Yehezkiel 7

 


n nasihat jahat di kota ini, 3 yang mengata-

kan: Bukankah belum lama berselang rumah-rumah kita dibangun kembali? 

Kota inilah periuk dan kita dagingnya. 4 Oleh sebab itu bernubuatlah mela-

wan mereka, bernubuatlah, hai anak manusia!” 5 Maka Roh TUHAN meliputi 

aku dan TUHAN berfirman kepadaku: “Katakanlah: Beginilah firman TUHAN: 

Kamu berkata-kata begini, hai kaum Israel, dan Aku tahu apa yang timbul 

dalam hatimu. 6 Orang-orang yang kamu bunuh di kota ini bertambah ba-

nyak dan kamu penuhi jalan-jalannya dengan mereka. 7 Oleh sebab itu begi-

nilah firman Tuhan ALLAH: Orang-orang yang kamu bunuh di kota ini, me-

rekalah dagingnya dan kota inilah periuk, namun  kamu akan Kugiring keluar 

dari dalamnya. 8 Kamu takut kepada pedang, namun  Aku akan mendatangkan 

pedang atasmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH. 9 Aku akan menggiring 

kamu keluar dari dalamnya dan menyerahkan kamu di tangan orang-orang 

asing dan menjatuhkan hukuman-hukuman kepadamu. 10 Kamu akan 

berebahan sebab  pedang dan di tanah Israel Aku akan menghukum kamu; 

dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN. 11 Kota ini tidak akan 

menjadi periuk bagimu ataupun kamu seakan-akan daging di dalamnya; di 

tanah Israel Aku akan menghukum kamu. 12 Dan kamu akan mengetahui, 

bahwa Akulah TUHAN, sebab  kelakuanmu tidak selaras dengan ketetapan-

ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku tidak kamu lakukan; bahkan 

engkau melakukan peraturan-peraturan bangsa-bangsa yang di sekitarmu.” 

13 Maka sedang aku bernubuat, matilah Pelaca bin Benaya. Lalu aku sujud 

dan berseru dengan suara nyaring, kataku: “Aduh, Tuhan ALLAH, apakah 

Engkau menghabiskan sisa Israel?” 

Kita mendapati di sini,  

I. Rasa aman tenteram yang dimiliki para pemimpin Yerusalem, 

walaupun hukuman-hukuman Allah sedang menimpa mereka. 

Sang nabi dibawa, dalam penglihatan, ke pintu gerbang rumah 

Tuhan, di mana para pemimpin sedang duduk berkumpul mem-

bahas urusan kota Yerusalem saat itu yang teramat sulit dan 

melelahkan. Lalu Roh itu mengangkat aku dan membawa aku ke 

pintu gerbang Timur dari rumah TUHAN, pintu yang menghadap ke 

sebelah timur. Lihat, di dalam pintu gerbang itu ada dua puluh lima 

orang. Lihatlah betapa taatnya sang nabi kepada perintah-perin-

tah Roh, dan betapa dengan sungguh-sungguhnya ia memperhati-

kan semua penyingkapan yang ditunjukkan kepadanya. Tampak-

nya kedua puluh lima orang ini tidaklah sama dengan kedua 

puluh lima orang yang kita lihat sebelumnya di depan pintu 

rumah Tuhan yang waktu itu sedang menghadap ke sebelah timur 

sambil sujud pada matahari di sebelah timur (8:16). Kedua puluh 

lima orang ini yaitu  para imam atau imam-imam Lewi, sebab 

mereka ada di antara balai Bait Suci dan mezbah, sedangkan 

kedua puluh lima orang dalam pasal 11 ini yaitu  para pemimpin 

yang duduk di pintu gerbang di rumah TUHAN, untuk mengadili

Kitab Yehezkiel 11:1-13 

 perkara-perkara (Yer. 26:10). Mereka ini didakwa, bukan dengan 

kebusukan dalam penyembahan, namun  dengan perbuatan tidak 

benar dalam memerintah kota. Dua di antara mereka disebutkan 

namanya, sebab  merekalah yang paling giat dalam memimpin, 

dan mungkin sebab  sang nabi mengenal mereka, walaupun 

sudah beberapa tahun ia tidak berada di Yerusalem. Dua orang 

ini yaitu  Pelaca dan Yaazanya. namun  Yaazanya ini bukanlah 

orang yang disebutkan dalam pasal 8:11, sebab Yaazanya yang itu 

yaitu  anak dari Safan, sedangkan yang ini anak dari Azur. Ada 

pendapat bahwa Yerusalem terbagi atas 24 wilayah administratif, 

dan orang-orang tersebut merupakan para pemimpin wilayah-

wilayah itu dengan pemimpin utamanya. Nah amatilah, 

1. Watak yang diberikan Allah untuk orang-orang ini (ay. 2): 

“Inilah orang-orang yang merancang kedurjanaan. Dengan ber-

pura-pura hendak menjaga keamanan rakyat, mereka menge-

raskan orang dalam dosa mereka dan menjauhkan rasa takut 

yang ditimbulkan akibat hukuman-hukuman yang diancam-

kan kepada mereka melalui sang nabi. Mereka menaburkan 

nasihat jahat di kota ini, membujuk orang untuk mengekang 

dan membungkam mulut sang nabi, dan memberontak ter-

hadap raja Babel. Mereka mengajak rakyat untuk memper-

tahankan kota sampai titik darah penghabisan.” Perhatikan-

lah, sungguh malang keadaan suatu rakyat bila hal-hal yang 

menyangkut damai sejahtera mereka disembunyikan dari mata 

orang-orang yang dipercayakan untuk memberi nasihat ke-

pada mereka. Dan, bila kejahatan dilakukan, Allah tahu siapa 

yang harus dipersalahkan, dan pada hari penyingkapan dan 

pembalasan, Ia yakin betul siapa yang bertanggung jawab. 

Pada hari itu Ia akan berkata, inilah orang-orang yang meran-

cang kedurjanaan, sekalipun itu orang-orang besar, yang di-

kenal sebagai orang-orang bijak, dan yang sekarang tidak 

dapat dilawan atau dikendalikan. 

2. Dakwaan khusus yang dijatuhkan kepada mereka atas watak 

mereka yang sudah terbukti itu. Mereka didakwa atas semua 

perkataan mereka dalam sidang pertemuan mereka, yang 

dicatat oleh Dia yang berdiri dalam sidang ilahi. Mereka me-

ngatakan ini, “Belum dekat waktunya (ay. 3, KJV). Kehancuran 

kota kami, yang sudah sering diancamkan oleh nabi-nabi itu, 

belum dekat waktunya, masih jauh saat  mereka katakan 

itu.” Mereka sadar dengan rasa permusuhan mereka terhadap 

pembaruan diri, sehingga menyadari betul bahwa kehancuran 

itu pasti akan tiba suatu hari kelak. Namun mereka berpikir 

sedemikian rupa mengenai kesabaran Allah (walaupun mereka 

sudah lama melecehkannya) sampai berharap kehancuran itu 

masih sangat lama lagi akan terjadi. Ingatlah, saat  Iblis tidak 

berhasil membujuk orang untuk melihat penghukuman seba-

gai sesuatu yang meragukan dan belum pasti akan terjadi, 

namun dia berhasil dalam membujuk mereka untuk meman-

dang penghukuman itu sebagai sesuatu yang masih sangat 

lama baru akan datang, dan dengan begitu penghukuman itu 

kelihangan kekuatannya. Kata Iblis, memang hukuman itu 

pasti akan datang, namun belum dekat waktunya. Padahal, 

sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. sebab  itu, 

jika kehancuran itu masih jauh, orang Israel pun menyimpul-

kan, Mari kita bangun rumah-rumah kita. Mari kita jalan terus, 

sebab kota inilah periuk dan kita dagingnya. Ungkapan ini 

tampaknya merupakan sebuah peribahasa yang artinya tidak 

kurang dari ini, bahwa “Kita ini aman-aman saja seperti 

daging ada di dalam periuk mendidih. Tembok-tembok kota 

menjadi seperti tembok tembaga bagi kita, dan tidak bisa 

dirusak oleh para pengepungnya, seperti periuk yang tetap 

aman dari api di bawahnya. Orang-orang yang menyangka 

bisa memaksa kita keluar dari kota kita ini dan menggiring 

kita sebagai tawanan akan binasa sendiri. Keadaan mereka 

akan seperti mengambil keluar daging dari dalam periuk yang 

mendidih dengan tangan telanjang.” Demikianlah yang tam-

paknya merupakan makna dari ungkapan itu, seperti terlihat 

dari jawaban Allah (ay. 9): Aku akan menggiring kamu keluar 

dari dalamnya, dari dalam kota yang kamu pikir aman, dan 

kamu akan lihat sendiri bahwa kota ini tidak akan menjadi 

periuk bagimu ataupun kamu seakan-akan daging di dalamnya 

(ay. 11). Mungkin ini secara khusus merujuk pada daging 

korban keselamatan, yang merupakan pelanggaran besar keti-

ka para imam mengambilnya keluar dari periuk yang sedang 

mendidih (1Sam. 2:13-14). Mereka merasa lebih aman lagi 

sebab  Yerusalem yaitu  kota kudus, dan sebab  itu berpikir 

mereka sendiri umat yang kudus di dalamnya, tidak bisa 

diganggu. Sebagian penafsir menduga ini merupakan olok-olok 

Kitab Yehezkiel 11:1-13 

terhadap Nabi Yeremia, yang dalam salah satu penglihatannya 

melihat Yerusalem digambarkan dengan sebuah periuk yang 

mendidih (Yer. 1:13). “Nah,” kata mereka dengan bercanda dan 

menyindir, “jika Yerusalem memang sebuah periuk yang men-

didih, maka kami ini seperti daging di dalamnya, dan siapa 

pula yang berani-berani berurusan dengan kami?” Demikian-

lah mereka terus mencemooh para utusan dari Tuhan, bahkan 

saat  mereka sedang menderita akibat berbuat begitu. namun , 

janganlah kamu mencemooh, supaya  tali belenggumu jangan 

semakin keras. Memang sudah amat keterlaluan hati seperti 

itu, firman Allah yang diberikan kepada mereka sebagai peri-

ngatan malah membuat mereka semakin merasa aman saja. 

