pintu Bait Suci, namun di sini pintu itu sama lebarnya secara
keseluruhan. Sebab pada zaman Injil, jalan ke tempat yang kudus
itu dibuat lebih terbuka daripada di bawah Perjanjian Lama (Ibr.
9:8), dan sebab itu pintunya lebih lebar. Pintu-pintu ini digam-
barkan (ay. 23-24). Ruang besar dan tempat kudus memiliki
pintunya masing-masing, dan pintu-pintu itu memiliki dua daun
pintu, pintu-pintu lipat.
4. Di sini kita mendapati gambaran tentang mezbah pembakaran
ukupan, yang di sini dikatakan sebagai mezbah dari kayu (ay. 22).
Tidak disebutkan bahwa mezbah itu disalut dengan emas. namun
pasti mezbah itu dimaksudkan demikian, sebab kalau tidak, ia
tidak akan sanggup menahan api yang akan membakar ukupan
itu, kecuali kita menduga bahwa mezbah itu hanya dipakai untuk
meletakkan pedupaan di atasnya. Atau kalau tidak, hal itu
menyiratkan bahwa dupa yang akan dipersembahkan dalam bait
Injil akan murni berupa dupa rohani, dan apinya api rohani, yang
tidak akan menghanguskan mezbah dari kayu. Oleh sebab itulah
mezbah ini disebut meja. Inilah meja yang ada di hadirat TUHAN.
Di sini, seperti sebelumnya, kita mendapati mezbah itu diubah
menjadi meja. sebab sekarang korban agung sudah dipersem-
bahkan, maka yang harus kita lakukan selanjutnya yaitu
berpesta menyantap korban itu di meja Tuhan.
5. Di sini ada pintu-pintu dan jendela-jendela yang dihiasi dengan
pohon-pohon kurma, supaya semuanya menyatu dengan dinding-
dinding Bait Suci (ay. 25-26). Demikian pula halnya, bait-bait
yang hidup dihiasi bukan dengan emas, atau perak, atau perhias-
an yang mahal-mahal, melainkan dengan manusia batiniah yang
tersembunyi, dengan perhiasan yang tidak binasa.
PASAL 42
asal ini melanjutkan dan menutup penggambaran dan pengukur-
an Bait Suci rohani dan misteri ini, yang perincian seni bangun-
annya sangat sulit dipahami, namun lebih sulit lagi memahami
makna rohani dan misterinya. Di sini ada,
I. Gambaran tentang bilik-bilik yang ada di sekitar pelataran-
pelataran, letak dan bentuknya (ay. 1-13), dan untuk keper-
luan-keperluan apa bilik-bilik itu dirancang (ay. 13-14).
II. Peninjauan atas keliling tanah secara keseluruhan yang me-
nampung Bait Suci, dan pelataran-pelataran yang menjadi
bagiannya (ay. 15-20).
Penglihatan tentang Bait Suci
(42:1-14)
1 Lalu diiringnya aku ke pelataran luar bagian utara dan dibawanya aku ke
bilik-bilik sebelah utara yang berhadapan dengan lapangan tertutup dan
berhadapan dengan bangunan yang di ujung barat. 2 Panjang bangunan
bilik-bilik itu di sebelah utara ialah seratus hasta dan lebarnya lima puluh
hasta. 3 Berhadapan dengan yang dua puluh hasta dari pelataran dalam dan
berhadapan dengan lantai batu yang ada di pelataran luar ada serambi
yang berhadap-hadapan dan yang bertingkat tiga. 4 Di depan bilik-bilik itu
ada gang menuju ke dalam yang lebarnya sepuluh hasta dan panjangnya
seratus hasta dan pintu-pintu masuknya yaitu di sebelah utara. 5 Bilik-bilik
di tingkat atas yaitu lebih kecil dari bilik-bilik di tingkat bawah dan tingkat
menengah dari bangunan itu oleh sebab serambi-serambi itu memakan
lebih banyak tempat dari bilik-bilik itu. 6 Sebab bilik-bilik itu bertingkat tiga
dan tidak memiliki tiang-tiang seperti yang ada di pelataran luar. Itulah
sebabnya bilik-bilik atas lebih kecil dari bilik-bilik bawah atau tengah. 7 Di
luar ada tembok yang sejajar dengan barisan bilik-bilik, berdekatan dengan
pelataran luar dan ada di hadapan bilik-bilik; panjangnya lima puluh
hasta. 8 Sebab barisan bilik yang berbatasan dengan pelataran luar panjang-
nya yaitu lima puluh hasta, namun barisan bilik yang berbatasan dengan
Bait Suci panjangnya seratus hasta. 9 Di bagian bawah bilik-bilik ini ada
pintu masuk dari jurusan timur, kalau orang dari pelataran luar ingin masuk
ke dalamnya, 10 dan pintu itu ada pada pangkal tembok luar. Di sebelah
selatan di hadapan lapangan tertutup itu dan di hadapan bangunan yang di
ujung barat ada juga bilik-bilik 11 dan di depannya ada gang. Bilik-bilik ini
serupa dengan bilik-bilik yang di sebelah utara, panjangnya dan lebarnya,
pintu-pintu keluar dan rancangannya. Seperti pintu-pintu masuk di sebelah
utara 12 begitulah pintu-pintu masuk bilik-bilik yang di sebelah selatan. Ada
juga pintu pada pangkal jalan yang melintang di sisi tembok, yaitu pintu dari
jurusan timur, kalau orang ingin masuk ke dalam bilik-bilik. 13 Lalu ia ber-
kata kepadaku: “Bilik-bilik yang di utara dan bilik-bilik yang di selatan yang
menghadap ke lapangan tertutup, itulah bilik-bilik kudus, di mana imam-
imam, yang mendekat kepada TUHAN, memakan persembahan-persembahan
maha kudus. Di sana mereka akan menaruh persembahan-persembahan
maha kudus, korban sajian, korban penghapus dosa dan korban penebus
salah, sebab tempat itu kudus. 14 Kalau para imam masuk ke tempat kudus,
mereka tidak akan keluar ke pelataran luar, sebelum mereka menanggalkan
pakaian mereka di sana, yang dipakainya waktu menyelenggarakan kebakti-
an, sebab pakaian-pakaian itu yaitu kudus. Mereka harus memakai pakai-
an yang lain, barulah mereka boleh datang ke tempat umat TUHAN.”
Sang nabi sudah melihat dengan sangat terperinci Bait Suci dan ba-
ngunan-bangunan yang menjadi bagiannya, dan sekarang ia dibawa
kembali ke pelataran luar, untuk mengamati bilik-bilik yang ada di la-
pangan itu.
I. Di sini ada gambaran tentang bilik-bilik ini, yang tampak (seperti
apa yang digambarkan sebelumnya) sangat membingungkan dan
rumit bagi kita, sebab kita tidak menguasai bahasa Ibrani dan
aturan-aturan seni bangunan pada masa itu. Kita hanya akan
mengamati, secara umum,
1. Bahwa di sekitar Bait Suci, yang merupakan tempat ibadah
umum, ada bilik-bilik pribadi, untuk mengajar kita bahwa
ibadah kita kepada Allah dalam kumpulan jemaat tidak melu-
putkan kita dari kewajiban-kewajiban ibadah pribadi. Kita
tidak hanya harus beribadah di pelataran-pelataran rumah
Allah, namun juga, baik sebelum maupun sesudah beribadah di
sana, harus masuk ke bilik pribadi kita, masuk ke kamar kita
sendiri, dan membaca serta merenung, dan berdoa kepada
Bapa kita yang ada di tempat tersembunyi. Banyak sekali
penghiburan yang sudah didapat umat Allah dalam
persekutuan mereka dengan Allah secara pribadi.
2. Bahwa bilik-bilik ini ada banyak. Bilik-bilik itu ada tiga ting-
kat, dan, meskipun tingkat-tingkat yang lebih tinggi tidak
begitu luas seperti tingkat-tingkat yang lebih rendah, namun
semuanya bisa dipakai dengan baik untuk menyendiri (ay. 5-
Kitab Yehezkiel 42:1-14
6). Bilik-bilik itu ada banyak, untuk memudahkan orang-orang
saleh seperti Hana, nabi perempuan itu, yang tidak pernah me-
ninggalkan Bait Allah siang malam (Luk. 2:37). Di rumah Bapa-
Ku banyak tempat tinggal. Di rumah-Nya di bumi juga ada
banyak tempat tinggal. Banyak orang melalui iman sudah ber-
diam di tempat kudus-Nya, namun sekalipun demikian masih
ada tempat.
3. Bahwa bilik-bilik ini, meskipun untuk keperluan pribadi, na-
mun berada di dekat Bait Suci, dalam jarak pandangnya, da-
lam jangkauannya, untuk mengajar kita supaya lebih men-
dahulukan ibadah umum daripada ibadah pribadi (TUHAN
lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tem-
pat kediaman Yakub, dan kita pun harus demikian), dan
supaya kita mengaitkan ibadah pribadi kita dengan ibadah
umum. Ibadah-ibadah yang kita lakukan di kamar pribadi kita
haruslah dilakukan untuk mempersiapkan kita bagi ibadah-
ibadah yang dilakukan di depan umum, dan untuk semakin
memajukan kita dalam menjalankan ibadah-ibadah umum itu,
sesuai dengan kesempatan yang ada pada kita.
4. Bahwa di depan bilik-bilik ini ada gang menuju ke dalam yang
lebarnya lima meter (ay. 4). Di gang itu orang-orang yang tinggal
di bilik-bilik ini bisa bertemu untuk bercakap-cakap, bisa ber-
jalan-jalan dan berbincang-bincang untuk membangun satu
sama lain, bisa menceritakan pengetahuan dan pengalaman-
pengalaman mereka. Sebab kita tidak boleh menghabiskan
seluruh waktu kita antara jemaat dan kamar pribadi, meskipun
banyak waktu dapat dihabiskan untuk tujuan yang sangat baik
di dalam jemaat maupun kamar pribadi. namun manusia dicip-
takan untuk hidup bermasyarakat, dan orang-orang Kristen
diciptakan untuk bersekutu dengan orang-orang kudus. Kewa-
jiban-kewajiban dari persekutuan itu harus kita jalankan
dengan kesadaran hati nurani, dan kita harus mendapat peng-
hiburan dari hak-hak istimewa dan kesenangan-kesenangan
persekutuan itu. Dijanjikan kepada Yosua, yang merupakan
imam besar di Bait Suci kedua, bahwa Allah akan mengizin-
kannya masuk ke antara mereka yang berdiri melayani di sini
(Za. 3:7).
