mazmur 51-100 4

 ” 


Dalam ayat-ayat ini kita mendapati, 

I.   Doa-doa Daud melawan musuh-musuhnya, dan semua musuh 

gereja serta umat Tuhan  . Sebab demikianlah ia memandang mere-

ka, sehingga ia digerakkan oleh keinginan orang-orang pada 

umumnya untuk berdoa melawan mereka, dan bukan oleh balas 

dendam pribadi.  

1.  Ia berdoa agar mereka dilumpuhkan supaya tidak melakukan 

kejahatan lagi (ay. 7): Ya Tuhan  , hancurkanlah gigi mereka! Bu-

kan supaya mereka tidak bisa makan melainkan terlebih lagi 

supaya mereka tidak sanggup memangsa orang lain (3:8). Ia 

tidak berkata, “Patahkanlah leher mereka” (tidak, biarlah me-

reka hidup untuk bertobat, janganlah membunuh mereka, su-

paya bangsaku tidak lupa), namun , “Hancurkanlah gigi mereka, 

sebab mereka singa, mereka singa-singa muda, yang hidup 

dengan menjarah.”  

2. Agar mereka dikecewakan dalam persekongkolan-persekong-

kolan yang sudah mereka susun, dan tidak berhasil mencapai 

tujuan mereka: “saat  mereka membengkokkan busur mereka, 

dan berusaha membidikkan anak-anak panah mereka ke orang 

yang lurus hati, biarlah mereka terkoyak-koyak (ay. 8, KJV). 

Biarlah mereka jatuh tersungkur di bawah kakinya, dan ja-

ngan pernah mendekatinya.”  

3. Agar mereka dan kepentingan mereka menjadi sia-sia dan 

hancur berantakan, agar mereka hilang seperti air yang meng-

alir lenyap. Maksudnya, seperti air banjir, yang meskipun tam-

pak berbahaya untuk sementara waktu, namun akan segera 

merembes ke tanah atau kembali ke saluran air, atau, pada 

umumnya, seperti air yang tercurah ke bumi, yang tidak ter-

kumpulkan, namun  secara perlahan mengering dan menghilang. 

Seperti itulah banjir-banjir jahanam akan melanda, yang ka-

dang-kadang membuat kita takut (18:5). Demikian jugalah air 

yang meluap-luap itu akan diredakan, yang sebelumnya meng-

ancam akan melingkupi diri kita (124:4-5). Jadi, marilah kita 

dengan iman melihat apa jadinya mereka ini nantinya, maka 

kita tidak akan takut terhadap keberadaan mereka. Ia berdoa 

(ay. 9) agar mereka seperti siput yang menjadi lendir, yang ter-

kuras habis  sebab  gerakannya sendiri, yang dalam setiap 

langkah meninggalkan lendirnya di belakang, dan ini pasti 

akan memakan habis dia secara perlahan-lahan, meskipun ia 

membuat jalan yang ditinggalkannya bersinar-sinar. Barang-

siapa yang seperti siput di dalam kulitnya, yang plenus sui – 

selalu memikirkan diri sendiri, yang menyenangkan dirinya 

sendiri, dan percaya pada dirinya sendiri, hanyalah akan 

menghabisi dirinya sendiri, dan akan segera membinasakan 

dirinya sendiri. Dan dia berdoa agar mereka dapat menjadi se-

perti guguran perempuan, yang segera mati begitu ia mulai 

hidup dan tidak pernah melihat matahari. Ayub, dalam kere-

sahan jiwanya, berharap menjadi seperti anak yang gugur 

seperti itu (Ayb. 3:16), namun  ia tidak tahu apa yang dikatakan-

nya. Di dalam iman, kita boleh berdoa melawan rancangan-

rancangan musuh-musuh gereja, seperti yang diperbuat oleh 

Nabi Hosea, Berilah kepada mereka, ya TUHAN – apakah yang 

hendak Kauberi? Berilah kepada mereka kandungan yang man-

dul dan buah dada yang kering (Hos. 9:14), yang menjelaskan 

doa sang pemazmur ini.  

II.  Nubuatannya tentang kehancuran mereka (ay. 10): “Sebelum 

periuk-periukmu merasakan panasnya api semak duri yang ber-

kobar-kobar di bawahnya (yang akan segera mereka rasakan, 

sebab api ini cepat menyambar selagi berkobar), dengan begitu 

cepatnya, dengan nyala api yang menyambar bagai kilat seperti 

itu, Tuhan   akan merenggut mereka cepat-cepat, dengan cara yang 

mengerikan dan tanpa bisa ditangkal seperti angin puyuh, seolah-

olah api itu hidup, seolah-olah sedang mengamuk.” 

1. Ungkapan-ungkapan kiasan seperti pepatah ini agak sukar 

dipahami, namun  maksudnya jelas,  

(1) Bahwa penghakiman-penghakiman Tuhan   sering kali me-

ngejutkan orang-orang fasik di tengah-tengah kegembiraan 

mereka, dan merenggut mereka secara tiba-tiba. saat  

mereka mulai berjalan di dalam terang api mereka sendiri, 

dan di dalam nyala-nyala api yang telah mereka nyalakan 

sendiri, maka mereka akan dibuat berbaring di tempat 

siksaan (Yes. 50:11), dan gelak tawa mereka akan menjadi 

seperti bunyi duri yang terbakar di bawah kuali. Penghi-

buran mereka ini segera menghilang sebelum mereka dapat 

berkata, “Ha, aku sudah menjadi panas” (Pkh. 7:6).  

(2) Bahwa tidak ada yang dapat bertahan menghadapi kehan-

curan yang datang dari Yang Mahakuasa, sebab siapakah 

yang mengenal kekuatan murka Tuhan  ? saat  Tuhan   me-

renggut orang-orang berdosa, entah mati entah hidup, me-

reka tidak bisa menentang-Nya. Orang fasik dirobohkan ka-

rena kejahatannya. Sekarang,    

2. Ada dua hal yang dijanjikan sang pemazmur bagi dirinya sen-

diri sebagai dampak-dampak baik dari kehancuran orang-

orang berdosa:  

(1) Bahwa orang-orang kudus akan diteguhkan dan dihibur 

oleh kehancuran itu (ay. 11): Orang benar itu akan ber-

sukacita, sebab ia memandang pembalasan. Kemegahan 

dan kekuasaan, kemakmuran dan keberhasilan orang-

orang fasik, mengecilkan hati orang-orang benar. Semua 

itu menyedihkan hati mereka, dan melemahkan tangan 

mereka, dan kadang-kadang merupakan godaan yang kuat 

bagi mereka untuk mempertanyakan dasar-dasar hidup 

mereka (73:3, 12). namun  saat  mereka melihat pengha-

kiman-penghakiman Tuhan   merenggut orang-orang fasik, 

dan pembalasan yang adil ditimpakan kepada mereka atas 

segala kejahatan yang telah mereka perbuat terhadap umat 

Tuhan  , maka orang benar bersukacita  sebab  keragu-raguan 

mereka dipuaskan dan iman mereka kepada pemeliharaan 

Tuhan   dan keadilan-Nya serta kebenaran-Nya dalam me-

merintah dunia, diteguhkan. Mereka akan bersukacita da-

lam kemenangan yang mereka raih atas godaan itu saat  

mereka melihat kesudahan mereka, yaitu orang-orang fasik 

itu (73:17). Ia akan membasuh kakinya dalam darah orang 

fasik. Maksudnya, akan ada banyak sekali tumpahan 

darah (68:23), dan ini akan menjadi penghiburan yang 

sangat besar bagi orang-orang kudus untuk melihat Tuhan   

dimuliakan dalam kehancuran orang-orang berdosa. Ini 

ibarat seorang pelancong yang menderita kelelahan dan 

kakinya dibasuh. Ini juga akan membantu pengudusan 

orang-orang benar.  sebab , saat  mereka melihat pemba-

lasan, mereka akan menjadi gemetar di hadapan Tuhan   

(119:120), dan ini akan meyakinkan mereka betapa jahat-

nya dosa itu, dan betapa besarnya kewajiban-kewajiban 

yang harus mereka lakukan terhadap Tuhan  , yang membela 

perkara mereka dan tidak akan membiarkan siapa saja 

untuk berbuat salah terhadap mereka tanpa mendapat hu-

kuman  sebab nya. Dengan demikian, sukacita orang-orang 

kudus dalam kehancuran orang-orang fasik yaitu  suka-

cita yang kudus dan dapat dibenarkan, jika  sukacita itu 

membantu menguduskan mereka dan memurnikan mereka 

dari dosa.  

(2) Bahwa orang-orang berdosa akan insaf dan bertobat ka-

rena kehancuran mereka (ay. 12). Pembalasan Tuhan   yang 

kadang-kadang ditimpakan kepada orang fasik di dunia ini 

akan membuat orang berkata, “Sesungguhnya ada pahala 

bagi orang benar.” Siapa saja dapat menarik kesimpulan ini 

dari pemeliharaan-pemeliharaan ilahi seperti itu, dan ba-

nyak orang akan menarik kesimpulan ini, meskipun sebe-

lumnya mereka menyangkal atau meragukan kebenaran-

kebenaran yang sudah sedemikian jelas ini. Sebagian orang 

akan tergerak untuk menyatakan pengakuan ini, dan seba-

gian yang lain akan diubahkan pikirannya sedemikian rupa 

sehingga bersedia untuk mengakuinya, dan bersyukur 

kepada Tuhan   yang telah mengizinkan mereka untuk meli-

hatnya, dan melihatnya dengan puas, bahwa,  

[1]  Tuhan   yaitu  pemberi pahala yang murah hati terhadap 

orang-orang kudus dan hamba-hamba-Nya: Sesungguh-

nya (bagaimanapun itu, begitulah kita bisa membaca-

nya) orang benar akan memakan hasil pekerjaannya. 

Apa pun kerusakan yang mungkin dialaminya, dan apa 

pun kesusahan yang mungkin ditanggungnya  sebab  

agamanya, ia bukan saja tidak akan rugi  sebab nya, 

namun  juga akan mendapatkan untung yang tiada ter-

kira pada akhirnya. Bahkan di dunia ini, ada pahala 

bagi orang benar, mereka akan mendapatkan balasan-

nya di bumi. Orang-orang yang tampak diremehkan, di-

rendahkan, dan diabaikan akan diperhatikan, dihor-

mati, dan dilindungi.  

