. 2:15, 18), dan ber-
sukacita di dalam jemaat itu sebagai mempelai wanita -
Nya (Yes. 62:4-5). namun lebih sering Kristus digambarkan
sebagai mempelai laki-laki dari jemaat-Nya (Mat. 25:1; Rm.
7:4; 2Kor. 11:2; Ef. 5:32), dan jemaat sebagai pengantin pe-
rempuan, mempelai Anak Domba (Why. 19:7; 21:2, 9). Berda-
sarkan kiasan ini, Kristus dan jemaat secara umum, Kristus
dan orang-orang percaya secara khusus, di sini sedang ber-
cakap-cakap dalam rasa penghargaan dan kasih sayang yang
berlimpah satu terhadap yang lain. Kunci terbaik untuk me-
mahami kitab ini yaitu Mazmur 45, yang kita dapati diterap-
kan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru, dan sebab itu
kitab ini semestinya demikian juga. Butuh suatu jerih payah
untuk mencari tahu apa yang, mungkin, dimaksudkan oleh
Roh Kudus dalam sejumlah bacaan dari kitab ini. sebab
banyak dari nyanyian-nyanyian Daud disesuaikan dengan ke-
mampuan orang yang paling rendah, maka ada air-air dangkal
yang di dalamnya orang bisa belajar, dan ada air-air yang
dalam yang di dalamnya seekor gajah bisa berenang. Akan
namun , bila maksudnya sudah ditemukan, itu akan luar biasa
berguna untuk membangkitkan perasaan-perasaan saleh dan
taat dalam diri kita. Dan kebenaran-kebenaran yang digali dari
kitab ini, yaitu kebenaran yang sama yang secara jelas juga
dalam kitab-kitab lain, bila sampai menyentuh jiwa, akan
masuk dengan kuasa yang lebih menyenangkan. saat kita
mencurahkan perhatian untuk mempelajari kitab ini, kita tidak
hanya harus, bersama Musa dan Yosua, menanggalkan kasut
kita dari kaki kita, dan bahkan melupakan bahwa kita memiliki
tubuh, sebab tempat di mana kita berdiri itu yaitu tanah yang
kudus, namun juga kita harus, bersama Yohanes, naik kemari.
Kita harus membentangkan sayap kita lebar-lebar, terbang
tinggi, dan melambung ke atas, sampai kita, dengan iman dan
kasih yang kudus, masuk ke dalam tempat kudus, sebab ini
tidak lain dari rumah Tuhan , ini pintu gerbang sorga.
PASAL 1
alam pasal ini, sesudah judul kitab (ay. 1), kita mendapati Kris-
tus dan jemaat-Nya, Kristus dan seorang percaya, sedang meng-
ungkapkan penghargaan mereka satu terhadap yang lain.
I. Mempelai wanita , atau jemaat, berbicara kepada mem-
pelai laki-laki (ay. 2-4), kepada putri-putri Yerusalem (ay. 5-
6), dan kemudian kepada mempelai laki-laki (ay. 7).
II. Kristus, sang mempelai laki-laki, berbicara untuk menjawab
keluhan-keluhan dan permintaan-permintaan pengantin-Nya
(ay. 8-11).
III. Jemaat mengungkapkan penghargaannya yang tinggi terha-
dap Kristus, dan kesukaan yang dirasakannya dalam ber-
sekutu dengan Dia (ay. 12-14).
IV. Kristus memuji kecantikan jemaat (ay. 15).
V. Jemaat membalas pujian itu (ay. 16-17). jika ada api cin-
ta yang sejati kepada Kristus di dalam hati, maka kidung ini
akan bermanfaat untuk mengobarkannya menjadi api yang
menyala-nyala.
Judul Kitab
(1:1)
1 Kidung agung dari Salomo.
Di sini kita mendapati judul kitab ini, yang menunjukkan,
1. Jenis dari kitab ini. Kitab ini yaitu sebuah kidung, supaya ia
dapat memenuhi maksudnya dengan lebih baik, yaitu untuk
menggugah perasaan-perasaan dan menyalakannya, yang untuk
itu puisi akan sangat berguna. Isinya menyenangkan, dan sebab
itu pantas dijadikan sebuah lagu, yang dengan menyanyikannya
kita dapat bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap
hati. Kitab ini bersifat injili. Dan masa-masa Injil haruslah men-
jadi masa-masa sukacita, sebab anugerah Injil memberikan nya-
nyian baru ke dalam mulut kita (Mzm. 98:1).
2. Martabat kitab ini. Kitab ini yaitu kidung agung, kidung yang
paling unggul, tidak hanya mengatasi gubahan-gubahan manusia,
atau mengatasi semua kidung yang dituliskan Salomo, namun juga
bahkan mengatasi kidung-kidung lain dari Kitab Suci, sebab di
dalamnya ada lebih banyak tentang Kristus.
3. Penulis kitab ini; penulisnya yaitu Salomo. Ini bukan nyanyian
orang bodoh, seperti banyak lagu cinta, melainkan nyanyian dari
orang yang paling berhikmat. Dan orang tidak dapat memberikan
bukti yang lebih baik dari hikmatnya selain dengan merayakan
kasih Tuhan terhadap umat manusia dan mengobarkan kasihnya
sendiri terhadap Tuhan , dan kasih orang lain, dengan hikmat itu.
Kidung-kidung Salomo berjumlah seribu lima (1Raj. 4:32). Ki-
dung-kidungnya yang isinya tentang berbagai hal lain sudah
hilang, namun kidung tentang cinta yang bagaikan malaikat ini
masih ada, dan akan tetap ada sampai akhir zaman. Salomo,
seperti ayahnya, suka sekali dengan puisi, dan, ke mana saja
kecerdasan seseorang terarah, ia harus berusaha menghormati
Tuhan dan membangun jemaat dengannya. Salah satu nama
Salomo yaitu Yedija – yang dikasihi Tuhan (2Sam. 12:25). Dan
tak ada orang yang begitu pantas menulis tentang kasih Tuhan
selain dia sendiri yang mempunyai ketertarikan yang begitu besar
terhadap kasih itu. Tak seorang pun dari semua rasul menulis
begitu banyak tentang kasih selain dia yang merupakan murid
yang dikasihi, dan yang bersandar dekat kepada Kristus. Salomo,
sebagai raja, mempunyai urusan-urusan besar untuk dipikirkan
dan diatur, yang menghabiskan banyak pikiran dan waktunya,
namun ia masih menyempatkan hati dan kesenangan untuk
menulis kidung ini dan menjalani kegiatan-kegiatan ibadah lain-
nya. Orang yang sibuk bekerja haruslah menjadi orang-orang
yang saleh, dan tidak boleh berpikir bahwa pekerjaan dapat mem-
bebaskan mereka dari apa yang merupakan pekerjaan besar se-
mua orang, yaitu menjaga persekutuan dengan Tuhan . Tidak pasti
kapan Salomo menorehkan kidung yang suci ini. Sebagian orang
berpendapat bahwa ia menuliskannya sesudah ia dipulihkan oleh
Kitab Kidung Agung 1:1
anugerah Tuhan dari kemurtadan-kemurtadannya, sebagai bukti
lebih jauh dari pertobatannya. Dan seolah-olah dengan berbuat
baik kepada banyak orang dengan kidung ini, ia mau menebus
kejahatan yang mungkin telah dilakukannya dengan lagu-lagu
yang tidak senonoh, yang sia-sia, dan yang bercerita tentang
asmara, saat ia mencintai banyak wanita asing. Sekarang ia
mengarahkan kecerdasannya ke jalan yang benar. Lebih mungkin
bahwa ia menuliskannya pada permulaan pemerintahannya, se-
waktu ia masih dekat dengan Tuhan dan menjaga persekutuannya
dengan Dia. Dan mungkin ia menyerahkan kidung ini, bersama
mazmur-mazmur ayahnya, ke tangan kepala pemain musik,
untuk ibadah di Bait Suci, beserta kuncinya, supaya kidung itu
dapat dipahami dengan benar. Sebagian yang lain berpendapat
bahwa kidung ini ditulis pada waktu pernikahannya dengan putri
Firaun, namun itu tidak pasti. Menara di gunung Libanon, yang
disebutkan dalam kitab ini (7:4), belum dibangun, seperti yang
disangkakan, sampai lama sesudah pernikahan itu. Masuk akal
bagi kita untuk berpikir bahwa saat di puncak kemakmurannya
ia menunjukkan kasihnya kepada TUHAN (1Raj. 3:3), ia dengan
demikian menjadi hamba kepada-Nya dengan sukacita dan gem-
bira hati dalam kelimpahan akan segala-galanya. Judul itu dapat
diartikan, Kidung Agung mengenai Salomo, yang sebagai anak dan
penerus Daud, yang kepadanya perjanjian rajawi diturunkan,
sebagai pendiri Bait Suci, dan sebagai orang yang unggul dalam
hikmat dan kekayaan, yaitu perlambang Kristus, yang di dalam
Dia tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan, namun
yang lebih besar daripada Salomo. Oleh sebab itu, ini yaitu
kidung mengenai dia. Kitab ini pantas ditempatkan di sini sesudah
Pengkhotbah. Sebab sesudah kita diyakinkan sepenuhnya oleh
kitab Pengkhotbah akan kesia-siaan makhluk ciptaan, dan keti-
dakcukupannya untuk memuaskan kita dan memberikan kebaha-
giaan kepada kita, maka kita akan tergugah untuk mencari keba-
hagiaan dalam kasih Kristus, dan kesenangan sejati yang jauh
mengatasi dunia ini yang hanya ditemukan dalam persekutuan
dengan Tuhan melalui Dia. Suara di padang gurun, yang bertujuan
untuk mempersiapkan jalan bagi Kristus, berseru, seluruh umat
manusia yaitu seperti rumput.
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(1:2-6)
2 – Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! sebab cintamu lebih nikmat
dari pada anggur, 3 harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah
namamu, oleh sebab itu gadis-gadis cinta kepadamu! 4 Tariklah aku di bela-
kangmu, marilah kita cepat-cepat pergi! Sang raja telah membawa aku ke
dalam maligai-maligainya. Kami akan bersorak-sorai dan bergembira sebab
engkau, kami akan memuji cintamu lebih dari pada anggur! Layaklah mereka
cinta kepadamu! 5 Memang hitam aku, namun cantik, hai puteri-puteri Yeru-
salem, seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. 6 Janganlah
kamu perhatikan bahwa aku hitam, sebab terik matahari membakar aku.
Putera-putera iartikel marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-
kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga.
Sang mempelai wanita , dalam puisi yang penuh dengan gambar-
an yang mengesankan ini, di sini pertama kali diperkenalkan sedang
berbicara kepada mempelai laki-laki, dan kemudian kepada putri-
putri Yerusalem.
