at sampai di
Tsaniy yatul Baidha, aku mendapati banyak sekali orang-orang Quraisy yang sedang mencari dan
menanyakan kabar tentang Rasulullah, sebab berita keberangkatan beliau ke Khaibar telah sampi ke
telinga mereka tentunya mereka tahu bahwa Khaibar yaitu kawasan yang paling subur, kuat, dan
paling banyak warga nya di Hijaz.
Mereka terus mencari-cari kabar berita dan mengorek tentang kondisi Rasulullah kepada setiap
musafir. Dan pada saat mereka melihatku, mereka berkata: "Itu dia Al-Hajjaj bin Ilath, mereka belum
mengetahui keislamanku, demi Allah, ia pasti membawa kabar." Wahai Abu Muhammad, tolong berita
tahu kepada kami tentang seorang yang memutus hubungan kekerabatan (Nabi) sebab kami
mendengar berita dia sedang bergerak menuju Khaibar, padahal Khaibar yaitu negeri Yahudi dan
kawasan di Hijaz yang paling subur." Aku menimpali: "Aku pun mendengar demikian. Aku juga
memiliki berita yang menggembirakan buat kalian." Mereka berkumpul di sekeliling untaku.
Mereka berkata: "Apa gerangan berita itu wahai Al-Hajjaj?" Aku berkata: "la kalah perang dan kalian
belum pernah mendengar kekalahan seperti kekalahan yang dideritanya. Sahabat-sahabatnya
terbunuh dan kalian belum pernah mendengar pembunuhan seperti yang mereka alami. Bahkan
Muhammad sendiri tertawan. Orang-orang Khaibar berkata: "Kami tidak akan membunuhnya, tapi
kami akan mengirim dia ke Makkah biar orang-orang Makkah sendiri yang membunuhnya sebagai
tindakan balas dendam atas terbunuhnya orang-orang mereka."
Al-Hajjaj berkata: Orang-orang Quraisy berdiri seraya berteriak: "Nah ini baru berita! Kalian tinggal
menanti Muhammad digiring kepada kalian lalu dibunuh di hadapan kalian." Aku berkata: "Namun
sebelum itu, bantulah aku untuk mengumpulkan hartaku di Makkah dan dari orang yang berhutang
padaku, sebab aku ingin pergi ke Khaibar untuk membeli barang-barang Muhammad dan sahabat-
sahabatnya sebelum ada para pedagang yang lain yang mendahuluiku." Mereka pun segera
mengumpulkan harta milikku dengan cepat. Aku mendatangi istriku dan bertanya kepadanya:
"Dimana hartaku? Semoga aku bisa pergi ke Khaibar dan ada kesempatan membeli barang rampasan
Muhammad sebelum ada pedagang lain yang mendahuluiku." saat Al-Abbas bin Abdul Muthalib
mendengar berita yang aku bawa, ia mendatangiku dan berdiri di sampingku, saat itu aku berada di
salah satu tenda milik salah seorang pedagang. Ia bertanya: "Wahai Hajjaj, apakah berita yang engkau
bawa?" Aku menjawab: "Apakah engkau bersedia menjaga sesuatu (rahasia) yang akan aku simpan
padamu?" Al-Abbas bin Abdul Muthalib menjawab: "Ya." Aku berkata kepada Al-Abbas bin Abdul
Muthalib: "Jika demikian maka pergilah, nanti kita bertemu lagi di tempat yang sepi, sebab kini aku
sibuk mengumpulkan hartaku sebagaimana yang engkau saksikan."
Seusai mengumpulkan seluruh hartaku di Makkah dan telah siap untuk pulang, aku mendatangi Al-
Abbas bin Abdul Muthalib. Aku sampaikan kepadanya: "Jagalah pembicaraanku ini Wahai Abu Al-
Fadhl, sebab aku khawatir diburu -ia mengatakan itu hingga tiga kali-. Katakan apa saja yang engkau
inginkan selain apa yang aku bicarakan ini.!"
Al-Abbas bin Al-Muthalib berkata: "Akan aku laksanakan."
Aku berkata: "Demi Allah, aku tinggalkan ponakanmu itu dalam keadaan sedang menjadi pengantin
dengan putri raja mereka, Shafiyah binti Huyay. Khaibar telah ia kalahkan. Ia telah mengeluarkan
seluruh isi yang berada di dalamnya. Khaibar kini menjadi miliknya dan para sahabatnya."
Al-Abbas bin Abdul Muthalib berkata: "Apakah tidak salah apa yang engkau katakan ini, wahai Hajjaj?"
Aku katakan kepada Al-Abbas bin Abdul Muthalib: "Tidak! Demi Allah, rahasiakanlah ini, Sebetulnya
aku telah masuk Islam. Dan tidaklah aku datang ke sini kecuali untuk mengambil hartaku sebab aku
khawatir harta ini dirampas. Jika telah lewat tiga hari, barulah sebarkan perihal diriku seperti
engkau inginkan."
Pada hari ketiga, Al-Abbas bin Abdul Muthalib dengan mengenakan pakaian yang dibubuhi parfum
dan memakai tongkat, dia pergi ke Ka'bah dan dia pun thawaf. Pada saat orang-orang Quraisy
melihatnya, mereka berkata: "Wahai Abu Al-Fadhl, demi Allah, alangkah tabahnya engkau atas
musibah yang berat yang sedang menimpa!" Al-Abbas bin Abdul Muthalib menjawab: "Tidak! demi
Allah. Sungguh Muhammad telah menaklukkan Khaibar, dia kini menjadi pengantin dengan putri raja
mereka, dan mengambil seluruh harta benda yang berada di dalamnya lalu menjadi miliknya
dan para sahabatnya. Mereka bertanya: "Siapakah yang membawa berita ini?" Al-Abbas bin Abdul
Muthalib menjawab: "Berita ini disampaikan oleh orang yang telah datang kepada kalian dan
menyampaikan berita yang berlainan. Sebenarnya ia datang ke tempat kalian dalam keadaan Muslim
dan mengambil seluruh hartanya, lalu pergi untuk bergabung dengan Muhammad dan para
sahabatnya. Sekarang orang ini sedang bersama dia." Mereka berkata: "Wahai hamba-hamba
Allah, musuh Allah itu telah lolos. Demi Allah, andai kita mengetahui berita ini sebelumnya, maka pasti
kita akan membuat perhitungan dengannya."
Tak lama lalu , kabar yang sebenarnya tentang nabi Muhammad sampai kepada mereka.
Pembagian Harta Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Kekayaan Khaibar yang dibagi-bagi yaitu Asy-Syiqq, Nathah, dan Al-Katibah. Asy-
Syiqq dan Nathah dibagikan kepada kaum Muslimin sebab itu memang merupakan jatah mereka.
Sedang Al- Katibah, seperlima darinya untuk Allah, Ra sulullah, sanak kerabat beliau, anak-anak ya tim,
orang-orang miskin, makanan para istri beliau, dan makanan untuk orang-orang yang menjadi
perantara perdamaian di antara beliau dengan warga Fadak. Mereka antara lain yaitu
Muhaiyyishah bin Mas'ud yang kala itu diberi tiga puluh wasaq gandum dan tiga puluh wasaq kurma.
Harta dari Khaibar dibagikan kepada para sahabat yang meng hadiri Perdamaian Hudaibiyah, para
sahabat yang menghadiri Perang Khaibar, dan sahabat yang tidak menghadirinya sekalipun yaitu Ja bir
bin Abdullah bin Amr bin Haram. Rasu lullah memberinya jatah seperti sahabat yang menghadiri
Perang Khaibar. Lembah Khaibar yaitu lembah As-Surair dan Khash. Kedua lembah itulah yang
menjadi batas tentorial Khaibar. Nathah dan Asy-Syiqq memiliki delapan belas bagian; Nathah lima
bagian, sementara As-Syiqq tiga belas bagian, lalu dibagi menjadi seribu delapan ratus bagian.
Jumlah ini berdasarkan jumlah bagian para sahabat dari harta Khaibar. Pejalan kaki berjumlah
seribu empat ratus sedangkan pasukan berkuda berjumlah dua ratus. Setiap kuda mendapatkan dua
bagian dan penunggangnya satu bagian, adapun pejalan kaki mendapatkan satu bagian. lalu
harta itu dibagi menjadi delapan belas bagian, dari setiap bagiannya dibagi untuk seratus orang.
Ibnu Hisyam berkata: Di Khaibar, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memilah-milah kuda
berdasarkan keturunannya, kuda Arab dan kuda campuran.
Ibnu Ishaq berkata: Ali bin Abu Thalib merupakan ketua demikian pula dengan Zubair bin Awwam,
Thalhah bin Ubaidillah, Umar bin Khaththab, Abdurrahman bin Auf, Ashim bin Adi dari Bani Al-Ajlan,
Usaid bin Al-Hudhair. Bagian Al-Harits bin Al-Khazraj, bagian dari Nairn, bagian Bani Bayadhah, bagian
Bani Ubaidah, bagian Bani Haram dari Bani Salimah, bagian Ubaid As-Siham.
Ibnu Hiyam berkata: Dinamakan Ubadi As-Siham, sebab membeli as-siham (anak panah) di Perang
Khaibar. Sebenarnya dia yaitu Ubaid bin Aus dari Bani Haritsah bin Al-Harits bin Al-Khazraj bin Amr
bin Malik bin Al-Aus.
Ibnu Ishaq berkata: Juga bagian Saidah, bagian Ghifar dan Aslam, bagian An-Najjar, bagian Haritsah
dan bagian Aus.
Bagian yang pertama kali keluar dari harta Khaibar di Nathat yaitu bagian Zubair bin Awwam yaitu
Al-Khau' disusul As-Surair, bagian kedua yaitu bagian Bayadlah, bagian ketiga yaitu bagian Usaid,
bagian empat yaitu bagian Bani Al-Harits bin Al-Khazraj, bagian kelima yaitu bagian Nairn untuk
Bani Auf bin Al-Khazraj dan Muzayyanah dan sekutu-sekutu mereka. Di tempat inilah, Mahmud bin
Maslamah terbunuh. Itulah pembagian dari Nathat.
