, yang datang
untuk berlindung di sana, akan makan makanannya dengan hati
yang cemas dan minum air dengan hati yang gundah-gulana,
entah sebab mereka takut makanan itu tidak akan bertahan
lama, dan mereka akan segera kekurangan, ataupun sebab me-
reka terus-menerus harus bersiap-siap menanti bunyi tanda ba-
haya mengenai kedatangan musuh. Hidup mereka akan terkatung-
katung (Ul. 28:66), sehingga mereka tidak akan dapat menikmati
apa yang mereka miliki ataupun mendapat suatu manfaat
darinya. Perhatikanlah, kecemasan dan ketakutan, jika mengua-
sai kita, cukup untuk memahitkan semua kesenangan kita, dan
kedua hal ini saja sudah merupakan penghakiman yang sangat
menyakitkan. Mereka akan ditekan pelan-pelan sampai terjepit,
supaya oleh kesesakan sehebat ini, dan oleh tangan orang-orang
yang menyesakkan mereka, kota dan negeri itu dapat diruntuh-
kan. Sebab, kehancuran menyeluruh kota dan negeri itulah, dan
tidak kurang dari itu, yang menjadi tujuan penghakiman ini, yaitu
supaya tanah mereka menjadi sunyi sepi dari segala yang ada di
dalamnya, dilucuti dari semua hiasannya, dan dirampok dari
semua buahnya, sehingga akhirnya kota-kota yang masih didiami
orang akan menjadi reruntuhan sebab dipelihara oleh hasil tanah
(KJV). Penghancuran segala sesuatu ini akan menimpa mereka,
maka tidaklah mengherankan jika mereka memakan makanan
dengan cemas dan takut. Nah, di sini diceritakan,
Kitab Yehezkiel 12:21-28
(1) Betapa buruknya penyebab penghakiman ini, yaitu oleh kare-
na kekerasan yang dilakukan oleh semua yang tinggal di sana,
ketidakadilan dan penindasan yang mereka perbuat, dan keja-
hatan yang mereka lakukan seorang kepada yang lain. Untuk
semua dosa inilah Allah akan melakukan perhitungan dengan
mereka, serta untuk semua penghinaan yang diterima-Nya
dalam tingkah laku penyembahan mereka. Perhatikanlah, ke-
merosotan kebajikan dalam suatu bangsa menyebabkan keme-
rosotan dalam semua hal lainnya, dan saat sesama manusia
saling memangsa, maka adillah Allah jika Dia mendatangkan
musuh kepada mereka untuk memangsa mereka semua.
(2) Betapa baiknya akibat yang akan ditimbulkan penghakiman
ini: Kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN. Jika mela-
lui penghakiman ini mereka belajar mengenal Tuhan dengan
benar, maka terbayarlah kerugian mereka sebab semua yang
hilang dari hidup mereka oleh sebab kebinasaan ini. Itulah
penderitaan yang membawa sukacita, sebab betapa menya-
kitkannya pun untuk daging dan darah, penderitaan itu mem-
bawa kita mengenal atau semakin mengenal Allah.
Pesan dari Allah kepada Umat-Nya;
Pengharapan yang Fasik dan Menipu
(12:21-28)
21 Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: 22 “Hai anak manusia, sindiran
apakah itu yang hidup di antara kamu di tanah Israel, yang berbunyi: Sudah
lama berselang, namun satu penglihatanpun tak jadi? 23 Oleh sebab itu
katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku akan meng-
hentikan sindiran ini dan orang tidak akan mengucapkannya lagi di tanah
Israel. Sebaliknya, katakanlah kepada mereka: Waktunya sudah dekat dan
tiap penglihatan akan jadi. 24 Sebab tidak akan ada lagi penglihatan yang
menipu ataupun tenungan yang menyesatkan di tengah-tengah kaum Israel,
25 sebab Aku, TUHAN, akan berfirman dan apa yang Kufirmankan akan ter-
jadi, dan firman itu tidak akan ditunda-tunda lagi, sebab pada masa hidup-
mu, hai kaum pemberontak, Aku akan mengucapkan suatu firman dan Aku
akan menggenapinya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.” 26 Lalu datanglah
firman TUHAN kepadaku: 27 “Hai anak manusia, lihatlah, kaum Israel
berkata: Penglihatan yang dilihatnya itu, harinya masih jauh, nubuatan yang
diucapkannya, waktunya masih lama. 28 Oleh sebab itu katakanlah kepada
mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak satupun dari firman-Ku akan
ditunda-tunda. Apa yang Kufirmankan akan terjadi, demikianlah firman
Tuhan ALLAH.”
Berbagai cara telah digunakan untuk membangunkan bangsa yang
merasa aman dan tidak peduli ini, agar mereka menyadari peng-
hakiman yang akan menimpa mereka, agar mereka tergerak untuk
mencegahnya melalui pertobatan dan pembaruan diri. Nubuat-
nubuat tentang kehancuran mereka ditegaskan dengan penglihatan,
dan digambarkan dengan berbagai lambang, dan semua itu dikuat-
kan dengan bukti dan kuasa yang membuat kita berpikir bahwa
mereka pasti akan tergugah. namun sebaliknya, di sini diceritakan
bahwa mereka menolak untuk diyakinkan, bahkan membangun
benteng terhadapnya. Mereka meyakinkan diri sendiri, serta satu
sama lain, bahwa sekalipun ancaman penghakiman ini akhirnya
akan datang, namun tidak akan terjadi dalam waktu yang lama.
Pengharapan ini, yang membuat mereka terbuai dalam rasa aman, di
sini ditanggapi dan dibuktikan sebagai pengharapan kosong dan
tidak berdasar, melalui dua pesan terpisah yang Allah kirimkan
melalui sang nabi di waktu yang berbeda namun dengan tujuan yang
sama. Kepedulian dan rasa sakit yang sebesar itu harus dirasakan
oleh sang nabi agar mereka tidak tertipu lagi (ay. 21, 26). Amatilah,
I. Bagaimana mereka membuai diri mereka dengan pengharapan
bahwa penghakiman itu akan ditunda. Ada satu ungkapan pada
mereka, yang telah menjadi peribahasa di tanah Israel (ay. 22).
Mereka berkata, “Sudah lama berselang, penghakiman itu tidak
datang-datang saat dikira akan datang, malah sepertinya terus
ditunda de die in diem – dari hari ke hari, dan sebab itu kami
simpulkan satu penglihatan pun tak jadi. sebab beberapa peng-
lihatan tampaknya memang tidak jadi, dan sebab penghancuran
tidak datang-datang, berarti penghakiman itu tidak akan pernah
datang. Kami tidak akan percaya lagi kepada seorang nabi, sebab
kami lebih dibuat ketakutan daripada mengalami celaka.” Dan
ada lagi ungkapan lain pada mereka, yang sangat mereka yakini,
atau paling tidak menenangkan kekhawatiran mereka dan mere-
dakan kecemasan mereka, yaitu “Penglihatan itu harinya masih
sangat jauh. Penglihatan itu ditujukan untuk peristiwa-peristiwa
yang jauh di masa depan, dan nubuat yang diucapkannya itu
tentang perkara-perkara, yang sekalipun mungkin benar, namun
waktunya masih sangat lama, jadi kami tidak perlu pusing-pusing
memikirkannya (ay. 27). Kami mungkin sudah meninggal secara
terhormat dan dalam damai sebelum semua kesulitan itu datang.”
Kitab Yehezkiel 12:21-28
Dan, jika semua kesulitan itu ditunda, maka mereka pun boleh
merasa tenang tenteram saja, seperti yang dilakukan Hizkia. Asal
ada damai dan keamanan seumur hidupku! Namun, semua ini
salah besar, dan mereka hanya sedang menipu diri serta men-
jerumuskan diri ke dalam kehancuran. Dan, Allah di sini sangat
murka sebab nya. Sebab,
1. Ungkapan itu dengan keji menyalahgunakan kesabaran Allah,
yang, sebab untuk sedikit waktu berdiam diri, disangka
sederajat dengan mereka (Mzm. 50:21). Kesabaran Allah yang
seharusnya menuntun mereka pada pertobatan malah me-
ngeraskan mereka dalam dosa. Pikir mereka, perbuatan mere-
ka tidak jahat sebab hukuman terhadap perbuatan jahat
mereka tidak segera dilaksanakan, sehingga mereka menyim-
pulkan bahwa penglihatan itu sendiri tidak jadi sebab waktu
sudah lama berselang.
2. Ungkapan itu mendapat dukungan dari nabi-nabi palsu di
tengah-tengah mereka, seperti yang terlihat dari apa yang
Allah katakan (ay. 24) mengenai penglihatan yang menipu, dan
tenungan yang menyesatkan, bahkan di tengah-tengah kaum
Israel, kaum yang dipercayakan firman Allah. Tidaklah meng-
herankan jika orang-orang yang menipu dirinya dengan
menyembah allah-allah palsu, juga menipu dirinya dengan
mempercayai nubuat-nubuat palsu. Dan adillah Allah jika Dia
menyerahkan mereka pada kesesatan nubuat-nubuat palsu itu
oleh sebab penyembahan berhala mereka.
3. Ungkapan ini sudah menjadi pepatah yang terus disebarkan di
tengah-tengah bangsa itu, sampai ada di mulut setiap orang.
Bukan itu saja, ungkapan ini disetujui oleh orang banyak,
seperti layaknya pepatah, bukan hanya pepatah dari zaman
dahulu kala, namun juga pepatah masa sekarang. Perhatikan-
lah, inilah tanda kemerosotan besar suatu bangsa, saat
perkataan yang cemar dan jahat berkembang menjadi pepatah.
Dan inilah tipuan Iblis yang memakai pepatah untuk mene-
guhkan hati manusia dalam berprasangka buruk terhadap
Firman dan jalan-jalan Allah, dan ini sungguh penghinaan
hebat terhadap Allah semesta langit. Orang tidak boleh ber-
kata jahat dan berdalih bahwa perkataan itu sudah menjadi
pepatah umum.
II. Bagaimana mereka diyakinkan bahwa mereka hanya menipu diri,
sebab penghakiman itu akan datang segera, dan pepatah-pepa-
tah sesat ini akan terbukti salah: Oleh sebab itu katakanlah
kepada mereka: Waktunya sudah dekat (ay. 23), dan lagi, tidak
satupun dari firman-Ku akan ditunda-tunda (ay. 28). Dengan
menjauhkan hari yang jahat itu dari mereka, mereka malah me-
mancing Allah untuk mendatangkannya lebih cepat atas mereka.
