terhadap Nabinya tatkala berwudhu dimana mereka
memperebutkan bekas air wudhu beliau. jika Rasulullah meludah mereka memperebutkannya,
dan jika rambutnya jatuh mereka berebut untuk mengambilnya. Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi
kembali pulang menemui orang-orangQuraisy dan berkata: "Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku
telah mengunjungi Kisra (raja Persia) di istananya, dan Kaisar (gelar raja Romawi) di istananya, juga
Najasyi (Negus) di istananya, namun demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja di tengah
rakyatnya sebagaimana Muhammad di tengah-tengah para sahabatnya. Sungguh aku melihat kaum
yang tidak akan membiarkan Muhammad begitu saja untuk selama-lamanya. Maka pertimbangkan
kembali pendapat kalian."150 ibid
Khirasy Utusan Rasulullah kepada orang-orang Quraisy
Ibnu Ishaq berkata: Beberapa ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah memanggil Khirasy bin
Umaiyyah Al-Khuzai dan mengirimnya untuk menemui orang-orang Quraisy Beliau menyuruhnya
untuk menunggangi unta beliau yang bernama Ats-Tsa'lab untuk menyampaikan pesan kepada
pembesar-pembesar Quraisy. Pada saat Khirasy bin Umaiyyah sampai di tempat orang-orang Quraisy,
mereka menyembelih unta yang dikendarai Khirasy bin Umayyah dan bermaksud membunuh Khirasy
bin Umaiyyah namun niat mereka itu dicegah orang-orang Ahabisy. Mereka membebaskan Khirasy
bin Umayyah hingga ia bisa kembali di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.151 ibid
Mata-mata Quraiys yang Dikirim untuk Mencuri Informasi tentang Rasulullah yang lalu
Diampuni
Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Ikrimah
mantan budak Ibnu Abbas dari Ibnu Abbas yang berkata bahwa orang-orang Quraisy mengirim empat
puluh atau lima puluh orang dan memerintahkan mereka untuk mengitari markas Rasulullah
Shallallahu alihi wa Sallam guna menculik salah seorang dari sahabat beliau. Namun yang terjadi
yaitu sebaliknya, justru mereka sendiri yang tertangkap. Mereka dihadapkan kepada Rasulullah dan
beliau memaafkan dan melepas mereka. Sebelum itu, mereka menghujani markas beliau dengan batu
dan anak panah.
Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu Utusan Muhammad kepada Orang-orang Quraisy
Ibnu Ishaq berkata: lalu Rasulullah memanggil Umar bin Khaththab untuk dikirim ke Makkah
guna menyampaikan pesan beliau kepada para pemuka Quraisy. Umar bin Khaththab berkata: "Wahai
Rasulullah, aku khawatir pada tindakan orang-orang Quraisy atas diriku sebab di Makkah saat ini,
tidak ada seorang pun dari Bani Adi bin Ka'ab yang bisa memberi perlindungan untukku. Selain itu
juga, orang-orang Quraisy mengetahui permusuhanku terhadap mereka. Namun aku akan tunjukkan
kepadamu sese- orang yang lebih mulia di Makkah daripada aku yaitu Utsman bin Affan." Rasulullah
memanggil Utsman bin Affan dan memerintahkannya untuk menemui Abu Sufyan bin Harb dan
pemuka-pemuka Quraisy lainnya serta memberitahukan kepada mereka bahwa kedatangan beliau
bukan untuk tujuan perang, namun untuk berziarah ke Baitullah dan mengagungkannya.152 ibid
Ibnu Ishaq berkata: Utsman bin Affan pergi menuju Makkah, pada saat memasuki Makkah atau
hendak memasukinya dia bertemu dengan Aban bin Sa id Ash yang lalu membawa Utsman bin
Affan di depannya dan melindunginya hingga ia menyampaikan surat Rasulullah. lalu , Utsman
bin Affan menemui Abu Sufyan bin Harb pemuka-pemuka Quraisy, dan menyampaikan surat
Rasulullah kepada mereka. sesudah mereka menerima surat itu lalu mereka berkata kepada
Utsman bin Affan: "jika engkau mau thawaf di Baitullah, silahkan saja." Utsman bin Affan
menjawab: "Aku tidak akan melakukan ibadah thawaf hingga Rasulullah sendiri yang memulainya."
Utsman bin Affan ditawan orang-orang Quraisy di tempat mereka, tapi kabar yang sampai kepada
Rasulullah dan kaum Muslimin yaitu Utsman bin Affan telah dibunuh.153 ibid
Bai'atur Ridhwan
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr berkata kepadaku: Pada saat Rasulullah mendengar kabar
bahwa Utsman bin Affan telah dibunuh, beliau bersabda: "Kita tidak akan pernah pulang hingga
menaklukkan kaum ini ." Rasulullah mengajak kaum Muslimin berbaiat. Maka berlangsung Baiat
Ar-Ridhwan di bawah sebuah pohon. Kaum Muslimin berkata: "Rasulullah membaiat kaum Muslimin
untuk mati." Jabir bin Abdullah berkata: "Sebetulnya Rasulullah tidak membaiat kita untuk mati,
namun agar kita tidak melarikan diri."
Orang Yang Tidak ikut Berbaiat
Ibnu Ishaq berkata: Al-Jadd bin Qais saudara Bani Salimah yaitu salah satu di antara kaum Muslimin
yang hadir pada peristiwa Baiat Ar- Ridhwan akan namun dia tidak ikut berbaiat. Jabir bin Abdullah
berkata: "Demi Allah, seakan aku lihat Al-Jadid bin Qais merapat ke perut untanya dan bersembunyi
di dalamnya menghindari tatapan manusia. lalu , ia datang kepada Rasulullah menjelaskan
kepada beliau bahwa kabar terbunuhnya Utsman bin Affan yaitu kabar bohong adanya.
Ibnu Hisyam berkata: Waki menuturkan dari Ismail bin Abu Khalid dari Asy-Sya'bi yang mengatakan
orang pertama yang ber-baiat kepada Rasulullah di Baiat Ar-Ridhwan yaitu Abu Sinan Al-Asadi.
Ibnu Hisyam berkata: Orang yang aku tidak ragukan integritasnya berkata kepadaku dari orang yang
berkata kepadanya dengan sanadnya dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ibnu Umar yang berkata:Rasulullah
membaiat untuk Utsman bin Affan dan memukulkan salah satu tangannya ke tangannya yang lain.154
Peristiwa Genjatan Senjata
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: lalu orang-orang Quraisy mengutus Suhail bin Amr
saudara Bani Amir bin Luay menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Mereka berkata kepada
Suhail bin Amr: "Pergilah untuk menemui Muhammad, berdamailah dengannya, dan tidaklah ada
dalam perjanjian damai kecuali bahwa ia harus pergi dari tempat kita tahun ini. Demi Allah, orang-
orang Arab tidak boleh mengatakan bahwa ia datang kepada kita dengan cara kekerasan." Suhail bin
Amr datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Pada saat melihat kedatangan Suhail bin
Amr, beliau bersabda: "saat mengutus orang ini pastilah orang-orang Quraisy menginginkan
perdamaian." Pada saat Suhail bin Amr tiba di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, ia
berbicara panjang lebar dengan beliau, saling adu argumentasi, dan sesudah itu berlangsunglah
perdamaian.155
Pada saat semuanya rampung dan tinggal penulisan teks perjanjian, Umar bin Khaththab bergerak
bangkit lalu mendatangi Abu Bakar dan berkata padanya: "Wahai Abu Bakar, bukankah beliau
Utusan Allah?" Abu Bakar menjawab: "Ya betul." Umar bin Khath- thab berkata. "Bukankah kita orang-
orang Islam?' Abu Bakar menjawab: "Ya, benar." Umar bin Khaththab berkata: "Bukankah mereka
orang-orang musyrikin?" Abu Bakar menjawab: "Benar!" Umar bin Khaththab berkata: Jika demikian,
lalu mengapa kita harus menerima kehinaan untuk agama kita?" Abu Bakar berkata: "Wahai Umar,
komitmenlah dengan perintah dan larangannya. Sebetulnya aku bersaksi bahwa beliau utusan
Allah." Umar bin
Khaththab berkata: "Aku juga bersaksi bahwa beliau utusan Allah." lalu Umar bin Khaththab
datang menemui Rasulullah dan berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah engkau yaitu utusan Allah?"
Rasulullah menjawab: "Ya, benar!" Umar bin Khaththab berkata: "Bukankah kita orang-orang Islam?"
Rasulullah menjawab: "Benar!" Umar bin Khaththab berkata: "Bukankah mereka orang-orang
musyrik?" Rasulullah menjawab: "Ya, Benar!" Umar bin Khaththab berkata: "Jika demikian, lalu
mengapa kita menerima kehinaan untuk agama kita?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Aku hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak menentang perintah Allah dan Dia tidak akan
pernah menyianyiakanku."
Umar bin Khaththab berkata: Aku selalu bersedekah, berpuasa, shalat, dan memerdekakan budak
sebab khawatir atas ucapanku ini , dengan harapan menjadi kebaikan.156 ibid
Ali Sebagai Penulis Syarat-syarat Perjanjian Damai
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata: Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu dan
bersabda kepadanya: "Tulislah Bismillahir Rahmaanir Rahiim." Suhail bin Amr berkata: Aku tidak tahu
kata-kata itu, namun tulislah Bismikallahumma (dengan nama-Mu, ya Allah). Rasulullah bersabda
kepada Ali bin Abu Thalib: "Tulislah Bismikallahumma" Ali bin Abu Thalib lalu menuliskannya.
Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Ketahuilah wahai Ali, ini yaitu perdamaian antara
Rasulullah dengan Suhail bin Amr." Suhail bin Amr berkata: "Kalau aku bersaksi bahwa engkau sebagai
Rasulullah, aku tidak memerangimu, akan namun tulislah namamu dan nama ayahmu." Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Ali bin Abu Thalib: "Tulislah, ini yaitu perdamaian
antara Muhammad bin Abdullah dengan Suhail bin Amr. Keduanya bersepakat untuk menghentikan
perang selama sepuluh tahun, masing-masing pihak saling memberi rasa aman dan saling
menahan diri atas pihak lainnya selama jangka waktu ini . Barangsiapa di antara orang-orang
Quraisy datang kepada Muhammad tanpa seizin walinya maka ia harus dikembalikan kepadanya, dan
barangsiapa di antara pengikut Muhammad datang kepada orang-orang Quraisy maka ia tidak harus
dikembalikan kepadanya, kita harus patuh dengan isi perdamaian, tidak ada pencurian rahasia dan
pengkhianatan, barangsiapa yang suka dengan perjanjian Muhammad maka ia masuk ke dalamnya,
dan barangsiapa yang suka dengan perjanjian orang Quraisy maka ia masuk ke dalamnya."157
Orang-orang Khuza'ah berdiri dan berkata: "Kami masuk ke dalam perjanjian Muhammad." Orang-
orang Bani Bakr juga berdiri dan berkata: "Kami masuk ke dalam perjanjian orang Quraisy."
Engkau (Muhammad) harus pergi dari tempat kami tahun ini dan tidak boleh masuk ke Makkah. Dan
di tahun yang akan datang, kami akan keluar Makkah, sesudah itu engkau dan sahabat-sahabatmu
boleh memasuki Makkah, dan engkau boleh berada di sana selama tiga hari dengan membawa senjata
seperti halnya musafir yaitu hanya pedang berada di sarungnya dan tidak boleh membawa senjata
selain pedang.158
Di saat Rasulullah sedang menulis teks perdamaian dengan Suhail bin Amr, tiba-tiba Abu Jundal bin
Suhail bin Amr datang dengan membawa pedang, dia yaitu orang yang berhasil lolos dari orang-
orang Quraisy dan sampai ke Rasulullah. Sebenarnya para sahabat tidak merasa ragu akan
pembebasan kota Makkah di saat mereka keluar dari Madinah, di sebab kan mimpi Rasulullah. Maka
saat mereka menyaksikan apa yang terjadi dari proses perdamaian, sikap mengalah atas orang-
orang Quraisy, dan apa yang dirasakan Rasulullah, mereka merasa sedih dan terpukul, dan
keraguraguan pun menghampiri dan masuk ke hati mereka hingga hampir saja rasa ragu-ragu itu
membinasakan mereka.
Di saat Suhail bin Amr melihat Abu Jandal, ia berdiri lalu memukul wajahnya dan mencengkeram
kerah bajunya, lalu berkata: "Wahai Muhammad, perjanjian di antara kita telah usai sebelum orang
ini datang menemuimu."
Rasulullah bersabda: "Engkau berkata benar." Maka Suhail bin Amr mencengkeram lebih keras kerah
baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dibawa kepada orang-orang Quraisy. Abu Jandal berteriak
dengan suaranya yang paling kencang: "Wahai kaum Muslimin, apakah kalian akan membiarkanku di
seret dan dibawa kepada kaum musyrikin lalu mereka menyiksaku sebab agamaku?" Kaum Muslimin
bertambah sedih menyaksikan peristiwa yang menimpa Abu Jandal.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai Abu Jandal, bersabarlah dan berharaplah
pahala di sisi Allah, Sebetulnya Allah akan membuka jalan keluar bagimu dan bagi orang-orang
tertindas sepertimu. Sungguh, kita telah menanda tangani perjanjian dengan kaum ini . Kita
berikan kepada mereka pejanjian dan mereka berikan kepada kita janji Allah, kita tidak akan
mengkhianati mereka."
Az-Zuhri berkata: Umar bin Khaththab berdiri menghampiri Abu Jandal lalu berjalan di sampingnya
dan berkata: "Bersabarlah engkau, wahai Abu Jandal, Sebetulnya mereka orang-orang musyrikin
dan darah mereka yaitu darah anjing." Umar bin Khaththab merapatkan gagang pedang kepada Abu
Jandal. Umar bin Khaththab berkata: "Aku berharap agar Abu Jandal mencabut pedang ini lalu
menebaskan pedang ini kepada ayahnya. Akan namun dia tidak berbuat apapun terhadap
ayahnya, sehingga selesailah permasalahannya."159 ibid
Saksi-saksi Perjanjian Perdamaian
Az-Zuhri berkata: sesudah perdamaian ditulis, beberapa orang dari kaum Muslimin dan kaum musyrikin
menjadi saksi atas perdamaian ini . Dan di antara para saksi ini yaitu Abu Bakar, Umar
bin Khaththab, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Suhail bin Amr, Sa'ad bin Abu Waqqash, Mahmud
bin Maslamah, Mikraz bin Hafsh -yang waktu itu masih dalam keadaan musyrik, dan Ali bin Abu Thalib,
sekaligus penulis teks perdamaian ini .
Ibnu Ishaq: Rasulullah demikian terguncang dengan peristiwa dimana Rasulullah berada dalam
keadaan tahallul sedangkan beliau shalat dalam keadaan ihram. sesudah
Rasulullah menyelesaikan perdamaian, beliau berjalan ke arah hewan sembelihannya lalu
menyembelihnya, duduk dan mencukur rambutnya. Adapun orang yang mencukur rambut beliau
seperti yang telah dituturkan kepadaku, yaitu Khirasy bin Umaiyyah bin Al-Fadhl Al-Khuzai. Pada saat
kaum Muslimin menyaksikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyembelih hewan sembelihan
dan mencukur rambut, mereka pun beramai-ra- mai menyembelih hewan sembelihan dan mencukur
rambutnya.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku dari Mujahid dari Ibnu Abbas yang
berkata: Pada peristiwa Al-Hudaibiyah, sebagian orang mencukur rambutnya dan sebagian lain
memendekkannya. Rasulullah bersabda: "Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur
rambutnya." Para sahabat berkata: "Bagaimana halnya dengan orang-orang yang hanya
memendekkannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda: "Semoga Allah merahmati orang-orang
yang mencukur rambutnya." Mereka berkata: "Bagaimana halnya dengan orang-orang yang yang
hanya memendekkannya, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam bersabda:
"Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur rambutnya." Mereka berkata: "Bagaimana
halnya dengan orang-orang yang hanya memendekkannya, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda:
"Semoga Allah juga merahmati orang-orang yang memendekannya." Mereka berkata: "Wahai
Rasulullah, mengapa engkau mengulang-ulang doa untuk orang-orang yang mencukur rambutnya dan
tidak untuk orang-orang yang memendekkannya?" Rasulullah bersabda: "Mereka tidak ragu-ragu.” 160
Abdullah bin Abu Najih berkata bahwa Mujahid berkata dari Ibnu Abbas ia berkata: Pada peristiwa Al-
Hudaibiyah ini , Rasulullah menyembelih banyak hewan sembelihan. Dan di antara hewan
sembelihan ini ada unta yang tadinya milik Abu Jahal yang di kepalanya ada kalung dari
perak. Agar orang-orang musyrikin marah sebab nya.161
Turunnya Surat Al Fath
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata dalam haditsnya: lalu Rasulullah kembali pulang dari
tempat ini bersama rombongan. Dan di saat beliau berada di antara Makkah dengan Madinah,
Allah menurunkan surat Al Fath. Allah Ta'ala berfirman:
Sebetulnya Kami telah memberi kepa- damu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosa- mu yang telah lalu dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus (QS. al-Fath: 1-
2).
Kisah tentang Rasulullah dan para saha- bat berlanjut sampai pemaparan tentang Ba'iat Ar Ridhwan.
Allah Ta'ala berfirman:
Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sebetulnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya
niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya
kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar (QS. al-Fath: 10)
lalu , Allah Ta'ala memaparkan tentang orang-orang Arab Badui yang tidak ikut bersama
Rasulullah lalu berfirman saat menyeru mereka untuk berangkat bersama beliau, akan namun
mereka tetap enggan dan tidak mau berangkat:
Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan mengatakan: "Harta dan keluarga
kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami"; mereka mengucapkan dengan
lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu atau jika Dia
menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-
Fath: 11)
Kisah dilanjutkan tentang orang-orang Arab Badui hingga berakhir pada firman Allah Ta'ala:
Orang-orang Badui yangtertinggal itu akan berkata jika kamu berangkat untuk mengambil barang
rampasan: "Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu;" mereka hendak merubah janji Allah.
Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami:" demikian Allah telah menetapkan
sebelumnya (QS. al-Fath: 15)
Kisah dilanjutkan tentang orang-orang Arab Badui ini dan penawaran jihad kepada mereka
menghadapi musuh yang sangat kuat dan tangguh.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku dari Atha' bin Abu Rabah dari Ibnu Abbas
yang berkata: "Kaum yang sangat kuat ini yaitu orang-orang Persia.
