bencana alam 2

 



an, atau bimbang, kehilangan minat 

dalam aktiviti-aktiviti yang menyenangkan pada waktu lalu, 

menghadapi masalah yang mengingati peristiwa berbahaya. 

Atau dapat dikatakan menghindar dari perkara dan gejala yang 

dapat mencetuskan, mengingatkan seseorang pada peristiwa 

traumatik. Gejala-gejala ini dapat menyebabkan seseorang 

untuk menukar rutinitas peribadi beliau. Sebagai contoh, 

setelah kecelakaan kereta yang parah, seseorang  yang biasanya 

supir dapat menghindar menyupir;

Ketiga, Hyperarousal symptoms yaitu: Sebagian mudah 

terperanjat, merasa tegang atau ”di pinggirkan, mempunyai 

kasusukaran tidur, dan /atau mempunyai ledakan marah. Atau 

dapat dikatakan gejala hyperarousal biasanya berketerusan, 

dan bukannya dicetuskan oleh perkara-perkara yang 

mengingatkannya pada salah satu peristiwa traumatik.

Mereka dapat membuat seseorang merasa tertekan 

dan marah. Gejala-gejala ini dapat membuat ia sukar untuk 

melakukan tugas-tugas sehari-hari, seperti tidur, makan, 

atau tumpuan. Ia yaitu  alamiah untuk mempunyai beberapa 

gejala-gejala ini setelah peristiwa berbahaya. Kadang-kadang 

orang mempunyai gejala yang sangat serius yang hilang setelah 

beberapa minggu. Ini dinamakan gangguan tekanan akut, atau 

ASD. bila  gejala lalu lebih daripada beberapa minggu dan 

menjadi satu waktulah yang berterusan, mereka mungkin 

PTSD. Setengah orang dengan PTSD tidak menunjukkan 

sebarang tanda-tanda untuk beberapa minggu atau bulan.

Brewin et al,   faktor-faktor yang berisiko 

untuk mengalami PTSD yaitu  hidup dalam peristiwa trauma 

dan bahaya, mempunyai sejarah sakit mental, mendapat 

cedera, melihat orang cedera atau terbunuh, perasaan seram, 

tidak berdaya, atau ketakutan melampau, tidak mendapat 

sokongan sosial  setelah peristiwa ini , berurusan dengan 

tekanan tambahan setelah peristiwa itu, seperti kasusakitan 

kehilangan yang dikasihi, dan kecederaan, atau kehilangan                   

kerja atau rumah.  Charney   faktor yang dapat 

mengurangkan resiko PTSD yaitu : mencari dukungan 

dari orang lain, seperti rekan-rekan dan keluarga, mencari 

dukungan group setelah peristiwa traumatik, perasaan yang 

baik mengenai tindakan sendiri dalam menghadapi bahaya, 

mempunyai strategi menghadapi, atau cara mendapatkan 

melalui acara yang buruk dan belajar daripada ia, sebagian  

mampu untuk bertindak dan merespon setiap kasus walaupun 

perasaan takut.

 Dampak Konflik Pada Psikologis

Akibat konflik bersenjata yang berpanjangan terjadi 

dalam suatu kelompok sosial atau sebuah Negara, akan 

mengakibatkan ramai warga  mengalami trauma 

psikologis, terutama anak dan remaja yang mengalami 

langsung peristiwa traumatik. Salah seorang psikolog  yang 

sering menangani korban di Aceh, yaitu Nurjanah  Nitura 

  dalam suatu komprensi kasus bahawa, symptom 

PTSD yang sering dialami korban pasca konflik bersenjata di 

Aceh antara lain, dari segi emosional akan timbul  perasaan 

marah, benci, stres karana kedukaan yang dalam, kekecewaan 

dan kegelisahan, ketakutan yang berlebihan, dan sebagainya. 

. Perasaan Marah

Aristoteles dalam Goleman   bahawa semua 

orang dapat marah. Itu mudah sekali. Tapi marah pada orang 

yang tepat, dengan tingkat kemarahan yang tepat, pada waktu 

yang tepat, untuk alasan yang tepat dan dengan cara yang 

benar, itu baru sulit.61  Marah dapat diartikan sebagai emosi 

yang bersifat negatif yang biasanya dapat menyebabkan 

pencerobohan, menyakiti dan bahkan dapat merosakkan. 

Caplin   bahawa, marah, murka, berang, gusar, 

kemarahan, keberangan, kegusaran (anger) diartikan sebagai 

reaksi emosional akut yang ditimbulkan oleh berbagai situasi 

merangsang, termasuk ancaman, pencerobohan lahiriah, 

pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan, atau frustasi 

yang dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem saraf otonomik, 

terutamanya oleh reaksi kekecewaan pada bahagian simpatetik, 

dan secara implisit di sebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, 

baik yang bersifat somatis atau jasmaniah maupun yang verbal 

atau non verbal.

‘Utman Najati   bahwa, marah itu merupakan 

emosi yang sifatnya fitrah dan akan muncul ketika salah satu 

motivasi asas seseorang tidak dipenuhi.Jika ada sesuatu yang 

menghalang manusia atau binatang untuk mendapatkan tujuan 

tertentu yang ingin diraih demi mencapai kebutuhannya, 

maka dia akan marah, berontak dan melawan penghalang 

ini . Dan juga rela berkorban untuk mengalahkan dan 

menyingkirkan penghalang yang ada di hadapannya, sehingga 

dia berhasil memperolehi kebutuhannya. Kadar rasa marah 

yang di timbulkan sangat bergantung kepada seberapa penting 

kebutuhan ini  harus dipenuhi.


 Pengaruh Marah Terhadap Perilaku

Berbagai reaksi fisik akan timbul ketika seseorang 

sedang marah, dan akan membuat banyak perubahan pada 

organ fisiknya, ada yang bersifat dalaman seperti jantung 

berdebar-debar, perut mengerut, aliran darah mendesak ke 

dada sampai akhirnya membuat wajah menjadi merah padam. 

Sedangkan yang bersifat luaran seperti perubahan roman 

muka, perubahan suara, dan tegangnya otot pada bahagian 

tubuh. Organ tubuh itu akan dipenuhi darah akibat jantung 

mengepam darah kebahagian atas badan, khususnya bahagian 

kepala, seperti telinga dan wajah memerah, ketika seseorang 

marah, dan suhu tubuhnya menjadi panas. Untuk meredakan 

panas yang paling cepat yaitu  dengan air, makanya Nabi 

menyuruh ummatnya bila  sedang marah, sebaiknya dia 

berwudhuk, sebab  dengan airlah baru bisa memadamkan bara 

api. 

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Ingatlah, 

sesungguhnya marah itu yaitu  bara api yang ada  dalam hati 

anak keturunan Adam, Tidakkah kalian melihat warna merah 

kedua matanya dan urat-urat lehernya yang mengembang ketika 

seseorang sedang marah” Hadis Riwayat At-Turmudzi dalam 

‘Utsman Najati.

 Pengaruh Marah Terhadap Otak

Ketika seseorang marah dan emosi, otak tidak akan 

berfungsi secara baik, oleh sebab  itu seringkali seseorang akan 

menyesali keputusan dan kenyataan apapun yang dikemukakan 

ketika ia dalam keadaan marah, Berdasar  pertimbangan ini, 

Rasulullah sentiasa menasihati sahabat beliau, untuk tidak 

memutuskan sesuatu hukuman apapun bila dalam keadaan 

marah. Selain itu Rasulullah juga bersabda, yang bermaksud 

“tidak (dianggap sah) talaq dan memerdekakan hamba (yang 

di ucapkan) ketika keadaan sangat marah” Hadis riwayat dari 

‘Aisyah RA.

sebab  sesungguhnya luapan emosi berlebihan 

merupakan keadaan yang dapat menyebabkan otak tidak 

dapat bekerja secara baik, dan juga tidak akan dapat berfikir 

rasional, sehingga keputusan yang diberikan pada keadaan 

emosi tidak stabil, sering sekali tidak tepat sasaran, merugikan 

diri sendiri dan juga orang lain. Kasus marah juga akan 

mempengaruhi emosi lain seperti timbul rasa benci. Rasa 

benci merupakan lawan dari rasa cinta. Terkait dengan ini 

manusia akan mencintai sesuatu bila itu bermanfaat baginya, 

dan akan membenci bila sesuatu itu tidak menyenangkan 

dan tidak menguntungkan dirinya. Yang perlu diingat yaitu  

segala sesuatu yang dapat membangkitkan rasa marah, juga 

dapat membangkitkan rasa benci, sebab  rasa marah dan rasa 

benci itu sama-sama ditimbulkan oleh suatu keinginan yang 

terhalang, yang membuat orang akan melakukan apa saja 

untuk menghilangkan penghalang ini .

