tsam, yang memfokuskan
studi dan penelitiannya pada geometri praktis, sehingga kemudian dikenal
dengan Al-Muhandis atau insinyur. Dalam hal ini, ia menulis beberapa
buku dan artikel, yang di antaranya Knifiyah lstikhraj Snmmat Al-Qiblah
fi lami' Anha' Al-Alam, Ilm Al-Handasah wa Al-Mutsallatsat wa Hisab AlMu' amalat, Ma T ad' u llaih Haj ah Al-Umur Asy -Sy ar' iyy ah min Al-Umur AlHandasiyah, Ktab At-Tahlil wa At-Tarakib Al-Hanilasiyah, dan sebuah buku
yang menjelaskan tentang bentuk-bentuk bangunan dan menggali semua
bentuk geometri, termasuk di dalamnya bentuk-bentuk irisan kerucut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan geometri sangat berpotensi dalam
memajukan teknologi tehnik dan arsitektur, yang tercermin dalam berbagai
'ffi \NBuNN\ r*ua.sImq Onul m;ius.mm;iO ymg Uss{snils'
subur dan berkembang di Timur dan Barat. Bangsa Barat senantiasa
terpesona dengan rancangan bangunan dan berbagai hiasannya serta
kecermatan penerapan dan ketelitian bentuk-bentuknya. Di samping itu,
teknologi ini sangat membantu tehnik pertanian karena aktifitas
pertanian dan pembagian air membutuhkan pengetahuan yang cermat dan
penuh ketelitian mengenai permukaan tanah, kerendahannya, volume air
dan kecepatan alirannya, materi-materi bangunan dan selektifitasnya untuk
membuat bendungan-bendungan, dan mengendalikan distribusi airnya.
Di sisi lain, studi-studi mengenai teori ilmu-ilmu matematika pada masa
kejayaan peradaban Islam memiliki karakteristik tersendiri karena dilakukan
sesuai dengan metode ilmiahyangbernr, yang bertumpu pada metode induktif
dalam mencapai prinsip melalui pengamatan-pengamatan intensif. Metode
ini nampak jelas pada ilmu Aljabar, yang digagas oleh Al-Khawarizmi ketika
berupaya merumuskart persarnaan Aljabar, yang berfungsi untuk mencapai
solusi-solusi khusus bagi masalah-masal"h y*g serupa.
Kemudian datanglah para pakar matematika sesudahnya dan
melakukan pengembangan terhadap persamaan-persamaan Al-Khawarizmi
dan mengeneralisasikannya. Upaya ini bertumpu pada sebuah postulat
bahwa kesatuan tema Aljabar ini yaitu universalitas proses matematika dan
bukanuniversalitas eksistensi matematika, baikberupa garis-garis geometris
maupun angka-angka bilangan.
Jika Tsabit bin Qurah mampu mengeneralisasikan teori $thagoras
terhadap semua segrtiga dan berhasil merumuskan sebuah hukum bagi
bilangan harmonis, maka Al-Karji menemukan hukum universal yang
sekarang ini dikenal untuk menyelesaikan persarnaan-persamaan tingkat dua.
Sedangkan Al-Khayyam berhasil menyusun dan menyelesaikan
persamaan-persamaan derajat ketiga dan keempat. Ia mendefinisikan
Aljabar sebagai ilmu persamaan. Metode ilmiah yang dipergunakan para
ilmuwan Arab-muslim ini menggunakan model pemikiran matematika
hingga pada akhir abad kedelapan belas Masehi mereka berhasil menemukan persamaan konversi yang menghubungkan antara koordinat posisi
dan koordinat dari jarak umum, dimana jarak-jarak ataupun sudut
ataupun kuanta berkaitan serat dengan jarak-jarak dan sudut yang lain.
Kemudian muncul pula persamaan Lagrangean dan persamaan Hamilton
yang pada masa sekarang memiliki keistimewaan karena penggunaannya
yang mudah dalam pengambilan kesimpulan dan menyelesaikan berbagai
masalah ilmiah dan korelasinya dengan teori dan penerapan ilmu-ilmu
mekanika kuantum, mekanika statika/statistika, mekanika benda langft,
kahrodinamika, dan lainnya.
Beginilah peradaban Islam memiliki kontribusi yang luar biasa
dalam memperkaya pemikiran matematika dengan mempersembahkan
sendi-sendi terpenting bagi kemajuarr dan kejayaannya. Sendi-sendi
yang dimaksud ini yaitu memberikan perhatian serius terhadap studi dan
penelitian ilmiah serta penerapannya, disamping mempelajari berbagai
teori berdasarkan prinsip ilmiah yang benar dan bertumpu pada metode
eksperimen induktif. Karena itulah, maka tidak mengherankan jika warisan
budaya dan peradaban Islam dipenuhi dengan berbagai teori dan pemikiran
matematika yang orisinil, dimana para pakar sejarah bersepakat tentang
arti pentingnya dan menjadi pijakan utama para reformis sesudahnya.
Dalam kesempatan ini, kami dapat mengemukakan beberapa teori
dan pemikiran tersebu!
L. Teori Al-A'dad Al-Mutahabbah (bilangan-bilangan sekawan atau
yang saling berkesesuaian) :37
Yang menyatakan bahwa dua bilangan ini dikatakan serasi jika
kumpulanpecahanatau segmentasi salah satu dari keduanya s€una dengan
bilangan lain.
Bilangan 220 dan 284 misalnya, dikatakan sebagai bilangan yang
berkesesuaian karena jumlah segmentasi bilangan 220 ='1.+2+3+4+5+10+
11+22+20+ M+55+1 1 0= 284
Sedangkan jumlah segmentasi bilangan 284= 1+2+4+71+2+71=220
Pythagoras telah memperkenalkan keduanya. Kemudian pada tahun
1336M, seorang matematikawan Prancis bernama Fermat menambahkan
dua bilangan lagi, yaitu 17296 dan 18416. pada tahun 1638 M, dia
menemukan dua bilangan lagf yaitu 9363584 dan 9437056. pada tahun
1750M, seortrng matematikawanSwiss menemukan lima puluh sembilan
pasangan bilangan yang serasi.
Tiada seorang pun yang menambahkan penemuan-penemuan
ini hingga tahun 7977 M, ketika seor€rng matematikawan Amerika
menambahkan sebuah pasangan lagi.
Kalaulah para ilmuwan Barat mempelajari warisan budaya dan
peradaban lslam, maka tentulah mengetahui bahwa Tsabit bin Qurrah
telah banyak memahami teori ini. Tepatnya ketika ia menemukan sebuah
persamaan umum, yang memungkinkan penggunanya mengetahui
bilangan-bilangan yang saling berpasangan/ yang bisa saja jumlahnya
mencapai jutaan jika menggunakan alat-alat hitung pada masa modern.
Tsabit bin Qurrah juga merumuskan sebuah hukum universal tentang
persegi empat yang membuat pusing para matematikawan dan dianggap
sebagai olah otak. Bangsa India dan Cina senantiasa mempergunakannya
dalam kegiatan astrologL mendatangkan peruntungan, menolak balak dan
berbagai penyakit.
2. Teori Aproksimasi kesalahan: Untuk menemukan akar persamaan:
AO+B=Nol
3. Teori Dzat Al-Hadilafn (Teorema Binomial):
Pakar sejarahwan matematika mengakui bahwa hukum ini memainkan
peran signifikan dalam perkembangan bilangan. Sebagian yang lain
mengakui kenyataanini, ketika ia mengakui bahwa Al-Kasyi telahberjasa
menemukan teori ini dan mengembangkan karaktemya.
ini yaitu salah satu cabang ilmu alam yang didefinisikan Alilmu yang meneliti tentang benda-benda alam dan elemenyang membentuknya dan mengenali segala sesuatu yang meniadi
tempat asal benda-benda dan elemen-elemen yang membentuknya menjadi
tempat kembali dan karenanya dia ada.
Ibnu Khaldun dalam A l-Muqaddimahmendefinisikarurya sebagai ilmuilmu yang meneliti tentang benda-benda dari segi gerak dan diamnya.
Karena itu, ilmu ini meneliti tentang benda-benda langit dan unsur-unsur,
serta segala sesuatu yang terlahir darinya seperti binatang, manusia,
tumbuh-tumbuhan, dan barang-barang tambang, yang terbentuk di dalam
perut bumi seperti mata air dan gempa, dan di udara seperti awan, uap,
petir, kilat, dan lainnya.
Di sana terdapatbeberapa definisi lainnyabagiilmu-ilmu alam, yang
kesemuanya berkisar antara dua pengertian atau definisi sebelumnya.
Akan tetapi timbul pertanyaan mengenai tujuan utama ilmu fisika di
antara ilmu-ilmu alam lainnya?
Jawaban dari pertanyaan ini berbeda-beda dari masa ke masa. Hal
itu disebabkan bahwa ilmu fisika sebagaimana yang kita pahami seperti
sekarang ini berbeda dengan ilmu fisika yang sebagaimana dikenal bangsa
Arab pada masa kejayaan peradaban Islam. Dengan realita ini, maka
pendefinisan danpengertiannya tidak akanccok derrgiFnpeng.r6aryang!
dikenal para ilmuwan klasik itu. Aristoteles misalnya, tidak berbicara
tentang cahaya, suara, asal mula piuras,listrik, ataupun magnet. Padahal
pembahasan-pembahasan ini menjadi cakupan ilmu fisika.Mencari rujukannya dalam kamus-kamus tidak banyak membantu
dalam mendefinisikan fisika. Sebab salah satu kamus mendefinisikan
Fisika sebagai ilmu yang dimaksudkan untuk mempelajari tentang materi,
energi, dan interaksi antara keduanya. Sedangkan kamus-kamus lainnya
memasukkannya dalam konteks ini. Definisi ini sifatnya umum dan masih
misterius karena tidak mencerminkan maksud dan tujuannya sama sekali.
