pengkotbah kidungagung 13


 an dan 

gerakannya. Demikianlah, jemaat tampak elok di mata Kristus 

saat sendi-sendi itu dijaga tetap kuat oleh kasih yang kudus 

dan kesatuan, dan juga oleh persekutuan orang-orang kudus. 

Saat orang percaya mengerjakan agamanya dengan dasar-dasar 

yang benar, teguh dan bersahaja dalam seluruh pembicara-

annya, dan siap sedia melakukan setiap kewajibannya pada 

waktu dan tempatnya, maka sendi-sendinya seperti perhiasan. 

3. Pusarnya di sini diibaratkan seperti cawan atau piala yang 

bulat, yang tak kekurangan anggur campur apa pun yang 

diharapkan orang akan ada di dalamnya, seperti piala Daud 

yang penuh meluap (Mzm. 23:5). Pusar itu bagus bentuknya, 

tidak seperti bayi menyedihkan yang tidak dipotong pusatnya 

(Yeh. 16:4). Takut akan Tuhan dikatakan akan menjadi kesem-

buhan pada pusar (Ams. 3:8, KJV). saat  jiwa tak kekurangan 

takut akan Tuhan, maka pusarnya tak kekurangan anggur 

campur. 

4. Perutnya bagaikan timbunan gandum di dalam lumbung, yang 

mungkin kadang-kadang, supaya indah dipandang, dihiasi 

dengan bunga-bunga. Gandumnya bermanfaat, bunga-bunga 

bakungnya indah. Inilah gambaran segala yang ada dalam 

jemaat bagi anggota tubuh jemaat itu, entah untuk kegunaan-

nya, atau sebagai perhiasan. Seluruh tubuh diberi gizi dari 

perut. Hal ini menggambarkan kesejahteraan rohani seorang 

percaya dan kondisi kesehatan jiwanya, bahwa semua berada 

dalam keadaan yang baik.  

5. Buah dadanya seperti dua anak rusa, seperti anak kembar 

kijang (ay. 3). Di dada penghiburan jemaat, orang-orang men-

dapat penghiburan, yaitu mereka yang lahir dari rahimnya 

(Yes. 46:3). Dan melalui pusarnya, mereka mendapatkan ma-

kanan di dalam rahim. Kiasan perbandingan ini sudah kita 

jumpai sebelumnya (4:5). 

6. Lehernya, yang sebelumnya diibaratkan sebagai menara Daud 

(4:4), di sini diibaratkan sebagai menara gading, begitu putih, 

begitu berharga. Seperti itulah iman orang-orang kudus yang 

menghubungkan mereka dengan Kristus kepala mereka. Nama 

Tuhan, yang dipakai dengan iman, bagi orang-orang kudus 

seperti menara yang kuat dan tidak tertembus. 

7. Matanya diibaratkan bagai telaga di Hesybon, atau bagai 

kolam buatan, dekat pintu gerbang, entah di Yerusalem atau 

di Hesybon, yang disebut Batrabim, yang berarti putri banyak 

orang, sebab  adanya jalan utama yang besar. Pengertian, 

iktikad seorang percaya, bersih dan jernih seperti telaga ini. 

Matanya, yang meratapi dosa, seperti pancuran (Yer. 9:1), dan 

elok bagi Kristus.  

8. Hidungnya seperti menara di gunung Libanon, dahinya atau 

wajahnya diteguhkan seperti keteguhan gunung batu (Yes. 

Kitab Kidung Agung 7:1-9 

50:7), tidak gentar, seperti menara yang tidak tertembus itu. 

Jadi, kiasan ini melambangkan keluhuran budi dan keberani-

an kudus jemaat, atau (seperti tafsiran lain) kecakapan rohani 

jemaat dalam mencerna hal-hal yang berbeda, seperti binatang 

secara unik membedakan berdasarkan bau. Menara ini meng-

hadap ke kota Damsyik, ibu kota Siria, yang menggambarkan 

keberanian jemaat dalam menghadapi musuh tanpa takut 

kepadanya. 

9. Kepalanya seperti bukit Karmel, bukit yang sangat tinggi di 

dekat laut (ay. 5). Kepala orang percaya ditegakkan mengatasi 

musuh-musuhnya (Mzm. 27:6), mengatasi badai dari daerah 

yang lebih rendah, sama seperti puncak Karmel, mengarah ke 

sorga. Semakin jauh kita mengatasi dunia ini, semakin dekat 

kita dengan sorga, dan semakin aman dan tenteram kita kare-

nanya, semakin memesona kita dalam pandangan Tuhan Yesus. 

10. Rambut kepalanya dikatakan merah lembayung (ungu – pen.). 

Hal ini menunjukkan bahwa di mata kristus, seorang percaya 

memikat dalam segala hal, bahkan sampai ke rambutnya, atau 

(seperti beberapa penafsir mengartikannya) jepitan-jepitan yang 

menghiasi rambutnya. Beberapa penafsir mengartikan kepala-

nya dan rambutnya sebagai pemimpin-pemimpin jemaat, yang, 

jika  mereka melakukan kewajibannya dengan cermat, sa-

ngat menambah keelokan jemaat. Kepalanya seperti kirmizi (de-

mikian beberapa penafsir membacanya) dan rambutnya merah 

lembayung, dua warna yang dipakai oleh orang-orang besar. 

II. Kepuasan yang diperoleh Kristus dalam jemaat-Nya yang sedemi-

kian didandani dan dihiasi. Jemaat memang sangat indah jika ia 

demikian adanya di mata Kristus. Dengan mengatakan bahwa 

jemaat itu elok, maka kasih Kristus-lah yang membuat keelokan 

ini benar-benar berharga, sebab Kristus yaitu  hakim yang tidak 

mungkin salah.  

1. Kristus sangat senang memandang jemaat-Nya, dan berbicara 

dengan dia. Dia bersuka akan bagian bumi-Nya yang ditempati 

jemaat: raja tertawan dalam serambi-serambinya (ay. 5, KJV), 

dan tidak dapat meninggalkannya. Kiasan ini dijelaskan dalam 

Mazmur 132:13-14, TUHAN telah memilih Sion, dengan ber-

kata, inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku 

hendak diam, dan dalam Mazmur 147:11, TUHAN senang ke-

pada orang-orang yang takut akan Dia. Dan, jika Kristus begitu 

bersuka akan serambi-serambi persekutuan dengan umat-Nya, 

maka lebih banyak lagi alasan bagi umat-Nya untuk menyukai 

serambi-serambi itu, dan untuk mengakui bahwa satu hari di 

sana lebih baik dari pada seribu hari. 

2. Kristus bahkan terkagum-kagum dengan keindahan jemaat-Nya 

(ay. 6): Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta! Betapa 

engkau dibuat menjadi cantik! (demikianlah arti perkataan ini), 

“bukan terlahir cantik, namun  dibuat menjadi cantik oleh keelok-

an yang Kuberikan kepadamu.” Kekudusan yaitu  kecantikan 

yang tidak terlukiskan. Tuhan Yesus sangat disenangkan oleh-

nya. Dari luar, kekudusan itu cantik. Dari dalam, kekudusan 

itu menyenangkan dan sangat membahagiakan, dan kepuasan 

yang Kristus dapatkan di dalamnya tidak terungkapkan. Hai 

yang paling Kusayangi di antara segala yang disenangi! Demi-

kianlah beberapa penafsir membacanya. 

3. Kristus memutuskan untuk menjaga persekutuan dengan 

jemaat-Nya. 

(1) Untuk memegangnya seperti memegang gugusan-gugusan 

pohon korma. Kristus mengibaratkan sosok tubuh jemaat 

bagaikan pohon korma (ay. 7), begitu lurus, begitu kuat, 

demikianlah tampaknya saat jemaat dipandang sebagai 

satu tubuh yang seimbang segala bagiannya. Pohon korma 

terlihat paling subur saat pohon itu penuh dibebani dengan 

buah-buahnya. Demikian pula halnya dengan jemaat, 

semakin ditindas, semakin berlipat ganda jumlahnya. Dan 

cabang-cabangnya yaitu  pelambang kemenangan. Kristus 

berkata, “Aku ingin memanjat pohon korma itu, untuk 

menggembirakan diriku dengan bayangannya (ay. 8) dan 

Aku akan memegang gugusan-gugusannya serta mengamati 

keindahannya.” Perkataan yang diucapkan Kristus pasti 

akan dilakukan-Nya, demi umat-Nya. Kita boleh yakin bah-

wa Dia pasti melakukannya, sebab  rencana-Nya yang baik 

tidak akan pernah jatuh ke tanah dengan sia-sia. Dan, jika 

Kristus memegang gugusan-gugusan jemaat-Nya, segera 

memegang cabang-cabangnya, saat  cabang-cabang itu 

masih muda dan lembut, Dia akan tetap memegangnya dan 

tidak akan melepaskannya. 

Kitab Kidung Agung 7:1-9 

(2) Menyegarkan diri-Nya dengan buah-buah jemaat. Kristus 

mengibaratkan buah dadanya (yaitu kasihnya yang saleh 

kepada Kristus) bagai gugusan anggur (ay. 7, KJV), buah 

yang paling lezat. Dan Kristus mengulanginya (ay. 8): Buah 

dadamu (yaitu , buah dadamu bagi-Ku) seperti gugusan 

anggur yang menyukakan hati. “sebab  kini Aku memanjat 

pohon korma itu, budi luhurmu akan makin terlihat dan 

terangkat.” Kehadiran Kristus bersama umat-Nya menyala-

kan api sorga yang kudus dalam jiwa mereka sehingga 

buah dada mereka seperti gugusan anggur, minuman ang-

gur yang manis bagi mereka sendiri dan berkenan bagi-

Nya. Dan, sebab  Tuhan , pada mulanya, menghembuskan 

nafas hidup ke dalam hidungnya, dan masih mengembus-

kan nafas kehidupan yang baru, nafas hidung mereka se-

perti buah apel, atau jeruk, yang menyenangkan dan me-

nyegarkan. TUHAN mencium persembahan Nuh yang harum 

(Kej. 8:21). Dan, terakhir, langit-langit mulutnya bagaikan 

anggur terbaik (ay. 9, KJV). Selera dan cita rasa rohaninya, 

atau perkataannya mengenai Tuhan  dan manusia, yang 

bukan berasal dari gigi-giginya yang berada di luar, namun  

dari langit-langit mulutnya, berkenan kepada Tuhan . Doa 

orang jujur dikenan-Nya. Dan, saat orang-orang yang takut 

akan Tuhan berbicara satu sama lain sebagaimana yang 

patut bagi mereka, Tuhan memperhatikan dan mendengar-

nya dengan senang hati (Mal. 3:16). Perkataan itu bagaikan 

anggur yang, 

[1] Sangat enak dan lezat dikecap. Anggur itu mengalir de-

ngan tak putus-putusnya. Anggur itu mengalir langsung 

(demikian tafsiran luasnya), mengalir masuk dengan nik-

mat (Ams. 23:31). Kenikmatan indra tampaknya baik me-

nurut nafsu daging, dan mudah dinikmati, namun  sering 

kali kenikmatan itu salah, dan, dibandingkan dengan ke-

nikmatan persekutuan dengan Tuhan , kenikmatan indera-

wi itu rendah dan kasar. Tidak ada yang mengalir dengan 

tak putus-putusnya dan begitu lembut bagi jiwa yang 

penuh rahmat selain anggur penghiburan Tuhan .  