Diane Tice dalam Daniel Goleman  tentang 

strategi yang sering dikemukakan orang untuk meredakan 

amarah yang efektif yaitu  pergi menyendiri sembari 

mendinginkan amarah ini , dan juga dapat dilakukan 

dengan berolah raga. Untuk kaum lelaki sering pergi dengan 

mengendarai mobil, akan tetapi sebenarnya yang lebih aman 

yaitu  berjalan kaki, sebab  dapat membakar kalori sehingga 

emosi marah dapat teralihkan. Selain itu juga dapat dilakukan 

dengan relaksasi, dengan bersemedi dan menarik nafas dalam-

dalam dan mengeluarkannya secara berulang dan teratur, juga                     

mengendorkan otot-otot yang tegang. Amarah yang meluap-

luap akan membahayakan fisik sebab  dapat meninggikan 

tekanan darah, mempercepat pacu jantung, dan bila kondisi 

pembuluh darah tidak lancer atau tersumbat bahkan akan 

berakibat pecahnya pembuluh darah dan berakibat kematian.

Oleh sebab  itu, hindari amarah dan rasa benci di dalam diri.

Di bawah ini dapat dilihat perbedaan rasa marah dengan rasa 

benci.

berwudhuk, (2) beristirahat, (3) melakukan katarsis, (4) 

membuat perubahan perasaan dari waktu kewaktu.

Pertama berwudhuk, ini merupakan cara yang paling 

mudah dan tidak memerlukan dana untuk mengendalikan 

amarah yang timbul pada diri seseorang. sebab  dengan 

berwudhuk muka dan telinga yang merah, dan suhu badan yang 

panas akibat jantung mengepam darah kebagian kepala ketika 

marah, akan menjadi dingin dengan sentuhan air, apalagi dengan 

mengucapkan ayat-ayat Allah SWT, hati menjadi tersentuh. 

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud “Sesungguguhnya 

rasa marah itu termasuk (godaan) syaitan. Dan sesungguhnya 

Syaithan itu diciptakan dari api. Sesungguhnya api itu hanya 

dapat dipadamkan dengan air. Oleh sebab  itu, jika salah 

seorang dari kamu marah, maka hendaklah dia berwudhuk” 

(Hadis Riwayat Abu Daud,) 

Kedua, berisitirahat. Pengendalian marah dengan cara 

ini menurut ‘Uthman Najati sangat mudah dilakukan, sebab  

ketika orang sedang marah, biasanya menyakiti orang lain, baik 

dengan tangan maupun dengan lisan, jadi media yang paling 

ampuh untuk meredakannya yaitu  dengan mengistirahatkan 

badan dengan cara beristirahat. sebab  jika keadaan fisik sudah 

kembali segar, maka amarahpun akan sirna. Menurut-Nya, Nabi 

pernah memberi isyarat kepada sahabat beliau untuk duduk 

bila marah sedang berdiri, dan kalau juga belum sirna, maka 

berbaringlah. sebab  ketika duduk dan berbaring bisanya otot 

akan menjadi kendor dan dapat mengurangkan ketegangan 

yang diakibatkan oleh rasa marah. 

Ketiga, katarsis yaitu  satu cara meredakan amarah 

dengan cara melampiaskan kemarahan ke objek lain yang tidak 

merugikan diri sendiri atau orang lain. Contoh nya yaitu : (1)                       

meletuskan kantong plastik keras-keras, (2) memukul-mukul 

bantal, (3) membanting-banting bola basket, (4) menulis surat 

untuk melampiaskan marah, tapi kemudian dibakar dan (5) 

melepaskan tenaga marah ke sasaran lain, dan menghindarkan 

kekerasan. Not : Akan tetapi disini harus hati-hati, sebab  pada 

keadaan marah rasional tidak jalan, maka sering merugikan 

diri sendiri dan juga orang lain, sebab  katarsis yang dilakukan 

sering kepada barang-barang yang berdekatan. Artinya bila 

sedang berada di dapur, maka bisa saja barang pecah belah yang 

di banting dan sebagainya.

Keempat, perubahan perasaan dari waktu ke waktudapat 

dilakukan yaitu ; (1) sadari bahawa perasaan dapat berubah 

dari waktu ke waktu, (2) janganlah menetap pada satu perasaan 

tertentu terus-menerus, sebab  akan terjebak dalam perasaan 

itu, (3) ubah perasaan dari marah ke senang, dari sedih ke 

gembira, dan (4) sadarilah bahwa perasaan negatif (marah 

/ sedih) tidak akan hilang kalau difikirkan, tetapi perasaan 

negatif dapat hilang bila diubah ke perasaan positif (senang / 

gembira). Keempat cara-cara ini  dapat dilakukan bila ada 

keinginan yang besar untuk mengubah sesuatu dengan tujuan 

positif, sehingga tidak larut dalam satu bentuk perasaan yang 

menekan perasaan.

.  Kebencian 

Kebencian juga dapat diartikan bermacam-macam 

antara lain: (1) kebencian merupakan salah satu rasa penolakan 

atau ketidaksukaan, (2) kebencian bersifat menjauhkan, 

menghindar, atau memusuhi, (3) kebencian merupakan emosi 

yang bertolak-belakang dengan kasih sayang, (4 ) kebencian 

dapat muncul mengikuti rasa marah. Freud   dalam 

penggunaan kata “benci”sama sekali tidak ada hubungan dengan 

kasusenangan dan frustasi seksual seperti yang ada dalam kata 

“cinta” sebaliknya yang ada hanya karakter menyedihkan.64   

Kebencian ini juga salah satu kasus yang ditinggalkan pasca 

konflik, sebab  pada waktu konflik banyak keluarga kehilangan 

orang-orang yang disayangi, dan sering korban yang mengalami 

konflik bersenjata atau yang menyakitkan akan menolak atau 

membenci hal yang berkaitan dengan kejadian ini . sebab  

akan meningatkan mereka akan kejadian yang menyakitkan.

. Kekerasan

Kekerasan dapat dikatakan yaitu : (1) tindakan 

menyerang orang lain atau sesuatu, (2) kekerasan dipicu 

oleh kemarahan dan kebencian, (3) reaksi kekerasan sama 

dengan reaksi ketakutan, hanya arahnya yang berbeda. Reaksi 

kekerasan bersifat menyerang dan melawan, sementara reaksi 

ketakutan bersifat lari dan menghindar, (4) tujuan kekerasan 

yaitu  kemusnahan, peniadaan, dan rasa sakit yang mungkin 

sepadan dengan sakit hati yang kita alami. Martin Luther King, 

Jr dalam Goleman    bahawa: “The ultimate weakness 

of violence is that it is a descending spiral, begetting the very thing it 

seeks to destroy . Instead of diminishing evil, it multiplies it. Through 

violence you may murder the liar, but you can not murder the lie, not 

establish the truth. Through murder you murder the hater, but you 

do not murder hate. In fact, violence merely increases hate... Hate 

can not drive out hate; only love can do that”.

Kelemahan utama kekerasan yaitu  ia seperti angin 

pusar yang  menghancurkan apapun yang dia lewati. Ia tidak 

menghapuskan kejahatan, tapi menggandakannya. Dengan                       

kekerasan kamu dapat membunuh pembohong, tapi kamu 

tidak dapat membunuh kebohongan. Dengan pembunuhan 

kamu membunuh pembenci, tapi kamu tidak membunuh 

kebencian. Kenyataannya, kekerasan hanya meningkatkan 

kebencian. Kebencian tidak dapat menghapuskan kebencian; 

hanya cinta yang dapat melakukannya.

.  Depresi

Tim Penanggulangan Kesihatan Jiwa Akibat Bencana di 

Aceh,   kemurungan (depresi) merupakan gangguan 

kesehatan mental yang ditandai dengan menghilangnya 

perasaan (affect)  positif, turunnya mood, dan beberapa sikap lain 

seperti: hilangnya minat dan kesenangan terhadap hal sehari- 

hari, yang biasanya turunnya mood menetap, tidak dipengaruhi 

keadaan, tetapi dapat juga kembali normal lalu turun kembali. 

Orang depresi dapat dilihat dari gejala yang ditimbulkan pada 

fisik, perilaku.65  Chaplin   depresi yaitu  keadaan 

kemurungan (kasusedihan, Kepatahan semangat) yang 

ditandai dengan  perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, 

dan pesimisme menghadapi waktu hadapan,  atau pada kasus 

patologis, merupakan ketidakmauan ekstrem untuk mereaksi 

terhadap peransang  disertai menurunnya nilai-nilai diri, 

delusi, ketidakpasan tidak mampu dan putus asa.

