Sirah Nabawiyah atau yang lebih dikenal dengan Sirah Ibnu Ishaq yang disyarah Ibnu Hisyam
yang kini ada di tangan Anda yaitu buku paling representatif yang membahas tentang
perjalanan hidup Nabi Agung. Ini yaitu buku sirah yang paling lengkap dan menjadi sumber
utama penulisan buku-bu- ku sirah sesudah nya. Tak ada satu buku sirah manapun yang ditulis
sesudah itu kecuali dia pasti merujuk pada Sirah Ibnu Hisyam ini. Semua sejarawan Islam telah
berhutang in¬telektual kepada Ibnu Hisyam, penulis buku sirah ini.
Ini yaitu kitab "Sirah (sejarah) Rasu¬lullah Shallallahu alaihi wa Sallam" yang ditakhrij atau
ditahqiq oleh Imam Abu Mu¬hammad Abdul Malik bin Hisyam al-Ma'arifi a.k.a Ibnu Hisyam
dari kitab "Sirah" karya Muhammad bin Ishak al-Muththalibi a.k.a Ibnu Ishaq, yang merupakan
kitab sejarah tertua dan terlengkap, serta menjadi kitab atau kitab sejarah yang terbaik.
Al-Maghazi wa as-Sair (Peperangan dan Sejarah)
Kedua kata ini jika disebutkan, maka yang dimaksud dari keduanya menurut para sejarawan
Muslimin yaitu halaman pertama dari sejarah umat atau bangsa Arab: yaitu hala¬man jihad
dalam menegakkan agama Islam dan berkumpulnya bangsa Arab di bawah bendera
kepemimpinan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam serta sejarah atau peristiwa (hadis)
yang menceritakan tentang pertumbuhan dan perkembangan Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa Sallam, menyebutkan nenek moyangnya, serta menyebutkan segala hal atau kejadian
dan peristiwa yang bersangkutan dan pernah dialami oleh beliau, dan tidak lupa menyebutkan
sejarah para sahabatnya yang selalu setia menemaninya menegakkan ajaran agama Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Merekalah orang-orang yang mendukung Rasulullah dan berbondong-
bondong membawa dan menjunjung risalah yang dibawa oleh Rasulullah.
Awal mula munculnya risalah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam merupakan
sejarah yang paling besar dan penting, khususnya bagi bangsa Arab, dan umumnya bagi seluruh
umat manusia: sebab Sebetulnya kehidupan bangsa Arab saat adanya Rasulullah
Shallallahu alaihi wa Sallam merupakan bangsa yang sangat mulia, sebab mereka rela
berkorban dan berjuang bagi Rasulullah dan agama serta risalah yang dibawanya, maka tidak
ada seorang pun yang berkumpul atau berpisah kecuali menurut perintahnya, dan tidaklah
mereka semua itu mendapatkan ajaran agama kecuali hanya darinya, dan tidak pula ada satu
tentara atau penulis mereka kecuali hanya melakukan hal ini untuknya, hingga para raja
yang merupakan musuhnya ikut bergabung bersama mereka di dalam agama Islam, dan
mengeluarkan mereka semua dari kebodohan dan kejahiliaan, dari kesesatan yang membutakan
mata mereka.
Bangsa Arab yang dahulu diingkari ke-beradaannya oleh bangsa-bangsa dan umat lain, serta
selalu dirampas hak-haknya oleh orang lain, mulai menampakkan kemunculan dan
kegemilangannya ke segala penjuru kehidupan dan dunia, untuk menyampaikan risalah agama
mereka dalam hal memberi petunjuk dan hidayah kepada manusia, lalu menegakkan
kebenaran dan keadil¬an di kalangan manusia, menjunjung tinggi persamaan derajat dengan
setinggi-tingginya, menanamkan sifat kepahlawanan, mengutamakan kepentingan orang lain,
menolong dalam kebenaran, bertolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, serta
berpegang teguh kepada akhlak atau etika yang mulia. Inilah hal-hal yang terkandung di dalam
sejarah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam dan barisan atau kawanan terdepan dari
para sahabatnya, yang mengikuti beliau dalam petunjuk dan kebenaran, mereka juga yang
berlomba-lomba untuk mengkodifikasi hal ini ke dalam lembaran-lembaran berharga
yang akan mengekalkan usaha mereka dan tak akan lekang oleh waktu.
Beberapa masa sepeninggal Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dan para sahabatnya,
muncul banyak sekali hasutan, perselisihan dan pertikaian di dalam diri manusia, dan sedikit
sekali kepekaan mereka untuk menolong sesama dalam kebaikan, maka terpecah- belahlah
umat menjadi beberapa golongan dan kelompok, dan mereka tersebar di berbagai penjuru
dunia. Maka di balik sejarah, mereka memiliki sejarah masing-masing, dan sejarah inilah yang
membuat umat manusia terpisah- pisah menjadi beberapa bangsa dan Negara, dan masing-
masing dari bangsa merekapun memiliki sejarah dan perjalanan hidup yang berbeda-beda pula
dalam memulai kehidupan baru, lalu bangsa yang satu akan berhubungan dengan bangsa
yang lainnya.
Sejarah (menurut) Bangsa Arab
Sebelum kedatangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam bangsa Arab sejatinya belum
memiliki materi sejarah yang sebenarnya, kecuali hanya saling mewarisi cerita-cerita yang
berkembang di antara mereka: seperti berita tentang warga Jahiliyah yang pertama, yaitu
tentang kabar berita nenek moyang mereka, keturunan mereka, dan berbagai cerita yang terjadi
dan ada pada saat nenek moyang mereka masih hidup dahulu kala, kisah-kisah yang
mengandung kepahlawan, kemuliaan dan kesetiaan. Begitu juga kisah dan cerita tentang
Baitullah, air Zamzam, serta tentang kaum Jurhum, dan segala sesuatu yang berhubungan
dengannya. Selanjutnya, cerita tentang rumah-rumah yang diserahkan kepada Quraisy dan
ditempati secara bergantian, peristiwa yang terjadi di bendungan Ma'rib, lalu peristiwa
berikutnya yaitu perpecahan yang terjadi di dalam negeri, hingga pada akhirnya al-Qur'an
menjadi pengganti dari al-Kitab, lisan menempati tempat pena, manusia saling menasehati
dengan hal ini , mereka pun sangat menjaga hal itu, lalu melaksanakannya dengan
baik.
sesudah itu semua muncullah sumber yang baru dengan kedatangan Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa Sallam dengan dimulainya da'wah olehnya: yaitu dengan melalui hadis-
hadis yang disampaikannya kepada para sahabatnya, lalu dilanjutkan oleh sahabat kepada
tabi'in seputar kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam dan kehidupannya, menyinggung
tentang jihad atau perjuangan di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang dilakukan dan
memenuhi catatan kisah perjuangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, berperang
melawan kaum Musyrikin dan orang-orang yang berada di luar agama Islam, serta
menda'wahkan ketauhidan, dan pengaruh di dalamnya yang terjadi akibat penyampaian dari
lisan ke lisan dan peperangan atau pertumpahan darah. Ini semua merupakan materi bagi
sejarah sebagai hal pertama, dan kedua sebagai kisah perjalanan atau Sirah. Saat itu, semua hal
ini belum dikodifikasikan ke dalam kitab sejarah bangsa Arab atau Sirah atau kisah perjalanan,
hingga berakhirnya masa pemerintahan Khulafaurra- syiditt, bahkan pada masa ini tidak ada
sesuatu yang sudah terkodifikasi selain al-Qur'an dan beberapa kitab landasan dasar tentang
ilmu Nahwu (Tata Bahasa Arab).
Pada masa sekarang ini kita akan mendapatkan banyak sekali kaum Muslimin yang sangat
menjaga dan berlomba-lomba dalam menghafal al-Qur'an, sampai mencatatnya baik pada masa
kehidupan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam dan sesudah kewafatannya, sebagaimana juga
mereka sangat resah dengan tersebarnya bahasa 'Ajam dan sangat bersemangat untuk membuat
dan membukukan atau mengkodifikasi ilmu Nahwu, hal itu terjadi sebab telah bercampurnya
bangsa Arab dengan bangsa yang lainnya saat Islam telah tersebar luas dan berkembang
dengan sangat pesat.
Awal Pembuatan Kitab Sirah (Bio¬grafi atau Riwayat Hidup)
Pada masa pemerintahan Mu'awiyah bin Abu Sufyan, ia memiliki keinginan yang kuat untuk
membukukan sejarah ke dalam sebuah buku, saat itulah ia mulai merealisasikan keinginannya
ini . Ia lalu mengundang seseorang yang bernama 'Ubaid bin Syariyyah al-Jurhumi
yang berasal dari Shan'a, ia menuliskan baginya sebuah kitab atau kitab tentang raja-raja dan
berita-berita tentang orang-orang atau umat-umat terda¬hulu.
Barulah sesudah itu kami mendapati beberapa ulama dan insan cendekia lainnya yang konsen
di bidang ilmu sejarah dari segi khusus, bukan umum, yaitu menulis tentang perjalanan dan
biografi Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam. Mereka dengan berharap agar dalam
penulisan sejarah Rasulullah ini akan mendapatkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan beliau, lalu mereka akan mengaplikaskan hal-hal yang didapat dari Rasulullah
Shallallahu alaihi wa Sallam ini di dalam diri mereka, sebab mereka sebab gemar untuk
mengikuti jejaknya, sebab dahulu mereka dilarang untuk membukukan hadis-hadis beliau, dan
pengkodifika sian hadis-hadis beliau baru dibolehkan pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Aziz. Hal ini terjadi atas dasar kekhawatiran akan tercampurnya teks al-Qur'an dengan hadis,
oleh sebab itu, maka banyak sekali orang- orang yang berbondong-bondong menjadi muhaddis
(seseorang yang ahli dalam bidang hadis), lalu mereka menulis kitab tentang biografi dan
kisah perjalan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam. Kami akan menyebutkan beberapa orang di
antaranya: 'Urwah bin Zubair bin 'Awwam yang merupakan seorang fakih (ahli Fikih) dan
muhaddis, yang mengokohkan keturunan dari pihak ayahnya; Zubair, dan ibunya yang
bernama Asma binti Abu Bakar yang banyak pula meriwayatkan hadis dari Rasulullah
Shallallahu alaihi wa Sallam dan pada awal kelahiran dan kedatangan agama Islam.
