pengkhotbah kidungagung 9

 


. 2:15, 18), dan ber-

sukacita di dalam jemaat itu sebagai mempelai wanita -

Nya (Yes. 62:4-5). namun  lebih sering Kristus digambarkan 

sebagai mempelai laki-laki dari jemaat-Nya (Mat. 25:1; Rm. 

7:4; 2Kor. 11:2; Ef. 5:32), dan jemaat sebagai pengantin pe-

rempuan, mempelai Anak Domba (Why. 19:7; 21:2, 9). Berda-

sarkan kiasan ini, Kristus dan jemaat secara umum, Kristus 

dan orang-orang percaya secara khusus, di sini sedang ber-

cakap-cakap dalam rasa penghargaan dan kasih sayang yang 

berlimpah satu terhadap yang lain. Kunci terbaik untuk me-

mahami kitab ini yaitu  Mazmur 45, yang kita dapati diterap-

kan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru, dan sebab  itu 

kitab ini semestinya demikian juga. Butuh suatu jerih payah 

untuk mencari tahu apa yang, mungkin, dimaksudkan oleh 

Roh Kudus dalam sejumlah bacaan dari kitab ini. sebab  

banyak dari nyanyian-nyanyian Daud disesuaikan dengan ke-

mampuan orang yang paling rendah, maka ada air-air dangkal 

yang di dalamnya orang bisa belajar, dan ada air-air yang 

dalam yang di dalamnya seekor gajah bisa berenang. Akan 

namun , bila maksudnya sudah ditemukan, itu akan luar biasa 

berguna untuk membangkitkan perasaan-perasaan saleh dan 

taat dalam diri kita. Dan kebenaran-kebenaran yang digali dari 

kitab ini, yaitu kebenaran yang sama yang secara jelas juga 

dalam kitab-kitab lain, bila sampai menyentuh jiwa, akan 

masuk dengan kuasa yang lebih menyenangkan. saat  kita 

mencurahkan perhatian untuk mempelajari kitab ini, kita tidak 

hanya harus, bersama Musa dan Yosua, menanggalkan kasut 

kita dari kaki kita, dan bahkan melupakan bahwa kita memiliki 

tubuh, sebab tempat di mana kita berdiri itu yaitu  tanah yang 

kudus, namun  juga kita harus, bersama Yohanes, naik kemari. 

Kita harus membentangkan sayap kita lebar-lebar, terbang 

tinggi, dan melambung ke atas, sampai kita, dengan iman dan 

kasih yang kudus, masuk ke dalam tempat kudus, sebab ini 

tidak lain dari rumah Tuhan , ini pintu gerbang sorga. 

 

 

PASAL  1  

alam pasal ini, sesudah  judul kitab (ay. 1), kita mendapati Kris-

tus dan jemaat-Nya, Kristus dan seorang percaya, sedang meng-

ungkapkan penghargaan mereka satu terhadap yang lain.  

I. Mempelai wanita , atau jemaat, berbicara kepada mem-

pelai laki-laki (ay. 2-4), kepada putri-putri Yerusalem (ay. 5-

6), dan kemudian kepada mempelai laki-laki (ay. 7).  

II. Kristus, sang mempelai laki-laki, berbicara untuk menjawab 

keluhan-keluhan dan permintaan-permintaan pengantin-Nya 

(ay. 8-11).  

III. Jemaat mengungkapkan penghargaannya yang tinggi terha-

dap Kristus, dan kesukaan yang dirasakannya dalam ber-

sekutu dengan Dia (ay. 12-14).  

IV. Kristus memuji kecantikan jemaat (ay. 15).  

V. Jemaat membalas pujian itu (ay. 16-17). jika  ada api cin-

ta yang sejati kepada Kristus di dalam hati, maka kidung ini 

akan bermanfaat untuk mengobarkannya menjadi api yang 

menyala-nyala. 

Judul Kitab 

(1:1) 

1 Kidung agung dari Salomo. 

Di sini kita mendapati judul kitab ini, yang menunjukkan, 

1. Jenis dari kitab ini. Kitab ini yaitu  sebuah kidung, supaya ia 

dapat memenuhi maksudnya dengan lebih baik, yaitu untuk 

menggugah perasaan-perasaan dan menyalakannya, yang untuk 

itu puisi akan sangat berguna. Isinya menyenangkan, dan sebab  


itu pantas dijadikan sebuah lagu, yang dengan menyanyikannya 

kita dapat bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap 

hati. Kitab ini bersifat injili. Dan masa-masa Injil haruslah men-

jadi masa-masa sukacita, sebab anugerah Injil memberikan nya-

nyian baru ke dalam mulut kita (Mzm. 98:1).  

2. Martabat kitab ini. Kitab ini yaitu  kidung agung, kidung yang 

paling unggul, tidak hanya mengatasi gubahan-gubahan manusia, 

atau mengatasi semua kidung yang dituliskan Salomo, namun  juga 

bahkan mengatasi kidung-kidung lain dari Kitab Suci, sebab  di 

dalamnya ada lebih banyak tentang Kristus.  

3. Penulis kitab ini; penulisnya yaitu  Salomo. Ini bukan nyanyian 

orang bodoh, seperti banyak lagu cinta, melainkan nyanyian dari 

orang yang paling berhikmat. Dan orang tidak dapat memberikan 

bukti yang lebih baik dari hikmatnya selain dengan merayakan 

kasih Tuhan  terhadap umat manusia dan mengobarkan kasihnya 

sendiri terhadap Tuhan , dan kasih orang lain, dengan hikmat itu. 

Kidung-kidung Salomo berjumlah seribu lima (1Raj. 4:32). Ki-

dung-kidungnya yang isinya tentang berbagai hal lain sudah 

hilang, namun  kidung tentang cinta yang bagaikan malaikat ini 

masih ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman. Salomo, 

seperti ayahnya, suka sekali dengan puisi, dan, ke mana saja 

kecerdasan seseorang terarah, ia harus berusaha menghormati 

Tuhan  dan membangun jemaat dengannya. Salah satu nama 

Salomo yaitu  Yedija – yang dikasihi Tuhan (2Sam. 12:25). Dan 

tak ada orang yang begitu pantas menulis tentang kasih Tuhan 

selain dia sendiri yang mempunyai ketertarikan yang begitu besar 

terhadap kasih itu. Tak seorang pun dari semua rasul menulis 

begitu banyak tentang kasih selain dia yang merupakan murid 

yang dikasihi, dan yang bersandar dekat kepada Kristus. Salomo, 

sebagai raja, mempunyai urusan-urusan besar untuk dipikirkan 

dan diatur, yang menghabiskan banyak pikiran dan waktunya, 

namun ia masih menyempatkan hati dan kesenangan untuk 

menulis kidung ini dan menjalani kegiatan-kegiatan ibadah lain-

nya. Orang yang sibuk bekerja haruslah menjadi orang-orang 

yang saleh, dan tidak boleh berpikir bahwa pekerjaan dapat mem-

bebaskan mereka dari apa yang merupakan pekerjaan besar se-

mua orang, yaitu menjaga persekutuan dengan Tuhan . Tidak pasti 

kapan Salomo menorehkan kidung yang suci ini. Sebagian orang 

berpendapat bahwa ia menuliskannya sesudah  ia dipulihkan oleh 

Kitab Kidung Agung 1:1 

anugerah Tuhan  dari kemurtadan-kemurtadannya, sebagai bukti 

lebih jauh dari pertobatannya. Dan seolah-olah dengan berbuat 

baik kepada banyak orang dengan kidung ini, ia mau menebus 

kejahatan yang mungkin telah dilakukannya dengan lagu-lagu 

yang tidak senonoh, yang sia-sia, dan yang bercerita tentang 

asmara, saat  ia mencintai banyak wanita  asing. Sekarang ia 

mengarahkan kecerdasannya ke jalan yang benar. Lebih mungkin 

bahwa ia menuliskannya pada permulaan pemerintahannya, se-

waktu ia masih dekat dengan Tuhan  dan menjaga persekutuannya 

dengan Dia. Dan mungkin ia menyerahkan kidung ini, bersama 

mazmur-mazmur ayahnya, ke tangan kepala pemain musik, 

untuk ibadah di Bait Suci, beserta kuncinya, supaya kidung itu 

dapat dipahami dengan benar. Sebagian yang lain berpendapat 

bahwa kidung ini ditulis pada waktu pernikahannya dengan putri 

Firaun, namun  itu tidak pasti. Menara di gunung Libanon, yang 

disebutkan dalam kitab ini (7:4), belum dibangun, seperti yang 

disangkakan, sampai lama sesudah pernikahan itu. Masuk akal 

bagi kita untuk berpikir bahwa saat  di puncak kemakmurannya 

ia menunjukkan kasihnya kepada TUHAN (1Raj. 3:3), ia dengan 

demikian menjadi hamba kepada-Nya dengan sukacita dan gem-

bira hati dalam kelimpahan akan segala-galanya. Judul itu dapat 

diartikan, Kidung Agung mengenai Salomo, yang sebagai anak dan 

penerus Daud, yang kepadanya perjanjian rajawi diturunkan, 

sebagai pendiri Bait Suci, dan sebagai orang yang unggul dalam 

hikmat dan kekayaan, yaitu  perlambang Kristus, yang di dalam 

Dia tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, namun 

yang lebih besar daripada Salomo. Oleh sebab itu, ini yaitu  

kidung mengenai dia. Kitab ini pantas ditempatkan di sini sesudah  

Pengkhotbah. Sebab sesudah  kita diyakinkan sepenuhnya oleh 

kitab Pengkhotbah akan kesia-siaan makhluk ciptaan, dan keti-

dakcukupannya untuk memuaskan kita dan memberikan kebaha-

giaan kepada kita, maka kita akan tergugah untuk mencari keba-

hagiaan dalam kasih Kristus, dan kesenangan sejati yang jauh 

mengatasi dunia ini yang hanya ditemukan dalam persekutuan 

dengan Tuhan  melalui Dia. Suara di padang gurun, yang bertujuan 

untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus, berseru, seluruh umat 

manusia yaitu  seperti rumput. 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(1:2-6)  

2 – Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! sebab  cintamu lebih nikmat 

dari pada anggur, 3 harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah 

namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu! 4 Tariklah aku di bela-

kangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke 

dalam maligai-maligainya. Kami akan bersorak-sorai dan bergembira sebab  

engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur! Layaklah mereka 

cinta kepadamu! 5 Memang hitam aku, namun  cantik, hai puteri-puteri Yeru-

salem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. 6 Janganlah 

kamu perhatikan bahwa aku hitam, sebab  terik matahari membakar aku. 

Putera-putera iartikel  marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-

kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga. 

Sang mempelai wanita , dalam puisi yang penuh dengan gambar-

an yang mengesankan ini, di sini pertama kali diperkenalkan sedang 

berbicara kepada mempelai laki-laki, dan kemudian kepada putri-

putri Yerusalem. 