II. Di sini ditetapkan kegunaan bilik-bilik ini (ay. 13-14).
1. Bilik-bilik itu yaitu untuk imam-imam yang mendekat kepada
Tuhan, supaya mereka bisa selalu dekat dengan pekerjaan
mereka dan tidak menjadi penduduk luar. Inilah alasan bilik-
bilik itu disebut bilik-bilik kudus, sebab bilik-bilik itu dipakai
untuk keperluan orang-orang yang melayani hal-hal yang ku-
dus sewaktu mereka sedang menjalankan pelayanan itu.
Orang-orang yang memiliki pekerjaan umum yang harus
dilakukan bagi Allah dan jiwa-jiwa manusia perlu sering me-
nyendiri, untuk melayakkan mereka bagi pekerjaan itu. Ham-
ba-hamba Tuhan harus menghabiskan banyak waktu di bilik-
bilik mereka, dengan membaca, merenung, dan berdoa, supaya
kemajuan mereka nyata kepada semua orang Dan mereka
harus diberi kemudahan-kemudahan untuk tujuan ini.
2. Di sana para imam harus menaruh persembahan-persembah-
an maha kudus, bagian-bagian persembahan yang menjadi
bagian mereka. Dan di sana mereka harus memakannya,
mereka dan keluarga-keluarga mereka, dengan mengikuti tata
cara agama, sebab tempat itu kudus. Dan dengan demikian
mereka harus membuat pembedaan antara pesta perjamuan
korban dan makanan-makanan lain.
3. Di sanalah (di antara kegunaan-kegunaan lain) mereka harus
meletakkan jubah-jubah mereka, yang telah ditetapkan Allah
untuk mereka pakai saat mereka mengadakan kebaktian di
mezbah, semua efod, kemeja, ikat pinggang, dan destar mere-
ka. Kita membaca tentang penyediaan pakaian-pakaian bagi
para imam sesudah mereka kembali dari pembuangan (Neh.
7:70, 72). sesudah mereka selesai mengadakan kebaktian di
mezbah, mereka harus menyimpan pakaian-pakaian itu, un-
tuk menandakan bahwa kegunaan pakaian-pakaian itu hanya
berlangsung selama tugas pelayanan mereka. namun mereka
harus memakai pakaian yang lain, seperti yang dipakai orang
lain, saat mereka datang ke tempat umat TUHAN, yaitu un-
tuk melakukan bagian pelayanan mereka yang berhubungan
dengan umat, untuk mengajar mereka hukum Taurat dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Pakaian-pakaian
kudus mereka harus ditanggalkan, supaya mereka tetap ber-
sih dan sopan, yang akan membawa pujian bagi pelayanan
mereka.
Kitab Yehezkiel 42:15-20
Penglihatan tentang Bait Suci
(42:15-20)
15 Sesudah ia selesai dengan mengukur seluruh bangunan dalam itu, ia
mengiring aku menuju pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur, lalu
mengukur sekeliling lingkungan Bait Suci itu. 16 Ia mengukur sisi timur
dengan tongkat pengukur: lima ratus hasta menurut tongkat pengukur. Lalu
ia berputar 17 dan mengukur sisi utara: lima ratus hasta menurut tongkat
pengukur. Ia berputar lagi 18 ke sisi selatan dan mengukurnya: lima ratus
hasta menurut tongkat pengukur. 19 Kemudian ia berputar ke sisi barat dan
mengukurnya: lima ratus hasta menurut tongkat pengukur. 20 Keempat
sisinya diukur. Sekeliling lingkungan itu ada tembok: panjangnya lima ratus
hasta dan lebarnya lima ratus hasta, untuk memisahkan yang kudus dari
yang tidak kudus.
Kita sudah mengiringi pengukuran Bait Suci rohani dan misteri ini,
dan sekarang akan melihat seberapa jauh tanah suci yang kita injak
ini membentang. Tanah suci itu juga diukur di sini, dan didapati
sangat luas kelilingnya. Amatilah,
1. Berapa ukuran-ukurannya. Tanah Suci itu terbentang lima ratus
hasta menurut tongkat pengukur di setiap sisinya (ay. 16-19),
dengan satu tongkat pengukur di atas tiga meter. Jadi setiap
sisinya mencapai seribu lima ratus meter, yang, sebab tanahnya
berbentuk persegi, kelilingnya di atas enam ribu meter. Demikian-
lah luasnya pinggiran-pinggiran (kalau saya boleh menyebutnya
demikian) Bait Suci rohani dan misteri ini. Ini menandakan
sangat luasnya jemaat pada zaman Injil, saat semua bangsa di-
muridkan dan kerajaan-kerajaan dunia dijadikan kerajaan-keraja-
an Kristus. Harus diberikan ruang di pelataran-pelataran Allah
bagi khalayak ramai dari bangsa-bangsa bukan Yahudi yang akan
datang berbondong-bondong ke sana, seperti yang dinubuatkan
(Yes. 49:18; 60:4). Hal ini sudah dipenuhi sebagiannya dengan
masuknya bangsa-bangsa bukan Yahudi ke dalam jemaat. Dan
kita percaya bahwa itu akan digenapi secara lebih penuh saat
jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain masuk dan seluruh
Israel diselamatkan.
2. Mengapa ukuran-ukurannya dibuat sedemikian luas. Hal itu
dimaksudkan untuk membuat pemisahan, dengan membuat jarak
yang sangat jauh antara yang kudus dan yang tidak kudus. Itulah
sebabnya ada dinding yang mengelilinginya, untuk menjauhkan
orang-orang yang najis dan memisahkan antara yang berharga
dan yang hina. Perhatikanlah, harus dibuat pembedaan antara
hal-hal umum dan hal-hal sakral, antara nama Allah dan nama-
nama lain, antara hari-Nya dan hari-hari lain, kitab-Nya dan
kitab-kitab lain, ketetapan-ketetapan-Nya dan ibadah-ibadah lain.
Dan harus diberikan jarak antara tindakan-tindakan duniawi kita
dan tindakan-tindakan ibadah kita, hingga kita dapat tetap
menyembah Allah dengan waktu jeda yang khidmat.
PASAL 43
ang nabi telah memperlihatkan kepada kita Bait Suci yang rohani
dan misteri, yaitu jemaat Injil, sebagaimana ia menerimanya dari
Tuhan. supaya tampak bahwa Bait Suci itu tidak didirikan dengan
sia-sia, ia perlu menggambarkan, dalam pasal ini dan pasal berikut-
nya, ibadah penyembahan yang akan dijalankan di dalamnya, namun
dengan menggunakan ibadah-ibadah Perjanjian Lama sebagai per-
lambang. Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Dikuasainya Bait Suci ini, oleh kemuliaan Allah yang meme-
nuhinya (ay. 1-6).
II. Sebuah janji yang diberikan tentang kelanjutan hadirat Allah
bersama umat-Nya, dengan syarat mereka kembali kepada
cara ibadah yang ditetapkan, dan terus menjalankannya, dan
meninggalkan berhala-berhala mereka dan penyembahan
berhala mereka (ay. 7-12).
III. Sebuah gambaran tentang mezbah untuk korban-korban ba-
karan (ay. 13-17).
IV. Petunjuk-petunjuk yang diberikan untuk menahbiskan mez-
bah itu (ay. 18-27). Yehezkiel tampaknya di sini berdiri di
antara Allah dan Israel, seperti yang dilakukan Musa hamba
Tuhan saat tempat kudus pertama kali didirikan.
Penglihatan tentang Bait Suci
(43:1-6)
1 Lalu dibawanya aku ke pintu gerbang, yaitu pintu gerbang yang menghadap
ke sebelah timur. 2 Sungguh, kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah
timur dan terdengarlah suara seperti suara air terjun yang menderu dan
bumi bersinar sebab kemuliaan-Nya. 3 Yang kelihatan kepadaku itu yaitu
seperti yang kelihatan kepadaku saat Ia datang untuk memusnahkan kota
itu dan seperti yang kelihatan kepadaku di tepi sungai Kebar, maka aku
sembah sujud. 4 Sedang kemuliaan TUHAN masuk di dalam Bait Suci melalui
pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur, 5 Roh itu mengangkat aku
dan membawa aku ke pelataran dalam, sungguh, Bait Suci itu penuh ke-
muliaan TUHAN. 6 Lalu aku mendengar Dia berfirman kepadaku dari dalam
Bait Suci itu – orang yang mengukur Bait Suci itu berdiri di sampingku.
sesudah Yehezkiel dengan sabar melihat-lihat bait Allah, kemuliaan
terbesar di bumi ini, ia diperbolehkan masuk ke bagian yang lebih
tinggi, dan diberi kehormatan dengan melihat kemuliaan-kemuliaan
dunia atas. Dikatakan kepadanya, Naiklah ke mari. Ia sudah melihat
Bait Suci, dan melihatnya sangat luas dan megah. namun ,
sebelum kemuliaan Allah datang kepadanya, Bait Suci itu hanya
seperti mayat-mayat yang sudah dilihatnya dalam penglihatan (ps.
37), yang tidak memiliki nafas hidup sampai Roh kehidupan masuk
ke dalamnya. Oleh sebab itulah di sini ia melihat Bait Suci itu di-
penuhi dengan kemuliaan Allah.
I. Ia mendapat penglihatan tentang kemuliaan Allah (ay. 2), kemulia-
an Allah Israel, Allah yang mengikat kovenan dengan Israel, yang
mereka abdi dan sembah. Berhala-berhala bangsa kafir tidak
memiliki kemuliaan selain yang diberikan kepada mereka oleh
tukang emas atau pelukis. namun ini yaitu kemulia-an Allah
Israel. Kemuliaan ini datang dari sebelah timur, dan sebab itu ia
dibawa ke pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur, untuk
menantikan kemunculan dan kedatangannya. Bintang Kristus
terlihat di Timur, dan Dialah malaikat lain yang muncul dari tempat
matahari terbit itu (Why. 7:2). Sebab Dia yaitu bintang timur, Dia
yaitu surya kebenaran. Dua hal yang diamatinya dalam pe-
nampakan kemuliaan Allah ini:
1. Kuasa firman Allah yang didengarnya: Terdengarlah suara
seperti suara air terjun yang menderu, yang terdengar sangat
jauh, dan menimbulkan berbagai kesan. Suara pusaran su-
ngai itu menyenangkan, sedangkan suara deru laut mengeri-
kan (Why. 1:15; 14:2). Injil Kristus, yang dalam kemuliaannya
Ia bersinar, harus diberitakan dengan lantang, kabar tentang-
nya harus didengar di tempat-tempat yang jauh. Untuk sebagi-
an orang, Injil menjadi bau kehidupan, dan untuk sebagian
yang lain bau kematian, tergantung seperti apa orangnya.
