nyisakan ba-
nyak sekali pekerjaan, dan menciptakan banyak sekali ke-
Kitab Kidung Agung 5:2-8
susahan bagi diri kita sendiri, dengan kemalasan dan kece-
robohan kita sendiri dalam memanfaatkan peluang-peluang
kita. Namun merupakan pujian baginya bahwa, saat ke-
kasihnya telah menarik diri, ia terus mencarinya. Keingin-
an-keinginannya terhadap kekasihnya dibuat menjadi lebih
kuat, dan pencarian-pencariannya dibuat lebih berhasrat,
oleh kepergian kekasihnya itu. Ia memanggil kekasihnya
dengan doa, memanggil-manggil Dia, dan memohonnya un-
tuk kembali. Dan ia tidak hanya berdoa namun juga meng-
gunakan sarana-sarana, ia mencari kekasihnya di jalan-
jalan di mana ia biasa menemukan kekasihnya.
(4) Namun masih saja ia kehilangan kekasihnya: namun tak
kutemui, namun tak disahutnya. Ia tidak mempunyai bukti
akan perkenanan-Nya, tidak ada penghiburan-penghiburan
yang bisa dirasakan. Ia sama sekali ada dalam kegelapan,
dan dalam keragu-raguan akan cinta kekasihnya kepada-
nya. Perhatikanlah, ada orang-orang yang memiliki kasih
yang sejati untuk Kristus, namun doa-doa mereka untuk
meminta Ia tersenyum kepada mereka tidak langsung
dijawab. namun Ia memberi mereka apa yang sepadan, yaitu
dengan menguatkan mereka dengan kekuatan dalam jiwa
mereka untuk terus mencari Dia (Mzm. 138:3). Doa Rasul
Paulus untuk meminta supaya duri di dalam dagingnya di-
hilangkan tidak dikabulkan, namun dijawab dengan anuge-
rah yang cukup untuknya.
(5) Sang mempelai diperlakukan dengan buruk oleh peronda-
peronda kota. Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukuli-
nya aku, dilukainya aku (ay. 7). Mereka menganggapnya
sebagai wanita cabul (sebab ia berkeliaran di jalanan
di malam hari pada jam itu, saat mereka sedang meron-
da), dan sebab itu mereka memukulinya. Orang-orang
kudus yang sedang bermuram durja dianggap sebagai para
pendosa, dikecam dan dicela sebagai pendosa. Demikian
pula Hana, saat ia sedang berdoa dengan hati pedih, dilu-
kai dan dipukuli oleh Eli, salah seorang penjaga utama, ke-
tika Eli berkata kepadanya, berapa lama lagi engkau ber-
laku sebagai orang mabuk? Dengan demikian, Eli meng-
anggapnya sebagai wanita dursila (1Sam. 1:14, 16).
Bukan hal baru jika orang-orang yang dengan setia dan
penuh kasih tunduk pada Raja Sion, disalahpahami oleh
penjaga-penjaga Sion sebagai musuh-musuh atau aib bagi
kerajaan-Nya. Mereka tidak bisa melecehkan dan meng-
aniaya orang-orang itu kecuali dengan menjelek-jelekkan
nama mereka. Sebagian penafsir menerapkan ini kepada
hamba-hamba Tuhan yang, meskipun pekerjaan mereka
yaitu penjaga, namun menyalahgunakan perkataan itu
dan mengucapkannya kepada orang-orang yang bersih hati
nuraninya. Dan sebab mereka tidak cakap, atau meman-
dang rendah kesedihan orang-orang itu, mereka malah
menambah penderitaan kepada orang yang menderita, dan
melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Tuhan
tidak mendukakan hatinya (Yeh. 13:22). Mereka mengecil-
kan hati orang-orang yang seharusnya disemangati, dan
menceritakan kepada orang yang menderita kesakitan
orang-orang yang ditikam Tuhan (Mzm. 69:27). Sungguh
buruk peronda-peronda kota itu, yang tidak bisa, atau
tidak mau, membantu sang mempelai mencari kekasihnya
(3:3). namun peronda-peronda kota di sini jauh lebih buruk,
sebab mereka menghalang-halanginya dengan teguran-
teguran mereka yang keras dan kejam, memukulinya dan
melukainya dengan celaan-celaan mereka. Dan meskipun
mereka penjaga-penjaga tembok Yerusalem, mereka seolah-
olah sudah menjadi pendobrak tembok itu, merampas
selendangnya dengan kasar dan biadab, seolah-olah de-
ngan selendang itu sang mempelai hanya berpura-pura so-
pan, padahal itu untuk menutupi tubuhnya. Orang-orang
yang penampilan lahiriahnya baik secara keseluruhan, na-
mun dikutuk dan dilindas secara menyakitkan sebagai orang
munafik, mempunyai alasan untuk mengeluh, seperti sang
mempelai di sini, bahwa selendang mereka dirampas dari
mereka.
(6) saat ia dibuat tidak mampu untuk meneruskan pencari-
annya sendiri oleh pelecehan-pelecehan yang dilakukan ke-
padanya oleh peronda-peronda kota, ia meminta orang-
orang di sekelilingnya untuk membantunya dalam pencari-
annya (ay. 8): Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem!
Semua temanku dan kenalanku, bila kamu menemukan
kekasihku, barangkali kamu akan bertemu dengannnya
Kitab Kidung Agung 5:2-8
sebelum aku, apakah yang akan kamu katakan kepada-
nya? Demikian sebagian orang membacanya. “Sampaikan-
lah kata-kata yang baik mengenai aku. Beri tahu dia bah-
wa sakit asmara aku.” Amatilah di sini,
[1] Seperti apa keadaannya. Ia mengasihi Yesus Kristus
sampai sedemikian rupa hingga ketidakhadiran-Nya
membuatnya sakit, luar biasa sakit, hingga ia tidak bisa
menahannya. Dan ia menderita menantikan kepulang-
an-Nya seperti seorang wanita yang hendak bersa-
lin, seperti sakit hati Ahab sebab kebun anggur Nabot,
yang diingininya dengan hati yang menggebu-gebu. Ini
yaitu penyakit yang merupakan tanda dari keadaan
jiwa yang sehat, dan pasti akan berakhir dengan baik,
penyakit yang tidak akan berakhir dengan kematian, me-
lainkan kehidupan. Lebih baik sakit asmara terhadap
Kristus daripada nyaman dalam cinta terhadap dunia.
[2] Jalan apa yang diambilnya dalam keadaan ini. Ia tidak
tenggelam dalam keputusasaan dan menjadi pasrah
bahwa ia akan mati sebab penyakitnya. Sebaliknya, ia
meminta orang lain untuk mencari kekasihnya. Ia me-
minta nasihat dari tetangga-tetangganya, dan memohon
doa-doa mereka untuknya, supaya mereka mau ber-
bicara kepada kekasihnya atas namanya. “Katakan ke-
padanya, walaupun aku abai, bodoh, malas, dan tidak
segera bangun seperti yang seharusnya untuk mem-
bukakan pintu baginya, namun aku mencintainya. Ia
mengetahui segala sesuatu, Ia tahu bahwa aku menga-
sihi-Nya. Katakan kepadanya bahwa aku ini seorang
yang tulus, meskipun dalam banyak hal aku belum
memenuhi kewajibanku dengan baik. Bahkan, katakan
kepadanya bahwa aku ini seorang yang patut dia kasi-
hani, supaya ia berbelas kasihan kepadaku dan meno-
longku.” Ia tidak meminta mereka memberi tahu dia
bagaimana peronda-peronda kota telah melecehkannya.
Betapapun tidak benarnya mereka dalam berbuat be-
gitu, ia mengakui bahwa Tuhan itu benar, dan sebab
itu ia menanggungnya dengan sabar. “namun katakan
kepadanya bahwa aku terluka oleh cinta kepadanya.”
Jiwa-jiwa yang beroleh anugerah lebih peka terhadap
kepergian-kepergian Kristus daripada terhadap kesu-
sahan-kesusahan lain.
Languet amaus, non languet amor –
Sang kekasih merana, namun tidak kasihnya.
Pertanyaan tentang Keunggulan-keunggulan Kristus;
Keyakinan Jemaat terhadap Kristus
(5:9-16)
9 – Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, hai jelita di
antara wanita? Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain,
sehingga kausumpahi kami begini? 10 – Putih bersih dan merah cerah keka-
sihku, menyolok mata di antara selaksa orang. 11 Bagaikan emas, emas mur-
ni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak. 12 Matanya
bagaikan merpati pada batang air, bermandi dalam susu, duduk pada kolam
yang penuh. 13 Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah, petak-petak rem-
pah-rempah akar. Bunga-bunga bakung bibirnya, bertetesan cairan mur.
14 Tangannya bundaran emas, berhiaskan permata Tarsis, tubuhnya ukiran
dari gading, bertabur batu nilam. 15 Kakinya yaitu tiang-tiang marmar
putih, bertumpu pada alas emas murni. Perawakannya seperti gunung Liba-
non, terpilih seperti pohon-pohon aras. 16 Kata-katanya manis semata-mata,
segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah te-
manku, hai puteri-puteri Yerusalem.
Di sini ada,
I. Pertanyaan yang diajukan putri-putri Yerusalem kepada sang
mempelai mengenai kekasihnya, sebagai jawaban terhadap sum-
pah yang dilontarkannya terhadap mereka (ay. 9). Amatilah,
1. Sebutan terhormat yang mereka berikan kepada sang mem-
pelai: Hai jelita di antara wanita! Yesus Tuhan kita menjadikan
mempelai-Nya sungguh-sungguh menyenangkan, bukan ha-
nya di mata-Nya, melainkan juga di mata semua putri Yeru-
salem. Jemaat yaitu warga yang paling unggul di
dunia, persekutuan orang-orang kudus yaitu persekutuan
yang terbaik, dan keindahan tempat kudus yaitu keindahan
yang jauh mengatasi dunia ini. Orang-orang kudus yaitu
orang-orang yang paling unggul. Kekudusan yaitu keselaras-
an jiwa. Kekudusan yaitu kesesuaian jiwa dengan dirinya
sendiri. Kekudusan membuat jiwa disukai oleh semua orang
yang layak menilainya. Bahkan orang-orang yang sedikit me-
ngenal Kristus, seperti putri-putri Yerusalem di sini, tidak bisa
tidak pasti melihat keindahan yang menyenangkan hati dalam
Kitab Kidung Agung 5:9-16
diri orang-orang yang menampakkan gambar-Nya, yang harus
kita cintai di mana saja kita melihatnya, meskipun dalam
pakaian yang berbeda-beda.