I. Kepada mempelai laki-laki, ia berkata tanpa menyebutkan nama-

nya atau panggilannya, namun  memulai dengan tiba-tiba: Kiranya 

ia mencium aku. Seperti Maria Magdalena kepada orang yang 

disangka tukang kebun (Yoh. 20:15), jikalau tuan yang mengambil 

Dia, maksudnya Kristus, namun  tanpa menyebutkan nama-Nya. 

Sebelumnya hati sudah terangkat dengan pikiran-pikiran tentang 

Dia, dan terangkatnya hati itu merupakan pendahuluan untuk 

percakapan ini, kata-kata indah yang dengannya hati meluap 

(Mzm. 45:2). Orang-orang yang hatinya dipenuhi Kristus pastilah 

menginginkan agar orang lain juga harus demikian. Dua hal yang 

diinginkan sang mempelai wanita , yang dengannya ia meng-

hibur dirinya: 

1. Kedekatan dengan sang mempelai laki-laki (ay. 2): “Kiranya ia 

mencium aku dengan kecupan, yaitu, berdamai dengan aku, 

dan membiarkan aku tahu bahwa ia berdamai dengan aku. 

Biarlah aku mendapat tanda dari perkenanannya.” Demikian-

lah jemaat Perjanjian Lama ingin supaya Kristus menyatakan 

diri-Nya dalam daging, supaya mereka tidak lagi berada di 

bawah hukum Taurat sebagai pengajar mereka, di bawah masa 

penyelenggaraan yang penuh perbudakan dan kengerian, namun  

menerima penyampaian-penyampaian anugerah ilahi di dalam 

Injil, di mana Tuhan  mendamaikan dunia dengan diri-Nya 

sendiri, membalut dan menyembuhkan apa yang terkoyak dan

Kitab Kidung Agung 1:2-6 

 terluka oleh hukum Taurat. Seperti seorang ibu mencium anak 

yang telah ditegurnya. “Jangan lagi Ia mengirimkan utusan 

kepadaku, namun  biarlah Ia sendiri datang, tidak lagi berbicara 

melalui para malaikat dan para nabi, namun  biarlah aku 

mendengar perkataan mulut-Nya sendiri, kata-kata yang indah 

itu (Luk. 4:22), yang bagiku akan menjadi seperti kecupan, 

tanda yang pasti akan pendamaian, seperti Esau mencium 

Yakub.” Semua kewajiban Injil terangkum dalam tindakan kita

mencium sang Anak (Mzm. 2:11, KJV). Demikian pula semua 

anugerah Injil terangkum dalam tindakan-Nya mencium kita, 

seperti bapak dari anak yang hilang menciumnya saat  ia 

kembali sebagai orang yang bertobat. Ini yaitu  ciuman perda-

maian. Ciuman dipertentangkan dengan pukulan (Ams. 27:6), 

demikian pula ciuman anugerah dipertentangkan dengan 

pukulan hukum Taurat. Demikianlah semua orang percaya 

yang sungguh-sungguh ingin supaya kasih Kristus dinyatakan 

kepada jiwa mereka. Mereka tidak menginginkan apa-apa 

untuk membuat mereka bahagia selain jaminan perkenanan-

Nya, terangkatnya cahaya wajah-Nya untuk menyinari mereka 

(Mzm. 4:7-8), dan pengenalan akan kasih-Nya itu yang melam-

paui pengetahuan. Inilah satu hal yang mereka inginkan 

(Mzm. 27:4). Mereka siap menyambut penyataan kasih Kristus 

kepada jiwa mereka melalui Roh-Nya, dan membalasnya 

dengan mengakui dengan rendah hati kasih mereka terhadap-

Nya dan rasa syukur mereka kepada-Nya, di atas segalanya. 

Pujian dari bibir-Nya yaitu  damai sejahtera (Yes. 57:19). 

“Biarlah Dia memberiku sepuluh ribu ciuman yang rasanya 

membuatku menginginkan Dia lebih lagi. Dan, sementara 

semua kesenangan lain menjadi asam dan memudar sesudah  

dirasakan, kesenangan-kesenangan Roh menjadi lebih menye-

nangkan.” Demikian menurut Uskup Reynolds. Sang mempelai 

wanita  memberikan sejumlah alasan untuk keinginan ini.  

(1) Oleh sebab  penghargaannya yang besar terhadap kasih 

mempelai laki-laki : Cintamu lebih nikmat dari pada anggur. 

Anggur menyukakan hati, menyegarkan roh yang terkulai, 

dan menggembirakannya, namun  jiwa yang penuh anugerah 

merasakan lebih banyak kesenangan dalam mengasihi 

Kristus dan dikasihi oleh-Nya. Ia merasakan lebih banyak 

kesenangan dalam buah-buah dan karunia-karunia kasih-

Nya, dan dalam janji-janji dan jaminan-jaminan kasih-Nya, 

jauh melebihi kesenangan-kesenangan inderawi yang pa-

ling nikmat sekalipun. Dan kasih Kristus lebih menyegar-

kan bagi mereka daripada minuman paling hangat bagi 

orang yang hampir pingsan. Perhatikanlah,  

[1] Kasih Kristus itu sendiri, dan dalam pandangan semua 

orang kudus, lebih berharga dan diinginkan daripada 

hiburan-hiburan terbaik yang bisa diberikan dunia ini.  

[2] Yang bisa mendapatkan kecupan-kecupan Kristus dan 

tanda-tanda perkenanan-Nya yang menghibur hanyalah 

mereka yang lebih memilih kasih-Nya dibandingkan se-

mua kenikmatan dari anak-anak manusia. Mereka yang 

lebih bersedia mengorbankan kenikmatan-kenikmatan 

itu daripada kehilangan perkenanan-Nya, dan lebih 

merasakan kesenangan dalam sukacita-sukacita rohani 

daripada hiburan-hiburan jasmani apa pun. Cermatilah 

di sini perubahan orangnya: Kiranya ia mencium aku. Di 

situ ia berbicara tentang mempelai laki-laki yang tidak 

hadir, atau ia seolah-olah takut untuk berbicara ke-

padanya. namun , dalam kata-kata selanjutnya, ia meli-

hat mempelai laki-laki dekat dengannya, dan sebab  itu 

mengarahkan perkataannya kepada sang mempelai 

laki-laki: “Cintamu, semua cintamu” (demikian kata yang 

dipakai), “begitu aku dambakan dengan sungguh, kare-

na aku menghargainya dengan setinggi-tingginya.”  

(2) Oleh sebab  semerbaknya keharuman cinta sang mempelai 

laki-laki dan buah-buah dari cinta itu (ay. 3): “Oleh sebab 

harum bau minyakmu (anugerah-anugerah dan penghibur-

an-penghiburan-Mu yang menyenangkan dan memuaskan 

bagi semua orang yang memahaminya dan memahami diri 

mereka sendiri dengan benar), bagaikan minyak yang ter-

curah namamu. Demikianlah Engkau, dan segala sesuatu 

yang melaluinya Engkau telah menyatakan diri-Mu. Nama-

Mu itu berharga bagi semua orang kudus. Nama-Mu itu 

yaitu  minyak dan wangi-wangian yang menyukakan hati.” 

Penyingkapan nama Kristus yaitu  seperti dibukanya botol 

minyak yang mahal, yang keharumannya memenuhi ruang-

an. Pemberitaan Injil-Nya menyebarkan keharuman penge-

Kitab Kidung Agung 1:2-6 

nalan akan Dia di mana-mana (2Kor. 2:14). Roh yaitu  

minyak sebagai tanda kesukaan yang dengannya Kristus 

diurapi (Ibr. 1:9), dan semua orang percaya mendapatkan 

pengurapan itu (1Yoh. 2:27), sehingga Ia berharga bagi 

mereka, dan mereka bagi-Nya, dan bagi satu sama lain. 

Nama yang harum yaitu  seperti minyak yang mahal, namun  

nama Kristus lebih harum daripada nama siapa saja. Hik-

mat, seperti minyak, membuat muka berseri. namun  sang 

Penebus bersinar lebih terang, dalam keindahan, daripada 

semua yang lain. Nama Kristus pada saat ini tidak seperti 

minyak yang tertutup, seperti yang sudah lama demikian 

(jangan tanyakan nama-Ku, sebab nama itu ajaib), namun  

seperti minyak yang tercurah, yang menandakan kebebasan 

maupun kepenuhan dari penyampaian-penyampaian anu-

gerah-Nya melalui Injil. 

(3) Oleh sebab  kasih sayang yang pada umumnya dimiliki 

semua jiwa yang kudus terhadap-Nya: Oleh sebab itu gadis-

gadis cinta kepadamu. Kasih Kristus yang telah dicurahkan 

di dalam hati kita, itulah yang menarik hati kita dalam 

kasih terhadap-Nya. Semua orang yang murni dari kebo-

brokan-kebobrokan dosa, yang menjaga kesucian roh mere-

ka sendiri, dan setia kepada sumpah yang melaluinya me-

reka telah mengabdikan diri mereka kepada Tuhan , yang 

bukan saja tidak membiarkan perasaan mereka dihancur-

kan, namun  juga bahkan tidak tahan untuk dibujuk oleh 

dunia dan daging, mereka itu yaitu  gadis-gadis yang 

mengasihi Yesus Kristus dan mengikuti-Nya ke mana saja 

Ia pergi (Why. 14:4). Dan, sebab  Kristus yaitu  kesayang-

an dari semua orang yang suci hatinya, maka biarlah Dia 

menjadi milik kita, dan biarlah keinginan-keinginan kita 

terarah kepada-Nya dan kepada kecupan-kecupan-Nya. 

2.  Kebersamaan dengan mempelai laki-laki (ay. 4). Amatilah di sini, 

(1) Permohonan mempelai wanita  untuk memperoleh anu-

gerah ilahi: Tariklah aku. Ini menyiratkan ada jarak dari 

mempelai laki-laki, sehingga ada keinginan untuk bersatu 

dengan-Nya. “Tariklah aku kepada dirimu, tariklah aku le-

bih dekat, tariklah aku pulang kepadamu.” Sang mempelai 

wanita  sudah meminta supaya sang mempelai laki-laki 

mendekat kepadanya (ay. 2). Supaya itu terjadi, ia meminta 

supaya sang mempelai laki-laki menariknya dekat kepada-

nya. “Tariklah aku, bukan hanya dengan ajakan kepada ke-

baikan yang ada  dalam harumnya minyak yang baik, 

bukan hanya dengan menariknya nama yang tercurah 

seperti minyak, namun  juga dengan anugerah adikodrati, 

dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih” (Hos. 11:4). Kristus 

sudah memberi tahu kita bahwa tak seorang pun datang 

kepada-Nya selain orang-orang yang ditarik oleh Bapa (Yoh. 

6:44). Kita tidak hanya lemah, dan tidak bisa datang sen-

diri kalau tidak ditolong, namun  juga pada kodratnya kita ini 

enggan dan tidak mau datang. sebab  itu kita harus ber-

doa meminta pengaruh-pengaruh dan pekerjaan-pekerjaan 

Roh, yang dengan kuasanya kita yang sebelumnya tidak 

bersedia, dibuat bersedia (Mzm. 110:3). “Tariklah aku, 

sebab kalau tidak aku tidak bergerak. Kalahkanlah dunia 

dan daging yang ingin menarikku dari-Mu.” Biasanya kita 

tidak didorong kepada Kristus, namun  ditarik dengan cara 

yang dapat diterima oleh makhluk yang berakal. 

