n nasihat jahat di kota ini, 3 yang mengata-
kan: Bukankah belum lama berselang rumah-rumah kita dibangun kembali?
Kota inilah periuk dan kita dagingnya. 4 Oleh sebab itu bernubuatlah mela-
wan mereka, bernubuatlah, hai anak manusia!” 5 Maka Roh TUHAN meliputi
aku dan TUHAN berfirman kepadaku: “Katakanlah: Beginilah firman TUHAN:
Kamu berkata-kata begini, hai kaum Israel, dan Aku tahu apa yang timbul
dalam hatimu. 6 Orang-orang yang kamu bunuh di kota ini bertambah ba-
nyak dan kamu penuhi jalan-jalannya dengan mereka. 7 Oleh sebab itu begi-
nilah firman Tuhan ALLAH: Orang-orang yang kamu bunuh di kota ini, me-
rekalah dagingnya dan kota inilah periuk, namun kamu akan Kugiring keluar
dari dalamnya. 8 Kamu takut kepada pedang, namun Aku akan mendatangkan
pedang atasmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH. 9 Aku akan menggiring
kamu keluar dari dalamnya dan menyerahkan kamu di tangan orang-orang
asing dan menjatuhkan hukuman-hukuman kepadamu. 10 Kamu akan
berebahan sebab pedang dan di tanah Israel Aku akan menghukum kamu;
dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN. 11 Kota ini tidak akan
menjadi periuk bagimu ataupun kamu seakan-akan daging di dalamnya; di
tanah Israel Aku akan menghukum kamu. 12 Dan kamu akan mengetahui,
bahwa Akulah TUHAN, sebab kelakuanmu tidak selaras dengan ketetapan-
ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku tidak kamu lakukan; bahkan
engkau melakukan peraturan-peraturan bangsa-bangsa yang di sekitarmu.”
13 Maka sedang aku bernubuat, matilah Pelaca bin Benaya. Lalu aku sujud
dan berseru dengan suara nyaring, kataku: “Aduh, Tuhan ALLAH, apakah
Engkau menghabiskan sisa Israel?”
Kita mendapati di sini,
I. Rasa aman tenteram yang dimiliki para pemimpin Yerusalem,
walaupun hukuman-hukuman Allah sedang menimpa mereka.
Sang nabi dibawa, dalam penglihatan, ke pintu gerbang rumah
Tuhan, di mana para pemimpin sedang duduk berkumpul mem-
bahas urusan kota Yerusalem saat itu yang teramat sulit dan
melelahkan. Lalu Roh itu mengangkat aku dan membawa aku ke
pintu gerbang Timur dari rumah TUHAN, pintu yang menghadap ke
sebelah timur. Lihat, di dalam pintu gerbang itu ada dua puluh lima
orang. Lihatlah betapa taatnya sang nabi kepada perintah-perin-
tah Roh, dan betapa dengan sungguh-sungguhnya ia memperhati-
kan semua penyingkapan yang ditunjukkan kepadanya. Tampak-
nya kedua puluh lima orang ini tidaklah sama dengan kedua
puluh lima orang yang kita lihat sebelumnya di depan pintu
rumah Tuhan yang waktu itu sedang menghadap ke sebelah timur
sambil sujud pada matahari di sebelah timur (8:16). Kedua puluh
lima orang ini yaitu para imam atau imam-imam Lewi, sebab
mereka ada di antara balai Bait Suci dan mezbah, sedangkan
kedua puluh lima orang dalam pasal 11 ini yaitu para pemimpin
yang duduk di pintu gerbang di rumah TUHAN, untuk mengadili
Kitab Yehezkiel 11:1-13
perkara-perkara (Yer. 26:10). Mereka ini didakwa, bukan dengan
kebusukan dalam penyembahan, namun dengan perbuatan tidak
benar dalam memerintah kota. Dua di antara mereka disebutkan
namanya, sebab merekalah yang paling giat dalam memimpin,
dan mungkin sebab sang nabi mengenal mereka, walaupun
sudah beberapa tahun ia tidak berada di Yerusalem. Dua orang
ini yaitu Pelaca dan Yaazanya. namun Yaazanya ini bukanlah
orang yang disebutkan dalam pasal 8:11, sebab Yaazanya yang itu
yaitu anak dari Safan, sedangkan yang ini anak dari Azur. Ada
pendapat bahwa Yerusalem terbagi atas 24 wilayah administratif,
dan orang-orang tersebut merupakan para pemimpin wilayah-
wilayah itu dengan pemimpin utamanya. Nah amatilah,
1. Watak yang diberikan Allah untuk orang-orang ini (ay. 2):
“Inilah orang-orang yang merancang kedurjanaan. Dengan ber-
pura-pura hendak menjaga keamanan rakyat, mereka menge-
raskan orang dalam dosa mereka dan menjauhkan rasa takut
yang ditimbulkan akibat hukuman-hukuman yang diancam-
kan kepada mereka melalui sang nabi. Mereka menaburkan
nasihat jahat di kota ini, membujuk orang untuk mengekang
dan membungkam mulut sang nabi, dan memberontak ter-
hadap raja Babel. Mereka mengajak rakyat untuk memper-
tahankan kota sampai titik darah penghabisan.” Perhatikan-
lah, sungguh malang keadaan suatu rakyat bila hal-hal yang
menyangkut damai sejahtera mereka disembunyikan dari mata
orang-orang yang dipercayakan untuk memberi nasihat ke-
pada mereka. Dan, bila kejahatan dilakukan, Allah tahu siapa
yang harus dipersalahkan, dan pada hari penyingkapan dan
pembalasan, Ia yakin betul siapa yang bertanggung jawab.
Pada hari itu Ia akan berkata, inilah orang-orang yang meran-
cang kedurjanaan, sekalipun itu orang-orang besar, yang di-
kenal sebagai orang-orang bijak, dan yang sekarang tidak
dapat dilawan atau dikendalikan.
2. Dakwaan khusus yang dijatuhkan kepada mereka atas watak
mereka yang sudah terbukti itu. Mereka didakwa atas semua
perkataan mereka dalam sidang pertemuan mereka, yang
dicatat oleh Dia yang berdiri dalam sidang ilahi. Mereka me-
ngatakan ini, “Belum dekat waktunya (ay. 3, KJV). Kehancuran
kota kami, yang sudah sering diancamkan oleh nabi-nabi itu,
belum dekat waktunya, masih jauh saat mereka katakan
itu.” Mereka sadar dengan rasa permusuhan mereka terhadap
pembaruan diri, sehingga menyadari betul bahwa kehancuran
itu pasti akan tiba suatu hari kelak. Namun mereka berpikir
sedemikian rupa mengenai kesabaran Allah (walaupun mereka
sudah lama melecehkannya) sampai berharap kehancuran itu
masih sangat lama lagi akan terjadi. Ingatlah, saat Iblis tidak
berhasil membujuk orang untuk melihat penghukuman seba-
gai sesuatu yang meragukan dan belum pasti akan terjadi,
namun dia berhasil dalam membujuk mereka untuk meman-
dang penghukuman itu sebagai sesuatu yang masih sangat
lama baru akan datang, dan dengan begitu penghukuman itu
kelihangan kekuatannya. Kata Iblis, memang hukuman itu
pasti akan datang, namun belum dekat waktunya. Padahal,
sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. sebab itu,
jika kehancuran itu masih jauh, orang Israel pun menyimpul-
kan, Mari kita bangun rumah-rumah kita. Mari kita jalan terus,
sebab kota inilah periuk dan kita dagingnya. Ungkapan ini
tampaknya merupakan sebuah peribahasa yang artinya tidak
kurang dari ini, bahwa “Kita ini aman-aman saja seperti
daging ada di dalam periuk mendidih. Tembok-tembok kota
menjadi seperti tembok tembaga bagi kita, dan tidak bisa
dirusak oleh para pengepungnya, seperti periuk yang tetap
aman dari api di bawahnya. Orang-orang yang menyangka
bisa memaksa kita keluar dari kota kita ini dan menggiring
kita sebagai tawanan akan binasa sendiri. Keadaan mereka
akan seperti mengambil keluar daging dari dalam periuk yang
mendidih dengan tangan telanjang.” Demikianlah yang tam-
paknya merupakan makna dari ungkapan itu, seperti terlihat
dari jawaban Allah (ay. 9): Aku akan menggiring kamu keluar
dari dalamnya, dari dalam kota yang kamu pikir aman, dan
kamu akan lihat sendiri bahwa kota ini tidak akan menjadi
periuk bagimu ataupun kamu seakan-akan daging di dalamnya
(ay. 11). Mungkin ini secara khusus merujuk pada daging
korban keselamatan, yang merupakan pelanggaran besar keti-
ka para imam mengambilnya keluar dari periuk yang sedang
mendidih (1Sam. 2:13-14). Mereka merasa lebih aman lagi
sebab Yerusalem yaitu kota kudus, dan sebab itu berpikir
mereka sendiri umat yang kudus di dalamnya, tidak bisa
diganggu. Sebagian penafsir menduga ini merupakan olok-olok
Kitab Yehezkiel 11:1-13
terhadap Nabi Yeremia, yang dalam salah satu penglihatannya
melihat Yerusalem digambarkan dengan sebuah periuk yang
mendidih (Yer. 1:13). “Nah,” kata mereka dengan bercanda dan
menyindir, “jika Yerusalem memang sebuah periuk yang men-
didih, maka kami ini seperti daging di dalamnya, dan siapa
pula yang berani-berani berurusan dengan kami?” Demikian-
lah mereka terus mencemooh para utusan dari Tuhan, bahkan
saat mereka sedang menderita akibat berbuat begitu. namun ,
janganlah kamu mencemooh, supaya tali belenggumu jangan
semakin keras. Memang sudah amat keterlaluan hati seperti
itu, firman Allah yang diberikan kepada mereka sebagai peri-
ngatan malah membuat mereka semakin merasa aman saja.
