sirah nabawiyah 22


 alian berada di luar Islam. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian beruntung (QS. Ali Imran: 130). 

Yakni, taatilah Allah, semoga kalian selamat dari siksa yang telah diperingatkan Allah kepada kalian 

dan kalian mendapatkan pahala dimana Allah membuat kalian senang kepadanya. sesudah  itu, Allah 

berfirman: 

 

Dan peliharalah diri kalian dari api neraka yang disediakan untuk orang-orang yang kafir (QS. Ali 

Imran: 131), yakni, neraka yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi orang yang kafir terhadap-Ku. 

Sesudah itu, Allah berfirman: 

 

Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kalian dirahmati (QS. Ali Imran: 132). Ayat ini sebagai suatu celaan 

dan kecaman bagi para sahabat yang tidak taat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam saat  

beliau memerintahkan suatu perkara kepada mereka pada Perang Uhud dan pada peristiwa-peristiwa 

lainnya. 

Sesudah itu, Allah berfirman: 

 

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit 

dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (QS. Ali Imran: 133) maksudnya, surga 

ini  menjadi tempat tinggal bagi siapa saja yang taat kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku. 

Sesudah itu, Allah berfirman: 

 (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapai maupun sempit dan orang-

orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang 

yang berbuat kebaikkan. (QS. Ali Imran: 134) yakni, itu semua kebajikan(ihsan) dan Aku mencintai 

siapa saja yang melakukannya. 

Sesudah itu, Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan (juga) orang-orangyang jika  mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, 

mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat 

mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak menerus- kan perbuatan kejinya itu, 

sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran: 135), yakni, jika mereka melakukan perbuatan keji "atau 

menzalimi diri mereka sendiri" (QS. Ali Imran: 135) dengan bermaksiat kepada Allah, maka mereka 

ingat larangan Allah dari perbuatan ini  dan apa saja yang diharamkan-Nya kepada mereka, lalu 

mereka meminta ampun kepada-Nya atas segala dosa mereka dan mereka mengetahui bahwa tidak 

ada seorangpun yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Allah. 

Wa lam yushirruu 'ala maa fa'aluu wa hum ya'lamuun, artinya mereka tidak terus menerus melakukan 

maksiat kepada-Ku seperti perbuatan orang yang melampaui batas dalam kekafiran mereka "padahal 

mereka mengetahui" (QS. Ali Imran: 135) apa yang Aku haramkan atas mereka dalam hal ibadah 

kepada selain Aku. 

Sesudah itu Allah berfirman: 

 

Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir 

sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang 

beramal (QS. Ali Imran: 136) yakni pahala orang-orang yang taat. 

sesudah  menyebutkan musibah yang menimpa kaum Muslimin dan ujian yang terjadi pada mereka, 

saringan terhadap apa yang ada pada mereka penunjukan beberapa orang dari mereka menjadi 

syuhada', Allah berfirman menghibur mereka, menjelaskan apa yang mereka kerjakan, dan apa yang 

Allah lakukan pada mereka: 

 

Sebetulnya  telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; sebab  itu berjalanlah kamu di muka 

bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. Ali 

Imran: 137). 

Yakni, sebelum ini telah terjadi peristiwa-peristiwa hukuman dari Allah kepada orang-orang yang 

mendustakan rasul-Nya dan menyekutukan-Nya, seperti kaum Ad, Tsamud, Luth, dan warga  

Madyan. Sehingga mereka bisa melihat contoh-contoh hukuman yang Allah timpakan pada mereka 

dan kepada orang-orang yang sejalan dengan mereka. Allah memberi jangka waktu agar mereka tidak 

mengira bahwa hukuman-Nya telah terputus dari musuh kalian dan musuh-Nya. sebab  pergantian 

yang Allah putar kepada kalian ditujukan agar dengan cara itu Allah mengetes kalian dan mengetahui 

apa yang ada pada kalian. 

lalu  Allah berfirman: 

 

(Al Quran) ini yaitu  penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-

orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 138), yakni, Al-Qur'an ini sebagai penjelasan bagi manusia jika 

mereka mau menerima hidayah. Ia yaitu  petunjuk dan pelajaran serta adab bagi orang-orang 

bertakwa yaitu orang yang taat kepada-Ku dan tahu perintah-Ku. 

Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman: 

 

Janganlah kalian bersikap lemah dan jangan lah (pula) kalian bersedih hati (QS. Ali Imran: 139), yakni, 

janganlah kalian merasa lemah dan putus harapan sebab  musibah yang menimpa kalian. lalu  

Allah berfirman: 

 

Padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya). (QS. Ali Imran: 139), artinya 

kemenangan dan hasil akhir yang indah itu yaitu  milik kalian. 

Lalu Allah berfirman: 

 

Jika kalian orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran: 139), artinya jika kalian membenarkan nabi-Nya 

serta semua apa yang dia bawa dari-Nya. 

sesudah nya Allah berfirman: 

 

Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka Sebetulnya  kaum (kafir) itu pun (pada perang 

Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di 

antara manusia (QS. Ali Imran: 140), artinya, Aku putar hari-hari baik dan buruk di antara manusia 

untuk proses ujian dan penyaringan. 

Pada ayat selanjutnya Allah berfirman: 

 

Dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya 

sebagian kalian dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada, dan Allah tidak menyukai orang-orang yang 

zalim (QS. Ali Imran: 140), yakni, agar Allah membedakan antara orang-orang mukmin dengan orang-

orang munafik dan memuliakan orang-orang mukmin dengan menjadikannya sebagai syuhada'. Dan 

Allah tidak menyukai orang-orang Zalim (QS. Ali Imran: 140), yakni orang-orang munafik yang 

mengumbar ketaatan dengan mulut berbusa sedangkan hati mereka terus-menerus berkubang 

dengan dosa. 

Allah berfirman: 

 

Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran: 41), artinya Allah mengetes 

orang-orang beriman sebab  ingin menyaring mereka dengan ujian yang ditimpakan pada mereka, 

melalui kesabaran dan keyakinan mereka.  

sesudah nya, Allah Ta’ala berfirman: 

 Dan membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali Imran: 141). artinya, membatalkan perkataan 

orang-orang munafik dengan mulut mereka yang tidak berasal dari hati mereka sehingga terlihat jelas 

kekafiran yang selama ini mereka sembunyikan. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 

Apakah kalian kira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang 

berjihad di antara kalian dan belum nyata orang-orangyang sabar (QS. Ali Imran:142). Artinya, apakah 

kalian menyangka akan masuk surga dan mendapatkan balasan kemuliaan dari Allah, padahal Allah 

belum menguji kalian dengan penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan sehingga dengan cara 

itu Allah menangkap kejujuran kalian dengan beriman kepada-Nya dan bersabar atas apa pun yang 

menimpa kalian di jalan-Nya. Kalian pernah mengharapkan mati syahid sebab  kebenaran yang ada 

pada diri kalian sebelum kalian bertemu dengan musuh kalian. Yang dimaksud dengan kalian pada 

ayat ini yaitu  para sahabat yang meminta Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk keluar 

bersama mereka menghadapi musuh sebab  mereka sebelumnya tidak ikut pada Perang Badar. 

Mereka berharap dengan keluar menghadapi musuh, mereka bisa mati syahid yang sebelumnya tidka 

mereka dapatkan. Selanjutnya Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  kalian mengharapkan mati sebelum kalian menghadapinya (QS. Ali Imran: 143) 

Allah selanjutnya berfirman: 

 

(Sekarang) sungguh kalian telah melihatnya dan kalian menyaksikannya (QS. Ali Imran: 143), artinya, 

kalian sekarang saksikan kematian di pedang-pedang lawan kalian, Allah membuat jarak antara kalian 

dengan musuh kalian sedang saat itu kalian melihat mereka lalu  Allah mencegah mereka dari 

kalian. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya bebe- rapa orang 

rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang 

berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah 

akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran: 144), yakni apakah sebab  

adanya perkataan manusia: Muhammad meninggal dunia atau terbunuh, kalian akan keluar dari 

agama Islam, menjadi kafir seperti sebelumnya, meninggalkan jihad melawan musuh, meninggalkan 

Kitab Allah, dan meninggalkan agama-Nya yang ditinggalkan nabi kalian? Padahal Muhammad telah 

menerangkan kepada kalian dalam apa yang ia bawa dari Allah bahwa ia akan meninggal dan 

meninggalkan kalian! 

"Wa man yanqalib 'ala aqibaihi" (Barang siapa yang berbalik ke belakang) maksudnya murtad dari 

agamanya. 

"Falan yazhurrahullaha syai'an" (maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit 

pun), yakni bahwa keluarnya seseorang dari agama Islam sama sekali tidak akan mengurangi 

keperkasaan Allah, kerajaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan kemampuan-Nya. 

"Wa sayazjillahusy syakirin" (dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) 

yakni, Allah akan memberi balasan orang-orang yang taat dan melaksanakan perintah-Nya. 

Selanjutnya Allah Ta 'ala berfirman: Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin 

Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. (QS. Ali Imran: 145), yakni Sebetulnya  

Muhammad Shallalahu alaihi wa Sallam memiliki ajal ajal yang ia akan sampai pada ajal itu. Jika Allah 

Ta'ala telah mengizinkannya pada ajalnya, maka dia akan menjemputnya. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah 

ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya 

pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya 

pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang- orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran: 

145), artinya, jika  ada di antara kalian menginginkan dunia dan tidak menginginkan akhirat, maka 

Allah berikan rizki yang ditentukan baginya, tidak lebih dari itu, dan ia tidak meraih apapun di akhirat 

kelak. Sebaliknya barang siapa mengharapkan pahala akhirat, maka apa yang dijanjikan akan diberikan 

kepadanya termasuk rizki di dunia dan itulah balasan bagi orang-orang yang bersyukur, yaitu orang-

orang yang bertakwa. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

Dan berapa banyak nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) 

yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah sebab  bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, 

dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. 

