sirah nabawiyah 25


 terhadap Nabinya tatkala berwudhu dimana mereka 

memperebutkan bekas air wudhu beliau. jika  Rasulullah meludah mereka memperebutkannya, 

dan jika  rambutnya jatuh mereka berebut untuk mengambilnya. Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi 

kembali pulang menemui orang-orangQuraisy dan berkata: "Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku 

telah mengunjungi Kisra (raja Persia) di istananya, dan Kaisar (gelar raja Romawi) di istananya, juga 

Najasyi (Negus) di istananya, namun demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja di tengah 

rakyatnya sebagaimana Muhammad di tengah-tengah para sahabatnya. Sungguh aku melihat kaum 

yang tidak akan membiarkan Muhammad begitu saja untuk selama-lamanya. Maka pertimbangkan 

kembali pendapat kalian."150 ibid 

 Khirasy Utusan Rasulullah kepada orang-orang Quraisy 

Ibnu Ishaq berkata: Beberapa ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah memanggil Khirasy bin 

Umaiyyah Al-Khuzai dan mengirimnya untuk menemui orang-orang Quraisy Beliau menyuruhnya 

untuk menunggangi unta beliau yang bernama Ats-Tsa'lab untuk menyampaikan pesan kepada 

pembesar-pembesar Quraisy. Pada saat Khirasy bin Umaiyyah sampai di tempat orang-orang Quraisy, 

mereka menyembelih unta yang dikendarai Khirasy bin Umayyah dan bermaksud membunuh Khirasy 

bin Umaiyyah namun niat mereka itu dicegah orang-orang Ahabisy. Mereka membebaskan Khirasy 

bin Umayyah hingga ia bisa kembali di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.151 ibid 

 

Mata-mata Quraiys yang Dikirim untuk Mencuri Informasi tentang Rasulullah yang lalu  

Diampuni 

Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Ikrimah 

mantan budak Ibnu Abbas dari Ibnu Abbas yang berkata bahwa orang-orang Quraisy mengirim empat 

puluh atau lima puluh orang dan memerintahkan mereka untuk mengitari markas Rasulullah 

Shallallahu alihi wa Sallam guna menculik salah seorang dari sahabat beliau. Namun yang terjadi 

yaitu  sebaliknya, justru mereka sendiri yang tertangkap. Mereka dihadapkan kepada Rasulullah dan 

beliau memaafkan dan melepas mereka. Sebelum itu, mereka menghujani markas beliau dengan batu 

dan anak panah. 

 

Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu Utusan Muhammad kepada Orang-orang Quraisy 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Rasulullah memanggil Umar bin Khaththab untuk dikirim ke Makkah 

guna menyampaikan pesan beliau kepada para pemuka Quraisy. Umar bin Khaththab berkata: "Wahai 

Rasulullah, aku khawatir pada tindakan orang-orang Quraisy atas diriku sebab  di Makkah saat ini, 

tidak ada seorang pun dari Bani Adi bin Ka'ab yang bisa memberi perlindungan untukku. Selain itu 

juga, orang-orang Quraisy mengetahui permusuhanku terhadap mereka.  Namun aku akan tunjukkan 

kepadamu sese- orang yang lebih mulia di Makkah daripada aku yaitu Utsman bin Affan." Rasulullah 

memanggil Utsman bin Affan dan memerintahkannya untuk menemui Abu Sufyan bin Harb dan 

pemuka-pemuka Quraisy lainnya serta memberitahukan kepada mereka bahwa kedatangan beliau 

bukan untuk tujuan perang, namun untuk berziarah ke Baitullah dan mengagungkannya.152 ibid 

Ibnu Ishaq berkata: Utsman bin Affan pergi menuju Makkah, pada saat memasuki Makkah atau 

hendak memasukinya dia bertemu dengan Aban bin Sa id Ash yang lalu  membawa Utsman bin 

Affan di depannya dan melindunginya hingga ia menyampaikan surat Rasulullah. lalu , Utsman 

bin Affan menemui Abu Sufyan bin Harb pemuka-pemuka Quraisy, dan menyampaikan surat 

Rasulullah kepada mereka. sesudah  mereka menerima surat itu lalu  mereka berkata kepada 

Utsman bin Affan: "jika  engkau mau thawaf di Baitullah, silahkan saja." Utsman bin Affan 

menjawab: "Aku tidak akan melakukan ibadah thawaf hingga Rasulullah sendiri yang memulainya." 

Utsman bin Affan ditawan orang-orang Quraisy di tempat mereka, tapi kabar yang sampai kepada 

Rasulullah dan kaum Muslimin yaitu  Utsman bin Affan telah dibunuh.153 ibid 

 

Bai'atur Ridhwan 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr berkata kepadaku: Pada saat Rasulullah mendengar kabar 

bahwa Utsman bin Affan telah dibunuh, beliau bersabda: "Kita tidak akan pernah pulang hingga 

menaklukkan kaum ini ." Rasulullah mengajak kaum Muslimin berbaiat. Maka berlangsung Baiat 

Ar-Ridhwan di bawah sebuah pohon. Kaum Muslimin berkata: "Rasulullah membaiat kaum Muslimin 

untuk mati." Jabir bin Abdullah berkata: "Sebetulnya  Rasulullah tidak membaiat kita untuk mati, 

namun agar kita tidak melarikan diri." 

 

Orang Yang Tidak ikut Berbaiat 

Ibnu Ishaq berkata: Al-Jadd bin Qais saudara Bani Salimah yaitu  salah satu di antara kaum Muslimin 

yang hadir pada peristiwa Baiat Ar- Ridhwan akan namun  dia tidak ikut berbaiat. Jabir bin Abdullah 

berkata: "Demi Allah, seakan aku lihat Al-Jadid bin Qais merapat ke perut untanya dan bersembunyi 

di dalamnya menghindari tatapan manusia. lalu , ia datang kepada Rasulullah menjelaskan 

kepada beliau bahwa kabar terbunuhnya Utsman bin Affan yaitu  kabar bohong adanya. 

Ibnu Hisyam berkata: Waki menuturkan dari Ismail bin Abu Khalid dari Asy-Sya'bi yang mengatakan 

orang pertama yang ber-baiat kepada Rasulullah di Baiat Ar-Ridhwan yaitu  Abu Sinan Al-Asadi. 

Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku tidak ragukan integritasnya berkata kepadaku dari orang yang 

berkata kepadanya dengan sanadnya dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ibnu Umar yang berkata:Rasulullah 

membaiat untuk Utsman bin Affan dan memukulkan salah satu tangannya ke tangannya yang lain.154   

 

 

Peristiwa Genjatan Senjata 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: lalu  orang-orang Quraisy mengutus Suhail bin Amr 

saudara Bani Amir bin Luay menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka berkata kepada 

Suhail bin Amr: "Pergilah untuk menemui Muhammad, berdamailah dengannya, dan tidaklah ada 

dalam perjanjian damai kecuali bahwa ia harus pergi dari tempat kita tahun ini. Demi Allah, orang- 

orang Arab tidak boleh mengatakan bahwa ia datang kepada kita dengan cara kekerasan." Suhail bin 

Amr datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Pada saat melihat kedatangan Suhail bin 

Amr, beliau bersabda: "saat  mengutus orang ini pastilah orang-orang Quraisy menginginkan 

perdamaian." Pada saat Suhail bin Amr tiba di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia 

berbicara panjang lebar dengan beliau, saling adu argumentasi, dan sesudah itu berlangsunglah 

perdamaian.155 

 

Pada saat semuanya rampung dan tinggal penulisan teks perjanjian, Umar bin Khaththab bergerak 

bangkit lalu  mendatangi Abu Bakar dan berkata padanya: "Wahai Abu Bakar, bukankah beliau 

Utusan Allah?" Abu Bakar menjawab: "Ya betul." Umar bin Khath- thab berkata. "Bukankah kita orang-

orang Islam?' Abu Bakar menjawab: "Ya, benar." Umar bin Khaththab berkata: "Bukankah mereka 

orang-orang musyrikin?" Abu Bakar menjawab: "Benar!" Umar bin Khaththab berkata: Jika demikian, 

lalu mengapa kita harus menerima kehinaan untuk agama kita?" Abu Bakar berkata: "Wahai Umar, 

komitmenlah dengan perintah dan larangannya. Sebetulnya  aku bersaksi bahwa beliau utusan 

Allah." Umar bin 

Khaththab berkata: "Aku juga bersaksi bahwa beliau utusan Allah." lalu  Umar bin Khaththab 

datang menemui Rasulullah dan berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah engkau yaitu  utusan Allah?" 

Rasulullah menjawab: "Ya, benar!" Umar bin Khaththab berkata: "Bukankah kita orang-orang Islam?" 

Rasulullah menjawab: "Benar!" Umar bin Khaththab berkata: "Bukankah mereka orang-orang 

musyrik?" Rasulullah menjawab: "Ya, Benar!" Umar bin Khaththab berkata: "Jika demikian, lalu 

mengapa kita menerima kehinaan untuk agama kita?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bersabda: "Aku hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak menentang perintah Allah dan Dia tidak akan 

pernah menyianyiakanku." 

Umar bin Khaththab berkata: Aku selalu bersedekah, berpuasa, shalat, dan memerdekakan budak 

sebab  khawatir atas ucapanku ini , dengan harapan menjadi kebaikan.156 ibid  

 

Ali Sebagai Penulis Syarat-syarat Perjanjian Damai 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu dan 

bersabda kepadanya: "Tulislah Bismillahir Rahmaanir Rahiim." Suhail bin Amr berkata: Aku tidak tahu 

kata-kata itu, namun tulislah Bismikallahumma (dengan nama-Mu, ya Allah). Rasulullah bersabda 

kepada Ali bin Abu Thalib: "Tulislah Bismikallahumma" Ali bin Abu Thalib lalu menuliskannya. 

Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Ketahuilah wahai Ali, ini yaitu  perdamaian antara 

Rasulullah dengan Suhail bin Amr." Suhail bin Amr berkata: "Kalau aku bersaksi bahwa engkau sebagai 

Rasulullah, aku tidak memerangimu, akan namun  tulislah namamu dan nama ayahmu." Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Tulislah, ini yaitu  perdamaian 

antara Muhammad bin Abdullah dengan Suhail bin Amr. Keduanya bersepakat untuk menghentikan 

perang selama sepuluh tahun, masing-masing pihak saling memberi  rasa aman dan saling 

menahan diri atas pihak lainnya selama jangka waktu ini . Barangsiapa di antara orang-orang 

Quraisy datang kepada Muhammad tanpa seizin walinya maka ia harus dikembalikan kepadanya, dan 

barangsiapa di antara pengikut Muhammad datang kepada orang-orang Quraisy maka ia tidak harus 

dikembalikan kepadanya, kita harus patuh dengan isi perdamaian, tidak ada pencurian rahasia dan 

pengkhianatan, barangsiapa yang suka dengan perjanjian Muhammad maka ia masuk ke dalamnya, 

dan barangsiapa yang suka dengan perjanjian orang Quraisy maka ia masuk ke dalamnya."157 

 

Orang-orang Khuza'ah berdiri dan berkata: "Kami masuk ke dalam perjanjian Muhammad." Orang-

orang Bani Bakr juga berdiri dan berkata: "Kami masuk ke dalam perjanjian orang Quraisy." 

Engkau (Muhammad) harus pergi dari tempat kami tahun ini dan tidak boleh masuk ke Makkah. Dan 

di tahun yang akan datang, kami akan keluar Makkah, sesudah  itu engkau dan sahabat-sahabatmu 

boleh memasuki Makkah, dan engkau boleh berada di sana selama tiga hari dengan membawa senjata 

seperti halnya musafir yaitu hanya pedang berada di sarungnya dan tidak boleh membawa senjata 

selain pedang.158 

 

Di saat Rasulullah sedang menulis teks perdamaian dengan Suhail bin Amr, tiba-tiba Abu Jundal bin 

Suhail bin Amr datang dengan membawa pedang, dia yaitu  orang yang berhasil lolos dari orang-

orang Quraisy dan sampai ke Rasulullah. Sebenarnya para sahabat tidak merasa ragu akan 

pembebasan kota Makkah di saat mereka keluar dari Madinah, di sebab kan mimpi Rasulullah. Maka 

saat  mereka menyaksikan apa yang terjadi dari proses perdamaian, sikap mengalah atas orang-

orang Quraisy, dan apa yang dirasakan Rasulullah, mereka merasa sedih dan terpukul, dan 

keraguraguan pun menghampiri dan masuk ke hati mereka hingga hampir saja rasa ragu-ragu itu 

membinasakan mereka. 

Di saat Suhail bin Amr melihat Abu Jandal, ia berdiri lalu  memukul wajahnya dan mencengkeram 

kerah bajunya, lalu berkata: "Wahai Muhammad, perjanjian di antara kita telah usai sebelum orang 

ini datang menemuimu." 

Rasulullah bersabda: "Engkau berkata benar." Maka Suhail bin Amr mencengkeram lebih keras kerah 

baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dibawa kepada orang-orang Quraisy. Abu Jandal berteriak 

dengan suaranya yang paling kencang: "Wahai kaum Muslimin, apakah kalian akan membiarkanku di 

seret dan dibawa kepada kaum musyrikin lalu mereka menyiksaku sebab  agamaku?" Kaum Muslimin 

bertambah sedih menyaksikan peristiwa yang menimpa Abu Jandal. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah 

pahala di sisi Allah, Sebetulnya  Allah akan membuka jalan keluar bagimu dan bagi orang-orang 

tertindas sepertimu. Sungguh, kita telah menanda tangani perjanjian dengan kaum ini . Kita 

berikan kepada mereka pejanjian dan mereka berikan kepada kita janji Allah, kita tidak akan 

mengkhianati mereka." 

Az-Zuhri berkata: Umar bin Khaththab berdiri menghampiri Abu Jandal lalu berjalan di sampingnya 

dan berkata: "Bersabarlah engkau, wahai Abu Jandal, Sebetulnya  mereka orang-orang musyrikin 

dan darah mereka yaitu  darah anjing." Umar bin Khaththab merapatkan gagang pedang kepada Abu 

Jandal. Umar bin Khaththab berkata: "Aku berharap agar Abu Jandal mencabut pedang ini  lalu 

menebaskan pedang ini  kepada ayahnya. Akan namun  dia tidak berbuat apapun terhadap 

ayahnya, sehingga selesailah permasalahannya."159 ibid 

 

Saksi-saksi Perjanjian Perdamaian 

Az-Zuhri berkata: sesudah  perdamaian ditulis, beberapa orang dari kaum Muslimin dan kaum musyrikin 

menjadi saksi atas perdamaian ini . Dan di antara para saksi ini  yaitu  Abu Bakar, Umar 

bin Khaththab, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Suhail bin Amr, Sa'ad bin Abu Waqqash, Mahmud 

bin Maslamah, Mikraz bin Hafsh -yang waktu itu masih dalam keadaan musyrik, dan Ali bin Abu Thalib, 

sekaligus penulis teks perdamaian ini . 

Ibnu Ishaq: Rasulullah demikian terguncang dengan peristiwa dimana Rasulullah berada dalam 

keadaan tahallul sedangkan beliau shalat dalam keadaan ihram. sesudah  

Rasulullah menyelesaikan perdamaian, beliau berjalan ke arah hewan sembelihannya lalu 

menyembelihnya, duduk dan mencukur rambutnya. Adapun orang yang mencukur rambut beliau 

seperti yang telah dituturkan kepadaku, yaitu  Khirasy bin Umaiyyah bin Al-Fadhl Al-Khuzai. Pada saat 

kaum Muslimin menyaksikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyembelih hewan sembelihan 

dan mencukur rambut, mereka pun beramai-ra- mai menyembelih hewan sembelihan dan mencukur 

rambutnya. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku dari Mujahid dari Ibnu Abbas yang 

berkata: Pada peristiwa Al-Hudaibiyah, sebagian orang mencukur rambutnya dan sebagian lain 

memendekkannya. Rasulullah bersabda: "Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur 

rambutnya." Para sahabat berkata: "Bagaimana halnya dengan orang-orang yang hanya 

memendekkannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Semoga Allah merahmati orang-orang 

yang mencukur rambutnya." Mereka berkata: "Bagaimana halnya dengan orang-orang yang yang 

hanya memendekkannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda: 

"Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur rambutnya." Mereka berkata: "Bagaimana 

halnya dengan orang-orang yang hanya memendekkannya, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: 

"Semoga Allah juga merahmati orang-orang yang memendekannya." Mereka berkata: "Wahai 

Rasulullah, mengapa engkau mengulang-ulang doa untuk orang-orang yang mencukur rambutnya dan 

tidak untuk orang-orang yang memendekkannya?" Rasulullah bersabda: "Mereka tidak ragu-ragu.” 160 

 

Abdullah bin Abu Najih berkata bahwa Mujahid berkata dari Ibnu Abbas ia berkata: Pada peristiwa Al-

Hudaibiyah ini , Rasulullah menyembelih banyak hewan sembelihan. Dan di antara hewan 

sembelihan ini  ada unta yang tadinya milik Abu Jahal yang di kepalanya ada  kalung dari 

perak. Agar orang-orang musyrikin marah sebab nya.161  

 

Turunnya Surat Al Fath 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata dalam haditsnya: lalu  Rasulullah kembali pulang dari 

tempat ini  bersama rombongan. Dan di saat beliau berada di antara Makkah dengan Madinah, 

Allah menurunkan surat Al Fath. Allah Ta'ala berfirman: 

 

Sebetulnya  Kami telah memberi  kepa- damu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi 

ampunan kepadamu terhadap dosa- mu yang telah lalu dan yang akan datang serta 

menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus (QS. al-Fath: 1-

2). 

Kisah tentang Rasulullah dan para saha- bat berlanjut sampai pemaparan tentang Ba'iat Ar Ridhwan. 

Allah Ta'ala berfirman: 

 Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sebetulnya  mereka berjanji setia 

kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya 

niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya 

kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar (QS. al-Fath: 10) 

lalu , Allah Ta'ala memaparkan tentang orang-orang Arab Badui yang tidak ikut bersama 

Rasulullah lalu berfirman saat  menyeru mereka untuk berangkat bersama beliau, akan namun  

mereka tetap enggan dan tidak mau berangkat: 

 

 

Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga 

kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan 

lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat 

menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu atau jika Dia 

menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-

Fath: 11) 

Kisah dilanjutkan tentang orang-orang Arab Badui hingga berakhir pada firman Allah Ta'ala: 

Orang-orang Badui yangtertinggal itu akan berkata jika  kamu berangkat untuk mengambil barang 

rampasan: "Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu;" mereka hendak merubah janji Allah. 

Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami:" demikian Allah telah menetapkan 

sebelumnya (QS. al-Fath: 15) 

Kisah dilanjutkan tentang orang-orang Arab Badui ini  dan penawaran jihad kepada mereka 

menghadapi musuh yang sangat kuat dan tangguh. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku dari Atha' bin Abu Rabah dari Ibnu Abbas 

yang berkata: "Kaum yang sangat kuat ini  yaitu  orang-orang Persia. 