Dan hari itu akan jauh lebih menyakitkan, jauh lebih berat, jauh
lebih mengejutkan dan mengerikan bagi mereka saat benar-benar
datang. Ia harus memberi tahu mereka,
1. Bahwa Allah pasti akan membungkam pepatah bohong dan nu-
buat bohong, yang melambungkan pengharapan mereka yang
sia-sia, dan akan membuat mereka malu sebab keduanya:
(1) Aku akan menghentikan sindiran ini. Sebab saat mereka
melihat hari pembalasan itu datang, dan tidak satu iota
atau titik pun dari nubuat itu yang gugur ke tanah, mereka
akan merasa malu untuk mengucapkannya lagi di tanah
Israel, Sudah lama berselang, namun satu penglihatanpun
tak jadi? Perhatikanlah, orang-orang yang tidak mau
matanya dicelikkan dan kesalahannya dinyatakan melalui
Firman Allah, akan disadarkan melalui penghakiman-Nya:
sebab setiap mulut yang mengucapkan perkataan serong
akan disumbat.
(2) Sebab tidak akan ada lagi penglihatan yang menipu (ay. 24).
Nabi-nabi palsu, yang mengatakan kepada bangsa itu
bahwa akan ada damai dan mereka akan segera melihat
akhir kesulitan mereka, akan terbukti salah dengan kejadi-
an itu. Nabi-nabi itu pun akan merasa malu dengan kebo-
hongan mereka, menyembunyikan muka dan bungkam
seribu bahasa. Perhatikanlah, sebab kebenaran lebih tua
daripada kebohongan, maka kebenaran akan mengalahkan
kebohongan. Kebenaran yang pertama ada, dan kebenaran
yang akan menang. Penglihatan dan nubuat dari nabi-nabi
yang benar akan teguh berdiri dengan kekuatan, kuasa,
dan kebajikan penuh. Penglihatan dan nubuat itu menjadi
hukum dan mendapat pengakuan, saat penglihatan yang
menipu dan tenungan yang menyesatkan lenyap dan
dilupakan, dan tidak akan diucapkan lagi di tengah-tengah
Kitab Yehezkiel 12:21-28
kaum Israel. Sebab agunglah kebenaran itu, dan akan
berjaya.
2. Bahwa Allah pasti akan, dan dalam waktu yang sangat sing-
kat, menggenapi setiap Firman yang telah dikatakan-Nya.
Allah menyatakannya dengan penuh kemegahan (ay. 25): Aku,
TUHAN! Aku, Yahweh! Nama-Nya yang mulia itu berbicara
bahwa Dia yaitu Allah yang memberi kehidupan pada per-
kataan-Nya dengan menggenapinya. Oleh sebab itu, kepada
bapa leluhur, yang hidup oleh iman kepada janji yang belum
digenapi, Allah tidak menyatakan diri-Nya dengan nama-Nya
Yahweh (Kel. 6:3). namun , sebagai Yahweh yang meng-
genapi janji-janji-Nya, Dia juga Yahweh yang menggenapi an-
caman-ancaman-Nya. Biarlah mereka mengetahui bahwa
Allah, yang berurusan dengan mereka, yaitu Yahweh yang
besar, dan sebab itu,
(1) Dia akan berbicara, baik mereka mendengarkan atau tidak:
Aku, TUHAN, akan berfirman. Allah akan mengucapkan
perkataan-Nya, tak peduli siapa pun yang membantahnya.
Perkataan Allah disebut Firman yang hidup, sebab
Firman-Nya itu tetap berbicara saat perkataan berhala
telah lama dibuat bungkam. Penerus hamba-hamba Allah
sudah ada, dan akan tetap ada sampai ke ujung bumi.
Melalui mereka, Allah akan berbicara, dan, sekalipun
mereka dihina, hal itu tidak akan menghentikan pelayanan
mereka: Pada masa hidupmu, hai kaum pemberontak, Aku
akan mengucapkan suatu firman. Bahkan di masa yang
paling buruk dalam sejarah jemaat, Allah tidak membiar-
kan diri-Nya tanpa saksi (KJV), namun Ia membangkitkan
orang-orang yang berbicara untuk-Nya, yang berbicara dari
perkataan-Nya. Aku akan mengucapkan suatu firman,
Firman yang akan teguh berdiri.
(2) Firman yang diucapkan-Nya pasti akan terjadi. Firman itu
tidak mungkin tidak digenapi sesuai maksud dan makna
sebenarnya, sepenuh-penuhnya dan sejauh jangkauan
yang dimaksudkan baginya: Aku akan mengucapkan suatu
firman dan Aku akan menggenapinya (ay. 25), sebab pikir-
an-Nya tidak pernah berubah, dan tangan-Nya tidak pen-
dek, dan Sang Hikmat Tidak Terbatas tidak pernah kebi-
ngungan. Bagi manusia, perkataan dan perbuatan yaitu
dua perkara yang berbeda, namun tidaklah demikian dengan
Allah, bagi-Nya dictum, factum – dikatakan, dan dilakukan.
Dalam karya penyelenggaraan, sama seperti karya pencip-
taan, Dia berfirman, maka semuanya jadi. Sebab Dia ber-
kata, Jadilah terang, maka, terang pun jadi, Jadilah cakra-
wala, maka, cakrawala pun jadi (Bil. 23:19; 1Sam. 15:29).
Saat mereka berkata, Satu penglihatanpun tak jadi (ay. 22),
Allah berkata, “Tidak, tiap penglihatan akan jadi (ay. 23).
Setiap lambang tidak akan kembali dengan sia-sia, namun
akan digenapi oleh apa yang dilambangkannya.” Orang-
orang yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa
bukan melihat penglihatan yang menipu. Allah menguatkan
perkataan hamba-hamba-Nya dengan menggenapinya.
(3) Firman itu akan digenapi dalam waktu yang sangat sing-
kat: “Waktunya sudah dekat saat kamu melihat bahwa tiap
penglihatan akan jadi (ay. 23). Firman itu diucapkan, Fir-
man itu diikrarkan, bahwa tidak akan ada penundaan lagi
(Why. 10:6). Tahun kesabaran Allah sudah berakhir seka-
rang, dan Dia tidak akan menunda lagi pelaksanaan
hukuman-Nya. Firman itu tidak akan ditunda-tunda lagi
(ay. 25). Dia sudah bersabar terhadap kamu dalam waktu
yang sangat lama, namun Dia tidak akan terus bersabar.
Pada masa hidupmu, hai kaum pemberontak, Firman yang
diucapkan itu akan digenapi, kamu akan melihat peng-
genapan ancaman penghakiman itu dan akan ikut meng-
alaminya. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang
pintu. Orang benar diambil untuk dihindarkan dari kejahat-
an (KJV), namun kaum pemberontak ini tidak akan diam-
diam diambil seperti itu. Tidak, mereka akan hidup untuk
diburu-buru, untuk dienyahkan dari dunia.” Ucapan ini
diulangi (ay. 28): “Tidak satupun dari firman-Ku akan ditun-
da-tunda, namun penghakiman akan sangat dipercepat. Dan
semakin lama busur ditarik, semakin dalam panah akan
menancap.” Saat kita berbicara dengan orang berdosa ten-
tang kematian dan penghakiman, sorga dan neraka, dan
berharap perkara-perkara ini dapat meyakinkan mereka
untuk hidup kudus, meskipun kita mendapati mereka
tidak langsung menolak (mereka akan mengakui bahwa
Kitab Yehezkiel 12:21-28
mereka percaya akan adanya pahala dan hukuman di du-
nia lain), mereka tetap saja akan mengesampingkan do-
rongan kebenaran agung ini, dan menolak kesan-kesan
yang ditanamkannya, sebab mereka melihat perkara-per-
kara dunia lain sebagai perkara-perkara yang masih sangat
jauh. Mereka mengatakan kepada kita, “Penglihatan yang
engkau lihat itu, harinya masih jauh, dan nubuatan yang
engkau ucapkan itu, waktunya masih lama. Masih ada
cukup waktu untuk memikirkannya saat saatnya datang
mendekat,” padahal sesungguhnya hanya ada selangkah
saja antara kita dan kematian, antara kita dan kekekalan
yang mengerikan. Sebab penglihatan itu bersegera menuju
kesudahannya dengan tidak menipu. Oleh sebab itu, kita
harus mempergunakan waktu yang ada, dan mempersiap-
kan diri dengan kecepatan penuh untuk apa yang akan
terjadi di masa depan. Sebab, sekalipun perkara-perkara
itu ada di masa depan, namun sudah sangat dekat, dan saat
orang berdosa yang tidak mau bertobat menunda-nunda,
kebinasaan mereka tidak akan tertunda.
PASAL 1 3
alam pasal sebelumnya, sudah disebutkan tentang penglihatan
yang sia-sia dan tenungan-tenungan yang membuai hati, yang
dengannya orang-orang Israel membiarkan diri mereka diperdaya (ay.
24). Sekarang seluruh pasal ini digencarkan melawan mereka. Nabi-
nabi Allah yang setia tidak pernah begitu tajam dalam menegur
orang-orang berdosa mana pun seperti saat mereka menegur nabi-
nabi palsu. Bukan sebab nabi-nabi palsu yaitu musuh-musuh
mereka yang paling jahat, melainkan sebab nabi-nabi palsu mem-
berikan penghinaan hebat terhadap Allah dan melakukan kejahatan
terbesar kepada umat-Nya. Sang nabi di sini menunjukkan dosa dan
hukuman,
I. Bagi nabi-nabi palsu (ay. 1-16).
II. Bagi nabiah-nabiah palsu (ay. 17-23). Kedua-duanya sepakat
untuk membuai rakyat dalam dosa-dosa mereka, dan, de-
ngan dalih menghibur umat Allah, membesar-besarkan hati
mereka dengan harapan-harapan bahwa mereka akan men-
dapat damai sejahtera. namun nabi-nabi itu akan terbukti
hanyalah pendusta, nubuat-nubuat mereka hanyalah kebo-
hongan belaka, dan harapan-harapan orang banyak tidak
lebih dari khayalan. Sebab Allah akan membuat mereka tahu
bahwa “baik orang yang tersesat maupun orang yang menye-
satkan” harus memberi pertanggungjawaban kepada-Nya
(Ayb. 12:16).
Kesalahan Nabi-nabi Palsu
(13:1-9)
1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku: 2 “Hai anak manusia, ber-
nubuatlah melawan nabi-nabi Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada
mereka yang bernubuat sesuka hatinya saja: Dengarlah firman TUHAN!