II. Cara yang dipakai untuk membangunkan mereka dari rasa aman. 

Orang menyangka segala tindak penyelenggaraan Allah terhadap 

mereka sudah cukup untuk mengejutkan mereka. namun , untuk 

membantu mereka mengerti dan memanfaatkan semua tindakan 

Allah terhadap mereka, firman Allah dikirimkan kepada mereka 

untuk memberi peringatan (ay. 4): Oleh sebab itu bernubuatlah 

melawan mereka, dan berusahalah sadarkan mereka. Bernubuat-

lah, hai anak manusia terhadap mayat-mayat dan tulang-tulang 

kering ini! Perhatikanlah, kebaikan terbesar yang dapat dilakukan 

para hamba Tuhan untuk menyelamatkan para pendosa yaitu  

memberitakan firman Tuhan melawan mereka, dan menunjukkan 

kesengsaraan dan bahaya yang mereka hadapi, walaupun mereka 

tidak bersedia menghadapinya. Kita bertindak membantu mereka 

bila kita tampil melawan mereka. namun  , sang nabi, yang 

sudah kehilangan akal harus berkata apa lagi kepada orang-orang 

yang sudah mengeras dalam dosa dan malah menentang segala 

penghukuman Allah ini, Roh TUHAN meliputi dia, sehingga ia 

penuh dengan kuasa dan keberanian. Dan Roh TUHAN berfirman 

kepada dia: Katakanlah. Perhatikan, saat  orang berdosa sedang 

terbuai menuju kehancuran, maka sudah waktunya untuk ber-

bicara, dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan 

merasa damai sejahtera bila terus berbuat dosa. Terkadang ham-

ba-hamba Tuhan merasa begitu malu dan segan dan kehilangan 

akal hingga mereka perlu didesak untuk berbicara dan berkata-

kata dengan berani. Lebih dari itu, Dia yang memberi perintah 

kepada sang nabi untuk berbicara, juga memberi petunjuk 

kepadanya apa yang harus dikatakan. Ia harus menyapa mereka 

sebagai kaum Israel (ay. 5), sebab tidak hanya para pemimpin, 

namun  seluruh rakyat ikut berkepentingan untuk mengetahui 

kebenaran yang menyangkut perkara mereka ini, untuk menge-

tahui keburukannya. Mereka yaitu  kaum Israel, dan sebab  itu 

Allah Israel peduli, sebab  kebaikan-Nya kepada mereka, untuk 

memberi peringatan kepada mereka. Dan mereka pun punya 

kepentingan untuk memperhatikan peringatan itu. Lalu, apa yang 

harus disampaikan sang nabi dalam nama Allah kepada mereka?  

1. Beritahukan mereka bahwa Allah yang bersemayam di sorga 

memperhatikan keyakinan mereka yang sia-sia yang mereka 

andalkan itu (ay. 5): “Kamu berkata-kata begini, hai kaum 

Israel, dan Aku tahu apa yang timbul dalam hatimu. Aku tahu 

alasan-alasan tersembunyimu mengapa kamu sampai pada 

keputusanmu. Aku tahu apa tujuanmu sehingga kamu mau 

saja setuju dengan hal yang sebenarnya kamu tahu jelek.” 

Ingatlah, Allah tidak hanya tahu dengan sempurna segala hal 

yang keluar dari mulut kita, namun  juga segala sesuatu yang 

kita pikirkan, tidak hanya apa yang kita katakan, namun  juga 

yang kita pikirkan. Bahkan segala pikiran yang tiba-tiba 

muncul sesaat dalam benak kita namun  hilang lagi sesaat , 

yang kita sendiri pun hampir tidak menyadarinya, Allah pun 

tahu itu. Ia mengetahui diri kita lebih baik daripada kita 

mengetahui diri kita sendiri. Engkau mengerti pikiranku dari 

jauh. Dengan memikirkan hal ini, sudah wajiblah bagi kita un-

tuk menjaga hati kita dengan segala kepedulian, agar jangan 

ada pikiran sia-sia masuk ke situ atau tinggal di dalamnya. 

2. Beritahukan mereka bahwa orang-orang yang menasihati rak-

yat untuk mengandalkan keyakinan mereka yang sia-sia itu 

harus bertanggung jawab kepada Allah atas terbunuhnya 

semua orang yang tewas atau yang harus rebah di Yerusalem 

oleh pedang orang Kasdim. Dan orang-orang yang terbunuh 

yaitu  mereka yang tinggal di dalam kota, seperti daging 

dalam periuk. “Orang-orang yang kamu bunuh di kota ini 

bertambah banyak, bukan hanya mereka yang kamu bunuh 

dengan pedang keadilan secara tidak adil dengan alasan 

hukum, namun  juga mereka yang dengan kesombonganmu 

sengaja kamu hadapkan kepada pedang perang, padahal oleh 

sang nabi kamu sudah disuruh untuk pergi dari kota. Jadi, 

Kitab Yehezkiel 11:1-13 

dengan pikiranmu yang bebal itu kamu telah penuhi jalan-

jalannya (Yerusalem) dengan mereka (ay. 6). Catatlah, orang-

orang yang dengan maksud tidak benar atau lalai dalam 

memulai atau melangsungkan perang, mereka menimpakan 

utang darah ke atas diri mereka sendiri. Dan orang-orang yang 

terbunuh dalam pertempuran atau serangan, yang sebenarnya 

bisa dicegah dengan perdamaian yang menjadi tujuan perang, 

orang-orang itu disebut sebagai orang-orang yang mereka 

bunuh, yaitu orang-orang yang dibunuh oleh mereka yang 

menyebabkan perang itu. Nah, orang-orang yang terbunuh ini 

hanyalah mereka atau daging yang ditinggalkan dalam periuk 

(ay. 7). Tidak akan ada seorang pun yang dibiarkan tinggal 

untuk memiliki kota Yerusalem, semuanya akan terkubur di 

situ. Tidak akan ada penghuni Yerusalem, selain penghuni 

kuburan-kuburan di situ. Tidak ada orang merdeka di kota 

itu, kecuali merdeka di antara orang mati. 

3. Beritahukan mereka bahwa tak peduli seberapa kuatnya kota 

itu menurut sangka mereka sehingga tidak bisa ditembus, 

tetap saja mereka akan dipaksa keluar darinya, dengan cara 

dihalau melarikan diri atau diseret pergi sebagai tawanan: 

Kamu akan Kugiring keluar dari dalamnya, tidak peduli kamu 

mau atau tidak (ay. 7, 9). Mereka telah membuat Allah men-

jadi murka sehingga mencampakkan kota itu, dan mengira 

akan baik-baik saja dengan kemampuan dan kekuatan mereka 

walaupun Dia sudah pergi. namun  Allah akan membuat mere-

ka mengetahui bahwa tidak akan ada damai sejahtera bagi 

orang-orang yang telah meninggalkan Allah mereka. Dengan 

dosa-dosa mereka, mereka telah mengusir Allah keluar dari 

rumah-Nya, dan sekarang Ia akan segera mengusir mereka 

juga dari rumah-rumah mereka dengan berbagai hukuman-

Nya. Dan akan ketahuanlah bahwa yang paling tidak akan 

selamat yaitu  mereka yang sekarang paling aman. “Kota ini 

tidak akan menjadi periuk bagimu ataupun kamu seakan-akan 

daging di dalamnya. Kamu tidak akan terguncang keluar dari 

situ seperti yang kamu janjikan bagi dirimu sendiri, dan mati 

dalam sarangmu sendiri. Pikirmu kamu akan selamat di da-

lamnya, namun  kamu tidak akan ada lama di sana.” 

4. Beritahukan mereka bahwa saat  Allah mengeluarkan mereka 

dari Yerusalem, Dia akan mengejar mereka dengan berbagai 

penghukuman-Nya di mana pun Ia menemukan mereka. Dan 

hukuman-hukuman yang Dia berikan itu sama dengan hu-

kuman yang mereka coba hindari dengan cara berada tetap 

dekat dengan Yerusalem. Mereka takut terhadap pedang kalau 

mereka keluar menghadapi orang Kasdim, sehingga mereka 

memilih tinggal di dalam periuk, namun  Allah berkata, Aku akan 

mendatangkan pedang atasmu (ay. 8), dan kamu akan berebah-

an sebab  pedang (ay. 10). Perhatikan, ketakutan orang fasik 

akan jatuh menimpa mereka. Dan tidak ada pagar pelindung 

terhadap penghukuman Allah saat  penghukuman itu datang 

melakukan tugasnya. Tidak, bahkan tembok-tembok tembaga 

sekalipun. Mereka takut tidak akan mendapat belas kasihan 

dari orang-orang asing. “namun ,” Allah berkata, “Aku akan 

menggiring kamu keluar dari dalamnya dan menyerahkan 

kamu di tangan orang-orang asing, yang kemarahannya akan 

kamu rasakan, sebab  kamu tidak bersedia ada di bawah 

belas kasihan mereka” (Lihat Yer. 38:17-18). Mereka berpikir 

untuk melarikan diri dari penghukuman Allah, namun  Allah 

berkata bahwa Ia akan menjatuhkan hukuman-hukuman ke-

padamu. Dan sementara mereka membulatkan hati, bahwa 

sekiranya mereka pasti dihakimi, maka itu harus terjadi di 

Yerusalem, Allah mengatakan kepada mereka (ay. 10-11) bah-

wa Ia akan menghukum mereka di tanah Israel (KJV: di daerah 

perbatasan Israel), yang memang digenapi saat  Nebukad-

nezar membantai semua bangsawan Yehuda di Ribla di tanah 

Hamat, daerah perbatasan paling jauh yang ada di tanah 

Kanaan. Ingatlah, orang yang berurat akar dalam-dalam di 

tempat mereka hidup, tidak dapat memastikan apakah ia akan 

mati juga di tempat itu. 

5. Beritahukan mereka bahwa semua ini terjadi sebagai hukum-

an yang pantas akibat dosa mereka, dan saat  hukuman Allah 

yang adil (akan) dinyatakan, maka kamu akan mengetahui, 

bahwa Akulah TUHAN (ay. 10, 12). Orang-orang yang tidak 

mau diajar dengan firman-Nya akan dibuat mengetahui oleh 

pedang Tuhan betapa Ia sangat membenci dosa, dan betapa 

mengerikannya bila orang berdosa yang tidak mau bertobat 

sampai jatuh dalam tangan-Nya. Aku akan menghukum kamu, 

dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, sebab 

Tuhan dikenal melalui penghukuman yang Ia jalankan atas 

Kitab Yehezkiel 11:1-13 

orang-orang yang kelakuannya tidak selaras dengan ketetapan-

ketetapan-Nya. Dengan demikian kita tahu bahwa Dialah yang 

membuat hukum, sebab Ia menghukum saat  ada pelanggar-

an terhadap hukum itu. Aku akan menghukum kamu (firman 

Allah), sebab  peraturan-peraturan-Ku tidak kamu lakukan (ay. 