[2]  Bahwa Tuhan   yaitu  Penguasa dunia yang adil, dan pas-

ti akan berurusan dengan musuh-musuh kerajaan-Nya: 

Sesungguhnya, bagaimanapun juga, meskipun orang fa-

sik mujur, dan menantang keadilan ilahi, namun akan 

tampak, dan mereka akan bingung dibuatnya, bahwa 

dunia ini tidak berputar secara kebetulan, namun  diatur 

oleh Pribadi yang mahabijaksana dan maha-adil. Ada 

Tuhan   yang menghakimi di bumi, meskipun Dia telah 

mempersiapkan takhta-Nya di sorga. Ia menangani se-

mua perkara anak-anak manusia, dan membimbing 

serta memimpin mereka sesuai dengan keputusan ke-

hendak-Nya, demi kemuliaan-Nya sendiri. Dan Dia akan 

menghukum orang fasik, bukan hanya di dunia yang 

akan datang melainkan juga di bumi, di mana mereka 

telah mengumpulkan harta mereka dan menjanjikan 

kebahagiaan bagi diri mereka sendiri – di bumi, agar 

Tuhan dapat dikenal melalui penghakiman-penghakim-

an yang dijalankan-Nya, dan agar penghakiman-peng-

hakiman itu dapat dipandang sebagai pertanda akan 

penghakiman yang akan datang. Dia yaitu  Tuhan   

(demikianlah yang kita baca), bukan manusia yang le-

mah, bukan malaikat, bukan sekadar nama. Dia bukan, 

seperti yang disarankan oleh orang-orang yang tidak 

percaya pada Tuhan, sebuah makhluk yang diciptakan 

oleh ketakutan dan khayalan manusia belaka. Bukan 

pula pahlawan yang disembah, bukan matahari dan bu-

lan, seperti yang dibayangkan oleh para penyembah ber-

hala, melainkan Tuhan  , Keberadaan yang ada dengan 

sendirinya dan yang mahasempurna. Dialah yang meng-

hakimi bumi. Oleh sebab itu, marilah kita berusaha men-

dapatkan perkenanan-Nya,  sebab  Dialah yang meng-

hakimi setiap manusia, dan biarlah hanya kepada-Nya 

segala penghakiman diserahkan.  

 

 


 

 

PASAL 59  

azmur ini mempunyai ciri dan tujuan yang sama dengan ke-

enam atau ketujuh mazmur sebelumnya. Semuanya penuh 

dengan keluhan-keluhan Daud akan kebencian musuh-musuhnya 

dan akan rancangan-rancangan mereka yang jahanam dan kejam 

untuk melawannya. Selain itu, ada juga doa-doa dan nubuatan-nu-

buatannya yang melawan mereka, dan penghiburan serta keyakinan-

nya kepada Tuhan   sebagai Tuhan  nya. Keluhan-keluhan Daud yaitu  

bahasa alam, dan ini diperbolehkan, sementara doa-doa dan nubuat-

an-nubuatannya yaitu  bahasa roh nubuatan, yang memandang ke 

depan kepada Kristus dan musuh-musuh Kerajaan-Nya, dan  sebab  

itu tidak boleh dipandang sebagai peristiwa-peristiwa yang sudah 

terjadi sebelumnya. Sedangkan penghiburan dan keyakinannya ada-

lah bahasa anugerah dan iman yang paling suci, yang harus ditiru 

oleh setiap kita. Dalam mazmur ini,  

I.  Ia berdoa kepada Tuhan   untuk membela dan melepaskannya 

dari musuh-musuhnya, dengan menggambarkan mereka se-

bagai orang-orang yang sangat jahat, biadab, penuh kebenci-

an, dan tidak percaya kepada Tuhan (ay. 2-8).  

II. Ia sudah melihat dan menubuatkan kehancuran musuh-mu-

suhnya, dan untuk itu dia akan memberi  kemuliaan ke-

pada Tuhan   (ay. 9-18).  

Sejauh yang tampak di sini, musuh-musuh umat Tuhan   mana saja 

tampak mempunyai sifat-sifat ini, sehingga kita boleh, dalam menya-

nyikan mazmur ini, membacakan ajal mereka dan melihat terlebih 

dahulu kehancuran mereka.   


Doa Meminta Kelepasan 

(59:1-8) 

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam 

dari Daud, saat  Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk mem-

bunuh dia. 2 Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Tuhan  ku; bentengilah 

aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. 3 Lepaskanlah aku dari 

pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada 

penumpah-penumpah darah. 4 Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nya-

waku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan 

pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, 5 aku tidak bersalah, merekalah 

yang lari dan bersiap-siap. Marilah mendapatkan aku, dan lihatlah! 6 Eng-

kau, TUHAN, Tuhan   semesta alam, yaitu  Tuhan   Israel. Bangunlah untuk 

menghukum segala bangsa; janganlah mengasihani mereka yang melakukan 

kejahatan dengan berkhianat! S e l a 7 Pada waktu senja mereka datang 

kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. 8 Sesungguh-

nya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka, sebab 

– siapakah yang mendengarnya? 

Judul mazmur ini memberi tahu kita secara khusus pada kesempat-

an apa mazmur ini  ditulis, yaitu saat  Saul mengirim orang-

orang suruhannya untuk mengepung rumah Daud pada malam hari, 

supaya mereka dapat menangkap dan membunuhnya. Kita bisa 

membaca kisahnya dalam 1 Samuel 19:11. Ini terjadi saat  permu-

suhannya melawan Daud baru saja dimulai, dan Daud sebelumnya 

nyaris tertusuk tombak Saul. Luapan-luapan pertama dari kebencian 

Saul tidak bisa tidak membuat Daud resah, dan juga sedih serta 

merasa ngeri. Namun demikian, Daud tetap bersekutu dengan Tuhan  , 

dan tetap berpikir tenang sehingga tidak pernah kehilangan sema-

ngat untuk berdoa dan memuji. Berbahagialah orang-orang yang 

menjalin persekutuan dengan sorga tanpa terganggu atau terputus 

oleh kekhawatiran, kesedihan, ketakutan, atau kegalauan apa pun 

(entah di luar entah di dalam) yang muncul dari kesusahan mereka. 

Dalam ayat-ayat di atas, 

I.   Daud berdoa minta dilepaskan dari tangan musuh-musuhnya, 

dan agar rancangan-rancangan mereka yang kejam melawannya 

digagalkan (ay. 2-3): “Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya 

Tuhan  ku! Engkaulah Tuhan  ,  sebab  itu bebaskan aku, Tuhan  ku, di 

bawah perlindungan-Mu aku mempercayakan diriku. Engkau te-

lah berjanji kepadaku untuk menjadi Tuhan   yang mahamencukupi, 

dan oleh sebab itu, dalam kehormatan dan kesetiaan, Engkau 

akan melepaskan aku. Bawalah aku ke tempat yang tinggi melam-

paui jangkauan kekuatan dan kebencian orang-orang yang bang-

kit melawan aku, dan ke tempat yang akan membuatku mampu 

mengatasi ketakutan itu. Biarlah aku aman, dan meyakininya di 

dalam diriku, aman dan tenang, aman dan puas. Oh, lepaskanlah 

aku, dan selamatkanlah aku!” Ia berseru seperti orang yang akan 

segera binasa, dan hanya memandang kepada Tuhan   untuk men-

dapatkan keselamatan dan kelepasan. Ia berdoa (ay. 5), “Marilah 

mendapatkan aku (KJV: Bangunlah untuk menolongku – pen.), 

perhatikanlah perkaraku, pandanglah perkaraku itu dengan mata 

belas kasihan, dan kerahkanlah kuasa-Mu untuk melegakan 

aku.” Demikianlah murid-murid, saat  diterjang badai, memba-

ngunkan Kristus, dengan berkata, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” 

Dengan sungguh-sungguh seperti itu jugalah kita seharusnya 

berdoa setiap hari untuk dibela dan dilepaskan dari musuh-

musuh rohani kita, dari godaan-godaan Iblis, dan dari kerusakan 

hati kita sendiri, yang berperang melawan kehidupan rohani kita.    

II. Ia berseru mencari kelepasan. Tuhan   kita mengizinkan kita bukan 

saja untuk berdoa namun  juga untuk berseru kepada-Nya, untuk 

mengajukan perkara kita di hadapan-Nya, dan memenuhi mulut 

kita dengan kata-kata pembelaan, bukan untuk menggerakkan 

Dia, namun  untuk menggerakkan kita sendiri. Demikian pula yang 

diperbuat Daud di sini, 

1.  Ia berseru menentang tabiat buruk musuh-musuhnya. Mereka 

yaitu  orang-orang yang melakukan kejahatan, dan oleh sebab 

itu mereka bukan hanya musuh-musuhnya melainkan juga 

musuh-musuh Tuhan  . Mereka itu penumpah-penumpah darah, 

dan oleh sebab itu mereka bukan hanya musuh-musuhnya 

melainkan juga musuh-musuh seluruh umat manusia. “Tu-

han, janganlah biarkan orang-orang yang melakukan kejahat-

an menang atas orang yang melakukan kebaikan, atau pe-

numpah darah menang atas orang yang hatinya penuh dengan 

belas kasihan.” 

2. Ia berseru mengenai kebencian mereka terhadapnya, dan me-

ngenai bahaya yang mengancam dia yang datang dari mereka 

(ay. 4). “Kebencian mereka sangatlah besar. Mereka mengincar 

nyawaku, hidupku, bagianku yang lebih baik. Mereka licik dan 

amat cerdik: Mereka menghadang, mengambil kesempatan 

untuk berbuat jahat kepadaku. Mereka semua perkasa, orang-

orang terhormat dan berpunya, dan orang penting di dalam 

mahkamah dan di dalam negeri. Mereka bersekongkol. Mereka 

terikat dalam satu ikatan, dan benar-benar berkumpul ber-

sama melawan aku, bergabung baik dalam perundingan mau-

pun tindakan. Mereka sangat cerdik dalam rancangan-ran-

cangan mereka, dan sangat giat melaksanakannya (ay. 5): 

Mereka lari dan bersiap-siap, dengan teramat sangat cepat dan 

geram, untuk berbuat jahat terhadapku.” Secara khusus ia 

menyebutkan perbuatan biadab yang dilakukan orang-orang 

suruhan Saul untuk menangkapnya (ay. 7): “Pada waktu senja 

mereka datang kembali dari tempat-tempat tugas mereka di 

siang hari, untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kegelapan 

(pekerjaan malam mereka, yang mungkin saja akan menjadi 

aib bagi mereka di siang hari), dan kemudian mereka melolong 

seperti anjing yang sedang memburu terwelu.” Demikianlah 

musuh-musuh Daud, saat  mereka datang untuk menang-

kapnya, berteriak-teriak menuduhnya sebagai pembelot, peng-

khianat, dan orang yang tidak pantas hidup. Dengan teriakan 

ini mereka pergi mengelilingi kota, untuk menjelek-jelekkan 

nama Daud, dan jika mungkin, untuk menghasut orang ba-

nyak melawannya. Atau setidak-tidaknya, mereka berbuat 

demikian untuk mencegah orang banyak itu menjadi marah 

dan melawan mereka, yang mereka takutkan akan terjadi 

seandainya mereka tidak menjelek-jelekkan Daud, sebab Daud 

merupakan kesayangan orang banyak. Demikian juga dengan 

orang-orang yang mengejar-ngejar Yesus Tuhan kita. Mereka 

dibandingkan dengan anjing (22:17), dan mereka menjatuhkan 

Dia dengan membuat keributan, sebab kalau tidak, mereka 

tidak akan bisa menangkap-Nya, setidak-tidaknya jangan 

pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di an-

tara rakyat. Mereka menyindir dengan mulut untuk menum-

pahkan kebencian yang sudah mendidih di dalam hati mereka 

(ay. 8). Cemooh ada di bibir mereka, yaitu, celaan-celaan yang 

menyakiti hatiku dan membuatku sedih (42:11), dan umpatan-

umpatan yang menikam serta melukai nama baikku. Tak 

henti-hentinya mereka menghasut dengan hal-hal yang meng-

gerakkan Saul untuk menarik pedangnya melawan dia. Para 

pendakwa palsu ini sungguh harus dipersalahkan. Pedang itu 

mungkin saja tidak akan ada di tangan Saul seandainya tidak 

terlebih dulu ada di bibir mereka.    

