Induk agama Islam 11

 


@l;A*(vi6 63K;- tfui i:t;;(,';r.li;d6y

uMakn pada hai ini, orang-orang yang beiman menertawakan

orang-orang kafir, merelu (duduk) di atas dipan-dipan sambil meman-

dang)' (Al-Muthaffifin: 34-35).

Mereka melihat kepada penghuni neraka -naudzubillah- semen-

tara mereka (penghuni neraka berada) di dasar neraka.

[5]. Ayat ketiga: Firman Allah,

{i1J-;5i.lAWtJ}

'Ba& orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik

(surga) dan tambahannyn" (Yunus: 26).

FirmanNy a, ( ir-S-l' B agr orangoran& " ini yaitu  khabar yang

didahulukan.

(,9i1) yaitu  mubtada' yang diakhirkan, ia yaitu  surga.

4\1!rb " T amb ahanny a " y aitu melihat kep ad a Waiah Allah.

Begitulah Nabi M menafsirkannya, sebagaimana hal itu ter-

cantum secara shahih di Shahih Muslim dan lain-lain.l

Ayat ini yaitu  dalil yang menetapkan bahwa orang-orang

Mukmin akan melihat Allah; dari tafsir Rasulullah ffi -dan tanpa

ragu beliau yaitu  orang paling mengetahui makna al-Qur'an,-

beliau menafsirkannya dengan melihat kepada Wajah Allah, ia

yaitu  tambahan atas nikmat surga.

Jadi ia yaitu  kenikmatan yang lain dari kenikmatan surga,

karena jenis kenikmatan surga yaitu  kenikmatan badan berupa

sungai, buah-buahan, pasangan-pasangan yang suci yang diikuti

dengan kebahagiaan hati, akan tetapi melihat kepada Wajah Allah

yaitu  kenikmatan hati. Penduduk surga tidak mendapatkan nik-

mat yang lebih baik dari itu. Semoga Allah menjadikan kita ter-

masuk orang-orang yang melihatNya.

Kenikmatan ini tidak tertandingi selama-lamanya, tidak oleh

buah-buahan, tidak oleh sungai-sungai dan tidak pula oleh selain-

nya. Oleh karena itu Allah berfirman, 44,;(,,,i\'Dan tambahnn,,, yal<ni

l Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, Bab lbbat Ru'yah at-Mu'minin Fi al-Akhirah

Rabbahum.

(Riwayat selengkapnya yaitu  sebagai berikuh

Dari Shuhaib "$a dari Nabi M beliau bersabda,

q pi ,:'l# r;s*:i 4 ;':+; ,Jwi lru'itr iX ,'a,it *it ,ti Si': til

#1W tgLl w +h+rr J:si,jti r.16r -u 4i,!jr r:r+X pi rw;3

.* &t JtFt u &L

'Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga, Altah dt$ berfirman, 'Kalian mau Aku

beri tambahan?' Maka mereka menjawaQ 'Bukankah Engkau telah membuat wajah-wajah

kami putih berceri? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyela-

matkan kami dari neraka?"'sabda Nabi, 'Maka Allah menyingkap huae dan tidak ada sesuatu

pun yang lebih mereka cintai (di surga) daripada melihat kepada Rabb mereka 2fu,,,

Dalam riwayat lain, terdapat tambahan,

'Kemudian Rasulullah membaca ayat ini,

.!1ir ,,u x I

(i;c.i6A1l6t$b

"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya,,,Ed.)

S W^/" s4qrlnl, n/ otitAiAh

tambahan di atas husna.

[4J. Ayat keempat: Firman Allah,

{ @'jri q'$ 8,(D{\5.u ?'Y

,,Mereks di dalamnya menrperoleh apn yang mereka kehendaki; dnn

pada sisi Kami ada tambahannya." (Qaf:35)-

FirmanNy a, $ {,7';:i6-Vi$ " Mereks di dnlanmya memperoleh apn

yang nrcreka t<eiunaifi.i Yuk.,i,'mereka mendapatkan apa yang me-

reka inginkan.

Telah tercantum di hadits shahih bahwa seorang laki-laki ber-

kata,

,:u' .r,+r. oL,it;o, jt'jr *i eV rJ6; ;:at *i ,iut Jy: U

L.ir e ,!; gr c;triL $YU b v? 6i ;i ;w x ,tilt

*\ eV ,J,LH: I,i ,*t i,*'ru,:grti;,i Jt;r :,r;),iy*

d{ii v t4+ ei ,esjt {rr erEii ;)L ,&-.t}1 q ,jt! t&)l

A*o'i:Ai

,,Ya Rasulullah, apakah di surga ada kuda? Aku menyukai kuda."

Nabi menjaruab, ,,Apabila Allah memasukkanmu ke dalam surga, maka

kamu tidik menginginkan mengendarai kuda dari batu permata merah

yang memborooi, ierbang di surga sesukamu, kecuali kamu pasti mela-

Lutinnya,,' Seorang Arab Badurui berkata, "Ya Rasulullah, apakah di

surga ida unta? Aku menyukai unta.' Nabi menjaruab, 'Wahai orang

Badutui, kalau Allah memasukkanmu ke dalam surga, niscaya knmu men-

dapatkan apa yang diinginkan oleh dirimu dan apa yang dinikmati oleh

matamu."1

Apabila dia menginginkan sesuatu maka ia terwujud dan ter-

jadi bahkan sebagian ulama berkata: kalau dia menginginkan anak

maka clia akan memilikinya. Apapun yang mereka inginkan, akan

mereka dapatkan.

Firman Allah,

I Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, 5/352; at-Tirmidzi, no. 2543; dan al-Baghawi dalam Syarh

as-Sunnah, 151222.

ffi ffi

( @ 6itL A- ili ":;;*i'*:,;if*i q,-sg v ;".jb

" Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oreh hnti

dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya,,, (Az-Zukh-

ruf:71).

FirmanNyu, {Lin-'l;b "Dan pada sisi Kami ada tambahannya.,,

Yakni, tambahan atas apa yhng mereka inginkan.

Yakni, apabila penduduk surga menginginkan sesuatu maka

ia diberikan kepadanya dan diberi tambahan sebagaimana dijelas-

kan oleh hadits shahih tentang orang terakhir yang masuk surga,

Allah memberinya kenikmatan dan kenikmatan. Dia berkata, ,,Aku

rela." Allah berfirman kepadanya , ,st:;iip3'rJi,$ ,,l.lnfukmu xperti-

nya dan sepuluh kali sepertiflyt.tl^

Kebanyakan ulama menafsirkan tambahan di sini dengan pe-

nafsiran Nabi tadi, yaitu melihat kepada Wajah Allah.

Jadi ayat yang disebutkan penulis untuk menetapkan bahwa

orang-orang Mukmin akan melihat Allah ada empat.

Terdapat ayat kelima yang dijadikan sebagai dalil oleh asy-

Syafi'i yaitu Firman Allah tentang orang-orang pendosa,

(@'bi;d i;-6e;iYYb

" Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hai itu benar-benar

tertutup dai (melihat) Rabb mereka." (Al-Muthaffifin: 15).

Kandungan dalilnya yaitu  kalau or.rng-orang kafir terhalangi

dari melihat kepada Allah, karena mereka dalam keadaan dimurkai,

maka orang-orang yang beriman tidak terhalangi dari melihatNya,

karena mereka dalam keadaan diridhai. Jika orang-orang yang

dimurkai Allah terhalangi dari melihat Allah, berarti orang-orang

yang diridhai Allah akan melihat kepadaNya.

Ini yaitu  pengambilan dalil yang sangat tepat, karena kalau

semuanya terhalangi, maka orang-orang Mukmin tidak berbeda

dengan orang-orang kafir.

Dengan ini, maka kami katakan bahwa ayat yang menjadi

I Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab al-Iman, tub Adna Ahli at-Jannah Manzitatan Fiha.

datilnya ada lima. Bisa pula kita tambahkan dengan Firman Allah,

4ft5i Li j6',#lit'>rii F

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat

melihat segala yang kelihatan." (Al-An',am: 103), sesuai dengan apa

yang akan kami tetapkan dalam membantah orang-orang yang

mengingkarinya, insYa Allah'

Ini yaitu  pendapat Ahlus Sunnah wal Jama'ah dan dalil me-

reka tentang orang-orang Mukmin yang akan melihat Allah yaitu 

jelas dan gimblang, yang mengingkarinya hanyalah orang dungu

atau sombong.

Ada beberapa kelompok dari kalangan ah]fi ta'thil yang terdiri

dari ]ahmiyah Mu'taztlah, Asy'ariyah dan lain-laio y*g menyelisihi

Ahlus sunnah wal Jama'ah dalam hal ini, mereka berdalil dengan

d,alil naqliyang mutasyabihat dandalil-dalil aqli yang dipaksakan.

DaLiLnaqli mereka:

Pertama Firman Allah,

.$j J Ju 34L;b\ -,i) 5,t )v,1$.s '^i,s't\"*,)

,L\', ,GrXi','Si 3"3 ,X\4';!it bft #

'; 36'4y- 6 i; 6 36,a^!r,:o:k, (**). 6 ;'{* $i6F

t4J)t3j lt eiiir; ,3"t:,:",X\  "fr,9,t1 eE ,#i JL;n;\ ,S'i 6j;

4t* 6i r:, \U' dt7+,y.2.-u.

"Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada

toaktu yang telah IGmi tentukan dan Rabbnya telah berfirman (angsung)

l<epadanyi berkatalah Musa, 'Ya Rabbku, nampakkanlah (DiriMu) lcepa-

daku agir aku dapat melihat lcepadaMu' . Allahberfirman, 'Kamu sekali-

kali tidak sanggup melihatKu, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap

di tempatnya-(sebagai sediakala) niscaya knmu dapat melilmtKu' . Tatkala

Rabbnya ruenampakkan diri tnpodo gunung itu, diiadikannya gunung itu

hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan." (A1-A'raf: 143)'

Ya.g berkaitan dengan topik ini yaitu  ,i..1, U, kata ! menun-

jukkan penafian abadi, penafian yaitu  berita, berita Allah yaitu 

benar, tidak mungkin dinasakh.

Bantahan terhadap mereka dari beberapa segi:

Pertama, menolak ,, yang berarti penafian abadi, karena itu

sekedar klaim kosong.

Ibnu Malik dalam al-Alfiyah berkata:

Barangsiapa berpendapat penafian dengan J berlaku abadi

Maka tolaklah pendapatnya dan dukunglah pendapat yang tidak

demikian.

Kedua: Musa tidak meminta melihat Atlah di Akhirat akan

tetapi dia meminta saat itu juga, berdasarkan FirmanNyu, JlaJ)

{31$l_"Tampakkanlah DiiMu agar aku dapat melihat l<epadaMu.', M;(-

sudnya sekarang juga. Lalu Allah menjawab , 4,{. j J> ,,Knmu sekali-

knli tidak akan sanggup melihatKu." Maksudnya, kamu daat akan bisa

melihatku sekarang. Kemudian Allah membuat perurnpamaan

dengan gunung di mana Allah menampakkan DiriNya kepadanya,

dan -gunylg itu pun hancur luluh. Firman Allah, ,Fi Jt pt,#;>

4,$ .3;::r ,i\4,"i9 ,9,"Tapi lihatlah ke bukit itu, mai<,a jika-ia teiip ii

tempatnya (sebagai sediakala) niscaya lamu dnpat melihatKu," Manakala

Musa melihat apa yang terjadi pada bukit tersebut, dia mengetahui

bahwa tiada daya baginya untuk melihat kepada Allah, dan Musa

pingsan karena apa yang dilihatnya.

Maka melihat AUah di dunia yaitu  mustahil, karena keadaan

manusia tidak mungkin kuat melihat kepada Allah. Nabi ffi ber-

sabda tentang Allah,

b rya.4L,*t v *3 ,>t*:^) A;-3 ! :itt

"Hijabnya yaitu  cahaya, seandainya Dia menyingkapkannya, nis-

caya pancaran keagungan zuajahNya akan membakar makhlukNya sejauh

j an gkauan p an dan ganN y a. t 7

Adapun melihat Allah di Akhirat maka itu mungkin, karena

pada hari itu orang-orang berada di alam lain, di mana keadaan

mereka berbeda dengan keadaan di dunia sebagaimana hal itu

diketahui dari dalil-dalil al-Qur'an dan Sunnah tentang apa yang

terjadi pada mereka di padang Hari Kiamat dan di tempat akhir

mereka, surga atau neraka.

i;:'i ut-

-i -.

.A-il.>-

I Takhiilya telah hadir di hal 238.

S y*ra h d Crl" l"'l ll 

"*ttAqa 

tL

Ketiga: Tidak mungkinnya melihat Allah di Akhirat menurut

orang-orang yang mengingkarinya didasarkan kepada alasan bahwa

*"r.Jtupt uirryu l"rurtl *enetapkan kekurangan bagi Allah' begitu-

lah alaian pengingkarur, *","ka' Jadi Permintaan Musa kepada

Allah untuk rn"tit-utttlya berkisar antara kebodohan terhadap apa

yang wajib dan apa yang mustahil bagi Allah atau pellintaannya

i"rriur.rt permintaan ying berlebih-lebihan ketika dia meminta

sesuatuyu.gtidaklayakbagiAllah,itujikaMusamengetahui

bahwa hal itu mustahiL Jadi oiang-orang yumg mengingkari bahwa

orang-orang Mukmin akan melihat Allah di Akhirat lebih menge-

tahui tentang apa yang wajib dan mustahil bagi Allah daripada

Musa. Dan ini yaitu  puncak kesesatan'

Dengan ini maka diketahui bahwa ayat ini yaitu  dalil yang

melawan mereka, bukan dalil yang membela mereka'

Begitulah, semua dalil dari al-Qur'an dan Sunnah yang sha--

hih dig;akan sebagai dalil untuk membela kebatilan atau untuk

menafikan kebenaran, iustru akan berbalik menjadi dalil yang me-

lawan orang yang memakainya bukan dalil yang membelanya'

Dalilkeduadariorang-orangyangmengingkaribahwaorang-

orangMukminakanmelihatAllahyaitu FirmanAllah,

{ @ # t, fui''r'"ffil Li i5'/51"'L'-i { }

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata,.sldyg Dia !1nyt

melihnt segala yang tcelihaian; dan Oiitah yang Mahahalus lagi Maha

Mengetahui. " (Al-An'am: 1'03).

