filshlah Al-Majasthi. Buku ini memuat kritikannya terhadap Potalemus
dan pendapat-pendapatnya tentang astronomi, yang mendorongnya untuk
memperbaikinya.
Abu Ishaq An-Naqqasy yang terkenal dengan Az-Zwqalimengarang
bukunya yang berjudul Ash-Shafihah Az-Za'ijiyah yang menjelaskan tentang
pengunaan Isterlap dan menambahkan perbaikan-perbaikan terhadapnya.
Ia juga membuat dalil pertama bahwa kecodongan pusat matahari pada
bintang-bintang yang tetap ini yaitu mencapai 12,04 detik sedangkan angka
yang benar ini yaitu 11, 8 detik.
Al-Hamdani dari Yaman menulis bukunya yang terkenal -bukan
buku Zaij-nyayang sudah tenar- Sara'ir Al-Hikmah yang memuat 30
makalah tentang ilmu falak, ukuran-ukuran gerakan bintang-bintang, ilmu
hukum-hukum perbintangan dan bagian serta macam-macamnya.
Para ilmuwan peradaban Islam juga tahu bahwa perjalanan bulan
berbeda dari tahun ke tahun. Al-Buzajani menemukan persamaan untuk
menentukan posisi bulan yang dikenal dengan persamaan cepat.
Dalam buku Al-Qanun Al-Mas'udi, Al-Bairuni membahas tentang
sejumlah tema yang berkaitan dengan ilmu falak. Di antaranya tentang
penentuan arah-arah asli dengan fujuh cara yang berbeda, menentukan
waktu malam dan siang, dan mengetahui fenomena gerhana matahari.
Al-Batani memiliki obeservatori untuk gerhana matahari dan gerhana
bulan yang dijadikan pegangan para ilmuwan modern pada tahun1947
dalam menentukan gerakan bulan selama satu abad.
Kejeniusan Al-Bairuni tampak dalam tulisannya tentang gerakan pusat
matahari, yaitu posisi tahun paling jauh antara matahari dan bumi. Rahasia
kejeniusannya terletak pada tulisannya bahwa titik pusat bergerak dengan
ukuran satu derajat setiap 300 tahun. Para astronom Arab mengkaji bintik
matahari yang selanjutnya berkembang menjadi ilmu bintik matahari atau
Sun Spots.
Filosof yang bernama Ibnu Rusyd ini yaitu orang pertama yang melihat
bintik matahari secara ilmiah ketika tahu dengan perhitungan falak pada
saat planet Merkurius melintasi bola matahari. Ia mengamatinya dan
melihatnya sebagai bintik hitam pada bola matahari pada waktu yang
telah ditentukannya. Fenomena bintik matahari ini yang diamati pertama
kali oleh Ibnu Rusyd ini yaitu fenomena terpenting yang menjadi kajian
para ilmuwan pada masa sekarang untuk mengetahui lebih jauh tentang
sebab, karakteristik dan pengaruhnya. Yang dikenal dari sebab-sebab
fenomena ini sampai sekarang ini yaitu bahwa ia berbentuk air mancur
dari gas-gas menyala yang bergejolak dari matahari sampai ketinggian
yang diperkirakan sampai ribuan kilometer dan naik dari bagian matahari
dengan kecepatan tinggi yang membentuk badai raksasa yang satu diameter
darinya mencapai kurang lebih 50.000 Km.
Para ahli falak bisa mengamati gelombang dan gejolak berbeda-beda
yang terjadi di atas permukaan matahari dan di udara sekelilingnya. Hal
ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang dilengkapi
dengan pancaran sinar tertentu yang bisa menangkap semua panjang
gelombang cahaya yang timbul dari matahari kecuali beberapa cahaya
tertentu. Inilah yang dikenal dengan metode pemotretan lapisan matahari.
Dengan mencetak gambar ini akan tampak daerah-daerah yang bersinar
lebih terang daripada daerah-daerah di sekelilingnya dan mungkin bisa
mengetahui daerah-daerah bintik kegelapan relatif yang tampak seperti
lobang-lobang gelap yang tidak teratur di atas permukaan matahari.
Hakikat bintik ini ini yaitu bintik-bintik di mana permukaaan matahari tidak
dalam rata-rata normalnya dari curahan energi pada waktu tertenfu yang
terkandang sampai beberapa hari atau beberapa minggu.
Bintik matahari merupakan salah satu dari fenomena-fenomena
yang disebabkan oleh matahari, yang merupakan bintang besar yangdiameternya mencapai satu juta dan sepertiga juta kilometer, suhu panas
udara luarnya mencapai sekitar enam ribu derajat. Suhu panas ini akan
naik cepat ketika mendekatai pusatnya hingga sampai dua puluh juta
derajat. Hal ini disebabkan oleh pembentuk-pembentuk pusat matahari
yang mengalami tekanan-tekanan besar yang tidak bisa digambarkan.
Pada tanggal 9 Mei L970 obeservatori di Helwan Mesir mencatat
terjadinya sejumlah ledakanbesar pada bola matahari yang tampak dalam
tiga kelompok besar yang diameter paling besar darinya mencapai lebih dari
30.000 KM, sedangkan yang paling kecil diametemya mencapai 10.000 KM.
Para ahli falak mengamati bahwa kebanyakanbintik-bintik matahari
tampak di antara dua garis lintang 35 di arah utara dan pada dua sisi garis
khatulistiwa pada arah selatan. Kemunculannya berulang-ulang pada
setiap putaran waktu yang paling lama ini yaitu setiap 11 tahun dan sampai
sekarang belum diketahui penafsiran ilmiahnya.
Demikian pula bisa ditemukan beberapa pengaruh yang ditimbulkan
oleh fenomena bintik matahari. Para ilmuwan kontemporer berusaha untuk
mengetahui ciri-cirinya dan mengontrol kelakuannya. Di antara pengaruhpengaruh ini ini yaitu munculnya gelombang-gelombang magnetik dan
elektrik yang tersebar di angkasa yang diiringi terjadinya badai-badai
magnetik di atas bumi. Hal ini disebabkan terjadinya gejolak-gejolak di
udara matahari yang terkadang diiringi lemparan cahaya dan radiasi
dalam bentuk partikel-partikel nuklir yang mengandung muatan listrik
yang sampai ke bumi selama beberapa waktu antara 20 dan 60 jam. Hal ini
menimbulkan terjadinya penahanan gelombang-gelombang wireless secara
spontan danterjadinya kesalahan dalam penentuan arah pada alat kompas
di bumi. Maka dari itu, para ilmuwan antariksa menggunakan satelit
sebagai peringatan wireless yang disampaikan kepada para penumpang
pesawat luar angkasa tentang bertambahnya partikel nuklir ini secara
spontan.
Adapun badai-badai magnetik yang terjadi di bumi akan menyebabkan
munculnya awan kutub dalam lingkaran terbatas pada dua lingkaran kutub.
Awan kutub atau tirai-tirai cahaya kutub atau Orora tak lain merupakan
pengisian udara magnetik yang terjadi pada lapisan Ionosfer pada atmosfer
bumi. Awan kutub ini tampak dalam bentuk busur panah, spiral dan tiraitirai yang terurai dalam warna-warna indah yang kadang-kadang tampak
seakan bergetar keras menimbulkan suara-suara yang menyerupai suara
petasan yang sering kita lihat dalam perayaan hari raya.
Demikian pula diamati bahwa titik-titik matahari mempengaruhi nilai
tetap matahari yang dikenal paling penting sekarang inidalam kaitannya
dengan energi matahari. Hal ini bisa diketahui dengan volume energi
panas yang jatuh dari matahari secara lurus di atas unit ruang-ruang dari
permukaan bumi dalam unit waktu.
Eksperimen-ekperimen baru membuktikan adanya hubungan erat
antara perubahan-perubahan yang dilihat pada aktivitas udara bumi
dan munculnya bintik-bintik matahari. Hal ini disebabkan karena urutan
terjadinya akhir besar dan akhir kecil pada sejumlah bintik matahari
mempengaruhi nilai tetap matahari dari waktu ke waktu. Ketika radiasi
sinar matahari merupakan sumber utama energi di udarabumi, maka wajar
saja perubahan-perubahan pada nilai radiasi ini mempengaruhi fenomenafenomena udara yang berbeda-beda dan dari sinilah terjadi perubahan
yang jelas pada cuaca.
Demikianlah akal manusia dengan potensinya yang besar berusaha
untuk mengakhiri kisah titik-titik matahari yang dimulai oleh filosof Islam
Ibnu Rusyd. Akan tetapi perjalanan pemikiran manusia masih menantinanti munculnya pasal-pasal baru dan menarik yang menjadi perhatian
manunisa di masa sekarang atau masa mendatang.
Di sisi lairy para ilmuwan meteorologi pada masa kemajuan Islam
meneliti fenomena-fenomena udara yang berbeda-beda, mengkaji kondisi
dan pengaruhnya di berbagai tempat di muka bumi. Mereka sampai pada
kesimpulan bahwa lapisan gas mengelilingi bumi dari segala arah sampai
ketinggiannya mendekati panjangnya diameter bumi.
Dalam buku Rasa'il lkhwan Ash-Shafa disebutkan bahwa pembagian
sinar matahari pada permukaan bumi tergantung pada posisi relatif
matahari terhadap bagian-bagian bumi pada musim-musim yang berbeda.
Kuantitas panas yang diterima permukaan bumi tergantung pada sudut
pertemuan sinar-sinar pada permukaan bumi. Sinar matahari bekerja
memanasi permukaan bumi dan menaikkan suhu panas udara yang
memanas dengan rotasinya dan kemudian bertambah dan meningkat. Jika
pemanasan ini terus berlangsung, maka akan menimbulkan aliran yang
naik pada daerah yang terkena panas. Aliran ini berperan utama pada
pembagian suhu panas udara sehingga mempengaruhi perjalanan angin
dan turunnya hujan serta fenomena-fenomena udara lainnya.
