Tampilkan postingan dengan label keilmuan islam 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keilmuan islam 2. Tampilkan semua postingan

keilmuan islam 2


 gamati

berbagai benda dan mencermati obyek-obyek yang nampak oleh pandangan

mata kita, serta karakteristik masing-masing partikel. Melalui pengamatan

ini kita menemukan karakter mata ketika memandang yang tidak berubah

dan tidak terjadi kerancuan pandangan. Kemudian kita menelitinya dari

segi ukuran-ukurannya secara bertahap dan sistematis, yang disertai

dengan kritik dan koreksi terhadap postulat-postulat dan menghindarkan

kesalahan pada hasil-hasilnya. Semua obyek yang kita amati dan kita teliti

demi keadilan dan bukan mengikuti hawa nafsu. Dengan metode ilmiah

yang benar ini, maka kita berharap mencapai kebenaran y.mg menyejukkan

jiwa dan mengantarkan pada tujuan utama kita secara bertahap yaitu

keyakinan mutlak. Dengan kritikan dan menjaga diri dari kesalahan, maka

kita akan mendapatkan kebenaranyang mampu menghapuskan berbagai

perseteruan dan konflik serta menghilangkan berbagai kerancuan."

Dari penjelasan ini, maka jelaslah bahwa Al-Hasan bin Al-Haitsam

seorang pakar eksperimen, tidak dalam pengertian bahwa aktifitasnya

hanya terbatas pada eksperimen-eksperimen tersebut, melainkan dalam

pengertian bahwa aktifitasnya mencakup pembuatan peralatan dan

piranti-piranti yang dapat dimanfaatkan untuk mempelajari penyebaran

dan refleksi cahaya serta pembiasannya. Dengan demikian, ia tidak

hanya mengemukakan kriteria peralatan-peralatannya dan menjelaskan

bagaimana penggunaannya. Melainkan ia membuatlya secara langsung

atau menjelaskan bagian-bagiannya secara mendetail kepada pembuahrya

dengan mengemukakan ukuran-ukuran panjang-lebar, sudut-sudutrya

bagaimana mempersiapkan dan membuatnya.

Al-Hasan bin Al-Haitsam dalam metodenya menegaskan bahwa

fenomena-fenomena alam berjalan berdasarkan prinsip kepastian. Dalam

pengertian, bahwa semua fenomena alam ini tunduk pada hukum

dan aturan-aturan yang tetap, yfrg memungkinkan orang melakukan

eksperimen dan mengungkap rahasiarrya, dan situasi dan kondisi yang

melingkupinya haruslah memberikan hasil yang sama secara aksiomatis.

Prinsip kepastian ini senantiasa menguasai pemikiran para Ilmuwan

hingga abad kesembilan belas Masehi. Tepatnya ketika terjadi perbedaan

sudut pandang pada hukum-hukum atau rumus ilmu Fisika dan ditemu￾karurya teori Elastisitas dan prinsip ketidakpastian.

Dengan keterangan ini, maka jelaslah keteladanan bangsa Arab dan

umat Islam pada masa kebangkitan peradaban Islam dalam merumuskan

prinsip-prinsip metode eksperimen ilmiah, yang di kemudian hari

dikembangkan oleh Francis Bacor; dan diikuti oleh Johannes Kepler, Galileo

Galilei, dan Sir Isaac Newtoo serta para Ilmuwan lainnya yang banyak

belajar dari warisan ilmiah peradaban Islam.

Di sana terdapat beberapa manuskrip bersejarah yang menjelaskan

bahwa para Ilmuwan Barat yang mencapai popularitasnya pada saat itu

seperti Roger Bacon, telah mendalami warisan para intelektual muslim

dan mengembangkan pandangan-pandangan eskperimental mereka, yang

diyakini sebagai nukleus utama bagi perkembangan ilmu dan teknologi

pada masa modem.

Bangsa Eropa sangat terlambat untuk mengakui keunggulan dan

keteladanan bangsa Arab dan umat Islam ini dalam merumuskan metode

ilmiah. Hingga kemudian datanglah pakar seiarah Prevolt yang dalam

Banah Al-lnsaniyyah, mengatakaru "Sesungguhnya Roger Bacon telah

mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab di akademi Oxford dari

para gurunya dari Arab di Andalusia. Roger Bacon dan juga Francis Bacon

yang datang sesudahnya tidak berhak mengklaim sebagai penemu metode

eksperimen ini. Sebab Roger Bacon hanyalah salah satu delegasi ilmu dan

metode ilmiah umat Islam ke Kristen Eropa. Ilmu merupakan persembahan

paling berharga dari peradaban Arab kepada dunia modem."0


Melaniutkan pembahasan tentang sejarah perkembangan proses

ilmiah dan metode penelitian ilmiah, maka kami memandang penting untuk

menjelaskan bahwa pengertian kontemporer dalam proses dan metode

ilmiah ini menggabungkan antara pengertian Deduktif yang digunakan

para ilmuwan Yunani dalam mempelajari filsafat metafisik ilmu-ilmu alam

dan metodeeksperimen Induktif yang dipergunakan para ilmuwan dalam

peradaban Islam.

Metode ilmiah kontemporer lebih dikenal dengan sebutan Metode

Deduktif Teoritis. Hal itu disebabkan bahwa pengamatan-pengamatan

yang mengilhami peneliti menyimpulkan beberapa asumsi yang harus

diselesaikan melalui metode deduktif agar asumsi-asumsi tersebut

memperlihatkan hasil-hasil yang dapat diuji coba kembali dalam alam

realita, demi menguji kebenaran asumsi-asumsi ini ataupun menge￾tahui kesalahan-kesalahannya. Metode ilmiah modern dengan bentuk

semacam ini tidak lain merupakan asimilasi dua metode ilmiah; Deduktif

dan Induktif.

Tiada satu pun ilmu-ilmu alam kontemporer yang bertumpu pada

salah satu dari kedua metode ini dan mengabaikan yang lain meskipun

sebagian dari ilmu-ilmu ini lebih banyak bertumpu pada salah satu dari

kedua metode ini atas yang lain; jika riset ilmiah dimaksudkan sebagai

pengamatan-pengamatan yang menginspirasikan berbagai asumsi, lalu

mengambil kesimpulan dari hasil-hasil yang mungkin muncul dari asumsi-

asumsi ini, dan kemudian menguji kembali hasil-hasil ini pada realita untuk

memastikan apakah asumsi-asumsi ini diterima ataukah ditolak. Fase

pertama dan terakhir merupakan metode ilmiah Induktif, sedangkan fase

ketiga ini yaitu metode itmiah Deduktif.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka Pengantar atau metode yang

harus diikuti dalam melakukan riset ilmiah sesuai dengan sistem modern

berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain.

Ketika kita melihat ilmu Fisika lebih banyak bertumpu pada per￾hitungan dan eksperimerL maka kita mengetahui bahwa arti penting

pengamatan dan eksperimen menjadi proses utama dalam ilmu Astronomi.

Karena itu, ilmu Astronomi lebih banyak bertumpu pada metode Induktif,

dimana peneliti berpindah dari yang bersifat parsial menuiu universal.

Ketika seorang pakar geologi mengamati galian-galian binatang laut yang

terdapat di padang pasr, yang berjarak ribuan kaki di atas permukaan

laut, maka dapat disimpulkan bahwa daerah yang diteliti ini pada

awalnya berupa daerah terpendam di bawah laut. Dengan cara ini, maka

ia telah menggunakan metode Induktif ekstradisi.

Adapun ilmu Fisika, yffiB berpindah dari prinsiP umum menuju

kondisi khusus dan tertentu, maka menggunakan metode Deduktif.

Misalnya teorirelaffitasyang di gagas Albert Einsteintahun1905 M, yang

menyatakan tentang kemungkinan terjadinya perubahan materi menjadi

energi sesuai dengan persamaannya yang dikenal dengan rumusan: Energi

= Massa benda X seperempat kecepatan cahaya.

Berbagai eksperimen yang dilakukan setelah itu membuktikan

kebenaran persamaan Einstein. Melalui penerapan teori ini disimpul￾kan adanya sel atom baru bernama Neutrino.

Hal itu terjadi karena dalam salah satu Proses Pembengkakan aktifitas

radiasi nampak adanya pergerakan energi dalam bentuk cahaya Beta. Akan

tetapi energi radiasi ini lebih sedikit dari standar yang ditetapkan hukum

Eksistensi Massa dan Energl yang dicetuskan Albert Einstein.

Pada tahun 1934M, seorang pakar Fisika pauly menyatakan bahwa

penyebaran energi ini bergerak dalambentuk sel atom yang tidak dikenal,

yang dinamakannya Neutrino.

Dengan demikian, maka teori Einstein senantiasa dipergunakan

meskipun keraguan mengenai adanya sel yang tidak dikenal ini masih

menyelimuti, hingga kemudian berhasil diteliti dan dipastikan eksistensi￾nya pada tahun 1956 M melalui metode ilmiah oleh sebuah tim Ilmuwan

terkemuka.

contoh ini menjelaskan bagaimana penelitian fisika modem bertumpu

pada metode deduktif, yang dimulai dari sesuatu yang umum hingga

mencapai kondisi tertentu.

Dari penjelasan di atas, maka jelaslah bahwa metode eksperimen

yang dipergunakan para ilmuwan dalam peradaban Islam pada abad

pertengaharL merupakan fase terpenting yang harus dilalui metode

penelitian dalam bidang ilmu-ilmu alam. Metode ini senantiasa

menjadi batu loncatan dalam mengenal metode ilmiah kontemporer,ymg

bertumpu pada penggabungan antara metode deduktif dengan metode

eksperimen Induktif, yang berbeda-beda kadarnya antara cabang ilmu

yang satu dengan cabang ilmu yang lain.