Dan hal yang patut Anda ketahui yaitu bahwa Ibnu Ishak, al-Waqidi dan ath-Thabari
merupakan orang yang paling banyak meriwayatkan hadis darinya, khususnya hadis-hadis
yang berkenaan dengan Hijrah ke Habasyah, hijrah ke Madinah, dan perang Badar. Tentang
hari kematian 'Urwah, ada yang menyebutkan bahwa dia menghembuskan nafas terakhirnya -
diperkirakan- tahun 92 H. lalu sepeninggalnya, muncullah 'Usman bin' Affan al-Madani
yang meninggal dunia pada tahun 105 H. dia menulis sebuah kitab tentang Sirah dan
mengumpulkan be¬berapa hadis tentang kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam di
dalamnya. Lalu lahirlah sesudah nya Wahab bin Munabbih al- Yumna, yang meninggal dunia
pada tahun 110 H. Dan di salah satu kota Heidelberg di Jerman ada sebuah kitab miliknya
yang memuat tentang al-Maghazi (peperangan). Beberapa ulama selain mereka pun ada, di
antaranya yang meninggal dunia pada seperempat pertama abad ke dua, seperti: Syarhabil bin
Sa'ad yang meninggal dunia tahun 123 H. lalu Ibnu Syihab az-Zuhri yang meninggal dunia
pada tahun 124 H. dan 'Ashim bin 'Umar bin Qatadah yang meninggal dunia pada tahun 120
H. Dan adapula beberapa orang ulama lainnya di bawah mereka beberapa tahun, seperti:
Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm yang meninggal dunia pada tahun 135 H. Mereka itu yaitu
keempat ulama yang berkecimpung dan konsen dengan berita-berita tentang peperangan dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Dan di antara mereka pula ada yang diperkirakan
hidup hingga pertengahan abad ke dua, bahkan mungkin sedikit lebih dari itu. Seperti: Musa
bin 'Uqbah yang meninggal dunia pada tahun 141 H., lalu Mu'ammar bin Rasyid yang
meninggal dunia tahun 150 H., lalu Guru Besar dalam bidang Sirah yaitu Muhammad bin Ishak
yang meninggal dunia pada tahun 152 H. Sepeninggal mereka semua ini, lahir dan muncullah
beberapa orang ulama lainnya, seperti: Ziyad al-Buka'i yang meninggal dunia pada tahun
183H., al-Waqidi yang merupakan pemilik kitab "al-Maghazi" yang meninggal dunia pada
tahun 207 H., serta Muhammad bin Sa'ad yang memiliki kitab "Thabaqat al- Kubra" dan
meninggal dunia pada tahun 230 H. Dan sebelum meninggalnya Ibnu Sa'ad, Anda harus
mengetahui dan kembali pada kisah Ibnu Hisyam pada tahun 218 H. Dan dia yaitu seseorang
yang menyelesaikan biografi Ibnu Ishak, lalu menyebarluaskannya kepada masyarakat luas.
Ilmu Sejarah Dalam Peran dan Perkembangannya yang Berbeda- Beda
Penulisan kitab tentang Sirah atau biografi tidak terputus hingga masa sekarang ini, akan namun
perbedaan yang mendasar yaitu bahwa kitab-kitab ini dibuat bukan berasal dari analisa
pengarangnya, atau bahkan pemikiran yang didasari atas bukti-bukti yang konkret, hal-hal yang
merupakan teori-teori ilmuwan yang kita dapati dari beberapa ilmuwan bahwa hubungannya
dengan hal yang dianalisa yaitu sesuatu yang selalu berubah dan diperbarui tahun demi tahun,
akan namun mayoritas buku-buku yang ada pada saat ini yaitu buku-buku yang datanya hanya
didapatkan dari hasil nukilan dan berita dari orang lain.
Sebetulnya orang-orang yang konsen di dalam ilmu ini hanyalah orang- orang yang
hanya mendapatkan berita lalu menukilnya dan menjadikannya sebuah buku, lalu mari
kita perhatikan orang yang sesudah nya, mereka hanyalah mengarang kitab dengan cara
mengumpulkan yang telah ada dan menyusunnya bab demi bab. Oleh sebab itu, jika kita
perhatikan lebih jauh lagi dan kita bandingkan kitab yang telah dibuat oleh orang-orang pada
saat ini dengan ulama atau ilmuwan zaman dahulu, maka ada banyak sekali sesuatu yang
harus dikritisi dan ditinjau ulang, sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Hisyam dengan kitab
Sirah Ibnu Ishak. Maka buku-buku klasik yang berada di tangan dan di hadapan orang-orang
sesudah mereka saat ini, pada hakikatnya yaitu sesuatu yang tidak dapat memberi hal-hal
yang baru, sebab sesuatu yang ada di dalamnya merupakan sebuah bentuk atau gambaran
yang tidak dapat disentuh esensinya, kecuali hanya sebagian kecil saja. Oleh sebab nya, kita
dapat mengklasifikasikan para pengarang kitab dalam hal ini ke dalam dua bagian:
1. kelompok orang yang hidup di bawah naungan kitab-kitab klasik yang dibuat oleh
ulama-ulama terdahulu. Kelompok
ini akan menjaga kitab-kitab ini dengan cara membuat syarah (penjelasan), ringkasan,
atau bahkan memformulasikannya menjadi bait-bait syair agar mudah untuk dihafal.
2. kelompok orang yang membuat dirinya seolah-olah sebagai seorang pengarang yang
mengarang sesuatu yang baru. Maka orang-orang seperti ini akan mengumpulkan buku-buku
sejarah dan Sirah yang ada di hadapannya, lalu mengeluarkan beberapa bagian dari kitab
ini yang pada hakikatnya merupakan bagian inti dan isi dari kitab itu, dan pada hakikatnya
orang seperti ini hanyalah merubah sedikit dari apa yang telah dikarang oleh para ulama
terdahulu dengan buku-buku mereka. Orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok kedua
ini yaitu : Ibnu Faris al-Lughawi yang meninggal dunia di Rayy pada tahun 395 H.,
Muhammad Ibnu 'Ali bin Yusuf asy-Syafi'i asy-Syami yang meninggal dunia pada tahun 600
H., lalu Ibnu Abu Thayy Yahya bin Hamid yang meninggal dunia pada tahun 630 H.,
Zhuhairuddin 'Ali bin Muhamad Kazruni yang meningal dunia tahun 694 H., 'Ala'uddin 'Ali
bin Muhammad al-Khalathi al-Hanafi yang meninggal dunia tahun 08 H., Ibnu Sayyid an-Nas1
al-Bashri asy-Syafi'i yang lahirkan pada tahun 661 H. dan meninggal dunia pada tahun 734 H.,
Syihabuddin ar-Ra'aini al- Gharnathi2 yang meninggal dunia pada tahun 779 H., selanjutnya
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin 'Ali bin Jabir al-Andalusi3 yang meninggal dunia
pada tahun 780 H. lalu Muhammad bin Yusuf ash-Shalihi sang pemilik kitab "as-Sirah
asy-Syamiyah",4 dia meninggal dunia pada tahun 942 H. Dan 'Ali bin Burhanuddin yang
merupakan pemilik kitab "as-Sirah al-Halbiyah",5 dia dilahirkan di Mesir pada tahun 975 H.
dan meninggal pada tahun 1044 H. dan masih banyak lagi selain mereka yang telah kami
sebutkan ini.
-
1. Ibnu Sayyid an-Nas memiliki sebuah kitab yang berjudul: 'Uyunut Atsar fi Funun al-
Maghazi wa as-Syamail wa as-Sair dan juga sebuah buku khutbah yang
dikarangnya.
2. Kitabnya yaitu : Risalah fi as-Sirah wa al-Maulid an-Nabawijuga ada sebuah
buku miliknya yang merupakan kumpulan sejarah.
3. Kitabnya berjudul: Risalah fi as-Sirah wa al-Maulid an-Nabawi, yang merupakan
bagian dari kumpulan sejarah yang merupakan kompilasi dari buku-buku sejarah.
4. Nama kitab ini yaitu : Sabilul Huda wa ar-Rasyad fi Sirah Khairil 'Ibad.
5. Nama kitab ini yaitu : Insanul 'Uyun fi SiratHAmin al-Ma'mun 'alaihishalatu
wassalam.
-
Perkembangan Buku-buku Seputar Maulid (kelahiran) Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam
Ada beberapa ulama yang membuat kitab tentang biografi atau Sirah dengan cara yang lebih
ringkas atau berbentuk ringkasan, dan ringkasan ini hanya membahas tentang satu sisi dari
kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yaitu seputar kelahirannya dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kelahiran yang mulia ini, yang didahului dengan keanehan-
keanehan yang menakjubkan, begitupun dengan masa pertumbuhan beliau. Pada masa
kecilnya, dan apa saja peristiwa di luar dugaan dan kemampuan manusia yang beliau alami
pada masa itu yang sangat terkait dengan pengangkatannya di lalu hari sebagai Rasul
utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala, begitu pula menyinggung tentang kehidupannya pada masa
muda belia atau remajanya hingga masa dewasa di mana beliau dipercayakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala untuk mengemban dan menyampaikan risalah agama-Nya, selanjutnya
bagaimana beliau menyampaikan risalah ini dengan penuh kesabaran dan dengan
memperlihatkan akhlak yang sangat baik dan sifat-sifat yang sangat terpuji, berbeda sekali
dengan perilaku para pemuda sebayanya kala itu. Hal ini sangat diagungkan, jika kami boleh
menyebutnya dengan sekilas tentang awal mula kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam dan sinopsis yang sangat ringkas seputar sejarahnya sesudah risalah ini
dipercayakan kepadanya. Sebagian orang menyebut hal dan peristiwa ini sebagai "Maulid
Nabi" atau hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, yaitu sebuah ritual
rutin yang dilakukan oleh para pemuka agama dan melaksanakan peringatan ini dari tahun ke
tahun di masjid-masjid atau di tempat-tempat yang lainnya.
Hal ini membuka peluang yang sangat besar bagi dunia kepenulisan, sehingga risalah atau
artikel-artikel yang berkaitan dengan hal ini sangat banyak sekali tersebar, hingga jumlahnya
tak dapat terbilang.