Pertama, ada tujuh gejala fisik antara lain: (1) sakit 

kepala, (2) nyeri punggung, (3) gangguan tidur, (4) sering 

terbangun awal hari, (5) gangguan makan, (6) letih yang 

berlebihan, dan (7) gairah seksual menurun. Kedua, pada 

65 Team Penanggulangan Masalah Kesehatan Jiwa Akibat Bencana 

di Aceh dan Sumatera Utara (2005) Buku Panduan Bagi Petugas Dan Relawan 

Kesehatan Mental Ed.Januari 2005. Akibat Bencana Alam di Aceh dan Sumatera 

Utara. Depkes: Jakarta.

prilaku ada sembilan gejala yang dapat dilihat yaitu: (1) 

mengelakkan pergaulan dengan orang lain, (2) tidak mahu 

bicara, (3) sering lupa, (4) putus asa, (5) bosan, (6) merasa tidak 

berharga, (7) merasa gagal menyelamatkan diri sendiri dan 

keluarga, (8) tidak mempedulikan lingkungan sekitar, dan (9) 

ada fikiran atau usaha untuk membunuh diri. Pada umumnya 

kemurungan dianggap sebagai penyakit yang akan sembuh 

sendiri setelah mencapai waktu sekitar 6 bulan. Namun 

melalui penelitian ternyata dijumpai kenyataan pada orang 

yang menderita depresi (kemurungan), setelah 2 tahun: 20% 

mati, 40% masih depresi, dapat disebut kronik bila mencapai 

2 tahun. Angka kejadian depresi dipengaruhi: (1) gender, (2) 

umur, (3) status perkahwinan, (4) Suku, (5) sosio ekonomi.

Cristian et al. dalam Fany   bahawa pada 

usia reproduksi, wanita lebih banyak mengalami kemelesetan, 

sedangkan setelah usia 55 yang terjadi sebaliknya, pasangan 

yang kawin tanpa anak, merupakan angka kejadian yang 

paling kecil. Wanita cenderung lebih mudah terkena jenis yang 

atipikal (tidak biasa) yang mempengaruhi hormon reproduksi 

yang mengakibatkan respon yang berbeda terhadap perawatan. 

hubungan dengan orang lain juga berpengaruh, kasusulitan 

membina keintiman dan kesulitan mengatasi konflik juga 

memdapatkan terjadi depresi.66 

Lebowitz et al.   bahwa: belum ada ujian 

fisik yang mencukupi untuk mendiagnosis depresi, sebab  

pengetahuan kita tentang penyebabnya juga masih rendah. Jadi 

penilaian tahap keparahannya hanya Berdasar  banyaknya / 

parahnya gejala. Depresi ini dapat menjadi pencetus membunuh 

diri, tetapi tahap kecenderungannya berbeda setiap orang. 

66 Fany (2007) Depresi dan Cara Mengatasinya: Power Point Pada 

Pelatihan Trauma Pada Remaja, Yang dilaksanakan Oleh YAKITA- UNICEF                           

Menurut fakta, depresi yaitu  punca terbesar membunuh diri 

pada orang dewasa yang lebih tua. Depresi dapat digolongkan 

Berdasar  jumlah dan tahap keparahan dari tanda yang 

dimiliki, seperti: ringan, sedang, berat, dan atipikal / bertahan 

terhadap perawatan.67  Secara garis besar perobatan depresi 

dapat dibahagi 2, yaitu, Psikologikal, melalui terapi dan 

farmakological melalui obat-obatan seperti obat anti depresan.

.  Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan yaitu  perasaan ketakutan dan gugup. 

Dalam situasi tertentu hal ini biasa, namun menjadi suatu 

penyakit bila  berlangsung lama (lebih dari 2 minggu), 

mengganggu kehidupan pesakit, atau menyebabkan gejala 

yang serius. Gejala yang ditunjukkan pada fisik: (1) merasakan 

jantungnya berdebar-debar, (2) merasa tercekik, (3) pusing, (4) 

gemetar, (5) sakit kepala, (6) merasa ditusuk-tusuk jarum di 

kaki dan wajah. Pada perasaan: (1) merasa sesuatu yang sangat 

buruk akan terjadi pada dirinya, (2) merasa takut. Pada pikiran: 

(1) cemas berlebihan tentang waktu atau kematian dirinya, (2) 

fikiran akan mati, hilang kontrol atau fikiran akan menjadi gila, 

(3) memikirkan berulang-ulang fikiran yang membuat distress, 

walau coba menghentikannya. 

Pada Perilaku: (1) mengelakkan situasi di mana ia 

takut, seperti pasar. Sebab-sebab seseorang cemas yaitu : 

(1) waktu dalam hubungan, (2) kehilangan orang yang dekat, 

(3) kehilangan pekerjaan, (4) menderita suatu penyakit, (5) 

kesukaran dalam pekerjaannya, (6) kasulitan keuwangan, (7) 

ahli keluarga sakit. Cemas juga dapat menimbulkan kepanikan.

National Collaborating Centre for Primary Care 

  kecemasan yaitu  perasaan ketakutan dan gugup. 

Dalam situasi tertentu hal ini normal, namun menjadi suatu 

penyakit bila  berlangsung lama (lebih dari 2 minggu), 

mengganggu kehidupan penderita, atau menyebabkan 

gejala yang serius.Sedangkan serangan panik yaitu  ketika 

kecemasan muncul secara tiba-tiba dalam keadaan yang parah, 

biasanya berlangsung beberapa menit. Biasanya berkaitan 

dengan serangkaian gejala fisik yang parah (jantung berdebar 

cepat, kasulitan bernafas), hingga membuat penderitanya 

merasa akan terjadi sesuatu yang sangat buruk, dan merasa 

akan mati (takut setengah mati). Serangan panik dapat merasal 

dari kecemasan yang teramat sangat, atau juga takut yang 

berlebihan.

Gejala kecemasan dapat dilihat dari fisik: Merasakan 

jantungnya berdebar - debar, merasa tercekik, mual, gemetar, 

sakit kepala, merasa ditusuk-tusuk jarum di kaki dan wajah;  

Pada perasaan: merasa sesuatu yang sangat buruk akan terjadi 

pada dirinya, merasa takut; Pada pikiran cemas berlebihan 

tentang waktu atau kematian dirinya, pikiran akan mati, 

hilang kontrol atau pikiran akan menjadi gila, memikirkan 

berulang-ulang pikiran yang membuat distress, walau mencoba 

menghentikannya;  Pada Perilaku, menghindari situasi dimana 

ia takut, seperti pasar, gangguan tidur yang parah 

Freud   reaksi kecemasan (anxiety–reaction) 

bila menimbulkan salah satu dari dua keadaan berikut: 

yaitu perkembangan kecemasan yang merupakan ulangan 

68 National Collaborating Centre for Primary Care (2004). 

Anxiety;Management of anxiety (panic disorder,with or without agoraphobia, and 

generalised anxiety disorder) in adults in primary, secondary and community care. 

National Institute for Clinical Excellence: UK                        

dari pengalaman traumatis yang dialami pada waktu lalu, 

terbatas pada sinyal yang kaseluruhan reaksinya dapat 

beradaptasi dengan situasi bahaya yang baru entah dengan 

melarikan diri, melawan atau munculnya pengalaman waktu 

lalu kepermukaan, sehingga kaseluruhan reaksi kelelahan 

dalam perkembangan kecemasan yang kondisi efektif nya 

dilumpuhkan dan tidak dapat disesuaikan dengan situasi saat 

itu. Hal ini  dapat menimbulkan perasaan panik. Serangan 

panik yaitu  ketika kecemasan muncul secara tiba-tiba dalam 

keadaan yang parah, biasanya berlangsung beberapa menit. 

Pada gejala fisikal jantung berdebar cepat, kasulitan bernafas, 

sehingga membuat penderitanya merasa akan terjadi sesuatu 

yang sangat buruk, dan merasa akan mati. Serangan panik 

dapat merasal dari kecemasan yang teramat sangat, atau juga 

takut yang berlebihan, gangguan tidur yang parah.

Berkaitan dengan pembahasan tentang kecemasan, 

obsesi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecemasan. 

Obsesi yaitu  suatu fikiran yang datang berulang. Misalnya 

berfikir bahawa tangannya kotor, terutama setiap kali 

menyentuh sesuatu. Seringkali ada  hubungan antara 

obsesi dengan kompulsi (mengerjakan sesuatu berulang kali). 

Misalnya saja berfikir bahawa ia belum mengunci pintu, maka 

ia akan berulang kali memeriksa pintu. Ada istilah kecemasan 

itu menular, hal ini maksudnya yaitu  ketika seseorang merasa 

cemas, atau bahkan panik, ia seringkali mengungkapkan 

kecemasannya itu kepada orang-orang sekitar. Ungkapan 

kecemasannya itu dapat mempengaruhi fikiran orang-orang 

sekitarnya, sehingga bila  mereka tidak berusaha tetap 

tenang dan berfikir rasional, mereka dapat ikut panik. Untuk 

mengatasi kecemasan yang datang, perlu diadakan suatu 

usaha menenangkan diri seperti relaksasi. bila  memang 

tidak berhasil dan kecemasan itu datang lagi, mencari bantuan 

yang ahli yaitu  jalan keluarnya. Relaksasi yaitu  cara yang 

sangat berguna untuk mengurangkan kasusan tekanan mental. 