Di sisi yang lain, metode ilmiah kontemporer hampir sama dengan

metode induktif klasik dalam hal tumpuannya pada dua langkah penting

dari beberapa langkahnya, yaitu pengamatan dan eskperimen. Begitu juga

dengan metode teoritis. Akan tetapi keduanya berbeda dalam hal urutan

kedua langkah ini. Asumsi atau hipotesa menempati fase pertama dalam

metode ilmiah kontemporer. Karena itu, metode ini seringkali disebut

metode Hypothetical.

Misalnya, kita dapat berasumsi khusus yang berkaitan dengan

teori Quantum. Dalam realitany+ teori ini mencari sebuah jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan; Mengapa kita tidak mempersepsikan energi

sebagai sesuatu yang tersusun dari Quanta atau partikel-partikel kecil

seukuran Quanta-Quanta yang kecil, yang menjadi materi utamany4 yang

dinamakan atom? Dengan demikian, hipotesa yang muncul adalah: kita

dapat mempersepsikan energi sebagai sesuatu yang tersusun dari Quanta

yang merupakan materi utama pembentuknya.

Marx Plank berasumsi bahwa Quanta ini lebih mirip dengan sel-sel

atau benda-benda yang sangat kecil.

Dari penjelasan ini, maka jelas bahwa hipotesa ini tidak bertumpu

pada kebenaran realistis yang dapat diamati sehingga tidak dihasilkan dari

pengamatan atau pengalaman langsung. Di samping itu, bisa juga hipotesa

ini dipergunakan untuk menjelaskan hukum-hukum atau teori-teori

terdahulu yang tidak cukup untuk menjelaskan fenomena-fenomenanya.

Misalnya, teori-teori mengenai sel-sel yang berkaitan secara khusus

dengan karakter cahaya atau susunan atom. Dengan cata ini, kemudian

dikenal misalnya hukum cahaya dan diketahui pula karakter elektron

yang merupakan subatom bermuatan negatif. Dengan diketahuinya kedua

kondisi ini, maka dimungkinkan untuk melakukan berbagai eksperimen

yang berpotensi membantu meyakinkan kebenaran hipotesa tersebut. Dan

perlu diketahui bahwa eksperimen praktis ini tidak jarang menghadapi

kesulitan ketika merumuskan asumsi-asumsi atau hipotesa ilmiah.

Yang terpenting ini yaitu bahwa hipotesa atau asumsi ini haruslah

sesuatu yang dapat ditelusuri kebenarannya;Jika tidakpada masa sekarang,

maka di masa depan (contohnya teori yang dikemukakan Einstein tentang

rumus persama.rn materi dan energi).

Sekarang timbul pertanyaan: Apakah kita mendapati metode ilmiah

kontemporer ini merupakan piranti utama dalam warisan ilmiah peradaban

Islam?B














Bangsa Greece hidup dan berkembang di negeri Yunani Kuno yang

luas wilayahnya mencakup pesisir Asia Kecil dan kepulauan lau Aegea,

dan ditambah dengan wilayah negara Yunani sekarang ini.

Pada pertengahan millenium kedua Sebelum Masehi, beberapa

penduduk bangsa Crete dan Indo Eropa (India-Eropa) yang dikenal dengan

sebutan Al-Akhiyyin bermigrasi ke wilayah Yunani ini. Mereka berhasil

membangun dan mengembangkan peradaban Al-Akhiyah yang bersaing

ketat dengan bangsa Phoenisia dalam menguasai lembah Barat dari laut

Mediterania. Mereka ini memiliki interaksi yang kuat dengan bangsa

Phoenisia, Anatolia, dan Mesir.

Pada akhir abad kedua belas Masehi, beberapa penduduk dari

bangsa Indo Eropa yang lain yang dikenal dengan sebutan Ad-Dauriyin

juga bermigrasi ke Yunani. Selama dua abad lamanya mereka ini berhasil

menguasai bangsa Al-Akhiyyin hingga pada akhirnya terjadilah asimilasi

kebudayaan antara penduduk Al-Akhiyah dan Doria, yang melahirkan cikal

bakal bangsa Athena, yang dianggap sebagai nenek moyang bangsa Greece.

Bersamaan dengan berjalannya waktu, wilayah negara menyempit

karena jumlah penduduknya berkurang, semakin gencarnya permusuhan

bangsa Ad-Dauri terhadap bangsa Al-Akhiyah, serta banyaknya

konfrontasi antara dinasti dan klary sehingga memaksa banyak pendudukGreece berhijrah melalui laut Aegea menuju Asia Kecil. Di sana mereka

membangun komunitas baru yang mereka namakan Ionia.

Pada abad kesembilan Sebelum Masehi, daerah pemukiman baru ini

menyaksikan simbol-simbol peradaban Greece untuk pertama kalinya

secara tertulis dalam dua buku tentang perang berjudul Ilyadzah dan Odesa

yang dinisbatkan kepada penyair tuna netra Homerus sebagai warisan

sastra Greece pertama.

Bersamaan dengan semakin banyaknya gelombang migrasi, maka

daerah koloni Yunani itu semakin bertambah luas hingga mencapai

pesisir pantai Marmara, laut Hitam, dan Dardanil di sebelah Utara, dan

membentang ke arah Barat laut Mediterania di Italia, Shaqalia, Asbania

atau yang biasa disebut Yunani Besar.

Di antara nama-nama terpopuler yang memainkan peran signifikan

dalam sejarah peradaban Greece ini yaitu Herodotus yang bergelar Bapak

Sejarah, dan beberapa filosof terkemuka Yunani seperti Socrates, Plato,

Aristoteles, serta guru-guru mereka seperti Thales, Anaximander,

Anaximenes, Pythagoras, Abqirath, dan Archimedes.

Pada pertengahan abad keempat Sebelum Masehi, muncullah

Alexander Mecedonia, ym1 bertekad merealisasikan keinginan ayahnya

Phipipos II dalam memperluas imperiumnya dan berhasil menundukkan

Persia dan Mesir. Fase baru kebangkitan Greece di luar wilayah Yunani

mulai terlihat, sehingga Alexander merasa perlu untuk memperkuat

wilayah Timur dengan peradaban Greece. Periode ini mampu bertahan

hingga terjadinya penaklukan Romawi terhadap Macedonia dan Yunani

tahun L97 SM. Pada masa ini pun dikenal dengan nama Periode Hellenistik

atau Periode Greece-Macedonia sebagai pembeda baginya dengan masa

sebelum Alexander yang dikenal dengan nama Periode Peradaban

Hellenistik, dimana bangsa Greece menyebut diri mereka sebagai orang￾orang HelleniahAlexander terbiasa mengabadikan namanya pada kota-kota yang telah

berhasil ditaklukkannya dan disinggahinya. Karena itu, ia membangun

kota Alexandria di Mesir, di lembah Eufrat, di perbatasan jauh di Timur

laut Turkistary di tepi sungai Shindu, dan pesisir-pesisir Teluk Persia.

Kota-kota irf d".rgan segenap penduduk yang mendiaminya baik

dari orang-orang Macedonia maupun Hellenia merupakan pusat-pusat

kebudayaan Greece. Alexandria di Mesir merupakan kota yang menjadi

pusat peradaban terpopuler. Kota ini mewarisi bintang Athena dan pada

masa Ptolemeus, yang kemudian menjadi ibukota kebudayaan Hellenisme

dunia. Kondisi ini didukung dengan geogr#i yang strategis karena

terletak di antara tiga benua, mudah dijangkau melalui perjalanan daratan

maupun laut dari Cina, India, dan Semenanjung Arab.

Pada masa Halyinah Asy-Syarq, kota Alexandria menjadi mercusuar

sastra, seni, dan ilmu pengetahuan, hingga perpustakaannya memuat lebih

dari enam ratus jilid buku. Berkat keberadaan kertas-kertas papyrus, maka

di sana terdapat jutaan orang terpelajar yang mampu menguasai berbagai

bidang ilmu pengetahuan dan bahkan berhasil mengorbitkan sejumlah

intelektal terkemuka seperti pakar teknik rekayasa Euclides, ahli fisika

Archimedes, pakar geografi Eratostines, dan pakar astronomi Aristorakhes.e

Dalam kesempatan ini perlu kami jelaskan bahwa ide Halyinah ini

tidak tumbuh dalam satu arah saja, maksudnya dari Barat ke Timur. Sebab

berbagai peperangan yang dilancarkan Alexander mampu membuka dunia

baru bagi Yunani sehingga bangsa Greece dapat mengadopsi kebudayaan

dan ilmu pengetahuan dari Timur sebagaimana bangsa Timur mengadopsi

kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari mereka.

Meskipun bangsa Greece mengenal berbagai keberhasilan bangsa

Mesir dan daerah di antara dua sungai, akan tetapi ilmu pengetahuan

mereka secara umum memiliki keistimewaan tersendiri karena bertumpu

pada filsafat dan dibangun di atas metode rasional yang logis. Kondisi ini

tentu sangat berbeda dengan ilmu pengetahuan bangsa Timur yang tunduk

pada pelayanan terhadap kehidupan ilmiahDi sisi lain, studi dan penelitian bangsa Greece memiliki karakter

tersendiri. setiap ilmuwan ataupun filosof mampu memperlihatkan

kedudukan dan statusnya berdasarkan kemampuan dan kontribusi

mereka dalam mendukung perkembangan pemikiran manusia. Disamping

itu, lembaga-lembaga pemikiran yang mereka bangun bertujuan untuk

mengungkap tentang prinsip-prinsip yang berkaitan dengan aksiomatis

di antara fenomena-fenomena alam yang terus berubafu sehingga tiada

sesuatu pun yang tumbuh dan berkembang dari sesuatu yang tidak eksis,

dan tiada sesuatu pun yang tercipta tanpa tujuan. Akan tetapi segala sesuafu

itu terjadi karena faktor-faktor tertentu dan sebagai sebuah aksiomatis.

