Yehezkiel 5


 isa di antara mereka 

[Yer. 29:11]). “Itu yaitu  kesudahan, kesudahan yang sudah 

sering kali diperingatkan kepadamu, kesudahan terakhir yang 

diharapkan Musa untuk kamu perhatikan (Ul. 32:29), dan kesu-

dahan yang sebab  Yerusalem tidak mengingatnya, maka sangat-

lah dalam ia jatuh” (Rat. 1:9). Kesudahan ini lama datangnya, 

namun  sekarang telah datang. Meskipun kehancuran orang-orang 

berdosa datang secara perlahan-lahan, itu pasti datang. “Kesu-

dahan telah datang, ia mengawasimu, siap menerimamu.” Kehan-

curan ini mungkin melihat lebih jauh, pada kehancuran terakhir 

bangsa itu oleh orang-orang Romawi, dan kehancurannya oleh 

orang-orang Kasdim yaitu  pertanda dari kehancuran terakhir 

itu. Dan kehancuran ini melihat lebih jauh lagi pada kehancuran 

terakhir orang-orang fasik. Kesudahan segala sesuatu sudah 

dekat. Dan kesudahan Yerusalem yaitu  perlambang dari kesu-

dahan dunia (Mat. 24:3). Oh semoga saja kita semua dapat 

melihat bahwa kesudahan waktu dan hari itu sudah sangat dekat, 

dan bahwa kesudahan waktu dan hari kita sendiri jauh lebih 

dekat, supaya  kita memperoleh bagian yang membahagiakan 

pada kesudahan zaman! (Dan. 12:13). Kesudahan ini datang 

kepada keempat penjuru tanah itu. Sama seperti kehancuran itu 

akan menjadi kehancuran yang terakhir, demikian pula ia akan 

menjadi kehancuran yang sehabis-habisnya. Tak ada bagian ne-

geri itu yang akan terluput, bahkan yang terletak paling terpencil 

sekalipun. Seperti itulah kehancuran dunia nanti. Semuanya ini 

akan punah. Seperti itulah kehancuran orang-orang berdosa nanti, 

tak seorang pun dapat menghindarinya. Oh biarlah berakhir keja-

hatan orang fasik, sebelum kejahatan itu membuat mereka ber-

akhir! 

II.  Lihat, bencana demi bencana akan datang! (ay. 5, KJV: Lihatlah, 

kejahatan, kejahatan semata-mata, telah datang). Dosa yaitu  

kejahatan, kejahatan semata-mata, kejahatan yang di dalamnya 

tidak ada kebaikan. Dosa yaitu  yang terburuk dari semua keja-

hatan. namun  kejahatan yang dibicarakan di sini yaitu  kejahatan 

dari kesusahan. Kesusahan yaitu  sebuah kejahatan, satu 

kejahatan, dan yang satu saja sudah cukup untuk mendatangkan 

dan menuntaskan kehancuran bangsa itu. Tak perlu lagi kerja 

banyak-banyak. Satu kejahatan ini akan membuat penghabisan 

sama sekali, penderitaan tidak perlu timbul dua kali (Nah. 1:9). 

Kejahatan ini yaitu  sebuah kejahatan yang belum pernah terjadi 

atau belum ada yang sepadan dengannya, sebuah kejahatan satu-

satunya. Kamu tidak bisa memberi  contoh lain yang seperti 

itu. Bagi orang yang tidak bertobat, itu yaitu  sebuah kejahatan, 

kejahatan semata-mata. Kejahatan itu mengeraskan hati mereka 

dan semakin menambah parah kebobrokan mereka, sementara 

bagi sebagian orang kejahatan itu dikuduskan oleh anugerah 

Allah dan dijadikan sebagai sarana untuk mendatangkan banyak 

kebaikan. Mereka dibawa ke Babel untuk kebaikan mereka (Yer. 

24:5). Orang fasik mendapat ampas dari piala itu untuk mereka 

minum, sementara bagi orang benar piala itu penuh campuran 

belas kasihan (Mzm. 75:9). Penderitaan yang sama akan menjadi 

bagi kita setengah kejahatan atau kejahatan semata-mata sesuai 

bagaimana perilaku kita selama mengalaminya dan bagaimana 

kita memanfaatkannya. namun  saat  akhir, kesudahan, telah 

datang atas dunia yang fasik, maka pada saat itulah kejahatan, 

kejahatan semata-mata, menimpanya. Penghakiman-penghakim-

an sementara yang paling pedih sekalipun ada penawarnya, namun  

siksaan-siksaan orang yang terkutuk yaitu  sebuah kejahatan, 

kejahatan semata-mata.  

III. Saatnya tiba, saat yang ditentukan, untuk menimpakan kejahat-

an semata-mata ini dan membuat penghabisan ini. Sebab untuk 

Kitab Yehezkiel 7:1-15 

semua tujuan Allah ada waktu, waktu yang tepat, dan sudah 

ditetapkan, yang di dalamnya tujuan-Nya akan terlaksana. 

Ditetapkan waktu secara khusus untuk mengadakan perhitungan 

dengan orang-orang fasik, dan untuk membalas mereka sesuai 

yang pantas mereka dapatkan, pada hari waktu mana murka dan 

hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Dan Ia melihat, entah 

kita melihatnya atau tidak, bahwa harinya sudah dekat. Hal ini 

diberitahukan kepada mereka di sini berulang kali (ay. 10): Lihat, 

hari yang sudah begitu lama tak kunjung datang, sungguh datang 

pada akhirnya, lihat, harinya sungguh datang. Waktunya datang, 

harinya mendekat, hari huru-hara sudah dekat (ay. 7, 12). 

Meskipun hukuman-hukuman yang diancamkan bisa saja ditang-

guhkan untuk waktu yang lama, namun hukuman-hukuman itu 

tidak akan dibatalkan. Waktu untuk menjalankannya akan 

datang. Meskipun kesabaran Allah bisa menangguhkan hukum-

an-hukuman itu, namun tidak ada lagi selain pertobatan dan 

pembaruan diri yang tulus dari manusia yang akan menyingkir-

kannya. Malapetaka datang atasmu (ay. 7, KJV: Pagi telah men-

jelang atasmu), dan lagi (ay. 10), malapetaka akan menimpa (KJV: 

Pagi telah muncul). Fajar huru-hara (KJV: hari kesusahan) telah 

menyingsing, hari kehancuran sudah dimulai. Pagi hari menying-

kapkan apa yang tersembunyi. Mereka menyangka bahwa dosa-

dosa mereka yang tersembunyi tidak akan pernah dibukakan, 

namun  sekarang dosa-dosa itu akan dibukakan. Mereka biasa 

mengadili dan menghukum para penjahat di pagi hari, dan 

sekarang pagi hari pengadilan dan penghukuman seperti itu akan 

menimpa mereka, hari huru-hara (KJV: hari kesusahan) untuk 

orang-orang berdosa, tahun hukuman mereka. Lihatlah betapa 

bodohnya orang-orang ini, bahwa, meskipun hari kehancuran 

mereka sudah dimulai, mereka tidak menyadarinya, malah harus 

diberitahukan berkali-kali. Hari huru-hara (KJV: hari kesusahan), 

huru-hara (kesusahan) yang sesungguhnya sudah dekat, bukan 

tempik sorak di atas gunung-gunung, yaitu bukan sekadar gema 

atau berita tentang huru-hara atau kesusahan, seperti yang 

mereka sangkakan, bahwa tidak ada apa-apa, hanya dugaan yang 

tak beralasan. Seolah-olah orang-orang yang datang menyerang 

mereka hanyalah bayang-bayang gunung (seperti yang disampai-

kan Zebul kepada Gaal, Hak. 9:36) dan berita yang mereka terima 

hanyalah tong kosong, yang bergema dari gunung-gunung. Tidak, 

huru-hara atau kesusahan itu bukan khayalan, dan demikianlah 

yang akan segera kamu dapati. 

IV. Semuanya ini datang dari murka Allah, tanpa diringankan oleh 

campuran belas kasihan, seperti yang adakalanya terjadi sebe-

lumnya. Inilah sumber yang darinya semua bencana ini mengalir. 

Dan inilah ipuh dan racun dalam sengsara dan penderitaan, yang 

membuatnya betul-betul pahit (ay. 3): Aku akan mencurahkan 

murka-Ku atasmu. Amatilah, Allah yaitu  Tuhan atas murka-Nya. 

Murka-Nya tidak terlampiaskan keluar kecuali Ia menghendaki-

nya, atau tidak tercurah pada seseorang begitu saja kecuali Ia 

mengarahkannya dan memerintahkannya. Ungkapan itu naik 

lebih tinggi lagi (ay. 8): Sekarang dengan segera Aku akan men-

curahkan amarah-Ku atasmu dalam cawan-cawan yang penuh, 

dan melampiaskan murka-Ku, beserta semua tujuan dan semua 

akibatnya, kepadamu. Murka ini tidak tertuju pada satu orang di 

sana sini untuk dijadikan contoh, namun  tertimpa atas segala 

kegemparan mereka (ay. 12, 14, KJV: ke atas semua orang). Selu-

ruh tubuh bangsa itu telah menjadi benda-benda kemurkaan-Nya, 

yang telah disiapkan untuk kebinasaan. Memang adakalanya 

Allah dalam murka ingat akan kasih sayang, namun  sekarang Ia 

berkata, Aku tidak akan merasa sayang kepadamu dan tidak akan 

kenal belas kasihan (ay. 4, dan lagi ay. 9). Orang-orang yang me-

remehkan belas kasihan saat  ditawarkan kepada mereka akan 

mendapatkan penghakiman yang tak berbelas kasihan. 

V. Semuanya ini yaitu  hukuman yang adil atas dosa-dosa mereka, 

dan hukuman itu yaitu  apa yang mereka datangkan atas diri 

mereka sendiri oleh kebodohan mereka. Hal ini banyak ditegaskan 

di sini, supaya  mereka dapat membenarkan Allah dalam segala 

hal yang telah didatangkan-Nya atas mereka. Allah tidak pernah 

mengirimkan murka-Nya kecuali di dalam hikmat dan keadilan. 