As-Sair wa an-Naqd (Ilmu Sirah atau Biografi dan Kritikannya)
Jika kita. flash back dan melihat ke belakang sejenak, yaitu kepada buku-buku klasik yang telah
dibuat oleh para ulama Salaf, khususnya yang berkaitan dengan biografi, maka dapat terlihat
bahwa di dalamnya banyak sekali ada penghapusan jejak (tadlis), hal inilah yang lalu
dijadikan oleh mereka sebagai landasan awal untuk konsen dalam bidang ilmu ini, mereka para
ulama mutaqaddimin (yang terdahulu) seluruhnya sangat konsisten dalam hal ini, meskipun
mereka ini berbeda- beda sesuai tingkatan-tingkatan zaman mereka, mereka sangat menjaga
hal yang pada saat ini mungkin tidak kita pedulikan. Oleh sebab itu, maka kita tidak akan
mendapati seseorang pun di antara mereka yang menunjukkan biografi-biografi yang
memiliki dua kemungkinan pemahamannya, yaitu kabar dan berita yang sangat bertolak
belakang dengan kenyataan yang sebenarnya, maka mereka akan segera mengkritiknya dan
mendatangkan serta memaparkan kelemahan-kelemahan yang ada di dalamnya. Dan
banyak juga mereka yang berkecimpung di bidang ilmu Sirah ini yang membuat ringkasan,
saat itu pula mereka menjauhkan diri dari sebagian kabar berita ini, mereka menghindari kabar
dan cerita yang mengandung sejarah ini seolah tidak mempercayai kebenarannya, dan bukan
meringkas kitab dan cerita ini meringankan isi kitab yang terlalu berat. Hal inilah yang
Sebetulnya dilarang untuk dilakukkan oleh para ilmuwan zaman dahulu, serta sebagian
ulama pada zaman sekarang ini. sebab kita melihat bahwa orang-orang berkeyakinan dan
percaya bahwa Sirah itu kurang lebih merupakan kabar berita yang tidak sesuai dengan
kenyataan dan kebenaran, yang hanya dimiliki dan berani dilontarkan oleh orang yang
memiliki keberanian.
Kita juga melihat pemikiran-pemikiran baru yang mengalir dari karya-karya para pembaharu,
pelaku pembuat pemikiran baru ini membubuhkan sebuah berita atau mungkin dua buah
berita tentang Sirah dan sejarah, termasuk juga membuat kritik yang sangat tidak sesuai kepada
kita tentang diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam atau segala sesuatu yang berhubungan
dengannya. lalu mereka meringkasnya dan menambahkan hal-hal yang sangat tidak
pantas jika disandarkan kepada Rasulullah sebab memang bukan merupakan sesuatu yang
berhubungan dengannya, dan tidak pernah terjadi di dalam kehidupan beliau, lalu untuk
memperkuat apa yang mereka katakan itu, mereka tidak segan-segan untuk mengeluarkan bukti
dan argumentasi tentang kebenaran apa yang mereka katakan dan tuliskan, bukti-bukti ini
sebagai sesuatu yang akan dipahami dan diterima oleh orang-orang yang percaya kepada
mereka. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Syeikh Muhammad 'Abduh di dalam kisah
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dan seputar pernikahannya dengan Zainab binti
Jahsy yang merupakan janda dari Zaid bin Haritsah, Rasulullah menikahi Zainab sesudah ia
ditalak oleh Zaid bin Haritsah. Hal yang dikemukakannya ini sangat dikhawatirkan diterima
begitu saja oleh orang yang tidak paham, dan ini merupakan Sirah Nabawiyah berita yang
sangat tidak bermanfaat dan hanya merupakan omong kosong belaka.
Di antara mereka juga ada yang mengungkapkan satu atau dua kisah di dalam kitab atau kitab
miliknya, lalu dia ungkapkan dengan 'gaya bahasa' yang baru, lalu mempersembahkan sebuah
cerita kepada manusia dengan memutarbalikkan dua kisah yang ada. Di dalam cerita yang
ditulisnya, ia juga menuliskan sanad atau siapa sajakah orang- orang yang meriwayatkan cerita
dan berita ini , ini merupakan salah satu cara yang paling efektif digunakan dan merupakan
rahasia pensucian (penghapusan jejak) kabar berita ini, gaya bahasa dan cara pengungkapan
yang baru di dalam buku-buku ini. Maka dari itu, akan nampak sekali makna-makna di dalam
ungkapan baru yang telah diubah-ubah ini seperti sebuah jasad yang nampak di dalam
keterkekangan, tidak ada suatu yang dapat disembunyikan darinya. Uslub atau gaya bahasa dan
ungkapan baru ini pun mengandung ejekan dengan pemikiran yang bobrok dan berita yang
kotor, si pengarang dan penulis kitab ini berharap agar pemikiran dan karyanya dapat
diterima oleh para pembaca dan pembaca dapat mengamini pemikiran dan apa yang ditulisnya
di dalam bukunya ini .
Ada pula orang yang menulis kitab sejarah sama seperti yang dilakukan oleh Ibnu Ishak dalam
runtutan dan urutannya, ia menulis kitab Sirah atau kisah perjalanan Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam sebagaimana cara yang ditempuh oleh Ibnu Ishak, yaitu dengan memulai
cerita ini dari kisah kelahiran Rasulullah dan berbagai macam peristiwa yang terjadi
sebelumnya, baik yang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam alami sendiri, ataupun
yang dialami oleh para sahabatnya. sesudah itu, barulah disebutkan dan dipaparkan tentang
kehidupan Rasulullah hingga beliau akhirnya wafat dan kembali ke pangkuan Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Orang semacam ini menukil (copy paste) cerita dan berita ini dari kabar-kabar yang
dekat sekali dengan kebenaran, ia sangat hati-hati dalam melakukan tugasnya dan sangat
menjauhkan diri dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi, menjauhi segala
sesuatu yang bertentangan dengan akal pikirannya dan apa yang ia yakini, serta membantah
pemikiran orang-orang yang melampaui batas dan para pendusta. Maka hadirlah bukunya
tentang perjalanan dan kisah hidup Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan gaya
bahasa yang baru, jauh dari senda gurau dan hal-hal yang tidak mendatangkan manfaat. Dan
jika kita memberitahukan kepada manusia tentang kitab Sirah Ibnu Hisyam, kita ungkapkan
kebenaran-kebenaran yang ada di dalam kitab ini , tidak pantas bagi kita semua untuk
membantahnya, selain bahwasanya kita harus menyerahkan hal ini kepada para ulama,
dengan keyakinan bahwa ulama memiliki nash dan dalil yang benar untuk
mempersembahkan kitab yang merupakan himpunan kisah perjalanan dan kehidupan
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berbagai macam peperangan yang diikutinya
dalam berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam rangka menegakkan syari'at-Nya dan
membela agama-Nya.
Beberapa Penulis dan Pengarang kitab yang Mengkompilasi Antara Sirah (Kisah Hidup
Nabi) dengan Tarikh (Sejarah)
sesudah itu datanglah para pengarang dan penulis yang lainnya, mereka menyampaikan kisah
perjalanan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lengkap dengan segala pe ristiwa dan
kejadian yang beliau alami, dalam beberapa zaman dan tahun yang lalu. Maka hadirlah kisah
perjalanan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di dalam buku-buku mereka sebagai
sesuatu yang tidak terikat dan sangat beragam, bahkan hal ini merupakan sebuah babak dari
berapa babak sejarah secara universal. Di antara para ulama ada yang memulai menulis kitab
sejarahnya dengan pembahasan tentang wujudullah atau adanya Allah Subhanahu wa Ta'ala
seperti Ibnu Jarir ath-Thabari. Dan ulama selainnya ada yang memulai ceritanya langsung
kepada kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam seperti Imam Hafizh Abu Syuja'
Syirwaih yang merupakan pemilik kitab "Riyadhul Uns", dia meninggal dunia pada tahun 509
H.
Menelusuri Jejak Sirah Ibnu Ishak
Sebab Pembuatan kitab Sirah Ibnu Ishak
Ibnu Ishak hidup di kalangan para insan cendekia pada abad kedua, oleh sebab itu maka beliau
memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas, juga sangat memahami tentang seluk beluk
kabar berita orang-orang terdahulu, kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya ini
membawanya kepada khalifah al-Manshur yang berada di Baghdad -dikatakan pula bahwa ia
berada di Hirah di hadapannya pula ada seorang anaknya (al-Manshur) yang bernama al-
Mahdi.
Pada suatu hari khalifah al-Manshur bertanya kepadanya: "Apakah engkau mengenal siapa
anak ini wahai Ibnu Ishak?", beliau dengan cepat menjawab: "Ya aku mengenalnya, dia yaitu
anak 'Amirul Mu'minin", lalu sang khalifah pun berkata kepadanya: "Pergilah kepadanya dan
karanglah baginya sebuah kitab yang berisi tentang kisah sejak zaman Nabi Adam Alaihi Salam
hingga hari ini!". lalu pergilah Ibnu Ishak dan membuat sebuah kitab baginya, lalu ia
berkata kepadanya: "Wahai Ibnu Ishak, Sebetulnya aku menceritakan itu semua di dalam
pembahasan yang panjang, maka ringkaslah cerita ini !", beliau pun akhirnya
meringkasnya, lalu meletakkan kitab yang besar di dalam lemari 'Amirul Mu'minin'.6 Akan
namun , sebagian orang mengatakan bahwasanya Ibnu Ishak tidak mengarang dan membuat
bukunya atas perintah dari sang Khalifah,7 tidak juga dilakukan di Baghdad atau di Hirah, akan
namun kitab ini dibuat saat dirinya berada dikota Madinah sebelum dirinya berdomisili
dikalangan Dinasti 'Abbasiah. Pendapat ini berdasarkan bahwa orang yang meriwayatkan
dari mereka yaitu hanya orang-orang Ma¬dinah dan Mesir, tidak ada sama sekali yang berasal
dari Irak, alasan kedua yaitu bahwa Ibrahim bin Sa'ad merupakan muridnya yang berasal dari
Madinah, dia meriwayatkan sebuah kitab darinya. Akan namun , ada beberapa hal yang tidak
dilakukan oleh para Khalifah Bani 'Abbasiah, seperti bergabungnya khalifah al-'Abbas bersama
orang-orang yang kafir di dalam perang Badar, dan tawanan kaum Muslimin ada di tangannya.
Berita seperti yang demikian itu merupakan kabar yang dihapus oleh Ibnu Hisyam sesudah itu,
sebab khawatir terhadap Dinasti 'Abbasiah.
