an dan
gerakannya. Demikianlah, jemaat tampak elok di mata Kristus
saat sendi-sendi itu dijaga tetap kuat oleh kasih yang kudus
dan kesatuan, dan juga oleh persekutuan orang-orang kudus.
Saat orang percaya mengerjakan agamanya dengan dasar-dasar
yang benar, teguh dan bersahaja dalam seluruh pembicara-
annya, dan siap sedia melakukan setiap kewajibannya pada
waktu dan tempatnya, maka sendi-sendinya seperti perhiasan.
3. Pusarnya di sini diibaratkan seperti cawan atau piala yang
bulat, yang tak kekurangan anggur campur apa pun yang
diharapkan orang akan ada di dalamnya, seperti piala Daud
yang penuh meluap (Mzm. 23:5). Pusar itu bagus bentuknya,
tidak seperti bayi menyedihkan yang tidak dipotong pusatnya
(Yeh. 16:4). Takut akan Tuhan dikatakan akan menjadi kesem-
buhan pada pusar (Ams. 3:8, KJV). saat jiwa tak kekurangan
takut akan Tuhan, maka pusarnya tak kekurangan anggur
campur.
4. Perutnya bagaikan timbunan gandum di dalam lumbung, yang
mungkin kadang-kadang, supaya indah dipandang, dihiasi
dengan bunga-bunga. Gandumnya bermanfaat, bunga-bunga
bakungnya indah. Inilah gambaran segala yang ada dalam
jemaat bagi anggota tubuh jemaat itu, entah untuk kegunaan-
nya, atau sebagai perhiasan. Seluruh tubuh diberi gizi dari
perut. Hal ini menggambarkan kesejahteraan rohani seorang
percaya dan kondisi kesehatan jiwanya, bahwa semua berada
dalam keadaan yang baik.
5. Buah dadanya seperti dua anak rusa, seperti anak kembar
kijang (ay. 3). Di dada penghiburan jemaat, orang-orang men-
dapat penghiburan, yaitu mereka yang lahir dari rahimnya
(Yes. 46:3). Dan melalui pusarnya, mereka mendapatkan ma-
kanan di dalam rahim. Kiasan perbandingan ini sudah kita
jumpai sebelumnya (4:5).
6. Lehernya, yang sebelumnya diibaratkan sebagai menara Daud
(4:4), di sini diibaratkan sebagai menara gading, begitu putih,
begitu berharga. Seperti itulah iman orang-orang kudus yang
menghubungkan mereka dengan Kristus kepala mereka. Nama
Tuhan, yang dipakai dengan iman, bagi orang-orang kudus
seperti menara yang kuat dan tidak tertembus.
7. Matanya diibaratkan bagai telaga di Hesybon, atau bagai
kolam buatan, dekat pintu gerbang, entah di Yerusalem atau
di Hesybon, yang disebut Batrabim, yang berarti putri banyak
orang, sebab adanya jalan utama yang besar. Pengertian,
iktikad seorang percaya, bersih dan jernih seperti telaga ini.
Matanya, yang meratapi dosa, seperti pancuran (Yer. 9:1), dan
elok bagi Kristus.
8. Hidungnya seperti menara di gunung Libanon, dahinya atau
wajahnya diteguhkan seperti keteguhan gunung batu (Yes.
Kitab Kidung Agung 7:1-9
50:7), tidak gentar, seperti menara yang tidak tertembus itu.
Jadi, kiasan ini melambangkan keluhuran budi dan keberani-
an kudus jemaat, atau (seperti tafsiran lain) kecakapan rohani
jemaat dalam mencerna hal-hal yang berbeda, seperti binatang
secara unik membedakan berdasarkan bau. Menara ini meng-
hadap ke kota Damsyik, ibu kota Siria, yang menggambarkan
keberanian jemaat dalam menghadapi musuh tanpa takut
kepadanya.
9. Kepalanya seperti bukit Karmel, bukit yang sangat tinggi di
dekat laut (ay. 5). Kepala orang percaya ditegakkan mengatasi
musuh-musuhnya (Mzm. 27:6), mengatasi badai dari daerah
yang lebih rendah, sama seperti puncak Karmel, mengarah ke
sorga. Semakin jauh kita mengatasi dunia ini, semakin dekat
kita dengan sorga, dan semakin aman dan tenteram kita kare-
nanya, semakin memesona kita dalam pandangan Tuhan Yesus.
10. Rambut kepalanya dikatakan merah lembayung (ungu – pen.).
Hal ini menunjukkan bahwa di mata kristus, seorang percaya
memikat dalam segala hal, bahkan sampai ke rambutnya, atau
(seperti beberapa penafsir mengartikannya) jepitan-jepitan yang
menghiasi rambutnya. Beberapa penafsir mengartikan kepala-
nya dan rambutnya sebagai pemimpin-pemimpin jemaat, yang,
jika mereka melakukan kewajibannya dengan cermat, sa-
ngat menambah keelokan jemaat. Kepalanya seperti kirmizi (de-
mikian beberapa penafsir membacanya) dan rambutnya merah
lembayung, dua warna yang dipakai oleh orang-orang besar.
II. Kepuasan yang diperoleh Kristus dalam jemaat-Nya yang sedemi-
kian didandani dan dihiasi. Jemaat memang sangat indah jika ia
demikian adanya di mata Kristus. Dengan mengatakan bahwa
jemaat itu elok, maka kasih Kristus-lah yang membuat keelokan
ini benar-benar berharga, sebab Kristus yaitu hakim yang tidak
mungkin salah.
1. Kristus sangat senang memandang jemaat-Nya, dan berbicara
dengan dia. Dia bersuka akan bagian bumi-Nya yang ditempati
jemaat: raja tertawan dalam serambi-serambinya (ay. 5, KJV),
dan tidak dapat meninggalkannya. Kiasan ini dijelaskan dalam
Mazmur 132:13-14, TUHAN telah memilih Sion, dengan ber-
kata, inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku
hendak diam, dan dalam Mazmur 147:11, TUHAN senang ke-
pada orang-orang yang takut akan Dia. Dan, jika Kristus begitu
bersuka akan serambi-serambi persekutuan dengan umat-Nya,
maka lebih banyak lagi alasan bagi umat-Nya untuk menyukai
serambi-serambi itu, dan untuk mengakui bahwa satu hari di
sana lebih baik dari pada seribu hari.
2. Kristus bahkan terkagum-kagum dengan keindahan jemaat-Nya
(ay. 6): Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta! Betapa
engkau dibuat menjadi cantik! (demikianlah arti perkataan ini),
“bukan terlahir cantik, namun dibuat menjadi cantik oleh keelok-
an yang Kuberikan kepadamu.” Kekudusan yaitu kecantikan
yang tidak terlukiskan. Tuhan Yesus sangat disenangkan oleh-
nya. Dari luar, kekudusan itu cantik. Dari dalam, kekudusan
itu menyenangkan dan sangat membahagiakan, dan kepuasan
yang Kristus dapatkan di dalamnya tidak terungkapkan. Hai
yang paling Kusayangi di antara segala yang disenangi! Demi-
kianlah beberapa penafsir membacanya.
3. Kristus memutuskan untuk menjaga persekutuan dengan
jemaat-Nya.
(1) Untuk memegangnya seperti memegang gugusan-gugusan
pohon korma. Kristus mengibaratkan sosok tubuh jemaat
bagaikan pohon korma (ay. 7), begitu lurus, begitu kuat,
demikianlah tampaknya saat jemaat dipandang sebagai
satu tubuh yang seimbang segala bagiannya. Pohon korma
terlihat paling subur saat pohon itu penuh dibebani dengan
buah-buahnya. Demikian pula halnya dengan jemaat,
semakin ditindas, semakin berlipat ganda jumlahnya. Dan
cabang-cabangnya yaitu pelambang kemenangan. Kristus
berkata, “Aku ingin memanjat pohon korma itu, untuk
menggembirakan diriku dengan bayangannya (ay. 8) dan
Aku akan memegang gugusan-gugusannya serta mengamati
keindahannya.” Perkataan yang diucapkan Kristus pasti
akan dilakukan-Nya, demi umat-Nya. Kita boleh yakin bah-
wa Dia pasti melakukannya, sebab rencana-Nya yang baik
tidak akan pernah jatuh ke tanah dengan sia-sia. Dan, jika
Kristus memegang gugusan-gugusan jemaat-Nya, segera
memegang cabang-cabangnya, saat cabang-cabang itu
masih muda dan lembut, Dia akan tetap memegangnya dan
tidak akan melepaskannya.
Kitab Kidung Agung 7:1-9
(2) Menyegarkan diri-Nya dengan buah-buah jemaat. Kristus
mengibaratkan buah dadanya (yaitu kasihnya yang saleh
kepada Kristus) bagai gugusan anggur (ay. 7, KJV), buah
yang paling lezat. Dan Kristus mengulanginya (ay. 8): Buah
dadamu (yaitu , buah dadamu bagi-Ku) seperti gugusan
anggur yang menyukakan hati. “sebab kini Aku memanjat
pohon korma itu, budi luhurmu akan makin terlihat dan
terangkat.” Kehadiran Kristus bersama umat-Nya menyala-
kan api sorga yang kudus dalam jiwa mereka sehingga
buah dada mereka seperti gugusan anggur, minuman ang-
gur yang manis bagi mereka sendiri dan berkenan bagi-
Nya. Dan, sebab Tuhan , pada mulanya, menghembuskan
nafas hidup ke dalam hidungnya, dan masih mengembus-
kan nafas kehidupan yang baru, nafas hidung mereka se-
perti buah apel, atau jeruk, yang menyenangkan dan me-
nyegarkan. TUHAN mencium persembahan Nuh yang harum
(Kej. 8:21). Dan, terakhir, langit-langit mulutnya bagaikan
anggur terbaik (ay. 9, KJV). Selera dan cita rasa rohaninya,
atau perkataannya mengenai Tuhan dan manusia, yang
bukan berasal dari gigi-giginya yang berada di luar, namun
dari langit-langit mulutnya, berkenan kepada Tuhan . Doa
orang jujur dikenan-Nya. Dan, saat orang-orang yang takut
akan Tuhan berbicara satu sama lain sebagaimana yang
patut bagi mereka, Tuhan memperhatikan dan mendengar-
nya dengan senang hati (Mal. 3:16). Perkataan itu bagaikan
anggur yang,
[1] Sangat enak dan lezat dikecap. Anggur itu mengalir de-
ngan tak putus-putusnya. Anggur itu mengalir langsung
(demikian tafsiran luasnya), mengalir masuk dengan nik-
mat (Ams. 23:31). Kenikmatan indra tampaknya baik me-
nurut nafsu daging, dan mudah dinikmati, namun sering
kali kenikmatan itu salah, dan, dibandingkan dengan ke-
nikmatan persekutuan dengan Tuhan , kenikmatan indera-
wi itu rendah dan kasar. Tidak ada yang mengalir dengan
tak putus-putusnya dan begitu lembut bagi jiwa yang
penuh rahmat selain anggur penghiburan Tuhan .