Ibnu Ishaq berkata: seorang yang tidak aku ragukan keju integritasnya berkata kepadaku dari Az Zuhri
ia berkata: Kaum yang sangat kuat ini yaitu Hanifah dan Musailamah sang pendusta (Al-
Kadzdzab).
lalu Allah berfirman:
Sebetulnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin saat mereka berjanji setia kepadamu
di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya). Serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan yaitu Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana. Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang
dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan tangan ma-
nusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi
orang-orang mukmin dan agar Dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. Dan (telah menjanjikan
pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya
yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. Dan yaitu Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.
al-Fath: 18-21).
lalu Allah berfirman:
Dan Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu
dari (membinasakan) mereka di tengah kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka,
dan yaitu Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Fath: 24).
lalu Allah menyebutkan tentang ditahannya Rasulullah dan dicegahnya dia dari perang, sesudah
kemenangan atas mereka, yakni orang-orang yang berhasil ditangkap dan Allah mencegah mereka
untuk tidak menyerang Rasulullah.
sesudah itu, Allah berfirman:
Merekalah orang-orang yang kafiryang menghalangi kamu dari (masuk) Masjidil haram dan
menghalangi hewan kurban sampai ke tempat (penyembelihan) nya (QS. al-Fath: 25).
Ibnu Hisyam berkata: al-Makuf artinya al-mahbus (yang ditahan).
Ibnu Ishaq berkata: Allah berfirman:
Dan kalau tidaklah sebab laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada
kamu ketahui, bahwa kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesusahan
tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tanganmu dari membinasakan mereka)
(QS. al-Fath:25). Al-Ma'arrah yaitu "tebusan" yakni kalian ditimpa hutang tanpa kalian ketahui
sehingga kalian mengeluarkan tebusan perang, adapaun dosa maka tidak dikhawatirkan atas mereka
Ibnu Hisyam berkata: Aku mendapat- kan berita dari Mujahid yang berkata: Ayat di atas turun tentang
Al Walid bin Al Walid bin Al Mughirah, Salamah bin Hisyam, Ayyas bin Abu Rabi'ah, Abu Jandal bin
Suhai, dan orang-orang seperti mereka.
Ibnu Ishaq berkata: lalu Allah berfirman:
saat orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan
jahiliah. (QS. al-Fath: 26)
Yang di maksud dengan orang-orang kafir pada ayat di atas yaitu Suhail bin Amr tatkala ia menolak
untuk menulis Bismillahir rahmaanir rahiim dan Rasulullah. sesudah itu, Allah Ta'ala berfirman:
Lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah
mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan yaitu mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan
patut memilikinya (QS. al-Fath: 26) Kalimat takwa pada ayat di atas yaitu kalimat tauhid yakni
kesaksian tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad yaitu hamba Allah
dan utusan-Nya:
lalu Allah berfirman:
Sebetulnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan
sebenarnya (yaitu) bahwa Sebetulnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah
dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedangkamu tidak
merasa takut. Maka Allah mengetahui apayang tiada kamu ketahui dan Dia memberi sebelum itu
kemenangan yang dekat. (QS. al-Fath: 27). Yakni sebab mimpi Rasulullah yang beliau lihat akan
masuk Makkah dengan aman tanpa rasa takut. Adapun yang dimaksud dengan kemenangan yang
dekat yaitu Perdamaian Hudaibiyah. Sesuai dengan firman Allah di atas.
Az Zuhri berkata: Sebelum penaklukan Makkah, tidak ada penaklukan yang lebih besar daripada
perdamaian Hudaibiyah. Dan dikatakan sebelumnya perang yaitu sebab kedua belah saling
berhadapan. Di saat gencatan senjata terjadi, perang dihentikan, kedua belah pihak saling
memberi rasa aman, dan mereka bertemu, melakukan dialog, perdebatan, dan tidak ada
seorangpun yang dibicarakan Islam padanya melainkan ia masuk ke dalamnya. Dalam jangka waktu
dua tahun ini , orang yang memeluk Islam jumlahnya sama dengan orang-orang yang masuk
Islam pada tahun-tahun sebelumnya atau bahkan lebih.
Ibnu Hisyam berkata: Pendapat Az Zuhri ini didasarkan pada fakta bahwa Rasulullah berangkat ke
Hudaibiyah dengan seribu empat ratus sahabat, sebagaimana ucapan Jabir bin Abdullah, ternyata dua
tahun lalu pada tahun penaklukan Makkah, Rasulullah berangkat dengan sepuluh ribu orang.
Nasib Orang-orang yang Lemah di Makkah Pasca Ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah tiba Madinah, beliau didatangi Abu Bashir Utbah bin Usaid
bin Jariyah. Ia yaitu salah seorang yang tertahan di Makkah. Di saat Abu Bashir sampai di tempat
beliau, maka Azhar bin Abdu Auf bin Abdul Harits bin Zuhrah dan Al-Akhnas bin Syariq bin Amr bin
Wahb Ats-Tsaqafi mengutus salah seorang dari Bani Amir bin Luay dan ditemani seorang mantan
budak mereka dengan membawa surat yang mereka tulis untuk Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. saat kedua utusan ini sampai di hadapan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dengan membawa surat Azhar bin Abu Auf dan Al-Akhnas Syariq, beliau bersabda kepada Abu Bashir:
"Wahai Bashir, sebagaimana telah engkau ketahui, Sebetulnya kita telah mengikat perjanjian
dengan mereka, dan agama kita melarang kita untuk berkhianat, Sebetulnya Allah akan
memberimu dan orang-orang lemah yang semisalmu jalan keluar, maka kembalilah kepada kaummu."
Abu Bashir berkata: "Wahai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, apakah engkau akan kembalikan
aku kepada orang-orang musyrikin lalu mereka menyiksaku sebab agama yang aku peluk?" Rasulullah
bersabda: "Wahai Abu Bashir, kembalilah, sebab Allah akan memberimu dan orang-orang lemah
sepertimu jalan keluar." Abu Bashir pun per gi meninggalkan Rasulullah bersama kedua utusan orang
Quraisy ini . Di saat mereka sampai di Dzul AI-Hulaifah, Abu Bashir duduk bersandar ke sebuah
tembok lalu kedua utusan ini ikut duduk. Abu Bashir berkata: "Wahai saudara Bani Amir,
apakah pedang milikmu itu tajam?" Utusan Quraisy ini menjawab: 'Tentu saja.' Abu Bashir
berkata: "Bolehkah aku melihatnya?" Utusan orang-orang Quraisy ini berkata: "Silahkan saja,
jika engkau suka." Abu Bashir mengeluarkan pedang ini dari sarungnya, lalu menebaskannya
pada utusan orang Quraisy ini hingga tewas. Melihat kejadian ini , mantan budak orang-
orang Quraisy segera kembali menghadap Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan tiba di tempat
beliau yang pada saat itu sedang duduk di masjid.
Tatkala Rasulullah melihat kedatangannya, beliau bersabda: "Sebetulnya orang ini baru saja
menyaksikan sesuatu yang sangat menakutkan." Dan di saat orang ini berada di hadapannya,
beliau bersabda: "Celakalah engkau, apa yang menimpamu?" Mantan budak orang-orang Quraisy
ini menjawab: "Sahabat kalian telah membunuh sahabatku." Tidak lama lalu , Abu Bashir
datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan pedang terhunus, sampai dia berada
tepat di hadapan beliau. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, tanggunganmu telah terpenuhi, dan Allah
telah menunaikannya. Engkau berikan aku kepada orang-orang ini , namun sebab agamaku aku
menolaknya, aku tidak mau disiksa atau diremehkan. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Celakalah ibunya, dia orang yang menyalakan api perang andai saja banyak banyak orang."162
lalu Abu Bashir keluar hingga sampai di Al-Ish dari arah Dzi Al-Marwah di atas pantai di jalan
yang biasa dilalui orang-orang Quraisy jika hendak pergi menuju Syam. Pada saat yang bersamaan,
apa yang disabdakan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam kepada Abu Bashir "Celakalah ibunya, dia
orang yang menyalakan api perang andai saja bersama banyak orang" sampai ke telinga kaum
Muslimin yang tertahan di Makkah. Maka mereka keluar dari Makkah menuju Al-Ish guna menemui
Abu Bashir. Maka berkumpullah sekitar tujuh puluh orang. Mereka menekan dan menyempitkan
ruang gerak orang-orang Quraisy dan tidak seorangpun yang berhasil mereka tangkap dari orang
Quraisy kecuali pasti membunuhnya dan tidaklah rombongan orang-orang Quraisy jalan melewati
mereka dengan barang dagangannya kecuali mereka merampasnya. Demikian yang terjadi hingga
akhimya orang-orang Quraisy mengirim surat kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk
meminta beliau melindungi kelurga dan kerabat mereka. sebab mereka tidak berarti lagi. Lalu
Rasulullah memberi perlindungan pada mereka, hingga mereka tiba di Madinah.
Pada saat Suhail bin Amr mendengar berita pembunuhan Abu Bashir terhadap sahabatnya dari Bani
Amir, dia sandarkan punggungnya ke dinding Ka'bah, lalu berkata: "Demi Allah, aku tidak akan
menggeserkan punggungku sedikitpun dari dinding Ka'bah ini hingga orang ini diberi diyat
(tebusan darah)." Abu Sufyan bin Harb berkata: "Demi Allah, ini tindakan bodoh. Demi Allah, orang itu
tidaklah pantas diberi diyat." Abu Sufyan bin Harb mengatakan itu sebanyak tiga kali.
Wanita-Wanita Mukminah yang Hijrah Pasca Penanda Tanganan Perjanjian Hudaibiyah
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Ummu Kul tsum binti Uqbah bin Abu Mu'aith hijrah kepada Rasulullah,
maka kedua saudaranya yang bernama Imarah bin Uqbah dan Al-Walid bin Uqbah datang kepada
beliau dengan tu juan meminta Rasulullah untuk menyerahkan Ummu Kultsum kepada mereka berdua
sesuai dengan perjanjian beliau dengan orang-orang Quraisy di Hudaibiyah. Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam menolak permintaan mere ka, sebab Allah tidak menghendakinya.