Sebagian kamus yang dikatakan relatif modern menambahkan definisi
sebelumnya, yan9 menjelaskan bahwa fisika mencakup cabang-cabang
mekanika, su:ua, panas, listrik, dan magnet. Akan tetapi meski dengan
tambahan definisi ini belum dapat menjelaskan pertanyaan: Mengapa harus
cabang-cabang ini dan bukan yang lain, yang menjadi cakupan studi dan
penelitian ilmu fisika?
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian harus dilakukan
melalui pintu gerbang lain untuk mendefinisikan fisika. Bisa jadi kita akan
mendapatkan pintu gerbang ini dengan melontarkan pertanyaan kepada para
pakar fisika mengenai fokus perhatian atau yang ingin mereka pelajari dan
diteliti. Jawaban mereka ini yaitu bahwasanya mereka berupaya memahami
kaidah-kaidah ataupun hukum-hukum dasar yang mengendalikan
pergerakan atau aktifitas dunia yang menjadi tempat hidup kita. Mengingat
aktifitas dan perhatian mereka senantiasa berubah dan berpacu dengan masa,
maka pendefinisian ilmu yang bersifat mendasar yang dikenal dengan fisika
juga harus berubah seiring dengan perkembangan zaman dengan segala
perubahannya. Bukti dari pemyataan ini ini yaitu bahwasanya banyak
cabang-cabang fisika yang eksis hingga sekarang tidak terpikirkan sama
sekali sejak satu hingga dua generasi sebelumnya.
Disamping itu, sebagian tema yang sekarang ini masih berada di
bawah naungan ilmu kimia atau ilmu tehnik sebelumnya pemah menjadi
salah satu tema ilmu fisika. Hal itu terjadi karena para pakar fisika
terkadang mengundurkan diri dari bidang tertentu setelah mengetahui
hukum dasarnya dengan meninggalkan atau membiarkan para pakar
lainnya menambah dan mengembangkannya serta menerapkannya dalam
kehidupan praktis.
Mendefinisikan fisika sebagai ilmu yang dimaksudkan untuk
mempelajari hukum-hukum dasar, yang mengendalikan pergerakan
realita alam inilah yang menjelaskan tentang adanya perhatian para
pakar spesialis cabang ilmu pengetahuan yang lain terhadap ilmu fisika;
tidak hanya terbatas pada para spesialis di cabang-cabang ilmu alam
saja, akan tetapi meskipun bagi orang yang belajar sejarah dan filsafat
ketika mereka bersinggungan dengan hubungan perkembangan berbagai
aktifitas manusia atau menjelaskan pengertian-pengertian ruang kosong
dan waktu. Karena itu, nampak jelas arti penting sisi sejarah dan filosofis
bagi fisika dalam kaitannya dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan
serta penanganannya dengan prinsip-prinsip ilmiah. tr
A.sAL-MULA Ftstre r>
KHAZANAH PENNOEBAN
Manusia mengenal berbagai sisi ilmiah dari fisika hinggd
masih hidup secara natural, dengan berupaya memanfaatkan berbagai
sumber daya alam dan mengendalikannya demi memenuhi keinginan dan
kepentingan-kepentingannya.
Manusia telah mendapatkan petunjuk dengan menyalakan api
untuk memasak makanary menghangatkan tubuh, dan menerangi guagua yang digunakannya sebagai tempat tinggal. Manusia berinteraksi
denganbebatuan besar dengan menggerakkan dan memindahkannya dari
satu tempat ke tempat lainnya untuk dijadikan sebagai peralatan makan
dan minumnya atau digunakannya untuk memotong, membelah, dan
melobangi, serta membuat persenjataan sederhana.
Ketika manusia mengalami kemajuan hingga mencapai dasar
pengetahuan yang sesungguhnya dan memasuki periode sejaratr, maka
mulai mencari faktor-faktor yang mendukung kemajuan peradaban, seperti
di Mesir, daerah di antara dua sungai, India, dan Cina hingga memiliki
beberapa pengetahuan dan persepsi mengenai fenomena-fenomena
alam yang berkaitan dengan hidupnya dan kebutuhan-kebutuhannya,
memperoleh pengalaman ilmiah dalam membuat berbagai peralatan yang
memudahkan untuk memanfaatkan fenomena-fenomena alam tersebut,
saling bertukar pengalaman ini dan mentransformasikannya dari bangsa
yang satu kepada bangsa yang lain dan dari satu peradaban ke peradaban
lainnya melalui petualangan-petualangan dan ekspedisi untuk bemiaga
maupun berperang.
Ketika bangsa Mesir kuno menggunakan katrol, dengan berbagai
bentuknya seperti dayung, shadoof, dan water pas, atau ketika bangsa
Babilonia menggosok barang-barang mineral, dan melapisi bejana-bejana
yang terbuat dari tembaga dengan menggunakan lempengan logam untuk
mencegah karatan, atau ketika bangsa Yahudi mencampurkan tembaga
dengan lempengan-Iempengan logam untuk menghasilkan tembaga
berwama kuning, maka pada dasarnya mereka itu melakukan aktifitas yang
berkaitan dengan ilmu fisika. Bersamaan dengan berjalarurya waktu, maka
fisika mengalami perkembangan pesat dan berpacu dengan perkembangan
pemikiran manusia hingga pengertiannya mengkristal untuk pertama
kalnya pada masa peradaban Greece atau Yunani Kuno yang menjadi
saksi'terlahir'nya ilmu dan filsafat dari segi pembentukan teorinya yang
bertumpu pada metode logika mumi; sebab materi eksperimen ilmiah telah
terbentuk sebelumnya dalam peradaaban-peradaban Timur.
Kami perlu menjelaskan yang demikian itu karena khawatir jika
kata Terlahir dipahami bahwa ilmu Yunani merupakan cikal bakal ilmu
kontemporer dan titik tolak perkembangannya. Hal ini sebagaimana
pendapat yang banyak diungkapkan para pakar sejarah yang tertipu
dengan semua itu.
Akan tetapi peneliti yang obyektif tidak mungkin melupakan atau
mengabaikan kemajuan peradaban bangsa kuno sebelum periode Greece
(Yunani Kuno) dan telah ada lebih awal dibandingkan dengannya dalam
kesejarahannya, seperti bangsa Babilonia, Asyuria, dan Mesir. Terlebih
lagi, dapat dipastikan dalam sejarah bahwa Miltos yang merupakan tempat
kelahiran tokoh filsafat Yunani, merupakan pusat pemiagaan bangsa Ionia.
Sedangkan lonia sendiri ketika itu banyak berinteraksi dengan bangsa Mesir
Kuno dan daerah Mesopotamia.
Pada abad keenam Sebelum Masehi, muncul tokoh-tokoh filsafat
terkemuka seperti Tales, Anaximender, dan Anaximenes sebagai tokoh
filosof pertama di Miltos. Hingga kemudian mereka dikenal dengan nama
Malthiyyin atau Ath-Thabi'yyin (Aliran Naturalis). Mereka pun mendirikan
sekolah-sekolah gaya Plato dan Aristoteles yang merupakan generasi
sesudahnya, serta menggunakan metode kemajuan rasionalitas akal
untuk mengungkap prinsip-prinsip yang berkaitan erat dengan berbagai
fenomena alam yang senantiasa berubah.
Para ilmuwan Greece itu sendiri menancapkan kekuatan dan pengaruh
mereka dalam memahami dunia ini sebagai sebuah dunia yang memiliki
hukum akal, yang mengikuti keyakinan tentang kesatuan ciptaan. Mereka
menggunakan metode ini dengan penuh percaya diri dan keberanian, serta
memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa baik dalam menggunakan
asumsi-asumsi ilmiah maupun menggunakan metode logika.
Para pakar sejarah mencatat bahwa hampir tidak ada filosof lonia
yang mendalami beberapa teori geometri dan mendengar bahwa
fenomena-fenomena langit akan melakukan perputaran kembali dari
awal kecuali, ia mempersiapkan diri untuk meneliti tentang hukum
yang melatarbelakanginya di setiap tempat dalam alam ini dan dengan
keberanian yang langka. Ia akan senantiasa berupaya membangun sebuah
aliran pemikiran yang bertujuan mengetahui sistem yang berlaku pada
alam raya ini.
Berdasarkan kenyataan ini, maka tidak mengherankan jika dalam
kurun wakfu dua hingga tiga abad, mereka mamPu menemukan teori
tentang gerhana, bulat bumi, dan hakikat perputarannya layaknya planetplanet yang bergerak lainnya di sekitar orbitnya kecerdasan para filosof
Greece ini secara ilmiah nampak nyata dalam persepsi mereka yang
jelas terhadap berbagai permasalahan yang menjadi perhatian mereka
unfuk menyelesaikan dan mencari kebenarannya, yarrg tersirat dibalik
segala eksistensi. Mereka bertanya-tanya tentang hakikat dasar alam ini
sebagaimana yang nampak oleh manusia. Pertanyaan-pertanyaan ini
mendorong keinginan dan semangatyangkuat dalam diri mereka untuk
menemukan kesatuan yang konstan terhadap bentuk-bentuk alam yang
senantiasa berubah-ubah. Mereka juga meneliti tentang materi inti yang
menciptakan energi dan melahirkan gerakan-gerakannya yang dibatasi
oleh hukum kausal bagi setiap fenomena alam yang bisa dipahami atau
dirasakan oleh panca indera. Materi inti yang mereka jadikan sebagai
tema penelitian, mereka sebut sebagai Fisis atau Fisia. Dari sinilah dimulai
penggunaan istilah Fisika.s
Perlu kami jeraskan daram kesempatan ini, bahwa terjemahan kata
Frsis menjadirhabi'ahatau alam bisa jadi menyesatkan; karena menggiring
persepsi dari metode yang sistematis menjadi natural. Sebab kata Fisis,
senantiasa mengarah pada nama aktifitas atau perbuatan yang berarti
jalan yang sistematis seperti pertumbuhan tanaman misarnya. Berdasarkan
penjelasan tersebu! maka kata Thabi'ah(alam) merupakan terjemahan yang
cocok bagi kata Nature dalam bahasa Inggrrs.