12). Ingatlah, melakukan segala peraturan yang keluar dari 

mulut Allah, dengan segala ketaatan dan ketekunan, merupa-

kan satu-satunya jalan untuk mencegah pelaksanaan hukum-

an oleh tangan-Nya atas kita, yang membuat kita hancur bi-

nasa. Dengan suatu cara tertentu, hukuman Allah akan dila-

kukan. Hukum ditegakkan dalam pelaksanaannya atau dalam 

hukumannya. Jika kita tidak memberi penghormatan kepada 

Allah dengan menjalakan peraturan-peraturan yang diperin-

tahkan-Nya, maka Ia akan mendapatkan kehormatan bagi diri-

Nya sendiri dengan menjalankan hukuman-hukuman yang 

diancamkan-Nya. Dengan jalan ini kita akan mengetahui bah-

wa Dialah Tuhan, Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu, 

yang tidak mau dicemooh. Dan amatilah, saat  orang Israel 

mengenyahkan segala ketetapan Allah dan tidak lagi berjalan 

di dalamnya, maka mereka pun melakukan peraturan-peratur-

an bangsa-bangsa yang di sekitar mereka, dan memasukkan 

macam-macam kebiasaan najis, bodoh dan biadab ke dalam 

upacara penyembahan mereka. saat  manusia meninggalkan 

peraturan yang sudah ditetapkan Allah, maka mereka pun 

mengembara tanpa tujuan. sebab  itu benarlah dengan alasan 

ini mengapa mereka diperintahkan harus tetap berpegang 

pada kewajiban mereka terhadap Allah, supaya  dengan begitu 

mereka tidak melakukan sesuatu dari kebiasaan yang keji itu 

seperti yang diperbuat bangsa-bangsa kafir (Im. 18:30). 

III. Kata-kata yang menyentakkan hati ini segera saja diikuti dengan 

tindakan penyelenggaraan ilahi yang juga menyentak hati (ay. 13). 

Di sini bisa kita amati, 

1. Dengan kuasa yang dahsyat Yehezkiel bernubuat, atau lebih 

tepatnya, betapa hebatnya kuasa ilahi yang menyertai nubuat 

itu: Maka sedang aku bernubuat, matilah Pelaca bin Benaya. 

Pelaca disebutkan (ay. 1) sebagai seorang penting di antara 

kedua puluh lima pemimpin yang mengerjakan segala kedur-

janaan di Yerusalem. Kelihatannya yang terjadi dalam peng-

lihatan ini sama seperti yang terjadi dengan nubuat tentang 

dibunuhnya para tua-tua (9:6) dan diikuti dengan doa Yehez-

kiel sesudah itu (9:8). Yang mau diyakinkan di sini yaitu  

bahwa saat  nubuat ini dinyatakan, maka pastilah itu akan 

terjadi. Kematian Pelaca menjadi suatu pertanda mengenai 

penggenapan nubuat ini. Perhatikanlah, sering kali Allah ber-

kenan menampilkan beberapa pendosa tertentu untuk mem-

buat mereka menjadi tugu peringatan akan keadilan-Nya, 

supaya  hal ini menjadi peringatan kepada yang lain tentang 

apa yang akan menimpa nanti. Sebagian orang yang merasa 

diri sangat aman, tiba-tiba saja tertangkap dan jatuh mati 

sesaat , seperti Ananias dan Safira yang rebah di kaki Petrus 

saat it bernubuat. 

2. Dengan penuh rasa kasihan Yehezkiel berdoa. Meskipun 

kematian tiba-tiba dari Pelaca menjadi peneguhan terhadap 

nubuat Yehezkiel dan memberi penghormatan bagi dia, namun 

ia merasa sangat prihatin mengenai peristiwa itu, dan merasa 

teramat pedih seolah-seolah Pelaca yaitu  saudara atau 

temannya sendiri. Lalu aku sujud dan berseru dengan suara 

nyaring, kataku dengan segenap hati: “Aduh, Tuhan ALLAH, 

apakah Engkau menghabiskan sisa Israel? Banyak orang 

tersapu bersih oleh penghukuman-penghukuman yang kami 

sedang alami. Dan akankah sisa yang luput dari pedang harus 

mati juga oleh tangan sorga yang terayun sesaat ? Kalau 

sampai begitu, maka Engkau akan menghabiskan segalanya.” 

Mungkin ini merupakan kelemahan Yeheziel untuk meratapi 

kematian si pemimpin fasik itu, seperti Samuel berkabung 

sekian lamanya bagi Saul. Namun, ini juga menunjukkan 

betapa hatinya jauh dari menginginkan hari celaka yang dia 

nubuatkan itu. Daud juga meratapi penyakit yang menimpa 

orang-orang yang membenci dan menganiaya dia. Jadi kita 

juga kiranya merasa terenyuh dengan kematian tiba-tiba yang 

menimpa orang lain, ya, walaupun mereka jahat. 

 

Kitab Yehezkiel 11:14-21 


Hukuman-hukuman Dinubuatkan;  

Penderitaan dan Harapan dari Para Buangan yang Saleh 

(11:14-21) 

14 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: 15 “Hai anak manusia, pen-

duduk-penduduk Yerusalem berkata tentang semua saudara-saudaramu, 

tentang kaum kerabatmu dan segenap kaum Israel dalam keseluruhannya: 

Mereka telah jauh dari TUHAN, kepada kami tanah ini diberikan menjadi 

milik. 16 Oleh sebab itu katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Walau-

pun Aku membawa mereka jauh-jauh di antara bangsa-bangsa dan menye-

rakkan mereka di negeri-negeri itu dan Aku menjadi tempat kudus yang 

sedikit artinya bagi mereka di negeri-negeri di mana mereka datang, 17 oleh 

sebab itu katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan menghim-

punkan kamu dari bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari negeri-

negeri di mana kamu berserak, dan Aku akan memberi  kamu tanah 

Israel. 18 Maka sesudah mereka datang di sana, mereka akan menjauhkan 

segala dewa-dewanya yang menjijikkan dan segala perbuatan-perbuatan yang 

keji dari tanah itu. 19 Aku akan memberi  mereka hati yang lain dan roh 

yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh 

mereka hati yang keras dan memberi  mereka hati yang taat, 20 supaya  

mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku 

dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi 

Allah mereka. 21 Mengenai mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya 

yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan 

menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya sendiri, demikianlah firman 

Tuhan ALLAH.” 

Nubuat dirancang untuk meninggikan setiap lembah dan juga untuk 

merendahkan setiap gunung dan bukit (Yes. 40:4), dan para nabi 

berbicara bukan hanya untuk menyatakan kesalahan orang-orang 

yang sombong dan merasa aman, namun  juga untuk menghibur 

mereka yang hina dan putus asa yang gemetar mendengar firman 

Allah. Nabi Yehezkiel, sesudah  pada bagian awal pasal ini menerima 

perintah untuk membangunkan hati orang-orang yang merasa aman 

di Sion,  dalam perikop di atas ini dilengkapi dengan kata-kata untuk 

menghibur mereka yang berkabung di Babel dan di tepi sungai-sungai 

Babel, yang duduk sambil menangis saat  mengingat Sion (Mzm. 

137:1). Amatilah, 

I. Bagaimana para tawanan di Babel yang saleh hatinya diinjak-

injak dan dihina oleh orang Israel yang tetap tinggal di Yerusalem 

(ay. 15). Allah memberitahukan sang nabi apa yang dikatakan 

para penduduk atau penghuni Yerusalem mengenai dirinya dan 

para tawanan lain yang sudah diangkut ke Babel. Allah telah 

mengakui para tawanan itu sebagai buah ara yang baik, dan 

menyatakan bahwa demi kebaikan merekalah Ia telah mengirim-

kan mereka ke Babel. namun  para penghuni Yerusalem malah 

tidak mengakui mereka, sebab  para penghuni Yerusalem ini 

memandang diri mereka yang benar-benar merupakan orang 

kudus sebab mau tetap tinggal di Yerusalem, padahal sesungguh-

nya merekalah para pendosa yang teramat durhaka. Amatilah, 

1. Bagaimana para tawanan di Babel itu digambarkan: mereka 

yaitu  saudara-saudaramu (kata Allah kepada sang nabi), 

yang engkau pedulikan dan sayangi. Mereka yaitu  kaum 

kerabatmu (kaum tebusanmu, begitulah artinya), kerabat de-

katmu, yang memiliki hak tebusan atas milik yang sudah 

terasingkan namun  tidak mampu menuntutnya sebab  mereka 

sudah dibawa pergi sebagai tawanan. Mereka yaitu  segenap 

kaum Israel dalam keseluruhannya. Allah begitu menerima 

mereka, sebab hanya mereka sajalah yang masih memper-

tahankan kelurusan hati dan semakin berubah baik oleh 

keadaan mereka sebagai tawanan. Mereka tidak hanya satu 

keluarga dan bangsa dengan Yehezkiel, namun  juga memiliki 

roh yang sama. Mereka yaitu  pendengarnya, dan ia memiliki 

persekutuan dengan mereka dalam ketetapan-ketetapan ku-

dus. Dan mungkin berdasar  itulah mereka disebut sau-

dara-saudara dan kaum kerabatnya. 

2. Bagaimana para tawanan itu disingkirkan oleh penduduk-

penduduk Yerusalem. Mereka berkata tentang para tawanan 

itu, Mereka telah jauh dari TUHAN. Para penduduk itu hidup 

nyaman di Yerusalem dan merasa bangga, lalu mencemooh 

saudara-saudara mereka yang direndahkan di Babel dan yang 

sedang mengalami tindakan penyelenggaraan ilahi yang me-

rendahkan diri mereka. 

(1) Mereka mengeluarkan para tawanan itu sebagai anggota 

jemaat mereka. sebab  para tawanan itu telah memisah-

kan diri dari para pemimpin dan seturut dengan kehendak 

Allah menyerahkan diri kepada raja Babel, maka mereka 

memutuskan hubungan orang-orang itu dan berkata, 

“Kalian telah jauh dari TUHAN. Kami tidak ada hubungan 

apa-apa dengan kalian.” Para penduduk Yerusalem ini 

sudah menjadi orang-orang yang percaya pada takhayul 

dan mengenyahkan mereka yang hati nuraninya masih 

lurus. Dengan keras mereka mengecam dan menghukum 

para tawanan itu, seakan-akan mereka sudah dicampak-

Kitab Yehezkiel 11:14-21 

kan dan dilupakan Tuhan serta diusir dari persekutuan 

orang-orang percaya yang setia. 

(2) Mereka mengeluarkan para tawanan itu dari kewargaan 

Israel, seolah-olah orang-orang itu sudah tidak punya ba-

gian atau kepentingan dalam persoalan ini: “Kepada kami 

tanah ini diberikan menjadi milik, dan kalian telah kehilang-

an harta milik kalian sebab  menyerah kepada raja Babel, 

sehingga dengan begitu kamilah yang berhak atas tanah 

ini.” Allah memperhatikan dan sangat marah dengan peng-

hinaan yang dilakukan orang-orang yang makmur terhadap 

saudara-saudara mereka yang sedang menderita.  

