Tampilkan postingan dengan label keilmuan islam 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keilmuan islam 9. Tampilkan semua postingan

keilmuan islam 9


 n dan eksperimen yang jeli.

Ketika membahas obat-obatan, Ibnu Sina menyebutkan tumbuh￾tumbuhan yang dibuat obat-obatary sebagian hewan dan bahan mineral

yang dijadikan bahan obat-obat yang bermanfaat. Dalam mengkaji tumbuh￾tumbuhan, Ibnu Sina menggunakan metodologi khusus. Ia menjelaskan

hakikat tumbuh-tumbuhan dan menyebutkan sifat bagian-bagian penting

dari tumbuhan seperti akal, bunga, buah, daun, kemudian melakukan

perbandingan antara satu tumbuhan dengan tumbuhan yang lain. Ibnu Sina

juga menukil apa yang telah disebutkan para pakar zaman dahulu seperti

Veaskorivos, Galen dan lainnya. Ibnu Al-Haitsam dan Ibnu Sina melakukan

eksperimen-eksperimen terhadap tabiabrya dan khasiat-khasiatnya.

Bagian ini memuat informasi-informasi penting dari sudut pandang

tumbuhan saja. Ibnu Sina melakukan penelitian terhadap sejumlah besar

tumbuhan yang dikenal saat itu. Ibnu Sina menyebutkan jenis-jenisnya

dan macam-macarmya, memberikan pengertian tentang pohon, rumput,

tumbuhan bunga, ganggang dan jamur dan mengkaji tanah atau tempat

hidup tumbuhan. Adakalanya tanah itu bergaram atau tidak bergaram dan

adakalanya dia tumbuh di atas air.

Ibnu Sina menunjukkan kejelian yang luar biasa dalam menyifati

warna-warna bunga dan buah-buahan, yang kering maupun yang segar,

daun-daun yang lebar dan daun-daun yang kecil, sempuma pinggimya atau

tidak. Ibnu Sina menyebutkan berrnacarn-macam nama tumbuh-tumbuhan

dari Afrika dan nama-nama tempat. Ibnu Sina juga membedakan antara

tumbuhan jenis kebun (ditanam) dan tumbuhan darat. Pakar tumbuhan

Mesir Abdul Halim Muntashir mengungkapkan bahwa Ibnu Sina telah

mengetahui fenomena Musanahah dalam pohon kurma dan pohon-pohon

lain. Maksudnya, pohon mengalami hamil berat dalam satu tahun dan

mengalami hamil ringan dalam tahun yang lain. Atau mengalami hamil

dalam satu tahun dan tidak mengalami hamil dalam satu tahun. Ibnu Sina

juga menjelaskan perbedaan bau dan rasa tumbuhan.

Ia mendahului Carl Metz yang berpendapat tentang pentingnya

diagnosa dengan teknik pemerastrn pada tahun L934.

Dalam menyifati tumbuh-tumbuhan Ibnu Sina merujuk kepada dua

sumber:

Pertama: Tumbuhan yang masih alami. Ibnu Sina menyifati tumbuhan

yang masih segar, berbicara tentang panjang, keras, daun, bunga dan

buah-buahannya dari hal yang sesuai dan berkaitan dengan ilmu bentuk.

Kedua: Tumbuhan yang sudah kering yang dijual para penjual

minyak, seperti dalam bentuk kayu, kulit, buah dan bunga-bunga dari

hal yang sesuai dan berkaitan dengan ilmu obat-obatan dari tumbuhan.

Demikianlah Ibnu Sina dalam pembahasan dan karya-karyanya

tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan memuat semua unsur manhaj

ilmiah, baik yang berkaitan dengan kedokteran maupun farmasi. Kami

telah menyinggungnya dengan sedikit perincian ketika kita membahas

ilmu kedokteran dan ilmu farmasi.

Dari contoh kitab-kitab y*g telah kami sebutkan tampak bahwa

perhatian para ulama tentang tumbuhan dan hewan muncul dari

pemanfaatannya dalam tujuan-tujuan kedokteran dan farmasi atau di

tengah upaya menunjukkan keahlian mereka di bidang bahasa, sastra dan

sisi-sisi ensiklopedi pengetahuan mereka.

Hal ini mendorong sebagian ahli sejarah berkeyakinan bahwa warisan

ilmu pengetahuan Islam tentang kekhususan-kekhususan tumbuhan dan

hewan, keajaiban-keajaibannya, tabiat-tabiatnya dan manfaat-manfaatnya

tidak lebih dari sekadar upaya-upaya pribadi yang berserakan yang belum

menjadi ilmu Biologi dalam persepsi modern. Dan kajian-kajian tersebut

tidak memberikan pengaruh terhadap gerakan menghidupkan ilmu pada

masa kebangkitan Eropa.

Kami tidak sependapat dengan mereka, karena karya-karya Islam ini

sebagai pondasi atas ilmu Biologi modern dengan metode eksperimennya.

Perkembangan pemikiran Islam tidak terwujud kecuali dengan adanya

pondasi seperti ini dari generasi ke generasi berikutnya dan dari satu umat

ke umat berikutnya.

Sesungguhnya manusia sejak zaman lalu mengambil pelajaran dari

orang-orang sebelum mereka dan berusaha menambahkan sesuatu yang

baru yang menjadi pijakan bagi orang-orang setelahnya. Penelitian sejarah

membuktikan bahwa peradaban Yunani berpijak pada peradaban Mesir,

Babilonia dan Fenisia. Peradaban Islam mengambil faidah dari peradaban

Yunani dan peradaban Eropa modern berdiri di atas pundak peradaban

Islam, sebagaimana peradaban Amerika berdiri di atas pundak peradaban

Eropa.fSejak manusia sampai pada batas pengetahuan rasional, memasuki

lembaran sejarah dan mulai membedakan wilayah-wilayah bumi yang

berbeda-beda, dia berpindah dari satu negeri ke negeri lainnya untuk

mencari tempat-tempat yang layak dijadikan lahan bercocok tanam,

tempat tinggal dan produksi. Sungai dan laut senantiasa menyedot

keinginan manusia untuk bertempat tinggal di sekitarnya atau dekat

dengannya karena kesuburan tanah dan air yang melimpah mendatangkan

keuntungan-keuntungan. Karena itu, manusia senantiasa berhijrah ke

wilayah-wilayah yang subur dan banyak air dan berusaha mengembangkan

sarana-sarana kehidupan di sekitamya.

Dia memulai dengan cocok tanam dan perdagangan untuk memenuhi

sarana-sarana kehidupan dan mempersiapkan kondisi-kondisi yang aman

dan tentram. Kemudian pemikirannya mengarah ke sisi-sisi peradaban

dan maju dengannya.

Oleh karena itu, perhatian manusia terhadap pertanian merupakan

perkara yang alami dan penting dalam segala tahapan peradaban mereka.

Sebagian peradaban masyhur dengan pertanian-pertanian tertentu, seperti

bangsa Chinayang masyhur denganpertaniantebu danproduksi gula dari

tebu dan bangsa India yang masyhur dengan pertanian kapasnya. Akan

tetapi, bidang pertanian pada zaman dahulu hanya sebatas pengalaman

lokal dan pengalaman yang terbatas.

Pada masa peradaban Islam pertanian menjadi ilmu yang mempunyai

prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah tersendiri, sebagaimana cabang-cabang

ilmu pengetahuanyanglain. Eropa mengakui jasa bangsa Arabyang telah

memindah bermacam-macam tanaman pertanian yang bermanfaat ke

negeri Mesir, Andalusia dan Sisilia. Bangsa Eropa meniru pertanian bangsa

Arab. Di antara tanaman ini ini yaitu tanaman kapas, tebu, lemon manis,

lemon urasam, aprikot, semangka dan sejumlah tanaman obat-obatan.

Tidak diragukanlagi bahwa sumber-sumber air berperanbesar dalam

perkembangan pertanian dan kemajuan industri-industri yang berdiri di

atasnya. Karena itu, para ilmuwan memperhatikan kajian terhadap sumber￾sumber air, khususnya di negeri-negeri Islam yang berkarakter kering

karena terletak di wilayah-wilayah yang hujanrrya turun secara tidak teratur

dan tidak mencukupi. Penggalian saluran-saluran air dan pembangunan

bendungan-bendungan irigasi banyak dilakukan.

Ibnu Hauqal menuturkan dalam kitabnya Al-Masalik wa Al-Mamalik

apa yang diriwayatkan sebagian sejarahwan bahwa sungai-sungai Bashrah

pada masa Bilal bin Abi Bardah lebih dari 120.000 sungai. Kebanyakan

sungai ini bisa dilalui perahu-perahu.

Ibnu Hauqal mengatakan, "Sebelumnya aku mengirtgkari jumtah yang

disebutkan ini pada masa Bilal hingga aku melihat banyak sungai tersebut.

Terkadang aku melihat sejauh lemparan panah sungai-sungai kecil yang

keseluruhannya dilalui perahu-perahu."m

Ibnu Hauqal menyebutkan sistem irigasi di negeri Sinde dan

Samarkand. Ia mengatakan, "Kemudian bercabanglah sungai-sungai kecil

dari lembah Sinde yang mengarah ke setiap kota dan desa. Terkadang satu

desa memiliki dua atau tiga sungai.

Jika seseorang melihat lembah Sinde dari gunung, maka ia akan

melihat pemandangan hijau yang sambung menyambung. Tidak terlihat

di sela-selanya kecuali benteng Qahnadaz atu istana Samiq yang tingg.

Adapun celah yang terputus dari pemandangan hijau atau tanah yang

menjorok ke dalam, maka jarang terlihatAl-Hamdani menjelaskan sifat semenanjung jazirah Arab dalam

kitabnya Sifah Jazirah Al-Arab.Ia mengatakan bahwa air hujan terkumpul

di danau-danau kecil. Ia berbicara tentang waduk di Ash-Shamman. [a

mengatakan, "Kemudian Ash-Shamman dan air-airnya, dia ini yaitu waduk￾waduk, sebagiannya mempunyai kedalaman seratus tujuh puluh depa di

bawah tanah dan ada pula yang lebih dalam atau lebih dangkal."

