alian berada di luar Islam.
lalu Allah berfirman:
Dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian beruntung (QS. Ali Imran: 130).
Yakni, taatilah Allah, semoga kalian selamat dari siksa yang telah diperingatkan Allah kepada kalian
dan kalian mendapatkan pahala dimana Allah membuat kalian senang kepadanya. sesudah itu, Allah
berfirman:
Dan peliharalah diri kalian dari api neraka yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (QS. Ali
Imran: 131), yakni, neraka yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi orang yang kafir terhadap-Ku.
Sesudah itu, Allah berfirman:
Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kalian dirahmati (QS. Ali Imran: 132). Ayat ini sebagai suatu celaan
dan kecaman bagi para sahabat yang tidak taat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat
beliau memerintahkan suatu perkara kepada mereka pada Perang Uhud dan pada peristiwa-peristiwa
lainnya.
Sesudah itu, Allah berfirman:
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit
dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS. Ali Imran: 133) maksudnya, surga
ini menjadi tempat tinggal bagi siapa saja yang taat kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku.
Sesudah itu, Allah berfirman:
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapai maupun sempit dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebaikkan. (QS. Ali Imran: 134) yakni, itu semua kebajikan(ihsan) dan Aku mencintai
siapa saja yang melakukannya.
Sesudah itu, Allah Ta'ala berfirman:
Dan (juga) orang-orangyang jika mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak menerus- kan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 135), yakni, jika mereka melakukan perbuatan keji "atau
menzalimi diri mereka sendiri" (QS. Ali Imran: 135) dengan bermaksiat kepada Allah, maka mereka
ingat larangan Allah dari perbuatan ini dan apa saja yang diharamkan-Nya kepada mereka, lalu
mereka meminta ampun kepada-Nya atas segala dosa mereka dan mereka mengetahui bahwa tidak
ada seorangpun yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Allah.
Wa lam yushirruu 'ala maa fa'aluu wa hum ya'lamuun, artinya mereka tidak terus menerus melakukan
maksiat kepada-Ku seperti perbuatan orang yang melampaui batas dalam kekafiran mereka "padahal
mereka mengetahui" (QS. Ali Imran: 135) apa yang Aku haramkan atas mereka dalam hal ibadah
kepada selain Aku.
Sesudah itu Allah berfirman:
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal (QS. Ali Imran: 136) yakni pahala orang-orang yang taat.
sesudah menyebutkan musibah yang menimpa kaum Muslimin dan ujian yang terjadi pada mereka,
saringan terhadap apa yang ada pada mereka penunjukan beberapa orang dari mereka menjadi
syuhada', Allah berfirman menghibur mereka, menjelaskan apa yang mereka kerjakan, dan apa yang
Allah lakukan pada mereka:
Sebetulnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; sebab itu berjalanlah kamu di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. Ali
Imran: 137).
Yakni, sebelum ini telah terjadi peristiwa-peristiwa hukuman dari Allah kepada orang-orang yang
mendustakan rasul-Nya dan menyekutukan-Nya, seperti kaum Ad, Tsamud, Luth, dan warga
Madyan. Sehingga mereka bisa melihat contoh-contoh hukuman yang Allah timpakan pada mereka
dan kepada orang-orang yang sejalan dengan mereka. Allah memberi jangka waktu agar mereka tidak
mengira bahwa hukuman-Nya telah terputus dari musuh kalian dan musuh-Nya. sebab pergantian
yang Allah putar kepada kalian ditujukan agar dengan cara itu Allah mengetes kalian dan mengetahui
apa yang ada pada kalian.
lalu Allah berfirman:
(Al Quran) ini yaitu penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-
orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 138), yakni, Al-Qur'an ini sebagai penjelasan bagi manusia jika
mereka mau menerima hidayah. Ia yaitu petunjuk dan pelajaran serta adab bagi orang-orang
bertakwa yaitu orang yang taat kepada-Ku dan tahu perintah-Ku.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman:
Janganlah kalian bersikap lemah dan jangan lah (pula) kalian bersedih hati (QS. Ali Imran: 139), yakni,
janganlah kalian merasa lemah dan putus harapan sebab musibah yang menimpa kalian. lalu
Allah berfirman:
Padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya). (QS. Ali Imran: 139), artinya
kemenangan dan hasil akhir yang indah itu yaitu milik kalian.
Lalu Allah berfirman:
Jika kalian orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran: 139), artinya jika kalian membenarkan nabi-Nya
serta semua apa yang dia bawa dari-Nya.
sesudah nya Allah berfirman:
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka Sebetulnya kaum (kafir) itu pun (pada perang
Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di
antara manusia (QS. Ali Imran: 140), artinya, Aku putar hari-hari baik dan buruk di antara manusia
untuk proses ujian dan penyaringan.
Pada ayat selanjutnya Allah berfirman:
Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya
sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim (QS. Ali Imran: 140), yakni, agar Allah membedakan antara orang-orang mukmin dengan orang-
orang munafik dan memuliakan orang-orang mukmin dengan menjadikannya sebagai syuhada'. Dan
Allah tidak menyukai orang-orang Zalim (QS. Ali Imran: 140), yakni orang-orang munafik yang
mengumbar ketaatan dengan mulut berbusa sedangkan hati mereka terus-menerus berkubang
dengan dosa.
Allah berfirman:
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran: 41), artinya Allah mengetes
orang-orang beriman sebab ingin menyaring mereka dengan ujian yang ditimpakan pada mereka,
melalui kesabaran dan keyakinan mereka.
sesudah nya, Allah Ta’ala berfirman:
Dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran: 141). artinya, membatalkan perkataan
orang-orang munafik dengan mulut mereka yang tidak berasal dari hati mereka sehingga terlihat jelas
kekafiran yang selama ini mereka sembunyikan.
Selanjutnya Allah berfirman:
Apakah kalian kira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang
berjihad di antara kalian dan belum nyata orang-orangyang sabar (QS. Ali Imran:142). Artinya, apakah
kalian menyangka akan masuk surga dan mendapatkan balasan kemuliaan dari Allah, padahal Allah
belum menguji kalian dengan penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan sehingga dengan cara
itu Allah menangkap kejujuran kalian dengan beriman kepada-Nya dan bersabar atas apa pun yang
menimpa kalian di jalan-Nya. Kalian pernah mengharapkan mati syahid sebab kebenaran yang ada
pada diri kalian sebelum kalian bertemu dengan musuh kalian. Yang dimaksud dengan kalian pada
ayat ini yaitu para sahabat yang meminta Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk keluar
bersama mereka menghadapi musuh sebab mereka sebelumnya tidak ikut pada Perang Badar.
Mereka berharap dengan keluar menghadapi musuh, mereka bisa mati syahid yang sebelumnya tidka
mereka dapatkan. Selanjutnya Allah berfirman:
Sebetulnya kalian mengharapkan mati sebelum kalian menghadapinya (QS. Ali Imran: 143)
Allah selanjutnya berfirman:
(Sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan kalian menyaksikannya (QS. Ali Imran: 143), artinya,
kalian sekarang saksikan kematian di pedang-pedang lawan kalian, Allah membuat jarak antara kalian
dengan musuh kalian sedang saat itu kalian melihat mereka lalu Allah mencegah mereka dari
kalian.
Selanjutnya Allah berfirman:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya bebe- rapa orang
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang
berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah
akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran: 144), yakni apakah sebab
adanya perkataan manusia: Muhammad meninggal dunia atau terbunuh, kalian akan keluar dari
agama Islam, menjadi kafir seperti sebelumnya, meninggalkan jihad melawan musuh, meninggalkan
Kitab Allah, dan meninggalkan agama-Nya yang ditinggalkan nabi kalian? Padahal Muhammad telah
menerangkan kepada kalian dalam apa yang ia bawa dari Allah bahwa ia akan meninggal dan
meninggalkan kalian!
"Wa man yanqalib 'ala aqibaihi" (Barang siapa yang berbalik ke belakang) maksudnya murtad dari
agamanya.
"Falan yazhurrahullaha syai'an" (maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit
pun), yakni bahwa keluarnya seseorang dari agama Islam sama sekali tidak akan mengurangi
keperkasaan Allah, kerajaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan kemampuan-Nya.
"Wa sayazjillahusy syakirin" (dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur)
yakni, Allah akan memberi balasan orang-orang yang taat dan melaksanakan perintah-Nya.
Selanjutnya Allah Ta 'ala berfirman: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin
Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (QS. Ali Imran: 145), yakni Sebetulnya
Muhammad Shallalahu alaihi wa Sallam memiliki ajal ajal yang ia akan sampai pada ajal itu. Jika Allah
Ta'ala telah mengizinkannya pada ajalnya, maka dia akan menjemputnya.
