pengkotbah kidungagung 11

 


urun dari pegunungan Gilead. 2 Gigimu bagaikan ka-

wanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, 

yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. 3 Bagaikan se-

utas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu. Bagaikan belahan buah delima 

pelipismu di balik telekungmu. 4 Lehermu seperti menara Daud, dibangun 

untuk menyimpan senjata. Seribu perisai tergantung padanya dan gada para 

pahlawan semuanya. 5 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak 

kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung.  

6 Sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang menghilang, aku ingin 

pergi ke gunung mur dan ke bukit kemenyan. 7 Engkau cantik sekali, manis-

ku, tak ada cacat cela padamu. 


Dalam ayat-ayat di atas kita temukan, 

I.  Sebuah penggambaran yang panjang lebar dan khusus tentang 

kecantikan jemaat, dan  jiwa-jiwa yang dipenuhi anugerah, yang 

diperbaharui gambar Tuhan  yang ada pada dirinya. Yaitu, jiwa-jiwa 

yang berhiaskan kekudusan (KJV: yang dipenuhi keindahan keku-

dusan). Secara umum, Ia yang yaitu  hakim yang memiliki ke-

mampuan dan hak untuk menilai keindahan, yang penilaiannya, 

kita percaya, yaitu  sesuai dengan kebenaran (KJV), dan yang 

harus harus diterima oleh semua orang, telah berkata: Lihatlah, 

cantik engkau. Jemaat memuji-muji Kristus, dan memanggil 

semua di sekitarnya untuk memperhatikan kemuliaan-Nya. Ia 

memohonkan diri untuk diterima oleh-Nya, untuk beroleh per-

kenanan-Nya. Sebagai balasan atas rasa hormatnya itu, Kristus 

berseru kepada semua di sekitar diri-Nya untuk memperhatikan 

keanggunannya. Orang-orang yang menghormati Kristus akan 

dihormati oleh Kristus (1Sam. 2:30).  

1. Ia tidak menyanjung jemaat, pun tidak merancang untuk 

membuat dirinya sombong atau merayunya supaya memuji-

muji Dia. Namun, Ia bermaksud, 

(1) Untuk menguatkan dirinya yang kini sedang dilanda kesu-

sahan. Apa pun yang dipikirkan orang lain tentang dirinya, 

ia tetap menyenangkan di mata-Nya.  

(2) Untuk mengajarinya bagaimana menilai  dirinya, yaitu bu-

kan berdasarkan kelebihan lahiriah (yang tidak akan me-

nambahi apa pun pada dirinya, dan yang kekurangannya 

pun tidak akan menghilangkan apa yang unggul). Sebalik-

nya, ia harus menilai dirinya berdasarkan kemolekan 

anugerah yang telah ditaruh Kristus pada dirinya.  

(3) Untuk mengajak orang lain supaya berpikiran baik tentang 

dirinya, dan untuk menggabungkan diri kepadanya: “Eng-

kau yaitu  kekasihku, engkau mengasihiku dan dikasihi 

olehku, dan sebab nya cantik engkau.” Semua keindahan 

dari orang-orang kudus yaitu  berasal dari Kristus, dan 

mereka bersinar dengan memantulkan terang-Nya. Kiranya 

keindahan Tuhan Tuhan  kita tinggal ke atas kita (Mzm. 

90:17, KJV). Jemaat telah dinikahkan kepada Kristus, dan 

itulah yang membuatnya indah. Uxor fulget radiis mariti –

Kitab Kidung Agung 4:1-7 

 Sang istri bersinar dalam sinar cahaya sang suami. Perkata-

an Kristus itu diulangi lagi, cantik engkau, dan sekali lagi, 

manisku, yang menunjukkan tidak hanya kepastian dari 

kecantikannya itu, namun  juga kesenangan yang didapat-

Nya saat berbicara tentang kecantikannya.  

2. Mengenai penggambaran yang dibuat di sini tentang keindah-

an jemaat, gambarannya sungguh sangat terang, pengungkap-

annya kuat, dan perbandingannya hidup. Penggambarannya 

sungguh tidak cocok untuk menggambarkan keindahan lahi-

riah, sebab  memang tidak dirancang untuk maksud ini , 

melainkan untuk keindahan dari kekudusan, manusia batiniah 

yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa. Tujuh 

hal digambarkan secara khusus, sebuah angka yang menan-

dakan kesempurnaan, sebab jemaat diperkaya dengan berane-

ka ragam anugerah oleh tujuh roh yang ada di hadapan takhta-

Nya (Why. 1:4; 1Kor. 1:5, 7). Ketujuh hal ini  yaitu ,  

(1) Matanya. Mata yang baik sangat berperan penting bagi 

kecantikan: Bagaikan merpati matamu, bening dan suci, 

dan sering tertuju ke sorga. Mata jemaat bukanlah mata 

burung elang, yang sanggup menatap matahari, namun  

mata burung merpati, mata yang penuh kerendahan hati, 

polos, penuh perkabungan. Itulah pujian terhadap orang-

orang yang dikasihi Kristus. Para hamba Tuhan yaitu  

mata jemaat (Yes. 52:8, dengan mata kepala sendiri mereka 

melihat). Mereka harus seperti mata merpati, tulus dan 

cerdik (Mat. 10:16), hidup di dalam dunia dengan dikuasai 

oleh ketulusan dan kemurnian yang dari Tuhan . Hikmat dan 

pengetahuan yaitu  mata dari manusia baru. Mata mereka 

harus jernih, namun  tidak angkuh, tidak mengejar hal-hal 

yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. 

jika  maksud dan tujuan kita tulus dan jujur, maka kita 

memiliki mata merpati. saat  kita tidak melihat kepada 

berhala-berhala (Yeh. 18:6), dan mata kita tetap terarah 

kepada TUHAN (Mzm. 25:15). Bagaikan merpati matamu 

dibalik telekungmu (kerudung – pen.), yang menjadi penu-

tupnya, supaya:  

[1] Matanya tidak dapat sepenuhnya melihat. Sepanjang 

kita ada di sini di dalam dunia ini kita hanya mengeta-

hui sebagian, sebab mata kita selalu saja terhalang 

sesuatu. Tak ada yang dapat kami paparkan oleh kare-

na kegelapan. Kematian akan segera membuka telekung 

ini  sehingga kita dapat melihat semuanya dengan 

jelas.  

[2] Matanya tidak dapat sepenuhnya dilihat, seperti bin-

tang-bintang yang nampak melalui awan yang tipis. Ada 

orang yang memahami ini sebagai rasa tersipu-sipu dari 

si mempelai wanita . Ia tidak membiarkan matanya 

mengembara ke mana-mana, namun  membatasinya de-

ngan telekungnya. 

(2) Rambutnya. Rambutnya dibandingkan dengan sekawanan 

kambing, yang tampak putih, dan, di atas pegunungan, 

seperti sebuah rambut kepala yang lebat dan halus. Dan 

pemandangan itu menjadi lebih menyenangkan bagi yang 

melihatnya sebab  daya tarik kambing bukan hanya dari 

janggutnya, namun  juga dari cara jalannya yang gemulai 

(Ams. 30:29). Dan  yang paling menyenangkan dari segala-

nya yaitu  bagi sang pemiliknya, yang banyak dari kekaya-

annya terdiri atas kawanan kambingnya. Kristus memberi-

kan suatu nilai yang demikian dalam diri jemaat dan di 

dalam diri orang-orang percaya. Nilai yang demikian biasa-

nya tidak diperhitungkan orang lain terhadap mereka, 

selain rambutnya saja. Ia memberi tahu murid-murid-Nya 

bahwa rambut kepalamu pun terhitung semuanya, sama 

telitinya seperti orang menghitung kawanan kambingnya 

(Mat. 10:30), dan bahwa tidak sehelai pun dari rambut 

kepalamu akan hilang (Luk. 21:18). Sebagian penafsir me-

mahami kata rambut di sini sebagai perilaku lahiriah dari 

seorang percaya, yang harus menarik, dan sopan, dan 

sesuai dengan kekudusan hati. Rasul Paulus tidak setuju 

orang percaya membuat rambut yang berkepang-kepang 

sebagai perbuatan baiknya (1Tim. 2:9-10). Rambut Maria 

Magdalena tampak indah saat  dia menyeka kaki Kristus 

dengannya. 

(3) Giginya (ay. 2). Para hamba Tuhan yaitu  gigi jemaat. 

Seperti pengasuh, mereka mengunyah makanan bagi bayi-

bayi Kristus. Terjemahan bahasa Aram menerapkan mak-

sud ini pada para imam dan kaum Lewi, yang hidup dari 

Kitab Kidung Agung 4:1-7 

korban persembahan sebagai perwakilan dari umat. Iman, 

yang melaluinya kita makan dan hidup dari Kristus, dan 

perenungan, yang olehnya kita merenungkan firman dan 

mengunyah sari makanan dari apa yang telah kita dengar-

kan, untuk mencernanya, kesemuanya itu yaitu  gigi dari 

manusia baru. Hal-hal inilah yang dibandingkan dengan 

sekawanan domba. Kristus memanggil murid-murid dan 

para pelayan-Nya suatu kawanan kecil. Gigi dipuji sebab  

ia rata, putih, dan tetap bersih, seperti domba yang keluar 

dari tempat pembasuhan, dan kuat serta terpancang de-

ngan baik di dalam gusi, dan tidak seperti domba yang 

membuang anaknya. Gigi yang tidak demikian kita ter-

jemahkan dengan kata mandul. Para pelayan Tuhan dipuji 

kalau saling mengasihi dan rukun, murni dan bersih dari 

segala pencemaran moral, dan berbuah, melahirkan jiwa-

jiwa bagi Kristus, dan merawat domba-dombanya.  

(4) Bibirnya. Bibirnya dibandingkan dengan seutas pita kirmizi 

(ay. 3). Bibir merah sangat menarik, tanda sehat, seperti 

halnya pucatnya bibir menandakan kurang sehat dan le-

mah. Bibir jemaat berwarna merah padam, dan tipis, bagai-

kan seutas pita kirmizi. Perkataan berikutnya menjelaskan 

bibir ini : tutur katamu menarik (KJV), selalu dengan 

keanggunan, baik, dan bermanfaat untuk mendidik, yang 

semakin menambah keindahan seorang Kristen. Pada wak-

tu kita memuji Tuhan  dengan bibir kita, dan mengaku Dia 

dengan mulut untuk diselamatkan, maka saat itulah bibir 

kita menjadi seperti seutas pita kirmizi. Semua perbuatan 

baik dan perkataan baik kita harus dibasuh di dalam darah 

Kristus, dicelup supaya menjadi seperti pita kirmizi, dan 

saat itulah, hanya dalam keadaan demikian sajalah, 

barulah perbuatan dan perkataan kita itu berkenan kepada 

Tuhan . Terjemahan bahasa Aram menerapkan hal ini  

pada imam kepala dan doa-doanya bagi Israel pada hari 

penebusan.  