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri bertutur kepadaku dari Urwah bin Zubair yang berkata: Aku pernah
masuk ke tempat Az-Zuhri yang sedang menulis surat untuk dikirimkan kepada Ibnu Abu Hunaidah
sahabat Al Walid bin Abdul Malik. Dalam surat itu Az-Zuhri bertanya tentang maksud dari firman Allah
ini:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang berhijrah, maka hendaklah kamu uji (keimanan)
mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa
mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami
mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu
tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka
bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka jika kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan
janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir. (QS.
Al-Mumtahanah: 10)
Ibnu Hisyam berkata: Kata tunggal dari 'awashim yaitu 'ishmah yang berarti tali atau sebab.
Al-A'sya bin Qais bin Tsa'labah berkata dalam syairnya:
Kita lakukan perjalanan panjang menemui Imruul Qais
Dan kita ambil tali dari setiap kabilah
Ini yaitu syair miliknya.
Dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar
yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Mumtahanah: 10)
Ibnu Ishaq berkata: Lalu Urwah bin Zubair menulis surat kepada Az-Zuhri bahwa Rasu lullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam berdamai dengan orang-orang Quraisy di Hudaibiyah dengan ketentuan siapa saja
yang datang ke pada beliau tanpa izin mereka beliau harus mengembalikannya kepada mereka di Mak-
kah. Pada saat wanita-wanita mukminan hijrah kepada beliau dan Islam, Allah tidak meng hendaki
pemulangan mereka pada orang-orang musyrik sebab mereka telah disiksa ka rena keislaman mereka
sehingga orang-orang musyrik menyadari bahwa mereka datang ke Madinah sebab kecintan mereka
terhadap Islam. Di sampaing itu, Allah memerintahkan pengembalian mahar wanita-wanita Muslimah
ini kepada orang-orang musyrik jika wanita-wanita muslimah ini tidak mau kembali
kepada suami-suami mereka yang masih musyrikin dan orang-orang musyrik ini juga
mengembalikan mahar wanita-wanita kaum Muslimin yang ada pada mereka. Demikianlah keputusan
Allah yang diputus kan untuk kalian dan Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.
Maka Rasulullah menahan dan tidak memulangkan wanita-wanita muslimah yang datang dari
Makkah, dan memulangkan laki-laki Muslim yang datang dari Makkah, lalu meminta apa yang
diperintahkan Allah kepada beliau yaitu meminta mahar wanita-wanita Mukminah yang ada pada
kaum musyrikin, dan beliau mengembalikan mahar wanita-wanita Mukminah yang tidak mau kembali
kepada mereka jika mereka mengembalikan mahar wanita-wanita yang ada pada mereka. Andaikata
Allah tidak memberi keputusan seperti itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pasti
mengembalikan wanita-wanita Muslimah yang hijrah kepada beliau pasca ditandanganinya
Perdamaian Hudaibiyah seperti halnya beliau mengembalikan laki-laki Muslim yang hijrah kepada
beliau ke Makkah sebelumnya. Dan andai saja tidak ada gencatan senjata dan perdamaian antara
Rasulullah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan orang-orang Quraisy di peristiwa
Hudaibiyah, pastinya beliau tidak akan mengembalikan wanita-wanita Muslimah dan tidak
mengembalikan mahar-mahar mereka kepada suami-suami mereka yang musyrik. Demikianlah yang
beliau lakukan atas wanita-wanita Muslimah yang datang kepada beliau sebelum
ditandatanganinyaperjanjian Hudaibiyah.
Ibnu Ishaq berkata: Aku pernah bertanya kepada Az-Zuhri tentang ayat di atas dan firman Allah Ta'ala:
Dan jika seseorang dari istri-istri kalian lari kepada orang-orang kafir lalu kalian mengalahkan mereka
maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari istrinya itu mahar sebanyak yang telah mereka bayar
dan takwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kalian beriman. (QS. al-Mumtahanah: 11).
Az-Zuhri menjawab: Yakni, bila istri salah seorang dari kalian lari kepada orang-orang kafir dan tidak
ada wanita yang bisa kalian ambil seperti halnya mereka mengambil istri dari kalian, maka berilah
ganti orang ini dari harta fay'i jika kalian mendapatkanya.
Maka tatkala turun ayat:
Hai orang-orang yang beriman, jika datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah
kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi
orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada
(suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka
jika kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegangpada tali
(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir (QS. al-Mumtahanah: 10), di antara sahabat yang
menceraikan istrinya yaitu Umar bin Khaththab. Ia menceraikan istrinya yang bernama Quraibah
binti Abu Umaiyyah bin Al-Mughirah yang lalu dinikahi Muawiyah bin Abu Sufyan saat mereka
berdua masih musyrik di Makkah. Umar bin Khaththab juga menceraikan istri lainnya yang masih kafir,
yang bernama Ummu Kultsum binti Jarwal Al-Khuzaiyah ibu Ubaidillah bin Umar yang lalu
dinikahi Abu Jahm Hudzaifah bin Ghanim dari kaum yang sama dengan Umar bin Khaththab dan
keduanya dalam keadaan musyrik di Makkah.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah menuturkan kepadaku bahwa ada beberapa sahabat yang pernah
bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berkata kepada beliau saat beliau sampai di Madinah:
"Wahai Rasulullah, bukankah engkau pernah mengatakan bahwa engkau akan memasuki Makkah
dengan aman? "Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Benar. tapi apakah aku pernah
mengatakan bahwa itu akan terjadi pada tahun ini?" Mereka menjawab: "Tidak!" Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Itu sama dengan apa yang dikatakan kepadaku oleh Malaikat
Jibril "Alaihis Salam."
menetap di Ma dinah selama bulan Dzulhijjah dan beberapa hari dari bulan Muharram. Saat itu kendali
pengurusan haji berada di tangan orang-orang musyrik. Pada akhir bulan Muharram beliau berangkat
ke Khaibar.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menjadikan Numailah bin Abdullah bin
Al-Laitsi sebagai imam sementara di Madinah dan menyerahkan panji perang yang berwarna putih
kepada Ali bin Abu Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi berkata kepadaku dari Abu Al-
Haitsam bin Nashr bin Dahr Al-Aslami bahwa ayahnya berkata padanya ia mendengar Rasulullah
bersabda kepada Amir bin Al-Akwa paman Salamah bin Amr Al-Akwa saat kepergiannya ke Khaibar.
Al-Akwa' bernama asli Sinan: 'Wahai Ibnu Al-Akwa, berhentilah dan perdengarkan kepada kami
tentang syair dan berita-berita yang ada pada dirimu." Amir bin Al-Akwa' berhenti, lalu membacakan
syair tentang Rasulullah:
Keberangkatan Menuju Khaibar Pada Bulan Muharram Tahun Ketujuh Hijriyah
Muhammad bin Ishaq berkata: Sekembalinya dari Hudaibiyah, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
Demi Allah, kalau bukan sebab Allah, tiyaitu kita dapatkan petunjuk
Tanpanya, tiada mungkin kita sedekah dan shalat
Sebetulnya kami yaitu kaum jika ada menzalimi kami
Jika mereka menginginkan huru-hara, kami akan lawan mereka
Maka ketenangan turun kepada kami
Dan kaki kami kokoh saat berhadapan dengan mereka
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Amir bin Al-Akwa: " Semoga Allah
merahmatimu." Umar bin Khaththab berkata: "Wahai Rasulullah, apakah kita masih lama hidup
nikmat bersamanya."163
Amir bin Al-Akwa gugur sebagai syahid pada Perang Khaibar. Ia gugur sebab pedang miliknya sendiri
pada saat ia bertempur, pedang itu melukainya sangat parah sehingga ia meninggal sebab nya. Kaum
Muslimin ragu-ragu tentang kematiannya sehingga mereka berkata: "Senjatanya telah membunuh
dirinya." Oleh sebab itu keponakannya, Salamah bin Amr bin Al-Akwa', bertanya kepada Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam prihal ini dan melaporkan perkataan kaum Muslimin perihal
kematian Amir bin Al-Akwa'. Beliau bersabda: "Ia gugur sebagai syahid." Lalu beliau mensalati Amir
bin Al-Akwa' yang diikuti kaum Muslimin.
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Atha' bin
Marwan Al-Aslami dari ayahnya dari Abu Muattib bin Amr yang berkata: Di saat Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam melihat Khaibar, beliau besabda kepada para sahabatnya, dan saat itu aku ada di
tengah-tengah mereka: "Berhentilah kalian!" Kemu dian beliau berdoa, "Ya Allah Tuhan langit dan apa
saja yang dinaunginya, Tuhan bumi dan apa saja yang terkandung di dalamnya, Tuhan setan dan apa
saja yang disesatkannya, Tuhan angin dan apa saja yang diterbangkannya, Sebetulnya kami memo
hon kepada-Mu kebaikan dari kota ini, dan kebaikan warga nya dan apa yang ada di dalamnya.
Kami berlindung diri kepada-Mu dari keburukan kota ini, dari keburukan pen duduknya dan yang ada
di dalamnya. Majulah dengan nama Allah(Bismillah)!" Doa ini selalu diucapkan setiap kali beliau
memasuki sebuah perkampungan.
Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak diragukan kejujurannya meriwayatkan kepadaku dari Anas bin
Malik ia berkata: jika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bermaksud menyerang sebuah kaum,
beliau tidak menyerang mereka hingga menjelang pagi hari. jika beliau mendengar kumandang
adzan beliau menahan diri dan tidak menyerbunya, jika tidak mendengar adzan maka beliau
menyerangnya. Pada saat berhenti di Khaibar di malam hari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bermalam hingga pagi hari, namun tidak mendengar adzan. Beliau lalu berjalan sementara kami
mengikutinya. Pada saat itu, aku berjalan di belakang Abu Thalhah dan kakiku meriyentuh kaki
Rasulullah. Pada saat itu kami bertemu dengan para pekerja di Khaibar yang berangkat dengan sekop
dan keranjang. Pada saat mereka melihat Rasullullah dan pasukannya, mereka berkata: "Muhammad
datang bersama pasukannya." Mereka lari pontang panting, lalu Rasulullah bertakbir: "Allahu Akbar",
Allah Mahabesar, hancurlah Khaibar. Sebetulnya jika kami turun tempat sebuah kaum, maka
amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu."164 Ibnu Ishaq berkata:
Harun menuturkan kepada kami dari Humaid dari Anas bin Malik dengan penuturan yang serupa
dengan kisah di atas.
Tempat-tempat yang disinggahi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Sallam Saat Keberangkatannya
Menuju Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah ke luar dari Madinah menuju Khaibar, beliau melintasi Ishr
dan membangun masjid di tempat itu. Lalu melintasi Ash-Shahba'. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam dan pasukannya terus berjalan hingga menuruni lembah yang di namakan Ar-Raji' lalu
berhenti di tempat yang terletak di antara warga lembah ini dengan warga Ghathafan
dengan tujuan menghalangi mereka memberi bantuan kepada warga Khaibar, sebab warga
Ghathafan mereka pernah mem bantu warga Khaibar dalam melawan Rasulullah.
Pada saat warga Ghathafan mendengar keberadaan Rasulullah di Khaibar, mereka bersatu untuk
memerangi beliau dan keluar untuk bergabung dengan orang-orang Yahudi dalam memerangi
Rasulullah. Baru saja berjalan beberapa langkah mereka mendengar derap suara dari belakang
mereka. Mereka mengira bahwa kaum Muslimin mengejar mereka. sebab nya mereka kembali pulang
dan menetap di rumah-rumah mereka dan menjaga harta-harta mereka, dan tidak ikut campur
dengan apa yang terjadi antara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan warga Khaibar.
mereka dan mengambilnya sedikit demi sedikit begitu juga beliau taklukan Benteng warga Khai
bar satu demi satu. Dan Ben teng warga Khaibar yang pertama kali ditaklukkan ialah Benteng
Na'im. Di situ, Mahmud bin Masla mah terbunuh disebab kan lemparan batu penggiling yang
dilempar kan dari atas ben teng ini .
lalu Benteng Al-Qamush, bentengnya Bani Abu Al-Huqaiq. Dari orang-orang ini , Rasulullah
memperoleh tawanan-tawanan wanita, dan di antara tawanan ini yaitu Shafiyah bin Huyay bin
Akhthab yang saat itu yaitu istri dari Kinanah bin Rabi' bin Abu Al-Huqaiq beserta dua putri pamannya
dari jalur ayahnya. Beliau memilih Shafiyah binti Huyay bin Akhtthab untuk diri beliau sendiri.
Awalnya, Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi meminta Shafiyah binti Huyai bin Akhtab dari Rasulullah, akan
namun sebab beliau memilih-nya untuk dirinya sendiri, maka beliau berikan ke dua putri paman
Shafiyah kepada Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi sebagai gantinya. Para tawanan wanita Khaibar ini
di bagikan kepada kaum Muslimin secara merata.
Hal-hal Yang Dilarang Rasulullah di Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Kaum Muslimin memakan daging keledai yang jinak milik orang-orang Khaibar,
lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdiri dan melarang beberapa hal yang Ra sulullah
sebutkan kepada Muslimin.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Amr bin Dhamrah Al-Fazari meriwayatkan kepadaku dari Abdullah
bin Abu Salith dari ayahnya ia berkata: Telah sampai ke telinga kami tentang larangan Rasulullah dari
memakan daging keledai jinak di saat periuk-periuk sedang mendidih memasaknya, maka kami pun
berhenti dari menyantapnya.165
Penaklukan Benteng-benteng Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Secara berangsur-angsur Rasulullah dan pasukannya mendekati harta kekayaan
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku dari Makhul ia berkata: Pada
Perang Khaibar, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam melarang empat hal; menggauli tawanan
wanita yang sedang hamil, memakan keledai jinak, memakan binatang buas yang memiliki taring, dan
menjual rampasan perang hingga dibagikan.166
kan mereka memakan daging kuda.167
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib menuturkan kepadaku dari Marzuq mantan budak Tujib dari
Hans Ash-Shan'ani ia berkata: Kami memerangi kawasan Maghribi bersama Ruwaifi' bin Tsabit AI-
Anshari dan kami pun berhasil menaklukkan salah satu desa Maghrib yang bernama Jarbah. Ruwaifi'
berdiri lalu berkhutbah di tengah kami: "Wahai manusia, Sebetulnya aku tidak mengatakan sesuatu
kepada kalian kecuali seperti perkataan yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam pada Perang Khaibar. Saat itu beliau berdiri, lalu bersabda: Tidak halal bagi seorang yang yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir mengalirkan airnya ke tanaman orang lain. Yakni tidak boleh
menggauli tawanan wanita yang hamil. Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir untuk menggauli salah satu tawanan wanita hingga ia dia suci dari Haidh. Tidak halal bagi
seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk menjual rampasan perang hingga dibagi.
Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir menaiki hewan kendaraan dari fay'i
(rampasan perang) kaum Muslimin sampai kurus melainkan ia harus mengembalikan keadaannya
seperti sedia kala. Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk memakai
pakaian dari fay'i kaum Muslimin hingga rusak melainkan ia harus mengembalikannya seperti sedia
kala."168
Ibnu Ishaq: Yazid bin Abdullah bin Qu- saith berkata kepadanya bahwa ia diberitahu dari Ubadah bin
Ash-Shamit dimana dia berkata pada Perang Khaibar: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melarang
kita menjual atau membeli biji emas dengan uang logam emas serupa dan biji perak dengan logam
perak serupa. Beliau bersabda: "Belilah biji emas dengan uang logam perak dan biji perak dengan uang
logam emas."169
Ibnu Ishaq berkata: sesudah itu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mulai mengambil harta mereka
secara berangsur dan menaklukkan benteng-benteng Khaibar satu demi satu.
Ibnu Ishaq berkata: Sallam bin Kirkarah berkata kepadaku dari Amr bin Dinar dari Jabir bin Abdullah
Al-Anshari, dan Jabir tidak ikut terjun pada Perang Khaibar ia berkata: Pada saat Rasulullah Shallahahu
'Alaihi wa Sallam melarang kaum Muslimin memakan daging keledai jinak, maka beliau memboleh-
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr menuturkan kepadaku bahwa ia diberitahu bahwa
sesunguhnya beberapa orang dari Bani Sahm dari Aslam datang menemui Rasulullah dan berkata:
"Wahai Rasullullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam demi Allah, kami kelaparan dan tidak punya apa-apa
lagi." Dan pada saat itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tidak mempuyai apa-apa yang bisa
diberikan kepada mereka. Beliau bersabda: "Ya Allah, Engkau Mahatahu keadaan mereka, mereka
tidak memiliki kekuatan, sementara aku tidak memiliki apa-apa yang biasa aku berikan kepada
mereka. Maka taklukkan buat mereka benteng yang paling besar, paling kaya, banyak makanan dan
paling banyak gizinya. lalu Bani Sahm pun pergi dan tidak lama berselang Allah menaklukkan
benteng Ash-Sha'b bin Muadz di tangan mereka. Dan tidaklah ada satu benteng di Khaibar yang lebih
banyak makanan dan gizinya dari benteng ini.
Tewasnya Marhab Si Yahudi
Ibnu Ishaq berkata: Sesudah berhasil me naklukkan beberapa benteng dari benteng- benteng Khaibar
dan berhasil menguasai harta kekayaannya, Rasulullah meneruskan perjalanan hingga tiba di dua
benteng, yaitu Al-Wathih dan As-Sulaim. Keduanya ada lah benteng terakhir yang ditaklukkan kaum
Muslimin. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengepung mereka selama sepuluh hari lebih.
Ibnu Hisyam berkata: Slogan perang para sahabat Rasulullah pada Perang Khai bar yaitu ya manshuur
(wahai yang mendapat pertolongan), amit (bunuhlah), amit (bunuhlah).
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Sahl bin Abdurrahman bin Sahl dari Bani Haritsah meriwayatkan
kepadaku dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Marhab si orang Yahudi itu keluar dari benteng dengan
senjata lengkap.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Sahl meriwayatkan kepadaku dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari, ia
berkata: Rasulullah bersabda: "Siapakah yang bersedia berhadapan dengan Marhab?' Muhammad bin
Maslamah berkata: "Aku, wahai Rasulullah. Demi Allah, aku ingin membalas dendam sebab kemarin
saudaraku terbunuh." Rasulullah bersabda: "Berdiri dan hadapilah dia. Ya Allah, tolonglah dia!" saat
keduanya telah saling mendekat satu sama lainnya, tiba-tiba pohon tua di antara pohon Usyar roboh
di antara keduanya. Maka masing-masing dari keduanya berlindung dari lawannya di balik pohon itu.