[2] Anggur itu minuman yang luar biasa. Kehadiran Kris-

tus, melalui Roh-Nya, bersama umat-Nya akan mem-

bangkitkan gairah dan menyegarkan mereka, seperti 

anggur yang kuat, yang membuat bibir orang-orang 

yang sedang tidur sekalipun (mereka yang hampir ping-

san tak sadarkan diri) berbicara (ay. 9, KJV). Orang-

orang berdosa yang belum bertobat tertidur. Orang-

orang kudus sering kali terkantuk-kantuk, tidak bergai-

rah, dan setengah tertidur. namun  , firman dan Roh 

Kristus akan memberi kehidupan dan kekuatan pada 

jiwa, dan dari luapan hati yang dipenuhi dengan cara 

inilah, mulut akan berucap. saat  para rasul penuh 

dengan Roh, mereka berkata-kata tentang perbuatan-

perbuatan besar yang dilakukan Tuhan  (Kis. 2:10, 12). 

Dan, orang-orang yang menentang kemabukan oleh 

anggur sebab  anggur menimbulkan hawa nafsu, penuh 

dengan Roh, berkata-kata seorang kepada yang lain 

dalam mazmur dan kidung puji-pujian (Ef. 5:18-19). Saat 

Kristus memuji kemanisan cinta mempelainya, sebab  

disenangkan oleh pernyataan-Nya, jemaat tampaknya 

menambahkan perkataan itu, kepada kekasihku. “Ada-

kah sesuatu yang menyenangkan atau berharga dalam 

diriku? Sebagaimana hal itu berasal dari kekasihku, 

maka hal itu juga diperuntukkan bagi kekasihku.” Saat 

itulah Kristus bersuka dalam kasih dan pelayanan kita 

yang baik, saat  semua itu berasal dari Dia dan diper-

sembahkan untuk kemuliaan-Nya. 

Merindukan Persekutuan dengan Kristus;  

Kasih Jemaat terhadap Kristus  

(7:10-13) 

10 Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju. 11 Mari, kekasih-

ku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar! 12 Mari, 

kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur su-

dah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon deli-

ma sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!  

13 Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah 

yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan 

bagimu, kekasihku! 

Ayat-ayat ini yaitu  perkataan sang mempelai wanita , yaitu 

jemaat, jiwa-jiwa yang percaya, sebagai jawaban atas ungkapan kasih 

yang baik hati dari Kristus dalam ayat-ayat sebelumnya. 

Kitab Kidung Agung 7:10-13 

I.  Jemaat di sini bersorak-sorai sebab  hubungannya dengan Kris-

tus dan kepentingannya di dalam Dia, dan dalam nama-Nya ia 

akan bermegah sepanjang hari. Betapa besar sukacita dan kegem-

biraan kudus yang dirasakan jemaat saat ia berkata (ay. 10), “Ke-

punyaan kekasihku aku, bukan kepunyaanku sendiri, namun  se-

utuhnya dipersembahkan dan dimiliki oleh-Nya.” Jika kita sung-

guh-sungguh dapat berkata bahwa Kristus yaitu  kekasih terbaik 

kita, maka kita akan meyakini bahwa kita yaitu  kepunyaan-Nya 

dan Dia akan menyelamatkan kita (Mzm. 119:94). Pengungkapan 

yang indah akan kasih Kristus kepada kita akan sangat membuat 

kita bersukacita akan kuasa-Nya, kedaulatan-Nya, dan kepemilik-

an-Nya atas kita, yang akan menjadi sumber penghiburan dan 

bukan ikatan kewajiban. Keintiman persekutuan dengan Kristus 

akan membantu memurnikan kepentingan kita di dalam Dia. 

Merasa bangga dengan hal ini, bahwa ia yaitu  kepunyaan-Nya, 

untuk melayani-Nya, dan sebab  melihat kehormatannya, jemaat 

menghibur dirinya dengan perkataan ini, bahwa kepadanya 

gairah Kristus tertuju, dengan kata lain, Dia yaitu  suaminya. 

Perkataan ini yaitu  kata-kata yang diucapkan dalam hubungan 

suami-istri (Kej. 3:16). Gairah Kristus sangat kuat terhadap sisa 

pilihan-Nya, saat  Dia datang dari sorga ke dunia untuk mencari 

dan menyelamatkan mereka. Dan dalam upaya-Nya mengejar 

kepunyaan-Nya, hati-Nya bahkan disusahkan sampai baptisan 

darah yang harus dilaluinya berlangsung (Luk. 12:50). Kristus 

menginginkan Sion menjadi tempat kedudukan-Nya. Inilah peng-

hiburan bagi orang percaya bahwa, siapa pun yang merendahkan 

mereka, Kristus tetap menginginkan mereka, gairah-Nya begitu 

besar sampai-sampai Dia akan datang kembali dari sorga ke du-

nia dan membawa mereka ke tempat-Nya, sebab  Dia merindukan 

agar mereka semua berada bersama-sama dengan Dia (Yoh. 

17:24; 14:3). 

II. Jemaat dengan rendah hati dan sungguh-sungguh menginginkan 

persekutuan dengan Kristus (ay.11-12): “Mari, kekasihku, mari 

kita berjalan-jalan, agar aku mendapatkan nasihat, petunjuk, dan 

penghiburan dari-Mu, dan agar aku dapat memberitahukan ke-

inginan dan kepedihanku kepada-Mu, dengan bebas, dan tanpa 

gangguan.” Demikianlah Kristus dapat berjalan bersama-sama 

dengan kedua murid yang sedang pergi ke sebuah kampung ber-

nama Emaus, dan bercakap-cakap dengan mereka, sampai Dia 

membuat hati mereka berkobar-kobar. Amatilah di sini, 

1. sesudah  menerima tanda kasih-Nya yang baru, dan menjadi 

yakin penuh akan kedudukan mereka dalam Dia, jemaat pun 

dengan penuh semangat terus melangkah maju supaya lebih 

mengenal Dia lebih jauh lagi. Seperti Rasul Paulus yang 

terberkati, yang selalu lebih lagi merindukan pengenalan akan 

Kristus Yesus, yang lebih mulia dari pada semuanya (Flp. 3:8). 

Kristus telah menyatakan betapa besar kerinduan-Nya kepada 

kita, jadi sangat tidak berterima kasihlah jika kita sampai 

tidak merindukan Dia. Perhatikanlah, persekutuan dengan 

Kristus yaitu  hal yang paling dirindukan oleh semua orang 

yang dikuduskan. Semakin jelas Kristus mengungkapkan ka-

sih-Nya, semakin dalam mereka merindukannya. Kesenangan 

indra memuaskan keinginan daging, dan segera membuatnya 

jemu, namun  kesenangan rohani membakar gairah, yang dinya-

takan dengan perkataan ini, tiada yang lain selain Tuhan , dan 

selalu menginginkan-Nya lebih dan lebih lagi. Kristus berkata, 

Aku ingin memanjat pohon korma itu. Mari, kata jemaat, kita 

pergi. Janji yang diberikan Kristus akan persekutuan dengan 

Dia bukan untuk menggantikan doa-doa kita, namun  untuk 

menghidupkan dan mendorong doa-doa kita untuk memper-

oleh persekutuan itu. 

2. Ia ingin pergi ke padang dan ke desa-desa untuk bersekutu 

dengan-Nya. Orang-orang yang ingin bercakap-cakap dengan 

Kristus harus keluar dari dunia dan kesenangannya, harus 

menghindari segala sesuatu yang dapat mengalihkan pikiran-

nya dan menjadi penghalang saat  seluruh pikirannya seha-

rusnya dikuasai oleh Kristus. Kita harus berusaha melayani 

Tuhan tanpa gangguan (1Kor. 7:35), sebab  itulah sang mem-

pelai wanita  di sini ingin keluar dari kebisingan kota. 

Marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan (Ibr. 13:13). 

Kesendirian dan pengunduran diri bersahabat dengan per-

sekutuan dengan Tuhan . Oleh sebab  itu, Ishak berjalan-jalan 

ke ladang untuk merenung dan berdoa. Masuklah ke dalam 

kamarmu, dan tutuplah pintu. Orang percaya tidak pernah 

sendirian saat  sendirian dengan Kristus, saat tidak ada mata 

yang melihat. 

Kitab Kidung Agung 7:10-13 

3. Meskipun ada urusan di luar, untuk menjaga ladangnya, ia 

ingin ditemani oleh kekasihnya. Perhatikanlah, di mana pun 

kita berada, kita tetap bisa melanjutkan persekutuan kita 

dengan Tuhan , kalau bukan sebab  kesalahan kita sendiri, 

sebab  Dia selalu ada di sebelah kanan kita, mata-Nya selalu 

tertuju kepada kita, dan firman-Nya serta telinga-Nya selalu 

dekat dengan kita. Dengan melakukan urusan-urusan duniawi 

kita dengan hati yang kudus terarah pada sorga, menyertakan 

pikiran yang rohani pada kegiatan sehari-hari, dan mengarah-

kan mata kita selalu kepada Tuhan, maka kita pun dapat 

membawa Kristus bersama kita ke mana pun kita pergi. Lagi 

pula, tidak seharusnya kita pergi ke tempat di mana kita tidak 

bisa meminta Kristus dalam iman untuk menyertai kita. 

4. Ia mau bangun awal untuk pergi bersama kekasihnya: Mari, 

kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur. Hal ini menggambarkan 

ikhtiarnya untuk menambah kesempatan bercakap-cakap de-

ngan kekasihnya. Saat waktunya tiba, kita tidak boleh menyia-

nyiakan waktu, seperti wanita itu (Mrk. 16:2) pergi pagi-pagi 

benar meskipun ke kuburan, jika kita pikir kita akan berjumpa 

dengan Dia di sana. Orang-orang yang ingin berjalan bersama 

Kristus, harus mengawali waktu dengan Dia, pagi-pagi benar 

dalam hari-hari mereka, harus memulai setiap hari bersama 

Dia, mencari Dia pagi-pagi, mencari Dia dengan tekun.  

