urun dari pegunungan Gilead. 2 Gigimu bagaikan ka-
wanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan,
yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. 3 Bagaikan se-
utas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima
pelipismu di balik telekungmu. 4 Lehermu seperti menara Daud, dibangun
untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para
pahlawan semuanya. 5 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak
kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.
6 Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin
pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. 7 Engkau cantik sekali, manis-
ku, tak ada cacat cela padamu.
Dalam ayat-ayat di atas kita temukan,
I. Sebuah penggambaran yang panjang lebar dan khusus tentang
kecantikan jemaat, dan jiwa-jiwa yang dipenuhi anugerah, yang
diperbaharui gambar Tuhan yang ada pada dirinya. Yaitu, jiwa-jiwa
yang berhiaskan kekudusan (KJV: yang dipenuhi keindahan keku-
dusan). Secara umum, Ia yang yaitu hakim yang memiliki ke-
mampuan dan hak untuk menilai keindahan, yang penilaiannya,
kita percaya, yaitu sesuai dengan kebenaran (KJV), dan yang
harus harus diterima oleh semua orang, telah berkata: Lihatlah,
cantik engkau. Jemaat memuji-muji Kristus, dan memanggil
semua di sekitarnya untuk memperhatikan kemuliaan-Nya. Ia
memohonkan diri untuk diterima oleh-Nya, untuk beroleh per-
kenanan-Nya. Sebagai balasan atas rasa hormatnya itu, Kristus
berseru kepada semua di sekitar diri-Nya untuk memperhatikan
keanggunannya. Orang-orang yang menghormati Kristus akan
dihormati oleh Kristus (1Sam. 2:30).
1. Ia tidak menyanjung jemaat, pun tidak merancang untuk
membuat dirinya sombong atau merayunya supaya memuji-
muji Dia. Namun, Ia bermaksud,
(1) Untuk menguatkan dirinya yang kini sedang dilanda kesu-
sahan. Apa pun yang dipikirkan orang lain tentang dirinya,
ia tetap menyenangkan di mata-Nya.
(2) Untuk mengajarinya bagaimana menilai dirinya, yaitu bu-
kan berdasarkan kelebihan lahiriah (yang tidak akan me-
nambahi apa pun pada dirinya, dan yang kekurangannya
pun tidak akan menghilangkan apa yang unggul). Sebalik-
nya, ia harus menilai dirinya berdasarkan kemolekan
anugerah yang telah ditaruh Kristus pada dirinya.
(3) Untuk mengajak orang lain supaya berpikiran baik tentang
dirinya, dan untuk menggabungkan diri kepadanya: “Eng-
kau yaitu kekasihku, engkau mengasihiku dan dikasihi
olehku, dan sebab nya cantik engkau.” Semua keindahan
dari orang-orang kudus yaitu berasal dari Kristus, dan
mereka bersinar dengan memantulkan terang-Nya. Kiranya
keindahan Tuhan Tuhan kita tinggal ke atas kita (Mzm.
90:17, KJV). Jemaat telah dinikahkan kepada Kristus, dan
itulah yang membuatnya indah. Uxor fulget radiis mariti –
Kitab Kidung Agung 4:1-7
Sang istri bersinar dalam sinar cahaya sang suami. Perkata-
an Kristus itu diulangi lagi, cantik engkau, dan sekali lagi,
manisku, yang menunjukkan tidak hanya kepastian dari
kecantikannya itu, namun juga kesenangan yang didapat-
Nya saat berbicara tentang kecantikannya.
2. Mengenai penggambaran yang dibuat di sini tentang keindah-
an jemaat, gambarannya sungguh sangat terang, pengungkap-
annya kuat, dan perbandingannya hidup. Penggambarannya
sungguh tidak cocok untuk menggambarkan keindahan lahi-
riah, sebab memang tidak dirancang untuk maksud ini ,
melainkan untuk keindahan dari kekudusan, manusia batiniah
yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa. Tujuh
hal digambarkan secara khusus, sebuah angka yang menan-
dakan kesempurnaan, sebab jemaat diperkaya dengan berane-
ka ragam anugerah oleh tujuh roh yang ada di hadapan takhta-
Nya (Why. 1:4; 1Kor. 1:5, 7). Ketujuh hal ini yaitu ,
(1) Matanya. Mata yang baik sangat berperan penting bagi
kecantikan: Bagaikan merpati matamu, bening dan suci,
dan sering tertuju ke sorga. Mata jemaat bukanlah mata
burung elang, yang sanggup menatap matahari, namun
mata burung merpati, mata yang penuh kerendahan hati,
polos, penuh perkabungan. Itulah pujian terhadap orang-
orang yang dikasihi Kristus. Para hamba Tuhan yaitu
mata jemaat (Yes. 52:8, dengan mata kepala sendiri mereka
melihat). Mereka harus seperti mata merpati, tulus dan
cerdik (Mat. 10:16), hidup di dalam dunia dengan dikuasai
oleh ketulusan dan kemurnian yang dari Tuhan . Hikmat dan
pengetahuan yaitu mata dari manusia baru. Mata mereka
harus jernih, namun tidak angkuh, tidak mengejar hal-hal
yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
jika maksud dan tujuan kita tulus dan jujur, maka kita
memiliki mata merpati. saat kita tidak melihat kepada
berhala-berhala (Yeh. 18:6), dan mata kita tetap terarah
kepada TUHAN (Mzm. 25:15). Bagaikan merpati matamu
dibalik telekungmu (kerudung – pen.), yang menjadi penu-
tupnya, supaya:
[1] Matanya tidak dapat sepenuhnya melihat. Sepanjang
kita ada di sini di dalam dunia ini kita hanya mengeta-
hui sebagian, sebab mata kita selalu saja terhalang
sesuatu. Tak ada yang dapat kami paparkan oleh kare-
na kegelapan. Kematian akan segera membuka telekung
ini sehingga kita dapat melihat semuanya dengan
jelas.
[2] Matanya tidak dapat sepenuhnya dilihat, seperti bin-
tang-bintang yang nampak melalui awan yang tipis. Ada
orang yang memahami ini sebagai rasa tersipu-sipu dari
si mempelai wanita . Ia tidak membiarkan matanya
mengembara ke mana-mana, namun membatasinya de-
ngan telekungnya.
(2) Rambutnya. Rambutnya dibandingkan dengan sekawanan
kambing, yang tampak putih, dan, di atas pegunungan,
seperti sebuah rambut kepala yang lebat dan halus. Dan
pemandangan itu menjadi lebih menyenangkan bagi yang
melihatnya sebab daya tarik kambing bukan hanya dari
janggutnya, namun juga dari cara jalannya yang gemulai
(Ams. 30:29). Dan yang paling menyenangkan dari segala-
nya yaitu bagi sang pemiliknya, yang banyak dari kekaya-
annya terdiri atas kawanan kambingnya. Kristus memberi-
kan suatu nilai yang demikian dalam diri jemaat dan di
dalam diri orang-orang percaya. Nilai yang demikian biasa-
nya tidak diperhitungkan orang lain terhadap mereka,
selain rambutnya saja. Ia memberi tahu murid-murid-Nya
bahwa rambut kepalamu pun terhitung semuanya, sama
telitinya seperti orang menghitung kawanan kambingnya
(Mat. 10:30), dan bahwa tidak sehelai pun dari rambut
kepalamu akan hilang (Luk. 21:18). Sebagian penafsir me-
mahami kata rambut di sini sebagai perilaku lahiriah dari
seorang percaya, yang harus menarik, dan sopan, dan
sesuai dengan kekudusan hati. Rasul Paulus tidak setuju
orang percaya membuat rambut yang berkepang-kepang
sebagai perbuatan baiknya (1Tim. 2:9-10). Rambut Maria
Magdalena tampak indah saat dia menyeka kaki Kristus
dengannya.
(3) Giginya (ay. 2). Para hamba Tuhan yaitu gigi jemaat.
Seperti pengasuh, mereka mengunyah makanan bagi bayi-
bayi Kristus. Terjemahan bahasa Aram menerapkan mak-
sud ini pada para imam dan kaum Lewi, yang hidup dari
Kitab Kidung Agung 4:1-7
korban persembahan sebagai perwakilan dari umat. Iman,
yang melaluinya kita makan dan hidup dari Kristus, dan
perenungan, yang olehnya kita merenungkan firman dan
mengunyah sari makanan dari apa yang telah kita dengar-
kan, untuk mencernanya, kesemuanya itu yaitu gigi dari
manusia baru. Hal-hal inilah yang dibandingkan dengan
sekawanan domba. Kristus memanggil murid-murid dan
para pelayan-Nya suatu kawanan kecil. Gigi dipuji sebab
ia rata, putih, dan tetap bersih, seperti domba yang keluar
dari tempat pembasuhan, dan kuat serta terpancang de-
ngan baik di dalam gusi, dan tidak seperti domba yang
membuang anaknya. Gigi yang tidak demikian kita ter-
jemahkan dengan kata mandul. Para pelayan Tuhan dipuji
kalau saling mengasihi dan rukun, murni dan bersih dari
segala pencemaran moral, dan berbuah, melahirkan jiwa-
jiwa bagi Kristus, dan merawat domba-dombanya.
(4) Bibirnya. Bibirnya dibandingkan dengan seutas pita kirmizi
(ay. 3). Bibir merah sangat menarik, tanda sehat, seperti
halnya pucatnya bibir menandakan kurang sehat dan le-
mah. Bibir jemaat berwarna merah padam, dan tipis, bagai-
kan seutas pita kirmizi. Perkataan berikutnya menjelaskan
bibir ini : tutur katamu menarik (KJV), selalu dengan
keanggunan, baik, dan bermanfaat untuk mendidik, yang
semakin menambah keindahan seorang Kristen. Pada wak-
tu kita memuji Tuhan dengan bibir kita, dan mengaku Dia
dengan mulut untuk diselamatkan, maka saat itulah bibir
kita menjadi seperti seutas pita kirmizi. Semua perbuatan
baik dan perkataan baik kita harus dibasuh di dalam darah
Kristus, dicelup supaya menjadi seperti pita kirmizi, dan
saat itulah, hanya dalam keadaan demikian sajalah,
barulah perbuatan dan perkataan kita itu berkenan kepada
Tuhan . Terjemahan bahasa Aram menerapkan hal ini
pada imam kepala dan doa-doanya bagi Israel pada hari
penebusan.