Dan sebab  itu dikatakan selanjutnya, “Aku akan menghakimi 

engkau selaras dengan tingkah lakumu (ay. 3). Aku akan memerik-

sa seperti apa tingkah lakumu selama ini, dan membandingkan-

nya dengan hukum, lalu memperlakukan kamu sesuai baik 

buruknya tingkah lakumu itu, dan membalaskannya kepadamu” 

(ay. 4). Perhatikanlah, dalam penghakiman-penghakiman terberat 

yang ditimpakan Allah kepada orang-orang berdosa, Ia hanya 

Kitab Yehezkiel 7:1-15 

membalaskan kepada mereka selaras dengan tingkah laku mere-

ka. Mereka dipukul dengan tongkat mereka sendiri. Dan, saat  

Allah datang untuk mengadakan perhitungan dengan suatu kaum 

yang berdosa, Ia akan meminta pertanggung-jawaban atas semua 

tindakan yang menyulut murka-Nya: “Aku akan membalaskan 

kepadamu segala perbuatanmu yang keji (ay. 3). Dan sekarang 

orang mendapati kesalahanmu dan membencinya (Mzm. 36:3), dan 

perbuatan-perbuatanmu yang keji akan tertimpa atasmu” (ay. 4, 

KJV: perbuatan-perbuatanmu yang keji akan berada di tengah-

tengahmu). Yaitu, kefasikan yang sekarang tersembunyi akan 

dibukakan, dan kefasikan itu akan tampak di tengah-tengahmu, 

yang sebelumnya tidak dicurigai. Dan sekarang dosamu akan 

menjadi kekejian bagi dirimu sendiri. Demikianlah yang akan ter-

jadi pada kekejian kejahatan saat  ia menjadi kekejian kebinasa-

an (Mat. 24:15, KJV). Atau, perbuatan-perbuatanmu yang keji 

(yaitu, hukuman-hukuman terhadapnya) akan tertimpa atasmu. 

Perbuatan-perbuatanmu itu akan menusuk hatimu (lihat Yer. 

4:18). Atau itulah mengapa Allah tidak akan merasa sayang, dan 

tidak akan kenal belas kasihan, sebab  walaupun Ia membalaskan 

kepada mereka selaras dengan tingkah laku mereka, namun 

dalam keadaan terdesak itu mereka malah semakin berubah setia. 

Perbuatan-perbuatan mereka yang keji masih ada di tengah-tengah 

mereka, diumbar dan disimpan dalam hati mereka. Pernyataan ini 

diulang lagi (ay. 8-9), Aku akan menghakimi engkau, Aku akan 

membalaskan kepadamu. Dua dosa secara khusus ditetapkan 

sebagai dosa-dosa yang menyulut murka Allah untuk mendatang-

kan penghakiman-penghakiman ini atas mereka, yaitu keangkuh-

an dan penindasan.  

1. Allah akan merendahkan mereka dengan penghakiman-peng-

hakiman-Nya, sebab mereka telah meninggikan diri. Kelaliman 

bertunas, namun  keangkuhanlah yang bertaruk (ay. 10). Apa 

yang bertunas dalam dosa akan bertaruk dalam satu atau lain 

penghakiman. Keangkuhan Yehuda dan Yerusalem kelihatan 

di antara semua orang dari berbagai pangkat dan jabatan, 

seperti tunas-tunas muncul di pohon di musim semi.  

2. Musuh-musuh mereka akan memperlakukan mereka dengan 

keras, sebab mereka telah memperlakukan satu sama lain 

dengan keras (ay. 11): Kekerasan bersimaharajalela, yang men-

jadi penopang segala kejahatan. Yaitu, tindakan mereka yang 

melukai satu sama lain dilindungi dan diayomi oleh kekuasa-

an para hakim. Tongkat pemerintahan telah menjadi penopang 

segala kejahatan, sampai sedemikian lancangnya sehingga 

kekerasan bersimaharajalela. Aku melihat di tempat pengadil-

an, di situ pun ada  ketidakadilan (Pkh. 3:16; Yes. 5:7). Apa 

pun buah-buah dari penghakiman Allah, sudah pasti bahwa 

dosa kitalah yang menjadi akarnya. 

VI. Tak ada yang bisa luput dari penghakiman-penghakiman ini, dan 

tidak ada pagar untuk membentenginya, sebab penghakiman-

penghakiman itu akan ada di mana-mana dan akan meruntuhkan 

semua yang ada di hadapannya, tanpa penawar.  

1. Kematian dalam berbagai bentuk akan berlari dalam keme-

nangan, baik di kota maupun di desa, baik di dalam kota mau-

pun di luarnya (ay. 15). Manusia tidak akan aman di mana 

pun. Sebab barangsiapa yang di luar kota akan mati sebab  

pedang (setiap tempat akan menjadi medan pertempuran bagi 

mereka) dan barangsiapa yang di dalam kota, meskipun itu 

kota suci, kota itu tidak akan melindunginya, namun  ia akan 

binasa oleh kelaparan dan sampar. Dosa telah berlimpah baik 

di kota maupun di desa, Iliacos intra muros peccator et extra – 

Orang Troya dan orang Yunani sama-sama melanggar. Dan 

sebab  itu kehancuran-kehancuran didatangkan di kota mau-

pun di desa.  

2. Tak seorang pun yang ditandai untuk mati akan terluput: 

Tidak ada dari mereka yang tertinggal. Tak satu pun dari 

penindas-penindas angkuh yang berbuat kekerasan terhadap 

sesama mereka yang miskin dengan tongkat kejahatan itu, tak 

satu pun dari mereka akan tersisa, namun  mereka semua akan 

tersapu bersih oleh kehancuran yang sedang mendatangi itu 

(ay. 11): Baik dari kelimpahan mereka, yaitu rakyat jelata, yang 

mereka gerakkan untuk berbuat kerusakan, dan yang mereka 

izinkan untuk melakukannya, untuk berteriak, “salibkan, 

salibkan,” saat  mereka bertekad untuk menghancurkan 

siapa saja, tidak ada dari mereka yang akan tertinggal, tidak 

juga satu pun dari milik mereka (KJV). Semua keluarga mereka 

akan dihancurkan, dan akar atau ranting tidak akan disisakan 

bagi mereka. Orang banyak ini, gerombolan massa ini, akan 

disergap secara khusus oleh pembalasan ilahi. sebab  keha-

Kitab Yehezkiel 7:1-15 

ngatan murka tertimpa atas segala kegemparan mereka (ay. 12, 

14) dan sebab  penglihatan menyentuh seluruh rakyat mereka 

(ay. 13, KJV), yaitu bagian terbesar dari rakyat biasa. Pengha-

kiman-penghakiman yang datang itu akan menyapu bersih 

mereka tanpa pilih-pilih, dan mereka tidak akan aman, begitu 

pula dengan tuan-tuan mereka, yang memperbudak dan mem-

peralat mereka. Penghakiman-penghakiman Allah, jika  

datang untuk menunaikan tugasnya, tidak dapat dikalahkan 

oleh orang banyak sekalipun. Walaupun saling bergandeng 

tangan, sungguh, orang jahat tidak akan luput dari hukuman.  

3. Orang-orang yang tewas tidak akan diratapi (ay. 11, KJV): Tidak 

akan ada yang meratapi mereka, sebab tidak akan ada yang 

tersisa untuk meratapi mereka, yang ada hanyalah orang-

orang yang akan menyusul mereka dengan cepat. Dan saat-

saat itu akan begitu buruk sehingga orang akan lebih memberi 

selamat atas kematian teman-teman mereka daripada mera-

tapinya, sebab mereka menganggap berbahagia orang-orang 

yang sudah diambil dari dunia sehingga tidak melihat kehan-

curan-kehancuran ini dan tidak ikut terkena olehnya (Yer. 

16:4-5).  

4. Mereka tidak akan mampu membuat perlawanan apa pun. 

Keputusan sudah keluar, dan penglihatan tentangnya tidak 

akan kembali (ay. 13, KJV). Allah tidak akan menyingkapkan-

nya, dan mereka tidak dapat menggagalkannya. Oleh sebab  

itu keputusan itu tidak akan kembali re infecta – tanpa menun-

taskan pekerjaan apa pun, namun  akan menuntaskan apa yang 

dikirimkan Allah untuknya. Firman Allah akan terlaksana, dan 

lalu,  

(1) Orang-orang tidak akan dapat melawan Allah dan berhasil: 

Seorang pun tidak dapat mempertahankan hidupnya oleh 

sebab  kesalahannya. Tidak akan ada gunanya orang-

orang berdosa melawan Allah dan penghakiman-pengha-

kiman-Nya seperti yang dulu mereka lakukan. Tak seorang 

pun dapat mengeraskan hatinya terhadap Allah dan ber-

hasil. Orang-orang yang menguatkan hati mereka dalam 

kefasikan akan didapati tidak hanya melemahkan, namun  

juga menghancurkan, diri mereka sendiri (Mzm. 52:9).  

(2) Orang banyak tidak dapat menahan derasnya penghakim-

an-penghakiman ini, atau maju melawannya (ay. 14): Mere-

ka meniup sangkakala, untuk mengumpulkan tentara-ten-

tara mereka, untuk menyemangati dan mendorong orang-

orang yang telah mereka kumpulkan bersama-sama, dan 

dengan demikian mereka menyangka sudah menyediakan 

segala sesuatu. namun   semua itu sia-sia. Tak seorang 

pun mau datang, atau mereka yang tidak memiliki  

keberanian untuk menghadapi musuh. Perhatikanlah, jika 

Allah melawan kita, tak akan ada yang berpihak kepada 

kita untuk membantu kita.  

5. Mereka tidak akan memiliki  harapan bahwa kemakmuran 

mereka akan kembali, yang dengannya mereka menopang diri 

pada masa susah. Mereka akan menyerah dan pasrah saja. 

Dan sebab  itu, “Biarlah si pembeli jangan bergembira bahwa 

ia menambah harta bendanya dan telah membeli. Biarlah si 

penjual jangan berdukacita bahwa harta bendanya berkurang 

dan ia telah menjadi bangkrut” (ay. 12). Lihatlah betapa sia-

sianya hal-hal di dunia ini, dan betapa tidak berharganya hal-

hal itu, bahwa pada masa susah, saat  kita paling membu-

tuhkannya, ada kemungkinan kita paling tidak menganggap-

nya. Orang-orang yang sudah menjual bisa menjadi lebih 

tenang, sebab  tidak ada banyak hal yang akan hilang dari 

mereka, dan orang-orang yang sudah membeli hanya menam-

bah kekhawatiran dan ketakutan bagi diri sendiri. sebab  

dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu, hendaklah 

orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang 

mereka beli, sebab  mereka tidak tahu seberapa cepat mereka 

akan kehilangan apa yang mereka miliki (1Kor. 7:29-31). Di-

tambahkan (ay. 13), “Si penjual tidak akan kembali, pada 

tahun Yobel, kepada jualannya, sesuai dengan hukum Taurat, 

meskipun ia akan terluput dari pedang dan wabah penyakit, 

dan akan hidup sampai tahun itu tiba. Sebab tak ada milik 

pusaka yang akan dinikmati di sini sebelum tujuh puluh 

tahun itu genap, dan pada saat itulah orang-orang akan kem-

bali ke harta milik mereka, akan menuntut dan memiliki harta 

benda mereka lagi.” Dalam kepercayaan akan hal ini, Yeremia, 

kira-kira pada waktu itu, membeli ladang pamannya, namun, 

mengikuti perintah itu, pembeli tidak bersukacita, namun  

mengeluh (Yer. 32:25). 