(QS. Ali Imran: 146). Artinya, berapa banyak nabi yang terbunuh, namun pengikut para nabi ini  

tidak menjadi lemah sebab  kematian Nabi mereka, tidak juga lemah dalam menghadapi musuh dan 

tidak menyerah sebab  musibah di medan jihad sebab  membela Allah dan agama-Nya. Demikian 

kesabaran itu dan Allah menyayangi orang-orang yang bersabar. 

Selanjutnya, Allah Ta 'ala berfirman: 

 

Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-

tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan 

tolonglah kami terhadap kaum yang kafir (QS. Ali Imran: 147). 

Ibnu Hisyam berkata: Kata tunggal dari ribbiyun yaitu  ribby. Sedangkan perkataan mereka rubab 

diperuntukkan untuk anak-anak Abdu Manat bin Add bin Thaihah bin Ilyas dan Dhabbah sebab  

mereka berkumpul dan bersekutu. Dari sisi ini maksudnya yaitu  kelompok-kelompok. Sedangkan 

kata tunggal dari rubab yaitu  ribbah dan ribah. Yakni kumpulan tongkat dan anak panah dan 

sejenisnya. Maka mereka menyerupakan dengannya. 

Abu Dzu’aib al-Hudzali berkata: 

Mereka laksana kain pembungkus anak panah 

Yang mengalir di atas busur dan merekah 

 

Inilah yaitu  bait-bait yang dia karang. Sementara itu Umayyah bin Abi Shalt berkata: 

Di sekeliling begundal-begundal mereka ada kerumunan dalam jumlah besar  

Yang berbungkus baju-baju besi pelindung berpaku 

 

Ini yaitu  bait-bait yang dia tulis. 

Ibnu Hisyam berkata: Ar-Ribabah juga bermakna potongan kain yang dengannya anak panah 

dibungkus. 

Ibnu Hisyam berkata: as-sanur yaitu  baju besi, ad-dusur yaitu  paku-paku yang ada pada lingkaran. 

Allah berfirman: 

 

Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku (QS. al-Qamar: 13). 

Seorang penyair yang bernama Abul Akhzar al-Himmani dari Tamim mengatakan dalam sebuah 

syairnya: 

Dia memaku di ujung tangkal tombak yang tajam 

Ibnu Ishaq berkata: Yakni, katakanlah sebagaimana yang mereka katakan. Dan ketahuilah bahwa 

semua itu terjadi akibat dari dosa-dosa kalian. Mohonlah ampun sebagaimana halnya mereka 

meminta ampun. Lakukan agama kalian sebagaimana yang mereka lakukan. Janganlah kalian murtad 

dari agama kalian dengan berbalik arah. Mintalah sebagaimana mereka meminta-Nya untuk 

mengokohkan kaki-kaki kalian. Mintalah pertolongan-Nya sebagaimana mereka meminta pertolongan 

pada-Nya uniuK memenangkan atas orang-orang kafir. Apa yang mereka katakan telah terjadi, nabi 

mereka telah dibunuh namun mereka tidak melakukan sebagaimana yang kalian perbuat. sebab  itu 

Allah memberi  kepada mereka pahala di dunia berupa kemenangan atas musuh-musuh mereka, 

dan pahala yang baik di akhirat, dari apa yang Allah janjikan di dalamnya. Dan Allah menyukai orang-

orang yang berbuat kebaikan. 

 

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka 

mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalujadilah kamu orang-orang yang rugi (QS. 

Ali Imran: 149). 

Yakni, dunia dan akhirat kalian menjadi sirna. sesudah nya, Allah berfirman: 

 

namun  (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong. (QS. Ali Imran: 150) 

yakni, jika apa yang kalian ucapkan dengan mulut kalian itu benar-benar berasal dari hati kalian, maka 

berpegang teguhlah kepadanya, janganlah pernah meminta pertolongan kepada selain Allah, dan 

jangan murtad dari agama kalian. 

Selanjutnya Allah berfirman:  

 

akan Kami masukkan ke dalam hati orang kafir rasa takut (QS. Ali Imran: 151). Yakni Allah tolong 

kalian atas musuh-musuh kalian sebab  mereka menyekutukan-Nya dan Allah tidak memberi  

hujjah buat mereka. sebab nya, janganlah kalian menyangka bahwa kemenangan itu milik mereka dan 

bukan milik kalian selagi kalian berpegang teguh kepada-Nya dan mengikuti perintah-Nya. Janganlah 

kalian mengira seperti itu sebab  musibah yang kalian derita dari musuh-musuh kalian sebab  dosa-

dosa kalian yaitu melanggar perintah-Nya dan tidak mematuhi Nabi-Nya. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 Dan Sebetulnya  Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, saat  kamu membunuh mereka 

dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai 

perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada 

orangyang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. lalu  

Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan Sebetulnya  Allah telah 

memaafkan kamu. Dan Allah memiliki  karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yangberiman. 

(QS. Ali Imran: 152) Allah telah menepati janji-Nya kepada kalian dengan memberi kemenangan atas 

musuh-musuh kalian pada saat kalian membunuh mereka dengan pedang-pedang kalian dengan izin-

Nya, penguasaan-Nya kepada tangan-tangan kalian terhadap mereka, dan menghalangi tangan 

mereka terhadap kalian. 

Lalu, Allah mencela kaum muslimin sebab  lari dari Nabi mereka dan mereka diseru olehnya namun 

tidak mendengar seruannya   

 

"(Ingatlah) saat  kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di 

antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, sebab  itu Allah menimpakan atas kamu 

kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu 

dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali 

Imran: 153). 

Yakni, musibah demi musibah yang beruntun dalam bentuk terbunuhnya saudara-saudara kalian, 

menangnya musuh atas kalian, dan pengaruh provokasi seseorang kepada kalian bahwa nabi kalian 

telah terbunuh. Itulah di antara kesedihan demi kesedihan beruntun yang ditimpakan kepada kalian 

"supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput daripada kamu" dengan tidak tercapainya 

kemenangan atas musuh sesudah  kalian melihat kemenangan ini  dengan mata kepala kalian "dan 

terhadap apa yang menimpa kamu" dari pembunuhan terhadap saudara-saudara kalian itu menimpa 

kalian hingga Aku hilangkan musibah dan kesedihan serta kegundahan dari kalian. lalu  Allah 

cegah dari mereka kedustaan setan bahwa Nabi mereka telah dibunuh. Maka tatkala mereka melihat 

Rasulullah masih hidup di antara mereka, terasa ringanlah apa yang menimpa mereka walaupun 

mereka menang sebelumnya. Terasa ringan pula musibah yang menimpa saudara-saudara mereka 

dengan kehadiran Sang Nabi Mulia 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 

lalu  sesudah  kamu berduka-cita Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) 

kantukyang meliputi segolongan daripada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri 

mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliah. 

Mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) aaiam urusan imr 

Katakanlah: "Sesungguh-nya urusan itu seluruhnya di tangan Allah." Mereka menyembunyikan dalam 

hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita 

barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) 

di sini." Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan 

akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh." Dan Allah (berbuat demikian) 

untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. 

Allah Maha mengetahui isi hati. (QS. Ali Imran: 154). 

Yakni, Allah menurunkan kantuk sebagai bentuk rasa aman kepada orang-orang beriman dan mereka 

pun tidur nyenyak tanpa rasa takut sedikitpun. Sementara orang-orang munafik dibikin gelisah oleh 

diri mereka sendiri. Semua itu terjadi sebab  mereka tidak mengharapkan kemenangan. Oleh sebab 

itulah, Allah menyebutkan celaan dan kerugian mereka. sesudah nya, Allah berfirman kepada Nabi-Nya: 

Katakanlah: "Sekiranya kalian berada di rumah kalian." (QS. Ali Imran: 154). 

Yakni, jika  kalian tidak menghadiri perang yang mana di dalamnya Allah membuka rahasia-rahasia 

kalian, "niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat 

mereka terbunuh" yaitu tempat lain selain tempat ini dimana mereka terbunuh di dalamnya sehingga 

dengan cara itu Allah menguji dan membersihkan apa yang ada di dalam dada dan hati kalian yang 

selama ini kalian sembunyikan. 

"Wallahu a'liimun bidzaatish shuduri" (Allah Mahamengetahui isi hati) yakni, semua yang mereka 

rahasiakan terhadap kalian itu semuanya diketahui Allah. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, 

yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka jika  mereka mengadakan perjalanan di muka 

bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati 

dan tidak dibunuh." Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah 

menimbulkan rasa penyesalan yangsangat di dalam hati mereka. Allah menghidupkan dan 

mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran: 156). 

Yakni, janganlah kalian menjadi laksana orang-orang munafik yang menahan saudara-saudara mereka 

untuk berjihad di jalan Allah dan berjalan di muka bumi-Nya untuk patuh pada-Nya dan Rasul-Nya. 

jika  saudara-saudara mereka terbunuh, orang-orang munafiq berkata: "Andai kata mereka 

mematuhi kami, pastilah mereka tidak tidak terbunuh." 