Para ahli meteorologi menyebutkan bahwa ada aliran naik dari udara
panas secara terus menerus di Irak, sementara itu di tempat-tempat yang
rendah suhu panasnya di temukan aliran-aliran turun. Ikhwan Ash-Shafa
mengenal fenomena berjatuhan ketika gumpalan udara mendingin dan
menebal sejumlah uap air dalam bentuk hujan, salju atau kabut air sesuai
dengan kondisi saat terjadinya penebalan. Adapun tentang turunnya hujan,
mereka mengatakan bahwa uap air pada awalrrya naik ke atas. Naiknya udara
ke atas ini tergantung oleh aktifitas lapisan yang dingin. Kumpulan uap ini
terus berlangsung dan bertambah pekat sehingga menimbulkan terbentuknya
awan. Awan-awan dalam bentuk kering dan ringan ketika dalam kondisi
suhu udara panasnya naik. Ketika suhu panas turun maka berat awan akan
bertambah pekat dan turun dalam bentuk hujan. Ketika uap air yang ada di
udara bertemu dengan lapisan dingin, maka akan menghalangi naiknya uap
ke atas. Maka dari itu, uap menjadi pekat di dekat permukaan bumi dalam
bentuk kabut air atau embun. Adapun jika uap air naik pada ketinggian
tertentu yang terpengaruh oleh derajat suhu dingin yang sesuai, maka akan
menjadi pekat dan jatuh dalam bentuk tetesan kecil salju.
Ibnu Sina membahas tentang awary salju, kabut, rteazik, kilat dan
petir. Ia juga menafsirkan Corona bulan dan Corona matahari. Analisa Ibnu
Sina ini merupakan dasar bagi penafsiran ilmiah yang dikenal sekarang
ini. Ibnu Sina berkata tentang Corona,61 "Corona ini yaitu lingkaran putih
yang sempurna atau kurang, bisa dilihat di sekeliling bulan dan lainnyajika terhalangi oleh awan tipis yang tidak menutupinya karena tipisnya.
Apabila terkena sinar bulan maka akan menimbulkan potongan bulat. Dan
terkadang matahari berupa Corona. Corona kebanyakan terjadi ketika tidak
ada angin. Maka dari itu, akan berjumlah banyak bersama awan-awan
yang berputar. corona matahari ini lebih banyak dilihat ketika matahari
mendekati tengah-tengah langit."
Perjalanan ilmu terus berlanjut setelah Ibnu sina dan tidak lebih dari
apa yang dikatakannya tentang Corona, akan tetapi menghasilkan pecahnya
cahaya pada kristal-kristal saljuyangberbentuk segi enamyang terapung di
udara dan porosnya ini yaitu horizontal. Ilmu modern membedakan antara
bermacam-macam Corona matahari. Corona redup tampak dalam bentuk
lingkaran cahaya putitr, Corona terang tampak dalam bentuk lingkaran
berwarna merah dari dalam. Corona yang paling banyak menyebar
ini yaitu yang diameternya mencapai 22 derajat. Adapun Corona-Corona
yang diameternya 46 derajat tidak tampak kecuali pada kondisi aneh dan
biasanya dalam bentuknya yang kurang.
Pada awan, kita menyaksikan bentuk-bentuk putih atau berwarna
seperti warna matahari atau bulan yang dikenal dengan bayangan matahari
atau bayangan bulan. Apabila bayangan ini berwarna, maka warna merah
ini yaitu berada di arah matahari atau bulan. Gambaran ini tampak pada
ketinggian yang sama dengan matahari atau bulan dan terbentuk CoronaCorona yang diameternya sampai 22 atauhampir berada pada pinggirnya
dari luar. Gambaran ini membentuk sudut yang dinamakan spektrum
bersama matahari lebih dari 90 nama spektrum matahari yang berhadapan.
Gambaran ini ditimbulkan dari pecahnya cahaya sebagaimana kondisi
pada Corona, akan tetapi ia menunjukkkan kristal-kristal yang terapung
dan porosnya ini yaitu horizontal.
Pada awal abad lalu Samson menjelaskan ciri-ciri lingkaran yang
tampak pada sekitar matahari atau bulan dalam bentuk lingkaran-lingkaran
berwama. Ia juga membuktikannya terbentuk dalam tetesen-tetesan kecil air
yang berada dalam awan dan bukan dari kristal salju yang menyebabkan
Corona.Ibnu Sina berkata tentang awan dalam bukunya Asy-Syifa', "Awan
terbentuk dari uap-uap basah yang naik dengan naiknya suhu panas
lalu mengenai lapisan dingin udara. Esensi awan ini yaitu uap pekat yang
terapung di atas udara. Uap ini yaitu materi awan, hujan, salju, embun dan
es. Maka dari itu, terlihat perbedaan fenomena-fenomena matahari dan
bulan seperti Corona dan Pelangi."
Pendapat Ibnu Sina tentang terbentuknya awan tidak berbeda dengan
pendapat Figan dan Shamaos pada tahun 1929. Menurut pendapatnya
awan dikenal dengan materi tipuan dari air yang bergantung di udara,
atau uraian tipuan udara. Materi yang bergantung terkadang dalam bentuk
tetesan kecil air atau kristal salju atau campuran dari tetesan air dan kristal
salju. Kebanyakan tetesan air dalam suhu udara yang turun sampai 50 di
bawah nol derajat.
Orang-orang Barat tidak tertarik untuk melanjutkan kajian sistematis
tentang awan yang dimulai oleh para ilmuwan muslim kecuali pada abad
ke 19 M ketika ilmuwan biologi dari Perancis Lamarck mengarang buku
tentang awan. Dia menyebutkan daftar nama macam-macam awan. Kajian
ini terus berkembang dan menjadi fisika awan sekarang dan merupakan
salah satu cabang dari Meteorologi Fisika yang mendapat perhatian para
peneliti untuk memperoleh manfaat dari terapannya yang penting untuk
utujan prediksi cuaca, penerbangan, hujan dan lainnya.
Kemajuan ilmu falak dan meteorologi pada masa Islam telah
membantu orang-orang Islam untuk memperhatikan lalu lintas perairan.
Ahmad bin Mujahid mengarang bukunya Ktab Al-Fawa'id fi Ushul Ilm
Al-Bahr wa Al-Qawa'id. Dalam buku ini ia menjelaskan bagaiman para
nahkoda kapal memperoleh petunjuk lewat posisi-posisi bulan dan arah
bertiupnya angin serta terbit dan terbenamnya beberapa planet dan bintang.
Pengetahuan para nahkoda tentang hal-hal ini akan membantu mereka
mendapatkan petunjuk arah dalam mengarungi lautan dan mendekatkan
perahu pada dermaga.
Riset dan kajian modern menegaskan bahwa Eropa berhutang
budi kepada orang-orang Arab dalam pengetahuan tentang kompasdan penggunaan peta lautan. Mereka juga mengakui orang-orang Arab
sebagai pioner bidang kelautan dan mengakui kapabilitas mereka dalam
mengendalikan kapal dan menjauhi badai dan topan serta prediksi
terjadinya.
Al-Maqdisi dalam bukunya Ahsan At-Taqasim menyebutkan bahwa
di antara para pelaut Arab ada ahli falak yang berpengalaman. Mereka
mencari petunjuk dengan bintang-bintang, membuat jadwal-jadwal,
menentukan batas-batas bujur dan lintang, membuat peta-peta laut dan
memberikan informasi-informasi tentang angin, pantai dan karang. Maka
dari itu,lalu lintas perairan di laut Tengatr,laut Merah, samudra Hindia
dan samudera Pasifik tetap berada di bawah otoritas orang Arab sampai
awal masa modern.
Demikianlah, kita dapati bahwa ilmu falak dan meteorologi -seperti
ilmu-ilmu alam lainnya- telah berkembang di bawah tangan para
ilmuwan peradaban Islam dengan menggunakan metode ekperimen
yang berdasarkan pada pengamatan dan perhitungan dalam menafsirkan
fenomena-fenomea falak, mencari tahu sebab-musabab gerakan planet
dan bintang.
Teori-teori dan alat Azyaj yang dibuat orang-orang Arab dalam ilmu
falak ini yaitu pengaruh paling besar yang ditinggalkan mereka dalam
memperkaya kalender yang dikumpulkan oleh Tekhobrahi dan digunakan
selanjutnya oleh Kepler dalam membuat hukum-hukumnya yang terkenal
tentang gerakan planet selanjutrya oleh Copernicus dalam membuat sistem
tata surya. Hal ini disebabkan karena syarah-syar ahbu,ku Al-Maj asti kary a
Potalemus dan khususnya bantahan-bantahan Ibnu Al-Haitsam dalam
bukunya A sy-Syukuk ala Potalemus telah mengantarkan pada kajian-kajian
Nashiruddin Ath-Thusi dan rekan-rekannya dalam observatori ketika
mereka membuat contoh-contoh jelas untuk menafsirkan kontradiksi
antara susunan teori Potalemus dan hasil observasi ilmiah. Hal inilah yang
menyebabkan penemuan Copernicus tentang matahari sebagi pusat.