2. Pertanyaan mereka tentang kekasihnya: “Apakah kelebihan
kekasihmu dari pada kekasih yang lain? Jika engkau mau
kami menemukan dia untukmu, berilah kami tanda-tanda me-
ngenai dirinya, supaya kami mengenalinya saat kami meli-
hatnya.”
(1) Sebagian orang memandang pertanyaan putri-putri Yeru-
salem ini sebagai pertanyaan yang mencemooh, menyalah-
kan dia sebab bersusah payah mencari kekasihnya seperti
itu: “Mengapa engkau sampai begitu menggebu-gebu dalam
mencari kekasihmu, lebih daripada orang lain dalam men-
cari kekasih mereka? Mengapa hatimu begitu terpatri kepa-
danya, lebih daripada orang lain yang juga baik kepadanya?”
Orang-orang yang bersemangat dalam agama yaitu orang-
orang yang membuat heran orang lain yang tak acuh ter-
hadap agama. Banyak orang sembrono menertawakan sedi-
kit orang yang tertib dan sungguh-sungguh. “Apa yang ada
dalam diri kekasihmu itu yang begitu memesona, lebih
daripada yang ada dalam diri orang lain? Kalau dia pergi,
maka engkau, yang jelita di antara wanita, akan segera
mendapatkan orang lain dengan hati yang sama menyala-
nya.” Perhatikanlah, hati yang bersifat kedagingan tidak
melihat sesuatu yang unggul atau luar biasa dalam diri
Tuhan Yesus, dalam pribadi ataupun pekerjaan-pekerjaan-
Nya, dalam ajaran ataupun dalam perkenanan-perkenan-
an-Nya. Bagi orang-orang demikian, tidak ada nilai lebih
dalam pengetahuan akan Kristus, dan dalam persekutuan
dengan-Nya, yang melebihi apa yang ada dalam pengetahu-
an tentang dunia dan dalam pergaulan dengannya.
(2) Sebagian yang lain lebih memandangnya sebagai pertanya-
an yang sungguh-sungguh, dan menganggap bahwa orang-
orang yang mengajukan pertanyaan itu bermaksud,
[1] Untuk menghibur sang mempelai, yang, mereka tahu,
akan kembali mendapatkan semangat baru jika ia dibiar-
kan berbicara selama beberapa saat tentang kekasihnya.
Tak ada hal lain yang lebih menyenangkannya, atau lebih
berhasil mengalihkan dia dari rasa kesedihannya, dari-
pada meminta dia menggambarkan keindahan-keindahan
tentang kekasihnya. Hal ini sangat menyenangkan hati-
nya.
[2] Untuk memberi tahu diri mereka sendiri. Putri-putri
Yerusalem itu sudah mendengar, secara umum, bahwa
kekasihnya unggul dan mulia, namun mereka ingin me-
ngetahui lebih rinci lagi. Mereka bertanya-tanya apa yang
menggerakkan hati sang mempelai sampai menyumpahi
mereka dengan begitu berapi-api dan khawatir. Ada apa
dengan kekasihnya itu? sebab itulah mereka menduga
pasti ada sesuatu yang lebih dalam diri kekasihnya itu
dibandingkan kekasih orang lain. Dan mereka pun ber-
sedia diyakinkan mengenai keunggulan kekasihnya itu.
jika suatu kaum mulai mencari tahu tentang Kristus
dan kesempurnaan-kesempurnan-Nya yang jauh meng-
atasi dunia ini, pada saat itulah mulai ada secercah
harapan bagi kaum itu. Dan ada kalanya semangat yang
luar biasa dari satu orang dalam mencari tahu tentang
Kristus, bisa menjadi perangsang bagi banyak orang un-
tuk mencari Dia juga (2Kor. 9:2). Seperti Rasul Paulus,
melalui iman bangsa-bangsa bukan Yahudi, ingin mem-
bangkitkan cemburu yang kudus dalam hati orang-
orang Yahudi (Rm. 11:14). Lihat Yohanes 4:10.
II. Penjelasan yang diberikan sang mempelai tentang kekasihnya
sebagai jawaban terhadap pertanyaan ini. Kita harus selalu siap
mengajar dan membantu orang-orang yang mencari tahu tentang
Kristus. Orang-orang Kristen yang berpengalaman, yang dengan
sendirinya mengenal Kristus dengan baik, harus berbuat semam-
pu mereka untuk membuat orang lain mengenal-Nya.
1. Ia meyakinkan mereka, secara umum, bahwa kekasihnya mem-
punyai kesempurnaan-kesempurnaan yang tak tertandingi dan
bernilai tiada tara (ay. 10): “Tidakkah kamu tahu kekasihku?
Masakan putri-putri Yerusalem tidak tahu akan Dia yang
yaitu mahkota Yerusalem dan kepala yang dimahkotai? Kalau
begitu biarlah aku memberi tahu kamu,”
Kitab Kidung Agung 5:9-16
(1) Bahwa dalam dirinya ada segala sesuatu yang indah dan
menyenangkan: Putih bersih dan merah cerah kekasihku,
warna-warna yang membentuk keindahan seutuhnya. Ini
tidak menunjuk kepada keindahan yang luar biasa dari
tubuh-Nya, saat Ia menjelma (tidak pernah dikatakan
tentang bayi Yesus, seperti tentang bayi Musa, saat Ia
lahir, bahwa Ia sangat elok [Kis. 7:20]. Bahkan, Ia tidak
tampan dan semaraknya pun tidak ada [Yes. 53:2]). namun
kemuliaan ilahi-Nya, dan keselarasan dari segala sesuatu
dalam diri-Nya sebagai Pengantara, membuat-Nya benar-
benar indah di mata orang-orang yang tercerahkan untuk
memahami hal-hal rohani. Dalam diri-Nya kita dapat meli-
hat keindahan Tuhan. Dia yaitu Yesus, Anak yang kudus.
Itulah keelokan-Nya. Jika kita memandang Dia yang dijadi-
kan sebagai hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebus-
an bagi kita, maka Ia tampak, dalam semuanya itu, sangat
menyenangkan hati. Kasih-Nya kepada kita membuat-Nya
indah. Dia putih dalam ketidakbersalahan hidup-Nya yang
tak bernoda, merah cerah dalam penderitaan-penderitaan
yang berdarah yang dilalui-Nya pada saat kematian-Nya.
Putih dalam kemuliaan-Nya, sebagai Tuhan (saat Ia ber-
ubah rupa, pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti
terang), merah cerah saat Ia mengambil kodrat manusia,
Adam – tanah merah. Putih dalam kelembutan-Nya terha-
dap umat-Nya, merah cerah dalam penampakan-penam-
pakan-Nya yang menakutkan melawan musuh-musuh-Nya
dan musuh-musuh umat-Nya. Warna kulit-Nya yaitu per-
paduan yang sangat membahagiakan.
(2) Bahwa dalam diri-Nya ada keindahan yang tidak dapat di-
temukan pada yang lain: Ia menyolok mata di antara selak-
sa orang, indah tiada tara, terelok di antara anak-anak ma-
nusia, di antara siapa saja dari mereka, di antara mereka
semua. Tak ada yang seperti Dia. Tidak satu pun dapat
dibandingkan dengan-Nya. Segala sesuatu yang lain diang-
gap sebagai kerugian dan sampah dibandingkan dengan
Dia (Flp. 3:8). Ia menjadi yang mahatinggi di antara raja-
raja bumi (Mzm. 89:28), dan nama yang dikaruniakan ke-
pada-Nya jauh lebih indah daripada pemerintah-pemerintah
dan penguasa-penguasa dari dunia atas ataupun bawah
(Flp. 2:9; Ibr. 1:4). Dia yaitu pembawa panji di antara
selaksa (demikian kata yang dipakai), yang tertinggi dan
terindah dari kumpulan itu. Ia sendiri diangkat sebagai
panji-panji (Yes. 11:10), yang kepada-Nya kita harus ber-
kumpul dan selalu mengarahkan padangan kita. Dan ada
seribu satu alasan mengapa Ia harus mendapat tempat
yang paling dalam dan paling penting dalam jiwa kita, se-
bab Dia yaitu yang paling jelita di antara selaksa bagi diri-
Nya sendiri dan paling kuat di antara dua laksa bagi kita.
2. Sang mempelai memberikan rincian tertentu tentang pencapai-
an-pencapaian-Nya, tidak menyembunyikan kuasa-Nya atau
bagian-Nya yang indah. Segala sesuatu dalam diri Kristus
yaitu menyenangkan. Sepuluh contoh dari keindahan-Nya
diberikan sang mempelai di sini, yang tidak perlu kita terap-
kan dengan terinci, supaya jangan sampai keindahan itu dire-
mas-remas hingga berdarah, dan dengan demikian keindahan-
nya terenggut. Yang dirancangnya, secara umum, yaitu un-
tuk menunjukkan bahwa Ia dalam segala hal memenuhi syarat
untuk pekerjaan-Nya, dan mempunyai dalam diri-Nya segala
sesuatu yang bisa membuat-Nya memperoleh penghargaan,
kasih, dan kepercayaan kita. Penampakan Kristus kepada
Yohanes (Why. 1:13, dst.) dapat dibandingkan dengan gambar-
an yang diberikan sang mempelai tentang kekasihnya di sini.
Maksud dari penampakan kepada Yohanes dan gambaran
sang mempelai keduanya menggambarkan Dia sebagai pribadi
yang mulia jauh mengatasi segala sesuatu, yaitu, agung mau-
pun penuh rahmat. Ia indah di mata orang-orang percaya dan
mereka dibuat bahagia dalam diri-Nya.
(1) Bagaikan emas, emas murni, kepalanya. Kepala dari Kris-
tus ialah Tuhan (1Kor. 11:3), dan dijanjikan kepada orang-
orang kudus bahwa Yang Mahakuasa akan menjadi tim-
bunan emas mereka (Ayb. 22:25), pembela mereka, harta
mereka. Jauh terlebih lagi Tuhan bagi Kristus, yang di da-
lam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-
Tuhan an (Kol. 2:9). Kepala Kristus berbicara tentang kekua-
saan-Nya yang berdaulat atas segala sesuatu dan penga-
ruh-Nya yang teramat penting atas jemaat-Nya dan semua
anggotanya. Kepala ini seperti emas, emas. Dalam bahasa
Kitab Kidung Agung 5:9-16
aslinya kata emas yang pertama menandakan emas yang
bersinar, dan kata emas yang kedua menandakan emas
padat. Kedaulatan Kristus itu indah dan juga penuh kua-
sa. Kerajaan Nebukadnezar dibandingkan dengan kepala
yang dari emas (Dan. 2:38), sebab kerajaan itu mengung-
guli semua kerajaan lain, dan begitu pula dengan pemerin-
tahan Kristus.