Dan menjadi jelas pula dari Sirah Ibnu Hisyam dan apa yang dinukil oleh Imam Thabari dan
para ulama lainnya dari Sirah Ibnu Ishak, bahwasanya kitab ini merupakan kitab asli yang
terbagi menjadi tiga juz (bagian):
1. Awal mula kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam (mubtada"),
2. Dibangkitkannya beliau menjadi seorang Nabi dan Rasul (mab'ats),
3. Peperangan yang terjadi dan beliau ikuti (al-Maghazi).
Adapun mubtada' berisi tentang empat pembahasan:
Pertama, mencakup pembahasan seputar sejarah beberapa risalah sebelum Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Islam.
Kedua, sejarah bangsa Yaman pada masa Jahiliyah.
Ketiga, sejarah kabilah-kabilah Arab dan cara ibadah atau sembahan mereka.
Keempat, sejarah Mekkah dan nenek moyang Rasulullah saw. Di dalam juz ini, Ibnu Ishak
jarang sekali menyebutkan sanad atau sumber dari mana berita ini didapatnya, kecuali
hanya sedikit saja, adapula kabar berita yang didapatinya dari dongeng dan cerita para umat
terdahulu, serta berasal dari Israiliyyat.
Adapun mab'ats. maka pembahasan ini meliputi kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam baik di Mekkah ataupun sesudah hijrah. Dan kita akan melihat bahwa sang pengarang
berita dan kabar tentang perorangan di dalam kitabnya ini, serta membahasnya dengan penuh
seksama, lalu mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengannya secara menyeluruh dan
membaginya ke dalam beberapa indeks dan ruang, misalnya saja sebuah ruang bagi siapa saja
yang masuk Islam dengan ajakan Abu Bakar ash-Shiddik, dan yang lainnya berkaitan dengan
hijrah ke tanah Habasyah, ketiga, pembahasan tentang orang-orang yang kembali dari tanah
Habasyah sesudah mereka mendengar kabar berita tentang masuk Islamnya para warga
Mekkah, dan lain sebagainya. Itu semua diurutkan oleh pengarang sesuai dengan zaman
terjadinya peristiwa- peristiwa ini , sebagaimana ia menambah lebih besar perhatiannya
tentang sanad dan sumber berita yang didapatnya.
Adapun maghazu pembahasan ini mencakup tentang kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam di Madinah, mem- bubuhkannya dengan berita dan kabar tentang awal mula
periwayatan hadis secara ringkas, lalu diikuti dengan berita seluruh perkataan atau hadis
yang diriwayatkan oleh orang-orang yang meriwayatkan darinya, lalu pembahasan ini
disempurnakan dengan beberapa hal yang berhasil ia kumpulkan dari beberapa referensi yang
berbeda-beda. Di dalam pembahasan ini pun diperbanyak indeks dan ruang tentang peperangan
yang berbeda-beda, tentunya dengan mendatangkan sanad-sanad atau nara sumber berita atau
riwayat yang didapatnya ini , dan mengurutkannya berdasarnya masa dan zaman
terjadinya.
-
6. Diperkirakan bahwa ini merupakan nuskhah atau tulisan yang asli, menurut riwayat
Ibnu Ishak, ada sebuah nuskhah yang diletakkan di perpustakaan Koprulu yang
terletak di dalam Istana.
7. Lihat kitab"al-Maghazi a/-u/a"Lahurpets, diterjemahkan oleh DR. Husain Nashar, hal.
64 dan halaman berikutnya.
-
Kesan Ibnu Hisyam terhadap Kitab Sirah Ibnu Ishak
Allah Subhanahu wa Ta'ala lalu mentakdirkan usaha ini -yaitu usaha Ibnu Ishak dengan
seseorang yang sangat terkesan dengannya, dia yaitu Ibnu Hisyam al-Mu'afiri, dia
mengumpulkan Sirah ini lalu membukukannya. Ia juga turut andil menulis di dalam kitab
ini , tulisannya ini merupakan kritik dan pelurusan terhadap apa yang telah ditulis
oleh Ibnu Ishak dari hal-hal yang disimpulkan oleh dirinya sendiri, lalu meringkas dan
menanggapi hal ini , atau dengan mengkritik dan menyebutkan riwayat lain yang tidak
dicantumkan dan disebutkan oleh Ibnu Ishak di dalam tulisannya ini . Ini merupakan
sebuah usaha untuk mencapai kesempurnaan isi kitab ini dan menambahkan beberapa
kabar-kabar yang diketahuinya.
Dalam ungkapan yang telah disampaikan oleh Ibnu Hisyam di dalam kitab Sirahnya, Anda
akan menemukan dasar dan metode yang digunakan oleh Ibnu Hisyam di dalam kitabnya
ini , ia berkata: "Dengan izin Allah, aku memulai penulisan kitab ini dengan menyebutkan
kisah Nabi Ismail bin Ibrahim Alaihi Salam, begitu pula cucu-cucu Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dan anak-anak kandungnya. Yang paling pertama menyebutkan kisah dari
Nabi Ismail Alaihi Salam hingga kepada Rasulullah Muhammad Shal¬lallahu Alaihi wa
Sallam dan berbagai kisah yang berkaitan dengan mereka, kami juga meninggalkan kisah-kisah
yang berkenaan dengan perkara selain anak Nabi Ismail Alaihi Salam sebab untuk
mempersingkat, sampai kepada cerita tentang kisah perjalanan dan kehidupan Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam serta meninggalkan sebagian yang telah disebutkan
oleh Ibnu Ishak di dalam kitab ini dari hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan tidak ada ayat al-Qur'an pun yang dikemukakan di dalamnya,
jika ayat ini bukan merupakan penyebab bagi masalah yang ada di dalam kitab ini, tidak
pula aku memberi penafsiran terhadapnya dan tidak pula memberi kesaksian dan
penguat terhadapnya, sebab Sebetulnya kami mengungkapkan dan menyebutkannya
dengan sangat ringkas. Adapun syair-syair yang diungkapkannya di dalam kitab ini ,
menurut kami tidak ada ulama manapun yang pernah menyebutkannya dan mengetahuinya,
dan meninggalkan pula cerita-cerita yang sedikit mengejek dan mencela, dan hal-hal lainnya
yang dapat menimbulkan buruk sangka manusia jika disebutkannya, dan kami juga tidak
memasukkan hal-hal yang tidak penting untuk diceritakan. Adapun hal- hal lainnya yang dapat
memberi manfaat, insya Allah kami ungkapkan di sini dengan penyampaian yang dapat
mengena, guna berbagi pengetahuan".
Dari pernyataan Ibnu Hisyam di atas, Anda dapat melihat dan menilai bahwasanya dirinya
tidak memasukkan beberapa kisah para Nabi Alaihim Salam yang diceritakan oleh Ibnu Ishak,
yaitu yang dimulai dari Nabi Adam hingga Nabi Ibrahim Alaihi Salam juga cerita lainnya
tentang anak keturunan Nabi Ismail Alaihi Salam yang tidak ada kaitannya dengan kenabian,
sebagaimana pula dia membuang dan tidak memasukkan berita-berita yang tidak baik, dan
syair-syair yang tidak ada menurutnya, lalu dia juga mengurangi dari apa yang ada di
dalam kitab Ibnu Ishak dan menambahkan dengan beberapa pengetahuan yang dimilikinya,
dan menambahkan ide-ide terkenal dengan namanya, sebab dinisbatkan kepada namanya,
sehingga orang-orang akan mengira bahwa tidak ada campur tangan dari pengarang dan
penulisnya yang pertama yang tak lain yaitu : Ibnu Ishak.
As-Suhaili dan Para Ulama Lainnya yaitu Termasuk Orang-orang yang Mensyarah
Sirah Ibnu Hisyam
Abui Qasim Abdurrahman as-Suhaili yang meninggal dunia pada tahun 581 H. membuat kitab
tentang syarah (penjelas) kitab ini, dan menyajikannya dalam bentuk yang baru dan metode
yang lain yang tentunya berbeda dari yang digunakan oleh Ibnu Hisyam, kitab karangan as-
Suhaili ini menjadi pensayarah dan pengkritik terhadap apa yang telah ditulis oleh Ibnu
Hisyam. lalu ia memberi judul kepada kitab ini, yaitu: "ar-Raudhu al-unfu" yang
berpegang teguh kepada hasil usaha Ibnu Ishak dan Ibnu Hisyam. Dia meng-counter beberapa
kabar yang ada di dalamnya dengan memberi pelurusan dan solusi yang benar
menurutnya, lalu memberi penjelasan dan tambahan terhadap hal tesebut. Oleh sebab
itu, maka kitab ini hadir dalam bentuk dan ukuran yang besar, sebab banyaknya pendapat-
pendapat yang ditambahkan oleh penulisnya, ia menjabarkan penjelasan dan tambahan ini
dengan panjang lebar dan pertimbangan serta pemikiran yang matang.
Dan atas dasar keberatan dengan kitab yang ditulis oleh as-Suhaili, maka datanglah sebuah
kitab lain -menurut perkiraan- yang dibuat oleh Badruddin Muhammad bin Ahmad al-'Aini al-
Hanafi, judul kitab yang dibuatnya ini yaitu : "Kasyfu al-Litsam". kita tidak dapat
menilai kandungan kitab ini , dan mengetahui usaha yang dilakukan oleh penulisnya.
lalu kita juga tidak boleh lupa dengan usaha yang dilakukan oleh Abu Dzar al-Khasyni,
dia membuat sebuah kitab yang menentang apa yang telah dituliskan oleh Badruddin, lalu
menjelaskan hal-hal gharib atau asing yang ada di dalam bukunya, dan tidak lupa pula dia
memaparkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan olehnya. Maka jadilah karyanya dan karya
as-Suhaili sebagai dua kitab yang menjadi penyempurna bagi usaha agung yang telah dilakukan
oleh pendahulu mereka, yaitu Ibnu Ishak dan Ibnu Hisyam.
Mukhtashar (Ringkasan) Sir ah Ibnu Ishak
sesudah beberapa orang yang membuat syarah terhadap kitab Ibnu Hisyam di atas, kita tidak
lagi mendapati orang-orang yang melakukan sesuatu seperti yang mereka lakukan, akan orang-
orang sesudah mereka berubah haluan, tidak lagi mensyarah dan mengkritik kitab ini , akan
namun hanya meringkasnya saja. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Burhanuddin bin
Muhammad al-Murahhil asy-Syafi'i, meringkas kitab Sirah ini dan menambahkan
beberapa hal di dalamnya, lalu mengurutkannya di delapan belas (18) tempat, kitab ini
diberi judul olehnya dengan sebutan: "adz-Dzakirah fi Mukhtashar as-Sirah". Kitab ini dapat
diram- pungkan olehnya pada tahun 611 H.
lalu adapula seseorang yang bernama 'Imaduddin Abul 'Abbas Ahmad bin Ibrahim bin
Abdurrahman al-Wasithi, dia meringkas kitab Sirah ini ke dalam sebuah kitab yang diberikan
nama olehnya: "Mukhtashar Sirah Ibnu Hisyam". Dia merampungkan tugas mulianya ini -
sebagaimana pendapat yang beredar- sekitar tahun 711 H.
