tuhan . Sekalipun di dalam penderitaan,
kita tidak perlu kehilangan pokok pujian, jika saja kita mempunyai
hati untuk memuji.
Lihatlah :
I. sebab apa Daud akan memuji Tuhan (ay. 4): Sebab kasih setia-Mu
lebih baik dari pada hidup, dibandingkan kehidupan, dibandingkan hidup
dan segala kenyamanan hidup, hidup dengan segala miliknya
yang terbaik, umur panjang dan kemakmuran. Kasih setia Tuhan
itu, menurut kodratnya sendiri dan dalam pandangan semua
orang kudus, yaitu lebih baik dibandingkan hidup. Kasih setia-Nya
yaitu kehidupan rohani kita, dan kehidupan rohani itu lebih
baik dibandingkan kehidupan fana yang sementara ini (30:6). Beribu-
ribu kali jauh lebih baik mati dalam kemurahan Tuhan dibandingkan
Kitab Mazmur 63:4-7
891
hidup di bawah murka-Nya. Daud di padang gurun mendapati,
melalui pengalaman yang penuh penghiburan, bahwa kasih setia
Tuhan lebih baik dibandingkan hidup. Dan oleh sebab itu (ujarnya)
bibirku akan memegahkan Engkau. Perhatikanlah, orang-orang
yang hatinya disegarkan dengan tanda-tanda kebaikan Tuhan ha-
ruslah mengangkat hati mereka untuk memuji-muji Dia. Banyak-
lah alasan bagi kita untuk memuji Tuhan sebab kita mempunyai
persediaan dan harta milik yang lebih baik dibandingkan yang dapat
diberikan oleh dunia ini. Selain itu, di dalam melayani Tuhan dan
bersekutu dengan-Nya, kita mendapatkan pekerjaan dan kenik-
matan yang lebih baik dibandingkan yang bisa kita dapatkan di dalam
urusan dan pergaulan dunia ini.
II. Bagaimana dia hendak memuji Tuhan , dan berapa lama (ay. 5). Ia
bertekad untuk hidup dengan bersyukur kepada Tuhan dan ber-
gantung kepada-Nya.
Lihatlah :
1. Caranya memuji Tuhan : “Demikianlah aku mau memuji Engkau,
demikianlah, seperti yang sudah kumulai sekarang. Perasaan-
perasaan saleh sekarang ini tidak akan menghilang, seperti
kabut pagi, namun akan bersinar semakin terang dan terang
lagi, seperti mentari pagi.” Atau, “Aku hendak memuji Engkau
dengan sungguh-sungguh dan berkobar-kobar sebagaimana
aku telah berdoa kepada-Mu.”
2. Ketetapan dan ketekunannya untuk terus memuji Tuhan : Aku
mau memuji Engkau seumur hidupku. Perhatikanlah, memuji
Tuhan haruslah menjadi pekerjaan dalam seluruh hidup kita.
Kita harus senantiasa menyimpan rasa syukur atas kebaikan-
kebaikan-Nya yang dahulu, dan terus mengulangi ucapan-
ucapan syukur kita atas semua kebaikan-Nya itu. Setiap hari
kita harus mengucap syukur kepada-Nya atas segala keun-
tungan yang dicurahkan kepada kita setiap hari. Kita harus
mengucap syukur dalam segala hal, dan jangan pernah kehi-
langan semangat untuk melakukan kewajiban bersyukur ini
hanya sebab penderitaan-penderitaan apa pun yang sedang
kita alami sekarang. Seperti apa pun hari-hari yang akan kita
jelang, bagaimanapun gelap dan berkabutnya hari-hari itu, se-
kalipun datang hari-hari yang membuat kita berujar, Tak ada
892
kesenangan bagiku di dalamnya, tetap saja setiap hari harus
merupakan hari pengucapan syukur, bahkan hingga hari
kematian kita. Dalam pekerjaan mengucap syukur inilah kita
harus menghabiskan waktu kita, sebab dalam pekerjaan itu
jugalah kita berharap akan menghabiskan kehidupan kekal
kita yang penuh berkat.