(2) Rambutnya mengombak dan hitam, bukan hitam seperti
kemah orang Kedar, yang kehitamannya yaitu keburuk-
an mereka, yang sebab itu dengannya jemaat memban-
dingkan dirinya sendiri (1:5), melainkan hitam seperti
gagak, yang kehitamannya yaitu keindahannya. Ada ka-
lanya rambut Kristus digambarkan putih (Why. 1:14), yang
menandakan kekekalan-Nya, bahwa Ia yaitu Yang Lanjut
Usianya. namun di sini rambut-Nya digambarkan hitam
dan mengombak, yang menandakan bahwa Ia senantiasa
muda, dan dalam diri-Nya tidak ada yang menjadi lapuk,
tidak ada yang menua. Segala sesuatu yang menjadi milik
Kristus yaitu menyenangkan di mata orang percaya,
bahkan rambut-Nya pun demikian. Sungguh disayangkan
bahwa rambut itu sampai basah, seperti yang terjadi di
sini, dengan embun, dan penuh tetesan embun malam,
sewaktu Ia menanti untuk memberi rahmat-Nya (ay. 2).
(3) Matanya bagaikan merpati, cerah dan jernih, murni dan
ramah, pada batang air, yang menjadi kesukaan merpati-
merpati, dan yang di dalamnya, seperti dalam cermin,
mereka melihat diri mereka sendiri. Mereka dimandikan,
untuk membuat mereka bersih, mereka bermandi dalam
susu, untuk membuat mereka putih, dan duduk pada
kolam yang penuh, tidak terlalu dangkal tidak pula terlalu
dalam. Mata Kristus terlalu suci untuk melihat kejahatan,
sebab mata-Nya yaitu mata merpati (Hab. 1:13). Semua
orang percaya berbicara dengan senang hati tentang
kemahatahuan Kristus, seperti sang mempelai di sini ber-
bicara tentang mata kekasihnya. Sebab, walaupun mata
itu mengerikan bagi musuh-musuh-Nya seperti nyala api
(Why. 1:14), namun mata itu bersahabat dan menghibur
bagi sahabat-sahabat-Nya, seperti mata merpati, sebab
mata itu yaitu saksi bagi kesetiaan dan kelurusan hati
mereka. Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa
aku mengasihi Engkau. Diberkati dan kuduslah orang-
orang yang selalu berjalan berjalan di bawah pandangan
mata Kristus.
(4) Pipinya (air muka-Nya) bagaikan bedeng rempah-rempah,
yang ditanam di kebun, yang menjadi keindahan dan ke-
kayaannya, dan bagaikan petak-petak rempah-rempah
akar, atau menara-menara kemanisan. Dalam wajah Kris-
tus ada sesuatu yang menyenangkan di mata semua orang
kudus, sekalipun mereka hanya memandang-Nya sekilas,
sebab pipi hanyalah satu bagian dari wajah. Separuh dari
penyingkapan-penyingkapan yang dibuat Kristus tentang
diri-Nya sendiri kepada jiwa sungguh menghidupkan dan
menyegarkan, harum melebihi bunga-bunga dan minyak-
minyak yang baunya semerbak.
(5) Bunga-bunga bakung bibirnya, bukan putih seperti bunga
bakung, melainkan manis dan menyenangkan hati. Seperti
itulah ucapan-ucapan bibir-Nya bagi semua orang yang
dikuduskan, lebih manis dari pada madu, bahkan dari
pada madu tetesan dari sarang lebah. Seperti itulah kecup-
an-kecupan bibir-Nya, yaitu semua penyampaian anu-
gerah-Nya. Kemurahan tercurah pada bibir-Nya, dan orang-
orang yang mendengar-Nya heran akan kata-kata yang
indah yang diucapkan-Nya. Bagaikan bunga-bunga bakung
bibirnya, bertetesan cairan mur. Di alam ini bunga bakung
tidak pernah meneteskan cairan mur, dan tidak ada satu
pun di alam ini yang dapat sepenuhnya mengemukakan
keindahan dan keunggulan Kristus, dan sebab itu, untuk
membuat perbandingan, harus ada perpaduan dari berba-
gai gambaran.
(6) Tangannya bundaran emas, berhiaskan permata Tarsis,
batu mulia yang ternama (ay. 14). Orang-orang besar meng-
hiasi tangan mereka dengan cincin emas di jari mereka,
yang bertatahkan berlian atau batu-batu mulia lain. namun ,
di mata sang mempelai, tangan kekasihnya itu sendiri ba-
gaikan bundaran emas. Semua tindakan kuasa-Nya, peker-
jaan-pekerjaan tangan-Nya, semua tindakan pemeliharaan
dan anugerah-Nya, semuanya kaya, murni, dan berharga,
seperti emas, seperti permata krisopras yang mahal dan
Kitab Kidung Agung 5:9-16
permata lazurit. Semuanya dibuat cocok dengan tujuan
yang untuknya mereka dirancang, seperti cincin emas un-
tuk jari, dan semuanya indah dan sangat pantas, seperti
cincin berhiaskan permata Tarsis. Tangan-Nya, yang ter-
ulur untuk menerima umat-Nya maupun untuk memberi-
kan sesuatu kepada mereka, demikian kaya dan indah.
(7) Hatinya ukiran dari gading, sebab demikianlah ayat itu
harus diartikan, dan bukan diartikan sebagai perutnya
(KJV), sebab kata yang digunakan yaitu sama dengan
kata yang dipakai untuk hati (ay. 4), dan sering kali dipan-
dang ada pada Tuhan (seperti dalam Yes. 63:15; Yer 31:20).
Dan dengan demikian kata itu menandakan belas kasihan
dan kasih sayang-Nya yang lembut terhadap mempelai-
Nya, dan cinta-Nya kepada sang mempelai bahkan dalam
keadaannya yang sendirian dan ditinggalkan. Cinta-Nya
ini seperti gading yang cemerlang, digosok halus, dan
bertabur batu nilam yang berlimpah. Cinta itu sendiri kuat
dan teguh, dan tindakan-tindakannya dan keadaan-keada-
an yang meliputinya cemerlang dan berkilauan, dan sema-
kin menambah nilainya yang tak terkira.
(8) Kakinya yaitu tiang-tiang marmar putih, begitu kuat,
begitu megah, dan tidak membuat cacat alas emas murni
yang padanya tiang-tiang itu bertumpu (ay. 15). Hal ini
berbicara tentang kekokohan-Nya dan keteguhan-Nya. Di
mana kaki-Nya bertumpu, di situ Ia berdiri teguh. Ia sang-
gup menanggung semua beban pemerintahan yang ada
pada bahu-Nya, dan kaki-Nya tidak akan pernah goyah.
Ini menyatakan keagungan dan kemegahan dari perarakan
Tuhan kita, Raja kita, ke dalam tempat kudus-Nya (Mzm.
68:25), serta keteguhan dan kesamaan semua tata aturan-
Nya terhadap umat-Nya. Tindakan Tuhan itu tepat. Semua
tindakan-Nya yaitu kasih setia dan kebenaran. Inilah
tiang-tiang marmar putih itu, yang lebih tahan lama dari-
pada tiang-tiang langit.
(9) Perawakannya (sikap dan pembawaan-Nya) seperti gunung
Libanon, bukit yang megah itu. Air muka-Nya rupawan
dan menawan, seperti pemandangan hutan atau taman
yang indah itu, terpilih seperti pohon-pohon aras, yang, da-
lam ketinggian dan kekuatan, mengungguli pohon-pohon
lain, dan sangat bermanfaat. Kristus yaitu pribadi yang
menawan. Semakin lama kita memandang-Nya, semakin
banyak keindahan yang akan kita lihat dalam diri-Nya.
(10) Kata-katanya manis semata-mata, rasa manis itu sendiri.
Kata-kata-Nya yaitu apa saja yang manis (demikian kata
yang dipakai). Kata-kata-Nya sari pati murni, bahkan, per-
wujudan sempurna dari semua kenikmatan (ay. 16). Se-
mua kata dari mulut-Nya manis bagi orang percaya, manis
seperti susu untuk bayi (yang sesuai baginya), dan seperti
madu untuk orang dewasa (Mzm. 119:103), yang baginya
lezat rasanya. Kecupan-kecupan bibir-Nya, semua tanda
cinta-Nya, mengandung rasa manis yang jauh mengatasi
segala sesuatu, dan paling nikmat bagi orang-orang yang
pancaindera rohaninya terlatih. Bagi kamu, yang percaya,
Ia mahal.
3. Sang mempelai menutup dengan keyakinan yang penuh akan
iman maupun harapan, dan dengan demikian dapat mengatasi
masalahnya.
(1) Di sini ada keyakinan iman yang penuh akan keindahan
yang lengkap dari Tuhan Yesus: “Segala sesuatu padanya
menarik. Mengapa aku harus berdiri untuk menyebutkan
rincian-rincian keindahan-Nya, bila secara keseluruhan
tidak ada apa pun yang salah dalam diri-Nya?” Ia sadar
bahwa gambaran-gambaran tertentu yang dia berikan ten-
tang kekasihnya kurang mendekati kebenaran, dan masih
jauh dari menggambarkan martabat dan nilai dari apa yang
hendak disampaikannya. Dan sebab itu ia mengakhirinya
dengan pujian secara umum: Ia sungguh-sungguh menarik,
Ia sepenuhnya demikian. Tak ada hal lain dalam diri-Nya
selain apa yang menyenangkan, dan tak ada yang menye-
nangkan selain apa yang ada dalam diri-Nya. Dialah semua
yang dinginkan orang. Ia memiliki dalam diri-Nya segala
sesuatu yang diingini oleh siapa saja. Oleh sebab itu,
semua keinginannya mengarah kepada kekasihnya, dan ia
mencarinya dengan penuh kecemasan, dan tidak bisa
merasa tenang dan puas tanpa kehadirannya. Siapa yang
tidak bisa mencintai Dia yang begitu indah?