3. Ia berseru membela ketidakbersalahannya sendiri, bukan ter-

hadap Tuhan   (Dia tidak pernah lalai mengakui bahwa dirinya 

bersalah di hadapan-Nya), melainkan terhadap orang-orang 

yang mengejarnya. Apa yang didakwakan mereka kepadanya 

sama sekali tidak benar, dan dia juga tidak pernah berkata 

atau berbuat apa pun yang membuatnya pantas diperlakukan 

seperti itu oleh mereka (ay. 4): “Padahal aku tidak melakukan 

pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN! Engkau mengeta-

huinya, Engkau yang mengetahui segalanya.” Dan lagi (ay. 5), 

“aku tidak bersalah.”  

Perhatikanlah:  

(1) Ketidakbersalahan orang saleh tidak akan membuat mere-

ka aman dari kejahatan orang fasik. Orang-orang yang tu-

lus seperti merpati pun tetap dibenci oleh semua orang ka-

rena Kristus, seolah-olah mereka berbisa seperti ular, dan 

 sebab  itu berbahaya. 

(2) Meskipun ketidakbersalahan kita tidak akan membuat kita 

aman dari masalah, namun itu akan sangat menyokong 

dan menghibur kita saat  sedang menghadapi masalah. 

Kesaksian hati nurani kita sendiri bahwa kita telah berbuat 

baik terhadap orang-orang yang berbuat jahat terhadap 

kita akan membuat kita sangat bersukacita pada hari-hari 

yang jahat.  

(3) Jika kita sadar akan ketidakbersalahan kita sendiri, maka 

kita dengan yakin namun penuh kerendahan hati dapat 

berseru kepada Tuhan   dan memohon Dia untuk membela 

kepentingan kita yang terluka, dan hal ini akan dikerjakan-

Nya pada waktunya.  

4. Ia berseru bahwa musuh-musuhnya bersikap duniawi dan 

tidak percaya kepada Tuhan, dan bahwa mereka mengeraskan 

permusuhan mereka terhadap dia dengan menghina Tuhan  : 

Sebab, kata mereka, siapakah yang mendengarnya? (ay. 8). 

Tuhan   sendiri pun tidak (10:11; 94:7). Perhatikanlah, kalau 

orang sudah yakin sepenuhnya bahwa Tuhan   tidak peduli de-

ngan apa yang mereka katakan, maka tidaklah aneh lagi jika 

mereka sampai tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.  

III. Ia menyerahkan dirinya dan perkaranya kepada penghakiman 

Tuhan   yang adil (ay. 6). “Tuhan, Sang Hakim, akan menjadi Hakim 

antara aku dan orang-orang yang mengejarku.” Dalam seruan ke-

pada Tuhan   ini, ia memandang-Nya sebagai Tuhan semesta alam, 

yang mempunyai kuasa untuk menjalankan penghakiman, yang 

memerintah atas semua makhluk, bahkan atas bala tentara 

malaikat. Ia juga memandang-Nya sebagai Tuhan   Israel, yang atas 

bangsa itu Dia secara khusus menjadi Raja dan Hakim, tanpa 

meragukan bahwa Dia akan tampil atas nama orang-orang yang 

lurus hati, yang merupakan orang-orang Israel sejati. saat  

pasukan Saul mengejar-ngejarnya, dia berpaling kepada Tuhan   

sebagai Tuhan semesta alam. saat  orang-orang yang memfitnah-

nya yaitu  orang-orang yang secara roh merupakan orang asing 

di antara umat Israel, maka dia berpaling kepada Tuhan   sebagai 

Tuhan   Israel. Ia ingin dan sangat yakin bahwa Tuhan   akan bangun 

untuk menghukum segala bangsa, dan akan segera memeriksa 

secara ketat segala perselisihan dan perbantahan yang terjadi di 

antara anak-anak manusia. Akan datang hari penghukuman (Yes. 

10:3), dan hari itulah yang dipikirkan Daud, dengan seruan yang 

khidmat ini, Janganlah mengasihani mereka yang melakukan 

kejahatan dengan berkhianat. Sela – Camkanlah itu.  

1. Seandainya Daud sendiri sadar bahwa dia seorang pelaku 

kejahatan, maka ia tidak akan berharap untuk mendapatkan 

belas kasihan. Dalam hal kepada musuh-musuhnya, ia hen-

dak berkata bahwa ia sama sekali bukan penjahat (ay. 4-5): 

“Padahal aku tidak melakukan pelanggaran, dan oleh sebab itu 

Engkau akan bangkit bagiku.” Dalam hal kepada Tuhan  , ia dapat 

berkata bahwa ia bukanlah penjahat yang berkhianat, sebab, 

meskipun ia telah berbuat kejahatan, ia telah bertobat, dan tidak 

terus melakukan kesalahan yang sudah diperbuatnya.  

2. Ia tahu bahwa musuh-musuhnya yaitu  orang-orang yang 

melakukan kejahatan dengan berkhianat, tidak bisa diatur, 

penuh kebencian, dan berkeras hati melakukan pelanggaran-

pelanggaran baik melawan Tuhan   maupun manusia, dan oleh 

sebab itu ia menuntut keadilan terhadap mereka, penghakim-

an tanpa belas kasihan. Orang-orang yang tidak pernah me-

nunjukkan belas kasihan janganlah berharap akan mendapat-

kan belas kasihan, sebab inilah yang akan menimpa mereka 

yang melakukan kejahatan dengan berkhianat.  

Keyakinan kepada Tuhan   

(59:9-18) 

9 namun  Engkau, TUHAN, menertawakan mereka, Engkau mengolok-olok se-

gala bangsa. 10 Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Tuhan   

yaitu  kota bentengku. 11 Tuhan  ku dengan kasih setia-Nya akan menyong-

song aku; Tuhan   akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku. 12 

Janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku tidak lupa, halaulah 

mereka kian ke mari dengan kuasa-Mu, dan jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, 

perisai kami! 13  sebab  dosa mulut mereka yaitu  perkataan bibirnya, biar-

lah mereka tertangkap dalam kecongkakannya. Oleh  sebab  sumpah serapah 

dan dusta yang mereka ceritakan, 14 habisilah mereka dalam geram, habisi-

lah, sehingga mereka tidak ada lagi, supaya mereka sadar bahwa Tuhan   

memerintah di antara keturunan Yakub, sampai ke ujung bumi. S e l a 15 

Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing 

dan mengelilingi kota. 16 Mereka mengembara mencari makan; jika  me-

reka tidak kenyang, maka mereka mengaum. 17 namun  aku mau menyanyikan 

kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai  sebab  kasih setia-

Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada 

waktu kesesakanku. 18 Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab 

Tuhan   yaitu  kota bentengku, Tuhan  ku dengan kasih setia-Nya. 

Di sini Daud membesarkan hatinya,  sebab  ia diancam oleh kekuat-

an musuh-musuhnya. Dengan tekad yang saleh Ia hendak menanti-

kan Tuhan   dan ia percaya penuh akan tetap memuji-Nya. 

I.  Ia bertekad untuk menantikan Tuhan   (ay. 10): “Oleh  sebab  kekuat-

anku.” Di sini kekuatan bisa berarti kekuatan musuh-musuhnya, 

di mana rasa takut terhadap kekuatan itu menarik ia datang ke-

pada Tuhan  , atau juga kekuatan Tuhan  , di mana pengharapan 

untuk mencari kekuatan Tuhan   membawa ia datang kepada-Nya. 

“Aku akan menantikan-Mu (KJV, TB: Aku mau berpegang pada-Mu – 

pen.), dengan bergantung sepenuhnya kepada-Mu dan yakin akan 

Engkau.” Berhikmatlah dan wajiblah kita, saat  menghadapi 

bahaya dan kesusahan, untuk menantikan Tuhan  , sebab Dialah 

pembela kita, persembunyian kita di tempat yang tinggi, yang di 

dalam-Nya kita akan aman. Ia berharap,  

1.  Agar Tuhan   menjadi bagi-Nya Tuhan   yang menunjukkan kasih 

setia-Nya (ay. 11): “Tuhan  ku dengan kasih setia-Nya akan me-

nyongsong aku dengan berkat-berkat kebaikan-Nya dan karu-

nia-karunia kasih setia-Nya, akan menghalau ketakutan-

ketakutanku, menjawab doa-doaku, dan melakukan yang lebih 

baik dibandingkan  yang kuharapkan sendiri.” Sangatlah menghibur 

hati kita bila di dalam doa kita memandang Tuhan   bukan hanya 

sebagai Tuhan   yang penuh kasih setia melainkan juga sebagai 

Tuhan   yang memberi kasih setia itu kepada kita, sebagai Pen-

cipta atas segala kebaikan yang ada di dalam diri kita, dan 

sebagai Pemberi segala kebaikan kepada kita. Apa pun kasih 

setia yang ada  di dalam Tuhan  , semua itu disediakan bagi 

kita, dan siap untuk dicurahkan ke atas kita.  sebab  itu sewa-

jarnyalah jika sang pemazmur menyebut kasih setia Tuhan   

sebagai kasih setia untuknya, sebab semua berkat kovenan 

baru disebut kasih setia yang teguh yang dijanjikan Tuhan   ke-

pada Daud (Yes. 55:3). Dan kasih setia itu pun berlaku bagi 

semua keturunannya.  

2. Agar Dia menjadi Tuhan   yang membalas dendam semua kesa-

lahan orang-orang yang mengejar-ngejarnya. Pengharapannya 

akan hal ini diungkapkannya sebagian dengan cara bernu-

buat, dan sebagian lagi dengan cara memohon, yang hasilnya 

sama saja. Sebab doanya agar semua itu terjadi demikian 

mengarah pada nubuatan bahwa demikianlah yang akan ter-

jadi. Inilah sejumlah hal yang dinubuatkannya mengenai mu-

suh-musuhnya, atau pengintai-pengintainya, yang mencari-

cari kesempatan untuk menentangnya, dan peluang untuk 

berbuat jahat terhadapnya. Di dalam kesemuanya ini, ia akan 

mendapatkan apa yang diinginkannya, bukan keinginan yang 

membara untuk membalas dendam melainkan keinginan yang 

dilandasi kepercayaan akan semua nubuatan itu (ay. 11).  