Bantahan terhadap mereka yaitu  bahwa ayat ini menafikan

idrak (mencapai atau mlngetahui dari seluruh sisinya), sedangkan

melihat tidak mengharu sl<M idrak. Apakah anda tidak melihat sese-

orang yang melih-at matahari tapi dia tidak mengetahuinya dari

berbagai seginYa?

Apabila kita menetapkan bahwa Allah dilihat, maka itu tidak

mengharuskanDiadiketahuidariseluruhsegiNyadenganPeng-

lihatin tersebut, karena idraklebihkhusus dari sekedar melihat'

oleh karena itu kami katakan: dinafikannyaidrak menunjuk-

kan bahwa pada dasarnya hanya sekedar melihat itu memang ada,

karena penafian terhadap yang lebih khusus menunjukkan adanya

S W,*/" dgtla^h'Wa tt/.,ir/a^h

yang lebih umum. Seandainya yang lebih umum itu dinafikan, nis-

caya ia wajib dinafikan. Ada yang berkata, Dia tidak dilihat oleh

pandangan, karena penafiannya berkonsekuensi kepada penafian

terhadap yang lebih khusus dan bukan sebaliknya, di samping itu

seandainya yang lebih umum tidak ada, niscaya penafian terhadap

yang lebih khusus merupakan kerancuan yang memicu kesalah-

pahaman. HaI ini harus dihindarkan dari Firman Allah.

Jadi ayat ini yaitu  dalil yang melawan mereka bukan mem-

bela mereka.

Dahl aqli yang digunakan oleh orang-orang yang berpendapat

bahwa Allah tidak akan dilihat, mereka berkata: Kalau Allah dilihat,

berarti Allah berwujud jasad dan itu mustahil bagi Atlah, karena

ia menyeret kepada menyamakan dan menyerupakan Allah.

Bantahan terhadap dalil ini yaitu : Kalau memang menetap-

kan bahwa kaum Mukminin akan melihat Allah berarti Allah ada-

lah jasad, maka ia tidak perlu diingkari, akan tetapi kita mengetahui

dengan yakin bahwa Dia tidak menyerupai jasad makhluk, karena

Allah berfirman,

{@iai'€i;, r':"''#'frb

Dia, dan Dialah yanguTidak ada sesuatu pun yang serupa dengan

Maha Mendengar dan Melihaf. " (Asy-Syura: L1.).

Perlu diketahui bahwa pembicaraan tentang jasad Oagi Allah)

baik dari segi penafian dan penetapan termasuk perkara yang di-

ada-adakan oleh ahli kalam, dan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah

tidak terdapat penafian dan penetapannya.

Mereka yang mengingkari bahwa Allah akan dilihat oleh

orang-orang Mukmin yaitu  membantah dalil-dalil Ahlus Sunnah

wal ]ama'ah yang menetapkannya dengan bantahan-bantahan yang

lemah. Mereka memakai metode tahif dengan sangat kentara, bu-

kan ini tempat perinciannya, ia tercantum dalam kitab rujukan.

Faldah yang ktta petik darl segl perllaku dari ayat-ayat

tersebut:

Melihat Allah, pengaruhnya terhadap perilaku sangatlah besar,

karena apabila seseorang mengetahui bahwa puncak pahala yang

diraihnya yaitu  melihat kepada wajah Allah, maka dunia di mata-

nya menladi tidak berarti, semuanya baginya yaitu  murah demi

dapat rr,"tihut Allah, karena ia yaitu  puncak apa yang dicari dan

akhir tujuan.

Jika anda mengetahui bahwa anda akan melihat Rabb anda

dengan mata kepala, niscaya dunia tidak ada apa-apanya'

Seluruh dunia bukan apa-aPat karena melihat kepada wajah

Allah yaitu  buah di mana orang-orang berlomba-lomba merebut-

nya dan berusaha kepadanya, ii yaitu  akhir tujuan dari segala

perkara.

Apabila anda mengetahui hal itu, apakah anda berusaha un-

tuk menggaPainYa atau tidak?

Jawabnya: ya, aku pasti berusaha menggapainya tanpa ragu-

ragu.

Pengingkaran bahwa orang-orang Mukmin akan melihat Allah

pada haklkuLyu merupakan penolakan besar terhadap kenikmatan

yang paling mulia. Sebaliknya, mengimaninya mendorong sese-

trurig a"r,g-an kuat untuk mendapatkannya' la -alhnmdulillah- mu-

dah, kareni agama secara keseluruhan yaitu  mudah, bahkan iika

muncul kesulitan, maka akan muncul kemudahan dalam agama/

dasarnya juga mudah. Jika muncul kesulitan maka akan hadir ke-

mudahan kedua kalinya, jika tidak mungkin untuk dilaksanakan

maka ia gugur, tidak ada kewajiban dalam kondisi tidak mamPu

dan tidak ada haram dalam kondisi darurat'

ooo

g.r4J,tAv ST.Jilt j.i 34 {',# rur *r;5 .,9,',+r.,lr rLJ

,;,F,Jli a)",^) 

.#,+

Masalah ini (1) di dalam Kitab Allah beriumlah banyak.(2) Dan

barangsiapa merenungi al-Qur'an karena mencari petunjuk dari-

nya, niscaya akan jelas baginya ialan kebenaran .(3)

[1]. Ucapan penulis, tujrri;3 (Masalah ini) maksudnya ada-

lah masalah Asma'rua ash-Shifat.

[2]. Ucapan penulis, .#;ut iW A (Di dalam kitab Allah ber-

iumlah banyak). Oleh karena itu, tidak ada suatu ayat pun di da-

lam kitab Allah, kecuali biasanya terdapat padanya nama Allah

atau perbuatanNya atau hukumNya bahkan kalau mau, anda dapat

mengatakan, semua ayat di dalam al-Qur'an yaitu  salah satu sifat-

Nya, karena al-Qur'an yaitu  Firman Allah, setiap ayat darinya

yaitu  sifat Allah.

137. li(merenungi) maknanya, .j.i (memikirkan), seolah-olah

seseorang mengulanginya dalam satu waktu dan menghadapinya

di waktu yang lain, dia mengulang-ulang lalazh agar mengerti mak-

nanya.

Orang yang bertadabbur al-Qur'an, melakukan hal itu. Ada-

pun niatnya, maka hendaknya "Demi mencari petunjuk darinya."

Sasaran tadabburnya bukan untuk mendukung pendapatnya atau

menjadikannya sebagai sarana berdebat dengan cara yang batil

akan tetapi tujuannya yaitu  mencari kebenaran. Orang dengan

niat ini akan meraih hasil, yaitu ucapan penulis "akan jelas baginya

jalan kebenaran."

Dan inilah hasil yang benar-benar agung.

Hanya saja ia memiliki dua syarat: tndabbur dan niat yang baik,

yaitu mencari hidayah dari al-Qur'an, dalam kondisi tersebut akan

jelas baginya jalan kebenaran.

Dalilnya yaitu  beberapa aya! di antaranya yaitu :

1). Firman Allah tJtS,

( #l'$v,rv.'63 JL)i ii;gJt\

"Dan Kami turunknn kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerany-

knn pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada merekn." (A.-

Nahl:44).

2). Firman Allah,

( @,}\i'\Ji 34; -1d1; riigSi qY\{;\ 6Y

"lni yaitu  sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penulr

dengan berkah supaya mereka mentadabburi (merenungi) ayat-ayatNya

dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran."

(Shaad:29).

3). Firman Allah,

( G)'ti;{ iiivr- ;t i (, }'}4 5 Jiiiwi fi y

uMaka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami),

atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang

kepada nenek moyang mereka dahulu?" (A1-Mu'minun: 68).

(4) Firman Allah,

(@ fjro{+t)\'b(A$-,;E

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an untuk pela-

jaran, maka adakah orang yang mengambil pelajararz?" (Al-Qamar: 32).

Ayat-ayat dalam hal ini berjumlah banyak, semuanya menun-

yukkan bahwa barangsiapa mentadabbuA al-Qur'an dengan niat

baik, yaitu mencari kebenaran, pasti dia akan sampai kepada hasil,

yaitu kejelasan jalan kebenaran.

Adapun orang yang mentadabbui al-Qur'an untuk memPer-

tentangkan sebagian dengan sebagian yang lain, untuk berdebat

dengan cara yang batil dan untuk mendukung pendapatnya seba-

gaimana yang terjadi pada ahli bid'ah dan orang-orang yang me-

nyimpang, maka dia akan dibutakan dari kebenaran. Naudzttbillnh.

Karena Allah ults berfirman,

"brtr, * vt$'l'# 3se'4; 4 :, gii a$ ii -tii j b

S Wrr^h dqrlelu'lU osril"qrA,

6-** ,"6i'4'^:!ic 5;;3u +.k a eri ft

4 ;ii e'oL;ti;ix St,{r,'Y'#-

"Dialnh yang menurunknn al-Kitab (al-Qur'an) kepada kamu, di

antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-

Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang

yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti

sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat dai padanya untuk menimbulkan

fitnah untuk mencari-cai ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui

ta'ruilnya melainkan Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya,',

(Ali Imran: 7).

Dengan asumsi kata yang tidak terlihat, yaitu ui (adapun),

yakni adapun orang-orang yang mendalam ilmuNya, maka

{gs*a"i9-*,gci'J6b

"Mereka berkata, 'Kami beriman kepada ayatayat yang mutasyabihat,

semuanya itu dni sisi Rabb kami." (Ali Imran: 7).

Apabila mereka mengucapkan itu niscaya mereka akan di-

(@ r4-v1 'lt1$E',b

bimbing kepada maksud dari ayat mutasyabihaf ini, kemudian Allah

berfirman,

"Dan tidak dapat mengambil pelajaran @anyfl melainkan orang-

orang yang berakal. .' (Ali Imran: 7).

Dan Firman Allah rJtS,

fu):1;. e6i;i{ 6-$(trra;6 .-r.i tJc O,,ir.3:SY

{ @ # pk u G)3cr 3r.{- i # 4 F,yj

" Katakanlah, 'Al-Qur'an ifu yaitu  petunjuk dan penautar bagt

orang-orang Mukmin. Dan orang-orang yang tidak beiman, pada telinga

mereka ada sumbatan, sedang al-Qur'an ifu suatu kegelapan bagi mereka.

Mereka itu yaitu  (seperti) yang dipanggil dan tumpat yang jauh,.',

(Fushshilat: 44).

ooo

3 WraA, d qilah W 

",tilkX"/"

t"ffi *\l OyJ {-"' e ,p

v3 J"tt FJ ,"'o;irL i;;: ,*"'oU3 l",tT;;st )rr^AG

t 'o ,,- '. ;2 ' t

[;i L^Li[ ,"jt ?t ^^t gi-:L-Yt t & ti y Jylt J]rU?.(-.t'.t)

."'iri.3 q iLq)r #3 t4;5,;,y{l

Pasal Tentang Sunnah Rasulullah ffi0)

As-sunnah menafsirkan al-Qut'an,(2) 6uttlelaskannya,(3) -"t .rn-

jukkan kandungannya(r) dan mengungkapkan tentangnya.(s)

Dan apa yang Rasulullah sandangkan sebagai suatu sifat bagi

Rabbnya € dalam hadits-hadits yang shahih yang diterima oleh

ulama hadits, ia juga wajib diimani.(6)

[1]. As-Sunnah dari segi bahasa (etimologi) yaitu 

hidup). Nabi bE bersabda,

iry ;rs ,YSJ'}.sf

"Kalian benar-benar akan mengikuti sunnah kaum-knum sebelum

kalinn," Maksudnya yaitu , cara hidup mereka (&+)}

As-Sunnah secara terminologi yaitu  ucapan Nabi ffi, per-

buatan dan ketetapannya.

As-Sunnah dengan definisi ini mencakup wajib dan yang

dianjurkan.

As-Sunnah yaitu  sumber penetapan syariat yang kedua.

Kami katakan sumber yang kedua, yakni dalam hitungan

angka bukan dalam urutan, karena kedudukannya sejajar dengan

al-Qur'an jika ia yaitu  Sunnah yang shahih dari Nabi ffi.

Hanya saja orang yang memperhatikan al-Qur'an cuma me-

merlukan satu hal, yaitu keshahihan petunjuk kandungan kepada

hukum, sementara orang yang memperhatikan as-Sunnah memer-

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Anbiya) no.3456; dan Muslim, Kitab al-Ilmi, Bab

Ittiba'Sunan al-Yahud wa an-Nashara, no. 2669 dari hadits Abu Said al-Khudri 4;.

,4.-Hl (cara

ffi S ya^a^lu d$fa^l,,'Wa il)rrlah

lukan dua hal, yaitu keshahihan penisbatannya kepada Rasulullah

#, dan keshahihan petuniuk kandungan kepada hukum. Oleh karena

itu, orang yang berdalil dengan as-Sunnah merasakan kesulitan

lebih besar daripada yang berdalil dengan al-Qur'an, karena al-

Qur'an tidak perlu lagi mengkaji sanadnya, sanadnya mutaruatir,

tidak ada yang memicu keraguan, lain hatnya dengan as-Sunnah

yang dinisbatkan kepada Rasulullah ffi. Apabila as-Sunnah telah

terbukti shahih dari Rasulullah ;lE, maka ia sama persis keduduk-

annya dengan al-Qur'an dalam membenarkan beritanya dan me-

ngamalkan hukumnya sebagaimana Allah berfirman,

4:#3 #gii 65;'ii J;t'rb

"Dan (juga) Allah telah menurunlan Kitab danhikmahlcepadamu."