3. Perhatian yang senantiasa ditujukannya kepada Tuhan dalam
segala kesempatan, yang akan menyertai puji-pujiannya ke-
pada-Nya: Aku akan menaikkan tanganku demi nama-Mu. Mata
kita harus tertuju kepada nama Tuhan (kepada segala sesuatu
yang telah digunakan-Nya untuk menyatakan diri-Nya) dalam
segala doa dan puji-pujian kita. Untuk berdoa dan memuji ini,
kita diajar untuk memulainya dengan, – Dikuduskanlah nama-
Mu, dan menutupnya dengan, – sebab Engkaulah yang empu-
nya kemuliaan. Inilah yang harus kita perhatikan dalam
pekerjaan kita itu dan dalam peperangan kita. Kita harus
mengangkat kedua tangan kita untuk melakukan kewajiban
kita dan untuk melawan musuh-musuh utama kita dalam
nama Tuhan , maksudnya, dalam kekuatan Roh dan anugerah-
Nya (71:16; Za. 10:12). Kita harus selalu bernazar dalam nama
Tuhan . Kepada-Nyalah kita harus melekatkan diri kita, dalam
kebergantungan pada anugerah-Nya. Dan saat kita menaik-
kan tangan kita yang sebelumnya terkulai, dengan hati yang
penuh penghiburan dan sukacita, kita harus melakukannya
dalam nama Tuhan . Dari-Nyalah kita harus menimba penghi-
buran-penghiburan bagi kita, dan kepada-Nyalah semua itu
harus diabdikan. sebab Engkau kami nyanyikan puji-pujian
sepanjang hari.
III. Betapa senang hati dan gembiranya dia saat hendak memuji Tuhan
(ay. 6).
1. Dengan kepuasan batin: Dengan lemak dan sumsum jiwaku
dikenyangkan, bukan saja dengan roti, yang menyehatkan,
namun juga dengan sumsum yang enak dan lezat (Yes. 25:6).
Daud berharap ia akan kembali menikmati ketetapan-ketetap-
an Tuhan , dan waktu itulah ia akan dipuaskan demikian, ter-
lebih lagi sebab sudah sekian lama ia terkekang. Atau, bila ia
tidak jadi kembali, dalam kasih setia Tuhan dan dalam berseku-
tu dengan-Nya di dalam kesendirian pun ia akan tetap dipuas-
Kitab Mazmur 63:4-7
893
kan dengan semuanya itu. Perhatikanlah, hanya di dalam
Tuhan yang penuh rahmat dan di dalam persekutuan dengan-
Nyalah ada kepuasan berlimpah bagi jiwa yang mulia (36:9;
65:5). Dan hanya di dalam jiwa yang beroleh rahmatlah kita
bisa mereguk kepuasan berlimpah di dalam Tuhan dan di
dalam persekutuan dengan-Nya. Orang-orang kudus merasa
puas dengan Tuhan . Mereka tidak menginginkan apa-apa lagi
selain kebaikan-Nya untuk membuat mereka berbahagia. Dan
mereka merasakan suatu kepuasan rohani di dalam Tuhan
yang melebihi barang fana, yang jika dibandingkan dengannya,
segala kenikmatan indrawi kehilangan pesona dan terasa ham-
bar, seperti air kubangan dibandingkan dengan anggur peng-
hiburan ini.
2. Dengan ungkapan kepuasan ini secara lahiriah. Ia hendak me-
muji Tuhan dengan bibir yang bersorak-sorai. Ia akan memuji-
Nya,
(1) Secara terang-terangan. Mulut dan bibirnya akan memuji
Tuhan . jika dengan hati manusia percaya dan bersyu-
kur, maka dengan mulut ia harus memberi pengakuan
atas kepercayaan dan rasa syukurnya itu, demi kemuliaan
Tuhan . Bukan berarti bahwa ucapan-ucapan bibir akan dite-
rima tanpa ketulusan hati (Mat. 15:8), namun bahwa dari
luapan hatilah mulut berbicara (45:2), baik untuk meng-
gugah perasaan hati yang saleh dari diri kita sendiri mau-
pun untuk membangun orang lain.