II. Cara yang dipakai untuk membangunkan mereka dari rasa aman.
Orang menyangka segala tindak penyelenggaraan Allah terhadap
mereka sudah cukup untuk mengejutkan mereka. namun , untuk
membantu mereka mengerti dan memanfaatkan semua tindakan
Allah terhadap mereka, firman Allah dikirimkan kepada mereka
untuk memberi peringatan (ay. 4): Oleh sebab itu bernubuatlah
melawan mereka, dan berusahalah sadarkan mereka. Bernubuat-
lah, hai anak manusia terhadap mayat-mayat dan tulang-tulang
kering ini! Perhatikanlah, kebaikan terbesar yang dapat dilakukan
para hamba Tuhan untuk menyelamatkan para pendosa yaitu
memberitakan firman Tuhan melawan mereka, dan menunjukkan
kesengsaraan dan bahaya yang mereka hadapi, walaupun mereka
tidak bersedia menghadapinya. Kita bertindak membantu mereka
bila kita tampil melawan mereka. namun , sang nabi, yang
sudah kehilangan akal harus berkata apa lagi kepada orang-orang
yang sudah mengeras dalam dosa dan malah menentang segala
penghukuman Allah ini, Roh TUHAN meliputi dia, sehingga ia
penuh dengan kuasa dan keberanian. Dan Roh TUHAN berfirman
kepada dia: Katakanlah. Perhatikan, saat orang berdosa sedang
terbuai menuju kehancuran, maka sudah waktunya untuk ber-
bicara, dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan
merasa damai sejahtera bila terus berbuat dosa. Terkadang ham-
ba-hamba Tuhan merasa begitu malu dan segan dan kehilangan
akal hingga mereka perlu didesak untuk berbicara dan berkata-
kata dengan berani. Lebih dari itu, Dia yang memberi perintah
kepada sang nabi untuk berbicara, juga memberi petunjuk
kepadanya apa yang harus dikatakan. Ia harus menyapa mereka
sebagai kaum Israel (ay. 5), sebab tidak hanya para pemimpin,
namun seluruh rakyat ikut berkepentingan untuk mengetahui
kebenaran yang menyangkut perkara mereka ini, untuk menge-
tahui keburukannya. Mereka yaitu kaum Israel, dan sebab itu
Allah Israel peduli, sebab kebaikan-Nya kepada mereka, untuk
memberi peringatan kepada mereka. Dan mereka pun punya
kepentingan untuk memperhatikan peringatan itu. Lalu, apa yang
harus disampaikan sang nabi dalam nama Allah kepada mereka?
1. Beritahukan mereka bahwa Allah yang bersemayam di sorga
memperhatikan keyakinan mereka yang sia-sia yang mereka
andalkan itu (ay. 5): “Kamu berkata-kata begini, hai kaum
Israel, dan Aku tahu apa yang timbul dalam hatimu. Aku tahu
alasan-alasan tersembunyimu mengapa kamu sampai pada
keputusanmu. Aku tahu apa tujuanmu sehingga kamu mau
saja setuju dengan hal yang sebenarnya kamu tahu jelek.”
Ingatlah, Allah tidak hanya tahu dengan sempurna segala hal
yang keluar dari mulut kita, namun juga segala sesuatu yang
kita pikirkan, tidak hanya apa yang kita katakan, namun juga
yang kita pikirkan. Bahkan segala pikiran yang tiba-tiba
muncul sesaat dalam benak kita namun hilang lagi sesaat ,
yang kita sendiri pun hampir tidak menyadarinya, Allah pun
tahu itu. Ia mengetahui diri kita lebih baik daripada kita
mengetahui diri kita sendiri. Engkau mengerti pikiranku dari
jauh. Dengan memikirkan hal ini, sudah wajiblah bagi kita un-
tuk menjaga hati kita dengan segala kepedulian, agar jangan
ada pikiran sia-sia masuk ke situ atau tinggal di dalamnya.
2. Beritahukan mereka bahwa orang-orang yang menasihati rak-
yat untuk mengandalkan keyakinan mereka yang sia-sia itu
harus bertanggung jawab kepada Allah atas terbunuhnya
semua orang yang tewas atau yang harus rebah di Yerusalem
oleh pedang orang Kasdim. Dan orang-orang yang terbunuh
yaitu mereka yang tinggal di dalam kota, seperti daging
dalam periuk. “Orang-orang yang kamu bunuh di kota ini
bertambah banyak, bukan hanya mereka yang kamu bunuh
dengan pedang keadilan secara tidak adil dengan alasan
hukum, namun juga mereka yang dengan kesombonganmu
sengaja kamu hadapkan kepada pedang perang, padahal oleh
sang nabi kamu sudah disuruh untuk pergi dari kota. Jadi,
Kitab Yehezkiel 11:1-13
dengan pikiranmu yang bebal itu kamu telah penuhi jalan-
jalannya (Yerusalem) dengan mereka (ay. 6). Catatlah, orang-
orang yang dengan maksud tidak benar atau lalai dalam
memulai atau melangsungkan perang, mereka menimpakan
utang darah ke atas diri mereka sendiri. Dan orang-orang yang
terbunuh dalam pertempuran atau serangan, yang sebenarnya
bisa dicegah dengan perdamaian yang menjadi tujuan perang,
orang-orang itu disebut sebagai orang-orang yang mereka
bunuh, yaitu orang-orang yang dibunuh oleh mereka yang
menyebabkan perang itu. Nah, orang-orang yang terbunuh ini
hanyalah mereka atau daging yang ditinggalkan dalam periuk
(ay. 7). Tidak akan ada seorang pun yang dibiarkan tinggal
untuk memiliki kota Yerusalem, semuanya akan terkubur di
situ. Tidak akan ada penghuni Yerusalem, selain penghuni
kuburan-kuburan di situ. Tidak ada orang merdeka di kota
itu, kecuali merdeka di antara orang mati.
3. Beritahukan mereka bahwa tak peduli seberapa kuatnya kota
itu menurut sangka mereka sehingga tidak bisa ditembus,
tetap saja mereka akan dipaksa keluar darinya, dengan cara
dihalau melarikan diri atau diseret pergi sebagai tawanan:
Kamu akan Kugiring keluar dari dalamnya, tidak peduli kamu
mau atau tidak (ay. 7, 9). Mereka telah membuat Allah men-
jadi murka sehingga mencampakkan kota itu, dan mengira
akan baik-baik saja dengan kemampuan dan kekuatan mereka
walaupun Dia sudah pergi. namun Allah akan membuat mere-
ka mengetahui bahwa tidak akan ada damai sejahtera bagi
orang-orang yang telah meninggalkan Allah mereka. Dengan
dosa-dosa mereka, mereka telah mengusir Allah keluar dari
rumah-Nya, dan sekarang Ia akan segera mengusir mereka
juga dari rumah-rumah mereka dengan berbagai hukuman-
Nya. Dan akan ketahuanlah bahwa yang paling tidak akan
selamat yaitu mereka yang sekarang paling aman. “Kota ini
tidak akan menjadi periuk bagimu ataupun kamu seakan-akan
daging di dalamnya. Kamu tidak akan terguncang keluar dari
situ seperti yang kamu janjikan bagi dirimu sendiri, dan mati
dalam sarangmu sendiri. Pikirmu kamu akan selamat di da-
lamnya, namun kamu tidak akan ada lama di sana.”
4. Beritahukan mereka bahwa saat Allah mengeluarkan mereka
dari Yerusalem, Dia akan mengejar mereka dengan berbagai
penghukuman-Nya di mana pun Ia menemukan mereka. Dan
hukuman-hukuman yang Dia berikan itu sama dengan hu-
kuman yang mereka coba hindari dengan cara berada tetap
dekat dengan Yerusalem. Mereka takut terhadap pedang kalau
mereka keluar menghadapi orang Kasdim, sehingga mereka
memilih tinggal di dalam periuk, namun Allah berkata, Aku akan
mendatangkan pedang atasmu (ay. 8), dan kamu akan berebah-
an sebab pedang (ay. 10). Perhatikan, ketakutan orang fasik
akan jatuh menimpa mereka. Dan tidak ada pagar pelindung
terhadap penghukuman Allah saat penghukuman itu datang
melakukan tugasnya. Tidak, bahkan tembok-tembok tembaga
sekalipun. Mereka takut tidak akan mendapat belas kasihan
dari orang-orang asing. “namun ,” Allah berkata, “Aku akan
menggiring kamu keluar dari dalamnya dan menyerahkan
kamu di tangan orang-orang asing, yang kemarahannya akan
kamu rasakan, sebab kamu tidak bersedia ada di bawah
belas kasihan mereka” (Lihat Yer. 38:17-18). Mereka berpikir
untuk melarikan diri dari penghukuman Allah, namun Allah
berkata bahwa Ia akan menjatuhkan hukuman-hukuman ke-
padamu. Dan sementara mereka membulatkan hati, bahwa
sekiranya mereka pasti dihakimi, maka itu harus terjadi di
Yerusalem, Allah mengatakan kepada mereka (ay. 10-11) bah-
wa Ia akan menghukum mereka di tanah Israel (KJV: di daerah
perbatasan Israel), yang memang digenapi saat Nebukad-
nezar membantai semua bangsawan Yehuda di Ribla di tanah
Hamat, daerah perbatasan paling jauh yang ada di tanah
Kanaan. Ingatlah, orang yang berurat akar dalam-dalam di
tempat mereka hidup, tidak dapat memastikan apakah ia akan
mati juga di tempat itu.
5. Beritahukan mereka bahwa semua ini terjadi sebagai hukum-
an yang pantas akibat dosa mereka, dan saat hukuman Allah
yang adil (akan) dinyatakan, maka kamu akan mengetahui,
bahwa Akulah TUHAN (ay. 10, 12). Orang-orang yang tidak
mau diajar dengan firman-Nya akan dibuat mengetahui oleh
pedang Tuhan betapa Ia sangat membenci dosa, dan betapa
mengerikannya bila orang berdosa yang tidak mau bertobat
sampai jatuh dalam tangan-Nya. Aku akan menghukum kamu,
dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, sebab
Tuhan dikenal melalui penghukuman yang Ia jalankan atas
Kitab Yehezkiel 11:1-13
orang-orang yang kelakuannya tidak selaras dengan ketetapan-
ketetapan-Nya. Dengan demikian kita tahu bahwa Dialah yang
membuat hukum, sebab Ia menghukum saat ada pelanggar-
an terhadap hukum itu. Aku akan menghukum kamu (firman
Allah), sebab peraturan-peraturan-Ku tidak kamu lakukan (ay.
