an, atau bimbang, kehilangan minat
dalam aktiviti-aktiviti yang menyenangkan pada waktu lalu,
menghadapi masalah yang mengingati peristiwa berbahaya.
Atau dapat dikatakan menghindar dari perkara dan gejala yang
dapat mencetuskan, mengingatkan seseorang pada peristiwa
traumatik. Gejala-gejala ini dapat menyebabkan seseorang
untuk menukar rutinitas peribadi beliau. Sebagai contoh,
setelah kecelakaan kereta yang parah, seseorang yang biasanya
supir dapat menghindar menyupir;
Ketiga, Hyperarousal symptoms yaitu: Sebagian mudah
terperanjat, merasa tegang atau ”di pinggirkan, mempunyai
kasusukaran tidur, dan /atau mempunyai ledakan marah. Atau
dapat dikatakan gejala hyperarousal biasanya berketerusan,
dan bukannya dicetuskan oleh perkara-perkara yang
mengingatkannya pada salah satu peristiwa traumatik.
Mereka dapat membuat seseorang merasa tertekan
dan marah. Gejala-gejala ini dapat membuat ia sukar untuk
melakukan tugas-tugas sehari-hari, seperti tidur, makan,
atau tumpuan. Ia yaitu alamiah untuk mempunyai beberapa
gejala-gejala ini setelah peristiwa berbahaya. Kadang-kadang
orang mempunyai gejala yang sangat serius yang hilang setelah
beberapa minggu. Ini dinamakan gangguan tekanan akut, atau
ASD. bila gejala lalu lebih daripada beberapa minggu dan
menjadi satu waktulah yang berterusan, mereka mungkin
PTSD. Setengah orang dengan PTSD tidak menunjukkan
sebarang tanda-tanda untuk beberapa minggu atau bulan.
Brewin et al, faktor-faktor yang berisiko
untuk mengalami PTSD yaitu hidup dalam peristiwa trauma
dan bahaya, mempunyai sejarah sakit mental, mendapat
cedera, melihat orang cedera atau terbunuh, perasaan seram,
tidak berdaya, atau ketakutan melampau, tidak mendapat
sokongan sosial setelah peristiwa ini , berurusan dengan
tekanan tambahan setelah peristiwa itu, seperti kasusakitan
kehilangan yang dikasihi, dan kecederaan, atau kehilangan
kerja atau rumah. Charney faktor yang dapat
mengurangkan resiko PTSD yaitu : mencari dukungan
dari orang lain, seperti rekan-rekan dan keluarga, mencari
dukungan group setelah peristiwa traumatik, perasaan yang
baik mengenai tindakan sendiri dalam menghadapi bahaya,
mempunyai strategi menghadapi, atau cara mendapatkan
melalui acara yang buruk dan belajar daripada ia, sebagian
mampu untuk bertindak dan merespon setiap kasus walaupun
perasaan takut.
Dampak Konflik Pada Psikologis
Akibat konflik bersenjata yang berpanjangan terjadi
dalam suatu kelompok sosial atau sebuah Negara, akan
mengakibatkan ramai warga mengalami trauma
psikologis, terutama anak dan remaja yang mengalami
langsung peristiwa traumatik. Salah seorang psikolog yang
sering menangani korban di Aceh, yaitu Nurjanah Nitura
dalam suatu komprensi kasus bahawa, symptom
PTSD yang sering dialami korban pasca konflik bersenjata di
Aceh antara lain, dari segi emosional akan timbul perasaan
marah, benci, stres karana kedukaan yang dalam, kekecewaan
dan kegelisahan, ketakutan yang berlebihan, dan sebagainya.
. Perasaan Marah
Aristoteles dalam Goleman bahawa semua
orang dapat marah. Itu mudah sekali. Tapi marah pada orang
yang tepat, dengan tingkat kemarahan yang tepat, pada waktu
yang tepat, untuk alasan yang tepat dan dengan cara yang
benar, itu baru sulit.61 Marah dapat diartikan sebagai emosi
yang bersifat negatif yang biasanya dapat menyebabkan
pencerobohan, menyakiti dan bahkan dapat merosakkan.
Caplin bahawa, marah, murka, berang, gusar,
kemarahan, keberangan, kegusaran (anger) diartikan sebagai
reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh berbagai situasi
merangsang, termasuk ancaman, pencerobohan lahiriah,
pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi
yang dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem saraf otonomik,
terutamanya oleh reaksi kekecewaan pada bahagian simpatetik,
dan secara implisit di sebabkan oleh reaksi serangan lahiriah,
baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal
atau non verbal.
‘Utman Najati bahwa, marah itu merupakan
emosi yang sifatnya fitrah dan akan muncul ketika salah satu
motivasi asas seseorang tidak dipenuhi.Jika ada sesuatu yang
menghalang manusia atau binatang untuk mendapatkan tujuan
tertentu yang ingin diraih demi mencapai kebutuhannya,
maka dia akan marah, berontak dan melawan penghalang
ini . Dan juga rela berkorban untuk mengalahkan dan
menyingkirkan penghalang yang ada di hadapannya, sehingga
dia berhasil memperolehi kebutuhannya. Kadar rasa marah
yang di timbulkan sangat bergantung kepada seberapa penting
kebutuhan ini harus dipenuhi.
Pengaruh Marah Terhadap Perilaku
Berbagai reaksi fisik akan timbul ketika seseorang
sedang marah, dan akan membuat banyak perubahan pada
organ fisiknya, ada yang bersifat dalaman seperti jantung
berdebar-debar, perut mengerut, aliran darah mendesak ke
dada sampai akhirnya membuat wajah menjadi merah padam.
Sedangkan yang bersifat luaran seperti perubahan roman
muka, perubahan suara, dan tegangnya otot pada bahagian
tubuh. Organ tubuh itu akan dipenuhi darah akibat jantung
mengepam darah kebahagian atas badan, khususnya bahagian
kepala, seperti telinga dan wajah memerah, ketika seseorang
marah, dan suhu tubuhnya menjadi panas. Untuk meredakan
panas yang paling cepat yaitu dengan air, makanya Nabi
menyuruh ummatnya bila sedang marah, sebaiknya dia
berwudhuk, sebab dengan airlah baru bisa memadamkan bara
api.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Ingatlah,
sesungguhnya marah itu yaitu bara api yang ada dalam hati
anak keturunan Adam, Tidakkah kalian melihat warna merah
kedua matanya dan urat-urat lehernya yang mengembang ketika
seseorang sedang marah” Hadis Riwayat At-Turmudzi dalam
‘Utsman Najati.
Pengaruh Marah Terhadap Otak
Ketika seseorang marah dan emosi, otak tidak akan
berfungsi secara baik, oleh sebab itu seringkali seseorang akan
menyesali keputusan dan kenyataan apapun yang dikemukakan
ketika ia dalam keadaan marah, Berdasar pertimbangan ini,
Rasulullah sentiasa menasihati sahabat beliau, untuk tidak
memutuskan sesuatu hukuman apapun bila dalam keadaan
marah. Selain itu Rasulullah juga bersabda, yang bermaksud
“tidak (dianggap sah) talaq dan memerdekakan hamba (yang
di ucapkan) ketika keadaan sangat marah” Hadis riwayat dari
‘Aisyah RA.
sebab sesungguhnya luapan emosi berlebihan
merupakan keadaan yang dapat menyebabkan otak tidak
dapat bekerja secara baik, dan juga tidak akan dapat berfikir
rasional, sehingga keputusan yang diberikan pada keadaan
emosi tidak stabil, sering sekali tidak tepat sasaran, merugikan
diri sendiri dan juga orang lain. Kasus marah juga akan
mempengaruhi emosi lain seperti timbul rasa benci. Rasa
benci merupakan lawan dari rasa cinta. Terkait dengan ini
manusia akan mencintai sesuatu bila itu bermanfaat baginya,
dan akan membenci bila sesuatu itu tidak menyenangkan
dan tidak menguntungkan dirinya. Yang perlu diingat yaitu
segala sesuatu yang dapat membangkitkan rasa marah, juga
dapat membangkitkan rasa benci, sebab rasa marah dan rasa
benci itu sama-sama ditimbulkan oleh suatu keinginan yang
terhalang, yang membuat orang akan melakukan apa saja
untuk menghilangkan penghalang ini .