Di Naisabur terdapat saluran-saluran air yang mengalir di bawah

tanah. Sebagian saluran air ini di atas permukaan bumi dan dekat dengan

ladang pertanian. Sementara yang lain mengalir di dalam kota dan melalui

istana-istana.

Di Sijistan terdapat banyak saluran air yang menyuplai kota dan

ladang pertanian dengan air. Al-Maqdisi mengisyaratkan salah satu proyek

irigasi pada masa Adhduddaulah. Pada saat itu telah berhasil dibangun

tembok besar di atas sungai yang terletak di antara Syairaz dan lsthakhar

untuk mengangkat air ke waduk yang dari waduk ini dialirkan ke kota-kota.

Secara alami negeri Islam terkenal dengan berbagai macam hasil

pertanian. Tanaman gandum ada di Khazastar; Maghrib, Persia, Mesir,

Syam dan semenanjung jazirah Arab. Tanaman kapas dan linen terkenal

ada di Mesir, Maghrib dan Dailam. Bermacam-macam kurma tersebar di

antara hasil-hasil semenanjung jazirah Arab, Mesir, Irak, Persia dan Kirman.

Ibnu Al-Faqih menyebutkan dalam Mukhtashar Kitab Al-Buldan

bahwa anggur ini yaitu tanaman buah yang paling banyak ditanam. Hal ini

dapat kita ketahui dari perkataannya, "Seandainya seseorErng keluar dari

rumahnya untuk sebuah perjalanan pada saat ia masih sangat muda, dan

ia mengamati berbagai negeri dari daerah ke daerah yang lain, mengamati

pohon-pohon anggur dalam satu kota ke kota lain hingga tua, maka ia

akan mengenal jenis-jenisnya dan menguasai macam-macamnya. Bahkan

satu wilayah saja akan membuatnya takjub dan heran karena variennya

sangatlah banyak hingga tidak terhitung."

Berkaitan dengan buah-buahan yang lain seperti apel, pisang, delim4

kacang, anggur kering dan Tin, Ibnu Hauqal mengatakarl "Sesungguturya

buah-buahan ini dihasilkan secara melimpah di negeri Syam, Persia,

Al-]azirah dan negeri-negeri yang lain. Adapun Zaitun berkualitas berasal

dari negeri Syam.

Al-Maqdisi menyebutkan bahwa pusat pertanian tebu berada di

Khauzastan, Jandisabur dan Al-Jazirah. Di dekat kota Bashrah terdapat

tempat produksi gula yang paling masyhur di Irak.

Begitu juga Ibnu Hauqal menyebutkan bahwa Mesir, Kirman dan

Khazastan termasuk negeri-negeri penghasil tebu. Juru bicara Yaman Abu

Al-Hasan Al-Hamdani berbicara tentang makanan manisan Yaman sebagai

makanan manisan yang terbaik.

Di atas kebangkitan pertanian berdirilah sebagian produksi-produksi

penting seperti produksi tenun dari kapas dan linen. Pusat-pusat utamanya

berada di kota Bashrah, Dimyath, Ray dan Khurasan. Juga muncul produksi

kertas di negeri Transoxiana, Mesir, Palestina dan Syam dan produksi

parfum dari mawar dan Zakfaran di Persia, Irak dan India. Begitu iuga

produksi obat-obatan.

Perniagaan barang-barang hasil produksi dan lainnya terjadi secara

intens di antara ibu kota-ibu kota Islam. Pelabuhan-pelabuhan Arab yang

terkenal dalam perniagaan laut ini yaitu Adary Oman, Siraf, Jeddah dan

Bashrah.

Aden merupakan pusat perdagangan yang penting antara Afrika

dan semenanjung jazirah Arab. Dia juga menjadi titik hubungan Arab

dengan China hingga Al-Maqdisi menyebutnya dengan "Gerbang China".

Dalam kitabny a Ahsan At-Taqasim Al-Maqdisi menyebutkan bahwa Yaman

mengekspor alat-alat kedokteran dan parfum, termasuk minyak misik,

zakfaran,kayuBaqqan (ienis kayu tropis), kayu jati, tumbuhan sheesham,

gading, mutiara, sutera, bafu akik, mutiara yaqut, kayu hitam, kaca, merica

dan lainnya.

Khusus tentang macam-macam tumbuhan, karakter-karaktemya dan

manfaat-manfaatnya telah banyak ditulis dalam karya tulis-karya tulis

tentang kedoktekran, obatan-obatan dan tumbuh-tumbuhan. Adapuntentangpertanian sebagai ilmu yang mana bangsa Arab meletakkan dasar￾dasarnya dan kaidah-kaidahnya dan mereka menyusun karya-karya yang

berharga tentangnya, maka sesungguhnya kami berusaha menjelaskan

kepioniran bangsa Arab dan kelebihan mereka di bidang ini melalui dua

kitab berikut:

L. Kitab Al-Filahah An-Nabthiyyah karya Abu Bakar Ahmad bin Wahsyiyah

Kitab ini ditulis pada abad kesembilan Masehi. Penulis kitab

menjelaskan tujuannya dalam menyusun kitab ini.Ia mengatakan dalam

mukaddimahnya bahwa ia menulisnya dengan tujuan memperbaiki kondisi

tanah, pertaniary pohon-pohon, buah-buah dan menangani hama-hama.81

Kitab ini terdiri dari 610 lampiran yang dibagi penulisnya

menjadi beberapa bab tentang kekhususan-kekhususan zaitun, penggalian

air, cara menggali sumur, trik-trik memperbesar sumber air sumur, cara

melihat airyang sangat dalam, mengetahui rasa air, perbedaankaraktemya

dan sifat-sifat lainnya, cara mengawinkan tanaman dan menanamnya.

Setelah itu penulis kitab mengkaji bermacam-macam tumbuhan, cara

menanamnya, mengairinya dan memupuknya. Kemudian membahas

panjang lebar tentangcara pembuatan waduk, cara menyimpan gandum,

waktu-waktu menanam, jenis-jenis udara. Dia juga berbicara panjang lebar

tentang biji-biji gandum, gandum hitam, jagung beras, kacang adas, buncis,

lobia, kacang tunggak, tanaman lupin,lineru wijen, opium,lobak, selada,

saw| na'nt'(tanaman yang mengandung menthol), seledri, timun jepang,

ketumbar, kubis, kayu manis, bunga kol, badam, kapas, bawang merah,

bawang putih, lobak Syam, wortel, mentimun, sayur gargir, kelapa, hilbalx,

kacang tanah dan lainnya.

Kemudian penulis kitab memperinci bab khusus jenis buah-buahan

yang berbiji, seperti aprikot, persik, anggur, ceri asam dan buckthorn.

Kemudian berbicara tentang buah tiru kurma, pir, pinus, apel, berries,

kastanye, jeruk, inai, muluWtiya dan lainnya.

Ibnu Wahsyiyah mengakhiri kitabnya dengan mengatakan bahwa ia

mendapatkan manfaat-manfaat yang paling agung. Ia telah berusaha sekuat

tenaga untuk menyebutkan faidah-faidah tentang cara menghidupkan

tanah mati dan mengelolanya, menangkal kerusakan-kerusakan dari pohon,

kurma dan anggur. Ia juga menyebutkan manfaat-manfaat dan bahaya￾bahaya beserta obat-obatan untuk tubuh manusia. Adapun sapi, kambing

dan hewan-hewan lainnya yang membantu kegiatan pertaniary ia telah

mengkhususkan pembahasan dalam sebuah kitab dan mengkhususkan

pembahasan tentang burung merpati, burung-burung lain dan tombak￾tombak.

Kitab Al-Filahnh An-Nabthiyyah karya Ibnu Wahsyiyah ini yaitu kitab

pertama kali yang ditulis dengan bahasa Arab tentang pertanian. Banyak

penulis setelahnya yang menulis masalah ini menjadikan kitab tersebut

sebagai rujukan.

2. Kitab Al-Filahalt Al-Andalusiyyahkarya AbrZakariya Muhammad bin

Al-Awwam Al-Isybili.

Dia ini yaitu orang yang paling masyhur di bidang ini. Pada abad

yang lalu kitabnya diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol dan Prancis.

Anton Bassey dalam catatan pada tahun 1859 yang ia sampaikan kepada

Organisasi Pertanian Prancis mengatakan bahwa kitab ini adalah

ensiklopedi pertanianyang sempumayang tiada duanya pada abad kedua

belas Masehi.

Kitab Al-Filahahkarya Ibnu Al-Awwam terdiri dari tiga puluh empat

pasal. Tiga puluh pasal pertama membahas pertanian. Adapun empat pasal

terakhir membahas pengelolaan hewan ternak. Penulis kitab menegaskan

bahwa ia tidak menulis di dalam kitabnya kecuali setelah ia melakukan

uji coba berulangkali dan mencapai kesimpulan yang benar. Ia juga

menyebutkan sumber-sumber kitabnya.

Ibnu Al-Awam membahas ilmu pengetahuan tentang macam-macam

tanah. Tanah hitam menunjukkan panas. Begitu juga tanah merah. Akan

tetapi, tingkat panas merah lebih rendah daripada p€rnas hitam. Kemudian

disusul tanah kuning. Ia mengatakan, "]ika kamu menyentuh tanah dengan

kedua tanganmu,lalu tanah menempel tanganmu dengan lengket, maka

ketahuilah bahwa dia ini yaitu tanah yang cocok untuk ditanami sayur￾sayuran. Tanah yang paling baik ini yaitu tanah yang berwama violet (merah

lembayung), kemudian yang banyak debunya karena banyak pori-porinya

dan rasa tanahnya tawar (tidak bergaram).