12). Ingatlah, melakukan segala peraturan yang keluar dari
mulut Allah, dengan segala ketaatan dan ketekunan, merupa-
kan satu-satunya jalan untuk mencegah pelaksanaan hukum-
an oleh tangan-Nya atas kita, yang membuat kita hancur bi-
nasa. Dengan suatu cara tertentu, hukuman Allah akan dila-
kukan. Hukum ditegakkan dalam pelaksanaannya atau dalam
hukumannya. Jika kita tidak memberi penghormatan kepada
Allah dengan menjalakan peraturan-peraturan yang diperin-
tahkan-Nya, maka Ia akan mendapatkan kehormatan bagi diri-
Nya sendiri dengan menjalankan hukuman-hukuman yang
diancamkan-Nya. Dengan jalan ini kita akan mengetahui bah-
wa Dialah Tuhan, Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu,
yang tidak mau dicemooh. Dan amatilah, saat orang Israel
mengenyahkan segala ketetapan Allah dan tidak lagi berjalan
di dalamnya, maka mereka pun melakukan peraturan-peratur-
an bangsa-bangsa yang di sekitar mereka, dan memasukkan
macam-macam kebiasaan najis, bodoh dan biadab ke dalam
upacara penyembahan mereka. saat manusia meninggalkan
peraturan yang sudah ditetapkan Allah, maka mereka pun
mengembara tanpa tujuan. sebab itu benarlah dengan alasan
ini mengapa mereka diperintahkan harus tetap berpegang
pada kewajiban mereka terhadap Allah, supaya dengan begitu
mereka tidak melakukan sesuatu dari kebiasaan yang keji itu
seperti yang diperbuat bangsa-bangsa kafir (Im. 18:30).
III. Kata-kata yang menyentakkan hati ini segera saja diikuti dengan
tindakan penyelenggaraan ilahi yang juga menyentak hati (ay. 13).
Di sini bisa kita amati,
1. Dengan kuasa yang dahsyat Yehezkiel bernubuat, atau lebih
tepatnya, betapa hebatnya kuasa ilahi yang menyertai nubuat
itu: Maka sedang aku bernubuat, matilah Pelaca bin Benaya.
Pelaca disebutkan (ay. 1) sebagai seorang penting di antara
kedua puluh lima pemimpin yang mengerjakan segala kedur-
janaan di Yerusalem. Kelihatannya yang terjadi dalam peng-
lihatan ini sama seperti yang terjadi dengan nubuat tentang
dibunuhnya para tua-tua (9:6) dan diikuti dengan doa Yehez-
kiel sesudah itu (9:8). Yang mau diyakinkan di sini yaitu
bahwa saat nubuat ini dinyatakan, maka pastilah itu akan
terjadi. Kematian Pelaca menjadi suatu pertanda mengenai
penggenapan nubuat ini. Perhatikanlah, sering kali Allah ber-
kenan menampilkan beberapa pendosa tertentu untuk mem-
buat mereka menjadi tugu peringatan akan keadilan-Nya,
supaya hal ini menjadi peringatan kepada yang lain tentang
apa yang akan menimpa nanti. Sebagian orang yang merasa
diri sangat aman, tiba-tiba saja tertangkap dan jatuh mati
sesaat , seperti Ananias dan Safira yang rebah di kaki Petrus
saat it bernubuat.
2. Dengan penuh rasa kasihan Yehezkiel berdoa. Meskipun
kematian tiba-tiba dari Pelaca menjadi peneguhan terhadap
nubuat Yehezkiel dan memberi penghormatan bagi dia, namun
ia merasa sangat prihatin mengenai peristiwa itu, dan merasa
teramat pedih seolah-seolah Pelaca yaitu saudara atau
temannya sendiri. Lalu aku sujud dan berseru dengan suara
nyaring, kataku dengan segenap hati: “Aduh, Tuhan ALLAH,
apakah Engkau menghabiskan sisa Israel? Banyak orang
tersapu bersih oleh penghukuman-penghukuman yang kami
sedang alami. Dan akankah sisa yang luput dari pedang harus
mati juga oleh tangan sorga yang terayun sesaat ? Kalau
sampai begitu, maka Engkau akan menghabiskan segalanya.”
Mungkin ini merupakan kelemahan Yeheziel untuk meratapi
kematian si pemimpin fasik itu, seperti Samuel berkabung
sekian lamanya bagi Saul. Namun, ini juga menunjukkan
betapa hatinya jauh dari menginginkan hari celaka yang dia
nubuatkan itu. Daud juga meratapi penyakit yang menimpa
orang-orang yang membenci dan menganiaya dia. Jadi kita
juga kiranya merasa terenyuh dengan kematian tiba-tiba yang
menimpa orang lain, ya, walaupun mereka jahat.
Kitab Yehezkiel 11:14-21
Hukuman-hukuman Dinubuatkan;
Penderitaan dan Harapan dari Para Buangan yang Saleh
(11:14-21)
14 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: 15 “Hai anak manusia, pen-
duduk-penduduk Yerusalem berkata tentang semua saudara-saudaramu,
tentang kaum kerabatmu dan segenap kaum Israel dalam keseluruhannya:
Mereka telah jauh dari TUHAN, kepada kami tanah ini diberikan menjadi
milik. 16 Oleh sebab itu katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Walau-
pun Aku membawa mereka jauh-jauh di antara bangsa-bangsa dan menye-
rakkan mereka di negeri-negeri itu dan Aku menjadi tempat kudus yang
sedikit artinya bagi mereka di negeri-negeri di mana mereka datang, 17 oleh
sebab itu katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan menghim-
punkan kamu dari bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari negeri-
negeri di mana kamu berserak, dan Aku akan memberi kamu tanah
Israel. 18 Maka sesudah mereka datang di sana, mereka akan menjauhkan
segala dewa-dewanya yang menjijikkan dan segala perbuatan-perbuatan yang
keji dari tanah itu. 19 Aku akan memberi mereka hati yang lain dan roh
yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh
mereka hati yang keras dan memberi mereka hati yang taat, 20 supaya
mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku
dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi
Allah mereka. 21 Mengenai mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya
yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan
menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya sendiri, demikianlah firman
Tuhan ALLAH.”
Nubuat dirancang untuk meninggikan setiap lembah dan juga untuk
merendahkan setiap gunung dan bukit (Yes. 40:4), dan para nabi
berbicara bukan hanya untuk menyatakan kesalahan orang-orang
yang sombong dan merasa aman, namun juga untuk menghibur
mereka yang hina dan putus asa yang gemetar mendengar firman
Allah. Nabi Yehezkiel, sesudah pada bagian awal pasal ini menerima
perintah untuk membangunkan hati orang-orang yang merasa aman
di Sion, dalam perikop di atas ini dilengkapi dengan kata-kata untuk
menghibur mereka yang berkabung di Babel dan di tepi sungai-sungai
Babel, yang duduk sambil menangis saat mengingat Sion (Mzm.
137:1). Amatilah,
I. Bagaimana para tawanan di Babel yang saleh hatinya diinjak-
injak dan dihina oleh orang Israel yang tetap tinggal di Yerusalem
(ay. 15). Allah memberitahukan sang nabi apa yang dikatakan
para penduduk atau penghuni Yerusalem mengenai dirinya dan
para tawanan lain yang sudah diangkut ke Babel. Allah telah
mengakui para tawanan itu sebagai buah ara yang baik, dan
menyatakan bahwa demi kebaikan merekalah Ia telah mengirim-
kan mereka ke Babel. namun para penghuni Yerusalem malah
tidak mengakui mereka, sebab para penghuni Yerusalem ini
memandang diri mereka yang benar-benar merupakan orang
kudus sebab mau tetap tinggal di Yerusalem, padahal sesungguh-
nya merekalah para pendosa yang teramat durhaka. Amatilah,
1. Bagaimana para tawanan di Babel itu digambarkan: mereka
yaitu saudara-saudaramu (kata Allah kepada sang nabi),
yang engkau pedulikan dan sayangi. Mereka yaitu kaum
kerabatmu (kaum tebusanmu, begitulah artinya), kerabat de-
katmu, yang memiliki hak tebusan atas milik yang sudah
terasingkan namun tidak mampu menuntutnya sebab mereka
sudah dibawa pergi sebagai tawanan. Mereka yaitu segenap
kaum Israel dalam keseluruhannya. Allah begitu menerima
mereka, sebab hanya mereka sajalah yang masih memper-
tahankan kelurusan hati dan semakin berubah baik oleh
keadaan mereka sebagai tawanan. Mereka tidak hanya satu
keluarga dan bangsa dengan Yehezkiel, namun juga memiliki
roh yang sama. Mereka yaitu pendengarnya, dan ia memiliki
persekutuan dengan mereka dalam ketetapan-ketetapan ku-
dus. Dan mungkin berdasar itulah mereka disebut sau-
dara-saudara dan kaum kerabatnya.
2. Bagaimana para tawanan itu disingkirkan oleh penduduk-
penduduk Yerusalem. Mereka berkata tentang para tawanan
itu, Mereka telah jauh dari TUHAN. Para penduduk itu hidup
nyaman di Yerusalem dan merasa bangga, lalu mencemooh
saudara-saudara mereka yang direndahkan di Babel dan yang
sedang mengalami tindakan penyelenggaraan ilahi yang me-
rendahkan diri mereka.
(1) Mereka mengeluarkan para tawanan itu sebagai anggota
jemaat mereka. sebab para tawanan itu telah memisah-
kan diri dari para pemimpin dan seturut dengan kehendak
Allah menyerahkan diri kepada raja Babel, maka mereka
memutuskan hubungan orang-orang itu dan berkata,
“Kalian telah jauh dari TUHAN. Kami tidak ada hubungan
apa-apa dengan kalian.” Para penduduk Yerusalem ini
sudah menjadi orang-orang yang percaya pada takhayul
dan mengenyahkan mereka yang hati nuraninya masih
lurus. Dengan keras mereka mengecam dan menghukum
para tawanan itu, seakan-akan mereka sudah dicampak-
Kitab Yehezkiel 11:14-21
kan dan dilupakan Tuhan serta diusir dari persekutuan
orang-orang percaya yang setia.
(2) Mereka mengeluarkan para tawanan itu dari kewargaan
Israel, seolah-olah orang-orang itu sudah tidak punya ba-
gian atau kepentingan dalam persoalan ini: “Kepada kami
tanah ini diberikan menjadi milik, dan kalian telah kehilang-
an harta milik kalian sebab menyerah kepada raja Babel,
sehingga dengan begitu kamilah yang berhak atas tanah
ini.” Allah memperhatikan dan sangat marah dengan peng-
hinaan yang dilakukan orang-orang yang makmur terhadap
saudara-saudara mereka yang sedang menderita.