Karena itu, para ilmuwan Greece dan para filosof mereka telah mampu

menyatakan diri mereka sebagai orang yang memahami dunia ini sebagai

dunia yang tunduk di bawah aturan yang rasional dan tunduk kepada

suatu aliran dan safu penciptaan.

Kontribusi peradaban Greece terhadap peradaban manusia terfokus

pada kenyataan bahwa peradaban ini mampu menjelaskan pengertian￾pengertian yang mengungkapkan tentang berbagai realita kehidupan,

hakikat alam semesta, dan pengetahuan. Tidak mengherankan jika di

kemudian hari terdapat banyak istilah bangsa Greece yang digunakan para

ilmuwan pada masa sekarang ini seperti dalam filsafat, sejarah, matematika,

astronomi, fisika, atom, dan lainnya.

Yang perlu dijelaskan dalam kesempatan ini bahwasanya ilmu-ilmu

pengetahuan yang terbentuk pada masa Hellenistik dari prinsip-prinsip

klasiknya melalui beberapa cara. sebab dengan jelas kita tidak berinteraksi

dengan ilmu-ilmu pengetahuan bangsa Greece yang murni. Misalnya, kita

dapat mengambil contoh pakar astronomi seleucus yang mengikuti jejak

pemikiran Aristarkhos As-samusi, yang meyakini kebenaran tentang teori

matahari sebagai poros tata surya. Sedangkan Seleucus sendiri berasal dari

Kaldania atau Babilonia, dimana daerah kelahirannya di sekitar sungai

Tigris.

Mulai abad ketiga sebelum Masehi dan seterusnya, arti penting

hubungan interaksi antara astronomi Babilonia dengan astronomi Greece

semakin nyata. Pada abad kedua Sebelum Masehi, Hipparchus misalnya

melakukan pendekatan terhadap para pakar meteorologi dan astronomi

Babilonia untuk memahami fenomena gerhana bulan dan gerhana matahari

dan banyak memanfaatkannYa.lo

&- Begitu juga-dengan Thales yang mengemukakan teorinya yang

menyatakan bahwa air merupakan asal mula segala sesuatu, berasal dari

bangsa Mesir Kuno.ll

Berkat kecerdasan otak dan kecakapan yang dianugerahkan Allah

terhadap generasi-generasi ini, maka muncullah berbagai pandangan

dan teori yang dapat diterima semua generasi sesudahnya secara turun￾temurun hingga mampu menumbuhkan beberapa peradabanyang saling

berkesinambungan berdasarkan pandangan-pandangan dan teori mereka,

yang mencerminkan sejarah perkembangan dan kemajuan pemikiran

manusia. WarisanbangsaGreece pada dasarnya merupakan sumber utama

inspirasi bangsa Arab dan umat Islam dalam permulaan kebangkitan ilmiah

yang pernah dicapai peradaban Arab-Islam.tr




Para bajak laut Etruskia bermigrasi dari Asia Kecil selama abad

kesembilan belas sebelum Masehi dan mendiami pesisir pantai rirani di

sekitar daerah yang kita kenal dengan nama Tuscana pada masa sekarang

dan membangun kota Roma dalam sebuah daerah yang strategis di

sepanjang sungai Tiber. Mereka juga membangun sebuah kerajaan yang

kuat dan mampu bertahan hingga tahun 509 sebelum Masehi, ketika

rakyat mereka dari bangsa Latin mengusir mereka dan mengumumkan

pemerintahan Republik sebagai ganti dari monarki.

Wilayah negara ini mencakup Yunani Besar dan semua wilayah

Italia sekarang. Kemudian tahun 'L46sM, carthaginois runtuh dan bangsa

Romawi bermigrasi ke Asbania (spanyol) dan menguasai semua kepulauan

di laut Mediterania dan pesisir Baratnya. Hingga akhirnya Roma menjadi

pemenang setelah melalui perseteruan paniang tanpa ada lawannya, dan

dia lah pemimpin bangsa Barat tanpa ada yang menandinginya.

Di wilayah Timur, bangsa Romawi berhasil menundukkan pemerin￾tahan Macedonia dan Yunani tahun 197 sMdan bahkan mencapai sungai

Eufrat. Adapun Mesir, mereka menggabungkannya pada wilayahnya tanpa

perubahan. Cleopatra merupakan penguasa Fir'aun terakhir. pada tahun

52 sM, Julius Caesar berhasil menguasai Prancis dan ferman. Kemudian

pemerintahan republik pun berubah menjadi imperium dengan kaisar

pertamanya Augustus tahun 30 SM.

Imperium Romawi berhasil memperluas wilayah dan penaklukannya

selama abad pertdma Masehi. Hanya saja, perhatian imperium ini lebih

terkonsentrasi pada bagian Timur wilayahnya, yang mulai semakin

kuat sejak abad keempat Masehi. Daerah koloni Yunani Kuno Byzanttn/

Byzantium sem&in maju dan berkembang setelah kaisar Konstantin

bermigrasi ke wilayah ini tahun 324M dan kemudian mendirikan

sebuah kota bernama Konstantinopel di bekas reruntuhan kota tersebut,

yang lebih diutamakannya dibandingkan Roma. Hingga kemudian pada

tahun 395 M, Konstantinopel secara resmi menjadi ibukota kekaisaran

Timur atau kekaisaran Byzantium. Akan tetapi kota ini segera mendapatkan

ancaman dari bangsa Berber dan Salafi di sebelah Utara dan ancaman

bangsa Persia di sebelah Timur. Hingga datanglah Yustinianus pada abad

keenam Masehi dan berhasil mengembalikan kewibawaan kekaisaran

Byzantium.

Selama itu pula bahasa Yunani menjadi bahasa utama, disamping

bahasa Latin yang menguasai seluruh penjuru kekaisaran di bagian

Barat. Di samping itu, kota Alexandria juga menjaga eksistensinya dalam

kedudukannya sebagai ibukota peradaban Hellenistik kontemporer dengan

kedua jenisnya: Hellenia dan Hellenistik.

Akan tetapi bersamaan dengan datangnya abad keenam Masehi,

bintang kekaisaran Romawi mulai meredup di wilayah Barat dan kota

Roma jatuh dan berhasil dikuasai Audwakar, yang berasal dari bangsa

Barbar pada tahun 476M. Perhatian dan harapan pun ditujukan kepada

kekaisaran Byzantium dalam kedudukannya sebagai perpanjangan tangan

Roma dan pewaris kebesarannya.

Bangsa Barat mulai tenggelam dalam rnclsa-masa gelap dan mengalami

kemunduran secara berangsur-angsur, yang dalam sejarah dikenal dengan

zaman pertengahan. Sedangkan di wilayah Timur mendapat dukungan

takdir dengan munculnya peradaban terbesar yang pernah dikenal dunia

di sepanjang sejarahnya yang panjang, yaitu peradaban Arab-Islam,

yang membuka jalan bagi kebangkitan bangsa Eropa modern. Jika bukan

karena peradaban Arab-Islam ini, maka penderitaan umat manusia akan

terus berkelanjutan dan senantiasa dalam ketertinggalan hingga Allah

berkehendak memutuskannya, dan hanya sedikit manusia yang beriman di

dunia ini karena kebanyakan mereka lebih mempertuhankan akalnya. Jika

peradaban Arab-Islam itu tidak muncul, maka tentulah pengetahuan itu

hanya terbatas pada segelintir pendeta yang berakal pendek, yang bertugas

memberikan pencerahan dan menjadi teladan mereka dalam kehidupan








Negara Arab terletak di Barat daya Asia, yang berupa

yang berbatasan dengan Teluk Arab di wilayah Timur, Samudera India di

sebelah Selatary Laut Merah di sebelah Barat, dan perkampungan Badui

Asy-Syam dan daerah dua sungai di Utara. Dengan demikian, maka

negara Arab memiliki letak strategis dan sangat urgen bagi jalur pelayaran

intrenasional dan jalur sutera antara negara-negara di Samudera India

dengan negara-negara yang terletak di lembah laut Mediterania.

Para pakar geografi membagi JazirahArab berdasarkan karakternya

menjadi lima bagian, yaitu: Tihamatu Al-Hijaz, Nejed, Yaman, dan Al￾Arudtr, yang mencakup Al-Yamamah, Amman, dan Al-Bahrain. Pembagian

daerah subur ini membentang di sepanjang pesisir Semenanjung Arab secara

umum. Di bagian Barat daya terdapat negara Yamary yang oleh masyarakat

kuno disebu t Al-Ardh Al-Khadhra- (Tanah yang subur menghijau) . Di bagian

Selatan terdapat Hadhramaut yang pada masa lalu terkenal dengan dupa￾dupanya. Sedangkan di bagian Timur terdapat negara Al-Ahsa' yang subur

di Teluk Arab. Di Barat terdapat banyak tempat penggembalaan. Adapun

di tengah-tengah Jazirah Arab, maksudnya di Nejed dan Al-Yamamah,

terdapat sebuah tanah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bangsa

Arab berupa berbagai produk pertanian seperti gandum dengan berbagai

jenisnya dan yang lainnya.

Para pakar sejarah membagi bangsa Arab menjadi dua bagian penting,

yaitu: Arab Ba'idah dan Arab Baqiyah.Pertama: Arab Ba'idah; Mereka ini yaitu bangsa Arab yang telah

mengalami kepunahan dan informasi tentang mereka telah terputus

sehingga tiada yang dapat mengenali mereka kecuali melalui Kitab-kitab

Suci dan sastra Arab, seperti kisah tentang kaum Ad dan kaum Tsamud.