(5) Pelipisnya, atau pipinya, yang di sini dibandingkan dengan
buah delima, buah yang, saat dibelah menjadi dua, me-
ngandung banyak guratan atau bintik-bintik merah di da-
lamnya, seperti rona di wajah. Kerendahan hati dan kese-
derhanaan, tersipu-sipu mengangkat wajah kita di hadap-
an Tuhan , tersipu malu mengingat dosa dan merasa tidak
pantas menerima kehormatan yang diberikan ke atas diri
kita, akan sangat memperindah diri kita di mata Kristus.
Rona merah sebab tersipu-sipu dari mempelai wanita
Kristus yaitu dibalik telekungnya (kerudung – pen.), yang
menyatakan (kata Tn. Durham) bahwa jemaat tersipu malu
saat tidak ada orang lain yang melihat, dan sebab tidak
ada seorang pun yang melihat kecuali Tuhan dan hati nu-
rani. Juga bahwa jemaat berusaha untuk tidak memberi-
takan kerendahan hatinya, namun dengan rendah hati me-
nutup-nutupinya pula. Namun demikian bukti-bukti dari
semuanya ini, dalam suatu langkah yang lembut, tampil
dan menarik.
(6) Lehernya. Di sini dibandingkan dengan menara Daud (ay.
4). Secara umum hal ini diterapkan pada anugerah iman,
yang olehnya kita dipersatukan dengan Kristus, seperti
tubuh dipersatukan dengan kepala oleh leher. Ini seperti
menara Daud, yang melengkapi kita dengan persenjataan
perang, terutama perisai dan gada, seperti para prajurit
dibekali dengan senjata yang berasal dari menara ini ,
sebab iman yaitu perisai kita (Ef. 6:16). Orang-orang yang
memiliki iman tidak akan pernah kekurangan perisai,
sebab Tuhan akan memagari mereka dengan anugerah-Nya
seperti perisai. jika leher ini seperti sebuah menara,
tegak lurus, megah, dan kuat, maka seorang Kristen akan
melanjutkan perjalanannya, dan bekerja dengan keberani-
an dan kebesaran hati, dan tidak menunduk, kecuali ia
kehilangan iman. Sebagian orang menafsirkan perisai para
pahlawan, yang di sini dikatakan tersimpan di dalam
menara Daud, sebagai tugu peringatan akan keberanian
Daud. Perisai para pahlawan diawetkan, disimpan untuk
mengingat mereka dan tindakan kepahlawanan mereka.
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong orang-orang kudus
untuk mengangkat kepala mereka, untuk melihat hal-hal
besar yang telah dicapai dan dimenangkan oleh orang-
orang kudus dari segala abad. Dalam Ibrani 11 kita mem-
baca perisai dari para pahlawan tergantung, perbuatan
gagah perkasa dari orang-orang beriman dan piala dari
kemenangan mereka.
Kitab Kidung Agung 4:1-7
(7) Buah dadanya. Buah dadanya bagaikan dua anak rusa
kembar (ay. 5). Buah dada jemaat yaitu untuk perhiasan
(Yeh. 16:7) dan untuk digunakan. Buah dada jemaat ada-
lah buah dada penghiburan mereka (Yes. 66:11), sebab
jemaat dikatakan meminum susu kerajaan-kerajaan (Yes.
60:16). Sebagian orang menerapkan buah dada ini pada
dua Perjanjian. Sedangkan yang lain menerapkan buah
dada ini kepada dua sakramen, meterai dari perjanjian
anugerah. Sebagian penafsir lain lagi menerapkan buah
dada ini pada para hamba Tuhan, yang harus menjadi
pengasuh rohani bagi anak-anak Tuhan dan membagikan
kepada mereka air susu firman yang murni, supaya olehnya
mereka dapat bertumbuh, dan, untuk itu, mereka harus
memberi makan domba di tengah-tengah bunga bakung
yang digembalakan oleh Kristus (Kid. 2:16), supaya mereka
dapat menjadi seperti buah dada yang padat berisi bagi
bayi-bayi jemaat. Atau buah dada dari seorang yang ber-
iman yaitu kasihnya kepada Kristus, yang dipuaskan
dengannya, seperti seorang suami yang lembut dipuaskan
dengan kasih sayang dari istrinya, yang sebab itu dikata-
kan menjadi baginya seperti rusa yang manis dan kijang
yang jelita, sebab buah dadanya selalu memuaskannya di
sepanjang masa (Ams. 5:19). Setiap orang percaya juga
memiliki tugas untuk mendidik orang lain dan menyampai-
kan anugerah kepada mereka, dan ini semakin menambah
keindahan seorang Kristen.
II. Ketetapan hati sang mempelai pria kemudian untuk mengundur-
kan diri ke gunung mur (ay. 6) dan berdiam di sana. Gunung mur
ini dianggap menunjuk pada gunung Moria, yang di atasnya di-
bangun kemah suci, di mana kemenyan setiap hari dibakar untuk
kehormatan Tuhan. Kristus begitu senang dengan keindahan dari
jemaat-Nya sehingga Dia telah memilih jemaat menjadi tempat
istirahat-Nya untuk selama-lamanya. Dalam jemaatlah Dia akan
tinggal sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang meng-
hilang. Janji perpisahan Kristus kepada murid-murid-Nya, sebagai
perwakilan dari jemaat, menjawab hal ini: Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Di mana
ketetapan-ketetapan Tuhan dijalankan dengan sebagaimana mesti-
nya, di situ Kristus akan berada. Di sanalah kita harus menemui
Dia di pintu pertemuan Kemah Suci. Sebagian orang menafsirkan
perkataan tadi (yaitu akan tinggal sebelum angin senja berembus
dan bayang-bayang menghilang – pen.) sebagai perkataan dari
sang mempelai wanita , sebab dengan rendah hati merasa
malu terhadap pujian yang diberikan kepadanya dan ingin keluar
untuk tidak mendengarkan kata-kata pujian ini . Atau juga
sebab ia rindu untuk tetap tinggal di bukit kudus itu, sebab
tidak merasa ragu di sana ia pasti mendapatkan pertolongan dan
kelegaan bagi segala kesukarannya. Juga di sana ia dapat beristi-
rahat dan berharap, pada waktu yang dijanjikan, harinya akan
tiba dan bayang-bayang menghilang. Bukit kesucian (seperti di-
amati oleh sebagian orang) di sini disebut baik dengan gunung
mur, yang pahit, maupun dengan gunung kemenyan, yang manis,
sebab di sana kita mempunyai kesempatan baik untuk meratap
maupun untuk bersukacita. Pertobatan yaitu sesuatu yang
manis namun pahit. namun di sorga semuanya hanya berupa
kemenyan, dan tidak ada mur. Doa dibandingkan dengan dupa,
dan Kristus akan menemui umat-Nya yang berdoa dan akan
memberkati mereka.
III. Pujian berulang kali dari mempelai pria tentang kecantikan si
pengantin wanita (ay. 7): Lihatlah, cantik engkau, manisku, sung-
guh cantik engkau! (ay. 1). namun di sini Dia memuji lebih jauh
lagi, dengan lebih rinci, seperti tentang hal-hal penciptaan. Dia
menyatakan semuanya baik: “Lihatlah, cantik engkau, manisku.
Engkau memang cantik, dan tidak ada cacat cela di dalam dirimu.
Semua kecantikan ada dalam dirimu. Engkau telah dikuduskan
seluruhnya di dalam setiap bagian. Sesungguhnya yang baru
sudah datang (2Kor. 5:17, KJV: Segala sesuatu telah menjadi baru).
Tidak hanya ada sebuah wajah yang baru dan sebuah nama yang
baru, namun seorang manusia yang baru, kodrat yang baru. Tidak
ada cacat cela padamu, sepanjang engkau diperbaharui.” Korban-
korban rohani harus tanpa cacat. Tidak ada cacat cela selain yang
sering merupakan cacat cela dari anak-anak Tuhan , bukan seperti
bintik-bintik macan tutul yang tidak dapat hilang lagi. Jemaat,
saat Kristus mempersembahkannya di hadapan diri-Nya nanti
sebagai jemaat yang mulia, seluruhnya akan tanpa cacat atau
kerut (Ef. 5:27).
Kitab Kidung Agung 4:8-14
Kasih Kristus terhadap Jemaat
(4:8-14)
8 Turunlah kepadaku dari gunung Libanon, pengantinku, datanglah kepada-
ku dari gunung Libanon, turunlah dari puncak Amana, dari puncak Senir
dan Hermon, dari liang-liang singa, dari pegunungan tempat macan tutul!
9 Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan
hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan leher-
mu. 10 Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cinta-
mu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala ma-
cam rempah. 11 Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan
susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon.
12 Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air
termeterai. 13 Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan
buah-buahnya yang lezat, bunga pacar dan narwastu, 14 narwastu dan
kunyit, tebu dan kayu manis dengan segala macam pohon kemenyan, mur
dan gaharu, beserta pelbagai rempah yang terpilih.
Nas ini masih tentang kata-kata Kristus kepada jemaat-Nya, yang
mengungkapkan penghargaan-Nya yang besar dan kasih sayang-Nya
kepada jemaat. Juga isi hati-Nya tentang keindahan dan kemuliaan
jemaat, kerinduan-Nya terhadapnya, dan kegembiraan-Nya saat ber-
sama dan bercakap dengannya. Demikianlah para suami harus
mengasihi istri mereka seperti Kristus mengasihi jemaat, dan bersuka
dengannya seakan-akan tidak ada cacat cela dan kesalahan, kendati
jemaat dikelilingi dengan kelemahan. Kini, lihatlah di sini:
I. Nama-nama dan panggilan menawan yang dipakai Kristus dalam
menyapa jemaat, untuk mengungkapkan kasih-Nya kepadanya,
untuk meyakinkannya tentang kasih-Nya, dan untuk menarik
serta menggairahkan kasihnya kepada-Nya. Dua kali di sini Kris-
tus memanggil jemaat pengantin-Ku (ay. 8, 11) dan tiga kali dinda,
pengantin-Ku (ay. 9-10, 12). Sebelumnya ada disebutkan tentang
hari pernikahan-Nya (3:11), dan, sesudah itu, jemaat dipanggil
pengantin-Nya, bukan sebelumnya. Catatlah, ada suatu perjanjian
pernikahan antara Kristus dan jemaat-Nya, antara Kristus dan
setiap orang percaya yang sejati. Kristus memanggil jemaatnya
sebagai pengantin-Nya, dan jemaat benar-benar demikian adanya
saat Ia menyebutnya demikian. “Aku telah mempertunangkan
engkau kepada-Ku untuk selamanya. Dan, sebagaimana mem-
pelai pria bersukacita atas mempelai wanita, demikian pula Tuhan -
mu bersukacita atas engkau.” Ia tidak merasa malu dalam meng-
akui hubungannya dengan jemaat, namun , sebagaimana yang se-
harusnya dilakukan seorang suami yang baik dan lembut, Kristus
berkata dengan mesra kepada jemaat, dan memanggilnya pengan-
tin-Ku. Sebutan ini sungguh menariknya untuk berlaku setia
kepada-Nya. Bahkan, oleh sebab tidak ada hubungan di antara
manusia yang dapat menggambarkan kasih Kristus kepada
jemaat-Nya dengan memadai, maka untuk menunjukkan bahwa
semuanya ini harus dipahami secara rohani, Kristus mengakui
bahwa Ia memiliki dua macam hubungan dengan jemaat, yaitu
dinda, pengantin-Ku. Kedua hubungan ini nampak bertentangan
dalam pandangan manusia. Perkataan Abraham tentang Sara, Dia
saudaraku, ditafsirkan sebagai suatu penyangkalan terhadap Sara
bahwa ia yaitu istrinya. Namun, jemaat Kristus bagi-Nya yaitu
seorang saudara wanita dan seorang pengantin wanita ,
seperti dalam Matius 12:50, sebagai saudara wanita dan ibu.