[2] Anggur itu minuman yang luar biasa. Kehadiran Kris-
tus, melalui Roh-Nya, bersama umat-Nya akan mem-
bangkitkan gairah dan menyegarkan mereka, seperti
anggur yang kuat, yang membuat bibir orang-orang
yang sedang tidur sekalipun (mereka yang hampir ping-
san tak sadarkan diri) berbicara (ay. 9, KJV). Orang-
orang berdosa yang belum bertobat tertidur. Orang-
orang kudus sering kali terkantuk-kantuk, tidak bergai-
rah, dan setengah tertidur. namun , firman dan Roh
Kristus akan memberi kehidupan dan kekuatan pada
jiwa, dan dari luapan hati yang dipenuhi dengan cara
inilah, mulut akan berucap. saat para rasul penuh
dengan Roh, mereka berkata-kata tentang perbuatan-
perbuatan besar yang dilakukan Tuhan (Kis. 2:10, 12).
Dan, orang-orang yang menentang kemabukan oleh
anggur sebab anggur menimbulkan hawa nafsu, penuh
dengan Roh, berkata-kata seorang kepada yang lain
dalam mazmur dan kidung puji-pujian (Ef. 5:18-19). Saat
Kristus memuji kemanisan cinta mempelainya, sebab
disenangkan oleh pernyataan-Nya, jemaat tampaknya
menambahkan perkataan itu, kepada kekasihku. “Ada-
kah sesuatu yang menyenangkan atau berharga dalam
diriku? Sebagaimana hal itu berasal dari kekasihku,
maka hal itu juga diperuntukkan bagi kekasihku.” Saat
itulah Kristus bersuka dalam kasih dan pelayanan kita
yang baik, saat semua itu berasal dari Dia dan diper-
sembahkan untuk kemuliaan-Nya.
Merindukan Persekutuan dengan Kristus;
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(7:10-13)
10 Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. 11 Mari, kekasih-
ku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar! 12 Mari,
kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur su-
dah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon deli-
ma sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!
13 Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah
yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan
bagimu, kekasihku!
Ayat-ayat ini yaitu perkataan sang mempelai wanita , yaitu
jemaat, jiwa-jiwa yang percaya, sebagai jawaban atas ungkapan kasih
yang baik hati dari Kristus dalam ayat-ayat sebelumnya.
Kitab Kidung Agung 7:10-13
I. Jemaat di sini bersorak-sorai sebab hubungannya dengan Kris-
tus dan kepentingannya di dalam Dia, dan dalam nama-Nya ia
akan bermegah sepanjang hari. Betapa besar sukacita dan kegem-
biraan kudus yang dirasakan jemaat saat ia berkata (ay. 10), “Ke-
punyaan kekasihku aku, bukan kepunyaanku sendiri, namun se-
utuhnya dipersembahkan dan dimiliki oleh-Nya.” Jika kita sung-
guh-sungguh dapat berkata bahwa Kristus yaitu kekasih terbaik
kita, maka kita akan meyakini bahwa kita yaitu kepunyaan-Nya
dan Dia akan menyelamatkan kita (Mzm. 119:94). Pengungkapan
yang indah akan kasih Kristus kepada kita akan sangat membuat
kita bersukacita akan kuasa-Nya, kedaulatan-Nya, dan kepemilik-
an-Nya atas kita, yang akan menjadi sumber penghiburan dan
bukan ikatan kewajiban. Keintiman persekutuan dengan Kristus
akan membantu memurnikan kepentingan kita di dalam Dia.
Merasa bangga dengan hal ini, bahwa ia yaitu kepunyaan-Nya,
untuk melayani-Nya, dan sebab melihat kehormatannya, jemaat
menghibur dirinya dengan perkataan ini, bahwa kepadanya
gairah Kristus tertuju, dengan kata lain, Dia yaitu suaminya.
Perkataan ini yaitu kata-kata yang diucapkan dalam hubungan
suami-istri (Kej. 3:16). Gairah Kristus sangat kuat terhadap sisa
pilihan-Nya, saat Dia datang dari sorga ke dunia untuk mencari
dan menyelamatkan mereka. Dan dalam upaya-Nya mengejar
kepunyaan-Nya, hati-Nya bahkan disusahkan sampai baptisan
darah yang harus dilaluinya berlangsung (Luk. 12:50). Kristus
menginginkan Sion menjadi tempat kedudukan-Nya. Inilah peng-
hiburan bagi orang percaya bahwa, siapa pun yang merendahkan
mereka, Kristus tetap menginginkan mereka, gairah-Nya begitu
besar sampai-sampai Dia akan datang kembali dari sorga ke du-
nia dan membawa mereka ke tempat-Nya, sebab Dia merindukan
agar mereka semua berada bersama-sama dengan Dia (Yoh.
17:24; 14:3).
II. Jemaat dengan rendah hati dan sungguh-sungguh menginginkan
persekutuan dengan Kristus (ay.11-12): “Mari, kekasihku, mari
kita berjalan-jalan, agar aku mendapatkan nasihat, petunjuk, dan
penghiburan dari-Mu, dan agar aku dapat memberitahukan ke-
inginan dan kepedihanku kepada-Mu, dengan bebas, dan tanpa
gangguan.” Demikianlah Kristus dapat berjalan bersama-sama
dengan kedua murid yang sedang pergi ke sebuah kampung ber-
nama Emaus, dan bercakap-cakap dengan mereka, sampai Dia
membuat hati mereka berkobar-kobar. Amatilah di sini,
1. sesudah menerima tanda kasih-Nya yang baru, dan menjadi
yakin penuh akan kedudukan mereka dalam Dia, jemaat pun
dengan penuh semangat terus melangkah maju supaya lebih
mengenal Dia lebih jauh lagi. Seperti Rasul Paulus yang
terberkati, yang selalu lebih lagi merindukan pengenalan akan
Kristus Yesus, yang lebih mulia dari pada semuanya (Flp. 3:8).
Kristus telah menyatakan betapa besar kerinduan-Nya kepada
kita, jadi sangat tidak berterima kasihlah jika kita sampai
tidak merindukan Dia. Perhatikanlah, persekutuan dengan
Kristus yaitu hal yang paling dirindukan oleh semua orang
yang dikuduskan. Semakin jelas Kristus mengungkapkan ka-
sih-Nya, semakin dalam mereka merindukannya. Kesenangan
indra memuaskan keinginan daging, dan segera membuatnya
jemu, namun kesenangan rohani membakar gairah, yang dinya-
takan dengan perkataan ini, tiada yang lain selain Tuhan , dan
selalu menginginkan-Nya lebih dan lebih lagi. Kristus berkata,
Aku ingin memanjat pohon korma itu. Mari, kata jemaat, kita
pergi. Janji yang diberikan Kristus akan persekutuan dengan
Dia bukan untuk menggantikan doa-doa kita, namun untuk
menghidupkan dan mendorong doa-doa kita untuk memper-
oleh persekutuan itu.
2. Ia ingin pergi ke padang dan ke desa-desa untuk bersekutu
dengan-Nya. Orang-orang yang ingin bercakap-cakap dengan
Kristus harus keluar dari dunia dan kesenangannya, harus
menghindari segala sesuatu yang dapat mengalihkan pikiran-
nya dan menjadi penghalang saat seluruh pikirannya seha-
rusnya dikuasai oleh Kristus. Kita harus berusaha melayani
Tuhan tanpa gangguan (1Kor. 7:35), sebab itulah sang mem-
pelai wanita di sini ingin keluar dari kebisingan kota.
Marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan (Ibr. 13:13).
Kesendirian dan pengunduran diri bersahabat dengan per-
sekutuan dengan Tuhan . Oleh sebab itu, Ishak berjalan-jalan
ke ladang untuk merenung dan berdoa. Masuklah ke dalam
kamarmu, dan tutuplah pintu. Orang percaya tidak pernah
sendirian saat sendirian dengan Kristus, saat tidak ada mata
yang melihat.
Kitab Kidung Agung 7:10-13
3. Meskipun ada urusan di luar, untuk menjaga ladangnya, ia
ingin ditemani oleh kekasihnya. Perhatikanlah, di mana pun
kita berada, kita tetap bisa melanjutkan persekutuan kita
dengan Tuhan , kalau bukan sebab kesalahan kita sendiri,
sebab Dia selalu ada di sebelah kanan kita, mata-Nya selalu
tertuju kepada kita, dan firman-Nya serta telinga-Nya selalu
dekat dengan kita. Dengan melakukan urusan-urusan duniawi
kita dengan hati yang kudus terarah pada sorga, menyertakan
pikiran yang rohani pada kegiatan sehari-hari, dan mengarah-
kan mata kita selalu kepada Tuhan, maka kita pun dapat
membawa Kristus bersama kita ke mana pun kita pergi. Lagi
pula, tidak seharusnya kita pergi ke tempat di mana kita tidak
bisa meminta Kristus dalam iman untuk menyertai kita.
4. Ia mau bangun awal untuk pergi bersama kekasihnya: Mari,
kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur. Hal ini menggambarkan
ikhtiarnya untuk menambah kesempatan bercakap-cakap de-
ngan kekasihnya. Saat waktunya tiba, kita tidak boleh menyia-
nyiakan waktu, seperti wanita itu (Mrk. 16:2) pergi pagi-pagi
benar meskipun ke kuburan, jika kita pikir kita akan berjumpa
dengan Dia di sana. Orang-orang yang ingin berjalan bersama
Kristus, harus mengawali waktu dengan Dia, pagi-pagi benar
dalam hari-hari mereka, harus memulai setiap hari bersama
Dia, mencari Dia pagi-pagi, mencari Dia dengan tekun.