(1) Ia sudah melihat bahwa Tuhan   akan mempermalukan mere-

ka,  sebab  mereka memang telah membuat diri mereka 

sendiri tampak menggelikan (ay. 9). “Mereka menyangka 

bahwa Tuhan   tidak mendengar mereka, tidak memperhati-

kan mereka. namun  Engkau, TUHAN, menertawakan mereka 

atas kebodohan mereka,  sebab  mereka berpikir bahwa Dia 

yang membuat telinga tidak akan mendengar, dan Engkau 

akan mengolok-olok bukan saja mereka melainkan juga 

semua bangsa kafir lain demikian yang hidup tanpa Tuhan   

di dunia.” Perhatikanlah, orang-orang yang tidak percaya 

pada Tuhan dan yang menganiaya orang lain pantas diter-

tawakan dan diolok-olok (2:4; Ams. 1:26; Yes. 37:22). 

(2) Agar Tuhan   menjadikan mereka sebagai batu peringatan me-

ngenai keadilan-Nya (ay. 12): Janganlah membunuh mere-

ka. Jangan biarkan mereka dibunuh sampai musnah, su-

paya bangsaku tidak lupa. Jika hukuman itu dilaksanakan 

dengan segera, maka orang tidak akan mengingat-ingatnya 

lagi, dan oleh sebab itu tidak akan tahan lama, dan akan 

cepat lenyap. Kehancuran-kehancuran yang terjadi dengan 

cepat pasti akan menyentakkan orang pada saat itu juga, 

namun kejadian itu akan cepat dilupakan.  sebab  alasan 

itulah di sini dia berdoa agar penghukuman ini dijalankan 

secara perlahan: “Halaulah mereka kian ke mari dengan 

kuasa-Mu, dan biarkan mereka di dalam pengembaraan itu 

membawa-bawa segala pertanda ketidakberkenanan Tuhan   

terhadap mereka, supaya penghukuman atas mereka dapat 

tersebar ke seluruh penjuru negeri.” Demikian pula Kain 

sendiri, meskipun seorang pembunuh, tidak dibunuh, su-

paya pembalasan tidak terlupakan, namun  dihukum men-

jadi seorang pelarian dan pengembara. Perhatikanlah, apa-

bila kita menyangka bahwa penghakiman-penghakiman 

Tuhan   terhadap orang-orang berdosa berjalan lamban, kita 

harus menyimpulkan bahwa Tuhan   mempunyai tujuan-

tujuan yang bijak dan kudus dalam menumpahkan murka-

Nya secara berangsur-angsur seperti itu. “Jadi halaulah 

mereka supaya mereka tidak bisa bersatu lagi untuk ber-

buat jahat. Jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, perisai kami!” 

Jika Tuhan   sudah berniat melindungi umat-Nya sebagai 

perisai mereka, maka tidak diragukan lagi bahwa Dia akan 

merendahkan dan mempermalukan semua orang yang 

berperang melawan mereka.  

(3) Agar mereka kiranya diperlakukan sesuai dengan apa yang 

pantas mereka dapatkan (ay. 13):  sebab  dosa mulut mere-

ka yaitu  perkataan bibirnya (sebab setiap kata yang mere-

ka ucapkan mengandung dosa), untuk itu biarlah mereka 

tertangkap dalam kecongkakannya. Hal itu juga  sebab  

mereka mengutuk orang lain dan diri mereka sendiri (dosa 

yang diperbuat Saul, 1Sam. 14:28, 44), dan  sebab  mereka 

berdusta. Perhatikanlah, ada  kejahatan yang sangat 

besar dalam dosa-dosa lidah, lebih dibandingkan  apa yang 

biasanya disangkakan orang. Perhatikanlah lagi, mengu-

tuk, berdusta, dan berkata-kata sombong, yaitu  sebagian 

dari dosa-dosa lidah yang terburuk. Dan sungguh menyeng-

sarakan bagi orang yang diperlakukan Tuhan   sesuai dengan 

apa yang mereka pantas dapatkan untuk hal-hal ini, jika  

Ia membuat mereka tergelincir  sebab  lidah mereka. 

(4) Agar Tuhan   memuliakan diri-Nya sendiri, sebagai Tuhan   dan 

Raja Israel, dalam kehancuran mereka itu (ay. 14): “Habisi-

lah mereka dalam geram, habisilah, yakni, timpakanlah ke-

pada mereka penghakiman demi penghakiman, sampai me-

reka benar-benar hancur. Biarlah mereka merasakan ke-

hancuran mereka perlahan-lahan, agar mereka, sewaktu 

sedang dihabisi, bisa sadar, dan agar orang-orang di sekeli-

ling yang melihat mereka juga dapat mengambil pelajaran 

darinya, bahwa Tuhan   memerintah di antara keturunan 

Yakub, sampai ke ujung bumi.” Saul dan kelompoknya me-

nyangka bahwa mereka akan memerintah dan menguasai 

semua orang yang ada di hadapan mereka, namun  mereka 

akan dibuat sadar bahwa ada yang lebih tinggi dibandingkan  

mereka, bahwa ada Dia yang benar-benar memerintah, dan 

akan memerintah atas mereka. Rancangan penghakiman-

penghakiman Tuhan   yaitu  untuk meyakinkan manusia 

bahwa Tuhan memerintah, bahwa Dia menggenapi ren-

cana-rencana-Nya sendiri, memberi  hukum kepada se-

mua makhluk, dan mengatur segala-galanya demi kemulia-

an-Nya sendiri, sehingga bahkan orang-orang yang terhebat 

sekalipun berada di bawah kendali-Nya, dan Dia meman-

faatkan mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Dia memerin-

tah di antara keturunan Yakub, sebab di sanalah Dia 

mendirikan istana-Nya. Di sanalah singgasana-Nya dikenal, 

dan nama-Nya agung. namun  juga Dia memerintah sampai 

ke ujung bumi, sebab segala bangsa berada di dalam wila-

yah kerajaan-Nya. Dia memerintah sampai ke ujung bumi, 

bahkan atas orang-orang yang tidak mengenal-Nya, namun  

Dia memerintah untuk Yakub (begitulah kita bisa membaca-

nya). Dalam memerintah dunia, Dia ingin membawa ke-

baikan bagi jemaat-Nya. Pelaksanaan pemerintahan-Nya itu, 

yang bahkan sampai ke ujung bumi, yaitu  untuk hamba-

Nya Yakub dan Israel, pilihan-Nya (Yes. 45:4).  

(5) Agar Dia menjadikan dosa mereka sebagai penghukuman 

bagi mereka (ay. 15, bdk. ay. 7). Dosa mereka yaitu  mem-

buru Daud untuk dimangsa. Penghukuman mereka harus-

lah agar mereka menjadi sedemikian miskin sehingga me-

reka harus berburu makanan untuk menghilangkan rasa 

lapar mereka, dan akan kehilangan buruan itu seperti me-

reka kehilangan Daud. Demikianlah seharusnya yang ter-

jadi pada mereka, tidak dibunuh sekaligus, namun  dihalau 

(ay. 12), dan dihabisi perlahan-lahan (ay. 14). Orang yang 

mati kelaparan mati secara perlahan-lahan, dan dapat me-

rasakan kematian mereka sendiri (Rat. 4:9). Ia menubuat-

kan bahwa mereka akan terpaksa mengemis demi sepotong 

roti dari pintu ke pintu.  

[1]  Bahwa mereka akan melakukannya dengan keengganan 

dan penyesalan yang begitu dalam yang dapat diba-

yangkan. Mengemis mereka malu (dan ini membuat 

penghukuman itu terasa lebih berat bagi mereka), dan 

oleh sebab itu mereka melakukannya pada waktu senja, 

saat  hari mulai gelap, agar mereka tidak dilihat orang, 

pada waktu segala binatang hutan bergerak (104:20).  

[2]  Bahwa kendati demikian mereka akan mengeluh de-

ngan suara nyaring dan keras, dan ini timbul dari ke-

marahan mereka yang besar atas keadaan mereka, yang 

sedikit pun tidak bisa mereka terima dengan lapang 

dada: Mereka melolong seperti anjing. Pada waktu mere-

ka mencari-cari Daud, mereka melolong seperti anjing 

marah yang menyalak dan menggonggong. Sekarang, 

pada waktu mereka mencari-cari makanan, mereka 

akan melolong seperti anjing kelaparan yang mengaung 

dan meratap. Orang-orang yang bertobat dari dosa-dosa 

mereka pasti berkabung, saat  sedang menghadapi 

masalah, seperti merpati. Orang-orang yang hatinya me-

ngeras pasti melolong, saat  sedang menghadapi masa-

lah, seperti anjing, seperti lembu hutan kena jaring; me-

reka diliputi kehangatan murka TUHAN. Seruan mereka 

kepada-Ku tidak keluar dari hatinya, namun  mereka me-

ratap di pembaringan mereka  sebab  gandum dan ang-

gur (Hos. 7:14).  

[3] Bahwa mereka tidak akan banyak mendapat kelepasan, 

sebaliknya hati kebanyakan orang akan menjadi sangat 

keras terhadap mereka, sehingga mereka akan menge-

lilingi kota, dan mengembara mencari makan (ay. 16), 

dan tidak akan mendapat apa-apa kecuali dengan keke-

rasan. Menurut keterangan tambahan di sini, jika  

mereka tidak kenyang, maka mereka akan tinggal se-

panjang malam, sehingga kalaupun ada makanan yang 

diberikan orang kepada mereka, itu bukanlah atas ke-

hendak baik orang itu, namun  hanya untuk mengusir 

mereka, supaya mereka tidak terus-menerus datang 

dan menyusahkan mereka.  

[4] Bahwa mereka tidak akan bisa dipuaskan, dan ini me-

rupakan kesengsaraan paling besar bila orang sedang 

menderita kemiskinan. Mereka anjing-anjing pelahap, 

yang tidak tahu kenyang (Yes. 56:11), dan jika  mere-

ka tidak kenyang, maka mereka mengaum. Orang yang 

puas, jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, 

tidak akan jengkel, tidak akan bertengkar dengan Sang 

Pemelihara, atau marah-marah dengan dirinya sendiri. 

namun  orang-orang yang memberhalakan perut mereka 

sendiri, jika perut mereka tidak penuh dan nafsu ma-

kan mereka tidak terpuaskan, akan berbantah baik de-

ngan Tuhan   maupun dengan diri mereka sendiri. Bukan 

kemiskinan melainkan ketidakpuasanlah yang mem-

buat manusia tidak berbahagia.   

II. Ia berharap untuk memuji Tuhan  , agar pemeliharaan Tuhan   men-

datangkan puji-pujian dalam hatinya, dan agar anugerah Tuhan   

mengerjakan di dalam dirinya hati untuk memuji (ay. 17-18).  