Panggilan Kristus bagi jemaat sebagai saudara wanita di-
dasarkan pada kenyataan bahwa Ia telah mengenakan kodrat
manusia pada diri-Nya saat Ia menjelma menjadi manusia. Dan
pada saat yang sama juga, Ia mengambil kita untuk berbagi
dalam kodrat-Nya saat Ia menguduskan kita. Ia menutupi diri-
Nya dengan suatu tubuh (Ibr. 2:14), dan Ia menutupi orang-orang
percaya dengan roh-Nya (1Kor. 6:17), sehingga dengan demikian
mereka menjadi saudara-saudara wanita -Nya. Mereka yaitu
anak-anak Tuhan , Bapa-Nya (2Kor. 6:18), dan sebab itu mereka
menjadi saudara-saudara wanita -Nya. Ia yang menguduskan,
dan orang-orang yang dikuduskan, mereka semua yaitu satu
(Ibr. 2:11). Dan Ia mengakui mereka, dan mengasihi mereka,
sebagai saudara-saudara wanita -Nya.
II. Panggilan-Nya yang penuh kasih karunia kepada jemaat untuk
mengikuti-Nya sebagai seorang pengantin wanita yang setia. Ia
memanggilnya untuk meninggalkan bangsanya dan keluarga
bapaknya, serta meninggalkan semuanya untuk bersatu dengan-
Nya. Ubi tu Caius, ibi ego Caia – Di mana engkau ada, Di situ Aku
ada. Datanglah kepadaku dari gunung Libanon (ay. 8).
1. Perkataan ini yaitu sebuah perintah. Jadi kita menurutinya
saja, demikian (2:10, 13), “Bangunlah manisku, jelitaku, mari-
lah! Semua orang yang oleh iman telah datang kepada Kristus
harus ikut Kristus, dalam ketaatan yang kudus kepada-Nya
dan kepatuhan kepada-Nya. Dipersatukan dengan Kristus,
kita harus berjalan bersama-Nya. Inilah perintah-Nya kepada
Kitab Kidung Agung 4:8-14
kita setiap hari: Turunlah kepada-Ku, pengantin-Ku. Datanglah
bersama-Ku kepada Tuhan sebagai seorang Bapa. Berjalanlah
bersama-Ku, menuju sorga. Majulah bersama-Ku. Naiklah ber-
sama-Ku. Datanglah kepadaku dari gunung Libanon, turunlah
dari puncak Amana, dari puncak Senir dan Hermon, dari liang-
liang singa.” Gunung-gunung ini harus direnungkan:
(1) Sebagai tempat-tempat yang sepertinya menyenangkan.
Libanon disebut tanah pegunungan yang baik itu (Ul. 3:25).
Kita membaca tentang kemuliaan Libanon (Yes. 35:2) dan
baunya yang harum (Hos. 14:7). Kita membaca tentang em-
bun gunung Hermon (Mzm. 133:3) dan sorak-sorai Hermon
(Mzm. 89:13). Dan kita dapat menduga gunung-gunung
lain yang disebut di sini juga menyenangkan. Jadi demi-
kianlah panggilan Kristus kepada pengantin-Nya untuk
keluar dari dunia, dari semua yang dihasilkan dunia, dari
semua kesenangannya, supaya melepaskan semua kese-
nangan lahiriah itu. Semua orang harus melepaskannya
untuk dapat datang kepada Kristus. Mereka harus mele-
paskan semua kasih sayangnya dari segala sesuatu yang
ada sekarang ini. Ya, sekalipun semuanya terletak di ujung
atas dunia, di puncak Amana dan puncak Senir, sekalipun
mereka menikmati kepuasan tertinggi yang bisa ditawarkan
oleh makhluk ciptaan, namun mereka harus menjauh dari
semuanya itu, dan hidup melebihi puncak-puncak bukit-
bukit tertinggi di bumi, supaya mereka dapat memiliki
kehidupan di sorga. Turunlah dari gunung-gunung ini ,
untuk pergi bersama dengan Kristus ke gunung kesucian,
gunung mur (ay. 6). Bahkan sementara kita berdiam di
gunung-gunung kesenangan di bumi ini, kita harus melihat
ke depan, melihat ke atas lagi dari gunung-gunung itu.
Haruskah kita melayangkan mata kita ke gunung-gunung?
Tidak. Pertolongan kita ialah dari TUHAN (Mzm. 121:1-2).
Kita harus melihat melampaui gunung-gunung, kepada
hal-hal yang tak kelihatan (seperti bukit-bukit yang tinggi di
sini), yaitu yang kekal. Dari puncak gunung Senir dan
Hermon, yang ada di sisi lain dari sungai Yordan, seperti
dari Pisga, mereka dapat melihat tanah Kanaan. Dari dunia
ini kita harus melihat ke depan ke negeri yang lebih baik.
(2) Gunung-gunung ini harus dipertimbangkan sebagai sangat
berbahaya. Bukit-bukit ini memang cukup menyenangkan,
namun di sana ada liang-liang singa. Tempat-tempat
ini yaitu pegunungan tempat macan tutul, gunung-
gunung pemangsa, meskipun tampaknya mulia dan cemer-
lang (Mzm. 76:5). Iblis, si singa yang mengaum-aum itu,
yaitu penguasa dunia ini. Di dalam perkara-perkara dunia
dia tinggal menunggu untuk memangsa. Di atas gunung-
gunung ini ada banyak godaan yang berbahaya bagi orang-
orang yang akan tinggal di dalamnya. sebab itulah, turun-
lah kepada-Ku dari sana. Janganlah kita mengarahkan hati
kita kepada hal-hal dari dunia ini, supaya hal-hal di dunia
ini tidak dapat mencelakakan kita. Turunlah kepada-Ku
dari kuil-kuil penyembah berhala, dan dari kelompok
orang-orang yang fasik (demikianlah pemahaman sebagian
orang. Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkan-
lah dirimu dari mereka. Keluarlah dari bawah kungkungan
hawa nafsumu sendiri, yang bagaikan singa dan macan
tutul, ganas terhadap kita, dan menjadikan kita ganas.
2. Perkataan ini dapat diterima sebagai sebuah janji: Engkau akan
turun kepada-Ku dari Libanon, dari liang-liang singa, yaitu,
(1) “Banyak yang akan dibawa pulang kepada-Ku, sebagai ang-
gota-anggota jemaat yang giat, dari setiap penjuru, dari
Libanon di sebelah Utara, Amana di Barat, Hermon di Timur,
Senir di Selatan, dari semua penjuru, untuk duduk makan
bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub,” (Mat.
8:11. Lihat Yes. 49:11-12). Sebagian dari puncak gunung-
gunung ini, sebagian tokoh-tokoh besar dari dunia ini, akan
memberi diri kepada Kristus.
(2) Jemaat akan dilepaskan dari para penganiaya, pada waktu-
nya. Meskipun sekarang jemaat terbaring di tengah-tengah
singa (Mzm. 57:5), Kristus akan membawa keluar jemaat
bersama-Nya dari antara liang-liang singa.
III. Kesukaan Kristus atas jemaat-Nya dan atas semua orang percaya.
Ia bersuka di dalam mereka:
1. Bagaikan pengantin wanita , yang berdandan untuk suami-
nya (Why. 21:2), yang sangat bergairah atas keelokannya
Kitab Kidung Agung 4:8-14
(Mzm. 45:12). Tidak ada ungkapan kasih yang lebih bergairah
daripada yang ada di sini, di mana Kristus menunjukkan ka-
sih sayang kepada jemaat-Nya. Namun demikian bukti besar
dari kasih-Nya, kematian-Nya sebab kasih, sehingga Ia mem-
persembahkan kepada diri-Nya sebuah jemaat yang mulia,
yaitu jauh melampaui semuanya. Seorang pengantin yang
begitu mahal telah dibeli dan dibayar lunas tidak dapat tidak,
pastilah sangat dikasihi. Suatu harga telah dibayarkan bagi
jemaat, maka suatu nilai yang tinggi harus perlu diberikan
pula ke atasnya. Dan semuanya sudah seharusnya membuat
kita terkagum-kagum betapa tingginya dan dalamnya, pan-
jangnya dan lebarnya, kasih Kristus, yang melampaui segala
pengetahuan, yaitu kasih di mana Ia mengorbankan diri-Nya
untuk kita dan memberikan diri-Nya bagi kita. Amatilah:
(1) Betapa Kristus terpikat pada kekasih-Nya: Engkau mende-
barkan hatiku. Kata ini hanya dipakai di sini. Engkau sa-
ngat mencintaiku, atau Engkau sangat membenciku. Kata-
kata baru digabung untuk mengungkapkan sifat tak ter-
katakan dari kasih Kristus yang menakjubkan kepada
jemaat-Nya. Dan kekuatan dari kasih ini dinyatakan
oleh apa yang merupakan suatu kelemahan di dalam diri
manusia, suatu makhluk yang begitu besar jatuh cinta
pada satu hal sampai-sampai tidak punya hati bagi segala
sesuatu yang lain. Hal ini mungkin merujuk kepada kasih
yang dimiliki Kristus bagi sisa terpilih sebelum dunia ada,
saat kesukaan-Nya ada pada anak-anak manusia (Ams.