5. Ia akan merasa tenteram bermalam di desa-desa, di gubuk-
gubuk atau pondok-pondok yang dibangun orang desa untuk
perlindungan mereka selama mereka harus melakukan peker-
jaan mereka di ladang. Di sana, di tempat bermalam yang keras
dan dingin ini, dia akan tinggal dengan bahagia, asalkan keka-
sihnya ada bersama dengan dia. Kehadiran-Nya akan membuat
tempat tinggal itu bagus dan menyenangkan, dan mengubahnya
menjadi istana. Jiwa yang bersyukur dapat merasa damai ber-
ada di tempat tinggal yang terburuk sekalipun, jika ia dapat
bersekutu dengan Tuhan di dalamnya.
6. Ladang-ladang yang paling menyenangkan bahkan selama
musim semi sekalipun, saat seluruh negeri terasa sangat
menyenangkan, tidak akan memuaskan hatinya, kecuali ia
ada bersama kekasihnya.
III. Ia ingin lebih mengenal keadaan jiwanya dan perkara-perkara
yang memengaruhi jiwanya saat ini (ay. 12): Mari kita melihat
apakah pohon anggur sudah berkuncup. Jiwa kita yaitu kebun
anggur kita. Kebun itu memang, atau seharusnya, ditanami de-
ngan pohon anggur dan delima, pohon-pohon pilihan dan ber-
manfaat. Kita ditugaskan menjadi penjaga kebun anggur ini. Oleh
sebab itu, kita harus rajin mengurusnya, memperhatikan keada-
an jiwa kita, mencari tahu apakah pohon anggur sudah berkun-
cup, apakah budi baik kita nyata dan bekerja, apakah kita ber-
buah buah-buah kebenaran, dan apakah buah kita melimpah.
Dan, terutama, marilah kita menyelidiki apakah sudah mekar
bunganya dan apakah pohon-pohon delima sudah berbunga, yaitu
kehendak dan pikiran baik apa pun yang ada di dalam diri kita,
yang masih baru bertumbuh dan rapuh, biarlah semuanya itu
dilindungi dan dijaga dengan perhatian yang khusus, dan tidak
dipotong, atau dihancurkan, atau dipetik, namun dipelihara agar
menghasilkan buah sampai matang. Dalam memeriksa kondisi
rohani kita ini, kita perlu membawa Kristus bersama kita, sebab
kehadiran-Nya akan membuat pohon anggur mekar bunganya dan
pohon-pohon delima berbunga, seperti kembalinya matahari meng-
hidupkan lagi taman bunga, dan sebab bagi Dia-lah kita ingin
hidup kita berkenan. Jika Dia melihat bahwa pohon anggur mekar
bunganya dan pohon-pohon delima berbunga, jika kita dapat
berkata kepada-Nya, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi Engkau, jika Roh-Nya bersaksi bersama-
sama dengan roh kita bahwa jiwa kita berbahagia, maka itu cu-
kuplah. Dan, jika kita ingin mengenal diri kita sendiri, kita harus
memohon kepada-Nya untuk menyelidiki dan menguji kita, untuk
membantu kita memeriksa, dan mengungkapkan diri kita kepada
kita sendiri.
IV. Ia berjanji akan memberikan hiburan yang terbaik kepada keka-
sihnya di tempatnya di pedesaan. Sebab, Dia akan mendapatkan
kita dan makan bersama-sama kita (Why. 3:20).
1. Ia berjanji akan memberi segala perasaan yang terbaiknya
kepada-Nya. Dan, apa pun yang ia persiapkan untuk-Nya pada
akhirnya akan dicela jika hatinya tidak benar-benar sepenuh-
nya untuk Dia: “Di sanalah aku akan memberikan cintaku
kepadamu! Aku akan terus mengulangi pernyataan cintaku,
Kitab Kidung Agung 7:10-13
memuliakan-Mu dengan tanda-tanda cinta. Pancaran jiwaku
kepada-Mu dalam pemujaan dan kerinduan akan semakin
hidup dan bertambah besar, serta hatiku dipersembahkan
kepada-Mu dalam api yang kudus.”
2. Ia berjanji akan menyediakan segala perbekalan yang terbaik
kepada-Nya (ay. 13). “Di sanalah kita akan menghirup bau-
bauan yang menyenangkan, yaitu semerbak bau buah dudaim.”
Dudaim melambangkan bunga-bunga cinta, atau yang paling
disukai, atau buah-buah cinta. Dudaim yaitu buah yang
dilihat dari segi mana pun sangat disukai, begitu berharganya
sampai-sampai Rahel dan Lea bertengkar memperebutkannya
(Kej. 30:14). “Kita juga akan melihat semua yang enak
dimakan, dan juga sedap dipandang, segala sesuatu yang khas
dan hanya ada di pedesaan: dekat pintu kita ada pelbagai
buah-buah yang lezat.” Perhatikanlah,
(1) Buah-buah dan pemanfaatan kasih karunia menyenangkan
bagi Tuhan Yesus.
(2) Buah-buah dan pemanfaatan kasih karunia ini harus dila-
kukan dengan sepenuh hati kepada-Nya, dipersembahkan
untuk melayani dan memuliakan Dia. Buah-buah dan
pemanfaatan kasih karunia ini harus selalu siap tersedia
dalam diri kita setiap kali kita mendapat kesempatan un-
tuk menunjukkannya, seolah-olah buah-buah itu ada di
dekat pintu kita, sehingga, dengan berbuah banyak, Dia
akan dipermuliakan (Yoh. 15:8).
(3) Buah-buah yang lezat ini ada berbagai macam, dan semua-
nya harus tersedia dalam jiwa kita. Kita harus memiliki
semua jenis buah-buah ini, kebaikan untuk segala keada-
an, yang telah lama dan yang baru saja dipetik, seperti
yang dimiliki tuan rumah yang baik itu dalam perbendaha-
raannya, bukan hanya hasil tahun ini, namun juga sisa hasil
tahun-tahun yang lalu (Mat. 13:52). Kita tidak boleh hanya
menjaga kasih karunia yang baru saja kita dengar, pelajari,
dan alami untuk melayani Kristus, namun juga yang telah
kita dapatkan dahulu. Kita juga tidak boleh puas dengan
apa yang telah kita kumpulkan dan simpan di waktu-wak-
tu lalu, namun , selama kita masih hidup, kita harus terus
menambahkan hal-hal baru padanya agar perbendaharaan
kita terus bertambah, sehingga kita diperlengkapi untuk
setiap perbuatan baik.
(4) Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus
akan berpikir semua yang mereka miliki, bahkan buah-
buah mereka yang paling lezat sekalipun, dan segala sesua-
tu yang mereka kumpulkan dengan sepenuh hati, terlalu
sedikit untuk dicurahkan bagi-Nya. Namun, Dia tetap me-
nyambut semuanya itu. Jika buah-buah itu lebih banyak
atau lebih baik sekalipun, semuanya tetap harus diberikan
untuk melayani Dia. Semua itu berasal dari-Nya, dan ka-
rena itu layaklah jika semua itu dipersembahkan kepada-
Nya.
PASAL 8
ada bagian penutup kidung ini, kasih antara Kristus dan mem-
pelai-Nya tetap terlihat kuat dan hidup seperti telah dituliskan
sebelumnya, bahkan lebih daripada itu.
I. Sang mempelai wanita terus bersikeras untuk bersatu
dan bersekutu dengan lebih akrab lagi dengan-Nya (ay. 1-3).
II. Sang mempelai wanita meminta kepada putri-putri Yeru-
salem agar tidak mengganggu hubungannya yang erat dengan
kekasihnya (ay. 4), dan oleh sebab nya, para putri Yerusalem
mengagumi kebergantungan sang mempelai wanita ke-
pada kekasihnya itu (ay. 5).
III. Sang mempelai wanita memohon kepada kekasihnya,
yang ditinggikannya melalui doa-doanya (ay. 5), agar kiranya
melalui kasih karunia, kekasihnya berkenan meneguhkan per-
satuan kudus di antara mereka berdua, sebab sang mempelai
wanita telah diterima dalam persatuan kudus itu (ay. 6-7).
IV. Sang mempelai wanita bersyafaat bagi orang lain agar me-
reka turut dikasihi (ay. 8-9). Ia menyenangkan dirinya sendiri
dengan mengingat akan bagian yang didapatnya di dalam
Kristus dan kasih-Nya kepadanya (ay. 10).
V. Sang mempelai wanita mempunyai hak kepemilikan kebun
anggur, yang dipeliharanya bagi kekasihnya di Baal-Hamon (ay.
11-12).
VI. Kidung ini berakhir dengan sahut-sahutan permintaan di kala
berpisah. Kristus meminta kekasih-Nya untuk sering memper-
dengarkan suara kepada-Nya (ay. 13), dan kekasih-Nya memo-
hon agar Kristus bergegas kembali kepadanya (ay. 14).
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(8:1-4)
1 O, seandainya engkau saudaraku laki-laki, yang menyusu pada buah dada
iartikel , akan kucium engkau bila kujumpai di luar, sebab tak ada orang
yang akan menghina aku! 2 Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah
iartikel , supaya engkau mengajar aku. Akan kuberi kepadamu anggur yang
harum untuk diminum, air buah delimaku. 3 Tangan kirinya ada di bawah
kepalaku, tangan kanannya memeluk aku. 4 Kusumpahi kamu, puteri-puteri
Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebe-
lum diingininya?
Di sini,
I. Sang mempelai wanita menginginkan keakraban dan kebe-
basan yang tetap bersama Tuhan Yesus.