II. Janji-janji mulia yang Allah berikan kepada para tawanan itu 

sehubungan dengan perlakuan kurang ajar dari saudara-saudara 

mereka itu. Para penduduk Yerusalem membenci dan mengusir 

mereka, dan berkata, Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya, 

namun  Ia akan tampil bagi sukacita mereka (Yes. 66:5, KJV). Allah 

mengakui bahwa tangan-Nya memang telah terulur terhadap 

mereka sehingga saudara-saudara mereka sendiri bersorak atas 

mereka (ay. 16): “Memang benar Aku membawa mereka jauh-jauh 

di antara bangsa-bangsa dan menyerakkan mereka di negeri-

negeri itu. Mereka terlihat seolah-olah sudah menjadi orang-orang 

yang terbuang dan bercampur baur sedemikian rupa dengan 

bangsa-bangsa lain sampai lenyap di antara mereka. namun  Aku 

menyimpan belas kasih-Ku bagi mereka.” Ingatlah, Allah tampil di 

saat umat-Nya dihina dan menghibur mereka, seperti Daud yang 

berharap agar Allah mengganjar dia dengan kebaikan saat  ia 

dikutuk oleh Simei. Saat-Nya untuk menopang harapan-harapan 

umat-Nya yaitu  saat  musuh-musuh mereka sedang berusaha 

mendesak-desak mereka supaya  putus asa. Nah, Allah berjanji, 

1. Bahwa Dia akan menyediakan Bait Suci dan hak-hak isti-

mewanya kepada mereka. Aku menjadi tempat kudus yang 

sedikit artinya bagi mereka di negeri-negeri di mana mereka 

datang (ay. 16). Mereka yang tinggal di Yerusalem memiliki  

Bait Suci, namun  tanpa Allah. Sementara mereka yang tinggal 

di Babel memiliki Allah, namun  tanpa Bait Suci.  

(1) Allah akan menjadi tempat kudus bagi mereka, yakni tempat 

perlindungan. Kepada-Nyalah mereka akan berlari mencari 

perlindungan, dan di dalam Dia mereka akan aman, seperti 

Dia adanya dahulu yang menahan tanduk-tanduk mezbah. 

Atau, lebih tepatnya, mereka akan memiliki persekutuan 

dengan Dia di tanah pembuangan begitu eratnya seperti 

yang tidak pernah terjadi di mana pun selain di dalam Bait 

Suci. Di sana mereka akan melihat kuasa Allah dan 

kemuliaan-Nya, seperti yang dahulu mereka biasa melihat 

kuasa dan kemuliaan-Nya itu di tempat kudus. Mereka akan 

memiliki tanda-tanda hadirat Allah bersama mereka, dan 

kasih karunia-Nya dalam hati mereka akan menguduskan 

semua doa dan pujian mereka, seperti mezbah mengudus-

kan persembahan di atasnya, sehingga dengan demikian 

mereka semua pada pemandangan Allah itu lebih baik dari 

pada sapi jantan, dari pada lembu jantan. 

(2) Dia akan menjadi tempat kudus yang sedikit artinya, tidak 

terlihat atau teramati oleh musuh-musuh mereka, yang 

memandang dengan mata yang jahat dan iri kepada rumah 

ini yang di Yerusalem yang tinggi dan megah (1Raj. 9:8). 

Para tawanan itu sedikit saja jumlahnya dan miskin, jadi 

tempat kudus yang kecil pantaslah untuk mereka. Allah 

menghargai keadaan umat-Nya yang rendah, dan menye-

suaikan karunia-karunia-Nya dengan keadaan mereka. 

Amatilah kasih karunia ilahi yang mau merendah. Allah 

yang Mahabesar mau menjadi sebuah tempat kudus yang 

kecil bagi umat-Nya. Ingatlah, orang-orang yang manfaat-

nya terambil dari segala tata ibadah bersama orang ba-

nyak, kalau memang itu bukan kesalahan mereka sendiri, 

akan mendapat kembali kehilangan itu dalam jumlah ber-

limpah, yaitu melalui pemberian-pemberian kasih karunia 

dan penghiburan dari Allah.  

2. Bahwa pada waktunya Allah akan mengakhiri segala penderi-

taan mereka, membawa mereka keluar dari tanah pembuang-

an, dan membuat mereka atau anak-anak mereka menetap 

kembali di negeri mereka sendiri (ay. 17): “Aku akan menghim-

punkan kamu kembali sekalipun kamu begitu berserak-

serakan dan terhina, lenyap terlupakan oleh orang-orang sene-

gerimu. Aku akan menghimpunkan kamu dari bangsa-bangsa, 

memisahkan kamu dari antara orang-orang yang dengannya 

kamu telah bercampur baur, melepaskan kamu dari orang-

Kitab Yehezkiel 11:14-21 

orang yang telah menawan kamu, dan mengumpulkan kamu 

dari negeri-negeri di mana kamu berserak menjadi satu tubuh. 

Kamu tidak akan kembali pulang satu demi satu, melainkan 

semuanya bersama-sama, sehingga kepulanganmu itu sema-

kin terhormat, aman, dan nyaman. Dan saat  itulah Aku 

akan memberi  kamu tanah Israel, tanah yang sekarang ini 

ditutup dari kamu oleh saudara-saudaramu itu.” Perhatikan-

lah, sungguh baiklah keadaan kita bahwa kecaman-kecaman 

keras orang lain tidak dapat memutuskan kita dari janji-janji 

mulia Allah. Orang-orang yang dihalangi memasuki tanah suci 

oleh orang-orang yang jahat hatinya, banyak dari mereka 

justru akan ditemukan memiliki tempat di tanah suci. Aku 

akan memberi  kamu tanah Israel, memberi nya kepada-

mu kembali dengan suatu anugerah baru, maka mereka akan 

datang ke sana. Jika ada suatu perubahan dari penggunaan 

kata kamu menjadi mereka, maka itu menunjukkan keturunan 

dari mereka yang diberikan janji itu. “Kamu akan mendapat 

hak seperti yang dimiliki bapa-bapa leluhur dahulu, dan 

mereka (keturunannya – pen.) yang datang kemudian akan 

mendapat harta milik itu.” 

3. Bahwa Allah dengan kasih karunia-Nya akan memisahkan me-

reka dari dosa-dosa mereka (ay. 18). Dengan menjadi tawanan, 

keadaan itu benar-benar akan menyembuhkan mereka dari 

dosa penyembahan berhala: Maka sesudah mereka datang di 

sana di tanah mereka sendiri, mereka akan menjauhkan segala 

dewa-dewanya yang menjijikkan. Berhala-berhala yang sudah 

menjadi tambatan hati mereka akan dipandang mereka 

dengan rasa jijik, bukan hanya segala berhala Babel di mana 

mereka ditawan, namun  juga berhala-berhala Kanaan tempat 

asal mereka. Bukan saja tidak menyembah segala berhala itu 

lagi, melihat patung-patungnya saja mereka sudah tidak 

tahan. Mereka akan menjauhkan segala perbuatan-perbuatan 

yang keji dari tanah itu. Ingatlah, maka sesudah itu, sesudah 

kita kembali untuk tidak berbuat dosa lagi dan tidak kembali 

pada kebodohan semasa kita berdosa itu, maka dalam belas 

kasih Allah kita pasti kembali hidup dalam kemakmuran dan 

kesejahteraan. Maka, apakah lagi sangkut paut-Ku dengan 

berhala-berhala? 

4. Bahwa Allah dengan penuh kuasa akan mencondongkan hati 

mereka kepada kewajiban ibadah mereka. Mereka tidak hanya 

akan berhenti berbuat jahat, namun  juga belajar berbuat baik, 

sebab tidak hanya akan ada kesudahan dari segala masalah, 

namun  juga kepulangan kepada damai sejahtera. 

(1) Allah akan menanamkan pegangan-pegangan hidup yang 

baik dalam diri mereka. Ia akan membuat pohon menjadi 

baik (ay. 19). Ini yaitu  janji Injil, dan diwujudkan dalam 

diri orang-orang yang dirancang Allah untuk memasuki 

Kanaan sorgawi. Sebab, Allah mempersiapkan orang-orang 

yang untuk mereka Ia telah menyiapkan sorga. Dijanjikan 

bahwa, 

[1] Allah akan memberi  mereka hati yang lain, yaitu 

sebuah hati yang seutuhnya bagi Allah yang benar dan 

tidak terbagi-bagi seperti dahulu kepada banyak dewa. 

Sebuah hati yang kokoh teguh dan bulat bagi Allah dan 

tidak bergoncang, tegak lurus dan tidak berubah, tidak 

bertantangan dengan diri sendiri. Hati yang lain yaitu  

sebuah hati yang tulus dan lurus, segala keinginannya 

selaras dengan pengakuan imannya.  

[2] Ia akan menaruh roh yang baru di dalam batin mereka, 

watak dan pola pikir yang sejalan dengan semua keada-

an baru yang ke dalamnya mereka dibawa oleh Allah 

melalui tindak pemeliharaan-Nya. Semua orang yang di-

kuduskan memiliki sebuah roh yang baru, sangat ber-

beda dengan keadaannya yang dahulu. Mereka bertin-

dak atas dasar pegangan-pegangan hidup baru, berjalan 

dengan aturan-aturan baru, dan menuju tujuan-tujuan 

baru. Nama atau wajah baru tidak akan berguna tanpa 

sebuah roh yang baru. Jadi siapa yang ada di dalam 

Kristus, ia yaitu  ciptaan baru. 

[3] Dia akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang 

keras, dari kodrat mereka yang rusak. Hati mereka 

tidak akan lagi seperti dahulu, mati dan kering, keras 

dan berat, seperti batu, tidak akan lagi tandus sampai 

benih yang baik pun mati di atasnya seperti tanah yang 

berbatu-batu. 

Kitab Yehezkiel 11:14-21 


[4] Dia akan memberi  mereka hati yang taat, hati yang 

lembut seperti daging, namun  bukan daging yang mati 

atau sombong, namun  daging yang hidup. Dia akan 

membuat hati mereka mampu merasakan kepedihan 

rohani dan kesenangan rohani, akan membuat hati me-

reka lembut, dan mampu menerima kesan-kesan baik. 

Ini yaitu  pekerjaan Allah, pemberian-Nya, pemberian-

Nya dengan janji. Dan perubahan yang dihasilkan 

sangatlah indah dan membahagiakan, perubahan dari 

kematian kepada kehidupan. Hal ini dijanjikan Allah 

kepada mereka yang hendak dibawa-Nya kembali ke 

negeri mereka sendiri. Perubahan keadaan sungguh 

akan menjadi baik bila disertai dengan perubahan hati. 

Dan perubahan hati yang demikian harus dikerjakan 

dalam diri orang-orang yang akan dibawa ke negeri 

yang lebih baik itu, yaitu negeri sorgawi.  