(2) Dengan gembira. Kita harus memuji Tuhan dengan bibir
yang bersorak-sorai. Kita harus mempersembahkan diri
kita untuk melakukan kewajiban itu dan kewajiban-kewa-
jiban agama yang lain dengan perasaan gembira yang luar
biasa, dan melambungkan puji-pujian bagi Tuhan dengan
sukacita yang kudus. Bibir yang memuji pasti juga ber-
sorak-sorai.
IV. Bagaimana dia hendak menghibur dirinya dengan pemikiran-
pemikiran tentang Tuhan saat dia seorang diri saja (ay. 7): Aku
akan memuji-Mu jika aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku.
Kita harus memuji Tuhan setiap kali kita ingat akan Dia. sebab
sekarang Daud tidak bisa menjalankan ibadah-ibadah bersama,
maka semakin banyaklah ia bersekutu dengan Tuhan secara pri-
894
badi, dan dengan demikian ia berbuat sesuatu untuk menebus
segala kehilangannya.
Lihatlah di sini:
1. Bagaimana Daud menggiatkan dirinya untuk merenung ten-
tang Tuhan . Tuhan ada dalam segenap pikirannya, yang merupa-
kan kebalikan dari tabiat orang fasik (10:4). Pemikiran-pemi-
kiran tentang Tuhan selalu ada padanya: “Aku ingat kepada-Mu,
maksudnya, jika aku mulai berpikir, aku segera mendapat-
kan-Mu di sisi kananku, hadir di dalam benakku.” Pokok
pikiran inilah yang pertama-tama muncul dengan sendirinya,
seperti sesuatu yang tidak dapat kita lupakan atau abaikan.
Dan pemikiran-pemikirannya itu terpatri kepada Tuhan : “Aku
merenungkan Engkau.” Pemikiran-pemikiran tentang Tuhan ja-
nganlah dipikirkan sambil lalu saja, keluar begitu saja dari
benak kita, namun harus berdiam, tinggal di dalam benak kita.
2. Kapan Daud menggiatkan dirinya dalam perenungan ini – di
tempat tidurnya dan sepanjang kawal malam. Saat ini Daud
sedang berkelana dan tidak bisa menetap di suatu tempat,
namun , ke mana pun ia pergi, ia membawa serta ibadah agama-
nya bersama dia. Di tempat-tempat tidurku (begitu menurut
sebagian orang); sebab dikejar-kejar Saul, ia jarang berbaring
untuk dua malam di tempat tidur yang sama. namun di mana
pun dia berbaring, meskipun itu, seperti Yakub, beralaskan
tanah yang dingin dan berbantalkan batu, pikiran-pikiran
yang mulia akan Tuhan berbaring bersama dia. Daud begitu
sibuk sepanjang hari, lari ke sana kemari demi mengamankan
diri, sehingga ia jarang mempunyai kesempatan untuk menja-
lankan ibadah-ibadah secara khidmat, dan oleh sebab itu,
dibandingkan kehilangan waktu untuk menjalankan ibadah, ia rela
kehilangan waktu tidur yang sebenarnya diperlukannya. Nya-
wanya senantiasa terancam, jadi kita dapat menduga bahwa
kekhawatiran dan ketakutan sering kali membuat matanya
terus terjaga dan melewati malam-malam yang melelahkan.