Perbandingan para peneliti antara teks-teks dan gambar yang ada
dalam karya Copernicus dan para ahli falak di Maragha menghasilkanhasil serupa yang membuat sebagian berpendapat bahwa Copernicus
ini yaitu salah satu pengikut aliran falak Maragha yang tenar kalau tidak
bisa dikatakan sebagai pengikut terakhir mereka. Sebagian juga bertanyatanya bukan tentang apakah Copernicus telah mempelajari teori Maragha
melainkan kapan dan di mana?62
Dari itu semua, Newton mengambil kesimpulan dalam hukum
gravitasinya yang mashur kemudian perkembangan ilmu mekanika klasik
menuju mekanika relatif dan mekanika langit, kemajuan ilmu antariksa
yang hasilnya berkembang di dunia kontemporer kita.
Sejarahwan ilmu, Sarton menegaskan peranan orang-orang Arab
ketika ia bersaksi bahwa riset-riset orang Arab tentang falak ini yaitu yang
membuka jalan bagi kebangkitan besar yang diprakarsai oleh Kepler dan
Copemicus. Kesaksian ini sesuai dengan hakikat bahwa ilmu merupakan
peninggalan bersama bagi kemanusiaan dan bahwa sejarah penemuanpenemuan ilmiah seperti sejarah peradaban secara keseluruhan melewati
putaran-putaran dan tahapan yang masing-masing memiliki nilai penting
dan pengaruhnya dalam perkembangan pemikiran manusia.
Metode Al-Bairuni dalam Mengukur Bumi63
Al-Bairuni dalam akhir bukunya Al-Isterlap membuat kaidah
yang dikenal dengan kaidah Al-Bairuni untuk mengetahui ukuran bumi,
teorinya ini digambarkan seperti ini, "Untuk mengetahui hal ini ada cara
yang berdasar pada khayalan, benar dengan pembuktian, dan untuk
sampai kepadanya sulit karena kecilnya alat Isterlap dan sedikitnya ukuran
sesuatu yang dijadikan dasarnya. Yaitu seperti kamu menaiki gunung
yang menghadap lautan atau tanah licin, kamu mengamati terbenamnya
matahari, maka kamu akan mendapati apa yang telah kami sebutkan
dari penurunan, kemudian kamu mengetahui ukuran penopang gunung
ini dan kamu mengalikan dalam sinus yang datar karena penurunan
sempuma yang ada, kamu membagi yang terkumpul dalam sinus yang
terbalik dari penurunan tersebut, kemudian kamu mengalikan hasil
pembagian ke dalam 22 untuk selamanya, kamu membagi jumlah pada
7, maka akan keluar ukuran keliling bumi dengan ukuran yang kamu
hitung pada pangkal gunung dan tidak terjadi penurunan ini pada kita.
Dan jumlahnya pada tempat-tempat tinggi ini yaitu percobaan. Kami berani
menyebut cara ini apa yang dikisahkan oleh Abul Abbas An-Nairizi dari
Aristoteles bahwa panjangnya pangkal-pangkal gunung ini yaitu 5 mil
setengah dengan perkiraan yang berdasar pada setengah diameter bumi
tiga ribu dua ratus mil kira-kira. Maka perhitungan memutuskan untuk
pengantar ini bahwa ditemukan penurunan di gunung yang pangkalnya
seukuran ini ini yaitu kira-kira tiga derajat. Hal-hal seperti ini bergantung
pada pengalaman dan ujian. Dan tiada taufiq kecuali dari Allah."
Untuk mengeluarkan persamatu:r (kaidah) yang digunakan Al-Bairuni,
kita mengungkapkarurya dengan bahasa simbol seperti berikut:
Kita mengandaikan bahwa huruf Alif ini yaitu puncak gunung/
huruf Alif dan Ain ini yaitu garis yang menghubungkan dari Alif sampai
pusar bumi. Ain merupakan simbol ketinggian gunun& Fa'Al-Bairuni
menamakannya sudut, huruf Ain, Alif, Dal ini yaitu penurunan horizontal,
sehingga sudut Ain sama dengan sudut Qaf (karena masing-masing dari
keduanya menyempurnakan sudut Ain, Alif, Dal). Hasil dari rekayasa
bentuk ini ini yaitu ukuran bumi =2 (22/n sin.Di mana diameter setengah
bumisin= fa jitaq/ alif jitaq.O
kuno yang mempelajari bola bumi terbagi menjadi dua
yaitu ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena permukaan bola
atau geografi dan ilmu yang mengkaji perut bola bumi atau geologi.a
Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa manusia kuno telah mengetahui
sesuatu tentang perut bumi atau permukaan bumi, kecuali kesimpulan
informasi-informasi tentang jalan-jalan lintasan dari lembah dan luatan
ketika melakukan migrasi dari negeri ke negeri, dari benua ke benua.
Manusia kuno menganalisa fenomena-fenomena bumi dengan analisa
khayalan yang timbul dari bayangan dan khurafat, misalnya mengaitkan
terjadinya gempa bumi dengan usahd keluarnya orang-orang yang telah
mati ke muka bumi atau karena sapi yang memikul bumi memindahkannya
dari tanduk ke tanduk setiap kali merasakan kelelahan.
Ketika manusia mulai mengambil sebab-sebab peradaban di Mesir,
Babilonia, India, China, Roma dan Athena banyak orang yang melakukan
perjalanan dan penjelajahan ke peniuru bumi baik untuk melakukan
ekspansi ataupun ekpedisi dagang. Banyak orang yang tahu tentang bumi,
ciri-ciri dan fenomena-fenomenanya. Akan tetapi tidak ada sedikitpun
informasi-informasi kuno tentang geografi bumi yang sampai ke orang-orang Arab kecuali pada pertengahan abad ke 9 M ketika gerakan
penerjemahan mulai giat dan para penerjemah menerjemahkan buku
As-Sind Hind, btku Al-Majasti karya Potalemus ke dalam bahasa Arab.
Maka orang-orang Arab mempelajari dua buku ini dan menjadikannya
sebagai referensi utama dalam geografi. Banyak orang yang menjelaskan
dan mengomentari dua buku ini, ada juga yang mengarang buku seperti
metode keduanya.
Pada hakikatnya orang-orang Islam telah menulis dalam ilmu bumi
baik geografi atau geologi sebelum mereka menerjemahkan buku-buku ke
dalam bahasa Arab.
Dalam hal ini mereka terdorong oleh beberapa faktor. Faktor
pertama dan terpenting ini yaitu seruan agama Islam untuk mencari ilmu
pengetahuan dan tidak malas dalam menimba ilmu meskipun sumbernya
berada di tempat yang jauh. Agama Islam juga menyerukan penggunaan
akal untuk memikirkan semua yang diciptakan Allah dan ditundukkan
untuk melayani manusia termasuk bumi tempat manusia hidup. Bumi
ini yaitu asas wujudnya. Manusia diciptakan dari tanah dan airnya. Manusia
hidup di atas permuakaan bumi dan bergantung pada hasil bumi. Manusia
akan kembali ke bumi dan melebur dalam tanahnya serta dibangkitkan
darinya di hari akhir nanti." Sesungguhnya dnlam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membauta apa yang berguna bagi
mlnusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu ilengan air
itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumiitu segala jenis hansan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (Al-Baqarah: 164)
Allah juga berfirmary
'Dialah yang menjadikan bumi itu mudahbagi kamu, maka berjalanlah di
segala penjuruny a dan makanlah sebagian dai rizki-Nya. D an hnny a kepadaNya-lahknmu (kembali setelah) dibangkitkan " (Al-Mulk: 15)
Allah juga berfirmarl
" D ai bumi (tanah) itulah IGmi menj adikan kamu dan kep adany a Kami akan
mengemb alikan kamu dan darip adany a Kami akan men gelu arkan kamu p ada
kali yang lain. " (Thaha: 551
Bahkan agama Islam yang datang sebagai agama yang lengkap untuk
nrenyetir gerakan kehidupan seluruhnya telah memberikan manusia
sebagian hakikat ilmiah yang mendorongnya untuk terus berpikir dan
m€neliti asal usul alam semesta, kehidupan, menyingkap rahasia-rahasia
besamya yimg menunjukkan kekuasaan Pencipta Yang Maha Esa. Allah
berfirman,
"Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. la memancarkan daripadanya
mata airnya, dan (menumbuhkan) fumbuh-tumbuhannya." (An-Nazi'at:
30-31)
" D an bumi ser t a p enghamp ar anny a. " (Asy-Syams: 5)
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dulu ini yaitu suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
ant ar a keduany a. D an dni air Knmi j adikan x gal a s e su a tu y an g hi dup. Mnka
mengapakah mereka tidak juga beriman?" (Al-Anbiya': 30) Bukankan
ini hakikat-hakikat ilmiah yang datang dari Al-Qur'an untuk
mendorong manusia mengembangkan pikirannya dan usahanya
untuk mengetahui hikmah Allah di balik penciptaaannya?
Ada perbedaan pendapat sejak berabad-abad lamanya tentang
bagaimana timbulnya bumi. Mereka mengkhususkan satu ilmu yang
membahas tentang perkembangannya, sejarah, umur, lapisan, pembentuk,
apa yang ada di atas dan di bawah kulitnya. Setelah penelitian-penelitian
yang melelahkan akhimya para ilmuwan dari berbagai negara berhasil
memperlihatkan hasilnya, setelah penemuan-penemuan besar dari
observatori dan mikroskop, setelah kemajuan penelitian geologi dan analisa
bumi menjadi teori yang diterima secara rasional sampai sekarang tentang
penciptaanbumi, atau yang disebut sebagai teori La Plas yang mengatakan
bahwa bumi, matahari, planet, bintang, dan benda-benda langit ini yaitu gas
atau materi menyala yang mengandung semua unsur-unsur planet dan
matahari. Gas menyala ini berputar pada dirinya sendiri dengan kecepatan
tinggi, maka terpisahlah darinya bumi dan permukaannya padam lalu
menjadi dingin dari sisi luar dan menyala dari sisi dalamnya.