(5) Pelipisnya, atau pipinya, yang di sini dibandingkan dengan 

buah delima, buah yang, saat  dibelah menjadi dua, me-

ngandung banyak guratan atau bintik-bintik merah di da-

lamnya, seperti rona di wajah. Kerendahan hati dan kese-

derhanaan, tersipu-sipu mengangkat wajah kita di hadap-

an Tuhan , tersipu malu mengingat dosa dan merasa tidak 

pantas menerima kehormatan yang diberikan ke atas diri 

kita, akan sangat memperindah diri kita di mata Kristus. 

Rona merah sebab  tersipu-sipu dari mempelai wanita 

Kristus yaitu  dibalik telekungnya (kerudung – pen.), yang 

menyatakan (kata Tn. Durham) bahwa jemaat tersipu malu 

saat  tidak ada orang lain yang melihat, dan sebab  tidak 

ada seorang pun yang melihat kecuali Tuhan  dan hati nu-

rani. Juga bahwa jemaat berusaha untuk tidak memberi-

takan kerendahan hatinya, namun  dengan rendah hati me-

nutup-nutupinya pula. Namun demikian bukti-bukti dari 

semuanya ini, dalam suatu langkah yang lembut, tampil 

dan menarik. 

(6) Lehernya. Di sini dibandingkan dengan menara Daud (ay. 

4). Secara umum hal ini diterapkan pada anugerah iman, 

yang olehnya kita dipersatukan dengan Kristus, seperti 

tubuh dipersatukan dengan kepala oleh leher. Ini seperti 

menara Daud, yang melengkapi kita dengan persenjataan 

perang, terutama perisai dan gada, seperti para prajurit 

dibekali dengan senjata yang berasal dari menara ini , 

sebab iman yaitu  perisai kita (Ef. 6:16). Orang-orang yang 

memiliki iman tidak akan pernah kekurangan perisai, 

sebab Tuhan  akan memagari mereka dengan anugerah-Nya 

seperti perisai. jika  leher ini seperti sebuah menara, 

tegak lurus, megah, dan kuat, maka seorang Kristen akan 

melanjutkan perjalanannya, dan bekerja dengan keberani-

an dan kebesaran hati, dan tidak menunduk, kecuali ia 

kehilangan iman. Sebagian orang menafsirkan perisai para 

pahlawan, yang di sini dikatakan tersimpan di dalam 

menara Daud, sebagai tugu peringatan akan keberanian 

Daud. Perisai para pahlawan diawetkan, disimpan untuk 

mengingat mereka dan tindakan kepahlawanan mereka. 

Hal ini dimaksudkan untuk mendorong orang-orang kudus 

untuk mengangkat kepala mereka, untuk melihat hal-hal 

besar yang telah dicapai dan dimenangkan oleh orang-

orang kudus dari segala abad. Dalam Ibrani 11 kita mem-

baca perisai dari para pahlawan tergantung, perbuatan 

gagah perkasa dari orang-orang beriman dan piala dari 

kemenangan mereka.  

Kitab Kidung Agung 4:1-7 

(7) Buah dadanya. Buah dadanya bagaikan dua anak rusa 

kembar (ay. 5). Buah dada jemaat yaitu  untuk perhiasan 

(Yeh. 16:7) dan untuk digunakan. Buah dada jemaat ada-

lah buah dada penghiburan mereka (Yes. 66:11), sebab  

jemaat dikatakan meminum susu kerajaan-kerajaan (Yes. 

60:16). Sebagian orang menerapkan buah dada ini pada 

dua Perjanjian. Sedangkan yang lain menerapkan buah 

dada ini kepada dua sakramen, meterai dari perjanjian 

anugerah. Sebagian penafsir lain lagi menerapkan buah 

dada ini pada para hamba Tuhan, yang harus menjadi 

pengasuh rohani bagi anak-anak Tuhan  dan membagikan 

kepada mereka air susu firman yang murni, supaya olehnya 

mereka dapat bertumbuh, dan, untuk itu, mereka harus 

memberi makan domba di tengah-tengah bunga bakung 

yang digembalakan oleh Kristus (Kid. 2:16), supaya mereka 

dapat menjadi seperti buah dada yang padat berisi bagi 

bayi-bayi jemaat. Atau buah dada dari seorang yang ber-

iman yaitu  kasihnya kepada Kristus, yang dipuaskan 

dengannya, seperti seorang suami yang lembut dipuaskan 

dengan kasih sayang dari istrinya, yang sebab  itu dikata-

kan menjadi baginya seperti rusa yang manis dan kijang 

yang jelita, sebab buah dadanya selalu memuaskannya di 

sepanjang masa (Ams. 5:19). Setiap orang percaya juga 

memiliki tugas untuk mendidik orang lain dan menyampai-

kan anugerah kepada mereka, dan ini semakin menambah 

keindahan seorang Kristen.  

II. Ketetapan hati sang mempelai pria kemudian untuk mengundur-

kan diri ke gunung mur (ay. 6) dan berdiam di sana. Gunung mur 

ini dianggap menunjuk pada gunung Moria, yang di atasnya di-

bangun kemah suci, di mana kemenyan setiap hari dibakar untuk 

kehormatan Tuhan. Kristus begitu senang dengan keindahan dari 

jemaat-Nya sehingga Dia telah memilih jemaat menjadi tempat 

istirahat-Nya untuk selama-lamanya. Dalam jemaatlah Dia akan 

tinggal sebelum angin senja berembus dan bayang-bayang meng-

hilang. Janji perpisahan Kristus kepada murid-murid-Nya, sebagai 

perwakilan dari jemaat, menjawab hal ini: Dan ketahuilah, Aku 

menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Di mana 

ketetapan-ketetapan Tuhan  dijalankan dengan sebagaimana mesti-

nya, di situ Kristus akan berada. Di sanalah kita harus menemui 

Dia di pintu pertemuan Kemah Suci. Sebagian orang menafsirkan 

perkataan tadi (yaitu akan tinggal sebelum angin senja berembus 

dan bayang-bayang menghilang – pen.) sebagai perkataan dari 

sang mempelai wanita , sebab  dengan rendah hati merasa 

malu terhadap pujian yang diberikan kepadanya dan ingin keluar 

untuk tidak mendengarkan kata-kata pujian ini . Atau juga 

sebab  ia rindu untuk tetap tinggal di bukit kudus itu, sebab  

tidak merasa ragu di sana ia pasti mendapatkan pertolongan dan 

kelegaan bagi segala kesukarannya. Juga di sana ia dapat beristi-

rahat dan berharap, pada waktu yang dijanjikan, harinya akan 

tiba dan bayang-bayang menghilang. Bukit kesucian (seperti di-

amati oleh sebagian orang) di sini disebut baik dengan gunung 

mur, yang pahit, maupun dengan gunung kemenyan, yang manis, 

sebab di sana kita mempunyai kesempatan baik untuk meratap 

maupun untuk bersukacita. Pertobatan yaitu  sesuatu yang 

manis namun  pahit. namun   di sorga semuanya hanya berupa 

kemenyan, dan tidak ada mur. Doa dibandingkan dengan dupa, 

dan Kristus akan menemui umat-Nya yang berdoa dan akan 

memberkati mereka.  

III. Pujian berulang kali dari mempelai pria tentang kecantikan si 

pengantin wanita (ay. 7): Lihatlah, cantik engkau, manisku, sung-

guh cantik engkau! (ay. 1). namun  di sini Dia memuji lebih jauh 

lagi, dengan lebih rinci, seperti tentang hal-hal penciptaan. Dia 

menyatakan semuanya baik: “Lihatlah, cantik engkau, manisku. 

Engkau memang cantik, dan tidak ada cacat cela di dalam dirimu. 

Semua kecantikan ada dalam dirimu. Engkau telah dikuduskan 

seluruhnya di dalam setiap bagian. Sesungguhnya yang baru 

sudah datang (2Kor. 5:17, KJV: Segala sesuatu telah menjadi baru). 

Tidak hanya ada sebuah wajah yang baru dan sebuah nama yang 

baru, namun  seorang manusia yang baru, kodrat yang baru. Tidak 

ada cacat cela padamu, sepanjang engkau diperbaharui.” Korban-

korban rohani harus tanpa cacat. Tidak ada cacat cela selain yang 

sering merupakan cacat cela dari anak-anak Tuhan , bukan seperti 

bintik-bintik macan tutul yang tidak dapat hilang lagi. Jemaat, 

saat Kristus mempersembahkannya di hadapan diri-Nya nanti 

sebagai jemaat yang mulia, seluruhnya akan tanpa cacat atau 

kerut (Ef. 5:27).  

Kitab Kidung Agung 4:8-14 

Kasih Kristus terhadap Jemaat 

(4:8-14) 

8 Turunlah kepadaku dari gunung Libanon, pengantinku, datanglah kepada-

ku dari gunung Libanon, turunlah dari puncak Amana, dari puncak Senir 

dan Hermon, dari liang-liang singa, dari pegunungan tempat macan tutul!  

9 Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan 

hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan leher-

mu. 10 Betapa nikmat kasihmu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cinta-

mu dari pada anggur, dan lebih harum bau minyakmu dari pada segala ma-

cam rempah. 11 Bibirmu meneteskan madu murni, pengantinku, madu dan 

susu ada di bawah lidahmu, dan bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon. 

12 Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air 

termeterai. 13 Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan 

buah-buahnya yang lezat, bunga pacar dan narwastu, 14 narwastu dan 

kunyit, tebu dan kayu manis dengan segala macam pohon kemenyan, mur 

dan gaharu, beserta pelbagai rempah yang terpilih. 

Nas ini masih tentang kata-kata Kristus kepada jemaat-Nya, yang 

mengungkapkan penghargaan-Nya yang besar dan kasih sayang-Nya 

kepada jemaat. Juga isi hati-Nya tentang keindahan dan kemuliaan 

jemaat, kerinduan-Nya terhadapnya, dan kegembiraan-Nya saat ber-

sama dan bercakap dengannya. Demikianlah para suami harus 

mengasihi istri mereka seperti Kristus mengasihi jemaat, dan bersuka 

dengannya seakan-akan tidak ada cacat cela dan kesalahan, kendati 

jemaat dikelilingi dengan kelemahan. Kini, lihatlah di sini:  

I. Nama-nama dan panggilan menawan yang dipakai Kristus dalam 

menyapa jemaat, untuk mengungkapkan kasih-Nya kepadanya, 

untuk meyakinkannya tentang kasih-Nya, dan untuk menarik 

serta menggairahkan kasihnya kepada-Nya. Dua kali di sini Kris-

tus memanggil jemaat pengantin-Ku (ay. 8, 11) dan tiga kali dinda, 

pengantin-Ku (ay. 9-10, 12). Sebelumnya ada disebutkan tentang 

hari pernikahan-Nya (3:11), dan, sesudah itu, jemaat dipanggil 

pengantin-Nya, bukan sebelumnya. Catatlah, ada suatu perjanjian 

pernikahan antara Kristus dan jemaat-Nya, antara Kristus dan 

setiap orang percaya yang sejati. Kristus memanggil jemaatnya 

sebagai pengantin-Nya, dan jemaat benar-benar demikian adanya 

saat  Ia menyebutnya demikian. “Aku telah mempertunangkan 

engkau kepada-Ku untuk selamanya. Dan, sebagaimana mem-

pelai pria bersukacita atas mempelai wanita, demikian pula Tuhan -

mu bersukacita atas engkau.” Ia tidak merasa malu dalam meng-

akui hubungannya dengan jemaat, namun , sebagaimana yang se-

harusnya dilakukan seorang suami yang baik dan lembut, Kristus 

berkata dengan mesra kepada jemaat, dan memanggilnya pengan-

tin-Ku. Sebutan ini sungguh menariknya untuk berlaku setia 

kepada-Nya. Bahkan, oleh sebab  tidak ada hubungan di antara 

manusia yang dapat menggambarkan kasih Kristus kepada 

jemaat-Nya dengan memadai, maka untuk menunjukkan bahwa 

semuanya ini harus dipahami secara rohani, Kristus mengakui 

bahwa Ia memiliki dua macam hubungan dengan jemaat, yaitu 

dinda, pengantin-Ku. Kedua hubungan ini nampak bertentangan 

dalam pandangan manusia. Perkataan Abraham tentang Sara, Dia 

saudaraku, ditafsirkan sebagai suatu penyangkalan terhadap Sara 

bahwa ia yaitu  istrinya. Namun, jemaat Kristus bagi-Nya yaitu  

seorang saudara wanita  dan seorang pengantin wanita , 

seperti dalam Matius 12:50, sebagai saudara wanita  dan ibu. 