I. Kepada mempelai laki-laki, ia berkata tanpa menyebutkan nama-
nya atau panggilannya, namun memulai dengan tiba-tiba: Kiranya
ia mencium aku. Seperti Maria Magdalena kepada orang yang
disangka tukang kebun (Yoh. 20:15), jikalau tuan yang mengambil
Dia, maksudnya Kristus, namun tanpa menyebutkan nama-Nya.
Sebelumnya hati sudah terangkat dengan pikiran-pikiran tentang
Dia, dan terangkatnya hati itu merupakan pendahuluan untuk
percakapan ini, kata-kata indah yang dengannya hati meluap
(Mzm. 45:2). Orang-orang yang hatinya dipenuhi Kristus pastilah
menginginkan agar orang lain juga harus demikian. Dua hal yang
diinginkan sang mempelai wanita , yang dengannya ia meng-
hibur dirinya:
1. Kedekatan dengan sang mempelai laki-laki (ay. 2): “Kiranya ia
mencium aku dengan kecupan, yaitu, berdamai dengan aku,
dan membiarkan aku tahu bahwa ia berdamai dengan aku.
Biarlah aku mendapat tanda dari perkenanannya.” Demikian-
lah jemaat Perjanjian Lama ingin supaya Kristus menyatakan
diri-Nya dalam daging, supaya mereka tidak lagi berada di
bawah hukum Taurat sebagai pengajar mereka, di bawah masa
penyelenggaraan yang penuh perbudakan dan kengerian, namun
menerima penyampaian-penyampaian anugerah ilahi di dalam
Injil, di mana Tuhan mendamaikan dunia dengan diri-Nya
sendiri, membalut dan menyembuhkan apa yang terkoyak dan
Kitab Kidung Agung 1:2-6
terluka oleh hukum Taurat. Seperti seorang ibu mencium anak
yang telah ditegurnya. “Jangan lagi Ia mengirimkan utusan
kepadaku, namun biarlah Ia sendiri datang, tidak lagi berbicara
melalui para malaikat dan para nabi, namun biarlah aku
mendengar perkataan mulut-Nya sendiri, kata-kata yang indah
itu (Luk. 4:22), yang bagiku akan menjadi seperti kecupan,
tanda yang pasti akan pendamaian, seperti Esau mencium
Yakub.” Semua kewajiban Injil terangkum dalam tindakan kita
mencium sang Anak (Mzm. 2:11, KJV). Demikian pula semua
anugerah Injil terangkum dalam tindakan-Nya mencium kita,
seperti bapak dari anak yang hilang menciumnya saat ia
kembali sebagai orang yang bertobat. Ini yaitu ciuman perda-
maian. Ciuman dipertentangkan dengan pukulan (Ams. 27:6),
demikian pula ciuman anugerah dipertentangkan dengan
pukulan hukum Taurat. Demikianlah semua orang percaya
yang sungguh-sungguh ingin supaya kasih Kristus dinyatakan
kepada jiwa mereka. Mereka tidak menginginkan apa-apa
untuk membuat mereka bahagia selain jaminan perkenanan-
Nya, terangkatnya cahaya wajah-Nya untuk menyinari mereka
(Mzm. 4:7-8), dan pengenalan akan kasih-Nya itu yang melam-
paui pengetahuan. Inilah satu hal yang mereka inginkan
(Mzm. 27:4). Mereka siap menyambut penyataan kasih Kristus
kepada jiwa mereka melalui Roh-Nya, dan membalasnya
dengan mengakui dengan rendah hati kasih mereka terhadap-
Nya dan rasa syukur mereka kepada-Nya, di atas segalanya.
Pujian dari bibir-Nya yaitu damai sejahtera (Yes. 57:19).
“Biarlah Dia memberiku sepuluh ribu ciuman yang rasanya
membuatku menginginkan Dia lebih lagi. Dan, sementara
semua kesenangan lain menjadi asam dan memudar sesudah
dirasakan, kesenangan-kesenangan Roh menjadi lebih menye-
nangkan.” Demikian menurut Uskup Reynolds. Sang mempelai
wanita memberikan sejumlah alasan untuk keinginan ini.
(1) Oleh sebab penghargaannya yang besar terhadap kasih
mempelai laki-laki : Cintamu lebih nikmat dari pada anggur.
Anggur menyukakan hati, menyegarkan roh yang terkulai,
dan menggembirakannya, namun jiwa yang penuh anugerah
merasakan lebih banyak kesenangan dalam mengasihi
Kristus dan dikasihi oleh-Nya. Ia merasakan lebih banyak
kesenangan dalam buah-buah dan karunia-karunia kasih-
Nya, dan dalam janji-janji dan jaminan-jaminan kasih-Nya,
jauh melebihi kesenangan-kesenangan inderawi yang pa-
ling nikmat sekalipun. Dan kasih Kristus lebih menyegar-
kan bagi mereka daripada minuman paling hangat bagi
orang yang hampir pingsan. Perhatikanlah,
[1] Kasih Kristus itu sendiri, dan dalam pandangan semua
orang kudus, lebih berharga dan diinginkan daripada
hiburan-hiburan terbaik yang bisa diberikan dunia ini.
[2] Yang bisa mendapatkan kecupan-kecupan Kristus dan
tanda-tanda perkenanan-Nya yang menghibur hanyalah
mereka yang lebih memilih kasih-Nya dibandingkan se-
mua kenikmatan dari anak-anak manusia. Mereka yang
lebih bersedia mengorbankan kenikmatan-kenikmatan
itu daripada kehilangan perkenanan-Nya, dan lebih
merasakan kesenangan dalam sukacita-sukacita rohani
daripada hiburan-hiburan jasmani apa pun. Cermatilah
di sini perubahan orangnya: Kiranya ia mencium aku. Di
situ ia berbicara tentang mempelai laki-laki yang tidak
hadir, atau ia seolah-olah takut untuk berbicara ke-
padanya. namun , dalam kata-kata selanjutnya, ia meli-
hat mempelai laki-laki dekat dengannya, dan sebab itu
mengarahkan perkataannya kepada sang mempelai
laki-laki: “Cintamu, semua cintamu” (demikian kata yang
dipakai), “begitu aku dambakan dengan sungguh, kare-
na aku menghargainya dengan setinggi-tingginya.”
(2) Oleh sebab semerbaknya keharuman cinta sang mempelai
laki-laki dan buah-buah dari cinta itu (ay. 3): “Oleh sebab
harum bau minyakmu (anugerah-anugerah dan penghibur-
an-penghiburan-Mu yang menyenangkan dan memuaskan
bagi semua orang yang memahaminya dan memahami diri
mereka sendiri dengan benar), bagaikan minyak yang ter-
curah namamu. Demikianlah Engkau, dan segala sesuatu
yang melaluinya Engkau telah menyatakan diri-Mu. Nama-
Mu itu berharga bagi semua orang kudus. Nama-Mu itu
yaitu minyak dan wangi-wangian yang menyukakan hati.”
Penyingkapan nama Kristus yaitu seperti dibukanya botol
minyak yang mahal, yang keharumannya memenuhi ruang-
an. Pemberitaan Injil-Nya menyebarkan keharuman penge-
Kitab Kidung Agung 1:2-6
nalan akan Dia di mana-mana (2Kor. 2:14). Roh yaitu
minyak sebagai tanda kesukaan yang dengannya Kristus
diurapi (Ibr. 1:9), dan semua orang percaya mendapatkan
pengurapan itu (1Yoh. 2:27), sehingga Ia berharga bagi
mereka, dan mereka bagi-Nya, dan bagi satu sama lain.
Nama yang harum yaitu seperti minyak yang mahal, namun
nama Kristus lebih harum daripada nama siapa saja. Hik-
mat, seperti minyak, membuat muka berseri. namun sang
Penebus bersinar lebih terang, dalam keindahan, daripada
semua yang lain. Nama Kristus pada saat ini tidak seperti
minyak yang tertutup, seperti yang sudah lama demikian
(jangan tanyakan nama-Ku, sebab nama itu ajaib), namun
seperti minyak yang tercurah, yang menandakan kebebasan
maupun kepenuhan dari penyampaian-penyampaian anu-
gerah-Nya melalui Injil.
(3) Oleh sebab kasih sayang yang pada umumnya dimiliki
semua jiwa yang kudus terhadap-Nya: Oleh sebab itu gadis-
gadis cinta kepadamu. Kasih Kristus yang telah dicurahkan
di dalam hati kita, itulah yang menarik hati kita dalam
kasih terhadap-Nya. Semua orang yang murni dari kebo-
brokan-kebobrokan dosa, yang menjaga kesucian roh mere-
ka sendiri, dan setia kepada sumpah yang melaluinya me-
reka telah mengabdikan diri mereka kepada Tuhan , yang
bukan saja tidak membiarkan perasaan mereka dihancur-
kan, namun juga bahkan tidak tahan untuk dibujuk oleh
dunia dan daging, mereka itu yaitu gadis-gadis yang
mengasihi Yesus Kristus dan mengikuti-Nya ke mana saja
Ia pergi (Why. 14:4). Dan, sebab Kristus yaitu kesayang-
an dari semua orang yang suci hatinya, maka biarlah Dia
menjadi milik kita, dan biarlah keinginan-keinginan kita
terarah kepada-Nya dan kepada kecupan-kecupan-Nya.
2. Kebersamaan dengan mempelai laki-laki (ay. 4). Amatilah di sini,
(1) Permohonan mempelai wanita untuk memperoleh anu-
gerah ilahi: Tariklah aku. Ini menyiratkan ada jarak dari
mempelai laki-laki, sehingga ada keinginan untuk bersatu
dengan-Nya. “Tariklah aku kepada dirimu, tariklah aku le-
bih dekat, tariklah aku pulang kepadamu.” Sang mempelai
wanita sudah meminta supaya sang mempelai laki-laki
mendekat kepadanya (ay. 2). Supaya itu terjadi, ia meminta
supaya sang mempelai laki-laki menariknya dekat kepada-
nya. “Tariklah aku, bukan hanya dengan ajakan kepada ke-
baikan yang ada dalam harumnya minyak yang baik,
bukan hanya dengan menariknya nama yang tercurah
seperti minyak, namun juga dengan anugerah adikodrati,
dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih” (Hos. 11:4). Kristus
sudah memberi tahu kita bahwa tak seorang pun datang
kepada-Nya selain orang-orang yang ditarik oleh Bapa (Yoh.