2. Cemerlang penampilan-Nya yang dilihatnya: Bumi bersinar
sebab kemuliaan-Nya. Sebab Allah yaitu terang, dan tak se-
Kitab Yehezkiel 43:1-6
orang pun tahan memandang kemilau cahaya-Nya, tak se-
orang pun pernah melihatnya atau bisa melihatnya. Perhati-
kanlah, kemuliaan Allah yang bersinar di dalam jemaat ber-
sinar atas dunia. saat Allah tampil bagi Daud, sinar di ha-
dapan-Nya menyerakkan awan-awan (Mzm. 18:13). Penampak-
an kemuliaan Allah kepada Yehezkiel ini diamatinya sama
dengan penglihatan yang dilihatnya saat ia pertama kali
menerima penugasannya (ps. 1:4), seperti yang kelihatan ke-
padaku di tepi sungai Kebar (ay. 3). sebab Allah itu sama, Ia
berkenan menyatakan diri-Nya dengan cara yang sama, sebab
pada-Nya tidak ada perubahan. “Penglihatan itu sama,” kata
Yehezkiel, “seperti yang kelihatan kepadaku saat aku datang
untuk memusnahkan kota itu (KJV), yaitu, untuk menubuatkan
kehancuran kota itu.” Ia melakukannya dengan wewenang dan
keberhasilan yang sedemikian rupa, dan kejadiannya begitu
tepat menggenapi nubuatnya, sehingga ia dapat dikatakan
telah memusnahkan kota itu saat ia mengatakannya. Sebagai
hakim, dalam nama Allah, ia menjatuhkan hukuman atas kota
itu, yang dilaksanakan dengan segera. Allah menampakkan
diri dengan cara yang sama saat Ia mengutusnya untuk
menyampaikan kata-kata yang penuh kengerian, dan saat Ia
mengutusnya untuk menyampaikan kata-kata penghiburan.
Sebab dalam kedua-duanya Allah dimuliakan dan akan
dimuliakan. Dialah yang mematikan dan yang menghidupkan,
Dia telah meremukkan, namun Dialah yang menyembuhkan (Ul.
32:39). Dari tangan yang sama yang telah menghancurkan
itulah kita harus mencari kelepasan kita. Dialah yang telah
memukul dan yang akan membalut. Una eademque manus
vulnus opemque tulit – Tangan yang sama menimbulkan luka
dan menyembuhkan luka itu.
II. Sang nabi mendapat penglihatan tentang masuknya kemuliaan ini
ke dalam Bait Suci. saat ia melihat kemuliaan ini, ia sembah
sujud (ay. 3), sebab tidak sanggup memandang kemilau kemulia-
an Allah, atau lebih tepatnya seperti orang yang bersedia mem-
beri-Nya kemuliaan atas kejadian itu dengan pemujaan yang
penuh kerendahan hati dan penghormatan. namun Roh itu meng-
angkat dia (ay. 5) saat kemuliaan TUHAN sudah masuk di dalam
Bait Suci (ay. 4), supaya ia dapat melihat betapa Bait Suci itu
penuh dengan kemuliaan Tuhan. Ia sudah melihat bagaimana ke-
muliaan Tuhan dalam penampakan yang sama ini meninggalkan
Bait Suci, sebab Bait Suci itu dinajiskan, yang membuatnya
sangat sedih. Sekarang ia akan melihat kemuliaan Tuhan itu
kembali ke Bait Suci, yang membuatnya penuh rasa syukur (Lihat
ps. 10:18-19; 11:23). Perhatikanlah, meskipun mungkin Allah me-
ninggalkan umat-Nya untuk sesaat, namun Ia akan kembali
dengan kasih setia yang kekal. Kemuliaan Allah memenuhi Bait
Suci itu seperti Ia dahulu memenuhi Kemah Suci yang didirikan
Musa dan Bait Suci yang dibangun Salomo (Kel. 40:34; 1Raj.
8:10). Nah, kita tidak mendapati bahwa Shekinah atau kemuliaan
Allah pernah menguasai Bait Suci yang kedua dengan cara itu,
dan sebab itu penglihatan ini akan digenapi dalam kemuliaan
anugerah ilahi yang bersinar begitu terang dalam jemaat Injil, dan
memenuhinya. Di sini tidak disebutkan tentang awan yang
memenuhi Bait Suci seperti sebelumnya, sebab sekarang kita
dengan muka yang tidak berselubung melihat kemuliaan Tuhan,
dalam wajah Kristus, dan tidak seperti pada waktu dulu melalui
awan-awan perlambangan.
III. Sang nabi menerima petunjuk-petunjuk dari kemuliaan Tuhan
secara lebih langsung, seperti yang diterima Musa saat Allah
menguasai Kemah Suci (Im. 1:1): Lalu aku mendengar Dia ber-
firman kepadaku dari dalam Bait Suci itu (ay. 6). sebab kemulia-
an Allah bersinar di dalam jemaat, maka kita harus bersiap
bahwa pastilah kita juga akan menerima sabda-sabda ilahi. Orang
yang mengukur Bait Suci itu berdiri di sampingku. Kita tidak akan
tahan mendengar suara Allah, sama seperti kita tidak akan tahan
melihat wajah Allah, jika Yesus Kristus tidak berdiri di samping
kita sebagai Pengantara. Atau, jika orang ini yaitu malaikat
ciptaan, dapat diamati bahwa saat Allah mulai berbicara kepada
Yehezkiel, ia berdiri di samping dan memberi jalan, sebab tidak
memiliki apa-apa lagi untuk dikatakan. Bahkan, ia berdiri di
samping sang nabi, sebagai orang yang ikut belajar bersamanya.
Sebab kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa,
kepada para malaikat sendiri, yang ingin mengetahui hal-hal ini,
diberitahukan oleh jemaat pelbagai ragam hikmat Allah (Ef. 3:10).
Orang itu berdiri di sampingnya untuk memimpinnya ke tempat
Kitab Yehezkiel 43:7-12
di mana ia bisa menerima penyingkapan-penyingkapan yang lebih
jauh (44:1).
Penglihatan tentang Bait Suci
(43:7-12)
7 dan Ia berfirman kepadaku: “Hai anak manusia, inilah tempat takhta-Ku
dan inilah tempat tapak kaki-Ku; di sinilah Aku akan diam di tengah-tengah
orang Israel untuk selama-lamanya dan kaum Israel tidak lagi akan
menajiskan nama-Ku yang kudus, baik mereka maupun raja-raja mereka,
dengan persundalan mereka atau dengan mayat raja-raja mereka yang sudah
mati; 8 juga tidak dengan meletakkan ambang pintu mereka dekat ambang
pintu-Ku atau mendirikan tiang-tiang pintu mereka dekat tiang-tiang pintu-
Ku, sehingga hanya dinding yang memisahkan Aku dari mereka. Mereka
menajiskan nama-Ku yang kudus dengan perbuatan-perbuatan mereka yang
keji, maka dari itu Aku menghabiskan mereka dalam amarah-Ku. 9 Sekarang,
mereka akan menjauhkan ketidaksetiaan mereka dan mayat raja-raja mereka
dari pada-Ku dan Aku akan diam di tengah-tengah mereka untuk selama-
lamanya. 10 Maka engkau, hai anak manusia, terangkanlah kepada kaum
Israel tentang Bait Suci ini, agar mereka menjadi malu melihat kesalahan-
kesalahan mereka, juga bagaimana Bait Suci itu kelihatan dan rancangan-
nya. 11 Dan kalau mereka merasa malu melihat segala sesuatu yang dilaku-
kan mereka, gambarlah Bait Suci itu, bagian-bagiannya, pintu-pintu keluar
dan pintu-pintu masuknya dan seluruh bagannya; beritahukanlah kepada
mereka segala peraturannya dan hukumnya dan tuliskanlah itu di hadapan
mereka, agar mereka melakukan dengan setia segala hukumnya dan peratur-
annya. 12 Inilah ketentuan mengenai Bait Suci itu: seluruh daerah yang di
puncak gunung itu yaitu maha kudus. Sungguh, inilah ketentuan menge-
nai Bait Suci itu.”
Allah di sini, pada dasarnya, memperbarui kovenan-Nya dengan
umat-Nya Israel, sesudah Ia kembali menguasai Bait Suci, dan Yehez-
kiel merundingkan perkaranya, seperti yang dilakukan Musa sebe-
lumnya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi para tawanan pada saat
mereka kembali, baik untuk mendapat arahan maupun dorongan.
namun ini melihat lebih jauh, kepada orang-orang yang diberkati
dengan hak-hak istimewa Bait Suci Injil, supaya mereka mengerti
bagaimana mereka harus berperilaku baik di hadapan-Nya.
I. Allah, melalui sang nabi, mengingatkan mereka akan tindakan-
tindakan mereka sebelumnya yang menyulut murka-Nya, yang
sebab nya mereka tertindih lama di bawah tanda-tanda kemurka-
an-Nya. Pernyataan yang menyatakan kesalahan mereka di masa
lalu ini disampaikan kepada mereka untuk membuka jalan bagi
penghiburan-penghiburan yang dirancang untuk mereka. Meski-
pun Allah memberi dengan tidak membangkit-bangkit, namun
sudah sepatutnya kita, saat Ia mengampuni, menegur diri kita
sendiri atas perilaku kita yang tidak layak terhadap-Nya. Oleh
sebab itu, biarlah sekarang mereka ingat,
1. Bahwa sebelumnya mereka telah menajiskan nama Allah yang
kudus, telah mencemarkan dan melecehkan semua hal sakral
yang melaluinya Ia menyatakan diri-Nya di antara mereka (ay.
7). Mereka dan raja-raja mereka telah mendatangkan peng-
hinaan terhadap agama yang mereka akui, dan terhadap
hubungan mereka dengan Allah, dengan persundalan rohani
mereka, penyembahan berhala mereka, dan dengan menyem-
bah patung-patung, yang mereka sebut raja-raja mereka
(sebab demikianlah arti Molokh) atau tuan-tuan mereka (sebab
demikianlah arti Baal). namun sebenarnya itu yaitu mayat
raja-raja, bukan hanya tak bernyawa dan tak berguna, namun
juga memuakkan dan menjijikkan seperti bangkai-bangkai, di
bukit-bukit pengorbanan mereka, yang didirikan untuk meng-
hormati berhala-berhala mereka. Mereka telah menajiskan
nama Allah dengan perbuatan-perbuatan mereka yang keji.
Dan apa gerangan perbuatan-perbuatan mereka yang keji itu?