Panggilan Kristus bagi jemaat sebagai saudara wanita  di-

dasarkan pada kenyataan bahwa Ia telah mengenakan kodrat 

manusia pada diri-Nya saat Ia menjelma menjadi manusia. Dan 

pada saat yang sama juga, Ia mengambil kita untuk berbagi 

dalam kodrat-Nya saat  Ia menguduskan kita. Ia menutupi diri-

Nya dengan suatu tubuh (Ibr. 2:14), dan Ia menutupi orang-orang 

percaya dengan roh-Nya (1Kor. 6:17), sehingga dengan demikian 

mereka menjadi saudara-saudara wanita -Nya. Mereka yaitu  

anak-anak Tuhan , Bapa-Nya (2Kor. 6:18), dan sebab  itu mereka 

menjadi saudara-saudara wanita -Nya. Ia yang menguduskan, 

dan orang-orang yang dikuduskan, mereka semua yaitu  satu 

(Ibr. 2:11). Dan Ia mengakui mereka, dan mengasihi mereka, 

sebagai saudara-saudara wanita -Nya. 

II. Panggilan-Nya yang penuh kasih karunia kepada jemaat untuk 

mengikuti-Nya sebagai seorang pengantin wanita yang setia. Ia 

memanggilnya untuk meninggalkan bangsanya dan keluarga 

bapaknya, serta meninggalkan semuanya untuk bersatu dengan-

Nya. Ubi tu Caius, ibi ego Caia – Di mana engkau ada, Di situ Aku 

ada. Datanglah kepadaku dari gunung Libanon (ay. 8).  

1. Perkataan ini yaitu  sebuah perintah. Jadi kita menurutinya 

saja, demikian (2:10, 13), “Bangunlah manisku, jelitaku, mari-

lah! Semua orang yang oleh iman telah datang kepada Kristus 

harus ikut Kristus, dalam ketaatan yang kudus kepada-Nya 

dan kepatuhan kepada-Nya. Dipersatukan dengan Kristus, 

kita harus berjalan bersama-Nya. Inilah perintah-Nya kepada 

Kitab Kidung Agung 4:8-14 

kita setiap hari: Turunlah kepada-Ku, pengantin-Ku. Datanglah 

bersama-Ku kepada Tuhan  sebagai seorang Bapa. Berjalanlah 

bersama-Ku, menuju sorga. Majulah bersama-Ku. Naiklah ber-

sama-Ku. Datanglah kepadaku dari gunung Libanon, turunlah 

dari puncak Amana, dari puncak Senir dan Hermon, dari liang-

liang singa.” Gunung-gunung ini harus direnungkan:  

(1) Sebagai tempat-tempat yang sepertinya menyenangkan. 

Libanon disebut tanah pegunungan yang baik itu (Ul. 3:25). 

Kita membaca tentang kemuliaan Libanon (Yes. 35:2) dan 

baunya yang harum (Hos. 14:7). Kita membaca tentang em-

bun gunung Hermon (Mzm. 133:3) dan sorak-sorai Hermon 

(Mzm. 89:13). Dan kita dapat menduga gunung-gunung 

lain yang disebut di sini juga menyenangkan. Jadi demi-

kianlah panggilan Kristus kepada pengantin-Nya untuk 

keluar dari dunia, dari semua yang dihasilkan dunia, dari 

semua kesenangannya, supaya melepaskan semua kese-

nangan lahiriah itu. Semua orang harus melepaskannya 

untuk dapat datang kepada Kristus. Mereka harus mele-

paskan semua kasih sayangnya dari segala sesuatu yang 

ada sekarang ini. Ya, sekalipun semuanya terletak di ujung 

atas dunia, di puncak Amana dan puncak Senir, sekalipun 

mereka menikmati kepuasan tertinggi yang bisa ditawarkan 

oleh makhluk ciptaan, namun mereka harus menjauh dari 

semuanya itu, dan hidup melebihi puncak-puncak bukit-

bukit tertinggi di bumi, supaya mereka dapat memiliki 

kehidupan di sorga. Turunlah dari gunung-gunung ini , 

untuk pergi bersama dengan Kristus ke gunung kesucian, 

gunung mur (ay. 6). Bahkan sementara kita berdiam di 

gunung-gunung kesenangan di bumi ini, kita harus melihat 

ke depan, melihat ke atas lagi dari gunung-gunung itu. 

Haruskah kita melayangkan mata kita ke gunung-gunung? 

Tidak. Pertolongan kita ialah dari TUHAN (Mzm. 121:1-2). 

Kita harus melihat melampaui gunung-gunung, kepada 

hal-hal yang tak kelihatan (seperti bukit-bukit yang tinggi di 

sini), yaitu yang kekal. Dari puncak gunung Senir dan 

Hermon, yang ada di sisi lain dari sungai Yordan, seperti 

dari Pisga, mereka dapat melihat tanah Kanaan. Dari dunia 

ini kita harus melihat ke depan ke negeri yang lebih baik.  

(2) Gunung-gunung ini harus dipertimbangkan sebagai sangat 

berbahaya. Bukit-bukit ini memang cukup menyenangkan, 

namun  di sana ada  liang-liang singa. Tempat-tempat 

ini  yaitu  pegunungan tempat macan tutul, gunung-

gunung pemangsa, meskipun tampaknya mulia dan cemer-

lang (Mzm. 76:5). Iblis, si singa yang mengaum-aum itu, 

yaitu  penguasa dunia ini. Di dalam perkara-perkara dunia 

dia tinggal menunggu untuk memangsa. Di atas gunung-

gunung ini ada banyak godaan yang berbahaya bagi orang-

orang yang akan tinggal di dalamnya. sebab  itulah, turun-

lah kepada-Ku dari sana. Janganlah kita mengarahkan hati 

kita kepada hal-hal dari dunia ini, supaya hal-hal di dunia 

ini tidak dapat mencelakakan kita. Turunlah kepada-Ku 

dari kuil-kuil penyembah berhala, dan dari kelompok 

orang-orang yang fasik (demikianlah pemahaman sebagian 

orang. Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkan-

lah dirimu dari mereka. Keluarlah dari bawah kungkungan 

hawa nafsumu sendiri, yang bagaikan singa dan macan 

tutul, ganas terhadap kita, dan menjadikan kita ganas.  

2. Perkataan ini dapat diterima sebagai sebuah janji: Engkau akan 

turun kepada-Ku dari Libanon, dari liang-liang singa, yaitu,  

(1) “Banyak yang akan dibawa pulang kepada-Ku, sebagai ang-

gota-anggota jemaat yang giat, dari setiap penjuru, dari 

Libanon di sebelah Utara, Amana di Barat, Hermon di Timur, 

Senir di Selatan, dari semua penjuru, untuk duduk makan 

bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub,” (Mat. 

8:11. Lihat Yes. 49:11-12). Sebagian dari puncak gunung-

gunung ini, sebagian tokoh-tokoh besar dari dunia ini, akan 

memberi diri kepada Kristus.  

(2) Jemaat akan dilepaskan dari para penganiaya, pada waktu-

nya. Meskipun sekarang jemaat terbaring di tengah-tengah 

singa (Mzm. 57:5), Kristus akan membawa keluar jemaat 

bersama-Nya dari antara liang-liang singa.  

III. Kesukaan Kristus atas jemaat-Nya dan atas semua orang percaya. 

Ia bersuka di dalam mereka:  

1. Bagaikan pengantin wanita , yang berdandan untuk suami-

nya (Why. 21:2), yang sangat bergairah atas keelokannya 

Kitab Kidung Agung 4:8-14 

(Mzm. 45:12). Tidak ada ungkapan kasih yang lebih bergairah 

daripada yang ada di sini, di mana Kristus menunjukkan ka-

sih sayang kepada jemaat-Nya. Namun demikian bukti besar 

dari kasih-Nya, kematian-Nya sebab  kasih, sehingga Ia mem-

persembahkan kepada diri-Nya sebuah jemaat yang mulia, 

yaitu  jauh melampaui semuanya. Seorang pengantin yang 

begitu mahal telah dibeli dan dibayar lunas tidak dapat tidak, 

pastilah sangat dikasihi. Suatu harga telah dibayarkan bagi 

jemaat, maka suatu nilai yang tinggi harus perlu diberikan 

pula ke atasnya. Dan semuanya sudah seharusnya membuat 

kita terkagum-kagum betapa tingginya dan dalamnya, pan-

jangnya dan lebarnya, kasih Kristus, yang melampaui segala 

pengetahuan, yaitu kasih di mana Ia mengorbankan diri-Nya 

untuk kita dan memberikan diri-Nya bagi kita. Amatilah:  

(1) Betapa Kristus terpikat pada kekasih-Nya: Engkau mende-

barkan hatiku. Kata ini hanya dipakai di sini. Engkau sa-

ngat mencintaiku, atau Engkau sangat membenciku. Kata-

kata baru digabung untuk mengungkapkan sifat tak ter-

katakan dari kasih Kristus yang menakjubkan kepada 

jemaat-Nya. Dan kekuatan dari kasih ini  dinyatakan 

oleh apa yang merupakan suatu kelemahan di dalam diri 

manusia, suatu makhluk yang begitu besar jatuh cinta 

pada satu hal sampai-sampai tidak punya hati bagi segala 

sesuatu yang lain. Hal ini mungkin merujuk kepada kasih 

yang dimiliki Kristus bagi sisa terpilih sebelum dunia ada, 

saat  kesukaan-Nya ada pada anak-anak manusia (Ams. 