Selanjutnya Allah berfirman:
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah
ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya
pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya
pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang- orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran:
145), artinya, jika ada di antara kalian menginginkan dunia dan tidak menginginkan akhirat, maka
Allah berikan rizki yang ditentukan baginya, tidak lebih dari itu, dan ia tidak meraih apapun di akhirat
kelak. Sebaliknya barang siapa mengharapkan pahala akhirat, maka apa yang dijanjikan akan diberikan
kepadanya termasuk rizki di dunia dan itulah balasan bagi orang-orang yang bersyukur, yaitu orang-
orang yang bertakwa.
Selanjutnya Allah berfirman:
Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya)
yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah sebab bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
(QS. Ali Imran: 146). Artinya, berapa banyak nabi yang terbunuh, namun pengikut para nabi ini
tidak menjadi lemah sebab kematian Nabi mereka, tidak juga lemah dalam menghadapi musuh dan
tidak menyerah sebab musibah di medan jihad sebab membela Allah dan agama-Nya. Demikian
kesabaran itu dan Allah menyayangi orang-orang yang bersabar.
Selanjutnya, Allah Ta 'ala berfirman:
Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-
tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (QS. Ali Imran: 147).
Ibnu Hisyam berkata: Kata tunggal dari ribbiyun yaitu ribby. Sedangkan perkataan mereka rubab
diperuntukkan untuk anak-anak Abdu Manat bin Add bin Thaihah bin Ilyas dan Dhabbah sebab
mereka berkumpul dan bersekutu. Dari sisi ini maksudnya yaitu kelompok-kelompok. Sedangkan
kata tunggal dari rubab yaitu ribbah dan ribah. Yakni kumpulan tongkat dan anak panah dan
sejenisnya. Maka mereka menyerupakan dengannya.
Abu Dzu’aib al-Hudzali berkata:
Mereka laksana kain pembungkus anak panah
Yang mengalir di atas busur dan merekah
Inilah yaitu bait-bait yang dia karang. Sementara itu Umayyah bin Abi Shalt berkata:
Di sekeliling begundal-begundal mereka ada kerumunan dalam jumlah besar
Yang berbungkus baju-baju besi pelindung berpaku
Ini yaitu bait-bait yang dia tulis.
Ibnu Hisyam berkata: Ar-Ribabah juga bermakna potongan kain yang dengannya anak panah
dibungkus.
Ibnu Hisyam berkata: as-sanur yaitu baju besi, ad-dusur yaitu paku-paku yang ada pada lingkaran.
Allah berfirman:
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku (QS. al-Qamar: 13).
Seorang penyair yang bernama Abul Akhzar al-Himmani dari Tamim mengatakan dalam sebuah
syairnya:
Dia memaku di ujung tangkal tombak yang tajam
Ibnu Ishaq berkata: Yakni, katakanlah sebagaimana yang mereka katakan. Dan ketahuilah bahwa
semua itu terjadi akibat dari dosa-dosa kalian. Mohonlah ampun sebagaimana halnya mereka
meminta ampun. Lakukan agama kalian sebagaimana yang mereka lakukan. Janganlah kalian murtad
dari agama kalian dengan berbalik arah. Mintalah sebagaimana mereka meminta-Nya untuk
mengokohkan kaki-kaki kalian. Mintalah pertolongan-Nya sebagaimana mereka meminta pertolongan
pada-Nya uniuK memenangkan atas orang-orang kafir. Apa yang mereka katakan telah terjadi, nabi
mereka telah dibunuh namun mereka tidak melakukan sebagaimana yang kalian perbuat. sebab itu
Allah memberi kepada mereka pahala di dunia berupa kemenangan atas musuh-musuh mereka,
dan pahala yang baik di akhirat, dari apa yang Allah janjikan di dalamnya. Dan Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebaikan.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka
mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalujadilah kamu orang-orang yang rugi (QS.
Ali Imran: 149).
Yakni, dunia dan akhirat kalian menjadi sirna. sesudah nya, Allah berfirman:
namun (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. (QS. Ali Imran: 150)
yakni, jika apa yang kalian ucapkan dengan mulut kalian itu benar-benar berasal dari hati kalian, maka
berpegang teguhlah kepadanya, janganlah pernah meminta pertolongan kepada selain Allah, dan
jangan murtad dari agama kalian.
Selanjutnya Allah berfirman:
akan Kami masukkan ke dalam hati orang kafir rasa takut (QS. Ali Imran: 151). Yakni Allah tolong
kalian atas musuh-musuh kalian sebab mereka menyekutukan-Nya dan Allah tidak memberi
hujjah buat mereka. sebab nya, janganlah kalian menyangka bahwa kemenangan itu milik mereka dan
bukan milik kalian selagi kalian berpegang teguh kepada-Nya dan mengikuti perintah-Nya. Janganlah
kalian mengira seperti itu sebab musibah yang kalian derita dari musuh-musuh kalian sebab dosa-
dosa kalian yaitu melanggar perintah-Nya dan tidak mematuhi Nabi-Nya.
Selanjutnya Allah berfirman:
Dan Sebetulnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, saat kamu membunuh mereka
dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai
perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada
orangyang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. lalu
Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan Sebetulnya Allah telah
memaafkan kamu. Dan Allah memiliki karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yangberiman.
(QS. Ali Imran: 152) Allah telah menepati janji-Nya kepada kalian dengan memberi kemenangan atas
musuh-musuh kalian pada saat kalian membunuh mereka dengan pedang-pedang kalian dengan izin-
Nya, penguasaan-Nya kepada tangan-tangan kalian terhadap mereka, dan menghalangi tangan
mereka terhadap kalian.
Lalu, Allah mencela kaum muslimin sebab lari dari Nabi mereka dan mereka diseru olehnya namun
tidak mendengar seruannya
"(Ingatlah) saat kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di
antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, sebab itu Allah menimpakan atas kamu
kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu
dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali
Imran: 153).
Yakni, musibah demi musibah yang beruntun dalam bentuk terbunuhnya saudara-saudara kalian,
menangnya musuh atas kalian, dan pengaruh provokasi seseorang kepada kalian bahwa nabi kalian
telah terbunuh. Itulah di antara kesedihan demi kesedihan beruntun yang ditimpakan kepada kalian
"supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu" dengan tidak tercapainya
kemenangan atas musuh sesudah kalian melihat kemenangan ini dengan mata kepala kalian "dan
terhadap apa yang menimpa kamu" dari pembunuhan terhadap saudara-saudara kalian itu menimpa
kalian hingga Aku hilangkan musibah dan kesedihan serta kegundahan dari kalian. lalu Allah
cegah dari mereka kedustaan setan bahwa Nabi mereka telah dibunuh. Maka tatkala mereka melihat
Rasulullah masih hidup di antara mereka, terasa ringanlah apa yang menimpa mereka walaupun
mereka menang sebelumnya. Terasa ringan pula musibah yang menimpa saudara-saudara mereka
dengan kehadiran Sang Nabi Mulia
Selanjutnya Allah berfirman:
lalu sesudah kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa)
kantukyang meliputi segolongan daripada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri
mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah.
Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) aaiam urusan imr
Katakanlah: "Sesungguh-nya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam
hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita
barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan)
di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan
akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian)
untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha mengetahui isi hati. (QS. Ali Imran: 154).
Yakni, Allah menurunkan kantuk sebagai bentuk rasa aman kepada orang-orang beriman dan mereka
pun tidur nyenyak tanpa rasa takut sedikitpun. Sementara orang-orang munafik dibikin gelisah oleh
diri mereka sendiri. Semua itu terjadi sebab mereka tidak mengharapkan kemenangan. Oleh sebab
itulah, Allah menyebutkan celaan dan kerugian mereka. sesudah nya, Allah berfirman kepada Nabi-Nya:
Katakanlah: "Sekiranya kalian berada di rumah kalian." (QS. Ali Imran: 154).
Yakni, jika kalian tidak menghadiri perang yang mana di dalamnya Allah membuka rahasia-rahasia
kalian, "niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat
mereka terbunuh" yaitu tempat lain selain tempat ini dimana mereka terbunuh di dalamnya sehingga
dengan cara itu Allah menguji dan membersihkan apa yang ada di dalam dada dan hati kalian yang
selama ini kalian sembunyikan.
"Wallahu a'liimun bidzaatish shuduri" (Allah Mahamengetahui isi hati) yakni, semua yang mereka
rahasiakan terhadap kalian itu semuanya diketahui Allah.
Selanjutnya Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu,
yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka jika mereka mengadakan perjalanan di muka
bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati
dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah
menimbulkan rasa penyesalan yangsangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan
mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran: 156).
Yakni, janganlah kalian menjadi laksana orang-orang munafik yang menahan saudara-saudara mereka
untuk berjihad di jalan Allah dan berjalan di muka bumi-Nya untuk patuh pada-Nya dan Rasul-Nya.
jika saudara-saudara mereka terbunuh, orang-orang munafiq berkata: "Andai kata mereka
mematuhi kami, pastilah mereka tidak tidak terbunuh."