Dengan meletakkan ambang pintu mereka dekat ambang pintu-
Ku, dan mendirikan tiang-tiang pintu mereka dekat tiang-tiang
pintu-Ku, yaitu, mereka menambahkan temuan-temuan mere-
ka sendiri ke dalam ketetapan-ketetapan Allah, dan mendesak
semua orang untuk mematuhinya, seolah-olah semua temuan
mereka itu sama-sama berwenang dan berhasil, padahal ajar-
an yang mereka ajarkan ialah perintah manusia (Yes. 29:13).
Atau, lebih tepatnya, mereka mendirikan mezbah-mezbah bagi
berhala-berhala mereka bahkan di pelataran-pelataran Bait
Suci, dan tidak ada penghinaan lain yang lebih kurang ajar
terhadap Keagungan Ilahi daripada perbuatan mereka ini.
Demikianlah mereka mendirikan sebuah dinding yang memi-
sahkan Dia dari mereka, yang menghentikan aliran perkenan-
an-perkenanan-Nya kepada mereka dan merusak keberkenanan
ibadah-ibadah mereka kepada-Nya. Lihatlah betapa besar peng-
hinaan yang diberikan orang-orang berdosa kepada Allah, saat
mereka mendirikan dinding-dinding melawan dinding-dinding-
Nya, dan menggusur Dia keluar dari apa yang menjadi hak-Nya.
Dan lihatlah bagaimana mereka mencederai diri mereka sendiri,
sebab semakin dekat orang datang kepada Allah dengan dosa-
Kitab Yehezkiel 43:7-12
dosa mereka, semakin jauh mereka menjauhkan Dia dari diri
mereka sendiri. Sebagian orang memahami hal ini demikian:
Rumah-rumah mereka dekat dengan rumah Allah, tiang-tiang
dan ambang-ambang pintu mereka dekat dengan tiang-tiang
dan ambang-ambang pintu-Nya, sehingga mereka bisa dikata-
kan sebagai tetangga-tetangga sebelah-Nya, hanya ada dinding
yang memisahkan Aku dari mereka (demikian dalam tafsiran
yang agak luas). Dengan begitu, bisa diharapkan bahwa mere-
ka mau memperkenalkan diri kepada-Nya dan ambil peduli
untuk menyenangkan hati-Nya. Namun demikian, mereka
tidak seramah itu sebagai tetangga. Perhatikanlah, sering
terbukti benar, semakin dekat dengan tempat ibadah, semakin
jauh dari Allah. Mereka, melalui pengakuan iman mereka,
mengikat kovenan dengan Allah, namun mereka menajiskan
tempat takhta-Nya dan tempat tapak kaki-Nya, yaitu Bait Suci-
Nya, di mana Ia berdiam dan memerintah. Yerusalem disebut
kota Allah kita (Mzm. 48:2) dan tumpuan kaki-Nya (Mzm. 99:5;
132:7). Perhatikanlah, jika ketetapan-ketetapan Allah dina-
jiskan, nama-Nya yang kudus dicemarkan.
2. Bahwa sebab itu Allah mengadakan perseteruan dengan
mereka dalam kesusahan-kesusahan yang menimpa mereka
belakangan ini. Mereka tidak bisa mengecam dan menyalah-
kan Dia, sebab Ia hanya menimpakan ke atas mereka sesuai
yang pantas mereka dapatkan sebab dosa-dosa mereka: Maka
dari itu Aku menghabiskan mereka dalam amarah-Ku. Perhati-
kanlah, orang-orang yang mencemarkan nama Allah yang ku-
dus jatuh di bawah murka-Nya yang adil.
II. Allah memanggil mereka untuk bertobat dan memperbarui diri,
dan untuk itu mereka harus malu dengan pelanggaran-pelanggar-
an mereka (ay. 9): “Sekarang, mereka akan menjauhkan ketidak-
setiaan mereka. Mereka sekarang menderita begitu parah sebab
perbuatan mereka itu, dan sekarang juga Allah sedang kembali
dalam rahmat kepada mereka dan mendirikan tempat kudus-Nya
lagi di tengah-tengah mereka, jadi hendaklah sekarang mereka
membuang berhala-berhala mereka dan tidak berurusan lagi
dengannya, supaya mereka tidak lagi kehilangan hak-hak isti-
mewa mereka. saat kehilangan hak-hak itu, mereka diajarkan
untuk menyadari betapa berharganya hak-hak istimewa itu. Jadi
hendaklah mereka menyingkirkan berhala-berhala mereka, mayat
raja-raja mereka yang menjijikan itu, jauh dari pada-Ku, supaya
tidak menyulut murka-Ku.” Ini yaitu nasihat yang diberikan
tepat pada waktunya, sebab pada saat itu sang nabi memiliki
pola atau rancangan Bait Suci untuk diperlihatkan ke hadapan
mereka. Sebab,
1. Jika mereka melihat rancangan itu, mereka pasti akan merasa
malu atas dosa-dosa mereka (ay. 10). saat mereka melihat
betapa besar rahmat yang disediakan Allah untuk mereka,
meskipun mereka sepenuhnya tidak layak mendapatkannya,
mereka akan merasa malu memikirkan perilaku mereka yang
tidak tulus terhadap-Nya. Perhatikanlah, kebaikan Allah ter-
hadap kita haruslah memimpin kita kepada pertobatan, ter-
utama rasa malu yang disertai pertobatan. Hendaklah mereka
mengukur rancangan itu sendiri (KJV), dan melihat betapa
rancangan itu melebihi rancangan yang dulu, dan mengira-
ngira perkara-perkara besar apa yang disediakan Allah untuk
mereka. Pasti mereka akan kehilangan muka saat memikir-
kan apa yang pantas mereka dapatkan sesuai dosa-dosa
mereka. Dan kemudian,
2. Jika mereka merasa malu atas dosa-dosa mereka, mereka pasti
akan melihat lebih banyak lagi tentang rancangan itu (ay. 11).
Jika mereka merasa malu melihat segala sesuatu yang dilaku-
kan mereka, sesudah melihat secara keseluruhan kebaikan
Allah, maka biarlah mereka mendapat gambaran yang lebih
terang dan terperinci tentang Bait Suci. Perhatikanlah, orang-
orang yang memanfaatkan apa yang mereka lihat dan ketahui
tentang kebaikan Allah akan melihat dan mengetahui lebih ba-
nyak lagi tentangnya. Dan kita pun bisa memenuhi syarat
untuk mendapat perkenanan-perkenanan Allah, hanya saat
kita benar-benar dibuat merendah atas semua kebodohan kita
sendiri. “Gambarlah Bait Suci itu (KJV: Tunjukkanlah kepada
mereka bentuk Bait Suci itu). Biarlah mereka melihat betapa
megah susunannya nanti. Dan bersamaan dengan itu tunjuk-
kanlah kepada mereka ketetapan-ketetapan dan hukum-
hukumnya.” Perhatikanlah, dengan mengetahui terlebih dulu
penghiburan-penghiburan kita, sudah sepatutnya kita mencari
tahu tentang kewajiban kita. Dengan mendapat hak-hak
istimewa rumah Allah, kita harus berusaha mengenal aturan-
Kitab Yehezkiel 43:7-12
aturannya. Tunjukkan kepada mereka ketetapan-ketetapan ini,
supaya mereka mematuhinya dan melakukannya. Perhatikan-
lah, itulah sebabnya kita dibuat mengetahui kewajiban kita,
yaitu supaya kita melakukannya, dan diberkati dalam perbuat-
an kita.
III. Ia berjanji bahwa mereka akan menjadi seperti yang seharusnya,
dan kemudian bagi mereka Ia akan menjadi seperti yang mereka
inginkan (ay. 7).
1. Kaum Israel tidak lagi akan menajiskan nama-Ku yang kudus.
Inilah Injil yang murni. Perintah hukum Taurat berkata, eng-
kau tidak boleh menajiskan nama-Ku, sedangkan anugerah
Injil berkata, engkau tidak akan menajiskan nama-Ku. Demi-
kianlah apa yang dituntut dalam kovenan, dijanjikan dalam
kovenan itu (Yer. 32:40).
2. Pada saat itu Aku akan diam di tengah-tengah mereka untuk
selama-lamanya, dan hal yang sama lagi (ay. 9). Allah men-
jamin bagi kita iktikad baik-Nya dengan meneguhkan dalam
diri kita pekerjaan baik-Nya. Jika kita tidak menajiskan nama-
Nya, kita bisa yakin bahwa Ia tidak akan pergi meninggalkan
kita.
IV. Hukum umum dari rumah Allah ditetapkan (ay. 12), bahwa, kalau
sebelumnya hanya mimbar, atau tempat kudus, yang yaitu
maha kudus, maka sekarang seluruh puncak gunung Bait Suci
akan kudus juga. Seluruh daerahnya, termasuk semua pelataran
dan semua bilik, akan menjadi seperti tempat maha kudus, yang
menandakan bahwa di zaman Injil,
1. Seluruh jemaat akan mendapat hak istimewa dari tempat
maha kudus, hak istimewa untuk masuk dan dekat dengan
Allah. Semua orang percaya pada saat ini, di bawah Injil,
dengan penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus
(Ibr. 10:19), dengan keuntungan ini, bahwa kalau di masa lalu
imam besar masuk berkat darah lembu dan kambing, kita
masuk berkat darah Yesus. Dan, di mana pun kita berada,
kita melalui Dia diperbolehkan masuk kepada Bapa.
2. Seluruh jemaat akan terikat kewajiban yang amat besar untuk
terus maju menuju kesempurnaan kekudusan, sebab Dia yang
telah memanggil kita yaitu kudus. Sekarang semuanya harus
menjadi maha kudus. Bait Allah layak kudus untuk selama-
lamanya, dan lebih kudus lagi di zaman Injil daripada sebe-
lumnya. Lihatlah, ini yaitu ketentuan mengenai Bait Suci itu.
Janganlah orang berharap akan mendapat perlindungannya
jika mereka tidak mau tunduk kepada ketentuan ini.
Penglihatan tentang Bait Suci
(43:13-27)
13 Inilah ukuran-ukuran mezbah itu dalam hasta, yaitu hasta yang setapak
tangan lebih panjang dari hasta biasa: paritnya yaitu satu hasta dalamnya
dan satu hasta lebarnya dan sekeliling parit itu ada tepi yang tingginya satu
jengkal. Dan inilah tinggi mezbah itu: 14 dari parit yang di dalam tanah
sampai jalur keliling yang terbawah yaitu dua hasta dan lebar jalur keliling
itu yaitu satu hasta. Dari jalur keliling yang terbawah sampai jalur keliling
yang di atas ada empat hasta dan lebar jalur keliling itu satu hasta juga.