Ibnu Ishaq berkata: seorang yang tidak aku ragukan keju integritasnya berkata kepadaku dari Az Zuhri 

ia berkata: Kaum yang sangat kuat ini  yaitu  Hanifah dan Musailamah sang pendusta (Al-

Kadzdzab). 

lalu  Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin saat  mereka berjanji setia kepadamu 

di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan 

ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat 

(waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan yaitu  Allah Maha 

Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang 

dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan ma- 

nusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi 

orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. Dan (telah menjanjikan 

pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya 

yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan yaitu  Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 

al-Fath: 18-21). 

lalu  Allah berfirman: 

Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu 

dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka, 

dan yaitu  Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Fath: 24). 

lalu  Allah menyebutkan tentang ditahannya Rasulullah dan dicegahnya dia dari perang, sesudah  

kemenangan atas mereka, yakni orang-orang yang berhasil ditangkap dan Allah mencegah mereka 

untuk tidak menyerang Rasulullah. 

sesudah  itu, Allah berfirman: 

 

Merekalah orang-orang yang kafiryang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil haram dan 

menghalangi hewan kurban sampai ke tempat (penyembelihan) nya (QS. al-Fath: 25). 

Ibnu Hisyam berkata: al-Makuf artinya al-mahbus (yang ditahan). 

Ibnu Ishaq berkata: Allah berfirman: 

 

Dan kalau tidaklah sebab  laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada 

kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan 

tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka) 

(QS. al-Fath:25). Al-Ma'arrah yaitu  "tebusan" yakni kalian ditimpa hutang tanpa kalian ketahui 

sehingga kalian mengeluarkan tebusan perang, adapaun dosa maka tidak dikhawatirkan atas mereka 

Ibnu Hisyam berkata: Aku mendapat- kan berita dari Mujahid yang berkata: Ayat di atas turun tentang 

Al Walid bin Al Walid bin Al Mughirah, Salamah bin Hisyam, Ayyas bin Abu Rabi'ah, Abu Jandal bin 

Suhai, dan orang-orang seperti mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: lalu  Allah berfirman: 

 

saat  orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan 

jahiliah. (QS. al-Fath: 26) 

Yang di maksud dengan orang-orang kafir pada ayat di atas yaitu  Suhail bin Amr tatkala ia menolak 

untuk menulis Bismillahir rahmaanir rahiim dan Rasulullah. sesudah  itu, Allah Ta'ala berfirman: 

 

Lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah 

mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan yaitu  mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan 

patut memilikinya (QS. al-Fath: 26) Kalimat takwa pada ayat di atas yaitu  kalimat tauhid yakni 

kesaksian tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad yaitu  hamba Allah 

dan utusan-Nya: 

lalu  Allah berfirman: 

 

Sebetulnya  Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan 

sebenarnya (yaitu) bahwa Sebetulnya  kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah 

dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkamu tidak 

merasa takut. Maka Allah mengetahui apayang tiada kamu ketahui dan Dia memberi  sebelum itu 

kemenangan yang dekat. (QS. al-Fath: 27). Yakni sebab  mimpi Rasulullah yang beliau lihat akan 

masuk Makkah dengan aman tanpa rasa takut. Adapun yang dimaksud dengan kemenangan yang 

dekat yaitu  Perdamaian Hudaibiyah. Sesuai dengan firman Allah di atas. 

Az Zuhri berkata: Sebelum penaklukan Makkah, tidak ada penaklukan yang lebih besar daripada 

perdamaian Hudaibiyah. Dan dikatakan sebelumnya perang yaitu  sebab  kedua belah saling 

berhadapan. Di saat gencatan senjata terjadi, perang dihentikan, kedua belah pihak saling 

memberi  rasa aman, dan mereka bertemu, melakukan dialog, perdebatan, dan tidak ada 

seorangpun yang dibicarakan Islam padanya melainkan ia masuk ke dalamnya. Dalam jangka waktu 

dua tahun ini , orang yang memeluk Islam jumlahnya sama dengan orang-orang yang masuk 

Islam pada tahun-tahun sebelumnya atau bahkan lebih. 

Ibnu Hisyam berkata: Pendapat Az Zuhri ini didasarkan pada fakta bahwa Rasulullah berangkat ke 

Hudaibiyah dengan seribu empat ratus sahabat, sebagaimana ucapan Jabir bin Abdullah, ternyata dua 

tahun lalu  pada tahun penaklukan Makkah, Rasulullah berangkat dengan sepuluh ribu orang. 

 

Nasib Orang-orang yang Lemah di Makkah Pasca Ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah tiba Madinah, beliau didatangi Abu Bashir Utbah bin Usaid 

bin Jariyah. Ia yaitu  salah seorang yang tertahan di Makkah. Di saat Abu Bashir sampai di tempat 

beliau, maka Azhar bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah dan Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin 

Wahb Ats-Tsaqafi mengutus salah seorang dari Bani Amir bin Luay dan ditemani seorang mantan 

budak mereka dengan membawa surat yang mereka tulis untuk Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam. saat  kedua utusan ini  sampai di hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

dengan membawa surat Azhar bin Abu Auf dan Al-Akhnas Syariq, beliau bersabda kepada Abu Bashir: 

"Wahai Bashir, sebagaimana telah engkau ketahui, Sebetulnya  kita telah mengikat perjanjian 

dengan mereka, dan agama kita melarang kita untuk berkhianat, Sebetulnya  Allah akan 

memberimu dan orang-orang lemah yang semisalmu jalan keluar, maka kembalilah kepada kaummu." 

Abu Bashir berkata: "Wahai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, apakah engkau akan kembalikan 

aku kepada orang-orang musyrikin lalu mereka menyiksaku sebab  agama yang aku peluk?" Rasulullah 

bersabda: "Wahai Abu Bashir, kembalilah, sebab  Allah akan memberimu dan orang-orang lemah 

sepertimu jalan keluar." Abu Bashir pun per gi meninggalkan Rasulullah bersama kedua utusan orang 

Quraisy ini . Di saat mereka sampai di Dzul AI-Hulaifah, Abu Bashir duduk bersandar ke sebuah 

tembok lalu  kedua utusan ini  ikut duduk. Abu Bashir berkata: "Wahai saudara Bani Amir, 

apakah pedang milikmu itu tajam?" Utusan Quraisy ini  menjawab: 'Tentu saja.' Abu Bashir 

berkata: "Bolehkah aku melihatnya?" Utusan orang-orang Quraisy ini  berkata: "Silahkan saja, 

jika engkau suka." Abu Bashir mengeluarkan pedang ini  dari sarungnya, lalu menebaskannya 

pada utusan orang Quraisy ini  hingga tewas. Melihat kejadian ini , mantan budak orang-

orang Quraisy segera kembali menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan tiba di tempat 

beliau yang pada saat itu sedang duduk di masjid. 

Tatkala Rasulullah melihat kedatangannya, beliau bersabda: "Sebetulnya  orang ini baru saja 

menyaksikan sesuatu yang sangat menakutkan." Dan di saat orang ini  berada di hadapannya, 

beliau bersabda: "Celakalah engkau, apa yang menimpamu?" Mantan budak orang-orang Quraisy 

ini  menjawab: "Sahabat kalian telah membunuh sahabatku." Tidak lama lalu , Abu Bashir 

datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan pedang terhunus, sampai dia berada 

tepat di hadapan beliau. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, tanggunganmu telah terpenuhi, dan Allah 

telah menunaikannya. Engkau berikan aku kepada orang-orang ini , namun sebab  agamaku aku 

menolaknya, aku tidak mau disiksa atau diremehkan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 

"Celakalah ibunya, dia orang yang menyalakan api perang andai saja banyak banyak orang."162 

 

lalu  Abu Bashir keluar hingga sampai di Al-Ish dari arah Dzi Al-Marwah di atas pantai di jalan 

yang biasa dilalui orang-orang Quraisy jika  hendak pergi menuju Syam. Pada saat yang bersamaan, 

apa yang disabdakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Abu Bashir "Celakalah ibunya, dia 

orang yang menyalakan api perang andai saja bersama banyak orang" sampai ke telinga kaum 

Muslimin yang tertahan di Makkah. Maka mereka keluar dari Makkah menuju Al-Ish guna menemui 

Abu Bashir. Maka berkumpullah sekitar tujuh puluh orang. Mereka menekan dan menyempitkan 

ruang gerak orang-orang Quraisy dan tidak seorangpun yang berhasil mereka tangkap dari orang 

Quraisy kecuali pasti membunuhnya dan tidaklah rombongan orang-orang Quraisy jalan melewati 

mereka dengan barang dagangannya kecuali mereka merampasnya. Demikian yang terjadi hingga 

akhimya orang-orang Quraisy mengirim surat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk 

meminta beliau melindungi kelurga dan kerabat mereka. sebab  mereka tidak berarti lagi. Lalu 

Rasulullah memberi  perlindungan pada mereka, hingga mereka tiba di Madinah. 

Pada saat Suhail bin Amr mendengar berita pembunuhan Abu Bashir terhadap sahabatnya dari Bani 

Amir, dia sandarkan punggungnya ke dinding Ka'bah, lalu berkata: "Demi Allah, aku tidak akan 

menggeserkan punggungku sedikitpun dari dinding Ka'bah ini hingga orang ini  diberi diyat 

(tebusan darah)." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Demi Allah, ini tindakan bodoh. Demi Allah, orang itu 

tidaklah pantas diberi diyat." Abu Sufyan bin Harb mengatakan itu sebanyak tiga kali.  

 

Wanita-Wanita Mukminah yang Hijrah Pasca Penanda Tanganan Perjanjian Hudaibiyah 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Ummu Kul tsum binti Uqbah bin Abu Mu'aith hijrah kepada Rasulullah, 

maka kedua saudaranya yang bernama Imarah bin Uqbah dan Al-Walid bin Uqbah datang kepada 

beliau dengan tu juan meminta Rasulullah untuk menyerahkan Ummu Kultsum kepada mereka berdua 

sesuai dengan perjanjian beliau dengan orang-orang Quraisy di Hudaibiyah. Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam menolak permintaan mere ka, sebab  Allah tidak menghendakinya. 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bertutur kepadaku dari Urwah bin Zubair yang berkata: Aku pernah 

masuk ke tempat Az-Zuhri yang sedang menulis surat untuk dikirimkan kepada Ibnu Abu Hunaidah 

sahabat Al Walid bin Abdul Malik. Dalam surat itu Az-Zuhri bertanya tentang maksud dari firman Allah 

ini: 

 

Hai orang-orang yang beriman, jika  datang berhijrah, maka hendaklah kamu uji (keimanan) 

mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa 

mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami 

mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu 

tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka 

bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka jika  kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan 

janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir. (QS. 