Sesudah itu, para sahabat memasuki Asy-Syiqq. Bagian yang pertama kali keluar yaitu bagian Ashim
bin Adi saudara Bani Al-Ajlan bersama bagian Rasulullah, lalu bagian Abdurrahman bin Auf, diikuti
bagian Saidah, lalu bagian An-Najjar, lalu bagian Ali bin Thalib, disusul bagian Thalhah bin Ubai-
dillah, disusul bagian Ghifar dan Aslam, di susul bagian Umar bin Khaththab, disusul dua bagian Bani
Ubaid dan Bani Haram, disusul bagian Haritsah, disusul Ubaid As-Siham, disusul bagian Aus yaitu
bagian Al-Lafif, Juhainah, dan orang-orang Arab yang hadir di perang Khaibar. Di dekat bagian Aus
ada bagian Rasulullah yang beliau dapatkan bersama bagian Ashim bin Adi.
sesudah itu, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membagi Al-Katibah, yaitu Lembah Khash kepada
sanak kerabat dan beberapa orang laki-laki dan wanita dari kaum Muslimin. Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam memberi Fathimah dua ratus wasaq, Ali bin Abu Thalib seratus wasaq, Usamah bin
Zaid dua ratus lima puluh wasaq biji-bijian, Aisyah Ummul Mukminil dua ratus wasaq, Abu Bakar bin
Abu Quhafah seratus wasaq, Aqil bin Abu Thalib seratus empat puluh wasaq, anak-anak Ja'far lima
puluh wasaq, Rabi'ah bin Al-Harits seratus wasaq, Ash-Shalt bin Makhramah dan dua anaknya seratus
wasaq, untuk Ash-Shalt empat puluh wasaq, untuk Abu Nabiqah lima puluh wasaq, Buat Rukanah bin
Abdu Yazid lima puluh wasaq, Qais bin Makhramah tiga puluh wasaq, Abu Al-Qasim bin Makhramah
empat puluh wasaq, anak-anak putri Ubaidah bin Al-Harits dan putri Al-Hushain bin Al-Harits seratus
wasaq, anak-anak Ubaid bin Abdu Yazid enam puluh wasaq, anak Aus bin Makhramah tiga puluh
wasaq, Misthah bin Atsatsah dan anak Ilyas lima puluh wasaq, Ummu Rumaitsah empat puluh wasaq,
Nu'aim bin Hindun tiga puluh wasaq, Buhainah binti Al-Harits tiga puluh wasaq, Ujair bin Abdu Yazid
tiga puluh wasaq, Ummu Al-Hakam binti Zubair bin AI-Muthalib tiga puluh wasaq, Juman^th binti Abu
Thalib tiga puluh wasaq, Ummu AI-Arqam lima puluh wasaq, Abdurrahman bin Abu Bakar empat puluh
wasaq, Hamnah binti Jahsy tiga putuh wasaq, Ummu Zubair empat putuh wasaq, Dzuba'ah binti Zubair
empat puluh wasaq, anak Abu Khunais tiga puluh wasaq, Ummu Thalib empat puluh wasaq, Abu
Bashrah dua puluh wasaq, Numailah Al-Kalbi lima puluh wasaq, Abdullah bin Wahb dan kedua anaknya
sembilan puluh wasaq, kedua anaknya mendapatkan empat puluh wasaq, Ummu Habib binti Jahsy
tiga puluh wasaq, Malku bin Abdah tiga puluh wasaq, dan istri-istri beliau mendapatkan tujuh ratus
wasaq.
Ibnu Hisyam berkata: Gandum, kurma, biji-bijian, dan lain sebagainya dibagi oleh Rasulullah
berdasarkan kebutuhan mereka. Kebutuhan Bani Abdul Muthalib lebih banyak daripada yang lain,
oleh sebab nya, beliau memberi mereka melebihi bagian yang lain.
Gandum dari Khaibar yang Dibagikan Oleh Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam Kepada Para
isterinya
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam membagikan seratus delapan puluh wasaq
gandum kepada para isterinya, sedangkan untuk Fathimah binti Rasulullah sebanyak delapan puluh
lima wasaq, Usamah bin Zaid empat puluh wasaq, Al-Miqdad bin Al-Aswad lima belas wasaq, dan
Ummu Rumaitsah lima wasaq. Pembagian ini disaksikan oleh Utsman bin Affan dan ditulis oleh Al-
Abbas.
Ibnu Ishaq berkata: Shalih bin Kaisan meriwayatkan kepadaku dari Ibnu Syihab Az- Zuhri dari Ubaidillah
bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud, ia berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mewasiatkan
tiga hal sebelum wafatnya; orang-orang Rahawiyin diberi seratus wasaq gandum Khaibar, orang-orang
Ad-Dariyyin diberi seratus wasaq gandum Khaibar, orang-orang As-Sibaiyyin diberi seratus wasaq
gandum Khaibar, orang-orang Al-Asy'ariyyin diberi seratus wasaq gandum Khaibar, dan mewasiatkan
untuk tetap melaksanakan pengiriman pasukan Usamah bin Zaid, dan wasiat yang ketiga agar tidak
boleh ada lagi dua agama di Jazirah Arab.
Tentang Fadak dalam Berita Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: sesudah Rasulullah menyelesaikan penaklukan Khaibar, Allah merasukkan
perasaan takut yang luar biasa ke dalam hati orang-orang Fadak saat mendengar bahwa Allah telah
menimpakan hukuman ke pada orang-orang Khaibar. Oleh sebab nya, mereka mengirim utusan
kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk berdamai dengan cara membagi dua kekayaan
Fadak. Utusan mereka bertemu Rasulullah di Khai bar, atau di salah satu jalan, atau sesudah beliau tiba
di Madinah. Rasulullah pun menerima usulah perdamaian mereka. Maka Fadak murni menjadi bagian
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebab tidak diserang, baik dengan pasukan berkuda ataupun
pasukan pejalan kaki.
Nama-nama Dariyyin yang Mendapatkan Wasiat dari Rasulullah untuk Mendapatkan Harta Khaibar
Ibnu Ishaq berkata: Orang-orang Ad-Dariyyin yaitu anak keturunan Dar bin Hani bin Habib bin
Numarah bin Lahm yang datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dari Syam. Tamim bin
Aus, saudara Tamim yang bernama Nu'aim bin Aus, Yazid bin Qais, Arafah bin Malik, yang diberi nama
Abdur Rahman oleh Rasulullah.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Azza bin Malik dan saudaranya yang bernama Murran bin
Malik.
Ibnu Hisyam berkata: Namanya Marwan bin Malik.
Ibnu Ishaq berkata: Sedang Fakih bin Nu'man, Jabalah bin Malik, Abu Hindun bin Bar dan saudaranya
yang bernama Ath-Thayyib diberi nama Abdullah oleh Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Rasulullah -sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abu Bakar kepadaku- mengutus
Abdullah bin Rawahah kepada warga Khaibar sebagai kharrash (petugas yang memperkirakan
hasil panen buah kurma yang masih berada di pohonnya) antara kaum Muslimin dan orang-orang
Yahudi. jika Orang-orang Yahudi berkata: "Engkau mencurangi kami." Abdullah bin Rawahah
berkata: "Jika kalian setuju dengan keputusan ini, maka ambillah bagian kalian, jika tidak, maka kalian
tidak akan mendapatkan apa-apa." Mereka berkata: "Dengan inilah langit dan bumi menjadi tegak."
Hanya dalam waktu setahun Abdullah bin Rawahah bertugas sebagai kharish di Khaibar, sebab ia mati
syahid pada Perang Mu'tah. Sepeninggalnya ia digantikan oleh Jabbar bin Shakhr bin Umaiyyah bin
Khansa dari Bani Salimah.
Selama beberapa waktu, kaum Muslimin tidak melihat hal-hal yang tidak baik pada orang-orang
Yahudi. Hingga suatu waktu, mereka menyerang Abdullah bin Sahl dari Bani Haritsah dan
membunuhnya. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan kaum Muslimin menuduh mereka sebagai
pembunuhnya.
Ibnu Ishaq berkata: Az-Zuhri dan Busyair bin Yasar bekas budak Bani Haritsah meriwayatkan kepadaku
dari Sahl bin Abu Hatsmah, ia berkata: Abdullah bin Sahl meninggal di Khaibar. Ia berangkat ke Khaibar
bersama para sahabatnya untuk memetik kurma, namun ia ditemukan dalam kondisi leher terputus
di salah satu mata air dan dilemparkan ke dalamnya. Para sahabat pun mengambilnya dan
menguburkannya. lalu mereka datang kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, dan
menceritakan peristiwa ini kepada beliau. Saudara Abdullah bin Sahl, Abdurrahman bin Sahl,
menghadap kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama dua anak pamannya;
Huwaiyyishah bin Mas'ud dan Muhayyishah bin Mas'ud. Abdurrahman bin Sahl yaitu orang yang
paling muda di antara mereka. Dia salah seorang keluarga korban, dan dikenal sangat pemberani di
kalangan kaumnya. saat Abdurrahman bin Sahl berbicara mendahului kedua anak pamannya,
Rasulullah bersabda: "Mulailah dari yang usianya lebih tua. Mulailah dari yang usianya tua lebih!!"
Ibnu Hisyam berkata: Mulailah dari yang suianya lebih tua, mulailah dari yang usianya lebih tua!.
Demikian yang dikatakan oleh Malik bin Anas kepada saya, maka Abdur Rahman bin Shal pun diam.
Akhirnya yang pertama kali berbicara yaitu Huwaiyyishah, Muhayyishah, lalu Abdurrahman.
Mereka menceritakan kabar terbunuhnya saudara mereka kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam. Beliau bersabda kepada mereka: "Maukah kalian menyebutkan nama pembunuh saudara
kalian, bersumpah atasnya sebanyak lima puluh kali, lalu pembunuh ini aku serahkan
kepada kalian?" Mereka menjawab: "Wahai Rasulullah, kami tidak terbiasa bersumpah atas sesuatu
yang kami sendiri tidak mengetahuinya." Rasulullah bersabda: "Bagaimana kalau orang-orang Yahudi
bersumpah dengan nama Allah bagi kalian bahwa mereka tidak membunuh saudara kalian dan tidak
mengetahui siapa pembunuhnya, lalu mereka dibebaskan?" Mereka bertiga menjawab: "Wahai
Rasulullah, kami tidak terbiasa menerima sumpah orang-orang Yahudi, sebab kekafiran yang ada
pada mereka itu jauh lebih besar dari pada bersumpah atas sebuah dosa." lalu Rasulullah
memberi mereka diyat seratus unta dari harta milik beliau sendiri. Abdurrahman bin Sahl berkata:
"Demi Allah, aku tidak pernah melupakan seekor anak unta merah yang menendangku saat aku
menggiringnya."