Namun pada saat-saat itu ia memenuhi dan menghibur diri-
nya dengan pemikiran-pemikiran tentang Tuhan . Adakalanya
kita mendapati Daud bersimbah air mata di ranjangnya (6:7),
namun justru dengan begitulah ia bisa menghapus air matanya.
jika mata kita tidak bisa terpejam untuk tidur ( sebab rasa
Kitab Mazmur 63:8-12
895
sakit, penyakit tubuh atau pikiran terganggu), maka jiwa kita,
dengan mengingat Tuhan , dapat tenang dan beristirahat. Mung-
kin satu jam untuk merenungkan perkara rohani akan lebih
bermanfaat bagi kita dibandingkan satu jam untuk tidur (16:7;
17:3; 4:5; 119:62). Ada kawal sepanjang malam di dalam
kemah Tuhan saat Tuhan dipuji-puji (134:1), dan mungkin inilah
yang dilakukan Daud, sewaktu masih hidup bebas, bersama-
sama dengan orang-orang Lewi. Dan sebab sekarang ia tidak
bisa berada di tempat yang sama dengan mereka, maka ia
melakukannya pada waktu yang sama dengan mereka, sambil
berharap dirinya turut ada di tengah-tengah mereka.
Keyakinan kepada Tuhan ;
Daud Bermegah dalam Pengharapan
(63:8-12)
8 Sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-
Mu aku bersorak-sorai. 9 Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu
menopang aku. 10 namun orang-orang yang berikhtiar mencabut nyawaku,
akan masuk ke bagian-bagian bumi yang paling bawah. 11 Mereka akan
diserahkan kepada kuasa pedang, mereka akan menjadi makanan anjing
hutan. 12 namun raja akan bersukacita di dalam Tuhan ; setiap orang, yang ber-
sumpah demi Dia, akan bermegah, sebab mulut orang-orang yang mengata-
kan dusta akan disumbat.
sesudah mengungkapkan segala kerinduan hatinya akan Tuhan dan
puji-pujiannya akan Dia, Daud di sini mengungkapkan keyakinannya
akan Dia dan apa yang diharapkannya dengan gembira dari-Nya (ay.
8): Dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai, yang merujuk entah
pada sayap-sayap kerub yang terentang di antara tabut perjanjian,
yang di atasnya Tuhan dikatakan bersemayam (“Aku akan bersuka di
dalam sabda-sabda-Mu, dan dalam kovenan serta persekutuan de-
ngan-Mu”), atau pada sayap-sayap burung, yang di bawahnya anak-
anaknya yang tidak berdaya bisa berlindung, seperti anak-anak
rajawali (Kel. 19:4; Ul. 32:11). Hal ini berbicara tentang kuasa ilahi
dan anak-anak ayam (Mat. 23:37), yang lebih menyinggung tentang
kelembutan ilahi. Ungkapan ini sering kali digunakan dalam mazmur
(17:8; 36:8; 57:2; 61:5; 91:4), dan tidak pernah digunakan dengan
pengertian ini dalam kitab-kitab lain, kecuali dalam Rut 2:12, di
mana Rut, saat masuk agama Yahudi, dikatakan berlindung di
bawah sayap Tuhan Israel. Sudah menjadi kewajiban kita untuk ber-
896
sorak-sorai dalam naungan sayap Tuhan . Ungkapan ini menggambar-
kan tindakan kita untuk mencari pertolongan dari Dia melalui iman
dan doa, seperti anak-anak ayam, saat merasa dingin atau keta-
kutan, yang secara naluriah langsung berlari dengan sendirinya di
bawah sayap induknya. Ungkapan ini juga menunjukkan bahwa kita
mengandalkan-Nya sebagai seorang yang mampu dan siap sedia
untuk menolong kita, dan bahwa kita mendapatkan kesegaran dan
kepuasan dalam pemeliharaan dan perlindungan-Nya. Sesudah ber-
serah diri kepada Tuhan , kita pasti akan tenang dan senang, dan
merasa tenteram dari ketakutan terhadap bahaya. Sekarang, marilah
kita cermati lebih lanjut,
I. Apa yang mendukung dan mendorong keyakinan Daud kepada
Tuhan . Ada dua hal yang menopang pengharapannya itu, dan ke-
duanya berdiri di atas firman Tuhan sebagai dasarnya:
1. Pengalaman-pengalamannya yang lalu akan kuasa Tuhan
dalam memberinya kelegaan: “Sungguh Engkau telah menjadi
pertolonganku saat semua pertolongan dan penolong yang
lain tidak mampu menolongku. Oleh sebab itu, aku akan tetap
bersuka di dalam keselamatan yang datang dari-Mu, aku akan
percaya kepada-Mu untuk masa depanku, dan akan melaku-
kannya dengan senang hati dan sukacita yang kudus. Engkau
bukan saja telah menjadi penolongku, namun juga pertolongan
itu sendiri,” sebab kita tidak akan pernah dapat menolong diri
kita sendiri, dan juga makhluk mana pun tidak akan dapat
menolong kita, jika tidak ditolong oleh-Nya. Di sinilah kita
dapat mendirikan batu Eben-Haezer kita, sambil berkata, Sam-
pai di sini TUHAN menolong kita, dan oleh sebab itu kita harus
bertekad untuk tidak pernah meninggalkan-Nya, tidak pernah
menyangsikan-Nya, ataupun kendur semangat dalam berjalan
bersama-Nya.