Diane Tice dalam Daniel Goleman tentang
strategi yang sering dikemukakan orang untuk meredakan
amarah yang efektif yaitu pergi menyendiri sembari
mendinginkan amarah ini , dan juga dapat dilakukan
dengan berolah raga. Untuk kaum lelaki sering pergi dengan
mengendarai mobil, akan tetapi sebenarnya yang lebih aman
yaitu berjalan kaki, sebab dapat membakar kalori sehingga
emosi marah dapat teralihkan. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan relaksasi, dengan bersemedi dan menarik nafas dalam-
dalam dan mengeluarkannya secara berulang dan teratur, juga
mengendorkan otot-otot yang tegang. Amarah yang meluap-
luap akan membahayakan fisik sebab dapat meninggikan
tekanan darah, mempercepat pacu jantung, dan bila kondisi
pembuluh darah tidak lancer atau tersumbat bahkan akan
berakibat pecahnya pembuluh darah dan berakibat kematian.
Oleh sebab itu, hindari amarah dan rasa benci di dalam diri.
Di bawah ini dapat dilihat perbedaan rasa marah dengan rasa
benci.
berwudhuk, (2) beristirahat, (3) melakukan katarsis, (4)
membuat perubahan perasaan dari waktu kewaktu.
Pertama berwudhuk, ini merupakan cara yang paling
mudah dan tidak memerlukan dana untuk mengendalikan
amarah yang timbul pada diri seseorang. sebab dengan
berwudhuk muka dan telinga yang merah, dan suhu badan yang
panas akibat jantung mengepam darah kebagian kepala ketika
marah, akan menjadi dingin dengan sentuhan air, apalagi dengan
mengucapkan ayat-ayat Allah SWT, hati menjadi tersentuh.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud “Sesungguguhnya
rasa marah itu termasuk (godaan) syaitan. Dan sesungguhnya
Syaithan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api itu hanya
dapat dipadamkan dengan air. Oleh sebab itu, jika salah
seorang dari kamu marah, maka hendaklah dia berwudhuk”
(Hadis Riwayat Abu Daud,)
Kedua, berisitirahat. Pengendalian marah dengan cara
ini menurut ‘Uthman Najati sangat mudah dilakukan, sebab
ketika orang sedang marah, biasanya menyakiti orang lain, baik
dengan tangan maupun dengan lisan, jadi media yang paling
ampuh untuk meredakannya yaitu dengan mengistirahatkan
badan dengan cara beristirahat. sebab jika keadaan fisik sudah
kembali segar, maka amarahpun akan sirna. Menurut-Nya, Nabi
pernah memberi isyarat kepada sahabat beliau untuk duduk
bila marah sedang berdiri, dan kalau juga belum sirna, maka
berbaringlah. sebab ketika duduk dan berbaring bisanya otot
akan menjadi kendor dan dapat mengurangkan ketegangan
yang diakibatkan oleh rasa marah.
Ketiga, katarsis yaitu satu cara meredakan amarah
dengan cara melampiaskan kemarahan ke objek lain yang tidak
merugikan diri sendiri atau orang lain. Contoh nya yaitu : (1)
meletuskan kantong plastik keras-keras, (2) memukul-mukul
bantal, (3) membanting-banting bola basket, (4) menulis surat
untuk melampiaskan marah, tapi kemudian dibakar dan (5)
melepaskan tenaga marah ke sasaran lain, dan menghindarkan
kekerasan. Not : Akan tetapi disini harus hati-hati, sebab pada
keadaan marah rasional tidak jalan, maka sering merugikan
diri sendiri dan juga orang lain, sebab katarsis yang dilakukan
sering kepada barang-barang yang berdekatan. Artinya bila
sedang berada di dapur, maka bisa saja barang pecah belah yang
di banting dan sebagainya.
Keempat, perubahan perasaan dari waktu ke waktudapat
dilakukan yaitu ; (1) sadari bahawa perasaan dapat berubah
dari waktu ke waktu, (2) janganlah menetap pada satu perasaan
tertentu terus-menerus, sebab akan terjebak dalam perasaan
itu, (3) ubah perasaan dari marah ke senang, dari sedih ke
gembira, dan (4) sadarilah bahwa perasaan negatif (marah
/ sedih) tidak akan hilang kalau difikirkan, tetapi perasaan
negatif dapat hilang bila diubah ke perasaan positif (senang /
gembira). Keempat cara-cara ini dapat dilakukan bila ada
keinginan yang besar untuk mengubah sesuatu dengan tujuan
positif, sehingga tidak larut dalam satu bentuk perasaan yang
menekan perasaan.
. Kebencian
Kebencian juga dapat diartikan bermacam-macam
antara lain: (1) kebencian merupakan salah satu rasa penolakan
atau ketidaksukaan, (2) kebencian bersifat menjauhkan,
menghindar, atau memusuhi, (3) kebencian merupakan emosi
yang bertolak-belakang dengan kasih sayang, (4 ) kebencian
dapat muncul mengikuti rasa marah. Freud dalam
penggunaan kata “benci”sama sekali tidak ada hubungan dengan
kasusenangan dan frustasi seksual seperti yang ada dalam kata
“cinta” sebaliknya yang ada hanya karakter menyedihkan.64
Kebencian ini juga salah satu kasus yang ditinggalkan pasca
konflik, sebab pada waktu konflik banyak keluarga kehilangan
orang-orang yang disayangi, dan sering korban yang mengalami
konflik bersenjata atau yang menyakitkan akan menolak atau
membenci hal yang berkaitan dengan kejadian ini . sebab
akan meningatkan mereka akan kejadian yang menyakitkan.
. Kekerasan
Kekerasan dapat dikatakan yaitu : (1) tindakan
menyerang orang lain atau sesuatu, (2) kekerasan dipicu
oleh kemarahan dan kebencian, (3) reaksi kekerasan sama
dengan reaksi ketakutan, hanya arahnya yang berbeda. Reaksi
kekerasan bersifat menyerang dan melawan, sementara reaksi
ketakutan bersifat lari dan menghindar, (4) tujuan kekerasan
yaitu kemusnahan, peniadaan, dan rasa sakit yang mungkin
sepadan dengan sakit hati yang kita alami. Martin Luther King,
Jr dalam Goleman bahawa: “The ultimate weakness
of violence is that it is a descending spiral, begetting the very thing it
seeks to destroy . Instead of diminishing evil, it multiplies it. Through
violence you may murder the liar, but you can not murder the lie, not
establish the truth. Through murder you murder the hater, but you
do not murder hate. In fact, violence merely increases hate... Hate
can not drive out hate; only love can do that”.
Kelemahan utama kekerasan yaitu ia seperti angin
pusar yang menghancurkan apapun yang dia lewati. Ia tidak
menghapuskan kejahatan, tapi menggandakannya. Dengan
kekerasan kamu dapat membunuh pembohong, tapi kamu
tidak dapat membunuh kebohongan. Dengan pembunuhan
kamu membunuh pembenci, tapi kamu tidak membunuh
kebencian. Kenyataannya, kekerasan hanya meningkatkan
kebencian. Kebencian tidak dapat menghapuskan kebencian;
hanya cinta yang dapat melakukannya.
. Depresi
Tim Penanggulangan Kesihatan Jiwa Akibat Bencana di
Aceh, kemurungan (depresi) merupakan gangguan
kesehatan mental yang ditandai dengan menghilangnya
perasaan (affect) positif, turunnya mood, dan beberapa sikap lain
seperti: hilangnya minat dan kesenangan terhadap hal sehari-
hari, yang biasanya turunnya mood menetap, tidak dipengaruhi
keadaan, tetapi dapat juga kembali normal lalu turun kembali.
Orang depresi dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan pada
fisik, perilaku.65 Chaplin depresi yaitu keadaan
kemurungan (kasusedihan, Kepatahan semangat) yang
ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan,
dan pesimisme menghadapi waktu hadapan, atau pada kasus
patologis, merupakan ketidakmauan ekstrem untuk mereaksi
terhadap peransang disertai menurunnya nilai-nilai diri,
delusi, ketidakpasan tidak mampu dan putus asa.