Firman Allah, "Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka," maksudnya, 

sebab  tipisnya keyakinan mereka kepada Tuhan mereka. "Wallahu yuhyii wa yumiitu" (Allah 

menghidupkan dan mematikan) artinya, Allah mempercepat dan menunda ajal sesuai kehendak-Nya. 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 

Sungguh kalau kamu gugur di jalan Allah atau meninggal, tentulah ampunan Allah dan rahmat-Nya 

lebih baik (bagimu) dari harta rampasan yang mereka kumpulkan. (QS. Ali Imran: 157) 

Yakni, kematian itu tidak mungkin bisa di hindari dan akan tetap terjadi. Maka meninggal di jalan Allah 

atau di bunuh di jalan-Nya itu lebih baik jika  mereka mengetahui dan meyakininya. Itu lebih baik 

daripada dunia sebab dunia itulah yang menyebabkan mereka tidak berangkat jihad sebab  takut mati 

dan terbunuh 

Selanjutnya Allah berfirman: 

 Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya 

kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. sebab  itu 

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka 

dalam urusan itu. lalu  jika  kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada 

Allah. Sebetulnya  Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159). 

Allah menyebutkan kepada Nabi-nya tentang sifat lembutnya kepada mereka, kesabarannya bergaul 

dengan mereka sebab  kelemahan mereka. Dan minimnya kesabaran mereka atas kekerasan dan 

tekanan jika  itu dia lakukan kepada mereka terhadap hal-hal dimana mereka selalu menentangnya 

atas apa yang diwajibkan atas mereka untuk mentaati Nabi-Nya. 

Ampunilah dosa-dosa orang yang melakukan dosa-dosa dari kalangan orang-orang beriman. Dan 

bermusyawarahlah, dengan tujuan agar kamu memperlihatkan pada mereka bahwa kamu mendengar 

pandangan mereka, dan meminta bantuan mereka walaupun sebenarnya bisa saja kamu tidak 

membutuhkan mereka. Ini sebagai usaha pendekatan komunikatif pada agama mereka. lalu  

jika  kamu telah membulatkan tekad atas satu perkara yang datang padamu dari-Ku dan perkara 

dalam agamamu dalam hal berjihad melawan musuhmu dan tidak ada pilihan lagi bagimu dan bagi 

mereka maka laksanakan selaras dengan apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah engkau 

mengikuti siapa saja yang berbeda pendapat denganmu dan hendaknya kamu berjalan dengan siapa 

yang sepakat denganmu. Dan bertawakallah kepada Allah, yakni ridhalah dengan-Nya. Sebetulnya  

Allah senang terhadap orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. 

 

"Jika Allah menolong kamu, maka tak yaitu  orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah 

membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong 

kamu (selain) dari Allah sesudah itu? sebab  itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin 

bertawakal. (QS. Ali Imran: 160). Yakni agar kalian tidak menyerahkan urusan Allah kepada manusia, 

sebaliknya serahkan urusan manusia kepada Allah. Dan hendaknya hanya kepada Allah dan bukan 

kepada manusia orang-orang mukmin bertawakkal. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barang siapa yang 

berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa 

yang dikhianatkannya itu; lalu  tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia 

kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (QS. Ali Imran: 161). 

Yakni, tidak mungkin bagi seorang Nabi menyembunyikan apa yang dia emban dari Allah sebab  ada 

perasaan takut atau cinta pada manusia, sebab  pada Hari Kiamat nanti ia dibalas sesuai dengan apa 

yang telah diperbuatnya di dunia, tanpa ada kezaliman dan melampaui batas. 

 

Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan 

(yang besar) dari Allah dan tempatnya yaitu  Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. 

(QS. Ali Imran: 162). 

Yakni apakah orang yang taat kepada Allah yang berbalas surga dan keridhaan dari-Nya, sama dengan 

orang yang kembali dengan mendapat kemurkaan dari Allah, dan memang pantas untuk tertimpa 

kemurkaan-Nya yang tempat tinggalnya yaitu  neraka dan ia yaitu  Jahannam dua tempat terburuk, 

maka ketahuilah: 

 

(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka 

kerjakan. (QS. Ali Imran: 163), setiap orang memiliki derajat di surga atau neraka sesuai dengan apa 

yang mereka perbuat: yakni tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya orang-orang yang taat kepada-Nya 

dan orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Sungguh Allah telah memberi karuuia kepada orang-orang yang beriman saat  Allah mengutus di 

antara mereka seorang rasul darigolongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-

ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. 

Dan Sebetulnya  sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka yaitu  benar-benar dalam kesesatan yang 

nyata. (QS. Ali Imran: 164) 

Yakni sungguh Allah telah menganugerahi karunia kalian dengan keutamaan wahai orang-orang 

beriman, tatkala Dia mengutus seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri yang membacakan kepada 

kalian ayat-ayat-Nya yang kalian bicarakan dan yang kalian kerjakan. Lalu dia menerangkan kebaikan 

dan keburukan kepada kalian agar kalian mengenal kebaikan ini  lalu  melaksanakan dan 

mengenal keburukan ini  lalu menjaga diri darinya. Rasul itu juga menerangkan kepada kalian 

tentang keridhaan Allah kepada kalian jika  kalian mentaati-Nya lalu kalian memperbanyak 

ketaatan kepada-Nya dan menjauhi maksiat yang Dia murkai sehingga dengan demikian, kalian 

terlepas dari hukuman-Nya dan memperoleh pahala berupa surga. Padahal sebelumnya kalian buta 

dan tidak tahu tentang kebaikan, tidak meminta ampunan atas kejahatan yang dilakukan; tuli atas 

kebaikan, bisu atas kebenaran, dan buta dengan pengarahan yang baik. 

lalu  Allah memaparkan musibah yang menimpa kaum muslimin dengan firman-Nya: 

 

Dan mengapa ketikd kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah 

menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar) kamu 

berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." 

Sebetulnya  Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran: 165). 

Yakni, jika  kalian ditimpa musibah dengan tewasnya sahabat-sahabat kalian sebab  dosa-dosa 

kalian, sebab  sebelum itu kalian telah menimpakan musibah berlipat terhadap musuh kalian: 

pembunuhan dan penawanan di Perang Badar. Kalian lupa akan pelanggaran kalian terhadap apa yang 

diperintahkan Rasul kepada kalian, sebab  kalian lebih suka mengikuti kehendak diri kalian sendiri. 

Dan Sebetulnya  Allah MahaKuasa atas semua yang Dia kehendaki untuk menimpakan hukuman 

atau mengampuni hamba-hamba-Nya. 

 

Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu yaitu  

dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orangyang beriman. (QS. Ali Imran: 

166). 

Yakni, kekalahan yang kalian alami saat berperangan dengan musuh itu yaitu  atas izin Allah. 

Kekalahan itu terjadi sebab  kalian tidak mentaati perintah Rasul sesudah pertolongan Allah 

mendatangi kalian dan sesudah  Allah tepati janji-Nya. Ini semua Allah lakukan untuk membedakan 

mana orang-orang beriman dan mana orang-orang munafik. sesudah  itu Allah berfirman: 

 

Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafiq (QS. Ali Imran: 167), agar Allah 

tampakkan apa yang ada pada diri orang-orang yang munafik itu. 

lalu  Allah berfirman: 

 

Kepada mereka dikatakan: "Marilah ber- perang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)." Mereka 

berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu." (QS. 

Ali Imran: 167). Orang-orang munafik yang dimaksud dalam ayat itu ini yaitu  Abdullah bin Ubay bin 

Salul dan kroni-kroninya yang berbalik pulang meninggalkan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

saat  beliau keluar untuk menghadapi musuh-musuhnya kaum musyrikin pada perang Uhud. Orang-

orang munafik itu berkata: "Andaikata kami tahu bahwa kalian akan diperangi pasti kami akan 

berangkat bersama kalian dan kami membela kalian, namun kami tidak memprediksi perang bakal 

terjadi." Lalu Allah tampakkan apa yang selama ini mereka sembunyikan dalam diri mereka dalam 

firman-Nya berikut: 

 

Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan 

mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka 

sembunyikan. (QS. Ali Imran: 167). 

Yakni, orang-orang munafik berpura-pura beriman di tengah kalian padahal sebenarnya keimanan 

yang mereka perlihatkan itu sama sekali tidak ada di hati mereka. 

sesudah  itu, Allah Ta'ala berfirman: 

 

Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya (QS. Ali Imran: 168). 

Yang dimaksud dengan saudara-saudaranya dalam ayat tadi yaitu  keluarga orang munafik dan kaum 

mereka yang mendapatkan musibah bersama kalian. 

 

Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh." Katakanlah: "Tolaklah kematian 

itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar. " (QS. Ali Imran: 168). 

Kematian itu pastilah terjadi. Maka jika  kalian mampu menyingkirkan mereka, lakukanlah sebab  

mereka bersikap munafik dan tidak suka berjihad di jalan Allah sebab  menginginkan keabadian di 

dunia dan menghindar dari maut. 

lalu  Allah berfiman kepada Nabi-Nya Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk menyeru orang-orang 

beriman berjihad dan menganggap enteng terbunuh di medan laga. 

Allah berfirman: 

 

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu 

hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia 

Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang 

masih tinggal di belakangyang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap 

mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Ali Imran: 169-170), janganlah kalian menyangka 

bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati. Mereka Allah hidupkan dan diberi rizki di 

sisi-Nya di surga yang elok dan mempesona. Mereka riang gembira dengan karunia yang dilimpahkan 

kepada mereka sebab  jihad mereka di jalan-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang 

yang masih hidup. Artinya, mereka senang sebab  saudara-saudara mereka yang berjihad seperti 

mereka itu bisa menyusul mereka sehingga bisa bersama-sama dapat memperoleh pahala Allah yang 

diberikan kepada mereka. Allah mengikis ketakutan dan kesedihan dari diri mereka. 

