membantunya dalam
meyakinkan kaum Kristen Eropa untuk mempersatukan dua pemeluk
agama melalui jalan moderat, yarrg mampu mempertemukan pengiman
Injil dengan mereka yang mengimani Al-Qur'an.l8
Pemerintahan Islam di sepanjang sejarahnya tidak pernah lepas
dari ilmu pengetahuan dan perkembangannya, transformasi dan
mempelajarinya dari para pakar di bidang masing-masing. Darimana
pun sumbernya, mereka yang mempelajari ilmu pengetahuan tidak hanya
berasal dari bangsa Arab maupun mereka yang beragama Islam. Akan
tetapi mereka semua hidup, beraktifitas, dan menelurkan karya-karya
ilmiahnya dalam bentuk bahasa Arab dalam konteks masyarakat muslim
yang menjamin kebebasan memeluk agama, berpendapat, dan berekspresi.
Bahkan para filosof diperbolehkan untuk berdebat danberdiskusi tentang
pokok-pokok ajaran dan keyakinan Islam itu sendiri. Hal ini tentunya belum
pemah terjadi hingga sekarang di negara-negara maju.
Ilmu-ilmu matematika merupakan ilmu yang paling awal, yang
dikenal manusia dan menggunakannya dalam kehidupannya secara
langsung ketika membutuhkan operasi dan ukuran-ukuran dalam
berinteraksi dan beraktifitas. Seperti halnya ilmu-ilmu yang lain, pada
awalnya ilmu ini sifatnya sangat sederhana lalu berkembang seperti
Aritmatik4 geometri, Aljabar, dan ilmu tentang segitiga yang merupakan
cabang matematika yang paling unggul dibandingkan cabang-cabang ilmu
matematika lainnya baik dari segi keyakinan maupun metode. Bahkan
ilmu segitiga merupakan syarat utama dalam mempelajari ilmu-ilmu yang
lain dan memahami filosofinya.
Tidak diragukan lagi bahwa bangsa Mesir Kuno merupakan orang
pertama yang merumuskan ilmu-ilmu matematika. sebab tidak logis
jika mereka membangun sebuah peradaban yang unik dengan segenap
piramidanya yang ti.gg, dan kuil-kuilnya yang besar dan megah tanpa
memahami prinsip-prinsip Aritmatika dan dasar-dasar geometri.
Akan tetapi perhatian bangsa Mesir hanya terfokus pada sisi praktis
ilmu-ilmu pengetahuan, yang di antaranya ilmu matematika. Hal ini
berkontradiksi dengan bangsa Yunani yang memfokuskan perhatian
mereka pada sisi teoritis dan kontemplasi filosofisnya. setelah phitagoras
memperhatikan berbagai keberhasilan bangsa Mesir dan kehebatan mereka
yang luar biasa, maka ia menarik kesimpulan tentang prinsip-prinsip
teoritis yang menjadi tumpuannya dengan memanfaatkan intelegensianyayang cerdas hingga mencapai teorinya yang populer dan dikenal dengan
namanya (Teori Pythagoras). Dengan kenyataan ini, maka para pakar
sejarah menobatkannya sebagai salah satu pendiri ilmu matematika.
Ketika Islam datang dan bangsa Arab mengibarkan bendera peradaban
dan memperkaya pemikiran manusia, maka perhatian mereka terfokus
pada sisi teoritis dan realita praktis sekaligus. Karena itu, mereka mampu
melakukan berbagai inovasi terhadap ilmu-ilmu klasik dan menciptakan
ilmu-ilmu yang baru, yang berkontribusi positif bagi kemajuan peradaban
kontemporer kita ini.
Ketika mengemukakan sejarah singkat ilmu matematika pada periode
pertengahan, kita mendapati bahwa langkah pertama yang dimulai
manusia ini yaitu berhitung dengan menggunakan satuan-satuan kecil
karena minimnya piranti yang mereka miliki atau yang dapat mereka
peroleh secara serentak. Mereka biasa menggunakan kerikil dalam
berhitung agar tidak lupa. Dari realita inilah, maka muncullah katalhsha'
(dalam bahasa Arab yang berarti kerikil).
Pada masa kegemilangan peradaban Mesir Kuno, ilmu matematika
memang mengalami kemajuan pesat hingga menjadi pengetahuan yang
sebenarnya. Akan tetapi kemajuan ini tidak lebih dari persoalan-persoalan
praktis yang berkaitan dengan tema tertentu. Papyrus juru tulis Mesir
Ahmose memuat beberapa informasi matematika tentang Aritmatika
geometri, bilangan pecahan, penjumlahan dalam Aritmatika dan geometri,
yang sejarahnya dimulai kurang lebih lima ribu tahun yang lalu.
Pada tahun 2950 SM, seorang insinyur berkebangsaan Mesir
bemama Amenhotep membangun sebuah piramida Saqarah bergradasi
dengan penuh ketelitian. Satu abad kemudian, Khufu menginstruksikan
pembangunan piramida terbesar yang masih eksis hingga sekarang dan
menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia dimana keempat sudutnya
berbaris tegak lurus keempat penjuru utama. Kesalahan yang terjadi pada
ketiga pangkal sisi segitiga tidak lebih dari satu dari empat ribu buah.
Perbedaan-perbedaan mengenai tinggi rendahnya bidang permukaan
dan persinggungan sudutnya yang sangat kecil tidak nampak kecuali
menggunakan teropong modem. Di samping itu, bangsa Mesir Kuno juga
mengenal persamaan kuadrat biasanya digambarkan dengan rumus:
02+R2=L00
dimana R-3/4O, sehingga O =8, R = 6.
Persamaan berkorelasi langsung dengan solusi geometri terhadap
hubungan sederhana antara bilangan 3,4, dart 5 pada segitiga siku-siku
(Segitiga tegak lurus); dimana Pythagoras merumuskan teorinya yang
terkenal dalam trigonometri, yang menyatakan, "Sesunggutrnya jumlah
persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan
jumlah dua persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusatwrya' ."
Di daerah antara dua sungai (Mesopotamia): Bangsa Babilonia dan
Sumeria berupaya membangun bilangan secara logika. Mereka menyusun
angka-angka dalam papan-papan segi empat untuk menjaga urut-urutan
angka dalam satuan, puluhan, dan ratusan. Mereka juga mengenal persamaan tingkat pertama yang memiliki satu ketidaktahuan dan persamaan
fungsi kwadrat yang penyelesaiannya membutuhkan persamaan topikal.
Salah satunya atau kedua-duanya berasal dari persamaan tingkat dua.
Mereka menghitung luas persegi panian& trapesium, segitiga siku-siku
(sama kaki), dan menyatakan bahwa luas lingkaran terbagi dalam enarn
bujur, dimana masing-masing bagian sama dengan setengah garis tengah
lingkaran dan lingkaran ini membentuk enam segitiga sama sisi,
dengan masing-masing sudut berukuran enam puluh derajat.
Bangsa Babilonia merumuskan tabel segi empat dan kubus serta
menyusunnya dalam lembaran-lembaran Munkarah yang hidup sezaman
dengan Papyrus Ahmose.
Bangsa Smith menyusnn angka-angka dan bilangan mereka dengan
menggunakan huruf hijaiyyah yang mereka temukan sesuai urutan abjad.
Sedangkan bangsa India dan Cina, mereka memiliki simbol-simbol
tersendiri dalam menyusun angka-angka. Mereka memiliki pengalaman
yang berkaitan dengan hubungan antar bilangan 3,4 dan 5 dalam segitiga
tegak lurus (siku-siku) dan menyelesaikan masalah segi empat.
Dikatakan bahwa bangsa India menggunakan sistem desimal dan
menemukan angka nol, serta angka-angka yang dipergunakan dunia saat
ini. Akan tetapi mereka tidak dapat memanfaatkannya kecuali setelah
bangsa Arab pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah menggunakannya.
Mereka menggunakan sistem ini dalam kegiatan berhitung mereka dan
kemudian berkembang ke seluruh penjuru dunia karena aktifitas dagang
mereka dan semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam. Angka-angka
ini pun kemudian dikenal dengan nama Angka-angka Arab.
Karena mempertimbangkan perbedaan sumber seiarah dan banyaknya
pendapat yang kontradiktif berkaitan dengan kisah penemuan angka nol
ini dan penemu.rn sistem penomor.rn serta penisbatannya kepada India
atau Arab, maka kami memandang perlu untuk mengemukakan kronologi
kisah ini secara ringkas agar pembaca benar-benar mengetahui berbagai
pendapat yang beragam dalam buku-buku sejarah ilmu pengetahuan.
Seorang orientalis ]erman bernama Sigred Hunke dalam Allah's Sun
Ooer Thc Occiilent2e berkata, "sesungguhnya sistem penulisan angka-angka
oleh bangsa lndia dikenal hingga di luar batas wilayah India ta}:nn 622
Masehi. A.gku nol muncul pertama kalinya dalam tulisan-tulisan India
sekitar tahun 400 Masehi. Referensi untuk memastikan kebenaran dari
pernyataan ini ini yaitu sebuah buku berjudul As-Shindu Hind, yang
ditulis seorang pakar Astronomi terkemuka India bemama Brahma Gupta
tahun 628 M. Dalam buku itu disebutkan bahwa kesembilan angka dan
Nol telah dipergunakan sebagai angka kesepuluh. Pada tahun 772 M,
seorang pakar Astronomi hrdia bemama Kankah pergi ke istana Khalifah
Al-Manshur dengan membawa buku As-Slrindu Hind. Setelah itu, Sang
Khalifah memerintahkan penerjemahannya ke dalam bahasa Arab. Sang
Khalifah mempercayakan pelaksanaan proyek ini kepada Muhammad bin
Ibrahim N-Fazari, yang merupakan seorang pakar Astronomi Pertama
dalam Islam. Kemudian ia menulis sebuah buku dengan metode yang
sama berjud ul As- Shindu Hind Al-IGbir.