Setiap kali keduanya berlindung di balik pohon ini , lawannya memotong pohon yang
menghalanginya dengan pedang hingga keduanya tampak oleh lawannya, lalu keduanya seperti
satu orang yang berdiri, dan di antara keduanya tidak ada lagi dahan pohon yang menghalanginya.
Marhab menyerang Muhammad bin Maslamah dan memukulnya dengan pedang, namun Muhammad
bin Maslamah tertahan oleh perisainya yang terbuat dari kulit. Pedang Marhab tertahan di perisai kulit
Muhammad bin Maslamah. Dalam kondisi seperti itu lalu Muhammad bin Maslamah memukul
Marhab hingga tewas.170
dengan penuh tantangan: "Siapa yang berani duel denganku?" Hisyam bin Urwah mengira bahwa
Zubair bin Aw warn akan maju untuk berhadapan dengan Yasir. lbu Zubair, Shafiyah binti Abdul Mutha
Yasir Saudara Marhab pun Tewas
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Marhab terbunuh, majulah saudaranya yang bernama Yasir. la berkata
Ibnu Ishaq berkata: Hisyam bin Urwah meriwayatkan kepadaku bahwa jika dikatakan kepada Zubair
bin Awwam: "Demi Allah, saat itu pedangmu tajam sekali." Ia menjawab: "Demi Allah, bukan
pedangku yang tajam, namun aku memaksanya agar menjadi tajam."
Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu Pada Perang Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Buraidah bin Sufyan bin Farwah Al-Aslami meriwayatkan ke padaku dari ayahnya,
Sufyan, dari Salamah bin Amr Al-Akwa', ia berkata: "Rasulullah mengutus Abu Bakar Ash-Shiddiq
Radhiyallahu Anhu dengan panji perangnya yang berwarna putih, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
Hisyam, ke salah satu benteng Khaibar. Abu Bakar pun berjuang untuk menakluk kannya, namun ia
tidak berhasil dan pulang kembali dalam kondisi lelah.
Keesokan harinya Rasulullah mengirim Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu. Umar pun berjuang
untuk menaklukkan benteng ini , namun diapun gagal dan mengalami kelelahan yang sama.
lalu Rasulullah bersabda: "Besok pagi, panji ini niscaya aku berikan kepada orang yang
mencintai Allah dan mencintai Rasul-Nya. Allah akan memberi kemenangan melalui tangannya dan ia
bukan orang yang melarikan diri."
Rasulullah memanggil Ali bin Abu Thalib yang pada saat itu sedang menderita sakit mata. Rasulullah
meludahi matanya seraya bersabda: "Ambillah panji perang ini, majulah dengannya hingga Allah
memberi kemenangan bagimu." Demi Allah, saat itu Ali bin Abu Thalib dengan nafas terengah-engah
sambil berlari-lari kecil dan kami saat itu berada di belakang mengikutinya-hingga ia menancapkan
panji perang pada tumpukan batu yang berada di bawah benteng. Seorang Yahudi me- lihat Ali bin
Abu Thalib dari atas benteng seraya bertanya: "Siapakah kamu?" Ali bin Abu Thalib menjawab: "Aku
Ali bin Abu Thalib." Orang Yahudi ini berkata: "Demi kitab yang diturunkan kepada Musa. Kalian
telah menang." Ali bin Abu Thalib tidak kembali sebelum berhasil menaklukkan benteng ini
dengan tangannya.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Al-Hasan meriwayatkan kepadaku dari sebagian keluarganya dari Abu
Rafi' mantan budak Rasulullah, ia berkata: Aku pergi bersama Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu
saat ia dikirim oleh Rasulullah dengan membawa panji perang. Pada saat Ali bin Abu Thalib telah
mendekat ke benteng yang akan ditaklukkannya, dengan serta merta penghuni benteng itu keluar
melawan Ali bin Abu Thalib. Maka terjadilah pertempuran antara Ali bin Abu Thalib dengan mereka.
Salah seorang Yahudi memukul Ali bin Abu Thalib yang membuat perisainya terlempar dari tangannya,
lalu Ali bin Abu Thalib mengambil salah satu pintu gerbang benteng itu untuk membentengi
dirinya dari serangan musuh. Pintu gerbang itu dipegang Ali bin Abu Thalib hingga akhirnya Allah
memberi kemenangan padanya. sesudah itu barulah ia melepaskan pintu gerbang ini .
Demikianlah yang terjadi. Padahal kami dengan jumlah delapan orang saja tidak sanggup mengangkat
pintu gerbang itu.
Abu Al-Yasar Ka'ab bin Amr
Ibnu Ishaq berkata: Buraidah bin Sufyan Al-Aslami meriwayatkan kepadanya dari beberapa orang dari
Bani Salimah dari Abu Al-Yasar Ka'ab bin Amr, ia berkata: Demi Allah, pada suatu senja saat kami
lib, berkata: "Wahai Rasulullah, apakah dia akan membunuh anakku?" Rasulullah bersabda: "Tidak,
sebaliknya, anakmu lah yang akan membunuh nya, insya Allah." Zubair bin Awwam pun maju.
Keduanya bertarung dan akhirnya Zubair bin Awwam berhasil mem bunuh Yasir.
bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Khai bar. Lalu datanglah sekawanan kambing milik
orang Yahudi yang hendak balik ke benteng mereka pada saat kami sedang mengepung nya. Rasulullah
bersabda: "Siapakah yang menyajikan makanan untuk kita dengan kambing-kambing ini ?" Aku
menjawab: "Aku wahai Rasulullah." Rasulullah bersabda: "Kerjakanlah." Aku pun belari kencang lak
sana burung unta. Saat Rasulullah melihatku berlari, beliau bersabda: "Ya Allah, berilah kami
kenikmatan dengannya." Aku berhasil menangkap dua ekor dari kawanan kambing ini lalu
mendekapnya dan berlari ken cang membawa keduanya seperti orang yang tidak membawa apa-apa
lalu memberi nya kepada Rasulullah. lalu kaum Muslimin pun menyembelih kedua kambing
itu dan me nyatapnya bersama-sama. Abu Al-Yasar meru pakan sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam yang paling terakhir meninggal dunia. Jika ia menceritakan peristiwa ini, pasti ia menangis.
Abu Al-Yasar berkata: "Demi Allah, mereka diberi kenikmatan dengan jalanku hingga aku menjadi
orang yang terakhir kali meninggal dunia diantara mereka."171
Tentang Ummul Mu'minin Shafiyah binti Huyay bin Akhthab Radhiyallahu Anha
Ibnu Ishaq berkata: Saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berhasil menguasai Al-Qamush
benteng milik Bani Abu Al-Huqaiq, Shafiyah binti Huyay bin Akhthab dan seorang wanita lainnya
dibawa kepada beliau. Bilal yaitu orang yang mendatangkan keduanya, dia dan kedua wanita
ini melewati korban orang-orang Yahudi. saat wanita yang bersama Shafiyah melihat korban-
korban orang-orang Yahudi itu, ia berteriak mencakar-cakar wajahnya, dan menaburkan tanah ke
kepala. Saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatnya beliau bersabda: "Jauhkanlah wanita
setan ini dariku!" Rasulullah memerintahkan Shafiyah berjalan di belakangnya dan memakaikan
selendang miliknya kepada Shafiyah. Kaum Muslimin pun memahaminya, bahwa beliau memilih
Shafiyah untuk dirinya. Rasul bersabda kepada Bilal: "Wahai Bilal, sungguh rasa kasih sayang telah
hilang dari dirimu tatkala engkau berjalan bersama dua wanita ini melewati korban (para suami)
keduanya." Shafiyah, yang sebelumnya yaitu istri Kinanah bin Rabi' Abu Al-Huqaiq, pernah bermimpi
kejatuhan bulan dalam pangkuannya, Lalu ia menceritakan mimpi itu kepada suaminya. lalu
suaminya berkata: "Ini menunjukan bahwa engkau menginginkan raja Hijaz, yaitu Muhammad." Usai
berkata demikian, Kinanah menamparnya hingga membuat matanya biru memar. saat Shafiyah
dibawa menghadap Rasulullah, bekas biru memar itu masih jelas terlihat. Beliau pun menanyakan
yang menyebabkan matanya biru memar itu kepada Shafiyah. Shafiyah pun menceritakan kisahnya
kepadanya.
Beberapa Hal yang Tersisa dari Peristiwa Khaibar
Kinanah bin Rabi' dibawa menghadap kepada Rasulullah, sebab kekayaan Bani Nadhir ada dalam
kekuasaannya. Beliau menanyakan ke-kayaan ini kepada Kinanah, namun ia tidak mengakuinya.
lalu , salah seorang Yahudi yang lain datang menghadap kepada Rasulullah lalu ia berkata: "Aku
sering menyaksikan Kinanah mengelilingi reruntuhan benteng ini setiap pagi." Rasulullah
bersabda kepada Kinanah bin Rabi: "Bagaimana pendapatmu bila kami menemukannya padamu maka
kami akan membunuhmu?" Kinanah bin Rabi' menjawab: "Silahkan!" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam menyuruh para sahabat untuk menggali reruntuhan benteng itu, hingga akhirnya sebagian
kekayaan orang-orang Khaibar dapat dikeluarkan dari dalamnya. lalu Rasulullah bertanya
kepada Kinanah bin Rabi' tentang kekayaan lainnya, namun ia masih saja menutup mulutnya. Lalu
Rasulullah bersabda kepada Zubair bin Awwam: "Siksa dia hingga engkau bisa mengorek tuntas apa
yang di dadanya." Zubair bin Awwam menyalakan api dengan batang kayu di dada Kinanah bin Rabi',
lalu Rasulullah mendorongnya kepada Muhammad bin Maslamah, lalu dia memenggal
kepalanya sebagai balasan atas kematian saudaranya, Mahmud bin Maslamah.
