”
Dalam ayat-ayat ini kita mendapati,
I. Doa-doa Daud melawan musuh-musuhnya, dan semua musuh
gereja serta umat Tuhan . Sebab demikianlah ia memandang mere-
ka, sehingga ia digerakkan oleh keinginan orang-orang pada
umumnya untuk berdoa melawan mereka, dan bukan oleh balas
dendam pribadi.
1. Ia berdoa agar mereka dilumpuhkan supaya tidak melakukan
kejahatan lagi (ay. 7): Ya Tuhan , hancurkanlah gigi mereka! Bu-
kan supaya mereka tidak bisa makan melainkan terlebih lagi
supaya mereka tidak sanggup memangsa orang lain (3:8). Ia
tidak berkata, “Patahkanlah leher mereka” (tidak, biarlah me-
reka hidup untuk bertobat, janganlah membunuh mereka, su-
paya bangsaku tidak lupa), namun , “Hancurkanlah gigi mereka,
sebab mereka singa, mereka singa-singa muda, yang hidup
dengan menjarah.”
2. Agar mereka dikecewakan dalam persekongkolan-persekong-
kolan yang sudah mereka susun, dan tidak berhasil mencapai
tujuan mereka: “saat mereka membengkokkan busur mereka,
dan berusaha membidikkan anak-anak panah mereka ke orang
yang lurus hati, biarlah mereka terkoyak-koyak (ay. 8, KJV).
Biarlah mereka jatuh tersungkur di bawah kakinya, dan ja-
ngan pernah mendekatinya.”
3. Agar mereka dan kepentingan mereka menjadi sia-sia dan
hancur berantakan, agar mereka hilang seperti air yang meng-
alir lenyap. Maksudnya, seperti air banjir, yang meskipun tam-
pak berbahaya untuk sementara waktu, namun akan segera
merembes ke tanah atau kembali ke saluran air, atau, pada
umumnya, seperti air yang tercurah ke bumi, yang tidak ter-
kumpulkan, namun secara perlahan mengering dan menghilang.
Seperti itulah banjir-banjir jahanam akan melanda, yang ka-
dang-kadang membuat kita takut (18:5). Demikian jugalah air
yang meluap-luap itu akan diredakan, yang sebelumnya meng-
ancam akan melingkupi diri kita (124:4-5). Jadi, marilah kita
dengan iman melihat apa jadinya mereka ini nantinya, maka
kita tidak akan takut terhadap keberadaan mereka. Ia berdoa
(ay. 9) agar mereka seperti siput yang menjadi lendir, yang ter-
kuras habis sebab gerakannya sendiri, yang dalam setiap
langkah meninggalkan lendirnya di belakang, dan ini pasti
akan memakan habis dia secara perlahan-lahan, meskipun ia
membuat jalan yang ditinggalkannya bersinar-sinar. Barang-
siapa yang seperti siput di dalam kulitnya, yang plenus sui –
selalu memikirkan diri sendiri, yang menyenangkan dirinya
sendiri, dan percaya pada dirinya sendiri, hanyalah akan
menghabisi dirinya sendiri, dan akan segera membinasakan
dirinya sendiri. Dan dia berdoa agar mereka dapat menjadi se-
perti guguran perempuan, yang segera mati begitu ia mulai
hidup dan tidak pernah melihat matahari. Ayub, dalam kere-
sahan jiwanya, berharap menjadi seperti anak yang gugur
seperti itu (Ayb. 3:16), namun ia tidak tahu apa yang dikatakan-
nya. Di dalam iman, kita boleh berdoa melawan rancangan-
rancangan musuh-musuh gereja, seperti yang diperbuat oleh
Nabi Hosea, Berilah kepada mereka, ya TUHAN – apakah yang
hendak Kauberi? Berilah kepada mereka kandungan yang man-
dul dan buah dada yang kering (Hos. 9:14), yang menjelaskan
doa sang pemazmur ini.
II. Nubuatannya tentang kehancuran mereka (ay. 10): “Sebelum
periuk-periukmu merasakan panasnya api semak duri yang ber-
kobar-kobar di bawahnya (yang akan segera mereka rasakan,
sebab api ini cepat menyambar selagi berkobar), dengan begitu
cepatnya, dengan nyala api yang menyambar bagai kilat seperti
itu, Tuhan akan merenggut mereka cepat-cepat, dengan cara yang
mengerikan dan tanpa bisa ditangkal seperti angin puyuh, seolah-
olah api itu hidup, seolah-olah sedang mengamuk.”
1. Ungkapan-ungkapan kiasan seperti pepatah ini agak sukar
dipahami, namun maksudnya jelas,
(1) Bahwa penghakiman-penghakiman Tuhan sering kali me-
ngejutkan orang-orang fasik di tengah-tengah kegembiraan
mereka, dan merenggut mereka secara tiba-tiba. saat
mereka mulai berjalan di dalam terang api mereka sendiri,
dan di dalam nyala-nyala api yang telah mereka nyalakan
sendiri, maka mereka akan dibuat berbaring di tempat
siksaan (Yes. 50:11), dan gelak tawa mereka akan menjadi
seperti bunyi duri yang terbakar di bawah kuali. Penghi-
buran mereka ini segera menghilang sebelum mereka dapat
berkata, “Ha, aku sudah menjadi panas” (Pkh. 7:6).
(2) Bahwa tidak ada yang dapat bertahan menghadapi kehan-
curan yang datang dari Yang Mahakuasa, sebab siapakah
yang mengenal kekuatan murka Tuhan ? saat Tuhan me-
renggut orang-orang berdosa, entah mati entah hidup, me-
reka tidak bisa menentang-Nya. Orang fasik dirobohkan ka-
rena kejahatannya. Sekarang,
2. Ada dua hal yang dijanjikan sang pemazmur bagi dirinya sen-
diri sebagai dampak-dampak baik dari kehancuran orang-
orang berdosa:
(1) Bahwa orang-orang kudus akan diteguhkan dan dihibur
oleh kehancuran itu (ay. 11): Orang benar itu akan ber-
sukacita, sebab ia memandang pembalasan. Kemegahan
dan kekuasaan, kemakmuran dan keberhasilan orang-
orang fasik, mengecilkan hati orang-orang benar. Semua
itu menyedihkan hati mereka, dan melemahkan tangan
mereka, dan kadang-kadang merupakan godaan yang kuat
bagi mereka untuk mempertanyakan dasar-dasar hidup
mereka (73:3, 12). namun saat mereka melihat pengha-
kiman-penghakiman Tuhan merenggut orang-orang fasik,
dan pembalasan yang adil ditimpakan kepada mereka atas
segala kejahatan yang telah mereka perbuat terhadap umat
Tuhan , maka orang benar bersukacita sebab keragu-raguan
mereka dipuaskan dan iman mereka kepada pemeliharaan
Tuhan dan keadilan-Nya serta kebenaran-Nya dalam me-
merintah dunia, diteguhkan. Mereka akan bersukacita da-
lam kemenangan yang mereka raih atas godaan itu saat
mereka melihat kesudahan mereka, yaitu orang-orang fasik
itu (73:17). Ia akan membasuh kakinya dalam darah orang
fasik. Maksudnya, akan ada banyak sekali tumpahan
darah (68:23), dan ini akan menjadi penghiburan yang
sangat besar bagi orang-orang kudus untuk melihat Tuhan
dimuliakan dalam kehancuran orang-orang berdosa. Ini
ibarat seorang pelancong yang menderita kelelahan dan
kakinya dibasuh. Ini juga akan membantu pengudusan
orang-orang benar. sebab , saat mereka melihat pemba-
lasan, mereka akan menjadi gemetar di hadapan Tuhan
(119:120), dan ini akan meyakinkan mereka betapa jahat-
nya dosa itu, dan betapa besarnya kewajiban-kewajiban
yang harus mereka lakukan terhadap Tuhan , yang membela
perkara mereka dan tidak akan membiarkan siapa saja
untuk berbuat salah terhadap mereka tanpa mendapat hu-
kuman sebab nya. Dengan demikian, sukacita orang-orang
kudus dalam kehancuran orang-orang fasik yaitu suka-
cita yang kudus dan dapat dibenarkan, jika sukacita itu
membantu menguduskan mereka dan memurnikan mereka
dari dosa.
(2) Bahwa orang-orang berdosa akan insaf dan bertobat ka-
rena kehancuran mereka (ay. 12). Pembalasan Tuhan yang
kadang-kadang ditimpakan kepada orang fasik di dunia ini
akan membuat orang berkata, “Sesungguhnya ada pahala
bagi orang benar.” Siapa saja dapat menarik kesimpulan ini
dari pemeliharaan-pemeliharaan ilahi seperti itu, dan ba-
nyak orang akan menarik kesimpulan ini, meskipun sebe-
lumnya mereka menyangkal atau meragukan kebenaran-
kebenaran yang sudah sedemikian jelas ini. Sebagian orang
akan tergerak untuk menyatakan pengakuan ini, dan seba-
gian yang lain akan diubahkan pikirannya sedemikian rupa
sehingga bersedia untuk mengakuinya, dan bersyukur
kepada Tuhan yang telah mengizinkan mereka untuk meli-
hatnya, dan melihatnya dengan puas, bahwa,
[1] Tuhan yaitu pemberi pahala yang murah hati terhadap
orang-orang kudus dan hamba-hamba-Nya: Sesungguh-
nya (bagaimanapun itu, begitulah kita bisa membaca-
nya) orang benar akan memakan hasil pekerjaannya.
Apa pun kerusakan yang mungkin dialaminya, dan apa
pun kesusahan yang mungkin ditanggungnya sebab
agamanya, ia bukan saja tidak akan rugi sebab nya,
namun juga akan mendapatkan untung yang tiada ter-
kira pada akhirnya. Bahkan di dunia ini, ada pahala
bagi orang benar, mereka akan mendapatkan balasan-
nya di bumi. Orang-orang yang tampak diremehkan, di-
rendahkan, dan diabaikan akan diperhatikan, dihor-
mati, dan dilindungi.