Pertama, ada tujuh gejala fisik antara lain: (1) sakit
kepala, (2) nyeri punggung, (3) gangguan tidur, (4) sering
terbangun awal hari, (5) gangguan makan, (6) letih yang
berlebihan, dan (7) gairah seksual menurun. Kedua, pada
65 Team Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa Akibat Bencana
di Aceh dan Sumatera Utara (2005) Buku Panduan Bagi Petugas Dan Relawan
Kesehatan Mental Ed.Januari 2005. Akibat Bencana Alam di Aceh dan Sumatera
Utara. Depkes: Jakarta.
prilaku ada sembilan gejala yang dapat dilihat yaitu: (1)
mengelakkan pergaulan dengan orang lain, (2) tidak mahu
bicara, (3) sering lupa, (4) putus asa, (5) bosan, (6) merasa tidak
berharga, (7) merasa gagal menyelamatkan diri sendiri dan
keluarga, (8) tidak mempedulikan lingkungan sekitar, dan (9)
ada fikiran atau usaha untuk membunuh diri. Pada umumnya
kemurungan dianggap sebagai penyakit yang akan sembuh
sendiri setelah mencapai waktu sekitar 6 bulan. Namun
melalui penelitian ternyata dijumpai kenyataan pada orang
yang menderita depresi (kemurungan), setelah 2 tahun: 20%
mati, 40% masih depresi, dapat disebut kronik bila mencapai
2 tahun. Angka kejadian depresi dipengaruhi: (1) gender, (2)
umur, (3) status perkahwinan, (4) Suku, (5) sosio ekonomi.
Cristian et al. dalam Fany bahawa pada
usia reproduksi, wanita lebih banyak mengalami kemelesetan,
sedangkan setelah usia 55 yang terjadi sebaliknya, pasangan
yang kawin tanpa anak, merupakan angka kejadian yang
paling kecil. Wanita cenderung lebih mudah terkena jenis yang
atipikal (tidak biasa) yang mempengaruhi hormon reproduksi
yang mengakibatkan respon yang berbeda terhadap perawatan.
hubungan dengan orang lain juga berpengaruh, kasusulitan
membina keintiman dan kesulitan mengatasi konflik juga
memdapatkan terjadi depresi.66
Lebowitz et al. bahwa: belum ada ujian
fisik yang mencukupi untuk mendiagnosis depresi, sebab
pengetahuan kita tentang penyebabnya juga masih rendah. Jadi
penilaian tahap keparahannya hanya Berdasar banyaknya /
parahnya gejala. Depresi ini dapat menjadi pencetus membunuh
diri, tetapi tahap kecenderungannya berbeda setiap orang.
66 Fany (2007) Depresi dan Cara Mengatasinya: Power Point Pada
Pelatihan Trauma Pada Remaja, Yang dilaksanakan Oleh YAKITA- UNICEF
Menurut fakta, depresi yaitu punca terbesar membunuh diri
pada orang dewasa yang lebih tua. Depresi dapat digolongkan
Berdasar jumlah dan tahap keparahan dari tanda yang
dimiliki, seperti: ringan, sedang, berat, dan atipikal / bertahan
terhadap perawatan.67 Secara garis besar perobatan depresi
dapat dibahagi 2, yaitu, Psikologikal, melalui terapi dan
farmakological melalui obat-obatan seperti obat anti depresan.
. Kecemasan (Anxiety)
Kecemasan yaitu perasaan ketakutan dan gugup.
Dalam situasi tertentu hal ini biasa, namun menjadi suatu
penyakit bila berlangsung lama (lebih dari 2 minggu),
mengganggu kehidupan pesakit, atau menyebabkan gejala
yang serius. Gejala yang ditunjukkan pada fisik: (1) merasakan
jantungnya berdebar-debar, (2) merasa tercekik, (3) pusing, (4)
gemetar, (5) sakit kepala, (6) merasa ditusuk-tusuk jarum di
kaki dan wajah. Pada perasaan: (1) merasa sesuatu yang sangat
buruk akan terjadi pada dirinya, (2) merasa takut. Pada pikiran:
(1) cemas berlebihan tentang waktu atau kematian dirinya, (2)
fikiran akan mati, hilang kontrol atau fikiran akan menjadi gila,
(3) memikirkan berulang-ulang fikiran yang membuat distress,
walau coba menghentikannya.
Pada Perilaku: (1) mengelakkan situasi di mana ia
takut, seperti pasar. Sebab-sebab seseorang cemas yaitu :
(1) waktu dalam hubungan, (2) kehilangan orang yang dekat,
(3) kehilangan pekerjaan, (4) menderita suatu penyakit, (5)
kesukaran dalam pekerjaannya, (6) kasulitan keuwangan, (7)
ahli keluarga sakit. Cemas juga dapat menimbulkan kepanikan.
National Collaborating Centre for Primary Care
kecemasan yaitu perasaan ketakutan dan gugup.
Dalam situasi tertentu hal ini normal, namun menjadi suatu
penyakit bila berlangsung lama (lebih dari 2 minggu),
mengganggu kehidupan penderita, atau menyebabkan
gejala yang serius.Sedangkan serangan panik yaitu ketika
kecemasan muncul secara tiba-tiba dalam keadaan yang parah,
biasanya berlangsung beberapa menit. Biasanya berkaitan
dengan serangkaian gejala fisik yang parah (jantung berdebar
cepat, kasulitan bernafas), hingga membuat penderitanya
merasa akan terjadi sesuatu yang sangat buruk, dan merasa
akan mati (takut setengah mati). Serangan panik dapat merasal
dari kecemasan yang teramat sangat, atau juga takut yang
berlebihan.
Gejala kecemasan dapat dilihat dari fisik: Merasakan
jantungnya berdebar - debar, merasa tercekik, mual, gemetar,
sakit kepala, merasa ditusuk-tusuk jarum di kaki dan wajah;
Pada perasaan: merasa sesuatu yang sangat buruk akan terjadi
pada dirinya, merasa takut; Pada pikiran cemas berlebihan
tentang waktu atau kematian dirinya, pikiran akan mati,
hilang kontrol atau pikiran akan menjadi gila, memikirkan
berulang-ulang pikiran yang membuat distress, walau mencoba
menghentikannya; Pada Perilaku, menghindari situasi dimana
ia takut, seperti pasar, gangguan tidur yang parah
Freud reaksi kecemasan (anxiety–reaction)
bila menimbulkan salah satu dari dua keadaan berikut:
yaitu perkembangan kecemasan yang merupakan ulangan
68 National Collaborating Centre for Primary Care (2004).
Anxiety;Management of anxiety (panic disorder,with or without agoraphobia, and
generalised anxiety disorder) in adults in primary, secondary and community care.
National Institute for Clinical Excellence: UK
dari pengalaman traumatis yang dialami pada waktu lalu,
terbatas pada sinyal yang kaseluruhan reaksinya dapat
beradaptasi dengan situasi bahaya yang baru entah dengan
melarikan diri, melawan atau munculnya pengalaman waktu
lalu kepermukaan, sehingga kaseluruhan reaksi kelelahan
dalam perkembangan kecemasan yang kondisi efektif nya
dilumpuhkan dan tidak dapat disesuaikan dengan situasi saat
itu. Hal ini dapat menimbulkan perasaan panik. Serangan
panik yaitu ketika kecemasan muncul secara tiba-tiba dalam
keadaan yang parah, biasanya berlangsung beberapa menit.
Pada gejala fisikal jantung berdebar cepat, kasulitan bernafas,
sehingga membuat penderitanya merasa akan terjadi sesuatu
yang sangat buruk, dan merasa akan mati. Serangan panik
dapat merasal dari kecemasan yang teramat sangat, atau juga
takut yang berlebihan, gangguan tidur yang parah.
Berkaitan dengan pembahasan tentang kecemasan,
obsesi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecemasan.
Obsesi yaitu suatu fikiran yang datang berulang. Misalnya
berfikir bahawa tangannya kotor, terutama setiap kali
menyentuh sesuatu. Seringkali ada hubungan antara
obsesi dengan kompulsi (mengerjakan sesuatu berulang kali).
Misalnya saja berfikir bahawa ia belum mengunci pintu, maka
ia akan berulang kali memeriksa pintu. Ada istilah kecemasan
itu menular, hal ini maksudnya yaitu ketika seseorang merasa
cemas, atau bahkan panik, ia seringkali mengungkapkan
kecemasannya itu kepada orang-orang sekitar. Ungkapan
kecemasannya itu dapat mempengaruhi fikiran orang-orang
sekitarnya, sehingga bila mereka tidak berusaha tetap
tenang dan berfikir rasional, mereka dapat ikut panik. Untuk
mengatasi kecemasan yang datang, perlu diadakan suatu
usaha menenangkan diri seperti relaksasi. bila memang
tidak berhasil dan kecemasan itu datang lagi, mencari bantuan
yang ahli yaitu jalan keluarnya. Relaksasi yaitu cara yang
sangat berguna untuk mengurangkan kasusan tekanan mental.