Ibnu Al-Awam menggunakan eksperimen, meskipun dalam hal

yang tampak sepele. Ia memperhatikan peran studi perbandingan. Untuk

mengetahui jenis tanah, ia melakukan tiga galian dengan kedalaman

setengah hasta. Ia mengumpulkan tanah dalam wadah dari tembikar

dengan sangat teliti, kemudian mengambil tanah yang berpori-pori dan

meletakkannya dalam lobangJobng. Jika masih tersisa sesuatu, maka dia

ini yaitu tanah yang pekat.

Ibnu Al-Awam berbicara tentang macam-macam pupuk negeri,

bagaimana menggunakan sampah-sampah untuk dijadikan pupuk kompos

dan bermacam-macam air yang digunakan untuk menyirami tanaman.

Untuk mengetahui kedekatan air, ia menggunakan bermacam-macam

tumbuhan, rasanya dan wama wajah bumi sebagai petunjuk. Ibnu Al￾Awam menyifati proses menjadikan pohon sebagai pohon jantary berbicara

tentang pohon-pohon yang saling cocok dan pohon-pohon yang saling

tidak cocok. Dalam menanam tanaman-tanaman keburu ia menyarankan

agar tidak melakukan penanaman pohon-pohon secara berdempetan.

Hendaknya ada jarak antara pohon sesuai dengan kadar tanah dan

kekuatannya. Pohon yang paling baik ini yaitu pohon yang dapat beranak

pinak dan pohon yang memiliki dahan. Tanaman-tanaman yang memiliki

biji secara umum lebih lemah dibandingkan dengan tanaman-tanaman

yang lain.

Ibnu Al-Awam menyifati metode pengendapan yang dikenal sekarang.

Ia mengatakary "Di antara manusia ada yang menEulam pohon-pohon ini,

lalu memiringkannya dan menutupinya dengan tanah hingga memiliki

akar-akar, lalu memindahnya."

Ibnu Al-Awam menyifati proses memperbanyak tanaman hijau dari

berbagai macam tumbuhan dengan metode pembibitan. Ia menyarankan

bibit-bibit diletakkan di tanah yang kering yang belum diolah, mendapat

sinar matahari yang cukup, mendapat hembusan angiry tanah tersebut

dibajak dengan sungguh-sungguh untuk mencabut akar-akar rumpu!

dilakukan penggalian di sekitar tanaman satu bulan sekali, alat-alatnya

sangat kecil agar tidak membahayakan tanaman. Hendaknya tanah yang

dijadikan tempat pembibitan memiliki kesamaan sifat dengan tanah aslinya.

Tidak boleh memindah tanaman dari tanan yang baik menuju tanah yang

buruk.

Tentang waktu-waktu penanaman Ibnu Al-Awam mengatakan,

"Sesungguhnya waktu-waktunya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan

negeri dan musim semi atau musim gugat." Ia juga mengatakan, "Jika

kamu ingin mengambil tanaman dari jenis apa pun yang kamu sukai,

maka kamu mengambilnya bersama akarnya atau bagian tertentu saja

darinya. Janganlah kamu mengambil dari tanaman kecuali yang mendapat

sinar matahari karena mataharinya memanasinya dan menguatkarnya.

Yang lebih banyak panas sinar matahari itu lebih baik. Janganlah kamu

mengambil tananam dari sisi Utara dan yang melewati Utara karena

dia berada di tempat yang teduh dan jarang hamil. Hendaknya kamu

mengambil dahan-dahan di bagian atas pohon dan memilih tanaman yang

paling banyak hamil dan paling baik rasanya. Hal itu karena biaya untuk

jenis tanaman yang berkualitas dan tanaman yang tidak berkualitas sama.

Maka memilih tanaman yang berkualitas lebih baik."

Ibnu Al-Awam mengkhususkan bab-bab terakhir dari kitabnya untuk

membahas tentang memberi pakan terhadap hewan dan merawatnya. Ia

berbicara tentanga cara memilih hewan yang kualitasnya bagus, masa

hamil dan pakan yang baik. Ia juga membahas cara melatih hewan

menjadi hewan yang hebat dan cara mengobati penyakit-penyakit hewan.

Ia mengkhususkan pasal tentang memelihara anjing untuk berburu dan

menjaga pertanian, memelihara burung dan unggas, seperti merpati, ayam,

angsa dan lebah madu.

Dengan demikian kita melihat kitab ini membahas bermacam￾macam ilmu pertanian dengan metode ilmiah dan berdasarkan eksperimen.

Orang-orang Arab Andalusia dan orang-orang Eropa setelah itu mengambil

banyak manfaat dari buku ini karena sesuai dengankemajuan dalam

teknik irigasi dan distribusi air. Penulis sejarah peradaban Will Durrant

mengatakary "Meskipun kitab Al-Eilaluh karya Ibnu Al-Awam Al-Isybili

merupakan pembahasan ilmu yang sempurna di bidang ilmu pertanian

yang disusun dalam abad pertengahan, Mayerhof menganggapnya sebagai

buku Arab terbaik di bidang ilmu pengetahuan alam, khususnya tentang

ilmu tumbuhan.

Negeri Andalusia menarik seluruh orang Eropa dengan sihir dan

keindahannya dan kemajuan peradaban Islam di sana karena upaya besar

telah dikerahkan untuk membangun kota dan membangun saluran air

tanatu menggali sumur-sumur dan menyimpan air sampai waktu yang

dibutuhkan."

Kita membiarkan akhir pembahasan ini dengan pemyataan Dr.Zigred

Honke mengatakan, "Dernikianlah bangsa Arab memakmurkan tanah-tanah

yang tinggi dan kaki gunung-kaki gunung yang sebelumnya tidak mungkin

manusia mengambil faidah darinya karena kering yang terus menerus.

Mereka mengajarkan cara-cara menanam dan memelihara tanaman apel,

persik, kacang Lauz, apfikot, jeruk, cokelat, pisang, kurma dan semangka.

Mereka juga mempunyai perhatian khusus terhadap tanaman kapas, tebu

dan tanaman-tariaman lain yang hingga sekarang menjadi bagian penting

dari produksi-produksi Spanyol. Sampai sekarang banyak nama-nama obat

di Spanyol yang berasal dari nama Arab. Bangsa Arab tidak meninggalkan

sejengkal tanah kecuali mereka menginvestasikannya.

Berkat upaya-upaya di bidang pertanian tersebut, tanah pada zaman

Abdurrahman III dapat menghasilkan tiga atau empat kali panen dalam

satu tahun. Bangsa Arab juga memperhatikan pengelolaan hewan. Mereka

ini yaitu orang yang pertama kali melakukan percobaan-percobaan dan

melakukan penetasan buatan sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Emerupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan alam yang

'ditekuni sebagian manusia sejak dahulu. Akan tetapi, sejarah Kimia kuno

diselimuti teka-teki, yang mana kita tidak mengetahui keberadaannya

kecuali dari penemuan-penemuan para ilmuwan kontemporer yang

melakukan beraneka macam riset dan penelitian pada bangunan-bangunan

dan benda-benda purbakala peninggalan peradaban kuno yang berhasil

ditemukan dan masih tersisa bekas-bekasnya.

Analisa Kimia modern menunjukkan bahwa penduduk Mesir kuno

telah mengenal penambangan tembaga. Mereka telah mampu melebur

tembaga dengan logam untuk menghasilkan tembaga jenis kuningan,

sebagaimana mereka mampu memproduksi kaca dari pasir, melakukan

senyawa emas dengan perak, dan mampu memproses besi mentah menjadi

baja. Mereka menggunakan tembaga untuk menghiasi bejana-bejana yang

terbuat dari tembaga supaya tidak teroksidasi dan tidak berkarat serta

sangat cermat dalam seni pengawetan mayat atau mumi.

Sebagaimana mereka juga telah mampu menciptakan bahan-bahan

pewarna untuk membatik kairu memberi wama dan omamen bejana-bejana

mewat! melukis gambar-gambar serta memberikan warna kerajinan dan

karya-karya yang dihasilkan, perkakas-perkakas dan dinding-dinding

bangunan.

Telah jelas terlihat apabila penduduk Mesir senantiasa berupaya

mempertahankan kemajuan peradabannya dalam bidang-bidang ini sampai

lahirlah Islam.

Ibnu Al-Qathafi dalam karyarrya Akbar Al:Ulama' bi Akhbar Al-Hukama'

menjelaskan bahwa Rosyam Al-Mashri Al-Kima'i ini yaitu sosok ilmuwan

KimiaMesirsebelumlslam. Dia mahir dalamilmu Kimia menguasai dasar￾dasar Kimia, cabang-cabangnya serta hukum-hukum tentang rangkaian

Kimia dan penjelasan tentang dalil-dalil yang menunjukkan keberadaan

rangkaian Kimiawi. Dia mempunyai beberapa karya penting yang terkenal

di kalangan ilmuwan dalam bidang Kimia, sehingga mereka berlomba￾lomba mencari buku-buku karyanya untuk mengambil manfaat darinya.

Penelitian modern juga telah mengungkap penemuan tentang

Peradaban Timur Kuno dalam bidang Kimia. Penduduk Persia telah

mampu melakukan pembersihan minyak murni dengan cara penyulingan,

sebagaimana mereka mampu melakukan pemisahan jenis-jenis minyak.

Sedang penduduk India, Cina, Babilonia dan Venecia telah mengenal

pembuatan tembaga kuningan dan pembuatan bahan-bahan pewarna

melalui tehnik-tehnik menyerupai apa yang dilakukan penduduk Mesir.