3 Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah nabi-nabi yang bebal yang meng-
ikuti bisikan hatinya sendiri dan yang tidak melihat sesuatu penglihatan.
4 Seperti anjing hutan di tengah-tengah reruntuhan, begitulah nabi-nabimu,
hai Israel! 5 Kamu tidak mempertahankan lobang-lobang pada tembokmu dan
tidak mendirikan tembok sekeliling rumah Israel, supaya mereka dapat tetap
berdiri di dalam peperangan pada hari TUHAN. 6 Penglihatan mereka menipu
dan tenungan mereka yaitu bohong; mereka berkata: Demikianlah firman
TUHAN, padahal TUHAN tidak mengutus mereka, dan mereka menanti
firman itu digenapi-Nya. 7 Bukankah penglihatan tipuan yang kamu lihat dan
tenungan bohong yang kamu katakan, kalau kamu berkata: Demikianlah
firman TUHAN, padahal Aku tidak berbicara? 8 Sebab itu, beginilah firman
Tuhan ALLAH, oleh sebab kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat
perkara-perkara bohong, maka Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah
firman Tuhan ALLAH. 9 Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan nabi-
nabi yang melihat perkara-perkara yang menipu dan yang mengucapkan
tenungan-tenungan bohong; mereka tidak termasuk perkumpulan umat-Ku
dan tidak akan tercatat dalam daftar kaum Israel, dan tidak akan masuk lagi
di tanah Israel; dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH.
Nabi-nabi palsu, yang dilawan dalam nubuat di sini, sebagian tinggal
di Yerusalem (Yer. 23:14): Di kalangan para nabi Yerusalem Aku
melihat ada yang mengerikan. Sebagian dari mereka ada di antara
orang-orang buangan di Babel, sebab kepada merekalah Yeremia
menulis (Yer. 29:8, KJV). Janganlah kamu diperdayakan oleh juru-juru
tenungmu yang ada di tengah-tengahmu. Dan sama seperti nabi-nabi
Allah, meskipun berada di tempat atau waktu yang jauh satu sama
lain, memberitakan kebenaran-kebenaran yang sama, yang merupa-
kan bukti bahwa mereka dibimbing oleh Roh baik yang satu dan
sama, demikian pula nabi-nabi palsu menubuatkan kebohongan-
kebohongan yang sama, sebab digerakkan oleh roh kesesatan yang
satu dan sama. Sedikit saja harapan untuk membuat mereka ber-
tobat, sebab mereka begitu mengeras dalam dosa mereka. Sekalipun
demikian, Yehezkiel harus bernubuat melawan mereka, dengan
harapan supaya orang-orang diperingatkan untuk tidak mendengar-
kan mereka. Dengan begitu, sebuah kesaksian pun akan ditinggalkan
melawan mereka, sehingga mereka akan dibiarkan tanpa ampun.
Yehezkiel mendapat perintah yang jelas untuk bernubuat mela-
wan nabi-nabi Israel. Demikianlah mereka menyebut diri mereka sen-
diri, seolah-olah tidak ada yang lain selain mereka yang layak me-
nyandang nama nabi-nabi Israel, padahal sebenarnya mereka yaitu
Kitab Yehezkiel 13:1-9
penyesat-penyesat Israel. namun dapat diamati bahwa Israel sebelum-
nya tidak pernah diperdaya oleh orang yang mengaku-ngaku bernu-
buat sampai saat mereka menolak dan melecehkan nabi-nabi yang
benar. Sama halnya yang terjadi kemudian, mereka tidak pernah
tertipu oleh mesias-mesias palsu sampai saat mereka menolak
Mesias yang sejati dan menyangkal-Nya. Nabi-nabi palsu ini harus
dituntut untuk mendengar firman TUHAN. Atas keinginan sendiri
mereka menyampaikan hal-hal yang menyangkut orang lain seolah-
olah itu datang dari Allah. Sekarang biarlah mereka mendengar hal-
hal yang menyangkut diri mereka sendiri yang memang datang dari
Allah. Dan sang nabi diperintahkan untuk melakukan dua hal:
I. Untuk menyingkapkan dosa mereka kepada mereka, dan meng-
insafkan mereka sekiranya itu mungkin, atau kalau tidak, men-
cegah mereka untuk terus berbuat dosa, dengan membuat kebo-
dohan mereka nyata bagi semua orang (2Tim. 3:9). Mereka di sini
disebut nabi-nabi yang bebal (ay. 3), yaitu orang-orang yang sama
sekali tidak memahami pekerjaan yang berlagak mereka lakukan.
Dengan memperbodoh orang banyak, mereka membodohi diri
mereka sendiri, dan menipu dalam-dalam jiwa mereka sendiri.
Marilah kita lihat apa yang di sini dituduhkan kepada mereka.
1. Mereka berlagak mendapat perintah penugasan dari Allah,
padahal Ia tidak pernah mengutus mereka. Mereka memaksa-
kan diri mengerjakan pekerjaan nabi, tanpa surat perintah
dari Dia yang yaitu Tuhan ALLAH dari nabi-nabi kudus.
Sungguh suatu kebodohan. Sebab bagaimana mereka bisa
berharap bahwa Allah akan mengakui mereka dalam pekerja-
an yang untuknya Ia tidak pernah memanggil mereka? Mereka
menjadikan diri mereka nabi dengan sesuka hati (demikian
dalam tafsiran yang agak luas, ay. 2), mereka menjadikan diri
mereka sendiri sebagai nabi (ay. 6). Mereka berkata: Demikian-
lah firman TUHAN. Mereka mengaku-ngaku menjadi utusan-
Nya, padahal TUHAN tidak mengutus mereka, tidak memberi
mereka perintah apa pun. Mereka memalsukan meterai besar
dari sorga, sebuah penghinaan hebat terhadap umat manusia,
sebab dengan begitu mereka mencela wahyu ilahi, mengurangi
kehormatannya, dan melemahkan kepercayaan terhadapnya.
saat para pengaku palsu ini didapati sebagai penipu, maka
orang-orang yang tidak percaya Tuhan dan kafir akan meng-
ambil kesimpulan dari sini, bahwa semua nabi memang begi-
tu. TUHAN tidak mengutus mereka; sebab meskipun mereka
cukup licik seperti anjing hutan dalam hal-hal lain, dan sangat
pandai dalam perkara-perkara duniawi, namun mereka yaitu
nabi-nabi yang bebal dan tidak mengenal serta mengalami
sendiri perkara-perkara tentang Allah. Perhatikanlah, nabi-
nabi yang bebal bukanlah utusan Allah, sebab siapa yang
diutus-Nya akan didapati-Nya layak atau dibuat-Nya layak. Di
mana Ia memberi perintah penugasan, di situ Ia memberi-
kan hikmat.
2. Nabi-nabi palsu itu mengaku-ngaku mendapat petunjuk dari
Allah, padahal Ia tidak pernah menyatakan diri-Nya dan pikir-
an-Nya kepada mereka: Mereka mengikuti bisikan hati mereka
sendiri (ay. 3). Mereka menyampaikan pesan yang kata mereka
berasal dari Allah, padahal itu hanya rekaan mereka sendiri,
untuk memenuhi kepentingan mereka sendiri, atau khayalan
mereka sendiri yang gila dan tidak karuan, untuk melampias-
kan angan-angan. Sebab mereka tidak melihat sesuatu peng-
lihatan, mereka tidak benar-benar mendapat penglihatan sorga-
wi. Mereka mengaku-ngaku bahwa apa yang mereka katakan
itu firman TUHAN, namun Allah tidak mengakuinya: “Aku tidak
berbicara, Aku tidak pernah mengatakannya, tidak pernah me-
maksudkan hal seperti itu.” Apa yang mereka sampaikan bu-
kanlah apa yang telah mereka lihat atau dengar, tidak seperti
yang disampaikan oleh hamba-hamba Kristus (1Yoh. 1:1),
melainkan sesuatu yang telah mereka impikan atau yang
mereka sangka akan menyenangkan orang banyak, sebab ada
keuntungan yang ingin mereka dapatkan dari orang-orang itu.
Hal ini disebut penglihatan menipu dan tenungan bohong (ay.
6). Mereka mengaku-ngaku telah melihat apa yang tidak mere-
ka lihat, dan menyampaikannya seolah-olah sebagai kebenar-
an ilahi, padahal mereka tahu itu palsu. Demikian pula untuk
maksud yang sama (ay. 7): Bukankah penglihatan tipuan yang
kamu lihat dan tenungan bohong yang kamu katakan, yang
tidak berasal dari yang ilahi dan tidak akan terwujud, namun
pasti akan terbukti sebagai kebohongan. Di sini kata-katanya
diubah (ay. 8): Kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat
perkara-perkara bohong. Apa yang mereka lihat dan apa yang
mereka katakan semuanya sama saja, palsu belaka. Mereka
Kitab Yehezkiel 13:1-9
tidak melihat apa pun, tidak mengatakan apa pun, yang ber-
makna, tidak ada yang bisa diandalkan atau pantas diperhati-
kan. Lagi (ay. 9), mereka melihat perkara-perkara yang menipu
dan tenungan-tenungan bohong. Mereka mengaku-ngaku men-
dapat penglihatan, seperti yang didapat nabi-nabi yang benar,
padahal sebenarnya mereka tidak mendapat penglihatan sama
sekali, namun itu hanya ciptaan khayalan mereka sendiri (mere-
ka menyangka mendapat penglihatan, seperti yang disangka
orang sinting, yang melihat perkara-perkara yang menipu) atau
itu yaitu rekaan dari kelicikan mereka sendiri. Mereka tahu
bahwa mereka tidak mendapat penglihatan sama sekali, se-
hingga mereka melihat kebohongan, dan tenungan-tenungan
bohong (Lihat Yer. 23:16, dst.). Perhatikanlah, sebab Iblis
sudah dikenal di mana-mana sebagai bapa segala dusta, maka
orang-orang yang berdusta sungguh tak terbayangkan telah
menghina Allah, dan menuduh Dia sumber dusta. Orang-
orang yang sudah menggambarkan Iblis dengan sifat Allah,
dengan menyembah setan-setan, pada puncak kedurhakaan,
mereka menggambarkan Allah dengan sifat Iblis.