[2] Bahwa Tuhan yaitu Penguasa dunia yang adil, dan pas-
ti akan berurusan dengan musuh-musuh kerajaan-Nya:
Sesungguhnya, bagaimanapun juga, meskipun orang fa-
sik mujur, dan menantang keadilan ilahi, namun akan
tampak, dan mereka akan bingung dibuatnya, bahwa
dunia ini tidak berputar secara kebetulan, namun diatur
oleh Pribadi yang mahabijaksana dan maha-adil. Ada
Tuhan yang menghakimi di bumi, meskipun Dia telah
mempersiapkan takhta-Nya di sorga. Ia menangani se-
mua perkara anak-anak manusia, dan membimbing
serta memimpin mereka sesuai dengan keputusan ke-
hendak-Nya, demi kemuliaan-Nya sendiri. Dan Dia akan
menghukum orang fasik, bukan hanya di dunia yang
akan datang melainkan juga di bumi, di mana mereka
telah mengumpulkan harta mereka dan menjanjikan
kebahagiaan bagi diri mereka sendiri – di bumi, agar
Tuhan dapat dikenal melalui penghakiman-penghakim-
an yang dijalankan-Nya, dan agar penghakiman-peng-
hakiman itu dapat dipandang sebagai pertanda akan
penghakiman yang akan datang. Dia yaitu Tuhan
(demikianlah yang kita baca), bukan manusia yang le-
mah, bukan malaikat, bukan sekadar nama. Dia bukan,
seperti yang disarankan oleh orang-orang yang tidak
percaya pada Tuhan, sebuah makhluk yang diciptakan
oleh ketakutan dan khayalan manusia belaka. Bukan
pula pahlawan yang disembah, bukan matahari dan bu-
lan, seperti yang dibayangkan oleh para penyembah ber-
hala, melainkan Tuhan , Keberadaan yang ada dengan
sendirinya dan yang mahasempurna. Dialah yang meng-
hakimi bumi. Oleh sebab itu, marilah kita berusaha men-
dapatkan perkenanan-Nya, sebab Dialah yang meng-
hakimi setiap manusia, dan biarlah hanya kepada-Nya
segala penghakiman diserahkan.
PASAL 59
azmur ini mempunyai ciri dan tujuan yang sama dengan ke-
enam atau ketujuh mazmur sebelumnya. Semuanya penuh
dengan keluhan-keluhan Daud akan kebencian musuh-musuhnya
dan akan rancangan-rancangan mereka yang jahanam dan kejam
untuk melawannya. Selain itu, ada juga doa-doa dan nubuatan-nu-
buatannya yang melawan mereka, dan penghiburan serta keyakinan-
nya kepada Tuhan sebagai Tuhan nya. Keluhan-keluhan Daud yaitu
bahasa alam, dan ini diperbolehkan, sementara doa-doa dan nubuat-
an-nubuatannya yaitu bahasa roh nubuatan, yang memandang ke
depan kepada Kristus dan musuh-musuh Kerajaan-Nya, dan sebab
itu tidak boleh dipandang sebagai peristiwa-peristiwa yang sudah
terjadi sebelumnya. Sedangkan penghiburan dan keyakinannya ada-
lah bahasa anugerah dan iman yang paling suci, yang harus ditiru
oleh setiap kita. Dalam mazmur ini,
I. Ia berdoa kepada Tuhan untuk membela dan melepaskannya
dari musuh-musuhnya, dengan menggambarkan mereka se-
bagai orang-orang yang sangat jahat, biadab, penuh kebenci-
an, dan tidak percaya kepada Tuhan (ay. 2-8).
II. Ia sudah melihat dan menubuatkan kehancuran musuh-mu-
suhnya, dan untuk itu dia akan memberi kemuliaan ke-
pada Tuhan (ay. 9-18).
Sejauh yang tampak di sini, musuh-musuh umat Tuhan mana saja
tampak mempunyai sifat-sifat ini, sehingga kita boleh, dalam menya-
nyikan mazmur ini, membacakan ajal mereka dan melihat terlebih
dahulu kehancuran mereka.
Doa Meminta Kelepasan
(59:1-8)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Jangan memusnahkan. Miktam
dari Daud, saat Saul menyuruh orang mengawasi rumahnya untuk mem-
bunuh dia. 2 Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Tuhan ku; bentengilah
aku terhadap orang-orang yang bangkit melawan aku. 3 Lepaskanlah aku dari
pada orang-orang yang melakukan kejahatan dan selamatkanlah aku dari pada
penumpah-penumpah darah. 4 Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nya-
waku; orang-orang perkasa menyerbu aku, padahal aku tidak melakukan
pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN, 5 aku tidak bersalah, merekalah
yang lari dan bersiap-siap. Marilah mendapatkan aku, dan lihatlah! 6 Eng-
kau, TUHAN, Tuhan semesta alam, yaitu Tuhan Israel. Bangunlah untuk
menghukum segala bangsa; janganlah mengasihani mereka yang melakukan
kejahatan dengan berkhianat! S e l a 7 Pada waktu senja mereka datang
kembali, mereka melolong seperti anjing dan mengelilingi kota. 8 Sesungguh-
nya, mereka menyindir dengan mulutnya; cemooh ada di bibir mereka, sebab
– siapakah yang mendengarnya?
Judul mazmur ini memberi tahu kita secara khusus pada kesempat-
an apa mazmur ini ditulis, yaitu saat Saul mengirim orang-
orang suruhannya untuk mengepung rumah Daud pada malam hari,
supaya mereka dapat menangkap dan membunuhnya. Kita bisa
membaca kisahnya dalam 1 Samuel 19:11. Ini terjadi saat permu-
suhannya melawan Daud baru saja dimulai, dan Daud sebelumnya
nyaris tertusuk tombak Saul. Luapan-luapan pertama dari kebencian
Saul tidak bisa tidak membuat Daud resah, dan juga sedih serta
merasa ngeri. Namun demikian, Daud tetap bersekutu dengan Tuhan ,
dan tetap berpikir tenang sehingga tidak pernah kehilangan sema-
ngat untuk berdoa dan memuji. Berbahagialah orang-orang yang
menjalin persekutuan dengan sorga tanpa terganggu atau terputus
oleh kekhawatiran, kesedihan, ketakutan, atau kegalauan apa pun
(entah di luar entah di dalam) yang muncul dari kesusahan mereka.
Dalam ayat-ayat di atas,
I. Daud berdoa minta dilepaskan dari tangan musuh-musuhnya,
dan agar rancangan-rancangan mereka yang kejam melawannya
digagalkan (ay. 2-3): “Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya
Tuhan ku! Engkaulah Tuhan , sebab itu bebaskan aku, Tuhan ku, di
bawah perlindungan-Mu aku mempercayakan diriku. Engkau te-
lah berjanji kepadaku untuk menjadi Tuhan yang mahamencukupi,
dan oleh sebab itu, dalam kehormatan dan kesetiaan, Engkau
akan melepaskan aku. Bawalah aku ke tempat yang tinggi melam-
paui jangkauan kekuatan dan kebencian orang-orang yang bang-
kit melawan aku, dan ke tempat yang akan membuatku mampu
mengatasi ketakutan itu. Biarlah aku aman, dan meyakininya di
dalam diriku, aman dan tenang, aman dan puas. Oh, lepaskanlah
aku, dan selamatkanlah aku!” Ia berseru seperti orang yang akan
segera binasa, dan hanya memandang kepada Tuhan untuk men-
dapatkan keselamatan dan kelepasan. Ia berdoa (ay. 5), “Marilah
mendapatkan aku (KJV: Bangunlah untuk menolongku – pen.),
perhatikanlah perkaraku, pandanglah perkaraku itu dengan mata
belas kasihan, dan kerahkanlah kuasa-Mu untuk melegakan
aku.” Demikianlah murid-murid, saat diterjang badai, memba-
ngunkan Kristus, dengan berkata, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.”
Dengan sungguh-sungguh seperti itu jugalah kita seharusnya
berdoa setiap hari untuk dibela dan dilepaskan dari musuh-
musuh rohani kita, dari godaan-godaan Iblis, dan dari kerusakan
hati kita sendiri, yang berperang melawan kehidupan rohani kita.
II. Ia berseru mencari kelepasan. Tuhan kita mengizinkan kita bukan
saja untuk berdoa namun juga untuk berseru kepada-Nya, untuk
mengajukan perkara kita di hadapan-Nya, dan memenuhi mulut
kita dengan kata-kata pembelaan, bukan untuk menggerakkan
Dia, namun untuk menggerakkan kita sendiri. Demikian pula yang
diperbuat Daud di sini,
1. Ia berseru menentang tabiat buruk musuh-musuhnya. Mereka
yaitu orang-orang yang melakukan kejahatan, dan oleh sebab
itu mereka bukan hanya musuh-musuhnya melainkan juga
musuh-musuh Tuhan . Mereka itu penumpah-penumpah darah,
dan oleh sebab itu mereka bukan hanya musuh-musuhnya
melainkan juga musuh-musuh seluruh umat manusia. “Tu-
han, janganlah biarkan orang-orang yang melakukan kejahat-
an menang atas orang yang melakukan kebaikan, atau pe-
numpah darah menang atas orang yang hatinya penuh dengan
belas kasihan.”
2. Ia berseru mengenai kebencian mereka terhadapnya, dan me-
ngenai bahaya yang mengancam dia yang datang dari mereka
(ay. 4). “Kebencian mereka sangatlah besar. Mereka mengincar
nyawaku, hidupku, bagianku yang lebih baik. Mereka licik dan
amat cerdik: Mereka menghadang, mengambil kesempatan
untuk berbuat jahat kepadaku. Mereka semua perkasa, orang-
orang terhormat dan berpunya, dan orang penting di dalam
mahkamah dan di dalam negeri. Mereka bersekongkol. Mereka
terikat dalam satu ikatan, dan benar-benar berkumpul ber-
sama melawan aku, bergabung baik dalam perundingan mau-
pun tindakan. Mereka sangat cerdik dalam rancangan-ran-
cangan mereka, dan sangat giat melaksanakannya (ay. 5):
Mereka lari dan bersiap-siap, dengan teramat sangat cepat dan
geram, untuk berbuat jahat terhadapku.” Secara khusus ia
menyebutkan perbuatan biadab yang dilakukan orang-orang
suruhan Saul untuk menangkapnya (ay. 7): “Pada waktu senja
mereka datang kembali dari tempat-tempat tugas mereka di
siang hari, untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kegelapan
(pekerjaan malam mereka, yang mungkin saja akan menjadi
aib bagi mereka di siang hari), dan kemudian mereka melolong
seperti anjing yang sedang memburu terwelu.” Demikianlah
musuh-musuh Daud, saat mereka datang untuk menang-
kapnya, berteriak-teriak menuduhnya sebagai pembelot, peng-
khianat, dan orang yang tidak pantas hidup. Dengan teriakan
ini mereka pergi mengelilingi kota, untuk menjelek-jelekkan
nama Daud, dan jika mungkin, untuk menghasut orang ba-
nyak melawannya. Atau setidak-tidaknya, mereka berbuat
demikian untuk mencegah orang banyak itu menjadi marah
dan melawan mereka, yang mereka takutkan akan terjadi
seandainya mereka tidak menjelek-jelekkan Daud, sebab Daud
merupakan kesayangan orang banyak. Demikian juga dengan
orang-orang yang mengejar-ngejar Yesus Tuhan kita. Mereka
dibandingkan dengan anjing (22:17), dan mereka menjatuhkan
Dia dengan membuat keributan, sebab kalau tidak, mereka
tidak akan bisa menangkap-Nya, setidak-tidaknya jangan
pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di an-
tara rakyat. Mereka menyindir dengan mulut untuk menum-
pahkan kebencian yang sudah mendidih di dalam hati mereka
(ay. 8). Cemooh ada di bibir mereka, yaitu, celaan-celaan yang
menyakiti hatiku dan membuatku sedih (42:11), dan umpatan-
umpatan yang menikam serta melukai nama baikku. Tak
henti-hentinya mereka menghasut dengan hal-hal yang meng-
gerakkan Saul untuk menarik pedangnya melawan dia. Para
pendakwa palsu ini sungguh harus dipersalahkan. Pedang itu
mungkin saja tidak akan ada di tangan Saul seandainya tidak
terlebih dulu ada di bibir mereka.