Lihatlah  :  

1.  Atas hal apa ia hendak memuji Tuhan  .  

(1)  Ia akan memuji kuasa dan kasih setia-Nya. Keduanya akan 

menjadi isi pokok lagunya. Kuasa, tanpa kasih setia, ha-

ruslah ditakuti. Kasih setia, tanpa kuasa, bukanlah sesua-

tu yang dapat memberi  banyak faedah bagi manusia. 

namun  kuasa Tuhan   yang dengannya Dia mampu menolong 

kita, dan kasih setia-Nya yang dengannya Dia tergerak 

untuk menolong kita, sudah sewajarnya akan menjadi po-

kok pujian yang kekal bagi semua orang kudus.  

(2) Ia akan memuji Tuhan   sebab ia, sudah berkali-kali, dan sam-

pai pada saat ini, sudah mendapati-Nya sebagai kota ben-

teng dan tempat pelarian baginya pada waktu kesesakan. 

Tuhan   membawa umat-Nya ke dalam masalah supaya mereka 

dapat mengalami kuasa dan kasih setia-Nya dalam melin-

dungi dan menaungi mereka, dan dengan demikian mereka 

boleh memuji-Nya.  

(3) Ia akan memuji Tuhan   sebab ia masih bergantung kepada-

Nya dan yakin kepada-Nya sebagai kekuatan baginya yang 

menyokong dan menopangnya dalam menjalankan kewajib-

annya, sebagai kota bentengnya yang membuatnya aman 

dari kejahatan, dan sebagai Tuhan   yang menunjukkan kasih 

setia kepadanya untuk membuatnya berbahagia dan te-

nang. Dia yang sudah menjadi semuanya ini bagi kita pas-

tilah layak menerima segala kasih sayang, pujian, dan pela-

yanan yang terbaik dari kita. 

2. Bagaimana dia akan memuji Tuhan  .  

(1) Dia akan bernyanyi. Bernyanyi yaitu  ungkapan sukacita 

yang alamiah, dan juga merupakan ketentuan yang sudah 

ditetapkan untuk mengerahkan dan membangkitkan suka-

cita serta ucapan syukur yang kudus.  

(2) Ia akan bersorak-sorak, seperti orang yang begitu tergerak 

oleh kemuliaan Tuhan  , yang tidak malu untuk mengakui-

nya, dan yang ingin menggerakkan orang lain dengannya. 

Ia akan menyanyikan kuasa Tuhan  , namun  ia akan bersorak-

sorak  sebab  kasih setia-Nya. Memikirkan hal ini membuat 

kasih sayangnya semakin bertambah dibandingkan apa 

pun juga.  

(3) Ia akan bersorak-sorak pada waktu pagi, saat  rohnya ter-

amat segar dan hidup. Belas kasihan Tuhan   itu baru setiap 

pagi, dan  sebab  itu pantas bagi kita untuk memulai hari 

dengan puji-pujian untuk-Nya.  

(4) Ia akan bermazmur bagi Tuhan   (ay. 18), demi kehormatan 

dan kemuliaan-Nya, dan mengarahkan pandangannya ke-

pada Dia. Sama seperti kita harus mengarahkan doa-doa 

kita kepada Tuhan  , demikian pula kepada-Nya-lah kita ha-

rus mengarahkan puji-pujian kita, dan harus memandang 

ke atas, sambil bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan.  


PASAL  60  

etelah banyak mazmur digoreskan Daud pada masa kesukaran, 

tampillah mazmur ini yang ditulis untuk hari kemenangan. Maz-

mur ini ditulis sesudah  ia duduk tenang di takhta, pada saat menda-

patkan sebuah kemenangan yang terkenal yang dikaruniakan Tuhan   

kepada pasukannya atas orang-orang Aram dan Edom. Saat itu Daud 

berada di puncak kemakmurannya, dan keadaan kerajaannya tam-

pak lebih baik dibandingkan  sebelum ataupun sesudahnya (2Sam. 8:3, 

13; 1Taw. 18:3, 12). Daud, di dalam kemakmurannya, tetap saleh 

sama seperti di saat kesusahan. Dalam mazmur ini,  

I.  Ia merenungkan parahnya keadaan masyarakat secara umum, 

selama bertahun-tahun, saat  Tuhan   menentang mereka sela-

ma itu (ay. 3-5).  

II. Ia memperhatikan perubahan yang membahagiakan pada ma-

salah-masalah mereka baru-baru ini (ay. 6).  

III. Ia berdoa agar Tuhan   Israel melepaskan mereka dari musuh-

musuh mereka (ay. 7).  

IV. Ia bermegah dalam pengharapan bahwa mereka akan me-

nang atas musuh-musuh mereka, dan memohon agar Tuhan   

mewujudkan pengharapan itu dan melengkapinya (ay. 8-14).  

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita dapat memandang baik 

pada tindakan-tindakan jemaat maupun pada keadaan jiwa kita sen-

diri, yang keduanya mempunyai pergumulannya masing-masing.  


Keluhan dan Permohonan Daud 

(60:1-7) 

1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung kesaksian. Miktam 

dari Daud untuk diajarkan, 2 saat  ia memerangi orang Aram-Mesopotamia 

dan orang Aram-Zoba, dan saat  Yoab pada waktu pulang telah memukul 

kalah dua belas ribu orang Edom di Lembah Asin. 3 Ya Tuhan  , Engkau telah 

membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulih-

kanlah kami! 4 Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; per-

baikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang. 5 Engkau telah membuat 

umat-Mu mengalami penderitaan yang berat, Engkau telah memberi kami 

minum anggur yang memusingkan. 6 Kepada mereka yang takut kepada-Mu 

telah Kauberikan panji-panji, tanda untuk berlindung terhadap panah.  

S e l a. 7 Supaya terluput orang-orang yang Kaucintai, berikanlah keselamat-

an dengan tangan kanan-Mu dan jawablah kami. 

Judul mazmur ini memberi kita gambaran,  

1.  Tentang rancangan umum dari mazmur ini. Mazmur ini yaitu  

Miktam – perhiasan Daud, dan untuk diajarkan. Orang-orang Lewi 

harus mengajarkannya kepada orang banyak, dan dengan maz-

mur ini mereka diajar baik untuk percaya kepada Tuhan   maupun 

untuk bermegah di dalam Dia. saat  membaca mazmur ini, kita 

harus mengajar diri kita sendiri dan saling mengajar satu sama 

lain. Pada hari perayaan umum, kita perlu diajar untuk meng-

arahkan sukacita kita kepada Tuhan   maupun untuk mengakhiri-

nya di dalam Dia. Kita perlu diajarkan untuk tidak mengarahkan 

sukacita kita kepada orang lain atau sesuatu yang lain bila Tuhan  -

lah yang selayaknya mendapatkan terima kasih atas rasa sukacita 

kita itu. Dengan perayaan sukacita demikian kita semakin me-

nambahkan pengharapan-pengharapan kita.  

2. Tentang peristiwa khusus yang melatarbelakangi penulisan maz-

mur ini. Ini terjadi,  

(1) saat  Daud sedang berperang melawan orang Aram, dan 

masih berselisih dengan mereka, baik dengan orang-orang 

Aram-Mesopotamia maupun dengan orang-orang Aram-Zoba.  

(2) sesudah  dia memperoleh kemenangan besar atas orang-orang 

Edom, melalui pasukannya, di bawah pimpinan Yoab, yang 

telah membantai dua belas ribu musuh di tempat. Mata Daud 

tertuju pada dua hal berikut ini: Ia merasa khawatir dengan 

perselisihannya dengan orang-orang Aram, dan untuk perseli-

sihan ini  dia berdoa. Yang berikut, ia bersukacita dengan 

keberhasilannya dalam melawan orang Edom, dan untuk ke-

berhasilan ini  dia bermegah dengan keyakinan yang ku-

dus kepada Tuhan   bahwa Tuhan   akan menyempurnakan keme-

nangan itu. Umumnya saat kita merasa khawatir saat itu pula 

kita merasa bersukacita, namun keduanya dapat mengimbangi 

satu sama lain, sehingga tidak ada yang lebih dari yang lain. 

Rasa cemas dan sukacita turut melengkapi kita dengan pokok 

doa dan pokok pujian, sebab keduanya harus dipersembahkan 

di hadapan Tuhan   dengan perasaan dan isi hati yang sesuai. 

Walaupun dalam satu hal kita berhasil, dalam hal lain kita 

masih harus berjuang: orang-orang Edom sudah dilenyapkan, 

namun orang-orang Aram belum. Oleh sebab itu, orang yang 

baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri 

seperti orang yang sudah menanggalkannya.   

Dalam perikop di atas, yang mengawali mazmur ini, kita mendapati, 

I.  Kesedihan yang dalam dan membekas akan banyaknya penghina-

an dan kekecewaan yang telah ditimpakan Tuhan   kepada umat-

Nya selama beberapa tahun ke belakang. Selama pemerintahan 

Saul, terutama menjelang masa akhirnya, dan selama peperangan 

Daud melawan keluarga Saul, sewaktu Daud hanya bertakhta di 

Yehuda, perkara-perkara kerajaan menjadi kacau balau, dan 

bangsa-bangsa sekitar menjadi sangat menyusahkan mereka.  

1. Ia mengeluhkan penderitaan-penderitaan berat yang telah me-

reka lihat (maksudnya, yang telah mereka alami), sewaktu 

orang-orang Filistin dan bangsa-bangsa lain di sekitar yang 

berniat jahat terhadap mereka mendapatkan segala keuntung-

an melawan mereka (ay. 5). Kadang-kadang Tuhan   memper-

lihatkan bahkan kepada umat-Nya sendiri penderitaan-pen-

deritaan berat di dunia ini, agar mereka tidak menjadikan du-

nia sebagai tempat perhentian mereka, melainkan berdiam 

dengan tenang hanya di dalam Dia.  

2. Ia mengakui bahwa ketidaksenangan Tuhan   yaitu  penyebab 

dari semua penderitaan yang telah mereka alami: “Engkau 

telah murka  sebab  kami, murka terhadap kami (ay. 3), dan di 

dalam murka-Mu Engkau telah membuang dan menghalau 

kami, dan mengeluarkan kami dari perlindungan-Mu, sebab 

kalau tidak, musuh-musuh kami tidak akan bisa menang se-

perti itu melawan kami. Mereka tidak akan pernah menangkap 

dan menjarahi kami seandainya Engkau tidak mematahkan 

tongkat ikatan (Za. 11:14), yang dengannya kami dipersatukan, 

dan yang sekarang kami tercerai-berai.” Apa pun permasalah-

an kita, dan siapa pun yang dijadikan sarana-sarananya, kita 

harus mengakui bahwa tangan Tuhan  , tangan-Nya yang adil, 

bekerja di dalamnya.  

3. Ia meratapi dampak-dampak dan akibat-akibat buruk dari pe-

merintahan yang bobrok selama tahun-tahun belakangan ini. 

Seluruh bangsa dilanda kegemparan: Engkau telah menggon-

cangkan bumi, atau negeri (ay. 4). Masyarakat secara umum 

sangat ngeri dan khawatir akan kesudahan dari semua ini. 