Orang-Orang Menjadikan Sirah Ibnu Ishak Menjadi Susunan Nazham Atau Bait Syair
sesudah beberapa proses yang berbeda-beda di atas, maka kita akan mendapati orang- orang
yang memformulasikan kitab Sirah Ibnu Ishak ini dalam bentuk baru, yaitu menjadikannya dan
menyusunnya menjadi bait-bait syair. Di antara orang-orang yang melakukan
hal ini yaitu : Abu Muhammad Abdul Aziz bin Muhammad bin Sa id ad-Damiriad-
Dairini, yang meninggal dunia pada sekitar tahun 607 H. lalu ada pula Abu Nashar al-
Fath bin Musa bin Muhammad Najmuddin al-Maghribi al-Khadhrawi, yang meninggal dunia
pada tahun 663 H. sebagaimana juga yang dilakukan oleh Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim
bin Muhammad an-Nabulsi yang lebih dikenal dengan nama Ibnu asy-Syahid, dia meninggal
dunia pada tahun 793 H. Dan kitab miliknya ini dinamakan: "al-Fathul Qarib". lalu
Abu Ishak al-Anshari at-Talmasani.
Ini menunjukkan manfaat dari Sirah Ibnu Ishak yang tetap dijaga oleh orang-orang sesudah nya
dari tangan ke tangan, pertama: ada yang berusaha untuk mengumpulkan dan memberi
kritikan tentang apa yang ditulisnya, sebagaimana yang telah Anda ketahui. Kedua: ada
pula orang-orang yang mensyarah atau menjelaskan isi dari kitab ini dengan sangat rinci.
Ketiga: mereka yang menyajikan kitab ini secara ringkas atau meringkasnya. Lalu keempat dan
baru saja di bahas yaitu : cara yang lebih berbeda dan lebih baru, yaitu menjadikan isi yang
terkandung dalam kitab ini ke dalam bait-bait syair atau nazham. Dari beberapa perhatian dan
kepedulian para ulama di atas ada kitab Sirah ini, maka kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa: tidak ada sebuah kitab pun yang dibuat oleh ulama pada kitab Sirah sesudah Ibnu Ishak,
kecuali diformulasikan oleh orang-orang yang kompeten, ini jika dikecualikan satu atau dua
orang, yaitu: al-Waqidi dan Ibnu Sa'ad.
Mengenal Ibnu Ishak
Nasab dan Keturunannya
Dia yaitu Muhammad bin Ishak bin Yasar bin Khiyar. Adapula yang mengatakan bahwa
namanya yaitu : Ibnu Kautsan, dan Abu Bakar. Bahkan ada yang mengatakan bahwa namanya
yang Sebetulnya yaitu Abu Abdullah, al-Madani al-Qurasyi. Dia juga merupakan budak
Qais bin Makhramah bin al-Muththalib bin Abdu Manaf. Kakeknya bernama Yasar yang
berasal dari keturunan "Ain at-Tamar, itu merupakan nama sebuah daerah kuno yang dekat dari
Anbar, sebelah barat Kufah, tepatnya bersebelahan dengan padang pasir. Kaum Muslimin
dapat mengekspansi wilayah ini pada masa pemerintahan khalifah Abu Bakar pada tahun 12
H. di bawah komandan pasukan Khalid bin al-Walid. Di sebuah gereja Ain at-Tamr, Khalid
bin Walid mendapatkan kakek Ibnu Ishak ini berada di antara anak-anak yang menjadi tawanan
di tangan Kisra; Raja Persia, adapula bersa- manya itu kakek dari Abdullah bin Abu Ishak al-
Hadhrami an-Nahwi, serta kakek al-Kalbi al-Alim. lalu dibawalah mereka itu ke arah
kiri menuju Madinah.
Kelahiran dan Kewafatannya
Ibnu Ishak dilahirkan di kota Madinah, dan pendapat yang paling akurat menurut se- jarah
yaitu bahwa dirinya dilahirkan pada tahun 85 H. Adapun tentang tahun kewafatan¬nya, maka
pendapat yang berkembang seputar itu yaitu sekitar tahun 150 atau 153 H„ per-
bedaan tentang tahun kelahirannya ini tidak sampai empat pendapat.
Pertumbuhan dan Kehidupannya
Masa remaja dan muda Ibnu Ishak dihabiskannya di kota Madinah, dan beberapa riwayat yang
sampai kepada kami yaitu bahwa Di antara hal yang berhubungan dengan masa remajanya -
jika apa yang disampaikan kepada kami ini memang berita dan kabar yang benar- yaitu seperti
apa yang diceritakan dan dipaparkan oleh Ibnu an-Nadim bahwa seorang Amir atau pemimpin
Madinah diberi- tahu bahwasanya Muhammad (Ibnu Ishak) yaitu laki-laki yang suka
memuja-muja wanita, lalu sang Amir memerintahkannya untuk menghadirkan Muhammad di
hadapannya, lalu memukulkan dengan pecut, lalu melarangnya untuk duduk di masjid.
lalu Ibnu Ishak meninggalkan Madinah dan berpindah-pindah tempat dari satu Negara
ke Negara yang lainnya. Dan menurut spekulasi kami yaitu bahwa dia hijrah dan merantau
ke Alexandria -pada tahun 115 H.- Alexandria merupakan tujuan perantauannya yang perta
ma, lalu di tempat itulah beliau meriwayatkan beberapa hadis dari para ulama yang berasal dari
Mesir. Di antaranya yaitu : 'Ubaidillah bin al-Mughira, Yazid bin Hubaib, Tsamamah bin
Syafi, 'Ubaidillah bin Abu Ja'far, al-Qasim bin Qazman, serat as-Sakan bin Abu Karimah. Ibnu
Ishak meriwayatkan beberapa hadis dari para gurunya ini , hadis-hadis yang tidak
diriwayatkan oleh orang selainnya. Selanjutnya, ia kembali melanjutkan perantauannya ke
Kufah, al-Jazirah, Ray, Hirah dan Baghdad. Di Baghdad, -menurut pendapat yang paling kuat-
ia memantapkan dirinya untuk mengakhiri perantauannya, lalu ia bertemu dengan
khalifah al-Manshur, dan membuat sebuah kitab bagi anaknya yang bernama al-Mahdi,
sebagaimana yang telah kami paparkan sebelumnya. Dan orang-orang yang meriwayatkan
hadis-hadis darinya ltu lebih banyak berasal dari daerah ini, dibandingkan dengan orang-orang
yang berada di daerah asalnya; yaitu Madinah, bahkan pendapat yang tersebar luas yaitu
bahwa orang berguru hadis padanya yang berasal dari kota asalnya hanyalah Ibrahim bin Sa'ad.
Beliau tinggal dan menetap di Baghdad hingga ajal menjemputnya, lalu beliau
dimakamkan di pemakaman Khaizran.
Kedudukannya
Sebetulnya orang-orang yang meriwayatkan hadis dari Ibnu Ishak mendapati bahwa dirinya
merupakan orang yang berlebihan di dalam mengambil ilmu darinya, ada pula yang berlebihan
dalam memujinya. Maka Anda akan mendapati ulama yang agung seperti Imam Malik bin
Anas dan yang lainnya, seperti Hisyam bin 'Urwah bin Zubair, keduanya bahkan
mengeluarkannya dari daftar ulama ahli hadis, orang yang benar dan dapat dipercaya, bahkan
keduanya tidak memasukkannya ke dalam daftar ini sebab menurutnya Ibnu Ishak
merupakan orang yang selalu berdusta dan berbohong. Ada pula orang-orang yang
menuduhnya sebagai seorang penipu, sering berbicara tentang takdir (padahal takdir mutlak
Rahasia Allah), dan suka mengejek, dan juga meriwayatkan dari orang yang tidak tsiqah atau
dapat dipercaya. lalu dia juga merupakan seseorang yang meriwayatkan syair dan
memasukkannya ke dalam kitab yang dikarangnya, dan dia juga yaitu orang yang salah dalam
hal menentukan keturunan atau nasab atau senang mencemarkan nama baik orang lain.
Akan namun dibalik itu semua, nanti Anda akan mendapati para imam dan alim ulama
membeberkan testimoni tentang dirinya, seperti: Ibnu Syihab az-Zuhri, Syu'bah bin al-Hujjaj,
Sulyan ats-Tsauri, dan Ziyad al-Bukka'i, mereka percaya kepadanya dan tidak menuduhnya
melakukan sebuah kedustaan dan tidak pula menuduhnya melakukan sesuatu yang buruk. Dan
pada realitanya, bahwa orang-orang yang meriwayatkan darinya yaitu bukan orang- orang
yang tidak dapat mencapai tujuan, artinya mereka yaitu orang-orang yang sukses dan mampu
menggapai cita-cita mereka. Oleh sebab itu, maka Anda tidak memiliki hak untuk
mengatakan yang buruk tentang dirinya.
Sebetulnya kita semua tahu bahwasanya Ibnu Ishak telah mencemarkan nama baik dan
menyepelekan Imam Malik bin Anas, begitu juga tentang ilmunya. Dia berkata: "Datangkanlah
sebuah kitab miliknya kepadaku, hingga aku dapat menilai dan memaparkan cacat dan aib yang
ada di dalamnya!, aku yaitu penilai buku-buku miliknya". lalu Malik pun mengujinya,
dan meneliti serta mencari aib-aib lain yang dimilikinya, lalu menamakannya sebagai
"Dajjal", maka pada saat itu terjadi perang mulut di antara keduanya. Sebagaimana Hisyam bin
Malik juga pernah murka dan marah kepada Ibnu Ishak, sebab ia mengaku bahwasanya
dirinya (Ibnu Ishak) pernah meriwayatkan dari istrinya (Hisyam). Sedangkan menurut Hisyam,
bahwasanya periwayatan itu hanya dapat dilakukan dengan saling bertatap muka, dan dia (Ibnu
Ishak) telah menuduh istrinya telah saling berpandangan dengan orang lain.