(2) Janji mempelai wanita  untuk memanfaatkan anugerah 

itu: Tariklah aku, maka kami akan berlari mengejarmu (KJV). 

Lihatlah di sini bagaimana ajaran tentang anugerah yang 

istimewa dan bagaimana anugerah itu hanya bisa berhasil 

kalau diwujudkan dalam kewajiban kita. Ajaran demikian 

mengajak dan mendorong kita untuk melaksanakan kewa-

jiban itu sebaik-baiknya bersama anugerah itu. Namun 

semua kemuliaan dari semua kebaikan yang dikerjakan 

dalam diri kita hanyalah untuk Tuhan  saja. Amatilah,  

[1] Mengalirnya jiwa kepada Kristus, dan kesediaan untuk 

taat kepada-Nya, yaitu  dampak dari pekerjaan anuge-

rah-Nya. Kita tidak bisa berlari mengejar-Nya jika Ia 

tidak menarik kita (2Kor. 3:5; Flp. 4:13).  

[2] Anugerah yang diberikan Tuhan  kepada kita haruslah 

kita manfaatkan dengan tekun. jika  Kristus menarik 

kita melalui Roh-Nya, maka kita harus berlari mengejar-

Nya melalui roh kita. Sama seperti Tuhan  berkata, Aku 

akan, dan engkau akan (Yeh. 36:27, KJV), demikian pula 

kita harus berkata, “Engkau akan dan kami akan. 

Engkau akan mengerjakan di dalam kami baik kemauan 

Kitab Kidung Agung 1:2-6 

maupun pekerjaan, dan sebab  itu kami akan mengerja-

kan keselamatan kami” (Flp. 2:12-13). Kami tidak hanya 

akan berjalan, namun  juga akan berlari mengejar-Mu, 

yang menandakan keinginan yang sungguh-sungguh, 

kasih sayang yang siap sedia, semangat dalam menge-

jar, dan kecepatan dalam gerakan. jika  Engkau me-

lapangkan hatiku, maka aku akan mengikuti petunjuk 

perintah-perintah-Mu (Mzm. 119:32). jika  tangan ka-

nan-Mu menopang aku, maka jiwaku melekat kepada-Mu 

(Mzm. 63:9). jika  Ia menarik kita dengan kasih setia 

terhadap kita (Yer. 31:3), maka kita harus berlari menge-

jar-Nya dengan kasih setia terhadap-Nya (Yes. 40:31). 

Amatilah perbedaan antara permohonan dan janji: “Ta-

riklah aku, maka kami akan berlari.” saat  Kristus 

mencurahkan Roh-Nya atas jemaat secara umum, yang 

yaitu  mempelai-Nya, maka semua anggotanya mene-

rima dari situ pengaruh-pengaruh yang menghidupkan 

dan menyemangati, dan dibuat berlari mengejar-Nya 

dengan hati yang lebih riang (Yes. 45:5). Atau, “Tariklah 

aku” (kata jiwa yang percaya) “maka aku tidak hanya 

akan mengikuti-Mu sendiri secepat yang aku bisa, 

namun  juga akan membawa semua milikku besertaku: 

Kami akan berlari mengejar-Mu, aku dan gadis-gadis 

yang cinta kepadamu (ay. 3), aku dan segala sesuatu 

yang menjadi kepentinganku dan yang ada dalam pe-

ngaruhku, aku dan seisi rumahku (Yos. 24:15), aku dan 

orang-orang yang melakukan pelanggaran yang akan 

kuajari jalan-Mu” (Mzm. 51:15). Orang-orang yang maju 

berserah diri, dalam mengikuti anugerah ilahi, akan 

mendapati bahwa kegiatan mereka akan menjadi perang-

sang bagi banyak orang (2Kor. 9:2). Orang-orang yang 

hidup akan giat. saat  Filipus ditarik kepada Kristus, ia 

menarik Natanael. Mereka akan menjadi teladan, dan 

dengan demikian akan memenangkan orang-orang yang 

tidak akan dimenangkan dengan kata-kata. 

(3) Jawaban langsung yang diberikan kepada doa ini: Sang 

raja telah menarik aku, telah membawa aku ke dalam mali-

gai-maligainya (kamarnya – pen.). Itu bukan jawaban yang 

didapatkan oleh iman akan perkataan anugerah Kristus, 

melainkan terlebih merupakan jawaban yang didapatkan 

melalaui pengalaman akan pekerjaan-pekerjaan anugerah-

Nya. Jika kita mencermati, seperti yang seharusnya, jawab-

an-jawaban terhadap doa, maka kita bisa mendapati bahwa 

ada kalanya, saat  kita sedang berbicara, Kristus mende-

ngar (Yes. 65:24). Sang mempelai laki-laki yaitu  seorang 

raja. Jadi tindakan-Nya yang mau merendah untuk meng-

undang dan menjamu kita, itu sungguh menakjubkan, 

sehingga patutlah bagi kita untuk menerima undangan dan 

jamuan-Nya itu dan mau berlari mengejar-Nya. Tuhan  ada-

lah Raja yang telah mengadakan perjamuan kawin untuk 

Anak-Nya (Mat. 22:2) dan membawa masuk bahkan orang-

orang miskin dan orang-orang cacat, dan bahkan yang 

paling pemalu dan segan-segan dipaksa masuk. Orang-

orang yang ditarik kepada Kristus dibawa masuk bukan 

hanya ke dalam pelataran-pelataran-Nya, ke istana-istana-

Nya (Mzm. 45:16), melainkan juga ke maligai-Nya, ke ka-

mar pribadi-Nya, di mana hanya ada Dia saja di situ ber-

sama mereka (Yoh. 14:21), dan di mana mereka aman 

dalam pondok-Nya (Mzm. 27:5; Yes. 26:20). Orang-orang 

yang menunggu di pintu gerbang hikmat akan dibuat datang 

(demikian kata yang dipakai) ke dalam maligai-maligainya. 

Mereka akan dipimpin ke dalam kebenaran dan penghibur-

an. 

(4) Kepuasan yang menakjubkan yang dirasakan sang mem-

pelai wanita  dalam kehormatan yang diberikan sang 

raja kepadanya. sebab  sudah dibawa ke dalam maligai,  

[1] “Kita memiliki apa yang ingin kita miliki. Keinginan-

keinginan kita dimahkotai dengan segala kesukaan 

yang tak terucapkan. Semua penderitaan kita lenyap, 

dan kita akan bersorak-sorai dan bergembira. Satu hari 

di pelataran, apalagi satu jam dalam maligai, lebih baik 

dari pada seribu hari, daripada sepuluh ribu hari di 

tempat lain.” Orang-orang yang, melalui anugerah, di-

bawa ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan 

Tuhan , mempunyai alasan untuk meneruskan perjalanan 

mereka dengan sukacita, seperti si sida-sida (Kis. 8:39), 

dan sukacita itu akan melapangkan hati kita dan men-

jadi kekuatan kita (Neh. 8:11).  

Kitab Kidung Agung 1:2-6 

[2] Semua sukacita kita akan berpusat pada Tuhan : “Kami 

akan bersorak-sorai, bukan dalam minyak, atau mali-

gai-maligai, melainkan di dalam Engkau. Hanya Tuhan -

lah yang menjadi sukacita dan kegembiraan kita (Mzm. 

43:4). Kita tidak memiliki sukacita selain di dalam 

Kristus, dan untuk sukacita itu kita berutang kepada-

Nya.” Gaudium in Domino – Sukacita di dalam Tuhan, 

yaitu  ucapan salam pada zaman dulu, dan Salus in 

Domino sempiterna – Keselamatan kekal di dalam Tuhan.  

[3] “Kami akan mengenang kenikmatan dan kesenangan 

dari kebaikan-Mu ini dan tidak akan pernah melupa-

kannya: Kami akan memuji cintamu lebih dari pada 

anggur (KJV: Kami akan mengingat cintamu lebih dari-

pada anggur). Bukan hanya cinta-Mu sendiri (ay. 2), 

melainkan juga kenangan akan cinta itu akan lebih 

membuat kami bersyukur daripada minuman yang 

paling membangkitkan semangat, atau minuman yang 

paling enak rasanya. Kami akan ingat untuk bersyukur 

atas kasih-Mu, dan itu akan menimbulkan kesan-kesan 

yang lebih bertahan dalam diri kami daripada apa saja 

di dunia ini.” 

(5) Persekutuan yang dimiliki jiwa yang penuh anugerah de-

ngan semua orang kudus dalam persekutuan dengan Kris-

tus ini. Dalam maligai-maligai yang ke dalamnya kita di-

bawa masuk, kita tidak hanya bertemu dengan Dia, namun  

juga bertemu satu dengan yang lain (1Yoh. 1:7). Sebab 

layaklah mereka cinta kepada-Mu (KJV: orang yang lurus 

hati cinta kepadamu). Jemaat dan angkatan dari orang-

orang yang lurus hati cinta kepada-Mu. Tak peduli apa pun 

yang dilakukan orang lain, semua orang Israel yang sejati, 

dan yang setia kepada Tuhan , tetap akan mengasihi Yesus 

Kristus. Sekalipun di antara orang-orang Kristen ada per-

bedaan dalam memahami dan merasakan hal-hal lain, 

tetap saja mereka semua sepakat dalam hal ini, yaitu bah-

wa Yesus Kristus berharga bagi mereka. Orang-orang yang 

lurus hati di sini sama dengan gadis-gadis dalam ayat 3. 

Semua orang yang memuji cinta-Nya lebih dari pada anggur 

akan mencintai-Nya dengan cinta yang teramat dalam. Dan 

tidak ada lagi cinta yang berkenan pada Kristus selain 

cinta orang yang lurus hati, cinta dengan ketulusan hati 

(Ef. 6:24). 

II. Sang mempelai wanita  berbicara kepada puteri-puteri Yerusa-

lem (ay. 5-6). Jemaat secara umum, sebab  sedang dalam kesu-

sahan, berbicara kepada jemaat-jemaat tertentu untuk menjaga 

mereka dari bahaya yang mengintai mereka, yaitu menjadi tersan-

dung oleh penderitaan-penderitaan jemaat (1Tes. 3:3). Atau orang 

percaya berbicara kepada orang-orang yang sebagian besar meng-

aku beriman di dalam jemaat, namun  bukan merupakan bagian 

darinya, atau kepada orang-orang Kristen yang lemah, bayi-bayi 

di dalam Kristus, yang berjerih payah di bawah banyak kebodoh-

an, kelemahan, dan kekeliruan, tidak diajar dengan sempurna, 

namun bersedia untuk diajar dalam perkara-perkara tentang 

Tuhan . Sang mempelai wanita  mengamati orang-orang di seke-

lilingnya yang melihatnya dengan pandangan yang merendahkan 

oleh sebab  kulitnya yang hitam, yaitu dosa-dosa dan penderita-

an-penderitaan, yang sebab nya mereka berpikir bahwa tidak ada 

banyak alasan baginya untuk menantikan ciuman-ciuman sang 

mempelai laki-laki (ay. 2), atau untuk berharap bahwa mereka akan 

bergabung bersamanya dalam sukacita-sukacitanya (ay. 4). Oleh 

sebab itu, ia berusaha menyingkirkan batu sandungan ini. Ia 

mengakui bahwa ia hitam. Kesalahan menjadikan kita hitam. 