Kitab Kidung Agung 5:9-16
(2) Di sini ada keyakinan penuh akan harapannya menyang-
kut kepentingannya dalam diri kekasihnya: “Demikianlah
kekasihku, demikianlah temanku. Dan sebab itu janganlah
heran kalau aku sedemikian merindukannya.” Lihatlah be-
tapa dengan keberanian yang kudus ia mengaku mempu-
nyai hubungan dengan kekasihnya, dan kemudian betapa
dengan kemenangan yang kudus ia menyatakannya. Hak
miliklah yang membuat keunggulan menjadi manis. Meli-
hat Kristus, dan tidak melihat-Nya sebagai milik kita, akan
lebih menjadi siksaan daripada kebahagiaan. namun meli-
hat Dia yang sedemikian indah, dan melihat-Nya sebagai
milik kita, merupakan kepuasan yang seutuhnya. Di sini
orang yang sungguh-sungguh percaya,
[1] Setuju mengakui Kristus dengan sepenuhnya: “Dia ada-
lah milikku, Tuhanku dan Tuhan ku (Yoh. 20:28), milikku
sesuai dengan maksud dan tujuan perjanjian Injil, mi-
likku dalam semua hubunganku dengan apa saja.
Dianugerahkan kepadaku, untuk menjadi bagiku segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh jiwaku yang malang.”
[2] Merasakan kepuasan yang sepenuhnya dalam Kristus.
Hal ini dibicarakan di sini dengan nada kemenangan.
“Inilah Dia yang telah kupilih, dan yang kepada-Nya
aku telah menyerahkan diriku sendiri. Tiada yang lain
selain Kristus, tiada yang lain selain Kristus. Inilah Dia
yang kepada-Nya hatiku terpatri, sebab Dia yaitu ke-
kasih pujaan hatiku. Inilah Dia yang kepada-Nya aku
percaya, dan yang dari-Nya aku menantikan segala ke-
baikan, sebab inilah temanku.” Perhatikanlah, orang-
orang yang menjadikan Kristus kekasih mereka akan
memiliki-Nya sebagai teman mereka. Sejak dahulu,
sekarang, dan di waktu-waktu mendatang Ia yaitu
teman yang istimewa bagi semua orang percaya. Ia
mengasihi orang-orang yang mengasihi-Nya. Dan orang-
orang yang memiliki-Nya sebagai teman mereka mem-
punyai alasan untuk bermegah di dalam Dia, dan ber-
bicara tentang Dia dengan hati yang gembira. “Biar saja
orang lain dikuasai oleh cinta akan dunia, dan mencari
kebahagiaan mereka dalam persahabatan dan kenik-
matan-kenikmatannya, namun inilah kekasihku, inilah
temanku. Orang lain boleh saja berbuat semau mereka,
namun inilah pilihan jiwaku, sandaran jiwaku, hidupku,
sukacitaku, segala-galaku. Inilah Dia yang dengan-Nya
aku ingin hidup dan mati.”
PASAL 6
Dalam pasal ini,
I. Putri-putri Yerusalem, yang tergerak oleh gambaran yang di-
sampaikan oleh jemaat mengenai Kristus, bertanya tentang
Dia (ay. 1).
II. Jemaat mengarahkan putri-putri Yerusalem ke tempat
mereka bisa bertemu dengan Kristus (ay. 2-3).
III. Kristus sekarang telah ditemukan oleh mereka yang mencari-
Nya, dan Ia sangat memuji kecantikan pengantin-Nya, seba-
gai mempelai laki-laki yang sangat terpesona olehnya (ay. 4-
7). Ia mengutamakannya di atas yang lainnya (ay. 8-9) dan
mengajak sahabat-sahabatnya agar mengasihi dan menghor-
matinya (ay. 10). Dan, terakhir, Ia menyatakan kesan yang
tertanam dalam diri-nya oleh sebab kecantikan pengantin-
Nya, dan Ia mengalami sukacita besar oleh sebab pengatin-
Nya itu (ay. 11-13).
Bertanya tentang Kristus
(6:1-3)
1 – Ke mana perginya kekasihmu, hai jelita di antara wanita? Ke jurusan ma-
nakah kekasihmu pergi, supaya kami mencarinya besertamu? 2 – Kekasihku
telah turun ke kebunnya, ke bedeng rempah-rempah untuk menggembalakan
domba dalam kebun dan memetik bunga bakung. 3 Aku kepunyaan kekasih-
ku, dan kepunyaanku kekasihku, yang menggembalakan domba di tengah-
tengah bunga bakung.
Inilah,
I. Pertanyaan yang diajukan oleh putri-putri Yerusalem mengenai
Kristus (ay. 1). Mereka masih terus mengagumi jemaat dan me-
manggilnya, seperti sebelumnya, jelita di antara wanita, sebab
memang kesucian sejati yaitu kejelitaan sejati. Kali ini, keka-
guman mereka bertambah mengenai Kristus: Ke jurusan manakah
kekasihmu pergi, supaya kami mencarinya besertamu? Bila Kidung
Agung tidak dipahami secara rohani, perkataan ini akan terdengar
tidak pantas dan tak dapat diterima, sebab cinta itu iri hati
terhadap pesaing, akan menguasai pihak yang dicintai, dan tidak
peduli jika orang lain harus ikut mencari-Nya. namun ,
mereka yang mengasihi Kristus rindu agar orang lain juga menga-
sihi-Nya dan turut dipersatukan dengan-Nya. Bahkan, bukti
terbesar dari tanggung jawab dan hormat yang dapat diperlihat-
kan anak-anak jemaat kepada ibu mereka yaitu bergabung de-
ngannya mencari Kristus. Puteri-puteri Yerusalem, yang bertanya
(5:9), Apakah kelebihan kekasihmu daripada kekasih yang lain?
sebab tertegun bahwa sang mempelai wanita sangat menga-
sihi pengantinnya, sekarang berubah pikiran, dan mereka sendiri
akhirnya turut mencintai-Nya, sebab ,
1. Sang mempelai wanita telah menceritakan tentang kekasih-
nya dan memperlihatkan keunggulan dan kesempurnaan-Nya
kepada putri-putri Yerusalem, sehingga dengan demikian, meski
mereka belum pernah melihat-Nya, mereka menjadi percaya dan
mencintai-Nya. Orang-orang yang tidak menghargai Kristus ber-
buat demikian sebab tidak mengenal-Nya. saat Tuhan , melalui
perkataan dan Roh-Nya, menetapkan agar Kristus ditemukan
oleh jiwa-jiwa yang mencari-Nya, seberkas cahaya sorgawi itu
akan menghidupkan nyala api cinta kepada-Nya.
2. Sang mempelai wanita telah mengungkapkan rasa cinta-
nya kepada Kristus, penyerahan dirinya kepada cinta itu, dan
bersorak di dalamnya: Demikianlah kekasihku. Api di dalam
dada sang mempelai wanita lantas memercikkan bara api
ke dalam sanubari putri-putri Yerusalem. Seperti halnya
keinginan penuh dosa yang saat menyebar akan mencemari
banyak orang, begitu pula nyala cinta kesalehan dari beberapa
orang akan menjadi perangsang bagi banyak orang (2Kor. 9:2)
3. Sang mempelai wanita sebelumnya meminta pertolongan
dari putri-putri Yerusalem untuk mencari kekasihnya (5:8).
namun , kali ini putri-putri Yerusalem yang memohon
kepadanya, sebab mereka melihat bahwa awan mendung
yang menutupi sang mempelai wanita telah terserak, dan
Kitab Kidung Agung 6:1-3
langit pun kembali cerah baginya. Di saat bersamaan, saat
sang mempelai wanita sedang menggambarkan kekasih-
nya kepada mereka, ia kembali beroleh penghiburan di dalam-
Nya. Orang Kristen yang lesu akan beroleh untung dari ber-
bicara tentang Kristus dan dari berbuat baik kepada sesama.
Nah,
(1) Putri-putri Yerusalem bertanya mengenai mempelai laki-laki,
“Ke mana perginya kekasihmu? Jalan mana yang harus kita
tempuh untuk mendapatkannya?” Perhatikan, orang-orang
yang telah mengetahui keunggulan Kristus dan penghiburan
di dalam Dia, tidak bisa tidak akan mencari Dia dengan
segenap hati dan sangat ingin tahu di mana mereka dapat
bertemu dengan-Nya.
(2) Putri-putri Yerusalem menawarkan bantuan kepada sang
mempelai wanita untuk menemaninya mencari keka-
sihnya: Supaya kami mencarinya besertamu. Orang-orang
yang hendak menemukan Kristus harus mencari-Nya sejak
dini dan dengan tekun. Upaya pencarian Kristus pun
paling baik dikerjakan bersama-sama dengan mereka yang
juga mencari Dia. Kita harus mencari persekutuan dengan
Kristus di dalam persekutuan dengan para orang kudus.
Kita tahu ke mana perginya kekasih kita. Dia telah pergi ke
sorga, kepada Bapa-Nya dan Bapa kita. Dia peduli dan
mengirimkan petunjuk kepada kita agar kita mengetahui
jalan menuju Dia (Yoh. 20:17). Dengan iman kita harus
melihat Dia di sana dan dengan doa mencari-Nya di sana,
dengan berani masuk ke dalam tempat kudus dan berga-
bung dengan angkatan orang yang menanyakan Dia (Mzm.
24:6), bahkan bersama semua orang di segala tempat yang
berseru kepada nama-Nya (1Kor. 1:2). Kita harus berdoa
bersama sesama kita dan untuk sesama kita.
II. Jawaban sang mempelai wanita atas pertanyaan putri-putri
Yerusalem (ay. 2-3). Sekarang, ia tak lagi mengeluh seperti yang
dilakukannya sebelumnya (5:6), “Ia sudah pergi, ia sudah lenyap,”
sebab ia tidak tahu ke mana harus mencari kekasihnya, atau
ragu bahwa ia telah kehilangan kekasihnya selamanya. Ia tidak
lagi mengeluh, sebab ,
1. Sekarang ia tahu persis di mana kekasihnya itu (ay. 2): “Keka-
sihku tidak akan ditemukan di jalan-jalan kota, di tengah-
tengah kerumunan dan kebisingan yang ada di sana. Di situ-
lah aku dengan sia-sia telah mencari-Nya” (seperti halnya
orangtua-Nya mencari Dia di antara kaum keluarga dan
kenalan mereka, namun tidak menemukan-Nya). namun ,
Dia telah turun ke kebun-Nya, suatu tempat untuk menyendiri
dan merenung.” Semakin kita mengundurkan diri dari hiruk
pikuk dunia, semakin besar kemungkinan kita berjumpa de-
ngan Kristus, yang membawa murid-murid-Nya ke taman untuk
menjadi saksi dari penderitaan kasih-Nya. Jemaat Kristus
yaitu sebuah taman yang kudus dan terpisah dari dunia luar.
Jemaat yaitu kebun-Nya sendiri, yang telah Ia garap seperti
halnya taman Eden, yang Ia rawat dan bersuka dengannya.