Dari peristiwa inilah, bangsa Arab untuk pertama kalinya mempelajari
ilmu hitung yang dikembangkan bangsa India dan pengetahuan mereka
tentang sistem angka-angka dan bilangan hrdia. Mereka juga menggunakan
angka-angka ini sebagai ganti dari sistem penomoran dengan
menggunakan kalimat.
Kelompok pendukung pendapat ini melanjutkan penuturan mereka
bahwa bangsa India memiliki berbagai bentuk angka, dimana bangsa
Arab memperbaiki sebagiannya dan membentuk dua rangkaian yang
salah satunya dikenal dengan nama Al-Arqam Al-Hindiyah atau AlKhawarizmiyyah, yaitu: (1, 4 3, 4 5, 6,7, 8,9,.1
Bangsa India dan sebagian besar wilayah Timur Arab-Islam banyak
menggunakannya. Sedangkan yang kedua dikenal dengan nama Al-Arqam
Al-Ghubariyyah (Angka-angka Debu). Angka-angka ini banyak dipergunakan
penduduk di wilayah Maroko, Andalusia, dan kemudian masuk Eropa
melalui Andalusia, interaksi perdagangan, petualangan yang dilakukan
sebagian bangsa Arab dan pertukaran diplomatik yang terjadi antara para
khalifah dengan para penguasa di beberapa negara Arab. Hingga kemudian
angka-angka ini lebih dikenal dengan ramaAl-Arqam Al-Arabiyyah.
Penamaan Al-Arqam Al-Ghubariyyah te$adi karena angka-angka
ini ditulis di atas meja atau papan yang tertutup oleh pasir ataupun
debu-debu tipis. Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa rangkaian AIArqam Al-Ghubariyyalr disusun berdasarkan jumlah sudut yang dimiliki
setiap angka. Angka satu misalnya, memiliki satu sudut, angka dua
memiliki dua sudut, dan begitu seterusnya. Kemudian bangsa Arab
memperbaiki bentuk-bentuk ini hingga setelah itu menjadi angka-angka
dengan bentuk yang kita kenal, yaitu: (7,2,3,4,5,6,7,8,9,0)
Di sisi lain, DR. Umar Farukh dalam Tarikh Al-Ulum Inda Al-Arab
berkata, "Bahwa angka-angka muncul pertama kali dengan nol yang ditulis
dalambentuk titik sebagaimanayang kita tulis pada masa sejak tahun 787
M sebelum muncul dalam buku-buku India."
DR. Ali Abdullah Ad-Difa' juga menegaskan dalam Nau:abighWama'
Al-Arab wa Al-Muslimin fi Ar-Riyailhiyat,N'Umat Islam ini yaitu bangsa yang
menemukan angka nol dan menggunakannya untuk pertama kalinya tahun
873 M. Sedangkan bangsa India belum memPergunakannya kecuali tahun
879l[{.',
DR. Ad-Difa' memperkuat argumentasinya berdasarkan sebuah
artikel yang ditulis kolumnis kontemporer bernama Abdurrahman Abdul
Lathif, yang diterbitkan dalam Majalah AI-IIm, dengan jlodr:J Al-Arqam AlArabiyyah. Datam artikel tersebut, disebutkan, "Sesungguhnya Al-Arqam
Al4hubariyah (Angka-angka Debu) ditemukan oleh bangsa Arab sejak
mereka belajar menulis Arab. Peristiwa itu terjadi sebelum pengutusan
Rasulullah Muhammad, antara abad ketiga Masehi hingga akhir abad
keenam Masehi. Dan ini merupakan waktu terjadi perubahan tulisan Arab
dari bentuk An-Nabathi mumi menjadi bentuk Arab sebagaimana yang kita
kenal dan kita lihat hingga sekarang, yang memiliki bentukiauh berbeda
dengan tulisan An-Nabathi yang ketika itu memiliki bentuk yang benarbenar sama dengan Al-Arqam Al-Ghubariyah."
Semua berhasil ditemukan atau diketahui akhir-akhir ini, tepatnya
ketika kita melihat tulisan An-Nabathi yang ditemukan Archeolog Prancis
bernama Rene Dosso, yang meninggal pada tahun 1958 M. Tepatnya ketika
ia melakukanpenggalian di kota Ra's Syamar diSyiria Selatan; Dimana ia
menemukannya di daerah An-Namaridah di Huran dalam sebuah relief
bertanggal328 Masehi. Di dalamnya disebutkan tentang Amru'AlQais.
Di antara faktor-faktor yang mendukung kebenaran pendapat ini adalah
pilihan bangsa Arab terhadap titik sebagai cara untuk mengungkapkan
atau melambangkan angka NoL Sebab titik mempunyai arti yang sangat
penting dalam tulisan Arab. Bangsa Arab menganggaPnya sebagai sesuatu
yang istimewa dan memastikan kejelasan antara huruf yang satu dengan
yang lain. Karena itu, mereka memberikan tugas yang sama kepada titik
ini untuk melambangkan angka Nol bersama dengan angka-angka Arab
yang lain.Apabila suatu titik misalnya, diletakkan di sebelah kanan angka satu,
maka menjadi sepuluh. Jika dua titik diletakkan di sebelah kanan angka lima
maka menjadi angka lima ratus, dan begitu seterusnya. Para pendukung
pendapat ini berkesimpulanbahwa angka-angka yang dipergunakan pada
masa sekarang di dunia secara keseluruhan, baik Al-Ghubariyah maupun
Al-Khawarizmiah semuanya berasal dari bahasa Arab.
Kalaulah kita asumsikan bahwa bangsa India merupakan orangorang yang menemukan angka-angka atau bilangan Arab, maka umat
Islam ini yaitu orang-orang yang memanfaatkan dan mengembangkannya,
lalu memasukkan notasi bilangan desimal, mempergunakan angka nol
untuk fujuan yang sama sebagaimana yang kita pergunakan sekarang, dan
mengakui nilai-nilai positifnya, dimana angka itu memiliki dua nilai: Nilai
intemal dan nilai ekstemal atau nilai yang berlaku padanya di suatu posisi.
Bangsa Yunani dan Romawi:
Mereka menyusun bilangan dan angka-angka mereka dengan
menggunakan simbol-simbol dan huruf . Dengan cara demikian itu, mereka
menambah kerumitannya. Bangsa Mesir, Babilonia, Sumeria, Cina dan juga
India sangat dipengaruhi dan saling berinteraksi dengan bangsa Yunani
dan Romawi. Hanya saja para Ilmuwan Yunani memiliki keistimewaan
dengan pandangan filosofis mereka yang bertumpu pada penggunaan akal
dan logika. Pythagoras menempatkan matematika sebagai sebuah ilmu
akal yang bebas sebab mampu mengantarkan pada prinsip-prinsip yang
mulia dan meneliti berbagai permasalahan secara teoritis murni dengan
menggunakan akal saja. Di antara teori terpenting di bidang matematika
yang dinisbatkan kepadanya ini yaitu N azhnriyyah Al-Mutsallats Al-Qa' im AzZawiyah (Teori Segitiga Tegak Lurus), yang diabadikan dengan namanya/
dengan menerapkan bilangan 3, 4, dan 5 setelah mengkuadratkannya, dan
teori segitiga sama sisi hingga segitiga tegak lurus (sama kaki).
Pythagoras juga mendefinisikan pengertian filosofis tentang bilangan
dan nilainya, bahwa bilangan mencerminkan tingkatan tertentu antara
dua bilangan, dan nilainya menunjukkan jumlah atau prosentase hakikat
sesuatu.Para pengikut Pythagoras merancang tabel perkalian dan merumuskan
tabel-tabel yang bertumpu pada hitungan progresif dan geometri, dan
mereka berkonsentrasi dalam membuat persegi empat yang mengagumkary
Dimana apabila gambar kotak persegi dalam papan ini terkumpul
panian& lebar, ataupun ganjil maka memiliki hitungan konstan. Perumusan
prinsip-prinsip geometri dan perhitungan trigonometri dinisbatkan kepada
para ilmuwan Yunani Klasik.
Berbagai teori dinisbatkan kepada Thales yang wafat tahun 545 SIvI,
yang dikenal dengan Teorema Thales, yang di antaranya:
1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diametemya.
2. Sudutbagian dasar dari sebuah segitiga sama kaki ini yaitu sama besar.
3. |ika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang
saling berlawanan akan sama.
4. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran ini yaitu sudut sikusiku.
5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang
bersinggungan dengan bagian dasar ini telah ditentukan.
Odoxos yang meninggal dunia tahun 355 SM merumuskan sebuah teori
yang menyatakan bahwa rasio luas dua lingkarEul sEuna dengan rasio luas
bentuk yang ramping dan memiliki beberapa rusuk yang tergambar dalam
sebuah lingkaran dan luas lingkaran setiap kali rusuknya bertambah. Akan
tetapi luas bentuk ini tidak akan bersambung dengan luas lingkaran.