5. Ia akan merasa tenteram bermalam di desa-desa, di gubuk-

gubuk atau pondok-pondok yang dibangun orang desa untuk 

perlindungan mereka selama mereka harus melakukan peker-

jaan mereka di ladang. Di sana, di tempat bermalam yang keras 

dan dingin ini, dia akan tinggal dengan bahagia, asalkan keka-

sihnya ada bersama dengan dia. Kehadiran-Nya akan membuat 

tempat tinggal itu bagus dan menyenangkan, dan mengubahnya 

menjadi istana. Jiwa yang bersyukur dapat merasa damai ber-

ada di tempat tinggal yang terburuk sekalipun, jika ia dapat 

bersekutu dengan Tuhan  di dalamnya. 

6. Ladang-ladang yang paling menyenangkan bahkan selama 

musim semi sekalipun, saat  seluruh negeri terasa sangat 

menyenangkan, tidak akan memuaskan hatinya, kecuali ia 

ada bersama kekasihnya. 

III. Ia ingin lebih mengenal keadaan jiwanya dan perkara-perkara 

yang memengaruhi jiwanya saat ini (ay. 12): Mari kita melihat 

apakah pohon anggur sudah berkuncup. Jiwa kita yaitu  kebun 

anggur kita. Kebun itu memang, atau seharusnya, ditanami de-

ngan pohon anggur dan delima, pohon-pohon pilihan dan ber-

manfaat. Kita ditugaskan menjadi penjaga kebun anggur ini. Oleh 

sebab  itu, kita harus rajin mengurusnya, memperhatikan keada-

an jiwa kita, mencari tahu apakah pohon anggur sudah berkun-

cup, apakah budi baik kita nyata dan bekerja, apakah kita ber-

buah buah-buah kebenaran, dan apakah buah kita melimpah. 

Dan, terutama, marilah kita menyelidiki apakah sudah mekar 

bunganya dan apakah pohon-pohon delima sudah berbunga, yaitu 

kehendak dan pikiran baik apa pun yang ada di dalam diri kita, 

yang masih baru bertumbuh dan rapuh, biarlah semuanya itu 

dilindungi dan dijaga dengan perhatian yang khusus, dan tidak 

dipotong, atau dihancurkan, atau dipetik, namun  dipelihara agar 

menghasilkan buah sampai matang. Dalam memeriksa kondisi 

rohani kita ini, kita perlu membawa Kristus bersama kita, sebab  

kehadiran-Nya akan membuat pohon anggur mekar bunganya dan 

pohon-pohon delima berbunga, seperti kembalinya matahari meng-

hidupkan lagi taman bunga, dan sebab  bagi Dia-lah kita ingin 

hidup kita berkenan. Jika Dia melihat bahwa pohon anggur mekar 

bunganya dan pohon-pohon delima berbunga, jika kita dapat 

berkata kepada-Nya, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, 

bahwa aku mengasihi Engkau, jika Roh-Nya bersaksi bersama-

sama dengan roh kita bahwa jiwa kita berbahagia, maka itu cu-

kuplah. Dan, jika kita ingin mengenal diri kita sendiri, kita harus 

memohon kepada-Nya untuk menyelidiki dan menguji kita, untuk 

membantu kita memeriksa, dan mengungkapkan diri kita kepada 

kita sendiri. 

IV. Ia berjanji akan memberikan hiburan yang terbaik kepada keka-

sihnya di tempatnya di pedesaan. Sebab, Dia akan mendapatkan 

kita dan makan bersama-sama kita (Why. 3:20). 

1. Ia berjanji akan memberi segala perasaan yang terbaiknya 

kepada-Nya. Dan, apa pun yang ia persiapkan untuk-Nya pada 

akhirnya akan dicela jika hatinya tidak benar-benar sepenuh-

nya untuk Dia: “Di sanalah aku akan memberikan cintaku 

kepadamu! Aku akan terus mengulangi pernyataan cintaku, 

Kitab Kidung Agung 7:10-13 

memuliakan-Mu dengan tanda-tanda cinta. Pancaran jiwaku 

kepada-Mu dalam pemujaan dan kerinduan akan semakin 

hidup dan bertambah besar, serta hatiku dipersembahkan 

kepada-Mu dalam api yang kudus.” 

2. Ia berjanji akan menyediakan segala perbekalan yang terbaik 

kepada-Nya (ay. 13). “Di sanalah kita akan menghirup bau-

bauan yang menyenangkan, yaitu semerbak bau buah dudaim.” 

Dudaim melambangkan bunga-bunga cinta, atau yang paling 

disukai, atau buah-buah cinta. Dudaim yaitu  buah yang 

dilihat dari segi mana pun sangat disukai, begitu berharganya 

sampai-sampai Rahel dan Lea bertengkar memperebutkannya 

(Kej. 30:14). “Kita juga akan melihat semua yang enak 

dimakan, dan juga sedap dipandang, segala sesuatu yang khas 

dan hanya ada di pedesaan: dekat pintu kita ada pelbagai 

buah-buah yang lezat.” Perhatikanlah,  

(1) Buah-buah dan pemanfaatan kasih karunia menyenangkan 

bagi Tuhan Yesus.  

(2) Buah-buah dan pemanfaatan kasih karunia ini harus dila-

kukan dengan sepenuh hati kepada-Nya, dipersembahkan 

untuk melayani dan memuliakan Dia. Buah-buah dan 

pemanfaatan kasih karunia ini harus selalu siap tersedia 

dalam diri kita setiap kali kita mendapat kesempatan un-

tuk menunjukkannya, seolah-olah buah-buah itu ada di 

dekat pintu kita, sehingga, dengan berbuah banyak, Dia 

akan dipermuliakan (Yoh. 15:8). 

(3) Buah-buah yang lezat ini ada berbagai macam, dan semua-

nya harus tersedia dalam jiwa kita. Kita harus memiliki 

semua jenis buah-buah ini, kebaikan untuk segala keada-

an, yang telah lama dan yang baru saja dipetik, seperti 

yang dimiliki tuan rumah yang baik itu dalam perbendaha-

raannya, bukan hanya hasil tahun ini, namun  juga sisa hasil 

tahun-tahun yang lalu (Mat. 13:52). Kita tidak boleh hanya 

menjaga kasih karunia yang baru saja kita dengar, pelajari, 

dan alami untuk melayani Kristus, namun  juga yang telah 

kita dapatkan dahulu. Kita juga tidak boleh puas dengan 

apa yang telah kita kumpulkan dan simpan di waktu-wak-

tu lalu, namun , selama kita masih hidup, kita harus terus 

menambahkan hal-hal baru padanya agar perbendaharaan 

kita terus bertambah, sehingga kita diperlengkapi untuk 

setiap perbuatan baik. 

(4) Orang-orang yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus 

akan berpikir semua yang mereka miliki, bahkan buah-

buah mereka yang paling lezat sekalipun, dan segala sesua-

tu yang mereka kumpulkan dengan sepenuh hati, terlalu 

sedikit untuk dicurahkan bagi-Nya. Namun, Dia tetap me-

nyambut semuanya itu. Jika buah-buah itu lebih banyak 

atau lebih baik sekalipun, semuanya tetap harus diberikan 

untuk melayani Dia. Semua itu berasal dari-Nya, dan ka-

rena itu layaklah jika semua itu dipersembahkan kepada-

Nya. 

 

 

 

 

PASAL  8  

ada bagian penutup kidung ini, kasih antara Kristus dan mem-

pelai-Nya tetap terlihat kuat dan hidup seperti telah dituliskan 

sebelumnya, bahkan lebih daripada itu.  

I. Sang mempelai wanita  terus bersikeras untuk bersatu 

dan bersekutu dengan lebih akrab lagi dengan-Nya (ay. 1-3). 

II. Sang mempelai wanita  meminta kepada putri-putri Yeru-

salem agar tidak mengganggu hubungannya yang erat dengan 

kekasihnya (ay. 4), dan oleh sebab nya, para putri Yerusalem 

mengagumi kebergantungan sang mempelai wanita  ke-

pada kekasihnya itu (ay. 5). 

III. Sang mempelai wanita  memohon kepada kekasihnya, 

yang ditinggikannya melalui doa-doanya (ay. 5), agar kiranya 

melalui kasih karunia, kekasihnya berkenan meneguhkan per-

satuan kudus di antara mereka berdua, sebab  sang mempelai 

wanita  telah diterima dalam persatuan kudus itu (ay. 6-7). 

IV. Sang mempelai wanita  bersyafaat bagi orang lain agar me-

reka turut dikasihi (ay. 8-9). Ia menyenangkan dirinya sendiri 

dengan mengingat akan bagian yang didapatnya di dalam 

Kristus dan kasih-Nya kepadanya (ay. 10). 

V. Sang mempelai wanita  mempunyai hak kepemilikan kebun 

anggur, yang dipeliharanya bagi kekasihnya di Baal-Hamon (ay. 

11-12). 

VI. Kidung ini berakhir dengan sahut-sahutan permintaan di kala 

berpisah. Kristus meminta kekasih-Nya untuk sering memper-

dengarkan suara kepada-Nya (ay. 13), dan kekasih-Nya memo-

hon agar Kristus bergegas kembali kepadanya (ay. 14).  

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(8:1-4) 

1 O, seandainya engkau saudaraku laki-laki, yang menyusu pada buah dada 

iartikel , akan kucium engkau bila kujumpai di luar, sebab  tak ada orang 

yang akan menghina aku! 2 Akan kubimbing engkau dan kubawa ke rumah 

iartikel , supaya engkau mengajar aku. Akan kuberi kepadamu anggur yang 

harum untuk diminum, air buah delimaku. 3 Tangan kirinya ada di bawah 

kepalaku, tangan kanannya memeluk aku. 4 Kusumpahi kamu, puteri-puteri 

Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebe-

lum diingininya?  

Di sini, 

I. Sang mempelai wanita  menginginkan keakraban dan kebe-

basan yang tetap bersama Tuhan Yesus.  