3. Mereka tidak berusaha mencegah penghakiman-penghakiman
Allah yang mendobrak masuk ke dalam kerajaan. Mereka
seperti anjing hutan di tengah-tengah reruntuhan, berlari ke
sana kemari, dan tampak sedang sangat terburu-buru, namun
itu hanya untuk mencari aman dan selamat sendiri, bukan
untuk melakukan kebaikan apa pun: Seorang upahan lari, dan
meninggalkan domba-domba. Mereka seperti anjing hutan yang
serakah mencari mangsa bagi diri mereka sendiri, licik dan
kejam dalam mencari makan untuk diri sendiri. namun (ay. 5),
“Kamu tidak mempertahankan lobang-lobang pada tembokmu
dan tidak mendirikan tembok sekeliling rumah Israel. Ada
lobang dalam pagar-pagar mereka, dan dari situ penghakiman-
penghakiman siap menerjang masuk menimpa mereka, dan
itulah saatnya, kalaupun itu pernah terjadi, untuk melayani
kaum Israel. namun kamu tidak berbuat apa-apa untuk mem-
bantu mereka.” Mereka seharusnya berdoa bagi kaum Israel,
untuk menjauhkan murka Allah. namun mereka bukanlah
nabi-nabi yang pendoa, tidak memiliki kepentingan di sorga
atau hubungan dengan sorga, sebagaimana nabi-nabi dahulu
memilikinya (Kej. 20:7), sehingga tidak bisa membantu kaum
Israel dengan cara itu. Mereka seharusnya bekerja, melalui
khotbah dan nasihat, untuk membuat orang-orang bertobat
dan memperbarui diri, dan dengan demikian mendirikan tem-
bok, dan menghentikan penghakiman-penghakiman Allah.
namun hal ini tidak mereka pedulikan: mereka hanya ingin me-
nyenangkan orang-orang, bukan menguntungkan mereka.
Mereka melihat banjir kecemaran dan kedurhakaan menerjang
masuk ke negeri itu, berperang melawan kebajikan dan keku-
dusan, dan mengancam akan menghancurkan kedua-duanya
dan merobohkannya. Pada saat itulah mereka seharusnya
datang meminta bantuan TUHAN, meminta bantuan TUHAN
melawan yang kuat, dengan memberi kesaksian melawan
kefasikan yang meraja pada masa dan tempat di mana mereka
hidup. namun mereka berpikir bahwa pelayanan seperti berdiri
di lubang tembok untuk menghalangi para penyerang itu
sungguh berbahaya, dan sebab itu mereka menolaknya. Me-
reka tidak berbuat apa-apa untuk membendung air pansang,
tidak berdiri di medan pertempuran untuk melawan perbuatan
yang tercela dan asusila, namun dengan hina meninggalkan
kepentingan agama dan pembaruan, di hari Tuhan, saat di-
serukan, siapa yang memihak kepada TUHAN? Siapakah yang
bangkit bagi-Ku melawan orang-orang jahat (Mzm. 94:16).
Tidak layak disebut sebagai nabi orang-orang yang berbaik
hati dalam memandang dosa, dan yang sedikit saja semangat-
nya untuk Allah dan kesejahteraan orang banyak.
4. Mereka membuai orang banyak dengan harapan yang sia-sia
bahwa penghakiman-penghakiman yang telah diancamkan
Allah tidak akan pernah datang. Dengan begitu mereka me-
ngeraskan orang-orang dalam dosa yang seharusnya berusaha
mereka jauhkan (ay. 6, KJV): Mereka telah membuat orang lain
berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan mereka
akan mendapat damai sejahtera, meskipun mereka terus me-
lakukan pelanggaran-pelanggaran mereka. Mereka mengata-
kan bahwa perkataan mereka akan terbukti benar. Mereka
siap sedia untuk berkata, “Kami menjamin bahwa semua ke-
susahan ini akan segera berakhir, dan kita akan sejahtera
lagi.” Seolah-olah mereka mau meneguhkan nubuat-nubuat
palsu, dengan menantang Allah sendiri.
Kitab Yehezkiel 13:1-9
II. Sang nabi diperintahkan untuk menyatakan penghakiman-peng-
hakiman Allah terhadap mereka sebab dosa-dosa ini, dan peng-
akuan mereka sebagai nabi tidak akan meluputkan mereka dari
penghakiman-penghakiman itu.
1. Secara umum, di sini ada celaka terhadap mereka (ay. 3), dan
apa celaka itu kita diberi tahu (ay. 8). Maka, Aku akan menjadi
lawanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Perhatikanlah,
orang-orang yang membuat Allah melawan mereka berada
dalam keadaan yang celaka. Celaka, seribu kali celaka, bagi
orang-orang yang telah menjadikan Dia musuh mereka.
2. Secara khusus, mereka dihukum akan dikucilkan dari semua
hak istimewa sebagai warga Israel, sebab mereka diputuskan
telah menghilangkan semua hak istimewa itu (ay. 9): Tangan
Allah akan teracung melawan mereka, untuk menangkap me-
reka dan membawa mereka ke pengadilan-Nya, untuk meng-
urung mereka jauh-jauh dari hadirat-Nya, dan mereka akan
mendapati bahwa ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan-
Nya. Mereka mengaku-ngaku sebagai nabi, orang-orang kesa-
yangan sorga, dan diberi wewenang untuk memimpin kumpul-
an jemaat-Nya di bumi. namun , dengan mengaku-ngaku
mendapat kehormatan yang tidak berhak mereka dapat,
mereka justru kehilangan kehormatan yang bisa saja mereka
nikmati (Mat. 5:19). Hukuman mereka yaitu ,
(1) Diusir dari persekutuan orang-orang kudus, dan tidak di-
pandang sebagai bagian darinya: Mereka tidak termasuk
perkumpulan umat-Ku. Kebodohan mereka akan begitu
jelas dan nyata sehingga mereka tidak akan pernah dimin-
tai petunjuk, tidak pula dimintai nasihat. Mereka tidak
akan hadir pada setiap perundingan apa pun tentang per-
kara-perkara yang menyangkut kepentingan umum. Atau
lebih tepatnya, mereka tidak akan berada dalam perkum-
pulan umat Allah untuk beribadah, sebab mereka akan
malu menunjukkan muka mereka di sana, sesudah mereka
terbukti sebagai nabi-nabi palsu, dan, seperti Kain, mereka
akan pergi dari hadapan TUHAN. Orang-orang yang tertipu
oleh mereka akan meninggalkan mereka, dan menetapkan
hati untuk tidak mau lagi berurusan dengan mereka.
Orang-orang yang sudah merebut kursi Musa tidak akan
diperkenankan mendapat tempat bahkan sebagai penjaga
pintu sekalipun. Pada hari penghakiman, mereka tidak akan
tahan dalam perkumpulan orang benar (Mzm. 1:5), saat
Allah mengumpulkan orang-orang yang dikasihi-Nya (Mzm.
50:5, 16), untuk selama-lamanya bersama-sama dengan Dia.
(2) Dihapus dari kitab kehidupan. Mereka akan mati dalam
pembuangan mereka, dan akan mati tanpa keturunan.
Mereka tidak akan meninggalkan keturunan yang akan
meneruskan nama mereka, dan dengan demikian nama
mereka tidak akan ditemukan di antara orang-orang atau
keturunan mereka yang kembali dari Babel. Nama-nama
orang yang kembali ini tersimpan dalam daftar umum,
yang disebut daftar kaum Israel, seperti yang kita dapati
dalam Ezra 2. Mereka tidak akan didapati di antara orang-
orang yang hidup di Yerusalem (Yes. 4:3). Atau mereka
tidak akan didapati tertulis di antara orang-orang yang
sejak dari kekekalan telah dipilih Allah untuk menjadi
bejana-bejana belas kasihan-Nya sampai pada kekekalan.
Kita membaca tentang orang-orang yang bernubuat demi
nama Kristus, namun Ia akan memberi tahu mereka bahwa
Ia tidak pernah mengenal mereka (Mat. 7:22-23), sebab
mereka tidak termasuk orang-orang yang diberikan kepada-
Nya. Terjemahan bahasa Kasdim membacanya, mereka
tidak akan tertulis dalam tulisan kehidupan kekal, yang
ditulis untuk orang-orang benar dari kaum Israel (Lihat
Mzm. 69:29).
(3) Dikeluarkan selama-lamanya dari tanah Israel. Allah telah
bersumpah dalam murka-Nya menyangkut mereka bahwa
mereka tidak akan pernah masuk dengan orang-orang
buangan yang kembali ke tanah Kanaan, yang pada kali
kedua akan menjadi tempat perhentian yang tetap bagi
mereka. Perhatikanlah, orang-orang yang menentang mak-
sud ancaman-ancaman Allah, dan tidak mau takut dan
tergerak olehnya, akan kehilangan keuntungan dari janji-
janji-Nya, dan tidak bisa berharap akan dihibur dan dido-
rong olehnya.
Kitab Yehezkiel 13:10-16
Penghakiman terhadap Nabi-nabi Palsu;
Hukuman bagi Nabi-nabi Palsu
(13:10-16)
10 Oleh sebab , ya sungguh sebab mereka menyesatkan umat-Ku dengan
mengatakan: Damai sejahtera!, padahal sama sekali tidak ada damai sejah-
tera – mereka itu mendirikan tembok dan lihat, mereka mengapurnya –
11 katakanlah kepada mereka yang mengapur tembok itu: Hujan lebat akan
membanjir, rambun akan jatuh dan angin tofan akan bertiup! 12 Kalau tem-
bok itu sudah runtuh, apakah orang tidak akan berkata kepadamu: Di mana
sekarang kapur, yang kamu oleskan itu? 13 Oleh sebab itu beginilah firman
Tuhan ALLAH: Di dalam amarah-Ku Aku akan membuat angin tofan bertiup
dan di dalam murka-Ku hujan lebat akan membanjir, dan di dalam amarah-
Ku rambun yang membinasakan akan jatuh. 14 Dan Aku akan meruntuhkan
tembok yang kamu kapur itu dan merobohkannya ke tanah, supaya
dasarnya menjadi kelihatan; tembok kota itu akan runtuh dan kamu akan
tewas di dalamnya. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.
15 Begitulah Aku akan melampiaskan amarah-Ku atas tembok itu dan kepada
mereka yang mengapurnya dan Aku akan berkata kepadamu: Lenyap tem-
boknya dan lenyap orang-orang yang mengapurnya, 16 yaitu nabi-nabi Israel
yang bernubuat tentang Yerusalem dan melihat baginya suatu penglihatan
mengenai damai sejahtera, padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera,
demikianlah firman Tuhan ALLAH.”