2. Apa yang dirasakannya pada saat ini tentang anugerah Tuhan
yang terus menggendongnya dalam pencariannya ini (ay. 9):
Jiwaku melekat kepada-Mu. Ini berbicara tentang keinginan
yang sungguh-sungguh dan usaha yang gigih untuk tetap
bersekutu dengan Tuhan . Jika kita tidak selalu bisa memiliki
Tuhan dalam dekapan kita, kita harus selalu memiliki-Nya da-
lam pandangan kita, seraya berusaha menggapai-Nya sebagai
hadiah yang harus kita raih (Flp. 3:14). Mengejar-ngejar Tuhan
Kitab Mazmur 63:8-12
897
berarti mengiringi-Nya dekat-dekat, seperti orang yang takut
kehilangan pandangan akan Dia, dan mengikuti-Nya cepat-
cepat, seperti orang yang rindu untuk selalu bersama-Nya. Hal
ini diperbuat Daud, dan dia mengakui bahwa, demi kemuliaan
Tuhan , tangan kanan-Mu menopang aku. Tuhan menopangnya,
(1) Di dalam penderitaan-penderitaannya, supaya ia tidak
tenggelam di bawahnya. Di bawahmu ada lengan-lengan
yang kekal.
(2) Dalam ibadah-ibadahnya. Tuhan menopangnya dalam segala
keinginan dan pencariannya yang kudus, supaya ia tidak
menjadi lelah dalam berbuat baik. Orang-orang yang gigih
mengikuti Tuhan akan cepat letih dan lelah jika tangan ka-
nan Tuhan tidak menopang mereka. Dialah yang menguat-
kan kita dalam mencari-Nya, yang menghidupkan perasa-
an-perasaan saleh kita, dan yang menghibur kita selama
kita belum mencapai apa yang kita kejar. Dengan kuasa
Tuhan -lah (yaitu tangan kanan-Nya) kita dijaga untuk tidak
jatuh. Nah, ini merupakan dorongan yang besar bagi sang
pemazmur untuk berharap bahwa Tuhan , pada waktunya,
akan memberi apa yang begitu didamba-dambakannya,
sebab Dia dengan anugerah-Nya telah mengerjakan di
dalam dia keinginan-keinginan itu dan tetap mengobarkan-
nya.
II. Dalam hal apakah gerangan Daud bermegah-megah dengan pe-
nuh pengharapan.