Meski Kristus telah naik ke sorga, Ia tetap turun ke taman-Nya
di dunia. Dunia ini hina, tetap Ia merendahkan diri-Nya untuk
mengunjunginya. Betapa indahnya perendahan diri Kristus
itu. Benarkah Tuhan hendak diam bersama dengan manusia di
atas bumi? Orang-orang yang mencari Kristus akan bertemu
dengan Dia di taman-Nya, yaitu jemaat, sebab di sanalah
tempat yang Dia tentukan menjadi tempat peringatan bagi
nama-Nya (Kel. 20:24). Mereka harus melayani-Nya menurut
ketetapan-ketetapan yang telah diberikan-Nya, yaitu di dalam
firman, sakramen, dan doa, di mana Dia akan bersama kita
senantiasa sampai kepada akhir zaman. Sang mempelai
wanita di sini merujuk kepada perkataan Kristus (5:1),
Aku datang ke kebunku. Di sini, sang mempelai wanita
seolah-olah ingin berkata, “Betapa bodohnya aku sudah ber-
lelah-lelah dengan mencarinya ke sana kemari ke tempat di
mana dia tidak ada, padahal ia sudah mengatakan tempatnya
berada!” Firman yang menuntun dan menghibur hati kerap
kali tidak ada di saat-saat kita membutuhkannya, hingga Roh
Kudus membawanya ke dalam ingatan kita, dan saat itu kita
pun tertegun sebab telah melupakannya. Kristus sudah ber-
pesan kepada kita bahwa Ia datang ke kebun-Nya, sehingga ke
sanalah kita harus pergi mencari-Nya. Di sini, bedeng-bedeng
dan kebun-kebun yang lebih kecil merupakan tiap-tiap jemaat
tertentu, yaitu segala tempat pertemuan Tuhan di negeri (Mzm.
74:8), sementara rempah-rempah dan bunga bakung yaitu
Kitab Kidung Agung 6:1-3
tiap-tiap orang percaya, tanaman Tuhan, dan kesenangan di
mata-Nya. saat Kristus turun menemui jemaat-Nya, Ia mela-
kukannya untuk,
(1) Menggembalakan domba dalam kebun (KJV: Memberi makan
domba dalam taman). Tidak seperti para gembala lain yang
memberi makan ternaknya di lapangan terbuka, Kristus
menyediakan makanan bagi domba-domba-Nya di dalam
taman-Nya, sehingga mereka diberi makan dengan sangat
baik (Mzm. 23:2). Kristus datang untuk menyediakan ma-
kanan bagi sahabat-sahabat-Nya dan menghibur mereka.
Di taman engkau tidak hanya akan menjumpai Kristus
namun juga akan menyaksikan meja perjamuan-Nya yang
dipenuhi dengan limpahnya, diiringi sambutan-Nya yang
hangat. Kristus pun datang untuk mengenyangkan diri-Nya
sendiri, yaitu untuk menyenangkan diri dengan buah-buah
anugerah-Nya di dalam umat-Nya, sebab TUHAN senang
kepada orang-orang yang takut akan Dia. Kristus mempu-
nyai banyak kebun, yaitu banyak jemaat-jemaat dengan
ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Kendati jemaat
yaitu kepunyaan-Nya, Ia menjamu diri-Nya sendiri de-
ngan kepunyaan-Nya itu, menyatakan diri-Nya di tengah-
tengah jemaat, dan sangat berkenan akan mereka.
(2) Memetik bunga bakung dengan penuh sukacita untuk
menghibur dan menghiasi diri-Nya. Ia memetiknya satu per
satu dan mengumpulkannya bagi dirinya sendiri. Suatu saat
nanti pada hari yang agung, akan ada panen besar bunga
bakung saat Kristus mengirimkan malaikat-malaikat-Nya
untuk mengumpulkan segala bunga bakung kepunyaan-
Nya, agar Ia diagungkan dan dimuliakan di dalam mereka
selama-lamanya.
2. Sang mempelai wanita sangat percaya akan makna diri-
nya bagi Kristus (ay. 3): “Aku kepunyaan kekasihku, dan kepu-
nyaanku kekasihku. Hubungan ini bersifat timbal balik, dengan
simpul yang terikat erat dan tak dapat dilepaskan, sebab Dia
menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung, dan
persekutuanku dengan-Nya menjadi bukti dari arti diriku bagi-
Nya.” Sang mempelai wanita memang telah mengucapkan
hal ini sebelumnya (2:16), namun ,
(1) Di sini, ia mengulangi pernyataannya kembali, yang atasnya
ia berjanji untuk mematuhi dan di dalamnya ia mendapat
sukacita dan kepuasan yang tidak terkatakan. Ia sangat
bergembira atas pilihannya dan tidak mau mengubahnya.
Persekutuan kita dengan Tuhan dijaga dan dilestarikan de-
ngan senantiasa memperbarui kovenan kita dengan-Nya dan
bersukacita di dalam-Nya.
(2) Ia memiliki kesempatan untuk mengulanginya, sebab ia
telah berlaku jahat terhadap kekasihnya dan membuat
kekasihnya menarik diri darinya, sehingga ada kesempatan
untuk memperbarui perjanjian yang tetap teguh antara
Kristus dan orang percaya, walaupun sering kali orang
percaya gagal dan Ia tidak senang kepada mereka (Mzm.
89:30-35). “Aku telah ceroboh dan bercela di dalam kewa-
jiban ibadahku, namun tetaplah aku kepunyaan kekasihku.”
Ini berarti tiap kesalahan yang kita buat di dalam perjanji-
an dengan Tuhan tidaklah membuat kita terdepak dari
perjanjian ini . “Ia telah menyembunyikan wajahnya
dariku dan menolak memberikan penghiburannya kepada-
ku, namun tetap kepunyaanku kekasihku.” Memang teguran
dan didikan mengiringi dan mengalir dari perjanjian kasih.
(3) saat kita tidak memiliki jaminan penuh akan kasih Kris-
tus, kita harus hidup dalam ketaatan sepenuh iman ke-
pada-Nya. “Meskipun aku tak lagi merasakan penghiburan
yang pernah aku alami sebelumnya, namun aku tetap ber-
paut kepada hal ini, bahwa Kristus kepunyaanku dan aku
kepunyaan-Nya.”
(4) Meski sang mempelai wanita telah mengucapkan per-
nyataan yang sama sebelumnya, namun kali ini ia mem-
balik urutannya dan lebih dahulu menyampaikan makna
dirinya bagi Kristus: Aku kepunyaan kekasihku, sepenuh-
nya mengabdi dan menguduskan dirinya bagi kekasihnya.
Kemudian, ia mengutarakan makna kekasihnya dan anu-
gerah-Nya bagi dia: “Kekasihku kepunyaanku, dan aku
bahagia, sangat bahagia bersama-Nya.” Bila hati kita sen-
diri dapat bersaksi bagi kita bahwa kita yaitu milik-Nya,
maka tidak ada tempat bagi keragu-raguan bahwa Dia ada-
lah milik kita, sebab perjanjian tidak pernah dilanggar
dari pihak-Nya.
Kitab Kidung Agung 6:4-10
(5) Seperti yang terjadi sebelumnya, sang mempelai perem-
puan saat ini mendapat penghiburan saat mengetahui
bahwa Kristus menggembalakan (KJV: memberi makan)
domba di tengah-tengah bunga bakung, bahwa Dia bersuka-
cita di dalam umat-Nya dan bercakap-cakap begitu bebas-
nya dengan mereka, seperti halnya kita memperlakukan
mereka yang kepadanya kita sediakan makanan. Dengan
demikian, meski saat ini Dia tidak ada bersama kita, “Aku
akan berjumpa kembali dengan-Nya. Sebab aku bersyukur
lagi kepada-Nya, penolongku dan Tuhan ku!”
Keyakinan Jemaat di dalam Kristus;
Kasih Kristus terhadap Jemaat
(6:4-10)
4 Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem, dahsyat
seperti bala tentara dengan panji-panjinya. 5 Palingkanlah matamu dari pa-
daku, sebab aku menjadi bingung sebab nya. Rambutmu bagaikan kawanan
kambing yang bergelombang turun dari Gilead. 6 Gigimu bagaikan kawanan
domba, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semua-
nya, yang tak beranak tak ada. 7 Bagaikan belahan buah delima pelipismu di
balik telekungmu. 8 Permaisuri ada enam puluh, selir delapan puluh, dan
dara-dara tak terbilang banyaknya. 9 namun dialah satu-satunya merpati-
ku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang
melahirkannya; puteri-puteri melihatnya dan menyebutnya bahagia, permai-
suri-permaisuri dan selir-selir memujinya. 10 “Siapakah dia yang muncul
laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan
surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?”
Pada bagian ini, kita patut menganggap bahwa Kristus dengan penuh
kemurahan hati telah kembali kepada mempelai-Nya, sesudah mena-
rik diri darinya, dan kembali untuk bersekutu dengan mempelai-Nya
(sebab Ia berbicara kepadanya dan membuatnya mendengar kegi-
rangan dan sukacita) sesudah mengampuni dan melupakan segala
kejahatannya, sebab Ia berbicara dengan sangat lembut dan hormat
kepadanya.
I. Kekasihnya menyatakan bahwa mempelai-Nya begitu indah (ay.
4): Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, sebuah kota suku
Manasye, yang namanya berarti menyenangkan, atau dapat di-
terima, mengingat suasana kota itu yang jelas sangat menggem-
birakan dengan bangunan-bangunan yang indah dan rapi. Juita
seperti Yerusalem, kota yang bersambung rapat (Mzm. 122:3) dan
yang telah dibangun dan diperindah Salomo, suatu kegirangan
bagi seluruh bumi. Kota seperti Yerusalem menjadi kehormatan
bagi dunia (terlepas dari dunia memang berpikir demikian atau
tidak). Yerusalem merupakan kota suci, dan kesuciannya inilah
yang menjadi kecantikan terbesarnya. Tepatlah bila jemaat diban-
dingkan dengan Yerusalem, sebab memang seperti kota itulah
jemaat digambarkan dan diperlambangkan. Jemaat yang injili
yaitu Yerusalem sorgawi (Gal. 4:26), ya, Yerusalem sorgawi (Ibr.
12:22). Jemaatlah tempat kudus Tuhan dan di sanalah Tuhan secara
khusus hadir. Dari jemaatlah Tuhan menerima pujian yang terus-
menerus mengalir. Itulah tempat Tuhan berdiam untuk selama-
lamanya, sehingga dengan demikian jemaat menjadi juita seperti
Yerusalem, dan sebab nya, dahsyat seperti bala tentara dengan
panji-panjinya. Segala teguran yang diperkatakan oleh jemaat, bila
dilaksanakan dengan semestinya, akan membuat nurani manusia
terperanjat. Perkataan jemaat (yang merupakan senjatanya di da-
lam pertempuran) mematahkan setiap siasat (2Kor. 10:5), dan
bahkan seorang yang tidak percaya akan diyakinkan dan dihakimi
menurut semua ketetapan kudus yang agung (1Kor. 14:24-25).