Dengan kata lain, pemikiran ini dimulai dengan pertanyaan rasionar
tentang eksistensi aram, yaitu fisis atau fisia. pertanyaan ini terfokus pada
asal mula rearita aram kita ini. pendapat pun berbeda-beda mengenai asal
mula segala sesuafu. Tales meyakini bahwa segala sesuafu di aram raya ini berasal dari air- sedangkan Anaximender meyakini bahwa materi inti
ini yaitu sebuah materi yang kekar dan abadi, yang tidak terbatas dan bukan
sesuafu tertentu' Maksudnya, tidak terbatas ukuran dan perpanjangannya
serta tidak fana.
Anaximenes menyatakan, ,,Sesungguhnya
udara atau uap merupakan
asal mula segala sesuatu. sedangkan semua materi fumbuh dan berkembang
dari penebalan udara dan unifikasi unsur-unsur yang saling berkontradiksi,
yaitu lembab kering, panas, dan dingin.
Bagaimana pun perbedaan pendapat yang terjadi antar f,osof
Maltha tentang fisika rearita aram ini, akan tetapi mereka memulainya
dari mengamati realita alam dan kemudian mengajukan kesimpulan logis
mengenai gambaran tentang keteraturan aram raya, dimana di daramnya
terdapat sebuah hukum yang komprehensif yang menyerimuti dan
mengendalikan geraknya. sedangkan semua hukum cabang yang terdapat
dalam sesuatu atau fenomena tertentu hanyarah terbentuk dari hukum
utama ini. Karena itu, hukum_hukum ini tunduk kepadanya.Pada saat yang sama dimana teori para ilmuwan Maltha dan Elia
menunggu bentuk finalnya tentang asal mula alam raya ini, maka
Pythagoras dan para pendukungnya di Italia Selatan membangun aliran
filosofis matematia. Para filosof Elia dibawah pimpinan Parmenendes di
Italia Selatan juga mengemukakan teori tentang eksistensi yang kekal, yang
menjadi fokus pemikiran dan juga kesatuan materi fisika realita alam atau
hakikatnya.
Tiga filsafat baik dari Ionia, Pythagoras, maupun Elia melahirkan
beberapa aliran pemikiran pada pertengahan abad kelima Sebelum Masehi.
Ambadocledos merumuskan teorinya, yang menyatakan bahwa realita
dunia fisik tidak berasal dari satu sumber, melainkan materi-materi tersebut
tersusun dari empat unsur utama, yaitu air, udara, tanah atau debu, dan
api. Unsur-unsur ini menyatu dan terpisah melalui cinta dan kebencian.
Akan tetapi unsur-unsur ini tidak akan tergantikan ataupun habis,
dan tidak saling menghancurkan antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan materi antara yang satu dengan yang lain dalam alam raya ini
tidak lain, kecuali dikarenakan sejumlah karakter dari keempat unsur ini
lebih menonjol pada sebagian materi dan berkurang di sebagian yang lain.
Inilah yang dikenal dengan istilah Azh-Zhuhur wa Al-Kumun (timbul dan
tersembunyi).
Adapun Anaxagoras, maka ia menyatakan bahwa fisika alam
merupakan materi-materi inti yang tidak terbilang jumlahnya, masingmasing materi menjaga karakter dan ciri khas masing-masing dan tidak
melebur pada yang lain, sedangkan ar, tanah, dan udara, hanyalah tempattempat penyimpanan bagi materi-materi inti ini, berbagai materi tumbuh
dan berkembang dalam alam raya ini dan terjadinya fusi pada materi-materi
inti dengan bentuk berbeda-beda dan Nous yang merupakan akal atau ruh,
bertanggungjawab menentukan gerakan materi-materi dalam alam raya ini.
Muncul pula teori atom oleh Lokebus dari Malta dan muridnya
Democretos. Dalam teori tersebut, keduanya mengatakan bahwa materimateri itu tersusun dari atom-atom yang sangat kecil, tidak terbagi, dan
tidak terbilang. Semua atom ini sejenis, akan tetapi memiliki perbedaan
volume, bentuk, posisi, dan urutannya dalam materi-materi yang terbentuk
darinya. Teori ini menegaskan realita ruang angkasa dan kekosongannya,
yang menyatakan bahwa eksistensi terbagi dua; materi yang memenuhi
tempat dan tempat tanpa materi. Maksudnya kosong.
Adapun mengenai gerakan materi-materi atau benda-benda ini di
angkasa yang tidak terbatas, maka sifatrya sistematis dan tidak terputus.
Beginilah kita melihat bahwa berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan hakikat realita dunia fisik dalam alam raya ini; Iika satu ataupun
banyak, maka telah ditangani parafilosof Greece dalamsebuah sistemyang
mereka namakan Fisika (Fisis).
Sedangkan yang berkaitan dengan realita dunia siritual, maka
pemikiran para filosof Yunani telirh bangkit setelah mereka mencapai
kesimpulan tentang persepsi alam dengan unsur-unsur materinya. Kami
telah mengemukakan beberapa teori mereka tentang ruh pada pasal khusus
dalam ilmu-ilmu hayat atau biologi meskipun masalah pembedaan antara
materi dan ruh senantiasa menjadi fokus pemikiran para filosof hingga
masa kita sekarang.
Ketika Plato datang, maka ia melontarkan ide tentang Idealismenya
dan menggunakan matematika sebagai piranti mencapai petunjuk dan
dianggapnya sebagai karakter yang istimewa bagi setiap pengetahuan
yang benar. Setelah itu dilanjutkan dengan muridnya bemama Aristoteles,
yang membangun ilmu-ilmu klasik dan merumuskannya secara sistematis
dengan baik. Pemikirannya yang luar biasa menyatukan antara kemampuan
melakukan pengamatan, membangun, dan menjaga fenomena-fenomena
eksperimen, serta memanfaatkan ilmu-ilmu alam, kehidupan, dan
pengalaman sejarah, guna mencapai pengetahuan sejati.
Semua tulisan Aristoteles yang berkaitan dengan ilmu logika disatukan
dalam sebuah kuryu ilmiah spektakuler yang diberi nama The Organory
yang berarti piranti berpikir yang benar perangkatrya. Dalam buku tersebut
terdapat beberapa penelitian tentang Causa Prima yang empat yaitu kesan,
materi, gerak, dan tujuan, studi dan penelitiannya tentang masalah geraksebagai masalah inti dalam fisika dan penjelasannya tentang sistematika
penelitian itmiah dan urutannya. Sebab Aristoteles merupakan ilmuwan
Barat pertama dengan pengertian yang sesunggulurya dari kata ini dalam
sejarah klasik Barat.
Plato dan Aristoteles menolak beberapa pandangan ilmiah yang benar,
yang ketika itu populer pada masanya. Akan tetapi masyarakat lebih senang
mengambil pendapat kedua filosof terkemuka ini meskipun keliru karena
keduanya memiliki kedudukan yang terhormat dan strategis di antara para
ilmuwan. Kondisi yang demikian itu menyebabkan tertundanya kemajuan
teori-teori yang benar selama beberapa abad lamanya.
Dalam hal ini, Aristoteles mengadopsi teori tentang keempat unsur
ini dan menolak teori atom yang pada masa modern dikemukakan
oleh Dalton. Aristoteles mengalami banyak kesalahan dalam teorinya,
yang di antaranya "|ika kita menambang barang-barang tambang yang
terdapat dalam penambangan lalu meninggalkannya selama beberapa
lama, maka penambangan ini akan dipenuhi denganbarang-barang
tambang kembali." Aristoteles juga berpendapa! "Jika kita menjatuhkan
dua benda dengan berat yang berbeda dimana salah satunya lebih berat
dibandingkan yang lain dari tempat yang tinggr, maka benda yang lebih
berat akan sampai ke bumi lebih cepat dibandingkan yang lebih ringan."
Sebagian orang menyatakan bahwa kesalahan teori Aristoteles ini
dikarenakan ia mendasarkan teorinya pada pemikiran metafisika dalam
menafsirkan fenomena-fenomena alam.
Begitu juga dengan kesalahan-kesalahan teori yang banyak dikemukakan Plato yang di antaranya ini yaitu pendapatrya mengenai sinar. Plato
berpendapat bahwa pandangan terhadap eksistensi dapat dilakukan karena
keluamya cahaya dari mata manusia. Lalu melingkupi segala sesuatu dan
dapat dilihat manusia. Akan tetapi Aristoteles berbeda dengan gurunya
dalam teori ini, dan ia berkata, "Sesungguhnya pandangan mata terjadi
dengan terbentuknya obyek ini di dalam mata, sehingga mata mampu
melihat benda-benda ini tanpa ada sesuatu punyang terpancar pada
mata. Sebab pada dasamya sinar itu tidak berwujud.