Kitab Yehezkiel 7:16-22 

6. Allah akan dimuliakan dalam segala sesuatu: “Kamu akan me-

ngetahui, bahwa Akulah TUHAN (ay. 4), bahwa Aku, TUHANlah, 

yang memusnahkan (ay. 9). Kamu melihat pada penyebab-

penyebab duniawi, dan menyangka bahwa Nebukadnezarlah 

yang memukulmu, namun  kamu akan tahu bahwa ia hanyalah 

tongkat: tangan Tuhanlah yang memukulmu, dan siapa yang 

tahu berat tangan-Nya?” Orang-orang yang tidak mau tahu 

bahwa Tuhanlah yang melakukan kebaikan kepada mereka 

akan tahu bahwa Tuhanlah yang memukul mereka. Sebab, 

dengan satu atau lain cara, Ia akan diakui.  

Kehancuran Israel 

(7:16-22)  

16 Dan kalaupun ada yang terluput dari antara mereka, mereka akan tinggal 

di gunung-gunung seperti burung perkutut di lembah-lembah, semuanya 

mengerang, masing-masing sebab  kesalahannya sendiri. 17 Semua tangan 

terkulai dan semua orang terkencing ketakutan. 18 Mereka akan mengenakan 

kain kabung, kekejutan akan meliputi mereka, semuanya akan kehilangan 

muka dan semua kepala akan digundul sebagai tanda perkabungan. 19 Perak 

mereka akan dicampakkan ke luar dan emas mereka akan dianggap cemar. 

Emas dan peraknya tidak akan dapat menyelamatkan mereka pada hari 

kemurkaan TUHAN. Mereka tidak akan kenyang sebab nya dan perut 

mereka tidak akan terisi dengannya. Sebab hal itu menjadi batu sandungan, 

yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan. 20 Mereka menghiasi dirinya 

dengan emas dan peraknya dan kepermaian perhiasan ini membawa mereka 

dalam kecongkakan. Dari emas dan perak itu mereka membuat patung-

patungnya yang keji dan dewa-dewanya yang menjijikkan; oleh sebab itu Aku 

akan menjadikan emas dan peraknya cemar bagi mereka. 21 Aku akan me-

nyerahkannya menjadi rampasan di tangan orang-orang asing dan menjadi 

jarahan bagi orang-orang fasik di bumi ini, dan mereka ini akan menajiskan-

nya. 22 Aku akan memalingkan wajah-Ku dari pada mereka dan perampok-

perampok akan menajiskan rumah-Ku yang berharga; mereka akan masuk 

ke dalamnya dan menajiskannya, 

Kita sudah mengikuti nasib orang-orang yang dibinasakan, dan seka-

rang akan mengikuti pelarian orang-orang yang memiliki  peluang 

untuk terhindar dari bahaya. Sebagian dari mereka akan terluput (ay. 

16), namun  apa untungnya itu? Seperti halnya mati satu kali, dalam 

hidup yang sengsara, sama saja dengan mati seribu kali, dan 

terluput hanya untuk menjadi pelarian dan pengembara seperti Kain, 

dan takut dibunuh oleh setiap orang yang mereka temui, demikian 

pula dengan orang-orang yang melarikan diri ini. 

I.   Mereka tidak akan mendapat penghiburan atau kepuasan dalam 

pikiran mereka sendiri, namun  akan terus-menerus tersiksa dan 

ketakutan. Sebab, ke mana saja mereka pergi, hati nurani mereka 

akan mengikuti mereka untuk mempersalahkan mereka, yang 

membuat mereka menjadi beban bagi diri mereka sendiri.  

1. Mereka akan selalu menyendiri dan dikuasai oleh kesedihan. 

Mereka tidak akan tinggal di kota-kota, atau di tempat-tempat 

pertemuan, namun  menyendiri di atas gunung-gunung, tidak 

ingin berbaur dengan masyarakat, namun  menjauh darinya, 

sebab  malu dengan keadaan-kedaan hina yang ditimpakan 

kepada mereka.  

2. Mereka akan selalu bersedih. Orang-orang yang ditimpa tanda-

tanda murka Allah memiliki alasan untuk bersedih. Dan Allah 

dapat membuat bersedih orang-orang yang paling riang sekali-

pun dan yang sudah berani-berani menantang kesedihan. 

Orang-orang yang dulu menganggap diri mereka seperti singa-

singa gunung, begitu kurang ajarnya mereka, sekarang men-

jadi seperti burung perkutut di lembah-lembah, begitu takutnya 

mereka, dan begitu kecut hati, siap lari, sungguhpun tidak ada 

orang mengejar dan gemetar mendengar daun bergoyang. 

Mereka semua berkabung (bukan dengan dukacita menurut 

kehendak Allah, melainkan dengan dukacita yang dari dunia 

ini, yang menghasilkan kematian), masing-masing sebab  kesa-

lahannya sendiri. Yaitu, sebab  bencana-bencana yang mereka 

lihat didatangkan kepada mereka oleh kesalahan mereka, bu-

kan hanya kesalahan negeri, melainkan juga kesalahan mere-

ka sendiri: pada waktu itu mereka akan mengakui bagian apa 

yang sudah mereka lakukan yang menumpuk menjadi kesalah-

an bangsa. Perhatikanlah, cepat atau lambat dosa akan menda-

tangkan satu atau lain kesedihan. Dan orang-orang yang tidak 

mau bertobat dari kesalahan sewajarnya dibiarkan merana di 

dalamnya. Orang-orang yang tidak mau berkabung atas kesa-

lahan itu sebagai pelanggaran terhadap Allah akan dibuat 

berkabung sebab nya sebagai aib dan kehancuran bagi diri 

mereka sendiri. Pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau 

daging dan tubuhmu habis binasa, lalu engkau akan berkata: 

“Ah, mengapa aku benci kepada didikan?” (Ams. 5:11-12).  

3. Mereka akan dirampas dari segala kekuatan tubuh dan pikir-

an (ay. 17): Semua tangan terkulai, sehingga mereka tidak 

Kitab Yehezkiel 7:16-22 

akan mampu melawan, atau membela diri, dan semua orang 

terkencing ketakutan (KJV: semua lutut akan lemah seperti air), 

sehingga mereka tidak akan mampu melarikan diri atau 

berdiri tegak. Mereka akan merasa bahwa semua cairan keluar 

dari tubuh mereka: lutut mereka akan lemas dan mengalir 

seperti air, sehingga tentu saja mereka akan jatuh. Perhatikan-

lah, sungguh bodoh jika orang kuat bermegah sebab  kekuat-

annya, sebab Allah dapat segera melemahkannya. 

4. Mereka akan dirampas dari semua harapan mereka dan akhir-

nya berputus asa saja (ay. 18). Mereka tidak akan memiliki  

apa-apa untuk menopang semangat mereka. Raut wajah mere-

ka akan menunjukkan seperti apa nasib mereka di masa 

depan, semuanya mengerikan, sebab mereka akan mengena-

kan kain kabung, sebab  tidak memiliki  harapan lagi akan 

pernah mengenakan pakaian yang lebih baik. Kekejutan akan 

meliputi mereka, semuanya akan kehilangan muka dan semua 

kepala akan digundul, yang kesemuanya merupakan ungkap-

an dukacita yang sudah di luar batas (Yes. 17:11). Perhatikan-

lah, orang-orang yang tidak mau dijauhkan dari dosa oleh 

ketakutan dan rasa malu akan dihukum juga dengan ketakut-

an dan rasa malu. Seperti itulah rasa malu yang akan dida-

tangkan dosa pada akhirnya. 

II. Mereka tidak akan mendapat keuntungan dari harta dan kekaya-

an mereka, namun  akan betul-betul muak dengannya (ay. 19). 

Mereka yang ditimpa kesusahan ini yaitu  orang-orang yang 

sudah mendapat kelimpahan perak dan emas, uang, lapisan per-

mata, perhiasan, dan barang-barang berharga lainnya, yang dari-

nya mereka berharap akan mendapat banyak keuntungan pada 

waktu terjadi kesusahan yang menimpa semua orang. Mereka 

menyangka bahwa kekayaan mereka akan menjadi kota yang 

kuat, bahwa dengannya mereka bisa menyuap musuh-musuh dan 

membeli teman-teman, bahwa kota itu akan menjadi tebusan 

nyawa mereka, bahwa mereka tidak akan pernah kekurangan ma-

kanan selama mereka memiliki  uang, dan bahwa uang me-

mungkinkan semuanya. namun  lihatlah bagaimana kenyataannya.  

1. Kekayaan mereka telah menjadi godaan besar bagi mereka 

pada hari mujur mereka. Hati mereka terpatri padanya, dan 

mereka menaruh harapan padanya. sebab  mengejar-ngejar 

kekayaan dengan menggebu-gebu, mereka ditarik ke dalam 

dosa, dan dengan menikmati kekayaan secara berkelimpahan, 

mereka mengeras di dalam dosa. Dan dengan demikian keka-

yaan menjadi batu sandungan bagi kedurhakaan mereka. Ke-

kayaan menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa dan meng-

halangi mereka kembali kepada Allah. Perhatikanlah, kekaya-

an banyak orang menjadi jerat dan kehancuran bagi mereka. 

Dengan memperoleh dunia, jiwa mereka terhilang. Kekayaan 

membuat mereka angkuh, merasa aman, tamak, suka menin-

das, dan suka bersenang-senang. Dan apa yang jika diguna-

kan dengan baik, bisa menjadi hamba bagi kesalehan mereka, 

namun sebab  disalahgunakan, menjadi batu sandungan, 

yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan.  

2. Kekayaan tidak melegakan mereka pada hari kesusahan 

mereka sekarang. Sebab,  

(1) Emas dan perak mereka tidak bisa melindungi mereka dari 

penghakiman-penghakiman Allah. Emas dan perak tidak 

akan dapat menyelamatkan mereka pada hari kemurkaan 

TUHAN. Emas dan perak tidak akan bisa membayar untuk 

menebus keadilan-Nya, atau memalingkan murka-Nya, 

atau meloloskan mereka dari penghakiman-penghakiman 

yang didatangkan-Nya atas mereka. Perhatikanlah, pada 

hari kemurkaan harta tidak berguna (Ams. 11:4). Emas dan 

perak tidak bisa menempatkan mereka tinggi-tinggi sehing-

ga penghakiman-penghakiman Allah tidak dapat menjang-

kau mereka, atau membuat mereka kuat sehingga pengha-

kiman-penghakiman Allah tidak dapat menaklukkan mere-

ka. Hari kemurkaan akan datang, dan pada saat itu akan 

tampak bahwa kekayaan manusia sama sekali tidak sang-

gup membebaskan mereka atau memberi  pelayanan apa 

pun kepada mereka. Apa gunanya lumbung yang penuh bagi 

orang kaya saat  nyawanya dituntut darinya, atau bagi 

orang kaya yang lain yang berpakaian jubah ungu dan kain 

halus, saat  di neraka ia tidak bisa memperoleh setetes air 

untuk menyejukkan lidahnya? Uang bukanlah pelindung 

dari serangan-serangan maut, bukan pula pereda keseng-

saraan orang-orang terkutuk.  

(2) Emas dan perak mereka tidak bisa memberi mereka ke-

puasan apa pun di bawah bencana-bencana mereka. 

