pengkotbah kidungagung 12


 nyisakan ba-

nyak sekali pekerjaan, dan menciptakan banyak sekali ke-

Kitab Kidung Agung 5:2-8 

susahan bagi diri kita sendiri, dengan kemalasan dan kece-

robohan kita sendiri dalam memanfaatkan peluang-peluang 

kita. Namun merupakan pujian baginya bahwa, saat  ke-

kasihnya telah menarik diri, ia terus mencarinya. Keingin-

an-keinginannya terhadap kekasihnya dibuat menjadi lebih 

kuat, dan pencarian-pencariannya dibuat lebih berhasrat, 

oleh kepergian kekasihnya itu. Ia memanggil kekasihnya 

dengan doa, memanggil-manggil Dia, dan memohonnya un-

tuk kembali. Dan ia tidak hanya berdoa namun  juga meng-

gunakan sarana-sarana, ia mencari kekasihnya di jalan-

jalan di mana ia biasa menemukan kekasihnya.  

(4) Namun masih saja ia kehilangan kekasihnya: namun  tak 

kutemui, namun  tak disahutnya. Ia tidak mempunyai bukti 

akan perkenanan-Nya, tidak ada penghiburan-penghiburan 

yang bisa dirasakan. Ia sama sekali ada dalam kegelapan, 

dan dalam keragu-raguan akan cinta kekasihnya kepada-

nya. Perhatikanlah, ada orang-orang yang memiliki kasih 

yang sejati untuk Kristus, namun doa-doa mereka untuk 

meminta Ia tersenyum kepada mereka tidak langsung 

dijawab. namun  Ia memberi mereka apa yang sepadan, yaitu 

dengan menguatkan mereka dengan kekuatan dalam jiwa 

mereka untuk terus mencari Dia (Mzm. 138:3). Doa Rasul 

Paulus untuk meminta supaya duri di dalam dagingnya di-

hilangkan tidak dikabulkan, namun  dijawab dengan anuge-

rah yang cukup untuknya.  

(5) Sang mempelai diperlakukan dengan buruk oleh peronda-

peronda kota. Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukuli-

nya aku, dilukainya aku (ay. 7). Mereka menganggapnya 

sebagai wanita  cabul (sebab ia berkeliaran di jalanan 

di malam hari pada jam itu, saat  mereka sedang meron-

da), dan sebab  itu mereka memukulinya. Orang-orang 

kudus yang sedang bermuram durja dianggap sebagai para 

pendosa, dikecam dan dicela sebagai pendosa. Demikian 

pula Hana, saat  ia sedang berdoa dengan hati pedih, dilu-

kai dan dipukuli oleh Eli, salah seorang penjaga utama, ke-

tika Eli berkata kepadanya, berapa lama lagi engkau ber-

laku sebagai orang mabuk? Dengan demikian, Eli meng-

anggapnya sebagai wanita  dursila (1Sam. 1:14, 16). 

Bukan hal baru jika  orang-orang yang dengan setia dan 

penuh kasih tunduk pada Raja Sion, disalahpahami oleh 

penjaga-penjaga Sion sebagai musuh-musuh atau aib bagi 

kerajaan-Nya. Mereka tidak bisa melecehkan dan meng-

aniaya orang-orang itu kecuali dengan menjelek-jelekkan 

nama mereka. Sebagian penafsir menerapkan ini kepada 

hamba-hamba Tuhan yang, meskipun pekerjaan mereka 

yaitu  penjaga, namun menyalahgunakan perkataan itu 

dan mengucapkannya kepada orang-orang yang bersih hati 

nuraninya. Dan sebab  mereka tidak cakap, atau meman-

dang rendah kesedihan orang-orang itu, mereka malah 

menambah penderitaan kepada orang yang menderita, dan 

melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Tuhan  

tidak mendukakan hatinya (Yeh. 13:22). Mereka mengecil-

kan hati orang-orang yang seharusnya disemangati, dan 

menceritakan kepada orang yang menderita kesakitan 

orang-orang yang ditikam Tuhan  (Mzm. 69:27). Sungguh 

buruk peronda-peronda kota itu, yang tidak bisa, atau 

tidak mau, membantu sang mempelai mencari kekasihnya 

(3:3). namun  peronda-peronda kota di sini jauh lebih buruk, 

sebab mereka menghalang-halanginya dengan teguran-

teguran mereka yang keras dan kejam, memukulinya dan 

melukainya dengan celaan-celaan mereka. Dan meskipun 

mereka penjaga-penjaga tembok Yerusalem, mereka seolah-

olah sudah menjadi pendobrak tembok itu, merampas 

selendangnya dengan kasar dan biadab, seolah-olah de-

ngan selendang itu sang mempelai hanya berpura-pura so-

pan, padahal itu untuk menutupi tubuhnya. Orang-orang 

yang penampilan lahiriahnya baik secara keseluruhan, na-

mun dikutuk dan dilindas secara menyakitkan sebagai orang 

munafik, mempunyai alasan untuk mengeluh, seperti sang 

mempelai di sini, bahwa selendang mereka dirampas dari 

mereka.  

(6) saat  ia dibuat tidak mampu untuk meneruskan pencari-

annya sendiri oleh pelecehan-pelecehan yang dilakukan ke-

padanya oleh peronda-peronda kota, ia meminta orang-

orang di sekelilingnya untuk membantunya dalam pencari-

annya (ay. 8): Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem! 

Semua temanku dan kenalanku, bila kamu menemukan 

kekasihku, barangkali kamu akan bertemu dengannnya 

Kitab Kidung Agung 5:2-8 

sebelum aku, apakah yang akan kamu katakan kepada-

nya? Demikian sebagian orang membacanya. “Sampaikan-

lah kata-kata yang baik mengenai aku. Beri tahu dia bah-

wa sakit asmara aku.” Amatilah di sini,  

[1] Seperti apa keadaannya. Ia mengasihi Yesus Kristus 

sampai sedemikian rupa hingga ketidakhadiran-Nya 

membuatnya sakit, luar biasa sakit, hingga ia tidak bisa 

menahannya. Dan ia menderita menantikan kepulang-

an-Nya seperti seorang wanita  yang hendak bersa-

lin, seperti sakit hati Ahab sebab  kebun anggur Nabot, 

yang diingininya dengan hati yang menggebu-gebu. Ini 

yaitu  penyakit yang merupakan tanda dari keadaan 

jiwa yang sehat, dan pasti akan berakhir dengan baik, 

penyakit yang tidak akan berakhir dengan kematian, me-

lainkan kehidupan. Lebih baik sakit asmara terhadap 

Kristus daripada nyaman dalam cinta terhadap dunia.  

[2] Jalan apa yang diambilnya dalam keadaan ini. Ia tidak 

tenggelam dalam keputusasaan dan menjadi pasrah 

bahwa ia akan mati sebab  penyakitnya. Sebaliknya, ia 

meminta orang lain untuk mencari kekasihnya. Ia me-

minta nasihat dari tetangga-tetangganya, dan memohon 

doa-doa mereka untuknya, supaya mereka mau ber-

bicara kepada kekasihnya atas namanya. “Katakan ke-

padanya, walaupun aku abai, bodoh, malas, dan tidak 

segera bangun seperti yang seharusnya untuk mem-

bukakan pintu baginya, namun aku mencintainya. Ia 

mengetahui segala sesuatu, Ia tahu bahwa aku menga-

sihi-Nya. Katakan kepadanya bahwa aku ini seorang 

yang tulus, meskipun dalam banyak hal aku belum 

memenuhi kewajibanku dengan baik. Bahkan, katakan 

kepadanya bahwa aku ini seorang yang patut dia kasi-

hani, supaya ia berbelas kasihan kepadaku dan meno-

longku.” Ia tidak meminta mereka memberi tahu dia 

bagaimana peronda-peronda kota telah melecehkannya. 

Betapapun tidak benarnya mereka dalam berbuat be-

gitu, ia mengakui bahwa Tuhan itu benar, dan sebab  

itu ia menanggungnya dengan sabar. “namun  katakan 

kepadanya bahwa aku terluka oleh cinta kepadanya.” 

Jiwa-jiwa yang beroleh anugerah lebih peka terhadap 

kepergian-kepergian Kristus daripada terhadap kesu-

sahan-kesusahan lain. 

Languet amaus, non languet amor – 

Sang kekasih merana, namun  tidak kasihnya. 

Pertanyaan tentang Keunggulan-keunggulan Kristus; 

Keyakinan Jemaat terhadap Kristus 

(5:9-16) 

9 – Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, hai jelita di 

antara wanita? Apakah kelebihan kekasihmu dari pada kekasih yang lain, 

sehingga kausumpahi kami begini? 10 – Putih bersih dan merah cerah keka-

sihku, menyolok mata di antara selaksa orang. 11 Bagaikan emas, emas mur-

ni, kepalanya, rambutnya mengombak, hitam seperti gagak. 12 Matanya 

bagaikan merpati pada batang air, bermandi dalam susu, duduk pada kolam 

yang penuh. 13 Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah, petak-petak rem-

pah-rempah akar. Bunga-bunga bakung bibirnya, bertetesan cairan mur.  

14 Tangannya bundaran emas, berhiaskan permata Tarsis, tubuhnya ukiran 

dari gading, bertabur batu nilam. 15 Kakinya yaitu  tiang-tiang marmar 

putih, bertumpu pada alas emas murni. Perawakannya seperti gunung Liba-

non, terpilih seperti pohon-pohon aras. 16 Kata-katanya manis semata-mata, 

segala sesuatu padanya menarik. Demikianlah kekasihku, demikianlah te-

manku, hai puteri-puteri Yerusalem. 

Di sini ada,  

I. Pertanyaan yang diajukan putri-putri Yerusalem kepada sang 

mempelai mengenai kekasihnya, sebagai jawaban terhadap sum-

pah yang dilontarkannya terhadap mereka (ay. 9). Amatilah, 

1. Sebutan terhormat yang mereka berikan kepada sang mem-

pelai: Hai jelita di antara wanita! Yesus Tuhan kita menjadikan 

mempelai-Nya sungguh-sungguh menyenangkan, bukan ha-

nya di mata-Nya, melainkan juga di mata semua putri Yeru-

salem. Jemaat yaitu  warga  yang paling unggul di 

dunia, persekutuan orang-orang kudus yaitu  persekutuan 

yang terbaik, dan keindahan tempat kudus yaitu  keindahan 

yang jauh mengatasi dunia ini. Orang-orang kudus yaitu  

orang-orang yang paling unggul. Kekudusan yaitu  keselaras-

an jiwa. Kekudusan yaitu  kesesuaian jiwa dengan dirinya 

sendiri. Kekudusan membuat jiwa disukai oleh semua orang 

yang layak menilainya. Bahkan orang-orang yang sedikit me-

ngenal Kristus, seperti putri-putri Yerusalem di sini, tidak bisa 

tidak pasti melihat keindahan yang menyenangkan hati dalam

Kitab Kidung Agung 5:9-16 

 diri orang-orang yang menampakkan gambar-Nya, yang harus 

kita cintai di mana saja kita melihatnya, meskipun dalam 

pakaian yang berbeda-beda.  