8:31), kasih yang mula-mula itu, yang telah membawa-Nya 

turun dari sorga ke bumi, untuk mencari dan menyelamat-

kan mereka dengan harga yang begitu besar, namun yang 

juga telah memberi kepuasan penuh kepada-Nya saat  Ia 

membawa mereka kepada diri-Nya. Catatlah, hati Kristus 

terarah pada jemaat-Nya, dan kasih itu telah nyata dari 

dahulu sampai seterusnya. Harta kekayaan Kristus ada di 

dalam jemaat. Jemaat itu yaitu  harta kesayangan-Nya 

(Kel. 19:5), dan sebab nya hati-Nya juga ada di sana. “Ti-

dak pernah ada kasih yang seperti kasih Kristus, yang 

membuat-Nya bahkan tidak memikirkan diri-Nya sendiri. Ia 

sampai mengosongkan diri dari kemuliaan-Nya, dan me-

nanggung segala rasa malu dan penderitaan, demi kita. 

Penderitaan kasih terhadap kita, yang dimiliki sejak keke-

kalan di dalam diri-Nya, membuat diri-Nya mengabaikan 

semua penderitaan dan umpatan salib.” (Demikian kata 

Uskup Reynolds). Maka marilah kita mengasihi Dia.  

(2) Inilah yang menyebabkan Kristus bersuka: 

[1] Kepedulian jemaat kepada-Nya: Engkau mendebarkan 

hati dengan satu kejapan mata, dengan mata merpati, 

bening dan suci (yang dipuji, ay. 1), dengan satu kejapan 

mata. Kristus luar biasa senang dengan orang-orang 

yang memandang kepada-Nya sebagai Juruselamat me-

reka, yang dengan mata iman melayangkan kasih sayang 

mereka kepada-Nya, melebihi pesaing mana pun. Ia juga 

sangat bersuka dengan orang-orang yang matanya tetap 

terarah kepada Dia. Ia segera sadar akan pandangan 

pertama dari jiwa yang menatap-Nya, dan Ia memenuhi 

jiwa itu dengan perkenanan-Nya.  

[2] Perhiasan yang jemaat miliki dari Kristus, yaitu, ketaatan 

kepada-Nya, sebab itulah yang menjadi kalung di leher-

nya, segala anugerah yang memperkaya jiwanya, anuge-

rah yang bertautan seperti kalung. Segala anugerah yang 

diterapkan oleh jemaat dalam perilaku hidupnya, meng-

hiasi dirinya sendiri maupun ajaran Yesus Kristus, yang 

diakui untuk dipercayainya. Hal ini seperti seuntai ka-

lung emas yang menjadi perhiasan bagi orang-orang yang 

unggul. Segala anugerah yang menguasai perilaku hidup-

nya itu juga menandakan suatu penyerahan dirinya yang 

menyeluruh kepada kuasa kasih-Nya yang memerintah. 

Sesudah kita melepaskan ikatan di leher, yang olehnya 

kita terikat dengan dunia ini (Yes. 52:2), dan membuang 

kuk pelanggaran kita, maka kita sekarang terikat de-

ngan tali kasih, seperti kalung emas, kepada Yesus 

Kristus. Dan sekarang leher kita dibawa di bawah kuk-

Nya yang manis dan ringan, untuk ditarik di dalamnya. 

Hal inilah yang membuat kita layak di mata Kristus, 

sebab inilah hikmat sejati yang, dalam pemandangan-

Nya, yaitu  suatu karangan bunga yang indah bagi 

kepala, dan suatu kalung bagi leher (Ams. 1:9).  

[3] Kasih sayang jemaat terhadap Kristus: Betapa nikmat 

kasihmu! Betapa indahnya! Bukan hanya kasihmu saja, 

Kitab Kidung Agung 4:8-14 

namun  semua buah dan hasil dari kasih ini , yang 

bekerja di dalam hati, yang bekerja di dalam kehidupan. 

Betapa senangnya menjadi seorang percaya yang me-

ngasihi Kristus, dan betapa senangnya Kristus dikasihi 

seperti itu! Tidak ada yang membuat kita layak bagi 

Kristus selain kasih kita kepada-Nya. Jauh lebih nikmat 

cintamu dari pada anggur, melebihi semua anggur yang 

dicurahkan kepada Tuhan di dalam persembahan mi-

numan! Oleh sebab  itu buah anggur dikatakan yang 

menyukakan hati Tuhan  dan manusia (Hak. 9:13). Jemaat 

berkata tentang kasih Kristus, cintamu lebih nikmat dari 

pada anggur (1:2), dan sekarang Kristus berkata demi-

kian tentang jemaat-Nya. Kita tidak rugi kalau memuji 

Kristus, dan tangan-Nya pun tidak pendek untuk ber-

buat baik kepada teman-teman-Nya.  

[4] Minyak wangi, wewangian yang dipakai mempelai wa-

nita untuk mengharumkan badan, yaitu berbagai karu-

nia dan anugerah dari Roh Kudus, perbuatan-perbuat-

an baiknya, merupakan suatu persembahan yang ha-

rum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan ke-

pada Tuhan  (Flp. 4:18). Lebih harum bau minyakmu dari 

pada segala macam rempah, seperti yang dipersembah-

kan oleh ratu Syeba kepada Salomo, rempah-rempah 

yang diangkut dengan unta-unta (1Raj. 10:2). Bahkan, 

lebih harum daripada semua rempah-rempah yang di-

pakai dalam mencampur dupa suci yang dibakar setiap 

hari di atas mezbah emas. Kasih dan ketaatan kepada 

Tuhan  lebih menyukakan Kristus daripada korban atau 

korban bakaran. Bau pakaian mempelai wanita juga, 

yaitu pengakuan imannya yang dapat dilihat, dan peng-

akuannya akan hubungannya dengan Kristus, yang 

diakuinya di hadapan manusia saat  ia tampil di 

tengah dunia, sungguh sangat berkenan bagi Kristus, 

seperti bau gunung Libanon. Kristus telah mengenakan 

kepada pengantin-Nya pakaian putih dari kebenaran-

Nya sendiri (Why. 3:18), dan dari perbuatan-perbuatan 

yang benar dari orang-orang kudus (Why. 19:8). Dan 

pakaian putih itu diharumkan dengan sukacita dan 

penghiburan kudus dari pengantin-Nya, sehingga Ia 

merasa senang dengannya.  

[5] Perkataan jemaat, baik saat menyembah Tuhan  dan ber-

cakap-cakap dengan manusia (ay. 11): Bibirmu menetes-

kan madu murni, pengantinku, meneteskan madu yang 

sangat manis, dengan murah hati dan berlimpah. Jika 

apa yang difirmankan Tuhan  kepada kita lebih manis dari 

pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang 

lebah (Mzm. 19:11), maka apa yang kita katakan ke-

pada-Nya di dalam doa dan pujian seharusnya juga me-

nyenangkan Dia: merdu suaramu. Jika kita mengeluar-

kan hal-hal yang baik dari perbendaharaan yang baik, 

jika kata-kata kita senantiasa penuh kasih, jika lidah 

kita mengeluarkan pengetahuan, jika lidah kita menabur-

kan pengetahuan, maka bibir kita itu, dalam pandangan 

Kristus, meneteskan madu, mencurahkannya. Madu dan 

susu (dua kebutuhan pokok dari bangsa Kanaan) ada di 

bawah lidahmu. Artinya, di dalam hatimu hendaknya 

tidak hanya tersimpan bagi persediaanmu sendiri suatu 

butiran yang manis, namun  tersedia bagi kepentingan 

orang lain. Di dalam firman Tuhan  ada makanan yang 

manis dan sehat, susu untuk bayi-bayi, madu untuk me-

reka yang sudah bertumbuh. Kristus sangat dipuaskan 

dengan orang-orang yang kenyang akan firman-Nya.  

2. Bagaikan di dalam sebuah taman yang menyenangkan. Suatu 

kesukaan yang sangat besar dapat dibandingkan dengan kesu-

kaan yang terjadi di dalam sebuah taman, saat  kebahagiaan 

Adam sebelum jatuh ke dalam dosa digambarkan dengan di-

tempatkannya ke dalam sebuah taman, sebuah taman kesuka-

an. Perbandingan ini digambarkan dalam ayat 12-14. Jemaat 

sangat cocok dibandingan dengan sebuah kebun, dengan 

sebuah taman yang, seperti biasanya, memiliki sebuah mata 

air di dalamnya. Pada waktu Salomo membuat bagi dirinya 

kebun-kebun dan taman-taman (Pkh. 2:5-6), itu tidak hanya 

untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan untuk menghibur 

diri, dengan membangun banyak kolam, namun  juga untuk 

dipakai, untuk mengairi taman-taman ini . Taman Eden 

telah diairi dengan baik (Kej. 2:10; 13:10). Amatilah:  

Kitab Kidung Agung 4:8-14 

(1) Keunikan kebun ini. Kebun ini yaitu  sebuah kebun tertu-

tup, sebuah firdaus yang terpisah dari bumi pada umum-

nya. Hal ini cocok untuk Tuhan . Ia telah memilih bagi-Nya. 

Israel yaitu  bagian Tuhan , bagian dari harta pusaka-Nya. 

Kebun ini ditutup untuk kerahasiaan. Orang-orang kudus 

yaitu  umat tersembunyi Tuhan , oleh sebab nya dunia 

tidak mengenal mereka. Kristus berjalan di dalam kebun-

Nya tanpa terlihat. Kebun ini ditutup untuk keamanan. 

Sebuah pagar perlindungan dibangun untuknya, sehingga 

segala kuasa kegelapan tidak dapat menemukannya atau 

membuat sebuah celah masuk. Kebun anggur Tuhan  didiri-

kan menara jaga (Yes. 5:2). Dibangun sebuah tembok di 

sekelilingnya, sebuah tembok api. Kebun itu memiliki se-

buah mata air di dalamnya, dan sebuah air mancur, kebun 

tertutup dan mata air termeterai, yang batang-batang airnya 

meluap keluar (Ams. 5:16), namun  dirinya sendiri tertutup, 

sehingga mata air ini  tidak dapat dibuat keruh atau 

dikotori oleh tangan mana pun yang ingin mencelakakan-

nya. Jiwa orang-orang percaya yaitu  seperti kebun-kebun 

yang tertutup. Anugerah di dalam diri mereka sebagai mata 

air yang termeterai di sana di dalam manusia batiniah, di 

mana air yang diberikan oleh Kristus yaitu  sebuah aliran 

air (Yoh. 4:14; 7:38). Jemaat Perjanjian Lama yaitu  se-

buah kebun yang tertutup oleh dinding penyekat hukum 

Taurat yang bersifat keupacaraan. Maka Kitab Suci pada 

saat itu yaitu  sebuah kebun yang tertutup dan mata air 

yang termeterai. Kitab Suci saat itu dibatasi pada satu 

bangsa saja, namun  sekarang tembok pemisah sudah dising-

kirkan, Injil diberitakan kepada setiap bangsa, dan di 

dalam Kristus tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani.  