Kebanyakan kaedah relaksasi menggunakan beberapa bentuk
latihan pernafasan. Berikut ini akan dibahas mengenai salah
satu teknik latihan pernafasan. Latihan ini dapat dilakukan
kapan saja, sebaiknya dilakukan di kamar yang sepi dan
ditempat yang tidak akan terganggu, dan dilakukan setiap hari
selama 10 menit.
Langkahnya: (1) berbaring atau duduk dengan
posisi yang nyaman, (2) tutup mata, (3) setelah 10 saat,
konsentrasikan fikiran pada irama nafasnya, (4) konsentrasi
untuk bernafas dengan perlahan dan teratur melalui hidung,
(5) seberapa pelan dapat diatur dengan menarik nafas dalam
3 hitungan, menghembuskannya lagi dalam 3 hitungan, dan
diam sambil menghitung 3 hitungan sebelum menarik nafas
lagi, (6) saat menghembuskan nafas dapat dibarengi dengan
mengatakan dalam fikiran kata-kata menenangkan, seperti
‘santai’ atau istilah keagamaan, (7) manfaatnya akan dirasakan
dalam waktu 2 minggu. Dan dengan latihan yang cukup, ia akan
dapat melakukannya dalam situasi yang berbeda-beda.
Penanganan Trauma
Raymon Corsini bahwa manusia menjadi
sakit secara psikologis sebab pengalaman-pengalaman awal
yang membuat prustasi, yang kemudian mengkristal dalam
suasana batin tertentu. Sekali suasana bathin terbentuk,
maka sulitlah pengalaman-pengalaman itu untuk dihilangkan.
Selanjutnya pengalaman-pengalaman ini membentuk
individu semakin lama semakin tidak dapat diakses oleh
pengalaman-pengalaman kita, yang bergantung pada tingkat
kedalaman internalisasi. 69sebab sakit dan perasaan sakit
inilah harus ada rawatan yang terencana dan konprehensif,
sehingga manusia terbebas dari rasa sakit ini .
Rothbaum et al. rawatan untuk
pendedahan yang berpanjangan (Prolonged exposure) melalui
terapi kognitif yaitu lebih berkasusan daripada dipilih
perencat reuptake serotonin atau dari pada tidak ada
perawatan dalam mencegah post-traumaticstress disorder. Selain
itu ia juga bahwa perawatan dan pencegahan PTSD
dapat melibatkan penolong ketakutan, menghindari penyatuan
antara rangsangan traumatik dan respon ketakutan, atau
menggantikan persatuan itu dengan yang lain. Oleh sebab itu,
peneliti menduga bahwa meluahkan perasaan berkepanjangan
pada rangsangan tidak lama setelah peristiwa trauma akan
menghalangi PTSD.70
Baranowsky & Lauer 3 langkah untuk
trauma healing bagi siapa saja yang telah mengalami satu
peristiwa hebat yang telah menggangu kehidupan, yang ditulis
dengan menggunakan bahasa, Ia merupakan panduan untuk
membantu orang yang tidak hidup sepenuhnya, sebab mereka
dihantui oleh pengalaman atau peristiwa traumatik. Rencana
yang dapat memupuk pengawasan lebih awal atas aktivitas
semula orang. Yang lebih penting lagi, ia membantu mereka
menjadi hadir kembali dalam dunia mereka, dan hidup dengan
keyakinan dan rasa kesejahteraan. Sebagai ahli terapi, bekerja
dengan orang setiap hari yang telah hidup dengan melalui
berbagai pengalaman traumatik; Saya akan menpromosikan
betul buku ini. Sebab yang mudah dalam kasus ini yaitu
membuat perbedaan yang besar untuk jiwa yang mungkin tidak
akan mau untuk melakukan konseling profesional. sebab
asasnya dapat membantu orang meletakkan kehidupan mereka
kembali bersama-sama sekali lagi.
Untuk pengawalan korban trauma akibat peperangan
dan kekerasan yang dikatakan oleh Stradling ada beberapa
yang dapat dilakukan yaitu: Pertama, tingkatkan sensitivitas,
kenali gejala trauma pada orang-orang disekeliling, lakukan
pendekatan dengan lembut dan penuh kasih sayang, empati,
bertindak hati-hati, tawarkan bantuan rujukan kepada
professional. Kedua, respon professional (psikolog, psikiater,
dan kaunselor) untuk membantu survivor trauma terkait: (1)
Incident Stress Debriefing (CISD), (2) menceritakan kembali
peristiwa traumatik yang dialami secara berstruktur dalam
waktu 24-72 jam pasca terjadinya peristiwa traumatik, (hal
ini, masih diperdebatkan apakah baik untuk digunakan /
tidak), (3) kaunseling stress pasca trauma, (4) normalisasi
reaksi, (5) membantu proses coping. Sementara itu Kaplan
et al. ada dua macam terapi pengobatan yang
dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan
farmakoterapi dan psikoterapi.
Pertama, pengobatan farmakoterapi dapat berupa
terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang
sudah dikenal. Terapi anti depresive pada gangguan stres pasca
traumatik ini masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan
yaitu benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta –
seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Obat ini
biasanya diresepkan sebagai obat yang sudah diberikan sejak
lama dan kini dilanjutkan sesuai yang diprogramkan, dengan
kekecualian, yaitu benzodiazepin contoh, estazolam 0,5-1 mg per
os, Oksanazepam10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5-10 mg
per os, Klonaz-epam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2 mg
per os atau IM– juga dapat diguna-kan dalam UGD atau kamar
praktek terhadap ansie tas yang gawat dan agitasi yang timbul
bersama gangguan stres pasca traumatik ini .
Kedua, pengobatan psikoterapi. Para terapis percaya
bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan
efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management,
cognitive therapy, exposure therapy. Pada anxiety management,
terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk
membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui:
(1) relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan
kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok
otot -otot utama; (2) breathing retraining, yaitu belajar bernafas
dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan menghindari
bernafas dengan tergesa - gesa yang menimbulkan perasaan
tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti
jantung berdebar dan sakit kepala; (3) positive thinking dan self-
talk, yaitu belajar untuk menghilang-kan pikiran negatif dan
mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal –hal
yang membuat stress (stresor); (4) asser-tiveness training, yaitu
belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain; (5) thought
stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika
kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress
Dalam cognitive therapy, terapis membantu untuk
merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu
emosi dan mengganggu aktifitas. Misalnya seorang korban
kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri sebab tidak hati
-hati. Tujuan kognitif terapi yaitu mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa
pikiran ini tidak rasional untuk melawan pikiran ini
yang kemudian mengadopsi pikiran yang le bih realistik untuk
membantu mencapai emosi yang lebih seimbang (Anonim,
2005b).
Sementara itu, dalam exposure therapy para terapis
membantu meng-hadapi situasi yang khusus, orang lain,
obyek, memori atau emosi yang meng -ingatkan pada trauma
dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam ke
-hidupannya. Terapi dapat berjalan dengan cara: exposure in the
imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk mengulang
cerita secara detail sampai tidak mengalami hambatan
menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu
menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari
sebab menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misal:
kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah).
Ketakutan bertambah kuat jika kita berusaha mengingat situasi
ini dibanding berusaha lupakannya. Pengulangan situasi
disertai penyadaran yang berulang akan membantu menyadari
situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan
dapat diatasi .
Di samping itu, didapatkan pula terapi bermain ( play
therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan
PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan
PTSD. Terapis memakai permainan untuk memulai topik yang
tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu
anak lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman
traumatiknya , Terapi debriefing juga dapat
digunakan untuk mengobati traumatik. Meskipun ada banyak
kontroversi tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum
dan di dalam debriefing yang dipimpin oleh bidan. Cochrane
didalam systematic reviews-nya merekomendasi-kan perlu untuk
melakukan debriefing pada kasus korban -korban trauma . Selain itu, didapatkan pula support group therapy
dan terapi bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta
merupakan penderita PTSD yang mempunyai pengalaman
serupa (misalnya korban bencana tsunami, korban gempa
bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan
tentang pengalaman traumatis mereka, kemudian mereka
saling memberi penguatan satu sama lain (Swalm, 2005).
Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan
bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membuktikan
bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu
memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa
memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendam.
Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa
dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang
untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan
kecemasan .
Pendidikan dan supportive konseling juga
merupakan upaya lain untuk mengobati PTSD. Konselor
ahli mempertimbangkan pentingnya penderita PTSD (dan
keluarganya) untuk mempelajari gejala PTSD dan bermacam
treatment (terapi dan pengobatan) yang cocok untuk
PTSD. Walaupun seseorang mempunyai gejala PTSD dalam
waktu lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat
ditempuh yaitu mengenali gejala dan permasalahannya
sehingga dia mengerti apa yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya (Anonim, 2005b). Di lain pihak, sampai saat ini
masih didapatkan pula beberapa tipe psikoterapi yang lain.
Misalnya, eye movement desensitization reprocessing (EMDR),
hypnotherapy dan psikodinamik psikoterapi, yang seringkali
digunakan untuk terapi PTSD dan kadang sangat membantu
bagi sebagian penderita (Anonim, 2005b).76
Lise (2007) penanganan PTSD dapat
melalui kognitif terapi atau terapi tingkah laku dengan
psikiatri terlatih, psikologi, atau lain-lain profesional dapat
membantu perubahan emosi, pemikiran, dan tingkah
laku yang dikaitkan dengan PTSD dan dapat membantu
menguruskan panik, kemarahan, dan kebimbangan. Begitu
juga dengan obat-obatan tertentu dapat mengurangi gejala
seperti keresahan, impulsivity, kemurungan, dan insomnia
dan penurunan mendesak untuk menggunakan alkohol dan
obat-obatan lain. Kumpulan terapi dapat membantu pesakit
belajar untuk berkomunikasi perasaan mereka tentang trauma
dan mewujudkan satu rangkaian dukungan. Menjadi difahami
mengenai PTSD dan sharing informasi dengan keluarga dan
kawan-kawan dapat mewujudkan kesefahaman dan dukungan
sewaktu pemulihan.
NIMH (tt) perawatan utama bagi orang-
orang hidup dengan PTSD yaitu melalui psikoterapi
(“berbicara” terapi), obat-obatan, atau kedua-duanya. Semua
orang yaitu berbeda, jadi perawatannya juga berbeda antara
satu orang dengan orang yang lainnya, hal ini penting bagi
siapa saja yang menjaga dan merawat orang dengan PTSD
untuk pembekalan penjagaan kesehatan mental yang dialami.
Setengah orang dengan PTSD perlu mencoba perawatan yang
berbeda untuk mencari apa yang efektif untuk gejala mereka.
Jika seseorang berketerusan melalui trauma maka ia akan
PTSD, seperti kasus, kedua-dua hal ini harus dirawat.
Kasus lain yang sering berketerusan antara lain gangguan
panik, kemurungan, penyalahgunaan narkoba, dan ingin
membunuh diri.78 Selain Farmakoterapi dan Psikotherapi dapat
juga dilakukan melalui konseling, yaitu proses layanan bantuan
yang diberikan oleh seorang konselor kepada klien dalam
rangka membantu untuk preventif, kuratif, developmental dan
preservatif, agar mereka dapat hidup dan bertumbuh kembang
dengan baik secara individu maupun kelompok. membuat suatu bentuk piramid warga
Populasi setelah konflik perang Intervensi
Psikoterapi yaitu terapi “berbicara”. Ia melibatkan
percakapan dengan profesional kasehatan mental untuk
merawat penyakit mental. Psikoterapi dapat terjadi dengan
cara satu-satu atau dengan cara kelompok. Percakapan terapi
rawatan untuk PTSD biasanya berlangsung selama 6 hingga
12 minggu, tetapi dapat mengambil waktu yang lebih. Kajian
menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga dan rekan-
rekan dapat menjadi bahagian penting dalam terapi. Banyak
jenis psikoterapi yang dapat membantu orang dengan PTSD.
Setengah jenis sasaran gejala PTSD langsung yaitu tumpuan
kepada sosial keluarga memberi terapi lain, atau masalah yang
menentukan. Doktor atau ahli terapi dapat menggabungkan
terapi yang berbeda tergantung kepada kebutuhan setiap orang.
Satu terapi yang dapat membantu yaitu terapi tingkah laku
kognitif. ada beberapa bahagian untuk CBT, termasuk:
Pertama, Terapi terbuka. Terapi ini membantu rakyat
menghadapi dan mengawal ketakutan mereka. Ia meluahkan
mereka kepada trauma yang mereka alami dengan cara yang
selamat. Ia menggunakan imej mental, menulis, atau kunjungan
ke tempat di mana peristiwa itu terjadi. Terapi menggunakan
alat-alat untuk membantu orang dengan PTSD ialah dengan
menghadapi perasaan mereka. Penyusunan kembali kognitif.
Terapi ini membantu orang banyak untuk merasa kenangan
buruk. Kadang-kadang orang ingat peristiwa berbeda daripada
bagaimana ia terjadi. Mereka mungkin merasa bersalah atau
malu tentang apa yang bukan salah mereka. Terapi membantu
orang dengan PTSD yaitu dengan melihat apa yang terjadi
dalam cara yang realistik. Kedua latihan tekanan inokulasi.
Terapi ini mencoba untuk mengurangi gejala PTSD dengan
mengajarkan orang bagaimana untuk mengurangi keresahan.
Seperti penstruktural kembali kognitif, sebab perawatan
ini akan membantu orang banyak melihat kenangan mereka
dengan cara yang sehat.
Perawatan jenis lain juga dapat membantu orang
yang mengalami PTSD. Orang dengan PTSD perlu berbicara
tentang semua pilihan perawatan dengan ahli terapi mereka.
Doktor juga dapat menetapkan lain-lain tentang jenis obat,
seperti yang diuraikan di bawah. ada sedikit informasi
mengenai bagaimana kerja ini bagi orang-orang dengan PTSD
yaitu: (1) Benzodiazepin. obat-obatan ini dapat diberikan untuk
membantu orang beristirahat dan tidur. Orang yang mengambil
benzodiazepin mungkin mempunyai masalah ingatan atau
menjadi bergantung pada medication. (2) Antipsikotik. obat-
obatan ini biasanya diberikan kepada orang dengan gangguan
mental yang lain, seperti skizofrenia. Orang yang mengambil
antipsychotics dapat mendapatkan berat badan dan mempunyai
peluang yang lebih tinggi mendapat penyakit jantung dan
kencing manis. (3) Antidepresan lain. Seperti sertraline dan
paroxetine, fluoxetine anti depresan (Prozac) dan Citalopram
(Celexa) dapat membantu orang dengan PTSD, mengurangi
perasaan tegang atau sedih. Bagi orang yang mengalami PTSD
juga mempunyai gangguan kecemasan lain atau kemurungan,
anti depresan mungkin berguna dalam mengurangi gejala
penyakit ini.
Semua penyakit pasti ada obanya, tinggal bagaimana
sesorang melihat penyakit ini membahayakan atau
menyusahkan dirinya.Konflik bersenjata dan tsuami
merupakan musibah besar dalam kehidupan warga
terutama Aceh, sebab pasca peristiwa itu terjadi semua
orang sibuk menangani diri masing-masing padahal salah
satu perawatan dan yang efektif yaitu bila bergabung dalam
kelompok dan saling menceritakan penderitaan masing-
masing. sebab dengan menceritakan apa yang dirasakan di
dalam hati akan mengurangi beban dengan demikian juga
mengurangi kesedihan dan ini dapat mengurangi trauma.
Sepintas Tentang
Konflik dan Tsunami
di Aceh
. Konflik dalam warga
Konflik yang berkepanjangan yang telah terjadi di Aceh
merupakan pengalaman pahit yang tidak dapat dihilangkan
dengan mudah dalam satu individu, kelompok atau komunitas.
sebab ia menyatu dalam pikiran dan perbuatan dari semua
warga .