II. Janji-janji mulia yang Allah berikan kepada para tawanan itu
sehubungan dengan perlakuan kurang ajar dari saudara-saudara
mereka itu. Para penduduk Yerusalem membenci dan mengusir
mereka, dan berkata, Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya,
namun Ia akan tampil bagi sukacita mereka (Yes. 66:5, KJV). Allah
mengakui bahwa tangan-Nya memang telah terulur terhadap
mereka sehingga saudara-saudara mereka sendiri bersorak atas
mereka (ay. 16): “Memang benar Aku membawa mereka jauh-jauh
di antara bangsa-bangsa dan menyerakkan mereka di negeri-
negeri itu. Mereka terlihat seolah-olah sudah menjadi orang-orang
yang terbuang dan bercampur baur sedemikian rupa dengan
bangsa-bangsa lain sampai lenyap di antara mereka. namun Aku
menyimpan belas kasih-Ku bagi mereka.” Ingatlah, Allah tampil di
saat umat-Nya dihina dan menghibur mereka, seperti Daud yang
berharap agar Allah mengganjar dia dengan kebaikan saat ia
dikutuk oleh Simei. Saat-Nya untuk menopang harapan-harapan
umat-Nya yaitu saat musuh-musuh mereka sedang berusaha
mendesak-desak mereka supaya putus asa. Nah, Allah berjanji,
1. Bahwa Dia akan menyediakan Bait Suci dan hak-hak isti-
mewanya kepada mereka. Aku menjadi tempat kudus yang
sedikit artinya bagi mereka di negeri-negeri di mana mereka
datang (ay. 16). Mereka yang tinggal di Yerusalem memiliki
Bait Suci, namun tanpa Allah. Sementara mereka yang tinggal
di Babel memiliki Allah, namun tanpa Bait Suci.
(1) Allah akan menjadi tempat kudus bagi mereka, yakni tempat
perlindungan. Kepada-Nyalah mereka akan berlari mencari
perlindungan, dan di dalam Dia mereka akan aman, seperti
Dia adanya dahulu yang menahan tanduk-tanduk mezbah.
Atau, lebih tepatnya, mereka akan memiliki persekutuan
dengan Dia di tanah pembuangan begitu eratnya seperti
yang tidak pernah terjadi di mana pun selain di dalam Bait
Suci. Di sana mereka akan melihat kuasa Allah dan
kemuliaan-Nya, seperti yang dahulu mereka biasa melihat
kuasa dan kemuliaan-Nya itu di tempat kudus. Mereka akan
memiliki tanda-tanda hadirat Allah bersama mereka, dan
kasih karunia-Nya dalam hati mereka akan menguduskan
semua doa dan pujian mereka, seperti mezbah mengudus-
kan persembahan di atasnya, sehingga dengan demikian
mereka semua pada pemandangan Allah itu lebih baik dari
pada sapi jantan, dari pada lembu jantan.
(2) Dia akan menjadi tempat kudus yang sedikit artinya, tidak
terlihat atau teramati oleh musuh-musuh mereka, yang
memandang dengan mata yang jahat dan iri kepada rumah
ini yang di Yerusalem yang tinggi dan megah (1Raj. 9:8).
Para tawanan itu sedikit saja jumlahnya dan miskin, jadi
tempat kudus yang kecil pantaslah untuk mereka. Allah
menghargai keadaan umat-Nya yang rendah, dan menye-
suaikan karunia-karunia-Nya dengan keadaan mereka.
Amatilah kasih karunia ilahi yang mau merendah. Allah
yang Mahabesar mau menjadi sebuah tempat kudus yang
kecil bagi umat-Nya. Ingatlah, orang-orang yang manfaat-
nya terambil dari segala tata ibadah bersama orang ba-
nyak, kalau memang itu bukan kesalahan mereka sendiri,
akan mendapat kembali kehilangan itu dalam jumlah ber-
limpah, yaitu melalui pemberian-pemberian kasih karunia
dan penghiburan dari Allah.
2. Bahwa pada waktunya Allah akan mengakhiri segala penderi-
taan mereka, membawa mereka keluar dari tanah pembuang-
an, dan membuat mereka atau anak-anak mereka menetap
kembali di negeri mereka sendiri (ay. 17): “Aku akan menghim-
punkan kamu kembali sekalipun kamu begitu berserak-
serakan dan terhina, lenyap terlupakan oleh orang-orang sene-
gerimu. Aku akan menghimpunkan kamu dari bangsa-bangsa,
memisahkan kamu dari antara orang-orang yang dengannya
kamu telah bercampur baur, melepaskan kamu dari orang-
Kitab Yehezkiel 11:14-21
orang yang telah menawan kamu, dan mengumpulkan kamu
dari negeri-negeri di mana kamu berserak menjadi satu tubuh.
Kamu tidak akan kembali pulang satu demi satu, melainkan
semuanya bersama-sama, sehingga kepulanganmu itu sema-
kin terhormat, aman, dan nyaman. Dan saat itulah Aku
akan memberi kamu tanah Israel, tanah yang sekarang ini
ditutup dari kamu oleh saudara-saudaramu itu.” Perhatikan-
lah, sungguh baiklah keadaan kita bahwa kecaman-kecaman
keras orang lain tidak dapat memutuskan kita dari janji-janji
mulia Allah. Orang-orang yang dihalangi memasuki tanah suci
oleh orang-orang yang jahat hatinya, banyak dari mereka
justru akan ditemukan memiliki tempat di tanah suci. Aku
akan memberi kamu tanah Israel, memberi nya kepada-
mu kembali dengan suatu anugerah baru, maka mereka akan
datang ke sana. Jika ada suatu perubahan dari penggunaan
kata kamu menjadi mereka, maka itu menunjukkan keturunan
dari mereka yang diberikan janji itu. “Kamu akan mendapat
hak seperti yang dimiliki bapa-bapa leluhur dahulu, dan
mereka (keturunannya – pen.) yang datang kemudian akan
mendapat harta milik itu.”
3. Bahwa Allah dengan kasih karunia-Nya akan memisahkan me-
reka dari dosa-dosa mereka (ay. 18). Dengan menjadi tawanan,
keadaan itu benar-benar akan menyembuhkan mereka dari
dosa penyembahan berhala: Maka sesudah mereka datang di
sana di tanah mereka sendiri, mereka akan menjauhkan segala
dewa-dewanya yang menjijikkan. Berhala-berhala yang sudah
menjadi tambatan hati mereka akan dipandang mereka
dengan rasa jijik, bukan hanya segala berhala Babel di mana
mereka ditawan, namun juga berhala-berhala Kanaan tempat
asal mereka. Bukan saja tidak menyembah segala berhala itu
lagi, melihat patung-patungnya saja mereka sudah tidak
tahan. Mereka akan menjauhkan segala perbuatan-perbuatan
yang keji dari tanah itu. Ingatlah, maka sesudah itu, sesudah
kita kembali untuk tidak berbuat dosa lagi dan tidak kembali
pada kebodohan semasa kita berdosa itu, maka dalam belas
kasih Allah kita pasti kembali hidup dalam kemakmuran dan
kesejahteraan. Maka, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan
berhala-berhala?
4. Bahwa Allah dengan penuh kuasa akan mencondongkan hati
mereka kepada kewajiban ibadah mereka. Mereka tidak hanya
akan berhenti berbuat jahat, namun juga belajar berbuat baik,
sebab tidak hanya akan ada kesudahan dari segala masalah,
namun juga kepulangan kepada damai sejahtera.
(1) Allah akan menanamkan pegangan-pegangan hidup yang
baik dalam diri mereka. Ia akan membuat pohon menjadi
baik (ay. 19). Ini yaitu janji Injil, dan diwujudkan dalam
diri orang-orang yang dirancang Allah untuk memasuki
Kanaan sorgawi. Sebab, Allah mempersiapkan orang-orang
yang untuk mereka Ia telah menyiapkan sorga. Dijanjikan
bahwa,
[1] Allah akan memberi mereka hati yang lain, yaitu
sebuah hati yang seutuhnya bagi Allah yang benar dan
tidak terbagi-bagi seperti dahulu kepada banyak dewa.
Sebuah hati yang kokoh teguh dan bulat bagi Allah dan
tidak bergoncang, tegak lurus dan tidak berubah, tidak
bertantangan dengan diri sendiri. Hati yang lain yaitu
sebuah hati yang tulus dan lurus, segala keinginannya
selaras dengan pengakuan imannya.
[2] Ia akan menaruh roh yang baru di dalam batin mereka,
watak dan pola pikir yang sejalan dengan semua keada-
an baru yang ke dalamnya mereka dibawa oleh Allah
melalui tindak pemeliharaan-Nya. Semua orang yang di-
kuduskan memiliki sebuah roh yang baru, sangat ber-
beda dengan keadaannya yang dahulu. Mereka bertin-
dak atas dasar pegangan-pegangan hidup baru, berjalan
dengan aturan-aturan baru, dan menuju tujuan-tujuan
baru. Nama atau wajah baru tidak akan berguna tanpa
sebuah roh yang baru. Jadi siapa yang ada di dalam
Kristus, ia yaitu ciptaan baru.
[3] Dia akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang
keras, dari kodrat mereka yang rusak. Hati mereka
tidak akan lagi seperti dahulu, mati dan kering, keras
dan berat, seperti batu, tidak akan lagi tandus sampai
benih yang baik pun mati di atasnya seperti tanah yang
berbatu-batu.
Kitab Yehezkiel 11:14-21
[4] Dia akan memberi mereka hati yang taat, hati yang
lembut seperti daging, namun bukan daging yang mati
atau sombong, namun daging yang hidup. Dia akan
membuat hati mereka mampu merasakan kepedihan
rohani dan kesenangan rohani, akan membuat hati me-
reka lembut, dan mampu menerima kesan-kesan baik.
Ini yaitu pekerjaan Allah, pemberian-Nya, pemberian-
Nya dengan janji. Dan perubahan yang dihasilkan
sangatlah indah dan membahagiakan, perubahan dari
kematian kepada kehidupan. Hal ini dijanjikan Allah
kepada mereka yang hendak dibawa-Nya kembali ke
negeri mereka sendiri. Perubahan keadaan sungguh
akan menjadi baik bila disertai dengan perubahan hati.
Dan perubahan hati yang demikian harus dikerjakan
dalam diri orang-orang yang akan dibawa ke negeri
yang lebih baik itu, yaitu negeri sorgawi.