Firman Allah, "Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka," maksudnya,
sebab tipisnya keyakinan mereka kepada Tuhan mereka. "Wallahu yuhyii wa yumiitu" (Allah
menghidupkan dan mematikan) artinya, Allah mempercepat dan menunda ajal sesuai kehendak-Nya.
Selanjutnya Allah berfirman:
Sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya
lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. (QS. Ali Imran: 157)
Yakni, kematian itu tidak mungkin bisa di hindari dan akan tetap terjadi. Maka meninggal di jalan Allah
atau di bunuh di jalan-Nya itu lebih baik jika mereka mengetahui dan meyakininya. Itu lebih baik
daripada dunia sebab dunia itulah yang menyebabkan mereka tidak berangkat jihad sebab takut mati
dan terbunuh
Selanjutnya Allah berfirman:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. sebab itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. lalu jika kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sebetulnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159).
Allah menyebutkan kepada Nabi-nya tentang sifat lembutnya kepada mereka, kesabarannya bergaul
dengan mereka sebab kelemahan mereka. Dan minimnya kesabaran mereka atas kekerasan dan
tekanan jika itu dia lakukan kepada mereka terhadap hal-hal dimana mereka selalu menentangnya
atas apa yang diwajibkan atas mereka untuk mentaati Nabi-Nya.
Ampunilah dosa-dosa orang yang melakukan dosa-dosa dari kalangan orang-orang beriman. Dan
bermusyawarahlah, dengan tujuan agar kamu memperlihatkan pada mereka bahwa kamu mendengar
pandangan mereka, dan meminta bantuan mereka walaupun sebenarnya bisa saja kamu tidak
membutuhkan mereka. Ini sebagai usaha pendekatan komunikatif pada agama mereka. lalu
jika kamu telah membulatkan tekad atas satu perkara yang datang padamu dari-Ku dan perkara
dalam agamamu dalam hal berjihad melawan musuhmu dan tidak ada pilihan lagi bagimu dan bagi
mereka maka laksanakan selaras dengan apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah engkau
mengikuti siapa saja yang berbeda pendapat denganmu dan hendaknya kamu berjalan dengan siapa
yang sepakat denganmu. Dan bertawakallah kepada Allah, yakni ridhalah dengan-Nya. Sebetulnya
Allah senang terhadap orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
"Jika Allah menolong kamu, maka tak yaitu orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah
membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu (selain) dari Allah sesudah itu? sebab itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakal. (QS. Ali Imran: 160). Yakni agar kalian tidak menyerahkan urusan Allah kepada manusia,
sebaliknya serahkan urusan manusia kepada Allah. Dan hendaknya hanya kepada Allah dan bukan
kepada manusia orang-orang mukmin bertawakkal.
lalu Allah berfirman:
Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang
berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa
yang dikhianatkannya itu; lalu tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia
kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (QS. Ali Imran: 161).
Yakni, tidak mungkin bagi seorang Nabi menyembunyikan apa yang dia emban dari Allah sebab ada
perasaan takut atau cinta pada manusia, sebab pada Hari Kiamat nanti ia dibalas sesuai dengan apa
yang telah diperbuatnya di dunia, tanpa ada kezaliman dan melampaui batas.
Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan
(yang besar) dari Allah dan tempatnya yaitu Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
(QS. Ali Imran: 162).
Yakni apakah orang yang taat kepada Allah yang berbalas surga dan keridhaan dari-Nya, sama dengan
orang yang kembali dengan mendapat kemurkaan dari Allah, dan memang pantas untuk tertimpa
kemurkaan-Nya yang tempat tinggalnya yaitu neraka dan ia yaitu Jahannam dua tempat terburuk,
maka ketahuilah:
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka
kerjakan. (QS. Ali Imran: 163), setiap orang memiliki derajat di surga atau neraka sesuai dengan apa
yang mereka perbuat: yakni tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya orang-orang yang taat kepada-Nya
dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya.
lalu Allah berfirman:
Sungguh Allah telah memberi karuuia kepada orang-orang yang beriman saat Allah mengutus di
antara mereka seorang rasul darigolongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-
ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah.
Dan Sebetulnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka yaitu benar-benar dalam kesesatan yang
nyata. (QS. Ali Imran: 164)
Yakni sungguh Allah telah menganugerahi karunia kalian dengan keutamaan wahai orang-orang
beriman, tatkala Dia mengutus seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri yang membacakan kepada
kalian ayat-ayat-Nya yang kalian bicarakan dan yang kalian kerjakan. Lalu dia menerangkan kebaikan
dan keburukan kepada kalian agar kalian mengenal kebaikan ini lalu melaksanakan dan
mengenal keburukan ini lalu menjaga diri darinya. Rasul itu juga menerangkan kepada kalian
tentang keridhaan Allah kepada kalian jika kalian mentaati-Nya lalu kalian memperbanyak
ketaatan kepada-Nya dan menjauhi maksiat yang Dia murkai sehingga dengan demikian, kalian
terlepas dari hukuman-Nya dan memperoleh pahala berupa surga. Padahal sebelumnya kalian buta
dan tidak tahu tentang kebaikan, tidak meminta ampunan atas kejahatan yang dilakukan; tuli atas
kebaikan, bisu atas kebenaran, dan buta dengan pengarahan yang baik.
lalu Allah memaparkan musibah yang menimpa kaum muslimin dengan firman-Nya:
Dan mengapa ketikd kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu
berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri."
Sebetulnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 165).
Yakni, jika kalian ditimpa musibah dengan tewasnya sahabat-sahabat kalian sebab dosa-dosa
kalian, sebab sebelum itu kalian telah menimpakan musibah berlipat terhadap musuh kalian:
pembunuhan dan penawanan di Perang Badar. Kalian lupa akan pelanggaran kalian terhadap apa yang
diperintahkan Rasul kepada kalian, sebab kalian lebih suka mengikuti kehendak diri kalian sendiri.
Dan Sebetulnya Allah MahaKuasa atas semua yang Dia kehendaki untuk menimpakan hukuman
atau mengampuni hamba-hamba-Nya.
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu yaitu
dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orangyang beriman. (QS. Ali Imran:
166).
Yakni, kekalahan yang kalian alami saat berperangan dengan musuh itu yaitu atas izin Allah.
Kekalahan itu terjadi sebab kalian tidak mentaati perintah Rasul sesudah pertolongan Allah
mendatangi kalian dan sesudah Allah tepati janji-Nya. Ini semua Allah lakukan untuk membedakan
mana orang-orang beriman dan mana orang-orang munafik. sesudah itu Allah berfirman:
Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafiq (QS. Ali Imran: 167), agar Allah
tampakkan apa yang ada pada diri orang-orang yang munafik itu.
lalu Allah berfirman:
Kepada mereka dikatakan: "Marilah ber- perang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka
berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." (QS.
Ali Imran: 167). Orang-orang munafik yang dimaksud dalam ayat itu ini yaitu Abdullah bin Ubay bin
Salul dan kroni-kroninya yang berbalik pulang meninggalkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
saat beliau keluar untuk menghadapi musuh-musuhnya kaum musyrikin pada perang Uhud. Orang-
orang munafik itu berkata: "Andaikata kami tahu bahwa kalian akan diperangi pasti kami akan
berangkat bersama kalian dan kami membela kalian, namun kami tidak memprediksi perang bakal
terjadi." Lalu Allah tampakkan apa yang selama ini mereka sembunyikan dalam diri mereka dalam
firman-Nya berikut:
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan
mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka
sembunyikan. (QS. Ali Imran: 167).
Yakni, orang-orang munafik berpura-pura beriman di tengah kalian padahal sebenarnya keimanan
yang mereka perlihatkan itu sama sekali tidak ada di hati mereka.
sesudah itu, Allah Ta'ala berfirman:
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya (QS. Ali Imran: 168).
Yang dimaksud dengan saudara-saudaranya dalam ayat tadi yaitu keluarga orang munafik dan kaum
mereka yang mendapatkan musibah bersama kalian.
Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh." Katakanlah: "Tolaklah kematian
itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar. " (QS. Ali Imran: 168).
Kematian itu pastilah terjadi. Maka jika kalian mampu menyingkirkan mereka, lakukanlah sebab
mereka bersikap munafik dan tidak suka berjihad di jalan Allah sebab menginginkan keabadian di
dunia dan menghindar dari maut.
lalu Allah berfiman kepada Nabi-Nya Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menyeru orang-orang
beriman berjihad dan menganggap enteng terbunuh di medan laga.
Allah berfirman:
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia
Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang
masih tinggal di belakangyang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Ali Imran: 169-170), janganlah kalian menyangka
bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Mereka Allah hidupkan dan diberi rizki di
sisi-Nya di surga yang elok dan mempesona. Mereka riang gembira dengan karunia yang dilimpahkan
kepada mereka sebab jihad mereka di jalan-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang
yang masih hidup. Artinya, mereka senang sebab saudara-saudara mereka yang berjihad seperti
mereka itu bisa menyusul mereka sehingga bisa bersama-sama dapat memperoleh pahala Allah yang
diberikan kepada mereka. Allah mengikis ketakutan dan kesedihan dari diri mereka.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran: 171). Tatkala mereka menyaksikan
janji yang ditepati dan agungnya pahala.