. Pengertian Konflik
Konflik secara umum sering terjadi pada satu individu,
kelompok, bahkan pada satu Negara. Chaplin
conflict (konflik) terjadinya secara bersamaan dua atau lebih
inpuls atau motif yang antagonistis. Satu konflik aktual itu
biasanya mempercepat satu krisis mental, dan bisa dibedakan
dari satu konflik akar (konflik dasar, root conflict) yang sudah
timbul sejak masa kanak-kanak, dan ada dalam kondisi lelap
tertidur atau kondisi tidak aktif.
Menurut Sondang Irene Sidabutar bahwa
dalam huruf Cina kata“konflik” berarti bahaya dan kesempatan.
Konflik memiliki dua sisi yang negatif (bahaya) dan yang positif
(kesempatan). Konflik juga suatu realitas yang sering dihadapi
sehari-hari di dalam korelasi ekonomi, politik, dan budaya yang
berpeluang penuh dengan perbedaan dan kepentingan.81
Konflik positif yaitu konflik yang bermakna
kesempatan sebab merupakan ambang menuju kepada
kesadaran baru, fase kehidupan baru, masuk dalam
pertumbuhan kepribadian yang lebih sehat dan sejahtera.
Sehingga dalam perubahan social, politik dan ekonomi, konflik
menjadi potensial hadir untuk suatu perubahan, sebab
pengololaan konflik secara bijak akan menghasilkan isue-isue
baru yang merubah pemikiran kepada arah yang lebih positif
dan akan melahirkan sejumlah kesempatan yang diinginkan.
Seperti berbagai konflik yang terjadi dalam warga Aceh,
telah menimbulkan banyak perubahan dan kesempatan yang
positif dalam warga menjalani suatu kehidupan, walaupun
dampak negatifnya juga banyak seperti stress, depresi, cemas
dan bahkan trauma.
Kebanyakan orang berfikir tidak nyaman hidup dalam
konflik, itu memang fakta yang tidak bisa disangkal oleh semua
orang, sebab di dalamnya sering mengandung kekerasan,
ancaman dan bahkan korban nyawa, tetapi disisi lain orang
juga tidak dapat menyangkal bahwa di dalam konflik sering
terjadi perubahan yang luar biasa dan kadang kalanya sangat
bermanfaat bagi kehidupan dari orang yang berkonflik ini .
Oleh sebab itu konflik itu harus dilihat dari dua sisi yaitu sisi
positif dan sisi negatif. Sisi positif konflik itu diperlukan pada
saat-saat tertentu untuk terjadinya suatu perubahan, tetapi
sisi negatif konflik itu ditakuti sebab dapat menimbulkan
dampak yang berkepanjangan di dalam kehidupan seseorang
atau sekelompok orang.
Sondang Irene E.Sidabutar kebanyakan
orang berfikir bahwa tiadanya konflik lebih baik dibandingkan
dengan hidup dalam situasi berkonflik. Dalam batas-batas
tertentu hal ini mungkin benar, meski demikian ketiadaan
konflik yaitu hal yang hampir mustahil, mungkin justru akan
menyebabkan warga apatis dan kehilangan kreativitas.
Selain itu juga di dalam warga yang damai dan harmonis
sekalipun tetap ada sasaran dan kepentingan yang berbeda juga
potensial munculnya konflik. Hal ini tidak perlu dilihat
sebagai hal yang negatif, tetapi akan lebih baik jika dipandang
sebagai prasyarat munculnya kesempatan baik, sebab
perbedaan pandangan akan disikafi secara terbuka dan bijak.
Di dalam realitas sosial sangat sedikit orang menganggap
konflik itu positif sehingga sering disikapi sangat berlebihan
dan pikiran rasionalpun hilang, maka akibat konflik ini
sering menjadi pemicu sakit mental, sebab sulit menerima apa
yang terjadi dari koflik ini .
. Bentuk- Bentuk Konflik di Aceh
Dalam seratus tahun terkhir, Aceh terus dilanda prahara
perang melawan Belanda pada (1873-1942), melawan Jepang
(1942-1945), perang Cumbok, DI/TII (1953-1958), G30 S
PKI (1965-1966) dan yang terakhir perlawanan Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) (1974-2006), sehingga bila diperhatikan
Aceh secara keseluruhan lebih banyak masa yang dilewati
oleh warga dalam kondisi konflik daripada masa yang
aman. Oleh sebab itu, secara psikologis kondisi ini sangat
membahayakan bagi generasi mendatang.
Aceh yaitu sebuah wilayah yang terletak diujung paling
barat negara kita .Negeri yang kaya budaya, beragam etnis dan
bahasa, namun menyatu dalam agama Islam yang dianut
manyoritas penduduknya. warga di Aceh dikenal sangat
agamis, heroik dan bahkan sangat berjasa dalam merebut
kemerdekaan. Ameer Hamzah bahwa Antony
Reid pernah menulis dalam bukunya “Asalmula konflik di Aceh”
bahwa sebab kepahlawananya yang sangat
menonjol maka Aceh sangat sulit di atur oleh orang lain. Dalam
warga Aceh terkenal juga pepatah “ bu biet ie biet (nasi
putih, air putih)” maksudnya negeri sendiri diurus sendiri.83
Konflik sudah terjadi sepanjang sejarah hidup manusia,
baik dibelahan dunia, negara kita maupun di Aceh konflik
ini sudah sering dialami. Dalam catatan sejarah dapat
dilihat berbagai konflik pernah terjadi di dalam warga
baik konflik-konflik laten maupun konflik manifest (terbuka),
seperti satu tragedi sekitar tahun 1965-1966 dimana ketika
jutaan orang ditangkap dengan paksa, dianiaya, diculik dan
ditahan, dilicehkan martabatnya bahkan meninggal tanpa tahu
dimana jasadnya dalam pergolakan PKI yang memperbutkan
kekuasaaan dalam NKRI, ini merupakan salah satu konflik
bahaya laten di negara kita . Akibatnya upaya-upaya mengangkat
konflik kepermukaan selalu mengalami rintangan dan ancaman
pada masa orde baru.
Keterbukaan informasi, baru dirasakan dalam
warga negara kita setelah jatuhnya presiden Suharto, sebab
penutupan dan pendistorsian informasi selama berpuluh tahun
dalam rezim ini telah membentuk paradigma berfikir,
sehingga pemberitaan-pemberitaan yang mengangkat tentang
konflik di masa lalu di beberapa daerah diwilayah di negara kita
menimbulkan guncangan kepada warga , seperti DOM
(Daerah Operasi Militer) di Aceh, Timor-Timor dan Papua yang
dikenal dengan operasi militer Operasi Jaringan Merah (OJM)
sehingga ketiga wilayah ini dikenal dengan three hot spot.
Selain daripada itu konflik berkekerasan juga terjadi di
beberapa daerah lainnya seperti peristiwa sambas, peristiwa
Poso (Sulawesi Tengah), dan peristiwa Ambon (Maluku). Konflik
dengan kekerasan ini hampir semuanya memperlihatkan
pola yang sama yaitu dalam konflik ini ribuan jiwa tewas,
luka-luka, kehilangan harta benda dan sebagainya.Sondang
Irene E.Sidabutar bahwa umumnya para analisis
membagi konflik yang terjadi di negara kita dalam 2 bentuk,
yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal.84
Pertama, konflik vertikal yaitu konflik yang terjadi
akibat dari ketidakpuasan warga terhadap cara-cara
pemerintah dalam menangani keinginan dan kebutuhan
warga seperti kesejahteraan, pengamanan. Selain itu juga
konflik yang terjadi antara aparat keamanan dengan massa dan
mahasiswa, termasuk juga konflik yang dianggap saparadis
seperti wilayah yang ingin memerdekakan diri seperti Aceh
dan Papua, dan juga konflik tentang protes warga akan
ketidakpuasannya kepada institusi Negara seperti tragedi
Nipah di Sampang dan tragedi Trisakti tahun 1998.
Kedua, konflik yang bersifat horizontal yaitu konflik
yang terjadi antar anggota kelompok warga dengan
warga sebab faktor ekonomi, sosial budaya, politik
dan SARA. Konflik ini tidak dapat dilepaskan dari kebijakan
pemerintah yang sering dianggap tidak adil sehingga memicu
munculnya konflik dan ini sering juga dikatakan sebagai
kekerasan komunal yakni kekerasan social antara dua atau
lebih kelompok komunitas atau satu kelompok menyerang
kelompok lainnya dan kemudian yang diserang kembali
membalas. Kelompok komunal dapat Berdasar kelas sosial,
etnisitas, agama, afiliasi politik atau perbedaan antara desa dan
lain-lain. Contoh dari konflik ini yaitu seperti kekerasan di
Maluku, Poso, dan Sambas.