1. Sang mempelai wanita  memang sudah bertunangan 

dengan Kristus, namun  sebab  pernikahan di antara keduanya 

belum dirayakan dan diumumkan ke khalayak (sang mempelai 

wanita , yaitu  istri Anak Domba, tidak akan betul-betul 

siap hingga kedatangan-Nya kedua kali), sang mempelai pe-

rempuan harus menahan dirinya dan menjaga jarak. Oleh 

sebab  itu, ia ingin dianggap sebagai saudara wanita -Nya, 

seperti kekasihnya sudah memanggilnya demikian (5:1). Ia 

juga ingin memiliki kesucian dan kedekatan yang murni de-

ngan-Nya seperti seorang saudara wanita  dengan saudara 

laki-lakinya, saudara kandungnya sendiri, yang menyusu pada 

buah dada ibu yang sama dengannya, dan yang sebab  itu 

akan sangat mengasihinya, seperti Yusuf terhadap Benyamin 

saudara laki-lakinya. Beberapa orang menafsirkan perkataan 

ini sebagai doa para orang kudus di Perjanjian Lama agar 

penjelmaan Kristus segera terjadi, agar jemaat lebih mengenal 

Kristus dengan baik, mengingat Kristus, layaknya anak-anak 

yaitu  anak-anak dari darah dan daging, juga akan menjadi 

sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan 

mereka, dan tidak malu menyebut mereka saudara. Ini lebih 

tepatnya merupakan harapan semua orang percaya untuk 

memiliki kesatuan yang lebih akrab dengan-Nya, agar kiranya 

mereka memperoleh Roh yang menguduskan, sehingga dengan 

demikian Kristus pasti menjadi saudara laki-laki mereka, dan 

mereka nanti menjadi saudara-saudara-Nya, saat  oleh kasih 

karunia mereka dilayakkan untuk mengambil bagian di dalam 

Kitab Kidung Agung 8:1-4 

keilahian, dan Ia yang menguduskan, dan mereka yang diku-

duskan, mereka semua berasal dari Satu (Ibr. 2:11). Sudah 

selayaknya saudara laki-laki dan saudara wanita , anak-

anak dari orang tua yang sama, yang telah dibesarkan oleh 

buah dada yang sama, untuk saling mengasihi dan berlaku 

lembut satu sama lain. Kasih seperti inilah yang didambakan 

oleh sang mempelai wanita  terjalin antara dirinya dan 

kekasihnya, sehingga ia dapat menyebut kekasihnya saudara 

laki-laki. 

2. Ia berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa ia akan lebih meng-

akui hubungannya dengan kekasihnya itu secara terang-terang-

an, tidak seperti sekarang ini. Ia ingin sekali melakukannya. 

“Bila kujumpai di luar, di mana saja, bahkan di hadapan orang 

banyak, akan kucium engkau, layaknya saudara wanita  

terhadap saudara laki-laki kandungnya sendiri, khususnya 

seperti terhadap adik laki-lakinya yang sekarang menyusu 

pada buah dada ibunya” (menurut pemahaman beberapa 

orang). “Aku akan mempergunakan semua kebebasanku de-

ngan baik bersama-Mu, dan tak ada orang yang akan meng-

hina aku sebagai wanita  yang berbuat tidak pantas.” Sejak 

Kristus datang ke dunia, jemaat lebih dapat mengakui-Nya 

daripada sebelumnya. Sebelum kedatangan-Nya, jemaat diter-

tawakan sebab  jatuh cinta kepada seseorang yang belum 

lahir. Kristus telah menjadi seperti saudara laki-laki kita. Oleh 

sebab  itu, di mana pun kita bertemu dengan-Nya, bersiaplah 

untuk mengakui hubungan kita dengan-Nya dan menunjuk-

kan kasih kita kepada-Nya. Janganlah takut dihina dengan 

pengakuan kita, dan tidak usah peduli dengan orang, seperti 

Daud tidak peduli saat  ia menari-nari di depan tabut 

perjanjian. Di hadapan TUHAN aku menari-nari, bahkan aku 

akan menghinakan diriku lebih dari pada itu. Mari kita ber-

harap agar kita tidak dihina begitu rupa seperti dibayangkan 

beberapa orang. Bersama-sama budak-budak wanita  yang 

kaukatakan itu, bersama-sama merekalah aku mau dihormati. 

Di mana pun kita menemukan gambar dan rupa Kristus di 

tengah-tengah mereka yang tidak mengikut-Nya bersama kita, 

kita harus mengasihi mereka dan menjadi saksi bagi kasih 

ini , maka tak ada orang yang akan menghina kita, sebab  

kasih yang merangkul semua orang ini akan membuat kita 

beroleh hormat. 

3. Sang mempelai wanita  berjanji untuk mempergunakan 

kesempatan yang nanti diperolehnya untuk lebih dalam me-

ngenal kekasihnya (ay. 2): “Akan kubimbing engkau, sebagai 

saudara laki-lakiku, dengan menggandeng lenganmu dan ber-

sandar kepadamu. Aku akan menunjukkan kepadamu semua 

rumah tempatku menyimpan harta kekayaanku, kubawa ke 

rumah iartikel , ke dalam jemaat, ke dalam perkumpulan-per-

kumpulan ibadah (3:4), ke dalam kamarku” (sebab  di situlah 

para orang kudus menjalin hubungan paling akrab dengan 

Kristus), “dan di sanalah engkau mengajar aku” (beberapa orang 

membacanya demikian), layaknya saudara laki-laki mengajari 

saudari wanita nya hal apa saja yang dikehendaki untuk 

diajarkan. Mereka yang mengenal Kristus akan diajar tentang-

Nya, sehingga kita harus rindu memiliki hubungan yang erat 

dengan Kristus agar kita diajar oleh-Nya. Kristus telah datang 

untuk memberi kepada kita pemahaman. Atau, “Iartikel  akan 

mengajariku saat  engkau ada bersamaku.” Kehadiran Kris-

tus di dalam dan bersama jemaat-Nyalah yang membuat fir-

man-Nya dan semua ketetapan-Nya dapat bermanfaat untuk 

mengajar anak-anak jemaat, yang semua akan diajari tentang 

Tuhan . 

4. Sang mempelai wanita  menjanjikan kepada kekasihnya 

sambutan yang terbaik yang ia dapat berikan. Ia akan memberi 

kepadanya anggur yang harum untuk diminum dan air buah 

delimanya, dan mengucapkan selamat atas kedatangannya, 

dan memberikan jamuan yang terbaik baginya. Perbuatan baik 

yang dilandasi kasih karunia dan pemenuhan tanggung jawab 

yaitu  anggur yang harum bagi Tuhan Yesus, sangat berke-

nan bagi-Nya, sebab  semuanya itu menyatakan rasa terima 

kasih akan semua kebaikan-Nya. Mereka yang senang dengan 

Kristus harus mengetahui bagaimana caranya agar bisa me-

nyenangkan Dia. Tidaklah sulit untuk menyenangkan Yesus. 

Bagi Kristus, sambutan hangat atas kedatangan-Nya merupa-

kan jamuan terbaik bagi-Nya, dan bila Ia disambut hangat, Ia 

akan turut membawa penghiburan-Nya bersama-Nya. 

5. Sang mempelai wanita  tidak ragu bahwa ia akan merasa-

kan perhatian dan kasih yang lembut dari kekasihnya (ay. 3), 

Kitab Kidung Agung 8:1-4 

bahwa ia akan ditopang oleh kekuatan kekasihnya dan dijaga 

agar tidak jatuh pingsan saat  melakukan pelayanan dan 

mengalami penderitaan yang paling sulit (tangan kirinya ada di 

bawah kepalaku). Ia yakin akan dihibur oleh kasihnya, tangan 

kanannya memeluk aku. Demikianlah Kristus meletakkan ta-

ngan kanan-Nya di atas Yohanes saat  Yohanes telah bersiap 

untuk mati (Why. 1:17; lihat juga Dan. 10:10, 18). Kita dapat 

membacanya pula seperti yang ada  di dalam pasal 2:6, 

Tangan kirinya ada di bawah kepalaku (kata-katanya sama 

dengan aslinya), dan ini menggambarkan jawaban langsung ter-

hadap doa sang mempelai wanita . Ia memperoleh jawaban 

dengan mendapat kekuatan dalam jiwanya (Mzm. 138:3). saat  

kita mengikut Kristus dengan gigih, tangan kanan-Nya meno-

pang kita (Mzm. 63:9). Di bawahmu ada lengan-lengan yang 

kekal.  

6. Sang mempelai wanita  meminta kepada orang-orang di 

sekitarnya untuk berhati-hati agar tidak melakukan sesuatu 

yang dapat memutus hubungan indah yang tengah dijalinnya 

bersama kekasihnya (ay. 4). Ia memperingatkan mereka seperti 

yang dilakukannya sebelumnya, saat  kekasihnya menguat-

kan dan menghibur dirinya dengan kehadiran-Nya (2:7): Biar 

kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem, dan bertanya kepa-

damu, mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cin-

ta sebelum diingininya? Jemaat yang yaitu  ibu kita semua, 

meminta kepada semua anaknya agar mereka tidak melaku-

kan apa pun yang dapat membuat Kristus undur dari mereka, 

sesuatu yang sangat rentan kita lakukan. Mengapa engkau 

menghina-Nya begitu rupa? Mengapa engkau harus menjadi 

musuh bagi dirimu sendiri? Oleh sebab  itu, kita harus mela-

wan dan bertanya kepada diri sendiri saat  kita tergoda untuk 

melakukan hal yang akan mendukakan Roh. “Astaga! Apakah 

aku lelah dengan kehadiran Kristus, sehingga aku menghina 

dan memancing-Nya untuk pergi dariku? Mengapa aku harus 

berbuat sesuatu yang akan membuat-Nya marah hingga me-

nyesal sendiri nantinya?”  

Kebergantungan Jemaat pada Kristus;  

Kasih Jemaat terhadap Kristus 

(8:5-7) 

5 Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasih-

nya? – Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah 

mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau. 6  

– Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, 

sebab  cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, 

nyalanya yaitu  nyala api, seperti nyala api TUHAN! 7 Air yang banyak tak 

dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. 

Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun 

ia pasti akan dihina. 

Di sini, 

I. Sang mempelai wanita  sangat dikagumi oleh orang-orang di 

sekelilingnya. Meski dituliskan sebagai kalimat sisip, di dalamnya 

jelas terkandung kabar baik tentang kasih karunia, sangat keli-

hatan, seperti halnya kidung yang penuh makna rohani berikut: 

Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar 

pada kekasihnya? Beberapa orang memandang bahwa perkataan 

ini diucapkan oleh mempelai laki-laki, yang mengutarakan rasa 

senangnya akan kebergantungan dan penyerahan diri sang mem-

pelai wanita  kepada dirinya dan penyertaannya. Perkataan ini 

lebih tepatnya diucapkan oleh putri-putri Yerusalem, kepada 

siapa sang mempelai wanita  telah berbicara (ay. 4). Mereka 

melihat sang mempelai wanita  lalu memberkatinya. Para ma-

laikat di sorga dan semua sahabat sang mempelai wanita  di 

bumi menjadi para penonton yang bersorak kegirangan menyaksi-

kan kebahagiaannya. Jemaat Yahudi muncul dari padang gurun 

dengan didukung oleh kekuatan dan pertolongan ilahi (Ul. 32:10-

11). Sementara itu, jemaat Kristen dibesarkan dari keadaan yang 

rendah dan hina hanya oleh kasih karunia Kristus (Gal. 4:27). 