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ibrahim bin Al-Harits At-Taimi meriwayatkan kepadaku dari
Abdurrahman bin Bujaid bin Qaidhi saudara Bani Haritsah. Muhammad bin Ibrahim berkata: Demi
Allah, Abdurrahman bin Sahl tidak lebih tahu darinya, namun ia berusia lebih tua. Ia berkata kepada
Rasulullah: "Demi Allah, permasalahannya tidak seperti ini. Sahl hanya salah paham, sebab
sebenarnya beliau tidak bersabda, "Bersumpahlah dengan apa yang tidak kalian ketahui," namun
Rasullah menulis surat kepada orang-orang Yahudi sesudah kaum Anshar berbicara kepada beliau. Isi
suratnya yaitu sebagai berikut: Telah didapatkan korban di pemukiman kalian, oleh sebab itulah,
hendaklah kalian membayar tebusan darahnya (diyat)." Orang-orang Yahudi membalas surat beliau
yang isi suratnya menjelaskan bahwa mereka bersumpah tidak membunuh korban ini juga tidak
mengetahui pelakunya. Akhirnya, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam membayar diyat untuk
keluarga korban dari harta milik beliau sendiri.177
Ibnu Ishaq berkata: Amr bin Syuaib meriwayatkan kepadaku sebagaimana riwayat Abdurrahman bin
Bujaid, hanya saja Amr bin Syuaib berkata dalam ceritanya bahwa Rasulullah bersabda kepada orang-
orang Yahudi: "Berikan diyatnya atau bersiap-siaplah untuk perang." Merekapun menulis dan dalam
suratnya bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak membunuhnya. lalu Rasulullah
membayar diatnya dari harta beliau sendiri.
Ibnu Ishaq berkata: Aku bertanya kepada Az-Zuhri bagaimana Rasulullah memberi kebun kurma
mereka kepada orang Yahudi Khaibar tatkala itu diberikan kepada mereka atas dasar sewa? Apakah
itu diberikan sesudah dikuasai atau diberikan sebab adanya keperluan lain?
Maka Az-Zuhri menjelaskan kepadaku bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menaklukkan
Khaibar dengan senjata, maka Khaibar tergolong harta fay'i yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam. Allah Ta'ala memberi seperlimanya kepada beliau, dan
membagikannya kepada kaum Muslimin, serta mengusir orang-orang Khaibar seusai perang.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memanggil orang Khaibar dan bersabda kepada mereka:
"jika kalian suka, kami akan menyerahkan kebun-kebun ini kepada kalian untuk kalian garap dan
hasilnya dibagi di antara kita, aku menegakkan apa yang ditetapkan oleh Allah atas kalian." Mereka
pun menerima itu dan menggarap kebun-kebun Khaibar dengan perjanjian tadi.178
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengutus Abdullah bin Rawahah untuk membagi hasil panen
dengan adil. sesudah Rasulullah wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq mengesahkan kebun-kebun ini
berada di tangan mereka dengan cara yang pernah dilakukan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
hingga Abu Bakar meninggal dunia.
Rasul pada saat beliau sakit menjelang wafat: "Tidak boleh berkumpul dua agama di Jazirah Arab."
Umar bin Khaththab mengklarifikasi kebenaran wasiat ini dan mendapatkan kesimpulan bahwa
wasiat ini memang benar adanya. lalu Umar bin Khaththab pun mengirim surat kepada
orang-orang Yahudi. Dalam suratnya, ia berkata: "Sebetulnya Allah Azza wa Jalla mengizinkan
pengusiran kalian, sebab aku mendengar bahwa Rasulullah bersabda: "Tidak boleh berkumpul dua
agama di Jazirah Arab"179
Oleh sebab itulah, barangsiapa di antara orang-orang Yahudi yang memiliki perjanjian dengan
Rasulullah, silahkan datang kepadaku untuk aku tunaikan perjanjiannya. Adapun yang tidak
memiliki perjanjian dengan beliau, bersiap-siaplah untuk diusir." lalu , Umar bin Khaththab
mengusir orang-orang Yahudi yang tidak terikat perjanjian dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam.
Ibnu Ishaq berkata: Nafi' mantan budak Abdullah bin Umar meriwayatkan kepadaku dari Abdullah bin
Umar, ia berkata: Aku pergi bersama Zubair bin Awwam dan Al-Miqdad bin Al-Aswad ke kebun-kebun
kami untuk mengadakan perjanjian terkait kebun itu. saat tiba di Khaibar, kami berpisah untuk pergi
ke kebun masing-masing. Suatu malam, saat aku tidur di kasur, tiba-tiba seseorang menyerangku yang
menyebabkan kedua tanganku terkilir pada bagian sikut. Keesokan harinya, kedua sahabatku
berteriak memanggilku dan mendatangiku. Mereka bertanya: "Siapa yang melakukan semua ini
kepadamu?" Aku menjawab: "Aku tidak tahu." Kedua sahabatku itu memijat kedua tanganku lalu
keduanya membawaku menghadap Umar bin Khaththab. lalu Umar bin Khaththab berkata: "Ini
pasti perbuatan orang-orang Yahudi." Umar bin Khaththab berdiri berpidato di hadapan kaum
Muslimin. ia berkata: "Wahai manusia, Sebetulnya Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam telah
memperlakukan Khaibar dengan baik dan kita boleh mengusir mereka kapan pun kita
menghendakinya. Sebelum ini, mereka telah menyerang Abdullah bin Umar hingga kedua tangannya
terkilir, dan sebelumnya mereka telah menyerang salah seorang dari kaum Anshar padahal kita tahu
bahwa mereka sahabat orang-orang Yahudi itu. Kita tidak memiliki musuh selain mereka. Maka
barangsiapa memiliki harta di Khaibar pergilah ke sana untuk mengambilnya, sebab aku akan mengusir
mereka." lalu Umar bin Khaththab mengusir mereka.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku dari Abdullah bin Maknaf dari Bani
Haritsah, ia berkata: Tatkala Umar bin Khaththab hendak mengusir orang-orang Yahudi dari Khaibar,
ia pergi ke sana bersama Jabbar bin Shakhr bin Umaiyyah bin Khansa' dari Bani Salimah yang
merupakan kharrash (ahli takar) Madinah, dan Yazid bin Tsabit. Keduanya membagi Khaibar kepada
warga nya berdasarkan pola pembagian sebelumnya. Di antara pembagian yang dilakukan Umar
bin Khaththab Radhiyallahu Anhu terhadap Lembah Al-Qura, Utsman bin Affan memiliki satu
bagian darinya, Abdurrahman memiliki satu bagian, Umar bin Salamah memiliki satu bagian,
Amir bin Abu Rabi'ah memiliki satu bagian, Amr bin Suraqah memiliki satu bagian dan Usyaim
satu bagian.
Ibnu Hisyam berkata: Ada pendapat ulama ahli sejarah yang mengatakan bahwa Aslam memiliki
satu bagian, Bani Ja'far satu bagian, Muaiqib satu bagian, Abdullah bin Al-Arqam satu bagian, Abdullah
dan Ubaidillah satu bagian, anak Abdullah bin Jahsy satu bagian, Ibnu Al-Bukair satu bagian, Al-
Mu'tamir satu bagian, Zaid bin Tsabit satu bagian, Ubay bin Ka'ab bagian satu, Muadz bin Afra
memiliki satu bagian, Abu Thalhah dan Hasan satu bagian. Jabbar bin Shakhr bin Abdullah bin Riab
satu bagian, Malik bin Sha'sha'ah dan Jabir bin Abdullah bin Amr satu bagian, Ibnu Hudhair satu
bagian, Sa'ad bin Muadz satu bagian. Salamah bin Salamah satu bagian, Abdurrahman bin Tsabit dan
Abu Syariq satu bagian, Abu Abs bin Jabr satu bagian, Muhammad bin Maslamah satu bagian, Jabr bin
Atik setengah bagian, Muhammad bin Maslamah satu bagian dan Ubadah bin Thariq satu bagian.
Ibnu Hisyam berkata: Ada pendapat yang mengatakan untuk Qatadah satu bagian.
Ibnu Ishaq berkata: Jabir bin Atik setengah bagian, anak Al-Harits bin Qais setengah bagian, anak
Hazamah dan Adh-Dhahhak satu bagian. Demikianlah riwayat yang sampai kepada kami tentang
penyelesaian Khaibar dan Lembah Al-Qura serta pembagiannya.
Tentang Kedatangan Ja'far bin Abi Thalib dari Habasyah dan Kisah Tentang Orang-orang yang
Hijrah ke Habasyah
Ibnu Hisyam berkata: Sufyan bin Uyainah berkata dari Al-Ajlah dari Asy-Sya'bi ia berkata: Ja'far bin Abu
Thalib Radhiyallahu Anhu sampai di kediaman Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bertepatan
dengan hari di mana Khaibar di taklukan. Beliau mencium di antara kedua mata Ja'far bin Abu Thalib
lalu merangkulnya. Beliau bersabda: "Aku tidak tahu dengan apakah aku merasa gembira,
dengan penaklukan Khaibar atau dengan kedatangan Ja'far."
Ibnu Ishaq berkata: Di antara para sahabat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang tinggal di
Habasyah sampai beliau mengutus Abdullah bin Umaiyyah Adh-Dhamri kepada Najasyi yang lalu
membawa mereka pulang dengan dua buah kapal hingga tiba di tempat beliau yang pada saat itu
berada di Khaibar yaitu sebagai berikut:
Dari Bani Hasyim bin Abdu Manaf satu orang, ia yaitu Ja'far bin Abu Thalib bersama istrinya Asma
binti Umais Al-Khats'amiyyah, dan anaknya Abdullah bin Ja'far yang dilahirkan di negeri Habasyah.
Ja'far bin Abu Thalib gugur sebagai syahid pada Perang Mu'tah, salah satu kawasan di Syam, dan saat
itu ia sebagai panglima perang Rasulullah.
Dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu sebagai berikut:. Khalid bin Sa'id bin Umaiyyah bin Abdu
Syams bersama istrinya Umainah binti Khalaf bin As'ad.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan Humainah binti Khalaf, dan kedua anak Khalid Bin Sa'id,
yaitu Sa'id bin Khalid dan Amah binti Khalid. Keduanya di lahirkan di Habasyah. Khalid gugur sebagai
syahid di Marj Ash-Shufur sebuah daerah di Syam, pada masa pemerintahan Abu Bakar. Dan saudara
Khalid, Amr bin Sa'id bin Al-Ash, bersama istrinya, Fathimah binti Shafwan bin Umaiyyah bin Muharrits
Al-Kinani. Fathimah binti Shafwan wafat di Habasyah, sedang Khalid gugur sebagai syahid di Ajnadin,
kawasan di Syam, pada masa pemerintahan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu.
lalu Muaqib bin Abu Fathimah. Penjaga Baitul Mai kaum Muslimin saat pemerintahan Umar bin
Khaththab. Selain itu juga, dia termasuk keluarga Sa'id bin Al-Ash.