(An-Nisa': 11S1.t

Dan Nabi *E bersabda,

,f;i j lfr,,Iii b y\r **,*j -v G{i f irl WtS

&S +u.<t d+-ii db:yl ,;ttit+rr vE ev+Jv

"Janganlah sampai aku mendapatkan salah seorang di antara lamu

berbaing bersandar di kasurnya lalu datang kepadanya masalah agama

yang merupakan peintahlau dia berlata, 'Kami tidnk tahu; apa yang lumi

temukan di dalam Kitab Allah, Maknkami mengikutinya'. Ketahuilah se-

sungguhnya aku telah dibei al-Qur-an dan yang sepertinya bersamanya

(yaitu as-Sunnah)." z

Oleh karena itu pendapat yang benar yaitu  al-Qur'an mung-

kin dinasakh dengan Sunnah jika ia memang shahih dari Nabi #,

hal itu boleh secara akal dan syara' hanya saja tidak ada contoh

yang benar.

l2l. :;i;it $ *-tlU 1es-Sunnah menafsirkan al-Qur'an). Me-

nafsirkan al-Qur'an, yakni menjelaskan makna yang dimaksud dari-

nya sebagaimana tafsir Firman Allah,

I Hikmah dalam ayat ini yaitu  as-Sunnah, sebagalmana yang dikatakan oleh sebagian salaf.

Lthat Tafsir as-5adi.

2 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/132; Abu Dawud, no. 4605; at-T'irmidzi, no. 2663; dan

Ibnu Majah, no. 13.

S W,,Al, d qtda^lt W rsltlrt ral,

4\:,\3.i6:$\HrJF

" Bagi orang-orang yang furbuat baih ada pahala yang terbaik (surga)

dan tambiharnyo.,' (Yunus: 26), di mana Nabi ffi menafsirkannya

dengan melihat kepada Wajah Allah.

Sebagaimana Nabi # menafsirkan Firman A1lah,

4{}n.irJ\v' r{)b.dtib

,,Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja

yangkamu sanggupi," (Al-AnfaL 60) dengan sabdanya,

,I9t $ar lt vi €91it;sr 

"oYil

,,Ketahuilah bahrua lcekuatan yaitu  menembakkan panah, ketahui-

lah bahroa leekuatan yaitu  menembakkan panah."l

l3l. 4i (menjelaskannya). Yakni, as-Sunnah menjelaskan

yang global' (al-Mujmal). Di dalam al-Qur'an terdapat ayat-ayat

global (mujmal) lalu as-sunnah hadir menjelaskan dan menerang-

kannya, seperti Firman AUah,

$,'riaiW;(ry

"Dan diilanlah shalat " (Al-Baqarah: 43).

Allah memerintahkan mendirikan shalat dan as-Sunnah men-

jelaskan tata caranYa.

Firman Allah,

{+li *JY;)i4}1;i$iAb

,,Dirikanlah shalat dai sesudnh matahai tergelincir sampai gelap

malam." (Al-Isra': 78).

{.;Jti$'+\ "Dai Ysudah matnhai tergelincir'" Sampai tengah

matani,-yaitu pada saat puncak kegelapannya di mana itu terjadi

di tengah malam.

Zalnr ayat ini menunjukkan bahwa ia yaitu  satu waktu, akan

tetapi Sunnah merinci mujmal ini.

t Diriwayatkan oleh Muslim, Kitab Imanh, Bab Fadhl ar'Ramyi wa al-HatsEu Alaihi'

Zhuhur: Dimulai dari tergelincirnya matahari sampai baya-

ngan suatu benda sama dengannya.

Ashar: Dimulai dari akhir waktu Zhuhur sampai matahari

menguning yang merupakan waktu ikhtiyai dan sampai ia terbe-

nam dalam kondisi darurat.

Maghrib: Dari terbenamnya matahari sampai hilangnya awan

merah.

Isya': Dari terbenamnya mega merah sampai setengah malam.

Tidak ada waktu darurat bagi Isya'. Oleh karena itu, jika wanita

haid suci dari haid setelah melewati setengah malam, maka dia

tidak wajib shalat Isya' dan shalat Maghrib karena shalat Isya' habis

dengan setengah malam dan tidak ada dalil dalam Sunnah yang

menyatakan bahwa shalat Isya'berlangsung sampai terbit fajar.

Shubuh: Dari terbit fajar sampai terbit matahari.

OIeh karena itu Allah berfirman di ayat yang sama, ,,;3i4jib

{,fiitJy"Dai sesudah matahai tergelincir sampai gelap malam)

Kemudian Dia menjelaskan waktu Shubuh, Dia berfirm6, irl.$j\

(fli"Dan diikanlah pula shalat Shubuh." Karena waktu Shubuh

dengan waktu sebelum dan sesudahnya terdapat jarak, sebelum-

nya yaitu  setengah malam yang kedua dan sesudahnya yaitu 

setengah siang yang pertama. Irri yaitu  penjelasan tentang waktu-

waktu shalat dari as-Sunnah.

Begitu pula {',i{lilir;j\"Dan bayarlah zakat." As-Sunnah

menj elaskan harta-harta yang d izakati dan ni shab masin g-masin g.

l4l. *ji3 1*".,.rnjukkan kandungannya). Ini yaitu  kali-

mat yang meliputi tafsir, penjelasan dan pengungkapan. As-Sunnah

menafsirkan dan menjelaskan al-Qur'an.

l5l. ;ibip-1 (mengungkapkan tentangnya), yakni as-Sunnah

menghadirkan makna-makna baru atau hukum-hukum baru yang

tidak tercantum di dalam al-Qur'an. Ini banyak terjadi, banyak

hukum-hukum syar'i yang ditetapkan oleh as-Sunnah tanpa al-

Qur'an.

Dan al-Qur'an sendiri telah menyatakan bahwa ia berstatus

sama dengannya, Firman Allah tll$,

{-n('{a ifi J;;}i #-6y

"Barangsiapa yang menaati Rasul ifu, sesungguhnya ia telah me-

naati Allah." (An-Nisa': 80).

Dan Firman Allah tll#,

4,r1*f 'a t+u, b3-r3 Sfisi'&t, Yrb

" Apa yang dibeikan Rasul kepadamu, maka teimalah. Dan apa

yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." (AI-Hasyr: 7).

Dan juga Firman Allah cllS,

{ @ q i,u':f"'i'x; {;'Kt,u {'y

"Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya mala sungguh-

lah dia telah sesat, sesat yang nyata." (Al-Ahzab: 36).

As-Sunnah menetapkan banyak hukum secara independen

dari al-Qur'an. Di antaranya yaitu  hadits pertama yang disebut-

kan oleh penulis di pasal ini,

....iYr J+ur c^ij A:* gl"fur ,w.rt JLC:, i*

"Rabb kita turun ke langit terdekat ketika tersisa ,rprrtig, *rto*

yang terakhir."

Ini tidak terdapat di dalam al-Qur'an.

Kesimpularurya: Kedudukan as-Sunnah di hadapan al-Qur'an

yaitu  dalam empat posisi: menafsirkan yang sukar (tidak jelas),

menjelaskan yang global (mujmal), menunjukkan kandungannya

dan mengungkapkan tentangnya.

t6t.

*41 S;i,utx Ct /4r qirE$l ;

^|, y, Jllgl *,r,-;^b3 Ul & 43 U

(Dan apa yang Rasulullah sandangkan sebagai suatu sifat

bagi Rabbnya & dalam hadits-hadits yang shahih yang diterima

oleh ulama hadits, ia juga wajib diimani).

, e .c

ik,i)l ';', tJ';f,JU

', ,r. )

ffi ffi

Ini yaitu  kaidah penting yang disebutkan oleh penulis.

Ucapan penulis u1 (dan apa) ni yaitu  kalimat syarat. Fi'il

syaratnya yaitu  -*1(menyifati) dan jawab syarafnya yaitu 'wajib

imani'.

Apa yang dengannya Rasulullah menyifati Rabbnya, begitu

pula apa yang dengarurya Rasulullah menamakan Rabbnya, karena

memang ada nama yang dengannya Rasulullah menamakan Rabb

nya di *unu ia tidak tercantum di dalam al-Qur'an seperti o;t-i.1r,

Nabi bersabda,

'!JW c;\ , ,i.t3

" S e mbuhkanlah karena En glau yaitu  Maha Menyembuhknn, tidak

a da ke se mbuhan ke cuali lee sembuhanMu. " 

1

Kata 3rt ar-Rabb, ia hanya hadir di dalam al-Qur'an dengan

disandarkan akan tetapi Rasulullah bersabda,

+gt *t:ryi f_;ttYi

" Adapun rukuk maka agungkanlah Rabb padanya.2

Beliau bersabda tentang siwak,

*ili*Yt 4ifiL,

" Shuak Membersihlan mulut dan menyebabkan idha Rabb.3

Zahfu ucapan penulis yaitu  syarat diterimanya hadits ada

Pertama, ia yaitu  hadits shahih.

Kedun, ia diterima oleh ahli hadits. Akan tetaPi bukan itu mak-

sudnya, akan tetapi maksud penulis yaitu  bahwa hadits-hadits

yang shahih diterima oleh ahlinya. Jadi ucapan,"Diterima oleh ahli

hadits." yaitu  keterangan penegas bukan pembatas.

t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Thib, Bab 'Ruqyah an-Nabi *'; dan Muslim, Kibb as-

Salarl.

2 DiriwayaRan oleh Muslim, Kitab ash-Shalah, fub an'ltlahyu Qira'ah al-Qur'an Fi ar-Ruku' wa

as-9ujud.

3 Diriwayatkan oleh al-Bukhari sxara mu'allaq dengan kalimat aktJ,f , Kitab ash-9haum, fub

Siwak ar-Rathb wa al-Yabis Li ash-Sha'im.

6..t

YI ;q y ,.JiLijl

ffi ffi

Ucapannya, trui;; jt "Yang diterima" yaitu  keterangan ten-

tang keadaan hadits-hadits shahih yakni para ahli hadits meneri-

manya karena tidak mungkin para ahli hadits menolak dan tidak

menerima hadits-hadits yang shahih.

Benar ada hadits-hadits yang secara lahir ia shahih akan tetapi

bisa jadi iaberillat seperti ia terbalik oleh hafalan rawi dan lain-lain,

ia tidak dianggap sebagai hadits shahih.

Penulis berkata, t+,lui)r .=7.e "lawaiib diimani" berdasarkan

Firman Allah,

{ -li; fi{u,tfut; Yfic tiiffi-y

"Wahai ornng-orang yang beiman, tetaplah beiman lcepada Allah

dan rasulNya." (An-Nisa': 135). FirmanNya,

{bt;SU'i'1V"6YSri.$iqv-y

" Hai orang-orang yang beiman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-

(nya)." (An-Nisa': 59). FirmanNya,

'*li (*,I*:; @ ap;i i'H -\^i \iq w :C. ;5; y

{@ <,}:65e*;

"Dan (ingatlaQ han @i waktu) Allah menyeru merekn, seraya ber-

knta, 'Apakah jaruabanmukepadn para rasul?' Makn gelaplahbagi mereka

segala macam alasan pada hai ifu, knrena itu mereka tidak saling tanya

menanya." (Al-Qashash: 65-66).

Dan masih banyak lagi.

Ketahuilah bahwa sikap para pengikut hawa nafsu terhadap

hadits-hadits yang menyelisihi pendapat mereka yaitu  satu dari

dua sikap: Mendustakan atau menyelewengkan (maknanya).

Jika mungkin didustakan, maka mereka mendustakannya, se-

perti ucapan mereka dalam kaidah yang rusak, "Hadits ahad adak

diterima dalam masalah akidah."

Ibnul Qayyim,ir,l# telah membantah dan menghancurkan kai-

dah tersebut dengan banyak dalil di akhir kitab Mukhtashar ash-

Sharua'iq.

]ika tidak mungkin didustakan, maka mereka menyeleweng-

kan (maknanya) seperti yang mereka lakukan terhadap ayat-ayat

al-Qur'an.

Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mereka menerima

semua hadits yang shahih dari Nabi # dalam masalah akidah dan

hukum, karena dalil-dalil yang mewajibkannya diterima telah tegak.

Ucapan penulis, et)i3 Quga) yakni, sebagaimana pula waiib

mengimani apa yang ada di dalam al-Qur'an tanpa tahif, tanpa

ta'thil, tanpa takyif dantanpa tamtsil.

ooo

#rlr Jj A e N ,F gi3r ,r*:r ,);fi., J*,M e)Y ,9

:.i ,l*L:ti eU j; ,'d c-+-s;$ e|-y- U ,iii,j+-jt

"<' 

> 1$- o;U 

a> .'n *:u A4;x.

Seperti sabda Nabi #, "Tuhan kami turun ke langit dunia setiap

malam ketika tersisa sepertiga malam yang terukhir. Dia berfir-

man, 'Siapa yang berdoa kepadaKu, niscaya Aku mengabulkan-

nya. Siapa yang meminta kepadaKu, niscaya Aku membeinya

dan siapa yang memohon ampun kepailaKu, niscaya Aku meng-

ampuniny4.'r(1) l\{sffafaq alaihi(z)

PASAI

TENTANG HADITS.HADITS SITAT

[U. Hadits di atas yaitu  tentang penetapan nuzul (turun-

nya) Allah ke langit dunia.

Sebagian ulama berkata tentang hadits ini, ia yaitu  salah satu

hadits yang mutaruatir. Mereka sepakat bahwa hadits ini yaitu 

salah satu hadits yang masyhur yang menjadi buah bibir di kala-

ngan ulama hadits.

Sabdanya, Sfur 4-ar jy!:i9 (Rabb kita turunlce langtt dunia).

Turunnya A1lah yaitu  hakiki, karena sebagaimana telah dijelas-

kan bahwa setiap kata ganti yang kembali kepada Allah, maka ia

dinisbatkan kepadanya secara hakiki.

Kita wajib beriman dan membenarkan. Kita berkata: Rabb

kita turun ke langit dunia, yaitu langit terdekat dengan bumi, dari

langit-langit yang berjumlah tujuh. Allah turun di waktu tersebut

agar dekat kepada hamba-hambaNya sebagaimana Dia mendekat

kepada mereka di separuh siang yang kedua di hari Arafah, di mana

Dia membanggakan orang-orang yang wukuf di hadapan para ma-

laikat.1

Sabdanya, jit # (Setiap malam), mencakup seluruh malam

dalam sahr tahun.

;rijr ..EiJr il: ;,4'p (Ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir).

Permulaan malam yaitu  terbenamnya matahari tanpa ada per-

bedaan. Yang diperdebatkan yaitu  akhir malam, apakah dengan

terbit faiar atau dengan terbit matahari? Yang zahfu yaitu  dengan

terbibrya fajar dari segi syariat, tetapi dari segi falak (astronomi)

yang zahfu yaitu  terbibrya matahari.