Orang-orang percaya yang ada di dalamnya merupakan orang-

orang yang menyenangkan, bahkan mengagumkan, dan di dalam 

mereka ada kasih karunia ilahi yang patut dikagumi, saat  oleh 

kekuatan kasih karunia itu mereka dibawa dari padang gurun 

dengan bersandar pada iman percaya pada Yesus Kristus kekasih 

mereka. Ini memperlihatkan keindahan jiwa dan keajaiban kasih 

karunia ilahi, 

 

Kitab Kidung Agung 8:5-7 

1. Dalam pertobatan para pendosa. Keberdosaan bagaikan pa-

dang gurun, suatu keadaan yang memperlihatkan keterasingan 

dari hubungan erat dengan Tuhan , gersang dan kering, serta di 

dalamnya tidak ada penghiburan sejati. Keberdosaan yaitu  

satu keadaan mengembara dan berkekurangan. Dari padang 

gurun inilah kita ingin muncul (KJV: bangkit), oleh pertobatan 

sejati, dalam kekuatan kasih karunia Kristus, ditopang oleh 

kekasih kita dan digendong oleh tangan-Nya. 

2. Dalam penghiburan para orang kudus. Jiwa yang tunduk pada 

dosa, dan sebab  itu dikuasai dosa, mengembara di padang 

gurun, sama sekali tersesat. Tidak ada jalan keluar dari pa-

dang gurun ini selain bersandar pada Kristus sebagai kekasih 

kita, oleh iman, dan janganlah bersandar kepada pengertian 

kita sendiri, atau percaya dan bergantung pada kebenaran 

atau kekuatan diri kita sendiri, namun  teruslah berjalan dan 

maju di dalam kekuatan Tuhan Tuhan , sambil menyebut keadil-

an-Nya, yang hanya milik-Nya, yang yaitu  TUHAN keadilan 

kita. 

3. Dalam keselamatan orang-orang yang yaitu  kepunyaan Kris-

tus. Kita harus bangkit dari padang gurun dunia ini guna 

bercakap-cakap di dalam sorga, dan pada saat kematian, kita 

harus pergi menuju sorga, dengan bersandar pada Kristus, 

dan harus hidup dan mati oleh iman di dalam-Nya. Bagiku 

hidup yaitu  Kristus, dan Kristuslah yang menjadi keuntung-

an kita pada saat mati.  

II. Sang mempelai wanita  mengutarakan tentang dirinya kepada 

kekasihnya. 

1. Ia mengingatkan kekasihnya akan pengalaman sebelumnya, 

saat  ia dan sahabat-sahabatnya memperoleh penghiburan, 

serta saat  permohonan mereka dikabulkannya. 

(1) Mengenai sang mempelai wanita  sendiri: “Di bawah 

pohon apel kubangunkan engkau, yaitu , aku sudah sering 

bergumul dengan engkau dalam doa dan telah menang. 

saat  aku berada sendiri untuk menyembahmu, menyen-

diri di dalam taman, di bawah pohon apel” (Kristus sendiri 

diandaikan seperti pohon apel, 2:3), seperti halnya Nata-

nael di bawah pohon ara (Yoh. 1:48), “merenung dan ber-

doa, saat itu pun kubangunkan engkau, untuk menolong 

dan menghiburku,” seperti para murid membangunkan-

Nya di tengah badai, sambil berkata, Guru, engkau tidak 

perduli kalau kita binasa? (Mrk. 4:38), dan seperti jemaat 

(Mzm. 44:24), Terjagalah! Mengapa Engkau tidur? Perhati-

kan di sini, pengalaman kita akan kesediaan Kristus untuk 

mendengarkan iman dan doa kita yang tak henti-henti, 

haruslah menguatkan kita untuk terus-menerus meng-

arahkan diri kita kepada-Nya, untuk berjuang lebih sung-

guh lagi, dan tidak putus asa. Aku telah mencari TUHAN, 

lalu Ia menjawab aku (Mzm. 34:5). 

(2) Orang-orang lain juga telah merasakan penghiburan di da-

lam Kristus, seperti berikut dituliskan (Mzm. 34:6), Tujukan-

lah pandanganmu kepada-Nya, begitu pula aku menujukan 

pandanganku kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri. 

Di sanalah ibumu telah mengandung engkau, jemaat selu-

ruh dunia, atau jiwa-jiwa yang percaya, yang di dalamnya 

Kristus menjadi nyata (Gal. 4:19). Mereka mengalami kesa-

kitan demi mendapat penghiburan bahwa mereka menda-

pat bagian di dalam Kristus, dan mereka menderita sakit 

dengan selalu bersedih hati (demikianlah makna kata ini). 

namun  , mereka melahirkan engkau, dan derita itu tidak 

selamanya berlanjut. Mereka yang telah menderita dalam 

hukuman pada akhirnya dilahirkan dalam penghiburan, dan 

tidak ingat lagi akan penderitaan mereka sebab  sukacita 

yang dibawa oleh kelahiran Sang Juruselamat. Dengan 

kiasan inilah Juruselamat kita menggambarkan sukacita 

yang akan dirasakan murid-murid-Nya saat  Ia kembali 

kepada mereka sesudah  perpisahan yang menyedihkan un-

tuk sekian lama (Yoh. 16:21-22). sesudah  dukacita pertobat-

an yang menyakitkan, banyak orang menikmati kelahiran 

yang penuh penghiburan dan kebahagiaan. Jadi mengapa 

tidak aku juga menikmatinya? 

2. Sang mempelai wanita  memohon kepada kekasihnya agar 

persekutuan mereka berdua diteguhkan, dan hubungan mereka 

terus berlanjut dan menjadi semakin erat (ay. 6): Taruhlah aku 

seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu. 

Kitab Kidung Agung 8:5-7 

(1) “Biarlah aku mendapat tempat di hatimu, layak memper-

oleh kasihmu.” Inilah satu keinginan di atas segala-galanya 

dari mereka yang mengetahui betapa kebahagiaan mereka 

terikat di dalam kasih Kristus. 

(2) “Jangan biarkanku kehilangan tempat di dalam hatimu. 

Biarlah kasihmu selalu ada bagiku, layaknya surat perjan-

jian yang termeteraikan agar tidak dirampas. Jangan biar-

kan apa pun memisahkanku dari kasihmu atau, dengan 

menghentikan hubungan kita berdua, memutus diriku dari 

penghiburan kasihmu.” 

(3) “Biarlah aku selalu dekat denganmu dan menjadi kesa-

yanganmu, seperti meterai pada tangan kanan-Mu, tidak 

terpisah dari-Mu (Yer. 22:24), terlukis di telapak tangan-Mu 

(Yes. 49:16, KJV), dikasihi dengan kasih yang istimewa.” 

(4) “Jadilah engkau imam agungku. Biarlah namaku tertulis di 

tutup dadamu, dekat dengan hatimu, layaknya nama se-

mua suku yang diukirkan seperti meterai pada tiap-tiap 

permata dari dua belas permata pada tutup dada Harun, 

dan juga pada kedua permata pada kedua tutup bahu baju 

efod” (Kel. 28:11-12, 21). 

(5) “Biarlah kekuatanmu dikerahkan untukku, sebagai bukti 

kasihmu kepadaku. Biarlah aku tidak hanya menjadi mete-

rai pada hatimu, namun  meterai pada lenganmu. Biarlah aku 

selalu kau angkat pada lenganmu sebab  aku terhibur 

sebab nya.” Beberapa orang memahami perkataan ini seba-

gai permintaan Kristus kepada mempelai-Nya untuk selalu 

mengingat-Nya dan akan kasih-Nya kepadanya. namun  , 

bila kita mendambakan dan mengharapkan agar Kristus 

menempatkan kita seperti meterai pada hati-Nya, tentu kita 

juga harus menempatkan-Nya seperti meterai pada hati kita.  

3. Untuk menguatkan permohonan ini, sang mempelai perem-

puan memohon akan kekuatan kasih, yaitu  kasihnya kepada 

kekasihnya, yang menguatkannya untuk terus meminta bukti 

kasih kekasihnya kepadanya. 

(1) Cinta yaitu  satu gairah yang kuat dan dahsyat. 

[1] Cinta kuat seperti maut. Rasa sakit yang dirasakan se-

orang kekasih yang dikecewakan menyerupai rasa sakit 

akibat kematian. Bahkan, rasa sakit akibat kematian 

dipandang ringan, dan tidak ada apa-apanya, saat  yang 

dicintai itu dikejar-kejar. Kasih Kristus kepada kita kuat 

seperti maut, sebab  kasih-Nya mendobrak melampaui 

maut itu sendiri. Kristus Yesus telah mengasihi kita dan 

telah menyerahkan diri-Nya untuk kita. Kasih orang 

percaya kepada Kristus kuat seperti maut, sebab  kasih 

itu membuat mereka mati terhadap segala sesuatu yang 

lain. Kasih ini bahkan memisahkan antara jiwa dan tu-

buh, saat  jiwa, yang berada di atas sayap kasih ketaat-

an, terbang tinggi ke sorga, tidak mengingat bahwa jiwa 

ini  masih terbalut dan terkurung oleh daging. Pau-

lus, yang menemukan dirinya terangkat di dalam kasih 

ini, tidak tahu apakah ia ada di dalam tubuh atau di 

luar tubuh. Oleh kasih-Nya itu seorang percaya disalib-

kan terhadap dunia. 

[2] Kegairahan gigih seperti dunia orang mati (KJV: Kecem-

buruan segigih kuburan), yang menelan dan melahap 

semuanya. Mereka yang sungguh-sungguh mencintai 

Kristus gigih menjaga diri dari segala sesuatu yang akan 

menarik mereka dari-Nya, dan terutama gigih terhadap 

diri mereka sendiri, agar jangan sampai mereka berbuat 

sesuatu yang akan memancing Kristus undur diri dari 

mereka. Daripada berbuat hal yang tidak benar, mereka 

memilih lebih baik mencungkil mata kanan dan me-

menggal tangan kanan. Para orang kudus yang lemah 

dan gentar, yang begitu berhasrat akan Kristus sebab  

meragukan kasih-Nya terhadap mereka, menemukan 

bahwa hasrat itu memangsa mereka seperti kubur. 

Tiada hal lain yang begitu menguras semangat. Akan 

namun , inilah bukti kekuatan cinta mereka kepada-Nya. 

[3] Nyalanya, yaitu  terangnya, api, dan sinar dari kasih-

Nya itu, sangatlah terang, dan menyala dengan dahsyat-

nya, seperti nyala api Tuhan (beberapa orang menafsir-

kannya demikian), suatu api yang besar dan menusuk 

bagaikan petir (Mzm. 29:7). Kasih yang kudus yaitu  

nyala api yang melahirkan panas yang luar biasa di 

dalam jiwa, melalap habis segala kotoran dan kemuna-

fikan di dalamnya, melelehkannya seperti lilin menjadi 

Kitab Kidung Agung 8:5-7 

bentuk baru, dan membawanya ke atas sebagai percik-

an api kepada Tuhan  dan sorga. 