Sebenarnya di sini Hisyam lupa bahwasanya periwayatan itu dapat dilakukan dari balik tirai
atau hijab, atau bisa jadi Ibnu Ishak meriwayatkan dari istrinya itu pada masa kecilnya, sebab
umur istrinya pada saat Ibnu Ishak sudah boleh meriwayatkan hadis itu tidak lebih dari lima
puluh tahun, maka Sebetulnya umur istrinya ini Sebetulnya umur istrinya ini
lebih tua sekitar 37 tahun dibandingkan dengan Ibnu Ishak, dengan demikian maka
diperbolehkan pada umur sekian seorang laki-laki meriwayatkan dari seorang wanita.
Adapun apa yang dituduhkan kepada Ibnu Ishak bahwasanya dirinya merupakan
seorang pendusta, penipu dan selainnya, maka al-Khathib al-Baghdadi telah
menyinggung masalah ini di dalam kitab miliknya yang bernama: "Tarikh Baghdad",
hal yang sama juga dilakukan oleh Ibnu Sayyid an-Nas di dalam kitabnya: "'Uyun al-
Atsar", keduanya membantah berbagai macam tuduhan dan penghi- naan yang
ditujukan kepada Ibnu Ishak. Hal ini dapat dirangkum sebagai berikut: Adapun
hal yang berhubungan dengan yang dituduhkan kepadanya bahwa dirinya yaitu
seorang penipu, orang yang selalu membicarakan tentang takdir, serta sering mengejek,
maka Sebetulnya hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk menolak riwayatnya,
sebab sifat-sifat ini bukanlah merupakan kelemah- an yang besar dan
berpengaruh terhadap kebenaran periwayatannya. Sedangkan sifat penipu (mudallis)
yang ditujukan kepadanya juga, maka tadlis (penghilangan jejak sumber informasi) itu
banyak macamnya, ada yang merusak dan adapu- la yang tidak, maka tidak boleh
menuduh seseorang bahwa dirinya yaitu seorang penipu secara mutlak, padahal
mungkin saja dirinya hanyalah pernah berbohong dalam satu hal saja, tidak mencakup
ber-bagai aspek, dan aib ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengeluarkannya
dari sifat adilnya.
Demikian juga dengan qadar atau takdir dan juga penghinaan yang mungkin pernah
dilontarkannya, kedua hal ini tidak dapat pula dijadikan alasan untuk menolak hadis-
hadis yang diriwayatkannya dan tidak boleh merusak hal-hal baik lainnya yang ada
di dalam dirinya, dan be- nar saja, hal (yang dituduhkan) ini tidak dapat kita temukan
di dalam kitab ini.
sesudah itu, mereka mengemukakan pendapat mereka yang berisikan penolakan dan bantahan
mereka terhadap kejelekan-kejelekan yang dituduhkan kepada Ibnu Ishak, mereka
memaparkan penolakan dan bantahan ini satu persatu. Sebagaimana tuduhan yang
dikemukakan oleh Makki bin Ibrahim bahwasanya dirinya meninggalkan segala hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dan tidak menjadikannya sebagai referensi. Dan juga seperti
perkataan Yazid bin Harun: bahwasanya dirinya meriwayatkan banyak hadis dari orang-orang
Madinah, akan namun manakala ia meriwayatkan sebuah hadis dari mereka yang mereka
dapatkan darinya (yang dimaksud yaitu Ibnu Ishak), maka mereka akan bungkam.
Sebagaimana pula yang dikemukakan oleh Ibnu Numair: "Sebetulnya dirinya (Ibnu Ishak)
meriwayatkan hadis-hadis yang bathil dari orang-orang yang tidak paham dan bodoh. Dan
masih banyak lagi pendapat- pendapat miring tentang Ibnu Ishak selain yang kami sebutkan
ini, sebab tidak mungkin kami paparkan dan kemukakan seluruhnya di sini. Lalu kami akan
membantah apa yang dikatakan dan dituduhkan ini terhadapnya. sebab Sebetulnya
pembicaraan tentang hal ini merupakan sesuatu yang tidak jelas, atau samar-samar, dan
memperbanyak serta memperpanjang masalah, dan membahasnya akan sangat membosankan.
Maka hal yang seharusnya kita lakukan yaitu bahwa memuji dan mengapresiasi segala
sesuatu yang telah diusahakannya itu lebih baik daripada sekedar menuduh yang bukan-bukan
baginya."
Keduanya (Khathib al-Baghdadi dan Ibnu Sayyid an-Nas) berkata (dalam bantahan keduanya
terhadap apa yang dituduhkan kepada Ibnu Ishak di atas):
"Adapun yang dikatakan oleh Makki bin Ibrahim, bahwasanya dirinya meninggalkan segala
hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dan tidak menjadikannya sebagai referensi. Dia
beralasan bahwa dirinya mendengarnya meriwayatkan hadis-hadis tentang beberapa sifat, lalu
tidak senang terhadapnya, padahal hal itu bukan merupakan perkara yang besar. sebab
Sebetulnya sekelompok Ulama Salaf memberi keringanan dalam meriwayatkan hal
yang lebih berat lagi dari itu, dan tidak perlu untuk menta'wil hal ini , khususnya jika
hadis ini mengandung suatu hukum atau perkara dan masalah yang lainnya, sebab
Sebetulnya hadis-hadis ini merupakan bagian dari hal ini.
Sedangkan kabar yang dikemukakan oleh Yazid bin Harun: bahwasanya dirinya meriwayatkan
banyak hadis dari orang-orang Madinah, akan namun manakala ia meriwayatkan sebuah hadis
dari mereka yang mereka dapatkan darinya (yang dimaksud yaitu Ibnu Ishak), maka mereka
akan bungkam. Dalam hal ini ia tidak menjelaskan mengapa alasan mereka bungkam dan tidak
menanggapi hadis yang diriwayatkannya, dan jika ia tidak menyebutkan alasannya, maka
itu berarti ia tidak mengemukakan sesuatu lain selain hanya dugaan dan prasangka semata, dan
kami tidak akan dapat memutuskan bahwa keadilan seseorang yang didapatkan dari hasil
prasangka semata itu merupakan sebuah aib dan cacat."
Selanjutnya, tentang pendapat Ibnu Numair: "Sebetulnya dirinya (Ibnu Ishak)
meriwayatkan hadis-hadis yang bathil dari orang-orang yang tidak paham dan bodoh.
Maka kalaulah ia meriwayatkan hadis bukan kepada orang yang tsiqah dan adil, maka
berar ti ia memperkeruh masalah dengan menuduh apa yang ada di antaranya dan
orang-orang yang meriwayatkan hadis darinya. Adapun jika di dalam dirinya ada
sifat tsiqah dan adil, maka perkara keburukan yang dimiliki oleh orang-orang yang
diduga bodoh itu harus ditujukan kepada diri mereka, dan jangan di- sangkut pautkan
kepada dirinya." • Selanjutnya ada lagi tuduhan yang dilontarkan kepada Ibnu Ishak
bahwasanya ia meriwayatkan beberapa syair, lalu mendatangkan syair-syair ini ,
lalu diminta untuk memasukkan syair-syair ini ke dalam kitab Sirahnya.,
walhasil ia pun menerima permintaan ini . Keadaan yang Sebetulnya yaitu
bahwa hal ini merupakan hak pribadi Ibnu Ishak, jika dia tidak berada di dalam proses
periwayatan dan penyampaian riwayat, maka ia boleh dikatakan salah dalam
menyajikan pengetahuannya dengan menggunakan syair. Akan namun , ia menerima
syair-syair ini dari guru- gurunya, baik itu syair yang baik ataupun yang buruk.
Dan seandainya Ibnu Ishak mengikuti perasaannya dan menempat- kan dirinya sebagai
kritikus syair, maka ia akan meringkas kitabnya sebab terlalu banyak dugaannya
tentang riwayat- riwayat yang maudhu' atau dibuat-buat, dan akan sedikit pula orang-
orang yang berkonsentrasi dalam mengkaji kitab Sirahnya. sepeninggalnya, tahun demi
tahun.
Dan jika kita telah selesai membahas hal ini tentang kehidupan Ibnu Ishak, maka kita tidak
akan mendapati di hadapan kita ungkapan yang lebih baik dari apa yang dikatakan oleh Ibnu
'Adi menutup pembahasan ini, saat dia berkata: "Dan seandaianya Ibnu Ishak tidak memiliki
kelebihan dan keutamaan apapun, kecuali bahwasanya dirinya hanya mendapatkan perintah
untuk menu- lis kitab dari raja, yang tidak akan mungkin didapatkan darinya bahwa dia
menyibukkan diri dengan membahas peperangan yang di- lalui oleh Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, dibangkitkan dirinya menjadi Rasul, serta kelahiran dirinya ke dunia ini,
niscaya keutamaan dan kelebihan ini lebih berhak disandang oleh Ibnu Ishak, dan sungguh
hadis-hadis yang diriwayatkan olehnya telah tersebar luas di jagat raya ini, maka aku tidak
mendapati bawa hadis yang diriwayatkannya ini dihukumkan sebagai hadis yang dha 'if
atau lemah. Adapun jika ada kesalahan di sana-sini, maka itu merupakan suatu hal yang
wajar dan sering dialami pula oleh yang lainya. Para ulama dan imam-imam yang Tsiqah pun
tidak ada yang bertolak belakang dengan hadis-hadis yang diriwayatkannya. Imam Muslim
mengeluarkan hadis yang diriwayatkannya dalam bab: pembai'atan, begitu pula dengan Imam
Bukhari yang menguatkan hadis ini di beberapa tempat, begitu juga ada imam-imam
lainnya yang meriwayatkan hadis darinya, seperti: Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu
Majah.
Mengenal Ibnu Hisyam
Asal-usul dan Keturunannya
la bernama Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam bin Abu Ayyub al-Humairi. Ada- pula
sebagian riwayat yang menghubungkannya kepada kabilah Mu'afir bin Ya'fur, mereka itu
merupakan suku atau kabilah yang besar, lalu sebagian besar dari mereka merantau dan
berimigrasi ke Mesir. Ada juga yang mengatakan bahwa dirinya termasuk suku Dzuhal, serta
ada pula yang mengemukakan bahwa dirinya berasal dari suku Sadus. Tidak ada seseorang pun
yang dapat memastikan dan memaparkan alasannya secara rinci dan detail, sebenarnya ini
merupakan sebuah resiko yang wajar dihadapi dan diterima oleh orang yang suka berpindah-
pindah dari satu negeri ke negeri lain. Dia tidak hidup bersama keluarganya dan berada di
tengah-tengah mereka. Lalu keluarganya juga -di samping ini- bukan merupakan sebuah
keluarga yang memiliki kedudukan tinggi dan selalu dicari dan dijaga manusia dan tidak
pula diburu periwayatannya.