Lalu Abu Musa Al-Asy'ari Abdullah bin Qais kolega keluarga Utbah bin Rabi ah bin Abdu Syams. Jadi
jumlah seluruhnya yaitu empat orang.
Sedangkan dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay cuma satu orang, dia yaitu Al- Aswad bin Naufal
bin Khuwailid.
Begitu juga dari Bani Abduddar bin Qushai cuma satu orang, dia yaitu Jahm bih Qais bin Abdu
Syurahbil bersama kedua anaknya, Amr bin Jahm dan Khuzaimah bin Jahm. Istri Jahm bin Qais, Ummu
Harmalah binti Abdul Al-Aswad, dan dua anaknya yang lain meninggal dunia di Habasyah.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab yaitu sebagai berikut: Amir bin Abu Waqqash, Utbah bin Mas'ud kolega
mereka dari Hudzail. Jadi seluruhnya dua orang.
Dari Bani Taim bin Murrah bin Ka'ab Cuma satu orang, dia yaitu Al-Harits bin Khalid bin Shakhr. Ia
bersama istrinya, Raithah binti Al-Harits bin Jubailah, dan meninggal dunia di Habasyah.
Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab satu orang, yakni Utsman bin Rabi'ah bin Uhban.
Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab cuma satu orang, yakni Mahmiyyah bin Al-Jaz'i kolega
mereka dari Bani Zubaid. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pernah memberi seperlima
bagian kaum Muslimin dan menjadikan bagiannya.
Dari Bani Adi bin Ka'ab bin Luay satu orang, yakni Ma'mar bin Abdullah bin Nadhlah.
Dari Bani Amir bin Luai bin Ghalib yaitu sebagai berikut: Abu Hathib bin Amr bin Abdu Syams. Malik
bin Rabi'ah bin Qais bin Abdu Syams bersama istrinya, Amrah binti As-Sa'di bin Waqdan bin Abdu
Syams. Jadi seluruhnya dua orang
Dari Bani Al-Harits bin Fihr bin Malik cuma satu orang, dia yaitu Al-Harits bin Abdu Qais bin Laqith.
Maka ltulah orang-orang yang diangkut Najasyi bersama Abdullah bin Umaiyyah Adh-Dhamri ke dalam
dua buah perahu. Jadi jumlah keseluruhan orang-orang yang datang kepada Rasulullahdari Habasyah
enam belas orang laki-laki. Itu temasuk istri-istri kaum Muslimin yang meninggal di Habasyah yang di
ikut sertakan di dalam dua buah perahu ini .
Adapun di antara para sahabat yang hijrah ke Habasyah akan namun tidak datang kepada Rasulullah
melainkan sesudah Perang Badar, dan tidak pula diangkut Najasyi ke dalam dua perahu, lalu
mereka datang sesudah itu, dan ada pula yang meninggal di daerah Habasyah, yaitu sebagai berikut:
Dari Bani Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu Ubaidillah bin Jahsy bin Riab Al-Usadi
kolega Bani Umaiyyah bin Abdu Syams bersama istrinya, Ummu Habibah binti Abu Sufyan, dan
putrinya, Habibah binti Ubaidillah. Oleh sebab itu istrinya dipanggil Ummu Habibah binti Abu Sufyan.
Adapun nama asli Ummu Habibah yaitu Ramlah.
Ubaidillah bin Jahsy hijrah bersama dengan kaum Muslimin ke Habasyah. Namun di saat tiba di sana,
ia murtad dan masuk agama Kristen dan meninggal di sana. Sepeninggal suaminya, lalu Ummu
Habibah binti Abu Sufyan Bin Harb dinikahi Rasulullah.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah yang berkata:
Ubaidillah bin Jahsy keluar bersama kaum Muslimin dalam keadaan Muslim. Setibanya di Habasyah,
ia memeluk agama Kristen. Ibn Ishaq berkata: "jika Ubaidillah lewat di hadapan kaum Muslimin,
ia selalu berkata: "Aku telah berhasil membuka mata kami dan melihat, sedangkan kalian mencari
penglihatan dan hingga kini belum bisa melihat."
Ibnu Ishaq berkata: lalu Qais bin Abdullah, dia yaitu salah seorang dari Bani Asad bin
Khuzaimah. Ia ayah Umaiyyah binti Qais yang ikut pergi bersama Ummu Habibah. Ia keluar bersama
istrinya, Barakah binti Yasar mantan budak Abu Sufyan. Umaiyyah binti Qais dan Barakah menyusui
anak Ubadillah bin Jahsy dan Ummu Habibah. Ubaidillah bin Jahsy dan Ummu Habibah membawa
kedua- nya ke Habasyah tatkala hijrah ke sana. Jadi jumlah seluruhnya dua orang.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushai yaitu sebagai berikut: Yazid bin Zam'ah bin Al-Aswad bin
Al-Muthalib bin Asad. Ia gugur sebagai syahid di Perang Hunain. lalu Amr bin Umaiyyah bin Al-
Harits bin Asad, dia meninggal dunia di Habasyah. Jadi jumlah seluruhnya dua orang.
Dari Bani Abduddar bin Qushai yaitu sebagai berikut: Abu Ar-Ruum bin Umair bin Hasyim bin Abdu
Manaf bin Abduddar. lalu Firas bin An-Nadhr bin Al-Harits bin Kaladah bin Alqamah bin Abdu
Manaf bin Abduddar. Jadi jumlah seluruhnya dua orang.
Dari Bani Zuhrah bin Kilab bin Miarrah Cuma satu orang, dia yaitu Al-Muthalib bin Azhar bin Abdu
Manaf bin Abd bin Al-Harits bin Zuhrah ia pergi bersama istrinya, Ramlah binti Abu Auf bin Dhubair
bin Sa'id bin Sa'ad bin Sahm. Al-Muthalib bin Azhar meninggal di Habasyah. Di sanateh, Ramlah binti
Abu Auf melahirkan Abdullah bin Al-Muthalib. Ada yang mengatakan bahwa Abdullah bin Al-Mutht-
hatib yaitu seorang anak yang pertama kali mewarisi harta ayahnya dalam Islam.
Dari Bani Taym bin Murrah bin Ka’ab bin Luay satu orang, dia yaitu Amr bin Utsman bin Amr bin
Ka'ab bin Sa'ad bin Taym. Ia gugur sebagai syahid pada Perang Al-Qadisiyah t-atkala ikut terjun ke
medan perang bersama Sa'ad bin Abu Waqqash.
Dari Bani Makhzum bin Yaqadzah bin Murrah bin Ka'ab yaitu sebagai berikut: Habbar bin Sufyan bin
Abdul Asad. Ia gugur sebagai syahid di Ajnadin salah satu kawasan di Syam pada masa pemerintahan
Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Lalu saudara Habbar bin Sufyan, Abdullah bin Sufyan. Ia gugur sebagai
syahid di Perang Yarmuk di Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu.
Akan namun ia diragukan, apakah ia gugur di perang ini atau tidak. Dan Hisyam bin Abu Hudzaifah
bin Al-Mughirah. Jadi jumlah seluruhnya tiga orang.
Dari Bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu sebagai berikut: Hathib bin Al-Harits bin
Ma'mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah bersama kedua anaknya, Muhammad dan Al-
Harits, dan bersama istrinya, Fathimah binti Al-Muhallal. Hathib bin Al-Harits meninggal di Habasyah
dalam keadaan Muslim, lalu istri dan kedua anaknya tiba di Madinah dengan menaiki salah satu
perahu. lalu saudara Hathib bin Al-Harits, Haththab bin Al-Harits, pergi bersama istrinya,
Fukaihah binti Yasar. Haththab bin Al-Harits meninggal di Habasyah dalam keadaan Muslim, lalu
istrinya pulang dengan menaiki salah satu perahu. lalu Sufyan bin Ma'mar bin Habib dan kedua
anaknya, Junadah dan Jabir, dan juga ibu keduanya, Hasanah, dan saudara seibu keduanya, Syurahbil
bin Hasanah. Sufyan bin Ma'mar dan kedua anaknya, Junadah dan Jabir, meninggal pada masa
pemerintahan Umar bin Khaththab. Jadi jumlah seluruhnya enam orang.
Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu sebagai berikut: Abdullah bin Al-Harits bin Qais
bin Adi bin Sa'ad bin Sahm, la yaitu seorang penyair dan meninggal dunia di daerah Habasyah. Qais
bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa'id bin Sahm. Abu Qais bin Al-Harits bin Qais bin Adi bin Sa'id bin
Sahm, ia gugur sebagai syahid di Perang Yamamah pada zaman pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
Radhiyallahu Anhu. Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Sa'id bin Sahm, dia yaitu utusan
Rasulullah kepada Kisra Persia. Al-Harits bin Ai-Harits bin Qais bin Adi. Ma'mar bin Al-Harits bin Qais
bin Adi. Bisyr bin Al-Harits bin Qais bin Adi. Saudara seibu Bisyr bin Al-Harits dari Bani Tamim yang
bernama Sa'id bin Amr, ia gugur saat Perang Ajnadin sebagai syahid pada zaman pemerintahan Abu
Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu. Sa'id bin Al-Harits bin Qais, ia gugur saat Perang Yarmuk sebagai
syahid pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu. As-Saib bin Al-Harits bin
Qais, ia terluka di Thaif bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan gugur saat Perang Fihl
sebagai syahid pada zaman pemerintahan Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu. Dan ada juga yang
mengklaim bahwa ia gugur di Perang Khaibar, namun hal ini diragukan. Umair bin Riab bin
Hudzaifah bin Mihsyam bin Sa'id bin Sahm, ia gugur di Ain At-Tamri saat bersama Khalid bin Al-Walid
yang waktu itu dalam perjalanan pulang dari Yamamah pada zaman pemerintahan Abu Bakar Ash-
Shiddiq Radhiyallahu Anhu. Jadi jumlah seluruhnya sebelas orang.
Dari Bani Adi bin Ka'ab bin Luay yaitu sebagai berikut: Urwah bin Abdul Uzza bin
Hurtsan bin Auf bin Ubaid bin Uwaij bin Adi bin Ka'ab, ia meninggal di daerah Habasyah. Adi bin
Nadhlah bin Abdul Uzza bin Hurtsan, ia meninggal di Habasyah. Jadi jumlah seluruhnya dua orang.
Pada saat Adi bin Nadhlah pergi ke Ha-basyah, ia pergi bersama anaknya An-Nu'man bin Adi. Dan An-
Nu'man sendiri yaitu orang yang datang bersama kaum Muslimin dari Habasyah dan hidup sampai
masa pemerintahan Umar bin Khaththab lalu Umar bin Khaththab menjadikannya sebagai
gubernur Maisyan, sebuah kawasan di Basrah. Di sana ia melantunkan beberapa bait syair:
Apakah telah terdengar oleh Hasna tentang sebuah kabar?