Plato mensyaratkan agar seseorang mempelajari ilmu ukur dan
ilmu hitung sebelum mendalami filsafat. Di depan pintu sekolahnya,
ia menuliskarl "Barangsiapa yang bukan insinyur, maka tidak boleh
bergabung dengan kami." Metode studi dan penelitiannya bersifat deduktif
dan bukan induktif. Misalnya, ia berkata, "Sesungguhnya pencipta alam
telah menciptakannya dengan bentuk terbaik. Karena bola merupakan
bentuk yang paling baik, maka dunia ini haruslah bulat (seperti bola)."
Ilmu geometri mencapai puncak tertirrggrnya di tangan Menaechmus
sahabat Plato, yang mengeluarkan sebuah teori yang di kemudian hari olehAppollonius (meninggal dunia tahun 200 SM.) dikenal dengan sebutan
potongan sejajar, potongan kurang, dan potongan lebih. Hal itu disebabkan
oleh potongan elips dengan sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut
tumpul denganpermukaandatar lewat di setiap kerucutpada sudutyang
tepat di sisinya. Dan Aristoteles memanfaatkan pengetahuannya tentang
matematika untuk merumuskan filsafatnya dengan mengikuti metode
ilmiah dalam berpikir dan berlogika.
Mengenai trigonometri pada segitiga sama sisi dan bulat, maka
Abarchus yang meninggal tahun 140 SM merupakan tokoh yang populer.
Dia lah Ilmuwan yang merumuskan tabel-tabel konvergensi yang mirip
dengan tabel-tabel sinus.
Di antara ilmuwan yang datang ke universitas Alexandria adalah
Archimedes dan Euclides, penulis buku The Elements, tentang teori-teori
geometri dan solusi-solusi geometri terhadap persamaan tingkat dua. Sebab
proses pembagian garis lurus menjadi dua bagian dinisbatkan kepadanya,
dimana jarak atau luas persegi panjang yang terbentuk dari satu garis
lurus dan salah satu dari dua bagiannya sama dengan persegi empat yang
membentuk bagian yang lain.
Dalam salah satu karya ilmiah Heron yang hidup di Alexandria setelah
beberapa lama kelahiran Isa Al-Masih, maka kita mendapati sebuah naskah
yang menyatakan bahwa apabila penjumlahan dua bagian dari garis lurus
itu telah diketahui dan juga hasil perkalian keduanya, maka masing-masing
bagian bisa diketahui.
Dari penjelasan ini, kita dapatmelihatbahwa tumbuh danberkembangnya
ilmu-ilmu matematika pada periode klasik hingga datangnya ajaran Islam,
merupakan hasil natural dari konsentrasi dan perhatian akal-pemikiran
manusia terhadap persoalan-persoalan geometri dan karakter bilangan.
Pada masa jahiliyah, bangsa Arab mempergunakan bilangan dan ilmu
hitung dalam bermuamalah dan pemiagaan mereka, membagi keuntungan,
menghitung properti, mengukur tanah-tanah yang mereka miliki,
mengkalkulasi jumlah kekayaan, menggunakan takaran dan timbangan
dalam jual beli dan berbagai aktifitas lainnya.
Bangsa Arab mengadopsi penulisan bilangan dengan menggunakan
kalimat dari bangsa Smitb Sebagaimana mereka mempergurulkan angkaangka Arab sebelum ditemukannya angka nol di kemudian hari. Dan
mereka membiarkan tempatnya kosong agar mereka dapat menjaga
lajur-lajumya yang sebenamya. Bilangan 404 misalnya, mereka terkadang
menulisnya dengan kata-kata. Maksudnya, dengan menuliskan Empat ratus
empat. Dan terkadang dengan rumus atau simbol, sehingga.r:, dimana .:
=400 dan ) =4. Terkadang juga menulisnya dalam sebuah papan untuk
menjaga tempat nol tetap kosong. Ketika mereka berhasil menemukan
angka nol, maka mudah bagi mereka untuk berhitung dan mengukur,
hingga semua metode klasik terhapuskan secara berangsur-angsur karena
sulitnya penggunaannya dalam melakukan penghitungan dalam jumlah
atau dengan bilangan yang banyak.
Dengan penemuzrn besar dan penggunaannya yang benar ini, maka
sudah selayaknya kita berterima kasih kepada para ilmuwan muslim,
terutama Muhammad bin Musa Al-Khawari zmi, y artg telah menjelaskan
posisi angka nol dalam proses penjumlahan dan perkalian. Ia juga
menempatkan titik pada posisinya yang tepat sehingga tidak terjadi
kesimpangsiuran di antara papan-papan tersebut.
Islam yang suci datang untuk membebaskan manusia dari masa-masa
kegelapan menuju cahaya dan mendorong mereka untuk membangun
komunitas masyarakat muslim yang bertumpu pada cinta dan kasih sayang,
jaminan sosial, keadilan, keimanan, kehormatan dalam bermuamalah,
mengikuti ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang dijelaskan dalam AlQur'an dan diperkuat dengan penjelasan Rasulullah Muhammad, sebagai
utusan-Nya yang dapat dipercaya.
Tidaklah logis bagi mukmin yang cerdas untuk menyatakan bahwa AlQur'an datang untuk memberikan solusi kepada manusia tentanghukum
Al-Jabar dangeometri, serta menjelaskanperbedaanaritrnatika danintegral.
Sebab hal-hal semacam ini bukanlah tugas beliau dengan risalahnya. Akan
tetapi Al-Qur'an cukup memotivasi kepada orang-orang yang beriman
agar senantiasa melakukan studi dan penelitian, mengamati, mengaktifkan
akal dan pemikiranya demi memperkuat keimanannya kepada Allah Yang
Maha Esa, Pencpita alam raya dan kehidupan ini.
Di antara faktor-faktor terpenting yang mendorong kemajuan ilmuilmu matematika di bawah naungan peradaban Islam ini yaitu upaya
masyarakat dalam menerapkan hukum-hukum syariat dan menjalankan
ibadah dan manasik mereka dengan sesempuma mungkin dan bertujuan
mendapatkan ridha Allah dan utusan-Nya.
Pada awalnya, umat Islam mengembangkan ilmu-ilmu matematika
karena kebutuhan mereka sehari-hari seperti menentukan waktu-waktu
shalat dan permulaan bulan Ramadhan yang penuh berkatu mengenali
arah kiblat, dan pembagian harta pusaka ataupun ghanimah di antara
orang-orang yang dapat memanfaatkan atau berhak menerimanya secara
legal dan adil.
* Dalam surat An-Nisaa', Allah menjelaskan hukum-hukum harta
pusaka secara rinci dan menurunkan beberapa ayat-Nya berkaitan
dengan ilmu faraidh, atau ilmu tentang pembagian harta warisan. Hal ini
sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah,
" Allah mensyaiatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan
untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki sama dengan
bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan
yang jumlahnya lebih dai dua, maka bagian mereka dua pertiga dai harta
yang ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia
memperoleh setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak,
bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak.lika dia (yang meninggal) tidak mempunyai
anak dan dia diwaisi olehkedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat
sepertiga. lika dia (yang meninggal) mempunyai beberapa saudara, maka
ibuny a mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian ini di atas) setelah
(dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-annkmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. lni ini yaitu ketetapan
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Dan bagianmu
(suami-suami) ini yaitu seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istriistrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu)
itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang merekabuat atau (dan setelah
dibayar) hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. lika kamu mernpunyai anak,
maka para istri mernperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan
(setelah dipenuhi) wasiat yangkamu buat atau (dan setelah dibayar) hutanghutangmu, lika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang
tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu),maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta.
Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seotaflg, maka mereka
bersama-sama ilalam bagian yang sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat)
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) hutangnya dengan tidak
menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah
Mahn Mengetahui, Maha P my antun. " (An-Nisaa' z l1-l2l
Dalam ayat lain dari akhir surat An-Nisaa' disebutkan,
" Mereka mmtinta fatwa kepailamu (tentang Kalalah).3l Katakanlah, " Allah
memberi fatw a kep adnmu tentang Kalnlah (y aitu), jika seseorang mati dan dia
tidak manpuny ai anak tetapi menryunyai saudara Wemwan, makn bagianrry a
(sauilara perempuanny a itu) seperdua dnri harta y ang ditinggalkannya, dan
saudaranya yang laki-laki maoaisi (seluruh harta sauilara peranpuan), jika
dia tidnk manpuny ai anak. T etapi j ika sauilara perunpuan itu dua ormg, mala
bagi lceduanya dua pertiga ilai harta yang ditinggalkan. D an jikn mereka (ahli
w ais itu terdii ilari) saudara-saudara laki-laki dan p eronpuan, maka bagian
seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perunpuan. Allah
menerangkan (hukum ini) kqadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (An-Nisaa': 176)
Sedangkan mengenai pembagian ghanimah, maka hal ini sebagaimana
yang disebutkan dalam firman Allah dalam surat Al-Anfal,
" D an ketahuildt, sesungguhny a segala y ang kamu peroleh sebagai ratnpasan
perang, maka seperlima unfuk Allah, Rasul, kerabat Rnsul, anakyatim, orang
miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang Kami turunknn kqada hnmba Kami (Muhammad) di han
Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasuknn. Allah Mahakuasa atas
segala sesuaht." (Al-Anfal :41)
Mengenai arti penting bilangan dan Aritmatika dalam mengetahui
jumlah hari, penjumlahan, bulan, tahun, penentuan waktu dan jatuh tempo
pembayaran hutang, ibadah-ibadah, muamalah, dan ijazah, dan berbagai
kebutuhan manusia yang lain, maka dalam surat Al-Israa', Allah berfirman,
"Dan Knmi jadiknn malam ilan siang sebagai dua tanda (kebesaran IGmi),
kztnudinn Knnti lupuslan tnnda malam don Kami j adikan tanila siang itu tnangbenderang, agar kamu (dapat) mmcai karunia ilai Tuhanmu, dan agar kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Dan segala sesuatu
telah Kami terangkan dengan jelas. " (Al-Israa': 12)
Di sana terdapat beberapa ayat lainnya yang memotivasi umat lslam
agar mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan dan memanfaatkannya demi
mengelola urusan agama dan dunia mereka, menjamin kebebasan berpikir
ilmiatu mengambil kesimpulan dan merumuskan hukum alam raya dan
tatanan sosial masyarakag memperlihatkan tanda-tanda dan hakikat ilmiah,
yang diharapkan semakin mendorong mereka mempercayai kemukjizatarr
AlQur'an di setiap waktu dan tempat tanpa memaparkan lebih mendetail,
yang merupakan tugas akal manusia dan aktifitasnya dalam batas-batas
yang dimungkinkan sebagaimana Allah menitiskannya di dalamnya.
