sirah nabawiyah 21


 dendamku dan carilah kesembuhan!" Wahsyi diberi 

gelar Abu Dasamah. 

Orang-orang Quraisy berjalan hingga sampai di dua mata air di gunung di lembah Sabkhah dari saluran 

air di atas tepian lembah yang menghadap Madinah. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat orang-orang Quraisy sampai di tempat ini , Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin mendengar kedatangan mereka. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Demi Allah, aku melihat dalam mimpiku sesuatu yang baik. Aku lihat sapi 

disembelih, salah satu sisi pedangku retak, dan aku lihat diriku memasukkan tanganku ke dalam baju 

perang baja dan aku menafsirkannya bahwa itu yaitu  Madinah."98 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda, "Aku bermimpi melihat sapiku disembelih."99 Adapun tafsir sapi ialah beberapa orang dari 

sahabat- sahabatku terbunuh. Sedang keretakan yang aku lihat di salah satu sisi pedangku ialah bahwa 

salah seorang dari keluargaku akan terbunuh."100 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada para sahabat: "Jika kalian 

mau, tetaplah tinggal di Madinah dan biarkan mereka di tempat mereka kini berada. Jika mereka tetap 

di tempat itu, maka ia menjadi tempat yang paling buruk bagi mereka. Jika masuk menyerbu kita, kita 

akan serang balik mereka di dalamnya." Pendapat Abdullah bin Ubay bin Salul serupa dengan 

pendapat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, yaitu tidak usah keluar dari Madinah untuk 

menyerbu orang-orang Quraisy. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sendiri tidak ingin keluar dari 

Madinah untuk berduel dengan mereka, namun beberapa orang dari kaum Muslirrrin yang dimuliakan 

Allah untuk gugur sebagai syuhada di Perang Uhud dan perang-perang lainnya yang tidak ikut 

berkesampatan hadir di Perang Badar berkata: "Wahai Rasulullah, keluarlah bersama kami untuk 

berduel melawan mereka agar mereka tidak menganggap kami sebagai pengecut yang tidak berani 

berhadapan dengan mereka." Abdullah bin Ubay bin Salul berkata: "Wahai Rasulullah, tetaplah tinggal 

di Madinah dan janganlah engkau keluar menyerbu tempat mereka. Demi Allah, jika kita 

menyongsong musuh-musuh kita mereka pasti akan membunuh salah seorang di antara kita dan 

jika  mereka masuk ke tempat kita, kita pasti berhasil mengalahkan mereka. Wahai Rasulullah, 

biarkanlah mereka di tempat kini mereka berada. jika  menetap di tempat ini , mereka 

menetap di tempat tahanan terburuk. jika  masuk ke Madinah, mereka akan diperangi orang laki-

laki dan akan dilempari batu oleh kaum wanita-wanita dan anak-anak. jika  pulang kembali ke 

negeri asalnya, mereka pulang dengan gagal seperti halnya saat mereka datang." 

Para sahabat yang menginginkan berhadapan langsung dengan orang-orang Quraisy tetap tidak 

beranjak dari tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai beliau masuk rumah dan 

mengenakan baju besi perangnya. Hari itu yaitu  hari Jum'at dan itu terjadi saat  beliau usai 

menunaikan shalat. Pada hari itu, salah seorang dari kaum Anshar, yang bernama Malik bin Amr dari 

Bani An-Najjar meninggal dunia. Rasulullah Shalla¬lahu 'alaihi wa Sallam mensalatkannya. Barulah 

Rasulullah menemui sahabat-sahabatnya dan mereka menyesal atas apa yang mereka lakukan. 

Mereka berkata: "Kita telah lancang memaksa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk keluar dan 

itu tidak sepatutnya kita lakukan." 

Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertemu para sahabat, mereka berkata: "Wahai 

Rasulullah, kami telah lancang memaksamu untuk keluar Madinah padahal hal itu tidak sepatutnya 

kami lakukan. Bila mau sabda: "jika  seorang nabi telah memakai baju besi, tidak patut baginya 

mencopotnya 

Kembali, hingga ia berperang."101 lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ber- angkat 

bersama seribu sahabatnya. 

 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menugaskan Ibnu Ummi Maktum untuk 

menjadi imam sementara di Mesjid Nabawi. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama para sahabat sampai di 

Asy-Syauth, kawasan yang berada di antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bin Salul beserta 

sepertiga pasukan memisahkan diri dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Abdullah bin Ubay bin 

Salul berkata: "Dia (Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam ) mentaati usulan sahabat-sahabatnya 

dan tidak mau mengambil pendapatku. Wahai manusia, kami tidak mau bunuh diri di tempat ini?" 

sesudah  itu, Abdullah bin Ubay bin Salul pulang ke Madinah bersama para pengikutnya, yaitu orang-

orang munafik dan orang-orang yang dihinggapi penyakit keragu-raguan dalam hatinya. Mereka 

dikejar Abdullah bin Amr bin Haram saudara Bani Salimah yang lalu  berkata kepada mereka: 

"Wahai kaumku, aku ingatkan kalian kepada Allah, hendaklah kalian tidak menelantarkan kaum dan 

Nabi kalian saat  ia akan berhadapan dengan musuh." Mereka berkata: "Andai kita tahu kalian akan 

diperangi,.kita pasti tidak akan meninggalkan kalian, namun kami memandang bahwa perang tidak 

membangkang dengan pulang ke Madinah, Abdullah bin Amr bin Haram berkata: "Wahai musuh-

musuh Allah, mudah-mudahan Allah mengutuk kalian dan Dia jadikan Nabi-Nya tidak lagi 

membutuhkan kalian." 

Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang lain selain Ziyad berkata: dari Muhammad bin Ishaq dari Az-

Zuhri bahwa orang-orang Anshar berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebelum 

Perang Uhud: "Wahai Rasulullah, mengapa kita tidak meminta bantuan sekutu-sekutu kita dari orang-

orang Yahudi?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Kita tidak membutuhkan mereka. 

Ziyad berkata: Muhammad bin Ishaq berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

terus berjalan hingga melewati Harrah Bani Haritsah. Di sana, ada seekor kuda mengibaskan ekornya 

hingga mengenai besi di gagang pedang salah seorang sahabat hingga membuat pedang itu terhunus. 

Ibnu Hisyam mengatakan: Kilab al-Saif (paku di ujung pedang). 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang terbiasa optimis dan tidak pesimis 

bersabda kepada sahabat pemilik pedang: "Sarungkanlah pedangmu kembali, sebab  pada hari ini aku 

lihat semua pedang akan terhunus." 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada sahabat-

sahabatnya: "Siapa di antara kalian yang bisa membawa kita dekat dengan musuh melalui jalan lain 

yang tidak biasa dilalui mereka?'"Abu Khaitsamah dari Bani Haritsah bin Al-Haritsah berkata: "Aku, 

wahai Rasulullah." lalu  Abu Khaitsamah membawa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

melewati antara tanah hitam berbatu (harrah) Bani 

Haritsah dengan kebun-kebun mereka hingga melewati kebun milik Mirba' bin Qaidhi. Ia yaitu  

seorang munafik bermata buta. saat  mendengar gerak Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersama sahabatnya, ia berdiri untuk melemparkan tanah ke muka mereka. Ia berkata: "Seandainya 

engkau memang benar sebagai utusan Allah, tetap saja aku tidak akan mengizinkanmu memasuki 

kebunku." 

Ibnu Ishaq berkata: Ada yang menuturkan kepadaku bahwa Mirba' bin Qaidhi memegang segenggam 

tanah, seraya berkata: "Demi Allah, hai Muhammad, jika aku tahu tanah ini tidak akan mengenai orang 

selain dirimu, pastilah aku lemparkan semuanya kepadamu." Kaum Muslimin spontan bergerak ingin 

menghabisi Mirba bin Qaidhi, namun Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jangan! Orang 

buta ini, buta hati dan matanya." Namun, Sa'ad bin Zaid dari Bani Abdul Asyhal berhasil mendekati 

Mirba' bin Qaidhi sebelum Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melarang membunuhnya, lalu 

menghantam kepalanya dengan busur panah hingga bersimbah berdarah102 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terus melanjutkan perjalanannya hingga 

sampai di jalan menuju Gunung Uhud, di sebuah ngarai yang dekat dengan Gunung Uhud, dan 

Rasulullah jadikan ngarai itu memunggunginya dan menghadapkan pasukannya ke gunung Uhud. 

Beliau berkata: "Janganlah salah seorang dari kalian berperang tanpa perintah dariku."103  

 

Orang-orang Quraisy melepas unta dan kuda mereka di rerumputan di Ash-Shamghah dekat dengan 

saluran kaum Muslimin. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melarang kaum  Muslimin 

berperang hingga beliau memerintahkannya, salah seorang dari kaum Anshar berkata: "Pantaskah 

tanaman-tanaman Bani Qailah dijadikan padang gembala sementara kami tidak mendapatkan 

bagian?" 