8:31), kasih yang mula-mula itu, yang telah membawa-Nya
turun dari sorga ke bumi, untuk mencari dan menyelamat-
kan mereka dengan harga yang begitu besar, namun yang
juga telah memberi kepuasan penuh kepada-Nya saat Ia
membawa mereka kepada diri-Nya. Catatlah, hati Kristus
terarah pada jemaat-Nya, dan kasih itu telah nyata dari
dahulu sampai seterusnya. Harta kekayaan Kristus ada di
dalam jemaat. Jemaat itu yaitu harta kesayangan-Nya
(Kel. 19:5), dan sebab nya hati-Nya juga ada di sana. “Ti-
dak pernah ada kasih yang seperti kasih Kristus, yang
membuat-Nya bahkan tidak memikirkan diri-Nya sendiri. Ia
sampai mengosongkan diri dari kemuliaan-Nya, dan me-
nanggung segala rasa malu dan penderitaan, demi kita.
Penderitaan kasih terhadap kita, yang dimiliki sejak keke-
kalan di dalam diri-Nya, membuat diri-Nya mengabaikan
semua penderitaan dan umpatan salib.” (Demikian kata
Uskup Reynolds). Maka marilah kita mengasihi Dia.
(2) Inilah yang menyebabkan Kristus bersuka:
[1] Kepedulian jemaat kepada-Nya: Engkau mendebarkan
hati dengan satu kejapan mata, dengan mata merpati,
bening dan suci (yang dipuji, ay. 1), dengan satu kejapan
mata. Kristus luar biasa senang dengan orang-orang
yang memandang kepada-Nya sebagai Juruselamat me-
reka, yang dengan mata iman melayangkan kasih sayang
mereka kepada-Nya, melebihi pesaing mana pun. Ia juga
sangat bersuka dengan orang-orang yang matanya tetap
terarah kepada Dia. Ia segera sadar akan pandangan
pertama dari jiwa yang menatap-Nya, dan Ia memenuhi
jiwa itu dengan perkenanan-Nya.
[2] Perhiasan yang jemaat miliki dari Kristus, yaitu, ketaatan
kepada-Nya, sebab itulah yang menjadi kalung di leher-
nya, segala anugerah yang memperkaya jiwanya, anuge-
rah yang bertautan seperti kalung. Segala anugerah yang
diterapkan oleh jemaat dalam perilaku hidupnya, meng-
hiasi dirinya sendiri maupun ajaran Yesus Kristus, yang
diakui untuk dipercayainya. Hal ini seperti seuntai ka-
lung emas yang menjadi perhiasan bagi orang-orang yang
unggul. Segala anugerah yang menguasai perilaku hidup-
nya itu juga menandakan suatu penyerahan dirinya yang
menyeluruh kepada kuasa kasih-Nya yang memerintah.
Sesudah kita melepaskan ikatan di leher, yang olehnya
kita terikat dengan dunia ini (Yes. 52:2), dan membuang
kuk pelanggaran kita, maka kita sekarang terikat de-
ngan tali kasih, seperti kalung emas, kepada Yesus
Kristus. Dan sekarang leher kita dibawa di bawah kuk-
Nya yang manis dan ringan, untuk ditarik di dalamnya.
Hal inilah yang membuat kita layak di mata Kristus,
sebab inilah hikmat sejati yang, dalam pemandangan-
Nya, yaitu suatu karangan bunga yang indah bagi
kepala, dan suatu kalung bagi leher (Ams. 1:9).
[3] Kasih sayang jemaat terhadap Kristus: Betapa nikmat
kasihmu! Betapa indahnya! Bukan hanya kasihmu saja,
Kitab Kidung Agung 4:8-14
namun semua buah dan hasil dari kasih ini , yang
bekerja di dalam hati, yang bekerja di dalam kehidupan.
Betapa senangnya menjadi seorang percaya yang me-
ngasihi Kristus, dan betapa senangnya Kristus dikasihi
seperti itu! Tidak ada yang membuat kita layak bagi
Kristus selain kasih kita kepada-Nya. Jauh lebih nikmat
cintamu dari pada anggur, melebihi semua anggur yang
dicurahkan kepada Tuhan di dalam persembahan mi-
numan! Oleh sebab itu buah anggur dikatakan yang
menyukakan hati Tuhan dan manusia (Hak. 9:13). Jemaat
berkata tentang kasih Kristus, cintamu lebih nikmat dari
pada anggur (1:2), dan sekarang Kristus berkata demi-
kian tentang jemaat-Nya. Kita tidak rugi kalau memuji
Kristus, dan tangan-Nya pun tidak pendek untuk ber-
buat baik kepada teman-teman-Nya.
[4] Minyak wangi, wewangian yang dipakai mempelai wa-
nita untuk mengharumkan badan, yaitu berbagai karu-
nia dan anugerah dari Roh Kudus, perbuatan-perbuat-
an baiknya, merupakan suatu persembahan yang ha-
rum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan ke-
pada Tuhan (Flp. 4:18). Lebih harum bau minyakmu dari
pada segala macam rempah, seperti yang dipersembah-
kan oleh ratu Syeba kepada Salomo, rempah-rempah
yang diangkut dengan unta-unta (1Raj. 10:2). Bahkan,
lebih harum daripada semua rempah-rempah yang di-
pakai dalam mencampur dupa suci yang dibakar setiap
hari di atas mezbah emas. Kasih dan ketaatan kepada
Tuhan lebih menyukakan Kristus daripada korban atau
korban bakaran. Bau pakaian mempelai wanita juga,
yaitu pengakuan imannya yang dapat dilihat, dan peng-
akuannya akan hubungannya dengan Kristus, yang
diakuinya di hadapan manusia saat ia tampil di
tengah dunia, sungguh sangat berkenan bagi Kristus,
seperti bau gunung Libanon. Kristus telah mengenakan
kepada pengantin-Nya pakaian putih dari kebenaran-
Nya sendiri (Why. 3:18), dan dari perbuatan-perbuatan
yang benar dari orang-orang kudus (Why. 19:8). Dan
pakaian putih itu diharumkan dengan sukacita dan
penghiburan kudus dari pengantin-Nya, sehingga Ia
merasa senang dengannya.
[5] Perkataan jemaat, baik saat menyembah Tuhan dan ber-
cakap-cakap dengan manusia (ay. 11): Bibirmu menetes-
kan madu murni, pengantinku, meneteskan madu yang
sangat manis, dengan murah hati dan berlimpah. Jika
apa yang difirmankan Tuhan kepada kita lebih manis dari
pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang
lebah (Mzm. 19:11), maka apa yang kita katakan ke-
pada-Nya di dalam doa dan pujian seharusnya juga me-
nyenangkan Dia: merdu suaramu. Jika kita mengeluar-
kan hal-hal yang baik dari perbendaharaan yang baik,
jika kata-kata kita senantiasa penuh kasih, jika lidah
kita mengeluarkan pengetahuan, jika lidah kita menabur-
kan pengetahuan, maka bibir kita itu, dalam pandangan
Kristus, meneteskan madu, mencurahkannya. Madu dan
susu (dua kebutuhan pokok dari bangsa Kanaan) ada di
bawah lidahmu. Artinya, di dalam hatimu hendaknya
tidak hanya tersimpan bagi persediaanmu sendiri suatu
butiran yang manis, namun tersedia bagi kepentingan
orang lain. Di dalam firman Tuhan ada makanan yang
manis dan sehat, susu untuk bayi-bayi, madu untuk me-
reka yang sudah bertumbuh. Kristus sangat dipuaskan
dengan orang-orang yang kenyang akan firman-Nya.
2. Bagaikan di dalam sebuah taman yang menyenangkan. Suatu
kesukaan yang sangat besar dapat dibandingkan dengan kesu-
kaan yang terjadi di dalam sebuah taman, saat kebahagiaan
Adam sebelum jatuh ke dalam dosa digambarkan dengan di-
tempatkannya ke dalam sebuah taman, sebuah taman kesuka-
an. Perbandingan ini digambarkan dalam ayat 12-14. Jemaat
sangat cocok dibandingan dengan sebuah kebun, dengan
sebuah taman yang, seperti biasanya, memiliki sebuah mata
air di dalamnya. Pada waktu Salomo membuat bagi dirinya
kebun-kebun dan taman-taman (Pkh. 2:5-6), itu tidak hanya
untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan untuk menghibur
diri, dengan membangun banyak kolam, namun juga untuk
dipakai, untuk mengairi taman-taman ini . Taman Eden
telah diairi dengan baik (Kej. 2:10; 13:10). Amatilah:
Kitab Kidung Agung 4:8-14
(1) Keunikan kebun ini. Kebun ini yaitu sebuah kebun tertu-
tup, sebuah firdaus yang terpisah dari bumi pada umum-
nya. Hal ini cocok untuk Tuhan . Ia telah memilih bagi-Nya.
Israel yaitu bagian Tuhan , bagian dari harta pusaka-Nya.
Kebun ini ditutup untuk kerahasiaan. Orang-orang kudus
yaitu umat tersembunyi Tuhan , oleh sebab nya dunia
tidak mengenal mereka. Kristus berjalan di dalam kebun-
Nya tanpa terlihat. Kebun ini ditutup untuk keamanan.
Sebuah pagar perlindungan dibangun untuknya, sehingga
segala kuasa kegelapan tidak dapat menemukannya atau
membuat sebuah celah masuk. Kebun anggur Tuhan didiri-
kan menara jaga (Yes. 5:2). Dibangun sebuah tembok di
sekelilingnya, sebuah tembok api. Kebun itu memiliki se-
buah mata air di dalamnya, dan sebuah air mancur, kebun
tertutup dan mata air termeterai, yang batang-batang airnya
meluap keluar (Ams. 5:16), namun dirinya sendiri tertutup,
sehingga mata air ini tidak dapat dibuat keruh atau
dikotori oleh tangan mana pun yang ingin mencelakakan-
nya. Jiwa orang-orang percaya yaitu seperti kebun-kebun
yang tertutup. Anugerah di dalam diri mereka sebagai mata
air yang termeterai di sana di dalam manusia batiniah, di
mana air yang diberikan oleh Kristus yaitu sebuah aliran
air (Yoh. 4:14; 7:38). Jemaat Perjanjian Lama yaitu se-
buah kebun yang tertutup oleh dinding penyekat hukum
Taurat yang bersifat keupacaraan. Maka Kitab Suci pada
saat itu yaitu sebuah kebun yang tertutup dan mata air
yang termeterai. Kitab Suci saat itu dibatasi pada satu
bangsa saja, namun sekarang tembok pemisah sudah dising-
kirkan, Injil diberitakan kepada setiap bangsa, dan di
dalam Kristus tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani.