Kebanyakan kaedah relaksasi menggunakan beberapa bentuk 

latihan pernafasan. Berikut ini akan dibahas mengenai salah 

satu teknik latihan pernafasan. Latihan ini dapat dilakukan 

kapan saja, sebaiknya dilakukan di kamar yang sepi dan 

ditempat yang tidak akan terganggu, dan dilakukan setiap hari 

selama 10 menit. 

Langkahnya: (1) berbaring atau duduk dengan 

posisi yang nyaman, (2) tutup mata, (3) setelah 10 saat, 

konsentrasikan fikiran pada irama nafasnya, (4) konsentrasi 

untuk bernafas dengan perlahan dan teratur melalui hidung, 

(5) seberapa pelan dapat diatur dengan menarik nafas dalam 

3 hitungan, menghembuskannya lagi dalam 3 hitungan, dan 

diam sambil menghitung 3 hitungan sebelum menarik nafas 

lagi, (6) saat menghembuskan nafas dapat dibarengi dengan 

mengatakan dalam fikiran kata-kata menenangkan, seperti 

‘santai’ atau istilah keagamaan, (7) manfaatnya akan dirasakan 

dalam waktu 2 minggu. Dan dengan latihan yang cukup, ia akan 

dapat melakukannya dalam situasi yang berbeda-beda.

 Penanganan Trauma

Raymon Corsini   bahwa manusia menjadi 

sakit secara psikologis sebab  pengalaman-pengalaman awal 

yang membuat prustasi, yang kemudian mengkristal dalam 

suasana batin tertentu. Sekali suasana bathin terbentuk, 

maka sulitlah pengalaman-pengalaman itu untuk dihilangkan. 

Selanjutnya pengalaman-pengalaman ini  membentuk 

individu semakin lama semakin tidak dapat diakses oleh                     

pengalaman-pengalaman kita, yang bergantung pada tingkat 

kedalaman internalisasi. 69sebab  sakit dan perasaan sakit 

inilah harus ada rawatan yang terencana dan konprehensif, 

sehingga manusia terbebas dari rasa sakit ini .

Rothbaum  et  al.     rawatan  untuk  

pendedahan yang berpanjangan (Prolonged exposure) melalui 

terapi kognitif yaitu   lebih  berkasusan  daripada  dipilih 

perencat reuptake serotonin  atau dari pada tidak ada 

perawatan dalam mencegah post-traumaticstress disorder. Selain 

itu ia juga   bahwa perawatan dan pencegahan PTSD 

dapat melibatkan penolong ketakutan, menghindari penyatuan 

antara rangsangan traumatik dan respon ketakutan, atau 

menggantikan persatuan itu dengan yang lain. Oleh sebab  itu, 

peneliti menduga bahwa meluahkan perasaan berkepanjangan 

pada rangsangan tidak lama setelah peristiwa trauma akan 

menghalangi  PTSD.70 

Baranowsky & Lauer   3 langkah untuk 

trauma healing bagi siapa saja yang telah mengalami satu 

peristiwa hebat yang  telah  menggangu  kehidupan,  yang  ditulis  

dengan  menggunakan bahasa, Ia merupakan panduan untuk 

membantu orang yang tidak hidup sepenuhnya, sebab  mereka 

dihantui oleh pengalaman atau peristiwa traumatik. Rencana 

yang dapat memupuk pengawasan lebih awal atas aktivitas 

semula orang. Yang lebih penting lagi, ia membantu mereka 

menjadi hadir kembali dalam dunia mereka, dan hidup dengan 

keyakinan dan rasa kesejahteraan. Sebagai ahli terapi, bekerja 

dengan orang setiap hari yang telah hidup dengan melalui 

berbagai pengalaman traumatik; Saya akan menpromosikan 

betul buku ini. Sebab yang mudah  dalam kasus ini  yaitu  

membuat perbedaan yang besar untuk jiwa yang mungkin tidak 

akan mau untuk melakukan konseling profesional.  sebab  

asasnya dapat membantu orang meletakkan kehidupan mereka 

kembali bersama-sama sekali lagi.

Untuk pengawalan korban trauma akibat peperangan 

dan kekerasan  yang dikatakan oleh Stradling ada beberapa 

yang dapat dilakukan yaitu: Pertama, tingkatkan sensitivitas, 

kenali gejala trauma pada orang-orang disekeliling, lakukan 

pendekatan dengan lembut dan penuh kasih sayang, empati, 

bertindak hati-hati, tawarkan bantuan rujukan kepada 

professional. Kedua, respon professional (psikolog, psikiater, 

dan kaunselor) untuk membantu survivor trauma terkait: (1) 

Incident Stress Debriefing (CISD), (2) menceritakan kembali 

peristiwa traumatik yang dialami secara berstruktur dalam 

waktu 24-72 jam pasca terjadinya peristiwa traumatik, (hal 

ini, masih diperdebatkan apakah baik untuk digunakan / 

tidak), (3) kaunseling stress pasca trauma, (4) normalisasi 

reaksi, (5) membantu proses coping. Sementara itu Kaplan 

et al.   ada dua macam terapi pengobatan yang 

dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan 

farmakoterapi dan psikoterapi.

Pertama, pengobatan farmakoterapi dapat berupa 

terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang 

sudah dikenal. Terapi anti depresive pada gangguan stres pasca 

traumatik ini masih kontroversial. Obat yang biasa digunakan                               

yaitu  benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta – 

seperti propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Obat ini  

biasanya diresepkan sebagai obat yang sudah diberikan sejak 

lama dan kini dilanjutkan sesuai yang diprogramkan, dengan 

kekecualian, yaitu benzodiazepin contoh, estazolam 0,5-1 mg per 

os, Oksanazepam10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5-10 mg 

per os, Klonaz-epam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2 mg 

per os atau IM– juga dapat diguna-kan dalam UGD atau kamar 

praktek terhadap ansie tas yang gawat dan agitasi yang timbul 

bersama gangguan stres pasca traumatik ini .

Kedua, pengobatan psikoterapi. Para terapis percaya 

bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan 

efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, 

cognitive therapy, exposure therapy. Pada anxiety management, 

terapis akan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk 

membantu mengatasi gejala PTSD dengan lebih baik melalui: 

(1) relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan 

kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok 

otot -otot utama; (2) breathing retraining, yaitu belajar bernafas 

dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan menghindari 

bernafas dengan tergesa - gesa yang menimbulkan perasaan 

tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti 

jantung berdebar dan sakit kepala; (3) positive thinking dan self-

talk, yaitu belajar untuk menghilang-kan pikiran negatif dan 

mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal –hal 

yang membuat stress (stresor); (4) asser-tiveness training, yaitu 

belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi 

tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain; (5) thought 

stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika 

kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress 

Dalam cognitive therapy, terapis membantu untuk 

merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu 

emosi dan mengganggu aktifitas. Misalnya seorang korban 

kejahatan mungkin menyalahkan diri sendiri sebab  tidak hati 

-hati. Tujuan kognitif terapi yaitu  mengidentifikasi pikiran-

pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa 

pikiran ini  tidak rasional untuk melawan pikiran ini  

yang kemudian mengadopsi pikiran yang le bih realistik untuk 

membantu mencapai emosi yang lebih seimbang (Anonim, 

2005b).

Sementara itu, dalam  exposure  therapy  para terapis 

membantu meng-hadapi situasi yang khusus, orang lain, 

obyek, memori atau emosi yang meng -ingatkan pada trauma 

dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam ke 

-hidupannya. Terapi dapat berjalan dengan cara: exposure in the 

imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk mengulang 

cerita secara detail sampai tidak mengalami hambatan 

menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu 

menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari 

sebab  menyebabkan ketakutan yang sangat kuat (misal: 

kembali ke rumah setelah terjadi perampokan di rumah). 

Ketakutan bertambah kuat jika kita berusaha mengingat situasi 

ini  dibanding berusaha   lupakannya. Pengulangan situasi 

disertai penyadaran yang berulang akan membantu  menyadari  

situasi lampau yang menakutkan tidak lagi berbahaya dan 

dapat diatasi .

Di samping itu, didapatkan pula terapi bermain ( play                         

therapy) mungkin berguna pada penyembuhan anak dengan 

PTSD. Terapi bermain dipakai untuk menerapi anak dengan 

PTSD. Terapis memakai permainan untuk memulai topik yang 

tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu 

anak lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman 

traumatiknya ,  Terapi debriefing juga dapat 

digunakan untuk mengobati traumatik. Meskipun ada banyak 

kontroversi tentang debriefing baik dalam literatur PTSD umum 

dan di dalam debriefing yang dipimpin oleh bidan. Cochrane 

didalam systematic reviews-nya merekomendasi-kan perlu untuk 

melakukan debriefing pada kasus korban -korban trauma . Selain itu, didapatkan pula support group therapy 

dan terapi bicara. Dalam support group therapy seluruh peserta 

merupakan penderita PTSD yang mempunyai pengalaman 

serupa (misalnya korban bencana tsunami, korban gempa 

bumi) dimana dalam proses terapi mereka saling menceritakan 

tentang pengalaman traumatis mereka, kemudian mereka 

saling memberi penguatan satu sama lain (Swalm, 2005). 