 

Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak 

menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman (QS. Ali Imran: 171). Tatkala mereka menyaksikan 

janji yang ditepati dan agungnya pahala. 

Ibnu Ishaq berkata: Ismail bin Umaiyyah berkata kepadaku dari Abu Zubair dari Ibnu Abbas yang 

berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Tatkala saudara-saudara kalian 

syahid di Perang Uhud, Allah meletakkan ruh mereka di rongga burung yang berwarna hijau. Burung 

ini  terbang ke sungai-sungai surga, memakan buah-buahannva, dan bersarang di lampu-lampu 

dari emas di bawah naungan Arasy. Tatkala mereka merasakan lezatnya minuman, makanan, dan 

tempat tinggal maka mereka berkata: 'Andaikata saudara-saudaraku mengetahui apa yang diperbuat 

Allah terhadap kami, pastilah mereka tidak meninggalkan jihad dan tidak berpaling mundur di kala 

perang.' Allah Taala berfirman: Aku akan sampaikan hal ini kepada mereka atas nama kalian.' 

lalu , Allah Ta'ala menurunkan firman-Nya ayat 169 surat Ali Imran."123 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Harits bin Al- Fudhail berkata dari Mahmud bin Labid Al-Anshari dari Ibnu Abbas 

yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salllam bersabda: "Para syuhada' berada di atas 

sungai yang berkilap di pintu surga pada sebuah kubah hijau. Rizki mereka dari surga datang pada 

kepada mereka setiap pagi dan senja hari.124 

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan kredibiltasnya berkata kepadaku dari Abdullah bin 

Mas'ud yang pernah ditanya tentang ayat-ayat berikut: "Janganlah kalian kira bahwa orang-orang 

yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki." 

(QS. al-Baqarah: 169). 

Abdullah bin Mas'ud menjawab: Akupun pernah menanyakan pertanyaan ini lalu  diberi jawaban 

demikian: bahwa tatkala saudara-saudara kalian terbunuh di Perang Uhud, Allah meletakkan ruh 

mereka di rongga burung berwarna hijau. Burung ini  datang ke sungai-sungai surga, memakan 

buah-buahannya, dan bersarang di lampu-lampu dari emas di bawah naungan Arasy. lalu  Allah 

Azza wa Jalla menampakkan diri kepada mereka sesaat dan berfirman, 

"Wahai hamba-hamba-Ku, apa yang ingin kalian ada keinginan lain lagi untuk Aku kabulkan kepada 

kalian?' Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, tidak ada lagi yang lebih baik bagi kami daripada 

surga yang telah Engkau karuniakan kepada kami. Kami menikmati apa saja yang kami sukai di 

dalamnya.' Allah menampakkan diri kepada mereka dan berfirman, 'Wahai hamba-hamba-Ku, apa 

ada lagi permintaan lain yang ingin kalian minta dari-Ku?' Mereka menjawab: 'Wahai Tuhan kami, 

bagi kami tidak ada lagi yang lebih baik daripada surga yang telah Engkau karuniakan kepada kami. 

Kami menikmati apa saja yang kami sukai di dalamnya.' lalu  Allah menampakkan diri kembali 

kepada mereka dan berfirman, 'Wahai hamba-hamba-Ku, apa lagi yang ingin kalian minta dari-Ku?' 

Mereka menjawab: 'Wahai Tuhan kami, bagi kami tidak ada lagi yang lebih baik daripada surga yang 

telah Engkau karuniakan kepada kami. Kami menikmati apa saja yang kami sukai di dalamnya. Hanya 

satu keinginan kami agar ruh kami dikembalikan pada jasad-jasad kami di dunia agar kami bisa sekali 

lagi berjuang di jalan-Mu dan mati syahid di jalan-Mu.'125 

 

Ibnu Ishaq berkata: Sebagian sahabat- sahabatku berkata kepadaku dari Abdullah bin Muhammad bin 

Aqil yang berkata: Aku mendengar Jabir Abdullah berkata bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda, "Apa kau ingin mendengar kabar gembira wahai Jabir?' Aku menjawab, "Tentu saja 

aku mau wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Sebetulnya  ayahmu 

yang gugur di Uhud dihidupkan Allah Azza wa Jalla lalu  Dia berfirman kepadanya: "Hai Abdullah 

bin Amr, apa yang engkau inginkan untuk Aku lakukan untuk mu?" Ayahmu menjawab, "Tuhanku, aku 

ingin kembali lagi ke dunia agar bisa berjuang di jalan-Mu lalu  terbunuh sekali lagi.”126 

Ibnu Ishaq mengatakan, bahwa Amr bin Ubaid berkata dari Al-Hasan yang berkata bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, setiap Mukmin yang meninggal dunia lalu ingin 

kembali ke dunia sesaat saja lalu diberikan padanya dunia serta isinya hanyalah orangyang mati 

syahid. Ia ingin dikembalikan ke dunia untuk berperang di jalan Allah dan mati syahid sekali lagi."127 

 

Ibnu lshaq berkata: lalu  Allah berfirman: 

(Yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka. (QS. 

Ali Imran: 172). 

Yang dimaksud dengan yaitu  orang-orang beriman pada ayat di atas yaitu  mereka yang keluar 

bersama Rasulullah Shallallahu Alaih wai Sallam ke Hamraul Asad sehari sesudah  Perang Uhud 

walaupun mereka sedang dalam sakit sebab  luka yang mereka derita. lalu  Allah berfirman: 

 

orangyang berbuat kebaikan di ahtara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (Yaitu) 

orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: 

"Sebetulnya  manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, sebab  itu takutlah 

kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: 

"Cukuplah Allah menjadi Penolongkami dan Allah yaitu  sebaik-baik Pelindung. " (QS. Ali Imran: 172-

173). 

Orang-orang yang mengatakan perkataan di atas kepada kaum Muslimin yaitu  beberapa orang dari 

kabilah Abdul Qais yang pernah mendengar Abu Sufyan bin Harb mendiskusikan sesuatu kepada 

mereka. lalu  mereka berkata: "Sebetulnya  Abu Sufyan bin Harb dan anak buahnya akan 

kembali lagi kepada kalian." lalu  Allah berfirman: 

 

"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat 

bencana apa-apa, mereka mengikuti keridaan Allah. Dan Allah memiliki  karunia yang besar (QS. 

Ali Imran: 174) Allah memiliki  karunia yang besar saat  menjadikan kaum muslimin tidak 

berpapasan dengan musuh mereka. 

sesudah  itu, Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-

kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), sebab  itu janganlah kamu takut kepada mereka, namun  

takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 175). 

Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman: 

 

Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir (QS. Ali Imran: 176). 

Maksud dari orang-orang yang sebentar lagi akan menjadi kafir pada ayat di atas yaitu  orang-orang 

munafik. 

Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman: 

 

Sebetulnya  mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun. Allah 

berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan 

bagi mereka adzab yang besar. Sebetulnya  orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, 

sekali-kali mereka tidak akan dapat memberi mudharat kepada Allah sedikit pun; dan bagi mereka 

adzab yang pedih. Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh 

Kami kepada mereka yaitu  lebih baik bagi mereka. Sebetulnya  Kami memberi tangguh kepada 

mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka adzab yang 

menghinakan. Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan 

kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan 

Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, yakni apa yang Allah 

akan ujikan kepada kalian agar kalian senantiasa siaga terhadap apa yang akan masuk pada kalian, 

akan namun  Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Yakni 

memberitahukan tentanghal itu, sebab  itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika 

kamu beriman dan bertakwa, yakni kembali kepada Allah dan bertobat, maka bagimu pahala yang 

besar. (QS. Ali Imran: 176-179). 

 

 

Kalangan Muhajirin dan Anshar yang Menjadi Syuhada 

 

Ibnu Ishaq berkata: Syuhada' Perang Uhud dari kalangan Muhajirin Quraisy dan Bani Hasyim bin Abdu 

Manaf ialah Hamzah bin Abdul Muthalib bi Hasyim Radhiyallahu Anhu yang syahid dibunuh Wahsyi, 

budak Jubair bin Muth'im. 

Dari Bani Umaiyyah bin Abdu Syams ialah Abdullah bin Jahsy. Ia sekutu Bani Umaiyyah bin Abdu Syams 

dari Bani Asad bin Khuzaimah. 

Dari Bani Abduddar bin Qushay ialah Mush'ab bin Umair. Ia dibunuh oleh Ibnu Qami'ah Al-Laitsi. 

Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah ialah Syammas bin Utsman. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari kalangan Muhajirin yaitu  empat orang 

Sedangkan Syuhada' Perang Uhud dari kaum Anshar yang dari Bani Abdul Ayshal yaitu : Amr bin 

Muadz bin Ah-Nu'man, Al-Harits bin Anas bin Rafi'. Umarah bin Ziyad bin As-Sakan. 

Ibnu Hisyam berkata: As-Sakan yaitu  anak Rafi' bin Umru'ul Qais. Ada pula yang mengatakan As-

Sakn(tanpa fathah). 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Salamah bin Tsabit bin Waqasy, Amr bin Tsabit bin Waqasy, dua orang. 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah bercerita kepadaku bahwa ayah Salamah bin Tsabit 

bin Waqasy dan Amr binTsabit bin Waqasy yang bernama Tsabit juga mati syahid pada Perang Uhud, 

Rifa'ah bin Waqasy, Husail bin Jabir yang tidak lain yaitu  Al-Yaman ayah dari Abu Hudzaifah. Ia (tanpa 

sengaja) dibunuh kaum Muslimin sendiri sebab  mereka tidak tahu bahwa dia yaitu  Husail lalu  

Hudzaifah bin Al-Yaman bersedekah dengan diyatnya kepada kaum Muslimin yang membunuh 

ayahnya, Shaifi bin Qaidzi, Habab bin Qaidhi, Abbad bin Sahl, Al-Harits bin Aus bin Muadz. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Abdul Asyhal yaitu  dua belas orang. 