(2) Hasil dari kebun ini. Hasilnya yaitu  seperti taman Eden, 

di mana TUHAN Tuhan  menumbuhkan berbagai-bagai pohon 

dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan 

buahnya (Kej. 2:9). Tunas-tunasmu, atau tetanamanmu, 

merupakan kebun pohon-pohon delima dengan buah-buah-

nya yang lezat (ay. 13). Hasilnya tidak seperti ladang 

seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak ber-

akal budi, yang kesemuanya ditumbuhi onak, tanahnya 

tertutup dengan jeruju. Sebaliknya, di sini hasilnya yaitu  

buah-buahan, buah-buahan yang lezat, segala macam 

pohon kemenyan, beserta pelbagai rempah yang terpilih (ay. 

14). Di sini ada banyak buah-buahan dan segala macam 

jenis, tidak ada sesuatu lain yang tidak memperindah atau 

memperkaya taman ini. Yang ada hanya yang dapat mem-

buatnya menyenangkan dan berguna bagi TUHAN Tuhan . 

Segala sesuatu yang ada di dalamnya merupakan yang 

terbaik dari jenisnya. Pelbagai rempah-rempahnya yang 

terpilih jauh lebih berharga, sebab jauh lebih tahan lama, 

daripada bunga-bunga yang terpilih. Salomo yaitu  seorang 

ahli yang hebat di bidang tumbuhan dan juga bidang-bidang 

lain tentang alam. Ia berbicara banyak tentang pohon-

pohonan (1Raj. 4:33), dan mungkin tahu banyak tentang 

mutu tertentu dari buah-buahan yang disebut di sini, se-

hingga pantas bagi dia untuk merujuk pada tanaman-

tanaman ini . Namun demikian, bagi kita, cukuplah 

untuk mengamati saja secara umum, bahwa orang-orang 

kudus di dalam jemaat, dan anugerah di dalam diri mere-

ka, yaitu  sangat tepat untuk dibandingkan dengan buah-

buahan dan rempah-rempah di sini. Sebab:  

[1] Mereka ditanam, dan tidak bertumbuh dengan sendiri-

nya. Pohon tarbantin kebenaran yaitu  tanaman TUHAN 

(Yes. 61:3). Anugerah keluar dari suatu benih yang 

tidak dapat rusak.  

[2] Mereka mulia dan bernilai tinggi. sebab  itu ada nas 

tentang anak-anak Sion yang berharga dan iman mereka 

yang berharga. Mereka yaitu  taman kebahagiaan.  

[3] Mereka sangat menyenangkan, menjadi bau yang ha-

rum bagi Tuhan  dan manusia, dan, seperti wewangian 

yang keras, menyebarkan bau harum mereka.  

[4] Mereka memberi banyak keuntungan dan sangat ber-

guna. Orang-orang kudus yaitu  berkat bagi bumi ini, 

dan rahmat anugerah mereka yaitu  kekayaan mereka, 

yang dengannya mereka berdagang seperti para peda-

gang dari Timur dengan rempah-rempah mereka.  

[5] Mereka tetap ada, dan akan dipelihara bagi tujuan yang 

mulia, saat  bunga-bunga menjadi layu dan tidak ada 

gunanya. Anugerah, yang dimatangkan dalam kemulia-

an, akan bertahan untuk selamanya. 

Kitab Kidung Agung 4:15-16 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(4:15-16) 

15 O, mata air di kebun, sumber air hidup, yang mengalir dari gunung Libanon! 

16 – Bangunlah, hai angin utara, dan marilah, hai angin selatan, bertiuplah 

dalam kebunku, supaya semerbaklah bau rempah-rempahnya! Semoga keka-

sihku datang ke kebunnya dan makan buah-buahnya yang lezat. 

Nas Alkitab ini sepertinya yaitu  perkataan dari sang pengantin 

wanita, jemaat, dalam menjawab pujian yang Kristus, sang mempelai 

pria, berikan kepadanya sebagai sebuah kebun buah-buahan yang 

menyenangkan. Apakah jemaat yaitu  sebuah kebun?  

I.  Jemaat bergantung kepada Kristus sendiri untuk membuat kebun 

ini berbuah lebat. Kepada Kristus  matanya tertuju (ay. 15) seperti 

mata air di kebun, tidak hanya sebagai Pemilik dan Pembuat 

kebun, yang oleh-Nya kebun ditanami dan yang menjaga keber-

adaannya, namun  juga sebagai sumber air bagi kebun, yang oleh-

Nya kebun diairi sehingga terus tumbuh dan subur. Tanpa peme-

liharaan-Nya yang tak putus-putusnya, kebun akan menjadi 

seperti padang liar yang kering dan tandus. Kepada Kristus 

jemaat mempersembahkan semua kemuliaan atas semua hasil 

buahnya, sebab tanpa Dia, ia tidak ada apa-apanya: O mata air di 

kebun! mata air dari segala yang baik, dari semua anugerah, 

janganlah mengecewakanku. Adakah seorang percaya berkata 

kepada jemaat, Segala mata airku ada di dalammu, di dalammu, O 

Sion? (Mzm. 87:7), kalau begitu jemaat harus meneruskan pujian 

yang diterimanya kepada Kristus, dan berkata kepada-Nya, Segala 

mata airku ada di dalammu. Engkau yaitu  sumber air yang 

hidup (Yer. 2:13), yang darinya mengalir keluar aliran-aliran dari 

Libanon, sungai Yordan, yang muncul di kaki gunung Libanon. 

Darinya juga keluar air dari Bait Suci, yang keluar dari bawah 

ambang pintu Bait Suci (Yeh. 47:1). Orang-orang yang yaitu  

kebun-kebun bagi Kristus harus mengakui Dia sebagai sumber 

mata air mereka, sebab  dari kepenuhan-Nyalah mereka mene-

rima air, dan berkat Dialah siapa jiwa mereka menjadi seperti 

sebuah taman yang diairi (Yer. 31:12). Kota Tuhan  di bumi dibuat 

bergembira dengan adanya sungai yang mengalir dari sumber air 

ini (Mzm. 46:4), dan Yerusalem baru memiliki sungai air kehidup-

annya, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari 

takhta Tuhan  dan takhta Anak Domba (Why. 22:1).  

II. Jemaat memohon kuasa dari Roh yang diberkati untuk membuat 

kebun ini semerbak bau harum (ay. 16): Bangunlah, hai angin 

utara, dan marilah, hai angin selatan. Ini yaitu  sebuah doa: 

1. Bagi jemaat pada umumnya, supaya akan ada suatu pencu-

rahan Roh ke atasnya, supaya ia berkembang. Karunia-karu-

nia para pelayan Tuhan yaitu  rempah-rempah. saat  Roh 

dicurahkan maka karunia-karunia ini mengalir deras, maka 

padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan (Yes. 32:15). 

Doa ini telah dijawab dalam pencurahan Roh pada hari Penta-

kosta (Kis. 2:1), ditandai dengan suatu tiupan angin keras. 

Maka para rasul, yang sebelumnya terikat, mengalir deras, 

dan menjadi suatu bau harum bagi Tuhan  (2Kor. 2:15).  

2. Bagi orang-orang percaya tertentu. Perhatikanlah, 

(1) Jiwa-jiwa yang telah ditebus yaitu  seperti kebun-kebun, 

kebun-kebun Tuhan, yang tertutup bagi Dia.  

(2) Anugerah-anugerah di dalam jiwa yaitu  seperti rempah-

rempah di dalam kebun-kebun ini, berharga dan berguna 

di dalamnya.  

(3) Sangatlah diinginkan agar rempah-rempah anugerah harus 

mengalir deras baik di dalam kasih sayang yang saleh dan 

taat maupun di dalam segala tindakan mulia yang kudus, 

sehingga dengan semuanya itu kita dapat menghormati 

Tuhan , menjunjung tinggi pengakuan iman kita, dan melaku-

kan apa yang sepatutnya diperbuat orang-orang yang baik.  

(4) Roh yang diberkati, dalam karya-Nya atas jiwa, yaitu  se-

perti angin utara dan selatan, yang bertiup ke mana ia mau, 

dan dari segala penjuru (Yoh. 3:8). Ada angin utara yang 

menginsafkan, dan angin selatan yang memberi penghibur-

an. namun  semuanya, seperti angin, dibawa keluar dari per-

bendaharaan Tuhan  dan untuk melakukan firman-Nya. 

(5) Mengalirnya rempah-rempah anugerah dengan deras ber-

gantung pada angin badai dari Roh. Ia membangkitkan 

rasa kasih sayang yang baik, dan bekerja di dalam diri kita 

supaya kita menginginkan menimbulkan dan melakukan 

apa yang baik. Dialah yang mewujudkan bau harum dari 

pengetahuan-Nya melalui kita.  

(6) Kita oleh sebab nya harus menantikan Roh anugerah su-

paya Ia segera bekerja. Kita perlu berdoa untuk hal terse-

Kitab Kidung Agung 4:15-16 

but terjadi, dan meletakkan jiwa kita di bawah pengaruh-

Nya. Tuhan  telah berjanji untuk memberi kita Roh-Nya, 

namun  Dia mau agar kita meminta hal ini .  

III. Jemaat mengundang Kristus datang ke kebun untuk dijamu 

dengan jamuan terbaik. “Semoga kekasihku datang ke kebunnya 

dan makan buah-buahnya yang lezat. Biarlah Dia saja yang 

mendapat kehormatan untuk merasakan semua hasil kebun (Dia 

seharusnya pantas untuk hal itu), dan kiranya aku mendapat 

penghiburan dari perkenan-Nya untuk menerima semua hasil 

kebun, sebab itulah balas budi terbaik yang dapat aku berikan 

kepada-Nya.” Amatilah,  

1. Jemaat menyebut kebun itu sebagai kebun-Nya. Sebab, orang-

orang yang dipersatukan dengan Kristus tidak menyebut apa 

pun sebagai milik mereka, sebab  segalanya telah mereka 

persembahkan kepada-Nya dan ingin untuk dipakai bagi-Nya. 

Pada waktu rempah-rempah mengalir deras maka hal itu tepat 

untuk disebut kebunnya, dan tidak sebelum hal ini terjadi. 

Buah-buahan dari kebun yaitu  buah-buah yang lezat milik-

Nya, sebab Dialah yang telah menanam semua pohon itu, meng-

airinya, dan memberinya pertumbuhan. saat  kita mengun-

dang Kristus, tidak ada yang dapat kita bangga-banggakan seba-

gai jasa kita, sebab  yang ada pada kita semuanya milik-Nya 

sendiri.  

2. Jemaat memohon Dia mengunjungi kebun-Nya, dan menerima 

apa yang dihasilkannya. Orang percaya tidak akan merasakan 

kesenangan di dalam taman-Nya, kecuali Kristus, kekasih 

jiwanya datang kepadanya. Orang percaya juga tidak akan me-

rasakan sukacita apa pun dari buah-buahan kebun, kecuali 

buah-buahan ini  mendatangkan kemuliaan kepada Kris-

tus, dan dengan begitu Dia akan menganggap semua yang 

dimiliki-Nya telah diberikan dengan baik kepada-Nya. 

 

 


 

 

PASAL  5  

Dalam pasal ini kita mendapati,  

I. Dengan penuh rahmat Kristus menerima undangan jemaat-

Nya kepada-Nya, dan berbaik hati mengunjunginya (ay. 1).  