(2) Hasil dari kebun ini. Hasilnya yaitu seperti taman Eden,
di mana TUHAN Tuhan menumbuhkan berbagai-bagai pohon
dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan
buahnya (Kej. 2:9). Tunas-tunasmu, atau tetanamanmu,
merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buah-
nya yang lezat (ay. 13). Hasilnya tidak seperti ladang
seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak ber-
akal budi, yang kesemuanya ditumbuhi onak, tanahnya
tertutup dengan jeruju. Sebaliknya, di sini hasilnya yaitu
buah-buahan, buah-buahan yang lezat, segala macam
pohon kemenyan, beserta pelbagai rempah yang terpilih (ay.
14). Di sini ada banyak buah-buahan dan segala macam
jenis, tidak ada sesuatu lain yang tidak memperindah atau
memperkaya taman ini. Yang ada hanya yang dapat mem-
buatnya menyenangkan dan berguna bagi TUHAN Tuhan .
Segala sesuatu yang ada di dalamnya merupakan yang
terbaik dari jenisnya. Pelbagai rempah-rempahnya yang
terpilih jauh lebih berharga, sebab jauh lebih tahan lama,
daripada bunga-bunga yang terpilih. Salomo yaitu seorang
ahli yang hebat di bidang tumbuhan dan juga bidang-bidang
lain tentang alam. Ia berbicara banyak tentang pohon-
pohonan (1Raj. 4:33), dan mungkin tahu banyak tentang
mutu tertentu dari buah-buahan yang disebut di sini, se-
hingga pantas bagi dia untuk merujuk pada tanaman-
tanaman ini . Namun demikian, bagi kita, cukuplah
untuk mengamati saja secara umum, bahwa orang-orang
kudus di dalam jemaat, dan anugerah di dalam diri mere-
ka, yaitu sangat tepat untuk dibandingkan dengan buah-
buahan dan rempah-rempah di sini. Sebab:
[1] Mereka ditanam, dan tidak bertumbuh dengan sendiri-
nya. Pohon tarbantin kebenaran yaitu tanaman TUHAN
(Yes. 61:3). Anugerah keluar dari suatu benih yang
tidak dapat rusak.
[2] Mereka mulia dan bernilai tinggi. sebab itu ada nas
tentang anak-anak Sion yang berharga dan iman mereka
yang berharga. Mereka yaitu taman kebahagiaan.
[3] Mereka sangat menyenangkan, menjadi bau yang ha-
rum bagi Tuhan dan manusia, dan, seperti wewangian
yang keras, menyebarkan bau harum mereka.
[4] Mereka memberi banyak keuntungan dan sangat ber-
guna. Orang-orang kudus yaitu berkat bagi bumi ini,
dan rahmat anugerah mereka yaitu kekayaan mereka,
yang dengannya mereka berdagang seperti para peda-
gang dari Timur dengan rempah-rempah mereka.
[5] Mereka tetap ada, dan akan dipelihara bagi tujuan yang
mulia, saat bunga-bunga menjadi layu dan tidak ada
gunanya. Anugerah, yang dimatangkan dalam kemulia-
an, akan bertahan untuk selamanya.
Kitab Kidung Agung 4:15-16
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(4:15-16)
15 O, mata air di kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari gunung Libanon!
16 – Bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah
dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya! Semoga keka-
sihku datang ke kebunnya dan makan buah-buahnya yang lezat.
Nas Alkitab ini sepertinya yaitu perkataan dari sang pengantin
wanita, jemaat, dalam menjawab pujian yang Kristus, sang mempelai
pria, berikan kepadanya sebagai sebuah kebun buah-buahan yang
menyenangkan. Apakah jemaat yaitu sebuah kebun?
I. Jemaat bergantung kepada Kristus sendiri untuk membuat kebun
ini berbuah lebat. Kepada Kristus matanya tertuju (ay. 15) seperti
mata air di kebun, tidak hanya sebagai Pemilik dan Pembuat
kebun, yang oleh-Nya kebun ditanami dan yang menjaga keber-
adaannya, namun juga sebagai sumber air bagi kebun, yang oleh-
Nya kebun diairi sehingga terus tumbuh dan subur. Tanpa peme-
liharaan-Nya yang tak putus-putusnya, kebun akan menjadi
seperti padang liar yang kering dan tandus. Kepada Kristus
jemaat mempersembahkan semua kemuliaan atas semua hasil
buahnya, sebab tanpa Dia, ia tidak ada apa-apanya: O mata air di
kebun! mata air dari segala yang baik, dari semua anugerah,
janganlah mengecewakanku. Adakah seorang percaya berkata
kepada jemaat, Segala mata airku ada di dalammu, di dalammu, O
Sion? (Mzm. 87:7), kalau begitu jemaat harus meneruskan pujian
yang diterimanya kepada Kristus, dan berkata kepada-Nya, Segala
mata airku ada di dalammu. Engkau yaitu sumber air yang
hidup (Yer. 2:13), yang darinya mengalir keluar aliran-aliran dari
Libanon, sungai Yordan, yang muncul di kaki gunung Libanon.
Darinya juga keluar air dari Bait Suci, yang keluar dari bawah
ambang pintu Bait Suci (Yeh. 47:1). Orang-orang yang yaitu
kebun-kebun bagi Kristus harus mengakui Dia sebagai sumber
mata air mereka, sebab dari kepenuhan-Nyalah mereka mene-
rima air, dan berkat Dialah siapa jiwa mereka menjadi seperti
sebuah taman yang diairi (Yer. 31:12). Kota Tuhan di bumi dibuat
bergembira dengan adanya sungai yang mengalir dari sumber air
ini (Mzm. 46:4), dan Yerusalem baru memiliki sungai air kehidup-
annya, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari
takhta Tuhan dan takhta Anak Domba (Why. 22:1).
II. Jemaat memohon kuasa dari Roh yang diberkati untuk membuat
kebun ini semerbak bau harum (ay. 16): Bangunlah, hai angin
utara, dan marilah, hai angin selatan. Ini yaitu sebuah doa:
1. Bagi jemaat pada umumnya, supaya akan ada suatu pencu-
rahan Roh ke atasnya, supaya ia berkembang. Karunia-karu-
nia para pelayan Tuhan yaitu rempah-rempah. saat Roh
dicurahkan maka karunia-karunia ini mengalir deras, maka
padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan (Yes. 32:15).
Doa ini telah dijawab dalam pencurahan Roh pada hari Penta-
kosta (Kis. 2:1), ditandai dengan suatu tiupan angin keras.
Maka para rasul, yang sebelumnya terikat, mengalir deras,
dan menjadi suatu bau harum bagi Tuhan (2Kor. 2:15).
2. Bagi orang-orang percaya tertentu. Perhatikanlah,
(1) Jiwa-jiwa yang telah ditebus yaitu seperti kebun-kebun,
kebun-kebun Tuhan, yang tertutup bagi Dia.
(2) Anugerah-anugerah di dalam jiwa yaitu seperti rempah-
rempah di dalam kebun-kebun ini, berharga dan berguna
di dalamnya.
(3) Sangatlah diinginkan agar rempah-rempah anugerah harus
mengalir deras baik di dalam kasih sayang yang saleh dan
taat maupun di dalam segala tindakan mulia yang kudus,
sehingga dengan semuanya itu kita dapat menghormati
Tuhan , menjunjung tinggi pengakuan iman kita, dan melaku-
kan apa yang sepatutnya diperbuat orang-orang yang baik.
(4) Roh yang diberkati, dalam karya-Nya atas jiwa, yaitu se-
perti angin utara dan selatan, yang bertiup ke mana ia mau,
dan dari segala penjuru (Yoh. 3:8). Ada angin utara yang
menginsafkan, dan angin selatan yang memberi penghibur-
an. namun semuanya, seperti angin, dibawa keluar dari per-
bendaharaan Tuhan dan untuk melakukan firman-Nya.
(5) Mengalirnya rempah-rempah anugerah dengan deras ber-
gantung pada angin badai dari Roh. Ia membangkitkan
rasa kasih sayang yang baik, dan bekerja di dalam diri kita
supaya kita menginginkan menimbulkan dan melakukan
apa yang baik. Dialah yang mewujudkan bau harum dari
pengetahuan-Nya melalui kita.
(6) Kita oleh sebab nya harus menantikan Roh anugerah su-
paya Ia segera bekerja. Kita perlu berdoa untuk hal terse-
Kitab Kidung Agung 4:15-16
but terjadi, dan meletakkan jiwa kita di bawah pengaruh-
Nya. Tuhan telah berjanji untuk memberi kita Roh-Nya,
namun Dia mau agar kita meminta hal ini .
III. Jemaat mengundang Kristus datang ke kebun untuk dijamu
dengan jamuan terbaik. “Semoga kekasihku datang ke kebunnya
dan makan buah-buahnya yang lezat. Biarlah Dia saja yang
mendapat kehormatan untuk merasakan semua hasil kebun (Dia
seharusnya pantas untuk hal itu), dan kiranya aku mendapat
penghiburan dari perkenan-Nya untuk menerima semua hasil
kebun, sebab itulah balas budi terbaik yang dapat aku berikan
kepada-Nya.” Amatilah,
1. Jemaat menyebut kebun itu sebagai kebun-Nya. Sebab, orang-
orang yang dipersatukan dengan Kristus tidak menyebut apa
pun sebagai milik mereka, sebab segalanya telah mereka
persembahkan kepada-Nya dan ingin untuk dipakai bagi-Nya.
Pada waktu rempah-rempah mengalir deras maka hal itu tepat
untuk disebut kebunnya, dan tidak sebelum hal ini terjadi.
Buah-buahan dari kebun yaitu buah-buah yang lezat milik-
Nya, sebab Dialah yang telah menanam semua pohon itu, meng-
airinya, dan memberinya pertumbuhan. saat kita mengun-
dang Kristus, tidak ada yang dapat kita bangga-banggakan seba-
gai jasa kita, sebab yang ada pada kita semuanya milik-Nya
sendiri.
2. Jemaat memohon Dia mengunjungi kebun-Nya, dan menerima
apa yang dihasilkannya. Orang percaya tidak akan merasakan
kesenangan di dalam taman-Nya, kecuali Kristus, kekasih
jiwanya datang kepadanya. Orang percaya juga tidak akan me-
rasakan sukacita apa pun dari buah-buahan kebun, kecuali
buah-buahan ini mendatangkan kemuliaan kepada Kris-
tus, dan dengan begitu Dia akan menganggap semua yang
dimiliki-Nya telah diberikan dengan baik kepada-Nya.