Ibnu Ishaq berkata: Ismail bin Umaiyyah berkata kepadaku dari Abu Zubair dari Ibnu Abbas yang
berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tatkala saudara-saudara kalian
syahid di Perang Uhud, Allah meletakkan ruh mereka di rongga burung yang berwarna hijau. Burung
ini terbang ke sungai-sungai surga, memakan buah-buahannva, dan bersarang di lampu-lampu
dari emas di bawah naungan Arasy. Tatkala mereka merasakan lezatnya minuman, makanan, dan
tempat tinggal maka mereka berkata: 'Andaikata saudara-saudaraku mengetahui apa yang diperbuat
Allah terhadap kami, pastilah mereka tidak meninggalkan jihad dan tidak berpaling mundur di kala
perang.' Allah Taala berfirman: Aku akan sampaikan hal ini kepada mereka atas nama kalian.'
lalu , Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya ayat 169 surat Ali Imran."123
Ibnu Ishaq berkata: Al-Harits bin Al- Fudhail berkata dari Mahmud bin Labid Al-Anshari dari Ibnu Abbas
yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salllam bersabda: "Para syuhada' berada di atas
sungai yang berkilap di pintu surga pada sebuah kubah hijau. Rizki mereka dari surga datang pada
kepada mereka setiap pagi dan senja hari.124
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan kredibiltasnya berkata kepadaku dari Abdullah bin
Mas'ud yang pernah ditanya tentang ayat-ayat berikut: "Janganlah kalian kira bahwa orang-orang
yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki."
(QS. al-Baqarah: 169).
Abdullah bin Mas'ud menjawab: Akupun pernah menanyakan pertanyaan ini lalu diberi jawaban
demikian: bahwa tatkala saudara-saudara kalian terbunuh di Perang Uhud, Allah meletakkan ruh
mereka di rongga burung berwarna hijau. Burung ini datang ke sungai-sungai surga, memakan
buah-buahannya, dan bersarang di lampu-lampu dari emas di bawah naungan Arasy. lalu Allah
Azza wa Jalla menampakkan diri kepada mereka sesaat dan berfirman,
"Wahai hamba-hamba-Ku, apa yang ingin kalian ada keinginan lain lagi untuk Aku kabulkan kepada
kalian?' Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, tidak ada lagi yang lebih baik bagi kami daripada
surga yang telah Engkau karuniakan kepada kami. Kami menikmati apa saja yang kami sukai di
dalamnya.' Allah menampakkan diri kepada mereka dan berfirman, 'Wahai hamba-hamba-Ku, apa
ada lagi permintaan lain yang ingin kalian minta dari-Ku?' Mereka menjawab: 'Wahai Tuhan kami,
bagi kami tidak ada lagi yang lebih baik daripada surga yang telah Engkau karuniakan kepada kami.
Kami menikmati apa saja yang kami sukai di dalamnya.' lalu Allah menampakkan diri kembali
kepada mereka dan berfirman, 'Wahai hamba-hamba-Ku, apa lagi yang ingin kalian minta dari-Ku?'
Mereka menjawab: 'Wahai Tuhan kami, bagi kami tidak ada lagi yang lebih baik daripada surga yang
telah Engkau karuniakan kepada kami. Kami menikmati apa saja yang kami sukai di dalamnya. Hanya
satu keinginan kami agar ruh kami dikembalikan pada jasad-jasad kami di dunia agar kami bisa sekali
lagi berjuang di jalan-Mu dan mati syahid di jalan-Mu.'125
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian sahabat- sahabatku berkata kepadaku dari Abdullah bin Muhammad bin
Aqil yang berkata: Aku mendengar Jabir Abdullah berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda, "Apa kau ingin mendengar kabar gembira wahai Jabir?' Aku menjawab, "Tentu saja
aku mau wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sebetulnya ayahmu
yang gugur di Uhud dihidupkan Allah Azza wa Jalla lalu Dia berfirman kepadanya: "Hai Abdullah
bin Amr, apa yang engkau inginkan untuk Aku lakukan untuk mu?" Ayahmu menjawab, "Tuhanku, aku
ingin kembali lagi ke dunia agar bisa berjuang di jalan-Mu lalu terbunuh sekali lagi.”126
Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Amr bin Ubaid berkata dari Al-Hasan yang berkata bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, setiap Mukmin yang meninggal dunia lalu ingin
kembali ke dunia sesaat saja lalu diberikan padanya dunia serta isinya hanyalah orangyang mati
syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia untuk berperang di jalan Allah dan mati syahid sekali lagi."127
Ibnu lshaq berkata: lalu Allah berfirman:
(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka. (QS.
Ali Imran: 172).
Yang dimaksud dengan yaitu orang-orang beriman pada ayat di atas yaitu mereka yang keluar
bersama Rasulullah Shallallahu Alaih wai Sallam ke Hamraul Asad sehari sesudah Perang Uhud
walaupun mereka sedang dalam sakit sebab luka yang mereka derita. lalu Allah berfirman:
orangyang berbuat kebaikan di ahtara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (Yaitu)
orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:
"Sebetulnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, sebab itu takutlah
kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
"Cukuplah Allah menjadi Penolongkami dan Allah yaitu sebaik-baik Pelindung. " (QS. Ali Imran: 172-
173).
Orang-orang yang mengatakan perkataan di atas kepada kaum Muslimin yaitu beberapa orang dari
kabilah Abdul Qais yang pernah mendengar Abu Sufyan bin Harb mendiskusikan sesuatu kepada
mereka. lalu mereka berkata: "Sebetulnya Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya akan
kembali lagi kepada kalian." lalu Allah berfirman:
"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat
bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah memiliki karunia yang besar (QS.
Ali Imran: 174) Allah memiliki karunia yang besar saat menjadikan kaum muslimin tidak
berpapasan dengan musuh mereka.
sesudah itu, Allah berfirman:
Sebetulnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-
kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, namun
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 175).
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman:
Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir (QS. Ali Imran: 176).
Maksud dari orang-orang yang sebentar lagi akan menjadi kafir pada ayat di atas yaitu orang-orang
munafik.
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman:
Sebetulnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Allah
berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan
bagi mereka adzab yang besar. Sebetulnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran,
sekali-kali mereka tidak akan dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun; dan bagi mereka
adzab yang pedih. Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka yaitu lebih baik bagi mereka. Sebetulnya Kami memberi tangguh kepada
mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka adzab yang
menghinakan. Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan
kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, yakni apa yang Allah
akan ujikan kepada kalian agar kalian senantiasa siaga terhadap apa yang akan masuk pada kalian,
akan namun Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Yakni
memberitahukan tentanghal itu, sebab itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika
kamu beriman dan bertakwa, yakni kembali kepada Allah dan bertobat, maka bagimu pahala yang
besar. (QS. Ali Imran: 176-179).
Kalangan Muhajirin dan Anshar yang Menjadi Syuhada
Ibnu Ishaq berkata: Syuhada' Perang Uhud dari kalangan Muhajirin Quraisy dan Bani Hasyim bin Abdu
Manaf ialah Hamzah bin Abdul Muthalib bi Hasyim Radhiyallahu Anhu yang syahid dibunuh Wahsyi,
budak Jubair bin Muth'im.
Dari Bani Umaiyyah bin Abdu Syams ialah Abdullah bin Jahsy. Ia sekutu Bani Umaiyyah bin Abdu Syams
dari Bani Asad bin Khuzaimah.
Dari Bani Abduddar bin Qushay ialah Mush'ab bin Umair. Ia dibunuh oleh Ibnu Qami'ah Al-Laitsi.
Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah ialah Syammas bin Utsman.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari kalangan Muhajirin yaitu empat orang
Sedangkan Syuhada' Perang Uhud dari kaum Anshar yang dari Bani Abdul Ayshal yaitu : Amr bin
Muadz bin Ah-Nu'man, Al-Harits bin Anas bin Rafi'. Umarah bin Ziyad bin As-Sakan.
Ibnu Hisyam berkata: As-Sakan yaitu anak Rafi' bin Umru'ul Qais. Ada pula yang mengatakan As-
Sakn(tanpa fathah).
Ibnu Ishaq berkata: lalu Salamah bin Tsabit bin Waqasy, Amr bin Tsabit bin Waqasy, dua orang.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah bercerita kepadaku bahwa ayah Salamah bin Tsabit
bin Waqasy dan Amr binTsabit bin Waqasy yang bernama Tsabit juga mati syahid pada Perang Uhud,
Rifa'ah bin Waqasy, Husail bin Jabir yang tidak lain yaitu Al-Yaman ayah dari Abu Hudzaifah. Ia (tanpa
sengaja) dibunuh kaum Muslimin sendiri sebab mereka tidak tahu bahwa dia yaitu Husail lalu
Hudzaifah bin Al-Yaman bersedekah dengan diyatnya kepada kaum Muslimin yang membunuh
ayahnya, Shaifi bin Qaidzi, Habab bin Qaidhi, Abbad bin Sahl, Al-Harits bin Aus bin Muadz.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Abdul Asyhal yaitu dua belas orang.