Rasulullah mengepung warga Khaibar di kedua benteng Al-Wathih dan As-Sulalim. Pada saat telah
yakin kalah, warga khaibar meminta beliau untuk membiarkan mereka pergi dan tidak
membunuhnya. Rasulullah pun mengabulkan permintaan mereka. sebelumnya, beliau telah berhasil
menguasai seluruh harta warga Khaibar; As-Syiqq, Nathah, dan Al-Katibah dan seluruh ben-
tengnya kecuali dua benteng yakni benteng Al-Wathih dan As-Sulalim. Saat orang-orang Fadak
mendengar apa yang dilakukan oleh warga Khaibar, mereka mengutus seseorang menemui
Rasulullah untuk meminta beliau membiarkan mereka pergi tidak membunuhnya dan mereka akan
meninggalkan seluruh harta kekayaan mereka untuk Rasul. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun
memenuhi permintaan mereka.
Di antara orang yang menjadi mediator antara mereka dan Rasulullah pada masalah ini ialah
Muhayyishah bin Mas'ud dari Bani Haritsah. warga Khaibar memohon kepada Rasulullah untuk
membagi dua hasil dari kebun mereka. Mereka berkata: "Kami lebih tahu tentang pengurusan kebun
ini dan lebih mampu memakmurkannya daripada kalian." Akhirnya, Rasulullah menyetujui
permintaan itu, namun jika ingin mengusir mereka maka beliau berhak melakukannya. Rasulullah juga
memperlalukan orang-orang Fadak dengan cara yang sama. Dengan demikian, Khaibar merupakan
harta fay'i kaum Muslimin; adapun Fadak yaitu milik khusus Rasulullah, sebab kaum muslimin tidak
menaklukkannya dengan membawa pasukan.
Perihal Domba Beracun
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah merasa tenang, Zainab binti Al-Harits istri Sallam bin Misykam
memberinya hadiah berupa seekor domba guling. Sebelumnya Zainab telah menanya kan tentang
bagian domba yang paling disukai oleh Rasulullah. Maka diberitahukan padanya bahwa yang beliau
sukai yaitu bagian paha. Maka Zainab pun menaburkan racun sebanyak-banyaknya pada bagian paha
kambing itu dan meracuni seluruh bagian kambing lalu menyuguhkannya kepada Rasulullah Shalla
lahu 'alaihi wa Sallam. Beliau pun mengambil bagian paha kambing itu, lalu mengunyah nya dan
lalu memuntahkannya. Sedang Bisyr bin Al-Barra bin Ma'rur yang saat itu berada bersamanya
memakan dan menelan nya. Beliau bersabda: "Sebetulnya tulang kambing itu memberitahu aku
bahwa ia me ngandung racun." Rasulullah memanggil Zainab dan iapun mengakui bahwa dirinya telah
meracuni domba bakar ini . Beliau bertanya padanya: "Mengapa engkau melaku kan semua ini?"
Zainab menjawab: "Engkau telah melakukan tindakan terhadap kaumku, sebagaimana yang engkau
ketahui. jika dia seorang raja maka aku bisa merasa tenang dengan kematiannya dan jika dia
seorang nabi maka ia akan diberitahu oleh tuhan ten tang racun itu."
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun memaafkan Zainab, sedang Bisyr meninggal dunia sebab
makanan yang telah dimakannya.172
Ibnu Ishaq berkata: Marwan bin Utsman bin Abu Sa'id Al-Mu'alla meriwayatkan kepadaku bahwa
Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bersabda pada saat sakit yang menyebabkannya wafat, yaitu
saat ibunda Bisyr binti Al-Barra' bin Ma'rur menjenguk beliau: "Wahai ibu Bisyr, aku rasa inilah
waktunya, aku menemukan potongan urat dari makanan yang aku makan bersama saudaramu di
Khaibar." Kaum muslimin beranggapan bahwa Rasulullah meninggal sebagai syahid di sam- ping
kenabian yang di sandangnya.
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Rasulullah berhasil menaklukan Khaibar, beliau berangkat ke arah Lembah
Al-Qura dan mengepung warga nya dalam waktu beberapa malam, lalu beliau kembali pulang ke
Madinah.
Perihal Terbunuhnya Budak Rifa'ah yang Dihadiahkan Kepada Rasulullah
Ibnu Ishaq berkata: Tsaur bin Zaid meri wayatkan kepadaku dari Salim mantan budak Abdullah bin
Muthi' dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami berangkat bersama Rasulullah ke Lembah Al-Qura dan tiba
di sana pada waktu sore menjelang terbenamnya matahari. saat itu beliau ditemani oleh budak
hadiah dari Rifa'ah bin Zaid Al-Judzami Adh-Dhabini.
Ibnu Hisyam berkata: Judzam saudara Lakhum.
Demi Allah, saat budak ini meletakkan pelana milik Rasulullah, tiba-tiba ia mendapatkan
serangan panah dari arah yang tidak jelas dan menyebabkannya gugur. Kami berkata: "Selamat, surga
menjadi miliknya." Rasulullah bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di Tangan-
Nya, Sebetulnya mantel yang dipakainya ini membakar dirinya di neraka. Ia telah mencurinya dari
harta fay'i kaum Muslimin pada saat Perang Khaibar."173
Sabda Rasulullah tadi terdengar oleh salah seorang sahabatnya, lalu ia datang kepada beliau
dan berkata: "Wahai Rasulullah, aku pun telah mengambil tali untuk dua sandalku." Rasulullah
bersabda: "Dua serupa di potong untukmu di dalam neraka."
Ibnu Mughaffal dan Sekantong Lemak yang Dia Dapatkan
Ibnu Ishaq berkata: Seorang yang tidak aku ragukan integritasnya meriwayatkan dari Abdullah bin
Mughaffal Al-Muzani, ia berkata: Aku mendapatkan sekantong lemak dari fay'i Khaibar lalu aku
meletakkannya di kendaraanku dan kendaraan sahabat-sahabat ku. Aku berjumpa dengan orang yang
mem peroleh rampasan perang dimana ia berhak mendapatkannya. Ia berkata: "Mari sekan tong
lemak ini kita bagi di antara kaum Mus limin!" Aku berkata: "Demi Allah, aku tidak akan
mengizinkannya." Namun orang itu tetap berusaha merebut kantong lemak itu dariku. Dan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihat kami saat itu. Beliau pun tersenyum dan bersabda kepada orang
ini : "Engkau tidak memiliki ayah." Berikanlah kantong lemak itu kepadanya!" Diapun melepas
kantong lemak itu. Lalu aku membawa kantong lemak ini ke kendaraanku dan para sahabatku,
lalu menyantapnya bersama-sama.
Resepsi Pernikahan Rasulullah dengan Shafiyah dan Penjagaan Abu Ayyub terhadap Tenda
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah melangsung kan pesta pernikahan dengan Shafiyah binti Huyay di
Khaibar atau di salah satu perjalanan. Dan wanita yang merias Shafiyah binti Huyay untuk
pernikahannya dengan Rasulullah, me nyisir rambutnya, dan merapikannya yaitu Ummu Sulaim binti
Milhan ibunya Anas bin Malik. Rasulullah bermalam dengan Shafiyah binti Huyay di kemah beliau.
Sedangkan Abu Ayyub Khalid bin Zaid dari Bani An-Najjar semalaman penuh menjaga dan mengitari
kemah beliau dengan pedangnya yang ter hunus. Pada keesokan harinya, saat Rasu lullah melihat
Abu Ayyub berada di sekitar kemah, beliau bertanya: "Ada apa denganmu wahai Abu Ayyub?" Abu
Ayyub menjawab: "Wahai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sal lam aku takut jika wanita ini
mencelakaimu, sebab engkau telah membunuh ayah, suami, dan kaumnya dan ia juga baru saja
memeluk Islam, jadi, aku takut jika ia mencelakaimu." Para ulama berkeyakinan bahwa Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam berdoa: "Ya Allah, jagalah Abu Ayyub, sebagaimana ia semalam penuh
menjaga diriku."
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri berkata kepadaku dari Sa'id bin Al-Musayyib yang berkata: saat
Rasulullah dalam perjalanan pulang dari Khaibar dan tiba di salah satu tempat pada akhir malam,
beliau bersabda kepada para sahabat: "Siapa di antara kalian yang bersedia berjaga sampai shubuh
untuk kita sehingga kita bisa tidur?" Bilal berkata: "Aku bersedia berjaga sampai shubuh untukmu,
wahai Rasulullah." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pun berhenti dan para sahabat pun ikut
berhenti, lalu merekapun tidur. lalu Bilal shalat beberapa raka'at. Usai mengerjakan shalat,
lalu ia bersandar pada untanya untuk menanti datangnya shubuh tiba, akan namun ia tidak bisa
mengalahkan rasa kantuk akhirnya dia pun tertidur pulas. Tidak ada yang membangunkan Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabat kecuali sengatan panas sinar matahari.174
Rasulullah bangun lebih awal dari sahabat-sahabatnya. Beliau bersabda: "Apa yang engkau perbuat
terhadap kami, wahai Bilal?" Bilal menjawab: "Wahai Rasulullah Dzat yang membuatmu tidur
membuatku tidur juga sebagaimana tidurmu." Rasulullah bersabda: "Engkau berkata benar."
lalu Rasulullah menuntun untanya tidak terlalu jauh, lalu berhenti. sesudah itu Beliau berwudhu
dan para sahabat pun mengikutinya, lalu menyuruh Bilal mengumandangkan iqamah lalu
shalat bersama kaum Muslimin. sesudah mengucapkan salam, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
menghadapkan badannya ke arah para sahabatnya sambil bersabda: "jika kalian lupa menunaikan
shalat, maka shalatlah jika kalian telah ingat, sebab Allah Ta 'ala berfirman: Dan dirikanlah shalat
untuk mengingat-Ku (Thaha: 14). 175
Para Wanita Kaum Muslimin yang Ikut di Perang Khaibar dan Peristiwa Wanita Ghifariyah
Ibnu Ishaq berkata: Pada Perang Khaibar, Be- berapa istri kaum Muslimin ikut hadir pada Perang
ini bersama Rasulullah, kemudi an beliau pun memberi mereka sebagian dari dari harta fay'i dan
tidak menjadikan bagian khusus(As-Sahm) untuk mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Sulaiman bin Suhaim meriwayatkan kepadaku dari Umayyah binti Abu Ash-Shalt
dari seorang wanita dari Bani Ghifar yang berkata: Aku menemui Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa
Sallam bersama para wanita dari Bani Ghifar dan berkata: "Wahai Rasulullah, kami ingin ikut keluar
bersamamu ke Khaibar, sehingga kami bisa mengobati orang-yang terluka dan membantu kaum
muslimin sesuai kemampuan kami."