II. Sang mempelai menyatakan kebodohannya sebab  tidak 

mengindahkan kekasihnya, dan kesusahan yang dirasakan-

nya oleh sebab  kepergian kekasihnya (ay. 2-8).  

III. Putri-putri Yerusalem mempertanyakan kesempurnaan dari 

kekasih sang mempelai wanita  yang katanya menye-

nangkan hati (ay. 9), dan jawaban sang mempelai secara 

khusus terhadap pertanyaan itu (ay. 10-16). “Bagi kamu, 

yang percaya, Ia demikian mahal.” 

Kasih Kristus terhadap Jemaat 

(5:1) 

1 – Aku datang ke kebunku, dinda, pengantinku, kukumpulkan mur dan 

rempah-rempahku, kumakan sambangku dan maduku, kuminum anggurku

dan susuku. Makanlah, teman-teman, minumlah, minumlah sampai mabuk 

cinta! 

Kata-kata ini yaitu  jawaban Kristus atas doa jemaat dalam penutup 

pasal sebelumnya, semoga kekasihku datang ke kebunnya. Sekarang 

dalam pasal ini, Ia telah datang, dan memberitahukan jemaat menge-

nai kedatangan-Nya. Lihatlah betapa siapnya Tuhan  untuk mendengar 

doa, dan betapa siapnya Kristus untuk menerima undangan-undang-

an yang diberikan umat-Nya kepada-Nya, meskipun kita lamban 

untuk mendengar panggilan-panggilan-Nya dan menerima undangan-

undangan-Nya. Ia merendahkan diri-Nya kepada kita dengan bebas, 

sementara kita enggan untuk meninggikan diri untuk menemui-Nya. 

Cermatilah bagaimana balasannya menjawab permintaannya, dan 

melampauinya.  

1. Sang mempelai wanita  menyebutnya kekasihnya (dan ia 

memang demikian), dan mengundangnya sebab  ia mencintainya. 

Sebagai balasan untuk ini, kekasihnya menyebutnya dinda dan 

pengantinnya, seperti beberapa kali sebelumnya (ps. 4). Orang-

orang yang menjadikan Kristus sebagai kekasih terbaik mereka 

akan diakui-Nya sebagai saudara-saudara-Nya yang terdekat dan 

terkasih.  

2. Sang mempelai menyebut kebun itu sebagai kebun kekasihnya, 

dan buah-buahnya yang lezat sebagai buah-buah kekasihnya, dan 

kekasihnya mengakuinya demikian: Ini yaitu  kebunku, rempah-

rempahku. saat  Tuhan  murka terhadap Israel, Ia menyerahkan 

mereka kepada Musa (mereka yaitu  bangsamu, Kel. 32:7). Dan Ia 

menyebut perayaan-perayaan Tuhan yang tetap sebagai pertemu-

an-pertemuan mereka yang tetap (Yes. 1:14). namun  sebab  seka-

rang mereka mendapat perkenanan-Nya, Ia mengakui kebun itu 

sebagai kebun-Nya. “Meskipun kecil, itu yaitu  milik-Ku.” Orang-

orang yang dengan tulus hati menyerahkan diri mereka dan se-

mua yang mereka miliki dan dapat mereka lakukan kepada Yesus 

Kristus, mereka itu akan diberi-Nya kehormatan. Dan apa yang 

mereka miliki dan lakukan untuk-Nya akan diberi-Nya tanda, dan 

dikatakan, ini milik-Ku.  

3. Sang mempelai mengundang kekasihnya untuk datang ke kebun 

kekasihnya, dan kekasihnya berkata, aku datang. Engkau akan 

berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! (Yes. 58:9). 

saat  Salomo berdoa supaya Tuhan  datang dan menguasai rumah 

yang telah dibangunnya untuk Dia, Tuhan  benar-benar datang. 

Kemuliaan-Nya meliputi rumah itu (2Taw. 7:2, 16) Ia memberi tahu 

Salomo bahwa Ia telah memilih dan menguduskan rumah ini, seba-

gai tempat kediaman nama-Nya untuk selama-lamanya. Orang-

orang yang membuka lebar pintu jiwa mereka kepada Yesus Kristus 

akan mendapati Dia siap untuk masuk ke dalam hati mereka. Dan 

di setiap tempat di mana Ia menuliskan nama-Nya, di situ Ia akan 

menjumpai umat-Nya, dan memberkati mereka (Kel. 20:24).  

4. Sang mempelai ingin kekasihnya memakan buah-buahnya yang 

lezat, menerima korban-korban yang dipersembahkan di Bait 

Suci-Nya, yang bagaikan buah-buah dari kebun-Nya. Dan keka-

sihnya menyanggupinya, namun  mendapati bahwa buah-buah itu 

Kitab Kidung Agung 5:1 

belum terkumpul dan siap dimakan. Oleh sebab itu, ia sendirilah 

yang mengumpulkannya. sebab  buah-buah itu yaitu  miliknya, 

maka ia sendirilah yang mempersiapkannya. Ia mendapati hatinya 

tidak siap untuk jamuan yang akan disiapkan kepadanya, namun  

walaupun begitu ia sendiri turun tangan dan bersedia mengerja-

kan kebiasan-kebiasan mulia yang biasanya ia lakukan di kebun 

saat  merawatnya. Sedikit kebaikan apa saja yang ada dalam diri 

kita akan jatuh berceceran dan terhilang jika Kristus tidak 

mengumpulkannya, dan menjaganya bagi diri-Nya sendiri. 

5. Sang mempelai hanya ingin supaya kekasihnya makan buah-

buahan dari kebun itu, namun  kekasihnya membawa serta sesuatu 

yang lebih, yaitu madu, anggur, dan susu, yang memberikan gizi 

yang baik, dan yang merupakan hasil-hasil dari tanah Kanaan, 

tanah Imanuel. Kristus sangat bersuka dalam apa yang telah di-

berikan-Nya kepada umat-Nya maupun dalam apa yang telah 

dikerjakan-Nya dalam diri mereka. Atau kita dapat menduga bah-

wa ini telah dipersiapkan oleh sang mempelai sendiri, seperti 

Ester mempersiapkan bagi sang raja, suaminya, perjamuan ang-

gur. Itu hanya makanan biasa, dan sesuatu yang alami, madu dan 

susu, namun , sebab  sudah disiapkan dengan baik-baik, maka 

makanan itu diterima dengan baik pula. Ketidaksempurnaan-keti-

daksempurnaan diabaikan. Sarang madu dimakan dengan madu-

nya, dan kelemahan daging dimaklumi dan dimaafkan, sebab  

rohlah yang berkehendak. saat  Kristus menampakkan diri ke-

pada murid-murid-Nya sesudah  kebangkitan-Nya, Ia benar-benar 

makan sepotong sarang madu bersama mereka (Luk. 24:42-43, 

KJV), dan dengan demikian nas Kitab Suci di atas tadi digenapi. Ia 

tidak hanya minum anggur saja, yang merupakan minuman 

untuk orang dewasa, untuk orang besar, namun  juga susu, yang 

merupakan minuman untuk anak-anak, anak-anak kecil, sebab 

saat  lahir Ia akan menjadi Yesus, Anak yang kudus, yang 

memerlukan susu. 

6. Sang mempelai hanya mengundang kekasihnya untuk datang 

sendiri, namun  kekasihnya, dengan membawa serta jamuannya 

sendiri, membawa serta teman-temannya juga, dan mengundang 

mereka untuk berbagi dalam jamuan yang disediakan itu. Sema-

kin banyak semakin meriah, kita berkata. Dan di sini, di mana ada 

persediaan yang begitu melimpah, mereka pasti tidak akan 

kekurangan makanan. saat  Yesus Tuhan kita memberi makan 

5.000 orang sekaligus, mereka semuanya makan sampai kenyang. 

Kristus mengundang semua teman-Nya untuk minum anggur dan 

susu yang darinya Ia sendiri juga minum (Yes. 55:1), mengundang 

mereka ke perjamuan dengan masakan yang bergemuk dan de-

ngan anggur yang tua benar (Yes. 25:6). Karya agung penebusan 

manusia, dan kekayaan-kekayaan dari perjanjian anugerah, 

yaitu  pesta bagi Tuhan Yesus, dan harus demikian bagi kita. 

Undangan itu bebas untuk siapa saja dan tanpa bayaran, sepe-

nuh hati, dan penuh kasih: Makanlah, teman-teman! Jika Kristus 

datang untuk makan bersama-sama dengan kita, maka kitalah 

yang makan bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20). Makanlah, 

teman-teman! Hanya teman-teman Kristuslah yang dipersilakan 

untuk datang ke meja-Nya. Musuh-musuh-Nya, yang tidak suka 

Dia menjadi raja mereka, tidak mempunyai bagian atau hak dalam 

perkara ini. Minumlah, minumlah, sampai mabuk cinta. Kristus, 

dalam Injil-Nya, telah membuat persediaan yang berlimpah untuk 

jiwa-jiwa yang malang. Ia melimpahkan segala yang baik kepada 

orang yang lapar. Ada cukup untuk semua orang, ada cukup 

untuk tiap-tiap orang. Bagi kita ada tempat yang luas dalam hati-

Nya atau dalam anugerah-Nya, dan sebab  itu janganlah ada 

tempat yang sempit dalam hati kita sendiri. Bukalah mulut lebar-

lebar, maka Kristus akan memenuhinya. Janganlah kamu mabuk 

oleh anggur, namun  hendaklah kamu penuh dengan Roh (Ef. 5:18). 

Orang-orang yang menjamu Kristus harus menyambut teman-

teman-Nya bersama-sama dengan Dia. Yesus dan murid-murid-

Nya diundang bersama-sama ke perkawinan (Yoh. 2:2), dan Kris-

tus ingin semua teman-Nya bersukacita bersama Dia pada hari 

perkawinan-Nya dengan jemaat-Nya, dan, sebagai tanda untuk 

itu, Ia ingin supaya mereka berpesta dengan-Nya. Dalam suka-

cita-sukacita rohani dan sorgawi, tidak ada bahaya untuk me-

rayakannya secara berlebihan. Di sana kita bisa minum sampai 

mabuk cinta, minum dari sungai kesenangan Tuhan  (Mzm. 36:9), 

dan menjadi kenyang (Mzm. 65:5). 

 

Kitab Kidung Agung 5:2-8 

Kasih Kristus terhadap Jemaat;  

Ditinggal secara Rohani 

(5:2-8) 

2 Aku tidur, namun  hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. “Bukalah 

pintu, dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku, sebab  kepalaku penuh 

embun, dan rambutku penuh tetesan embun malam!” 3 “Bajuku telah ku-

tanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, 

apakah aku akan mengotorkannya pula?” 4 Kekasihku memasukkan tangan-

nya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku. 5 Aku bangun untuk 

membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan 

mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu. 6 Kekasihku kubukakan pintu, 

namun  kekasihku sudah pergi, lenyap. Seperti pingsan aku saat  ia meng-

hilang. Kucari dia, namun  tak kutemui, kupanggil, namun  tak disahutnya.  