Kebenaran teori ini dibuktikan dengan dalil-dalil yang banyak di
antaranya suhu panas yang tingga pada perut bumi, derajat Panasnya
akan bertambah satu derajat setiap kali kita turun ke perut bumi 33 meter.
Artinya suhu panas pada kedalaman 33 meter di perut bumi bertambah
satu derajat pada kulit bumi L000 derajat.
Dalil lainnya ini yaitu kawah vulkanik yang tampak dan terlihat di
berbagai penjuru bumi yang ditafsirkan ilmu modem sebagai uap dan gas
menyala di perut bumi yang dapat menerobos jalannya melalui kulit bumi
yang lemah membentuk kawah vulkanik yang bisa mengeluarkan lahar
panas di atas ketinggian dan berlangsung lama.
Di antara yang menguatkan teori La Plas ini yaitu apa yang dicapai
dalam ilmu Spektrum dalam mengetahui unsur-unsur yang membentuk
matahari dan penemuan bahwa unsur-unsur ini ini yaitu juga yang
membentuk bumi. Ilmu modem menyempurnakan teori pembentukan
bumi. Ilmu modem mengatakan bahwa gas-gas dan uap yang pernah
naik ke atas dari bumi waktu pembentukan dan setelahnya kembali lagi
berjatuhan mengenainya dalam bentuk uap air atau hujan yang membentuk
lautan dan samudra.
Para ilmuwan geologi menetapkan bahwa bebatuan yang terbentuk
di atas kulit bumi ada dua macam yaitu:
Pertama: Bebatuan yang terbentuk karena faktor pendinginan yang
bertahap dari materi-materi yang menyala.Kedua: Bebatuan endapan yang terbentuk oleh air dari serpihanserpihan bebatuan asal.
Teori terbaru dalam ilmu modern mengatakan bahwa bumi setelah
terpisah dari gas menyala dan keluar air dari tanahnya maka berpotensi
untuk menumbuhkan tanaman. Kumpulan materi-materi yang melebur
di dalam air menyebabkan terbentuknya bebatuan yang ikut membentuk
gugusan gunung. Bukankah hal ini telah dikabarkan Al-eur'an secara
global sejak empat belas abad yang lalu?
Maka benarlah setiap muslim agar meyakini semua yang datang
dari kitab suci Al-Qur'an yang tidak ada kebatilan di dalamnya. Maka
mereka berjalan di atas permuakaanbumi untuk melilhat kebesaran Allah
dalam penciptaannya. Mereka mencatat apa yang mereka saksikan agar
orang-orang setelahnya bisa melihatnya dan mengambil manfaat darinya
serta memanfaatkan semua nikmat yang ada di atasnya. Pengamatan dan
penemuan mereka ini yaitu dasar dari dua ilmu penting yang kemudian
dikenal dengan ilmu geografi dan ilmu geologi. Dua ilmu ini menduduki
tempat terpenting di antara ilmu-ilmu modern.
orang-orang Islam juga menekuni ilmu-ilmu bumi terutama geografi
sebelum mereka mengambil ilmu-ilmu orang kuno, karena mereka
semangat untuk melaksanakan ibadah dan manasik mereka seperti shalat,
puasa/ haji demi mencapai ridhal Allah dan Rasul-Nya. Negara Islam yang
menyebar di seluruh penjuru bumi bersatu dalam kesafuan agama, bahasa
dan budaya. orang-orang Arab mengkaji ilmu bumi melalui perjalanan
dan penjelajahan untuk mengetahui bentuk-bentuk negeri guna memperat
hubungan di antara mereka dan menerapkan syariat Islam secara adil
kepada penduduknya. Penemuan alat-alat seperti kompas dan Isterlap
berpengaruh besar dalam mempermudah penjelajahan dan mendorong
para penjelajah. Maka berkembanglah ilmu bumi karena faktor-faktor
di atas dan banyak buku-buku karya orang Islam tentang ilmu bumi.
Agar tidak terjadi kerancuan antara ciri-ciri Islami dalam ilmu geografi
dan geologi karena meterinya yang hampir serupa pada tahap-tahap
pertamanaya, maka kami akan membahas secara ringkas andil masingmasing dari keduanya dalam warisan peradaban Islam.Ilmu Geografi atau yang dikenal orang-orang Arab sebagai
ukuran negeri-negeri berbasis pada ekspedisi ke negeri-negeri yang
berbeda, mengkaji tanahnya, lembatu sungai, selat perbatasan, gunung/
bukit, melihat tradisi dan ideologi penduduknya, kekayaan dan sistem
trasnportasi mereka, mengetahui iklim negeri tersebut, posisi kota-kota
besarnya, peranannya dalam segi ekonomi, industri dan strategi, kemudian
mencatat itu semua setelah dianalisa berdasarkan asas-asas ilmiah yang
benar dengan memperhatikan penelitian para pendahulu dan mencari
tahu informasi-informasi dari buku-buku mereka, lalu menyeberluaskan
kajian-kajian ilmiah dan teoritis ini agar bermanfaat bagi orang-orang yang
konsen dengan imu ini.
Orang-orang Arab telah menciptakan banyak disiplin ilmu. Mereka
lebih senang menyebut ilmu Al-Ha-iah daripada ilmu Astronomi, ilmu
Al-Adad dari pada ilmu Aritmatika, ilmu Handasah atau Andarah dalam
bahasa Persia daripada ilmu Geometri. Kata Geografi yang artinya adalah
menggambar bumi ini yaitu masih baru dalam bahasa Arab. Buku-buku
yang ditulis orang-orang Arab tentang geografi menggunakan judul-judul
seperti Al-Buldan atau Al-Masalik uta Al-Mamalik.
Sejak abad 1 Hijriyah atau abad ke 7 Masehi pengetahuan orang-orang
Islam tentang bagian-bagian bumi dan sifat-sifat bumi semakin meluas
seiring dengan meluasnya ekspansi mereka ke berbagai negeri. Sejak itulah
mereka mengenal penggunaan dan pembacaan petaDikisahkan bahwa ketika Qutaibah bin Muslim Al-Bahili melakukan
ekspansi ke negeri Bukhara, ia mengalami kesulian untuk menaklukarurya.
Maka ia menulis surat kepada Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi, gubenur di
Irak. Al-Hajjajmembalas suratnya dan memintanya untuk membuat peta
dan mengirimkannya. Al-Hajjaj memberikan isyarat kepada Qutaibah cara
menaklukkannya pada tahun 90 H.
Para ahli geografi pada masa peradaban Islam memiliki keistimewaan
dalam pengamatan yang ilmiah dan realistis terhadap berbagai tema
geografi. Seperti penanganan mereka terhadap pengaruh faktor lingkungan
dan faktor-faktor geografis pada kehidupan manusia, pemikiran, perilaku
dan upaya mengaitkan antara lingkungan dan aktivitas manusia. Hal inilah
yang membuat sebagian peneliti memberikan testimoni bahwa mereka
telah memprakarsai pembahasan dasar-dasar geografi manusia modern.
Banyak pendapat dalam hal ini yang dilontarkan Al-Mas'udi dalam
bukunya Ki tab At-Tanbift, Al-Maqdisi dalam Ahsan At-Taqasim,Ibntt Rustah
dalam Kitab Al-A'laq An-N afisalr, dan Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah.
Misalnya Al-Mas'udi berpendapat bahwa daerah-daerah yang banyak
cadangan aimya maka akan mendatangkan pengaruh kelembaban pada
perilaku manusia. Apabila tidak ditemukan air maka pengaruh kekeringan
akan mendominasi pada perilaku dan watak manusia. Apabila penutup
tumbuhan tebal maka daerah ini akan memiliki suhu panas yang
tinggt, sedangkan daerah yang tidak ada tutupnya maka akan memiliki suhu
sebaliknya. Tanah-tanah yang tinggl memiliki suhu udara rendah sedangkan
tanah-tanah yang rendah memiliki suhu udara lebih ti^ggr. Apabila gunung
terletak di bagian Selatan, maka akan menahan angin Selatan sampai ke kota,
sedangkan angin utara akan berhembus kepadanya dengan membawa hawa
dittgn .Apabila gunung terletak di bagian Utara kota maka daerah tersebut
akan berhawa panas karena angin Utara tidak sampai kepadanya. Apabila
ada laut di sisi Selatan kota, maka akan memiliki peningkatan pada suhu
udara dankelembabanudara. Apabila lautterletak di Utara kota maka akan
menimbulkan pendinginan dan suhu udara yang kering. Apabila tanahnya
berupa pasir, maka kota akan bersuhu dirrg* dan kering. Apabila tanahnya
berbentuk bebatuan maka akan bersuhu panas dan kering. Apabila tanahnya
keras daerahnya akan dingir, dan lembab.
Berkaitan dengan pengaruh iklim terhadap manusia, Al-Mas'udi
menulis tentang penduduk seperempat belahan bumi utara, "Mereka
ini yaitu yang jauh dari matahari yaitu yang masuk ke belahanUtara seperti
orang-orang Shaqalib, Eropa dan bangsa-bangsa sekitarnya. Sinar matahari
lemah di daerah mereka karena posisinya yang jauh, daerah mereka
cenderung dingin, lembab, dan bersalju, maka suhu panas lebih sedikit
di sana sehingga tubuh mereka besar, watak mereka kering, perilakunya
keras, pemahamannya kurang, lisannya berat, kulitnya putih sampai
berlebihan ke warna biru, kulitnya halus, dagingnya keras, matanya biru,
tidak keluar dari warna alami mereka, rambutrya lurus dan menjadi kuning
karena banyak uap dan lembab. Keyakinan mereka tidak kuat karena
watak dingin dan tidak ada panas. Orang yang berada di daerah yang
masuk ke utara lagi kebanyakan memiliki sifat bodoh, kasar, berperilaku
hewani dan akan semakin bertambah bagi mereka yang tinggal lebih jauh
lagi ke utara. Adapun penduduk seperempat belahan bumi Selatan yaitu
orang-orang Negro dan Ethopia yang berada di bawah garis khatulistiwa
dan di bawah garis sejajar matahari, mereka berbeda dengan kondisi yang
panas dan kelembaban yang sediki! Kulit mereka hitam, matanya merah,
jiwanya liar karena udara yang panas dan berlebihan dalam kematangan
sampai terbakar warara mereka dan perasaan mereka lebih mendalam
karena pengaruh uap panas dan kering."