Di antara akademi filsafat yang datang sesudah Plato dan Aristoteles
ini yaitu akademi Epicurean dan akademi Ar-Rawaqi di Athena pada abad
keempat dan ketiga Sebelum Masehi'
Akademi Epicurean memang bertumpu pada teori atom yang
dikemukakan Democretos. Akan tetapi setelah dilakukan sejumlah koreksi,
tercapailah sebuah kesimpulan bahwa segala sesuatu, baik materi mauPun
spiritual terbentuk dari atom-atom. Atom-atom ini memiliki beragam bentuk
dan terpisah-pisah berbagai tempat termasuk tempat kosong, dan mampu
bergerak dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Perbedaan segala sesuatu
baik materi maupun spiritual tergantung pada kelembutan-tidaknya atomatom tersebut.
Tujuan utama aliran pemikiran ini ini yaitu membebaskan manusia dari
ketakutan terhadap Tuhan, kematian dan alam, serta memperbolehkan
terbentuknya etika kenikmatan, yang menyatukan persahabatan dan
menikmati hidup. Berdasarkan keterangan ini, maka aliran pemikiran
Epicurean dinyatakan sebagai aliran materialisme murni, yang mengusung filsafat kehidupan secara khusus dan mencukupkan diri dengan
eksistensinya. Aliran ini menolak ide dan pemikiran Plato dengan
Idealismenya dan Aristoteles dengan alam akal dan alam realita.
Karena itu, kami melihat Epicurean tidak menerima beberapa
pendapat dalam masa fisika yang dikemukakan Plato dan Aristoteles.
Misalnya, masalah pengaruh obyek terhadap mata tanpa ada pancaran
dari sesuatu pun darinya ke arah mata. Dalam hal ini, Plato menyatakan
tentang ide kedatangan. Akan tetapi ia membungkusnya dengan bentuk
mistis sehingga kehilangan nilai ilmiahnya. Sebab obyek-obyek tersebut
dalam keyakinannya meruPakan hantu-hantu ataupun gambar yang
terlepas dan keluar darinya secara terus menerus. Pandangan ini terjadi
karena hantu-hantu ini datang dan hinggap ke mata.
Adapun aliran Ar-Ruwaqi yang berinteraksi dengan aliran Epicurean
yang didirikan oleh Zainun,maka menyatakanbahwa dunia ini terdiri dari
materi dan akal. Keduanya tidak lain merupakan manivestasi dari suatu
kebenaran, sehingga tidak ada akal tanpa materi dan tidak ada materi tanpa
akal.
Filsafat Ar-Ruwaqi berpendapat aktifitas tubuh dalam tubuh atau
pengaruhnya terhadapnya tidak terjadi kecuali karena adanya hubungan
materialisme antara dua tubuh atau saling bersentuhan. Begitu juga dengan
timbulnya pengetahuan dari hubungan moderasi antar panca indera.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pandangan mata menurut
mereka tidak lain merupakan hubungan materialisme-realistis antara
mata dengan obyek benda yang kita lihat. Hal itu itu terjadi ketika mata
memancarkan radiasi yang ujungnya berbentuk kerucut dimana kepala
atau ujungnya berada di mata sedangkan pangkalnya berada di obyek
benda yang dilihat. Jika radiasi menyentuhbenda ini maka terjadilah
pandangan. Pendapat ini sangat populer di masyarakat ketika itu, hingga
para pendukungnya dinamakan Ashhab Asy-Syi'a- (Kelompok Radiasi).
Pada masa Ptolomeus, kota Alexandria mewarisi ilmu-ilmu peradaban
Timur dan peradaban Greece. Universitas Alexandria Klasik populer
dengan banyaknya para ilmuwan yang melakukan studi dan penelitian
serta inovasi. Lalu mereka menorehkan beberapa karya ilmiah yang
ditransformasikan bangsa Arab dan umat Islam pada permulaan periode
kejayaan Islam. Di antara para ilmuwan Alexandria itu ini yaitu Euclides,
Archimedes, Ptolemeus, dan Heron.
Di samping kemajuan yang ditorehkan bangsa Greece dalam
pemikiran teoritis dan merumuskan hukum-hukum alam yang mampu
membangkitkan akal dan mengingatkannya tentang fenomena-fenomena
alam sekitarnya, maka warisan budaya bangsa Greece penuh dengan
berbagai teori penting dan karya-karya ilmiah yang benar dalam bidang
ilmu-ilmu fisika.
Aristoteles menemukan ide tentang katrol ketika mengatakan, "Jika
kekuatan yang kecil itu dipergunakan untuk mengangkat benda yang
lebih jauh dari pengungkit, maka akan lebih mampu menggerakkan
beban yang besar ke sisi lain dengan mudah dibandingkan kekuatan yang
lebih dekat dengan pengungkit. Sebab titik yang jauh dari pengungkit,
akan membentuk basis lingkaran atau kekuatan lebih besar di sekitarnya
dibandingkan yang dibentuk titik yang dekat."
Archimedes memberikan kontribusi dalam menemukan hukum katrol
atau derek dengan ketiga posisinya:
- Ketika tuas atau pengungkit berada di tengah, sedangkan beban dan
gaya berada di kedua ujungnya.
- Ketika pengungkittersebutberada di salah satu dari kedua ujungnya
sedangkan beban berada di tengah.
- Ketika pengungkit itu berada di salah satu dari dua ujungnya,
sedangkan beban berada di ujung yang lain.
Dalam semua posisi, maka jika gaya atau kekuatanyang dibutuhkan
untuk mengangkatbebanlebih dekat dengan tuas, maka akanterasa lebih
berat. Begitu juga sebaliknya."
Archimedes berkontribusi dalam menemukan prinsip berat massa
dan merumuskan hukum pengambangan yang dikenal dengan namanya.
Para ilmuwan Yunani secEua umum melakukan pengamatan acak
terhadap beberapa fenomena alam seperti yang diperkenalkan Tales, yang
menyatakan bahwa batu amper akan menarik benda-benda yang ringan
jika digosok secara terus menerus. Begitu juga dengan pernyataan Euclides
dan Ptolomeus mengenai cahaya -meskipun keduanya mengkritik teori
radiasi Plato- yang menyebutkan bahwa jauhnya bayangan di balik cermin
datar sama dengan jauhnya seseortrng di depan cermin ini gambar
dalam cermin terlihat terbalik dari satu sisi, dan cermin cekung dan lensa
yang memantulkan cahaya jika diarahkan pada sesuatu, maka berpotensi
terbakar atau akan membakamya.fl
Apabila para ilmuwan Yunani dikatakan berjasa sebagai Perumus
pertama prinsip-prinsip dasar ilmu Fisika, maka para ilmuwan Arabmuslim pada masa kejayaan peradaban Islam memiliki jasa terbesar
dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya dan peradaban Yunani
dengan penerjemahan dan mentransformasikannya, lalu menjelaskan,
menerangkan, menata ulang, memperkenalkan, melakukan berbagai
inovasi dan tambahan-tambahan penting yang orisinil dalam warisan
budaya ini. Mereka mencapai semua itu dengan melakukan studi dan
penelitian sesuai dengan metode itmiah yang benar.
Widman mengakui realita sejarah yang sangat jelas ini dengan
mengatakan, "sesungguhnya bangsa Arab mengadopsi beberapa teori yang
dikembangkan bangsa Yunani dan mereka memahaminya dengan baik
lalu menerapkannya dalam berbagai situasi dan kondisi yang beragam.
Setelah itu, mereka menciptakan teori-teori baru dan berbagai inovasi yang
belum pernah dilakukan para ilmuwan sebelumnya. Dengan demikiary
mereka memberikan pengabdian kepada dunia yang tidak kalah dengan
kontribusi-kontribusi yang dilakukan Sir Isaac Newtoo Michael Faraday,
Wilhelm Rontgen, dan para ilmuwan lainnya.
Dalam kesempatan ini, tidak ada halaman yang cukup untuk
menyajikan sebuah studi yang mendalam dan teliti terhadap sejumlah
keberhasilan spektakuler yang diraih para ilmuwan Arab-muslim dalambidang fisika. Kami hanya akan mengemukakan secara singkat mengenai
hal-hal terpenting dari pencapaian-pencapaian ini dalam ilmu-ilmu
mekanika, optik dan beberapa fenomena yang berkaitan dengan khasiat
materi dan fisika benda-benda mati.
Pertama: Mekanika
Perhatian para ilmuwan kontemporer terhadap berbagai pencapaian
gemilang ilmuwan Arab.muslim dalam bidang mekanika sangat terlambat.
Bisa jadi keterlambatan ini disebabkan klasifikasi bangsa Arab klasik
terhadap ilmu ini dan mengkorelasikannya dengan pelajaran-pelajaran
teoritis mengenai gerak dan diam dalam karya-karya filsafat mereka.
Ilmu mekanika sekarang ini didefinisikan sebagai salah satu cabang
ilmu fisika, yang berarti mempelajari gerak benda atau perubahan posisiposisinya. Ilmu mekanika biasanya terbagi dalam beberapa bagian:
1,. Mekanika Kinematika, yang berarti mempelajari gerak dan sudut
pandang geometris.
2. Mekanika Dinamika, yang berarti mempelajari faktor-faktor fisik dari
gerak.
3. Mekanika Statik, yang berarti mempelajari kondisi-kondisi dimana
gerak itu tidak nampak.
Teori-teori mekanika bertumpu pada pengertian acak terhadap
kekosongan, waktu dan materi, seperti pengertian titik dan garis dalam
geometri Euclides. Di samping menyederhanakan penjelasan matematis
terhadap fenomena-fenomena fisika dengan mengganti segala sesuatu yang
realistis dalam alam raya ini dengan contoh-contoh yang sesuai. Contohcontoh matematika memiliki beberapa tujuan praktis. Misalnya ketika kita
bersinggungan dengan bumi dan matahari sebagai titik pusat. Tepatnya
ketika menjelaskan peredaran bumi mengitari matahari.