7 Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya, selen-

dangku dirampas oleh penjaga-penjaga tembok. 8 Kusumpahi kamu, puteri-

puteri Yerusalem: bila kamu menemukan kekasihku, apakah yang akan 

kamu katakan kepadanya? Katakanlah, bahwa sakit asmara aku! 

Dalam nyanyian asmara dan sukacita ini, kita mendapati di sini 

adegan yang sangat menyedihkan. Sang mempelai wanita  di sini 

berbicara, bukan kepada kekasihnya seperti sebelumnya, sebab ke-

kasihnya telah menarik diri, melainkan tentang dia. Dan ia menceri-

takan kisah yang sedih tentang kebodohannya sendiri dan perlaku-

annya yang buruk terhadap kekasihnya, kendati dengan kebaikan-

nya, dan tentang teguran-teguran yang pantas diterimanya sebab  

itu. Mungkin ini merujuk pada kemurtadan Salomo sendiri yang di-

perbuatnya terhadap Tuhan , dan dampak-dampak yang menyedihkan 

dari kemurtadan itu sesudah  Tuhan  datang ke kebun-Nya dan mengua-

sai Bait Suci yang telah dibangunnya, dan sesudah  Salomo berpesta 

dengan Tuhan  atas korban-korban yang dipersembahkan di sana (ay. 

1). Apa pun itu, hal ini dapat diterapkan pada keadaan yang sudah 

begitu biasa dialami oleh jemaat-jemaat maupun orang-orang per-

caya, yang dengan kecerobohan dan rasa aman diri, mereka menyu-

lut Kristus untuk menarik diri dari mereka. Amatilah, 

I. Perasaan tidak bergairah yang dirasakan sang mempelai, dan kele-

suan yang menyergapnya (ay. 2): Aku tidur, namun  hatiku bangun. Di 

sini ada,  

1. Kebobrokan yang menampakkan diri dalam tindakan-tindak-

an: Aku tidur. Gadis-gadis yang bijaksana itu terlelap. Ia sebe-

lumnya berada di atas ranjangnya (3:1), namun  sekarang ia 

tertidur. Penyakit-penyakit rohani, jika tidak berupaya dilawan 

pada awalnya, cenderung bertumbuh dalam diri kita dan me-

nemukan tempat berpijak. Ia tidur, yaitu, perasaan-perasaan 

saleh menjadi dingin. Ia mengabaikan kewajiban ibadahnya 

dan menjadi lalai di dalamnya. Ia memanjakan dirinya dalam 

kenyamanannya, merasa aman dan tidak berjaga-jaga. Ada 

kalanya ini merupakan dampak buruk dari kelegaan-kelegaan 

luar biasa, suatu perkara yang baik. Rasul Paulus sendiri ter-

ancam bahaya menjadi besar hati sebab  pewahyuan-pewah-

yuan berlimpah yang diterimanya, dan terancam bahaya un-

tuk berkata, jiwaku, beristirahatlah, yang membuat duri di 

dalam daging perlu baginya, untuk mencegah dia tertidur. 

Murid-murid Kristus, saat  Ia datang ke kebun-Nya, kebun 

penderitaan-Nya, tengah tertidur lelap, dan tidak bisa berjaga-

jaga bersama-Nya. Orang Kristen yang sungguh-sungguh tidak 

selamanya terus giat dan bersemangat dalam agama.  

2. Anugerah yang tersisa, kendati dengan semuanya itu, dalam 

kebiasaan yang dilakukannya. “Hatiku bangun. Hati nuraniku 

sendiri menegurku sebab nya, dan tidak berhenti membangun-

kan diriku dari kelambananku. Roh memang penurut, dan, di 

dalam batinku aku suka akan hukum Tuhan , dan dengan akal 

budiku aku melayani hukum Tuhan . Aku, untuk saat ini, dikuasai 

oleh godaan, namun  godaan-godaan itu tidak semuanya berjalan 

ke satu arah dalam diriku. Aku tidur, namun  itu bukan tidur 

pulas. Aku berusaha melawannya. Itu bukan tidur nyenyak. 

Aku tidak bisa tenang dalam ketidakbergairahan ini.” Perhati-

kanlah, 

(1) Kita harus memperhatikan tidur rohani dan penyakit ro-

hani kita sendiri, dan merenungkannya dengan dukacita 

dan rasa malu bahwa kita sudah tertidur saat  Kristus 

berada dekat dengan kita di kebun-Nya.  

(2) saat  kita sedang meratapi apa yang salah dalam diri kita, 

kita tidak boleh mengabaikan kebaikan yang dikerjakan 

dalam diri kita, dan yang dijaga tetap hidup: “Hatiku ba-

ngun di dalam Kristus, yang kukasihi seperti hatiku sen-

diri, dan yang yaitu  hidupku. saat  aku tidur, Ia tidak 

terlelap dan tidak tertidur.” 

II.  Panggilan yang diberikan Kristus kepada sang mempelai, saat  ia 

sedang merasakan keengganan ini: Itu suara kekasihku (KJV). 

Sang mempelai mengetahuinya, dan segera sadar akan hal itu, 

Kitab Kidung Agung 5:2-8 

yang merupakan tanda bahwa hatinya bangun. Seperti Samuel 

kanak-kanak, ia mendengar panggilan itu saat  dipanggil per-

tama kali, namun  tidak seperti Samuel, ia tidak keliru dalam 

mengenali siapa yang memanggilnya itu. Ia tahu bahwa itu suara 

Kristus. Kristus mengetuk, untuk membangunkan kita supaya 

kita pergi ke pintu dan membiarkan Dia masuk. Ia mengetuk 

melalui firman dan Roh-Nya, mengetuk melalui penderitaan-

penderitaan dan melalui hati nurani kita sendiri. Meskipun tidak 

dikutip dengan tegas, namun mungkin inilah yang dirujuk dalam 

Wahyu 3:20, lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok. Ia 

memanggil orang-orang berdosa ke dalam perjanjian dengan-Nya 

dan orang-orang kudus untuk bersekutu dengan-Nya. Orang-

orang yang dikasihi-Nya tidak akan dibiarkan-Nya sendiri dalam 

ketidakacuhan mereka, namun  akan ditemukan-Nya satu atau lain 

cara untuk membangunkan mereka, untuk menegur dan meng-

hajar mereka. saat  kita tidak memikirkan Kristus, Kristus me-

mikirkan kita, dan mengupayakan supaya iman kita tidak gugur. 

Petrus menyangkal Kristus, namun  Tuhan berbalik dan meman-

dang dia, dan dengan begitu menyadarkannya kembali. Amatilah 

betapa menggugah hatinya panggilan itu: Bukalah pintu, dinda, 

manisku.  

1. Ia meminta masuk, padahal Ia dapat menuntut untuk masuk. 

Ia mengetuk, padahal Ia dapat dengan mudah mendobrak pin-

tu itu.  

2. Kristus menyapa sang mempelai dengan berbagai panggilan 

kasih dan sayang: Dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku. 

Ia bukan saja tidak memanggilnya dengan nama-nama yang 

kasar, tidak pula menegurnya sebab  sikapnya yang tidak baik 

dalam menyongsong kedatangan-Nya, namun  sebaliknya, Ia 

malah berusaha untuk mengungkapkan perasaan kasih-Nya 

yang dalam terhadapnya. Kasih setia-Nya tidak akan Dia jauh-

kan sepenuhnya. Orang-orang yang melalui iman dikawinkan 

dengan Kristus dipandang-Nya sebagai dinda-Nya, manis-Nya, 

merpati-Nya, dan semua panggilan kesayangan lainnya. Dan, 

sebab  dikenakan dengan jubah kebenaran-Nya, mereka tidak 

menjadi tercemar. Pertimbangan akan hal ini seharusnya men-

dorong sang mempelai untuk membuka pintu bagi-Nya. Kasih 

Kristus kepada kita haruslah menggugah kasih kita kepada-

Nya, bahkan dalam tindakan-tindakan yang menuntut kita 

untuk menyangkal diri sepenuh-penuhnya. Bukalah pintu. 

Bisakah kita melarang masuk teman seperti itu, tamu seperti 

itu? Tidakkah kita mau berbincang-bincang lebih lama dengan 

Dia yang tak terhingga layaknya untuk kita kenal, dan yang 

malah sungguh ingin berbincang dengan kita, meskipun yang 

diuntungkan justru kita sendiri?  

3. Kekasihnya berseru bahwa ia sedang kesusahan, dan memohon 

untuk dibiarkan masuk sub formâ pauperis – sebagai seorang 

pelancong miskin yang membutuhkan penginapan: “Kepalaku 

basah dengan embun, dengan tetes-tetes air dingin malam hari. 

Lihatlah kesusahan-kesusahan yang telah kulewati untuk ber-

temu denganmu. Kiranya kesusahanku ini membuatku layak 

mendapatkan kebaikan sekecil ini saja darimu, yaitu untuk 

dibiarkan masuk.” saat  Kristus dimahkotai duri, yang tidak 

diragukan lagi membuat kepala-Nya yang penuh berkat itu 

berdarah, pada saat itulah kepala-Nya basah dengan embun. 

“Lihatlah betapa sedihnya hatiku diperlakukan dengan tidak 

baik seperti ini, sama seperti seorang suami yang lembut di-

biarkan di luar oleh isterinya pada malam yang hujan dan 

badai.” Seperti inikah kita menginginkan Kristus yang sedemi-

kian mengasihi kita? Jiwa-jiwa yang tidak mengindahkan 

Yesus Kristus yaitu  serupa dengan tiris yang tidak henti-

hentinya menitik pada waktu hujan, yang terus menimpa Dia. 

III. Alasan sang mempelai untuk tidak patuh terhadap panggilan ini 

(ay. 3): Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakan-

nya lagi? Ia setengah tertidur. Ia mengenal suara kekasihnya. Ia 

mengenal ketukannya, namun  tidak dapat menemukan tempat 

dalam hatinya untuk membukakan pintu baginya. Ia tidak ber-

pakaian, dan tidak mau bersusah payah mengenakan pakaian 

lagi. Ia sudah membasuh kakinya, dan tidak mau bersusah-susah 

untuk membasuhnya lagi nanti. Ia tidak bisa menyuruh orang 

lain untuk membukakan pintu (kita yang harus bertindak sendiri 

untuk membiarkan Kristus masuk ke dalam hati kita), dan ia sen-

diri pun enggan membukakannya sendiri. Ia tidak berkata, aku 

tidak akan membukakannya, melainkan, bagaimana aku akan 

membukakannya? Perhatikanlah, alasan-alasan yang remeh-

temeh sudah biasa menjadi ungkapan rasa malas yang merajalela 

dalam agama. Kristus memanggil kita untuk membukakan pintu 

Kitab Kidung Agung 5:2-8 

bagi-Nya, namun  kita pura-pura tidak mendengar, atau tidak mem-

punyai kekuatan, atau tidak mempunyai waktu, dan sebab  itu 

berpikir bahwa kita bisa dimaklumi, seperti si pemalas yang tidak 

mau membajak pada musim dingin. Dan orang-orang yang harus 

berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan dengan berikat ping-

gang, jika mereka melepaskan ikat pinggang mereka dan jubah 

mereka, akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan kete-

tapan hati mereka yang dulu dan mengenakannya lagi. Oleh sebab 

itu, sebaiknya kita tetap mengencangkan ikat pinggang. Membuat 

alasan-alasan (Luk. 14:18) ditafsirkan sebagai tidak mengindahkan 

Kristus (Mat. 22:5), dan memang demikian adanya. Orang-orang 

yang tidak dapat menemukan tempat dalam hati mereka untuk 

bertahan menanggung tiupan angin yang dingin dan kencang 

untuk Kristus, atau bangun dari tempat tidur yang hangat, 

mereka itu sama seperti menghina Kristus. 