Sementara itu dalam terapi bicara memperlihatkan 

bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membuktikan 

bahwa terapi saling berbagi cerita mengenai trauma, mampu 

memperbaiki kondisi jiwa penderita. Dengan berbagi, bisa 

memperingan beban pikiran dan kejiwaan yang dipendam. 

Bertukar cerita membuat merasa senasib, bahkan merasa 

dirinya lebih baik dari orang lain. Kondisi ini memicu seseorang 

untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan 

kecemasan .

Pendidikan dan supportive konseling juga 

merupakan upaya lain untuk mengobati PTSD. Konselor 


ahli mempertimbangkan pentingnya penderita PTSD (dan 

keluarganya) untuk mempelajari gejala PTSD dan bermacam 

treatment (terapi dan pengobatan) yang cocok untuk 

PTSD. Walaupun seseorang mempunyai gejala PTSD dalam 

waktu lama, langkah pertama yang pada akhirnya dapat 

ditempuh yaitu  mengenali gejala dan permasalahannya 

sehingga dia mengerti apa yang dapat dilakukan untuk 

mengatasinya (Anonim, 2005b). Di lain pihak, sampai saat ini 

masih didapatkan pula beberapa tipe psikoterapi yang lain. 

Misalnya, eye movement desensitization reprocessing (EMDR), 

hypnotherapy dan psikodinamik psikoterapi, yang seringkali 

digunakan untuk terapi PTSD dan kadang sangat membantu 

bagi sebagian penderita (Anonim, 2005b).76 

Lise (2007)    penanganan PTSD dapat 

melalui kognitif terapi atau terapi tingkah laku dengan 

psikiatri terlatih, psikologi, atau lain-lain profesional dapat 

membantu perubahan emosi, pemikiran, dan tingkah 

laku yang dikaitkan dengan PTSD dan dapat membantu 

menguruskan panik, kemarahan, dan kebimbangan. Begitu 

juga dengan obat-obatan tertentu dapat mengurangi gejala 

seperti keresahan, impulsivity, kemurungan, dan insomnia 

dan penurunan mendesak untuk menggunakan alkohol dan 

obat-obatan lain. Kumpulan terapi dapat membantu pesakit 

belajar untuk berkomunikasi perasaan mereka tentang trauma 

dan mewujudkan satu rangkaian dukungan. Menjadi difahami 

mengenai PTSD dan sharing informasi dengan keluarga dan 

kawan-kawan dapat mewujudkan kesefahaman dan dukungan 

sewaktu pemulihan.

NIMH (tt)   perawatan utama bagi orang-

                  

orang hidup dengan PTSD yaitu  melalui psikoterapi 

(“berbicara” terapi), obat-obatan, atau kedua-duanya. Semua 

orang yaitu  berbeda, jadi perawatannya juga berbeda antara 

satu orang dengan orang yang lainnya, hal ini penting bagi 

siapa saja yang menjaga dan merawat orang dengan PTSD 

untuk pembekalan penjagaan kesehatan mental yang dialami. 

Setengah orang dengan PTSD perlu mencoba perawatan yang 

berbeda untuk mencari apa yang efektif untuk gejala mereka. 

Jika seseorang berketerusan melalui trauma maka ia akan 

PTSD, seperti kasus, kedua-dua hal ini  harus dirawat. 

Kasus lain yang sering berketerusan antara lain gangguan 

panik, kemurungan, penyalahgunaan narkoba, dan ingin 

membunuh diri.78 Selain Farmakoterapi dan Psikotherapi dapat 

juga dilakukan melalui konseling, yaitu proses layanan bantuan 

yang diberikan oleh seorang konselor kepada klien dalam 

rangka membantu untuk preventif, kuratif, developmental dan 

preservatif, agar mereka dapat hidup dan bertumbuh kembang 

dengan baik secara individu maupun kelompok.  membuat suatu bentuk piramid warga  


Populasi setelah konflik perang Intervensi 

Psikoterapi yaitu  terapi “berbicara”. Ia melibatkan 

percakapan dengan profesional kasehatan mental untuk 

merawat penyakit mental. Psikoterapi dapat terjadi dengan 

cara satu-satu atau dengan cara kelompok. Percakapan terapi 

rawatan untuk PTSD biasanya berlangsung selama 6 hingga 

12 minggu, tetapi dapat mengambil waktu yang lebih. Kajian 

menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga dan rekan-

rekan dapat menjadi bahagian penting dalam terapi. Banyak 

jenis psikoterapi yang dapat membantu orang dengan PTSD. 

Setengah jenis sasaran gejala PTSD langsung yaitu  tumpuan 

kepada sosial keluarga memberi terapi lain, atau masalah  yang 

menentukan. Doktor atau ahli terapi dapat menggabungkan 

terapi yang berbeda tergantung kepada kebutuhan setiap orang. 

Satu terapi yang dapat membantu yaitu  terapi tingkah laku 

kognitif. ada  beberapa bahagian untuk CBT, termasuk:                     

Pertama, Terapi terbuka. Terapi ini membantu rakyat 

menghadapi dan mengawal ketakutan mereka. Ia meluahkan 

mereka kepada trauma yang mereka alami dengan cara yang 

selamat. Ia menggunakan imej mental, menulis, atau kunjungan  

ke tempat di mana peristiwa itu terjadi. Terapi menggunakan 

alat-alat untuk membantu orang dengan PTSD ialah dengan 

menghadapi perasaan mereka. Penyusunan kembali kognitif. 

Terapi ini membantu orang banyak untuk merasa kenangan 

buruk. Kadang-kadang orang ingat peristiwa berbeda daripada 

bagaimana ia terjadi. Mereka mungkin merasa bersalah atau 

malu tentang apa yang bukan salah mereka. Terapi membantu 

orang dengan PTSD yaitu  dengan melihat apa yang terjadi 

dalam cara yang realistik. Kedua latihan tekanan inokulasi. 

Terapi ini mencoba untuk mengurangi gejala PTSD dengan 

mengajarkan orang bagaimana untuk mengurangi keresahan. 

Seperti penstruktural kembali kognitif, sebab  perawatan 

ini akan membantu orang banyak melihat kenangan mereka 

dengan cara yang sehat.

Perawatan jenis lain juga dapat membantu orang 

yang mengalami PTSD. Orang dengan PTSD perlu berbicara 

tentang semua pilihan perawatan dengan ahli terapi mereka. 

Doktor juga dapat menetapkan lain-lain tentang jenis obat, 

seperti yang  diuraikan di bawah. ada  sedikit informasi 

mengenai bagaimana kerja ini bagi orang-orang dengan PTSD 

yaitu:  (1) Benzodiazepin. obat-obatan ini dapat diberikan untuk 

membantu orang beristirahat dan tidur. Orang yang mengambil 

benzodiazepin mungkin mempunyai masalah ingatan atau 

menjadi bergantung pada medication. (2) Antipsikotik. obat-

obatan ini biasanya diberikan kepada orang dengan gangguan 

mental yang lain, seperti skizofrenia. Orang yang mengambil 

antipsychotics dapat mendapatkan berat badan dan mempunyai 

peluang yang lebih tinggi mendapat penyakit jantung dan 

kencing manis. (3) Antidepresan lain. Seperti sertraline dan 

paroxetine, fluoxetine anti depresan (Prozac) dan Citalopram 

(Celexa) dapat membantu orang dengan PTSD, mengurangi 

perasaan tegang atau sedih. Bagi orang yang mengalami PTSD 

juga mempunyai gangguan kecemasan lain atau kemurungan, 

anti depresan mungkin berguna dalam mengurangi gejala 

penyakit ini.

Semua penyakit pasti ada obanya, tinggal bagaimana 

sesorang melihat penyakit ini  membahayakan atau 

menyusahkan dirinya.Konflik bersenjata dan tsuami 

merupakan musibah besar dalam kehidupan warga  

terutama Aceh, sebab  pasca peristiwa itu terjadi semua 

orang sibuk menangani diri masing-masing padahal salah 

satu perawatan dan yang efektif yaitu  bila bergabung dalam 

kelompok dan saling menceritakan penderitaan masing-

masing. sebab  dengan menceritakan apa yang dirasakan di 

dalam hati akan mengurangi beban dengan demikian  juga 

mengurangi kesedihan dan ini dapat mengurangi trauma.