15 Tempat perapian itu yaitu empat hasta tingginya dan dari tempat
perapian itu muncul ke atas empat tanduk. 16 Tempat perapian itu panjang-
nya dua belas hasta dan lebarnya dua belas hasta, jadi empat persegi.
17 Jalur yang mengelilingi perapian itu panjangnya empat belas hasta dan
lebarnya empat belas hasta, jadi empat persegi juga. Sekeliling mezbah itu
ada parit, yang satu hasta lebarnya dan sekeliling parit itu ada tepinya, yang
setengah hasta lebarnya. Tangga mezbah itu yaitu sebelah timur. 18 Lalu Ia
berfirman kepadaku: “Hai anak manusia, beginilah firman Tuhan ALLAH:
Beginilah peraturan mengenai mezbah itu: saat sudah selesai dibuat dan
hendak mempersembahkan korban bakaran di atasnya dan menyiramkan
darah padanya, 19 berikanlah kepada imam-imam orang Lewi dari keturunan
Zadok seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa, sebab
merekalah yang boleh mendekat kepada-Ku untuk menyelenggarakan kebak-
tian, demikianlah firman Tuhan ALLAH. 20 Dan ambillah sedikit dari darah
itu dan bubuhlah itu pada keempat tanduk mezbah itu dan pada keempat
sudut jalur keliling itu dan pada tepinya sekeliling; dengan demikian engkau
menyucikan mezbah itu dan mengadakan pendamaian baginya. 21 Ambillah
lembu jantan untuk korban penghapus dosa itu dan orang harus membakar-
nya di tempat yang sudah ditentukan sekitar Bait Suci, di luar tempat kudus.
22 Pada hari kedua engkau harus mempersembahkan seekor kambing jantan
yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa dan orang harus menyu-
cikan mezbah itu seperti sudah disucikan dengan lembu jantan. 23 Sesudah
upacara penyucian itu engkau selesaikan, engkau harus mempersembahkan
seekor lembu jantan muda yang tidak bercela dan seekor domba jantan dari
antara domba-domba, yang tidak bercela. 24 Engkau harus membawanya ke
hadapan TUHAN dan imam-imam harus menaburkan garam ke atasnya dan
mempersembahkannya sebagai korban bakaran bagi TUHAN. 25 Selama tujuh
hari engkau harus mengolah setiap hari seekor kambing sebagai korban
penghapus dosa; harus diolah juga seekor lembu jantan muda dan domba
jantan dari antara domba-domba, yang tidak bercela. 26 Tujuh hari lamanya
mereka harus mengadakan pendamaian bagi mezbah itu serta mentahirkan-
nya, dan dengan demikian mentahbiskan mezbah itu. 27 Sesudah hari-hari
itu berakhir, maka pada hari kedelapan dan seterusnya imam-imam akan
mengolah korban-korban bakaranmu dan korban-korban keselamatanmu di
Kitab Yehezkiel 43:13-27
atas mezbah itu dan Aku akan berkenan kepada kamu, demikianlah firman
Tuhan ALLAH.”
Perikop ini berkaitan dengan mezbah dalam Bait Suci rohani dan
misteri ini, dan mezbah itu bersifat rohani dan misteri juga, sebab
Kristus yaitu mezbah kita. Orang-orang Yahudi, sesudah kembali
dari pembuangan, sudah memiliki mezbah jauh sebelum mereka
memiliki Bait Suci (Ezr. 3:3). namun ini yaitu mezbah di Bait
Suci. Sekarang di sini kita mendapati,
I. Ukuran-ukuran mezbah (ay. 13). Ukurannya lima meter persegi di
bagian atas dan enam meter persegi di bagian bawah, dan tinggi-
nya empat meter. Mezbah itu memiliki bangku rendah atau
rak, yang di sini disebut jalur keliling, satu meter dari tanah, yang
di atasnya sebagian dari para imam berdiri untuk mengadakan
kebaktian, dan dua meter lagi di atasnya, di mana sebagian yang
lain dari mereka berdiri. Tiap-tiap bangku ini luasnya setengah
meter, dan ada pagar-pagar di kedua sisinya, supaya mereka
dapat berdiri dengan kokoh di atasnya. Korban-korban disembelih
di atas meja yang dibicarakan sebelumnya (40:39). Apa yang
harus dibakar di atas mezbah diberikan kepada orang-orang di
bangku yang lebih rendah, dan diserahkan oleh mereka kepada
orang-orang di bangku yang lebih tinggi, dan orang-orang ini
meletakkannya di atas mezbah. Demikianlah, dalam melayani
Allah kita harus membantu satu sama lain.
II. Peraturan-peraturan mezbah. Di sini diberikan petunjuk-petunjuk,
1. Mengenai penahbisan mezbah pada awalnya. Tujuh hari harus
dihabiskan untuk menahbiskan mezbah itu, dan setiap hari
korban-korban harus dipersembahkan di atasnya, khususnya
seekor kambing untuk korban penghapus dosa (ay. 25), selain
seekor lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa
pada hari pertama (ay. 19). Ini mengajar kita supaya dalam
semua ibadah kita harus mengarahkan pandangan kepada
Kristus sebagai korban agung penghapus dosa. Diri kita atau-
pun perbuatan-perbuatan kita tidak dapat berkenan kepada
Allah kecuali dosa dihapuskan, dan dosa tidak dapat dihapus-
kan kecuali oleh darah Kristus, yang menguduskan mezbah
itu (sebab Kristus masuk dengan membawa darah-Nya sendiri,
Ibr. 9:12) dan yang juga merupakan persembahan di atas
mezbah itu. Juga harus ada seekor lembu jantan dan seekor
domba jantan yang dipersembahkan sebagai korban bakaran
(ay. 24), yang dimaksudkan semata-mata demi kemuliaan
Allah. Hal ini untuk mengajar kita supaya kita mengarahkan
pandangan kepada kemuliaan Allah dalam semua ibadah kita.
Kita mempersembahkan diri kita sebagai korban-korban yang
hidup, dan mempersembahkan ibadah-ibadah kita sebagai
korban-korban rohani, supaya kita dan ibadah-ibadah kita
menjadi ternama, terpuji, dan terhormat bagi-Nya. Penahbisan
mezbah itu di sini disebut menyucikan dan mentahirkannya
(ay. 20, 26). Kristus, mezbah kita, meskipun tidak memiliki
kecemaran untuk disucikan, namun Ia menguduskan diri-Nya
sendiri (Yoh. 17:19). Dan saat kita menahbiskan mezbah hati
kita kepada Allah, supaya api kasih yang kudus selalu
menyala di atasnya, kita harus memastikan supaya hati kita
dimurnikan dan dibersihkan dari cinta dunia dan hawa nafsu
kedagingan. Dapat diamati bahwa ada sejumlah perbedaan
antara upacara-upacara penahbisan di sini dan upacara-
upacara penahbisan yang ditetapkan dalam Keluaran 29,
untuk mengisyaratkan bahwa ketetapan-ketetapan upacara
yaitu hal yang bisa berubah, dan perubahan-perubahan di
dalamnya yaitu pertanda berakhirnya upacara-upacara itu di
dalam Kristus. Hanya di sini, sesuai hukum umum, bahwa
semua korban harus dibumbui dengan garam (Im. 2:13),
dengan diberikan perintah-perintah khusus (ay. 24), bahwa
para imam harus menaburkan garam ke atas korban-korban
itu. Kasih yaitu garam yang dengannya semua tindakan
ibadah kita harus dibumbui (Kol. 4:6). Kovenan yang kekal
disebut perjanjian garam, sebab kovenan itu tidak dapat
binasa. Kemuliaan yang disediakan bagi kita tidak dapat
binasa dan tak tercemarkan. Dan anugerah yang dikerjakan
dalam diri kita yaitu manusia batiniah yang tersembunyi,
dengan perhiasan yang tidak binasa.
2. Mengenai keharusan untuk terus menggunakan mezbah itu,
sesudah ditahbiskan: Mulai dari sekarang para imam akan
mengolah korban-korban bakaran mereka dan korban-korban
keselamatan mereka di atas mezbah itu (ay. 27), sebab itulah
alasan mezbah itu dikuduskan, supaya ia menguduskan
Kitab Yehezkiel 43:13-27
persembahan yang dipersembahkan di atasnya. Amatilah lebih
jauh,
(1) Siapa yang harus melayani di mezbah: Imam-imam dari
keturunan Zadok (ay. 19). Keluarga Zadok dijadikan sebagai
pengganti keluarga Abyatar oleh Salomo, dan Allah mene-
guhkannya. Nama Zadok berarti benar, sebab keturunan
yang adil dan benarlah yang menjadi imam-imam bagi
Allah, melalui Kristus TUHAN keadilan kita.
(2) Bagaimana mereka harus mempersiapkan diri untuk pela-
yanan ini (ay. 26): Mereka akan mentahbiskan mezbah itu
(KJV: Mereka akan mentahbiskan diri mereka sendiri), akan
memenuhi tangan mereka dengan persembahan-persem-
bahan, sebagai pertanda bahwa mereka menyerahkan diri
mereka beserta persembahan-persembahan mereka kepada
Allah dan untuk melayani Dia. Perhatikanlah, sebelum kita
melayani Tuhan dalam hal-hal yang kudus, kita harus
menahbiskan diri kita sendiri dengan membuat tangan dan
hati kita penuh dengan hal-hal yang kudus itu.
(3) Bagaimana mereka akan berhasil di dalamnya (ay. 27): Aku
akan berkenan kepada kamu. Jika sekarang Allah mene-
rima pekerjaan-pekerjaan kita, jika pelayanan-pelayanan
kita menyenangkan hati-Nya, itu sudah cukup, kita tidak
perlu apa-apa lagi. Orang-orang yang menyerahkan diri
mereka kepada Allah akan diterima oleh Allah, pertama-
tama diri mereka, dan kemudian perbuatan-perbuatan me-
reka, melalui Sang Pengantara.
PASAL 44
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Pemberian izin khusus mengenai pintu gerbang timur Bait
Suci bagi sang raja (ay. 1-3).
II. Sebuah teguran diberikan kepada kaum Israel atas tindakan-
tindakan mereka dulu yang menajiskan tempat kudus Allah,
beserta perintah kepada mereka supaya berlaku lebih ketat
untuk waktu ke depan (ay. 4-9).
III. Diturunkannya orang-orang Lewi yang dulu bersalah atas
penyembahan berhala dan ditegakkannya imamat dalam
kaum keturunan Zadok, yang sudah menjaga kelurusan dan
kesetiaan hati mereka (ay. 10-16).
IV. Berbagai hukum dan ketetapan mengenai para imam (ay. 17-
31).