Para orang kudus dengan iman mereka mengalahkan dunia (1Yoh.
5:4), dan bahkan, seperti halnya Yakub, mereka bergumul mela-
wan Tuhan dan menang (Kej. 32:28, KJV: beroleh kekuatan di dalam
Tuhan dan menang).
II. Sang kekasih mengakui bahwa diri-Nya jatuh cinta kepada sang
mempelai wanita (ay. 5). Meski untuk sesaat dan dengan
agak murka Ia menyembunyikan wajah-Nya dari padanya, namun
sekarang Ia menjumpainya dengan memperlihatkan kebaikan ke-
kal yang mencengangkan (Yes. 54:8). Palingkanlah matamu ke-
pada-Ku (menurut tafsiran beberapa orang), “palingkan mata
imanmu dan mata kasihmu kepada-Ku, sebab hal itu mengang-
kat-Ku. Pandanglah Aku dan jadilah tenang.” saat kita berseru
kepada Tuhan untuk memalingkan mata kemurahan-Nya kepada
kita, maka Ia pun berseru kepada kita untuk memalingkan mata
ketaatan kita kepada-Nya. Kita membacanya sebagai satu bentuk
ungkapan cinta yang tidak biasa, “Palingkanlah matamu dari
padaku, sebab aku tidak tahan melihat terangnya. Aku menjadi
bingung sebab nya (KJV: matamu telah menguasaiku), dan aku
telah dimenangkannya agar aku tidak mengingat-ingat lagi segala
Kitab Kidung Agung 6:4-10
yang telah lalu.” Demikianlah seperti yang dikatakan Tuhan kepada
Musa saat ia menjadi perantara bagi orang Israel, “Biarkanlah
Aku, atau aku harus menyerah” (Kel. 32:10). Kristus berkenan
meminjam ungkapan yang diucapkan oleh seorang pecinta yang
penuh hasrat ini hanya untuk mengungkapkan kelembutan
seorang Penebus yang begitu peduli, serta menyampaikan suka-
cita yang Ia rasakan dalam diri mereka yang telah Ia tebus dan
dalam semua karya anugerah-Nya di dalam diri mereka.
III. Ia mengulangi kembali, nyaris kata demi kata, bagian dari pen-
jelasan yang telah Ia sampaikan mengenai kecantikan sang mem-
pelai wanita (4:1-3), rambutnya, giginya, pelipisnya (ay. 5-7),
bukan sebab Ia tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-
kata lain, dengan perbandingan lain yang serupa, namun untuk
memperlihatkan bahwa Ia masih menghargai sang mempelai
wanita sama seperti sebelum ia berbuat tidak baik kepada-
Nya dan sebelum Ia mengundurkan diri dari padanya. Untuk
mencegah agar jangan sampai sang mempelai wanita berpikir
bahwa Ia memandangnya buruk, meski Ia mengenalnya dan
meski Ia tidak membuangnya, maka Ia pun mengatakan hal yang
sama tentangnya seperti yang telah Ia perbuat sebelumnya. Mere-
ka yang banyak diampuni akan lebih banyak berbuat kasih, dan
oleh sebab nya menjadi yang lebih dikasihi, sebab Kristus telah
berkata, Aku mengasihi orang yang mengasihi Aku. Ia berkenan
kepada umat-Nya dan tidak mempertimbangkan kelemahan mere-
ka, saat mereka dengan tulus hati bertobat dan kembali kepada
kewajiban ibadah mereka. Lalu Ia pun akan memuji umat-Nya
seakan-akan mereka sudah mencapai kesempurnaan.
IV. Ia lebih mengutamakan sang mempelai wanita ketimbang
para pesaingnya, dan menyaksikan bahwa segala kecantikan dan
kesempurnaan yang ada pada pesaing lain dijumpai dan berpusat
di dalam diri sang mempelai wanita (ay. 8-9); “Walaupun per-
maisuri ada enam puluh, yang seperti halnya Ester telah mencapai
kedudukan tinggi di kerajaan dan kehormatan melalui kecantikan
mereka, dan walaupun selir delapan puluh, yang lebih disukai raja
daripada permaisuri sebab pesonanya yang lebih memikat, dan
yang diasuh oleh para pelayan kehormatan, dara-dara tak ter-
bilang banyaknya, yang tampak begitu anggun di tengah pesta di
istana, dengan kecantikan yang membuat mata yang memandangi-
nya tidak berkedip, namun tetap dialah satu-satunya merpatiku,
idam-idamanku, mempelaiku yang kudus.”
1. Sang mempelai wanita mengungguli semuanya. Pergilah
ke seluruh pelosok dunia, dan lihatlah segala macam masyara-
kat manusia yang menyatakan diri mereka sendiri bijaksana
dan bahagia, pelbagai kerajaan, istana, majelis negeri, dewan
penasihat, atau perhimpunan apa pun yang engkau nilai ber-
harga, tidak ada satu pun dari mereka yang dapat dibanding-
kan dengan jemaat Kristus. Kehormatan dan keindahan mere-
ka tidak ada apa-apanya dibandingkan jemaat Kristus. Siapa-
kah yang sama dengan engkau, hai Israel! (Ul. 33:29; 4:6-7).
Ada orang-orang tertentu, seperti halnya dara-dara yang tak
terbilang banyaknya, yang tersohor sebab pencapaian
mereka, keindahan tutur kata, bahasa, dan kinerja mereka,
namun keindahan kekudusan jauh melampaui semua keindah-
an lain: “Satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, ialah yang
memiliki satu kecantikan, yaitu laksana merpati, merpati yang
tak tercemar, dan ia yaitu kepunyaanku, dan itu membuat-
nya mengatasi semua permaisuri dan dara, meski jumlah me-
reka sangat banyak.”
2. Sang mempelai wanita mencakup semuanya. “Raja-raja
lain mempunyai banyak permaisuri, dan selir, dan dara, dan
raja-raja ini menghibur hati mereka sendiri dengan bercakap-
cakap dengan kepunyaannya itu, namun merpatiku, idam-
idamanku, yaitu satu-satunya kebahagiaan hatiku, dan di
dalam dia saja Aku mempunyai lebih banyak daripada yang
dimiliki raja-raja lain dengan banyak kepunyaan mereka itu.”
Atau, “Meskipun ada banyak kumpulan-kumpulan jemaat,
namun beberapa lebih mulia, beberapa kurang mulia, bebe-
rapa sudah ada sejak lama, lainnya baru ada beberapa waktu,
dan meskipun ada banyak orang percaya, dengan talenta dan
pencapaian yang berbeda-beda, namun beberapa lebih menon-
jol, yang lainnya kurang menonjol, namun mereka semua itu
membentuk satu jemaat yang umum, semuanya bagian dari
satu keseluruhan, dan itulah merpatiku, idam-idamanku.”
Kristus yaitu pusat dari kesatuan jemaat. Semua anak Tuhan
yang tercerai-berai di segala tempat dikumpulkan oleh Dia
Kitab Kidung Agung 6:4-10
(Yoh. 11:52), dan dipersatukan di dalam Dia (Ef. 1:10), dan
semuanya yaitu merpati-Nya.
V. Dia memperlihatkan betapa sang mempelai wanita sangat di-
hormati, tidak hanya oleh-Nya, namun juga oleh semua yang me-
ngenalnya dan yang memiliki hubungan dengannya. Sang mem-
pelai wanita lebih dipuji lagi saat dikatakan bahwa,
1. Sang mempelai wanita yaitu kesayangan ibunya. Sedari
kecil, ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatnya lebih
dikasihi orang tuanya. Seperti Salomo yang dikatakan merupa-
kan anak yang lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibunya
(KJV: anak yang lembut dan yang satu-satunya di mata ibunya)
(Ams. 4:3), demikianlah jemaat menjadi anak tunggal bagi ibu-
nya, sangat berharga seolah-olah jemaat merupakan anak
satu-satunya, dan, andaikan ada lebih banyak anak lagi,
jemaat tetaplah anak kesayangan bagi yang melahirkannya,
jauh lebih hebat daripada semua warga manusia yang
pernah dilahirkan dunia. Segala kerajaan di dunia beserta
kejayaannya, tidaklah berarti apa-apa bagi Kristus dibanding-
kan dengan jemaat, yang terdiri atas para orang mulia yang
ada di tanah (KJV: di bumi), anak-anak Sion yang berharga,
yang setimbang dengan emas tua, dan lebih mulia dari pada
segala kawannya (KJV).
2. Bahwa sang mempelai wanita dikagumi oleh semua yang
mengenalnya, tidak hanya puteri-puteri, yang lebih muda dari-
nya, melainkan juga oleh permaisuri-permaisuri dan selir-selir,
yang mungkin mempunyai alasan untuk iri hati kepadanya se-
bagai pesaing. Mereka semua menyebutnya bahagia dan meng-
ucapkan selamat kepadanya, memujinya dan mengucapkan
hal-hal yang baik tentangnya. Puteri-puteri Yerusalem memang-
gilnya jelita di antara wanita, dan semua bersepakat meno-
batkannya sebagai yang paling indah, laksana setiap berkas
gandum tunduk kepadanya. Perhatikan,
(1) Mereka yang berakal sehat tidak bisa tidak akan diyakin-
kan nuraninya (apa pun yang mereka katakan) bahwa
orang-orang saleh yaitu orang-orang mulia. Banyak orang
akan berbicara hal-hal baik mengenai orang saleh, dan
lebih banyak lagi orang yang menawarkan kebaikan kepada
mereka.
(2) Yesus Kristus peduli dengan apa yang orang pikirkan dan
bicarakan mengenai jemaat-Nya, serta berkenan kepada
mereka yang menaruh hormat kepada orang-orang demi-
kian yang takut akan Tuhan. namun Ia juga tidak berkenan
kepada mereka yang membenci jemaat-Nya, khususnya
saat jemaat direndahkan dan saat ada yang menyesat-
kan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya.
VI. Ia menggubah suatu sajak yang ditujukan kepada sang mempelai
wanita , dan membuat sajak itu menjadi milik-Nya (ay. 10):
Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah? Ini berlaku bagi
jemaat di dunia dan bagi anugerah di dalam hati.