(2) Perilaku dan perbuatan mereka sejalan dengan pegangan
hidup mereka: Aku akan memberi mereka roh yang baru di
dalam batin, bukan supaya mereka mampu berbicara
dengan baik tentang agama mereka dan berdebat untuk
agamanya itu, melainkan supaya mereka hidup menurut
segala ketetapan-Ku dalam seluruh perilaku mereka, dan
menurut peraturan-peraturan-Ku dengan setia dalam men-
jalankan semua laku ibadah mereka (ay. 20). Hati dan
perilaku harus berjalan beriringan. Barang siapa sudah
diberikan Allah sebuah hati yang baru dan roh yang baru,
ia harus hidup sesuai dengan pemberian itu. Maka mereka
akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.
Kovenan zaman dahulu, yang kelihatannya sudah dilang-
gar dan dilupakan, akan diperbarui lagi. Dengan penyem-
bahan berhala, tampaknya mereka sudah mencampakkan
Allah. Dengan dibuang sebagai tawanan, tampaknya Allah
sudah mencampakkan mereka. namun saat mereka disem-
buhkan dari dosa penyembahan berhala dan dilepaskan
dari pembuangan, maka Allah dan Israel-Nya pun saling
mengakui kembali. Allah, melalui pekerjaan baik-Nya di
dalam diri mereka, akan membuat mereka menjadi umat-
Nya, dan kemudian melalui tanda-tanda kehendak baik-
Nya kepada mereka, Ia akan memperlihatkan bahwa Dia
yaitu Allah mereka.
III. Di sini ada ancaman kemurkaan terhadap orang-orang yang benci
untuk diperbarui. Seperti saat penghukuman diancamkan dan
orang benar dipisahkan supaya tidak turut mengambil bagian
dalam kesesakan penghukuman itu, demikian pula saat karu-
nia-karunia dijanjikan, orang fasik pun dipisahkan supaya tidak
berbagi dalam penghiburan yang ditimbulkan oleh berbagai karu-
nia itu. Mereka tidak punya bagian atau kepentingan dalam per-
soalan itu (ay. 21). Tetapa mengenai kalian yang tidak mendapat
kasih karunia, apa urusanmu dengan damai? Bukan urusanmu!
Amatilah,
1. Gambaran mengenai orang-orang yang tidak mendapat kasih
karunia ini. Mereka ini yang hatinya berpaut pada dewa-
dewanya yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya
yang keji. Hasrat hati mereka sangatlah besar untuk menyem-
bah setan-setan, seperti hasrat setan-setan untuk disembah.
Atau, berlawanan dengan hati yang lain yang diberikan Allah
kepada umat-Nya, yang hatinya mengikuti hati-Nya, orang-
orang ini memiliki hati yang mengikuti hati berhala-berhalanya.
Watak dan perbuatan mereka sesuai dengan sifat dan gambar-
an yang diberikan kepada semua berhala mereka serta seturut
dengan gagasan yang mereka pikirkan mengenai berhala-
berhala itu. Selain itu, dari berhala-berhala itu mereka belajar
berbuat yang tidak senonoh dan kejam. Di sinilah letak akar
dari segala kejahatan mereka, yaitu kebusukan dari hati.
Sebab, akar dari pembaruan diri terletak dalam pengubahan
hati menjadi baru. Hati memiliki jalan-jalannya, dan sesuai
dengan jalannya itulah manusia itu adanya.
2. Nasib mereka. Nasib mereka mengandung keadilan dan kenge-
rian: Aku akan menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya
sendiri. Aku akan berurusan dengan mereka seperti yang
pantas mereka dapatkan. Tidak perlu lagi mengatakan bahwa
Allah itu adil, selain bahwa Ia memperlakukan orang sesuai
dengan upahnya. Dan upah dosa bagi para pendosa tidak
perlu dijelaskan lagi, sungguh menyengsarakan.
Kitab Yehezkiel 11:22-25
Berbagai Penglihatan akan Kemuliaan Ilahi
(11:22-25)
22 Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya ber-
gerak bersama-sama dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada
di atas mereka. 23 Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah
kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota. 24 Dan Roh itu
mengangkat aku dan membawa aku kembali di dalam penglihatan yang dari
Roh Allah ke negeri Kasdim kepada para buangan. Lalu menghilanglah
penglihatan yang kulihat itu dari padaku 25 dan aku sampaikan kepada para
buangan itu segala sesuatu yang diperlihatkan TUHAN kepadaku.
Dalam perikop di atas kita temukan,
1. Perginya hadirat Allah dari kota dan rumah TUHAN. saat pesan
Allah dipercayakan kepada sang nabi, ia sangat terkagum dengan-
nya dan diperintahkan sepenuhnya bagaimana memisahkan yang
berharga dan yang hina, dan maka kerub-kerub itu mengangkat
sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan
mereka (ay. 22), seperti sebelumnya (10:19). Para malaikat, saat
selesai dengan tugas mereka di dunia bawah ini, segera terbang
dengan sayap mereka, sebab mereka tidak mau kehilangan
waktu. Kita melihat kemuliaan Allah Israel terakhir kali berhenti
dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur (10:19),
yang di perokop ini dikatakan ada tengah-tengah kota. Nah, di sini
kita diberitahukan bahwa sesudah mencari-cari kian kemari dan
heran tidak ada orang yang tampil menengahi, tidak ada yang
menahan kepergian-Nya, tidak ada yang mengajak kembali,
kemuliaan-Nya itu pun selanjutnya beranjak di atas gunung yang
di sebelah timur kota (ay. 23). Ini yaitu Bukit Zaitun. Di atas
bukit ini mereka telah menegakkan berhala-berhala mereka,
untuk melawan Allah di rumah-Nya saat Ia masih berdiam di
sana (1Raj. 11:7), dan sebab itulah bukit itu disebut bukit Kebu-
sukan (2Raj. 23:13). Itulah sebabnya Allah pergi ke atas sana,
seakan hendak menegakkan kursi pengadilan-Nya, seperti hendak
melawan orang-orang yang menyangka telah mengambil alih
rumah yang sekarang telah ditinggalkan-Nya itu. Dari atas bukit
itu bisa dilihat seluruh kota. Ke sanalah Allah pindah, untuk
menggenapi apa yang telah Dia katakan (Ul. 32:20), Aku hendak
menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagai-
mana kesudahan mereka. Dari atas bukit inilah Kristus melihat
kota itu, dan menangisinya, sebab Ia sudah bisa melihat lebih
dahulu bahwa kota itu akan dihancurkan habis oleh orang Roma-
wi. Kemuliaan TUHAN pindah ke sana, seakan-akan supaya tetap
ada dalam jangkauan saat dipanggil dan siap untuk kembali
pada hari ini juga, saat akhirnya mereka mengerti apa yang
perlu untuk damai sejahtera mereka. Ia enggan untuk mengucap-
kan selamat tinggal. Dengan pergi menjauh perlahan-lahan, sedi-
kit demi sedikit, menunjukkan bahwa Allah meninggalkan orang-
orang itu dengan rasa enggan, dan sebenarnya tidak mau pergi
jika mereka memang tidak memaksanya untuk menjauh saja dari
mereka. Dan itu yang benar-benar sekarang dilakukan-Nya, de-
ngan berkata Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, me-
nyerahkan engkau, hai Israel? (Hos. 11:8). namun , meskipun
Ia panjang sabar, tidak selamanya Ia demikian, hingga akhirnya
Ia akan meninggalkan dan mencampakkan untuk selama-lama-
nya orang-orang yang telah meninggalkan dan mencampakkan
Dia.
2. Hilangnya penglihatan ini dari sang nabi. Pada akhirnya meng-
hilanglah penglihatan yang kulihat itu dari padaku (ay. 24). Ia
melihat penglihatan itu naik ke atas bukit, sampai hilang dari
pandangan matanya, dan ini memberi peneguhan kepada iman-
nya bahwa penglihatan itu memang datang dari sorga, yang turun
dari atas dan sebab itu kembali juga ke atas sana. Perhatikan-
lah, semua penglihatan yang disaksikan para kudus mengenai ke-
muliaan Allah tidaklah tetap hingga mereka sendiri nantinya
datang ke sorga. Mereka hanya melihat kemuliaan itu sebagian-
sebagian saja, dan segera hilang lagi, dan penglihatan pun lenyap
dari mereka. Mereka hanya mengecap kesenangan ilahi, namun itu
bukan pesta yang berlangsung terus. Dari atas bukit Zaitunlah
penglihatan itu naik ke atas, melambangkan kenaikan Kristus ke
sorga dari atas bukit yang sama, saat mereka yang telah melihat
Dia menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia tidak akan melihat-
Nya lagi seperti itu. Sudah dinubuatkan bahwa kaki-Nya akan
berjejak di bukit Zaitun (Za. 14:4), berjejak untuk terakhir kalinya
di atas sana.
3. Sang nabi kembali kepada para tawanan di pembuangan. Roh
yang sama yang telah membawa dia ke Yerusalem dalam peng-
lihatan, membawa dia kembali ke Babel. Sebab, memang di sana-
lah batas-batas tempat tinggal untuk ditetapkan baginya saat itu,
dan itulah yang menjadi tempat pelayanannya. Roh itu datang
kepadanya bukan untuk melepaskan dia dari pembuangan, namun
Kitab Yehezkiel 11:22-25
untuk menopang dan menghiburnya dalam pembuangan, yang
sama saja artinya baginya.
4. Penjelasan yang diberikannya kepada para pendengarnya menge-
nai semua yang telah dilihat dan didengarnya (ay. 25). Ia mene-
rima supaya ia bisa memberi, dan ia setia kepada Dia yang telah
menetapkan dia. Ia menyampaikan pesan-Nya dengan jujur. Ia
sampaikan segala sesuatu yang diperlihatkan TUHAN kepadanya.
Hanya itu. Ia memberitahukan kejahatan besar yang ia lihat di
Yerusalem dan kehancuran yang sedang bergegas menghantam
kota itu. Ia menasihati supaya mereka jangan menyesali tindakan
mereka yang telah menyerahkan diri kepada raja Babel seperti
yang disuruh Nabi Yeremia. Juga, supaya mereka tidak menyalah-
kan diri sendiri sebab itu, atau iri hati dengan orang-orang yang
tinggal di belakang, yang menertawai apa yang mereka perbuat.