Di sini kita mendapati perlakuan yang lebih terang-terangan terha-
dap nabi-nabi palsu, dan beberapa hal lebih jauh tentang hukuman
yang menimpa mereka. Kita sudah melihat orang banyak dibuat malu
oleh nabi-nabi palsu (meskipun adakalanya mereka senang terhadap
nabi-nabi itu) dan mengusir mereka jauh-jauh dengan rasa marah,
seperti yang mereka lakukan terhadap dewa-dewa palsu mereka.
Sekarang di sini kita mendapati mereka sama-sama dipermalukan
dengan nubuat-nubuat palsu para nabi itu, yang selama beberapa
waktu mereka andalkan dengan sangat yakin. Amatilah,
I. Bagaimana orang-orang tertipu oleh nabi-nabi palsu. Para pem-
buai itu memperdaya mereka, dengan berkata: Damai sejahtera!,
padahal sama sekali tidak ada damai sejahtera (ay. 10). Mereka
mengaku-ngaku telah melihat suatu penglihatan mengenai damai
sejahtera (ay. 16). namun itu tidak mungkin, sebab tidak ada
damai sejahtera, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Tidak ada
kesejahteraan yang dirancang untuk mereka, dan sebab itu tidak
mungkin ada dasar untuk keamanan mereka. Sekalipun begitu,
mereka berkata kepada orang-orang bahwa Allah berdamai
dengan mereka, dan menyediakan belas kasihan bagi mereka, dan
bahwa perang dengan orang-orang Kasdim yang mereka alami itu
akan segera berakhir dalam damai yang penuh kehormatan, dan
negeri mereka akan menikmati masa istirahat dan ketenangan
yang membahagiakan. Mereka berkata kepada para penyembah
berhala dan orang-orang berdosa lain bahwa tidak ada ancaman
atau bahaya di jalan yang mereka tempuh. Demikianlah mereka
menyesatkan umat Allah. Mereka memperdaya umat Allah, me-
nuntun mereka ke dalam kesalahan, dan menarik mereka jauh-
jauh dari jalan pertobatan dan pembaruan diri, padahal nabi-nabi
lain berusaha membawa mereka ke situ. Perhatikanlah, orang-
orang yang menyarankan kepada para pendosa sesuatu yang
cenderung mengurangi kengerian mereka terhadap dosa dan
ketakutan mereka terhadap Allah, mereka itu yaitu penyesat-
penyesat yang paling berbahaya. Nah, hal ini dibandingkan de-
ngan membangun tembok yang tipis dan mudah ambruk. Atau,
menurut perumpamaan Juruselamat kita, yang maksudnya sama
saja (Mat. 7:26), mendirikan rumah di atas pasir, yang tampak
sebagai tempat bernaung dan berlindung untuk sementara waktu,
namun akan roboh saat badai datang. Seorang nabi palsu mem-
bangun tembok, mendirikan gagasan bahwa Allah sama sekali
tidak marah terhadap Yerusalem, melainkan bahwa kota itu akan
diteguhkan dan terus berkembang, dan menang atas kekuatan-
kekuatan yang tengah mengancamnya. Gagasan ini sangat me-
nyenangkan, dan orang yang memulainya menjadikan dirinya
disenangi dan disanjung-sanjung oleh semua orang, yang meng-
undang orang lain untuk mengatakan hal yang sama. Mereka
membuat perkara itu terlihat lebih masuk akal dan menjanjikan.
Mereka melabur dinding, yang sudah mereka bangun terlebih
dahulu, namun mereka melaburnya dengan kapur, barang yang
rapuh, yang tidak akan mengikat atau melekatkan batu bata.
Mereka tidak memiliki dasar bagi apa yang mereka katakan,
dan juga perkataan mereka tidak sejalan, melainkan seperti tali
pasir. Mereka tidak memperkuat tembok itu, tidak peduli untuk
membuatnya kokoh, untuk memastikan bahwa mereka berpijak
di atas tanah yang kukuh. Mereka hanya melaburnya untuk me-
nyembunyikan celah-celahnya dan membuatnya bagus dipandang
mata. Dan tembok yang dibangun seperti itu, jika ditekan,
apalagi dihantam, akan retak dan goyang, dan roboh secara
perlahan-lahan. Perhatikanlah, ajaran-ajaran yang tidak berdasar,
meskipun begitu menyenangkan hati, yang tidak dibangun di atas
landasan Kitab Suci atau direkatkan kuat-kuat dengan Kitab
Kitab Yehezkiel 13:10-16
Suci, meskipun begitu masuk akal, begitu menyenangkan, tidak
bernilai sama sekali, juga tidak akan bermanfaat sama sekali bagi
orang. Dan harapan-harapan akan kedamaian dan kebahagiaan
yang tidak dijamin oleh firman Allah hanya akan menipu orang,
seperti tembok yang memang dilabur dengan baik, namun tidak
dibangun dengan baik.
II. Bagaimana mereka akan segera tersadar oleh penghakiman Allah
yang, kita yakin, sesuai dengan kebenaran.
1. Allah di dalam amarah akan mendatangkan badai yang me-
ngerikan yang akan menerjang tembok itu dengan keras dan
ganas. Serangan yang akan digencarkan oleh tentara Kasdim
terhadap Yehuda, dan pengepungan yang akan mereka gencar-
kan terhadap Yerusalem, akan menjadi seperti hujan lebat
yang membanjir, atau banjir (seperti yang disebut Salomo se-
bagai hujan deras, namun tidak memberi makanan, Ams. 28:3),
akan merobohkan semua yang ada di hadapannya, seperti air
bah pada zaman Nuh: Rambun, engkau akan jatuh!, persen-
jataan langit, segala hujan es, akan jatuh seperti bola meriam,
menghajar tembok ini. Dan bersama semuanya itu angin tofan,
yang ada kalanya begitu kuat sampai memecahkan bukit-bukit
batu (1Raj. 19:11), apalagi tembok yang tidak dibangun
dengan baik (ay. 11). namun apa yang membuat hujan, rambun
(hujan es – pen.), dan angin ini teramat mengerikan yaitu
bahwa semua itu timbul dari murka Allah, dan dikuatkan
olehnya. Murka itulah yang mengirimkan mereka. Murka itu-
lah yang membuat mereka sangat mengerikan (ay. 13). Itu
yaitu angin tofan di dalam amarah-Ku, dan di dalam murka-
Ku hujan lebat akan membanjir, dan di dalam amarah-Ku
rambun yang membinasakan akan jatuh. Kegeraman Nebukad-
nezar dan para pemukanya, yang sangat membenci pengkhia-
natan Zedekia, membuat serangan itu sangat menakutkan,
namun itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan murka
Allah. Mereka menjadi tongkat amarah-Ku (Yes. 10:5). Perhati-
kanlah, Allah yang murka memiliki angin dan badai yang
dapat diperintah-Nya untuk memberi tanda bahaya kepada
orang-orang berdosa yang merasa aman. Murka-Nya membuat
angin dan badai itu sungguh-sungguh menakutkan dan dah-
syat. Sebab siapakah yang tahan berdiri di hadapan-Nya saat
Ia murka?
2. Badai ini akan meruntuhkan tembok itu: Tembok itu akan
jatuh, dan angin topan akan mengoyakkannya (ay. 11, KJV),
rambun akan membinasakannya (ay. 13). Aku akan meruntuh-
kannya (ay. 14) dan merobohkannya ke tanah, sehingga dasar-
nya menjadi kelihatan. Akan tampak betapa palsunya, betapa
rapuhnya tembok itu, sehingga orang-orang yang membangun-
nya akan dicela dalam nubuat. sesudah tentara Kasdim men-
jadikan Yehuda dan Yerusalem sunyi sepi, maka nama baik
nabi-nabi palsu ini, dan harapan-harapan rakyat, akan teng-
gelam bersama-sama. Nabi-nabi palsu akan didapati palsu da-
lam membuai orang banyak, dan rakyat akan didapati bodoh
dalam membiarkan diri mereka diperdaya oleh nabi-nabi itu,
dan dengan demikian akan lebih diperhadapkan pada rasa
malu yang jauh lebih besar, saat penghakiman akan menge-
jutkan mereka dalam rasa aman mereka. Perhatikanlah, apa
saja yang disangka manusia akan melindungi diri mereka dari
penghakiman-penghakiman Allah, sementara mereka terus
hidup tanpa diperbarui, akan terbukti sebagai perlindungan
bohong belaka dan tidak akan bermanfaat bagi mereka di hari
murka (Lih. Yes. 28:17). Amarah manusia tidak dapat meng-
goncangkan apa yang sudah dibanggun Allah (sebab amarah
orang-orang yang gagah sombong itu seperti angin ribut di
musim dingin, yang menimbulkan bunyi ribut yang besar,
namun tidak pernah membuat tembok bergerak sedikit pun
(Lihat Yes. 25:4), namun murka Allah akan menjungkir-balik-
kan apa yang sudah dibangun manusia dalam perlawanan ter-
hadap-Nya. Mereka dan semua usaha mereka, mereka dan
semua keamanan mereka yang mengelilingi mereka, akan
menjadi seperti dinding yang miring dan tembok yang hendak
roboh (Mzm. 62:4, 11). saat ramalan-ramalan mereka yang
sia-sia terbukti salah, dan harapan-harapan mereka yang sia-
sia dikecewakan, maka akan tersingkaplah bahwa tidak ada
dasar bagi ramalan dan harapan mereka itu (Hab. 3:13). Hari
Tuhan akan menyatakan apa pekerjaan setiap orang, dan api
akan mengujinya (1Kor. 3:13).
3. Para pembangun tembok itu, dan orang-orang yang mengapur-
nya, mereka sendiri akan dikuburkan di dalam reruntuhan-
Kitab Yehezkiel 13:10-16
nya: Tembok kota itu akan runtuh dan kamu akan tewas di
dalamnya (ay. 14). Dengan demikian ancaman-ancaman mur-
ka Allah, dan semua maksudnya yang adil, akan terlaksana
sampai setuntas-tuntasnya, baik atas tembok itu maupun atas
mereka yang mengapurnya (ay. 15). Penghakiman-penghakim-
an yang sama yang akan membuktikan nabi-nabi palsu itu
palsu akan menghukum mereka atas kepalsuan mereka. Mere-
ka sendiri akan ikut dalam malapetaka yang menurut mereka
tidak akan mengancam orang banyak, yang sudah mereka
buat percaya dengan perkataan mereka. Dan mereka akan
menjadi tugu peringatan keadilan yang mereka tentang itu.
Demikianlah, jika orang buta menuntun orang buta, baik
pemimpin yang buta maupun pengikut yang buta, akan jatuh
ke dalam lobang. Perhatikanlah, mereka yang menipu orang
lain pada akhirnya terbukti telah menipu diri sendiri. Dan
tidak ada hukuman yang lebih menakutkan daripada hukum-
an terhadap hamba-hamba yang tidak setia, yang membuai
para pendosa dalam dosa-dosa mereka.