1. Keduanya sangat menyukakan hati seperti halnya cahaya,
yang merupakan hal terindah dari semua yang dapat dilihat
mata. Orang Kristen yaitu , atau seharusnya menjadi, cahaya
dunia. Jemaat yang terdiri dari bapa-bapa gereja muncul lak-
sana fajar merekah saat janji akan hadirnya Mesias pertama
kali dikabarkan, dan surya pagi dari tempat yang tinggi akan
melawat dunia yang gelap ini. Jemaat Yahudi memang indah
bagaikan bulan purnama. Hukum Taurat yang penuh dengan
tata keupacaraan laksana cahaya yang tidak sempurna, kare-
na berkas sinarnya hanyalah pantulan. Cahayanya selalu ber-
ubah layaknya bulan yang tidak pernah mencapai siang hari,
atau sebab tidak akan terbit surya kebenaran. namun ,
jemaat orang Kristen bercahaya bagaikan surya, memperlihat-
kan terang yang besar bagi bangsa yang diam di kegelapan.
Pandangan ini dapat kita terapkan pada kerajaan kasih karu-
nia, yaitu kerajaan injili.
(1) Pada kebangkitannya, kerajaan kasih karunia muncul lak-
sana fajar merekah sesudah malam yang gelap. Kerajaan ini
mampu mengungkap segalanya (Ayb. 38:12-13), dan sangat
berkenan, muncul dengan mulia laksana fajar. Namun pada
permulaannya, kerajaan ini kecil dan nyaris tak terlihat.
(2) Di dunia ini, keberadaan kerajaan injili paling-paling ha-
nyalah indah bagaikan bulan purnama, yang bersinar de-
ngan cahaya pinjaman, yang berubah-ubah dan mengalami
Kitab Kidung Agung 6:11-13
gerhana, tampil dengan cacat, dan hanya bersinar penuh
saat ada malam. namun ,
(3) saat disempurnakan oleh kerajaan mulia, kerajaan injili
akan menjadi bercahaya bagaikan surya. Jemaat pun
berselubungkan matahari, dengan Kristus sebagai surya
kebenaran (Why. 12:1). Orang-orang yang mengasihi Tuhan
akan menjadi bagaikan matahari terbit dalam kemegahan-
nya (Hak. 5:31; Mat. 13:43). Mereka akan bersinar di dalam
kemuliaan yang tak terkatakan, dan yang akan menjadi
sempurna kelak. Tidak akan ada kegelapan, tidak ada
cacat cela (Yes. 30:26).
2. Keindahan jemaat dan orang percaya tidak hanya menyuka-
kan hati, namun juga dahsyat seperti bala tentara dengan panji-
panjinya. Di dunia ini, jemaat bertugas laksana bala tentara,
seperti kemah Israel di padang gurun. Ia selalu siaga laksana
militan. Ia selalu ada di tengah-tengah musuh dan senantiasa
terlibat pertempuran dengan mereka. Orang-orang percaya
merupakan prajurit di dalam bala tentara ini. Jemaat mempu-
nyai panji-panji, dan Injil Kristus yaitu panji (Yes. 11:12),
yaitu kasih Kristus (2:4). Panji ini dikibarkan dan dijaga de-
ngan penuh kesiagaan. Ia menimbulkan kegentaran bagi para
musuhnya seperti halnya saat Israel berada di padang liar
(Kel. 15:14). saat Bileam melihat Israel berkemah menurut
suku-sukunya, masing-masing terlihat dari panji yang ber-
kibar dengan warna yang berbeda-beda, ia berkata, Alangkah
indahnya kemah-kemahmu, hai Yakub! (Bil. 24:5). Bila jemaat
menjaga kemurniannya, ia menjaga kehormatan dan keme-
nangannya. Bila jemaat indah bagaikan bulan purnama dan
bercahaya bagaikan surya, ia sangatlah mulia dan tangguh.
Kasih Kristus terhadap Jemaat
(6:11-13)
11 Ke kebun kenari aku turun melihat kuntum-kuntum di lembah, melihat
apakah pohon anggur berkuncup dan pohon-pohon delima berbunga. 12 Tak
sadar diri aku; kerinduanku menempatkan aku di atas kereta orang bangsa-
wan. 13 Kembalilah, kembalilah, ya gadis Sulam, kembalilah, kembalilah,
supaya kami dapat melihat engkau! Mengapa kamu senang melihat gadis
Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang?
398
sesudah kembali bersatu dengan pengantin-Nya seusai memulihkan
keretakan dan membaharui ikatan kasih di antara keduanya, di sini
Kristus berbicara mengenai keadaan saat Ia jauh dan saat Ia
bersatu kembali dengan kekasih-Nya.
I. Bahwa meskipun Ia mundur dari jemaat yang yaitu pengantin-
Nya dan tidak menghiburnya, namun Ia tetap mengamatinya
laksana kebun yang Ia pelihara (ay. 11): “Ke kebun kenari aku
turun, atau kebun pala, melihat kuntum-kuntum di lembah, dengan
penuh kepuasan dan kepedulian, untuk memandangnya sebagai
milik-Ku sendiri.” Sewaktu Kristus tidak ada dalam pandangan
mata, Ia sebenarnya hanya pergi sejauh kebun, bersembunyi di
antara pepohonan di sana, di lembah yang rendah dan gelap. Di
sana Ia terus mengamati apakah pohon anggur berkuncup, agar Ia
dapat melakukan seperlunya untuk membuatnya berkembang,
dan menyenangkan diri-Nya sendiri seperti halnya orang senang
terhadap kebunnya yang berbuah. Ia pergi untuk melihat apakah
pohon-pohon delima berbunga. Kristus selalu memperhatikan
apakah ada awal mula dari pekerjaan anugerah yang baik di
dalam jiwa dan kuncup pertama dari rasa cinta serta hasrat akan
ketaatan, dan Ia sangat berkenan dengan semuanya itu. Ia ber-
suka dengan semua itu seperti halnya kita merasa bahagia
dengan bunga-bunga yang mekar di musim semi.
II. Meski demikian, Ia tidak bisa menahan lagi diri-Nya untuk lebih
lama menjauh, dan tiba-tiba merasakan satu gejolak yang kuat
dan tak tertahankan di dalam sanubarinya untuk kembali kepada
jemaat-Nya, yang yaitu pengantin-Nya, sebab tergerak oleh
ratapannya akan Dia dan hasratnya yang menggebu-gebu kepada-
Nya (ay. 12): “Tak sadar diri aku; kerinduanku menempatkan aku
di atas kereta orang bangsawan. Aku tak bisa lagi berdiri jauh,
penyesalanku pun muncul, dan sekarang aku bersikeras untuk
terbang kembali ke pelukan kekasihku, merpatiku.” Demikianlah
Yusuf menempatkan dirinya sebagai orang asing terhadap sau-
dara-saudaranya untuk sementara waktu guna menghukum me-
reka atas kejahatan di masa lalu dan menguji tabiat mereka saat
ini, namun ia tak lagi dapat menahan dirinya sendiri dan, tanpa ia
sadari, meledak dalam tangis dan berkata, Akulah Yusuf (Kej.
45:1, 3). Dan sekarang sang mempelai wanita mengetahui,
Kitab Kidung Agung 6:11-13
399
seperti halnya Daud (Mzm. 31:22), bahwa meskipun ia berkata
dalam kebingungannya, “Aku telah terbuang dari hadapan mata-
Mu,” namun pada saat itu pula Ia mendengarkan suara permohon-
annya dan menjadi laksana kereta bangsawan, yang tersohor
sebab keindahan dan kecepatannya melaju. Jiwa-Ku menem-
patkan Aku ke dalam kereta umat-Ku yang taat (menurut tafsiran
beberapa orang), “kereta iman, harapan, kasih, kerinduan, doa,
dan harapan mereka yang dikirimkan kepada-Ku untuk
menjemput-Ku, bagaikan kereta api yang ditarik oleh kuda-kuda
berapi.” Perhatikan,
1. Umat kepunyaan Kristus yaitu , dan harus menjadi, orang-
orang taat.
2. Bila mereka senantiasa mencari Kristus dan merindukan-Nya,
bahkan saat Kristus seakan-akan meninggalkan mereka, Ia
akan kembali dengan kemurahan hati kepada mereka pada
saatnya, bahkan mungkin lebih cepat daripada yang mereka
pikirkan dan dengan kejutan yang menyenangkan. Tidak ada
kereta yang dikirimkan kepada Kristus akan kembali dengan
hampa.
3. Kembalinya Kristus yang penuh murah hati kepada umat-Nya
bermula dari diri-Nya sendiri. Jiwa-Nyalah, dan bukan jiwa-
jiwa umat-Nya, yang menempatkan-Nya ke dalam kereta umat-
Nya. Sebab, Ia murah hati sebab Ia mau bermurah hati, dan
Ia mencintai Israel kepunyaan-Nya sebab Ia mau mencintai
mereka, bukan sebab mereka, dan hendaklah mereka menge-
tahui hal ini.
III. Bahwa Kristus, sesudah kembali kepada pengantin-Nya, dengan
tulus merayunya untuk kembali kepada-Nya dan tidak mau pe-
ngantin-Nya tenggelam dalam keputusasaan. Biarlah sang mem-
pelai wanita tak lagi putus asa mencari-cari kasih sayang
yang dirasakannya sebelum pertikaian terjadi. Biarlah sekarang ia
terhibur dengan kembalinya sang kekasihnya (ay. 13). Di sini,
1. Jemaat disebut gadis Sulam. Kata Sulam di sini bisa saja meru-
juk kepada Salomo, mempelai laki-laki yang menulis kitab ini,
yang dengan namanya sang mempelai wanita dipanggil
mengingat hubungannya dan persekutuannya dengan Salomo
(demikian pula orang percaya disebut Kristen yang berasal dari
400
kata Kristus), atau merujuk kepada Salem, kota kelahiran dan
tempat bermukimnya sang mempelai wanita , sebab wanita
dari kota Sunem disebut orang Sunem. Sorga yaitu Salem,
tempat para orang kudus lahir, dan tempat mereka mendapatkan
hak warga kerajaan. Orang-orang yang merupakan kepunyaan
Kristus dan akan pergi ke sorga akan disebut orang Sulam.
2. Sang mempelai wanita diundang untuk kembali, dan
undangan ini disampaikan dengan penuh kesungguhan: Kem-
balilah, kembalilah, dan lagi, “Kembalilah, kembalilah, pulihkan
kedamaian yang telah hilang dan dirampas darimu, kembali-
lah kepada rohmu yang dahulu, yang tenang dan penuh suka
cita.” Perhatikan, saat kedamaian para orang Kristen yang
taat terganggu, mereka terkadang sukar ditenangkan dan ha-
rus betul-betul diyakinkan untuk kembali merasakan damai.