Adapun penduduk Yunani kuno dan Romawi, maka tidak ada satu

pun penemuan yang menyimpulkan bahwa mereka sudah mengenal atau

mengetahui ilmu Kimia, kecuali sebatas teori dan filsafat. Penduduk Romawi

dan Yunani kuno belum mengenal Kimia Terapan, karena pengetahuan

penduduk Yunani kuno bertumpu pada menafsirkan pengetahuan inderawi

melalui perenungan dan penalaran akal untuk mengetahui universalitas

segala sesuatu dan barang-barang terlihat, kemudian membuat kesimpulan

parsial dari semua itu melalui pola penalaran yang logis.

Sebenarnya sisi Kimia Praktik dan Terapan yang ditemukan penelitian

dan riset modem terhadap peninggalan-peninggalan peradaban kuno hanya

dapat ditemukan pada masa-masa pertengahan atas dasar kaidah-kaidah

ilmiah yang benar. Akan tetapi, disamping sisi ini, di sana berkembang pula

Kimia khurafat yang dikenal bernama Ash-Shun'ahyangtelah menguasai

para pelaku Kimia yang menekuni teori-teorinya.

Ash- Shun' ahmerupakan sebuah corak pemikiran dimana dimungkinkan

bagi manusia mengubah barang-barang tambang (logam) kelas rendatr,

seperti tembaga, timah, besi dan kuningary menjadi barang-barang tambang

kelas tinggi (logam mulia) seperti emas dan perak. Impian pemerhati

disiplin Aslr -Shun' ah ini ini yaitu menemukan eliksir kehidupan yang dapat

membuat umur panjang (hidup abadi) dan mengembalikan masa muda.

Ilmu yang gagal ini tetap diminati dan sempat menyibukkan sebagian

manusia, dan Ash-Shun' ah telah membuat mereka tersibukkan pada masa￾masa kuno.

Paham ilmu Ash-Shun'ah ini telah diikuti sebagian ilmuwan Arab

pada masa-masa pertengahan, kemudian diminati sebagian ilmuwan

Kimia Eropa pada masa berikutnya. Para penipu dan tukang sulap

telah menjadikan ilmu ini sebagai 'barantg' dagangan, mengeksploitasi

kelemahan manusia umum d€rn memperlihatkan kepada para pemula yang

mempelajarinya di depan kebangkitan kekayaan, kebahagiaan, kesehatan

dan umur panjang.

Para pelaku Ash-Shun'ah mengamalkan profesinya di tempat-tempat

tersembunyi. Mereka merahasiakan penemuErn-penemuan mereka supaya

mampu mewujudkan misi mereka secara substansial dan dialogis serta

meletakkan pada sisi-sisinya lingkaran-lingkaran yang sulit dipahami dan

senantiasa tersamar.

Di Mesir, aliran Iskandariyah dikenal sebagai embrio cikal bakal

berkembangnya Ilmu Kimia Teori dan Terapan pada masa Ptolemeus

dimana kemasyhuran namanya abadi sampai Islam muncul. Aliran

Iskandariyah ini menjadi sumber pertama Kimia bagi penduduk Arab

pada masa peradaban Islam.

Teori-teori Yunani tentang asal materi, pada dasamya dapat diklasifi￾kasikan menjadi dua aliran, yaitu:

Aliranpertama; dinisbatkan kepada Orbadhukulais pada abad kelima

sebelum masehi. Menurut aliran ini, wujud benda tersusun dari empat

unsur, yaifu: tanatU air, api dan udara. Setiap uruiur, sifatnya tetap sesuai

dengan ciri yang dimilikinya yang tidak dapat berganti, tidak hilang

dan tidak dapat berubah menjadi unsur lain. Sedang jisim terdiri dari

empat unsur dengan melebur dan menyusun, dengan mendominasi dan

didominasi, dalam arti sejumlah sifat-sifat dari keempat unsur ini terkadang

mendominasi sehingga ia muncul dan terkadang didominasi sehingga ia

menjadi hilang atau tersamar.

Aliran kedua; dinisbatkan kepada Democritus pada abad keempat

sebelum masehi. Aliran inilah yang menemukan adanya realitas hampa

dan kosong, dan bahwa jisim-jisim merupakan atom-atom yang tidak dapat

dibagi-bagi. Atom-atom ini dilihat dari segi macamnya semuanya adalah

sejenis, namun berbeda-beda dari segi ukuran, bentuk, substansi, urutan

serta senantiasa ditemukan melakukan gerakan intemal tanpa henti.

Dikarenakan Aristoteles ini yaitu sebagai filosuf humanis pertama, maka

dia bertumpu pada logika dan metafisika ketika menafsirkan fenomena￾fenomena alam. Dia mendefinisikan metafisika sebagai pembahasan tentang

sesuatu yang wujud sebab ia wujud. Dan pertanyaan tentang wujud

difokuskan dari arah wujudnya. Oleh karena itu, kita melihat Aristoteles

menolak teori atom meskipun teori atom itu benar adanya, sehingga

berdampak pada perkembangan aliran filsafahlya yang lambat.

Mengingat Aristoteles konsisten berpegang pada teori empat unsur,

maka dia membantu dalam penyebaran dan perkembangan teori empat

unsur ini. Catatan Aristoteles dalam bidang Kimia menjadi referensi bagi

setiap generasi yang mengikuti filsafabrya. Di dalam catatan Aristoteles ini,

sang penulis membuat batasan fungsi Kimia dan meminta suPaya orang

yang mengikuti pahamnya menempatkan posisinya sebagai alam, sehingga

dia mengenal kekuatan logika dan ilmu-ilmu terapan. Sesuatu yang masuk

ke setiap jisim, seperti panas, dingru basah dan kering, disamping jisim￾jisim lain yang bercampur dengannya maka ia akan menimbulkan reaksi

yang mampu mengurtrngi apa yang lebih dan menambah apa yang kurang

dari pola-pola mempengaruhi dan dipengaruhi, dengan memperhitungkan

panas dan lembab sebagai unsur yang mempengaruhi, sedangkan dingin

dan kering sebagai unsur yang dipengaruhi.

Aristoteles menjelaskan bahwa pembentukan materi-materi bumi dari

empat unsur berjalan sempurna berkat pengaruh Panas yang dihasilkan

oleh pergerakan planet dan benda-benda angkasa. Tidak ada perbedaan

barang-barang tambang kecuali karena perbedaan perbandingan di antara

empat unsur yang menyusunnya serta perbedaan pengaruh planet-planet.

Emas merupakan barang tambang paling murni, karena tersusun dari

perbandingan ideal percampuran empat unsur.

Oleh karena itu, ini yaitu sesuatu yang mungkin meniru alam dan

hukum-hukumnya untuk menghasilkan emas dari barang-barang

tambang kelas rendah melalui cara-cara buatan dengan mendaur-ulang

perbandingan masing-masing unsur supaya masing-masing unsur murni

berbanding ideal. Dari sini, para ilmuwan Ash-Shun' ahkembali melakukan

riset tentang eliksir semestinya untuk menciptakan program perubahan

sebagaimana yang terjadi di alam dengan proses sangat lambat.

Dari generasi ke generasi, riset tentang eliksir, batu hikmah atau

rahasia perbandingan ideal empat unsur pada logam-logam mulia menjadi

legenda yang turun-temurun. Mereka memulainya pada belerang sebagai

unsur panas yang kering dan air raksa sebagai unsur dingin yang basah,

lalu mencampur keduanya dengan masing-masing perbandingan yang

secukupnya/ namun mereka tidak mampu menghasilkan emas. Meskipun

demikian, mereka tidak kehilangan harapan meneruskan riset, hingga

menjelang masa keemasan peradaban Islam yang tidak lepas dari Kimia,

sebab perkembangan dan transformasi ilmu pengetahuan dari fase

pembuatan emas buatan menuju ilmu pengetahuan terapan di berbagai

laboratorium.

Mengacu dari uraian di depan, maka jelas bahwa Ilmu Kimia lintas

sejarahnya yang panjang, dipengaruhi oleh peradaban penduduk Mesir,

Yunani dan Arab. Mereka telah meninggalkan warisan ilmu Kimia dengan

simbol-simbol tujuan mereka yang sangat jelas, jauh lebih jelas daripada

ilmu Kimia yang diwariskan oleh selain mereka, sebelum akhirnya ilmu

Kimia berpindahke tangan para pakar Kimia Baratpada masa kebangkitan

Eropa modern.

Berpijak dari situ, maka timbul perdebatan seputar asal kata'Kimia'.

Para ilmuwan berbeda pendapat mengenai asal, sumber dan penisbatan

kata'Kimia' ke tiga peradaban, yaitu: Mesir, Yunani dan Arab.

Pendapat pertama; mereka berpandangan bahwa kata 'Kimia' berasal

dari Mesir, karena ia terbentuk dari dua kata Fir'aun, yaitu: kata'kem' dan

kata 'kemat', keduanya mempunyai arti' at-turbah as-sauda' (tanah hitam)',

yaitu nama sebuah daerah di Mesir menurut para Fir'aun. Atas dasar itu,

maka kata'Kimia' berarti'ilmu Mesir' yang memberikan isyarat bahwa

Kimia merupakan salah satu cabang disiplin Ilmu Mesir Kuno. Ilmu ini

seperti disiplin keilmuan dan pengetahuan yang lain.

Pendapat kedua; kubu ini berpandangan bahwa kata 'Kimia' dalam

bahasa-bahasa bangsa Eropa yang berbeda-beda berasal dari bahasa

Yunani, yaitu kata 'khaima' yang artinya peleburan atau pencairan barang￾barang tambang. Mereka berpandangan demikian, karena teori Yunani

menceritakan tentang peleburan empat unsur untuk membuat emas, yang

hal ini sudah menyebar dan sudah tersiar luas.

Pendapat ketiga; kelompok ini -dan saya cenderung untuk

membenarkannya- berpandangan bahwa kata'Kimia' berasal dari bahasa

Arab. Dasarnya ini yaitu merujuk pada penjelasan yang disampaikan

Imam Muhammad Al-Khawarizmi Al-Katib, "Sesungguhnya kata'Kimia'

diambil dari fi'il (kata kerja) kama yakma yang berarti segala sesuatu ketika

tertutupi dan tersamar. Dikatakarr, "Kama asy-syahadah yakmiha," artinya

jika seseorang menyembunyikan kesaksiannya."