Orang-orang baik sendiri dilanda ketakutan: “Engkau telah 

memberi kami minum anggur yang memusingkan (ay. 5). Kami 

seperti orang yang mabuk dan kehabisan akal, tidak tahu 

bagaimana mengaitkan kejadian-kejadian ini dengan janji-janji 

Tuhan   dan hubungan-Nya dengan umat-Nya. Kami tertegun, 

tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak tahu apa yang harus 

kami perbuat.” Nah, hal ini disebutkan di sini untuk mengajar, 

maksudnya, untuk mendidik umat. jika  Tuhan   mengulur-

kan tangan-Nya untuk menyelamatkan kita, sungguh baik jika 

kita mengingat kembali malapetaka-malapetaka yang dulu kita 

alami, 

(1) Agar kita dapat menyimpan kesan-kesan baik yang ditim-

bulkannya bagi kita, dan dapat membangkitkannya kem-

bali. Jiwa kita harus tetap mengingat penderitaan dan ke-

sengsaraan yang dulu kita alami, supaya semua itu dapat 

menekan dalam diri kita (Rat. 3:19-20, KJV; TB: Jiwaku 

tertekan dalam diriku).  

(2) Agar kebaikan Tuhan   kepada kita, dalam melegakan dan 

mengangkat kita, dapat lebih dibesarkan lagi. Sebab kebaik-

an-Nya itu bagaikan hidup dari antara orang mati, begitu 

ajaib, begitu menyegarkan. Malapetaka yang pernah menim-

pa kita berguna sebagai pembanding yang membuat suka-

cita kita semakin besar.  

(3) Agar kita tidak merasa aman-aman saja, namun  selalu ber-

sukacita dengan gemetar, seperti orang yang tidak tahu 

betapa cepatnya kita akan kembali ke tempat perapian lagi, 

yang darinya kita baru saja diangkat seperti perak yang 

belum dimurnikan seluruhnya.   

II.  Suatu ungkapan syukur untuk mengingat dorongan yang telah 

diberikan Tuhan   kepada mereka untuk berharap bahwa, meskipun 

segala sesuatunya sudah lama berlangsung buruk, mereka kini 

mulai dipulihkan lagi (ay. 6): “Kepada mereka yang takut kepada-

Mu telah Kauberikan panji-panji, sebab seburuk apa pun masa-

masa itu, masih ada tersisa di antara kami orang-orang yang 

sungguh takut akan nama-Mu. Dan kepada mereka ini Engkau 

memberi  perhatian-Mu yang lemah lembut. Perhatian-Mu ini 

diperlihatkan oleh Engkau, oleh  sebab  kebenaran janji-Mu yang 

akan Kaupenuhi, dan untuk diperlihatkan oleh mereka kepada 

orang lain, dalam membela kebenaran dan keadilan” (45:5). Panji 

ini yaitu  pemerintahan Daud, pendirian dan perluasannya di 

seluruh Israel. Orang-orang Israel yang saleh, yang takut akan 

Tuhan   dan peduli pada ketentuan ilahi yang menetapkan Daud 

untuk bertakhta, memandang pengangkatannya sebagai pertanda 

baik, seperti pengangkatan panji bagi mereka, 

1. Panji itu mempersatukan mereka, seperti para prajurit yang 

dikumpulkan bersama-sama ke dalam pasukannya. Orang-

orang yang terserak, yang terpecah belah, dan dengan demi-

kian semakin lemah dan rentan, bersatu padu di dalam dia 

saat  dia naik takhta.  

2. Panji itu menggerakkan mereka, dan menaruh kehidupan ser-

ta keberanian ke dalam diri mereka, seperti para prajurit yang 

digerakkan semangatnya saat  melihat panji mereka.  

3. Panji itu menimpakan kengerian kepada musuh-musuh mere-

ka, yang kepadanya mereka kini dapat mengibarkan bendera 

permusuhan. Kristus, Anak Daud, diberikan sebagai panji-

panji bagi bangsa-bangsa (Yes. 11:10), sebagai panji bagi 

orang-orang yang takut akan Tuhan  . Di dalam Dia, sebagai 

pusat persatuan mereka, mereka berkumpul bersama-sama 

menjadi satu. Kepada-Nya-lah mereka datang, di dalam Dialah 

mereka bermegah dan berbesar hati. Kasih-Nya yaitu  panji 

yang berkibar atas mereka. Di dalam nama dan kekuatan-Nya 

mereka berperang dengan kuasa-kuasa kegelapan, dan di ba-

wah Dia gereja menjadi dahsyat seperti pasukan yang mengi-

bar-ngibarkan panji-panjinya.    

III. Permohonan yang penuh dengan kerendahan hati untuk meminta 

belas kasihan pada waktunya.  


1.  Agar Tuhan   berdamai dengan mereka, meskipun sudah murka 

terhadap mereka. Di dalam murka-Nya, malapetaka-malapeta-

ka mereka bermula, dan oleh sebab itu di dalam kebaikan-

Nya, kemakmuran mereka haruslah bermula pula: Oh, berpa-

linglah Engkau kepada kami lagi (ay. 3, KJV), tersenyumlah 

kepada kami, dan berpihaklah kepada kami. Berdamailah de-

ngan kami, dan di dalam damai itulah kami akan memperoleh 

kedamaian. Tranquillus Deus tranquillat omnia – Tuhan   yang 

berdamai dengan kita menyebarkan kedamaian ke segala pen-

juru.  

2.  Agar mereka dapat berdamai satu sama lain, meskipun sudah 

terpecah belah dan terbagi-bagi secara menyedihkan: “Per-

baikilah retak-retak tanah kami (ay. 4), bukan hanya retak-

retak yang dibuat oleh musuh-musuh kami terhadap kami, 

melainkan juga retak-retak yang dibuat oleh kami sendiri 

 sebab  perpecahan kami yang tidak membahagiakan.” Semua 

itu yaitu  retak-retak yang diperbuat oleh kebodohan dan 

kerusakan manusia, dan yang tidak dapat dibereskan dan 

diperbaiki oleh apa pun kecuali oleh hikmat dan anugerah 

Tuhan  , dengan mencurahkan roh kasih dan damai, yang hanya 

dengannya kerajaan yang goncang dan terserak dikuatkan 

kembali dan diselamatkan dari kehancuran.  

3.  Agar dengan demikian, mereka dapat diselamatkan dari ta-

ngan musuh-musuh (ay. 7): “Supaya terluput orang-orang yang 

Kaucintai, dan tidak dijadikan mangsa, berikanlah keselamat-

an dengan tangan kanan-Mu, dan dengan kuasa-Mu sendiri, 

dan dengan sarana-sarana yang berkenan Engkau pakai un-

tuk menjadikan orang-orang sebagai tangan kanan-Mu, dan 

jawablah kami.” Orang-orang yang takut akan Tuhan   yaitu  

orang-orang yang dicintai-Nya. Mereka sangat disayangi-Nya 

seperti biji mata-Nya sendiri. Mereka sering kali dilanda kesu-

sahan, namun mereka akan dibebaskan. Tangan kanan Tuhan   

sendirilah yang akan menyelamatkan mereka, sebab orang-

orang yang berkenan di hati-Nya pasti akan diberikan uluran 

tangan-Nya. Selamatkanlah mereka, dan jawablah aku. Per-

hatikanlah, umat Tuhan   yang berdoa dapat memandang berba-

gai kelepasan yang biasa dialami jemaat sebagai jawaban 

khusus atas doa-doa mereka. Jika kita memanfaatkan hak 

yang kita punyai di hadapan takhta anugerah untuk member-

kati orang banyak, dan kemudian berkat-berkat itu dicurah-

kan bagi mereka, maka kita pun akan turut merasakan man-

faat yang mereka terima itu. Dengan demikian, setiap orang 

dari kita pun dapat berkata dengan rasa puas yang luar biasa, 

bahwa “Tuhan   telah mendengarkan aku dalam hal ini, dan telah 

menjawab aku.” 

Bersukacita di dalam Pengharapan 

(60:8-14) 

8 Tuhan   telah berfirman di tempat kudus-Nya: “Aku hendak beria-ria, Aku 

hendak membagi-bagikan Sikhem, dan lembah Sukot hendak Kuukur. 9 

Punya-Ku Gilead dan punya-Ku Manasye, Efraim ialah pelindung kepala-Ku, 

Yehuda ialah tongkat kerajaan-Ku; 10 Moab ialah tempat pembasuhan-Ku, 

kepada Edom Aku melemparkan kasut-Ku,  sebab  Filistea Aku bersorak-

sorai.” 11 Siapakah yang akan membawa aku ke kota yang berkubu? Siapa-

kah yang menuntun aku ke Edom? 12 Bukankah Engkau, ya Tuhan  , yang telah 

membuang kami, dan yang tidak maju, ya Tuhan  , bersama-sama bala tentara 

kami? 13 Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia 

penyelamatan dari manusia. 14 Dengan Tuhan   akan kita lakukan perbuatan-

perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan 

kita. 

Di sini Daud bersukacita di dalam pengharapan dan berdoa di dalam 

pengharapan. Demikianlah kemenangan-kemenangan yang didapat 

oleh orang-orang kudus, bukan  sebab  apa yang mereka miliki 

melainkan terlebih  sebab  apa yang mereka harapkan (ay. 8): “Tuhan   

telah berfirman di tempat kudus-Nya maksudnya, Dia telah memberi-

ku janji-Nya, telah bersumpah demi kekudusan-Nya, dan Dia tidak 

akan berbohong kepada Daud (89:35). Oleh sebab itu, aku hendak 

beria-ria, dan menyenangkan diriku dengan pengharapan-pengharap-

an akan ditepatinya janji itu, yang dimaksudkan sebagai lebih dari-

pada sekadar janji yang menyenangkan.” Perhatikanlah, janji Tuhan  , 

yang merupakan dasar pengharapan yang teguh, yaitu  sumber 

sukacita yang penuh bagi semua orang percaya.  

I.  Di sini Daud bersukacita, dan itu  sebab  dia berharap akan dua hal: 

1. Disempurnakannya perubahan besar-besaran dalam kerajaan-

nya ini.  sebab  Tuhan   telah berfirman di tempat kudus-Nya bah-

wa Daud akan menjadi raja, ia tidak ragu bahwa kerajaan itu 

yaitu  miliknya sepenuhnya. Ia begitu yakin, hingga seolah-

olah kerajaan itu sudah berada di genggamannya: Aku hendak 


 860

membagi-bagikan Sikhem (kota yang indah di Gunung Efraim) 

dan lembah Sukot hendak kuukur, sebagai milikku sendiri [da-

lam KJV, yang berbicara di sini yaitu  Daud, bukan Tuhan   se-

perti dalam TB – pen.]. Punyaku Gilead dan punyaku Manasye, 

dan keduanya akan bergabung sepenuhnya (ay. 9). Efraim 

akan melengkapinya dengan prajurit-prajurit sebagai penjaga 

dan pasukan tetapnya. Yehuda akan melengkapinya dengan 

hakim-hakim yang cakap yang duduk di lembaga pengadilan-

nya. Dan dengan demikian Efraim akan menjadi pelindung ke-

palanya dan Yehuda tongkat kerajaannya (KJV: pemberi hukum 

– pen.). Demikianlah orang percaya yang giat bertindak ber-

megah di dalam janji-janji Tuhan  , dan mendapat penghiburan 

dari semua kebaikan yang termuat di dalam janji-janji itu. 