 


Sepintas Tentang 

Konflik dan Tsunami 

di Aceh

. Konflik dalam warga 

Konflik yang berkepanjangan yang telah terjadi di Aceh 

merupakan pengalaman pahit yang tidak dapat dihilangkan 

dengan mudah dalam satu individu, kelompok atau komunitas.

sebab  ia menyatu dalam pikiran dan perbuatan dari semua 

warga . 

. Pengertian Konflik

Konflik secara umum sering terjadi pada satu individu, 

kelompok, bahkan pada satu Negara. Chaplin   

conflict (konflik) terjadinya secara bersamaan dua atau lebih 

inpuls atau motif yang antagonistis. Satu konflik aktual itu 

biasanya mempercepat satu krisis mental, dan bisa dibedakan 

dari satu konflik akar (konflik dasar, root conflict) yang sudah 

timbul sejak masa kanak-kanak, dan ada dalam kondisi lelap 

                        

tertidur atau kondisi tidak aktif.

 Menurut Sondang Irene Sidabutar   bahwa 

dalam huruf Cina  kata“konflik” berarti bahaya dan kesempatan. 

Konflik memiliki dua sisi yang negatif (bahaya) dan yang positif 

(kesempatan). Konflik juga suatu realitas yang sering dihadapi 

sehari-hari di dalam korelasi ekonomi, politik, dan budaya yang 

berpeluang penuh dengan perbedaan dan kepentingan.81 

 Konflik positif yaitu  konflik yang bermakna 

kesempatan sebab  merupakan ambang menuju kepada 

kesadaran baru, fase kehidupan baru,  masuk dalam 

pertumbuhan kepribadian yang lebih sehat dan sejahtera. 

Sehingga dalam perubahan social, politik dan ekonomi, konflik 

menjadi potensial hadir untuk suatu perubahan, sebab  

pengololaan konflik secara bijak akan menghasilkan isue-isue 

baru yang merubah pemikiran kepada arah yang lebih positif  

dan akan melahirkan sejumlah kesempatan yang diinginkan. 

Seperti berbagai konflik yang terjadi dalam warga  Aceh, 

telah menimbulkan banyak perubahan dan kesempatan yang 

positif dalam warga  menjalani suatu kehidupan, walaupun 

dampak negatifnya juga banyak seperti stress, depresi, cemas 

dan bahkan trauma.

Kebanyakan orang berfikir tidak nyaman hidup dalam 

konflik, itu memang fakta yang tidak bisa disangkal oleh  semua 

orang, sebab  di dalamnya sering mengandung kekerasan, 

ancaman dan bahkan korban nyawa, tetapi disisi lain orang 

juga tidak dapat menyangkal bahwa di dalam konflik sering 

terjadi perubahan yang luar biasa dan kadang kalanya sangat 

bermanfaat bagi kehidupan dari orang yang berkonflik ini . 

Oleh sebab  itu konflik itu harus dilihat dari dua sisi yaitu sisi 

positif dan sisi negatif. Sisi positif konflik itu diperlukan pada 

saat-saat tertentu untuk terjadinya suatu perubahan, tetapi 

sisi negatif konflik itu ditakuti sebab  dapat menimbulkan 

dampak yang berkepanjangan di dalam kehidupan seseorang 

atau sekelompok orang.

Sondang Irene E.Sidabutar   kebanyakan 

orang berfikir bahwa tiadanya konflik lebih baik dibandingkan 

dengan hidup dalam situasi berkonflik. Dalam batas-batas 

tertentu hal ini mungkin benar, meski demikian ketiadaan 

konflik yaitu  hal yang hampir mustahil, mungkin justru akan 

menyebabkan warga  apatis dan kehilangan kreativitas. 

Selain itu juga di dalam warga  yang damai dan harmonis 

sekalipun tetap ada sasaran dan kepentingan yang berbeda juga 

potensial munculnya konflik. Hal ini  tidak perlu dilihat 

sebagai hal yang negatif, tetapi akan lebih baik jika dipandang 

sebagai prasyarat munculnya kesempatan baik, sebab  

perbedaan pandangan akan disikafi secara  terbuka dan bijak.

Di dalam realitas sosial sangat sedikit orang menganggap 

konflik itu positif sehingga sering disikapi sangat berlebihan 

dan pikiran rasionalpun hilang, maka akibat konflik ini  

sering menjadi pemicu sakit mental, sebab  sulit menerima apa 

yang terjadi dari koflik ini .  

. Bentuk- Bentuk Konflik di Aceh

Dalam seratus tahun terkhir, Aceh terus dilanda prahara 

perang melawan Belanda pada (1873-1942), melawan Jepang 

(1942-1945), perang Cumbok, DI/TII (1953-1958), G30 S 

PKI (1965-1966) dan yang terakhir perlawanan Gerakan Aceh                                 

Merdeka (GAM) (1974-2006), sehingga bila diperhatikan 

Aceh secara keseluruhan lebih banyak masa yang dilewati 

oleh warga  dalam kondisi konflik daripada masa yang 

aman. Oleh sebab  itu, secara psikologis kondisi ini sangat 

membahayakan bagi generasi mendatang.

Aceh yaitu  sebuah wilayah yang terletak diujung paling 

barat negara kita .Negeri yang kaya budaya, beragam etnis dan 

bahasa, namun menyatu dalam agama Islam yang dianut  

manyoritas penduduknya. warga  di Aceh dikenal sangat 

agamis, heroik dan bahkan sangat berjasa dalam merebut 

kemerdekaan. Ameer Hamzah   bahwa Antony 

Reid pernah menulis dalam bukunya “Asalmula konflik di Aceh” 

  bahwa sebab  kepahlawananya yang sangat 

menonjol maka Aceh sangat sulit di atur oleh orang lain. Dalam 

warga  Aceh terkenal juga pepatah “ bu biet ie biet (nasi 

putih, air putih)” maksudnya negeri sendiri diurus sendiri.83 

Konflik sudah terjadi sepanjang sejarah hidup manusia, 

baik dibelahan dunia, negara kita  maupun di Aceh konflik 

ini  sudah sering dialami.  Dalam catatan sejarah dapat 

dilihat berbagai konflik pernah terjadi di dalam warga  

baik konflik-konflik laten maupun konflik manifest (terbuka), 

seperti satu tragedi sekitar tahun 1965-1966 dimana ketika 

jutaan orang ditangkap dengan paksa, dianiaya, diculik dan 

ditahan, dilicehkan martabatnya bahkan meninggal tanpa tahu 

dimana jasadnya dalam pergolakan PKI yang memperbutkan 

kekuasaaan dalam NKRI, ini merupakan salah satu konflik 

bahaya laten di negara kita . Akibatnya upaya-upaya mengangkat 

konflik kepermukaan selalu mengalami rintangan dan ancaman 

pada masa orde baru.

Keterbukaan informasi, baru dirasakan dalam 

warga  negara kita  setelah jatuhnya presiden Suharto, sebab  

penutupan dan pendistorsian informasi selama berpuluh tahun 

dalam rezim ini  telah membentuk paradigma berfikir, 

sehingga pemberitaan-pemberitaan yang mengangkat tentang 

konflik di masa lalu di beberapa daerah diwilayah di negara kita  

menimbulkan guncangan kepada warga , seperti DOM 

(Daerah Operasi Militer) di Aceh, Timor-Timor dan Papua yang 

dikenal dengan operasi militer Operasi Jaringan Merah (OJM) 

sehingga ketiga wilayah ini  dikenal dengan three hot spot. 

Selain daripada itu konflik berkekerasan juga terjadi di 

beberapa daerah lainnya seperti peristiwa sambas, peristiwa 

Poso (Sulawesi Tengah), dan peristiwa Ambon (Maluku). Konflik 

dengan kekerasan ini  hampir semuanya memperlihatkan 

pola yang sama yaitu dalam konflik ini  ribuan jiwa tewas, 

luka-luka, kehilangan harta benda dan sebagainya.Sondang 

Irene E.Sidabutar   bahwa umumnya para analisis 

membagi konflik yang terjadi di negara kita  dalam 2 bentuk, 

yaitu konflik vertikal dan konflik horizontal.84 

Pertama, konflik vertikal yaitu  konflik yang terjadi 

akibat dari ketidakpuasan warga  terhadap cara-cara 

pemerintah dalam menangani keinginan dan kebutuhan 

warga  seperti kesejahteraan, pengamanan. Selain itu juga 

konflik yang terjadi antara aparat keamanan dengan massa dan 

mahasiswa, termasuk juga konflik yang dianggap saparadis 

seperti wilayah yang ingin memerdekakan diri seperti Aceh 

dan Papua, dan juga konflik tentang protes warga  akan 

ketidakpuasannya kepada institusi Negara seperti tragedi 

Nipah di Sampang dan tragedi Trisakti tahun 1998.                        