6:44). Kita tidak hanya lemah, dan tidak bisa datang sen-
diri kalau tidak ditolong, namun juga pada kodratnya kita ini
enggan dan tidak mau datang. sebab itu kita harus ber-
doa meminta pengaruh-pengaruh dan pekerjaan-pekerjaan
Roh, yang dengan kuasanya kita yang sebelumnya tidak
bersedia, dibuat bersedia (Mzm. 110:3). “Tariklah aku,
sebab kalau tidak aku tidak bergerak. Kalahkanlah dunia
dan daging yang ingin menarikku dari-Mu.” Biasanya kita
tidak didorong kepada Kristus, namun ditarik dengan cara
yang dapat diterima oleh makhluk yang berakal.
(2) Janji mempelai wanita untuk memanfaatkan anugerah
itu: Tariklah aku, maka kami akan berlari mengejarmu (KJV).
Lihatlah di sini bagaimana ajaran tentang anugerah yang
istimewa dan bagaimana anugerah itu hanya bisa berhasil
kalau diwujudkan dalam kewajiban kita. Ajaran demikian
mengajak dan mendorong kita untuk melaksanakan kewa-
jiban itu sebaik-baiknya bersama anugerah itu. Namun
semua kemuliaan dari semua kebaikan yang dikerjakan
dalam diri kita hanyalah untuk Tuhan saja. Amatilah,
[1] Mengalirnya jiwa kepada Kristus, dan kesediaan untuk
taat kepada-Nya, yaitu dampak dari pekerjaan anuge-
rah-Nya. Kita tidak bisa berlari mengejar-Nya jika Ia
tidak menarik kita (2Kor. 3:5; Flp. 4:13).
[2] Anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita haruslah
kita manfaatkan dengan tekun. jika Kristus menarik
kita melalui Roh-Nya, maka kita harus berlari mengejar-
Nya melalui roh kita. Sama seperti Tuhan berkata, Aku
akan, dan engkau akan (Yeh. 36:27, KJV), demikian pula
kita harus berkata, “Engkau akan dan kami akan.
Engkau akan mengerjakan di dalam kami baik kemauan
Kitab Kidung Agung 1:2-6
maupun pekerjaan, dan sebab itu kami akan mengerja-
kan keselamatan kami” (Flp. 2:12-13). Kami tidak hanya
akan berjalan, namun juga akan berlari mengejar-Mu,
yang menandakan keinginan yang sungguh-sungguh,
kasih sayang yang siap sedia, semangat dalam menge-
jar, dan kecepatan dalam gerakan. jika Engkau me-
lapangkan hatiku, maka aku akan mengikuti petunjuk
perintah-perintah-Mu (Mzm. 119:32). jika tangan ka-
nan-Mu menopang aku, maka jiwaku melekat kepada-Mu
(Mzm. 63:9). jika Ia menarik kita dengan kasih setia
terhadap kita (Yer. 31:3), maka kita harus berlari menge-
jar-Nya dengan kasih setia terhadap-Nya (Yes. 40:31).
Amatilah perbedaan antara permohonan dan janji: “Ta-
riklah aku, maka kami akan berlari.” saat Kristus
mencurahkan Roh-Nya atas jemaat secara umum, yang
yaitu mempelai-Nya, maka semua anggotanya mene-
rima dari situ pengaruh-pengaruh yang menghidupkan
dan menyemangati, dan dibuat berlari mengejar-Nya
dengan hati yang lebih riang (Yes. 45:5). Atau, “Tariklah
aku” (kata jiwa yang percaya) “maka aku tidak hanya
akan mengikuti-Mu sendiri secepat yang aku bisa,
namun juga akan membawa semua milikku besertaku:
Kami akan berlari mengejar-Mu, aku dan gadis-gadis
yang cinta kepadamu (ay. 3), aku dan segala sesuatu
yang menjadi kepentinganku dan yang ada dalam pe-
ngaruhku, aku dan seisi rumahku (Yos. 24:15), aku dan
orang-orang yang melakukan pelanggaran yang akan
kuajari jalan-Mu” (Mzm. 51:15). Orang-orang yang maju
berserah diri, dalam mengikuti anugerah ilahi, akan
mendapati bahwa kegiatan mereka akan menjadi perang-
sang bagi banyak orang (2Kor. 9:2). Orang-orang yang
hidup akan giat. saat Filipus ditarik kepada Kristus, ia
menarik Natanael. Mereka akan menjadi teladan, dan
dengan demikian akan memenangkan orang-orang yang
tidak akan dimenangkan dengan kata-kata.
(3) Jawaban langsung yang diberikan kepada doa ini: Sang
raja telah menarik aku, telah membawa aku ke dalam mali-
gai-maligainya (kamarnya – pen.). Itu bukan jawaban yang
didapatkan oleh iman akan perkataan anugerah Kristus,
melainkan terlebih merupakan jawaban yang didapatkan
melalaui pengalaman akan pekerjaan-pekerjaan anugerah-
Nya. Jika kita mencermati, seperti yang seharusnya, jawab-
an-jawaban terhadap doa, maka kita bisa mendapati bahwa
ada kalanya, saat kita sedang berbicara, Kristus mende-
ngar (Yes. 65:24). Sang mempelai laki-laki yaitu seorang
raja. Jadi tindakan-Nya yang mau merendah untuk meng-
undang dan menjamu kita, itu sungguh menakjubkan,
sehingga patutlah bagi kita untuk menerima undangan dan
jamuan-Nya itu dan mau berlari mengejar-Nya. Tuhan ada-
lah Raja yang telah mengadakan perjamuan kawin untuk
Anak-Nya (Mat. 22:2) dan membawa masuk bahkan orang-
orang miskin dan orang-orang cacat, dan bahkan yang
paling pemalu dan segan-segan dipaksa masuk. Orang-
orang yang ditarik kepada Kristus dibawa masuk bukan
hanya ke dalam pelataran-pelataran-Nya, ke istana-istana-
Nya (Mzm. 45:16), melainkan juga ke maligai-Nya, ke ka-
mar pribadi-Nya, di mana hanya ada Dia saja di situ ber-
sama mereka (Yoh. 14:21), dan di mana mereka aman
dalam pondok-Nya (Mzm. 27:5; Yes. 26:20). Orang-orang
yang menunggu di pintu gerbang hikmat akan dibuat datang
(demikian kata yang dipakai) ke dalam maligai-maligainya.
Mereka akan dipimpin ke dalam kebenaran dan penghibur-
an.
(4) Kepuasan yang menakjubkan yang dirasakan sang mem-
pelai wanita dalam kehormatan yang diberikan sang
raja kepadanya. sebab sudah dibawa ke dalam maligai,
[1] “Kita memiliki apa yang ingin kita miliki. Keinginan-
keinginan kita dimahkotai dengan segala kesukaan
yang tak terucapkan. Semua penderitaan kita lenyap,
dan kita akan bersorak-sorai dan bergembira. Satu hari
di pelataran, apalagi satu jam dalam maligai, lebih baik
dari pada seribu hari, daripada sepuluh ribu hari di
tempat lain.” Orang-orang yang, melalui anugerah, di-
bawa ke dalam perjanjian dan persekutuan dengan
Tuhan , mempunyai alasan untuk meneruskan perjalanan
mereka dengan sukacita, seperti si sida-sida (Kis. 8:39),
dan sukacita itu akan melapangkan hati kita dan men-
jadi kekuatan kita (Neh. 8:11).
Kitab Kidung Agung 1:2-6
[2] Semua sukacita kita akan berpusat pada Tuhan : “Kami
akan bersorak-sorai, bukan dalam minyak, atau mali-
gai-maligai, melainkan di dalam Engkau. Hanya Tuhan -
lah yang menjadi sukacita dan kegembiraan kita (Mzm.
43:4). Kita tidak memiliki sukacita selain di dalam
Kristus, dan untuk sukacita itu kita berutang kepada-
Nya.” Gaudium in Domino – Sukacita di dalam Tuhan,
yaitu ucapan salam pada zaman dulu, dan Salus in
Domino sempiterna – Keselamatan kekal di dalam Tuhan.
[3] “Kami akan mengenang kenikmatan dan kesenangan
dari kebaikan-Mu ini dan tidak akan pernah melupa-
kannya: Kami akan memuji cintamu lebih dari pada
anggur (KJV: Kami akan mengingat cintamu lebih dari-
pada anggur). Bukan hanya cinta-Mu sendiri (ay. 2),
melainkan juga kenangan akan cinta itu akan lebih
membuat kami bersyukur daripada minuman yang
paling membangkitkan semangat, atau minuman yang
paling enak rasanya. Kami akan ingat untuk bersyukur
atas kasih-Mu, dan itu akan menimbulkan kesan-kesan
yang lebih bertahan dalam diri kami daripada apa saja
di dunia ini.”
(5) Persekutuan yang dimiliki jiwa yang penuh anugerah de-
ngan semua orang kudus dalam persekutuan dengan Kris-
tus ini. Dalam maligai-maligai yang ke dalamnya kita di-
bawa masuk, kita tidak hanya bertemu dengan Dia, namun
juga bertemu satu dengan yang lain (1Yoh. 1:7). Sebab
layaklah mereka cinta kepada-Mu (KJV: orang yang lurus
hati cinta kepadamu). Jemaat dan angkatan dari orang-
orang yang lurus hati cinta kepada-Mu. Tak peduli apa pun
yang dilakukan orang lain, semua orang Israel yang sejati,
dan yang setia kepada Tuhan , tetap akan mengasihi Yesus
Kristus. Sekalipun di antara orang-orang Kristen ada per-
bedaan dalam memahami dan merasakan hal-hal lain,
tetap saja mereka semua sepakat dalam hal ini, yaitu bah-
wa Yesus Kristus berharga bagi mereka. Orang-orang yang
lurus hati di sini sama dengan gadis-gadis dalam ayat 3.
Semua orang yang memuji cinta-Nya lebih dari pada anggur
akan mencintai-Nya dengan cinta yang teramat dalam. Dan
tidak ada lagi cinta yang berkenan pada Kristus selain
cinta orang yang lurus hati, cinta dengan ketulusan hati
(Ef. 6:24).
II. Sang mempelai wanita berbicara kepada puteri-puteri Yerusa-
lem (ay. 5-6). Jemaat secara umum, sebab sedang dalam kesu-
sahan, berbicara kepada jemaat-jemaat tertentu untuk menjaga
mereka dari bahaya yang mengintai mereka, yaitu menjadi tersan-
dung oleh penderitaan-penderitaan jemaat (1Tes. 3:3). Atau orang
percaya berbicara kepada orang-orang yang sebagian besar meng-
aku beriman di dalam jemaat, namun bukan merupakan bagian
darinya, atau kepada orang-orang Kristen yang lemah, bayi-bayi
di dalam Kristus, yang berjerih payah di bawah banyak kebodoh-
an, kelemahan, dan kekeliruan, tidak diajar dengan sempurna,
namun bersedia untuk diajar dalam perkara-perkara tentang
Tuhan . Sang mempelai wanita mengamati orang-orang di seke-
lilingnya yang melihatnya dengan pandangan yang merendahkan
oleh sebab kulitnya yang hitam, yaitu dosa-dosa dan penderita-
an-penderitaan, yang sebab nya mereka berpikir bahwa tidak ada
banyak alasan baginya untuk menantikan ciuman-ciuman sang
mempelai laki-laki (ay. 2), atau untuk berharap bahwa mereka akan
bergabung bersamanya dalam sukacita-sukacitanya (ay. 4). Oleh
sebab itu, ia berusaha menyingkirkan batu sandungan ini. Ia
mengakui bahwa ia hitam. Kesalahan menjadikan kita hitam.