Dalam mekanika klasik atau mekanika Newton, penemuan hukumhukum gerak yang populer dinisbatkan kepada ilmuwan Inggris bernama
Sir Isaac Newton pada abad ketujuh belas Masehi. Hukum-hukum ini
banyak dipergunakan untuk menjelaskan gerak benda-benda yang nampak
di alam raya, termasuk di dalamnya gerakan bintang-bintang galaksi
matahari kita.
Hukum gerak Newton pertama sebagaimana yang kita kenal sekarang
menyatakan: Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak
secara beraturan dalam gais lurus selama tidak ada gaya atau kekuatan luar yang
mengubahnya. Maksudnya, hukum gerak ini berkaitan secara khusus dengan
pertahanan benda terhadap kondisinya, yang biasa dikenal dengan sebutan
Al-Qushur Adz-D zati (kelemahan diri).
Hukum gerak Newton kedua menyatakan bahwa: Kekuatan yang
mempengaruhi benda yang bergerak selalu berbanding lurus terhadap setiap
kelompok benda dan kecepatan geraknya. Sebab kecepatan merupakan rata-rata
perubahan kecepatan,
Di sana terdapat redaksi lain dari hukum ini, yaitu: rata-rata perubahan
gerak suatu benda berbanding lurus dengan kekuatan yang mempengaruhinya. Perubahan ini selalu ke arah yang semakin kuat.
Adapun hukum gerak Newton ketiga maka menyatakan: Untuk setiap
aksi selalu ada reaksi yang sama besar dan berlawanan arah (gaya dai dua benda
pada satu samalain selalu samabesar danberlawanan aralt).
Hukum pertama dan ketiga dapat dilakukan melalui pengamatan dan
eksperimen. Sedangkan hukum kedua harus diselesaikan dengan rumus
matematika.
Dengan penelitian dan pengamatan terhadap manuskrip-manuskrip
warisan ilmiah peradaban Islam, maka akan mencapai kesimpulan
bahwa beberapa filosof Arab dan umat Islam lebih berhak mendapatkan
pengakuan atas karya-karya spektakuler mereka dalam berbagai bidang
yang diklaim dan dinisbatkan kepada para ilmuwan Eropa pada masa
sekarang, menegaskan keteladanan mereka dalam mendeviniskan
berbagai pengertian mekanik, dan menjelaskan gerak benda dan jenisjenisnya. Bahkan menegaskan keteladanan ilmuwan muslim dalam
merumuskan prinsip-prinsip ilmiah yang benar terhadap ketiga hukum
yang dikemukakan Sir Isaac Newton dan dipopulerkarurya dalam karya
ilmiahnya berjudul Philoshophiae N aturalis Principia Mathetnatica.
Terungkapnya kontribusi umat Islam dalam bidang mekanika berkat
kepedulian dan kerja keras DR. Mushthafa Nazhif dan DR. Jalal Syauqi,
yang membuka jalan bagi para spesialis dan mereka yang memiliki
perhatian terhadap masalah ini untuk mengungkap berbagai keberhasilan
spektakuler dalam bidang ini dalam beberapa ilmu pengetahuan Arab.
Sebelum mengemukakan peran umat Islam dalam menjembatani
perumusan hukum-hukum gerak, kami akan membahas tentang
pendalaman mereka terhadap istilah-istilah dan pengertian-pengertian
mekanik yang beragam sebagaimana yang kita kenal sekarang.DalanAsySyrfo',Ibnu Sina mendefinisikan tentang unsur-unsur gerak dalam benda
yang bergerak, penggerak, posisi benda itu, tempat permulaan gerak, tujuan
akhir gerak, dan waktu yang dibutuhkan untuk bergerak.
Kita mendapatkan definisi mengenai gerak alami dan gerak yang
dipaksakan dalam pendapat Ibnu Sina yang mengatakan, "Semua benda
itu bergerak. Gerakannya bisa jadi disebabkan elemen luar yang dinamakan
gerak paksaary dan bisa juga terjadi pada benda itu sendiri. Sebab benda
itu tidak bergerak sendiri. Karena itulah, jika benda ini diarahkan ke
satu arah karena difundukkan, maka dinamakan alami."
Kita juga mendapatkan pengertian gerak perpindahan dan gerak
perputaran dalam Al-Mu'tabar fi Al-Hikmah, karya: Ibnu Milkan AlBaghdadi. Ia menamakannya Al-Harakah Al-Makaniyyah (geruk yang
berpindah) dan Al-Haraknh Al-Wadh'Wah (gerak di tempat). Dalam hal
ini, ia berkata, "Gerakan mekanik merupakan gerakan yang menyebabkan
sesuatu yang bergerak itu berpindah dari tempat yang satu ke tempat
lainnya. Sedangkan Al-Harakah Al-Wadh'iyyah (gerak di tempat) adalah
gerak yang menyebabkan posisi benda yang bergerak terus berubah, akan
tetapi tidak keluar dari tempatnya seperti roda dan putaran.
Ibnul Marzaban dalam At-Tahshil berupaya mengkorelasikan antara
gerak dan wakfu..Ia berkata, "Semua kecepatan membufuhkan waktu.
Sebab semua kecepatan pada dasarnya menyelesaikan jarak tertentu.
Kalaulah kecepatan gerakan itu tidak ada batasnya, maka masa tidak
memiliki batasan dari segi pendeknya. Dengan demikian, maka gerakan
ini tidak membutuhkan waktu."
Al-Hasan bin Al-Haitsam memberikan keteladanan luar biasa dalam
mewujudkan penemuannya, yaitu bahwa cahaya memiliki kecepatan.
Penemuan ini diungkapkannya dalam bukuny a Al-Manazhir (Book of Optics).
Dalam buku tersebut, ia berkata, "Jika lobang itu ditutupi lalu penutupnya
diangkat, maka kecepatan cahaya mencapai benda yang berhadapan
dengannya melalui lubang ini tidak lain kecuali membutuhkan waktu,
meskipun tidak bisa diketahui panca indera. Gerakan tidak lain kecuali
membutuhkan waktu."
Al-Hasan bin Al-Haitsam juga mendefinisikan istilah Kekuatan gerak.
Kekuatan gerak sebagaimana yang diungkapkan Mushthafa NazhiFe
berkontradiksi dengan pengertian dinamis dalam istilah modern IGmmiyalt
At-Taharruk (Daya Gerak), yang diketahui dari hasil perkalian kecepatan
masa.
Hal itu diketahui dalam penjelasan Al-Hasan bin Al-Haitsam terhadap
pantulan benda yang berbenturan dengan permukaan bidang. Al-Hasan
bin Al-Haitsam menyebutkan bahwa gerakan yang diperoleh tergantung
jarak tempuh benda yang jatuh tersebut. Dengan demikian, maka pantulan
ini tergantung pada kecepatan geraknya. Di samping itu, juga
ditentukan kadar berat benda ini (maksudnya gumpalan/masanya).
Kecerdasan Al-Hasan bin Al-Haitsam terletak pada kedekatan
pengertian Kammiyah At-Taharruki atau daya gerak dengan Thaqah AlHarakah atau energi gerak dalam istilah kontemporer. Dalam hal ini, ia
menyatakan secara tegas bahwa kekuatan gerak pada benda yang bergerak
tergantung pada daya lontarnya.Hibbatullah bin Mlkan Al-Baghdadi juga mengungkapkan pengertian
yang sama akan tetapi dengan menggunakan istilahMail, yang berarti daya
tarik. Dalam hal ini, ia berkata "Pemyataan ini dibuktikan dengan
batu yang dilemparkan dari atas tanpa dipengaruhi oleh gerakan paksa
atau kecendurangan yang dipaksakan. Anda dapat melihat bahwa prinsip
tujuan menyebutkan bahwa semakin jauh suatu benda maka gerakannya
semakin cepat dan kekuatannya semakin besar. Dengan jarak tersebut,
maka dapat menimbulkan luka dan memar. Hal semacam itu tidak terjadi
jika lemparan ini dilakukan dari jarak yang lebih pendek. Bahkan
ia dapat menjelaskan perbedaan ukuran jarak panjang yang dilaluinya."
DR. Jalal Syauqi mengomentari naskah ini bahwa itu merupakan
perumpamaan yang jelas dalam mengilustrasikan kondisi ketika bendabenda itu jatuh bebas di bawah pengaruh gravitasi bumi sebagaimana yang
diajarkan kepada para mahasiswa di berbagai perguruan tinggi sekarang.
Sebab kecepatan gerak benda ini semakin bertambah dan bergerak
sejajar dengan jarak tempuhnya dari titik tolaknya. Daya geraknya pun
semakin bertambah, sehingga energi yang dihasilkan juga bertambah
karenanya. Akibabrya, benda-benda ini akan menimbulkan pecahan
atau lobang ketika terjadi benturan.
Dalam bidang ini pula, para ilmuwan Arab dan muslim menjadi
teladan; dimana mereka banyak mengungkapkan teori tentang daya gerak
yang bersinergi dengan kecepatan dan berat benda. Sebab acuiul hukum
Newton Kedua ini yaitu rata-rata perubahan daya gerak.
Al-Hasan bin Al-Haitsam menegaskan kompetensi dan wawasannya
yang mendalam tentang ide pembagian gerak menjadi dua bagian
yang kompleks. Di samping itu, ia juga menegaskan kompetensinya
dalam memanfaatkan contoh-contoh matematika, sebagaimana yang
kami kemukakan sebelumnya bahwa contoh-contoh ini berguna
untuk menyederhanakan fenomena-fenomena fisika melalui penjelasan
matematis. Ketika menjelaskan tentang proses refleksi cahaya, maka ia
mengambil contoh gerak bola kecil yang halus, baik terbuat dari besi
ataupun tembaga dan jatuh di atas bidang datar dan memantul.Hasan bin Al-Haitsam sengaja menjelaskan pantulan cahaya ini dengan
menganalisa kecepatan benda yang berbenturan dengan membaginya
menjadi dua pembagian yang komplek yang saling mendukung; Salah
satunya sejajar dengan permukaan bidang pantul dan yang lain vertikal
terhadap permukaan bidang pantul, dimana kecepatan dengan kedua
bagiannya ini berbentuk tegak lurus terhadap permukaan pantul.