Kedua: Arab Baqiyah: Mereka ini terbagi dalam dua bagian, yaitu: Al￾Arab Al-Aibah dan Al-Arab Al-Musta' rabah. Adapun Al-A rab Al-Aibah, y arrg

berarti tulen dan murni, maka mereka ini yaitu orang-orang Arab asli yang

berasal dari bangsa Qahthan yang mendiami wilayah Yaman. Di antara

suku-suku mereka yang terpopuler ini yaitu Jurhum dan Ya'rib. Dari Ya'rib

ini terbentuk beberapa suku dan klan dari dua klan besar, yaitu Kahlan

dan Himyar. Di antara keturunan terkenal dari klan Kahlan ini yaitu Al￾Azdi,Thayyi', Hamdan, Kindah, Anm€r, dan Lakhm. Sedangkan dari klan

Himyar yang terpopuler ini yaitu Qudha'ah. Dan keturunan dari Qudha'ah

ini yaitu juhainah, Kalb, Bani Nahd, dan Jurm.

Adapun kaum Arab Musta'ribah, disematkan pada jumhur masyarakat

Arab baik badui maupun yang berperadaban, yang mendiami pertengahan

Jazirah Arab dan daerah Al-Hljaz hingga perkampungan badui di Asy￾Syam, ketika pada akhirnya mereka berinteraksi denganArabYamanyang

menyebar di seluruh penjuru JazirahArab setelah hancurnya bendungan

Ma'rab yang besar itu.

Asal mula penyebutan Al-Arab Al-Musta'ribah atau Al-Muta'aribah,

ini yaitu bertumpu pada kenyataan bahwa kabilah Jurhum yang merupakan

keturunan dari suku Qahthan bermigrasi ke Makkah dan mendiaminya

bersama Ismail dan ibunya Hajar. Kemudian Ismail menikah dengan

seorang perempuan keturunan mereka dan ia sendiri belajar bahasa Arab

bersama kedua belas putera-puterinya. Karena itulatu mereka dinamakan

Al-Ar ab Al-Mu st a' ib ah.

Nampak bahwa Ismail sebelumnya berkomunikasi dengan bahasa

Ibrani ataupun Suryani. Dan bahwasanya Bani Jurhum berkomunikasi

dengan bahasa Arab yang sedikit berbeda dengan balasa Arab yang kita

kenal seperti sekarang ini. Kemudian kedua bahasa ini berasimilasi,

hingga terlahirlah bahasa Arab baru dari keduanya yang kemudian menjadi

alat komunikasi utama masyarakat Al-Hijaz ketika Al-Qur'an diwahyukan.

Ketika bangsa Arab terbagi-bagi di Semenanjung Arab dan sumber

daya alam Jazirah Arab terbatas sehingga tidak mampu memenuhi

kebutuhan jumlah penduduk dan penghuninya yang semakin bertambah

banyak, maka mereka mulai bermigrasi ke berbagai daerah di sekitarnya.

Dengan bermig6si seperti itu, mereka mudah mendapatkan mata

pencaharian di lembah-lembah sungai dan pesisir laut. Di antara mereka

terdapat bangsa Kaldania, Babilonia, Akkadia, Aramia, Kana'an, dan

lainnya. Di samping itu, beberapa kelompok dari mereka juga bermigrasi

ke lembah sungai Nil dan asimilasi mereka dengan unsur-unsur bangsa

Afrika maka terlahirlah bangsa Mesir.

Sebagian pakar sejarah berpendapat bahwa negara Arab Pra-Islam tidak

mengenal bentuk pemerintahan yang terpusat. Yang ada hanyalah kesatuan￾kesatuan atau komunitas politik yang terpisah-pisah antara yang satu dengan

yang lain berdasarkan suku, dimana sistem pengorganisasiannya berbeda￾beda berdasarkan luas wilayah dan pengaruhnya. Akan tetapi pendapat

ini tidak dapat mengurangi eksistensi kerajaan-kerajaan Arab yang muncul

sebelum Islam, atau memperlemah kemampuan dan kontribusinya dalam

membangun dan memajukan bangunan peradaban yang dimulai umat

manusia sejak ribuan tahun lamanya.

Di bagian Selatan Jazfuah Arab berdiri beberapa kerajaan di daerah

Yaman. Kerajaan-kerajaan yang paling populer antara lain:

a. Kerajaan Mu'in: Yang berdiri di daerah pedalaman antara Najran

dan Hadhramaut pada millenium kedua Sebelum Masehi. Informasi

mengenai eksistensi kerajaan ini berasal dari tulisan para pakar

sejarah Yunani dan para archeolog, yang bersepakat bahwa kerajaan

ini memiliki pemerintahan yang kuat dan kekayaan yang melimpah.

Selain itu, kerajaan ini juga memperlihatkan pengaruhnya yang mem￾bentang hingga sebelah Utara Jaztah Arab. Berdasarkan penelitian

para pakar sejarah ditunjukkan bahwa bangsa Mu'in mengadopsi

huruf Abjad dari bangsa Phoenisia karena mudah digunakan.

Dengan abjad inilah mereka menyusun bahasa mereka. Di samping

itu, karakter negara mereka mendorong mereka unfuk berniaga dan

membangun hubungan pemiagaan yang kuat dengan bangsa Mesir.

Mu'in terkenal dengan produksi kemenyan dan wewangian yang ber￾kualitas baik, yang banyak dimanfaatkan di dalam kuil-kuil pemujaan

di Mesir.

b. Kerajaan Qutban: Yang berdiri di sudut bagian Selatan Teluk Adn dan

menguasai jalur perdagangan dunia di Bab Al-Mandub. Kerajaan ini

sempat berinteraksi dengan kerajaan Mu'in. Akan tetapi kemudian

harus kehilangan kemerdekaannya pada abad kedua Sebelum Masehi

dan tunduk kepada kerajaan Saba'.

c. Kerajaan Saba': Kerajaan ini berdiri di antara kerajaan Mu'in dan

Qutban, dan mewarisi kekuasaan bangsa Mu'in dan bahasa mereka.

Pada pertengahan abad ketujuh Sebelum Masehi, kaum Saba'

menjadikan Ma'rib sebagai ibukota pemerintahan mereka dan

membangun bendungan Ma'rib yang terkenal dan menjadi salah

satu dari tujuh keajaiban dunia. Disamping membangun beberapa

bendungan lainnya yang jumlahnya mencapai delapan puluh

bendungan. Hal itu dilakukan untuk menyimpan cadangan air hujan

dan memanfaatkannya ketika dibutuhkan. Bendungan ini sangat

membantu mempermudah penduduk Ma'rib untuk bercocok tanam

secara teratur dan mengubah daerah mereka menjadi perkebunan

bunga-bungaan yang indah. Hal ini sebagaimana yang disebutkan

dalam Al-Qur'an, tepatnya dalam firman Allah,

" Sungguh, bagi kaum Saba' ada tanda (kebesaran Tuhnn) di ternpat kediaman

mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelalt kiri, (kepada

mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan)

Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) ini yaitu negeri yang

baik (nyaman) sednng (Tuhanmu) adnlah Tuhan Yang Malu Pengampun."

(Saba': L5)

Kaum Saba' berhasil memperkuat pengaruh dan memperluas wilayah

kekuasaan mereka hingga mencakup daerah Hadhramaut dan Qutban,

serta menguasai jalur perdagangan laut antara India dan Mesir. Mereka

memiliki sebuah angkatan laut yang siap mengarunli laut merah dan

kafilah-kafilah darat yang siap menembus gersangnya gurun pasir ke

Asy-Syam dan Palestina melalui Al-Hiiaz untuk memindahkan komoditi-

komoditi perniagaan dan menghidupkan kegiatan perniagaan dengan

negara-negara lain.

Para pakar sejarah Arab bersepakat bahwa hancurnya bendungan

Ma'rib merupakan faktor utama jatuhnya kerajaan Saba' dan menyebabkan

para warganya tefcerai-berai ke berbagai penjuru daerah di ]azirah Arab.

Bani Ghassan memutuskan untuk bermigrasi ke Haurary Bani Lakhm

bermigrasi ke Al-Hirah. Bangsa Ghassan menjadikan runtuhnya bendungan

Ma'rib atau Al-Arim menurut bahasa kaum Saba' sebagai permulaan

penulisan sejarah mereka.

Al-Qur'an mengilustrasikan peristiwa ini dan menyatakannya sebagai

hukuman yang ditimpakan Allah terhadap penduduk Saba'. Hal ini

sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,

' Tetapi mereka berValing, maka Kami kiim kepada mereka banjir yang besar)

dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi

(pohonaohon) yangberbuahpahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr (bidara).

D emikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafirnn mereka.

Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya

kepada orang-orang yang sangat kofo.' (Saba': I.fuln

d. Kerajaan Himyar: Kerajaan ini muncul sekitar abad 115 Sebelum

Maseh di antara Saba' dan Laut Merah, dan mampu bertahan hingga

lebih dari enam abad lamanya. Pada awaLrya, kerajaan ini menempati

posisi kerajaan Qutban. Setelah itu berhasil menguasai Saba' dan

menjadikan Raidan (sekarang bernama Dhaffar) sebagai pusat

pemerintahan mereka.

Kerajaan ini populer dengan akffitas perniagaannya yang ramai dan

luas serta memiliki kekuatan ekonomi yang besar. Karena itu, kerajaan ini

mampu menguasai jalur transportasi perniagaan baik laut maupun darat.