Ibnil Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam siaga perang bersama tujuh ratus 

sahabatnya dan menunjuk Abdullah bin Jubair dari Bani Amr bin Auf sebagai komandan pasukan 

pemanah. Saat itu, Abdullah bin Jubair diberi sandi pakaian putih dengan jumlah pasukan pemanah 

sebanyak lima puluh orang. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Abdullah bin 

Jubair: "Cegah pasukan berkuda mereka dari kami dengan anak panah kalian agar tidak akan 

menyerang ke tempat kita dari belakang kita. Baik kita menang atau kalah, engkau harus tetap berada 

pada posisimu semula. Kita tidak akan diserbu dari depanmu!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

merapatkan kedua baju besinya dan menyerahkan panji perang kepada Mush'ab bin Umair dari Bani 

Abduddar. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengijinkan Samurah bin Jundab Al-

Fazari dan Rafi' bin Khadij saudara Bani Haritsah ikut ikut dalam medan perang. Kedua sahabat 

ini  baru berusia lima belas tahun. Sebelumnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyuruh 

mereka pulang kembali ke Madinah, lalu  ada seseorang mengatakan kepadanya: "Wahai 

Rasulullah, Sebetulnya  Rafi' itu seorang pemuda pemanah yang lihai." Maka Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam mengizinkannya ikut perang. sesudah  mengizinkan Rafi', dikatakan kepada beliau: 

"Wahai Rasulullah, Sebetulnya  Samurah pernah mengalahkan Rafi'." Akhirnya Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengizinkan Samurah ikut perang juga. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam memulangkan Usamah bin Zaid, Abdullah bin Umar bin Khaththab, Zaid bin Tsabit salah 

seorang dari Bani Malik bin An-Najjar, Al-Bara' bin Azib salah seorang dari Bani Haritsah, Amr bin Hazm 

salah seorang dari Bani Malik bin An-Najjar, dan Usaid bin Zhuhair salah seorang dari Bani Haritsah, 

lalu  membolehkan mereka ikut dalam Perang Khandaq saat usia mereka lima belas tahun. 

Ibnu Ishaq berkata: Pasukan Quraisy berkekuatan tiga ribu personil dengan dua ratus pasukan 

berkuda. Mereka menunjuk Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan berkuda sayap kanan dan 

Ikrimah bin Abu Jahal sebagai komandan pasukan berkuda sayap kiri. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Siapa yang siap mengambil 

pedang ini dengan haknya?"104 

  

Beberapa sahabat berdiri untuk mengambihya dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, namun 

beliau belum juga memberi  pedang itu kepada seorang pun dari mereka. Abu Dujanah Simak bin 

Kharasyah dari Bani Saidah berdiri seraya berkata: "Apa haknya, wahai Rasulullah?" Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Engkau menyerang musuh dengannya hingga musuh 

tersungkur mati” Abu Dujanah berkata: "Aku siap mengambilnya dengan haknya, wahai Rasulullah." 

Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi  pedang ini  kepada Abu Dujanah. Abu 

Dujanah yaitu  seorang lelaki pemberani dan suka berjalan sombong pada saat perang berkecamuk. 

Ia membuat tanda dengan ikat kepala berwarna merah di kepalanya. jika  ia telah memakaianya, 

semua mengerti bahwa dia siaga berperang. 

sesudah  mengambil pedang ini  dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia keluarkan ikat 

kepala berwarna merah, lalu mengenakanya dan berjalan dengan angkuh di antara dua barisan. 

Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Abdullah bin Aslam mantan budak Umar bin Khaththab berkata 

kepadaku dari salah seorang kaum Anshar dari Bani Salimah ia berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaiWi 

wa Sallam bersabda saat melihat Abu Dujanah berjalan dengan sombong: "Sebetulnya  cara 

berjalan seperti itu yang dibenci Allah kecuali di tempat ini (perang)."105 

 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa Abu Amir Abdu Amr bin 

Shaifi bin Malik bin An-Nu'man salah seorang dari Bani Dhabi'ah berada di Makkah sebab  ingin 

menjauh dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan membawa lima puluh budak dari kabilah 

Aus, ada yang mengatakan dua puluh lima budak, berjanji kepada orang-orang Quraisy bahwa jika ia 

bertemu dengan kaumnya, niscaya tidak akan ada seorangpun yang menentangnya. Saat kedua 

pasukan terlibat pertempuran, orang pertama yang menemui orang-orang Madinah ialah Abu Amir 

dalam barisan orang-orang non Arab dan budak warga Makkah. Abu Amir berseru: "Hai orang-orang 

Aus, saya Abu Amir." Orang-orang Aus berkata: "Semoga Allah tidak memberimu mata, wahai orang 

yang fasik." Pada masa jahiliyah, Abu Amir dipanggil dengan sebutan Rahib (pendeta), lalu Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menamakannya Fasiq (orang fasik). Saat mendengar jawaban orang-orang 

Aus tadi, ia berkata: "Sepeninggalku, kaumku tertimpa keburukan." Sesudah mendapatkan kenyataan 

itu, Abu Amir memerangi kaum Muslimin dengan sangat brutal dan melemparkan batu ke arah 

mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Sufyan bin Harb membakar semangat para pemegang panji perang Bani 

Abduddar dengan berkata: "Wahai Bani Abduddar, kalian ditunjuk memegang panji perang kita pada 

saat Perang Badar lalu kita kalah sebagaimana kalian ketahui. Sebetulnya  pasukan perang 

senantiasa di datangi dari arah para pemegang panji perangnya. jika  para pemegang panji kalah 

maka pasukan pun kalah. Sekarang terserah kalian, apakah kalian tetap ingin memegang panji perang 

atau kalian melepaskannya, dan untuk itu kami melindungi kalian." Orang-orang Bani Abduddar 

terpukau dengan tawaran Abu Sufyan dan berjanji padanya dengan berkata: "Kami serahkan panji 

perang kepadamu. Esok hari, jika  kita berhadapan dengan musuh, engkau akan tahu apa yang akan 

kami lakukan." Sikap seperti inilah Sebetulnya  yang dikehendaki Abu Sufyan bin Harb dari orang- 

orang Bani Abduddar. 

saat  kedua pasukan telah bertempur, Hindun binti Utbah berdiri bersama wanita lainnya lalu 

mengambil rebana dan menabuhnya di belakang pasukan orang-orang musyrikin untuk guna 

menyemangati mereka. Hindun binti Utbah berkata: 

Wahai Bani Abduddar, 

Wahai para penjaga bagian belakang 

Tebaslah dengan pedang nan tajam 

Hindun binti Utbah juga berkata: 

Kami rangkul kalian jika kalian maju bertempur 

Kami sediakan sandaran dengan bantal kecil  

Kami kan tinggalkan bila kalian mundur  

Dengan perspisahan yang tidak menggembirakan 

 

Ibnu Hisyam berkata: Telik sandi kaum Muslimin di Perang Uhud ialah amit (bunuh), amif(bunuh). 

Ibnu Ishaq berkata: Kedua pasukan pun berduel hingga perang berkobar. 

Ibnu Hisyam berkata: Tidak sedikit ulama yang berkata kepadaku bahwa Zubair bin Awwam berkata: 

Aku sedih saat  meminta pedang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan beliau tidak 

mengabulkan permintaanku malah memberi nya kepada Abu Dujanah, padahal aku yaitu  anak 

bibinya, Shafiyyah. Aku juga dari kalangan Quraisy di samping itu aku lebih dahulu meminta pedang 

itu daripada Abu Dujanah. Demi Allah, aku akan lihat sepak terjang apa yang bisa di perbuat Abu 

Dujanah. Maka aku ikuti dia dan kulihat dia mengeluarkan ikat kepala berwarna merah lalu 

mengikatkannnya di kepalanya. Orang-orang Anshar berkata: "Abu Dujanah mengeluarkan ikat kepala 

kematian." 

Demikianlah apa yang dikatakan oleh orang-orang Anshar tentang Abu Dujanah jika  ia 

mengenakan ikat kepalanya yang berwarna merah. sesudah  itu Abu Dujanah keluar sambil berkata: 

Akulah yang disumpah setia oleh kekasihku Kala kami berada di kaki bukit dekat pohon kurma 

Agar aku tidak berada di barisan yang terakhir 

Aku hajar musuhku dengan pedang Allah dan pedang sang Rasul mulia 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ada riwayat yang menyebutkan kata kabul sebagai ganti kayul. 

Maka sesudah  itu, setiap kala berpapasan dengan musuh dia membunuhnya. Di pihak kaum musyrikin 

ada seseorang yang tidak membiarkan orang terluka di antara kami melainkan pasti ia membantainya. 

Orang musyrik ini  mendekat kepada Abu Dujanah dan aku berdoa kepada Allah mudah- 

mudahan Dia mempertemukan keduanya. Betul, mereka bertemu lalu saling serang. Orang musyrik 

itu memukul Abu Dujanah, namun perisai kulit Abu Dujanah melindungi dan menahan pedang orang 

ini , lalu  Abu Dujanah membunuhnya. sesudah  itu, Abu Dujanah mengayunkan pedangnya 

di atas kepala Hindun binti Utbah, hanya saja ia menurunkan pedangnya kembali. Zubair berkata: 

Maka aku katakan: " Allah dan Rasul-Nya lebih tahu apa yang terjadi." 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Dujanah Simak bin Kharasyah berkata: Aku lihat seseorang mengobarkan 

semangat kaum musyrikin lalu  aku pergi kepadanya. saat  aku hendak menebasnya, ia 

mendoakan kecelakaan, ternyata ia perempuan. Akupun tidak jadi mengayunkan pedang Rasululah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan tidak memukulkannya pada seorang perempuan. 

Hamzah bin Abdul Muthalib terus menghantam pasukan hingga berhasil menghabisi Artha'ah bin 

Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf Abduddar. Artha'ah yaitu  seorang pemegang panji 

perang kaum musyrikin. sesudah  itu, Siba' bin Abdul Uzza Al-Ghubsyani yang biasa dipanggil dengan 

panggilan Abu Niyar berjalan melewati Hamzah bin Abdul Muthalib. Hamzah bin Abdul Muthalib 

berkata kepada Siba' bin Abdul Uzza, "Kemarilah, wahai anak perempuan tukang sunat bayi 

perempuan!" Ibu Siba' bin Abdul Uzza yaitu  Ummu Anmar mantan budak wanita Syariq bin Amr bin 

Wahb Ats- Tsaqafi. Ibnu Hisyam berkata: Syariq yaitu  anak Al-Akhnas bin Syariq. Ummu Anmar 

yaitu  wanita ahli khitan di Makkah. saat  keduanya bertemu, Hamzah bin Abdul Mutha- lib 

menghabisi Siba' bin Abdul Uzza. 