PASAL 5
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Dengan penuh rahmat Kristus menerima undangan jemaat-
Nya kepada-Nya, dan berbaik hati mengunjunginya (ay. 1).
II. Sang mempelai menyatakan kebodohannya sebab tidak
mengindahkan kekasihnya, dan kesusahan yang dirasakan-
nya oleh sebab kepergian kekasihnya (ay. 2-8).
III. Putri-putri Yerusalem mempertanyakan kesempurnaan dari
kekasih sang mempelai wanita yang katanya menye-
nangkan hati (ay. 9), dan jawaban sang mempelai secara
khusus terhadap pertanyaan itu (ay. 10-16). “Bagi kamu,
yang percaya, Ia demikian mahal.”
Kasih Kristus terhadap Jemaat
(5:1)
1 – Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku, kukumpulkan mur dan
rempah-rempahku, kumakan sambangku dan maduku, kuminum anggurku
dan susuku. Makanlah, teman-teman, minumlah, minumlah sampai mabuk
cinta!
Kata-kata ini yaitu jawaban Kristus atas doa jemaat dalam penutup
pasal sebelumnya, semoga kekasihku datang ke kebunnya. Sekarang
dalam pasal ini, Ia telah datang, dan memberitahukan jemaat menge-
nai kedatangan-Nya. Lihatlah betapa siapnya Tuhan untuk mendengar
doa, dan betapa siapnya Kristus untuk menerima undangan-undang-
an yang diberikan umat-Nya kepada-Nya, meskipun kita lamban
untuk mendengar panggilan-panggilan-Nya dan menerima undangan-
undangan-Nya. Ia merendahkan diri-Nya kepada kita dengan bebas,
sementara kita enggan untuk meninggikan diri untuk menemui-Nya.
Cermatilah bagaimana balasannya menjawab permintaannya, dan
melampauinya.
1. Sang mempelai wanita menyebutnya kekasihnya (dan ia
memang demikian), dan mengundangnya sebab ia mencintainya.
Sebagai balasan untuk ini, kekasihnya menyebutnya dinda dan
pengantinnya, seperti beberapa kali sebelumnya (ps. 4). Orang-
orang yang menjadikan Kristus sebagai kekasih terbaik mereka
akan diakui-Nya sebagai saudara-saudara-Nya yang terdekat dan
terkasih.
2. Sang mempelai menyebut kebun itu sebagai kebun kekasihnya,
dan buah-buahnya yang lezat sebagai buah-buah kekasihnya, dan
kekasihnya mengakuinya demikian: Ini yaitu kebunku, rempah-
rempahku. saat Tuhan murka terhadap Israel, Ia menyerahkan
mereka kepada Musa (mereka yaitu bangsamu, Kel. 32:7). Dan Ia
menyebut perayaan-perayaan Tuhan yang tetap sebagai pertemu-
an-pertemuan mereka yang tetap (Yes. 1:14). namun sebab seka-
rang mereka mendapat perkenanan-Nya, Ia mengakui kebun itu
sebagai kebun-Nya. “Meskipun kecil, itu yaitu milik-Ku.” Orang-
orang yang dengan tulus hati menyerahkan diri mereka dan se-
mua yang mereka miliki dan dapat mereka lakukan kepada Yesus
Kristus, mereka itu akan diberi-Nya kehormatan. Dan apa yang
mereka miliki dan lakukan untuk-Nya akan diberi-Nya tanda, dan
dikatakan, ini milik-Ku.
3. Sang mempelai mengundang kekasihnya untuk datang ke kebun
kekasihnya, dan kekasihnya berkata, aku datang. Engkau akan
berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! (Yes. 58:9).
saat Salomo berdoa supaya Tuhan datang dan menguasai rumah
yang telah dibangunnya untuk Dia, Tuhan benar-benar datang.
Kemuliaan-Nya meliputi rumah itu (2Taw. 7:2, 16) Ia memberi tahu
Salomo bahwa Ia telah memilih dan menguduskan rumah ini, seba-
gai tempat kediaman nama-Nya untuk selama-lamanya. Orang-
orang yang membuka lebar pintu jiwa mereka kepada Yesus Kristus
akan mendapati Dia siap untuk masuk ke dalam hati mereka. Dan
di setiap tempat di mana Ia menuliskan nama-Nya, di situ Ia akan
menjumpai umat-Nya, dan memberkati mereka (Kel. 20:24).
4. Sang mempelai ingin kekasihnya memakan buah-buahnya yang
lezat, menerima korban-korban yang dipersembahkan di Bait
Suci-Nya, yang bagaikan buah-buah dari kebun-Nya. Dan keka-
sihnya menyanggupinya, namun mendapati bahwa buah-buah itu
Kitab Kidung Agung 5:1
belum terkumpul dan siap dimakan. Oleh sebab itu, ia sendirilah
yang mengumpulkannya. sebab buah-buah itu yaitu miliknya,
maka ia sendirilah yang mempersiapkannya. Ia mendapati hatinya
tidak siap untuk jamuan yang akan disiapkan kepadanya, namun
walaupun begitu ia sendiri turun tangan dan bersedia mengerja-
kan kebiasan-kebiasan mulia yang biasanya ia lakukan di kebun
saat merawatnya. Sedikit kebaikan apa saja yang ada dalam diri
kita akan jatuh berceceran dan terhilang jika Kristus tidak
mengumpulkannya, dan menjaganya bagi diri-Nya sendiri.
5. Sang mempelai hanya ingin supaya kekasihnya makan buah-
buahan dari kebun itu, namun kekasihnya membawa serta sesuatu
yang lebih, yaitu madu, anggur, dan susu, yang memberikan gizi
yang baik, dan yang merupakan hasil-hasil dari tanah Kanaan,
tanah Imanuel. Kristus sangat bersuka dalam apa yang telah di-
berikan-Nya kepada umat-Nya maupun dalam apa yang telah
dikerjakan-Nya dalam diri mereka. Atau kita dapat menduga bah-
wa ini telah dipersiapkan oleh sang mempelai sendiri, seperti
Ester mempersiapkan bagi sang raja, suaminya, perjamuan ang-
gur. Itu hanya makanan biasa, dan sesuatu yang alami, madu dan
susu, namun , sebab sudah disiapkan dengan baik-baik, maka
makanan itu diterima dengan baik pula. Ketidaksempurnaan-keti-
daksempurnaan diabaikan. Sarang madu dimakan dengan madu-
nya, dan kelemahan daging dimaklumi dan dimaafkan, sebab
rohlah yang berkehendak. saat Kristus menampakkan diri ke-
pada murid-murid-Nya sesudah kebangkitan-Nya, Ia benar-benar
makan sepotong sarang madu bersama mereka (Luk. 24:42-43,
KJV), dan dengan demikian nas Kitab Suci di atas tadi digenapi. Ia
tidak hanya minum anggur saja, yang merupakan minuman
untuk orang dewasa, untuk orang besar, namun juga susu, yang
merupakan minuman untuk anak-anak, anak-anak kecil, sebab
saat lahir Ia akan menjadi Yesus, Anak yang kudus, yang
memerlukan susu.
6. Sang mempelai hanya mengundang kekasihnya untuk datang
sendiri, namun kekasihnya, dengan membawa serta jamuannya
sendiri, membawa serta teman-temannya juga, dan mengundang
mereka untuk berbagi dalam jamuan yang disediakan itu. Sema-
kin banyak semakin meriah, kita berkata. Dan di sini, di mana ada
persediaan yang begitu melimpah, mereka pasti tidak akan
kekurangan makanan. saat Yesus Tuhan kita memberi makan
5.000 orang sekaligus, mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kristus mengundang semua teman-Nya untuk minum anggur dan
susu yang darinya Ia sendiri juga minum (Yes. 55:1), mengundang
mereka ke perjamuan dengan masakan yang bergemuk dan de-
ngan anggur yang tua benar (Yes. 25:6). Karya agung penebusan
manusia, dan kekayaan-kekayaan dari perjanjian anugerah,
yaitu pesta bagi Tuhan Yesus, dan harus demikian bagi kita.
Undangan itu bebas untuk siapa saja dan tanpa bayaran, sepe-
nuh hati, dan penuh kasih: Makanlah, teman-teman! Jika Kristus
datang untuk makan bersama-sama dengan kita, maka kitalah
yang makan bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20). Makanlah,
teman-teman! Hanya teman-teman Kristuslah yang dipersilakan
untuk datang ke meja-Nya. Musuh-musuh-Nya, yang tidak suka
Dia menjadi raja mereka, tidak mempunyai bagian atau hak dalam
perkara ini. Minumlah, minumlah, sampai mabuk cinta. Kristus,
dalam Injil-Nya, telah membuat persediaan yang berlimpah untuk
jiwa-jiwa yang malang. Ia melimpahkan segala yang baik kepada
orang yang lapar. Ada cukup untuk semua orang, ada cukup
untuk tiap-tiap orang. Bagi kita ada tempat yang luas dalam hati-
Nya atau dalam anugerah-Nya, dan sebab itu janganlah ada
tempat yang sempit dalam hati kita sendiri. Bukalah mulut lebar-
lebar, maka Kristus akan memenuhinya. Janganlah kamu mabuk
oleh anggur, namun hendaklah kamu penuh dengan Roh (Ef. 5:18).
Orang-orang yang menjamu Kristus harus menyambut teman-
teman-Nya bersama-sama dengan Dia. Yesus dan murid-murid-
Nya diundang bersama-sama ke perkawinan (Yoh. 2:2), dan Kris-
tus ingin semua teman-Nya bersukacita bersama Dia pada hari
perkawinan-Nya dengan jemaat-Nya, dan, sebagai tanda untuk
itu, Ia ingin supaya mereka berpesta dengan-Nya. Dalam suka-
cita-sukacita rohani dan sorgawi, tidak ada bahaya untuk me-
rayakannya secara berlebihan. Di sana kita bisa minum sampai
mabuk cinta, minum dari sungai kesenangan Tuhan (Mzm. 36:9),
dan menjadi kenyang (Mzm. 65:5).
Kitab Kidung Agung 5:2-8
Kasih Kristus terhadap Jemaat;
Ditinggal secara Rohani
(5:2-8)
2 Aku tidur, namun hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. “Bukalah
pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, sebab kepalaku penuh
embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!” 3 “Bajuku telah ku-
tanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh,
apakah aku akan mengotorkannya pula?” 4 Kekasihku memasukkan tangan-
nya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku. 5 Aku bangun untuk
membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan
mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu. 6 Kekasihku kubukakan pintu,
namun kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku saat ia meng-
hilang. Kucari dia, namun tak kutemui, kupanggil, namun tak disahutnya.