2. Pertanyaan mereka tentang kekasihnya: “Apakah kelebihan 

kekasihmu dari pada kekasih yang lain? Jika engkau mau 

kami menemukan dia untukmu, berilah kami tanda-tanda me-

ngenai dirinya, supaya kami mengenalinya saat  kami meli-

hatnya.”  

(1) Sebagian orang memandang pertanyaan putri-putri Yeru-

salem ini sebagai pertanyaan yang mencemooh, menyalah-

kan dia sebab  bersusah payah mencari kekasihnya seperti 

itu: “Mengapa engkau sampai begitu menggebu-gebu dalam 

mencari kekasihmu, lebih daripada orang lain dalam men-

cari kekasih mereka? Mengapa hatimu begitu terpatri kepa-

danya, lebih daripada orang lain yang juga baik kepadanya?” 

Orang-orang yang bersemangat dalam agama yaitu  orang-

orang yang membuat heran orang lain yang tak acuh ter-

hadap agama. Banyak orang sembrono menertawakan sedi-

kit orang yang tertib dan sungguh-sungguh. “Apa yang ada 

dalam diri kekasihmu itu yang begitu memesona, lebih 

daripada yang ada dalam diri orang lain? Kalau dia pergi, 

maka engkau, yang jelita di antara wanita, akan segera 

mendapatkan orang lain dengan hati yang sama menyala-

nya.” Perhatikanlah, hati yang bersifat kedagingan tidak 

melihat sesuatu yang unggul atau luar biasa dalam diri 

Tuhan Yesus, dalam pribadi ataupun pekerjaan-pekerjaan-

Nya, dalam ajaran ataupun dalam perkenanan-perkenan-

an-Nya. Bagi orang-orang demikian, tidak ada nilai lebih 

dalam pengetahuan akan Kristus, dan dalam persekutuan 

dengan-Nya, yang melebihi apa yang ada dalam pengetahu-

an tentang dunia dan dalam pergaulan dengannya.  

(2) Sebagian yang lain lebih memandangnya sebagai pertanya-

an yang sungguh-sungguh, dan menganggap bahwa orang-

orang yang mengajukan pertanyaan itu bermaksud,  

[1] Untuk menghibur sang mempelai, yang, mereka tahu, 

akan kembali mendapatkan semangat baru jika ia dibiar-

kan berbicara selama beberapa saat tentang kekasihnya. 

Tak ada hal lain yang lebih menyenangkannya, atau lebih 

berhasil mengalihkan dia dari rasa kesedihannya, dari-

pada meminta dia menggambarkan keindahan-keindahan 

tentang kekasihnya. Hal ini sangat menyenangkan hati-

nya. 

[2] Untuk memberi tahu diri mereka sendiri. Putri-putri 

Yerusalem itu sudah mendengar, secara umum, bahwa 

kekasihnya unggul dan mulia, namun  mereka ingin me-

ngetahui lebih rinci lagi. Mereka bertanya-tanya apa yang 

menggerakkan hati sang mempelai sampai menyumpahi 

mereka dengan begitu berapi-api dan khawatir. Ada apa 

dengan kekasihnya itu? sebab  itulah mereka menduga 

pasti ada sesuatu yang lebih dalam diri kekasihnya itu 

dibandingkan kekasih orang lain. Dan mereka pun ber-

sedia diyakinkan mengenai keunggulan kekasihnya itu. 

jika  suatu kaum mulai mencari tahu tentang Kristus 

dan kesempurnaan-kesempurnan-Nya yang jauh meng-

atasi dunia ini, pada saat itulah mulai ada secercah 

harapan bagi kaum itu. Dan ada kalanya semangat yang 

luar biasa dari satu orang dalam mencari tahu tentang 

Kristus, bisa menjadi perangsang bagi banyak orang un-

tuk mencari Dia juga (2Kor. 9:2). Seperti Rasul Paulus, 

melalui iman bangsa-bangsa bukan Yahudi, ingin mem-

bangkitkan cemburu yang kudus dalam hati orang-

orang Yahudi (Rm. 11:14). Lihat Yohanes 4:10. 

II. Penjelasan yang diberikan sang mempelai tentang kekasihnya 

sebagai jawaban terhadap pertanyaan ini. Kita harus selalu siap 

mengajar dan membantu orang-orang yang mencari tahu tentang 

Kristus. Orang-orang Kristen yang berpengalaman, yang dengan 

sendirinya mengenal Kristus dengan baik, harus berbuat semam-

pu mereka untuk membuat orang lain mengenal-Nya. 

1. Ia meyakinkan mereka, secara umum, bahwa kekasihnya mem-

punyai kesempurnaan-kesempurnaan yang tak tertandingi dan 

bernilai tiada tara (ay. 10): “Tidakkah kamu tahu kekasihku? 

Masakan putri-putri Yerusalem tidak tahu akan Dia yang 

yaitu  mahkota Yerusalem dan kepala yang dimahkotai? Kalau 

begitu biarlah aku memberi tahu kamu,” 

Kitab Kidung Agung 5:9-16 

(1) Bahwa dalam dirinya ada segala sesuatu yang indah dan 

menyenangkan: Putih bersih dan merah cerah kekasihku, 

warna-warna yang membentuk keindahan seutuhnya. Ini 

tidak menunjuk kepada keindahan yang luar biasa dari 

tubuh-Nya, saat  Ia menjelma (tidak pernah dikatakan 

tentang bayi Yesus, seperti tentang bayi Musa, saat  Ia 

lahir, bahwa Ia sangat elok [Kis. 7:20]. Bahkan, Ia tidak 

tampan dan semaraknya pun tidak ada [Yes. 53:2]). namun  

kemuliaan ilahi-Nya, dan keselarasan dari segala sesuatu 

dalam diri-Nya sebagai Pengantara, membuat-Nya benar-

benar indah di mata orang-orang yang tercerahkan untuk 

memahami hal-hal rohani. Dalam diri-Nya kita dapat meli-

hat keindahan Tuhan. Dia yaitu  Yesus, Anak yang kudus. 

Itulah keelokan-Nya. Jika kita memandang Dia yang dijadi-

kan sebagai hikmat, kebenaran, pengudusan, dan penebus-

an bagi kita, maka Ia tampak, dalam semuanya itu, sangat 

menyenangkan hati. Kasih-Nya kepada kita membuat-Nya 

indah. Dia putih dalam ketidakbersalahan hidup-Nya yang 

tak bernoda, merah cerah dalam penderitaan-penderitaan 

yang berdarah yang dilalui-Nya pada saat kematian-Nya. 

Putih dalam kemuliaan-Nya, sebagai Tuhan  (saat  Ia ber-

ubah rupa, pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti 

terang), merah cerah saat  Ia mengambil kodrat manusia, 

Adam – tanah merah. Putih dalam kelembutan-Nya terha-

dap umat-Nya, merah cerah dalam penampakan-penam-

pakan-Nya yang menakutkan melawan musuh-musuh-Nya 

dan musuh-musuh umat-Nya. Warna kulit-Nya yaitu  per-

paduan yang sangat membahagiakan.  

(2) Bahwa dalam diri-Nya ada keindahan yang tidak dapat di-

temukan pada yang lain: Ia menyolok mata di antara selak-

sa orang, indah tiada tara, terelok di antara anak-anak ma-

nusia, di antara siapa saja dari mereka, di antara mereka 

semua. Tak ada yang seperti Dia. Tidak satu pun dapat 

dibandingkan dengan-Nya. Segala sesuatu yang lain diang-

gap sebagai kerugian dan sampah dibandingkan dengan 

Dia (Flp. 3:8). Ia menjadi yang mahatinggi di antara raja-

raja bumi (Mzm. 89:28), dan nama yang dikaruniakan ke-

pada-Nya jauh lebih indah daripada pemerintah-pemerintah 

dan penguasa-penguasa dari dunia atas ataupun bawah

(Flp. 2:9; Ibr. 1:4). Dia yaitu  pembawa panji di antara 

selaksa (demikian kata yang dipakai), yang tertinggi dan 

terindah dari kumpulan itu. Ia sendiri diangkat sebagai 

panji-panji (Yes. 11:10), yang kepada-Nya kita harus ber-

kumpul dan selalu mengarahkan padangan kita. Dan ada 

seribu satu alasan mengapa Ia harus mendapat tempat 

yang paling dalam dan paling penting dalam jiwa kita, se-

bab Dia yaitu  yang paling jelita di antara selaksa bagi diri-

Nya sendiri dan paling kuat di antara dua laksa bagi kita. 

2. Sang mempelai memberikan rincian tertentu tentang pencapai-

an-pencapaian-Nya, tidak menyembunyikan kuasa-Nya atau 

bagian-Nya yang indah. Segala sesuatu dalam diri Kristus 

yaitu  menyenangkan. Sepuluh contoh dari keindahan-Nya 

diberikan sang mempelai di sini, yang tidak perlu kita terap-

kan dengan terinci, supaya jangan sampai keindahan itu dire-

mas-remas hingga berdarah, dan dengan demikian keindahan-

nya terenggut. Yang dirancangnya, secara umum, yaitu  un-

tuk menunjukkan bahwa Ia dalam segala hal memenuhi syarat 

untuk pekerjaan-Nya, dan mempunyai dalam diri-Nya segala 

sesuatu yang bisa membuat-Nya memperoleh penghargaan, 

kasih, dan kepercayaan kita. Penampakan Kristus kepada 

Yohanes (Why. 1:13, dst.) dapat dibandingkan dengan gambar-

an yang diberikan sang mempelai tentang kekasihnya di sini. 

Maksud dari penampakan kepada Yohanes dan gambaran 

sang mempelai keduanya menggambarkan Dia sebagai pribadi 

yang mulia jauh mengatasi segala sesuatu, yaitu, agung mau-

pun penuh rahmat. Ia indah di mata orang-orang percaya dan 

mereka dibuat bahagia dalam diri-Nya. 

(1) Bagaikan emas, emas murni, kepalanya. Kepala dari Kris-

tus ialah Tuhan  (1Kor. 11:3), dan dijanjikan kepada orang-

orang kudus bahwa Yang Mahakuasa akan menjadi tim-

bunan emas mereka (Ayb. 22:25), pembela mereka, harta 

mereka. Jauh terlebih lagi Tuhan  bagi Kristus, yang di da-

lam Dia berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-

Tuhan an (Kol. 2:9). Kepala Kristus berbicara tentang kekua-

saan-Nya yang berdaulat atas segala sesuatu dan penga-

ruh-Nya yang teramat penting atas jemaat-Nya dan semua 

anggotanya. Kepala ini seperti emas, emas. Dalam bahasa 

Kitab Kidung Agung 5:9-16 

aslinya kata emas yang pertama menandakan emas yang 

bersinar, dan kata emas yang kedua menandakan emas 

padat. Kedaulatan Kristus itu indah dan juga penuh kua-

sa. Kerajaan Nebukadnezar dibandingkan dengan kepala 

yang dari emas (Dan. 2:38), sebab  kerajaan itu mengung-

guli semua kerajaan lain, dan begitu pula dengan pemerin-

tahan Kristus.  