Bidah-bidah, aib-aib, dan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di
dalam jemaat, membuatnya hitam. Dan orang-orang kudus yang
terbaik sekalipun mengalami kegagalan-kegagalan. Dukacita men-
jadikan kita hitam. Itulah yang tampak terutama dimaksudkan.
Jemaat sering kali berada dalam keadaan yang rendah, hina, dan
miskin, dan rupanya tercela, kecantikannya ternoda dan wajah-
nya sebam sebab menangis. Ia memakai pakaian berkabung,
mengenakan kain kabung, seperti orang-orang nazir yang sudah
menjadi lebih hitam dari pada jelaga (Rat. 4:8). Nah, untuk
menyingkirkan batu sandungan ini,
1. Ia menegaskan kecantikannya sendiri kendati demikian (ay. 5):
Memang hitam aku, namun cantik, hitam seperti kemah orang
Kedar, yang di dalamnya para gembala tinggal, yang sangat
kasar, dan tidak pernah diputihkan, kumuh terkena hujan
dan angin, dan luntur warnanya sebab lama dipakai, namun
cantik seperti tirai-tirai orang Salma (KJV: seperti tirai-tirai
Kitab Kidung Agung 1:2-6
Salomo), yang perabotan kamar-kamarnya, tidak diragukan
lagi, mewah dan mahal, sebanding dengan kemegahan rumah-
rumahnya. Jemaat ada kalanya menjadi hitam sebab pengani-
ayaan, namun cantik dalam kesabaran, keteguhan, dan peng-
hiburan, dan tidak pernah kurang menyenangkan di mata
Kristus. Hitam dalam pandangan manusia, namun cantik dalam
pandangan Tuhan , hitam dalam pandangan sebagian orang
yang membawa aib baginya, namun cantik dalam pandangan
sebagian yang lain yang tulus dan membawa kehormatan
baginya. Orang-orang percaya sejati hitam dalam diri mereka
sendiri, namun cantik di dalam Kristus, dengan kecantikan yang
diberikan-Nya kepada mereka. Mereka hitam secara lahiriah,
sebab dunia tidak mengenal mereka, namun pada diri mereka
ada keindahan belaka di dalam (Mzm. 45:14). Rasul Paulus
lemah, namun kuat (2Kor. 12:10). Demikian pula jemaat hitam,
namun cantik. Orang percaya yaitu orang berdosa, namun
orang kudus. Kebenarannya sendiri yaitu seperti kain kotor,
namun ia dibungkus dengan jubah kebenaran Kristus. Ter-
jemahan bahasa Aram menerapkannya pada hitamnya bangsa
Israel saat mereka membuat anak lembu emas, dan pada
kecantikan mereka saat mereka bertobat darinya.
2. Sang mempelai memberikan penjelasan bagaimana ia menjadi
begitu hitam. Kehitaman itu bukan warna aslinya, namun ia
terkena olehnya, dan itu disebabkan oleh perlakuan keras
yang telah diberikan kepadanya: Janganlah kamu perhatikan
aku dengan begitu mencemooh bahwa aku hitam. Kita harus
berjaga-jaga bagaimana mata kita memandang jemaat, ter-
utama saat ia hitam. Janganlah memandang rendah sau-
daramu, pada hari kemalangannya, hari penderitaannya (Ob.
1:12). Janganlah tersandung, sebab,
(1) Aku hitam oleh sebab penderitaan-penderitaanku: Terik
matahari membakar aku. Sang mempelai elok dan cantik.
Putih yaitu warnanya yang sesungguhnya. namun ia men-
dapat warna hitam ini sebab sehari suntuk bekerja berat
dan menanggung panas terik matahari, yang terpaksa
ditanggungnya. Ia terbakar sinar matahari, gosong oleh
penindasan dan penganiayaan (Mat. 13:6, 21). Dan kecan-
tikan-kecantikan yang paling indah, jika terkena terpaan
cuaca, paling cepat menghitam. Amatilah bagaimana ia me-
mandang ringan kesusahan-kesusahannya. Ia tidak ber-
kata, seperti Yakub (Kej. 31:40), aku dimakan panas hari
waktu siang, melainkan, terik matahari membakar aku. Se-
bab tidak sepatutnya umat Tuhan yang menderita membu-
ruk-burukkan penderitaan mereka. namun apa yang men-
jadi masalahnya?
[1] Ia terkena marah orang-orang rumahnya sendiri: Pu-
tera-putera iartikel marah kepadaku. Ia terancam bahaya
dari pihak saudara-saudara palsu. Musuh-musuhnya
ialah orang-orang seisi rumahnya (Mat. 10:36), saudara-
saudara yang menurut kodrat yaitu sesama manusia,
yang menurut pengakuan iman yaitu sama-sama ang-
gota dari persekutuan suci yang sama, anak-anak dari
jemaat, ibunya, namun bukan dari Tuhan , Bapanya.
Mereka ini marah kepadanya. Orang-orang Samaria,
yang mengaku berkerabat dengan orang-orang Yahudi,
tidak suka dengan apa saja yang cenderung mendatang-
kan kesejahteraan bagi Yerusalem (Neh. 2:10). Perhati-
kanlah, bukan hal baru bagi umat Tuhan untuk terkena
amarah anak-anak ibu mereka sendiri. Engkau orang
yang dekat dengan aku (Mzm. 55:13-14). Hal ini mem-
buat masalah itu semakin menganggu dan menyedih-
kan. Dari orang-orang seperti itu masalah ini tidak di-
terima dengan baik, dan kemarahan orang-orang seperti
itu tidak dapat reda. Saudara yang dikhianati lebih sulit
dihampiri.
[2] Mereka memperlakukannya dengan sangat keras: Aku
dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur, yaitu,
pertama, “mereka membujuk aku untuk berbuat dosa,
menarik aku ke dalam ibadah-ibadah palsu, untuk me-
layani dewa-dewa mereka, yang seperti mengurus ke-
bun anggur, menjaga pohon anggur Sodom. Dan mereka
tidak mau membiarkan aku menjaga kebun anggurku
sendiri, melayani Tuhan ku sendiri, dan menjalankan iba-
dah-ibadah yang murni yang diberikan-Nya kepadaku
untuk kujaga, dan yang kulakukan dan akan senan-
tiasa kuakui sebagai milikku.” Ini yaitu penderitaan-
penderitaan yang paling banyak dikeluhkan oleh orang-
orang baik pada masa penganiayaan, bahwa hati nurani
Kitab Kidung Agung 1:7-11
mereka dipaksa, dan bahwa orang-orang yang memerin-
tah mereka dengan kejam berkata kepada mereka: Tun-
duklah, supaya kami lewat menginjak kamu (Yes. 51:23).
Atau, kedua, “Mereka membawaku ke dalam kesulitan,
memaksakan kepadaku apa yang melelahkan, membe-
ratkan, dan sangat menghinakan.” Menjaga kebun ang-
gur yaitu pekerjaan yang hina dan berat, dan sangat
melelahkan (Yes. 61:5). Anak-anak ibunya menjadikan
dia sapih perah bagi keluarga. Terkutuklah kemarahan
mereka, sebab amarahnya keras, terkutuklah keberang-
an mereka, sebab berangnya bengis. Mempelai Kristus
telah menemui banyak sekali perlakuan yang keras.
(2) “Penderitaan-penderitaanku yaitu penderitaan-penderita-
an yang layak kudapatkan. Sebab kebun anggurku sendiri
tak kujaga. Betapapun tidak benarnya saudara-saudaraku
dalam menganiaya aku, Tuhan yaitu benar dalam meng-
izinkan mereka berbuat demikian. Adillah jika aku dijadi-
kan penjaga seperti budak untuk kebun-kebun anggur
orang, sebab aku sudah menjadi penjaga yang lalai atas
kebun-kebun anggur yang telah dipercayakan Tuhan ke-
padaku.” Hamba-hamba Tuhan yang malas dengan sewajar-
nya dibuat melayani musuh-musuh mereka, supaya mere-
ka tahu membedakan antara mengabdi kepada-Nya dan
mengabdi kepada kerajaan-kerajaan duniawi (2Taw. 12:8;
Ul. 28:47-48; Yeh. 20:23-24). “Janganlah berpikiran buruk
tentang jalan-jalan Tuhan sehubungan dengan penderitaan-
penderitaanku, sebab aku menderita sebab kebodohanku
sendiri.” Perhatikanlah, saat umat Tuhan ditindas dan di-
aniaya, sudah sepatutnya mereka mengakui dosa mereka
sendiri sebagai penyebab dari kesusahan-kesusahan mere-
ka, terutama kecerobohan mereka dalam menjaga kebun
anggur mereka, sehingga kebun itu menjadi seperti ladang
seorang pemalas.
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(1:7-11)
7 Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembala-
kan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada
petang hari. sebab mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat
kawanan-kawanan domba teman-temanmu? 8 – Jika engkau tak tahu, hai
jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-
anak kambingmu dekat perkemahan para gembala. 9 – Dengan kuda betina
dari pada kereta-kereta Firaun kuumpamakan engkau, manisku. 10 Moleklah
pipimu di tengah perhiasan-perhiasan dan lehermu di tengah kalung-kalung.
11 Kami akan membuat bagimu perhiasan-perhiasan emas dengan manik-
manik perak.
Di sini ada,
I. Permohonan yang penuh kerendahan hati yang diajukan mem-
pelai wanita kepada kekasihnya, gembala wanita kepada
gembala laki-laki, jemaat dan setiap orang yang percaya kepada
Kristus, untuk memiliki persekutuan yang lebih bebas dan akrab
dengan-Nya. Sang mempelai wanita berpaling dari puteri-
puteri Yerusalem, yang kepada mereka ia sudah mengeluhkan
dosa-dosanya maupun kesusahan-kesusahannya, dan menenga-
dah ke langit untuk meminta kelegaan dan pertolongan atas dosa
dan kesusahannya itu (ay. 7). Di sini amatilah,
1. Panggilan yang diberikannya kepada Kristus: Jantung hatiku.
Perhatikanlah, yaitu tabiat yang tak diragukan lagi dari se-
mua orang yang sungguh-sungguh percaya bahwa jiwa mereka
mencintai Yesus Kristus, yang menyiratkan baik ketulusan
maupun kekuatan cinta mereka. Mereka mencintai-Nya de-
ngan segenap hati mereka. Dan orang-orang yang mencintai-
Nya demikian bisa datang kepada-Nya dengan berani, dan bisa
menyerukan cinta mereka kepada-Nya dengan rendah hati.