Sabdanya, &.94 Ui# (Ialu Allah berfrman, 'Barangsiapa yang

berdoa kepadaKu): ;- (Siapa) yaitu  pertanyaan yang mengandung

dorongan, seperti Firman Allah,

{@ }iv*;#ie.&#tsb

" Suknkah knmu Aku tunjukkan suafu perniagaan yang dapat me-

nyelamatkanmu dari azab yangpedih?" (Ash-Shaff: 10).

,i.rk (BerdoalcepadaKu). Yakni berkata, "Ya Rabbi."

Sabdanya, u +,*1;: Kata kerlamudhni' y^gdinashabkanka-

rena ia yaitu  jawaban dari permintaan.

,lL. U (Siapa yang meminta kepadaKrz) dengan mengatakan,

"Aku memohon surga kepadaMu," atau yang sepertinya.

d".#*; (Siapa yang memohon ampun lcepadaKu) dengan ber-

kata, "Ya Allah ampunilah aku," atau astaghfirullah.

I Lthat Shahih Muslim, Kitab al-Hajj, Bab Fadhlu al-Hajj wa al-tlmrah wa Yaumi Arafah.

ffi ffi

i t4LU (Maka Aku mengampuninya). Ampunan yaitu  menuhrpi

dosa dan memaafkannya.

Dengan ini jelaslah bagi siapa pun yang membaca hadits ini

bahwa yang dimaksud dengan turun di sini yaitu  turunnya Allah

sendiri. Tidak perlu ditambah dengan 'dengan dzatNya' karena

selama kata kerja (turun) tersebut disandarkan kepada Allah maka

ia yaitu  milikNya. Akan tetapi sebagian ulama berkata, "Turun

dengan dzatNya." Mereka melakukan itu karena terpaksa demi

menepis pendapat ahli tahif, di mana di antara mereka ada yang

berkata: Yang turun yaitu  keputusan Allah. Ada pula yang ber-

kata: Yang turun yaitu  rahmat Allah dan ada pula yang berkata:

Yang turun yaitu  salah satu malaikat Allah.

Ketiga pendapat ini yaitu  batil, karena keputusan Allah tu-

run terus dan selama-lamanya, tidak khusus dengan sepertiga ma-

lam yang terakhir, Firman Allah,

44t6;-'r";ri tY;:zti a i'r*y

"Dia mengatur urusan dai langit l<e bumi, lcemudian (urusan) ifu

naik lcepadanya." (As-Sajdah: 5).

Dan FirmanNya

4t3f:fj,6.6fi}"

"Dan lepadaNya-lah dil<embalilun urusan-urusan semuanya."

(Hud:123).

Pendapat yang berkata: yang turun pada waktu itu yaitu 

rahmat Allah, subhanallah, apakah rahmat Allah hanya ttrrun pada

waktu tersebut? Padahal Allah berfirman,

,, D an apa saj a nikmnt yang adn --S{X*X*'fl"!.

nya)." (An-Nahl:53)

Semua nikmat dari Allah yaitu  bukti rahmatNya, ia berlang-

sung terus di setiap waktu.

Kami katakan, Apa faidah bagi kita dari turunnya rahmat ke

langit dunia?

Dan kami katakan kepada orang yang berpendapat bahwa

yang turun yaitu  malaikat Allah, masuk akalkah kalau ada malai-

kat yang berkata: Barangsiapa yang berdoa kepadaku, niscaya aku

menjawabnya... dan seterusnya.

]elaslah dengan semua itu bahwa pendapat-pendapat ter-

sebut hanyalah tuhnf (penyelewengan makna) yang ditolak oleh

hadits itu sendiri.

Demi Allah mereka tidak lebih mengetahui Allah daripada

Rasulullah, mereka tidak lebih tulus kepada hamba-hamba Allah

daripada Rasulullah dan mereka tidak lebih fasih dalam ucaPan

mereka daripada Rasulullah ffi.

Mereka berkata: Bagaimana kalian (Ahlus Sunnah) mengata-

kan Allah turun? ]ika Allah turun, maka di mana yang atas itu?

Jika Allah turun, maka di mana bersemayam di atas Arasy? Jika

turun, turun itu yaitu  gerakan dan perpindahan. |ika turun itu

terjadi, maka turun itu yaitu  baru dan yang baru tidak terjadi

kecuali pada makhluk yang baru.

Kami katakan: Ini yaitu  mendebat dengan kebatilan, tidak

mempengaruhi pendapat bahwa turunnya Allah yaitu  hakiki.

Apakah kalian lebih mengetahui tentang apa yang menjadi

hak Allah daripada para sahabat Nabi ffi?

Para sahabat sama sekali tidak menyodorkan sanggahan-

sanggahan tersebut, mereka berkata: Kami dengar, kami terima,

kami imani dan kami membenarkan.

Sementara kalian wahai orang-orang yang menyelisihi lagi

menyimpang, kalian datang sekarang dan membantah dengan ke-

batilan. Kalian berkata: bagaimana? Bagaimana?

Kami katakan: Allah turun tanpa menyinggung bersemayam-

nya Dia di atas Arasy. Apakah Arasy menjadi kosong dariNya atau

tidak?

Mengenai sif.at al-Ulzrrr (Allah di atas sana), kami katakan:

Allah turun, walaupun begitu Dia tetap Mahatinggi di atas makh-

lukNya, karena nuzul tidak berarti bahwa langit menopangNya dan

langit yang lain menaunginya, karena tidak satupun dari makh-

lukNya y ang mengelilingiNya.

Kami katakan: Allah turun secara hakiki dan Dia Mahatinggi

secara hakiki, tetapi tidak ada sesuatu pun yang serupa dengin-

Nya.

Mengenai bersemayam di atas Arasy, maka ia yaitu  per-

buatan bukan termasuk sifat dzat. Menurutku kita tidak mempu-

nyai hak untuk berbicara apakah jika Alrah turun, Arasy menjadi

kosong dariNya atau tidak? Kita diam sebagaimana sahabat diam

dalam hal ini.

Meskipun ulama Ahlus sunnah wal Jama'ah memiliki tiga

pendapat dalam masalah ini: ada pendapat bahwa Arasy menyadi

kosong, ada pendapat bahwa Arasy tidak kosong dan-ada pula

yang tidak berpendapat.

Syaikhul Islam dalam ar-Risalah al-Arsyiyah berkata,,,Arasy

tidak kosong dariNya, karena dalil bersemayamnya Allah di atas-

nya yaitu  muhknm dan hadits nuzul juga muhka;m d.an sifat-sifat

Allah tidak diqiyaskan dengan sifat-sifat makhluk, maka kita harus

membiarkan dalil-dalil isthoa' dalam kondisi muhkam dan dalil

tentang nuzul dalam kondisi muhkam dan kami katakan; Allah

bersemayam di atas ArasyNya, turun ke langit dunia dan Allah

lebih mengetahui cara dan bentuknya dan akai kita jauh lebih ren-

dah, lebih terbatas dan lebih kurang untuk mengetahui Allah secara

menyeluruh.

Pendapat kedua yaitu  yang tidak berpendapat, pendapat

ini menahan diri dengan mengatakan: Kami tidak mengatakan

kosong dan kami tidak mengatakan tidak kosong.

Pendapat ketiga: Arasy kosong dariNya.

orang-orang muta'akhiin yang mengetahui bahwa bumi itu

bulat dan bahwa matahari mengelilingi bumi, menyodorkan sang-

gahan. Kata mereka: Bagaimana Allah turun di sepertiga malam,

padahal jika ia berlalu dari saudi misalnya ia akan pindah ke Eropa

dan sekitarnya. Apakah Allah turun terus?

Kami katakan berimanlah terlebih dahuru bahwa Allah turun

di waktu tersebut. Jika kamu telah beriman, maka setelah itu tidak

ada sesuatu apa pun atasmu. Jangan katakan bagaiman4 dan bagai-

mana? Akan tetapi katakan, apabila sepertiga maram di saudi, *uku

ffi ffi

Atlah turun, apabila sepertiga malam di Amerika, maka Allah turun

juga. Apabila fajar terbit, maka habislah waktu turunnya Allah di

semua tempat berdasarkan temPat tersebut.

Jadi sikap kita yaitu  bahwa kita mengimani apa yang sampai

kepada kita dari jalan Muhammad Rasulullah ffi bahwa Allah turun

ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam yang terakhir dan

berfirman,

'n *:v d.r;*. U; ,'a*bli dU ir "d 

4*:$ 4F4:r

'Si; ynng berdoa l<epadaKu, niscaya Aku mengabullannya. Siapa

memintn kepadaKu, maka Aku membeinya, siapa memohon ampunan

kep ndnKu, mnkn Aku men SamPuninya. "

Di antara faidah yang dipetik dari hadits ini:

Pertnrun,menetapkan sifat al-Llluto bagi Allah dari sabda Nabi,

iA"Turun."

Ke dun, menetapkan perbua tan ikhtiaiyah y angmerupakan

sifatfi'liynh,yaitu dari sabda Nabi, ti-i.lt 'u*'Jt itqt J;1 (Rabb kita

turun ke langit dunia'1.

Ketign, menetapkan berfirrtan (berkata) bagl Allah dari sabda

Nabi, $;t- 1Oi, berfirman).

Keempat, menetapkan kemurahan bagi Allah dari sabda Nabi,

dtr;t;;-:.i iU:-i .- e$-s-:i

" Siapa yang berdoa lcepadaKu...., Siapa yang memohon leepadaKu

...., Siapn ynng memohon ampun lcepadaKu...."

Faidah dari sisi Perilaku:

Hendaknya seseorang memanfaatkan waktu sepertiga malam

akhir tersebut sebaik-baiknya, dia memohon kepada Allah, berdoa

kepadaNya dan memohon ampun kepadaNya, karena Allah telah

beifirman, i-.ix";; (Siapa yang berdoa leepadaK-u. .) ;r..y;a; $iapa

memohon ampun kepadaKu...) A; di sini yaitu  untuk mendorong,

maka kita harus memanfaatkan kesempatan ini, karena umurmu

yangsebenarnya yaitu  apa yang kamu gunakan dalam ketaatan

kepada Allah. Hari-harimu akan berjalan, jika tanda kematian meng-

hampirimu, maka seolah-olah kamu baru dilahirkan pada hari itu,

&Fri oJ.Le

t,t I o- ,u-fs

ria.F

y.i,,ftri b t;g t;i ii ,M,

.^Ab

Sabda Nabi ffi, "sungguh Allah benar-benar lebih gembira

dengan taubat hambaNya daipada salah seorang dai kalian

karcna hewan tunggangannya.,. " Al-Hadifs(t) l\{qffafaq alaihi

sebelumnya bukan apa-apa.

ooo

[1]. Hadits ini tentang penetapan gembira (al-Farah) bagp

Allah, t* .u.Awi 3:1ii " sungguh Allah benar-benar lebih gembira de-

ngan taubat lumbaNya. . ." 1

'it : lamdi sini yaitu  lam ibtida' dan eirr yaitu  mubtada' .

3Ji: Khabar mubtada'.

Penulis berkata, c.i#Jt (Hadits), yakni lanjutkan haditsnya

dan seterusnya hadits tersebut).

Hadits ini yaitu  tentang seorang laki-laki di padang pasir

dengan hewan tunggangannya yangmembawa makanan dan mi-

numannya, lalu tunggangarmya ini lepas darinya. Dia mencarinya

tetapi tidak menemukannya, akhirnya dia merasa tidak ada harap-

an untuk hidup, dia berbaring di bawah pohon menanti ajal, tiba-

tiba tali kekang tungga-ngarurya bergelayut di pohon tersebut. Tidak

ada yang bisa menggambarkan kegembiraan ini, kecuali orang yang

mengalaminya sendiri. Lakilaki tersebut langsung menangkap tali

kekangnya seraya berkata karena saking bahagianya, ,'ya Allah,

Engkaulah hambaku dan aku yaitu  tuhanmu.,,Salah ucap karena

sangat gembira, tidak menguasai ucapannya.

Allah lebih gembira dengan taubat hambaNyayangberiman

t Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ad-Da'awag hb at-Taubah LL1L}2; dan Muslim, Kitab at-

Taubah, tub al-Hadhdhi Ala at-Taubah.

ffi

jika dia bertaubat kepadaNya daripada laki-laki yang mendapatkan

kembali tunggangannya yang hilang. Allah tidak membutuhkan

taubat kita, sebaliknya kitalah yang memerlukanNya dalam selu-

ruh kondisi kita. Karena kemurahanNya, kecintaanNya kepada

kedermaw€ulan, karunia dan kebaikan, Dia gembira dengan kegem-

biraan yangtidak tertandingi apabila ada hambaNya yang bertau-

bat kepadaNya.

Hadits ini menetapkan sifat gembira (al-Farah) bagi Allah. Kami

katakan tentang',gembira" ini, bahwa ia yaitu  gembira yang ha-

kiki bahkan kegembiraan yang sangat, hanya saja ia tidak sama

dengan kegembiraan makhluk.

Kegembiraan bagi manusia yaitu  kesenangan dan kebebasan

dari beban yang dirasakannya pada waktu dia meraih aPa yang

membuabrya senang. Oleh karena itu, kalau anda sedang bersuka

cita karena sesuatu, maka seolah-olah anda berjalan di angkasa,

akan tetapi bagi Allah tidak demikian, kita tidak menafsirkannya

dengan apa yang kita rasakan pada diri kita'

Kami katakan, ia yaitu  kegembiraan yang layak bagi Allah

rE sama dengan sifat-sifatNya yang lain sebagaimana kami kata-

kan bahwa Allah memiliki dzat, tetapi ia tidak sama dengan dzat

kita. Dia memiliki sifat-sifat yang tidak sama dengan sifat-sifat kita

karena pembicaraan tentang sifat yaitu  bagian dari pembicaraan

tentang dzat.

Maka kita beriman bahwa Allah memPunyai kegembiraan

sebagaimana hal itu ditetapkan oleh orang yang paling mengetahui

tentangNya, yaitu Muhammad ffi, orang yang paling tulus bagi

*un,rriu dan orang yang pating fasih dalam apa yang dikatakan-

nya.