(2) Perilaku dan perbuatan mereka sejalan dengan pegangan 

hidup mereka: Aku akan memberi mereka roh yang baru di 

dalam batin, bukan supaya  mereka mampu berbicara 

dengan baik tentang agama mereka dan berdebat untuk 

agamanya itu, melainkan supaya  mereka hidup menurut 

segala ketetapan-Ku dalam seluruh perilaku mereka, dan 

menurut peraturan-peraturan-Ku dengan setia dalam men-

jalankan semua laku ibadah mereka (ay. 20). Hati dan 

perilaku harus berjalan beriringan. Barang siapa sudah 

diberikan Allah sebuah hati yang baru dan roh yang baru, 

ia harus hidup sesuai dengan pemberian itu. Maka mereka 

akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka. 

Kovenan zaman dahulu, yang kelihatannya sudah dilang-

gar dan dilupakan, akan diperbarui lagi. Dengan penyem-

bahan berhala, tampaknya mereka sudah mencampakkan 

Allah. Dengan dibuang sebagai tawanan, tampaknya Allah 

sudah mencampakkan mereka. namun  saat mereka disem-

buhkan dari dosa penyembahan berhala dan dilepaskan 

dari pembuangan, maka Allah dan Israel-Nya pun saling 

mengakui kembali. Allah, melalui pekerjaan baik-Nya di 

dalam diri mereka, akan membuat mereka menjadi umat-

Nya, dan kemudian melalui tanda-tanda kehendak baik-

Nya kepada mereka, Ia akan memperlihatkan bahwa Dia 

yaitu  Allah mereka. 

III. Di sini ada ancaman kemurkaan terhadap orang-orang yang benci 

untuk diperbarui. Seperti saat  penghukuman diancamkan dan 

orang benar dipisahkan supaya  tidak turut mengambil bagian 

dalam kesesakan penghukuman itu, demikian pula saat  karu-

nia-karunia dijanjikan, orang fasik pun dipisahkan supaya  tidak 

berbagi dalam penghiburan yang ditimbulkan oleh berbagai karu-

nia itu. Mereka tidak punya bagian atau kepentingan dalam per-

soalan itu (ay. 21). Tetapa mengenai kalian yang tidak mendapat 

kasih karunia, apa urusanmu dengan damai? Bukan urusanmu! 

Amatilah, 

1. Gambaran mengenai orang-orang yang tidak mendapat kasih 

karunia ini. Mereka ini yang hatinya berpaut pada dewa-

dewanya yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya 

yang keji. Hasrat hati mereka sangatlah besar untuk menyem-

bah setan-setan, seperti hasrat setan-setan untuk disembah. 

Atau, berlawanan dengan hati yang lain yang diberikan Allah 

kepada umat-Nya, yang hatinya mengikuti hati-Nya, orang-

orang ini memiliki hati yang mengikuti hati berhala-berhalanya. 

Watak dan perbuatan mereka sesuai dengan sifat dan gambar-

an yang diberikan kepada semua berhala mereka serta seturut 

dengan gagasan yang mereka pikirkan mengenai berhala-

berhala itu. Selain itu, dari berhala-berhala itu mereka belajar 

berbuat yang tidak senonoh dan kejam. Di sinilah letak akar 

dari segala kejahatan mereka, yaitu kebusukan dari hati. 

Sebab, akar dari pembaruan diri terletak dalam pengubahan 

hati menjadi baru. Hati memiliki jalan-jalannya, dan sesuai 

dengan jalannya itulah manusia itu adanya. 

2. Nasib mereka. Nasib mereka mengandung keadilan dan kenge-

rian: Aku akan menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya 

sendiri. Aku akan berurusan dengan mereka seperti yang 

pantas mereka dapatkan. Tidak perlu lagi mengatakan bahwa 

Allah itu adil, selain bahwa Ia memperlakukan orang sesuai 

dengan upahnya. Dan upah dosa bagi para pendosa tidak 

perlu dijelaskan lagi, sungguh menyengsarakan. 

 

Kitab Yehezkiel 11:22-25 

Berbagai Penglihatan akan Kemuliaan Ilahi  

(11:22-25) 

22 Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya ber-

gerak bersama-sama dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada 

di atas mereka. 23 Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah 

kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota. 24 Dan Roh itu 

mengangkat aku dan membawa aku kembali di dalam penglihatan yang dari 

Roh Allah ke negeri Kasdim kepada para buangan. Lalu menghilanglah 

penglihatan yang kulihat itu dari padaku 25 dan aku sampaikan kepada para 

buangan itu segala sesuatu yang diperlihatkan TUHAN kepadaku. 

Dalam perikop di atas kita temukan, 

1. Perginya hadirat Allah dari kota dan rumah TUHAN. saat  pesan 

Allah dipercayakan kepada sang nabi, ia sangat terkagum dengan-

nya dan diperintahkan sepenuhnya bagaimana memisahkan yang 

berharga dan yang hina, dan maka kerub-kerub itu mengangkat 

sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan 

mereka (ay. 22), seperti sebelumnya (10:19). Para malaikat, saat  

selesai dengan tugas mereka di dunia bawah ini, segera terbang 

dengan sayap mereka, sebab  mereka tidak mau kehilangan 

waktu. Kita melihat kemuliaan Allah Israel terakhir kali berhenti 

dekat pintu gerbang rumah TUHAN yang di sebelah timur (10:19), 

yang di perokop ini dikatakan ada tengah-tengah kota. Nah, di sini 

kita diberitahukan bahwa sesudah  mencari-cari kian kemari dan 

heran tidak ada orang yang tampil menengahi, tidak ada yang 

menahan kepergian-Nya, tidak ada yang mengajak kembali, 

kemuliaan-Nya itu pun selanjutnya beranjak di atas gunung yang 

di sebelah timur kota (ay. 23). Ini yaitu  Bukit Zaitun. Di atas 

bukit ini mereka telah menegakkan berhala-berhala mereka, 

untuk melawan Allah di rumah-Nya saat  Ia masih berdiam di 

sana (1Raj. 11:7), dan sebab  itulah bukit itu disebut bukit Kebu-

sukan (2Raj. 23:13). Itulah sebabnya Allah pergi ke atas sana, 

seakan hendak menegakkan kursi pengadilan-Nya, seperti hendak 

melawan orang-orang yang menyangka telah mengambil alih 

rumah yang sekarang telah ditinggalkan-Nya itu. Dari atas bukit 

itu bisa dilihat seluruh kota. Ke sanalah Allah pindah, untuk 

menggenapi apa yang telah Dia katakan (Ul. 32:20), Aku hendak 

menyembunyikan wajah-Ku terhadap mereka, dan melihat bagai-

mana kesudahan mereka. Dari atas bukit inilah Kristus melihat 

kota itu, dan menangisinya, sebab  Ia sudah bisa melihat lebih 

dahulu bahwa kota itu akan dihancurkan habis oleh orang Roma-

wi. Kemuliaan TUHAN pindah ke sana, seakan-akan supaya  tetap 

ada dalam jangkauan saat  dipanggil dan siap untuk kembali 

pada hari ini juga, saat  akhirnya mereka mengerti apa yang 

perlu untuk damai sejahtera mereka. Ia enggan untuk mengucap-

kan selamat tinggal. Dengan pergi menjauh perlahan-lahan, sedi-

kit demi sedikit, menunjukkan bahwa Allah meninggalkan orang-

orang itu dengan rasa enggan, dan sebenarnya tidak mau pergi 

jika mereka memang tidak memaksanya untuk menjauh saja dari 

mereka. Dan itu yang benar-benar sekarang dilakukan-Nya, de-

ngan berkata Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, me-

nyerahkan engkau, hai Israel? (Hos. 11:8). namun  , meskipun 

Ia panjang sabar, tidak selamanya Ia demikian, hingga akhirnya 

Ia akan meninggalkan dan mencampakkan untuk selama-lama-

nya orang-orang yang telah meninggalkan dan mencampakkan 

Dia. 

2. Hilangnya penglihatan ini dari sang nabi. Pada akhirnya meng-

hilanglah penglihatan yang kulihat itu dari padaku (ay. 24). Ia 

melihat penglihatan itu naik ke atas bukit, sampai hilang dari 

pandangan matanya, dan ini memberi peneguhan kepada iman-

nya bahwa penglihatan itu memang datang dari sorga, yang turun 

dari atas dan sebab  itu kembali juga ke atas sana. Perhatikan-

lah, semua penglihatan yang disaksikan para kudus mengenai ke-

muliaan Allah tidaklah tetap hingga mereka sendiri nantinya 

datang ke sorga. Mereka hanya melihat kemuliaan itu sebagian-

sebagian saja, dan segera hilang lagi, dan penglihatan pun lenyap 

dari mereka. Mereka hanya mengecap kesenangan ilahi, namun  itu 

bukan pesta yang berlangsung terus. Dari atas bukit Zaitunlah 

penglihatan itu naik ke atas, melambangkan kenaikan Kristus ke 

sorga dari atas bukit yang sama, saat mereka yang telah melihat 

Dia menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia tidak akan melihat-

Nya lagi seperti itu. Sudah dinubuatkan bahwa kaki-Nya akan 

berjejak di bukit Zaitun (Za. 14:4), berjejak untuk terakhir kalinya 

di atas sana. 

3. Sang nabi kembali kepada para tawanan di pembuangan. Roh 

yang sama yang telah membawa dia ke Yerusalem dalam peng-

lihatan, membawa dia kembali ke Babel. Sebab, memang di sana-

lah batas-batas tempat tinggal untuk ditetapkan baginya saat itu, 

dan itulah yang menjadi tempat pelayanannya. Roh itu datang 

kepadanya bukan untuk melepaskan dia dari pembuangan, namun  

Kitab Yehezkiel 11:22-25 

untuk menopang dan menghiburnya dalam pembuangan, yang 

sama saja artinya baginya.  

4. Penjelasan yang diberikannya kepada para pendengarnya menge-

nai semua yang telah dilihat dan didengarnya (ay. 25). Ia mene-

rima supaya  ia bisa memberi, dan ia setia kepada Dia yang telah 

menetapkan dia. Ia menyampaikan pesan-Nya dengan jujur. Ia 

sampaikan segala sesuatu yang diperlihatkan TUHAN kepadanya. 

Hanya itu. Ia memberitahukan kejahatan besar yang ia lihat di 

Yerusalem dan kehancuran yang sedang bergegas menghantam 

kota itu. Ia menasihati supaya  mereka jangan menyesali tindakan 

mereka yang telah menyerahkan diri kepada raja Babel seperti 

yang disuruh Nabi Yeremia. Juga, supaya  mereka tidak menyalah-

kan diri sendiri sebab  itu, atau iri hati dengan orang-orang yang 

tinggal di belakang, yang menertawai apa yang mereka perbuat. 