Al-Hasan bin Al-Haitsam berpendapat demikiaru yaitu bahwasanya
bagian yang tegak lurus akan tetap seperti semula tanpa mengalami
perubahan apa pun akibat benturan. Sedangkan bagian yang jatuh vertikal
pada permukaan bidang pantul akan terpengaruh berdasarkan tingkat
hambatan permukaannya; Dimana ketika hambatan itu lebih besar, maka
perubahan pada bagian vertikal ini lebih sedikit sedangkan jarak
pantul benda yang berbenturan lebih besar."
Mushthafa Nazhif danJalal Syauqi berpendapat bahwa berdasarkan
penjelasan ini maka Hasan bin Al-Haitsam memiliki kontribusi luar biasa
dalam menganalisa kecepatan benda menjadi dua pembagian yang komplek
dan saling berkaitan, merumuskan prinsip-prinsip gerak yang saling
berbenturan dan pendapat tentang dorongan permukaan bidang pantul
yang diam terhadap benda yang bergerak ke arah vertikal permukaan
ini dan bahwa dorongan ini tergantung pada sejauhmana hambatan atau
penolakan permukaan bidang pantul dari pengaruhnya.
Jika kita kembali pada masalah hambatan gerak, maka kita akan
mendapati bahwa ilmuwan muslim mengenal berbagai cara terjadinya
hambatan gerak, baik melalui gesekan ataupun karena pengaruh bentuk
benda dan ketebalan medium yang menyebabkan terjadinya gerak.
Inilah Nashiruddin Ath-Thusi yang menegaskan dengan transparan
bahwa resistensi yang ditimbulkan oleh gesekan berlaku sejajar dengan berat
benda. Hal itu dikemukakannya dalam penjelasannya dalam Al- lrsy adat w a
At-Tanbihnt, karya: Ibnu Sina. Dalam penjelasannya itu, ia berkata, "Tidak
diragukan lagi bahwa karakter (berat) benda yang lebih besar jauh lebih kuat
dibandingkan berat benda yang lebih kecil. Dengan alasan bahwa beban
benda yang lebih berat memuat beban benda yang lebih kecil atau yang lebih
besar darinya. Dengan demikian, perlawanan benda yang lebih berat lebih
kuat dibandingkan perlawananbenda yang lebih kecil."
Mengenai perlawanan benda yang berukuran sedang dimana
benda ini bergerak di dalamnya, maka Ibnu Sina berkata dalam bab
Thabi'iyyat (Ilmu-ilmu Fisika) dari bukunyaAsy-Syifa', "Maka Anda akan
mengetahui bahwa perlawanan benda yang ditembus lah yang dapat
menghentikan kekuatan benda yang bergerak."
Hibbahrllah Al-Baghdadi dalam bukuny a Al-Mnb ahits Asy - Sy ar qiyy ah,
berkata, ,,sesungguhnya apabila suatu benda bergerak menempuh suatu
jarak; jika benda ini memiliki berat lebih ringan maka gerakannya lebih
cepat. Sedangkan yang lebih berat, maka gerakannya akan lebih lambat."
Mengenai pengaruh bentuk benda yang bergerak dalam melawan
gerak, maka Ibnu Milkan berkata, "Kerucut yang bergerak dengan
kepalanya yang runcing, maka akan lebih mudah bergerak dibandingkan
ketika bergerak dengan pangkalnya (ya.g lebih besar dibanding ujung
atau kepalanya)." Dalam hal ini, juga terdapat penjelasan mengenai arti
penting bentuk yang sesuai dalam memPerrnudah gerak.
Mengenai ketiga hukum gerak yang dinisbatkan kepada sir Isaac
NewtorL maka kami menegaskan keteladanan umat Islam dalam merumuskannya dan mengemukakannya dengan pengertian yanS sama dengan
pengertian-pengertian modem dalam berbagai karya ilmah dan dalam
kalimat-kalimat yang jelas.
Misalnya, kami dapat mengemukakan pernyataan lbnu sina dalam
Al-lsyarat wa At-Tanbihat, "sesttrtgguhnya Anda akan mengetahui bahwa
jika resultan gaya setiap benda bemilai nol tanpa ada gaya yang bekerja
untuk mengubahny+ maka benda ini akan mempertahankan tempat
tertentu dan bentuk tertentu. Jadi, resultan gaya benda ini merupakan
prinsip dasar untuk meresPon diam atau geraknya."
Ibnu sina menjelaskan tentang spesifikasi Al-Qushur Adz-Dzati
(Inersia) pada benda ini, yang mempertahankan stabilitas geraknya secara
teratur (benda yang bergerak tidak akan berubah kecepatannya, kecuali
ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya). Inilah pengertian
kedua dari hukum gerak Newton yang pertama. Dalam Al-lrsyadat wa AtTanbihat,& Ibnu Sina berkata, "Ketika bergerak, benda itu memiliki daya
dorong untukbergerak dan merasakan adanya hambatan atau penolakan.
Akan tetapi hambatan ini tidak bisa bekerja kecuali dengan sesuatu
yang dapat melemahkan geraknya; Bisa jadi berasal dari karaktemya dan
bisa juga adanya pengaruh dari luar sehingga membatalkan vitalitasnya
hi.gg, hilang dan kembali seperti semula."
Dalam kesempatan lain, dalam bab Ath-Thabi'iyyat, atau llmu-ilmu
Fisika dalam bukunya Asy-Syifa', pada point keempat Ibnu Sina berkata,
"Gaya yang menghambat gerak benda bukanlah benda atau materi,
melainkan dengan pengertian adanya tuntutan untuk tetap berada di
tempat atau posisinya." Inilah hukum pertama bagi teori gerak Ibnu Sina.
Adapun hukum kedua bagi gerak, maka ia telah merumusknnya
dan berhasil dijelaskan sebagian pengertiannya oleh Abu Al-Barakat
Hibbatullah bin Milkan dalam Al-Mu'tabar fiAl-Hikmah. Abu Al-Barakat
berkata, "Semua gerak pastilah memerlukan waktu. Kekuatan yang lebih
besar akan menghasilkan kecepatan yang lebih besar pula dan dalam waktu
yang lebih singkat. Setiap kali kekuatanitu bertambah, maka kecepatannya
pun semakin bertambah sehingga memperpendek waktu. Jika kekuatan
itu tidak terbatas, maka kecepatannya pun tidak terbatas, dengan begitu,
maka gerakan yang dihasilkan tidak membutuhkan waktu dan sangat
kuat. Sebab menafikan waktu dalam kecepatan merupakan pencapai
puncak kekuatan."
Dari naskah ini, kita dapat memperhatikan pengertian At-Tasaru'
(Akselerasi) dengan ungkapan, "Menafikan waktu dalam kecepatan."
Pengertian ini sebanding dengan ungkapan rata-rata perubahan kecepatan
dalam istilah kontemporer. Berdasarkan keterangan di atas, maka Abu
Al-Barakat Hibbatullah bin Milkan telah memahami kesesuaian kekuatan
dengan akcelerasi kecepatan. Akan tetapi tentunya belum mencapai
perumusan matematik sebagaimana yang dirumuskan Sir Isaac Newton
dalam bentuk seperti ini: Q=KH, dimana e ini yaitu kekuatan, K adalah
berat benda dan H ini yaitu akcelerasi atau kecepatan.
Mengenai hukum ketika bagi gerak Ibnu sina, maka Ibnu Milkan
menjelaskannya dengan mengatakan, "sesungguhnya pertandingan
gulat antara dua pegulat yang saling menarik, maka masing-masing
dari kedua pegulat itu menyalurkan kekuatan tertentu untuk melawan
kekuatan lawan. Dan bukan berarti bahwa apabila salah satu dari keduanya
memenangkan pertandingan daya tarik dari pihak lawan terhadapnya
tidak ada. Melainkan kekuatan itu tetap ada dan dalam keadaan kalah.
Jika tidak demikian, maka pihak lain tidak membutuhkan kekuatan untuk
menariknya."
Fakhruddin Ar-Razi juga berupaya menjelaskan hukum yang sama,
dengan mengatakan, "sesungguhnya gelanggang gulat dimana dua pegulat
saling menarik satu sama lain hingga berhenti di tengah{engah, maka tidak
diragukan lagi bahwa masing-masing dari keduanya melakukan hal yang
sama sebagaimana yang dilakukan pihak lawan. Di samping itu, tidak
diragukan lagi bahwa apa yang dilakukan masing-masing dari keduanya
jika tidak ada perlawanan dari lawannya, maka tentunya pertandingan itu
akan dimenangkannya."
Ar-Razi menjelaskanide keseimbangan di bawah dua kekuatanyang
sama besar dan berlawanan arah dengan adanya aksi dan reaksi. Dalam
konteks penjelasannya terhadap Al-Irsyadat wa At-Tanbihnt, karya: rbnl
sina, Ar-Razi berkata, "Tali yang ditarik dua orang dengan sama kuat ke
arah dua sisi yang saling berlawanan; maka bisa dikatakan bahwa salah
satu dari keduanya menariknya. Pernyataan ini tentulah tidak benar. sebab
yang dapat mencegah salah satu dari keduanya untuk menariknya adalah
adanya tarikan dari pihak lawan."
sekarang kita harus mengakhiri pembahasan kita tentang keteladanan
umat Islam dalam bidang mekanika seberum menjelaskan tentang
penemuan para ilmuwan muslim yang menunjukkan keteladanan
mereka dalam penemuan ide hukum gravitasi umum, sebagaimana yang
dipopulerkan atas nama Newton meskipun pada dasarnya ia hanya menyimpulkan berbagai pendapat dan karya-karya ilmiah para ilmuwan
muslim yang mendahuluinya pada masa kejayaan peradaban Islam dan
juga masa kebangkitan Eropa.