Kitab Yehezkiel 7:16-22 

[1]  Emas dan perak tidak bisa mengisi perut mereka. Keti-

ka tidak ada makanan yang tersisa di kota, tidak ada 

yang bisa didapat dengan cinta akan uang, perak dan 

emas mereka tidak bisa memuaskan rasa lapar mereka, 

atau mendatangkan satu hidangan bagi mereka. Per-

hatikanlah, kita bisa hidup lebih baik tanpa tambang 

emas daripada tanpa sawah ladang. Hasil-hasil bumi, 

yang dapat dengan mudah dikumpulkan dari permuka-

annya, yaitu  berkat yang jauh lebih besar bagi umat 

manusia daripada harta karunnya, yang dengan begitu 

banyak kesulitan dan bahaya digali dari perutnya. Jika 

Allah memberi kita makanan setiap hari, kita mempu-

nyai alasan untuk bersyukur, dan tidak memiliki  

alasan untuk mengeluh, meskipun perak dan emas kita 

tak punya.  

[2]  Terlebih lagi emas dan perak tidak bisa memuaskan 

jiwa mereka, atau memberi mereka penghiburan batin. 

Perhatikanlah, kekayaan dunia ini di dalamnya tidak 

memiliki sesuatu yang akan memenuhi keinginan-

keinginan jiwa, atau yang akan memuaskannya di masa 

susah. Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan 

uang, apalagi sampai kehilangan uang.  

(3) Emas dan perak mereka akan dicampakkan ke luar, entah 

oleh tangan-tangan musuh, yang akan mendapat lebih 

banyak jarahan daripada yang mereka butuhkan atau yang 

bisa mereka bawa pergi (perak tidak akan menjadi hal yang 

diperhitungkan. Mereka akan mecampakkannya ke luar. 

namun  emas, yang lebih berharga, akan diambil dan dibawa 

ke Babel). Atau mereka sendiri akan membuang perak dan 

emas mereka, sebab  hal itu akan membebani mereka dan 

menghambat pelarian mereka, atau sebab  itu akan mem-

buat mereka terancam bahaya dan menjadi godaan bagi 

musuh untuk memotong leher mereka untuk mendapatkan 

uang mereka. Atau mereka membuangnya dalam kemarah-

an terhadap emas dan perak, sebab , sesudah  bersusah 

payah mengeruknya dan menimbunnya, mereka mendapati 

bahwa emas dan perak tidak akan bermanfaat apa-apa 

bagi mereka, namun  justru menjahati mereka. Perhatikan-

lah, dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya (1Yoh. 

2:17). Waktunya akan tiba saat  orang-orang duniawi 

akan jemu dengan kekayaan mereka sama seperti sekarang 

mereka terikat padanya, saat  orang-orang yang memiliki 

paling sedikit akan bernasib paling baik. 

III. Bait Allah tidak akan memberi mereka manfaat apa-apa (ay. 20-

22). Bait ini sudah mereka bangga-banggakan, dan mereka ba-

nyak berharap akan mendapat keamanan darinya (Yer. 7:4; Mi. 

3:11). namun  keyakinan mereka ini akan mengecewakan mereka. 

Amatilah,  

1. Kehormatan besar yang telah diberikan Allah kepada bangsa 

itu dalam mendirikan tempat kudus-Nya di antara mereka (ay. 

20): Mereka menghiasi dirinya dengan emas dan peraknya, bait 

yang kudus dan agung itu, tempat nenek moyang mereka 

memuji-muji Allah (Yes. 64:11), yang menjadi agung sebab  

kudus (bait itu disebut keindahan kekudusan, dan kekudusan 

yaitu  keindahan perhiasannya. Tempat itu juga dihiasi 

dengan emas dan barang-barang pemberian). Dan berkenaan 

dengan hal ini, Ia menempatkannya di dalam keagungan (KJV). 

Segala sesuatu dibuat untuk membuatnya megah, untuk 

membantu membuat bangsa Israel lebih dikagumi di antara 

negeri-negeri tetangga mereka. Ia membangun tempat kudus-

Nya setinggi langit (Mzm. 78:69). Tempat kudus itu yaitu  

takhta kemuliaan, luhur dari sejak semula (Yer. 17:12). Akan 

namun ,  

2. Di sini ada penghinaan besar yang telah mereka perbuat ter-

hadap Allah dalam mencemarkan tempat kudus-Nya. Mereka 

membuat patung-patung dari dewa-dewa palsu mereka, yang 

mereka tegakkan untuk menandingi Allah, dan yang di sini 

disebut yang keji dan dewa-dewa yang menjijikkan (sebab 

demikianlah patung-patung itu bagi Allah, dan demikian pula 

patung-patung itu seharusnya bagi mereka). Dan patung-

patung ini mereka dirikan di dalam bait Allah, suatu peng-

hinaan hebat yang dapat diperbuat terhadap-Nya. Oleh sebab  

itu,  

3. Di sini diancamkan bahwa mereka akan kehilangan bait suci, 

dan bait suci itu tidak akan memberi mereka pertolongan: Oleh 

sebab itu Aku akan menjadikan emas dan peraknya cemar bagi 

mereka, yaitu, membawa mereka pergi jauh darinya, sehingga

Kitab Yehezkiel 7:23-27 

 emas dan perak berada di luar jangkauan untuk bisa melayani 

mereka, dan mereka berada di luar jangkauan pengaruh-

pengaruhnya. Perhatikanlah, ketetapan-ketetapan Allah, dan 

hak-hak istimewa yang didapat orang sebab  pengakuan 

imannya dalam beragama, sewajarnya dirampas dari orang-

orang yang merendahkan dan mencemarkannya. Bahkan, 

mereka tidak hanya akan dijauhkan dari bait suci, namun  juga 

bait suci itu sendiri akan ikut dihancurkan juga (ay. 21). 

Orang-orang Kasdim, yang yaitu  orang-orang asing, dan 

sebab  itu tidak punya rasa hormat terhadap bait suci, yang 

yaitu  orang-orang fasik di bumi, dan sebab  itu benci kepada-

nya, akan menjadikannya rampasan dan jarahan. Semua 

perhiasan dan harta bendanya akan jatuh ke tangan mereka. 

Mereka tidak akan membedakan antara jarahan bait suci dan 

jarahan lain. Hal ini mendukakan orang-orang kudus di Sion, 

yang tidak begitu mengeluhkan hal lain selain apa yang telah 

dimusnahkan musuh di tempat kudus (Mzm. 74:3). namun  itu 

merupakan hukuman terhadap orang-orang berdosa di Sion, 

yang dengan mencemarkan bait suci dengan allah-allah asing, 

menyulut murka Allah sehingga Ia membiarkannya dicemar-

kan oleh bangsa-bangsa asing, dan memalingkan wajah-Nya dari 

orang-orang yang melakukannya, seolah-olah Ia tidak melihat 

orang itu dan kejahatan-kejahatan mereka. Juga, Ia memaling-

kan muka-Nya dari orang-orang yang berdoa untuk menyingkir-

kan murka-Nya, dengan tidak mengindahkan mereka dan doa-

doa mereka. Biarlah tentara-tentara berbuat semau mereka. 

Biarlah mereka masuk ke dalam rumah-Ku yang berharga, ke 

dalam ruang mahakudus, sebagai perampok. Biarlah mereka 

melucutinya, biarlah mereka mencemarkannya. Pertahanannya 

telah pergi, maka selamat tinggallah semua kemuliaannya. Per-

hatikanlah, orang-orang yang tidak mau diatur oleh kuasa ke-

salehan tidak layak untuk dihormati dengan jubah kesalehan. 

Kehancuran Israel 

(7:23-27)  

23 serta memusnahkannya. Sebab negeri itu penuh hutang darah dan kota 

itu penuh kekerasan. 24 Aku akan membiarkan datang bangsa-bangsa yang 

paling kejam dan bangsa-bangsa ini akan mengambil rumah-rumah mereka 

menjadi miliknya; Aku akan mengakhiri kecongkakan mereka, yang ditimbul-

kan kekuatan mereka itu, dan tempat-tempat kudus mereka akan dinajis-

kan. 25 Ketakutan datang, dan mereka mencari keselamatan, namun  tidak ada. 

26 Bencana demi bencana akan datang, kabar demi kabar akan tersiar. 

Mereka akan menginginkan suatu penglihatan dari nabi, pengajaran hilang 

lenyap dari imam, dan nasihat dari tua-tua. 27 Raja akan berkabung dan 

pemimpin akan diliputi kekagetan dan tangan seluruh penduduk negeri itu 

menjadi lemas ketakutan. Aku akan perbuat terhadap mereka selaras dengan 

tingkah lakunya dan Aku akan menghakimi mereka selaras dengan cara 

mereka menghakimi. Dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.” 

Di sini ada,  

I.  Tahanan dihadapkan ke pengadilan: Ambillah rantai (KJV), untuk 

menyeret penjahat ke pengadilan, dan menghadapkannya pada 

sidang keadilan ilahi. Biarlah ia dibelenggu (seperti orang yang 

sudah terkenal sebagai penjahat), tetap terikat untuk menerima 

hukumannya. Perhatikanlah, orang-orang yang memutuskan ikat-

an-ikatan hukum Allah, dan membuang tali-tali itu dari mereka, 

akan mendapati diri mereka sendiri terikat dan terbelenggu oleh 

rantai-rantai penghakiman-Nya, yang tidak dapat mereka putus-

kan atau buang dari mereka. Rantai melambangkan pengepungan 

Yerusalem, atau perbudakan orang-orang yang dibawa ke dalam 

pembuangan, atau bahwa mereka semua akan diikat dan diserah-

kan pada penghakiman Allah yang benar, dibelenggu dalam rantai. 

II. Dakwaan ditujukan terhadap tahanan: Negeri itu penuh hutang 

darah, penuh penghakiman darah (demikian kata yang dipakai), 

yaitu, kesalahan darah yang telah mereka tumpahkan dengan 

dalih keadilan dan melalui bentuk-bentuk hukum, dibungkus 

dalam rupa keagungan sebuah penghakiman. Darah orang tak 

berdosa yang ditumpahkan Manasye, yang kemungkinan ditum-

pahkan seperti itu, dengan penghakiman darah, yaitu  dosa 

Yerusalem yang memenuhi takaran (2Raj. 24:4). Atau, negeri itu 

penuh dengan kejahatan yang menurut hukum harus dihukum 

mati, penghakiman darah. Penyembahan berhala, penghujatan, 

sihir, sodomi, dan sejenisnya, yaitu  kejahatan-kejahatan ber-

darah, yang untuk itu orang-orang berdosa harus mati. Oleh 

sebab itu, jika  kejahatan-kejahatan itu sudah dilakukan oleh 

seluruh bangsa, maka tidak ada obat penawar lain lagi selain 

bahwa bangsa itu harus dilenyapkan. Perhatikanlah, kejahatan-

kejahatan berdarah akan dihukum dengan hukuman-hukuman 

berdarah. Kota itu, kota Daud, kota suci, yang seharusnya men-

Kitab Yehezkiel 7:23-27 

jadi teladan kebajikan, pelindung kebajikan, dan penghukum per-

buatan salah, sekarang penuh kekerasan. Para penguasa kota itu, 

sebab  memiliki  kuasa dan nama yang lebih besar, menjadi 

penindas yang lebih kejam daripada penguasa-penguasa lain. Hal 

ini sungguh sangat disayangkan. Bagaimana ini, kota yang dahulu 

setia sekarang sudah menjadi sundal! 