(2) Rambutnya mengombak dan hitam, bukan hitam seperti 

kemah orang Kedar, yang kehitamannya yaitu  keburuk-

an mereka, yang sebab  itu dengannya jemaat memban-

dingkan dirinya sendiri (1:5), melainkan hitam seperti 

gagak, yang kehitamannya yaitu  keindahannya. Ada ka-

lanya rambut Kristus digambarkan putih (Why. 1:14), yang 

menandakan kekekalan-Nya, bahwa Ia yaitu  Yang Lanjut 

Usianya. namun  di sini rambut-Nya digambarkan hitam 

dan mengombak, yang menandakan bahwa Ia senantiasa 

muda, dan dalam diri-Nya tidak ada yang menjadi lapuk, 

tidak ada yang menua. Segala sesuatu yang menjadi milik 

Kristus yaitu  menyenangkan di mata orang percaya, 

bahkan rambut-Nya pun demikian. Sungguh disayangkan 

bahwa rambut itu sampai basah, seperti yang terjadi di 

sini, dengan embun, dan penuh tetesan embun malam, 

sewaktu Ia menanti untuk memberi rahmat-Nya (ay. 2).  

(3) Matanya bagaikan merpati, cerah dan jernih, murni dan 

ramah, pada batang air, yang menjadi kesukaan merpati-

merpati, dan yang di dalamnya, seperti dalam cermin, 

mereka melihat diri mereka sendiri. Mereka dimandikan, 

untuk membuat mereka bersih, mereka bermandi dalam 

susu, untuk membuat mereka putih, dan duduk pada 

kolam yang penuh, tidak terlalu dangkal tidak pula terlalu 

dalam. Mata Kristus terlalu suci untuk melihat kejahatan, 

sebab mata-Nya yaitu  mata merpati (Hab. 1:13). Semua 

orang percaya berbicara dengan senang hati tentang 

kemahatahuan Kristus, seperti sang mempelai di sini ber-

bicara tentang mata kekasihnya. Sebab, walaupun mata 

itu mengerikan bagi musuh-musuh-Nya seperti nyala api 

(Why. 1:14), namun mata itu bersahabat dan menghibur 

bagi sahabat-sahabat-Nya, seperti mata merpati, sebab  

mata itu yaitu  saksi bagi kesetiaan dan kelurusan hati 

mereka. Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa 

aku mengasihi Engkau. Diberkati dan kuduslah orang-

orang yang selalu berjalan berjalan di bawah pandangan 

mata Kristus.  

(4) Pipinya (air muka-Nya) bagaikan bedeng rempah-rempah, 

yang ditanam di kebun, yang menjadi keindahan dan ke-

kayaannya, dan bagaikan petak-petak rempah-rempah 

akar, atau menara-menara kemanisan. Dalam wajah Kris-

tus ada sesuatu yang menyenangkan di mata semua orang 

kudus, sekalipun mereka hanya memandang-Nya sekilas, 

sebab pipi hanyalah satu bagian dari wajah. Separuh dari 

penyingkapan-penyingkapan yang dibuat Kristus tentang 

diri-Nya sendiri kepada jiwa sungguh menghidupkan dan 

menyegarkan, harum melebihi bunga-bunga dan minyak-

minyak yang baunya semerbak.  

(5) Bunga-bunga bakung bibirnya, bukan putih seperti bunga 

bakung, melainkan manis dan menyenangkan hati. Seperti 

itulah ucapan-ucapan bibir-Nya bagi semua orang yang 

dikuduskan, lebih manis dari pada madu, bahkan dari 

pada madu tetesan dari sarang lebah. Seperti itulah kecup-

an-kecupan bibir-Nya, yaitu  semua penyampaian anu-

gerah-Nya. Kemurahan tercurah pada bibir-Nya, dan orang-

orang yang mendengar-Nya heran akan kata-kata yang 

indah yang diucapkan-Nya. Bagaikan bunga-bunga bakung 

bibirnya, bertetesan cairan mur. Di alam ini bunga bakung 

tidak pernah meneteskan cairan mur, dan tidak ada satu 

pun di alam ini yang dapat sepenuhnya mengemukakan 

keindahan dan keunggulan Kristus, dan sebab  itu, untuk 

membuat perbandingan, harus ada perpaduan dari berba-

gai gambaran.  

(6) Tangannya bundaran emas, berhiaskan permata Tarsis, 

batu mulia yang ternama (ay. 14). Orang-orang besar meng-

hiasi tangan mereka dengan cincin emas di jari mereka, 

yang bertatahkan berlian atau batu-batu mulia lain. namun , 

di mata sang mempelai, tangan kekasihnya itu sendiri ba-

gaikan bundaran emas. Semua tindakan kuasa-Nya, peker-

jaan-pekerjaan tangan-Nya, semua tindakan pemeliharaan 

dan anugerah-Nya, semuanya kaya, murni, dan berharga, 

seperti emas, seperti permata krisopras yang mahal dan 

Kitab Kidung Agung 5:9-16 

permata lazurit. Semuanya dibuat cocok dengan tujuan 

yang untuknya mereka dirancang, seperti cincin emas un-

tuk jari, dan semuanya indah dan sangat pantas, seperti 

cincin berhiaskan permata Tarsis. Tangan-Nya, yang ter-

ulur untuk menerima umat-Nya maupun untuk memberi-

kan sesuatu kepada mereka, demikian kaya dan indah.  

(7) Hatinya ukiran dari gading, sebab demikianlah ayat itu 

harus diartikan, dan bukan diartikan sebagai perutnya 

(KJV), sebab kata yang digunakan yaitu  sama dengan 

kata yang dipakai untuk hati (ay. 4), dan sering kali dipan-

dang ada pada Tuhan  (seperti dalam Yes. 63:15; Yer 31:20). 

Dan dengan demikian kata itu menandakan belas kasihan 

dan kasih sayang-Nya yang lembut terhadap mempelai-

Nya, dan cinta-Nya kepada sang mempelai bahkan dalam 

keadaannya yang sendirian dan ditinggalkan. Cinta-Nya 

ini seperti gading yang cemerlang, digosok halus, dan 

bertabur batu nilam yang berlimpah. Cinta itu sendiri kuat 

dan teguh, dan tindakan-tindakannya dan keadaan-keada-

an yang meliputinya cemerlang dan berkilauan, dan sema-

kin menambah nilainya yang tak terkira.  

(8) Kakinya yaitu  tiang-tiang marmar putih, begitu kuat, 

begitu megah, dan tidak membuat cacat alas emas murni 

yang padanya tiang-tiang itu bertumpu (ay. 15). Hal ini 

berbicara tentang kekokohan-Nya dan keteguhan-Nya. Di 

mana kaki-Nya bertumpu, di situ Ia berdiri teguh. Ia sang-

gup menanggung semua beban pemerintahan yang ada 

pada bahu-Nya, dan kaki-Nya tidak akan pernah goyah. 

Ini menyatakan keagungan dan kemegahan dari perarakan 

Tuhan  kita, Raja kita, ke dalam tempat kudus-Nya (Mzm. 

68:25), serta keteguhan dan kesamaan semua tata aturan-

Nya terhadap umat-Nya. Tindakan Tuhan itu tepat. Semua 

tindakan-Nya yaitu  kasih setia dan kebenaran. Inilah 

tiang-tiang marmar putih itu, yang lebih tahan lama dari-

pada tiang-tiang langit.  

(9) Perawakannya (sikap dan pembawaan-Nya) seperti gunung 

Libanon, bukit yang megah itu. Air muka-Nya rupawan 

dan menawan, seperti pemandangan hutan atau taman 

yang indah itu, terpilih seperti pohon-pohon aras, yang, da-

lam ketinggian dan kekuatan, mengungguli pohon-pohon 

lain, dan sangat bermanfaat. Kristus yaitu  pribadi yang 

menawan. Semakin lama kita memandang-Nya, semakin 

banyak keindahan yang akan kita lihat dalam diri-Nya.  

(10) Kata-katanya manis semata-mata, rasa manis itu sendiri. 

Kata-kata-Nya yaitu  apa saja yang manis (demikian kata 

yang dipakai). Kata-kata-Nya sari pati murni, bahkan, per-

wujudan sempurna dari semua kenikmatan (ay. 16). Se-

mua kata dari mulut-Nya manis bagi orang percaya, manis 

seperti susu untuk bayi (yang sesuai baginya), dan seperti 

madu untuk orang dewasa (Mzm. 119:103), yang baginya 

lezat rasanya. Kecupan-kecupan bibir-Nya, semua tanda 

cinta-Nya, mengandung rasa manis yang jauh mengatasi 

segala sesuatu, dan paling nikmat bagi orang-orang yang 

pancaindera rohaninya terlatih. Bagi kamu, yang percaya, 

Ia mahal. 

3. Sang mempelai menutup dengan keyakinan yang penuh akan 

iman maupun harapan, dan dengan demikian dapat mengatasi 

masalahnya.  

(1) Di sini ada keyakinan iman yang penuh akan keindahan 

yang lengkap dari Tuhan Yesus: “Segala sesuatu padanya 

menarik. Mengapa aku harus berdiri untuk menyebutkan 

rincian-rincian keindahan-Nya, bila secara keseluruhan 

tidak ada apa pun yang salah dalam diri-Nya?” Ia sadar 

bahwa gambaran-gambaran tertentu yang dia berikan ten-

tang kekasihnya kurang mendekati kebenaran, dan masih 

jauh dari menggambarkan martabat dan nilai dari apa yang 

hendak disampaikannya. Dan sebab  itu ia mengakhirinya 

dengan pujian secara umum: Ia sungguh-sungguh menarik, 

Ia sepenuhnya demikian. Tak ada hal lain dalam diri-Nya 

selain apa yang menyenangkan, dan tak ada yang menye-

nangkan selain apa yang ada dalam diri-Nya. Dialah semua 

yang dinginkan orang. Ia memiliki dalam diri-Nya segala 

sesuatu yang diingini oleh siapa saja. Oleh sebab  itu, 

semua keinginannya mengarah kepada kekasihnya, dan ia 

mencarinya dengan penuh kecemasan, dan tidak bisa 

merasa tenang dan puas tanpa kehadirannya. Siapa yang 

tidak bisa mencintai Dia yang begitu indah?  

Kitab Kidung Agung 5:9-16 

(2) Di sini ada keyakinan penuh akan harapannya menyang-

kut kepentingannya dalam diri kekasihnya: “Demikianlah 

kekasihku, demikianlah temanku. Dan sebab  itu janganlah 

heran kalau aku sedemikian merindukannya.” Lihatlah be-

tapa dengan keberanian yang kudus ia mengaku mempu-

nyai hubungan dengan kekasihnya, dan kemudian betapa 

dengan kemenangan yang kudus ia menyatakannya. Hak 

miliklah yang membuat keunggulan menjadi manis. Meli-

hat Kristus, dan tidak melihat-Nya sebagai milik kita, akan 

lebih menjadi siksaan daripada kebahagiaan. namun  meli-

hat Dia yang sedemikian indah, dan melihat-Nya sebagai 

milik kita, merupakan kepuasan yang seutuhnya. Di sini 

orang yang sungguh-sungguh percaya,  

[1] Setuju mengakui Kristus dengan sepenuhnya: “Dia ada-

lah milikku, Tuhanku dan Tuhan ku (Yoh. 20:28), milikku 

sesuai dengan maksud dan tujuan perjanjian Injil, mi-

likku dalam semua hubunganku dengan apa saja. 