Wahsyi budak Jubair bin Muth'im berkata: Demi Allah aku melihat Hamzah bin Abdul Muthalib 

menghabisi orang-orang Quraisy dengan pedangnya tanpa menyisakan seorang pun. Kulihat Hamzah 

Bin Abdul Muthalib seperti unta belang-belang putih dan hitam, tiba-tiba Siba' bin Abdul Uzza lebih 

cepat dariku datang kepada Hamzah bin Abdul Muthalib. Hamzah bin Abdul Muthalib berkata: 

"Kemarilah!" Usai berkata seperti itu, Hamzah bin Abdul Muthalib menghabisi Siba bin Abdul Uzza. 

Akupun menggerak-gerakkan tombakku. Saat telah siap, aku melemparkannya ke arah Hamzah bin 

Abdul Muthalib dan tepat mengenai bagian bawah perutnya hingga tombakku keluar di antara kedua 

kakinya. Hamzah bin Abdul Muthalib berusaha berjalan ke arahku, namun ia kehabisan tenaga dan 

akhirnya terjatuh. Aku membiarkannya beberapa waktu. saat aku yakin ia telah mati, aku ambil 

tombakku lalu  pergi ke barak, sebab  tugasku hanyalah membunuh Hamzah bin Abdul 

Muthalib. 

saat  yakin ia telah meninggal, aku ambil tombakku, lalu  aku masuk ke barak dan duduk di 

dalamnya. Aku tidak memiliki  tujuan lain selain hanya membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, 

sebab  aku ingin menjadi orang merdeka dengan membunuhnya. saat  tiba di Makkah, aku langsung 

dimerdekakan dan tetap berdomisili di Makkah. Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

menaklukkan Makkah, aku melarikan diri ke Thaif dan bertempat tinggal di sana. saat  delegasi Thaif 

pergi menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menyatakan masuk Islam, tiba-tiba 

semua jalan terasa tertutup bagiku. Aku berkata dalam diriku aku akan pergi ke Syam atau Yaman atau 

negara lain. Demi Allah, aku merasa demikian hingga ada seseorang berkata kepadaku: "Celakalah 

engkau, demi Allah, dia tidak pernah membunuh seseorang yang masuk dalam agamanya dan 

mengucapkan syahadatnya!!" 

saat  orang ini  berkata seperti itu kepadaku, aku ikut pergi bersama orang-orang Thaif untuk 

berjumpa dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Madinah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam demikian terkejut melihat aku berdiri di hadapannya dengan mengucapkan syahadat 

kebenaran. saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatku, beliau bersabda: "Bukankah 

engkau Wahsyi?" Aku menjawab: "Benar wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, 

"Duduklah dan tuturkanlah kepadaku bagaimana caramu menghabisi Hamzah?'"Aku pun bercerita 

kepada beliau tentang pembunuhan Hamzah bin Abdul Muthalib sebagaimana yang aku ceritakan 

kepada kalian berdua saat ini. saat  aku telah bercerita tentang pembunuhan terhadap Hamzah bin 

Abdul Muthalib, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Celakalah engkau, palingkanlah 

wajahmu dariku. Aku tidak suka melihatmu kembali!" Aku pergi meninggalkan Rasulullah supaya 

beliau tidak melihat wajahku. 

Pada saat kaum Muslimin berangkat untuk memerangi Musailamah si Pendusta, penguasa Yamamah, 

aku ikut bersama mereka dan mengambil tombak yang dulu pernah aku gunakan untuk membunuh 

Hamzah bin Abdul Muthalib. saat  kedua pasukan telah berhadap-hadapan, aku melihat Musailamah 

si Pendusta berdiri dengan pedang terhunus dan sat itu aku tidak kenal mengenalinya. Aku bersiap-

siap membidiknya. Salah seorang dari kaum Anshar juga siap-siap membidiknya. Kami berdua ingin 

membunuh Musailamah si Pendusta itu. Aku gerak-gerakkan tombak ku. saat  telah siap, aku 

melemparkannya ke arah Musailamah si Pendusta dan tepat mengenainya dan pada saat yang 

bersamaan, orang dari kaum Anshar memukul Musailamah si Pendusta dengan pedang. Hanya Tuhan 

yang lebih tahu siapa di antara kami berdua yang membunuh Musailamah si Pendusta itu. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Al-Fadhl berkata kepadaku dari Sulaiman bin Yasar dari Abdullah bin 

Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhuma yang berkata ikut terjun di Perang Yamamah: Pada perang 

Yamamah, aku dengar seseorang berteriak dengan suara nyaring: "Seorang budak hitam telah 

membunuhnya." 

Ibnu Hisyam berkata: Aku mendapat kabar bahwa Wahsyi tidak henti-hentinya dijatuhi hukuman 

cambuk sebab  mengkonsumsi minuman keras hingga namanya di hapus sebagai salah seorang 

penerima uang pensiunan perang. Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu berkata: "Sungguh aku 

tahu bahwa Allah Ta 'ala tidak pernah membiar- kan begitu saja pembunuh Hamzah bin Abdul 

Muthalib Radhiyallahu Anhu hidup tanpa hukuman." 

Ibnu Ishaq berkata: Mush'ab bin Umair bertempur melindungi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

hingga gugur. Ia dihabisi oleh Ibnu Qami'ah Al-Laitsi sebab  dia mengira bahwa Mush'ab yaitu  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. sesudah  membunuh Mush'ab bin Umair yang disangkanya 

Rasulullah Shal¬lalahu 'alaihi wa Sallam, Ibnu Qami'ah Al-Laitsi pulang ke Makkah dan berkata: Aku 

telah berhasil membunuh Muhammad. 

Tatkala Mush'ab bin Umair gugur sebagai syahid, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menyerahkan 

panji perang kepada Ali bin Abu Thalib, lalu  Ali bin Abu Thalib bertempur bersama beberapa 

orang dari kaum Muslimin. 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Sa'ad bin Abu Thalhah dibunuh Sa'ad bin Abu Waqqash. Ashim bin Tsabit bin 

Abu Al-Aqlah bertempur habis-habisan dan berhasil membunuh Musafi' bin Thalhah dan saudaranya 

yang bernama Al-Julas bin Thalhah. Keduanya terkena anak panah Ashim bin Tsabit. Salah seorang 

dari keduanya sebelum meniggal menemui ibunya, Sulafah, dan merebahkan kepalanya di 

pangkuannya. Sulafah berkata: "Anakku, siapakah orang yang telah melukaimu?" Musafi atau Al-Julas 

menjawab: "Tatkala seseorang melemparkan anak panah kepadaku, aku dengar ia berkata: 

"Terimalah ini, aku anak Abu Al-Aqlah." Sulafah pun bernazar jika  Allah menakdirkan padanya 

untuk melihat kepala Ashim bin Tsabit, ia akan menyiramkan minuman keras di kepalanya. Pada saat 

yang sama Ashim bin Tsabit juga bersumpah kepada Allah untuk tidak menyentuh orang kafir atau 

disentuh orang kafir untuk selama-lamanya. 

Pada Perang Uhud, Utsman bin Abu Thalhah, yang memegang panji perang kaum musyrikin berkata: 

Sebetulnya  para pemegang panji perang ada hak 

Tuk melumuri tombaknya hingga berkeping-keping 

 

Utsman bin Abu Thalhah dibunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Hanzhalah bin Abu Amir Al-Ghasil berduel dengan Abu Sufyan bin Harb pada 

Perang Uhud. saat  Hanzhalah bin Abu Amir dapat mengatasi perlawanan Abu Sufyan bin Harb, tiba-

tiba Syaddad bin Al-Aswad bin Sya'ub melihat Hanzhalah bin Abu Harb yang berhasil mengatasi 

perlawanan Abu Sufyan bin Harb lalu  memukul Hanzhalah bin Abu Amir hingga gugur sebagai 

syahid. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya  sahabat kalian, Hanzhalah, 

pasti akan dimandikan para malaikat." Para sahabat menanyakan tentang Hanzhalah bin Abu Amir 

kepada istrinya: "Ada apa dengan Hanzhalah bin Abu Amir?" Istrinya menjawab bahwa Hanzhalah bin 

Abu Amir berangkat dari rumah dalam keadaan junub pada saat mendengar seruan jihad.106 

Ibnu Hisyam berkata: Dikatakan "al-hai'ah" sebagai pengganti"al-hatifah ." Disebutkan dalam hadits 

Rasulullah. Sebaik-baik lelaki yaitu  seorang yang memegang kendali kudanya, setiap kali dia 

mendengar teriakan ketakutan maka dia langsung melesat ke Sana.107 

 

At-Thirimah bin Hakim al-Thai –ada pun makna Thirimah yaitu  orang yang berpostur tinggi, dia 

berkata: 

Aku anak-anak keturunan keluarga mulia dari keluarga Malik 

Kapanpun ada teriakan minta tolong kami akan segera berangkat 

 

Makna "al-hai'ah" yaitu  teriakan yang di dalamnya ada rasa ketakutan. 

Ibnu Ishaq berkata: Oleh sebab itulah Rasulullah bersabda: Oleh sebab itulah (belum mandi junub) dia 

dimandikan oleh para malaikat. 

Ibnu Ishaq berkata: Syaddad bin Al-Aswad berkata tentang pembunuhan terhadap Hanzhalah bin Abu 

Amir: 

Aku lindungi sahabat dan diriku sendiri dengan tikaman bak sinar mentari 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Allah Ta'ala menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin sehingga 

mereka berhasil membunuh orang-orang musyrikin dengan pedang-pedang dan memaksa mereka 

membuka pertahanan. Maka kekalahan telak pun menimpa kaum musyrikin. 

Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair berkata kepadaku dari ayahnya, Abbad 

dari Abdullah bin Zubair dari Zubair, berkata: "Demi Allah, aku menyaksikan gelang kaki Hindun binti 

Utbah dan teman-temannya tertinggal tanpa diambil sedikit pun. Namun tiba-tiba pasukan pemanah 

pergi ke perkemahan saat  kami berhasil mendobrak pertahanan musuh dan mereka membiarkan 

punggung kami berada di depan pasukan berkuda musuh. Akhimya kami di datangi pasukan berkuda 

musuh dari belakang dan seseorang penyeru berseru dengan lantang: "Ketahuilah oleh kalian 

Sebetulnya  Muhammad telah terbunuh." Musuh berhasil mengalahkan kami sesudah  sebelumnya 

kami berhasil mengalahkan para pemegang panji mereka hingga tidak ada seorangpun dari kita yang 

berani mendekatinya. 

Ibnu Hisyam berkata: Sharikh maknanya seseorang berteriak keras yaitu  setan. 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian ulama ber- cerita kepadaku bahwa panji perang orang-orang Quraisy 

jatuh lalu  diambil oleh Amrah binti Alqamah Al Haritsiyah. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi 

kepada orang-orang Quraisy dan orang-orang Quraisypun lalu  berkumpul kembali di sekitar 

bendera ini . lalu  panji perang ini  di pegang Shu'ab yang tidak lain yaitu  budak Abu 

Thalhah, asal Habasyah dan dialah orang terakhir yang memegangnya. Shu'ab bertempur dengan 

bendera itu hingga kedua tangannya terputus. sesudah  itu, ia bertempur dengan berlutut lalu  ia 

mendekap panji perang ini  dengan dada dan lehernya hingga akhirnya ia tewas sambil berkata: 

"Ya Allah, apakah Engkau memaafkanku?" 

Ibnu Ishaq berkata: Pertahanan kaum Muslimin pun berantakan dan kocar kacir dan musuh 

menyerang mereka. Hari itu yaitu  hari ujian dan hari penyaringan dimana Allah memuliakan kaum 

Muslirnin dengan memberi peluang mati syahid kepada mereka. sebab  pertahanan kaum Muslimin 

terbuka, mereka berhasil menyelinap masuk ke tempat dimana Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

berada lalu  mereka melempar beliau dengan batu hingga terjatuh dalam posisi miring, batu 

ini  mengenai gigi antara gigi depan dengan gigi taring, melukai wajah dan bibir beliau. Orang 

yang berhasil melempar beliau dengan batu ialah Utbah bin Abu Waqqash. 

Ibnu Ishaq berkata: Humaid Ath-Thawil bercerita kepadaku dari Anas bin Malik di mana berkata: Pada 

Perang Uhud, gigi seri Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam retak dan wajahnya terluka. Darah 

mengalir pada wajahnya, sambil mengusap darah itu beliau bersabda: "Bagaimana mungkin bahagia 

sebuah kaum bila mereka melukai wajah Nabi mereka, sementara ia mengajaknya kepada Tuhan 

mereka." Tentang hal ini, Allah menurunkan firman-Nya: 

 

Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, 

atau mengadzab mereka, sebab  Sebetulnya  mereka itu orang-orang zalim. (QS. Ali Imran: 128).108 

 

Ibnu Hisyam berkata: Rubaih bin Abdurrahman bin Abu Sa'id Al-Khudri berkata dari ayahnya dari Abu 

Sa'id AI-Khudri bahwa di Perang Uhud: Utbah bin Abu Waqqash melempar Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam hingga memecahkan gigi seri sebelah kanan bawah dan melukai bibir bawah beliau. 

Sedangkan Abdullah bin Syihab Az-Zuhri menciderai kening Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Qami'ah melukai pipi bagian atas yang menonjol hingga dua rantai besi perisai masuk ke dalam 

pipi bagian atas beliau. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam terperosok ke dalam satu lubang yang 

sengaja digali oleh Abu Amir agar kaum muslimin terperosok ke dalamnya tanpa mereka sadari. Ali 

bin Abu Thalib segera memegang tangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sedangkan Thalhah 

bin Ubaidillah mengangkat beliau hingga beliau tegak berdiri. Malik bin Sinan yang tidak lain yaitu  

Abu Sa'id Al-Khudri menyeka darah dari wajah beliau lalu menelannya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Barang siapa darahnya bercampur dengannya darahku, maka ia tidak akan 

tersentuh neraka." 

Ibnu Hisyam berkata: Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawardi menyebutkan bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa ingin melihat orang syahid berjalan di atas muka 

bumi, maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah."109 

 Ibnu Hisyam berkata: Abdul Aziz bin Muhammad Ad-Darawardi berkata dari Ishaq bin Yahya bin 

Thalhah dari Isa bin Thalhah dari Aisyah dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa Abu Ubaidah bin Al-Jarrah 

mencabut salah satu besi dari wajah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hingga gigi bagian 

depannya tanggal dan mencabut besi satunya hingga gigi depan lainnya juga tanggal. Jadi kedua gigi 

depannya tanggal.  

Ibnu Hisyam berkata: Ada dua bait syair yang sengaja tidak saya camtumkan, sebab  terlalu vulgar. 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dikepung oleh kaum Quraisy, 

beliau bersabda: "Siapa orang yang siap berkorban nyawa buat kami?" Ziyad bin As-Sakan berdiri 

bersama lima orang dari kaum Anshar sebagaimana hal ini dikatakan kepadaku oleh Al-Hushain bin 

Abdurrahman bin Amr bin Sa'ad bin Muadz dari Mahmud bin Amr. Sebagian orang berkata bahwa 

orang yang siap mengorbankan nyawa untuk Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam yaitu  Umarah 

bin Yazid bin As-Sakkan. Mereka bertempur dengan sengit melindungi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam hingga satu persatu dari mereka gugur sebagai syuhada. Sedangkan orang terakhir yang gugur 

dari kelima orang itu ialah Ziyad atau Umarah yang bertempur hingga mengalami luka yang parah. 

Dalam kondisi kritis itu, datanglah salah satu kelompok dari kaum Muslimin yang akhirnya berhasil 

menyingkirkan orang-orang musyrik dari sisi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Beliau bersabda: 

"Dekatkanlah dia kepadaku." Mereka pun mendekatkannya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam lalu  beliau merebahkan Ziyad bin As-Sakan , lalu ia pun meninggal sedangkan pipinya 

berada di atas paha Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.110 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ummu Umarah, perisai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hingga panah 

mengenai punggungnya dan dia memiringkan diri kepada Rasulullah sehingga banyak panah yang 

mengenai dirinya. Sa'ad bin Abu Waqqash melepas anak panah untuk melindungi Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Qasim bin Abdurrahman bin Raff dari Bani Adi bin An-Najjar berkata kepadaku 

bahwa Anas bin An-Nadhr, paman Anas bin Malik, tiba di tempat Umar bin Khaththab dan Thalhah bin 

Ubaidillah bersama beberapa orang dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar yang berhenti bertempur. 

Anas bin An-Nadhr berkata: "Kenapa kalian duduk?!" Mereka menjawab, "Rasulullah Shallallahu 

Shallalahu alaihi wa Sallam telah gugur." Dengan sedikit berang Anas bin An-Nadhr berkata: "Jika 

demikian, apa yang akan bisa kita lakukan dengan kehidupan ini sesudah  beliau gugur? Meninggallah 

kalian seperti meninggalnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam." 

Usai mengatakan itu, Anas bin An-Nadhr maju ke arah musuh dan bertempur sengit hingga gugur 

sebagai syahid. Anas bin Malik diberi nama Anas seperti dirinya. 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian ulama bercerita kepadaku bahwa tatkala Perang Uhud terjadi, bibir 

Abdurrahman bin Auf terluka, gigi depannya patah, terluka sebanyak dua puluh atau lebih. Sebagian 

luka itu ada pada kakinya hingga membuatnya pincang. Ka'ab bin Malik berkata: "Aku ketahui kedua 

mata Rasuiullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengkilat dari balik tutup kepalanya, lalu  aku 

berteriak dengan suaraku yang paling lantang: "Wahai kaum Muslimin, bergembiralah kalian. Inilah 

Rasulullah." Namun Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi padaku isyarat agar aku diam. 

Ibnu Ishaq berkata: Tatkala kaum Muslimin mengetahui bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

masih hidup, mereka beranjak bangkit mendekati beliau. lalu  beliau pergi ke jalan ke Gunung 

Uhud bersama mereka dan dikawal oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khaththab, Ali bin Abu 

Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair, Al-Harits bin Ash-Shammah, dan sejumlah sahabat lainnya dari 

kaum Muslimin. 

Ibnu lshaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan mendaki menuju Gunung 

Uhud, dia berjumpa dengan Ubay bin Khalaf. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam maju menuju 

Ubay bin Khalaf dan menikam lehernya sehingga membuatnya tersungkur beberapa kali dari kuda 

tunggangannya.111 

Ibnu Ishaq berkata: Ubay bin Khalaf, seperti dituturkan kepadaku oleh Shalih bin Ibrahim bin 

Abdurrahman bin Auf, pernah bertemu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Makkah lalu  

berkata kepada: "Wahai Muhammad, aku memiliki  kuda bemama Al-Audz yang aku beri makan 

se¬banyak dua belas kwintal makanan setiap harinya agar membunuhmu pada saat aku sedang 

menungganginya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Justru sebaliknya, akulah yang 

akan membunuhmu, insya Allah." Maka matilah musuh Allah itu di Saraf dan orang-orang Quraisy 

membawa mayatnya ke Makkah."112 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di lorong jalan menuju 

Gunung Uhud, Ali bin Abu Thalib keluar untuk mengisi tempat airnya di Al-Mihras lalu membawanya 

kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk diminum oleh beliau. Hanya saja Rasulullah 

mencium bau tidak sedap pada air ini  dan beliau tidak jadi meminumnya. Beliau membersihkan 

sisa darah dari wajahnya dan menyiramkan air ini  ke kepalanya sambil bersabda, "Allah sangat 

murka kepada seseorang yang melukai wajah nabi-Nya."113 

 

Ibnu Ishaq berkata: saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada di lorong jalan menuju 

Gunung Uhud bersama beberapa sahabatnya, tiba-tiba pasukan berkuda Quraisy mendaki gunung. 