Ibnu Khaldun dalam bukunya Al-Muqaddimah berbicara tentang
pengaruh daerah dan tanah pada penduduk daerah yang berbeda dari
belahanbumiyang terletak di Utara garis khatulistiwa dan terbagi menjadi
tujuh daerah6s yang dibatasi sebagai beriku| dua daerah pertama dan dua
daerah kedua utara garis khatulistiwa sebelah Utara miring dari kelurusan
dan panas sekali. Tiga daerah selanjutnya ini yaitu sebelah Utara yang
sedang. Dua daerah ke enam dan tujuh miring dan dingin sekali."
Ibnu Khaldun menjelaskan bagaimana sebagian daerah bumi lebih
cocok untuk dihuni dari sebagian daerah lainnya. Negara-negara yang
iklimnya sedang lebih maju dari pada negara-negara yang iklilnnya terlalu
panas atau terlalu dingin. Apabila cuaca panas berlebihan pada suatu
negeri, maka kulit penduduknya akan berwarna hitam dan mereka lebih
periang, sembrono dan suka menyanyi. Mereka gemar menari pada setiap
irama dan mereka memiliki sifat dungu. Adapun penduduk negeri-negeri
yang bercuaca dingin mereka lebih cenderung menunduk sampai pada
batas kesedihan kemudian memikirkan apa yang akan terjadi. Apabila
kebetulan seorang berpindah dari satu daerah ke daerah lain, maka akan
berubah warna keturunannya, tubuhnya, perilakunya dengan berjalannya
waktu sesuai dengan iklim daerah yang baru.
Kemudian makanan juga bebeda sesuai pebedaan daerah sehingga
meninggalkan pengaruhnya pada manusia. Berlebihan dalam kenikmatan
dan makanan yang keras akan menyebabkan imunitas tubuh yang
lemah dan menyebabkan kedunguary lalai, kulit kasar dan buruk rupa.
Sebagaimana lapar yang berlebihan akan melemahkan badan dan akal.
Akan tetapi penduduk negara-negara yang gersang akan lebih kuat
menanggung beban kelaparan.
Ibnu Khaldun juga berpindah dari pembahasan detail danrinci menuju
pembahasan yang bersifat umum dan mengambil kesimpulan dalam
perkataannya ,6 "Daerahyang dihuni dari bumi ini hanyalah tengahnya sebab
sangat panasnya di belahan Selatan dan sangat dinginnya di belahan Utara."
Maka dari itu ilmu pengetahuan, industri, bangunan, pakaian,
makanan, buah-buahan -bahkan hewan-hewan d.rn semua yang terbenfuk
pada tiga daerah tengah ini* identik dengan kenormalary penduduknya
lebih normal dalam tubuh, warna, perilaku dan agama, bahkan kenabian
hanya ada pada kebanyakan di daerah ini."
Para sejarahwan membagi tahapan perkembangan ilmu Geografi
mulai dari abad ke 9 M menjadi tiga tahapan.
Tahap pertama ditandai dengan terpengaruhnya olehbuku Potalemus
dan petanya. Di antara ilmuwan pada masa ini ini yaitu seperti AlKhawarizmi meninggal5S0 M yang menulis buku tentang gambar bumi
Nallino berkata tentang buku ini, "Buku ini tidak sanggup ditulis bangsa
Eropa pada awal kebangkitan keilmuwannya. Pengarangnya ini yaitu salah
satu ilmuwan terkemuka pada masa pemerintahan khalifah Al-Ma'mun.
Dalam buku ini Al-Khawarizmi membahas secara mendasar tematema geografi terpenting yang berkaitan dengan garis-garis bujur dan
lintang, tempat-tempat, gunung, laut, sungai, nama-nama kota yang terletak
di belahan bumi yang di huni dan disusun berurutan sesuai tujuh daerah.
Yang terakhir ini merupakan gambaran tentang daerah rekayasa teknik
yang melintang dari Timur ke Baratyang dipisah dengan garis lintangyang
sejajar. Dimensi setiap daerah dibatasi pada dasar panjangnya hari dalam
lintang yang berbeda. Daerah-daerah ini mencakup bagian dari bumi yang
orang Arab kuno menyebutnya sebagai seperempat yang dihuni." Mereka
menulis banyak buku, kajian dan risalah tentang hal ini.
Misalnya kami menyebutkan sebagian rincian tentang 7 daerah
menurut Al-Battani dalam jadwal berikut ini:
Daerah Garis lintang Paniang Siang Negara
1 1.639 13 jam China, Kepulauan Sind,
Yaman, Ethopia, Barbar
2 24s 12,5Jam
China, India, Mesir, Laut
Kharz, Laut Bashrah,
Jazirah, Maroko
3 30 40 L4 jam
Ciharu India, Sind, Mesir,
Kabul, Ahwaz, Irak,
Syam, Barqah, Afrika
4 6327 14, 5 jam
Tibet, Khurasary Bukhara,
Samarkand, Asfahary
Syam, Maroko
5 1.475 L5 jama
Ma'juj, Khurasan,
Azerbeijary Armenia,
Andalusia,
5 5422 L5,5 jam
Ya'juj, Y..harz,
Thabaristary Khaawarizm,
Andalusia, Romawi
7 835 1.6,5 jam Ya'juj, Turki, Barjan, Sicilia
Kerumitan dan percampuran dalam gambar yang dijelaskan dengan
jadwal di atas tidak membuat puas para ahli geografi Arab setelahnya,
maka mereka pun memasukkan perbaikan-perbaikan. Di ini yaitu Al-F azari
yang bekerja membagi daerah-daerah. Ia memulai dengan daerah pertama
pada garis lintang 16 40 utara danberakhir pada daerah ke tujuhpada garis
lintang 50 30 utara. Kita juga mendapati Al-Kindi pengarang buku Rasm
Al-Ma'mur min Al-Ardh, Ibnu Khardadzabah pengarang buku Al-Masalik
wa Al-Mamalik y artg memuat petunjuk tentang jalan-jalan dan negeri-negeri
yang terkenal. Ia mencupliknya dari buku Potalemus dari Yunani.
Tahap kedua pada abad ke 10 M yang ditandai dengan dibuatrya peta
dunia Islam dan wilayah-wilayahnya. Pada periode ini tampak berbeda dalam
segi sejarah penelitian geografi yang matang, independen dan berkembang
dengan adanya pembuatan peta untuk membantu para penjelajah. Di antara
para ilmuwan pada masa ini ini yaitu Ibnu I(rardadzabah, Al-Istikhri, Ibnu
Hauqal Al-Maqdisi, Ibnu Fadhlaru Al-Mas'udi dan Al-Hamdani.
Dengan tibanya tahap ketiga pada abad ke 11 M, ilmu geografi
mencapai kemajuan tinggi dalam penelitian yang berdasar pada ujicoba
individu dan pengetahuan yang diperoleh dari penjelajahan dan
petualangan. Aktifitas menulis dalam ilmu geografi semakin giat dan
perhatian terhadap geografi matematika semakin bertambah, pembuatan
peta semakin luas mencakup seluruh dunia Islam sehingga bisa dikatakan
sebagai Atlas dunia Islam.
Di antara ilmuwan pada masa ini ini yaitu Asy-Syarif Al-Idrisi dan Abu
Ubaid Al-Bakri. Arah penulisan dalam ilmu geografi pada masa kemajuan
Islam terbagi dalam tiga macam:
Pertama, perhatian besar terhadap wilayah dunia Islam dan wilayah
di sekitarnya, seperti yang kita lihat pada tulisan Al-Balkhi, Al-Istikhri,
Ibnu Hauqal dan Al-Maqdisi.
Kedua, perhatian khusus pada satu wilayah. Al-Hamdani telah
menulis tentang deskripsi Jazirah Arab, Al-Bairuni menulis tentang India,
Ahmad bin Fadhlan menulis risalah tentang kondisi alamiah dan sosial di
wilayah tertentu dari bumi di Turki dan Rusia yang ia kunjungi pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Muqtadir.
Ketiga, perhatian pada pembuatan kamus-karnus geografi yang mulai
membuka jalannya di antara karya geografi sejak abad ke 11 M. Al-Bakri
menulis bukunya Mu' j am ma lsta' j am,\ aqtut Al-Hamawi menulis bukunya
Mu'jam Al-Buldan. Meller telah menghitung peta-peta dunia Islam yang
digambar oleh orang-orang Islam mancapai 175 peta selain peta-peta yang
dibuat Al-Idrisi yang disebut Miller sebagai aliran geografi khusus yang
berpengaruh besar dalam menggambarkan dunia bagi orang-orang Eropa.
Di Antara Karya-karya yang Ditulis Ilmuwan Arab dan Islam
dalam Ilmu Geografi
Kami menyebutkan contoh-contoh berikut yang menjelaskan metode
ilmiah dalam penelitian dan penulisan, yang mencerminkan perhatian
terpenting yang membedakan pemikian geografi pada masa kemajuan Islam.