Kedua bentuk konflik di atas dalam sejarah Aceh
tidaklah asing lagi, sebab puluhan tahun telah dirasakan
seperti DI –TII, Perang Cumbok, GAM dan sebagaimnya. Fikar
W.E bahwa dari hasil laporan Komnas HAM dan
Tim Pencarian Fakta yang dibentuk oleh Pemerintah negara kita ,
di tiga kabupaten di Aceh, yaitu: Pidie, Aceh Utara dan Aceh
Timur, menyebutkan bahwa banyak orang disiksa sampai mati,
warga dianiaya, hilang dalam penculikan, anak menjadi
yatim, wanita diperkosa, isteri menjadi janda, sekolah dibakar,
rumah, fasilitas umum dirusak, pada masa Daerah Operasi
Meliter (DOM) -1 di Aceh. Kenyataan pahit yang terjadi di
dalam warga Aceh, belum begitu sempurna sebab hanya
Berdasar data pada waktu sebelum tahun 2000, sedangkan
tahun selanjutnya pada masa pemberlakuaan DOM-II, banyak
yang belum ada data secara terperinci.
Dampak dari peristiwa konflik ini di atas,
menyebabkan, lebih kurang dua puluh ribu anak-anak
Aceh di kategorikan sebagai Children Especially in Difficult
Circumstances, di mana keadaan kesehatan yang buruk,
pendidikan terancam, bahkan mereka menjadi objek eksploitasi
dan sasaran kekejaman, dan ribuan lainnya telah menjadi anak
terlantar, berhenti sekolah dan tidak mempunyai masa depan.
Selanjutnya, Fikar W. E bahwa kanak-kanak yang
mengalami kesulitan yang telah di katakan di atas harus di
utamakan dalam pengawalannya, agar mereka dapat hidup dan
berkembang secara baik.
Selain itu katanya anak-anak juga mempunyai beberapa
hak yang perlu dan harus diberikan jaminan seperti: (1) hak
kelansungan hidup (survival rights), (2) hak perlindungan
(protection rights), (3) hak untuk berkembang (development
rights), (4) hak untuk berpertisipasi (perticipation rights), dan
(5) hak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya (shall not be
separated form parents rights), semua hak-hak anak ini
telah diakui secara universal.
Kesemua tindakan kekerasan yang di alami kanak-kanak
pada masa konflik bersenjata di Aceh, merupakan sekelumit
masalah dari rentetan peristiwa konflik yang memilukan
hati berbagai pihak, sebab kanak-kanak ini pada saat
ini sudah tumbuh dan membesar menjadi remaja yang akan
menjadi penerus bangsa dimasa depan. Mereka seharusnya
memiliki fisik dan mental yang kuat, tetapi dalam realitas
sekarang ini, banyak remaja khususnya para mangsa konflik
kurang memiliki kecakapan intelektual, emosi yang tidak
stabil dan tidak adanya keseimbangan spiritual, sebab mereka
tumbuh dan berkembang di dalam situasi yang tidak kondusif.
Anak-Anak Aceh pada masa itu banyak tidak mendapatkan
kebutuhan dasar yang berkecukupan sehingga mereka kurang
berkembang baik.
Menurut Pertama, D.P. yang mengutip pernyataan
Maslow kebutuhan dasar manusia secara umum yaitu
berjenjang, yaitu: (1) kebutuhan fisik (physiological needs),
(2) kebutuhan rasa keamanan dan kesehatan (security or
safety need), (3) kebutuhan berwarga (social needs), (4)
kebutuhan untuk menerima dan bekerja sama dalam kelompok
(affiliation or acceptance needs), kebutuhan untuk di puja dan
dihargai (esteem or status needs) dan, (5) kebutuhan akan
aktualisasi diri (self actualization needs).86
Wilis, S. mengutip pernyataan Sigmund Freud yaitu “The
root of adult behavior in early childhood impulses and unraveled
the drivingforces of mankind in their infantile beginning.” Yang
bermaksud bahawa perilaku orang dewasa di tentukan
oleh kehidupan di zaman kanak-kanak, bahkan kehidupan
kemanusiaan saat ini, di tentukan oleh permulaan masa kecil.
Selain itu, Freud juga bahwa “the child id the father
of man” yang bermaksud zaman kanak-kanak merupakan ayah
dari manusia.
Selain itu, Harlock bahwa, teori Freud di atas
di kuatkan lagi oleh Erikson, yang melakukan kajian klinikal
sejak bayi hingga dewasa, kemudian menarik suatu kesimpulan
bahwa zaman kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia
dari seorang manusia, di mana tempat kebaikan dan keburukan
secara perlahan dan jelas akan berkembang dan mewujudkan
dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan akan terwujud secara
optimum bila di dukung oleh berbagai faktor, salah satunya
yaitu lingkungan baik dalam keluarga, sekolah maupun
warga . Lingkungan yang kondusif akan melahirkan anak-
anak yang normal secara intelektual, emosional dan spiritual
sehingga dapat berkembang secara seimbang. Akan tetapi bila
selalu di dalam konflik akan berdampak kepada psikologis
seperti stress dan trauma. 88
. Faktor-Faktor Penyebab Konflik
Dari fenomena–fenomena konflik yang terjadi sangatlah
beragan dan berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah
lain, antara satu provinsi dengan provinsi yang lain, akan
tetapi biasanya factor penyebab konfliknya tidaklah berbeda,
yaitu pada umumnya konflik itu terjadi dalam warga baik
secara individual maupun kelompok disebakan oleh factor: (1)
ekonomi, (2) social budaya, (3) politik, (4) pendidikan dan (5)
Agama.
Faktor Ekonomi.
Dalam kehidupan individu, kelompok kecil, komunitas,
maupun suatu negara semua membutuhkan hidup yang layak
dalam segala aspek kehidupan, salah satunya yaitu aspek
ekonomi. Dalam kehidupan berwarga kebutuhan akan
kemapanan ekonomi yaitu suatu hal yang mutlak. sebab
semua keperluan yang dibutuhkan hanya dapat diwujudkan
dengan kecukupan secara finansial dan untuk itu berbagai
cara orang-orang akan mencari kapanpun dan dimanapun ia
berada. Kadangkala untuk mendapatkan apa yang diinginkan
mereka rela berkonflik satu sama lain bahkan walaupun sesama
saudara. Dalam pemenuhan ekonomi keluarga misalnya,
seorang suami akan mencari nafkah dengan cara apapun untuk
menghidupi keluarganya, untuk membuat keluarganya bahagia,
sejahtera dan sebagainya. Untuk hal ini kadangkala ada
yang menempuh dengan cara-cara yang tidak halal sehingga
memakan hak orang lain.
Secara psikologi kebutuhan ekonomi dalam konteks
keuangan merupakan kebutuhan fisik dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. Bila kebutuhan
ini tidak terpenuhi maka dalam kehidupan akan merasa kesal,
kecewa bahkan sering memunculkan perilaku kekerasan.
sebab keberadaan ekonomi atau keuangan merupakan tingkat
yang paling dasar dalam hirarki need Maslow. Bila kebutuhan
ini tidak terpenuhi, maka kebutuhan lain tidak akan tercapai.
Dalam warga factor kesenjangan ekonomi paling
banyak memicu konflik, baik antar individu antar keluarga,
antar tetangga dan antar komunitas ini selalu di depan sebab
kesenjangan ini membuat tingkat kepuasan manusia
juga berbeda, orang akan menganggap bahwaorang kaya dapat
bertindak seenaknya, dan orang miskin tidak dianggap ada
dan tidak diperhitungkan di dalam kelompoknya. Kondisi ini
sering membuat warga golongan bawah merasa rendah
diri, tidak dapat berpartisipasi aktif di dalamnya dan juga tidak
dapat bekerja sama. Sehingga tidak jaranga kalau ada kegiatan
selalu memunculkan konflik.