Janganlah mereka ingin untuk kembali ke Yerusalem sana, namun  

berpuas diri saja dalam pembuangan mereka. Siapa gerangan 

yang mau berada dalam kota yang penuh dengan dosa dan seben-

tar lagi akan hancur? Lebih baik berada di Babel di bawah karu-

nia Allah daripada di Yerusalem di bawah murka dan kutuk-Nya. 

namun  , walaupun pesan ini disampaikan segera kepada para 

tawanan di Babel, kita bisa menduga pesan ini juga diteruskan 

kepada orang-orang yang berdiam di Yerusalem, sebab  masih 

saling berhubungan. Dan selamatlah bagi Yerusalem seandainya 

ia sampai menerima peringatan yang diberikan ini. 

 

 

 

 

PASAL 12  

eskipun penglihatan kemuliaan Allah telah terangkat dari sang 

nabi, namun Firman Allah masih datang kepadanya, dan oleh-

nya Firman itu disampaikan kepada bangsa itu. Tujuan Firman itu 

sama dengan tujuan yang diungkapkan kepadanya dalam penglihat-

an itu, yaitu untuk menunjukkan penghakiman-penghakiman me-

ngerikan yang akan menimpa Yerusalem. Oleh penghakiman itu, kota 

itu dan Bait Suci akan diruntuhkan sama sekali. Dalam pasal ini,  

I. Sang nabi, dengan memindahkan barang-barangnya, dan 

meninggalkan rumahnya, harus menjadi lambang untuk me-

nunjukkan bagaimana Zedekia melarikan diri dari Yerusalem 

dalam kekalutan besar saat  orang Kasdim merebut kota itu 

(ay. 1-16).  

II. Sang nabi, dengan memakan makanannya dengan gemetar, 

harus menjadi lambang untuk menunjukkan kelaparan yang 

akan menimpa kota itu selama pengepungan, dan ketakutan 

yang akan dialami penduduknya (ay. 17-20).  

III. Sebuah pesan dikirim dari Allah kepada bangsa itu, untuk 

meyakinkan mereka bahwa semua nubuat ini pasti akan 

segera digenapi dalam waktu dekat, dan tidak akan ditunda, 

seperti yang mereka angan-angankan bagi diri mereka sendiri 

(ay. 21-28).  

Pembuangan Zedekia Dinubuatkan 

(12:1-16) 

1 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: 2 “Hai anak manusia, engkau 

tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang memiliki  mata untuk 

melihat, namun  tidak melihat dan memiliki  telinga untuk mendengar, namun  

tidak mendengar, sebab mereka yaitu  kaum pemberontak. 3 Maka engkau, 

anak manusia, sediakanlah bagimu barang-barang seorang buangan dan 

berjalanlah seperti seorang buangan pada siang hari di hadapan mata 

mereka; pergilah dari tempatmu sekarang ke tempat yang lain seperti seorang 

buangan di hadapan mata mereka. Barangkali mereka akan insaf bahwa 

mereka yaitu  kaum pemberontak. 4 Bawalah barang-barangmu itu ke luar 

seperti barang-barang seorang buangan pada siang hari di hadapan mata 

mereka; dan engkau sendiri harus keluar pada malam hari di hadapan mata 

mereka, seperti seorang yang harus keluar dan pergi ke pembuangan. 5 Di 

hadapan mata mereka perbuatlah sebuah lobang di tembok dan keluarlah 

dari situ. 6 Di hadapan mata mereka taruhlah barang-barangmu ke atas 

bahumu, dan bawalah itu ke luar pada malam gelap; engkau harus menutupi 

mukamu, sehingga engkau tidak melihat tanah; sebab Aku membuat engkau 

menjadi lambang bagi kaum Israel.” 7 Lalu kulakukan seperti diperintahkan 

kepadaku: aku membawa pada siang hari barang-barang seperti barang-

barang seorang buangan dan pada malam hari aku membuat dengan tangan-

ku sebuah lobang di tembok, pada malam gelap aku keluar dan di hadapan 

mata mereka aku menaruh barang-barangku ke atas bahuku. 8 Pada hari 

besoknya datanglah firman TUHAN kepadaku: 9 “Hai anak manusia, bukan-

kah ditanya oleh kaum Israel, kaum pemberontak itu kepadamu: Apakah 

yang kaulakukan ini? 10 Katakanlah kepada mereka: beginilah firman Tuhan 

ALLAH: Ucapan ilahi ini mengenai raja di Yerusalem dan seluruh kaum Israel 

yang tinggal di sana. 11 Katakanlah: Aku menjadi lambang bagimu; seperti 

yang kulakukan ini begitulah akan berlaku kepada mereka: sebagai orang 

buangan mereka akan pergi ke pembuangan. 12 Dan raja yang di tengah-

tengah mereka akan menaruh barang-barangnya ke atas bahunya pada 

malam gelap dan akan pergi ke luar; orang akan membuat sebuah lobang di 

tembok supaya  ada baginya jalan keluar; ia akan menutupi mukanya supaya  

ia tidak akan melihat tanah itu. 13 Aku akan memasang jaring-Ku untuk 

menangkap dia dan di dalam perangkap-Ku dia akan terjebak dan Aku akan 

membawa dia ke Babel, tanah orang Kasdim, namun  tanah itu sendiri tidak 

akan dilihatnya; ia akan mati di sana. 14 Dan semua yang di sekitarnya, para 

pembantunya dan bala tentaranya, akan Kuhamburkan ke semua mata 

angin dan Aku akan menghunus pedang dari belakang mereka. 15 Maka 

mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, jika  aku menyerakkan 

mereka di antara bangsa-bangsa dan menghamburkan mereka ke semua 

negeri. 16 namun  Aku akan meninggalkan sedikit dari mereka yang luput dari 

pedang, dari kelaparan dan dari sampar, supaya  mereka menceriterakan 

segala perbuatan-perbuatan mereka yang keji di antara bangsa-bangsa, di 

mana mereka datang; dan mereka akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.” 

Mungkin Yehezkiel mengenang dengan penuh sukacita penglihatan 

yang didapatnya mengenai kemuliaan Allah sehingga sering kali, 

sebab  penglihatan itu sudah terangkat darinya, ia berharap peng-

lihatan itu datang lagi kepadanya. Dan, sesudah  melihat penglihatan 

itu untuk pertama dan kedua kalinya, ia berharap ia boleh mendapat 

karunia untuk melihatnya lagi untuk ketiga kalinya. namun  , kita 

tidak mendapati bahwa ia pernah melihatnya lagi, namun Firman 

Tuhan datang kepadanya, sebab Allah memang dalam pelbagai cara 

berbicara kepada nenek moyang kita (Ibr. 1:1) dan mereka sering kali 

mendengar Firman Allah saat mereka tidak melihat penglihatan dari 

Yang Mahakuasa. Iman timbul dari pendengaran akan perkataan

Kitab Yehezkiel 12:1-16 

nubuat itu, yang lebih teguh daripada penglihatan. Kita dapat men-

jaga persekutuan kita dengan Allah tanpa harus mengalami peng-

angkatan dan pengalaman luar biasa dengan Allah. Dalam ayat-ayat 

di atas, sang nabi diberi petunjuk tentang,  

I.  Lambang dan tindakan apa yang harus ia gunakan untuk meng-

ungkapkan pembuangan Zedekia raja Yehuda yang akan segera 

terjadi. Nubuat itulah yang harus diberitahukan, dan diberitahu-

kan kepada orang-orang yang sudah berada di pembuangan, 

sebab  selama Zedekia masih bertakhta, mereka membuai diri 

dengan pengharapan bohong bahwa Zedekia akan berdamai 

dengan raja Babel. Padahal, Zedekia sekarang sedang berencana 

untuk melemparkan kuk raja Babel itu. Dari Zedekia pula, boleh 

jadi, orang-orang buangan yang malang ini menantikan hal-hal 

yang besar. Dan bisa jadi, saat  Zedekia menyusun rencananya, 

ia secara pribadi mengirimkan dorongan agar mereka tetap ber-

harap ia akan segera menyelamatkan mereka, atau mengusaha-

kan pembebasan mereka melalui pertukaran tawanan. Selama 

mereka dihanyutkan dengan pengharapan sia-sia ini, mereka 

tidak bisa menerima penderitaan mereka ataupun belajar dari 

penderitaan itu. Oleh sebab itu, perlulah, meskipun sangat sulit, 

untuk meyakinkan mereka bahwa Zedekia, bukannya menjadi 

pembebas mereka, malah sebentar lagi akan menjadi kawan se-

penderitaan mereka. Nah, kita berpikir cukuplah jika sang nabi 

memberi tahu hal ini kepada mereka dalam nama Allah, seperti 

yang ia lakukan sesudahnya (ay. 10). namun  , agar mereka 

siap mendengar nubuat itu, sang nabi pertama-tama harus mem-

beri mereka suatu lambang. Ia harus mengatakannya kepada 

mata mereka sebelum kepada telinga mereka. Dan di sini dicerita-

kan,  

1.  Alasan ia harus memakai cara ini (ay. 2): sebab  mereka ada-

lah bangsa yang bodoh, tumpul, dan tidak berakal budi, yang 

tidak akan mengindahkan, dan dengan cepat melupakan per-

kara yang hanya mereka dengar, atau setidaknya tidak akan 

tergugah sama sekali dengan apa yang mereka dengar itu. 

Mendengar saja tidak akan meninggalkan kesan apa-apa bagi 

mereka: Engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, 

kaum yang hampir tidak bisa diperbaiki lagi. Mereka mempu-

nyai mata dan telinga, mereka memiliki  kemampuan dan 

indra untuk memahami, namun  mereka tidak melihat, mereka 

tidak mendengar. Mereka yaitu  penyembah berhala, dan 

watak mereka sama dengan karakter dari berhala-berhala 

yang mereka sembah, yang memiliki  mata, namun  tidak 

dapat melihat, memiliki  telinga, namun  tidak dapat men-

dengar (Mzm. 115:5-6, 8). Perhatikanlah, orang-orang yang 

disebut pemberontak yaitu  mereka yang menutup matanya 

terhadap cahaya ilahi dan menulikan telinganya pada hukum 

ilahi. Sifat masa bodoh orang-orang yang memang sengaja 

tidak mau tahu itu sama sekali tidak bisa diampuni. Berbagai 

indra dan sarana kemampuan yang mereka miliki namun  tidak 

mau menggunakannya, lebih menambah pemberontakan me-

reka untuk berbuat dosa. Tidak ada orang yang lebih buta, 

lebih tuli, daripada mereka yang tidak mau melihat, yang tidak 

mau mendengar. Mereka tidak melihat, mereka tidak mende-

ngar, sebab mereka yaitu  kaum pemberontak. Semua penye-

babnya berasal dari diri mereka sendiri: gelapnya pengertian 

mereka yaitu  akibat degilnya hati mereka. Nah, inilah alasan 

mengapa sang nabi harus berbicara kepada mereka dengan 

lambang, seperti mengajar orang tuli, yaitu agar mereka men-

jadi sadar ataupun merasa malu. Perhatikanlah, hamba-

hamba Tuhan harus menyesuaikan dirinya bukan hanya 

dengan kelemahan, namun  juga dengan kesediaan orang-orang 

yang dilayaninya, dan bertindak seturut dengan itu: jika mere-

ka diam di antara orang-orang pemberontak, maka mereka 

harus berbicara dengan terang-terangan dan tegas, dan 

mengambil tindakan yang paling manjur untuk orang-orang 

itu, agar mereka tidak dapat berdalih.  