1.- Btku Ahsan At-Taqasim fi Ma'rifah Al-Aqalim, karya Al-Maqdisi
meninggal tahun 1000 M.
Dalam buku ini penulisnya banyak membahas tentang geografi
deskriptif tentang permukaan bumi, wilayah dan bagian politik (geopolitik),
jarak-jarak, lalu lintas transportasi, geografi manusia yang membahas
tentang cuaca, pertanian, kelompok manusia, bahasa, perdagangan,
perilkau, tradisi, kondisi politik, pajak, situs-situs suci. Akan tetapi buku
ini tidak banyak merinci tentang geografi alamiah yang berkaitan dengan
gunung dan sungai
Al-Maqdisi dalam menjelaskan metodenya dalam mukaddimah buku
ini mengatakar;67 "Aku membangun buku ini atas kaidah-kaidah yang teliti,
aku berhati-hati dalam mencari kebenaran dalam upayaku, aku meminta
bantuan dengan pemahaman orang-orang pandai, aku mendeskripsikan
apa yang aku saksikan dan aku ketahui. Apa yang disepakati aku tetapkary
dan apa yang diperselisihkan aku jauhkan. Apa yang harus aku capai dan
aku ketahui maka aku tuju, apa yang tidak yakin dalam hatiku dan tidak
diterima akalku, maka aku sandarkan pada orang yang menyebutkannya.
Kami berijtihad untuk tidak menyebutkan sesuatu yang telah mereka tulis,
tidak menjelaskan apa yang telah mereka sebut kecuali dalam keadaan
darurat agar kami tidak mengambil hak mereka dan mencuri karangan
mereka. Tidak akan tahu keutamaan buku ini kecuali orang yang melihat
buku-buku mereka atau berkeliling dunia dan ia termasuk orang yang
ahli ilmu dan cerdas. Kami tidak menyebutkan kecuali kerajaan Islam saja,
kami tidak membebani diri menyebutkan kerajan kafir, karena kami tidak
memasukinya dan kami melihat tidak ada faidah dalam menyebutkannya.
Ya, kami telah menyebutkan tempat-tempat orang Islam darinya.Abu Abdullah Al-Maqdisi bercerita kepada kita dalam bukunya yang
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa tentang petualangannya
mencari pengetahuan, ia berkata6 "Tidak selesai apa yang aku kumpulkan
kecuali setelah petualanganku ke negeri-negeri danaku masukke wilayahwilayah Islam, bertemu dengan para ilmuwary melayani p ara raja, bergaul
dengan para hakim, belajar kepada para ahli fikih, disertai dengan
berdagang pada setiap negeri, bergaul dengan setiap orang, kepandaianku
tentang bahasa dan warna kulit sampai aku menyusunnya, perenunganku
tentang wilyah-wilayah sampai aku merincinya, penelitianku tentang jalanjalan keluar sampai aku menghitungnya."
Al-Maqdisi memberikan teladan paling baik dalam cinta ilmu dan
memperoleh pengetahuan dalam perkataannya,6e " Aku terusir di malam
hari dari masjid-masjid, aku berjalan di daratarr, aku terlantar di gurun
sahara, aku hidup dalam kesederhanaan beberapa waktu, aku pernah
makan haram secara terang-terangan, aku berteman dengan ahli ibadah
di gunung Lebanon, terkadang aku bergaul dengan sultarL aku memiliki
hamba sahaya, aku memikul sejenis tempat ikan di atas kepala, aku hampir
tenggelam beberapa kali, aku pernah dihadang kawanan perampok, aku
pernah melayani para hakim, pejabaf aku pernah berdialog dengan para
sultan dan menteri, aku pemah menjual barang dagangan di pasar, aku
pernah ditangkap karena dicurigai sebagai mata-mat4 betapa banyak aku
mendapat kehormatan dan kemuliaan, aku pernah beberapa kali akan
dibunutu aku berhaji, aku tinggal di tanah suci, dan aku ikut berperang.
Agat orang yang melihat bukuku ini tahu bahwa aku tidak mengarangnya
sembarangan, aku tidak menyusunnya dalam bahasa kiasan. Agar
membedakannya dari yang lainnya. Betapa jauh bedanya antara orang
yang mengalami peristiwa ini semua dan orang yang mengarang bukqnya
dalam kondisi sejahtera dan menulisnya atas dasar mendengar saja."l
Al-Maqdisi menggambarkan peta negara-negara yang dikunjunginya
dalam peta yang berwarna, menggunakan simbol-simbol dan ungkapanistilah tentang relief tanah agar bisa dipahami secara benar. Ia berkata,
"Kami telah menggambar batas-batasnya, garis-garisnya, kami menulis
jalan-jalanya yang terkenal berwarna merah, pasir-pasirnya yang terkenal
dengan warna kuning keemasary lautnya yang berwarna hijau, sungainya
yang berwama biru, gunung-gungung yang yang terkenal berwarna coklat,
agar gambararumya lebih mudah dipahami."
Ketika Al-Maqdisi malang melintang berkeliling dunia pada abad ke
10 M untuk menulis bukunya tentang geografi bumi dan penduduknya,
menggunakan materi eksperimennya dan pengamatannya saja,
menyumbangkan pemikirannya dalam bentuk ilmu geografi yang ilmiatr,
orang-orang barat sebagaimana dikatakan Zigred Honke bersemedi di
balik pagar-pagar kuil mencari-cari geografi dalam buku-buku orang kuno.
2- Buku Shifah lazirah Al-Arab, karya Hasan bin Ahmad Al-Hamdani,
meninggal abad ke L0 M.
Buku ini telah disunting oleh Muller di Leiden pada tahun L884.
Orientalis dari Swedia Kristofertul menyebut buku ini menyamai bukubuku geografi karya Yaqut dan Al-Bakri. Dalam buku ini Al-Hamdani
membahas geografi Potalemus. Ia membahas teori musim dan melontarkan
pendapat yang berseberangan dengan pendapat Potalemus tentang wama
kulit penduduk-penduduk khatulistiwa dan tentang pembagian dunia
menjadi lebih dari tujuh wilayah. Al-Hamdani dalam laporan-laporan
dan deskripsinya tentang geografi berdasar pada pengamatan pribadi
dan pendapat-pendapat independen sambil memperhatikan pendapatpendapat sebelumnya dan mengkritiknya secara obyektif. Buku ini menurut
para pakar merupakan buku geografi deskriptif yang baik. Buku ini adalah
buku sastra geografi yang khusus membahas geografi bangsa Arab. Buku
ini memuat kajian obyektif tentang karakteristikbumi danfenomena alam,
tentang manusia dan kesempatan hidup di perkotaan dan perkampungary
juga berisi kajian tentang sumber-sumber kekayaan hewani dan tambang.
Meskipun penulis buku ini lebih banyak menulis tentang daerah
Selatan jazirah Arab yaitu Yaman khususnya dan tidak menulis secara
berimbang bagi daerah-daerah lainnya, akan tetapai buku yang terbit
pada abad ke L0 ini menggambarkan sejauh mana penulis berpegang
pada petualangannya ke seluruhJazirah untuk mempersiapkan penulisan
bukunya. Buku ini juga menggambarkan sejauh mana penulis menggunakan
kalimat-kalimat yang indah dalam menggambarkan realita geografis yang
bisa diterima pada waktu itu.
Sebagian orang mengaggap penulis buku Shifah lazirah Arab
mengkombinasikan antara geografi, sejarah dan sastra. Gaya penulisan
ini memang dominan pada waktu itu. Kombinasi ini bukan merupakan
kombinasi yang menjauhkan buku ini dari realita geografis dan hakikat
geografis, atau menghilangkan manfaatnya dalam pengamatan terhadap
fenomena-fenomena geografi dalam medan petualangan dan penjelajahan.
Al-Hamdani juga mempunyai tulisan-tulisan lain tentang geografi dalam
buku lainny ayaltu Al-Iklil, Sara'ir Al-Hikrnah, dm Al-lauharatain Al-Atiqatain.
Seorang pemerhati warisan klasik Islam berhasil mengetahui tempat
dan waktu kelahiran Al-Hamdani melalui teks-teks yang ada dalam
makalah ke sepuluh dari bukunya Sara'ir Al-Hikmah, "Di antaranya kami
telah mengujinya dengan sebagian kemudahan-kemudahan yang cabangcabangnya terkenal seperti yang kami saksikan dan kami lihat kami tidak
menduga-duga, kami tidak mengikuti sebab untuk mengetahui lahirnya
anak pada wilayah pertama, di antaranya Yaman di kota posisi lintangnya
L4/30 danposisi kepala bintangTaurus 3/ 6 jaridan menittinggSnyaTi/30,
yaitu kota Sana'a. Pada waktu itu ini yaitu hari Rabu tanggal L9 Safar tahun
280 H/893 M jam sepuluh siang." Jelas bahwa simbol-simbol ini adalah
ditujukan pada dirinya dan bukan kepada orang lain.
3- Al-Mamalik wa Al-Masalik, atau Shurah Al-Ardh, karya Abul Qasim
Muhammad bin Hauqal Al-Mushili.
Petualangan ilmiahnya memakan waktu 30 tahun. Dalam petualangannya ia mengeliling dunia Islam dan sampai ke negara Bulgaria dan sungai
Volga. Ibnu Hauqal memperhatikan semua bagian-bagian bumi baik
yang dihuni maupun yang tidak dihuni. Ia juga mengamati pusat-pusat
peradaban di Barat dan Timur. Ia juga membuat peta-peta.