(2) Kasih yaitu  suatu rasa gairah yang berani dan berkeme-

nangan. Kasih yang kudus pun demikian adanya. Kasih 

Tuhan  yang bertakhta di dalam jiwa bersifat tetap dan teguh 

dan tidak akan terlepas dari-Nya entah oleh segala perbuat-

an baik atau jahat, oleh maut maupun hidup (Rm. 8:38). 

[1] Maut dan segala kengerian yang mengiringinya, tidak 

akan membuat seorang percaya menjadi takut menga-

sihi Kristus. Air yang banyak, meski memadamkan api, 

tak dapat memadamkan cinta ini, tak akan pernah, pun 

sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya (ay. 7). 

Gemuruh air yang banyak dan sungai tidak akan me-

nimbulkan kengerian terhadap kasih itu. Biarlah segala 

yang paling buruk terjadi, Kristus tetap akan menjadi 

kekasih tercinta. Air yang berbual-bual tidak akan 

membuat kasih berkurang, namun  justru kasih itu akan 

memampukan seorang manusia untuk bersukacita di 

dalam penderitaan. Meski Ia melenyapkan nyawaku 

(KJV), aku akan mengasihi-Nya dan percaya kepada-Nya. 

Tiada air yang mampu memadamkan kasih Kristus ke-

pada kita. Sungai sekalipun tidak mampu menenggelam-

kannya. Kristus berjalan menembus semua kesukaran 

hebat, bahkan lautan darah sekalipun. Kasih menduduk-

kan raja di atas banjir. Jangan biarkan apapun mengu-

rangi kasih kita kepada-Nya. 

[2] Hidup dan segala kenyamanannya tidak akan memikat 

seorang percaya untuk tidak mengasihi Kristus. Sekali-

pun orang dapat memuaskan dirinya dengan segala 

harta benda rumahnya, untuk mencabut kasihnya dari 

Kristus dan menempatkannya kembali pada dunia dan 

kedagingan, ia akan menolak gagasan itu dengan rasa 

jijik. Seperti Kristus, saat  ditawari semua kerajaan 

dunia dan kemegahannya, untuk membeli Dia dari 

segala pekerjaan-Nya, berkata, Enyahlah Iblis!. Tawaran 

itu ditolak dengan hina. Tawarkan semua itu kepada 

mereka yang tidak tahu apa yang lebih baik. Kasih akan 

memampukan kita menolak dan menang atas segala 

senyuman dunia yang menggoda, kecil maupun besar, 

termasuk juga murkanya terhadap kita. Beberapa orang 

memahaminya seperti demikian: Sekalipun orang mem-

beli segala harta benda rumahnya untuk Kristus, seba-

gai pengganti cinta, ia pasti akan dihina. Kristus tidak 

mencari apa yang kita miliki, namun  Ia mencari kita, hati 

kita, bukan kekayaan kita. Sekalipun aku membagi-bagi-

kan segala sesuatu yang ada padaku, namun  jika aku 

tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada ada fae-

dahnya bagiku (1Kor. 13:1). Demikianlah, orang percaya 

akan berdiri teguh dalam kasih mereka kepada Kristus, 

sebab  anugerah penyelengaraan-Nya tidak akan me-

muaskan mereka tanpa jaminan kasih-Nya.     

Kepedulian terhadap Orang-orang bukan Yahudi;  

Hak Istimewa dan Kewajiban Jemaat 

(8:8-12) 

8 – Kami mempunyai seorang adik wanita , yang belum mempunyai buah 

dada. Apakah yang akan kami perbuat dengan adik wanita  kami pada 

hari ia dipinang? 9 Bila ia tembok, akan kami dirikan atap perak di atasnya; 

bila ia pintu, akan kami palangi dia dengan palang kayu aras. 10 – Aku yaitu  

suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya saat  itu 

aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan. 11 Salomo mempunyai 

kebun anggur di Baal-Hamon. Diserahkannya kebun anggur itu kepada para 

penjaga, masing-masing memberikan seribu keping perak untuk hasilnya.  

12 Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, ada di hadapanku; bagimulah 

seribu keping itu, raja Salomo, dan dua ratus bagi orang-orang yang menjaga 

hasilnya. 

Kristus dan mempelai-Nya, sesudah  meneguhkan cinta di antara me-

reka berdua dan sepakat saling mengasihi dengan kuat seperti maut 

dan tak terpisahkan, dalam ayat-ayat di atas digambarkan seperti 

sepasang suami-istri yang saling mengasihi, bercakap-cakap segala 

urusan mereka, dan mempertimbangkan apa yang harus mereka 

lakukan. Sepasang kekasih yang sepenanggungan, sesudah  bersatu 

hati, bersatu kepala, untuk memelihara hubungan serta kesejahtera-

an mereka. Seturut dengan itu, pasangan bahagia yang digambarkan 

di dalam ayat ini saling menasihati satu sama lain tentang seorang 

adik wanita , dan satu kebun anggur. 

 

Kitab Kidung Agung 8:8-12 


I. Mereka bertukar-pikiran mengenai adik wanita  mereka yang 

masih kecil dan rencana mereka baginya. 

1. Sang mempelai wanita  menyampaikan tentang keadaan 

adik wanita nya dengan perhatian yang tulus (ay. 8): Kami 

mempunyai seorang adik wanita , yang belum mempunyai 

buah dada (ia belum tumbuh dewasa). Apakah yang akan kami 

perbuat dengan adik wanita  kami pada hari ia dipinang, 

agar kita dapat membantunya? 

(1) Ayat ini dapat dipahami sebagai diperkatakan oleh jemaat 

Yahudi mengenai dunia orang-orang yang tidak mengenal 

Tuhan . Tuhan  telah menjadikan jemaat Yahudi sebagai pe-

ngantin-Nya dan memberkati mereka berlimpah-limpah, 

namun  bagaimana dengan orang-orang bukan-Yahudi, orang-

orang yang mandul yang tidak pernah melahirkan, dan yang 

ditinggalkan suami? (Yes. 54:1). Keadaan mereka ini (ujar 

kaum Yahudi yang saleh) sangat mengenaskan dan menye-

dihkan. Mereka yaitu  saudara-saudara wanita , anak-

anak dari bapa-bapa yang sama, yaitu  Tuhan  dan Adam, 

namun  mereka yaitu  masih  adik, masih kecil, sebab  tidak 

dimuliakan oleh pengenalan akan Tuhan . Mereka belum 

mempunyai buah dada, tidak memiliki pewahyuan ilahi, 

tiada kitab suci, tiada gembala, tiada buah dada sumber 

penghiburan yang dapat diisap oleh mereka sebab  mereka 

tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang 

dijanjikan, tiada buah dada sumber petunjuk yang dapat 

mereka sediakan bagi anak-anak mereka untuk memberi 

mereka gizi yang baik (1Ptr. 2:2). Apakah yang akan kami 

perbuat untuk mereka? Kita hanya dapat mengasihani dan 

berdoa untuk mereka. Tuhan, apa yang Engkau hendak 

perbuat bagi mereka? Para orang kudus yang hidup di za-

man Salomo dapat mengetahui dari mazmur-mazmur Daud 

bahwa Tuhan  mengasihani orang-orang yang tidak menge-

nal-Nya, sehingga para orang kudus memohon agar belas 

kasihan Tuhan  segera dilimpahkan kepada orang-orang ter-

sebut. Sekarang ini, keadaannya berbalik. Orang-orang 

yang tidak mengenal Tuhan  menjadi pengantin Kristus, dan 

mereka hendak membalas kebaikan dengan kepedulian 

yang sama untuk membawa kembali kaum Yahudi, sau-

dara wanita  tertua kita, yang dahulu memiliki buah 

dada namun  sekarang tidak. Bila kita memahaminya dalam 

makna ini, maka apa yang dilakukan oleh keturunan bebal 

dari orang-orang Yahudi yang saleh ini berseberangan 

dengan doa yang disampaikan bapa-bapa mereka. Sebab, 

pada waktu datang harinya saat  orang-orang yang tidak 

mengenal Tuhan  dipinang Kristus, mereka malah meren-

canakan segala sesuatu untuk menentangnya dan bukan 

mendukungnya. Tindakan ini memenuhi takaran kejahatan 

mereka (1Tes. 2:16). Atau, 

(2) Perkataan ini dapat berlaku bagi mereka yang dipilih oleh 

kasih karunia, hanya saja belum dipanggil. Mereka terhu-

bung dengan Kristus dan jemaat-Nya dari jauh, dan meru-

pakan saudara wanita  bagi keduanya, domba-domba 

lain yang bukan dari kandang ini (Yoh. 10:16; Kis. 18:10). 

Mereka belum mempunyai buah dada, apalagi buah dada 

yang sudah montok (Yeh. 16:7), belum mengasihi Kristus, 

dan belum memahami apa itu kasih karunia. Harinya akan 

datang saat  mereka akan dipinang, saat  yang terpilih 

akan dipanggil, akan menjadi pengantin Kristus, yaitu di-

panggil melalui para pelayan Tuhan dan sahabat-sahabat 

mempelai laki-laki. Betapa hari itu yaitu  hari yang diber-

kati saat  Tuhan  mengunjungi umat-Nya. Apa yang harus 

kita perbuat pada hari itu untuk membuat mereka layak, 

menaklukkan rasa malu mereka, dan meyakinkan mereka 

untuk tunduk kepada Kristus dan menyerahkan diri mere-

ka layaknya perawan yang murni kepada-Nya? Perhatikan, 

mereka yang melalui kasih karunia dibawa kepada Kristus 

harus berusaha menolong orang datang kepada Dia. Mere-

ka harus melanjutkan rancangan damai sejahtera Kristus 

yang mulia, yaitu  menjodohkan jiwa-jiwa bagi Kristus dan 

membuat para pendosa yang telah meninggalkan Kristus 

berbalik kepada-Nya.  