Al-Mumtahanah: 10)        

Ibnu Hisyam berkata: Kata tunggal dari 'awashim yaitu  'ishmah yang berarti tali atau sebab. 

Al-A'sya bin Qais bin Tsa'labah berkata dalam syairnya: 

Kita lakukan perjalanan panjang menemui Imruul Qais 

Dan kita ambil tali dari setiap kabilah 

 

Ini yaitu  syair miliknya. 

 Dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar 

yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah 

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Mumtahanah: 10) 

Ibnu Ishaq berkata: Lalu Urwah bin Zubair menulis surat kepada Az-Zuhri bahwa Rasu lullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam berdamai dengan orang-orang Quraisy di Hudaibiyah dengan ketentuan siapa saja 

yang datang ke pada beliau tanpa izin mereka beliau harus mengembalikannya kepada mereka di Mak- 

kah. Pada saat wanita-wanita mukminan hijrah kepada beliau dan Islam, Allah tidak meng hendaki 

pemulangan mereka pada orang-orang musyrik sebab  mereka telah disiksa ka rena keislaman mereka 

sehingga orang-orang musyrik menyadari bahwa mereka datang ke Madinah sebab  kecintan mereka 

terhadap Islam. Di sampaing itu, Allah memerintahkan pengembalian mahar wanita-wanita Muslimah 

ini  kepada orang-orang musyrik jika  wanita-wanita muslimah ini  tidak mau kembali 

kepada suami-suami mereka yang masih musyrikin dan orang-orang musyrik ini  juga 

mengembalikan mahar wanita-wanita kaum Muslimin yang ada pada mereka. Demikianlah keputusan 

Allah yang diputus kan untuk kalian dan Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana. 

Maka Rasulullah menahan dan tidak memulangkan wanita-wanita muslimah yang datang dari 

Makkah, dan memulangkan laki-laki Muslim yang datang dari Makkah, lalu meminta apa yang 

diperintahkan Allah kepada beliau yaitu meminta mahar wanita-wanita Mukminah yang ada pada 

kaum musyrikin, dan beliau mengembalikan mahar wanita-wanita Mukminah yang tidak mau kembali 

kepada mereka jika mereka mengembalikan mahar wanita-wanita yang ada pada mereka. Andaikata 

Allah tidak memberi  keputusan seperti itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pasti 

mengembalikan wanita-wanita Muslimah yang hijrah kepada beliau pasca ditandanganinya 

Perdamaian Hudaibiyah seperti halnya beliau mengembalikan laki-laki Muslim yang hijrah kepada 

beliau ke Makkah sebelumnya. Dan andai saja tidak ada gencatan senjata dan perdamaian antara 

Rasulullah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan orang-orang Quraisy di peristiwa 

Hudaibiyah, pastinya beliau tidak akan mengembalikan wanita-wanita Muslimah dan tidak 

mengembalikan mahar-mahar mereka kepada suami-suami mereka yang musyrik. Demikianlah yang 

beliau lakukan atas wanita-wanita Muslimah yang datang kepada beliau sebelum 

ditandatanganinyaperjanjian Hudaibiyah. 

Ibnu Ishaq berkata: Aku pernah bertanya kepada Az-Zuhri tentang ayat di atas dan firman Allah Ta'ala: 

 

Dan jika seseorang dari istri-istri kalian lari kepada orang-orang kafir lalu kalian mengalahkan mereka 

maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari istrinya itu mahar sebanyak yang telah mereka bayar 

dan takwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kalian beriman. (QS. al-Mumtahanah: 11). 

Az-Zuhri menjawab: Yakni, bila istri salah seorang dari kalian lari kepada orang-orang kafir dan tidak 

ada wanita yang bisa kalian ambil seperti halnya mereka mengambil istri dari kalian, maka berilah 

ganti orang ini  dari harta fay'i jika kalian mendapatkanya. 

Maka tatkala turun ayat: 

Hai orang-orang yang beriman, jika  datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang 

beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan 

mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah 

kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi 

orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada 

(suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka 

jika  kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegangpada tali 

(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir (QS. al-Mumtahanah: 10), di antara sahabat yang 

menceraikan istrinya yaitu  Umar bin Khaththab. Ia menceraikan istrinya yang bernama Quraibah 

binti Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah yang lalu  dinikahi Muawiyah bin Abu Sufyan saat mereka 

berdua masih musyrik di Makkah. Umar bin Khaththab juga menceraikan istri lainnya yang masih kafir, 

yang bernama Ummu Kultsum binti Jarwal Al-Khuzaiyah ibu Ubaidillah bin Umar yang lalu  

dinikahi Abu Jahm Hudzaifah bin Ghanim dari kaum yang sama dengan Umar bin Khaththab dan 

keduanya dalam keadaan musyrik di Makkah. 

Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah menuturkan kepadaku bahwa ada beberapa sahabat yang pernah 

bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada beliau saat beliau sampai di Madinah: 

"Wahai Rasulullah, bukankah engkau pernah mengatakan bahwa engkau akan memasuki Makkah 

dengan aman? "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Benar. tapi apakah aku pernah 

mengatakan bahwa itu akan terjadi pada tahun ini?" Mereka menjawab: "Tidak!" Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Itu sama dengan apa yang dikatakan kepadaku oleh Malaikat 

Jibril "Alaihis Salam." 

menetap di Ma dinah selama bulan Dzulhijjah dan beberapa hari dari bulan Muharram. Saat itu kendali 

pengurusan haji berada di tangan orang-orang musyrik. Pada akhir bulan Muharram beliau berangkat 

ke Khaibar. 

Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjadikan Numailah bin Abdullah bin 

Al-Laitsi sebagai imam sementara di Madinah dan menyerahkan panji perang yang berwarna putih 

kepada Ali bin Abu Thalib. 

Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi berkata kepadaku dari Abu Al-

Haitsam bin Nashr bin Dahr Al-Aslami bahwa ayahnya berkata padanya ia mendengar Rasulullah 

bersabda kepada Amir bin Al-Akwa paman Salamah bin Amr Al-Akwa saat kepergiannya ke Khaibar. 

Al-Akwa' bernama asli Sinan: 'Wahai Ibnu Al-Akwa, berhentilah dan perdengarkan kepada kami 

tentang syair dan berita-berita yang ada pada dirimu." Amir bin Al-Akwa' berhenti, lalu membacakan 

syair tentang Rasulullah: 

 

Keberangkatan Menuju Khaibar Pada Bulan Muharram Tahun Ketujuh Hijriyah 

Muhammad bin Ishaq berkata: Sekembalinya dari Hudaibiyah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

Demi Allah, kalau bukan sebab  Allah, tiyaitu  kita dapatkan petunjuk  

Tanpanya, tiada mungkin kita sedekah dan shalat 

Sebetulnya  kami yaitu  kaum jika ada menzalimi kami 

Jika mereka menginginkan huru-hara, kami akan lawan mereka 

Maka ketenangan turun kepada kami 

Dan kaki kami kokoh saat berhadapan dengan mereka 

 

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Amir bin Al-Akwa: " Semoga Allah 

merahmatimu." Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, apakah kita masih lama hidup 

nikmat bersamanya."163  

 

Amir bin Al-Akwa gugur sebagai syahid pada Perang Khaibar. Ia gugur sebab  pedang miliknya sendiri 

pada saat ia bertempur, pedang itu melukainya sangat parah sehingga ia meninggal sebab nya. Kaum 

Muslimin ragu-ragu tentang kematiannya sehingga mereka berkata: "Senjatanya telah membunuh 

dirinya." Oleh sebab itu keponakannya, Salamah bin Amr bin Al-Akwa', bertanya kepada Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam prihal ini  dan melaporkan perkataan kaum Muslimin perihal 

kematian Amir bin Al-Akwa'. Beliau bersabda: "Ia gugur sebagai syahid." Lalu beliau mensalati Amir 

bin Al-Akwa' yang diikuti kaum Muslimin. 

Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Atha' bin 

Marwan Al-Aslami dari ayahnya dari Abu Muattib bin Amr yang berkata: Di saat Rasulullah Shallalahu 

'alaihi wa Sallam melihat Khaibar, beliau besabda kepada para sahabatnya, dan saat itu aku ada di 

tengah-tengah mereka: "Berhentilah kalian!" Kemu dian beliau berdoa, "Ya Allah Tuhan langit dan apa 

saja yang dinaunginya, Tuhan bumi dan apa saja yang terkandung di dalamnya, Tuhan setan dan apa 

saja yang disesatkannya, Tuhan angin dan apa saja yang diterbangkannya, Sebetulnya  kami memo 

hon kepada-Mu kebaikan dari kota ini, dan kebaikan warga nya dan apa yang ada di dalamnya. 

Kami berlindung diri kepada-Mu dari keburukan kota ini, dari keburukan pen duduknya dan yang ada 

di dalamnya. Majulah dengan nama Allah(Bismillah)!" Doa ini  selalu diucapkan setiap kali beliau 

memasuki sebuah perkampungan. 

Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak diragukan kejujurannya meriwayatkan kepadaku dari Anas bin 

Malik ia berkata: jika  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bermaksud menyerang sebuah kaum, 

beliau tidak menyerang mereka hingga menjelang pagi hari. jika  beliau mendengar kumandang 

adzan beliau menahan diri dan tidak menyerbunya, jika  tidak mendengar adzan maka beliau 

menyerangnya. Pada saat berhenti di Khaibar di malam hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

bermalam hingga pagi hari, namun tidak mendengar adzan. Beliau lalu  berjalan sementara kami 

mengikutinya. Pada saat itu, aku berjalan di belakang Abu Thalhah dan kakiku meriyentuh kaki 

Rasulullah. Pada saat itu kami bertemu dengan para pekerja di Khaibar yang berangkat dengan sekop 

dan keranjang. Pada saat mereka melihat Rasullullah dan pasukannya, mereka berkata: "Muhammad 

datang bersama pasukannya." Mereka lari pontang panting, lalu Rasulullah bertakbir: "Allahu Akbar", 

Allah Mahabesar, hancurlah Khaibar. Sebetulnya  jika  kami turun tempat sebuah kaum, maka 

amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu."164 Ibnu Ishaq berkata: 

Harun menuturkan kepada kami dari Humaid dari Anas bin Malik dengan penuturan yang serupa 

dengan kisah di atas. 

 

Tempat-tempat yang disinggahi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Sallam Saat Keberangkatannya 

Menuju Khaibar 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah ke luar dari Madinah menuju Khaibar, beliau melintasi Ishr 

dan membangun masjid di tempat itu. Lalu melintasi Ash-Shahba'. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam dan pasukannya terus berjalan hingga menuruni lembah yang di namakan Ar-Raji' lalu  

berhenti di tempat yang terletak di antara warga  lembah ini  dengan warga  Ghathafan 

dengan tujuan menghalangi mereka memberi bantuan kepada warga  Khaibar, sebab  warga  

Ghathafan mereka pernah mem bantu warga  Khaibar dalam melawan Rasulullah. 

Pada saat warga  Ghathafan mendengar keberadaan Rasulullah di Khaibar, mereka bersatu untuk 

memerangi beliau dan keluar untuk bergabung dengan orang-orang Yahudi dalam memerangi 

Rasulullah. Baru saja berjalan beberapa langkah mereka mendengar derap suara dari belakang 

mereka. Mereka mengira bahwa kaum Muslimin mengejar mereka. sebab nya mereka kembali pulang 

dan menetap di rumah-rumah mereka dan menjaga harta-harta mereka, dan tidak ikut campur 

dengan apa yang terjadi antara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan warga  Khaibar. 

mereka dan mengambilnya sedikit demi sedikit begitu juga beliau taklukan Benteng warga  Khai 

bar satu demi satu. Dan Ben teng warga  Khaibar yang pertama kali ditaklukkan ialah Benteng 

Na'im. Di situ, Mahmud bin Masla mah terbunuh disebab  kan lemparan batu penggiling yang 

dilempar kan dari atas ben teng ini . 

lalu  Benteng Al-Qamush, bentengnya Bani Abu Al-Huqaiq. Dari orang-orang ini , Rasulullah 

memperoleh tawanan-tawanan wanita, dan di antara tawanan ini  yaitu  Shafiyah bin Huyay bin 

Akhthab yang saat itu yaitu  istri dari Kinanah bin Rabi' bin Abu Al-Huqaiq beserta dua putri pamannya 

dari jalur ayahnya. Beliau memilih Shafiyah binti Huyay bin Akhtthab untuk diri beliau sendiri. 

Awalnya, Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi meminta Shafiyah binti Huyai bin Akhtab dari Rasulullah, akan 

namun  sebab  beliau memilih-nya untuk dirinya sendiri, maka beliau berikan ke dua putri paman 

Shafiyah kepada Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi sebagai gantinya. Para tawanan wanita Khaibar ini  

di bagikan kepada kaum Muslimin secara merata. 

 

Hal-hal Yang Dilarang Rasulullah di Khaibar 

Ibnu Ishaq berkata: Kaum Muslimin memakan daging keledai yang jinak milik orang-orang Khaibar, 

lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri dan melarang beberapa hal yang Ra sulullah 

sebutkan kepada Muslimin. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Amr bin Dhamrah Al-Fazari meriwayatkan kepadaku dari Abdullah 

bin Abu Salith dari ayahnya ia berkata: Telah sampai ke telinga kami tentang larangan Rasulullah dari 

memakan daging keledai jinak di saat periuk-periuk sedang mendidih memasaknya, maka kami pun 

berhenti dari menyantapnya.165 

 

 

Penaklukan Benteng-benteng Khaibar 

Ibnu Ishaq berkata: Secara berangsur-angsur Rasulullah dan pasukannya mendekati harta kekayaan 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku dari Makhul ia berkata: Pada 

Perang Khaibar, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam melarang empat hal; menggauli tawanan 

wanita yang sedang hamil, memakan keledai jinak, memakan binatang buas yang memiliki taring, dan 

menjual rampasan perang hingga dibagikan.166 

 

kan mereka memakan daging kuda.167 

 

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib menuturkan kepadaku dari Marzuq mantan budak Tujib dari 

Hans Ash-Shan'ani ia berkata: Kami memerangi kawasan Maghribi bersama Ruwaifi' bin Tsabit AI-

Anshari dan kami pun berhasil menaklukkan salah satu desa Maghrib yang bernama Jarbah. Ruwaifi' 

berdiri lalu berkhutbah di tengah kami: "Wahai manusia, Sebetulnya  aku tidak mengatakan sesuatu 

kepada kalian kecuali seperti perkataan yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa 

Sallam pada Perang Khaibar. Saat itu beliau berdiri, lalu bersabda: Tidak halal bagi seorang yang yang 

beriman kepada Allah dan Hari Akhir mengalirkan airnya ke tanaman orang lain. Yakni tidak boleh 

menggauli tawanan wanita yang hamil. Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari 

Akhir untuk menggauli salah satu tawanan wanita hingga ia dia suci dari Haidh. Tidak halal bagi 

seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk menjual rampasan perang hingga dibagi. 

Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menaiki hewan kendaraan dari fay'i 

(rampasan perang) kaum Muslimin sampai kurus melainkan ia harus mengembalikan keadaannya 

seperti sedia kala. Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk memakai 

pakaian dari fay'i kaum Muslimin hingga rusak melainkan ia harus mengembalikannya seperti sedia 

kala."168 

 

Ibnu Ishaq: Yazid bin Abdullah bin Qu- saith berkata kepadanya bahwa ia diberitahu dari Ubadah bin 

Ash-Shamit dimana dia berkata pada Perang Khaibar: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melarang 

kita menjual atau membeli biji emas dengan uang logam emas serupa dan biji perak dengan logam 

perak serupa. Beliau bersabda: "Belilah biji emas dengan uang logam perak dan biji perak dengan uang 

logam emas."169 

 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mulai mengambil harta mereka 

secara berangsur dan menaklukkan benteng-benteng Khaibar satu demi satu. 

Ibnu Ishaq berkata: Sallam bin Kirkarah berkata kepadaku dari Amr bin Dinar dari Jabir bin Abdullah 

Al-Anshari, dan Jabir tidak ikut terjun pada Perang Khaibar ia berkata: Pada saat Rasulullah Shallahahu 

'Alaihi wa Sallam melarang kaum Muslimin memakan daging keledai jinak, maka beliau memboleh- 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr menuturkan kepadaku bahwa ia diberitahu bahwa 

sesunguhnya beberapa orang dari Bani Sahm dari Aslam datang menemui Rasulullah dan berkata: 

"Wahai Rasullullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam demi Allah, kami kelaparan dan tidak punya apa-apa 

lagi." Dan pada saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak mempuyai apa-apa yang bisa 

diberikan kepada mereka. Beliau bersabda: "Ya Allah, Engkau Mahatahu keadaan mereka, mereka 

tidak memiliki kekuatan, sementara aku tidak memiliki apa-apa yang biasa aku berikan kepada 

mereka. Maka taklukkan buat mereka benteng yang paling besar, paling kaya, banyak makanan dan 

paling banyak gizinya. lalu  Bani Sahm pun pergi dan tidak lama berselang Allah menaklukkan 

benteng Ash-Sha'b bin Muadz di tangan mereka. Dan tidaklah ada satu benteng di Khaibar yang lebih 

banyak makanan dan gizinya dari benteng ini. 

 

Tewasnya Marhab Si Yahudi 

Ibnu Ishaq berkata: Sesudah berhasil me naklukkan beberapa benteng dari benteng- benteng Khaibar 

dan berhasil menguasai harta kekayaannya, Rasulullah meneruskan perjalanan hingga tiba di dua 

benteng, yaitu Al-Wathih dan As-Sulaim. Keduanya ada lah benteng terakhir yang ditaklukkan kaum 

Muslimin. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung mereka selama sepuluh hari lebih. 

Ibnu Hisyam berkata: Slogan perang para sahabat Rasulullah pada Perang Khai bar yaitu  ya manshuur 

(wahai yang mendapat pertolongan), amit (bunuhlah), amit (bunuhlah). 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Sahl bin Abdurrahman bin Sahl dari Bani Haritsah meriwayatkan 

kepadaku dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Marhab si orang Yahudi itu keluar dari benteng dengan 

senjata lengkap. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Sahl meriwayatkan kepadaku dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari, ia 

berkata: Rasulullah bersabda: "Siapakah yang bersedia berhadapan dengan Marhab?' Muhammad bin 

Maslamah berkata: "Aku, wahai Rasulullah. Demi Allah, aku ingin membalas dendam sebab  kemarin 

saudaraku terbunuh." Rasulullah bersabda: "Berdiri dan hadapilah dia. Ya Allah, tolonglah dia!" saat  

keduanya telah saling mendekat satu sama lainnya, tiba-tiba pohon tua di antara pohon Usyar roboh 

di antara keduanya. Maka masing-masing dari keduanya berlindung dari lawannya di balik pohon itu. 

Setiap kali keduanya berlindung di balik pohon ini , lawannya memotong pohon yang 

menghalanginya dengan pedang hingga keduanya tampak oleh lawannya, lalu  keduanya seperti 

satu orang yang berdiri, dan di antara keduanya tidak ada lagi dahan pohon yang menghalanginya. 