. Faktor Sosial Budaya
Dalam sosial budaya konflik sering terjadi dengan
berbagai cara. Misalnya perselisihan antar satu orang dengan
orang lain, satu orang dengan kelompok, satu keluarga dengan
keluarga yang lain, satu kelompok dengan kelompok yang
lain, satu desa dengan desa yang lain. Ragam perselisihan ini
sering yang menjadi pemicu yaitu perselisihan pendapat,
perselisihan adat, perselisihan gaya hidup dan sebagainya.
Ketidaksamaan atau keberagaman pola dan gaya inilah dalam
sosial kewarga an menjadi berwarna sehingga jika satu
warna tidak cocok dengan warna yang lain, maka mulai orang-
orang akan mencari pembenaran diri, sehingga tidak jarang
akan memicu konflik horizontal.
Abdurrahman perselisihan-perselisihan
pada umumnya menghasilkan disharmonisasi hubungan
antara satu dengan lainnya, bahkan dapat meluas pada
hubungan disharmonisasi keluarga, bahkan juga terjadi
permusuhan dan tidak jarang sampai terjadi benturan fisik,
pembunuhan dan dendam kesumat, sehingga berakibat
kepada ketidakseimbangan dalam kehidupan warga .89
Perselisihan antar sesama warga warga merupakan
akibat dari terjadinya benturan berbagai permasalahan
yang menyangkut dengan kepentingan dalam membangun
hubungan antara satu dengan lainnya, komunikasi antara satu
dengan lainnya biasanya tidak selalu mulus. Berbagai sebab
bisa menimbulkan perselisihan, misalnya sebab berbeda
pendapat, menyinggung perasaan, merasa terhina, merasa
tertuduh, gossip, perdebatan, penipuan berbagai bentuk lain
yang bersumber dari informasi negatif.
Perselisihan dalam adat budaya sering terjadi dalam
suatu komunitas yaitu pada prosesi adat perkawinan (bawaan,
tatacara), prosesi turun sawah, prosesi turun tanah penentuan
tapal batas, penyalahgunaan fungsi tuhapheut, ketidak fahaman
aparatur Desa, kurangnya koordinasi, tumpang tindih jabatan,
dan pada bentuk-bentuk nilai penghargaan dan sebagainya. Di
Aceh saat sekarang yang paling terasa yaitu dampak konflik
bersenjata antara GAM dan NKRI, dimana warga sulit
berkomunikasi, sebab banyak tekanan dari pihak-pihak yang
berkuasa.
. Faktor Sosial Politik
Konflik yang ditimbulkan dalam sosial politik sangat
beragam, dari perebutan kekuasaan, wewenang, tanggung
jawab dan otoritas hak dan kewajiban sampai perebutan harga
diri yang egoistis. Dalam perebutan kekuasaan ada tiga aspek
yang sering menimbulkan konflik berpanjangan baik vertical
maupun horizontal yaitu: legislative, eksekutif dan yudikatif.
Pertama dalam perebutan kekuasaan legislatif. Dalam
sejarah negara kita dan Aceh stiap mendekati pemilihan
legislative banyak konflik terjadi dalam warga , mulai dari
silang pendapat, beda dukungan, beda pendapatan, beda social
budaya dan sampai dalam hal beda agama dijadikan sebagai
alat untuk menimbulkan konflik, sehingga tidak kurang pasca
pemilihan banyak individu bertengkar antar dukukungan,
antar kelompok, dan antar partai, dan bahkan antar keluarga.
Selain itu banyak juga balon dan calon yang stress, depresi dan
bahkan ada yang masuk rumah sakit jiwa, sebab tidak tahan
dengan berbagai tekanan yang terjadi. Yang menang kadang
sangat susah diakui apalagi yang kalah.
Konflik ini pada awal yaitu konflik horizontal, akan
tetapi dapat berlanjut menjadi konflik vertical, sebab
kebijakan, peraturan tidak memihak kepada rakyah. dengan
ekstrem kekuasaan tertinggi yaitu kekuasaan legislative,
yakni kekuasaan pemerintah Negara untuk membentuk
undang-undang.Tetapi sebenarnya yaitu untuk menegaskan
bahwa kekuasaan itu ada di tangan rakyat melalui volente
general yang banyak diartikan sebagai pemilihan umum. Tetapi
kita tidak bisa lupa titik jenuh dari proses ini akan kembali
pada gerakan rakyat, artinya fungsi legislatif akan kembali
kepada pemiliknya semula yaitu rakyat. Jadi bila tidak bisa
menjalankan kontrak social secara konsisten disanalah peran
LSM, yakni memastikan bahwa rakyat memiliki kedaulatan
lewat peran-peran social politik yang dilakukan.90
Dalam pengambilan peran inilah semakin sering terjadi
berbagai konflik vertical dan horizontal yang kadangkala
membawa kepada kekerasan, korban jiwa, bahkan korban harga
diri sebab yang diperebutkan kadang kadang tidak sesuai
dengan harapan, dan hal ini tidak jarang akan menimbulkan
stress dan trauma yang berpanjangan dalam social warga .
Konflik di Aceh yang berkepanjangan tidak hanya melamahkan
secara ekonomi, budaya dan sumber daya manusia, tetapi juga
mematahkan semangat dan menghambat demokrasi yang
didambakan oleh semua rakyat.
Kedua, konflik perebutan eksekutif, dalam hal ini dapat
dilihat dalam pemilihan Bupati dan wakil Bupati, Walikota
dan wakil Walikota, Kechik dan Sekdes, bahkan sampai pada
perebutan kepala-kepala SKPA dan SKPD semua ini dapat
menimbulkan konflik, sebab secara umum semua orang
tidak mampu memenuhi keinginan semua orang, sehingga
90 Wiratmadinata (2006) Bertanya Tentang bangsa: Sebuah Refleksi atas
wacana integrasi negara kita ,
ketika berbeda kepentingan, berbeda kebutuhan dan berbeda
pendapat menjadi pemicu yang luar biasa untuk terjadinya
konflik baik vertical maupun horizontal, Jadi sebenarnya
dimana mana dalam kehidupan manusia selalu ada konflik,
akan gtetapi bagaimana mengolola dan menangani konflik itu
yang menjadi hal paling penting.
Ketiga, dalam yudikatif. Konflik yang terjadi dalam
lembaga ini merupakan konflik elit yang kadangkala sangat
sulit dijangkau oleh warga biasa, sehingga tidak heran
dalam kiprah dan penanganan berbagai kasus yang menyakut
persoalan yudikatif sulit untuk dilakukan dan sulit muncul
kepermukaaan, namun tidak jarang konflik ini juga sering
terjadi. Oleh sebab itu tidak heran bila ada yang
bahwa konflik pada saat tertentu itu sangat diperlukan tetapi,
pada saat yang lain konflik kan membawa malapetaka, seperti
dalam kancah perebutan kekuasaan tertinggi dalam sejarah
negara kita dan Aceh, ketiga lembaga ini saling tarik menarik
sehingga menimbulkan perpecahan.
. Faktor Agama
Konflik berkekerasan atas nama agama hingga saat ini
sepertinya tidak akan pernah habisnya didalam negeri ini,
seperti kasus protes pelaksanaan conference tritunggal maha
kudus yang digelar tanggal 24-29 juli tahun 2007 oleh ummat
Khatolik lembah Karmel Puncak Jawa Barat; kasus ahmadiyah
dan ajaran sesat Millata Abraham. Semua kasus ini
telah membawa warga kedalam konflik berkekerasan,
sehingga banyak korban jiwa.Persolaan ini terjadi sebab
ketidak percayaan dan ketidak fahaman warga tentang
ajaran Islam dengan kaffah sehingga masih banyak keraguan
di dalamnya.
Azyumardi Azra bahwa ada dua jawaban
kenapa terjadi hal yang demikian, yaitu: pertama hingga saat
ini sikap saling curiga diantara umat beragama berbeda masih
sangat kuat, misalnya kecurigaan didalam umat Islam, bahwa
lembaga umat kristiani terus melakukan berbagai upaya
untuk mengkrestianikan ummat, sebaliknya umat kristiani
mencurigai umat Islam terus berusaha menciptakan Negara
Islam di negara kita . Kedua, bahwa hingga saat ini dialog umat
beragama hanya baru menyentuh level atas pemuka-pemuka
agama, baik pada tingkat Nasional maupun pada level daerah.
Walaupun dialog-dialog intra maupun antar umat beragama
terus dilakukan tetapi hanya menyentuh golongan atas belum
sampai pada tat