Pesan untuk Kaum Israel
(44:1-3)
1 Kemudian ia membawa aku kembali ke pintu gerbang luar dari tempat
kudus, yang menghadap ke timur; gerbang ini tertutup. 2 Lalu TUHAN berfir-
man kepadaku: “Pintu gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan
jangan seorangpun masuk dari situ, sebab TUHAN, Allah Israel, sudah
masuk melaluinya; sebab itu gerbang itu harus tetap tertutup. 3 Hanya raja
itu, oleh sebab ia raja boleh duduk di sana makan santapan di hadapan
TUHAN. Raja itu akan masuk melalui balai gerbang dan akan keluar dari
situ.”
Sang nabi di sini dibawa untuk meninjau kembali apa yang pernah
dia lihat-lihat sebelumnya. Sebab, sekalipun kita sudah sering men-
dalami perkara-perkara tentang Allah, perkara-perkara itu masih bisa
dilihat-lihat lagi, demikianlah kelimpahan yang ada di dalamnya.
Pelajaran-pelajaran yang sudah kita pelajari harus tetap kita ulangi
kepada diri kita sendiri. Setiap kali kita melihat kembali susunan
yang sakral dari hal-hal yang kudus, yang kita dapati dalam Kitab
Suci, kita masih akan menemukan sesuatu yang baru yang tidak kita
perhatikan sebelumnya. Sang nabi dibawa untuk kali ketiga ke pintu
gerbang timur, dan mendapatinya tertutup, yang menyiratkan bahwa
semua pintu gerbang lain terbuka sepanjang waktu bagi orang-orang
yang ingin beribadah. namun penjelasan yang sedemikian rupa diberi-
kan tentang pintu gerbang yang dalam keadaan tertutup ini hingga
memberi kehormatan,
1. Kepada Allah Israel. Untuk kehormatan-Nyalah pintu gerbang
pelataran dalam itu, yang melaluinya kemuliaan-Nya masuk keti-
ka Ia menguasai Bait Suci, senantiasa tertutup, dan tak seorang
pun boleh masuk melaluinya (ay. 2). Perbedaan yang dibuat
seterusnya antara pintu gerbang ini dan pintu-pintu gerbang lain,
bahwa pintu gerbang ini tertutup sementara yang lain terbuka,
dimaksudkan untuk mengabadikan kenangan akan masuknya
kemuliaan Tuhan secara khidmat ke dalam Bait Suci (yang akan
tetap menjadi bukti turun-temurun dari kebenarannya). Juga un-
tuk memenuhi pikiran orang-orang dengan rasa hormat terhadap
Keagungan Ilahi, dan dengan pemikiran-pemikiran yang penuh
kekaguman akan kemuliaan-Nya yang melampaui dunia ini. Ini
jugalah yang dimaksudkan dalam perintah Allah kepada Musa di
semak duri, Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu. Allah akan
masuk lewat jalan-Nya sendiri.
2. Kepada raja Israel (ay. 3). Suatu kehormatan baginya bahwa mes-
kipun ia tidak boleh masuk melalui gerbang ini, sebab siapa pun
tidak boleh, namun,
(1) Ia akan duduk di pintu gerbang ini untuk memakan bagiannya
dari korban-korban keselamatan, makanan yang sakral itu, di
hadapan TUHAN.
(2) Ia akan masuk melalui balai gerbang, melalui semacam pintu
atau gang kecil, di pintu gerbang itu atau di sebelahnya, yang
disebut balai gerbang. Ini untuk menandakan bahwa Allah
memberi sebagian dari kemuliaan-Nya kepada para pem-
besar, kepada raja-raja umat-Nya, sebab Ia telah berfirman,
Kamu yaitu allah. Sebagian orang memahami raja di sini
sebagai imam-imam besar, atau tua-tua atau imam kedua.
Kitab Yehezkiel 44:4-9
Dan bahwa dia sajalah yang diizinkan masuk melalui pintu
gerbang ini, sebab dia yaitu wakil Allah. Kristus yaitu Imam
Besar yang kita akui, yang masuk sendiri ke dalam tempat
kudus, dan membukakan kerajaan sorga bagi semua orang
percaya.
Penyembahan Berhala Kaum Lewi
(44:4-9)
4 Lalu dibawanya aku melalui pintu gerbang utara ke depan Bait Suci; aku
melihat, sungguh, rumah TUHAN penuh kemuliaan TUHAN, maka aku sujud
menyembah. 5 TUHAN berfirman kepadaku: “Hai anak manusia, perhatikan-
lah baik-baik, lihatlah dengan teliti dan dengarlah dengan sungguh-sungguh
segala sesuatu yang hendak Kufirmankan kepadamu mengenai peraturan-
peraturan rumah TUHAN dan tentang segala hukumnya dan perhatikanlah
baik-baik siapa yang diperbolehkan masuk ke dalamnya: dan siapa yang
harus ditolak dari tempat kudus. 6 Katakanlah kepada kaum pemberontak,
yaitu kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Cukuplah perbuatan-
perbuatanmu yang keji itu, hai kaum Israel, 7 yang membiarkan orang-orang
asing, yaitu orang-orang yang tidak bersunat hatinya maupun dagingnya ma-
suk dalam tempat kudus-Ku dan dengan kehadirannya mereka menajiskan-
nya waktu kamu mempersembahkan santapan-Ku, yaitu lemak dan darah.
Dengan berbuat begitu kamu lebih mengingkari perjanjian-Ku dari pada
dengan segala perbuatanmu yang keji yang sudah-sudah. 8 Kamu tidak me-
melihara barang-barang-Ku yang kudus dan kamu mengangkat mereka
untuk memelihara kewajibanmu terhadap Aku di dalam tempat kudus-Ku.
9 Oleh sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak seorang pun dari
orang-orang asing yang hatinya dan dagingnya tidak bersunat, boleh masuk
dalam tempat kudus-Ku, ya setiap orang asing yang ada di tengah-tengah
orang Israel.
Maksud dari perikop ini banyak sama dengan apa yang kita dapati di
awal pasal 43. Sama seperti sang nabi harus melihat lagi apa yang
sudah dia lihat sebelumnya, demikian pula ia harus diberi tahu lagi
apa yang sudah dia dengar sebelumnya. Di sini, seperti sebelumnya,
ia melihat Bait Suci penuh dengan kemuliaan TUHAN, yang membuat-
nya takjub, sehingga ia sujud menyembah sewaktu melihatnya, sikap
tubuh yang paling merendah yang menunjukkan pemujaan dan ung-
kapan rasa takjub yang kudus: Aku sujud menyembah (ay. 4). Per-
hatikanlah, semakin kita melihat kemuliaan Allah, semakin rendah
kita akan bersujud dalam pandangan kita sendiri. Sekarang di sini,
I. Allah memerintahkan sang nabi untuk memperhatikan dengan
saksama semua yang dia lihat, dan semua yang dikatakan ke-
padanya (ay. 5): “Lihatlah dengan teliti apa yang ditunjukkan ke-
padamu, terutama siapa yang diperbolehkan masuk ke dalam
rumah TUHAN dan siapa yang harus ditolak darinya (KJV: setiap
orang yang masuk ke dalam rumah TUHAN dan setiap orang yang
keluar darinya), semua jalan masuk dan semua jalan keluar dari
tempat kudus.” Itulah yang harus diperhatikannya dengan sak-
sama. Perhatikanlah, dalam berusaha mengenal perkara-perkara
ilahi, janganlah kita berusaha membuat dugaan-dugaan yang
tidak nyata adanya mengenai perkara-perkara itu, namun hendak-
lah kita berusaha memahami semua perkara ilahi itu secara jelas
dan nyata dengan cara yang sudah ditetapkan, yaitu dengan lang-
sung bergaul dan bersekutu dengan perkara-perkara itu, supaya
dengan begitu kita dapat masuk dan keluar dan menemukan
padang rumput.
Allah memerintahkan sang nabi, Dengarlah dengan sungguh-
sungguh segala sesuatu yang hendak Kufirmankan kepadamu
mengenai peraturan-peraturan rumah TUHAN dan tentang segala
hukumnya, yang harus dia ajarkan kepada orang banyak. Perhati-
kanlah, orang-orang yang ditunjuk sebagai guru perlu menjadi
pendengar yang sangat tekun dan penuh perhatian, supaya mere-
ka tidak lupa akan hal-hal apa saja yang dipercayakan kepada
mereka atau keliru memahaminya.
II. Allah mengutusnya untuk suatu tugas kepada orang banyak,
kepada kaum pemberontak, yaitu kaum Israel (ay. 6). Sungguh se-
dih memikirkan bahwa kaum Israel sampai pantas digambarkan
dengan tabiat ini oleh Dia yang mengenal mereka dengan sempur-
na, bahwa bangsa yang mengikat kovenan dengan Allah sampai
memberontak terhadap-Nya. Siapa yang menjadi rakyat-Nya jika
kaum Israel menjadi pemberontak? namun suatu contoh rahmat
Allah yang kaya bahwa, meskipun mereka sudah memberontak,
namun, sebab mereka yaitu kaum Israel, Ia tidak membuang
mereka, namun mengirimkan seorang utusan kepada mereka,
untuk mengajak dan mendorong mereka supaya kembali kepada
kesetiaan mereka. Hal ini tidak akan dilakukan-Nya seandainya Ia
berkenan untuk membunuh mereka. Seluruh umat manusia telah
jatuh ke dalam tabiat yang di sini digambarkan tentang kaum
Israel. namun Yesus Tuhan kita, saat naik ke tempat tinggi,
menerima persembahan-persembahan di antara manusia, bahkan
Kitab Yehezkiel 44:4-9
dari pemberontak-pemberontak supaya , seperti di sini, TUHAN
Allah dapat diam di sana di antara mereka (Mzm. 68:19).