Janganlah mereka ingin untuk kembali ke Yerusalem sana, namun
berpuas diri saja dalam pembuangan mereka. Siapa gerangan
yang mau berada dalam kota yang penuh dengan dosa dan seben-
tar lagi akan hancur? Lebih baik berada di Babel di bawah karu-
nia Allah daripada di Yerusalem di bawah murka dan kutuk-Nya.
namun , walaupun pesan ini disampaikan segera kepada para
tawanan di Babel, kita bisa menduga pesan ini juga diteruskan
kepada orang-orang yang berdiam di Yerusalem, sebab masih
saling berhubungan. Dan selamatlah bagi Yerusalem seandainya
ia sampai menerima peringatan yang diberikan ini.
PASAL 12
eskipun penglihatan kemuliaan Allah telah terangkat dari sang
nabi, namun Firman Allah masih datang kepadanya, dan oleh-
nya Firman itu disampaikan kepada bangsa itu. Tujuan Firman itu
sama dengan tujuan yang diungkapkan kepadanya dalam penglihat-
an itu, yaitu untuk menunjukkan penghakiman-penghakiman me-
ngerikan yang akan menimpa Yerusalem. Oleh penghakiman itu, kota
itu dan Bait Suci akan diruntuhkan sama sekali. Dalam pasal ini,
I. Sang nabi, dengan memindahkan barang-barangnya, dan
meninggalkan rumahnya, harus menjadi lambang untuk me-
nunjukkan bagaimana Zedekia melarikan diri dari Yerusalem
dalam kekalutan besar saat orang Kasdim merebut kota itu
(ay. 1-16).
II. Sang nabi, dengan memakan makanannya dengan gemetar,
harus menjadi lambang untuk menunjukkan kelaparan yang
akan menimpa kota itu selama pengepungan, dan ketakutan
yang akan dialami penduduknya (ay. 17-20).
III. Sebuah pesan dikirim dari Allah kepada bangsa itu, untuk
meyakinkan mereka bahwa semua nubuat ini pasti akan
segera digenapi dalam waktu dekat, dan tidak akan ditunda,
seperti yang mereka angan-angankan bagi diri mereka sendiri
(ay. 21-28).
Pembuangan Zedekia Dinubuatkan
(12:1-16)
1 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: 2 “Hai anak manusia, engkau
tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang memiliki mata untuk
melihat, namun tidak melihat dan memiliki telinga untuk mendengar, namun
tidak mendengar, sebab mereka yaitu kaum pemberontak. 3 Maka engkau,
anak manusia, sediakanlah bagimu barang-barang seorang buangan dan
berjalanlah seperti seorang buangan pada siang hari di hadapan mata
mereka; pergilah dari tempatmu sekarang ke tempat yang lain seperti seorang
buangan di hadapan mata mereka. Barangkali mereka akan insaf bahwa
mereka yaitu kaum pemberontak. 4 Bawalah barang-barangmu itu ke luar
seperti barang-barang seorang buangan pada siang hari di hadapan mata
mereka; dan engkau sendiri harus keluar pada malam hari di hadapan mata
mereka, seperti seorang yang harus keluar dan pergi ke pembuangan. 5 Di
hadapan mata mereka perbuatlah sebuah lobang di tembok dan keluarlah
dari situ. 6 Di hadapan mata mereka taruhlah barang-barangmu ke atas
bahumu, dan bawalah itu ke luar pada malam gelap; engkau harus menutupi
mukamu, sehingga engkau tidak melihat tanah; sebab Aku membuat engkau
menjadi lambang bagi kaum Israel.” 7 Lalu kulakukan seperti diperintahkan
kepadaku: aku membawa pada siang hari barang-barang seperti barang-
barang seorang buangan dan pada malam hari aku membuat dengan tangan-
ku sebuah lobang di tembok, pada malam gelap aku keluar dan di hadapan
mata mereka aku menaruh barang-barangku ke atas bahuku. 8 Pada hari
besoknya datanglah firman TUHAN kepadaku: 9 “Hai anak manusia, bukan-
kah ditanya oleh kaum Israel, kaum pemberontak itu kepadamu: Apakah
yang kaulakukan ini? 10 Katakanlah kepada mereka: beginilah firman Tuhan
ALLAH: Ucapan ilahi ini mengenai raja di Yerusalem dan seluruh kaum Israel
yang tinggal di sana. 11 Katakanlah: Aku menjadi lambang bagimu; seperti
yang kulakukan ini begitulah akan berlaku kepada mereka: sebagai orang
buangan mereka akan pergi ke pembuangan. 12 Dan raja yang di tengah-
tengah mereka akan menaruh barang-barangnya ke atas bahunya pada
malam gelap dan akan pergi ke luar; orang akan membuat sebuah lobang di
tembok supaya ada baginya jalan keluar; ia akan menutupi mukanya supaya
ia tidak akan melihat tanah itu. 13 Aku akan memasang jaring-Ku untuk
menangkap dia dan di dalam perangkap-Ku dia akan terjebak dan Aku akan
membawa dia ke Babel, tanah orang Kasdim, namun tanah itu sendiri tidak
akan dilihatnya; ia akan mati di sana. 14 Dan semua yang di sekitarnya, para
pembantunya dan bala tentaranya, akan Kuhamburkan ke semua mata
angin dan Aku akan menghunus pedang dari belakang mereka. 15 Maka
mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, jika aku menyerakkan
mereka di antara bangsa-bangsa dan menghamburkan mereka ke semua
negeri. 16 namun Aku akan meninggalkan sedikit dari mereka yang luput dari
pedang, dari kelaparan dan dari sampar, supaya mereka menceriterakan
segala perbuatan-perbuatan mereka yang keji di antara bangsa-bangsa, di
mana mereka datang; dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.”
Mungkin Yehezkiel mengenang dengan penuh sukacita penglihatan
yang didapatnya mengenai kemuliaan Allah sehingga sering kali,
sebab penglihatan itu sudah terangkat darinya, ia berharap peng-
lihatan itu datang lagi kepadanya. Dan, sesudah melihat penglihatan
itu untuk pertama dan kedua kalinya, ia berharap ia boleh mendapat
karunia untuk melihatnya lagi untuk ketiga kalinya. namun , kita
tidak mendapati bahwa ia pernah melihatnya lagi, namun Firman
Tuhan datang kepadanya, sebab Allah memang dalam pelbagai cara
berbicara kepada nenek moyang kita (Ibr. 1:1) dan mereka sering kali
mendengar Firman Allah saat mereka tidak melihat penglihatan dari
Yang Mahakuasa. Iman timbul dari pendengaran akan perkataan
Kitab Yehezkiel 12:1-16
nubuat itu, yang lebih teguh daripada penglihatan. Kita dapat men-
jaga persekutuan kita dengan Allah tanpa harus mengalami peng-
angkatan dan pengalaman luar biasa dengan Allah. Dalam ayat-ayat
di atas, sang nabi diberi petunjuk tentang,
I. Lambang dan tindakan apa yang harus ia gunakan untuk meng-
ungkapkan pembuangan Zedekia raja Yehuda yang akan segera
terjadi. Nubuat itulah yang harus diberitahukan, dan diberitahu-
kan kepada orang-orang yang sudah berada di pembuangan,
sebab selama Zedekia masih bertakhta, mereka membuai diri
dengan pengharapan bohong bahwa Zedekia akan berdamai
dengan raja Babel. Padahal, Zedekia sekarang sedang berencana
untuk melemparkan kuk raja Babel itu. Dari Zedekia pula, boleh
jadi, orang-orang buangan yang malang ini menantikan hal-hal
yang besar. Dan bisa jadi, saat Zedekia menyusun rencananya,
ia secara pribadi mengirimkan dorongan agar mereka tetap ber-
harap ia akan segera menyelamatkan mereka, atau mengusaha-
kan pembebasan mereka melalui pertukaran tawanan. Selama
mereka dihanyutkan dengan pengharapan sia-sia ini, mereka
tidak bisa menerima penderitaan mereka ataupun belajar dari
penderitaan itu. Oleh sebab itu, perlulah, meskipun sangat sulit,
untuk meyakinkan mereka bahwa Zedekia, bukannya menjadi
pembebas mereka, malah sebentar lagi akan menjadi kawan se-
penderitaan mereka. Nah, kita berpikir cukuplah jika sang nabi
memberi tahu hal ini kepada mereka dalam nama Allah, seperti
yang ia lakukan sesudahnya (ay. 10). namun , agar mereka
siap mendengar nubuat itu, sang nabi pertama-tama harus mem-
beri mereka suatu lambang. Ia harus mengatakannya kepada
mata mereka sebelum kepada telinga mereka. Dan di sini dicerita-
kan,
1. Alasan ia harus memakai cara ini (ay. 2): sebab mereka ada-
lah bangsa yang bodoh, tumpul, dan tidak berakal budi, yang
tidak akan mengindahkan, dan dengan cepat melupakan per-
kara yang hanya mereka dengar, atau setidaknya tidak akan
tergugah sama sekali dengan apa yang mereka dengar itu.
Mendengar saja tidak akan meninggalkan kesan apa-apa bagi
mereka: Engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak,
kaum yang hampir tidak bisa diperbaiki lagi. Mereka mempu-
nyai mata dan telinga, mereka memiliki kemampuan dan
indra untuk memahami, namun mereka tidak melihat, mereka
tidak mendengar. Mereka yaitu penyembah berhala, dan
watak mereka sama dengan karakter dari berhala-berhala
yang mereka sembah, yang memiliki mata, namun tidak
dapat melihat, memiliki telinga, namun tidak dapat men-
dengar (Mzm. 115:5-6, 8). Perhatikanlah, orang-orang yang
disebut pemberontak yaitu mereka yang menutup matanya
terhadap cahaya ilahi dan menulikan telinganya pada hukum
ilahi. Sifat masa bodoh orang-orang yang memang sengaja
tidak mau tahu itu sama sekali tidak bisa diampuni. Berbagai
indra dan sarana kemampuan yang mereka miliki namun tidak
mau menggunakannya, lebih menambah pemberontakan me-
reka untuk berbuat dosa. Tidak ada orang yang lebih buta,
lebih tuli, daripada mereka yang tidak mau melihat, yang tidak
mau mendengar. Mereka tidak melihat, mereka tidak mende-
ngar, sebab mereka yaitu kaum pemberontak. Semua penye-
babnya berasal dari diri mereka sendiri: gelapnya pengertian
mereka yaitu akibat degilnya hati mereka. Nah, inilah alasan
mengapa sang nabi harus berbicara kepada mereka dengan
lambang, seperti mengajar orang tuli, yaitu agar mereka men-
jadi sadar ataupun merasa malu. Perhatikanlah, hamba-
hamba Tuhan harus menyesuaikan dirinya bukan hanya
dengan kelemahan, namun juga dengan kesediaan orang-orang
yang dilayaninya, dan bertindak seturut dengan itu: jika mere-
ka diam di antara orang-orang pemberontak, maka mereka
harus berbicara dengan terang-terangan dan tegas, dan
mengambil tindakan yang paling manjur untuk orang-orang
itu, agar mereka tidak dapat berdalih.