2. Kristus segera menentukan apa yang harus dikerjakan dalam 

hal ini, dan mempelai-Nya menyetujui-Nya (ay. 9): “Bila ia tem-

bok, bila pekerjaan baik itu telah dimulai dengan orang-orang 

yang tidak mengenal Tuhan , dengan jiwa-jiwa yang akan di-

panggil, bila si adik wanita , pada hari ia dipinang oleh 

Injil, mau menerima firman, dan membangun dirinya sendiri di 

Kitab Kidung Agung 8:8-12 

atas Kristus sebagai dasar, dan mengarahkan segala perbuat-

annya kepada Tuhan, seperti tembok ditegakkan untuk ru-

mah, maka akan kami dirikan atap perak di atasnya, atau 

kami bangunkan bagi dia sebuah istana perak. Artinya, kami 

akan melanjutkan pekerjaan baik yang telah dimulai, hingga 

tembok ini  menjadi sebuah istana. Ya, tembok yang 

terbuat dari batu, istana yang terbuat dari perak,” melampaui 

bualan Kaisar Augustus, yang mengatakan bahwa apa yang ia 

temukan sebagai batu bata, akan ia tinggalkan dalam keadaan 

telah berubah menjadi batu pualam. Adik wanita  kami ini, 

begitu ia bergabung di dalam Tuhan, akan dibuat tumbuh men-

jadi bait Tuhan  yang Kudus, tempat kediaman Tuhan  di dalam 

Roh (Ef. 2:21-22). Bila ia pintu, saat  istana ini sudah hampir 

selesai dibangun, dan pintu-pintu pun dipasang di tembok, 

yang merupakan hal terakhir yang dilakukan (Neh. 7:1), maka 

akan kami palangi dia dengan palang kayu aras. Kami akan 

dengan hati-hati dan sungguh-sungguh menjaga adik perem-

puan kami agar ia tidak rusak. Kami akan melakukannya, 

yaitu  Bapa, Putra, dan Roh Kudus, semua turut serta berpe-

ran, melanjutkan, dan memahkotai karya mulia yang diberkati 

ini saat  waktunya tiba. Apa yang kurang akan segera diper-

baiki, maka pekerjaan iman pun akan dipenuhi oleh kuasa. 

Meski pada mulanya kasih karunia tampak kecil, kesudahan-

nya akan luar biasa besar. Jemaat harus ikut peduli kepada 

mereka yang belum dipanggil. “Biarkan Aku sendiri,” ujar Kris-

tus. “Aku akan melakukan semua yang perlu Aku lakukan 

untuk mereka. Percayalah kepada-Ku.” 

3. Sang mempelai wanita  menggunakan kesempatan ini un-

tuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kekasihnya 

atas kebaikan hatinya (ay. 10). Ia mau mempercayakan adik 

wanita nya kepada kekasihnya itu, sebab  ia sendiri sudah 

mengalami kasih karunia-Nya yang luar biasa, dan sebab  itu 

ia berutang budi atas keberadaan dirinya kepada kekasihnya: 

Aku yaitu  suatu tembok, dan buah dadaku bagaikan menara. 

Perkataan ini diucapkannya bukan untuk mengejek adik perem-

puannya yang belum mempunyai buah dada, melainkan untuk 

menghibur adik wanita nya perihal keadaannya ini , 

bahwa kekasihnya yang telah membuatnya menjadi seperti 

sekarang ini, yang telah membangunnya di atas diri kekasihnya 

sendiri dan membuatnya bertumbuh dewasa, mampu dan akan 

melakukan kebaikan yang sama kepada mereka yang berada 

dalam keadaan yang sama seperti dengan yang ia tanggung di 

dalam hatinya. Dalam matanya saat  itu aku bagaikan orang 

yang telah mendapat kebahagiaan. Lihatlah,      

(1) Bagaimana sang mempelai wanita  memandang dirinya 

sendiri sesudah  menemukan kebahagiaan di mata Yesus 

Kristus. Mereka yang mendapat kebahagiaan dari Tuhan  dan 

diterima oleh-Nya yaitu  orang-orang yang berbahagia, 

sungguh-sungguh berbahagia, dan selamanya berbahagia. 

(2) Bagaimana sang mempelai wanita  mengakui pekerjaan 

baik Tuhan  di dalam dirinya sebagai kehendak baik Tuhan  

bagi dirinya: “Dia telah membangunku menjadi tembok dan 

buah dadaku bagaikan menara, dan dalam hal ini, melebihi 

semuanya, aku merasakan kasih-Nya bagiku.” Salam, hai 

engkau yang dikaruniai, sebab  di dalam engkaulah Kristus 

menjadi nyata. 

(3) Betapa Tuhan  berkenan akan buah karya tangan-Nya. Keti-

ka kita dibangun sebagai tembok, sebagai tembok tembaga 

(Yer. 1:18; 15:20), yang tetap teguh berdiri menahan ama-

rah orang-orang yang gagah sombong (Yes. 25:4), Tuhan  

berkenan di dalam kita untuk berbuat baik bagi kita. 

(4) Dengan sukacita dan kemenangan inilah, kita harus men-

jadi saksi tentang kasih karunia Tuhan  bagi kita, dan de-

ngan kelegaan inilah kita harus menengok kembali kepada 

saat-saat dan musim-musim tertentu saat  di dalam mata-

Nya, kita bagaikan orang yang telah mendapat kebahagia-

an. Hari-hari ini tidak boleh pernah kita lupakan. 

II. Mereka di sini bertukar-pikiran mengenai sebidang kebun anggur 

yang mereka miliki di negeri, yaitu  jemaat Kristus di bumi yang 

dianggap sebagai suatu kebun anggur (ay. 11-12): Salomo mem-

punyai kebun anggur di Baal-Hamon, mempunyai sebuah kerajaan 

dengan penduduk yang begitu banyak. Oleh sebab  Salomo dalam 

hal ini diperlambangkan sebagai sosok Kristus, maka kebun 

anggurnya pun dipandang sebagai jemaat Kristus. Juruselamat 

kita sudah memberi petunjuk untuk memahami ayat-ayat ini di 

dalam perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur 

yang tidak tahu berterima kasih (Mat. 21:33). Perjanjiannya ada-

Kitab Kidung Agung 8:8-12 

lah bahwa setiap penggarap yang menyewa kebun anggur, yang 

ditumbuhi seribu pohon anggur, harus membayar sewa tahunan 

sebesar seribu syikal perak. Sebab, kita baca di dalam Kitab 

Yesaya 7:23 bahwa di tanah yang subur tumbuh seribu pohon 

anggur yang berharga seribu syikal perak. Perhatikan, 

1. Jemaat Kristus yaitu  kebun anggur-Nya, tempat yang menye-

nangkan dan istimewa, diberikan banyak kehormatan khusus. 

Kristus bersukacita sewaktu berjalan-jalan di dalamnya, se-

perti halnya pemilik kebun berkeliling di dalam kebun anggur-

nya dan bergembira dengan buah-buahnya. 

2. Kristus telah mempercayakan kebun anggur-Nya kepada ma-

sing-masing kita sebagai para penjaganya. Hak istimewa 

jemaat yaitu  harta yang bernilai yang Dia percayakan kepada 

kita untuk terus dijaga sebagai bentuk kepercayaan yang suci. 

Pelayanan jemaat harus menjadi karya kita menurut kemam-

puan kita masing-masing. Anak-Ku, pergi dan bekerjalah hari 

ini di kebun anggur-Ku. Adam, saat  belum jatuh dalam dosa, 

bekerja mengusahakan dan memelihara taman itu.  

3. Kristus mengharapkan uang sewa dari mereka yang bekerja di 

kebun anggurnya dan yang diberi kepercayaan untuk menge-

lolanya. Ia datang mencari buah dan meminta mereka yang 

telah menikmati hak istimewa oleh Injil untuk melakukan 

kewajiban Injil. Setiap orang tanpa terkecuali harus membawa 

kemuliaan dan kehormatan bagi Kristus dan melayani demi 

kerajaan-Nya di dunia. Hal ini sesuai dengan manfaat dan 

keuntungan yang mereka nikmati sebagai bagian yang menjadi 

hak istimewa mereka atas kebun anggur milik-Nya. 

4. Walaupun telah diserahkanlah kebun anggur itu kepada para 

penjaga oleh Kristus, namun kebun anggur itu tetap milik-Nya 

dan diawasi-Nya selalu dengan maksud baik. Sebab, bila Ia 

tidak mengawasi kebun anggur itu siang dan malam (Yes. 

27:2-3), maka pengawal yang telah Ia beri kepercayaan untuk 

menjaga akan melakukan hal yang sia-sia (Mzm. 127:1). Seba-

gian orang memahami kalimat ini sebagai perkataan Kristus 

(ay. 12): Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, ada di hadap-

anku. Mereka mengamati bagaimana Kristus berdiam di dalam 

kepunyaan-Nya sendiri: Inilah kebun anggurku, yang punyaku 

sendiri. Begitu sayangnya Kristus terhadap jemaat-Nya itu. 

Jemaat yaitu  kepunyaan-Nya sendiri di dunia (Yoh. 13:1, KJV), 

dan sebab nya Ia akan selalu melindungi-Nya. Jemaat yaitu  

milik-Nya sendiri yang akan selalu Ia pelihara. 

5. Jemaat, yang menikmati pelbagai hak istimewa kebun anggur, 

harus selalu memiliki kebun anggur ini  di hadapannya. 

Perawatan kebun anggur harus dikerjakan dengan tekun dan 

rajin. Perkataan ini lebih tepatnya merupakan perkataan sang 

mempelai wanita : Kebun anggurku, yang punyaku sendiri, 

ada di hadapanku. Ia meratapi kesalahan dan kebodohannya 

yang tidak merawat kebun anggurnya sendiri (1:6), namun  seka-

rang ia bertekad memperbaiki kelakuannya. Hati kita yaitu  

kebun anggur yang harus kita jaga dengan segala kewaspada-

an, sehingga dengan demikian kita harus senantiasa meng-

awasinya. 

6. Perhatian utama kita yaitu  melunasi sewa atas kebun anggur 

Kristus yang telah dipercayakan kepada kita, dan memastikan 

bahwa kita tidak menjadi lalai atau mengecewakan utusan 

yang dikirim-Nya untuk menerima hasil yang menjadi bagian-

Nya (Mat. 21:34). Bagimulah seribu keping itu, raja Salomo, dan 

engkau akan mendapatkannya. Keuntungan yang utama men-

jadi milik Kristus. Bagi-Nya dan bagi pujian-Nyalah semua ha-

sil pekerjaan kita harus diabdikan. 

7. jika  kita bersungguh-sungguh memuji Kristus atas hak 

istimewa kita sebagai jemaat, maka kita sendiri akan mene-

rima penghiburan dan manfaat dari pujian kita ini . Bila 

pemilik kebun anggur telah menerima apa yang menjadi ba-

giannya, maka para penjaga kebun anggur pun akan mene-

rima bayaran yang setimpal dengan pekerjaan dan jerih payah 

mereka. Para penjaga ini akan menerima dua ratus keping, 

jumlah yang jelas dipandang sebagai keuntungan yang besar. 

Mereka yang bekerja bagi Kristus sesungguhnya bekerja bagi 

diri mereka sendiri, dan pada akhirnya akan meraih sendiri 

keuntungan dari kerja ini . 