Dianugerahkan kepadaku, untuk menjadi bagiku segala 

sesuatu yang dibutuhkan oleh jiwaku yang malang.”  

[2] Merasakan kepuasan yang sepenuhnya dalam Kristus. 

Hal ini dibicarakan di sini dengan nada kemenangan. 

“Inilah Dia yang telah kupilih, dan yang kepada-Nya 

aku telah menyerahkan diriku sendiri. Tiada yang lain 

selain Kristus, tiada yang lain selain Kristus. Inilah Dia 

yang kepada-Nya hatiku terpatri, sebab Dia yaitu  ke-

kasih pujaan hatiku. Inilah Dia yang kepada-Nya aku 

percaya, dan yang dari-Nya aku menantikan segala ke-

baikan, sebab inilah temanku.” Perhatikanlah, orang-

orang yang menjadikan Kristus kekasih mereka akan 

memiliki-Nya sebagai teman mereka. Sejak dahulu, 

sekarang, dan di waktu-waktu mendatang Ia yaitu  

teman yang istimewa bagi semua orang percaya. Ia 

mengasihi orang-orang yang mengasihi-Nya. Dan orang-

orang yang memiliki-Nya sebagai teman mereka mem-

punyai alasan untuk bermegah di dalam Dia, dan ber-

bicara tentang Dia dengan hati yang gembira. “Biar saja 

orang lain dikuasai oleh cinta akan dunia, dan mencari 

kebahagiaan mereka dalam persahabatan dan kenik-

matan-kenikmatannya, namun  inilah kekasihku, inilah 

temanku. Orang lain boleh saja berbuat semau mereka, 

namun  inilah pilihan jiwaku, sandaran jiwaku, hidupku, 

sukacitaku, segala-galaku. Inilah Dia yang dengan-Nya 

aku ingin hidup dan mati.” 

 

 

 

PASAL  6  

Dalam pasal ini, 

I. Putri-putri Yerusalem, yang tergerak oleh gambaran yang di-

sampaikan oleh jemaat mengenai Kristus, bertanya tentang 

Dia (ay. 1). 

II. Jemaat mengarahkan putri-putri Yerusalem ke tempat 

mereka bisa bertemu dengan Kristus (ay. 2-3). 

III. Kristus sekarang telah ditemukan oleh mereka yang mencari-

Nya, dan Ia sangat memuji kecantikan pengantin-Nya, seba-

gai mempelai laki-laki yang sangat terpesona olehnya (ay. 4-

7). Ia mengutamakannya di atas yang lainnya (ay. 8-9) dan 

mengajak sahabat-sahabatnya agar mengasihi dan menghor-

matinya (ay. 10). Dan, terakhir, Ia menyatakan kesan yang 

tertanam dalam diri-nya oleh sebab  kecantikan pengantin-

Nya, dan Ia mengalami sukacita besar oleh sebab  pengatin-

Nya itu (ay. 11-13). 

Bertanya tentang Kristus 

(6:1-3) 

1 – Ke mana perginya kekasihmu, hai jelita di antara wanita? Ke jurusan ma-

nakah kekasihmu pergi, supaya kami mencarinya besertamu? 2 – Kekasihku 

telah turun ke kebunnya, ke bedeng rempah-rempah untuk menggembalakan 

domba dalam kebun dan memetik bunga bakung. 3 Aku kepunyaan kekasih-

ku, dan kepunyaanku kekasihku, yang menggembalakan domba di tengah-

tengah bunga bakung. 

Inilah, 

I. Pertanyaan yang diajukan oleh putri-putri Yerusalem mengenai 

Kristus (ay. 1). Mereka masih terus mengagumi jemaat dan me-

manggilnya, seperti sebelumnya, jelita di antara wanita, sebab  

memang kesucian sejati yaitu  kejelitaan sejati. Kali ini, keka-

guman mereka bertambah mengenai Kristus: Ke jurusan manakah 

kekasihmu pergi, supaya kami mencarinya besertamu? Bila Kidung 

Agung tidak dipahami secara rohani, perkataan ini akan terdengar 

tidak pantas dan tak dapat diterima, sebab  cinta itu iri hati 

terhadap pesaing, akan menguasai pihak yang dicintai, dan tidak 

peduli jika  orang lain harus ikut mencari-Nya. namun  , 

mereka yang mengasihi Kristus rindu agar orang lain juga menga-

sihi-Nya dan turut dipersatukan dengan-Nya. Bahkan, bukti 

terbesar dari tanggung jawab dan hormat yang dapat diperlihat-

kan anak-anak jemaat kepada ibu mereka yaitu  bergabung de-

ngannya mencari Kristus. Puteri-puteri Yerusalem, yang bertanya 

(5:9), Apakah kelebihan kekasihmu daripada kekasih yang lain? 

sebab  tertegun bahwa sang mempelai wanita  sangat menga-

sihi pengantinnya, sekarang berubah pikiran, dan mereka sendiri 

akhirnya turut mencintai-Nya, sebab , 

1. Sang mempelai wanita  telah menceritakan tentang kekasih-

nya dan memperlihatkan keunggulan dan kesempurnaan-Nya 

kepada putri-putri Yerusalem, sehingga dengan demikian, meski 

mereka belum pernah melihat-Nya, mereka menjadi percaya dan 

mencintai-Nya. Orang-orang yang tidak menghargai Kristus ber-

buat demikian sebab  tidak mengenal-Nya. saat  Tuhan , melalui 

perkataan dan Roh-Nya, menetapkan agar Kristus ditemukan 

oleh jiwa-jiwa yang mencari-Nya, seberkas cahaya sorgawi itu 

akan menghidupkan nyala api cinta kepada-Nya. 

2. Sang mempelai wanita  telah mengungkapkan rasa cinta-

nya kepada Kristus, penyerahan dirinya kepada cinta itu, dan 

bersorak di dalamnya: Demikianlah kekasihku. Api di dalam 

dada sang mempelai wanita  lantas memercikkan bara api 

ke dalam sanubari putri-putri Yerusalem. Seperti halnya 

keinginan penuh dosa yang saat  menyebar akan mencemari 

banyak orang, begitu pula nyala cinta kesalehan dari beberapa 

orang akan menjadi perangsang bagi banyak orang (2Kor. 9:2) 

3. Sang mempelai wanita  sebelumnya meminta pertolongan 

dari putri-putri Yerusalem untuk mencari kekasihnya (5:8). 

namun  , kali ini putri-putri Yerusalem yang memohon 

kepadanya, sebab  mereka melihat bahwa awan mendung 

yang menutupi sang mempelai wanita  telah terserak, dan

Kitab Kidung Agung 6:1-3 

 langit pun kembali cerah baginya. Di saat bersamaan, saat  

sang mempelai wanita  sedang menggambarkan kekasih-

nya kepada mereka, ia kembali beroleh penghiburan di dalam-

Nya. Orang Kristen yang lesu akan beroleh untung dari ber-

bicara tentang Kristus dan dari berbuat baik kepada sesama. 

Nah, 

(1) Putri-putri Yerusalem bertanya mengenai mempelai laki-laki, 

“Ke mana perginya kekasihmu? Jalan mana yang harus kita 

tempuh untuk mendapatkannya?” Perhatikan, orang-orang 

yang telah mengetahui keunggulan Kristus dan penghiburan 

di dalam Dia, tidak bisa tidak akan mencari Dia dengan 

segenap hati dan sangat ingin tahu di mana mereka dapat 

bertemu dengan-Nya. 

(2) Putri-putri Yerusalem menawarkan bantuan kepada sang

mempelai wanita  untuk menemaninya mencari keka-

sihnya: Supaya kami mencarinya besertamu. Orang-orang 

yang hendak menemukan Kristus harus mencari-Nya sejak 

dini dan dengan tekun. Upaya pencarian Kristus pun 

paling baik dikerjakan bersama-sama dengan mereka yang 

juga mencari Dia. Kita harus mencari persekutuan dengan 

Kristus di dalam persekutuan dengan para orang kudus. 

Kita tahu ke mana perginya kekasih kita. Dia telah pergi ke 

sorga, kepada Bapa-Nya dan Bapa kita. Dia peduli dan 

mengirimkan petunjuk kepada kita agar kita mengetahui 

jalan menuju Dia (Yoh. 20:17). Dengan iman kita harus 

melihat Dia di sana dan dengan doa mencari-Nya di sana, 

dengan berani masuk ke dalam tempat kudus dan berga-

bung dengan angkatan orang yang menanyakan Dia (Mzm. 

24:6), bahkan bersama semua orang di segala tempat yang 

berseru kepada nama-Nya (1Kor. 1:2). Kita harus berdoa 

bersama sesama kita dan untuk sesama kita.      

II. Jawaban sang mempelai wanita  atas pertanyaan putri-putri 

Yerusalem (ay. 2-3). Sekarang, ia tak lagi mengeluh seperti yang 

dilakukannya sebelumnya (5:6), “Ia sudah pergi, ia sudah lenyap,” 

sebab  ia tidak tahu ke mana harus mencari kekasihnya, atau 

ragu bahwa ia telah kehilangan kekasihnya selamanya. Ia tidak 

lagi mengeluh, sebab , 

1. Sekarang ia tahu persis di mana kekasihnya itu (ay. 2): “Keka-

sihku tidak akan ditemukan di jalan-jalan kota, di tengah-

tengah kerumunan dan kebisingan yang ada di sana. Di situ-

lah aku dengan sia-sia telah mencari-Nya” (seperti halnya 

orangtua-Nya mencari Dia di antara kaum keluarga dan 

kenalan mereka, namun  tidak menemukan-Nya). namun  , 

Dia telah turun ke kebun-Nya, suatu tempat untuk menyendiri 

dan merenung.” Semakin kita mengundurkan diri dari hiruk 

pikuk dunia, semakin besar kemungkinan kita berjumpa de-

ngan Kristus, yang membawa murid-murid-Nya ke taman untuk 

menjadi saksi dari penderitaan kasih-Nya. Jemaat Kristus 

yaitu  sebuah taman yang kudus dan terpisah dari dunia luar. 

Jemaat yaitu  kebun-Nya sendiri, yang telah Ia garap seperti 

halnya taman Eden, yang Ia rawat dan bersuka dengannya. 