Kita berada dalam bahaya kalau kita berkata: Yang dimak-

sud dengan kegembiraan Allah yaitu  pahala,,karena ahli tuhnf

berkata: 

-aUun tia* gembira. Yang dimaksud dengan Allah ber-

gembira yaitu  Dia memberi balasan pahala bagi-orang yang ber-

Iaubat atau keinginan memberi pahala. Merekalah orang-orang

yang menetapkuri buh*u Allah memiliki makhluk yang terpisah

autii.lyu yaitu pahala, dan mereka menetapkan keinginan' Mereka

berkata tentang kegembiraan A[ah, maksudnya yaitu  pahala yang

ffi

merupakan makhluk atau keinginan memberi pahala.

Kami katakan: Yang dimaksud dengan gembira yaitu  gem-

bira hakiki, sebagaimana yang dimaksud dengan A[ah yaitu  diri-

Nya secara hakiki, akan tetapi kita tidak menyamakan sifat-sifat

kita dengan sifat-sifat Allah.

Hadits ini di samping menetapkan sifat gembira, ia juga me-

netapkan kesempurnaan rahmatNya dan kasih sayangNya kepada

hambaNya, di mana Dia sangat menyukai kembalinya hamba ke-

padaNya dengan taubat. Dia berlari dari Allah lalu berhenti dan

kembali kepadaNya, Allah berbahagia dengannya dengan keba-

hagiaan yang besar ini.

Dari segi perilaku, hadits ini mendorong kita agar bersungguh-

sungguh bertaubat, setiap kali kita melakukan dosa kita bertaubat

kepada Allah.

Allah berfirman tentang sifat orang-orang yang bertakwa, dan

frga) orzrng-orang yang mengerjakan perbuatan keji seperti zina,

homoseks, menikahi wanita mahram, dan lain-lain. Al1ah EltF ber-

firman,

i3y'51, is\i{y,fii G rUsVr;

t//zd c\;*{, }

(@ Wi6iciti'^irs'o\4

"Dan janganlah kamu karuini ruanita-tuanita yang telah dikaruini

oleh ayahmu, terkecuali padn masa yang telah lampau. Sesungguhnya

perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang

ditempuh)." (An-Nisa' : 22).

(@

"Dan janganlah

W;\a3'eS Lf xy""i;;i V;l ;

kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina

*

itu

yaitu  suatu perbuatan yang lceji, dan suafu jalan yang buruk,,, (Al-

Isra': 32) dan Luth berkata kepada kaumnya,

(ibiii''iKy

" Mengapa kamu mengerjakan perbuatan l<eji (homoseksual) ifu.,,

(Al-A'raf:80).

Maka Firman Allah (tentang orang-orang yang takwa),

{ -J,i t5i #YA-Eit1+SU36\6_56y

"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan lceji

atau menganiaya dii sendii, merela ingat akan Allah," Mereka meng-

ingat Allah dalam diri mereka, mereka ingat kebesaranNya, azab-

Nya, mereka ingat pahalaNya bagi orang yang bertaubat.

4elXv;*EY

u Maka merelu memohon ampun dai dosa'dosa merelea."

Mereka melakukan apa yang mereka lakukan, akan tetapi

mereka mengingat Allah pada diri mereka dan memohon amPun

kepadaNya dari dosadosa mereka,lalu Allah mengamPuni mereka.

Allah berfirman,

{11( 51,43'tiP;-niy

"Dan siapa lagi yang dapat ttungampuni dasa slain daripada Allah?'

(Ali Imran: 135).

Kalau anda mengetahui bahwa AUah berbahagia dengan tau-

batmu dengan kebahagiaan yang tidak tertandingi, niscaya tanPa

ragu kamu akan bertaubat dengan sungguh-sungguh.

Taubat mempunyai lima syarah

Pertama, ikhlas karena Allah. Taubatmu tidak didorong oleh

riya' atau ambisi mendapatkan kedudukan di mata manusia atau

ambisi-ambisi dunia lainnya.

Kedua, menyesali dosa yang telah dilakukan.

Ketiga, meninggalkannya. Termasuk meninggalkannya ada-

lah mengembalikan hak kepada pemiliknya jika taubabrya berkait-

an dengan hak sesama.

Keempat, niat kuat tidak mengulang dosa di masa datang.

Kelima, hendaknya taubat dilakukan di waktu di mana Pintu

taubat masih terbuka. Bagi seluruh manusia Pintu taubat tertutup

pada saat matahari terbit dari arah barat. Bagi masing-masing pri-

badi pintu taubat tertutup dengan hadirnya ajal.

Firman Allah,

i'ir:x-Afu-

( Gii

)) zz<

e5' # $L& e,e.!ti

"Dan tidaklah taubat itu diteima Allah dai orang-orang yang

mengerjakan l<ejahatan (yang) hingga apabila datang ajal lcepada xx-

orang di antara mereka, @arulah) ia mengatakan, ,Sesungguhnya saya

bertaubat sekarang' ." (An-Nisa': 18).

Terdapat hadits shahih dari Nabi ffi bahwa pintu ditutup apa-

bila matahari terbit dari baratl di mana pada saat itu orang-orang

beriman, akan tetapi

{Ww-vc {'i{t k oe,*r, K i wci& { }

"Tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang lcepada diinya sendii

yang blum fuiman xbelum ifu, atau dia (belum) mengusahakan lcebailan

dalam masa imannya." (Al-An'am: 158).

Ini yaitu  lima syarat, jika ia terpenuhi maka taubatnya sah.

Akan tetapi apakah taubat dari seluruh dosa merupakan sya-

rat sah taubat?

Terdapat perbedaan pendapat dan yang shahih yaitu  tidak,

taubat (seseorang) sah dari satu dosa meskipun dia tetap melaku-

kan dosa yang lain, hanya saja dia ddak masuk ke dalam golongan

orang-orang yang bertaubat secara mutlak. Untuk orang-orang se-

perti ini, maka taubahrya terbatas dan tidak mutlak.

seandainya ada orang yang minum khamar dan makan riba

lalu dia bertaubat dari yang pertama saja maka taubatnya sah dari-

nya saja, dia masih memikul dosa makan riba, dia tidak meraih

predikat orang yangbertaubat secara mutlak karena dia tetap bersi-

keras di atas kemaksiatan.

Jika syarat-syarat taubat terkumpul pada diri seseorang, akan

tetapi dia kembali melakukan dosa maka taubatnya yang pertama

tidak batal karena dia telah bertekad untuk tidak mengulang hanya

saja dia terbujuk oleh nafsunya maka dia mengurang, dia *iiiu tu,r-

t Diriwayau<an oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, no. 4G36; dan Muslim, Kitab al-Iman, fub az-

Zaman al-Ladzi La Yuqbalu Fihi ahlman.

ffi ffi

bat kedua kalinya dan begitu seterusnya, setiap melakukan dosa

dia bertaubat, dan karunia Allah itu luas.

ooo

F.x-LiA>\5 fir uu'JA ,y *: j1Lht A;*L-,M'dsS

o>atb & &it

Sabdany+ "Allah tertawa kepada dua orang laki-laki yang salah

seorang dai keduanya membunuh yang lain, tapi keduanya ma-

suk surga." Muttafaq alaihi (t)

[1]. Hadits ini tentang penetapan sifat tertawa bagi Allah,

yaitu sabda Nabi ffi,

.a*st ;u.XLrr>r5 ?iLi3ti e A+3 JLitt,t;,.;:.

" Allah tertarua lnpodo dua orang laki-laki yorg ,otah seorang dai

keduanya membunuh yang lain, namun keduanya masuk surga." 1

Di sebagian naskah tercantum )t;it' dan riwayat itu juga sha-

hih, karena kata l,5,lhabarnya; -batkf il maupun isim-boleh dengan

melihat kepada lafazh dan dengan melihat kepada makna. Kedua-

nya terkumpul dalam ucapan seorang penyair yang menjelaskan

dua ekor kuda.

e_,1') t;4$)i V i *i f S v4Lq4t :* ;.;9ktYS

Masing-masing dni keduanya, tatkala lceduanya berlai dengan lcen-

cnnS

Telah tinggal landas dan hidung mnsing-masing l<eduanya terangkat

Di dalam hadits ini Rasulullah memberitahukan bahwa Allah

tertawa kepada dua orang laki-laki, keduanya bertemu di medan

perang. Salah seorang dari mereka membunuh yang lain, tetapi ke-

duanya masuk surga. Salah seorang dari keduanya tidak membu-

I Diriwayaftan oleh al-Bukhari , Kitab al-lihad, tub ablQfir Yaqtulu al-Muslim bumma Yuslimu

Fapsyaddu tuAu wa Yuqtalu; dan Muslim, Kbb al-Imanh,

ffi W

nuh yang lain, kecuali karena kerasnya permusuhan di antara ke-

duanya. Kemudian setelah itu keduanya masuk surga maka lenyap-

lah permusuhan tersebut karena salah seorang dari keduanya ada-

lah Muslim sedangkan yang lain yaitu  kafir, si kafir membunuh

si Muslim, si Muslim mati sebagai syahid dan dia masuk surga,

lalu Allah memberi petunjuk kepada si kafir, dia masuk Islam dan

terbunuh sebagai syahid atau dia mati tanpa terbunuh, dia masuk

surga. Jadi pembunuh dan yang dibunuh sama-sama masuk surga,

Allah tertawa kepada keduanya.

Hadits ini menetapkan tertawa bagi Allah, ia yaitu  tertawa

hakiki, hanya saja ia tidak sama dengan tertawanya makhluk, ter-

tawa yang layak dengan keagungan dan kebesaranNya. Tidak

mungkin kita menyamakannya, karena kita tidak boleh berkata:

Allah memiliki mulut, gigi dan lainlain, akan tetapi kita menetap-

kan tertawa bagi Allah dalam bentuk yang layak denganNya.

Apabila ada yang berkata: Penetapan tertawa bagi Allah ber-

konsekuensi bahwa Allah menyamai makhluk.

Kami jawab: Tidak demikian, karena Nabi Myangbersabda,

J;-L- (Allah tertaua) yaitu  Nabi yang menerima FirmanNya dari-

Nyu,

{@ i;t,'€i;)r,:i-#,fry

'Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang

Maha Mendengar dan Melihaf. " (Asy-Syura: L1).

Dari segi lain dalam hal seperti ini Nabi tidak berbicara ke-

cuali dengan wahyu, karena ia termasuk perkara ghaib bukan ter-

masuk perkara ijtihad di mana kadang Rasulullah i4 melakukan

ijtihad padanya; lalu Allah menyetujui atau tidak menyetujui. Per-

kara ini termasuk perkara ghaib yang diterima oleh Rasulullah dari

jalan wahyu.

Ada orang mungkin berkata: Yarrg dimaksud dengan tertawa

yaitu  ridha, karena apabila seseorang ridha terhadap sesuatu dia

akan berbahagia dan tertawa, dan yang dimaksud dengan ridha

yaitu  pahala atau keinginan memberi pahala, sebagaimana hal

itu dikatakan oleh ahli ta'thil.

Kami iawab: Ini yaitu  menyelewengkan ucaPan dari tem-

patnya, dari mana kamu tahu bahwa yang dimaksud dengan ridha

yaitu  pahala?

Sekarang kamu berbicara atas nama Allah tanpa ilmu dari

dua segi:

Pertama, kalian membelokkan dalil dari zahirnya tanpa ilmu.

Kedua, kalian menetapkan makna yang menyelisihi zahfulafaz}l.

tanpa ilmu.

Kemudian kami katakan kepada mereka, kalau kalian menga-

takan bahwa iradah (kehendak) yaitu  milik Allah, maka kaidah

yang kalian pegang ini hancur, karena manusia juga memiliki ke-

hendak, sebagaimana Firman Allah,

('r1,;;Si L_ j J' r4b; r4tri :-; J ru4b

"Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara

kamu ada orang yang menghendaki Akhirat." (Ali Imran: 1'52).

Tembok pun memiliki kehendak,

4,fr-iii6t+ti+;{;'Y

"Kemudian kedtunya mendapatlan dnlam negei itu dinding rumah

yang hendak roboh." (Al-Kahfi: 77).

Jadi kalian di antara dua kemungkinan: menafikan iradah (ke-

hendak) dari Allah sebagaimana kalian telah menafikan sifat-sifat-

Nya yang lain, atau menetapkan aPa yang Allah tetapkan untuk

dirNya meskipun makhluk memiliki yang sama dalam nama bukan

dalam hakikat.

Faidah dari segi perilaku dari hadits ini:

Apabila kita mengetahui bahwa Allah tertawa, maka kita ber-

harap segala kebaikan dariNya.

Oleh karena itu seorang laki-laki berkata kepada Nabi S,

'l . , . ,.

OJr.t) u.

.t*

"Ya Rasulullah, apalah Rabb kitn tcrtawa?" Nabi nunjaluab, "Ya."

ffi ffi

Din berknttt, " Kita tidnk kehilangan kebaiknn dari Rabb yang tertauta."l

Apabila kita mengetahui itu, maka terbukalah segala harapan

kepacla kebaikan bagi kita; beda antara manusia yang cemberut,

yang hampir tidak tertawa dengan manusia yang tertawa.

Dan Nabi & senantiasa berbahagia dan murah senyum.

o@o

dan sifat-sifat yang lain.

Al-Ajab yaitu  merasa aneh atau heran dari sesuatu, pemicu-

nya ada dua:

Pertnma, tidak diketahuinya sebab bagi yang bersangkutan

dari sesuatu yang memicu keheranan di mana ia hadir tiba-tiba

tanpa dibayangkan. Bagian ini bagi Allah yaitu  mustahil karena

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak sesuatu pun yang

samar bagiNya, baik yang di langit dan di bumi.

Kedun, pemicunya yaitu  keunikan sesuatu sehingga ia ber-

beda dari yang sejenisnya dan yang sewajarnya tanpa adanya ke-

tidaktahuan dari yang bersangkutan di mana dia melakukan sesuatu

yang aneh yang mestinya tidak terjadi dari yang sepertinya.

Y*g kedua inilah yang ditetapkan bagi Allah karena ia bukan

I Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/11-12.

2 Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya 1/220.