1. Sang mempelai wanita memang sudah bertunangan
dengan Kristus, namun sebab pernikahan di antara keduanya
belum dirayakan dan diumumkan ke khalayak (sang mempelai
wanita , yaitu istri Anak Domba, tidak akan betul-betul
siap hingga kedatangan-Nya kedua kali), sang mempelai pe-
rempuan harus menahan dirinya dan menjaga jarak. Oleh
sebab itu, ia ingin dianggap sebagai saudara wanita -Nya,
seperti kekasihnya sudah memanggilnya demikian (5:1). Ia
juga ingin memiliki kesucian dan kedekatan yang murni de-
ngan-Nya seperti seorang saudara wanita dengan saudara
laki-lakinya, saudara kandungnya sendiri, yang menyusu pada
buah dada ibu yang sama dengannya, dan yang sebab itu
akan sangat mengasihinya, seperti Yusuf terhadap Benyamin
saudara laki-lakinya. Beberapa orang menafsirkan perkataan
ini sebagai doa para orang kudus di Perjanjian Lama agar
penjelmaan Kristus segera terjadi, agar jemaat lebih mengenal
Kristus dengan baik, mengingat Kristus, layaknya anak-anak
yaitu anak-anak dari darah dan daging, juga akan menjadi
sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan
mereka, dan tidak malu menyebut mereka saudara. Ini lebih
tepatnya merupakan harapan semua orang percaya untuk
memiliki kesatuan yang lebih akrab dengan-Nya, agar kiranya
mereka memperoleh Roh yang menguduskan, sehingga dengan
demikian Kristus pasti menjadi saudara laki-laki mereka, dan
mereka nanti menjadi saudara-saudara-Nya, saat oleh kasih
karunia mereka dilayakkan untuk mengambil bagian di dalam
Kitab Kidung Agung 8:1-4
keilahian, dan Ia yang menguduskan, dan mereka yang diku-
duskan, mereka semua berasal dari Satu (Ibr. 2:11). Sudah
selayaknya saudara laki-laki dan saudara wanita , anak-
anak dari orang tua yang sama, yang telah dibesarkan oleh
buah dada yang sama, untuk saling mengasihi dan berlaku
lembut satu sama lain. Kasih seperti inilah yang didambakan
oleh sang mempelai wanita terjalin antara dirinya dan
kekasihnya, sehingga ia dapat menyebut kekasihnya saudara
laki-laki.
2. Ia berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa ia akan lebih meng-
akui hubungannya dengan kekasihnya itu secara terang-terang-
an, tidak seperti sekarang ini. Ia ingin sekali melakukannya.
“Bila kujumpai di luar, di mana saja, bahkan di hadapan orang
banyak, akan kucium engkau, layaknya saudara wanita
terhadap saudara laki-laki kandungnya sendiri, khususnya
seperti terhadap adik laki-lakinya yang sekarang menyusu
pada buah dada ibunya” (menurut pemahaman beberapa
orang). “Aku akan mempergunakan semua kebebasanku de-
ngan baik bersama-Mu, dan tak ada orang yang akan meng-
hina aku sebagai wanita yang berbuat tidak pantas.” Sejak
Kristus datang ke dunia, jemaat lebih dapat mengakui-Nya
daripada sebelumnya. Sebelum kedatangan-Nya, jemaat diter-
tawakan sebab jatuh cinta kepada seseorang yang belum
lahir. Kristus telah menjadi seperti saudara laki-laki kita. Oleh
sebab itu, di mana pun kita bertemu dengan-Nya, bersiaplah
untuk mengakui hubungan kita dengan-Nya dan menunjuk-
kan kasih kita kepada-Nya. Janganlah takut dihina dengan
pengakuan kita, dan tidak usah peduli dengan orang, seperti
Daud tidak peduli saat ia menari-nari di depan tabut
perjanjian. Di hadapan TUHAN aku menari-nari, bahkan aku
akan menghinakan diriku lebih dari pada itu. Mari kita ber-
harap agar kita tidak dihina begitu rupa seperti dibayangkan
beberapa orang. Bersama-sama budak-budak wanita yang
kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati.
Di mana pun kita menemukan gambar dan rupa Kristus di
tengah-tengah mereka yang tidak mengikut-Nya bersama kita,
kita harus mengasihi mereka dan menjadi saksi bagi kasih
ini , maka tak ada orang yang akan menghina kita, sebab
kasih yang merangkul semua orang ini akan membuat kita
beroleh hormat.
3. Sang mempelai wanita berjanji untuk mempergunakan
kesempatan yang nanti diperolehnya untuk lebih dalam me-
ngenal kekasihnya (ay. 2): “Akan kubimbing engkau, sebagai
saudara laki-lakiku, dengan menggandeng lenganmu dan ber-
sandar kepadamu. Aku akan menunjukkan kepadamu semua
rumah tempatku menyimpan harta kekayaanku, kubawa ke
rumah iartikel , ke dalam jemaat, ke dalam perkumpulan-per-
kumpulan ibadah (3:4), ke dalam kamarku” (sebab di situlah
para orang kudus menjalin hubungan paling akrab dengan
Kristus), “dan di sanalah engkau mengajar aku” (beberapa orang
membacanya demikian), layaknya saudara laki-laki mengajari
saudari wanita nya hal apa saja yang dikehendaki untuk
diajarkan. Mereka yang mengenal Kristus akan diajar tentang-
Nya, sehingga kita harus rindu memiliki hubungan yang erat
dengan Kristus agar kita diajar oleh-Nya. Kristus telah datang
untuk memberi kepada kita pemahaman. Atau, “Iartikel akan
mengajariku saat engkau ada bersamaku.” Kehadiran Kris-
tus di dalam dan bersama jemaat-Nyalah yang membuat fir-
man-Nya dan semua ketetapan-Nya dapat bermanfaat untuk
mengajar anak-anak jemaat, yang semua akan diajari tentang
Tuhan .
4. Sang mempelai wanita menjanjikan kepada kekasihnya
sambutan yang terbaik yang ia dapat berikan. Ia akan memberi
kepadanya anggur yang harum untuk diminum dan air buah
delimanya, dan mengucapkan selamat atas kedatangannya,
dan memberikan jamuan yang terbaik baginya. Perbuatan baik
yang dilandasi kasih karunia dan pemenuhan tanggung jawab
yaitu anggur yang harum bagi Tuhan Yesus, sangat berke-
nan bagi-Nya, sebab semuanya itu menyatakan rasa terima
kasih akan semua kebaikan-Nya. Mereka yang senang dengan
Kristus harus mengetahui bagaimana caranya agar bisa me-
nyenangkan Dia. Tidaklah sulit untuk menyenangkan Yesus.
Bagi Kristus, sambutan hangat atas kedatangan-Nya merupa-
kan jamuan terbaik bagi-Nya, dan bila Ia disambut hangat, Ia
akan turut membawa penghiburan-Nya bersama-Nya.
5. Sang mempelai wanita tidak ragu bahwa ia akan merasa-
kan perhatian dan kasih yang lembut dari kekasihnya (ay. 3),
Kitab Kidung Agung 8:1-4
bahwa ia akan ditopang oleh kekuatan kekasihnya dan dijaga
agar tidak jatuh pingsan saat melakukan pelayanan dan
mengalami penderitaan yang paling sulit (tangan kirinya ada di
bawah kepalaku). Ia yakin akan dihibur oleh kasihnya, tangan
kanannya memeluk aku. Demikianlah Kristus meletakkan ta-
ngan kanan-Nya di atas Yohanes saat Yohanes telah bersiap
untuk mati (Why. 1:17; lihat juga Dan. 10:10, 18). Kita dapat
membacanya pula seperti yang ada di dalam pasal 2:6,
Tangan kirinya ada di bawah kepalaku (kata-katanya sama
dengan aslinya), dan ini menggambarkan jawaban langsung ter-
hadap doa sang mempelai wanita . Ia memperoleh jawaban
dengan mendapat kekuatan dalam jiwanya (Mzm. 138:3). saat
kita mengikut Kristus dengan gigih, tangan kanan-Nya meno-
pang kita (Mzm. 63:9). Di bawahmu ada lengan-lengan yang
kekal.
6. Sang mempelai wanita meminta kepada orang-orang di
sekitarnya untuk berhati-hati agar tidak melakukan sesuatu
yang dapat memutus hubungan indah yang tengah dijalinnya
bersama kekasihnya (ay. 4). Ia memperingatkan mereka seperti
yang dilakukannya sebelumnya, saat kekasihnya menguat-
kan dan menghibur dirinya dengan kehadiran-Nya (2:7): Biar
kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, dan bertanya kepa-
damu, mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cin-
ta sebelum diingininya? Jemaat yang yaitu ibu kita semua,
meminta kepada semua anaknya agar mereka tidak melaku-
kan apa pun yang dapat membuat Kristus undur dari mereka,
sesuatu yang sangat rentan kita lakukan. Mengapa engkau
menghina-Nya begitu rupa? Mengapa engkau harus menjadi
musuh bagi dirimu sendiri? Oleh sebab itu, kita harus mela-
wan dan bertanya kepada diri sendiri saat kita tergoda untuk
melakukan hal yang akan mendukakan Roh. “Astaga! Apakah
aku lelah dengan kehadiran Kristus, sehingga aku menghina
dan memancing-Nya untuk pergi dariku? Mengapa aku harus
berbuat sesuatu yang akan membuat-Nya marah hingga me-
nyesal sendiri nantinya?”
Kebergantungan Jemaat pada Kristus;
Kasih Jemaat terhadap Kristus
(8:5-7)
5 Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasih-
nya? – Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah
mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau. 6
– Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu,
sebab cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati,
nyalanya yaitu nyala api, seperti nyala api TUHAN! 7 Air yang banyak tak
dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.
Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun
ia pasti akan dihina.
Di sini,
I. Sang mempelai wanita sangat dikagumi oleh orang-orang di
sekelilingnya. Meski dituliskan sebagai kalimat sisip, di dalamnya
jelas terkandung kabar baik tentang kasih karunia, sangat keli-
hatan, seperti halnya kidung yang penuh makna rohani berikut:
Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar
pada kekasihnya? Beberapa orang memandang bahwa perkataan
ini diucapkan oleh mempelai laki-laki, yang mengutarakan rasa
senangnya akan kebergantungan dan penyerahan diri sang mem-
pelai wanita kepada dirinya dan penyertaannya. Perkataan ini
lebih tepatnya diucapkan oleh putri-putri Yerusalem, kepada
siapa sang mempelai wanita telah berbicara (ay. 4). Mereka
melihat sang mempelai wanita lalu memberkatinya. Para ma-
laikat di sorga dan semua sahabat sang mempelai wanita di
bumi menjadi para penonton yang bersorak kegirangan menyaksi-
kan kebahagiaannya. Jemaat Yahudi muncul dari padang gurun
dengan didukung oleh kekuatan dan pertolongan ilahi (Ul. 32:10-
11). Sementara itu, jemaat Kristen dibesarkan dari keadaan yang
rendah dan hina hanya oleh kasih karunia Kristus (Gal. 4:27).