Di antara penguasa Himyar terpopuler ini yaitu Syamrir'asy, yar.g

diriwayatkan bahwa ia menyerang wilayah Irak, Persi4 Khurasan dan kota￾kotanya serta berhasil menghancurkan kota Ash-Shaghd.di seberang sungai

Jaihun. Kemudian ia membangun kota Samarkand di bekas reruntuhannya

dan dinamai dengan namanya. Disamping itu, beberapa sumber sejarah

Arab menyebutkan bahwa penguasa bangsa Himyar bernama As'ad Abu

Kurb menyerang Azerbaijan dan berhasil mengalahkan kerajaan Persia.

Bahkan pasukan tentaranya berhasil mencapai daratan Cina di sebelah

Timur dan ke Konstantinopel dan Roma di sebelah Barat.

Penguasa terakhir kerajaan Himyar ini yaitu Yusuf Dzu Nuwas Al￾Himyari, yang pada awalnya memeluk agama Kristen. Kemudian masuk

Yahudi pada akhir hayatnya serta melakukan pembantaian keji terhadap

pemeluk Kristen dengan cara membinasakan orang-orang Nasrani di parit￾parit yang disediakan untuk membakar mereka.

Ketika kaisar Byzantium Justinianus mengetahui informasi kebiadaban

tersebut, maka ia segera berkirim surat kepada Najasyi (Negus) penguasa

Abisinia (Ethiopia sekarang) untuk memintanya menyelamatkan umat

Kristen di Jazirah Arab. Penyelamatan itu pun dilakukan di bawah

komandan militer Abisinia bernama Aryuth, yang berhasil mengalahkan

pasukan kerajaan Himyar dan memerintah Yaman di bawah naungan raja

Najasyi. Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah, salah seorang komandan

militer Abisinia lainnya. Abrahah pun menjabat sebagai walikota Yaman

setelah mendapatkan persetujuan dan mandat dari raja Najasyi. Dalam

perang ini, Abrahah mengalami luka pada bibirnya hingga ia mendapat

julukan Al-Asyram (O.ang yang Pesek hidungnya).

Langkah pertama yang dilakukan Abrahah Al-Asyram adalah

menyebarkan agama Kristen di kalangan penduduk Yaman dan ia pun

membangun sebuah gereja besar dan merupakan gereja termegah yang

pemah dibangun pada masa tersebut. Dalam pembangunannya, ia meminta

bantuan kaisar Romawi yang bersedia mengirimkan para teknisi dan

berbagai materi bangunan yang dibutuhkan seperti marmer dan lainnya.

Abrahah sangat terobsesi untuk mengalihkan jemaah haji di Arab ke

gereja ini sebagai ganti Makkah. Akan tetapi Allah berkenan mengalahkan

Abrahah bersama pasukannya. Hal ini sebagaimana yang diilustrasikan

dalam firman Allah,

"Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah

bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan

tipu daya mereka itu sia-sia? dan Dia mengirimkan kepada mereka burung

yang berbondong-bondong, yang melempai mereka dengan batu dari tanah

liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang

dimakan (ulat)." (Al-Fit L-5)

Tahun terjadfnya penghancuran tentara bergajah itu pun dikemudian

hari dikenal dengan 'Am Al-Fil, atau Tahun Gajah. Bangsa Arab banyak

menceritakan peristiwa itu dalam penulisan-penulisan sejarah mereka

dan menganggapnya sebagai pembuka fase baru kehidupan mereka yang

membuat mereka semakin menghormati Baitullah. Dan kehidupan mereka

pun bersiap-siap untuk menerima dakwah Islam, memperjuangkannya,

dan mengimaninya. Hal itu terjadi karena jika tentara bergajah di

bawah pimpinan Abrahah itu diberi kesempatan meraih kemenangary

maka tentulah alur sejarah umat manusia ini akan berubah dan agama

Kristen akan mendapat tempatnya di negara-negara Arab dan penduduk

pun berpaling dari Makkah menuju Shana'. Hal ini sebagaimana yarlg

disebutkan dalam firman Allatu

"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut

(ucapanucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak

menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak

menyukai." (At-Taubah: 32)

Ketika Abrahah Al-Asyram meninggal dunia beberapa hari setelah

kembali ke Yaman (dari Makkah), ia digantikan kedua puteranya bernama

Yaksum dan Masruq. Kedua putera Abrahah ini pun memerintah Yaman

dengan tindakan sewenang-wenang dan lalim terhadap penduduk Yaman.

Akibatnya, kesewenang-wenangan ini mendorong timbulnya

pemberontakan dalam negeri untuk membebaskan negeri itu dari

pemerintahan orang-orang Abisinia.

Saif Dzi Yazan dari Himyar mengambil kebijakan untuk meminta

bantuan kepada Kisra Anu Syirwan/Parvez dan mengharapkannya

mengusir orang-orang Abisinia dari Yaman. Ketika berhasil mengusir

orang-orang Abisinia dari Yaman, maka Kisra mengangkat Saif DziYazart

sebagai walikota Yaman atas namanya. Hingga akhirnya ia pun dibunuh

oleh seseorang dari Abisinia tahun 575 M. Pemerintahan Yaman selanjubrya

dikendalikan oleh Harz Al-Farisi.

Yaman senantiasa berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia

hingga datanglah penaklukan Islam, tepatnya ketika Badzan, akhir

penguasa mereka di Yaman bersedia masuk Islam dan tunduk kepada

seruan dakwah Rasulullah.

Adapun di bagian Utara Jazirah Arab, didiami oleh beberapa suku

Arab dan berhasil membentuk pemerintahan-pemerintahan semi merdeka

di daerah-daerah dekat perbatasan kedua imperium besar ketika itu; Persia

dan Romawi. Pemerintahan yang paling populer di bagian utaraJazirah

Arab ini antara lain:

L. Keraiaan Anbath (400 SM-105 SM)

Kerajaan ini dibentuk oleh bangsa Nabthi (Kaum Petani) di daerah

yang membentang mulai dari sungai Eufrat hingga Laut Merah setelah

mereka bermigrasi dari pertengahan Semenanjung Arab pada permulaan

abad kelima Sebelum Masehi. Perbatasan kerajaan ini mencapai Damaskus.

Para penduduknya berkomunikasi denganbahasa Arab. Mereka menulis

dengan huruf Arab Nabthi Aramyangbiasa dipergunakankaum Quraisy

dalam membukukan bahasa AIQur'an. Bangsa Nabthi senantiasa berupaya

menjaga kemerdekaan mereka selama periode Hellenistik dan periode

Romawi hingga mereka diserang oleh imperium Trajan dan berhasil

menghancurkan pemerintahan mereka pada tahun 106 M.

2. Kerajaan Tadmur

Luas wilayah kerajaan ini membentang mulai dari sungai Eufrat

hingga ke Alexandria pada masa pemerintahan raja Zanubiya (atau Az￾Zaba'),setelah ia meninggalkan suaminya kaisar Adzinah bin As-Samida'

tahun 268 M. Akan tetapi kemenangan demi kemenangan yang dicapai

Zanu.biya mendorong kekaisaran Romawi untuk rgenghancurkannya,

hingga mereka pun menyerangnya dan berhasil mengalahkannya.

Kemudian mereka menggabungkan wilayah Tadmur ke dalam kekuasaan

kekaisaran Romawi.



3. Keraiaan Ghassan

Kerajaan ini didirikan oleh klan Al-Azdi yang bermigrasi dari negeri

Yaman setelah runtuhnya bendungan Ma'rib. Lalu mereka menetap

di dekat mata air bernama Ghassan di pedalaman Asy-Syam, hingga

;

orang-orangyarrf mendiaminya ini dinisbatkan kepadanya. Setelah itu

mereka mendirikan pemerintahan mereka yang dikenal dengan nama A1-

Ghassasinah. Luas wilayahnya mencakup daerah-daerah sebelah Timur

sungai Al-Ashi dan Yordan, dan membentang dari Utara Irak hingga Teluk

Al-Uqbah. Di antara penguasa Al-Ghassasinah yang terpopuler adalah

Al-Harits bin Jabalah, yang mampu memPerluas pengaruhnya hingga

mencakup seluruh bangsa Arab di Asy-syam. Penguasa ini berkoalisi

dengan kekaisaran Romawi untuk membendung serangan-serangan

kekaisaran Persia dan Arab di perbatasan wilayah imperium mereka.

Pemerintahan Al-Ghassasinah mampu memanfaatkan interaksi

mereka dengan bangsa Romawi dan Persia, serta melihat berbagai

keberhasilan gemilang peradaban di kedua imperium tersebut. Akan

tetapi kehidupan mereka tidak stabil dan pemerintahanmereka pun harus

jatuh pada masa rezim jabalah bin Al-Aiham, yang merupakan Penguasa

terakhir mereka dan bersekutu dengan bangsa Romawi melawan pasukan

umat Islam dalam pertempuran Yarmuk tahun 636 M. Pertempuran itu

pun berpihak pada pasukan umat Islam.

4. Keraiaan Hirah

Kerajaan ini didirikan olehbangsa Lakhmatau Al-Munadzarah pada

abad ketiga Masehi di daerah Al-Hirah di sekitar sungai Eufrat dan dekat

dengan Babilonia.

Hubungan interaksi antara Al-Hirah dengan pemerintahan Persia

layaknya hubungan antara pemerintahan Ghassan dengan kekaisaran

Romawi. Karena itu, kekaisaran Persia meminta bantuan kepada bangsa

Al-Munadzarah untuk memerangi pasukan Romawi dan mereka

menempatkan Al-Hirah ini sebagai benteng pemisah antara Irak dengan

serangan-serangan bangsa Arab di sepanjang perbatasan mereka. Penduduk

Al-Hirah memiliki mata pencaharian berniaga ke seluruh negeri di |azirah

Arab. Mereka ini terkenal dengan kemampuan pengajaran membaca dan

menulis serta aktif menyebarkan simbol-simbol peradaban Persia dan

mentransformasi pengetahuan mereka kepada bangsa Arab.