Sementara itu jumlah syuhada' dari kalangan Ratij yaitu sebagai berikut: Iyas bin Aus bin Atik bin
Amr bin Abdul A'lam bin Zaura bin Jusyam Abdul Asyhal, Abid bin At-Tayyahan. Ibnu Hisyam berkata:
Ada yang berpendapat dia yaitu Atik bin At-Tayyahan, lalu yang terakhir yaitu Habib bin Yazid bin
Taim.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Ratij yaitu tiga orang.
Dari Bani Dzafar hanya satu orang, yaitu Yazid bin Hathib bin Umaiyyah bin Rafi'.
Dari Bani Amr bin Auf, yakni dari Bani Dzubai'ah bin Zaid yaitu : Abu Sufyan bin Al-Harits bin Qais bin
Zaid, Hanzhalah bin Abu Amir bin Shaifi bin Nu'man bin Malik bin Amah. Ia dimandikan para malaikat
dan dihabisi oleh Syaddad bin Al-Aswad bin Syaub Al-Laitsi.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Amr bin Auf, lebih tepatnya dari Dzubai'ah bin Zaid yaitu
dua orang.
Bani Abid bin Zaid hanya satu orang, Unais bin Qatadah.
Bani Tsa'labah bin Amr bin Auf yaitu sebagai berikut: Abu Habbah, saudara seibu Sa'ad bin
Khaitsamah. Ibnu Hisyam berkata: Abu Habbah yaitu Ibnu Amr bin Tsabit, Abdullah bin Jubair bin
An-Nu'man. Dialah komandan pasukan pemanah.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Tsa'labah bin Amr bin Auf yaitu dua orang.
Dari Bani As-Salm bin Umru'ul Qais bin bin Al-Aus hanya satu orang, yaitu Khaitsamah Abu Sa'ad bin
Khaitsamah
Dari sekutu-sekutu Bani As-Salm dari Bani Al-Ajlan hanya satu orang, yaitu Abdullah bin Salimah.
Dari Bani Muawiyah bin Malik hanya satu orang, yaitu Subay'i bin Hathib bin Al-Harits bin Qais bin
Haisyah. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan ia bernama Suwaibiq bin Al-Harits bin Hathib
bin Haisyah.
Dari Bani An-Najjar tepatnya dari Bani Sawad Malik bin Ghanm yaitu : Amr bin Qais. Ibnu Hisyam
berkata: Amr yaitu anak Qais bin Zaid bin Sawad, dan anaknya Qais bin Amr, Tsabit bin Amr bin Zaid,
Amir bin Makhlad.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani An-Najjar tepatnya dari Bani Sawad bin Malik bin Ghanm
yaitu empat orang.
Dari Bani Mabdzul yaitu : Abu Habirah bin Al-Harits bin Alqamah bin Amr bin Tsaqf bin Malik bin
Mabdzul, Amr bin Mutharrif bin Alqamah bin Amr.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Mabdzul yaitu dua orang.
Dari Bani Amr bin Malik hanya satu orang, yaitu Aus bin Tsabit bin Al-Mundzir Ibnu Hisyam berkata:
Aus bin Tsabit yaitu saudara Hassan bin Tsabit.
Dari Bani Adi bin An-Najjar hanya satu orang, Anas bin An-Nadhr bin Dhamdham bin Zaid bin Haram
bin Jundab bin Amr bin Ghanm bin Adi bin An-Najjar. Ibnu Hisyam berkata: Anas bin An-Nadhr yaitu
paman Anas bin Malik, pembantu Rasulullah Shal- lallahu 'Alaihi Sallam.
Dari Bani Mazin bin An'Najjar yaitu : Qais bin Mukhallad, Kabsan budak Bani Mazin bin An-Najjar.
Jadi syuhada' Perang Uhud dari Bani Mazin bin An-Najjar ada dua orang.
Dari Bani Dinar bin An-Najjar yaitu : Sulaim bin Al-Harits, Nu'man bin Abdu Amr.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Dinar bin An-Najjr yaitu dua orang
Dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj yaitu : Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair,. Sa'ad bin Ar-Rabi' bin Amr
bin Abu Zuhair. Kharijah bin Zaid dan Sa'ad bin Ar-Rabi' dimakamkan di satu kuburan, Aus bin Al-Arqam
bin Zaid bin Qais bin Nu'man bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj ada tiga orang.
Dari Bani Al-Abjur yang merupakan anak- anak keturunan Khudrah yaitu : Malik bin Sinan bin Ubaid
bin Tsa'labah bin Ubaid bin Al-Abjur. Malik bin Sinan tidak lain yaitu Abu Sa'id Al-Khudri. Ibnu Hisyam
berkata: Nama Abu Sa'id Al-Khudri yaitu Sinan. Ada juga yang mengatakan Sa'ad, Sa'id bin Suwaid
bin Qais bin Amir bin Abbad bin Al-Abjur, Utbah bin Rabi' bin Rafi' bin Muawiyah bin Ubaid bin
Tsa'labah bin Ubaid bin Al-Abjur.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Al-Abjur yaitu tiga orang.
Dari Bani Saidah bin Ka'ab bin Al-Khaz- raj yaitu : Tsa'labah bin Sa'ad bin Malik bin Khalid bin Tsa'labah
bin Haritsah bi Amr bin Al-Khazraj bin Saidah, Saqf bin Farwah bin Al-Badi.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Saidah bin Ka'ab bin Al-Kharaj yaitu dua orang.
Dari Bani Auf bin Al-Khazraj lalu dari Bani Salim lalu dari Bani Malik bin Al-Ajlan bin Zaid
bin Ghanm bin Salim yaitu :
Naufal bin Abdullah, Abbas bin Ubadah bin Nadhlah bin Malik bin Al-Ajlan, An-Nu'man bin Tsa'labah
bin Fihr bin Ghanm bin Salim, Al-Mujadzdzir bin Dziyad sekutu mereka dari Baly, Ubadah bin Al-Hashas.
An-Nu'man bin Malik, Al-Mujadzdzir, dan Ubadah dimakamkan di satu liang lahat.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Malik bin Al-Ajlan bin Zaid bin Ghanm bin Salim yaitu lima
orang.
Dari Bani Al-Hubla hanya satu orang, yaitu Rifa'ah bin Amr.
Dari Bani Salimah lalu dari Bani Haram yaitu : Abdullah bin Amr bin Haram bin Tsa'labah bin
Haram, Amr bin Al-Jamuh bin Zaid bin Haram. Abdullah bin Amr dan Amr bin Al-Jamuh dimakamkan
di satu lang lahat, Khallad bin Amr bin Al-Jamuh bin Zaid bin Haram, Abu Aiman mantan budak Amr
bin Al-Jamuh.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Haram yaitu empat orang.
Syuhada' Perang Uhud dari Bani Sawad bin Ghanm yaitu : Sulaim bin Amr bin Hadidah. Mantan budak
Sulaim bin Amr bin Hadidah yang bernama Antarah, Sahl bin Qais bin Abu Ka'ab bin Alqain.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Sawad bin Ghanm yaitu tiga orang.
Syuhada' Perang Uhud dari Bani Zuraiq bin Amir yaitu : Dzakwan bin Abdu Qais, Ubaid bin Al-Mualla
bin Laudzan. Ibnu Hisyam berkata:Ubaid yaitu anak Al-Mualla dari Bani Habib.
Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Zuraiq bin Amir yaitu dua orang.
Ibnu Ishaq berkata: Jumlah sahabat yang syahid di Perang Uhud dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar
yaitu enam puluh lima orang.
Sementara itu Ibnu Hisyam berkata: Di antara tujuh puluh syuhada yang tidak dise- butkan Ibnu Ishaq
dan kami sebutkan dari kalangan Aus lalu dari Bani Muawiyah bin Malik yaitu Malik bin
Tumailah sekutu mereka dari Muzainah.
Dari Bani Khatmah -nama Khatmah ialah Abdullah bin Jusyam bin Malik bin Al-Aus, yaitu Al-Harits
bin Adi bin Kharasyah bin Umaiyyah bin Amir bin Khathamah.
Dari Khazraj lalu dari Bani Sawad bin Malik yaitu Malik bin Iyas.
Dari Bani Amr bin Malik bin An-Najjar yaitu Ilyas bin Adi.
Dari Bani Salim bin Auf yaitu Amr bin Iyas.