Hukum gravitasi umumyang dirumuskanSir Isaac Newton sebagaimana yang kita kenal sekarang, menjelaskan tentang gerakanplanet-planet
di orbitrya yang mengitari matahari karena adanya asumsi bahwa gravitasi
matahari dan planet-planetnya merupakan faktor yang menyebabkan
terjadinya gerakan berputar tersebut. Penerapannya pada semua benda
dalam alam raya ini benar. Hukum ini menyatakan bahwa semua benda di
alam raya menarik benda lain dengan kekuatan atau daya yang berbanding
lurus dengan hasil perkalian massa dua benda dan berbanding terbalik
dengan persegi empat jarak antara keduanya. Perbandingan ini dapat
diketahui melalui gravitasi umum.
Di antara ilmuwan muslim terkemuka yang memahami pengaruh
gravitasi secara ilmiah dan benar, maka dapat kami sebutkan antara lain:
Al-Bairuni, Al-Khazin, Al-Hamdani, Imam Ar-Razi, dan lainnya.
Di antara naskah-naskah yang memperbincangkan dan menjelaskan
masalah ini ini yaitu pernyataan Al-Bairuni ketika membantah orang-orang
yang menolak hukum bahwa bumi itu berputar mengitari dirinya dan
meyakini bahwa jika bumi itu berputar, maka segala sesuatu yang ada di
permukaannya seperti bebatuan dan pepohonan akan menerbangkannya.
Al-Bairuni menegaskan bahwa bumi ini menarik benda-benda di atasnya
ke arah porosnya. Dalam AI-Q anun Al-Mas' udi,ar Al-Bairuni menjelaskary
"Bahwasanya seluruh umat manusia di atas bumi akan tetap berdiri tegaka2
layaknya benda-benda lain di seluruh permukaan bola bumi. Di atasnya
benda-benda itu akan tertarik kebawah."
Di samping itu, Al-Khazin juga menjelaskan bahwa benda-benda yang
jatuh akan tertarik ke arah poros bumi. Ia juga menjelaskan relatifitas atau
prosentase kecepatan yang semakin kuat ketika benda-benda itu jatuh.
DalamMizan Al-Hikrnah,4 Al-Khazin berkata, "Benda yang berat itulah yang
selalu bergerak dengan kekuatan konstan ke poros dunia." Maksudnya,
berat benda itulah yang memiliki kekuatan yang menggerakkannya ke
titik pusahrya."
Imam Ar-Razi menemukan ide universalitas gravitasi pada semua
benda yang terdapat dalam alam raya sehingga terjadi daya tarik benda
terhadap benda-benda di sekitarnya yang jauh."
Pada edisi kelima dari majalah Al-lklil, yang terbit di Yaman,aa
mempresentasikan sebuah penelitian berharga mengenai Makanah AlHamdani fi Tankh Tathawwur Mafhum Al-lnsan li Zhahirah Al-ladzibiyyah
(Posisi Al-Hamdani Dalam Sejarah Perkembangan Pemaham€rn Manusia
Terhadap Fenomena Gravitasi) dan menjelaskan pemahaman-pemahaman
bangsa Arab terhadap prinsip, kecenderungan dan gravitasi bumi, serta
menjelaskan sejauhmana bangsa Arab memahami apa yang mereka kenal
dengan sebutanAl-Haqiqah Al-Fiziyaiyah Al-luz'iyyalr (hakikat parsial fisika),
yang membentuk sebagian dari fenomena gravitasi. Inilah yang kemudian
dikenal dengan nama Thaqah Al-Maudhi' atat Thaqah Al-Kumun (Energi
Potensial), yang pada dasarnya dihasilkan dari ketinggiart."4s
Dalam hal ini, Al-Hamdani memperlihatkan bukti-bukti dari
beberapa naskah, yang di antaranya pernyataan Ibnu Sina dalam Bab:
Ath-Thabi'iyyaf, dari bukuny a Asy-Syifa',6 "Benda yang benar-benar ringan
itulah yang dapat bergerak sangat jauh dari pusabrya. Dengan karakternya
yang ringan, maka benda ini terus berputar dalam geraknya di atas
semua benda. Yang saya maksudkan dengan berputar di sini bukan semua
posisi di atas benda, melainkan posisi yang memungkinkannya untuk
menghentikan gerak.
Sedangkan benda berat yang sangat berkontradiksi dengannya.
Gerakarurya bisa menjadi lebih cepat karena kecenderungannya menjauh
dari ruang lingkupnya melewati semua benda selainnya. Benda tersebut
akan berhenti di bawah semua benda."
Di antara studi dan penelitan yang dilakukan para ilmuwan dalam
peradaban Islam dan berkaitan dengan fenomena gravitasi adalah
penelitian mereka mengenai gerakan benda-benda yang dilemparkan
karena gerakannya ke atas berkebalikan dengan gaya gravitasi bumi. Atau
kekuatan yang dipaksakan dimana benda itu dilemparkan, akan bekerja
berlawanan dengan kekuatan gravitasi bumi.
Hibbatullah Al-Baghdadi telah melakukan sebuah penelitian tentang
pelemparan batu ke atas, hingga mencapai sebuah kesimpulan bahwa
benda yang dilemparkan ini mencapai sebuah ketinggian tertentu
tergantung daya lempamya. Setelah itu, kembali ke permukaan bumi
karena adanya daya gravitasi bumi.
Pertanyaan yang terlintas pada diri Al-Baghdadi ketika itu adalah:
Apakah batu ini berhenti di titik tertingginya itu terlebih dahulu
ketika mulai kembali ke permukaan bumi, ataukah tidak?
D alam Al-Mu' tabar fi Al-Hikmah, Al-Bagltdadi berupaya menjawabnya
dengan penjelasan yang tansparan, "Bagi yang meyakini bahwa antara
gerakan batu ke atas karena kekuatan yang mendorongnya dengan paksa
dengan penurunannya mengalami sikap diam, maka merupakan kesalahan.
Akan tetapi kekuatan yang mendorongnya melemah sedangkan
kekuatan bebannya semakin menguat, sehingga memperkecil geraknya.
Hingga menyebabkan gerakannya habis di ujungnya. Dalam kondisi ini,
batu ini diasumsikan berhenti."
Al-Baghdadi berupaya melanju&an penjelasannya tentang pengertian
gravitasi, dengan mengatakan, "Begitu juga dengan batu yang dilemparkan
memiliki kecenderungan berlawanan dengan kecenderungan pelempamya
hanya saja dipaksa oleh kekuatan yang melemparkannya. Di samping itu,
kekuatan yang memaksa sifatnya horizontal, maka berpotensi semakin
melemah untuk melawan kekuatan dan kecondongan natural ini serta
perlawanan kekuatan yang ditembusnya. Sehingga kecenderungan atau
kecondongan yang memaksa yang pada awaLrya sangat kuat terhadap
kecondongan natural, maka akan semakin melemah dan melambat
gerakannya secara terus menerus hingga benar-benar tidak mampu
melawan kecondongan nafural. Akibahrya, kecondongan natural akan
menang dan bergerak ke arahnya."
Penulis artikel di Al-lklil, membenarkan terjadinya kesalahan sejarah
yang berkaitan dengan penentuan siapa pencetus teori gravitasi. Ia berkata,
"Pencetus pertama teori baru ini bukanlah Al-Bairuni." UngkaPanungkapan dan pernyataannya ini didukung dengan pernyataan
ilmuwan Arab lainnya, yang tidak kalah tenarnya dengannya, yaitu Abu
Muhammad Hasan Al-Hamdani,aT yang lahir tahun 893 IvI, yang dalam Ktab
Al-lauhnratain Al-Atiqatain min Ash-Shafra' wa Al-Baidlu', membahas tentang
bumi dan segala persoalan yang berkaitan dengannya seperti sendi-sendi,
air, dan udara. Dalam konteks pembahasan ini, ia berkata, "Barangsiapa
berada di bawahnya -maksudnya di bawah bumi-, maka posisinya tetap
tegak seperti halnya orang yang berada di atasnya. Kelahiran dan pijakan
telapak kakinya senantiasa menempel pada permukaarurya yang bawah
seperti halnya kelahirannya di permukaan atasnya. Begitu juga dengan
pijakan telapak kakinya terhadapnya. Bumi ini kedudukannya layaknya
besi magnet,yangmenarik besi di semua sisi."
Adapun benda yang berada di atasnya, maka kekuatannya dan
kekuatan bumi bertemu pada daya tariknya dan putarannya. Sebab bumi
ini akan mengalahkannya jika besi itu misalnya, menyentuh bagianbagian batu sedangkan bumi ini mengalahkannya dengan gravitasinya;
Sebab pemaksaan dari bebatuan ini tidak mengangkat yang tinggi dan
merendahkan yang rendah. "4
Penulis artikel ini menegaskan bahwa koreksi informasi ini tidak
selayaknya mengabaikan dan kontribusi ilmuwan terkemuka dalam
sejarah -maksudnya, Al-Bairuni-. Kami tidak mempunyai maksud dan
tujuan serendah itu. Bahkan sebaliknya kami menyatakan bahwa koreksi
informasi ini berarti mengingatkan bahwa pengetahuan bangsa Arab
terhadap gaya gravitasi sebagai pusat kekuatan yang efektif tidak dinisbatkan kepada Sir Isaac Newton pada abad kesepuluh Masehi, melainkan
pada abad ke sembilan Masehi.