Imam Al-Khawarizmi memberikan penafsiran pandangannya ini

dalam karyanya Mafatih Al-'Ulum, dia berkata, "Sesungguhnya asal mula

kata ini hakikatnya merujuk pada tabiat temanya. Sesungguhnya Kimia

pada awal perkembangaffrya merupakan bagian dari disiplin keilmuan

tersamar, kecuali bagi orang-orang yang menekuninya."82

Pandangan Al-Khawarizmi ini telah didukung dan diperkuat oleh

Holmard yang mengatakan bahwa asal kata 'Kimia' ini yaitu berasal dari

bahasa Arab dengan alasan ada 'al' yang berfungsi sebagai at-ta'rif pada

kata al-kimiya' dalam penulisan yang digunakan orang-orang Eropa.

Ada juga pendapat keempat, sebagaimana yartg telah diisyaratkan

sebagian buku, meskipun kami tidak yakin akan kebenaratrnya, namun

tidak masalah jika saya mencantumkannya meski sanad-sanadnya lemah.

Haji Khalifah telah rnenyebutkan pendapat keempat dalam Kasyf Azh￾Zhununbahwa Ash-Shafadi dalam syarah Lamiyah Al:Aiam mengatakan,

"Kata 'Kimia' ini ini yaitu kata mu'arrab (kata seraPan bahasa Arab) dari

bahasa Ibrani, yang berasal dari kata'kima yih', artinya, dari Allah."

Kelompok keempat yang berpandangan demikian beranggapan

bahwa Kimia ini yaitu ilmu yang bersumber dari wahyu yang diwariskan

oleh para pengganti atau penerus Para nabi' Dengan demikian, dalam

Kimia mereka mengingkari adanya uji coba dan riset menuju sihir dan

sulap. Sebagaimana mereka tidak mengakui hubungan antara Kimia dan

peradaban-peradaban manusia yang bereksplorasi untuk menemukan dan

menekuni Kimia, mengumpulkan teori-teori dan aplikasinya yang masih

bercerai-berai lalu menghubungkan antara safu teori dengan selainnya,

mengklasifikasikan hukum-hukumnya, mempraktikkannya menjadi

ilmu terapan pada barang-barang tambanS, pembuatanmumi, membatik,

menenun/ membuat kaca, membuat kertas, menciptakan minyak-minyak

senyawa sebagai campuran, membuat parfum, karya kerajinan tangan dari

barang-barang tambang, merangkai berbagai obat penawar racun dan lain

sebagainya, sebagaimana yang terjadi pada masa kebangkitan Islam.E


Sejarah Kimia setelah Islam lahir mulai memasuki babak baru. Ilmu

menjadi salah satu disiplin keilmuan yang terpisah dari selainnya, terlebih

setelah penterjemahan buku-buku peninggalan Yunani dan buku-buku

dari para ilmuwan aliran Iskandariyah.

Fase ini di mulai pada masa Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan

semakin bersinar pada masa ]a'far Ash-Shadiq, karena kedua pemimpin

ini mempunyai keistimewaan atas selainnya, yaitu cinta ilmu dan ulama.

Karena hal tersebut, mereka menaruh perhatian besar dan memberikan

kemudahan dalam pengembangan ilmu dan menggalakkan pengetahuan.

Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Ja'f.ar Ash-Shadiq sangat

besar pengaruhnya dalam sejarah perkembangan berbagai bidang ilmu

pengetahuan. Pada masa keduanya,ilmu pengetahuan telah mencapai

antara masa klasik dan masa kontemporer. Keduanya juga memberikan

peluang sebebas-bebasnya kepada para ilmuwan menggali teori-teori klasik

di berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan.Setelah itu, Khalid danJa'far

mempersiapkan fase penyusnnan dan penemuan-penemuan baru ke dalam

buku-buku melalui tangan-tangan sejumlah besar para pakar Kimia muslim

dan fase menelurkan karya dalam bidang ilmu pengetahuan.

jabir bin Hayyan ini yaitu thefuundingfather dalambidang ini, sehingga

dia dijuluki Bapak Kimia dan Guru Kimia bagi ilmuwan setelahnya

dalam hal menyusury melakukan riset dan menciptakan formula-formula

Kimiawi.

sudah selayaknya apabila teori empat unsur merupakan sebuah

manifestasi yang mendorong dan menarik perhatian para ilmuwan Arab

berlomba dengan terori-teori ilmuwan yunani kuno yang sudah terlebih

dahulu terkenal dan tersebar.

Para ilmuwan Arab mempelajari dan memperhatikan teori-teori para

ilmuwan Yunani ini secara mendalam, karena menurut para ilmuwan Arab,

apa yang telah mereka para ilmuwan Yunani ciptakan merupakan pondasi

yang menjadi pijakan karya mereka. setelah it:u, parailmuwan Arab mulai

melakukan pelurusan-pelurusan dan memberikan kritikan-kritikan atas

teori-teori para ilmuwan Yunani yang telah mereka kaji dan pelajari, meski

pandangan-pandangan ilmuwan Arab atas teori-teori yunani ada yang

mendukung, menentang dan ada yang netral.

a. Adapun ilmuwan Arab yang mendukung, mereka berkeyakinan

adanya kemungkinan mengubah barang-barang tambang kelas

rendah menjadi emas dan perak. sebagai contoh dalam kelompok

ini ini yaitu dua ilmuwan besar kaum muslimin, yaitu: Jabir bin

Hayyan dan Abu Bakar Ar-Razi. Kepiawaian keduanya sudah tidak

diragukan lagi dalam meletakkan metodologi Kimia dan aplikasinya

dengan detail dan akurat. Keduanya juga merupakan guru bagi Bacon

dan Decrates. Jabir dan Ar-Razi dalam buku karya keduanya telah

membakukan sejumlah teori hukum-hukum Kimia yang kemudian

dijadikan rujukan oleh para ilmuwan Barat daram mengembangkan

cabang-cabang Kimia modern.

b. sementara ilmuwan Arab yang netral, maka mereka menyikapi teori￾teori Kimia yang ditinggalkan umat terdahulu dengan kekaguman

sebab corak dan formatnya. Akan tetapi, gorongan irmuwan Arab

ini melakukan uji coba sendiri dan mereka menemukan bahwa

mewujudkan teori ini ini yaitu sesuatu yang mustahil.

sebagai contoh kelompok ini ini yaitu dua ilmuwan besar yaitu: Abu Ar￾Raihan Al-Bairuni dan Ibnu sina. profesor Christoper Tool telah berbicara

tentang kedua ilmuwan muslim ini, "Keduanya yakin dengan keabsahan

teori Yunani perihal kemungkinan menciptakan materi-materi baru

dengan persamaan hukum-hukum alam dalam pergerakan-pergerakannya.

Sebagaimana keduanya berkeyakinan dalam teori belerang dan air

raksa, namun keduanya menolak pendapat yang mengatakan adanya

kemungkinan merealisasikan apayang sudah dijelaskan teori ini. Karena

menurut Al-Bairuni dan Ibnu Sina, Ash-Shun'ah tidak mungkin mampu

mencapai level yang sama dengan hukum-hukum alam."

Ibnu Sina berupaya meletakkan hujjah atas kebatilan Ash-Shun'ah

ini dalam karyanya Asy-Syifa- dengan mengatakan bahwa sesungguhnya

logam-logam seluruhnya ini yaitu sama. Adapun perbedaan fisik yang

terlihat di antara logam-logam ini hanyalah berdasarkan faktor-faktor

ekternal yang dapat berubah kapan saja.

Ibnu Sina mengatakary "Saya menerima adanya kemungkinan format

barang-barang tambang -seperti timah- berubah menjadi formatperak dan

mem-format perak menjadi format emas, seperti dengan menghilangkan

lebih banyak kekurangan-kekurangan beberapa unsur yang menjadi

komponen penyusun timah.

Adapun jika bahan yang diformat dihilangkan atau ditambah unsur

komponen penyusunnya, maka saya tidak melihat hal itu memungkinkan

mengubahnya menjadi sesuatu yang lain setelah itu. Sebab faktor-faktor

kasat mata/ menyerupai indikator-indikator pemisah yang menjadikan

material-material ini menjadi beraneka macam. Bahkan faktor-faktor

yang kasat mata ini merupakan faktor-faktor eksternal dimana indikator￾indikator pemisahnya tidak diketahui. Dan apabila indikator-indikator

sesuatu tidak diketahui, maka bagaimana mungkin seseorang berharap

dapat menciptakan atau memusnahkannya."

- Ibnu Sina menjelaskan bahwa apa yang kita pahami setelah peng￾ubahan barang-barang tambang kelas rendah menjadi emas atau

perak, sesungguhnya hakikatnya bukanlah emas atau perak, namun

sangat menyerupai emas atau perak dalam warna keemasannya

atau warna keperakannya. Sedangkan sifat-sifat yang dikatakan

tentangnya, jika sifat-sifat ditambah atau dihilangkan kemudian

barang akan berubah dari barang logam rendah menjadi logam

mulia, maka sifat-sifat tidak lain kecuali sifat yang terlihat dan bersifat

eksternal. Dan ini bukanlah indikator-indikator pemisah hakiki

yang membedakan jenis satu barang atas jenis barang lain, karena

indikator-indikator pemisah hakiki tidak diketahui. Apabila sesuatu

tidak diketahui, maka mustahil menciptakan atau memusnahkannya

dengan rekayasa-rekayasa tertenfu .