Bahwa suaminya di Maisyan disuguhi minum dari kaca dan guci
Jika aku suka seluruh gadis desa bernyanyi untukku
Juga para penari yang berlenggak-lenggok di atas jari-jarinya
Bila kau menyesal maka berilah aku minum yang lebih banyak
Jangan beri aku dengan minuman yang lebih sedikit
Mungkin Amirul Mukminin berburuk sangka
Kami menyesal berada di bawah reruntuhan bangunan nan tinggi
Tatkala bait-bait sya'ir ini sampai ke telinga Umar bin Khaththab ia marah lalu berkata: "Ya, demi
Allah, itu sangat menggangguku. Maka barangsiapa yang bertemu dengan An-Nu'man bin Adi, katakan
padanya bahwa aku mencopot dari jabatannya." Umar bin Khaththab pun mencopot An-Nu'man bin
Adi. sesudah itu, pada saat An-Nu'man bin Adi pulang dan tiba di hadapan Umar bin Khaththab, ia
meminta maaf dan berkata: "Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, aku Tidak berbuat apa-apa
sebagaimana yang ada dalam syair yang engkau dengar, akan namun aku seorang penyair yang
kelepasan bicara seperti yang biasa terjadi pada para penyair." Umar bin Khaththab berkata: "Demi
Allah, janganlah engkau mengerjakan tugas apa pun untukku selagi aku hidup, sebab ucapan yang
engkau katakan."
lalu dari Bani Amir bin Luai bin Ghalib bin Fihr cuma satu orang, ia yaitu Salith bin Amr bin
Abdu Syams bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bin Amir, ia yaitu utusan Rasulullah kepada
Haudzah bin Ali AI-Hanafi di Yamamah.
Dari Bani Al-Harits bin Fihr bin Malik yaitu sebagai berikut: Utsman bin Abdu Ghanm bin Zuhair bin
Abu Syadad. Sa'ad bin Abdu Qais bin Laqith bin Amir bin Umaiyyah bin Dzarib bin Al-Harits bin Fihr
dan lyadh bin Zuhair bin Abu Syadad. Jadi jumlah seluruhnya tiga orang.
Maka jumlah seluruh orang-orang yang hijrah ke Habasyah dan tidak datang kepada Rasulullah di
Makkah, tidak ikut perang Badar dan lalu datang sesudah itu dan juga tidak diangkut Najasyi
dengan dua perahu yaitu tiga puluh empat orang.
Nama-nama Orang yang Hijrah dan Anak-anak Mereka yang Meninggal Dunia di Habasyah.
Ibnu Ishaq berkata: Dari Bani Abdu Syams bin Abdu Manaf yaitu Ubaidillah bin Jahsy bin Riab kolega
Bani Umaiyyah. Ia meninggal dunia di Habasyah dalam keadaan Kristen.
Dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qu- shay yaitu Amr bin Umaiyyah bin Al-Harits bin Asad.
Dari Bani Jumah yaitu Hathib bin A-Harits dan saudaranya, Haththab bin Al-Harits.
Dari Bani Sahm bin Amr bin Hushaish bin Ka'ab yaitu Abdullah bin Al-Harits bin Qais.
Dari Bani Adi bin Ka'ab bin Luay yaitu Urwah bin Abdul Uzza bin Hurtsan bin Auf dan Adi bin Nadhlah.
Jadi jumlah seluruh orang-orang yang hijrah ke Habasyah dan meninggal dunia di sana yaitu tujuh
orang.
Adapun dari anak-anak mereka yang meninggal dunia di Habasyah hanya dari Bani Taym bin Murrah
saja yaitu satu orang, dan dia yaitu Musa bin Al-Harits bin Khalid bin Shakhr bin Amir.
Sementara jumlah wanita Muslimah yang hijrah ke Habasyah baik yang kembali pulang atau
meninggal dunia di sana, yaitu enam belas orang, dan itu tidak termasuk putri-putri mereka yang
lahir di sana. Dan inilah rincian nama-nama yang pulang lagi atau meninggal di sana, dan wanita-
wanita yang hijrah bersama mereka:
Dari kaum Quraisy, sebagai berikut: dari Bani Hasyim yaitu Ruqaiyyah binti Rasulullah.
Dari Bani Umaiyyah yaitu Ummu Habibah binti Abu Sufyan bersama putrinya, Habibah. Ummu
Habibah membawanya hijrah ke Habasyah dan juga membawanya pulang dari sana.
Dari Bani Makhzum yaitu Ummu Salamah binti Abu Umaiyyah, ia pulang bersama putrinya, Zainab
yang di lahirkan di Habsyah, hasil dari pernikahannya dengan Abu Salamah.
Dari Bani Taym bin Murrah yaitu Raithah binti Al-Harits bin Jubailah. Ia pulang bersama kedua
putrinya yang lahir di Habasyah, Aisyah binti Al-Harits dan Zainab binti Al-Harits dan bersama anak
laki-lakinya, Musa bin Harits, namun mereka meninggal dunia saat di perjalanan sebab air yang
mereka minum di jalan. Adapun yang tiba hanya salah seorang putrinya yang lahir di Habasyah dia
bernama Fathimah. Dan tidak ada yang tersisa dari anak-anaknya kecuali dia.
Dari Bani Sahm bin Amr yaitu Ramlah binti Abu Auf bin Dhubairah.
Dari Bani'' Adi bin Ka'ab yaitu Laila binti Abu Hatsmah bin Ghanim.
Dari Bani Amir bin Luay yaitu sebagai berikut: Saudah binti Zam'ah bin Qais, Sahlah binti Suhail bin
Amr, Putri Al-Muhallal, Amrah binti As-Satii bin Waqdan dan Ummu Kultsum binti Suhail bin Amr.
Adapun dari orang-orang Arab yang bernasab jauh yaitu sebagai berikut: Asma'-binti Umais bin An-
Nu'man Al-Khats amiyyah, Fathimah binti Shafwan bin Umaiyyah bin Muharrits Al-Kinaniyah, Fukaikah
binti Yasar, Barakah binti Yasar, Hasanah ibu Syurahbil bin Hasanah.
Inilah nama anak-anak kaum Muslimin yang lahir di Habasyah
Dari Bani Hasyim, Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib.
Dari Bani Abdu Syams yaitu sebagai berikut: Muhammad bin Abu Hudzaifah, Sa-id bin Khalid bin Sa'id
saudara perempuan Sa'id dan Amah binti Khalid.
Dari Bani Makhzum yaitu Zainab binti Abu Salamah bin Abdul Asad.
Dari Bani Zuhrah yaitu Abdullah bin Al-Muthalib bin Azhar.
Dari Bani Taym yaitu Musabin Al-Harits bin Khalid dan saudari-saudari perempuannya, yaitu Aisyah
binti Al-Harits, Fathimah binti A-l-Harits, dan Zainab binti Al-Harits.
Detailnya, anak laki-laki yang lahir di Ha-basyah berjumlah lima orang, yaitu: Abdullah bin Ja'far,
Muhammad bin Abu Hudzaifah, Sa'id bin Khalid, Abdullah bin AI-Muthalib dan Musa bin Al-Harits.
Sementara anak-anak perempuan juga bepjumlah lima orang yaitu: Amah binti Khalid, Zainab binti
Abu Salamah, Aisyah binti Al-Harits bin Khalid bin Shakhr, Zainab binti Al-Harits bin Khalid bin Shakhr,
Fathimah binti Al-Harits bin Khalid bin Shakhr.
Umrah Pada Bulan Dzul Qa'dah Tahun Ketujuh Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: Sekembalinya dari Khaibar, Rasulullah menetap di Madinah selama bulan Rabi'ul
Awwal, Rabi'ul Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, dan Syawwal. Di sela-sela waktu antara budan-bulan
itu, beliau meagirim para pengintai dan ekspedisinya.
Pada bulan Dzulqa'dah tahun ketujuh Hijriyah, pada bulan dimana beliau di hadang oleh orang-orang
musyrik. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengadakan perjalanan dari Madinah untuk
menunaikan ibadah umrah sebagai pengganti umrah yang pernah digagalkan oleh kaum musyrikin.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah memberi mandat kepada Uwaif bin Al-Adhbath Ad-Daili untuk
menjadi imam di Madinah untuk sementara waktu. Umrah ini disebut umrah qishas, sebab
dilaksanakan pada bulan DzuJqa'dah yang merupakan salah satu bulan haram, yaitu pada tahun
keenam Hijriyah. orang-orang Quraisy melarang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melaksanakan
umrah, lalu pada tahun berikutnya, tahun ketujuh Hijriah, beliau mengambil qishas (pembalasan) dari
mereka yaitu dengan cara datang ke Makkah pada bulan Dzulqa'dah.
Aku mendengar riwayat dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, ia berkata: Allah Ta 'ala menurunkan
ayat berikut tentang umrah ini :
Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yangpatut dihormati, berlaku hukum qishash
(QS. al-Baqarah: 194).
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam berangkat ke Makkah bersama para
sahabat yang hendak ikut umrah pada tahun sebelumnya, namun gagal dilaksanakan. Saat orang-
orang Quraisy mendengar keberangkatan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, mereka pergi
meninggalkan Makkah. Orang-orang Quraisy saling berbicara diantara mereka bahwa Rasulullah dan
para sahabat berada dalam kesulitan, tekanan, dan penderitaan.
Ibnu Ishaq berkata: Orang yang tidak aku ragukan integritasnya berkata kepadaku dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu Anhuma. yang berkata: Orang-orang Quraisy berbaris di Daar An-Nadwah untuk
menyaksikan Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabat. saat beliau dan para sahabat
memasuki Masjidil Haram, beliau beridhthiba’ (menyembunyikan sebagian tangannya), dan
mengeluarkan tangan kanannya lalu bersabda: "Semoga Allah merahmati orang yang memperlihatkan
kekuatannya terhadap orang-orang Quraisy pada hari ini." Rasulullah menyentuh rukun, lalu
berlari-lari kecil bersama para sahabat hingga Baitullah tertutup oleh mereka, lalu beliau
menyentuh Rukun Yamani, dan terus berjalan hingga menyentuh bagian Hajar Aswad, beliau berlari-
lari kecil pada tiga putaran pertama, dan berjalan di sisa putaran. I'bmu Abbas berkata: Orang-orang
Quraisy melihat bahwa thawaf yang beliau lakukan berbeda dengan thawaf yang selama ini mereka
lakukan. Rasulullah Shalllallahu 'Alaihi wa Sallam sengaja memperlihatkan thawaf dengan cara tadi itu
kepada orang-orang Quraisy, sebab beliau mendengar ucapan mereka bahwa beliau dan para
sahabat berada dalam kesulitan, tekanan, dan penderitaan. Dan pada saat Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam menunaikan haji Wada', beliau mengerjakan thawaf seperti di atas lalu thawaf
semacam itu ditetapkan sebagai sunnah beliau.