Ketika Allah membahas dan membagi harta pusaka secara langsung
serta menurunkan hukum atau ilmu faraidh secara mendetail karena
adanya hikmah di dalamnya berdasarkan pengetahuan-Nya, maka hal
itu dikarenakan pengetahuan Allah tentang perkara yang baik dan bijak
bagi ciptaan-Nya dengan syariat dan kewajiban yang diterapkan-Nya.
Kalaulah Allah menyerahkan permasalahan ini kepada manusia, maka
tentunya mereka tidak memahami manakah di antara perkara-perkara
itu yang paling baik dan bermanfaat bagi mereka. Dengan begitu, mereka
berpotensi menyia-nyiakan harta benda tanpa arti.
Beginilah, para ilmuwan muslim mendapatkan motivator terbaik
dalam agama mereka untuk belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Karena itu, mereka terus tergerak danbergerakmendorongroda kemajuan
pemikiran manusia di semua cabang ilmu pengetahuan, yang di antaranya
ini yaitu ilmu-ilmu matematika. Mereka mulai menerjemahkan warisan
budaya dan peradaban klasik serta mendalami berbagai teori, baik dari
bangsa India, Mesir, maupun Yunani, dalam Aritrnatika, Al-Jabar, geometri,
dan trigonometri (perhitungan segitiga). Setelah itu mereka memasuki fase
penulisan d.rn penemuan-penemuan ilmiah, merumuskan prinsip-prinsip
penelitian eksperimen modern dengan menggunakan contoh-contoh
matematika, menggunakan metode ilmiah yang benar dalam merumuskan
hukum-hukum dan teori berdasarkan asumsi-asumsi dan posfulat-postulat
yang mengantarkan ke sana. Karena ih1 sangatlah wajar jika metode ilmiah
ini menghasilkan berbagai penemuan dalam cabang-cabang baru dari
ilmu matematika, dan mengembangkan cabang-cabang lainnya. Realita ini
mendorong para pakar matematika bersepakat untuk menyatakan bahwa
para ilmuwan Arab dan umat Islam pada masa kejayaan peradaban Islam
merupakan guru besar dalam bidang matematika bagi masa peradaban
Eropa modern.
Karena minimnya halaman yang tersedia dalam buku ini sehingga
tidak memuat berbagai penemuan ilmiah para ilmuwan muslim pada
masa kejayaan peradaban Islam di bidang ilmu-ilmu matematika, maka
kami hanya mengemukakan beberapa contoh hasil pemikiran mereka yang
sangat berkontribusi dalam mengembangkan dan memajukan pemikiran
manusia dalam bidang matematika di Dunia Timur maupun Barat. Di
antara contoh-contoh ini adalah:
1. Kitab Al-labr wa Al-Muqabalah, Karya: Muhammad bin Musa AlKhawarizmi, kepala divisi Baitul Hikmah pada masa pemerintahan khalifah
Al-Makmun.
Dalam buku ini, Al-Khawarizmi merumuskan prinsip-prinsip dasar
ilmu Al-Jabar dan kaidah-kaidahnya. Dalam buku dan dengan rumus
tersebut, Al-Khawarizmi berupaya mempermudah dan memberi solusi
sistematik dari persamaanlinear dannotasi kuadrat sesuai dengan prinsip
dan kaidah tertentu. Kata Al-labar yang menununjukkan nama ilmu ini
senantiasa terjaga orisinalitasnya yang berasal dari bahasa Arab dalam
semua bahasa modern. Al-labar berarti proses memindahkan unit negatif
dari posisinya di salah satu ujung persamaan linear menuju sisi lainnya.
Sementara Al-Muqabalahini yaitu menghapuskan batasan-batasan yang sama
di kedua sisinya.
Contohnya: persamaan linear, x2 = 40x - 4r2 disederhanakan menjadi
5x2 = 40x. Sedangkan notasi kuadra t, x2 + 1,4 = x + 5 disederhanakan ke
x2 + 9 = x. Al-Khawarizmi mendefinisikan semua unsur persamaan AlJabar sebagaimana yang kita kenal atau kita pahami seperti sekarang ini.
Dalam hal ini, ia menjelaskan pengertian tentang definisi yang diketahui
dan yang tidak diketahui, mutlak, bilangan bulat, ide tentang pangkat
atau eksponen, logaritma, eksponen negatif, eksponen positif, imajinatif,
persama,rn tingkat pertama dan kedua serta jalan penyelesaiannya. Setelah
itu, ia memfokuskan perhatiannya pada sisi praktisnya secara khusus
dengan penerapan-penerapan Al-Jabar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, Al-Khawarizmi menjadikan buku ini sebagai buku
tersendiri dan mencakup contoh-contoh penyelesaian kalkulatif dengan
menggunakan metode Al-Jabar, yar.g memungkinkan masyarakat
memanfaatkannya dan menganalogikannya padanya dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan mereka yang berkaitan dengan muamalatr, wasiat
dan harta pusaka.
Mengenai bagian penerapan praktis dari Al-Jabar ini, Al-Khawarizmi32
berkata, "Imam Al-Makmun Amirul Mukminin memotivasiku untuk
menjelaskan perkara yang rumit dan mempermudah perkara yang sulit.
Karena itu, aku pun menulis sebuah buku rangkuman tentang kalkulasi
Al-labr wa Al-Muqabalah, demi mempermudah dalam berhitung dan
menjelaskannya. Sebab masyarakat sangat membutuhkannya dalam
menyelesaikan pembagian harta pusaka dan wasiat-wasiat mereka,
dalam pembagian, hukum-hukum, dan perniagaan mereka, dan dalam
semua aktifitas yang mereka lakukan di penjuru bumi ini, membersihkan
sungai-sungai, geometri dengan berbagai seni dan cabangnya. Semua itu
dilandasi dengan niat yang baik dan berharap mendapatkan ridha-Nya
sehingga memberikan kebaikan pada penduduk negeri ini dengan semua
keutamaan dan kenikmatan Allah atasnya. Hanya kepada Allah aku
memohon pertolongan dalam hal ini dan lainnya. Kepada-Nya lah aku
bertawakal dan Dia lah Penguasa Arsy yang agung."
Dalam pendahuluan buku ini, Al-Khawarizmi menjelaskan filosofi
tentang penulisan ilmiah pada masanya dengan sangat jelas dan transparan.
Al-Khawarizmi berkata,n "Para ilmuwan dan bangsa-bangsa pada masa
lalu banyak menulis buku-buku tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan
dan hikmah yang mereka kuasai demi generasi sesudah mereka dan
mengharap ridha Allah dengan mengerahkan segenap kemampuarmya.
Mereka semua berharap jika persembahan mereka itu mendapatkan
pahala dan menjadi bekal kelak di Hari Kiamat. Semoga mereka senantiasa
menjaga kejujuran dan tanggungjawab ilmiah meskipun dengan nafkah
yang tidak seberapa, mereka pun sanggup menghadapi berbagai kesulitan
dan penderitaan dalam upaya mengungkapkan berbagai rahasia ilmu
pengetahuan dan misteri-misterinya. Mereka ini yaitu orang-orang yaurrg
bisa jadi menemukan sesuatu yang belum pernah ditemukan para
ilmuwan sebelumnya lalu mewariskannya kepada generasi sesudahnya,
mereka ini yaitu orang atau tokoh yang berupaya mengungkap rahasia
yang ditinggalkan para pendahulu mereka lalu menjelaskan sistemnya
dan mempermudah jalannya serta mendekatkan pengertiannya, dan bisa
juga menjadi orang yang mendapati kesalahan di salah satu buku, lalu
mendalami dan mengamatinya secara seksama, berbaik sangka kepada
pemiliknya dan tidak menolaknya, serta tidak merasa bangga dengan
tindakannya itu."
Pembaca yang budiman tentu tidak mengalami kesulitan dalam
mengambil kesimpulan dari penjelasan ini mengenai tanda-tanda orang
yang berkepribadian ilmiah pada masa kejayaan peradaban Islam, yang
tercermin dalam etika yang terpuji dan terhormat dan memperlihatkan
keteladanan terbaik dalam mencintai ilmu pengetahuan dan bersabar dalam
melakukan penelitian ilmiah, menjauhkan diri dari perkara-perkara kecil,
bersungguh-sungguh dalam upaya mengungkap berbagai rahasia dan
misterinya. Kesemuanya itu tentulah memberikan kontribusi positif dan
baik kepada masyarakat, jauh dari keangkuhan dan merendahkan pendapat
orang lain, berpegang teguh pada tanggungjawab ilmiah ketika mengutip
atau pun melontarkan kritik, menghindarkan diri dari kecintaan terhadap
harta dan tahta, dan berupaya mendapat pahala dari Allah.