Sementara itu jumlah syuhada' dari kalangan Ratij yaitu  sebagai berikut: Iyas bin Aus bin Atik bin 

Amr bin Abdul A'lam bin Zaura bin Jusyam Abdul Asyhal, Abid bin At-Tayyahan. Ibnu Hisyam berkata: 

Ada yang berpendapat dia yaitu  Atik bin At-Tayyahan, lalu yang terakhir yaitu  Habib bin Yazid bin 

Taim. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Ratij yaitu  tiga orang. 

Dari Bani Dzafar hanya satu orang, yaitu Yazid bin Hathib bin Umaiyyah bin Rafi'. 

Dari Bani Amr bin Auf, yakni dari Bani Dzubai'ah bin Zaid yaitu : Abu Sufyan bin Al-Harits bin Qais bin 

Zaid, Hanzhalah bin Abu Amir bin Shaifi bin Nu'man bin Malik bin Amah. Ia dimandikan para malaikat 

dan dihabisi oleh Syaddad bin Al-Aswad bin Syaub Al-Laitsi. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Amr bin Auf, lebih tepatnya dari Dzubai'ah bin Zaid yaitu  

dua orang. 

Bani Abid bin Zaid hanya satu orang, Unais bin Qatadah. 

Bani Tsa'labah bin Amr bin Auf yaitu  sebagai berikut: Abu Habbah, saudara seibu Sa'ad bin 

Khaitsamah. Ibnu Hisyam berkata: Abu Habbah yaitu  Ibnu Amr bin Tsabit, Abdullah bin Jubair bin 

An-Nu'man. Dialah komandan pasukan pemanah. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Tsa'labah bin Amr bin Auf yaitu  dua orang. 

Dari Bani As-Salm bin Umru'ul Qais bin bin Al-Aus hanya satu orang, yaitu Khaitsamah Abu Sa'ad bin 

Khaitsamah 

Dari sekutu-sekutu Bani As-Salm dari Bani Al-Ajlan hanya satu orang, yaitu Abdullah bin Salimah. 

Dari Bani Muawiyah bin Malik hanya satu orang, yaitu Subay'i bin Hathib bin Al-Harits bin Qais bin 

Haisyah. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan ia bernama Suwaibiq bin Al-Harits bin Hathib 

bin Haisyah. 

Dari Bani An-Najjar tepatnya dari Bani Sawad Malik bin Ghanm yaitu : Amr bin Qais. Ibnu Hisyam 

berkata: Amr yaitu  anak Qais bin Zaid bin Sawad, dan anaknya Qais bin Amr, Tsabit bin Amr bin Zaid, 

Amir bin Makhlad. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani An-Najjar tepatnya dari Bani Sawad bin Malik bin Ghanm 

yaitu  empat orang. 

Dari Bani Mabdzul yaitu : Abu Habirah bin Al-Harits bin Alqamah bin Amr bin Tsaqf bin Malik bin 

Mabdzul, Amr bin Mutharrif bin Alqamah bin Amr. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Mabdzul yaitu  dua orang. 

Dari Bani Amr bin Malik hanya satu orang, yaitu Aus bin Tsabit bin Al-Mundzir Ibnu Hisyam berkata: 

Aus bin Tsabit yaitu  saudara Hassan bin Tsabit. 

Dari Bani Adi bin An-Najjar hanya satu orang, Anas bin An-Nadhr bin Dhamdham bin Zaid bin Haram 

bin Jundab bin Amr bin Ghanm bin Adi bin An-Najjar. Ibnu Hisyam berkata: Anas bin An-Nadhr yaitu  

paman Anas bin Malik, pembantu Rasulullah Shal- lallahu 'Alaihi Sallam. 

Dari Bani Mazin bin An'Najjar yaitu : Qais bin Mukhallad, Kabsan budak Bani Mazin bin An-Najjar. 

Jadi syuhada' Perang Uhud dari Bani Mazin bin An-Najjar ada dua orang. 

Dari Bani Dinar bin An-Najjar yaitu : Sulaim bin Al-Harits, Nu'man bin Abdu Amr. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Dinar bin An-Najjr yaitu  dua orang 

Dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj yaitu : Kharijah bin Zaid bin Abu Zuhair,. Sa'ad bin Ar-Rabi' bin Amr 

bin Abu Zuhair. Kharijah bin Zaid dan Sa'ad bin Ar-Rabi' dimakamkan di satu kuburan, Aus bin Al-Arqam 

bin Zaid bin Qais bin Nu'man bin Malik bin Tsa'labah bin Ka'ab. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj ada tiga orang. 

Dari Bani Al-Abjur yang merupakan anak- anak keturunan Khudrah yaitu : Malik bin Sinan bin Ubaid 

bin Tsa'labah bin Ubaid bin Al-Abjur. Malik bin Sinan tidak lain yaitu  Abu Sa'id Al-Khudri. Ibnu Hisyam 

berkata: Nama Abu Sa'id Al-Khudri yaitu  Sinan. Ada juga yang mengatakan Sa'ad, Sa'id bin Suwaid 

bin Qais bin Amir bin Abbad bin Al-Abjur, Utbah bin Rabi' bin Rafi' bin Muawiyah bin Ubaid bin 

Tsa'labah bin Ubaid bin Al-Abjur. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Al-Abjur yaitu  tiga orang. 

Dari Bani Saidah bin Ka'ab bin Al-Khaz- raj yaitu : Tsa'labah bin Sa'ad bin Malik bin Khalid bin Tsa'labah 

bin Haritsah bi Amr bin Al-Khazraj bin Saidah, Saqf bin Farwah bin Al-Badi. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Saidah bin Ka'ab bin Al-Kharaj yaitu  dua orang. 

Dari Bani Auf bin Al-Khazraj lalu  dari Bani Salim lalu  dari Bani Malik bin Al-Ajlan bin Zaid 

bin Ghanm bin Salim yaitu : 

Naufal bin Abdullah, Abbas bin Ubadah bin Nadhlah bin Malik bin Al-Ajlan, An-Nu'man bin Tsa'labah 

bin Fihr bin Ghanm bin Salim, Al-Mujadzdzir bin Dziyad sekutu mereka dari Baly, Ubadah bin Al-Hashas. 

An-Nu'man bin Malik, Al-Mujadzdzir, dan Ubadah dimakamkan di satu liang lahat. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Malik bin Al-Ajlan bin Zaid bin Ghanm bin Salim yaitu  lima 

orang. 

Dari Bani Al-Hubla hanya satu orang, yaitu Rifa'ah bin Amr. 

Dari Bani Salimah lalu  dari Bani Haram yaitu : Abdullah bin Amr bin Haram bin Tsa'labah bin 

Haram, Amr bin Al-Jamuh bin Zaid bin Haram. Abdullah bin Amr dan Amr bin Al-Jamuh dimakamkan 

di satu lang lahat, Khallad bin Amr bin Al-Jamuh bin Zaid bin Haram, Abu Aiman mantan budak Amr 

bin Al-Jamuh. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Haram yaitu  empat orang. 

Syuhada' Perang Uhud dari Bani Sawad bin Ghanm yaitu : Sulaim bin Amr bin Hadidah. Mantan budak 

Sulaim bin Amr bin Hadidah yang bernama Antarah, Sahl bin Qais bin Abu Ka'ab bin Alqain. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Sawad bin Ghanm yaitu  tiga orang. 

Syuhada' Perang Uhud dari Bani Zuraiq bin Amir yaitu : Dzakwan bin Abdu Qais, Ubaid bin Al-Mualla 

bin Laudzan. Ibnu Hisyam berkata:Ubaid yaitu  anak Al-Mualla dari Bani Habib. 

Jumlah syuhada' Perang Uhud dari Bani Zuraiq bin Amir yaitu  dua orang. 

Ibnu Ishaq berkata: Jumlah sahabat yang syahid di Perang Uhud dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar 

yaitu  enam puluh lima orang. 

Sementara itu Ibnu Hisyam berkata: Di antara tujuh puluh syuhada yang tidak dise- butkan Ibnu Ishaq 

dan kami sebutkan dari kalangan Aus lalu  dari Bani Muawiyah bin Malik yaitu  Malik bin 

Tumailah sekutu mereka dari Muzainah. 

Dari Bani Khatmah -nama Khatmah ialah Abdullah bin Jusyam bin Malik bin Al-Aus, yaitu  Al-Harits 

bin Adi bin Kharasyah bin Umaiyyah bin Amir bin Khathamah. 

Dari Khazraj lalu  dari Bani Sawad bin Malik yaitu  Malik bin Iyas. 

Dari Bani Amr bin Malik bin An-Najjar yaitu  Ilyas bin Adi. 

Dari Bani Salim bin Auf yaitu  Amr bin Iyas. 