4. Baik para penipu maupun orang-orang yang tertipu, saat
mereka binasa bersama-sama seperti itu, sewajarnya akan
ditertawakan dan disorak-soraki (ay. 12): Kalau tembok itu
sudah runtuh, apakah orang tidak akan berkata kepadamu,
yaitu mereka yang percaya kepada nabi-nabi yang benar, dan
takut akan firman Tuhan, “Di mana sekarang kapur, yang
kamu oleskan itu? Apa jadinya dengan semua kata yang halus
lembut itu dan janji-janji indah yang dengannya kamu sudah
membuai sesamamu yang fasik, dan semua jaminan yang
kamu berikan kepada mereka bahwa masalah-masalah bangsa
ini akan segera berakhir?” Orang-orang benar akan menertawa-
kannya, Allah yang benar akan menertawakannya. Orang-
orang benar akan menertawakannya, sambil berkata, lihatlah
orang itu yang tidak menjadikan Allah tempat pengungsiannya
(Mzm. 52:8-9). Aku juga akan menertawakan celakamu (Ams.
1:26). Mereka akan berkata kepadamu (ay. 15), “Lenyap tem-
boknya dan lenyap orang-orang yang mengapurnya. Harapan-
harapanmu telah lenyap, bersama orang-orang yang mendu-
kungnya, yaitu nabi-nabi Israel,” (ay. 16). Perhatikanlah,
orang-orang yang merebut kehormatan yang bukan milik
mereka akan segera dipenuhi dengan rasa malu yang menjadi
milik mereka.
Kesalahan Nabiah-nabiah Palsu
(13:17-23)
17 “Engkau anak manusia, tujukanlah mukamu kepada kaum perempuan
bangsamu yang bernubuat sesuka hatinya saja dan bernubuatlah melawan
mereka. 18 Katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah dukun-
dukun perempuan, yang mengikatkan tali-tali azimat pada semua pergelang-
an dan mengenakan selubung pada kepala semua orang, tua atau muda,
untuk menangkap jiwa orang. Apakah kamu hendak menangkap jiwa orang
yang termasuk umat-Ku dan membiarkan orang-orang lain hidup untuk
kepentinganmu? 19 Kamu melanggar kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-
Ku hanya demi beberapa genggam jelai dan beberapa potong roti, dengan
membunuh orang-orang yang tidak patut mati, dan membiarkan hidup
orang-orang yang tidak patut hidup, dalam hal kamu berbohong kepada
umat-Ku yang sedia mendengar bohong. 20 Oleh sebab itu beginilah firman
Tuhan ALLAH: Aku akan menentang tali-tali azimatmu, dengan mana kamu
menangkap jiwa orang dan Aku akan mengoyakkannya dari tanganmu dan
melepaskan seperti burung-burung, orang-orang yang kamu tangkap. 21 Aku
akan mengoyakkan selubungmu dan akan melepaskan umat-Ku dari tangan-
mu dan mereka tidak lagi menjadi mangsa di dalam tanganmu. Dan kamu
akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN. 22 Oleh sebab kamu melemahkan
hati orang benar dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya, dan
sebaliknya kamu mengeraskan hati orang fasik, sehingga ia tidak bertobat
dari kelakuannya yang fasik itu, dan kamu membiarkan dia hidup. 23 Oleh
sebab itu kamu tidak lagi melihat perkara-perkara yang menipu dan
mengucapkan tenungan-tenungan bohong; Aku akan melepaskan umat-Ku
dari tanganmu dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN.”
Sama seperti Allah telah berjanji bahwa saat Ia mencurahkan Roh-
Nya atas umat-Nya, anak-anak mereka laki-laki dan perempuan akan
bernubuat, demikian pula Iblis, saat ia bertindak sebagai roh dusta
dan kebohongan, bertindak demikian bukan hanya dalam mulut
nabi-nabi palsu, melainkan juga dalam mulut nabiah-nabiah palsu.
Dan orang-orang yang kepadanya di sini sang nabi diperintahkan
untuk bernubuat yaitu para penipu. Sebab mereka bukanlah
musuh-musuh yang begitu keji terhadap kebenaran-kebenaran Allah
sehingga tidak layak untuk diperhatikan, tidak pula kelemahan kaum
mereka dapat dijadikan dalih untuk dosa mereka. Dan tidak pula
kelembutan dan penghormatan yang harus diberikan kepada kaum
mereka akan membebaskan mereka dari celaan-celaan dan ancaman-
ancaman firman Allah. Tidak: Engkau anak manusia, tujukanlah muka-
mu kepada kaum perempuan bangsamu (ay. 17). Allah tidak berkenan
mengakui mereka sebagai umat-Nya. Mereka yaitu bangsamu, seperti
Kitab Yehezkiel 13:17-23
dalam Keluaran 32:7. Perempuan-perempuan itu mengaku-ngaku
mendapat roh nubuat, dan mengalunkan lagu yang sama seperti kaum
laki-laki, seperti nabi-nabi Ahab: Majulah dan engkau akan beruntung.
Mereka juga bernubuat sesuka hatinya saja. Mereka mengatakan apa
yang bagus-bagus saja dan apa yang tidak mereka ketahui. Oleh
sebab itu bernubuatlah melawan mereka dari mulut Allah sendiri.
Sang nabi harus menujukan mukanya kepada mereka, dan melihat
apakah mereka bisa memandang wajahnya dan tetap memegang apa
yang mereka katakan. Perhatikanlah, saat orang-orang berdosa
semakin berlaku sangat kurang ajar, maka sudah waktunya bagi
para penegur untuk berlaku sangat berani. Sekarang amatilah,
I. Bagaimana dosa nabiah-nabiah palsu ini digambarkan, dan apa
saja dosa-dosanya.
1. Mereka sengaja berbohong kepada orang-orang yang meminta
nasihat kepada mereka, dan yang datang kepada mereka
untuk dinasihati, untuk diberi tahu mengenai keberuntungan
mereka: “Kamu berbuat jahat dalam hal kamu berbohong
kepada umat-Ku yang sedia mendengar bohong (ay. 19). Mere-
ka datang untuk diberi tahu tentang kebenaran, namun kamu
memberi tahu mereka kebohongan. Dan, sebab kamu mem-
buai mereka dalam dosa-dosa mereka, mereka bersedia men-
dengarkan kamu.” Perhatikanlah, sungguh buruk bagi orang-
orang jika mereka merasa lebih baik mendengarkan kebo-
hongan yang menyenangkan daripada kebenaran yang menya-
kitkan. Dan mereka yang pekerjaannya duduk menunggu
untuk menipu orang akan tergoda untuk berkata bohong
jika mereka mendapati orang bersedia mendengarkan me-
reka, dan mereka juga tergoda untuk berdalih dengan alasan
ini, Si populus vult decipi, decipiatur – Jika orang-orang mau
ditipu, biarkan saja mereka.
2. Mereka mencemarkan nama Allah dengan mengaku-ngaku
telah menerima kebohongan-kebohongan itu dari Dia (ay. 19):
“Kamu melanggar kekudusan-Ku di tengah-tengah umat-Ku,
dan memakai nama-Ku untuk melindungi kebohongan-kebo-
honganmu dan membuatnya dipercaya.” Perhatikanlah, orang-
orang yang memakai nama Allah untuk mengizinkan kebo-
hongan dan kefasikan sangat mencemarkan nama-Nya yang
kudus. namun hal ini mereka lakukan hanya demi beberapa
genggam jelai dan beberapa potong roti. Mereka melakukannya
untuk mendapat untung. Mereka tidak peduli betapa mereka
menghina nama Allah dengan dusta mereka, asal saja mereka
bisa memanfaatkannya untuk kepentingan mereka sendiri.
Tidak ada yang suci yang tidak akan dicemarkan dan dilacur-
kan oleh orang-orang yang mata duitan, yang dalam diri mere-
ka bertakhta cinta dunia, kalau mereka bisa mendapatkan
uang dengan perbuatan itu. namun mereka melakukannya
demi keuntungan yang tidak seberapa. Jika mereka memang
tidak bisa mendapat lebih untuk itu, maka daripada hancur
mereka akan menjual kepadamu nubuat palsu yang akan
menyenangkanmu demi makanan sebanyak jatah pengemis,
sepotong roti atau segenggam jelai. Sekalipun demikian, itu
melebihi nilai dari nubuat palsu itu. Seandainya mereka me-
mintanya sebagai sedekah, demi nama Allah, pasti mereka
akan mendapatkannya, dan Allah akan dihormati. namun ,
dengan mengambilnya sebagai upah untuk nubuat palsu,
nama Allah dicemarkan, dan kecilnya upah itu memperbesar
pelanggarannya. Untuk sekerat roti orang membuat pelanggaran
(Ams. 28:21). Seandainya kemiskinan mereka menjadi godaan
bagi mereka untuk mencuri, dan dengan demikian mencemarkan
nama Allah, itu tidak akan begitu buruk seperti jika kemis-
kinan menggoda mereka untuk bernubuat palsu demi nama-
Nya, dan dengan demikian mencemarkan nama-Nya.
3. Mereka membuat orang tetap merasa takjub, dan menakut-
nakuti mereka dengan kepura-puraan mereka: “Kamu hendak
menangkap jiwa orang yang termasuk umat-Ku (ay. 18), mem-
buru mereka untuk membuat mereka lari (ay. 20, KJV), memburu
mereka ke kebun (demikian dalam tafsiran yang agak luas).
Kamu menggunakan semua keahlian yang kamu miliki untuk
membujuk atau memaksa mereka pergi ke tempat-tempat di
mana kamu menyampaikan ramalan-ramalan palsumu. Atau
kamu sudah begitu berpengaruh atas diri mereka sehingga
kamu membuat mereka berbuat tepat seperti yang kamu
inginkan, dan berkuasa dengan lalim atas diri mereka.” Me-
mang salah orang-orang itu sendiri bahwa mereka mendengar-
kan nabi-nabi palsu itu, namun salah nabi-nabi palsu itu juga-
lah sehingga mereka dengan kebohongan dan kepalsuan mem-
buat orang-orang mendengarkan mereka. Mereka mengaku-
Kitab Yehezkiel 13:17-23
ngaku menyelamatkan jiwa-jiwa yang datang kepada mereka
supaya hidup (ay. 18, KJV). Kalau saja orang mau mendengar-
kan mereka, dan menyumbangkan sesuatu untuk mereka,
mereka pasti akan selamat. Demikianlah mereka memperdaya
jiwa-jiwa yang tidak teguh, yang peduli akan keselamatan
sebagai tujuan mereka, namun tidak memahami dengan benar
jalannya, dan sebab itu mendengarkan orang-orang yang
amat percaya diri dalam menjanjikannya kepada mereka.