IV. Pengaruh-pengaruh yang berkuasa dari anugerah ilahi, yang oleh-

nya sang mempelai dibuat bersedia untuk bangun dan membuka-

kan pintu bagi kekasihnya. saat  kekasihnya tidak berhasil 

membujuknya, ia memasukkan tangannya melalui lobang pintu, 

untuk membukanya, seperti orang yang lelah menunggu (ay. 4). 

Ini menyiratkan pekerjaan Roh pada jiwa sang mempelai, yang 

olehnya ia yang tadinya tidak bersedia dibuat bersedia (Mzm. 

110:3). Pertobatan Lidia digambarkan sebagai terbukanya hatinya 

(Kis. 16:14) dan Kristus dikatakan membuka pikiran murid-mu-

rid-Nya (Luk. 24:45). Dia yang menciptakan roh dalam diri manu-

sia mengetahui semua jalan ke sana, dan jalan yang mana untuk 

masuk ke dalamnya. Ia dapat menemukan lobang pintu dan 

meletakkan tangan-Nya di situ untuk menaklukkan prasangka-

prasangka dan memperkenalkan ajaran dan hukum-Nya sendiri. 

Ia memegang kunci Daud (Why. 3:7), yang dengannya Ia membuka 

pintu hati dengan cara yang sesuai dengan hati itu, seperti kunci 

cocok dengan lubang pintunya, sehingga pintunya tidak usah 

dibuka dengan paksa, kecuali ada yang tidak benar dengannya. 

V.   Kepatuhan sang mempelai terhadap cara-cara dari anugerah ilahi 

ini pada akhirnya: Berdebar-debarlah hatiku (KJV: Hatiku tergerak 

untuknya). Kehendaknya ini timbul oleh pekerjaan baik yang di-

kerjakan pada perasaan-perasaan: Berdebar-debarlah hatiku, se-

perti hati kedua murid saat  Kristus membuat hati mereka ber-

kobar-kobar. Ia tergerak oleh belas kasihan terhadap kekasihnya, 

sebab  kepalanya basah dengan embun. Perhatikanlah, kelembut-

an roh, dan hati yang taat, mempersiapkan jiwa untuk menerima 

Kristus masuk ke dalamnya. Dan sebab  itulah kasih-Nya kepada 

kita digambarkan dengan cara yang teramat menyentuh hati. 

Adakah Kristus menebus kita dalam belas kasihan-Nya? Marilah 

kita dalam belas kasihan menerima Dia, dan, demi Dia, menerima 

orang-orang kepunyaan-Nya, setiap kali mereka mengalami kesu-

sahan. Pekerjaan yang baik ini, yang dikerjakan pada perasaan-

perasaan sang mempelai, membangunkan dia, dan membuatnya 

malu akan kelambanan dan kemalasannya (ay. 5, aku bangun un-

tuk membuka pintu bagi kekasihku), sebab anugerah-Nya mencon-

dongkan dia untuk melakukannya dan menaklukkan perlawanan 

dari ketidakpercayaan. Itu tindakan dari sang mempelai sendiri, 

namun Kristus yang mengerjakannya dalam dirinya. Dan sekarang 

tangannya bertetesan mur pada pegangan kancing pintu. Entah,  

1. Sang mempelai mendapati mur itu di sana saat  ia memegang 

kancing pintu, untuk menguncinya kembali. Dia yang mema-

sukkan tangan-Nya melalui lobang pintu meninggalkan mur itu 

di sana sebagai bukti bahwa Ia sudah ada di sana. saat  Kris-

tus sudah bekerja dengan penuh kuasa pada jiwa, Ia mening-

galkan rasa manis yang penuh berkat di dalamnya, yang 

sangat menyukakan baginya. Dengan ini Ia meminyaki kunci 

itu, untuk membuatnya mudah dibuka. Perhatikanlah, jika  

kita mencurahkan segenap hati kita untuk melaksanakan 

kewajiban ibadah kita, dalam tindakan-tindakan iman yang 

hidup, di bawah kuasa anugerah ilahi, maka kita akan menda-

pati bahwa pelaksanaan kewajiban itu akan berlanjut dengan 

lebih mudah dan manis daripada yang kita sangkakan. Kalau 

saja kita mau bangun, untuk membuka pintu bagi Kristus, 

maka kita akan mendapati bahwa kesulitan yang kita cemas-

kan akan teratasi secara mengherankan. Dan kita akan ber-

kata bersama Daniel, berbicaralah kiranya tuanku, sebab eng-

kau telah memberikan aku kekuatan (Dan. 10:19). Atau,  

2. Sang mempelai membawa mur itu ke sana. sebab  hatinya ter-

gerak untuk kekasihnya, yang sudah berdiri begitu lama dalam 

malam yang dingin dan basah, maka saat  ia datang untuk 

membukakan pintu baginya, maka ia pun bersiap-siap untuk 

Kitab Kidung Agung 5:2-8 

mengurapi kepalanya, dan dengan begitu menyegarkan dan 

menghiburnya, dan mungkin supaya ia tidak sampai masuk 

angin. Ia begitu tergesa-gesa untuk menemui kekasihnya itu 

hingga ia tidak mau berlama-lama membuat persiapan seperti 

biasanya, namun  langsung mencelupkan tangannya dalam botol 

minyaknya, supaya ia siap mengurapi kepala kekasihnya begitu 

kekasihnya masuk. Orang-orang yang membukakan pintu hati 

mereka kepada Kristus, pintu-pintu yang berabad-abad itu, 

harus menemui-Nya dengan tindakan-tindakan iman dan anu-

gerah-anugerah lain dengan ceria dan hidup, dan mengurapi-

Nya dengan cara demikian. 

VI. Kekecewaannya yang tak terkatakan saat  ia membukakan pintu 

untuk kekasihnya. Dan di sinilah bagian yang paling menyedih-

kan dari cerita itu: Kekasihku kubukakan pintu, seperti yang aku 

niatkan, namun , sayang seribu sayang! Kekasihku sudah menarik 

diri, dan pergi (KJV). Kekasihku sudah pergi, lenyap, demikian kata 

yang dipakai. 

1. Ia tidak membukakan pintu untuk-Nya pada waktu kekasih-

nya pertama kali mengetuk, dan sekarang ia datang terlambat, 

padahal ia seharusnya hendak menerima berkat ini. Kristus 

ingin dicari selama Ia bisa ditemui. Jika kita melewatkan wak-

tu kita, kita bisa kehilangan jalan kita. Perhatikanlah,  

(1) Wajarlah kalau Kristus menolak kita sebagai teguran atas 

perbuatan kita yang menunda-nunda untuk menerima Dia. 

Wajarlah jika Ia sampai menunda untuk menyampaikan 

penghiburan-Nya kepada orang-orang yang lalai dan malas-

malasan dalam menjalankan kewajiban ibadah mereka.  

(2) Kepergian Kristus yaitu  perkara yang mendatangkan ke-

sedihan dan ratapan besar bagi orang-orang percaya. Sang 

pemazmur yang rajawi tidak pernah mengeluhkan apa pun 

dengan nada-nada yang sedih seperti saat  ia menge-

luhkan Tuhan  yang menyembunyikan wajah-Nya dari dia, 

yang membuangnya, dan meninggalkannya. Sang mempelai 

di sini rasanya seperti menjambak-jambak rambutnya, dan 

merobek-robek pakaiannya, dan meremas-remas tangan-

nya, sambil berseru, ia sudah pergi, ia sudah pergi. Dan 

apa yang menyayat-nyayat hatinya yaitu  bahwa sebab  

kesalahannya sendirilah ia menyulut kekasihnya untuk 

menarik diri. Jika Kristus pergi, itu sebab  Ia merasa di-

perlakukan dengan tidak baik. 

2. Sekarang amatilah apa yang dilakukan sang mempelai, dalam 

keadaan ini, dan apa yang menimpanya.  

(1)  Ia masih menyebutnya kekasihnya, sebab  sudah menetap-

kan hati bahwa, betapapun berawan dan gelapnya hari, ia 

tidak akan memutuskan hubungan dengan-Nya dan kepen-

tingan di dalam Dia. yaitu  suatu kelemahan, setiap kali 

kita cemas akan kegagalan-kegagalan kita atau kepergian-

kepergian Tuhan  dari kita, untuk menghakimi dengan keras 

keadaan rohani kita. Setiap kepergian bukanlah keputus-

asaan. Aku akan berkata, Tuhan, aku percaya, meskipun 

aku harus berkata, Tuhan, tolonglah aku yang tidak per-

caya ini. Meskipun Ia meninggalkan aku, aku mengasihi-

Nya. Dia milikku.  

(2) Ia sekarang ingat kata-kata yang diucapkan kekasih-Nya 

kepadanya saat  kekasih-Nya memanggilnya, dan kesan-

kesan apa yang ditimbulkan dari kata-kata itu pada diri-

nya, sambil mencela dirinya sendiri atas kebodohannya ka-

rena tidak cepat-cepat mengikuti kata hatinya: “Seperti 

pingsan aku saat  ia menghilang. Kata-katanya meluluh-

kan aku saat  ia berkata kepalaku basah dengan embun. 

Dan sekalipun begitu, walaupun aku orang yang malang, 

aku terbaring diam, dan membuat alasan-alasan, dan tidak 

membukakan pintu baginya.” Jika kita mencekik dan 

melumpuhkan kesadaran kita akan kesalahan kita, maka 

itu akan terasa sangat pahit dalam renungan, saat  Tuhan  

membuka mata kita. Kadang-kadang suatu perkataan tidak 

terasa dampaknya secara langsung dalam hati, namun  melu-

luhkan hati sesudahnya, saat  dipikir-pikir kembali. Jiwa-

ku sekarang meleleh sebab  kata-kata yang diucapkan-Nya 

sebelumnya.  

(3) Ia tidak pergi ke tempat tidur lagi, namun  pergi mengejar ke-

kasihnya: Kucari dia, kupanggil dia. Ia tidak perlu bersusah 

payah seperti ini andai saja ia mau bangun saat  kekasih-

nya pertama kali memanggil. namun  kita me


Related Posts:

  • pengkotbah kidungagung 11 urun dari pegunungan Gilead. 2 Gigimu bagaikan ka-wanan domba yang baru saja dicukur, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semuanya, yang tak beranak tak ada. 3 Bagaikan se-utas pita kirmizi bibi… Read More