2. Pendapatnya tentang gembala laki-laki sebagai gembala yang
baik dari domba-dombanya. Ia tidak ragu bahwa sang gembala
laki-laki menggembalakan dombanya dan membiarkan mereka
berbaring pada petang hari. Yesus Kristus dengan penuh rah-
mat menyediakan baik santapan maupun istirahat bagi dom-
ba-domba-Nya. Mereka tidak kelaparan, namun diberi makan
dengan baik, tidak tersebar di gunung-gunung, namun diberi
makan bersama-sama, makan di padang yang berumput hijau.
Pada siang yang panas mereka dibimbing ke air yang tenang,
dan dibuat berbaring di bawah tempat bernaung yang sejuk
dan menyegarkan. Adakah umat Tuhan saat ini mengalami
siang hari kesusahan lahiriah, dan perseteruan batiniah?
Kitab Kidung Agung 1:7-11
Kristus dapat memberi mereka istirahat. Ia memangku mereka
(Yes. 40:11).
3. Permintaannya kepada gembala laki-laki supaya ia diperboleh-
kan masuk ke dalam kawanannya: Ceriterakanlah kepadaku di
mana kakanda menggembalakan domba. Orang-orang yang
mau diberi tahu, yang mau diajar, apa yang menjadi kepen-
tingan mereka untuk mereka ketahui dan lakukan, harus me-
mohonkannya kepada Yesus Kristus, dan meminta Dia meng-
ajari mereka, memberitahukan mereka. “Ceritakanlah kepada-
ku di mana harus menemukan Engkau, di mana aku dapat
berbincang-bincang dengan-Mu, di mana Engkau menggem-
balakan domba dan menjaga kawanan domba-Mu, supaya di
sana aku bisa mendapat beberapa teman.” Perhatikanlah, kita
tidak boleh, sebab rasa cinta kepada teman-teman kita dan
pertemanan mereka, menggoda mereka atau mendesak mereka
untuk mengabaikan pekerjaan mereka. Sebaliknya, keinginan
kita yaitu bercengkerama dengan mereka tanpa mereka ha-
rus meninggalkan pekerjaan mereka, dan terlebih lagi, harus
bergabung dengan mereka dalam pekerjaan mereka dan mem-
bantu memajukannya. “Ceriterakanlah kepadaku di mana
kakanda menggembalakan domba, maka di sana aku akan
duduk denganmu, berjalan denganmu, memberi makan kawan-
an dombaku bersama kawanan dombamu, dan tidak meng-
ganggumu atau diriku sendiri, namun membawa serta pekerja-
anku.” Perhatikanlah, orang-orang yang jiwanya mencintai
Yesus Kristus, sungguh-sungguh ingin bersekutu dengan-Nya,
melalui firman-Nya yang di dalamnya Ia berbicara kepada kita,
dan melalui doa yang di dalamnya kita berbicara kepada-Nya,
dan berbagi hak-hak istimewa dalam kawanan domba-Nya.
Dan kita dapat belajar dari kepedulian yang Dia berikan ke-
pada jemaat-Nya untuk menyediakan makanan dan istirahat
yang cukup baginya, dan bagaimana mengurus jiwa kita
sendiri, yang merupakan tugas kita.
4. Seruan yang diajukannya untuk menguatkan permintaan ini:
“sebab mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat
(atau yang mengikuti) kawanan-kawanan domba teman-teman-
mu, yang berpura-pura menjadi teman, namun sebenarnya
menjadi para pesaingmu dan lawan-lawanmu.” Perhatikanlah,
berpaling dari Kristus untuk mengejar kekasih-kekasih lain
yaitu apa yang ditakutkan, dan dicela, oleh jiwa-jiwa yang
penuh anugerah, lebih daripada apa pun. “Engkau tidak mau
aku berpaling, tidak, atau menjadi seperti orang yang ber-
paling. Jadi ceritakanlah kepadaku, oh ceritakanlah kepadaku,
di mana aku bisa dekat dengan-Mu, maka aku tidak akan per-
nah meninggalkan-Mu.”
(1) “Mengapa aku akan dicurigai, dan terlihat seolah-olah aku
milik orang lain, dan bukan milik-Mu? Mengapa aku akan
disangka oleh pengembara dekat kawanan-kawanan domba
teman-teman-Mu sebagai orang yang meninggalkan Engkau,
dan menjadi pelayan bagi gembala lain?” Orang-orang Kris-
ten yang baik akan takut memberikan peluang apa saja
kepada orang-orang di sekitar mereka untuk mempertanya-
kan iman mereka akan Kristus dan kasih mereka terhadap-
Nya. Mereka tidak mau melakukan hal-hal yang menam-
pakkan seolah-olah mereka tidak peduli terhadap jiwa
mereka, atau tidak mengasihi saudara-saudara mereka.
Mereka tidak mau menimbulkan kesan seolah tidak acuh
dan tidak suka terhadap ketetapan-ketetapan yang kudus.
Dan kita harus berdoa kepada Tuhan untuk memimpin kita
ke dalam, dan menjaga kita di dalam, jalan kewajiban kita,
supaya kita tidak dianggap ketinggalan (Ibr. 4:1).
(2) “Mengapa aku akan berbaring dalam godaan untuk ber-
paling, seperti yang kulakukan sewaktu aku tidak ada ber-
sama-Mu?” Kita harus bersungguh-sungguh memintakan
kepada Tuhan damai sejahtera yang mantap dalam perseku-
tuan dengan Tuhan melalui Kristus, supaya kita tidak men-
jadi seperti anak-anak yang terlantar dan berkeliaran, yang
kapan saja bisa dibawa pergi oleh orang yang lewat.
II. Jawaban yang penuh rahmat yang diberikan mempelai laki-laki
terhadap permintaan ini (ay. 8). Lihatlah betapa siapnya Tuhan men-
jawab doa, terutama doa-doa untuk meminta pengajaran. Bahkan
sewaktu jemaat sedang berbicara, Ia mendengar. Amatilah,
1. Betapa dengan penuh kasih sayang mempelai laki-laki ber-
bicara kepadanya: Hai jelita di antara wanita! Perhatikanlah,
jiwa-jiwa yang percaya itu tampak jelita di mata Tuhan Yesus,
melebihi yang lain. Kristus melihat kecantikan dalam keku-
Kitab Kidung Agung 1:7-11
dusan, apakah kita melihatnya atau tidak. Mempelai perem-
puan sudah menyebut dirinya sendiri hitam, namun Kristus
menyebutnya jelita. Orang-orang yang rendah menurut pan-
dangan mata mereka sendiri, menjadi semakin jauh menye-
nangkan di mata Yesus Kristus. Malu akan keburukan mereka
sendiri (kata Tn. Durham) yaitu bagian utama dari kecantik-
an mereka.
2. Betapa dengan lembut mempelai laki-laki menegurnya atas
ketidaktahuannya, dalam perkataan ini, jika engkau tak tahu,
yang menyiratkan bahwa ia bisa saja mengetahuinya jika itu
bukan sebab kesalahannya sendiri. Aduh! Masakan engkau
tidak tahu di mana harus mencariku dan kawanan dombaku?
Bandingkan jawaban Kristus terhadap pertanyaan serupa oleh
Filipus (Yoh. 14:9), telah sekian lama Aku bersama-sama
kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? namun ,
3. Betapa dengan lembut mempelai laki-laki memberi tahu dia di
mana ia bisa menemukannya. Jika orang berkata, lihat, Mesias
ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya,
janganlah kamu pergi ke situ (Mat. 24:23, 26). namun ,
(1) Tempuhlah jalan orang baik (Ams. 2:20), ikutilah jejaknya,
tanyakanlah jalan yang baik sejak dulu kala, ikutilah jejak-
jejak domba, dan berjalanlah mengikutinya. Tidak ada
gunanya duduk diam dan berseru, “Tuhan, tunjukkanlah
kepadaku jalannya,” namun kita harus bangkit bertindak
untuk mencari tahu jalan itu. Dan kita dapat menemukan-
nya dengan melihat ke mana jejak-jejak domba menuju,
apa yang sudah menjadi perbuatan orang-orang saleh sela-
ma ini. Dan biarlah perbuatan itu kita lakukan (Ibr. 6:12;
1Kor. 11:1).
(2) Duduklah di bawah bimbingan hamba-hamba Tuhan yang
baik: “Gembalakanlah dirimu sendiri dan anak-anak kam-
bingmu dekat perkemahan para gembala. Bawalah tang-
gunganmu bersamamu” (ada kemungkinan bahwa yang
menjadi kebiasaan pada waktu itu yaitu menyerahkan
domba-domba dan anak-anak kambing kepada kaum pe-
rempuan untuk mereka jaga, yaitu gembala-gembala perem-
puan). “Mereka semua akan disambut. Gembala-gembala
tidak akan menjadi penghalang bagimu, seperti mereka
bagi anak-anak wanita Rehuel (Kel. 2:17), namun justru
akan menjadi penolongmu, dan sebab itu tinggTuhan di per-
kemahan mereka.” Perhatikanlah, orang-orang yang ingin
mengenal dan bersekutu dengan Kristus harus menjalan-
kan ketetapan-ketetapan yang kudus dengan penuh ke-
sungguhan dan kesadaran hati nurani, harus bergabung
dengan umat-Nya dan mendengarkan hamba-hamba-Nya.
Orang-orang yang memiliki anggota keluarga harus mem-
bawa serta keluarga mereka ke perkumpulan-perkumpulan
ibadah. Biarlah anak-anak kambing mereka, anak-anak
mereka, hamba-hamba mereka, mendapat keuntungan dari
perkemahan para gembala.
III. Puji-pujian yang tinggi yang diberikan mempelai laki-laki kepada
pengantinnya. Perkawinan, dalam bahasa Ibrani, berarti dipuji
(Mzm. 78:63, tafsiran yang agak luas), demikian pula mempelai
wanita ini di sini. Suaminya memuji isteri yang cakap ini
(Ams. 31:28). Ia memujinya, seperti yang biasa dalam puisi-puisi,
melalui perumpamaan.
1. Ia menyebutnya manisku (ay. 9). Itu merupakan sebutan sayang
yang sering digunakan dalam kitab ini: “Temanku, kawanku,
karibku.”