Marhab menyerang Muhammad bin Maslamah dan memukulnya dengan pedang, namun Muhammad 

bin Maslamah tertahan oleh perisainya yang terbuat dari kulit. Pedang Marhab tertahan di perisai kulit 

Muhammad bin Maslamah. Dalam kondisi seperti itu lalu  Muhammad bin Maslamah memukul 

Marhab hingga tewas.170 

dengan penuh tantangan: "Siapa yang berani duel denganku?" Hisyam bin Urwah mengira bahwa 

Zubair bin Aw warn akan maju untuk berhadapan dengan Yasir. lbu Zubair, Shafiyah binti Abdul Mutha 

 

 

Yasir Saudara Marhab pun Tewas 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Marhab terbunuh, majulah saudaranya yang bernama Yasir. la berkata 

Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah meriwayatkan kepadaku bahwa jika dikatakan kepada Zubair 

bin Awwam: "Demi Allah, saat itu pedangmu tajam sekali." Ia menjawab: "Demi Allah, bukan 

pedangku yang tajam, namun aku memaksanya agar menjadi tajam." 

 

Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu Pada Perang Khaibar 

Ibnu Ishaq berkata: Buraidah bin Sufyan bin Farwah Al-Aslami meriwayatkan ke padaku dari ayahnya, 

Sufyan, dari Salamah bin Amr Al-Akwa', ia berkata: "Rasulullah mengutus Abu Bakar Ash-Shiddiq 

Radhiyallahu Anhu dengan panji perangnya yang berwarna putih, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu 

Hisyam, ke salah satu benteng Khaibar. Abu Bakar pun berjuang untuk menakluk kannya, namun ia 

tidak berhasil dan pulang kembali dalam kondisi lelah. 

Keesokan harinya Rasulullah mengirim Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu. Umar pun berjuang 

untuk menaklukkan benteng ini , namun diapun gagal dan mengalami kelelahan yang sama. 

lalu  Rasulullah bersabda: "Besok pagi, panji ini niscaya aku berikan kepada orang yang 

mencintai Allah dan mencintai Rasul-Nya. Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya dan ia 

bukan orang yang melarikan diri." 

Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu sedang menderita sakit mata. Rasulullah 

meludahi matanya seraya bersabda: "Ambillah panji perang ini, majulah dengannya hingga Allah 

memberi kemenangan bagimu." Demi Allah, saat itu Ali bin Abu Thalib dengan nafas terengah-engah 

sambil berlari-lari kecil dan kami saat itu berada di belakang mengikutinya-hingga ia menancapkan 

panji perang pada tumpukan batu yang berada di bawah benteng. Seorang Yahudi me- lihat Ali bin 

Abu Thalib dari atas benteng seraya bertanya: "Siapakah kamu?" Ali bin Abu Thalib menjawab: "Aku 

Ali bin Abu Thalib." Orang Yahudi ini  berkata: "Demi kitab yang diturunkan kepada Musa. Kalian 

telah menang." Ali bin Abu Thalib tidak kembali sebelum berhasil menaklukkan benteng ini  

dengan tangannya. 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Al-Hasan meriwayatkan kepadaku dari sebagian keluarganya dari Abu 

Rafi' mantan budak Rasulullah, ia berkata: Aku pergi bersama Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu 

saat ia dikirim oleh Rasulullah dengan membawa panji perang. Pada saat Ali bin Abu Thalib telah 

mendekat ke benteng yang akan ditaklukkannya, dengan serta merta penghuni benteng itu keluar 

melawan Ali bin Abu Thalib. Maka terjadilah pertempuran antara Ali bin Abu Thalib dengan mereka. 

Salah seorang Yahudi memukul Ali bin Abu Thalib yang membuat perisainya terlempar dari tangannya, 

lalu  Ali bin Abu Thalib mengambil salah satu pintu gerbang benteng itu untuk membentengi 

dirinya dari serangan musuh. Pintu gerbang itu dipegang Ali bin Abu Thalib hingga akhirnya Allah 

memberi kemenangan padanya. sesudah  itu barulah ia melepaskan pintu gerbang ini . 

Demikianlah yang terjadi. Padahal kami dengan jumlah delapan orang saja tidak sanggup mengangkat 

pintu gerbang itu. 

 

Abu Al-Yasar Ka'ab bin Amr 

Ibnu Ishaq berkata: Buraidah bin Sufyan Al-Aslami meriwayatkan kepadanya dari beberapa orang dari 

Bani Salimah dari Abu Al-Yasar Ka'ab bin Amr, ia berkata: Demi Allah, pada suatu senja saat  kami 

lib, berkata: "Wahai Rasulullah, apakah dia akan membunuh anakku?" Rasulullah bersabda: "Tidak, 

sebaliknya, anakmu lah yang akan membunuh nya, insya Allah." Zubair bin Awwam pun maju. 

Keduanya bertarung dan akhirnya Zubair bin Awwam berhasil mem bunuh Yasir. 

bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Khai bar. Lalu datanglah sekawanan kambing milik 

orang Yahudi yang hendak balik ke benteng mereka pada saat kami sedang mengepung nya. Rasulullah 

bersabda: "Siapakah yang menyajikan makanan untuk kita dengan kambing-kambing ini ?" Aku 

menjawab: "Aku wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda: "Kerjakanlah." Aku pun belari kencang lak 

sana burung unta. Saat Rasulullah melihatku berlari, beliau bersabda: "Ya Allah, berilah kami 

kenikmatan dengannya." Aku berhasil menangkap dua ekor dari kawanan kambing ini  lalu 

mendekapnya dan berlari ken cang membawa keduanya seperti orang yang tidak membawa apa-apa 

lalu memberi nya kepada Rasulullah. lalu  kaum Muslimin pun menyembelih kedua kambing 

itu dan me nyatapnya bersama-sama. Abu Al-Yasar meru pakan sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi 

wa Sallam yang paling terakhir meninggal dunia. Jika ia menceritakan peristiwa ini, pasti ia menangis. 

Abu Al-Yasar berkata: "Demi Allah, mereka diberi kenikmatan dengan jalanku hingga aku menjadi 

orang yang terakhir kali meninggal dunia diantara mereka."171 

 

Tentang Ummul Mu'minin Shafiyah binti Huyay bin Akhthab Radhiyallahu Anha 

Ibnu Ishaq berkata: Saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berhasil menguasai Al-Qamush 

benteng milik Bani Abu Al-Huqaiq, Shafiyah binti Huyay bin Akhthab dan seorang wanita lainnya 

dibawa kepada beliau. Bilal yaitu  orang yang mendatangkan keduanya, dia dan kedua wanita 

ini  melewati korban orang-orang Yahudi. saat  wanita yang bersama Shafiyah melihat korban-

korban orang-orang Yahudi itu, ia berteriak mencakar-cakar wajahnya, dan menaburkan tanah ke 

kepala. Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatnya beliau bersabda: "Jauhkanlah wanita 

setan ini dariku!" Rasulullah memerintahkan Shafiyah berjalan di belakangnya dan memakaikan 

selendang miliknya kepada Shafiyah. Kaum Muslimin pun memahaminya, bahwa beliau memilih 

Shafiyah untuk dirinya. Rasul bersabda kepada Bilal: "Wahai Bilal, sungguh rasa kasih sayang telah 

hilang dari dirimu tatkala engkau berjalan bersama dua wanita ini melewati korban (para suami) 

keduanya." Shafiyah, yang sebelumnya yaitu  istri Kinanah bin Rabi' Abu Al-Huqaiq, pernah bermimpi 

kejatuhan bulan dalam pangkuannya, Lalu ia menceritakan mimpi itu kepada suaminya. lalu  

suaminya berkata: "Ini menunjukan bahwa engkau menginginkan raja Hijaz, yaitu Muhammad." Usai 

berkata demikian, Kinanah menamparnya hingga membuat matanya biru memar. saat  Shafiyah 

dibawa menghadap Rasulullah, bekas biru memar itu masih jelas terlihat. Beliau pun menanyakan 

yang menyebabkan matanya biru memar itu kepada Shafiyah. Shafiyah pun menceritakan kisahnya 

kepadanya. 

 

Beberapa Hal yang Tersisa dari Peristiwa Khaibar 

Kinanah bin Rabi' dibawa menghadap kepada Rasulullah, sebab  kekayaan Bani Nadhir ada dalam 

kekuasaannya. Beliau menanyakan ke-kayaan ini  kepada Kinanah, namun ia tidak mengakuinya. 

lalu , salah seorang Yahudi yang lain datang menghadap kepada Rasulullah lalu ia berkata: "Aku 

sering menyaksikan Kinanah mengelilingi reruntuhan benteng ini  setiap pagi." Rasulullah 

bersabda kepada Kinanah bin Rabi: "Bagaimana pendapatmu bila kami menemukannya padamu maka 

kami akan membunuhmu?" Kinanah bin Rabi' menjawab: "Silahkan!" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa 

Sallam menyuruh para sahabat untuk menggali reruntuhan benteng itu, hingga akhirnya sebagian 

kekayaan orang-orang Khaibar dapat dikeluarkan dari dalamnya. lalu  Rasulullah bertanya 

kepada Kinanah bin Rabi' tentang kekayaan lainnya, namun ia masih saja menutup mulutnya. Lalu 

Rasulullah bersabda kepada Zubair bin Awwam: "Siksa dia hingga engkau bisa mengorek tuntas apa 

yang di dadanya." Zubair bin Awwam menyalakan api dengan batang kayu di dada Kinanah bin Rabi', 

lalu  Rasulullah mendorongnya kepada Muhammad bin Maslamah, lalu  dia memenggal 

kepalanya sebagai balasan atas kematian saudaranya, Mahmud bin Maslamah. 