Di antara penguasa Al-Hirah yang paling populer ini yaitu An-Nu'man

bin Al-Mundzir tahun 580 - 603 M, yang berupaya memisahkan diri dari

pemerintahan Persia. Akibat kebijakannya ini maka ia dipanggil

Kisra II ke ibu kota Al-Madain dan diberhentikan dari kekuasaannya.

Tindakan ini memicu gelombang kemarahan bangsa Arab sehingga

mereka pun melakukan perlawanan dengan menyerang Persia dan berhasil

mengalahkan mereka dalam sebuah pertempuran sengit bemama Dzi Qar.

Akan tetapi Kisra Persia ketika terjadi Perang Dzi Qar itu memutuskan

untuk tetap memperkuat kekuasaannya di Al-Hirah dengan mengangkat

seorang pejabat dari Persia di sana. Akan tetapi bangsa Al-Munadzarah

berhasil merebut kembali kekuasaan mereka di Al-Hirah. Lalu mereka

mengangkat Al-Mundzir bin An-Nu'man bin Al-Mundzir sebagai

walikotanya. Akan tetapi baru menjabat selama kurang lebih delapan bulan,

datanglah Khalid bin Al-Walid seorang komandan militer umat Islam

untuk melakukan penaklukan Islam pada masa pemerintahan khalifah

Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Di tengah Jazirah Arab belum bisa dikatakan bahwa pemerintahan

Arab telah berdiri di sana sebelum Islam. Yang ada hanyalah beberapa

komunitas masyarakat yang kuat. Sedangkan Makkah dan Yatsrib

merupakan beberapa di antara kota-kota di Al-Hijaz yang paling populer

mampu menjaga independensinya sejak masa lampau. Sehingga para

penguasa yang berusaha menaklukkannya tidak bisa berbuat banyak.

Akibatnya, dalam diri penduduk Al-Hijaz tersimpan karakter luar biasa

hingga menjadikan mereka sebagai simbol keberaniaru kedermawanary

kemuliaan, kehormatary dan orisinalitas kebangsaan.

Allah telah memerintahkan kepada Nabi Ibraflim dan puteranya

Ismail untuk membangun Baitul Haram -Ka'bah- di Makkah. Ibrahim

yang membangunnya, sedangkan Ismail bertugas mengangkat bebatuan

hingga berhasil menyelesaikannya dengan baik. Hal ini sebagaimana yang

disebutkan dalam firman Allah,

" D an (ingatlah) ketikn lbrahim mminggiknn pondnsi Baitullah bersama lsmail,

(serayn berdoa), "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh,

Engkaulah \&ng Maha Mendengar, Maha Mengetahui"' (Al-Baqarah:

12n

Suku Quraisy yang memiliki kelebihan dalam memperkuat hubungan

antar suku hingga mereka berkunjung ke Makkah untuk menunaikan

ibadah haji dan berniaga tinggal di sekitar Ka'bah. Suku ini senantiasa

memiliki kedudukan terhormat di antara suku-suku yang ada dalam

masyarakat Arab hingga datanglah Abdul Muthalib, dimana Allah

memperdayai Abrahah Al-Asyram dan menyelamatkan Makkah dan

Baitul Haram dari ancaman tentara Abisinia pada tahun gajah di bawah

kepemimpinannya.

Kesibukan kaum Quraisy dalam berniaga mampu memperkaya dan

memperluas ilmu pengetahuan mereka, serta memberikan kesempatan

kepada mereka untuk berinteraksi dengan berbagai bangsa yang beragam

dan mempelajari berbagai keberhasilan peradaban dunia di sekitarnya.

Di samping itu, mereka juga berinteraksi dengan bangsa-bangsa asing

yang berkomunikasi dengan berbagai bahasa yang berbeda dengan

bahasa mereka. Situasi dan kondisi semacam itu mendorong mereka

untuk mempelajarinya. Semua itu berkontribusi dalam mengasah

kecemerlangan pemikiran tokoh-tokoh mereka dan membantu mereka

dalam menampilkan talenta-talenta mereka setelah datangnya Islam.

Hal itu tentunya memperkaya sejarah peradaban Islam dari segi Politik,

keagamaan, kebudayaan, keilmuwan dan sosial.E


Nabi Muhammad ffi lahir dalam lingkungan suku Quraisy di

Makkah pada Tahun Gajah dari kedua orang tua yang miskin dan hidup

serta berkembang sebagai yatim karena ayahnya, Abdullah bin Abdul

Muthalib wafat sebelum beliau dilahirkan. Kemudian ibunya bernama

Aminah binti Wahb walatketika beliau baru berusia enam tahun. Setelah

itu, beliau berada di bawah pengasuhan kakeknya Abdul Muthallib.

Setelah sang kakek meninggal dunia, maka beliau diasuh oleh pamannya

Abu Thalib. Muhammad bekerja sebagai penggembala kambing dan

bepergian bersama kafilah-kafilah dagang yang bemiaga ke Asy-Syam dan

Yaman. Beliau memiliki reputasi yang baik, dengan segenap budi pekerti

dan tanggungjawab yang beliau miliki. Sehingga tiada seorang pemuda

Quraisy pun yang disandingkan kepada beliau, kecuali beliau lebih unggul

daripadanya dari segi kebaikan, kemuliaan, dan kecerdasannya.

Sayyidah Khadijah binti Khuwailid yang terkenal dengan kehormatan,

kemuliaaru dan kekayaannya tertarik dengan kepribadian Muhammad

ini dan berniat meminangnya. Ketika itu, beliau seorang pemuda yang

baru berusia dua puluh lima tahun. Sedangkan Sayyidah Khadijah adalah

seorang janda yang sudah berumur empat puluh tahun. Muhammad sering

pergi ke gua Hira' di pegunungan Nur untuk beri'tikaf dan beribadah

Sebab beliau memeluk agama Al-Hanifiyah, yang dibawg Nabi Ibrahim dan

dipeluk banyak penduduk Arab setelah menyadari kemtinduran paganisme

dan menjauh dari agama Yahudi dan Kristen. Al-Qur' an mengilustrasikan

agama ini dalam firman-Nya, Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang N asrani, tetapi

dia ini yaitu seorang yang lurus, muslim dan dia tidaklah termasuk orang-oran|

musyik." (Ali Imran: 57)

Ketika Muhammad mencapai usia empat puluh tahun, maka wahyu

pun diturunkarfkepada beliau ketika sedang beribadah di gua Hira'.

Allah juga menyampaikan kabar gembira kepada beliau sebagai utusan

Allah di dunia ini untuk mengentaskan manusia dari kegelapan jahiliyah

menuju cahaya Islam, menyerukan kepada mereka untuk menghentikan

penyembahan berhala dan mitos-mitos Jahiliyah, memberikan petunjuk

kepada mereka agar menyembah Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu

bagi-Nya, menjadikan mereka beriman kepada Allatu para malaikat-Nya,

kitab-kitabNya, para utusan-Nya, dan Hari Akhir, berupaya memperbaiki

kehidupan umat manusia, mengembangkary dan memajukannya hingga

mencapai kehidupan yang terhormat dan mulia, dimana seseorang dapat

menyatukan dan menyeimbangkan antara kebaikan dunia dan kebaikan

akhirat.

Sejak saat itu, maka ayat-ayat Al-Qur'an pun mulai diturunkan kepada

utusan AI-Amin (yangdapat dipercaya) ini. Ayat Al-Qur'an yang pertama

kali diturunkan kepada beliau ini yaitu firman Altah,

,,Bacalah dengan (menyebut)namaTuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dai segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang

Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam (tulis

dan baca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

(Al-Alaq:105)

Dalam firman Allah ini terkandung pemyataan yang tegas bahwa iman

yang benar dan kuat terhadap agama Islam yang suci ini harus bertumpu

pada akal, ilmu pengetahuan, dan pemikiran rasional. Hal itu disebabkan

bahwa manusia tidak akan bisa menerima dengan baik segala sesuatu yang

dirasakan panca inderanya dengan nalurinya atau reaksi emosionalnya,

melainkan mendapatkan segala sesuatu dengan akalnya, yang dilihat

pandangan matanya, dan berusaha semaksimal mungkin untuk memahami

hakikatnya serta mengungkap hukum-hukum dan aturan Allah di dalamnya.Ketika Islam menyerukan tentang keesaan Allah, pembebasan akal

dan hati dari menyekutukan-Nya mengangkat pandangan mata kepada￾Nya saja tanpa diselimuti aroma kesesatan dan penyimpmgan, maka hal

itu akan mengembalikan manusia pada jati dirinya sebagai khalifah di

bumi Allah dan berupaya mendapatkan petunjuk mengenai kekuasaan

Sang Pencipta melalui penelitian dan pengamatan terhadap manifestasi

ciptaan-Nya dan alam raya yang melingkupinya dan berada di bawah

pendengaran dan pandangan matanya. Dengan begtu, maka akan mampu

memperkuat keyakinannya dan menambah keimanannya, serta pegang

teguhnya terhadap ajaran Islam dan prinsip-prinsipnya. Semua itu akan

mampu membuat pemikirannya tenang dan membawakan petunjuk pada

dirinya serta merealisasikan kebahagiaannya di dunia dan menggapai

rahmat-Nya di akhirat kelak. Al-Qur'an telah menentukan kandungan

risalah yang diwahyukan Allah kepada utusan-Nya yang Ummi dalam

firman-Nya,

"Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datangkepadamu, menjelas￾knn kep adamu b any ak hnl dan @fi kitab y ang kamu sembunyiknn, dan b any ak

(pula) yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari

Allah, dan Kitab yang menjelaskan. Dengan Kitab itulah Allah memberi

petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan,

dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dai gelap gulita

kepada cahnya dengan izin-Nya, dnn menunjuk*nn ke jalan yang lurus." (Al￾Ma'idah:15-16)

Rasulullah segera menyerukan dakwah Islam secara rahasia pada

permulaannya di antara orang-orang terdekat beliau selama tiga tahun.