Pertumbuhannya
la tumbuh dan berkembang di Bashrah, lalu pindah dan merantau ke Mesir. Demikianlah
beberapa riwayat yang sampai kepada kami, dan tidak ada satu riwayat- pun yang mengatakan
bahwa Ibnu Hisyam pernah tinggal kecuali di kedua Negara ini. Akan namun , kami mengira
bahwasanya per- jalanan hidup Ibnu Hisyam tidak hanya di kedua Negara ini saja, khususnya
pada masa di mana ilmu berkembang dan disampaikan secara sima' atau mendengarkan
langsung, dan pada saat itu banyak sekali orang-orang merantau hanya untuk mencari ulama
guna menuntut ilmu dari mereka.
Kelahiran dan Kematiannya
Pendapat tentang tempat dan tahun kelahiran Ibnu Hisyam tidak hanya terpaku pada satu
pendapat saja, oleh sebab itu ada yang mengatakan bahwa dirinya meninggal dunia pada tahun
218 H. dan ada pula kelompok lain yang berpendapat bahwa Ibnu Hisyam menghembuskan
nafas terakhirnya pada tahun 213 H.
jika berita tentang kewafatannya saja memiliki beberapa versi pendapat, maka wajar
kiranya jika tidak ada orang tahu pasti tentang tempat dan tanggal kematian orang yang suka
merantau ini. Pendapat yang sangat mendekati kebenaran yaitu bahwa dirinya mengunjungi
Negara lain dulu sebelum akhirnya tinggal di Mesir. Oleh sebab itu, maka jadilah hari
kelahiran Ibnu Hisyam sebagai rahasia yang terkubur dalam catatan sejarah.
Kedudukannya
Ibnu Hisyam merupakan seorang ulama yang mahir di bidang Nahwu dan Bahasa Arab.
Bahkan Imam adz-Dzahabi dan Ibnu Katsir pernah memberitahukan bahwasanya saat Ibnu
Hisyam datang ke Mesir, dirinya pernah bergabung dan berkumpul bersama Imam Syafi'i, lalu
keduanya sangat menguasai dan pandai sekali dalam membuat syair-syair Arab. Akan namun
menurut kami, ini merupakan pendapat yang sangat asing dan jauh dari kebenaran, sebab kami
tahu bahwa pada saat Ibnu Hisyam menukil beberapa syair dari Ibnu Ishak di dalam kitab ini,
banyak sekali syair yang ditulisnya dengan salah, serta ia tidak dapat mengungkapkan syair
ini dengan pendapatnya sendiri, seraya berkata:
"Demikianlah seorang ulama menceritakan dan meriwayatkan kepada kami di dalam sebuah
syair."
Ia hanya dapat menukil syair itu dari orang lain, dan tidak mampu mengungkapkan
perasaannya ke dalam bait-bait syair.
Peninggalannya
Ibnu Hisyam merupakan seorang pengarang buku, dia mengarang banyak sekali kitab dalam
beberapa bidang. Oleh sebab nya, maka ia memiliki buku-buku lain selain kitab yang
berkaitan dengan Syarah Ibnu Ishak, di antara buku-buku itu yaitu : Syarhu Mawaqa'a fi
Asy'ar as-Sair Minal Gharib, at-Tijan li Ma'rifah Muluk az-Zaman, dan kitab ini baru
diterbitkan baru-baru ini. Beberapa hal di atas merupakan pema- paran singkat kami tentang
pribadinya, kami pun telah membahas beberapa hal yang menyangkut dirinya pada
pembahasan seputar berita dan cerita mengenai sejarah dan biografinya, dia merupakan
seorang ahli biografi dan sejarah, yang berkontribusi menyelesaikan kitab Sirah Ibnu Ishak,
dan menisbatkan kitab ini kepada dirinya, pada akhirnya kitab ini pun terkenal dengan
namanya, dan kelebihan serta dedikasinya pada kitab ini , tidak kalah dari Ibnu Ishak pula.
Inilah yang dapat kami persembahkan, sesudah kami menunjukkan usaha kecil kami dalam kitab
Sirah ini, kami pun akan mempersembahkan juga cetakan yang kedua darinya dalam formulasi
yang menarik ini, dengan harapan agar kami bisa menjadi orang yang selalu dekat dengan
Taufiq Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mendekati kebenaran.
Bab 1
Mengenal Asal-Usul Nabi Muhammad dan Bangsa Arab; Terbentangnya
Mata Rantai Kenabian dari Adam Alaihis Salam hingga Muhammad
Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam An-Nahwi (Ibnu Hisyam) berkata: Ini yaitu
buku sirah (biografi) Rasulullah Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam.
Ibnu Hisyam berkata: Beliau yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Adapun
nama asli dari Abdul Muthalib yaitu Syaibah bin Hasyim. Nama asli Hasyim yaitu 'Amr bin
Abdu Manaf. Nama Abdu Manaf yaitu Al-Mughirah bin Qushay. Sedangkan nama Qushay
yaitu Zayd bin Kilab bin Murrah bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malin bin An-Nadhr bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah. Sedangkan nama asli Mudrikah yaitu Amir bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udd disebutkan pula nama Udd yaitu Udad
bin Muqawwim bin Nahura bin Nayrah bin Ya'rub bin Yasyhub bin Nabit bin Ismail bin
Ibrahim -Khalilul Rahman- bin Tarih yang tak lain yaitu Azar bin Nahura bin Sarugha bin
Falakh bin Aybar bin Syalakh bin Irfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamka bin Mutawasylikha
bin Akhnukha -dia yaitu Nabi Idris sebagaimana perkiraan mereka- Wallahu a'lam. Dia
yaitu orang pertama yang mendapat karunia kenabian, orang pertama yang menulis dengan
pena -bin Yarid bin Muhlayili bin Qaynan bin Yanisya bin Syiyts bin Adam.
Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdu- lah al-Bakkai telah meriwayatkan dari Muhammad bin
Ishaq al-Muthalibi uraian nasab Rasulullah Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam
hingga Adam 'Alaihis salam sebagaimana yang saya sebutkan di atas. Ter¬masuk uraian
tentang Idris dan lainnya.
Ibnu Hisyam berkata: Khallad bin Qurah bin Khalid As-Sadusi telah meriwayatkan kepada
saya dari Syaiban bin Zuhair bin Syaqiq bin Tsaur bin Qatadah bin Du'amah bahwa
Sebetulnya dia berkata:
Ismail yaitu anak Ibrahim Khalilur Rahman bin Tarih yang tak lain yaitu Azar bin Nahura
bin Asragha bin Arghuwa bin Falakh bin Abir bin Syalakh bin Irfakhsyad bin Sam bin Nuh bin
Lamka bin Matusyalakh bin Akhnukha bin Yarid bin Mihlaila bin Qayina bin Yanisya bin
Syiyts bin Adam.
Ibnu Hisyam berkata: Saya Insya Allah akan memulai buku ini dengan menyebutkan Ismail
bin Ibrahim dan anak-anak keturunannya yang darinya lahir Rasulullah Muhammad Shallalahu
'alaihi wa Alihi wa Sallam secara berurutan dari Ismail hingga Rasulullah Muhammad
Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam dan apa yang menjadi pembicaraan di kalangan mereka
dengan meninggalkan pembahasan tentang anak-anak Ismail yang lain dengan tujuan untuk
mempersingkat pembahasan ini. lalu dilanjutkan dengan menyebutkan sirah (biografi)
Rasulullah Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam dengan meninggalkan sebagian
apa yang telah disebutkan oleh Ibnu Ishaq di mana Rasulullah tidak pernah mengatakannya
dan tidak pula diturunkan dalam Al-Quran, juga tidak relevansinya dengan buku ini, tidak juga
ada penafsiran tentangnya, tidak pula kesaksian penguat dalam masalah ini, sebab nya saya
sebutkan dengan ringkas. Saya meninggalkan syair-syair yang dia sebutkan yang tidak pernah
-menurutku- ada dari kalangan orang-orang berilmu yang mengetahuinya dan sebagian lainnya
berisikan prasangka buruk pada sebagian manusia. Sebagian lainnya tidak diriwayatkan oleh
al-Bakkai kepada kami melalui riwayatnya. Insya Allah saya akan mengutarakan secara
lengkap hal-hal lain yang dapat dipercaya darinya dan diketahui.
Ibnu Ishaq berkata: Ziyad bin Abdullah al-Bikkai berkata: meriwayatkan kepada kami dari
Muhammad bin Ishaq al-Muththalabi dia berkata: Ismail bin Ibrahim 'Alaihis salam memiliki
A
dua belas anak lelaki: Nabata, yaitu anak sulungnya, Qaydzar, Adzbul, Mubisy, Misma,
Masyi, Dimma, Adzar, Thaima, Yathur, Nabisya, Qaydzuma. Ibu mereka yaitu Ra'lah binti
Mudhadh bin Amr al-Jurhumi. Ibnu Ishaq berkata: Jurhum yaitu anak dari Yaqthan bin 'Aybar
bin Syalakh. Yaqthan yaitu Qahthan bin Aybar bin Syalakh. Ibnu Ishaq berkata: Umur Ismail
—sebagaimana disebutkan di tengah mereka yaitu seratus tiga puluh tahun—. Dia meninggal
di usia ini, lalu dimakamkan. Semoga rahmat Allah dan berkahnya senantiasa berlimpah
padanya. Dia dimakamkan di Hijr bersama dengan ibunda tercintanya Hajar. Semoga Allah
senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas mereka.
Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang berkata Hajar dan Aajar, mereka mengganti huruf haa
dengan alif sebagaimana mereka mengatakan: Haraaqu al-maai menjadi araaqu al-maai
sedangkan Hajar sendiri berasal dari Mesir.