Bidah-bidah, aib-aib, dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di 

dalam jemaat, membuatnya hitam. Dan orang-orang kudus yang 

terbaik sekalipun mengalami kegagalan-kegagalan. Dukacita men-

jadikan kita hitam. Itulah yang tampak terutama dimaksudkan. 

Jemaat sering kali berada dalam keadaan yang rendah, hina, dan 

miskin, dan rupanya tercela, kecantikannya ternoda dan wajah-

nya sebam sebab  menangis. Ia memakai pakaian berkabung, 

mengenakan kain kabung, seperti orang-orang nazir yang sudah 

menjadi lebih hitam dari pada jelaga (Rat. 4:8). Nah, untuk 

menyingkirkan batu sandungan ini, 

1. Ia menegaskan kecantikannya sendiri kendati demikian (ay. 5): 

Memang hitam aku, namun  cantik, hitam seperti kemah orang 

Kedar, yang di dalamnya para gembala tinggal, yang sangat 

kasar, dan tidak pernah diputihkan, kumuh terkena hujan 

dan angin, dan luntur warnanya sebab  lama dipakai, namun  

cantik seperti tirai-tirai orang Salma (KJV: seperti tirai-tirai 

Kitab Kidung Agung 1:2-6 

Salomo), yang perabotan kamar-kamarnya, tidak diragukan 

lagi, mewah dan mahal, sebanding dengan kemegahan rumah-

rumahnya. Jemaat ada kalanya menjadi hitam sebab  pengani-

ayaan, namun  cantik dalam kesabaran, keteguhan, dan peng-

hiburan, dan tidak pernah kurang menyenangkan di mata 

Kristus. Hitam dalam pandangan manusia, namun  cantik dalam 

pandangan Tuhan , hitam dalam pandangan sebagian orang 

yang membawa aib baginya, namun  cantik dalam pandangan 

sebagian yang lain yang tulus dan membawa kehormatan 

baginya. Orang-orang percaya sejati hitam dalam diri mereka 

sendiri, namun  cantik di dalam Kristus, dengan kecantikan yang 

diberikan-Nya kepada mereka. Mereka hitam secara lahiriah, 

sebab dunia tidak mengenal mereka, namun  pada diri mereka 

ada keindahan belaka di dalam (Mzm. 45:14). Rasul Paulus 

lemah, namun kuat (2Kor. 12:10). Demikian pula jemaat hitam, 

namun cantik. Orang percaya yaitu  orang berdosa, namun 

orang kudus. Kebenarannya sendiri yaitu  seperti kain kotor, 

namun  ia dibungkus dengan jubah kebenaran Kristus. Ter-

jemahan bahasa Aram menerapkannya pada hitamnya bangsa 

Israel saat  mereka membuat anak lembu emas, dan pada 

kecantikan mereka saat  mereka bertobat darinya. 

2. Sang mempelai memberikan penjelasan bagaimana ia menjadi 

begitu hitam. Kehitaman itu bukan warna aslinya, namun  ia 

terkena olehnya, dan itu disebabkan oleh perlakuan keras 

yang telah diberikan kepadanya: Janganlah kamu perhatikan 

aku dengan begitu mencemooh bahwa aku hitam. Kita harus 

berjaga-jaga bagaimana mata kita memandang jemaat, ter-

utama saat  ia hitam. Janganlah memandang rendah sau-

daramu, pada hari kemalangannya, hari penderitaannya (Ob. 

1:12). Janganlah tersandung, sebab, 

(1) Aku hitam oleh sebab  penderitaan-penderitaanku: Terik 

matahari membakar aku. Sang mempelai elok dan cantik. 

Putih yaitu  warnanya yang sesungguhnya. namun  ia men-

dapat warna hitam ini sebab  sehari suntuk bekerja berat 

dan menanggung panas terik matahari, yang terpaksa 

ditanggungnya. Ia terbakar sinar matahari, gosong oleh 

penindasan dan penganiayaan (Mat. 13:6, 21). Dan kecan-

tikan-kecantikan yang paling indah, jika terkena terpaan 

cuaca, paling cepat menghitam. Amatilah bagaimana ia me-

mandang ringan kesusahan-kesusahannya. Ia tidak ber-

kata, seperti Yakub (Kej. 31:40), aku dimakan panas hari 

waktu siang, melainkan, terik matahari membakar aku. Se-

bab tidak sepatutnya umat Tuhan  yang menderita membu-

ruk-burukkan penderitaan mereka. namun  apa yang men-

jadi masalahnya?  

[1] Ia terkena marah orang-orang rumahnya sendiri: Pu-

tera-putera iartikel  marah kepadaku. Ia terancam bahaya 

dari pihak saudara-saudara palsu. Musuh-musuhnya 

ialah orang-orang seisi rumahnya (Mat. 10:36), saudara-

saudara yang menurut kodrat yaitu  sesama manusia, 

yang menurut pengakuan iman yaitu  sama-sama ang-

gota dari persekutuan suci yang sama, anak-anak dari 

jemaat, ibunya, namun  bukan dari Tuhan , Bapanya. 

Mereka ini marah kepadanya. Orang-orang Samaria, 

yang mengaku berkerabat dengan orang-orang Yahudi, 

tidak suka dengan apa saja yang cenderung mendatang-

kan kesejahteraan bagi Yerusalem (Neh. 2:10). Perhati-

kanlah, bukan hal baru bagi umat Tuhan  untuk terkena 

amarah anak-anak ibu mereka sendiri. Engkau orang 

yang dekat dengan aku (Mzm. 55:13-14). Hal ini mem-

buat masalah itu semakin menganggu dan menyedih-

kan. Dari orang-orang seperti itu masalah ini tidak di-

terima dengan baik, dan kemarahan orang-orang seperti 

itu tidak dapat reda. Saudara yang dikhianati lebih sulit 

dihampiri.  

[2] Mereka memperlakukannya dengan sangat keras: Aku 

dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur, yaitu, 

pertama, “mereka membujuk aku untuk berbuat dosa, 

menarik aku ke dalam ibadah-ibadah palsu, untuk me-

layani dewa-dewa mereka, yang seperti mengurus ke-

bun anggur, menjaga pohon anggur Sodom. Dan mereka 

tidak mau membiarkan aku menjaga kebun anggurku 

sendiri, melayani Tuhan ku sendiri, dan menjalankan iba-

dah-ibadah yang murni yang diberikan-Nya kepadaku 

untuk kujaga, dan yang kulakukan dan akan senan-

tiasa kuakui sebagai milikku.” Ini yaitu  penderitaan-

penderitaan yang paling banyak dikeluhkan oleh orang-

orang baik pada masa penganiayaan, bahwa hati nurani

Kitab Kidung Agung 1:7-11 

 mereka dipaksa, dan bahwa orang-orang yang memerin-

tah mereka dengan kejam berkata kepada mereka: Tun-

duklah, supaya kami lewat menginjak kamu (Yes. 51:23). 

Atau, kedua, “Mereka membawaku ke dalam kesulitan, 

memaksakan kepadaku apa yang melelahkan, membe-

ratkan, dan sangat menghinakan.” Menjaga kebun ang-

gur yaitu  pekerjaan yang hina dan berat, dan sangat 

melelahkan (Yes. 61:5). Anak-anak ibunya menjadikan 

dia sapih perah bagi keluarga. Terkutuklah kemarahan 

mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberang-

an mereka, sebab berangnya bengis. Mempelai Kristus 

telah menemui banyak sekali perlakuan yang keras. 

(2) “Penderitaan-penderitaanku yaitu  penderitaan-penderita-

an yang layak kudapatkan. Sebab kebun anggurku sendiri 

tak kujaga. Betapapun tidak benarnya saudara-saudaraku 

dalam menganiaya aku, Tuhan  yaitu  benar dalam meng-

izinkan mereka berbuat demikian. Adillah jika aku dijadi-

kan penjaga seperti budak untuk kebun-kebun anggur 

orang, sebab aku sudah menjadi penjaga yang lalai atas 

kebun-kebun anggur yang telah dipercayakan Tuhan  ke-

padaku.” Hamba-hamba Tuhan  yang malas dengan sewajar-

nya dibuat melayani musuh-musuh mereka, supaya mere-

ka tahu membedakan antara mengabdi kepada-Nya dan 

mengabdi kepada kerajaan-kerajaan duniawi (2Taw. 12:8; 

Ul. 28:47-48; Yeh. 20:23-24). “Janganlah berpikiran buruk 

tentang jalan-jalan Tuhan  sehubungan dengan penderitaan-

penderitaanku, sebab aku menderita sebab  kebodohanku 

sendiri.” Perhatikanlah, saat  umat Tuhan  ditindas dan di-

aniaya, sudah sepatutnya mereka mengakui dosa mereka 

sendiri sebagai penyebab dari kesusahan-kesusahan mere-

ka, terutama kecerobohan mereka dalam menjaga kebun 

anggur mereka, sehingga kebun itu menjadi seperti ladang 

seorang pemalas. 

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(1:7-11)  

7 Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembala-

kan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada 

petang hari. sebab  mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat 

kawanan-kawanan domba teman-temanmu? 8 – Jika engkau tak tahu, hai 

jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-

anak kambingmu dekat perkemahan para gembala. 9 – Dengan kuda betina 

dari pada kereta-kereta Firaun kuumpamakan engkau, manisku. 10 Moleklah 

pipimu di tengah perhiasan-perhiasan dan lehermu di tengah kalung-kalung. 

11 Kami akan membuat bagimu perhiasan-perhiasan emas dengan manik-

manik perak. 

Di sini ada,  

I. Permohonan yang penuh kerendahan hati yang diajukan mem-

pelai wanita  kepada kekasihnya, gembala wanita  kepada 

gembala laki-laki, jemaat dan setiap orang yang percaya kepada 

Kristus, untuk memiliki persekutuan yang lebih bebas dan akrab 

dengan-Nya. Sang mempelai wanita  berpaling dari puteri-

puteri Yerusalem, yang kepada mereka ia sudah mengeluhkan 

dosa-dosanya maupun kesusahan-kesusahannya, dan menenga-

dah ke langit untuk meminta kelegaan dan pertolongan atas dosa 

dan kesusahannya itu (ay. 7). Di sini amatilah,  

1. Panggilan yang diberikannya kepada Kristus: Jantung hatiku. 

Perhatikanlah, yaitu  tabiat yang tak diragukan lagi dari se-

mua orang yang sungguh-sungguh percaya bahwa jiwa mereka 

mencintai Yesus Kristus, yang menyiratkan baik ketulusan 

maupun kekuatan cinta mereka. Mereka mencintai-Nya de-

ngan segenap hati mereka. Dan orang-orang yang mencintai-

Nya demikian bisa datang kepada-Nya dengan berani, dan bisa 

menyerukan cinta mereka kepada-Nya dengan rendah hati.  