III. Penghakiman dijatuhkan atas dakwaan ini. Allah akan mengada-

kan perhitungan dengan mereka bukan hanya sebab  mereka 

sudah mencemarkan tempat kudus-Nya, namun  juga sebab  sudah 

menyelewengkan keadilan antara sesama manusia. Sebab, sama 

seperti bait-Nya layak kudus, demikian pula TUHAN yaitu  adil 

dan Ia mengasihi keadilan dan pembalas kejahatan. Nah, peng-

hakiman yang dijatuhkan yaitu ,  

1. Bahwa sebab  mereka sudah berjalan di jalan orang kafir, dan 

berbuat lebih buruk daripada mereka, Allah akan membiarkan 

datang bangsa-bangsa yang paling kejam kepada mereka 

untuk menghancurkan mereka dan memorak-porandakan me-

reka, bangsa yang paling biadab dan beringas, yang tidak ber-

belas kasihan sedikit pun terhadap manusia dan paling mem-

benci orang-orang Yahudi. Perhatikanlah, dari antara orang-

orang kafir, sebagian orang lebih buruk daripada sebagian 

yang lain, dan adakalanya Allah memilih yang terburuk untuk 

menjadi cambuk bagi umat-Nya sendiri, sebab  Ia meniatkan 

orang-orang itu sebagai api saat  Ia melaksanakan hukuman-

Nya.  

2. Bahwa sebab  mereka telah memenuhi rumah-rumah mereka 

dengan barang-barang yang diperoleh secara tidak benar, dan 

menggunakan kemegahan dan kekuasaan mereka untuk 

menghancurkan dan menindas kaum yang lemah, maka Allah 

akan menyerahkan rumah-rumah mereka untuk dimiliki oleh 

orang-orang asing dan semua perabotan mereka untuk dinik-

mati oleh orang-orang itu, dan akan mengakhiri kecongkakan 

mereka, yang ditimbulkan kekuatan mereka itu. Dengan begitu 

para pembesar mereka tidak akan menyilaukan mata orang-

orang yang lemah penglihatannya dengan kemegahan mereka, 

dan juga kekuatan mereka tidak akan menang melawan kebenar-

an sampai kapan pun, seperti yang sudah terjadi sebelumnya.  

3. Bahwa, sebab  mereka telah menajiskan tempat-tempat kudus 

dengan penyembahan berhala mereka, Allah akan menajiskan 

mereka dengan penghakiman-penghakiman-Nya. sebab  mere-

ka telah mendirikan patung-patung allah lain di bait suci, 

Allah akan menghapus dari bait itu tanda-tanda kehadiran 

Allah mereka sendiri. jika  tempat-tempat kudus ditinggal-

kan oleh Allah mereka, tempat-tempat itu akan segera dinajis-

kan oleh musuh-musuh mereka.  

4. sebab  mereka berbuat satu dosa diikuti dengan dosa lain, 

maka Allah akan mengejar mereka dengan penghakiman demi 

penghakiman: “Kehancuran datang, kehancuran yang sehabis-

habisnya (ay. 25, KJV). Sebab bencana demi bencana akan 

datang untuk menghancurkan kamu, dan kabar demi kabar 

akan tersiar untuk menakut-nakutimu, seperti gelombang-ge-

lombang dalam badai, susul-menyusul.” Perhatikanlah, orang-

orang berdosa yang ditandai untuk kehancuran akan digiring 

pada kehancuran. Sebab jika  Allah menghakimi, Ia akan 

berhasil.  

5. sebab  mereka telah mengecewakan harapan-harapan Allah 

terhadap mereka, Ia akan mengecewakan harapan-harapan 

mereka terhadap-Nya. Sebab,  

(1) Mereka tidak akan mendapat pembebasan dari kesusahan-

kesusahan mereka seperti yang mereka harapkan. Mereka 

akan mencari keselamatan. Mereka akan menginginkannya 

dan mendoakannya. Mereka akan berusaha mencapainya 

dan menantikannya: namun  tidak ada. Usaha-usaha mereka 

untuk membujuk musuh-musuh mereka maupun untuk 

mengalahkan musuh-musuh itu akan sia-sia, dan kesusah-

an-kesusahan mereka akan semakin bertambah parah.  

(2) Mereka tidak akan mendapat bimbingan di dalam kesusah-

an seperti yang mereka harapkan (ay. 26): Mereka akan 

menginginkan suatu penglihatan dari nabi, dan untuk 

menopang mereka di bawah kesusahan-kesusahan mereka, 

mereka akan ingin diyakinkan tentang akhir yang memba-

hagiakan di penghujung kesusahan-kesusahan itu. Mereka 

tidak menginginkan suatu penglihatan untuk menegur 

mereka sebab  dosa, atau memperingatkan mereka akan 

bahaya, namun  untuk menjanjikan kelepasan bagi mereka. 

Pesan-pesan seperti itulah yang rindu mereka dengar. 

Kitab Yehezkiel 7:23-27 

namun  pengajaran akan hilang lenyap dari imam. Ia tidak 

akan memiliki  kata-kata nasihat atau penghiburan yang 

dapat disampaikan kepada mereka. Mereka tidak mau 

mendengar apa yang ingin dikatakan Allah kepada mereka 

untuk meyakinkan mereka akan kesalahan mereka, dan 

sebab  itu Ia tidak memiliki  apa-apa untuk dikatakan 

kepada mereka untuk menyemangati mereka. Nasihat dari 

tua-tua akan hilang lenyap. Para penatua, yang seharusnya 

menasihati mereka apa yang seharusnya dilakukan di titik 

yang sulit ini, akan menjadi dungu dan kehabisan akal. 

Sungguh buruk bagi sebuah bangsa jika  orang-orang 

yang seharusnya menjadi penasihat mereka tidak tahu lagi 

bagaimana membuat pertimbangan, meminta nasihat satu 

sama lain, atau menasihati mereka.  

6.  sebab  mereka telah mendorong dan menyemangati satu sama 

lain untuk berbuat dosa, Allah akan membuat mereka semua 

kecut hati dan kecil hati, sehingga mereka tidak akan mampu 

maju melawan penghakiman-penghakiman Allah yang men-

dobrak masuk ke tengah-tengah mereka. Semua orang dari 

berbagai pangkat dan jabatan mau tidak mau akan terbaring 

di bawah beban itu (ay. 27): Raja, yang seharusnya memberi-

kan semangat hidup kepada mereka, dan pemimpin, yang 

seharusnya memimpin mereka untuk menyerang musuh, akan 

berkabung dan diliputi kekagetan. Pikiran dan hati mereka 

akan menjadi tawar, begitu pula kecerdikan dan keberanian 

mereka. Maka tidak heran jika tangan seluruh penduduk negeri 

itu, yang seharusnya berperang untuk mereka, menjadi lemas 

ketakutan. Tak seorang pun dari orang-orang yang kuat akan 

menemukan tangan mereka. Apa yang bisa diusahakan atau 

diperbuat orang bagi diri mereka sendiri jika  Allah telah 

meninggalkan mereka dan tampil melawan mereka? Semua 

orang pasti bercucuran air mata, semuanya pasti mengalami 

kesusahan, saat  Allah datang untuk menghakimi mereka 

selaras dengan cara mereka menghakimi. Dan dengan demi-

kian mereka akan tahu, dan menjadi terpukul sendiri, bahwa 

Ia yaitu  Tuhan, Allah yang empunya pembalasan. 

 

 

 

PASAL  8  

uhan Allah, sesudah  memberi  penglihatan yang jelas, akan 

kesengsaraan yang sedang bersegera menimpa bangsa Israel 

kepada Nabi Yehezkiel, sekarang di sini memberi  dia pandangan 

mendalam mengenai kejahatan bangsa itu. Oleh kejahatan inilah 

Allah sangat dibuat marah sampai Ia mendatangkan segala keseng-

saraan itu ke atas mereka. Dengan penjelasan ini sang nabi bisa 

membenarkan Allah dalam semua penghakiman-Nya ini, sehingga ia 

dapat terlebih lagi mengecam dosa-dosa mereka dan dengan hati 

yang lebih puas menubuatkan kehancuran mereka. Dalam sebuah 

penglihatan Allah membawa dia ke Yerusalem, untuk menunjukkan 

dia dosa-dosa yang mereka lakukan di sana, walaupun Allah saat itu 

sudah berseteru dengan mereka (ay. 1-4), dan di sana ia melihat, 

I. Berhala cemburuan didirikan di pintu gerbang mezbah (ay. 5-

6). 

II. Tua-tua kaum Israel menyembah segala macam berhala di 

ruang rahasia (ay. 7-12). 

III. Perempuan-perempuan menangisi dewa Tamus (ay. 13-14). 

IV. Para laki-laki menyembah matahari (ay. 15-16). 

V. Dan seruan kepada sang nabi apakah bangsa yang sedemi-

kian menimbulkan sakit hati seperti ini pantas dikasihani 

(ay. 17-18). 

Penglihatan akan Kemuliaan Ilahi 

(8:1-6)   

1 Pada tahun keenam, dalam bulan yang keenam, pada tanggal lima bulan 

itu, waktu aku duduk di rumahku berhadap-hadapan dengan para tua-tua 

Yehuda, kekuasaan Tuhan ALLAH meliputi aku di sana, 2 dan aku menerima 

penglihatan: Sungguh, ada kelihatan yang menyerupai seorang laki-laki, dari 

yang menyerupai pinggangnya sampai ke bawah kelihatan seperti api dan 

dari pinggangnya ke atas kelihatan seperti cahaya, seperti suasa mengkilat.  

3 Dia mengulurkan sesuatu yang berbentuk tangan dan dipegang-Nya jambul 

kepalaku. Lalu Roh itu mengangkat aku ke antara langit dan bumi dan 

membawa aku dalam penglihatan-penglihatan ilahi ke Yerusalem dekat pintu 

gerbang pelataran dalam yang menghadap ke utara, di mana ada  

berhala cemburuan, yang menimbulkan cemburu itu. 4 Lihat, di sana tampak 

kemuliaan Allah Israel, seperti penglihatan yang kulihat di lembah itu.  

5 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, lihatlah ke utara!” Aku melihat 

ke utara, sungguh, di sebelah utara gerbang mezbah, dekat jalan masuk, ter-

dapat berhala cemburuan tadi. 6 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, 

kaulihatkah apa yang mereka perbuat, yaitu perbuatan-perbuatan kekejian 

yang besar-besar, yang dilakukan oleh kaum Israel di sini, sehingga Aku 

harus menjauhkan diri dari tempat kudus-Ku? Engkau masih akan melihat 

perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi.” 