2. Ia membandingkannya dengan sebaris kuda betina yang kuat
dan gagah dari pada kereta-kereta Firaun. Mesir terkenal de-
ngan kuda-kuda terbaik. Salomo mendapatkan kuda-kudanya
dari sana. Dan Firaun, tidak diragukan lagi, memiliki kuda-
kuda terpilih yang dapat diberikan negerinya untuk kereta-
keretanya sendiri. Jemaat sudah mengeluhkan kelemahannya
sendiri, dan bahaya yang mengintainya untuk dijadikan mang-
sa oleh musuh-musuhnya: “Jangan takut,” sabda Kristus. “De-
ngan kuda betina kuumpamakan engkau. Aku telah memberi-
kan kekuatan kepadamu seperti yang telah kuberikan kepada
kuda (Ayb. 39:22), sehingga engkau dengan keberanian yang
penuh rahmat akan menertawakan kedahsyatan, dan tidak
pernah kecut hati, seperti singa muda (Ams. 28:1). TUHAN
membuatmu sebagai kuda keagungan-Nya dalam pertempuran
(Za. 10:3). Dengan kuda betina yang menang atas kereta-kereta
Firaun kuumpamakan engkau, yaitu para malaikat kudus,
kuda berapi.” Dengan kuda-Mu, Engkau menginjak laut (Hab.
3:15 dan Yes. 63:13). Kita ini sendiri lemah, namun jika Kristus
Kitab Kidung Agung 1:7-11
menjadikan kita seperti kuda, kuat dan berani, maka kita
tidak perlu takut terhadap apa yang dapat dilakukan semua
kuasa kegelapan kepada kita.
3. Ia mengagumi kecantikan dan perhiasan-perhiasan di wajah-
nya (ay. 10): Moleklah pipimu di tengah perhiasan-perhiasan,
perhiasan kepala, gelung rambut, atau perhiasan kesayangan
(demikian menurut sebagian orang), atau simpul-simpul pita.
Dan lehermu di tengah kalung-kalung, seperti yang dipakai
orang-orang kalangan atas, kalung-kalung emas. Ketetapan-
ketetapan Kristus yaitu perhiasan-perhiasan jemaat. Anuge-
rah-anugerah, pemberian-pemberian, dan penghiburan Roh,
yaitu perhiasan setiap jiwa yang percaya, dan membuatnya
cantik. Semuanya ini membuatnya, dalam pandangan Tuhan ,
sangat berharga. Perhiasan orang-orang kudus banyak jum-
lahnya, namun semuanya tersusun dengan teratur dalam
barisan dan rantaian (KJV), yang di dalamnya ada hubungan
dan kebergantungan satu terhadap yang lain. Kecantikan itu
tidak berasal dari apa saja dalam diri mereka sendiri, dari
leher atau dari pipi, melainkan dari perhiasan-perhiasan yang
dipakaikan kepada mereka. Semarak perhiasan-Ku yang Ku-
berikan kepadamu, demikianlah firman Tuhan Tuhan . Sebab
kita dilahirkan tidak hanya telanjang, namun juga tercemar
(Yeh. 16:14).
IV. Maksud-Nya yang penuh rahmat untuk menambah perhiasan-
perhiasan mempelai wanita . Sebab jika Tuhan sudah
memberikan anugerah yang sejati, maka Ia akan memberikan
lebih banyak lagi anugerah. Siapa yang mempunyai, kepadanya
akan diberi. Adakah jemaat berani dalam melawan dosa, seperti
kuda betina dari pada kereta-kereta Firaun? Adakah ia molek
dalam memakai anugerah yang diterimanya, seperti di tengah
perhiasan-perhiasan dan kalung-kalung? Ia masih akan dipercan-
tik lagi (ay. 11): Kami akan membuat bagimu perhiasan-perhiasan
emas, bertatahkan, atau dilapisi, dengan manik-manik perak. Apa
pun yang kurang akan dipenuhi, sampai jemaat dan setiap orang
percaya menjadi sempurna dalam kecantikan (Yeh. 16:14). Hal ini
di sini dilakukan oleh kuasa yang seiring sejalan dari tiga pribadi
dalam Keilahian: Kami akan melakukannya, seperti dalam Kejadi-
an 1:26, “Baiklah Kita menjadikan manusia. Jadi, marilah Kita
menjadikannya baru, dan menyempurnakan kecantikannya.” Dia
yang menciptakan pekerjaan yang baik, Dia juga yang akan me-
nyelesaikannya. Dan pekerjaan-Nya itu tidak bisa gagal.
Percakapan antara Kristus dan Jemaat-Nya
(1:12-17)
12 – Sementara sang raja duduk pada mejanya, semerbak bau narwastuku.
13 Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku.
14 Bagiku kekasihku setangkai bunga pacar di kebun-kebun anggur En-Gedi.
15 – Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan mer-
pati matamu. 16 – Lihatlah, tampan engkau, kekasihku, sungguh menarik; sung-
guh sejuk petiduran kita. 17 Dari kayu aras balok-balok rumah kita, dari kayu
eru papan dinding-dinding kita.
Di sini percakapan dilanjutkan antara Kristus dan mempelai-Nya,
dan rasa sayang diberikan satu terhadap yang lain.
I. Orang-orang percaya merasakan kepuasan yang besar dalam
Kristus, dan dalam bersekutu dengan-Nya. Bagi kamu, yang per-
caya, Ia mahal, mengatasi apa saja di dunia ini (1Ptr. 2:7).
Amatilah,
1. Penghormatan yang penuh kerendahan hati dari orang-orang
percaya kepada Kristus sebagai Penguasa mereka yang ber-
daulat (ay. 12). Dia yaitu Raja, penuh kemuliaan dan kuasa.
Ia memakai mahkota kehormatan, Ia memegang tongkat
kekuasaan, yang keduanya memberikan kepuasan yang tak
terucapkan kepada semua umat-Nya. Raja ini membentangkan
meja perjamuan rajawi-Nya di dalam Injil, di mana disediakan
bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan
yang bergemuk (Yes. 25:6). Hikmat telah menyediakan hidang-
annya (Ams. 9:2). Ia duduk pada meja ini untuk bertemu
dengan tamu-tamu-Nya (Mat. 22:11), untuk memastikan bah-
wa mereka tidak kekurangan suatu apa pun yang pantas
untuk mereka. Ia makan bersama-sama dengan mereka, dan
mereka bersama-sama dengan Dia (Why. 3:20). Ia bersekutu
dengan mereka dan bersukacita dalam mereka. Ia duduk pada
meja-Nya untuk menyambut mereka, dan mengiris-iris daging
santapan bagi mereka, seperti Kristus memecah-mecahkan
lima roti dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, su-
paya mereka membagi-bagikannya kepada orang banyak. Ia
Kitab Kidung Agung 1:12-17
duduk di sana untuk menerima permohonan-permohonan,
seperti Ahasyweros menerima permohonan Ester sementara
minum anggur. Ia telah berjanji untuk selalu hadir bersama
umat-Nya dalam ketetapan-ketetapan-Nya. Pada saat itu
orang-orang percaya memberikan kepada-Nya segala penghor-
matan yang dapat mereka berikan, dan berusaha mengung-
kapkan penghargaan mereka terhadap-Nya dan rasa syukur
mereka kepada-Nya. Seperti yang dilakukan Maria Magdalena
saat ia mengurapi kepala Kristus dengan minyak narwastu
yang mahal harganya, yang setengah katinya bernilai tiga
ratus dinar, dan begitu harum hingga bau minyak semerbak di
seluruh rumah itu (Yoh. 12:3). Cerita itu tampak seolah-olah
dirancang untuk merujuk pada bacaan ini, sebab pada waktu
itu Kristus sedang duduk pada meja. jika orang-orang
Kristen yang baik, dalam kewajiban ibadah apa pun, terutama
dalam upacara perjamuan Tuhan, di mana Raja seolah-olah
berkenan untuk duduk bersama kita pada meja-Nya sendiri,
pada saat itulah minyak narwastu bau semerbak. Di situ
anugerah-anugerah yang mereka terima diterapkan, hati mere-
ka hancur oleh pertobatan, disembuhkan oleh iman, dan
dinyalakan oleh kasih dan keinginan-keinginan yang kudus
terhadap Kristus, dengan harapan-harapan yang penuh suka-
cita akan kemuliaan yang akan disingkapkan. Kristus senang
memandang diri-Nya dihormati dengan semuanya ini, dan
menerimanya sebagai tindakan penghormatan kepada-Nya. Ini
sama seperti yang diperbuat orang-orang bijak dari timur,
yang memberikan penghormatan mereka kepada Raja orang
Yahudi yang baru lahir dengan menghadiahkan kepada-Nya
kemenyan dan mur. Anugerah-anugerah Roh Tuhan dalam hati
orang-orang percaya luar biasa berharganya dan menyenang-
kan bagi Kristus. Hadirat-Nya dalam ketetapan-ketetapan iba-
dah membangkitkan hati orang-orang percaya untuk bertin-
dak dan menerapkan iman mereka. Jika Ia menarik diri, maka
anugerah-anugerah menjadi layu dan terkulai, seperti tanam-
an kalau tidak ada matahari. Jika Ia datang mendekat, maka
wajah jiwa diperbaharui, seperti bumi di musim semi. Dan itu-
lah saatnya kita bangkit bergerak, supaya kita tidak kehilang-
an pancarannya, tidak kehilangan angin sepoi-sepoi. Sebab
tidak ada yang dilakukan bisa berkenan, selain yang dilaku-
kan oleh anugerah (Ibr. 12:28).
2. Kasih sayang mereka yang kuat terhadap Kristus sebagai
kekasih mereka, kekasih mereka yang tercinta (ay. 13, KJV).
Kristus bukan hanya kekasih bagi semua jiwa yang percaya,
namun juga kekasih mereka yang tercinta, kekasih pujaan hati,
kekasih satu-satunya. Ia memiliki tempat dalam hati mereka
yang tidak bisa dimasuki oleh saingan lain, dalam lubuk hati
yang terdalam. Amatilah,
(1) Bagaimana Kristus dipandang oleh semua orang percaya:
Dia yaitu sebungkus mur dan setangkai bunga pacar, se-
suatu yang, kita bisa yakin, bahkan mencakup segala se-
suatu yang menyenangkan dan menyukakan. Ajaran Injil-
Nya, dan penghiburan-penghiburan Roh-Nya, sangat me-
nyegarkan bagi mereka, dan mereka beristirahat dalam
kasih-Nya. Tak satu pun dari semua kenikmatan inderawi
dapat dibandingkan dengan kesenangan rohani yang mere-
ka rasakan dalam merenungkan Kristus dan menikmati-
Nya. Ada berlapis-lapis rasa manis dalam Kristus, dan ber-
limpah rasanya. Ada sebungkus mur dan setangkai bunga
pacar. Kita tidak merasa sesak di dalam Dia yang mempu-
nyai seluruh kepenuhan. Kata yang diterjemahkan sebagai
bunga pacar yaitu copher, kata yang sama yang menanda-
kan penebusan atau pendamaian. Kristus yaitu setangkai
jasa kebaikan dan kebenaran bagi semua orang percaya.