Jika persembahan terbaik Al-Khawarizmi dalam bukunya Al-Jabr
wa Al-Muqabalah terletak pada penemuturnya terhadap ilmu Al-Jabar,
teori tentang dua kesalahan, yang sering dikatakan sebagai piranti
utama dalam analisa ilmiah dan matematika, maka ia juga berkontribusi
dalam merumuskan prinsip-prinsip ilmu eksperimen modern dengan
menggunakan contoh-contoh matematika dan memanfaatkan berbagai
bukti ilmiah.
Dari keenam bentuk standar Al-Jabar yang dinisbatkan kepadanya
semua kalkukasi Al-labr wa Al-Muqabalah oleh Al-Khawarizmi, maka dalam
kesempatan ini kami hanya mengemukakan salah satu dari keenam bukti
yang dikemukakan Al-Khawarizmi itu. Bukti yang dimaksud ini yaitu apa
yang dikenal dengan persamatrn Al-Khawarizmi dengan bentuk CP+10 O
=39.
Al-Khawarizmi menggambar persegi empat A B C D, dimana
panjang rusuknya ini yaitu G. Kemudian setengah koefisien Sin adalah
lima. Dari bentuk tersebut, lalu ia menggambar dua rusuk D J = B Q = 5.
Dari perhitungan ini, maka luas persegi empat A B C D dan dua rusuk
persegi panjang D H E J, B H I Q mencapai tiga puluh sembilan. Untuk
mencapai persegi empat yang sempurna dengan luas lebih besar, maka
tinggal sebuah persegi empat dengan ukuran dua puluh lima. Dengan
demikian, maka Al-Khawarizmi berhasil menyelesaikan persamaannya
dengan menyempumakan segi empat dan menambahkan 2lpada kedua
sisi persamaannya sehingga menjadi:
CP+10 0+25=39+25=64 dan dihasilkan: (0+512=64, yang berarti bahwa
O+5=SsehinggaO=3.
Para pakar matematika berupaya mempelajari persamaan-persarnaan
Al-Khawarizmi ini, kemudian mengembangkan dan mengeneralisasikannya.
Umar Al-Khayyam banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan Aritmatika dan Al-Jabar. Dalam hal ini, ia
menulis sebuah artikel penting, yang membahas tentang persamaan tingkat
dua dan empat.
Adapun sistem dua kesalahan yang diciptakan Al-Khawarizmi untuk
mendapatkan akar yang sesunggutmya dan mendekati persamaan linear
ini yaitu A Sin+B= Nol
Sistem ini telah mengilhami seorang ilmuwan Jepang bernama
Seiki Kawa dalam menemukan batasan-batasan dan membantu
Bahauddin Al-Amili dalam menemukan Sistem Timbangan. Dan kami
akan mengemukakan secara lebih mendetail tentang semua itu dalam
pembahasan berikutnya.
Dengan demikian, buku Al-labr wa Al-Muqabalah merupakan buku
yang luar biasa dan sangat berpengaruh bagi generasi berikutnya hingga
beberapa abad lamanya. Bahkan bangsa Eropa menjadikannya sebagai
referensi utama dan materi penting di universitas-universitas mereka
hingga abad keenam belas Masehi setelah diterjemahkan dalam bahasa
Latin pada abad kedua belas Masehi oleh Adelar Gerard Cremona dan
Robert Cestre.
Pada tahun 1937 M, dua orang dokter Ali Musthafa Musyarrafah
dan Muhammad Mursi Ahmad melakukan penelitian dan berupaya
menjelaskan sebuah naskah dari manuskrip yang ditemukan di Oxford
tahun 1831 M. Buku Al-labr wa Al-Muqabalah ii mendapat banyak komentar
dan penjelasan yang dilakukan para ilmuwan dalam peradaban Islam, yang
memfokuskan perhatian mereka pada pengembangan ilmu ini, menulis
dan menambahkan sesuatu yang baru padanya. Di antara mereka itu
ini yaitu Abu Al-Wafa' Al-Bujazani, Abu Bakar Al-Kurkhi, Nashiruddin AthThusi, Baha'uddin Al-Amili, Umar Al-Khayyam/ As-Samual Al-Maghribi,
Abdullah bin Al-Hasan Al-Hasib, Misan bin Al-Fath Al-Harani, dan Ibnul
Yasmin, serta yang lain.
Ketika bangsa Barat mempelajari informasi-informasi matematik ini,
maka mereka menjadikannya sebagai materi utama perkuliahan mereka.
Bahkan tokoh-tokoh dan Ilmuwan terkemuka seperti Leonardo Al-Pizawl
Tartajalia, Kardan, Ferari, dan lainnya menjadikannya sebagai prinsip dasar
bagi pengembangan tema-tema Al-Jabar yang tingg dan demi kemajuan
Al-]abar modern.Karya Al-Khawarizmi tidak terbatas pada Al-Jabar dan Aritmatika,
melainkan juga melakukan riset dalam bidang geometri dan trigonometri
(perhitungan segitiga), mendefinisikan satuan luas, merumuskan luas
bidang yang rata, benda-benda, luas lingkaran dan potongan dan
menjelaskan juga tentang hukum volume, meneliti tentang segitiga dan
menentukan nilai kalkulasi dengan sangat cermat.
2. Buku AI-Ushul Al-Handasiyah (Elements Geometri Euclides), karya:
Euclides.
Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Hunain bin Ishaq,
hingga menorehkan keberhasilan gemilang dan memberikan kesempatan
kepada seluruh generasi sesudahnya untuk mengenali salah satu cabang
ilmu matematika, yang berinteraksi dengan titik, garis, bidang permukaan
dan kekosongan/ yang dimaksudkan untuk mempelajari bentuk-bentuk
dari segi volume dan luasnya.
Al-Hajjaj bin Yusuf bin Mathar yang hidup pada masa pemerintahan
khalifah Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmury mencanangkan penerjemahan
dan mengomentari buku Al-Ushul Al-Handasiyah, karya: Euclides sebanyak
dua kali; Yang pertama diberi nama Al-Haruni dan yang kedua dikenal
dengan nama Al-Makmuni.
Buku ini juga diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Abu ArRaihan Al-Bairuni dan ia menulis sebuah artikel yang membahas tentang
penyelesaian permasalahan yang dikemukakan dalam point ketiga belas.
Buku yang ditulis Euclides ini menjelaskan tentang prinsip-prinsip
penting yang dalam masa sekarang kita kenal deng€rn nama Al-Handasah
Al-Iqlidiyyah (Geometri Euclides), yang ditulis dalam lima belas poin!
Empat di antaranya membahas tentang permukaan bidang, satu point
tentang ukuran-ukuran yang berkesesuaiary yang lain tentang hubungan
permukaan bidang yang satu dengan yang lairy tiga point dalam masalah
bilangan, contoh-contoh geometri, sebuah point logika, lima point tentang
benda-benda. Terjemahan Arabnya dibuka di hadapan para ilmuwan
Timur maupun Barat agar mereka menimba ilmu darinya hingga masa
kita seperti sekarang ini.
Buku karya Euclides dalam bidang teknik ini mendapat perhatian
serius dari para matematikaw,rn Arab dan umat Islam. Ada di antara
mereka yang mempelajarinya secara menyeluruh dan kompleks dan
adapula yang merangkumnya ataupun menambahkan teori-teorinya,
memperbanyak bukti-bukti dan metode penyelesaian masalah. Bahkan
adapula yang menulis sesuai dengan metode penulisannya dan berinovasi
dalam beberapa masalah teknik rekayasa yang baru, dimana sebagian di
antara masih dikenal dengan nama penemunya. Misalnya, masalah yang
diteliti Ibnu Al-Haitsam, tepatrya ketika meneliti tentang pantulan cahaya
melalui Geometri. Dalam babAl-Fiziya' atau Fisika kami akan menjelaskan
lebih mendetail.
untuk menjelaskan metode ilmiah dalam sistem penelitian dan cara
berpikir yang dipergunakan para ilmuwan pada masa kejayaan peradaban
Islam, kami akan menjelaskan metode yang mereka pergunakan dalam
memahami teori garis-garis persamaan yang dikemukakan Euclides dan
mencermati perkembangannya di tangan-tangan mereka hingga muncullah
teknik-teknik rekayasa yang berkontradiksi dengan teori Euclides pada
dua abad, delapan belas dan sembilan belas Masehi.
Dalam ushul Al-Handasah (Elements Geometri Euclides), Euclides
menyatakan, "Bahwasanya postulat-postulat ataupun yang menjadi dasar
seluruh ilmu-ilmu teknik adalah:
Kita dapat membuat garis lurus di antara dua titik.
Kita dapat memanjangkan garis lurus dari kelurusannya.
Kita dapat menggambar lingkaran pada titik manapun dan dengan
jarak berapa pun.
sudut-sudut yang tegak lurus secara keseluruhan memiliki ukuran
yang sama.
Apabila sebuah garis lurus memotong dua garis lurus yang lain, maka
dua sudut di dalamnya yang berada pada arahyang sama akan lebih
pendek dari dua sudut yang tegak lurus. sebab dua garis lurus itu
bertemu pada sisi ini jika diperpanjang dari kelurusannya.Dari kelima postulat ini, maka nampak tiga postulat pertama tidak lain
merupakan gambaran geometris bagi garis lurus dan lingkaran. Sedangkan
postulat keempat menyatakan kesamaan sudut-sudut garis tegak yang
menjadi ukuran standar sudut-sudut ini dan dinisbatkan kepadanya.