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr menceritakan kepadaku bahwa pada saat Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam sampai di Makkah untuk melaksanakan umrah ini , tali kendali unta
beliau dipegang Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu seraya menuturkan syair:
Hai orang-orang kafir, biarkanlah dia menempuh jalannya
Biarkanlah sebab semua kebaikan ada pada Rasul-Nya
Wahai Tuhan, aku beriman kepada sabdanya
Ku yakin hak Allah pasti menerimanya
Kami perangi kalian selaras takwilnya
Seperti kami perangi kalian selaras dengan wahyu-Nya
Kami serang kalian dengan pukulan yang melepaskan kepala dari lehernya
Dan membuat sahabat kehilangan sahabat dekatnya.
Ibnu Hisyam berkata: "Bait syair, 'Kami perangi kalian selaras dengan takwilnya,' dan bait sesudahnya
merupakan bait syair milik Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhuma yang diueapkannya dalam peristiwa
yang berbeda. Dengan dalil bahwa Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhuma menujukan syair tadi
untuk orang-orang musyrikin, padahal mereka tidak mempercayai wahyu, sedangkan orang yang
dibunuh sesuai dengan takwil ialah orang yang mempercayai wahyu.
Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam Menikah dengan Maimunah
Ibnu Ishaq berkata: Aban bin Shalih dan Abdullah bin Abu Najih meriwayatkan kepadaku dari Atha' bin
Abu Rabah juga Mujahid bin Al-Hajjaj meriwayatkan kepadaku dari Ibnu Abbas Radiyallahu Anhuma,
ia berkata: Pada perjalanan umrah ini Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam menikah dengan
Maimunah binti Al-Harits dan Al-Abbas bin Abdul Muthalib merupakan orang yang menikahkan beliau
dengannya.
Ibnu Hisyam berkata: Maimunah binti At-Harits mewakilkan urusan dirinya kepada saudarinya Ummu
Al-Fadhl, istri Al-Abbas bin Abdul Muthalib. lalu Ummu Al-Fadhl melimpahkan kepada
suaminya, Al- Abbas bin Abdul Muthalib. Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam menikahi Maimunah
binti Al-Harits di Makkah dengan mahar uang sebesar empat ratus dirham.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah berada di Makkah selama tiga hari. Pada hari ketiga, Huwaithib bin
Abdul Uzza bin Abu Qais bin Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl bersama dengan beberapa orang
Quraisy lainnya datang kepada beliau, mereka diberi tugas oleh orang-orang Quraisy untuk mengusir
beliau. Mereka berkata kepada Rasulullah: "Batas izin tinggalmu di Makkah telah habis, maka
segeralah engkau pergi dari kami."
Rasulullah bersabda: "Apa yang akan menimpa kalian, andai kalian membiarkanku mengadakan
resepsi pernikahan di tengah-tengah kalian lalu kalian ikut menghadirinya dan aku akan menyajikan
hidangan makanan untuk kalian?" Orang-orang Quraisy berkata: "Kami tidak butuh makananmu.
Pergilah!"
Rasulullah meninggalkan Makkah dan menugaskan Abu Rati', mantan budaknya untuk menjaga
Maimunah binti Al-Harits, lalu dia menyusulnya lalu bersama Maimunah binti Al-Harits di
daerah Sarif. Di sanalah resepsi pernikahannya dilangsungkan. Pada bulan Dzulhijjah, Rasulullah
pulang ke Madinah.
Ibnu Hisyam berkata: Abu Ubaidah meriwayatkankepadaku bahwa Allah Azza wa Jalla menurunkan
ayat berikut kepada Rasulullah:
Sebetulnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan
sebenarnya (yaitu) bahwa Sebetulnya kalianpasti memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam
keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kalian tidak merasa
takut, maka Allah mengetahui apa yang tidak kalian ketahui dan Dia memberi sebelum itu
kemenangan yang dekat. (QS. al-Fath: 27). Kemenangan yang dekat maksudnya yaitu penaklukan
Khaibar.
Perang Mu'tah Bulan Jumadal Ula Tahun Kedelapan dan Terbunuhnya Ja'far, Zaid dan Ibnu Rawahah
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam tinggal di Madinah pada sisa bulan
Dzulhijjah dan terus hingga bulan Muharram, Shafar, Rabiul Awal, dan Rabiul Akhir. Pada bulan
Jumada Ula, beliau mengirim pasukan ke Syam yang lalu diantara mereka ada yang gugur di
perang Mu'tah.
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja far bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari Urwah bin Zubair,
ia berkata: Pada bulan Jumadal Ula tahun kedelapan Hijriyah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
mengirim pasukan ke Mu'tah dan menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai panglima. Rasulullah bersabda:
"jika Zaid gugur, maka panglima pasukan digantikan oleh Ja'far bin Abu Thalib. jika Ja'far bin
Abu Thalib gugur, maka digantikan oleh Abdullah bin Rawahah."180
Pasukan Islam segera mengadakan persiapan dan bersiaga penuh untuk berangkat melaksanakan
tugas dan kewajiban. Pasukan itu berjumlah tiga ribu personel. Saat keberangkatan tiba, kaum
Muslimin melepas keberangkatan mereka dan mengucapkan salam perpisahan kepada para panglima
pasukan. saat Abdullah bin Rawahah diberi ucapan selamat jalan oleh orang-orang yang melepas
kepergian para panglima pasukan, ia menangis. Para sahabat bertanya: "Wahai Ibnu Rawahah
mengapa engkau menangis?" Abdullah bin Rawahah menjawab: "Demi Allah, aku menangis bukan
sebab kecintaanku pada dunia atau kerinduanku pada kalian, namun sebab aku pernah mendengar
Rasulullah membaca ayat Al-Qur'an tentang neraka:
Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan mendatangi neraka ini ; hal ini bagi Tuhanmu
yaitu suatu kemestian yang sudah ditetapkan (QS. Maryam: 71).
Aku tidak tahu seperti apa nasib diriku sesudah kematian. Kaum Muslimin berkata: Semoga Allah
menyertai, melindungi serta mengembalikan kalian kepada kami dalam keadaan selamat.
lalu Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu menuturkan syair:
Aku memohon ampunan pada Sang Maha Penyayang
Dan pukulan dahsyat yang memancarkan darah
Atau tikaman oleh manusia haus darah
Dengan tombak yang menembus usus dan hati
Hingga orang-orang berkata tatkala melewati kuburanku,
Semoga Allah memberi petunjuk kepada tentara dan ia telah menggapainya
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat pasukan siap untuk berangkat, Abdullah bin Rawahah menghadap
Rasulullah dan mengucapkan salam perpisahan kepadanya.
Ibnu Ishaq berkata: Lalu pasukan ini berangkat dan dilepas oleh Rasulullah. sesudah beliau
melepas dan berpisah dengan mereka, Abdullah bin Rawahah bertutur:
Semoga damai tercurah kepada orangyangku tinggalkan di Madinah Sebaik-baik penjaga dan sahabat
Ibnu Ishaq berkata: lalu pasukan Islam berangkat dan singgah di sebuah daerah di Syam
bernama Ma'an. Di sana, mereka mendengar kabar bahwa Heraklius telah tiba di Ma'ab, sebuah
daerah di Al-Balqa', dengan membawa seratus ribu tentara Romawi dan seratus ribu tentara sekutu
dari Lakhm, Judzam, Al-Yaqin, Bahra', dan Baly yang dipimpin salah seorang dari Baly lalu dari
Irasyah yang bernama Malik bin Zafilah. Pada saat kaum Muslimin mendapatkan informasi itu, mereka
tinggal di Ma'an selama dua malam untuk berfikir mencari solusi. Sebagian mereka berpendapat: "Kita
harus mengirim surat kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk memberitahukan
kepadanya jumlah kekuatan pasukan musuh, agar beliau mengirim pasukan tambahan atau
memerintahkan kita kembali pulang."
Abdullah bin Rawahah memotivasi mereka seraya berkata: "Wahai kaum Muslimin, demi Allah,
Sebetulnya hal yang kalian takuti ini pada hakikatnya inilah yang kalian cari yaitu mati syahid. Kita
tidak memerangi musuh sebab jumlah kita banyak atau kekuatan. Tapi, kita memerangi mereka
dengan agama ini yang menjadikan kita dimuliakan oleh Allah. Berangkatlah, kalian akan mem-
peroleh salah satu dari dua kebaikan: kemenangan atau mati syahid." Kaum Muslimin berkata: "Demi
Allah, apa yang dikatakan Abdullah bin Rawahah yaitu benar." Maka kaum muslimin pun berangkat.
Ibnu Ishaq berkata: Pasukan kaum Muslimin pun berangkat. lalu Abdullah bin Abu Bakr
meriwayatkan kepadaku bahwa ia diberitahu dari Zaid bin Arqam, ia berkata: Aku yaitu seorang anak
yatim dalam asuhan Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu. Dalam perjalanan ini, ia membawaku
dan menempatkanku di kantong besar yang ada pada unta. Demi Allah, pada saat ia berjalan pada
suatu malam, aku mendengarya menuturkan syair berikut ini:
Bila engkau membawaku mengangkut perbekalanku
Dalam perjalanan empat hari di tanah berair penuh batu
Maka nikmatilah hidup dan kau tidak tercela
Dan aku tidak akan kembali ke keluarga di belakang
Kaum Muslimin telah pergi dan mereka meninggalkan aku
Di daerah Syam sebab senang berdiam di sana
Engkau wahai kudaku, ditinggalkan orang yang memiliki nasab dekat
Kepada Ar-Rahman dalam keadaan persaudaraan yang terputus
Disana, aku tidakpeduli dengan buah-buahan yang tergantung pada hujan
Dan kurma yang akarnya disirami oleh manusia
Saat mendengar untaian bait-bait syair ini , aku menangis. Abdullah bin Rawahah memukulku
dengan tongkat kecil seraya berkata: "Anakku, apa salahnya jika Allah menganugrahkan kepadaku
mati syahid dan engkau pulang pada salah satu kantong pelana unta ini?" situ, Abdullah bin Rawahah
bertutur:
Wahai Zaid, wahai" Zaid unta yang berjalan cepat, malam telah berlalu
Engkau telah mendapat petunjuk, maka turunlah
Pertempuran Kaum Muslimin dengan Pasukan Romawi
Ibnu Ishaq berkata: Pasukan Islam terus berjalan. saat mereka tiba di perbatasan Al-Balqa' tepatnya
di desa Masyarif, mereka berpapasan dengan pasukan Romawi dan pasukan sekutu Arab. Kedua
pasukan itu saling merapat, namun kaum Muslimin bergerak menuju daerah Mu'tah. Di sanalah,
kedua belah pihak berhadapan. Kaum Muslimin bersiap-siap menghadapi musuh dengan menunjuk
Quthbah bin Qatadah seorang sahabat dari Bani Udzrah sebagai pemimpin pasukan sayap kanan
sedangkan pada sayap kiri dipimpin oleh Ubayah bin Malik seorang sahabat dari kaum Anshar.