1. Agar musuh-musuhnya dihancurkan (ay. 10-11). Ada orang-
orang yang berikhtiar mencabut nyawanya (KJV: berikhtiar
menghancurkan jiwanya – pen.), bukan hanya hidupnya (yang
sudah mereka hajar, baik untuk menghalang-halanginya naik
takhta maupun sebab mereka iri dan membencinya sebab
dia berhikmat, saleh, dan berguna), melainkan juga jiwanya,
yang berusaha mereka hancurkan dengan membuangnya
jauh-jauh dari ketetapan-ketetapan Tuhan , yang menyehatkan
dan menyokong jiwa (begitulah mereka melakukan apa yang
bisa mereka lakukan untuk membuat jiwanya kelaparan). Me-
reka berusaha menghancurkan jiwanya dengan menyuruhnya
pergi untuk beribadah kepada ilah-ilah lain, supaya jiwanya
898
teracuni (1Sam. 26:19). namun ia sudah melihat dan menu-
buatkan,
(1) Bahwa mereka akan masuk ke bagian-bagian bumi yang
paling bawah, ke alam maut, ke dalam neraka. Permusuh-
an mereka melawan Daud akan mendatangkan kematian
dan kutukan bagi mereka, serta akan mendatangkan kebi-
nasaan, kebinasaan kekal bagi mereka.
(2) Bahwa mereka akan mati oleh pedang, oleh pedang murka
Tuhan dan keadilan-Nya, oleh pedang manusia (Ayb. 19:28-
29). Mereka akan mati sebab kekerasan (Why. 13:10). Nu-
buatan ini digenapi dalam diri Saul, yang mati oleh pedang,
pedangnya sendiri. Daud menubuatkan ini, namun ia tidak
mau menjalankan nubuatan itu sendiri saat diberi kuasa
untuk menggenapinya, meski kesempatan datang berulang
kali. Sebab, hukumlah, dan bukan nubuatan, yang harus
dijadikan sebagai pedoman.
(3) Bahwa mereka akan menjadi makanan anjing hutan. Entah
mayat mereka akan dimangsa oleh binatang-binatang yang
rakus (mayat Saul terkapar sedemikian lama tanpa di-
kubur) atau rumah-rumah dan harta benda mereka akan
menjadi tempat kediaman binatang-binatang buas (Yes.
34:14). Seperti itulah ajal yang akan menimpa musuh-
musuh Kristus, yang melawan kerajaan dan kepentingan-
Nya di dunia. Bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mere-
ka di depan mataku (Luk. 19:27).
2. Bahwa ia sendiri akan berhasil pada akhirnya (ay. 12), bahwa
ia akan naik ke atas takhta yang untuknya ia telah diurapi:
Raja akan bersukacita di dalam Tuhan .
(1) Ia menyebut dirinya raja, sebab ia tahu bahwa memang
begitulah dirinya menurut maksud dan ketetapan ilahi.
Demikian pula Paulus, sewaktu masih berjuang, menggam-
barkan dirinya sebagai lebih dari pada orang-orang yang
menang (Rm. 8:37). Orang-orang percaya dijadikan sebagai
raja, meskipun mereka tidak akan memerintah sebelum
tiba fajar kebangkitan.
(2) Ia tidak ragu bahwa meskipun sekarang ia menabur de-
ngan air mata, ia akan menuai dengan sukacita. Raja akan
bersukacita.
Kitab Mazmur 63:8-12
899
(3) Ia bertekad menjadikan Tuhan sebagai Alfa dan Omega bagi
segala sukacitanya. Ia akan bersukacita di dalam Tuhan .
Nah, ini dapat diterapkan pada segala kemuliaan dan suka-
cita Sang Penebus yang sudah ditinggikan. Mesias Sang
Raja akan bersukacita di dalam Tuhan . Dia sudah masuk ke
dalam sukacita yang disediakan bagi-Nya, dan kemuliaan-
Nya akan menjadi lengkap pada saat kedatangan-Nya un-
tuk kali kedua. Ada dua dampak baik yang bisa timbul dari
ditinggikannya Daud:
[1] Itu akan menjadi penghiburan bagi teman-temannya.
Setiap orang, yang bersumpah kepadanya, maksudnya,
kepada Daud, (KJV), yang ikut melibatkan diri dalam ke-
pentingannya dan bersumpah setia terhadapnya, akan
bermegah dalam keberhasilannya. Atau, setiap orang,
yang bersumpah demi Dia (maksudnya, demi nama
Tuhan yang terpuji, dan bukan demi berhala apa pun, Ul.