3. Ia berseru membela ketidakbersalahannya sendiri, bukan ter-
hadap Tuhan (Dia tidak pernah lalai mengakui bahwa dirinya
bersalah di hadapan-Nya), melainkan terhadap orang-orang
yang mengejarnya. Apa yang didakwakan mereka kepadanya
sama sekali tidak benar, dan dia juga tidak pernah berkata
atau berbuat apa pun yang membuatnya pantas diperlakukan
seperti itu oleh mereka (ay. 4): “Padahal aku tidak melakukan
pelanggaran, aku tidak berdosa, ya TUHAN! Engkau mengeta-
huinya, Engkau yang mengetahui segalanya.” Dan lagi (ay. 5),
“aku tidak bersalah.”
Perhatikanlah:
(1) Ketidakbersalahan orang saleh tidak akan membuat mere-
ka aman dari kejahatan orang fasik. Orang-orang yang tu-
lus seperti merpati pun tetap dibenci oleh semua orang ka-
rena Kristus, seolah-olah mereka berbisa seperti ular, dan
sebab itu berbahaya.
(2) Meskipun ketidakbersalahan kita tidak akan membuat kita
aman dari masalah, namun itu akan sangat menyokong
dan menghibur kita saat sedang menghadapi masalah.
Kesaksian hati nurani kita sendiri bahwa kita telah berbuat
baik terhadap orang-orang yang berbuat jahat terhadap
kita akan membuat kita sangat bersukacita pada hari-hari
yang jahat.
(3) Jika kita sadar akan ketidakbersalahan kita sendiri, maka
kita dengan yakin namun penuh kerendahan hati dapat
berseru kepada Tuhan dan memohon Dia untuk membela
kepentingan kita yang terluka, dan hal ini akan dikerjakan-
Nya pada waktunya.
4. Ia berseru bahwa musuh-musuhnya bersikap duniawi dan
tidak percaya kepada Tuhan, dan bahwa mereka mengeraskan
permusuhan mereka terhadap dia dengan menghina Tuhan :
Sebab, kata mereka, siapakah yang mendengarnya? (ay. 8).
Tuhan sendiri pun tidak (10:11; 94:7). Perhatikanlah, kalau
orang sudah yakin sepenuhnya bahwa Tuhan tidak peduli de-
ngan apa yang mereka katakan, maka tidaklah aneh lagi jika
mereka sampai tidak peduli dengan apa yang mereka katakan.
III. Ia menyerahkan dirinya dan perkaranya kepada penghakiman
Tuhan yang adil (ay. 6). “Tuhan, Sang Hakim, akan menjadi Hakim
antara aku dan orang-orang yang mengejarku.” Dalam seruan ke-
pada Tuhan ini, ia memandang-Nya sebagai Tuhan semesta alam,
yang mempunyai kuasa untuk menjalankan penghakiman, yang
memerintah atas semua makhluk, bahkan atas bala tentara
malaikat. Ia juga memandang-Nya sebagai Tuhan Israel, yang atas
bangsa itu Dia secara khusus menjadi Raja dan Hakim, tanpa
meragukan bahwa Dia akan tampil atas nama orang-orang yang
lurus hati, yang merupakan orang-orang Israel sejati. saat
pasukan Saul mengejar-ngejarnya, dia berpaling kepada Tuhan
sebagai Tuhan semesta alam. saat orang-orang yang memfitnah-
nya yaitu orang-orang yang secara roh merupakan orang asing
di antara umat Israel, maka dia berpaling kepada Tuhan sebagai
Tuhan Israel. Ia ingin dan sangat yakin bahwa Tuhan akan bangun
untuk menghukum segala bangsa, dan akan segera memeriksa
secara ketat segala perselisihan dan perbantahan yang terjadi di
antara anak-anak manusia. Akan datang hari penghukuman (Yes.
10:3), dan hari itulah yang dipikirkan Daud, dengan seruan yang
khidmat ini, Janganlah mengasihani mereka yang melakukan
kejahatan dengan berkhianat. Sela – Camkanlah itu.
1. Seandainya Daud sendiri sadar bahwa dia seorang pelaku
kejahatan, maka ia tidak akan berharap untuk mendapatkan
belas kasihan. Dalam hal kepada musuh-musuhnya, ia hen-
dak berkata bahwa ia sama sekali bukan penjahat (ay. 4-5):
“Padahal aku tidak melakukan pelanggaran, dan oleh sebab itu
Engkau akan bangkit bagiku.” Dalam hal kepada Tuhan , ia dapat
berkata bahwa ia bukanlah penjahat yang berkhianat, sebab,
meskipun ia telah berbuat kejahatan, ia telah bertobat, dan tidak
terus melakukan kesalahan yang sudah diperbuatnya.
2. Ia tahu bahwa musuh-musuhnya yaitu orang-orang yang
melakukan kejahatan dengan berkhianat, tidak bisa diatur,
penuh kebencian, dan berkeras hati melakukan pelanggaran-
pelanggaran baik melawan Tuhan maupun manusia, dan oleh
sebab itu ia menuntut keadilan terhadap mereka, penghakim-
an tanpa belas kasihan. Orang-orang yang tidak pernah me-
nunjukkan belas kasihan janganlah berharap akan mendapat-
kan belas kasihan, sebab inilah yang akan menimpa mereka
yang melakukan kejahatan dengan berkhianat.
Keyakinan kepada Tuhan
(59:9-18)
9 namun Engkau, TUHAN, menertawakan mereka, Engkau mengolok-olok se-
gala bangsa. 10 Ya kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu, sebab Tuhan
yaitu kota bentengku. 11 Tuhan ku dengan kasih setia-Nya akan menyong-
song aku; Tuhan akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku. 12
Janganlah membunuh mereka, supaya bangsaku tidak lupa, halaulah
mereka kian ke mari dengan kuasa-Mu, dan jatuhkanlah mereka, ya Tuhan,
perisai kami! 13 sebab dosa mulut mereka yaitu perkataan bibirnya, biar-
lah mereka tertangkap dalam kecongkakannya. Oleh sebab sumpah serapah
dan dusta yang mereka ceritakan, 14 habisilah mereka dalam geram, habisi-
lah, sehingga mereka tidak ada lagi, supaya mereka sadar bahwa Tuhan
memerintah di antara keturunan Yakub, sampai ke ujung bumi. S e l a 15
Pada waktu senja mereka datang kembali, mereka melolong seperti anjing
dan mengelilingi kota. 16 Mereka mengembara mencari makan; jika me-
reka tidak kenyang, maka mereka mengaum. 17 namun aku mau menyanyikan
kekuatan-Mu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai sebab kasih setia-
Mu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada
waktu kesesakanku. 18 Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab
Tuhan yaitu kota bentengku, Tuhan ku dengan kasih setia-Nya.
Di sini Daud membesarkan hatinya, sebab ia diancam oleh kekuat-
an musuh-musuhnya. Dengan tekad yang saleh Ia hendak menanti-
kan Tuhan dan ia percaya penuh akan tetap memuji-Nya.
I. Ia bertekad untuk menantikan Tuhan (ay. 10): “Oleh sebab kekuat-
anku.” Di sini kekuatan bisa berarti kekuatan musuh-musuhnya,
di mana rasa takut terhadap kekuatan itu menarik ia datang ke-
pada Tuhan , atau juga kekuatan Tuhan , di mana pengharapan
untuk mencari kekuatan Tuhan membawa ia datang kepada-Nya.
“Aku akan menantikan-Mu (KJV, TB: Aku mau berpegang pada-Mu –
pen.), dengan bergantung sepenuhnya kepada-Mu dan yakin akan
Engkau.” Berhikmatlah dan wajiblah kita, saat menghadapi
bahaya dan kesusahan, untuk menantikan Tuhan , sebab Dialah
pembela kita, persembunyian kita di tempat yang tinggi, yang di
dalam-Nya kita akan aman. Ia berharap,
1. Agar Tuhan menjadi bagi-Nya Tuhan yang menunjukkan kasih
setia-Nya (ay. 11): “Tuhan ku dengan kasih setia-Nya akan me-
nyongsong aku dengan berkat-berkat kebaikan-Nya dan karu-
nia-karunia kasih setia-Nya, akan menghalau ketakutan-
ketakutanku, menjawab doa-doaku, dan melakukan yang lebih
baik dibandingkan yang kuharapkan sendiri.” Sangatlah menghibur
hati kita bila di dalam doa kita memandang Tuhan bukan hanya
sebagai Tuhan yang penuh kasih setia melainkan juga sebagai
Tuhan yang memberi kasih setia itu kepada kita, sebagai Pen-
cipta atas segala kebaikan yang ada di dalam diri kita, dan
sebagai Pemberi segala kebaikan kepada kita. Apa pun kasih
setia yang ada di dalam Tuhan , semua itu disediakan bagi
kita, dan siap untuk dicurahkan ke atas kita. sebab itu sewa-
jarnyalah jika sang pemazmur menyebut kasih setia Tuhan
sebagai kasih setia untuknya, sebab semua berkat kovenan
baru disebut kasih setia yang teguh yang dijanjikan Tuhan ke-
pada Daud (Yes. 55:3). Dan kasih setia itu pun berlaku bagi
semua keturunannya.
2. Agar Dia menjadi Tuhan yang membalas dendam semua kesa-
lahan orang-orang yang mengejar-ngejarnya. Pengharapannya
akan hal ini diungkapkannya sebagian dengan cara bernu-
buat, dan sebagian lagi dengan cara memohon, yang hasilnya
sama saja. Sebab doanya agar semua itu terjadi demikian
mengarah pada nubuatan bahwa demikianlah yang akan ter-
jadi. Inilah sejumlah hal yang dinubuatkannya mengenai mu-
suh-musuhnya, atau pengintai-pengintainya, yang mencari-
cari kesempatan untuk menentangnya, dan peluang untuk
berbuat jahat terhadapnya. Di dalam kesemuanya ini, ia akan
mendapatkan apa yang diinginkannya, bukan keinginan yang
membara untuk membalas dendam melainkan keinginan yang
dilandasi kepercayaan akan semua nubuatan itu (ay. 11).