Meski Kristus telah naik ke sorga, Ia tetap turun ke taman-Nya 

di dunia. Dunia ini hina, tetap Ia merendahkan diri-Nya untuk 

mengunjunginya. Betapa indahnya perendahan diri Kristus 

itu. Benarkah Tuhan  hendak diam bersama dengan manusia di 

atas bumi? Orang-orang yang mencari Kristus akan bertemu 

dengan Dia di taman-Nya, yaitu  jemaat, sebab  di sanalah 

tempat yang Dia tentukan menjadi tempat peringatan bagi 

nama-Nya (Kel. 20:24). Mereka harus melayani-Nya menurut 

ketetapan-ketetapan yang telah diberikan-Nya, yaitu  di dalam 

firman, sakramen, dan doa, di mana Dia akan bersama kita 

senantiasa sampai kepada akhir zaman. Sang mempelai 

wanita  di sini merujuk kepada perkataan Kristus (5:1), 

Aku datang ke kebunku. Di sini, sang mempelai wanita  

seolah-olah ingin berkata, “Betapa bodohnya aku sudah ber-

lelah-lelah dengan mencarinya ke sana kemari ke tempat di 

mana dia tidak ada, padahal ia sudah mengatakan tempatnya 

berada!” Firman yang menuntun dan menghibur hati kerap 

kali tidak ada di saat-saat kita membutuhkannya, hingga Roh 

Kudus membawanya ke dalam ingatan kita, dan saat itu kita 

pun tertegun sebab  telah melupakannya. Kristus sudah ber-

pesan kepada kita bahwa Ia datang ke kebun-Nya, sehingga ke 

sanalah kita harus pergi mencari-Nya. Di sini, bedeng-bedeng 

dan kebun-kebun yang lebih kecil merupakan tiap-tiap jemaat 

tertentu, yaitu  segala tempat pertemuan Tuhan  di negeri (Mzm. 

74:8), sementara rempah-rempah dan bunga bakung yaitu  

Kitab Kidung Agung 6:1-3 

tiap-tiap orang percaya, tanaman Tuhan, dan kesenangan di 

mata-Nya. saat  Kristus turun menemui jemaat-Nya, Ia mela-

kukannya untuk, 

(1) Menggembalakan domba dalam kebun (KJV: Memberi makan 

domba dalam taman). Tidak seperti para gembala lain yang 

memberi makan ternaknya di lapangan terbuka, Kristus 

menyediakan makanan bagi domba-domba-Nya di dalam 

taman-Nya, sehingga mereka diberi makan dengan sangat 

baik (Mzm. 23:2). Kristus datang untuk menyediakan ma-

kanan bagi sahabat-sahabat-Nya dan menghibur mereka. 

Di taman engkau tidak hanya akan menjumpai Kristus 

namun  juga akan menyaksikan meja perjamuan-Nya yang 

dipenuhi dengan limpahnya, diiringi sambutan-Nya yang 

hangat. Kristus pun datang untuk mengenyangkan diri-Nya 

sendiri, yaitu untuk menyenangkan diri dengan buah-buah 

anugerah-Nya di dalam umat-Nya, sebab  TUHAN senang 

kepada orang-orang yang takut akan Dia. Kristus mempu-

nyai banyak kebun, yaitu  banyak jemaat-jemaat dengan 

ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Kendati jemaat 

yaitu  kepunyaan-Nya, Ia menjamu diri-Nya sendiri de-

ngan kepunyaan-Nya itu, menyatakan diri-Nya di tengah-

tengah jemaat, dan sangat berkenan akan mereka. 

(2) Memetik bunga bakung dengan penuh sukacita untuk 

menghibur dan menghiasi diri-Nya. Ia memetiknya satu per 

satu dan mengumpulkannya bagi dirinya sendiri. Suatu saat 

nanti pada hari yang agung, akan ada panen besar bunga 

bakung saat  Kristus mengirimkan malaikat-malaikat-Nya 

untuk mengumpulkan segala bunga bakung kepunyaan-

Nya, agar Ia diagungkan dan dimuliakan di dalam mereka 

selama-lamanya.  

2.  Sang mempelai wanita  sangat percaya akan makna diri-

nya bagi Kristus (ay. 3): “Aku kepunyaan kekasihku, dan kepu-

nyaanku kekasihku. Hubungan ini bersifat timbal balik, dengan 

simpul yang terikat erat dan tak dapat dilepaskan, sebab  Dia 

menggembalakan domba di tengah-tengah bunga bakung, dan 

persekutuanku dengan-Nya menjadi bukti dari arti diriku bagi-

Nya.” Sang mempelai wanita  memang telah mengucapkan 

hal ini sebelumnya (2:16), namun , 

(1) Di sini, ia mengulangi pernyataannya kembali, yang atasnya 

ia berjanji untuk mematuhi dan di dalamnya ia mendapat 

sukacita dan kepuasan yang tidak terkatakan. Ia sangat 

bergembira atas pilihannya dan tidak mau mengubahnya. 

Persekutuan kita dengan Tuhan  dijaga dan dilestarikan de-

ngan senantiasa memperbarui kovenan kita dengan-Nya dan 

bersukacita di dalam-Nya.  

(2) Ia memiliki kesempatan untuk mengulanginya, sebab  ia 

telah berlaku jahat terhadap kekasihnya dan membuat 

kekasihnya menarik diri darinya, sehingga ada kesempatan 

untuk memperbarui perjanjian yang tetap teguh antara 

Kristus dan orang percaya, walaupun sering kali orang 

percaya gagal dan Ia tidak senang kepada mereka (Mzm. 

89:30-35). “Aku telah ceroboh dan bercela di dalam kewa-

jiban ibadahku, namun  tetaplah aku kepunyaan kekasihku.” 

Ini berarti tiap kesalahan yang kita buat di dalam perjanji-

an dengan Tuhan  tidaklah membuat kita terdepak dari 

perjanjian ini . “Ia telah menyembunyikan wajahnya 

dariku dan menolak memberikan penghiburannya kepada-

ku, namun  tetap kepunyaanku kekasihku.” Memang teguran 

dan didikan mengiringi dan mengalir dari perjanjian kasih. 

(3) saat  kita tidak memiliki jaminan penuh akan kasih Kris-

tus, kita harus hidup dalam ketaatan sepenuh iman ke-

pada-Nya. “Meskipun aku tak lagi merasakan penghiburan 

yang pernah aku alami sebelumnya, namun aku tetap ber-

paut kepada hal ini, bahwa Kristus kepunyaanku dan aku 

kepunyaan-Nya.” 

(4) Meski sang mempelai wanita  telah mengucapkan per-

nyataan yang sama sebelumnya, namun kali ini ia mem-

balik urutannya dan lebih dahulu menyampaikan makna 

dirinya bagi Kristus: Aku kepunyaan kekasihku, sepenuh-

nya mengabdi dan menguduskan dirinya bagi kekasihnya. 

Kemudian, ia mengutarakan makna kekasihnya dan anu-

gerah-Nya bagi dia: “Kekasihku kepunyaanku, dan aku 

bahagia, sangat bahagia bersama-Nya.” Bila hati kita sen-

diri dapat bersaksi bagi kita bahwa kita yaitu  milik-Nya, 

maka tidak ada tempat bagi keragu-raguan bahwa Dia ada-

lah milik kita, sebab  perjanjian tidak pernah dilanggar 

dari pihak-Nya. 

Kitab Kidung Agung 6:4-10 

(5) Seperti yang terjadi sebelumnya, sang mempelai perem-

puan saat ini mendapat penghiburan saat  mengetahui 

bahwa Kristus menggembalakan (KJV: memberi makan) 

domba di tengah-tengah bunga bakung, bahwa Dia bersuka-

cita di dalam umat-Nya dan bercakap-cakap begitu bebas-

nya dengan mereka, seperti halnya kita memperlakukan 

mereka yang kepadanya kita sediakan makanan. Dengan 

demikian, meski saat ini Dia tidak ada bersama kita, “Aku 

akan berjumpa kembali dengan-Nya. Sebab aku bersyukur 

lagi kepada-Nya, penolongku dan Tuhan ku!” 

Keyakinan Jemaat di dalam Kristus; 

Kasih Kristus terhadap Jemaat  

(6:4-10) 

4 Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, juita seperti Yerusalem, dahsyat 

seperti bala tentara dengan panji-panjinya. 5 Palingkanlah matamu dari pa-

daku, sebab aku menjadi bingung sebab nya. Rambutmu bagaikan kawanan 

kambing yang bergelombang turun dari Gilead. 6 Gigimu bagaikan kawanan 

domba, yang keluar dari tempat pembasuhan, yang beranak kembar semua-

nya, yang tak beranak tak ada. 7 Bagaikan belahan buah delima pelipismu di 

balik telekungmu. 8 Permaisuri ada enam puluh, selir delapan puluh, dan 

dara-dara tak terbilang banyaknya. 9 namun  dialah satu-satunya merpati-

ku, idam-idamanku, satu-satunya anak ibunya, anak kesayangan bagi yang 

melahirkannya; puteri-puteri melihatnya dan menyebutnya bahagia, permai-

suri-permaisuri dan selir-selir memujinya. 10 “Siapakah dia yang muncul 

laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya bagaikan 

surya, dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya?”     

Pada bagian ini, kita patut menganggap bahwa Kristus dengan penuh 

kemurahan hati telah kembali kepada mempelai-Nya, sesudah  mena-

rik diri darinya, dan kembali untuk bersekutu dengan mempelai-Nya 

(sebab  Ia berbicara kepadanya dan membuatnya mendengar kegi-

rangan dan sukacita) sesudah  mengampuni dan melupakan segala 

kejahatannya, sebab  Ia berbicara dengan sangat lembut dan hormat 

kepadanya. 

I. Kekasihnya menyatakan bahwa mempelai-Nya begitu indah (ay. 

4): Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza, sebuah kota suku 

Manasye, yang namanya berarti menyenangkan, atau dapat di-

terima, mengingat suasana kota itu yang jelas sangat menggem-

birakan dengan bangunan-bangunan yang indah dan rapi. Juita 

seperti Yerusalem, kota yang bersambung rapat (Mzm. 122:3) dan 

yang telah dibangun dan diperindah Salomo, suatu kegirangan 

bagi seluruh bumi. Kota seperti Yerusalem menjadi kehormatan 

bagi dunia (terlepas dari dunia memang berpikir demikian atau 

tidak). Yerusalem merupakan kota suci, dan kesuciannya inilah 

yang menjadi kecantikan terbesarnya. Tepatlah bila jemaat diban-

dingkan dengan Yerusalem, sebab  memang seperti kota itulah 

jemaat digambarkan dan diperlambangkan. Jemaat yang injili 

yaitu  Yerusalem sorgawi (Gal. 4:26), ya, Yerusalem sorgawi (Ibr. 

12:22). Jemaatlah tempat kudus Tuhan  dan di sanalah Tuhan  secara 

khusus hadir. Dari jemaatlah Tuhan  menerima pujian yang terus-

menerus mengalir. Itulah tempat Tuhan  berdiam untuk selama-

lamanya, sehingga dengan demikian jemaat menjadi juita seperti 

Yerusalem, dan sebab nya, dahsyat seperti bala tentara dengan 

panji-panjinya. Segala teguran yang diperkatakan oleh jemaat, bila 

dilaksanakan dengan semestinya, akan membuat nurani manusia 

terperanjat. Perkataan jemaat (yang merupakan senjatanya di da-

lam pertempuran) mematahkan setiap siasat (2Kor. 10:5), dan 

bahkan seorang yang tidak percaya akan diyakinkan dan dihakimi 

menurut semua ketetapan kudus yang agung (1Kor. 14:24-25). 