1. Sang nabi harus memberi tahu mereka tentang kesalahan-ke-
salahan mereka, harus menunjukkan kepada mereka pembe-
rontakan-pemberontakan mereka, harus menunjukkan kepada
kaum Yakub dosa-dosa mereka. Perhatikanlah, orang-orang
yang diutus untuk menghibur umat Allah harus terlebih dulu
meyakinkan mereka, dan dengan demikian mempersiapkan
mereka bagi penghiburan. Cukuplah perbuatan-perbuatanmu
yang keji itu (ay. 6). Perhatikanlah, sudah saatnya orang-orang
yang lama hidup dalam dosa memandangnya sudah cukup
lama, bahkan terlalu lama, dan mulai berpikir untuk meman-
faatkan waktu dengan baik, dan meninggalkan jalan-jalan
mereka yang jahat. “Sebab telah cukup banyak waktu kamu
pergunakan, dan pada saat ini, kamu pasti sudah kenyang
dengan tindakan-tindakanmu yang keji dan merasa muak
dengannya” (1Ptr. 4:3). Apa yang didakwakan kepada mereka
di sini yaitu ,
(1) Bahwa mereka sudah memberi hak-hak istimewa dari
tempat kudus kepada orang-orang yang tidak berhak atas-
nya. Sedangkan Allah sudah berfirman, orang awam yang
mendekat harus dihukum mati. Mereka tidak hanya mem-
biarkan orang-orang asing menerobos masuk ke tempat
kudus, namun juga mereka sendiri memperkenalkan orang-
orang itu kepadanya (ay. 7): Engkau membiarkan masuk
orang-orang asing, yaitu orang-orang yang tidak bersunat
dagingnya, yang menurut hukum Taurat tidak boleh ma-
suk ke tempat kudus. Itu suatu tindakan yang mengingkari
perjanjian sunat, merobohkan pagar mereka sebagai bang-
sa yang istimewa, dan menjadikan diri mereka sama saja
dengan semua bangsa lain di dunia. Namun, andaikata
orang-orang asing ini saleh dan baik, maka meskipun
mereka tidak bersunat, kejahatannya tidak akan begitu
besar. namun mereka tidak bersunat hati juga, tidak
merendah, tidak diperbarui, dan sungguh asing bagi Allah
dan semua kebaikan. saat mereka datang untuk mem-
persembahkan korban, mereka membawa serta orang-
orang ini untuk berpesta memakan korban itu bersama
mereka, sebab mereka suka ditemani orang-orang itu.
Dan ini merupakan salah satu tindakan keji mereka, yang
dengannya mereka menajiskan tempat kudus Allah. Itu
sama saja memberi barang yang kudus kepada anjing
(Mat. 7:6). Perhatikanlah, memperbolehkan orang yang se-
cara terang-terangan fasik dan durhaka untuk mengikuti
upacara-upacara ibadah khusus merupakan perbuatan
yang mencemarkan tempat kudus Allah dan sangat menyu-
lut murka-Nya.
(2) Bahwa mereka telah mempekerjakan orang-orang untuk me-
layani tempat kudus, padahal orang-orang itu tidak pantas
untuk itu. Meskipun tak ada orang lain selain imam-imam
dan orang-orang Lewi yang harus mengadakan kebaktian di
tempat kudus, namun kita dapat menduga bahwa tidak
semua imam dan orang Lewi langsung hadir di sana.
Hanya yang terpilih dari antara mereka, yang paling
memenuhi syarat, yang paling bijaksana, yang bersungguh-
sungguh, yang bertindak dengan mengikuti hati nurani,
dan yang paling mungkin menjaga barang-barang kudus
dengan hati-hati. namun , dalam membuat pilihan ini,
mereka tidak mengindahkan kelayakan dan syarat untuk
pekerjaan itu: “Kamu mengangkat mereka untuk memeli-
hara kewajibanmu terhadap Aku di dalam tempat kudus-Ku,
yaitu orang-orang yang kamu sukai atau sayangi sebab
suatu alasan, orang-orang yang dari mereka kamu telah
mendapat uang, atau berharap untuk mendapatkannya.
Atau orang-orang yang mau menuruti keinginan-keinginan-
mu dan melanggar hukum-hukum tempat kudus untuk
menyenangkan hatimu. Dengan begitu kamu tidak meme-
lihara barang-barang-Ku yang kudus.” Perhatikanlah, jika
orang-orang yang mendapat kuasa untuk memilih penjaga
barang-barang kudus memilih orang-orang yang tidak
layak dan tidak setia, untuk memenuhi suatu tujuan du-
niawi atau pribadi, maka sudah sewajarnya jika mereka di-
mintai pertanggungjawaban, sebab mereka telah meng-
khianati barang-barang yang kudus dengan menempatkan-
nya dalam tangan yang jahat.
2. Ia harus memberi tahu mereka kewajiban mereka (ay. 9): “Tidak
seorang pun dari orang-orang asing boleh masuk dalam tempat
Kitab Yehezkiel 44:10-16
kudus-Ku, sampai ia terlebih dulu tunduk kepada hukum-
hukumnya.” namun , supaya jangan ada yang berpikir
bahwa ini mengucilkan bangsa-bangsa bukan Yahudi yang
bertobat dan percaya dari jemaat, orang asing yang digambar-
kan di sini yaitu orang yang tidak bersunat hati, yang tidak
menyetujui dengan tulus kovenan itu, atau yang tidak mem-
bersihkan kenajisan jasmani. Sedangkan bangsa-bangsa bu-
kan Yahudi yang percaya telah disunat, bukan dengan sunat
yang dilakukan oleh manusia (Kol. 2:11). Sunat hati ini, yang
dilakukan secara rohani, bukan secara hurufiah, yaitu apa
yang asing bagi orang-orang Yahudi yang tidak percaya, dan
sesuatu yang tidak mereka pedulikan. Di lain pihak mereka
malah bersemangat menjauhkan bangsa-bangsa bukan Ya-
hudi yang tidak bersunat dari tempat kudus. Lihat saja kege-
raman mereka terhadap Paulus saat mereka curiga bahwa
dia telah membawa orang-orang Yunani ke dalam Bait Allah
(Kis. 21:28).
Imam-imam Penyembah Berhala Diturunkan
(44:10-16)
10 namun orang-orang Lewi yang menjauh dari pada-Ku waktu Israel sesat
dari pada-Ku dengan mengikuti berhala-berhala mereka, akan menanggung
hukumannya. 11 Di dalam tempat kudus-Ku merekalah yang mendapat tugas
penjagaan di pintu-pintu gerbang Bait Suci dan tugas pelayanan di dalam
Bait Suci; merekalah yang menyembelih korban bakaran dan korban sem-
belihan bagi bangsa itu dan bertugas bagi bangsa itu untuk melayaninya.
12 Oleh sebab mereka telah melayani bangsa itu di hadapan berhala-berhala
mereka, dan mereka bagi kaum Israel telah menjadi batu sandungan, yang
menjatuhkannya ke dalam kesalahan, oleh sebab itu Aku bersumpah
mengenai mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH, bahwa mereka akan
menanggung hukumannya sendiri. 13 Mereka tidak akan mendekati Aku
untuk melaksanakan tugas imam di hadapan-Ku ataupun mendekati segala
barang-Ku yang kudus atau persembahan-persembahan maha kudus; mere-
ka akan menanggung nodanya yang timbul sebab perbuatan-perbuatan
mereka yang keji. 14 Aku menetapkan mereka untuk bertugas di Bait Suci
dan melakukan segala pelayanan yang berhubungan dengan itu dan
melakukan segala sesuatu yang perlu di situ. 15 namun mengenai imam-imam
orang Lewi dari bani Zadok yang menjalankan tugas-tugas di tempat kudus-
Ku waktu orang Israel sesat dari pada-Ku, merekalah yang akan mendekat
kepada-Ku untuk menyelenggarakan kebaktian dan bertugas di hadapan-Ku
untuk mempersembahkan kepada-Ku lemak dan darah, demikianlah firman
Tuhan ALLAH. 16 Merekalah yang akan masuk ke dalam tempat kudus-Ku
dan yang akan mendekati meja-Ku untuk menyelenggarakan kebaktian dan
mereka akan menjalankan tugasnya terhadap Aku.
Sang Tuan rumah, sebab hendak mendirikan kembali rumah itu,
menimbang-nimbang para hamba-Nya yaitu imam-imam, dan melihat
siapa yang pantas dikeluarkan dari tempat mereka dan siapa yang
tetap di situ, dan mengambil langkah sesuai dengan pertimbangan-
Nya itu.
I. Orang-orang yang sudah berkhianat diturunkan dan ditempatkan
di tempat yang lebih rendah, yaitu orang-orang Lewi atau imam-
imam yang terbawa arus kemurtadan Israel sebelumnya, yang
sesat dari pada Allah dengan mengikuti berhala-berhala mereka
(ay. 10). Mereka sudah mengikuti raja-raja Israel atau Yehuda
yang menyembah berhala, dan melayani bangsa itu di hadapan
berhala-berhala mereka (ay. 12). Mereka tunduk bersama raja-raja
itu di kuil Rimon, atau mendirikan mezbah-mezbah untuk ber-
hala-berhala itu, seperti yang dilakukan Uria untuk Ahas. Dengan
begitu mereka telah menjatuhkan kaum Israel ke dalam kesalah-
an, menuntun mereka pada dosa dan mengeraskan mereka di
dalam dosa. Sebab, jika imam-imam sesat, banyak orang akan
mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu. Mungkin
di Babel sebagian dari imam-imam Yahudi telah mengikuti para
penyembah berhala di tempat itu, yang mendatangkan aib besar
bagi agama mereka. Sekarang imam-imam ini, yang sudah ber-
sekongkol seperti itu, dengan sewajarnya ditindih di bawah tanda
murka Allah. Atau, jika mereka sudah mati (seperti yang mungkin
demikian, jika kejahatan itu dilakukan sebelum pembuangan),
maka pelanggaran itu akan dibalaskan kepada anak-anak mere-
ka. Atau mungkin seluruh keluarga Abyatar-lah yang bersalah
atas pelanggaran ini, yang sekarang dipanggil untuk bertanggung
jawab atasnya. Dan,
1. Mereka dijatuhi hukuman akan diturunkan, secara sebagian,
dari jabatan mereka, dan martabat mereka sebagai imam ditu-
runkan menjadi orang-orang Lewi biasa. Allah telah mengang-
kat tangan-Nya melawan mereka (KJV), telah mengatakannya
dan bersumpah, bahwa mereka akan menanggung hukuman-
nya sendiri (ay. 12). Pasti mereka akan menderita sebab nya,
akan menderita kehinaan sebab nya. Mereka akan menang-
gung nodanya (ay. 13), sebab meskipun mereka bertobat dari-
nya (demikian kita berharap dengan murah hati), namun
mereka tidak akan mendekati Aku untuk melaksanakan tugas
Kitab Yehezkiel 44:10-16
imam di hadapan-Ku, yaitu bagian-bagian tugas yang khusus
untuk mereka saja. Mereka tidak akan mendekati segala ba-
rang-Ku yang kudus di tempat kudus (ay. 13). Perhatikanlah,
orang-orang yang telah merampas kehormatan Allah dengan
adil akan dirampas kehormatannya. Dan sungguh hukuman
yang besar untuk dilarang mendekat kepada Allah. Sudah
sewajarnya orang-orang yang pernah pergi jauh dari-Nya di-
tolak sebagai yang tidak layak untuk datang mendekat
kepada-Nya, dan dijauhkan untuk selama-lamanya.