Rasulullah mengepung warga  Khaibar di kedua benteng Al-Wathih dan As-Sulalim. Pada saat telah 

yakin kalah, warga  khaibar meminta beliau untuk membiarkan mereka pergi dan tidak 

membunuhnya. Rasulullah pun mengabulkan permintaan mereka. sebelumnya, beliau telah berhasil 

menguasai seluruh harta warga  Khaibar; As-Syiqq, Nathah, dan Al-Katibah dan seluruh ben- 

tengnya kecuali dua benteng yakni benteng Al-Wathih dan As-Sulalim. Saat orang-orang Fadak 

mendengar apa yang dilakukan oleh warga  Khaibar, mereka mengutus seseorang menemui 

Rasulullah untuk meminta beliau membiarkan mereka pergi tidak membunuhnya dan mereka akan 

meninggalkan seluruh harta kekayaan mereka untuk Rasul. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun 

memenuhi permintaan mereka. 

Di antara orang yang menjadi mediator antara mereka dan Rasulullah pada masalah ini ialah 

Muhayyishah bin Mas'ud dari Bani Haritsah. warga  Khaibar memohon kepada Rasulullah untuk 

membagi dua hasil dari kebun mereka. Mereka berkata: "Kami lebih tahu tentang pengurusan kebun 

ini  dan lebih mampu memakmurkannya daripada kalian." Akhirnya, Rasulullah menyetujui 

permintaan itu, namun jika ingin mengusir mereka maka beliau berhak melakukannya. Rasulullah juga 

memperlalukan orang-orang Fadak dengan cara yang sama. Dengan demikian, Khaibar merupakan 

harta fay'i kaum Muslimin; adapun Fadak yaitu  milik khusus Rasulullah, sebab  kaum muslimin tidak 

menaklukkannya dengan membawa pasukan. 

 

Perihal Domba Beracun 

Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah merasa tenang, Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Misykam 

memberinya hadiah berupa seekor domba guling. Sebelumnya Zainab telah menanya kan tentang 

bagian domba yang paling disukai oleh Rasulullah. Maka diberitahukan padanya bahwa yang beliau 

sukai yaitu  bagian paha. Maka Zainab pun menaburkan racun sebanyak-banyaknya pada bagian paha 

kambing itu dan meracuni seluruh bagian kambing lalu menyuguhkannya kepada Rasulullah Shalla 

lahu 'alaihi wa Sallam. Beliau pun mengambil bagian paha kambing itu, lalu mengunyah nya dan 

lalu  memuntahkannya. Sedang Bisyr bin Al-Barra bin Ma'rur yang saat itu berada bersamanya 

memakan dan menelan nya. Beliau bersabda: "Sebetulnya  tulang kambing itu memberitahu aku 

bahwa ia me ngandung racun." Rasulullah memanggil Zainab dan iapun mengakui bahwa dirinya telah 

meracuni domba bakar ini . Beliau bertanya padanya: "Mengapa engkau melaku kan semua ini?" 

Zainab menjawab: "Engkau telah melakukan tindakan terhadap kaumku, sebagaimana yang engkau 

ketahui. jika  dia seorang raja maka aku bisa merasa tenang dengan kematiannya dan jika  dia 

seorang nabi maka ia akan diberitahu oleh tuhan ten tang racun itu." 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun memaafkan Zainab, sedang Bisyr meninggal dunia sebab  

makanan yang telah dimakannya.172 

 

Ibnu Ishaq berkata: Marwan bin Utsman bin Abu Sa'id Al-Mu'alla meriwayatkan kepadaku bahwa 

Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bersabda pada saat sakit yang menyebabkannya wafat, yaitu 

saat  ibunda Bisyr binti Al-Barra' bin Ma'rur menjenguk beliau: "Wahai ibu Bisyr, aku rasa inilah 

waktunya, aku menemukan potongan urat dari makanan yang aku makan bersama saudaramu di 

Khaibar." Kaum muslimin beranggapan bahwa Rasulullah meninggal sebagai syahid di sam- ping 

kenabian yang di sandangnya. 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Rasulullah berhasil menaklukan Khaibar, beliau berangkat ke arah Lembah 

Al-Qura dan mengepung warga nya dalam waktu beberapa malam, lalu beliau kembali pulang ke 

Madinah. 

 

Perihal Terbunuhnya Budak Rifa'ah yang Dihadiahkan Kepada Rasulullah 

Ibnu Ishaq berkata: Tsaur bin Zaid meri wayatkan kepadaku dari Salim mantan budak Abdullah bin 

Muthi' dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami berangkat bersama Rasulullah ke Lembah Al-Qura dan tiba 

di sana pada waktu sore menjelang terbenamnya matahari. saat  itu beliau ditemani oleh budak 

hadiah dari Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami Adh-Dhabini. 

Ibnu Hisyam berkata: Judzam saudara Lakhum. 

Demi Allah, saat  budak ini  meletakkan pelana milik Rasulullah, tiba-tiba ia mendapatkan 

serangan panah dari arah yang tidak jelas dan menyebabkannya gugur. Kami berkata: "Selamat, surga 

menjadi miliknya." Rasulullah bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-

Nya, Sebetulnya  mantel yang dipakainya ini membakar dirinya di neraka. Ia telah mencurinya dari 

harta fay'i kaum Muslimin pada saat Perang Khaibar."173 

 

Sabda Rasulullah tadi terdengar oleh salah seorang sahabatnya, lalu  ia datang kepada beliau 

dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku pun telah mengambil tali untuk dua sandalku." Rasulullah 

bersabda: "Dua serupa di potong untukmu di dalam neraka." 

 

Ibnu Mughaffal dan Sekantong Lemak yang Dia Dapatkan 

Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan integritasnya meriwayatkan dari Abdullah bin 

Mughaffal Al-Muzani, ia berkata: Aku mendapatkan sekantong lemak dari fay'i Khaibar lalu aku 

meletakkannya di kendaraanku dan kendaraan sahabat-sahabat ku. Aku berjumpa dengan orang yang 

mem peroleh rampasan perang dimana ia berhak mendapatkannya. Ia berkata: "Mari sekan tong 

lemak ini kita bagi di antara kaum Mus limin!" Aku berkata: "Demi Allah, aku tidak akan 

mengizinkannya." Namun orang itu tetap berusaha merebut kantong lemak itu dariku. Dan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat kami saat itu. Beliau pun tersenyum dan bersabda kepada orang 

ini : "Engkau tidak memiliki ayah." Berikanlah kantong lemak itu kepadanya!" Diapun melepas 

kantong lemak itu. Lalu aku membawa kantong lemak ini  ke kendaraanku dan para sahabatku, 

lalu  menyantapnya bersama-sama. 

 

Resepsi Pernikahan Rasulullah dengan Shafiyah dan Penjagaan Abu Ayyub terhadap Tenda 

Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah melangsung kan pesta pernikahan dengan Shafiyah binti Huyay di 

Khaibar atau di salah satu perjalanan. Dan wanita yang merias Shafiyah binti Huyay untuk 

pernikahannya dengan Rasulullah, me nyisir rambutnya, dan merapikannya yaitu  Ummu Sulaim binti 

Milhan ibunya Anas bin Malik. Rasulullah bermalam dengan Shafiyah binti Huyay di kemah beliau. 

Sedangkan Abu Ayyub Khalid bin Zaid dari Bani An-Najjar semalaman penuh menjaga dan mengitari 

kemah beliau dengan pedangnya yang ter hunus. Pada keesokan harinya, saat  Rasu lullah melihat 

Abu Ayyub berada di sekitar kemah, beliau bertanya: "Ada apa denganmu wahai Abu Ayyub?" Abu 

Ayyub menjawab: "Wahai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sal lam aku takut jika wanita ini 

mencelakaimu, sebab  engkau telah membunuh ayah, suami, dan kaumnya dan ia juga baru saja 

memeluk Islam, jadi, aku takut jika ia mencelakaimu." Para ulama berkeyakinan bahwa Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdoa: "Ya Allah, jagalah Abu Ayyub, sebagaimana ia semalam penuh 

menjaga diriku." 

Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata kepadaku dari Sa'id bin Al-Musayyib yang berkata: saat  

Rasulullah dalam perjalanan pulang dari Khaibar dan tiba di salah satu tempat pada akhir malam, 

beliau bersabda kepada para sahabat: "Siapa di antara kalian yang bersedia berjaga sampai shubuh 

untuk kita sehingga kita bisa tidur?" Bilal berkata: "Aku bersedia berjaga sampai shubuh untukmu, 

wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun berhenti dan para sahabat pun ikut 

berhenti, lalu merekapun tidur. lalu  Bilal shalat beberapa raka'at. Usai mengerjakan shalat, 

lalu  ia bersandar pada untanya untuk menanti datangnya shubuh tiba, akan namun  ia tidak bisa 

mengalahkan rasa kantuk akhirnya dia pun tertidur pulas. Tidak ada yang membangunkan Rasulullah 

Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabat kecuali sengatan panas sinar matahari.174 

 

Rasulullah bangun lebih awal dari sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda: "Apa yang engkau perbuat 

terhadap kami, wahai Bilal?" Bilal menjawab: "Wahai Rasulullah Dzat yang membuatmu tidur 

membuatku tidur juga sebagaimana tidurmu." Rasulullah bersabda: "Engkau berkata benar." 

lalu  Rasulullah menuntun untanya tidak terlalu jauh, lalu berhenti. sesudah  itu Beliau berwudhu 

dan para sahabat pun mengikutinya, lalu  menyuruh Bilal mengumandangkan iqamah lalu  

shalat bersama kaum Muslimin. sesudah  mengucapkan salam, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam 

menghadapkan badannya ke arah para sahabatnya sambil bersabda: "jika  kalian lupa menunaikan 

shalat, maka shalatlah jika  kalian telah ingat, sebab  Allah Ta 'ala berfirman: Dan dirikanlah shalat 

untuk mengingat-Ku (Thaha: 14). 175 

 

 

Para Wanita Kaum Muslimin yang Ikut di Perang Khaibar dan Peristiwa Wanita Ghifariyah 

Ibnu Ishaq berkata: Pada Perang Khaibar, Be- berapa istri kaum Muslimin ikut hadir pada Perang 

ini  bersama Rasulullah, kemudi an beliau pun memberi mereka sebagian dari dari harta fay'i dan 

tidak menjadikan bagian khusus(As-Sahm) untuk mereka. 