Orang-orang percaya yang ada di dalamnya merupakan orang-
orang yang menyenangkan, bahkan mengagumkan, dan di dalam
mereka ada kasih karunia ilahi yang patut dikagumi, saat oleh
kekuatan kasih karunia itu mereka dibawa dari padang gurun
dengan bersandar pada iman percaya pada Yesus Kristus kekasih
mereka. Ini memperlihatkan keindahan jiwa dan keajaiban kasih
karunia ilahi,
Kitab Kidung Agung 8:5-7
1. Dalam pertobatan para pendosa. Keberdosaan bagaikan pa-
dang gurun, suatu keadaan yang memperlihatkan keterasingan
dari hubungan erat dengan Tuhan , gersang dan kering, serta di
dalamnya tidak ada penghiburan sejati. Keberdosaan yaitu
satu keadaan mengembara dan berkekurangan. Dari padang
gurun inilah kita ingin muncul (KJV: bangkit), oleh pertobatan
sejati, dalam kekuatan kasih karunia Kristus, ditopang oleh
kekasih kita dan digendong oleh tangan-Nya.
2. Dalam penghiburan para orang kudus. Jiwa yang tunduk pada
dosa, dan sebab itu dikuasai dosa, mengembara di padang
gurun, sama sekali tersesat. Tidak ada jalan keluar dari pa-
dang gurun ini selain bersandar pada Kristus sebagai kekasih
kita, oleh iman, dan janganlah bersandar kepada pengertian
kita sendiri, atau percaya dan bergantung pada kebenaran
atau kekuatan diri kita sendiri, namun teruslah berjalan dan
maju di dalam kekuatan Tuhan Tuhan , sambil menyebut keadil-
an-Nya, yang hanya milik-Nya, yang yaitu TUHAN keadilan
kita.
3. Dalam keselamatan orang-orang yang yaitu kepunyaan Kris-
tus. Kita harus bangkit dari padang gurun dunia ini guna
bercakap-cakap di dalam sorga, dan pada saat kematian, kita
harus pergi menuju sorga, dengan bersandar pada Kristus,
dan harus hidup dan mati oleh iman di dalam-Nya. Bagiku
hidup yaitu Kristus, dan Kristuslah yang menjadi keuntung-
an kita pada saat mati.
II. Sang mempelai wanita mengutarakan tentang dirinya kepada
kekasihnya.
1. Ia mengingatkan kekasihnya akan pengalaman sebelumnya,
saat ia dan sahabat-sahabatnya memperoleh penghiburan,
serta saat permohonan mereka dikabulkannya.
(1) Mengenai sang mempelai wanita sendiri: “Di bawah
pohon apel kubangunkan engkau, yaitu , aku sudah sering
bergumul dengan engkau dalam doa dan telah menang.
saat aku berada sendiri untuk menyembahmu, menyen-
diri di dalam taman, di bawah pohon apel” (Kristus sendiri
diandaikan seperti pohon apel, 2:3), seperti halnya Nata-
nael di bawah pohon ara (Yoh. 1:48), “merenung dan ber-
doa, saat itu pun kubangunkan engkau, untuk menolong
dan menghiburku,” seperti para murid membangunkan-
Nya di tengah badai, sambil berkata, Guru, engkau tidak
perduli kalau kita binasa? (Mrk. 4:38), dan seperti jemaat
(Mzm. 44:24), Terjagalah! Mengapa Engkau tidur? Perhati-
kan di sini, pengalaman kita akan kesediaan Kristus untuk
mendengarkan iman dan doa kita yang tak henti-henti,
haruslah menguatkan kita untuk terus-menerus meng-
arahkan diri kita kepada-Nya, untuk berjuang lebih sung-
guh lagi, dan tidak putus asa. Aku telah mencari TUHAN,
lalu Ia menjawab aku (Mzm. 34:5).
(2) Orang-orang lain juga telah merasakan penghiburan di da-
lam Kristus, seperti berikut dituliskan (Mzm. 34:6), Tujukan-
lah pandanganmu kepada-Nya, begitu pula aku menujukan
pandanganku kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri.
Di sanalah ibumu telah mengandung engkau, jemaat selu-
ruh dunia, atau jiwa-jiwa yang percaya, yang di dalamnya
Kristus menjadi nyata (Gal. 4:19). Mereka mengalami kesa-
kitan demi mendapat penghiburan bahwa mereka menda-
pat bagian di dalam Kristus, dan mereka menderita sakit
dengan selalu bersedih hati (demikianlah makna kata ini).
namun , mereka melahirkan engkau, dan derita itu tidak
selamanya berlanjut. Mereka yang telah menderita dalam
hukuman pada akhirnya dilahirkan dalam penghiburan, dan
tidak ingat lagi akan penderitaan mereka sebab sukacita
yang dibawa oleh kelahiran Sang Juruselamat. Dengan
kiasan inilah Juruselamat kita menggambarkan sukacita
yang akan dirasakan murid-murid-Nya saat Ia kembali
kepada mereka sesudah perpisahan yang menyedihkan un-
tuk sekian lama (Yoh. 16:21-22). sesudah dukacita pertobat-
an yang menyakitkan, banyak orang menikmati kelahiran
yang penuh penghiburan dan kebahagiaan. Jadi mengapa
tidak aku juga menikmatinya?
2. Sang mempelai wanita memohon kepada kekasihnya agar
persekutuan mereka berdua diteguhkan, dan hubungan mereka
terus berlanjut dan menjadi semakin erat (ay. 6): Taruhlah aku
seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu.
Kitab Kidung Agung 8:5-7
(1) “Biarlah aku mendapat tempat di hatimu, layak memper-
oleh kasihmu.” Inilah satu keinginan di atas segala-galanya
dari mereka yang mengetahui betapa kebahagiaan mereka
terikat di dalam kasih Kristus.
(2) “Jangan biarkanku kehilangan tempat di dalam hatimu.
Biarlah kasihmu selalu ada bagiku, layaknya surat perjan-
jian yang termeteraikan agar tidak dirampas. Jangan biar-
kan apa pun memisahkanku dari kasihmu atau, dengan
menghentikan hubungan kita berdua, memutus diriku dari
penghiburan kasihmu.”
(3) “Biarlah aku selalu dekat denganmu dan menjadi kesa-
yanganmu, seperti meterai pada tangan kanan-Mu, tidak
terpisah dari-Mu (Yer. 22:24), terlukis di telapak tangan-Mu
(Yes. 49:16, KJV), dikasihi dengan kasih yang istimewa.”
(4) “Jadilah engkau imam agungku. Biarlah namaku tertulis di
tutup dadamu, dekat dengan hatimu, layaknya nama se-
mua suku yang diukirkan seperti meterai pada tiap-tiap
permata dari dua belas permata pada tutup dada Harun,
dan juga pada kedua permata pada kedua tutup bahu baju
efod” (Kel. 28:11-12, 21).
(5) “Biarlah kekuatanmu dikerahkan untukku, sebagai bukti
kasihmu kepadaku. Biarlah aku tidak hanya menjadi mete-
rai pada hatimu, namun meterai pada lenganmu. Biarlah aku
selalu kau angkat pada lenganmu sebab aku terhibur
sebab nya.” Beberapa orang memahami perkataan ini seba-
gai permintaan Kristus kepada mempelai-Nya untuk selalu
mengingat-Nya dan akan kasih-Nya kepadanya. namun ,
bila kita mendambakan dan mengharapkan agar Kristus
menempatkan kita seperti meterai pada hati-Nya, tentu kita
juga harus menempatkan-Nya seperti meterai pada hati kita.
3. Untuk menguatkan permohonan ini, sang mempelai perem-
puan memohon akan kekuatan kasih, yaitu kasihnya kepada
kekasihnya, yang menguatkannya untuk terus meminta bukti
kasih kekasihnya kepadanya.
(1) Cinta yaitu satu gairah yang kuat dan dahsyat.
[1] Cinta kuat seperti maut. Rasa sakit yang dirasakan se-
orang kekasih yang dikecewakan menyerupai rasa sakit
akibat kematian. Bahkan, rasa sakit akibat kematian
dipandang ringan, dan tidak ada apa-apanya, saat yang
dicintai itu dikejar-kejar. Kasih Kristus kepada kita kuat
seperti maut, sebab kasih-Nya mendobrak melampaui
maut itu sendiri. Kristus Yesus telah mengasihi kita dan
telah menyerahkan diri-Nya untuk kita. Kasih orang
percaya kepada Kristus kuat seperti maut, sebab kasih
itu membuat mereka mati terhadap segala sesuatu yang
lain. Kasih ini bahkan memisahkan antara jiwa dan tu-
buh, saat jiwa, yang berada di atas sayap kasih ketaat-
an, terbang tinggi ke sorga, tidak mengingat bahwa jiwa
ini masih terbalut dan terkurung oleh daging. Pau-
lus, yang menemukan dirinya terangkat di dalam kasih
ini, tidak tahu apakah ia ada di dalam tubuh atau di
luar tubuh. Oleh kasih-Nya itu seorang percaya disalib-
kan terhadap dunia.
[2] Kegairahan gigih seperti dunia orang mati (KJV: Kecem-
buruan segigih kuburan), yang menelan dan melahap
semuanya. Mereka yang sungguh-sungguh mencintai
Kristus gigih menjaga diri dari segala sesuatu yang akan
menarik mereka dari-Nya, dan terutama gigih terhadap
diri mereka sendiri, agar jangan sampai mereka berbuat
sesuatu yang akan memancing Kristus undur diri dari
mereka. Daripada berbuat hal yang tidak benar, mereka
memilih lebih baik mencungkil mata kanan dan me-
menggal tangan kanan. Para orang kudus yang lemah
dan gentar, yang begitu berhasrat akan Kristus sebab
meragukan kasih-Nya terhadap mereka, menemukan
bahwa hasrat itu memangsa mereka seperti kubur.
Tiada hal lain yang begitu menguras semangat. Akan
namun , inilah bukti kekuatan cinta mereka kepada-Nya.