2. Pendapatnya tentang gembala laki-laki sebagai gembala yang 

baik dari domba-dombanya. Ia tidak ragu bahwa sang gembala 

laki-laki menggembalakan dombanya dan membiarkan mereka 

berbaring pada petang hari. Yesus Kristus dengan penuh rah-

mat menyediakan baik santapan maupun istirahat bagi dom-

ba-domba-Nya. Mereka tidak kelaparan, namun  diberi makan 

dengan baik, tidak tersebar di gunung-gunung, namun  diberi 

makan bersama-sama, makan di padang yang berumput hijau. 

Pada siang yang panas mereka dibimbing ke air yang tenang, 

dan dibuat berbaring di bawah tempat bernaung yang sejuk 

dan menyegarkan. Adakah umat Tuhan  saat ini mengalami 

siang hari kesusahan lahiriah, dan perseteruan batiniah? 

Kitab Kidung Agung 1:7-11 

Kristus dapat memberi mereka istirahat. Ia memangku mereka 

(Yes. 40:11).  

3. Permintaannya kepada gembala laki-laki supaya ia diperboleh-

kan masuk ke dalam kawanannya: Ceriterakanlah kepadaku di 

mana kakanda menggembalakan domba. Orang-orang yang 

mau diberi tahu, yang mau diajar, apa yang menjadi kepen-

tingan mereka untuk mereka ketahui dan lakukan, harus me-

mohonkannya kepada Yesus Kristus, dan meminta Dia meng-

ajari mereka, memberitahukan mereka. “Ceritakanlah kepada-

ku di mana harus menemukan Engkau, di mana aku dapat 

berbincang-bincang dengan-Mu, di mana Engkau menggem-

balakan domba dan menjaga kawanan domba-Mu, supaya di 

sana aku bisa mendapat beberapa teman.” Perhatikanlah, kita 

tidak boleh, sebab  rasa cinta kepada teman-teman kita dan 

pertemanan mereka, menggoda mereka atau mendesak mereka 

untuk mengabaikan pekerjaan mereka. Sebaliknya, keinginan 

kita yaitu  bercengkerama dengan mereka tanpa mereka ha-

rus meninggalkan pekerjaan mereka, dan terlebih lagi, harus 

bergabung dengan mereka dalam pekerjaan mereka dan mem-

bantu memajukannya. “Ceriterakanlah kepadaku di mana 

kakanda menggembalakan domba, maka di sana aku akan 

duduk denganmu, berjalan denganmu, memberi makan kawan-

an dombaku bersama kawanan dombamu, dan tidak meng-

ganggumu atau diriku sendiri, namun  membawa serta pekerja-

anku.” Perhatikanlah, orang-orang yang jiwanya mencintai 

Yesus Kristus, sungguh-sungguh ingin bersekutu dengan-Nya, 

melalui firman-Nya yang di dalamnya Ia berbicara kepada kita, 

dan melalui doa yang di dalamnya kita berbicara kepada-Nya, 

dan berbagi hak-hak istimewa dalam kawanan domba-Nya. 

Dan kita dapat belajar dari kepedulian yang Dia berikan ke-

pada jemaat-Nya untuk menyediakan makanan dan istirahat 

yang cukup baginya, dan bagaimana mengurus jiwa kita 

sendiri, yang merupakan tugas kita.  

4. Seruan yang diajukannya untuk menguatkan permintaan ini: 

“sebab  mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat 

(atau yang mengikuti) kawanan-kawanan domba teman-teman-

mu, yang berpura-pura menjadi teman, namun  sebenarnya 

menjadi para pesaingmu dan lawan-lawanmu.” Perhatikanlah, 

berpaling dari Kristus untuk mengejar kekasih-kekasih lain 

yaitu  apa yang ditakutkan, dan dicela, oleh jiwa-jiwa yang 

penuh anugerah, lebih daripada apa pun. “Engkau tidak mau 

aku berpaling, tidak, atau menjadi seperti orang yang ber-

paling. Jadi ceritakanlah kepadaku, oh ceritakanlah kepadaku, 

di mana aku bisa dekat dengan-Mu, maka aku tidak akan per-

nah meninggalkan-Mu.”  

(1) “Mengapa aku akan dicurigai, dan terlihat seolah-olah aku 

milik orang lain, dan bukan milik-Mu? Mengapa aku akan 

disangka oleh pengembara dekat kawanan-kawanan domba 

teman-teman-Mu sebagai orang yang meninggalkan Engkau, 

dan menjadi pelayan bagi gembala lain?” Orang-orang Kris-

ten yang baik akan takut memberikan peluang apa saja 

kepada orang-orang di sekitar mereka untuk mempertanya-

kan iman mereka akan Kristus dan kasih mereka terhadap-

Nya. Mereka tidak mau melakukan hal-hal yang menam-

pakkan seolah-olah mereka tidak peduli terhadap jiwa 

mereka, atau tidak mengasihi saudara-saudara mereka. 

Mereka tidak mau menimbulkan kesan seolah tidak acuh 

dan tidak suka terhadap ketetapan-ketetapan yang kudus. 

Dan kita harus berdoa kepada Tuhan  untuk memimpin kita 

ke dalam, dan menjaga kita di dalam, jalan kewajiban kita, 

supaya kita tidak dianggap ketinggalan (Ibr. 4:1).  

(2) “Mengapa aku akan berbaring dalam godaan untuk ber-

paling, seperti yang kulakukan sewaktu aku tidak ada ber-

sama-Mu?” Kita harus bersungguh-sungguh memintakan 

kepada Tuhan  damai sejahtera yang mantap dalam perseku-

tuan dengan Tuhan  melalui Kristus, supaya kita tidak men-

jadi seperti anak-anak yang terlantar dan berkeliaran, yang 

kapan saja bisa dibawa pergi oleh orang yang lewat. 

II.  Jawaban yang penuh rahmat yang diberikan mempelai laki-laki 

terhadap permintaan ini (ay. 8). Lihatlah betapa siapnya Tuhan  men-

jawab doa, terutama doa-doa untuk meminta pengajaran. Bahkan 

sewaktu jemaat sedang berbicara, Ia mendengar. Amatilah,  

1. Betapa dengan penuh kasih sayang mempelai laki-laki ber-

bicara kepadanya: Hai jelita di antara wanita! Perhatikanlah, 

jiwa-jiwa yang percaya itu tampak jelita di mata Tuhan Yesus, 

melebihi yang lain. Kristus melihat kecantikan dalam keku-

Kitab Kidung Agung 1:7-11 

dusan, apakah kita melihatnya atau tidak. Mempelai perem-

puan sudah menyebut dirinya sendiri hitam, namun  Kristus 

menyebutnya jelita. Orang-orang yang rendah menurut pan-

dangan mata mereka sendiri, menjadi semakin jauh menye-

nangkan di mata Yesus Kristus. Malu akan keburukan mereka 

sendiri (kata Tn. Durham) yaitu  bagian utama dari kecantik-

an mereka.  

2. Betapa dengan lembut mempelai laki-laki menegurnya atas 

ketidaktahuannya, dalam perkataan ini, jika engkau tak tahu, 

yang menyiratkan bahwa ia bisa saja mengetahuinya jika itu 

bukan sebab  kesalahannya sendiri. Aduh! Masakan engkau 

tidak tahu di mana harus mencariku dan kawanan dombaku? 

Bandingkan jawaban Kristus terhadap pertanyaan serupa oleh 

Filipus (Yoh. 14:9), telah sekian lama Aku bersama-sama 

kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? namun ,  

3. Betapa dengan lembut mempelai laki-laki memberi tahu dia di 

mana ia bisa menemukannya. Jika orang berkata, lihat, Mesias 

ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya, 

janganlah kamu pergi ke situ (Mat. 24:23, 26). namun ,  

(1) Tempuhlah jalan orang baik (Ams. 2:20), ikutilah jejaknya, 

tanyakanlah jalan yang baik sejak dulu kala, ikutilah jejak-

jejak domba, dan berjalanlah mengikutinya. Tidak ada 

gunanya duduk diam dan berseru, “Tuhan, tunjukkanlah 

kepadaku jalannya,” namun  kita harus bangkit bertindak 

untuk mencari tahu jalan itu. Dan kita dapat menemukan-

nya dengan melihat ke mana jejak-jejak domba menuju, 

apa yang sudah menjadi perbuatan orang-orang saleh sela-

ma ini. Dan biarlah perbuatan itu kita lakukan (Ibr. 6:12; 

1Kor. 11:1).  

(2) Duduklah di bawah bimbingan hamba-hamba Tuhan yang 

baik: “Gembalakanlah dirimu sendiri dan anak-anak kam-

bingmu dekat perkemahan para gembala. Bawalah tang-

gunganmu bersamamu” (ada kemungkinan bahwa yang 

menjadi kebiasaan pada waktu itu yaitu  menyerahkan 

domba-domba dan anak-anak kambing kepada kaum pe-

rempuan untuk mereka jaga, yaitu gembala-gembala perem-

puan). “Mereka semua akan disambut. Gembala-gembala 

tidak akan menjadi penghalang bagimu, seperti mereka 

bagi anak-anak wanita  Rehuel (Kel. 2:17), namun  justru 

akan menjadi penolongmu, dan sebab  itu tinggTuhan  di per-

kemahan mereka.” Perhatikanlah, orang-orang yang ingin 

mengenal dan bersekutu dengan Kristus harus menjalan-

kan ketetapan-ketetapan yang kudus dengan penuh ke-

sungguhan dan kesadaran hati nurani, harus bergabung 

dengan umat-Nya dan mendengarkan hamba-hamba-Nya. 

Orang-orang yang memiliki anggota keluarga harus mem-

bawa serta keluarga mereka ke perkumpulan-perkumpulan 

ibadah. Biarlah anak-anak kambing mereka, anak-anak 

mereka, hamba-hamba mereka, mendapat keuntungan dari 

perkemahan para gembala. 

III. Puji-pujian yang tinggi yang diberikan mempelai laki-laki kepada 

pengantinnya. Perkawinan, dalam bahasa Ibrani, berarti dipuji 

(Mzm. 78:63, tafsiran yang agak luas), demikian pula mempelai 

wanita  ini di sini. Suaminya memuji isteri yang cakap ini 

(Ams. 31:28). Ia memujinya, seperti yang biasa dalam puisi-puisi, 

melalui perumpamaan.  

1. Ia menyebutnya manisku (ay. 9). Itu merupakan sebutan sayang 

yang sering digunakan dalam kitab ini: “Temanku, kawanku, 

karibku.”  