 

 

Korban Tewas Kaum Musyrikin di Perang Uhud 

 Ibnu Ishaq berkata: Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Quraisy lalu  dari Bani 

Abduddar bin Qushay dari para pemegang panji perang yaitu  sebagai berikut: Thalhah bin Abu 

Thalhah. Abu Thalhah bernama asli Abdullah bin Abdul Uzza bin Utsman bin Abduddar. Ia tewas di 

tangan Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu, Abu Sa'ad bin Abu Thalhah. Ia tewas di tangan Sa'ad bin 

Abu Waqqash. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa ia tewas di tangan Ali bin Abu 

Thalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Juga Utsman bin Abu Thalhah. Ia tewas di tangan Hamzah bin Abdul Muthalib 

Radhiyallahu Anhu, Musafi: bin Thalhah, Al-Julas bin Thalhah. MusafT dan Al-Julas dibunuh Ashim bin 

Tsabit bin Abu Al-Aqlah Radhiyallahu Anhu, Kilab bin Thalhah, Al-Harits bin Thalhah. Kilab dan Thalhah 

tewas di tangan Quzman sekutu Bani Dzafar. Ibnu Hisyam berkata: Ada yang menyebutkan bahwa 

Kilab tewas di tangan Abdurrahman bin Auf. 

Ibnu Ishaq berkata: Artha'ah bin Abdu Syurahbil bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar tewas di 

tangan Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiyallahu Anhu, Abu Yazid bin Umair bin Hasyim bin Abdu 

Manaf bin Abduddar tewas di tangan Quzman,Shu'ab bu- daknya yang berasal dari Habasyah. Ia tewas 

di tangan Quzman. 

Ibnu Hisyam berkkata: Ada yang menyebutkan bahwa Shu'ab tewas di tangan Hamzah bin Abdul 

Muthalib. Ada juga yang mengatakan bahwa ia tewas di tangan Sa'ad bin Abu Waqqash. Ada lagi yang 

mengatakan bahwa ia tewas di tangan Abu Dujanah. 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Qasith bin Syuraih bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar tewas di tangan 

Quzman. 

Dengan demikian korban kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Abduddar bin Qushai berjumlah 

sebelas orang. 

Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushai hanya seorang, yaitu Abdullah bin Hamid bin Zuhair bin AI-

Harits bin Asad. Ia tewas di tangan Ali bin Abu Thalib. 

Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu  sebagai berikut: Abu Al-Hakam bin Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin 

Wahb Ats-Tsaqafi sekutu mereka. Ia tewas dibunuh oleh Ali bin Abu Thalib, lalu  Siba' bin Abdul 

Uzza. Abdul Uzza bernama asli Amr bin Nadhlah bin Ghubsyan bin Sulaim bin Malkan bin Afsha. Siba' 

yaitu  sekutu mereka dari Khuza'ah. Ia tewas di tangan Hamzah bin Abdul Muthalib. 

Korban tewas kaum musyrikin pada Perang Uhud dari Bani Zuhrah bin Kilab berjumlah dua orang. 

Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Makhzum bin Yaqadzah yaitu  sebagai 

berikut: Hisyam bin Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah. Ia tewas di tangan Quzman, Al-Walid bin Al-Ash 

bin Hisyam bin Al-Mughirah juga tewas di tangan Quzman, Abu Umaiyyah bin Abu Hudzaifah bin Al-

Mughirah. Tewas di tangan Ali bin Abu Thalib, Khalid bin Al-Alam sekutu mereka. Ia tewas di tangan 

Quzman. 

Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Makhzum bin Yaqadzah berjumlah empat 

orang. 

Korban tewas kaum musyrikin pada Perang Uhud dari Bani Jumah bin Amr yaitu  sebagai berikut: 

Amr bin Abdullah bin Umair bin Wahab bin Hudzafah bin Jumah. Dialah Abu Azzah dan tewas di tangan 

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Salam dalam keadaan terikat, Ubay bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah 

bin Jumah. Ia tewas di tangan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. 

Korban tewas kaum musyrikin di Perang Uhud dari Bani Jumah bin Amr berjumlah dua orang. 

Ibnu Ishaq berkata: Korban tewas orang- orang musyrikin yang dibunuh Allah Tabaraka wa Ta'ala pada 

Perang Uhud berjumlah dua puluh dua orang. 

 

Tragedi Ar-Raji' Tahun Ketiga Hijriyah 

Telah menuturkan kepada kami Abdul Malik bin Hisyam dia berkata: Telah menuturkan kepada kami 

Ziyad bin Abdullah al-Bakkai dari Muhammad bin Ishaq al-Muththalabi dia berkata: telah mengatakan 

pada saya Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: Seusai Perang Uhud, utusan dari Adhal dan Al-Qarah 

da tang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Ibnu Hisyam berkata: Adhal dan Al-Qarah 

berasal dari anak keturunan Al-Haun bin Khuzaimah bin Mudrikah. Mereka berkata kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Wahai Rasulullah, Sebetulnya  di kalangan kami ada orang-orang yang 

telah masuk Islam, oleh sebab itu, sudi kiranya Anda mengirimkan beberapa orang sahabatmu yang 

akan mengajarkan agama, membaca Al-Qur'an, dan mengajarkan syariat Islam kepada kami." 

Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim enam orang sahabat yang menyertai 

kepulangan utusan Adhal dan Al-Qarah. Keenam sahabat ini  yaitu  sebagai berikut: 

Martsad bin Abu Martsad Al-Ghanawi sekutu Hamzah bin Abu Muthalib. Khalid bin Al-Bukair Al-Laitsi 

sekutu Bani Adi bin Ka'ab, Ashim bin Tsabit bin Abu Al-Aqlah saudara Bani Amr bin Auf bin Malik bin 

Al-Aus, Khubaib bin Adi saudara Bani Jahjahi bin Kulfah bin Amr bin Auf, Zaid bin Ad-Datsinah bin 

Muawiyah saudara Bani Bayadhah bin Amr bin Zuraiq bin Abdu Haritsah bin Malik bin Ghadzbu bin 

Jusyam bin Al Khazraj, Abdullah bin Thariq sekutu Bani Dzafar bin Al-Khazraj bin Amr bin Malik bin Al-

Aus. 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menunjuk Martsad bin Abu Martsad sebagai pemimpin 

rombongan keenam orang sahabatnya tadi. 

Maka keenam sahabat Nabi itu berangkat menyertai utusan Adhal dan Al-Qarah. saat  sampai di Ar-

Raji', sebuah nama mata air Hudzail dari arah Hijaz, di depan Al-Had'ah, tiba-tiba utusan Adhal dan Al-

Qarah mengkhianati keenam sahabat tadi dan berteriak meminta bantuan kepada orang-orang 

Hudzail. Utusan Adhal dan Al-Qarah berkata 

kepada keenam sahabat ini : "Demi Allah, kami tidak hendak membunuh kalian, kami hanya ingin 

mendapatkan sesuatu dari orang-orang Quraisy dengan menahan kalian. Kalian berhak atas janji Allah 

bahwa kami tidak akan membunuh kalian. Martsad bin Abu Martsad, Khalid bin Al-Bukair, dan Ashim 

bin Tsabit berkata: "Demi Allah, kami tidak menerima janji atau kesepakatan dari orang musyrik untuk 

selama-lamanya." 

Ibnu lshaq berkata: Julukan Ashim bin Tsabit yaitu  Abu Sulaiman. Ia melawan orang-orang Hudzail 

hingga terbunuh beserta dua orang sahabat setianya. saat  Ashim bin Tsabit terbunuh, orang-orang 

Hudzail hendak mengambil kepalanya untuk dijual kepada Sulafah binti Sa'ad bin Syahid. Sebelumnya, 

Sulafah binti Sa'ad bin Syahid bernazar sesudah kedua anaknya tewas di Perang Uhud, bahwa jika  

bisa memungut kepala Ashim bin Tsabit ia pasti menyiramkan minuman keras ke tulang tengkoraknya. 

Namun keinginannya ini dihalau lebah-lebah yang berkerumun. Lebah-lebah itu menghalau orang-

orang Hudzail hingga tidak mampu mendekat kepada Ashim bin Tsabit. Mereka berkata: "Biarkan 

lebah-lebah ini  hingga petang hari. Kalau mereka sudah pergi, kita ambil jenazahnya." Namun 

Allah Ta'ala mengirim banjir besar yang lalu  membawa pergi jenazah Ashim. Sebelumnya Ashim 

bin Tsabit bersumpah kepada Allah bahwa ia tidak akan pernah mau disentuh oleh tangan orang 

musyrik dan ia tidak menyentuhnya selama-lamanya sebab  orang musyrik najis. 

Adapun Zaid bin Ad-Datsinah, Khubaib bin Adi dan Abdullah bin Thariq, mereka putus asa dan 

menyerahkan diri lalu  dijadikan tawanan oleh orang-orang HudzaiL sesudah  itu, orang-orang 

Hudzail membawi ketiganya ke Makkah dan menjualnya di sana. Kala mereka tiba di Dahran, tiba-tiba 

Abdullah bin Thariq berontak lalu  mengambil pedang. Orang-orang Hudzail tak tinggal diam 

mereka menghantamnya dengan batu hingga ia meninggal dunia. Dengan demikian kuburan Abdullah 

bin Thariq kini berada di Dahran. Sedang Khubaib bin Adi dan Zaid bin At-Datsinah, tetap dibawa oleh 

Hudzail ke kota Makkah. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang-orang Hudzail menawarkan Khubaib bin Adi dan Zaid bin Ad-Datsinah 

kepada orang-orang Quraisy agar ditukar dengan dua tawanan orang-orang Hudzail di Makkah. 