Di antara deskripsinya tentang negara-negara dan wilayah adalah
apa yang dikatakannya ketika mendeskripsikan kota Brega,70 "Adapun
Brega ini yaitu kota sedang tidak besar dan tidak terlalu kecil. Kota ini
merupakan awal kota yang dilewati orang yang datang dari arah Mesir
menuju Qairawan. Di dalam kota ini banyak aktivitas perdagangan dan
banyak orang asing di setiap waktu yang berdagang di sana. Mereka berlalu
lalang dari Barat dan Timur. Kota ini memiliki perdagangan timah yang
tidak ditemukan di semua kota lairurya, kulit-kulit yang diimpor dari Mesir
dan kurma-kurma yang didatangkan ke sana."
Ia mendeskripsikan kota Tripoli dalam perkataannya,TT "Tripoli
ini yaitu kota putih dari bebatuan butih di pantai laut, tanahnya subur dan
bentengnya besar.
Kota Tripoli wilayahnya luas, banyak perkotaan dan perkampungan
tingginya di bawah ketinggian kota Brega pada waktu sekarang. Di
dalamnya banyak buah-buahan alami yanglezat dan baik yang hampir
mirip di Maroko seperti buah Apricot dan buah Pir yang tidak menyerupai
di tempat-tempat lainnya. Banyak kendaraan yang berlalu lalang di malam
hari dan siang hari membawa komoditas barang dan makanan setiap pagi
dan sore hari dari negeri Romawi dan negeri Maroko. Penduduknya adalah
orang-orang terkenal dengan pakaian, penampilan dan kondisinya yang
bersih dibanding penduduk daerah sekitamya. Mereka identik dengan
pakaian yang indatu penampilan yang baik dan kehidupan yang ekonomis,
sopan santury bergaul dengan baik, kasih sayang dan tulus."
Berbeda dengan Ibnu Hauqal, para ilmuwan geografi di masa kemajuan
Islam mendefinisikan ilmu geografi yang mencakup semua fenomenafenomena yang terkait dengannya sampai waktu sekarang. Adapaun
ia mendeskripsikan kajiannya tentang geografi dalam perkataannya,T2
"Aku telah menulis buku ini dengan mendiskripkanbumi, bentuk-bentuk
bumi, ukuran bujur dan lintangnya, wilayah-wilayah di negeri-negeritempat yang kosong dan tempat yang dihuni dari negeri-negeri Islam,
dengan merinci kota-kotanya dan pembagian wilayah-wilayahnya. Aku
tidak memaksudkan wilayah tujuh yang dikenal pada bumi, sebab itu
ini yaitu gambaran dari India yang meskipun benar akan tetapi banyak
kerancuannya.
Setiap wilayah aku gambar sendiri dalam gambaran dan bentuk
yang mengisahkan tentang wilayah-wilayah tersebut, lalu aku sebutkan
tempat-tempat dan titik-titik yang mengitarinya, apayangada di dalamnya
dari hukum-hukum dan ketinggiannya, sungai-sun gainya, laut-lautnya,
apa yang perlu diketahui darinya tentang sumber kekayaary harta pajak,
kharaj, upeti, jarak jalan dan aktivitas perdagangan. Sebab hal ini adalah
satu ilmu sendiri yang menjadi perhatian para penguas a,pejabatdan orang
terpandang dari berbagai lapisan masyarakat."
4- Buku Tahqiq Ma fi Al-Hind min Maqulah Maqbulah fi Al-Aql Au Mardzulah,
atau buku Ktab Al-Hind,karya Al-Bairuni.
Nilai buku ini terungkap dalam perkatan Aldumaili bahwa buku ini
merupakan referensi utama baik dalam perspektif ilmu Arab maupun
ilmu India. Dalam bukunya Al-Bairuni melihat dengan akal seorang
filosof matematika yang paham betul tentang metode penelitian menurut
Aristoteles, Plato, Potalemus dan Galinus. Al-Bairuni cakap dalam
mengkritik dan meneliti, netral dalam penelitiannya dan memperhatikan
hakikat sejarah semampunya.
Al-Bairuni membagi bukunya ini menjadi 8 bab yang membahas
tentang kepercayaan orang-orang India dan syariah mereka, hukumhukum fardhu dan ibadah mereka seperti warisan, puasa, kurban,
kemampuan, haju sedekah, hari raya, hukuman, makanan dan minuman
yang diperbolehkan dan yang dilarang. Ia juga menyebutkan tentang
sistem kasta dalam masyarakat mereka dan hukum-hukumnya, bentukbentuk tulisan dan cara menulis, warisan sastra dan ilmu. Al-Bairuni juga
mendiskripsikan negara mereka dan karakteristk geograhny a, membahas
panjang ilmu falak menurut orang India, gambar bumi, nama-nama bulan
dan tahun, serta ukuran waktu malam dan lainnya.
Orientalis dari Jerman Dr. Edward Sakhaw meneliti buku ini
dan menerbitkannya pada tahun 1878. Terjemahan bahasa Inggrisnya
diterbitkan di London pada tahun 1879 dan setelah itu muncul cetakancetakan lainnya. Melihat pentingnya buku ini para ilmuwan dan
pengkaji geografi mengakui pengaruh Al-Bairuni dalam kemajuan dan
perkembangan ilmu ini, sampai sebagian mereka menjuluki Al-Bairuni
sebagai Potalemus dari Arab. Dalam bukunya ini Al-Bairuni membuat
karya indah tentang geografi kemanusian, geografi dekskriptif, geografi
matematis dan geografi astronomis. Ia juga menfokuskan pembahasannya
tentang natural geografi India dari segi pegunungan, sungai, banjir, iklim,
dan relief tanah dan hujan.
Al-Bairuni juga mempunyai riset-riset geografis penting yang ditulis
dalam buku-buku lain seperti Al-Qanun Al-Mas'udi, Tahdid Al-Ma'murah
wa Tasthihuha fi Ash-Shurah, Al-Atsar Al-Baqiyah min Al-Qurun Al-Kltaliyah
dan lainnya. Al-Bairuni dianggap sebagai pemrakarsa dalam peletakan
dasar-dasar ilmu geografi deskriptif, geografi regional, geografi matematik
dan geografi astronomik.
Al-Bairuni mendahului orang banyak dalam memprediksi perpanjangan benua Afrika ke arah Selatan, dan kelayakan samudra untuk lalu
lintas perairan di Selatan. Al-Bairuni mengisyaratkan potensi separuh
belahan Barat bola bumi untuk dihuni sebelum Colombus menemukan
benua Amerika. Dalam hal ini Al-Bairuni berkata, "Adapun orang-orang
Yunani, penghuni mereka di bumi terhenti pada laut Uqianus ketika tidak
ada kabar yang datangkepada mereka kecuali daripulau-pulauyang tidak
jauh dari pantai. Para pemberi berita tentang daerah Barat tidak melampaui
lebih dari separuh lingkaraan. Mereka menjadikan tempat menghuni pada
salah satu dari dua seperempat Utara bumi. Dan hal ini ini yaitu wajar, cuaca
udaranya tidak berbeda, akan tetapi pengetahuan-pengetahuan semisalnya
tergantung pada kabar-kabar dari pihak yang terpercaya."
Dalam hal geografi astronomis, Al-Bairuni menulis tentang batasan
garis-garis bujur dan lintang, teknik menggambar peta, dan menyoroti
budaya masanya, cermin nalar dan ruh zamannya pada wajah arsitektur
dan seninya. Ia juga membuat peta bola dunia dan orang yang menemukan
cara untuk mendesain peta-peta langi dan bumi.
Al-Bairuni mencatat lebih dari 500 negara dan tempat, mengoreksi
kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang kuno, di mana ia mengamati
perbedaan dalam menguji dasar mengukur garis-garis bujur. Orang-orang
India, China, Persia memulainya dari arah Timur, sedangkan orang-orang
Mesir kuno, orang-or€rngYunani dan Romawi memulainya dari arah Barat.
Dari sinilah terjadi kesalahan-kesalahan dalam banyak kesimpulan yang
dihindari oleh Al-Bairuni dalam jadwal-jadwalnya dengan membandingkan
jarak-jarak dan perbedaan bujur-bujur yang dihasilkan lewat cara-cara
astronomis.
Al-Bairuni menyebutkan dalam bab kelima dari bukunya Al-Qanun
Al-Mas'udi bahwa ia menetapkan jadwal-jadwal yang mencakup bujur
dan lintang negara-negara setelah berusaha keras dalam mengoreksinya
sesuai posisi dan jaraknya masing-masing, bukan sekadar menukil dari
buku-buku yang di dalamnya ada kesalahan dan kerancuan.
Al-Bairuni mengisyaratkan adanya koneksi antara samudera Hindia
dan Samudra Atlantik ketika ia mendeskripsikan relief-relief bumi, jalan
lautan dan samudra. [a ini yaitu orang yang pertama kali membahas
tentang kebalikan dari apa yang telah tersebar di waktu itu bahwa yang
menghalangi koneksi antara samudra Hindia dan Atlantik ini yaitu Selatan
benua Afrika. Al-Bairuni membuktikan hal ini dengan menemukan papanpapan perahu yang terpotong di selat Gibaltar dan datangnya dari samudra
Hindia bukan dari samudra Atlantik. Sebab perahu-perahu yang datang
dari Atlantik dipaku dengan besi bukan diikat dengan tali, sebagaimana
yang pernah diungkapkannya.