2. Ia membandingkannya dengan sebaris kuda betina yang kuat 

dan gagah dari pada kereta-kereta Firaun. Mesir terkenal de-

ngan kuda-kuda terbaik. Salomo mendapatkan kuda-kudanya 

dari sana. Dan Firaun, tidak diragukan lagi, memiliki kuda-

kuda terpilih yang dapat diberikan negerinya untuk kereta-

keretanya sendiri. Jemaat sudah mengeluhkan kelemahannya 

sendiri, dan bahaya yang mengintainya untuk dijadikan mang-

sa oleh musuh-musuhnya: “Jangan takut,” sabda Kristus. “De-

ngan kuda betina kuumpamakan engkau. Aku telah memberi-

kan kekuatan kepadamu seperti yang telah kuberikan kepada 

kuda (Ayb. 39:22), sehingga engkau dengan keberanian yang 

penuh rahmat akan menertawakan kedahsyatan, dan tidak 

pernah kecut hati, seperti singa muda (Ams. 28:1). TUHAN 

membuatmu sebagai kuda keagungan-Nya dalam pertempuran 

(Za. 10:3). Dengan kuda betina yang menang atas kereta-kereta 

Firaun kuumpamakan engkau, yaitu para malaikat kudus, 

kuda berapi.” Dengan kuda-Mu, Engkau menginjak laut (Hab. 

3:15 dan Yes. 63:13). Kita ini sendiri lemah, namun  jika Kristus 

Kitab Kidung Agung 1:7-11 

menjadikan kita seperti kuda, kuat dan berani, maka kita 

tidak perlu takut terhadap apa yang dapat dilakukan semua 

kuasa kegelapan kepada kita.  

3. Ia mengagumi kecantikan dan perhiasan-perhiasan di wajah-

nya (ay. 10): Moleklah pipimu di tengah perhiasan-perhiasan, 

perhiasan kepala, gelung rambut, atau perhiasan kesayangan 

(demikian menurut sebagian orang), atau simpul-simpul pita. 

Dan lehermu di tengah kalung-kalung, seperti yang dipakai 

orang-orang kalangan atas, kalung-kalung emas. Ketetapan-

ketetapan Kristus yaitu  perhiasan-perhiasan jemaat. Anuge-

rah-anugerah, pemberian-pemberian, dan penghiburan Roh, 

yaitu  perhiasan setiap jiwa yang percaya, dan membuatnya 

cantik. Semuanya ini membuatnya, dalam pandangan Tuhan , 

sangat berharga. Perhiasan orang-orang kudus banyak jum-

lahnya, namun  semuanya tersusun dengan teratur dalam 

barisan dan rantaian (KJV), yang di dalamnya ada hubungan 

dan kebergantungan satu terhadap yang lain. Kecantikan itu 

tidak berasal dari apa saja dalam diri mereka sendiri, dari 

leher atau dari pipi, melainkan dari perhiasan-perhiasan yang 

dipakaikan kepada mereka. Semarak perhiasan-Ku yang Ku-

berikan kepadamu, demikianlah firman Tuhan Tuhan . Sebab 

kita dilahirkan tidak hanya telanjang, namun  juga tercemar 

(Yeh. 16:14). 

IV. Maksud-Nya yang penuh rahmat untuk menambah perhiasan-

perhiasan mempelai wanita . Sebab jika  Tuhan  sudah 

memberikan anugerah yang sejati, maka Ia akan memberikan 

lebih banyak lagi anugerah. Siapa yang mempunyai, kepadanya 

akan diberi. Adakah jemaat berani dalam melawan dosa, seperti 

kuda betina dari pada kereta-kereta Firaun? Adakah ia molek 

dalam memakai anugerah yang diterimanya, seperti di tengah 

perhiasan-perhiasan dan kalung-kalung? Ia masih akan dipercan-

tik lagi (ay. 11): Kami akan membuat bagimu perhiasan-perhiasan 

emas, bertatahkan, atau dilapisi, dengan manik-manik perak. Apa 

pun yang kurang akan dipenuhi, sampai jemaat dan setiap orang 

percaya menjadi sempurna dalam kecantikan (Yeh. 16:14). Hal ini 

di sini dilakukan oleh kuasa yang seiring sejalan dari tiga pribadi 

dalam Keilahian: Kami akan melakukannya, seperti dalam Kejadi-

an 1:26, “Baiklah Kita menjadikan manusia. Jadi, marilah Kita

menjadikannya baru, dan menyempurnakan kecantikannya.” Dia 

yang menciptakan pekerjaan yang baik, Dia juga yang akan me-

nyelesaikannya. Dan pekerjaan-Nya itu tidak bisa gagal. 

Percakapan antara Kristus dan Jemaat-Nya 

(1:12-17) 

12 – Sementara sang raja duduk pada mejanya, semerbak bau narwastuku.  

13 Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. 

14 Bagiku kekasihku setangkai bunga pacar di kebun-kebun anggur En-Gedi.   

15 – Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan mer-

pati matamu. 16 – Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sung-

guh sejuk petiduran kita. 17 Dari kayu aras balok-balok rumah kita, dari kayu 

eru papan dinding-dinding kita. 

Di sini percakapan dilanjutkan antara Kristus dan mempelai-Nya, 

dan rasa sayang diberikan satu terhadap yang lain. 

I. Orang-orang percaya merasakan kepuasan yang besar dalam 

Kristus, dan dalam bersekutu dengan-Nya. Bagi kamu, yang per-

caya, Ia mahal, mengatasi apa saja di dunia ini (1Ptr. 2:7). 

Amatilah, 

1. Penghormatan yang penuh kerendahan hati dari orang-orang 

percaya kepada Kristus sebagai Penguasa mereka yang ber-

daulat (ay. 12). Dia yaitu  Raja, penuh kemuliaan dan kuasa. 

Ia memakai mahkota kehormatan, Ia memegang tongkat 

kekuasaan, yang keduanya memberikan kepuasan yang tak 

terucapkan kepada semua umat-Nya. Raja ini membentangkan 

meja perjamuan rajawi-Nya di dalam Injil, di mana disediakan 

bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan 

yang bergemuk (Yes. 25:6). Hikmat telah menyediakan hidang-

annya (Ams. 9:2). Ia duduk pada meja ini untuk bertemu 

dengan tamu-tamu-Nya (Mat. 22:11), untuk memastikan bah-

wa mereka tidak kekurangan suatu apa pun yang pantas 

untuk mereka. Ia makan bersama-sama dengan mereka, dan 

mereka bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20). Ia bersekutu 

dengan mereka dan bersukacita dalam mereka. Ia duduk pada 

meja-Nya untuk menyambut mereka, dan mengiris-iris daging 

santapan bagi mereka, seperti Kristus memecah-mecahkan 

lima roti dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, su-

paya mereka membagi-bagikannya kepada orang banyak. Ia 

Kitab Kidung Agung 1:12-17 

duduk di sana untuk menerima permohonan-permohonan, 

seperti Ahasyweros menerima permohonan Ester sementara 

minum anggur. Ia telah berjanji untuk selalu hadir bersama 

umat-Nya dalam ketetapan-ketetapan-Nya. Pada saat itu 

orang-orang percaya memberikan kepada-Nya segala penghor-

matan yang dapat mereka berikan, dan berusaha mengung-

kapkan penghargaan mereka terhadap-Nya dan rasa syukur 

mereka kepada-Nya. Seperti yang dilakukan Maria Magdalena 

saat  ia mengurapi kepala Kristus dengan minyak narwastu 

yang mahal harganya, yang setengah katinya bernilai tiga 

ratus dinar, dan begitu harum hingga bau minyak semerbak di 

seluruh rumah itu (Yoh. 12:3). Cerita itu tampak seolah-olah 

dirancang untuk merujuk pada bacaan ini, sebab pada waktu 

itu Kristus sedang duduk pada meja. jika  orang-orang 

Kristen yang baik, dalam kewajiban ibadah apa pun, terutama 

dalam upacara perjamuan Tuhan, di mana Raja seolah-olah 

berkenan untuk duduk bersama kita pada meja-Nya sendiri, 

pada saat itulah minyak narwastu bau semerbak. Di situ 

anugerah-anugerah yang mereka terima diterapkan, hati mere-

ka hancur oleh pertobatan, disembuhkan oleh iman, dan 

dinyalakan oleh kasih dan keinginan-keinginan yang kudus 

terhadap Kristus, dengan harapan-harapan yang penuh suka-

cita akan kemuliaan yang akan disingkapkan. Kristus senang 

memandang diri-Nya dihormati dengan semuanya ini, dan 

menerimanya sebagai tindakan penghormatan kepada-Nya. Ini 

sama seperti yang diperbuat orang-orang bijak dari timur, 

yang memberikan penghormatan mereka kepada Raja orang 

Yahudi yang baru lahir dengan menghadiahkan kepada-Nya 

kemenyan dan mur. Anugerah-anugerah Roh Tuhan  dalam hati 

orang-orang percaya luar biasa berharganya dan menyenang-

kan bagi Kristus. Hadirat-Nya dalam ketetapan-ketetapan iba-

dah membangkitkan hati orang-orang percaya untuk bertin-

dak dan menerapkan iman mereka. Jika Ia menarik diri, maka 

anugerah-anugerah menjadi layu dan terkulai, seperti tanam-

an kalau tidak ada matahari. Jika Ia datang mendekat, maka 

wajah jiwa diperbaharui, seperti bumi di musim semi. Dan itu-

lah saatnya kita bangkit bergerak, supaya kita tidak kehilang-

an pancarannya, tidak kehilangan angin sepoi-sepoi. Sebab 

tidak ada yang dilakukan bisa berkenan, selain yang dilaku-

kan oleh anugerah (Ibr. 12:28). 

2. Kasih sayang mereka yang kuat terhadap Kristus sebagai 

kekasih mereka, kekasih mereka yang tercinta (ay. 13, KJV). 

Kristus bukan hanya kekasih bagi semua jiwa yang percaya, 

namun  juga kekasih mereka yang tercinta, kekasih pujaan hati, 

kekasih satu-satunya. Ia memiliki tempat dalam hati mereka 

yang tidak bisa dimasuki oleh saingan lain, dalam lubuk hati 

yang terdalam. Amatilah,  

(1) Bagaimana Kristus dipandang oleh semua orang percaya: 

Dia yaitu  sebungkus mur dan setangkai bunga pacar, se-

suatu yang, kita bisa yakin, bahkan mencakup segala se-

suatu yang menyenangkan dan menyukakan. Ajaran Injil-

Nya, dan penghiburan-penghiburan Roh-Nya, sangat me-

nyegarkan bagi mereka, dan mereka beristirahat dalam 

kasih-Nya. Tak satu pun dari semua kenikmatan inderawi 

dapat dibandingkan dengan kesenangan rohani yang mere-

ka rasakan dalam merenungkan Kristus dan menikmati-

Nya. Ada berlapis-lapis rasa manis dalam Kristus, dan ber-

limpah rasanya. Ada sebungkus mur dan setangkai bunga 

pacar. Kita tidak merasa sesak di dalam Dia yang mempu-

nyai seluruh kepenuhan. Kata yang diterjemahkan sebagai 

bunga pacar yaitu  copher, kata yang sama yang menanda-

kan penebusan atau pendamaian. Kristus yaitu  setangkai 

jasa kebaikan dan kebenaran bagi semua orang percaya. 