Adapun postulat kelima, menyatakan sebuah teori yang mempertemukan dua garis lurus yang tergambar di atas sebuah permukaan bidang
jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Kita dapat menjelaskan postulat ini
dengan gambar, dimana A B dan C D merupakan garis lurus yang dipotong
oleh garis lurus ketiga H I dalam dua titik E F. Jika B E F+D F E kurang dari
180 derajaf maka dua garis lurus A B dan C D dipastikan akan bertemu
jika ditarik memanjang dari garis lurusnya itu ke arah E B dan F D.
Jika yang dimaksud dengan postulat ini yaitu pernyataan, ketetapan,
ataupun keharusan yang dapat diterima dan dicema akal sehat tanpa
membutuhkan bukti lebih lanjut, maka pengertian ini dapat diterapkan
pada keempat postulat pertama. Akan tetapi penerapan ini akan
diselimuti dengan kerumitan dan keraguan yang berkaitan dengan
postulat kelima, yang menjadi sasaran kritik para matematikawan sejak
kemunculannya dan mereka menolak untuk memasukkannya sebagai
salah satu dari permasalahan-permasalahan yang boleh diterima secara
aksiomatis tanpa bukti. Terkadang seseor.rng bisa menerima pernyataan
bahwa berkurangnya dua sudut bagian dalam dari dua garis tegak
menimbulkan konsekwensi saling mendekatnya dua garis dari dua sudut
ini. Akan tetapi faktor ini saja tidak cukup untuk memastikan bahwa dua
garis ini harus bertemu dalam suatu titik tertentu. Sebab telah kita
ketahui bersama bahwa di sana terdapat garis-garis geometris dimana
antara yang satu dengan yang lain dapat saling mendekat secara terus
menerus tanpa bertemu sama sekali. Misalnya kelebihan potongan dan
dua garis yang mendekatinya.
Jadi, postulat kelima yang dilontarkan Euclides tidak lain merupakan
asumsi yang lebih bisa dipastikan kebenarannya. Akan tetapi ketika
postulat yang lebih bisa dipastikan kebenarannya.ini dalam ilmu
geometri tidak cukup untuk meyakinkan, maka tidak ada alasan untuklari dari memberikan bukti kebenarannya. setelah penerjemahan buku
karya Euclides ke dalam bahasa Arab banyak ilmuwan yang berupaya
menjelaskan postulat ini dan memberikan bukti padanya seperti AlBairuni, Tsabit bin Qurrah, Al-Hasan bin Al-Haitsam, Umar Al-Khayyam,
Nashiruddin Ath-Thusi, dan Al-Jauhari, serta para ilmuwan lainnya.
Buku karya Ibnul Haitsa'o..syarh Mushadirat Euclides,3a dimana yang
dimaksud dengan Al-Mushadirat ini ini yaitu postulat-postulat. Buku
karyanya Hall syukuk Euclides fi Al-ushul wa syarh Ma'anih, merupakan
k"ryu terbaik yang menimbulkan berbagai diskusi dan perdebatan ilmiah
di berbagai tempat, dan terbukanya pintu gerbang bagi penulisan bukubuku dalam bidang ini.
Ibnul Haitsam mmjelaskan metodenya dalam menulis dan melakukan
riset, sebagaimana yang dikemukakannya dalam pengantar bukunya
Hall syukuk Euclidcs, "semua pengertian yang belum diketahui hakikat
kebenarannya dan karakternya tidak diketahui secara aksiomatis dan
bahkan diragukan dalam beberapa situasi dan kondisi, maka keraguan
pastilah menyelimutinya. Mereka yang menentang dan meragukan
kebenarannya mempunyai strategi yang memuaskan unfuk membongkar
dan mengetahui rahasianya. Terutama ilmu-ilmu logika dan pengertianpengertian yang menjadi bukti kebenarannya. sebab akal dan kemampuan
membedakan antara yang baik dan yang buruk di miliki semua oran&
akan tetapi tidak semua dari mereka itu berada dalam satu tingkatan
pemahaman. Dan tidak seorang pun dari mereka bersedia tunduk kepada
yang lainnya atas klaim kebenarananya melalui analogi.
Klaim yang dilontarkannya itu tidak benar kecuali analogi yang
dilakukannya benar dan rasionalitasnya mulai bekerja dalam dirinya, yaitu
keraguannya terhadap sesuatu yang tertanam dalam akalnya. postulatpostulat dan perkara-perkara aksiomatis itu terbagi dalam tiga kategori;
Perkara yang sifatnya aksiomatis, ymg harus dijelaskan dengan analogi
dan yang dibatasi. sebab semua postulat mengandung keraguan dan
mencederai kebenarannya. Buku yang ditulis Euclides tentang prinsipprinsip teknik rekayasa merupakan tujuanyang menjadi standar danacuan
kebenaran bukti-bukti dan ukuran. Meskipun demikiary banyak ilmuwan
mulai dari zaman klasik hingga kontemporer yang meragukan pengertianpengertian yang terkandung dalam buku ini dan ukuran-ukurannya.
Ibnul Haitsam menulis sebuah artikel khusus yang membahas
teori garis-garis paralel. Kitab ini berisi tentang upaya menjelaskan
dan memberikan bukti postulat kelima yang digagas Euclides dengan
pengertian-pengertian baru.
Kemudian datanglah Nashiruddirt Ath-Thusi pada awal-awal abad
ketiga belas Masehi dan memperlihatkan kepiawaiannya dalam menangani
postulat kelima dari postulat-postulat Euclides. Dan ia juga memberikan
bukti baru yang menyatakan bahwa jumlah ketiga sudut sama sisi sama
dengan dua sudut segitiga sama kaki. Teori ini pun menjadi materi dan
rujukan utama yang dipelajari di universitas di dunia. Para pakar sejarah
menyatakan bahwa itu merupakan periode baru dalam ilmu matematika
modern.
Bukti yang dikemukakan Nashiruddin Ath-Thusi dimulai dengan
menggambar dua tiang penyangga A C dan D B di atas garis lurus A B
dari dua titik A D, dimaa posisi C A=D B, dan keduanya jatuh pada arah
yang sama dari garis lurus A B. Kemudian mencapai dua titik D dan C.
Nahsiruddin Ath-Thusi berupaya memberikan bukti bahwa dua sudut D
CAdanBDCtegaklurus.
Jika diasumsikan bahwa sudut D C A tidak tegak lurus, maka bisa jadi
sudut ini menjadi runcing atau sudut yang bercabang.
Jika sudut D C A runcing, maka sudut C D B akan bercabang atau
terbuka. Hal ini menjadikan garis lurus A C lebih panjang dibandingkan
garis lurus B D. Hasil ini tentunya berkontradiksi dengan asumsi. Sebab
sudut D C A tidak runcing. Jika sudut D C A terbuka atau bercabang,
maka sudut C D B akan runcing. Hal ini menjadikan garis lurus C A lebih
pendek dibandingkan garis lurus B D. Hasil ini tentunya berkontradiksi
dengan asumsi. Sebab sudut D C A tidak terbuka atau bercabang. Dengan
demikian, maka Nashiruddin Ath-Thusi mencapai kesimpulan bahwa
sudut D C A haruslah berupa sudut yang tegak.
Dengan menggunakan metode yang sama, ia juga mencapai sebuah
kesimpulan bahwa sudut C D B harus tegak. Karena itu, diambil kesimpulan
bahwa keempat sudut dari persegi empat A B D C semuanya tegak. Dengan
demikian, maka keseluruhan sudut segitiga sama dengan dua sudut yang
tegak. Di samping itu, dua segitiga A B D dan A C D berkesesuaian. Ia juga
menyimpulkan bahwa keseluruhan sudut dari kedua segitiga ini sama
dengan setengah dari jumlah sudut persegi empat A B D C.
Para pakar sejarah ilmu matematika mengakui bahwa bukti
matematika yang dikemukakan Nashiruddin Ath-Thusi merupakan titik
tolak perubahan dalam perkembangan ilmu teknik dan munculnya teknik
baru yang berkontradiksi atau berbeda dengan teori Euclides. Teori baru
ini sekarang memainkan peran penting dalam mempelajari ruang angkasa
secara natural dan penjelasan-penjelasan tentang teori relatifitas setelah
dikembangkan oleh Lopashovski dari Rusia tahun 1793-7856Mdan Rieman
dari Jerman tahun 7826 - 1866 M dan lainnya.
Geometri mendapatkan perhatian serius di kalangan ilmuwan Arab
dan Muslim dengan berbagai spesialisasi mereka. Al-Kindi seorang filosof
Arab bersepakat dengan Plato, yang menyatakan bahwa manusia tidak
dikatakan sebagai seorang fisolof jika belum pernah mendalami ilmu
geometri. Karena itu, Al-Kindi menerjemahkan berbagai karya ilmiah dari
para ilmuwan Yunani dan ia menjelaskan bahwa bukti-bukti itu merupakan
prinsip dasar matematika. Di samping itu,iajugamenulis berbagai artikel
dalam geometri; Sebuah artikel dalam ilmu geometri parabolik, sebuah
artikel tentang bentuk-bentuk bulat, sebuah artikel geometri bidang, dan
sebuah artikel tentang tujuan-tujuan buku Euclides. Di samping itu, ia juga
merupakan orang pertama yang meneliti ilmu harmoni, karena berkaitan
erat dengan matematika. Dalam bidang ini, ia menulis beberapa buku
dan artikel, yang di antaranya: Ar-Risalah Al-Kubra fi At-Ta-lif Al-Musiqi,
Ar-Risalah fi Tartib Al-Nagham, Ktab Al-Madkilul lla Al-Musiqi, darr Risalah
fi Al-lqa'.Al-Hasan bin Al-Haitsam pemilik beberapa karangan dan karya
ilmiah dalam ilmu geometri -sebagaimana komentar Ibnul Qafathimerupakan ilmuwan terkemuka dalam masalah ini dan sangat menguasai
seni-seninya, mendalami lika-liku, kerumitan, pengertian-pengeriannya
dan berpartisipasi dalam mengembangkan ilm-ilmu para ilmuwan klasik,
hingga banyak ilmuwan yang berguru padanya dan memanfaatkan karyakarya ilmiahnya.