Para orang kudus dengan iman mereka mengalahkan dunia (1Yoh. 

5:4), dan bahkan, seperti halnya Yakub, mereka bergumul mela-

wan Tuhan  dan menang (Kej. 32:28, KJV: beroleh kekuatan di dalam 

Tuhan  dan menang). 

II. Sang kekasih mengakui bahwa diri-Nya jatuh cinta kepada sang 

mempelai wanita  (ay. 5). Meski untuk sesaat dan dengan 

agak murka Ia menyembunyikan wajah-Nya dari padanya, namun 

sekarang Ia menjumpainya dengan memperlihatkan kebaikan ke-

kal yang mencengangkan (Yes. 54:8). Palingkanlah matamu ke-

pada-Ku (menurut tafsiran beberapa orang), “palingkan mata 

imanmu dan mata kasihmu kepada-Ku, sebab  hal itu mengang-

kat-Ku. Pandanglah Aku dan jadilah tenang.” saat  kita berseru 

kepada Tuhan  untuk memalingkan mata kemurahan-Nya kepada 

kita, maka Ia pun berseru kepada kita untuk memalingkan mata 

ketaatan kita kepada-Nya. Kita membacanya sebagai satu bentuk 

ungkapan cinta yang tidak biasa, “Palingkanlah matamu dari 

padaku, sebab aku tidak tahan melihat terangnya. Aku menjadi 

bingung sebab nya (KJV: matamu telah menguasaiku), dan aku 

telah dimenangkannya agar aku tidak mengingat-ingat lagi segala 

Kitab Kidung Agung 6:4-10

yang telah lalu.” Demikianlah seperti yang dikatakan Tuhan  kepada 

Musa saat  ia menjadi perantara bagi orang Israel, “Biarkanlah 

Aku, atau aku harus menyerah” (Kel. 32:10). Kristus berkenan 

meminjam ungkapan yang diucapkan oleh seorang pecinta yang 

penuh hasrat ini hanya untuk mengungkapkan kelembutan 

seorang Penebus yang begitu peduli, serta menyampaikan suka-

cita yang Ia rasakan dalam diri mereka yang telah Ia tebus dan 

dalam semua karya anugerah-Nya di dalam diri mereka. 

III. Ia mengulangi kembali, nyaris kata demi kata, bagian dari pen-

jelasan yang telah Ia sampaikan mengenai kecantikan sang mem-

pelai wanita  (4:1-3), rambutnya, giginya, pelipisnya (ay. 5-7), 

bukan sebab  Ia tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-

kata lain, dengan perbandingan lain yang serupa, namun  untuk 

memperlihatkan bahwa Ia masih menghargai sang mempelai 

wanita  sama seperti sebelum ia berbuat tidak baik kepada-

Nya dan sebelum Ia mengundurkan diri dari padanya. Untuk 

mencegah agar jangan sampai sang mempelai wanita  berpikir 

bahwa Ia memandangnya buruk, meski Ia mengenalnya dan 

meski Ia tidak membuangnya, maka Ia pun mengatakan hal yang 

sama tentangnya seperti yang telah Ia perbuat sebelumnya. Mere-

ka yang banyak diampuni akan lebih banyak berbuat kasih, dan 

oleh sebab nya menjadi yang lebih dikasihi, sebab  Kristus telah 

berkata, Aku mengasihi orang yang mengasihi Aku. Ia berkenan 

kepada umat-Nya dan tidak mempertimbangkan kelemahan mere-

ka, saat  mereka dengan tulus hati bertobat dan kembali kepada 

kewajiban ibadah mereka. Lalu Ia pun akan memuji umat-Nya 

seakan-akan mereka sudah mencapai kesempurnaan. 

IV. Ia lebih mengutamakan sang mempelai wanita  ketimbang 

para pesaingnya, dan menyaksikan bahwa segala kecantikan dan 

kesempurnaan yang ada pada pesaing lain dijumpai dan berpusat 

di dalam diri sang mempelai wanita  (ay. 8-9); “Walaupun per-

maisuri ada enam puluh, yang seperti halnya Ester telah mencapai 

kedudukan tinggi di kerajaan dan kehormatan melalui kecantikan 

mereka, dan walaupun selir delapan puluh, yang lebih disukai raja 

daripada permaisuri sebab  pesonanya yang lebih memikat, dan 

yang diasuh oleh para pelayan kehormatan, dara-dara tak ter-

bilang banyaknya, yang tampak begitu anggun di tengah pesta di 

istana, dengan kecantikan yang membuat mata yang memandangi-

nya tidak berkedip, namun tetap dialah satu-satunya merpatiku, 

idam-idamanku, mempelaiku yang kudus.” 

1. Sang mempelai wanita  mengungguli semuanya. Pergilah 

ke seluruh pelosok dunia, dan lihatlah segala macam masyara-

kat manusia yang menyatakan diri mereka sendiri bijaksana 

dan bahagia, pelbagai kerajaan, istana, majelis negeri, dewan 

penasihat, atau perhimpunan apa pun yang engkau nilai ber-

harga, tidak ada satu pun dari mereka yang dapat dibanding-

kan dengan jemaat Kristus. Kehormatan dan keindahan mere-

ka tidak ada apa-apanya dibandingkan jemaat Kristus. Siapa-

kah yang sama dengan engkau, hai Israel! (Ul. 33:29; 4:6-7). 

Ada orang-orang tertentu, seperti halnya dara-dara yang tak 

terbilang banyaknya, yang tersohor sebab  pencapaian 

mereka, keindahan tutur kata, bahasa, dan kinerja mereka, 

namun  keindahan kekudusan jauh melampaui semua keindah-

an lain: “Satu-satunya merpatiku, idam-idamanku, ialah yang 

memiliki satu kecantikan, yaitu laksana merpati, merpati yang 

tak tercemar, dan ia yaitu  kepunyaanku, dan itu membuat-

nya mengatasi semua permaisuri dan dara, meski jumlah me-

reka sangat banyak.” 

2. Sang mempelai wanita  mencakup semuanya. “Raja-raja 

lain mempunyai banyak permaisuri, dan selir, dan dara, dan 

raja-raja ini menghibur hati mereka sendiri dengan bercakap-

cakap dengan kepunyaannya itu, namun  merpatiku, idam-

idamanku, yaitu  satu-satunya kebahagiaan hatiku, dan di 

dalam dia saja Aku mempunyai lebih banyak daripada yang 

dimiliki raja-raja lain dengan banyak kepunyaan mereka itu.” 

Atau, “Meskipun ada banyak kumpulan-kumpulan jemaat, 

namun beberapa lebih mulia, beberapa kurang mulia, bebe-

rapa sudah ada sejak lama, lainnya baru ada beberapa waktu, 

dan meskipun ada banyak orang percaya, dengan talenta dan 

pencapaian yang berbeda-beda, namun beberapa lebih menon-

jol, yang lainnya kurang menonjol, namun mereka semua  itu 

membentuk satu jemaat yang umum, semuanya bagian dari 

satu keseluruhan, dan itulah merpatiku, idam-idamanku.” 

Kristus yaitu  pusat dari kesatuan jemaat. Semua anak Tuhan  

yang tercerai-berai di segala tempat dikumpulkan oleh Dia 

Kitab Kidung Agung 6:4-10 


(Yoh. 11:52), dan dipersatukan di dalam Dia (Ef. 1:10), dan 

semuanya yaitu  merpati-Nya. 

V. Dia memperlihatkan betapa sang mempelai wanita  sangat di-

hormati, tidak hanya oleh-Nya, namun  juga oleh semua yang me-

ngenalnya dan yang memiliki hubungan dengannya. Sang mem-

pelai wanita  lebih dipuji lagi saat  dikatakan bahwa, 

1. Sang mempelai wanita  yaitu  kesayangan ibunya. Sedari 

kecil, ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatnya lebih 

dikasihi orang tuanya. Seperti Salomo yang dikatakan merupa-

kan anak yang lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibunya 

(KJV: anak yang lembut dan yang satu-satunya di mata ibunya) 

(Ams. 4:3), demikianlah jemaat menjadi anak tunggal bagi ibu-

nya, sangat berharga seolah-olah jemaat merupakan anak 

satu-satunya, dan, andaikan ada lebih banyak anak lagi, 

jemaat tetaplah anak kesayangan bagi yang melahirkannya, 

jauh lebih hebat daripada semua warga  manusia yang 

pernah dilahirkan dunia. Segala kerajaan di dunia beserta 

kejayaannya, tidaklah berarti apa-apa bagi Kristus dibanding-

kan dengan jemaat, yang terdiri atas para orang mulia yang 

ada di tanah (KJV: di bumi), anak-anak Sion yang berharga, 

yang setimbang dengan emas tua, dan lebih mulia dari pada 

segala kawannya (KJV). 

2. Bahwa sang mempelai wanita  dikagumi oleh semua yang 

mengenalnya, tidak hanya puteri-puteri, yang lebih muda dari-

nya, melainkan juga oleh permaisuri-permaisuri dan selir-selir, 

yang mungkin mempunyai alasan untuk iri hati kepadanya se-

bagai pesaing. Mereka semua menyebutnya bahagia dan meng-

ucapkan selamat kepadanya, memujinya dan mengucapkan 

hal-hal yang baik tentangnya. Puteri-puteri Yerusalem memang-

gilnya jelita di antara wanita, dan semua bersepakat meno-

batkannya sebagai yang paling indah, laksana setiap berkas 

gandum tunduk kepadanya. Perhatikan, 

(1) Mereka yang berakal sehat tidak bisa tidak akan diyakin-

kan nuraninya (apa pun yang mereka katakan) bahwa 

orang-orang saleh yaitu  orang-orang mulia. Banyak orang 

akan berbicara hal-hal baik mengenai orang saleh, dan 

lebih banyak lagi orang yang menawarkan kebaikan kepada 

mereka.  

(2) Yesus Kristus peduli dengan apa yang orang pikirkan dan 

bicarakan mengenai jemaat-Nya, serta berkenan kepada 

mereka yang menaruh hormat kepada orang-orang demi-

kian yang takut akan Tuhan. namun  Ia juga tidak berkenan 

kepada mereka yang membenci jemaat-Nya, khususnya 

saat  jemaat direndahkan dan saat  ada yang menyesat-

kan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya.   

VI. Ia menggubah suatu sajak yang ditujukan kepada sang mempelai 

wanita , dan membuat sajak itu menjadi milik-Nya (ay. 10): 

Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah? Ini berlaku bagi 

jemaat di dunia dan bagi anugerah di dalam hati. 