Itulah mengapa Ia disayangi mereka, sebab Ia yaitu  

pendamaian untuk segala dosa mereka. Amatilah bagai-

mana mempelai wanita  menegaskan perasaannya itu: 

Dia yaitu  bagiku, dan sekali lagi bagiku, segala sesuatu 

yang manis. Tak peduli anggapan orang lain terhadap Dia, 

Ia demikian bagiku. Ia telah mengasihi aku dan menyerah-

kan diri-Nya untuk aku. Ia yaitu  Tuhanku dan Tuhan ku.  

(2) Bagaimana Ia diterima: Ia tersisip di antara buah dadaku 

(KJV: Ia akan terbaring sepanjang malam di antara buah 

dadaku), dekat di hatiku. Kristus menyandarkan murid-

murid yang dikasihi-Nya di dada-Nya. Jadi mengapa mere-

ka tidak menyandarkan Juruselamat mereka yang terkasih 

di dada mereka? Mengapa mereka tidak memeluk-Nya 

dengan kedua tangan mereka, dan memegang-Nya erat-

Kitab Kidung Agung 1:12-17 

erat, dengan tekad untuk tidak pernah melepaskan-Nya? 

Kristus harus diam di dalam hati (Ef. 3:17), dan, supaya itu 

terjadi, perzinahan-perzinahan harus dijauhkan dari antara 

buah dada (Hos. 2:1), pengaku iman yang palsu tidak boleh 

mendapat tempat di dalam jiwa. Kristus akan menjadi 

seperti sebungkus mur, atau botol minyak wangi, di antara 

buah dadaku, selalu manis bagiku. Atau potret-Nya, tanda-

tanda cinta-Nya, akan tergantung di antara buah dadaku, 

sesuai kebiasaan pasangan kekasih yang saling menya-

yangi. Ia tidak hanya akan dibaringkan buah dadaku un-

tuk sementara waktu saja, namun  akan berbaring di sana, 

akan berdiam di sana. 

II.  Yesus Kristus merasakan kepuasan yang besar dalam jemaat-Nya 

dan dalam setiap orang yang sungguh-sungguh percaya. Mereka 

menyenangkan di mata-Nya (ay. 15): Lihatlah, cantik engkau, 

manisku. Dan lagi, sungguh cantik engkau. Ia mengatakan ini, 

bukan untuk membuatnya sombong (kerendahan hati yaitu  satu 

unsur utama dalam kecantikan rohani), namun ,  

1. Untuk menunjukkan bahwa ada kecantikan yang nyata dalam 

kekudusan, bahwa semua orang yang dikuduskan, sekaligus 

juga dipercantik. Mereka benar-benar manis.  

2. Bahwa Ia merasakan kepuasan yang besar dalam pekerjaan 

baik yang telah dikerjakan anugerah-Nya dalam jiwa orang-

orang percaya. Jadi, walaupun mereka mempunyai kelemah-

an-kelemahan, dan tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan 

tentang diri mereka sendiri, dan yang dipikirkan dunia tentang 

mereka, dalam pandangan-Nya mereka itu manis. Ia menyebut 

mereka teman. Manusia batiniah yang tersembunyi dengan 

perhiasan yang tidak binasa, sangat berharga di mata Tuhan  

(1Ptr. 3:4).  

3. Untuk menghibur orang-orang percaya yang lemah, yang men-

jadi kecil hati oleh kehitaman mereka sendiri. Hendaklah 

mereka diberi tahu lagi dan lagi bahwa mereka manis.  

4. Untuk mengajak semua orang yang dikuduskan supaya ber-

syukur atas anugerah yang telah membuat mereka manis. 

Sebab, menurut kodrat, mereka sudah menjadi buruk dan 

kulit mereka berubah hitam. Satu contoh dari kecantikan 

mempelai wanita  disebutkan di sini, bahwa matanya ba-

gaikan merpati (4:1). Sungguh manis, dalam pandangan 

Kristus, orang-orang yang memiliki, bukan mata yang menu-

suk seperti rajawali, melainkan mata yang murni dan polos 

seperti burung merpati. Tidak seperti elang, yang, saat  

melambung ke atas, matanya masih tertuju pada mangsanya 

di bumi, melainkan mata yang merendah dan bersahaja, mata 

yang menyingkapkan kesederhanaan dan ketulusan yang 

saleh, dan kemurnian seperti burung merpati. Mata yang telah 

dicerahkan dan dibimbing oleh Roh Kudus, Merpati yang 

terpuji itu, mata yang menangis. Aku mengerang seperti bu-

rung perkutut (Yeh. 7:16, KJV: merpati). 

III. Jemaat mengungkapkan betapa Kristus bernilai baginya, dan 

membalas penghargaan mereka kepada Kristus (ay. 16): Lihatlah, 

tampan engkau. Lihatlah bagaimana Kristus dan orang-orang per-

caya saling memuji. Israel berkata tentang Tuhan , siapakah yang 

seperti Engkau? (Kel. 15:11). Dan Tuhan  berkata tentang Israel, 

siapakah yang sama dengan engkau? (Ul. 33:29). Tuhan, kata 

jemaat, “Adakah Engkau menyebutku cantik? Tidak, jika kita ber-

bicara tentang kekuatan, Engkaulah yang mempunyai kekuatan 

(Ayb. 9:19), demikian pula, jika berbicara tentang keindahan, 

Engkau tampan. Aku tidak cantik seandainya gambar-Mu tidak 

dicapkan padaku. Engkaulah yang Aslinya. Aku hanyalah salinan 

yang kabur dan tidak sempurna, aku hanyalah umbra-Mu – 

bayangan-Mu (Yoh. 1:16; 3:34). Engkau tampan dalam diri-Mu 

sendiri dan Engkau menarik bagi semua orang yang menjadi 

milik-Mu. Banyak orang indah dipandang mata, namun masam-

nya perangai mereka membuat mereka tidak menyenangkan. 

namun  tampan engkau, sungguh menarik.” Kristus itu menyenang-

kan, sebab Dia yaitu  milik kita, mengikat perjanjian dengan 

kita, ada hubungan dengan kita. “Engkau menyenangkan seka-

rang, saat  sang Raja duduk pada meja-Nya.” Kristus selalu ber-

harga bagi orang-orang percaya, namun  Ia secara istimewa menye-

nangkan saat  mereka diperbolehkan bersekutu dengan-Nya, 

saat  mereka mendengar suara-Nya, melihat wajah-Nya, dan me-

ngecap kasih-Nya. Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. 

sesudah  mengungkapkan penghargaannya terhadap pribadi sua-

minya, selanjutnya si mempelai wanita , seperti seorang keka-

sih yang penuh rasa cinta, yang hanyut oleh sukacita sebab  

Kitab Kidung Agung 1:12-17 

sudah mengungkapkan isi hatinya yang terdalam, memuji tempat 

tinggal suaminya untuk menghiburnya, yaitu petidurannya, ru-

mahnya, dinding-dindingnya atau serambi-serambinya (ay. 16). 

Hal ini cocok untuk dikaitkan pada ketetapan-ketetapan kudus 

yang di dalamnya orang-orang percaya bersekutu dengan Yesus 

Kristus, menerima tanda-tanda cinta-Nya dan membalas segala 

perasaan kasih mereka yang saleh dan taat kepada-Nya. Dengan 

semua ketatapan itu pula mereka memperdalam pengenalan me-

reka akan Dia, dan memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang 

mereka peroleh melalui Dia. Nah, 

1. Semua ketetapan saleh itu disebut sang mempelai wanita  

sebagai milik kita, sebab Kristus dan orang-orang percaya 

mempunyai kepentingan bersama di dalamnya. Sama seperti 

suami istri yaitu  teman pewaris (1Ptr. 3:7), demikian pula 

orang-orang percaya yaitu  ahli waris bersama-sama dengan 

Kristus (Rm. 8:17). Semuanya itu yaitu  ketetapan-ketetapan-

Nya dan hak-hak istimewa mereka. Di dalamnya Kristus dan 

orang-orang percaya bertemu. Sang mempelai wanita , 

atau jemaat, tidak menyebut semua itu sebagai milikku, sebab 

orang percaya tidak akan mengakui apa pun sebagai miliknya 

selain apa yang di dalamnya Kristus akan memiliki kepenting-

an. Mereka juga tidak menyebut itu milik-Mu, sebab Kristus te-

lah berkata, segala kepunyaan-Ku yaitu  kepunyaanmu (Luk. 

15:31). Semuanya yaitu  milik kita jika kita milik Kristus. 

Orang-orang yang meletakkan imannya pada Kristus, dapat 

menuntut segala sesuatu yang merupakan kepunyaan-Nya.  

2. Tempat tinggal-Nya atau semua ketetapan-Nya itu yaitu  yang 

terbaik dari jenisnya. Adakah warna tempat tidurnya, dan 

perabotan yang menjadi bagiannya, membantu mempercantik-

nya? Sungguh sejuk petiduran kita (KJV: petiduran kita hijau). 

Warna hijau yaitu  warna yang, dalam kehidupan gembala, 

lebih disukai daripada warna-warna yang lain, sebab  itu 

yaitu  warna padang rumput dan kebun yang di dalamnya 

gembala bekerja dan bersuka. Itu yaitu  warna yang menye-

garkan, baik untuk mata. Dan warna itu menandakan kesu-

buran. Aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau (Mzm. 

52:10). Kita menjadi milik Kristus, agar kita berbuah bagi Tuhan  

(Rm. 7:4). Dari kayu aras balok-balok rumah kita (ay. 17), yang 

mungkin merujuk pada bait Salomo yang belum lama ini di-

bangun untuk persekutuan antara Tuhan  dan Israel, yang 

terbuat dari kayu aras, jenis kayu yang kuat, manis, tahan 

lama, dan tidak akan pernah busuk, yang melambangkan ke-

teguhan dan keberlangsungan jemaat, Bait Suci Injil. Serambi-

serambi tempat orang berjalan terbuat dari kayu eru, atau 

cemara, sejenis kayu yang menyenangkan saat dilihat dan ha-

rum dicium, yang menyiratkan kesukaan yang dirasakan orang-

orang kudus dalam berjalan bersama Kristus dan bercakap-

cakap dengan-Nya. Segala sesuatu dalam perjanjian anugerah 

(yang di atas dasarnya semua persepakatan mereka diteruskan) 

sangat teguh, sangat bagus, dan sangat harum. 

 

PASAL  2  

Dalam pasal ini,  

I. Kristus berbicara mengenai diri-Nya dan jemaat-Nya (ay. 1-2) 

II. Jemaat berbicara, 

1. Mengingat kesenangan dan kepuasan yang ia peroleh 

dalam persekutuan dengan Kristus (ay. 3-4) 

2. Menghibur dirinya dengan tanda-tanda perkenanan-Nya 

dan menjaga agar tidak ada yang mengganggu perkenan-

an-Nya itu (ay.5-7) 

3. Menyambut dengan gembira ria kedatangan-Nya menuju 

mereka (ay. 8-9) 

4. Mengulang semua panggilan-Nya yang ramah untuk ber-

jalan bersama-sama, diajak oleh kegembiraan akan kem-

balinya musim semi (ay. 10-13), untuk keluar dari persem-

bunyiannya (ay. 14), dan oleh perintah-Nya kepada para 

pelayan untuk membinasakan apa yang merusak kebun 

anggurnya (ay. 15). 