DR. Ali Musthafa Musyarrafah mengomentari buku Ibnul Haitsam
yang berjudul Hall Syukuk Euclides,3s "Bagi mereka yang membaca
buku Ibnul Haitsam dalam memberikan solusi keraguan Euclides akan
mendapati ketelitian sang penulis dalam berpikir dan pendalamannya
dalam melakukan penelitian, serta bebas dalam menentukan kesimpulan.
Pembaca juga akan mengetahui sebuah kebenaran yang menyatakan
bahwa Al-Hasa7 bin Al-Haitsam benar-benar memahami arti penting
Geometri Euclides bagi ilmu-ilmu matematika, yaitu studi secara
sistematis mengenai berbagai hubungan dan ukuran-ukuran tempat
dari sudut hubungan atau ukuran-ukuran tanpa memperhatikan apakah
hubungan ataupun ukuran-ukuran ini menunjukkan berbagai
eksistensi. Al-Hasan bin Al-Haitsam memperlihatkan dirinya sebagai
pakar matematika sejati dengan pengertian yang sesungguhnya dan
dengan kriteria-kriterianya."
Di antara karya-karya tulisnya dalam geometri ad alah Al-Muldttashnr fi
IlmHandasahEuclides, Kitab At-TahlilwaAit-Tarakib Al-Handnsiyah, Khmtrutash
Al-Mutsallats min lihah Al-Amud, dan Masahah Al-Muj assamat Al-Mukafa' ah.
Di antara karya-karya ilmiah yang menumental dalam bidang
geometri pada masa kejayaan Islam, kita dapat menyebutkan beberapa di
antaranya s epern Kitub Al-Mnsahah wa Al-Handasah, k ary a: Abu Kamil Syuja'
Al-Hasib Al-Mashr, Kitab Asy-Syakl Al-Handasi, karya: Muhammad bin
Musa bin Syakt, Kitab Fi lstilhraj Al-Masa'il Al-Handasiyah, karya: Tsabit bin
Qurrah, Kitab fi Al-A'mal Al-Handasiyah, karya: Abu Al-Wafa' Al-Buzajani,
dan Tahrir Euclides, kary a; Nashiruddin Ath-Thusi.
3. Buku AI-Bahir fiAl-Hisab zoa Al-labr wa Alaqatuhumabi Al-Handasah,
karya: Samuel bin Yahya Al-Maghribi.
Manuskrip buku ini diterbitkan di Syiria, yang mempersembahkan
salah safu dari simpanan warisan ilmiah peradaban Islam dan mengenalkan
kepada mereka tentang seorang pakar matematika terkemuka dan
menduduki tempat terhormat di kalangan ilmuwan Arab dan umat Islam.
Adapun penulis buku ini, maka sahabatnya bernama Jamaluddin AlQufthi mengatakan, "[a datang dari Andalusia ke wilayahTimur, membaca
berbagai hikmah, mendalami ilmu-ilmu matematika, mengembangkan
dan memperkuat prinsip-prinsip dan manfaatnya, serta memperlihatkan
kelangkaan atau arti pentingnya. Dalam hal ini, ia mempunyai beberapa
karya ilmiah sebagaimana ia juga menulis beberapa buku dalam bidang
kedokteran."
Samuel pada awalnya merupakan seorang Yahudi lalu masuk Islam
dan menjalankan agama barunya ifu dengan baik, serta menulis sebuah
buku yang mengemukakan beberapa kejahatan bangsa Yahudi, mendustakan propaganda mereka dalam Taura! dan memperlihatkan naskah-naskah
yang mengalami penyimpangan dan penggantian. Ia sangat piawai dalam
mengumpulkan bukti-bukti dari semua materi tersebut.
Samuel meninggal dunia di Al-Maraghah di Azerbaijan tahun lima
ratus tujuh puluh Hijriyah atau 11,75 M.
Adapun mengenai bukunya ini, maka Samuel menjelaskan bahwa
ia mengumpulkan prinsip-prinsip ilmu Al-Jabar, Al-Muqabalah atau
perbandingan, Aritmatika. Ia juga melengkapi dengan bukti-bukti bagi
yang belum memiliki bukti dan kemudian menyempumakannya dengan
melakukan berbagai inovasi dan penemuan-penemuan baru dengan
mengembangkan ilmu-ilmu yang telah dikuasai orang lain. Ia juga
memberikan penjelasan logis terhadap perkara yang diyakini Pythagoras
sebagai pengetahuan yang diperolehnya dari wahyu atau intuisi. Dalam
hal ini, ia menampilkan ilmu-ilmu dengan lebih bersih dan terbebas dari
berbagai ketida$elasan. [a iuga tidak mencampur adukkan pendapatnya
dengan pendapat para ilmuwan pendahulunya. Dalam buku ini, ia
membagi pembahasan dalam empat point, dimana masing-masing artikel
memilii pengertian yang berdiri sendiri.
Sebelum Samuel, sejumlah ilmuwan besar matematika menulis
tentang Aritmatika, Aljabar, dan geometri, yang dipelopori oleh AlKhawarizmi, yffiB mampu menyelesaikan atau memberikan solusi bagi
berbagai permasalahan teknik dengan metode Aljabar. Dalam hal ini, ia
menulis sebuah buku dalam Aritmatika yang dianggap sebagai karya
pertama dalam bidang ini dari segi klasifikasi tema pembahasan dan materi
ilmiahnya. Di samping itu, buku ini juga merupakan buku pertama dalam
bidang Aritmatika yang ditransformasi bangsa Eropa ke dalam bahasabahasa mereka. Kegiatan ini berlangsung selama beberapa abad lamanya
hingga menjadi referensi utama bagi para ilmuwan, saudagar, dan para
akuntan.
Buku tentang ilmu hitungyang ditulis Al-Khawarizmi ini membukdkan
bahwa bangsa Arab telah mengenal bilangan-bilangan khusus dengan
berbagai jenisnya, dan mereka memiliki berbagai penemuan mengenai
masalah-masalah yang mencerdaskan otak dan memperkuat pemikiran.
Buku ini juga memperlihatkan metode dan strategi pendekatannya
yang luar biasa dalam melakukan operasi Aritmatika; dimana mereka
mempergunakan berbagai metode dan strategi setiap kali melakukan
kalkulasi sesuai dengan fase-fase pertumbuhannya.
Anehnya, para ilmuwan dan pengajar modern menyarankan agar
menggunakan perkalian Al-Khawarizmi, yang menggunakan jaringan di
berbagai sekolah dasar karena mudah dipahami danmampu dicerna para
siswa pada fase ini sehingga mendorong mereka untuk mendalaminya.
Kata Kluwaizmiyy ah pwrkemudian pada masa sekarang dipergunakan
untuk mengungkapkan piranti apa pun yang memiliki garis-garis tertentu
untuk mencapai sebuah hasil.
Berdasarkan perkalian gaya Khawarizmi dengan cara mempergunakan
jaringan, maka hasil perkalian dari 942X245 rntsalnya ini yaitu sebagaimana
nampak kita lihat dengan jelas dalam gambar berikut:
Ketika terjadi proses perkalian, dimana satuan terletak di atas garis
diagonal sedangkan puluhan berada di bawahnya, maka hasil perkalian
ini yaitu 230790, yang dihasilkan dari mengumpulkan bilangan-bilangan
yang terdapat di antara setiap dua garis diagonal secara berturut-turut.
Beginilah masyarakat belajar tentang prinsip-prinsip Aritmatika,
bilangan, proses perhitungan Aritmatika dari buku yang ditulis AlKhawarizmi, yartg menggunakan angka-angka Arab dan pecahan biasa
serta notasi desimal, sebagaimana mereka mempelajari prinsip-prinsip
Aljabar dari Al-labr wa Al-Muqabalalt.
Karya-karya ilmiah Al-Khawarizmi senantiasa menjadi pusar
perhatian dan tidak pernah padam bagi generasi sesudahnya.
Barangkali ilmuwan yang paling muda atau lebih mendekati zaman
modem ini yaitu Baha'uddin Al-Amili, yang hidup pada permulaan abad
ketujuh belas Masehi dan menelurkan beberapa karya ilmiah, baik berupa
buku-buku maupun artikel yang jumlahnya lebih dari lima puluh buah.
Sebagian besar dari karya-karyanya ini menjadi referensi utama di berbagai
universitas di dunia. Misalnya, Kitab MulakhWtash Al-Hisab wa Al-labr wa
Al-Muqabalah, dan sebuah artikel berjudul Risalahfi Al-Jabr wa Alaqatuhbi
Al-Hisab.