2. Cara yang dipakai sang nabi untuk menyadarkan dan meng-

gugah mereka. Ia harus memperlengkapi dirinya dengan se-

mua yang diperlukan oleh seorang buangan (ay. 3) saat  

berpindah, menyiapkan pakaian dan uang untuk perjalanan. 

Ia harus pergi dari tempatnya sekarang ke tempat yang lain, 

seperti orang yang ketakutan dan dipaksa pindah. Hal ini 

harus dilakukannya pada siang hari, di hadapan mata bangsa 

itu. Ia harus mengeluarkan semua barang-barang di rumah-

nya, untuk dikemas dan dikirimkan (ay. 4). Dan, sebab  se-

mua pintu dan gerbang dikunci, sehingga mereka tidak bisa 

lewat, atau dijaga ketat oleh musuh, sehingga mereka tidak 

Kitab Yehezkiel 12:1-16 

berani lewat, maka ia harus membuat sebuah lobang di tem-

bok, dan memindahkan barang-barangnya diam-diam melalui 

celah di tembok itu (ay. 5). Ia harus memikul sendiri barang-

barangnya, sebab  tidak ada hamba yang membantunya. Ia 

harus melakukan ini pada malam gelap, agar tidak ketahuan. 

Lalu, sesudah  berhasil memindahkan apa yang bisa ia pindah-

kan untuk mengamankan sedikit dari barang-barang terbaik-

nya, ia sendiri harus diam-diam pergi pada malam hari di 

hadapan mata mereka, dengan takut dan gentar. Ia harus 

pergi seperti seorang yang harus keluar dan pergi ke pem-

buangan (ay. 4); yaitu, ia harus menutupi mukanya (ay. 6) 

sebab  malu kelihatan dan takut ketahuan, atau sebagai lam-

bang kesedihan dan kegentaran yang amat sangat. Ia harus 

pergi seperti seorang pengusaha bangkrut yang miskin, yang 

saat  terpaksa menutup usahanya, menyembunyikan muka-

nya, dan meninggalkan negerinya. Demikianlah, Yehezkiel 

sendiri harus menjadi lambang bagi bangsa itu. Dan saat  ia 

mungkin kelihatan agak canggung menempatkan dirinya 

dalam semua kesulitan ini, dan membiarkan dirinya diolok-

olok dan ditertawakan sebab  berbuat seperti itu, maka untuk 

menenangkan hatinya, Allah berkata (ay. 3) “Barangkali mere-

ka akan insaf, dan melalui perlambangan itu, mereka akan 

disadarkan dari keyakinan diri yang sia-sia, meskipun mereka 

yaitu  kaum pemberontak.” Perhatikanlah, kita tidak boleh 

hilang pengharapan bahkan dengan orang-orang yang paling 

bejat sekalipun. Sebaliknya, kita harus berpikir bahwa mereka 

masih bisa dibuat merenungkan hidupnya dan bertobat. Oleh 

sebab itu, kita harus terus menggunakan cara yang tepat 

untuk menginsafkan mereka supaya  mereka bertobat, sebab  

selama masih ada kehidupan, ada harapan. Selain itu, hamba-

hamba Tuhan harus bersedia menjalani tugas yang paling 

sulit dan tidak menyenangkan (sebab demikianlah tugas pela-

rian Yehezkiel ini), sekalipun usaha  ini hanya barangkali bisa 

berhasil. Jika ada satu orang saja yang disadarkan dan tergu-

gah, perhatian dan jerih payah kita tidak percuma dicurahkan.  

3.  Kesediaan Yehezkiel yang serta-merta terhadap perintah yang 

diberikan Allah kepadanya (ay. 7): Kulakukan seperti diperin-

tahkan kepadaku. Di sini Yehezkiel mengajar kita semua, 

terutama para hamba Tuhan,  

(1) Untuk menaati setiap perintah Allah dengan hati gembira, 

bahkan perintah yang paling sulit sekalipun. Kristus sen-

diri telah belajar menjadi taat, jadi kita semua pun harus 

demikian.  

(2) Untuk melakukan semua yang bisa kita lakukan demi 

memenangkan jiwa-jiwa, untuk bersedia melakukan apa 

pun, bahkan hal-hal yang sulit dan menyakitkan, demi 

menginsafkan mereka yang belum percaya. Kami melaku-

kan segala sesuatu dengan kata lain (kami bersedia mela-

kukan apa pun), saudara-saudaraku yang kekasih, untuk 

membangun iman kamu. 

(3) Untuk benar-benar merasa tergugah dengan perkara-per-

kara yang dengannya kita ingin menggugah hati orang lain. 

saat  Yehezkiel hendak menyampaikan nubuat yang me-

nyedihkan kepada para pendengarnya, ia sendiri pun mera-

sa sedih dengan nubuat itu.  

(4) Untuk tidak terikat dengan dunia ini, dan siap untuk me-

ninggalkannya, untuk membawa barang-barang kita untuk 

berpindah tempat (KJV), sebab di sini kita tidak memiliki  

tempat tinggal yang tetap. Bangkitlah dan pergilah, sebab ini 

bukan tempat perhentian bagimu, oleh sebab  kenajisan. 

Engkau tinggal bersama kaum pemberontak, sebab  itu ber-

siaplah untuk pindah; sebab, siapa yang tidak mau mening-

galkan kaum semacam ini, dunia yang jahat seperti ini?  

II. Sang nabi diberi arahan mengenai kata-kata apa yang harus 

digunakannya untuk menjelaskan lambang dan tindakan itu, 

seperti Agabus, saat  ia mengikat tangan dan kakinya sendiri, 

diberi tahu kaki dan tangan siapakah yang sedang dilambangkan 

akan diikat itu. Namun amatilah, di pagi hari berikutnyalah baru 

Allah menjelaskan lambang itu kepadanya, baru keesokan pagi-

nya, agar ia terus bergantung kepada Allah untuk mendapatkan 

pengarahan. Sama seperti saat  Allah melakukan sesuatu, 

demikianlah juga saat  Ia memberi arahan kepada kita apa yang 

harus dilakukan, mungkin kita tidak mengerti sekarang, namun 

kita pasti akan mengerti kelak. 

1.  Diperkirakan bangsa itu akan menanyakan makna lambang 

ini, atau paling tidak mereka sepantasnya menanyakannya 

(ay. 9): “Bukankah ditanya oleh kaum Israel kepadamu: Apakah 

Kitab Yehezkiel 12:1-16 

yang kaulakukan ini? Ya, Aku tahu mereka menanyakannya. 

Meskipun mereka kaum pemberontak, namun mereka masih 

ingin mengetahui pikiran Allah,” seperti orang-orang (Yes. 

58:2) yang setiap hari mencari Allah. Itulah sebabnya sang nabi 

harus melakukan hal yang seaneh dan sejanggal itu, agar me-

reka menanyakan maknanya. Lalu, mudah-mudahan, bangsa 

itu akan memperhatikan apa yang dikatakan kepada mereka, 

dan belajar dari itu, saat  mereka mendengar penjelasan itu 

sebagai jawaban atas pertanyaan mereka. namun  , bebe-

rapa penafsir mengartikan ayat ini, bahwa mereka tidak meng-

ajukan pertanyaan semacam itu: “Bukankah kaum pemberon-

tak itu sama sekali tidak bertanya kepadamu, Apakah yang 

kaulakukan ini? Tidak. Mereka tidak memedulikannya. Namun 

beritahukanlah maknanya kepada mereka, sekalipun mereka 

tidak bertanya.” Perhatikanlah, saat Allah mengirim pesan 

kepada kita melalui hamba-hamba-Nya, Dia memperhatikan 

tanggapan apa yang kita berikan pada pesan yang dikirim-Nya 

itu. Dia menyimak dan mendengarkan apa yang kita katakan 

mengenai pesan itu serta pertanyaan apa yang kita ajukan 

mengenai pesan itu, dan Dia sangat tidak berkenan jika kita 

membiarkan pesan itu berlalu begitu saja tanpa memberi sedi-

kit perhatian pun padanya. Saat kita mendengar Firman, kita 

harus menerapkannya pada pelayanan kita untuk menantikan 

arahan selanjutnya. Baru sesudah  itu kita akan mengerti, jika 

kita memang terus berusaha untuk mengerti. 

2.  Sang nabi harus memberitahukan makna lambang itu kepada 

orang-orang di pembuangan. Secara umum (ay. 10), ucapan 

ilahi ini mengenai raja di Yerusalem. Mereka mengerti siapakah 

raja yang dimaksud, dan mereka bermegah bahwa sekalipun 

sekarang mereka dalam pembuangan, mereka memiliki raja 

sendiri di Yerusalem, dan bahwa kaum Israel masih utuh di 

sana, dan sebab  itu, mereka tidak ragu bahwa pada waktu-

nya Israel akan bangkit. “Namun, katakanlah kepada mereka,” 

Allah berkata, “bahwa pada apa yang engkau perlambangkan, 

mereka dapat melihat malapetaka apa yang akan menimpa 

teman-teman mereka di Yerusalem. Katakanlah: Aku menjadi 

lambang bagimu,” (ay. 11). Perkataan hamba-hamba Tuhan 

akan mengajar umat apa yang harus mereka lakukan, dan 

demikian pula, tindakan penyelenggaraan Allah bagi mereka 

adakalanya dimaksudkan untuk memberi tahu mereka apa 

yang akan terjadi. Keadaan yang tak menentu dan perginya 

para hamba Allah memperingatkan umat Allah apa yang harus 

terjadi di dunia ini, tidak ada yang kekal, yang ada hanya per-

ubahan yang terus-menerus. saat  waktu kesesakan datang, 

Kristus memberi tahu murid-murid-Nya, namun  sebelum se-

muanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya (Luk. 21:12).  

(1) Bangsa itu akan dibawa ke pembuangan (ay. 11): Seperti 

yang kulakukan ini begitulah akan berlaku kepada mereka. 

Mereka akan diusir dari rumah mereka sendiri, tidak ada 

lagi tempat pulang bagi mereka, dan mereka tidak dikenal 

lagi oleh tempat tinggalnya. Kita tidak dapat berkata ten-

tang tempat tinggal kita bahwa itu tempat perhentian kita, 

sebab  kita tidak dapat menduga sejauh apa kita dapat 

dipindahkan dari tempat itu sebelum kita meninggal.  