A)T 8L*1.,e-e ?ir *V y* b

?r^:+ "'+i ftiui&

Sabda Nabi ffi, "Rabb kita merasa heran terhadap keputusasaan

hamba-hatnbaNya, padahal telah dekat penrbahan (keadaan dai

kesulitan kepada kemudahan) olehNya. Dia melihat kepadamu

yang dalatn keadaan sempit (susah) lagi berputus asa. Maka Dia

tertawa, Dia mengetahui bahwa ialan keluar unhtkmu yaitu 

dekat." (r) Hadits hasan

[1]. Hadits ini2 menetapkan sifat al-Ajab (heran) bagi Allah

berasal dari kekurangan dari yang bersangkutan, akan tetapi ia ada-

lah keheranan dengan melihat kepada kondisi sesuabu atau per-

buatan yang mengundang keheranan.

Sabdanya , stV bi ly G3 :*i' "Rabb kita merasa heran terludap

keputusasaan hamba-hambaNya." L#t : yaitu  keputusasaan yang

paling parah. Allah merasa heran terhadap merasuknya keputus-

asaan yang besar ke dalam hati hamba-hambanya.

:-*:?:: Padahal telah dekat perubahan (dari kesulitan kepada

kemudahan) o1ehNya.Waruu di sini berarti g, (bersama), yakni pa-

dahal begitu dekabrya perubahan.

Dan ;3Jr yaitu  isim jamak dariig seperti ,* isimjamak dari

';4 , ia yaitu  kata bendayar.g berarti perubahan, jadi maknanya

yaitu  dekatnya perubahannya.

Allah merasa herary bagaimana kita berputus asa sementara

perubahan dariNya yaitu  dekat, Dia merubah satu keadaan ke-

pada keadaan yang lain dengan satu kata yaitu kun $adilah), maka

terjadilah.

Sabdanya , d)i &t lg (Dia metihat leepadamu yang l<esusahan)."

Allah melihat kepada kita dengan mataNya.

:# A.ii (Dalam l<eadaan susah dan berputus asa); jr':ir: Orang

yang ierjatuti dalam kesusahan dan o+F,j jamak dari i^;ui'yang ber-

arti orang yang berputus asa dari kemudahan dan lenyapnya kesu-

litan.

Nabi ffi menyebutkan keadaan manusia dan keadaan hati-

nya, dia terjatuh ke dalam kesulitan sementara hatinya berputus

asa dan merasa bahwa kemudahan jauh.

J;*L! j4 ltvtatcn Dia tertawa). Tertawa karena keadaan yang

aneh dan unik ini; bagaimana kamu berputus asa dari rahmat Allah,

Dzat Yang Maha Penyayang yang berfirman kepada sesuatu: kzn

(adilah), maka terjadilah.

+-; fti"o\ & (Dia mengetahuibahrua ialanl<etuar untukmu ada-

lah dekat). Yakni, kemudahan dari kesulitan yaitu  dekat.

Hadits ini mengandung beberapa sifat bagi Allah:

Pe.rtnrun, al-Ajnb (heran) berdasarkan sabda Nabi, ;4 U., .4;

stV b* (Rabb kitn merasa heran terhadap l<eputusasaan hamba-hamba-

Ny,l

Sifat ini pun ditetapkan oleh al-Qur'an, Firman Allah,

{@s;;;<+*try

" Bahkan kamu menjadi heran (terhadap lceingkaran mereka) dan

mereka ruen ghinakan kamu. " (Ash-Sha ffat: 1.2).

Dengan L+;. ta'dibaca dhammah; (sehingga maknanya ,Bahkan

aku menjadi heran...').

Kedua, penjelasan tentang kodrat Allah berdasarkan sabda

Nabi, e-* ?r) (Padahal telah deknt perubahan dariNya). Bahwa Allah

memiliki kodrat yang sempurna. Apabila Dia berkehendak, nisca-

ya Dia merubah satu keadaan dari keadaan yang lain dalam waktu

yang dekat.

Ketiga, penetapan sifat melihat (an-Nazhar) berdasarkan sabda

Nabi, &L H (Dia melihat kepadamu).

Keempnt, penetapan sifat tertawa berdasarkan sabda Nabi,

Jt )i jua ltvtat o Dia teitaroa).

Kelima, penetapan sifat ilmu berdasarkan sabda Nabi, :ri &qj $ j (Dia mengetahui bahtua jalan lceluar untukmu yaitu  dekat).

Keenam, penetapan sifat rahma! karena jalan keluar dari Allah

yaitu  bukti rahmat Allah kepada hamba-hambaNya.

Sifat-sifat yang ditunjukkan oleh hadits ini wajib kita tetapkan

kepada Allah dengan benar secara hakiki dan tidak boleh kita tak-

wilkan.

Faidah dari segi perilaku dari hal ini yaitu  bahwa apabila

seseorang mengetahui hal itu dari Allah, niscaya dia akan berhati-

hati terhadap perkara ini, yaitu berputus asa dari rahmat Allah. oleh

karena itu berputus asa dari rahmat Allah termasuk dosa besar.

Firman Allah,

( @ airai JL,*; #: q'L,i'i h JG y

" Ibrahiru berknta, 'Tidnk ada orang yang berputus asa dari rahmat

Rabbnya, kecuali orang-orang ynng sesat' ." (Al-Hijr: 56).

Dan Firman Allah tll$,

{@ i'i;ii:iiA S$eu3,^SJ,fy? E' n\':.:rS {j}

"Dan janganlah kamu berputus asa dai rahmat Allah. Sesungguh-

nya tiada berputus asa dai rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir."

(Yusuf:87).

Berputus asa dari rahmat Allah, dan merasa bahwa rahmat

Allah jauh, termasuk dosa besar. Manusia wajib berbaik sangka

kepada Tuhannya. Apabila dia berdoa kepadaNya, hendaknya dia

berbaik sangka kepadaNya bahwa Dia akan mengabulkan untuk-

nya. Apabila beribadah kepadaNya sesuai dengan tuntunan syariat-

Nya, hendaknya dia berbaik sangka bahwa Allah akan menerima

darinya. Apabila ditimpa kesulitan hendaknya dia berbaik sangka

bahwa Dia akan menghilangkannya. Nabi ffi bersabda,

tfr;;lt gitii,f f,i e tAt o1r,*t e Pt'";,i ptt3

" Ketahuilah bahtua kemenangan itu bersama lesabaran, lcemudahan

itu bersama kesulitan dan bersama lcesusahan ada kemudahan."l

Bahkan Allah tlt$ telah berfirman,

(@ t3.Fitir@ fi.,-'cly

" Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada lcemudahan, se-

sungguhnya sesudah l<esulitan itu ada l<emudahan " (Asy-Syarah: 5-6).

Kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan sebagai-

mana hal itu diriwayatkan dari Ibnu Abbas'+gl't,.

ooo

I Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 1/307; at-Tirmidzi, no. 2518. Dia berkata, "Hadits hasan

shahih."

F ,*/ b # ,ifi ,?, ,W ..il"- e jt; i ,M,4,:

t#;i e:* G;-rit4:i6',*1, C:> &:W. lit 1, &

,St J':r."'.ti 6 ,iiit,,;4 )l

Sabda Nabi M, "Neraka lahanam terus dilemparkan (penghuni)

ke dalamnya sementara ia berkata, 'Apakah masih ada tam-

bahan,' sehingga Rabbul lzzah meletakkan kakinya di dalamnya."

(Dalam sebuah riwayat, 'KakiNya di atasnya') lalu sebagian

merapat kepada sebagian yang lain sambil berkata, 'Cukup-

utkup'.'t (r) Muttafaq alaihi

[1]. Hadits inil tentang penetapan kaki (.1+gt) atau tumit

(;l.iir) bagi Allah.

Sabdanya, W ,r^- & jtf \ (Nerakn Jahanam terus dilemparkan

ke dalamnya). " Ini terjadi pada Hari Kiamat, ia diisi dengan manu-

sia dan batu karena Allah berfirman,

4 {vls,-i6i \;.,}5 $i :ui$t$y

" Pelihnralah diimu dai nerakn yang bahan bakarnya manusia dan

bntu.u (Al-Baqarah: 24). Mungkin pula dikatakan, diisi dengan ma-

nusia saja dan batunya telah ada di dalamnya.Wallahu a'lam.

t41t &J."Terus dilemparkanlce dalamnya." Ini menunjukkan bahwa

penghuninya -naudzubillah- dilemparkan ke dalamnya, mereka

tidak masuk dengan hormat akan tetapi mereka diseret ke Neraka

Jahanam dengan kasar,

( @ i.j' *L ;i-61'lz U e;;iry

" Setiap kali dilemparkan lce dalamnya sekumpulan (orang-orang

bfir), penjaga-penjaga (ruraka itu) bertanya bpofu mereka, 'Apalah belum

pernah dntang kprdo kamu (di dunia) *orang pembei peingatan? "' (A1-

Mulk 8).

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari,Kitab at-TauhiQ no. 7384; dan Muslim, Ktab ahlannah wa sifat

Na'imiha.

ffi

Sabdanya, *, b b ,iik Jti " sementara ia berkata, ' Apakah masih

ada tambahan" , " Apakah" di sini yaitu  untuk meminta, yakni tam-

bahlah. Dan keliru kalau ada orang berkata bahwa pertanyaan di

sini yaitu  untuk menafikan. Jadi maknanya menurut dia yaitu 

tidak ada lagi tambahan bagiku. Bukti yang membatalkan takwil

ini yaitu :

Sabda Nabi, ^l.tqgjr|,t +t g-.j; (Sehingga Rabbul lzzah me-

letakkan KakiNya di dalamnya). Dalam sebuah riwayat, '^;ii W (Kaki-

Nya atasnya). Ini menunjukkan bahwa ia meminta tambahan seolah-

olah ia meminta dengan sangat agar terus diisi sebagai tambahan

atas apa yang ada di dalamnya, karena jika tidak, maka untuk apa

Allah meletakkan KakiNya di dalamnya, sampai sebagian merapat

kepada sebagian yang lain,.

Sabdanya, ;.'ir 4: e..# (Sehingga Rabbul lzzah meletakkan).

Diungkapkan dengan Rabbul lzzah karena konteksnya yaitu  kon-

teks lzzah (keperkasaan), menguasai dan menundukkan.

Rabb di sini berarti pemilik bukan berarti pencipta, karena

lzzah yaitu  salah satu sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makh-

luk.

Sabdanya, &st4i (Kakinya di dalamnya); dalam riwayat lain,

^rrit4* (KakiNya atasnya).; dan u\; arhnya di sini sama dan yang

zahir,;; di sini berarti i seperti Firman Allah,

{U*lr ui;c$'|;y

"Dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pang-

kal polnn kurma." (Thaha: 7L).

.1+1r ltati) dan ;$ir(telapak kaki) yaitu  sinonim. Kaki manu-

sia disebut irlJl, karena ia (iE (mendahului melangkah) iika ber-

jalan. seseorang tidak bisa berjalan dengan kakinya kecuali jika

dia mendahulukannya.

Sabdanya , oix. Jtr#4 q# " Lalu sebagian merapat kepada seba-

gian ynng lain," yal<rri, sebagian merapat kepada sebagian yang lain

karena kebesaran Kaki Allah.

Sabdanya, A A ,jfi (laberkata,'Cukup-cakup'),yaktri, aku titlak

menginginkan lagi seorang pun.

Sifat-sifat yang dikandung oleh hadits ini:

Pertnmn, penetapan ucapan dari benda mati berdasarkan sab-

danya, J* ,g: (ln berkata), ia juga berkata, U L; (Cukup-cukup). Lni

yaitu  bukti kuasa Allah yang mampu membuat segala sesuatu

berbicara.

Kedua, peringatan dari api neraka berdasarkan sabdanya, jr; Y

t*/ b ,b'll, ,?r.W -rx- e (Neraka Jahanam terus diisi sementnra ia

berkntn, 'Apnknlt nmsih adn tambalunT')

Ketiga, penetapan karunia Allah J8. Allah menjamin akan

mengisi neraka secara penuh sebagaimana FirmanNya,

( @',;;1,))i5'*: 1i t',1,*'i;i*y

" Sesunggttlmya Aku akan memenulti Nernkn lalmnnm dengan jin

dan manusia (yang durluka) semuanya." (Hud: 119).

Apabila penghuninya telah masuk ke dalamnya lalu masih

ada sisa dan ia berkata, apakah masih ada tambahan? Maka Allah

meletakkan kakiNya di atasnya lalu sebagian merapat kepada se-

bagian yanglain dan dengan itu neraka pun penuh.

Ini yaitu  karunia Allah, karena jika tidak, maka Allah kuasa

menciptakan sekumpulan orang dan dengan mereka Allah mengisi

Neraka Jahanam secara penuh, hanya saja Allah tidak menyiksa

siapa pun tanpa dosa. Lain halnya dengan surga, di dalamnya ma-

sih ada ruang tersisa dari penduduk dunia yang masuk ke dalam-

nya maka pada Hari Kiamat Allah menciptakan sekelompok orang

dan memasukkan mereka ke dalam surga dengan karunia dan rah-

matNya.

Keempat, Allah memiliki kaki secara hakiki yang tidak menye-

rupai kaki makhluk. Ahlus Sunnah wal Jama'ah menamakan sifat

ini dengan sifat dzntiyah khabaiyaft, karena ia tidak diketahui ke-

cuali dengan berita dari peletak syariat dan apa yang dengannya

ia dinamakan yaitu  bagian bagi kita, hanya saja kepada Allah,

kita tidak katakan bagian, karena hal tersebut mustahil bagi Allah.

Golongan Asy'ariyah dan ahli tahrif menyelisihi hal ini, me-

reka berkata: Yang dimaksud dengan *2t44; &-(AUan mebtakkan

KakiNya atnsnya) yaitu  sekelompok hambaNya yang berhak masuk

S W,,"h d qrf"^l, W ^l,lir/"/,

neraka. Jadi kaki di sini maksudnya yaitu  sekelompok orang se-

bagaimana dalam hadits tentang Nabi Ayyub;'W&' Allah mengirim

kepadanya kaki belalang dari emas, yakni sekelompok belalang.

Ini yaitu  batil karena sabdanya, Q$; (atasnya) menghalangi

takwil seperti itu.

Di samping itu tidak mungkin Allah menyandarkan pendu-

duk neraka kepada DiriNya karena penyandaran sesuatu kepada

Allah merupakan penghormatan dan kemuliaan'

Mereka berkata tentang l.r.lir (telapak kaki): maksudnya ada-

lah ljJ* (yur,g didahulukan) yakni' Allah meletakkan atasnya orang

yang didahulukanNya untuk masuk ke dalamnya.