[3] Nyalanya, yaitu terangnya, api, dan sinar dari kasih-
Nya itu, sangatlah terang, dan menyala dengan dahsyat-
nya, seperti nyala api Tuhan (beberapa orang menafsir-
kannya demikian), suatu api yang besar dan menusuk
bagaikan petir (Mzm. 29:7). Kasih yang kudus yaitu
nyala api yang melahirkan panas yang luar biasa di
dalam jiwa, melalap habis segala kotoran dan kemuna-
fikan di dalamnya, melelehkannya seperti lilin menjadi
Kitab Kidung Agung 8:5-7
bentuk baru, dan membawanya ke atas sebagai percik-
an api kepada Tuhan dan sorga.
(2) Kasih yaitu suatu rasa gairah yang berani dan berkeme-
nangan. Kasih yang kudus pun demikian adanya. Kasih
Tuhan yang bertakhta di dalam jiwa bersifat tetap dan teguh
dan tidak akan terlepas dari-Nya entah oleh segala perbuat-
an baik atau jahat, oleh maut maupun hidup (Rm. 8:38).
[1] Maut dan segala kengerian yang mengiringinya, tidak
akan membuat seorang percaya menjadi takut menga-
sihi Kristus. Air yang banyak, meski memadamkan api,
tak dapat memadamkan cinta ini, tak akan pernah, pun
sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya (ay. 7).
Gemuruh air yang banyak dan sungai tidak akan me-
nimbulkan kengerian terhadap kasih itu. Biarlah segala
yang paling buruk terjadi, Kristus tetap akan menjadi
kekasih tercinta. Air yang berbual-bual tidak akan
membuat kasih berkurang, namun justru kasih itu akan
memampukan seorang manusia untuk bersukacita di
dalam penderitaan. Meski Ia melenyapkan nyawaku
(KJV), aku akan mengasihi-Nya dan percaya kepada-Nya.
Tiada air yang mampu memadamkan kasih Kristus ke-
pada kita. Sungai sekalipun tidak mampu menenggelam-
kannya. Kristus berjalan menembus semua kesukaran
hebat, bahkan lautan darah sekalipun. Kasih menduduk-
kan raja di atas banjir. Jangan biarkan apapun mengu-
rangi kasih kita kepada-Nya.
[2] Hidup dan segala kenyamanannya tidak akan memikat
seorang percaya untuk tidak mengasihi Kristus. Sekali-
pun orang dapat memuaskan dirinya dengan segala
harta benda rumahnya, untuk mencabut kasihnya dari
Kristus dan menempatkannya kembali pada dunia dan
kedagingan, ia akan menolak gagasan itu dengan rasa
jijik. Seperti Kristus, saat ditawari semua kerajaan
dunia dan kemegahannya, untuk membeli Dia dari
segala pekerjaan-Nya, berkata, Enyahlah Iblis!. Tawaran
itu ditolak dengan hina. Tawarkan semua itu kepada
mereka yang tidak tahu apa yang lebih baik. Kasih akan
memampukan kita menolak dan menang atas segala
senyuman dunia yang menggoda, kecil maupun besar,
termasuk juga murkanya terhadap kita. Beberapa orang
memahaminya seperti demikian: Sekalipun orang mem-
beli segala harta benda rumahnya untuk Kristus, seba-
gai pengganti cinta, ia pasti akan dihina. Kristus tidak
mencari apa yang kita miliki, namun Ia mencari kita, hati
kita, bukan kekayaan kita. Sekalipun aku membagi-bagi-
kan segala sesuatu yang ada padaku, namun jika aku
tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada ada fae-
dahnya bagiku (1Kor. 13:1). Demikianlah, orang percaya
akan berdiri teguh dalam kasih mereka kepada Kristus,
sebab anugerah penyelengaraan-Nya tidak akan me-
muaskan mereka tanpa jaminan kasih-Nya.
Kepedulian terhadap Orang-orang bukan Yahudi;
Hak Istimewa dan Kewajiban Jemaat
(8:8-12)
8 – Kami mempunyai seorang adik wanita , yang belum mempunyai buah
dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik wanita kami pada
hari ia dipinang? 9 Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya;
bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras. 10 – Aku yaitu
suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya saat itu
aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan. 11 Salomo mempunyai
kebun anggur di Baal-Hamon. Diserahkannya kebun anggur itu kepada para
penjaga, masing-masing memberikan seribu keping perak untuk hasilnya.
12 Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, ada di hadapanku; bagimulah
seribu keping itu, raja Salomo, dan dua ratus bagi orang-orang yang menjaga
hasilnya.
Kristus dan mempelai-Nya, sesudah meneguhkan cinta di antara me-
reka berdua dan sepakat saling mengasihi dengan kuat seperti maut
dan tak terpisahkan, dalam ayat-ayat di atas digambarkan seperti
sepasang suami-istri yang saling mengasihi, bercakap-cakap segala
urusan mereka, dan mempertimbangkan apa yang harus mereka
lakukan. Sepasang kekasih yang sepenanggungan, sesudah bersatu
hati, bersatu kepala, untuk memelihara hubungan serta kesejahtera-
an mereka. Seturut dengan itu, pasangan bahagia yang digambarkan
di dalam ayat ini saling menasihati satu sama lain tentang seorang
adik wanita , dan satu kebun anggur.
Kitab Kidung Agung 8:8-12
I. Mereka bertukar-pikiran mengenai adik wanita mereka yang
masih kecil dan rencana mereka baginya.
1. Sang mempelai wanita menyampaikan tentang keadaan
adik wanita nya dengan perhatian yang tulus (ay. 8): Kami
mempunyai seorang adik wanita , yang belum mempunyai
buah dada (ia belum tumbuh dewasa). Apakah yang akan kami
perbuat dengan adik wanita kami pada hari ia dipinang,
agar kita dapat membantunya?
(1) Ayat ini dapat dipahami sebagai diperkatakan oleh jemaat
Yahudi mengenai dunia orang-orang yang tidak mengenal
Tuhan . Tuhan telah menjadikan jemaat Yahudi sebagai pe-
ngantin-Nya dan memberkati mereka berlimpah-limpah,
namun bagaimana dengan orang-orang bukan-Yahudi, orang-
orang yang mandul yang tidak pernah melahirkan, dan yang
ditinggalkan suami? (Yes. 54:1). Keadaan mereka ini (ujar
kaum Yahudi yang saleh) sangat mengenaskan dan menye-
dihkan. Mereka yaitu saudara-saudara wanita , anak-
anak dari bapa-bapa yang sama, yaitu Tuhan dan Adam,
namun mereka yaitu masih adik, masih kecil, sebab tidak
dimuliakan oleh pengenalan akan Tuhan . Mereka belum
mempunyai buah dada, tidak memiliki pewahyuan ilahi,
tiada kitab suci, tiada gembala, tiada buah dada sumber
penghiburan yang dapat diisap oleh mereka sebab mereka
tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang
dijanjikan, tiada buah dada sumber petunjuk yang dapat
mereka sediakan bagi anak-anak mereka untuk memberi
mereka gizi yang baik (1Ptr. 2:2). Apakah yang akan kami
perbuat untuk mereka? Kita hanya dapat mengasihani dan
berdoa untuk mereka. Tuhan, apa yang Engkau hendak
perbuat bagi mereka? Para orang kudus yang hidup di za-
man Salomo dapat mengetahui dari mazmur-mazmur Daud
bahwa Tuhan mengasihani orang-orang yang tidak menge-
nal-Nya, sehingga para orang kudus memohon agar belas
kasihan Tuhan segera dilimpahkan kepada orang-orang ter-
sebut. Sekarang ini, keadaannya berbalik. Orang-orang
yang tidak mengenal Tuhan menjadi pengantin Kristus, dan
mereka hendak membalas kebaikan dengan kepedulian
yang sama untuk membawa kembali kaum Yahudi, sau-
dara wanita tertua kita, yang dahulu memiliki buah
dada namun sekarang tidak. Bila kita memahaminya dalam
makna ini, maka apa yang dilakukan oleh keturunan bebal
dari orang-orang Yahudi yang saleh ini berseberangan
dengan doa yang disampaikan bapa-bapa mereka. Sebab,
pada waktu datang harinya saat orang-orang yang tidak
mengenal Tuhan dipinang Kristus, mereka malah meren-
canakan segala sesuatu untuk menentangnya dan bukan
mendukungnya. Tindakan ini memenuhi takaran kejahatan
mereka (1Tes. 2:16). Atau,
(2) Perkataan ini dapat berlaku bagi mereka yang dipilih oleh
kasih karunia, hanya saja belum dipanggil. Mereka terhu-
bung dengan Kristus dan jemaat-Nya dari jauh, dan meru-
pakan saudara wanita bagi keduanya, domba-domba
lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16; Kis. 18:10).
Mereka belum mempunyai buah dada, apalagi buah dada
yang sudah montok (Yeh. 16:7), belum mengasihi Kristus,
dan belum memahami apa itu kasih karunia. Harinya akan
datang saat mereka akan dipinang, saat yang terpilih
akan dipanggil, akan menjadi pengantin Kristus, yaitu di-
panggil melalui para pelayan Tuhan dan sahabat-sahabat
mempelai laki-laki. Betapa hari itu yaitu hari yang diber-
kati saat Tuhan mengunjungi umat-Nya. Apa yang harus
kita perbuat pada hari itu untuk membuat mereka layak,
menaklukkan rasa malu mereka, dan meyakinkan mereka
untuk tunduk kepada Kristus dan menyerahkan diri mere-
ka layaknya perawan yang murni kepada-Nya? Perhatikan,
mereka yang melalui kasih karunia dibawa kepada Kristus
harus berusaha menolong orang datang kepada Dia. Mere-
ka harus melanjutkan rancangan damai sejahtera Kristus
yang mulia, yaitu menjodohkan jiwa-jiwa bagi Kristus dan
membuat para pendosa yang telah meninggalkan Kristus
berbalik kepada-Nya.