Yehezkiel sedang di Babel. namun  semua pesan kemurkaan yang telah 

ia sampaikan di pasal-pasal sebelumnya berkaitan dengan Yerusa-

lem, sebab  kedamaian atau masalah Yerusalem merupakan keda-

maian atau masalah orang-orang buangan itu, dan sebab  itu sang 

nabi mendapat penglihatan tentang apa yang dilakukan di Yerusa-

lem, dan penglihatan ini berlanjut hingga bagian penutup pasal 11.  

I.  Di sini ada tanggal terjadinya penglihatan itu. Penglihatan per-

tama yang didapatnya yaitu  pada tahun ketiga puluh, dalam 

bulan yang keempat, pada tanggal lima bulan itu (1:1-2). Semen-

tara penglihatan di pasal ini terjadi hanya empat belas bulan 

sesudah  itu. Mungkin ini sesudah  ia berbaring selama 390 hari di 

sisi sebelah kiri, untuk menanggung pelanggaran Israel, dan 

sebelum ia memulai empat puluh hari berbaring di sisi sebelah 

kanan, untuk menanggung pelanggaran Yehuda. Sebab, sekarang 

ia sedang duduk di rumahnya, tidak berbaring. Perhatikan, Allah 

mencatat secara khusus pesan-pesan yang Ia kirimkan kepada 

kita, sebab Ia segera akan meminta pertanggungan kita mengenai 

semua pesan-Nya itu. 

II. Kesempatan saat penglihatan terjadi diperhatikan juga, selain 

waktu terjadinya.  

1. Sang nabi sendiri waktu itu sedang duduk di rumahnya, dalam 

suasana tenang dan hening, mungkin sedang merenung da-

lam-dalam. Perhatikan, semakin kita mengundurkan diri dari 

dunia dan menyendiri dalam hati kita sendiri, semakin baiklah 

suasana hati kita untuk bersekutu dengan Allah. Barangsiapa 

duduk menimbang-nimbang apa yang sudah dipelajarinya, ia

Kitab Yehezkiel 8:1-6 

 akan diajar lebih lagi. Atau, ia duduk di rumahnya, siap untuk 

berkhotbah kepada kumpulan orang yang datang kepadanya, 

namun  ia harus duduk menunggu petunjuk apa yang harus 

dikatakan. Allah akan menyampaikan pengetahuan lagi ke-

pada mereka yang memperkatakan apa yang mereka memang 

ketahui.  

2. Para tua-tua Yehuda, yang saat itu sama-sama ditawan ber-

sama dia, duduk berhadapan dengan dia. Mungkin saat itu 

hari Sabat, dan sudah menjadi kebiasaan mereka untuk ada 

bersama sang nabi setiap Sabat, baik untuk mendengar pesan 

dari dia maupun untuk bergabung bersama dia dalam doa dan 

puji-pujian. Juga, bagaimana mungkin mereka bisa mengisi 

hari Sabat dengan lebih baik lagi sementara saat itu tidak ada 

lagi Bait Suci atau tempat ibadah, serta juga imam dan 

mezbah? Betapa besar kemurahan yang mereka peroleh saat 

itu sehingga ada kesempatan menghabiskan waktu Sabat 

dengan baik seperti itu, seperti yang dialami umat di masa 

nabi Elisa (2Raj. 4:23). Namun, sebagian orang menduga hari 

itu yaitu  suatu kejadian khusus yang tidak biasanya, mereka 

berkumpul dengan dia untuk menanyakan Tuhan, dan duduk 

di kaki-Nya untuk mendengar firman-Nya. Amatilah di sini, 

(1) saat  pengajaran hilang lenyap dari imam, dan nasihat 

dari tua-tua (7:26), mereka yang di Babel masih punya 

seorang nabi untuk dimintai nasihat. Allah tidak terikat 

pada tempat atau orang. 

(2) Sekarang saat para tua-tua Yehuda ada dalam pembuang-

an, mereka lebih menaruh rasa hormat kepada nabi-nabi 

Allah dan firman-Nya yang diucapkan mereka daripada 

saat  mereka masih tinggal dahulu dalam damai sejahtera 

di negeri mereka sendiri. saat  Allah membawa orang 

tertangkap dalam tali kesengsaraan, maka Ia pun lalu mem-

bukakan telinga mereka bagi ajaran (Ayb. 36:8, 10; Mzm. 

141:6). Mereka yang dahulunya menyepelekan penglihatan 

di lembah penglihatan, kini menghargai tinggi penglihatan, 

bahwa firman Tuhan itu sungguh mulia dan bahwa 

penglihatan-penglihatan tidak sering terjadi.  

(3) Bilamana para pengajar kita terdesak sampai ke sudut-

sudut, dan dipaksa harus mengajar di rumah-rumah orang 

per orang, maka kita harus rajin hadir mendengarkan 

mereka di sana. Rumah pelayan Tuhan haruslah menjadi 

gereja bagi semua sesamanya. Rasul Paulus sendiri meng-

ajar di rumah yang disewanya di Roma, dan Allah meng-

akuinya, dan tidak ada orang mencegah dia.  

III. Pengaruh dan kesan kuat ilahi yang dialami sang nabi saat terjadi 

penglihatan itu. Kekuasaan Tuhan ALLAH meliputi aku di sana. 

Tangan Allah memegang dia dan menangkapnya, seakan-akan 

seperti itu, supaya  ia memperhatikan penglihatan ini, dan pada 

saat yang sama menopang dia saat menyaksikannya.  

IV. Penglihatan yang dilihat sang nabi (ay. 2). Di hadapannya ada 

kelihatan yang menyerupai, seorang manusia kiranya, sebab se-

perti itulah yang dilihatnya sebelumnya, namun  semuanya tampak 

cahaya di bagian atas pinggang dan di bagian bawah tampak api 

dan nyala api. Hal ini sesuai dengan gambaran yang kita punyai 

sebelumnya mengenai penampakan yang dia lihat (1:27). Mungkin 

yang dilihatnya masih orang yang sama, yaitu manusia Yesus 

Kristus. Mungkin para tua-tua yang duduk berhadap-hadapan 

dengan dia (seperti orang-orang yang bepergian bersama Paulus 

itu) melihat suatu cahaya dan ketakutan. Dan pemandangan yang 

membahagiakan ini mereka alami saat  ada bersama sang nabi 

dalam suatu pertemuan pribadi, namun  mereka tidak bisa melihat 

dengan jelas orang yang berbicara kepadanya (Kis. 22:9).  

V. Sang nabi pindah, dalam penglihatan, ke Yerusalem. Ia melihat 

ada yang mengulurkan sesuatu yang berbentuk tangan dan di-

pegang-Nya jambul kepalaku. Dan tangan yang terulur itu yaitu  

Roh, sebab Roh Allah disebut tangan Allah. Atau, Roh yang ada di 

dalam dia mengangkat dia, sehingga ia ditopang dan dimampukan 

oleh suatu kebenaran batiniah, bukan oleh suatu paksaan lahiriah. 

Seorang hamba Allah yang setia dan siap sedia akan digerakkan 

oleh sedikit petunjuk dari kehendak ilahi untuk mengerjakan 

kewajibannya. Ia memiliki petunjuk itu di dalam dirinya yang men-

condongkan hatinya untuk mengikutinya (Mzm. 27:8). Dengan 

ajaib Ia mengangkat aku ke antara langit dan bumi, seakan-akan 

terbang di atas sayap-sayap burung rajawali. Kejadian ini barang-

kali (demikian dugaan Grotius [seorang penafsir – pen.]) disaksi-

kan para tua-tua yang sedang duduk bersamanya. Mereka yaitu  

Kitab Yehezkiel 8:1-6 

saksi-saksi dari penglihatan tentang dipegang-Nya jambul kepala-

ku, dan mungkin saat ia diturunkan kembali dalam keadaan 

diliputi kuasa ilahi, sementara ia menyaksikan penglihatan-

penglihatan berikutnya. Entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, 

kita bisa menduga, ia tidak tahu, lebih daripada yang diketahui 

Paulus saat ada dalam keadaan serupa, apa lagi kita. Perhatikan, 

orang-orang yang dipersiapkan dengan amat baik untuk berseku-

tu dengan Allah dan berhubungan dengan cahaya ilahi, ia diang-

kat oleh anugerah ilahi mengatasi bumi dan perkara-perkara du-

niawi, ada di luar daya tariknya. Namun demikian, saat  diang-

kat ke langit, sang nabi dibawa melihat Yerusalem dan tempat 

kudus Allah di sana. Sebab, barangsiapa ingin ke sorga, ia harus 

memiliki penglihatan tentang sorga dalam perjalanan menuju ke 

sana. Roh memberi gambaran dalam pikirannya tentang kota itu 

dan Bait Suci sejelas-jelasnya seolah-olah seperti saat  ia sedang 

berada secara jasmaniah di sana. Aduhai, sekiranya oleh iman 

kita dapat masuk seperti itu ke dalam Yerusalem, kota kudus itu, 

di atas sana, dan melihat segala sesuatu yang tidak kelihatan! 

VI. Berbagai penyingkapan yang diperlihatkan kepadanya di sana. 

1. Di sana ia melihat kemuliaan Allah (ay. 4): Lihat, di sana 

tampak kemuliaan Allah Israel, penampakan yang sama akan 

makhluk-makhluk hidup, dan roda-roda, dan takhta yang su-

dah dilihatnya sebelumnya (ps. 1). Perhatikanlah, para hamba 

Allah, di mana pun mereka berada dan ke mana pun mereka 

pergi, haruslah membawa bersama mereka dengan iman kepe-

dulian terhadap kemuliaan Allah dan selalu menempatkannya 

di hadapan mereka. Dan mereka yang sudah menyaksikan 

kuasa dan kemuliaan Allah di tempat kudus-Nya, harus rindu 

untuk melihatnya lagi (Mzm. 63:3). Yehezkiel mengalami peng-

lihatan yang berulang-ulang ini mengenai kemuliaan Allah, 

untuk meneguhkan kebenaran dan memberi hormat pada 

penyingkapan-penyingkapan berikutnya. Namun, tampaknya 

ada maksud selanjutnya lagi. Yaitu untuk memperparah dosa 

Israel dalam mengubah Allah mereka, Allah Israel (yang yaitu  

Allah yang sedemikian mulia seperti tampak di sini) menjadi 

dewa-dewa hina dina, dewa-dewa penuh kejahatan, dewa-dewa 

palsu, yang sesungguh-sungguhnya bukan dewa sama sekali. 

Perhatikan, semakin mulia kita memandang Allah, semakin 

jijik kita melihat apa adanya dosa itu, terutama penyembahan 

berhala, yang menjadikan kebenaran-Nya menjadi kebohong-

an, kemuliaan-Nya menjadi aib. Hal itu juga untuk memper-

parah kesengsaraan mereka yang semakin mendekat, saat 

kemuliaan Tuhan ini disingkirkan nanti dari mereka (11:23) 

dan meninggalkan Bait dan kota itu menjadi sunyi senyap. 