Ibnu Hisyam berkata: Di antara pasukan berkuda ini  yaitu  Khalid bin Walid. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Ya Allah, tidak layak bagi 

mereka berada di atas kami!" Lalu Umar bin Khaththab bersama beberapa orang kaum Muhajirin 

melawan mereka hingga menjungkalkan mereka dari gunung.114 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi ke batu cadas di gunung untuk 

mendakinya dalam keadaan badan mulai lemah dengan mengenakan baju besi di depan dan belakang 

badannya. Beliau berusaha mendaki, namun tidak berhasil, lalu  Thalhah bin Ubaidillah duduk di 

bawah beliau dan berdiri bersamanya hingga beliau mampu berdiri tegak. Saat itulah Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam seperti dikatakan kepadaku oleh Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair 

dari ayahnya dari Abdullah bin Zubair dari Zubair, bersabda: "Thalhah pasti masuk surga."115 

Ibnu Hisyam berkata: Aku mendapat berita dari Ikrimah dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam tidak mampu mencapai tempat yang dibangun di lorong jalan yang menuju Gunung 

Uhud. 

Ibnu Hisyam berkata: Umar eks budak Ghufrah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Shallalahu 

'alaihi wa Sallam melaksanakan shalat Zhuhur di perang Uhud dengan cara duduk akibat luka yang 

menimpanya sedangkan kaum muslimin mengerjakan shalat di belakangnya dengan cara yang sama. 

Ibnu Ishaq berkata: Para sahabat mundur dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hingga sebagian 

dari mereka tiba di Al-Munaqqa dekat Al-A'wash. Tsabit bin Waqasy dihabisi oleh orang-orang 

musyrikin, sedang Husail bin Jabir (Al-Yaman) tewas dengan tangan kaum Muslimin. Mereka tidak 

sengaja menghabisi Husail bin Jabir (Al-Yaman) sebab  tidak tahu bahwa ia yaitu  Husail bin Jabir (Al-

Yaman). Hudzaifah bin Al-Yaman berkata: "Ini ayahku." Para sahabat berkata: "Sungguh kami andai 

kami tahu pasti kami tidak melakukan itu!! Dan mereka berkata benar." Hudzaifah berkata: "Mudah-

mudahan Allah mengampuni kalian, sebab  Allah Dzat yang paling Penyayang." Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam ingin memberi diyat(tebusan darah) kepada Hudzaifah, namun Hudzaifah 

menyedekahkan diyatnya kepada kaum Muslimin. Peristiwa ini semakin mendekatkan Hudzaifah 

dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: di tengah-tengah kami ada orang asing yang 

tidak diketahui dari mana dia berasal. Namanya Quzman. Jika namanya disebutkan di sisi Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Dia pasti termasuk salah seorang penghuni neraka." Di 

perang Uhud, Quzman berperang dengan sengit dan berhasil membunuh tujuh atau delapan orang 

dari kaum musyrikin. Ia sosok lelaki yang kuat. Pada Perang Uhud ia terluka. Lalu ia dibawa ke 

pemukiman Bani Zhafar. Orang-orang dari kaum Muslimin berkata kepadanya: "Demi Allah, engkau 

berhasil pada hari ini wahai Quzman, maka bergembiralah!" Quzman berkata: "Kabar gembira apa 

yang ucapkan untukku? Demi Allah, aku berperang hanya untuk membela kehormatan kaumku. Kalau 

bukan sebab  itu aku tidak akan berperang." Saat lukanya bertambah parah, maka ia mengambil anak 

panah dari tempat perlengkapan perangnya, lalu iapun bunuh diri dengannya.116 

Ibnu Ishaq berkata: Di antara orang yang terbunuh pada Perang Uhud ialah Mukhairiq. Ia salah seorang 

warga Bani Tsa'labah bin Al-Fithyaun. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana 

dituturkan kepadaku: "Mukhairiq yaitu  orang Yahudi terbaik."117 

 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Harits bin Suwaid bin Shamid seorang munafiq, pada Perang Uhud, ia ikut 

bersama kaum muslimin. saat  kaum muslimin telah bertemu dengan kaum musyrikin, Al-Harits bin 

Suwaid bin Shamid menghabisi Al-Mujadzdir bin Dziyad Al-Balawi dan Qais bin Zaid, warga Bani 

Dhuba'iah. sesudah  membunuh keduanya, Al-Harits bin Suwaid bin Shamid pergi ke Makkah bergabung 

dengan orang-orang kafir Quraisy. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana dituturkan 

para ulama, memerintahkan Umar bin Khaththab membunuhnya jika  dia berhasil menangkapnya. 

Namun Umar bin Khaththab tidak berhasil mengejarnya sebab  ia berada di Makkah. lalu  

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus saudara Al-Harits bin Suwaid yang bernama Al-Julas 

bin Suwaid untuk menemui Al-Harits bin Suwaid dan memintanya bertaubat agar ia bisa kembali 

kepada kaumnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Maka Allah, sebagaimana dituturkan kepadaku dari Ibnu Abbas, menurunkan ayat 

tentang Al-Harits bin Suwaid bin Shamid dalam firman-Nya: 

 

Bagaimana Allah akan menunjukisuatu kaum yang kafir sesudah mereka beriman, serta mereka telah 

mengakui bahwa Rasul itu (Mu¬hammad) benar-benar rasul, dan keterangan- keterangan pun telah 

datang kepada mereka? Allah tidak menunjuki orang-orang yang zalim (QS. Ali Imran: 86), hingga 

akhir kisah. 

Tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berada bersama beberapa orang sahabatnya, tiba-tiba 

Al-Harits bin Suwaid keluar dari salah satu kebun Madinah, dia memakai pakaian rangkap dua 

berwarna merah darah. Rasulullah memerintahkan Utsman bin Affan untuk menghabisinya dan 

Utsman bin Affan pun menebas kepalanya. Ada yang mengatakan bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam menyuruh salah seorang dari kaum Anshar untuk menghabisi Al-Harits bin Suwaid bin 

Shamit. 

Ibnu Ishaq berkata: Suwaid bin Shamit dibunuh Muadz bin Afra' dengan cara tipu daya dan bukan 

dihabisi di medan perang. Muadz bin Afra' melempar Suwaid bin Shamit dengan anak panah dan 

menewaskannya sebelum meletusnya Perang Bu'ats. 

Ibnu Ishaq berkata: Hindun binti Utbah dan wanita-wanita Quraisy yang bersamanya memutilasi 

korban dari sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagaimana hal ini dikatakan 

kepadaku oleh Shalih bin Kaisan dan mengiris telinga-telinga dan hidung-hidung mereka. Bahkan lebih 

jahat dari itu, Hindun binti Utbah menjadikan telinga-telinga dan hidung-hidung korban dari para 

sahabat sebagai gelang kaki dan kalung. Sedangkan gelang kaki dan kalung serta cincin yang dia pakai 

diberikan kepada Wahsyi budak Jubair bin Muth'im. Tidak hanya sampai batas itu, Hindun binti Utbah 

membelah hati Hamzah bin Abdul Muthalib, mengunyah, dan ingin menelannya namun ia tidak 

mampu maka iapun memuntahkannya. 

Ibnu lshaq berkata: Al-Hulais bin Zabban dari Bani Al-Harits bin Abdu Manat saat itu yaitu  pemimpin 

orang non Arab (Ubaiys). Ia berjalan melewati Abu Sufyan bin Harb yang sedang memukul tulang 

rahang bagian bawah Hamzah bin Abdul Muthalib dengan besi tombak sambil berkata: "Rasakanlah 

ini, wahai makhluk durhaka." Al-Hulais berkata: "Wahai orang-orang Bani Kinanah, apakah demikian 

perilaku pemuka Quraisy terhadap anak pamannya sendiri yang telah menjadi mayat?" Abu Sufyan 

bin Harb berkata: "Celakalah engkau, rahasiakan hal ini, ini hanyalah sebuah kesalahan kecil." sesudah  

itu, Abu Sufyan bin Harb berteriak: "Di antara korban-korban kalian ada yang dicincang. Demi Allah, 

aku tidak rela, tidak marah, tidak melarang dan tidak pula menyuruh mereka melakukan itu." saat  

Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya hendak pulang ke Makkah, Abu Sufyan bin Harb berseru, 

"Sebetulnya  kita akan bertemu kembali kalian di Badar tahun depan." Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam bersabda kepada salah seorang sahabatnya: "Katakan padanya ya. Kita memiliki  janji 

itu!" 

Ibnu lshaq berkata: lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abu Thalib 

Radhiyallahu Anhu dan bersabda kepadanya: "Ikutilah jejak-jejak perjalanan orang-orang Quraisy itu!" 

Ali bin Abu Thalib berkata: "Aku berjalan menelusuri jejak-jejak perjalanan orang-orang Quraisy 

sebab  ingin melihat apa yang mereka lakukan. Ternyata mereka menggiring kuda-kuda mereka di 

sebelah selatan mereka dan menaiki unta-unta mereka dan beranjak pulang ke Makkah.118 

 

sesudah  itu, kaum Muslimin mengurusi korban mereka. 