5. Bergirang dengan kepentingannya di dalam Dia (ay. 16) 

6. Rindu akan kedatangan-Nya (ay. 17). Mereka yang hatinya 

dipenuhi cinta kepada Kristus, dan pengharapan akan sor-

ga, paling memahami hal-hal ini. 

Kristus Sang Bunga Mawar dari Saron 

(2:1-2) 

1 Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. 2 Seperti 

bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis. 

Perhatikan ayat-ayat ini, 

I. Dengan apa Kristus membandingkan dirinya dengan begitu se-

nang. Dan Ia tampak unggul dalam perbandingan itu. Ia yang 

yaitu  Anak Tuhan  yang Maha Tinggi, bintang timur yang gilang-

gemilang, menyebut dan mengakui diri-Nya bunga mawar dari 

Saron, bunga bakung di lembah-lembah. Perbandingan ini Ia laku-

kan untuk menyatakan kehadiran-Nya di antara umat-Nya di 

dunia ini, bahwa mereka bisa datang kepada-Nya dengan mudah, 

dan akan menemukan keindahan dan kesenangan di dalam Dia. 

Dengan ini pula Ia hendak mengajar mereka untuk berhias diri 

dengan diri-Nya, layaknya para gembala pria dan wanita yang 

saat  bersukaria, berhiaskan bunga mawar, bunga bakung, 

karangan dan rangkaian bunga. Bunga mawar, sebab  keindahan 

dan keharumannya, yaitu  yang terutama dari segala bunga, dan 

Juruselamat kita lebih memilih pakaian bunga bakung dibanding 

Salomo dalam segala kemegahannya. Kristus ialah bunga mawar 

dari Saron, tempat di mana bunga mawar terbaik mungkin tum-

buh di situ dengan melimpah-limpah, bunga mawar di padang 

(demikian sebagian orang menafsirkannya), yang melambangkan 

bahwa keselamatan Injil ialah keselamatan bagi semua orang. 

Bunga itu terbuka untuk semua. Barangsiapa mau, boleh datang 

dan mengumpulkan kuncup-kuncup mawar hak istimewa dan 

penghiburan yang tumbuh dalam kovenan anugerah. Kristus 

bukan bunga mawar yang terkunci di dalam kebun. Sebaliknya, 

semua orang bisa datang dan mendapat keuntungan dari-Nya dan 

penghiburan di dalam Dia. Ia yaitu  bunga bakung sebab  putih-

nya, bunga bakung di padang sebab  indahnya, sebab  bunga-

bunga yang kita sebut demikian biasanya menghasilkan bau 

harum semerbak. Ia yaitu  bunga bakung di padang atau tempat 

yang rendah, sebab  Ia merendahkan diri-Nya, menjadi rentan 

untuk terluka. Jiwa yang rendah hati melihat keindahan tertinggi 

di dalam Dia. Apa pun Dia di mata orang lain, bagi orang-orang 

yang berada di padang (KJV: di lembah), Ia yaitu  bunga bakung. 

Ia yaitu  bunga mawar, bunga bakung, tidak ada yang lain. 

Segala keunggulan yang ada di dalam Kristus, itu hanya ada di 

dalam Dia, dan ada dalam derajatnya yang tertinggi.  

 

Kitab Kidung Agung 2:1-2 

II. Dengan apa Kristus senang membandingkan jemaat-Nya (ay. 2). 

1. Ia seperti sekuntum bunga bakung. Kristus sendiri yaitu  

Sang Bunga Bakung (ay. 1), sedangkan jemaat bagaikan bunga 

bakung. Keindahan orang-orang percaya terletak pada kesela-

rasannya dan keserupaannya dengan Yesus Kristus. Jemaat 

yaitu  cinta-Nya, demikianlah mereka seperti bunga bakung, 

sebab  siapa yang dijadikan serupa dengan Kristus, di dalam 

hatinya kasih-Nya telah dicurahkan. 

2. Seperti bunga bakung di antara duri-duri, seperti bunga bakung 

dibandingkan dengan duri-duri. Jemaat Kristus jauh melam-

paui segala kumpulan manusia lainnya, seperti hamparan 

bunga mawar melampaui semak duri. Seperti sekuntum bunga 

bakung yang dikelilingi duri-duri. Si jahat, gadis-gadis dari 

dunia ini, yang tidak memiliki cinta kepada Kristus, bagaikan 

duri-duri, tidak bernilai dan tidak berguna, tidak ada manfaat-

nya kecuali untuk mengisi celah. Bahkan, mereka merugikan 

dan melukai. Mereka datang bersama dosa dan merupakan 

buah kutukan. Mereka mengimpit benih yang baik, dan meng-

halangi buah yang baik, dan berakhir dengan pembakaran. 

Umat Tuhan  bagaikan bunga bakung di antara duri-duri, 

tergores dan robek, dibayangi dan ditutupi olehnya. Mereka 

dikasihi Kristus, namun tetap terpapar terhadap kesulitan dan 

permasalahan di dunia. namun  mereka harus sadar itu dan 

harus menantikan kesulitan, sebab mereka ditanam di tengah-

tengah duri (Yeh. 2:6), namun mereka tetap dikasihi-Nya. Ia 

tidak merendahkan atau meremehkan satupun bunga bakung-

Nya sebab  berada di tengah-tengah duri. saat  berada di 

tengah-tengah duri, mereka harus tetap menjadi seperti bunga 

bakung, harus tetap memelihara ketidakbercelaan dan kemur-

nian mereka. Dan meskipun mereka berada di tengah-tengah 

duri, mereka tidak boleh berubah menjadi duri-duri, tidak 

boleh membalas caci maki dengan caci maki. Lalu, jika  

mereka terus memelihara sifat mereka itu, maka mereka akan 

tetap diakui serupa dengan Kristus. Anugerah di dalam jiwa 

yaitu  seperti bunga bakung di antara duri-duri, sementara 

kebobrokan yaitu  duri di dalam daging (2Kor. 12:7), seperti 

orang Kanaan bagi bangsa Israel Tuhan  (Yos. 23:13). namun  

bunga bakung yang sekarang berada di tengah-tengah duri 

akan segera dicabut keluar dari padang gurun ini ke dalam

firdaus di mana tidak ada duri yang menusuk atau onak yang 

memedihkan (Yeh. 28:24).  

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(2:3-7) 

3 Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku 

di antara teruna-teruna. Di bawah naungannya aku ingin duduk, buahnya 

manis bagi langit-langitku. 4 Telah dibawanya aku ke rumah pesta, dan 

panjinya di atasku yaitu  cinta. 5 Kuatkanlah aku dengan penganan kismis, 

segarkanlah aku dengan buah apel, sebab sakit asmara aku. 6 Tangan kiri-

nya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku. 7 Kusumpahi 

kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa 

betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta 

sebelum diingininya! 

Di sini, 

I. Sang mempelai wanita  memuji kekasihnya dan lebih memi-

lihnya dibanding orang lain: Seperti pohon apel di antara pohon-

pohon di hutan, yang mungkin tumbuh tidak setinggi dan tidak 

serindang pohon-pohon lainnya, namun berguna dan bermanfaat 

bagi manusia. Ia menghasilkan buah yang bermanfaat dan menye-

nangkan, sementara pohon-pohon lainnya tidak terlalu berguna, 

tidak, bahkan pohon aras sekalipun, sampai mereka ditebang. 

Demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna, jauh melebihi 

mereka semua, yaitu semua teruna-teruna Tuhan , para malaikat 

(nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah daripada 

nama mereka, Ibr. 1:4), teruna-teruna manusia. Ia lebih elok dari 

mereka semua, terelok di antara anak-anak manusia (Mzm. 45:3). 

Sebutkan makhluk apa saja, dan engkau akan mendapati bahwa 

Kristus lebih unggul dari mereka semua. Dunia ini yaitu  pohon 

yang mandul bagi jiwa. Kristuslah yang subur dan berbuah. 

II. Ia mengingat penghiburan melimpah yang dialaminya selama 

bersekutu dengan-Nya: Ia ingin duduk di dekatnya,  layaknya para 

gembala duduk-duduk untuk beristirahat di bawah pohon sambil 

bercakap-cakap. Manfaat ganda yang ia dapatkan dari duduk di 

dekat Tuhan Yesus: 

1. Keteduhan yang menyejukkan: di bawah naungannya aku 

duduk, dilindungi-Nya dari terik panas matahari, disejukkan

Kitab Kidung Agung 2:3-7 

 dan mendapat kelegaan. Kristus bagi orang-orang percaya ba-

gaikan naungan pohon besar, bahkan, seperti naungan batu 

yang besar, di tanah yang tandus (Yes. 32:2; 25:4). saat  jiwa 

yang malang kering dengan tuduhan dosa dan kengerian 

hukum, seperti Daud (Mzm. 32:4), saat  penat dengan perma-

salahan dunia ini, seperti Elia saat  ia duduk di bawah 

sebuah pohon arar (1Raj. 19:4), ia mendapatkan di dalam Kris-

tus, di dalam nama-Nya, segala anugerah-Nya, penghiburan-

Nya, dan karya-Nya bagi para pendosa yang malang, yang 

menyegarkan mereka dan mencegah mereka pingsan. Mereka 

yang letih lesu dan berbeban berat akan mendapatkan kelega-

an di dalam Kristus. Tidak cukup jika  kita hanya berjalan 

melewati naungan ini, namun kita juga harus duduk di bawah-

nya (di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya). Maka 

kita akan mendapatinya tidak seperti pohon jarak Yunus, yang 

sebentar saja mati dan meninggalkannya di bawah panas 

terik, secara rohani maupun jasmani, namun seperti pohon 

kehidupan, yang daunnya tidak hanya menjadi tempat ber-

naung, namun juga bermanfaat untuk penyembuhan bangsa-

bangsa. Kita harus duduk di bawah naungannya, harus 

percaya penuh kepada perlindungannya (seperti Hak. 9:15), 

dan mendapatkan kepuasan penuh dari kesejukannya. Namun 

tidak hanya itu: 

2. Di bawah pohon ini ada  makanan yang menyukakan dan 

menyehatkan. Pohon ini menjatuhkan buahnya kepada orang 

yang duduk di bawah naungannya, dan buah-bua


Related Posts:

  • pengkhotbah kidungagung 9 . 2:15, 18), dan ber-sukacita di dalam jemaat itu sebagai mempelai wanita -Nya (Yes. 62:4-5). namun  lebih sering Kristus digambarkan sebagai mempelai laki-laki dari jemaat-Nya (Mat. 25:1; Rm. 7:4; 2Kor. … Read More