(1) Ia sudah melihat bahwa Tuhan akan mempermalukan mere-
ka, sebab mereka memang telah membuat diri mereka
sendiri tampak menggelikan (ay. 9). “Mereka menyangka
bahwa Tuhan tidak mendengar mereka, tidak memperhati-
kan mereka. namun Engkau, TUHAN, menertawakan mereka
atas kebodohan mereka, sebab mereka berpikir bahwa Dia
yang membuat telinga tidak akan mendengar, dan Engkau
akan mengolok-olok bukan saja mereka melainkan juga
semua bangsa kafir lain demikian yang hidup tanpa Tuhan
di dunia.” Perhatikanlah, orang-orang yang tidak percaya
pada Tuhan dan yang menganiaya orang lain pantas diter-
tawakan dan diolok-olok (2:4; Ams. 1:26; Yes. 37:22).
(2) Agar Tuhan menjadikan mereka sebagai batu peringatan me-
ngenai keadilan-Nya (ay. 12): Janganlah membunuh mere-
ka. Jangan biarkan mereka dibunuh sampai musnah, su-
paya bangsaku tidak lupa. Jika hukuman itu dilaksanakan
dengan segera, maka orang tidak akan mengingat-ingatnya
lagi, dan oleh sebab itu tidak akan tahan lama, dan akan
cepat lenyap. Kehancuran-kehancuran yang terjadi dengan
cepat pasti akan menyentakkan orang pada saat itu juga,
namun kejadian itu akan cepat dilupakan. sebab alasan
itulah di sini dia berdoa agar penghukuman ini dijalankan
secara perlahan: “Halaulah mereka kian ke mari dengan
kuasa-Mu, dan biarkan mereka di dalam pengembaraan itu
membawa-bawa segala pertanda ketidakberkenanan Tuhan
terhadap mereka, supaya penghukuman atas mereka dapat
tersebar ke seluruh penjuru negeri.” Demikian pula Kain
sendiri, meskipun seorang pembunuh, tidak dibunuh, su-
paya pembalasan tidak terlupakan, namun dihukum men-
jadi seorang pelarian dan pengembara. Perhatikanlah, apa-
bila kita menyangka bahwa penghakiman-penghakiman
Tuhan terhadap orang-orang berdosa berjalan lamban, kita
harus menyimpulkan bahwa Tuhan mempunyai tujuan-
tujuan yang bijak dan kudus dalam menumpahkan murka-
Nya secara berangsur-angsur seperti itu. “Jadi halaulah
mereka supaya mereka tidak bisa bersatu lagi untuk ber-
buat jahat. Jatuhkanlah mereka, ya Tuhan, perisai kami!”
Jika Tuhan sudah berniat melindungi umat-Nya sebagai
perisai mereka, maka tidak diragukan lagi bahwa Dia akan
merendahkan dan mempermalukan semua orang yang
berperang melawan mereka.
(3) Agar mereka kiranya diperlakukan sesuai dengan apa yang
pantas mereka dapatkan (ay. 13): sebab dosa mulut mere-
ka yaitu perkataan bibirnya (sebab setiap kata yang mere-
ka ucapkan mengandung dosa), untuk itu biarlah mereka
tertangkap dalam kecongkakannya. Hal itu juga sebab
mereka mengutuk orang lain dan diri mereka sendiri (dosa
yang diperbuat Saul, 1Sam. 14:28, 44), dan sebab mereka
berdusta. Perhatikanlah, ada kejahatan yang sangat
besar dalam dosa-dosa lidah, lebih dibandingkan apa yang
biasanya disangkakan orang. Perhatikanlah lagi, mengu-
tuk, berdusta, dan berkata-kata sombong, yaitu sebagian
dari dosa-dosa lidah yang terburuk. Dan sungguh menyeng-
sarakan bagi orang yang diperlakukan Tuhan sesuai dengan
apa yang mereka pantas dapatkan untuk hal-hal ini, jika
Ia membuat mereka tergelincir sebab lidah mereka.
(4) Agar Tuhan memuliakan diri-Nya sendiri, sebagai Tuhan dan
Raja Israel, dalam kehancuran mereka itu (ay. 14): “Habisi-
lah mereka dalam geram, habisilah, yakni, timpakanlah ke-
pada mereka penghakiman demi penghakiman, sampai me-
reka benar-benar hancur. Biarlah mereka merasakan ke-
hancuran mereka perlahan-lahan, agar mereka, sewaktu
sedang dihabisi, bisa sadar, dan agar orang-orang di sekeli-
ling yang melihat mereka juga dapat mengambil pelajaran
darinya, bahwa Tuhan memerintah di antara keturunan
Yakub, sampai ke ujung bumi.” Saul dan kelompoknya me-
nyangka bahwa mereka akan memerintah dan menguasai
semua orang yang ada di hadapan mereka, namun mereka
akan dibuat sadar bahwa ada yang lebih tinggi dibandingkan
mereka, bahwa ada Dia yang benar-benar memerintah, dan
akan memerintah atas mereka. Rancangan penghakiman-
penghakiman Tuhan yaitu untuk meyakinkan manusia
bahwa Tuhan memerintah, bahwa Dia menggenapi ren-
cana-rencana-Nya sendiri, memberi hukum kepada se-
mua makhluk, dan mengatur segala-galanya demi kemulia-
an-Nya sendiri, sehingga bahkan orang-orang yang terhebat
sekalipun berada di bawah kendali-Nya, dan Dia meman-
faatkan mereka sesuai dengan kehendak-Nya. Dia memerin-
tah di antara keturunan Yakub, sebab di sanalah Dia
mendirikan istana-Nya. Di sanalah singgasana-Nya dikenal,
dan nama-Nya agung. namun juga Dia memerintah sampai
ke ujung bumi, sebab segala bangsa berada di dalam wila-
yah kerajaan-Nya. Dia memerintah sampai ke ujung bumi,
bahkan atas orang-orang yang tidak mengenal-Nya, namun
Dia memerintah untuk Yakub (begitulah kita bisa membaca-
nya). Dalam memerintah dunia, Dia ingin membawa ke-
baikan bagi jemaat-Nya. Pelaksanaan pemerintahan-Nya itu,
yang bahkan sampai ke ujung bumi, yaitu untuk hamba-
Nya Yakub dan Israel, pilihan-Nya (Yes. 45:4).
(5) Agar Dia menjadikan dosa mereka sebagai penghukuman
bagi mereka (ay. 15, bdk. ay. 7). Dosa mereka yaitu mem-
buru Daud untuk dimangsa. Penghukuman mereka harus-
lah agar mereka menjadi sedemikian miskin sehingga me-
reka harus berburu makanan untuk menghilangkan rasa
lapar mereka, dan akan kehilangan buruan itu seperti me-
reka kehilangan Daud. Demikianlah seharusnya yang ter-
jadi pada mereka, tidak dibunuh sekaligus, namun dihalau
(ay. 12), dan dihabisi perlahan-lahan (ay. 14). Orang yang
mati kelaparan mati secara perlahan-lahan, dan dapat me-
rasakan kematian mereka sendiri (Rat. 4:9). Ia menubuat-
kan bahwa mereka akan terpaksa mengemis demi sepotong
roti dari pintu ke pintu.
[1] Bahwa mereka akan melakukannya dengan keengganan
dan penyesalan yang begitu dalam yang dapat diba-
yangkan. Mengemis mereka malu (dan ini membuat
penghukuman itu terasa lebih berat bagi mereka), dan
oleh sebab itu mereka melakukannya pada waktu senja,
saat hari mulai gelap, agar mereka tidak dilihat orang,
pada waktu segala binatang hutan bergerak (104:20).
[2] Bahwa kendati demikian mereka akan mengeluh de-
ngan suara nyaring dan keras, dan ini timbul dari ke-
marahan mereka yang besar atas keadaan mereka, yang
sedikit pun tidak bisa mereka terima dengan lapang
dada: Mereka melolong seperti anjing. Pada waktu mere-
ka mencari-cari Daud, mereka melolong seperti anjing
marah yang menyalak dan menggonggong. Sekarang,
pada waktu mereka mencari-cari makanan, mereka
akan melolong seperti anjing kelaparan yang mengaung
dan meratap. Orang-orang yang bertobat dari dosa-dosa
mereka pasti berkabung, saat sedang menghadapi
masalah, seperti merpati. Orang-orang yang hatinya me-
ngeras pasti melolong, saat sedang menghadapi masa-
lah, seperti anjing, seperti lembu hutan kena jaring; me-
reka diliputi kehangatan murka TUHAN. Seruan mereka
kepada-Ku tidak keluar dari hatinya, namun mereka me-
ratap di pembaringan mereka sebab gandum dan ang-
gur (Hos. 7:14).
[3] Bahwa mereka tidak akan banyak mendapat kelepasan,
sebaliknya hati kebanyakan orang akan menjadi sangat
keras terhadap mereka, sehingga mereka akan menge-
lilingi kota, dan mengembara mencari makan (ay. 16),
dan tidak akan mendapat apa-apa kecuali dengan keke-
rasan. Menurut keterangan tambahan di sini, jika
mereka tidak kenyang, maka mereka akan tinggal se-
panjang malam, sehingga kalaupun ada makanan yang
diberikan orang kepada mereka, itu bukanlah atas ke-
hendak baik orang itu, namun hanya untuk mengusir
mereka, supaya mereka tidak terus-menerus datang
dan menyusahkan mereka.
[4] Bahwa mereka tidak akan bisa dipuaskan, dan ini me-
rupakan kesengsaraan paling besar bila orang sedang
menderita kemiskinan. Mereka anjing-anjing pelahap,
yang tidak tahu kenyang (Yes. 56:11), dan jika mere-
ka tidak kenyang, maka mereka mengaum. Orang yang
puas, jika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya,
tidak akan jengkel, tidak akan bertengkar dengan Sang
Pemelihara, atau marah-marah dengan dirinya sendiri.
namun orang-orang yang memberhalakan perut mereka
sendiri, jika perut mereka tidak penuh dan nafsu ma-
kan mereka tidak terpuaskan, akan berbantah baik de-
ngan Tuhan maupun dengan diri mereka sendiri. Bukan
kemiskinan melainkan ketidakpuasanlah yang mem-
buat manusia tidak berbahagia.
II. Ia berharap untuk memuji Tuhan , agar pemeliharaan Tuhan men-
datangkan puji-pujian dalam hatinya, dan agar anugerah Tuhan
mengerjakan di dalam dirinya hati untuk memuji (ay. 17-18).