Ibnu Sina dalam karyanya Asy-Syifa'hampir mencapai batasan

menolak teori mengubah barang-barang tambang kelas rendah

menjadi emas atau perak dengan penolakan secara mutlak. Ibnu sina

berkata, "Adapun klaim yang dilontarkan sebagian Kimiawary maka

kita wajib mengetahui bahwa bukanlah menjadi kekuasaan tangan￾tangan mereka untuk mengubah komponen-komponen penyusun

barang-barang tambang dengan perubahan yang hakiki, karena esensi

dan subtansi barang-barang tambang itu senantiasa terperihara dan

menetap. Dan bahwasanya mereka hanya mewarnainya dengan tata

cara-tata cara rekayasa yang diciptakary yaitu dengan mencampurkan

bahan penyusunnya saja."

Akan tetapi, meskipun Ibnu Sina mengambil posisi netral antara

menerima dan menolak, dia bertindak dengan hati-hati dalam masalah

perubahan esensi barang-barang tambang. Sang Ar-Ra'is berkata,

"Perubahan ini terkadang mencapai taraf detail sekiranya pandangan

mata telanjang orang awam menduga bahwa suatu barang tambang

telah berubah secara nyata dan dirubah esensinya menjadi barang

lairt."

Tidak diragukan lagi bahwa posisi Ibnu Sina ini menunjukkan

kecenderungannya yang independen dalam berpendapat dan

pengkultusan terhadap kemampuan akal, disamping kecintaannya

untuk bebas dari belenggu yang mengharuskan tunduk kepada teori￾teori para pendahulunya dan pendapat-pendapat mereka. Ibnu Sina

melakukan riset dan penelitian sendiri dengan bermodalkan akal

dan pengetahuan yang dikuasainya. Jika apa yang dilakukan Ibnu

Sina mengantarkan pada pendapat-pendapat yang benar, maka dia

mengambilnya. Sebaliknya, jika ia mengantarkan pada yang selainnya,

maka dia membuangnya dan menjelaskan letak kesalahannya serta

memperingatkan dari mengikuti pendapat mereka yang salah tersebut

dan berjalan di bawah pengaruhnya.

- Memperhatikan betapa pentingnya sosok lbnu Sina dalam bidang

kedokteran dan filsafat serta peran besar yang dimainkannya dalam

membimbing pemikiran manusia, maka saya khawatir apabila Anda

meninggalkan perdebatan kami tentang posisi Ibnu Sina menyikapi

teori-teori Yunani yang sudah melekat dalam diri pembaca. Apabila

kenetralan figur Ibnu Sina dari teori-teori Yunani karena dia tidak

mampu mengambil keputusan sendiri terkait teori-teori Yunani.

Sesungguhnya saya melihat bahwa sosok Ibnu Sina terlalu tinggi

jika dikatakan demikian, terlebih dia mendapat julukan Guru Ketiga

Manusia setelah Aristoteles dan Al-Farabi. Saya akan mengupasnya

lebih detail dalam bab terpisah di pembahasan Ilmu Kedokteran,

karena Ibnu Sina dalam satu sisi -sebagai seorang dokter- mengetahui

bahwa teori Yunani terhadap asal jisim-jisim merambah pula ke

bidang kedokteran Yunani.

Digambarkan dalam kedokteran Yunani bahwa sehat adalah

keseimbangan antara empat tabiat, yaitu: panas, dingin, basah dan kering.

Sedangkan sakit digambarkan karena salah satu dari empat tabiat di atas

tidak berimbang dan menghegemoni tabiat selainnya.

Berpijak dari realitas ini, maka Ibnu Sina berupaya mengkaji masalah

ini dengan cermat tatkala berhubungan dengan Kimia.

- Di sisi lain, Ibnu Sina merupakan sosok ilmuwan yang menciptakan

metodologi penelitian ilmiah yang sangat jelas. Oleh karena itu, kita

menemukan dalam buku karyanya Asy-Syifa', pada bab yang sama,

yaitu bab dimana dia membicarakan tentang perubahan barang￾barang tambang kelas rendah menjadi logam mulia (emas atau

perak). Dia mengklasifikasikan jisim barang-barang tambang menjadi

kelompok bebatuan, benda-benda cair, belerang dan garam. Klasifikasi

ini merujuk pada pengamatan-pengamatan riset laboratorium yang

dia lakukan tentang kadar kemampuan serapan benda-benda cair

di beberapa barang tambang dengan air, dan kadar kemampuan

beberapa barang tambang menyerap benda-benda cair dengan air

melalui penempaan, pelarutan atau penguapan.

Kita melihat bahwa Ibnu Sina seandainya melakukan uji coba

Kimiawi sebagaimanaytrrgdilakukannya dalam kedokterary maka sudah

barang tentu akan mudah baginya menghapus teori Yunani tatkala ingin

memeranginya dengan menggunakan hujjah-hujah logika saja.

c. Adapun para ilmuwan yang sejak pertama menentang teori senyawa

empat unsur dalam bentuk dan kandungannya, maka kita dapat

menyebutkan di antara mereka yaitu filosuf Arab Abu Yusuf Ya'qub

bin Ishaq Al-Kindi danLisan Al-Yaman Abu Muhammad Al-Hasan

binAhmad Al-Hamdani.

Meski para ilmuwan dan filosuf mengkategorikan Al-Kindi sebagai

pendukung filsafat Yunani, maka sesungguhnya dia mengambil filsafat

Aristoteles dan mempelajarinya dari buku-buku filsafat Aristoteles

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab lalu berupaya memperbaiki,

menguraikan dan merevisinya. Dan setelah itu Al-Kindi mendirikan paham

filsafat Islam dengan metodologi filsafat yang didasarkan pada keselamatan

makna dari tinjauan mantiq disamping pada keselarasan dan kebenaran

makna dalam tinjauan akal. Hanya saja, terkait dengan Kimia, Al-Kindi

menolak teori Aristoteles dalam hal adanya perubahan barang-barang

tambang kelas rendah menjadi emas atau perak.

Al-Kindi berpendapat bahwa menyibukkan diri dalam Kimia dengan

tujuan menghasilkan emas ini yaitu membuang waktu dan menghambur￾hamburkan harta. Tidak itu saja, bahkan Al-Kindi memperingatkan supaya

manusia menjauhi dari menyibukkan dirinya dalam Kimia dengan tujuan

menghasilkan emas, karena hal itu akan membuat akal dan kemampuan

seseorang menjadi sia-sia.

Peringatan Al-Kindi ini telah dituangkan dalam beberapa karya

Risalah-nya yang di antaranya adalah: Risalah fi At-Tanbih'an Al-Kltida'i

Al-Kimia' iyyin dan Risalah fi Buthlan D a' wa Al-Mud' in Shun' ah Adz-D zahab

w a Al-F idhdhah w a Khida' ihim.

Al-Kindi tidak merasa cukup dengan menghujat upaya teori ilmu

yang mengubah barang-barang tambang kelas rendah menjadi emas atau

perak yang gagal ini, namun dia juga menyusun beberapa Risalah penting

dalam bidang Kimia Terapan yang di antaranya adalah: Risalah fi Anwa'

Al-lawahir Ats-Tsaminah, Risalah fima Yashbigh fa Yu'tha Launan, Risalah fi

Kimia' Al: Uthur,Risalah fi Al: Uthur wa Anwa' iha, Risalah fi Talwih Az-Zuj aj,

Risalah fi Anwa' As-Suyuf wa Al-Hadid, dan Risalah fi ma Yuthrnh ' ala Al-Hadid

wa As-Suyuf hatta la Tatatsallam wa la Takall.

Al-Kindi mempunyai karya Risalah penting tentang formula untuk

membersihkan noda-noda pada pakaian. Karya Risalah ini mencakup

banyak bahan-bahan Kimia yang sekarang banyak digunakan untuk

membersihkan pakaian dan kain dari noda-noda maupun benda-benda

asing yang mengenainya dan dapat menghilangkan kotoran darinya.

Pandangan-pandangan yang disampaikan Al-Kindi, Al-Hamdani

dan selainnya dalam menentang teori Yunani kuno yang menyatakan

tentang adanya kemungkinan perubahan barang-barang tambang kelas

rendah menjadi emas atau perak merupakan faktor paling besar dalam

menghilangkan pengaruh teori ini dan secara bertahap mengikis

para pengikutnya. Bahkan pada abad XIII (ketiga belas), Zaenuddin

Abdurrahman Al-Jaubari dalam karyanya Kasyf Al-Asrar wa Hatk Astar

berhasil memaparkan tiga ratus tipuan para ahli Shun'ah terhadap manusia.

Begitu pula yang dilakukan Ash-Shafadi yang menolak upaya

mengubah barang-barang tambang kelas rendah menjadi emas atau perak

pada awal pembahasannya ketika memberikan penjelasan terhadap kasidah

Lamiyah Al-' Aj am. Ash-Shafadi berkata, "Sesungguhnya produk Kimia dari

teori ini tidak dapat dibenarkan. Akan tetapi, ia dapat dibenarkan dalam

hal asmara dan sastra."

Berkat karunia Allah kepada umat Islam, mereka menolak teori Yunani

ini karena faktor ajaran-ajaran Islam dan penolakan Islam terhadap praktik￾praktik sihir dan sulap, sehingga ajaran Islam memberikan manfaat besar

kepada kaum muslimin. Hal ini tercermin dari aktifitas umat Islam

mengamalkan Ilmu Kimia Terapan secara terkonsep dan teratur. Dengan

begltu, seruEul memerangi impian mengubah barang-barang tambang kelas

rendah menjadi logam mulia dan memisahkan kandungan unsiur-unsur

yang ada pada barang-barang tambang kelas rendah atas unsur selainnya,

menyeru kepada kaum ilmuwan muslim agar melakukan berbagai uji coba

dengan intensitas macam dan ragamnya yang berbeda-beda, melakukan

analisa-analisa atas materi-materi praktik laboratoriumyangberbeda-beda,

memperhatikan letak pemisahnya lalu mendefinisikannya.