(2) Sang raja akan mencoba meloloskan diri, namun  sia-sia, 

sebab  ia juga harus pergi ke pembuangan. Yeremia telah 

mengatakan hal yang sama secara terang-terangan kepada 

Zedekia (Yer. 34:3): Engkau sendiri tidak akan luput dari 

tangannya, melainkan akan pasti tertangkap. Yehezkiel di 

sini menubuatkan kepada orang-orang yang menjadikan 

Zedekia andalan mereka dan menantikan kelepasan darinya.  

[1] Bahwa sang raja akan memikul sendiri barang-barang-

nya: Ia akan menaruh barang-barangnya ke atas bahu-

nya, yaitu sebagian dari barang-barangnya yang paling 

berharga. Perhatikanlah, penghakiman Allah dapat 

mengubah seorang raja menjadi tukang pikul. Ia yang 

biasa melihat perlengkapan kerajaannya dipikul di 

hadapannya, dan diarak keliling kota pada siang hari, 

sekarang harus memikulnya sendiri di punggungnya 

dan dengan sembunyi-sembunyi menyusup keluar dari 

kota pada malam gelap. Lihatlah bagaimana dosa meng-

ubah manusia! Semua jalan utama menuju istana 

dijaga ketat oleh musuh, orang akan membuat sebuah 

lobang di tembok supaya  ada baginya jalan keluar. 

Orang akan menjadi pembobol rumahnya sendiri, dan 

dengan diam-diam melarikan barang-barangnya sendiri. 

Kitab Yehezkiel 12:1-16 

Demikianlah yang terjadi saat  pedang perang mem-

buat orang kehilangan hak atas semua harta bendanya.  

[2] Bahwa sang raja akan mencoba lari sambil menyamar 

dengan memakai selubung atau penutup yang akan 

menutupi mukanya, sehingga ia hanya dapat melihat ke 

depan, dan tidak akan melihat tanah itu. Zedekia yang, 

dalam kejayaannya, selalu ingin dilihat, sekarang dalam 

pelariannya, takut terlihat. Oleh sebab  itu, biarlah 

tidak ada seorang pun menjadi sombong sebab  senang 

diperhatikan orang ataupun merasa puas berlebihan 

dengan tatapan orang di sekitarnya, saat ia melihat 

seorang raja menutupi mukanya supaya  ia tidak akan 

melihat tanah itu. 

[3] Bahwa sang raja akan dijadikan tawanan dan dibawa 

tertawan ke Babel (ay. 13): Aku akan memasang jaring-

Ku untuk menangkap dia dan di dalam perangkap-Ku 

dia akan terjebak. Kelihatannya jaring dan perangkap 

itu milik orang Kasdim, namun  Allah mengakui bahwa 

itu milik-Nya. Orang-orang yang mengira mereka dapat 

lolos dari pedang Tuhan akan mendapati diri mereka 

tertangkap dalam jaring-Nya. Yeremia mengatakan bah-

wa raja Zedekia akan melihat raja Babel dan bahwa ia 

akan pergi ke Babel. Dan di sini, Yehezkiel mengatakan 

bahwa, dia akan dibawa ke Babel, namun  tanah itu 

sendiri tidak akan dilihatnya, meskipun ia akan mati di 

sana. Orang-orang yang suka berdebat mungkin akan 

mengatakan bahwa kedua nabi ini saling bertentangan. 

Sebab, yang seorang berkata, ia akan melihat raja 

Babel, yang lain berkata, ia tidak akan melihat Babel. 

Namun, keduanya terbukti benar: Zedekia memang 

melihat raja Babel di Ribla, tempat raja Babel menjatuh-

kan hukuman kepadanya atas pemberontakannya, 

namun  di tempat itu, matanya dicungkil, sehingga ia 

memang tidak melihat Babel saat  ia dibawa ke sana. 

Orang-orang buangan itu berharap akan melihat raja 

mereka datang ke Babel sebagai penguasa, untuk mem-

bawa mereka keluar dari kesulitan mereka. Namun, ia 

akan datang ke sana sebagai tahanan, dan aibnya akan 

membuat kesulitan mereka semakin bertambah-tam-

bah. Kandaslah sukacita mereka saat melihat raja yang 

tidak dapat melihat mereka.  

[4] Bahwa semua pengawal raja akan diserakkan sehingga 

tidak bisa lagi melayani sang raja (ay. 14): Dan semua 

yang di sekitarnya akan Kuhamburkan, sehingga ia 

sendirian tidak berdaya. Aku menyerakkan mereka di 

antara bangsa-bangsa dan menghamburkan mereka ke 

semua negeri (ay. 15), untuk menjadi tugu keadilan ilahi 

ke mana pun mereka pergi. namun  , tidakkah ada 

kemungkinan mereka akan berhimpun lagi? (orang yang 

kali ini melarikan diri bisa saja melawan di kali yang 

lain). Tidak, Aku akan menghunus pedang dari belakang 

mereka, yang akan menebas mereka di mana pun pe-

dang itu menjumpai mereka. Sebab, pedang yang dihu-

nus Allah pasti akan melakukan tugas yang diemban-

nya. Sungguhpun demikian, sedikit dari pasukan 

Zedekia yang terserak akan terluput (ay. 16): namun  Aku 

akan meninggalkan sedikit dari mereka. Sekalipun 

mereka semua akan diserakkan, namun  tidak semua 

akan dilenyapkan. Sebagian dari mereka akan mene-

rima nyawanya sebagai jarahan. Dan tujuan mereka 

diluputkan dengan sedemikian ajaib sangatlah jelas: 

supaya  mereka menceriterakan segala perbuatan-per-

buatan mereka yang keji di antara bangsa-bangsa, di 

mana mereka datang. Kesulitan yang mereka hadapi 

akan menyadarkan dan menginsafkan mereka, dan 

mereka akan mengakui keadilan Allah dalam semua 

yang terjadi pada mereka, serta mengakui dosa-dosa 

mereka dengan tulus. Pengakuan ini akan mendorong 

Allah untuk berdamai dengan mereka. Dengan demi-

kian, tampaklah bahwa mereka diluputkan sebab  

belas kasihan, supaya  dengan begitu mereka akan 

membawa ucapan syukur yang layak sebagai balasan 

kepada Allah untuk pertolongan-Nya dalam meluputkan 

mereka. Perhatikanlah, saat  Allah secara ajaib melu-

putkan kita dari kematian yang mengelilingi kita, kita 

harus mengerti bahwa untuk tujuan inilah, di samping 

tujuan-tujuan yang lain, kita diluputkan, yaitu agar kita 

memuliakan Allah dan membangun iman orang lain

Kitab Yehezkiel 12:17-20 

 dengan bertobat mengakui dosa-dosa kita. Orang-orang 

yang, melalui penderitaan mereka, dibawa pada perto-

batan akhirnya mengerti bahwa Allah-lah TUHAN dan 

mereka dapat membantu orang lain mengenal Dia. 

Lihatlah bagaimana Allah mendatangkan kebaikan dari 

kejahatan. Penyerakan orang-orang berdosa, yang su-

dah sangat menghina dan merugikan Allah di negeri 

mereka sendiri, ternyata menjadi penyebaran orang-

orang yang bertobat, yang akan membawa kemuliaan 

dan melakukan pelayanan bagi Allah di negeri-negeri 

lain. Orang Lewi, oleh sebab  kutuk, dibagi-bagi di an-

tara anak-anak Yakub dan diserakkan di antara anak-

anak Israel, namun  kutuk ini diubah menjadi berkat, 

sebab  dengan terserak seperti ini, mereka mendapat 

kesempatan terbaik untuk mengajarkan hukum-hukum 

Allah kepada Yakub. 

Nubuat Kelaparan  

(12:17-20) 

17 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: 18 “Hai anak manusia, makanlah 

makananmu dengan gemetar dan minumlah air dengan menggigil dan 

dengan hati yang cemas, 19 dan katakanlah kepada penduduk negeri ini: 

Beginilah firman Tuhan ALLAH tentang penduduk Yerusalem yang di tanah 

Israel: Mereka akan makan makanannya dengan hati yang cemas dan minum 

air dengan hati yang gundah-gulana supaya  tanah mereka menjadi sunyi 

sepi lantaran isinya sudah lenyap, oleh sebab  kekerasan yang dilakukan 

oleh semua yang tinggal di sana. 20 Kota-kota yang masih didiami orang akan 

menjadi reruntuhan dan tanah itu akan menjadi sunyi sepi; dan kamu akan 

mengetahui bahwa Akulah TUHAN.” 

Di sini, sekali lagi sang nabi dibuat menjadi lambang bagi orang-

orang buangan itu, yaitu lambang untuk kebinasaan yang akan 

menimpa Yehuda dan Yerusalem.  

1.  Ia sendiri harus makan dan minum dengan perasaan cemas dan 

takut, terutama saat ia sedang bersama orang lain (ay. 17-18). 

Walaupun ia tidak sedang melihat ada ancaman bahaya terhadap 

dirinya, bahkan hidup dalam keamanan dan kelimpahan, namun 

ia harus memakan makanannya dengan gemetar (roti penderitaan, 

Mzm. 127:2, KJV) dan meminum airnya dengan menggigil dan 

dengan hati yang cemas, agar ia dapat mengungkapkan betapa 

mengerikan keadaan orang-orang yang harus berada di Yerusalem 

selama pengepungan; bukan berarti ia harus berpura-pura dan 

berlagak takut dan cemas saat sebenarnya ia tidak merasa demi-

kian. Sebaliknya, sebab  harus memberitahukan penghakiman 

ini, maka untuk menunjukkan bahwa ia sendiri sangat meyakini 

kebenarannya, namun  juga sangat tidak menginginkannya, ia sen-

diri pun diliputi kesedihan dan ketakutan, saat  memandang ke 

depan pada penghakiman itu. Perhatikanlah, saat berbicara 

mengenai kehancuran yang akan menimpa orang berdosa yang 

tidak mau bertobat, hamba-hamba Tuhan harus berusaha ber-

bicara dengan penuh penjiwaan, sebagai orang-orang yang menge-

tahui kehebatan murka Tuhan (KJV). Dan mereka harus siap 

menghadapi kedegilan hati orang berdosa agar dapat berhasil.  

2. Ia harus memberi tahu mereka bahwa penduduk Yerusalem, 

seperti dirinya, akan makan dan minum dalam kecemasan dan 

ketakutan (ay. 19-20). Baik orang-orang yang memiliki rumah di 

Yerusalem maupun orang-orang yang di tanah Israel


Related Posts:

  • Yehezkiel 7 n nasihat jahat di kota ini, 3 yang mengata-kan: Bukankah belum lama berselang rumah-rumah kita dibangun kembali? Kota inilah periuk dan kita dagingnya. 4 Oleh sebab itu bernubuatlah mela-wan mereka, bernubuatlah, … Read More