1. Keduanya sangat menyukakan hati seperti halnya cahaya, 

yang merupakan hal terindah dari semua yang dapat dilihat 

mata. Orang Kristen yaitu , atau seharusnya menjadi, cahaya 

dunia. Jemaat yang terdiri dari bapa-bapa gereja muncul lak-

sana fajar merekah saat  janji akan hadirnya Mesias pertama 

kali dikabarkan, dan surya pagi dari tempat yang tinggi akan 

melawat dunia yang gelap ini. Jemaat Yahudi memang indah 

bagaikan bulan purnama. Hukum Taurat yang penuh dengan 

tata keupacaraan laksana cahaya yang tidak sempurna, kare-

na berkas sinarnya hanyalah pantulan. Cahayanya selalu ber-

ubah layaknya bulan yang tidak pernah mencapai siang hari, 

atau sebab  tidak akan terbit surya kebenaran. namun  , 

jemaat orang Kristen bercahaya bagaikan surya, memperlihat-

kan terang yang besar bagi bangsa yang diam di kegelapan. 

Pandangan ini dapat kita terapkan pada kerajaan kasih karu-

nia, yaitu  kerajaan injili. 

(1) Pada kebangkitannya, kerajaan kasih karunia muncul lak-

sana fajar merekah sesudah  malam yang gelap. Kerajaan ini 

mampu mengungkap segalanya (Ayb. 38:12-13), dan sangat 

berkenan, muncul dengan mulia laksana fajar. Namun pada 

permulaannya, kerajaan ini kecil dan nyaris tak terlihat. 

(2) Di dunia ini, keberadaan kerajaan injili paling-paling ha-

nyalah indah bagaikan bulan purnama, yang bersinar de-

ngan cahaya pinjaman, yang berubah-ubah dan mengalami

Kitab Kidung Agung 6:11-13 

 gerhana, tampil dengan cacat, dan hanya bersinar penuh 

saat  ada malam. namun  , 

(3) saat  disempurnakan oleh kerajaan mulia, kerajaan injili 

akan menjadi bercahaya bagaikan surya. Jemaat pun 

berselubungkan matahari, dengan Kristus sebagai surya 

kebenaran (Why. 12:1). Orang-orang yang mengasihi Tuhan  

akan menjadi bagaikan matahari terbit dalam kemegahan-

nya (Hak. 5:31; Mat. 13:43). Mereka akan bersinar di dalam 

kemuliaan yang tak terkatakan, dan yang akan menjadi 

sempurna kelak. Tidak akan ada kegelapan, tidak ada 

cacat cela (Yes. 30:26). 

2. Keindahan jemaat dan orang percaya tidak hanya menyuka-

kan hati, namun  juga dahsyat seperti bala tentara dengan panji-

panjinya. Di dunia ini, jemaat bertugas laksana bala tentara, 

seperti kemah Israel di padang gurun. Ia selalu siaga laksana 

militan. Ia selalu ada di tengah-tengah musuh dan senantiasa 

terlibat pertempuran dengan mereka. Orang-orang percaya 

merupakan prajurit di dalam bala tentara ini. Jemaat mempu-

nyai panji-panji, dan Injil Kristus yaitu  panji (Yes. 11:12), 

yaitu kasih Kristus (2:4). Panji ini dikibarkan dan dijaga de-

ngan penuh kesiagaan. Ia menimbulkan kegentaran bagi para 

musuhnya seperti halnya saat  Israel berada di padang liar 

(Kel. 15:14). saat  Bileam melihat Israel berkemah menurut 

suku-sukunya, masing-masing terlihat dari panji yang ber-

kibar dengan warna yang berbeda-beda, ia berkata, Alangkah 

indahnya kemah-kemahmu, hai Yakub! (Bil. 24:5). Bila jemaat 

menjaga kemurniannya, ia menjaga kehormatan dan keme-

nangannya. Bila jemaat indah bagaikan bulan purnama dan 

bercahaya bagaikan surya, ia sangatlah mulia dan tangguh. 

Kasih Kristus terhadap Jemaat  

(6:11-13) 

11 Ke kebun kenari aku turun melihat kuntum-kuntum di lembah, melihat 

apakah pohon anggur berkuncup dan pohon-pohon delima berbunga. 12 Tak 

sadar diri aku; kerinduanku menempatkan aku di atas kereta orang bangsa-

wan. 13 Kembalilah, kembalilah, ya gadis Sulam, kembalilah, kembalilah, 

supaya kami dapat melihat engkau! Mengapa kamu senang melihat gadis 

Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang? 


 398

sesudah  kembali bersatu dengan pengantin-Nya seusai memulihkan 

keretakan dan membaharui ikatan kasih di antara keduanya, di sini 

Kristus berbicara mengenai keadaan saat  Ia jauh dan saat  Ia 

bersatu kembali dengan kekasih-Nya. 

I. Bahwa meskipun Ia mundur dari jemaat yang yaitu  pengantin-

Nya dan tidak menghiburnya, namun Ia tetap mengamatinya 

laksana kebun yang Ia pelihara (ay. 11): “Ke kebun kenari aku 

turun, atau kebun pala, melihat kuntum-kuntum di lembah, dengan 

penuh kepuasan dan kepedulian, untuk memandangnya sebagai 

milik-Ku sendiri.” Sewaktu Kristus tidak ada dalam pandangan 

mata, Ia sebenarnya hanya pergi sejauh kebun, bersembunyi di 

antara pepohonan di sana, di lembah yang rendah dan gelap. Di 

sana Ia terus mengamati apakah pohon anggur berkuncup, agar Ia 

dapat melakukan seperlunya untuk membuatnya berkembang, 

dan menyenangkan diri-Nya sendiri seperti halnya orang senang 

terhadap kebunnya yang berbuah. Ia pergi untuk melihat apakah 

pohon-pohon delima berbunga. Kristus selalu memperhatikan 

apakah ada awal mula dari pekerjaan anugerah yang baik di 

dalam jiwa dan kuncup pertama dari rasa cinta serta hasrat akan 

ketaatan, dan Ia sangat berkenan dengan semuanya itu. Ia ber-

suka dengan semua itu seperti halnya kita merasa bahagia 

dengan bunga-bunga yang mekar di musim semi. 

II. Meski demikian, Ia tidak bisa menahan lagi diri-Nya untuk lebih 

lama menjauh, dan tiba-tiba merasakan satu gejolak yang kuat 

dan tak tertahankan di dalam sanubarinya untuk kembali kepada 

jemaat-Nya, yang yaitu  pengantin-Nya, sebab  tergerak oleh 

ratapannya akan Dia dan hasratnya yang menggebu-gebu kepada-

Nya (ay. 12): “Tak sadar diri aku; kerinduanku menempatkan aku 

di atas kereta orang bangsawan. Aku tak bisa lagi berdiri jauh, 

penyesalanku pun muncul, dan sekarang aku bersikeras untuk 

terbang kembali ke pelukan kekasihku, merpatiku.” Demikianlah 

Yusuf menempatkan dirinya sebagai orang asing terhadap sau-

dara-saudaranya untuk sementara waktu guna menghukum me-

reka atas kejahatan di masa lalu dan menguji tabiat mereka saat 

ini, namun  ia tak lagi dapat menahan dirinya sendiri dan, tanpa ia 

sadari, meledak dalam tangis dan berkata, Akulah Yusuf (Kej. 

45:1, 3). Dan sekarang sang mempelai wanita  mengetahui, 

Kitab Kidung Agung 6:11-13 

 399 

seperti halnya Daud (Mzm. 31:22), bahwa meskipun ia berkata 

dalam kebingungannya, “Aku telah terbuang dari hadapan mata-

Mu,” namun pada saat itu pula Ia mendengarkan suara permohon-

annya dan menjadi laksana kereta bangsawan, yang tersohor 

sebab  keindahan dan kecepatannya melaju. Jiwa-Ku menem-

patkan Aku ke dalam kereta umat-Ku yang taat (menurut tafsiran 

beberapa orang), “kereta iman, harapan, kasih, kerinduan, doa, 

dan harapan mereka yang dikirimkan kepada-Ku untuk 

menjemput-Ku, bagaikan kereta api yang ditarik oleh kuda-kuda 

berapi.” Perhatikan, 

1. Umat kepunyaan Kristus yaitu , dan harus menjadi, orang-

orang taat. 

2. Bila mereka senantiasa mencari Kristus dan merindukan-Nya, 

bahkan saat  Kristus seakan-akan meninggalkan mereka, Ia 

akan kembali dengan kemurahan hati kepada mereka pada 

saatnya, bahkan mungkin lebih cepat daripada yang mereka 

pikirkan dan dengan kejutan yang menyenangkan. Tidak ada 

kereta yang dikirimkan kepada Kristus akan kembali dengan 

hampa. 

3. Kembalinya Kristus yang penuh murah hati kepada umat-Nya 

bermula dari diri-Nya sendiri. Jiwa-Nyalah, dan bukan jiwa-

jiwa umat-Nya, yang menempatkan-Nya ke dalam kereta umat-

Nya. Sebab, Ia murah hati sebab  Ia mau bermurah hati, dan 

Ia mencintai Israel kepunyaan-Nya sebab  Ia mau mencintai 

mereka, bukan sebab  mereka, dan hendaklah mereka menge-

tahui hal ini.   

III. Bahwa Kristus, sesudah  kembali kepada pengantin-Nya, dengan 

tulus merayunya untuk kembali kepada-Nya dan tidak mau pe-

ngantin-Nya tenggelam dalam keputusasaan. Biarlah sang mem-

pelai wanita  tak lagi putus asa mencari-cari kasih sayang 

yang dirasakannya sebelum pertikaian terjadi. Biarlah sekarang ia 

terhibur dengan kembalinya sang kekasihnya (ay. 13). Di sini, 

1. Jemaat disebut gadis Sulam. Kata Sulam di sini bisa saja meru-

juk kepada Salomo, mempelai laki-laki yang menulis kitab ini, 

yang dengan namanya sang mempelai wanita  dipanggil 

mengingat hubungannya dan persekutuannya dengan Salomo 

(demikian pula orang percaya disebut Kristen yang berasal dari 


 400

kata Kristus), atau merujuk kepada Salem, kota kelahiran dan 

tempat bermukimnya sang mempelai wanita , sebab  wanita 

dari kota Sunem disebut orang Sunem. Sorga yaitu  Salem, 

tempat para orang kudus lahir, dan tempat mereka mendapatkan 

hak warga kerajaan. Orang-orang yang merupakan kepunyaan 

Kristus dan akan pergi ke sorga akan disebut orang Sulam. 

2. Sang mempelai wanita  diundang untuk kembali, dan 

undangan ini disampaikan dengan penuh kesungguhan: Kem-

balilah, kembalilah, dan lagi, “Kembalilah, kembalilah, pulihkan 

kedamaian yang telah hilang dan dirampas darimu, kembali-

lah kepada rohmu yang dahulu, yang tenang dan penuh suka 

cita.” Perhatikan, saat  kedamaian para orang Kristen yang 

taat terganggu, mereka terkadang sukar ditenangkan dan ha-

rus betul-betul diyakinkan untuk kembali merasakan damai. 

Seperti halnya para pendosa yang telah memberontak harus 

dipanggil berulang kali (Bertobatlah, bertobatlah, mengapakah 

kamu akan mati?), begitu pula para orang kudus yang gelisah 

harus dipanggil lagi dan lagi, bertobatlah, bertobatlah, meng-

apa engkau lesu? Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku?  