Korban Tewas Kaum Musyrikin di Perang Uhud
Ibnu Ishaq berkata: Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Quraisy lalu dari Bani
Abduddar bin Qushay dari para pemegang panji perang yaitu sebagai berikut: Thalhah bin Abu
Thalhah. Abu Thalhah bernama asli Abdullah bin Abdul Uzza bin Utsman bin Abduddar. Ia tewas di
tangan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu, Abu Sa'ad bin Abu Thalhah. Ia tewas di tangan Sa'ad bin
Abu Waqqash. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa ia tewas di tangan Ali bin Abu
Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: Juga Utsman bin Abu Thalhah. Ia tewas di tangan Hamzah bin Abdul Muthalib
Radhiyallahu Anhu, Musafi: bin Thalhah, Al-Julas bin Thalhah. MusafT dan Al-Julas dibunuh Ashim bin
Tsabit bin Abu Al-Aqlah Radhiyallahu Anhu, Kilab bin Thalhah, Al-Harits bin Thalhah. Kilab dan Thalhah
tewas di tangan Quzman sekutu Bani Dzafar. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa
Kilab tewas di tangan Abdurrahman bin Auf.
Ibnu Ishaq berkata: Artha'ah bin Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar tewas di
tangan Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiyallahu Anhu, Abu Yazid bin Umair bin Hasyim bin Abdu
Manaf bin Abduddar tewas di tangan Quzman,Shu'ab bu- daknya yang berasal dari Habasyah. Ia tewas
di tangan Quzman.
Ibnu Hisyam berkkata: Ada yang menyebutkan bahwa Shu'ab tewas di tangan Hamzah bin Abdul
Muthalib. Ada juga yang mengatakan bahwa ia tewas di tangan Sa'ad bin Abu Waqqash. Ada lagi yang
mengatakan bahwa ia tewas di tangan Abu Dujanah.
Ibnu Ishaq berkata: Al-Qasith bin Syuraih bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar tewas di tangan
Quzman.
Dengan demikian korban kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Abduddar bin Qushai berjumlah
sebelas orang.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushai hanya seorang, yaitu Abdullah bin Hamid bin Zuhair bin AI-
Harits bin Asad. Ia tewas di tangan Ali bin Abu Thalib.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu sebagai berikut: Abu Al-Hakam bin Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin
Wahb Ats-Tsaqafi sekutu mereka. Ia tewas dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib, lalu Siba' bin Abdul
Uzza. Abdul Uzza bernama asli Amr bin Nadhlah bin Ghubsyan bin Sulaim bin Malkan bin Afsha. Siba'
yaitu sekutu mereka dari Khuza'ah. Ia tewas di tangan Hamzah bin Abdul Muthalib.
Korban tewas kaum musyrikin pada Perang Uhud dari Bani Zuhrah bin Kilab berjumlah dua orang.
Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu sebagai
berikut: Hisyam bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah. Ia tewas di tangan Quzman, Al-Walid bin Al-Ash
bin Hisyam bin Al-Mughirah juga tewas di tangan Quzman, Abu Umaiyyah bin Abu Hudzaifah bin Al-
Mughirah. Tewas di tangan Ali bin Abu Thalib, Khalid bin Al-Alam sekutu mereka. Ia tewas di tangan
Quzman.
Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Makhzum bin Yaqadzah berjumlah empat
orang.
Korban tewas kaum musyrikin pada Perang Uhud dari Bani Jumah bin Amr yaitu sebagai berikut:
Amr bin Abdullah bin Umair bin Wahab bin Hudzafah bin Jumah. Dialah Abu Azzah dan tewas di tangan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam dalam keadaan terikat, Ubay bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah
bin Jumah. Ia tewas di tangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Jumah bin Amr berjumlah dua orang.
Ibnu Ishaq berkata: Korban tewas orang- orang musyrikin yang dibunuh Allah Tabaraka wa Ta'ala pada
Perang Uhud berjumlah dua puluh dua orang.
Tragedi Ar-Raji' Tahun Ketiga Hijriyah
Telah menuturkan kepada kami Abdul Malik bin Hisyam dia berkata: Telah menuturkan kepada kami
Ziyad bin Abdullah al-Bakkai dari Muhammad bin Ishaq al-Muththalabi dia berkata: telah mengatakan
pada saya Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: Seusai Perang Uhud, utusan dari Adhal dan Al-Qarah
da tang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ibnu Hisyam berkata: Adhal dan Al-Qarah
berasal dari anak keturunan Al-Haun bin Khuzaimah bin Mudrikah. Mereka berkata kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya di kalangan kami ada orang-orang yang
telah masuk Islam, oleh sebab itu, sudi kiranya Anda mengirimkan beberapa orang sahabatmu yang
akan mengajarkan agama, membaca Al-Qur'an, dan mengajarkan syariat Islam kepada kami."
Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim enam orang sahabat yang menyertai
kepulangan utusan Adhal dan Al-Qarah. Keenam sahabat ini yaitu sebagai berikut:
Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi sekutu Hamzah bin Abu Muthalib. Khalid bin Al-Bukair Al-Laitsi
sekutu Bani Adi bin Ka'ab, Ashim bin Tsabit bin Abu Al-Aqlah saudara Bani Amr bin Auf bin Malik bin
Al-Aus, Khubaib bin Adi saudara Bani Jahjahi bin Kulfah bin Amr bin Auf, Zaid bin Ad-Datsinah bin
Muawiyah saudara Bani Bayadhah bin Amr bin Zuraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadzbu bin
Jusyam bin Al Khazraj, Abdullah bin Thariq sekutu Bani Dzafar bin Al-Khazraj bin Amr bin Malik bin Al-
Aus.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Martsad bin Abu Martsad sebagai pemimpin
rombongan keenam orang sahabatnya tadi.
Maka keenam sahabat Nabi itu berangkat menyertai utusan Adhal dan Al-Qarah. saat sampai di Ar-
Raji', sebuah nama mata air Hudzail dari arah Hijaz, di depan Al-Had'ah, tiba-tiba utusan Adhal dan Al-
Qarah mengkhianati keenam sahabat tadi dan berteriak meminta bantuan kepada orang-orang
Hudzail. Utusan Adhal dan Al-Qarah berkata
kepada keenam sahabat ini : "Demi Allah, kami tidak hendak membunuh kalian, kami hanya ingin
mendapatkan sesuatu dari orang-orang Quraisy dengan menahan kalian. Kalian berhak atas janji Allah
bahwa kami tidak akan membunuh kalian. Martsad bin Abu Martsad, Khalid bin Al-Bukair, dan Ashim
bin Tsabit berkata: "Demi Allah, kami tidak menerima janji atau kesepakatan dari orang musyrik untuk
selama-lamanya."
Ibnu lshaq berkata: Julukan Ashim bin Tsabit yaitu Abu Sulaiman. Ia melawan orang-orang Hudzail
hingga terbunuh beserta dua orang sahabat setianya. saat Ashim bin Tsabit terbunuh, orang-orang
Hudzail hendak mengambil kepalanya untuk dijual kepada Sulafah binti Sa'ad bin Syahid. Sebelumnya,
Sulafah binti Sa'ad bin Syahid bernazar sesudah kedua anaknya tewas di Perang Uhud, bahwa jika
bisa memungut kepala Ashim bin Tsabit ia pasti menyiramkan minuman keras ke tulang tengkoraknya.
Namun keinginannya ini dihalau lebah-lebah yang berkerumun. Lebah-lebah itu menghalau orang-
orang Hudzail hingga tidak mampu mendekat kepada Ashim bin Tsabit. Mereka berkata: "Biarkan
lebah-lebah ini hingga petang hari. Kalau mereka sudah pergi, kita ambil jenazahnya." Namun
Allah Ta'ala mengirim banjir besar yang lalu membawa pergi jenazah Ashim. Sebelumnya Ashim
bin Tsabit bersumpah kepada Allah bahwa ia tidak akan pernah mau disentuh oleh tangan orang
musyrik dan ia tidak menyentuhnya selama-lamanya sebab orang musyrik najis.
Adapun Zaid bin Ad-Datsinah, Khubaib bin Adi dan Abdullah bin Thariq, mereka putus asa dan
menyerahkan diri lalu dijadikan tawanan oleh orang-orang HudzaiL sesudah itu, orang-orang
Hudzail membawi ketiganya ke Makkah dan menjualnya di sana. Kala mereka tiba di Dahran, tiba-tiba
Abdullah bin Thariq berontak lalu mengambil pedang. Orang-orang Hudzail tak tinggal diam
mereka menghantamnya dengan batu hingga ia meninggal dunia. Dengan demikian kuburan Abdullah
bin Thariq kini berada di Dahran. Sedang Khubaib bin Adi dan Zaid bin At-Datsinah, tetap dibawa oleh
Hudzail ke kota Makkah.
Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Hudzail menawarkan Khubaib bin Adi dan Zaid bin Ad-Datsinah
kepada orang-orang Quraisy agar ditukar dengan dua tawanan orang-orang Hudzail di Makkah.