Itulah mengapa Ia disayangi mereka, sebab Ia yaitu
pendamaian untuk segala dosa mereka. Amatilah bagai-
mana mempelai wanita menegaskan perasaannya itu:
Dia yaitu bagiku, dan sekali lagi bagiku, segala sesuatu
yang manis. Tak peduli anggapan orang lain terhadap Dia,
Ia demikian bagiku. Ia telah mengasihi aku dan menyerah-
kan diri-Nya untuk aku. Ia yaitu Tuhanku dan Tuhan ku.
(2) Bagaimana Ia diterima: Ia tersisip di antara buah dadaku
(KJV: Ia akan terbaring sepanjang malam di antara buah
dadaku), dekat di hatiku. Kristus menyandarkan murid-
murid yang dikasihi-Nya di dada-Nya. Jadi mengapa mere-
ka tidak menyandarkan Juruselamat mereka yang terkasih
di dada mereka? Mengapa mereka tidak memeluk-Nya
dengan kedua tangan mereka, dan memegang-Nya erat-
Kitab Kidung Agung 1:12-17
erat, dengan tekad untuk tidak pernah melepaskan-Nya?
Kristus harus diam di dalam hati (Ef. 3:17), dan, supaya itu
terjadi, perzinahan-perzinahan harus dijauhkan dari antara
buah dada (Hos. 2:1), pengaku iman yang palsu tidak boleh
mendapat tempat di dalam jiwa. Kristus akan menjadi
seperti sebungkus mur, atau botol minyak wangi, di antara
buah dadaku, selalu manis bagiku. Atau potret-Nya, tanda-
tanda cinta-Nya, akan tergantung di antara buah dadaku,
sesuai kebiasaan pasangan kekasih yang saling menya-
yangi. Ia tidak hanya akan dibaringkan buah dadaku un-
tuk sementara waktu saja, namun akan berbaring di sana,
akan berdiam di sana.
II. Yesus Kristus merasakan kepuasan yang besar dalam jemaat-Nya
dan dalam setiap orang yang sungguh-sungguh percaya. Mereka
menyenangkan di mata-Nya (ay. 15): Lihatlah, cantik engkau,
manisku. Dan lagi, sungguh cantik engkau. Ia mengatakan ini,
bukan untuk membuatnya sombong (kerendahan hati yaitu satu
unsur utama dalam kecantikan rohani), namun ,
1. Untuk menunjukkan bahwa ada kecantikan yang nyata dalam
kekudusan, bahwa semua orang yang dikuduskan, sekaligus
juga dipercantik. Mereka benar-benar manis.
2. Bahwa Ia merasakan kepuasan yang besar dalam pekerjaan
baik yang telah dikerjakan anugerah-Nya dalam jiwa orang-
orang percaya. Jadi, walaupun mereka mempunyai kelemah-
an-kelemahan, dan tidak peduli apa pun yang mereka pikirkan
tentang diri mereka sendiri, dan yang dipikirkan dunia tentang
mereka, dalam pandangan-Nya mereka itu manis. Ia menyebut
mereka teman. Manusia batiniah yang tersembunyi dengan
perhiasan yang tidak binasa, sangat berharga di mata Tuhan
(1Ptr. 3:4).
3. Untuk menghibur orang-orang percaya yang lemah, yang men-
jadi kecil hati oleh kehitaman mereka sendiri. Hendaklah
mereka diberi tahu lagi dan lagi bahwa mereka manis.
4. Untuk mengajak semua orang yang dikuduskan supaya ber-
syukur atas anugerah yang telah membuat mereka manis.
Sebab, menurut kodrat, mereka sudah menjadi buruk dan
kulit mereka berubah hitam. Satu contoh dari kecantikan
mempelai wanita disebutkan di sini, bahwa matanya ba-
gaikan merpati (4:1). Sungguh manis, dalam pandangan
Kristus, orang-orang yang memiliki, bukan mata yang menu-
suk seperti rajawali, melainkan mata yang murni dan polos
seperti burung merpati. Tidak seperti elang, yang, saat
melambung ke atas, matanya masih tertuju pada mangsanya
di bumi, melainkan mata yang merendah dan bersahaja, mata
yang menyingkapkan kesederhanaan dan ketulusan yang
saleh, dan kemurnian seperti burung merpati. Mata yang telah
dicerahkan dan dibimbing oleh Roh Kudus, Merpati yang
terpuji itu, mata yang menangis. Aku mengerang seperti bu-
rung perkutut (Yeh. 7:16, KJV: merpati).
III. Jemaat mengungkapkan betapa Kristus bernilai baginya, dan
membalas penghargaan mereka kepada Kristus (ay. 16): Lihatlah,
tampan engkau. Lihatlah bagaimana Kristus dan orang-orang per-
caya saling memuji. Israel berkata tentang Tuhan , siapakah yang
seperti Engkau? (Kel. 15:11). Dan Tuhan berkata tentang Israel,
siapakah yang sama dengan engkau? (Ul. 33:29). Tuhan, kata
jemaat, “Adakah Engkau menyebutku cantik? Tidak, jika kita ber-
bicara tentang kekuatan, Engkaulah yang mempunyai kekuatan
(Ayb. 9:19), demikian pula, jika berbicara tentang keindahan,
Engkau tampan. Aku tidak cantik seandainya gambar-Mu tidak
dicapkan padaku. Engkaulah yang Aslinya. Aku hanyalah salinan
yang kabur dan tidak sempurna, aku hanyalah umbra-Mu –
bayangan-Mu (Yoh. 1:16; 3:34). Engkau tampan dalam diri-Mu
sendiri dan Engkau menarik bagi semua orang yang menjadi
milik-Mu. Banyak orang indah dipandang mata, namun masam-
nya perangai mereka membuat mereka tidak menyenangkan.
namun tampan engkau, sungguh menarik.” Kristus itu menyenang-
kan, sebab Dia yaitu milik kita, mengikat perjanjian dengan
kita, ada hubungan dengan kita. “Engkau menyenangkan seka-
rang, saat sang Raja duduk pada meja-Nya.” Kristus selalu ber-
harga bagi orang-orang percaya, namun Ia secara istimewa menye-
nangkan saat mereka diperbolehkan bersekutu dengan-Nya,
saat mereka mendengar suara-Nya, melihat wajah-Nya, dan me-
ngecap kasih-Nya. Betapa bahagianya kami berada di tempat ini.
sesudah mengungkapkan penghargaannya terhadap pribadi sua-
minya, selanjutnya si mempelai wanita , seperti seorang keka-
sih yang penuh rasa cinta, yang hanyut oleh sukacita sebab
Kitab Kidung Agung 1:12-17
sudah mengungkapkan isi hatinya yang terdalam, memuji tempat
tinggal suaminya untuk menghiburnya, yaitu petidurannya, ru-
mahnya, dinding-dindingnya atau serambi-serambinya (ay. 16).
Hal ini cocok untuk dikaitkan pada ketetapan-ketetapan kudus
yang di dalamnya orang-orang percaya bersekutu dengan Yesus
Kristus, menerima tanda-tanda cinta-Nya dan membalas segala
perasaan kasih mereka yang saleh dan taat kepada-Nya. Dengan
semua ketatapan itu pula mereka memperdalam pengenalan me-
reka akan Dia, dan memanfaatkan keuntungan-keuntungan yang
mereka peroleh melalui Dia. Nah,
1. Semua ketetapan saleh itu disebut sang mempelai wanita
sebagai milik kita, sebab Kristus dan orang-orang percaya
mempunyai kepentingan bersama di dalamnya. Sama seperti
suami istri yaitu teman pewaris (1Ptr. 3:7), demikian pula
orang-orang percaya yaitu ahli waris bersama-sama dengan
Kristus (Rm. 8:17). Semuanya itu yaitu ketetapan-ketetapan-
Nya dan hak-hak istimewa mereka. Di dalamnya Kristus dan
orang-orang percaya bertemu. Sang mempelai wanita ,
atau jemaat, tidak menyebut semua itu sebagai milikku, sebab
orang percaya tidak akan mengakui apa pun sebagai miliknya
selain apa yang di dalamnya Kristus akan memiliki kepenting-
an. Mereka juga tidak menyebut itu milik-Mu, sebab Kristus te-
lah berkata, segala kepunyaan-Ku yaitu kepunyaanmu (Luk.
15:31). Semuanya yaitu milik kita jika kita milik Kristus.
Orang-orang yang meletakkan imannya pada Kristus, dapat
menuntut segala sesuatu yang merupakan kepunyaan-Nya.
2. Tempat tinggal-Nya atau semua ketetapan-Nya itu yaitu yang
terbaik dari jenisnya. Adakah warna tempat tidurnya, dan
perabotan yang menjadi bagiannya, membantu mempercantik-
nya? Sungguh sejuk petiduran kita (KJV: petiduran kita hijau).
Warna hijau yaitu warna yang, dalam kehidupan gembala,
lebih disukai daripada warna-warna yang lain, sebab itu
yaitu warna padang rumput dan kebun yang di dalamnya
gembala bekerja dan bersuka. Itu yaitu warna yang menye-
garkan, baik untuk mata. Dan warna itu menandakan kesu-
buran. Aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau (Mzm.
52:10). Kita menjadi milik Kristus, agar kita berbuah bagi Tuhan
(Rm. 7:4). Dari kayu aras balok-balok rumah kita (ay. 17), yang
mungkin merujuk pada bait Salomo yang belum lama ini di-
bangun untuk persekutuan antara Tuhan dan Israel, yang
terbuat dari kayu aras, jenis kayu yang kuat, manis, tahan
lama, dan tidak akan pernah busuk, yang melambangkan ke-
teguhan dan keberlangsungan jemaat, Bait Suci Injil. Serambi-
serambi tempat orang berjalan terbuat dari kayu eru, atau
cemara, sejenis kayu yang menyenangkan saat dilihat dan ha-
rum dicium, yang menyiratkan kesukaan yang dirasakan orang-
orang kudus dalam berjalan bersama Kristus dan bercakap-
cakap dengan-Nya. Segala sesuatu dalam perjanjian anugerah
(yang di atas dasarnya semua persepakatan mereka diteruskan)
sangat teguh, sangat bagus, dan sangat harum.