Ini juga batil karena Allah tidak mempersilakan lebih dahulu

penduduk neraka untuk masuk ke dalamnya, akan tetapi

{@ €i{+)G,113}iiib

"Padn hnri mereka didorong ke Neraka lahanam dengan sekuat-

kuntnyn," (At-Thur: 13), mereka dilemparkan ke dalamnya.

Ahli tuhnf itu menghindari sesuatu tetapi mereka terjerumus

ke dalam sesuatu yang lebih buruk darinya. Mereka hendak menyu-

cikan Allah dari memiliki kaki, akan tetapi mereka terjatuh ke dalam

kebodohan dan menjauhi hikmah dalam perkara perbuatan Allah.

Yang jelas kita wajib beriman bahwa Allah memPunyai kaki

secara hakiki tanpa menyerupakan dan tanpa menentukan ben-

tuknya, karena Nabi ffi memberitakan bahwa Allah memiliki kaki

tanpa memberitakan bentuk kaki tersebut. Allah telah berfirman,

;v 6iih-;-16?,{ji tr)6,.,r 

"ls6 

J;;iioi i;c4:ib

{ @ 'biiii \i;i'l'&\};i 6'('5a '2ii)Y ;"\,\grf

" Kntnknnlnh, 'Tulmnku hnnyn mengharnmknn perbuntan ynng lceji,

bnik yang nnmpak ntau-pun yang tersembunyi, dan perbuntan dosn, me-

lnnggar hsk rnanusin tanpa nlasan yang bennr, (menglnratnknn) mem'

persekuhtknn Allah dengan sesuntu yang Allnh tidnk nrcnurunknn lujjah

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Anbiya', Bab Qauluhu Ta'ala, wa Ayyub ldz Nada

Rabbahu.

untuk itu dnn (ruengharamknn) mengada-adakan terhadap Allah apa yang

tidnk knnru ketalrui' ." (Al-A'raf: 33).

Faidah dari segi perilaku dari hadits ini yaitu , kehati-hatian

yang sangat dari perbuatan penduduk neraka, karena seseorang

ditakutkan akan dicampakkan ke dalamnya sama dengan yang

lain.

ooo

6'W ,.!;r*tr iU! , ii, !i)i U ,;w inr iX :M'ngj

* gr "'r,3, ,)I.w q;i b Cf ci tg?air ,1t :*_*,

Sabdanya, "Allah berfirman, 'Wahai Adam'. Adam meniawab,

'Aku tnemerurhi panggilanMu dan demi menyenangkanMu'. Lalu

Dia berseru dengan suara, 'Sexmgguhnya Allah memeintahkan-

trut tnengeluarkan rombongan penghuni neraka dari kefirnman-

mu. " (r) Muttafaq alaihi

[1]. Hadits inil tentang penetapan sifat berfirman (berkata)

dan bersuara (bagi Allah).

Nabi ffi memberitakan dari Tuhannya bahwa Dia berfirman,

,si u-! (Wnlui Adam).Ini terjadi pada Hari Kiamat, maka Adam men-

jawab q-ur 4

-:t":j artinya yaitu , menjawab panggilan bersama menjawab

panggilan, dari segi lafazh ia yaitu  mutsnnnn, dari segi makna ia

yaitu  jamak. Oleh karena itu dari segi i'rab ia disamakan kepada

mutsannn.

.rliii; artinya, menyenangkanMu setelah menyenangkanMu.

Aku memenuhi panggrlanMu dan aku memohon agar Engkau mem-

bantuku dan membuatku berbahagia.

Sabdanya, ,*4 (Lnlu Dia berseru). Yang memanggil yaitu 

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, fub Qautuhu Ta'ala, Wa La

Indahu llla Liman Adzina Lahu; dan Muslim, Ktab ablman, Bab eauluhu,

Akhnj Ba'tsa an-Nar.

Tanb'u asy-Syafa'at

Yaqulullah Liadama

ffi ffi

Allah.

Sabdanya, ? p, (D engan suara). Ini yaitu  penegasan, karena

berseru tidak terjadi kecuali dengan suara yang tinggi. Ini seperti

Firman Allah,

{,fJ6f F'JYTAG-**{ty

" Dnn tindalnh burung-burung yang terbang dengnn kedun saynP-

nya, ruelainknn umnt (jugn) seperti karuu." (Al-An'am: 38)'

Burung terbang pasti dengan kedua sayaPnya. Ini yaitu  pe-

negasan.

Sabtlanya, ,6r Jlut:,!:r3 b tr:ri l';U-kt';t1$estmggrhnya Allatt

nrcnrcintnhksnmu mengeluarkan rornbongan penglu.mi nerakn dari ke-

turunnnmu.) Allah tidak berfirman, "sesungguhnya Aku memerin-

tahkanmu." Karena ini yaitu  konteks keperkasaan dan keagungan'

Di mana Atlah menggunakan bahasa kiasan untuk diriNya dengan

orang ketiga. Dia berfirman, !y\i,tr";:y (Sesunggulmyn Allah menyu-

ruhntu.) Sama halnya dengan raiayang berkata kepada bala tenta-

ranya, "sesungguhnya raia memerintahkan kalian agar begini begini."

Dia mengatakan itu untuk menunjukkan kebanggaan dan kebesa-

ranNya. Dan Allah-lah yang Mahatinggi lagi Mahaagung'

Bahasa seperti ini hadir di dalam al-Qur'an, Firman Allah,

{ 'irI dt/>Gii\;,1i 6dltai6;}

,,sesunggulmya Allah ruenyuruh kanru menynmPaikan nmanat

kepndn y nng berlmk menerimany a'" (An-Nisa' : 58)'

Dia tidak berfirman, "Sesungguhnya Aku memerintahkan ke-

ptrcla kalian."

Sabdanya , )61 ,)1w,ry-t:t ;, Cf ;t Qnengehmrkan rombongnn

penglruni nernkn dnn keiuntnnnruu) aitinya yang akan digiring ke ne-

raka.

Dalam hadits lain Adam menjawab,

berfirmnn, "Sentbilnn ratus sembilnn puluh sembilnn orang dai seibu,"l

@oo

"'5t+j '13 q A ,r.:'^i*".il +ri b &u :M, d$

Sabda Nabi, "Tidak seorang pun dari kalian keamli Tuhannya

akan berbicara kepadanya tanpa penerjemah di antara kedua-

nya.,t'(1)

[U. Hadits ini2 juga tentang penetapan sifat berfirman (bagi

Allah).

u di sini yaitu  nafiyah.

yi u: Mubtadn' yang dimasuki oleh ;rza-idnh(tambahan) yang

berfungsi mempertegas. Yakni, "Tidak seorang pun dari kalian."

Sabdanya, itt'^t:!gi1 (Kecuali Tulunnya akan berbicnrn kepada-

nya). Yaktri, demikianlah keadaannya, Allah akan berbicara kepada-

nya, 'aWl 

^;* 4 ul (tnnpa penerjemah di antnra kedtunya).Ini terjadi

pada Hari Kiamat.

Penerjemah yaitu  penengah di antara dua belah pihak yang

berbicara dengan bahasa yang berbeda, dia menukil ucapan salah

seorang dari mereka kepada yang lain dengan bahasa yarrg dipa-

haminya.

Seorang penerjemah harus memenuhi empat syaraL Amanah,

mengetahui bahasa yang diterjemah, mengetahui bahasa di mana

dia menerjemah kepadanya dan topik pembahasan.

Sifat Allah yang dikandung hadits ini yaitu , berfirman (ber-

bicara), dan bahwa ia dengan suara yangterdengar dan dipahami.

Faidah dari segi perilaku dari hadits yang pertama, :,irt Jg

(Allah berfirman,' Wnhni Adam' ), apabila seseorang mengetahui

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ar-Riqaq, Bab eautuhu Ta'ala, Inna Zalzalah as-sa'ah

syai'un Azhim; dan Muslim, Kitab al-Iman, tub eauluhu yaqulullah Li Adama Akhrij Ba'Ea

an-Nar.

2 Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Ktab ar-Riqaq, tub Man Nuqisya al-Hisab udzdzib4 dan Muslim,

Kitab Zakah, no. 2016.

3 W"ah d q"dn^h'W r*ith"1n/,

hal tersebut maka dia khawatir dan takut masuk ke dalam kelom-

pok sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang tersebut'

Dari hadits kedua: Manusia takut terhadap pembicaraan an-

tara dirinya dengan Allah, dia akan merasa malu di depan Allah

jika Allah menyinggung dosa-dosanya maka dia akan meninggal-

kan dosa dan takut kepada Allah.

ooo

[u. Hadits inil tentang penetapan sifat nl-lt]h.rnr (berada di

atas) bagi Allah dan sifat-sifat Allah yang lain'

Sabdanya,C-41$,1@nlammeruqynhorangsnkit),initerma-

suk idlnfnh tinslidnr kepada mnf ulnya yakni, tentang ruqyah bila

dibaca kepada orang sakit.

Sabdanya, ,vjlt ;,*,ur {,rr u:., (Rabb knmi Allnh ynng di langt) pen'

jelasan tentang "Al1ah di langit" telah hadir pada ayat-ayat sebe-

Sabda Nabi ffi dalam meruqyah orang sakit, "Rabb kami Allah

yang di langit, Mahasuci natnaMu, peintahMu (berlakri di langit

aai ai bwii, dan sebagaitnana rahmatMu di langit, maka iadi-

kanlah rahrnatMu di bumi, ampunilah dosa-dosa besar kami dan

kesalahan-kesalahan kanti, Engkau yaitu  Rabb oranS'orang

baik, fimrnkanlah rahrnat dari tahtnat-rahmatMu dan salah satu

clari kesentbuhanMu atas penyakit ini, agar dia setnbuh."(l) Hadits

hasan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya'

I Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 6/20; dan Abu Dawud, no' 3892'

lumnya.

Sabdanya, .!t;t ;'ti (Mnhnsuci nnmnMu); nama di sini yaitu 

ruufrnd (tunggal) akan tetapi ia diidlufahkan, jadi ini mencakup se-

luruh nama, yakni Mahasuci nama-narnaMu dari segala kekurangan.

,i:\r: l;: tt ,i tyi (PerintnhMuberlaku di langtt dan di bumi| pe-

rintah Allah di langit dan di bumi terlaksana, sebagaimana Firman

Allah,

$o;*i 3t iar <-i.I\Yiy

"Din nrcngntur urusnn dni langtt ke bumi." (As-Sajdah: 5).

Dan FirmanNya,

4;t*i;'ri:LiI ''f F

" Ingn tl nh, men cip tnknn dan memerintnh luny nlah hnk Allah." (Al-

A'raf: 54).

Sabdanya, -il\l,",!*iij;;r,rrc.Jr ;,*;i t^s (Sebagnimana rah-

rnatMu di lnngit, nmkn jadiknnlah rahmntMu di bumi). Knf (sebagaimana)

di sini yaitu  penjelas bagi alasan, maksudnya yaitu  bertawassul.

Bertawassul kepada Allah yang menjadikan rahmatNya di langit

agar menjadikan rahmatnya di bumi.

Apabila kamu bertanya: bukankah rahmat Allah juga di bumi?

Kami jawab: Dia sedang meruqyah orang sakit dan orang sakit

ini membutuhkan rahmat khusus yang dengannya penyakitnya

lenyap.

Sabdanya, w-rL|1qf tt i4;t (Ampunilah dosn-dosa besar knmi dan

kesalnhan-kesalahan kani). Ampunan yaitu  menutup dosa dan me-

maafkannya.+pi yaitu  dosa-dosa besar dan qdJi yaitu  dosa-

dosa kecil. Ini apabila keduanya digabung, apabila keduanya ter-

pisah, maka keduanya berarti sarna, karena ampunan mengandung

hilangnya kesulitan dan tercapainya tujuan karena dosa bisa meng-

halangi manusia dari taufik, dia tidak diberi taufik dan tidak di-

kabulkan doanya.

Sabdanya, #r 1, :;i (Engkau ndatah Rabb orang-orang baik);

ini yaitu  idlufah kata J; yang khusus.

ffi ffi

Adapun yang umum, maka Dia yaitu  Rabb segala sesuatu.

Maka idhnfnh 3, ada yang umum dan ada yang khusus.

Bacalah ucapan para tukang sihir Fir'aun yang telah beriman,

( @ i"5 6;' q @ .#tii 5 r.vt;i36 F

" Merekn berknta, 'Knmi beiman l<epndn Rabb semestn Alam, (yairu1

Rnbb Musn dnn Harun'. " (Al-A'raf: 127-1.22). Yang pertama mereka

menyebutkan idhnfah 3i yang umum kemudian yang kedua yang

khusus.

Bacalah Firman Allah,

4 iu'b ilJ e; "[ti ei;:i, $i 4 35 ",; uj:i"J;yb

" Aku hanyn diperintnhknn untuk ntenyembah Rabb negei ini

(Mnkkah) ynng telah menjadikannya tannh lmram (untuk diganggu) dan

kepunynanN y n-lnh se gnla sesuatu." (An-Naml: 91 ).

4, tjJi :fi aJ$ " Rnbb negen inr, " khusus dan 4 #':b5;\ " Dan

nilikNya segnla sesuatu," yaitu  umum.

Orang-orang yang baik yaitu  orang-orang yang beriman.

Setiap Mukmin yaitu  baik. Ini termasuk tawassul dengan penyan-

daran .-1; khusus ini agar Allah mengabulkan doa dan menyem-

buhkan si sakit.

Sabdanya, rlr r.u ,.v SU ,y iW3 *!:i1 b u;: Jii "Turunknn-

lnh rahnmt dni rnhmat-rahmatMu dnn snlah satu dnri kesentbuhanMu

ntns penynkit ini."

Doa ini dan yang sebelumnya termasuk tawassul.

Ja;., u: a,L;i,li\ 1fu*nknnlnh rnhmnt dari rnhmat-rnhmatMu).

Rahmat ada dua macam:

Pertnrnn, rahmat yang merupakan sifat Allah, ini bukan makh-

luk dan tidak terpisah dari Allah, seperti FirmanNya,

('t-+i;3;Ai,it\

"Dnn Rnbbnrulnh Yang Maln Pengnmpun lngi memiliki (srfnt) rah-

nnt." (Al-Kahfi: 58). Ini tidak diminta (oleh hamba)untuk diturun-

kan.