7 Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selen-
dangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok. 8 Kusumpahi kamu, puteri-
puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan
kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku!
Dalam nyanyian asmara dan sukacita ini, kita mendapati di sini
adegan yang sangat menyedihkan. Sang mempelai wanita di sini
berbicara, bukan kepada kekasihnya seperti sebelumnya, sebab ke-
kasihnya telah menarik diri, melainkan tentang dia. Dan ia menceri-
takan kisah yang sedih tentang kebodohannya sendiri dan perlaku-
annya yang buruk terhadap kekasihnya, kendati dengan kebaikan-
nya, dan tentang teguran-teguran yang pantas diterimanya sebab
itu. Mungkin ini merujuk pada kemurtadan Salomo sendiri yang di-
perbuatnya terhadap Tuhan , dan dampak-dampak yang menyedihkan
dari kemurtadan itu sesudah Tuhan datang ke kebun-Nya dan mengua-
sai Bait Suci yang telah dibangunnya, dan sesudah Salomo berpesta
dengan Tuhan atas korban-korban yang dipersembahkan di sana (ay.
1). Apa pun itu, hal ini dapat diterapkan pada keadaan yang sudah
begitu biasa dialami oleh jemaat-jemaat maupun orang-orang per-
caya, yang dengan kecerobohan dan rasa aman diri, mereka menyu-
lut Kristus untuk menarik diri dari mereka. Amatilah,
I. Perasaan tidak bergairah yang dirasakan sang mempelai, dan kele-
suan yang menyergapnya (ay. 2): Aku tidur, namun hatiku bangun. Di
sini ada,
1. Kebobrokan yang menampakkan diri dalam tindakan-tindak-
an: Aku tidur. Gadis-gadis yang bijaksana itu terlelap. Ia sebe-
lumnya berada di atas ranjangnya (3:1), namun sekarang ia
tertidur. Penyakit-penyakit rohani, jika tidak berupaya dilawan
pada awalnya, cenderung bertumbuh dalam diri kita dan me-
nemukan tempat berpijak. Ia tidur, yaitu, perasaan-perasaan
saleh menjadi dingin. Ia mengabaikan kewajiban ibadahnya
dan menjadi lalai di dalamnya. Ia memanjakan dirinya dalam
kenyamanannya, merasa aman dan tidak berjaga-jaga. Ada
kalanya ini merupakan dampak buruk dari kelegaan-kelegaan
luar biasa, suatu perkara yang baik. Rasul Paulus sendiri ter-
ancam bahaya menjadi besar hati sebab pewahyuan-pewah-
yuan berlimpah yang diterimanya, dan terancam bahaya un-
tuk berkata, jiwaku, beristirahatlah, yang membuat duri di
dalam daging perlu baginya, untuk mencegah dia tertidur.
Murid-murid Kristus, saat Ia datang ke kebun-Nya, kebun
penderitaan-Nya, tengah tertidur lelap, dan tidak bisa berjaga-
jaga bersama-Nya. Orang Kristen yang sungguh-sungguh tidak
selamanya terus giat dan bersemangat dalam agama.
2. Anugerah yang tersisa, kendati dengan semuanya itu, dalam
kebiasaan yang dilakukannya. “Hatiku bangun. Hati nuraniku
sendiri menegurku sebab nya, dan tidak berhenti membangun-
kan diriku dari kelambananku. Roh memang penurut, dan, di
dalam batinku aku suka akan hukum Tuhan , dan dengan akal
budiku aku melayani hukum Tuhan . Aku, untuk saat ini, dikuasai
oleh godaan, namun godaan-godaan itu tidak semuanya berjalan
ke satu arah dalam diriku. Aku tidur, namun itu bukan tidur
pulas. Aku berusaha melawannya. Itu bukan tidur nyenyak.
Aku tidak bisa tenang dalam ketidakbergairahan ini.” Perhati-
kanlah,
(1) Kita harus memperhatikan tidur rohani dan penyakit ro-
hani kita sendiri, dan merenungkannya dengan dukacita
dan rasa malu bahwa kita sudah tertidur saat Kristus
berada dekat dengan kita di kebun-Nya.
(2) saat kita sedang meratapi apa yang salah dalam diri kita,
kita tidak boleh mengabaikan kebaikan yang dikerjakan
dalam diri kita, dan yang dijaga tetap hidup: “Hatiku ba-
ngun di dalam Kristus, yang kukasihi seperti hatiku sen-
diri, dan yang yaitu hidupku. saat aku tidur, Ia tidak
terlelap dan tidak tertidur.”
II. Panggilan yang diberikan Kristus kepada sang mempelai, saat ia
sedang merasakan keengganan ini: Itu suara kekasihku (KJV).
Sang mempelai mengetahuinya, dan segera sadar akan hal itu,
Kitab Kidung Agung 5:2-8
yang merupakan tanda bahwa hatinya bangun. Seperti Samuel
kanak-kanak, ia mendengar panggilan itu saat dipanggil per-
tama kali, namun tidak seperti Samuel, ia tidak keliru dalam
mengenali siapa yang memanggilnya itu. Ia tahu bahwa itu suara
Kristus. Kristus mengetuk, untuk membangunkan kita supaya
kita pergi ke pintu dan membiarkan Dia masuk. Ia mengetuk
melalui firman dan Roh-Nya, mengetuk melalui penderitaan-
penderitaan dan melalui hati nurani kita sendiri. Meskipun tidak
dikutip dengan tegas, namun mungkin inilah yang dirujuk dalam
Wahyu 3:20, lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok. Ia
memanggil orang-orang berdosa ke dalam perjanjian dengan-Nya
dan orang-orang kudus untuk bersekutu dengan-Nya. Orang-
orang yang dikasihi-Nya tidak akan dibiarkan-Nya sendiri dalam
ketidakacuhan mereka, namun akan ditemukan-Nya satu atau lain
cara untuk membangunkan mereka, untuk menegur dan meng-
hajar mereka. saat kita tidak memikirkan Kristus, Kristus me-
mikirkan kita, dan mengupayakan supaya iman kita tidak gugur.
Petrus menyangkal Kristus, namun Tuhan berbalik dan meman-
dang dia, dan dengan begitu menyadarkannya kembali. Amatilah
betapa menggugah hatinya panggilan itu: Bukalah pintu, dinda,
manisku.
1. Ia meminta masuk, padahal Ia dapat menuntut untuk masuk.
Ia mengetuk, padahal Ia dapat dengan mudah mendobrak pin-
tu itu.
2. Kristus menyapa sang mempelai dengan berbagai panggilan
kasih dan sayang: Dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku.
Ia bukan saja tidak memanggilnya dengan nama-nama yang
kasar, tidak pula menegurnya sebab sikapnya yang tidak baik
dalam menyongsong kedatangan-Nya, namun sebaliknya, Ia
malah berusaha untuk mengungkapkan perasaan kasih-Nya
yang dalam terhadapnya. Kasih setia-Nya tidak akan Dia jauh-
kan sepenuhnya. Orang-orang yang melalui iman dikawinkan
dengan Kristus dipandang-Nya sebagai dinda-Nya, manis-Nya,
merpati-Nya, dan semua panggilan kesayangan lainnya. Dan,
sebab dikenakan dengan jubah kebenaran-Nya, mereka tidak
menjadi tercemar. Pertimbangan akan hal ini seharusnya men-
dorong sang mempelai untuk membuka pintu bagi-Nya. Kasih
Kristus kepada kita haruslah menggugah kasih kita kepada-
Nya, bahkan dalam tindakan-tindakan yang menuntut kita
untuk menyangkal diri sepenuh-penuhnya. Bukalah pintu.
Bisakah kita melarang masuk teman seperti itu, tamu seperti
itu? Tidakkah kita mau berbincang-bincang lebih lama dengan
Dia yang tak terhingga layaknya untuk kita kenal, dan yang
malah sungguh ingin berbincang dengan kita, meskipun yang
diuntungkan justru kita sendiri?
3. Kekasihnya berseru bahwa ia sedang kesusahan, dan memohon
untuk dibiarkan masuk sub formâ pauperis – sebagai seorang
pelancong miskin yang membutuhkan penginapan: “Kepalaku
basah dengan embun, dengan tetes-tetes air dingin malam hari.
Lihatlah kesusahan-kesusahan yang telah kulewati untuk ber-
temu denganmu. Kiranya kesusahanku ini membuatku layak
mendapatkan kebaikan sekecil ini saja darimu, yaitu untuk
dibiarkan masuk.” saat Kristus dimahkotai duri, yang tidak
diragukan lagi membuat kepala-Nya yang penuh berkat itu
berdarah, pada saat itulah kepala-Nya basah dengan embun.
“Lihatlah betapa sedihnya hatiku diperlakukan dengan tidak
baik seperti ini, sama seperti seorang suami yang lembut di-
biarkan di luar oleh isterinya pada malam yang hujan dan
badai.” Seperti inikah kita menginginkan Kristus yang sedemi-
kian mengasihi kita? Jiwa-jiwa yang tidak mengindahkan
Yesus Kristus yaitu serupa dengan tiris yang tidak henti-
hentinya menitik pada waktu hujan, yang terus menimpa Dia.
III. Alasan sang mempelai untuk tidak patuh terhadap panggilan ini
(ay. 3): Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakan-
nya lagi? Ia setengah tertidur. Ia mengenal suara kekasihnya. Ia
mengenal ketukannya, namun tidak dapat menemukan tempat
dalam hatinya untuk membukakan pintu baginya. Ia tidak ber-
pakaian, dan tidak mau bersusah payah mengenakan pakaian
lagi. Ia sudah membasuh kakinya, dan tidak mau bersusah-susah
untuk membasuhnya lagi nanti. Ia tidak bisa menyuruh orang
lain untuk membukakan pintu (kita yang harus bertindak sendiri
untuk membiarkan Kristus masuk ke dalam hati kita), dan ia sen-
diri pun enggan membukakannya sendiri. Ia tidak berkata, aku
tidak akan membukakannya, melainkan, bagaimana aku akan
membukakannya? Perhatikanlah, alasan-alasan yang remeh-
temeh sudah biasa menjadi ungkapan rasa malas yang merajalela
dalam agama. Kristus memanggil kita untuk membukakan pintu
Kitab Kidung Agung 5:2-8
bagi-Nya, namun kita pura-pura tidak mendengar, atau tidak mem-
punyai kekuatan, atau tidak mempunyai waktu, dan sebab itu
berpikir bahwa kita bisa dimaklumi, seperti si pemalas yang tidak
mau membajak pada musim dingin. Dan orang-orang yang harus
berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan dengan berikat ping-
gang, jika mereka melepaskan ikat pinggang mereka dan jubah
mereka, akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan kete-
tapan hati mereka yang dulu dan mengenakannya lagi. Oleh sebab
itu, sebaiknya kita tetap mengencangkan ikat pinggang. Membuat
alasan-alasan (Luk. 14:18) ditafsirkan sebagai tidak mengindahkan
Kristus (Mat. 22:5), dan memang demikian adanya. Orang-orang
yang tidak dapat menemukan tempat dalam hati mereka untuk
bertahan menanggung tiupan angin yang dingin dan kencang
untuk Kristus, atau bangun dari tempat tidur yang hangat,
mereka itu sama seperti menghina Kristus.