Lihatlah :
1. Atas hal apa ia hendak memuji Tuhan .
(1) Ia akan memuji kuasa dan kasih setia-Nya. Keduanya akan
menjadi isi pokok lagunya. Kuasa, tanpa kasih setia, ha-
ruslah ditakuti. Kasih setia, tanpa kuasa, bukanlah sesua-
tu yang dapat memberi banyak faedah bagi manusia.
namun kuasa Tuhan yang dengannya Dia mampu menolong
kita, dan kasih setia-Nya yang dengannya Dia tergerak
untuk menolong kita, sudah sewajarnya akan menjadi po-
kok pujian yang kekal bagi semua orang kudus.
(2) Ia akan memuji Tuhan sebab ia, sudah berkali-kali, dan sam-
pai pada saat ini, sudah mendapati-Nya sebagai kota ben-
teng dan tempat pelarian baginya pada waktu kesesakan.
Tuhan membawa umat-Nya ke dalam masalah supaya mereka
dapat mengalami kuasa dan kasih setia-Nya dalam melin-
dungi dan menaungi mereka, dan dengan demikian mereka
boleh memuji-Nya.
(3) Ia akan memuji Tuhan sebab ia masih bergantung kepada-
Nya dan yakin kepada-Nya sebagai kekuatan baginya yang
menyokong dan menopangnya dalam menjalankan kewajib-
annya, sebagai kota bentengnya yang membuatnya aman
dari kejahatan, dan sebagai Tuhan yang menunjukkan kasih
setia kepadanya untuk membuatnya berbahagia dan te-
nang. Dia yang sudah menjadi semuanya ini bagi kita pas-
tilah layak menerima segala kasih sayang, pujian, dan pela-
yanan yang terbaik dari kita.
2. Bagaimana dia akan memuji Tuhan .
(1) Dia akan bernyanyi. Bernyanyi yaitu ungkapan sukacita
yang alamiah, dan juga merupakan ketentuan yang sudah
ditetapkan untuk mengerahkan dan membangkitkan suka-
cita serta ucapan syukur yang kudus.
(2) Ia akan bersorak-sorak, seperti orang yang begitu tergerak
oleh kemuliaan Tuhan , yang tidak malu untuk mengakui-
nya, dan yang ingin menggerakkan orang lain dengannya.
Ia akan menyanyikan kuasa Tuhan , namun ia akan bersorak-
sorak sebab kasih setia-Nya. Memikirkan hal ini membuat
kasih sayangnya semakin bertambah dibandingkan apa
pun juga.
(3) Ia akan bersorak-sorak pada waktu pagi, saat rohnya ter-
amat segar dan hidup. Belas kasihan Tuhan itu baru setiap
pagi, dan sebab itu pantas bagi kita untuk memulai hari
dengan puji-pujian untuk-Nya.
(4) Ia akan bermazmur bagi Tuhan (ay. 18), demi kehormatan
dan kemuliaan-Nya, dan mengarahkan pandangannya ke-
pada Dia. Sama seperti kita harus mengarahkan doa-doa
kita kepada Tuhan , demikian pula kepada-Nya-lah kita ha-
rus mengarahkan puji-pujian kita, dan harus memandang
ke atas, sambil bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan.
PASAL 60
etelah banyak mazmur digoreskan Daud pada masa kesukaran,
tampillah mazmur ini yang ditulis untuk hari kemenangan. Maz-
mur ini ditulis sesudah ia duduk tenang di takhta, pada saat menda-
patkan sebuah kemenangan yang terkenal yang dikaruniakan Tuhan
kepada pasukannya atas orang-orang Aram dan Edom. Saat itu Daud
berada di puncak kemakmurannya, dan keadaan kerajaannya tam-
pak lebih baik dibandingkan sebelum ataupun sesudahnya (2Sam. 8:3,
13; 1Taw. 18:3, 12). Daud, di dalam kemakmurannya, tetap saleh
sama seperti di saat kesusahan. Dalam mazmur ini,
I. Ia merenungkan parahnya keadaan masyarakat secara umum,
selama bertahun-tahun, saat Tuhan menentang mereka sela-
ma itu (ay. 3-5).
II. Ia memperhatikan perubahan yang membahagiakan pada ma-
salah-masalah mereka baru-baru ini (ay. 6).
III. Ia berdoa agar Tuhan Israel melepaskan mereka dari musuh-
musuh mereka (ay. 7).
IV. Ia bermegah dalam pengharapan bahwa mereka akan me-
nang atas musuh-musuh mereka, dan memohon agar Tuhan
mewujudkan pengharapan itu dan melengkapinya (ay. 8-14).
Dalam menyanyikan mazmur ini, kita dapat memandang baik
pada tindakan-tindakan jemaat maupun pada keadaan jiwa kita sen-
diri, yang keduanya mempunyai pergumulannya masing-masing.
Keluhan dan Permohonan Daud
(60:1-7)
1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Bunga bakung kesaksian. Miktam
dari Daud untuk diajarkan, 2 saat ia memerangi orang Aram-Mesopotamia
dan orang Aram-Zoba, dan saat Yoab pada waktu pulang telah memukul
kalah dua belas ribu orang Edom di Lembah Asin. 3 Ya Tuhan , Engkau telah
membuang kami, menembus pertahanan kami; Engkau telah murka; pulih-
kanlah kami! 4 Engkau telah menggoncangkan bumi dan membelahnya; per-
baikilah retak-retaknya, sebab bumi telah goyang. 5 Engkau telah membuat
umat-Mu mengalami penderitaan yang berat, Engkau telah memberi kami
minum anggur yang memusingkan. 6 Kepada mereka yang takut kepada-Mu
telah Kauberikan panji-panji, tanda untuk berlindung terhadap panah.
S e l a. 7 Supaya terluput orang-orang yang Kaucintai, berikanlah keselamat-
an dengan tangan kanan-Mu dan jawablah kami.
Judul mazmur ini memberi kita gambaran,
1. Tentang rancangan umum dari mazmur ini. Mazmur ini yaitu
Miktam – perhiasan Daud, dan untuk diajarkan. Orang-orang Lewi
harus mengajarkannya kepada orang banyak, dan dengan maz-
mur ini mereka diajar baik untuk percaya kepada Tuhan maupun
untuk bermegah di dalam Dia. saat membaca mazmur ini, kita
harus mengajar diri kita sendiri dan saling mengajar satu sama
lain. Pada hari perayaan umum, kita perlu diajar untuk meng-
arahkan sukacita kita kepada Tuhan maupun untuk mengakhiri-
nya di dalam Dia. Kita perlu diajarkan untuk tidak mengarahkan
sukacita kita kepada orang lain atau sesuatu yang lain bila Tuhan -
lah yang selayaknya mendapatkan terima kasih atas rasa sukacita
kita itu. Dengan perayaan sukacita demikian kita semakin me-
nambahkan pengharapan-pengharapan kita.
2. Tentang peristiwa khusus yang melatarbelakangi penulisan maz-
mur ini. Ini terjadi,
(1) saat Daud sedang berperang melawan orang Aram, dan
masih berselisih dengan mereka, baik dengan orang-orang
Aram-Mesopotamia maupun dengan orang-orang Aram-Zoba.
(2) sesudah dia memperoleh kemenangan besar atas orang-orang
Edom, melalui pasukannya, di bawah pimpinan Yoab, yang
telah membantai dua belas ribu musuh di tempat. Mata Daud
tertuju pada dua hal berikut ini: Ia merasa khawatir dengan
perselisihannya dengan orang-orang Aram, dan untuk perseli-
sihan ini dia berdoa. Yang berikut, ia bersukacita dengan
keberhasilannya dalam melawan orang Edom, dan untuk ke-
berhasilan ini dia bermegah dengan keyakinan yang ku-
dus kepada Tuhan bahwa Tuhan akan menyempurnakan keme-
nangan itu. Umumnya saat kita merasa khawatir saat itu pula
kita merasa bersukacita, namun keduanya dapat mengimbangi
satu sama lain, sehingga tidak ada yang lebih dari yang lain.
Rasa cemas dan sukacita turut melengkapi kita dengan pokok
doa dan pokok pujian, sebab keduanya harus dipersembahkan
di hadapan Tuhan dengan perasaan dan isi hati yang sesuai.
Walaupun dalam satu hal kita berhasil, dalam hal lain kita
masih harus berjuang: orang-orang Edom sudah dilenyapkan,
namun orang-orang Aram belum. Oleh sebab itu, orang yang
baru menyandangkan pedang janganlah memegahkan diri
seperti orang yang sudah menanggalkannya.
Dalam perikop di atas, yang mengawali mazmur ini, kita mendapati,
I. Kesedihan yang dalam dan membekas akan banyaknya penghina-
an dan kekecewaan yang telah ditimpakan Tuhan kepada umat-
Nya selama beberapa tahun ke belakang. Selama pemerintahan
Saul, terutama menjelang masa akhirnya, dan selama peperangan
Daud melawan keluarga Saul, sewaktu Daud hanya bertakhta di
Yehuda, perkara-perkara kerajaan menjadi kacau balau, dan
bangsa-bangsa sekitar menjadi sangat menyusahkan mereka.
1. Ia mengeluhkan penderitaan-penderitaan berat yang telah me-
reka lihat (maksudnya, yang telah mereka alami), sewaktu
orang-orang Filistin dan bangsa-bangsa lain di sekitar yang
berniat jahat terhadap mereka mendapatkan segala keuntung-
an melawan mereka (ay. 5). Kadang-kadang Tuhan memper-
lihatkan bahkan kepada umat-Nya sendiri penderitaan-pen-
deritaan berat di dunia ini, agar mereka tidak menjadikan du-
nia sebagai tempat perhentian mereka, melainkan berdiam
dengan tenang hanya di dalam Dia.
2. Ia mengakui bahwa ketidaksenangan Tuhan yaitu penyebab
dari semua penderitaan yang telah mereka alami: “Engkau
telah murka sebab kami, murka terhadap kami (ay. 3), dan di
dalam murka-Mu Engkau telah membuang dan menghalau
kami, dan mengeluarkan kami dari perlindungan-Mu, sebab
kalau tidak, musuh-musuh kami tidak akan bisa menang se-
perti itu melawan kami. Mereka tidak akan pernah menangkap
dan menjarahi kami seandainya Engkau tidak mematahkan
tongkat ikatan (Za. 11:14), yang dengannya kami dipersatukan,
dan yang sekarang kami tercerai-berai.” Apa pun permasalah-
an kita, dan siapa pun yang dijadikan sarana-sarananya, kita
harus mengakui bahwa tangan Tuhan , tangan-Nya yang adil,
bekerja di dalamnya.
3. Ia meratapi dampak-dampak dan akibat-akibat buruk dari pe-
merintahan yang bobrok selama tahun-tahun belakangan ini.