Rasulullah bersabda: "Berangkatlah dengan berkah Allah." Kami pun berangkat bersama beliau. Pada
saat itu, aku yaitu seorang gadis yang belum balig. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa
Sallam memboncengku dan menempatkanku di tas pelana kudanya. Wanita dari Bani Ghifar ini
berkata: "Demi Allah, pada saat beliau turun dari unta untuk Sholat Shubuh dan menghentikan
untanya." Aku pun turun dari tas pelana unta beliau, ternyata di dalamnya ada darah haidku, dan
itulah haidku yang pertama kali. Aku melompat ke arah unta sambil menahan malu. Pada saat beliau
menyaksikan yang aku lakukan dan melihat darah, beliau bertanya: "Ada apa denganmu, mungkin
engkau mengalami haid pertama kali?" Aku menjawab: "Ya, benar." Beliau bersabda: "Rapihkan
dirimu dan ambillah bejana air lalu masukkan garam ke dalamnya dan bersihkan tas pelana unta
yang terkena darah dengan air garam itu, lalu naiklah kembali ke kendaraanmu."
Wanita dari Bani Ghifar ini berkata: Pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berhasil
menaklukkan Khaibar, beliau memberi kami sebagian dari harta fay'i dan mengambil kalung yang
kalian lihat di leherku ini, lalu memberi nya kepadaku, dan mengalungkkannya dengan tangannya
ke leherku. Demi Allah, kalung ini tidak aku lepas dariku selama-lamanya."
Umayyah binti Abu Ash-Shalt berkata: "Kalung ini tetap berada di leher wanita ini sampai
ia meninggal dunia. Dia berwasiat agar kalung ini dimakamkan bersamanya. Dan tidaklah wanita
itu bersuci dari haid kecuali dia juga memasukkan garam ke dalam air dan juga berwasiat agar ia di
mandikan dengan air yang di campuri garam jika meninggal dunia.176
Syuhada' Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Berikut nama-nama syuhada' kaum Muslimin dari Quraisy, lalu Bani Umaiyyah bin
Abdu Syams dan kolega-kolega mereka, yaitu: Rabi'ah bin Aktsam bin Sakhbarah bin Amr bin Lakiz bin
Amir bin Ghanm bin Dudan bin Asad, Tsaqif bin Amr, Rifa'ah bin Masruh.
Syuhada' dari Bani Asad bin Abdul Uzza yaitu Abdullah bin AI-Hubaib Ibnu Hisyam berkata: Ada yang
mengatakan Al-Habib bin Uhaib bin Suhaim Bani Ghiyarah dari Bani Sa'ad bin Laits kolega Bani Asad
dan anak saudara perempuan mereka.
Syuhada' dari kaum Anshar, lalu dari Bani Salimah yaitu sebagai berikut: Bisyr bin Al-Barra' bin
Ma'rur ia meninggal dunia sebab memakan daging kambing beracun yang disiapkan Zainab Binti
Haritsah untuk Rasulullah, Fudhail bin An-Nu'man. Maka jumlah seluruhnya dua orang.
Dari Bani Zuraiq yaitu Mas'ud bin Sa'ad bin Qais bin Khaladah Amir bin Zuraiq.
Dari kalangan Al-Aus lalu dari Bani Abdul Asyhal yaitu Mahmud bin Maslamah bin Khalid bin
Adi bin Majda'ah bin Haritsah bin Al-Haritsah. Ia kolega mereka dari Bani Haritsah.
Dari Bani Amr bin Auf yaitu sebagai berikut: Abu Dhayyah bin Tsabit bin An-Nu'man bin Umaiyyah
bin Umru'ul Qais bin Tsa'labah bin Amr bin Auf, Al-Harits bin Hathib, Urwah bin Murrah bin Suraqah,
Aus bin Al-Qaid, Unaif bin Hubaib, Tsabit bin Atslah dan Thal- hah.
Sedangkan syuhada' dari Bani Ghifar yaitu Umarah bin Uqbah. Ia terkena bidikan panah.
Dari Aslam yaitu sebagai berikut: Amir bin Al-Akwa', dan Al-Aswad ia seorang peng- gembala yang
nama aslinya yaitu Aslam.
Ibnu Hisyam barkata: Al-Aswad seorang penggembala yang berasal dari Khaibar
Syuhada' di Khaibar dari Bani Zuhrah yaitu Mas'ud bin Rabi'ah sekutu mereka dari Al-Qarah,
demikian menurut Az-Zuhri.
Syuhada' kaum Anshar dari Bani Amr bin Auf yaitu Aus bin Qatadah.
Kisah Al-Aswad Sang Penggembala Pada Perang Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Kisah prihal Al-Aswad sang penggembala sebagaimana yang telah dituturkan
kepadaku yaitu sebagai berikut. Ia datang kepada Rasulullah Sallal lahu 'Alaihi wa Sallam, saat itu
beliau sedang mengepung salah satu benteng Khaibar, de ngan membawa sekawanan kambing milik
orang Yahudi dan ia menggembalanya untuk orang Yahudi ini , lalu ia berkata: "Wahai
Rasulullah, jelaskanlah kepadaku ten tang Islam!" Rasulullah Sallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan
Islam kepadanya, maka ia masuk Islam. Dan Rasulullah tidak pernah merendahkan seseorang tatkala
beliau meng ajaknya kepada Islam dan begitu juga tatkala menjelaskan Islam kepadanya. sesudah
masuk Islam, Al-Aswad berkata: "Wahai Rasulullah, aku seorang penggembala untuk pemilik kambing-
kambing ini dan kambing-kambing ini amanah bagiku, apa yang harus aku lakukan? Rasulullah
bersabda: "Pukul bagian wajah-wajahnya, pasti kambing-kambing itu ia pulang kembali kepada
pemiliknya." Atau sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. lalu
Al-Aswad berdiri, mengambil segenggam batu-batu kecil, dan melemparkannya ke arah wa jah
kambing-kambing itu sambil berkata: Kembalilah kepada pemilik kalian, demi Allah, aku tidak akan
pernah lagi menemanimu untuk selamanya." Sontak, kambing-kambing itu berhimpun dan berjalan
bersamaan seakan ada yang menuntun hingga memasuki benteng.
lalu , Al-Aswad maju masuk ke dalam benteng bertempur bersama kaum Muslimin dan ia
terkena lemparan batu dan meninggal dunia sebab nya. Ia meninggal dalam keadaan belum pernah
mengerjakan shalat. Al-Aswad dibawa ke hadapan Rasulullah dan diletakkan di belakang beliau dan
ditutup dengan jubah yang dipakainya. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melihatnya bersama
beberapa orang dari para sahabat, lalu beliau memalingkan muka. Para sahabat ber- tanya heran:
"Mengapa engkau memalingkan muka darinya, wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda:
"Sebetulnya ia sedang bersama dua bidadari, isterinya."
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku ia diberitahu bahwa jika seorang
syahid meninggal dunia, turun kepadanya dua istrinya dari bidadari dan mengibaskan tanah dari
wajahnya sambil berkata: "Semoga Allah menjadikan tanah di atas wajah orang yang menjadikan
tanah di wajahmu dan membunuh orang yang membunuhmu."
Tentang Al-Hajjaj bin Ilath al-Sulami
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Khaibar telah ditaklukkan, Al-Hajjaj bin Ilath As-Sulami berbicara kepada
Rasulullah Shallallahu AlaIhi wa Sallam. Ia berkata: "Wahai Rasulullah, aku memiliki harta kekayaan
yang dipegang istriku, Ummu Syaibah binti Abu Thalhah, di Makkah." Ummu Syaibah yaitu istri Al-
Hajjaj bin Ilath dan darinya ia dikaruniai anak yang bernama Mu'ridh bin Al-Hajjaj. Ia melanjutkan
pembicaraannya: "Aku juga memiliki harta kekayaan di tangan para pedagang Makkah, maka dari itu,
berilah aku izin untuk pergi ke sana!" Rasulullah Shallalhhu Alaihi wa Sallam mengizinkannya. Ia
berkata: "Wahai Rasulullah, ada satu hal yang harus aku katakan." Rasulullah bersabda, "Katakanlah."
Al-Hajjaj bin Ilath berkata: "Maka akupun segera berangkat menuju Makkah. Pada sa