Ibnu lshaq berkata: Sesudah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar mencari Hamzah bin 

Abdul Muthalib, sebagaimana dituturkan kepadaku, dan menemukannya di dasar lembah dengan 

perut robek dan hatinya dicincang-cincang, hidung dan kedua telinganya dipotong-potong. 

saat  kaum Muslimin menyaksikan duka lara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan murkanya 

atas perbuatan orang kafir Quraisy terhadap pamannya, mereka berkata: "Jika suatu saat nanti Allah 

memenangkan kita atas mereka, kita habisi mereka dengan cara yang belum pernah lakukan oleh 

orang Arab manapun." 

Ibnu Hisyam berkata: saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di hadapan jenazah Hamzah 

bin Abdul Muthalib, beliau bersabda: "Aku tidak akan pernah akan mendapat musibah selama-

lamanya seperti musibah kematianmu ini. Aku tidak pernah berdiri dalam keadaan marah 

sebagaimana kemarahanku ini." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam lebih lanjut bersabda: Jibril 

baru saja datang menemuiku dan menjelaskan kepadaku bahwa Hamzah bin Abdul Muthalib tertulis 

di penghuni tujuh langit: "Hamzah singa Allah dan Rasul-Nya."119 

 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, Hamzah bin Abdul Muthalib, dan Abu Salamah bin Abdul Asad 

tiga saudara sesusuan. Mereka disusui oleh mantan budak perempuan Abu Lahab. 

Ibnu Ishaq berkata: Buraidah bin Sufyan bin Farwah Al-Aslami berkata kepadaku dari Muhammad bin 

Ka'ab Al-Quradhi dan seseorang yang tidak aku ragukan integritasnya yang berkata kepadaku dari Ibnu 

Abbas bahwa Allah Yang Mahamulia menurunkan ayat berikut tentang ucapan Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya: 

 

 

Dan jika kalian memberi  balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang 

ditimpakan kepada kalian. Akan namun jika kalian bersabar, Sebetulnya  itulah yang lebih baik bagi 

orang-orang yang sabar. (QS. an-Nahl: 126-127). 

Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberi maaf pada orang-orang yang mencincang 

Hamzah bin Abdul Muthalib, bersabar dan melarang pencincangan. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Humaid Ath-Thawil berkata kepadaku dari Al-Hasan dari Samurah bin Jundub yang 

berkata: "Tidaklah pernah sekalipun Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam jika  berdiri di satu 

tempat dan sebelum meninggalkannya beliau selalu memerintahkan kami bersedekah dan melarang 

kita mencincang.120 

 

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang sama sekali tidak aku ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari 

Misqam mantan budak Abdullah bin AI-Harits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dimana dia 

berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib 

ditutup dengan kain burdah kemu- dian dishalati. Beliau bertakbir sebanyak tujuh takbir. sesudah  itu, 

jenazah-jenazah lainnya didatangkan dan diletakkan di dekat jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib 

lalu  dishalati sedang jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib bersama mereka hingga akhirnya 

Hamzah bin Abdul Muthalib dishalati sebanyak tujuh puluh dua kali. 

 

Abdullah bin Jahsy juga dicincang-cincang sebagaimana Hamzah bin Abdul Muthalib hanya saja 

perutnya tidak dibelah untuk diambil hatinya. lalu  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

memerintahkan Abdullah bin Jahsy dimakamkan satu tempat dengan kuburan Hamzah bin Abdul 

Muthalib. Hal ini hanya aku dengar dari keluarga Abdullah bin Jahsy. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Awalnya beberapa orang dari kaum Muslimin ingin membawa korban perang 

Uhud ke Madinah dan dikuburkan di sana, namun Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melarang 

seraya bersabda: "Kuburkanlah mereka di tempat mereka gugur." 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Muslim Az-Zuhri dari Abdullah bin Tsa'labah bin Shu'air Al-Udzri 

sekutu Bani Zuhrah, berkata bahwa tatkala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri di depan 

korban Perang Uhud, beliau bersabda, "Aku menjadi saksi bagi mereka bahwa setiap orang yang 

terluka di jalan Allah, maka Allah akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan lukanya 

berdarah; warnanya warna darah dengan aroma wangi kasturi. Lihatlah mana di antara mereka yang 

paling banyak hapalan Al-Qur'annya lalu  letakkan dia di depan sahabat-sahabatnya di 

kuburan."121 Para sahabat memakamkan dua atau tiga orang dalam satu liang lahat. 

 

Ibnu Ishaq berkata: Pamanku, Musa bin Yasar, berkata kepadaku bahwa ia mendengar Abu Hurairah 

Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang 

terluka di Jalan Allah, maka Allah akan membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan lukanya 

berdarah; warnanya warna darah dengan wangi kasturi."122 

 

Ibnu Ishaq berkata: Abu Ishaq bin Yasar berkata kepadaku dari tetua Bani Salimah bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada saat memerintahkan pemakaman para korban Perang 

Uhud: "Lihatlah Amr Al-Jamuh dan Abdullah bin Amr bin Haram, Sebetulnya  keduanya bersahabat 

karib di dunia, oleh sebab  itu, letakkan keduanya di satu liang lahat." 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke Madinah dan berpapasan 

dengan Hamnah binti Jahsy, sebagaimana disampaikan kepadaku. saat  Hamnah binti Jahsy bertemu 

para sahabat dan diberi kabar tentang saudaranya yang syahid, Abdullah bin Jahsy, maka ia 

mengucapkan innalillaahi wa inna ilaihi raaji'un dan memintakan ampunan kepada Allah untuknya. 

sesudah  itu, ia diberi kabar tentang pamannya dari jalur ibunya, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang juga 

syahid lalu  ia mengucapkan inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'un dan memintakan ampunan 

kepada Allah untuknya. Lalu ia diberi kabar tentang suaminya, Mush'ab bin Umair yang juga syahid. 

Iapun menjerit dan menangis kencang sambil mengucapkan kata-kata sesal berat. Melihat hal ini 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sebetulnya  seorang suami itu memiliki tempat 

tersendiri dalam relung hati istrinya." Rasullah bersabda seperti itu, saat melihat Hamnah binti Jahsy 

tegar saat mendengar syahidnya saudara dan pamannya dari jalur ibunya, namun berteriak keras 

histeris atas syahidnya suaminya tercinta. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam berjalan melewati pemukiman-pemukiman 

kaum Anshar yaitu pemukiman Bani Abdul Asyhal dan pemukiman Zhafar, dan mendengar ratap tangis 

atas korban-korban mereka. Kedua mata Rasulullah mengucurkan air mata, seraya bersabda: "Namun 

kenapa tidak ada seorang wanitapun yang menangisi Hamzah!" 

Pada saat Sa'ad bin Muadz dan Usaid bin Hudhair pulang ke tempat Bani Abdul Asyhal, keduanya 

memerintahkan wanita-wanita Bani Abdul Asyhal menggunakan ikat pinggang lalu pergi untuk 

menangisi Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Hakim bin Hakim bin Abbad bin Hunaif berkata dari seseorang dari Bani Abdul 

Asyhal yang berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mendengar jerit tangis wanita-

wanita ini  atas Hamzah bin Abdul Muthalib, beliau keluar menemui mereka yang berada di pintu 

masjid lalu  bersabda: "Pulanglah, semoga Allah merahmati kalian. Sungguh kalian telah 

mensejajarkan Hamzah dengan korban-korban kalian." 

Ibnu Hisyam berkata: Sejak waktu itulah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melarang ratapan 

histeris terhadap jenazah. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa saat  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam mendengar jerit tangis wanita-wanita Anshar, beliau bersabda kepada mereka: "Semoga Allah 

merahmati orang-orang Anshar, Sebetulnya  tenggang rasa yaitu  sikap mereka sejak lama. 

Perintahkan mereka pulang ke rumahnya masing- masing." 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tiba di rumah, beliau 

menyerahkan pedangnya kepada putrinya, kesayangannya Fathimah, sambil bersabda: "Bersihkanlah 

darah dari pedang ini wahai puteriku. Demi Allah, pedang ini  telah berlaku jujur kepadaku di hari 

ini." Ali bin Abu Thalib juga menyerahkan pedangnya kepada Fathimah sambil berkata: "Tolong 

pedang ini juga dibersihkan darahnya, sebab  Sebetulnya  ia telah berlaku jujur kepadaku di hari 

ini!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jika engkau berperang dengan jujur, 

sesunguhnya Sahl bin Hunaif dan Abu Dujanah telah juga berperang dengan jujur bersamamu dirimu." 

Ibnu Hisyam berkata: Pedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dinamakan Dzul Faqar. 

Ibnu Hisyam berkata bahwa sebagian ulama berkata kepadanya bahwa Ibnu Abu Najih berkata: 

Seorang penyeru berseru di Perang Uhud: 

Tidak ada pedang kecuali pedang Dzul Faqar Dan tidak ada pemuda kecuali Ali 

Ibnu Hisyam berkata: Sebagian Ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda kepada Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu: "Orang-orang musyrikin tidak akan pernah lagi 

mengalahkan kita sesudahnya (yakni Perang Uhud) sampai Allah memenangkan kita." 

Ibnu Ishaq berkata: Perang Uhud terjadi pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawwal. 