Sebab, semua janji itu ya dan amin di dalam Kristus. “Tuhan   

telah berfirman di tempat kudus-Nya, dan pengampunan pun 

menjadi milikku, kedamaian milikku, anugerah milikku, Kris-

tus milikku, sorga milikku, dan Tuhan   sendiri menjadi milikku.” 

Semuanya kamu punya, sebab kamu yaitu  milik Kristus 

(1Kor. 3:22-23). 

2.  Ditaklukkannya bangsa-bangsa sekitar, yang selama ini telah 

menyusahkan Israel, yang masih mengancam, dan yang me-

nentang takhta Daud (ay. 10). Moab akan diperbudak, dan 

akan dipaksa melakukan pekerjaan yang paling hina. Orang 

Moab takluk kepada Daud (2Sam. 8:2). Edom akan dibuat 

menjadi tempat pembuangan kasut-kasut yang sudah usang. 

Setidak-tidaknya Daud akan mengambilnya sebagai miliknya 

sendiri, yang dilambangkan dengan menanggalkan kasutnya di 

sana (Rut. 4:7). Mengenai orang-orang Filistin, coba kalau 

mereka berani bersorak-sorak atas dia seperti yang mereka 

lakukan selama ini, maka segera saja dia akan memaksa 

mereka mengubah nada sorakan mereka itu.  sebab  itu, bagi 

mereka yang mau selamat, lebih baik mereka bersorak-sorak 

 sebab  dia, sebab tak terperikan baiknya bagi mereka untuk 

dibuat tunduk di bawah Daud dan bersekutu dengan Israel. 

Namun, perang itu belum dituntaskan. Ada kota yang ber-

kubu, yaitu (mungkin) Raba bani Amon, yang tidak mau 

tunduk. Edom masih belum ditaklukkan. Sekarang,  

(1) Di sini Daud meminta bantuan untuk menggotong tabut 

perjanjian: “Siapakah yang akan membawa aku ke kota 

Kitab Mazmur 60:8-14 

 861 

yang berkubu? Sekutu-sekutu, pasukan-pasukan pemban-

tu mana yang dapat kuandalkan untuk membuatku me-

nguasai negeri musuh dan benteng-benteng pertahanan 

mereka?” Orang yang sudah memulai pekerjaan yang baik 

tidak bisa tidak ingin mengerjakannya sampai tuntas, dan 

menyelesaikannya dengan sempurna.  

(2) Ia mengharapkannya hanya dari Tuhan  : “Bukankah Engkau, 

ya Tuhan  ? Sebab Engkau telah berfirman di tempat kudus-

Mu, dan bukankah Engkau akan berbuat baik sebaik fir-

man-Mu?” Ia memperhatikan ketidakberkenanan Pemeli-

haraan ilahi yang selama ini menimpa mereka: Engkau, 

tampaknya, telah membuang kami. Engkau tidak maju ber-

sama-sama bala tentara kami. saat  mereka dikalahkan 

dan dihadapkan pada berbagai macam kekecewaan, mere-

ka mengakui bahwa itu terjadi  sebab  mereka kehilangan 

(yaitu, telah dilucuti dari) hadirat Tuhan   yang penuh rahmat 

untuk menyertai mereka. Namun, mereka tidak meninggal-

kan-Nya  sebab  itu, namun  justru menggenggam-Nya sema-

kin erat. Dan semakin sedikit yang diperbuat-Nya kepada 

mereka belakangan ini, semakin banyak mereka mengha-

rapkan-Nya untuk bertindak. saat  mereka mengakui ke-

adilan Tuhan   atas kejadian-kejadian yang telah berlalu, 

pada saat itu pula mereka berharap pada kasih setia-Nya 

untuk masa-masa yang akan datang: “Meskipun Engkau 

telah membuang kami, Engkau tidak akan memusuhi kami 

selama-lamanya, Engkau tidak akan selalu marah kepada 

kami. Sekalipun Engkau telah membuang kami, Engkau 

sudah mulai menunjukkan kasih setia-Mu, dan bukankah 

Engkau akan menyempurnakan apa yang telah Engkau 

mulai?” Anak Daud, dalam penderitaan-penderitaan-Nya, 

tampak dibuang oleh Bapa-Nya saat  Dia berseru, “Meng-

apa Engkau meninggalkan Aku?” Namun, malah pada saat 

itu Dia mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang 

atas kuasa-kuasa kegelapan dan kota mereka yang ber-

kubu, dan itu yaitu  kemenangan yang tidak diragukan 

lagi akan disempurnakan pada akhirnya. Sebab, Ia maju 

sebagai pemenang untuk merebut kemenangan. Demikian 

pula dengan Israel kepunyaan Tuhan  , Israel rohani-Nya, 

melalui Dia, mereka lebih dibandingkan  pemenang. Walaupun 


 862

kadang-kadang mereka mungkin tergoda untuk berpikir 

bahwa Tuhan   telah membuang mereka, dan mungkin dika-

lahkan dalam peperangan-peperangan tertentu, namun 

Tuhan   akan membawa mereka ke dalam kota yang berkubu 

pada akhirnya. Vincimur in prælio, sed non in bello – Kami 

kalah dalam suatu pertempuran, namun  tidak kalah dalam 

peperangan secara keseluruhan. Iman yang hidup akan 

janji Tuhan   akan meyakinkan kita, bukan saja bahwa Tuhan  , 

sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis 

di bawah kaki kita, melainkan juga bahwa Bapa kita telah 

berkenan memberi  kita Kerajaan itu.   

II. Ia berdoa di dalam pengharapan. Doanya yaitu , Berikanlah ke-

pada kami pertolongan terhadap lawan (ay. 13; KJV: Tolonglah 

kami dari masalah – pen.). Bahkan pada masa-masa kemenangan, 

mereka melihat diri mereka berada di dalam masalah,  sebab  

masih berperang, dan ini sungguh mengganggu bahkan bagi 

pihak yang menang sekalipun. Oleh sebab itu, tidak seorang pun 

dapat bersuka dalam peperangan kecuali mereka yang suka me-

mancing di air keruh. Pertolongan dari masalah yang mereka doa-

kan ini yaitu  perlindungan dari orang-orang yang sedang berpe-

rang melawan mereka. Walaupun sekarang mereka pemenang, 

namun begitu tidak menentunya akhir dari peperangan jika Tuhan   

tidak memberi mereka pertolongan pada pertempuran selanjut-

nya, ada kemungkinan mereka akan dikalahkan. Oleh sebab itu, 

Tuhan, kirimkanlah bantuan kepada kami dari tempat kudus. Per-

tolongan dari masalah yaitu  berhenti berperang. Inilah yang me-

reka doakan, seperti orang-orang yang memperjuangkan keadilan, 

dan bukan kemenangan. Sic quærimus pacem – Demikianlah kami 

mencari perdamaian. Pengharapan yang menopang mereka dalam 

doa mereka ini mengandung dua hal: 

1. Ketidakberdayaan mereka sendiri dan segala makhluk yang 

mereka andalkan: Sia-sia penyelamatan dari manusia. Kita 

bisa memenuhi syarat untuk menerima pertolongan dari Tuhan   

hanya jika  kita bersedia mengakui ketidakberdayaan se-

mua makhluk untuk melakukan bagi kita apa yang kita ha-

rapkan untuk dilakukan oleh Tuhan  .  

2.  Keyakinan kepada Tuhan  , dan kepada kuasa serta janji-Nya (ay. 

14): “Dengan Tuhan   akan kita lakukan perbuatan-perbuatan 

Kitab Mazmur 60:8-14 

 863 

gagah perkasa, dan dengan demikian kita akan meraih keme-

nangan. Sebab Ia sendiri, dan hanya Dia, yang akan meng-

injak-injak para lawan kita, dan akan mendapat pujian  sebab -

nya.”  

Perhatikanlah: 

(1) Keyakinan kita kepada Tuhan   janganlah sampai mengganti-

kan kewajiban kita itu sendiri. Sebaliknya, keyakinan itu 

seharusnya justru mendorong dan menggiatkan kita untuk 

semakin berusaha melaksanakan kewajiban kita. Walau-

pun Tuhan   yang melakukan segalanya bagi kita, masih ada 

yang harus dilakukan oleh kita.  

(2) Pengharapan kepada Tuhan   merupakan asas terbaik dari 

keberanian sejati. Orang-orang yang melaksanakan kewa-

jiban mereka di bawah pimpinan-Nya sanggup melakukan 

perbuatan-perbuatan gagah perkasa. Sebab, apakah yang 

perlu ditakutkan oleh orang-orang yang memiliki Tuhan   di 

pihak mereka? 

(3) Hanya melalui Tuhan  -lah, dan dengan kuasa anugerah-Nya, 

kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa. 

Dialah yang menaruh kekuatan ke dalam diri kita dan 

mengilhami kita dengan keberanian dan tekad baja,  sebab  

kita ini lemah dan takut-takut.  

(4) Walaupun kita melakukan perbuatan-perbuatan yang be-

gitu gagah perkasa, keberhasilan itu haruslah diakui sepe-

nuhnya sebagai berasal dari Dia. Sebab Ia sendiri akan 

menginjak-injak para lawan kita, dan bukan kita sendiri. 

Semua kemenangan kita, seperti juga gagah berani kita, 

berasal dari-Nya, dan oleh sebab itu ke bawah kaki-Nya se-

mua mahkota kita harus diletakkan. 

  

 

PASAL  6 1  

aud, dalam mazmur ini, seperti dalam banyak mazmur lainnya, 

memulai dengan hati yang sedih, namun  menutupnya dengan 

suasana yang gembira. Ia memulai dengan doa-doa dan air mata, 

namun  menutupnya dengan lagu puji-pujian. Demikianlah jiwa, saat  

diangkat kepada Tuhan  , kembali dapat menikmati dirinya sendiri. 

Tampaknya Daud sedang diusir dan dibuang saat  ia menuliskan 

mazmur ini, entah oleh Saul atau Absalom, tidaklah pasti. Menurut 

sebagian orang oleh Absalom,  sebab  Daud menyebut dirinya sendiri 

sebagai “raja” (ay. 7), namun  sebutan itu sebenarnya merujuk pada 

Mesias Sang Raja. Daud, dalam mazmur ini, bertekad untuk tekun 

menjalankan kewajibannya,  sebab  terdorong oleh pengalaman masa 

lalunya maupun oleh pengharapan-pengharapannya.  

I.   Ia akan berseru kepada Tuhan    sebab  Tuhan   telah melindungi 

dia sebelumnya (ay. 2-4).  

II. Ia akan berseru kepada Tuhan    sebab  Tuhan   telah menyedia-

kan segala kebutuhannya dengan baik sebelumnya (ay. 5-6).  