2. Namun hukuman ini bercampur dengan belas kasihan. Allah
tidak berlaku keras, seperti yang bisa saja dilakukan-Nya, ter-
hadap mereka yang telah berlaku khianat terhadap-Nya, namun
meringankan hukuman itu (ay. 11, 14). Mereka dicopot, namun
secara sebagian, ab officio – dari jabatan mereka, dan, sejauh
yang tampak, sama sekali tidak à beneficio – dari upah mereka.
Mereka akan membantu menyembelih korban, yang boleh dila-
kukan orang-orang Lewi, dan yang di Bait Suci ini dilakukan,
bukan di atas mezbah, melainkan di atas meja-meja (40:43).
Mereka akan menjadi penunggu-penunggu pada pintu-pintu
gerbang Bait Suci, dan mereka akan ditetapkan untuk bertugas
di Bait Suci dan melakukan segala pelayanan yang berhubung-
an dengan itu. Perhatikanlah, orang-orang yang mungkin tidak
pantas dipekerjakan dalam satu pelayanan bisa jadi pantas
untuk dipekerjakan dalam pelayanan lain. Dan bahkan orang-
orang yang sudah membuat pelanggaran bisa saja tetap
dipakai, dan tidak disingkirkan, apalagi dibuang.
II. Orang-orang yang sudah setia dihormati dan dikukuhkan (ay. 15-
16). Mereka ini secara luar biasa dibedakan dari yang lain. “Bani
Zadok, yang tetap menjaga kelurusan hati mereka pada saat
terjadi kemurtadan di mana-mana, yang tidak sesat pada waktu
yang lain sesat, merekalah yang akan mendekat kepada-Ku, yang
akan mendekati meja-Ku.” Perhatikanlah, Allah akan memberi
tanda-tanda kehormatan kepada orang-orang yang memberi
bukti-bukti kesetiaan dan keteguhan mereka terhadap-Nya pada
masa-masa yang penuh goncangan dan cobaan. Dan Ia akan
mempekerjakan di dalam pelayanan-Nya orang-orang yang tetap
setia melayani-Nya saat yang lain meninggalkan pelayanan itu
dan mundur darinya. Dan kira patut memandangnya sebagai
upah yang sesungguhnya dan yang besar atas kemantapan dalam
melaksanakan kewajiban jika kita diteguhkan di dalam kewajiban
itu. Jika kita tetap dekat pada Allah, Allah akan menjaga kita
supaya tetap dekat dengan-Nya.
Petunjuk-petunjuk mengenai Para Imam
(44:17-31)
17 Maka kalau mereka hendak masuk dari pintu-pintu gerbang pelataran
dalam, mereka harus mengenakan pakaian lenan; mereka tidak boleh
memakai pakaian bulu domba waktu mereka bertugas di pintu-pintu gerbang
pelataran dalam atau waktu menyelenggarakan kebaktian dalam Bait Suci.
18 Mereka harus memakai destar lenan dan memakai celana lenan, namun
jangan memakai ikat pinggang yang menimbulkan keringat. 19 Dan waktu
mereka keluar ke pelataran luar menjumpai umat TUHAN itu, mereka harus
menanggalkan pakaian mereka yang mereka pakai dalam menyelenggarakan
kebaktian dan menyimpannya dalam bilik-bilik kudus, kemudian mengena-
kan pakaian yang lain, supaya umat itu jangan menjadi kudus disebabkan
kena kepada pakaian imam-imam itu. 20 Rambut mereka tidak boleh dicukur
atau dibiarkan tumbuh panjang, melainkan harus dipotong pendek. 21 Imam-
imam tidak boleh minum anggur, kalau mereka hendak masuk dalam
pelataran dalam. 22 Janda atau seorang perempuan yang telah diceraikan
oleh suaminya jangan mereka ambil menjadi isteri, namun hanya seorang
perawan dari keturunan kaum Israel, atau seorang janda imam boleh mereka
ambil. 23 Mereka harus mengajar umat-Ku tentang perbedaan antara yang
kudus dengan yang tidak kudus dan memberitahukan kepada mereka
perbedaan antara yang najis dengan yang tahir. 24 Di dalam sesuatu perkara
mereka harus bertindak sebagai hakim dan mereka harus menghakiminya
menurut peraturan-peraturan-Ku; mereka harus berpegang pada hukum-
hukum-Ku dan ketetapan-ketetapan-Ku pada hari-hari raya-Ku dan mengu-
duskan hari-hari Sabat-Ku. 25 Mereka tidak boleh melihat orang mati oleh
sebab dengan demikian mereka menjadi najis. Hanya dengan mayat bapak-
nya atau ibunya, anaknya lelaki atau perempuan, kakak adiknya lelaki,
kakak adiknya perempuan yang belum kawin, mereka boleh menajiskan
dirinya. 26 Sesudah pentahirannya ia harus menghitung tujuh hari, 27 dan
pada hari ia masuk lagi ke tempat kudus, ke pelataran dalam, untuk menye-
lenggarakan kebaktian di tempat kudus, ia harus mempersembahkan korban
penghapus dosanya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. 28 Mereka tidak men-
dapat bagian milik pusaka, sebab Akulah milik pusakanya, dan janganlah
berikan kepada mereka tanah milik di Israel, sebab Akulah milik mereka.
29 Persembahan, korban penghapus dosa dan korban penebus salah,
merekalah yang harus memakannya dan segala yang dikhususkan di tanah
Israel yaitu bagian mereka. 30 Dan yang terbaik dari buah sulung apapun
dan segala persembahan khusus dari apapun, dari segala persembahan khu-
susmu yaitu bagian imam-imam; juga yang terbaik dari tepung jelaimu
harus kamu berikan kepada imam supaya rumah-rumahmu mendapat
berkat. 31 Segala burung atau binatang yang sudah mati atau yang menjadi
sisa mangsa binatang buas janganlah dimakan oleh imam-imam.”
Imam-imam Allah harus mengikuti aturan, dan bukan mengikuti
dunia. Oleh sebab itu di sini ditetapkan aturan-aturan bagi mereka
Kitab Yehezkiel 44:17-31
untuk mengatur diri mereka, dan diberikan dorongan yang semesti-
nya kepada mereka untuk memenuhi aturan-aturan itu. Di sini
diberikan petunjuk-petunjuk,
I. Mengenai pakaian mereka. Mereka harus mengenakan pakaian
lenan saat masuk untuk bertugas atau melakukan pelayanan
apa saja di pelataran dalam, atau di tempat kudus, dan tidak
boleh mengenakan pakaian bulu domba, sebab akan menimbul-
kan keringat (ay. 17-18). Mereka harus mengenakan pakaian yang
sejuk, supaya bisa lebih sigap mengerjakan tugas mereka. Mereka
memiliki lebih banyak keperluan untuk berbuat demikian
sebab mereka harus mengadakan kebaktian di mezbah, yang di
atasnya api selalu menyala. Mereka harus mengenakan pakaian
yang bersih dan rapi, dan menghindari segala sesuatu yang
menimbulkan keringat dan kotor, untuk menandakan kemurnian
pikiran yang dengannya ibadah kepada Allah harus dijalankan.
Keringat timbul bersama dosa dan merupakan bagian dari kutuk-
an. Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu. Pakaian
timbul bersama dosa, pakaian dari kulit binatang. Oleh sebab itu
para imam harus mengenakan pakaian yang sesedikit dan
seringan mungkin, dan yang tidak menimbulkan keringat. saat
mereka selesai menjalankan tugas pelayanan, mereka harus
mengganti pakaian mereka lagi, dan menyimpan pakaian lenan
mereka di bilik-bilik yang sudah ditetapkan untuk itu (ay. 19),
seperti sebelumnya (42:14). Mereka tidak boleh pergi menemui
orang-orang dengan mengenakan pakaian kudus mereka, supaya
jangan sampai orang-orang membayangkan diri mereka menjadi
kudus dengan menyentuh pakaian itu. Atau, mereka akan
menguduskan umat, yaitu (seperti yang dijelaskan dalam pasal
42:14), mereka akan datang ke tempat umat TUHAN, dengan
mengenakan pakaian biasa.
II. Mengenai rambut mereka. Dalam hal itu mereka harus menghin-
dari tindakan yang berlebihan (ay. 20): Rambut mereka tidak boleh
dicukur, dengan meniru para imam bangsa-bangsa bukan Yahudi,
dan seperti yang dilakukan imam-imam dari gereja tertentu.
Namun juga, mereka tidak boleh membiarkannya tumbuh panjang,
seperti pesolek, dan juga supaya mereka tidak disangka sebagai
orang-orang Nazir, padahal sebenarnya bukan. Sebaliknya, mere-
ka harus berwibawa dan bersahaja, rambut mereka harus dipo-
tong pendek dan dijaga tetap pendek. Jika seorang laki-laki, ter-
utama hamba Tuhan, berambut panjang, itu tidak pantas (1Kor.
11:14), itu seperti perempuan.
III. Mengenai makanan mereka. Mereka harus memastikan bahwa
mereka tidak minum anggur saat hendak melakukan tugas pela-
yanan, supaya jangan sampai mereka minum secara berlebihan,
minum dan melupakan aturan yang telah ditetapkan (ay. 21).
Tidaklah pantas bagi raja meminum anggur, lebih daripada yang
baik untuknya, apalagi para imam (Lihat Im. 10:9; Ams. 31:4-5).
IV. Mengenai pernikahan mereka (ay. 22). Di sini mereka harus
mengutamakan nama baik jabatan mereka, dan tidak menikahi
perempuan yang telah diceraikan, yang setidak-tidaknya dicurigai
berperilaku asusila, atau janda, kecuali janda dari seorang imam,
yang sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan keluarga imam.
Apa yang boleh dilakukan orang lain tidak boleh dilakukan
hamba-hamba Tuhan, dan mereka harus menyangkal diri dari-
nya, sebagai penghormatan terhadap tabiat imamat mereka. Istri
mereka dan juga mereka sendiri haruslah menjadi bahan pem-
bicaraan yang baik.
V. Mengenai khotbah mereka dan pemerintahan mereka atas jemaat.
1. yaitu bagian dari pekerjaan mereka untuk mengajar orang.
Dan dalam hal ini mereka harus membuktikan diri mereka
ahli dan juga setia (ay. 23): Mereka harus mengajar umat-Ku
tentang perbedaan antara yang kudus dengan yang tidak
kudus, antara yang baik dan yang jahat, yang halal dan yang
haram. Ini supaya mereka tidak segan melakukan apa yang
halal atau tidak berani melakukan apa yang haram, supaya
mereka tidak mencemarkan apa yang kudus atau mencemar-
kan diri mereka dengan apa yang najis. Hamba-hamba Tuhan
harus bersusah payah memberitah