Kedua, konflik yang bersifat horizontal yaitu  konflik 

yang terjadi antar anggota kelompok warga  dengan 

warga   sebab  faktor ekonomi, sosial budaya, politik 

dan SARA. Konflik ini tidak dapat dilepaskan dari kebijakan 

pemerintah yang sering dianggap tidak adil sehingga memicu 

munculnya konflik dan ini sering juga dikatakan sebagai 

kekerasan komunal yakni kekerasan social antara dua atau 

lebih kelompok komunitas  atau satu kelompok menyerang 

kelompok lainnya dan kemudian yang diserang kembali 

membalas. Kelompok komunal dapat Berdasar  kelas sosial, 

etnisitas, agama, afiliasi politik atau perbedaan antara desa dan 

lain-lain. Contoh dari konflik ini yaitu  seperti  kekerasan di 

Maluku, Poso, dan Sambas.

Kedua bentuk konflik di atas dalam sejarah Aceh 

tidaklah asing lagi, sebab  puluhan tahun telah dirasakan 

seperti DI –TII, Perang Cumbok, GAM dan sebagaimnya. Fikar 

W.E    bahwa dari hasil laporan Komnas HAM dan 

Tim Pencarian Fakta yang dibentuk oleh Pemerintah negara kita , 

di tiga kabupaten di Aceh, yaitu: Pidie, Aceh Utara dan Aceh 

Timur, menyebutkan bahwa banyak orang disiksa sampai mati, 

warga  dianiaya, hilang dalam penculikan, anak menjadi 

yatim, wanita diperkosa, isteri menjadi janda, sekolah dibakar, 

rumah, fasilitas umum dirusak, pada masa Daerah Operasi 

Meliter (DOM) -1 di Aceh. Kenyataan pahit yang terjadi di 

dalam warga  Aceh, belum begitu sempurna sebab  hanya 

Berdasar  data pada waktu sebelum tahun 2000, sedangkan 

tahun selanjutnya pada masa pemberlakuaan DOM-II, banyak 

yang belum ada data secara terperinci.

Dampak  dari  peristiwa konflik ini  di atas,   

menyebabkan, lebih kurang dua puluh ribu anak-anak 

Aceh di kategorikan sebagai Children Especially in Difficult 

Circumstances, di mana keadaan kesehatan yang buruk, 

pendidikan terancam, bahkan mereka menjadi objek eksploitasi 

dan sasaran kekejaman, dan ribuan lainnya telah menjadi anak 

terlantar, berhenti sekolah dan tidak mempunyai masa depan. 

Selanjutnya, Fikar W. E   bahwa kanak-kanak yang 

mengalami kesulitan yang telah di katakan di atas harus di 

utamakan dalam pengawalannya, agar mereka dapat hidup dan 

berkembang secara baik. 

Selain itu katanya anak-anak juga mempunyai beberapa 

hak yang perlu dan harus diberikan jaminan seperti: (1) hak 

kelansungan hidup (survival rights), (2) hak perlindungan 

(protection rights), (3) hak untuk berkembang (development 

rights), (4) hak untuk berpertisipasi (perticipation rights), dan 

(5) hak untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya (shall not be 

separated form parents rights), semua hak-hak anak ini  

telah diakui secara universal.

Kesemua tindakan kekerasan yang di alami kanak-kanak 

pada masa konflik bersenjata di Aceh, merupakan sekelumit 

masalah dari rentetan peristiwa konflik yang memilukan 

hati berbagai  pihak, sebab  kanak-kanak ini  pada saat 

ini sudah tumbuh dan membesar menjadi remaja yang akan 

menjadi penerus bangsa dimasa depan. Mereka seharusnya 

memiliki fisik dan mental yang kuat, tetapi dalam realitas 

sekarang ini, banyak remaja khususnya para mangsa konflik 

kurang memiliki kecakapan intelektual, emosi yang tidak  

stabil dan tidak adanya keseimbangan spiritual, sebab  mereka 

tumbuh dan berkembang di dalam situasi yang tidak kondusif. 

Anak-Anak Aceh pada masa itu banyak tidak mendapatkan 

kebutuhan dasar yang berkecukupan sehingga mereka kurang 

berkembang baik.                       

Menurut  Pertama, D.P. yang mengutip pernyataan 

Maslow kebutuhan dasar manusia secara umum yaitu  

berjenjang, yaitu: (1) kebutuhan fisik (physiological needs), 

(2) kebutuhan rasa  keamanan dan kesehatan (security or 

safety need), (3) kebutuhan berwarga  (social needs), (4) 

kebutuhan untuk menerima dan bekerja sama dalam kelompok 

(affiliation or acceptance needs), kebutuhan untuk di puja dan 

dihargai (esteem or status needs) dan, (5) kebutuhan akan 

aktualisasi diri (self actualization needs).86 

Wilis, S. mengutip pernyataan Sigmund Freud yaitu “The 

root of adult behavior in early childhood impulses and unraveled 

the drivingforces of mankind in their infantile beginning.” Yang 

bermaksud bahawa perilaku orang dewasa di tentukan 

oleh kehidupan di zaman kanak-kanak, bahkan kehidupan 

kemanusiaan saat ini, di tentukan oleh permulaan masa kecil. 

Selain itu, Freud juga   bahwa “the child id the father 

of man” yang bermaksud zaman kanak-kanak merupakan ayah 

dari manusia. 

Selain itu, Harlock   bahwa, teori Freud di atas 

di kuatkan lagi oleh Erikson, yang melakukan kajian klinikal 

sejak bayi hingga dewasa, kemudian menarik suatu kesimpulan 

bahwa zaman kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia 

dari seorang manusia, di mana tempat kebaikan dan keburukan 

secara perlahan dan jelas akan berkembang dan mewujudkan 

dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan akan terwujud secara 

optimum bila  di dukung oleh berbagai faktor, salah satunya 

yaitu  lingkungan baik dalam keluarga, sekolah maupun 

warga . Lingkungan yang kondusif akan melahirkan anak-

anak yang normal secara intelektual, emosional dan spiritual 

sehingga dapat berkembang secara seimbang. Akan tetapi bila 

selalu di dalam konflik akan berdampak kepada psikologis 

seperti stress dan trauma. 88

. Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Dari fenomena–fenomena konflik yang terjadi sangatlah 

beragan dan berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah 

lain, antara satu provinsi dengan provinsi yang lain, akan 

tetapi biasanya factor penyebab konfliknya  tidaklah berbeda, 

yaitu pada umumnya konflik itu terjadi dalam warga  baik 

secara individual maupun kelompok disebakan oleh factor: (1) 

ekonomi, (2) social budaya, (3) politik, (4) pendidikan dan (5) 

Agama.

 Faktor Ekonomi.

Dalam kehidupan individu, kelompok kecil, komunitas, 

maupun suatu negara  semua membutuhkan hidup yang layak 

dalam segala aspek kehidupan, salah satunya yaitu  aspek 

ekonomi. Dalam kehidupan berwarga  kebutuhan akan 

kemapanan ekonomi yaitu  suatu hal yang mutlak. sebab  

semua keperluan yang dibutuhkan hanya dapat diwujudkan 

dengan kecukupan secara finansial dan untuk itu berbagai 

cara orang-orang akan mencari kapanpun dan dimanapun ia 

berada. Kadangkala untuk mendapatkan apa yang diinginkan 

mereka rela berkonflik satu sama lain bahkan walaupun sesama 

saudara. Dalam pemenuhan ekonomi keluarga misalnya, 

seorang suami akan mencari nafkah dengan cara apapun untuk                         

menghidupi keluarganya, untuk membuat keluarganya bahagia, 

sejahtera dan sebagainya. Untuk hal ini  kadangkala ada 

yang menempuh dengan cara-cara yang tidak halal sehingga 

memakan hak orang lain.

Secara psikologi kebutuhan ekonomi dalam konteks 

keuangan merupakan kebutuhan fisik dalam rangka 

pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan. Bila kebutuhan 

ini tidak terpenuhi maka dalam kehidupan akan merasa kesal, 

kecewa bahkan sering memunculkan perilaku kekerasan. 

sebab  keberadaan ekonomi atau keuangan merupakan tingkat 

yang paling dasar dalam hirarki need Maslow. Bila kebutuhan 

ini tidak terpenuhi, maka kebutuhan lain tidak akan tercapai.

Dalam warga  factor kesenjangan ekonomi paling 

banyak memicu konflik, baik antar individu antar keluarga, 

antar tetangga dan antar komunitas ini selalu di depan sebab  

kesenjangan ini  membuat tingkat kepuasan manusia 

juga berbeda, orang akan menganggap bahwaorang kaya dapat 

bertindak seenaknya, dan orang miskin tidak dianggap ada 

dan tidak diperhitungkan di dalam kelompoknya. Kondisi ini 

sering membuat warga  golongan bawah merasa rendah 

diri, tidak dapat berpartisipasi aktif di dalamnya dan juga tidak 

dapat bekerja sama. Sehingga tidak jaranga kalau ada kegiatan 

selalu memunculkan konflik.