Seperti halnya para pendosa yang telah memberontak harus
dipanggil berulang kali (Bertobatlah, bertobatlah, mengapakah
kamu akan mati?), begitu pula para orang kudus yang gelisah
harus dipanggil lagi dan lagi, bertobatlah, bertobatlah, meng-
apa engkau lesu? Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku?
3. saat sang mempelai wanita telah kembali, wajahnya
ingin dilihat: Supaya kami dapat melihat engkau. Jangan lagi
engkau bepergian dengan wajah berselubung seperti seseorang
yang berkabung. Biarlah orang yang sudah berdamai dengan
Tuhan mengangkat muka mereka tanpa cela (Ayb. 22:26). Biar-
lah mereka dengan penuh keberanian menghampiri takhta
kasih karunia. Kristus berkenan kepada sukacita dan rasa
percaya diri yang bersahaja yang dimiliki umat-Nya, dan
Kristus akan membuatnya tampak menyenangkan. “Marilah
semua orang melihat engkau, bukan hanya Aku, melainkan
juga para malaikat kudus yang bersukacita dalam penghibur-
an para orang kudus serta pertobatan para pendosa. Bukan
hanya Aku, melainkan semua putri.” Kristus dan para orang
percaya berkenan dengan keindahan jemaat.
4. Sebuah gambaran singkat diberikan perihal apa yang akan
dilihat pada diri sang mempelai wanita . Pertanyaan dita-
nyakan, Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu? (KJV:
Apa yang hendak kamu lihat dari gadis Sulam itu?”). Jawab-
annya demikian, seperti melihat tari-tarian perang (KJV: seperti
melihat dua kesatuan bala tentara).
Kitab Kidung Agung 6:11-13
401
(1) Beberapa orang berpikir bahwa sang mempelai wanita
di sini menjelaskan mengenai dirinya sendiri. Ia malu
untuk tampil, enggan untuk dilihat, sebab menurutnya ia
tidak layak atau tidak sedap dipandang. Ah! katanya, Apa
yang hendak kamu lihat dari gadis Sulam? tidak ada yang
pantas untuk engkau lihat, tidak ada yang berharga selain
seperti melihat dua kesatuan bala tentara yang sedang
bertarung dalam pertempuran, tiada lain yang akan disak-
sikan selain darah dan pembantaian. Para peronda kota
telah menghajarnya, melukainya, dan ada bekas-bekas
luka tampak di wajahnya, seperti ia selesai berkelahi. Ia
pernah berkata (1:6), Jangan kamu perhatikan bahwa aku
hitam (KJV: Jangan perhatikan aku, sebab aku ini hitam). Di
sini, ia berkata, “Jangan memandangku, sebab aku ber-
darah-darah.” Atau hal ini dapat juga menunjukkan adanya
pertarungan terus-menerus antara kasih karunia dan kede-
gilan di dalam jiwa orang percaya. Kasih karunia dan kede-
gilan hati bagaikan dua kesatuan bala tentara yang terus
bertempur, sehingga ia malu memperlihatkan wajahnya.
(2) Para penafsir lain berpikir bahwa mempelai laki-lakilah yang
sedang memberi gambaran mengenai mempelai wanita .
“Aku akan mengatakan kepadamu apa yang akan kau lihat
pada gadis Sulam itu. Engkau akan melihat pemandangan
yang begitu mulia seperti melihat dua kesatuan bala ten-
tara, atau dua pasukan di dalam bala tentara yang sama,
keluar dengan berbaris rapi, tidak hanya seperti bala ten-
tara dengan panji-panjinya, namun sebagai dua bala tentara,
dengan keagungan dua kali lipat dari yang sebelumnya
dikatakan tentangnya. Sang mempelai wanita laksana
1Mahanaim, laksana dua bala yang disaksikan Yakub (Kej.
32:1-2), yaitu bala orang kudus dan bala malaikat yang
melayani bala orang kudus. Inilah jemaat yang giat bertem-
pur, jemaat pemenang,” Lihatlah dua bala tentara ini. Di
dalam keduanya jemaat tampak indah.
PASAL 7
Dalam pasal ini,
I. Kristus, sang mempelai laki-laki yang yaitu seorang Raja,
kembali memaparkan keindahan sang mempelai wanita ,
yaitu jemaat, dalam banyak hal. Kristus juga mengungkap-
kan cinta-Nya kepadanya dan kesukaan-Nya bercakap-cakap
dengan dia (ay. 1-9).
II. Sang mempelai wanita , yaitu jemaat, mengungkapkan
rasa sukacitanya yang besar akan Dia, dan kerinduannya
untuk bersekutu dan bersama-sama dengan Dia (ay. 10-13).
Begitu besar rasa saling menghargai dan menyayangi yang
ada antara Kristus dan orang percaya. Jadi demikianlah,
apakah sorga itu jika bukan tempat kasih-mengasihi yang
abadi antara Tuhan yang kudus dengan jiwa-jiwa yang kudus!
Keindahan Gereja;
Kepuasan Kristus terhadap Jemaat-Nya
(7:1-9)
1 Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang
berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan
seniman. 2 Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur
campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung. 3 Se-
perti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang. 4 Lehermu
bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu
gerbang Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon, yang meng-
hadap ke kota Damsyik. 5 Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu
merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya. 6 Betapa
cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.
7 Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya.
8 Kataku: “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gu-
gusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidung-
mu seperti buah apel. 9 Kata-katamu manis bagaikan anggur!” Ya, anggur itu
mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir
orang-orang yang sedang tidur!
Sebutan ini baru, yang di sini diberikan Yesus Kristus kepada jemaat:
puteri yang berwatak luhur! (KJV: putri raja). Sesuai dengan sebutan-
nya dalam Mazmur 45:14, puteri raja. Ia disebut putri raja untuk
menghormati kelahiran barunya. Ia lahir kembali, lahir dari atas,
lahir dari Tuhan , dan yaitu buatan tangan-Nya. Ia memakai rupa
Raja segala raja, dan dituntun oleh Roh-Nya. Ia menjadi putri raja
sebab pernikahan. Kristus, dengan menjadikannya istri-Nya, meski-
pun Dia mendapatinya hina dan tercela, telah membuatnya menjadi
puteri raja. Ia memiliki watak keningratan, dalam dirinya ada sifat
yang benar-benar mulia dan dermawan. Ia yaitu putri dan keturun-
an raja di atas segala raja di bumi. Jika kita yaitu anak, maka kita
juga yaitu ahli waris. Nah, di sini kita melihat,
I. Pemaparan yang berulang-ulang mengenai keindahan sang mem-
pelai wanita , yang, menurut beberapa penafsir, diberikan
oleh anak-anak dara, teman-temannya, dan merekalah yang me-
manggilnya untuk kembali. namun , tampaknya paparan ini
diberikan oleh Kristus sendiri, dan dipakai untuk mengungkap-
kan cinta-Nya kepada mempelai-Nya, serta sukacita-Nya yang
besar sebab dia, seperti sebelumnya, di pasal 4:1 dan seterus-
nya, serta di pasal 6:5-6. Kiasan yang dipakai di sini berbeda
dengan kiasan sebelumnya untuk menunjukkan bahwa indahnya
kekudusan tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang ada di
alam ini. Kita bisa terus berusaha menggambarkannya, namun
tetap tidak bisa sepenuhnya melukiskannya. Puji-pujian terhadap
mempelai wanita itu (ps. 4) langsung diberikan sesudah per-
nikahan (3:11), namun pujian dalam pasal ini diberikan saat sang
mempelai wanita kembali dari tempat dia menghilang (6:13).
Dan pujian ini lebih unggul daripada pujian yang pertama tadi,
sebab pujian ini menunjukkan betapa teguhnya kasih Kristus
kepada umat-Nya. Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudah-
annya, sebab Ia membuat mereka berharga di mata-Nya dan
mulia. Sang mempelai wanita menggambarkan keindahan
kekasihnya dalam sepuluh hal khusus (5:11, dst.). Kini, sang
mempelai laki-laki menggambarkan keindahan mempelai-Nya da-
lam hal-hal khusus yang sama banyaknya, sebab Dia tidak mau
kalah dalam menghormati dan menyayangi. Orang-orang yang
Kitab Kidung Agung 7:1-9
menghormati Kristus, pastilah akan dihormati-Nya, dan dibuat-
Nya menjadi terhormat. Nabi Yesaya, saat memaparkan kebo-
brokan Israel yang sudah menyimpang, menyebutkan dari telapak
kaki sampai kepala (Yes. 1:6). Begitu pula di sini keindahan
jemaat digambarkan dari kaki sampai kepala, supaya, seperti per-
kataan Rasul Paulus, saat ia membandingkan jemaat, seperti di
sini, dengan tubuh alamiah (1Kor. 12:23), supaya penghormatan
khusus diberikan pada bagian-bagian tubuh yang menurut peman-
dangan kita kurang terhormat, sehingga tidak mulia (1Kor. 12:24).
1. Langkah-langkahnya di sini dipuji. Langkah-langkah para
pelayan Kristus tampak indah dalam pandangan jemaat (Yes.
52:7), dan di sini langkah-langkahnya dikatakan indah dalam
pandangan Kristus. Betapa indah langkah-langkahmu dengan
sandal-sandal itu! Saat orang percaya, yang telah dibebaskan
dari ikatan dosa (Kis. 12:8), berdiri teguh dalam kemerdekaan
yang memerdekakan mereka, mempertahankan lambang kebe-
basan mereka, berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil
damai sejahtera, dan selalu berjalan sesuai dengan aturan
Injil, maka betapa indah langkah-langkah mereka dengan
sandal-sandal itu. Mereka menapak dengan pasti, bersenjata
lengkap untuk menghadapi segala persoalan yang mereka
jumpai dalam perjalanan mereka. Jika kita tidak bersandar
pada perasaan yang enak saja, namun langkah-langkah kita di-
sertai usaha dan tekad yang tulus, maka kaki kita diperindah
dengan sandal-sandal (lihat Yeh. 16:10).
2. Lengkung pinggangnya (ay.1, KJV: sendi pahanya) di sini dika-
takan seperti perhiasan, perhiasan yang dibuat dengan teliti
oleh seniman. Kiasan ini dijelaskan dalam Efesus 4:16 dan
Kolose 2:19, yang menyebutkan bahwa tubuh Kristus yang
rohani disatukan oleh urat-urat dan sendi-sendi, seperti ping-
gul dan lutut (keduanya yaitu sendi-sendi yang berhubungan
dengan paha) menopang tubuh alami dengan kekuat