PASAL 2
Dalam pasal ini,
I. Kristus berbicara mengenai diri-Nya dan jemaat-Nya (ay. 1-2)
II. Jemaat berbicara,
1. Mengingat kesenangan dan kepuasan yang ia peroleh
dalam persekutuan dengan Kristus (ay. 3-4)
2. Menghibur dirinya dengan tanda-tanda perkenanan-Nya
dan menjaga agar tidak ada yang mengganggu perkenan-
an-Nya itu (ay.5-7)
3. Menyambut dengan gembira ria kedatangan-Nya menuju
mereka (ay. 8-9)
4. Mengulang semua panggilan-Nya yang ramah untuk ber-
jalan bersama-sama, diajak oleh kegembiraan akan kem-
balinya musim semi (ay. 10-13), untuk keluar dari persem-
bunyiannya (ay. 14), dan oleh perintah-Nya kepada para
pelayan untuk membinasakan apa yang merusak kebun
anggurnya (ay. 15).
5. Bergirang dengan kepentingannya di dalam Dia (ay. 16)
6. Rindu akan kedatangan-Nya (ay. 17). Mereka yang hatinya
dipenuhi cinta kepada Kristus, dan pengharapan akan sor-
ga, paling memahami hal-hal ini.
Kristus Sang Bunga Mawar dari Saron
(2:1-2)
1 Bunga mawar dari Saron aku, bunga bakung di lembah-lembah. 2 Seperti
bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis.
Perhatikan ayat-ayat ini,
I. Dengan apa Kristus membandingkan dirinya dengan begitu se-
nang. Dan Ia tampak unggul dalam perbandingan itu. Ia yang
yaitu Anak Tuhan yang Maha Tinggi, bintang timur yang gilang-
gemilang, menyebut dan mengakui diri-Nya bunga mawar dari
Saron, bunga bakung di lembah-lembah. Perbandingan ini Ia laku-
kan untuk menyatakan kehadiran-Nya di antara umat-Nya di
dunia ini, bahwa mereka bisa datang kepada-Nya dengan mudah,
dan akan menemukan keindahan dan kesenangan di dalam Dia.
Dengan ini pula Ia hendak mengajar mereka untuk berhias diri
dengan diri-Nya, layaknya para gembala pria dan wanita yang
saat bersukaria, berhiaskan bunga mawar, bunga bakung,
karangan dan rangkaian bunga. Bunga mawar, sebab keindahan
dan keharumannya, yaitu yang terutama dari segala bunga, dan
Juruselamat kita lebih memilih pakaian bunga bakung dibanding
Salomo dalam segala kemegahannya. Kristus ialah bunga mawar
dari Saron, tempat di mana bunga mawar terbaik mungkin tum-
buh di situ dengan melimpah-limpah, bunga mawar di padang
(demikian sebagian orang menafsirkannya), yang melambangkan
bahwa keselamatan Injil ialah keselamatan bagi semua orang.
Bunga itu terbuka untuk semua. Barangsiapa mau, boleh datang
dan mengumpulkan kuncup-kuncup mawar hak istimewa dan
penghiburan yang tumbuh dalam kovenan anugerah. Kristus
bukan bunga mawar yang terkunci di dalam kebun. Sebaliknya,
semua orang bisa datang dan mendapat keuntungan dari-Nya dan
penghiburan di dalam Dia. Ia yaitu bunga bakung sebab putih-
nya, bunga bakung di padang sebab indahnya, sebab bunga-
bunga yang kita sebut demikian biasanya menghasilkan bau
harum semerbak. Ia yaitu bunga bakung di padang atau tempat
yang rendah, sebab Ia merendahkan diri-Nya, menjadi rentan
untuk terluka. Jiwa yang rendah hati melihat keindahan tertinggi
di dalam Dia. Apa pun Dia di mata orang lain, bagi orang-orang
yang berada di padang (KJV: di lembah), Ia yaitu bunga bakung.
Ia yaitu bunga mawar, bunga bakung, tidak ada yang lain.
Segala keunggulan yang ada di dalam Kristus, itu hanya ada di
dalam Dia, dan ada dalam derajatnya yang tertinggi.
Kitab Kidung Agung 2:1-2
II. Dengan apa Kristus senang membandingkan jemaat-Nya (ay. 2).
1. Ia seperti sekuntum bunga bakung. Kristus sendiri yaitu
Sang Bunga Bakung (ay. 1), sedangkan jemaat bagaikan bunga
bakung. Keindahan orang-orang percaya terletak pada kesela-
rasannya dan keserupaannya dengan Yesus Kristus. Jemaat
yaitu cinta-Nya, demikianlah mereka seperti bunga bakung,
sebab siapa yang dijadikan serupa dengan Kristus, di dalam
hatinya kasih-Nya telah dicurahkan.
2. Seperti bunga bakung di antara duri-duri, seperti bunga bakung
dibandingkan dengan duri-duri. Jemaat Kristus jauh melam-
paui segala kumpulan manusia lainnya, seperti hamparan
bunga mawar melampaui semak duri. Seperti sekuntum bunga
bakung yang dikelilingi duri-duri. Si jahat, gadis-gadis dari
dunia ini, yang tidak memiliki cinta kepada Kristus, bagaikan
duri-duri, tidak bernilai dan tidak berguna, tidak ada manfaat-
nya kecuali untuk mengisi celah. Bahkan, mereka merugikan
dan melukai. Mereka datang bersama dosa dan merupakan
buah kutukan. Mereka mengimpit benih yang baik, dan meng-
halangi buah yang baik, dan berakhir dengan pembakaran.
Umat Tuhan bagaikan bunga bakung di antara duri-duri,
tergores dan robek, dibayangi dan ditutupi olehnya. Mereka
dikasihi Kristus, namun tetap terpapar terhadap kesulitan dan
permasalahan di dunia. namun mereka harus sadar itu dan
harus menantikan kesulitan, sebab mereka ditanam di tengah-
tengah duri (Yeh. 2:6), namun mereka tetap dikasihi-Nya. Ia
tidak merendahkan atau meremehkan satupun bunga bakung-
Nya sebab berada di tengah-tengah duri. saat berada di
tengah-tengah duri, mereka harus tetap menjadi seperti bunga
bakung, harus tetap memelihara ketidakbercelaan dan kemur-
nian mereka. Dan meskipun mereka berada di tengah-tengah
duri, mereka tidak boleh berubah menjadi duri-duri, tidak
boleh membalas caci maki dengan caci maki. Lalu, jika
mereka terus memelihara sifat mereka itu, maka mereka akan
tetap diakui serupa dengan Kristus. Anugerah di dalam jiwa
yaitu seperti bunga bakung di antara duri-duri, sementara
kebobrokan yaitu duri di dalam daging (2Kor. 12:7), seperti
orang Kanaan bagi bangsa Israel Tuhan (Yos. 23:13). namun
bunga bakung yang sekarang berada di tengah-tengah duri
akan segera dicabut keluar dari padang gurun ini ke dalam
firdaus di mana tidak ada duri yang menusuk atau onak yang
memedihkan (Yeh. 28:24).
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(2:3-7)
3 Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku
di antara teruna-teruna. Di bawah naungannya aku ingin duduk, buahnya
manis bagi langit-langitku. 4 Telah dibawanya aku ke rumah pesta, dan
panjinya di atasku yaitu cinta. 5 Kuatkanlah aku dengan penganan kismis,
segarkanlah aku dengan buah apel, sebab sakit asmara aku. 6 Tangan kiri-
nya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku. 7 Kusumpahi
kamu, puteri-puteri Yerusalem, demi kijang-kijang atau demi rusa-rusa
betina di padang: jangan kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta
sebelum diingininya!
Di sini,
I. Sang mempelai wanita memuji kekasihnya dan lebih memi-
lihnya dibanding orang lain: Seperti pohon apel di antara pohon-
pohon di hutan, yang mungkin tumbuh tidak setinggi dan tidak
serindang pohon-pohon lainnya, namun berguna dan bermanfaat
bagi manusia. Ia menghasilkan buah yang bermanfaat dan menye-
nangkan, sementara pohon-pohon lainnya tidak terlalu berguna,
tidak, bahkan pohon aras sekalipun, sampai mereka ditebang.
Demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna, jauh melebihi
mereka semua, yaitu semua teruna-teruna Tuhan , para malaikat
(nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah daripada
nama mereka, Ibr. 1:4), teruna-teruna manusia. Ia lebih elok dari
mereka semua, terelok di antara anak-anak manusia (Mzm. 45:3).
Sebutkan makhluk apa saja, dan engkau akan mendapati bahwa
Kristus lebih unggul dari mereka semua. Dunia ini yaitu pohon
yang mandul bagi jiwa. Kristuslah yang subur dan berbuah.
II. Ia mengingat penghiburan melimpah yang dialaminya selama
bersekutu dengan-Nya: Ia ingin duduk di dekatnya, layaknya para
gembala duduk-duduk untuk beristirahat di bawah pohon sambil
bercakap-cakap. Manfaat ganda yang ia dapatkan dari duduk di
dekat Tuhan Yesus:
1. Keteduhan yang menyejukkan: di bawah naungannya aku
duduk, dilindungi-Nya dari terik panas matahari, disejukkan
Kitab Kidung Agung 2:3-7
dan mendapat kelegaan. Kristus bagi orang-orang percaya ba-
gaikan naungan pohon besar, bahkan, seperti naungan batu
yang besar, di tanah yang tandus (Yes. 32:2; 25:4). saat jiwa
yang malang kering dengan tuduhan dosa dan kengerian
hukum, seperti Daud (Mzm. 32:4), saat penat dengan perma-
salahan dunia ini, seperti Elia saat ia duduk di bawah
sebuah pohon arar (1Raj. 19:4), ia mendapatkan di dalam Kris-
tus, di dalam nama-Nya, segala anugerah-Nya, penghiburan-
Nya, dan karya-Nya bagi para pendosa yang malang, yang
menyegarkan mereka dan mencegah mereka pingsan. Mereka
yang letih lesu dan berbeban berat akan mendapatkan kelega-
an di dalam Kristus. Tidak cukup jika kita hanya berjalan
melewati naungan ini, namun kita juga harus duduk di bawah-
nya (di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya). Maka
kita akan mendapatinya tidak seperti pohon jarak Yunus, yang
sebentar saja mati dan meninggalkannya di bawah panas
terik, secara rohani maupun jasmani, namun seperti pohon
kehidupan, yang daunnya tidak hanya menjadi tempat ber-
naung, namun juga bermanfaat untuk penyembuhan bangsa-
bangsa. Kita harus duduk di bawah naungannya, harus
percaya penuh kepada perlindungannya (seperti Hak. 9:15),
dan mendapatkan kepuasan penuh dari kesejukannya. Namun
tidak hanya itu:
2. Di bawah pohon ini ada makanan yang menyukakan dan
menyehatkan. Pohon ini menjatuhkan buahnya kepada orang
yang duduk di bawah naungannya, dan buah-bua