2. Di sana ia melihat cela dan aib Israel, dan itu yaitu  berhala 

cemburuan,  yang didirikan menghadap ke utara, di gerbang 

mezbah (ay. 3, 5). Berhala apa itu tidaklah jelas, mungkin 

patung Baal, atau patung yang dibuat dan ditaruh Manaseh di 

rumah Tuhan (2Raj. 21:7; 2Taw. 33:3), yang disingkirkan 

Yosia, namun  kemudian ditempatkan lagi oleh para pengganti-

nya di sana, seperti mungkin yang terjadi dengan kuda-kuda 

yang ditaruh oleh raja-raja Yehuda untuk dewa matahari di 

pintu masuk ke rumah TUHAN (2Raj. 23:11), yang di sini di-

katakan dekat jalan masuk. namun  , sang nabi, bukannya 

memberitahukan kepada kita berhala apa itu, yang mungkin 

bisa memuaskan rasa ingin tahu kita. Sebaliknya ia mem-

beritahukan kita bahwa itu yaitu  berhala cemburuan, untuk 

meyakinkan hati nurani kita bahwa tak peduli berhala apa itu 

adanya, berhala itu sungguh merupakan suatu penghinaan 

yang teramat tinggi terhadap Allah dan menimbulkan cemburu-

Nya. Murka Allah seperti seorang suami murka dengan per-

buatan sundal istrinya, dan pasti akan membalas dendam. 

Sebab, TUHAN itu Allah yang cemburu dan pembalas, TUHAN 

itu pembalas (Nah. 1:2).  

(1) Ditegakkannya berhala ini persis di rumah Tuhan sudah 

cukup untuk menimbulkan cemburu-Nya. Sebab, dalam hal 

menyembah kepada-Nyalah kita secara khusus diberitahu-

kan, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, yaitu  Allah yang cem-

buru. Orang-orang yang menaruh berhala ini di pintu ger-

bang pelataran dalam, di mana umat biasa berkumpul, yang 

disebut gerbang mezbah (ay. 5), jelas-jelas bermaksud untuk, 

[1] menghina Allah, membangkitkan murka-Nya di depan 

wajah-Nya, dengan mengangkat suatu pujaan menjadi 

saingan-Nya supaya  dipuja umat-Nya, dan ini menghina 

hukum-Nya dan menentang keadilan-Nya. 

Kitab Yehezkiel 8:1-6 

[2] merusak moral umat, dan menghalau mereka keluar 

saat mereka memasuki pelataran rumah Tuhan untuk 

membawa segala persembahan mereka kepada-Nya, dan 

mencobai mereka untuk mempersembahkannya kepada 

berhala itu. Mereka ini seperti Salomo menggambarkan 

perempuan yang berzinah, yang duduk di depan pintu 

rumahnya di atas kursi di tempat-tempat yang tinggi di 

kota, dan memanggil-manggil orang-orang yang berlalu 

di jalan, yang lurus jalannya diundangnya dengan kata-

kata: “Siapa yang tak berpengalaman, singgahlah ke 

mari” (Ams. 9:14-16). Memang benarlah sebab  itu untuk 

menyebut ini berhala cemburuan.  

(2) Dapat kita bayangkan betapa terkejut dan betapa sedihnya 

Yehezkiel saat melihat berhala ini di rumah Allah, padahal 

ia berharap segala penghakiman ini bisa mengerjakan 

pembaruan hidup di antara orang-orang itu. namun , ada 

lebih banyak kejahatan di dalam dunia ini, dalam jemaat, 

daripada yang dipikir orang-orang baik. Dan sekarang, 

[1] Allah mengajukan tuntutan-Nya kepada sang nabi, apa-

kah semuanya ini tidak cukup jahat, dan tidak cukup 

alasan bagi-Nya untuk melemparkan bangsa ini dan 

membiarkan mereka binasa. Dapatkah sang nabi, atau 

siapa saja, mengharapkan hal-hal lain selain bahwa Ia 

harus menjauhkan diri dari tempat kudus-Nya, semen-

tara berbagai kekejian dilakukan di dalam sana, persis 

di tempat itu. Bahkan, bukankah justru Dia yang di-

halau enyah dari sana? Mereka melakukan semua hal 

ini dengan merancangkannya, dengan sengaja supaya  

Dia meninggalkan tempat kudus-Nya, dan sebab  itu 

celakalah mereka. Dengan begitu mereka seperti orang-

orang Gerasa, menginginkan supaya  Ia meninggalkan 

mereka, dan sebab  itu Ia pun pergi. Ia tidak akan lagi 

memuliakan dan melindungi tempat kudus-Nya, seperti 

yang dilakukan-Nya dahulu, namun  menyerahkannya 

untuk dicela dan dihancurkan. namun  , 

[2] Walaupun perbuatan berhala ini sudah cukup buruk-

nya, dan sangat pantas untuk membenarkan tindakan 

Allah dalam mendatangkan kesengsaraan atas mereka, 

namun persoalan ini justru malah bertambah buruk: 

kaulihatkah apa yang mereka perbuat, dan engkau 

masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang 

lebih besar lagi. Di mana ada satu perbuatan kekejian, 

di situ akan ditemukan lebih banyak kekejian lagi. Dosa 

tidak berjalan sendiri. 

Kekejian Tersembunyi Tersingkap;  

Kamar-kamar Ukiran  

(8:7-12)   

7 Dan dibawa-Nya aku ke pintu pelataran, aku melihat, sungguh, ada sebuah 

lobang di dalam temboknya. 8 Firman-Nya kepadaku: “Hai anak manusia, 

perbesarlah lobang yang di tembok itu!” Sesudah aku memperbesar lobang 

itu, lihat, ada sebuah pintu. 9 Firman-Nya kepadaku: “Masuklah dan lihatlah 

perbuatan-perbuatan kekejian yang jahat, yang mereka lakukan di sini.”  

10 Lalu aku masuk dan melihat, sungguh, segala gambar-gambar binatang 

melata dan binatang-binatang lain yang menjijikkan dan segala berhala-

berhala kaum Israel terukir pada tembok sekelilingnya. 11 Dan di hadapannya 

berdiri tujuh puluh orang tua-tua kaum Israel, dengan Yaazanya bin Safan di 

tengah-tengah mereka dan masing-masing memegang bokor ukupannya di 

tangannya, dan keharuman dari asap ukupan itu naik ke atas. 12 Firman-Nya 

kepadaku: “Kaulihatkah, hai anak manusia, apa yang dilakukan oleh tua-tua 

kaum Israel di dalam kegelapan, masing-masing di dalam kamar tempat 

ukiran-ukiran mereka? Sebab mereka berkata: TUHAN tidak melihat kita; 

TUHAN sudah meninggalkan tanah ini.” 

Dalam perikop ini kita temukan lebih lanjut penyingkapan tentang 

berbagai kekejian yang dilakukan di Yerusalem, dan di dalam ling-

kungan Bait Suci juga. Nah amatilah, 

I.  Bagaimana penyingkapan ini dilakukan. Allah, dalam penglihat-

an, membawa Yehezkiel ke pintu pelataran, pelataran sebelah luar, 

di sepanjang sisi pelataran ini ada  kamar-kamar tempat para 

imam biasa menginap. Allah bisa saja mengenalkan dia pertama-

tama untuk melihat semua kamar tempat ukiran-ukiran, namun 

sebaliknya Allah menuntun dia sedikit demi sedikit, sebagiannya 

untuk membuat sang nabi sungguh-sungguh mencari tahu se-

mua rahasia kejahatan ini, dan sebagian lagi untuk membuat dia 

merasakan betapa dengan hati-hati dan cermatnya para penyem-

bah berhala ini menyembunyikan perbuatan berhala mereka. Di 

depan kamar-kamar para imam itu ada tembok yang dibangun, 

supaya  tidak terganggu dari luar, supaya  orang-orang yang lewat

Kitab Yehezkiel 8:7-12 

 tidak bisa melihat mereka. Ini saja sudah merupakan suatu tanda 

jahat, bahwa mereka melakukan sesuatu yang seharusnya mem-

buat mereka merasa malu. Barangsiapa berbuat jahat, membenci 

terang. Mereka tidak rela orang yang melihat mereka di dalam 

rumah Allah, juga bisa melihat mereka di dalam rumah mereka 

sendiri. Jangan sampai orang melihat hal-hal yang bertolak bela-

kang pada diri mereka, dan tidak melakukan apa yang mereka 

lakukan di depan umum saat  mereka ada di rumah sendiri. 

namun  , lihatlah, sungguh, ada sebuah lobang di dalam 

temboknya (ay. 7), sebuah lobang untuk mengintip, dan dengan 

lubang ini cukuplah untuk orang menaruh curiga terhadap imam-

imam itu. Orang-orang munafik bisa saja memagari diri mereka di 

belakang pengakuan iman lahiriah, dan berpikir dengan pengaku-

an itu mereka dapat menyembunyikan kejahatan mereka dari 

mata dunia dan terus menjalankan segala rancangan mereka 

dengan berhasil, namun tetap saja sukar bagi mereka untuk terus 

berbuat begitu betapapun lihainya mereka, sebab  masih saja ada 

lobang yang tertinggal di dalam tembok, yang mengkhianati me-

reka, sehingga orang yang melihat dengan cermat tahu bahwa 

mereka tidaklah seperti yang pura-pura mereka perlihatkan. 

Seperti telinga keledai muncul dari bawah kulit singa. Lobang 

yang di tembok itu diperbesar oleh Yehezkiel, dan lihat, ada 

sebuah pintu (ay. 8). Ia melalui pintu ini dan masuk ke tempat 

perbendaharaan, atau kamar-kamar para imam, dan melihat 

perbuatan-perbuatan kekejian yang jahat, yang mereka lakukan di 

sini (ay. 9). Perhatikan, orang yang menemukan rahasia kejahatan 

di dalam diri orang lain, atau di dalam dirinya sendiri, ia harus 

merampungkan penyelidikannya dengan tekun, sebab  Iblis itu 

licik, sangat cerdik, dan banyak akal, yang tidak boleh kita sepele-

kan, dan betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu. 

Jadi dalam menyelidiki hati, kita harus benar-benar ketat. 

II. Apa yang disingkapkan. Sangat memedihkan. 

1. Sang nabi melihat sebuah kamar dipenuhi dengan gambar-

gambar berhala di sekelilingnya (ay. 10): segala berhala-ber-

hala kaum Israel, yang mereka pinjam dari bangsa-bangsa te-

tangga, terukir pada tembok sekelilingnya, bahkan yang paling 

hina, segala gambar-gambar binatang melata, yang mereka 

sembah, dan binatang-binatang, bahkan yang menjijikkan. Ini 

seperti sejenis kuil dewa-dewi, kumpulan segala berhala yang 

mereka puja dengan ibadah mereka. Walaupun perintah Allah 

yang kedua secara tertulis hanya melarang gambar-gambar 

ukiran, namun gambar-gambar lukisan pun sama buruk dan 

berbahaya. 