Semua itu pada akhirnya mengantarkan mereka menuju keberhasilan,

mencapai puncak pengetahuan Ilmu Kimia Terapan dalam pemahamannya

yang ilmiah pada zamannya, disampingjuga telah mengantarkan mereka

ke puncak penemuan susuntu:t unsur-unsur tidak terstrukfur modern dan

susunan unsur-unsur tersetruktur modem dalam ilmu Kimia.

Para pakar sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban telah bersepakat

bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa para Kimiawan Yunani

merupakan safu-satunya orangyang telah melakukan eksperimen, karena

kita menemukan ratusan pakar Kimia Arab yang dalam ekperimen mereka

telah melakukan riset pengamatan material dan uji coba-uji coba ilmiah.

Kesimpulannya ini yaitu bahwasanya Kimia sebagai ilmu terapan

hampir dapat dikatakan bahwa seluruhnya ini yaitu buah karya kaum

muslimin. Karena umat Islam lah yang telah menciptakan metodologi￾metodologi riset ilmiah di berbagai aspek kehidupan yang hal itu tidak

diketahui oleh para ilmuwan dan filosuf Yunani...

Berikubrya, saya akan memaparkan beberapa karya yang diciptakan

umat Islam dalam bidang Kimia sebagai barometer yang menunjukkan

urgenisitas sendi-sendi, kaidah-kaidah dan keistimewaan-keistimewaan

Ilmu Kimia dalam khazanah peradaban Islam. Dan menjelaskan

kesungguhan para ulama Islam dalam mengikuti metode eksperimen

dan keteguhan mereka padanya, mengingat metode eksperimen adalah

sesuatu yang krusial bagi perkembangan berbagai macam disiplin ilmu

pengetahuan dan kemajuannya.

Memperhatikan Kimia pada dekade perkembangan Islam yang telah

berubah dari yang bersifatkhurafat' menjadi bersifat eksperimeo maka kita

akan mencurahkan segenap perhatian demi ilmu, bukan demiash-shun'ah

dimana kisah-kisahnya menjadi legenda dan keaneh-keanehannya sangat

membingungkan sebagian ahli sejarah, dimana pembahasannya telah

dikupas panjang-lebar dalam buku-buku tulisan dan karya-karya mereka.

Tatkala Kimia Arab dikenal dengan 'Ilmu labir', maka saya akan

memulai pembahasan ini dengan mengupas metodologi dan pemikiran

]abir melalui buah karyanya Al-Idhah. Di dalam Al-ldhah ini, Jabir

mengoreksi teori-teori kuno Yunani dan menganalisanya dengan detail.

Setelah itu, dia memberikan pembenahan-pembenahan teori Aristoteles

tentang pembentukan barang-barang tambang dan berbagai jenis logam.

Jabir menjelaskan bahwa barang-barang tambang dan logam tidak

mendukung penjelasan sebagian eksperimen dan tidak selaras dengan

sebagian hakikat ilmiah yang dikenal pada waktu itu. Selanjutnya ]abir

mencetuskan teori baru yang bertumpu pada empat unsur, namun ia lebih

condong pada pembentukan logam-logam dari keempat unsur ini melalui

dua fase saja yaitu:

Fasepertama; Keempat unsur ini akan berubah menjadi dua unsur baru

yaitu air raksa dan belerang.

Fasekedua; Perbedaan kadar perbandingan dua unsur ini dalam suatu

logam akan membentuk logam yang berbeda pula.

Jabir mengatakan, "Perbedaan barang-barang tambang dikarenakan

perbedaan faktor eksternal yang membentuknya. Belerang dan air raksa

ini yaitu dua elemen pengubah unsur lain sehingga hakikatnya keduanya

bukanlah asli."

Jabfu telah banyak memberikan uraian dalam menjelaskan teorinya

dalam mayoritas buku-buku karyanya yang lain. Di dalam buku karyanya

Kitab Al-Mawazin contohnya, Jabir melakukan penelitian terhadap

perbandingan barang-barang tambang dari tabiat barang-barang tambang

tersebut. Dia menetapkan timbangan-timbangan tertentu sesuai tabiat￾tabiatnya untuk setiap barang tambang,. Dia menganggaP bahwa emas

mempunyai kondisi ideal dalam perbandingan tabiat-tabiat keempat unsur

penyusunnya. Yang demikian itu, karena emas merupakan barang tambang

paling kuat ketika dipanaskan di atas bara api. Berbeda dengan barang￾barang tambang selainnya dimana bahan penyusunnya tidak berimbang.

Apabila dalam logam jenis apa pun unsur kandungannya tidak berimbang

karena pengaruh situasi dan kondisi tertentu, maka ada kemungkinan

untuk membuahrya berimbang lalu mengubahnya menyerupai emas murni.

Teori Jabir tentang logamJogam ini digunakan sampai abad XVIII

masehi. Karena pada abad XVII ini, teori Jabir mengalami beberapa

pembenahan dan berubah menjadi teori Filogestn. Teori Filogestn ini

mengatakan bahwa setiap materi yang dapat dibakar dan logam-logam

yang dapat teroksidasi terdiri dari bahan dasar air raksa, belerang dan

garam.

Terlepas dari usaha-usaha yang sudah dicurahkan Jabir bin Hayyan

dalam risetnya tentang emas atau tentang eliksir untuk mengubah

barang-barang tambang kelas rendah menjadi emas atau perak -padahal

ini ini yaitu aib yang tidak selayaknya digunakan-, berdasarkan apa yang

telah disampaikan Bean Kraus ketika menerbitkan Risalah-Risalah Jabir, ia

mengatakan, "Jabir bin Hayyan ini yaitu pioner ilmu-ilmu terapan paling

hebat, karena Jabir lah yang telah menciptakan standar paling penting

dalam melakukan eksperimen. Apa yang sudah dilakukan Jabir ini

merupakan sumbangan terbaik yang mampu mengantarkan manusia untuk

menyingkap tabiat material dengan detail serta analogi kerangka-kerangka

luarnya secara kuantitatif."

- Berpijak dari situ, sesungguhnya Jabir telah menyumbangkan

sebuah maha karya paling agung pada abad-abad pertengahan dengan

membangun aliran kuantitatif bagi berbagai macam Ilmu Pengetahuan

Alam. Dia mengekpresikan metodologinya dalam wasiat terkenal yang

diberikannya kepada murid-muridnya. Jabir berkata, "Pertama-tama yang

wajib kalian lakukan ini yaitu kalian berbuat dan melakukan eksperimen.

Karena barangsiapa tidak berbuat dan tidak melakukan eksperimery maka

dia tidak akan sampai pada tingkatan profesional paling rendah sekali

pun. Wahai muridku, renungkanlah! Kalian harus meiakukan eksperimen

supaya kalian mampu mencapai pengetahuan."

Jabir bin Hayyan memperkuat pernyataannya ini pada setiap

kesempatan dalam karya-karyanya. Jabir dalam karyanya A l-I(hatow ash Al￾Kabirahmengatakan, "Aku telah melakukannya dengan tangan dan akalku

sendiri sebelumnya. Aku sudah menelitinya sampai aku menemukan

kebenaran dan aku sudah mengujinya sampai tidak ada kesalahan

lagi." Jabir dengan cara demikian telah memenuhi unsur-unsur metode

penelitian, sebagaimana metode penelitian yang kita kenal sekarang ini.

Apabila kita perhatikan dengan cara memberikan catatan bahwasanya

penelitian atau eksperimen merupakan pencatatan terhadap kemunculan

suatu fenomena baru. Qleh karena itu merupakan sebuah kelaziman bagi

seorang ilmuwan untuk terjun langsung melakukan eksperimen untuk

menguak fenomena-fenomena yang masih tersamar tersebut. Hal itu harus

dibarengi dengan kerja akal yaitu dengan mencatat apa saja yang sudah

ditemukan dalam eksperimen yang dilaksanakan, sampai akhimya dicapai

sebuah kesimpulan untuk menentukan kebenar atau kesalahan.

Jika demikian, maka eksperimen merupakan standar baku metodologi

Jabir bin Hayyan. Adapun ilmu dan pengetahuan sebelumnya merupakan

salah satu syarat demi keberhasilan suatu eksperimen. Tentang ilmu dan

pengetahuan ini, fabir berkata dalam karyanya Ki tab As-Sab'in, "Barangsiapa

terbiasa melakukan riset dan eksperimery maka dialah ilmuwan sejati."

Jabir dalam karyanya Kitab At-Tajrid mengatakan, "Janganlah

kalian melakukan eksperimen atau melakukan suatu pekerjaan sebelum

mengetahui masalahnya. ini yaitu sebuah kebenaran jika Anda menguasai

sebuah bab mulai awal sampai akhir, dengan segala masalah dan

problematikanya. Setelah itu, barulah Anda mulai melakukan penelitian.

Karena penelitian merupakan kesempurnaan ilmu pengetahuan."

Jabir menyempurnakan Metodologi Eksperimen Induktifnya dalam

karyanya Al-I(hawwash, dengan mengatakan, "Pertama-tama yang harus

kita lakukan ini yaitu mengetahui masalah atau pembahasan pokok dan

kemudian sub masalah, sampai tidak ada keraguan lagi tentang masalah

utama dan sub masalah dengan tidak menentukan masalah pokok dengan

adanya bukti dan sub masalah dengan apa yang ditunjukkannya."

Dalam artian apa yang dapat diterima kebenarannya oleh akal dan

sesuatu yang sudah pasti keberadaannya tidak perlu dibahas dan tidak

memerlukan dalil atau keterangan. Apa yang diperoleh dari keduanya,

maka kebenarannya dapat dipastikan.

Sebagai penutup, Jabir tidak lupa menyinggung peran analogi serta

pemikiran yang bersifat'kemungkinan' dalam metodologinya dengan

mengatakan dalam Krtab At-Tashrif, "Tidak dibenarkan jika seseorang

mengklaimbahwasanya ia bukan tidak ada kecuali seperti apayang sudah

disaksikarurya atau ia berada di masa lampau atau masa yang akan datang

kecuali seperti apa yang ada di masa sekarang."