6.13), dan ini berarti semua orang baik, yang mengakui
nama Tuhan dengan tulus dan terang-terangan, maka
mereka ini akan bermegah di dalam Tuhan . Mereka akan
bermegah atas ditinggikannya Daud. Orang-orang yang
takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita. Orang
yang dengan sepenuh hati mendukung kepentingan
Kristus pada akhirnya akan bermegah dalam keme-
nangannya. Jika kita menderita bersama-Nya, kita akan
memerintah bersama Dia.
[2] Ditinggikannya Daud itu akan membuktikan kesalahan
musuh-musuhnya: Mulut orang-orang yang mengatakan
dusta, mulut Saul dan Doëg, dan orang lain yang mem-
fitnah Daud dan menghinanya, seolah-olah kepenting-
annya tidak akan berhasil, akan disumbat. Mereka tidak
akan lagi mengatakan sepatah kata pun untuk mela-
wannya, namun akan dibungkam dan dipermalukan un-
tuk selama-lamanya. Kita dapat menerapkannya kepada
musuh-musuh Kristus, kepada orang-orang yang ber-
kata dusta terhadap-Nya, seperti yang diperbuat oleh
semua orang munafik, yang berkata kepada-Nya bahwa
mereka mengasihi Dia namun hati mereka tidak ber-
sama Dia. Mulut mereka akan disumbat dengan perka-
taan ini, Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Mereka
900
akan dibungkam untuk selama-lamanya (Mat. 22:12).
Mulut orang-orang yang juga berdusta melawannya,
yang membelokkan Jalan Tuhan yang lurus, dan yang
berkata-kata jahat tentang agama-Nya yang kudus,
akan disumbat pada hari saat Tuhan datang untuk
membalaskan segala perkataan keras yang telah di-
ucapkan para pendosa fasik untuk melawan-Nya. Keda-
tangan Kristus untuk kali kedua akan menjadi keme-
nangan kekal bagi semua sahabat dan pengikut-Nya
yang setia, dan oleh sebab itu mereka sekarang dapat
bermegah dalam pengharapan-pengharapan yang dilan-
dasi dengan kepercayaan akan kemenangan itu.
PASAL 64
eluruh mazmur ini merujuk pada musuh-musuh Daud dan semua
orang yang mengejar-ngejar dan memfitnah dia. Begitu banyaknya
mereka, dan betapa besarnya kesukaran yang mereka timpakan kepa-
danya, hampir sepanjang hari-harinya, sehingga kita tidak perlu men-
duga-duga lagi pada kesempatan khusus apa mazmur ini dituliskan.
I. Ia berdoa kepada Tuhan untuk menjaganya dari rancangan-ran-
cangan mereka yang penuh kebencian melawannya (ay. 2-3).
II. Ia menggambarkan tabiat-tabiat mereka yang sangat buruk,
sebagai orang-orang yang sudah ditetapkan akan binasa oleh
sebab kefasikan mereka sendiri (ay. 4-7).
III. Melalui roh nubuatan, ia menubuatkan kehancuran mereka,
yang akan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan dan membe-
sarkan hati umat-Nya (ay. 8-11).
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus memperhatikan aki-
bat dari permusuhan lama yang ada antara keturunan perempuan
dan keturunan ular, dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa pada
akhirnya kepala ular akan diremukkan, demi kehormatan dan suka-
cita keturunan yang kudus.
Kebencian Musuh-musuh Daud
(64:1-7)
1 Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. 2 Ya Tuhan , dengarlah suaraku
pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat.
3 Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap keru-
suhan orang-orang yang melakukan kejahatan, 4 yang menajamkan lidahnya
seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah, 5 untuk
menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong-
konyong mereka menembak dia dengan tidak takut-takut. 6 Mereka berpe-
S
902
gang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak mema-
sang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: “Siapa yang melihatnya?” 7
Mereka merancang kecurangan-kecurangan: “Kami sudah siap, rancangan
sudah rampung.” Alangkah dalamnya batin dan hati orang!