Karya terpopuler Baha'uddin Al-Amili ini yaitu Al-I(hulashah fi Al-Hisab,
dimana ia mengomentarinya dengan mengatakan, "Aku menuangkan
dalam artikel-artikel ringkas dan bahkan mutiara yang indah ini mengenai
hukum-hukum ilmu Aritmatika terbaik, yang hingga sekarang belum
disatukan dalam sebuah buku maupun artikel. Karena itu, kenalilah
dan jangan segan-segan meminta maharnya yang mahal, dan cegahlah
dari orang-orang yang tidak berkompeten. Janganlah kamu tergesa-gesa
dalam mempelajarinya, kecuali senantiasa menjaga semangabrya. Jangan
pula mengajarkannya kepada para pelajar yang berkarakter pemalas
agar mutiara itu tidak dikalungkan pada leher anjing-anjing (orang yang
bermalas-malasan dan berpangku tangan). Sebab ilmu ini menuntut
perlindungan dan penjagaan serta merahasiakannya dari orang-orang
yang tidak bertanggungjawab agar lebih bermanfaat bagi orang-orang
pada masanya."
Buku ini dibagi dalam sepuluh bab:
Bab Pertama: Mengenai hitungan bilangan bulat.
Bab Kedua: Mengenai hitungan pecahan.
Bab Ketiga: Mengenai konklusi dari bilangan-bilangan yang tidak
dikenal dengan empat bilangan yang sesuai.
Bab Keempat Mengenai konklusi dari bilangan-bilangan yang tidak
dikenal dengan hitungan paradoks matematika.
Bab Kelima: Mengenai konklusi dari bilangan-bilangan yang tidak
dikenal dengan metode yang berkontradiksi.
Bab Keenam: Mengenai jarak atau area.
Bab Ketujuh: Mengenai jarak yang dipengaruhi berat bumi.
Bab Kedelapan: Mengenai konklusi dari bilangan-bilangan yang
tidak dikenal dengan metode Al-|abr dan Al-Muqabalah (Pertemuan dan
perbandingan).
Bab Kesembilan: Mengenai prinsip-prinsip dan manfaat penting
Aritmatika.
Bab Kesepuluh: Mengenai masalah-masalah yang terpisah-pisah
dengan metode yang berbeda-beda, yang mampu mempertajam daya
pemikiran para pelajar dan latihan-latihannya untuk mendapatkan segala
sesuatu yang diinginkan.
Bukrt Khulashah Al-Hisab ini diterbitkan pada abad kesembilan belas
di Kalkuta dan Berlirg dan diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa
karena mengingat arti pentingnya, memuat tentang perkembangan metodemetode matematika, penjelasan mendetail tentang ilmu-ilmu Aljabar dan
jarak, dan kepionerannya dalam bidang matematika pada masa-masa
terakhir kejayaan peradaban Islam.
Di sana terdapatbeberapa buku lainnyayang tidak kalahpentingnya,
yang berkontribusi dalam memajukan pemikiran dan peradaban manusia
dibandingkan contoh-contoh buku-buku dan karya ilmiah lainnya
sebagaimana yang telah kami kemukakan. Misalnya Kitab Tallhish A'mal
Al-Hisab, karya: Abu Al-Abbas Abu Al-Bina' Al-Marakisyi, Kitab Miftah
Al-Hisab, karya: Ghiyatsuddin Al-Kasyi, Kitab Al-lami' ft Ushul Al-Hisab,
karya: Al-Hasan bin Al-Haitsam, Al-Muqni'fr Al-Hisab, karya: AlQadhi
An-Nasawi, beberapa karya tulis Al-Fakhri, Al-Kafr dan Al-Badi', karya:
Abu Bakar Al-Ki4i, dan lainnya.
Di samping itu, beberapa karya ilmiah dalam Aritmatika memainkan
peran signifikan dalam menemukan logaritma, merumuskan tabeltabel yang dikemudian hari memberikan manfaat luar biasa dalam
mempermudah penyelesaian berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan bilangan-bilangm besar. Dasar dan ide pemikirannya bertumpu
pada penggantian proses perkalian dan pembagian dengan penjumlahan
dan pengur.rngan, dan mengetahui korelasi antara batasan-batasan integral
dalam geometri dan batasan-batasan integral yang berkaitan dengan
bilangan.
Di antara karya-karya ilmiah ini adalah; Al-lam'wa At-Tafriq,karya:
Sinan bin Al-Fath Al-Harani, dimana dalam buku ini penulis berupaya
menjelaskan proses perkalian dan pembagian melalui penjumlahan dan
pengurangan. Begitu juga dengan Tuhfah Al-A'dadfiAl-Hisab, karya: Ibnu
Hamzah Al-Maghribi, yang meneliti korelasi antara penjumlahan integral
dan penjumlahan geomteri. Bahkan tabel-tabel logaritma yang dikenal
pada masa sekarang, masih menggunakan nama Al-Khawarizmi atau
algoritma dalam sebutan bangsa Eropa. Dan mereka ini yaitu orang-or€u-rg
yang berhutang jasa kepada ilmu Aljabar dan ilmu hitung.
Dari sisi yang lain, umat Islam mengembangkan trigonometri atau
rumus segitiga dan hukum-hukumnya. Lihatlah Abu Al-Wafa' Al-Buzajani
yang merumuskan tabel-tabel segitiga, Ibnu Yunus Al-Mashri yang
menemukan sebuah hukum penting tentang perhitungan segitiga, dimana
dengan hukum ini memungkinkan perubahan proses perkalian menjadi
penjumlahao yaitu: Gita A dan Gita B= l/zlGlta (A+B) + Gita (A-B)1.
Al-Kasyi juga memperkaya pengetahuan tentang ilmu hitung dengan
menemukan perubahan bilangan pecahan biasa menjadi bilangan pecahan
desimal, penggunaan pemisah yang memudahkan penghitungan hingga
dikemudian hari memiliki peran penting dalam ilmu logaritma, membuat
alat-alat berhitung dan calculator modem.
Dengan kenyataan ini, maka jelaslah keteladanan bangsa Arab dan umat
Islam dalam merumuskan prinsipprinsip hitungan logaritrna dan tabeltabelnya yang pada sekarang dinisbatkan secara zhalim kepada John Napier
dan teman sejawatrya Burji danJunter pada abad ketujuh belas Masehi.
4. Buku Syakl Al-Qrtha',n lcaryaiNashiruddin Ath-Thusi, dalam bidang
trigonometri bidang datar dan bulat atau lingkaran.Karya ini merupaka\n buku pertama yang memisahkan trigonometri
dari astronomi, dan dikemudian hari dikembangkan teori relatifitas segitiga
di dalamnya hingga dengan rumusannya sekarang.
Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Prancis, dan Inggris,
dan menjadi referensi utama para ilmuwan Eropa dan referensi umum
bagi mereka yang berupaya memperkata pengetahuan mereka darinya.
Di antara ilmuwan Arab dan muslim yang berkontribusi dalam
pengembangan perhitungan atau rumus segitiga ini yaitu Abu Al-Wafa'
Al-Buzajani, yang menemukan metode pembuatan tabel-tabel sinus dalam
segitiga sama sisi dan memberikan sinus setengah derajat bagi delapan
angka desimal serta merumuskan tabel-tabel bagi nilai tangens yang
dimasukkannya bersama nilai kosekn ....f
Dari penjelasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa ilmu-ilmu
matematika memiliki peran penting dalam warisan budaya dan peradaban
Islam, yang layak mendapat perhatian dan diteliti lebih jauh oleh para
ilmuwan agar dapat mengungkapkan lebih banyak lagi teori-teori dan
pemikiran matematik yang dipersembahkan para ilmuwan Arab dan
umat Islam disamping ilmu-ilmu Aljabar, Aritmatika, geometri, dan
trigonometro, setelah dikagumi para ilmuwan Barat. Para Ilmuwan Arabmuslim ini mendapatkan kesaksian tegas dari para pakar sejarah ilmu
pengetahuan atas berbagai inovasi dan kontribusi mereka dalam ladang
matematika dan mengembangkan pengertian-pengertian matematika dan
memajukannya, baik secara teoritis maupun ilmiah.
Keistimewaan pertama yang membedakan kontribusi peradaban
Islam dalam perkembangan pemikiran matematika dibandingkan yang
lainini yaitu pemanfaatan mereka secara langsung terhadap sisi ilmiah dan
praktis dari teori-teori bilangan, Aritrnatika, geometri, Aljabar, dan segrtiga.
Bahkan semua ini merupakan tujuan yang membantu pengembangan
teori-teori ini sebagaimana yang telah kami kemukakan sebelumnya.
Semua itu didorong oleh upaya mereka mendapat ridha Allah dan utusanNya dalam bermuamalah dan ibadah sesuai denga yang diajarkan dalam
Al-Qur'an. Karena itu, tidaklah aneh jika warisan ilmu matematika
dipenuhi dengan berbagai karya ilmiah yang membahas tentang wasiat,
muamalalu penenfuan awal bulan, menentukan arah kiblat, meneliti
berbagai keistimewaan dan keajaiban Al-Qur'an yang suci, menerapkan
teori-teori matematika dalam kehidupan ilmiah dan berbagai piranti yang
diperlukan para pengarang dan peneliti dalam ilmu hitung, dan yang
dibutuhkan insinyur dari ilmu tehnik, dan lainnya.
Di sana terdapat sejumlah ilmuwanyangberupaya keras mendalami
cabang ilmu ini secara khusus seperti lbnul Ha'im Al-Fardhi, yang
memfokuskan perhatian dan penelitiannya pada ilmu hitung dan fara'idh.
Dan dari sinilah julukannya.
Begitu juga dengan Al-Hasan bin Al-Hai