IV. Pengaruh-pengaruh yang berkuasa dari anugerah ilahi, yang oleh-
nya sang mempelai dibuat bersedia untuk bangun dan membuka-
kan pintu bagi kekasihnya. saat kekasihnya tidak berhasil
membujuknya, ia memasukkan tangannya melalui lobang pintu,
untuk membukanya, seperti orang yang lelah menunggu (ay. 4).
Ini menyiratkan pekerjaan Roh pada jiwa sang mempelai, yang
olehnya ia yang tadinya tidak bersedia dibuat bersedia (Mzm.
110:3). Pertobatan Lidia digambarkan sebagai terbukanya hatinya
(Kis. 16:14) dan Kristus dikatakan membuka pikiran murid-mu-
rid-Nya (Luk. 24:45). Dia yang menciptakan roh dalam diri manu-
sia mengetahui semua jalan ke sana, dan jalan yang mana untuk
masuk ke dalamnya. Ia dapat menemukan lobang pintu dan
meletakkan tangan-Nya di situ untuk menaklukkan prasangka-
prasangka dan memperkenalkan ajaran dan hukum-Nya sendiri.
Ia memegang kunci Daud (Why. 3:7), yang dengannya Ia membuka
pintu hati dengan cara yang sesuai dengan hati itu, seperti kunci
cocok dengan lubang pintunya, sehingga pintunya tidak usah
dibuka dengan paksa, kecuali ada yang tidak benar dengannya.
V. Kepatuhan sang mempelai terhadap cara-cara dari anugerah ilahi
ini pada akhirnya: Berdebar-debarlah hatiku (KJV: Hatiku tergerak
untuknya). Kehendaknya ini timbul oleh pekerjaan baik yang di-
kerjakan pada perasaan-perasaan: Berdebar-debarlah hatiku, se-
perti hati kedua murid saat Kristus membuat hati mereka ber-
kobar-kobar. Ia tergerak oleh belas kasihan terhadap kekasihnya,
sebab kepalanya basah dengan embun. Perhatikanlah, kelembut-
an roh, dan hati yang taat, mempersiapkan jiwa untuk menerima
Kristus masuk ke dalamnya. Dan sebab itulah kasih-Nya kepada
kita digambarkan dengan cara yang teramat menyentuh hati.
Adakah Kristus menebus kita dalam belas kasihan-Nya? Marilah
kita dalam belas kasihan menerima Dia, dan, demi Dia, menerima
orang-orang kepunyaan-Nya, setiap kali mereka mengalami kesu-
sahan. Pekerjaan yang baik ini, yang dikerjakan pada perasaan-
perasaan sang mempelai, membangunkan dia, dan membuatnya
malu akan kelambanan dan kemalasannya (ay. 5, aku bangun un-
tuk membuka pintu bagi kekasihku), sebab anugerah-Nya mencon-
dongkan dia untuk melakukannya dan menaklukkan perlawanan
dari ketidakpercayaan. Itu tindakan dari sang mempelai sendiri,
namun Kristus yang mengerjakannya dalam dirinya. Dan sekarang
tangannya bertetesan mur pada pegangan kancing pintu. Entah,
1. Sang mempelai mendapati mur itu di sana saat ia memegang
kancing pintu, untuk menguncinya kembali. Dia yang mema-
sukkan tangan-Nya melalui lobang pintu meninggalkan mur itu
di sana sebagai bukti bahwa Ia sudah ada di sana. saat Kris-
tus sudah bekerja dengan penuh kuasa pada jiwa, Ia mening-
galkan rasa manis yang penuh berkat di dalamnya, yang
sangat menyukakan baginya. Dengan ini Ia meminyaki kunci
itu, untuk membuatnya mudah dibuka. Perhatikanlah, jika
kita mencurahkan segenap hati kita untuk melaksanakan
kewajiban ibadah kita, dalam tindakan-tindakan iman yang
hidup, di bawah kuasa anugerah ilahi, maka kita akan menda-
pati bahwa pelaksanaan kewajiban itu akan berlanjut dengan
lebih mudah dan manis daripada yang kita sangkakan. Kalau
saja kita mau bangun, untuk membuka pintu bagi Kristus,
maka kita akan mendapati bahwa kesulitan yang kita cemas-
kan akan teratasi secara mengherankan. Dan kita akan ber-
kata bersama Daniel, berbicaralah kiranya tuanku, sebab eng-
kau telah memberikan aku kekuatan (Dan. 10:19). Atau,
2. Sang mempelai membawa mur itu ke sana. sebab hatinya ter-
gerak untuk kekasihnya, yang sudah berdiri begitu lama dalam
malam yang dingin dan basah, maka saat ia datang untuk
membukakan pintu baginya, maka ia pun bersiap-siap untuk
Kitab Kidung Agung 5:2-8
mengurapi kepalanya, dan dengan begitu menyegarkan dan
menghiburnya, dan mungkin supaya ia tidak sampai masuk
angin. Ia begitu tergesa-gesa untuk menemui kekasihnya itu
hingga ia tidak mau berlama-lama membuat persiapan seperti
biasanya, namun langsung mencelupkan tangannya dalam botol
minyaknya, supaya ia siap mengurapi kepala kekasihnya begitu
kekasihnya masuk. Orang-orang yang membukakan pintu hati
mereka kepada Kristus, pintu-pintu yang berabad-abad itu,
harus menemui-Nya dengan tindakan-tindakan iman dan anu-
gerah-anugerah lain dengan ceria dan hidup, dan mengurapi-
Nya dengan cara demikian.
VI. Kekecewaannya yang tak terkatakan saat ia membukakan pintu
untuk kekasihnya. Dan di sinilah bagian yang paling menyedih-
kan dari cerita itu: Kekasihku kubukakan pintu, seperti yang aku
niatkan, namun , sayang seribu sayang! Kekasihku sudah menarik
diri, dan pergi (KJV). Kekasihku sudah pergi, lenyap, demikian kata
yang dipakai.
1. Ia tidak membukakan pintu untuk-Nya pada waktu kekasih-
nya pertama kali mengetuk, dan sekarang ia datang terlambat,
padahal ia seharusnya hendak menerima berkat ini. Kristus
ingin dicari selama Ia bisa ditemui. Jika kita melewatkan wak-
tu kita, kita bisa kehilangan jalan kita. Perhatikanlah,
(1) Wajarlah kalau Kristus menolak kita sebagai teguran atas
perbuatan kita yang menunda-nunda untuk menerima Dia.
Wajarlah jika Ia sampai menunda untuk menyampaikan
penghiburan-Nya kepada orang-orang yang lalai dan malas-
malasan dalam menjalankan kewajiban ibadah mereka.
(2) Kepergian Kristus yaitu perkara yang mendatangkan ke-
sedihan dan ratapan besar bagi orang-orang percaya. Sang
pemazmur yang rajawi tidak pernah mengeluhkan apa pun
dengan nada-nada yang sedih seperti saat ia menge-
luhkan Tuhan yang menyembunyikan wajah-Nya dari dia,
yang membuangnya, dan meninggalkannya. Sang mempelai
di sini rasanya seperti menjambak-jambak rambutnya, dan
merobek-robek pakaiannya, dan meremas-remas tangan-
nya, sambil berseru, ia sudah pergi, ia sudah pergi. Dan
apa yang menyayat-nyayat hatinya yaitu bahwa sebab
kesalahannya sendirilah ia menyulut kekasihnya untuk
menarik diri. Jika Kristus pergi, itu sebab Ia merasa di-
perlakukan dengan tidak baik.
2. Sekarang amatilah apa yang dilakukan sang mempelai, dalam
keadaan ini, dan apa yang menimpanya.
(1) Ia masih menyebutnya kekasihnya, sebab sudah menetap-
kan hati bahwa, betapapun berawan dan gelapnya hari, ia
tidak akan memutuskan hubungan dengan-Nya dan kepen-
tingan di dalam Dia. yaitu suatu kelemahan, setiap kali
kita cemas akan kegagalan-kegagalan kita atau kepergian-
kepergian Tuhan dari kita, untuk menghakimi dengan keras
keadaan rohani kita. Setiap kepergian bukanlah keputus-
asaan. Aku akan berkata, Tuhan, aku percaya, meskipun
aku harus berkata, Tuhan, tolonglah aku yang tidak per-
caya ini. Meskipun Ia meninggalkan aku, aku mengasihi-
Nya. Dia milikku.
(2) Ia sekarang ingat kata-kata yang diucapkan kekasih-Nya
kepadanya saat kekasih-Nya memanggilnya, dan kesan-
kesan apa yang ditimbulkan dari kata-kata itu pada diri-
nya, sambil mencela dirinya sendiri atas kebodohannya ka-
rena tidak cepat-cepat mengikuti kata hatinya: “Seperti
pingsan aku saat ia menghilang. Kata-katanya meluluh-
kan aku saat ia berkata kepalaku basah dengan embun.
Dan sekalipun begitu, walaupun aku orang yang malang,
aku terbaring diam, dan membuat alasan-alasan, dan tidak
membukakan pintu baginya.” Jika kita mencekik dan
melumpuhkan kesadaran kita akan kesalahan kita, maka
itu akan terasa sangat pahit dalam renungan, saat Tuhan
membuka mata kita. Kadang-kadang suatu perkataan tidak
terasa dampaknya secara langsung dalam hati, namun melu-
luhkan hati sesudahnya, saat dipikir-pikir kembali. Jiwa-
ku sekarang meleleh sebab kata-kata yang diucapkan-Nya
sebelumnya.
(3) Ia tidak pergi ke tempat tidur lagi, namun pergi mengejar ke-
kasihnya: Kucari dia, kupanggil dia. Ia tidak perlu bersusah
payah seperti ini andai saja ia mau bangun saat kekasih-
nya pertama kali memanggil. namun kita me