3. saat  sang mempelai wanita  telah kembali, wajahnya 

ingin dilihat: Supaya kami dapat melihat engkau. Jangan lagi 

engkau bepergian dengan wajah berselubung seperti seseorang 

yang berkabung. Biarlah orang yang sudah berdamai dengan 

Tuhan  mengangkat muka mereka tanpa cela (Ayb. 22:26). Biar-

lah mereka dengan penuh keberanian menghampiri takhta 

kasih karunia. Kristus berkenan kepada sukacita dan rasa 

percaya diri yang bersahaja yang dimiliki umat-Nya, dan 

Kristus akan membuatnya tampak menyenangkan. “Marilah 

semua orang melihat engkau, bukan hanya Aku, melainkan 

juga para malaikat kudus yang bersukacita dalam penghibur-

an para orang kudus serta pertobatan para pendosa. Bukan 

hanya Aku, melainkan semua putri.” Kristus dan para orang 

percaya berkenan dengan keindahan jemaat.  

4. Sebuah gambaran singkat diberikan perihal apa yang akan 

dilihat pada diri sang mempelai wanita . Pertanyaan dita-

nyakan, Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu? (KJV: 

Apa yang hendak kamu lihat dari gadis Sulam itu?”). Jawab-

annya demikian, seperti melihat tari-tarian perang (KJV: seperti 

melihat dua kesatuan bala tentara). 

Kitab Kidung Agung 6:11-13 

 401 

(1) Beberapa orang berpikir bahwa sang mempelai wanita  

di sini menjelaskan mengenai dirinya sendiri. Ia malu 

untuk tampil, enggan untuk dilihat, sebab  menurutnya ia 

tidak layak atau tidak sedap dipandang. Ah! katanya, Apa 

yang hendak kamu lihat dari gadis Sulam? tidak ada yang 

pantas untuk engkau lihat, tidak ada yang berharga selain 

seperti melihat dua kesatuan bala tentara yang sedang 

bertarung dalam pertempuran, tiada lain yang akan disak-

sikan selain darah dan pembantaian. Para peronda kota 

telah menghajarnya, melukainya, dan ada bekas-bekas 

luka tampak di wajahnya, seperti ia selesai berkelahi. Ia 

pernah berkata (1:6), Jangan kamu perhatikan bahwa aku 

hitam (KJV: Jangan perhatikan aku, sebab  aku ini hitam). Di 

sini, ia berkata, “Jangan memandangku, sebab  aku ber-

darah-darah.” Atau hal ini dapat juga menunjukkan adanya 

pertarungan terus-menerus antara kasih karunia dan kede-

gilan di dalam jiwa orang percaya. Kasih karunia dan kede-

gilan hati bagaikan dua kesatuan bala tentara yang terus 

bertempur, sehingga ia malu memperlihatkan wajahnya. 

(2) Para penafsir lain berpikir bahwa mempelai laki-lakilah yang 

sedang memberi gambaran mengenai mempelai wanita . 

“Aku akan mengatakan kepadamu apa yang akan kau lihat 

pada gadis Sulam itu. Engkau akan melihat pemandangan 

yang begitu mulia seperti melihat dua kesatuan bala ten-

tara, atau dua pasukan di dalam bala tentara yang sama, 

keluar dengan berbaris rapi, tidak hanya seperti bala ten-

tara dengan panji-panjinya, namun  sebagai dua bala tentara, 

dengan keagungan dua kali lipat dari yang sebelumnya 

dikatakan tentangnya. Sang mempelai wanita  laksana 

1Mahanaim, laksana dua bala yang disaksikan Yakub (Kej. 

32:1-2), yaitu  bala orang kudus dan bala malaikat yang 

melayani bala orang kudus. Inilah jemaat yang giat bertem-

pur, jemaat pemenang,” Lihatlah dua bala tentara ini. Di 

dalam keduanya jemaat tampak indah. 

 

 

 

 

PASAL  7  

Dalam pasal ini,  

I.  Kristus, sang mempelai laki-laki yang yaitu  seorang Raja, 

kembali memaparkan keindahan sang mempelai wanita , 

yaitu jemaat, dalam banyak hal. Kristus juga mengungkap-

kan cinta-Nya kepadanya dan kesukaan-Nya bercakap-cakap 

dengan dia (ay. 1-9). 

II. Sang mempelai wanita , yaitu jemaat, mengungkapkan 

rasa sukacitanya yang besar akan Dia, dan kerinduannya 

untuk bersekutu dan bersama-sama dengan Dia (ay. 10-13). 

Begitu besar rasa saling menghargai dan menyayangi yang 

ada antara Kristus dan orang percaya. Jadi demikianlah, 

apakah sorga itu jika bukan tempat kasih-mengasihi yang 

abadi antara Tuhan  yang kudus dengan jiwa-jiwa yang kudus! 

Keindahan Gereja;  

Kepuasan Kristus terhadap Jemaat-Nya 

(7:1-9) 

1 Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang 

berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan 

seniman. 2 Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur 

campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung. 3 Se-

perti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang. 4 Lehermu 

bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu 

gerbang Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon, yang meng-

hadap ke kota Damsyik. 5 Kepalamu seperti bukit Karmel, rambut kepalamu 

merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya. 6 Betapa 

cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.  

7 Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya.   

8 Kataku: “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gu-

gusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidung-

mu seperti buah apel. 9 Kata-katamu manis bagaikan anggur!” Ya, anggur itu 

mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir 

orang-orang yang sedang tidur! 

Sebutan ini baru, yang di sini diberikan Yesus Kristus kepada jemaat: 

puteri yang berwatak luhur! (KJV: putri raja). Sesuai dengan sebutan-

nya dalam Mazmur 45:14, puteri raja. Ia disebut putri raja untuk 

menghormati kelahiran barunya. Ia lahir kembali, lahir dari atas, 

lahir dari Tuhan , dan yaitu  buatan tangan-Nya. Ia memakai rupa 

Raja segala raja, dan dituntun oleh Roh-Nya. Ia menjadi putri raja 

sebab  pernikahan. Kristus, dengan menjadikannya istri-Nya, meski-

pun Dia mendapatinya hina dan tercela, telah membuatnya menjadi 

puteri raja. Ia memiliki watak keningratan, dalam dirinya ada sifat 

yang benar-benar mulia dan dermawan. Ia yaitu  putri dan keturun-

an raja di atas segala raja di bumi. Jika kita yaitu  anak, maka kita 

juga yaitu  ahli waris. Nah, di sini kita melihat, 

I. Pemaparan yang berulang-ulang mengenai keindahan sang mem-

pelai wanita , yang, menurut beberapa penafsir, diberikan 

oleh anak-anak dara, teman-temannya, dan merekalah yang me-

manggilnya untuk kembali. namun  , tampaknya paparan ini 

diberikan oleh Kristus sendiri, dan dipakai untuk mengungkap-

kan cinta-Nya kepada mempelai-Nya, serta sukacita-Nya yang 

besar sebab  dia, seperti sebelumnya, di pasal 4:1 dan seterus-

nya, serta di pasal 6:5-6. Kiasan yang dipakai di sini berbeda 

dengan kiasan sebelumnya untuk menunjukkan bahwa indahnya 

kekudusan tidak dapat dibandingkan dengan apa pun yang ada di 

alam ini. Kita bisa terus berusaha menggambarkannya, namun  

tetap tidak bisa sepenuhnya melukiskannya. Puji-pujian terhadap 

mempelai wanita  itu (ps. 4) langsung diberikan sesudah  per-

nikahan (3:11), namun  pujian dalam pasal ini diberikan saat  sang 

mempelai wanita  kembali dari tempat dia menghilang (6:13). 

Dan pujian ini lebih unggul daripada pujian yang pertama tadi, 

sebab  pujian ini menunjukkan betapa teguhnya kasih Kristus 

kepada umat-Nya. Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudah-

annya, sebab  Ia membuat mereka berharga di mata-Nya dan 

mulia. Sang mempelai wanita  menggambarkan keindahan 

kekasihnya dalam sepuluh hal khusus (5:11, dst.). Kini, sang 

mempelai laki-laki menggambarkan keindahan mempelai-Nya da-

lam hal-hal khusus yang sama banyaknya, sebab  Dia tidak mau 

kalah dalam menghormati dan menyayangi. Orang-orang yang

Kitab Kidung Agung 7:1-9 

 menghormati Kristus, pastilah akan dihormati-Nya, dan dibuat-

Nya menjadi terhormat. Nabi Yesaya, saat  memaparkan kebo-

brokan Israel yang sudah menyimpang, menyebutkan dari telapak 

kaki sampai kepala (Yes. 1:6). Begitu pula di sini keindahan 

jemaat digambarkan dari kaki sampai kepala, supaya, seperti per-

kataan Rasul Paulus, saat  ia membandingkan jemaat, seperti di 

sini, dengan tubuh alamiah (1Kor. 12:23), supaya penghormatan 

khusus diberikan pada bagian-bagian tubuh yang menurut peman-

dangan kita kurang terhormat, sehingga tidak mulia (1Kor. 12:24). 

1. Langkah-langkahnya di sini dipuji. Langkah-langkah para 

pelayan Kristus tampak indah dalam pandangan jemaat (Yes. 

52:7), dan di sini langkah-langkahnya dikatakan indah dalam 

pandangan Kristus. Betapa indah langkah-langkahmu dengan 

sandal-sandal itu! Saat orang percaya, yang telah dibebaskan 

dari ikatan dosa (Kis. 12:8), berdiri teguh dalam kemerdekaan 

yang memerdekakan mereka, mempertahankan lambang kebe-

basan mereka, berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil 

damai sejahtera, dan selalu berjalan sesuai dengan aturan 

Injil, maka betapa indah langkah-langkah mereka dengan 

sandal-sandal itu. Mereka menapak dengan pasti, bersenjata 

lengkap untuk menghadapi segala persoalan yang mereka 

jumpai dalam perjalanan mereka. Jika kita tidak bersandar 

pada perasaan yang enak saja, namun  langkah-langkah kita di-

sertai usaha dan tekad yang tulus, maka kaki kita diperindah 

dengan sandal-sandal (lihat Yeh. 16:10). 

2. Lengkung pinggangnya (ay.1, KJV: sendi pahanya) di sini dika-

takan seperti perhiasan, perhiasan yang dibuat dengan teliti 

oleh seniman. Kiasan ini dijelaskan dalam Efesus 4:16 dan 

Kolose 2:19, yang menyebutkan bahwa tubuh Kristus yang 

rohani disatukan oleh urat-urat dan sendi-sendi, seperti ping-

gul dan lutut (keduanya yaitu  sendi-sendi yang berhubungan 

dengan paha) menopang tubuh alami dengan kekuat


Related Posts:

  • pengkotbah kidungagung 12 nyisakan ba-nyak sekali pekerjaan, dan menciptakan banyak sekali ke-Kitab Kidung Agung 5:2-8 susahan bagi diri kita sendiri, dengan kemalasan dan kece-robohan kita sendiri dalam memanfaatkan peluang-peluang ki… Read More