Seluruh bangsa dilanda kegemparan: Engkau telah menggon-
cangkan bumi, atau negeri (ay. 4). Masyarakat secara umum
sangat ngeri dan khawatir akan kesudahan dari semua ini.
Orang-orang baik sendiri dilanda ketakutan: “Engkau telah
memberi kami minum anggur yang memusingkan (ay. 5). Kami
seperti orang yang mabuk dan kehabisan akal, tidak tahu
bagaimana mengaitkan kejadian-kejadian ini dengan janji-janji
Tuhan dan hubungan-Nya dengan umat-Nya. Kami tertegun,
tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak tahu apa yang harus
kami perbuat.” Nah, hal ini disebutkan di sini untuk mengajar,
maksudnya, untuk mendidik umat. jika Tuhan mengulur-
kan tangan-Nya untuk menyelamatkan kita, sungguh baik jika
kita mengingat kembali malapetaka-malapetaka yang dulu kita
alami,
(1) Agar kita dapat menyimpan kesan-kesan baik yang ditim-
bulkannya bagi kita, dan dapat membangkitkannya kem-
bali. Jiwa kita harus tetap mengingat penderitaan dan ke-
sengsaraan yang dulu kita alami, supaya semua itu dapat
menekan dalam diri kita (Rat. 3:19-20, KJV; TB: Jiwaku
tertekan dalam diriku).
(2) Agar kebaikan Tuhan kepada kita, dalam melegakan dan
mengangkat kita, dapat lebih dibesarkan lagi. Sebab kebaik-
an-Nya itu bagaikan hidup dari antara orang mati, begitu
ajaib, begitu menyegarkan. Malapetaka yang pernah menim-
pa kita berguna sebagai pembanding yang membuat suka-
cita kita semakin besar.
(3) Agar kita tidak merasa aman-aman saja, namun selalu ber-
sukacita dengan gemetar, seperti orang yang tidak tahu
betapa cepatnya kita akan kembali ke tempat perapian lagi,
yang darinya kita baru saja diangkat seperti perak yang
belum dimurnikan seluruhnya.
II. Suatu ungkapan syukur untuk mengingat dorongan yang telah
diberikan Tuhan kepada mereka untuk berharap bahwa, meskipun
segala sesuatunya sudah lama berlangsung buruk, mereka kini
mulai dipulihkan lagi (ay. 6): “Kepada mereka yang takut kepada-
Mu telah Kauberikan panji-panji, sebab seburuk apa pun masa-
masa itu, masih ada tersisa di antara kami orang-orang yang
sungguh takut akan nama-Mu. Dan kepada mereka ini Engkau
memberi perhatian-Mu yang lemah lembut. Perhatian-Mu ini
diperlihatkan oleh Engkau, oleh sebab kebenaran janji-Mu yang
akan Kaupenuhi, dan untuk diperlihatkan oleh mereka kepada
orang lain, dalam membela kebenaran dan keadilan” (45:5). Panji
ini yaitu pemerintahan Daud, pendirian dan perluasannya di
seluruh Israel. Orang-orang Israel yang saleh, yang takut akan
Tuhan dan peduli pada ketentuan ilahi yang menetapkan Daud
untuk bertakhta, memandang pengangkatannya sebagai pertanda
baik, seperti pengangkatan panji bagi mereka,
1. Panji itu mempersatukan mereka, seperti para prajurit yang
dikumpulkan bersama-sama ke dalam pasukannya. Orang-
orang yang terserak, yang terpecah belah, dan dengan demi-
kian semakin lemah dan rentan, bersatu padu di dalam dia
saat dia naik takhta.
2. Panji itu menggerakkan mereka, dan menaruh kehidupan ser-
ta keberanian ke dalam diri mereka, seperti para prajurit yang
digerakkan semangatnya saat melihat panji mereka.
3. Panji itu menimpakan kengerian kepada musuh-musuh mere-
ka, yang kepadanya mereka kini dapat mengibarkan bendera
permusuhan. Kristus, Anak Daud, diberikan sebagai panji-
panji bagi bangsa-bangsa (Yes. 11:10), sebagai panji bagi
orang-orang yang takut akan Tuhan . Di dalam Dia, sebagai
pusat persatuan mereka, mereka berkumpul bersama-sama
menjadi satu. Kepada-Nya-lah mereka datang, di dalam Dialah
mereka bermegah dan berbesar hati. Kasih-Nya yaitu panji
yang berkibar atas mereka. Di dalam nama dan kekuatan-Nya
mereka berperang dengan kuasa-kuasa kegelapan, dan di ba-
wah Dia gereja menjadi dahsyat seperti pasukan yang mengi-
bar-ngibarkan panji-panjinya.
III. Permohonan yang penuh dengan kerendahan hati untuk meminta
belas kasihan pada waktunya.
1. Agar Tuhan berdamai dengan mereka, meskipun sudah murka
terhadap mereka. Di dalam murka-Nya, malapetaka-malapeta-
ka mereka bermula, dan oleh sebab itu di dalam kebaikan-
Nya, kemakmuran mereka haruslah bermula pula: Oh, berpa-
linglah Engkau kepada kami lagi (ay. 3, KJV), tersenyumlah
kepada kami, dan berpihaklah kepada kami. Berdamailah de-
ngan kami, dan di dalam damai itulah kami akan memperoleh
kedamaian. Tranquillus Deus tranquillat omnia – Tuhan yang
berdamai dengan kita menyebarkan kedamaian ke segala pen-
juru.
2. Agar mereka dapat berdamai satu sama lain, meskipun sudah
terpecah belah dan terbagi-bagi secara menyedihkan: “Per-
baikilah retak-retak tanah kami (ay. 4), bukan hanya retak-
retak yang dibuat oleh musuh-musuh kami terhadap kami,
melainkan juga retak-retak yang dibuat oleh kami sendiri
sebab perpecahan kami yang tidak membahagiakan.” Semua
itu yaitu retak-retak yang diperbuat oleh kebodohan dan
kerusakan manusia, dan yang tidak dapat dibereskan dan
diperbaiki oleh apa pun kecuali oleh hikmat dan anugerah
Tuhan , dengan mencurahkan roh kasih dan damai, yang hanya
dengannya kerajaan yang goncang dan terserak dikuatkan
kembali dan diselamatkan dari kehancuran.
3. Agar dengan demikian, mereka dapat diselamatkan dari ta-
ngan musuh-musuh (ay. 7): “Supaya terluput orang-orang yang
Kaucintai, dan tidak dijadikan mangsa, berikanlah keselamat-
an dengan tangan kanan-Mu, dan dengan kuasa-Mu sendiri,
dan dengan sarana-sarana yang berkenan Engkau pakai un-
tuk menjadikan orang-orang sebagai tangan kanan-Mu, dan
jawablah kami.” Orang-orang yang takut akan Tuhan yaitu
orang-orang yang dicintai-Nya. Mereka sangat disayangi-Nya
seperti biji mata-Nya sendiri. Mereka sering kali dilanda kesu-
sahan, namun mereka akan dibebaskan. Tangan kanan Tuhan
sendirilah yang akan menyelamatkan mereka, sebab orang-
orang yang berkenan di hati-Nya pasti akan diberikan uluran
tangan-Nya. Selamatkanlah mereka, dan jawablah aku. Per-
hatikanlah, umat Tuhan yang berdoa dapat memandang berba-
gai kelepasan yang biasa dialami jemaat sebagai jawaban
khusus atas doa-doa mereka. Jika kita memanfaatkan hak
yang kita punyai di hadapan takhta anugerah untuk member-
kati orang banyak, dan kemudian berkat-berkat itu dicurah-
kan bagi mereka, maka kita pun akan turut merasakan man-
faat yang mereka terima itu. Dengan demikian, setiap orang
dari kita pun dapat berkata dengan rasa puas yang luar biasa,
bahwa “Tuhan telah mendengarkan aku dalam hal ini, dan telah
menjawab aku.”
Bersukacita di dalam Pengharapan
(60:8-14)
8 Tuhan telah berfirman di tempat kudus-Nya: “Aku hendak beria-ria, Aku
hendak membagi-bagikan Sikhem, dan lembah Sukot hendak Kuukur. 9
Punya-Ku Gilead dan punya-Ku Manasye, Efraim ialah pelindung kepala-Ku,
Yehuda ialah tongkat kerajaan-Ku; 10 Moab ialah tempat pembasuhan-Ku,
kepada Edom Aku melemparkan kasut-Ku, sebab Filistea Aku bersorak-
sorai.” 11 Siapakah yang akan membawa aku ke kota yang berkubu? Siapa-
kah yang menuntun aku ke Edom? 12 Bukankah Engkau, ya Tuhan , yang telah
membuang kami, dan yang tidak maju, ya Tuhan , bersama-sama bala tentara
kami? 13 Berikanlah kepada kami pertolongan terhadap lawan, sebab sia-sia
penyelamatan dari manusia. 14 Dengan Tuhan akan kita lakukan perbuatan-
perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan
kita.
Di sini Daud bersukacita di dalam pengharapan dan berdoa di dalam
pengharapan. Demikianlah kemenangan-kemenangan yang didapat
oleh orang-orang kudus, bukan sebab apa yang mereka miliki
melainkan terlebih sebab apa yang mereka harapkan (ay. 8): “Tuhan
telah berfirman di tempat kudus-Nya maksudnya, Dia telah memberi-
ku janji-Nya, telah bersumpah demi kekudusan-Nya, dan Dia tidak
akan berbohong kepada Daud (89:35). Oleh sebab itu, aku hendak
beria-ria, dan menyenangkan diriku dengan pengharapan-pengharap-
an akan ditepatinya janji itu, yang dimaksudkan sebagai lebih dari-
pada sekadar janji yang menyenangkan.” Perhatikanlah, janji Tuhan ,
yang merupakan dasar pengharapan yang teguh, yaitu sumber
sukacita yang penuh bagi semua orang percaya.
I. Di sini Daud bersukacita, dan itu sebab dia berharap akan dua hal:
1. Disempurnakannya perubahan besar-besaran dalam kerajaan-
nya ini. sebab Tuhan telah berfirman di tempat kudus-Nya bah-
wa Daud akan menjadi raja, ia tidak ragu bahwa kerajaan itu
yaitu miliknya sepenuhnya. Ia begitu yakin, hingga seolah-
olah kerajaan itu sudah berada di genggamannya: Aku hendak
860
membagi-bagikan Sikhem (kota yang indah di Gunung Efraim)
dan lembah Sukot hendak kuukur, sebagai milikku sendiri [da-
lam KJV, yang berbicara di sini yaitu Daud, bukan Tuhan se-
perti dalam TB – pen.]. Punyaku Gilead dan punyaku Manasye,
dan keduanya akan bergabung sepenuhnya (ay. 9). Efraim
akan melengkapinya dengan prajurit-prajurit sebagai penjaga
dan pasukan tetapnya. Yehuda akan melengkapinya dengan
hakim-hakim yang cakap yang duduk di lembaga pengadilan-
nya. Dan dengan demikian Efraim akan menjadi pelindung ke-
palanya dan Yehuda tongkat kerajaannya (KJV: pemberi hukum
– pen.). Demikianlah orang percaya yang giat bertindak ber-
megah di dalam janji-janji Tuhan , dan mendapat penghiburan
dari semua kebaikan yang termuat di dalam janji-janji itu.