Para ahli geografi mengakui bahwa riset-riset Al-Bairuni dalam
bidang geografi natural datang dalam bentuk dan tingkatan tinggi. Kita
melihatnya ketika mendeskripsikan geografi benua Asia dan Eropa, ia
membahas tentang rangkaian gunung yang bersambungan memanjang
antara gunung Himalaya dan gunung Alp. Ia juga membedakan antara
teluk laut dan hilir sungai. Teluk ini yaitu perpanjangan laut yang menjorokke daratan, sedangkan hilir ini yaitu hanya bagian dari sungai yang ada
pada tempat akhir mengalimya. Al-Bairuni menggunakan contoh-contoh
unfuk memudahkan pemahaman dan gambarary ia membuat separuh bola
bumi dengan diameter L5 kaki lalu menggambar di atasnya garis bujur dan
lintang negara-negara serta menentukan posisi-posisi yang diyakininya.
Al-Bairuni berdasar pada ilmu dan akal dalam penafsirannya yang
tampak aneh dan asing. Ketika ia mendapati orang-orang India meyakini
bahwa sapi adalahyangmemindahbumi dari tandukke tanduklainnya, ia
berkata, "Tidak ada dalih bagi kita untuk meluruskan berita-berita kecuali
dengan usaha keras dan hati-hati serta menjelekan meninggalkan apa yang
kita ketahui mengambil apa yang tidak kita ketahui."
Al-Bairuni sendiri telah menentukan metodenya dalam meneliti dan
menulis, ia berkata, "Sesungguhnya ilmu yakin tidak dihasilkan kecuali
dari feeling-feeling yang merupakan kombinasi akal dalam bentuk logis."
Di antara kisah tentang Al-Bairuni ini yaitu apa yang diceritakan
Yaqut bahwa Sultan Al-Ghaznawi memintanya menjadi orang khusus dan
penasehabrya dalam hal-hal yang berkaitan dengan langit dan perbintangan.
Ketika datang seorang utusan dari ujung Turki dan berbicara di depannya
tentang apa yang dilihatnya di balik lautan di kutub Selatan tentang
perputaran matahari sebagai penyebab fenomena dalam setiap putarannya
di atas bumi di mana malam menjadi panjang, sultan tidak mempercayai
kisah ini dan seperti biasanya bergegas menuduh utusan ini sebagai
penganut atheis. Dan ketika Abu Nashr bin Misykan berkata kepadanya
bahwa utusan ini tidak menyebutkan itu berdasarkan pendapatnya
akan tetapi berdasarkan kesaksian yang dilihatnya, lalu ia membaca firman
Allatu
"Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah
Timur) dia mendapati matahari itu menyinai segolongan umat yang kami
tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya)
matahari itu," (Al-Kahfi: 90) maka Sultan memanggil Al-Bairuni dan
menanyakan kepadanya penafsiran dari fenomena tersebut. Maka AlBairuni mulai menjelaskan kepada Sultan sampai ia bisa menerimanya.
Al-Bairuni juga mempunyai riset-riset besar tentang ukuran koordinat
tempat-tempat secara tepat dan akurat. Ia membuat koordinat Ka'bah,
menemukan cara baru untuk membuat sampel-sampel poliphonik,
menjelaskan terjadinya sumber-sumber air, sumur-sumur artesis dengan
menggunakan hukum keseimbangan zat cair. Ia juga mempunyai riset
tentang bumi, poros bumi, gerakan rotasi dan revolusi bumi yang sekarang
masuk dalam kajian ilmu-ilmu astronomi dan Fisika.
5- Nuzhah Al-Musytaq filkhtiraq Al-Afaq, karya Asy-Syarif Al-Idrisi.
Ia ini yaitu ahli geografi dari Arab yang masyhur pada abad ke 12
M. Ia menceritakan tentang kisah penulisan buku ini atas permintaan
raja Roger II Raja Sicilia, Italia dan Afrika Utara. Ia mengatakan bahwa
ketika raja ingin tahu tentang bagian-bagian imperium kekuasaannya,
perbatasan-perbatasan laut dan darat, iklim tiap kawasary lautary teluk
yang mengelilinginya dan ingin tahu tentang bangsa-bangsa lainnya, sang
raja memerintahkan kepadaku untuk menulis buku yang memuat deskripsi
lengkap tentang kota-kota dan negeri yang menjelaskan alamny a,budaya,
dan aktivitas manusia di dalamnya. Disamping menyebutkan gunun&
lautaru sungai, bukit, lembah; membahas tentang biji-bijian, buah-buahan,
tanaman yang tumbuh berkembang di negara-negara tersebut, juga tentang
seni-seni, kerajinan yang ditekuni tiap wilayatg tentang komoditas ekspor
dan impor, kondisi kehidupan rakyat, adat, tradisi, dan bahasa yang dipakai
di antara mereka.
Al-Idrisi menghabiskan waktu lama dalam menyelesaikan apa
yang ditugaskan raja, meringkas apa yang dicapai orang-orang dahulu,
menggambar dan mencatat, menghitung dan mencatat semua yang
dilihatnya dalam berbagai petualangarurya. Sang raja yang kagum dengan
orang-orang Arab dan senang dengan geografi ikut berpartisapasi sendiri
dalam aktivitas ini. Setiap ada tamu, duta, musafir atau pedagang yang
masuk ke negerinya, ia menayakan tentang negaranya, perjalanannya,
dan pengalamannya. Raja juga menugaskan orang-orang terpercaya dari
tukang ukur Arab untuk berkeliling ke semua penjuru imperium untuk
mengukur kota-kota, sungai dan dataran tinggi.
Pada awal tahun 1145 H Al-Idrisi menyemPurnakan karya besarnya
tentang semua wilayah dunia dan mempersembahkannya kepada sang
raja. Karya ini memuat 70 petayang melebihi peta yang dibuat Potalemus
yang terkenal dengan tepa! akurat jelas dan sedikit kesalahannya. Ia juga
mempersembahkan peta dunianya yang terkenal yang digambar dalam
bentuk bola dari perak dengan diameter 2 meter yang bentuk ilmiahnya
mendekati peta yang ada sekarang.
Ilmuwan dariJerman Miller menerbitkanpeta Al-Idrisi dalam cetakan
berwarna pada tahun 1931. Al-Idrisi dan selainnya dari para pakar geografi,
astronomi dan matematika seperti Al-Battani, Ibnu Yunus, Al-Bairuni dan
Yaqut mampu menefukan secara tepat dan akurat posisi geografis negaranegara penting ilalam garis-garis bujur dan lintang.
Jika Potalemus salah dalam menggambarkan petanya dalam beberaPa
derajat, maka para ilmuwan Arab dan Islam tidak sampai ada satu Pun
yang salah. Kepada AlJdrisilah dinisbatkan hubungan antara geografi
deskriptif, geografi matematik dan geografi astronomik.
Buku Al-Idrisi diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Setiap bangsa
menerjemahkan apa yang diperlukan dari bukunya. Bangsa-bangsa Eropa
belajar dari buku ini ilmu geografi pada abad pertengahan dan terus
menyalinnya lebih dari tiga abad. Dalam ensiklopedi Perancis disebutkan,
"sesungguhnya buku Al-Idrisi ini yaitu buku geografi paling lengkap yang
diwariskan orang-orang Arab. Apa yang termuat dalam buku ini dari
pembatasan jarak-jarak dan deskripsi akurat menjadikan buku ini sebagai
dokumen ilmiah geografi pada abad pertengahan.
6- Bukl Al-Fawa'id fi llshul llm Al-Bahr wa Al'Qawa'id,karya Syihabuddin
Ahmad bin Majid An-Najdi.
Ia dijuluki sebagai singa lautan pada abad ke 15 M. Ini disebabkan
ketenarannya dalam berpetualang di lautan dan menulis tentang laut.
Karyanya mencapai 40 buku yang diteliti oleh beberapa orientalis seperti
Gabriel Faran dan Krachkoviski.
Btktt Al-Fawa'id initerbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi
teori tentang perkembangan lalu lintas laut, kompas, hal-hal yang harus
diketahui para nahkoda, posisi bulan, arah angin dan hubungannya dengan
kompas dan pembagian-pembagiannya, dan terbit dan terbenamnya
sejumlah planet dan bintang. Bagian kedua dari buku ini ini yaitu berisi
praktik yang membahas tentang deskripsi pantai-pantai, pulau-pulau dan
tanda-tandanya yang membantu para pelaut untuk mencari petunjuk dalam
lalu lilntas laut dan mendekatkan perahau ke dermaga.
Pengetahuan Ibnu Majid tentang laut Merah dan samudra Hindia
sangat luas sekali. Pelaut asal Portugal Vasco de Gama menjadikan Ibnu
Majid sebagai petunjuk dalam petualangannya ke India dan menemukan
jalan untuk sampai ke sana. Orientalis dari Portugal Keta Nahida
mengakui akan hal ini dan berkata, "Vasco de Gama sampai ke Malandi
di pantai Timur Afrika Utara Madagaskar pada tanggal 1,5 Maret 1498
dan mendaratkan perahunya di sana. Kemudia [a naik ke perahu Ahmad
bin Majid yang melaut bersamanya untuk menunjukkan jalan ke India.
Ahmad bin Majid ini yaitu pelaut Arab dan nahkoda perahu Vasco de Gama
pada petualangannya yang terkenal. (Lihat peta lalu lintas laut seperti di
gambarkan Ibnu Majid).
Di antara kesalahan-kesalahan sejarah ini yaitu anggapan bahwa ilmu
laut yang meletakkan dasarnya ini yaitu orang Italia yaitu Lowigi Fernando
Marsili (1658-1730) yang menulis bukunya Sejarah Alamiah Laut atart
orang lnggris Johm Moari yang membimbing perjalanan perahu peneliti
Chalenges antara tahun 1872-1,876 atau orang Amerika yaitu seorang
panglima laut bernama Mathius Fontine Moari (1806-0873) penulis buku
Geografi Alamiah Laut.
Syihabuddin Ibnu Majid ini yaitu orang yang meletakkan dasar-da