      

Kitab Kidung Agung 8:13-14 


Saling Kasih antara Kristus dan Jemaat;  

Harapan agar Kemuliaan Dinyatakan 

(8:13-14) 

13 – Hai, penghuni kebun, teman-teman memperhatikan suaramu, perdengar-

kanlah itu kepadaku! 14 – Cepat, kekasihku, berlakulah seperti kijang, atau 

seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah. 

Kristus dan pengantin-Nya pada bagian ini berpisah untuk semen-

tara waktu. Sang mempelai wanita  harus tinggal di kebun di 

bumi, tempatnya bekerja untuk Kristus. Sementara Kristus harus 

pergi ke gunung-gunung tanaman rempah-rempah di sorga, di mana 

ada yang harus Ia kerjakan bagi sang mempelai wanita , sebagai 

seorang pengantara pada Bapa. Sekarang perhatikan ungkapan kasih 

yang saling mereka ucapkan satu sama lain pada waktu mereka 

berpisah.  

I. Kristus mau agar pengantin-Nya sering memperdengarkan suara 

kepada-Nya. Sang mempelai wanita  sudah siap sedia dengan 

memegang pena, memantapkan diri untuk menulis surat kepada 

Kristus. Ia tahu apa yang harus ditulis (ay. 13): “Hai engkau yang 

saat ini merupakan penghuni kebun, memelihara dan menjaganya 

sampai engkau diangkat darinya ke sorga yang di atas. Hai engkau 

orang percaya! Siapapun engkau, penghuni kebun dari ketetapan-

ketetapan yang mulia, di kebun persaudaraan dan persekutuan di 

dalam jemaat, teman-teman sangat bersukacita mendengarkan 

suaramu, perdengarkanlah itu kepadaku juga.” Perhatikan, 

1. Sahabat-sahabat Kristus harus menjalin hubungan baik satu 

sama lain dan sebagai kawan akrab, sering bercakap-cakap 

satu sama lain (Mal. 3:16) dan saling memperhatikan suara 

masing-masing. Mereka harus saling mengajar, menguatkan, 

dan menghormati. Mereka yaitu  rekan di dalam kerajaan dan 

kesabaran Kristus, sehingga dengan demikian sebagai sesama 

pengembara, mereka harus saling menjaga kebebasan yang 

menguntungkan satu sama lain, dan tidak malu bertegur sapa 

atau merasa asing satu sama lain. Persekutuan orang kudus 

merupakan sebuah ketentuan yang ada dalam perjanjian kita, 

dan juga salah satu pernyataan dalam pengakuan iman kita, 

untuk menasihati seorang akan yang lain setiap hari, dan 

dengan senang hati dinasihati oleh orang lain. Bersungguh-

sungguhlah mendengarkan suara jemaat, sepanjang suaranya 

itu sejalan dengan suara Kristus. Sahabat-sahabat Kristus 

pasti akan melakukan seperti demikian. 

2. Di tengah-tengah persekutuan kita dengan satu sama lain, 

kita tidak boleh melalaikan persekutuan kita dengan Kristus, 

namun  biarlah Ia memandang muka kita dan mendengar suara 

kita. Kristus mengatakannya di sini: “Teman-teman memperhati-

kan suaramu. Mereka senang mendengarnya. Perdengarkanlah 

itu kepada-Ku. Engkau menyampaikan keluh kesahmu kepada 

mereka bila ada sesuatu yang membuatmu sedih. Mengapa eng-

kau tidak menyampaikannya kepada-Ku dan membiarkan-Ku 

mendengarnya? Engkau begitu bebas bergaul dengan mereka. 

Hendaklah engkau bergaul sedemikian bebasnya juga dengan 

Aku. Ungkapkan isi hatimu kepada-Ku.” Demikianlah Kristus, 

saat  Ia meninggalkan murid-murid-Nya, meminta mereka un-

tuk mengirim kabar kepada-Nya pada setiap kesempatan. Minta-

lah, maka akan diberikan kepadamu. Perhatikan, Kristus tidak 

hanya menerima dan menjawab, namun  bahkan merindukan 

doa umat-Nya dengan sangat dan tidak menganggap umat-Nya 

merepotkan bagi Dia. Sebaliknya, Ia memandang sebagai sua-

tu kehormatan mendapat doa-doa umat-Nya dan doa-doa itu 

dikenan-Nya (Ams. 15:8). Kita memperdengarkan doa kita ke-

pada-Nya tidak hanya saat  kita berdoa, namun  saat  kita 

bergumul dan berjuang di dalam doa. Ia sangat berkenan akan 

permohonan yang disampaikan kepada-Nya berulang kali, 

suatu sikap yang jelas bukanlah sikap manusia pada umum-

nya. Beberapa orang membacanya sebagai berikut, “Perdengar-

kanlah aku. Engkau mempunyai banyak kesempatan untuk 

bercakap-cakap dengan teman-temanmu, dan mereka mende-

ngarkan perkataanmu. Ceritakanlah tentang Aku kepada mere-

ka. Biarlah nama-Ku didengar di antara mereka. Biarlah Aku 

menjadi pokok perbincanganmu.” “Satu kata dari Kristus” (se-

perti yang kerap dikatakan oleh Uskup Agung Usher) “sebelum 

engkau berpisah dengan lawan bicaramu.” Tidak ada pokok per-

bincangan lain yang lebih penting atau lebih menyenangkan. 

II. Sang mempelai wanita  merindukan mempelai laki-lakinya agar 

segera kembali kepadanya (ay. 14): Cepat, kekasihku, kembalilah, 

dan terimalah diriku bersamamu. Berlakulah seperti kijang, atau 

anak rusa, di atas gunung tanaman rempah-rempah. Jangan mem-

Kitab Kidung Agung 8:13-14 

buang-buang waktu. Memang menyenangkan berdiam di sini di 

dalam kebun, namun  pergi dan diam bersama-sama dengan engkau, 

jauh lebih baik. Itulah harapanku, hal yang kutunggu dan kurindu-

kan. Datanglah segera, Tuhan Yesus. Perhatikan, 

1. Meskipun saat ini Yesus Kristus telah naik ke sorga, Ia akan 

kembali. Sorga yang laksana gunung tanaman rempah-rempah 

manis yang menjulang tinggi, harus memuat-Nya hingga da-

tang waktu kelegaan, dan kelak waktu itu akan datang saat  

setiap mata akan melihat Dia dalam segala kemuliaan dan 

kuasa dari dunia atas yang lebih baik, di mana misteri tentang 

Tuhan  terkuak dan tubuh rohani disempurnakan. 

2. Orang-orang percaya, sementara mereka menanti-nantikan 

datangnya hari Tuhan, mereka cepat-cepat ingin hari itu tiba. 

Ini tidak  berarti bahwa mereka ingin membuat Kristus datang 

lebih cepat dari waktu yang seharusnya, namun  agar tujuan-

tujuan Tuhan  yang mengantarai hari kedatangan-Nya itu dapat 

terpenuhi, dan kesudahannya akan tiba, lebih cepat, lebih 

baik. Mereka juga tidak berpikir bahwa Kristus lalai menepati 

janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai 

kelalaian, namun  dengan ketergesaan itu mereka mengungkap-

kan kekuatan kasih mereka kepada-Nya serta besarnya harap-

an mereka agar Ia datang kembali. 

3. Hanya mereka yang dengan tulus memanggil nama Kristus se-

bagai kekasih, bahkan kekasih tersayang, yang dapat dengan 

alasan-alasan yang benar mengharapkan Kristus untuk mem-

percepat kedatangan-Nya yang kedua kali. Sementara itu, bagi 

mereka yang melacurkan hatinya dengan dunia dan menaruh 

perhatian kepada hal-hal duniawi, mereka tidak dapat ber-

sukacita atas kemunculan Kristus, malah justru takut dengan 

kedatangan-Nya, sebab  bila itu terjadi, dunia dan segala isi-

nya yang di dalamnya mereka telah pilih sebagai bagian mere-

ka, akan hangus lenyap. namun  , mereka yang sungguh-

sungguh mengasihi Kristus mendambakan kedatangan-Nya 

yang kedua kali, sebab  ini akan menjadi mahkota bagi kemu-

liaan-Nya dan kebahagiaan mereka. 

4. Penghiburan dan kelegaan yang kita peroleh dari persekutuan 

dengan Tuhan  di dalam kasih karunia di dunia ini seharusnya 

membuat kita lebih bersungguh-sungguh mengejar kesempat-

an untuk melihat Kristus dan menikmati kehadiran-Nya di da-

lam kerajaan mulia. Sang mempelai wanita , seusai perca-

kapan yang begitu mesra dengan kekasihnya dan mengetahui 

bahwa mereka harus berpisah, menutup dengan permohonan 

yang tulus agar kiranya Ia menyempurnakan dan mengekal-

kan kebahagiaan ini di masa depan. Gugusan buah anggur 

yang kita jumpai di padang gurun ini haruslah membuat kita 

merindukan kebun anggur yang sempurna di Kanaan. Jika 

satu hari di pelatarannya saja sudah begitu indah, maka 

betapa menyenangkannya hidup kekal di dalam kemah suci 

bersama-Nya! Bila ini sorga, betapa aku ingin ada di sana! 

5. Penyembahan dan pujian kita sebaiknya ditutup dengan ha-

rapan yang dipenuhi sukacita untuk melihat kemuliaan Tuhan  

diungkapkan, dan disertai kerendahan hati yang kudus dalam 

menantikannya. Kita memang akan berpisah, namun  kita akan 

berjumpa kembali. Setiap sabat selayaknya diakhiri dengan 

harapan akan sabat yang kekal, yang tidak akan berakhir 

dengan malam atau berganti oleh hari-hari sesudah nya. Setiap 

sakramen selayaknya diakhiri dengan harapan akan perayaan 

kekal, saat  kita akan duduk bersama Kristus di meja-Nya di 

dalam kerajaan-Nya, dan tidak akan berdiri lagi, namun  terus 

minum anggur baru di sana. Selayaknya juga kita mengakhiri 

setiap perkumpulan ibadah kita dengan harapan akan ber-

kumpul nanti dalam perkumpulan ibadah jemaat anak-anak 

sulung, saat  waktu dan hari tidak ada lagi. Kiranya Yesus 

yang terberkati mempercepat datangnya hari yang terberkati 

itu. Mengapa kereta-Nya tak kunjung datang? Mengapa kereta-

kereta-Nya belum kedengaran?  

 

 

 

 


Related Posts:

  • pengkotbah kidungagung 13 an dan gerakannya. Demikianlah, jemaat tampak elok di mata Kristus saat sendi-sendi itu dijaga tetap kuat oleh kasih yang kudus dan kesatuan, dan juga oleh persekutuan orang-orang kudus. Saat orang p… Read More