Sebab, semua janji itu ya dan amin di dalam Kristus. “Tuhan
telah berfirman di tempat kudus-Nya, dan pengampunan pun
menjadi milikku, kedamaian milikku, anugerah milikku, Kris-
tus milikku, sorga milikku, dan Tuhan sendiri menjadi milikku.”
Semuanya kamu punya, sebab kamu yaitu milik Kristus
(1Kor. 3:22-23).
2. Ditaklukkannya bangsa-bangsa sekitar, yang selama ini telah
menyusahkan Israel, yang masih mengancam, dan yang me-
nentang takhta Daud (ay. 10). Moab akan diperbudak, dan
akan dipaksa melakukan pekerjaan yang paling hina. Orang
Moab takluk kepada Daud (2Sam. 8:2). Edom akan dibuat
menjadi tempat pembuangan kasut-kasut yang sudah usang.
Setidak-tidaknya Daud akan mengambilnya sebagai miliknya
sendiri, yang dilambangkan dengan menanggalkan kasutnya di
sana (Rut. 4:7). Mengenai orang-orang Filistin, coba kalau
mereka berani bersorak-sorak atas dia seperti yang mereka
lakukan selama ini, maka segera saja dia akan memaksa
mereka mengubah nada sorakan mereka itu. sebab itu, bagi
mereka yang mau selamat, lebih baik mereka bersorak-sorak
sebab dia, sebab tak terperikan baiknya bagi mereka untuk
dibuat tunduk di bawah Daud dan bersekutu dengan Israel.
Namun, perang itu belum dituntaskan. Ada kota yang ber-
kubu, yaitu (mungkin) Raba bani Amon, yang tidak mau
tunduk. Edom masih belum ditaklukkan. Sekarang,
(1) Di sini Daud meminta bantuan untuk menggotong tabut
perjanjian: “Siapakah yang akan membawa aku ke kota
Kitab Mazmur 60:8-14
861
yang berkubu? Sekutu-sekutu, pasukan-pasukan pemban-
tu mana yang dapat kuandalkan untuk membuatku me-
nguasai negeri musuh dan benteng-benteng pertahanan
mereka?” Orang yang sudah memulai pekerjaan yang baik
tidak bisa tidak ingin mengerjakannya sampai tuntas, dan
menyelesaikannya dengan sempurna.
(2) Ia mengharapkannya hanya dari Tuhan : “Bukankah Engkau,
ya Tuhan ? Sebab Engkau telah berfirman di tempat kudus-
Mu, dan bukankah Engkau akan berbuat baik sebaik fir-
man-Mu?” Ia memperhatikan ketidakberkenanan Pemeli-
haraan ilahi yang selama ini menimpa mereka: Engkau,
tampaknya, telah membuang kami. Engkau tidak maju ber-
sama-sama bala tentara kami. saat mereka dikalahkan
dan dihadapkan pada berbagai macam kekecewaan, mere-
ka mengakui bahwa itu terjadi sebab mereka kehilangan
(yaitu, telah dilucuti dari) hadirat Tuhan yang penuh rahmat
untuk menyertai mereka. Namun, mereka tidak meninggal-
kan-Nya sebab itu, namun justru menggenggam-Nya sema-
kin erat. Dan semakin sedikit yang diperbuat-Nya kepada
mereka belakangan ini, semakin banyak mereka mengha-
rapkan-Nya untuk bertindak. saat mereka mengakui ke-
adilan Tuhan atas kejadian-kejadian yang telah berlalu,
pada saat itu pula mereka berharap pada kasih setia-Nya
untuk masa-masa yang akan datang: “Meskipun Engkau
telah membuang kami, Engkau tidak akan memusuhi kami
selama-lamanya, Engkau tidak akan selalu marah kepada
kami. Sekalipun Engkau telah membuang kami, Engkau
sudah mulai menunjukkan kasih setia-Mu, dan bukankah
Engkau akan menyempurnakan apa yang telah Engkau
mulai?” Anak Daud, dalam penderitaan-penderitaan-Nya,
tampak dibuang oleh Bapa-Nya saat Dia berseru, “Meng-
apa Engkau meninggalkan Aku?” Namun, malah pada saat
itu Dia mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang
atas kuasa-kuasa kegelapan dan kota mereka yang ber-
kubu, dan itu yaitu kemenangan yang tidak diragukan
lagi akan disempurnakan pada akhirnya. Sebab, Ia maju
sebagai pemenang untuk merebut kemenangan. Demikian
pula dengan Israel kepunyaan Tuhan , Israel rohani-Nya,
melalui Dia, mereka lebih dibandingkan pemenang. Walaupun
862
kadang-kadang mereka mungkin tergoda untuk berpikir
bahwa Tuhan telah membuang mereka, dan mungkin dika-
lahkan dalam peperangan-peperangan tertentu, namun
Tuhan akan membawa mereka ke dalam kota yang berkubu
pada akhirnya. Vincimur in prælio, sed non in bello – Kami
kalah dalam suatu pertempuran, namun tidak kalah dalam
peperangan secara keseluruhan. Iman yang hidup akan
janji Tuhan akan meyakinkan kita, bukan saja bahwa Tuhan ,
sumber damai sejahtera, segera akan menghancurkan Iblis
di bawah kaki kita, melainkan juga bahwa Bapa kita telah
berkenan memberi kita Kerajaan itu.
II. Ia berdoa di dalam pengharapan. Doanya yaitu , Berikanlah ke-
pada kami pertolongan terhadap lawan (ay. 13; KJV: Tolonglah
kami dari masalah – pen.). Bahkan pada masa-masa kemenangan,
mereka melihat diri mereka berada di dalam masalah, sebab
masih berperang, dan ini sungguh mengganggu bahkan bagi
pihak yang menang sekalipun. Oleh sebab itu, tidak seorang pun
dapat bersuka dalam peperangan kecuali mereka yang suka me-
mancing di air keruh. Pertolongan dari masalah yang mereka doa-
kan ini yaitu perlindungan dari orang-orang yang sedang berpe-
rang melawan mereka. Walaupun sekarang mereka pemenang,
namun begitu tidak menentunya akhir dari peperangan jika Tuhan
tidak memberi mereka pertolongan pada pertempuran selanjut-
nya, ada kemungkinan mereka akan dikalahkan. Oleh sebab itu,
Tuhan, kirimkanlah bantuan kepada kami dari tempat kudus. Per-
tolongan dari masalah yaitu berhenti berperang. Inilah yang me-
reka doakan, seperti orang-orang yang memperjuangkan keadilan,
dan bukan kemenangan. Sic quærimus pacem – Demikianlah kami
mencari perdamaian. Pengharapan yang menopang mereka dalam
doa mereka ini mengandung dua hal:
1. Ketidakberdayaan mereka sendiri dan segala makhluk yang
mereka andalkan: Sia-sia penyelamatan dari manusia. Kita
bisa memenuhi syarat untuk menerima pertolongan dari Tuhan
hanya jika kita bersedia mengakui ketidakberdayaan se-
mua makhluk untuk melakukan bagi kita apa yang kita ha-
rapkan untuk dilakukan oleh Tuhan .
2. Keyakinan kepada Tuhan , dan kepada kuasa serta janji-Nya (ay.
14): “Dengan Tuhan akan kita lakukan perbuatan-perbuatan
Kitab Mazmur 60:8-14
863
gagah perkasa, dan dengan demikian kita akan meraih keme-
nangan. Sebab Ia sendiri, dan hanya Dia, yang akan meng-
injak-injak para lawan kita, dan akan mendapat pujian sebab -
nya.”
Perhatikanlah:
(1) Keyakinan kita kepada Tuhan janganlah sampai mengganti-
kan kewajiban kita itu sendiri. Sebaliknya, keyakinan itu
seharusnya justru mendorong dan menggiatkan kita untuk
semakin berusaha melaksanakan kewajiban kita. Walau-
pun Tuhan yang melakukan segalanya bagi kita, masih ada
yang harus dilakukan oleh kita.
(2) Pengharapan kepada Tuhan merupakan asas terbaik dari
keberanian sejati. Orang-orang yang melaksanakan kewa-
jiban mereka di bawah pimpinan-Nya sanggup melakukan
perbuatan-perbuatan gagah perkasa. Sebab, apakah yang
perlu ditakutkan oleh orang-orang yang memiliki Tuhan di
pihak mereka?
(3) Hanya melalui Tuhan -lah, dan dengan kuasa anugerah-Nya,
kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa.
Dialah yang menaruh kekuatan ke dalam diri kita dan
mengilhami kita dengan keberanian dan tekad baja, sebab
kita ini lemah dan takut-takut.
(4) Walaupun kita melakukan perbuatan-perbuatan yang be-
gitu gagah perkasa, keberhasilan itu haruslah diakui sepe-
nuhnya sebagai berasal dari Dia. Sebab Ia sendiri akan
menginjak-injak para lawan kita, dan bukan kita sendiri.
Semua kemenangan kita, seperti juga gagah berani kita,
berasal dari-Nya, dan oleh sebab itu ke bawah kaki-Nya se-
mua mahkota kita harus diletakkan.
PASAL 6 1
aud, dalam mazmur ini, seperti dalam banyak mazmur lainnya,
memulai dengan hati yang sedih, namun menutupnya dengan
suasana yang gembira. Ia memulai dengan doa-doa dan air mata,
namun menutupnya dengan lagu puji-pujian. Demikianlah jiwa, saat
diangkat kepada Tuhan , kembali dapat menikmati dirinya sendiri.
Tampaknya Daud sedang diusir dan dibuang saat ia menuliskan
mazmur ini, entah oleh Saul atau Absalom, tidaklah pasti. Menurut
sebagian orang oleh Absalom, sebab Daud menyebut dirinya sendiri
sebagai “raja” (ay. 7), namun sebutan itu sebenarnya merujuk pada
Mesias Sang Raja. Daud, dalam mazmur ini, bertekad untuk tekun
menjalankan kewajibannya, sebab terdorong oleh pengalaman masa
lalunya maupun oleh pengharapan-pengharapannya.