“namun apakah kamu akan mengaku-ngaku menyelamatkan
jiwa, atau menjamin keselamatan, bagi golonganmu sendiri?”
Mereka yang membuat pengakuan-pengakuan seperti itu
sewajarnya dicurigai.
4. Mereka mematahkan semangat orang-orang yang jujur dan
baik, dan menyemangati orang-orang yang fasik dan cemar:
Kamu membunuh orang-orang yang tidak patut mati, dan
membiarkan hidup orang-orang yang tidak patut hidup (ay. 19).
Hal ini dijelaskan (ay. 22): Kamu melemahkan hati orang benar
dengan dusta, sedang Aku tidak mendukakan hatinya. sebab
mereka tidak mau, tidak berani, mengakui kepura-puraanmu,
maka kamu menggelegarkan penghakiman-penghakiman Allah
terhadap mereka, yang membuat mereka sangat sedih dan
susah hati. Kamu menuduh mereka dengan sifat-sifat yang
menyakitkan hati, untuk membuat mereka tercela atau di-
benci orang, dan mengaku-ngaku melakukannya dalam nama
Allah, yang membuat mereka pergi berkali-kali dengan hati
yang sedih. Padahal sudah menjadi kehendak Allah bahwa
mereka harus dihibur, dan dengan diberi penghormatan, me-
reka akan mendapat dorongan. namun di sisi lain, dan yang
lebih buruk lagi, kamu malah mengeraskan hati orang fasik
dan membuat mereka berani meneruskan kelakuan mereka
yang fasik dan tidak berbalik darinya, yang diserukan sung-
guh-sungguh oleh nabi-nabi yang benar kepada mereka.
“Kamu menjanjikan hidup kepada orang-orang berdosa di ja-
lan-jalan mereka yang berdosa, berkata kepada mereka bahwa
mereka akan mendapat damai sejahtera meskipun mereka
terus hidup seperti itu. Dengan begitu, tangan mereka me-
nguat dan hati mereka mengeras.” Menurut sebagian orang,
hal ini merujuk pada teguran-teguran berat yang mereka lon-
tarkan kepada orang-orang yang dibawa ke dalam pembuang-
an (yang merendah di bawah penderitaan mereka, yang oleh-
nya hati mereka menjadi lemah). Itu juga merujuk pada pujian-
pujian yang mereka berikan kepada orang-orang yang mem-
berontak terhadap raja Babel, yang mengeras dalam kefasikan
mereka, yang olehnya tangan mereka menguat. Atau dengan
mencemarkan nama Allah mereka membuat sedih hati orang-
orang baik yang menghargai dan menghormati firman Allah,
dan menguatkan orang-orang yang tidak percaya pada Tuhan
dan kafir yang menghina wahyu ilahi, dan melengkapi mereka
dengan alasan-alasan untuk menentangnya. Perhatikanlah,
banyak hal yang harus dipertanggungjawabkan oleh orang-
orang yang mendukakan roh orang-orang baik dan melemah-
kan tangan mereka. Mereka juga harus bertanggung jawab
sebab memuaskan hawa nafsu orang-orang berdosa, dan
menyemangati mereka untuk melawan Allah dan agama. Tidak
ada hal lain yang menguatkan tangan orang-orang berdosa se-
lain memberi tahu mereka bahwa mereka dapat diselamatkan
dalam dosa-dosa mereka tanpa pertobatan, atau bahwa mere-
ka bisa dianggap bertobat meskipun mereka tidak berbalik
dari kelakuan mereka yang fasik.
5. Mereka meniru nabi-nabi yang benar, dengan memberi
tanda-tanda untuk menggambarkan ramalan-ramalan palsu
mereka (seperti yang dilakukan Hananya, Yer. 28:10), dan tan-
da-tanda itu sesuai dengan kebiasaan kaum mereka. Mereka
mengikatkan tali-tali azimat pada semua pergelangan, untuk
menandakan bahwa mereka bisa tenang dan santai, dan tidak
perlu digelisahkan oleh kekhawatiran-kekhawatiran akan ma-
salah yang mendatangi mereka. Dan mereka mengenakan
selubung pada kepala semua orang, semua orang dari segala
usia, muda dan tua, yang dibedakan oleh kedudukan mereka
(ay. 18). Selubung ini yaitu lencana kebebasan atau keme-
nangan, yang menyiratkan bahwa mereka tidak hanya akan
dibebaskan dari orang-orang Kasdim, namun juga akan menang
atas mereka. Menurut sebagian orang, ini yaitu suatu upa-
cara takhayul yang mereka jalankan terhadap orang-orang
yang mereka ramal. Mereka mempersiapkan orang-orang itu
untuk menerima ramalan dengan menaruh tali-tali azimat di
bawah lengan mereka dan selubung di atas kepala mereka,
untuk meninggikan khayalan-khayalan dan harapan-harapan
Kitab Yehezkiel 13:17-23
mereka akan sesuatu yang besar. Atau mungkin ungkapan-
ungkapan itu yaitu kiasan: mereka melakukan semua yang
dapat mereka lakukan untuk membuat orang merasa aman,
yang ditandakan dengan menenangkan hati mereka, dan un-
tuk membuat orang berbangga hati, yang ditandakan dengan
mengenakan selubung yang indah pada mereka, yang mung-
kin ditaruh atau disulam di atas kepala mereka.
II. Bagaimana murka Allah terhadap mereka dinyatakan. Inilah celaka
untuk mereka (ay. 18), dan Allah menyatakan diri-Nya melawan
cara-cara yang mereka pakai untuk memperdaya dan menipu (ay.
20). namun jalan apa yang akan diambil Allah terhadap mereka?
1. Mereka akan dipermalukan dalam usaha -usaha mereka, dan
tidak bisa meneruskannya lagi. Sebab (ay. 23) kamu tidak akan
lagi melihat perkara-perkara yang menipu dan mengucapkan
tenungan-tenungan bohong. Bukan berarti bahwa mereka sen-
diri akan melepaskan kepura-puraan mereka dengan cara ber-
tobat, melainkan bahwa saat kebohongan mereka menjadi
nyata, mereka akan terdiam sebab malu. Atau khayalan-kha-
yalan dan bayangan-bayangan mereka tidak akan dicondong-
kan untuk menerima kesan-kesan yang mendukung khayalan
dan bayangan itu dalam tenungan-tenungan mereka, seperti
yang sudah-sudah. Atau mereka sendiri akan dibinasakan.
2. Umat Allah akan dilepaskan dari tangan mereka. saat umat
Allah melihat bahwa mereka telah diperdaya oleh nabi-nabi
palsu itu sehingga mempercayai damai sejahtera yang palsu
dan sorganya orang bodoh, maka mereka pun akan berbalik
dari nabi-nabi itu dan memandang rendah ramalan-ramalan
mereka. Mereka akan meninggalkan nabi-nabi itu saat dosa
meninggalkan nabi-nabi itu, sekalipun mereka sendiri tidak
mau. Dengan begitu umat tidak lagi melihat perkara-perkara
yang menipu dan mengucapkan tenungan-tenungan bohong.
Orang benar tidak akan lagi dibuat sedih olehnya, tidak pula
orang fasik akan dikuatkan: Tali-tali azimat akan dikoyakkan
dari tangan mereka dan selubung dari kepala mereka. Kesa-
lahan-kesalahan akan disingkapkan, tipuan-tipuan mereka
akan diketahui, dan umat Allah tidak akan lagi ada di tangan
mereka, untuk diburu seperti sebelumnya. Perhatikanlah,
suatu rahmat yang besar jika kita dilepaskan dari pikiran dan
ketakutan terhadap orang-orang yang dengan mengaku-ngaku
memiliki wewenang ilahi, memperdaya dan berkuasa
dengan lalim atas hati nurani kita. Mereka ini memperbudak
jiwa dengan berkata, tunduklah, supaya kami lewat menginjak
kamu! Di lain pihak, orang-orang yang suka merebut kuasa
akan merasakan kesedihan yang pedih jika kuasa mereka di-
hancurkan dan mangsa mereka dilepaskan. Dan, saat Allah
melakukan hal ini, Ia menunjukkan bahwa Ia yaitu Tuhan,
bahwa sudah menjadi hak istimewa-Nya untuk memberi hu-
kum kepada jiwa-jiwa.
PASAL 14
endengarkan Firman Tuhan dan berdoa yaitu dua perintah
agung Allah. Dengan melakukannya, kita memberi penghormat-
an kepada Allah dan boleh berharap mendapat kasih karunia serta
penerimaan-Nya. Namun, dalam pasal ini, yang mengejutkan, kita
melihat ada orang yang menantikan Allah dengan mendengarkan
Firman, ada pula yang dengan berdoa, namun tidak berhasil menemu-
kan apa-apa seperti yang mereka harapkan.
I. Tua-tua Israel datang untuk mendengarkan Firman, dan me-
minta petunjuk dari sang nabi, namun , sebab mereka tidak
benar-benar layak, mereka malah mendapat hardikan dan
bukan penerimaan (ay. 1-5). Mereka diminta untuk bertobat
dari dosa-dosa mereka serta memperbarui hidup mereka,
atau mereka harus menanggung akibatnya sebab meminta
petunjuk Allah (ay. 6-11).
II. Nuh, Daniel, dan Ayub, pastilah berdoa untuk bangsa ini,
namun, sebab titah sudah dikeluarkan, dan penghancuran
mereka sudah ditetapkan dengan berbagai-bagai penghakim-
an, doa mereka tidak akan dijawab (ay. 12-21). Meskipun
demikian, janji diberikan bahwa pada bagian akhir pasal ini,
akan ada sisa yang terluput (ay. 22-23).