Ibnu Hisyam berkata bahwa Abdullah bin Wahhab telah meriwayatkan kepada kami dari
Abdullah bin Lahi'ah dari Umar mantan budak Ghufrah bahwa Rasulullah Muhammad
Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam bersabda:
"Takutlah kalian kepada Allah tampakkan kebaikan kalian pada ahli dzimmah, orang- orang
yang yang berada sebuah negeri, hitam, berambut keriting sebab mereka memiliki nenek
moyang terhormat dan ikatan pernikahan (dengan kita)."1
(1. Diriwayatkan oleh Zubair bin Bakkar dalam “Al-Muntakhab di Azwaj An-Naby” dengan Sand mural dan dalam sanadnya
ada Umar mantan budak Ghufrah, sedangkan dia yaitu dhaif/lemah)
Umar mantan budak Ghufrah berkata nasab mereka yaitu bahwa Ibu Ismail yaitu ibu orang-
orang Arab (Hajar), berasal dari sebuah desa yang ada di depan Farama di Mesir. Sedangkan
ibu Ibrahim. Mariyah isteri Nabi Shallalahu alaihi wa Alihi w a Sallam yang merupakan hadiah
dari Muqawqis ber-asal dari Hafn di kaawasan Ashita.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab al-Zuhri mengatakan
bahwa Abdur Rahman bin Abdullah bin Ka'ab bin Malik al-Anshari, lalu menjadi As-
Sulami telah meriwayatkan kepa-danya bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa
Sallam bersabda:
"Jika kalian menaklukkan Mesir maka berlaku baiklah pada warga nya sebab mereka
memiliki perlindungan dari kita dan mereka memiliki hubungan kekerabatan."2
(2. HR. Riwayat Muslim dengan Sand tersambung pada hadis no. 2543 hadits Abu Dzar)
Maka aku katakan kepada Muhammad bin Muslim al-Zuhri: Apa maksud rahm (ke-kerabatan)
bagi mereka yang disebutkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Alihi wa Sallam? Maka diapun
berkata: Hajar ibunda Ismail berasal dari mereka.
Ibnu Hisyam berkata: Dengan demikian orang-orang Arab secara keseluruhan yaitu anak-
anak Ismail dan Qahthan. Sebagian orang Yaman mengatakan bahwa Qahthan yaitu anak
keturunan Ismail dan mereka mengatakan bahwa Ismail yaitu Bapak seluruh orang Arab.
Ibnu Ishaq berkata: Aad bin Aush bin Iram bin Sam bin Nuh dan Tsamud dan Judais dua anak
Abir bin Iram bin Sam bin Nuh, Thasm, Imlaq, Umaim yaitu anak keturunan Laawidz bin
Sam bin Nuh keseluruhannya
yaitu orang-orang Arab.
Nabit bin Ismail memiliki anak ber-nama Yasyjub bin Nabit, Yasyjub mempu-nyai anak
Ya'rab bin Yaysjub, Ya'rab memi-liki anak Tabrah bin Ya'rab, Tabrah memiliki anak Nahura
bin Tabrah, Nahura punya anak Muqawwim bin Nahura, Muqawwim punya anak Adad bin
Muqawwim, dari Adad lahir Adnan bin Udad.
Ibnu Hisyam berkata: Disebutkan pula bahwa ayah Adnan yaitu Udd. Dari Adnan inilah
berpecahlah keturunannya ke dalam berbagai kabilah dari anak-anak keturunan Ismail bin
Ibrahm 'Alaihis salam. Adnan memiliki dua anak yang bernama Ma'ad bin Adnan dan Akk bin
Adnan.
Ibnu Hisyam menyebutkan: Akk menetap di negeri Yaman sebab dia beristerikan seorang
wanita dari Bani Asy'ariyun. Dia tinggal di sana maka jadilah dia sebuah negeri dengan satu
bahasa. Asy'ariyyun yaitu keturunan Asy'ar bin Nabt bin Udad bin Zayd bin Humaisi' bin
Amr bin Arib bin Yasyjub bin Zayd bin Kahlan bin Saba' bin Yasyjub bin Ya rub bin Qahthan.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Asy'ar yaitu Nabt bin Udad. Ada juga yang menyebutkan
bahwa Asy'ar yaitu anak dari Malik sementara Malik yaitu Malik Madhij bin Udad bin Zayd
bin Humaisi'. Disebutkan pula bahwa Asy'ar yaitu anak dari Saba bin Yasyjub.
Abu Muhriz Khalaf al-Ahmar dan Abu Ubaidah mengutip sebuah sajak milik Abbas bin Mirdas
salah seorang keturunan Bani Sulaim bin Manshur bin Ikrimah bin Hafshah bin Qays bin Aylan
bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan menyanjung Akk:
“Akk bin Adnan yang bergelarkan Ghassan Hingga mereka diusir dengan sempurna”
Syair di atas yaitu kutipan dari syairnya yang panjang.
Ghassan yaitu nama bendungan air di Ma'rib di Yaman yang merupakan tempat minum bagi
anak-anak Mazin bin al-Asad bin al-Ghawts, maka mereka dinamakan dengan nama ini. Ada
pula disebutkan bahwa dia yaitu sumber air yang berada dekat Juhfah di mana mereka minum
dari air itu yang lalu kabilah-kabilah dari anak Mazin bin al-Asad al-Ghawts bin Nabt
bin Malik bin Zayd bin Kahlan bin Saba' bin Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan dinamakan
dengan nama ini.
Hassan bin Tsabit al-Anshar: Dan orang- orang Anshar yaitu Bani Aus dan Khazraj yang
merupakan anak Haritsah bin Tsa'labah bin 'Amr bin Amir bin Haritsah bin Imruul Qays bin
Tsa'labah bin Mazin bin al-Asad bin al-Ghawts:
“Jika kau bertanya maka Sebetulnya kami keturunan orang terhormat
Al-Asad nasab kami dan Ghassan mata airnya”
Ini yaitu bait syair Hassan bin Tsabit. Orang-orang Yaman berkata: Sebagian Akk, yakni
mereka yang tinggal di Khurasan di antaranya yaitu Akk bin Adnan bin Abdul-lah bin al-
Asad bin al-Ghawts. Disebutkan juga bahwa Adnan bernama Udtsan bin Abdullah bin al-Asad
bin al-Ghawts.
Ibnu Ishaq berkata: Ma'ad bin Adnan memiliki empat orang anak: Nizar bin Ma'ad,
Qudha'ah bin Ma'ad, dia yaitu yaitu anak sulungnya yang dengannya Ma'ad dipanggil (Abu
Qudha'ah) sebagaimana yang mereka perkirakan, lalu Qunush bin Ma'ad dan Iyad bin
Ma'ad. Adapun Qudha'ah dia pergi ke Yaman pada Himyar bin Saba'. Nama Saba' sendiri
yaitu Abdus Syams. Dia disebut dengan Saba' sebab dia yaitu orang Arab pertama yang
menawan musuh. Saba' yaitu anak dari Yasyjub bin Ya'rub bin Qahthan.
Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Ya-man berkata bahwa Qudha'ah yaitu anak Malik bin
Himyar. Amr bin Murrah al-Juhani-Juhainah yaitu anak laki-laki Zayd bin Layts bin Saud
bin Aslam bin al-Haaf bin Qudha'ah berkata:
“Kami yaitu anak-anak pemuka yang dihormati
Qudha'ah bin Malik bin Himyar
Nasab yang sangat dikenal tak mungkin diingkari
Terukir di batu prasasti di bawah mimbar”
Ibnu Ishaq berkata: Menurut genealogis Ma'ad, tidak ada dari keturunan Ma'ad yang tersisa di
antara mereka ada al-Nu'man bin al-Mundzir raja Himyar.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim bin Abdullah bin Syihad al-Zuhri mengatakan
pada saya bahwa al-Nu'man bin al-Mundzir yaitu salah seorang keturunan Qunush bin Ma'ad.
Ibnu Hisyam berkata: Disebutkan namanya yaitu Qanash.
Ibnu Ishaq berkata: Ya'qub bin Utbah bin al-Mughirah bin al-Akhnas meriwayatkan kepada
saya dari Syaikh kalangan Anshar dari Bani Zuraiq bahwa Sebetulnya dia berkata padanya:
Sebetulnya Umar bin Khattab tatkala diberikan padanya pedang al-Nu'man bin al-Mundzir;
dia memanggil Jubair bin Muth'im bin Ady bin Naufal bin Abdi Manaf bin Qushay—Jubair
yaitu salah seorang ge-neologist Quraiys bahkan masa orang Arab secara keseluruhan. Dia
pernah mengatakan: Sebetulnya saya mempelajari nasab dari Abu ash-Shiddiq dan Abu
Bakar ash-Shiddiq yaitu orang yang paling ahli tentang nasab orang-orang Arab. Umar
memberi pedang ini pada Jubair serta berkata: Dari keturunan siapakah al-Nu'man bin
al-Mundzir? Maka dia berkata: Dia yaitu salah seorang yang tersisa dari kabilah Qunush bin
Ma'ad.
Ibnu Ishaq berkata: Adapun seluruh orang Arab mereka beranggapan bahwa dia yaitu seorang
yang berasal dari Lakhm keturunan Rabi'ah bin Nashr. Wallahu a'lam.
Ibnu Hisyam berkata: Lakhm bin Ady bin al-Harits bin Murrah bin Udad bin Zayd bin
Humaysi' bin Amr bin 'Arib bin Yasyjub bin Zayd bin Kuhlan bin Saba'. Ada juga yang
menyebutkan dia yaitu Lakhm bin Ady bin Amr bin Saba'. Juga disebutkan dia yaitu Rabi'ah
bin Nashr bin Abi Haritsah bin Amr bin Amir. Dia tetap tinggal di Yaman sesudah migrasinya
Amr bin Amir dari Yaman.
BAB 2
Rangkaian Peristiwa yang Terjadi Sebelum Lahirnya Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam; Awal Terbentangnya Kenabian di Tanah
Arab
ejarah besar ini kami awali dengan migrasinya 'Amr bin Amir keluar dari negeri Yaman.
Sebagaimana yang dituturkan Abu Yazid Al-Anshari kepada saya yaitu bahwa dia
melihat tikus besar membuat lubang di bendungan Ma'rib di mana mereka biasanya
menyimpan air lalu mereka alirkan sesuai dengan apa yang mereka kehendaki dari tanah yang
mereka miliki. Dia pun sangat memahami bahwa bendungan tidak akan lestari dalam kondisi
ini . Sehingga dia bertekad untuk segera pergi dari Yaman. Maka dia pun bergerak cepat
mengecoh kaumnya. lalu sesudah itu ia menasihati pada anak bungsunya agar jika dia
berlaku keras padanya dan menamparnya maka hendaknya di