Di dalam kitab Al-I<ltawwash Al-Kabirah yang dianggap Holmard

sebagai salah satu karya Jabir paling penting dalam bidang Kimia Jabir

mengatakan, "Sesungguhnya dalam buku ini aku hanya menyebutkan

point-point inti atas sesuatu yang sudah aku lihat saja -bukan apa yang

sudah aku dengar, apayang telah dikatakankepadaku atau apayang sudah

aku baca- setelah aku menguji dan melakukan eksperimen terhadapnya.

Apa yang telah aku simpulkan, aku analogikan dengan pernyataan￾pernyataan kaum (Yunani)."

DR. ]alal Musa memberikan komentar atas pemyataanJabir ini dalam

karyanya Manahij Al-Bahts Al:llmi'inda Al:Arab, Jalal Musa berkata,

"Sesungguhnya Jabir telah mengaplikasikan dalam Kimia Terapan

kaidah-kaidah yang belum ada sebelumnya dalam kapasitasnya sebagai

ilmuwan kontemporer dalam mengoreksi kebenaran sebuah penemuan dan

menemukan kesalahan-kesalahannya. Karena kevalidan merupakan suafu

keharusan. Sementara dalil yang dikutip dari pihak lain atau kesaksian

orang lain tidak boleh diterima secara mutlak atau ditolak secara mutlak."

Setelah mengetahui uraian singkat sisi-sisi paling penting dari

Metodologi Eksperimen Induktif dalam riset serta karya-karya yang sudah

ditelurkan Jabir bin Hayyan, berikubrya, mari kita perhatikan penjelasan

yang disampaikan filosuf Arab Zalcr Najib Mahmud. Zaki Najib Mahmud

menyatakan bahwa labir pantas disejajarkan dengan para tokoh pencetus

metodologi ilmiah modern semisal Roger Bacory Descartes, Ellis, Caines

dan lainnya.

Seperti inilah, Jabir telah melesat jauh ke depan meninggalkan

pemikiran dan teori-teori peninggalan Yunani dan India. Jabir telah

menjadi figur manusia berpengalaman dan sosok pioner dalam melakukan

eksperimen yang penuh dengan nilai-nilai intelektual seorang ilmuwan

sejati yang melaksanakan eksperimen serta melaksanakan riset dengan

teliti dan detail. Khazanah peradaban Islam telah banyak dipengaruhi

oleh karya-karya Jabir bin Hayyan, penemuan-penemuan dan kesimpulan￾kesimpulannya.

Sekelumit uraian singkat yang sudah saya sebutkan di depan adalah

sebagai contoh saja, bukan membatasi, karena masalah Kimia yang sudah

diketahui dan ditemukan Jabir bin Hayyan jauh lebih banyak. Sungguh

dia sudah banyak mengetahui reaksi-reaksi Kimia, seperti penggumpalan,

penguapan, penyaringan parsial, pemurnian suatu zat padat dengan

memanaskannya hingga menjadi gas, pengkristalan, pencairan dan

pengapuran. Apa yang dilakukan Jabir telah mengantarkan dirinya

mengetahui komponen-komponen tembaga tatkala dipanaskan akan

menghasilkan warna biru, sebuah kebenaran yang dapat dibuktikan

dengan teori atom modern. Sebagaimana hal ini telah mengantarkanJabir

mengetahui bahwa tawas dapat membantu melekatkan pembatikan kain,

sesuatu yang ditafsirkan dalam ilmu modem bahwa tawaq salah satu wama

aluminum, mempunyai kelebihan melekat di serat kain dan membentuk

wama yang terikat bersama tinta batik. Dengan begitu, maka ia menjadi

salah satu cara mengikat bagian-bagian pembatikan dalam pemberian

warna kain.

Demikian pula, eksperimenJabir telah mengantarkan dirinya mamPu

menghadirkan banyak pengetahuan tentang pembuatan materi-materi

Kimiawi dan memahami keistimewaan-keistimewatul unsur-unsur Kimia,

seperti nitrat perak, asam asetik, asam nitrat, asam belerang, antimonium

dan lain sebagainya. Untuk membuat zat pewama merah tua atau garam

asam belerang, Jabir mengatakary "Untuk mengubah air raksa menjadi

materi keras berwarna merah tua ambillah botol bulat lalu isilah dengan

air raksa hingga penuh lalu letakkan ke dalam bejana dari tembikar yangdiolesi sejumlah belerang sampai mencapai sisi-sisi botol. Setelah itu,

masukkan bejana ke dalam tempat pembakaran roti lalu tutup pintunya

danbiarkan selama semalam. Setelah satu malam, maka periksalah! Anda

akan menemukan air raksa ini sudah berubah menjadi batu dimana

manusia sekarang menyebutnya dengan' zat pewarna merah tua'.

Substansi dasar bafu pewarna ini, secara keseluruhan bukanlah unsur

baru, karena hakikatnya dua benda ini tidak kehilangan unsur esensi

dasar penyusunnya. Semuanya terjadi karena kedua benda ini mengalami

perubahan kecil, sebagian unsumya telah bercampur, sehingga pandangan

mata telanjang sekilas tidak menemukan letak perbedaannya, sebab benda

baru yang dihasilkannya sekilas susunan fisik luarnya terlihat berbeda

dari asalnya.

Seandainya kita mempunyai seperangkat alat atau fasilitas sehingga

kita mampu membedakan antara kedua jenis benda ini, niscaya kita

mengetahui bahwa tabiat kedua benda ini senantiasa tetap utuh terpelihara."

DR. Abdul Halim Muntashir dalam kary any a T arikh Al: llm memberi￾kan komentar atas hal sini dengan mengatakan bahwasanya perwujudan

ini merupakan gambaran menakjubkan bagi senyawa Kimiawi. Barangkali

tidak banyakperbedaan tentang teori atom yang ditetapkan Dalton, sekitar

seribu tahun setelah Jabir wafat, yaitu teori yang menyatakan bahwa

senyawa Kimiawi terjadi sebab pertemuan atom-atom dari berbagai macam

unsur yang saling memberikan reaksi satu sama lain.

Jabir juga menghubungkan antara Kimia dan kedokteran. Dalam

konteks ini, jabir telah menulis kitab As-Samum wa Dafi Mudharriha.

Mayoritas buah karya ]abir telah diterjemahkan ke dalam bahas Latin,

sehingga kitab-kitab itu sangat besar pengaruhnya bagi tersebarnya

gerakan keilmuan pada masa kebangkitan Eropa. Jabir dengan keilmuan,

metodologi dan karyanya telah menjajah sejarah sebagai salah seorang

tokoh intelektual peradaban Islam.

Kita melanjutkanpembahasan tokoh lain dari tokoh-tokoh khazanah

peradaban Islam. Tokoh kita kali ini telah menjajah bidang kedokterary

dan manusia memberikan gelar kepadanya'Gallienus Arab'. Tokoh kita

ini hampir setara dengan gurunya, Jabir bin Hayyan, dalam bidang Kimia.

Bahkan sebagian ilmuwan mengkategorikan tokoh ini sebagai peletak

dasar-dasar Kimia modern di Timur dan di Barat.

Tokoh kita ini ini yaitu Abu Bakar Ar-Razi dimana karya-karyanya

dalam bidang Kimia sangat banyak dan bervariasi. Saya akan mengupas

metodologi Abu Bakar Ar-Razi malalui keterangan yang dia sampaikan

dalam buku karyanya Al-Asrar. Di dalam mukaddimah bukunya ini, Ar￾Razi mengatakan, "Di dalam kitab ini terdapat penjelasan tentang sesuatu

yang masihtersamarbagi para filosuf terdahulu, bahkan di dalamkitab ini

terdapat beberapa bab yang belum ada persamaannya dengan buku-buku

sebelumnya."

Di dalam ki tab Al-Asr ar ini, Imam Ar-Razi mengacu pada metodologi

yang sudah ditempuh oleh gurunya Jabir bin Hayyan, meski Ar-Razi

memposisikan diri sebagai murid yang rajin di sekolah Jabir sehingga Ar￾Razi terlihat lebih dekat dibanding Burunya jabir dalam hal metodologi

ilmiah dalam bidang Kimia modern.

Di dalam kitab AI-Asrar, Ar-Razi membahas tiga makna yaitu:

1,. Pengetahuan tentang obat-obatan dan tiga macam variannya, yaifu:

turabiyah (bahan-bahan tambang yang dihaluskan dan non-organisme),

tanaman dan binatang.

2. Pengetahuan tentang alat-alat, dan

3. Pengetahuantentangeksperimen-eksperimen.

Ar-Razi telah memberikan identifikasi bahan-bahan obat-obatan secara

detail dan terperinci, sebagaimana dia juga menjelaskan keistimewaan￾keistimewaan dan sifat-sifat bahan serta tehnik membersihkan dan cara

membedakan bahan-bahan obat-obatan disamping menjelaskan juga tehnik

mengenali bahan yang bagus dan jelek.

Ar-Razi juga telah mengklasifikasikan bahan-bahan turabiyah -

maksudnya bahan-bahan tambang yang dihaluskan dan non-organisme￾menjadi enam kelompok, yaitu: gas, barang-barang logam, bebatuan, vitriol

(bahan yang cenderung encer bila terkena asam belerang [kim]), dan bauariq

Oara.g tambang mengkilat yang mudah mengantarkan arus listrik).

Pada bagian kedua, Ar-Razi memberikan identifikasi alat-alat dan

perangkat-perangkat laboratorium yang digunakan dalam melakukan

eksperimen. Dia mengklasifikasikan alat-alat dan perangkat-perangkat

laboratorium menjadi dua macam, pertama; alat untuk mencairkan atau

melelehkan barang-barang