Tua-tua Israel Dihardik;
Pembicaraan Sang Nabi dengan Tua-tua Israel
(14:1-11)
1 Sesudah itu datanglah kepadaku beberapa orang dari tua-tua Israel dan
duduk di hadapanku. 2 Maka datanglah firman TUHAN kepadaku: 3 “Hai
anak manusia, orang-orang ini menjunjung berhala-berhala mereka dalam
hatinya dan menempatkan di hadapan mereka batu sandungan, yang menja-
tuhkan mereka ke dalam kesalahan. Apakah Aku mau mereka meminta pe-
tunjuk dari pada-Ku? 4 Oleh sebab itu berbicaralah kepada mereka dan kata-
kan: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Setiap orang dari kaum Israel yang
menjunjung berhala-berhalanya dalam hatinya dan menempatkan di hadap-
annya batu sandungan yang menjatuhkannya ke dalam kesalahan, lalu
datang menemui nabi – Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia oleh sebab
berhala-berhalanya yang banyak itu, 5 supaya Aku memikat hati kaum Israel,
yang seluruhnya sudah menyimpang dari pada-Ku dengan mengikuti segala
berhala-berhala mereka. 6 Oleh sebab itu katakanlah kepada kaum Israel:
Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bertobatlah dan berpalinglah dari berhala-
berhalamu dan palingkanlah mukamu dari segala perbuatan-perbuatanmu
yang keji. 7 sebab setiap orang, baik dari kaum Israel maupun dari orang-
orang asing yang tinggal di tengah-tengah Israel, yang menyimpang dari
pada-Ku dan menjunjung berhala-berhalanya dalam hatinya dan menempat-
kan di hadapannya batu sandungan, yang menjatuhkannya ke dalam kesa-
lahan, lalu datang menemui nabi untuk meminta petunjuk dari pada-Ku
baginya – Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia. 8 Aku sendiri akan me-
nentang orang itu dan Aku akan membuat dia menjadi lambang dan kiasan
dan melenyapkannya dari tengah-tengah umat-Ku. Dan kamu akan mengeta-
hui bahwa Akulah TUHAN. 9 Jikalau nabi itu membiarkan dirinya tergoda
dengan mengatakan suatu ucapan – Aku, TUHAN yang menggoda nabi itu –
maka Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan dia dan memunahkan-
nya dari tengah-tengah umat-Ku Israel. 10 Mereka akan menanggung kesa-
lahannya sendiri, baik yang meminta petunjuk maupun nabi, 11 supaya
kaum Israel jangan lagi sesat dari pada-Ku dan jangan lagi menajiskan
dirinya dengan segala pelanggaran mereka; dengan demikian mereka akan
menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka, demikianlah firman
Tuhan ALLAH.”
Di sini diceritakan,
I. Pembicaraan yang dilakukan beberapa tua-tua Israel dengan sang
nabi, sebagai juru bicara Allah, untuk meminta petunjuk Tuhan
darinya. Mereka datang dan duduk di hadapannya (ay. 1). Ke-
mungkinan mereka tidak termasuk orang-orang yang sekarang
bersama dengannya di pembuangan, dan selalu datang ke pela-
yanannya (seperti orang-orang yang kita baca di pasal 8:1), namun
orang-orang yang sesekali datang mendengarkannya, beberapa
pembesar di Yerusalem yang datang sebab suatu urusan ke
Babel, mungkin untuk urusan rakyat, sebagai utusan raja. Dan
dalam perjalanan mereka, mereka mengunjungi sang nabi, sesudah
banyak mendengar tentang dia, dan sebab ingin mengetahui
apakah sang nabi mendapat pesan dari Allah, yang dapat menjadi
tuntunan bagi mereka dalam menyelesaikan urusan mereka.
Melihat jawaban keras yang diberikan kepada mereka, orang
menduga bahwa mereka berencana untuk menjebak sang nabi,
atau mencoba menangkap setiap perkataan kalau-kalau ada yang
bertentangan dengan nubuat-nubuat Yeremia, sehingga mereka
Kitab Yehezkiel 14:1-11
mendapat kesempatan untuk mencela kedua nabi itu. Meskipun
demikian, mereka datang seolah-olah sebagai orang biasa, me-
muji-muji sang nabi, dan duduk dengan bersahaja di hadapan-
nya, seperti layaknya umat Allah. Perhatikanlah, bukanlah hal
baru kita melihat orang jahat memperlihatkan perilaku-perilaku
agama yang dari luar saja tampak benar.
II. Pernyataan yang secara pribadi diberikan Allah kepada sang nabi
mengenai mereka. Mereka itu orang asing bagi sang nabi. Ia
hanya tahu bahwa mereka itu tua-tua Israel. Itulah ciri-ciri yang
mereka tunjukkan, dan sebab itu, ia menerima mereka dengan
hormat, dan mungkin, dengan senang hati sebab melihat mereka
begitu bersahabat. Namun, Allah mengungkapkan kepadanya
watak mereka yang sebenarnya (ay. 3). Mereka itu penyembah
berhala. Mereka datang kepada Yehezkiel seperti mendatangi
juru-juru bicara allah-allah palsu, untuk memuaskan keinginta-
huan mereka saja. Oleh sebab itu, Allah bertanya kepada sang
nabi, apakah menurutnya mereka layak diberi suatu dukungan
atau dorongan: “Apakah Aku mau mereka meminta petunjuk dari
pada-Ku? Apakah aku harus menerima permohonan mereka
sebagai suatu kehormatan bagi-Ku, atau menjawab mereka untuk
memuaskan hati mereka? Tidak, mereka tidak punya alasan
untuk berharap demikian.” Sebab,
1. Mereka menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya.
Mereka bukan hanya memiliki berhala-berhala, namun juga
jatuh cinta kepadanya, tergila-gila padanya, bahkan menikah
dengannya. Mereka menempatkan berhala-berhala itu begitu
dekat dengan hati mereka, mencurahkan segenap perasaan
dan perhatian padanya sampai tidak mau berpisah lagi. Ber-
hala-berhala itu mereka tempatkan di rumah mereka. Meski-
pun mereka sekarang berada jauh dari kamar tempat ukiran-
ukiran mereka, namun mereka membawanya dalam hati mere-
ka, dan mereka selalu dan segera menyembahnya dalam
angan-angan dan khayalan mereka. Mereka meninggikan ber-
hala-berhala itu dalam hatinya (demikianlah arti kata yang
dipakai). Mereka menundukkan hati mereka kepada berhala-
berhala mereka, dan berhala-berhala itu bertakhta di sana.
Bisa juga, saat mereka datang meminta petunjuk sang nabi,
mereka bertindak seperti sudah menjauhkan berhala-berhala
mereka, namun itu hanya pura-pura. Mereka masih memiliki
berhala-berhala itu dengan sembunyi-sembunyi. Mereka me-
nyimpan berhala-berhala itu dalam hatinya. Dan kalaupun
mereka meninggalkan berhala-berhala itu sesaat lamanya, itu
hanyalah cum animo revertendi – dengan maksud untuk kem-
bali kepadanya, bukan untuk berpisah selamanya. Atau,
penyembahan berhala itu bisa juga penyembahan berhala
rohani, yaitu orang-orang yang menaruh perhatian dan pera-
saannya pada kekayaan dunia dan pemuasan nafsu, yang
allahnya ialah uangnya, Tuhan mereka ialah perut mereka, me-
reka menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya. Ba-
nyak orang yang tidak memiliki berhala-berhala di tempat iba-
dahnya, namun memilikinya di dalam hati mereka, yang sama
saja dengan merebut takhta Allah dan menajiskan nama-Nya.
Anak-anakku, waspyaitu terhadap segala berhala itu.
2. Mereka menempatkan di hadapan mereka batu sandungan,
yang menjatuhkan mereka ke dalam kesalahan. Perak dan
emas mereka disebut batu sandungan yang menjatuhkan mere-
ka ke dalam kesalahan (7:19), berhala-berhala perak mereka
dan berhala-berhala emas mereka. Oleh keindahan perak dan
emas itulah mereka dipikat ke dalam penyembahan berhala,
maka perak dan emas itulah batu yang menyebabkan mereka
tersandung dan jatuh ke dalam dosa itu. Bisa juga dikatakan,
kesalahan merekalah batu sandungan mereka, yang men-
dorong mereka, sehingga mereka jatuh ke dalam kehancuran.
Perhatikanlah, orang berdosa mencobai dirinya sendiri (tiap-
tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, sebab ia diseret
dan dipikat olehnya) sehingga mereka menjadi penghancur
dirinya sendiri. Jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah
orang yang akan menanggungnya. Demikianlah, mereka me-
nempatkan di hadapan mereka batu sandungan, yang menja-
tuhkan mereka ke dalam kesalahan. Mereka tersandung kare-
na batu itu meskipun mereka melihatnya di depan mata
mereka. Tersirat bahwa mereka sudah bertekad untuk terus
berbuat dosa, apa pun akibatnya. Sebab aku cinta kepada
orang-orang asing, jadi aku mau mengikuti mereka. Inilah yang
bertutur di lubuk hati mereka. Dan akankah Allah mau dimin-
tai petunjuk oleh orang-orang sebejat ini? Bukankah mereka
malah memberi penghinaan kepada-Nya daripada penghor-
Kitab Yehezkiel 14:1-11
matan, seperti orang-orang yang berlutut di hadapan Kristus
dan mengolok-olok Dia. Dapatkah orang-orang yang terus mela-
kukan tindakan yang melawan Allah ini mengharapkan jawaban
damai sejahtera dari-Nya? “Yehezkiel, bagaimana menurutmu?”
III. Jawaban yang Allah perintahkan kepada Yehezkiel, dalam kema-
rahan-Nya yang adil, untuk disampaikan kepada mereka (ay. 4).
Biarlah mereka mengetahui bahwa bukan sebab memandang
rendah pribadi mereka sehingga Allah tidak mau memberi jawab-
an. namun sudah menjadi peraturan bagi setiap orang dari kaum
Israel, bahwa siapa pun dia, jika ia terus mengasihi dan ber-
sekutu dengan berhala-berhalanya, dan datang meminta petunjuk
Allah, maka Allah akan murka dan memandangnya sebagai peng-
hinaan terhadap-Nya, dan akan menjawab dia menurut kesalah-
annya, bukan menurut kesalehannya yang palsu. Ia datang
menemui nabi yang ia kira akan berlaku ramah kepadanya,
namun Allah akan memberi jawaban-Nya kepadanya, dan meng-
hukumnya atas kelancangannya: Aku, TUHAN, yang berfirman,
maka semuanya jadi, Aku, TUHAN sendiri akan menjawab dia oleh
sebab berhala-berhalanya yang banyak itu. Amatilah, orang-
orang yang menjunjung berhala-berhala mereka dalam hatinya,
dan mencondongkan hatinya pada berhala-berhala mereka, biasa-
nya memiliki banyak berhala. Terhadap penyembah yang rendah
hati Allah menjawab menurut kebesaran kasih setia-Nya, namun
terhadap penyusup yang lancang Allah menjawab