Ibnu Ishaq berkata: Khubaib bin Adi di beli Abu Ihab At Tamimi sekutu Bani Naufal dari Utbah bin Al-
Harits bin Amir bin Naufal. Abu Ihab yaitu saudara seibu dari Al-Harits bin Amir. Ia sengaja membeli
Khubaib bin Adi untuk dibunuh sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Ibnu Hisyam berkata: Al-Harits bin Amir yaitu paman Abu Ihab (saudara ibunya) dan Abu Ihab berasal
dari Bani Usaid bin Amr bin Tamim. Ada yang menyebutkan bahwa Abu Ihab berasal dari Bani Udas
bin Zaid bin Abdullah bin Darim dari Bani Tamim.
Ibnu Ishaq berkata: Zaid bin Ad-Datsinah dibeli Shafwan bin Umayyah untuk dihabisi sebagai balas
dendam atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf.
Shafwan bin Umayyah mengutus budaknya. Nisthas, membawa Zaid bin Ad-Datsinah ke At-Tan'im
bersama dengan orang-orang Quraisy. Zaid Ad-Datsinah dibunuh oleh Nisthas.
Sementara Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu, Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku bahwa ia
diberitahu Mawiyyah mantan budak wanita Hujair bin Abu Lahab yang saat itu telah masuk Islam dan
berkisah:
Khubaib bin Adi ditawan di rumahku. buatu hari, aku mengintip dan mendapatinya ia sedang
memegang setandan anggur dan memakannya sebagiannya, padahal sepanjang yang aku tahu di
tempat ini tidak ada anggur yang bisa dimakan (pada saat itu)."
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: Orang-orang Quraisy menyeret Khubaib bin
Adi ke luar Makkah hingga tatkala mereka tiba di At-Tan'im dan bermaksud menyalibnya, ia berkata
kepada mereka: "Bisakah aku shalat dua raka'at ter- lebih dahulu sebelum menghabisiku?" Mereka
berkata: "Silahkan." Khubaib bin Adi menger- jakan shalat dua raka'at dengan sempurna dan baik.
sesudah itu, ia menemui mereka dan berkata: "Demi Allah andaikata kalian tidak akan mengira aku
takut mati dengan mengulur waktu shalatku, niscaya aku mengulurnya."
Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: Khubaib bin Adi yaitu muslim pertama kali yang melakukan
shalat sunnah dua raka'at bagi kaum Muslimin saat hendak dibunuh.
Ashim bin Umar bin Qatadah berkata lebih lanjut: Maka orang-orang Quraisy mengangkat Khubaib bin
Adi ke atas kayu. saat mereka telah mengikatnya, ia berkata: "Ya Allah, Sebetulnya risalah Nabi-
Mu telah kami sampaikan, maka sampaikan pada beliau apa yang mereka perbuat terhadapku esok
hari. Ya Allah, pastikan jumlah mereka, musnahkanlah mereka secara terpisah, dan jangan biarkan
satu orang pun dari mereka lolos."
Ibnu Ishaq berkata: Wahyu-wahyu yang turun tentang peristiwa Ar Raji seperti dikatakan kepadaku
oleh eks budak keluarga Zaid bin bin Tsabit dari Ikrimah eks budak Ibnu Abbas atau dari Sa'id bin Jubair
dari Ibnu Abbas yang berkata: saat utusan menuju Ar-Raji' yang di dalamnya ada Martsad dan Ashim
ditimpa musibah, orang-orang munafik bergumam: "Alangkah celakanya orang-orang yang ter- bunuh
itu. Andaikata mereka berdiam diri di tengah keluarganya." lalu turunlah ayat tentang ucapan
orang-orang munafik ini dan kebaikan yang diperoleh sahabat-sahabat Rasulullah atas semua
musibah yang mereka alami. Allah Ta'ala berfirman:
Dan di antara manusia ada orangyang ucapannya tentang kehidupan dunia mearik hatimu. (QS. al-
Baqarah: 204), yakni orang-orang yang secara lisan menyatakan keislamannya.
Dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya (QS. al-Baqarah: 204) yang
bertentangan dengan apa yang mereka ucapkan.
Padahal ia yaitu penantang yang paling keras (QS. al-Baqarah: 204).
Yakni, ia selalu mendebat jika mengkritikmu saat berbicara denganmu.
Ibnu Hisyam berkata: Al-aladdu artinya yaitu kebencian yang memuncak. Sedangkan jamaknya
yaitu ludd. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
Dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang (QS. Maryam: 97).
Al-Muhalhal bin Rabi'ah al-Taghlibi yang bernama asli yaitu Imruul Qais ada pula yang menyebutkan
namanya yaitu Adi bin Rabi'ah:
Sebetulnya di bawah batu-batu itu ada yang keras dan yang lunak
Ada pembantah yang lebih keras yang tiada sanggup berbicara pada musuhnya
Ibnu Hisyam berkata: Ini yaitu syair miliknya.
Al-Thirimmmah bin Hakim Al-Thai berkata menyifati bunglon:
Dia melihat di atas pokok akar dengan angkuh
Laksana seorang yang mampu mengalahkan musuh dalam debatnya
Ini yaitu syair miliknya.
Ibnu Ishaq berkata: Allah berfirman:
Dan jika ia berpaling (dari kamu) (QS. al-Baqarah: 205). Yakni keluar dari sisimu dia berjalan di
muka bumi
'Untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak dan Allah
tidak menyukai kebinasaan (QS. al-Baqarah: 205), Yakni, Allah tidak menyukai dan tidak meridhai amal
perbuatannya.
Selanjutnya Allah berfirman,
Dan jika dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah," bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa, maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam dan sungguh neraka
Jabannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Dan di antara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya sebab mencari keridhaan Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-
hamba-Nya (QS. al-Baqarah: 206-207). Maknanya yaitu mereka menjual nyawa mereka kepada
Allah dengan berjihad di jalan-Nya hingga mereka tewas terbunuh. Mereka yaitu utusan Rasulullah
ke Ar-Raji'
Ibnu Hisyam berkata: Yasyri nafsahu yakni menjual dirinya, syaraw maknanya yaitu menjual (ba'uu).
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy yang berkumpul dan berteriak-teriak membuat keributan di
dekat Khubaib bin Adi sesudah meninggal dunia ialah Ikrimah bin Abu Jahal, Said bin Abdullah bin Abu
Qais bin Abdu Wudd, AI-Akhnas bin Syariq Ats-Tsaqafi sekutu Bani Zuhrah, Ubaidah bin Hakim bin
Haritsah bin Al-Auqash As Sulami sekutu Bani Umaiyyah bin Abdu Syams, Umaiyyah bin Abu Utbah,
dan Bani Al-Hadhrami.
Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga mencemooh orang-orang Hudzail atas
tindakan mereka terhadap Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu.
Ibnu Hisyam berkata: Zuhair bin Al-Aghar dan Jami' yaitu dua orang dari kabi- lah Hudzail yang
menjual Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu.
Tragedi Bi'ru Ma'unah Bulan Shafar Tahun Keempat Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di Madinah dan tidak keluar selama
sisa hari bulan Syawal, Dzulqadah dan Dzulhijjah dan Muharram.
Pada saat itu urusan haji di Makkah diurusi oleh kaum musyrikin. sesudah itu beliau mengirim para
sahabat pelaku tragedi Bi'ru Maunah di bulan Shafar tepatnya di awal empat bulan pasca Perang
Uhud.
Ibnu Ishaq berkata: Tentang tragedi Bi'ru Maunah sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Abu Ishaq
bin Yasar dari Al-Mughirah bin Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam dan Abdullah bin Abu Bakr bin
Muhammad Bin amr bin Hazm dan ulama-ulama lainnya dimana semuanya mengatakan bahwa Abu
Bara' bin Amir bin Malik bin Ja'far seorang ahli tombak datang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam di Madinah. Nabi menawarkan Islam kepadanya dan mendakwahinya tapi ia menolak
masuk Islam namun ia tetap mendukung Islam. Abu Bara' berkata: "Wahai Muhammad, tidak
mengapa bila engkau mengirim beberapa orang sahabatmu kepada warga Najed, untuk
berdakwah sebab aku berharap bisa mereka memenuhi seruanmu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Aku khawatir kalau sewaktu-waktu warga Najed melakukan tindakan jahat
pada sahabat-sahabatku." Abu Bara' berkata: "Aku akan menjadi orang yang memberi perlindungan
buat mereka. Maka utuslah mereka menyampaikan risalahmu kepada orang-orang di sana."
Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Al-Mundzir bin Amr saudara Bani Saidah,
seorang yang bersegera menjemput syahidnya (Al-Mu'niq Liyamut) bersama empat puluh orang
sahabat-sahabatnya yang merupakan orang-orang pilihan dan terbaik dari kaum Muslimin. Di antara
mereka yaitu Al-Harits bin Ash-Shimmah, Haram bin Milhan saudara Bani Adi bin An-Najjar, Urwah
bin Asma' bin Ash-Shalt As-Sulami, Nafi' bin Budail bin Warqa' AI-Khuzai, Amir bin Fuhairah mantan
budak Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan sahabat-sahabat terpilih lainnya.