 

 

Perang Hamra' al-Asad 

 

Keesokan harinya, yakni pada Ahad tanggal 16 Syawwal, penyeru Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam mengumumkan kepada kaum Muslimin dengan intruksi agar mereka mengejar musuh dan agar 

tidak ada seorang pun yang melakukan pengejaran bersama kami kecuali mereka yang ikut serta pada 

Perang Uhud kemarin. Beliau bersama para sahabatnya mengejar musuh untuk menakut-nakuti 

mereka agar saat mereka mendengar beliau melakukan pengejaran mereka berkesimpulan bahwa 

beliau jauh lebih kuat, dan bahwa apa yang menimpa para sahabatnya itu sama sekali tidak 

melemahkan semangat juang mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berjalan hingga tiba di Hamraul Asad yang 

berjarak delapan sekitar mil dari kota Madinah. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Ibnu Ummi Maktum sebagai 

imam untuk sementara di Madinah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menetap di Hamraul Asad 

hari Selasa, Rabu, dan Kamis, lalu  pulang kembali ke Madinah. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr berkata kepadaku bahwa Ma'bad bin Abu Ma'bad dari 

Khuza'ah berjalan melewati Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Orang Muslim dan orang kafir 

Khuza'ah yaitu  kepercayaan Rasululiah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dalam hal-hal yang bersifat 

rahasia di Tihamah. Beliau memiliki  kesepakatan dengan mereka bahwa mereka tidak boleh 

menyembunyikan apa saja yang terjadi di Khuza'ah. Saat itu, Ma'bad bin Abu Ma'bad yaitu  seorang 

musyrik. Ia berkata: "Wahai Muhammad, demi Allah, sungguh kami demikian berduka atas apa yang 

menimpa sahabat-sahabatmu dan kami berharap Allah menyelamatkanmu di tengah-tengah 

mereka." Usai mengatakan itu, Ma'bad bin Abu Ma'bad pergi sedang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam tetap di Hamraaul Asad dan bertemu dengan Abu Sufyan bin Harb beserta anak buahnya di Ar-

Rauha yang telah sepakat untuk kembali menghadapi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan para 

sahabatnya. Mereka berkata: "Kita telah berhasil mengalahkan kekuatan sahabat-sahabat 

Muhammad, tokoh-tokoh, dan pemimpin-pemimpin mereka, apakah lalu  kita pulang sebelum 

berhasil membasmi mereka hingga habis. Kini kita akan kembali balik untuk menghabisi sisa-sisa 

mereka." saat  

Abu Sufyan bin Harb melihat Ma'bad bin Abu Ma'bad, ia berkata: "Kabar apa yang engkau bawa, wahai 

Ma'bad?" Ma'bad menjawab: "Muhammad sedang melakukan dengan sahabat-sahabatnya sedang 

melakukan pengejaran terhadap kalian yang belum pernah aku lihat sebelumnya, sebab  mereka 

marah kepada kalian. Sahabat-sahabatnya yang tidak ikut bersamanya pada Perang Uhud kini 

semuanya bergabung dengannya dan menyesal sebab  tidak ikut perang. Mereka demikian marah 

kepada kalian, satu hal yang belum aku lihat sebelumnya." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Celakalah 

engkau, lalu apa pandanganmu?" Ma'bad bin Abu Ma'bad berkata: "Demi Allah, aku berpendapat 

hendaknya engkau pergi hingga lihat ubun-ubun kuda." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Demi Allah, 

Sebetulnya  kami telah sepakat untuk balik kembali ke tempat mereka dan menghabisi sisa-sisa 

mereka." Ma'bad bin Abu Ma'bad berkata: Aku cegah engkau untuk melakukan tindakan seperti itu. 

Demi Allah, sungguh apa yang aku lihat membuatku mendendangkan syai-syair tentang mereka." Abu 

Sufyan bin Harb berkata: 'Syair-syair seperti apa yang engkau lantunkan tentang mereka?' Ma'bad bin 

Abu Ma'bad berkata: "Aku berkata: 

Hewan kendaraanku nyaris tersungkur sebab  suara-suara 

saat  bumi mengalir dengan kuda-kuda dalam berkelompok-kelompok Kuda-kuda itu lari dengan 

singa-singa mulia yang tidak pendek di saat perang  

Tiada bersenjata dan tiada mampu bertahan di atas pelana kuda 

Aku terus berlari sebab  menduga bumi telah menjadi miring 

Kala mereka menyerangkami denganpemimpin nan pantang mundur 

Aku katakan: Celakalah anak Harb bila berjumpa dengan kalian” 

Jika bumi berguncang dengan sekumpulan manusia  

Aku ingatkan warga  tanah suci yang menyembah berhala secara terbuka  

Bagi setiap orang yang masih berakal  

Dari pasukan Ahmad yang di dalamnya tidak ada tandingan 

Apa yang aku katakan ini tidak bisa diurai lewat ungkapan kata 

 

Syair-syair di atas mengurungkan keinginan Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya untuk pergi ke 

Madinah. 

Kafilah musafir dari Bani Abdul Qais melewati Ma'bad bin Abu Ma'bad, lalu  Ma'bad bin Abu 

Ma'bad berkata kepada mereka: "Mau ke mana kalian?" Mereka menjawab: "Ke Madinah?" Ma'bad 

bin Abu Ma'bad berkata: "Apa keperluan kalian pergi ke Madinah?" Mereka menjawab,: "Kami hendak 

pergi ke Al-Mirah." Ma'bad bin Abu Ma'bad berkata: "Maukah kalian membawakan suratku kepada 

Muhammad? jika  kalian bersedia, aku akan membawakan anggur ini pada kalian di Pasar Ukadz 

esok pagi?" Mereka menjawab: "Ya." Ma'bad bin Abu Ma'bad berkata: "Jika kalian bersedia, katakan 

pada Muhammad bahwa kami telah sepakat kembali balik kepadanya dan sahabat-sahabatnya untuk 

menghabisi seluruh sisa-sisa mereka." Rombongan musafir ini  pun berjalan melewati Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Hamra al-Asad dan mereka menceritakan kepada beliau apa yang 

dikatakan Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

"Cukuplah Allah bagi kita dan Dia sebaik-baik Pelindung." 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah berkata kepada kami bahwa saat  Abu Sufyan bin Harb dan anak 

buahnya pulang dari Perang Uhud lalu ia berencana kembali balik ke Madinah untuk menghabisi 

seluruh sisa-sisa sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, sebagaimana yang mereka 

rencanakan, Shafwan bin Umaiyyah bin Khalaf berkata kepada mereka: "Janganlah kalian kerjakan itu, 

sebab  mereka sedang dilanda marah besar. Kita khawatir mereka memiliki semangat tempur yang 

tidak sebelumnya tidak mereka miliki, maka kembalilah kalian ke Makkah." Abu Sufyan bin Harb dan 

anak buahnya pun pulang ke Makkah. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang saat itu berada di 

Hamra al-Asad dan mendengar orang-orang Quraisy bertekad untuk balik menyerangnya bersabda: 

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, batu telah ditandai buat mereka. Seandainya mereka 

diserang dengannya, pasti mereka akan mengalami seperti yang kemarin mereka alami." 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah berkata kepadaku bahwa sebelum pulang ke Madinah, Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam menangkap Muawiyah bin Al-Mughirah bin Abu Al-Ash bin Umaiyyah bin 

Abdu Syams, kakek dari Abdul Malik bin Marwan sebab  ia ayah dari ibunya yang bernama Aisyah binti 

Muawiyah dan juga menangkap Abu Azzah Al-Jumahi. Rasulullah pernah menawannya Shallalahu 

'alaihi wa Sallam menawan Abu Azzah Al-Jumahi di Perang Badar, lalu membebaskannya. Abu Azzah 

Al-Jumahi berkata: "Wahai Rasulullah, bebaskanlah aku!" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda AKU KataKan: "Tidak, demi Allah, engkau tidak lagi bisa membasuh kedua sisi badanmu di 

Makkah lalu kau katakan: Aku telah menipu Muhammad dua kali.' Habisi ia, wahai Zubair." Zubair pun 

menghabisinya. 

Ibnu Hisyam berkata: Aku mendengar dari Sa'id bin Al-Musayyib yang berkata bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Azzah Al-Jumahi: "Sebetulnya  orang Mukmin 

tidak mungkin disengat dari lubang yang sama hingga dua kali. Habisi, hai Ashim bin Tsabit." Ashim 

bin-Tsabit pun menghabisi Abu Azzah Al- Jumahi. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Ubay bin Salul, sebagaimana dituturkan dikatakan kepadaku oleh 

Ibnu Syihab Az-Zuhri, memiliki  tempat berpidato di setiap hari Jum'at dan tidak ada yang 

melarangnya sebab  kemuliaan pada diri dan pada kaumnya. Ia orang terhormat di tengah-tengah 

kaumnya. jika  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam duduk dari khutbah Jum'at, Abdullah bin Ubai 

bin Salul berdiri dan berkata: "Wahai manusia, inilah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di tengah-

tengah kalian. Dengannya, Allah memuliakan dan memenangkan kalian. Oleh sebab  itu, tolonglah 

dan bantulah dia, dengar dan taatilah." Usai mengatakan itu Abdullah bin Ubai bin Salul duduk. sesudah  

melakukan tindakan tidak sepatutnya pada Perang Uhud dan kaum Muslimin pulang dari Perang 

Uhud, ia tetap melakukan seperti apa yang dia lakukan sebelumnya. Namun kaum Muslimin 

memegang bajunya dari seluruh sisinya dan berkata kepadanya: "Duduklah engkau, hai musuh Allah, 

demi Allah, tidaklah pantas bagimu melakukan seperti dulu lagi. Engkau telah berbuat tidak pantas 

sebelum ini." Abdullah bin Ubay bin Salul keluar berjalan di tengah-tengah manusia dengan 

melangkahi bahu-bahu mereka sambil berkata: "Demi Allah, aku berkata tentang sesuatu yang besar 

saat  berdiri memperkuat urusannya (Rasulullah). ' Salah seorang dari kaum Anshar yang berpapasan 

dengan Abdullah bin Ubay bin 

Salul di pintu masjid berkata: "Celakalah engkau, apa yang terjadi pada dirimu?" Abdullah bin Ubay 

bin Salul menjawab: "Aku berdiri mendukungnya namun salah seorang sahabatnya melompat ke 

arahku, menarikku dan menjelek-jelekkanku, seakan-akan aku akan mengatakan suatu yang 

menakutkan padahal itu untuk mendukungnya." Sahabat dari kaum Anshar ini  berkata: "Bodoh 

sekali kau ini, kembalilah menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan mohonlah padanya 

untuk memintakan ampunan dari Allah untuk dirimu!" Abdullah bin Ubay bin Salul berkata: "Demi 

Allah, aku tidak membutuhkannya untuk memintakan ampunan kepada Allah buat diriku." 