2. Cara yang dipakai sang nabi untuk menyadarkan dan meng-
gugah mereka. Ia harus memperlengkapi dirinya dengan se-
mua yang diperlukan oleh seorang buangan (ay. 3) saat
berpindah, menyiapkan pakaian dan uang untuk perjalanan.
Ia harus pergi dari tempatnya sekarang ke tempat yang lain,
seperti orang yang ketakutan dan dipaksa pindah. Hal ini
harus dilakukannya pada siang hari, di hadapan mata bangsa
itu. Ia harus mengeluarkan semua barang-barang di rumah-
nya, untuk dikemas dan dikirimkan (ay. 4). Dan, sebab se-
mua pintu dan gerbang dikunci, sehingga mereka tidak bisa
lewat, atau dijaga ketat oleh musuh, sehingga mereka tidak
Kitab Yehezkiel 12:1-16
berani lewat, maka ia harus membuat sebuah lobang di tem-
bok, dan memindahkan barang-barangnya diam-diam melalui
celah di tembok itu (ay. 5). Ia harus memikul sendiri barang-
barangnya, sebab tidak ada hamba yang membantunya. Ia
harus melakukan ini pada malam gelap, agar tidak ketahuan.
Lalu, sesudah berhasil memindahkan apa yang bisa ia pindah-
kan untuk mengamankan sedikit dari barang-barang terbaik-
nya, ia sendiri harus diam-diam pergi pada malam hari di
hadapan mata mereka, dengan takut dan gentar. Ia harus
pergi seperti seorang yang harus keluar dan pergi ke pem-
buangan (ay. 4); yaitu, ia harus menutupi mukanya (ay. 6)
sebab malu kelihatan dan takut ketahuan, atau sebagai lam-
bang kesedihan dan kegentaran yang amat sangat. Ia harus
pergi seperti seorang pengusaha bangkrut yang miskin, yang
saat terpaksa menutup usahanya, menyembunyikan muka-
nya, dan meninggalkan negerinya. Demikianlah, Yehezkiel
sendiri harus menjadi lambang bagi bangsa itu. Dan saat ia
mungkin kelihatan agak canggung menempatkan dirinya
dalam semua kesulitan ini, dan membiarkan dirinya diolok-
olok dan ditertawakan sebab berbuat seperti itu, maka untuk
menenangkan hatinya, Allah berkata (ay. 3) “Barangkali mere-
ka akan insaf, dan melalui perlambangan itu, mereka akan
disadarkan dari keyakinan diri yang sia-sia, meskipun mereka
yaitu kaum pemberontak.” Perhatikanlah, kita tidak boleh
hilang pengharapan bahkan dengan orang-orang yang paling
bejat sekalipun. Sebaliknya, kita harus berpikir bahwa mereka
masih bisa dibuat merenungkan hidupnya dan bertobat. Oleh
sebab itu, kita harus terus menggunakan cara yang tepat
untuk menginsafkan mereka supaya mereka bertobat, sebab
selama masih ada kehidupan, ada harapan. Selain itu, hamba-
hamba Tuhan harus bersedia menjalani tugas yang paling
sulit dan tidak menyenangkan (sebab demikianlah tugas pela-
rian Yehezkiel ini), sekalipun usaha ini hanya barangkali bisa
berhasil. Jika ada satu orang saja yang disadarkan dan tergu-
gah, perhatian dan jerih payah kita tidak percuma dicurahkan.
3. Kesediaan Yehezkiel yang serta-merta terhadap perintah yang
diberikan Allah kepadanya (ay. 7): Kulakukan seperti diperin-
tahkan kepadaku. Di sini Yehezkiel mengajar kita semua,
terutama para hamba Tuhan,
(1) Untuk menaati setiap perintah Allah dengan hati gembira,
bahkan perintah yang paling sulit sekalipun. Kristus sen-
diri telah belajar menjadi taat, jadi kita semua pun harus
demikian.
(2) Untuk melakukan semua yang bisa kita lakukan demi
memenangkan jiwa-jiwa, untuk bersedia melakukan apa
pun, bahkan hal-hal yang sulit dan menyakitkan, demi
menginsafkan mereka yang belum percaya. Kami melaku-
kan segala sesuatu dengan kata lain (kami bersedia mela-
kukan apa pun), saudara-saudaraku yang kekasih, untuk
membangun iman kamu.
(3) Untuk benar-benar merasa tergugah dengan perkara-per-
kara yang dengannya kita ingin menggugah hati orang lain.
saat Yehezkiel hendak menyampaikan nubuat yang me-
nyedihkan kepada para pendengarnya, ia sendiri pun mera-
sa sedih dengan nubuat itu.
(4) Untuk tidak terikat dengan dunia ini, dan siap untuk me-
ninggalkannya, untuk membawa barang-barang kita untuk
berpindah tempat (KJV), sebab di sini kita tidak memiliki
tempat tinggal yang tetap. Bangkitlah dan pergilah, sebab ini
bukan tempat perhentian bagimu, oleh sebab kenajisan.
Engkau tinggal bersama kaum pemberontak, sebab itu ber-
siaplah untuk pindah; sebab, siapa yang tidak mau mening-
galkan kaum semacam ini, dunia yang jahat seperti ini?
II. Sang nabi diberi arahan mengenai kata-kata apa yang harus
digunakannya untuk menjelaskan lambang dan tindakan itu,
seperti Agabus, saat ia mengikat tangan dan kakinya sendiri,
diberi tahu kaki dan tangan siapakah yang sedang dilambangkan
akan diikat itu. Namun amatilah, di pagi hari berikutnyalah baru
Allah menjelaskan lambang itu kepadanya, baru keesokan pagi-
nya, agar ia terus bergantung kepada Allah untuk mendapatkan
pengarahan. Sama seperti saat Allah melakukan sesuatu,
demikianlah juga saat Ia memberi arahan kepada kita apa yang
harus dilakukan, mungkin kita tidak mengerti sekarang, namun
kita pasti akan mengerti kelak.
1. Diperkirakan bangsa itu akan menanyakan makna lambang
ini, atau paling tidak mereka sepantasnya menanyakannya
(ay. 9): “Bukankah ditanya oleh kaum Israel kepadamu: Apakah
Kitab Yehezkiel 12:1-16
yang kaulakukan ini? Ya, Aku tahu mereka menanyakannya.
Meskipun mereka kaum pemberontak, namun mereka masih
ingin mengetahui pikiran Allah,” seperti orang-orang (Yes.
58:2) yang setiap hari mencari Allah. Itulah sebabnya sang nabi
harus melakukan hal yang seaneh dan sejanggal itu, agar me-
reka menanyakan maknanya. Lalu, mudah-mudahan, bangsa
itu akan memperhatikan apa yang dikatakan kepada mereka,
dan belajar dari itu, saat mereka mendengar penjelasan itu
sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. namun , bebe-
rapa penafsir mengartikan ayat ini, bahwa mereka tidak meng-
ajukan pertanyaan semacam itu: “Bukankah kaum pemberon-
tak itu sama sekali tidak bertanya kepadamu, Apakah yang
kaulakukan ini? Tidak. Mereka tidak memedulikannya. Namun
beritahukanlah maknanya kepada mereka, sekalipun mereka
tidak bertanya.” Perhatikanlah, saat Allah mengirim pesan
kepada kita melalui hamba-hamba-Nya, Dia memperhatikan
tanggapan apa yang kita berikan pada pesan yang dikirim-Nya
itu. Dia menyimak dan mendengarkan apa yang kita katakan
mengenai pesan itu serta pertanyaan apa yang kita ajukan
mengenai pesan itu, dan Dia sangat tidak berkenan jika kita
membiarkan pesan itu berlalu begitu saja tanpa memberi sedi-
kit perhatian pun padanya. Saat kita mendengar Firman, kita
harus menerapkannya pada pelayanan kita untuk menantikan
arahan selanjutnya. Baru sesudah itu kita akan mengerti, jika
kita memang terus berusaha untuk mengerti.
2. Sang nabi harus memberitahukan makna lambang itu kepada
orang-orang di pembuangan. Secara umum (ay. 10), ucapan
ilahi ini mengenai raja di Yerusalem. Mereka mengerti siapakah
raja yang dimaksud, dan mereka bermegah bahwa sekalipun
sekarang mereka dalam pembuangan, mereka memiliki raja
sendiri di Yerusalem, dan bahwa kaum Israel masih utuh di
sana, dan sebab itu, mereka tidak ragu bahwa pada waktu-
nya Israel akan bangkit. “Namun, katakanlah kepada mereka,”
Allah berkata, “bahwa pada apa yang engkau perlambangkan,
mereka dapat melihat malapetaka apa yang akan menimpa
teman-teman mereka di Yerusalem. Katakanlah: Aku menjadi
lambang bagimu,” (ay. 11). Perkataan hamba-hamba Tuhan
akan mengajar umat apa yang harus mereka lakukan, dan
demikian pula, tindakan penyelenggaraan Allah bagi mereka
adakalanya dimaksudkan untuk memberi tahu mereka apa
yang akan terjadi. Keadaan yang tak menentu dan perginya
para hamba Allah memperingatkan umat Allah apa yang harus
terjadi di dunia ini, tidak ada yang kekal, yang ada hanya per-
ubahan yang terus-menerus. saat waktu kesesakan datang,
Kristus memberi tahu murid-murid-Nya, namun sebelum se-
muanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya (Luk. 21:12).
(1) Bangsa itu akan dibawa ke pembuangan (ay. 11): Seperti
yang kulakukan ini begitulah akan berlaku kepada mereka.