Para utusan ini berjalan hingga tiba di Bi'ru Maunah yang terletak berada di antara tanah hitam
berbatu Bani Amir dengan tanah hitam berbatu Bani Sulaim. Kedua lokasi ini hampir
berhimpitan, namun Bi'ru Maunah lebih dekat dengan lokasi tanah Bani Sulaim.
Tatkala utusasn Rasulullah tiba di Bi'ru Maunah, mereka mengutus Haram bin Milhan mengantarkan
surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada musuh Allah, Amir bin Ath-Thufail. saat Hararn
bin Milhan tiba, Amir bin Ath-Thufail tidak membuka surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam,
sebaliknya ia malah membunuhnya. Amir bin Ath-Thufail memprovokasi kaumnya, menyerang para
utusan ini , namun mereka menolak seruannya. Mereka berkata: "Kami tidak akan pernah
menghinati perjanjian Abu Bara'. "Sebelum itu Abu Bara' telah membuat perjanjian untuk melindungi
utusan Rasulullah. Namun Amir bin Ath-Thufail tidak menyerah, lalu ia terus memprovokasi
kabilah-kabilah Bani Sulaim seperti Ushaiyyah, Ri'l, dan Dzakawan untuk menyerang para utusan
ini dan ternyata merekapun menyambutnya lalu terjadilah perang antara mereka hingga
mereka semua terbunuh kecuali Ka'ab bin Zaid saudara Bani Dinar bin An-Najjar, sebab kabilah-
kabilah ini membiarkannya dalam keadaan antara hidup dan mati. Ka'ab bin Zaid mengalami
luka berat hingga berada di antara hidup dan mati di antara para korban. Dia pun hidup selamat dan
baru gugur sebagai syahid pada Perang Khandaq. Semoga Allah merahmatinya.
Di tengah kaum itu ada Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri dan salah seorang dari kaum Anshar dari Bani
Amr bin Auf.
Ibnu Hisyam berkata: Orang dari kaum Anshar ini yaitu Al-Mundzir bin Muhammad bin Uqbah
bin Uhaihah bin Al-Julah.
Tidak ada yang memberi tahu keduanya tentang tragedi yang menimpa sahabat-sahabatnya kecuali
burung yang terbang di atas barak. Kedua sahabat Rasulullah itu berkata: "Demi Allah, burung ini pasti
membawa berita penting." Keduanya berjalan menuju lokasi untuk melihat apa Sebetulnya yang
sedang terjadi. saat mereka melihat delegasi qari' bersimbah darah sementara kuda mereka berdiri,
maka sahabat dari kaum Anshar berkata kepada Amr bin Umaiyyah: "Bagaimana pandanganmu?" Amr
bin Umaiyyah berkata: "Aku memandang sebaiknya kita segera menghadap Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam dan kita jelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Sahabat Anshar berkata: "Sedangkan
aku sangat gembira dengan tempat tewasnya Al-Mundzir bin Amr dan apa yang menimpaku diriku
nanti pasti akan diberitahukan orang-orang. "sesudah berkata demikian, sahabat Anshar berperang
melawan kabilah-kabilah di atas hingga terbunuh dan mereka menawan Amr bin Umaiyyah. saat
Amr bin Umaiyyah mengatakan kepada mereka bahwa dirinya berasal dari Mudhar, Amir bin Ath-
Thufail melepaskannya dan mencukur rambut di ubun-ubunnya, dan membebaskannya dengan
membayar budak wanita yang diklaimnya milik ibunya.
Lalu, Amr bin Umaiyyah berjalan. Saat dia tiba di Al-Qarqarah di depan Qunat, datanglah dua orang
dari Bani Amir.
Ibnu Hisyam berkata: lalu dari Bani Kilab. Abu Amr Al-Madani menyebutkan bahwa keduanya
berasal dari Bani Sulaim.
Kedua orang ini mampir di tempat Amr bin Umaiyyah dan berteduh di bawah sebuah pohon.
Orang-orang Bani Amir terikat perjanjian kesepakatan bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
yang tidak diketahui Amr bin Umaiyyah. saat keduanya berhenti di tempat bernaungnya Amr bin
Umaiyyah, maka Amr bin Umaiyyah bertanya kepada keduanya: "Dari mana asal kalian berdua?"
Keduanya menjawab: "Kami berasal dari Bani Amir.' Amr bin Umaiyyah menunggu beberapa waktu
dan saat keduanya telah tertidur, ia menghabisi mereka berdua. Ia beranggapan bahwa dengan cara
ini, ia telah membalas dendam atas orang- orang Bani Amir sebab mereka sebelum ini membantai
sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala Amr bin Umaiyyah tiba di tempat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menjelaskan apa yang dialaminya, beliau bersabda:
"Sungguh engkau telah membunuh dua orang dan aku akan memberi diyat(tebusan) kepada keluarga
mereka berdua." Beliau bersabda lagi: "Ini semua terjadi gara-gara Abu Bara' dimana itu semua tidak
aku sukai dan aku khawatirkan sebelumnya."
Saat sabda Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ini sampai ke telinga Abu Bara' ia marah besar
kepada Amir bin Ath-Thufail atas tindakan brutalnya sebab meremehkan perjanjiannya dengan
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan tragedi memilukan yang dialami sahabat-sahabat
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam itu terjadi sebab ulah dan perlindunganya. Di antara yang
terbunuh pada tragedi tragis ini yaitu Amir bin Fuhairah.
Ibrnu Ishaq berkata: Lalu Rabi'ah bin Amir bin Malik mencari Amir bin Ath-Thufail dan menikamnya
dengan tombak di pahanya. Dia tidak berhasil membunuhnya namun dia terpelanting dari kudanya.
Amir bin Ath-Thufail berkata: "Ini semua sebab ulah Abu Bara'. Jika aku mati, darahku milik pamanku
dan Abu Bara' tidak boleh diikuti. Namun jika aku masih hidup, akan aku tampakkan sikapku terhadap
perlakuan yang dilakukan terhadapku."
Ibnu Ishaq berkata: Anas bin Abbas As-Sulami, paman Thu'aimah bin Adi bin Naufal dari jalur ibunya,
yang Pada Tragedi Bi'ru Maunah, Thu'aimah bin Adi bin Naufal membunuh Nafi' bin Budail bin Warqa
Al-Khuzai. Tentang kematian Nafi' bin Budail bin Warqa' Al-Khuzai, Anas bin Abbas As-Sulami berkata:
Kubiarkan anak Warqa Al-Khuzai tergeletak tewas
Di perang di sebuah jalan sempit yang dimana angin menghamburkan badai berdebu Ku teringat Abu
Ar-Rayyan saat kulihat dia Aku yakin dendamku telah lunas terbayar
Abu Ar-Rayyan yaitu Thu'aimah bin Adi.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu berkata menangisi Nafi' bin Budail bin
Warqa':
Semoga Allah melimpahkan rahmatnya pada Nafi' bin Budail
Dengan rahmat pencari pahala orang berjihad
la soosk yang sabar, jujur, dan memenuhi janji
Tatkala manusia mengepungnya, ia berucap dengan ucapan yang benar
Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata menangisi para korban Bi'ru
Maunah, terutama Al-Mundzir bin Amr Rahimahullah:
Ingatlah korban-korban Maunah, hendaklah kalian semua menangis
Dengan air mata yang tercurah tiada henti
Ingatlah pasukan berkuda Rasul di pagi hari
Yang bertemu dan ditemui kematian dengan takdir mereka
Mereka ditimpa kematian sebab kesepakatan suatu kaum
Yang lalu tali perjanjian itu dikhianati dengan pengkhianatan
Alangkah sedihnya aku atas kematian
Al-Mundzir saat ia berjalan berpaling
Dan berlari kepada kematian dengan sabar Ia dibunuh di suatu pagi
Seorang bangsawan terhormat dan mulia keturunan Amr
Pengepungan dan Pengusiran Bani An-Nadhir Tahun Keempat Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar menuju Bani An-Nadhir untuk
meminta bantuan diyat bagi dua korban dari Bani Amir yang dihabisi Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri
sebab jaminan perlindungan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada keduanya seperti
dikatakan kepadaku oleh Yazid bin Ruman. Bani An-Nadhir dan Bani Amir ada persekutuan dan
perjanjian. Kala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di tempat Bani An-Nadhir, mereka
berkata: "Wahai Abu Al-Qasim kami akan berusaha membantumu."
Ibnu Ishaq berkata: Lalu orang-orang Bani An-Nadhir berkumpul.
Tiba-tiba Amr bin Jahasy naik ke atas rumah untuk menjatuhkan batu ke atas kepala Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat itu Rasulullah ditemani Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Ali bin
Abu Thalib. Namun saat itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menerima wahyu dari langit tentang
apa yang akan dilakukan orang-orang Bani An-Nadhir. Oleh sebab nya, Rasulullah segera beranjak dan
pulang ke Madinah. Rasulullah menjelaskan kepada para sahabat rencana ma