Ibnu Ishaq berkata: Perang Uhud yaitu  ujian, pembersihan dan seleksi. Dengan perang ini, Allah Ta 

'ala menguji kaum Mukminin dan membongkar topeng orang-orang munafik yang menampakkan 

iman dengan lisan namun menyembunyikan kekafiran dalam hatinya. Di samping itu Perang Uhud 

yaitu  hari di mana di dalamnya Allah Ta'ala memuliakan wali-wali-Nya yang hendak Dia muliakan 

dengan gugur sebagai para syuhada' di jalan-Nya. 

 

 

Ayat-ayat Al-Quran yang Turun tentang Perang Uhud  

 

Ibnu Hisyam berkata: Ziyad bin Abdullah Al-Bakkai berkata kepadaku dari Muhammad bin Ishaq Al-

Muththallibi yang berkata: "Di antara ayat-ayat yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala tentang 

Perang Uhud ialah enam puluh ayat yang ada pada surat Ali Imran. Pada ayat-ayat ini  ada  

penjelasan tentang apa yang terjadi pada kaum muslimin di Perang Uhud dan celaan Allah kepada 

orang yang Dia cela di antara mereka. 

Allah berfirman kepada Nabi-Nya: 

 

Dan (ingatlah), saat  kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan 

para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha 

Mengetahui (QS. Ali Imran: 121). 

Ibnu Hisyam berkata: tubawwiu al-mu'minin maksudnya yaitu  kau membuat tempat duduk dan 

tempat tinggal buat mereka. Al-Kumaitu bin Zaid berkata: 

Andaikata aku ada sebelum dia Telah aku siapkan tempat berbaringnya 

Bait syair ini yaitu  miliknya. Sami'un maksudnya Allah mendengar apa yang mereka katakan. Alim 

maksudnya Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan. 

lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

saat  dua golongan dari padamu ingin (mundur) sebab  takut, padahal Allah yaitu  Penolong bagi 

kedua golongan itu. sebab  itu hendaklah sebab  Allah saja orang-orang mukmin bertawakal (QS. Ali 

Imran: 122). Tafsyalaa maksudnya saling berkhianat. Kedua golongan yang disebutkan pada ayat di 

atas ialah Bani Salimah bin Jusyam bin Khazraj dan Bani Haritsah bin An-Nabit dari Aus. 

Wallahu waliyyuhuma maksudnya Allah menyingkirkan niat tidak ingin menolong dari kedua 

kelompok ini . Awalnya, kedua golongan ini  berniat tidak memberi  pertolongan kepada 

Rasulullah Shallalahu Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Ibnu Ishaq berkata: Allah Ta'ala berfirman: 

sebab  itu, hendaklah sebab  Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal (QS. Ali Imran: 122), 

maksudnya bila ada di antara kaum Mukminin merasa tak berdaya, hendaklah ia bertawakkal dan 

meminta pertolongan kepada Allah, niscaya Allah menolong urusannya dan melindunginya hingga Aku 

sampai dengannya, melindunginya, dan memperkuat niatnya. lalu  Allah Ta'ala berfirman: 

 

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu yaitu  orang-orang 

yang lemah (saat  itu). sebab  itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (QS. Ali 

Imran: 123). 

Yakni, bertakwalah kalian kepada-Ku sebab  takwa yaitu  refleksi syukur atas nikmat-Ku. Sungguh 

Allah telah menolong kalian di Perang Badar. Dimana saat itu kalian berjumlah sedikit dan kekuatan 

kalian sangatlah lemah. 

 

(Ingatlah), saat  kamu mengatakan kepada orang mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah 

membantu kamu dengan tiga ribu malaikatyang diturunkan (dari langit)?" ya (cukup), jika kamu 

bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan sesaat  itujuga, niscaya Allah 

menolongkamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda (QS. Ali Imran: 124-125). 

Yakni jika  kalian bersabar terhadap musuh-Ku, menataati perintah-Ku, lalu mereka datang dari 

depan kalian, Aku akan menolong kalian dengan lima ribu malaikat yang kesemuanya memakai tanda. 

Ibnu Hisyam berkata: Musawwimin artinya memakai tanda. Telah dituturkan kepada kami dari Al-

Hasan bin Abu Al-Hasan Al-Bashri yang berkata: Para malaikat membuat tanda pada ekor dan ubun-

ubun kuda mereka dengan kain wol putih. Sedang Ibnu Ishaq berkata bahwa tanda para malaikat di 

Perang Badar ialah dengan memakain sorban-sorban putih dan hal ini telah aku uraikan pada 

pembahasan Perang Badar. 

Sima' artinya: tanda. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran: 

 

 

Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (QS. al-Fath: 29), yakni tanda-tanda 

mereka. 

Pada ayat lain Allah berfirman: 

 

Dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi yang diberi tanda 

oleh Tuhanmu (QS. Huud: 82- 83), musawwamah: yang ditandai. 

Telah sampai kepada saya dari Al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashri bahwa Sebetulnya  dia berkata: Di 

atasnya ada tanda dan bahwa Sebetulnya  batu itu bukan dari bebatuan dunia, batu itu yaitu  batu 

adzab. 

Ru'bah bin al-Ajjaj berkata: 

Kini mereka mendapat ujian di atas kuda saat bertemu aku 

Mereka tidak bisa menghentikan walaupun memakai tanda 

Mata mereka kuyu dan sayu sebab  terlalu cepat berlari 

 

Ajdzamu (dengan huruf dzal) maknanya bersegera sedangkan jika menggunakan huruf (dal) maka 

maknanya yaitu  menyerah. Bait ini ada  dalam syair rajaz-nya. Musawwamah juga bermakna 

pilihan (peliharaan/ gembalaan). Sebagaimana disebutkan dalam ayat Al-Quran: 

 

Kuda pilihan (QS. Ali Imran: 14), 

 

Yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu (QS. an-Nahl: 10). Orang-orang 

Arab berkata: Sawwama khailahu wa ibilahu wa asamahaa: artinya yaitu  menggembalakannya. Al-

Kumaitu bin Zaid berkata: 

Dia penggembala kambingyang baik, kini kita kehilangan dia 

Sedangkan kehilangan penggembala itu sama dengan kehilangan gembalaan  

 

Ibnu Hisyam berkata: musjiya artinya seorang penggembala yang cakap dan baik pada binatang 

gembalaannya. Bait ini yaitu  miliknya. Allah berfirman: 

 

Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi 

(kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu sebab nya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah 

Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. Ali Imran: 126). 

Yakni, pasukan dari malaikat-malaikat Allah yang Allah sebutkan tidak lain yaitu  kabar gembira bagi 

kalian dan agar hati kalian menjadi tenang sebab nya, sebab  Allah mengetahui ketidak berdayaan 

kalian dan kemenangan itu berasal dari kekuasaan dan kemampuan Allah. Itu sebab  keperkasaan dan 

kebijaksanaan itu milik Allah dan bukan milik seorang pun dari makhluk Allah. 

Lalu, Allah berfirman: 

 

(Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bala bantuan itu) untuk membinasakan 

segolongan orang-orangyang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan 

tiada memperoleh apa-apa. (QS. Ali Imran: 127). 

Yakni, agar Allah menghancurkan orang-orang musyrik dengan pembunuhan sebagai pembalasan 

Allah terhadap mereka atau mengalahkan mereka dalam keadaan mengenaskan. Artinya, orang yang 

masih hidup di antara mereka pulang dalam keadaan gagal tanpa mendapatkan apa yang selama ini 

mereka inginkan. 

Ibnu Hisyam berkata: Yakbitahum, yakni menjadikan mereka sedih sesedih sedihnya dan mencegah 

mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. 

Dzu Rummah berkata: 

Kala aku lupakan derita masa laluku.  

Aku tidak akan lupa kebingungan kami  

Antara gembira dan kecewa 

 

Yakbitahum juga berarti: melempar mereka dan menjadikan mereka terjembab dengan mukanya. 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu, Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam: 

 

Tak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka, 

atau mengadzab mereka, sebab  Sebetulnya  mereka itu orang-orang yang zalim (QS. Ali Imran: 

128). Yakni engkau tidak memiliki otoritas untuk menentukan apapun atas hamba-hamba Allah. 

Kecuali apa yang Allah perintahkan kepadamu mengenai mereka, atau Allah beri ampunan kepada 

mereka dengan rahmat Allah. Jika Allah mau maka Allah lakukan. Atau Allah siksa mereka dengan 

dosa-dosa mereka sesuai dengan hak-Nya sebab  Sebetulnya  mereka itu yaitu  orang-orang yang 

zalim. Apa yang mereka lakukan sebenarnya telah layak bagi mereka untuk disiksa sebab  maksiat 

mereka kepada-Nya. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yakni mengampuni dosa dan me 

nyayangi hamba-hamba-Nya terhadap apa yang mereka lakukan. 

lalu  Allah Ta 'ala berfirman: 

 Hai orang-orangyang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipatganda (QS. Ali Imran: 

130). 

Yakni, janganlah kalian memakan riba saat kalian telah masuk dalam Islam, sebab  dengannya Allah 

memberi petunjuk kalian kepada hal-hal haram yang akan kalian makan jika k

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 21 dendamku dan carilah kesembuhan!" Wahsyi diberi gelar Abu Dasamah. Orang-orang Quraisy berjalan hingga sampai di dua mata air di gunung di lembah Sabkhah dari saluran air di atas tepian lembah yang mengha… Read More