III. Ia akan memuji Tuhan    sebab  yakin bahwa kebaikan Tuhan   

kepadanya akan terus berlanjut (ay. 7-9).  

Dengan demikian, dalam menyanyikan mazmur ini, kita dapat 

mengungkapkan dengan sepenuh-penuhnya isi dari iman dan peng-

harapan kita, dari doa-doa dan puji-pujian kita. Dan beberapa bagian 

dalam mazmur ini mengungkapkannya dengan sangat khusus.  


 866

Berseru kepada Tuhan   dalam Kesusahan 

(61:1-5) 

1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Dari Daud. 2 Dengarkan-

lah kiranya seruanku, ya Tuhan  , perhatikanlah doaku! 3 Dari ujung bumi aku 

berseru kepada-Mu,  sebab  hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu 

yang terlalu tinggi bagiku. 4 Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindung-

anku, menara yang kuat terhadap musuh. 5 Biarlah aku menumpang di dalam 

kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung dalam naungan 

sayap-Mu! S e l a. 

Dalam ayat-ayat di atas kita bisa mengamati, 

I.  Kesetiaan dan penyerahan diri Daud yang sangat besar kepada 

Tuhan   melalui doanya pada masa kesusahan dan kesesakan: “Apa 

pun yang terjadi, aku berseru kepada-Mu (ay. 3), tidak akan aku 

berseru kepada ilah-ilah lain, namun  hanya kepada-Mu. Tidak 

akan aku meninggalkan-Mu  sebab  Engkau menghajar aku, te-

tapi tetap berharap kepada-Mu, dan menantikan-Mu. Aku tidak 

akan berbicara kepada-Mu dengan tak acuh dan sembarangan, 

namun  berseru kepada-Mu dengan roh yang gigih dan berkobar-

kobar, tidak mau melepaskan-Mu sampai Engkau memberkati 

aku.” Ini akan dilakukannya,  

1.  Kendati dia berada sangat jauh dari tempat kudus, rumah 

doa, di mana dulu ia biasa datang untuk meminta sesuatu: 

“Dari ujung bumi, atau ujung negeri, dari ujung negeri yang 

paling terpencil dan tidak tampak, aku berseru kepada-Mu.” 

Perhatikanlah, di mana pun kita berada, kita bisa bebas men-

datangi Tuhan  , dan dapat menemukan jalan yang terbuka me-

nuju takhta anugerah. Undique ad cœlos tantundem est viæ – 

Sorga sama-sama dapat digapai dari segala tempat. “Terlebih 

lagi,  sebab  aku berada di sini di ujung bumi, dalam kesedih-

an dan kesendirian, maka aku berseru kepada-Mu.” Perhati-

kanlah, bila kita dipisahkan dari segala penghiburan kita, 

maka itu seharusnya semakin mendorong kita untuk lebih 

mendekat lagi kepada Tuhan  , sumber segala penghiburan.  

2. Kendati rohnya murung dan tiada daya: “Walaupun hatiku 

lemah lesu, ia tidak begitu tenggelam, tidak begitu terbeban, 

namun masih dapat terangkat kepada Tuhan   di dalam doa. Bila 

hatiku tidak mampu dibangkitkan seperti itu, maka pastilah ia 

sudah terlampau tertekan. Bahkan,  sebab  hatiku sudah letih 

lesu, maka aku berseru kepada-Mu,  sebab  dengan begitu hati-

Kitab Mazmur 61:1-5 

 867 

ku akan disokong dan dilegakan.” Perhatikanlah, tangisan ha-

ruslah membangkitkan doa, dan bukan mematikannya. Kalau 

ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa 

(Yak. 5:13; 102:1).  

II. Permohonan khusus yang dipanjatkannya kepada Tuhan   saat  

hatinya letih lesu dan siap tenggelam: Tuntunlah aku ke gunung 

batu yang terlalu tinggi bagiku. Yakni,  

1. “Ke gunung batu yang terlalu tinggi untuk kudaki kecuali Eng-

kau menolongku mendakinya. Tuhan, berilah aku keyakinan 

dan kepuasan yang sepenuh-penuhnya atas keselamatanku 

sendiri, sebab aku tidak akan pernah dapat mencapainya ke-

cuali dengan anugerah khusus-Mu yang mengerjakan iman 

yang sedemikian besar di dalam diriku.”  

2. “Ke gunung batu yang di puncaknya aku akan berada semakin 

jauh dari jangkauan permasalahan-permasalahanku, dan se-

makin dekat dengan tanah yang hening dan tenang, yang tidak 

dapat kucapai dengan kekuatan atau hikmatku sendiri.” Kua-

sa dan janji Tuhan   yaitu  gunung batu yang lebih tinggi dari-

pada kita. Gunung batu ini yaitu  Kristus. Barangsiapa ada di 

dalam Dia, pastilah aman. Kita tidak dapat mendaki gunung 

batu ini kecuali Tuhan   menuntun kita dengan kuasa-Nya. Aku 

akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu (Kel. 

33:22). Oleh sebab itu, dengan iman dan doa kita harus me-

nyerahkan diri di bawah pengaturan ilahi, agar dapat ditem-

patkan di dalam perlindungan ilahi.  

III. Keinginan dan pengharapannya akan jawaban damai sejahtera. Ia 

memohon di dalam iman (ay. 2): “Dengarkanlah kiranya seruanku, 

ya Tuhan  , perhatikanlah doaku, maksudnya, biarlah hatiku ter-

hibur sekarang dengan mengetahui bahwa doaku didengar (20:7), 

dan biarlah aku pada waktunya mendapatkan apa yang aku doa-

kan.”   

IV. Dasar dari pengharapan ini, dan seruan yang diajukannya untuk 

menegaskan permohonannya (ay. 4): “Engkau telah menjadi tem-

pat perlindunganku. Aku telah mendapatkan di dalam diri-Mu se-

buah gunung batu yang lebih tinggi dibandingkan  aku. Oleh sebab itu, 

aku percaya bahwa Engkau akan tetap menuntun aku kepada 


 868

gunung batu itu.” Perhatikanlah, pengalaman-pengalaman kita di 

masa lalu di mana kita mendapat keuntungan  sebab  percaya 

kepada Tuhan  , haruslah tetap membuat kita dekat dengan-Nya. Ini 

akan mendorong kita untuk berharap bahwa kepercayaan kita 

kepada-Nya itu tidak akan sia-sia. “Engkau telah menjadi menara 

yang kuat terhadap musuh, dan Engkau tetap kuat seperti sebe-

lum-sebelumnya, dan nama-Mu tetap menjadi menara bagi orang-

orang benar sama seperti dulu” (Ams. 18:10).     

V. Tekadnya untuk terus menjalankan kewajibannya kepada Tuhan   

dan tetap bergantung pada-Nya (ay. 5).  

1.  Melayani Tuhan   akan menjadi pekerjaan dan kegiataannya yang 

tetap. Semua orang yang berharap mendapati Tuhan   sebagai 

tempat perlindungan dan menara yang kuat haruslah mela-

yani Tuhan   seperti itu. Tidak ada yang lain kecuali hamba-ham-

ba-Nya yang hina yang akan mendapatkan keuntungan untuk 

dilindungi-Nya. Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu 

untuk selama-lamanya. Sekarang Daud dibuang dari kemah 

Tuhan  , dan ini merupakan dukacitanya yang terdalam. Namun, 

ia yakin bahwa Tuhan   di dalam pemeliharaan-Nya akan mem-

bawanya kembali ke kemah-Nya,  sebab  Tuhan   dengan anuge-

rah-Nya telah mengerjakan di dalam dia kerinduan yang be-

gitu dalam terhadap kemah Tuhan  , sampai-sampai ia bertekad 

untuk menjadikannya sebagai tempat kediamannya untuk 

selama-lamanya (27:4). Ia berkata bahwa ia akan diam di sana 

untuk selama-lamanya  sebab  kemah itu merupakan pelam-

bang dan gambaran sorga (Ibr. 9:8-9, 24). Orang-orang yang 

berdiam di dalam kemah Tuhan  ,  sebab  ini yaitu  rumah yang 

wajib dikunjungi, selama peziarahan mereka yang singkat di 

bumi ini, akan berdiam di kemah sana, yang merupakan 

rumah kemuliaan sampai selama-lamanya.  

2.  Anugerah Tuhan   dan kovenan anugerah-Nya akan menjadi 

penghiburannya yang tetap: Biarlah aku berlindung dalam 

naungan sayap-Nya, seperti anak-anak ayam mencari keha-

ngatan dan keamanan di bawah sayap induknya. Orang-orang 

yang telah mendapati Tuhan   sebagai tempat perlindungan me-

reka masih harus datang kepada-Nya dalam segala kesesakan 

mereka. Keuntungan ini dimiliki oleh orang-orang yang ber-

Kitab Mazmur 61:6-9 

 869 

diam di dalam kemah Tuhan  , bahwa pada masa kesusahan, Dia 

akan menyembunyikan mereka di sana.   

Kasih Setia Tuhan   Diingat-ingat Kembali 

(61:6-9) 

6 Sungguh, Engkau, ya Tuhan  , telah mendengarkan nazarku, telah memenuhi 

permintaan orang-orang yang takut akan nama-Mu. 7 Tambahilah umur raja, 

tahun-tahun hidupnya kiranya sampai turun-temurun; 8 kiranya ia bersema-

yam di hadapan Tuhan   selama-lamanya, titahkanlah kasih setia dan kebenar-

an menjaga dia. 9 Maka aku hendak memazmurkan nama-Mu untuk selama-

nya, sedang aku membayar nazarku hari demi hari. 

Dalam ayat-ayat di atas kita dapat mengamati, 

I.  Dengan begitu senangnya Daud melihat ke belakang pada apa 

yang telah diperbuat Tuhan   kepadanya di masa lalu (ay. 6): Sung-

guh, Engkau, ya Tuhan  , telah mendengarkan nazarku, maksudnya,  

1. “Nazar-nazar itu sendiri yang telah aku buat, dan yang de-

ngannya aku mengikatkan jiwaku. Engkau telah memperhati-

kannya, Engkau telah menerimanya,  sebab  semua nazar itu 

aku buat dengan tulus hati, dan Engkau telah berkenan ke-

padanya. Engkau telah mengingatnya, dan mengingatkan aku 

akan itu.” Tuhan   mengingatkan Yakub akan nazar-nazarnya 

(Kej. 31:13; 35:1). Perhatikanlah, Tuhan   yaitu  saksi atas se-

mua nazar yang kita buat, atas semua maksud baik kita, dan 

atas semua janji khidmat kita untuk mulai hidup taat. Ia 

mencatat semua itu, dan ini haruslah menjadi alasan yang 

baik bagi kita, seperti bagi Daud di sini, mengapa k


Related Posts:

  • mazmur 51-100 4 ” Dalam ayat-ayat ini kita mendapati, I.   Doa-doa Daud melawan musuh-musuhnya, dan semua musuh gereja serta umat Tuhan  . Sebab demikianlah ia memandang mere-ka, sehingga ia digerakkan ole… Read More