Ibnu Ishaq berkata: Khubaib bin Adi di beli Abu Ihab At Tamimi sekutu Bani Naufal dari Utbah bin Al-

Harits bin Amir bin Naufal. Abu Ihab yaitu  saudara seibu dari Al-Harits bin Amir. Ia sengaja membeli 

Khubaib bin Adi untuk dibunuh sebagai balas dendam atas kematian ayahnya. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-Harits bin Amir yaitu  paman Abu Ihab (saudara ibunya) dan Abu Ihab berasal 

dari Bani Usaid bin Amr bin Tamim. Ada yang menyebutkan bahwa Abu Ihab berasal dari Bani Udas 

bin Zaid bin Abdullah bin Darim dari Bani Tamim. 

Ibnu Ishaq berkata: Zaid bin Ad-Datsinah dibeli Shafwan bin Umayyah untuk dihabisi sebagai balas 

dendam atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf. 

Shafwan bin Umayyah mengutus budaknya. Nisthas, membawa Zaid bin Ad-Datsinah ke At-Tan'im 

bersama dengan orang-orang Quraisy. Zaid Ad-Datsinah dibunuh oleh Nisthas. 

Sementara Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu, Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku bahwa ia 

diberitahu Mawiyyah mantan budak wanita Hujair bin Abu Lahab yang saat itu telah masuk Islam dan 

berkisah: 

Khubaib bin Adi ditawan di rumahku. buatu hari, aku mengintip dan mendapatinya ia sedang 

memegang setandan anggur dan memakannya sebagiannya, padahal sepanjang yang aku tahu di 

tempat ini tidak ada anggur yang bisa dimakan (pada saat itu)." 

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: Orang-orang Quraisy menyeret Khubaib bin 

Adi ke luar Makkah hingga tatkala mereka tiba di At-Tan'im dan bermaksud menyalibnya, ia berkata 

kepada mereka: "Bisakah aku shalat dua raka'at ter- lebih dahulu sebelum menghabisiku?" Mereka 

berkata: "Silahkan." Khubaib bin Adi menger- jakan shalat dua raka'at dengan sempurna dan baik. 

sesudah  itu, ia menemui mereka dan berkata: "Demi Allah andaikata kalian tidak akan mengira aku 

takut mati dengan mengulur waktu shalatku, niscaya aku mengulurnya." 

Ashim bin Umar bin Qatadah berkata: Khubaib bin Adi yaitu  muslim pertama kali yang melakukan 

shalat sunnah dua raka'at bagi kaum Muslimin saat  hendak dibunuh. 

Ashim bin Umar bin Qatadah berkata lebih lanjut: Maka orang-orang Quraisy mengangkat Khubaib bin 

Adi ke atas kayu. saat  mereka telah mengikatnya, ia berkata: "Ya Allah, Sebetulnya  risalah Nabi-

Mu telah kami sampaikan, maka sampaikan pada beliau apa yang mereka perbuat terhadapku esok 

hari. Ya Allah, pastikan jumlah mereka, musnahkanlah mereka secara terpisah, dan jangan biarkan 

satu orang pun dari mereka lolos." 

Ibnu Ishaq berkata: Wahyu-wahyu yang turun tentang peristiwa Ar Raji seperti dikatakan kepadaku 

oleh eks budak keluarga Zaid bin bin Tsabit dari Ikrimah eks budak Ibnu Abbas atau dari Sa'id bin Jubair 

dari Ibnu Abbas yang berkata: saat  utusan menuju Ar-Raji' yang di dalamnya ada Martsad dan Ashim 

ditimpa musibah, orang-orang munafik bergumam: "Alangkah celakanya orang-orang yang ter- bunuh 

itu. Andaikata mereka berdiam diri di tengah keluarganya." lalu  turunlah ayat tentang ucapan 

orang-orang munafik ini  dan kebaikan yang diperoleh sahabat-sahabat Rasulullah atas semua 

musibah yang mereka alami. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Dan di antara manusia ada orangyang ucapannya tentang kehidupan dunia mearik hatimu. (QS. al-

Baqarah: 204), yakni orang-orang yang secara lisan menyatakan keislamannya. 

 

Dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya (QS. al-Baqarah: 204) yang 

bertentangan dengan apa yang mereka ucapkan. 

 

Padahal ia yaitu  penantang yang paling keras (QS. al-Baqarah: 204). 

Yakni, ia selalu mendebat jika mengkritikmu saat berbicara denganmu. 

Ibnu Hisyam berkata: Al-aladdu artinya yaitu  kebencian yang memuncak. Sedangkan jamaknya 

yaitu  ludd. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: 

 

Dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang (QS. Maryam: 97). 

Al-Muhalhal bin Rabi'ah al-Taghlibi yang bernama asli yaitu  Imruul Qais ada pula yang menyebutkan 

namanya yaitu  Adi bin Rabi'ah: 

Sebetulnya  di bawah batu-batu itu ada yang keras dan yang lunak 

Ada pembantah yang lebih keras yang tiada sanggup berbicara pada musuhnya 

 

Ibnu Hisyam berkata: Ini yaitu  syair miliknya. 

Al-Thirimmmah bin Hakim Al-Thai berkata menyifati bunglon: 

Dia melihat di atas pokok akar dengan angkuh 

Laksana seorang yang mampu mengalahkan musuh dalam debatnya 

 

Ini yaitu  syair miliknya. 

Ibnu Ishaq berkata: Allah berfirman: 

 

Dan jika  ia berpaling (dari kamu) (QS. al-Baqarah: 205). Yakni keluar dari sisimu dia berjalan di 

muka bumi 

 

'Untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak dan Allah 

tidak menyukai kebinasaan (QS. al-Baqarah: 205), Yakni, Allah tidak menyukai dan tidak meridhai amal 

perbuatannya. 

Selanjutnya Allah berfirman, 

 

Dan jika  dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah," bangkitlah kesombongannya yang 

menyebabkannya berbuat dosa, maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam dan sungguh neraka 

Jabannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. Dan di antara manusia ada orang yang 

mengorbankan dirinya sebab  mencari keridhaan Allah dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-

hamba-Nya (QS. al-Baqarah: 206-207). Maknanya yaitu  mereka menjual nyawa mereka kepada 

Allah dengan berjihad di jalan-Nya hingga mereka tewas terbunuh. Mereka yaitu  utusan Rasulullah 

ke Ar-Raji' 

Ibnu Hisyam berkata: Yasyri nafsahu yakni menjual dirinya, syaraw maknanya yaitu  menjual (ba'uu). 

Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Quraisy yang berkumpul dan berteriak-teriak membuat keributan di 

dekat Khubaib bin Adi sesudah  meninggal dunia ialah Ikrimah bin Abu Jahal, Said bin Abdullah bin Abu 

Qais bin Abdu Wudd, AI-Akhnas bin Syariq Ats-Tsaqafi sekutu Bani Zuhrah, Ubaidah bin Hakim bin 

Haritsah bin Al-Auqash As Sulami sekutu Bani Umaiyyah bin Abdu Syams, Umaiyyah bin Abu Utbah, 

dan Bani Al-Hadhrami. 

Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu juga mencemooh orang-orang Hudzail atas 

tindakan mereka terhadap Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu. 

Ibnu Hisyam berkata: Zuhair bin Al-Aghar dan Jami' yaitu  dua orang dari kabi- lah Hudzail yang 

menjual Khubaib bin Adi Radhiyallahu Anhu. 

 

Tragedi Bi'ru Ma'unah Bulan Shafar Tahun Keempat Hijriyah 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di Madinah dan tidak keluar selama 

sisa hari bulan Syawal, Dzulqadah dan Dzulhijjah dan Muharram. 

Pada saat itu urusan haji di Makkah diurusi oleh kaum musyrikin. sesudah  itu beliau mengirim para 

sahabat pelaku tragedi Bi'ru Maunah di bulan Shafar tepatnya di awal empat bulan pasca Perang 

Uhud. 

Ibnu Ishaq berkata: Tentang tragedi Bi'ru Maunah sebagaimana dituturkan kepadaku oleh Abu Ishaq 

bin Yasar dari Al-Mughirah bin Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam dan Abdullah bin Abu Bakr bin 

Muhammad Bin amr bin Hazm dan ulama-ulama lainnya dimana semuanya mengatakan bahwa Abu 

Bara' bin Amir bin Malik bin Ja'far seorang ahli tombak datang menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam di Madinah. Nabi menawarkan Islam kepadanya dan mendakwahinya tapi ia menolak 

masuk Islam namun ia tetap mendukung Islam. Abu Bara' berkata: "Wahai Muhammad, tidak 

mengapa bila engkau mengirim beberapa orang sahabatmu kepada warga  Najed, untuk 

berdakwah sebab aku berharap bisa mereka memenuhi seruanmu?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam bersabda: "Aku khawatir kalau sewaktu-waktu warga  Najed melakukan tindakan jahat 

pada sahabat-sahabatku." Abu Bara' berkata: "Aku akan menjadi orang yang memberi perlindungan 

buat mereka. Maka utuslah mereka menyampaikan risalahmu kepada orang-orang di sana." 

Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengirim Al-Mundzir bin Amr saudara Bani Saidah, 

seorang yang bersegera menjemput syahidnya (Al-Mu'niq Liyamut) bersama empat puluh orang 

sahabat-sahabatnya yang merupakan orang-orang pilihan dan terbaik dari kaum Muslimin. Di antara 

mereka yaitu  Al-Harits bin Ash-Shimmah, Haram bin Milhan saudara Bani Adi bin An-Najjar, Urwah 

bin Asma' bin Ash-Shalt As-Sulami, Nafi' bin Budail bin Warqa' AI-Khuzai, Amir bin Fuhairah mantan 

budak Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan sahabat-sahabat terpilih lainnya. 