Ibnu Hisyam berkata: Pendapat lain mengatakan namanya Ubadah bin Malik.
Zaid bin Haritsah Radhiyallahu Anhu Gugur sebagai Syahid
Ibnu Ishaq berkata: Kedua belah pihak saling berhadapan lalu saling serang. Zaid bin Haritsah
bertempur dengan memegang panji perang Rasulullah hingga gugur sebab terkena tikaman tombak
musuh.
Kepeminpinan dan Syahidnya Ja'far
lalu panji perang diambil alih oleh Ja'far bin Abu Thalib. Saat perang berkecamuk, Ja'far bin Abu
Thalib turun dari kudanya dan menyembelih kudanya ini . lalu ia bertempur hingga gugur.
Dalam sejarah Islam, Ja'far bin Abu Thalib merupakan orang yang pertama kali menyembelih kudanya
di medan perang.
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari ayahnya,
Abbad, ia berkara: Ayahku yaitu warga Bani Murrah bin Auf dan hadir pada Perang Mu'tah, Ia
berkata: "Demi Allah, pada saat aku menyaksikan Ja'far bin Abu Thalib turun dari kudanya, lalu
menyembelihnya, lalu bertempur hingga terbunuh, ia bertutur:
Betapa indah dan dekatnya surga
Minumannya baik dan menyegarkan
Orang-orang Romawi sungguh dekat siksanya
Mereka kafir dan bernasab jauh
Jika bertemu, akan kuserang mereka
Ibnu Hisyam berkata: Seorang yang aku percayai meriwayatkan kepadaku bahwa Ja'far bin Abu Thalib
mempertahankan panji perang dengan tangan kanannya hingga putus, lalu ia memegangnya
dengan tangan kiri hingga putus, lalu ia dekap dengan kedua lengannya hingga ia pun gugur pada
usianya yang ketiga puluh tiga tahun. Allah Ta'ala memberinya balasan berupa dua buah sayap
sehingga ia dapat terbang di dalam surga sesuka hatinya. Pendapat lain mengatakan bahwa salah
seorang tentara Romawi memukulnya dan tubuhnya terbelah menjadi dua bagian.
Komando Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu Anhu dan Kematiannya
Ibnu Ishaq berkata: Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Zubair meriwayatkan kepadaku dari ayahnya,
Abbad, ia berkata: ayahku merupakan warga Bani Murrah bin Auf, ia kepadaku: Tatkala Ja'far bin Abu
Thalib menemui kesyahidannya, Abdullah bin Rawahah cepat bertindak dengan mengambil alih panji
perang. Ia maju dengan membawa bendera perang itu dengan mengendarai kuda dan terjun ke
medan perang, namun dia sedikit ragu, lalu ia bertutur:
Aku bersumpah: Wahai diriku engkau harus terjun ke medan laga
Kau harus terjun ke medan laga atau kupaksa engkau menerjuninya
Manusia telah siaga dan berteriak kencang
Lalu kenapa kulihat kau tak suka surga
Sudah sekian lama engkau merasa tentram
Engkau hanyalah setetes air mani di himpitan daging
Abdullah bin Rawahah juga bertutur:
Wahai diriku jika tidak terbunuh, engkaupun kan mati jua
Kekang kematian kini telah mengenaimu
Apa yang engkau impikan telah diberikan kepadamu
Jika engkau mengerjakan perbuatan keduanya, kau pasti dapat petunjuk
Adapun yang dimaksud dengan "keduanya" pada bait syair itu ialah Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin
Abu Thalib.
Ibnu Ishaq berkata: lalu , Abdullah bin Rawahah maju ke medan laga. Kala itu, ia dihampiri
saudara sepupunya yang membawa sepotong tulang yang masih ada daging padanya. Saudara
sepupunya itu berkata: "Makanlah daging ini agar badanmu tambah kuat, Sebetulnya hari-hari ini
engkau berada dalam hari-hari yang melelahkan." Abdullah bin Rawahah pun mengambil daging
ini menggigitnya. Tiba-tiba dia mendengar suara pertempuran, ia pun berkata: "Apakah engkau
masih hidup di dunia?!". Ia pun segera membuang daging ini dan mengambil pedangnya lalu
bertempur hingga gugur sebagai syahid.
Sepeninggal Abdullah bin Rawahah, panji perang diambil alih oleh Tsabit bin Arqam dari Bani Al-Ajlan.
Ia berkata: "Wahai kaum Muslimin, pilihlah salah seorang dari kalian untuk menjadi panglima
pasukan." Kaum Muslimin berkata: "Engkaulah panglima perang kami." Tsabit bin Arqam berkata:
"Aku tidak bersedia." lalu kaum Muslimin mengangkat Khalid bin Walid untuk menjadi panglima
pasukan. saat Khalid bin Walid mengambil panji perang, ia pun menyerang musuh, namun lalu
mundur dan pulang bersama kaum Muslimin.
Berita Dari Rasulullah Tentang Apa yang Terjadi Pada Kaum Muslimin dan Orang Romawi
Ibnu Ishaq berkata: saat para panglima pasukan Islam gugur, Rasulullah bersabda: "Panji perang
dipegang Zaid bin Haritsah lalu dia bertempur hingga gugur sebagai syahid, lalu panji perang
diambil alih oleh Ja'far bin Abu Thalib, diapun bertempur hingga gugur sebagai syahid." lalu
Rasulullah terdiam sejenak hingga rona wajah orang-orang Anshar berubah dan mengira telah terjadi
sesuatu yang tidak mereka sukai pada Abdullah bin Rawahah. lalu Rasulullah melanjutkan
sabdanya: "lalu panji perang diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah, lalu dia bertempur hingga
gugur sebagai syahid." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terus melanjutkan sabdanya:
"Diperlihatkan kepadaku dalam mimpi, bahwa mereka berada di surga di atas singgasana terbuat dari
emas. Aku melihat singgasana Abdullah bin Rawahah miring tidak seperti singgasana dua sahabatnya.
Aku bertanya: "Mengapa singgasana Abdullah bin Rawahah miring?" Dikatakan kepadaku: "Tatkala
Zaid bin Haritsah dan Ja'far bin Abu Thalib maju ke medan laga tanpa ragu, sedang Abdullah bin
Rawahah sedikit ragu sebelum ia bertempur."181
Duka Cita Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam Atas Meninggalnya Ja'far dan wasiat-wasiatnya
untuk Keluarganya
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr meriwayatkan kepadaku dari Ummu Isa Al-Khuza iyyah dari
Ummu Ja'far binti Muhammad bin Ja'far bin Abu Thalib dari neneknya, Asma binti Umais, ia
menceritakan: saat Ja'far dan para sahabat gugur, Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam datang
berta'ziah kepadaku. Saat itu, aku baru selesai menyamak sebanyak empat puluh kulit, membuat
adonan roti, memandikan anak-anakku, meminyaki rambut, dan membersihkan mereka. Rasulullah
bersabda: "Bawalah kemari anak-anak Ja'far." Aku pun segera membawa anak-nakku ke hadapan
beliau, lalu Rasulullah mencium mereka satu persatu dengan air mata berlinang. Aku berkata: "Wahai
Rasulullah, apa yang membuat engkau menangis? Apakah engkau telah mendapat berita tentang
Ja'far dan para sahabatnya?" Rasulullah bersabda: "Mereka gugur pada hari ini." Aku pun berdiri dan
berteriak hingga wanita-wanita berkumpul di sekitarku. Lalu Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam
keluar dari rumahku seraya bersabda: "Janganlah kalian lupa memasak makanan bagi keluarga Ja'far,
sebab mereka telah disibukkan dengan kematian Ja'far."182
Ibnu Ishaq berkata: Abdurrahman bin Al-Qasim bin Muhammad meriwayatkan kepadaku dari ayahnya
dari Aisyah, ia berkata: Saat berita tentang gugurnya Ja'far bin Abu Thalib sampai, aku melihat rona
duka pada wajah Rasulullah Shallallahu Alalhi wa Sallam.
Salah seorang sahabat masuk ke tempat beliau dan berkata: "Wahai Rasulullah, para wanita membuat
kami repot dan sangat mengganggu." Rasulullah bersabda: "Temuilah mereka dan perintahkan agar
mereka diam!" Sahabat ini pergi namun datang kembali dan mengatakan hal yang sama. Aku
berkata: "Bisa saja berlebih-lebihan akan membahayakan pelakunya." Rasulullah bersabda: "Pergilah
ke tempat mereka dan suruhlah mereka untuk diam. Jika mereka tetap tidak diam, maka taburkan
tanah ke mulut mereka." Aku berkata dalam hati tentang sahabat ini : "Demi Allah, engkau tidak
membiarkan dirimu bebas dan kau tidak taat kepada Rasulullah." Aku tahu sahabat itu tidak sanggup
menaburkan tanah ke mulut para wanita ini .183
Ibnu Ishaq berkata: Quthbah bin Qatadah Al-Udzri, pemimpin pasukan sayap kanan tentara kaum
Muslimin menyerang Malik bin Zafilah dan berhasil menewaskannya. Quthbah bin Qatadah bertutur:
Ku tusuk anak Zafilah bin Al-Irasy
Dengan tombak yang menembus tubuhnya lalu merobeknya
Aku pukul lehernya hingga miring laksana miringnya ranting pohon As-Salam
Kami giring wanita-wanita sepupunya
Pada hari Ruqaiqah laksana domba-domba
Ibnu Hisyam berkata: Kata "Bin Al-Irasy," bukan berasal dari Ibnu Ishaq.
Sedangkan bait ketiga berasal dari Khallad bin Qurrah. Pendapat lain mengatakan Malik bin Rafilah.
Dukun wanita Hadas dan Peringat- an Atas Kaumnya
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat mendengar kepulangan pasukan kaum Muslimin, dukun wanita dari
Hadas berkata mengingatkan kaumnya di sebuah perkampungan yang bernama Bani Ghanm: "Aku
peringatkan kalian terhadap sebuah kaum yang melihat dengan memicingkan mata dan penuh lirik-
an, menuntun unta dengan berurutan, dan menumpahkan darah kotor." Orang-orang Bani Ghanm
mematuhi ucapan dukun wanita itu dan menyingkir dari Lakhm. sesudah itu Hadas tetap menjadi
sebuah kabilah yang besar dan makmur.