. Faktor Sosial Budaya

Dalam sosial budaya konflik sering terjadi dengan 

berbagai cara. Misalnya perselisihan antar satu orang dengan 

orang lain, satu orang dengan kelompok, satu keluarga dengan 

keluarga yang lain, satu kelompok dengan kelompok yang 

lain, satu desa dengan desa yang lain. Ragam perselisihan ini 

sering yang menjadi pemicu yaitu  perselisihan pendapat, 

perselisihan adat, perselisihan gaya hidup dan sebagainya. 

Ketidaksamaan atau keberagaman pola dan gaya inilah dalam 

sosial kewarga an menjadi berwarna sehingga jika satu 

warna tidak cocok dengan warna yang lain, maka mulai orang-

orang akan mencari pembenaran diri, sehingga tidak jarang 

akan memicu konflik horizontal.

Abdurrahman   perselisihan-perselisihan 

pada umumnya menghasilkan disharmonisasi hubungan 

antara satu dengan lainnya, bahkan dapat meluas pada 

hubungan disharmonisasi keluarga, bahkan juga terjadi 

permusuhan dan tidak jarang sampai terjadi benturan fisik, 

pembunuhan dan dendam kesumat, sehingga berakibat 

kepada ketidakseimbangan dalam kehidupan warga .89 

Perselisihan antar sesama warga warga  merupakan 

akibat dari terjadinya benturan berbagai permasalahan 

yang menyangkut dengan kepentingan dalam membangun 

hubungan antara satu dengan lainnya, komunikasi antara satu 

dengan lainnya biasanya tidak selalu mulus. Berbagai sebab 

bisa menimbulkan perselisihan, misalnya sebab  berbeda 

pendapat, menyinggung perasaan, merasa terhina, merasa 

tertuduh, gossip, perdebatan, penipuan berbagai bentuk lain 

yang bersumber dari informasi negatif.

Perselisihan dalam adat budaya sering terjadi dalam 

suatu komunitas yaitu  pada prosesi adat perkawinan (bawaan, 

tatacara), prosesi turun sawah, prosesi turun tanah penentuan 

tapal batas, penyalahgunaan fungsi tuhapheut, ketidak fahaman 

aparatur Desa, kurangnya koordinasi, tumpang tindih jabatan,                          

dan pada bentuk-bentuk nilai penghargaan dan sebagainya. Di 

Aceh saat sekarang yang paling terasa yaitu  dampak konflik 

bersenjata antara GAM dan NKRI, dimana warga  sulit 

berkomunikasi, sebab  banyak tekanan dari pihak-pihak yang 

berkuasa.

. Faktor Sosial Politik

Konflik yang ditimbulkan dalam sosial politik sangat 

beragam, dari perebutan kekuasaan, wewenang, tanggung 

jawab dan otoritas hak dan kewajiban sampai perebutan harga 

diri yang egoistis. Dalam perebutan kekuasaan ada tiga aspek 

yang sering menimbulkan konflik berpanjangan baik vertical 

maupun horizontal yaitu: legislative, eksekutif dan yudikatif.

Pertama dalam perebutan kekuasaan legislatif. Dalam 

sejarah negara kita  dan Aceh stiap mendekati pemilihan 

legislative banyak konflik terjadi dalam warga , mulai dari 

silang pendapat, beda dukungan, beda pendapatan, beda social 

budaya dan sampai dalam hal beda agama dijadikan sebagai 

alat untuk menimbulkan konflik, sehingga tidak kurang pasca 

pemilihan banyak individu bertengkar antar  dukukungan, 

antar kelompok, dan antar partai, dan bahkan antar keluarga. 

Selain itu banyak juga balon dan calon yang stress, depresi dan 

bahkan ada yang masuk rumah sakit jiwa, sebab  tidak tahan 

dengan berbagai tekanan yang terjadi. Yang menang kadang 

sangat susah diakui apalagi  yang kalah.

Konflik ini pada awal yaitu  konflik horizontal, akan 

tetapi dapat berlanjut menjadi konflik vertical, sebab  

kebijakan, peraturan tidak memihak kepada rakyah.   dengan 

ekstrem kekuasaan tertinggi yaitu  kekuasaan legislative, 

yakni kekuasaan pemerintah Negara untuk membentuk 

undang-undang.Tetapi sebenarnya yaitu  untuk menegaskan 

bahwa kekuasaan itu ada di tangan rakyat melalui volente 

general yang banyak diartikan sebagai pemilihan umum. Tetapi 

kita tidak bisa lupa titik jenuh dari proses ini akan kembali 

pada gerakan rakyat, artinya fungsi legislatif akan kembali 

kepada pemiliknya semula yaitu rakyat. Jadi bila  tidak bisa 

menjalankan kontrak social secara konsisten disanalah peran 

LSM, yakni memastikan bahwa rakyat memiliki kedaulatan 

lewat peran-peran social politik yang dilakukan.90 

Dalam pengambilan peran inilah semakin sering terjadi 

berbagai konflik vertical dan horizontal yang kadangkala 

membawa kepada kekerasan, korban jiwa, bahkan korban harga 

diri sebab  yang diperebutkan kadang kadang tidak sesuai 

dengan harapan, dan hal ini tidak jarang akan menimbulkan 

stress dan trauma yang berpanjangan dalam social warga . 

Konflik di Aceh yang berkepanjangan tidak hanya melamahkan 

secara ekonomi, budaya dan sumber daya manusia, tetapi juga 

mematahkan semangat dan  menghambat demokrasi yang 

didambakan oleh semua rakyat.

Kedua, konflik perebutan eksekutif, dalam hal ini dapat 

dilihat dalam pemilihan Bupati dan wakil Bupati, Walikota 

dan wakil Walikota, Kechik dan Sekdes, bahkan sampai pada 

perebutan kepala-kepala SKPA dan SKPD semua ini dapat 

menimbulkan konflik, sebab  secara umum semua orang 

tidak mampu memenuhi keinginan semua orang, sehingga 

90 Wiratmadinata (2006) Bertanya Tentang bangsa: Sebuah Refleksi atas 

wacana integrasi negara kita ,          

ketika berbeda kepentingan, berbeda kebutuhan dan berbeda 

pendapat menjadi pemicu yang luar biasa untuk terjadinya 

konflik baik vertical maupun horizontal, Jadi sebenarnya 

dimana mana dalam kehidupan manusia selalu ada konflik, 

akan gtetapi bagaimana mengolola dan menangani konflik itu 

yang menjadi hal paling penting.

Ketiga, dalam yudikatif. Konflik yang terjadi dalam 

lembaga ini merupakan konflik elit yang kadangkala sangat 

sulit dijangkau oleh warga  biasa, sehingga tidak heran 

dalam kiprah dan penanganan berbagai kasus yang menyakut 

persoalan yudikatif sulit untuk dilakukan dan sulit muncul 

kepermukaaan, namun tidak jarang konflik ini juga sering 

terjadi. Oleh sebab  itu tidak heran bila ada yang   

bahwa konflik pada saat tertentu itu sangat diperlukan tetapi, 

pada saat yang lain konflik kan membawa malapetaka, seperti 

dalam kancah perebutan kekuasaan  tertinggi dalam sejarah 

negara kita  dan Aceh, ketiga lembaga ini saling tarik menarik 

sehingga menimbulkan perpecahan. 

. Faktor Agama

Konflik berkekerasan atas nama agama hingga saat ini 

sepertinya tidak akan pernah habisnya didalam negeri ini, 

seperti kasus protes pelaksanaan conference tritunggal maha 

kudus yang digelar tanggal 24-29 juli tahun 2007 oleh ummat 

Khatolik lembah Karmel Puncak Jawa Barat; kasus ahmadiyah 

dan ajaran sesat Millata Abraham. Semua kasus ini  

telah membawa warga  kedalam konflik berkekerasan, 

sehingga banyak korban jiwa.Persolaan ini terjadi sebab  

ketidak percayaan dan ketidak fahaman warga  tentang 

ajaran Islam dengan kaffah sehingga masih banyak keraguan 

di dalamnya.

Azyumardi Azra   bahwa ada dua jawaban 

kenapa terjadi hal yang demikian, yaitu: pertama hingga saat 

ini sikap saling curiga diantara umat beragama berbeda masih 

sangat kuat, misalnya kecurigaan didalam umat Islam, bahwa 

lembaga umat kristiani terus melakukan berbagai upaya 

untuk mengkrestianikan ummat, sebaliknya umat kristiani 

mencurigai umat Islam terus berusaha menciptakan Negara 

Islam di negara kita . Kedua, bahwa hingga saat ini dialog umat 

beragama hanya baru menyentuh level atas pemuka-pemuka 

agama, baik pada tingkat Nasional maupun pada level daerah. 

Walaupun dialog-dialog intra maupun antar umat beragama 

terus dilakukan tetapi hanya menyentuh golongan atas belum 

sampai pada tat