Para utusan ini  berjalan hingga tiba di Bi'ru Maunah yang terletak berada di antara tanah hitam 

berbatu Bani Amir dengan tanah hitam berbatu Bani Sulaim. Kedua lokasi ini  hampir 

berhimpitan, namun Bi'ru Maunah lebih dekat dengan lokasi tanah Bani Sulaim. 

Tatkala utusasn Rasulullah tiba di Bi'ru Maunah, mereka mengutus Haram bin Milhan mengantarkan 

surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada musuh Allah, Amir bin Ath-Thufail. saat  Hararn 

bin Milhan tiba, Amir bin Ath-Thufail tidak membuka surat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, 

sebaliknya ia malah membunuhnya. Amir bin Ath-Thufail memprovokasi kaumnya, menyerang para 

utusan ini , namun mereka menolak seruannya. Mereka berkata: "Kami tidak akan pernah 

menghinati perjanjian Abu Bara'. "Sebelum itu Abu Bara' telah membuat perjanjian untuk melindungi 

utusan Rasulullah. Namun Amir bin Ath-Thufail tidak menyerah, lalu  ia terus memprovokasi 

kabilah-kabilah Bani Sulaim seperti Ushaiyyah, Ri'l, dan Dzakawan untuk menyerang para utusan 

ini  dan ternyata merekapun menyambutnya lalu terjadilah perang antara mereka hingga 

mereka semua terbunuh kecuali Ka'ab bin Zaid saudara Bani Dinar bin An-Najjar, sebab  kabilah-

kabilah ini  membiarkannya dalam keadaan antara hidup dan mati. Ka'ab bin Zaid mengalami 

luka berat hingga berada di antara hidup dan mati di antara para korban. Dia pun hidup selamat dan 

baru gugur sebagai syahid pada Perang Khandaq. Semoga Allah merahmatinya. 

Di tengah kaum itu ada Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri dan salah seorang dari kaum Anshar dari Bani 

Amr bin Auf. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang dari kaum Anshar ini  yaitu  Al-Mundzir bin Muhammad bin Uqbah 

bin Uhaihah bin Al-Julah. 

Tidak ada yang memberi tahu keduanya tentang tragedi yang menimpa sahabat-sahabatnya kecuali 

burung yang terbang di atas barak. Kedua sahabat Rasulullah itu berkata: "Demi Allah, burung ini pasti 

membawa berita penting." Keduanya berjalan menuju lokasi untuk melihat apa Sebetulnya  yang 

sedang terjadi. saat  mereka melihat delegasi qari' bersimbah darah sementara kuda mereka berdiri, 

maka sahabat dari kaum Anshar berkata kepada Amr bin Umaiyyah: "Bagaimana pandanganmu?" Amr 

bin Umaiyyah berkata: "Aku memandang sebaiknya kita segera menghadap Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam dan kita jelaskan apa yang sebenarnya terjadi." Sahabat Anshar berkata: "Sedangkan 

aku sangat gembira dengan tempat tewasnya Al-Mundzir bin Amr dan apa yang menimpaku diriku 

nanti pasti akan diberitahukan orang-orang. "sesudah  berkata demikian, sahabat Anshar berperang 

melawan kabilah-kabilah di atas hingga terbunuh dan mereka menawan Amr bin Umaiyyah. saat  

Amr bin Umaiyyah mengatakan kepada mereka bahwa dirinya berasal dari Mudhar, Amir bin Ath- 

Thufail melepaskannya dan mencukur rambut di ubun-ubunnya, dan membebaskannya dengan 

membayar budak wanita yang diklaimnya milik ibunya. 

Lalu, Amr bin Umaiyyah berjalan. Saat dia tiba di Al-Qarqarah di depan Qunat, datanglah dua orang 

dari Bani Amir. 

Ibnu Hisyam berkata: lalu  dari Bani Kilab. Abu Amr Al-Madani menyebutkan bahwa keduanya 

berasal dari Bani Sulaim. 

Kedua orang ini  mampir di tempat Amr bin Umaiyyah dan berteduh di bawah sebuah pohon. 

Orang-orang Bani Amir terikat perjanjian kesepakatan bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

yang tidak diketahui Amr bin Umaiyyah. saat  keduanya berhenti di tempat bernaungnya Amr bin 

Umaiyyah, maka Amr bin Umaiyyah bertanya kepada keduanya: "Dari mana asal kalian berdua?" 

Keduanya menjawab: "Kami berasal dari Bani Amir.' Amr bin Umaiyyah menunggu beberapa waktu 

dan saat  keduanya telah tertidur, ia menghabisi mereka berdua. Ia beranggapan bahwa dengan cara 

ini, ia telah membalas dendam atas orang- orang Bani Amir sebab  mereka sebelum ini membantai 

sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Tatkala Amr bin Umaiyyah tiba di tempat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan menjelaskan apa yang dialaminya, beliau bersabda: 

"Sungguh engkau telah membunuh dua orang dan aku akan memberi diyat(tebusan) kepada keluarga 

mereka berdua." Beliau bersabda lagi: "Ini semua terjadi gara-gara Abu Bara' dimana itu semua tidak 

aku sukai dan aku khawatirkan sebelumnya." 

Saat sabda Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ini  sampai ke telinga Abu Bara' ia marah besar 

kepada Amir bin Ath-Thufail atas tindakan brutalnya sebab  meremehkan perjanjiannya dengan 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan tragedi memilukan yang dialami sahabat-sahabat 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam itu terjadi sebab  ulah dan perlindunganya. Di antara yang 

terbunuh pada tragedi tragis ini yaitu  Amir bin Fuhairah. 

Ibrnu Ishaq berkata: Lalu Rabi'ah bin Amir bin Malik mencari Amir bin Ath-Thufail dan menikamnya 

dengan tombak di pahanya. Dia tidak berhasil membunuhnya namun dia terpelanting dari kudanya. 

Amir bin Ath-Thufail berkata: "Ini semua sebab  ulah Abu Bara'. Jika aku mati, darahku milik pamanku 

dan Abu Bara' tidak boleh diikuti. Namun jika aku masih hidup, akan aku tampakkan sikapku terhadap 

perlakuan yang dilakukan terhadapku." 

Ibnu Ishaq berkata: Anas bin Abbas As-Sulami, paman Thu'aimah bin Adi bin Naufal dari jalur ibunya, 

yang Pada Tragedi Bi'ru Maunah, Thu'aimah bin Adi bin Naufal membunuh Nafi' bin Budail bin Warqa 

Al-Khuzai. Tentang kematian Nafi' bin Budail bin Warqa' Al-Khuzai, Anas bin Abbas As-Sulami berkata: 

Kubiarkan anak Warqa Al-Khuzai tergeletak tewas 

Di perang di sebuah jalan sempit yang dimana angin menghamburkan badai berdebu Ku teringat Abu 

Ar-Rayyan saat kulihat dia Aku yakin dendamku telah lunas terbayar 

Abu Ar-Rayyan yaitu  Thu'aimah bin Adi. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu berkata menangisi Nafi' bin Budail bin 

Warqa': 

Semoga Allah melimpahkan rahmatnya pada Nafi' bin Budail 

Dengan rahmat pencari pahala orang berjihad 

la soosk yang sabar, jujur, dan memenuhi janji 

Tatkala manusia mengepungnya, ia berucap dengan ucapan yang benar 

 

Ibnu Ishaq berkata: Hassan bin Tsabit Radhiyallahu Anhu berkata menangisi para korban Bi'ru 

Maunah, terutama Al-Mundzir bin Amr Rahimahullah: 

Ingatlah korban-korban Maunah, hendaklah kalian semua menangis  

Dengan air mata yang tercurah tiada henti  

Ingatlah pasukan berkuda Rasul di pagi hari  

Yang bertemu dan ditemui kematian dengan takdir mereka 

Mereka ditimpa kematian sebab  kesepakatan suatu kaum 

Yang lalu  tali perjanjian itu dikhianati dengan pengkhianatan 

Alangkah sedihnya aku atas kematian  

Al-Mundzir saat  ia berjalan berpaling  

Dan berlari kepada kematian dengan sabar Ia dibunuh di suatu pagi  

Seorang bangsawan terhormat dan mulia keturunan Amr 

 

 

Pengepungan dan Pengusiran Bani An-Nadhir Tahun Keempat Hijriyah 

 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam keluar menuju Bani An-Nadhir untuk 

meminta bantuan diyat bagi dua korban dari Bani Amir yang dihabisi Amr bin Umaiyyah Adh-Dhamri 

sebab  jaminan perlindungan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada keduanya seperti 

dikatakan kepadaku oleh Yazid bin Ruman. Bani An-Nadhir dan Bani Amir ada  persekutuan dan 

perjanjian. Kala Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di tempat Bani An-Nadhir, mereka 

berkata: "Wahai Abu Al-Qasim kami akan berusaha membantumu." 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu orang-orang Bani An-Nadhir berkumpul. 

Tiba-tiba Amr bin Jahasy naik ke atas rumah untuk menjatuhkan batu ke atas kepala Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam. saat  itu Rasulullah ditemani Abu Bakar, Umar bin Khaththab, dan Ali bin 

Abu Thalib. Namun saat itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menerima wahyu dari langit tentang 

apa yang akan dilakukan orang-orang Bani An-Nadhir. Oleh sebab nya, Rasulullah segera beranjak dan 

pulang ke Madinah. Rasulullah menjelaskan kepada para sahabat rencana ma

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 22 alian berada di luar Islam. lalu  Allah berfirman:  Dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian beruntung (QS. Ali Imran: 130). Yakni, taatilah Allah, semoga kalian selamat dari siksa yang… Read More