2. Ia melihat kamar itu penuh dengan para penyembah berhala 

(ay. 11). Ada tujuh puluh orang tua-tua kaum Israel memper-

sembahkan ukupan kepada berhala-berhala lukisan ini. Di 

sini ada sejumlah besar para penyembah berhala saling 

menguatkan tangan dalam kejahatan. Walaupun terjadi dalam 

sebuah kamar pribadi dan pertemuannya ditutup rapat-rapat, 

namun ada tujuh puluh orang terlibat di situ. Saya ragu para 

tua-tua ini lebih banyak daripada yang di Babel yang duduk di 

hadapan sang nabi di rumahnya (ay. 1). Ada tujuh puluh orang, 

jumlah anggota Mahkamah Agama, atau dewan tertinggi bang-

sa itu, dan kita punya alasan untuk merasa takut bahwa 

orang-orangnya sama. Sebab, mereka ini yaitu  tua-tua kaum 

Israel, yang tidak hanya tua dalam hal usia, namun  juga jabat-

annya, yang terikat oleh tugas jabatan mereka untuk menge-

kang dan menghukum perbuatan berhala serta untuk meng-

hancurkan dan memusnahkan segala gambar takhayul di 

mana pun mereka temukan. Namun mereka ini sendiri justru 

yang melakukan penyembahan berhala dengan sembunyi-

sembunyi, dan begitu menghina agama yang mereka aku-aku 

di depan umum dan mereka junjung hanya supaya  kedudukan 

mereka bisa dipertahankan. Mereka masing-masing memegang 

bokor ukupannya di tangannya. Begitu tergila-gilanya mereka 

dengan ibadah berhala ini sampai-sampai mereka sendiri 

menjadi imam-imamnya, dan sangat royal dengan wewangian 

yang mereka persembahkan untuk menghormati gambar-

gambar ini, sebab keharuman dari asap ukupan itu naik ke 

atas, asap tebal (KJV) memenuhi ruangan. Wahai, kiranya 

semangat para penyembah berhala ini membuat malu para 

penyembah Allah yang benar sebab  tindakan acuh tak acuh 

mereka dalam beribadah kepada-Nya. Sang nabi secara khu-

sus memperhatikan satu orang yang dia kenal, yang berdiri  di 

tengah-tengah mereka, yang utama di antara mereka, mungkin 

kepala dari dewan agung pada masa itu atau yang paling de-

pan dalam kejahatan ini. Tidak heranlah kalau rakyat sampai 

Kitab Yehezkiel 8:7-12 

rusak kelakuannya bila tua-tuanya saja sudah sedemikian 

bejat. Dosa-dosa para pemimpin yaitu  dosa-dosa teladan. 

III. Tanggapan atas kejadian ini (ay. 12): “Kaulihatkah, hai anak ma-

nusia? Pernahkah kamu bayangkan ada kejahatan yang sedemi-

kian ini dilakukan?” Mengenai perbuatan ini diamati bahwa, 

1. Itu dilakukan di dalam kegelapan. Sebab pekerjaan-pekerjaan 

dosa yaitu  pekerjaan kegelapan. Para imam itu menyembu-

nyikan perbuatan mereka itu, supaya  jangan kehilangan jabat-

an mereka, atau paling kurang kehilangan kepercayaan orang. 

Ada teramat banyak kejahatan tersembunyi di dunia ini, yang 

hari itu akan membukanya kepada semua orang, yaitu pada 

hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan 

dinyatakan. 

2. Kamar penyembahan berhala yang satu ini hanyalah contoh 

dari banyak kamar serupa. Di kamar yang satu ini mereka ber-

kumpul bersama, untuk menyembah gambar-gambar mereka 

dalam satu hati, namun  tampaknya, selain itu mereka punya di 

rumah mereka masing-masing di dalam kamar tempat ukiran-

ukiran mereka, sebuah ruangan di rumah sendiri untuk tujuan 

berhala ini, dan di dalam ruangan itu setiap orang memuas-

kan angan-angan mereka dengan gambar-gambar demikian 

sesuai dengan yang paling disukainya. Para penyembah ber-

hala itu memiliki dewa-dewi dalam rumah tangga mereka, dan 

keluarga mereka menyembah dewa-dewi itu secara pribadi. 

Hal ini sungguh memalukan bagi orang-orang Kristen, yang 

menyebut diri Kristen namun  tidak ada gereja di dalam rumah 

mereka, tidak ada penyembahan terhadap Allah dalam keluar-

ga mereka. Kalau para penyembah berhala itu saja punya 

kamar tempat ukiran-ukiran, bukankah kita seharusnya punya 

kamar-kamar ibadah?  

3. Bahwa atheisme sudah ada di dasar penyembahan berhala 

mereka. Mereka menyembah gambar-gambar di dalam kegelap-

an, gambar-gambar dewa-dewi dari bangsa-bangsa lain, dan 

mereka berkata, “TUHAN Allah Israel, yang seharusnya kita 

layani, tidak melihat kita. TUHAN sudah meninggalkan tanah 

ini, dan kita boleh menyembah allah apa saja yang kita mau. 

Dia tidak peduli dengan kita.” 

(1) Mereka pikir mereka ada di luar penglihatan Allah. Mereka 

berkata, TUHAN tidak melihat kita. Mereka membayangkan 

bahwa sebab  perbuatan mereka itu dilakukan dengan 

begitu tersembunyi sampai orang tidak bisa mengetahui-

nya, dan para tetangga mereka juga tidak mencurigai mere-

ka sebagai penyembah berhala, maka perbuatan itu juga 

tersembunyi dari mata Allah. Seakan-akan ada kegelapan 

ataupun kelam kabut, di mana orang-orang yang melakukan 

kejahatan dapat bersembunyi. Perhatikan, perbuatan kita 

yang tidak percaya akan kemaha-tahuan Allah merupakan 

dasar dari perbuatan khianat kita sehingga kita memisah-

kan diri dari Dia. Namun, benarlah apa yang dinyatakan 

oleh jemaat mengenai dosa penyembahan berhala ini (Mzm. 

44:21-22), Seandainya kami melupakan nama Allah kami, 

dan menadahkan tangan kami kepada allah lain, masakan 

Allah tidak akan menyelidikinya? Tidak diragukan lagi, Ia 

pasti akan melakukannya. 

(2) Mereka pikir Allah tidak memperhatikan mereka lagi: 

“TUHAN sudah meninggalkan tanah ini, dan tidak peduli 

lagi dengan segala peristiwa di dalamnya, dan sebab  itu 

kami pun boleh menyembah allah lain apa saja yang mirip 

Dia.” Atau, “Dia telah meninggalkan tanah kami, dan 

membiarkannya menjadi mangsa musuh-musuhnya, dan 

sebab  itu sekarang sudah waktunya kami mencari allah 

lain, untuk mencari perlindungan darinya atas tanah kami. 

Allah kami yang hanya satu itu tidak mampu, atau tidak 

mau, membebaskan kami, dan sebab  itu kami harus 

punya banyak allah.” Ini sungguh suatu perenungan yang 

penuh hujatan terhadap Allah, seolah-olah Dia-lah yang 

pertama-tama meninggalkan mereka, kalau tidak, mereka 

tidak akan meninggalkan Dia. Perhatikan, orang-orang 

yang sudah sampai pada titik kekurang-ajaran seperti ini 

sehingga mempersalahkan Allah atas dosa-dosa mereka 

sendiri, mereka itu sungguh-sungguh sudah matang bagi 

kebinasaan.

 

Kitab Yehezkiel 8:13-18 


Perbuatan-perbuatan Kekejian  

yang Lebih Besar Lagi   

(8:13-18)   

13 Ditambahkan-Nya lagi: “Engkau masih akan melihat perbuatan-perbuatan 

kekejian yang lebih besar lagi yang mereka lakukan.” 14 Lalu dibawa-Nya aku 

dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah utara, sungguh, di sana 

ada perempuan-perempuan yang menangisi dewa Tamus. 15 Firman-Nya 

kepadaku: “Hai anak manusia, kaulihatkah apa yang mereka perbuat? Eng-

kau masih akan melihat perbuatan-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi 

dari pada ini.” 16 Kemudian dibawa-Nya aku ke pelataran dalam rumah 

TUHAN; sungguh, dekat jalan masuk ke bait TUHAN, di antara balai Bait 

Suci dan mezbah ada kira-kira dua puluh lima orang laki-laki, yang 

membelakangi bait TUHAN dan menghadap ke sebelah timur sambil sujud 

pada matahari di sebelah timur. 17 Lalu firman-Nya kepadaku: “Kaulihatkah 

itu, hai anak manusia? Perkara kecilkah itu bagi kaum Yehuda untuk 

melakukan perbuatan-perbuatan kekejian yang mereka lakukan di sini, 

bahwa mereka memenuhi tanah ini dengan kekerasan dan dengan itu terus 

menyakiti hati-Ku? Sungguh, mereka berkelakuan tak senonoh di hadapan-

Ku. 18 Oleh sebab  itu Aku akan membalas di dalam kemurkaan-Ku. Aku 

tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan. Dan 

kalaupun mereka berseru-seru kepada-Ku dengan suara yang nyaring, Aku 

tidak akan mendengarkan mereka.” 

Di sini kita dapati, 

I.  Lebih banyak dan lebih hebat lagi kekejian yang disingkapkan 

kepada sang nabi. Ia mengira apa yang telah disaksikannya sudah 

cukup jahat, namun (ay. 13), Engkau masih akan melihat perbuat-

an-perbuatan kekejian yang lebih besar lagi, masih ada yang lebih 

hebat lagi (ay. 15, dan lagi, ay. 6). Ada sementara orang yang 

hidup menyendiri dan tidak berpikir lagi betapa besar kejahatan 

ada di dunia ini. Dan semakin kita bergaul dengan dunia ini dan 

semakin jauh kita mengelilinginya, semakin banyak kerusakan 

yang kita lihat. saat  kita sudah melihat sesuatu yang buruk, 

kita akan dibuat terheran-heran tanpa henti saat menemukan hal 

yang jauh lebih buruk lagi. Hal sungguh benar bila kita menguji 

hati kita dan menyelidikinya dalam-dalam. Ada suatu dunia 

kejahatan dalam hati kita, berlimpah dan beragam jenis kekejian, 

dan saat kita menemukan ada banyak kesalahan di sana, masih 

banyak lagi yang akan kita dapati. Sebab, betapa liciknya hati, 

lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: 

siapakah yang dapat mengetahuinya dengan sempurna? Nah, 

berbagai kekejian yang ditemukan 


Related Posts:

  • Yehezkiel 5 isa di antara mereka [Yer. 29:11]). “Itu yaitu  kesudahan, kesudahan yang sudah sering kali diperingatkan kepadamu, kesudahan terakhir yang diharapkan Musa untuk kamu perhatikan (Ul. 32:29), dan kesu… Read More