Daud, dalam ayat-ayat di atas, menceritakan di hadapan Tuhan ten-
tang bahaya yang mengintainya dan tentang tabiat musuh-musuh-
nya, untuk meneguhkan permohonannya agar Tuhan melindunginya
dan menghukum mereka.
I. Dengan sungguh-sungguh ia memohon kepada Tuhan untuk men-
jaganya (ay. 2-3): Ya Tuhan , dengarlah suaraku pada waktu aku
mengaduh. Maksudnya, kabulkanlah apa yang aku doakan, dan
inilah doa itu, “Tuhan, jagalah nyawaku terhadap musuh yang
dahsyat, yakni, dari musuh yang aku takuti.” Ia meminta Tuhan
untuk menyelamatkan hidupnya, yang dalam pengertian tertentu,
sangat berharga baginya, sebab ia tahu bahwa hidupnya diran-
cang untuk melayani Tuhan dan angkatannya sebaik mungkin.
saat hidupnya terancam, tidaklah mungkin ia hanya berdiam
diri (Est. 7:2, 4). Dan, jika ia menyerukan ketakutannya terhadap
musuh, ini bukan sebab ia pengecut. Yakub bapaknya, pangeran
yang sudah bergumul melawan Tuhan itu, sudah melakukannya
sebelum dia. Lepaskanlah kiranya aku dari tangan Esau, sebab
aku takut kepadanya (Kej. 32:11). “Jagalah nyawaku terhadap ke-
takutan, bukan saja terhadap apa yang kutakutkan melainkan
juga terhadap rasa takut akan hal itu yang terus membuatku geli-
sah.” Ini juga berarti menjaga nyawa, sebab di dalam ketakutan
ada ketersiksaan, terutama takut pada kematian, yang sebab nya
sebagian orang terbelenggu sepanjang hidupnya. Ia berdoa, “Sem-
bunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap
kekejian yang mereka rancangkan secara sembunyi-sembunyi di
antara mereka sendiri untuk melawan aku. Sembunyikanlah aku
juga terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan,
yang bergabung memadukan kekuatan mereka, sama seperti me-
reka bergabung membuat rancangan, untuk berbuat jahat ke-
padaku.” Cermatilah, rancangan yang dibuat secara rahasia akan
berakhir dengan kerusuhan. Perbuatan-perbuatan khianat di-
mulai dari persepakatan dan persekongkolan untuk berkhianat.
“Sembunyikanlah aku dari mereka, agar mereka tidak dapat me-
Kitab Mazmur 64:1-7
903
nemukan aku, agar mereka tidak dapat menjangkauku. Biarlah
aku aman di dalam perlindungan-Mu.”
II. Ia mengeluhkan kebencian dan kefasikan luar biasa dari musuh-
musuhnya: “Tuhan, sembunyikanlah aku dari mereka, sebab me-
reka orang-orang yang terburuk, tidak pantas dibiarkan begitu
saja. Mereka orang-orang berbahaya, yang tidak akan tinggal
diam. Aku akan binasa jika Engkau tidak berpihak kepadaku.”
1. Mereka sangat keji dalam menyebarkan fitnah-fitnah dan cela-
an-celaan mereka (ay. 4-5). Mereka digambarkan sebagai
orang-orang yang bertempur, dengan pedang dan busur mere-
ka, pemanah-pemanah jitu, dengan sembunyi-sembunyi, dan
dengan tiba-tiba, dan memanah burung jinak yang tidak me-
nyadari dirinya terancam bahaya. Namun,
(1) Lidah mereka yang menjadi pedang mereka, pedang yang
menyala-nyala, pedang bermata dua, pedang yang terhu-
nus, terhunus dalam kegeraman, yang dengannya mereka
memotong, melukai, dan menghancurkan nama baik sesa-
ma mereka. Lidah yaitu anggota kecil dari tubuh, namu