I. Ia akan berseru kepada Tuhan sebab Tuhan telah melindungi
dia sebelumnya (ay. 2-4).
II. Ia akan berseru kepada Tuhan sebab Tuhan telah menyedia-
kan segala kebutuhannya dengan baik sebelumnya (ay. 5-6).
III. Ia akan memuji Tuhan sebab yakin bahwa kebaikan Tuhan
kepadanya akan terus berlanjut (ay. 7-9).
Dengan demikian, dalam menyanyikan mazmur ini, kita dapat
mengungkapkan dengan sepenuh-penuhnya isi dari iman dan peng-
harapan kita, dari doa-doa dan puji-pujian kita. Dan beberapa bagian
dalam mazmur ini mengungkapkannya dengan sangat khusus.
D
866
Berseru kepada Tuhan dalam Kesusahan
(61:1-5)
1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Dari Daud. 2 Dengarkan-
lah kiranya seruanku, ya Tuhan , perhatikanlah doaku! 3 Dari ujung bumi aku
berseru kepada-Mu, sebab hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu
yang terlalu tinggi bagiku. 4 Sungguh Engkau telah menjadi tempat perlindung-
anku, menara yang kuat terhadap musuh. 5 Biarlah aku menumpang di dalam
kemah-Mu untuk selama-lamanya, biarlah aku berlindung dalam naungan
sayap-Mu! S e l a.
Dalam ayat-ayat di atas kita bisa mengamati,
I. Kesetiaan dan penyerahan diri Daud yang sangat besar kepada
Tuhan melalui doanya pada masa kesusahan dan kesesakan: “Apa
pun yang terjadi, aku berseru kepada-Mu (ay. 3), tidak akan aku
berseru kepada ilah-ilah lain, namun hanya kepada-Mu. Tidak
akan aku meninggalkan-Mu sebab Engkau menghajar aku, te-
tapi tetap berharap kepada-Mu, dan menantikan-Mu. Aku tidak
akan berbicara kepada-Mu dengan tak acuh dan sembarangan,
namun berseru kepada-Mu dengan roh yang gigih dan berkobar-
kobar, tidak mau melepaskan-Mu sampai Engkau memberkati
aku.” Ini akan dilakukannya,
1. Kendati dia berada sangat jauh dari tempat kudus, rumah
doa, di mana dulu ia biasa datang untuk meminta sesuatu:
“Dari ujung bumi, atau ujung negeri, dari ujung negeri yang
paling terpencil dan tidak tampak, aku berseru kepada-Mu.”
Perhatikanlah, di mana pun kita berada, kita bisa bebas men-
datangi Tuhan , dan dapat menemukan jalan yang terbuka me-
nuju takhta anugerah. Undique ad cœlos tantundem est viæ –
Sorga sama-sama dapat digapai dari segala tempat. “Terlebih
lagi, sebab aku berada di sini di ujung bumi, dalam kesedih-
an dan kesendirian, maka aku berseru kepada-Mu.” Perhati-
kanlah, bila kita dipisahkan dari segala penghiburan kita,
maka itu seharusnya semakin mendorong kita untuk lebih
mendekat lagi kepada Tuhan , sumber segala penghiburan.
2. Kendati rohnya murung dan tiada daya: “Walaupun hatiku
lemah lesu, ia tidak begitu tenggelam, tidak begitu terbeban,
namun masih dapat terangkat kepada Tuhan di dalam doa. Bila
hatiku tidak mampu dibangkitkan seperti itu, maka pastilah ia
sudah terlampau tertekan. Bahkan, sebab hatiku sudah letih
lesu, maka aku berseru kepada-Mu, sebab dengan begitu hati-
Kitab Mazmur 61:1-5
867
ku akan disokong dan dilegakan.” Perhatikanlah, tangisan ha-
ruslah membangkitkan doa, dan bukan mematikannya. Kalau
ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa
(Yak. 5:13; 102:1).
II. Permohonan khusus yang dipanjatkannya kepada Tuhan saat
hatinya letih lesu dan siap tenggelam: Tuntunlah aku ke gunung
batu yang terlalu tinggi bagiku. Yakni,
1. “Ke gunung batu yang terlalu tinggi untuk kudaki kecuali Eng-
kau menolongku mendakinya. Tuhan, berilah aku keyakinan
dan kepuasan yang sepenuh-penuhnya atas keselamatanku
sendiri, sebab aku tidak akan pernah dapat mencapainya ke-
cuali dengan anugerah khusus-Mu yang mengerjakan iman
yang sedemikian besar di dalam diriku.”
2. “Ke gunung batu yang di puncaknya aku akan berada semakin
jauh dari jangkauan permasalahan-permasalahanku, dan se-
makin dekat dengan tanah yang hening dan tenang, yang tidak
dapat kucapai dengan kekuatan atau hikmatku sendiri.” Kua-
sa dan janji Tuhan yaitu gunung batu yang lebih tinggi dari-
pada kita. Gunung batu ini yaitu Kristus. Barangsiapa ada di
dalam Dia, pastilah aman. Kita tidak dapat mendaki gunung
batu ini kecuali Tuhan menuntun kita dengan kuasa-Nya. Aku
akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu (Kel.
33:22). Oleh sebab itu, dengan iman dan doa kita harus me-
nyerahkan diri di bawah pengaturan ilahi, agar dapat ditem-
patkan di dalam perlindungan ilahi.
III. Keinginan dan pengharapannya akan jawaban damai sejahtera. Ia
memohon di dalam iman (ay. 2): “Dengarkanlah kiranya seruanku,
ya Tuhan , perhatikanlah doaku, maksudnya, biarlah hatiku ter-
hibur sekarang dengan mengetahui bahwa doaku didengar (20:7),
dan biarlah aku pada waktunya mendapatkan apa yang aku doa-
kan.”
IV. Dasar dari pengharapan ini, dan seruan yang diajukannya untuk
menegaskan permohonannya (ay. 4): “Engkau telah menjadi tem-
pat perlindunganku. Aku telah mendapatkan di dalam diri-Mu se-
buah gunung batu yang lebih tinggi dibandingkan aku. Oleh sebab itu,
aku percaya bahwa Engkau akan tetap menuntun aku kepada
868
gunung batu itu.” Perhatikanlah, pengalaman-pengalaman kita di
masa lalu di mana kita mendapat keuntungan sebab percaya
kepada Tuhan , haruslah tetap membuat kita dekat dengan-Nya. Ini
akan mendorong kita untuk berharap bahwa kepercayaan kita
kepada-Nya itu tidak akan sia-sia. “Engkau telah menjadi menara
yang kuat terhadap musuh, dan Engkau tetap kuat seperti sebe-
lum-sebelumnya, dan nama-Mu tetap menjadi menara bagi orang-
orang benar sama seperti dulu” (Ams. 18:10).
V. Tekadnya untuk terus menjalankan kewajibannya kepada Tuhan
dan tetap bergantung pada-Nya (ay. 5).
1. Melayani Tuhan akan menjadi pekerjaan dan kegiataannya yang
tetap. Semua orang yang berharap mendapati Tuhan sebagai
tempat perlindungan dan menara yang kuat haruslah mela-
yani Tuhan seperti itu. Tidak ada yang lain kecuali hamba-ham-
ba-Nya yang hina yang akan mendapatkan keuntungan untuk
dilindungi-Nya. Biarlah aku menumpang di dalam kemah-Mu
untuk selama-lamanya. Sekarang Daud dibuang dari kemah
Tuhan , dan ini merupakan dukacitanya yang terdalam. Namun,
ia yakin bahwa Tuhan di dalam pemeliharaan-Nya akan mem-
bawanya kembali ke kemah-Nya, sebab Tuhan dengan anuge-
rah-Nya telah mengerjakan di dalam dia kerinduan yang be-
gitu dalam terhadap kemah Tuhan , sampai-sampai ia bertekad
untuk menjadikannya sebagai tempat kediamannya untuk
selama-lamanya (27:4). Ia berkata bahwa ia akan diam di sana
untuk selama-lamanya sebab kemah itu merupakan pelam-
bang dan gambaran sorga (Ibr. 9:8-9, 24). Orang-orang yang
berdiam di dalam kemah Tuhan , sebab ini yaitu rumah yang
wajib dikunjungi, selama peziarahan mereka yang singkat di
bumi ini, akan berdiam di kemah sana, yang merupakan
rumah kemuliaan sampai selama-lamanya.
2. Anugerah Tuhan dan kovenan anugerah-Nya akan menjadi
penghiburannya yang tetap: Biarlah aku berlindung dalam
naungan sayap-Nya, seperti anak-anak ayam mencari keha-
ngatan dan keamanan di bawah sayap induknya. Orang-orang
yang telah mendapati Tuhan sebagai tempat perlindungan me-
reka masih harus datang kepada-Nya dalam segala kesesakan
mereka. Keuntungan ini dimiliki oleh orang-orang yang ber-
Kitab Mazmur 61:6-9
869
diam di dalam kemah Tuhan , bahwa pada masa kesusahan, Dia
akan menyembunyikan mereka di sana.
Kasih Setia Tuhan Diingat-ingat Kembali
(61:6-9)
6 Sungguh, Engkau, ya Tuhan , telah mendengarkan nazarku, telah memenuhi
permintaan orang-orang yang takut akan nama-Mu. 7 Tambahilah umur raja,
tahun-tahun hidupnya kiranya sampai turun-temurun; 8 kiranya ia bersema-
yam di hadapan Tuhan selama-lamanya, titahkanlah kasih setia dan kebenar-
an menjaga dia. 9 Maka aku hendak memazmurkan nama-Mu untuk selama-
nya, sedang aku membayar nazarku hari demi hari.
Dalam ayat-ayat di atas kita dapat mengamati,
I. Dengan begitu senangnya Daud melihat ke belakang pada apa
yang telah diperbuat Tuhan kepadanya di masa lalu (ay. 6): Sung-
guh, Engkau, ya Tuhan , telah mendengarkan nazarku, maksudnya,
1. “Nazar-nazar itu sendiri yang telah aku buat, dan yang de-
ngannya aku mengikatkan jiwaku. Engkau telah memperhati-
kannya, Engkau telah menerimanya, sebab semua nazar itu
aku buat dengan tulus hati, dan Engkau telah berkenan ke-
padanya. Engkau telah mengingatnya, dan mengingatkan aku
akan itu.” Tuhan mengingatkan Yakub akan nazar-nazarnya
(Kej. 31:13; 35:1). Perhatikanlah, Tuhan yaitu saksi atas se-
mua nazar yang kita buat, atas semua maksud baik kita, dan
atas semua janji khidmat kita untuk mulai hidup taat. Ia
mencatat semua itu, dan ini haruslah menjadi alasan yang
baik bagi kita, seperti bagi Daud di sini, mengapa k