Sekarang yang tersisa ini yaitu usaha kita untuk mengingatkan
keteladanan umat Islam dalam mengoreksi pandangan Aristoteles yang
menyimpang dari kebenaran mengenai jatuhnya benda berat lebih cepat
dibandingkan benda ringan serta menegaskan hakikat ilmiah yang sangat
urgen. Hakikat ilmiah yang dimaksud ini yaitu bahwa kecepatan benda
yang jatuh secara bebas dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan tidak terkait
sama sekali dengan beratnya. Hal itu terjadi ketika gerakan jatuh tersebut
terbebas dari gangguan-gangguan atau hambatan luar.
Beginilah kita mendapati Ibnu Sina, Hibbatullah Al-Baghdadi, AlBairuni, Al-Hamdani, Imam Fakhruddin Ar-Razi, Nashiruddin Ath-Thusi,
Al-Hasan bin Al-Haitsam, dan Abdurrahman Al-Khazini, yang telah
merumuskan prinsip-prinisp ilmu mekanika klasik sebelum Sir Isaac
Newton beberapa abad sebelumnya. Para ilmuwan Arab-muslim tersebut
telah membuktikan bahwa merekalah pioner terdepan dalam bidang ini.
Kedua: Ilmu-ilmu Optik
]ika para ilmuwan Arab mendapat kehormatan dengan pendapatpendapat dan teori-teori ilmiah mereka, maka Al-Hasan bin Al-Haitsam
mendapat kehormatan dengan dinisbatkannya ilmu-ilmu optik kepadanya
secara keseluruhan.ae
Ilmu-ilmu optik merupakan salah satu cabang ilmu fisika, yang berarti
mempelajari teori cahaya dan karakteristiknya, fenomena-fenomenanya
dan penerapan praktisnya, termasuk di dalamya Penggunaan berbagai
piranti optik yang beragam bentuk dan jenisnya. Arti penting ilmu-ilmu
optik ini terletak pada kenyataan bahwa kemajuan aPa Pun yang dicapai
para spesialis dalam bidang ini berimplikasi langsung terhadap cabangcabang ilmu lainnya dan apakah ilmu-ilmu astronomi, ruang angkasa,
kimia, kedokteran, apotek, geologr, taksonomi, biologl dan lainnya tidak
mengalami kemajuan kecuali disertai dengan kemajuan berbagai piranti
optik dan berbagai riset serta studi tentang cahaya dan optik?
Al-Hasan bin Al-Haitsam telah mamPu menyelami dan menyulam
semua studi dan riset yang terpisah-pisah yang dilakukan para
pendahulunya untuk dirumuskannya setelah mengoreksi, merenovasi, dan
menambahkan berbagai inovasi, serta menjadikannya ilmu yang berdiri
sendiri secara penuh, hingga berbagai istilah dan penamaannya banyak
disebutkan di seluruh bahasa di dunia.
Al-Hasan bin Al-Haitsam mengumpulkan sebagian besar studi dan
penelitiannya serta menyatukannya dalam sebuah karya monumentalnya
Al-Manazhir yang menjadi rujukan sebagian besar ilmuwan Barat.
Bahkan mereka masih obyektif dengan memperlihatkan kontribusi
dan persembahan ilmuwan kenamaan bangsa Arab dan Islam ini dan
menyebutnya sebagai Al-Bannan (Sang Kontraktor), setiap kali membahas
tentang ilmu-ilmu optik atau menulis buku-buku dan referensi. Dan
bahkan mereka menyerukan kepada dunia untuk memperhatikan buku
monumental ini dengan menerjemahkannya ke dalam bahasa Latin secara
total pada tahun 1572M.
Buku Al-Manazhir ititerdtui dari tuiuh artikel, yang oleh Al-Hasan bin
Al-Haitsam dibagi dalam beberapa pasal dengan formasi sebagai berikut:
Artikel Pertama: Mengenai Proses penglihatan secara umum. Artikel
ini terdiri dari delapan pasal:
Pasal Pertama: Pembukaan.
Pasal Kedua: Meneliti tentang karakteristik mata.
Pasal Ketiga: Meneliti tentang karakteristik cahaya dan bagaimana
cahaya ini memancarkan sinarnya.
Pasal Keempat Menjelaskan tentang mata dan cahaya.
Pasal Kelima: Bentuk mata.
Pasal Keenam: Proses pandangan.
Pasal Ketujuh: Fungsi-fungsi piranti mata.
Pasal Kedelapan: Menjelaskan pengertian-pengertian dimana
pandangan itu tidak terjadi kecuali dengannya dan penyatuannya.
Artikel Kedua: Menjelaskan tentang pengertian-pengertian secara
mendetail yang diketahui mata, sebab-sebabnya, dan bagaimana
mengetahuinya. Artikel kedua ini terdiri dari empat pasal:
Pasal Pertama: Pengantar artikel.
Pasal Kedua: Perbedaan garis-garis radiasi.
Pasal Ketiga: Sistem masing-masing dari keduanya dalam mengetahui
pengertian-pengertian parsial yang diketahui melalui indera penglihatan.
Pasal Keempat Pembedaan pengetahuan pandangan mata terhadap
obyek-obyeknya.
Artikel Ketiga: Kesalahan-kesalahan mata terhadap obyek yang
dilihatnya dengan benar dan sebab-sebabnya. Artikel ini terdiri dari tujuh
pasal:
Pasal Pertama: Pengantar artikel.
Pasal Kedua: Mendahulukan perkara yang harus didahulukan untuk
menjelaskan kesalahan-kesalahan mata.
Pasal Ketiga: Faktor-faktor yang menyebabkan pandangan mata
menjadi keliru.
Pasal Keempat Membedakan kesalahan-kesalahan pandangan mata.
Pasal Kelima: Proses terjadinya kesalahan-kesalahan pandangan mata
karena panca indera.
Pasal Keenam: koses terjadinya kesalahan-kesalahan pandangan mata
berkaitan dengan pengetahuan.
Pasal Ketujuh: ltoses terjadinya kesalahan-kesalahan pandangan mata
yang berkaitan dengan analogi.
Artikel Keempat: Proses pengetahuan pandangan mata melalui
pantulan cahaya dari benda-benda yang mengkilat. Artikel ini terdiri dari
lima pasal:
Pasal Pertama: Pengantar artikel.
Pasal Kedua: Persepsi-persepsi obyek yang dipandang memantul dari
benda-benda yang mengkilat.
Pasal Ketiga: Proses pemantulan gambar-gambar dari benda-benda
yang mengkilat.
Pasal Keempat: Pengetahuan yang diperoleh pandangan mata
terhadap benda-benda yang mengkilat merupakan pengetahuan melalui
pantulan.
Pasal Kelima: Proses pengetahuan pandangan mata terhadap
obyeknya melalui refleksi.
Artikel Kelima: Mengenai posisi-posisi imajinasi, yaitu persepsipersepsi yang terlihat pada benda-benda yang mengkilat. Artikel kelima
ini terbagi dalam dua pasal:
Pasal Pertama: Pengantar artikel.
Pasal Kedua: Penjelasan mengenai imajinasi.
Artikel Keenam: Mengenai kesalahan-kesalahan pandangan mata
terhadap obyek yang dipahami atau diketahuinya melalui refleksi dan
faktor-faktor penyebabnya. Artikel keenam ini terdiri dari sembilan pasal:
Pasal Pertama: Pengantar artikel.
Pasal Kedua: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang yang teriadi
pada refleksi.
Pasal ketiga: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang terjadi pada
cermin datar.
Pasal keempat Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang terjadi
pada cermincembung.
Pasal kelima: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang terjadi pada
cermin silinder cembung.
Pasal keenam: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang terjadi
pada cermin kerucut cembung.
Pasal ketujuh: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang tejadi pada
cermin bulat cekung.
Pasal kedelapan: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang terjadi
pada cermin silinder cekung.
Pasal kesembilan: Kesalahan-kesalahan pandangan mata yang terjadi
pada cermin kerucut cekung.
Artikel ketujuh: Proses pandangan mata melalui pembelokan dari
balik benda-benda transparan yang berbeda transparansinya dengan
transparansi udara. Artikel ini terdiri dari tujuh pasal:
Pasal pertama: Pengantar artikel.
Pasal kedua: Cahaya menembus benda-benda tranparan dalam bentuk
garis-garis lurus dan akan berbelok jika berbenturan dengarr benda yang
transparannya sedikit berbeda dengan transparansi benda-benda tersebut.
Pasal ketiga: Proses pembelokancahaya pada benda-benda transparan.
Pasal keempat Pandangan mata terhadap obyek-obyek dibalik bendabenda transparan yang transparansinya berbeda dengan benda dimana
cahaya itu menembusnya jika membelok dari tiang-tiang yang berdiri tegak
di atas permukaannya merupakan pandangan atau pengetahuan melalui
pembelokan cahaya.
Pasal kelima: Mengenai imajinasi.
Pasal keenam: Proses pandangan terhadap obyeknya melalui
pembelokan.
Pasal ketujuh: Mengenai kesalahan-kesalahan pandangan mata yang
terjadi karena pembelokan.
Sebagaimana yang kita perhatikan dengan jelas pemaparan isi buku
Al-Manazhir,karya Al-Hasan bin Al-Haitsam, maka masing-masing tema
dari buku ini dijelaskan lebih rinci dan menjadi materi pelajaran utama
ilmu optik tehnik dan mustahil bagi kita menganalisa dan mengkritiknya.
Sebab para ilmuwan dan guru-guru kita telah men