Mereka akan diusir dari rumah mereka sendiri, tidak ada
lagi tempat pulang bagi mereka, dan mereka tidak dikenal
lagi oleh tempat tinggalnya. Kita tidak dapat berkata ten-
tang tempat tinggal kita bahwa itu tempat perhentian kita,
sebab kita tidak dapat menduga sejauh apa kita dapat
dipindahkan dari tempat itu sebelum kita meninggal.
(2) Sang raja akan mencoba meloloskan diri, namun sia-sia,
sebab ia juga harus pergi ke pembuangan. Yeremia telah
mengatakan hal yang sama secara terang-terangan kepada
Zedekia (Yer. 34:3): Engkau sendiri tidak akan luput dari
tangannya, melainkan akan pasti tertangkap. Yehezkiel di
sini menubuatkan kepada orang-orang yang menjadikan
Zedekia andalan mereka dan menantikan kelepasan darinya.
[1] Bahwa sang raja akan memikul sendiri barang-barang-
nya: Ia akan menaruh barang-barangnya ke atas bahu-
nya, yaitu sebagian dari barang-barangnya yang paling
berharga. Perhatikanlah, penghakiman Allah dapat
mengubah seorang raja menjadi tukang pikul. Ia yang
biasa melihat perlengkapan kerajaannya dipikul di
hadapannya, dan diarak keliling kota pada siang hari,
sekarang harus memikulnya sendiri di punggungnya
dan dengan sembunyi-sembunyi menyusup keluar dari
kota pada malam gelap. Lihatlah bagaimana dosa meng-
ubah manusia! Semua jalan utama menuju istana
dijaga ketat oleh musuh, orang akan membuat sebuah
lobang di tembok supaya ada baginya jalan keluar.
Orang akan menjadi pembobol rumahnya sendiri, dan
dengan diam-diam melarikan barang-barangnya sendiri.
Kitab Yehezkiel 12:1-16
Demikianlah yang terjadi saat pedang perang mem-
buat orang kehilangan hak atas semua harta bendanya.
[2] Bahwa sang raja akan mencoba lari sambil menyamar
dengan memakai selubung atau penutup yang akan
menutupi mukanya, sehingga ia hanya dapat melihat ke
depan, dan tidak akan melihat tanah itu. Zedekia yang,
dalam kejayaannya, selalu ingin dilihat, sekarang dalam
pelariannya, takut terlihat. Oleh sebab itu, biarlah
tidak ada seorang pun menjadi sombong sebab senang
diperhatikan orang ataupun merasa puas berlebihan
dengan tatapan orang di sekitarnya, saat ia melihat
seorang raja menutupi mukanya supaya ia tidak akan
melihat tanah itu.
[3] Bahwa sang raja akan dijadikan tawanan dan dibawa
tertawan ke Babel (ay. 13): Aku akan memasang jaring-
Ku untuk menangkap dia dan di dalam perangkap-Ku
dia akan terjebak. Kelihatannya jaring dan perangkap
itu milik orang Kasdim, namun Allah mengakui bahwa
itu milik-Nya. Orang-orang yang mengira mereka dapat
lolos dari pedang Tuhan akan mendapati diri mereka
tertangkap dalam jaring-Nya. Yeremia mengatakan bah-
wa raja Zedekia akan melihat raja Babel dan bahwa ia
akan pergi ke Babel. Dan di sini, Yehezkiel mengatakan
bahwa, dia akan dibawa ke Babel, namun tanah itu
sendiri tidak akan dilihatnya, meskipun ia akan mati di
sana. Orang-orang yang suka berdebat mungkin akan
mengatakan bahwa kedua nabi ini saling bertentangan.
Sebab, yang seorang berkata, ia akan melihat raja
Babel, yang lain berkata, ia tidak akan melihat Babel.
Namun, keduanya terbukti benar: Zedekia memang
melihat raja Babel di Ribla, tempat raja Babel menjatuh-
kan hukuman kepadanya atas pemberontakannya,
namun di tempat itu, matanya dicungkil, sehingga ia
memang tidak melihat Babel saat ia dibawa ke sana.
Orang-orang buangan itu berharap akan melihat raja
mereka datang ke Babel sebagai penguasa, untuk mem-
bawa mereka keluar dari kesulitan mereka. Namun, ia
akan datang ke sana sebagai tahanan, dan aibnya akan
membuat kesulitan mereka semakin bertambah-tam-
bah. Kandaslah sukacita mereka saat melihat raja yang
tidak dapat melihat mereka.
[4] Bahwa semua pengawal raja akan diserakkan sehingga
tidak bisa lagi melayani sang raja (ay. 14): Dan semua
yang di sekitarnya akan Kuhamburkan, sehingga ia
sendirian tidak berdaya. Aku menyerakkan mereka di
antara bangsa-bangsa dan menghamburkan mereka ke
semua negeri (ay. 15), untuk menjadi tugu keadilan ilahi
ke mana pun mereka pergi. namun , tidakkah ada
kemungkinan mereka akan berhimpun lagi? (orang yang
kali ini melarikan diri bisa saja melawan di kali yang
lain). Tidak, Aku akan menghunus pedang dari belakang
mereka, yang akan menebas mereka di mana pun pe-
dang itu menjumpai mereka. Sebab, pedang yang dihu-
nus Allah pasti akan melakukan tugas yang diemban-
nya. Sungguhpun demikian, sedikit dari pasukan
Zedekia yang terserak akan terluput (ay. 16): namun Aku
akan meninggalkan sedikit dari mereka. Sekalipun
mereka semua akan diserakkan, namun tidak semua
akan dilenyapkan. Sebagian dari mereka akan mene-
rima nyawanya sebagai jarahan. Dan tujuan mereka
diluputkan dengan sedemikian ajaib sangatlah jelas:
supaya mereka menceriterakan segala perbuatan-per-
buatan mereka yang keji di antara bangsa-bangsa, di
mana mereka datang. Kesulitan yang mereka hadapi
akan menyadarkan dan menginsafkan mereka, dan
mereka akan mengakui keadilan Allah dalam semua
yang terjadi pada mereka, serta mengakui dosa-dosa
mereka dengan tulus. Pengakuan ini akan mendorong
Allah untuk berdamai dengan mereka. Dengan demi-
kian, tampaklah bahwa mereka diluputkan sebab
belas kasihan, supaya dengan begitu mereka akan
membawa ucapan syukur yang layak sebagai balasan
kepada Allah untuk pertolongan-Nya dalam meluputkan
mereka. Perhatikanlah, saat Allah secara ajaib melu-
putkan kita dari kematian yang mengelilingi kita, kita
harus mengerti bahwa untuk tujuan inilah, di samping
tujuan-tujuan yang lain, kita diluputkan, yaitu agar kita
memuliakan Allah dan membangun iman orang lain
Kitab Yehezkiel 12:17-20
dengan bertobat mengakui dosa-dosa kita. Orang-orang
yang, melalui penderitaan mereka, dibawa pada perto-
batan akhirnya mengerti bahwa Allah-lah TUHAN dan
mereka dapat membantu orang lain mengenal Dia.
Lihatlah bagaimana Allah mendatangkan kebaikan dari
kejahatan. Penyerakan orang-orang berdosa, yang su-
dah sangat menghina dan merugikan Allah di negeri
mereka sendiri, ternyata menjadi penyebaran orang-
orang yang bertobat, yang akan membawa kemuliaan
dan melakukan pelayanan bagi Allah di negeri-negeri
lain. Orang Lewi, oleh sebab kutuk, dibagi-bagi di an-
tara anak-anak Yakub dan diserakkan di antara anak-
anak Israel, namun kutuk ini diubah menjadi berkat,
sebab dengan terserak seperti ini, mereka mendapat
kesempatan terbaik untuk mengajarkan hukum-hukum
Allah kepada Yakub.
Nubuat Kelaparan
(12:17-20)
17 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: 18 “Hai anak manusia, makanlah
makananmu dengan gemetar dan minumlah air dengan menggigil dan
dengan hati yang cemas, 19 dan katakanlah kepada penduduk negeri ini:
Beginilah firman Tuhan ALLAH tentang penduduk Yerusalem yang di tanah
Israel: Mereka akan makan makanannya dengan hati yang cemas dan minum
air dengan hati yang gundah-gulana supaya tanah mereka menjadi sunyi
sepi lantaran isinya sudah lenyap, oleh sebab kekerasan yang dilakukan
oleh semua yang tinggal di sana. 20 Kota-kota yang masih didiami orang akan
menjadi reruntuhan dan tanah itu akan menjadi sunyi sepi; dan kamu akan
mengetahui bahwa Akulah TUHAN.”
Di sini, sekali lagi sang nabi dibuat menjadi lambang bagi orang-
orang buangan itu, yaitu lambang untuk kebinasaan yang akan
menimpa Yehuda dan Yerusalem.
1. Ia sendiri harus makan dan minum dengan perasaan cemas dan
takut, terutama saat ia sedang bersama orang lain (ay. 17-18).
Walaupun ia tidak sedang melihat ada ancaman bahaya terhadap
dirinya, bahkan hidup dalam keamanan dan kelimpahan, namun
ia harus memakan makanannya dengan gemetar (roti penderitaan,
Mzm. 127:2, KJV) dan meminum airnya dengan menggigil dan
dengan hati yang cemas, agar ia dapat mengungkapkan betapa
mengerikan keadaan orang-orang yang harus berada di Yerusalem
selama pengepungan; bukan berarti ia harus berpura-pura dan
berlagak takut dan cemas saat sebenarnya ia tidak merasa demi-
kian. Sebaliknya, sebab harus memberitahukan penghakiman
ini, maka untuk menunjukkan bahwa ia sendiri sangat meyakini
kebenarannya, namun juga sangat tidak menginginkannya, ia sen-
diri pun diliputi kesedihan dan ketakutan, saat memandang ke
depan pada penghakiman itu. Perhatikanlah, saat berbicara
mengenai kehancuran yang akan menimpa orang berdosa yang
tidak mau bertobat, hamba-hamba Tuhan harus berusaha ber-
bicara dengan penuh penjiwaan, sebagai orang-orang yang menge-
tahui kehebatan murka Tuhan (KJV). Dan mereka harus siap
menghadapi kedegilan hati orang berdosa agar dapat berhasil.
2. Ia harus memberi tahu mereka bahwa penduduk Yerusalem,
seperti dirinya, akan makan dan minum dalam kecemasan dan
ketakutan (ay. 19-20). Baik orang-orang yang memiliki rumah di
Yerusalem maupun orang-orang yang di tanah Israel