Ibnu Ishaq berkata: Sulaiman bin Suhaim meriwayatkan kepadaku dari Umayyah binti Abu Ash-Shalt 

dari seorang wanita dari Bani Ghifar yang berkata: Aku menemui Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa 

Sallam bersama para wanita dari Bani Ghifar dan berkata: "Wahai Rasulullah, kami ingin ikut keluar 

bersamamu ke Khaibar, sehingga kami bisa mengobati orang-yang terluka dan membantu kaum 

muslimin sesuai kemampuan kami." 

Rasulullah bersabda: "Berangkatlah dengan berkah Allah." Kami pun berangkat bersama beliau. Pada 

saat itu, aku yaitu  seorang gadis yang belum balig. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa 

Sallam memboncengku dan menempatkanku di tas pelana kudanya. Wanita dari Bani Ghifar ini  

berkata: "Demi Allah, pada saat beliau turun dari unta untuk Sholat Shubuh dan menghentikan 

untanya." Aku pun turun dari tas pelana unta beliau, ternyata di dalamnya ada  darah haidku, dan 

itulah haidku yang pertama kali. Aku melompat ke arah unta sambil menahan malu. Pada saat beliau 

menyaksikan yang aku lakukan dan melihat darah, beliau bertanya: "Ada apa denganmu, mungkin 

engkau mengalami haid pertama kali?" Aku menjawab: "Ya, benar." Beliau bersabda: "Rapihkan 

dirimu dan ambillah bejana air lalu  masukkan garam ke dalamnya dan bersihkan tas pelana unta 

yang terkena darah dengan air garam itu, lalu naiklah kembali ke kendaraanmu." 

Wanita dari Bani Ghifar ini  berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhasil 

menaklukkan Khaibar, beliau memberi kami sebagian dari harta fay'i dan mengambil kalung yang 

kalian lihat di leherku ini, lalu memberi nya kepadaku, dan mengalungkkannya dengan tangannya 

ke leherku. Demi Allah, kalung ini tidak aku lepas dariku selama-lamanya." 

Umayyah binti Abu Ash-Shalt berkata: "Kalung ini  tetap berada di leher wanita ini  sampai 

ia meninggal dunia. Dia berwasiat agar kalung ini  dimakamkan bersamanya. Dan tidaklah wanita 

itu bersuci dari haid kecuali dia juga memasukkan garam ke dalam air dan juga berwasiat agar ia di 

mandikan dengan air yang di campuri garam jika meninggal dunia.176 

 

 

Syuhada' Khaibar 

Ibnu Ishaq berkata: Berikut nama-nama syuhada' kaum Muslimin dari Quraisy, lalu Bani Umaiyyah bin 

Abdu Syams dan kolega-kolega mereka, yaitu: Rabi'ah bin Aktsam bin Sakhbarah bin Amr bin Lakiz bin 

Amir bin Ghanm bin Dudan bin Asad, Tsaqif bin Amr, Rifa'ah bin Masruh. 

Syuhada' dari Bani Asad bin Abdul Uzza yaitu  Abdullah bin AI-Hubaib Ibnu Hisyam berkata: Ada yang 

mengatakan Al-Habib bin Uhaib bin Suhaim Bani Ghiyarah dari Bani Sa'ad bin Laits kolega Bani Asad 

dan anak saudara perempuan mereka. 

Syuhada' dari kaum Anshar, lalu  dari Bani Salimah yaitu  sebagai berikut: Bisyr bin Al-Barra' bin 

Ma'rur ia meninggal dunia sebab  memakan daging kambing beracun yang disiapkan Zainab Binti 

Haritsah untuk Rasulullah, Fudhail bin An-Nu'man. Maka jumlah seluruhnya dua orang. 

Dari Bani Zuraiq yaitu  Mas'ud bin Sa'ad bin Qais bin Khaladah Amir bin Zuraiq. 

Dari kalangan Al-Aus lalu  dari Bani Abdul Asyhal yaitu  Mahmud bin Maslamah bin Khalid bin 

Adi bin Majda'ah bin Haritsah bin Al-Haritsah. Ia kolega mereka dari Bani Haritsah. 

Dari Bani Amr bin Auf yaitu  sebagai berikut: Abu Dhayyah bin Tsabit bin An-Nu'man bin Umaiyyah 

bin Umru'ul Qais bin Tsa'labah bin Amr bin Auf, Al-Harits bin Hathib, Urwah bin Murrah bin Suraqah, 

Aus bin Al-Qaid, Unaif bin Hubaib, Tsabit bin Atslah dan Thal- hah. 

Sedangkan syuhada' dari Bani Ghifar yaitu  Umarah bin Uqbah. Ia terkena bidikan panah. 

Dari Aslam yaitu  sebagai berikut: Amir bin Al-Akwa', dan Al-Aswad ia seorang peng- gembala yang 

nama aslinya yaitu  Aslam. 

Ibnu Hisyam barkata: Al-Aswad seorang penggembala yang berasal dari Khaibar 

Syuhada' di Khaibar dari Bani Zuhrah yaitu  Mas'ud bin Rabi'ah sekutu mereka dari Al-Qarah, 

demikian menurut Az-Zuhri. 

Syuhada' kaum Anshar dari Bani Amr bin Auf yaitu  Aus bin Qatadah. 

 

Kisah Al-Aswad Sang Penggembala Pada Perang Khaibar 

Ibnu Ishaq berkata: Kisah prihal Al-Aswad sang penggembala sebagaimana yang telah dituturkan 

kepadaku yaitu  sebagai berikut. Ia datang kepada Rasulullah Sallal lahu 'Alaihi wa Sallam, saat itu 

beliau sedang mengepung salah satu benteng Khaibar, de ngan membawa sekawanan kambing milik 

orang Yahudi dan ia menggembalanya untuk orang Yahudi ini , lalu  ia berkata: "Wahai 

Rasulullah, jelaskanlah kepadaku ten tang Islam!" Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan 

Islam kepadanya, maka ia masuk Islam. Dan Rasulullah tidak pernah merendahkan seseorang tatkala 

beliau meng ajaknya kepada Islam dan begitu juga tatkala menjelaskan Islam kepadanya. sesudah  

masuk Islam, Al-Aswad berkata: "Wahai Rasulullah, aku seorang penggembala untuk pemilik kambing-

kambing ini dan kambing-kambing ini  amanah bagiku, apa yang harus aku lakukan? Rasulullah 

bersabda: "Pukul bagian wajah-wajahnya, pasti kambing-kambing itu ia pulang kembali kepada 

pemiliknya." Atau sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. lalu  

Al-Aswad berdiri, mengambil segenggam batu-batu kecil, dan melemparkannya ke arah wa jah 

kambing-kambing itu sambil berkata: Kembalilah kepada pemilik kalian, demi Allah, aku tidak akan 

pernah lagi menemanimu untuk selamanya." Sontak, kambing-kambing itu berhimpun dan berjalan 

bersamaan seakan ada yang menuntun hingga memasuki benteng. 

lalu , Al-Aswad maju masuk ke dalam benteng bertempur bersama kaum Muslimin dan ia 

terkena lemparan batu dan meninggal dunia sebab nya. Ia meninggal dalam keadaan belum pernah 

mengerjakan shalat. Al-Aswad dibawa ke hadapan Rasulullah dan diletakkan di belakang beliau dan 

ditutup dengan jubah yang dipakainya. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melihatnya bersama 

beberapa orang dari para sahabat, lalu beliau memalingkan muka. Para sahabat ber- tanya heran: 

"Mengapa engkau memalingkan muka darinya, wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda: 

"Sebetulnya  ia sedang bersama dua bidadari, isterinya." 

Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku ia diberitahu bahwa jika  seorang 

syahid meninggal dunia, turun kepadanya dua istrinya dari bidadari dan mengibaskan tanah dari 

wajahnya sambil berkata: "Semoga Allah menjadikan tanah di atas wajah orang yang menjadikan 

tanah di wajahmu dan membunuh orang yang membunuhmu." 

 

Tentang Al-Hajjaj bin Ilath al-Sulami 

Ibnu Ishaq berkata: sesudah  Khaibar telah ditaklukkan, Al-Hajjaj bin Ilath As-Sulami berbicara kepada 

Rasulullah Shallallahu AlaIhi wa Sallam. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, aku memiliki harta kekayaan 

yang dipegang istriku, Ummu Syaibah binti Abu Thalhah, di Makkah." Ummu Syaibah yaitu  istri Al- 

Hajjaj bin Ilath dan darinya ia dikaruniai anak yang bernama Mu'ridh bin Al-Hajjaj. Ia melanjutkan 

pembicaraannya: "Aku juga memiliki harta kekayaan di tangan para pedagang Makkah, maka dari itu, 

berilah aku izin untuk pergi ke sana!" Rasulullah Shallalhhu Alaihi wa Sallam mengizinkannya. Ia 

berkata: "Wahai Rasulullah, ada satu hal yang harus aku katakan." Rasulullah bersabda, "Katakanlah." 

Al-Hajjaj bin Ilath berkata: "Maka akupun segera berangkat menuju Makkah. Pada sa

Related Posts:

  • sirah nabawiyah 25 terhadap Nabinya tatkala berwudhu dimana mereka memperebutkan bekas air wudhu beliau. jika  Rasulullah meludah mereka memperebutkannya, dan jika  rambutnya jatuh mereka berebut untuk mengambilnya. Ur… Read More