2. Kristus segera menentukan apa yang harus dikerjakan dalam
hal ini, dan mempelai-Nya menyetujui-Nya (ay. 9): “Bila ia tem-
bok, bila pekerjaan baik itu telah dimulai dengan orang-orang
yang tidak mengenal Tuhan , dengan jiwa-jiwa yang akan di-
panggil, bila si adik wanita , pada hari ia dipinang oleh
Injil, mau menerima firman, dan membangun dirinya sendiri di
Kitab Kidung Agung 8:8-12
atas Kristus sebagai dasar, dan mengarahkan segala perbuat-
annya kepada Tuhan, seperti tembok ditegakkan untuk ru-
mah, maka akan kami dirikan atap perak di atasnya, atau
kami bangunkan bagi dia sebuah istana perak. Artinya, kami
akan melanjutkan pekerjaan baik yang telah dimulai, hingga
tembok ini menjadi sebuah istana. Ya, tembok yang
terbuat dari batu, istana yang terbuat dari perak,” melampaui
bualan Kaisar Augustus, yang mengatakan bahwa apa yang ia
temukan sebagai batu bata, akan ia tinggalkan dalam keadaan
telah berubah menjadi batu pualam. Adik wanita kami ini,
begitu ia bergabung di dalam Tuhan, akan dibuat tumbuh men-
jadi bait Tuhan yang Kudus, tempat kediaman Tuhan di dalam
Roh (Ef. 2:21-22). Bila ia pintu, saat istana ini sudah hampir
selesai dibangun, dan pintu-pintu pun dipasang di tembok,
yang merupakan hal terakhir yang dilakukan (Neh. 7:1), maka
akan kami palangi dia dengan palang kayu aras. Kami akan
dengan hati-hati dan sungguh-sungguh menjaga adik perem-
puan kami agar ia tidak rusak. Kami akan melakukannya,
yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus, semua turut serta berpe-
ran, melanjutkan, dan memahkotai karya mulia yang diberkati
ini saat waktunya tiba. Apa yang kurang akan segera diper-
baiki, maka pekerjaan iman pun akan dipenuhi oleh kuasa.
Meski pada mulanya kasih karunia tampak kecil, kesudahan-
nya akan luar biasa besar. Jemaat harus ikut peduli kepada
mereka yang belum dipanggil. “Biarkan Aku sendiri,” ujar Kris-
tus. “Aku akan melakukan semua yang perlu Aku lakukan
untuk mereka. Percayalah kepada-Ku.”
3. Sang mempelai wanita menggunakan kesempatan ini un-
tuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kekasihnya
atas kebaikan hatinya (ay. 10). Ia mau mempercayakan adik
wanita nya kepada kekasihnya itu, sebab ia sendiri sudah
mengalami kasih karunia-Nya yang luar biasa, dan sebab itu
ia berutang budi atas keberadaan dirinya kepada kekasihnya:
Aku yaitu suatu tembok, dan buah dadaku bagaikan menara.
Perkataan ini diucapkannya bukan untuk mengejek adik perem-
puannya yang belum mempunyai buah dada, melainkan untuk
menghibur adik wanita nya perihal keadaannya ini ,
bahwa kekasihnya yang telah membuatnya menjadi seperti
sekarang ini, yang telah membangunnya di atas diri kekasihnya
sendiri dan membuatnya bertumbuh dewasa, mampu dan akan
melakukan kebaikan yang sama kepada mereka yang berada
dalam keadaan yang sama seperti dengan yang ia tanggung di
dalam hatinya. Dalam matanya saat itu aku bagaikan orang
yang telah mendapat kebahagiaan. Lihatlah,
(1) Bagaimana sang mempelai wanita memandang dirinya
sendiri sesudah menemukan kebahagiaan di mata Yesus
Kristus. Mereka yang mendapat kebahagiaan dari Tuhan dan
diterima oleh-Nya yaitu orang-orang yang berbahagia,
sungguh-sungguh berbahagia, dan selamanya berbahagia.
(2) Bagaimana sang mempelai wanita mengakui pekerjaan
baik Tuhan di dalam dirinya sebagai kehendak baik Tuhan
bagi dirinya: “Dia telah membangunku menjadi tembok dan
buah dadaku bagaikan menara, dan dalam hal ini, melebihi
semuanya, aku merasakan kasih-Nya bagiku.” Salam, hai
engkau yang dikaruniai, sebab di dalam engkaulah Kristus
menjadi nyata.
(3) Betapa Tuhan berkenan akan buah karya tangan-Nya. Keti-
ka kita dibangun sebagai tembok, sebagai tembok tembaga
(Yer. 1:18; 15:20), yang tetap teguh berdiri menahan ama-
rah orang-orang yang gagah sombong (Yes. 25:4), Tuhan
berkenan di dalam kita untuk berbuat baik bagi kita.
(4) Dengan sukacita dan kemenangan inilah, kita harus men-
jadi saksi tentang kasih karunia Tuhan bagi kita, dan de-
ngan kelegaan inilah kita harus menengok kembali kepada
saat-saat dan musim-musim tertentu saat di dalam mata-
Nya, kita bagaikan orang yang telah mendapat kebahagia-
an. Hari-hari ini tidak boleh pernah kita lupakan.
II. Mereka di sini bertukar-pikiran mengenai sebidang kebun anggur
yang mereka miliki di negeri, yaitu jemaat Kristus di bumi yang
dianggap sebagai suatu kebun anggur (ay. 11-12): Salomo mem-
punyai kebun anggur di Baal-Hamon, mempunyai sebuah kerajaan
dengan penduduk yang begitu banyak. Oleh sebab Salomo dalam
hal ini diperlambangkan sebagai sosok Kristus, maka kebun
anggurnya pun dipandang sebagai jemaat Kristus. Juruselamat
kita sudah memberi petunjuk untuk memahami ayat-ayat ini di
dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur
yang tidak tahu berterima kasih (Mat. 21:33). Perjanjiannya ada-
Kitab Kidung Agung 8:8-12
lah bahwa setiap penggarap yang menyewa kebun anggur, yang
ditumbuhi seribu pohon anggur, harus membayar sewa tahunan
sebesar seribu syikal perak. Sebab, kita baca di dalam Kitab
Yesaya 7:23 bahwa di tanah yang subur tumbuh seribu pohon
anggur yang berharga seribu syikal perak. Perhatikan,
1. Jemaat Kristus yaitu kebun anggur-Nya, tempat yang menye-
nangkan dan istimewa, diberikan banyak kehormatan khusus.
Kristus bersukacita sewaktu berjalan-jalan di dalamnya, se-
perti halnya pemilik kebun berkeliling di dalam kebun anggur-
nya dan bergembira dengan buah-buahnya.
2. Kristus telah mempercayakan kebun anggur-Nya kepada ma-
sing-masing kita sebagai para penjaganya. Hak istimewa
jemaat yaitu harta yang bernilai yang Dia percayakan kepada
kita untuk terus dijaga sebagai bentuk kepercayaan yang suci.
Pelayanan jemaat harus menjadi karya kita menurut kemam-
puan kita masing-masing. Anak-Ku, pergi dan bekerjalah hari
ini di kebun anggur-Ku. Adam, saat belum jatuh dalam dosa,
bekerja mengusahakan dan memelihara taman itu.
3. Kristus mengharapkan uang sewa dari mereka yang bekerja di
kebun anggurnya dan yang diberi kepercayaan untuk menge-
lolanya. Ia datang mencari buah dan meminta mereka yang
telah menikmati hak istimewa oleh Injil untuk melakukan
kewajiban Injil. Setiap orang tanpa terkecuali harus membawa
kemuliaan dan kehormatan bagi Kristus dan melayani demi
kerajaan-Nya di dunia. Hal ini sesuai dengan manfaat dan
keuntungan yang mereka nikmati sebagai bagian yang menjadi
hak istimewa mereka atas kebun anggur milik-Nya.
4. Walaupun telah diserahkanlah kebun anggur itu kepada para
penjaga oleh Kristus, namun kebun anggur itu tetap milik-Nya
dan diawasi-Nya selalu dengan maksud baik. Sebab, bila Ia
tidak mengawasi kebun anggur itu siang dan malam (Yes.
27:2-3), maka pengawal yang telah Ia beri kepercayaan untuk
menjaga akan melakukan hal yang sia-sia (Mzm. 127:1). Seba-
gian orang memahami kalimat ini sebagai perkataan Kristus
(ay. 12): Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, ada di hadap-
anku. Mereka mengamati bagaimana Kristus berdiam di dalam
kepunyaan-Nya sendiri: Inilah kebun anggurku, yang punyaku
sendiri. Begitu sayangnya Kristus terhadap jemaat-Nya itu.
Jemaat yaitu kepunyaan-Nya sendiri di dunia (Yoh. 13:1, KJV),
dan sebab nya Ia akan selalu melindungi-Nya. Jemaat yaitu
milik-Nya sendiri yang akan selalu Ia pelihara.
5. Jemaat, yang menikmati pelbagai hak istimewa kebun anggur,
harus selalu memiliki kebun anggur ini di hadapannya.
Perawatan kebun anggur harus dikerjakan dengan tekun dan
rajin. Perkataan ini lebih tepatnya merupakan perkataan sang
mempelai wanita : Kebun anggurku, yang punyaku sendiri,
ada di hadapanku. Ia meratapi kesalahan dan kebodohannya
yang tidak merawat kebun anggurnya sendiri (1:6), namun seka-
rang ia bertekad memperbaiki kelakuannya. Hati kita yaitu
kebun anggur yang harus kita jaga dengan segala kewaspada-
an, sehingga dengan demikian kita harus senantiasa meng-
awasinya.
6. Perhatian utama kita yaitu melunasi sewa atas kebun anggur
Kristus yang telah dipercayakan kepada kita, dan memastikan
bahwa kita tidak menjadi lalai atau mengecewakan utusan
yang dikirim-Nya untuk menerima hasil yang menjadi bagian-
Nya (Mat. 21:34). Bagimulah seribu keping itu, raja Salomo, dan
engkau akan mendapatkannya. Keuntungan yang utama men-
jadi milik Kristus. Bagi-Nya dan bagi pujian-Nyalah semua ha-
sil pekerjaan kita harus diabdikan.
7. jika kita bersungguh-sungguh memuji Kristus atas hak
istimewa kita sebagai jemaat, maka kita sendiri akan mene-
rima penghiburan dan manfaat dari pujian kita ini . Bila
pemilik kebun anggur telah menerima apa yang menjadi ba-
giannya, maka para penjaga kebun anggur pun akan mene-
rima bayaran yang setimpal dengan pekerjaan dan jerih payah
mereka. Para penjaga ini akan menerima dua ratus keping,
jumlah yang jelas dipandang sebagai keuntungan yang besar.