Setelah itu, beliau menyerukan dakwah Islam secara terbuka, tepatnya

setelah Allah memerintahkan kepada beliau untuk memperlihatkan agama￾Nya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allatu

' Makn sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang

diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orryg yang musyrik."

(Al-Hiir:94)

Rasulullah berupaya keras mensukseskan dakwahnya dengan

mengerahkan segenap potensi, kemampuan, dan kebijakan beliau.

Rasulullah pun berhijrah ke Yatsrib (Madinah Al-Munawwarah) dan

didampingi Abu Bakar Ash-Shiddiq. Beliau sampai di Madinah Al￾Munawwarah pada tanggal 20 September 622 M. Umat Islam pun

mendaulat tahurf kedatangan beliau ke Madinah Al-Munawwarah ini

sebagai permulaan penanggalan Hijriyah sebagai ganti dari penanggalan

yang dimulai dari Tahun Gajah; peristiwa penetapan penanggalan Hijriyah

ini terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Al-Khathab, yang

merupakan khalifah kedua umat Islam dari Khulafaurrasyidin.

Kemudian, kurang dari sepuluh tahun setelah peristiwa hijrah dari

Makkah ke Madinah itu, Jazirah Arab secara keseluruhan telah memeluk

Islam dan untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka harus tunduk

dalam satu kepemimpinan. Selama itu pula, Rasulullah mengirimkan para

delegasinya ke beberapa penguasa di muka bumi dan di setiap daerah

untuk menyerukan dakwah Islam kepada mereka. Beliau mengirimkan

delegasi kepada sejumlah pemimpin Arab seperti Al-Bahrain, Oman,

Al-Yamamah, dan Yaman. Bahkan beliau mengirimkan delegasi kepada

pemimpin Al-Ghassasinah, kepada kaisar Heraklius penguasa kekaisaran

Romawi, kepada Kisra Persia, kepada Najasyi (Negus) penguasa Abisinia,

dan juga kepada Al-Muqauqis penguasa Mesir yang diangkat kaisar

Heraklius.

Surat-surat yang dikirimkan Rasulullah kepada Para Penguasa dan

pemimpin negara-negara yang berinteraksi dengan masa kenabian beliau,

memperlihatkan strategi dan kebijakan politik beliau dalam menyebar￾luaskan dakwah Islam dan menyerukan manusia secara keseluruhan untuk

menerima Islam. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah

dalam Kitab Suci-Nya,

"Katakanlnh (Muhnmmad), "Waltni manusia! Sesungguhnya aku ini utusan

Allah bagi kamu semua, Yang memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak

ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan

mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu)

N abi y ang ummi yang beiman kepada Allah dnn kepada knlimat-kalimat-Ny a

Qcitab-kitnbNya). lkutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk." (Al-A'raf:

1s8)

Pada tahun kesepuluh Hijriyah dan bertepatan dengan tahun 632

M setelah Rasulullah merasa yakin dengan keimanan masyarakat Arab

terhadap akidah-akidah Islam, pondasi-pondasinya, dan ajaran-ajarannya,

maka beliau keluar dari Madinah bersama dengan kurang lebih seratus

ribu umat Islam menuju Baitul Haram untuk menunaikan ibadah haji di

pegunungan Arafah. Di sana lah beliau menyampaikan pesannya yang

abadi, yang menjelaskan ajaran agama Islam dan prinsip-prinsipnya, serta

menyerukan mereka agar menyebarkan ajaran agamanya dan berjuang

di jalannya. Dalam kesempatan tersebut, Rasulullah bersabda, "Aku telah

meninggalkan sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat sesudahnya jika

kalian berpegang teguh padanya: Kitabullah."

Risalah Rasulullah menjadi sempurrra ketika beliau berdiri di Arafah

dengan turunnya firman Allatu

"Padahai ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku

cukupkan nikmat-Kubagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.

Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa,

maka sungguh, Allah Malta Pengampun, Malm Penyayang." (Al-Ma'idah:

3)

Rasulullah membacakan ayat ini di hadapan umat Islam ketika

diturunkan, sehingga menitiskan pengaruh luar biasa pada diri mereka.

Pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijriyafu yang bertepatan dengan

tanggal 8 Juni tahun 632 Hljriyah, Allah memilih utusan-Nya untuk

ditempatkan di sisi-Nya dalamusia enampuluh tiga tahun, setelahberhasil

menyampaikan risalah dan menunaikan tugas yang diamanatkan kepada

beliau, serta menjelaskan kepada manusia tentang urusar:r-urusan agama

mereka, memperkokoh prinsip-prinsip utama bagi berdirinya negara Arab￾Islam yang bersatu di bawah undang-undang dasarnya, yaitu Al-Qur'an.

Strategi yang beliau terapkan dalam menjaga eksisten#negara ini adalah

dengan berkreasi, berilmu, dan mempertahankan persafuan dan kesatuan

umat Islam.

Dengan demikian, maka Islam -sebagai keyakinan dan pengetahuan￾mampu mempersatukanberbagai bangsa yang sebelumnya sangat kontras

dan saling berseteru antara yang satu dengan yang lain.

B. Negara Islari Terbesar

Para khalifah Rasulullah yang datang sesudahnya memPerkenalkan

ajaran agama Islam kepada seluruh penduduk bumi, hingga bangsa Arab

dan umat Islam berhasil mendirikan sebuah negara Islam terbesar melalui

beberapa fase dan membangun peradaban manusia terbesar yang pernah

dikenal sejarah.

Pada masa Khulafaurrasyidin tahun 632- 661M, yang terdiri dari Abu

Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin

Abi Thalib, maka pasukan Arab mampu mengalahkan pasukan Romawi

dan Persia hingga wilayah kekuasaan negara Arab-Islam ini meluas hingga

mencakup daerah-daerah di sekitar Jazirah Arab seperti Persia, Irak, wilayah

Asy-Syam, Mesir, Afrika, hingga Tripoli, dan Eropa Barat. Bahkan mencakup

Armenia pertengahan Asia hingga sungai Jaihun.

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah antara tahun 661. - 750 M,

pasukan umat Islam melanjutkan penyebaran dakwah Islam dan berjuang

di jatan Allah hingga keluar Jazirah Arab dan menjadikan Damaskus sebagai

ibukota dan pusat pemerintahan mereka. Wilayah perbatasan negara Islam

membentang hingga mencapai Turkistan di bagian Timur, Andalusia dan

pertengahan Prancis di bagian Barat, tembok-tembok Konstantinopel di

bagian Utara, dan bahkan mampu menaklukkan Bukhara, Samarkand,

negara-negara di daerah antara dua sungai, dan ditambah dengan daerah

Shindu, Afrika Utara, kepulauan Cyprus dan Rodes.

]umlah khalifah Bani Umayyah yang memerintah sebanyak empat

belas orang, yarrg diawali dengan kepemimpinan Muawiyah bin Abi

Sufyan, pendiri Dinasti Umayyah. Dan yang paling populer dari antara

mereka ini yaitu Abdul Malik bin Marwan, yang berhasil menyelamatkan

dinasti ini dari tragedi fanatisme kesukuan yang hampir mencabik-cabik dan

menghancurkannya. Abdul Malik bin Mar$ran mampu mengatasi kondisi

yang genting itu dan mengembalikan kejayaannya serta memperkuat

tiang-tiang penopangnya.

Keberhasilan pemerintahan dan kebijakannya ini merupakan pembuka

jalan bagi generasi sesudahnya, baik dari putera-puterinya sendiri maupun

kaum kerabatnya untuk memperluas penaklukan-penaklukan ke wilayah

Timur maupun Barat.

Masa keemasan Bani Umayyah dicapai dua putera Abdul Malik bin

Marwan, yaitu Al-walid dan sulaiman bin Abdul Malik, serta keponakannya

bemama Umar bin Abdul Aziz,yang oleh umat Islam kepemimpinan Umar

bin Abdul Aziz ini disamakan dengan masa kepemimpinan kakeknya Umar

bin Al-Khathab dalam masalah keadilan, zuhud, dan kinerjanya.

Bersamaan dengan wafatnya khalifah Umar bin Abdul Aziz tahun

720IllI dan kemudian digantikan oleh Yazid II putera Abdul Malik dan

merupakan khalifah kesembilan Dinasti Umayyah, maka kelemahan

mulai menyerang sendi-sendi pemerintahan dan dinasti Umayyah itu

sendiri karena berbagai faktor. Di antara faktor-faktor ini adalah

berkembangnya persaingan antar individu di lingkungan istana, muncul￾nya semangat fanatisme di antara suku-suku yang mendukungnya, adanya

beberapa khalifah Bani Umayyah yang cenderung memuja hawa nafsu

dan tenggelam dalam kenikmatan dunianya, yang mereka adopsi dari

lingkungan istana kekaisaran Byzantium. semua itu sangat berpotensi

menjatuhkan kekuasaan Bani Umayyah dan mengancam kejatuhannya di

tangan para pendukung Bani Abbasiyah tahun 750 M.

Pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah antara tahun 750 -.1258

M, pemerintahan Arab-Islam berhasil mengembalikan masa keemasan

dan kegemilangannya. Bahkan Ibnu Thaba penulis Al-Fakhriy fi Al-Adab

As-Sulthaniyyah wa Ad-Duwal Al-Islamiyyaft, menyebutkan bahwa Bani

Abbasiyah telah memperlihatkan kepada dunia tentang sebuah politik y*g

diramu dengan agama dan kekuasaan. Dengan kebij$an tersebu! maka

tokoh-tokoh terbaik dan terkemuka serta populer dengan kebaikannya

tunduk dan patuh kepada mereka sebagai konsekwensi dari keagamaannya

dan yang lain mematuhinya karena menyukainya. Pemerintahan Bani

Abbasiyah ini memiliki banyak kebaikan dan kemuliaan, menjadi pusat

ilmu pengetahuan dan peradaban, simbol-simbol dan syiar keagamaan

dijunjung tinggr, dunia penuh dengan kemegahan dan kemeriahan, harga

diri dan kehormatan senantiasa terlaga, dan benteng-benteng dipenuhi

dengan p"r,g"*airn yang kuat dan penjagaan ketat.

Situasi dan kondisi seperti ini terus berlangsung hingga datang

masanya unfuk berakhir. Berita tentang kemundurannya pun tersebar

hir,gg" situasi dan kondisi pun tidak lagi kondusif sehingga pemerintahan

pun harus berpindah pada kekuasatrn dinasti lain. Para khalifah Bani

Abbasiyah mencapai tiga puluh tujuh orang.Y*g terpopuler dari antara

mereka antara lain:

1. Abu la'f.ar Al-Manshur ant:rra tahun 754-775M

Dia ini yaitu pendiri Dinasti Abbasiyah yang sesungguhnya sebagaimana

Abdul Malik bin Marwan bagi Dinasti Umayyah. Al-Manshur tumbuh dan

berkembang dengan memperhatikan sikap dan perilaku para pemimpin

dan penguasa. Sebagian pakar sejarah menyebutnya sebagai khalifah

Bani Abbasiyah yang paling keras, tegas, penuh kesadaran, dan memiliki

perhatian luar biasa terhadap kepentingan-kepentingan rakyatnya. Di

samping itu, ia juga memfokuskan perhatiannya pada penerjemahan

buku-buku yang berkaitan dengan ilmu dan pengetahuan bangsa Persia

dan Yunani.

Abu |a'far Al-Manshur -sebagaimana yang dikemukakan Imam Ath￾Thabari- memiliki kecondongan karakter yang berdisiplin, yang merupakan

dasar dan modal utama keberhasilan dalam beraktifitas. Pada pagi hari, ia

memperhatikan persoalan-persoalan kenegaraan dan berbagai persoalan

yang berkaitan dengan rakyat dan kemakmurannya. Seusai mengerjakan

shalat Ashar, ia berbincang-bincang bersama anggota keluarganya. Seusai

shalat Isya', ia memperhatikan persoalan berkaitan dengan laporan￾laporan dari berbagai wilayah kekuasaannya, dari benteng-benteng

kekuasaan, dan berdiskusi dengan para menterinya serta para pejabat

negara yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing.

Menjelang sepertiga malam pertama, maka ia menyudahi pertemuannya

dan bergegas ke tempat tidumya. Kemudian tidur pada sepertiga kedua

malam. Setelah itu, Al-Manshur bangun dari tempat tidurnya, berwudhu,

dan duduk di mihrabnya hingga menjelang Subuh. Setelah itu, ia keluar

untuk mengerjakan shalat bersama masyarakatnya. Kemudian Al-Manshur

duduk di ruangan istananya dan mulai bekerja seperti biasanya setiap hari.

2. Harun Ar-Rasyid antara Tahun 786 - 809 M

Dialah orang yang menjadikan ibukota pemrintahannya di Baghdad

sebagai pusat perdagangan internasional dan kiblat bagi para pelajar

dalam berpetualang menuntut ilmu dan kesusasteraan. Sebagaimana

popularitasnya ini telah menghiasi ufuk cakrawala.

Pemerintahan Ar-Rasyid -sebagaimana yang diungkapkan penulis Al￾Fakhriy fi Al-Adab As-Sulthaniyyah- merupakan pemerintahan yang terbaik,

paling terhormat, berwibawa, makmur, dan memiliki wilayah kekuasaan

paling luas. Bahkan Ar-Rasyid mampu menarik sebagian besar penduduk

dunia. Tiada kaum intelektual, para penyair, Fuqaha', para Qurra', hakim,

dan penulis buku yang berkumpul sebagaimana mereka berkumpul di

depan pintu gerbang Ar-Rasyid. Masing-masing dari mereka memiliki

hubungan baik dengannya dan ia pun mengangkat derajat mereka pada

derajat yang paling ti.ggi.

3. Al-Makmun antara Tahun 813 - 833 M

Dialah khalifah yang populer dengan kecintaannya terhadap ilmu

pengetahuan dan kaum intelektual, sangat senang dengan ilmu astronomi,

kedokteraru filsafat, mempelajari ilmu-ilmu para ilmuwan terdahulu dan

memerintahkan penerjemahannya ke dalam bahasa Arab.

Pada masanya, peradaban Islam mencapai masa keemasannya dengan

kemajuan yang diraih di berbagai bidang kehidupan, baik politik, agama/

budaya, maupun sosial. Al-Makmun cenderung metasa puas dengan

diskusi dan perdebatary dan berupaya keras mengamputasi hal-hal yang

berpotensi menimbulkan riya' dan kemunafikan serta berbagai kehinaan

lainnya.

Sebelum waf.at, ia mengangkat saudaranya Al-Mu'tashim sebagai

penggantinya. Dalam wasiatnya, ia menuliskan, "Wahai Abu lshaq,

ambillah pelajaran dari apa yang kamu lihat, ikutilah sikap dan kebijakan

saudaramu dengan Al-Qur'ary bekerjalah dengan sungguh-sungguh

dalam menjalank*n tugas kekhalifahan yang diamanatkan kepadanya

dan ikhlastu dan takut terhadap hukuman Allah dan siksa-Nya. fanganlah

kamu memperdayai Allah dan bermalas-malasan menjalankan perintah￾Nya jangan melalaikan urusan rakyatmu, rakyat ini yaitu rakyat orang

awam ini yaitu or.img awam. Karena sesungguhnya kerajaan ini adalah

untuk mereka dengan janjimu untuk mengabdi kepada umat Islam dan

bermanfaat bagi mereka. Allah senantiasa berada di antara mereka dan

juga non muslim. Jangan sekali-kali kamu merasa bosan memperhatikan

kepentingan umat Islam dan memberikan manfaat kepada mereka, kecuali

kamu mengutamakannya atas selainnya. Ambillah dari orang-orang

kaya untuk orang-orang yang lemah dan jangan membebani sesuatu

pun terhadap mereka. Bersikaplah adil terhadap sebagian kelompok dari

sebagian yang lain dengan menetapkan kebenaran di antara mereka."

Bersamaan dengan periode kekuasaan Al-Mutawakkil tahun U7 M,

khalifah kesepuluh Dinasti Abbasiyah, bintang kejayaan Dinasti Abbasiyah

ini mulai memudar dan para khalifah terkadang lebih tunduk kepada

orang-orang Persia dan terkadang kepada orang-orang Turki. Pusat￾pusat kekuasaan pun berpindah dari Baghdad ke kerajaan-kerajaan dan

pemerintahan kecil yang berdiri sendiri atau semi merdeka hir,ggu dunia

Islam terbagi-bagi dalam kekuasaan-kekuasaan tersebut.

C. Negara-negara Islam yang Independen

Bukhara dan Samarkand merupakan kota-kota terpopuler di bawah

pemerintahan Dinasti As-Samaniyah yang didirikan oleh bangsa Saman

Persia di l(hurasan dan daerah antara dua sungai Isfahan. Ar-Rai dan

Hamadzan merupakan pusat-pusat kebudayaan terpopuler pada masa

DinastiAl-BuwaihiyahyangmerdekadibagianTimur Islam.

Gerakan ilmiah dan sastra terus tumbuh dan berkembang berkat kebijakan

walikota Adhd Ad-Daulah dan dua menterinya lbnul Amid dan lbnu lbad

karena kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan dan dikarenakan

wawasan keduanya yang luas. Di samping itu, Lahore juga mengalami

kemajuan besar pada masa pemerintahan Dinasti Al4haznawiyah yang

mencerminkan pemindahan kekuasaan kepada orang-orang Turki dan

mengalami kemajuan dan kebangkitan kebudayaan di bawah kebijakan

para pemimpinnya, seperti Mahmud Al4haznawi dan Ibnu Mas'ud.

Hal yang sama juga terjadi di Aleppo pada masa pemerintahan

bangsa Hamadzan terutama pada masa kepemimpinan Saif Ad-Daulah

Al-Hamdani, di Al-Qairawan ibukota pemerintahan Dinasti Al-Aghalibah

di Tunis, dan Vas ibukota pemerintahan Bani Idris di Marrakish.

Adapun Cairo, mengalami kemajuan pesat pada masa pembangunnya

dari Dinasti Al-Fathimi, ym1 berhasil menaklukkan Mesir tahun 969 M

setelah mereka berhasil mengembangkan wilayah kekuasaan dan pengaruh

mereka dari Tunis ke seluruh wilayah Afrika Utara. Mereka juga menguasai

Shaqaliyah dan berpacu dengan Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah di

Andalusia dalam menempatkan diri mereka sebagai khalifah umat Islam

yang resmi. Pada masa mereka, muncul berbagai pioner kebangkitan ilmiah

seperti Ibnu Yunus dan Ibnul Haitsam serta lainnya.

Di Barat, peradaban Islam sena