,,Vi

" Kanu.t afuilah rahmatKu, denganmu

Aku l<elundnki."1

Kedua, rahmat yang merupakan makhluk, ia yaitu  akibat dari

sifat rahmat Allah, maka ia fuga disebut rahmat, seperti Firman

Allah dalam hadits qudsi tentang surga,

';3i €*'r,+ri

aku merahmati siapa yang

Sama halnya dengan kesembuhan, Allah yaitu  Maha me-

nyembuhkan, kesembuhan yaitu  dariNya, sifatNya yaitu  asy-

Syifa' (menyembuhkan). Ia yaitu  salah satu dari perbuatanNya,

dengan makna ini ia yaitu  salah satu sifatNya. Adapun dari segi

pengaruhnyabagi si sakit maka ia yaitu  salah satu makhlukNya,

karena kesembuhan itu yaitu  lenyapnya penyakit.

Sabdanya, i p dengan hamzah dibaca fa thah, kar ena ia yaitu 

jawaban dari doa, yakni turunkanlah rahma! agar dia sembuh. Jika

i;! dibaca dengan dhammah, maka ia yaitu  kalimat baru, tidak

menginduk kepada,hadits, akan tetapi terhenti pada ucapannya,

"Penynkit ini." Jadi i;iyaitu  kalimat berita yang menunjukkan

bahwa apabila seseorang membacakan ruqyah ini, maka penderita

akan sembuh, akan tetapi bacaan yang pertama dengan hamzalr

yangdifatluh yaitu  lebih baik.

ooo

u+.

I Takhrilya telah lewat sebelumnya.

Dan sabda beliau, "Mengapa kalian tidak tnempercayaiku pada-

hal aku yaitu  orangkep*cayaan Allahyang di langit." 0) Hadits

shahih.

<\)A!,b 

Sl u &.fi ,,-;yJt oji ir6,rLi3l_ JJt "iyltl 

:'d$1

eP: t3tt 3i1 i\t ,";^; c-irr.-

Dan Sabdanya, "Arasy itu di atas air, Allah di atas Arasy dan

Dia mengetahui keadaan kalian " (2) Hadits hasan diriwayatkan

oleh Abu Dawud dan lainnya.

e*U \i ,u$3

[U. Hadits inil juga tentang penetapan sifat al-Uluto.

Sabdanya ,t*U$i: Terdapat musykil padanya dari segi nah-

wu, yaitu dibuangnya nun fi'il tanpa adanya kata yang menashnb-

kan atau menjazmkan.

Jawabnya yaitu  bahwa iik<a nun uiqayah masuk kepada salah

satu dari af al klumsah maka nun tarrda rafa' boleh dibuang.

a*U'ti (Mengapa kalinn tidak mempercnyaiku) yakni, mengaPa

kalian tidak menganggapku orang yang bisa dipercaya.

di langit). Dan yang ada di langit yaitu  Allah ffi. Nabi S yaitu 

orang kepercayaan Allah dalam urusan wahyuNya, beliau yaitu 

sayyid orang-orang terpercaya dan utusan yang menyamPaikan

wahyu yaitu Jibril, dia juga terpercaya,

( @,tVaG@,$ ;ii et o :i q@ )fi; 3'i :i\b

" sesunggulmya nl-Qur-nn itu benar-bennr firrunn (Allah yang di-

bmun oleh) utusan yang mulia ]ibnu, ynng memPunyai kekuntan, yang

numpunyai keduduknn tinggi di sisi Allah yang memPunyai Arnsy, yang

ditanti di sann (di nlam malaikat) lagi dipercnya." (At-Takwir: 1,9-21).

Hadits ini mempunyai sebab ururudyalit, bahwa Nabi ffi mem-

t Diriwayatkan oleh al-Bukhai, Kitab al-Maghazi, Bab Ba'tsu Ali bin Abi Thalib lla al-Yamaq

dan Muslim, Kitab az-Zakah.

bagikan emas kiriman Ali dari Yaman kepada empat orang, laru

seorang laki-laki berkata, "Kami lebih berhak daripada mereka."

Maka Nabi ffi bersabda, ?t;-lt,r, U bIell6sVil,,Mengapa kalian

tidnk nrcmpercayaiku pndnhal aku' yaitu  orang kepercaynnn-Allah yang

di lnngit?"

vi berfungsi menyodorkan, seolah-olah Nabi bersabd.a,,, perca-

yailah nku, knrenn aku adnlah orang kepercayaan Allnh yang di langit."

Yang terkait dengan topik pembahasan ini yaitu , 7t;iJt u2 |

"Yang di Inngit." Keterangarulya sama dengan keterangan yang ielah

disebutkan pada ay at-ay at sebelumnya.

[2]. Hadits inil juga tentang penetapan sitat al-Llluu.

Manakala Nabi ffi menyebutkan jarak di antara langit-langit,

beliau bersabda, Mt ji ,-rFt: "Dnn Arasy di atas air."

Hadits ini didukung oleh Firman Allah,

{;rii J&,L}"} 3qb

" Dnn ArnsyNyn di ntas air." (Hud: 7).

Sabdanya, * ii u & 

"r 

,,-;iJt ji'iur:',Allnh di atas Arnsy dan

Dia mengetnhui keadaan kalinn". Allah di atas Arasy, namun meski-

pun begitu, amal dan keadaan kita sedikit pun tidak ada yang sa-

mar bagi Allah, bahkan Allah telah berfirman,

ft ,tx +Jri' Y .loriLif W li6y

, " Dfin sesungguhnyn Knmi telah menciptaknn ruanusia dan menge-

tnlrui apa ynng dibisikkan olehhatinya.', (eaf: L6).

,Yakni, apa yang ada di dalam jiwamu, Allah mengetahuinya

padahal tidak seorang pun mengetahuinya.

sabda Nabi, * flu 14 $i (Dan Dia mengetalrui lceadaan kalian)

menunjukkan bahwa ilmu Allah meliputi segala keadaan kita.

Faidah dari segi perilaku dari hadits ini:

Kalau kita beriman kepada hadits ini maka kita mengambil

faidah dari segi perilaku yakni mengagungkan Alah, bahwa Dia

t Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 1/206; dan Abu Dawud, Kitab as-sunnah, hb Fi al-Jahmiyah.

ffi ffi

di atas sana (al-Uluto), dan bahwa Dia mengeta-hui keadaan kita,

maka kita pun menaatiNya, jangan sampai kita tidak ada pada saat

Dia memerintahkan dan justru kita ada pada saat Dia melarang

kita.

ooo

[U. Hadits inil juga tentang penetapan sifat al-Ulutu.

Sabdanya,t rrr;,;i "Di mann Allah?" Di mana, yaitu  pertanyaan

untuk tempat.

,t;it 62 :-)v "Dia menjarunb, 'Di langit'," yakni, di atas langit

atau di atas sana seperti yang telah kami jelaskan.

4jt+\)rl;*\,,su itt,l+:j , cj6 stJi; ,jti "Nabibertnnya,'Siapn

nku?' Dia menjmonb,' Engknu ndalah Rasulullah.' Nabi bersabda Q<epadn

hrnnnyn), 'Merdekakanlah din knrena dia seornng ruanita Mukmin."

Menurut ahli fa'thil, jika yang dia inginkan dengan ucapan-

nya, "Di langit," yaitu  bahwa Allah di atas, maka wanita tersebut

yaitu  kafir, karena menurut mereka barangsiapayang menetap-

kan bahwa Allah berada pada satu arah, maka dia yaitu  kafir, me-

reka berkata, "Seluruh arah terbebas dari Allah."

Pertanyaan Nabi dengan 3;i 1Oi mnna) menunjukkan bahwa

Allah mempunyai tempat.

Hanya saja kita wajib mengetahui bahwa Allah tidak dikeli-

,iju tui ;,,; ,ju , lt;itt; :&hi rrlr ;i ry4t+))M-,dys

p.,*';3t .qy Wy qgi,iS .ittt iy: e1

Pertanyaan Nabi ffi kepada seorang hamba sahaya wanita, "Di

mana Allah?" Dia menjawab, "Di langit." Nabi bertany+ "Siapa

aku?" Dia menjawab, "Engkau yaitu  Rasulullah." Nabi ber-

sabda (kepada tuannya), "Merdekakanlah dia karena dia seorang

wanita Mukmin." (r) Diriwayatkan oleh Muslim

I Takhriltelah lewat pada hal 84.

lingi (tidak diliputi) oleh tempat, karena Dia lebih besar dari segala

sesuatu, dan bahwa apa yang di atas alam yaitu  ketiadaan, tidak

ada sesuatu pun kecuali Allah; Dia di atas segala sesuatu.

Sabda Nabi, u Merdeknlunlah dia, knreru dia xorang ruanita Muk-

min." Ini yaitu  dalil bahwa memerdekakan hamba sahaya yang

kafir tidaklah disyariatkan. Oleh karena itu, tidak sah memerdeka-

kannya dalam urusan kafarat karena keberadaan orang kafir pada-

mu sebagai hamba sahaya mengandung semacam perlindungan,

kekuasaan, kepemimpinan dan kamu memiliki peluang mendekat-

kannya kepada Islam. Apabila kamu memerdekakannya, maka dia

akan bebas. Apabila dia bebas dikhawatirkan akan kembali ke ne-

geri kafir, karena dasar perbudakan itu yaitu  kekufuran dan dia

akan menjadi pendukung orang-orang kafir melawan kaum Mus-

limin.

ooo

--

ffi ffi

[1]. Hadits inil menetapkan sifat al-Mn'iyah (beserta) bagi

Allah.

Hadits ini menunjukkan bahwa Allah menyertai (makhluk-

Nya) dan telah dijelaskan pada pembahasan tentang ayat-ayat al-

Ma'iynh bahwa kebesertaan Allah (dengan makhluk) tidak mengha-

ruskan keberadaan Allah di bumi, justru sangat tidak mungkin

Allah di bumi karena berada di atas sana (a/-Ul77o) termasuk sifat

Allah dzntiynh yang tidak pemah terpisah dariNya, dan itu lazim

bagi Allah.

Telah dijelaskan juga bahwa ia terbagi menjadi dua:

Sabda Rasul, /* ii.,u::jr S;i lSeUaik-bnikiman adnlnhknmu me-

ngetalui...), menunjukkan bahwa iman memiliki tingkatan, karena

jika anda mengetahui bahwa Allah bersama anda di mana pun anda

berada, maka anda akan takut kepadaNya dan mengagungkanNya.

Seandainya anda berada di kamar gelap sendirian, maka ke-

tahuilah bahwa Allah bersama anda, bukan berarti Dia di kamar

anda, akan tetapi Dia bersamamu, karena Dia meliputimu dari segi

n ^t t '

J-:,r-- .Jj3 Ls.t e]; alt .rE

:,;

Dan sabda Nabi ffi, "Sebaik-baik iman yaitu  kamu mengetahui

bahwa Allah bersamamu di mana pun kamu berada." (r) Hadits

hasan.

\*3- *i: ,#, ,y ,*4-iv 'a>"at JI.f bi iu t;;"d$s

* J;il .4.Arr .;; 3i el6 * 6: ,#s Sa ilt'i:$

Dan sabda beliau, "Apabila salah seorang dari kalian berdiri

shalat, maka janganlah din meludah ke arah wajahnya (ke depan'

nya) dan janganpula ke sebelahkanannya, karena Allah di arah

wajahnya; akan tetapi ke sebelah kirinya atau di bawah kaki'

ny a.tt(21 Muttafaq alaihi

u;,oi / . o'e . ? t . "i,l fJo dl iw)l J$l

I Takhifiya telah lewat sebelumnya.

ilmu, kodrat, kekuasaan dan makna-makna rububiyahNya ytrtg

lain.

[2]. Hadits inil yaitu  tentang penetapan bahwa Allah di arah

wajah orang yang shalat.

#) & (Di arah ruajahnya) yakni di depannya.

Firman Allah,

{ i( t, ?'I; t:*ir. ;iv 3Fi ;6y

" Dan kepunynan Allah-lah timur dnn barat, makn ke mana pun lfimu

ntenghndnp, di situlahWajah Allah.,' (Al-Baqarah: 115).

#- w (Di sebelah kanannyn). Dalam sebuah hadits tercantum,

t9; 9r1 F'tV (Knrern di xbelah kannnnya yaitu  malniknt)2 juga karena

kanan lebih baik daripada kiri, jadi kiri lebih layak untuk diludahi,

oleh karena itu Nabi bersabda, *"i,j; Jiryt4lr i.fli Akan tetapi di

sebelnh kiinyn atnu di barunhknkinya).

Jika di masjid, maka para ulama berkata: Dia meludah di kain,

atau sapu tangan (tisu), atau di bajunya lalu dia menguceknya se-

hingga tidak terlihat bentuk ludah. Apabila s"reorur,g ai maiila ai

samping dinding yang rendah maka dia bisa merudah ke arah kiri,

jika tidak mengganggu orang yang lewat.

Hadits ini menunjukkan bahwa A[ah di depan wajah orang

Iulg shalat, hanya saja kita wajib mengetahui bahwa yangberkati

bahwa Allah di depan wajah orang yang sharat yaitu  yang ber-

kata bahwa Allah di langit, kedua ucapannya tersebut tidak berten-

tangan, karena mungkin digabungkan dari tiga segi:

Pertamn, bahwa syara'menggabungkan keduanya, dan ia tidak

mungkin menggabungkan dua perkara yang bertentangan.

kdtn, mungkin saja sesuatu itu tinggi dan ia di depanmu. Ada

seorang laki-laki menghadap ke matahari di pagi hari, matahari di

depannya sementara ia tetap di langit, dia menghadap matahari di

sore hari, matahari di depannya sementara ia tetap di langit.

I Diriwayatkan oleh al-Bukhari


Related Posts:

  • Induk agama Islam 11  @l;A*(vi6 63K;- tfui i:t;;(,';r.li;d6yuMakn pada hai ini, orang-orang yang beiman menertawakanorang-orang kafir, merelu (duduk) di atas dipan-dipan sambil meman-dang)' (Al-Muthaffifin: 34-35).Mereka melihat kepada peng… Read More