Sedangkan orang-orang yang menyulut api perang pada saat itu yaitu Bani Tsa'labah, merupakan
salah satu kabilah di Hadas yang terus berkurang sesudah itu. sesudah Khalid bin Walid berhasil mundur,
ia pulang ke Madinah bersama para pasukan Islam.
Pasukan Islam Pulang Ke Madinah, Sambutan Rasulullah serta Kemarahan Kaum Muslimin
Ibnu Ishaq berkata: Muhammad bin Ja'far bin Zubair berkata kepadaku dari Urwah bin Zubair yang
berkata: Pada saat pasukan kaum Muslimin mendekati kawasan Madinah, mereka disambut
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kaum Muslimin, dan anak-anak sambil berlarian. Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama kaum Muslimin datang ke tempat itu dengan menunggang kuda.
Beliau bersabda: "Ambillah anak-anak, bawa mereka, dan berikan kepadaku anak Ja'far. Maka'
Abdullah bin Ja'far dibawa kehadapan Rasulullah lalu beliau mengambilnya dan membawanya.
Adapun Kaum Muslimin menaburkan tanah ke arah pasukan kaum Muslimin sambil berkata: "Wahai
orang-orang yang lari, kalian lari dari jalan Allah." Rasulullah bersabda: "Mereka tidak melarikan diri,
namun akan balik kembali, Insya Allah."
Ibnu Ishaq berkata: Abdullah bin Abu Bakr berkata kepadaku, dari Amir bin Abdul¬lah bin Zubair, dari
beberapa anggota keluarga Al-Harits bin Hisyam —mereka yaitu pa- man-pamannya— yang berkata:
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha, isteri Rasulullah: Ia bertanya kepada istri Salamah bin Hisyam
bin Al-Ash bin AI-Mughirah: "Kenapa aku tidak melihat Salamah ikut shalat berjamaah bersama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya?" Istri Salamah bin Hisyam menjawab:
'Demi Allah, ia tidak bisa keluar, sebab setiap kali ia keluar, orang-orang selalu mengejeknya: "Hai
orang-orang yang lari, kalian lari dari jalan Allah." Oleh sebab itulah, ia berdiam diri di rumah dan tidak
berani keluar."
Ibnu Ishaq berkata: Perihal apa yang terjadi pada pasukan kaum Muslimin dan keputusan Khalid bin
Walid untuk menghindari musuh, serta kepulangannya bersama pasukan. Dengan demikian Qais
menjelaskan apa yang menjadi perselisihan di tengah warga Madinah dalam syairnya ini. Bahwa
banyak orang yang tidak suka dan mengelak dari kematian dan dia menyatakan bahwa langkah Khalid
bersama pasukannya yaitu benar.
Ibnu Hisyam berkata: Az-Zuhri berkata bahwa sesudah ketiga panglima pasukan kaum Muslimin gugur,
maka kaum Muslimin di pimpin oleh Khalid bin Walid hingga Allah memberi kemenangan kepada
mereka. Khalid bin Walid tetap menjadi panglima pasukan hingga tiba di tempat Rasulullah.
Syuhada' Mu'tah Inilah nama- nama syuhada' kaum Muslimin di Perang Mu'tah
Ibnu Ishaq berkata: Di antara para syuhada' dari kaum Quraisy, lalu dari Bani Hasyim yaitu
sebagai berikut: Ja'far bin Abu Thalib dan Zaid bin Haritsah Radhiyallahuma.
Dari Bani Adi bin Ka'ab yaitu Mas'ud bin Al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah.
Dari Bani Malik bin Hisl yaitu Wahb bin Sa'ad bin Abu Sarh.
Adapun para syuhada dari kaum Anshar, lalu dari Bani Al-Harits bin Al-Khazraj yaitu sebagai
berikut: Abdullah bin Rawahah, Abbad bin Qais.
Dari Bani Ghanm bin Malik bin An-Najjar yaitu Al-Harits bin Nu'man bin Isaf bin Nadhlah bin Abdun
bin Auf bin Ghanm.
Dari Bani Mazin bin An-Najjar yaitu Suraqah bin Amr bin Athiyyah bin Khansa.
Ibnu Hisyam berkata: Ibnu Syihab berkata: Di antara syuhada Perang Mu'tah dari Bani Mazin bin An-
Najjar yaitu kedua anak Amr bin Zaid Bin "Auf bin Mabdzul yakni Abu Kulaib dan Jabir. Mereka
berdua yaitu saudara kandung.
Dari Bani Malik bin Afsha yaitu sebagai berikut: Amr dan Amir bin Sa'ad bin Al-Harits bin Abbad bin
Sa'ad bin Amir bin Tsa'labah bin Malik bin Afsha.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan bahwa Abu Kilab dan Jabir yaitu kedua anak Amr.
Faktor-Faktor yang Mendorong Keberangkatan ke Makkah dan Pembukaan Kota Makkah Pada
Bulan Ramadhan Tahun ke 8 Hijriyah
Ibnu Ishaq berkata: lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam menetap di Madinah pada bulan
Jumadil Akhir dan Rajab sesudah pengiriman pasukan Islam ke Mu'tah Ibnu Ishaq berkata:Tak lama
berselang, kabilah Bani Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah menyerang kabilah Khuza'ah pada saat
mereka berada di mata air mereka di Makkah Bawah yang bernama Al-Watir. Faktor penyebab perang
antara kabilah Bani Bakr dengan kabilah Khuza'ah yaitu sebab orang dari Bani Al-Hadhrami yang
bernama Malik bin Abbad -saat itu Bani Al-Hadhrami bersepakat dengan Bani Al-Aswad bin Razn Ad-
Daili dari kabilah Bani Bakr- berangkat untuk berdagang. Pada saat ia berada di tengah-tengah
kawasan Khuza'ah, orang-orang dari kabilah Khuza'ah menyerangnya dan membunuhnya lalu
mereka merampas harta miliknya. Maka sebagai balasanya, kabilah Bani Bakr balik menyerang salah
seorang dari kabilah Khuza'ah yang lalu membunuhnya. Sebelum Islam datang, orang-orang dari
kabilah Khuza'ah menyerang Bani Al-Aswad bin Razn Ad-Daili dan mereka yaitu tokoh dan pemuka
kaumnya, yaitu Salma, Kultsum, dan Dhuaib, serta membunuh mereka di Araf di perbatasan tanah
bertanda batu yang menunjukkan batas tanah haram.
Ibnu Ishaq berkata: Salah seorang dari Bani Ad-Dail berkata kepadaku bahwa pada zaman Jahiliyah,
Bani Al-Aswad bin Razn Ad-Dail diberi diyat dua kali lipat, sedangkan mereka membayar satu diyat.
Hal ini sebab kemuliaan mereka atas kami.
Ibnu Ishaq berkata: Pada saat kabilah Bani Bakr dan kabilah Khuza'ah terlibat konflik seperti itu, Islam
meredam kedua belah pihak berperang sebab masing-masing pihak lebih sibuk memikirkan Islam.
Dan pada saat Perdamaian Hudaibiyah yang terjadi antara Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
dengan orang-orang Quraisy yang di dalamnya disyaratkan-sebagaimana diriwayatkan kepadaku oleh
Az-Zuhri dari Urwah bin Zubair dari Al-Miswar bin Makhramah, Marwan bin Al-Hakam, dan ulama-
ulama lainnya bahwa barangsiapa ingin masuk ke dalam perjanjian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam maka ia masuk ke dalamnya dan barangsiapa ingin masuk ke dalam perjanjian Quraisy maka
hendaklah ia masuk ke dalamnya. Oleh sebab itu, kabilah Bani Bakr memilih masuk ke dalam perjanjian
Quraisy sedang kabilah Khuza'ah masuk ke dalam perjanjian Rasulullah. Dan pada saat itulah, Bani Ad-
Dail dari kabilah Bani Bakr menggunakan kesempatan untuk membalas dendam atas kematian orang-
orang dari Bani Al-Aswad bin Razn Ad-Daili yang dibunuh kabilah Khuza'ah. Oleh sebab itulah, Naufal
bin Muawiyah Ad-Daili, pemimpin Bani Ad-Dail dari kabilah Bani Bakr, keluar bersama mereka,
walaupun tidak semua Bani Bakr keluar mengikutinya, ia tetap menyerang kabilah Khuza'ah yang saat
itu sedang berada di Mata Air mereka yang bernama Al-Watir secara tiba-tiba dan membunuh salah
satu dari mereka. Dan sesudah itu, setiap orang bergabung kepada kabilahnya masing-masing dan
bertempur.
Sementara itu, Bani Ad-Dail dari kabilah Bani Bakr mendapat suplai senjata dari kaum Quraisy dan
beberapa orang Quraisy ikut terjun membela Bani Ad-Dail dari Bani Bakr di malam hari secara
sembunyi-sembunyi. Perang pun terus berkecambuk sampai akhirnya Bani Ad-Dail dari kabilah Bani
Bakr berhasil mendesak kabilah Khuza'ah mundur ke tanah haram. Pada saat kabilah Khuza'ah sampai
di tanah haram, orang-orang Bani Ad-Dail dari kabilah Bani Bakr berkata: "Wahai Naufal, kita telah
memasuki tanah haram. Ingatlah engkau akan Tuhanmu. Ingatlah engkau akan Tuhanmu." Naufal bin
Muawiyah Ad-Daili mengucapkan kata-kata umpatan berat: "Tidak ada Tuhan di hari ini wahai Bani
Bakr, maka lampiaskan semua dendam kalian. Aku bersumpah, kalian telah mencuri di tanah haram,
kenapa kalian tidak melampiaskan dendam kalian di dalamnya?".
Saat Bani Ad-Dail dari kabilah Bani Bakr menyerang kabilah Khuza'ah di Mata Air Al-Watir pada malam
hari, mereka berhasil menangkap seorang lelaki dari kabilah Khuza'ah bernama Munabbih berhati
lembut. Saat itu dia sedang keluar bersama seorang temannya, Tamim bin Asad. Munabbih berkata
kepada Tamim bin Asad, "Wahai Tamim, selamat- kanlah dirimu sendiri. Tinggalkanlah aku,
Sebetulnya aku akan mati. Baik mereka membunuhku atau membiarkanku. Sungguh hatiku telah
hancur luluh." Tamim bin Asad pun pergi dengan cepat untuk menyelamatkan diri. Bani Ad-Dail dari
kabilah Bani Bakr menemukan M