Mereka yang bekerja bagi Kristus sesungguhnya bekerja bagi
diri mereka sendiri, dan pada akhirnya akan meraih sendiri
keuntungan dari kerja ini .
Kitab Kidung Agung 8:13-14
Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat;
Harapan agar Kemuliaan Dinyatakan
(8:13-14)
13 – Hai, penghuni kebun, teman-teman memperhatikan suaramu, perdengar-
kanlah itu kepadaku! 14 – Cepat, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau
seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah.
Kristus dan pengantin-Nya pada bagian ini berpisah untuk semen-
tara waktu. Sang mempelai wanita harus tinggal di kebun di
bumi, tempatnya bekerja untuk Kristus. Sementara Kristus harus
pergi ke gunung-gunung tanaman rempah-rempah di sorga, di mana
ada yang harus Ia kerjakan bagi sang mempelai wanita , sebagai
seorang pengantara pada Bapa. Sekarang perhatikan ungkapan kasih
yang saling mereka ucapkan satu sama lain pada waktu mereka
berpisah.
I. Kristus mau agar pengantin-Nya sering memperdengarkan suara
kepada-Nya. Sang mempelai wanita sudah siap sedia dengan
memegang pena, memantapkan diri untuk menulis surat kepada
Kristus. Ia tahu apa yang harus ditulis (ay. 13): “Hai engkau yang
saat ini merupakan penghuni kebun, memelihara dan menjaganya
sampai engkau diangkat darinya ke sorga yang di atas. Hai engkau
orang percaya! Siapapun engkau, penghuni kebun dari ketetapan-
ketetapan yang mulia, di kebun persaudaraan dan persekutuan di
dalam jemaat, teman-teman sangat bersukacita mendengarkan
suaramu, perdengarkanlah itu kepadaku juga.” Perhatikan,
1. Sahabat-sahabat Kristus harus menjalin hubungan baik satu
sama lain dan sebagai kawan akrab, sering bercakap-cakap
satu sama lain (Mal. 3:16) dan saling memperhatikan suara
masing-masing. Mereka harus saling mengajar, menguatkan,
dan menghormati. Mereka yaitu rekan di dalam kerajaan dan
kesabaran Kristus, sehingga dengan demikian sebagai sesama
pengembara, mereka harus saling menjaga kebebasan yang
menguntungkan satu sama lain, dan tidak malu bertegur sapa
atau merasa asing satu sama lain. Persekutuan orang kudus
merupakan sebuah ketentuan yang ada dalam perjanjian kita,
dan juga salah satu pernyataan dalam pengakuan iman kita,
untuk menasihati seorang akan yang lain setiap hari, dan
dengan senang hati dinasihati oleh orang lain. Bersungguh-
sungguhlah mendengarkan suara jemaat, sepanjang suaranya
itu sejalan dengan suara Kristus. Sahabat-sahabat Kristus
pasti akan melakukan seperti demikian.
2. Di tengah-tengah persekutuan kita dengan satu sama lain,
kita tidak boleh melalaikan persekutuan kita dengan Kristus,
namun biarlah Ia memandang muka kita dan mendengar suara
kita. Kristus mengatakannya di sini: “Teman-teman memperhati-
kan suaramu. Mereka senang mendengarnya. Perdengarkanlah
itu kepada-Ku. Engkau menyampaikan keluh kesahmu kepada
mereka bila ada sesuatu yang membuatmu sedih. Mengapa eng-
kau tidak menyampaikannya kepada-Ku dan membiarkan-Ku
mendengarnya? Engkau begitu bebas bergaul dengan mereka.
Hendaklah engkau bergaul sedemikian bebasnya juga dengan
Aku. Ungkapkan isi hatimu kepada-Ku.” Demikianlah Kristus,
saat Ia meninggalkan murid-murid-Nya, meminta mereka un-
tuk mengirim kabar kepada-Nya pada setiap kesempatan. Minta-
lah, maka akan diberikan kepadamu. Perhatikan, Kristus tidak
hanya menerima dan menjawab, namun bahkan merindukan
doa umat-Nya dengan sangat dan tidak menganggap umat-Nya
merepotkan bagi Dia. Sebaliknya, Ia memandang sebagai sua-
tu kehormatan mendapat doa-doa umat-Nya dan doa-doa itu
dikenan-Nya (Ams. 15:8). Kita memperdengarkan doa kita ke-
pada-Nya tidak hanya saat kita berdoa, namun saat kita
bergumul dan berjuang di dalam doa. Ia sangat berkenan akan
permohonan yang disampaikan kepada-Nya berulang kali,
suatu sikap yang jelas bukanlah sikap manusia pada umum-
nya. Beberapa orang membacanya sebagai berikut, “Perdengar-
kanlah aku. Engkau mempunyai banyak kesempatan untuk
bercakap-cakap dengan teman-temanmu, dan mereka mende-
ngarkan perkataanmu. Ceritakanlah tentang Aku kepada mere-
ka. Biarlah nama-Ku didengar di antara mereka. Biarlah Aku
menjadi pokok perbincanganmu.” “Satu kata dari Kristus” (se-
perti yang kerap dikatakan oleh Uskup Agung Usher) “sebelum
engkau berpisah dengan lawan bicaramu.” Tidak ada pokok per-
bincangan lain yang lebih penting atau lebih menyenangkan.
II. Sang mempelai wanita merindukan mempelai laki-lakinya agar
segera kembali kepadanya (ay. 14): Cepat, kekasihku, kembalilah,
dan terimalah diriku bersamamu. Berlakulah seperti kijang, atau
anak rusa, di atas gunung tanaman rempah-rempah. Jangan mem-
Kitab Kidung Agung 8:13-14
buang-buang waktu. Memang menyenangkan berdiam di sini di
dalam kebun, namun pergi dan diam bersama-sama dengan engkau,
jauh lebih baik. Itulah harapanku, hal yang kutunggu dan kurindu-
kan. Datanglah segera, Tuhan Yesus. Perhatikan,
1. Meskipun saat ini Yesus Kristus telah naik ke sorga, Ia akan
kembali. Sorga yang laksana gunung tanaman rempah-rempah
manis yang menjulang tinggi, harus memuat-Nya hingga da-
tang waktu kelegaan, dan kelak waktu itu akan datang saat
setiap mata akan melihat Dia dalam segala kemuliaan dan
kuasa dari dunia atas yang lebih baik, di mana misteri tentang
Tuhan terkuak dan tubuh rohani disempurnakan.
2. Orang-orang percaya, sementara mereka menanti-nantikan
datangnya hari Tuhan, mereka cepat-cepat ingin hari itu tiba.
Ini tidak berarti bahwa mereka ingin membuat Kristus datang
lebih cepat dari waktu yang seharusnya, namun agar tujuan-
tujuan Tuhan yang mengantarai hari kedatangan-Nya itu dapat
terpenuhi, dan kesudahannya akan tiba, lebih cepat, lebih
baik. Mereka juga tidak berpikir bahwa Kristus lalai menepati
janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, namun dengan ketergesaan itu mereka mengungkap-
kan kekuatan kasih mereka kepada-Nya serta besarnya harap-
an mereka agar Ia datang kembali.
3. Hanya mereka yang dengan tulus memanggil nama Kristus se-
bagai kekasih, bahkan kekasih tersayang, yang dapat dengan
alasan-alasan yang benar mengharapkan Kristus untuk mem-
percepat kedatangan-Nya yang kedua kali. Sementara itu, bagi
mereka yang melacurkan hatinya dengan dunia dan menaruh
perhatian kepada hal-hal duniawi, mereka tidak dapat ber-
sukacita atas kemunculan Kristus, malah justru takut dengan
kedatangan-Nya, sebab bila itu terjadi, dunia dan segala isi-
nya yang di dalamnya mereka telah pilih sebagai bagian mere-
ka, akan hangus lenyap. namun , mereka yang sungguh-
sungguh mengasihi Kristus mendambakan kedatangan-Nya
yang kedua kali, sebab ini akan menjadi mahkota bagi kemu-
liaan-Nya dan kebahagiaan mereka.
4. Penghiburan dan kelegaan yang kita peroleh dari persekutuan
dengan Tuhan di dalam kasih karunia di dunia ini seharusnya
membuat kita lebih bersungguh-sungguh mengejar kesempat-
an untuk melihat Kristus dan menikmati kehadiran-Nya di da-
lam kerajaan mulia. Sang mempelai wanita , seusai perca-
kapan yang begitu mesra dengan kekasihnya dan mengetahui
bahwa mereka harus berpisah, menutup dengan permohonan
yang tulus agar kiranya Ia menyempurnakan dan mengekal-
kan kebahagiaan ini di masa depan. Gugusan buah anggur
yang kita jumpai di padang gurun ini haruslah membuat kita
merindukan kebun anggur yang sempurna di Kanaan. Jika
satu hari di pelatarannya saja sudah begitu indah, maka
betapa menyenangkannya hidup kekal di dalam kemah suci
bersama-Nya! Bila ini sorga, betapa aku ingin ada di sana!
5. Penyembahan dan pujian kita sebaiknya ditutup dengan ha-
rapan yang dipenuhi sukacita untuk melihat kemuliaan Tuhan
diungkapkan, dan disertai kerendahan hati yang kudus dalam
menantikannya. Kita memang akan berpisah, namun kita akan
berjumpa kembali. Setiap sabat selayaknya diakhiri dengan
harapan akan sabat yang kekal, yang tidak akan berakhir
dengan malam atau berganti oleh hari-hari sesudah nya. Setiap
sakramen selayaknya diakhiri dengan harapan akan perayaan
kekal, saat kita akan duduk bersama Kristus di meja-Nya di
dalam kerajaan-Nya, dan tidak akan berdiri lagi, namun terus
minum anggur baru di sana. Selayaknya juga kita mengakhiri
setiap perkumpulan ibadah kita dengan harapan akan ber-
kumpul nanti dalam perkumpulan ibadah jemaat anak-anak
sulung, saat waktu dan hari tidak ada lagi. Kiranya Yesus
yang terberkati mempercepat datangnya hari yang terberkati
itu. Mengapa kereta-Nya tak kunjung datang? Mengapa kereta-
kereta-Nya belum kedengaran?